Sop Pemeriksaan Laboratorium

40
SOP PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila diperlukan, diberi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium Pasien rujukan dokter dari luar Puskesmas yang datang kePuskesmas untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, setelahmendaftar di loket pendaftaran Puskesmas, langsung menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan formulir permintaan rujukanpemeriksaan laboratorium dari dokter yang merujuknya (Formuli Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas laboratorium Setelah menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, pasien diambil spesimennya. Spesimen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk dilakukan validasi. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawa oleh pasien ke ruang pemeriksaan dokter untuk mendapat penjelasan dari dokter tentang hasil pemeriksaan laboratorium tersebut. Untuk pasien rujukan, Formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung dibawa ke dokter yang merujuk. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter pemeriksa kepada pasien. SOP PENGELOLAAN REAGEN a. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, cara penggunaan dan suhu penyimpanan. b. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan penerimaan). c. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk.

description

sop pemeriksaan lab

Transcript of Sop Pemeriksaan Laboratorium

Page 1: Sop Pemeriksaan Laboratorium

SOP PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas

Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila diperlukan, diberi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium

Pasien rujukan dokter dari luar Puskesmas yang datang kePuskesmas untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, setelahmendaftar di loket pendaftaran Puskesmas, langsung menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan formulir permintaan rujukanpemeriksaan laboratorium dari dokter yang merujuknya (Formuli

Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas laboratorium

Setelah menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, pasien diambil spesimennya.

Spesimen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium.

Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk dilakukan validasi.

Formulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawa oleh pasien ke ruang pemeriksaan dokter untuk mendapat penjelasan dari dokter tentang hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.

Untuk pasien rujukan, Formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung dibawa ke dokter yang merujuk.

Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter pemeriksa kepada pasien.

SOP PENGELOLAAN REAGEN

a. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, cara penggunaan dan suhu penyimpanan.

b. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan penerimaan).

c. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk.

d. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan reagen.

e. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.

f. Lindungi label dari kerusakan.

g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena cahaya matahari langsung.

h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.

Page 2: Sop Pemeriksaan Laboratorium

SOP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

1. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.

2. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).

3. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi.4. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan setelah selesai

melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju proteksi sebelum meninggalkan ruang laboratorium.)

5. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.

SOP PEWARNAAN BTAPengertian :Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya mengandung banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeable dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadap pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa tuberculosis. Bakteri tahan asam (BTA) akan memberikan warna merah, sedangkan yang tidak tahan asam akan berwarna

Alat dan Bahan:1. Object glass2. Carbol fuchsin 0,3%3. Alkohol asam 3% (Alkohol + konsentrasi HCl 3%)

4. Methylen-blue 0,3%5. Air6. Lidi7. Lampu bunsen/spiritus8. Pinset9. Bak pewarnaan10.Rak pengering11. Mikroskop

Prosedur :1. Ambil contoh uji dahak pada bagian yang purulen dengan lidi2. Apuskan dahak di atas kaca sediaan pada permukaan yang sama dengan nomor

identitas. 3. Apusan bentuk oval 2x3 cm kemudian ratakan dengan gerakan spiral kecil-kecil.4. Keringkan di dalam suhu kamar5. lidi langsung dibuang ke dalam botol berisi disinfektan.

Page 3: Sop Pemeriksaan Laboratorium

6. Lakukan fiksasi. Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk memegang kaca . Pastikan apusan menghadap ke atas Lewatkan 3 x melalui api dari lampu spiritus.

7. Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak yang ditempatkan di atas bak cuci jarak antara satu sediaan dengan sediaan lainnya masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari

8. Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin. 9. Panasi dari bawahdenganmenggunakan sulut api setiap sediaan sampai keluar uap,

jangan sampai mendidih10. Dinginkan selama minimal 5 menit11. Bilas sediaan dengan air mengalir secara hati-hati dari ujung kaca sediaan12. Miringkan sediaan menggunakan pinset untuk membuang air13. Genangi dengan asam alcohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin.

Jangan sampai ada percikan ke sediaan lain14. Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue selama 20-30 detik15. Miringkan sediaan untuk mengalirkan sisa methylene blue16. Keringkan sediaan pada rak pengering17. Setelah kering Teteskan oil imersi pada sediaan sputum lihat pada pembesaran

lensa objektif 100x dan carilah BTA yang berbentuk batang warna merah. 18. Periksa dengan cara mengeser dan membentuk zig zag dari atas kebawah kemudian

ulangi dengan berlawanan arah.

Interpretasi Hasil : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lp, disebut negatifDitemukan 1-9 BTA dalam 100 lp, ditulis jumlah kuman yang ditemukanDitemukan 10-99 BTA dalam 100 lp, disebut + atau (1+)Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lp, disebut ++ atau (2+)Ditemukan >10 BTA dlam 1 lp, disebut +++ atau (3+)

SOP PEWARNAAN GRAMPengertian

Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Gram positif warnanya violet (ungu) karena mengikat zat warna utama “kristal violet”. Sedangkan Gram negatif berwarna merah jambu karena melepaskan zat warna utama dan menangkap zat warna penutup ”fuchsin”.

