Solusio-Plasenta
-
Upload
ihsanurrizal -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of Solusio-Plasenta
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada sebelum waktunya yakni antara minggu 20 dan
lahirnya anak. Plasenta secara normal terlepas setelah bayi lahir 1,2,3,5.
Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio
placentae, accidental haemorrhage, premature separation of the normally
implanted placenta3.
Gambar 2.1 Solusio Plasenta
B. Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis),
dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh
permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang
terjadi akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya
menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis
1
servikalis dan keluar melalui vagina, menyebabkan perdarahan eksternal (revealed
hemorrhage)2 (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Solusio Plasenta Dengan Perdarahan Eksternal
Yang lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat
pada dinding rahim, darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di antara
plasenta yang terlepas dan uterus sehingga menyebabkan perdarahan tersembunyi
(concealed hemorrhage) yang dapat terjadi parsial (Gambar 2.3) atau total
(Gambar 2.4)4,5.
2
Gambar 2.3 Solusio Plasenta Parsial Disertai Perdarahan Tersembunyi
Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika2:
1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah
rahim.
Perdarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih
besar bagi ibu, tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumptif tetapi juga
karena jumlah darah yang keluar sulit diperkirakan4.
3
Gambar 2.4 Solusio Plasenta Total Disertai Perdarahan Tersembunyi
Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik
sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta
ringan, sedang, dan berat2.
a. Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml.
Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang
kehitamam. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.
b. Solusio Plasenta Sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi
belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti nyeri
pada perut yang terus-menerus, denyut janin menjadi cepat, hipotensi, dan
takikardi.
4
c. Solusio Plasenta Berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang
keluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum disertai
syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan
gagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.
C. Epidemiologi
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Kejadiannya bervariasi
dari 1 di antara 75 sampai 830 persalinan. Frekuensi solusio plasenta di Amerika
Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Solusio plasenta merupakan salah
satu penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Saat ini kematian maternal akibat
solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan penyebab 20-35%
kematian perinatal3,4.
Pada tahun 1988 kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan 50-
100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. Di negara
berkembang, penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, pre-eklamsi/eklamsi. Selain itu
kematian maternal juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi, usia
ibu hamil, dan paritas3.
Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya
tercatat sebesar 1 di antara 8 kehamilan3. Namun, insidensi solusio plasenta
cenderung menurun dengan semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan
semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya
kesadaran masyarakat berperilaku lebih higienis2.
5
D. Etiologi
Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui , tetapi terdapat beberapa
keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai
solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko (Tabel 2.1), seperti hipertensi,
riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu, dan paritas yang tinggi 2,4.
Faktor Risiko Hubungan dengan risiko
Meningkatnya usia dan paritas 1.3–1.5
Preeklampsia 2.1–4.0
Hipertensi kronik 1.8–3.0
Ketuban pecah dini 2.4–4.9
Kehamilan ganda 2.1
Hidroamnion 2.0
Wanita perokok 1.4–1.9
Trombofilia 3–7
Penggunaan kokain NA
Riwayat solusio plasenta 10–25
Mioma dibelakang plasenta 8 dari 14
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang
Tabel 2.1 Faktor Risiko Solusio Plasenta2
6
Seperti diperlihatkan di Grafik 2.1, insidensinya meningkat seiring dengan usia
ibu. Meski Prtichard dkk. (1991) juga memperlihatkan bahwa insiden lebih tinggi
pada wanita dengan paritas tinggi, Toohey dkk. (1995) tidak mendapatkan hal ini
pada wanita yang memiliki 5 anak atau lebih5.
Grafik 2.1 Insidensi Solusio Plasenta dan Plasenta Previa
E. Patofisiologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari
suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas
karena robeknya pembuluh darah desidua2.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat
menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam
vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang
menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil
7
akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan
tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan demikian, pada tingkat
permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa
menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian
plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali
terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa
kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria
spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian
nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma
yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak
sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput
ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina
(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis
yang terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di
dalam uterus (concealed hemorrhage)2,4.
Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang bisa
menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi seperti
infark, oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini berpotensi
merusak hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada solusio plasenta.
Dilaporkan merokok berperan pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio
plasenta. Merokok satu bungkus perhari menaikkan insiden menjadi 40%2.
