sop senam hamil

download sop senam hamil

of 47

description

kebidanan

Transcript of sop senam hamil

AVICENNA TELAH LAHIR Di sini pemilik mempunyai angan-angan untuk membantu konsumen agar lebih mudah mencari tugas berbagai judul ASKEP,, ide tersebut pertama muncul karena seorang istri yang menjadi mahasiswi keperawatan di suatu universitas swasta yang ada di kab jombang, yang setiap waktu mengerjakan tugas untuk membuat ASKEP Semoga dengan adanya berbagai judul ASKEP ini bisa membantu semua orang yang membutuhkannya... amin jazakumulloh khairon khatsiron assalammualaikum warohmatullohi wabarakatu....Selasa, 13 Maret 2012TANDART OPERATIONAL PROSEDURE (SOP 11) PEMERIKSAAN FISIK IBU PRENATAL TANDART OPERATIONAL PROSEDURE (SOP 11) PEMERIKSAAN FISIK IBU PRENATAL

Nama Mahasiswa :.NIM :NoAspek yang di nilaiNilai

1234

1.A. Persiapan alat1. Baki dan alasnya2. Spignomanometer3. Stestokop4. Termometer5. Timbangan Berat Badan6. Pengukur tinggi badan7. Refleks hammer

B. Tahap pre interaksi

2.Cek catatan perawatan dan catatan medis klien

3.Cuci tangan

4.Siapkan/dekatkan alat-alat

C. Tahap Orientasi

5Berikan salam, panggil klien/keluarga dengan namanya

6.Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada keluarga

D. Tahap Kerja

7.Berikan kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai

8.Ukur TB dan BB

9.Lakukan AnamnesaSosial: Identitas, usia, pekerjaan, alamat dan keadaan kehamilan saat iniKeluarga: Riwayat penyakit keturunan, penyakit menular dan riwayat gemeliHaid: Riwayat menstruasi, siklus haid, lamanya haid, jumlah darah haid, HPHT, keluhan menstruasi dan premenstruasiMedik: kondisi kesehatan ibu sekarang, penyakit yang dialami ibu sekarang, penggunaan obat-obatan saat sekarang iniObstetri: Riwayat kehamilan yang lalu, persalinan yang lalu, masa nifas yang lalu, kondisi anak yang dilahirkan dan jumlah anak yang dilahirkan

10Anjurkan klien untuk tidur terlentang di tempat tidur

11Ukur tanda-tanda vital (TTV)

12Lakukan pemeriksaan fisik: Head to toe

13Kepala: Bentuk kepala, kebersihan, warna rambut, tekstur rambut, distribusi rambut, rontok.kusam/pecah, tebal/tipis, lurus/kering/ikal, lesi/pembengkakan dikepala, ada keluhan atau tidak.Wajah: cloasmagravidarum (hiperpigmentasi kulit wajah) ada/tidak, edema/tidak (klien pre eklamsi), pucat/tidakMata: Bentuk, lingkar mata, konjugtiva anemis/tidak, sclera icterus/tidak, pupil isokor/tidak, reflek pupil terhadap cahaya +/-, peningkatan tekanan intra okuler (TIO) ada/tidak, ketajaman penglihatan, lapang pandang, pergerakan bola mata.Hidung: Bentuk, pernapasan cuping hidung ada/tidak, warna mukosa hidung (trimester I lembab dan kemerahan), pengeluaran ada/tidak, keadaan sunius/polip, peradangan, fungsi penciumanTelinga: Bentuk, keadaan kanalis, kebersihan, serumen, pengeluaran, nyeri ada/tidak, alat Bantu pendengaran, fungsi pendengaran (detik jam, gesekan rambut dan garputala)Mulut: Keadaan bibir (sariawan, sianosis/pucat/bengkak) kebersihan dan keadaan gigi, caries (carier biasanya meningkat pada ibu hamil karena hipersalivasi), Lengkap/tidak, keadaan gusi (epulis/bengkak), lidah kotor/lesi/pecah-pecah/peradangan, bau mulut, tonsil, fungsi pengecapan.Leher: Kelenjar tiroid, kelenjar limfe, ROM, peningkatan vena jugularis, kaku kuduk, hiperpigmentasi kulit ada/tidak.Dada/Thoraks : Bentuk, irama pernafasan, suara nafas, retraksi dinding dada ada/tidak, suara perkusi dada, premitus taktil dada, ekspansi paruJantung: nyeri dada, denyut ictus cordis, bunyi jantung, irama jantung, pembesaran, frekuensi heart ratePayudara: Bentuk, pembengkakan, warna areola, keadaan puting mamae/nipel, pengeluaran, hiperpigmentasi kulitAbdomen : tanda piskacek, linea, striae, kebersihan, peristaltic usus, LeopoldPanggul : pengukuran panggul luar, bentuk panggulGenetalia : kebersihan vulva, secret vagina meningkat/tidak, tanda chadwik, bekas luka episiotomi, varisesEkstremitas: Cara berjalan, varises pada kaki, edema, refleks patela (hiperektensi/stasis), trisep dan bisep

14E. Tahap terminasi

15Evaluasi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyekti)

16Simpulkan hasil kegiatan

17Berikan reinforcement positif pada keluarga

18Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

19Akhiri kegiatan

20Cuci tangan

F. Dokumentasi

21.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1: Tidak dilakukan (25%)Nilai 2: Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi..Saran:..

JOMBANG.2http://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/tandart-operational-prosedure-sop-11.html

STANDART OPERATIONAL PROSEDURE (SOP 10) PENGUKURAN PANGGUL LUAR STANDART OPERATIONAL PROSEDURE (SOP 10)PENGUKURAN PANGGUL LUAR

Nama Mahasiswa :.NIM :NoAspek yang di nilaiNilai

1234

1.A. Persiapan alat1. Baki dan alasnya2. Jangka panggul/pelvimetri3. Meteran

B. Tahap pre interaksi

2.Cek catatan perawatan dan catatan medis klien

3.Cuci tangan

4.Siapkan/dekatkan alat-alat

C. Tahap orientasi

5Berikan salam, panggil klien/keluarga dengan namanya

6.Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada keluarga

D. Tahap kerja

7.Berikan kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai

8.Berikan privasi pada klien, Kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian luar dan dalam

9.Minta klien untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal di bagian kepala, kemudian tutupi bagian tubuh klien yang tidak termasuk area yang akan diperiksa

10Distansia Spinaruma. Klien berbaring telentang dengan kedua kaki diluruskanb. Perawat menghadap klien, ambil jangka panggulc. Cari dengan telunjuk tulang SIAS (spina iliaka anterior superior) di kiri dan kanan pangguld. Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebute. Jarak normal adalah: 23-26 cm