Alat dan bahan1. Mikroskop2. Larutan Kristal violet 3. Larutan lugol4. Alcohol 96 %5. Larutan safranin6. Aqua dest7. Lampu spritus8. Jarum Ose

Page 4: Sop Pemeriksaan Laboratorium

9. Objek glas10. Pinset (Penjepit kayu)

Prosedur  Cara pewarnaan Gram :

1. Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.

2. Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 5 menit.

3. Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-3 menit.

4. Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).

5. Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.

6. Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop memakai lensa rendam minyak.

Hasil :

Gram positif  = ungu.

Gram negatif = merah.

SOP Pemeriksaan Jamur

PrinspLarutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut sehingga bila mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypha dan atau spora

TujuanMenemukan adanya hypa darn atau spora pada kulit, kuku dan rambutc. Persiapan Pasien Tidak diperlukanA. Pengambilan Specimen 1) Alata. Scalpelb. Pinsetc. Alcohol 70%d. Kapase. Kertas/wadah bersih2) Lokasia. Kulit : Bagian tepi kelainan kulitb. Kuku : Kuku yang mengarami penebalanc. Rambut§ Rambut rapuh dan berwarna agak pucat§ Pada rambut terdapat benjolan

Page 5: Sop Pemeriksaan Laboratorium

§ Daerah sekitar rambut menunjukan kelainan kulit, misalnya bersisik, botak dan lain-lain.3) Cara Fengambilana. Kerokan Kulit Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alcohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya, Keroklah bagian yang aktif dengan scalpel dengan arah dari atas ke bawah (cara memegang scalpel harus miring membentuk sudut 450 ke atas)b. Kerokan/guntingan kuku Letakkan hasil kerokan kulit dalam kertas atau wadah. Bersihkan, kuku yang sakit dengan kapas alcohol 70% dengan maksud seperti diatas Kerokanlah bagian kuku yang sakit pada bagian permukaan dan bagian bawah kuku yang sakit, bila perlu kuku tersebut digunting Rambut Rambut yang sakit dicabut dengan pinset Letakkan rambut tersebut pada kertas{wadah yang bersihB. Pembuatan sediaan1. Alata. Kaca objekb. Kaca penutupc. Lampu spirtusd. Pinset

2. Reagen• Larutari KOH 10% untuk kulit dan kuku• Larutari KOH 20% untuk rambut3. Cara pembuatan sadiaana. Teteskan 1-2 gelas larutari KOH 10% pada kaca objekb. Letakkan hahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.c. Biarkan ± 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisis

C. Pengiriman Spesimen1) WadahAmplop yang bersih2) Cara Pengirimana. Bungkus specimen yang telah diletakkan pada kertas/wadah yang bersih dan keringb. Kemudian masukkan kedalam amplopc. Tulis identitas pasien diatasnya : nama dan umur pasien, tanggal pengambiland. Kemudian mesukkan lagi kedalam amplop yang lebih besar dan tebal. Lalu rekatkane. Spesimen siap dikirim

2.6. Cara Pemeriksaan Jamuri. AlatMikroskopii. CaraPeriksa sediaan dibawah mikroskop.Mula-mula dengan pembesaran objektif 10x kemudian dengan pembesaran 40 x untuk mencari adanya hypa dan atau spora

Page 6: Sop Pemeriksaan Laboratorium

2.7. Hasil PemeriksaanPositif : bila ditemukan adanya hypa dan atau sporaNegatif : bila tidak ditemkan adanya hypa dan atau spora

PEDOMAN TES MALARIA

Pengertian    :     Tes malaria adalah tes laboratorium yang dapat memberikan informasi tentang parasit

khususnya genus Plasmodium sebagai penyebab  penyakit malaria.

Tujuan          :     Untuk menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan

penyakit malaria

Prosedur:

1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu  dikonfirmasi oleh

dokter yang bertugas

2.  Pra Analitik

a. Persiapan pasien : -           Pengambilan  sampel  dilakukan  sebelum  pasien  menggunakan  obat antimalaria.

-        Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada saat demam

b.   Persiapan sampel  :

Darah dapat berupa darah kapiler atau darah vena yang diberi antikoagulan Na Citrat 3,8%,

atau EDTA.

  c. Alat dan Bahan:

-       Kapas alkohol 70%

-       Blood lancet

-       Etil alkohol

-       Object glass

-       Larutan Giemsa dengan larutan Buffer Ph 7,2

-       Air kran/aquades

-       Mikroskop

3.  Analitik

A. Tes Pembuatan Sediaan Darah Tebal dan Tipis

1.      Bersihkan ujung jari atau anak telinga dengan kapas alkohol 70%. Biarkan mengering.

2.      Tusuk kulit dengan jarum (blood lancet) dengan cepat, cukup dalam sehingga darah dapat

mengalir secara bebas tanpa diperas (dipijat). Tetesan darah pertama dibuang.

