Sola Experientia - STFT Jakarta · Nya (Kel. 15:11-12; 19:10-25; Yes. 6:1-4; band. Why 4:8-11),...

24

Transcript of Sola Experientia - STFT Jakarta · Nya (Kel. 15:11-12; 19:10-25; Yes. 6:1-4; band. Why 4:8-11),...

  • .IIoo:yxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA

    •uronligeaYWUTSRPONMLKJIGEDBAJurnal TeologixtrponlieaYWUTSRPONMLKIHFEDCBA

    Sola ExperientiaVol. 2, No.2, OKTOBER 2014

    TERBIT DUA KALI SETAHUN: APRIL DAN OKTOBER.

    BERISI TULISAN ILMIAH TENTANG TEOLOGI, FILSAFAT, ILMU-

    ILMU SOSIAL DAN KEBUDAYAAN YANG SESUAI DENGAN

    PERKEMBANGAN KONTEKS DIINDONESIA.

    PENANGGUNG JAWAB

    Hendrik Ongirwalu

    Joas Adiprasetya

    KETUA DEWAN PENYUNTING

    Binsar J. Pakpahan

    ANGGOTA DEWAN PENYUNTING

    Agustinus Setiawidi

    Rebecca B.Young

    Septemmy E. Lakawa

    Yusak Solei man

    Zakharia J. Ngelow

    MITRA BEBESTARI

    Fransisco Budi Hardiman

    Jan S. Jongeneel

    Joas Adiprasetya

    Olaf Schumann

    Simon L. Tjahjadi

    Yonky Karman

    DESAIN SAMPUL

    Meiske Jeanne

    TATA LETAK

    Binsar J. Pakpahan; S. Aulia

    ALAMAT REDAKSI

    JI. Proklamasi No. 27, Jakarta 10320

    Telp. (021) 3904237

    Fax (021) 3906096,3153781

    Email: [email protected]

    Website: http://jurnalsolaexperientia.com

    ISSN: 2337-6813

    mailto:[email protected]://jurnalsolaexperientia.com

  • DAFTAR lSIzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

    TANGGAPAN GEREJAATAS KRISISLINGKUNGAN HIDUPywutsrqponmlkjihgfedcbaXVUTSRQPONMLKJIHGFEDBA

    RobertvtjPP. Borrong 107

    KUDUSLAH KAMU SEBABAKU KUDUSyxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA(1 PETRUS 1:16)

    Samuel Benyamin Hakh 124

    MISI HOLISTIK DAIAM INJIL-INJIL

    REFLEKSI AucrrABIMI TENTANG MIS! INTEGRAL

    Kees deJong 144

    MISIOLOGI ATAUTEOLOGI INTERKULTURAL?

    Olaf Schumann 169

    ORTODOKSI VERSUS POSTMODERNISME

    Jan Sihar Aritonang 198

    POSTMODERNITAS DANTEOLOGI MIS!:

    SUAlU PERSPEKTIFTEOIDGI Mtsr PENTAKosrAIlKArusMATIK

    [unifrius Gultom 228

    DAFrARARTIKEL SOLA EXPERIENTIA VOLUME 2 243

  • 124ywutsrqponmlkjihgfedcbaXVUTSRQPONMLKJIHGFEDBAKUDUSLAH KAMU SEBAB AKU KUDUSxtrponlieaYWUTSRPONMLKIHFEDCBA

    KUDUSLAH KAMU SEBAB AKU KUDUS

    (1 PETRUS 1:16)

    SamuelyutsrpnmlkihgedbaPKBABenyamin Hakb'

    ABSTRACT:zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAThe church, which is addressed in the letter of 1 Peter,

    is a church that lives isolated and persecuted. When they became

    Christians, they are regarded as "foreigners," because Christianity

    was unfamiliar to the public, which is generally the heathen.

    Moreover, most of the members of the church comes from the

    lower classes. That is why they were subjected to persecution from

    the surrounding communiry. Although the church members living

    in difficult circumstances, the author of the letter 1 Peter exhorts

    the church members to obey the government and convince the

    congregation so that they steadfast in face with persecution and

    maintain a holy life, because God, who has called rhe church is holy.

    ABSTRAK: jernaat, yang disapa dalam surat 1 Petrus, adalah satu

    jernaar yang hidupnya terasingdan teraniaya. Kerika mereka menjadi

    Kristen, mereka dianggap sebagai "orang asing," sebab kekrisrenan

    masih asing bagi masyarakat, yang pada umumnya kafir, Apalagi

    kebanyakan anggota jemaat berasal dari golongan bawah. Irulah

    sebabnya mereka menjadi sasaran penganiayaan dari masyarakat

    sekitar, Walau anggota jemaat itu hidup dalam keadaan yang sulit,

    Memeroleh gelar Doktor Tcologi pada Sekolah Tinggi Tcologi Jakarta. Doscn map

    Bidang Perjanjian Baru pada Sckolah Tinggi Tcologi Jakarta.

  • SOLA EXPERJENTIA, Vol.yxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA2, No.2, Oktober 2014 125zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

    penulis surat 1 Petrus menasihati anggota jemaat agar taat kepada

    pemerintah dan meyakinkan jemaat supaya mereka tabah dalam

    menghadapi penganiayaan itu dan memelihara hidup yang kudus,

    sebab Allah, yang telah memanggil jemaat itu adalah kudus.xtrponlieaYWUTSRPONMLKIHFEDCBA

    KEYWORDS: holy, sin, strangers, steadfast in suffering, obedient

    children, migrants and immigrants, hope.

    KATA-KATA KUNCI: kudus, dosa, orang asing, tabah dalam

    penderitaan, anak-anak yang taat, pendatang dan perantau,

    pengharapan.yutsrpnmlkihgedbaPKBA

    Pendahuluan

    Kekudusan memiliki akar yang kuat dalam Perjanjian Lama,

    khususnya dalam Imamat 11:45. Karena itu, sebelum kita membahas

    pernakaian istilah "kudus" dalam surat 1 Petrus, maka kita rerlebih

    dahulu akan rnenguraikan pemakaian istilah itu dalam konreks

    Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, Allah sering dikenal sebagai

    "Yang Kudus" (Ayub 6:] 0; Yes. 40:25, dsbnya). Kekudusan yang

    sarna juga ditunrut dari bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah.

    Allah menuntut mereka supaya hidup kudus sebagaimana Allah yang

    rnernilih mereka adalah kudus.

    Kekudusan iru merupakan suaru sikap etis yang dituntut dari

    Israel. Sebab Allah yang memanggil dan memilih mereka adalah

    Allah yang kudus. Oleh sebab itu kara "kudus" menjadi salah satu

    istilah yang sangat penting dalam Alkitab dan dipakai oleh orang

    Israel. Pemakaian istilah iru dapat kita jumpai, terutama dalam

    hukun kekudusan yang Allah berikan kepada mereka.