F. Gejala Klinik
Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya
perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), nyeri perut dan
uterus tegang terus-menerus mirip his partus prematurus2.
Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit yang
menunjukkan gejala. Pada keadaaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali
hematom yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal
8
plasenta. Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,
sehingga belum keluar dari vagina. Nyeri yang belum terasa menyulitkan
membedakannya dengan plasenta previa kecuali darah yang keluar berwarna
merah segar pada plasenta previa. Tanda vital ibu dan janin masih baik. Pada
inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa
nyeri lokal pada tempat terbentuknya hematom. Kadar fibrinogen darah dalam
batas normal yaitu 350 mg%. Walaupun belum memerlukan intervensi segera
keadaan ringan ini perlu dimonitor terus sebagai upaya mendeteksi keadaan
bertambah berat. Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk menyingkirkan
plasenta previa dan mungkin bisa mendeteksi luasnya solusio terutama pada
solusio plasenta sedang atau berat2,4,5.
Gejala dan tanda pada solusio plasenta sedang seperti rasa nyeri pada perut
yang terus-menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat
janin, perdarahan yang keluar tampak lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulit
dingin, oliguria mulai ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150-250 mg/100 ml,
dan mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai
ada. Rasa nyeri bersifat menetap, tidak hilang timbul seperti pada his yang
normal. Perdarahan pervaginam jelas dan berwarna kehitaman. Pada pemantauan
keadaan janin dengan kardiotokografi bisa jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu
dilakukan tes gangguan pembekuan darah2,4,5.
Pada solusio plasenta berat perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti
papan (defence musculare) disertai perdarahan berwarna hitam. Oleh karena itu,
palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi
daripada yang seharusnya karena telah terjadi penumpukan darah di dalam uterus
pada kategori concealed hemorrhage. Jika dalam masa observasi tinggi fundus
bertambah lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi rahim
terlihat membulat dan kulit di atasnya kencang. Pada auskultasi denyut jantung
janin tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan fungsi plasenta. Keadaan
umum menjadi buruk disertai syok. Adakalanya keadaan umum ibu jauh lebih
buruk dibandingkan perdarahan yang tidak seberapa keluar dari vagina. Kadar
9
fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada
tromobositopenia2.
G. Diagnosis Klinik
Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda
klinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, dan pada solusio
plasenta yang berat terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan
dengan KTG. Namun kadang pasien datang dengan gejala perdarahan tidak
banyak dengan perut tegangan tetapi janin telah meninggal. Diagnosis pasti
hanya bisa ditegakkan dengan melihat adanya perdarahan retroplasenta setelah
partus (Gambar 2.6)5.
Gambar 2.5 Perdarahan Retroplasenta
Ditekankan bahwa tanda dan gejala pada solusio plasenta dapat sangat
bervariasi. Sebagai contoh, pedarahan eksternal dapat deras, namun plasenta yang
terlepas tidak terlalu luas sehingga belum membahayakan janin secara langsung.
Walaupun jarang, mungkin tidak terjadi perdarahan eksternal tetapi plasenta
terlepas total dan sebagai akibatnya janin meninggal. Hurd dkk. (1983) dalam
10
sebuah penelitian prospektif yang relatif kecil tentang solusio plasenta,
mengidentifikasi frekuensi berbagai gejala dan tanda yang berhubungan (Tabel
2.2). Perdarahan dan nyeri abdomen adalah temuan tersering. Temuan lain yang
didapatkan adalah perdarahan serius, nyeri punggung, nyeri tekan uterus,
kontraksi uterus yang sering5.
Pada penelitian-penelitian lama, USG jarang mengkonfirmasi diagnosis solusio
plasenta. Sebagai contoh, Sholl (1987) memastikan diagnosis secara sonografis
hanya pada 25% wanita. Hal yang sama dikemukakan oleh Glantz dan Purnell
(2002), yang mengkalkulasi hanya 24% dari 149 wanita yang melakukan USG
dapat menyingkirkan kemungkinan adanya solusio plasenta. Yang penting,
temuan negatif pada pemeriksaan USG tidak menyingkirkan solusio plasenta5.
