Sonar Edisi 1

8
Jakarta - Permasala- han yang beragam yang didapat Tena- ga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, menjadi alasan umum yang meng- haruskan Kemen- trian Luar Negeri memulangkan 495 TKI dari Arab Saudi ke Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Informasi dan Media Kemen- trian Luar Negeri (Kemlu), P.L.E. Priatna di Jakarta, Selasa (5/6). Dalam siaran pers Direktur Informasi dan Media Kemlu, Priatna mengatakan bahwa dalam kurun waktu dua bulan, yakni periode 7 April-3 Mei 2012, Kem- lu berhasil memulang- kan 495 TKI asal Arab Saudi ke tanah air. Pemulangan mereka dilakukan secara ber- tahap dengan menggu- nakan ber-bagai mas- kapai penerbangan internasional. Dijelaskan Priatna, alasan umum yang mengharuskan mereka pulang adalah karena kabur dari majikan. “Permasalahannya beragam dari gaji ti- dak dibayar, pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak kerja, disakiti majikan, tidak siap bekerja, sakit atau mau pulang ke tanah air,” ungkapnya. Senada dengan Priyatna, catatan KBRI Riyadh menunjukkan bahwa umumnya para TKI lari ke KBRI untuk meminta perlindun- gan. TKI yang kabur kemudian ditampung KBRI di Transit House setelah melalui proses pendataan bagi keper- luan administrasi den- gan pihak-pihak terkait di Arab Saudi, guna mendapatkan izin ke- luar atau clearance dari pemerintah Arab Saudi. Saat ini, jumlah TKI di Transit House KBRI Riyadh yang ma- sih dalam proses untuk dipulangkan ke Indo- nesia sebanyak 208 orang. Menurut pihak KBRI, proses pemu- langan para TKI kali ini juga disertai den- gan keberhasilan mengupa-yakan hak- hak mereka sebesar US$ 358.709. Jumlah ini setara dengan Rp 3.300.129.504, dengan asumsi kurs 1 USD se- nilai Rp 9.200. Perlindungan TKI Harus Terintegrasi Terkait dengan upa- ya perlindungan TKI, Vicky Agung Wibiso- no, Local Programme Officer International Labour Organization (ILO), mengatakan bahwa sistem per- lindungan TKI harus terintegrasi tak hanya dengan KBRI, namun juga kepolisian, dan LSM di setiap negara, sehingga apabila ada laporan dapat ditan- gani dengan cepat. Menurut Agung, perlindungan yang terintegrasi dapat mempercepat penan- ganan laporan terkait masalah-masalah TKI. “Permasalahan paling utama, ada cul- tural shock di antara TKI yang sebelumnya bekerja di desa dan hanya tamatan SD atau SMP, kemudian langsung ke luar negeri yang dari segi budaya, bahasa, dan adat istia- dat berbeda. Sehingga mereka tidak memi- liki kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang baru dan tidak mengetahui di- mana harus meminta pertolongan, konsultasi atau pengaduan kalau ada masalah,” tambah Agung. Pada kesempatan ini, Agung menyebut- kan standar TKI yang dikirim ke luar negeri menurutnya, yakni TKI yang percaya diri dan mengerti hak-hak me- reka dalam memutus- kan hubungan kerja, karena bukan hanya majikan yang memiliki hak tersebut. “Mereka harus pu- nya contact person di KBRI dan memiliki tabungan. Kalau ada permasalahan atau bosnya tidak memberi- kan gaji, bisa mereka tinggalkan,” jelasnya saat dihubungi redaksi SONAR. Ditegaskannya lagi, permasalahan ter- kait tindak kekerasan dalam bekerja agak sulit dipecahkan meng- ingat kasus ini sudah lintas negara dan tidak semua negara menjadi anggota ILO, Organ- isasi Buruh Internasi- onal di bawah PBB. (bersambung ke hal 5) Memancarkan Kebenaran SONAR Rabu 27 Juni 2012 Edisi 1 / Tahun I Harga Rp 1.000 Waisak Pentingnya Kerukunan Antar Umat Hal 4 Rekapitulasi TKI bermasalah Januari-Mei 2012 Sumber: bnp2tki.go.id Konser Perdana, Pembuktian Ultima Sonora Hal 5 Semangat Pentakosta dalam Pentas Teater Katak Hal 3 Telp. (021) 5422 0808 Fax (021) 5422 0800 Arab Saudi 776 orang Arab Saudi, merupakan negara penempatan yang mendominasi permasalahan TKI diantara 14 negara lain. Malaysia 252 orang Syria 196 orang Yordania 84 orang Lain-lain 102 orang Januari Februari Maret April Mei Total terdapat 1.410 TKI bermasalah selama Januari – Mei 2012 Maksimalkan Perlindungan Terhadap TKI sonar layout.indd 1 6/27/2007 9:28:14 AM

description

Sonar merupakan koran general yang berisi 8 halaman. Bagian dari tugas mata kuliah Editing dan Produksi Media Cetak Universitas Multimedia Nusantara. Kelompok: Lambertus Guntoro 09120110020 Ervina Intan 09120110091 Trysha Katelia 09120110205 Risa Kosasih 09120110225

Transcript of Sonar Edisi 1

Page 1: Sonar Edisi 1

Jakarta - Permasala-han yang beragam yang didapat Tena-ga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, menjadi alasan umum yang meng-haruskan Kemen-trian Luar Negeri memulangkan 495 TKI dari Arab Saudi ke Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Informasi dan Media Kemen-trian Luar Negeri (Kemlu), P.L.E. Priatna di Jakarta, Selasa (5/6).

Dalam siaran pers Direktur Informasi dan Media Kemlu, Priatna mengatakan bahwa dalam kurun waktu dua bulan, yakni periode 7 April-3 Mei 2012, Kem-

lu berhasil memulang-kan 495 TKI asal Arab Saudi ke tanah air. Pemulangan mereka dilakukan secara ber-tahap dengan menggu-nakan ber-bagai mas-kapai penerbangan internasional.

Dijelaskan Priatna, alasan umum yang mengharuskan mereka pulang adalah karena kabur dari majikan. “Permasa lahannya beragam dari gaji ti-dak dibayar, pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak kerja, disakiti majikan, tidak siap bekerja, sakit atau mau pulang ke tanah air,” ungkapnya.

Senada dengan Priyatna, catatan KBRI Riyadh menunjukkan bahwa umumnya para TKI lari ke KBRI untuk

meminta perlindun-gan. TKI yang kabur kemudian ditampung KBRI di Transit House setelah melalui proses pendataan bagi keper-luan administrasi den-gan pihak-pihak terkait di Arab Saudi, guna mendapatkan izin ke-luar atau clearance dari pemerintah Arab Saudi. Saat ini, jumlah TKI di Transit House KBRI Riyadh yang ma-sih dalam proses untuk dipulangkan ke Indo-nesia sebanyak 208 orang.

Menurut pihak KBRI, proses pemu-langan para TKI kali ini juga disertai den-gan keberhasilan mengupa-yakan hak-hak mereka sebesar US$ 358.709. Jumlah ini setara dengan Rp

3.300.129.504, dengan asumsi kurs 1 USD se-nilai Rp 9.200.

Perlindungan TKI Harus Terintegrasi

Terkait dengan upa-ya perlindungan TKI, Vicky Agung Wibiso-no, Local Programme Officer International Labour Organization (ILO), mengatakan bahwa sistem per-lindungan TKI harus terintegrasi tak hanya dengan KBRI, namun juga kepolisian, dan LSM di setiap negara, sehingga apabila ada laporan dapat ditan-gani dengan cepat.

Menurut Agung, perlindungan yang terintegrasi dapat mempercepat penan-ganan laporan terkait

masalah-masalah TKI. “ P e r m a s a l a h a n

paling utama, ada cul-tural shock di antara TKI yang sebelumnya bekerja di desa dan hanya tamatan SD atau SMP, kemudian langsung ke luar negeri yang dari segi budaya, bahasa, dan adat istia-dat berbeda. Sehingga mereka tidak memi-liki kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang baru dan tidak mengetahui di-mana harus meminta pertolongan, konsultasi atau pengaduan kalau ada masalah,” tambah Agung.

Pada kesempatan ini, Agung menyebut-kan standar TKI yang dikirim ke luar negeri menurutnya, yakni TKI yang percaya diri dan

mengerti hak-hak me-reka dalam memutus-kan hubungan kerja, karena bukan hanya majikan yang memiliki hak tersebut.

