SMK NEGERI DI KOTA PALOPO BERPRESTASI TERHADAP …
Transcript of SMK NEGERI DI KOTA PALOPO BERPRESTASI TERHADAP …
PENGARUH SIKAP INOVATIF DAN MOTIF BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI KERJA GURU
SMK NEGERI DI KOTA PALOPO
THE EFFECT OF INNOVATIVE ATTITUDE AND ACHIEVEMENT MOTIVE ON THE TEACHERS OF STATE
VOCATIONAL SCHOOL IN PALOPO TOWN
MEGAWATI TAMRINP1700208006
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN KEUANGAN PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH SIKAP INOVATIF DAN MOTIF BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI KERJA GURU SMK NEGERI
DI KOTA PALOPO
Disusun dan Diajukan Oleh :
MEGAWATI TAMRIN
P1700208006
Telah Memenuhi Syarat Untuk Ujian TutupMakassar, 2010
Menyetujui,Komisi Penasehat
Prof. Dr. H. Djabir Hamzah, MA Dr. Idayanti, SE., M.SiKetua Anggota
Mengetahui,Ketua Program Studi
Manajemen dan Keuangan
Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si
4
PRAKATA
Segala puji yukur penulis panjatkan kepada Allah SW atas
limpahan berkah dan karunia-Nya yang tiada pernah berkesudahan,
sehingga dalam penyusunan tesis ini dapat selesai, yang disusun sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi
Manajemen dan Keuangan Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin Makassar.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mengalami hambatan.
Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan tersebut
dapat diatasi. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini dengan hati
yang tulus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Kedua orang tuaku yang tercinta Thamrin dan Fatmawati yang tidak
pernah henti-hentinya memberikan dorongan dan doanya dan kepada
saudara-saudaraku atas doa, bantuan dan kasih sayang yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT membalasnya dengan
ganjaran surgaNya untuk segala yang telah engkau berikan kepada
ananda.
2. Prof. Dr. H. Djabir Hamzah, MA, selaku ketua komisi penasehat dan
Dr. Idayanti, SE., M.Si, selaku anggota komisi penasehat yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta saran-
saran dalam penyelesaian tesis ini.
3. Suamiku yang tersayang Yusuf Susanto yang telah memberikan
dukungan, semangat dan doa restunya.
4. Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Palopo yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Universitas
Hasanuddin Makassar.
5
5. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Palopo, SMK Negeri 2 Palopo, SMK
Negeri 3 Palopo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian, serta staff dan guru-guru yang telah memberikan
data-data yang dibutuhkan oleh penulis.
6. Seluruh staff pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi
Manajemen dan Keuangan Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan
membantu kelancaran studi penulis.
7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008 khususnya kelas B-MAK
PPS UNHAS, yang telah memberikan dukungan dan masukan serta
menjadi teman berbagi keceriaan selama masa perkuliahan, yang tidak
terlupakan khususnya Herman “My bodyguard“, Beni “Bentor”, kak Ari,
Andre, Amad, Ade, Fitri, Marni’s, kak Adin, Alim, kak Akmal, pak
Kamal, James “kakak n adek”, kak Irma, kak Wanti, ibu Andi, kak
Syamsiah, Asma, Cici, Sumarni, serta teman-teman kelas A.
8. Seluruh sahabat-sahabat penulis atas semua bantuan-bantuan kepada
penulis selama penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih banyak
kekurangan-kekurangannya dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
tercapainya kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Semiga
Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua kebaikan yang
telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini.
Makassar, Agustus 2010
Penulis
ABSTRAK
Megawati Tamrin. Pengaruh Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi Terhadap Prestasi Kerja Guru SMK Negeri di Kota Palopo. (Dibimbing oleh Djabir Hamzah dan Idayanti).
Penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri di Kota Palopo bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap inovatif dan motif berprestasi terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di Kota Palopo.
Jenis penelitian ini adalah explanatory yaitu menentukan jenis informasi yang dibutuhkan terhadap pengaruh variabel sikap inovatif dan motif berprestasi terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di Kota Palopo. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang mana variabel bebas adalah sikap inovatif dan motif berprestasi, sedangkan variabel terikat adalah prestasi kerja guru.
Penelitian ini melibatkan 70 responden dari populasi yang berjumlah 266 orang guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), yang tersebar pada 3 SMK di Kota Palopo. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik stratified proporsional random sampling. Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data adalah kuesioner. Pengujian analisis data menggunakan bantuan software SPSS 17.0.
Hasil analisis data dari sikap inovatif dan motif berprestasi terhadap prestasi kerja guru, secara simultan maupun secara parsial menunjukkan hasil yang signifikan, dan diketahui bahwa motif berprestasi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap prestasi kerja guru.
Kata Kunci: Sikap Inovatif, Motif Berprestasi, Prestasi Kerja Guru
ABSTRACT
Megawati Tamrin. The Effect of Innovating Attitude and Accomplishing Motive Toward Palopo’s State Vocational High School Teacher’s Job
Accomplishment. (Supervised by Djabir Hamzah and Idayanti)
This research is to vocational High School of Palopo city, the purpose for known is effect of innovating attitude and accomplishing motive on job accomplishment of Palopo’s vocational high school teachers.
It is an explanatory research used as determine information needed to analyze the effect of innovating attitude and accomplishing motive toward palopo’s state vocational high school teacher’s job accomplishment. The analysis of research done with descriptive, which the variable is independent variable are innovation attitude and accomplishing motive, dependent variable is teacher’s job accomplishment.
The research involved 70 respondents out of 266 personel teacher in the population with civil servant statue, in three 3 of SMK Palopo’s city. They were selected by stratified proporsional random sampling. The Instrument wich is used for questionaires. Testing of analysis by software help SPSS 17.0
The results of date analysis from innovating attitude and accomplishing motive toward teacher job accomplishment by simultenously eventhough by parcial show the result significantly, and as known is accomplishing motive toward have dominant stimulate teacher job accomplishment.
Key Word: Innovating Attitude, Accomplishing Motive, Teacher’s Job Accomplishment.
ABSTRACT
Megawati Tamrin. The Effect of Innovating Attitude and Accomplishing Motive Toward Palopo’s State Vocational High School Teacher’s Job
Accomplishment. (Supervised by Djabir Hamzah and Idayanti)
This research is to vocational High School of Palopo city, the purpose for known is effect of innovating attitude and accomplishing motive on job accomplishment of Palopo’s vocational high school teachers.
It is an explanatory research used as determine information needed to analyze the effect of innovating attitude and accomplishing motive toward palopo’s state vocational high school teacher’s job accomplishment. The analysis of research done with descriptive, which the variable is independent variable are innovation attitude and accomplishing motive, dependent variable is teacher’s job accomplishment.
The research involved 70 respondents out of 266 personel teacher in the population with civil servant statue, in three 3 of SMK Palopo’s city. They were selected by stratified proporsional random sampling. The Instrument wich is used for questionaires. Testing of analysis by software help SPSS 17.0
The results of date analysis from innovating attitude and accomplishing motive toward teacher job accomplishment by simultenously eventhough by parcial show the result significantly, and as known is accomplishing motive toward have dominant stimulate teacher job accomplishment.
Key Word: Innovating Attitude, Accomplishing Motive, Teacher’s Job Accomplishment.
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN TESIS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PRAKATA iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
D. Kegunaan Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu 10
B. Landasan Teori 15
1. Sikap 15
2. Motif 31
9
3. Prestasi Kerja Guru 36
C. Kerangka Pemikiran 41
D. Hipotesis Penelitian 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 44
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 45
C. Populasi dan Sampel Penelitian 45
D. Instrument Penelitian (Alat Pengumpulan Data) 52
E. Teknik Pengumpulan Data 52
F. Defenisi Operasional Variabel 53
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 56
H. Metode Analisis Data 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 60
B. Pembahasan 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 80
B. Saran 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1 Sintesa Variabel Yang Di Teliti 15
3.1 Distribusi Populasi Setiap Sekolah 45
3.2 Populasi Berdasarkan Golongan Kepangkatan 46
3.3 Populasi Berdasarkan Pendidikan 46
3.4 Populasi Berdasarkan Masa Kerja 47
3.5 Hasil Perhitungan Sampel 50
3.6 Jumlah Sampel Setiap Strata 51
3.7 Jumlah Sampel Setiap Unit SMK Negeri Kota Palopo 52
3.8 Variabel Penelitian 56
4.1 Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Kelompok Umur 61
4.2 Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 62
4.3 Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 62
4.4 Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Masa Kerja 63
4.5 Distribusi Persentasi Responden BerdasarkanGolongan Kepangkatan 64
4.6 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Sikap Inovatif,Motif Berprestasi dan Prestasi Kerja Guru 65
4.7 Uji Validitas Variabel Sikap Inovatif (X1), Motif Berprestasi (X2) dan Prestasi Kerja Guru (Y) 67
4.8 Uji Reliabilitas Variabel Sikap Inovatif (X1), Motif Berprestasi (X2) dan Prestasi Kerja Guru (Y) 68
4.9 Hasil Uji Koefisien Tolerance - VIF 70
4.10 Koefisien Regresi Berganda 72
4.11 Analisi Ragam (Analisis of Varians) 73
4.12 Pengaruh Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi Terhadap Prestasi Kerja Guru 74
4.13 Uji Koefisien Determinasi (R2) - Model Summary 75
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 43
4.1 Dependent Variabel Prestasi Kerja Guru (Y) 69
4.2 Diagram Pencar 71
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pemetaan Penelitian Terdahulu 85
2. Kuesioner Penelitian 89
3. Hasil Perhitungan SPSS 17.0 92
85
Lampiran 1. Pemetaan Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Peneliti Thn Variabel Independen
Variabel Dependen
Metode Analisis Indikator Hasil
1. Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen Politeknik Negeri Jakarta
Sri Wahyono
2001 Budaya Organisasi (X1) dan Motivasi Berprestasi (X2)
Kinerja Dosen (Y)
Regresi berganda dengan teknik korelasi persamaan Multiple Regression
Masa kerja, Pendidikan, Pangkat, Kegiatan Seminar
Variabel budaya organisasi mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap kinerja dosen yang tingkat signifikannya adalah (r=0,0220, p<0,05) dan koefisien determinasi sebesar 0.048. Ini berarti bahwa budaya organisasi mempunyai korelasi yang positif dan signifikan terhadap kinerja dosen walaupun relatif kecil.
2. Hubungan antara Komunikasi Antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta
Alice Tjandralila Rahardja
2002 Komunikasi Antar Pribadi Guru (X1), Motivasi Kerja Guru (X2)
Kinerja Guru (Y)
Regresi linier sederhana dan Berganda
Komunikasi antar pribadi guru, motivasi kerja guru, kinerja guru
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi ganda sebesar 0,533, sedangkan koefisien determinasinya sebesar 0,285 yang berarti kontribusi variabel komunikasi antar pribadi guru dan variabel motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap variabel kinerja guru SMUK BPK PENABUR Jakarta sebesar 28,5%. Hasil temuannya terdapat hubungan positif antara komunikasi antar pribadi guru dan motivasi
86
kerja guru secara bersama-sama dengan kinerja guru.
3. Budaya Kerja dan Sikap Inovatif sebagai Faktor Pendukung Kinerja Para Pustakawanan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Padang
Irawati A. Kahar
2003 Budaya Kerja (X1) dan Sikap Inovatif (X2)
Kinerja Pustakawan (Y)
Regresi Linier Berganda, Teknik Stratified Proportional Random Sampling
Budaya kerja dan Sikap inovatif
1). Terdapat sumbangan yang memadai (23,13%) dari budaya kerja terhadap kinerja pustakawanan, 2). Terdapat sumbangan yang memadai (25,41%) dari sikap inovatif terhadap kinerja pustakawan, dan 3). Terdapat sumbangan (48,40%) yang cukup baik dari budaya kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama terhadap kinerja pustakawanan.
4. Hubungan Antara Kepemimpinan Situasional dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru
Retno 2003 Kepemimpinan Situasional (X1) dan Motivasi Berprestasi (X2)
Kinerja Guru (Y)
Regresi berganda dengan teknik Ordinary Least Square (OLS)
Kepemimpinan Situasional Kepala sekolah dan motivasi berprestasi
Hubungan antara kepemimpinan situasional (X1) dan motivasi berprestasi (X2) dengan kinerja guru (Y) sangat signifikan. Hubungan antara motivasi berprestasi (X2) dengan kinerja guru (Y) sebesar 0,810, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara motivasi berprestasi (X2) dengan kinerja guru (Y) sangat signifikan. Sedangkan hubungan antara kepemimpinan situasional (X1) dan motivasi berpresatsi (X2) secara bersama-sama dengan kinerja guru (Y)
87
sebesar 0,892 ini berarti hubungan antara kepemimpinan situasional (X1) dan motivasi berprestasi (X2) secara bersama-sama dengan kinerja guru (Y) sangat signifikan.
5. Pengaruh Motivasi Berprestasi, pengetahuan Pengelolaan Informasi, Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja Terhadap Daya Bersaing Kepala Sekolah Dasar di Kota malang, Jawa Timur
Sabar Budi
Raharjo
2004 Motivasi Berprestasi (X1), Pengetahuan Pengelolaan Informasi (X2), Gaya Kepemimpinan (X3) dan Etos Kerja (X4), Daya Bersaing Kepala Sekolah (X5).
- statistik inferensial yaitu metode statistik analisis jalur (Path Analysis) dengan menggunakan program Lisrel Versi 8
Motivasi berprestasi, Gaya Kepemimpinan, Etos kerja dan daya bersaing.
1). Motivasi berprestasi berpengaruh langsung secara signifikan terhadap Gaya Kepemimpinan, 2). Motivasi berprestasi berpengaruh langsung secara signifikan terhadap etos kerja,3). Motivasi berprestasi berpengaruh langsung dan tidak langsung secara signifikan terhadap daya bersaing kepala sekolah, 4). Pengetahuan pengelolaan informasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap gaya kepemimpinan. 5). Pengetahuan pengelolaan informasi berpengaruh secara signifikan tehadap etos kerja, 6). Pengetahuan pengelolaan informasi berpengaruh langsung
88
secara signifikan tehadap daya bersaing kepala sekolah, 7). Gaya kepemimpinan berpengaruh langsung secara signifikan tehadap daya bersaing kepala sekolah, 8). Etos kerja berpengaruh langsung secara signifikan tehadap daya bersaing kepala sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa daya bersaing kepala sekolah dipengaruhi oleh empat variabel motivasi berprestasi, pengetahuan pengelolaan informasi, gaya kepemimpinan, dan etos kerja.
6. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Kota Sibolga
Jeriko Siahaan
2008 Kepemimpinan transformasional (X1) dan Disiplin kerja (X2)
Prestasi kerja (Y)
Regresi korelasi ganda dan Parsial dengan teknik Statistical Package for the Social Science (SPSS 16.0)
Kharisma, Pertimbangan Individual, Stimuli Intelektual, Kemampuan, Motivasi, dan Disiplin
bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh pengaruh kepemimpinan transformasional dan disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai dinas pendidikan kota Sibolga dengan sumbangan determinasi sebesar 46,3%.