11Distansia Kristarum1. Klien berbaring telentang dengan kedua kaki diluruskan2. Perawat menghadap klien, ambil jangka panggul3. Cari dengan telunjuk tulang Krista iliaka di kanan dan kiri panggul4. Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebut5. Jarak normal adalah : 26-29 cm

12Distansia Tuberum:1. Pengukuran melintang dari pintu bawah panggul (PBP)2. Klien berbaring terlentang dengan kedua kaki diluruskan3. Perawat menghadap klien4. Cari dengan telunjuk tulang iskiadium di kanan dan di kiri panggul5. Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebut6. Jarak normal adalah: 10,5-11

13Konjugata externa1. Klien berbaring miring membelakangi perawat dengan kedua kaki di luruskan2. Perawat dengan posisi di belakang klien mengambil jangka panggul3. cari dengan telunjuk tulang lumbal V tempatkan ujung jangka panggul kemudian cari tulang simfisis pubis bagian atas dan tempatkan ujung jangka panggul yang lain4. jarak normal adalah : 18-20 cm

14Lingkar panggul luarJarak normal adalah: 80-90 cm

15E. Tahap terminasi

16Evaluasi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyekti)

17Simpulkan hasil kegiatan

18Berikan reinforcement positif pada keluarga

19Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

20Akhiri kegiatan

21Cuci tangan

F. Dokumentasi

22.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Keterangan:Nilai 1: Tidak dilakukan (25%)Nilai 2: Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi..

Saran:..

JOMBANG.2011http://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standart-operational-prosedure-sop-10.html

STANDART OPERATIONAL PROSEDURE (SOP 9) PERAWATAN TALI PUSAT STANDART OPERATIONAL PROSEDURE (SOP 9)PERAWATAN TALI PUSAT

Nama Mahasiswa :.NIM :NoAspek yang di nilaiNilai

1234

1.A. Persiapan alatHanduk dan waslap bersih, sabun bayi dan sampo, cotton bud atau kapas bersih, kapas untuk membersihkan daerah perineal, waskom 2 buah atau bath up, bengkok, air hangat, popok dan pakaian bersih, keranjang/plastic pakaian kotor.

B. Tahap pre interaksi

2.Cek catatan perawatan dan catatan medis klien

3.Cuci tangan

4.Siapkan/dekatkan alat-alat

C. Tahap orientasi

5Berikan salam, panggil klien/keluarga dengan namanya

6.Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada keluarga

D. Tahap kerja

7.Berikan kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai

8.Menanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada klien

9.Memulai tindakan dengan cara yang baik

10Berikan privasi pada klien

11.Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam pegangan atau terbaring dalam incubator

12.Periksa kembali temperatur air dengan suhu (37-38 derajat) hangat-hangat kuku, air dalam waskom hanya digunakan untuk membasuh (sponge bathing) dan membersihkan rambut

13.Usap mata dari kantus dalam ke luar. Gunakan air bersih dan bagian yang berbeda untuk tiap mata.

14.Bersihkan wajah dengan lembut. Gunakan air biasa tanpa menggunakan sabun

15Pegang bayi dengan aman, gunakan foot ball hold, basahi rambut dengan air secara lembut

16Usapkan sampo bayi dengan menggunakan waslap, bilas rambut dan keringkan kulit kepala dengan cepat

17Bersihkan telinga dengan gerakan memutar dan gunakan bagian yang berbeda untuk tiap-tiap telinga.

18.Setelah melepas selimut mandi atau pakaian bayi, bersihkan leher, dada, lengan dan punggung dengan cara yang sama.

19Bersihkan tubuh dengan sabun dan air, bilas dengan hati-hati dan keringkan bagian tubuh yang dibersihkan sebelum berpindah ke bagian lain

20.Membersihkan bagian genetalia

21Akhiri kegiatan

21Cuci tangan

F. Dokumentasi

22.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................JOMBANG 2011http://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standart-operational-prosedure-sop-9.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 8) SENAM HAMIL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 8)SENAM HAMIL

Nama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Matras

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat dan privasi ruangan

4.Cuci tangan

C. Tahap orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap kerja

7.Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

Lakukan latihan I

8.Anjurkan klien duduk rileks dan badan ditopang tangan di belakang

9.Kaki diluruskan sedikit terbuka

10.Gerakkan kaki kanan dan kiri ke depan dan ke belakang

11.Putar persendian kaki melingkar ke dalam dan ke luar

12.Bila mungkin angkat bokong dengan bantuan ke dua tangan dan ujung telapak tangan kembang kempiskan otot dinding perut

13.Kerutkan dan kendurkan otot dubur

14.Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 kali setiap gerakan

Lakukan latihan II

15.Anjurkan klien tetap duduk rileks dan badan di topang tangan di belakang

16.Kedua tungkai lurus dan rapat

17.Tempatkan tungkai kanan di atas tungkai kiri, silih berganti

18.Kembang kempiskan otot dinding perut bagian bawah

19.Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur

20.Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 kali

Lakukan latihan III

21.Anjurkan klien duduk tegak dan badan di sangga tangan kanan di belakang

22.Tidur telentang kaki dirapatkan

23.Pada sikap duduk, angkat tungkai silih berganti ke atas dengan tinggi semaksimal mungkin

24.Pada sikap tidur, kedua tangan dapat disamping tetapi lebih baik di bawah kepala, angkat tungkai bawah silih berganti dengan tinggi semaksimal mungkin.

25.Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 kali

Lakukan latihan IV

26Anjurkan klien duduk bersila dengan

27Tangan di atas bahu sedangkan siku di samping badan

28.Lengan diletakkan di depan badan (dada)

29.Putar ke atas dan ke samping, kemudian ke belakang dan selanjutnya ke depan badan (dada)

30.Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 kali

Lakukan gerakan V

31.Anjurkan klien duduk bersila dengan tumit berdekatan satu sama lain

32.Badan tegak rileks dan paha lemas

33.Kedua tungkai di persendian lutut

34.Tekan persendian lutut dengan berat badan sekitar 20 kali

35.Badan diturunkan di depan

Lakukan gerakan VI

36.Anjurkan klien melakukan sikap tidur di atas tempat tidur datar

37.Tangan di samping badan

38.Tungkai badan ditekan pada persendian lutut dengan sudut tungkai bawah bagian bawah sekitar 80-90

39.Angkat badan dengan topangan pada ujung telapak kaki dan bahu

40.Pertahankan posisi sampai hitungan delapan dan turunkan pelan-pelan

Lakukan gerakan VII

41.Anjurkan klien tidur diatas tempat tidur yang datar, badan rileks

42.Tangan dan tungkai bawah lurus ke depan dan rileks

43.Badan dilemaskan pada tempat tidur

44.Tangan dan tungkai bawah membujur lurus

45.Pinggul diangkat dan geser ke kanan ke kiri sambil melatih otot liang dubur

46.Kembang kempiskan otot bagian bawah

47.Lakukan gerakan ini sedikitnya 10-15 kali

Lakukan latihan pernafasan

48.Anjurkan klien tidur diatas tempat yang datar

49.Tangan disamping badan dan lutut ditekuk satu tangan diletakkan diatas perut

50.Tarik nafas perlahan dari dinding serta pertahankan dalam paru beberapa

51.Bersamaan dengan tarikan nafas tersebut, tangan yang diatas perut ikut serta diangkat mencapai kepala