“Mereka harus pu-nya contact person di KBRI dan memiliki tabungan. Kalau ada permasalahan atau bosnya tidak memberi-kan gaji, bisa mereka tinggalkan,” jelasnya saat dihubungi redaksi SONAR.

D i t e g a s k a n n y a lagi, permasalahan ter-kait tindak kekerasan dalam bekerja agak sulit dipecahkan meng-ingat kasus ini sudah lintas negara dan tidak semua negara menjadi anggota ILO, Organ-isasi Buruh Internasi-onal di bawah PBB. (bersambung ke hal 5)

Memancarkan KebenaranSONAR

Rabu 27 Juni 2012

Edisi 1 / Tahun IHarga Rp 1.000

WaisakPentingnya Kerukunan Antar Umat

Hal 4

Rekapitulasi TKI bermasalah Januari-Mei 2012

Sumber: bnp2tki.go.id

Konser Perdana, Pembuktian Ultima Sonora Hal 5

Semangat Pentakosta dalam Pentas Teater Katak Hal 3

Telp. (021) 5422 0808Fax (021) 5422 0800

Arab Saudi776 orang

Arab Saudi, merupakan negara penempatan yang mendominasi permasalahan TKI diantara 14 negara lain.

Malaysia252 orang

Syria196 orang

Yordania

84 orang

Lain-lain

102 orang

Januari Februari Maret April Mei

Total terdapat 1.410 TKI bermasalah selama Januari – Mei 2012

Maksimalkan Perlindungan Terhadap TKI

sonar layout.indd 1 6/27/2007 9:28:14 AM

Page 2: Sonar Edisi 1

SONAR Pemimpin Redaksi: Lambertus Guntoro

Editor: Risa Kosasih

Reporter: Ervina Intan, Lambertus Guntoro, Risa Kosasih, Trysha Katelia

Desain: Risa Kosasih, Trysha KateliaFotografer: Lambertus Guntoro, Ervina Intan

Layanan Langganan: (021) 5422 0808Iklan Display: (021) 5422 0808

Email: [email protected]: Scientia Garden Jl. Scientia Boulevard,

Summarecon Gading Serpong. Tangerang 15810 - Banten Telp. (021) 5422 0808, Fax (021) 5422 0800

Tangerang–Indo-nesia memiliki regu-lasi penyiaran yang baik, namun lemah pada penegakannya. Terkadang, pembuat regulasi adalah kepan-jangan tangan dari kepentingan bisnis media. Hal ini disam-paikan oleh Zulham, pengamat media Uni-versitas Indonesia, pada Jumat (11/5) pagi.

Berkembangnya tekhnologi komunikasi dan informasi mem-pengaruhi dunia pe-nyiaran kita saat ini. Perubahan yang mas-sif terjadi mulai dari digitalisasi informasi, hingga penggabungan teknologi komunikasi baru dan teknologi ko-munikasi massa tradis-ional. Penggabungan tekhnologi tersebut dikenal dengan kon-vergensi media.

Pemerintah berusa-han menjawab fenom-ena konvergensi media ini dengan Rancangan Undang-undang (RUU) Konvergensi Media. RUU ini rencananya akan menggabungkan beberapa UU menjadi satu, seperti UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, dan UU Perfilman.

Anggota Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI) Bimo Nugroho mengatakan bahwa walaupun pemerin-tah sebagai pembuat regulasi, lembaga atau komisi penyiaranlah yang mengatur konten serta mengatur hubu-ngan dengan industri media terkait.

Bimo m e -

ngatakan a d a semacam sharing of power antara pemang-ku kekuasaan, misal-nya Kemenkominfo, dengan KPI.

Berbeda dengan Bimo, Zulham, pe-ngamat media Univer-sitas Indonesia ber-harap bahwa bila UU Konvergensi Media sudah disahkan, ha-rus ada beberapa per-baikan dalam struktur lembaga pemerintah yang mengatur tentang media.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah reposisi masing-mas-ing departemen yang

terkait, supaya tidak menjadi raja-raja kecil yang nanti menyalah-gunakan wewenang, seperti yang diungkap-kan oleh Zulham

Menurutnya, UU Penyiaran yang selama ini menjadi wewenang KPI, otoritasnya diam-bil alih oleh Kemenk-

ominfo, terutama dalam regu-lasi freku-ensi. Zulham menyebut ini

s e b a g a i t inda-k a n

mengebiri. Ia juga me-nambahkan seharus-nya Indonesia seperti Amerika Serikat yang mempunyai Federal Communication Com-mision (FCC)

Di Amerika Seri-kat, masyarakat dapat mengadu ke komisi penyiaran setempat bila ada iklan dengan konten bermuatan ke-kerasan, seks, atau horor. Perusahaan pengiklan tersebut dapat dikenakan den-da misalnya berupa ganti rugi material.

Zulham menilai karakter pemahaman masyarakat di Indone-

sia masih kurang dan perilaku kapitalis me-dia semakin menjadi sehingga membuat ta-yangan-tayangan yang kurang etis bermuncu-lan di media.

Lemahnya pe-negakan UU Penyiaran juga dibuktikan den-gan munculnya banyak televisi berjaringan. Misalnya aturan yang membatasi tidak ada lagi siaran nasional dari sebuah stasiun televisi. Hal ini diakali segelintir media dengan mem-buat siaran berjaringan seolah-olah tidak bersi-aran secara nasional.

Zulham mengung-kapakan bahwa tinda-kan seperti itu meru-pakan akal-akalan

dari pemilik media. Ia melihat pemilik media berasalan tidak mung-kin menghilangkan in-vestasi milyaran rupiah untuk membangun Ra-dio Base Station (RBS) atau tower pemancar.

Hal yang sangat disayangkan memang lemahnya penegakan undang-undang di In-donesia. Selain itu perilaku kapitalisme hidup, bahkan orang-orang dalam badan-badan itu pun adalah perpanjangan tangan dari kepentingan mere-ka. Maka, kadang tidak adil dalam menjatuh-kan hukuman kepada sang pelanggar. (RK)

KOLOM

TKI Butuh Jaminan Perlindunganoleh Lambertus Guntoro

Konvergensi Media dan Tantangan Regulasinya

Kasus demi kasus sering menimpa para Tena-ga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Hal itu ter-jadi karena proses pemberangkatan TKI ke luar negeri tidak dibarengi dengan perangkat hukum yang memadai dalam rangka menjamin hak-hak normatif TKI. Akibatnya, beragam bentuk penga-niayaan yang tidak jarang melahirkan depresi dan rasa trauma yang mendalam bagi para TKI. Harga diri menjadi hilang karena negeri sendiri pun justru selalu lalai dalam memberikan perlindungan yang memadai.

Perlu beberapa langkah strategis untuk me-ngatasi permasalahan TKI. Moratorium atau peng-hentian sementara pengiriman TKI ke luar negeri menjadi salah satu langkah yang dilakukan pemer-intah dilakukan dengan tujuan guna membenahi sistem ketenagakerjaan.

Secara preventif, pemerintah dapat melakukan tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang melaku-kan pengiriman TKI secara ilegal. Sementara se-cara persuasif, dalam masa moratorium tersebut pemerintah bisa melakukan pembenahan dari ber-bagai sektor, mulai dari hulu hingga ke hilir setiap tahapan atau proses pengiriman TKI. Apakah telah memenuhi standar operasional prosedur atau se-baliknya.

Terkait dengan upaya perlindungan, Indone-sia memang sudah pernah menggulirkan sejum-lah kebijakan. Pada 2006, pemerintah melahirkan memorandum of understanding (MOU) dengan pemerintah Malaysia, yang pada 2011 sudah dia-mandemen. Namun sangat disayangkan, MOU itu sama sekali tidak diarahkan dalam rangka me-lindungi hak-hak normatif TKI. Bahkan, berbagai aksi penganiayaan pasca penandatanganan MOU tetap terjadi di negeri jiran itu.

Dalam rangka memaksimalkan perlindungan hukum terhadap TKI di luar negeri, pemerintah harus menguatkan regulasi dengan menggagas konsep liabilitas hukum. Liabilitas harus dipandang sebagai tanggung jawab, keadaan dari seseorang yang terikat dengan hukum dan keadilan guna melakukan sesuatu yang mungkin dipaksakan melalui tindakan. Artinya, kondisi suatu persoalan yang muncul harus memberikan reaksi untuk suatu kewajiban dalam melakukan hal khusus yang dapat dipaksakan melalui tindakan pengadilan.