    Ketika kekristenan lahir, maka para penulis Perjanjian Bam

    mernakai istilah ini baik dalam pemberitaan gerejawi, diskusi-

    diskusi Alkitab, maupun dalam puji-pujian yang dinyanyikan oleh

    umat Allah. Namun kekudusan itu, bukan sekedar diberitakan atau

    didiskusikan, Bukan pula sekedar dinyanyikan oleh urnat, melainkan

    harus diberlakukan dalam kehidupan seriap hari.

    Oleh sebab itu, dalam tulisan ini saya akan berusaha untuk

  • 126ywutsrqponmlkjihgfedcbaXVUTSRQPONMLKJIHGFEDBAKUDUSLAH KAMUSEBABAKU KUDUSzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

    menggali pengertian istilah dan pemakaian kata "kudus" itu dalam

    Alkitab untuk menguraikan bagaimana urnat Tuhan di masa lampau

    memahami dan menggunakan istilah itu. Kemudian, secara khusus,

    saya akan menelusuri pemakaian istilah itu oleh komunitas Kristen

    yang disapa dalam surat 1 Petrus.

    Penelusuran itu dilakukan agar kira dapat memahami

    mengapa penulis surat 1 Petrus merasa begiru pentingnya kekudusan

    iru diberlakukan dalam kehidupan komunitasnya sebagai satu

    komunitas Kristen yang hadir di tengah masyarakat yang bukan

    Kristen. Demikian juga kira bisa mengerti bagaimana penggunaan

    kekudusan itu dalam kehidupan anggota jemaat seriap hari.

    Persoalan yang timbul adalah, apakah sebagai orang-orang

    yang Allah telah pilih dan telah kuduskan, mereka harus menarik

    diri dari dunia ini yang penuh dengan noda dosa, sama seperti

    kelompok Qumran yang menarik diri dari keramaian kora dan hidup

    menyendiri di padang gurun? Araukah orang-orang yang Allah telah

    pilih dan kuduskan itu rerap ringgal bersama dengan sesamanya yang

    bukan Kristen, sarnbil rerap memelihara kekudusannya? Persoalan-

    persoalan ini akan kita bahas lebih jauh dalam rulisan ini.yutsrpnmlkihgedbaPKBA

    Pengertian istilah Kudus dan pemakaiannya dalam Al-

    kitab

    A. Perjanjian Lama

    Kata "kudus" berasal dari kata benda bahasa Ibrani Qodes atau

    kata sifat qadosj, kernudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani

    dengan kata aYl6

  • SOLA EXPERIENTlA. Vol.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA2. No.2, Oktober 2014 127

    ia jangan datang mendekat. Ia harus menanggalkan kasutnya karena

    rempat di mana ia berdiri adalah tanah yang kudus (Kel. 3:5). Pada

    perjumpaan Yosua dengan Panglima Balatentara Tuhan di dekat

    Yeriko, Yosua juga diperintahkan agar ia menanggalkan kasutnya

    sebab tempar ia berdiri iru kudus (Yos. 5:15). Nabi Yesaya juga

    memakai kata qadosj pada bait Allah yang telah menjadi lImpan api

    (Yes.64:10). Kara qadosj juga digunakan pada hari Sabat sebagai hari

    yang kudus (Yes. 58: 13) dan pada roti di dalam bait AllahyxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA(1Sam.

    21:5-7), serta pada persembahan (Ul. 26:13,14). Kata qadosj dalam

    bentuk kata kerja digunakan dalam hubungan dengan pengudusan

    saru bangsa (Yes. 36:23) atau pengudusan diri seseorang (Kel. 19: 10;

    Yos. 3:5) (Kuhn 1985, 14-15).

    Kara ini juga dihubungkan dengan nama Allah, yang

    menggambarkan sifat-Nya sehingga memiliki makna yang bersifat

    moral (Am. 4:2), maka menajiskan nama Allah merupakan dosa

    (band. Im, 20:3; Am. 2:7). Kekudusan Allah itu secara khusus

    dihubungkan dengan kernuliaan, kedasyatan, dan kemahakuasaan-

    Nya (Kel. 15:11-12; 19:10-25; Yes. 6:1-4; band. Why 4:8-11), yang

    mengarasi segala sesuatu dan di atas segal a sesuaru (Petterson 2000,

    546). Ia berbeda dari semua yang relah la ciprakan. Ia juga ridak bisa

    disamakan dengan ilah-ilah lain dari bangsa-bangsa manapun di

    dunia ini. Sebab Ia saru-sarunya Allah yang kudus.

    Karena iru dalam PL, Allah dikenal sebagai "Yang Kudus"

    (Ayb. 6:10; Yes. 40:25; 43:15; Hos. 11:9; Hab. 1:12; 3:3; Yehz. 39:7)

    arau "Yang Kudus dari Israel" (2Raj. 19:22; Yes. 1:4; 43:3; Yer. 50:29;

    51:5). Nabi Yesaya melukiskannya secara lebih sempurna sebagai:

    "Yang Mahatinggi dan Yang Maharnulia yang bersemayam untuk

    selama-lamanya dan yang Maha Kud us ... " (Yes. 57: 15). Walau

    demikian, Ia berdiam di antara umat-Nya melalui perjanjian di Sinai

    (Kel24:4-6) sehingga Israel menjadi satu bangsa yang kudus bagi-Nya

    (Ul, 7:6). Dalam perkataan lain, kekudusan Israel dibangun dalam

    hubungan dengan Allah yang kudus itu. Mereka menjadi kudus

    karena Allah yang kudus iru relah menarik mereka kepada diri-Nya,

    Mereka dipisahkan dari bangsa-bangsa lain, dan dikhususkan sebagai

    bangsa yang kudus. Maka mereka harus mendemosntrasikan makna

    kekudusan itu dalam hidup mereka dalam keraaran kepada hukum-

    hukum Tuhan. Sebagai satu "kerajaan imam" mereka harus secara

  • 128ywutsrqponmlkjihgfedcbaXVUTSRQPONMLKJIHGFEDBAKUDUSLAH KAMU SEBAB AKU KUDUS

    khusus melayani Tuhan, sehingga melalui eksistensinya sebagai umat

    Allah rnereka mcnampakkan kehendak Allah kepada dunia. Dengan

    jalan itu, janji Allah bahwa mereka menjadi berkar bagi semua bangsa

    bisa terwujud. Bagi maksud irulah maka ketika bangsa Israel tiba di

    Sinai, Musa secara ritual menahbiskan mereka dan mempersiapkan

    mereka unruk secara unik berjumpa dengan Allah (Kel. 19: 14)

    (Peterson 2000, 546). Oleh sebab itu, mereka hams menjauhkan diri

    dari penyembahan kepada ilah lain, dan menyembah hanya kepada

    Allah (Ul. 6:4) (Kuhn 1985, 14-15).

