SNI 19-6726-2002

34
Standar Nasional Indonesia SNI 19-6726-2002 Peta dasar lingkungan pantai Indonesia skala 1:50 000 ICS 01.080.30 Badan Standardisasi Nasional

Transcript of SNI 19-6726-2002

  • Standar Nasional Indonesia

    SNI 19-6726-2002

    Peta dasar lingkungan pantai Indonesia skala 1:50 000

    ICS 01.080.30

    Badan Standardisasi Nasional

  • SNI 19-6726-2002

    i

    Daftar Isi

    Daftar Isi ................................................................................................................................. i Prakata .................................................................................................................................. ii 1 Ruang lingkup ................................................................................................................1 2 Acuan.............................................................................................................................1 3 Istilah dan definisi...........................................................................................................1 4 Persyaratan....................................................................................................................2

    4.1 Datum kontrol peta .................................................................................................2 4.2 Proyeksi dan grid peta ............................................................................................2 4.3 Ketelitian peta.........................................................................................................2 4.4 Ukuran peta ............................................................................................................3 4.5 Interval kontur.........................................................................................................3 4.6 Titik tinggi dan kedalaman ......................................................................................3 4.7 Penomoran, penamaan dan pembagian lembar peta .............................................3 4.8 Pengesahan ...........................................................................................................4

    5 Isi peta ...........................................................................................................................4 5.1 Unsur-unsur yang perlu digambarkan.....................................................................4 5.2 Unsur informasi lain yang harus ditampilkan...........................................................7

    6 Penyajian Peta ...............................................................................................................8 6.1 Tata cara penamaan...............................................................................................8 6.2 Penempatan simbol ................................................................................................9

    7 Reproduksi .....................................................................................................................9 7.1 Pencetakan.............................................................................................................9 7.2 Gradasi warna (Screen) dan stipel..........................................................................9 7.3 Warna.....................................................................................................................9 7.4 Ukuran dan jenis kertas cetak.................................................................................9 7.5 Ukuran lembar khusus..........................................................................................10

    Lampiran A Simbol dan atau notasi unsur-unsur..................................................................11 Lampiran B Warna-warna cetak screen dan stipel ...............................................................24 Lampiran C Singkatan dan istilah setempat .........................................................................25 Bibliografi .............................................................................................................................30

  • SNI 19-6726-2002

    ii

    Prakata

    Standar Nasional Indonesia ini merupakan usaha realisasi program jangka panjang dalam pembuatan peta dasar LPI seluruh wilayah pantai Indonesia skala 1:50.000 sebanyak lebih kurang 1200 Nomor Lembar Peta (NLP). Pedoman ini merupakan salah satu realisasi penyediaan standar nasional untuk pembuatan peta dasar LPI.

    Maksud pedoman ini adalah sebagai panduan untuk membuat peta dasar Lingkungan Pantai Indonesia skala 1:50 000.

    Standar ini dirumuskan oleh Panitia Teknis 211S Survei dan Pemetaan, dan telah dibahas dalam rapat-rapat teknis. SNI ini telah disepakati dalam konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 6 Desember 2001 dan dihadiri oleh Instansi Pusat dan Instansi Daerah, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Swasta serta para pakar.

    Apabila dalam penerapan standar ini ada yang kurang dipahami dapat menghubungi panitia teknis terkait.

  • SNI 19-6726-2002

    1 dari 30

    Peta dasar lingkungan pantai Indonesia skala 1:50 000

    1 Ruang lingkup

    Standar ini meliputi ketentuan, unsur-unsur yang harus/perlu disajikan, cara penyajian dan reproduksi peta dasar lingkungan pantai Indonesia skala 1:50 000.

    Tujuan pedoman ini adalah untuk menyajikan spesifikasi yang standar tentang pembuatan peta dasar Lingkungan Pantai Indonesia skala 1:50 000 bertaraf nasional.

    2 Acuan

    SNI 19-5602.1-2000, Peta rupabumi

    3 Istilah dan definisi

    3.1

    peta dasar lingkungan pantai

    representasi secara grafis sepetak permukaan bumi di wilayah sekitar pantai atau pesisir baik ke arah darat maupun laut dengan sistem generalisasi untuk menggambarkan detail yang ada dengan jelas dan tidak bermakna ganda

    KETERANGAN Peta dasar LPI merupakan gabungan peta rupabumi (topografi) dengan peta laut dalam satu sistem proyeksi dan digunakan sebagai peta dasar dalam pembuatan peta-peta tematik lainnya di wilayah pantai.

    3.2

    datum

    data yang dipakai sebagai acuan untuk menentukan posisi horizontal dan vertikal

    3.3

    kontur

    garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian atau kedalaman yang sama mengacu pada datum tertentu

    3.4

    grid peta

    sistem koordinat kartesian persegipanjang yang ditumpang susun terhadap peta, atau suatu penggambaran dari permukaan bumi yang mempunyai karakteristik dan ketelitian tertentu, sehingga dapat mengidentifikasikan lokasi di permukaan bumi terhadap lokasi lainnya dan juga dipakai untuk perhitungan arah dan jarak terhadap titik lain

  • SNI 19-6726-2002

    2 dari 30

    3.5

    ketelitian peta

    istilah ketelitian peta mengacu pada ketelitian informasi spasial yang terkandung dalam peta, baik ketelitian posisi vertikal maupun horizontal. Istilah ini juga dapat diartikan sebagai kualitas dan kelengkapan informasi yang dituangkan dalam peta

    3.6

    garis pantai

    garis batas antara darat dan laut mengacu pada duduk tengah (mean sea level) yang diberlakukan pada peta

    4 Persyaratan

    4.1 Datum kontrol peta

    Datum untuk kontrol horizontal baik untuk darat maupun laut adalah Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995) dengan parameter sferoid:

    a = 6.378.137,0 meter

    f = 1/298,257223563

    Datum untuk kontrol vertikal di darat adalah sistem ketinggian mengacu pada jaring kontrol vertikal BAKOSURTANAL. Dalam hal tidak ada jaring kontrol vertikal di pulau bersangkutan maka kontrol vertikal sementara ditentukan dengan menghitung duduk tengah di daerah pemetaan berdasarkan pengukuran pasang surut minimal 29 piantan.

    a) datum untuk kontrol vertikal di laut adalah sistem kedalaman mengacu pada peta laut didasarkan pada rata-rata air rendah terendah hasil perhitungan dari data stasiun permanen atau stasiun pasang surut temporal berdasarkan pengukuran pasang surut minimal 29 piantan.

    b) perbedaan tinggi antara datum vertikal darat (Mean Sea Level), datum vertikal laut (Chart Datum) dan air tinggi tertinggi (Highest Astronomical Tide) dinyatakan pada informasi tepi peta.

