Sos dak 2012 sarpras daerah tertinggal

41
KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH TERTINGGAL Oleh : Ir. Simon L. Himawan, MA Kepala Biro Perencanaan dan KLN, KPDT Disampaikan dalam Rapat Sosialisasi Kebijakan DAK 2012 Diselenggarakan oleh Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Jakarta, 22-23 November 2011 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA

description

 

Transcript of Sos dak 2012 sarpras daerah tertinggal

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH TERTINGGAL

Oleh :Ir. Simon L. Himawan, MA

Kepala Biro Perencanaan dan KLN, KPDT

Disampaikan dalam Rapat Sosialisasi Kebijakan DAK 2012Diselenggarakan oleh Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan

Jakarta, 22-23 November 2011

KEMENTERIANPEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

REPUBLIK INDONESIA

OUTLINE PAPARANI. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAERAH TERTINGGAL

A. PETA DAERAH TERTINGGAL DAN PULAU TERLUARB. KEMISKINANC. IPMD. IPDRB/KAPITAE. FISKAL

II. DAERAH TERTINGGAL SEBAGAI PRIORITAS NASIONALIII. EVALUASI PELAKSANAAN DAK SARANA DAN PRASARANA PERDESAAN 2011IV. KEBIJAKAN DAK BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH TERTINGGAL

2012A. PERUBAHAN NUMENKLATUR BIDANG DAK-SPPDT 2012B. ARAH KEBIJAKAN DAK BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH TERTINGGAL 2012

1. ARAH KEBIJAKAN 2. TUJUAN3. SASARAN4. LINGKUP KEGIATAN5. INDIKATOR KINERJA6. INDIKATOR TEKNIS7. FORMULA PERHITUNGAN INDEKS TEKNIS8. SKPD PELAKSANA DI DAERAH9. MASUKAN UNTUK KOORDINASI PELAKSANAAN DAK DI PUSAT DAN DAERAH

2

I. KONDISI SOSIAL EKONOMI

DAERAH TERTINGGAL

PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DAN PULAU TERLUAR DI INDONESIA

1000 0 1000 2000 Kilometers

N

EW

S

DAERAH TERTINGGAL

DAERAH MAJU

PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA

Keterangan :

1. Jumlah pulau terluar 92 pulau (Perpres 78 Tahun 2005)

2. Di daerah tertinggal 66 Pulau terluar (71,7%), 25 pulau berpenghuni dengan jumlah penduduk 71.431 jiwa (BPS,2008)

3. Pulau terluar di daerah tertinggal tersebar di 23 kabupaten pada 14 provinsi.

4

55

SEBARAN DAERAH TERTINGGAL MENURUT PULAU

SUMATERA; 46

JAWA; 9

KALIMANTAN;

16NUSA TENGGARA; 28

SULAWESI; 34

MALUKU; 15

PAPUA; 35

No Wilayah Jumlah Kab %

1. SUMATERA 46 25%

2. JAWA & BALI 9 5%

3. KALIMANTAN 16 9%

4. SULAWESI 34 19%

5. NUSA TENGGARA 28 15%

6. MALUKU 15 8%

7. PAPUA 35 19%

JUMLAH 183 100%

Wilayah Jumlah Kab %

KBI 55 30%

KTI 128 70%

JUMLAH 183 100%

KBI; 55;

30%

KTI; 128; 70%

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KABUPATEN TERTINGGAL/ NON TERTINGGAL PADA TAHUN 2005-2008 , DAN TARGET TAHUN 2014.

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

0

5

10

15

20

25

30

14.6 13.9 14.5 13.4

26.1 26.9 26.4 23.3

21.4 Target rata2 Daerah Tert-inggal 14,2% 16.7 16.4 16.6 15.4

14.2

Tarrget na-sional (max

10%)

Rata2 % Penduduk Miskin Kab/Kota Non Dating

Rata2 % Penduduk Miskin Kab. Dating

% Miskin Nasional

%

Grafik 1 : Target ProyeksiAngka Kemiskinan

• Untuk mewujudkan target tingkat kemiskinan di daerah tertinggal sebesar 14,2 persen pada tahun 2014 diperlukan pengurangan tingkat kemiskinan sebesar 7,2 persen selama 5 tahun, atau rata-rata berkurang sebesar 1,44 persen setiap tahun.

