SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
-
Upload
sekolah-maya -
Category
Spiritual
-
view
38.640 -
download
163
Transcript of SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
Budiyono
KriyaTEKSTIL
untukSekolah Menengah Kejuruan
Bu
diyo
no
K
RIY
A T
EK
ST
IL
un
tuk S
MK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDepartemen Pendidikan Nasional
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-nakan dalam Proses Pembelajaran.
Budiyono, dkk
KRIYA
TEKSTIL SMK
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang
KRIYA
TEKSTIL Untuk SMK Penulis : Budiyono Widarwati Sudibyo Irawati Parjiyah Wiwik Pudiastuti Parjiyati Syamsudin Sri Handayani Sri Herlina Dwi Yuniasari Palupi Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
BUD BUDIYONO k Kriya Tekstil untuk SMK oleh Budiyono, Widarwati Sudibyo, Irawati,
Parjiyah, Wiwik Pudiastuti, Parjiyati, Syamsudin, Sri Handayani, Sri Herlina, Dwi Yuniasari Palupi ---- Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
xxiii. 493 hlm Daftar Pustaka : 474-477
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Direktur Pembinaan SMK
Kata Pengantar
i
KATA PENGANTAR Proses pembelajaran di sekolah kejuruan khususnya kriya tekstil sangat memerlukan buku induk yang bisa menjadi buku pegangan siswa dan guru pembimbing pada saat dan selama proses pembelajaran kriya tekstil berlangsung. Buku induk atau pengantar pendidikan ini disusun berdasar kurikulum dan kebutuhan referensi di SMK. Adapun dengan adanya buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai buku pegangan siswa dan guru dalam memahami pembelajaran kriya tekstil. Kami menyadari bahwa buku ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran kami terima untuk perbaikan dan pengembangan selanjutnya.
(Penulis)
ii
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR ........................................................................... BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
A. SEJARAH TEKSTIL ............................................................ B. PENGOLAHAN BAHAN DASAR TEKSTIL ....................... C. KOMPETENSI KRIYA TEKSTIL .........................................
BAB II BAHAN DASAR TEKSTIL ..................................................
A. SERAT TEKSTIL ................................................................. 1. Serat Alam ........................................................................... 2. Serat Sintetis ....................................................................... B. ZAT WARNA TEKSTIL ....................................................... 1. Zat Warna Alam ................................................................... 2. Zat Warna Sintesis ..............................................................
BAB III RUANG LINGKUP KRIYA TEKSTIL ................................... TEKSTIL HIAS LATAR .....................................................................
A. Batik .................................................................................... 1. Deskripsi Batik ..................................................................... 2. Contoh Produk Batik ............................................................ 3. Alat Batik .............................................................................. 4. Bahan Batik ......................................................................... 5. Proses Pembuatan Produk Batik .........................................
5.1. Produk Batik Tulis ....................................................... 5.2. Contoh Pembuatan Produk Batik Tulis ......................
5.2.1. Membuat Taplak Meja Tamu Dengan Teknik Batik Tulis ........................................................
5.2.2. Membuat Selendang Dengan Teknik Batik Tulis .................................................................
5.2.3. Membuat Hiasan Dinding Pada Kain Pelepah Pisang .............................................................
5.2.4. Membuat Hiasan Dinding Pada Kain Katun .... 5.3. Produk Batik Cap ........................................................ 5.4. Contoh Pembuatan Produk Batik Cap .......................
5.4.1. Membuat Lembaran Kain Dengan Teknik Batik Cap .........................................................
B. Sulam (Bordir) ................................................................... 1. Deskripsi Sulam ................................................................... 2. Contoh Produk ..................................................................... 3. Alat Sulam ...........................................................................
iiivi1138
99
1013141620
25
252525414655636365
65
72
7889
111117
117
125125134137
iii
Daftar Isi
4. Bahan Sulam ....................................................................... 5. Proses Pembuatan Produk Sulam .......................................
5.1. Membuat Taplak Meja Dengan Teknik Sulam Menggunakan Mesin Manual ....................................
5.2. Membuat Hiasan Dinding Dengan Teknik Sulam ...... 5.3. Membuat Kerudung Dengan Teknik Sulam ............... 5.4. Membuat Tas Teknik Sulam Tangan Dengan Pita ....
C. Jahit Perca .......................................................................... 1. Deskripsi Jahit Perca ........................................................... 2. Contoh Produk ..................................................................... 3. Alat Jahit Perca .................................................................... 4. Bahan Jahit Perca ............................................................... 5. Proses Pembuatan Produk Jahit Perca ...............................
5.1. Membuat Sarung Bantal Teknik Jahit Perca Tumpang Tindih .........................................................
5.2. Membuat Hiasan Dinding Teknik Perca Jiplakan Pola (Template) .........................................................
5.3. Membuat Taplak Meja Makan Dengan Teknik Jahit Perca .........................................................................
5.4. Hiasan Dinding Teknik Perca Dengan Cara Acak ..... D. Jahit Tindas dan Aplikasi .................................................. 1. Deskripsi Jahit Tindas .......................................................... 2. Contoh Produk ..................................................................... 3. Alat Jahit Tindas .................................................................. 4. Bahan Jahit Tindas .............................................................. 5. Proses Pembuatan Produk Jahit Tindas .............................
5.1. Membuat Selimut Bayi Teknik Jahit Tindas .............. 5.2. Membuat Sarung Bantal Kursi Teknik Jahit Tindas
Pengisi Lembaran ...................................................... 5.3. Membuat Tutup Galon Dengan Teknik Efek
Bayangan .................................................................. 5.4. Membuat Sarung Bantal Santai Dengan Cara
Pengisi Tali ................................................................ 5.5. Membuat Serbet Teknik Jahit Aplikasi Standar ......... 5.6. Membuat Sarung Bantal Tidur Teknik Jahit Aplikasi
Penambahan Renda .................................................. 5.7. Membuat Hiasan Pakaian Anak Dengan Teknik
Aplikasi Potong Motif ................................................. 5.8. Membuat Taplak Meja Teknik Jahit Aplikasi Lipat
Potong ....................................................................... 5.9. Membuat Lembaran Untuk Hiasan Teknik Jahit
Aplikasi Pengisian .....................................................
144147
147156163176
189189192194201205
205
212
220232
240240246249261269269
276
284
292301
304
310
317
324
iv
Daftar Isi
E. Cetak Saring ....................................................................... 1. Deskripsi Cetak Saring ........................................................ 2. Contoh Produk ..................................................................... 3. Alat Cetak Saring ................................................................. 4. Bahan Cetak Saring ............................................................. 5. Proses Pembuatan Produk Cetak Saring ............................