Bangsa ini dapat saja belajar dari sejumlah negara yang sudah lebih dulu menerapkannya, seperti Jerman, Inggris, dan Prancis. Mereka su-dah mengintegrasikannya dalam beberapa regula-si yang mencakup dua aspek. Pertama, aspek hu-kum perdata yang mencakup masalah kompensasi bagi yang dirugikan. Kedua, aspek hukum pidana yang terkait dengan sanksi fisik yang harus dibe-bankan kepada pihak yang melakukan tindakan penganiayaan terhadap buruh migran.

Dengan model perlindungan hukum yang demikian, sangat diyakini masalah perlindungan terhadap TKI segera berakhir.

2

OPINI

Potret Oknum Dangdut Erotis di Indonesia Lady Gaga dilarang, yang seperti ini kok dibiarkan?

SONAR | Rabu, 27 Juni 2012

sonar layout.indd 2 6/27/2007 9:28:15 AM

Page 3: Sonar Edisi 1

Foto-Foto penampilan Teater Katak di Mega Glodok Kemayoran. Dokumentasi: Teater Katak

Jakarta - Jumat (1/6), Teater KataK Univer-sitas Multimedia Nu-santara (UMN) turut berpartisipasi dalam acara KRK Penta-kosta di Mega Glodok Kemayoran (MGK), Jakarta Utara. Dalam pementasan yang ber-judul “Pentakosta”, Teater Katak mem-bawakan pesan se-mangat Pentakosta bagi pengunjung.

Sekitar 2000 orang memenuhi Integrity Convention Hall MGK untuk menyaksikan pementasan Teater Katak ini. Walaupun hanya merupakan ba-gian dari acara, Teater Katak tetap mampu untuk menampilkan pementasan yang me-narik dan menghibur, terbukti dengan sam-butan yang meriah dari penonton seusai penampilan yang me-menuhi ruangan.

Pementasan Pen-takosta yang dib-

awakan oleh Teater Katak menceritakan tentang turunnya Roh Kudus atas para rasul yang dibawakan se-cara drama musikal.

Joanna Nadia, ma-hasiswa Desain Komu-nikasi Visual angkatan 2009 UMN, selaku produser pementasan ini mengatakan bahwa penggarapan pemen-tasan Teater KataK kali ini merupakan hal yang luar biasa.

“Ini merupakan pementasan drama musikal pertama yang dilakukan Teater Katak dan gak nyangka baka-lan ditonton orang se-banyak itu,” kata wani-ta yang akrab disapa Nana ini.

KRK Pentakosta merupakan acara yang diadakan oleh BPK Keuskupan Agung Ja-karta (KAJ) setiap ta-hunnya. Pada tahun ini KRK Pentakosta bertema “Veni Sancto Spiritus” yang berarti

“Datang-lah ya, Roh Kudus”.

Acara yang ber-langsung dari pukul 18.00 sampai seki-tar pukul 22.00 turut mengundang Mr. Arun Gogna dari Pilipina se-bagai pembicara dan dimeriahkan oleh lagu dan pujian dari beber-apa komunitas Orang Muda Katolik KAJ.

Pada pementasan yang ke-16 ini, Teater KataK membuktikan eksistensinya dalam memeriahkan pang-gung industri teater di Indonesia. Bukan sekadar menghibur, Teater KataK juga mampu menyuguhkan cerita yang sarat akan nilai-nilai kehidupan.

“Semoga melalui pementasan tadi ban-yak orang yang tersen-tuh akan makna Penta-kosta, tak hanya bagi penonton di dalam, tapi juga bagi para anggota Teater Katak sendiri,” tambah Nana. (LG)

Ta n g e r a n g - I k a t a n Mahasiswa Ilmu Ko-munikasi Universitas Multimedia Nusantara (IMKOM UMN) meng-gelar Communication Festival (CommFest) pada 9-18 Mei 2012. Mahasiswa UMN an-tusias terhadap festival komunikasi pertama dalam skala besar yang diadakan.

“Antusiasnya ba-gus, banyak maha-siswa yang antusias yang hadir dan mem-beli tiket untuk mengi-kuti seminar. Pengun-jung bazarnya pun juga oke,” ujar Rhesa Jona-than selaku ketua pani-tia acara tersebut.

Dengan men-gusung tema CRE-ATE (Communicate and Raise Your Idea Through Experi-ence), ia berharap agar memacu semangat mahasiswa UMN untuk lebih kreatif.

Dalam acara Com-mFest ini diadakan berbagai perlombaan yang terkait dengan bidang komunikasi se-perti Feature Writing, Photalk, Marketing Pu-blic Relations Strategic Blast, Comprofesional, dan Anchor Vista. Per-lombaan tersebut un-tuk mengembangkan kemampuan yang di-mi-liki oleh mahasiswa komunikasi dan men-jalin hubungan antar

perguruan tinggi se-Jabodetabek.

Selain itu acara ini juga mengadakan seminar, talkshow, serta workshop yang mengundang bebera-pa narasumber ahli bi-dang komunikasi sep-erti Nezar Patria dari Vivanews, Gustav Au-lia, Erwin Parengkuan.

Walau terkait hal-hal yang berkenaan dengan bidang komu-nikasi, tapi mahasiswa jurusan lain pun juga banyak yang berparti-sipasi dalam acara ini.

“Walau dibuat oleh mahasiswa jurusan komunikasi tapi tidak menutup kemungki-nan dari mahasiswa jurusan lain untuk ikut berpastisipasi dan biar kita juga ikut sama-sama belajar,” tambah Rhesa.

Untuk acara pun-cak pada 18 Mei, Com-mfest dimeriahkan oleh penampilan band, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UMN, Com-mFest Award, dan guest star Adera.

Acara Tahunan

Ivan Oktaviyan, ma-hasiswa jurusan Aku-tansi yang turut mengi-kuti acara penutupan Commfest mengaku menikmati acara terse-but dan berharap dapat diadakan acara-acara

serupa di UMN.“Bagus ya acara-

nya, dekorasinya keren, semoga bakal ada acara yang seperti ini yang diadakan oleh jurusan lain. Jarang-ja-rang ada event se-perti ini di UMN, kata Ivan sambil tertawa.

Acara ini rencanan-ya akan menjadi acara tahunan yang dilaku-kan oleh IMKOM UMN

“Acara ini akan ter-us ada setiap ge-nera-si. Ke depannya mung-kin dengan konsep dan tema yang berbeda karena beda pengurus, ungkap Rhesa. (LG)

Penampilan guest star Adera di acara puncak Communication Festival Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Jumat (18/5). Dalam acara ini, Adera membawakan lagu-lagu hitsnya seperti “Lebih Indah” dan “Terlambat”. SONAR|Lambertus Guntoro

Festival Komunikasi UMN, Mahasiswa Antusias

3

KAMPUSSemangat Pentakosta Pentas Teater Katak

SONAR | Rabu, 27 Juni 2012

“Ini merupakan pementasan drama musikal pertama yang dilakukan Teater Katak” - Nana

sonar layout.indd 3 6/27/2007 9:28:16 AM

Page 4: Sonar Edisi 1

J a k a r t a - K o n s e r L’Arc~en~Ciel atau dikenal juga dengan Laruku, akhirnya ber-langsung dengan suk-ses pada tanggal 2 Mei 2012 lalu di Hall D Gelora Bung Karno, Senayan. Kedatangan Laruku ke Indonesia merupakan salah satu rangkaian dalam tur konsernya ke 11 ne-gara.

Laruku merupakan salah satu band yang berasal dari Jepang dan sudah memulai karirnya 11 tahun yang lalu. Band ini send-iri beranggotakan 4 orang,yaitu Hyde (vo-kalis), Tetsu (basist), Ken (gitar), dan Yuki-hiro (drum).

Kehadiran Laruku sudah ditunggu-tunggu oleh penyuka musik je-pang. Lebih dari 1000 penonton hadir pada malam itu.