92
Lampiran 3. Hasil Perhitungan SPSS 17.0
Regression
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Motif Berprestasi,
Sikap Inovatifa. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .760a .578 .516 2.236
a. Predictors: (Constant), Motif Berprestasi, Sikap Inovatif
b. Dependent Variable: Prestasi Kerja Guru
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 169.447 2 84.724 16.950 .000a
Residual 334.896 67 4.998
Total 504.343 69
a. Predictors: (Constant), Motif Berprestasi, Sikap Inovatif
b. Dependent Variable: Prestasi Kerja Guru
93
Coefficientsa
Variabel
Coefficients Regression
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.503 2.891 3.632 .001
Sikap Inovatif .442 .113 .371 3.680 .000
Motif Berprestasi .483 .131 .393 3.906 .000
a. Dependent Variable: Prestasi Kerja Guru
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.739a
a. Predictors: (Constant), Motif Berprestasi, Sikap Inovatif
b. Dependent Variable: Prestasi Kerja Guru
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Sikap Inovatif .977 1.023
Motif Berprestasi .977 1.023
a. Dependent Variable: Prestasi Kerja Guru
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) Sikap Inovatif Motif Berprestasi
1 1 2.982 1.000 .00 .00 .00
2 .013 15.352 .00 .48 .67
3 .006 22.933 1.00 .52 .33
a. Dependent Variable: Prestasi Kerja Guru
94
Charts
95
Descriptives Sikap InovatifDescriptive Statistics
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Keunggulan relatif 70 2.00 4.00 3.5000 .58359
Kompatibilitas 70 3.00 4.00 3.5000 .50361
Kerumitan 70 2.00 5.00 3.3143 .82608
Kemampuan diujicobakan 70 3.00 5.00 3.5429 .55653
Kemampuan untuk diamati 70 3.00 5.00 3.5571 .52848
Valid N (listwise) 70
Descriptives Motif BerprestasiDescriptive Statistics
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kebutuhan fisiologis 70 3.00 5.00 3.8143 .57213
Kebutuhan keselamatan & keamanan 70 2.00 5.00 3.8429 .73496
Kebutuhan kebersamaan & kasih sayang 70 2.00 5.00 3.7571 .75057
Kebutuhan penghargaan 70 3.00 5.00 3.7429 .60638
Kebutuhan aktualisasi diri 70 2.00 5.00 3.6714 .60724
Valid N (listwise) 70
Descriptives Prestasi Kerja GuruDescriptive Statistics
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kesetiaan 70 3.00 4.00 3.5571 .50031
Prestasi kerja 70 2.00 4.00 3.3857 .64365
Tanggungjawab 70 2.00 4.00 3.3429 .56172
Ketaatan 70 2.00 5.00 3.4429 .67321
Kejujuran 70 2.00 4.00 3.3857 .54621
Kerjasama 70 2.00 4.00 3.4429 .52848
Prakarsa 70 2.00 4.00 3.3429 .50750
Kepemimpinan 70 2.00 5.00 3.3286 .75607
Valid N (listwise) 70
96
Frequencies Sikap Inovatif 1
Statistics
VAR00001
N Valid 70
Missing 0
VAR00001
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 3 4.3 4.3 4.3
3.00 29 41.4 41.4 45.7
4.00 38 54.3 54.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Sikap Inovatif 2
Statistics
VAR00002
N Valid 70
Missing 0
VAR00002
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3.00 35 50.0 50.0 50.0
4.00 35 50.0 50.0 100.0
Total 70 100.0 100.0
97
Frequencies Sikap Inovatif 3
Statistics
VAR00003
N Valid 70
Missing 0
VAR00003
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 15 21.4 21.4 21.4
3.00 19 27.1 27.1 48.6
4.00 35 50.0 50.0 98.6
5.00 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Sikap Inovatif 4
Statistics
VAR00004
N Valid 70
Missing 0
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3.00 34 48.6 48.6 48.6
4.00 34 48.6 48.6 97.1
5.00 2 2.9 2.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
98
Frequencies Sikap Inovatif 5
Statistics
VAR00005
N Valid 70
Missing 0
VAR00005
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3.00 32 45.7 45.7 45.7
4.00 37 52.9 52.9 98.6
5.00 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Motif Berprestasi 1
Statistics
VAR00001
N Valid 70
Missing 0
VAR00001
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3.00 19 27.1 27.1 27.1
4.00 45 64.3 64.3 91.4
5.00 6 8.6 8.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
99
Frequencies Motif Berprestasi 2
Statistics
VAR00002
N Valid 70
Missing 0
VAR00002
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 3 4.3 4.3 4.3
3.00 16 22.9 22.9 27.1
4.00 40 57.1 57.1 84.3
5.00 11 15.7 15.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Motif Berprestasi 3
Statistics
VAR00003
N Valid 70
Missing 0
VAR00003
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 4 5.7 5.7 5.7
3.00 18 25.7 25.7 31.4
4.00 39 55.7 55.7 87.1
5.00 9 12.9 12.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
100
Frequencies Motif Berprestasi 4
Statistics
VAR00004
N Valid 70
Missing 0
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3.00 24 34.3 34.3 34.3
4.00 40 57.1 57.1 91.4
5.00 6 8.6 8.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Motif Berprestasi 5
Statistics
VAR00005
N Valid 70
Missing 0
VAR00005
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 1 1.4 1.4 1.4
3.00 25 35.7 35.7 37.1
4.00 40 57.1 57.1 94.3
5.00 4 5.7 5.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
101
Frequencies Prestasi Kerja 1
Statistics
VAR00001
N Valid 70
Missing 0
VAR00001
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3.00 31 44.3 44.3 44.3
4.00 39 55.7 55.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Prestasi Kerja 2
Statistics
VAR00002
N Valid 70
Missing 0
VAR00002
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 6 8.6 8.6 8.6
3.00 31 44.3 44.3 52.9
4.00 33 47.1 47.1 100.0
Total 70 100.0 100.0
102
Frequencies Prestasi Kerja 3
Statistics
VAR00003
N Valid 70
Missing 0
VAR00003
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 3 4.3 4.3 4.3
3.00 40 57.1 57.1 61.4
4.00 27 38.6 38.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Prestasi Kerja 4
Statistics
VAR00004
N Valid 70
Missing 0
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 7.1 7.1 7.1
3.00 31 44.3 44.3 51.4
4.00 32 45.7 45.7 97.1
5.00 2 2.9 2.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
103
Frequencies Prestasi Kerja 5
Statistics
VAR00005
N Valid 70
Missing 0
VAR00005
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 2 2.9 2.9 2.9
3.00 39 55.7 55.7 58.6
4.00 29 41.4 41.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Prestasi Kerja 6
Statistics
VAR00006
N Valid 70
Missing 0
VAR00006
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 1 1.4 1.4 1.4
3.00 37 52.9 52.9 54.3
4.00 32 45.7 45.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
104
Frequencies Prestasi Kerja 7
Statistics
VAR00007
N Valid 70
Missing 0
VAR00007
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 1 1.4 1.4 1.4
3.00 44 62.9 62.9 64.3
4.00 25 35.7 35.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
Frequencies Prestasi Kerja 8
Statistics
VAR00008
N Valid 70
Missing 0
VAR00008
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 8 11.4 11.4 11.4
3.00 35 50.0 50.0 61.4
4.00 23 32.9 32.9 94.3
5.00 4 5.7 5.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
105
Reliability Sikap Inovatif
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 100.0
Excludeda 0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.708 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Item1 3.50 .584 70
Item2 3.50 .504 70
Item3 3.31 .826 70
Item4 3.54 .557 70
Item5 3.56 .528 70
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Item1 13.91 3.181 .476 .694
Item2 13.91 3.210 .466 .664
Item3 14.10 2.149 .608 .599
Item4 13.87 3.099 .457 .664
Item5 13.86 3.139 .473 .659
106
Reliability Motif Berprestasi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 100.0
Excludeda 0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.783 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Item1 3.81 .572 70
Item2 3.84 .735 70
Item3 3.76 .751 70
Item4 3.74 .606 70
Item5 3.67 .607 70
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Item1 15.01 4.246 .519 .756
Item2 14.99 3.695 .552 .746
Item3 15.07 3.430 .649 .710
Item4 15.09 4.166 .510 .757
Item5 15.16 4.018 .579 .737
107
Reliability Prestasi KerjaScale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 100.0
Excludeda 0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.709 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Item1 3.56 .500 70
Item2 3.39 .644 70
Item3 3.34 .562 70
Item4 3.44 .673 70
Item5 3.39 .546 70
Item6 3.44 .528 70
Item7 3.37 .516 70
Item8 3.33 .756 70
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Item1 23.70 5.720 .638 .637
Item2 23.87 5.708 .447 .669
Item3 23.91 6.108 .438 .683
Item4 23.81 6.153 .467 .713
Item5 23.87 6.085 .414 .678
Item6 23.81 5.922 .504 .660
Item7 23.89 6.566 .452 .708
Item8 23.93 5.575 .437 .690
89
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
I. Pengantar
Dengan hormat, dalam rangka penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi Terhadap Prestasi Kerja Guru SMK Negeri Di Kota Palopo”. Maka saya memohon dengan hormat kepada bapak/ibu untuk menjawab beberapa pertanyaan angket yang telah disediakan.
Agar penelitian ini berjalan dengan baik dan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang manajemen sumber daya manusia, diharapkan kiranya bapak/ibu dapat mengisi kuesioner ini dengan terbuka dan sebenarnya. Jawaban yang bapak/ibu berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak berpengaruh negatif terhadap karir dan pekerjaan bapak/ibu.
Demikian disampaikan atas perhatian dan partisipasinya diucapkan banyak terima kasih.
II. Identitas Responden
Nama : …………………………………………
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan terakhir :
Masa Kerja :
Golongan/Pangkat :
III.Petunjuk Pengisian Kuesioner untuk Sikap Inovatif
1. Bacalah terlebih dahulu pernyataan-pernyataan dengan seksama kemudian pilihlah salah satu pilihan yang tepat menurut pendapat bapak/ibu dengan sejujurnya dan sebenarnya.
2. Jawablah dengan membubuhkan tanda silang pada pilihan bapak/ibu
3..
1. < 30 tahun
39 – 44 tahun
31 – 38 tahun2
45 – 50 tahun4
> 50 tahun5
1.. 5 tahun > 5 tahun2
No. Responden
1. Laki-laki Perempuan2
1. S1 S22
III. a. b. c. d. IV. a. b. c. d. e.
90
Daftar Pernyataan dan Pilihan Jawaban Kuesioner Untuk Sikap Inovatif guru SMK Negeri Di Kota Palopo.
No Pernyataan SS S KS TS STS1. Saya sependapat bahwa keunggulan
relatif bisa memberikan suatu perubahanSS S KS TS STS
2. Saya sependapat dengan adanya konsistensi dalam inovasi
SS S KS TS STS
3. Saya sependapat kerumitan derajad inovasi sebagai suatu yang sulit untuk di pahami dan digunakan
SS S KS TS STS
4. Saya sependapat kemampuan suatu inovasi dapat di ujicoba dalam batas tertentu
SS S KS TS STS
5. Saya sependapat kemampuan suatu inovasi dapat dilihat orang lain semakin mudah inovasi itu di terima
SS S KS TS STS
Keterangan:SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju S = Setuju STS = Sangat Tidak SetujuKS = Kurang Setuju
IV. Petunjuk Pengisian Kuesioner Untuk Motif Berprestasi
1. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan dengan seksama kemudian pilihlah salah satu pilihan yang tepat menurut pendapat bapak/ibu dengan sejujurnya dan sebenarnya.
2. Jawablah dengan membubuhkan tanda silang pada pilihan bapak/ibu
Daftar Pertanyaan dan Pilihan Jawaban Kuesioner Untuk Motif Berprestasi Guru SMK Negeri Di Kota Palopo
No Pernyataan SS S KS TS STS1. Saya sependapat pemenuhan
kebutuhan fisiologis guru mampu meningkatkan motif berprestasi
SS S KS TS STS
2. Saya sependapat kebutuhan akan keselamatan dan keamanan dalam bekerja bagi guru mampu meningkatkan motif berprestasi
SS S KS TS STS
3. Saya sependapat kebutuhan akan kebersamaan dan kasih sayang guru dalam organisasi mampu meningkatkan motif berprestasi
SS S KS TS STS
4. Saya sependapat kebutuhan akan penghargaan bagi guru mampu meningkatkan motif berprestasi
SS S KS TS STS
5. Saya sependapat kebutuhan akan aktualisasi diri seorang guru mampu meningkatkan motif berprestasi
SS S KS TS STS
91
Keterangan:SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju S = Setuju STS = Sangat Tidak SetujuKS = Kurang Setuju
V. Petunjuk Pengisian Kuesioner Untuk Prestasi Kerja1. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan dengan seksama kemudian
pilihlah salah satu pilihan yang tepat menurut pendapat bapak/ibu dengan sejujurnya dan sebenarnya.
2. Jawablah dengan membubuhkan tanda silang pada pilihan bapak/ibu.
Daftar Pertanyaan dan Pilihan Jawaban Kuesioner Untuk Prestasi Kerja Guru SMK Negeri Di Kota Palopo
No Pernyataan SS S KS TS STS1. Guru tetap setia mendampingi murid-
murid yang mengalami kesulitan dalam belajar.
SS S KS TS STS
2. Guru yang professional dapat menunjukkan kemampuan dalam mengajar.
SS S KS TS STS
3. Guru harus mampu melihat sejauh mana ia mampu mendidik dan membimbing murid-muridnya dan selalu bersedia menjadi seseorang yang dapat diandalkan.
SS S KS TS STS
4. Guru harus memiliki ketelitian, kerapian dalam melaksanakan tugas dan prosedur kerja serta disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan.
SS S KS TS STS
5. Dalam proses belajar mengajar guru harus menunjukkan kejujuran
SS S KS TS STS
6. Guru harus mampu bekerjasama baik dengan murid-muridnya, rekan kerja bahkan orangtua murid sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
SS S KS TS STS
7. Guru harus mempunyai ide dan berani mengemukakannya serta mampu melihat hal apa yang bisa membuat murid-murid mempunyai semangat belajar.
SS S KS TS STS
8. Guru adalah panutan dan guru disebut orang tua kedua, oleh karena itu guru hendaknya memberikan contoh yang baik bagi murid-muridnya.
SS S KS TS STS
Keterangan:SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju S = Setuju STS = Sangat Tidak SetujuKS = Kurang Setuju
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi masyarakat Indonesia akan banyak menghadapi
perubahan yang mengandung peluang dan kendala (tantangan), sebagai
akibat perkembangan IPTEK. Konsekuensi memasuki era global dimana
dibutuhkan keterbukaan manajemen, Informasi bergeser ke teknologi
virtual, ekonomi global dan pasar bebas. Di sisi lain masih dirasakan
rendahnya penguasaan keterampilan dan penguasaan bahasa asing
semakin memperburuk produktifitas tenaga kerja kita.
Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU N0. 2 tahun 1989 pasal 4
menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional tersebut harus memperhatikan
komponen pendidikan khususnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan
sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru
merupakan ujung tombak yang melakukan proses pembelajaran di
sekolah, maka mutu dan jumlah guru perlu ditingkatkan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang
(Alice T. Rahardja, 2002).
2
Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang
mempunyai peran sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan
pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta
didik, untuk memberikan bimbingan yang akan menghasilkan tamatan
yang diharapkan. Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi
perencana, pelaku dan penentu tercapainya tujuan organisasi (Retno,
2003).
Peranan guru bersifat multidimensional karena peran guru
beranekaragam, yaitu guru sebagai pendidik atau orang tua, pengajar,
pemimpin atau manajer, produsen atau pelayan, pembimbing atau
fasilitator, motivator atau stimulator, peneliti atau narasumber. Guru
menempati posisi penting dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga-
tenaga pembangunan nasional ke depan serta menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas dan dapat membawa negara kepada kemajuan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen, serta Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan persyaratan
memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S-1) atau Diploma IV yang
relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sebagai
agen pembelajaran, guru harus memiliki kompetensi paedagogik,
3
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial
yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik, (Effendi Sanusi, 2009).
Profesionalisme merupakan sebuah kata yang tidak dihindari di era
globalisasi. Dunia pendidikan dituntut agar dapat mendorong dan
mengupayakan peningkatan kemampuan dasar untuk menjadi individu
unggul dan memiliki daya saing yang kuat secara cepat. Guru yang
profesional harus mampu melakukan terobosan dan perubahan, terutama
perubahan paradigma belajar dan mengajar. Sudah saatnya guru tidak
menempatkan anak didik sebagai objek pembelajaran, tetapi harus
mengaktifkan mereka untuk berperan dan menjadi bagian dari proses
pembelajaran. Guru tidak lagi memosisikan diri lebih tinggi daripada anak
didik atau sebagai tokoh sentral, tetapi berperan sebagai fasilitator atau
konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam hal ini, guru dituntut
untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, kreatif, dan
inovatif secara dinamis dan demokratis, (Effendi Sanusi, 2009).
