SNI+03-6460.2-2000

42
SNI 03-6460.2-2000 Tata cara keamanan penerowongan untuk konstruksi sipil Bagian 2 : bahaya darurat dan lingkungan kerja 1. Ruang Lingkup Tata cara ini merupakan standar yang digunakan sebagai panduan atau pedoman oleh teknisi praktis dalam melakukan kegiatan pekerjaan terowongan, terutama yang menggunakan peralatan mekanis dengan memperhatikan keselamatan dan keamanan kerja. Terutama pada terowongan untuk konstruksi sipil, misalnya terowongan untuk pembangkit tenaga listrik, terowongan pembuang air banjir dan terowongan bawah tanah lainnya. 2. Acuan British Standard BS-5930, 1981 : Site and Investigation. 3. Pengertian Beberapa pengertian yang penting diketahui dalam standar ini diantaranya adalah : 1) Sumuran adalah suatu terowongan yang digali secara vertikal (yang menyerupai sumur besar), dimana pada dinding atau dasar sumur tadi dapat digali lubang-lubang ke arah horisontal; 2) Selimut lempung adalah lapisan tipis yang dibuat dari lempung kedap air untuk mengatasi kebocoran air; 3) Muka kerja adalah bagian ujung dari terowongan yang sedang digali; 4) Dinding terowongan adalah bagian sisi/samping kiri dan kanan dari terowongan; 5) Atap terowongan adalah bagian atas dari terowongan; 6) Lantai terowongan adalah bagian bawah/dasar terowongan; 7) Adit adalah terowongan tidak tembus untuk tujuan tertentu; 8) Sistem ventilasi adalah sistem pemberian udara di dalam terowongan, sehingga kualitas udara selalu terjaga dan memenuhi syarat yang diperlukan untuk bekerja dengan aman; 9) Penerowongan satu arah adalah cara penggalian terowongan yang dikerjakan atau digali dari satu arah saja (biasanya, terowongan dikerjakan pada dua arah). 4. Genangan 4.1. Umum 1

description

SNI

Transcript of SNI+03-6460.2-2000

TATA CARA

SNI 03-6460.2-2000

Tata cara keamanan penerowongan untuk konstruksi sipil Bagian 2 : bahaya darurat dan lingkungan kerja

1. Ruang Lingkup

Tata cara ini merupakan standar yang digunakan sebagai panduan atau pedoman oleh teknisi praktis dalam melakukan kegiatan pekerjaan terowongan, terutama yang menggunakan peralatan mekanis dengan memperhatikan keselamatan dan keamanan kerja. Terutama pada terowongan untuk konstruksi sipil, misalnya terowongan untuk pembangkit tenaga listrik, terowongan pembuang air banjir dan terowongan bawah tanah lainnya.

2. Acuan

British Standard BS-5930, 1981 : Site and Investigation.

3. Pengertian

Beberapa pengertian yang penting diketahui dalam standar ini diantaranya adalah :

1) Sumuran adalah suatu terowongan yang digali secara vertikal (yang menyerupai sumur besar), dimana pada dinding atau dasar sumur tadi dapat digali lubang-lubang ke arah horisontal;

2) Selimut lempung adalah lapisan tipis yang dibuat dari lempung kedap air untuk mengatasi kebocoran air;

3) Muka kerja adalah bagian ujung dari terowongan yang sedang digali;

4) Dinding terowongan adalah bagian sisi/samping kiri dan kanan dari terowongan;

5) Atap terowongan adalah bagian atas dari terowongan;

6) Lantai terowongan adalah bagian bawah/dasar terowongan;

7) Adit adalah terowongan tidak tembus untuk tujuan tertentu;

8) Sistem ventilasi adalah sistem pemberian udara di dalam terowongan, sehingga kualitas udara selalu terjaga dan memenuhi syarat yang diperlukan untuk bekerja dengan aman;

9) Penerowongan satu arah adalah cara penggalian terowongan yang dikerjakan atau digali dari satu arah saja (biasanya, terowongan dikerjakan pada dua arah).

4. Genangan

4.1. Umum

Rencana yang disebabkan oleh genangan pada terowongan adalah sering terjadi dibandinkang dengan penyebab tunggal lainnya.

Apabila terowongan digali menurun, air dari berbagai sumber akan mengalir ke arah muka kerja dan berakumulasi pada dasar galian, kecuali pemompaan air dilakukan dengan efektif.

Apabila terowongan digali menanjak, air akan mengalir dari muka kerja dan berakumulasi pada sumuran atau pada suatu tempat rendah lainnya di dalam terowongan. Untuk itu perlu disediakan unit pompa air yang mempunyai kapasitas memadai yang selalu siap di tempat. Pompa harus diletakan sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh genangan air dan dapat terus bekerja selama terjadinya genangan.

Catatan : Penanggulangan masalah air dalam terowongan dibahas dalam butir 9.2

4.2. Genangan Pada Muka Kerja

4.2.1 Kejadian

Pada terowongan yang digali di bawah sungai atau laut dan di bawah muka air tanah, bahaya genangan selalu diikuti oleh lepasnya butir tanah pada muka kerja. Dengan adanya sumber air dan sungai/laut dalam jumlah yang tak terbatas, aliran akan dibatasi oleh penggenangan tetapi aliran tersebut juga menyebabkan terbawanya material dalam jumlah yang besar yang akhirnya dapat menyumbat bukaan.

Keselamatan kerja tergantung pada teknik penggalian dan teknik penyanggaan (lihat bab 8), antisipasi serta cara eksploitasi dimasa mendatang dan akhirnya, pada tindakan pencegahan yang segera dilakukan bila situasinya menjadi kritis.

4.2.2 Tindakan Pencegahan

Tindakan pencegahan seperti yang diuraikan pada bab 8.2 untuk sistem penyanggaan tanah adalah merupakan hal yang bahkan lebih penting pada pekerjaan yang dilakukan dibawah air, dengan mengutamakan penyumbatan meskipun terhadap tetesan air yang mungkin terjadi pada tanah urai. Hal yang lebih penting adalah melakukan menyaringan sedemikian rupa, sehingga material halus dapat tertahan dibandingkan dengan menghentikannya sama sekali, terutama bila tekanan air cukup tinggi.

Pada penerowongan dengan udara bertekanan, bahaya penggenangan timbul dari ketidakstabilan sistem (lihat butir 11.2.1), apabila udara yang keluar dari tanah menggerus sedemikian rupa sehingga, membentuk saluran yang bertambah lama bertambah besar. Proses ini mengakibatkan hilanganya tekanan udara yang dapat membahayakan dan menimbulkan penggenangan. Tindakan pencegahan adalah meliputi penggunaan tekanan udara minimum secara praktis, inspeksi terhadap kebocoran udara pada muka kerja dengan menyalakan lilin, (bila tidak ada gas metan), menyumbat setiap kebocoran dengan lempung pudel, karung atau bahan penyumbat lain dan pengisian khusus inspeksi pada hari Minggu dan hari libur lain juga perlu dilakukan sebagai tindakan pencegahan.

Tudung penerowongan yang disambungkan dengan alat pembuang bekas galian dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan bila timbul bahaya terhadap kemungkinan runtuhnya kerakal yang jenuh air. Apabila membahayakan daerah kerja, runtuhan tersebut harus dibuang sejauh mungkin dan secepat mungkin dari muka kerja. Hal tersebut dilakukan supaya tidak mengganggu pekerjaan penerowongan.

4.2.3 Sesar (Patahan)

Genangan mungkin juga terjadi dengan runtuhnya batuan karena adanya sesar, sungai yang terkubur, mata air atau retakan-retakan pada batuan yang berhubugan dengan sumber-sumber air di bawah tanah, seperti sungai atau akifer dimana sejumlah besar air pada tekanan tinggi (kadang-kadang pada temperatur tinggi) dijumpai. Hal ini dapat diantisipasi dengan melakukan studi geologi dan geofisik secara cermat serta penyelidikan menggunakan bor secara sistematis.

Sungai yang terkubur dapat ditemui yang arusnya memotong cukup dalam pada permukaan purba dan tetap mempunyai dinding yang curam; hal tersebut mungkin tidak ditemui pada lubang bor yang memberikan sangat sedikit indikasi, jika menggunakan alat duga yang modern dan cermat sekalipun.

Bentuk lain dari saluran yang terkubur tersebut adalah penggerusan dasar sungai yang terlalu dalam, tipikal terjadi pada kondisi muara dimana alur sungai tergerus lebih dalam pada kondisi muka air laut rendah dan kemudian terisi oleh material aluvial.

4.2.4 Jalan Darurat

Dalam semua kasus penggenangan, perencanaan yang matang mengenai jalan keluar darurat adalah merupakan hal yang sangat penting. Apabila orang yang sedang bekerja di dalam terowongan dipastikan mempunyai jalan keluar yang aman, mereka akan sanggup dan mampu terus bekerja lebih lama dan lebih efektif dengan tindakan pencegahan darurat. Lubang darurat harus terjamin aman, dan dibuat lebih tinggi dari level banjir serta dilengkapi dengan penerangan secukupnya. Pada tempat kerja dengan udara tertekan, jalan keluar darurat tersebut memerlukan perencanaan yang cermat untuk memberikan jalan keluar terhadap udara yang terperangkap. Pada terowongan yang berdiameter kecil, perlu dipertimbangkan penggunaan jalan keluar udara vertikal yang posisinya lebih memberikan fasilitas jalan darurat dibandingkan dengan jalan keluar udara pada terowongan. Pada terowongan yang menurun, penggunaan baja kedap udara pada bagian setengah atas terowongan pada interval yang memadai dapat menjamin retensi udara, dimana orang dapat tetap hidup sampai tekanan udara dapat diperbaiki atau sampai tindakan penyelamatan dilakukan.

4.2.5 Selimut Lempung

Pada penerowongan di bawah air, dimana lapisan di bawah dasar danau atau sungai dianggap tidak memadai, tindakan darurat dilakukan dengan membuat selimut lempung sepanjang jalur terowongan. Ini juga dapat merupakan suatu tindakan perbaikan untuk mengatasi kebocoran.

Tujuan dari selimut lempung ini adalah membuat suatu selimut yang kedap air diantara sungai dan terowongan. Lempung, dipilih yang plastis, tetapi cukup teguh, dan harus dihampar secara merata dibandingkan dengan ditumpahkan sebagai massa yang besar oleh alat berat hopper, yang mungkin dapat membahayakan permukaan tanah yang ada. Hal tersebut memerlukan waktu cukup lama supaya lempung dapat melekat sebelum penerowongan dilakukan. Keuntungan tambahan dapat diperoleh karena blanket tersebut dapat merupakan beban dimana tekanan udara yang lebih tinggi dapat digunakan dengan aman.

Penggunaan buangan batu bara atau abu harus dianggap sebagai alternatif atau sebagai bahan tambahan pada lempung, dengan tujuan untuk mengisi celah atau retakan yang terdapat di dasar sungai.