    4.2 Proyeksi dan grid peta

    Peta digambarkan dalam proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM). Proyeksi dan pembagian zone gridnya mengacu pada sferoid yang telah dispesifikasikan dalam Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995).

    4.3 Ketelitian peta

    4.3.1 Ketelitian posisi horizontal

    Minimal 90% dari posisi horizontal yang diuji harus mempunyai ketelitian 0,5 mm pada peta (25 meter di lapangan). Titik-titik yang diuji adalah minimal 2% dari isi peta yang diwakilinya

  • SNI 19-6726-2002

    3 dari 30

    dan titik-titik tersebut terdefinisi dengan jelas di atas peta.

    4.3.2 Ketelitian posisi vertikal

    Minimal 90% dari kontur yang diuji dan ketinggian hasil interpolasi dari kontur harus mempunyai ketelitian setengah kali interval kontur. Titik-titik yang diuji adalah minimal 2% dari isi peta yang diwakilinya dan titik-titik tersebut terdefinisi dengan jelas di atas peta.

    4.3.3 Kelengkapan

    Minimal 95% dari setiap kategori unsur isi untuk tergambarkan pada peta.

    4.4 Ukuran peta

    a) secara umum setiap lembar peta mencakup daerah dengan ukuran dua puluh menit Lintang dan dua puluh menit Bujur (lihat lampiran E). Dalam hal khusus, dimungkinkan adanya pengecualian, misal untuk mencakup pulau-pulau kecil atau suatu daratan yang kecil untuk mengoptimalkan jumlah lembar peta;

    b) cakupan peta terdiri dari kurang lebih 60% wilayah laut dan 40% wilayah darat. Dalam hal khusus, dimungkinkan adanya pengecualian, misal untuk mencakup pulau-pulau kecil atau suatu laut yang sempit.

    4.5 Interval kontur

    Interval kontur darat adalah tiap 25 meter, dengan kontur indeks tiap 100 meter dan kontur pembantu adalah setengah dari harga garis kontur.

    Interval kontur kedalaman laut adalah :

    0

    10

    50

    100

    500

    sampai

    sampai

    sampai

    sampai

    sampai

    lebih dari

    10 meter

    50 meter

    100 meter

    500 meter

    1000 meter

    1000 meter

    adalah pada 2, 5 dan 8 meter

    tiap 5 meter

    tiap 10 meter

    tiap 20 meter

    tiap 50 meter

    tiap 100 meter

    Dengan kontur indeks pada setiap interval kontur.

    4.6 Titik tinggi dan kedalaman

    Untuk daerah yang dianggap penting dicantumkan titik tinggi dan titik kedalaman

    4.7 Penomoran, penamaan dan pembagian lembar peta

    Lembar peta diberi nomor sesuai dengan indeks pada lampiran D.

    Nama lembar peta ditentukan berdasarkan nama daerah atau kota atau tempat lain yang dikenal dan dominan pada lembar tersebut di daerah pantai.

  • SNI 19-6726-2002

    4 dari 30

    Pembagian lembar peta diusahakan sedemikian rupa sehingga cakupan peta berada pada satu zone dalam sistem proyeksi UTM. Dalam hal cakupan tidak dimungkinkan dalam satu zone, maka harus dicantumkan garis batas dan nomor zone.

    4.8 Pengesahan

    a) setiap peta dasar LPI yang dibuat, sebelum dilakukan publikasi harus diuji dan disahkan terlebih dahulu oleh pihak yang berwenang;

    b) apabila peta yang telah diuji memenuhi standar ketelitian pada 5.3.1, 5.3.2 dan 5.3.3, suatu pernyataan perlu dibuat pada legenda. Sebaliknya apabila peta yang telah diuji tidak memenuhi standar ketelitian ini, tidak boleh ada pernyataan apapun pada legenda.

    5 Isi peta

    5.1 Unsur-unsur yang perlu digambarkan

    5.1.1 Unsur gedung dan bangunan lainnya

    a) bangunan,

    b) pemukiman,

    c) tempat peribadatan,

    d) makam,

    e) kantor pemerintah,

    f) pelayanan masyarakat,

    g) sumber/sumur,

    h) menara,

    i) tempat/bangunan bersejarah,

    j) tempat yang menarik,

    k) tambang,

    l) pusat listrik,

    m) menara/tangki,

    n) kawat tegangan tinggi,

    o) pipa bahan bakar,

    p) pipa gas, dan

    q) pipa air.

    5.1.2 Unsur perhubungan

    a) jalan layang,

  • SNI 19-6726-2002

    5 dari 30

    b) jalan arteri,

    c) jalan kolektor,

    d) jalan lokal,

    e) jalan lain,

    f) jalan setapak,

    g) tonggak kilometer,

    h) jembatan layang,

    i) jembatan,

    j) titian,

    k) sipon/gorong-gorong,

    l) tambangan,

    m) jalan kereta api rangkap,

    n) jalan kereta api tunggal,

    o) jalan lori,

    p) talang,

    q) terowongan,

    r) stasiun kereta api,

    s) terminal,

    t) dermaga,

    u) pelabuhan,

    v) bandar udara domestik/internasional,

    w) bandar udara perintis, dan

    x) jaringan transmisi bawah laut.

    5.1.3 Unsur tumbuh-tumbuhan

    a) sawah irigasi,

    b) sawah tadah hujan,

    c) kebun/perkebunan,

    d) hutan,

    e) semak belukar,

    f) tegal/ladang,

    g) rumput/tanah kosong, dan

  • SNI 19-6726-2002

    6 dari 30

    h) hutan rawa.

    5.1.4 Unsur relief dan titik kontrol

    a) kontur,

    b) kontur indeks,

    c) kontur bantu,

    d) kontur daerah berbatu,

    e) cekungan,

    f) gua,

    g) tebing,

    h) gundukan,

    i) tanggul,

    j) galian

    k) pasir pasut,

    l) pasir,

    m) titik tinggi,

    n) titik triangulasi,

    o) titik astronomi,

    p) titik doppler/gps, dan

    q) titik tinggi geodesi,

    5.1.5 Unsur batas administrasi

    Batas administrasi yang disajikan di peta meliputi unsur-unsur sebagai berikut :

    a) batas negara,

    b) batas propinsi,

    c) batas kabupaten/kota, dan

    d) batas kecamatan.

    Bilamana batas administrasi ini bukan batas resmi harus disertakan catatan dalam informasi tepi peta.

    5.1.6 Unsur perairan

    a) garis pantai,

    b) batu karang,

    c) terumbu,

  • SNI 19-6726-2002

    7 dari 30

    d) beting karang,

    e) mata air,

    f) danau,

    g) sungai,

    h) sungai musiman,

    i) arah aliran,

    j) terusan/kanal/saluran irigasi,

    k) air terjun,

    l) jeram,

    m) rawa,

    n) empang/tambak,

    o) penggaraman,

    p) bendung/bendungan,

    q) penahan ombak, dan

    r) stasiun pasang surut.

