Sop Cerdas Tangkas

32
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB. NUNUKAN PERAWATAN LUKA MENGGANTI BALUTAN KERING STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No. Dokumen : No. Revisi : Halaman : 1 / 3 Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur Dr. H. Marwan Sulistiyoadi Nip. 19710526 200112 1 005 PENGERTIAN Perawatan luka terdiri atas membersihkan luka, menutup, dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. TUJUAN 1. Mencegah luka dari trauma. 2. Imobilisasi luka. 3. Mencegah perdarahan. 4. Mencegah kontaminasi dengan kuman. 5. Mengobservasi drainase. 6. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis. KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

description

SPO

Transcript of Sop Cerdas Tangkas

RUMAH SAKIT UMUMDAERAH KAB. NUNUKAN

PERAWATAN LUKA MENGGANTI BALUTAN KERING

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1 / 3

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur

Dr. H. Marwan SulistiyoadiNip. 19710526 200112 1 005

PENGERTIAN

Perawatan luka terdiri atas membersihkan luka, menutup, dan membalut luka sehingga dapat

membantu proses penyembuhan luka.

TUJUAN

1. Mencegah luka dari trauma.

2. Imobilisasi luka.

3. Mencegah perdarahan.

4. Mencegah kontaminasi dengan kuman.

5. Mengobservasi drainase.

6. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

3. Surat Keputusan Direktur RSUD Nunukan Nomor 031/RSUD NNK/SK/XI/2011 Tentang

Penetapan Struktur Organisasi Internal dan Uraian Tugas Pada Bidang Keperawatan Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001

Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

6. Prosedur tindakan ini dilakukan apabila :

a. Balutan kotor dan basah akibat faktor eksternal.

b. Ada rembesan eksudat.

c. Ingin mengkaji keadaan luka.

d. Dengan frekuensi tertentu untuk mempercepat debridemen jaringan nekrotik.

e. Untuk luka bersih tidak terkontaminasi dan luka steril.

7. Dapat dilakukan oleh Perawat/Bidan yang berkompeten.

PROSEDUR

A. Persiapan Alat

1. Set balutan dan instrument steril dalam baki steril :

a. Sarung tangan steril.

b. Pinset 3 (2 anatomis dan 1 sirurgis).

c. Gunting (menyesuaikan kondisi luka).

d. Balutan kasa dan kasa steril.

e. Kom untuk larutan antiseptik atau larutan pembersih.

f. Salep antiseptik (bila dipesankan).

g. Lidi kapas.

h. Bak instrument.

2. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter.

3. Gunting verban.

4. Larutan garam fisiologis (NaCl).

5. Sarung tangan sekali pakai.

6. Plester, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan.

7. Kantong sampah kedap air.

8. Nierbeken berisi lisol dan nierbeken yang kosong.

9. Perlak pengalas.

10. Korentang.

B. Pelaksanaan

1. Petugas menjelaskan tindakan dan tujuan prosedur.

2. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

3. Letakkan kantong sampah pada area yang mudah dijangkau.

4. Pasang perlak pengalas.

5. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester.

6. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar

pada kulit dan mengarah pada balutan.

7. Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril atau NaCl.

8. Buang balutan kotor pada nierbeken. Lepaskan sarung tangan.

9. Kenakan sarung tangan steril.

10. Bersihkan luka dengan larutan antiseptik yang diresepkan atau garam fisiologis. Pegang

kasa yang dibasahi dengan larutan tersebut dengan pinset. Gunakan satu kasa untuk

setiap kali usapan. Bersihkan dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.

Gerakan dengan tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka.

11. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau insisi. Usap dengan cara langkah ke 9.

12. Berikan salep antiseptik jika dipesankan, gunakan teknik seperti langkah pembersihan.

Jangan dioleskan di tempat drainase.

13. Pasang kasa steril pada insisi atau letak luka.

a. Pasang satu kasa setiap kali pemasangan balutan.

b. Pasang kasa sebagai lapisan kontak.

c. Jika terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa kontak untuk dipasangkan

disekitarnya.

d. Pasang kasa lapisan kedua sebagai lapisan absorben.

14. Merapikan alat.

15. Melepas sarung tangan.

16. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

17. Mencatat tindakan dan hasil evaluasi.

UNIT TERKAIT 1. IGD.