4.3. Genangan dari Sumuran atau Terowongan Didekatnya

4.3.1 Kejadian

Resiko terjadinya banjir berasal dari suatu sumuran kerja, jalan masuk lain atau terowongan yang terdekat harus dipertimbangkan/sebelumnya. Penyebab yang memungkinkan, termasuk genangan sungai, air pasang yang tinggi atau pipa air pecah secara mendadak mengakibatkan air melimpas dan dapat menggerus bangunan pelindung.

Meskipun air banjir yang masuk melalui sumuran kerja dapat menyebabkan kerusakan yang serius dan keruntuhan penyangga kayu yang tidak memadai, resiko muka kerja terowongan yang runtuh secara simultan, tidak terjadi secara bersamaan.

4.3.2 Jalan Darurat

Pekerja yang terperangkap air banjir adalah merupakan resiko yang serius. Apabila terowongan menaik kearah sumuran yang tergenang, mereka dapat terperangkap pada jalan buntu. Bila terowongan menurun kearah sumuran, air akan mengalir dan berakumulasi. Para pekerja harus bergerak melawan arus air dan bila jalan keluar tidak berada pada level yang tinggi, mereka tidak mampu menyelamatkan diri.

4.3.3 Pengamanan Sumuran

Tujuan dari tindakan darurat adalah untuk menjamin bahwa sumuran dikerjakan dengan benar dan semua bukaan pada bagian atas sumuran atau bukaan lain pada terowongan, harus terletak di atas level tertinggi dari air yang terlihat. Setiap tepi pelindung disekitarnya harus dibangun cukup aman dan nantinya dilindungi terhadap hanyutnya material.

Apabila elevasi yang aman tersebut sulit dipertahankan, perencanaan setiap bukaan harus meliputi kelengkapan material dan peralatan serta rincian pekerja untuk menjamin bahwa bukaan dalam keadaan tertutup pada waktu terjadi bahaya.

Bangunan pelindung harus dibuat pada tahapan awal dari konstruksi sumuran dan harus dipelihara terus selama masih terjadi bahaya. Kemungkinan terjadinya banjir di daerah sekitarnya akibat aliran balik melalui terowongan dan meluap melalui sumur utama harus dipertimbangkan secara cermat, demikian juga dengan tindakan darurat yang diambil.Pemasangan pintu sekat yang kedap air perlu dipertimbangkan pada pembuatan lebih dari satu terowongan pada sumuran. Pemasangan pintu-pintu tersebut dapat mengakibatkan terjadinya bahaya terperangkapnya pekerja di dalam tempat yang tersekat tersebut untuk itu; prosedur yang ketat harus dibuat untuk mencegah kejadian tersebut.

4.3.4 Identifikasi Bahaya Banjir

Periode dari bahaya banjir yang tinggi harus diidentifikasi dan sumber banjir harus dimonitor, terutama pada periode tersebut.

Pada atau dekat elevasi muka air laut, permukaan pasang harus dipelajari, dan apabila memungkinkan, gawar banjir harus diatur oleh otoritas pelabuhan atau sungai. Alat pengukur permukaan pasang laut harus dipasang dan digunakan pada kondisi yang memadai.

Permukaan air sungai juga harus dimonitor. Hubungan muka air pada lokasi terowongan terhadap muka air sungai dan banjir yang tercatat harus dipelajari lebih lanjut. Peringatan banjir yang akan terjadi harus diperoleh secara teratur dari pihak otoritas sungai atau instansi lain, tergantung pada tingkatannya, seperti PLTA atau industri lain yang memonitor sungai yang bersangkutan.

Apabila curah hujan, merupakan faktor yang signifikan terhadap resiko banjir, peramalan meteorologi harus diperoleh dan dipelajari secara teratur.

4.3.5 Tindakan Darurat

Orang yang bekerja di dalam sumuran dan terowongan harus dilengkapi dengan sistem komunikasi yang memadai untuk membuat efektif peringatan banjir. Tindakan cepat, bila terjadi genangan di dalam sumuran tegak adalah sebagai berikut :

a) Menjamin keamanan orang yang ada di bawah tanah, menyelamatkan mereka bila perlu;

b) Menutup semua bukaan sampai di bawah level bahaya banjir, setelah semua orang diselamatkan;

c) Memantau muka air secara menerus, dan melakukan inspeksi pada tempat-tempat yang rawan;

d) Memperkuat tempat-tempat yang rusak, dengan pengamanan karung pasir ditempat yang diperlukan.

e) Menyiapkan dan menempatkan pompa-pompa darurat atau alat siap pakai lainnya untuk mengisolasi listrik pada daerah kerja.

4.3.6 Tindakan Perbaikan

Setelah terjadi genangan, pada prinsipnya, tindakan perbaikan dilakukan dengan cara memompa air keluar dari terowongan dan membersihkan lumpur, lanau dan kotoran lainnya.

Semua sistem penyangga dan perkuatan yang ada di dalam terowongan termasuk jalan kerja, tangga dan rangka kerekan harus segera di periksa dan segera diperbaiki. Setelah terendam, semua peralatan memerlukan pemeliharaan yang cermat serta mengembalikannya pada kondisi semula. Khusus kabel listrik dan peralatan memerlukan kecermatan saat dikeringkan dan harus diuji coba kembali.

5. Gas Metan

5.1. Umum

Bahaya mendasar dari metan adalah terjadinya ledakan dan bila ini terjadi, tindakan darurat harus diambil untuk mencegah timbulnya kebakaran. Tindakan yang diperlukan termasuk memonitor timbulnya gas, penipisan udara, penarikan keluar oleh ventilasi, penggunaan sistem saluran metan serta penggunaan mesin atau peralatan khusus yang di desain untuk mengurangi bahaya percikan bunga api dan temperatur tinggi dengan peralatan listrik pelindung ledakan (lihat butir 25.2.6)

Catatan : Keterangan lebih lanjut menganai gas metan (lihat bab 8.1.5.3.4)

5.2. Kejadian

Metan (CH4) adalah gas yang mudah menyala yang dihasilkan secara alamiah oleh proses penguraian bahan organik. Hal tersebut biasanya dijumpai pada atau dekat batuan yang mengandung karbon, terutama sisipan batu-bara, serpih dan lapisan pembawa minyak, juga dijumpai pada gambut, lanau mengandung organik dan bahan organik yang telah membusuk pada kondisi basah. Gas tersebut dapat merembes secara horisontal pada jarak tertentu melalui kekar dan rekahan atau melalui batuan yang porus. Kumpulan gas dapat dijumpai di bawah danau atau air, apabila terperangkap pada lapisan yang kedap air. Pada daerah urban, gas dapat ditemukan pada buangan sampah, di bawah timbunan, air buangan atau lumpur buangan atau bocoran dari sumber gas. Metan timbul pada suatu penggalian sebagai hasil infiltrasi tetap, emisi berat atau tiupan yang mendadak, apabila kantong gas yang bertekanan dapat tertembus. Hal tersebut juga dapat terjadi akibat suatu ledakan yang hebat (biasanya bersama-sama dengan sejumlah besar debu batu bara) yang dikaitkan dengan adanya gangguan geologis pada lapisan batu bara.

Lapisan metan dapat terbentuk pada mahkota terowongan dan bergerak dari sumber masuknya menuju suatu titik yang cukup jauh, terutama di atas tempat yang mendaki, hal ini dapat terjadi berlawanan dengan aliran normal dari ventilasi. Jadi, suatu ledakan dapat terjadi jauh dari sumber masuknya gas metan, bila terjadi pencampuran.

Lapisan metan dapat dihilangkan dengan berbagai metode pencampuran secara turbulen, yaitu dengan mengarahkan aliran udara ke arah mahkota terowongan dengan menggunakan lembaran atau plat pengatur arus.

5.3. Sifat Ledakan

Bahaya gas metan adalah bahwa gas tersebut akan segera meledak bila bercampur dengan udara; rentang batas ledakan adalah antara 5% dan 14%. Kepadatan metan adalah sekitar 0,6 lebih ringan dari udara dan akibatnya cenderung terkumpul pada langit-langit terowongan membentuk lapisan yang menetap, bila tak terganggu.

Apabila tercampur dengan udara, gas tersebut tidak dapat terpisahkan kembali dan oleh karena itu dapat ditangani dengan aman dalam sistem ventilasi, bila dikurangi konsentrasinya. Ledakan metan dapat mengawali terjadinya ledakan debu batu-bara.

5.4. Pendugaan dan Pengujian

Bila terowongan digali pada tanah yang dicurigai mengandung gas metan, perlu dilakukan pengambilan contoh dan pengujian pada interval tertentu sehingga keberadaannya dapat dideteksi. Penggunaan alat pendugaan gas harus dilakukan secara rutin, dan bila keberadaan gas tersebut terindikasi, sifat dan intensitas aliran gas tersebut harus diuji secara spesifik. Alat deteksi gas tersebut harus dipelihara secara teratur, karena hal tersebut sangat penting. Perlu diingat bahwa alat tersebut hanya mengukur konsentrasi gas pada atau dekat ujung alat pengambil dan pengambilan harus dilakukan pada mahkota terowongan dimana lapisan metan diduga berada. Pencatatan tertulis juga harus dilakukan yang menunjukkan konsentrasi dan posisi pengambilan, hari, tanggal dan banyak aliran udara pada setiap tempat pengambilan.

5.5. Tingkat Bahaya

Bila konsentrasi metan telah ditemukan atau diketahui, pemantauan adalah merupakan suatu prosedur teratur yang harus dilakukan. Semua sumber api, seperti korek api, lilin, alat pemotong atau las, dan lain-lain harus dilarang; Apabila bahan peledak digunakan, harus memperoleh advis dari tenaga ahli.

Apabila konsentrasi gas tidak dapat dipertahankan secara konsisten di bawah 0,25% dalam sebagian besar udara, diperlukan alat pelindung terhadap ledakan. Apabila terdapat konsentrasi sebesar 1,25%, para pekerja kecuali petugas keselamatan harus ditarik dari semua bagian terowongan. Semua bahan peledak dan sumber api dilarang digunakan; peralatan listrik diputuskan, sampai konsentrasi gas berkurang di bawah 1%. Semua pekerja dan personil harus ditarik, bila kandungan metan melebihi 2%.

5.6. Sumber Api

Setiap sumber api, titik panas, bunga api atau loncatan listrik dapat membakar campuran gas yang mudah meledak. Titik-titik panas dapat ditimbulkan oleh gesekan mesin (termasuk pengereman), pembebanan yang berlebihan, pemutusan kabel listrik atau lampu yang tidak memadai, kesalahan pemasangan arde dan kebocoran arus di dalam tanah atau pemotongan logam dan penggurindaan. Bunga api dapat ditimbulkan oleh benturan keras antara logam dengan batuan. Mesin potong, sebagai contoh harus dioperasikan pada kecepatan rendah dengan disiram air.