Rendahnya kualitas guru kita dapat dilihat dari hasil penelitian secara
nasional yang dilakukan oleh Balitbang Depdiknas pada tahun 2001. Hasil
penelitian itu menunjukkan bahwa hanya 42,4 % guru sekolah dasar
negeri yang layak mengajar (memenuhi persyaratan akademis). Guru
swasta justru lebih parah. Yang layak hanya 39,4 %. Ini baru guru SD,
belum di jenjang yang lebih tinggi. Guru Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) tingkat ketersediaannya ternyata hanya 30 %.
4
Artinya, 70 % pengajar matematika dan IPA adalah guru yang berlatar
belakang pendidikan lain (Effendi Sanusi, 2009).
Sa’ud (dalam Effendi Sanusi, 2009) mengatakan Inovasi pendidikan
adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal yang
ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan
kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Dengan
kata lain, inovasi pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan
dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dalam bidang
pendidikan.
Menurut Scoott Berkun dalam bukunya, The Myth of Innovation,
(dalam Umar Hapsoro, 2009) mengemukakan bahwa inovasi bukan hanya
terdiri dari sekedar lontaran gagasan-gagasan atau ide-ide yang hebat
saja, dibalik itu seyogyanya diperlukan kepercayaan yang kuat atas
gagasan atau ide tersebut, bahwa ide itu bisa dilakukan atau
dikerjakan, dan selain itu juga dibutuhkan kerja keras, fokus yang tajam
pada hasil akhir, dan tetap gigih ketika menghadapi hambatan-hambatan
merealisasikannya. Istilah inovasi memang sering didefinisikan secara
berbeda-beda, walaupun pada umumnya memiliki pemaknaan yang
serupa, yakni sebagai suatu proses dan hasil pengembangan atau
pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk
keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau
memperbaiki produk (barang dan jasa), proses serta sistem yang baru,
5
yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan terutama
ekonomi dan sosial, (Umar Hapsoro, 2009).
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) dapat diartikan
sebagai pencapaian hasil kerja sesuai dengan aturan dan standar yang
berlaku pada masing-masing organisasi dalam hal ini sekolah. Tugas guru
yang rutin dalam kegiatan belajar mengajar menunjukkan fenomena
bahwa guru mengajar hanya sebuah rutinitas belaka tanpa adanya inovasi
pengembangan lebih lanjut, bahkan adanya beberapa konsep metode
belajar mengajar yang baru seperti quantum teaching atau belajar aktif
kurang begitu menarik bagi mereka. Prinsip yang penting kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan job dan jam yang telah ia penuhi sudah cukup
bagi mereka (Retno, 2003).
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja guru.
Oleh karena itu, perlu diketahui lebih lanjut faktor apa saja yang dapat
meningkatkan prestasi kerja guru, sehingga proses pencapaian tujuan
pendidikan dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.
Berkaitan dengan prestasi kerja guru dengan pembinaan kepala
sekolah yaitu dengan melaksanakan observasi kelas, memonitoring,
mengevaluasi kinerja guru belum dilaksanakan kepala sekolah secara
baik dan benar. Kepala sekolah dengan beban kerja yang cukup banyak
sering melupakan tugas pokoknya sebagai supervisor dan motivator
terhadap guru.
6
Motif berprestasi setiap orang berubah-ubah mengalami peningkatan
ataupun penurunan. Perubahan terjadi akibat proses interaksi dan
komunikasi secara intens dengan lingkungan. Motif berprestasi juga
merupakan hasil belajar individu yang diperoleh melalui pengalaman
emosional terutama berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan sesuatu
secara sempurna.
Berbagai pendapat di atas mengisyaratkan bahwa motivasi atau
dapat disebut motif berprestasi penting dan bermanfaat sebagai dorongan
dari dalam diri seseorang merupakan kebutuhan pada level paling tinggi,
berubah-ubah mengalami peningkatan atau penurunan, sebagai hasil
belajar yang bermuara pada usaha meningkatkan atau minimal
mempertahankan prestasi kerjanya semaksimal mungkin.
Penulis mencoba untuk mengkaji fenomena yang terjadi pada guru-
guru SMK Negeri di Kota Palopo, bahwa kurangnya sikap inovatif dan
motif berprestasi dimana berdasarkan pengalaman penulis menjadi guru
disalah satu SMK Negeri di Kota Palopo, yaitu dapat dilihat dari sikap guru
yang sering membolos mengajar, guru yang masuk ke kelas tidak tepat
waktu atau terlambat masuk ke sekolah, sebagian guru dalam
pelaksanaan tugasnya belum memperbaharui materi pelajarannya seperti
satuan pembelajaran, guru terlihat kurang berinovasi, disebabkan karena
mempertahankan satuan pembelajaran yang lama, dan sebagian guru
jarang mempersiapkan media pembelajaran, guru juga dimana hanya
7
datang ke sekolah yang bertugas sebagai pengajar dan mendapat gaji,
sehingga prestasi kerja guru tidak tercapai maksimal.
Berkaitan dengan peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara
umum yang mana lulusan siswa-siswi mampu menyiapkan tenaga kerja
profesional yang siap pakai, untuk itu perlu dilakukan perbaikan mutu
Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para pengajar, khususnya guru. Salah
satu faktor penentunya adalah dilihat dari segi sikap inovatif dan motif
berprestasi kerja guru, serta dengan adanya pelatihan para guru sesuai
dengan bidang studi yang diajarkan.
Gambaran fenomena masalah pada SMK Negeri di Kota Palopo di
atas maka peneliti mencoba menelusuri sejauh mana pengaruh sikap
inovatif dan motif berprestasi terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di
Kota Palopo.
Berdasarkan dengan uraian diatas maka penulis mengangkat judul
“Pengaruh Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi Terhadap Prestasi
Kerja Guru pada SMK Negeri Di Kota Palopo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang diteliti dirumuskan dengan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
8
1. Apakah sikap inovatif dan motif berprestasi berpengaruh secara
bersama-sama terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di Kota
Palopo?
2. Faktor mana yang lebih dominan antara sikap inovatif dan motif
berprestasi terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di Kota Palopo?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh sikap inovatif dan motif berprestasi
terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di Kota Palopo.
2. Untuk mengetahui faktor mana yang lebih dominan antara sikap inovatif
dan motif berprestasi terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di Kota
Palopo.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Palopo, menjadi bahan masukan
agar dalam membuat kebijakan, penempatan, pembinaan dan
peningkatan profesionalisme guru SMK di masa mendatang.
2. Bagi guru SMK, khususnya SMK Negeri di Kota Palopo, hasil penelitian
sebagai masukan untuk dapat mengevaluasi diri agar termotivasi dalam
meningkatkan kemampuan mengajar dan menjadi guru yang
profesional sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia pendidikan.
9
3. Menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat untuk menindak
lanjuti hasil penelitian ini dengan penelitian yang berbeda.
4. Bagi penulis sendiri berguna untuk memperdalam dan
mengembangkan pengetahuan tentang manajemen sumber daya
manusia khususnya mengenai SDM Guru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Sri Wahyono, 2001. Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen Politeknik Negeri Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi
dan motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen. Kinerja dosen
merupakan aspek yang penting dalam melaksanakan pendidikan, karena
kwalitas pendidikan akan banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh kwalitas
pendidikannya. Politeknik sebagai salah satu bentuk pendidikan tinggi
mengemban tanggungjawab yang besar dalam melaksanakan pendidikan
untuk menghasilkan tenaga tingkat madya yang handal dan profesional.
Perbaikan kinerja dosen dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, tetapi
dalam penelitian ini hanya dibatasi pada budaya organisasi dan motivasi
berprestasi. Motivasi berprestasi sebagai salah satu indikator, merupakan
dimensi yang penting untuk meningkatkan kinerja dosen. Penelitian ini
dilakukan di Politeknik Universitas Indonesia yang mana populasi dan
sampel meliputi seluruh dosen dari lima jurusan yang ada.
Alice Tjandralila Rahardja, 2002. Hubungan Antara Komunikasi
antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru
SMUK BPK PENABUR Jakarta. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif
korelasional, dengan populasinya terdiri atas semua guru di 7 (tujuh)
11
SMUK BPK PENABUR Jakarta yang berjumlah 70 orang. Jumlah uji coba
30 orang (diambil secara acak) dan jumlah sampel 70 orang. Instrumen
yang digunakan sebagai alat pengumpulan data adalah kuesioner yang
terdiri atas 45 butir untuk variabel X1, 33 butir untuk variabel X2, dan 33
butir untuk variabel Y. Pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan
menggunakan uji lilliefors. Hasilnya menunjukkan bahwa data sample
berdistribusi normal. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan ada
hubungan antara variabel komunikasi antar pribadi guru dan motivasi
kerja guru secara bersama-sama dengan variabel kinerja guru. Koefisien
korelasi ganda (R) sebesar 0,533 dan persamaan regresi liniernya
Y = 4,214 + 0,297X1 + 0,651X2 Koefisien determinasinya sebesar 0,285
yang berarti kontribusi variabel komunikasi antar pribadi guru dan variabel
motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap variabel kinerja guru
SMUK BPK PENABUR Jakarta sebesar 28,5%.
Irawati A. Kahar, 2003. Budaya Kerja dan Sikap Inovatif sebagai
Faktor Pendukung Kinerja Para Pustakawan Perpustakaan
Perguruan Tinggi di Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sumbangan budaya kerja dan sikap inovatif terhadap kinerja pustakawan
perpustakaan perguruan tinggi di Padang. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah (1) terdapat sumbangan berarti budaya kerja terhadap kinerja
pustakawan, (2) terdapat sumbangan berarti sikap inovatif terhadap
kinerja pustakawan, (3) terdapat sumbangan yang berarti budaya kerja
dan sikap inovatif secara bersama-sama terhadap kinerja pustakawan.
12
Untuk mengungkapkan hal ini peneliti menggunakan metode korelasional.
Penelitian ini melibatkan 41 responden dari populasi yang berjumlah 72
orang. Mereka adalah para pustakawan yang bekerja di Universitas
Negeri Padang (UNP). Universitas Andalas (Unand), IAIN Imam Bonjol
Padang, dan Universitas Bung Hatta Padang. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan, teknik “stratified proportional random
sampling”. Data dikumpulkan melalui kuesioner, kemudian data tersebut
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik, korelasi dan regresi. Hasil
analisis data menunjukkan: (1) terdapat sumbangan yang memadai
(23,13%) dari budaya kerja terhadap kinerja pustakawan, (2) terdapat
sumbangan yang memadai (25,41%) dari sikap inovatif terhadap kinerja
pustakawan, dan (3) terdapat sumbangan (48,40%) yang cukup baik dari
budaya kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama terhadap kinerja
pustakawan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, disimpulkan bahwa
budaya kerja dan sikap inovatif tidak dapat diabaikan peranannya
disamping faktor-faktor lain yang diduga juga memberikan sumbangan
dalam peningkatan kinerja pustakawan.
Retno, 2003. Hubungan antara Kepemimpinan Situasional dan
Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru. Temuan dalam penelitian ini
terdapat hubungan positif antara kepemimpinan situasional dan, motivasi
berprestasi dengan kinerja guru, terdapat hubungan positif antara
kepemimpinan situasional dan motivasi berprestasi secara bersama-sama
dengan kinerja guru. Implikasi hasil penelitian pada masalah
13
kepemimpinan situasional dan motivasi berprestasi dalam hubungannya
dengan kinerja ialah bahwa kedua variabel tersebut ternyata berhubungan
dengan kinerja guru. Dalam penelitian ini terdapat dua faktor yang
mempunyai hubungan yang positif dengan kinerja guru, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Kedua faktor tersebut
adalah kepemimpinan situasional (X1) dan motivasi berprestasi (X2).
Sabar Budi Raharjo, 2004. Pengaruh Motivasi Berprestasi,
Pengetahuan Pengelolaan Informasi, Gaya Kepemimpinan dan Etos
Kerja Terhadap Daya Bersaing Kepala Sekolah Dasar di Kota Malang,
Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh langsung dan
tidak langsung antara variabel motivasi berprestasi, pengetahuan
pengelolaan informasi, gaya kepemimpinan, etos kerja dan daya bersaing
kepala sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Malang melibatkan 100
kepala sekolah sebagai responden yang dipilih secara teknik random
sampling. Hasil penelitian sebagai berikut (1) Motivasi berprestasi
berpengaruh langsung secara signifikan terhadap Gaya Kepemimpinan;
(2) Motivasi berprestasi berpengaruh langsung secara signifikan terhadap
etos kerja; (3) Motivasi berprestasi berpengaruh langsung dan tidak
langsung secara signifikan terhadap daya bersaing kepala sekolah; (4)
Pengetahuan pengelolaan informasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap gaya kepemimpinan; (5) Pengetahuan pengelolaan informasi
berpengaruh secara signifikan terhadap etos kerja; (6) Pengetahuan
pengelolaan langsung secara signifikan terhadap daya bersaing kepala
14
sekolah; (7) Gaya kepemimpinan berpengaruh langsung secara signifikan
terhadap daya bersaing kepala sekolah; (8) Etos kerja berpengaruh
langsung secara signifikan terhadap daya besaing kepala sekolah.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daya bersaing kepala sekolah
dipengaruhi oleh empat variabel motivasi berprestasi, pengetahuan
pengelolaan informasi, gaya kepemimpinan, dan etos kerja.
Jeriko Siahaan, 2008. Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja
Pegawai Dinas Pendidikan Kota Sibolga. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional
dan disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai dinas pendidikan kota
Sibolga. Data dikumpulkan berdasarkan kuesioner kepada 45 responden
pegawai dinas pendidikan kota Sibolga tanpa memebedakan jabatan.
Jenis penelitian digunakan adalah explanatory yang bertujuan
menganalisis pengaruh antara variabel independen kepemimpinan
transformasional dan disiplin kerja terhadap variabel dependen prestasi
kerja pegawai dinas pendidikan kota Sibolga. Data dianalisis
menggunakan teknik uji validitas dan reabilitas, uji asumsi klasik dan uji
hipotesis yaitu regresi korelasi ganda dan korelasi parsial menggunakan
Statistical Package for the Social Science (SPSS 16,0). Hasil analisis
menunjukkan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang
signifikan antara pengaruh kepemimpinan transformasional dan disiplin
kerja terhadap prestasi kerja pegawai dinas pendidikan kota Sibolga
15
dengan sumbangan determinasi sebesar 46,3% dan persamaan regresi
yaitu Y = 0,873 + 0,36X1 + 0,554X2 + e. Sebagai kesimpulan, penelitian ini
membuktikan bahwa semakin baik penerapan disiplin kerja maka akan
mempengaruhi kepada peningkatan prestasi kerja pegawai dinas
pendidikan kota Sibolga.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas, maka peneliti
melakukan dalam bentuk pemetaan terlampir (pada halaman 86).
Adapun sintesa variabel yang diteliti, berdasarkan penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sintesa variabel yang diteliti
No Peneliti / Penulis – Tahun
Variabel Yang Diteliti
Sikap Inovatif Motif Berprestasi Prestasi Kerja
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 61. Sri Wahyono (2001) √2. Alice T. Rahardja (2002) √3. Irawati A.Kahar (2003) √4. Retno (2003) √5. Sabar B.Raharjo (2004) √6. Jeriko Siahaan (2008) √
B. Landasan Teori
1. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi
atau berinteraksi terhadap objek. Oleh karena itu sikap merupakan
salah satu faktor yang menentukan bentuk perilaku. Pengertian
perilaku menurut Wess & Farr, dalam De Jong & Kemp, 2003 (Avin
F.Helmi, 2005) adalah semua perilaku individu yang diarahkan
16
untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-
hal ‘baru’ , yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi.
Mar‘at, 1984 (dalam Kamaruddin, 2008), mengemukakan bahwa
sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang
bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Gibson,
1990 (dalam Kamaruddin, 2008), mendefinisikan sikap (attitude)
adalah kesiap-siapan mental, yang diorganisasi lewat pengalaman,
yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang
objek dan situasi yang berhubungan dengannya.