    Kata "kudus" juga digunakan unruk nama Allah, firman Allah,

    Roh Allah karena semua itu adalah milik-Nya (band. Am. 2:7; Yes.

    52:10; Mz. 105:42; Yes. 63:10). Oemikian juga tabut perjanjian

    adalah kudus sebab tabut perjanjian itu menjadi tempat kehadiran

    Allah yang kudus iru (lSam. 6:20). Oleh sebab itu saru peperangan

    juga bisa menjadi perangvsuci karena kehadiran tabut perjanjian

    sebagai rakhta di mana Allah bersemayam (band. Bit. 10:35,36).

    Pada peristiwa keluaran dari Mesir, Tuhan dikenal sebagai "Yang

    mulia dalam kekudusan," "Yang mengagumkan dalam kemuliaan,"

    "dan pembuat mujizat" (Kel. 15: 11). Allah, "Yang Kudus" itu telah

    dialami dalam tindakan-Nya yang menyelamatkan dan di dalam

    penyataan kemuliaan-Nya. Oi gunung Sinai penyataan kekudusan

    Tuhan itu tampaknya mengancam dan tidak dapat didekati (Kel.

    19: 10-25; band. Jos. 24: 19; 1 Sam 6:20). Tetapi pemberian hukum

    kepada Israel mencerminkan kasih dan anugerah, sebagai suatu tanda

    dari kepedulian-Nya untuk tinggal di antara umat-Nya (band. Kel.

    29:42-46; Hos. 11 :9; Yes. 57: 15). Sesudah perjumpaan-Nya di Sinai,

    kemah pertemuan disebut kudus dan di kemudian hari, bait Allah

    sebagai tempat kehadiran Allah di tengah umar-Nya dan semua

    perangkat daiam bait itu juga disebur kudus. (Peterson 2000, 545).

    Dalam teologi para nabi, nabi Hosea misalnya, mengembangkan

    suaru kontras antara Allah yang kudus dengan manusia yang berdosa

    (band. Hos. 11 :9). Menurut nabi Hosea, orang-orang Israel yang

    telah mengikuri penyembahan kultus kepada Baal, akan dihadapkan

    pada hukuman dari Allah yang kudus itu (Hos. 14:1), Kecuali kalau

    mereka berrobat maka Allah yang kudus itu akan menguduskan

    mereka dan memberikan hidup yang bam (Hos. 14:8) di dalam

    kasih-Nya yang rak terbayangkan. Oalam pengertian lain, Israel

  • SOLA EXPER/ENTIA. Vol.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA2. No.2. Oktober 2014 129

    pada dirinya sendiri tidak memiliki kekudusan itu. Mereka menjadi

    bangsa yang kudus, karenaAllah yang kudus itu mengikat diri-Nya

    sendiri kepada mereka. Irulah sebabnya, Allah disapa sebagai "Yang

    Kudus dari Israel." (Kuhn 1985, 15).

    Sedangkan bagi nabi Yesaya, sesungguhnya ridak ada harapan

    bagi Israel untuk darang ke hadapan Allah yang kudus itu (Yes. 6: 1-5)

    karena mereka memberontak terhadap Allah. Namun, satu Serafim

    menyatakan kasih Allah yang luar biasa itu, dengan mengambil bara

    api yang sedang menyala dari altar lalu menyentuhnya pada bibir

    Yesaya sehingga dosanya diampuni. Makna dari tindakan simbolik

    ini adalah bahwa Allah akan bertindak unruk menghakimi semua

    yang tidak kudus. Namun Ia menyediakan jalan untuk penyucian

    dan pengudusan bagi orang yang berdosa (Peterson 2000, 546).

    Sesudah pembuangan, tulisan-rulisan apokaliprik

    mempertahankan tradisi kultik dengan tetap mengenakan kara

    "kudus" kepada kota Yerusalem, altar, sabar, pakaian imam, kaki

    dian, minyak, kitab, umat dan perjanjian.

    B. Perjanjian Baru

    jika dibandingkan dengan PL, maka Perjanjian Baru (PB)

    kurang menggunakan kata qadosj dalam tulisan-rulisan yang ada

    di dalamnya. Walall demikian, tidak berarti istilah itu tidak ada.

    Istilah itu juga dipakai oleh para penulis PB untuk menekankan

    karya pembebasan Allah di dalam Yesus Kristus, yang secara tegas

    menentukan status kekudusan dari mereka yang ada di dalam Krisrus.

    Dalam Injil Yohanes, Allah disapa sebagai nCf',[£p aYL£ (Bapa

    yang kudus) (Yoh. 17: 11) sedangkan Petrus menyapa Yesus sebagaiyxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA

    o ayLO

  • 130ywutsrqponmlkjihgfedcbaXVUTSRQPONMLKJIHGFEDBAKUDUSLAH KAMU SEBABAKU KUDUSzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

    Dalam Injil Markus, Yesus juga diakui oleh roh-roh jahat

    sebagai 6yxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBAayLOC;lOU emu (Yang kudus dari Allah) (Mrk. 1:24).

    Sedangkan dalam Injil Lukas, kekudusan itu dikaitkan dengan anak

    dara Maria. Ia disebut "kudus Anak Allah" (Luk. 1:35). Sedangkan

    dalam Kisah Rasul, Petrus menyebut Yesus yang telah bangkit itu

    sebagai "Yang kudus" dan "Benar" yang relah ditolak oleh para

    pernimpin Yahudi (Kis. 3: 14). Sebutan yang sama kita jumpai di

    dalam Wahyu 3:7. Dalam teks itu, Yohanes mengatakan bahwa frman

    yang ia sampaikan itu berasal dari "Yang Kudus," "Yang Benar" yang

    memegang kunci Daud. Sernenrara dalam Wahyu 4:8, para malaikat

    tidak henri-hentinya berseru siang dan malam memuji Tuhan sebagai

    "Yang Kudus" dan "Yang Mahakuasa" Ke-Mahakudus-an Tuhan

    yang disebut di sini mencakup kemahakuasaan, kekekalan, dan

    kemuliaan-Nya. Sedangkan dalam surat Ibrani, Yesus disapa sebagai

    Imam sekaligus korban yang hanya sekali untuk selamanya masuk ke

    "rernpat kudus" untuk mempersembahkan diri-Nya demi pcnebusan

    dosa manusia (Ibr. 9:24-27).