2. OK.

3. ICU/ICCU/PICU/NICU.

4. Ruang Rawat Jalan.

5. Ruang Rawat Inap.

RUMAH SAKIT UMUMDAERAH KAB. NUNUKAN PEMASANGAN KATETER PRIA

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1 / 4

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur

Dr. H. Marwan SulistiyoadiNip. 19710526 200112 1 005

PENGERTIAN

Suatu tindakan memasukkan selang karet atau pelastik melalui uretra ke dalam kandung kemih.

TUJUAN

1. Mengkaji distensi kandung kemih.

2. Mendapatkan spesimen urine steril.

3. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan.

4. Dilakukan pada :

a. Pasien yang bedrest (istirahat total).

b. Pasien dengan retensi urine.

c. Pasien post operasi.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 24 dan

32.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 13.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010

Pasal 10.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011

Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001

Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

9. Dapat dilakukan oleh Perawat/Bidan yang berkompeten.

PROSEDUR

A. Persiapan Dokumen

Mengisi Format informed consent.

B. Persiapan Alat

1. Kateter sesuai ukuran.

2. Urine bag.

3. Jelly.

4. Spoit 10 cc.

5. Sarung tangan bersih.

6. Sarung tangan steril.

7. Duk steril.

8. Duk bolong.

9. Nierbeken.

10. Korentang.

11. Antiseptik (kassa bethadine)/bola kapas/pinset.

12. Perlak.

13. Plester/gunting/spidol.

14. Carian steril (aquadest).

C. Pelaksanaan

1. Menjelaskan kepada pasien tentang tindakan dan tujuan prosedur.

2. Mengatur posisi klien senyaman mungkin.

3. Menutup ruangan atau tirai ruangan.

4. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

5. Memberi posisi dengan paha sedikit abduksi, lalu tutup bagian abdomen dengan handuk

atau selimut.

6. Menggunakan sarung tangan bersih.

7. Mencuci area genetalia dengan antiseptik, bersihkan dan keringkan dengan handuk

kemudian lepaskan sarung tangan.

8. Membuka urine bag sesuai petunjuk dan pertahankan dasar wadah tetap steril.

9. Membuka bak steril sebelum menggunakan sarung tangan steril.

10. Tempatkan nierbeken/kantung pelastik di sisi pasien.

11. Tempatkan set kateter di atas duk steril di atas paha. Pertahankan alat tetap steril.

12. Gunakan korentang untuk mengambil sarung tangan steril lalu kenakan sarung tangan

steril dengan benar dan tepat.

13. Pasang duk, tempatkan duk biasa di atas paha tepat di bawah penis dan duk berlubang

dengan celah ditempatkan di atas penis.

14. Oleskan jelly pada ujung kateter (pria dewasa : 17,5-22,5 cm).

15. Bersihkan meatus uretra, retraksi preputium dengan ibu jari dan jari telunjuk jika belum

disirkumsisi. Pegang batang penis tepat di bawah gland dengan tangan nondominan

kemudian ambil bola kapas dengan menggunakan pinset lalu bersihkan mulai dari

meatus sampai batang penis secara melingkar. Ulangi sampai 3 kali dan gunakan bola

kapas yang berbeda untuk setiap kali usapan.

16. Insersi kateter, tinggikan penis, masukkan jelly (5ml) ke dalam meatus sebelum insersi

kateter. Masukkan kateter 17,5-22,5cm sampai urine keluar (jika ingin mengambil

sampel urine, tempatkan ujung kateter pada wadah spesimen sebelum menyambungkan

dengan urine bag). Lepaskan pegangan pada penis dan tahan kateter dengan kuat

menggunakan tangan non-dominan.

17. Dengan tangan dominan pasang spuit ke tempat injeksi pada pangkal kateter.

18. Injeksikan 10 cc aquades.

19. Setelah mengembangkan balon dengan tangan dominan tarik perlahan-lahan sampai ada

tahanan.

20. Hubungkan ujung kateter dengan urine bag/penampung urine, tempatkan urine bag pada

posisi menggantung di sisi tempat tidur.

21. Fiksasi kateter, gunakan plester non alergik dan fiksasi kateter (penis di arahkan ke

abdomen).