Pengertian-pengertian sikap di atas, Rahmat, 1994 (dalam
Kamaruddin, 2008), menyimpulkan beberapa hal tentang sikap
yaitu: (1) Kecendrungan bertindak, berprestasi, berpikir dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai; (2) Mendorong dan
memotivasi atau pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan
apa-apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan,
mengenyampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari; (3) Cenderung dipertahankan dan jarang mengalami
perubahan; (4) Mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan; (5) Sikap timbul dari pengalaman, yaitu tidak
dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar.
b. Karakteristik Sikap
Alpplbaum (1974) mengemukakan bahwa sikap mempunyai
beberapa karakteristik:
17
a) Mengarah pada suatu objek, situasi, peristiwa, issu atau orang,
b) Arah sikap, tingkat dan intensitas yang menunjukkan assosiasi
atau disasosiasi dengan suatu permasalahan. Tingkatan sikap
dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang perasaan individu terhadap suatu objek. Sedangkan
intensitas berhubungan dengan tingkat keyakinan.
c) Suatu respon yang dipelajari. Sikap berkembang melalui
pengalaman langsung dan tidak langsung dari objek atau
individu.
d) Stabil dan bertahan lama. Jika pengalaman individu itu adalah
pengalaman yang baik atau pengalaman yang paling berkesan,
maka suatu sikap sulit dirubah.
c. Komponen Sikap
Mar ‘at (1984) mengemukakan bahwa sikap memiliki tiga komponen:
1. Komponen kognitif yang berhubungan dengan beliefs, ide dan
konsep,
2. Komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional
seseorang,
3. Komponen konatif yang merupakan kecendrungan bertingkah
laku.
Sedangkan Applbaum (1974) mengatakan komponen
kongnitif berhubungan dengan keyakinan terhadap objek, termasuk
keyakinan evaluatif yaitu baik atau buruk, tepat atau tidak tepat.
18
Komponen afektif yaitu komponen yang berkaitan dengan suka dan
tidak suka (like or dislike) terdiri dari tipe kuantitas dan kualitas
perasaan atau emosi terhadap sebuah objek. Sedangkan komponen
kognitif berhubungan dengan kecendrungan berbuat.
Setiap komponen sikap dapat bervariasi terhadap derajat
multifleksitas. Hal ini mengacu pada jumlah dan jenis elemen yang
membangun komponen tersebut. Komponen konatif dapat bergerak
dari pengetahuan yang minim sampai dapat mengetahui objek
tersebut, komponen afektif juga bervariasi, dari yang sangat ekstrim
positif sampai perasaan negatif terhadap sesuatu objek. Dan
komponen kongnitif menunjukkan variasi yaitu tindakan menyerang
sampai pada tingkat yang membantu objek. Ketiga komponen
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain yang merupakan
suatu sistem.
Demikian juga setiap komponen sikap akan berbeda
valensinya. Valensi adalah untuk menggambarkan suatu sikap
merasa senang atau tidak senang terhadap sesuatu objek. Tetapi
biasanya tidak cukup menggambarkan begitu saja, perlu juga
mengetahui atau mengukur kuantitatif dari valensi derajat senang
atau tidak senang seseorang. Jadi velensi adalah karateristik yang
dapat dipakai untuk setiap komponen, (Kamaruddin, 2008).
19
d. Pengertian Inovasi
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata Innovation yang
bermakna ‘pembahuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi
adakalanya diartikan sebagai penemuan, tetapi berbeda maknanya
dengan penemuan dalam arti discovery atau invention (invensi).
Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu
telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui, sedangkan invensi
adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kegiatan
manusia. Inovasi dapat dilakukan oleh siapa pun, kapan pun, dan di
mana pun. Kalau leluhur kita tidak inovatif, niscaya kita semuanya
masih tetap tinggal di gua-gua dalam kegelapan tanpa busana,
(Effendi Sanusi, 2009).
Menurut Drucker 1964 (dalam Effendi Sanusi, 2009)
mengatakan inovasi adalah the specific tool of entrepreneurs that is
utilized to exploit change as an opportunity for a different business or
a different service. Pengertian inovasi di sini mulai dari perubahan-
perubahan kecil hingga perubahan radikal yang sama sekali baru.
Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide
baru, praktek-praktek baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan
sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran.
Pengertian baru di sini mengandung makna bukan sekedar baru
diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru karena belum
20
dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam
dan diterapkan oleh warga masyarakat setempat.
Inovasi merupakan suatu proses mengubah peluang menjadi
gagasan dan ide-ide yang dapat dijual. Inovasi sesungguhnya
bukanlah gagasan yang rumit. Kadang inovasi datang dari ide yang
sepele. Inovasi adalah penerapan praktis dari gagasan-gagasan
tersebut.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau
barang hasil produksi, tetapi juga mencakup ideologi, kepercayaan,
sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan menuju proses
perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat
(Rogers dan Shoemaker, 1971). Dengan demikian, inovasi dapat
dimaknai sebagai suatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, atau praktek-praktek baru yang
belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh
sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu,
yang dapat mendorong terjadinya perbaikan mutu yang signifikan
bagi individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang
bersangkutan.
Beberapa Pengertian di atas inovasi selalu menunjuk pada
suatu perubahan yang baru secara kualitatif berbeda dengan
keadaan semula yang didasarkan atas pertimbangan yang diteliti
dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai
21
hasil yang lebih baik. Inovasi lebih dari sekedar menambah jumlah
unsur bagian yang telah ada, tetapi pada usaha menata kembali
misalnya, dalam pembelajaran dilaksanakan pengelompokan mata
pelajaran dan murid, alokasi pemakaian ruang dan waktu serta cara
mengajar, sehingga dengan tenaga, uang dan fasilitas yang sama
dapat dicapai hasil pendidikan yang lebih baik.
e. Sikap Inovatif
Inovasi menurut Gotman, 1991 (dalam Endang Supardi, 2004)
merupakan proses penerapan secara praktis gagasan kreatif. Inovasi
tercipta karena adanya kreativitas yang tinggi. Kreativitas adalah
kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru dalam kehidupan.
Penyesuaian terhadap perubahan dapat dikatakan sebagai sikap
inovatif dan untuk perubahan dibutuhkan suatu kreatifitas dari
seseorang, sehubungan dengan itu, Manan menjelaskan bahwa,
orang-orang yang bersikap inovatif adalah orang yang memiliki
kepribadian kreatif dan dinamis (Irawati A. Kahar, 2003).
Seseorang dapat berfikir dengan cerdas dan kreatif, maka
orang tersebut akan mendapat hasil-hasil tertentu. Jika pikiran-
pikirannya tidak menentu dan tidak diarahkan kepada suatu tujuan
tertentu, maka hasilnya pun akan mengecewekan. Bandingkanlah
kalau ada dua orang, yang satu sibuk dan gelisah, namun tidak
menghasilkan sesuatu yang penting. Hal ini karena pikiran-pikiran
dan gagasan-gagasannya tidak dipersiapkan dan tidak dipikirkan
22
dengan serius. Yang lain melaksanakan pekerjaannya sehari-hari
dengan tenang dan tertib, memperhatikan setiap bagian,
menjatuhkan keputusan dengan tepat, maka setiap hari akan dapat
hasil yang baik. Kekuatan yang dimilki oleh setiap manusia dapat
mencapai kemauan yang tinggi dan kesanggupannya dalam
menemukan segala hal. Daya khayal dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu daya khayal sintesis dan daya khayal kreatif. Daya khayal
sintesis adalah untuk tidak menciptakan hal yang baru, tetapi
membentuk dan menyusun yang lama dalam bentuk kombinasi baru.
Sedangkan daya khayal kreatif adalah menciptakan hal-hal baru
terutama apabila daya khayal sintesis tidak bisa bekerja dalam
memecahkan suatu masalah. Melalui daya khayal kreatif ini alam
pikiran manusia yang terbatas dapat berhubungan langsung dengan
alam pikiran halusnya. Barangkali alam pikiran inilah yang
menyalurkan inspirasi atau ilham dan menyampaikan gagasan baru
sebagai hasilnya menjadi alat bagi manusia untuk menyesuaikan
getaran dalam dirinya dengan getaran dalam diri orang lain. Daya
khayal biasanya bekerja secara otomatis dan hanya bekerja jika
alam pikiran yang sadar bergerak dengan kecepatan yang luar biasa
seperti mendapatkan dorongan dari suatu emosi yang ditimbulkan
oleh keinginan yang kuat. Dalam hubungan ini, berfikir kreatifnya
seseorang dapat merombak dan kemudian mendorongnya dalam
pengembangan lingkungan menjadi berhasil, (Kamaruddin, 2008).
23
Kreatif merupakan proses pemikiran yang membantu dalam
mencetuskan gagasan-gagasan. Sifat-sifat yang menimbulkan
kreatif, akan menghasilkan kepribadian yang inovatif yaitu:
a. Terbuka terhadap pengalaman baru,
b. Imajinasi yang kreatif,
c. Kesadaran dan tanggungjawab untuk berhasil,
d. Memiliki persepsi bahwa dunia mempunyai tantangan.
Respon individu terhadap perubahan, merupakan keputusan
terhadap inovasi, apakah individu menerima atau menolak inovasi
tersebut.
Rogers (1983) mengemukakan lima tahapan keputusan
terhadap inovasi yaitu:
a. Pengenalan terjadi apabila individu (unit pengambilan keputusan)
mengetahui adanya motivasi dan memperoleh beberapa
pengertian tentang bagaimana inovasi itu berfungsi,
b. Persuasi adalah disaat seseorang membentuk sikap senang atau
tidak senang terhadap inovasi,
c. Keputusan terjadi apabila disaat seseorang terlibat dalam
kegiatan yang membawanya dalam pemilihan untuk menerima
atau menolak inovasi,
d. Implementasi pada saat tampak ada perubahan perilaku nyata
dalam bentuk menerapkan inovasi pada kegiatan sehari-hari,
24
e. Konfirmasi dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan
inovasi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini kemungkinan
seseorang untuk merubah keputusannya jika ia memperoleh
informasi yang bertentangan.
Pada umumnya respon negatif yang berupa kecendrungan
dari individu maupun kelompok dalam organisasi untuk menolak
perubahan. Namun tidak semua perubahan ditolak. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Davis (1993) mengemukakan bahwa ada tiga
jenis penolakan terhadap perubahan, yaitu:
a. Penolakan logis yang timbul dari waktu dan upaya yang
diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, termasuk
tugas pekerjaan yang baru yang harus dipelajari.
b. Penolakan psikologis berkaitan dengan sikap dan perasaaan
secara individu tentang perubahan.
c. Penolakan sosiologis yang berkaitan dengan kepentingan dan
nilai yang disandang kelompok.
Selain respon negatif, ada juga beberapa kategori penerima
inovasi sebagai tipe yang ideal yang dikemukakan oleh Rogers
(1983), yaitu:
a. Innovators: venturesome. Pada kategori ini, penerima inovasi
berhasrat untuk mencoba ide-ide baru. Keinginan tersebut
membawa mereka keluar dari lingkungan lokal dan lebih menuju
pada hubungan yang lebih global.
25
b. Early adapter: Respectable. Penerima inovasi lebih berintegrasi
pada sistem sosial lokal. Sebelum ia memutuskan untuk
menerima ide-ide baru, terlebih dahulu mereka mengecek
informasi tentang inovasi tersebut.
c. Early Majority: Deliberate. Kategori ini adalah seseorang atau unit
adopsi menerima ide-ide baru, sebelum mayoritas dari anggota
sistem sosial menerimanya.
d. Late Majority. Pada kategori ini, seseorang atau unit adopsi
menerima ide-ide baru setelah rata-rata dari anggota sistem sosial
menerimanya.
e. Laggards Traditional. Adalah seseorang atau unit adopsi
menerima perubahan paling akhir atau terlambat. Mereka hampir
tertutup (terisolasi) pada jaringan sosial dan berorientasi
tradisional. Proses keputusan terhadap inovasi bergerak lamban,
disamping kurangnya kesadaran pengetahuan tentang ide-ide
baru.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inovasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan
inovasi adalah:
a. Karakteristik Inovasi
Rogers, 1983 (dalam Effendi Sanusi, 2009) mengemukakan lima
karakteristik inovasi meliputi:
26
1) Keunggulan relatif (relative advantage), keunggulan relatif
adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih
baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat
diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise
sosial, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar
keunggulan relatif dirasakan maka semakin cepat inovasi
tersebut diterima.
2) Kompatibilitas (compatibility), Kompatibilitas adalah derajat
dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai
yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan
pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru
tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku,
maka inovasi itu tidak dapat diterima dengan mudah
sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai.
3) Kerumitan (complexity), Kerumitan adalah derajat dimana
inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan
digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan
mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan
ada pula yang sebaiknya. Semakin mudah dipahami dan
dimengerti oleh pengadopsi maka semakin cepat suatu
inovasi dapat diadopsi.
4) Kemampuan diuji cobakan (trialability), Kemampuan untuk
diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-
27
coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan
dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat
diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diterima, suatu
inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan
(mendemonstrasikan) keunggulannya.
5) Kemampuan diamati (observability), Kemampuan untuk
diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat
terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat
hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang
atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif,
kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan
dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil
kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi
tersebut dapat diterima.
b. Saluran Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman
bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan
komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide
baru/inovasi) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan
demikian suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh: 1). Partisipan
komunikasi, dan 2). Saluran komunikasi. Dari sisi partisipan
komunikasi, Roger (1971) mengungkapkan bahwa derajat
28
kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial,
dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan)
berpengaruh terhadap proses inovasi.
Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan
komunikasi (homophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi.
Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk
memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk
memperkecil “heterophily”. Semakin itu, saluran komunikasi juga
perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses
pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi
tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan
jenis saluran komunikasi lain.
c. Karakteristik Sistem Sosial
Suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau
kelompok individu, dan norma-norma tertentu.
Berkaitan dengan hal ini, Rogers, 1983 (dalam Effendi
Sanusi, 2009) menyebutkan adanya empat faktor yang
mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut
adalah:
a. Struktur sosial (social structure);
b. Norma sistem (system norms);
c. Pemimpin opini (opinion leaders);
d. Agen perubah (change agent).
29
Struktur sosial adalah susunan suatu unit sistem yang
memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan
dan stabilitas perilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem
sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukkan hubungan antar
anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti
terlihat pada struktur organisasi suatu perusahaan atau struktur
sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat
memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem.
Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid di
Korea menunjukkan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh
karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem sosial dimana
individu tersebut berada.
Norma adalah suatu pola perilaku yang dapat diterima oleh
semua anggota sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan
atau standar bagi semua anggota sistem sosial. Sistem norma
juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide
baru.
Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian
(compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat
dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidaksesuaian suatu
inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh
individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem sosial
berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
30
“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang
berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu
mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu
sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat
menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang,
Opinion Leaders berperan sebagai model dimana perilakunya
(baik mendukung atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya.
Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders)
memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
Agen perubah, adalah bentuk lain dari orang berpengaruh.
Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap
oarng lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen perubah
lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu
untuk mempengaruhi kliennya. Agen perubah adalah orang-orang
profesional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan
tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian,
kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar
terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai
contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik struktur
sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem sosial (misal:
suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu
inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih
unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu.
31
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan
bahwa sikap inovatif merupakan suatu kecendrungan untuk
bereaksi atau bertindak terhadap inovasi yang tercermin dalam:
(1). Tentang pembelajaran yang dilaksanakan guru seperti
pengetahuan atau pengalaman sesuatu yang baru (inovasi) yaitu:
pengetahuan tentang pengelompokan murid, pengetahuan
tentang pemakaian ruang dan waktu, pengetahuan tentang cara
mengajar, pengetahuan tentang teknologi dan informasi; (2).
Respon terhadap inovasi; (3). Kreatif yaitu: kemampuan dalam
memecahkan masalah, imajinatif, penemuan pelayanan dan
produk baru.