• Berdasarkan rata-rata penurunan tingkat kemiskinan eksisting hanya sebesar 0,69 persen, maka diperlukan selama 11 tahun (dari tahun 2009) untuk mewujudkan target Tingkat Kemiskinan 14,2 persen. (Grafik 1) 6

TELUK BINTUNISUPIORI

KEP. ARUMTB, MALUKUSUMBA BARAT

SAMPANGTTS, NTT

BANGKALANLAMPUNG UTARA

PIDIE JAYANASIONAL

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

51.950.7

38.837.2

35.431.9

31.130.5

29.028.0

14.2

%

Grafik 2 (bar) : AngkaKemiskinan di beberapa

Dating (bps, 2009)

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KABUPATEN TERTINGGAL/ NON TERTINGGAL PADA TAHUN 2005-2008 , DAN TARGET TAHUN 2014.

• Sebanyak 78 % daerah tertinggal berada di atas tingkat kemiskinan Nasional (14,15%) (Grafik 3)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1800

10

20

30

40

50

60

%

Grafik 3(Scatter) : Sebaran Dating Menurut Tingkat Kemiskinan

7

PERKEMBANGAN IPM ANTAR KELOMPOK DAERAH TERTINGGAL DAN NON TERTINGGAL (PERIODE 2004-2008)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 201460

62

64

66

68

70

72

74

70.5 71.2 71.8 72.3

64.6 65.4

66.1 65.9

Target Rata-rata

IPM 72,2

69.6 70.1 70.6 71.2

Rata2 IPM Kab/Kota Non DatingRata2 IPM Kab. Dating

IPM Nasional

•Rata-rata IPM daerah maju dan daerah tertinggal menunjukkan perkembangan divergen (melebar) kesenjangan kesejahteraan masyarakat meningkat

•Rata-rata IPM daerah Tertinggal menunjukkan tren menurun dalam periode 2007-2008, disebabkan Daerah Otonomi Baru (DOB) dengan IPM lebih rendah dari kabupaten induknya.

•Untuk mewujudkan target pencapaian IPM 72,2 pada tahun 2014 diperlukan akselerasi dengan rata-rata peningkatan sebesar 1,05 per tahun sementara peningkatan rata-rata IPM eksisting hanya sebesar 0,43, sehingga diperlukan selama 14 tahun (dari tahun 2008) untuk mewujudkan target IPM 72,2..

8

Grafik (line) : Trend Angka IPM (2009-2014)

PERKEMBANGAN RATA-RATA PDRB PERKAPITA ANTAR KELOMPOK DAERAH TERTINGGAL DAN NON TERTINGGAL (PERIODE 2004-2008)

2004 2005 2006 2007 2008 -

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

6,910.617,258.00 7,549.87 7,848.36 8,119.39

4,646.065,007.81 4,939.90 5,099.12 5,298.63

6,136.616,495.16 6,567.12 6,821.81 7,055.65

Rata2 PDRB Perkapita Kab/Kota Non Dating (ADHK)

Rata2 PDRB Perkapita Kab. Dating (ADHK)

Rata2 PDRB Perkapita Total Kab/Kota (ADHK)

• Disparitas PDRB per kapita antar rata-rata PDRB perkapita daerah maju dengan rata-rata PDRB perkapita daerah tertinggal cenderung meningkat KESENJANGAN MENINGKAT

• Upaya mengurangi kesenjangan antar wilayah masih perlu ditingkatkan PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

9

DAERAH MAJU DENGAN PAD BESAR DAN DAK DIATAS RATA-RATA NASIONAL (APBD 2010)

JUTAAN RUPIAH

NO 5 KABUPATEN DG DAK TINGGI APBD PAD DAU DAK

@ RATA RATA DAERAH MAJU 716.172,- 57.324,- 406.085,- 47.557,-@ RATA RATA DAERAH TERTINGGAL 486.566,- 22.680,- 315.047,- 44.905,-

