sosiologi dalam perspektif hindu
-
Upload
gaveratiani -
Category
Documents
-
view
76 -
download
11
description
Transcript of sosiologi dalam perspektif hindu
![Page 1: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam berbagai literature batasan atau definisi sosiologi agama (sociology of
religion) hamper tidak ada perbedaan yang sangat berarti. Namun demikian,perlu saya
kemukakan berbagai pengertian sodiologi agama menurut beberap ahli sosiologi agama.
J.Wach merumuskan sosiologi agama secara luas sebagai suatu studi tentang interelasi dari
agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka. Anggapan para
sosiolog bahwa dorongan-dorongan, gagasan dan kelembagaan agama mempengaruhi dan
sebaliknya juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial, organisasi dan stratifikasi sosial
adalah tepat.
Jadi seorang sosiolog agama bertugas menyelidiki tentang bagaimana tata cara
masyarakat,kebudayaan dan pribadi-pribadi mempengaruhi agama sebagaimana agama
mempengaruhi mereka. Kelompok-kelompok pengaruh terhadap agama, fungsi-fungsi ibadat
untuk masyarakat, tipologi dari lembaga-lembaga keagamaan dan tanggapan-tanggapan agama
terhadap tata duniawi, interaksi langsung maupun tidak langsung antara sistem-sistem religius
dan masyarakat dan sebagainya dan termasuk juga bidang penelitian sosiologi agama.
Menurut W.Goddjin sosiologi agama adalah bagian dari sosioologi umum yang
mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profane dan positif yang menuju kepada pengetahuan
umum yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok
keagamaan dan gejala-gejala kelompok keagamaan.
Definisi-definisi tersebut diatas kiranya sudah cukup jelas memberikan gambaran
kepada kita bahwa sosiologi agama pada hakekatnya adalah cabang dari sosiologi umum yang
mempelajari masyarakat agama (religious society) secara sosiolgis untuk mencapai keterangan-
keterangan ilmiah dan pasti demi untuk masyarakat agama itu sendiri dan umat atau masyarakat
pada umumnya.
Bali merupakan pulau yang memiliki adat istiadat dan budaya yang sangat erat
dengan kehidupan masyarakat setempat yang sebagian besar beragama Hindu. Dimana antara
budaya dan agama telah menyatu, bagaikan gambar dalam kepingan logam. Sehingga sering
disebut bahwa Agama Hindu merupakan roh dari Budaya Bali.
1
![Page 2: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/2.jpg)
Bali memiliki kebudayaan yang cukup beraneka ragam atau bervariasi yang berdeda -
beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya, seperti halnya : Seni Ukir, Seni Tari, Seni
Tabuh, kebiasaan masyarakat daerah tertentu yang unik, yang kesemuanya itu memiliki daya
tarik tersendiri bagi wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam ajaran Agama
Hindu, masyarakat Bali mengenal suatu istilah yang disebut “Catur Asrama”. Catur Asrama
merupakan empat tahapan atau tingkatan di dalam menjalankan hidup di dunia ,
yaitu brahmacari, grhasta, sanyasin, bhiksuka. Grahasta merupakan tahapan kedua dalam
kehidupan Masyarakat Bali yang berarti kehidupan di dalam berumah tangga.
Tentunya awal dari suatu kehidupan berumah tangga yaitu terselenggaranya prosesi
upacara pernikahan atau yang sering disebut “pawiwahan” dalam Masyarakat Bali. Dalam
Masyarakat Bali, ada berbagai jenis upacara pawiwahan yang disesuaikan dengan
desa,kala, patra. Umumnya dalam upacara pernikahan di Bali, pihak purusa (laki-laki) memiliki
peran andil yang sangat besar dibandingkan dengan pihak pradana (perempuan). Tetapi pada
upacara Pernikahan Pada Gelahang tidak seperti pada umumnya. Analisis ini berhubungan
dengan sosiologi dalam agama hindu. Sehingga ini menarik minat penulis untuk membuat
makalah yang berisikan “ Perkawinan Pada Gelahang pada Masyarakat Bali", Dalam Perspektif
Hukum Adat Bali dan Agama Hindu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis memproleh rumusan masalkah sebagai berikut:
1. Apa fungsi sosiologi agama di masyarakat ?
2. Apa Makna sosiologi agam di masyarakat ?
3. Bagaimana pengkajian sosiologi agama mengenai Perkawinan Pada Gelahang pada
Masyarakat Bali ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujun yang ingin dicapai dalam penulisan paper ini yaitu:
1. Untuk mengetahui fungsi sosiologi agama di masyarakat
2. Untuk mengetahui makna sosiologi agama di masyarakat
3.Untuk mengetahui pengkajian sosiologi agama mengenai Perkawinan Pada
Gelahang pada Masyarakat Bali.