2. Motif
a. Pengertian dan Jenis Motif
Motif adalah dorongan-dorongan bawaan serta kebutuhan-
kebutuhan psikologis pekerja (Manullang, 2001). Selanjutnya
menurut Gerungan (1978) motif merupakan suatu pengertian yang
melingkupi semua penggerak, keinginan, hasrat dan tenaga
pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat
sesuatu dan hal ini dapat terjadi baik secara sadar maupun tidak
sadar. Dengan demikian motif merupakan sesuatu kekuatan yang
ada dalam diri seseorang dan motif ini menjadi faktor penggerak dan
penyebab timbulnya tingkah laku atau perilaku. Untuk menumbuhkan
dorongan yang ada dalam diri terwujud dalam tingkah laku, ada dua
32
hal yang harus dipahami yaitu, kegiatan apa yang dilakukan dan
mengapa perlu melakukan kegiatan tersebut. Dalam hal ini perlu
pemahaman mendasar dari diri guru terhadap tujuan yang akan
dicapai yaitu prestasi kerja, (Kamaruddin, 2008).
Menurut asalnya motif-motif pada diri manusia dapat
dibedakan menjadi motif primer dan motif sekunder (Martaniah,
1982, dalam Kamaruddin, 2008). Mereka menyebut motif primer ini
sebagai motif biogenetis, yaitu motif yang berasal dari kebutuhan-
kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya. Motif ini
ada dalam diri setiap individu dan berkembang dengan sendirinya
tanpa dipelajari. Misalnya: lapar, haus, kebutuhan akan istirahat dan
sebagainya. Sedangkan motif sekunder ini sering disebut sebagai
motif sosial (sosiogenetis), yaitu motif yang umumnya diperoleh dari
proses belajar baik melalui pengalaman maupun lingkungan.
b. Fungsi Motif
Motif mempunyai dua fungsi yaitu:
a. Memberi daya untuk bergerak atau berfungsi menggerakkan
perilaku.
b. Mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
Tenaga pendorong yang dimiliki motivasi menyebabkan
individu aktif, sedangkan fungsi yang mengarahkan perilaku dari
motif menyebabkan munculnya perilaku yang mengarah pada tujuan.
33
Fungsi pengarah perilaku dari motivasi membuat individu
melakukan seleksi atau pilihan dari beberapa alternatif perilaku yang
memenuhi tujuannya. Sehingga makin tinggi motif atau motivasi
akan makin terarah perilaku individu.
Robert L. Mathis – Jhon H. Jackson (2006) Motivasi
(motivation) adalah keinginan dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut bertindak. Orang biasanya bertindak
karena satu alasan: untuk mencapai tujuan. Jadi, motivasi adalah
sebuah dorongan yang di atur oleh tujuan dan jarang muncul dalam
kekosongan. Kata-kata kebutuhan, keinginan, hasrat, dan dorongan,
semuanya serupa dengan motif, yang merupakan asal dari kata
motivasi. Memahami motivasi sangatlah penting karena kinerja,
reaksi terhadap kompensasi, dan persoalan SDM yang lain
dipengaruhi dan mempengaruhi motivasi.
Teori motivasi kebutuhan dikemukakan oleh Maslow (Dalam
Robert L. Mathis – Jhon H. Jackson, 2006) yaitu: (1). Kebutuhan
fisik; (2). Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan; (3).
Kebutuhan akan kebersamaan dan kasih sayang; (4) Kebutuhan
akan penghargaan; dan (5) Kebutuhan akan aktualisasi diri, dalam
hal ini mencakup juga kebutuhan untuk berprestasi.
Kebutuhan manusia ada tiga (MC Celelland, 2001) yaitu
kebutuhan berprestasi (need achievement), kebutuhan kekuasan
(need for power), kebutuhan afliasi (need affliation), Seseorang yang
34
memiliki “need for achievement” yang tinggi selalu mempunyai pola
berpikir tertentu pada waktu tertentu dalam melaksanakan pekerjaan
dan dorongan ini berharap untuk meraih sasaran dan melampaui
atau mengembangkan keberhasilannya (prestasi). Oleh karena itu ia
selalu mempertimbangkan cara bagaimana pekerjaan yang akan
dilakukan untuk berhasil, serta selalu memikirkan rintangan-
rintangan yang mungkin dihadapi dalam usaha pencapaian tujuan.
c. Motif Berprestasi
Orang yang memiliki prestasi tinggi memiliki moral kerja atau
semangat kerja yang tinggi, dan suka bekerja keras, serta selalu
berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya.
Motif berprestasi adalah usaha mencapai sukses dengan
tujuan untuk berhasil dalam kompetisi berdasarkan ukuran
keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat dilihat pada pelaksanaan
tugas, keberhasilan diri sendiri dan keberhasilan orang lain. Hal ini
sejalan dengan pendapat Heckhausen yang dikutip Sibuea, 2001
(dalam Kamaruddin,2008) bahwa motif berprestasi ialah usaha untuk
meningkatkan atau mempertahankan kecakapan pribadi setinggi
mungkin dalam segala aktifitas dengan menggunakan suatu ukuran
tertentu sebagai pembanding. Heckhausen membedakan tiga ukuran
keunggulan yaitu: (1). Keunggulan yang berhubungan dengan tugas,
(2). Keunggulan yang berhubungan dengan diri sendiri, dan (3).
Keunggulan yang berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya
35
pembanding ini, maka guru akan lebih mudah melihat sampai sejauh
mana prestasi yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai guru. Dalam hal ini motif berprestasi
merupakan dorongan untuk berusaha keras untuk mencapai prestasi
dalam hubungannya dengan standar keunggulan. Orang yang
mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung mempunyai
kepercayaan yang tinggi terhadap diri sendiri, bertanggungjawab dan
menghargai hasil yang konkrit dari kerjanya, aktif disekolah dan di
masyarakat serta ulet dalam kehidupan.
Heckhausen yang dikutip Sibuea (2001) sifat-sifat individu
yang mempunyai motif berprestasi tinggi yaitu, lebih memiliki
kepercayaan dalam menghadapi tugas yang berhubungan dengan
prestasi, memiliki sifat yang lebih berorientasi ke depan dan lebih
menangguhkan permuasan saat sekarang untuk dapat mencapai
penghargaan atau imbalan (reward) yang lebih diwaktu kemudian,
memiliki tugas yang kesukarannya sedang tidak suka membuang-
buang waktu, dalam memilih teman kerja lebih menyukai orang yang
mempunyai kemampuan dari pada orang yang simpati dan lebih
tangguh dalam mengerjakan tugas. Mc Clelland yang dikutip oleh
Tyagi, 1997 (dalam Kamaruddin, 2008) bahwa gambaran tentang
individu yang motif berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
lebih suka menetapkan sendiri tujuan prestasinya, menyukai tujuan
yang sesuai dengan kemampuannya dan menyukai balikan (feed
36
back) yang cepat serta efisien mengenai prestasinya dan
bertanggung jawab terhadap solusi yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka motif berprestasi adalah
dorongan yang diarahkan untuk mencapai prestasi. Guru yang
memiliki motif berprestasi dalam melaksanakan tugasnya akan selalu
berusaha meraih keberhasilan, dan prestasi yang akan dicapai
muncul apabila ada kepercayaan diri yang tinggi dan harus
mempunyai prinsip mengutamakan pencapaian tujuan daripada
penghargaan (reward). Motif berprestasi dapat diukur melalui ukuran
keunggulan yaitu pelaksanaan tugas, keberhasilan diri sendiri dan
keberhasilan orang lain. Motif berprestasi adalah keinginan guru
untuk berprestasi dengan tujuan untuk mencapai sukses. Keinginan
berprestasi itu meliputi: (1). Adanya keinginan untuk memperlihatkan
hasil kerja yang optimal, (2). Memanfaatkan waktu semaksimal
mungkin, (3). Memiliki sikap yang lebih berorientasi kedepan (4).
Sangat berhati-hati di dalam memilih teman kerja, dan (5).
Bertanggungjawab terhadap prestasi yang diperoleh.
3. Prestasi Kerja Guru
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai
ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap,
keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Simamora
menyatakan bahwa prestasi kerja (performance) diartikan sebagai
suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara
37
langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas
maupun kualitasnya. Pengertian di atas menyoroti kinerja berdasarkan
hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan, (Retno,
2003).
Istilah lain dalam bahasa Inggris yang menggambarkan prestasi
yaitu achievement. Kata ini berasal dari kata to achieve yang berarti
mencapai, tetapi sering diterjemahkan menjadi pencapaian atau apa
yang dicapai. Dari pengertian tersebut prestasi kerja karyawan
merupakan hasil yang dicapai oleh setiap orang dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Selanjutnya Bernardin dan Russel
mengemukakan, prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang
diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu
selama kurun waktu tertentu (Ruky, dalam Retno, 2003). Dengan
demikian prestasi adalah hasil yang dicapai oleh setiap orang dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Prestasi kerja guru adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk
atau jasa yang dihasilkan oleh seseorang atau kelompok, bagaimana
kualitas kerja, ketelitian dan kerapian kerja, penugasan dan bidang
kerja, penggunaan dan pemeliharaan peralatan, inisiatif dan kreativitas,
disiplin, dan semangat kerja yaitu kejujuran, loyalitas, rasa kesatuan
dan tanggung jawab serta hubungan antar pribadi (Retno, 2003).
Hasil akhir dari prestasi kerja lebih jelasnya dapat dilihat dari
konsumen yang menikmati layanan karyawan. Menurut Mangkunegara
38
(dalam Pertuwoboys, 2010), bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugasnya, sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Prestasi adalah hasil yang dicapai dan apa yang
dikerjakan atau yang sudah diusahakan, seperti belajar, bekerja,
olahraga dan sebagainya. Prestasi kerja tersebut mengandung
pengertian cukup luas, prestasi itu dapat dikatakan hasil-hasil yang
dicapai seseorang dalam melakukan sesuatu, misalnya keberhasilan
guru, dosen, pegawai, seniman, pedagang dan lain sebagainya.
Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1978 tentang penilaian
kinerja Pegawai Negeri Sipil. Hasil-hasil penilaian dituangkan dalam
suatu daftar yang disebut DP3 atau Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan. Penilaian ini berpokus kepada karakteristik kepribadian
pegawai yang meliputi: (1) kesetiaan, (2) prestasi kerja, (3) tanggung
jawab, (4) ketaatan, (5) kejujuran, (6) kerjasama, (7) prakarsa dan (8)
kepemimpinan.
Prestasi kerja seorang guru, perlu diadakan penilaian atas
prestasi kerja tersebut (performance appraisal). Penilaian prestasi kerja
adalah suatu cara dalam melakukan evaluasi terhadap prestasi kerja
karyawan dengan serangkaian tolak ukur tertentu yang objektif dan
berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta dilakukan secara
berkala (Handoko, 1978 dalam Kamaruddin,2008). Penilaian yang
39
dilakukan dalam suatu organisasi tidak terlepas dari unjuk kerja yang
dihasilkan oleh guru itu sendiri.
Pengertian lain menurut Henry Simamora, 1999 (dalam
Murgiyono, 2001) mengatakan bahwa penilaian kinerja (performance
appraisal) proses organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu.
Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi
selama periode waktu tertentu. Umpan balik kinerja (performance
feedback) memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik mereka
bekerja jika dibandingkan dengan standar-standar organisasi.
Tujuan pokok sistem penilaian kinerja adalah menghasilkan
informasi yang akurat dan salah tentang perilaku dan kinerja anggota-
anggota organisasi, (Henry Simamora, 1999). Penilaian kinerja adalah
proses yang dilakukan oleh organisasi untuk menilai kinerja (job
performance). Penilaian kinerja merupakan keseluruhan proses
penilaian yang berkenaan dengan seberapa nbaik seseorang pegawai
melaksanak tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam melakukan
penilaian kinerja pertama-tama yang dilakukan adalah identifikasi
aspek-aspek atau dimensi kinerja untuk menentukan kinerja yang
efektif. Untuk menentukan kinerja yang efektif, organisasi menetapkan
bidang prestasi kunci sebagai mekanisme untuk mencapai sasaran
program (Murgiyono, 2001).
Prestasi kerja guru berdasarkan pendekatan pelaksanaan tugas
dapat diukur dari uraian tugas guru. P3G Depdiknas, sepuluh
40
kompetensi dasar guru, yang meliputi kemampuan-kemampuan dalam
hal: (1) menguasai bahan ajar, (2) mengelola program belajar
mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media dan sumber
pengajaran, (5) menguasai landasan-landasan kependidikan, (6)
mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi belajar siswa,
(8) mengenal dan fungsi program pelayanan BP, (9) mengenal dan ikut
menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami prinsip-
prinsip penelitian pendidikan dan menafsirkan untuk pengajaran.
(Anwar, 2003 dalam Kamaruddin, 2008).
Prestasi kerja guru yang menekankan pelaksanaan tugas
meliputi:
1. Membuat perangkat program pembelajaran,
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran,
3. Melaksanakan kegiatan evaluasi,
4. Melaksanakan analisis hasil ulangan,
5. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan,
6. Mengisi daftar hadir,
7. Membuat alat pelajaran alat peraga / media,
8. Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum,
9. Melaksanakan tugas tertentu disekolah,
10. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa,
11. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit kenaikan pangkat.
41
C. Kerangka Pemikiran
Guru sebagai unsur penting dalam sekolah perlu menyikapi setiap
perubahan karena tidak semua perubahan dapat diterima, melainkan
harus disesuaikan dengan budaya sekolah dan lingkungan sekolah.
Respon dapat mempengaruhi terhadap prestasi kerja, respon guru
yang positif terhadap inovasi akan meningkatkan kreativitas guru dalam
pelaksanaan tugas. Guru akan selalu memperbaharui materi pelajarannya
berdasarkan informasi yang diperoleh, guru memperbaharui metode
mengajar sesuai dengan perkembangan teknologi, guru mempersiapkan
skenario pembelajaran setiap mengajar, guru mempersiapkan media
pembelajaran, guru memiliki keterampilan dalam menggunakan teknologi
dan lain-lain.
Sikap inovatif guru diwujudkan dalam perilaku guru yang terbuka
terhadap pengalaman baru, memberikan pelayanan baru terhadap
peserta didik. Semua perilaku ini tentu tidak terlepas dari prestasi kerja
guru.
Menurut Supardi (Mangkunegara, 2006 dalam Pertuwoboys, 2010)
terdapat enam faktor yang mempengaruhi prestasi kerja yaitu: (1) Kualitas
kerja, (2) Kuantitas kerja, (3) Pengetahuan (4) Penyesuaian pekerjaan, 5)
Hubungan kerja, dan 6) Inisiatif kerja.
Motif berprestasi adalah keinginan atau hasrat untuk mencapai
sukses dengan tujuan untuk berhasil dalam kompetisi berdasarkan
keunggulan. Ukuran keunggulan dapat dilihat dari keberhasilan
42
melaksanakan tugas, keberhasilan diri sendiri dan keberhasilan yang
berhubungan dengan orang lain.
Motif berprestasi juga tidak terlepas dari sikap guru yang
memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Guru yang memiliki prestasi
kerja tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu sangat berharga dalam
pekerjaannya, sikap memandang jauh kedepan adalah keinginan untuk
mencapai prestasi sehingga dalam setiap pekerjaannya guru tersebut
mempersiapkan diri sebaik mungkin terhadap apa yang ingin dicapai pada
masa mendatang. Sikap memandang jauh kedepan akan meningkatkan
prestasi kerja guru, sebaliknya jika guru tidak ada keinginan untuk berhasil
maka prestasi kerja akan menurun.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan memperhatikan
fenomena prestasi kerja guru SMK Negeri di Kota Palopo penulis
berkeinginan untuk meneliti Pengaruh Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi
terhadap Prestasi Kerja Guru di SMK Negeri di Kota Palopo, dengan
paradigma yang menggambarkan antara sikap inovatif (X1), dan motif
berprestasi (X2), berpengaruh terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di
Kota Palopo seperti yang digambarkan pada kerangka pemikiran berikut:
43
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran
Sumber : Peneliti (2010)
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, variabel penelitian sebagai berikut:
1. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara
sikap inovatif dan motif berprestasi terhadap prestasi kerja guru SMK
Negeri di Kota Palopo.