1 Kab. Bogor 2.128.453,- 370.459,- 1.115.704,- 143.081,- 2 Kab. Bandung 1.759.861,- 165.287,- 1.086.282,- 118.904,- 3 Kab. Cianjur 1.246.777,- 108.386,- 877.994,- 101.270,- 4 Kab. Magelang 886.037,- 78.651,- 604.522,- 100.912,- 5 Kab. Cilacap 1.204.549,- 126.058,- 793.267,- 100.844,-

NO 5 KABUPATEN DG DAK TERENDAH APBD PAD DAU DAK

@ RATA RATA DAERAH MAJU 716.172,- 57.324,- 406.085,- 47.557,-@ RATA RATA DAERAH TERTINGGAL 486.566,- 22.680,- 315.047,- 44.905,-1 Kab. Sabu Raijua, NTT 117.910,- 1.105,- 64.261,- 30.086,- 2 Kab. Maybrat, Papua 209.116,- 0,- 115.710,- 36.911,-3 Kab. Kepulauan Morotai, Malut 175.707,- 1.550,- 76.154,- 26.903,- 4 Kab. Kepulauan Mentawai 371.066,- 26.285,- 287.490,- 29.631,- 5 Kab. Tambrauw, Papua Barat 142.842,- 56,- 71.861,- 29.400,-

Sumber : djpk.depkeu.go.id (Data diolah)10

PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DAN PULAU TERLUAR DI INDONESIA

1000 0 1000 2000 Kilometers

N

EW

S

DAERAH TERTINGGAL

DAERAH MAJU

PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA

Keterangan :

1. Jumlah pulau terluar 92 pulau (Perpres 78 Tahun 2005)

2. Di daerah tertinggal 66 Pulau terluar (71,7%), 25 pulau berpenghuni dengan jumlah penduduk 71.431 jiwa (BPS,2008)

3. Pulau terluar di daerah tertinggal tersebar di 23 kabupaten pada 14 provinsi.

11

1212

SEBARAN DAERAH TERTINGGAL MENURUT PULAU

SUMATERA; 46

JAWA; 9

KALIMANTAN;

16NUSA TENGGARA; 28

SULAWESI; 34

MALUKU; 15

PAPUA; 35

No Wilayah Jumlah Kab %

1. SUMATERA 46 25%

2. JAWA & BALI 9 5%

3. KALIMANTAN 16 9%

4. SULAWESI 34 19%

5. NUSA TENGGARA 28 15%

6. MALUKU 15 8%

7. PAPUA 35 19%

JUMLAH 183 100%

Wilayah Jumlah Kab %

KBI 55 30%

KTI 128 70%

JUMLAH 183 100%

KBI; 55;

30%

KTI; 128; 70%

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KABUPATEN TERTINGGAL/ NON TERTINGGAL PADA TAHUN 2005-2008 , DAN TARGET TAHUN 2014.

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

0

5

10

15

20

25

30

14.6 13.9 14.5 13.4

26.1 26.9 26.4 23.3

21.4 Target rata2 Daerah Tert-inggal 14,2% 16.7 16.4 16.6 15.4

14.2

Tarrget na-sional (max

10%)

Rata2 % Penduduk Miskin Kab/Kota Non Dating

Rata2 % Penduduk Miskin Kab. Dating

% Miskin Nasional

%

Grafik 1 : Target ProyeksiAngka Kemiskinan

• Untuk mewujudkan target tingkat kemiskinan di daerah tertinggal sebesar 14,2 persen pada tahun 2014 diperlukan pengurangan tingkat kemiskinan sebesar 7,2 persen selama 5 tahun, atau rata-rata berkurang sebesar 1,44 persen setiap tahun.