5.1. Membuat Syal Dengan Teknik Pemotongan (Cut Put Methode/Knife Cut Methode)………………………….
5.2. Membuat Selendang Dengan Teknik Print Satu Warna Kombinasi Colet ………………………………..
5.3. Membuat Sarung Bantal Teknik Afdruk Kombinasi Tiga Warna ……………………………………………...
5.4. Membuat Kaos (T-Shirt) Teknik Sparasi Warna ……. 5.5. Membuat Hiasan Dinding Teknik Sparasi Warna ......
TEKSTIL STRUKTUR ................................................................. A. Tenun .................................................................................. 1. Deskripsi Tenun ................................................................... 2. Contoh Produk ..................................................................... 3. Alat Tenun ........................................................................... 4. Bahan Tenun ....................................................................... 5. Proses Pembuatan Produk Tenun .......................................
5.1. Membuat Taplak Meja ............................................... 5.2. Membuat Selendang .................................................
B. Tapestri ............................................................................... 1. Deskripsi Tapestri ................................................................ 2. Contoh Produk ..................................................................... 3. Alat Tapestri ......................................................................... 4. Bahan Tapestri .................................................................... 5. Proses Pembuatan Produk Tapestri ....................................
5.1. Membuat Hiasan Dinding .......................................... C. Makrame ............................................................................. 1. Deskripsi Makrame .............................................................. 2. Contoh Produk ..................................................................... 3. Alat Makrame ....................................................................... 4. Bahan Makrame .................................................................. 5. Proses Pembuatan Produk Makrame ..................................
5.1. Membalut Guci Dengan Teknik Makrame ................. 5.2. Membuat Ikat Pinggang ............................................. 5.3. Membuat Gantungan Pot .......................................... 5.4. Membuat Karpet ........................................................ 5.5. Membuat Tas ............................................................. 5.6. Membuat Hiasan Dinding Dengan Teknik Makrame
330330331332340345
345
352
361367373
379379379381382384387387403
411411413414415416416
424424433440441444444449454462465470
v
Daftar Isi
GLOSARI .......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... RIWAYAT PENULIS .........................................................................
474483487
vi
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Skema Pengolahan Bahan Dasar Tekstil ......... Gambar 2.1 Spektrum Warna ............................................... Gambar 2.2 Komposisi Cahaya Primer ................................. Gambar 2.3 Pencampuran Warna Sekunder ........................ Gambar 2.4 Hasil Pewarnaan Dengan Naptol ...................... Gambar 2.5 Hasil Pewarnaan Dengan Indigosol .................. Gambar 2.6 Hasil Pewarnaan Dengan Zat Warna Reaktif ... Gambar 3.1.1 Parang Rusak Barong .............................. Gambar 3.1.2 Truntum ............................................................. Gambar 3.1.3 Kawung ............................................................. Gambar 3.1.4 Sido Mukti ......................................................... Gambar 3.1.5 Semen Romo .................................................... Gambar 3.1.6 Gumin Tambun ................................................. Gambar 3.1.7 Tatu Payung ...................................................... Gambar 3.1.8 Batik Modern ..................................................... Gambar 3.1.9 Batik Modern ..................................................... Gambar 3.1.10 Lebah Bergantung ............................................. Gambar 3.1.11 Canting .............................................................. Gambar 3.1.12 Wajan dan Kompor ........................................... Gambar 3.1.13 Canting Cap dan Meja ...................................... Gambar 3.1.14 Timbangan ........................................................ Gambar 3.1.15 Stick Besi .......................................................... Gambar 3.1.16 Dingklik .............................................................. Gambar 3.1.17 Gawangan ......................................................... Gambar 3.1.18 Meja Pola .......................................................... Gambar 3.1.19 Gelas Ukur ........................................................ Gambar 3.1.20 Sarung Tangan ................................................. Gambar 3.1.21 Mangkok, Gelas dan Sendok ............................ Gambar 3.1.22 Ember ................................................................ Gambar 3.1.23 Gunting ............................................................. Gambar 3.1.24 Alat Gambar ...................................................... Gambar 3.1.25 Meteran ............................................................. Gambar 3.1.26 Scrap ................................................................. Gambar 3.1.27 Seterika dan Meja ............................................. Gambar 3.1.28 Kompor Pompa dan Kompresor ........................ Gambar 3.1.29 Kenceng ........................................................... Gambar 3.1.30 Wajan Cap ........................................................ Gambar 3.1.31 Ceret dan Kompor Minyak ................................ Gambar 3.1.32 Jemuran ............................................................ Gambar 3.1.33 Parang .............................................................. Gambar 3.1.34 Kuas .................................................................. Gambar 3.1.35 Rak Kompor ...................................................... Gambar 3.1.36 Baju Kerja ..........................................................
3141516212223414142424343444445454646464747474848484949495050505051515152525253535354
vii
Daftar Gambar
Gambar 3.1.37 Masker .............................................................. Gambar 3.1.38 Lilin Klowong ..................................................... Gambar 3.1.39 Lilin Tembok ...................................................... Gambar 3.1.40 Parafin ............................................................... Gambar 3.1.41 Soda Abu .......................................................... Gambar 3.1.42 TRO ................................................................... Gambar 3.1.43 Kostik ................................................................ Gambar 3.1.44 Natrium Nitrit ..................................................... Gambar 3.1.45 HCl .................................................................... Gambar 3.1.46 Garam Biru BB .................................................. Gambar 3.1.47 Garam Kuning GC ............................................. Gambar 3.1.48 Garam Orange GC ............................................ Gambar 3.1.49 Indigosol Violet B .............................................. Gambar 3.1.50 Indigosol Kuning IGK ........................................ Gambar 3.1.51 Napthol AS ........................................................ Gambar 3.1.52 Napthol AS-0L ................................................... Gambar 3.1.53 Napthol AS-BS .................................................. Gambar 3.1.54 Napthol ASG ..................................................... Gambar 3.1.55 Kertas Roti ........................................................ Gambar 3.1.56 Selendang Sutra ............................................... Gambar 3.1.57 Selendang Katun ............................................... Gambar 3.1.58 Kain Sutra ......................................................... Gambar 3.1.59 Mori Primisima .................................................. Gambar 3.1.60 Blaco dan Santung ............................................ Gambar 3.1.61 Kain Untuk Kaos ............................................... Gambar 3.1.62 T-Shirt ............................................................... Gambar 3.1.63 Waterglass ........................................................ Gambar 3.1.64 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.1.65 Memola ............................................................. Gambar 3.1.66 Membatik Klowong ............................................ Gambar 3.1.67 Mencelup Dalam Larutan TRO ......................... Gambar 3.1.68 Warna Pertama ................................................. Gambar 3.1.69 Menjemur/Mengangin-anginkan ........................ Gambar 3.1.70 Nembok ............................................................. Gambar 3.1.71 Menutup Dengan Parafin .................................. Gambar 3.1.72 Warna Kedua .................................................... Gambar 3.1.73 Menjemur/Mengangin-anginkan ........................ Gambar 3.1.74 Melorod ............................................................. Gambar 3.1.75 Menyeterika ....................................................... Gambar 3.1.76 Hasil Jadi Taplak Meja ...................................... Gambar 3.1.77 Gambar Kerja ½ ukuran .................................... Gambar 3.1.78 Memola ............................................................. Gambar 3.1.79 Membatik Klowong ........................................... Gambar 3.1.80 Mencelup Dalam Larutan TRO ......................... Gambar 3.1.81 Warna Pertama ................................................. Gambar 3.1.82 Nembok ............................................................