    5.1.7 Nama geografis

    a) unsur perairan,

    b) unsur lingkungan pantai,

    c) ibukota,

    d) daerah administrasi, dan

    e) unsur lainnya yang dianggap penting.

    5.1.8 Informasi navigasi laut

    a) rintangan laut,

    b) menara suar, dan

    c) pelampung suar.

    5.2 Unsur informasi lain yang harus ditampilkan

    5.2.1 Informasi pada peta

    5.2.1.1 Grid peta

    Grid pada peta ditunjukkan dengan tik UTM di tepi peta, dengan ketentuan tik utama dengan interval 5.000 meter disertai penulisan angka. (lihat Lampiran E).

  • SNI 19-6726-2002

    8 dari 30

    5.2.1.2 Gratikul

    Garis gratikul digambarkan setiap 2 menit dengan garis penuh (lihat Lampiran E).

    5.2.1.3 Infomasi tepi peta

    Pembuat peta harus mencantumkan informasi peta yang isinya antara lain : riwayat peta, ketelitian peta, sumber peta, tahun pembuatan, dsb (lihat Lampiran E). Informasi yang diletakan diluar format/ ukuran peta yang diantaranya memuat :

    a) judul peta,

    b) skala peta,

    c) nama peta,

    d) diagram lokasi,

    e) logo dan alamat instansi pembuat peta,

    f) edisi,

    g) keterangan / legenda peta,

    h) peringatan,

    i) keterangan riwayat,

    j) petunjuk pembacaan koordinat geografi,

    k) petunjuk pembacaan koordinat utm,

    l) pembagian daerah administrasi,

    m) gambar skala,

    n) singkatan,

    o) kesamaan arti, dan

    p) gambar arah utara : utara sebenarnya (US), utara grid (UG), utara magnetik (UM) dan deklinasi magnetik.

    6 Penyajian Peta

    6.1 Tata cara penamaan

    Nama unsur alam, budaya dan nama tempat yang dicantumkan di peta adalah nama-nama yang sudah dikenal luas dan atau telah dibakukan di daerah yang bersangkutan.

    6.1.1 Singkatan

    Singkatan yang dicantumkan di peta adalah singkatan yang sudah baku, kecuali singkatan-singkatan lain yang dipandang perlu (lihat lampiran C).

    6.1.2 Huruf

  • SNI 19-6726-2002

    9 dari 30

    Bentuk ukuran huruf di peta sesuai dengan lampiran A no. 7.

    6.2 Penempatan simbol

    Simbol adalah diagram, desain, huruf, karakter atau singkatan yang ditempatkan pada peta yang mewakili kenampakan tertentu.

    a) jika tidak ada pengecualian, titik tengah simbol di peta mempunyai korelasi dengan titik tengah unsur. Demikian juga dengan arah penempatan nama harus sesuai dengan arah atau bentuk unsur-unsur.

    b) semua unsur dalam satu kelompok disajikan dengan mengingat prinsip generalisasi, dan dengan pergeseran seminimum mungkin.

    c) untuk semua simbol-simbol seperti jalan, jalan kereta api, sungai yang sejajar satu sama lain yang karena keterbatasan skala unsur-unsur tersebut, maka penempatannya diperkenankan untuk digeser dengan arah yang tetap dipertahankan (lihat keterangan nomor 2). Jika unsur garis yang teratur dan tidak teratur berdekatan maka yang digeser yang tidak teratur. Unsur-unsur yang tingkatannya lebih rendah dari unsur utama misalnya pagar dan sungai maka unsur yang tingkatannya lebih rendah (pagar) mengalami pergeseran.

    d) Jika dua batas administrasi berhimpitan, maka batas administrasi yang lebih rendah tingkatannya ditiadakan atau tidak digambarkan.

    Simbol dan warna yang dipakai harus sesuai dengan lampiran A.

    7 Reproduksi

    Dalam reproduksi untuk memenuhi kebutuhan penerbitan dalam bentuk salinan keras (hard copy). digunakan prinsip grafika atau yang lain .

    7.1 Pencetakan

    Pencetakan peta menggunakan mesin offset pada kertas khusus dengan maksimum daerah cetakan (printing area) 970 x 970 mm.

    7.2 Gradasi warna (Screen) dan stipel

    Gradasi warna dan stipel yang dipakai ditunjukkan pada lampiran B.

    7.3 Warna

    Tingkatan warna harus sesuai dengan lampiran B.

    7.4 Ukuran dan jenis kertas cetak

    a) ukuran kertas adalah 900x 960 mm,

    b) ukuran berat kertas minimum 100 gram,

    c) jenis kertas adalah art paper atau HWS,

  • SNI 19-6726-2002

    10 dari 30

    d) ukuran peta setelah dipotong adalah 840 x 885 mm.

    CATATAN Jika diperlukan lembar yang bersifat khusus akan diberi penjelasan pada peta tersebut.

    7.5 Ukuran lembar khusus

    Hanya dapat dilakukan untuk lembar khusus ke arah samping maksimum kurang lebih 15 cm.

  • SNI 19-6726-2002

    11 dari 30

    Lampiran A Simbol dan atau notasi unsur-unsur

    No. NAMA SIMBOL KETERANGAN PENGGUNAAN SIMBOL SIMBOL SPESIFIKASI

    1. GEDUNG DAN BANGUNAN LAINNYA

    1.1. Bangunan Segala bentuk dan struktur yang berhubungan dengan tempat tinggal dan kegiatan manusia.

    Untuk menyajikan bangunan tunggal dan atau terpencar yang penting untuk orientasi atau identifikasi medan.

    1.2. Daerah pemukiman Bagian penduduk yang berupa kelompok bangunan dan jalan yang cukup luas sehingga dengan skala sulit untuk digambarkan secara sendiri-sendiri, termasuk daerah perkampungan yang mempunyai batas tegas.

    Untuk menunjukkan daerah tempat tinggal yang berupa kelompok bangunan dan disajikan bersamaan dengan pola jalannya. Daerah terbuka yang lebih besar daripada 2.5 mm x 2.5 mm akan digambarkan sesuai dengan bentuknya. Jalan-jalan disajikan sesuai dengan klasifikasinya.

    1.3 Kantor Pemerintahan

    Bangunan yang merupakan tempat pejabat pemerintah berkantor, melakukan kegiatan untuk mengelola masalah administrasi wilayahnya.

    Untuk menunjukkan letak bangunan pemerintah :

    - Gubernuran : G - Kabupaten : B

    1.4.

    Tempat beribadat:

    - Mesjid

    - Gereja

    - Pura

    - Kelenteng

    Bangunan untuk melakukan ibadat bagi penganut agama :

    - Islam

    - Kristen

    - Hindu

    - Budha

    Untuk menunjukkan secara umum tempat ibadah suatu agama di daerah tersebut.