52.Keluarkan nafas melalui mulut perlahan-lahan

53.Tangan yang diangkat ikut serta diturunkan

54.Lakukan gerakan ini sekitar 8-10 kali dengan tangan silih berganti

Lakukan relaksasi kombinasi

55.Anjurkan klien melakukan sikap tubuh seperti merangkak

56.Anjurkan klien untuk tenang dan rileks

57.Badan disangga bahu dan tulang paha

58.Lengkungkan dan kendorkan tulang belakang

59.Kembang kempiskan otot dinding perut

60.Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur

Lakukan relaksasi dengan posisi duduk telungkup

62.Anjurkan klien melakukan sikap duduk menghadap sandaran kursi

63.Kedua tangan disandaran kursi

64.Kepala diatas tangan

65.Semua anggota tubuh rileks

66.Tarik nafas dalam dan bertahan

E. Tahap terminasi

67.Evaluasi perasaan klien

68.Simpulkan hasil kegiatan

69.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

70Bereskan alat-alat

71.Cuci tangan

F. Dokumentasi

72.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Evaluasi.........................................Saran............................................ Jombang 2011Evaluatorhttp://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-8.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 7) PERAWATAN PERINEUM POST PARTUM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 7)PERAWATAN PERINEUM POST PARTUM

Nama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Kassa/kapas steril,air sabun, perlak, pinset, bengkok,Handscoon, betadine, kateter logam, bed pan, botol berisi air hangat,korentang, selimut, pembalut dan celana dalam ibu yang bersih

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat dan privasi ruangan

4.Cuci tangan

C. Tahap Orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap Kerja

7.Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

8.Pastikan privasi klien terjaga

9.Kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian dalamnya

10.Sebelum melakukan tindakan, palpasi perut ibu untuk mengetahui apakah kandung kemihnya penuh atau tidak

11.Jika kandung kemih teraba penuh, lakukan kateterisasi dengan kateter logam

12.Persilahkan ibu untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal di bagian kepala, dan lutut di tekuk (posisi litotomi)

13.Tutupi dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak termasuk area yang akan dilakukan tindakan

14.Letakkan pengalas di bawah bokong klien

Bersihkan area perineum

15Ambil kasa/kapas steril dengan pinset, kemudian masukkan ke dalam larutan steril/air sabun

16Basahi kassa/kapas steril tersebut ke arah perineum dari arah depan ke belakang

17.Lakukan hal tersebut hingga area perineum tampak bersih

18.Lakukan perawatan dengan betadine jika ada jahitan pada perineum (luka episiotomi)

19Amati ada tidaknya tanda-tanda infeksi di sekitar area tersebut

20.Pasang pembalut dan celana bersih

E. Tahap terminasi

18.Evaluasi perasaan klien

19.Simpulkan hasil kegiatan

20.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

21.Bereskan alat-alat

22.Cuci tangan

F. Dokumentasi

23.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................Jombang 2010

Evaluator

http://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-7.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 4) PERTOLONGAN PERSALINAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 4)PERTOLONGAN PERSALINAN

Nama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Set steril pertolongan persalinan koker, gunting episiotomi, klem panjang 2, gunting tali pusat, cateter metal, kasa steril, tali pusat, lidi kapas, duk buntu steril 14, bengkok. Set jahit lukaNal puder, gunting benang, pinset sirurgis, jarum otot dan kulit, benang catgutchromic/silk, kassa steril 5-10 lembar, tampon vagina, bengkok Kom untuk tempat plasenta, Baju khusus untuk perawatan steril Masker Bethadine 10% Agua Tempat sampah infeksius Tempat alat tenun infeksius, Suction pump atau penghisap lendir balon Dua buah spuit disposable 2,5 ml Oxytocin inj 1 amp dan ergometrin inj 1 amp Bangkok

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat dan privasi ruangan

4.Cuci tangan

C. Tahap Orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap Kerja

7.Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

8.Lakukan lavement/huknah, tunggu beberapa saat kemudian persilahkan ibu untuk melakukan BAB

9.Atur posisi yang nyaman bagi ibu

10.Siapkan alat dan bahan, didekatkan pada ibu

11.Pakai skort dan masker, cuci tangan secara steril

12.Lakukan desinfeksi daerah vulva dengan bethadine 1 %

13.Pecahkan selaput ketuban (jika selaput ketuban masih utuh) pada saat ada his

14.Klien dipimpin mengejan saat ada his dan diberi dukungan semangat

15.Kepala janin menonjol 5-6 cm di introitus vagina

16.Tangan kiri menahan defleksi kepala janin, tangan kanan menahan perineum

17.Setelah kepala bayi keluar, usap wajah bayi dengan kasa steril (bagian mulut dan hidung bayi)

18.Periksa adakah lilitan tali pusat di leher bayi, jika ada lilitan segera kendorkan atau di potong.

19.Tunggu rotasi interna

20.Kepala bayi dicekam dengan 2 tangan, ditarik ke bawah lalu ke atas untuk melahirkan bahu.

21.Luruskan tangan di bawah badan bayi ke arah perineum dan yang satu menahan pada bagian atasnya, untuk menyangga saat melahirkan bokong dan kaki

22.Tali pusat diklem dengan 2 klem jarak 12 cm atau 2-3 cm dari pusat

23.Tali pusat digunting, dan didesinfeksi dengan bethadine 10%, lalu bayi diserahkan pada asisten

24.Dilakukan kateterisasi dengan kateter logam

25.Cek tanda pengeluaran plasenta

26.Plasenta dilahirkan dengan memberikan tekanan menuju fundus uteri

27.Setelah plasenta lahir, plasenta diputar searah jarum jam

28.Dilakukan pengontrolan kondisi plasenta (cek keutuhan plasenta)

29.Cek perineum. Bila rupture segera dijahit lalu desinfeksi

30.Klien diberi tahu bahwa persalinan telah selesai dan akan segera dimandikan

E. Tahap terminasi

31.Evaluasi perasaan klien

32.Simpulkan hasil kegiatan

33.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

34.Bereskan alat-alat

35.Cuci tangan

F. Dokumentasi

36.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................Jombang 2009Evaluatorhttp://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-4.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 1) PEMERIKSAAN LEOPOLD STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 1)PEMERIKSAAN LEOPOLDNama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Alat tenun dan sebuah bantal Fetoskop/pinards stethoscope Metelin

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat

4.Cuci tangan

C. Tahap orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan lepada klien

D. Tahap Kerja

7.Berikan kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

8.Sebelum melakukan tindakan, anjurkan klien untuk BAK terlebih dahulu

9.Pastikan privasi klien terjaga, kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian luar dan dalam

10.Persilahkan klilen untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal di bagian kepala, kemudian tutupi bagian tubuh klien yang tidak termasuk area yang akan diperiksa

Lakukan manuver Leopold I

11.Posisikan pemeriksa menghadap ke kepala klien

12.Letakkan kedua belah telapak tangan di bawah fundus uteri klien

13Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan apa yang ada di bagian fundus uteri.

