Sosialisasi Pangan Lokal SDN Balung Kidul 02

30
SOSIALISASI PANGAN LOKAL DI SDN BALUNG KIDUL 02 KEC. BALUNG KABUPATEN JEMBER Disusun Oleh : Kelompok 3 Triska Dessy Kumalasari 121710101108 Faruq Fajar Sulton 121710101117 Anindhita Hapshari Fitria 121710101128 Willy Brodus Tri Hapsoro 121710101134 Iva Evanda Erna 121710101137

Transcript of Sosialisasi Pangan Lokal SDN Balung Kidul 02

SOSIALISASI PANGAN LOKAL DI SDN BALUNG KIDUL 02 KEC. BALUNGKABUPATEN JEMBER

Disusun Oleh : Kelompok 3Triska Dessy Kumalasari121710101108Faruq Fajar Sulton121710101117Anindhita Hapshari Fitria121710101128Willy Brodus Tri Hapsoro121710101134Iva Evanda Erna121710101137

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULATAS TEHKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER2014BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangSosialisasi yang kami lakukan bertempat di SDN Balung Kidul 02. Sasaran yang kami tuju adalah siswa SD, karena potensi makanan yang dikonsumsi mereka adalah nasi pecel. Hampir semua siswa mengkonsumsi nasi pecel sebagai sarapan mereka. Dimana kami mengenalkan pangan lokal yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dari pada nasi seperti ubi, singkong yang dapat dimodivikasi menjadi jajanan yang enak dan sehat.Saat ini Indonesia tidak sepenuhnya swasembada pangan, dalam arti tidak seluruh wilayah dapat memenuhi sendiri kebutuhan pangannya yang beraneka ragam, sehingga pada saat tertentu memerlukan impor. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2001 sekitar 203,5 juta jiwa dan pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 236,7 juta jiwa, serta permasalahan lain seperti kapasitas produksi panan Nasional yang semakin terbatas karena aktivitas ekonomi dan penciutan lahan karena alih fungsi. Selain hal tersebut juga data BAPENAS tahun 2002 di Indonesia terdapat 49,5 juta penduduk miskin yang memerlukan perhatian agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi lunturnya kegemaran sebagian masyarakat terhadap makanan tradisional Indonsia disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup, sosial budaya, perkembangan ekonomi dalam kehidupan masyarakat, di samping itu kebiasaan masyarakat terhadap makan di luar, gencarnya promosi dan tersedianya makanan asing di berbagai kota besar juga sebagai salah satu faktor mengapa masyarakat lebih menyukai makanan asing dari pada makanan kita sendiri. Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan ketentuan zat gizi yang cukup berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif. Oleh karena itu kami melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, khususnya anak-anak untuk mengenalkan berbagai macam produk pangan yang ada di Indonesia, sehingga mengharapkan mereka mampu mengaplikasikannya dengan cara mencintai produk dalam negeri dan mengurangi konsumsi produk impor.1.2Tujuan1. Menjelaskan pengertian impor, pangan lokal dan diversifikasi pangan.2. Menjelaskan kepada siswa siswi tujuan mengkonsumsi pangan lokal.3. Memberitahukan berbagai macam bahan pangan yang ada di Indonesia.4. Memberitahukan bahwa produk hasil pertanian dapat dimodivikasi.5. Meningkatkan kesadaran siswa siswi khususnya anak-anak untuk mau mengkonsumsi berbagai jenis produksi pangan di Indonesia.