Page 7: Sop Pemeriksaan Laboratorium

3.      Buat sediaan darah tebal dengan cara meneteskan sebanyak 3 - 4 tetes darah pada daerah

dekat ujung object glass yang bersih dan bebas dari lemak. Dengan sudut object glass yang

lain campurkan tetesan darah tersebut secara membulat sehingga diameternya sekitar 20 mm.

Ketebalannya sedemikian rupa sehingga masih  bisa membaca koran yang diletakkan di

belakang sediaan tersebut.

4.      Buatlah sediaan darah tipis pada sisa tempat di object glass yang sama.

5.      Tempatkan di kotak sediaan atau letakkan horizontal agar mengering. Lindungi terhadap

pengotoran oleh debu atau gangguan lalat, dan kecoa. Sediaan darah tebal kadang-kadang

perlu waktu 2 jam untuk menjadi kering.

B. Prosedur Pewarnaan

1. Sediaan darah tipis

a.    Sediaan darah tipis difiksasi dengan direndam ethyl alkohol absolut atau metyl alkohol

absolut selama 2-3 menit.

b.    Rendam sediaan dalam larutan campuran 1 (satu) cc stock Giemsa dengan 50 cc larutan

Buffer air selama 10-45 menit.

c.    Cuci dengan aquadest dan biarkan mengering

2. Sediaan darah tebal

Pada sediaan darah tebal, tidak dilakukan perendaman dengan ethyl alkohol absolut (methyl

alkohol absolut), tetapi langsung dengan pewarnaan. Kemudian cuci dengan aquadest dengan

hati-hati selama 2 (dua) menit.

C. Pemeriksaan sediaan apusan

-          Periksa sediaan apusan darah di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100x  untuk

melihat ada atau tidak parasit malaria, dan untuk mengidentifikasi spesies Plasmodium vivax,

Plasmodium falciparum Plasmodium Malariae, atau Plasmodium ovale.

-          Hasil  tes positif jika ditemukan parasit malaria, dan negatif jika tidak ditemukan parasit

malaria.

Nilai rujukan:

Negatif : tidak ditemukan parasit malaria

4. Pasca Analitik

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung parasit dengan

identifikasi parasit yang tepat.

Hitung parasit pada tetes darah tebal: dihitung berdasar leukosit (eritrosit sudah lisis), yaitu per 200 leukosit.

Page 8: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Contoh: Hasil : 1500 parasit/200 leukosit

              Bila leukosit 8000/uL, hitung parasit: 8000/200 x 1500 par. = 60.000/uL

Penilaian: Hitung parasit < 100.000/uL, mortalitas < 1%

                  Hitung parasit > 500.000/uL, mortalitas >50%

Catatan:

-          baik untuk parasitemia rendah

-          kurang baik bila parasit padat

Secara kasar pada pemeriksaan tetes darah tebal sering dilaporkan dengan kode plus 1(+) satu

sampai dengan plus 4 (++++), yang artinya ialah:

   +          :    1-10 parasit per 100 lapang pandang

   ++        :    11-100 parasit per 100 lapang pandang

   +++     :    1-10 parasit per satu lapang pandang

   ++++   :    lebih dari 10 parasit per satu lapang pandang

  Pemeriksaan Hematologi1.    Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

Metode    : Metode sahli

Tujuan    : Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah

Prinsip    : Hemoglobin darah diubah menjadi hematin asam kemudian warna yang

terbentuk dibandingkan secara visual dengan standard pada alat.

Alat dan Bahan :

Alat

  Hemoglobinometer (hemometer) sahli

  Lancet

  Tissue

Bahan

  Darah kapiler

  Larutan HCl 0,1 N

  Aquadest

  Kapas alkohol 70%

Cara Kerja         :

a.    Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b.    Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer sampai tanda “2”.

Page 9: Sop Pemeriksaan Laboratorium

c.    Isaplah darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 µl atau 0,02

ml.

d.    Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.

e.    Segeralah alirkan darah dari pipet ke dasar tabung pengencer yang berisi HCl 0,1 N.

Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.

f.     Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa homogen sehingga

warna campuran menjadi coklat tua.

g.    Tambahkan aquadest tetes demi tetes setiap kali diaduk dengan batang pengaduk.

Persamaan warna campuran dan batang standar harus dicapai pada cahaya terang.

h.    Bacalah kadar hb dalam satuan gram/100 ml darah atau g%.

Nilai Normal  :           Laki-laki                     : 14-16 gr%

Perempuan   : 12-14 gr%

2.    Hitung Jumlah TrombositMetode    :           Tabung

Tujuan    :           Untuk menghitung jumlah trombosit dalam darah

Prinsip kerja       :           Darah di encerkan dan di cat dengan larutan  Amonium

Oxalat lalu di hitung jumlah tombosit dalam volume pengenceran tertentu. Yang

mana Amonium Oxalat akan melisiskan sel selain trombosit, jadi pada saat

pemeriksaan yang terlihat hanyalah trombosit saja.