2
![Page 3: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/3.jpg)
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan paper ini yaitu:
1. Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai fungsi sosiologi agama
di masyarakat
2. Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai makna sosiologi agama
di masyarakat
3. Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengkajian sosiologi
agama mengenai Perkawinan Pada Gelahang pada Masyarakat Bali.
3
![Page 4: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Sosiologi Agama Bagi Masyarakat
Sebelum kita membahas mengenai fungsi dan makna sosiologi agama, ada baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari sosiologi agama itu sendiri. Berikut di bawah ini
beberapa pengertian sosiologi agama, antara lain :
1. Sosiologi agama adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara berbagai
kesatuan masyarakat, perbedaan atau masyarakat secara utuh dengan berbagai system
agama, tingkat dan jenis spesialisasi berbagai peranan agama dalam berbagai
masyarakat dan system keagamaan yang berbeda.
2. Sosiologi agama adalah studi tentang fenomena social, dan memandang agama sebagai
fenomena social. Sosiologi Aagama selalu berusaha untuk menemukan pinsip-prinsip
umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat.
3. Sosiologi Agama adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat
agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
4. Menurut Dr. H. Goddijn Sisologi Agama ialah bagian dari Sosiologi Umum (versi
Barat) yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profon dan positif yang menuju
pada pengetahuan umum, yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan
perubahan-perubahan kelompok kegamaan dan gejalah-gejalah kelompok kegamaan.
5. Sosiologi Agama ialah suatu cabang Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat
agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnnya.
Fungsi sosiologi agama yaitu memberikan kontribusi yang tidak kecil lagi bagi instansi
keagamaan. Sebagai sosiologi positif ia telah membuktikan daya gunanya dalam hal mengatasi
kesulitan-kesulitan yang muncul dalam masyarakat serta menunjukkan cara-cara ilmiah untuk
perbaikan dan pengembangan masyarakat, demikian juga sosiologi agama bermaksud membantu
para pemimpin agama dalam mengatasi masalah-masalah sosio-religius yang tidak kalah
beratnya dengan masalah-masalah social nonkeagamaan, memberikan pengetahuan tentang pola-
4
![Page 5: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/5.jpg)
pola interkasi social keberagamaan yang terjadi dalam masyarakat, membantu kita untuk
mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan dan perilaku keberagamaan kita dalam
kehidupan bermasyarakat, dengan bantuan sosiologi agama, kita akan semakin memahami nilai-
nilai, norma, tradisi dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat lain serta memahami perbedaan
yang ada. Tanpa hal itu, mejadi alas an untuk timbulnya konflik di antara umat beragama,
membuat kita lebih tanggap, kritis dan rasional untuk mengahadapi gejala-gejala social
keberagamaan masyarakat, serta kita dapat mengambil tindakan yang tepat dan akurat terhadap
setiap situasi social yang kita hadapi.
Menurut pandangan Durkheim, fungsi sosiologi agama adalah mendukung dan
melestraikan masyarakat yang sudah ada. Djamari berpendapat bahwa ada 2 implikasi sosiologi
agama bagi agama, yaitu:
1. Menambah pengertian tentang hakikat fenomena agama di beragai kelompok
masyarakat, maupun pada tingkat individu.
2. Suatu kritik sosiologis tentang peran agama dalam mayarakat dapat membantu kita
untuk menentukan masalah teologi yang mana yang paling berguna bagi masyarakat,
baik dalam arti sekuler maupun religious.
Dengan cara ini, sosiologi agama memberikan sumbangan kepada dialog kegamaan di
dalam masyarakat. Semua pelopor sosiologi Eropa, seperti Karl Marx, Weber, Durkheim, serta
Simmel berpendapat bahwa untuk mengerti masyarakat modern, seseorang harus mengerti peran
penting agama dalam masyarakat.
2.2 Makna Sosiologi Agama dalam Masyarakat
Sosiologi agama adalah cabang dan juga bagian vertikal dari sosiologi umum. Ia
merupakan suatu ilmu yang menduduki tempat yang “profan”. Ia bukan ilmu yang sakral: bukan
seperti ilmu teologi, tetapi ilmu profan, yang positif dan empiris yang dilakukan dan dibina oleh
sarjan sosial,entah orangnya suci atau tidak suci. Karena maksud ilmu tersebut bukan untuk
membuktikan kebenaran(objektivitas) ajaran agama, melainkan untuk mencari keterangan teknis
ilmiah mengenai hal ihwal masyarakat agama. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapatlah
dikatakan bahwa sosiologi agama mempunyai kedudukan yang sama tingginya dengan rumpun
ilmu sosial yang lain. Namun, bila dilihat sejarah kelahiran dan berkembangnya sosiologi agama
itu, maka ilmu ini lebih merupakan ilmu terpakai dari pada ilmu teoritas murni. Ia diciptakan
5
![Page 6: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/6.jpg)
oleh pendukung-pendukungnya untuk kepentingan praktis, antara lain untuk memecahkan
masalah sosio-religius yang timbul waktu di eropa akibat kurangnya pengetahuan tentang segi-
segi sosiologis kehidupan beragama. Sudah barang tentu bahwa keterangan ilmiah yang
merupakan hasil sementara dan masih bertambah jumlahnya, pada tahap berikutnya akan
merupakan bahan-bahan yang berguna untuk menyusun dan mengembangkan sosiologo agama
bercorak teori murni.