    Kalimat itu dikutip dari Im. 19:2 yang berbunyi: "Kuduslah

    kamu sebab Aku Tuhan Allahmu kudus." Ungkapan ini merupakan

    sebuah motto dari kitab Imamat. Motto ini mengingatkan bangsa

    Israel mengenai panggilan mereka untuk menjadi "bangsa yang

    kudus" (Kel, 19:6). Mereka harus menconrohi Allah, sebagai Yang

    kudus. Derni menjaga kekudusan mereka sebagai bangsa yang kudus

    maka Allah memberikan larangn-Iarangan kepada bangsa Israel

    agar jangan menyembah berhala (ay. 4), jangan memakan makanan

    yang menjijikkan (ay, 7), jangan memanen hasil ladang sampai

    habis, melainkan ditinggalkan juga untuk orang miskin (9-10).

    Jangan mencuri, janganlah berdusra, janganlah memeras, janganlah

    merampas, dan sebagainya (ay. 11 dstnya) (Wenham 1979,264-266).

    Kalimat yang hampir sarna kira jumpai juga dalam 1m. 11 :44,

    45" ... jadilah kudus sebab Aku kudus." Kalimat ini merupakan suatu

    anjuran kepada bangsa Israeluntuk hidup kudus, sebab Allah yang

    telah membebaskan mereka dari Mesir adalah Allah yang kudus.yutsrpnmlkihgedbaPKBA

    Kuduslah kamu sebabAku kudus (lPtr.xtrponlieaYWUTSRPONMLKIHFEDCBA1:16).

  • SOLA EXPERIENTIA. Vol.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA2. iVo. 2. Oktober 2014 131

    Penulis kitab Imamat menyampaikan perkataan ini dalam konteks

    pembuatan peraturan tentang binatang yang haram dan yang halal

    untuk dimakan. Peraturan ini dibuar dengan maksud agar bangsa

    Israel menghindarkan diri dari semua yang haram dan najis itu.

    Sebab semua itu merupakan suaru kekejian bagi Allah. Mengabaikan

    larangan-larangan ini, akan membuat mereka menjadi najis dan

    menjijikkan (Irn. 11 :43). Karena sebagai bangsa yang relah dipilih

    dan dikuduskan atau dikhususkan oleh Allah bagi diri-Nya, mereka

    harus hidup kudus.

    Dua kali panggilan atau anjuran ini ditegaskan dalam kedua

    ayar (1m. 11 :44,45) ini. Panggilan ini mengingarkan mereka mengenai

    eksistensi mereka sebagai urnar Allah yang telah dibebaskan dari Mesir

    dan melakukan perjanjian dengan Allah di Sinai. Peraturan-peraturan

    ini secara terus menerus mengingatkan Israel akan anugerah Allah

    bagi mereka. Sebagai peraturan yang membedakan anrara yang kudus

    dan yang najis, demikian juga bangsa Israel diingarkan bahwa Allah

    telah membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain sebagai umat

    rnilik-Nya, Panggilan ini diulangi lagi riga kali dalam kitab Imamat

    yaitu dalam Im, 19:2; 20:7, dan 26. (Wenham 1979,180).

    Gagasan tenrang kekudusan ini diangkat oleh penulis 1 Petrus

    dan mengenakannya kepada komunitasnya: 'AYlOl YlVEO'eE, on

    tyw aYlo

  • 132ywutsrqponmlkjihgfedcbaXVUTSRQPONMLKJIHGFEDBAKUDUSLAH KAMU SEBAB AKU KUDUS

    Di daerah Timur Tengah purba, orang memakai jubah yang tidak

    berlengan panjangnya sampai ke lutut atau pergelangan kaki, dan

    memakai mantel di bagian luar, dia adalah orang yang bersiap untuk

    melakukan suatu aksi secara fisik, enrahkah itu suatu perkelahian

    atau pertandingan. Dia harus menarik dan melipat jubahnya yang

    panjang itu ke atas dan mengikatkannya pada ikat pinggangnya

    sehingga kelihatan lututnya (Davids 1990, 67). Dengan cara ini ia

    dapat melakukan aksinya dengan leluasa.

    Ungkapan yang sarna mengingatkan kita pada kesiapan

    orang Israel unruk keluar dari Mesir yakni memakan paskah dengan

    ikar pinggang terikat pada pinggang, kasut pada kaki dan tongkat

    pada rangan serta memakannya dengan rerburu-buru (Kel 12: 11;

    band. 2Raj. 4:29; 9:1). Tuhan Yesus juga memakai metafora ini

    ketika Ia mengingatkan murid-rnurid-Nya unruk berwaspada dalam

    menanrikan kedatangan Tuhan. Ia berkata: "Hendaklah pinggangmu

    tetap berikat dan peliramu tetap menyala" (Luk. 12:35). Demikianlah

    juga orang Kristen. Orang Kristen perlu mempersiapkan diri unruk

    suatu pekerjaan yang berat, bukan suaru pekerjaan yang bersifat

    fisik, melainkan suaru pekerjaan yang berkaitan dengan mental dan

    spiritual umat. Kesiapan untuk melakukan pekerjaan berar ini, biasa

    disebut juga sebagai "peperangan rohani" yang ditekankan oleh

    penulis surat Efesus dalam nasihatnya kepada jemaat: "Berdirilah

    tegap, berikat-pinggangkan kebenaran, berbaju-zirahkan keadilan,

    kakimu berkasutkan kerelaan unruk memberitakan Injil damai

    sejahtera (Ef. 6: 14, 15) (Michaels 1988, 54; Best 1971, 84).

    Metafora yang sarna, dipakai dalam surat 1 Petrus ini untuk

    menasihati komunitasnya agar bersiap dalam menanrikan kedatangan

    Tuhan itu. Kesiapan iru harus disertai dengan kewaspadaarr'.

    Kewaspadaan yang dimaksudkan di sini berkaitan dengan kedisiplinan

    kharakter atau sikap orang Kristen unruk menghindari tindakan atau

    perbuatan yang tercela dalam hidupnya.

    Jika penulis 1 Petrus menghubungkan kewaspadaan ini dengan

    kesiapan akal budi maka yang hendak ditekankan adalah keteguhan

    atau ketetapan hati dalam menghadapi berbagai gagasan, dan godaan

    yang datang. Tampaknya, dalarn lingkungan komunitas yang disapa

    2 Kara: "waspada" direrjcmahkan dari kata Yunani:yxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBAvscco atau VE$OVtEs artinya: si-urnan, waspada, ridak rnabuk anggur, arau terjaga.

  • SOLA FXPERJENTIA, Vol.yxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA2, No.2, Oktober 2014zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA133

    dalarn 1 Petrus, terdapar aliran-aliran atau gerakan-gerakan, yang

    dengan gagasan dan aksi-aksinya yang liar dapar rnengakibatkan

    orang Kristen tidak berdiri teguh dalam iman, sehingga mereka

    dengan rnudah dapat digoyahkan. Peringatan yang sarna disampaikan

    oleh Paulus kepada jemaat di Tesalonika agar rnereka berjaga-jaga dan

    sadar sebab rnereka adalah anak-anak siang (1Tes. 5 :5-8) (Best 1971,

    85).