• Berdasarkan rata-rata penurunan tingkat kemiskinan eksisting hanya sebesar 0,69 persen, maka diperlukan selama 11 tahun (dari tahun 2009) untuk mewujudkan target Tingkat Kemiskinan 14,2 persen. (Grafik 1) 13

TELUK BINTUNISUPIORI

KEP. ARUMTB, MALUKUSUMBA BARAT

SAMPANGTTS, NTT

BANGKALANLAMPUNG UTARA

PIDIE JAYANASIONAL

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

51.950.7

38.837.2

35.431.9

31.130.5

29.028.0

14.2

%

Grafik 2 (bar) : AngkaKemiskinan di beberapa

Dating (bps, 2009)

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KABUPATEN TERTINGGAL/ NON TERTINGGAL PADA TAHUN 2005-2008 , DAN TARGET TAHUN 2014.

• Sebanyak 78 % daerah tertinggal berada di atas tingkat kemiskinan Nasional (14,15%) (Grafik 3)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1800

10

20

30

40

50

60

%

Grafik 3(Scatter) : Sebaran Dating Menurut Tingkat Kemiskinan

14

PERKEMBANGAN IPM ANTAR KELOMPOK DAERAH TERTINGGAL DAN NON TERTINGGAL (PERIODE 2004-2008)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 201460

62

64

66

68

70

72

74

70.5 71.2 71.8 72.3

64.6 65.4

66.1 65.9

Target Rata-rata

IPM 72,2

69.6 70.1 70.6 71.2

Rata2 IPM Kab/Kota Non DatingRata2 IPM Kab. Dating

IPM Nasional

•Rata-rata IPM daerah maju dan daerah tertinggal menunjukkan perkembangan divergen (melebar) kesenjangan kesejahteraan masyarakat meningkat

•Rata-rata IPM daerah Tertinggal menunjukkan tren menurun dalam periode 2007-2008, disebabkan Daerah Otonomi Baru (DOB) dengan IPM lebih rendah dari kabupaten induknya.

•Untuk mewujudkan target pencapaian IPM 72,2 pada tahun 2014 diperlukan akselerasi dengan rata-rata peningkatan sebesar 1,05 per tahun sementara peningkatan rata-rata IPM eksisting hanya sebesar 0,43, sehingga diperlukan selama 14 tahun (dari tahun 2008) untuk mewujudkan target IPM 72,2..

15

Grafik (line) : Trend Angka IPM (2009-2014)

PERKEMBANGAN RATA-RATA PDRB PERKAPITA ANTAR KELOMPOK DAERAH TERTINGGAL DAN NON TERTINGGAL (PERIODE 2004-2008)

2004 2005 2006 2007 2008 -

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

6,910.617,258.00 7,549.87 7,848.36 8,119.39

4,646.065,007.81 4,939.90 5,099.12 5,298.63

6,136.616,495.16 6,567.12 6,821.81 7,055.65

Rata2 PDRB Perkapita Kab/Kota Non Dating (ADHK)

Rata2 PDRB Perkapita Kab. Dating (ADHK)

Rata2 PDRB Perkapita Total Kab/Kota (ADHK)

• Disparitas PDRB per kapita antar rata-rata PDRB perkapita daerah maju dengan rata-rata PDRB perkapita daerah tertinggal cenderung meningkat KESENJANGAN MENINGKAT

• Upaya mengurangi kesenjangan antar wilayah masih perlu ditingkatkan PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

16

DAERAH MAJU DENGAN PAD BESAR DAN DAK DIATAS RATA-RATA NASIONAL (APBD 2010)

JUTAAN RUPIAH

NO 5 KABUPATEN DG DAK TINGGI APBD PAD DAU DAK

@ RATA RATA DAERAH MAJU 716.172,- 57.324,- 406.085,- 47.557,-@ RATA RATA DAERAH TERTINGGAL 486.566,- 22.680,- 315.047,- 44.905,-

1 Kab. Bogor 2.128.453,- 370.459,- 1.115.704,- 143.081,- 2 Kab. Bandung 1.759.861,- 165.287,- 1.086.282,- 118.904,- 3 Kab. Cianjur 1.246.777,- 108.386,- 877.994,- 101.270,- 4 Kab. Magelang 886.037,- 78.651,- 604.522,- 100.912,- 5 Kab. Cilacap 1.204.549,- 126.058,- 793.267,- 100.844,-