Jika kita lihat masyarakat Indonesia sebagai Negara yang agamis, dimana kehidupan
keagamaan masih memainkan peranan penting yang dominant bagi kehidupan bangsa dan
Negara, namun sebaliknya juga sering merupakan sumber ketegangan(konflik) yang membawa
banyak keresahan, maka kita dapat membuat suatu praduga yang kuat bahwa sosiologi agama
dapat lahir dan dibina dengan baik dan pecintanya, niscaya hal itu akan memberikan sumbangan
yang sangat berharga dan kehadirannya akan disambut dengan rasa gembira, baik oleh kalangan
sarjana ilmu sosial maupun kalangan pemerintah. Akan tetapi, itu baru praduga, suatu hipnotis
yang belum diuji kebenarannya secara aktual, karena memang belum ada ahli sosiologi yang
menangani masalah kehidupan agama dengan teknik yang memenuhi persyaratan ilmiah.
2.3 Pengkajian Sosiologi Agama Mengenai Perkawinan Pada Gelahang Pada Masyarakat
Bali
Ada beberapa istilah yang dipergunakan untuk menyebut bentuk perkawinan Pada
Gelahang seperti, perkawinan negen dua, mapanak bareng, negen dadua mepanak bareng, nadua
umah, makaro lemah, magelar warang, ada juga yang menyebutkan lumayan panjang seperti :
perkawinan nyentana (nyeburin) dengan perjanjian tanpa upacara mepamit. Apapun istilah yang
diperlukan pada dasarnya mengandung makna yang sama. Dalam konteks perkawinan yang
dilangsungkan umat hindu, istilah-istilah tersebut mengandung makna, perkawinan yang
dilangsungkan yang dilangsungkan sesuai ajaran agama hindu dan hukum adat Bali, yang tidak
termasuk perkawinan biasa (dikenal pula dengan sebutan “kawin keluar”) dan juga tidak
termasuk perkawinan nyentana (dikenal pula dengan sebutan kawin kejeburin atau “kawin
kedalam”), melainkan suami dan istri tetap berstatus kapurusadirumahnya masing-masing,
sehingga harus mengemban dua tanggug jawab dan kewajiban(swadarma), yaitu meneruskan
tanggugjawab istri dan juga meneruskan tanggug jawab suami, sekala maupun niskala, secara
6
![Page 7: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/7.jpg)
terus menerus atau dalam jangka waktu tertentu, tergantung dari kesepakatan pasangan suami
istri beserta keluarganya.
Menurut Ida Bagus Sudarsana, seorang tokoh Agama Hindu Dibali mengemukakan
bahwa "perkawinan dengan sistem makaro lemah atau madua umah ini sangat didasarkan oleh
kekerabatan yang sama, karena waris kewaris dikemudian hari. Perkawinan ini terjadi karena
dari kedua pihak keluarga sama-sama tidak memiliki keluarga pewaris yang lain yang berhak
serta berkewajiban pada masing-masing keluarga tersebut. Pada pewaris nanti diharapakan dari
keturunan sang pengantin diberikan hak dan kewajiban masing-masing. Perkawinan ini juga
berdasarkan cinta sama cinta, suka sama suka dan mendapat persetujuan dari kedua keluarga".
Walaupun dikenal banyak istilah untuk menyebut bentuk perkawinan ini, dalam uraian
selanjutnya akan dipergunakan perkawinan Pada Gelahang, yang berarti duenang sareng atau
“memiliki bersama”. Dipilihnya istilah ini disebabkan 2 hal yaitu :
1. Istilah ini mudah dimengerti karena sudah umum dipergunakan dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Istilah ini juga sejalan dalam salah satu prinsip dasar dalam mewujudkan kedamaian dalam
kehidupan bermasyarakat dibali, yaitu duenang sareng atau “memiliki bersama”, yang
mengandung makna “saling menghargai”. (Dr.Wayan P. Windia,SH.,M.SI, dkk,2008:23-26)
Faktor Penyebeb Perkawinan Pada Gelahang
Perkawinan Pada Gelahang oleh pasangan calon pengantin beserta keluarganya,
disebabkan karena pasangan calon pengantin terlahir sebagai anak tunggal dirumahnya masing-
masing, sehingga tidak mungkin melihat bentuk perkawinan biasa atau bentuk perkawinan
nyentana. Beberapa pasangan suami istri yang melangsungkan perkawinan Pada Gelahang
karena saudara kandungnya diyakini tidak mungkin mengurus dan meneruskan warisan yang
ditinggalkan oleh orang tuanya.
