Social Forestry

3
Oleh : NENY YULICHA NUR RAHMAWATI, S.Hut Penyuluh Kehutanan Lapangan Kec. Sawahan A. PENGERTIAN Kementerian Kehutanan mendefinisikan Social forestry sebagai sistem pengelolaan sumberdaya hutan pada kawasan hutan negara dan atau hutan hak dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai pelaku dan atau mitra utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya dan mewujudkan kelestarian hutan. Social forestry merupakan kebijakan pembangunan kehutanan yang ditujukan untuk mendorong terwujudnya sistem usaha kehutanan yang berdaya saing, kelola kawasan dan kelembagaan yang berbasis masyarakat setempat dengan mensinergikan berbagai potensi yang ada yaitu sumberdaya pemerintah, swasta dan masyarakat serta sumberdaya alam. B. TUJUAN Tujuan pengembangan social forestry adalah terwujudnya sistem pengelolaan hutan yang memberikan akses dan peran kepada masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan sebagai pelaku dan atau mitra utama pengelola hutan guna meningkatkan kesejahteraannya dalam rangka pengelolaan hutan lestari C. STRATEGI Strategi pokok pengembangan social forestry adalah :

Transcript of Social Forestry

Page 1: Social Forestry

Oleh :NENY YULICHA NUR RAHMAWATI, S.HutPenyuluh Kehutanan Lapangan Kec. Sawahan

A. PENGERTIAN

Kementerian Kehutanan mendefinisikan Social

forestry sebagai sistem pengelolaan sumberdaya

hutan pada kawasan hutan negara dan atau hutan

hak dengan melibatkan masyarakat setempat

sebagai pelaku dan atau mitra utama dalam rangka

meningkatkan kesejahteraannya dan mewujudkan

kelestarian hutan. Social forestry merupakan

kebijakan pembangunan kehutanan yang ditujukan

untuk mendorong terwujudnya sistem usaha

kehutanan yang berdaya saing, kelola kawasan dan

kelembagaan yang berbasis masyarakat setempat

dengan mensinergikan berbagai potensi yang ada

yaitu sumberdaya pemerintah, swasta dan

masyarakat serta sumberdaya alam.

B. TUJUAN

Tujuan pengembangan social forestry adalah

terwujudnya sistem pengelolaan hutan yang

memberikan akses dan peran kepada masyarakat

di dalam dan sekitar kawasan hutan sebagai pelaku

dan atau mitra utama pengelola hutan guna

meningkatkan kesejahteraannya dalam rangka

pengelolaan hutan lestari

C. STRATEGI

Strategi pokok pengembangan social forestry

adalah :

1. Kelola kawasan merupakan rangkaian kegiatan

prakondisi yang dilakukan untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan social forestry dalam

rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya

hutan.

2. Kelola kelembagaan merupakan rangkaian upaya

dalam rangka optimalisasi pelaksanaan social

forestry melalui penguatan organisasi, penetapan

aturan, dan peningkatan kaspasitas SDM.

3. Kelola usaha merupakan rangkaian kegiatan

yang mendukung tumbuh kembangnya usaha di

areal kerja social forestry melalui kemitraan

dengan perimbangan hak dan tanggung jawab.

D. CONTOH BENTUK PROGRAM SOCIAL

FORESTRY

a. Pola PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat) oleh Perum Perhutani di Pulau Jawa,

b. Pola MHBM (Mengelola Hutan Bersama

Masyarakat), Hutan Kemitraan dan Mengelola

Hutan Rakyat (MHR) di areal HTI di Luar Pulau

Jawa.

Page 2: Social Forestry

E. BEBERAPA BENTUK DAN POLA KEGIATAN

MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

HUTAN

1. pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat

setempat sebagai buruh lapangan di HPH atau

industri perkayuan,

2. Pengelolaan hutan dengan mengikutsertakan

masyarakat sekitar hutan sebagai pesanggem

melalui program tumpangsari Perhutani di Pulau

Jawa,

3. Pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat

untuk mendapatkan hasil hutan ikutan lainnya,

seperti : lebah madu, sutera alam, buah-buahan

tanaman hutan dan lain-lain yang memberi manfaat

sebagai sumber penghasilan tambahan kepada

masyarakat yang disebut Hutan Kemasyarakatan,

4. Pengelolaan hutan bersama masyarakat sebagai

penggarap dengan ikatan perjanjian dengan pihak

pengelola/pemangku kawasan hutan dengan sistem

bagi hasil baik dari tebangan penjarangan dan

tebangan akhir daur dan hasil tanaman pertaniannya,

5. Pengelolaan hutan langsung oleh masyarakat

(PHOM) dalam bentuk lembaga masyarakat

setempat,

6. Pengelolaan hutan di lahan milik masyarakat yang

disebut dengan Hutan Rakyat.

F. MASALAH DALAM PENGEMBANGAN

SOCIAL FORESTRY DAN HUTAN DESA

1. Belum jelasnya acuan dalam menentukan batas

wilayah adm. dalam kawasan hutan.

2. Keberadaan desa dan pemukiman dalam

kawasan hutan.

3. Sistem tata hubungan kerja pusat dan daerah

dalam pemberian akses, fasilitasi pembinaan,

pengendalian HKm dan Hutan Desa.

4. Pendanaan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas

Masyarakat di kabupaten belum jelas

sumbernya.

5. Peraturan HKm di Hutan Konservasi belum

terealisasi. Krn itu bbrp HKm di Hutan

Konservasi tidak jelas keberlanjutannya.

6. Tanaman hasil rehabilitasi (dana pemerintah)

dalam areal HKm

7. Areal HKm yang akan ditetapkan masuk areal

HTR yang sudah ditetapkan Menhut. Karena

terdapat tanaman hasil rehabilitasi tidak

mungkin dapat diterbitkan ijin HTR.

G. SOLUSI ALTERNATIF

1. Undang-Undang tentang pembentukan wilayah

kabupaten, Peta RBI

2. Secara hukum, HKm dan Hutan Desa berpeluang

dapat menyelesaikan masalah ini.

3. Sedang disusun peraturan menteri tentang Tata

Hubungan Kerja Penyelenggaraan HKm dan Hutan

Desa. Sebelum ditetapkan akan dikoordinasikan

dengan Depdagri dan Pemda.

4. Dana Alokasi Khusus sebagai sumberdana yang

bisa dimanfaatkan (revisi Peraturan DAK bila

dimungkinkan)

5. Legalitas Hkm di Hutan Korservasi berbeda dengan

HKm di HL dan HP, di K.konservasi sebaiknya

tidak dalam bentuk Ijin Usaha, tetapi Akta

Kerjasama pengelolaan hutan, Perlu dipastikan

siapa yang berwenang menyiapkan konsep. PHKA

atau RLPS.

6. Dikembalikan kepada pemerintah melalui

pembayaran Nilai Tegakan, atau : Dijadikan hibah

atau bantuan pemerintah sebagai stimulan dalam

pemberdayaan masyarakat.

7. Revisi SK Menhut tentang penetapan HTR di Kab.

Kolaka untuk mengembalikan areal tersebut

menjadi HKm (agar tindaklanjut pengelolaan hutan

oleh kelompok HKm dapat berjalan kembali di

lapangan)