Gejala dan Tanda Frekuensi (%)
Perdarahan pervaginam 78
Uterus tegang atau nyeri pinggang 66
Gawat janin 60
Partus prematurus 22
Kontraksi yang terus menerus tinggi 17
Hipertonus 17
Kematian janin 15
Tabel 2.2 Gejala dan Tanda yang Terdapat pada 59 Wanita Solusio Plasenta5
H. Diagnosis Banding
11
Pada kasus solusio plasenta yang parah, diagnosis biasanya jelas. Bentuk-
bentuk solusio yang lebih ringan dan lebih sering terjadi sulit diketahui dengan
pasti dan diagnosis sering ditegakkan berdasarkan eksklusi. Karena itu, pada
kehamilan variabel dengan penyulit perdarahan pervaginam, perlu menyingkirkan
plasenta previa dan penyebab lain perdarahan dengan pemeriksaan klinis dan
evaluasi USG. Telah lama diajarkan, mungkin dengan beberapa pembenaran,
bahwa perdarahan uterus yang nyeri adalah solusio plasenta sementara perdarahan
uterus yang tidak nyeri mengindikasikan plasenta previa. Sayangnya, diagnosis
banding tidak sesederhana itu. Persalinan yang menyertai plasenta previa dapat
menimbulkan nyeri yang mengisyaratkan solusio plasenta5. Perbedaan solusio
plasenta dengan plasenta previa dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Kriteria Solusio Plasenta Plasenta Previa
Perdarahan
Uterus
Syok/Anemia
Fetus
Pemeriksaan
Merah tua s/d coklat hitam
Terus menerus
Disertai nyeri
Tegang, Bagian janin tak
teraba, Nyeri tekan
Lebih sering
Tidak sesuai dengan jumlah
darah yang keluar
40% fetus sudah mati
Tidak disertai kelainan letak
Ketuban menonjol
Merah segar, Berulang ,
Tidak nyeri
Tak tegang
Tak nyeri tekan
Jarang
Sesuai dengan jumlah darah
yang keluar
Biasanya fetus hidup
Disertai kelainan letak
Teraba plasenta atau
12
dalam walaupun tidak his perabaan fornik ada bantalan
antara bagian janin dengan
jari pemeriksaan
Tabel 2.3 Perbedaan Solusio Placenta dan Placenta Previa6
I. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus
berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok
hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal
ginjal. Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari
kematian setelah menderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan
iskemia dan nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta2.
Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio plasenta
berulang dilaporkan juga bisa terjadi pada 25% perempuan yang pernah menderita
solusio plasenta sebelumnya. Solusio plasenta kronik dilaporkan juga sering
terjadi di mana proses pembentukan hematom retroplasenta berhenti tanpa
dijelang oleh persalinan. Komplikasi koagulopati dijelaskan sebagai berikut.
Hematoma retroplasenta yang terbentuk mengakibatkan pelepasan retroplasenta
berhenti ke dalam peredaran darah. Tromboplastin bekerja mempercepat
perombakan protrombin menjadi trombin. Trombin yang terbentuk dipakai untuk
mengubah fibrinogen menjadi fibrin untuk membentuk lebih banyak bekuan
utama pada solusio plasenta berat. Melalui mekanisme ini apabila pelepasan
tromboplastin cukup banyak dapat menyebabkan terjadi pembekuan darah
intravaskular yang luas (disseminated intravascular coagulation) yang semakin
menguras persediaan fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan lain2.
Curah jantung yang menurun dan kekakuan pembuluh darah ginjal akibat
tekanan intrauterina yang meninggi menyebabkan perfusi ginjal sangat menurun
13
dan menyebabkan anoksia. Keadaan umum yang terjadi adalah nekrosis tubulus-
tubulus ginjal secara akut menyebabkan kegagalan fungsi ginjal2.
Mungkin terjadi ekstravasasi luas darah ke dalam otot uterus dan di bawah
lapisan serosa uterus yang disebut sebagai apopleksio uteroplasental ini, yang
pertama kalinya dilaporkan oleh Couvelaire pada awal tahun 1900-an, sekarang
sering disebut sebagai uterus couvelaire. Pada keadaan ini perdarahan
retroplasenta menyebabkan darah menerobos melalui sela-sela serabut
miometrium dan bahkan bisa sampai ke bawah perimetrium dan ke dalam jaringan
pengikat ligamentum latum, ke dalam ovarium bahkan bisa mengalir sampai ke
rongga pernitonei. Perdarahan miometrium ini jarang sampai mengganggu
kontraksi uterus sehingga terjadi perdarahan postpartum berat dan bukan
merupakan indikasi untuk histerektomi2,5.