54555555565656575757585858595959606060616161626262636366666767676868686969707071737374747475
viii
Daftar Gambar
Gambar 3.1.83 Warna Kedua .................................................... Gambar 3.1.84 Melorod ............................................................. Gambar 3.1.85 Pengeringan ...................................................... Gambar 3.1.86 Menyeterika ...................................................... Gambar 3.1.87 Hasil Jadi Selendang ...................................... Gambar 3.1.88 Membuat Sket ................................................... Gambar 3.1.89 Memotong Sket ................................................. Gambar 3.1.90 Media Tenunan Pelepah Pisang ....................... Gambar 3.1.91 Peletakan Pola Disain ....................................... Gambar 3.1.92 Proses Pembatikan Klowong ............................ Gambar 3.1.93 Menembok ........................................................ Gambar 3.1.94 Karya Setelah Ditembok ................................... Gambar 3.1.95 Larutan TRO ..................................................... Gambar 3.1.96 Menyiram Dengan TRO .................................... Gambar 3.1.97 Persiapan Pewarnaan ....................................... Gambar 3.1.98 Pedoman Penggunaan Warna Indigosol dan
Napthol .............................................................. Gambar 3.1.99 Proses Pewarnaan ............................................ Gambar 3.1.100 Proses Pembangkitan Warna ........................... Gambar 3.1.101 Proses Fiksasi ................................................... Gambar 3.1.102 Pencucian ......................................................... Gambar 3.1.103 Hasil Akhir ......................................................... Gambar 3.1.104 Selendang Dayak Kalimantan Barat ................. Gambar 3.1.105 Disain Alternatif 1 .............................................. Gambar 3.1.106 Disain Alternatif 2 .............................................. Gambar 3.1.107 Disain Alternatif 3 .............................................. Gambar 3.1.108 Disain Alternatif 4 .............................................. Gambar 3.1.109 Disain Alternatif 5 .............................................. Gambar 3.1.110 Disain Alternatif 6 .............................................. Gambar 3.1.111 Disain Terpilih ................................................... Gambar 3.1.112 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.1.113 Membuat Pola ................................................... Gambar 3.1.114 Menjiplak Pola ................................................... Gambar 3.1.115 Pembatikan Klowong ........................................ Gambar 3.1.116 Karya Setelah Pembatikan ................................ Gambar 3.1.117 Larutan TRO ..................................................... Gambar 3.1.118 Kain Direndam TRO .......................................... Gambar 3.1.119 Persiapan Pewarnaan Ke-1 .............................. Gambar 3.1.120 Proses Pewarnaan Ke-1 ................................... Gambar 3.1.121 Proses Oksidasi ............................................... Gambar 3.1.122 Persiapan Warna Ke-2 ...................................... Gambar 3.1.123 Proses Pewarnaan Ke-2 ................................... Gambar 3.1.124 Proses Oksidasi ................................................ Gambar 3.1.125 Proses Fiksasi ................................................... Gambar 3.1.126 Pencucian ......................................................... Gambar 3.1.127 Melorod .............................................................
757576767778787979818282838385
858686878788899090919192929394949798989999
100101101102102103103104104
ix
Daftar Gambar
Gambar 3.1.128 Penembokan ..................................................... Gambar 3.1.129 Persiapan Napthol ............................................. Gambar 3.1.130 Mencelup Napthol ............................................. Gambar 3.1.131 Mencelup Dalam Garam ................................... Gambar 3.1.132 Proses Pelorodan Terakhir ............................... Gambar 3.1.133 Proses Pencucian ............................................. Gambar 3.1.134 Proses Pengeringan .......................................... Gambar 3.1.135 Menyeterika ....................................................... Gambar 3.1.136 Hasil Karya ........................................................ Gambar 3.1.137 Memasang Dengan Frame ............................... Gambar 3.1.138 Canting Cap ...................................................... Gambar 3.1.139 Skema Jalan Canting Cap ................................ Gambar 3.1.140 Skema Jalan Canting Cap ................................ Gambar 3.1.141 Cara Mengecap ................................................. Gambar 3.1.142 Cara Mengecap ................................................. Gambar 3.1.143 Nglowong .......................................................... Gambar 3.1.144 Nembok ............................................................. Gambar 3.1.145 Medel ................................................................ Gambar 3.1.146 Proses Pengerokan ........................................... Gambar 3.1.147 Mbironi .............................................................. Gambar 3.1.148 Proses Menyoga ............................................... Gambar 3.1.149 Nglorod .............................................................. Gambar 3.2.1 Tusuk Balik ........................................................ Gambar 3.2.2 Tusuk Batang .................................................... Gambar 3.2.3 Tusuk Rumani ................................................... Gambar 3.2.4 Tusuk Veston .................................................... Gambar 3.2.5 Tusuk Bunga ..................................................... Gambar 3.2.6 Tusuk Rantai ..................................................... Gambar 3.2.7 Tusuk Datar ....................................................... Gambar 3.2.8 Tusuk Flanel ...................................................... Gambar 3.2.9 Tusuk Daun ....................................................... Gambar 3.2.10 Tusuk Bullion ..................................................... Gambar 3.2.11 Tusuk Lurus ...................................................... Gambar 3.2.12 Tusuk Satin ....................................................... Gambar 3.2.13 Tusuk Jelujur ..................................................... Gambar 3.2.14 Contoh Tusuk Lurus .......................................... Gambar 3.2.15 Contoh Tusuk Zig-zag ....................................... Gambar 3.2.16 Contoh Produk Sulam/Bordir ............................ Gambar 3.2.17 Contoh Produk Sulam ....................................... Gambar 3.2.18 Contoh Produk Sulam/Bordir ............................ Gambar 3.2.19 Mesin Jahit Manual dan Komponennya ............ Gambar 3.2.20 Mesin Bordir Listrik dan Komponennya ............ Gambar 3.2.21 Jarum Mesin ...................................................... Gambar 3.2.22 Jarum Sulam ..................................................... Gambar 3.2.23 Jarum Kristik ..................................................... Gambar 3.2.24 Jarum Sulam Timbul .........................................