14.Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri

Lakukan manuver Leopold II

15.Posisikan pemeriksa menghadap ke kepala klien

16.Letakkan kedua belah telapak tangan dikedua sisi abdomen

17.Pertahankan letak uterus dengan menggunakan tangan yang satu

18.Gunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi uterus di sisi yang lain.

19.Tentukan dimana letak punggung janinLakukan manuver Leopold III

20.Posisikan pemeriksa menghadap ke kepala klien

21.Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen klien tepat di atas simfisis

22.Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya

23.Tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di sekitar bagian presentasi, pada saat klien menghembuskan nafas

24.Tentukan bagian apa yang menjadi presentasi

Lakukan manuver Leopold IV

25.Posisikan pemeriksa menghadap kaki klien

26.Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi abdomen

27.Gerakkan jari tangan secara perlahan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis

28.Palpasi bagian presentasi

29.Tentukan letak dan bagian presentasi tersebut

Lakukan pengukuran tinggi fundus uteri

30.Letakkan ujung alat ukur (meteran) di bagaian atas simfisis pubis

31.Ukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti kurve fundus (atau tanpa mengikuti kurve fundus bagian atas)

32.Tentukan tinggi fundus uteri

33.Hitung perkiraan usia kehamilan dengan menggunakan rumus Mc Donald Usia kehamilan (hitungan bulan) = TFU (cm) x 2/7 Usia kehamilan (hitungan minggu) = TFU (cm) x 8/7

Lakukan penghitungan DJJ

34.Tentukan lokasi untuk mendengarkan DJJ dengan memastikan posisi punggung janin atau pada area garis tengah fundus 2-3 cm di atas simfisis pubis terus ke arah kuadran kiri

35.Letakkan feteskop/pinard stetoskop di area yang telah ditentukan untuk mendengarkan DJJ

36.Hitung DJJ dan tentukan hasil pemeriksaannya

E. Tahap terminasi

37.Evaluasi perasaan klien

38.Simpulkan hasil kegiatan

39.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

40.Kembalikan peralatan

41.Cuci tangan

F. Dokumentasi

42.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Total Nilai

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................jombang 2010http://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-1.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 2) PEMERIKSAAN DALAM (TOUCHE) STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 2)PEMERIKSAAN DALAM (TOUCHE)

Nama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Kom kecil, sarung tangan dan masker, kapas gulung ukuran 4x6 minimal 6 buah, bengkok, larutan bethadine 1%

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat

4.Cuci tangan

C. Tahap Orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap Kerja

7.Berikan kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

8.Sebelum melakukan tindakan, anjurkan klien untuk BAK terlebih dahulu

9.Pastikan privasi klien terjaga, kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian bagian bawah.

10.Cuci tangan

11.Alat di dekatkan kepada klien

12.Gunakan alat pelindung diri: masker dan sarung tangan

13Atur posisi dorsal recumben

14.Pasang pengalas

15.Ganti sarung tangan yang steril

16.Lakukan vulva higiene, buang kapas di bengkok

17.Anjurkan klien untuk melakukan relaksasi nafas dalam saat prosedur

18.Gengam tangan kanan, masukkan jari tengah ke dalam vulva di susul dengan jari telunjuk

19.Nilai hasil pemeriksaan anda. Bila ingin mengetahui dilatasi serviks, coba gambarkan dengan jari anda di tangan yang lain yang tidak dominan

20.Tarik tangan anda, lepas sarung tangan , buang di bengkok.

E. Tahap terminasi

21.Evaluasi perasaan klien

22.Simpulkan hasil kegiatan

23.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

24.Bereskan alat-alat

25.Cuci tangan

F. Dokumentasi

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................

Tanjungpinang 2010http://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-2.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 3)OBSERVASI HIS

Nama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Jam yang ada detikannya Buku catatan Alat pelindung diri, sarung tangan

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat

4.Cuci tangan

C. Tahap orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap kerja

7.Berikan klien kesemptan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

8.Siapkan lingkungan

9.Alat didekatkan pada klien

10.Pakai sarung tangan

11.Atur posisi supine, buka pakaian yang menutupi perut klien

12.Ambil jam

13Letakkan satu telapak tangan pada fundus uteri, tangan yang lain memgang jam

14.Pantau munculnya his dalam 10 menit

E. Tahap terminasi

15.Evaluasi perasaan klien

16.Simpulkan hasil kegiatan

17.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

18.Bereskan alat-alat

19.Cuci tangan

F. Dokumentasi

20.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................Jombang 2010Evaluator

http://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-3.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 5)PERAWATAN PAYUDARA

Nama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Handuk besar 2 buah Waslap 2 buah Dua wadah untuk air hangat dan air dingin Minyak kelapa/baby oil

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat dan privasi ruangan

4.Cuci tangan

C. Tahap orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap verja

7.Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

8.Anjurkan klien untuk duduk santai bersandar, dan kaki ditopang kursi kecil

9.Anjurkan klien untuk membuka bra, dan letakkan handuk di bawah perut ibu

10.Basahi kassa/kapas dengan minyak kelapa, gunakan sebagai pembersih kotoran disekitar areola dan puting susu

11.Tuangkan sedikit minyak kelapa di kedua belah telapak tangan klien

12.Lakukan gerakan melingkar dari dalam keluar payudara dengan menggunakan telapak tangan sebanyak 15-20 kali (sekitar 5-10 menit) untuk masing-masing payudara

13.Lakukan gerakan menekan payudara secara perlahan dengan menggunakan sisi dalam telapak tangan dari atas menuju arah puting susu untuk masing-masing payudara

14.Pengetokan dengan buku-buku jari ke tangan kanan dengan cepat dan teratur

15.Diteruskan dengan penyiraman. Mula-mula disiram dengan air hangat, penyiraman dengan kain atau kom kecil diatas kom air hangat itu, jadi air dapat ditampung kembali

16.Penyiraman dilakukan dengan cepat sampai +/- 10 kali, kemudian dengan cepat diganti dengan penyiraman air dingin +/- 10 kali, dengan cepat disiram lagi dengan air hangat, begitu seterusnya bergantian hangat dan dingin dengan cepat, sampai air hangat turun suhunya. Penyiraman terakhir adalah dengan air hangat.