22. Bereskan alat.

23. Melepas sarung tangan.

24. Bantu pasien dalam posisi yang nyaman.

25. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

26. Mencatat hasil kegiatan/pendokumentasian.

UNIT TERKAIT

1. IGD.

2. OK.

3. ICU/ICCU/PICU/NICU.

4. Instalasi Rawat Inap.

5. Instalasi Rawat Jalan.

RUMAH SAKIT UMUMDAERAH KAB. NUNUKAN PEMASANGAN KATETER WANITA

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1 / 4

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur

Dr. H. Marwan SulistiyoadiNip. 19710526 200112 1 005

PENGERTIAN

Suatu tindakan memasukkan selang karet atau pelastik melalui uretra ke dalam kandung kemih.

TUJUAN

1. Mengkaji distensi kandung kemih.

2. Mendapatkan spesimen urine steril.

3. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan.

4. Dilakukan pada :

a. Pasien yang bedrest (istirahat total).

b. Pasien dengan retensi urine.

c. Pasien post operasi.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 24

Dan 32.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 13.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010

Pasal 10.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011

Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001

Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

9. Dapat dilakukan oleh Perawat/Bidan yang berkompeten.

PROSEDUR

A. Persiapan Dokumen

Mengisi format informed consent.

B. Persiapan Alat

1. Kateter sesuai ukuran.

2. Urine bag.

3. Jelly.

4. Spoit 10 cc.

5. Sarung tangan bersih.

6. Sarung tangan steril.

7. Duk steril.

8. Duk bolong.

9. Nierbeken.

10. Korentang.

11. Antiseptik (kassa bethadine)/bola kapas/pinset.

12. Perlak.

13. Plester/gunting/spidol.

14. Carian steril (aquadest).

C. Pelaksanaan

1. Menjelaskan kepada pasien tentang tindakan dan tujuan pelaksanaan.

2. Mengatur posisi klien senyaman mungkin.

3. Menutup ruangan atau tirai ruangan.

4. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

5. Memberi posisi dorsal rekumben, minta pasien merelaksasikan paha hingga paha dapat

dirotasi ke arah luar tungkai (dapat ditopang dengan bantal) lalu tutup abdomen dengan

handuk atau selimut.

6. Menggunakan sarung tangan bersih.

7. Mencuci area genetalia dengan antiseptik, bersihkan kemudian lepaskan sarung tangan.

8. Membuka urine bag sesuai petunjuk dan pertahankan dasar wadah tetap steril.

9. Membuka bak steril sebelum menggunakan sarung tangan steril.

10. Tempatkan nierbeken/kantung pelastik di sisi pasien.

11. Tempatkan set kateter diantara kedua paha. Pertahankan alat tetap steril.

12. Gunakan korentang untuk mengambil sarung tangan steril lalu kenakan sarung tangan

steril dengan benar dan tepat.

13. Pasang duk, tempatkan duk biasa diantara kedua paha di tempat tidur, sisipkan bagian

uujung di bawah bokong. Kemudian ambil duk berlubang dan tempatkan pada perineum

hingga labia terlihat.

14. Oleskan jelly pada ujung kateter (wanita dewasa : 2,5-5 cm).

15. Bersihkan meatus uretra, retraksi labia mayora hingga keseluruhan meatus uretra terlihat

dengan tangan non-dominan (pertahankan tangan yang non-dominan ini). Dengan tangan

dominan, ambil bola kapas dengan menggunakan pinset lalu bersihkan area perineal

dengan usapan dari depan ke belakang, dari klitoris ke anus. Gunakan bola kapas yang

baru untuk setiap kali usapan.

16. Insersi kateter, pegang kateter dengan tangan dominan sementara yang non-dominan

tetap mempertahankan retraksi labia. Minta pasien menarik napas dalam selama insersi.

Lakukan insersi secara hati-hati sampai urine keluar (jika ingin mengambil sampel urine,

tempatkan ujung kateter pada wadah spesimen sebelum menyambungkan dengan urine

bag). Lepaskan retraksi labia dan pegang kateter dengan aman menggunakan tangan

nondominan.

17. Dengan tangan dominan pasang spuit ke tempat injeksi pada pangkal kateter.

18. Injeksikan sejumlah cairan aquadest 10 cc.

19. Setelah mengembangkan balon dengan tangan dominan tarik perlahan-lahan sampai ada

tahanan.