J. Penanganan
Terapi solusio plasenta akan berbeda-beda tergantung pada usia kehamilan
serta status ibu dan janin. Pada janin yang hidup dan matur, dan apabila persalinan
pervaginam tidak terjadi dalam waktu dekat, sebagian besar akan memilih
seksio sesaria darurat.
K. Prognosis
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan
lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio
plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena
tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang
mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janinnya karena
mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi. Solusio plasenta berat mempunyai
prognosis yang paling buruk baik terhadap ibu terlebih terhadap janinnya2.
14
BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. A
Umur : 34 Th
Alamat : Hiliran Gumanti
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 107850
Nama Suami : Tn. J
Umur : 37 Th
Pekerjaan : Swasta
ANAMNESA
Seorang pasien wanita umur 35 tahun datang ke KB RSUD Solok pada
tanggal 19 juni 2015 pukul 03:15 WIB bersama keluarga dan suami atas rujukan
dari RSUD Aro Suka dengan diagnosa G8P7A0H5 Gravid Aterm + solusio
plasenta + IUFD + anemia (Hb 7,2).
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
- Keluar darah yang banyak dari kemaluan (+) sejak 21 jam yang lalu
- Keluar darah kehitaman sebanyak ± 250 cc
- Nyeri perut terus menerus sejak ± 15 jam yang lalu setelah terjatuh
- Perut terasa tegang dan gerak anak tidak dirasakan lagi semenjak terjatuh
- HPHT : ?
- TP : ?
- Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu
- RHM : mual (+) , muntah (+) , PPV (-)
- ANC : kontrol ke bidan tidak teratur
- RHT : mual (-) , muntah (-) , PPV (-)
15
- Riwayat menstruasi : menarche usia 13 tahun , teratur , lamanya 5-7 hari ,
banyaknya 2-3x ganti duk/hari , nyeri haid (-)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati , ginjal , DM dan hipertensi.
Tidak ada riwayat alergi.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular , keturunan dan
kejiwaan.
RIWAYAT PERKAWINAN
1 kali sejak 14 tahun yang lalu
RIWAYAT KEHAMILAN / PERSALINAN / ABORTUS : 8 / 7 / 0
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi : 98x/menit
Pernafasan : 24x/ menit
Suhu : 36,6°C
Mata : Konjugtiva anemis, sclera tidak ikterik
Thorak : Jantung dalam batas normal
Paru dalam batas normal
16
Status Obstetrikus
Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak membesar sesuai usia kehamilan aterm
linea mediana (+) hiper pigmentasi (-)
Palpasi : leopold sulit dinilai
Perkus i : tidak dilakukan
Auskultasi : Bising Usus tidak terdengar, DJJ (-)
Genitalia :
Inspeksi : v/u tenang , PPV (+)
Vt : tidak dilakukan
Hasil Laboratorium :
Hb : 9,3 gr/dl
Leukosit : 15.17 /mm³
Ht : 27,7 %
Trombosit : 121 /mm³
Diagnosa
G8P7A0H5 Gravid Aterm + solusio plasenta + IUFD + anemia
Janin mati tunggal intra uterin
Sikap :
- Kontrol KU,VS,PPV
- Pasang infuse + DC
- Siapkan sc
- Anti biotik skin test
- Lapor ok dan anastesi
17
Terapi :
- IVFD RL 3kolf guyur
- Inj ceftriaxon 1 gr IV
- Inj Gentamisin 1 amp IV
Rencana :
Sc cito
Dilakukan SCTTP pada pukul 03:30 telah lahir :
Bayi perempuan dengan BB : 2500 gr, pjg : 47 cm, apgar : 0
Plasenta lahir dengan sedikit tarikan pada tali pusat lengkap 1 buah bentuk dan
ukuran normal.
Diagnose :
P8A0H5 post SCTTP a.i solusio plasenta
Ibu dalam rawatan.