1.3Manfaat1. Dapat memahami pengertian impor, pangan lokal dan diversifikasi pangan.2. Dapat mengetahui tujuan mengkonsumsi pangan lokal.3. Dapat mengetahui berbagai macam bahan pangan yang ada di Indonesia.4. Dapat mengetahui beberapa modivikasi dari produk hasil pertanian lokal.5. Dapat meningkatkan kesadaran audiens khususnya anak-anak untuk mau mengkonsumsi berbagai jenis produksi pangan di Indonesia.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Ketahanan Pangan2.1.1Definisi ketahanan panganDari diskusi Definisi ketahan pangan yaitu kondisi dimana terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sedangkan menurut studi pustaka yang dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator tentang ketahanan pangan. Berikut beberapa definisi ketahanan pangan, antara lain :1. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 : Kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.2. USAID (1992) : Kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif.3. FAO (1997) : Situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.4. FIVIMS (2005) : Kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.5. Mercy Corps (2007) : Keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.2.1.2Tujuan Ketahanan PanganDi Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1996, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yang diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.c. Terpenuhi pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.d. Terpenuhi pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.2.2DiVersifikasi Pangan2.2.1Definisi difersivikasi panganMenurut Kasryno, et al (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat.Diversifikasi pangan ini tercakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Dari aspek produksi, diversifikasi berarti perluasan spektrum komoditas pangan, baik dalam hal perluasan pemanfaatan sumber daya, pengusahaan komoditas maupun pengembangan produksi komoditas pangan. Dari sisi konsumsi, diversifiksi pangan mencakup aspek perilaku yang didasari baik oleh pertimbangan ekonomis seperti pendapatan dan harga komoditas, maupun non ekonomis seperti kebiasaan, selera dan pengetahuan. Pertemuan antara sektor produksi dan konsumsi tidak terlepas dari peranan pemasaran dan distribusi komoditas pangan tersebut. Demikian pula Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) diversifikasi ketersediaan pangan, dan (3) diversifikasi produksi pangan.2.2.2Tujuan Difersivikasi PanganDalam sistem konsumsi terdapat aspek penting yaitu difersivikasi. Difersivikasi pangan dimaksudkan untuk memperoleh keragaman zat gizi sekaligus melepas ketergantungan masyarakat atau satu jenis pangan pokok tertentu yaitu beras. Ketergantungan yang tinggi dapat memicu ketidakstabilan jika pasokan terganggu dan sebaliknya jika masyarakat menyukai pangan alternative maka ketidakstabilan akan dapat dijaga. Hasil pertanian dan budidaya pangan suatu daerah merupakan suatu asset ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu sangat tepat apabila sasaran pembangunan bidang pangan di Indonesia diantaranya adalah ; terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga, terwujudnya difersivikasi pangan serta terjamin keamanan pangan. 2.3Pola Konsumsi PanganPola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso, 2004). Keadaan kesehatan tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kuantitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat. Bila konsumsi baik kuantitasnya dan dalam jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. (Sediaoetama, 2006).2.4 AKG (Angka Kecukupan Gizi)AKG (Angka Kecukupan Gizi) adalah banyaknya zat gizi esensial yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang. Dari beberapa sumber literatur yang ada, pengertian kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan, agar terhindar dari munculnya gejala-gejala defisiensi. Nilai kebutuhan gizi tiap individu berbeda, antara lain tergantung dari faktor genetik. Sedangkan kecukupan gizi yang dianjurkan atau lebih dikenal dengan angka kecukupan gizi (AKG), merupakan terjemahan bebas dari Recommended Dietary Allowance (RDA), diartikan sebagai suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Karena AKG dimaksudkan hanya untuk golongan orang yang sehat, maka penyimpangan-penyimpangan khusus kebutuhan gizi sebagai akibat kelainan metabolisme (termasuk malnutrisi), perawatan khusus dan lainnya tidak diperhitungkan dalam Angka Kecukupan Gizi.2.5Pangan LokalPangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalam pengertian pangan adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman. Pengertian pangan di atas merupakan definisi pangan yang dikeluarkan oleh badan dunia untuk urusan pangan, yaitu Food and Agricultural Organization (FAO). sedangkan pangan lokal sendiri ialah pangan yang berasal dari daerah sendiri. Pangan local pada daerah tersebut yang dikonsumsi tergantung pada mindset seseorang, sehingga orang Indonesia hanya berfikir pada satu produk.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan TempatHari dan tanggal: Senin, 24 Februari 2014Tempat: SDN Balung Kidul 02Waktu: 08.30 10.30 WIBSasaran : Siswa Sekolah DasarJumlah: 40 Siswa 3.1 Cara Pelaksanaan1. Awal masuk kelas kami terlebih dahulu melakukan pembagian konsumsi, melakukan absen dan membagi kelompok .2. Sosialisasi dengan cara membagikan poster serta pemaparan materi dengan power point. Penjelasan tentang ketahanan pangan, diversifikasi pangan, dan pangan lokal. Pemaparan melibatkan anak SD yang berjumlah 40 orang dan 1 pembimbing. 3. Selanjutnya kami memberikan sesi tanya jawab kepada anak SD sehingga mereka dapat memahami hal hal yang belum diketahui. 4. Pada sesi terakhir kami melakukan game tebak pangan lokal dan puzle mengenai pangan local. Serta kami meberi seputar pengetahuan tentang beberapa khas jajanan dari Jawa antara lain : getuk, kelepon, onde-onde dan jubung jenang.