Logam campuran alumunium (alloy) dapat menghasilkan bunga api yang intensif, bila berbenturan dengan logam lain atau batuan, oleh karena itu logam campuran ini harus dilarang digunakan.

Percikan api listrik dapat timbul dalam pembuatan dan pemutusan kontak dalam jaringan arus listrik atau dari kontak yang longgar. Dengan adanya percikan api listrik tersebut, diperlukan peralatan pelindung terhadap ledakan, bila bekerja pada kondisi yang mengandung gas metan.

Bunga api listrik dapat dihasilkan oleh muatan listrik statis dapat terjadi pada material isolasi akibat gesekan, misalnya sabuk karet, nilon atau material non-metalik lainnya. Muatan statis juga dihasilkan, sebagai contoh, bila digunakan udara bertekanan campur material kering pada alat pembuang pneumatis.

5.7. Pencegahan terhadap Ledakan (lihat butir 5.5)

Perlu diperhatikan, istilah tahan api dan aman adalah menjelaskan bahwa peralatan listrik dan sirkuit berkaitan dengan sertifikasi untuk gas-gas tertentu dan kondisi tertentu dari bahaya yang dihadapi. Terutama pada motor listrik, kontak antar gigi-gigi, sistem penerangan dan sambungan-sambungan kabel memerlukan suatu standar perlindungan yang ketat, baik terhadap potensi timbulnya bunga api maupun kecelakaan kerusakan mekanis.

Peralatan yang mudah panas atau menghasilkan bunga api, seperti yang diuraikan pada butir 5.6 tidak boleh digunakan.

Semua instalasi listrik dan peralatan yang digunakan pada kondisi yang mudah terbakar, harus sesuai dengan standar atau peraturan yang berlaku.

6. Pencegahan Kebakaran

6.1. Penyimpanan Material

6.1.1 Umum

Hal pokok dari pencegahan kebakaran adalah meniadakan atau mengontrol material yang mudah menyala. Di dalam terowongan yang ruangannya terbatas, pengawasan yang ketat dari tindakan pencegahan adalah merupakan hal yang mendasar. Jumlah dari material yang mudah terbakar (kayu, jerami, kertas, karet, dan lain-lain) dan cairan yang mudah menyala (oli, parafin, asetilin dan gas lain) dalam terowongan harus dipertahankan sesuai dengan keperluan minimum, konsisten dengan persyaratan konstruksi dan keamanan. Beberapa material yang tidak diperlukan dalam suatu periode tertentu, umumnya saat pergantian kerja harus dipindahkan ke daerah penyimpanan pada permukaan di luar terowongan, kecuali beberapa hal, seperti kayu-kayu penopang darurat dan pada beberapa kasus, jerami diperlukan untuk keamanan.

6.1.2 Material yang Mudah Terbakar

Material mudah terbakar yang disimpan di dalam terowongan harus dilengkapi dengan peralatan pemadam api yang ditempatkan secara menyolok didekatnya. Sebagai tambahan, daerah penyimpanan tersebut harus mempunyai tanda peringatan bahaya kebakaran yang ditempatkan dengan baik serta tanda dilarang merokok. Bilamana memungkinkan, tempat penyimpanan tersebut harus dipisahkan dari tempat kerja umum oleh suatu konstruksi yang mempunyai periode ketahanan terhadap api, tidak kurang dari 30 menit.

Material yang mudah terbakar dan cairan yang mudah menyala harus disimpan di sekitar sumuran atau bukaan terowongan. Struktur dan bangunan yang ada dipermukaan tanah pada atau dekat dengan sumuran atau bukaan terowongan sedapat mungkin harus tahan api.

Tingkat mudah terbakarnya kayu dapat dikurangi dengan menambahkan bahan pemerlambat nyala api. Pada tempat dimana kayu dapat menimbulkan bahaya khusus, dengan alasan mudah terbakar atau konsekuensi dari api yang serius, kayu tersebut harus diganti dengan besi, bila memungkinkan. Bila jerami disimpan sebagai bahan pengisi darurat pada dinding, sebaiknya diikat berbentuk ikatan dalam kondisi lembab; jerami tersebut harus disimpan dalam suatu kontainer baja. Bahan pengganti seperti wool berserat dapat dipertimbangkan apabila memungkinkan.

6.1.3 Cairan yang Mudah Menyala

Cairan yang mudah menyala harus selalu disimpan di dalam kontainer baja yang ditutup dan disekat dengan kuat. Cairan tersebut harus disimpan terpisah dari material lain yang mudah terbakar pada jarak yang aman dari daerah-daerah yang mempunyai aktivitas tinggi, instalasi listrik dan tempat bahan peledak. Penyediaan cairan tersebut di dalam terowongan tidak boleh lebih dari satu hari, kecuali penyediaan khusus untuk bahan bakar lokomotif diesel. Bagaimanapun juga, oksigen dan gas yang mudah menyala, misalnya acetylene, propane, butane dalam tabung tidak boleh disimpan berdekatan dengan cairan yang mudah menyala atau material yang mudah terbakar. Hanya sedikit tabung dengan ukuran terkecil sesuai dengan pekerjaan dapat disimpan di dalam terowongan.

Perlu disediakan suatu alat apapun untuk menampung dengan aman limpasan cairan yang mudah menyala. Panci penadah dapat digunakan untuk menampung bocoran dari kontainer dan panci tersebut dikosongkan seperlunya untuk mencegah melimpahnya cairan ke lantai. Lantai di sekitar panci penadah harus ditimbuni dengan pasir atau material sejenis yang tidak mudah terbakar dan harus sering diganti. Apabila memungkinkan, penggunaan cairan hidraulis yang mudah menyala harus dikurangi.

6.1.4 Lampu Penerangan

Lampu di daerah penyimpanan material yang mudah terbakar atau cairan yang mudah menyala harus dipasang, ditempatkan dan dijaga sedemikian rupa, sehingga material yang mudah terbakar tersebut tidak dapat menyala oleh panas yang dihasilkan lampu-lampu.

6.1.5 Penumpukan Sampah

Semua jenis sampah yang mudah terbakar harus dibuang dari terowongan secara berkala sesuai dengan keperluan, paling tidak sekali satu shift (giliran), untuk mencegah terjadinya potensi bahaya kebakaran. Ini merupakan persyaratan minimum, bahan tersebut harus dibuang selama proses pekerjaan berlangsung. Sampah yang mudah terbakar tidak boleh disimpan berdekatan dengan material lain yang mudah terbakar.

Sampah yang mudah terbakar dan yang tidak dapat dibuang harus disimpan dalam wadah terbuat dari logam yang tertutup rapat dan diletakan jauh dari lampu yang tidak terlindung dari sumber api lainnya. Peralatan pemadam kebakaran harus disimpan dekat tempat penumpukkan sampah. Di samping itu juga perlu dipasang tanda bahaya kebakaran maupun larangan merokok (lihat butir 6.2).

6.2. Pembakaran dan Pengelasan

Pekerjaan pembakaran dan pengelasan mempunyai tingkat resiko tinggi; apabila memungkinkan, pekerjaan tersebut harus dilakukan di atas permukaan tanah. Apabila dilakukan di dalam terowongan, peralatan hanya digunakan hanya selama diperlukan untuk pekerjaan tertentu dan tabung yang digunakan harus mempunyai ukuran terkecil yang praktis.

Penggunaan propane atau acetylene untuk pembakaran logam dapat membahayakan; jadi bila memungkinkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan alat pemotong yang tidak menimbulkan panas, misalnya cakram pemotong (istilah), pemotong baut, gergaji besi dan lain-lain.

Acetylene adalah gas yang mudah meledak yang terurai oleh panas dan dapat meledak tanpa oksigen. Tabung acetylene yang terbuat dari besi cor dapat hancur akibat ledakan.

Propane adalah gas yang mudah menyala yang memerlukan oksigen untuk menyala atau meledak. Tabung propane terbuat dari pelat atau lembar baja yang tidak akan hancur tetapi dapat membelah.

Suatu sistim izin kerja diperlukan sebelum dilakukan pekerjaan pembakaran dan pengelasan. Bila pekerjaan telah selesai, daerah kerja harus diperiksa untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatupun yang membara. Bila ditemui bahan yang mudah terbakar, daerah tersebut harus dijaga dan diamati selama 3 jam setelah pekerjaan selesai. Jika tingkat bahaya kebakaran cukup tinggi perlu ditugaskan seorang yang mengawasi pekerjaan pembakaran atau pengelasan. Pekerjaan tersebut tidak boleh dilakukan sendirian, karena petugas tersebut mungkin tidak menyadari adanya api dan atau tidak mampu menangani kebakaran yang mungkin terjadi. Orang yang tidak berkepentingan tidak diijinkan masuk ke tempat pekerjaan.

Sebagai tambahan terhadap bahaya kebakaran atau ledakan yang terjadi karena pembakaran, tabung gas dapat menimbulkan bahaya karena kecelakaan benturan mekanis. Gas yang keluar karena bocor atau retaknya tabung yang kemudian meledak dapat merusak ruang dari sebuah terowongan. Oleh karena itu, tabung gas harus dibungkus dengan wadah yang khusus pada saat dibawa, disimpan di terowongan; serta selalu dijaga terhadap resiko jatuh dan benturan.

Pekerjaan pembakaran dan pengelasan di dalam terowongan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang sama pada udara terbuka. Ujung alat penyala harus disambungkan dengan katup selang karet pada kedua suplai gas. Regulator harus disambungkan dengan pengamannya.

6.3. Api yang Berasal dari Peralatan Listrik

Instalasi dan peralatan listrik dapat menyebabkan kebakaran akibat panas yang berlebih atau percikan bunga api. Apabila peralatan cukup memadai untuk mengalirkan beban yang diperlukan dalam batas yang cukup dimana alat tersebut dipasang, digunakan dan dipelihara dengan benar, maka resiko terhadap kebakaran adalah kecil, terkecuali bila terjadi kerusakan akibat kecelakaan atau kemasukan air. Sebelum memadamkan kebakaran aliran harus diputuskan terlebih dahulu.

Semua jaringan arus listrik dapat menimbulkan panas, sebanding dengan tahanan dan nilai kuadrat arus yang lewat; panas tersebut perlu disebarkan.

Penyebaran udara secara alami biasanya cukup memadai untuk mendinginkan kabel bila tak terhalang, tetapi kondisi tertekan di dalam terowongan memerlukan tindakan darurat untuk memastikan pendinginan yang memadai. Panas berlebih dapat langsung menyebabkan kebakaran, tetapi lebih sering menyebabkan kerusakan yang terus berkembang terhadap isolasi yang diikuti oleh macetnya sistem, dengan terjadinya kebocoran arus dan loncatan bunga api.