NO 5 KABUPATEN DG DAK TERENDAH APBD PAD DAU DAK

@ RATA RATA DAERAH MAJU 716.172,- 57.324,- 406.085,- 47.557,-@ RATA RATA DAERAH TERTINGGAL 486.566,- 22.680,- 315.047,- 44.905,-1 Kab. Sabu Raijua, NTT 117.910,- 1.105,- 64.261,- 30.086,- 2 Kab. Maybrat, Papua 209.116,- 0,- 115.710,- 36.911,-3 Kab. Kepulauan Morotai, Malut 175.707,- 1.550,- 76.154,- 26.903,- 4 Kab. Kepulauan Mentawai 371.066,- 26.285,- 287.490,- 29.631,- 5 Kab. Tambrauw, Papua Barat 142.842,- 56,- 71.861,- 29.400,-

Sumber : djpk.depkeu.go.id (Data diolah)17

II. DAERAH TERTINGGAL SEBAGAI

PRIORITAS NASIONAL

18

PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL MERUPAKAN PRIORITAS NASIONAL DAN BIDANG , RPJMN 2010-2014

BUKU 1Prioritas Nasional

BUKU 2Prioritas Bidang

11 Prioritas Nasional:1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola2. Pendidikan3. Kesehatan4. Penanggulangan Kemiskinan5. Ketahanan Pangan6. Infrastruktur7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha8. Energi9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan

Bencana10.Daerah Tertinggal, Terdepan,

Terluar, & Pasca-konflik11. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi

Teknologi

Prioritas Lainnya :1. Bidang Politik, Hukum dan Keamanan2. Bidang Perekonomian3. Bidang Kesejahteraan Rakyat

11 Bidang :1. Kebijakan pengarusutamaan dan

lintas bidang2. Pembangunan sosial budaya dan

kehidupan beragama3. Ekonomi4. Ilmu pengetahuan dan teknologi5. Sarana dan prasarana6. Politik

Sub bidang : politik dalam negeri dan komunikasiPrioritas sub bidang : pelembagaan demokrasi

7. Pertahanan dan keamanan8. Hukum dan aparatur9. Wilayah dan tata ruang

Prioritas Bidang : Pembangunan Daerah Tertinggal

10. Sumber daya alam dan lingkungan hidup

11. Sistem pendukung manajemen pembangunan nasional

19

1. PENGENTASAN DAERAH TERTINGGAL SEDIKITNYA 50 KABUPATEN;

2. IPM = 72,2 (sekarang 67,7);

3. PERTUMBUHAN EKONOMI = 7,1 % (sekarang 6,6 %);

4. PENDUDUK MISKIN =14,2 % (sekarang 18,8 %);

5. PENGANGGURAN TURUN sebesar 2,2% per tahun

PRIORITAS 10 : DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK

TARGET PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL HINGGA TAHUN 2014:

substansi inti yang dilakukan oleh KPDT :“Pengembangan kebijakan dan koordinasi pembangunan dibidang ekonomi, kualitas sumber daya manusia, infrastruktur di daerah tertinggal”

20

III. EVALUASI PELAKSANAAN DAK BIDANG SARANA DAN

PRASARANA PERDESAAN TAHUN 2011

21

1. Keterlambatan Sosialisasi JUKNIS• Keterlambatan sosialisasi JUKNIS oleh KPDT (Bulan Maret 2011);

2. Menu kegiatan dalam JUKNIS terlalu sempit• Kebutuhan dan harapan daerah tertinggal sangat besar dan beragam,

sementara pilihan menu kegiatan DAK SPP terbatas

3. SKPD pelaksana• SKPD pelaksana yang ditunjuk oleh Bupati ada yang tidak sesuai dengan

kebutuhan kegiatan, seperti:• Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa;• Dinas Pekerjaan Umum/Kimpraswil;• Sekretaris Daerah.