105106106107108108109109110110111113114115116118119120121122123124126126127127127128128128129129129130130131132134135136137138139139139139
x
Daftar Gambar
Gambar 3.2.25 Gunting .............................................................. Gambar 3.2.26 Midangan .......................................................... Gambar 3.2.27 Meteran ............................................................. Gambar 3.2.28 Rader ................................................................ Gambar 3.2.29 Cukit .................................................................. Gambar 3.2.30 Tudung Jari ....................................................... Gambar 3.2.31 Jarum Pentul ..................................................... Gambar 3.2.32 Alat Pemasuk Benang ....................................... Gambar 3.2.33 Soldir ................................................................. Gambar 3.2.34 Seterika Listrik ................................................... Gambar 3.2.35 Meja Seterika .................................................... Gambar 3.2.36 Alat Tulis ........................................................... Gambar 3.2.37 Kapur Jahit ........................................................ Gambar 3.2.38 Kertas ................................................................ Gambar 3.2.39 Kertas Karbon ................................................... Gambar 3.2.40 Berbagai Jenis Kain .......................................... Gambar 3.2.41 Benang Sulam Mesin ........................................ Gambar 3.2.42 Benang Sulam Tangan ..................................... Gambar 3.2.43 Pita .................................................................... Gambar 3.2.44 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.2.45 Motif .................................................................. Gambar 3.2.46 Mengukur Kain .................................................. Gambar 3.2.47 Menggunting Kain ............................................. Gambar 3.2.48 Garis Bantu ....................................................... Gambar 3.2.49 Membuat Garis Lengkung ................................. Gambar 3.2.50 Memindahkan Motif ........................................... Gambar 3.2.51 Memasang Midangan ........................................ Gambar 3.2.52 Melepas Sepatu Mesin Jahit dan Menurunkan
Gigi .................................................................... Gambar 3.2.53 Membuat Kerangka Motif .................................. Gambar 3.2.54 Membentuk Motif ............................................... Gambar 3.2.55 Membuat Isian ................................................... Gambar 3.2.56 Membordir ......................................................... Gambar 3.2.57 Menggunting Sisa Kain ..................................... Gambar 3.2.58 Merapikan Bordiran ........................................... Gambar 3.2.59 Menyeterika ...................................................... Gambar 3.2.60 Hasil Jadi Taplak Meja ...................................... Gambar 3.2.61 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.2.62 Menghitung Kotak Gambar ............................... Gambar 3.2.63 Motif Burung ...................................................... Gambar 3.2.64 Pembuatan Tusuk Silang .................................. Gambar 3.2.65 Mulai Menyulam ................................................ Gambar 3.2.66 Angka Sebagai Keterangan Warna Benang ..... Gambar 3.2.67 Hasil Jadi Sulaman ........................................... Gambar 3.2.68 Hiasan Dinding Siap Dipigura ........................... Gambar 3.2.69 Sulaman Dengan Pigura ...................................
140140140140141141141141142142142142143143143144145145146147148148149149150150151
151152152153153154154155155156157158159159160160161162
xi
Daftar Gambar
Gambar 3.2.70 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.2.71 Melipat Kain ...................................................... Gambar 3.2.72 Hasil Jelujuran ................................................... Gambar 3.2.73 Cara Menentukan Engkolan .............................. Gambar 3.2.74 Penyambungan Kain ......................................... Gambar 3.2.75 Memola ............................................................. Gambar 3.2.76 Memasang Midangan ........................................ Gambar 3.2.77 Persiapan Pengoperasian Mesin Bordir ............ Gambar 3.2.78 Membordir ......................................................... Gambar 3.2.79 Membuat Stik Melengkung ............................... Gambar 3.2.80 Mengisi Stik Dengan Zig-zag ............................ Gambar 3.2.81 Memberikan Tindasan di Atas Zig-zag .............. Gambar 3.2.82 Hasil Jadi Bordir Engkol ................................... Gambar 3.2.83 Bordir Motif Daun, Tangkai, dan Kupu-kupu ..... Gambar 3.2.84 Motif Bunga Dengan Terawang ........................ Gambar 3.2.85 Mengisi Bagian Dalam Dengan Benang Warna
Lain ................................................................... Gambar 3.2.86 Melepas Kain Sambungan ................................ Gambar 3.2.87 Memotong Bagian Tepi Bordir .......................... Gambar 3.2.88 Membuat Lubang Dengan Soldir ...................... Gambar 3.2.89 Memotong Sisa-sisa Benang ............................ Gambar 3.2.90 Menyeterika ....................................................... Gambar 3.2.91 Hasil Jadi Kerudung .......................................... Gambar 3.2.92 Berbagai Cara Pemakaian Kerudung ............... Gambar 3.2.93 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.2.94 Memotong Kain ................................................. Gambar 3.2.95 Memindahkan Motif ........................................... Gambar 3.2.96 Motif Sulaman ................................................... Gambar 3.2.97 Pemasangan Midangan .................................... Gambar 3.2.98 Memasukkan Pita Dalam Jarum ....................... Gambar 3.2.99 Persiapan Pita Untuk Sulaman ......................... Gambar 3.2.100 Pembuatan Tusuk Tangkai ............................... Gambar 3.2.101 Pembuatan Motif Benang Sari .......................... Gambar 3.2.102 Pembuatan Motif Daun ..................................... Gambar 3.2.103 Pembuatan Motif Bunga .................................... Gambar 3.2.104 Sulaman Pita Siap Dipasang ............................ Gambar 3.2.105 Kain Sifon .......................................................... Gambar 3.2.106 Koldore Dengan Pola ........................................ Gambar 3.2.107 Jahit Tindas ....................................................... Gambar 3.2.108 Pembuatan Sudut ............................................. Gambar 3.2.109 Pemasangan Furing .......................................... Gambar 3.2.110 Hasil Jadi Tas Dengan Sulam Pita .................... Gambar 3.3.1 Jahit Perca Cara Acak ...................................... Gambar 3.3.2 Template ........................................................... Gambar 3.3.3 Over Lapping ..................................................... Gambar 3.3.4 Cara Jahit Jelujur ..............................................