  • SNI 19-6726-2002

    12 dari 30

    1.5.

    Makam:

    - Islam

    - Kristen

    - Hindu

    - Budha

    Daerah/tempat pemakaman bagi penganut agama/masyarakat.

    - Islam

    - Kristen

    - Hindu

    - Budha

    Untuk menunjukkan lokasi daerah pemakaman. Simbol dicantumkan di dalam batas daerah pemakaman taman Makam Pahlawan, cukup dengan tulisan Makam pahlawan.

    1.6. Tempat/ bangunan bersejarah.

    Tempat atau bangunan yang mempunyai nilai sejarah.

    Untuk menunjukkan letak tempat atau bangunan bersejarah.Simbol diletakkan di pusat tempat atau bangunan bersejarah.

    1.7. Menara Semua menara selain menara suar dan mempunyai arti sebagai tanda medan antara lain menara stasiun radio/televisi, menara pengeboran minyak.

    Untuk menunjukkan letak menara. Letak simbol sesuai dengan letak menara.

    1.8. Tambang Instalasi untuk mendapatkan bahan tambang beserta bangunan lain yang berkaitan dengan tambang tersebut.

    Untuk menunjukkan letak tanpa menyebutkan jenisnya.

    1.9. Sumur bahan bakar Sumur untuk mendapatkan bahan bakar.

    Untuk menunjukkan lokasi yang masih menghasilkan/diusahakan tanpa menyebutkan jenisnya.

    1.10. Pusat listrik Bangunan pembangkit tenaga listrik termasuk yang menggunakan tenaga air, disel, uapa dan lain-lain.

    Untuk menunjukkan lokasi pembangkit tenaga listrik tanpa menyebutkan jenisnya.

    1.11. Tangki

    - Air

    - Bahan Bakar

    Tempat untuk menampung :

    - Air

    - Bahan Bakar

    Untuk menunjukkan letak tangki, Letak simbol sesuai dengan letak tangki.

    1.12. Kawat listrik tegangan tinggi

    Kawat penghantar arus listrik tegangan tinggi dari sumber pembangkit ke stasiun berikutnya.

    Untuk menunjukkan letak pembangkit tenaga listrik tanpa menyebutkan jenisnya.

  • SNI 19-6726-2002

    13 dari 30

    1.13. Kawat telekom, telegram

    Jalur hubungan dengan suara ataupun dengan sandi

    Untuk menunjukkan jalur telepon dan telegram. Di wilayah kota, sepanjang jalan raya dan jalan kereta api tidak disajikan.

    1.14. Pipa bahan bakar Pipa yang digunakan untuk memindahkan bahan bakar, baik gas ataupun cair, dari satu tempat ke tempat lain lain yang berada di atas permukaan tanah.

    Untuk menunjukkan semua jalur pipa, kecuali yang berada di wilayah kota.

    2. PERHUBUNGAN 2.1. Jalan arteri

    - Satu jalur

    - Dua jalur

    Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

    - Yang tidak mempunyai jalur pemisah.

    - Yang mempunyai jalur pemisah.

    Untuk menunjukkan jalan utama yang menghubungkan kota-kota propinsi atau kota besar dan mengikuti ketentuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (UURI no. 13/1980/jalan) untuk jalan tol digunakan label.

    2.2. Jalan kolektor Jalan yang mempunyai angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

    Untuk menunjukkan jalan yang menhubungkan kota-kota yang cukup penting dan memenuhi ketentuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (UURI no. 13/1980/jalan).

    2.3. Jalan lokal Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

    Untuk menunjukkan jalan yang menghubungkan kota-kota lainnya dan mengikuti ketentuan dari Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum

    2.4. Jalan yang sedang dibangun

    Jalan yang sedang dalam pembuatan.

    Untuk menunjukkan semua jenis jalan yang sedang dibangun. Simbol disesuaikan dengan jenis jalan.

    2.5. Jalan lainnya Jalan yang tidak termasuk 2.1, 2.2, 2.3.

    Untuk menunjukkan jalan gerobak, jalan kuda dan jalan laiinya.

  • SNI 19-6726-2002

    14 dari 30

    2.6. Jalan setapak Jalan yang dipakai khusus untuk pejalan kaki. Biasanya menghubungkan kampung satu dengan lainnya atau di daerah pegunungan.

    Untuk menunjukkan jalan setapak. Jalan setapak dalam daerah pemukiman tidak digambarkan.

    2.7. Tambangan Sarana perhubungan yang melintasi sungai, danau atau selat.

    Untuk menunjukkan semua penyeberangan atau tambangan yang dapat dipakai untuk penyeberangan kendaraan bermotor roda empat.

    2.8. Tonggak kilometer Tonggak yang dipergunakan sebagai tanda jarak dalam kilometer dari suatu tempat ke tempat lainnya dan terletak di tepi jalan.

    Untuk menunjukkan jarak dalam kilometer dengan angkanya.

    2.9. Jembatan Sambungan jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor roda empat atau lebih

    Untuk menunjukkan letak jembatan. Jembatan yang panjangnya lebih dari 100 meter digambarkan melalui skala.

    2.10. Titian Jembatan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat

    2.11. Jalan kereta api rangkap

    Jalan kereta api dua jalur atau lebih

    Untuk menunjukkan semua jalan kereta api yang terdiri dari dua jalur.

    2.12. Jalan kereta api tunggal

    Jalan kereta api satu jalur Untuk menunjukkan semua jalur kereta api yang mempunyai satu jalur. Jalan kereta api yang dapat dilalui oleh kereta listrik ditambah dengan tulisan listrik sejajar dengan jalan kereta api.

    2.13. Stasiun Stasiun kereta api yang dilengkapi dengan fasilitas untuk kegiatan pengangkutan penumpang/barang.

    Untuk menunjukkan semua stasiun kereta api.

  • SNI 19-6726-2002

    15 dari 30

    2.14. Terowongan Bagian permukaan bumi yang ditembus untuk keperluan transportasi.

    Untuk menunjukkan terowongan-terowongan jalan kerta api, jalan raya dan saluran air. Terowongan yang panjangnya lebih dari 500 m digambar menurut skala.

    2.15 Jalan lori Jalan kereta api selain jalan kereta api rangkap dan jalan kereta api tunggal.

    Untuk menunjukkan semua jalan lori.

    2.16 Jalan Layang, talang

    Jalan atau saluran yang melintas di atas jalan lainnya

    Untuk menunjukkan lintasan jalan atau saluran di atas jalan lainnya. Jalan yang dibawahnya digambar terputus.

    2.17. Bandar udara Bandar udara yang mempunyai fasilitas lengkap untuk penerbangan luar negeri dan dalam negeri.

    Untuk menunjukkan semua Bandar udara internasional dan domestik. Diberikan juga nama bandar udara tersebut.