4. Pemda kesulitan dalam melaksanakan mekanisme hibah kepada pengelola

5. Rendahnya kepatuhan daerah dalam menyampaikan pelaporan pelaksanaan DAK-SPDT

PERMASALAHAN PELAKSANAAN DAK-SARANA DAN PRASARANA PERDESAAN TAHUN 2011

KEPATUHAN DAERAH DALAM PELAPORAN DAK TAHUN 2008 - 2010

90%

29%

22%

17%

8% 8%7% 6% 5% 4%

92%

90%

83%

80%

56%

55%

40%

29%

29%

22%

20%

17%

17%

15%

8% 8%6% 4% 4% 3%

100%

100%

100%

93%

88%

88%

75%

71%

71%

67%

67%

67%

63%

56%

50%

50%

40%

38%

33%

25%

22%

18%

17%

17%

8% 8% 8% 7% 3%

Sum

ater

a Bar

atAc

ehBa

ngka

Bel

itung

Jam

biSu

law

esi T

enga

hLa

mpu

ngKa

liman

tan

Teng

ahSu

mat

era S

elat

anJa

wa

Tim

urSu

law

esi S

elat

anJa

wa

Teng

ahSu

mat

era B

arat

D.I.

Yogy

akar

taKa

liman

tan

Teng

ahM

aluk

u U

tara

Nus

a Ten

ggar

a Ba

rat

Kalim

anta

n Ba

rat

Aceh

Kalim

anta

n Se

lata

nBa

ngka

Bel

itung Ba

liJa

mbi

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Ten

ggar

aLa

mpu

ngJa

wa

Tim

urSu

mat

era S

elat

anSu

law

esi S

elat

anPa

pua

Sum

ater

a Uta

raJa

wa

Teng

ahN

usa T

engg

ara

Bara

tSu

law

esi U

tara

Kalim

anta

n Te

ngah

Sula

wes

i Sel

atan

Bang

ka B

elitu

ngM

aluk

uKa

liman

tan

Sela

tan

Gor

onta

loLa

mpu

ngKa

liman

tan

Tim

urSu

law

esi B

arat

Sum

ater

a Sel

atan

Sum

ater

a Uta

ra Bali

Mal

uku

Uta

raKa

liman

tan

Bara

tAc

ehD.

I. Yo

gyak

arta

Kepu

laua

n Ri

auBa

nten

Beng

kulu

Jam

biSu

law

esi T

enga

hRi

auJa

wa

Tim

urSu

law

esi T

engg

ara

Jaw

a Ba

rat

Papu

a

2008 2009 2010

Sumber: Kemdagri, 2011

KEPATUHAN DAERAH DALAM MENYAMPAIKAN LAPORAN TRIWULANAN DAK-SPP TAHUN 2011

Kepada KPDT

24

I II III Lengkap I, II, III0

5

10

15

20

25

30

25 25

10

5

14 14

53

Jumlah Kabupaten %

Per 31 Oktober 2011

5. Lembaga Pengelola di Tingkat Masyarakat Perlu adanya penjelasan yang lebih spesifik tentang kelembagaan pengelolaan, termasuk teknis pengelolaan.

• Lembaga pengelola sarana dan prasarana yang ditunjuk oleh Bupati beragam, seperti:

• BUMDES;• Camat;• Kepala Desa;• Koperasi Karyawan Dinas Perhubungan;• Dinas Perhubungan.

6. Optimalisasi fungsi moda transportasi• Moda transportasi pick up roda 4 ada yang digunakan untuk mobil dinas pejabat

(Dinas perhubungan, camat, dll);• Besaran tonase Kapal tidak sesuai dengan kondisi wilayah (alur, potensi ekonomi)

sehingga tidak optimal penggunaannya dan mahalnya biaya pemeliharaan. Kapa tidak termanfaatkan.

7. Bentuk dan Jenis kegiatan yang tidak sesuai JUKNIS/kebutuhan/kemampuan• Pengadaan angkutan roda 4 yang seharusnya 4x2 single cabin menjadi 4x4 double

cabin;• Ada yang dialokasikan untuk sarana perdesaan (jalan desa);• Pengadaan angkutan roda 6 yang seharusnya 4x2 dengan 6 roda (truck) menjadi

Dum Truck. 8. Pemanfaatan sisa lelang

• ada daerah yang tidak memanfaatkannya atau ada yang menggunakannya untuk bahan bakar

LANJUTAN...............

