Sosial Budaya
-
Upload
atika-lailana-qomarianty -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
description
Transcript of Sosial Budaya
1
Sosial Budaya dalam
Kesehatan
Dr. Wening Sari, MKes
2
Kebudayaan ?
Sosial Budaya?
3
4
5
Demam dan kejang disebabkan oleh
makhluk halus “kesambet”
Kebiasaan buang air besar di sungai
Bayi / balita diare :
Salah makan
Air susu ibu basi
Anak mau tambah pintar
Makan ikan laut
6
Kasus
Ny. X, 26 tahun, datang ke Puskesmas untuk
periksa kehamilannya yang saat ini berusia 32
minggu. Berdasarkan anamnesis diperoleh
informasi bahwa pola makan Ny. X sudah baik,
namun ia sangat suka makanan yang asin. Ny.
X tidak suka berolah raga sehingga sering
pusing.
Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
160/100 mmHg dan edema pada kedua tungkai
bawah.
7
Dokter menyampaikan bahwa Ny. X harus
dirujuk ke rumah sakit kabupaten karena
hipertensi pada kehamilan membahayakan
keselamatan ibu dan janin.
Ny. Xmengatakan bahwa ia harus
membicarakannya dengan suami dan
keputusannya tergantung pada suami.
8
Konsep Kebudayaan
Aspek ideal (tidak nyata) dari perilaku
Merupakan gagasan-gagasan, pikiran-
pikiran, nilai-nilai, norma-norma,
kepercayaan, pemaknaan dasar yang
mempengaruhi / melandasi munculnya
perilaku
BUKAN hanya mitos, adat-istiadat, tradisi,
tari-tarian
9
Sosial-Budaya
Pengertian dasar: masyarakat & kebudayaan
Masyarakat: tingkat sosial, perilaku, tindakan
dapat diamati langsung
Kebudayaan: ide, pikiran, pengetahuan, nilai,
keyakinan tidak dapat diamati langsung,
melalui wawancara
10
Derajat Kesehatan Masyarakat
Hasil dari perpaduan :
Lingkungan
Perilaku
Keturunan (populasi, distribusi penduduk)
Pelayanan kesehatan
Paling besar pengaruhnya : lingkungan &
perilaku
11
Perilaku & Kebudayaan
Perilaku kesehatan seseorang terkait :
Pengetahuan
Kepercayaan,
Nilai & norma dalam lingkungan sosialnya,
berkenaan dengan
Etiologi
Terapi Penyakit
Pencegahan
kebudayaannya masing-masing
12
Konsep Sehat – Sakit (1)
Sehat : a state of complete physical, mental and social well being, not only merely absence of disease or infirmity (WHO, 1983)
UU No 23 1992 : kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi
Konsep sehat dan sakit merupakan kondisi individu dan kelompok sosial yang dinamis, selalu dalam keadaan berubah-ubah yang bisa diamati pada masa yang relatif panjang (lahir- lansia) dan singkat (hari – minggu)
13
Konsep Sehat – Sakit (2)
Seseorang dapat menentukan kondisinya baik
(sehat):
Bila ia tidak merasakan terjadinya kelainan fisik
ataupun psikis.
Kalau pun ia menyadari adanya kelainan tetapi tidak
terlalu menimbulkan perasaan sakit / tidak
dipersepsikan memerlukan perhatian medis khusus
(sembuh sendiri)
Ia dapat menjalankan peranan-peranan sosialnya
sehari-hari seperti biasa
14
Konsep Sehat – Sakit (3)
Pada saat kegiatan menjalankan peran-
peranan sosial tersebut mulai terganggu,
barulah pengakuan bahwa Ia tidak sehat
(sakit) diikuti usaha mencari pengobatan
Persepsi ini tidak hanya ditentukan oleh
individu tsb, namun juga berlangsung dalam
jaring sosialnya; dalam kerabat, tetangga,
teman kerja
15
Perubahan Kebudayaan
Setiap kebudayaan selalu mengalami
perubahan / berada dalam proses
perubahan, cepat atau lambat
Makin mendalam kontak-kontak kebudayaan
atau komunikasi-komunikasi gagasan baru
makin pesat berlangsung nya proses
perubahan
16
Faktor Penghambat
Perubahan (1)
Etiologi & perawatan penyakit
~ Ada kepercayaan penyakit disebabkan sesuatu yang gaib sehingga penanganan nya bersifat ilmu gaib dukun
~ Ketidaktahuan & ketidakmengertian tentang kuman / penyakit diagnosa dukun meleset pasien terlambat dibawa ke dokter pasien tidak tertolong “mati ditangan dokter”
17
Faktor Penghambat Perubahan
(2)
Konsep Jodoh
Dukun atau dokter yang menyembuhkan pasien adalah jodoh pasien tsb