    2.18. Bandar udara perintis

    Bandar udara yang fasilitasnya belum lengkap.

    Untuk menunjukkan semua bandar udara yang tidak lengkap fasilitasnya, ditambah nama bandar udara-nya.

    3. RELIEF DAN TITIK KONTROL

    3.1. Garis kontur Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang ketinggiannya sama.

    Untuk menunjukkan garis kontur yang mempunyai kelipatan 100 m. Garis kontur pertama setelah garis pantai adalah 50 m.

    3.2. Garis kontur indeks Garis kontur yang digambarkan lebih tebal untuk memudahkan membaca ketinggian.

    Untuk menunjukkan garis kontur yang mempunyai kelipatan lima dari garis kontur 100 meter.

    3.3. Garis kontur bantuan

    Garis yang ditambah untuk memperoleh gambaran relief yang baik.

    Untuk menunjukkan garis kontur yang mempunyai kelipatan 50 m (setengah selang garis kontur).

    3.4. Cekungan Sebagian permukaan tanah yang menurun, antara lain disebabkan karena pernah terjadi depresi pada tempat tersebut

    Untuk menunjukkan cekungan dengan dengan menggambarkan semua garis kontur termasuk garis kontur bantuan

  • SNI 19-6726-2002

    16 dari 30

    3.5. Bukit Bukit Untuk menunjukkan suatu permukaan tanah yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya yang belum mencapai ketinggian 25 meter.

    3.6. Titik tinggi Suatu titik di permukaan tanah yang ketinggiannya telah diketahui di atas permukaan air laut rata-rata.

    Untuk menunjukkan titik-titik tinggi yang ditentukan di puncak-puncak gunung, persimpangan jalan dan di tempat-tempat yang dianggap perlu ditambah dengan angka ketinggian yang sesuai.

    3.7. Tebing/batu Suatu lereng yang sangat terjal atau batuan keras dari kerak bumi yang menonjol, biasanya terjadi karena proses alamiah.

    Untuk menunjukkan adanya lereng yang tidak mungkin digambarkan dengan garis kontur atau adanya deposit batuan yang cukup luas.

    3.8. Bukit pasir/kerakal Bukit yang terbentuk dari pasir yang umumnya berbentuk sabit dan menghadap arah angin, biasanya tidak terdapat tumbuh-tumbuhan.

    Untuk menunjukkan bukit-bukit pasir pada padang pasir, tanpa menggambarkan garis kontur.

    Orange full

    3.9. Timbunan Gundukan tanah yang dibuat untuk sarana jalan, saluran dan sebagainya.

    Untuk menunjukkan timbunan yang tingginya lebih dari 2 meter.

    - Diperkeras

    - Tanah

    3.10. Galian Untuk menunjukkan galian yang dalamnya lebih dari 2 meter.

    - Diperkeras

    - Tanah

    3.11. Sumber gas alam Sumber gas yang belum diusahakan dan muncul di permukaan bumi secara alamiah.

    3.12. Sumber air panas Tempat air panas keluar dari dalam tanah.

  • SNI 19-6726-2002

    17 dari 30

    Titik-titik trianggulasi

    Titik di atas tanah yang posisi geografinya ditentukan secara survey geodetis.

    - Primer Titik trianggulasi tingkat I Untuk menunjukkan trianggulasi primer disertai huruf P, nomor dan angka ketinggian.

    - Sekunder Titik trianggulasi tingkat II Untuk menunjukkan trianggulasi sekunder disertai huruf S, nomor dan angka ketinggian.

    3.13.

    - Tersier Titik trianggulasi tingkat III Untuk menunjukkan titik trianggulasi tersier disertai huruf T, nomor dan angka ketinggian.

    3.14. Titik astronomi Titik di atas tanah yang posisi geografinya ditentukan secara pengamatan astronomi.

    Untuk menunjukkan titik astronomi disertai huruf A, nomor dan kadang dengan angka ketinggian.

    3.15 Titik Sipatdatar Titik di atas tanah yang tingginya di atas permukaan laut rata-rata ditentukan secara sipat datar.

    Untuk menunjukkan titik sipatdatar disertai huruf T.T.G. dan nomor (T.T.G. = Titik tinggi Geodesi)

    Titik Doppler Titik di atas tanah yang posisi terhadap pusat massa bumi ditentukan dengan metode pengamatan satelit Doppler.

    - D.O. Titik Doppler untuk kontrol geodesi.

    Untuk menunjukkan titik Doppler disertai huruf D.O. dan nomor.

    3.16.

    - D. Titik Doppler untuk kontrol pemetaan.

    Untuk menunjukkan titik Doppler disertai huruf D. dan nomor.

    4. TUMBUH-TUMBUHAN

    4.1. Sawah Tanaman padi dengan sistim irigasi.

    4.2. Sawah tadah hujan Tanaman padi dengan sistim tadah hujan

  • SNI 19-6726-2002

    18 dari 30

    4.3. Perkebunan Tanah yang diusahakan dengan tanaman perkebunan.

    Untuk menunjukkan daerah perkebunan. Jenis tanaman ditunjukkan dengan tulisan disertai dengan batas yang jelas.

    4.4. Hutan Tanah yang tertutup tanaman hutan.

    Untuk menunjukkan hutan homogen digunakan tulisan jenis hutan.

    4.5. Belukar Tanah yang tertutup tanaman hutan dengan tinggi tanaman kurang dari 10 meter.

    4.6. Ladang/tegalan Tanah kosong atau yang ditanami tetapi tidak tetap/tidak teratur.

    Untuk menunjukkan tegal/ladang, padang rumput dan alang-alang dengan tulisan.

    5. BATAS ADMINISTRASI

    5.1. Batas Negara Batas Negara atau Batas Internasional dengan negara tetangga.

    Jika dua batas administrasi berimpitan, maka batas administrasi yang tingkatannya lebih rendah tidak perlu digambar.

    5.2. Batas Propinsi Batas Propinsi atau Batas Daerah Tingkat I.

    5.3. Batas Kabupaten/Kota

    Batas Kabupaten/Kota atau Batas Daerah Tingkat II.

    5.4. Batas Kecamatan Batas Kecamatan

    6. PERAIRAN

    6.1. Garis pantai Garis yang memperlihatkan pada air pasang rata-rata

    Untuk menunjukkan semua garis pantai.