IV.KEBIJAKAN DAK BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH

TERTINGGAL TAHUN 2012

PERUBAHAN NOMENKLATUR DAK BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH TERTINGGAL TAHUN 2012

Nomenklatur Bidang DAK diubah:

dari“DAK Bidang Sarana dan Prasarana Perdesaan”

(tahun 2011)

menjadi“DAK Bidang Sarana Prasarana Daerah Tertinggal”

(tahun 2012)

27

ARAH KEBIJAKAN

Mendukung kebijakan pembangunan daerah tertinggal yang diamanatkan dalam RPJMN 2010-2014 yaitu untuk melakukan percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan meningkatkan pengembangan perekonomian daerah yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur perekonomian, sehingga daerah tertinggal dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat guna dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dari daerah lain yang sudah relatif lebih maju.

28

TUJUAN

• Mendukung upaya percepatan pembangunan di daerah tertinggal melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan ekonomi lokal serta terbangunnya sinergi antara kegiatan yang didanai dari DAK dengan kegiatan sektor lainnya.

29

SASARAN

Sasaran Dana Alokasi Khusus Sarana Prasarana Daerah Tertinggal (DAK SPDT):

adalah meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan ekonomi lokal dengan didukung keterpaduan pelaksanaan kegiatan lintas sektor baik yang berasal dari sumber pendanaan DAK dan juga sumber pendanaan pembangunan lainnya.

Sasaran kebutuhan DAK SPDT secara menyeluruh:tersedianya sarana dan prasarana transportasi di daerah tertinggal seperti: moda transportasi darat di 14.765 desa, moda transportasi air di 4.778 desa, terbangun/terehabilitasinya dermaga kecil/tambatan perahu di 3.149 di desa, terbangunnya pembangkit energi listrik di 3.908 desa, dan Pembangunan/rehabilitasi 4.000 embung irigasi untuk menunjang sektor pertanian.

30

LINGKUP KEGIATANSubbidang/Menu Kegiatan yang Dapat Dipilih :• Penyediaan moda transportasi darat/perairan untuk

meningkatkan mobilitas barang dan penumpang antar wilayah perdesaan dengan pusat pertumbuhan,

• Pembangunan dan rehabilitasi dermaga kecil atau tambatan perahu untuk mendukung angkutan orang dan barang, khususnya dermaga kecil atau tambatan perahu di wilayah pesisir yang tidak ditangani Kementerian Perhubungan,

• Penyediaan/pembangunan pembangkit energi listrik terbarukan perdesaan yang memanfaatkan sumber energi mikrohidro dan pikohidro

• Pembangunan/rehabilitasi embung irigasi untuk menunjang sektor pertanian

• Pembangunan/Rehabilitasi jembatan antar31

INDIKATOR KINERJA

• Indikator keluaran (output) untuk kegiatan Dana Alokasi Khusus Sarana Prasarana Daerah Tertinggal (DAK SPDT) TA 2012 adalah : – Jumlah moda transportasi darat/perairan– Jumlah dermaga kecil/tambatan perahu– Jumlah unit pembangkit listrik mikrohidro/pikohidro– Jumlah embung– Jumlah jembatan antar desa– Jumlah SKPD yang menyerahkan laporan triwulan tepat waktu– Jumlah SKPD yang menyerahkan laporan akhir tepat waktu

32

II. INDIKATOR OUTCOME• Meningkatnya volume pergerakan barang/penumpang dari pusat-pusat produksi

menuju pusat-pusat pemasaran. Indikator yang digunakan adalah “jumlah desa yang masyarakatnya memperoleh kemudahan dalam mengakses moda transportasi darat/perairan”.

• Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi perairan di daerah tertinggal. Indikator yang digunakan adalah “jumlah desa yang meningkat kualitas pelayanannya dalam bongkar muat barang/orang melalui dermaga kecil/tambatan perahu”.

• Meningkatnya aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang berbasis energi listrik. Indikator yang digunakan adalah “jumlah Kepala Keluarga yang memperoleh pelayanan penyediaan energi listrik (mikrohidro/pikohidro)”.