Erik Santoso, salah satu penggemar Laru-ku mengatakan bah-wa konser Laruku ini berlangsung dengan sangat mulus dan me-nyenangkan. “Seneng banget, soalnya ban-

yak lagu lama juga yang dibawain dan mainnya pun rapi, sama seperti yang saya dengar di cd lagunya, lebih ba-gus malah, Pokoknya asik,deh.”

Di tengah per-mainan lagu, Tetsu dan Ken berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia. “Mantap. Selamat malam. Kami L’Arc en Ciel. Man-tap,” seru Ken kepada penonton. Menden-gar kalimat tersebut, para penonton pun tertawa. “Gue kema-rin lusa foto-foto di Kota Tua. Foto-fotonya keren banget, Jakarta tuh panas banget ya, makanya kemarin gue berenang. Pengennya sih sama cewek-cewek bikini. Memang nasib, Cuma ada gue dan te-man gue. Hari ini ada yang pakai bikini eng-gak?” tanya Ken. “Se-malam gue makan nasi goreng, mie goreng, sama sate. Nasi go-rengnya gokil. Mantap. Man, man, man, man-tap,” sambungnya. “By the way busway pasti Hayde enggak ngerti

gue ngomong,” canda Ken. Ken juga mem-berikan oleh-oleh khas Indonesia untuk Hyde sang vokalis yang di-belinya di Pasaraya. Bungkusan bermotif batik itu berisi wayang, keris, gamelan, dan suling.

Tak hanya itu, Tet-syua pun ikut membuat penonton tertawa den-gan candaannya. “Se-lamat malam, gue Suju (Super Junior) dari Korea,” tuturnya. Ken juga sempat melem-parkan pisang kepada para penonton setelah bertanya siapa yang suka pisang.

Lagu yang dib-awakan pun tidak hanya lagu dari album terbarunya yang ber-judul “Chase”, Laruku juga membawakan lagu-lagu lamanya seperti “Ibara no Nami-da”, “Goodluck My Way”, ”Honey”, “Drink it Down”, “Revela-tion”, “Hitomi no Junin”, “XXX (Kiss)”, “Fate”,” Forbidden Lover”, “My Heart Draws a Dream”, “Seventh Heaven”, dan “Link”. (EI)

J a k a r t a - P e r a y a a n Waisak 2556 yang jatuh tanggal 6 Mei 2012 lalu berlangsung dengan sangat meriah. Salah satunya adalah perayaan Waisak di Vihara Ekayana Grha. Seperti tahun-tahun sebelumnya, peray-aan Waisak di Vihara Ekayana Grha selalu berlangsung dengan lancar.

Lebih dari 1000 umat Buddha datang ke sini untuk meray-akan hari raya Waisak. Acara dimulai dengan adanya Pindapata, yai-tu pemberian persem-bahan kepada Bikkhu Sangha yang berupa makanan, jubah, uang, dan keperluan sehari-hari seperti sabun dan alat mandi lainnya.

Acara tersebut ke-mudian dilanjutkan dengan kebaktian ber-sama. Lalu dilanjutkan dengan meditasi ber-sama untuk menyam-but detik-detik waisak dan diakhiri dengan penampilan dari Ekay-ana Buddhist Resi-dence Choir (EBRC).

Meskipun cuaca sangat panas dan acara kebaktian ti-

dak berlangsung tepat waktu, para pengun-jung tampak sabar dan menikmati jalannya acara. “Ya agak susah sih. Mau parkir susah, penuh dimana-mana, tapi nikmati saja, toh acara hanya setahun sekali,” tutur Eka, salah satu umat yang ikut ke-baktian waisak.

Seperti tahun-ta-hun sebelumnya, aca-ra Waisak kali ini juga didukung dengan ke-datangan Gubernur Ja-karta, H. Fauzi Bowo, yang didampingi den-gan Walikota Jakarta Barat, H. Burhaniddin, dan salah satu wakil dari anggota DPRD DKI Jakarta. Ia datang dengan iringan lagu betawi dan diantar oleh para penari jaipong, khas gaya betawi.

Foke, begitu sa-paan akrabnya, me-nyampaikan perlunya kebersamaan antar umat beragama. “Per-ayaan Waisak ini dapat kita lihat yang menjaga daerah sekitar tidak hanya umat Buddhist, tetapi juga umat Non-Buddhist,” tuturnya saat diwawancara di depan pintu masuk Vi-

hara Ekayana Grha. Ia bangga dengan adanya kerukunan antar umat beragama seperti yang sedang terjadi saat itu.

Persiapan Acara

Perayaan Waisak ini sudah dipersiapkan dari beberapa hari se-belumnya, mulai dari memasang tenda, menggelar tikar dan karpet untuk para umat yang duduk di luar, sampai mengkoordi-nasikan rute jalanan dengan warga sekitar dan pihak keamanan. Semua dipersiapkan sebagus mungkin, ter-utama persiapan untuk menyambut kedatan-gan Fauzi Bowo.

Meskipun acara tidak mulai tepat waktu, acara tersebut tetap berlangsung dengan lancar tanpa ada hambatan apapun. “Semua berjalan lancar, sempat telat, tetapi acara tetap berlangsung dengan tertib dan selesai tepat waktu,” tutur Bakhtiar selaku panitia acara perayaan tersebut. (EI)

Fauzi Bowo

“Kerukunan Antar Umat Beragama itu Penting”

Konser Laruku Sukses DigelarFoto-foto penampilan konser Laruku. SONAR | Ervina Intan

4

METRO

Sejumlah anak turut mengarak Ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Nyepi di Pelataran Monas, Jakarta, Kamis (22/03/2012). Pawai Ogoh-Ogoh tersebut merupakan rangkaian awal untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1934. SONAR|Tommy Timoteus

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo melakukan kunjungan ke Vihara Ekayana Grha dalam perayaan Waisak 2556 pada Minggu (6/5). Pada acara tersebut, ia mengungkapkan pentingnya kerukunan antar umat beragama. mengungkapkan pentingnya kerukunan antar umat beragama.SONAR | Ervina Intan

SONAR | Rabu, 27 Juni 2012

sonar layout.indd 4 6/27/2007 9:28:34 AM

Page 5: Sonar Edisi 1

Jakarta – Sabtu lalu (9/6) Himpunan Maha-siswa Jurusan Jepang Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) LIA men-gadakan Nihon Bunka No Hi, yaitu festival

kebudayaan Jepang. Tahun ini, Himpunan Mahasiswa Jurusan Jepang STBA LIA me-ngambil tema Edo Jidai No Futsuka Kan, yang artinya dua hari di za-

man Edo. Acara ini berlangsung selama 2 hari, dari 9 sampai 10 Juni 2012.

Fanny, koordinator acara dari Edo Jidai No Futsuka Kan, men-gatakan bahwa acara ini adalah acara tahu-nan yang biasa diada-kan oleh mahasiswa jurusan jepang. “Ta-hun ini kita mengambil tema Edo Jidai No Fut-suka Kan yang artinya dua hari di jaman edo,” tuturnya.

Panitia berharap para pengunjung yang datang di acara ini merasakan suasana di jaman Edo “Jadi kita mau membuat sua-sana biar orang mera-sakan bagaimana sua-sana di jaman Edo ini,” tutur Mela, salah satu panitia seksi acara.

Acara ini pun men-gundang banyak pen-gunjung. Banyak sekali stand yang ada mulai dari stand makanan

khas jepang, seperti Takoyaki, Okonomi-yaki, Taiyaki, Es Se-rut khas Jepang, ada juga stand tattoo, stand yang menjual baju dan pernak-pernik ala Je-pang, dan tidak keting-galan, rumah hantu ala Jepang.

Seperti acara kebu-dayaan jepang lainnya, acara ini juga menga-dakan lomba cosplay. Cosplay merupakan kependekan dari cos-tume play, yaitu ber-main dengan kostum.

Rudy merupakan salah satu peserta yang mengikuti lomba cosplay ini. Dia meng-gunakan kostum dari tokoh Hatsune Miku, software buatan Je-pang yang menghasil-kan suara perempuan. “Baju ini kreasi saya sendiri. Saya ingin karena mau bereks-perimen dengan pa-kaian-pakaian jepang,” tuturnya. (EI)

Dia menjelas-kan, biasanya ILO memfasilitasi pemer-intah, serikat kerja, dan pengusaha un-tuk mengembangkan konvens i - konvens i yang nantinya berlaku mengikat seperti kon-vensi anti perbudakan, konvensi labour stan-dard, konvensi kebe-basan berserikat, dan sebagainya.