    6.2 Pantai Bakau Garis yang memperlihatkan pada pantai yang ditumbuhi bakau

    Untuk menunjukkan batas air yang ditumbuhi bakau

    6.3. Batu karang Batu yang selalu tampak di atas permukaan air laut.

    Menunjukkan batu karang terpencar dan mempunyai arti dalam navigasi laut

    1

  • SNI 19-6726-2002

    19 dari 30

    6.4. Terumbu Batu karang yang tampak pada waktu air surut

    Menunjukkan semua terumbu yang terpencar dan mempunyai arti dalam navigasi laut

    6.5. Beting karang Gugusan batu karang dan terumbu

    Untuk menunjukkan gugusan batu karang dan terumbu yang tampak atau tidak tampak dan mempunyai arti dalam navigasi laut

    6.6. Danau Danau.

    6.7. Sungai Sungai yang mengalir

    sepanjang tahun. Untuk menggambarkan sungai. Sungai dengan lebar lebih dari 125 m digambar menurut skala. Sungai dengan lebar kurang dari 125 m digambar dengan garis tunggal.

    6.8. Sungai musiman Sungai yang mengalir hanya pada musim tertentu.

    Untuk menggambarkan sungai.

    Sungai dengan lebar lebih dari 125 meter digambarkan sesuai dengan skala. Sungai dengan lebar kurang dari 125 meter digambar dengan garis tunggal dan putus-putus.

    6.9. Air terjun Perubahan kecepatan air yang tiba-tiba, karena adanya perbedaan tinggi dasar aliran, sehingga air jatuh.

    Untuk menggambar air terjun yang jatuhnya melebihi 10 m.

    6.10 Jeram Perubahan kecepatan aliran yang tiba-tiba tetapi belum mencapai taraf air terjun

    Untuk menggambarkan jeram hanya pada sungai yang mempunyai lebar lebih dari 25 meter.

    6.11 Rawa Genangan air sepanjang tahun dan biasanya ditumbuhi tumbuhan rawa.

    Untuk menunjukkan daerah yang berawa; nama dan tumbuhan yang dominan dapat digunakan tulisan.

  • SNI 19-6726-2002

    20 dari 30

    6.12. Empang/Tambak Tempat untuk peternakan ikan.

    Untuk menunjukkan lokasi empang/tambak dan disajikan sejauh masih dimungkinkan menurut skala peta. Empang/tambak yang mempunyai ukuran kurang dari 100 m x 100 m di medan digambar dengan simbol.

    6.13. Penggaraman Area tempat pembuatan garam dari air laut.

    Untuk menunjukkan lokasi daerah penggaraman dan sejauh masih dimungkinkan menurut skala peta. Daerah penggaraman yang mempunyai ukuran kurang dari 500 m x 500 m di medan digambar dengan simbol.

    6.14 Arah aliran Tanda yang menunjukkan aliran.

    Digambar pada sungai di tempat yang dipandang perlu.

    6.15 Sumber air Tempat air keluar dari tanah secara alami

    6.16. Terusan; kanal; saluran irigasi

    Saluran air buatan. Untuk menunjukkan letak terusan/saluran sampai dengan saluran sekunder. Terusan yang mempunyai nama ditunjukkan dengan tulisan sejajar dengan saluran.

    6.17 Bendung; bendungan

    Konstruksi yang dibuat untuk membendung aliran air.

    Untuk menunjukkan letak bendung/bendungan. Penggambaran simbol sesuai dengan lebar sungai/saluran dan hanya untuk sungai yang digambar dengan dua garis. Gerigi simbol menuju arah aliran.

    6.18 Tempat berlabuh Tempat kapal berlabuh. Untuk menunjukkan lokasi tempat kapal berlabuh. Letak simbol di tengah tempat berlabuh.

  • SNI 19-6726-2002

    21 dari 30

    6.19 Dermaga Konstruksi yang dibuat untuk kapal bersandar

    Untuk menunjukkan letak dermaga, Panjang dan bentuk digambar sesuai skala.

    6.20 Penahan ombak/gelombang

    Konstruksi yang dibuat untuk menahan gelombang/ombak

    Untuk menunjukkan letak penahan ombak/gelombang. Panjang dan bentuk digambar sesuai skala

    6.21 Menara suar Bangunan yang dilengkapi dengan lampu untuk kepentingan navigasi.

    Untuk menunjukkan letak menara. Letak simbol di tengah tempat berlabuh.

    6.22 Pasir Timbunan pasir laut Untuk menunjukkan timbunan pasir yang tampak atau tidak tampak dengan kedalaman nol dan mempunyai arti dalam navigasi laut

    6.23 Kontur laut Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai kedalaman laut sama.

    Untuk menunjukkan garis kontur yang mempunyai kedalaman :

    kelipatan 5 m untuk kedalaman dari 0 sampai 10 m,

    kelipatan 10 m untuk kedalaman dari 10 sampai 100 m,

    kelipatan 20 m untuk kedalaman 100 m sampai 200 m,

    kelipatan 50 m untuk kedalaman 500 m sampai 1000 m

    100 untuk kedalaman lebih dari 1000 m.

    Garis kontur pertama setelah garis pantai adalah 5 m.

    6.24 Daerah larangan berlabuh

    Bukan tempat berlabuh karena alam dan atau merupakan tempat berlabuh kapal-kapal khusus

    Untuk menunjukkan lokasi atau area bukan tempat kapal boleh berlabuh. Letak simbol di tengah tempat berlabuh.

    6.25 Radar Stasiun pemancara radar pantai

    Untuk menunjukkan posisi stasiun radar

  • SNI 19-6726-2002

    22 dari 30

    6.26 Kerangka berbahaya

    Kerangka yang sebagian badan atau bangunan atas nampak di atas muka surutan

    Untuk menunjukkan adanya kerangka tenggelam yang mungkin berbahaya untuk navigasi di permukaan air

    6.27 Kerangka tenggelam

    Kerangka yang sebagian badan atau bangunan atas nampak di atas muka surutan

    Untuk menunjukkan adanya kerangka tenggelam yang tidak berbahaya untuk navigasi di permukaan air

    6.28 Pipa dalam air Pipa dalam air untuk minyak, gas dan lain-lain

    Untuk menunjukkan adanya pipa dalam air yang mungkin berbahay untuk navigasi laut

    6.29 Kabel dalam air Kabel dalam air untuk tenaga listrik, telegraph, telephon dan lain-lain

    Untuk menunjukkan adanya kabel dalam air yang mungkin berbahay untuk navigasi laut

    6.30 Sistim Pemisahan lalulintas

    Garis untuk pengaturan lalulintas kapal untuk alur laut yang sempit

    Untuk menunjukkan adanya pengaturan lalulintas kapal dalam navigasi

    6.31 Batas sektor Sudut batas pandang Menunjukkan kenampakan suar pada sudut tertentu

    6.32 Daerah latihan Batas daerah latihan militer

    Menunjukkan daerah khusus untuk latihan militer yang kemungkinan membahayakan untuk pelayaran

    6.33 Daerah larangan terlarang

    Batas daerah larangan untuk berlayar

    Untuk menunjukkan batas daerah larangan untuk berlayar karena berbahaya untuk navigasi