17.Keringkan payudara ibu dengan menggunakan handuk dan rapikan kembali pakaian ibu

E. Tahap terminasi

18.Evaluasi perasaan klien

19.Simpulkan hasil kegiatan

20.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

21.Bereskan alat-alat

22.Cuci tangan

F. Dokumentasi

23.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................jombang 2010Evaluatorhttp://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-5.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 6)TEKNIK MENYUSUI BAYI

Nama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Catatan perawatan Alat peraga: phantom bayi

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat dan privasi ruangan

4.Cuci tangan

C. Tahap orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap kerja

7.Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

8.Pastikan privasi klien terjaga

9.Anjurkan klien untuk mengendong bayinya kemudian duduk bersandar dengan kaki tertopang (tidak menggantung)

10.Anjurkan klien untuk membuka payudaranya

11.Posisikan bayi sejajar dengan payudara (kepala dan badan bayi bersentuhan dengan badan klien)

12.Tekan perlahan dagu bayi dan arahkan ke puting susu klien hingga klien mencari puting susu

13.Masukkan seluruh puting susu hingga areola mamae ke mulut bayi (di atas lidah)

14.Gunakan ibu jari untuk menekan bagian atas payudara, sedangkan jari lainnya menopang payudara bagian bawah

15.Pertahankan kontak mata selama proses menyusui

16.Masukkan jari kelingking ke salah satu mulut bayi apabila akan menghentikan pemberian ASI

17.Keringkan payudara ibu dengan menggunakan handuk dan rapikan kembali pakaian ibu

18.Sendawakan bayi (bayi diposisikan pronasi lalu ditepuk-tepuk perlahan bagian punggungnya)

E. Tahap terminasi

18.Evaluasi perasaan klien

19.Simpulkan hasil kegiatan

20.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

21.Bereskan alat-alat

22.Cuci tangan

F. Dokumentasi

23.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................Tanjungpinang 2010Evaluator

http://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-6.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 7)PERAWATAN PERINEUM POST PARTUM

Nama mahasiswa :NIM :NOASPEK YANG DINILAINILAI

1234

A. Persiapan alat

1. Kassa/kapas steril,air sabun, perlak, pinset, bengkok,Handscoon, betadine, kateter logam, bed pan, botol berisi air hangat,korentang, selimut, pembalut dan celana dalam ibu yang bersih

B. Tahap pre-interaksi

2.Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

3.Siapkan alat-alat dan privasi ruangan

4.Cuci tangan

C. Tahap Orientasi

5.Berikan salam, panggil nama klien

6.Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap Kerja

7.Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

8.Pastikan privasi klien terjaga

9.Kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian dalamnya

10.Sebelum melakukan tindakan, palpasi perut ibu untuk mengetahui apakah kandung kemihnya penuh atau tidak

11.Jika kandung kemih teraba penuh, lakukan kateterisasi dengan kateter logam

12.Persilahkan ibu untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal di bagian kepala, dan lutut di tekuk (posisi litotomi)

13.Tutupi dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak termasuk area yang akan dilakukan tindakan

14.Letakkan pengalas di bawah bokong klien

Bersihkan area perineum

15Ambil kasa/kapas steril dengan pinset, kemudian masukkan ke dalam larutan steril/air sabun

16Basahi kassa/kapas steril tersebut ke arah perineum dari arah depan ke belakang

17.Lakukan hal tersebut hingga area perineum tampak bersih

18.Lakukan perawatan dengan betadine jika ada jahitan pada perineum (luka episiotomi)

19Amati ada tidaknya tanda-tanda infeksi di sekitar area tersebut

20.Pasang pembalut dan celana bersih

E. Tahap terminasi

18.Evaluasi perasaan klien

19.Simpulkan hasil kegiatan

20.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

21.Bereskan alat-alat

22.Cuci tangan

F. Dokumentasi

23.Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilaiEvaluasi.........................................Saran.............................................Jombang 2010

Evaluatorhttp://aangcoy13.blogspot.co.id/2012/03/standar-operasional-prosedur-sop-7.html

SOP PENANGANAN HIPOGLIKEMI PADA BAYI BARU LAHIR 1. RUANG LINGKUPHipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran glukosa darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). Hal ini sering terjadi pada BBLR karena cadangan glukosa rendah.2. TUJUANMencukupi kebutuhan glukosa pada BBL3. KEBIJAKAN3.1. BBL dengan hipoglikemia mendapatkan penanganan secepatnya3.2. Prognosis bayi menjadi lebih baik3.3. Mencegah terjadinya kegawatan (kejang dan hipoksi otak)4. PETUGASPerawat dan bidan puskesmas5. PERALATAN5.1. Alat pengukur glukosa darah5.2. Cairan infus Glukosa 10%5.3. Peralatan memasang jalur IV5.4. Pipa lambung dan peralatan memasang pipa lambung6. PROSEDUR6.1. Jika bayi tidak aktif:6.1.1. Jaga bayi agar tetap hangat6.1.2. Berikan Glukosa 10% 2mL/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit.6.1.3. Jika jalur intravena tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan larutan Glukosa 10% melalui pipa lambung dengan dosis yang sama.6.1.4. Berikan infus glukosa sesuai kebutuhan rumatan (4-6 mg/kg BB/ menit)6.1.5. Bila bayi sudah dalam kondisi stabil, lakukan rujukan ke Rumah Sakit dengan cepat aman dan benar.6.2. Jika bayi aktif:6.2.1. Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.6.2.2. Pantau tanda-tanda klinis bayi akan adanya kegawatan (kejang, sianosis)7. REFERENSIDirektorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RIhttp://renypunyablog.blogspot.co.id/2011/12/sop-penanganan-hipoglikemi-pada-bayi_3319.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUREPENGERTIAN KOMPRESI BIMANUALAda beberapa macam pengertian dari kompresi bimanual,antara lain sebagai berikut:Kompresi bimanual adalah suatu tindakan untuk mengontrol dengan segera homorrage postpartum.dinamakan demikian karena secara literature melibatkatkan kompresi uterus diantara dua tangan (Varney, 2004). Menekan rahim diantara kedua tangan dengan maksud merangsang rahim untuk berkontraksi dan mengurangi perdarahan (DEPKES RI, 1996-1997). Tindakan darurat yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan pasca salin (DEPKES RI, 1997)Kompresi bimanual dibagi dalam dua cara yaitu :1. Kompresi bimanual eksterna2. Kompresi bimanual internaKompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif untuk mengendalikan perdarahan misalnya akibat atonia uteri. Kompresi bimanual ini diteruskan sampai uterus dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat dihentikan.ini dapat di uji dengan melepaskan sesaat tekanan pada uterus dan kemudian mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah perdarahan. Penolong dapat menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna sambil penolong melakukan tahapan selanjutnya untuk penatalaksanaan atonia uteri. Dalam melakukan kompresi bimanual eksterna ini, waktu sangat penting, demikian juga kebersihan. sedapat mungkin ,gantillah sarung tangan atau cucilah tangan sebelum memulai tindakan ini.Kompresi Bimanual Interna adalah tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan pada perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain di belakang uterus. Sekarang korpus uteri terpegang antara 2 tangan antara lain, yaitu tangan kanan melaksanakan massage pada uterus dan sekalian menekannya terhadap tangan kiri.Kompresi bimanual interna melelahkan penolong sehingga jika tidak lekas member hasil, perlu diganti dengan perasat yang lain. Perasat Dickinson mudah diselenggarakan pada seorang multipara dengan dinding perut yang sudah lembek. Tangan kanan diletakkan melintang pada bagian-bagian uterus, dengan jari kelingking sedikit di atas simfisis melingkari bagian tersebut sebanyak mungkin, dan mengangkatnya ke atas. Tangan kiri memegang korpus uteri dan sambil melakukan massage menekannya ke bawah ke arah tangan kanan dan ke belakang ke arah promotorium.Kompresi bimanual interna dilakukan saat terjadi perdarahan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:1. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir2. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahirTiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :1. Menghentikan perdarahan.2. Mencegah timbulnya syok.3. Mengganti darah yang hilang.Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :1. Atoni uteri (50-60%).2. Retensio plasenta (16-17%).3. Sisa plasenta (23-24%).4. Laserasi jalan lahir (4-5%).5. Kelainan darah (0,5-0,8%).ETIOLOGI/PENYEBABTindakan kompresi bimanual interna ini akibat adanya perdarahan yang disebabkan karena penyebab umum perdarahan postpartum adalah:1. Atonia Uteri2. Sisa Plasenta dan selaput ketuban 1. Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)2. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)3. Inversio UteriInversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteriPATOFISIOLOGIDalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingg pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik. Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum. Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah.Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim. Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rectum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.Sehingga untuk mengatasi perdarahan tersebut diatas harus dilakukan Kompresi Bimanual Interna.MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALAGejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.Gejala Klinis berdasarkan penyebab:1. Atonia Uteri:Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)1. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.1. Inversio uterusGejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.Gejala yang kadangkadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