2. Diduga sikap inovatif lebih dominan berpengaruh terhadap prestasi
kerja guru SMK Negeri di Kota Palopo.
SIKAP INOVASI(X1)
MOTIF BERPRESTASI (X2)
PRESTASI KERJA(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian ini
menggunakan jenis penelitian explanatory, dalam Istijanto, 2005
mengatakan bahwa eksplanatori merupakan desain riset yang bertujuan
utama memperoleh pandangan mendalam dan menyeluruh tentang
masalah manajemen SDM yang sebenarnya. Dengan hasil riset
explanatory ini dapat digunakan sebagai pedoman menentukan jenis
informasi yang dibutuhkan terhadap pengaruh variabel sikap inovatif dan
motif berprestasi terhadap Prestasi Kerja Guru SMK Negeri di Kota
Palopo.
Sedangkan menurut Faisal, 1992 (dalam Kamaruddin, 2008)
explanatory research ditujukan untuk menemukan dan mengembangkan
teori sehingga hasilnya dapat menjelaskan terjadinya sesuatu gejala atau
kenyataan sosial tertentu.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Istijanto, 2005 penelitian
deskriptif adalah menggambarkan sesuatu, yang mana dalam penelitian
ini sesuatu ialah variabel yang dikaji dibedakan atas dua hal yaitu variabel
bebas yang terdiri dari sikap inovatif dan motif berprestasi menitikberatkan
pada pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri di Kota Palopo,
dengan subjek penelitiannya yang ada pada guru SMK Negeri di Kota
Palopo. Pemilihan tempat ini adalah didasarkan pada fenomena yang
terjadi pada sekolah sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama + 4 (empat) bulan dalam
tahun 2010.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah guru SMK Negeri di kota Palopo, ada 3
SMK Negeri di kota Palopo, dengan jumlah guru yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebanyak 266 orang. Yang kesemuanya berdomisili di
Kota Palopo dan di Kabupaten Luwu. Distribusi jumlah guru untuk masing-
masing SMK dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Distribusi populasi setiap sekolah
No. Nama Sekolah Jumlah Guru1.
2.
3.
SMK Negeri 1 Palopo
SMK Negeri 2 Palopo
SMK Negeri 3 Palopo
85
128
53
Jumlah Guru 266Sumber : Data Primer, diolah (Tahun 2010)
46
2. Sampel Penelitian
Untuk menentukan jumlah digunakan sampel teknik stratified
proporsional random sampling bagi masing-masing guru. Teknik ini
digunakan karena memperhitungkan banyaknya guru di SMK Negeri Kota
Palopo. Dengan demikian distribusi populasi akan terwakili secara optimal
di dalam sampel. Untuk menentukan bersama sampel dipakai rumus
Cochran (1997).
Berikut Tabel populasi berdasarkan Golongan Kepangkatan,
Pendidikan dan populasi berdasarkan Masa Kerja :
Tabel 3.2 Populasi berdasarkan golongan kepangkatan
No. Golongan/Pangkat Jumlah (orang) %1. II 17 6,392. III 149 56,013. IV 100 37,6
Jumlah 266 100Sumber : Data Primer, diolah (Tahun 2010)
Berdasarkan dengan Tabel 3.2 di atas maka Golongan Kepangkatan
II berjumlah 17 orang atau 6,39 %, Golongan Kepangkatan III berjumlah
149 orang atau 56,01 % dan Golongan Kepangkatan IV berjumlah 100
orang atau 37,6 %.
Tabel 3.3 Populasi berdasarkan pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (orang) %1. D3 17 6,392. S1 233 87,63. S2 16 6,01
Jumlah 266 100Sumber : Data Primer, diolah (Tahun 2010)
47
Berdasarkan dengan Tabel 3.3 tersebut maka Pendidikan D3
berjumlah 17 orang atau 6,39 %, Pendidikan S1 berjumlah 233 orang atau
87,6 % dan Pendidikan S2 berjumlah 16 orang atau 6,01 %.
Tabel 3.4 Populasi berdasarkan masa kerja
No. Pendidikan Masa kerja Jumlah (orang) %
1. D3 a. > 5 tahunb. < 5 tahun
017
06,39
2. S1 c. > 5 tahund. < 5 tahun
96137
36,0951,50
3. S2 a. > 5 tahunb. < 5 tahun
106
3,772,25
Jumlah 266 100Sumber : Data Primer, diolah (Tahun 2010)
Berdasarkan dengan Tabel 3.4 di atas maka Pendidikan D3 dengan
masa kerja diatas 5 tahun sudah tidak ada, sedangkan dibawah 5 tahun
berjumlah 17 orang atau 6,39 %, Pendidikan S1 dengan masa kerja diatas
5 tahun berjumlah 96 orang atau 36,09 %, dibawah 5 tahun berjumlah 137
orang atau 51,50 % dan Pendidikan S2 dengan masa kerja diatas 5 tahun
berjumlah 10 orang atau 3,77 %, sedangkan dibawah 5 tahun berjumlah 6
orang atau 2,25 %.
Penetapan strata populasi ditetapkan atas dasar tiga pertimbangan
yaitu berdasarkan Golongan Kepangkatan, Pendidikan dan Masa Kerja.
Adapun penyebaran populasi telah diuraikan di atas.
Berdasarkan ciri-ciri populasi di atas, maka penentuan sampel dalam
penelitian ini lebih sesuai dengan penentuan sampel berdasarkan rumus
Cochran (1997) dengan rumus sebagai berikut:
48
t2 x p x qno = ----------------
d2
Selanjutnya nilai no yang terbesar dikoreksikan ke dalam rumus :
non = ------------------ no – 1 1 + ---------- N
Dimana :
no = besar sampel tahap pertama
N = jumlah populasi penelitian
N = besar sampel tahap kedua
t = besarnya z sesuai dengan taraf signifikan 95 %
p = besarnya proporsi kelompok pertama dalam strata
q = 1-p (besarnya proporsi kelompok kedua dalam strata)
d = besarnya kekeliruan pengambilan sampel, ditetapkan 10 %
Perhitungan proporsi masing-masing golongan kepangkatan,
pendidikan dan masa kerja, dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk strata Golongan kepangkatan dengan proporsi :
p1 = (121/266) = 0,45 q1 = 1 – 0,45 = 0,55
a). Dari hasil perhitungan proporsi strata, maka untuk perhitungan
sampel yaitu:
1,962 x 0,45 x 0,55no = ----------------------------- = 95,08 dibulatkan menjadi 95
0,01
b). Karena perhitungan di atas menghasilkan sampel yang dianggap
masih besar, maka nilai sampel tahap pertama (no) dikoreksi agar
menjadi kecil dengan rumus koreksi Cochran yaitu:
49
non = ----------------- no - 1 1 + --------- N
95n = -------------- = 70,37 dibulatkan menjadi 70 95 – 1 1 + -------- 266
2. Untuk strata Pendidikan dengan proporsi :
p2 = (204/266) = 0,76 q2 = 1 – 0,76 = 0,24
Berdasarkan hasil perhitungan proporsi strata, maka untuk perhitungan
sampel yaitu:
1,962 x 0,76 x 0,24no = ----------------------------- = 71,50 dibulatkan menjadi 71
0,01
71n = -------------- = 56,34 dibulatkan menjadi 56 71 – 1 1 + -------- 266
3. Untuk strata Masa Kerja dengan proporsi :
p1 = (104/266) = 0,39 q1 = 1 – 0,39 = 0,61
a). Dari hasil perhitungan proporsi strata, maka untuk perhitungan
sampel yaitu:
1,962 x 0,39 x 0,61no = ----------------------------- = 93,25 dibulatkan menjadi 93
0,01
50
b). Karena perhitungan di atas menghasilkan sampel yang dianggap
masih besar, maka nilai sampel tahap pertama (no) dikoreksi agar
menjadi kecil dengan rumus koreksi Cochran yaitu:
non = ----------------- no - 1 1 + --------- N
93n = -------------- = 69,40 dibulatkan menjadi 69 93 – 1 1 + -------- 266
Tabel 3.5 Hasil perhitungan sampel
No. Strata p q d No n1. Golongan Kepangkatan 0,45 0,55 0,10 95 702. Pendidikan 0,76 0,24 0,10 71 563. Masa Kerja 0,39 0,61 0,10 93 69
Sumber : Data Primer, diolah (Tahun 2010)
Berdasarkan Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa sampel penelitian
ini adalah sebanyak 70 orang, yang diambil secara random berdasarkan
strata golongan kepangkatan, pendidikan, dan masa kerja dari ketiga SMK
Negeri di kota Palopo.
Persentase sampel untuk masing-masing strata adalah
perbandingan jumlah sampel yang terbesar dengan jumlah populasi yaitu:
70 --------- x 100 % = 26,31 %
266
51
Berdasarkan jumlah sampel tersebut, rincian masing-masing strata
dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6 Jumlah sampel setiap strata
No. Golongan Kepangkatan Pendidikan Masa Kerja Jumlah
Sampel
1.
IIIIIIVIIIIIIV
Sarjana< 5 tahun
> 5 tahun
034106
25
2.
IIIIIIVIIIIIIV
Non Sarjana< 5 tahun
> 5 tahun
400000
Jumlah 70Sumber : Data Primer, diolah (Tahun 2010)
Penentuan sampel dari setiap unit SMK Negeri kota Palopo
meskipun ditentukan secara random tetapi tetap berdasarkan strata
golongan kepangkatan, pendidikan, dan masa kerja. Jumlah sampel
penelitian dari setiap unit SMK Negeri dapat dilihat dalam Tabel 3.7
sebagai berikut:
Tabel 3.7 Jumlah sampel setiap unit smk negeri di kota Palopo
No. Unit Sekolah Jumlah (orang)
1. SMK Negeri 1 Palopo 25
2. SMK Negeri 2 Palopo 30
3. SMK Negeri 3 Palopo 15
Jumlah 70Sumber : Data Primer, diolah (Tahun 2010)
52
D. Instrumen Penelitian (Alat Pengumpulan Data)
Sesuai dengan variabel penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya, ada tiga jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
(1) data sikap inovatif, (2) data motif berprestasi, dan (3) data prestasi
kerja guru.
Ketiga jenis data penelitian tersebut dijaring dengan menggunakan
kuesioner, dengan tingkat pengukuran interval, yang alternatif jawaban
sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS),
sangat tidak setuju (STS).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara:
1. Wawancara
Wawancara yaitu melakukan dialog secara langsung untuk
memperoleh informasi dari responden terpilih dalam menghimpun
informasi yang relevan dengan kajian.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu aktivitas untuk memperoleh sejumlah data
melalui pencatatan-pencatatan dari dokumen-dokumen yang
terdapat pada lokasi penelitian.
53
3. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang mengajukan
sejumlah pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada
responden dengan maksud untuk memperoleh data yang akurat
dan valid.
F. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah (1) sikap
inovatif (X1), (2) motif berprestasi (X2) sedangkan variabel terikat adalah
prestasi kerja guru (Y). Setiap variabel diperjelas dengan defenisi dan
indikatornya masing-masing.
1. Sikap inovatif adalah sebagai ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau
objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh
individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini,
mengandung makna bukan sekedar baru diketahui oleh pikiran
(cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara
luas seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga
baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh
warga masyarakat setempat. Yang meliputi (Roger, 1983 dalam A.
Effendi Sanusi):
a. Keunggulan relatif (relative advantage)
b. Kompatibilitas (compatibility)
54
c. Kerumitan (complexity)
d. Kemampuan diujicobakan (trialability)
e. Kemampuan untuk diamati (observability).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irawati A. Kahar (2003)
sikap inovatif mempunyai hubungan positif terhadap prestasi kerja
pegawai pustakawan, dengan demikian apabila sikap inovatif
mengalami peningkatan maka prestasi pegawai pustakawan juga
mengalami peningkatan.
2. Motivasi atau dapat juga disebut motif berprestasi adalah
dorongan/keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut bertindak, untuk mencapai tujuan. Yang meliputi (Maslow,
2006) :
a. Kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan
c. Kebutuhan akan kebersamaan dan kasih sayang
d. Kebutuhan akan penghargaan
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyono (2001) motif
berprestasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
kinerja dosen. Dengan demikian apabila motif berprestasi mengalami
peningkatan maka kinerja juga mengalami peningkatan.
3. Prestasi kerja guru adalah ungkapan kemampuan yang didasari oleh
pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi untuk menghasilkan
55
sesuatu, dalam hal ini sekolah. Yang meliputi (Daftar Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, PP-Nomor 10 tahun 1978):
a. Kesetiaan
b. Prestasi Kerja
c. Tanggung Jawab
d. Ketaatan
e. Kejujuran
f. Kerjasama
g. Prakarsa
h. Kepemimpinan
Prestasi kerja guru akan mempunyai hubungan signifikan dengan
motivasi sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai pencapaian
persyaratan pekerjaan tertentu yang secara langsung dapat tercermin
dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun kualitas (Henry
Simamora,1999).
Berdasarkan indikator variabel yang diteliti maka penelitian ini
menggunakan pengukuran dengan skala Likert yaitu digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2008). Untuk keperluan
analisis kuantitatif penelitian maka peneliti memberikan alternatif jawaban
responden dengan menggunakan skala 1 – 5 yang dapat dilihat pada
Tabel 3.8 berikut:
56
Tabel 3.8 Variabel penelitian
Variabel Indikator SkalaSikap
inovatif (X1)
1) Keunggulan relatif,2) Kompatibilitas,3) Kerumitan,4) Kemampuan diujicobakan,5) Kemampuan untuk diamati.
Interval
Motif Berprestasi
(X2)
1) Kebutuhan fisik,2) Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan,3) Kebutuhan akan kebersamaan dan kasih
sayang,4) Kebutuhan akan penghargaan,5) Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Interval
Prestasi Kerja Guru
(Y)
1) Kesetiaan 2) Prestasi Kerja3) Tanggung Jawab4) Ketaatan5) Kejujuran6) Kerjasama7) Prakarsa8) Kepemimpinan
Interval
Sumber: (Peneliti, 2010)
G.Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas kuesioner yang digunakan adalah prosedur korelasi.
Valid tidaknya sebuah item pertanyaan dilakukan dengan
mengkorelasikan antara skor skor butir kuesioner dengan skor total.
Teknik analisis yang digunakan yaitu Corrected Item-Total Correlation
yang diperoleh dengan bantuan program SPSS 17.0.
Uji reliabilitas kuesioner yang digunakan adalah metode Alpha
Cronbach dengan bantuan program SPSS 17.0.
57
H. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen,
multikolinearitas. Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah
multikolonieritas sehingga model regresi tak dapat digunakan.
c. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui apakah dalam model suatu regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residul suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain digunakan uji heteroskedatisitas. Sedangkan jika terjadi varian
dan residul suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas. Jika untuk model regresi yang baik adalah
homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
58
2. Analisis Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui atau mengukur pengaruh antara
Sikap Inovatif (X1) dan Motif Berprestasi (X2) terhadap Prestasi Kerja guru
(Y).
Y = a + b1X1 + b2X2 + biXi + ei ........................ (Hasan Iqbal, 2009)
Dimana:
Y = Prestasi Kerja Guru
X1 = Sikap Inovatif
X2 = Motif Berprestasi
a = Intercept
b1, b2 = Koefisien regresi
i = 1,2,3, ...
ei = residual
a. Uji Simultan (uji - F)
Digunakan untuk mengetahui kontribusi Sikap Inovatif dan Motif secara
bersamaan terhadap Prestasi Kerja Guru, langkah-langkah untuk uji
simultan sebagai berikut:
Menentukan hipotesis
Ho : β1 = β2 = 0, Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap Prestasi Kerja Guru.
Ha : β1 = β2 = 0, Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi berpengaruh
signifikan terhadap Prestasi Kerja Guru.
b. Uji Parsial (uji - t)
Uji parsial ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor
Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi terhadap Prestasi Kerja Guru.