Panas berlebih dapat terjadi, bila :

a) Jaringan arus menanggung beban berlebih akibat pemakaian tinggi atau kondisi kabel yang tidak memadai.

b) Pendinginan kurang lancar atau terhalang. Bila kabel pembawa arus tergulung ketat mungkin terjadi panas berlebih.

c) Arus listrik mengalami kebocoran ke bumi sehingga terjadi panas yang tidak beraturan dalam kabel atau pada arus ke bumi. Loncatan api listrik terjadi bila logam yang terbuka pada jaringan arus listrik aktif membuat atau memutuskan kontak dengan konduktor lain atau berhubungan langsung atau tidak langsung dengan bumi.

Pada beberapa kondisi, loncatan api yang terus menerus mungkin saja dapat terjadi. Sambungan yang kurang kuat, kontak antar kabel yang terbuka dan penekanan saklar/tombol dapat menyebabkan terjadinya loncatan api. Loncatan api akan mematik gas yang mudah menyala dan loncatan api yang terus menerus dapat menimbulkan panas untuk mematik bahan lain yang mudah terbakar.

Bahaya khusus yang disebabkan oleh asap hasil pembakaran PVC atau kabel yang sama sifatnya harus diperhatikan.

Karena ruang yang terbatas di dalam terowongan dan kondisi yang umumnya sangat lembab, maka perlu diperhatikan bahwa sambungan isolasi kabel atau peralatan yang tidak sempurna harus diperbaiki, sehingga tidak menimbulkan bahaya tersengat listrik.

Jaringan kabel harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga sumber pemadam kebakaran, termasuk pompa, penerangan dan ventilasi tidak terputus dalam pengisolasian peralatan yang mengalami panas berlebih.

Di daerah tempat penyimpanan tabung atau gas bertekanan, saklar listrik harus cukup terlindung, dan sebaiknya memenuhi standar tahan api, sehingga tidak merupakan sumber pematik.

6.4. Peralatan Pelindung Kebakaran

6.4.1 Umum

Sebelum menentukan jumlah jenis dan letak dari peralatan pelindung kebakaran perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu, dengan instansi yang berwenang.

6.4.2 Penyimpan dan Penyambung Selang

Selang-selang penyambung, dan lain-lain harus memenuhi syarat, kecuali instansi yang berwenang mensyaratkan peraturan atau standar lain. Air untu untuk memadamkan kebakaran harus tersedia sepanjang terowongan dan hidran harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dicapai.

Persediaan air harus cukup, baik dalam jumlah maupun tekanan untuk mengoperasikan selang penyambung dan peralatan lain.

Peralatan harus ditempatkan cukup strategis sesuai dengan kemajuan pekerjaan terowongan dan harus diuji secara teratur serta dipelihara dengan baik. Pada kasus kebakaran akibat aliran listrik atau minyak, jangan sekali-kali menggunakan air.

6.4.3 Alat Pemadam Api

Alat pemadam api harus disediakan bila diperlukan. Alat pemadam api jenis cairan yang bersifat mudah menguap tidak boleh digunakan di dalam terowongan karena racun cairannya dapat menimbulkan bahaya pada ruang yang tertutup.

Alat pemadam api yang menggunakan air atau busa jangan digunakan pada peralatan yang sedang dialiri listrik. Pemilihan alat pencegah tersebut diuraikan pada Tabel 1 di bawah.

Tabel 1

Pemilihan alat pemadam api

Bahaya apiSelang airPasirAlat pemadam api

busaCO2BubukAirHalons

standarserbaguna

Penyimpanan kayu, penopang dinding dan atap kayu terowonganXXX---XD*

Peralatan listrik, termasuk mesinD-DD*XXDD*

Oli hidraulik--XD*XX-D*

Tempat pengisian bateraiD-DD*XXDD*

Penyimpanan bahan bakar cair-XXD*XX-D*

Buangan sampahXX-D*XXXD*

Catatan :

X = cukup memadai

D = Bahaya

D* = bahaya di dalam terowongan, tapi digunakan dipermukaan

-= tidak memadai

Petugas yang belum cukup terlatih tidak dianjurkan untuk memadamkan api yang disebabkan gas yang keluar dari tabung, walaupun tabung dapat didinginkan oleh air. Selimut pemadam api dapat digunakan untuk memadamkan api kecil.

6.5. Merokok

Merokok dapat menimbulkan bahaya kebakaran dan oleh karena itu sedapat mungkin harus dicegah. Larangan merokok perlu diberlakukan pada tempat yang diduga atau mengandung gas metan atau gas lain yang mudah meledak; demikian juga pada tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar, cairan atau kain yang mudah menyala, baik pada tempat penyimpanan, di tempat pembuangan sementara atau pada saat pekerjaan pembakaran dan pengelasan sedang berlangsung.

6.6. Daerah Rawan Api

Daerah-daerah yang mudah menimbulkan kebakaran, baik karena mudah terbakar dan api sulit dipadamkan, maupun karena konsekuensi dari api yang dapat menimbulkan bencana, harus diidentifikasi dan dilindungi.

Daerah-daerah rawan tersebut, diantaranya adalah :

a) Kayu penyangga muka kerja dan ujung terowongan

b) Penyimpanan atau penumpukkan :

1) kayu dan potongan kayu,

2) kertas karung semen,

3) jerami,

4) kain lap dan rami yang mengandung oli,

5) cairan dan gas yang mudah terbakar.

c) Ban berjalan;

d) Kabel dan kawat;

e) Instalasi listrik, termasuk transformator dan instalasi kontrol;

f) Sistem oli hidraulik;

g) Tempat pemotongan dan pengelasan yang menggunakan api;

h) Semua pekerjaan yang menggunakan udara tertekan;

i) Semua lapisan batuan pembawa gas metan;

j) Penyimpanan bahan peledak;

k) Sumuran dan lubang pada terowongan;

l) Sisipan batu bara yang mudah terbakar.

6.7. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Alat Pelindung Kebakaran

Semua peralatan pemadam kebakaran harus diperiksa seperti direkomendasikan oleh pabrik dan dipelihara dengan baik supaya dalam kondisi siap digunakan.

7. Pemadaman Kebakaran dan Penyelamatan

7.1. Pasukan dan Regu Pemadam Kebakaran

Sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, perlu dilakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang mengenai pengaturan pencegahan, tindakan pemadaman kebakaran dan penyelamatannya, serta cara pemanggilan petugas dan regu pemadam kebakaran. Bantuan instansi yang berwenang khususnya diperlukan mengenai jumlah regu pemadam kebakaran dan pelatihannya.

Pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan udara kompresor bertekanan memerlukan tindakan pencegahan dan pengaturan khusus

Kunjungan ke lokasi oleh petugas kebakaran harus dianjurkan secara berkala, sehingga mereka terbiasa dengan bahaya, peralatan yang ada di lokasi serta jalan masuk dan jalan darurat yang ada. Hal tersebut dilakukan supaya petugas kebakaran menyadari dengan jelas bahwa bahaya kebakaran dan fasilitas jalan masuk dapat berubah terus-menerus, sesuai dengan kemajuan pekerjaan.

Regu pemadam kebakaran harus dilatih mengambil tindakan awal untuk memadamkan api dan bekerja sama di bawah arahan dinas pemadam kebakaran, apabila meraka dipanggil ke lokasi. Mereka harus memberikan bantuan dan petunjuk untuk mencapai jalan masuk ke tempat kebakaran di dalam terowongan.

7.2. Prosedur Tanda Bahaya

Apabila ditemukan api atau bahan yang membara di dalam terowongan, maka tindakan berikut harus dilakukan oleh mereka yang berada di tempat kebakaran yaitu :

a) Padamkan api, apabila memungkinkan dan pada waktu yang bersamaan bunyikan tanda bahaya di dalam terowongan;

b) Laporkan kebakaran ke kantor, yang menyatakan :

1) tempat/lokasi terjadinya kebakaran

2) apa yang terbakar

3) besarnya kebakaran

4) apa yang sedang dilakukan untuk mengatasinya

c) Apabila keadaan membahayakan bagian terowongan yang lain, anjurkan supaya mereka yang sedang bekerja di tempat tersebut mengosongkan bagian tersebut.

Petugas yang menerima informasi di kantor, harus segera bertindak sebagai berikut :

d) Beritahukan kebakaran tersebut kepada pengawas atau petugas yang bertanggung jawab seperti diuraikan pada butir 7.3, yang harus menggerakkan regu pemadam kebakaran setempat dan memberikan perintah untuk melakukan evakuasi dari terowongan.

e) Memanggil dinas pemadam kebakaran.

Prosedur khusus harus di atur terlebih dahulu untuk setiap lokasi dengan tanggung jawab masing-masing petugas yang telah ditentukan serta harus diberitahukan kepada semua orang yang bekerja di lokasi.

Apabila dipandang perlu untuk melakukan evakuasi dari terowongan, maka perlu digunakan tanda bahaya dengan tanda khusus.

Kontraktor harus berkonsultasi dengan instansi-instansi terkait setempat untuk meminta saran mengenai prosedur kebakaran dan evakuasi. Tata cara yang akan dipakai harus direncanakan seandainya terjadi kebakaran pada tempat kerja. Perencanaan tersebut harus mencakup pengaturan pemadaman api, penyelamatan dan evakuasi serta pengawasan yang diperlukan untuk melaksanakan hal tersebut.

7.3. Pelatihan di lokasi

Perlu untuk menunjuk seorang pengawas yang bertanggung-jawab terhadap regu pemadam kebakaran di lokasi. Pengawas dan regu pemadam kebakaran tersebut harus dilatih dalam hal menggunakan dan memelihara peralatan pemadam kebakaran. Dinas pemadam kebakaran setempat dapat diminta bantuannya dalam penyelenggaraan pelatihan tersebut.

Semua petugas di lapangan harus dibuat terbiasa dengan prosedur darurat kebakaran yang berlaku dan latihan kebakaran harus diadakan untuk membiasakan semua yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem kerja.

7.4. Jalan Masuk

Jalan masuk menuju ke lokasi untuk alat-alat pemadam kebakaran dan mobil ambulance adalah merupakan hal yang penting.Tugas dan petunjuk demi kelancaran menuju jalan masuk. Sebaiknya tugas tersebut diberikan kepada suatu bagian terpisah dari regu kebakaran di lokasi yang selanjutnya dikoordinasikan dengan instansi-instansi terkait.

Pada gerbang masuk sumuran atau tempat lain pada jalan masuk, harus ditempel diagram mutakhir yang tahan cuaca yang menunjukkan kedalaman sumuran, denah terowongan dan lokasi peralatan pemadam kebakaran, termasuk rincian mengenai cara pemberitahuan kepada dinas pemadam kebakaran..

Sistem ventilasi yang digunakan termasuk semua kipas angin dan pipa saluran serta setiap lubang/celah dan pintu, harus dalam keadaan siap digunakan oleh petugas pemadam kebakaran atau petugas lain yang berwewenang.

7.5. Alat Penerangan

Alat penerangan yang memadai harus dipelihara supaya tetap berfungsi setiap saat, terutama pada tempat rawan kebakaran, jalan darurat, pintu darurat dan jalan masuk ke dalam terowongan.