ILO juga memberi-kan pelatihan-pelati-han mengenai hak-hak tenaga kerja, termasuk TKI. Namun, karena jumlah sumber daya yang terbatas serta mengingat keterba-tasan dana, ia meng-harapkan peran aktif pemerintah Indonesia dan lembaga perlin-dungan TKI.

Agung menjelas-kan, budaya yang tidak menempatkan perem-puan sejajar dengan pria masih tinggi, khu-

susnya pembantu rumah tangga, di neg-ara-negara Arab.

“Memang harus meletakkan kasus ini pada prinsip-prinsip HAM, dan konvensi-konvensi tenaga kerja yang ada. Namun, belum semuanya di-wujudkan dalam un-dang-undang sehingga pemberian sanksi ma-sih kurang,” tambah-nya.

Sayang, untuk membela satu kasus para TKI di pengadilan membutuhkan dana yang besar karena butuh waktu yang ber-bulan-bulan, sehingga pendampingan hukum sering kurang efek-tif. Lagi-lagi ia meng-harapkan pemerintah dan LSM agar mem-berikan bantuan hu-kum apabila ada kasus semacam ini. (RK)

Maksimalkan Perlindungan ... (Sambungan dari hal 1)

5

METRO

Paduan Suara Ultima Sonora Universitas Multimedia Nusantara (UMN ) menyanyikan lagu daerah Bali, “Janger” pada konser yang berlangsung di Function Hall UMN, Kamis (7/6). Dalam Konser perdana bertajuk “SYMPHONY”, Ultima Sonora membawakan 10 lagu. SONAR | Lambertus Guntoro

Salah satu peserta cosplay dengan kostum Dirge of Cerberus, tokoh Final Fantasy VII. SONAR | Ervina Intan

Cosplay: Dua Hari di Jaman Edo

Paduan suara Universitas Multimedia

Nusantara (UMN) Ultima Sonora mengadakan konser perdana bertajuk SYMPHONY di Function Hall UMN pada Kamis (7/6). Melalui konser ini, Ultima Sonora ingin mengenalkan diri bahwa mereka memiliki kualitas dan bukan sekedar pengiring acara kampus.

“Kita mau menge-nalkan paduan suara Ultima Sonora, karena selama ini hanya dike-nal sebagai pengiring acara kampus, kami juga memiliki kualitas yang tidak kalah den-gan paduan suara-paduan suara ma-hasiswa yang sudah lama berdiri di kampus lain.,” kata Ketua Pani-tia Symphony Johanes Agung Kurniawan.

Pada konser ini, Ultima Sonora me-nyanyikan sepuluh

lagu antara lain “When You Believe”, “Prayer of St. Francis”, “The Lion Sleeps Tonight”, “Look-ing Through the Eyes of Love’, serta lagu daerah seperti ‘Janger’ dari Bali dan ‘Diru-diru Nina’ dari Papua.

Dengan melibatkan 33 penyanyi dan 5 pe-main musik dari Appa-sionata Big Band UPH, serta bekerja sama dengan Teater Katak UMN, konser ini ter-bukti bisa menyuguh-kan penampilan yang

menarik kepada sekitar 300 penonton.

“Konser Ulson yang pertama ini keren, apa-lagi pas m e r e k a b a w a i n lagu dae-rah itu. s e m o g a aja Ulson bisa men-g a d a k a n k o n s e r berikutnya,” tutur Very salah satu mahasiswa UMN yang turut hadir.

Diakui Agung, Ulti-

ma Sonora telah mem-persiapkan konser ini sejak Maret 2012. Ia berharap konser

ini akan m e n j a d i acara ru-tin setiap t a h u n yang bisa m e n j a d i a j a n g u n t u k mengh i -

bur mahasiswa. “Ini sebenarnya konser perdana kita. Berharap akan menjadi acara ru-

tin kita,” tambah Agung.Ketua UKM Vi-

lantha Maharani me-ngaku cukup senang atas terlaksananya konser perdana ini karena juga sebagai ajang untuk menguji kualitas Ultima Sonora sendiri.

“Semoga Ultima Sonora makin berkem-bang, dikenal orang,, orang juga tahu kalau UMN memiliki paduan suara yang bagus,” tu-tup Vilantha. (LG)

SONAR | Rabu, 27 Juni 2012

Konser Perdana, Pembuktian Ultima Sonora

“Ini sebenarnya konser perdana kita. Berharap akan menjadi

acara rutin kita,”- Johanes Agung

sonar layout.indd 5 6/27/2007 9:28:39 AM

Page 6: Sonar Edisi 1

Kopi luwak adalah kopi yang di-produksi dari biji

kopi yang telah dimak-an dan melewati sal-uran pencernaan bina-tang bernama luwak.

Kemasyhuran kopi ini telah terkenal sam-pai luar negeri. Bah-kan di Amerika Serikat, terdapat kafe atau ke-dai yang menjual kopi luwak (civet coffee) de-ngan harga yang cu-kup ma-hal.

K o p i yang di-kais dari kotoran luwak ini bisa menca-pai harga $320 atau Rp 2.970.000 per kg.

Luwak, atau leng-kapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cu-

kup baik dan masak termasuk buah kopi se-bagai makanannya.

Luwak akan me-milih buah kopi yang betul-betul masak seb-agai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercer-na akan keluar bersa-ma kotoran luwak.

Biji kopi seperti ini, sering d i b u r u

para petani kopi, kare-na diyakini

berasal dari biji kopi terbaik

dan telah difer-mentasikan secara

alami dalam perut lu-wak. Dan konon, rasa kopi luwak ini memang benar-benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi. (LG)

Kalau men-d e n g a r kata “lak-

sa”, yang ada di kepala orang Melayu di Riau dan Kepulauan Riau mungkin saja gulai pedas dengan poton-gan daging kamb-ing, yang dimakan dengan roti Perancis atau french baguette. Tapi bagi masyarakat Kota Tangerang, laksa adalah mi putih yang disajikan dengan kuah kekuningan rempah.

Warisan kuliner Kota Tangerang ini, dapat Anda temukan di Jalan Moh. Yamin, atau yang biasa dike-nal dengan kawasan LP (Lembaga Perma-syarakatan) Wanita De-wasa Kota Tangerang. Yap, ltujuh hingga sepuluh penjual laksa Tangerang berdagang tak jauh dari penjara wanita Kota Tangerang.

Sebelum dikumpul-kan menjadi satu area bernama Kawasan Kuliner Laksa Kota Tangerang, penjual-penjual laksa ini bak jamur yang berteba-ran di sepanjang jalan menuju penjara wanita. Namun, pemerintah memutuskan untuk membuat spot yang bersih dan nyaman agar pengunjung se-

makin ramai sehingga menguatkan image lo-kasi tersebut sebagai pusat laksa di kota.

Laksa Tangerang memiliki komposisi ba-han yang berbeda jauh dengan Laksa Melayu, Laksa Cibinong, atau Laksa Betawi. Laksa Tangerang disajikan dengan mi putih yang terbuat dari tepung be-ras, dan disajikan den-gan kuah kuning dita-buri serundeng atau kelapa parut, kacang hijau, dan daun kucai. Akan lebih nikmat bila Anda menambahkan sambal dan tetesan jeruk nipis serta mi-num segelas es kelapa muda yang juga dita-warkan di sana.

Harga Laksa Tangerang sangat ter-jangkau, mulai dari Rp 5.000 untuk laksa po-los, Rp 7.000 meng-gunakan telur rebus, dan Rp 13.000 dengan sepotong ayam. Tak ja-rang, pengunjung dari luar Tangerang datang hanya untuk mencicipi “laksa penjara” yang tersohor ini. (RK)

Aneh rasanya, pergi ke Bali tapi kok malah men-

cicipi makanan Italia? Namun, apabila anda berkunjung ke Bali, restoran Itali bernama Massimo ini tidak boleh terlewatkan. Makanan-nya yang khas cita rasa Italia Selatan ini, selalu disajikan dengan bah-an-bahan segar. Dan untuk mendinginkan suasana Bali yang pa-nas anda bisa menci-cipi home-made gelato yang selalu tersedia dengan rasa-rasa yang unik.

Massimo terletak di Jl. Danau Tambin-gan 228 Sanur, Bali. Restauran ini terlihat kecil dari depan, di sisi kiri pintu masuk ter-dapat dapur bergaya tradisional khas Italia, tempat memanggang pizza.