20. Hubungkan ujung kateter dengan urine bag/penampung urine, tempatkan urine bag pada

posisi menggantung di sisi tempat tidur.

21. Fiksasi kateter, gunakan plester non alergik ke sebelah paha pasien dan biarkan sedikit

longgar sehingga gerakan paha tidak menimbulkan tegangan pada kateter.

22. Merapikan alat.

23. Melepas sarung tangan.

24. Bantu pasien dalam posisi yang nyaman.

25. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

26. Mencatat tindakan dan hasil/pendokumentasian.

UNIT TERKAIT

1. IGD.

2. OK.

3. ICU/ICCU/PICU/NICU.

4. VK.

5. Instalasi Rawat Inap.

6. Instalasi Rawat Jalan.

RUMAH SAKIT UMUMDAERAH KAB. NUNUKAN

MEMBERIKAN TERAPI DENGAN NEBULIZER

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1 / 3

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur

Dr. H. Marwan SulistiyoadiNip. 19710526 200112 1 005

PENGERTIAN

Tindakan pemberian terapi pengobatan dengan cara menghirup obat dengan bantuan alat

compressor nebulizer.

TUJUAN

1. Memberikan perawatan / terapi sesuai dengan instruksi dokter.

2. Menjaga keselamatan pasien.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 24 dan

32.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 13.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001

Tentang Registrasi dan Praktik Perawat

4. Dilakukan pada :

a. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret.

b. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas.

5. Dapat dilakukan oleh Perawat/Bidan yang berkompeten.

PROSEDUR

A. Persiapan Alat

1. Nebulizer

2. Obat.

3. Cairan NaCl 0,9%

4. Spuit 5cc.

B. Pelaksanaan

1. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

2. Petugas memberitahu pasien bahwa pemberian terapi inhalasi akan segera dilakukan.

3. Petugas menganjurkan dan membantu pasien untuk mengambil posisi duduk/setengah

duduk.

4. Petugas menyiapkan alat nebulizer dan obat-obatan yang akan diberikan.

5. Petugas menghubungkan kabel power kearah listrik.

6. Petugas memisahkan mouthpiece dan penutupnya dari nebulizer kit.

7. Petugas membuka inhalation top dari medication top dengan cara :

a. Putar inhalation top berlawanan dengan jarum jam.

b. Angkat inhalation top berlawanan dengan medication top.

8. Petugas memisahkan baffle dari medication cup.

9. Petugas memasukkan obat yang akan digunakan sesuai dengan instruksi dokter kedalam

medication cup.

10. Petugas memasukkan kembali buffle pada medication top.

11. Petugas menggabungkan kembali medication cup, inhalation cup, dan selang udara.

12. Petugas menghubungkan alat yang akan dipasangkan pada pasien (mouthpiece atau

mask).

13. Petugas memberikan/menempelkan masker pada area hidung dan mulut pasien bila

menggunakan face mask, dengan sudut tegak lurus terhadap wajah pasien.

14. Petugas menganjurkan dan membantu pasien untuk memasukkan mouthpiece ke dalam

mulut pasien bila terapi inhalasi menggunakan mouthpiece.

15. Petugas mendampingi pasien selama pemberian terapi inhalasi sambil mengobservasi

keluhan/tanda vital pasien.

16. Petugas melepas face mask/mouthpiece setelah obat yang berada dalam medication cup

habis, atau sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh dokter.

17. Petugas mengobservasi keluhan dan vital sign pasien.

18. Petugas merapikan pasien.

19. Petugas membereskan alat.

20. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

21. Mencatat tindakan dan hasil/pendokumentasian.

UNIT TERKAIT

1. IGD.

2. ICU/ICCU/PICU/NICU.

3. Perinatologi.

4. Intensif Rawat Inap.

5. Instalasi Rawat Jalan.

6. Fisioterapi.

RUMAH SAKIT UMUMDAERAH KAB. NUNUKAN

PEMERIKSAANGLASGOW’S COMA SCALE (GCS)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1 / 3

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur

Dr. H. Marwan SulistiyoadiNip. 19710526 200112 1 005

PENGERTIAN

Pemeriksaan tingkat kesadaran klien dengan menggunakan Skala Koma Glasgow.