Lampu tangan dengan baterai harus disediakan untuk penggunaan darurat, apabila semua aliran listrik terputus akibat kebakaran atau karena adanya gas metan.

7.6. Pengendalian Asap

Asap adalah merupakan bahaya utama dalam kebakaran karena dapat membuat sesak napas. Hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya penglihatan yang mengakibatkan kehilangan arah dan kepanikan. Bahaya tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan sistem ventilasi. Masalah tersebut harus dipelajari sebelumnya bersama-sama dengan petugas kebakaran yang berpengalaman sehingga udara dapat diarahkan untuk membuang panas dan asap, tanpa terjadi penyebaran api. Perlu diberitahukan kepada semua pekerja bahwa bila terjadi kebakaran, udara paling bersih dan paling dingin terdapat dekat lantai.

Pada kondisi buruk akibat asap, diperlukan alat bantu pernafasan.

7.7. Fasilitas Penyelamatan

Peralatan pertolongan pertama, termasuk tandu, harus tersedia lengkap seperti pada yang disyaratkan.

Pada bahaya kebakaran, peralatan harus lengkap dan terpelihara dengan baik, sehingga siap digunakan oleh petugas kebakaran yang terlatih dengan baik.

Semua peralatan penyelamatan harus disimpan dalam wadah yang dibuat khusus yang terlindung dari kondisi merugikan yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan.

8. Lingkungan Kerja

8.1. Ventilasi

8.1.1 Umum

Tujuan penggunaan ventilasi di dalam terowongan adalah untuk menyediakan udara segar yang menjamin lingkungan kerja yang memenuhi syarat. Akan tetapi udara segar yang disediakan di dalam terowongan biasanya tidak ditentukan oleh kebutuhan udara untuk bernafas, tetapi untuk keperluan pengurangan bahan pencemar dan pendingin.

Kondisi sebenarnya di dalam terowongan adalah berbeda dengan di luar, tergantung dari ada tidaknya berbagai gas-gas beracun, gas yang menyesakkan dan gas yang mudah meledak serta keperluan pengurangan dan pengeluaran gas tersebut. Tindakan lebih lanjut adalah bagaimana membuat kondisi di dalam terowongan yang panas dan lembab menjadi lebih baik.

Kelembaban yang tinggi adalah merupakan sifat yang khas dari terowongan dan kenaikan temperatur udara dapat disebabkan oleh peralatan dan bahan peledak yang digunakan di dalam terowongan. Temperatur tanah alami yang ada juga berpengaruh besar terhadap temperatur udara. Efisiensi setiap sistem ventilasi harus diperiksa secara teratur untuk menjamin terpeliharanya kondisi kerja yang memuaskan. Hal tersebut merupakan faktor penting pada terowongan yang panjang, dimana kebocoran pada pipa saluran sangat mempengaruhi efisiensi sistem ventilasi.

8.1.2 Persyaratan Udara Segar

Persediaan udara segar untuk setiap orang adalah tidak kurang dari 0,3 m3/menit dan nilai sebesar 9 m3/menit/m2 penampang terowongan pada kondisi yang sama dengan pemberian udara pada tambang. Kebutuhan udara tersebut lebih kecil dari pedoman yang disyaratkan dan terutama pada tempat yang mengandung debu atau gas beracun, kebutuhan udara tersebut dapat menjadi lebih besar. Tingkat polusi aktual harus diukur secara sistematik.

Pembagian udara segar ke daerah kerja adalah merupakan hal yang sangat penting dan dalam sistem terowongan yang rumit, seluruh sistem ventilasi harus di desain terlebih dahulu yang dikaitkan dengan program penggalian.

Apabila ditemukan gas metan, diperlukan pertimbangan yang berbeda; angka yang ditetapkan di atas tidak berlaku lagi. Bahaya ledakan menjadi yang penting dan perlu diperhatikan bahwa persediaan udara dapat menjamin pengurangan konsentrasi gas yang ada. Hal tersebut akan membuat tingkat aman di bawah batas ledakan yang lebih rendah.

8.1.3 Kualitas Udara

Udara segar mengandung oksigen sebanyak 20,93%, nitrogen 79,04% dan karbon dioksida 0,03%. Volume nitrogen tersebut mengandung argon 0,94% dan gas-gas lain dalam jumlah kurang dari 0,1%. Konsentrasi oksigen minimal sebesar 19% sering digunakan di dalam penerowongan.

Selanjutnya, tingkat bahan pencemar tidak boleh melebihi nilai ambang batas (lihat butir 8.1.5 di bawah).

Aspek-aspek fisik yang penting adalah temperatur, kelembaban dan kecepatan udara. Udara yang tersedia harus dingin dan kering; tetapi selama dialirkan ke dalam terowongan, temperatur cenderung menyamai temperatur dinding terowongan dan akan menyerap kadar air di dalam terowongan. Apabila udara tersebut dialirkan melalui pipa saluran ke dinding, kehilangan akibat kebocoran dapat terjadi, terutama pada perencanaan dan sistem pemeliharaan yang buruk. Apabila memungkinkan, temperatur di dalam terowongan tidak boleh melebihi 27oC, bila efisiensi kerja tidak ditekankan. Temperatur jauh lebih rendah, misalnya 20-25oC akan membuat kondisi kerja yang lebih nyaman dan efisien.

Apabila perlu untuk meneruskan pekerjaan pada temperatur ruangan lebih dari 27oC, perlu disediakan petugas yang sehat dan yang telah menyesuaikan diri dengan kondisi terowongan di bawah pengawasan petugas medis yang berpengalaman.

8.1.4 Terowongan yang Tidak Terpakai dan Daerah yang Buntu

Bahaya tertentu dapat terjadi pada daerah yang mempunyai sirkulasi udara yang minimum. Gas-gas beracun, kekurangan campuran dalam oksigen atau campuran bahan peledak dapat terakumulasi dalam terowongan tanpa ventilasi, sumuran, sumur pengumpul dan bagian atas terowongan. Lapisan gas yang lebih padat dari udara, seperti karbon dioksida, akan cenderung mengalir ke bagian yang rendah dan tetap terkumpul di tempat tersebut. Gas metan adalah lebih ringan dari udara dan terkumpul pada bagian atas terowongan.

Tingkat bahaya menjadi sangat tinggi, bila memasuki terowongan atau sumuran yang tidak terpakai atau ditinggalkan, Bahaya tersebut juga dapat terjadi pada terowongan atau sumuran yang akan dimasuki kembali pada waktu yang pendek, seperti waktu akhir minggu. Suatu terowongan yang tidak terpakai tidak boleh dimasuki senderian sebelum dipastikan terlebih dahulu bahwa sistem ventilasi masih bekerja dengan baik, kondisi udara telah dipantau secara sistematis dan terbukti aman untuk pernafasan.

Perlu dipersiapkan tenaga tambahan yang siap bertugas, dan pelaksanaan pekerjaan harus berdasarkan "ijin kerja".

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan, adalah :

a) apakah jalan terowongan yang dimasuki mengandung gumpalan gas;

b) sifat tanah dan potensi gas berbahaya atau gas yang mudah meledak;

c) lama waktu terowongan tidak dipakai dan kondisi asli ventilasi;

d) kesulitan yang dihadapi, bila diperlukan penyelamatan.

Pipa pembuang, baik yang masih terpakai maupun yang telah ditinggalkan mungkin menjadi sangat berbahaya pipa tersebut hanya dapat dimasuki dengan persetujuan otoritas yang berwenang.

Catatan : Rekomendasi dari instansi terkait harus diperhatikanLampu pengaman yang biasa digunakan oleh petambang, dapat digunakan sebagai petunjuk berkurangnya kandungan oksigen. Saat ini telah tersedia peralatan yang dapat memberikan tanda peringatan baik secara visual maupun dalam bentuk bunyian akibat berkurangnya oksigen. Alat tersebut juga dapat mencatat konsentrasi oksigen sebenarnya yang ditunjukkan pada suatu alat ukur.

Pada tempat yang mengandung gas metan, peralatan tersebut akan menunjukkan konsentrasi yang sebenarnya atau memberikan tanda visual atau bunyi pada batas bahaya konsentrasi yang telah ditentukan (misalnya : 1,25%).

8.1.5 Gas Berbahaya

8.1.5.1 Umum

Gas-gas di dalam terowongan dapat membahayakan karena beracun, mudah menyala atau menyesakkan pernafasan. Disamping itu, konsentrasi kandungan gas tidak pernah tetap selama satu hari kerja.

Peraturan dari instansi yang berwenang, menguraikan secara komprehensif bahaya gas yang ada di udara dan jumlah maksimum konsentrasi zat-zat kimia dimana semua pekerja terkena secara berulang-ulang selama bekerja tanpa menimbulkan pengaruh yang merugikan.

Beberapa nilai ambang batas tersebut merujuk pada hubungan waktu vs bobot konsentrasi untuk 8 jam hari kerja atau 40 jam/minggu kerja. Penyimpangan di atas nilai tersebut diijinkan hanya untuk periode yang pendek. Sebagian besar nilai-nilai tersebut akan merupakan kontrol terhadap bahaya kesehatan dan tidak boleh digunakan sebagai garis batas antara konsentrasi yang aman dan yang membahayakan.

Setiap orang mempunyai tingkat kerawanan dan kerentanan yang berbeda terhadap zat beracun; faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut tidak dapat difahami secara benar. Anggapan bahwa pada suatu kondisi aman untuk seseorang, aman pula untuk yang lain, merupakan anggapan yang keliru. Meskipun sakit yang serius bukan merupakan akibat ambang batas konsentrasi, tindakan praktis terbaik adalah mempertahankan konsentrasi semua udara yang tercemar serendah mungkin.

8.1.5.2 Zat Penyesak Nafas Ringan

Beberapa gas dan uap air tertentu yang terdapat di udara dapat menyesakkan tanpa menimbulkan pengaruh fisik yang berarti. Suatu nilai ambang batas tidak dianjurkan untuk setiap zat penyesak karena faktor yang membatasi adalah kadar oksigen yang tersedia.

Beberapa gas yang meyesakkan menunjukkan kemungkinan timbulnya bahaya ledakan. Hal tersebut perlu diperhatikan dalam hal membatasi konsentrasi gas penyesak tersebut.

8.1.5.3 Gas Beracun dan Gas Mudah Meledak yang Sering Dijumpai di Dalam Terowongan (lihat tabel 2)

8.1.5.3.1 Karbon Monoksida (CO)

Gas ini mengandung racun yang tinggi dan jarang ditemui secara alamiah, tetapi timbul di dalam suatu lingkungan tambang karena sifat pembakaran batu bara dan kayu yang rendah, atau lebih serius, hasil dari pembakaran spontan. Gas ini selalu terjadi pada pembakaran material yang mengandung karbon, terutama pada api dengan persediaan udara terbatas. Biasanya, sumbernya berasal dari pembakaran internal dari mesin. Asap pembuangan mesin bensin mengandung karbon monoksida sampai 10%, tetapi mesin diesel mengeluarkan asap dengan konsentrasi lebih rendah yang jumlahnya tergantung dari kapasitas mesin dan pola pengoperasiannya.