Di sisi kanan, merupakan gerai favor-ite anak-anak yaitu ge-rai home-made gelato. Masuk kedalam maka akan terlihat bahwa restaurant ini ternyata lumayan luas. Meja makan berbentuk segi empat diletakkan di ba-gian luar, yang dapat menampung sekitar 20 orang. Di bagian dalam, ruangan lebih luas dan memiliki bar di bagian kirinya.

Suasana di res-tauran itu terasa san-gat ramah dan alami, dengan banyak hiasan kayu dan photo-photo di sana-sini. Keban-yakan pengunjung di sini adalah orang asing, dewasa, dan datang baik sebagai pasangan, kerumunan besar teman-teman, atau keluarga den-gan anak-anak. Hal ini mungkin terkait dengan daerah Sanur

yang lebih menarik bagi jenis wisatawan keluarga yang mencari liburan dengan tenang. Hal ini sangat berten-tangan dengan wisa-tawan yang mencari keramaian di daerah Kuta. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian santai dan me-wah, yang membantu mengangkat suasana santai tapi berkelas dari Massimo.

Menu di Massimo kebanyakan terdiri dari pasta, di mana anda dapat memilih dari spa-ghetti biasa hingga fet-tuccine, atau anda juga dapat memilih pasta lebih eksotis seperti bayam dan ricotta ravi-oli diisi, atau sapi diisi tortellini. Ada juga pili-

han yang tersedia sep-erti ayam, daging sapi, kerang, udang, ham, bacon, tuna, dan bayi gurita.

Apabila anda me-miliki jenis diet tertentu atau ingin memakan variasi daging lain, se-lain daging babi dan semacamnya, anda ti-dak perlu kuatir, karena di dalam menu yang tersedia sudah ditulis bahwa ada makanan-makanan tertentu yang mengandung unsur babi, dan menyara-kan pengunjung untuk memberi tahu pelay-an apabila kita ingin mengganti jenis daging tersebut.

Sebagai pemana-san, anda bisa meme-san snack paling pop-uler dari restauran ini, yaitu Fried Pizza Balls and Cheese Stick. Ber-bicara mengenai keju, di restauran ini anda juga bisa memesan berbagai jenis keju, seperti mozzarella, bocconcini, ricotta, dan sebagainya, yang nantinya akan disaji-kan di atas sebuah pir-ing besar. Keju yang disajikan, benar-benar berbagai keju yang masih polos, sehingga bisa anda makan sam-bil menunggu main dish yang anda pesan.

Untuk Pasta, co-balah memesan Lin-guini cu lli Caurri yang merupakan pasta saus

tomat, bawang putih yang pedas dicampur dengan daging kepiting yang segar. Kombinasi bumbu dengan daging kepiting segar sangat memanjakan lidah.

Untuk Pizza, Vul-cano Vesuvio, adalah pilihan terbaik. Bentuk pizza ini juga sangat mirip dengan Gunung Berapi. Bersiap kaget, jika anda memesan pizza ini. Vulcano Ve-suvio disajikan di atas piring putih yang lebar. Bentuknya serupa Gu-nung Berapi, bagian atas dari pizza ini me-lengkung membentuk kubah. Dari luar, pizza ini polos, namun ketika

anda memotong pizza ini, keju mozzarella yang meleleh akan keluar dari dalam. Di dalam pizza inilah terli-hat tomat segar dipadu dengan jamur, pepper salami, dan cabai.

Untuk minuman, anda bisa mencicipi berbagai macam ang-gur dan minuman ber-alkohol lain. Minuman hot chocolate yang disajikan oleh Massimo juga boleh untuk dico-ba. Hot Chocolate ini berbeda dengan lain-nya, coklatnya terasa lebih kental dan kaya akan rasa.

Namun, apabila anda ingin menyegar-kan suasana, anda bisa beranjak ke depan restaurant, menuju ke gerai gelato milik Mas-simo. Di sana, anda akan disambut dengan berbagai macam jenis home-made gelato.

Cukup dengan Rp 20.000, anda bisa mendapatkan 2 scoop gelato dengan rasa yang berbeda. Mulai dari rasa standar sep-erti strawberry, cherry, chocolate, french va-nilla, pistachio, dan sebagainya. Hingga rasa yang cukup tidak biasa, seperti snickers, mojito, bir bintang, gran marnier, dan berbagai macam minuman ber-alkohol lainnya. Gelato yang anda inginkan bisa ditaruh di gelas plastik atau di wafer.

Harga makanan berkisar dari Rp 40.000 hingga 100 ribu untuk steak. Porsi yang disa-jikan juga cukup den-gan rasa yang enak, pelayanan yang ramah dan suasana yang han-gat sehingga nyaman untuk bercengkrama dengan teman dan ke-luarga. (TK)

Massimo: Sepenggal Cita Rasa Italia di Bali

Wisata Kuliner Laksa Tangerang

6 SONAR | Rabu, 27 Juni 2012

CITA RASA

Pesona Kopi Luwak

sonar layout.indd 6 6/27/2007 9:28:40 AM

Page 7: Sonar Edisi 1

Baby, love me cause I’m playing on the radio... How do you like me, now?

Itulah sepenggal lirik dari “Radio”, lagu cip-taan Elizabeth Grant

atau lebih dikenal dengan nama Lana Del Rey, pe-nyanyi berusia 25 tahun asal New York, Amerika Serikat. Penyanyi yang mengaku versi gangster dari Nancy Sinatra ini, memberikan atmosfer baru pada dunia musik dengan suaranya yang mendayu-dayu sedih yang tentunya akan menghipnotis siapa saja yang mendengarnya.

Born to Die sendiri merupakan album kedua

dari Lana Del Rey. Di al-bum ini, ia mencurahkan perasaan sedihnya kepa-da mantan pacarnya den-gan tambahan suaranya sengaja direndahkan un-tuk menghadirkan kesan lebih intim kepada para pendengar.

Rasa nostalgia tahun 70’an akan muncul ketika mendengarkan lagu-lagu Lana Del Rey di album ini, Video Games mis-alnya, lagu ini bercerita mengenai bagaimana seorang wanita yang ter-gila-gila akan kekasihnya, tema yang sama persis dengan lagu Born to Die yang mengisahkan men-genai kisah cinta Del Rey dengan kekasihnya yang semakin lama menuju ke-hancuran.

Selain itu terdapat lagu lain seperti This Is What Makes Us Girls, National Anthem yang terasa lebih ringan.

Meskipun begitu, lagu-lagu dari album ini kadang terasa terlalu melodramatis. Beat dari lagu-lagu Del Rey juga terdengar malas. Album yang berisi 12 lagu di-dalamnya ini terkesan menjadi terlalu banyak karena tempo yang lam-

bat terus diulang, pen-dengar menjadi bosan dan mengantuk karena melodi sadcore dari Lana Del Rey yang sangat sta-tis di album ini.

Lirik dari album ini juga terkesan ‘dangkal’ dengan kisah cintanya yang sedih dan peng-gambaran wanita dari lagu-lagu Born to Die juga digambarkan den-gan sangat pasif, dimana sang perempuan selalu mengidolakan kekasih-nya dan meskipun pa-carnya adalah seorang ‘bad boy’, ia akan terus mencintainya dan seb-againya. Tentunya hal ini terdengar sangat klise.

Namun, album ini patut untuk dicoba bagi para pecinta musik yang ingin mencoba nuansa baru dari dunia musik pop. Secara keseluru-han, album ini memiliki beberapa lagu dengan beat yang addictive dan dengan kombinasi dari suara Lana Del Rey yang sangat intim, akan meng-hantui dan menghipnotis telinga anda, asalkan—tentu saja—anda tidak tertidur ketika menden-garkan lagu-lagu dari al-bum ini. (TK)

Album : Born to DieArtis : Lana Del ReyGenre : Indie Pop, SadcoreLabel : InterscopeTahun : 2012 Bila kita membaca

kisah seorang pembunuh di surat

kabar, tentu hal pertama yang terlintas di pikiran kita adalah: apakah mer-eka memang terlahir ja-hat atau lingkungan mer-ekalah yang membentuk pribadi jahat itu? Buku “We Need To Talk About Kevin” kurang lebih mem-bahas mengenai hal ini.