TUJUAN

1. Mendapatkan data obyektif dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien.

2. Dilakukan pada pasien baru/pasien rawat inap.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

3. Surat Keputusan Direktur RSUD Nunukan Nomor 031/RSUD NNK/SK/XI/2011 Tentang

Penetapan Struktur Organisasi Internal dan Uraian Tugas Pada Bidang Keperawatan Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001

Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

6. Dapat dilakukan oleh Dokter/Perawat/Bidan yang berkompeten.

PROSEDUR

A. Persiapan Alat

Alat tulis.

B. Pelaksanaan

1. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien.

3. Menempatkan alat di dekat pasien.

4. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik (jika memungkinkan).

5. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan (jika memungkinkan).

6. Mengatur posisi pasien : supinasi.

7. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin.

8. Melakukan penilaian GCS (Glasgow Coma Scale) antara lain:

a. Memeriksa reflex membuka mata dengan benar.

b. Memeriksa reflex verbal dengan benar.

c. Memeriksa reflex motorik dengan benar.

9. Mencatat hasil pemeriksaan.

10. Melakukan evaluasi tindakan.

11. Berpamitan dengan klien.

12. Membereskan alat-alat.

13. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

14. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan.

C. Score GCS

1. Membuka Mata

Spontan 4

Dengan perintah 3

Dengan rangsang nyeri 2

Tidak berespons 1

2. Respon Verbal

Berorientasi 5

Bicara membingungkan 4

Kata-kata tidak tepat 3

Suara tidak dapat dimengerti 2

Tidak berespons 1

3. Respon Motorik

Dengan perintah 6

Melokalisasi nyeri 5

Menarik area yang nyeri 4

Fleksi abnormal 3

Ekstensi 2

Tidak berespons 1

UNIT TERKAIT

1. IGD.

2. OK.

3. ICU/ICCU/PICU/NICU.

4. Instalasi Rawat Inap.

RUMAH SAKIT UMUMDAERAH KAB. NUNUKAN PEMASANGAN INFUS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1 / 3

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur

Dr. H. Marwan SulistiyoadiNip. 19710526 200112 1 005

PENGERTIAN

Memasukkan cairan (cairan obat atau makanan) dalam jumlah yang banyak dan waktu yang

lama ke dalam vena dengan menggunakan perangkat infus (infus set) secara terbatas.

TUJUAN

1. Pembentukan terapi intra vena.

2. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan elektrolit.

3. Pemberian nutrisi melalui intra vena.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 24 dan

32.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 13.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001

Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

7. Cairan infus didalam botol tidak boleh sampai habis agar udara tidak masuk kedalam selang

infus.

8. Dapat dilakukan oleh Perawat/Bidan yang berkompeten dibidangnya.

PROSEDUR

A. Persiapan Dokumen

Mengisi format informed consent.

B. Persiapan Alat

1. IV kateter/abbocath sesuai dengan besar vena.

2. Cairan infus yang dibutuhkan.

3. Infus set.

4. Alkohol 70%.

5. Kapas alkohol.

6. Kasa kecil steril dan betadine.

7. Spalk dalam keadaan siap pakai (bila perlu).

8. Standar infus.

9. Three way stop cock (bila perlu).

10. Plester.

11. Gunting plester/verban.

12. Pembalut/verban.

13. Bengkok (nierbeken).

14. Perlak kecil dengan alasnya.

15. Stiker infus.

C. Pelaksanaa

1. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

2. Menjelaskan prosedur dan menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan

3. Mengatur cahaya agar penerangan baik.

4. Memasang sampiran / gorden.

5. Pasang infus set ke cairan:

a. Membuka plastik infus set dengan benar.

b. Tetap melindungi ujung selang steril.

c. Menyambungkan infus set dengan cairan infus, dengan posisi cairan infus mengarah

keatas.

d. Menggantung cairan infus di standard infuse.

e. Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan kompartemen tersebut.

f. Mengisi selang infus/three way dengan cairan yang benar.

g. Menekan kompartemen tersebut.

h. Mengisi selang infus/three way dengan cairan yang benar.

i. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan.

j. Cek adanya udara di dalam selang.

6. Letakkan perlak dan pengalas dibawah anggota tubuh yang akan dipasang infuse.

7. Memasang sarung tangan bersih.

8. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infuse.