Berdasarkan beberapa contoh pasangan suami istri yang melangsungkan perkawinan
Pada Gelahang, dapat diketahui bahwa faktor yang membelakangi pasangan pengantin dan
keluarga sepakat melangsungkan perkawinan Pada Gelahang adalah :
7
![Page 8: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/8.jpg)
1. Adanya kekhwatiran warisan yang ditinggalkan oleh orang tua dan leluhur , baik yang
berwujud tanggug jawab atau kewajiban (swadharma) maupun hak (swadikara), tidak
ada yang mengurus dan meneruskan.
2. Adanya kesepakatan di antara calon pengantin beserta keluarganya, untuk
melangsugkan perkawinan Pada Gelahang.
3. Munculnya kekhwatiran bahwa warisan yang ditinggalakan oleh orang tua dan
leluhurnya tidak ada yang mengurus dan meneruskan, didasarkan atas dua hal. Pertama,
calon pasangan suami istri adalah anak tunggal dirumahnya masing-masing. Kedua.
Adanya keyakinan bahwa saudaranya yang lain, tidak mungkin mengurus dan
meneruskan warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya, karena sesuatu sebab tertentu
seperti : sakit yang tidak munfkin disembuhkan, tidak dikaruniai keturunan atau karena
sudah melangsungkan perkawinan biasa (kawin keluar).
Keberadaan perkawinan Pada Gelahang dilangsungkan di Bali, satu hal yang patut dicatat
adalah bahwa dari tahun ketahun pelaksanaan Pada Gelahang, senantiasa mengalami
peningkatan. Tim peneliti menduga, pada tahun mendatang jumlah pasangan suami istri yang
melilih bentuk perkawinan ini cendrung akan semakin meningkat. Munculnya kenyataan ini
disebabkan oleh beberapa hal.
Kemajuan dalam bidang pendidikan yang mendorong semakin tumbuhnya kesadaran
akan hak asasi manusia (HAM) dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, serta
semakin tumbuhnya kesadaran akan kesetaraan. (Dr.Wayan P. Windia,SH.,M.SI,2008:59-69 ).
Hal inilah yang dapat disebut sebagai analisis sosiologi dalam Agama Hindu, yaitu bagaimana
keterkaitan anatara fenomena social dengan eratnya ada dan budaya dalam agama.
8
![Page 9: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan yang penulis peroleh yaitu :
Sosiologi agama adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara berbagai kesatuan
masyarakat, perbedaan atau masyarakat secara utuh dengan berbagai system agama, tingkat dan
jenis spesialisasi berbagai peranan agama dalam berbagai masyarakat dan system keagamaan
yang berbeda.. Menurut pandangan Durkheim, fungsi sosiologi agama adalah mendukung dan
melestraikan masyarakat yang sudah ada. Sosiologi agama mempunyai kedudukan yang sama
tingginya dengan rumpun ilmu sosial yang lain. Namun, bila dilihat sejarah kelahiran dan
berkembangnya sosiologi agama itu, maka ilmu ini lebih merupakan ilmu terpakai dari pada ilmu
teoritas murni. Dan salah satu contoh analisis sosiologi agama hindu seperti dalam fenomena
perkawiana pada gelahang yaitu bagaimana keterkaitan anatara fenomena social dengan eratnya
ada dan budaya dalam agama.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu:
1. Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca dapat lebih mengetahui dan
memahami mengenai sosiologi agama, baik itu dari segi sejarah perkembangan sosiologi
agama, pengertian sosiologi agama, ataupun fungsi dan makna sosiologi agama tersebut.
2. Sistem Perkawinan Pada Gelahang hendaknya dapat dijadikan solusi di dalam sistem
perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali. Dan hendaknya masyarakat memiliki
pemikiran yang luas dan memahami persamaan gender di dalam Masyarakat Bali
9
![Page 10: sosiologi dalam perspektif hindu](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082202/56d6be001a28ab3016903474/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Kahmad, Dadang, 2000. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Ishomuddin, 2002. Pengantar Sosiologi Agama, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia-UMM Press.
http://ariantiyoulie.blogspot.com/2013/10/makalah-fungsi-dan-kontribusi-sosiologi.html
http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/11/sosiologi-agama-567568.html
10