163164164165165166166167168168169169170170171
171172172173173174174175176177177178179179180180181182183184185185186186187188189190190191
xii
Daftar Gambar
Gambar 3.3.5 Cara Pola Geometris ......................................... Gambar 3.3.6 Contoh Produk Jahit Perca ............................... Gambar 3.3.7 Mesin Jahit Manual ........................................... Gambar 3.3.8 Mesin Jahit High Speed .................................... Gambar 3.3.9 Mesin Zig-zag .................................................... Gambar 3.3.10 Mesin Obras ...................................................... Gambar 3.3.11 Spul ................................................................... Gambar 3.3.12 Sekoci ............................................................... Gambar 3.3.13 Jarum Tangan ................................................... Gambar 3.3.14 Jarum Mesin ...................................................... Gambar 3.3.15 Jarum Pentul .................................................... Gambar 3.3.16 Gunting .............................................................. Gambar 3.3.17 Meteran ............................................................. Gambar 3.3.18 Cukit .................................................................. Gambar 3.3.19 Rader ................................................................ Gambar 3.3.20 Tudung Jari ....................................................... Gambar 3.3.21 Bantalan Jarum ................................................. Gambar 3.3.22 Telusupan Benang ............................................ Gambar 3.3.23 Karbon Jahit ...................................................... Gambar 3.3.24 Pensil Warna ..................................................... Gambar 3.3.25 Kapur Jahit ........................................................ Gambar 3.3.26 Seterika ............................................................. Gambar 3.3.27 Meja Seterika .................................................... Gambar 3.3.28 Penggaris Perca ................................................ Gambar 3.3.29 Rotary Cutter ..................................................... Gambar 3.3.30 Kain Katun Polos ............................................... Gambar 3.3.31 Kain Blacu ......................................................... Gambar 3.3.32 Kain Asahi ......................................................... Gambar 3.3.33 Kain Bermotif ..................................................... Gambar 3.3.34 Kain Perca ......................................................... Gambar 3.3.35 Fislin .................................................................. Gambar 3.3.36 Dakron ............................................................... Gambar 3.3.37 Koldore .............................................................. Gambar 3.3.38 Benang Jahit ..................................................... Gambar 3.3.39 Benang Obras ................................................... Gambar 3.3.40 Kertas Manila .................................................... Gambar 3.3.41 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.3.42 Hasil Jadi Sarung Bantal ................................... Gambar 3.3.43 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.3.44 Pola Pada Kain Perca ....................................... Gambar 3.3.45 Menyemat ......................................................... Gambar 3.3.46 Menggunting Perca ........................................... Gambar 3.3.47 Menggabungkan Perca ..................................... Gambar 3.3.48 Kain Blacu dan Perca ........................................ Gambar 3.3.49 Melipat dan Menyemat Kain Blacu .................... Gambar 3.3.50 Menjahit Tindas .................................................
191193194194194195195195196196196197197197197198198198198199199199200200200201201201202202202203203203204204205211213214214215215216216217
xiii
Daftar Gambar
Gambar 3.3.51 Lima Buah Karya ............................................... Gambar 3.3.52 Assesoris ........................................................... Gambar 3.3.53 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.3.54 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.3.55 Bagian Atas Taplak Meja .................................. Gambar 3.3.56 Menyeterika Kain .............................................. Gambar 3.3.57 Menggunting Pola ............................................. Gambar 3.3.58 Menggunting Pola ............................................. Gambar 3.3.59 Menandai Batas Jahitan ................................... Gambar 3.3.60 Menjahit Kain Perca .......................................... Gambar 3.3.61 Menyeterika dan Membuka Lipatan .................. Gambar 3.3.62 Menyeterika Kain Perca .................................... Gambar 3.3.63 Menggabungkan Perca Dengan Blacu ............. Gambar 3.3.64 Menjahit Bagian Tepi ........................................ Gambar 3.3.65 Tepi Taplak Meja .............................................. Gambar 3.3.66 Bagian Bawah Taplak Meja .............................. Gambar 3.3.67 Menyeterika Kain Perca .................................... Gambar 3.3.68 Menggunting Kain Perca ................................... Gambar 3.3.69 Menjahit Kain Perca .......................................... Gambar 3.3.70 Membuka Lipatan dan Menyeterika ................. Gambar 3.3.71 Menyeterika Kain Perca Jadi ............................ Gambar 3.3.72 Memasang Kain Perca ...................................... Gambar 3.3.73 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.3.74 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.3.75 Pola Pada Kain Perca ....................................... Gambar 3.3.76 Menyemat ......................................................... Gambar 3.3.77 Menggunting Perca ........................................... Gambar 3.3.78 Menggabungkan Perca ..................................... Gambar 3.3.79 Menyeterika Jahitan Perca ................................ Gambar 3.3.80 Kain Blacu/Kain Katun dan Perca ..................... Gambar 3.3.81 Melipat dan Menyemat Kain Blacu .................... Gambar 3.3.82 Menjahit Tindas ................................................. Gambar 3.3.83 Membuat Gantungan ........................................ Gambar 3.3.84 Memasang Gantungan ...................................... Gambar 3.3.85 Memasang Assesoris ........................................ Gambar 3.3.86 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.4.1 Contoh Produk Jahit Tindas Pengisi Lembaran Gambar 3.4.2 Jahit Tindas Pengisi Susulan ............................ Gambar 3.4.3 Jahit Tindas Pengisi Tali ................................... Gambar 3.4.4 Contoh Jahit Tindas Efek Bayangan ................. Gambar 3.4.5 Jahit Aplikasi ..................................................... Gambar 3.4.6 Jahit Aplikasi Potong Sisip ................................ Gambar 3.4.7 Jahit Aplikasi Potong Motif ................................ Gambar 3.4.8 Aplikasi Lipat Potong ......................................... Gambar 3.4.9 Jahit Aplikasi Dengan Pengisian ....................... Gambar 3.4.10 Contoh Produk Jahit Tindas ..............................