Kevin, yang terlahir dari keluarga menen-gah di Amerika Serikat bertanggung jawab atas pembunuhan masal di Gladstone High School yang menewaskan sem-bilan orang.

Buku ini ditulis dari sudut pandang Eva Khatchadour ian—ibu dari Kevin—melalui su-rat-surat yang ditujukan kepada suaminya, Frank-lin. Meskipun ditulis dari

sudut pandang orang pertama, buku ini dengan perlahan tapi pasti me-nimbulkan rasa penasa-ran, rasa tegang dan rasa dimana anda tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, namun hal itu ti-dak menghentikan anda untuk menutup buku ini.

Eva adalah seorang wanita karir yang sukses, kecintaannya pada pe-kerjaannya sebagai agen perjalanan membuatnya berpikir apakah ia siap untuk menjadi seorang ibu terutama ketika ia mengandung Kevin. Hal ini semakin diperparah ketika Kevin lahir, bocah itu hanya ingin digen-dong oleh Franklin dan menolak air susu Eva. Hubungan ibu dan anak itu perlahan menjadi bu-ruk, Kevin selalu bersikap kurang ajar di hadapan

Eva. Namun berputar 180 derajat menjadi anak baik-baik apabila ayahnya sedang berada didekatnya.

We Need To Talk About Kevin menyajikan kisah yang tragis dian-tara seorang ibu, anak dan masyarakat. Buku ini memberi kita gamba-ran psikologis mengenai sudut pandang seorang ibu yang berduka dan bertanya-tanya men-genai anaknya yang menjadi seorang pem-bunuh berdarah dingin di usianya yang baru mau menginjak 16 tahun.

Alur yang diberikan oleh Shriver memiliki tempo yang tepat, mem-bangun rasa tegang yang memuncak ketika menca-pai klimaks dari buku ini. Twist yang diberikan oleh Shriver juga akan mem-buat kaget pembaca, dan meninggalkan rasa sim-pati dan duka yang akan menghantui para pemba-canya.

Buku ini bukanlah buku yang mudah un-tuk dicerna. Namun efek yang diberikan oleh buku ini sesudah anda mem-bacanya, tentu akan membuat anda berhenti dan berpikir, betapa cinta seorang ibu itu sangat kuat. Seberapa pun ja-hatnya seorang anak, ibu dan cinta tanpa syaratnya akan terus ada. (TK)

Pengarang : Lionel Shriver

Penerbit : Harper Perennial

Genre : Drama, Thriller

Tebal : 416 halaman

Bahasa : Inggris

Saat para superhero bersatu untuk mel-awan kejahatan,

tidak bisa disangkal lagi bahwa sesuatu yang luar biasa akan terjadi, dan terjadilah The Avengers.

Film berdurasi 143 menit ini, memakan bi-aya sebesar 220 juta dollar AS dalam produk-sinya dan disutradarai oleh Joss Whedon serta penulis naskah oleh Zak Penn, yang juga sudah tidak asing dengan dunia science-fiction.

Tentunya, The Avengers tidak mudah untuk direalisasikan. Se-luruh superhero dengan berbagai latar belakang, hingga berbeda zaman bisa bersatu untuk mem-erangi terroris yang men-gancam bumi, tentu ter-dengar sangat tidak logis. Namun, justru itulah, per-bedaan mereka yang jus-tru membuat The Aveng-ers menjadi kuat, karena pada akhirnya mereka saling melengkapi satu sama lainnya.

Salah satu hal yang bisa disetujui oleh semua penonton adalah The Avengers sangat menghi-bur. Unsur humor yang di-berikan benar-benar bisa mengocok perut siapa saja yang menontonnya. Robert Downey, Jr. sekali lagi berhasil memerankan Tony Stark dengan san-gat baik.

Namun, Mark Ruf-falo tampil dengan san-gat meyakinkan sebagai Dr. Bruce Banner yang memiliki konflik dengan diri sendiri. Ruffalo ber-hasil membuat penon-ton bersimpati dengan ekspresinya yang selalu murung, muka yang terli-hat lelah, dan penampilan yang agak berantakan. Ketakutannya akan prib-adi lain di dalam dirinya, yaitu Hulk, membuat Ban-ner pergi untuk mengiso-lasikan dirinya.

Terlihat ada perbe-daan di dalam diri Ban-ner yang menarik, dia bisa menjadi dokter, yang dengan sabar menyem-

buhkan orang sakit, dan Hulk, seorang monster berwarna hijau yang se-lalu mengamuk dan me-miliki kekuatan fisik luar biasa. Mark Ruffalo dapat memerankan tokoh emo-sional itu dengan baik, bahkan sebaik pendahu-lunya yaitu Eric Bana dan Edward Norton.

Bagi pecinta komik “Marvel: The Avengers” juga tidak usah khawatir, karena di dalam film ini penggambaran karakter dari masing-masing hero dapat tervisualisasikan dengan baik. Kostum, make-up, dan senjata yang digunakan hampir sama persis dengan yang ada di komik.

Karakter dari setiap tokoh juga tergambar dengan baik, mulai dari

latar belakang Black Widow dengan Hawk-eye, Steve Rogers yang datang dari tahun 1940-an, konflik bersaudara antara Loki dan Thor, dan sebagainya. Dengan ban-tuan teknologi Computer-generated Imagery (CGI), fantasi dari para pem-baca komik akan tereal-isasikan, dan membuat film ini semakin seru dan mendebarkan.

Penggambaran pe-ran wanita di film ini sangat menyegarkan. Bi-asanya wanita di film-film superhero hanya menjadi pendukung, ditolong oleh superhero tokoh utama yang biasanya laki-laki. Namun, di film ini Black Widow digambarkan seb-agai seorang agen wanita yang kuat, baik secara

fisik maupun mental, ia dapat bertarung secara langsung dengan Hawk-eye, partnernya yang se-dang di bawah pengaruh jahat.

Namun, ada sedikit kritik yang kurang dari film ini, mungkin karena sos-ok Loki sebagai villain se-dikit lemah. Loki mengha-lalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Ia sangat licik dan sangat pintar memainkan pe-rasaan dan pikiran orang dengan kata-katanya yang tajam. Tom Hiddleston berhasil menggambarkan emosi dan ekspresi tamak dan juga licik dari tokoh Loki.

Namun, apabila bertarung secara fisik, Loki dinilai kurang ung-gul dalam pertarungan

satu lawan satu. Rasa mendebarkan hanya terasa ketika para super-hero bertarung melawan para alien Chitauri. Se-hingga untuk ukuran film superhero, film ini terasa kurang seru. Plot yang disajikan juga tidak ber-beda dengan plot film-film action lainnya, tidak twist yang membuat penonton tertegun.

Joss Whedon dan Zak Penn menutupi kekurangan itu dengan selera humor mereka yang sangat konyol, ak-tor dan aktris yang baik dalam berakting, teknolo-gi CGI yang mendukung, kostum, serta make-up dan senjata yang di-modifikasi lebih modern, tapi tetap menunjukkan kekhasan masing-masing karakter.

Dengan pemasukan kotor sebesar 1 miliar dolar AS dalam minggu pertamanya di seluruh dunia menjadikan The Avengers sebagai salah satu film box office yang sukses. The Avengers masih menduduki box of-fice nomor 1 hingga min-ggu ketiga film ini diliris. The Avengers jug mem-berikan 55, 1 juta do-lar AS untuk Walt Disney. Co, dan menjadikannya sebagai film terlaris yang pernah diproduksi oleh studio tersebut. (TK)

Ketika ParaSuperhero Bersatu

7

HIBURAN

Lagu Baru Rasa Nostalgia Album Born to Die

Bukti Cinta Ibu Tak Bersyarat

SONAR | Rabu, 27 Juni 2012

sonar layout.indd 7 6/27/2007 9:28:40 AM

Page 8: Sonar Edisi 1

“Just like anyone.. I need someone.. I need someone.. Share the world with.. I need someone.. I need someone.. Just like anyone...”

Berikut adalah po-tongan dari lirik band Ballads of

the Cliche (BOTC), se-buah band indie pop yang beranggotakan Bobby Alvianto (vokal), Frederick Tobing (gitar), Kurniawan Bambang (gitar), Ferry Hardianto (drum), Zennis Arroh-man (saxophone, trum-pet) dan Ninatika Trimur-ti (keyboard, piano).