    6.34 Pelampung runcing, guntung

    Pelampung untuk navigasi pada deerah pelabuhan

    Untuk menunjukkan jalur pelayaran

    6.35 Pelampung pengepil

    Pelampung pada daerah diluar pelabuhan atau kepil

    Menunjukkan daerah kepil

    6.36 Pelampung suar Pelampung untuk

    navigasi pada malam hari di luar pelabuhan

    Untuk menunjukkan jalur masuk pelabuhan

    6.37 Sero Konstruksi dari bambu yang ditancapkan pada perairan dangkal

    Untuk menunjukkan daerah dangkal karena sedimentasi yang kemungkinan berbahaya untuk pelayaran

  • SNI 19-6726-2002

    23 dari 30

    7. NAMA-NAMA

    7.1. Nama unsur perairan: samudera, laut, sungai, teluk, selat, danau dan sejenisnya.

    Time New Roman, Italic Ukuran maksimum 5,0 mm dan minimum 1,5 mm tergantung dari tingkat unsur tersebut.

    SAMUDERA LAUT SELAT DANAU SUNGAI Danau Sungai

    7.2. Nama unsur rupabumi : Pegunungan, gunung, bukit, tanjung, pulau, kepulauan, lembah dan sejenisnya

    Time New Roman, Italic Ukuran maksimum 5,0 mm dan minimum 1,5 mm tergantung dari tingkat unsur tersebut.

    PEGUNUNGAN GUNUNG Gunung Bukit

    7.3.

    Nama-nama tempat pemukiman :

    Ibukota Negara

    Time New Roman, Bold Ukuran 4,0 mm

    JAKARTA

    7.4. Ibukota Propinsi Time New Roman, Bold Ukuran 3,0 mm BANDUNG 7.5 Ibukota Kabupaten/

    Kotamadya Time New Roman, Bold Ukuran 2,5 mm BOGOR

    7.6. Kota Kecamatan/ Time New Roman, Bold Ukuran 2,0 mm (kecamatan)

    CIBINONG

    7.7 Kampung lainnya. Time New Roman, Bold dengan huruf besar dan kecil

    Ukuran 1,5 mm 2,0 mm

    Kemijen / Kemijen

    7.8. Nama daerah administrasi yaitu : - Kabupaten

    Huruf besar tegak Airial, Plain

    Ukuran 2,0 mm BAITURRAHMAN

    7.9. Nama unsur di luar tersebut : 7.1, 7.2, 7.3 dan 7.4.

    Huruf besar tegak Airial, Plain.

    Ukuran maksimum 2,0 mm dan minimum 1,5 mm tergantung dari tingkat unsur tersebut.

    Lapangan Terbang Blang Bintang

    7.10. Nama pelabuhan Airial tegak, dengan huruf besar semua.

    Ukuran 2,0 mm BELAWAN

    7.11. Nama pelabuahan perikanan (TPI)

    Airial tegak, dengan huruf besar dan kecil

    Ukuran 1.5 mm sampai 2,0 mm

    Prigi

  • SNI 19-6726-2002

    24 dari 30

    Lampiran B Warna-warna cetak screen dan stipel

    WARNA SCREEN KETERANGAN SCREEN

    Hitam

    Biru

    Keterangan :

    Warna khusus

    20%

    45O

    Penggunaan :

    Air

    Oranye

    Keterangan :

    Warna khusus

    40%

    45O

    Penggunaan :

    Daerah Pemukiman

    Hijau

    Keterangan :

    Warna khusus

    30%

    45O

    Penggunaan :

    Perkebunan

  • SNI 19-6726-2002

    25 dari 30

    Lampiran C Singkatan dan istilah setempat

    KAMPUNG Bab : Babakan (Jawa Barat) Bc : Bancah (Sumatera Barat)

    Be : Bone (Sulawesi) Bg : Bagan (Sumatera Selatan)

    Bh : Bah Dn : Dusun (Sumatera Selatan)

    Gp : Gampong (Aceh) Ha : Huta (Tapanuli)

    Han : Handulan (Bengkulu) J : Jambo (Aceh)

    Jb : Jambur (Aceh) K : Kota (Jambi)

    Kj : Keujruen (Aceh) Kla : Kelekak (Bangka)

    Kt : Kuta (Aceh) Ku : Kubu (Bali)

    L : Lam (Aceh) Lad : Ladang (Aceh)

    Le : Lewo (Lomblem, Adonara) Lg : Long (Aceh, Kalimantan)

    Lm : Lumban (Sumatera Barat) Lr : Laras

    M : Meunasah (Aceh) Mk : Mukim (Aceh)

    Mst : Meuseugit (Aceh) Nat : Natai (Kalimantan)

    Ne : Negeri, Negara Nga : Nanga (Flores, Kalimantan)

    Ni : Nuai (Timor) Pang : Pangkalan (Riau)

    Pdk : Pondok Pem : Pemaren (Aceh)

    Pn : Peukan (Aceh) Pri : Peraing (Sumba, Sumbawa)

    R : Rantau (Jambi) Rng : Riang (Flores)

    Seun : Seuneubo (Aceh) Sg : Simpang

    T : Talang (Riau) Tal : Talang (Sumatera Selatan)

    Tm : Tumbang (Kalimantan) Tor : Toro (Flores)

    Trt : Terutong (Aceh)

    GUNUNG

    Ad : Adian (Tapanuli) Bl : Bulu (Sulawesi)

    Bn : Buntu (Sulawesi) Br : Bur (Gayo)

    Bt : Bukit Bu : Buku (Halmahera)

    C : Cot (Aceh) D : Doro (Sumbawa, Flores)

    De : Dede (Timor) Dg : Deleng (Tapanuli, Aceh)

    Dk : Dolok (Tapanuli, Aceh) Dl : Delong (Tapanuli, Aceh)

    Dt : Doto (Sumbawa) F : Fude (Buru)

    Fa : Fatu (Timor, Flores) Fh : Foho (Timor, Flores)

    G : Gunung Gg : Gunong (Aceh)

    Gk : Guguk (Jambi) Gl : Gle (Aceh)

  • SNI 19-6726-2002

    26 dari 30

    Gm : Gumuk (Jawa Tengah) Go : Golo (Flores)

    Gr : Geger (Jawa Tengah) Gs : Gosong (Sulawesi)

    H : Hol (Timor) Hh : Huhun (Wetar)

    Hl : Hili (Nias) Ht : Hatu (Seram)

    I : Ili (Flores) Ir : Igir (Jawa)

    Ke : Keli (Flores) Kg : Kong (Kalimantan)

    Kk : Kaku (Buru) L : Lolo (Timor)

    M : Munduk (Bali, Lombok) Mb : Mbotu (Flores)

    Mg : Moncong (Sulawesi) N : Ngga (Irian)