59
Menurut Djarwanto dan Pangestu S. (2005) langkah-langkah untuk uji
parsial adalah sebagai berikut:
Menetapkan hipotesis
H01:β=0, Sikap Inovatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Prestasi Kerja Guru.
Ha1:β≠0, Sikap Inovatif berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi
Kerja Guru.
H02:β=0, Motif Berprestasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Prestasi Kerja Guru.
Ha2:β≠0, Motif Berprestasi berpengaruh secara signifikan terhadap
Prestasi Kerja Guru.
c. Uji R2 Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel bebas
dengan variabel tidak bebas secara simultan, dapat dilihat hasil uji
koefisien korelasi multiple R, sedangkan tingkat pengaruh dapat dilihat
hasil uji koefisien Determinasi R2.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Palopo
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga
pendidikan formal yang bertujuan untuk memberikan kemampuan yang
mana siswa/siswinya harus mampu menjadi tenaga kerja yang
profesional. Kemampuan tersebut berupa perluasan dari pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh dari Sekolah Menengah Pertama (SMP),
tetapi lebih kepada keterampilan yang di persiapkan sebagai tenaga kerja
yang siap pakai, guna memenuhi tuntutan dunia kerja yang semakin
tinggi. Di Kota Palopo terdapat 17 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
terdiri dari 3 (tiga) unit SMK Negeri yang merupakan objek penelitian, dan
14 unit SMK Swasta.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Palopo telah
dapat menampung siswa sekolah menengah pertama lulusan dari Kota
Palopo, daerah-daerah di sekitar Kota Palopo yang jarak tempuh kurang
lebih 30 km ke Kota, yaitu daerah Batu, Lamasi Pantai, Karetan, Bolong,
Batusitanduk, Lamasi Jawa, Mangkutana, Malangke dan seterusnya,
bahkan masih dapat menampung siswa lulusan sekolah menengah
pertama dari daerah tetangga seperti Kabupaten Wajo.
61
2. Gambaran Umum Responden Penelitian
Responden penelitian adalah guru SMK Negeri di Kota Palopo
sebanyak 70 orang, tersebar pada 3 SMK Negeri yang ada di Kota
Palopo. Untuk lokasi SMK Negeri 1 berjarak 4 km dari kantor dinas
pendidikan kota Palopo, SMK Negeri 2 berjarak 5 km dari kantor dinas
pendidikan Kota Palopo, Sedangkan SMK Negeri 3 Palopo berjarak 10 km
dari kantor dinas pendidikan Kota Palopo.
a. Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Kelompok
Umur
Berdasarkan hasil penelitian bahwa distribusi persentasi responden
berdasarkan kelompok umur, pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Distribusi persentasi responden berdasarkan kelompok umur
Umur (Tahun) Jumlah Persentasi< 31 - -31 – 38 23 33,0039 – 44 26 37,0045 – 50 19 27,00> 50 2 3,00
Jumlah 70 100,00Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Tabel 4.1 menjelaskan bahwa responden yang berusia < 31 tahun
tidak ada, usia 31 – 38 sebanyak 23 orang (33%), 39 - 44 tahun sebanyak
26 orang (37%), 45 - 50 tahun sebanyak 19 orang (27%), dan > 50 tahun
sebanyak 2 orang (3%), distribusi persentasi responden berdasarkan
kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah 31 – 44 tahun sebanyak 49
orang artinya responden berada pada usia dewasa produktif dan sudah
62
berpengalaman dibidangnya sehingga dapat diharapkan lebih
bertanggungjawab, lebih mampu meningkatkan prestasi dan lebih
produktif dalam menjalankan tugas.
b. Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian bahwa distribusi persentasi
responden berdasarkan jenis kelamin, pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Distribusi persentasi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah PersentasiLaki-laki 45 64,00Perempuan 25 36,00
Jumlah 70 100,00Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Tabel 4.2 dijelaskan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 45 orang (64%), dan jenis kelamin Perempuan sebanyak 25
orang (36%). Berdasarkan distribusi persentasi jenis kelamin tersebut
menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak dari pada
jumlah perempuan. Data ini semakin menegaskan bahwa jumlah guru
yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan.
c. Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa distribusi persentasi
responden berdasarkan pendidikan, pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Distribusi persentasi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentasi
S1 54 77,00S2 16 23,00
63
Jumlah 70 100,00Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang berpendidikan S1
sebanyak 54 orang (77%), sedangkan S2 sebanyak 16 orang (23%). Ini
berarti bahwa yang berpendidikan S1 masih banyak dan perlu mendapat
perhatian peningkatan kualifikasi pendidikan untuk melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi agar peningkatan sumber daya manusianya lebih
produktif.
d. Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Berdasarkan hasil penelitian bahwa distribusi persentasi
responden berdasarkan masa kerja, pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Distribusi persentasi responden berdasarkan masa kerja
Masa Kerja (tahun)
Jumlah (orang)
Persentasi
5 33 47,00> 5 67 53,00
Jumlah 70 100,00Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Tabel 4.4 diketahui bahwa responden dengan masa kerja 5
tahun sebanyak 33 orang (47%), > 5 tahun sebanyak 67 orang (53%).
Distribusi persentasi berdasarkan masa kerja responden menunjukkan
bahwa lebih banyak responden dengan masa kerja di atas 5 tahun,
sehingga diharapkan sudah memiliki pengalaman pengetahuan serta
keterampilan yang cukup dalam melaksanakan tugas sebagai seorang
pendidik/pengajar.
64
e. Distribusi Persentasi Responden Berdasarkan Golongan Kepangkatan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa distribusi persentasi
responden berdasarkan Golongan Kepangkatan, pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Distribusi persentasi responden berdasarkan golongan kepangkatan
Golongan Jumlah (orang) PersentasiIII 53 76,00IV 17 24,00
Jumlah 70 100,00Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang memiliki golongan III
sebanyak 53 orang (76%), dan golongan IV sebanyak 17 orang (24%)
Berdasarkan distribusi diatas diharapkan responden berusaha untuk
meningkatkan prestasi kerjanya dengan mengumpulkan angka kredit
jabatan fungsional guru.
3. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan hasil penelitian dari sikap inovatif dan motif berprestasi
terhadap prestasi kerja guru, maka data distribusi frekuensi setiap variabel
dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0, statistik distribusi
frekuensi menjabarkan tentang jawaban responden dalam bentuk nilai
frekuensi (F), persentasi (%) dan mean (nilai rata-rata) dari masing-
masing jawaban kuesioner. Adapun distribusi data penelitian ini secara
berturut-turut dimulai dari data variabel sikap inovatif (X1), motif
65
berprestasi (X2), dan prestasi kerja guru (Y), terlihat pada Tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Sikap Inovatif, Motif Berprestasi dan Prestasi Kerja Guru
Indikator Sangat Setuju Setuju Kurang
SetujuTidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
TotalMean(Rata-Rata)
F % F % F % F % F % F %Sikap Inovatif1. Keunggulan
Relatif2. Kompatibiltas3. Kerumitan4. Kemampuan
diujicobakan5. Kemampuan
diamati
0
012
1
0
01,42,9
1,4
38
03534
37
54,3
050
48,6
52,9
29
351934
32
41,4
5027,148,6
45,7
3
35150
0
4,3
5021,4
0
0
0
000
0
0
000
0
70
707070
70
100
100100100
100
3,5000
3,50003,31433,5429
3,5571
Motif Berprestasi1. Kebutuhan
Fisiologis2. Kebutuhan
Keselamatan3. Kebutuhan
Kebersamaan & Kasih Sayang
4. Kebutuhan Penghargaan
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
6
11
9
6
4
8,6
15,7
12,9
8,6
5,7
45
40
39
40
40
64,3
57,1
55,7
57,1
57,1
19
16
18
24
25
27,1
22,9
25,7
34,3
35,7
0
3
4
0
1
0
4,3
5,7
0
1,4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
70
70
70
70
70
100
100
100
100
100
3,8143
3,8429
3,7571
3,7429
3,6714
Prestasi Kerja Guru1. Kesetiaan2. Prestasi Kerja3. Tanggungjawab4. Ketaatan5. Kejujuran6. Kerjasama7. Prakarsa8. Kepemimpinan
00020004
000
2,9000
5,7
3933273229322523
55,747,138,645,741,445,735,732,9
3131403139374435
44,344,357,144,355,752,962,950,0
06352118
08,64,37,12,91,41,4
11,4
00000000
00000000
7070707070707070
100100100100100100100100
3,55713,38573,34293,44293,38573,44293,34293,3286
Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, variabel sikap inovatif terlihat bahwa
nilai rata-rata yang mempunyai jawaban paling tinggi adalah indikator
yang kelima, yaitu kemampuan untuk diamati dimana kemampuan suatu
inovasi dapat dilihat orang lain, maka semakin mudah inovasi itu diterima.
Sedangkan variabel sikap inovatif yang mempunyai jawaban paling
rendah adalah indikator yang kedua, yaitu kompatibilitas dimana harus
66
ada konsistensi dalam inovasi. Ini menandakan bahwa derajat konsistensi
dalam suatu inovasi masih kurang. Hal ini berarti inovasi dalam program
pendidikan perlu dilakukan perubahan, dalam segi konsistensi para guru
dalam mengajar dan kehadiran para guru di sekolah.
Variabel motif berprestasi, terlihat bahwa semua indikator yang
diujikan, bernilai di atas rata-rata, maka hasil yang didapat bahwa motif
berprestasi lebih dominan dari sikap inovatif terhadap prestasi kerja guru.
Variabel prestasi kerja guru terlihat bahwa nilai rata-rata yang
mempunyai jawaban paling tinggi adalah indikator yang pertama, yaitu
kesetiaan, dimana guru tetap setia mendampingi murid-murid yang
mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan variabel prestasi kerja
guru yang mempunyai jawaban paling rendah adalah indikator yang
kedelapan, yaitu kepemimpinan, dimana guru adalah panutan dan guru
disebut orang tua kedua, oleh karena itu guru hendaknya memberikan
contoh yang baik bagi murid-muridnya, dengan melihat rendahnya
kepemimpinan, maka ini perlu dilakukan pelatihan-pelatihan kepada para
guru khususnya segi pelatihan kepemimpinan, karena setiap guru
nantinya akan menjadi seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Analisis validitas, menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrument,
dimana instrument yang sahih memiliki validitas tinggi. Hasil analisis uji
67
validitas dengan bantuan program SPSS 17.0 ditunjukkan dengan
membandingkan r hasil (hitung) dengan nilai 0,3 apabila r hasil > 0,3 maka
butir variabel yang diteliti adalah valid. Hasil analisis yang didistribusikan
kepada 70 responden untuk tiap-tiap butir dari masing-masing variabel
sikap inovatif dan motif berprestasi, serta variabel prestasi kerja guru
ditunjukkan pada Tabel berikut:
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Sikap Inovatif (X1), Motif Berprestasi (X2), dan Prestasi Kerja Guru (Y)
Variabel Butir Nilai r Hitung
Nilai Batas Status
Sikap Inovatif
(X1)
12345
0,4760,4660,6080,4570,473
0,30,30,30,30,3
ValidValidValidValidValid
Motif Berprestasi
(X2)
12345
0,5190,5520,6490,5100,579
0,30,30,30,30,3
ValidValidValidValidValid
Prestasi Kerja Guru
(Y)
12345678
0,6380,4470,4380,4670,4140,5040,4520,437
0,30,30,30,30,30,30,30,3
ValidValidValidValidValidValidValidValid
Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, uji validitas untuk semua butir-butir
variabel sikap inovatif, motif berprestasi dan prestasi kerja guru dapat
diketahui bahwa keseluruhan dari 18 butir yang diuji menunjukkan hasil
yang valid (sah). Untuk butir yang gugur masing-masing variabel tidak
ada.
68
b. Uji Reliabilitas
Analisis reliablitas, menunjukkan sejauh mana suatu instrument
dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pengukuran
diulang dua kali atau lebih. Metode yang yang digunakan adalah Alpha-
Cronbach. Hasil analisis uji reliabilitas dengan bantuan program SPSS
17.0 ditunjukkan oleh besarnya nilai Alpha. Pengambilan keputusan
reliabilitas suatu variabel ditentukan dengan membandingkan nilai r Alpha
dengan nilai 0,6 apabila r Alpha > 0,6, maka variabel yang diteliti adalah
reliabel. Untuk masing-masing variabel sikap inovatif, motif berprestasi,
serta variabel prestasi kerja guru ditunjukkan pada Tabel berikut:
Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Variabel Sikap Inovatif (X1), Motif Berprestasi (X2), dan Prestasi Kerja Guru (Y)
Variabel Alpha Hitung Nilai Batas Status
Sikap Inovatif (X1)
Motif Berprestasi (X2)
Prestasi Kerja Guru (Y)
0,708
0,783
0,709
0,6
0,6
0,6
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Hasil uji reliabilitas di atas menunjukkan bahwa nilai Alpha dari
semua variabel secara keseluruhan adalah reliabel karena lebih besar dari
r Tabel. Dari hasil analisis validitas dan reliabilitas tersebut dapat
didistribusikan kepada seluruh responden, karena tiap-tiap butir
menunjukkan hasil yang valid dan reliabel.
69
5. Uji Asumsi Klasik
Sebelum pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis
statistika, maka perlu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu:
a. Uji Normalitas
Pada sebaran variabel dependent (Y) seharusnya menyebar
normal sebagaimana terlihat pada gambar 4.1, sebagai berikut :
Gambar 4.1 Dependent variabel prestasi kerja guru (Y)
b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas adalah mendeteksi adanya hubungan korelasi
yang kuat diantara variabel bebas atau antar variabel X. Multikolonieritas
dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan bahwa setiap variabel bebas menjadi variabel
terikat dan diregresikan terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance) dan menunjukkan
adanya kolonieritas yang tinggi. Kaedah nilai cutoff yang umum dipakai
70
adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF di atas 10. Artinya,
apabila nilai tolerance > 0,10 atau VIF > 10, maka disimpulkan bahwa
variabel tersebut mengandung masalah multikolinier. Pada Tabel 4.9
variabel X1 dan X2 masing-masing memiliki nilai VIF sebesar 1.023.
artinya kedua variabel bebas dari pelanggaran asumsi multikollinieritas.
Tabel 4.9 Hasil uji koefisien tolerance – VIF
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Sikap Inovatif .977 1.023
Motif Berprestasi .977 1.023a. Dependent Variable: Prestasi Kerja GuruSumber: Data Primer, diolah (2010)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari sisaan satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari sisaan satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi keberadaan
heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan melihat hasil analisis dengan
menggunakan bantuan program SPSS diperoleh grafik dimana
penyebaran residual adalah tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat pada
plot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu sebagaimana
terlihat pada gambar 4.2 berikut :
71
Gambar 4.2 Diagram pencar
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa
tidak terjadi gejala homoskedastisitas.
6. Analisis Regresi Berganda
Adapun model persamaan regresi, yaitu sebagai berikut:
Prestasi Kerja Guru (Y)= a + b1.Sikap Inovatif (X1) + b2.Motif Berprestasi (X2) + ei
Dimana:
a = Interceptb1 = Koefisien variabel Inovatif (X1)b2 = Koefisien variabel Motif Berprestasi (X2)ei = residual
Variabel-variabel yang diperoleh dari hasil penjumlah sub/item
variabel selanjutnya disusun dalam format data dengan bantuan program
SPSS 17.0 dan didapat hasil output sebagai berikut :
72
Tabel 4.10 Koefisien Regresi BergandaCoefficientsa
Model Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.503 2.891 3.632 .001
Sikap Inovatif .442 .113 .371 3.680 .000
Motif Berprestasi .483 .131 .393 3.906 .000a. Dependent Variable: Prestasi Kerja Guru
Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Berdasarkan Tabel 4.10 menghasilkan persamaan regresi ganda
sebagai berikut: Y = 10,503 + 0,442X1 + 0,483X2
Arti angka-angka dari persamaan di atas adalah sebagai berikut:
a. Nilai konstanta (a) adalah 10,503 ; artinya jika sikap inovatif dan
motif berprestasi bernilai 0, maka prestasi kerja guru bernilai
10,503.
b. Nilai koefisien regresi variabel sikap inovatif (b1) bernilai positif yaitu
0,442 ; artinya setiap peningkatan sikap inovatif sebesar 1 akan
meningkatkan prestasi kerja guru sebesar 0,442 dengan asumsi
variabel lain bernilai tetap.
c. Nilai koefisien regresi variabel motif berprestasi (b2) bernilai positif
yaitu 0,483 ; artinya setiap peningkatan motif berprestasi sebesar 1
akan meningkatkan prestasi kerja guru sebesar 0,483 dengan
asumsi variabel lain bernilai tetap.