KOMPRESI BIMANUAL INTERNA1. Bersihkan semua gumpalan darah atau selaput yang mungkin masih berada di dalam mulut uterus atau didalam uterus. (jangan lupa melakukan vulva hygiene) kemudian mengosongkan kandung kencing dengan menggunakan kateter.2. Segera memulai kompresi bimanual interna 1. Penolong berdiri di depan vulva, oleskan antiseptic pada sarung tangan kanan2. Masukkan tangan kanan secara obstetric kedalam vagina3. Kepalkan tangan4. Tekankan tangan yang ada dalam vagina (forniks anterior) dengan mantap pada bagian bawah uterus (kranio anterior)5. Hati-hatilah dalam menyingkirkan serviks yang menghalangi penekanan6. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri7. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dengan kepalan tangan pada forniks anterior/tekankan/mendekatkan tangan pada perut dan kepala tangan yang ada dalam vagina bersamaan.8. Tekan tangan dengan mantap sampai perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi3. Jika anda merasa uterus sudah mulai berkontraksi, maka dengan perlahan tariklah tangan keluar, jika uterus berkontraksi teruskan pemantauan.4. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, mintalah bantuan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna sementara anda member injeksi metergin 0,2 mg IM dan memulai infuse IV (RL dengan 20 IU oxytosin/500 cc terbuka lebar atau 60 tetes/menit)5. Jika uterus tetap tidak berkontraksi, lanjutkan kembali KBI segera setelah anda memberikan injeksi metergin dan memulai infuse IV6. Jika uterus belum juga mulai berkontraksi setelah 5-7 menit, segera siapkan perujukan dengan IV tetap terpasang dengan laju 500cc/jam

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUREKOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAPERALATAN1. 1. Sarung tangan steril2. 2. Cairan infuse3. 3. Peralatan infuse4. 4. Jarum infuse5. 5. Plester6. 6. Kateter urinPROSUDER KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA1. Bila mungkin mintalah bantuan seseorang2. Cobalah massage ringan agar uterus berkontraksi3. Periksa apakah kandung kencing penuh.jika kandung kencing penuh,mintalah ibu untuk buang air kecil.bila tidak berhasil,pasanglah kateter4. Jika perdarahan tidak berhenti, lakukan kompresi bimanual eksterna.Ada beberapa cara dalam melakukan kompresi bimanual eksterna yaitu:Cara I1. Tangan kiri menggenggam rahimdari luar dan dasar rahim,2. Tangan kanan menggenggam rahim bagian bawah,3. Kemudian keduatangan menarik rahim keluar dari rongga panggul, sedangkan tangan kanan memeras bagian bawah rahim.Cara II1. Letakansatu tangan pada dinding perut dan usahakan sedapat mungkin bagian belakang uterus,2. Letakan tangan dan lain dalam keadaan terkepal pada bagian depan kurpus uteri,3. Kemudian rapatkan kedua tangan untuk menekan pembuluh darah ke dinding uterus dengan jalan menjepit uterus diantara kedua tangan tersebut.1. Berikan 10 unit oksitoksin (syntocinon) secara IM atau melalui infuse jika mungkin, kemudian berikan ergometrin 0,2 mg (methergin) IM, kecuali jika ibu menderita hipertensi berat. Dapat juga diberikan 0,5 mg syntometrin IM jika ibu tidak menderita hipertensi. Jika perdarahan berkurang atau berhenti mintalah ibu menyusui bayi.2. Jika hal ini tidak berhasil menghentikan perdarahan dan uterus tetap tidak berkontraksi walaupun telah di rangsang dengan mengusap-usap perut pasanglah infuse.https://samoke2012.wordpress.com/2012/10/13/kompresi-bimanual/

STANDAR 23 (PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS )

Tujuan : Mengenai tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat.

Pernyataan standar Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, melakukan perawatan dengan segala dan merujuknya

Hasil Ibu dengan sepsis puerperalis mendapat penanganan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan kematian dan kesakitan akibat sepsis puerperalis Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas

Prasyarat: 1. System yang berjalan dengan baik agak ibu mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik dirumah, dipuskesmas atau pun dirumah sakit.2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas termasuk penyebab, pencegahan, pengenalan dan penanganan dengan tepat sepsis peurperalis.3. Tersedia peralatan atau perlengkapan penting : sabun, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik sekali pakai, set infuse steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, sarung tangan bersih DTT/steril.4. Tersedia obat-obatan penting : cairan infuse (ringer laktat), dan antibiotika. Juga tersedia tempat penyimpanan untuk obat-obatan yang memadai.5. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas atau kartu ibu.6. Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan dengan baik untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan.