Sikap :
- Kontrol KU,VS, PPV
- IVFD RL
- Informed consent
Therapy :
Ceftriaxon inj 3x1
Gentamicine 3x1
SF tab 1x1
Vit. C tab 1x1
Asam mefenamat 500 mg 3x1
18
Follow up :
20 juni 2015
Anamnesa :
Demam (-), Mual (-), Muntah (-), Nyeri bekas sc (+)
Pemeriksaan fisik :
KU : sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,8°C
Abdomen :
- Inspeksi : luka terbalut perban
- Palpasi : NT (+), NL (-)
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : BU (+) N
Genitalia :
V/U tenang, PPV (+)
Diagnosa :
P8A0H5 post SCTTP a.i solusio plasenta
Ibu dalam rawatan
Sikap :
- Kontrol KU,VS,PPV
- Informed consent
19
Therapy :
Ceftiaxon inj 2x1
Gentamicine inj 2x1
SF tab 1x1
Vit. C tab 1x1
Asam mefenamat 3x1
21 juni 2015
Anamnesa :
Demam (-), Mual (-), Muntah (-), Nyeri bekas sc (+).
Pemeriksaan fisik :
KU : sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Nafas : 19x/menit
Suhu : 36,7°C
Abdomen :
- Inspeksi : luka terbalut perban
- Palpasi : NT (+), NL (-)
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : BU (+) N
Genitalia :
V/U tenang, PPV (+)
Diagnosa :
P8A0H5 post SCTTP a.i solusio plasenta
Ibu dalam rawatan.
20
Therapy :
cefixim tab 500 mg 3x1
SF tab 1x1
Vit. C tab 1x1
Asam mefenamat 3x1
Sikap : kontrol ku,vs,ppv
Informed consent
22 juni 2015
Anamnesa :
Demam (-), Mual (-), Muntah (-), Nyeri bekas sc (+).
Pemeriksaan fisik :
KU : sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Nafas : 19x/menit
Suhu : 36,7°C
Abdomen :
- Inspeksi : luka terbalut perban
- Palpasi : NT (+), NL (-)
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : BU (+) N
Genitalia :
V/U tenang, PPV (+)
21
Diagnosa :
P8A0H5 post SCTTP a.i solusio plasenta
Ibu dalam rawatan.
Therapy :
cefixim tab 500 mg 3x1
SF tab 1x1
Vit. C tab 1x1
Asam mefenamat 3x1
Sikap : ganti perban plastic
Rencana : Pasien pulang
22
BAB III
KESIMPULAN
Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada sebelum waktunya
yakni antara minggu 20 dan lahirnya anak. Perdarahan akibat solusio plasenta
berhubungan erat dengan angka kematian bayi dan mempunyai risiko lebih tinggi
untuk terjadinya prematuritas dan pertumbuhan janin terhambat. Penanganan dan
prognosis solusio plasenta tergantung dari derajat solusio plasenta.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulaiman Sastrawinata. 1985. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman. Hal
102-122.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan
Persalinan; Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan
Bayi Baru Lahir (Masalah Ibu); Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi ke-4.
Jakarta: Penerbit P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h. 492-513.
3. Mose, Johanes C. 2004. Penyulit Kehamilan; Perdarahan Antepartum;
Dalam: Obstetri Patologi, edisi ke-2. Editor: Prof. Sulaiman Sastrawinata,
dr, SpOG(K), Prof. Dr. Djamhoer Martaadisoebrata, dr, MPSH, SpOG(K),
Prof. Dr. Firman F. Wirakusumah, dr, SpOG(K). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC dan Padjadjaran Medical Press. h. 91-96
4. Suyono,Lulu,Gita,Harum,Endang. 2007. Hubungan Antara Umur Ibu
Hamil Dengan Frekuensi Solusio Plasenta di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta; Dalam: Cermin Dunia Kedokteran vol.34 no.5.h 233-238
5. Leveno, Kenneth J. MD; Cunningham, F. Gary MD; Alexander, James M.
MD; Bloom, Steven L. MD; Casey, Brian M. MD; Dashe, Jodi. S MD; et
al. 2007. Obstetrical Complications Section VII, Chapter 35. Obstetrical
Hemorrhage. In: Williams, 22nd edition. Editor: Anne Sydor, Marsha Loeb,
Peter J. Boyle. United States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.
6. Miller David A.. Obstretric Hemmorhage. February, 2009. from
http//www.obfocus.com/.../bleeding/hemorrhagepa.htm. Accessed
December 28, 2009
24