Mesin bensin tidak boleh digunakan pada pekerjaan penerowongan; mesin diesel cukup aman, asalkan perhatian yang benar diberikan kepada gas yang dibuang disamping pemeliharaan mesinnya. Bahan peledak yang digunakan pada peledakan juga mengeluarkan karbon monoksida dan perlu perhatian dalam pemilihan bahan peledak, pemasangan dan peledakannya. Nilai ambang batasnya adalah 50 ppm, tetapi penyimpangan dapat diijinkan (tabel 2). Setiap indikasi ditemukan karbon monoksida di dalam terowongan harus diselidiki oleh pimpinan tertinggi di lapangan dan bila perlu pekerjaan penerowongan ditunda sementara.

8.1.5.3.2 Karbon Dioksida (CO2)

Gas ini terjadi secara alamiah, terutama bila batuan beku menembus lapisan karbon dan bila air asam bereaksi pada batu kapur atau batu gamping lainnya. Gas tersebut juga dapat terjadi akibat gas buangan dari pembakaran mesin dan pembakaran material yang mengandung karbon. Karbon dioksida lebih berat dari udara dan dengan demikian dapat terkumpul pada daerah yang lebih rendah dan tempat pembuangan udara. Gas tersebut menyesakkan dan mengandung racun di atas 10%. Nilai ambang batasnya adalah 5000 ppm, tetapi penyimpangan dapat diijinkan. Apabila karbondiaokasida terjadi secara alami di bawah tanah, maka hal tersebut sering dikaitkan dengan pengurangan oksigen dan kabut hitam; kabut hitam tersebut adalah udara yang mengandung karbon dioksida dan nitrogen melebihi jumlah persentase normal.

8.1.5.3.3 Nitrogen Oksida

Oksida yang terkandung pada nitrogen adalah nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Gas-gas tersebut terjadi akibat peledakan, pengelasan dan gas buangan mesin.

Kedua gas tersebut sangat beracun, terutama nitrogen dioksida, yang menyerang jaringan paru-paru tanpa gejala awal tetapi dapat menyebabkan lemahnya tubuh yang diikuti oleh kemungkinan gejala bronkitis akut.

Nitrogen dioksida, karena pengaruhnya terhadap paru-paru yang akut, ditetapkan pada nilai ambang batas sebesar 5 ppm. Saat ini, nilai ambang batas yang dapat diterima dari nitrit oksida adalah 25 ppm, karena gas tersebut berubah secara spontan di udara menjadi nitrogen dioksida; nitrogen dioksida tetap ditemukan ketika nitrit oksida ditemukan.

Asap setelah peledakan atau pengelasan dapat membahayakan kesehatan dan harus diminimalkan dengan melakukan penghisapan langsung hasil pembakaran atau dengan melakukan pengurangan secara efektif sampai pada tingkat yang aman; serta melakukan penyelamatan orang-orang ke daerah yang kondisi udaranya aman sampai terowongan bersih dari asap.

Pengujian untuk menjamin efisiensi ventilasi dan tindakan rutin harus dilakukan dengan segera setelah prosedur ditetapkan dan setelah itu pengujian dilakukan dari waktu ke waktu.

8.1.5.3.4 Gas Metan (CH4)

Gas metan ini adalah suatu gas yang mudah menyala yang terjadi secara alami dalam sisipan batu bara, lapisan lain yang mengandung karbon dan lapisan gambut.

Gas metan juga dapat ditemui pada lapisan tanah yang mengandung material organik, seperti lanau sungai. Bila metan tersebut bercampur dengan gas lain yang mudah terbakar, terutama hidrokarbon, campuran tersebut dikenal dengan nama kabut api.

Bahaya yang utama adalah bila terjadi kebakaran dan ledakan. Apabila metan dijumpai, sistem ventilasi harus dioperasikan untuk menjamin pengurangan konsentrasi gas tersebut sampai mencapai batas aman dan menjamin pengalirannya keluar dari terowongan. Gas tersebut sebenarnya bukan racun, tetapi pada perkembangannya, gas tersebut dapat mengurangi proporsi dari oksigen dan akhirnya hal tersebut dapat menyesakkan.

8.1.5.3.5 Hidrogen Sulfida (H2S)

Gas ini adalah sangat beracun dan mempunyai bau yang khas, dan mudah terbakar. Pada konsentrasi diantara 4,3%-46%, gas tersebut dapat meledak, meskipun konsentrasi tersebut masih di bawah kondisi normal dari terowongan. Gas tersebut dijumpai secara alami sebagai hasil pembusukan material organik yang mengandung sulfur atau aksi dari air asam ke pirit.

Gas ini dapat mengganggu pernafasan dan mata yang menyebabkan penyakit bronkitis dan penyakit rabun dekat pada mata. Gas tersebut juga dapat membuat tidak sadar dan berakhir pada kematian akibat kelumpuhan pada sistem pernafasan. Nilai ambang batasnya adalah 10 ppm.

8.1.5.3.6 Sulfur Dioksida (SO2)

Gas ini adalah beracun, yang menyerang paru-paru dan terdapat secara alami pada daerah vulkanik, yaitu terdapat pada asap sebagai hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur. Di daerah industri, biasanya terjadi kontaminasi udara. Hal tersebut dapat dideteksi dengan mudah oleh banyak orang karena bau dan rasanya yang khas, bila gas tersebut terhisap. Pada nilai ambang batas sebesar 5 ppm gas ini tidak menimbulkan gangguan sistem pernafasan dari para pekerja, kecuali pada pekerja yang sensistif.

8.1.5.3.7 Udara yang kurang oksigen (lihat Butir 8.1.5.3.2)

Peristiwa ini terjadi akibat berkurangnya proporsi normal oksigen yang terkandung dalam udara yang tidak seimbang dengan tingginya kandungan nitrogen. Hal tersebut dapat terjadi, ketika oksigen pada udara normal terserap kedalam endapan organik yang porus; sisa udara yang kehilangan oksigen tersebut tertarik atau dipaksa masuk ke dalam terowongan.

Tindakan pencegahan harus diambil jika dijumpai lapisan porus yang tidak mengandung air, terutama jika tekanan udara di tempat kerja tersebut turun menjadi lebih kecil dari tekanan barometrik atau penyebab lain atau bila tekanan udara yang digunakan disekitarnya menjadi hilang atau berkurang.

8.1.5.3.8 Gas yang mudah menyala

Propan, butan dan asetilan yang digunakan untuk pembakaran atau las dapat bersifat mudah meledak. Tabung-tabung yang berisi gas ini dapat rusak/sobek jika terkena panas dan tabung asetilan yang terkena panas amat rawan setelah didinginkan. Bahaya tertentu timbul dari propan dan butan, karena gas-gas tersebut lebih berat dari udara dan dapat berakumulasi pada tempat-tempat yang rendah di dalam terowongan.

8.1.5.3.9 Uap bensin/disel77

Uap ini mengandung racun, menimbulkan bahaya kebakaran dan ledakan. Bocoran/limpasan yang terjadi harus ditampung dan harus dihubungkan dengan udara luar.

8.1.5.3.10 Asap hasil pembakaran dan las

Asap ini biasanya bersifat racun dan tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah. Komposisi dan banyak asap, tergantung dari jenis logam campuran yang di las dan diproses, unsur utamanya adalah kandungan oksida dari nitrogen, ozon dan karbon monoksida dengan logam oksida dan fluorida. Ventilasi lokal biasanya perlu dilengkapi. Petugas yang tidak mengenakan alat pelindung dilarang masuk (lihat butir. 6.2).

8.1.5.3.11 Gas beracun lainnya

Unsur-unsur beracun lainnya mungkin dapat ditemui, tetapi tidak begitu signifikan di dalam terowongan. Beberapa jenis gas beracun yang penting dapat dihasilkan selama proses pembakaran, khususnya material plastik, yang menghasilkan hidrogen klorida, hidrogin sianida dan isosianat yang beracun. (konsultasikan dengan instansi terkait mengenai panduan nilai ambang batas).

8.1.6 Persyararatan Pendinginan

Pendinginan jarang dilakukan pada temperatur batuan yang tinggi, kecuali pada tempat yang dalam. Kebutuhan pendinginan di dalam terowongan yang dekat permukaan adalah umumnya diakibatkan oleh panas yang dikeluarkan dari mesin-mesin mekanis dan gardu listrik yang tidak dapat diserap secara cepat oleh tanah di sekitar dinding terowongan yang sedang digali. Temperatur udara menjadi meningkat dan aliran udara yang memadai harus diberikan untuk menjaga temperatur dalam batas yang dapat diterima. Pada penentuan jumlah udara segar yang diperlukan untuk pendinginan, jumlah panas yang imbang harus dipelajari secara cermat (lihat 8.13).

8.1.7 Sistem dan Peralatan Ventilasi

8.1.7.1 Umum

Metode ventilasi yang diperlukan tergantung dari masalah dan problema yang ada pada setiap situasi terowongan. Hal tersebut meliputi jumlah pekerja, panjang, ukuran dan kemiringan (terowongan) yang digali, keberadaan air, debu dan asap; apakah akan dilakukan pengeboran atau peledakan dan apakah pelaksanaan terowongan sebagian atau seluruhnya menggunakan mesin.

Sistem ventilasi harus diusahakan sesederhana mungkin dan di desain dengan mengantisipasi atau disesuaikan dengan kemajuan terowongan itu sendiri. Sistem pemasukan konvensional, sistim pembuangan atau sistim overlap yang digunakan pada banyak terowongan disesuaikan dengan keperluan tertentu dari kondisi mesin dan lingkungannya, akan menentukan mana yang paling cocok.

Apabila dipandang perlu untuk mengurangi konsentrasi gas pada bagian atas/atap, alat penghembus udara lokal dapat digunakan, misalnya kipas angin hidraulis yang disambungkan ke mesin.

Apabila debu merupakan problema penting, sistem ventilasi harus di desain untuk mengontrol debu dan menggunakan saringan untuk membersihkan udara yang mengandung debu sebelum dimasukkan ke dalam alat pengalir udara. Pada banyak kasus, diperlukan saringan di dalam sistem pemasukan udara.

Bertambahnya panas pada udara dari peralatan mesin yang dipasang dan peningkatan kelembaban udara pada kondisi alami serta adanya air yang dimasukkan, mungkin dapat dikurangi dengan menggunakan ventilasi pemasukan yang mempunyai kecepatan udara lokal yang tinggi atau dengan mengontrol secara cermat banyaknya udara kotor yang digunakan.