Alat dan Bahan :

Alat

  pipet 20µl

  kamar hitung (improved neubaure)

  deck glass/cover glass

  tabung reaksi

  mikroskop

  Pipet volume

Bahan

  Kapas alcohol 70%

  Ammonium Oxalate 1%

  Darah kapiler

Cara kerja :

Page 10: Sop Pemeriksaan Laboratorium

a.    Siapkan alat dan bahan

b.    Pipet larutan Ammonium Oxalate sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung

reaksi.

c.    Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20µl

d.    Homogenkan

e.    Buang beberapa tetes, kemudian masukkan kedalam kamar hitung.

f.     Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10× lalu pindahkan ke pembesaran

40× lensa objektif.

Perhitungan : N × 1000

*kotak yang dihitung hanya 1 kotak yaitu kotak eritrosit

Nilai normal       : 50.000 - 400.000 / mm3

3.    Hitung Jumlah EritrositMetode     :           Tabung

Tujuan     :           Untuk menghitung jumlah eritrosit dalam darah

Prinsip kerja        :           Darah di encerkan dan di cat dengan larutan  Hayem lalu di

hitung jumlah tombosit dalam volume pengenceran tertentu. Yang mana larutan

Hayem akan melisiskan sel selain eritrosit, jadi pada saat pemeriksaan yang terlihat

hanyalah eritrosit saja.

Alat dan Bahan :

Alat

  pipet 20µl

  kamar hitung (improved neubaure)

  deck glass/cover glass

  tabung reaksi

  mikroskop

  Pipet volume

Bahan :

  Kapas alcohol 70%

  Larutan Hayem

  Darah kapiler

Cara kerja :

a.    Siapkan alat dan bahan

Page 11: Sop Pemeriksaan Laboratorium

b.    Pipet larutan Hayem sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi.

c.    Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20µl

d.    Homogenkan

e.    Buang beberapa tetes, kemudian masukkan ke dalam kamar hitung.

f.     Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10× lensa objektif.

Perhitungan : N × 10.000

Nilai normal        :           Laki-laki         : 4,5-5,5 juta sel/mm3

Perempuan   : 4,0-5,0 juta sel/mm3

4.    Hitung Jumlah Leukosit

Metode    :           Tabung

Tujuan    :           Untuk menghitung jumlah trombosit dalam darah

Prinsip kerja       :           Darah diencerkan kemudian hitung jumlah leukosit dalam

volume pengenceran tertentu dalam mengalikan factor pengenceran.

Alat dan Bahan :

Alat

  pipet 20µl

  kamar hitung (improved neubaure)

  deck glass/cover glass

  tabung reaksi

  mikroskop

  Pipet volume

Bahan :

  Kapas alcohol 70%

  Larutan Turk

  Darah kapiler

Cara kerja :

a.    Siapkan alat dan bahan

b.    Pipet larutan Turk sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi.

c.    Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20µl

d.    Homogenkan

e.    Buang beberapa tetes, kemudian masukkan kedalam kamar hitung.

f.     Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10× lensa objektif.

Page 12: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Perhitungan : N × 50

Nilai normal        : 5.000 - 10.000 / mm3

5.    Pemeriksaan LED (laju endap darah)Metode    : Westergreen

Tujuan    : Untuk mengetahui terjadinya infeksi dan homokonsentrasi pada darah.

Prinsip    : Pengendapan sel-sel darah merah ke dasar tabung, jika darah yang

sudah diberi antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung westergreen yang

diletakkan secara vertical.

Alat dan Bahan :

Alat

  Tabung Westergreen

  Tabung

  Rak tabung westergreen

  Timer

  Tabung reaksi

Bahan

  Sampel darah vena

  Natrium citrate 3,8%

Page 13: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Cara kerja :a.    citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA

yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl

0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

b.    Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.

c.    Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun

sinar matahari langsung.

d.    Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

C.    Pemeriksaan Kimia Klinik1.    Pemeriksaan Glukosa, Kolesterol, dan Asam Urat

Metode    : Nesco (menggunakan strip)

Tujuan    : Untuk mengetahui kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat

Prinsip    : Darah kapiler dimasukkan ke dalam strip glukosa lalu dibaca pada alat.

Alat dan Bahan :

Alat

  Lancet steril

  Nesco

  Strip glukosa

  Tissue

Page 14: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Bahan

  Kapas alkohol 70%

  Darah kapiler

Cara Kerja       :

a.    Siapkan alat Nesco, pasang chip (memory) dan pasang strip pemeriksaan.

b.    Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70% dan tunggu sampai kering.

c.    Pegang bagian bawah yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit

untuk mengurangi rasa sakit.

d.    Tusuk dengan lancet steril, darah harus keluar dengan sendirinya tanpa harus

ditekan.

e.    Tetesan darah pertama dihapus dengan kapas kering.

f.     Masukkan spesimen darah ke dalam strip Nesco.

g.    Tunggu hasilnya dan catat hasil pemeriksaan.