    Penulis 1 Petrus melanjutkan nasihatnya dengan mengatakan:

    "letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang

    dianugerahkan padamu .... " Jemaat, sebagai pengikut Kristus, relah

    diberikan pengharapan (£A1ttS) oleh kebangkitan Krisrus dan kini

    pengharapan itu hendak diwujudkan pada hari kedatangan Tuhan.

    Pengharapan iru harus diletakkan di aras kasih karunia. Obyek dari

    pengharapan yang Petrus perintahkan iru adalah "kasih karunia yang

    dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus."

    Kasih karunia yang dianugerahkan ini memiliki makna futuris yang

    menunjuk kepada kedatangan Mesias. Kasih karunia itu bukan

    "datang" rnelainkan "diberikan dengan curna-curna" atau dianugerah-

    kan sebagai tindakan i1ahi dari Allah pada penyataan Yesus Kristus.

    Kasih karunia yang dirnaksudkan di sini bukan kasih karunia

    sebagai suatu pengalaman pada masa kini mereka, melainkan kasih

    karunia yang dibawa pada penyataan Yesus Krisrus. Kasih karunia

    itu adalah keselamatan (Best 1971, 85)\ yang dilukiskan dalarn 1

    Petrus 1:3, dan 4 sebagai bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak

    dapat cernar dan yang tidak dapar layu, yang tersimpan di sorga bagi

    mereka. Kasih karunia atau keselarnatan di masa depan itu memiliki

    pengaruh terhadap kehidupan orang Kristen pada masa penantian ini

    (Michaels 1988, 56).

    Pada rnasa penantian ini orang Kristen harus hidup sebagai

    "anak-anak yang taat." Petrus rnengatakan: "Hiduplab sebagai

    anak-anak yang taat" (ay. 14). Ungkapan TEKVU urrcocofic

    "anak-anak yang taar" merupakan suaru idiom sernitis yang

    mernberikan sedikit penekanan pada kata: TEKVU "anak-anak" untuk

    membedakannya dari orang dewasa, suatu ungkapan yang ditujukan

    kepada komunitas Petrus. Di sini rnereka disebut sebagai: TEKVU

    arau anak-anak, untuk rnengingarkan eksistensi rnereka sebagai

  • 13·.jywutsrqponmlkjihgfedcbaXVUTSRQPONMLKJIHGFEDBAKUDUr:;LAH KAMU SEBAB AKU KUDUSzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

    jemaat yang baru didirikan, atau baru memperoleh baptisan, sebagai

    "anak-anak." Maka sebagai anak-anak, mereka dipanggil unruk taat.

    Oleh sebab itu, Petrus menyebut mereka sebagai "anak-anak yang

    taat." Kata:yxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBAurrcxofic = "taar," merupakan suatu sebutan yang

    telah dipakai oleh Petrus pada 1 Petrus 1:2 dan 3:6. Petrus menyebut

    komunitasnya sebagai "anak-anak yang raat," di satu pihak agar

    mereka mengingat eksistensi mereka sebagai orang Kristen baru, dan

    dipihak lain, mereka yakin bahwa Allah adalah Bapa bagi mereka.

    Sebagai "anak-anak yang taat" jemaat dilarang untuk

    menuruti hawa nafsu yang menguasai mereka pada waktu kebodohan

    mereka.

  • SOLA EXPERIENT1A, VolzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA2, No.2. Oktober 2014vtjP 135

    Petrus menasihati jemaatnya unruk menguduskan seluruh hidupnya,

    rnaka yang dimaksudkan bukan sarna seperri tradisi-rradisi agama

    atau kelompok kerohanian rertentu yang meninggalkan dunia ini.

    Bukan! Istilah yang dipakai oleh Petrus di dalam teks ini adalah

    rnenghadapkan orang Kriten muka dengan muka dengan dunia,

    dengan kepurusan-keputusan praktis yang berhubungan dengan

    kehidupan seriap hari (Michaels 1988, 59). Yang dimaksudkan oleh

    Petrus adalah memisahkan seluruh hidup anggota jemaat dari gaya

    hidup masa lalu itu, dan mengkhususkan hidup mereka kepada Allah.

    Menguduskan diri kepada Allah berarti memisahkan diri dari

    dosa sebab Allah dan dosa tidak dapat disarukan. Dalam 1 Petrus

    2:9, penulis menyapa jemaatnya sebagai "bangsa yang kudus."

    Mereka adalah umat Allah yang bam dipilih unruk mencerminkan

    sifat Allah dalam perbuatan mereka. Perlu ditegaskan di sini bahwa

    pengudusan yang dimaksudkan di sini mencakup "seluruh tingkah

    laku" (tv nacrn avucrTp0qJfi) warga jemaat. Dalam perkataan

    lain, kekudusan itu tidak hanya mencakup gagasan tenrang suatu

    kesalehan did, tetapi suatu kualitas hidup dalam sikap dan tindakan

    yang mencakup seluruh kehidupan warga jemaat (Best 1971, 86).

    Tidak hanya tindakan yang dilakukan di dalam gereja itu kudus lalu

    tindakan dan sikap di luar gereja itu tidak kudus. Seluruh tindakan

    atau perbuatan, sikap dan kepurusan yang dilakukan oleh orang

    Kristen di manapun ia berada, harus kudus. Clemens, seorang bapa

    gereja dad Roma, yang dikutip oleh Kelly, mengatakan: "Karena kita

    adalah bagian dari kekudusan iru maka hendaklah semua tindakan

    kita sesuai dengan kekudusan. Buanglah semua yang menghalangi

    kekudusan itu. Hindarilah fitnah, persekutuan dengan kenajisan,

    kernabukan, kekeraan, dan sebagainya" (Kelly 1969, 69).

    Namun kekudusan itu bukanlah merupakan suatu milik

    batin yang tetap. Jemaat dipanggil untuk terus menerus menjadi

    kudus, artinya setiap hari harus menguduskan diri (Beyer 1972, 52).

    Dalam perkaraan lain, penulisyxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBAI Petrus menasihati komunitasnya

    agar mereka secara terus menerus menguduskan diri supaya mereka

    rnenjadi kudus. Setiap hari mereka hams selalu berada dalam proses

    rnenjadi kudus. Benar bahwa oleh pengorbanan Kristus orang

    Kristen telah dikuduskan. Tetapi orang Kristen itu masih hidup di

    dalam dunia, sehingga bisa tergoda unruk meninggalkan Kristus

  • 136ywvutsrponmlkjihgfedcbaXWVUTSRPONMLKJIHEDCBAKUDUSLAH KAMU SEBAB AKU KUDUS

    dan kembali kepada gaya hidup lama yang telah ditinggalkan itu.