217218219221222222223224224225225225226226227227228228229229230230231232233234234235235236236237237238238239240241241242243244244245245246
xiv
Daftar Gambar
Gambar 3.4.11 Contoh Produk Jahit Tindas .............................. Gambar 3.4.12 Contoh Produk Jahit Aplikasi ............................ Gambar 3.4.13 Mesin Jahit Manual ........................................... Gambar 3.4.14 Mesin Jahit High Speed .................................... Gambar 3.4.15 Mesin Zig-zag .................................................... Gambar 3.4.16 Mesin Obras ...................................................... Gambar 3.4.17 Spul ................................................................... Gambar 3.4.18 Sekoci ............................................................... Gambar 3.4.19 Jarum Tangan ................................................... Gambar 3.4.20 Jarum Mesin ...................................................... Gambar 3.4.21 Jarum Pentul ..................................................... Gambar 3.4.22 Gunting .............................................................. Gambar 3.4.23 Meteran ............................................................. Gambar 3.4.24 Cukit .................................................................. Gambar 3.4.25 Rader ................................................................ Gambar 3.4.26 Tudung Jari ....................................................... Gambar 3.4.27 Bantalan Jari ..................................................... Gambar 3.4.28 Telusupan Benang ............................................ Gambar 3.4.29 Karbon Jahit ...................................................... Gambar 3.4.30 Pensil Warna ..................................................... Gambar 3.4.31 Kapur Jahit ........................................................ Gambar 3.4.32 Seterika ............................................................. Gambar 3.4.33 Meja Seterika .................................................... Gambar 3.4.34 Mesin Jahit Manual ........................................... Gambar 3.4.35 Mesin Jahit High Speed .................................... Gambar 3.4.36 Mesin Zig-zag .................................................... Gambar 3.4.37 Mesin Obras ..................................................... Gambar 3.4.38 Spul ................................................................... Gambar 3.4.39 Sekoci ............................................................... Gambar 3.4.40 Jarum Tangan ................................................... Gambar 3.4.41 Jarum Mesin ...................................................... Gambar 3.4.42 Jarum Pentul ..................................................... Gambar 3.4.43 Gunting .............................................................. Gambar 3.4.44 Meteran ............................................................. Gambar 3.4.45 Cukit .................................................................. Gambar 3.4.46 Rader ................................................................ Gambar 3.4.47 Tudung Jari ....................................................... Gambar 3.4.48 Bantalan Jarum ................................................. Gambar 3.4.49 Telusupan Benang ............................................ Gambar 3.4.50 Midangan .......................................................... Gambar 3.4.51 Karbon Jahit ...................................................... Gambar 3.4.52 Pensil Warna ..................................................... Gambar 3.4.53 Kapur Jahit ........................................................ Gambar 3.4.54 Seterika ............................................................. Gambar 3.4.55 Meja Seterika .................................................... Gambar 3.4.56 Kain Katun Polos ...............................................
247248249249249250250250251251251251252252252252253253253253254254254255255255256256256256257257257258258258258259259259259260260260261261
xv
Daftar Gambar
Gambar 3.4.57 Kain Transparan ................................................ Gambar 3.4.58 Kain Blacu ......................................................... Gambar 3.4.59 Kain Asahi ......................................................... Gambar 3.4.60 Kain Bermotif ..................................................... Gambar 3.4.61 Tali .................................................................... Gambar 3.4.61 Dakron ............................................................... Gambar 3.4.63 Koldore .............................................................. Gambar 3.4.64 Kertas Manila .................................................... Gambar 3.4.65 Benang Jahit ..................................................... Gambar 3.4.66 Benang Sulam ................................................... Gambar 3.4.67 Benang Obras ................................................... Gambar 3.4.68 Kain Katun Polos ............................................... Gambar 3.4.69 Kain Transparan ................................................ Gambar 3.4.70 Kain Blacu ......................................................... Gambar 3.4.71 Fislin .................................................................. Gambar 3.4.72 Kain Asahi ......................................................... Gambar 3.4.73 Kain Bermotif ..................................................... Gambar 3.4.74 Dakron ............................................................... Gambar 3.4.75 Koldore .............................................................. Gambar 3.4.76 Kertas Manila .................................................... Gambar 3.4.77 Benang Jahit ..................................................... Gambar 3.4.78 Benang Sulam ................................................... Gambar 3.4.79 Benang Obras ................................................... Gambar 3.4.80 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.81 Menyeterika Kain .............................................. Gambar 3.4.82 Mengukur dan Menandai Kain Flanel ............... Gambar 3.4.83 Memola ............................................................. Gambar 3.4.84 Menggabungkan Kain Flanel ............................ Gambar 3.4.85 Menjahit Jelujur ................................................. Gambar 3.4.86 Menjahit Tindas ................................................. Gambar 3.4.87 Menggunting Bagian Motif ................................ Gambar 3.4.88 Memasukkan Dakron ........................................ Gambar 3.4.89 Menjahit Menggunakan Tusuk Feston .............. Gambar 3.4.90 Memasang Bisban ............................................ Gambar 3.4.91 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.4.92 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.93 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.94 Bagian Depan Bantal ........................................ Gambar 3.4.95 Menggabung Kain ............................................. Gambar 3.4.96 Menjahit Tindas ................................................. Gambar 3.4.97 Membentuk Motif Anyaman .............................. Gambar 3.4.98 Hasil Jadi Bagian Depan ................................... Gambar 3.4.99 Bagian Belakang Sarung Bantal ....................... Gambar 3.4.100 Bagian Belakang ............................................... Gambar 3.4.101 Memasang Risliting ........................................... Gambar 3.4.102 Mengisi Dakron .................................................
261262262262263263263264264264265265265266266266266267267267267268268269270270271271272272273273274274275276277278278279279280280281281281
xvi
Daftar Gambar
Gambar 3.4.103 Menjahit Tindas ................................................. Gambar 3.4.104 Hasil Jadi Bagian Belakang .............................. Gambar 3.4.105 Menggabungkan Bagian Depan dan Belakang . Gambar 3.4.106 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.4.107 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.108 Menyeterika Kain .............................................. Gambar 3.4.109 Gambar Pola ..................................................... Gambar 3.4.110 Pola Tutup Galon .............................................. Gambar 3.4.111 Menggambar Pola ............................................. Gambar 3.4.112 Menggabungkan Kain ....................................... Gambar 3.4.113 Menjelujur Tepi Kain ......................................... Gambar 3.4.114 Menjahit Tindas ................................................. Gambar 3.4.115 Memasang Kain Sifon ....................................... Gambar 3.4.116 Memasang Kain Sifon ....................................... Gambar 3.4.117 Menggabungkan Bagian Atas Tutup Galon ...... Gambar 3.4.118 Menyatukan Dua Sisi Lembaran ....................... Gambar 3.4.119 Menyatukan Bagian Atas Tutup dan Bagian
Badan Tutup Galon ........................................... Gambar 3.4.120 Finishing ............................................................ Gambar 3.4.121 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.4.122 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.123 Menandai Kain .................................................. Gambar 3.4.124 Memola ............................................................. Gambar 3.4.125 Menggabungkan Kain Dengan Dakron ............. Gambar 3.4.126 Menjahit Tindas ................................................. Gambar 3.4.127 Menggabungkan Dengan Blacu ........................ Gambar 3.4.128 Menandai Kain .................................................. Gambar 3.4.129 Menggabungkan Kain ....................................... Gambar 3.4.130 Menjelujur ......................................................... Gambar 3.4.131 Menjahit Tindas ................................................. Gambar 3.4.132 Memberi Furing ................................................. Gambar 3.4.133 Melipat Salah Satu Sisi Lembaran .................... Gambar 3.4.134 Membuat Bisban ............................................... Gambar 3.4.135 Membungkus Tali Dengan Bisban .................... Gambar 3.4.136 Memasang Tali Pada Tepi Sarung Bantal ........ Gambar 3.4.137 Menggabungkan Bagian Depan dan Belakang . Gambar 3.4.138 Membuat Lubang Kancing ................................ Gambar 3.4.139 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.4.140 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.141 Memola ............................................................. Gambar 3.4.142 Menggunting Kain ............................................. Gambar 3.4.143 Menempel Aplikasi ............................................ Gambar 3.4.144 Memasang Pada Midangan .............................. Gambar 3.4.145 Hasil Jadi .......................................................... Gambar 3.4.146 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.147 Mengukur Kain ..................................................