Ada penyakit yang mudah dicarikan jodohnya, ada yang sukar
Penderita dengan infeksi parah berharap segera sembuh mencari ‘jodohnya’ mengganggu perawatan yang sedang dilakukan dokter
18
Faktor Penghambat Perubahan
(3)
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan terhadap perawatan medis yang dipilih dilakukan oleh anggota2 kerabat dewasa, kawan,tetangga
Makin parah suatu penyakit, makin diperlukan nasehat2 dari pihak luar
Tidak selalu nasehat yang diberikan menguntungkan pasien
19
Faktor Penghambat Perubahan
(4)
Dukun & Tokoh desa
Dukun, tokoh pemerintahan desa, tokoh agama, guru, tokoh adat memegang peranan penting dalam kehidupan komunitas masyarakat desa
Perbedaan prioritas
~ Prioritas kesehatan bersaing dengan prioritas ekonomi, rumah tangga, kekerabatan, pendidikan anak prioritas utama : pemenuhan kebutuhan hidup
~ Perbedan prioritas kebutuhan antara tenaga kesehatan & masyarakat
20
Faktor Penghambat Perubahan
(5)
Hubungan dokter-pasien
Masing-masing mempunyai pengharapan-kewajiban-latar belakang kebudayaan sendiri-sendiri
Sering asimetris dokter sbg atasan dan pasien sbg bawahan pasien tdk mengerti sebab-sebab penyakitnya dan cara mencegahnya karena kurang / tidak dikomunikasikan oleh dokter, ada hambatan bahasa, budaya
21
Faktor Pendukung Perubahan
(1)
Pragmatis
Masyarakat akan mengesampingkan kepercayaan
dan cara-cara perawatan tradisional yang tidk efektif
jika merasakan langsung manfaat perawatan medis
modern
Penyakit supra-alamiah ke dukun, yang non
supra-alamiah dokter
Dukun merujuk ke dokter kalau menurut
pengetahuannya penyakit pasien yg dihadapi hanya
dapat disembuhkan oleh dokter.
22
Faktor Pendukung Perubahan
(2)
Pola perawatan
Seseorang sakit pengobatan sendiri (obat
modern bebas / obat tradisional) tidak
sembuh memperkirakan asal penyakit
supra-alamiah ke dukun, non supra-alamiah
ke dokter
Pengobatan sendiri tidak berhasil dokter
dokter ahli di kota dukun
23
Faktor Pendukung Perubahan
(3)
Sikap positif tokoh masyarakat
Dukun, tokoh formal, informal terbuka terhadap program kesehatan modern dapat memberikan masukan pada masyarakatnya
Pemanfaatan dukun
~ Masyarakat masih belum bisa lepas dari Dukun bayi (paraji)
~ Pembinaan & pendataan dukun bayi oleh Puskesmas mereka dapat menolong persalinan dengan pengetahuan medis yang mereka peroleh dari pembinaan tsb
24
K.B.K
Area kompetensi: Komunikasi efektif antara
dokter & pasien
Komunikasi efektif berorientasi pada
penerima pesan: pasien, keluarga,
masyarakat
25
Aspek Sosial Budaya pada
Pendidikan Kedokteran
PBL mahasiswa harus bisa
mengidentifikasi, mengakses, mengelola
ilmu pengetahuan sesuai kebutuhan pasien
Tidak hanya mendalami ilmu kedokteran saja
belajar: penanggulangan pasien sebagai
kesatuan yang utuh bio-psiko-sosial-budaya
26
Pasien tidak sendiri bagian dari
komunitas terkecil (keluarga) tidak sendiri
bagian dari masyarakat & lingkungan
Dokter jangan melihat aspek klinik saja
latar belakang mengapa menjadi sakit seperti
itu
27
Tujuan (Harapan)
Membantu melihat/menangkap hubungan
interaksi antar manusia serta manusia-
lingkungan
Mendorong kemampuan mengenali aspek
sosial budaya
Mendorong perubahan mindset (pola pikir)
28
KEPUSTAKAAN
Foster GM, Gallatin B (2005). Antropologi Indonesia. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta
Kalangie NS, (1994) Kebudayaan dan kesehatan – Pengembangan pelayanan kesehatan primer melalui pendekatan sosial budaya. Megapoin. Jakarta
Siregar L. 2002. Antropologi dan Konsep Kebudayaan http://www.papuaweb.org/uncen/dlib/jr/antropologi/01-01/jurnal.pdf
Soejoeti S.Z. 2005. Konsep sehat, sakit, dan Penyakit dalam konteks Sosial Budaya. Cermin Dunia Kedokteran:149;49-52 http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_149_Sehatsakit.pdf/14_149_Sehatsakit.html
29
Happy Learning…