Band ini terbentuk sejak tahun 90’an di-mana para personilnya masih tergabung dalam sebuah band yang ber-nama ‘Engsel’.

“Cikal bakal Ballads of the Cliche adalah se-buah band cover berna-ma Engsel, yang kerap membawakan musik-musik dari band britpop era ‘90-an. Pada 2003

kemudian band ini ber-transformasi menjadi Ballads of the Cliche,” tutur Frederick yang bi-asa dipanggil Erick ke-tika ditemui di distro Hey Folks!, Mayestik, Jakar-ta Selatan.

Sama seperti band pada umumnya, BOTC juga memiliki referensi mereka sendiri.

”Kalau membicara-kan referensi, mung-kin nama-nama seperti Belle and Sebastian, Blueboy, Burt Bacha-rach, Simon and Gar-funkel, dan Nick Drake yang bisa mewakilkan,” jawab Bobby dan Kur-niawan yang biasa di panggil Wawan.

Ballads of the Cliche itu sendiri tidak memi-liki arti khusus. Sama seperti namanya, band ini suka membalada-kan hal-hal klise seperti lagu-lagu mereka yang berbau cinta dan per-temanan.

Pada 2003, BOTC mulai merilis mini album. Sekarang, BOTC telah

memproduksi lima mini album yang berjudul Hey Smiley (2003), Snap-shot of Serenity (2004), Love Parade (2006), dan Feel Free to Feel Lost (2007), Old Friend (2008) dan sebuah full album yang berjudul Evergreen (2007).

Tidak hanya itu, se-tahun kemudian album Evergreen in dirilis di Korea Selatan dan salah satu single dari album ini yang berjudul “Fell Free to Feel Lost” masuk ke dalam kompilasi miliki Vollwert Records, se-buah label di Jerman. Album ini sendiri sempat didistribusikan di banyak negara dari Singapura, Malaysia, Jepang, Jer-man, sampai Amerika Serikat.

BOTC juga sudah pernah bermain di berb-agai macam panggung, mulai dari panggung lokal di Jabodetabek, Surabaya, Solo, Jogja, Bandung, dan Sema-rang, sampai ke pang-gung di Singapura.

Pada tahun 2005, salah satu lagu dari BOTC juga menjadi salah satu soundtrack di film “Catatan Akhir Seko-lah” yang digarap oleh sutradara Hanung Bra-mantyo.

Meskipun sudah ditinggal oleh dua ang-gotanya, BOTC tetap bersikeras tidak ingin mencari personil peng-ganti untuk mengisi kekosongannya.

“Kami lebih meng-

gunakan additional play-er, ketimbang pengganti untuk personil,” jawab Erick santai

Semuanya TercapaiSemua orang pasti

mempunyai hal yang ingin dicapainya, ter-masuk Ballads of the Cliche. Band ini men-gungkapkan sudah ti-dak ada lagi yang ingin dicapainya karena im-piannya untuk bermain satu panggung dengan

band idola mereka, Belle and Sebastian, su-dah tercapai tahun 2010 lalu. “Rasanya sudah ti-dak adalagi mimpi kami yang perlu dikejar,” kata Bobby dengan senyum lebar di wajahnya. “Ya mau apalagi? Merilis al-bum, sudah, manggung di berbagai kota, sudah. Bahkan diluar negeri juga sudah. Diliput ber-bagai media juga su-dah,” sambung Erick sembari tertawa. (EI)

Balada Klasik Masa Kini

Minggu pagi di ta-man Suropati, Menteng, Ja-

karta. Beberapa orang tampak berlari kecil dengan handuk di leher. Tampak juga beberapa orang lanjut usia ber-jalan kaki. Sementara anak kecil berlarian ke-sana kemari.

Di tengah hembu-san hawa sejuk dan keramaian taman, ter-dengar sayup-sayup alunan musik dari ge-sekan belasan biola. Alunan musik itu begitu harmonis. Seolah me-lengkapi suara kicau bu-

rung pagi itu. Ada yang hirau ada yang tidak. Tapi para pemusik tak peduli. Mereka di sana memang bukan untuk menarik perhatian, teta-pi untuk berkesenian. Demikian barangkali di benak mereka.

Agustinus yang akrab dipanggil Ages, merupakan salah satu perintis kegiatan ber-musik di Taman Sur-opati ini. Semua diawali pada tahun 2006, saat ia menghadiri workshop keroncong di Den Haag. Di sana ia melihat beber-apa musisi memainkan

musik di taman kota dan tiba-tiba terbesit di piki-rannya untuk melaku-kan hal yang sama di Indonesia. Ide ini kemu-dian dikembangkan oleh ketiga temannya sesa-ma pemain alat musik gesek yang akhirnya membentuk sebuah ko-munitas. Setiap Minggu mereka berkumpul dan bermain musik di Taman Suropati, hingga akh-irnya banyak orang yang menjadikan taman ini tempat berlatih musik. Komunitas ini kemudian dinamakan Taman Sur-opati Chambers (TSC).

Diakui Ages, salah satu hal yang melatar-belakangi terbentuknya TSC adalah keprihati-nan ia terhadap kurang-nya pilihan kegiatan yang edukatif bagi anak-anak di akhir minggu. Menurutnya, komunitas ini bisa menjadi pilihan kegiatan yang bagus untuk mengembangkan kreativitas anak. Le-wat komunitas ini pula orangtua bisa berkum-pul bersama dengan anak-anaknya sehingga terjalin hubungan yang lebih erat.

Belajar musik teru-tama dengan alat musik gesek sepert biola um-umnya dilakukan di ruang yang tertutup. Namun, konsep taman terbuka yang diusung oleh TSC menjadi suatu hal yang cukup menarik dan memberi banyak manfaat.

“Taman adalah tem-pat yang natural, kita dapat mengajak anak untuk menyapa alam langsung. Selain itu mer-eka dapat merasakan bagaimana rasanya ber-temu langsung dengan audience sehingga tidak gugup,” terang Ages

TSC pun sema-kin berkembang. Dari jumlah anggota yang awalnya tak seberapa, kini telah mencapai 200 orang, yang didominasi oleh pemain biola dan pemetik gitar. TSC biasa berlatih musik setiap hari Minggu pagi sampai sore. Namun terkadang mereka juga sampai malam.

Dengan latar be-lakang pelajaran musik yang dipelajari secara otodidak, Ages menco-ba berbagi ilmu di sini. Dalam melatih, ia tidak hanya berpatokan pada genre musik klasik. Na-mun mereka juga dia-jarkan lagu-lagu daerah dengan harapan agar mengetahui sekaligus mencintai musik-musik daerah dan nasional.

Di tengah udara ter-buka, mereka berlatih musik dengan giatnya tanpa mempedulikan orang di sekeliling mer-eka. Terlihat pula beber-apa orangtua menemani anaknya yang sedang berlatih.

“TSC terbuka bagi mereka yang ingin bela-jar musik, dengan back-ground apapun. Di sini

ada anak kecil, remaja, yang udah kerja, bahkan para orangtua ada yang ikut serta dalam komuni-tas ini untuk menemani anak mereka”, tambahn-ya.

Para pengajar di sini terdorong oleh ke-inginan pribadi untuk berbagi ilmu dan tidak mengedepankan materi. Ages sendiri secara su-karela mengajari musik kepada anggota komu-nitas ini. Ages berpikir hal ini merupakan sum-bangan yang bisa diberi-kan untuk musik Indone-sia.

Ages juga me-maparkan bahwa be-berapa anggota TSC terlihat sangat serius mendalami musik. Ages berharap mereka yang mencintai musik dapat diberikan beasiswa un-tuk menggapai impian mereka.

Terbukti TSC telah menorehkan banyak prestasi antara lain per-nah mendapat rekor MURI dan melakukan konser musik di berb-agai tempat, seperti Ge-dung Kesenian Jakarta dan diundang tampil di Istana Negara. (LG)

Taman Suropati ChamberBelajar Musik Bernuansa Alam

8

DIA.LO.GUE

Sejumlah anak berlatih biola di komunitas Taman Suropati Chamber ditemani salah satu pengajar. SONAR|Lambertus Guntoro

SONAR | Rabu, 27 Juni 2012

Searah jarum jam: Nina, Ferry, Bobby, Erick, Dimas, Zenis; tengah: Wawan

sonar layout.indd 8 6/27/2007 9:28:47 AM