    Maka orang Kristen harus mengalami pengudusan itu secara terus

    menerus. Gagasan ini didasarkan pada nasihat Petrus "hendaklah

    kamu menjadi kudus .... " Kata y£vTl8rrn: dalam bahasa Yunani

    merupakan imperative aorist yang berarti: "jadilah." King James

    Version menerjemahkan teks itu dengan: Be ye holy;for 1 am holy. Jika

    kita mengikuti terjemahan KJV maka kalimat itu dapat berbunyi:

    "Jadilah kudus sebab Aku kudus." Kata "jadilah" merupakan suatu

    kara kerja yang bersifat imperative aorist atau perinrah yang terjadi di

    masa larnpau tetapi sebagai perintah yang harus secara terus menerus

    berproses dalam rangka menjadi. Dengan demikian orang Kristen

    menjadi kudus "sama seperti Dia yang kudus yang telah memanggil

    kamu."utsrpnmlkihfeaPMKD

    Memahami Komunitas PetrusutrponmlhcaUSOLKC'"

    Dalam hubungan dengan komunitas 1 Petrus, pertanyaan yang

    timbul adalah mengapa Petrus menasihati jernaatnya agar memelihara

    kekudusan itu di an tara mereka? Apa maksud penulis surat 1 Petrus

    untuk menyampaikan nasihat ini? Dalam 1 Petrus 5: 12, penulis

    menyatakan: "Aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk

    menasihati dan meyakinkan kamu, bahwa ini adalah kasih karunia

    yang benar-benar dari Allah." Nasihat ini disampaikan kepada

    jemaat yang sedang menderita karen a pengharnbatan-penghambatan

    kepada rnereka semakin meningkat. Dalam situasi yang genting itu

    kepercayaan orang Kristen dengan mudah dapat digoyangkan.

    Maka dengan menulis surat ini, penulis surat 1 Petrus ingin

    meneguhkan iman jernaarnya supaya mereka menaruh kepercayaan

    penuh kepada Kristus dan melakukan kehidupan dalam dunia sekitar

    yang bermusuhan, sesuai dengan anugerah yang sungguh-sungguh,

    yang tetap mereka peroleh. Dengan demikian, mereka tabah hati

    dan bertekun dalam perjuangan masa kini hingga mencapai tujuan

    imannya, yaitu kemuliaan.

    Demi mencapai tujuan iman, yaitu kemuliaan itu, maka salah

    satu nasihat yang Petrus sampaikan adalah, hidup kudus. Kekudusan

    ini sangat ditekankan oleh sebab penulis 1 Petrus melihat bahwa

    jemaat yang ia sapa hidup di tengah-tengah lingkungan kekafiran

  • SOLA EXPERIENTfA, VoLutrponmlhcaUSOLKC2, No.2, Oktober 2014zyxwvutsrponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRPONMLKJIHGEDCBA137

    (2:11-4:11). Suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi sikap

    dan kelakuan mereka sebagai orang Kristen. Apalagi mereka sedang

    menghadapi penganiayaan yang semakin hari semakin berat karena

    iman mereka kepada Tuhan (Beyer 1972, 12-13).

    Bahkan nama atau sebutan sebagai "orang Kristen" yang

    menunjuk kepada eksistensi mereka dalam menghadapi berbagai

    tuduhan dan fitnah (lPn. 2:12; 3:9,16). Keadaan ini sangat rentan

    bagi warga jemaat untuk menyimpang dari imannya kepada Tuhan.

    Keadaan jemaat 1 Petrus ini nampak dalam respons Kaisar Trayanus

    kepada surat Pliny, yang dikutip berkaitan dengan pertumbuhan

    kekristenan di Asia Kecil:

    Saudaraku Pliny, anda telah mengikuti prosedur yang benar dalam penyeli-

    dikan rerhadap orang-orang yang dirunrut sebagai orang Kristen, sebab tidak

    mungkin kim memberlakukan saru aruran urnum terhadap saru persoalan

    rertentu, Orang-orang itu tidak harus dikejar-kejar, Jika mereka dibawa ke-

    padamu dan jika terbukti maka mereka harus dihukum. Tetapi dalam hal

    terntentu, jika mereka menyangkal bahwa mereka adalah orang Kristen, dan

    rnesti jelas bahwa ia belum memberikan korban kepada dewa-dewa kita, dia

    bisa diampuni sebagai akibar dari pertobarannya, namun perlu dicurigai ke-

    hidupan masa lalunya. Terapi sebarkanlah surar edaran tanpa nama agar mer-

    eka jangan berperan dalam tuduhan, bahwa mcreka melakukan presedcnt

    yang buruk dan yang tidak memelihara roh zaman kira (Bartlett 1998,235).

    Jawaban Kaisar Trayanus kepada, Pliny ini, mernbuktikan

    bahwa tuntutan penyembahan kepada kaisar belum meluas hingga ke

    Asia Kecil, yakni tempat komunitas Petrus bermukim, yang rneliputi

    daerah Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (IPtr. 1:1).

    Memang, menurut Trayanus, dalam suratnya ini, orang Kristen tidak

    perlu dikejar-kejar. Mereka baru dikenakan hukuman bila mereka

    terbukti bersalah. Namun nada surat 1 Petrus ini, membuktikan

    bahwa penganiayaan secara sporadis telah dialami oleh jemaat dan

    makin hari makin meningkat.

    Sementara itu, status sosial warga komunitas 1 Petrus juga

    sangat rentan terhadap penindasan. Karena mereka berasal dari kelas

    bawah (hamba-hamba dan kaum perempuan). Mereka disebut:

    "pendatang" dan "perantau" (rrupohcouc KaL nap£nl

  • Roma, dari mana ia menulis, tidak hanya sebagai kata sandi yang

    menunjuk kepada musuh-musuh umat Allah, tetapi juga sebagai

    suatu peringatan bahwa Roma itu sendiri adalah tempat pembuangan

    (1 Ptr. 5: 13).

    Para penafsir Alkitab berusaha memahami istilahutrponmlhcaUSOLKCnapOlKOUC;

    Kat. nap£m8rlllOUC; (pendatang dan perantau) sebagai suatu rnetafora

    yang menunjuk kepada orang-orang Kristen ini, bahwa di dunia

    ini mereka tidak memiliki rumah yang kekal, kewargaan mereka

    ada di sorga. Ada pendapat lain mengenai istilah: napOlKOUC; Kat.

    rtupernonuouc, yang mengatakan bahwa istilah itu dipakai untuk

    membedakan antara orang Kristen yang telah menerima surat ini

    dengan budaya atau kultur masyarakat pada umumnya di sekeliling

    mereka. Suatu kultur yang darinya mereka telah lahir, retapi sekarang

    mereka dianggap minoritas yang difitnah, terbuang sarna seperti Israel

    yang terbuang di Babelon, dan sebagai pendatang di satu negeri yang

    asing (Bardett 1998, 236), karena eksistensi mereka sebagai orang

    Kristen. Eksistensi ini merupakan suatu tanda dari kesetiaan mereka

    kepada Tuhan. Penulis 1 Petrus mengatakan: "Hendaklah kamu

    hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Sebab

    kamu tahu bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia

    yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu ... " (lPtr. 1:17-18).