Nilai Normal :

Glukosa Darah Puasa: 70-110 mg/dl

Kolesterol     : <200 mg/dl

Asam urat      : Laki-laki       : 3,5-7,0 mg/dl

  Perempuan : 2,5-6,0 mg/dl

2.    Pemeriksaan Protein/Albumin UrineMetode    : Asam Acetat

Tujuan : Tujuan tes ini adalah untuk mendeteksi ada atau tidaknya protein yang

terkandung dalam urine.

Prinsip : Protein yang dipanasakan akan membentuk presipitat yang terlihat berupa

kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik

isoelektrik protein

Alat dan bahan

  Tabung reaksi

  Lampu spiritus

  Rak tabung reaksi

  Penjepit tabung reaksi

  Asam asetat 6%

Page 15: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Cara Kerja

a.    Masukkan urin jernih (sentrifus terlebih dahulu) ke dalam tabung reaksi sampai 2/3

penuh

b.    Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan penjepit tabung

reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala api sampai mendidih 30 detik.

c.    Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi kekeruhan,

kemungkinan disebabkan oleh protein, kalsiumfosfat, kalsiumkarbonat.

d.    Teteskan 3-5 tetes asam asetat 6% ke dalam urine yang masih panas itu. Jika

kekeruhan disebabkan oleh kalsiumfosfat maka kekeruhan akan lenyap. Jika

kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat maka kekeruhan akan tetap hilang tapi

dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi,

maka tes terhadap protein adalah positif.

Penilaian

-         : tidak ada kekeruhan

+        : kekeruhan ringan (seperti awan) tanpa butir (kadar protein

0,01-0,05%)

++      : kekeruhan mudah diilihat dan tampak butir-butir dalam

kekeruhan (0,05-0,2%)

+++   : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2-0,5%)

++++ : urin sangat keruh dan berkeping-keping besar atau bergumpal-

gumpal (>0,5%)

Syarat = urine yang dipakai untuk pemeriksaan harus jernih. Bila tidak jernih, maka

harus dilakukan sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatan.

3.    Mikroskopik urine

Metode           :           Natif

Tujuan           :           untuk mengetahui unsur organik dan anorganik.

Prinsip           :           adanya bentukan-bentukan atau elemen-elemen atau

unsur-unsur yang teresuspensi dalam urine akan

dipresipitatkan denga jalan di centrifuge.

Alat dan Bahan :

Page 16: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Alat

         Centrifuge

         Tabung centrifuge

         Objek glass

         Deek glass

         Mikroskop

Bahan

         Urine segar

Cara kerja :

a.    Kocok botol penampung urine agar homogen.

b.    Masukkan urine sebanyak 7-8 ml kedalam tabung centrifuge.

c.    Centrifuge urine pada alat centrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5

menit.

d.    Buang cairan atas(supernatant)sehingga tersisa sedimen kira” 0,5 ml.

e.    Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.

f.     Teteskan 1 tetes diatas obyek glass tutup dengan deck glass.

g.    Periksa dibawah mikroskop dengan lensa obyektif 10 x kemudian 40 x.

Nilai normal :

Sel erytrosit : 0-1 per Lapang Pandan Besar (LPB).

Sel leukosit  : 1-5 per Lapang Pandang Besar (LPB).

Silinder         : 0-1 per Lapang Pandang Kecil (LPK)

Epitel            : Negatif.

D.    Pemeriksaan Immunoserologi1.    Pemeriksaan Plano Test (Tes Kehamilan)

Metode          : Immunokromatografi

Tujuan          : Untuk memeriksa kehamilan dengan mendeteksi

adanya  Human Chorionic Gonadothropin (HCG) dalam urine dengan kepekatan

hingga 25 mIU/ml urine.

Prinsip          : Strip dicelupkan ke dalam urine. HCG yang dihasilkan oleh jaringan

placenta muncul dalam urine dan konsentrasinya meningkat cepat. Kadar HCG

mencapai 100 mIU/ml urine.

Alat dan Bahan :

Alat

Page 17: Sop Pemeriksaan Laboratorium

  Strip plano test

  Wadah urine

Bahan

  Urine segar

Cara Kerja    :

a.    Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b.    Tampung urine segar ke dalam wadah yang bersih dan kering.

c.    Celupkan strip ke dalam urine sesuai dengan tanda panah batas maksimum selama

30-60 detik.

d.    Angkat strip, tunggu selama 1-3 menit.

e.    Baca hasil pemeriksaan.

Interpretasi Hasil     :

Positif         : Jika muncul dua garis merah (garis

control dan garis test)

Negatif       : Jika muncul satu garis merah (garis

control)

  PEMERIKSAAN GULA DARAH DENGAN CARA STRIP A. Prinsip Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakkan pada alat, ketika darah diteteskan pada zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah.Persiapan : Pasang lancet pada alat pena coblos Accu Check soft click. Atur sesuai kedalaman yang diinginkan. 2. Usap jari tengah menggunakan alkohol swab dan tunggu hingga kering. 3. Pasang strip. Ambil satu strip dari tabung kemudian dipasang ke slot tempat strip.  Nyalakan alatnya menjadi on. 4. Check nomor kode kalibrasi. Bandingkan no. Kode kalibrasi yang muncul di layar dengan yang tertera di tabung harus sama. Yang tertera di tabung 222 sama dengan no yang muncul di layar. 5. Ambil sampling darah dengan menggunakan pena soft click. Lokasi pengambilan sampling darah di samping jari karena sedikit jala ujung saraf penyebab nyeri. 6. Masukkan darah ke dalam bantalan strip sampai terisi penuh. 7. Tunggu proses pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera di layar 8. 