    Nf : Nuaf (Timor) Ng : Ngalau

    Ot : Olet (Sumbawa) Pc : Poco (Flores)

    Pd : Padang (Sumbawa) Peg : Pegunungan

    Pg : Pematang (Sumatera) Pk : Puntuk (Jawa Timur)

    Pld : Palindi (Sumba) Pr : Pasir (Jawa Barat)

    Sm : Sampar (Sumba) Ta : Tangkit

    Tb : Tubu (Timor, Flores) Td : Tandulu (Timor, Sumba)

    Ti : Tinetan, Tintane (Seram) Tn : Tintin (Kalimantan)

    Tr : Tor (Tapanuli) Tt : Tutu (Sulawesi)

    U : Uker (Seram) Uk : Uruk (Sumatera Barat)

    Ul : Ulate (Seram) Ur : Unter (Sumbawa)

    W : Wagir (Jawa Tengah) Wl : Wolo (Flores)

    KALI

    A : Air Ak : Air, Aek (Sumatera Barat) Ake (Halmahera)

    Al : Alue, Alur (Aceh) Ar : Arul, Arosan (Aceh)

    B : Bah (Sumatera Selatan) Bg : Balang (Sulawesi)

    Bng : Brang (Sumbawa) Bi : Binanga (Sulawesi)

    Bt : Batang (Sumatera) Cr : Curah (Jawa Timur)

    Ge : Ger (Irian) H : Handil (Kalimantan Selatan)

    I : Ie (Aceh) Id : Idano (Nias)

    J : Jol (Irian) Je : Jene (Sulawesi)

    Jr : Jar (Pantar) K : Kali

    Ka : Kuala (Aceh, Halmahera) Kd : Kedang (Kalimantan)

    Ko : Kokar (Sumba) Kok : Kokok (Lombok)

    Kr : Krueng (Aceh) L : La, Le (Aceh)

    La : Lawe (Aceh) Lb : Lubuk (Kalimantan)

    Leb : Lebak (Sumatera) Lh : Lahar (Sulawesi)

    Li : Liu (Kalimantan) Lk : Loku (Sumba)

  • SNI 19-6726-2002

    27 dari 30

    Ln : Luan (Aceh) Lo : Lao (Tapanuli)

    Lu : Luku (Sumba) Lw : Lowo (Flores)

    Mo : Mota (Timor) Mt : Meta (Wetar)

    N : Noe (Timor) Na : Nanga (Sumbawa, Flores)

    Ngi : Nguai (Halmahera) Nl : Noil (Timor, Flores)

    Ol : Oil (Flores) Pkg : Pangkung (Bali)

    Png : Pangung (Kalimantan) Ps : Paisu (Halmahera)

    Pt : Parit (Kalimantan) S : Sungue (Aceh)

    S : Sei (Kalimantan Selatan) Se : Sunge (Sumbawa)

    Si : Sungai Sl : Selat (Kalimantan)

    So : Salo (Sulawesi) Su : Suak (Aceh)

    Sv : Sava (Irian, P. Selaru) Ter : Terusan (Sumatera Selatan)

    Th : Tatah (Kalimantan Selatan) Tk : Tukad (Bali)

    Tu : Tulung (Palembang) Tul : Tulung (Sumatera Selatan)

    U : U (Timor) W : Way (Sumatera Selatan, Sulawesi)

    Wa : Wa (Buru) We : Wae (Seram)

    Wh : Weuih (Aceh) Wi : Wai (Lampung, Sumba)

    Wn : Waiyan (Seram) Wo : Wayo (Sulawesi, Sula)

    Wr : Weri (lrian, P. Selaru) Wy : Weye (Irian, P. Selaru)

    Y : Yeh (Bali) Yr : Yer (Irian, P. Babar)

    RAWA

    Ba : Balong Br : Baruh (Kalimantan Selatan)

    Db : Debu (Timor) Kl : Kolam (Timor)

    Lb : Lebak Lr : Lura (Sulawesi)

    P : Paya R : Rawah

    Rw : Rawang (Palembang, Riau) Tlr : Telar (Jawa Barat)

    TELAGA

    Bg : Balang (Sulawesi) Bw : Bawang (Lampung)

    D : Danau Kb : Kobak

    Kn : Kenohan (Kalimantan) L : Lebak (Sumatera Selatan)

    Lp : Lopa (Halmahera) Lt : Laut (Aceh)

    R : Ranau St : Setu, Situ (Jawa Barat)

    T : Telaga Ts : Tasik (Sumatera Barat)

  • SNI 19-6726-2002

    28 dari 30

    Wk : Waduk

    TELUK

    Ao : Ayiko (Halmahera) Jk : Jiko (P. Sula)

    Lab : Labuhan Lg : Lego (Jawa)

    Lhk : Lhok (Aceh) Lng : Lempong

    Loh : Loho (Flores) Sk : Solok

    Tl : Teluk

    TANJUNG

    Ba : Batu Bk : Buku (Timor)

    Nn : Nunu (Wetar) Nu : Ngalu (Flores)

    Td : Tando (Sulawesi) Te : Tongge (Sulawesi)

    Tg : Tanjung, Tanjong Tn : Tubun (P. Tanimbar)

    Tno : Tano (Sumbawa) Tre : Ture (Nias)

    Tt : Tuktuk (Sumatera Utara) Tu : Tutun (Irian, P. Wetar)

    Ug : Ujung Wt : Wutun (Timor, Flores)

    PULAU

    B : Busung Gi : Gili (Lombok, Flores)

    Gn : Gosong (Kalimantan) Kep : Kepulauan

    Mi : Mios Nh : Nuha (Sulawesi, Sumbawa)

    Ns : Nusa, Nus P : Pulau

    Tog : Tokong (Riau) Y : Yef, Yus (Irian)

    KUALA

    Ka : Kuala M : Muara

    KANTOR PEMERINTAHAN

    G : Gubernur W : Walikota

    B : Kabupaten C : Kecamatan

  • SNI 19-6726-2002

    29 dari 30

    LAIN - LAIN

    At : Air Terjun Bp : Balai Pengobatan

    Btm : Bangsal Tembakau Ga : Gua

    Kw : Kawah Pal : Pusat Aliran Listrik

    Pgk : Penggergajian Kayu Pka : Pangkalan Kayu

    Png : Penginapan Rt : Rumah Tinggal/Hampir Runtuh

  • SNI 19-6726-2002

    30 dari 30

    Bibliografi

    - Ketelitian peta mengacu pada PP. 10 tahun 1999 tentang Tingkat ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah

    - SK Kepala BAKOSURTANAL Tentang Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995)

    - Gazetter nama geografis yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL.

    - International Chart Series INT1, Symbols Abbreviations terms used on Chart, IHO

    - IHO Standards for Hydrographic Surveys 4th Edition, April 1998, Special Publication No. 44