    Hidup dalam ketakuran, bukan ketakutan kepada orang-orang yang

    menganiaya mereka melainkan ketakuran dan kesetiaan kepada

    Allah. Ketakutan dan kesetiaan kepada Allah memungkinkan mereka

    untuk hidup dan tetap tegar di tengah-tengah dunia atau lingkungan

    di mana mereka menumpang sebagai "orang asing." Tidak hanya itu,

    komunitas ini juga dinasihari agar mereka mewujudkan perbuatan

    yang baik, agar apabila orang-orang di sekitar mereka memfitnah

    mereka sebagai orang durjana, para pemfitnah iru dapat melihat

    perbuatan-berbuatan yang baik itu. Dalam perkataan lain, perbuatan

    baik yang ditampilkan oleh kornunitas 1 Petrus ini merupakan suatu

    kesaksian bahwa mereka bukanlah kornunitas sebagaimana yang

    dituduhkan itu.

    Pandangan ini lebih sesuai dengan maksud penulis 1 Petrus,

    sebab memang komunitas Petrus pada awalnya adalah orang-orang

    yang hidup dalam prakrek-praktek kekafiran sarna seperti tetangga-

    tetangga mereka, tetapi karena iman dan keberadaan mereka sebagai

    138ywvutsrponmlkjihgfedcbaXWVUTSRPONMLKJIHEDCBAKUDUSLAH KAMU SEBAB AKU KUDUS

  • SOLA EXPERIENTlA, Vol.utrponmlhcaUSOLKC2, No.2, Oktober 2014zyxwvutsrponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRPONMLKJIHGEDCBA139

    orang Kristen maka mereka ditolak (1Ptr. 4:3-4) (Bartlett 1988, 236).

    Secara sosiologis siruasi ini dapat mendorong mereka kembali

    kepada kehidupan yang lama. Karena itu, penulis 1 Petrus menasihati

    mereka agar mereka tetap memelihara kekudusan, sebagaimana Allah

    yang telah memilih mereka adalah Allah yang kudus.

    Pertanyaan yang timbul adalah kekudusan yang bagaimanakah

    yang dituntut oleh penulis 1 Petrus dari komunitasnya ini? Studi yang

    cermat terhadap surat 1 Petrus mernbuktikan bahwa kekudusan yang

    Petrus maksudkan dalam suratnya ini ada tiga macam:

    Pertama, kekudusan personal. Model kekudusan ini Petrus

    tekankan dalam 1 Petrus 1:13-2: 10. Dalam bagian ini, Petrus

    meminta kepada jernaat agar membuang jauh-jauh kedengkian,

    penipuan, ketidak-tulusan, kecemburuan, dan fitnah, dsbnya

    (lPtr. 2:1) (Bartlett 1988, 17). Permintaan ini disampaikan kepada

    komunitasnya, sebab pada satu pihak sekalipun mereka sudah

    mengalami pembaharuan hidup (1 Ptr, 1:23), tetapi mereka masih

    hid up di dalam daging, yang sewaktu-wakru dapat tergoda untuk

    melakukan dosa-dosa itu, sehingga merusak kasih persaudaraan

    dengan sesama. (Luther 1990, 85). Sebab dosa-dosa yang disebutkan

    di sini (yairu: kedengkian, penipuan, ketidak-tulusan, kecemburuan,

    dan fitnah), merupakan dosa-dosa yang secara langsung menyerang

    kasih persaudaraan iru. Kasih itu tidak dapat bertahan di ternpat

    di mana dosa-dosa ini merajalela. Mak'a sebagai orang yang telah

    dibaharui, mereka diminta agar meninggalkan hidup yang lama itu

    (Beyer 1972, 59), dan senantiasa berwaspada agar tidak dikuasai oleh

    dosa-dosa itu. Sebaliknya mereka hidup dalam kasih persaudaraan

    dengan sesama di sekirar mereka. Dengan berbuat demikian, orang

    Kristen secara tulus dan dengan had yang murni membangun kasih

    dengan sesamanya (Luther 1990, 86).

    Kedua, Kekudusan sosial. Model kekudusan ini dibahas dalam 1

    Petrus 2: 11-4: 11. Bagian ini lebih banyak berkaitan dengan hubungan

    orang Kristen dengan orang-orang non Kristen dalarn masyarakar,

    antara lain: menaati hukum Negara, tunduk kepada semua lembaga

    manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi,

    maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang

    yang berbuat jahat. Singkatnya mereka harus taat kepada orang yang

    menjadi tuan atas mereka. Maksudnya agar orang Kristen tidak

    L_

  • 140ywvutsrponmlkjihgfedcbaXWVUTSRPONMLKJIHEDCBAKUDUSLAH KAMU SEBAB AKU KUDUSzyxwvutsrponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRPONMLKJIHGEDCBA

    menimbulkan sakit hati dalam membangun relasi dengan mereka.

    Pada waktu yang sama mereka diminta agar "mengasihi saudara-

    saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas

    kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci rnaki terapi

    sebaliknya mereka rnernberkati, sebab untuk itulah mereka dipanggil

    yaitu untuk memberi berkat"utrponmlhcaUSOLKC(1Ptr. 3:8-9). Dengan dernikian, pada

    satu pihak, mereka harus memelihara kekudusan dengan mengikuti

    teladan Kristus dalam menghadapi penderitaan yang dilakukan

    oleh sesama, sebab penderitaan itu merupakan suatu ujian iman,

    sernentara pada pihak lain, saar penghakiman Allah itu sudah dekat

    (band. IPtr. 4:7)

    Ketiga, Kekudusan komunal. Dalam surarnya ini penulis

    1 Petrus menyatakan bahwa orang-orang yang celah menjadi

    Kristen itu telah menghentikan praktek-praktek kekafiran pada

    waktu mereka menjadi Kristen. Karena itu, jika seorang berbicara

    hendaklah ia lakukan itu seperti rnernberitakan firman Allah, jika

    seseorang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang

    dianugerahkan Allah supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu

    karena Yesus Kristus. Maksud dari semua ini telah jelas yakni bahwa

    komunitas Kristen adalah komunitas yang harus selalu melakukan

    kebajikan terhadap sesama.utsrpnmlkihfeaPMKD

    Kesimpulan

    Bertolak dari uraian-uraian di atas, kita akan mengambil

    beberapa kesimpulan:

    1. Kekudusan yang dimaksudkan oleh Petrus di dini adalah,

    pemisahan did, atau pengkhususan diri untuk Tuhan. Dengan

    menekankan kekudusan itu, Petrus menegaskan agar orang

    Kristen mengkhususkan seluruh hidupnya termasuk semua

    perkataan dan tindakannya, serta keputusan-kepurusan praktis

    di tengah masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan

    hidup setiap hari. Dengan demikian, kekudusan tidak hanya

    kekudusan personal, yang seringkali diberlakukan oleh kalangan

    Kristen terrentu, dengan menarik did dari dunia, melainkan

    juga kekudusan sosial dan komunal. Kekudusan yang demikian

  • SOLA EXPERIENTlA, Vo/.utrponmlhcaUSOLKC2, No.2, Oktober 2014zyxwvutsrponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRPONMLKJIHGEDCBA141

    diuraikan secara luas pada seluruh surat 1 Petrus ini. Kekudusan

    itu perlu dipertahankan oleh orang Kristen untuk menghindari

    tindakan atau perbuatan yang tercela dalam hidupnya. Bagi

    maksud itu perlu kewaspadaan dan kesiapan akal budi dalam

    menghadapi berbagai bujukan atau godaan. Sebab dalam

    kehidupan sehari-hari, orang Kristen dihadapkan dengan

    gerakan-gerakan, yang dengan aksi-aksinya yang licik dapar

    mengakibatkan mereka tidak berdiri teguh dalam iman. Oleh

    sebab itu, orang Kristen didesak agar hidup kudus.

    2. Komunitas Petrus, sebagai "anak-anak yang taat," dilarang

    untuk menuruti hawa nafsu yang menguasai mereka pada waktu

    kebodohan mereka yakni menururi gaya hidup arau kegemaran

    unruk mengejar kekayaan, kekuasaan, dan kehidupan berfoya-

    foya, sebelum menjadi Kristen. Sebab gaya hidup seperti itu akan

    sangat rentan terhadap godaan yang bisamembawa mereka kembali

    kepada kehidupan yang tercela. Padahal sebagai anak-anak yang

    taat, kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat merupakan

    suatu kesaksian bagi masyarakat di sekeliling mereka. Walaupun

    mereka adalah kelompok minoritas dan dipandang sebagai "orang

    asing," namun mereka rnesti menampilkan diri sebagai minoritas

    yang kudus dan kreatif, sehingga mereka mampu menjadi berkat

    bagi masyarakat di sekeliling mereka.

    3. Sebagai sam komunitas yang berbeda keyakinan dengan

    masyarakat pada umumnya, apalagi mereka memiliki status sosial

    yang sangat rendah, kornuniras ini dianiaya oleh warga masyarakat

    di sekeliling mereka. Penganiayaan ini memang belum dilakukan

    secara sisternatis oleh penguasa, tetapi intensitasnya makin lama

    makin meningkar. Situasi ini tentu sangat memprihatinkan bagi

    komunitas yang minoritas ini. Namun dalam menghadapi siruasi

    penganiayaan 1111, mereka diingatkan bahwa penderitaan itu

    merupakan suaru ujian iman. Oleh sebab itu, mereka harus tabah

    dalam menghadapi penganiayaan itu dan tetap menghormati

    para pemimpin dalam masyarakat di mana mereka berada.

    4. Komunitas Petrus tidak hidup dalam sam ghetto yangmemisahkan

    diri mereka dengan masyarakat pada umumnya. Tidak! Anggota

    komunitas ini adalah bagian integral dari masyarakat pada

    umumnya. Benar, bahwa mereka telah dipanggil oleh Allah, keluar

  • 142ywvutsrponmlkjihgfedcbaXWVUTSRPONMLKJIHEDCBAKUDUSLAH KAMU SEBAB AKU KUDUSzyxwvutsrponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRPONMLKJIHGEDCBA

    dari dunia kekafiran dan telah masuk dalam saw persekutuan

    dengan Tuhan, sebagai saw bangsa yang terpilih, imarnat yang

    rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (band.

    l Ptr, 2:9), tetapi bersamaan dengan itu mereka diutus kembali

    ke dalam dunia untuk menjadi berkat bagi sesamautrponmlhcaUSOLKC(1Per. 3:9).

    Oleh sebab itu, Petrus menasihati komunitasnya agar mereka

    memelihara kehidupan yang kudus sebagaimana Allah yang telah

    memanggil mereka adalah kudus.utsrpnmlkihfeaPMKD

    Daftar Pustaka

    Bartlett, David L. 1998. "The first letter of Peter: Introduction,

    commentary and reflections" dalam The New Interpreter's

    Bible, A Commentary in twelve volumes, vol. XII. Nashville:

    Abingdon Press.

    Bayer, Ulrich. 1972. Tafilran Alkitab: Surat 1 & 2 Petrus dan Surat

    Judas. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

    Best, Ernest. 1971. The new century Bible commentary: I Peter. Grand

    Rapids: William B. Eerdmans Publ. Co.

    Davids, Peter H. 1990. The new international commentary on the New

    Testament: The first Epistle of Peter. Grand Rapids: William B.

    Eerdmans Pbl. Co.

    Hakh, Samuel B. 2012. Perjanjian Baru: Sejarah, pengantar dan

    pokok-pokok teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi.

    Jeffrey, David Lyle. 1992. A dictionary of biblical tradition in English

    literature. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publ. Co.

    Kelly, J.N. 1969. A commentary on the Epistle of Peter and Jude.

    London: Adam & Charles Black.

    Kuhn, K.G. 1985. "Hagios" (holy)," hagiazo" (to make holy,

    sanctify) , "hagiasmos" (sanctification), "hagiotes," "hagiosyne"

    (sanctification)," dalam Theological dictionary of the New

    Testament., Geoffrey Brownly (ed.). Grand Rapids, Michigan:

    William B. Eerdmans Publ. Co.

    Lurher, Martin. 1990. Commentary on Peter & Jude (trans. from:

    Enarrationes In epistolas divi petri duas et Iudae unam). Grand

    Rapids, Michigan: Kregel Publication.

    Michaels, Ramsey. 1988. Word biblical commentary: 1 Peter. Waco,

  • SOLA EXPERIENTIA, Vol.utrponmlhcaUSOLKC2, No.2, Oktober 2014 143zyxwvutsrponmlkjihgfedcbaYXWVUTSRPONMLKJIHGEDCBA

    Texas:Word Books Publisher.

    Peterson, G.D. 2000. "Holiness" dalarn New dictionary 0/ biblicaltheology, edited by T.D. Alexander; Brian S Rosr. Downers

    Grove, illinois, USA; Leicester, England: Inter-Varsity Press.

    Wenham, G.]. 1979. The book a/Leviticus. Grand Rapids, Michigan:

    Willaim B. Eerdmans Publ. Co.

    \.

  • Ntr1607.PDFNtr75A0.PDF