Proses

Bidan harus :1. Amati tanda dan gejal infeksi puerperalis yang didiagnosa bila 2 atau lebih gejala dibawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban mulai hari ke-2 (2 kali 24 jam) hingga 42 hari pasca persalinan : Suhu tubuh > 38o C Nyeri perut atau pelvis Pengeluaran cairan vagina yang abnormal Cairan vagina yang berbau busuk Terhambatnya pengecilan ukuran uterus2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal atau gejala infeksi3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami atau keluarganya agar waspada terhadap tanda/gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan jika menemukannya4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi. (mungkin lebih dari satu sumber infeksi termasuk infeksi kronik)5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus terlambat , atau terdapat perdarahan pervaginam, mulai diberikan infuse ringer laktat dengan jarum berlubang besar ( 16 dan 18 G), rujuklah ibu segera ke RS. (ibu perlu diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa jaringan plasenta).6. Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda / gejala septic syok (suhu 38o C atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan anti biotika sesuai dengan ketentuan. Rujik ibu ke RS. Ampisilin 2 gr IV setiap 6 jam Gentamicin 5 mg/kg berat badan IV setiap 24 jam Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak telalu lemah dan sulit merujuk berikan antibiotika (misalnya ampisilin 1 gr PE, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam, ditambah metronidazol 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari8. Pstikan bahwa ibu/bayi dirawah terpisah/jauh dari anggota keluarga lainnya, sampai infeksi teratasi.9. Cuci tangan dengan seksama sebalum dan sesudah memeriksa ibu/bayi.10. Alat-alat yang dipai ibu jangan dipakai untik keperluan lain, terutama untuk ibu nifas/bayi lain.11. Beri nasehat pada ibu tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati (sebaiknya dibakar). Jika tidak ada pembalut steril, maka dapat digunakan kain yang telah dijemur sampai kering.12. Tekangkan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik dan banyak minum bagi ibu13. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI. (namun demikian,bayi memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya terpenuhi).14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama.15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam, segera rujuk ke RS.16. Jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok yang di diskusikan di standart 21

.INGAT!

Lakukan test sensitivitas sebelum memberikan suntikan antibiotika Semua ibu nifas beresiko terkena infeksi, dan ibu yang telah melahirkan bayi dalam keadaan mati, persalinan yang memanjang, pecahnya selaput ketuban yang lama mempunyai resiko yang lebih tinggi Kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk pencegahan maupun penanganan sepsis Infeksi bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder Keadaan ibu akan memburuk jika antibiotika tidak diberikan secara dini dan memadai. Ibu dengan sepsis puerperalis perlu dukungan moril, karena keadaan umumnya dapat menyebaban menjadi sangat letih dan depresi.

http://fararinapramuditha.blogspot.co.id/2014/05/standar-23-penanganan-sepsis-puerperalis.html

RETENSIO PLASENTA

A. PENGERTIANRetensio plasenta merupakan plasenta yang belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantsi, menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah tetapi terbuka serta menimbulkan perdarahan. (Manuaba,2002).Sebab - sebabnya plasenta belum lahir bisa karena :a) Plasenta belum lepas dari dinding uterusb) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :a) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasentab) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).

B. DIAKNOSA RETENSIO PLASENTAPemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. Fundus Uterus lembek karena tidak berkontraksi setelah bayi lahir Plasenta tidak kunjung keluar setelah jam Ibu terlihat pucat Ketinggian fundus uteri masih setinggi pusat

C. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA1. Pencegahan Manajemen Aktif Kala III Oksitosin 10U im Peregangan Tali Pusat Terkendali Masase uterus segera setalah plasenta lahir

2. Penanganan Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10U oksitosin IM dosis ke 2.Periksa kandung kemih, jika penuh gunakan teknik aseptic untuk memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penanganan tali pusat dan tekanan dorso cranial. Apabila tersedia akses dan mudah menjangkau fasilitas kesehatan rujukan maka nasehati keluarga bahwa mungkin ibu perlu dirujuk apabila plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penanganan tali pusat untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tidak lahir, segera rujuk. Tetapi apabila fasilitas kesehatan rujukan sulit dijangkau dan kemudian timbul perdarahan maka sebaiknya lakukan tindakan plasenta manual. Untuk melakukan hal tersebut, pastikan bahwa petugas kesehatan telah terlatih dan kompeten untuk melaksanakan tindakan atau prosedur yang diperlukan.

Perhatikan : Jika plasenta belum lahir dan mendadak terjadi perdarahan maka, segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan cavum uteri. Jika paska tindakan tersebut masih ada perdarahan maka lakukan kompresi bimanual internal atau ekstrnal, atau kompresi aorta. Beri oksitosin 10 unit dosis tambahan dan misoprostoll 600-1000 mcg/rectal. Tunggu hingga uterus hingga berkontraksi kuat dan perdarahan berhenti, baru hentikan tindakan kompresi.Teknik plasenta manual :Indikasi Manual Plasenta : Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus. Apabila terjadi retensio plasenta dan jarak antara tempat persalinan jauh dan sulit dicapaiPlasenta ManualPlasenta manual adalah tindakan untuk meleoas plasenta secara manual (menggunakan tangan ) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavun uteri. Prosedur Plasenta ManualPersiapan Pasanga set dan cairan infuse Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan Lakukan anesthesia verbal atau analgesia per rectalTindakan penetrasi kedalam kavum uteri1. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cn dari vulva, teganggakan dengan satu tangan sejajar lantai3. Secara obstetric, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.4. Setelah mencapai bukaan servik, minta seorang asisten atau penolong lain untuk memegang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri5. Sambil menahan fundus uteri, maukkan tangan dalam hingga kekavum uteri sehingga mencapai tempat implanttasi plasenta6. Bentang tangan obstetric menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat kejari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)Melepas Plasenta dari Dinding Uterus7. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta oaling bawah. Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghada ke bawah ( posterior ibu ) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan kesebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dindung uterus dimana punggung tangan menghadap keatas ( anterior ibu ) 8. Stelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kekanan dan kiri sambil digeserkan keatas ( cranial ibu ) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.Catatan Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukkan plasenta increta (tertanam dalam miometrium) Bila hanya sebagian dari inplantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta acreta. Untuk keadaan ini sabaiknya ibu diberi utero tonika tambahan (misoprostol 600 mcg/rectal) sebelum dirujuk kepada fasilitas kesehatan rujukan.

Mengeluarkan Plasenta9. Sementara satu tangan masih didalam cavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra symphysis (Tahan sekmen uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah)11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra symphysis) uterus kearah dorso cranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wabah yang telah disediakan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan12. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan.13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.14. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.15. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.

Pemantauan Pasca Tindakan16. Periksa kembali tanda vital ibu.17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan.18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan.19. Beritahukan ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.20. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindahkan keruang rawat gabung.