Page 18: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Limbah rumah sakit berasal dari unit-unit pelayanan kesehatan yang ada di rumah

sakit tersebut termasuk laboratorium. Semua jenis limbah di laboratorium harus dinyatakan

sebagai bahan yang infeksius, oleh karena itu penanganan dan pembuangan limbah harus

ditangani secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif sebagai akibat dari kegiatan

operasional laboratorium yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan,

baik pekerja, pasien, pengunjung maupun masyarakat sekitarnya.

II.        PERATURAN-PERATURAN

            Pengaturan limbah di Indonesia mempunyai beberapa peraturan yang harus ditaati,

peraturan-peraturan tersebut dibuat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia. Beberapa dasar hukum yang dapat dicermati antara lain:

1.   Undang-Undang nomor 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2.   Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

dan Beracun.

3.   Undang-Undang nomor 4 tahun 1982, tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.   Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 986/MENKES/PER/XI/1992, tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

5.   Undang-Undang Konservasi dan Pemulihan Sumber (“Resource Conservation and Recovery

Act” = RCRA ) dan amandemen-amandemennya.

6.   Undang-undang tentang Reaksi, Kompensasi dan Tanggung Jawab Lingkungan

(“Comprehensive Environmental Response, Compensation, and Liability Act” = CERCLA)

atau disebut juga “Superfund Amandments and Reauthorization Act” (SARA), mengatur

kerugian terhadap lingkungan yang disebabkan limbah berbahaya.

            Dan undang-undang lainnya yang terkait.

III.       PENGERTIAN

           

            Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam

bentuk padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi.

            Limbah Klinis adalah limbah yang berasal dan Pelayanan Medis, Laboratorium,

Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya yang menggunakan bahan-bahan

beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.

Page 19: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi

menjadi 5 jenis, yaitu:

1.   Limbah Benda tajam

2.   Limbah Infeksius

3.   Limbah Jaringan tubuh

4.   Limbah Sitotoksik

5.   Limbah Bahan kimia

            Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:

1.   Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,

2.   Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,

3.   Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,

4.   Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di autoklaf.

Sifat limbah digolongkan menjadi:

1.   Buangan bahan berbahaya dan beracun

2.   Limbah infektif

3.   Limbah radioaktif

4.   Limbah umum

Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:

1.   Limbah cair dibagi menjadi 3, yaitu:

a.   Limbah cair infeksius, misalnya sisa spesimen seperti darah, serum / plasma, urine dan cairan

tubuh lainnya.

b.   Limbah cair domestik, yaitu limbah yang dihasilkan dari bekas air pembilasan atau pencucian

alat.

c.   Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan kimia,

misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna.

2.   Limbah padat dibagi menjadi 2,  yaitu :

      a.   Limbah padat infeksius:

-     Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut tajam, sisi, ujung atau

bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya jarum suntik, pecahan

dari kaca dan pisau.

-     Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan, faeces, bekuan darah dan medium biakan.

Page 20: Sop Pemeriksaan Laboratorium

b.   Limbah padat non infeksius, misalnya sampah umum seperti kertas, tissue, plastik kayu,

pembungkus, kardus dan sebagainya.

3.   Limbah gas adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan

etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).

IV.       PENANGANAN DAN PENAMPUNGAN LIMBAH

            Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah

terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah

tersebut.

Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :

1.   Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :

a.   Netralisasi

      Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2

Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.

Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat digunakan Phenol Phtalein (PP.).

Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika pH limbah berkisar

antara 6,5-8,5.

b.   Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi

      Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO

karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.

c.   Reduksi-Oksidasi

      Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks)

sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.

d.   Penukaran ion

      Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap

oleh resin anion.

2.   Limbah infeksius

      Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu

a.   Metode Desinfeksi

      Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang

dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak      aktif.

Page 21: Sop Pemeriksaan Laboratorium

            Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu untuk:

-     Menggunakan desinfektan yang sesuai, misalnya Chlorine,Iodophore, Alcohol,

Formaldehyde, Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini merupakan satu-

satunya jenis desinfektan yang digunakan secara rutin untuk mendesinfeksi limbah penyakit

menular.

-     Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan harus

berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan mengikat

desinfektan dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman penyakit.

-     Memberikan waktu kontak yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas

pengolahan.

-     Mengawasi kondisi-kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai akan

meningkatkan / menghambat proses desinfeksi.

-     Temperatur, dapat meningkatkan atau menurunkan efektifitas dan kecepatan proses

pengolahan.

-     Pengadukan.

b.   Metode Pengenceran (Dilution)

Yaitu dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup

rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi

terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan

pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga

dapat menimbulkan banjir.

c.   Metode Proses Biologis

Yaitu dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut

akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.

d.   Metode Ditanam (Landfill)

Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.

e.   Metode Insinerasi (Pembakaran)

Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa

kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O.

Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan

tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk

abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).

Agar insinerasi berlangsung optimal, perlu 5 kondisi:

-     Diperlukan oksigen dalam jumlah yang cukup,

Page 22: Sop Pemeriksaan Laboratorium

-     Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat kecil dan

gas,

-     Proses pengadukan dan pencampuran dalam insinerator,

-     Suhu yang cukup untuk volatilisasi,

-     Cukup waktu untuk terjadinya reaksi.

Alat insinerator yang baik adalah yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling

sedikit 800 - 1000°C.

3.   Limbah radioaktif

Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil

mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah

didekontaminasi.

Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:

a.   Bentuk : cair, padat dan gas,

b.   Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),

c.   Tinggi-rendahnya aktifitas

d.   Panjang-pendeknya waktu paruh,

e.   Sifat : dapat dibakar atau tidak.

Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :

a.   Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan

dan pembuangan.

b.   Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan

Tanaga Atom Nasional (BATAN).

4.   Limbah umum

Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat

dan dibakar di insinerator.

Penampungan limbah adalah upaya untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau

pemaparan pada petugas yang menangani limbah. Wadah penampungan limbah harus

memadai, misalnya:

1.   Penampungan limbah benda tajam, harus tahan tusuk, impermeabilitas (kekedapan, tidak

dapat dirembesi), kokoh, aman dan diberi label.

2.   Penampungan limbah cairan infeksius:

a.   Diwadahi dengan botol penutup yang aman atau wadah yang kaku sejenis botol dan ditutup

dengan tutup berulir atau gabus. Botol tersebut dimasukkan dalam kaleng atau kotak untuk

Page 23: Sop Pemeriksaan Laboratorium

pengamanan tambahan dan menampung adanya tumpahan serta mengurangi resiko

pemaparan.

b.   Limbah cair yang akan disterilkan dengan uap sebaiknya terbuat dari logam karena logam

bersifat memperluas penyebaran panas. Jangan menggunakan bahan gelas/kaca.

c.   Limbah cair yang akan diinsinerasi sebaiknya wadah terbuat dari plastik karena mudah

terbakar.

V.        PEMISAHAN LIMBAH

Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah

dengan cara menggunakan kantong dengan kode warna yang disarankan untuk limbah klinis

adalah seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis.

NO WARNA KANTONG JENIS LIMBAH

1. Hitam Limbah rumah tangga, tidak digunakan untuk

menyimpan atau mengangkat limbah klinik.

2. Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar

3. Kuning dengan strip hitam Jenis limbah yang sebaiknya dibakar, tetapi bias juga

dibuang di sanitary landfill bila dilakukan

pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan.

4. Biru muda atau transparan

dengan strip biru tua

Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)

sebelum pembuangan akhir.

            Kebersihan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta

keterampilan petugas sampah/kebersihan.

Selain kode warna pada kantong plastik untuk pemisahan limbah juga terdapat kode/simbol

yang telah distandarisasi untuk 3 golongan sampah yang paling berbahaya, yaitu :

NO GOLONGAN SAMPAH GAMBAR SIMBOL

1. Sampah Infeksius :

Page 24: Sop Pemeriksaan Laboratorium

Kantong warna kuning dengan simbol

Biohazard yang telah dikenal secara

internasional berwarna hitam.

2. Sampah Sitotoksik :

Kantong berwarna ungu dengan simbol

sitotoksik (berbentuk cell dalam telofase)

3. Sampah Radioaktif :

Kantong berwarna merah dengan simbol

radioaktif yang telah dikenal secara

internasional.

VI.       PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM

1.   Limbah Cair:

a.   Limbah Cair Infeksius:

      Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu dalam

wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak digunakan

adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan desinfektan makin lama

makin menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.

      Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang selanjutnya

dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.

b.      Limbah Cair Domestik:

      Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju bak          

penampungan untuk diolah.

c.   Limbah Cair Kimia:

Page 25: Sop Pemeriksaan Laboratorium

      Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai konsentrasi

rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal menuju bak

penampungan untuk diolah.

Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai

cara, antara lain :

a.   FBK Bioreactor

      FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam bak

penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses, limbah

disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).

      Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai tempat

pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk lapisan biomassa.

Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam tangki

Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biomassa terjadi

berulang-ulang, melalui perjalanan panjang sehingga mencapai efisiensi degradasi

BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara

dimasukkan ke dalam tangki Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-

gelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik

rnenghasilkan efek floatasi dan sedimentasi.

      Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat disalurkan

ke saluran umum.

b.      Sewage Treatment Plant (STP) :

      Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair       menjadi air

bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari     lingkungan.

                        Metode yang digunakan adalah:

-     Screen Pit

      Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk

menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan menghancurkan

material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis dapat berfungsi dengan baik.

-     Equalizing Tank:

      Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.

-     Aeration tank

      Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi diproses

dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga ditambahkan

Page 26: Sop Pemeriksaan Laboratorium

lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui proses aerasi, air

mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).