BAB 4. PEMBAHASAN

Sosialisasi ini dilakasanakan di SDN Balung Kidul 02 Kec.Balung, Kabupaten Jember. Kami datang kesana pada hari Senin, 24 Februari 2014 pada pukul 08:30 WIB.Sesampainya disana kami menyiapkan berbagai persiapan seperti persiapan viewer, pembagian poster, membagikan konsumsi kepada anak dengan tujuan pengenalan produk lokal karena konsumsi yang kami berikan merupakan jajanan yang terbuat dari bahan ubi ungu, dan mengkondisikan anak-anak supaya dapat fokus dengan materi yang kami berikan.Tujuan kami datang ke SDN Balung Kidul 02 adalah untuk mensosialisasikan pangan lokal kepada para siswa-siswa SD. Sosialisasi ini kami sampaikan dengan cara sederhana dan bahasa yang mudah dimengerti karena sasaran kami adalah anak-anak berusia dibawah 15 tahun. Pada awalnya kami menyampaikan contoh bahan-bahan produk lokal yang ada di Indonesia, seperti singkong, jagung, umbi dsb. Untuk lebih mudah memahami kepada mereka kami menunjukkan berbagai contoh makanan yang telah diberikan dan gambar produk lokal yang sudah terpampang pada poster yang telah kami persiapkan.Selanjutnya kami juga menanyakan apakah anak-anak suka makanan instan yang siap saji dan makanan yang saat ini sedang trend seperti pizza, hotdog, spagetty ? Tujuan kami menanyakan hal ini untuk memancing anak-anak supaya lebih terfokus pada topik yang sedang kami bicarakan. Mereka menjawab suka dengan makanan seperti itu, karena rasanya yang enak. Dengan jawaban yang demikian kami bisa menjelaskan lebih lanjut bahwa makanan yang mereka sukai adalah makanan impor, yaitu makanan yang dibeli dari negara lain. Pembelian yang seperti inilah yang menyebabkan pangan lokal yang ada di Indonesia kurang dimanfaatkan secara maksimal. Anak-anak sangat merespon dengan baik, mereka berantusias untuk lebih mengetahui berbagai macam makanan olahan yang berasal dari bahan lokal di Indonesia. Pada sesi tanya jawab, anak antusias untuk menanyakan produk olahan makanan lokal dan bagaimana cara pengolahannya. Anak-anak juga menanyakan bagaimana mencintai produk lokal dan tujuan mengkonsumsi pangan lokal.Tujuan mengkonsumsi pangan lokal salah satunya untuk melaksanakan diversifikasi pangan. Diversifikasi bertujuan untuk memperbaiki status gizi tidak hanya tergantung pada konsumsi makanan, tetapi juga tergantung pada pengadaan atau penyediaan dari pangan tersebut. Faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program untuk meningkatkan pangan dan gizi yang lebih baik.Secara keseluruhan, mengapa diversifikasi pangan kurang berhasil ? Pertama, beras mempunyai citra superior sehingga pemilihan atas beras mengungguli jagung, singkong, ubi jalar dan lainnya. Kedua, ketersediaan beras sepanjang waktu di berbagai wilayah lebih baik dibandingkan ketersediaan komoditas pangan lainnya. Ketiga, teknologi pengolahan beras menjadi nasi amat simpel dan menghasilkan citra rasa yang enak dan tidak membosankan. Kini diversifikasi pangan menjadi langkah yang tepat. Pola konsumsi pangan yang bermutu dan bergizi seimbang mensyaratkan perlu adanya diversifikasi pangan dalam menu sehari-hari. Pangan yang beragam amat penting karena tidak ada satu jenis makanan yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap. Melalui konsumsi yang beragam kekurangan gizi pada satu jenis makanan dapat dilengkapi oleh jenis makanan lainnya.Pada sesi terakhir kami kami melakukan game yaitu tebak pangan lokal dan puzle. Untuk yang menang atau yang kalah pun kami beri hadiah tetapi berbeda hadiahnya dengan yang menang. Tujuan kami melakukan tebak pangan lokal untuk menambah pengetahuan anak SD tentang pangan lokal yang ada didaerah jember, sedangkan untuk puzle untuk mengenalkan pangan lokal yang berasal dari daerah selintas Jawa seperi Mojokerto, Gresik, Gempol dan Yogyakarta.