9. Memilih vena yang tepat dan benar.

10. Memasang torniquet.

11. Desinfeksi vena dengan teknik yang benar, memutar/kebawah dengan satu kali usapan.

12. Buka abbocath dan periksa apakah ada kerusakan.

13. Menusukkan kateter pada vena dengan arah dari samping.

14. Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam obbocath, bila ada maka

mandrin sedikit demi sedikit ditarik, abbocath dimasukkan perlahan-lahan.

15. Turniquet dilepas.

16. Menyambungkan, dengan terlebih dahulu mengecek kelancaran cairan infuse.

17. Memberi plester dengan benar dan, dengan mempertahankan keamanan kateter/abbocath

agar tidak tercabut.

18. Pada pasien bayi / anak-anak gunakan spalk.

19. Mengatur tetesan infus sesuai instruksi dokter.

20. Isi dan tempelkan stiker infus pada botol infus (nama pasien, tanggal pemasangan, jam

pemberian, jenis cairan, jumlah tetesan permenit, tanggal dan jam berakhirnya, obat-obat

tambahan.

21. Memberskan alat-alat

22. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

23. Mencatat tindakan yang sudah dilakukan.

UNIT TERKAIT

1. IGD.

2. OK.

3. ICU/ICCU/PICU/NICU.

4. Perinatologi.

5. VK.

6. Intensif Rawat Inap.

7. Instalasi Rawat Jalan.

RUMAH SAKIT UMUMDAERAH KAB. NUNUKAN PENGGUNAAN MESIN EKG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1 / 3

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur

Dr. H. Marwan SulistiyoadiNip. 19710526 200112 1 005

PENGERTIAN

Merekam irama jantung dengan alat elektrokardiografi.

TUJUAN

1. Untuk menegakkan diagnose.

2. Dilakukan pada pasien :

a. Dicurigai mempunyai kelainan jantung.

b. Setiap pasien diatas usia 40 tahun.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 133/MENKES/PER/XII/1999

Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.

3. Surat Keputusan Direktur Nomor 031/RSUD NNK/SK/XI/2011 Tentang Penetapan Struktur

Organisasi Internal dan Uraian Tugas Pada Bidang Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Nunukan.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011

Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001

Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

7. Dapat dilakukan oleh Perawat / Bidan yang berkompeten.

PROSEDUR

A. Persiapan Alat

1. Alat EKG.

2. Kassa/tissue.

3. K-Y/ EKG jelly.

4. Kapas Alkohol.

5. Bengkok.

B. Pelaksanaan

1. Beri penjelasan mengenai tindakan dan tujuannya.

2. Atur posisi klien terlentang datar.

3. Bila klien menggunakan accessoris logam lepaskan, uang logam dikeluarkan.

4. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

5. Pertahankan privacy klien.

6. Buka dan longgarkan pakaian atas klien.

7. Dengan menggunakan kapas alcohol, bersihkan daerah dada, pergelangan tangan dan

kedua tungkai di lokasi pemasangan elektroda, lalu oleskan dengan K-Y atau EKG jelly.

8. Pasang manset elektroda pada kedua lengan dan tungkai: warna merah pada tangan

kanan, warna kuning pada tangan kiri, warna hitam pada kaki kanan, dan warna hijau

pada kaki kiri.

9. Memasang elektroda dada untuk merekam precardial lead dengan cara:

V1 : intercosta ke-4 pada garis sternum kanan.

V2 : intercosta ke-4 pada garis sternum kiri.

V3 : pertengahan V2 dan V4.

V4 : pada mid clavikula kiri.

V5 : pada axila sebelah kiri depan.

V6 : pada intercosta ke-5 mid axial.

10. Nyalakan mesin EKG.

11. Anjurkan klien untuk tidak melakukan pergerakan.

12. Buat rekaman secara berurutan sesuai dengan pemilihan lead.

13. Bersihkan kembali bekas area pemasangan elektroda dengan tissue/ kassa.

14. Buang sampah pada bengkok.

15. Buat identitas klien pada hasil rekaman, meliputi nama, umur, No CM, tanggal, jam, serta

nomor lead.

16. Klien dirapikan, alat-alat dibersihkan dan dibereskan.

17. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur.

18. Mencatat tindakan dan hasil.

UNIT TERKAIT

1. IGD.

2. ICU/ICCU/PICU/NICU.

3. Instalasi Rawat Jalan.

4. Instalasi Rawat Inap.