-     Settling Tank :

      Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki dan

disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian

didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan yang kedua masuk

ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir melalui Over Flow Weir

selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses ( untuk mendestruksi mikroba

patogen.

-     Effluent Tank :

      Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini dipompa

ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.

2.   Limbah Padat :

a.   Limbah Padat Infeksius:

-     Limbah benda tajam

      Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk keamanan,

pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan desinfektan seperti lysol.

Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning dengan simbol biohazard diikat

kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.

-     Limbah sisa bahan pemeriksaan

      Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam

autoclave suhu 121°C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi dengan

kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator.

b.   Limbah Padat Non Infeksius:

      Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam. Setelah

sampah mengisi ¾ kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat pembuangan untuk

dibakar dalam insinerator.

3.   Limbah Gas:

Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter

harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati batas yang telah

ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif dari filter, maka

filter harus dibungkus dengan plastik polietilen.

Page 27: Sop Pemeriksaan Laboratorium

VII.     EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH

            Air hasil pengolahan limbah dapat diketahui kualitasnya dengan menggunakan

indikator biologi seperti pengadaan kolam ikan atau penyiraman taman.

            Selain itu hasil pengolahan limbah cair juga perlu diperiksa ke instansi pemerintah

yaitu Bapedal setiap 3 bulan sekali dan di laboratorium sendiri setiap 1 bulan sekali.

VIII.    KESELAMATAN KERJA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH

            Para petugas yang menangani limbah selain mempunyai resiko terkena penyakit juga

mempunyai resiko mendapatkan kecelakaan. Luka karena benda tajam adalah penyebab

kecelakaan terbesar di kalangan petugas pelayanan kesehatan dan petugas yang menangani

limbah, karena adanya resiko ganda berupa luka dan tertular penyakit. Oleh karena itu

diwajibkan bagi petugas pengantar/pengelola limbah untuk menggunakan pelindung diri,

seperti sarung tangan karet dan plastik pengaman untuk mencuci alat laboratorium.

Tabel 2. Prosedur Kerja Pengurangan Resiko

NO PROSEDUR PENGURANGAN RESIKO

1. Kelompokkan limbah untuk mengetahui

jenis yang perlu pengelolaan dan

penanganan khusus

Tentukan golongan-golongan limbah

sesuai kriteria yang berlaku

2. Pisahkan limbah yang memerlukan

penanganan khusus (yang infeksius dan

radioaktif) dari limbah lainnya.

Pindahkan limbah yang memerlukan

penanganan khusus. Pisahkan limbah itu

dari tempat limbah umum

3. Gunakan kontainer yang berbeda untuk

limbah-limbah khusus

Upayakan agar limbah khusus dapat

dikenal dengan mudah

4. Berhati-hati waktu mengangkat dan

memindahkan kontainer limbah

Jaga kemungkinan terjadinya salah urat

pada punggung dan bagia tubuh lainnya

Page 28: Sop Pemeriksaan Laboratorium

5. Gunakan kereta yang baik untuk

mengumpulkan dan memindahkan

kontainer limbah

Jaga agar kontainer limbah tidak jatuh

dari kereta dengan begitu akan

mengurangi terjadinya luka dan terpapar.

6. Gunakan kereta yang bongkar-muatnya

mudah, mudah digerakkan, direm dan

diarahkan serta mudah dibersihkan

Kurangi kecelakaan dari kereta hingga

dengan begitu mengurangi kejadian luka

dan paparan

7. Semua kontainer limbah harus ditutup

rapat (bila memungkinkan) sebelum

dipindahkan

Kurangi terjadinya paparan

8. Limbah gas dibuang kewadah yang telah

ditentukan (tidak lagi dilakukan

penyortiran)

Kurangi penanganan limbah dan

kemungkinan terjadinya paparan

9. Gunakan alat pelindung perorang yang

memadai, seperti sarung tangan, masker,

kaca mata, celemek pada waktu

menangani limbah khusus

Adakan perlindungan terhadap paparan

10. Usahakan agar semua kegiatan hanya

dilakukan oleh orang yang cukup terlatih.

Kurangi resiko ekpose pada orang-orang

yang memakai alat dengan cara yang

keliru

IX.       KESIMPULAN

           

            Sistem pengelolaan limbah yang baik dan benar dapat meningkatkan keamanan dalam

kerja terutama bagi petugas kesehatan yang berhubungan dengan limbah tersebut, pasien,

pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit dan laboratorium. Penanganan limbah yang

kurang baik akan dapat atau potensial sebagai sumber pencemaran penularan penyakit bagi

warga laboratorium sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.

Page 29: Sop Pemeriksaan Laboratorium

X.        DAFTAR PUSTAKA

           

1.      Depkes R.I, Pedoman Pelayanan Rumah Sakit dan Laboratorium Klinik, Jakarta, Tahun

1980 

2.      Depkes R.I, Pedoman Penanganan Limbah dan Sanitasi Rumah Sakit, Jakarta, Tahun 1985