Sistem ventilasi tersebut di atas meliputi satu atau lebih dari hal-hal berikut :

a) Persediaan udara segar yang dimasukkan, pembuangan yang sedang dilakukan melalui terowongan dan jalan masuk;

b) Penghisapan udara yang tercemar dari terowongan, udara bebas yang sedang ditarik secara alami dari terowongan;

c) Pergantian persediaan dan pembuangan;

d) Sistem yang lebih kompleks dari kombinasi sistem suplai dan pembuangan yang disebut sistem overlap;

e) Teknik sirkulasi ulang yang terkontrol;

f) Blower untuk membantu dan menghilangkan kantong-kantong udara yang tidak mengalir; namun pada kondisi tertentu hal ini dapat menyebabkan sirkulasi yang berulang yang menyebabkan berkurangnya mutu udara.

Pada suatu terowongan sederhana yang dikerjakan pada satu arah saja, persediaan udara segar kepada pekerja adalah merupakan pertimbangan utama, tetapi pada sistem yang kompleks; seperti jaringan hidro-elektrik, banyak daerah kerja mengalami perubahan dalam hal pengaturan jalan pekerja dan saluran/pipa sesuai dengan kemajuan pekerjaan.

Tabel 2

Ringkasan gas-gas berbahaya yang sering dijumpai

GasKepadatan relatifBahayaNAB (ppm)Batas meledak (%)Sumber

bawahatas

Karbon monoksidaCO0,97Racun50--Ledakan/mesin

Karbon dioksidaCO21,53Sesak5000--Alami/mesin

Nitrogen oksidaNO1,04Racun25--Ledakan/mesin

Nitrogen diokasidaNO21,60Sangat beracun5--Ledakan/mesin

MetanCH40,60Ledakan-5,314Alami

Hidrogin sulfidaH2S1,70Racun dan ledakan104,346Alami

Sulfur dioksidaSO22,30Racun5--Alami

Propan-1,55Ledakan dan sesak10002,29,5Kebocoran

Butan-2,10Ledakan dan sesak6001,58,5Kebocoran

Asetilan-0,91Ledakan dan sesak-2,581,0Kebocoran

Udara yg kekurangan oksigenN2-Sesak---Alami/imbasan

Uap bensin/disel--ledakan-1,37,5tumpah

NAB : Nilai Ambang Batas

8.1.7.2 Pasokan Udara

Pasokan udara yang disalurkan ke tempat kerja, dapat menjamin tersedianya udara segar kepada para pekerja. Pada saat udara keluar kembali dari terowongan, udara tersebut menjadi tercemar secara progresif. Pada terowongan yang menggunakan sistem peledakan aliran udara membawa kembali gumpalan udara tercemar berat yang menyebar secara bertahap dan berpotensi menimbulkan bahaya, terutama bila nitrogen mengandung oksida cukup tinggi. Pada beberapa kasus, dapat digunakan tenaga lokal sebagai pekerja terowongan yang dilengkapi dengan pasokan udara segar selama periode pembuangan "gumpalan" tersebut di atas.

8.1.7.3 Penghisapan Udara

Sistim pipa untuk mengalirkan udara keluar dari suatu tempat dekat muka kerja yang digali harus digunakan untuk membuang langsung debu berbahaya yang dihasilkan selama penggalian terowongan dan juga membuang asap yang timbul akibat penggunaan ledakan.

Pasokan udara yang dialirkan kedalam terowongan, dapat tercampur dengan bahan pencemar, termasuk debu dan panas yang akan meningkatkan kelembaban selama pengalirannya. Ujung penghisapan yang bekerja secara setempat harus dipasang didekat sumber polutan. Ujung-ujung penghisap tersebut harus dipindahkan sesering mungkin agar selalu dekat dengan sumber bahan polutan dan dekat dengan muka kerja yang digali.

Pipa hisap tersebut dapat terbuat dari konstruksi yang kaku atau spiral bertulang yang fleksibel.

8.1.7.4 Ventilasi Pergantian

Sistem pasokan dan sistem penghisapan kadang-kadang dapat digabungkan dengan menggunakan kipas angin sedemikian rupa, sehingga debu dan asap dapat ditarik beberapa waktu setelah peledakan dan udara segar dapat dialirkan ke muka kerja yang digali selama saat pergantian giliran. Sistem tersebut cukup kompleks dan kurang efisien serta tidak praktis untuk terowongan yang panjang.

8.1.7.5 Sistem overlap

Sistem overlap adalah suatu sistim penggabungan antara pipa pemasukan dengan pipa pembuangan; saat ini, sistim tersebut sering digunakan pada penambangan modern. Ujung pipa pembuang harus dijaga tetap berada di depan pipa pemasukan (atau pipa pemasukan disambungkan dengan suatu alat penyebar) karena perbedaan mendasar dari pola aliran dari lubang pemasukan dan pembuangan.

8.1.7.6 Teknik Sirkulasi Ulang yang Terkontrol

Sistem ventilasi, biasanya di desain untuk mencegah terjadinya sirkulasi ulang udara. Namun, sirkulasi ulang yang terkontrol dapat digunakan dimana gas, debu, temperatur tinggi dan kelembaban menjadi problema dalam terowongan yang panjang atau bila dijumpai sejumlah besar debu/kotoran atau gas dalam terowongan yang dikerjakan secara mekanis.

8.1.7.7 Sistem lain

Pada sistim terowongan yang kompleks, studi harus dilakukan secara menyeluruh, termasuk studi pada setiap tahap dari program untuk menjamin tersedianya udara bebas ke setiap daerah kerja.

Kipas angin untuk memasukkan dan mengeluarkan udara yang ditempatkan di luar terowongan, harus dilengkapi dengan kipas pendorong pada sistem serta penyekat atau lubang udara untuk mengontrol aliran udara.

9. Debu

9.1. Umum

Pada prinsipnya, debu (kotoran) di dalam terowongan terjadi sebagai akibat dari proses penggalian batuan. Bertambahnya debu harus dikurangi sepraktis mungkin; penyebarannya harus di kontrol dengan metoda tertentu, misalnya dengan penyiraman air, atau penghisapan. Debu tertentu, misalnya debu batu-bara adalah bersifat mudah meledak bila tersebar di udara.

9.2. Sumber Debu

9.2.1 Umum

Debu dapat dihasilkan langsung pada muka kerja terowongan yang digali akibat proses pengeboran dan pemecahan batuan, meskipun pada kondisi basah. Bila digunakan teknik pengeboran dan peledakan, produksi debu akan terputus-putus. Penggunaan mesin penggali cenderung menyebabkan debu diproduksi lebih kontinyu.

Pada penerowongan batuan lunak, produksi langsung dari debu adalah lebih sedikit dibandingkan pada lempung dan kapur yang mengalami pengeringan dan kemudian digali.

Pemuatan, pengangkatan dan pembuangan kotoran dengan memukul-mukul ujung bucket dapat menimbulkan debu, terutama pada tempat perhentian sementara dan tempat penyimpanan.

Semen kering yang digunakan pada setiap proses, termasuk grauting, beton, beton penyiram dan pendempulan, menghasilkan debu dalam pengangkutannya. Bubuk aditif yang ditambahkan pada semen, memerlukan tindakan pencegahan khusus.

9.2.2 Asbes

Bila asbes digunakan, misalnya untuk pendempulan, perlu hati-hati terhadap penanganan atau material yang terkandung didalamnya. Timbulnya hembusan kotoran yang mengandung asbes harus dihindari dan bila memungkinkan, hal tersebut harus dikontrol dengan ventilasi atau penutupan.

Bila cara tersebut tidak dapat dilaksanakan, peralatan pelindung pernafasan dan baju pelindung harus disediakan dan digunakan. Peraturan persyaratan mengenai asbes, harus dilaksanakan dengan ketat.

9.2.3 Pengaruh Debu

9.2.3.1 Pengaruh fisik

Pengaruh langsung dari debu terhadap fisik adalah berkurangnya pandangan yang meningkatkan resiko kecelakaan yang melibatkan mesin dan peralatan yang sedang bergerak; debu tersebut juga membuat cepat usang pada kendaraan tertentu. Debu batu bara menimbulkan bahaya khusus, karena debu tersebut dapat menjadi bersifat meledak bila melayang di udara. Penghalang debu batu bara harus dipasang pada jalan dimana debu batu bara diendapkan sehingga penyebaran dari ledakan dapat dikontrol dan selanjutnya dihentikan. Suatu ledakan kabut api awal dapat membubarkan debu yang terkumpul dan memicu terjadinya ledakan sekunder yang lebih serius yang intensitasnya tergantung dari kehalusan partikelnya. Debu batu yang halus menyelimuti ledakan dan mencegah penyebarannnya.

9.2.3.2 Pengaruh fisiologis debu mineral

Orang yang tidak terlindung dari berbagai debu-debu mineral akan menderita berbagai gangguan paru-paru. Gangguan yang serius adalah pneumoconiosis, yaitu suatu istilah yang digunakan dalam menjelaskan penyakit paru-paru yang kronis dimana sebagian paru-paru menjadi berserabut, yaitu tidak bersifat elastis dan tidak dapat berfungsi secara efisien.

Salah satu penyebab yang lebih serius dari pneumoconiosis adalah silika dan penderitanya disebut sebagai silikosis. Debu yang mengandung silika, merupakan bahaya yang serius, terutama bila mengandung kristalin silika pada proporsi lebih dari 1%.

Fraksi debu dapat mengakibatkan terganggunya pernafasan; pada umumnya partikel tersebut mempunyai ukuran efektif kurang dari 5 (m. Kebanyakan debu tersebut mampu masuk ke dalam saluran halus dari paru-paru dan hal tersebut dapat dihilangkan dengan proses alami. Namun, ketidakterlindungan yang terus menerus terhadap konsentrasi debu yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada paru-paru. Timbulnya penyakit bronkitis dapat meningkat, karena bekerja pada udara yang berdebu.

Pengaruh medis akibat menghisap debu asbes, termasuk asbestosis, adalah bentuk dari pneumoconiosis dan kemungkinan berbagai kanker, termasuk bronsial karsinoma dan bentuk kanker yang dikenal sebagai diffuse mesothelioma.

9.2.3.3 Standar Kesehatan dalam Pekerjaan

Bahan pencemar yang tersebur ke udara yang dapat mempengaruhi kesehatan dari setiap orang yang tidak terlindung tidak boleh melebihi nilai ambang batas.

Nilai ambang batas debu yang dapat mengganggu pernafasan yang dapat menimbulkan bahaya khusus, termasuk debu yang mengandung 1% kristalin silika, adalah 5 mg/m3.

Nilai Ambang Batas (NAB) debu yang mengakibatkan sesak napas dan mengandung kristalin silika adalah :

10

(((((( mg/m3S + 2 (mg/m3)

S adalah persentase kristalin silika yang menyesakkan.

Metode pengukuran debu yang dapat menyesakkan dan mengandung silika adalah berdasarkan pada pemilihan ukuran contoh debu yang dilanjutkan dengan teknik analisis yang memadai.