282282283283284285285286286287287288288289289290
290291291292293293294294295295296296296297297298298299299300300301302302302303303304304
xvii
Daftar Gambar
Gambar 3.4.148 Menggunting Kain ............................................. Gambar 3.4.149 Melipat Kain ...................................................... Gambar 3.4.150 Menjahit Lipatan Kain ........................................ Gambar 3.4.151 Memasang Renda dan Pita ............................... Gambar 3.4.152 Membentuk Sarung Bantal ................................ Gambar 3.4.153 Menjahit Kedua Sisi Kain .................................. Gambar 3.4.154 Mengobras ........................................................ Gambar 3.4.155 Menggunting Sisa Kain ..................................... Gambar 3.4.156 Menyeterika dan Hasil Akhir ............................. Gambar 3.4.157 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.158 Menggunting Motif ............................................. Gambar 3.4.159 Menempel Motif Pada Fislin .............................. Gambar 3.4.160 Menyeterika Motif dan Fislin ............................. Gambar 3.4.161 Menempelkan Motif ........................................... Gambar 3.4.162 Menjelujur .......................................................... Gambar 3.4.163 Memasang Pada Midangan .............................. Gambar 3.4.164 Menjahit Dengan Tusuk Zig-zag ....................... Gambar 3.4.165 Menggunting Sesuai Ukuran Saku .................... Gambar 3.4.166 Memasang Saku ............................................... Gambar 3.4.167 Menggunting Sisa-sisa Benang ........................ Gambar 3.4.168 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.4.169 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.170 Pola Motif .......................................................... Gambar 3.4.171 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.4.172 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.4.173 Menyeterika Kain .............................................. Gambar 3.4.174 Menggunting Kain ............................................. Gambar 3.4.175 Memola ............................................................. Gambar 3.4.176 Menggabungkan Pola Dengan Fislin ................ Gambar 3.4.177 Menempelkan Kain Aplikasi Pada Kain Standar Gambar 3.4.178 Memasang Pada Midangan .............................. Gambar 3.4.179 Memasukkan Bahan Pengisi ............................. Gambar 3.4.180 Memasang Kain Aplikasi ................................... Gambar 3.4.181 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.5.1 Contoh Produk Cetak Saring ............................ Gambar 3.5.2 Contoh Produk Cetak Saring ............................ Gambar 3.5.3 Screen ............................................................... Gambar 3.5.4 Rakel ............................................................... Gambar 3.5.5 Meja Afdruk ....................................................... Gambar 3.5.6 Meja Gambar .................................................... Gambar 3.5.7 Kodatrace .......................................................... Gambar 3.5.8 Rapido ............................................................... Gambar 3.5.9 Palet .................................................................. Gambar 3.5.10 Hair dryer .......................................................... Gambar 3.5.11 Hand Sprayer .................................................... Gambar 3.5.12 Meja Sablon ......................................................
305305306306307308308309309310311311312312313313314314315316316317318323325325326326327327328328329329331332332333334334334335335335335336
xviii
Daftar Gambar
Gambar 3.5.13 Seterika ............................................................. Gambar 3.5.14 Alat Press .......................................................... Gambar 3.5.15 Timbangan ........................................................ Gambar 3.5.16 Gelas Ukur, Mangkok dan Gelas Plastik ........... Gambar 3.5.17 Sendok, Pengaduk, dan Solet ........................... Gambar 3.5.18 Kuas .................................................................. Gambar 3.5.19 Penggaris .......................................................... Gambar 3.5.20 Papan Landasan ............................................... Gambar 3.5.21 Kain Hitam ......................................................... Gambar 3.5.22 Isolasi ................................................................ Gambar 3.5.23 Karet Busa ........................................................ Gambar 3.5.24 Kaca Bening ...................................................... Gambar 3.5.25 Gunting dan Cutter ............................................ Gambar 3.5.26 Baju Kerja .......................................................... Gambar 3.5.27 Masker .............................................................. Gambar 3.5.28 Pensil Warna ..................................................... Gambar 3.5.29 Berbagai Media Sablon ..................................... Gambar 3.5.30 Opaque Ink ........................................................ Gambar 3.5.31 Obat Peka Cahaya ............................................ Gambar 3.5.32 Penghapus Screen ............................................ Gambar 3.5.33 Zat Warna Untuk Sablon ................................... Gambar 3.5.34 Pengental dan Obat Bantu ................................ Gambar 3.5.35 Sabun Colet ...................................................... Gambar 3.5.36 Hidronal G ......................................................... Gambar 3.5.37 Dandang ............................................................ Gambar 3.5.38 Kertas Asturo .................................................... Gambar 3.5.39 Kertas Karbon Putih .......................................... Gambar 3.5.40 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.5.41 Membuat Motif .................................................. Gambar 3.5.42 Menjiplak Motif .................................................. Gambar 3.5.43 Melubangi Motif ................................................. Gambar 3.5.44 Memberi Lem Kain Pada Papan Landasan ...... Gambar 3.5.45 Meletakkan Syal di Atas Papan ........................ Gambar 3.5.46 Memasang Kertas Asturo di Atas Syal .............. Gambar 3.5.47 Mencampur Zat Warna ..................................... Gambar 3.5.48 Meletakkan Screen di Atas Kertas Asturo ......... Gambar 3.5.49 Menyaput Warna ............................................... Gambar 3.5.50 Mengeringkan Motif ........................................... Gambar 3.5.51 Mencuci Peralatan ............................................ Gambar 3.5.52 Menyeterika dan Hasil Jadi ............................... Gambar 3.5.53 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.5.54 Gambar Tengah Selendang .............................. Gambar 3.5.55 Gambar Tepi dan Tumpal Selendang ............... Gambar 3.5.56 Film Diapositif .................................................... Gambar 3.5.57 Proses Gambar Pada Kodatrace ...................... Gambar 3.5.58 Mencampur Obat Peka Cahaya ........................