• Meningkatnya ketersediaan air baku untuk mendukung sektor pertanian di daerah tertinggal. Indikator yang digunakan adalah “luas lahan pertanian yang memperoleh aliran irigasi dari embung”.

• Meningkatnya jumlah pergerakan orang antar desa di daerah tertinggal. Indikator yang digunakan adalah ”jumlah desa yang dapat diakses sepanjang tahun”.

33

INDIKATOR KINERJA...lanjutan

KRITERIA TEKNISa. Indeks ketertinggalan daerahb. Jumlah kabupaten menurut persentase desa yang

membutuhkan modac. Transportasi darat dan perairand. Jumlah kabupaten menurut persentase desa yang tidak

dilayani listrik.e. Rasio elektrifikasi menurut kabupaten.f. Lahan pertanian yang tidak berpengairan menurut kabupateng. Lahan pertanian yang beririgrasi non teknis menurut

kabupatenh. Tingkat kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporani. Prioritas pengentasan ketertinggalan

34

MASUKAN UNTUK KOORDINASI PELAKSANAAN DAK

35

DAK LISTRIK PERDESAAN

KONDISI KEGIATAN DAK 2011(potensi Tumpang Tindih)

DAK SPDT

DAK TRANSPORTASI

PERDESAAN

DAK SARANA DAN PRASARANA KAWASAN

PERBATASAN

1. Jalan Desa2. Angkutan Perdesaan

1. Dermaga Kecil2. Moda Transportasi3. Jalan desa

1. Jalan2. Angkutan

Perdesaan

1. Jalan2. Angkutan Perdesaan

Listrik Perdesaan

PENGELOLAAN DAK SAAT INITUJUAN DAK:

1. Pelayanan Dasar Masy2. Mendorong Percptan

Pemb. Daerah

Pelayanan Dasar

Mendorong Pert. Ekonomi

Lingkungan Hidup

Pendidikan Kesehatan KB

Air minum Sanitasi

Perumahan

Kes. Transpt

Jalan Listrik Perdesaan

Perdagangan

Trans. Perdesaan

Pertanian Kelautan dan Perikanan Irigasi SPDT Perba

tasan

Kehutanan LH

Praspem

PUSAT

DAERAHSKPD SKPD

SKPD SKPD

SKPD SKPD SKPD SKPD

SKPD SKPD SKPD

SKPD

SKPD SKPD

SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD

Di Pusat dan Daerah belum ada mekanisme sinkronisasi dan koordinasi

HARAPAN PENGELOLAAN DAK KE DEPANTUJUAN DAK:

1. Pelayanan Dasar Masy2. Mendorong Percptan

Pemb. Daerah

Pelayanan Dasar

Mendorong Pert. Ekonomi

Lingkungan Hidup

Pendidikan Kesehatan KB

Air minum Sanitasi

Perumahan

Kes. Transpt

Jalan Listrik Perdesaan

Perdagangan

Trans. Perdesaan

Pertanian Kelautan dan Perikanan Irigasi SPDT Perba

tasan

Kehutanan LH

Praspem

PUSAT

DAERAH

SKPD

SKPD

SKPD SKPD

SKPD SKPD SKPD SKPD

SKPD SKPD SKPD

SKPD

SKPD SKPD

SKPDSKPD SKPD SKPD SKPD TIM KOORDINASI

TIM KOORDINASI

CONTOH KASUS PENGELOLAAN DAK SARANA DAN PRASARANA PERDESAAN DI DAERAH TERTINGGAL

1. Peran Bappeda belum optimal Institusi Perencanaan di Daerah sekaligus anggota TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah)

2. Koordinasi antar SKPD dalam Pengelolaan DAK di Daerah Belum Berjalan optimal sehingga Pelaksanaan DAK belum efektif.

KELEMAHAN PENGELOLAAN DAK SAAT INI

1. Koordinasi pengelolaan DAK di tingkat pusat belum solid/optimal

2. Koordinasi pengelolaan DAK di daerah belum optimal

PERLUNYA ATURAN TENTANG MEKANISME DAN PROSEDUR PENGELOLAAN DAK BAIK DI TINGKAT PUSAT MAUPUN DI DAERAH.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

41