BAB 5. PENUTUP

3.2 KesimpulanDari hasil sosialisasi tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1. Anak-anak lebih mengenal produk impor daripada produk lokal.2. Produk lokal kurang diminati karena kurangnya inovasi dari olahan yang dihasilkan.3. Anak-anak lebih memahami bahwa produk lokal merupakan makanan sehat dan bergizi.4. Anak-anak sudah mampu membedakan tentang jajanan kurang sehat disekitar mereka.3.3 SaranSosialisasi yang sudah dilakukan setidaknya ada tinjak lanjut agar masyarakat dari semua kalangan mengerti lebih jauh tentang faham pangan lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2001. Kebijakan Umum Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. BBKP. Deptan. Jakarta. Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta.F.A.O, 1997. Food and Agricultural Organization World Food summit. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, 1995. Penentuan Mutu Skor Konsumsi Pangan Menuju Pola Pangan Harapan (PPH). Kantor Menpangan, Jakarta.Jalal, F. 1996. Gizi dan kualitas hidup. Makalah disampaikan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Serpong, 17-20 Februari 1998 Kementerian Pertanian. 2009. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Jakarta Kementerian Pertanian. 2010. Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian 2009. JakartaMercy Corps Indonesia. 2007. Healthy Start Project Developing a model toimprove breastfeeding in Indonesia 3rd annual report. Jakarta : Mercy corps. Pdf file. Diunduh tanggal 16 Januari 2013Suhardjo. 1998. Sosio Budaya Gizi. PAU Pangan & Gizi. IPB Bogor LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Pembagian konsumsi, absensi peserta dan pembagian kelompok.

Gambar 2. Penyampaian materi

Gambar 3. Game dan seputar pengetahuan

T

Gambar 4. Sesi tanya jawab

Gambar 5. Produk kami dari olahan ubi unguDAFTAR HADIR

NoKelasNamaKehadiran

HadirTidak

1III ATika-

2Isma -

3Siti-

4Dini-

5Ida-

6Wahyu-

7Faruq-

8Wildan -

9III BDafa-

10Fais-

11Dani-

12Jenlani-

13Rahit-

14Neni-

15Navis-

16Siti muamanah-

17Nela -

18IVNafila -

19Nadila -

20Iza-

DAFTAR HADIR

NoKelasNamaKehadiran

HadirTidak

21IVMashila-

22Riski-

23Ayub-

24Ayus-

25Rojikin-

26Rio-

27M. Irfan-

28VTika-

29Via-

30Sela-

31Anna-

32Rani-

33Noviana-

34Novianti-

35Alfin-

36Lutfi-

37Abid-

38Ibnu-

39Aliwafa -

40Faisol -