Catatan : Pedoman.mengenai Nilai Ambang Batas yang dikeluarkan oleh instansi yang terkait harus dikonsultasikan lebih rinci.

9.2.4 Pengambilan Contoh

Pada pelaksanaan penerowongan siklik, sulit dilakukan penilaian secara umum terhadap batas keterbukaan rata-rata . Keterbukaan tersebut secara individu dapat diukur pada suatu periode oleh petugas khusus pengambil contoh, dimana udara dari zona pengguna pernafasan dikurangi sampai pada laju aliran yang di desain dengan menggunakan pompa udara kecil yang dilakukan pada sabuk atau tempat khusus. Kondisi pada muka kerja terowongan setelah peledakan tetap tidak aman, namun pada saat itu, para pekerja tidak berada di tempat tersebut. Selang waktu setelah peledakan dan sebelum kembali ke muka kerja, menjadi bahan pertimbangan yang bertanggung jawab berdasarkan pengalaman dalam melakukan monitoring terhadap konsentrasi nitrogen oksida. Pengambilan contoh secara teratur perlu dilakukan di dalam terowongan yang secara kontinyu mengandung debu untuk menjamin bahwa pemeriksaan dan pengamanan dilaksanakan dengan benar.

9.2.5 Kontrol dan Pembuangan Debu

Penyemprotan air bertekanan tinggi pada rekah-rekah batu adalah merupakan suatu cara yang cukup efektif dan positif untuk mengurangi debu. Pada pemboran, mata bor yang berlubang dengan pemberian air yang terus-menerus dapat mempengaruhi pengurangan debu secara substansial. Ujung pemotong dari mesin penerowong harus diberi air bertekanan tinggi dengan laju yang telah ditentukan sebelumnya. Suatu alat berbentuk konus yang solid kadang-kadang digunakan sebagai alat penyembur; penggunaan bahan emulsi dan pembasah yang ditambahkan dalam air dapat menjadi lebih efektif; tirai air mungkin dapat merupakan hal yang memadai pada kondisi yang berat. Debu yang menyesakkan dan melayang di udara tidak dapat dikontrol dengan siraman air; namun siraman tersebut digunakan dalam pembuangan kotoran untuk mengurangi debu dengan mencegahnya melayang di udara.

Pada kondisi yang berdebu, penghisapan udara dengan pemasangan saringan adalah merupakan hal penting; perlu diperhatikan bahwa ujung penghisap udara harus dijaga sedekat mungkin dengan muka kerja supaya penarikan udara menjadi efektif dan alat harus digerakkan kedepan sesering mungkin sesuai dengan kemajuan pekerjaan. Udara yang kotor dapat bersifat erosif; oleh karena itu kipas angin dan pipa harus di desain sesuai dengan fungsinya (tidak mudah tergerus kotoran) dan harus dipelihara dengan benar.. Ujung-ujung penghisap dapat disambungkan pada mesin penerowong. Pelindung/kerudung debu, harus dipasang pada sumber-sumber debu yang telah diketahui, seperti pada tempat-tempat transfer dari ban berjalan. Pada pemboran dan peledakan, penghisapan udara untuk beberapa saat setelah peledakan penting dilakukan pada setiap kondisi, tidak hanya untuk mengurangi konsentrasi debu, tetapi juga untuk membuang nitrogen oksida yang berbahaya dari asap ledakan.

9.2.6 Alat Pelindung Pernafasan

Alat ini tidak hanya digunakan untuk pelindung permanen, tetapi pada jangka pendek tindakan perbaikan tidak dapat mengurangi tingkat debu secara efektif di tempat kerja; alat pelindung debu tersebut harus digunakan, ketika timbul bahaya.

Peralatan pelindung tersebut harus dipakai sesuai dengan instruksi pabrik; perhatian khusus perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan, pemeliharaan, pembersihan serta pelatihan yang benar.

10. Kualitas Pencahayaan

10.1. Umum

Lampu penerangan yang baik mempunyai peranan yang besar terhadap keselamatan. Tingkat penerangan umum harus dibuat sedemikian rupa, sehingga setiap bahaya pada jalan dan trek kerja dapat dilihat dengan jelas. Penerangan yang lebih kuat diperlukan pada tempat-tempat tertentu, terutama pada muka kerja yang digali atau tempat kerja lainnya. Bab ini berkenaan dengan pemasangan lampu listrik, sedangkan persyaratan listrik secara rinci diuraikan pada butir 6. Bila penerangan listrik tidak praktis, dapat diganti dengan nyala api yang harus memenuhi standar penerangan. Tindakan pencegahan ekstra harus dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kebakaran dan peledakan.

10.2. Standar Cahaya

Intensitas cahaya yang jatuh pada suatu bidang permukaan diukur dalam satuan luks. Sumber cahaya harus dipasang setinggi mungkin yang dapat dilaksanakan namun intensitasnya tidak boleh nilainya di bawah (perbandingan kontras tidak melebihi 3 : 1 yang dianggap sebagai perbandingan normal).

- jalan dan trek kerja : 10 luks pada jalan kerja

- tempat kerja umum: 100 luks pada permukaan kerja

Pada daerah muka kerja terowongan yang digali, tempat angkat-mengangkat dari alat besar crane dan tempat-tempat penggalian serta mesin angkat yang sedang bekerja, harus disinari dengan lampu sorot minimal dari dua sumber terpisah dengan jarak sejauh mungkin pada intensitas tidak kurang dari 100 luks. Penerangan tersebut harus ditingkatkan, apabila terjadi kabut akibat adanya perbedaan tekanan di tempat kerja bertekanan udara.

Kualitas penerangan tergantung dari permukaan yang dipantulkan; tingkat penerangan yang lebih tinggi harus diberikan pada permukaan yang mempunyai daya serap kecil. Sebagai perkecualian, pada terowongan panjang yang dilengkapi dengan pedestrian dan semua jenis angkutan menggunakan kendaraan bermotor, penerangan yang dipasang permanen dapat diabaikan, karena semua kendaraan mempunyai dan menggunakan lampu depan yang cukup terang; namun harus dipertimbangkan untuk tetap memasang penerangan darurat yang minimal. Lampu peringatan berwarna merah harus dipasang terutama pada bagian penyempitan.

10.3. Tempat Pemasangan

Semua lampu penerangan harus dipasang setinggi mungkin di dalam terowongan untuk memperoleh keseragaman penerangan yang maksimum, mengurangi hal yang dapat mengganggu, serta disesuaikan dengan lokasi pemasangan, pemeliharaan dan perbaikannya.

Cahaya menyilaukan dari lampu yang mempunyai intensitas tinggi harus diminimalkan dengan menempatkan lampu tersebut secara benar dan menggunakan alat penyebar cahaya.

Lampu sorot hendaknya tidak diarahkan mendatar, tetapi ke arah bawah dan harus diatur sedemikian rupa, sehingga sinar yang jatuh saling tumpang-tindih. Pada jalan masuk yang didalamnya terdapat jalan kerja dan jalan rel, penerangan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga kendaraan tidak membuat bayangan pada jalan kerja.

Dalam jarak 50 m atau pada jarak tertentu pada daerah yang menggunakan bahan peledak dan detonator, semua penerangan harus menggunakan lampu dari jenis tertutup.

Apabila laser digunakan di dalam terowongan, alat tersebut harus dipasang pada level di atas pandangan mata.

10.4. Penerangan Cadangan

Karena pekerjaan pembuatan terowongan seluruhnya tergantung pada cahaya buatan, sistem penerangan harus dibuat seaman mungkin dan harus dilengkapi dengan sumber penerangan cadangan yang memadai. Aliran listrik yang terputus dapat diakibatkan oleh hubungan pendek atau rusaknya gardu listrik.

Penerangan cadangan yang terpisah dan memadai harus dalam kondisi siap pakai, sesuai dengan skala dan lingkup proyek, dengan mempertimbangkan aspek keamanan dari jenis alat penerangannya. Beberapa jenis alat yang cukup memadai tersebut adalah :

a) Generator disel, sebaiknya dipilih starter dan pengisiannya otomatis;

b) Penerangan dengan baterai, yang bekerja secara otomatis;

c) Lampu tangan atau lampu topi, siap tersedia pada pekerja yang berada jauh di dalam dari sumur masuk atau adit;

d) Lampu pneumatis/elektris yang dinyalakan dengan tekanan udara.

Lampiran A

Daftar Istilah

Tindakan pencegahan:precaution

Pekerjaan di bawah air:sub aqueous work

Tanah bekas galian:muck

Sesar/patahan:fault

Penggenangan:inundation

Lubang darurat:wellit walkways

Selimut lempung:clay blanket

Celah/retakan:cavity/fissuresTerowongan pemandu:pilot tunnel

Bunga api listrik:electric spark

Tahan api:flame proof

Cairan mudah menyala:flamemable liquid

Material mudah terbakar:combustible material

Buangan/sampah:refuse material

Membara:smaildering

Logam campuran:alloy

Ujung alat las:torch

Tabung gas:gas cylinder

Kabel yang cacat:defective cable

Sengatan listrik:elecetric shock

Hubungan pendek:short sircuit

Selang karet penghubung:hoseBan berjalan:conveyer belt

Gardu listrik:electrical plant

Rangka kerekan: gantryCakran pemotong: disc cutterPemotong baut: bolt cropper

Gergaji besi: hacksawKabut hitam: black dampKabut api: fire dompBukaan/lubang:opening

Sisipan batu bara:coal seam

Sesak (dada):asphyxiate

Pernafasan:respiration

Semburan udara:air born

Nilai Ambang Batas (NAB):Threshold Limit Value (TLV)

Alat penggerak udara:air movers

Pelindung/kerudung debu:dust hood

Tidak terlindung:exposure

Pencahayaan:illumination

Lampu penerangan:luminaire

Lampu/penerangan cadangan:standby lighting

Atap terowongan: tunnel crown

Dasar terowongan:tunnel flow

Dinding terowongan: tunnel wall

Sumuran pengamanan: shaft

Murka kerja: face

Kemanan penerowongan: safety in tunneling

Giliran: shift

Tudung/perisai: shield

Tandu:strectcher

Lampiran B

Daftar Nama dan Lembaga

1) Pemrakarsa

Pusat Litbang Teknologi SDA, Badan Litbang Kimbangwil

2) Penyusun

NAMA

LEMBAGA

Djoko Mudjihardjo, ME.

Pusat Litbang Teknologi SDA

DAFTAR ISI

Hal.

1.Ruang Lingkup.1

2.Acuan1

3.Pengertian1

4.Genangan.1

5.Gas Metan5

6.Pencegahan Kebakaran7

7.Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan.11

8.Lingkungan Kerja13

9.Debu.21

10.Kualitas Pencahayaan..23

Lampiran A : Daftar Istilah.25

Lampiran B : Daftar Nama dan Lembaga27

11