D. SISTEM RUJUKAN

Hal yang penting dalam merujuk adalah :a. Bidan b. Alat c. Keluarga d. Surat

e. Obat f. Kendaraan g. Uang h. Darah

Penanganan Selama Merujuk : Memberikan transfuse Memperhatikan keadaan umum penderita selama perjalanan ke tempat Proteksi dengan antibiotika Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkosa

E. DIAKNOSA POTENSIAL Atonia uteri Pervorasi Perdarahan terus http://putriawal.blogspot.co.id/2012/06/retensio-plasenta-normal-0-false-false.html

Episiotomi

a. Pengertian Merupakan istilah untuk suatu insisi perineum (Obstetri Williams, 2005).

b. Prinsip tindakan episiotomi Pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut (Sumarah, 2008).

c. Indikasi episiotomi Menurut Manuaba (2007) khusus pada primigravida, laserasi jalan lahir terutama perineum sulit dihindari sehingga sehingga untuk keamanan dan memudahkan menjahit laserasi kembali dilakukan episiotomi. Disamping itu, episiotomi dipertimbangkan pada multigravida dengan introitus vagina sempit atau pada wanita dengan perineum yang kaku. Selain itu menurut Sumarah (2008) indikasi episiotomi dilakukan pada:1) Gawat janin, untuk menolong keselamatan janin maka persalinan harus segera diakhiri2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi bokong, distosia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum.3) Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina4) Perineum kaku dan pendek5) Adanya ruptur yang membakat pada perineum6) Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin

d. Tujuan episiotomi menurut Sumarah (2008) adalah :1) Meluaskan jalan lahir sehingga mempercepat persalinan2) Menghindari kemungkinan sistokele/rektokele dan inkontinensia3) Memudahkan untuk menjahit kembali4) Bila robekan perineal iminen, sehingga dapat mencegah kerusakan yang tidak terkendali.5) Untuk mengurangi tekanan pada kepala janin prematur yang masih lunak.6) Untuk melancarkan pelahiran jika kelahiran tertunda oleh perineum yang kaku.7) Untuk memberikan ruangan yang adekuat untuk pelahiran dengan bantuan.

e. Tingkat episotomi menurut Manuaba (2007) Tingkat episiotomyJaringan terkenaKeterangan

Pertama Fourchette Kulit perineum Mukosa vagina Mungkin tidak perlu dijahit Menutup sendiri

Kedua Fascia + muskulus badan perineum Perlu dijahit

Ketiga Ditambah dengan sfincter ani Harus dijahit legeartis sehingga tidak menimbulkan inkontinensia

Keempat Ditambah dengan mukosa rektum Teknik menjahit khusus sehingga tidak menimbulkan fistula

f. WaktuSaat yang dianggap tepat melakukan episiotomi menurut Manuaba (2007) adalah :1) Saat kepala crowning sekitar 4-5 cm2) Saat his dan mengejan sehingga rasa sakit tertutupi3) Saat perineum telah menipis, sehingga mengurangi perdarahan

g. Bentuk episiotomiBentuk episiotomi yang lazim dilakukan menurut Sumarah (2008) adalah :1) Episiotomi mediana2) Episiotomi lateralis3) Episiotomi mediolateralis

h. Cara melakukan episiotomi menurut Sarwono (2006) :1) Persiapan 2) Prosedur utama (persalinan)3) Aseptik/antiseptic4) Episiotomi5) Anastesi lokala) Jelaskan pada ibu tentang apa yang dilakukan dan agar ibu merasa tenang.b) Pasanglah jarum no. 22 pada spuit 10 ml, kemudian isi spuit dengan bahan anastesi (lidokain HCl 1 % atau Xilokain 10mg/ml).c) Letakkan 2 jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala dan perineum. Masuknya bahan anastesi (secara tidak sengaja) dalam sirkulasi bayi, dapat menimbulkan akibat yang fatal, oleh sebab itu gunakan jari jari penolong sebagai pelindung kepala bayi.d) Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior (fourchette) yaitu bagian sudut bawah vulva.e) Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri (atau kanan) garis tengah perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak memasuki pembuluh darah (terlihat cairan dalam spuit).f) Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5-10 ml lidokain 1 %.g) Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi dilakukan.Jika kepala janin tidak segera lahir, tekan insisi episiotomi diantara his sebagai upaya untuk mengurangi perdarahan.Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan perineum, ibu masih merasakan nyeri, tambahkan 10 ml Lidokain 1 % pada daerah nyeri.Penyuntikan sampai menarik mundur, bertujuan untuk mencegah akumulasi bahan anastesi hanya pada satu tempat dan mengurangi kemungkinan penyuntikan kedalam pembuluh darah.6) Tindakan episiotomia) Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan.b) Letakkan jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah dengan rencana sayatan.c) Tunggu fase acme (puncak his) kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka antara jari telunjuk dan tengah. d) Gunting perineum, dimulai dari fourchat (komissura posterior) 45 derajat ke lateral (kiri atau kanan).7) Lanjutkan pimpin persalinan.8) Melahirkan Bayi9) Melahirkan Plasenta10) Menjahit luka episiotomia) Atur posisi ibu dan menjadi posisi litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot pada aderah yang benar.b) Keluarkan sisa darah dari dalam lumen vagina, bersihkan daerah vulva dan perineum.c) Kenakan sarung tangan yang bersih/DTT. Bila perlu pasanglah tampon atu kasa ke dalam vagina untuk mencegah darah mengalir ke daerah yang akan dijahit.d) Letakkan handuk untuk kain bersih di bawah bokong ibu.e) Uji efektifitas anastesi local yang diberikan sebelum episiotomi masih bekerja (sentuhkan ujung jarum pada kulit tepi luka). Jika terasa sakit, tambahkan anastesi local sebelum penjahitan dilakukan.f) Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman dari cemaran.g) Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas batas luka. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina. Ikat dan potong salah satu ujung dari benang dengan menyisakan benang kurang lebih 0,5 cm.h) Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahit jelujur dengan jerat ke bawah sampai lingkaran sisa hymeni) Kemudian tusukkan jarum menembus mukosa vagina di depan hymen dan keluarkan pada sisi dalam luka perineum. Periksa jarak tempat keluarnya jarum di perineum dengan batas atas irisan episiotomy.j) Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai ke ujung luar luka (pastikan setiap jahitan pada kedua sisi memiliki ukuran yang sama dan lapisan otot tertutup dengan baik)k) Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan mulailah merapatkan kulit perineum dengan jahitan subkutikuler.l) Bila telah mencapai lingkaran hymen, tembuskan jarum ke luar mukosa vagina pada sisi yang berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler.m) Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan kembali jarum pada mukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan ke sisi berlawanan hingga menembus mukosa pada sisi berlawanan.n) Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul kuncio) Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan)p) Tutup jahitan luka episiotomy dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/tindakan-episiotomi.html#ixzz3nstTVa6Khttp://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/07/tindakan-episiotomi.html