73
Selanjutnya model persamaan regresi berganda di atas akan diuji
secara simultan (uji-F) dan parsial (uji-t), sebagai berikut :
a. Uji Simultan (uji – F)
Tabel 4.11 Analisis ragam (Analisis of Varians)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 169.447 2 84.724 16.950 .000a
Residual 334.896 67 4.998
Total 504.343 69a. Predictors: (Constant), Motif Berprestasi, Sikap Inovatif
b. Dependent Variable: Prestasi Kerja GuruSumber: Data Primer, diolah (2010)
Tabel 4.11 atau Tabel analisis varian merupakan uji koefisien
regresi secara bersama-sama (uji-F) untuk menguji signifikansi pengaruh
variabel sikap inovatif (X1) dan variabel motif berprestasi (X2) terhadap
variabel prestasi kerja guru (Y). Pengujian menggunakan tingkat
signifikansi 0,05.
Analisis regresi linier ganda prestasi kerja guru (Y) atas sikap
inovatif (X1) dan motif berprestasi (X2) menghasilkan persamaan regresi
berganda seperti berikut : Y = 10,503 + 0,442X1 + 0,483X2
Berdasarkan uji signifikan pada Tabel 4.11 dapat disimpulkan
bahwa persamaan regresi berganda di atas adalah sangat signifikan,
karena nilai Fhitung > Ftabel = 16,950 > 3,134. Hal ini berarti terdapat
hubungan positif antara sikap inovatif (X1) dan motif berprestasi (X2)
secara bersama-sama terhadap prestasi kerja guru (Y).
74
b. Uji Parsial (uji – t)
Uji-t (uji koefisien secara parsial) digunakan untuk mengetahui
apakah secara parsial sikap inovatif (X1) dan motif berprestasi (X2)
berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap prestasi kerja guru (Y).
pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan dua sisi, langkah-
langkah pengujiannya sebagai berikut :
Tabel 4.12 Pengaruh sikap inovatif dan motif berprestasi terhadap prestasi kerja guru
Coefficientsa
VariableCoefficients Regression
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.503 2.891 3.632 .001
Sikap Inovatif .442 .113 .371 3.680 .000
Motif Berprestasi .483 .131 .393 3.906 .000a. Dependent Variable: Prestasi Kerja Guru
Sumber: Data Primer, diolah (2010)
Pengujian koefisien variabel sikap inovatif (b1)
Hasil output Tabel 4.12 diatas maka nilai thitung b1 > ttabel(67, 0,05) =
3,680 > 1,668. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap inovatif berpengaruh
signifikan terhadap prestasi kerja guru.
Pengujian koefisien variabel motif berprestasi (b2)
Hasil output Tabel 4.12 diatas maka nilai thitung b2 > ttabel(67, 0,05) =
3,906 > 1,668. Jadi dapat disimpulkan bahwa motif berprestasi
berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja guru.
75
Berdasarkan kedua pengujian koefisien variabel secara parsial
diatas, maka variabel motif berprestasi memiliki tingkat signifikan yang
lebih dominan terhadap prestasi kerja guru.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinasi (R2) - Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .760a .578 .516 2.236a. Predictors: (Constant), Motif Berprestasi, Sikap Inovatifb. Dependent Variable: Prestasi Kerja GuruSumber: Data Primer, diolah (2010)
Berdasarkan Tabel 4.13 maka dapat diartikan pengaruh variabel
independent dalam hal ini sikap inovatif (X1) dan motif berprestasi (X2)
terhadap variabel dependent prestasi kerja guru (Y) adalah sebesar 0,578
artinya persentase sumbangan pengaruh sikap inovatif dan motif
berprestasi terhadap prestasi kerja guru sebesar 57,8%, sedangkan
sisanya sebesar 42,2% di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan penelitian ini.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian sikap inovatif dan motif berprestasi
terhadap prestasi kerja guru pada SMK Negeri di Kota Palopo, secara
bersama-sama maupun secara parsial menunjukkan hasil yang signifikan.
76
1. Pengaruh Sikap Inovatif terhadap prestasi kerja guru
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Irawati A.Kahar (2003) yaitu sikap inovatif mempunyai hubungan positif
terhadap prestasi kerja pegawai pustakawan, dengan demikian apabila
sikap inovatif mengalami peningkatan maka prestasi pegawai pustakawan
juga mengalami peningkatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari hasil distribusi frekuensi
untuk sikap inovatif, indikator kerumitan adalah variabel yang paling
rendah, ini disebabkan karena kerumitan derajat inovasi sebagai suatu
yang sulit untuk dipahami dan digunakan, sehingga berpengaruh terhadap
prestasi kerja, maka dapat disimpulkan bahwa sikap inovatif memiliki
pengaruh signifikansi yang lemah terhadap prestasi kerja guru dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Hasil wawancara langsung dengan beberapa guru dari tiga sekolah
yang berbeda didapat kesimpulan bahwasanya yang menjadi penyebab
belum optimalnya sikap inovatif guru disebabkan faktor internal antara
lain: belum lengkapnya fasilitas belajar mengajar seperti laboratorium
(komputer, bahasa), ruang bengkel, perpustakaan, kurikulum yang belum
mengikuti kemajuan teknologi dan pelatihan kerja guru bagi
pengembangan profesionalisme guru. Sedangkan faktor eksternal antara
lain : struktur sosial (menunjukkan hubungan antar guru kurang harmonis),
dan sistem norma (pola perilaku antar guru).
77
Kurikulum yang dikembangkan di sekolah sekarang ini menuntut
perubahan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered learning) menjadi pendekatan yang berpusat pada siswa
(student centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan
siswa yang harus memiliki keterampilan berpikir dan belajar, seperti
keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis, dan
keterampilan berkomunikasi. Berbagai keterampilan yang diharapkan bisa
dimiliki siswa dan dapat terwujud jika guru mampu mengembangkan
rencana pembelajaran yang mendorong siswa untuk bekerjasama dan
menantang siswa untuk berpikir kritis.
Selain pendekatan pembelajaran siswa harus diberi kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan mengusai teknologi informasi dan
komunikasi. Kemajuan teknologi informasi khususnya yang berbasis
elektronik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi perlu di
manfaatkan secara optimal.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sikap inovatif memiliki pengaruh terhadap prestasi kerja guru.
2. Pengaruh motif berprestasi terhadap prestasi kerja guru
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Sri Wahyono (2001) yaitu motif berprestasi memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap kinerja dosen. Dengan demikian apabila motif
berprestasi mengalami peningkatan maka kinerja juga mengalami
peningkatan.
78
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari hasil distribusi frekuensi
untuk motif berprestasi, terlihat bahwa semua indikator yang diujikan di
atas nilai rata-rata, maka hasil yang didapat bahwa motif berprestasi
memiliki pengaruh signifikansi yang kuat terhadap prestasi kerja guru
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada dasarnya motif berprestasi guru secara individu dalam
bekerja dapat memacu guru tersebut untuk bekerja keras sehingga dapat
mencapai tujuannya, beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motif
berprestasi guru secara individu, yaitu: rasa aman dalam bekerja,
mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang
menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil
dari kepala sekolah.
Mengembangkan motivasi berprestasi guru sebenarnya dimulai
dari dalam guru itu sendiri, sebab keinginan berprestasi merupakan
keinginan yang dimulai dari keinginan diri sendiri untuk membuat prestasi.
Namun demikian kepala sekolah dapat pula membantu guru untuk
berprestasi.
Hasil pengamatan langsung, motif berprestasi guru lebih dominan
dari sikap inovatif terhadap prestasi kerja guru SMK Negeri di Kota
Palopo, antara lain pekerjaan itu sendiri, prestasi yang diraih, peluang
untuk maju, pengakuan orang lain dan tanggungjawab terhadap
pekerjaan.
79
Prestasi kerja guru adalah keberhasilan guru dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar yang bermutu melalui kecakapan dan
keterampilan sehingga tujuan pedidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Prestasi kerja guru di sekolah ditunjukkan oleh komitmen guru
sebagai pengajar, pengabdian guru yang tulus, penguasaan dan
memahami materi pelajaran dan metode belajar, menggunakan sumber
belajar yang relevan, melakukan tes dan mengoreksinya kembali, disiplin
dalam mengajar dan patut untuk menjadi panutan siswa, mengajar
berupaya memotivasi siswa dan berinteraksi dengan baik, melakukan
bimbingan kepada siswa terutama pada siswa yang mengalami kesulitan
belajar, selalu ingin mengembangkan kemampuan keguruan, mampu
mengajar dan mengelola kelas dengan baik, sadar akan
tanggungjawabnya sebagai pengajar, mempunyai sumbangan pikiran
untuk mengembangkan sekolah dan tertib administrasi pengajaran.
Implikasi hasil penelitian pada masalah sikap inovatif dan moti
berprestasi dalam hubungannya dengan prestasi kerja guru adalah
kembali ke individu masing-masing guru bagaimana mereka bersikap,
mempunyai motivasi yang tinggi, sehingga prestasi kerja yang diraih dapat
tercapai maksimal, maka variabel sikap inovatif dan motif berprestasi
mempunyai pengaruh dengan prestasi kerja guru. Dari hasil olah data uji-t
didapatkan bahwa variabel motif berprestasi nilainya lebih tinggi dari
variabel sikap inovatif, sehingga hipotesis ditolak, dan hasil penelitian
80
menunjukkan bahwa motif berprestasi lebih dominan terhadap prestasi
kerja guru.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis secara simultan menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari sikap inovatif dan motif berprestasi
terhadap prestasi kerja guru.
2. Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa sikap inovatif
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja guru, dan
motif berprestasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja
guru. Dari uji-t tersebut diketahui bahwa motif berprestasi
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap prestasi kerja guru.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk kesimpulan, maka peneliti
dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut kepada:
1. Sikap inovatif dan motif berprestasi seorang guru hendaknya tetap
dipertahankan oleh masing-masing individu guru guna meningkatkan
prestasi kerja guru, hendaknya berusaha meningkatkan sikap inovatif
dengan hal-hal yang baru yang berhubungan dengan pengetahuan,
81
teknologi dan informasi di bidang pendidikan sehingga dapat
diterapkan di sekolah masing-masing.
2. Sikap inovatif seorang guru harus lebih ditingkatkan guna
pembelajaran yang lebih baik terhadap siswa. Sedangkan Motif
berprestasi agar tetap dipertahankan dengan loyal terhadap
pekerjaannya, sehingga prestasi kerja guru tetap meningkat dan
berkembang.
3. Kepala sekolah harus lebih mengedepankan sikap inovatif dan motif
berprestasi guna peningkatan prestasi kerja guru di sekolah masing-
masing.
4. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai
prestasi kerja guru sebaiknya tidak hanya terbatas pada sikap
inovatif dan motif berprestasi yang bias diteliti untuk mengukur
prestasi kerja guru misalnya gaya kepemimpinan, budaya kerja etos
kerja guru dan sebagainya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Applbaum, R.L dan Kard W. E. A, 1974. Strategis for permasive communication. Charles. E. Merril Publishing Company A. Bell dan Howel Company Columbus, Ohio.
Atkitson, Rita, L, dkk, 1993. Pengantar Psikologi. Terjemahan Nurjannah Taufik, Jakarta Erlangga.
Cochran, William G. 1997. Teknik Penarikan Sampel. Edisi Ketiga. Terjemahan Rudiansyah. Jakarta: Universitas Indonesia.
Davis K dan JW, 1993. Perilaku Dalam Organisasi. Terjemahan Tim Erlangga, Jakarta; Erlangga.
Djarwanto, Pangestu S, 2005. Statistik, Jilid 2; Andi Yogyakarta.
Gerungan, W.M, 1978. Psikologi Sosial. Jakarta; PT ERESCO.
Gultom Kamaruddin, 2008. Pengaruh Sikap Inovatif dan Motif Berprestasi Terhadap Prestasi Kerja Guru SMP Negeri Kota Sibolga. Tesis Universitas Terbuka Jakarta, Program Pascasarjana.
Hapsoro Umar, 2009, Orang-orang Inovatif. http//:www.wikipedia Indonesia.com, diakses 17 Maret 2010.
Hasibuan, S.P. Malayu,1997, Manajemen Sumber Daya Manusia. Gunung Agung, Jakarta.
Helmi F. Avin, 2005, Inovatif dan Perilaku Inovatif, Modul Kuliah 7. Diakses 25 Maret 2010.
Iqbal Hasan, 2009, Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Irawan, P.S dan Sriwahyu, K, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: STIA-LAN Press.
Istijanto, 2005. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kahar A. Irawati, 2003, Budaya kerja sikap inovatif sebagai faktor pendukung kinerja para Pustakawan perpustakaan perguruan tinggi di Padang. Penelitian Dasar Program Pasca UNPAD.
83
Manullang, M dan Marhet. M, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta; Ghalia Indonesia.
Mar’at, 1984, Sikap Manusia, Perubahan serta pengukurannya. Jakarta, Ghalia Indonesia.
Mathis L. Robert dan Jackson H. Jhon, 2006. Human Resource Management. Third Edition, New York Place Press Mac Millian Publishing.
McClelland Clarence David, 2001. The Achieving Society. New York; Publisher Inc.
Murgiyono, 2001, Hubungan Sistem Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dan Motivasi Kerja Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Badan Kepegawaian Negara Jakarta. Tesis Universitas Indonesia, Program Studi Pascasarjana.
Pertuwoboys, 2010, Prestasi Kerja. http//:www.wikipedia Indonesia.com, diakses 8 April 2010.
Rahardja T. Alice, 2004, Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta. Hasil Penelitian.
Raharjo B. Sabar, 2004, Pengaruh Motivasi Berprestasi, Pengetahuan Pengelolaan Informasi, Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja Terhadap Daya Bersaing Kepala Sekolah Dasar di kota Malang, Jawa Timur. Hasil Penelitian.
Retno, 2003, Hubungan Antara Kepemimpinan Situasional dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru, Jurnal Guruvalah. http://www.guruvalah.tk, diakses 17 Maret 2010.
Riduwan, 2008, Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta Bandung.
Rogers, Everett M, 1983. Diffusion of innovation. Canada: The Free Press of Macmillan Publishing Co.
Rogers, M. & Shoemaker F. Floyd, 1971, Communication of Innovation. New York: The Free Press a Division of Macmillan Publishing Co.Inc.
84
Sanusi Effendi, 2009, Mengapa Guru Perlu Berinovasi, Dosen FKIP Universitas Lampung. http//:www.wikipedia Indonesia.com, diakses 8 April 2010.
Sa’ud, 2008, Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Siagian, S.P, 1989. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Siahaan Jeriko, 2008. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Kota Sibolga. Tesis Universitas Terbuka Jakarta, Program Pascasarjana.
Sulaiman Wahid, 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS (contoh kasus & pemecahannya). Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Supardi Endang, 2004, Kiat Mengembangkan Sikap Inovatif dan Inovatif. Modul 4 Kewirausahaan SMK, diakses 25 Maret 2010.
Suradji, MA. 2009, Manajemen Kepegawaian Negara (Modul Pendidikan dan Pelatihan). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Surakhmad, W. 1981, Problematik Pembaharuan Pendidikan Negara-negara sedang berkembang dewasa ini. Prisma no.2 Tahun X LPES, Jakarta.
Wahyono Sri, 2001, Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen Politeknik Negeri Jakarta. Tesis Universitas Indonesia. Program Pascasarjana, Administrasi dan Pengembangan SDM.