335335336336336337337337337338338338338339339339340340341341341342342343343343343346347347348348348349349350350350351351352353353353353354
xix
Daftar Gambar
Gambar 3.5.59 Pengolesan Obat Afdruk ................................... Gambar 3.5.60 Screen Siap Afdruk ........................................... Gambar 3.5.61 Penyinaran Dengan Lampu Neon ..................... Gambar 3.5.62 Penyinaran Dengan Matahari ........................... Gambar 3.5.63 Pencucian ......................................................... Gambar 3.5.64 Pentusiran ......................................................... Gambar 3.5.65 Pelapisan Lakban pada Tepi Screen ................ Gambar 3.5.66 Pasta Warna ..................................................... Gambar 3.5.67 Menyaput Dengan Rakel ................................... Gambar 3.5.68 Pasta Warna Pigmen ........................................ Gambar 3.5.69 Hasil Print Pada Selendang .............................. Gambar 3.5.70 Pencoletan Dengan Warna Muda ..................... Gambar 3.5.71 Selendang Hasil Coletan ................................... Gambar 3.5.72 Penyelesaian Akhir ........................................... Gambar 3.5.73 Hasil Selendang Colet Warna Pigmen .............. Gambar 3.5.74 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.5.75 Motif 3 Warna .................................................... Gambar 3.5.76 Warna Dipindah ke Kodatrace .......................... Gambar 3.5.77 Penyablonan ..................................................... Gambar 3.5.78 Bagian Belakang Sarung Bantal ....................... Gambar 3.5.79 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.5.80 Ragam Kaos ..................................................... Gambar 3.5.81 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.5.82 Pasta Warna Sparasi ........................................ Gambar 3.5.83 Pencetakan ....................................................... Gambar 3.5.84 Fiksasi ............................................................... Gambar 3.5.85 Menyeterika ....................................................... Gambar 3.5.86 Hasil Kaos Cetak Saring ................................... Gambar 3.5.87 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.5.88 Foto Kamera Digital .......................................... Gambar 3.5.89 Gambar Dari Internet ........................................ Gambar 3.5.90 Film Diapostif .................................................... Gambar 3.5.91 Pasta Warna Sparasi ........................................ Gambar 3.5.92 Pencetakan ....................................................... Gambar 3.5.93 Hasil Akhir ......................................................... Gambar 3.6.1 Tenunan Polos .................................................. Gambar 3.6.2 Tenunan Kepar ................................................. Gambar 3.6.3 Tenunan Satin .................................................. Gambar 3.6.4 Contoh Produk Tenun ....................................... Gambar 3.6.5 Teropong Pipih ................................................. Gambar 3.6.6 Hani .................................................................. Gambar 3.6.7 Raddle ............................................................... Gambar 3.6.8 Gunting .............................................................. Gambar 3.6.9 Pengait .............................................................. Gambar 3.6.10 Meteran ............................................................. Gambar 3.6.11 Benang Katun ...................................................
354354355355355356356357357358358359359359360362362363365366366369369371371372372372374375375375377377378379380380382382383383383383384384
xx
Daftar Gambar
Gambar 3.6.12 Tali Serat Agel ................................................... Gambar 3.6.13 Eceng Gondok .................................................. Gambar 3.6.14 Mendong ........................................................... Gambar 3.6.15 Gajih Agel .......................................................... Gambar 3.6.16 Benang Akrilik ................................................... Gambar 3.6.17 Akar Wangi ........................................................ Gambar 3.6.18 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.6.19 Membuat Silangan ............................................ Gambar 3.6.20 Memasang Benang TC ..................................... Gambar 3.6.21 Jumlah Benang Sesuai Yang Ditentukan .......... Gambar 3.6.22 Menghitung Benang TC 6 ................................. Gambar 3.6.23 Mengikat Persilangan Benang .......................... Gambar 3.6.24 Melepas Rangkaian Benang ............................. Gambar 3.6.25 Menggulung Benang ......................................... Gambar 3.6.26 Memasukkan Gulungan Benang Pada Stik ...... Gambar 3.6.27 Memasang Raddle ............................................ Gambar 3.6.28 Memasukkan Benang Pada Raddle .................. Gambar 3.6.29 Memeriksa Pemasangan Benang ..................... Gambar 3.6.30 Menggulung Benang ......................................... Gambar 3.6.31 Memasang Kertas Tebal ..... ............................. Gambar 3.6.32 Menyucuk Pada Gun ......................................... Gambar 3.6.33 Menyucuk Pada Sisir ........................................ Gambar 3.6.34 Mengikat Benang Lusi ....................................... Gambar 3.6.35 Mengencangkan Tali ......................................... Gambar 3.6.36 Memeriksa Ketegangan Benang ....................... Gambar 3.6.37 Menggulung Benang Pakan .............................. Gambar 3.6.38 Memegang Sisir ................................................ Gambar 3.6.39 Menginjak Pedal ........... .................................... Gambar 3.6.40 Membuka Mulut Lusi ......................................... Gambar 3.6.41 Memasukkan Benang Pakan ............................ Gambar 3.6.42 Menarik Sisir ..................................................... Gambar 3.6.43 Menenun ........................................................... Gambar 3.6.44 Menenun ........................................................... Gambar 3.6.45 Menggunting Bagian Atas ................................. Gambar 3.6.46 Membuat Simpul ............................................... Gambar 3.6.47 Hasil Jadi Taplak Meja ...................................... Gambar 3.6.48 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.6.49 Hasil Jadi Selendang ........................................ Gambar 3.6.50 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.6.51 Hasil Jadi Syal .................................................. Gambar 3.7.1 Tenun Corak Rata ............................................. Gambar 3.7.2 Tenun Coral Kilim .............................................. Gambar 3.7.3 Tenun Corak Soumak ....................................... Gambar 3.7.4 Tenun Coral Giordes ......................................... Gambar 3.7.5 Contoh Produk Tapestri .................................... Gambar 3.7.6 Tapestri Loom ...................................................
384385385385386386387388388389389390390391391392392393393394394395395396396397397398398399399400400401401402403406407410411412412412413414
xxi
Daftar Gambar
Gambar 3.7.7 Bobbin ............................................................... Gambar 3.7.8 Sisir Kayu .......................................................... Gambar 3.7.9 Gunting .............................................................. Gambar 3.7.10 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.7.11 Memasang Benang Lusi ................................... Gambar 3.7.12 Membuat Tali Penguat ...................................... Gambar 3.7.13 Membuat Simpul Soumak ................................. Gambar 3.7.14 Membuat Benang Pakan ................................... Gambar 3.7.15 Mulai Menenun .................................................. Gambar 3.7.16 Menenun ........................................................... Gambar 3.7.17 Membuat Corak Giordes ................................... Gambar 3.7.18 Menenun Dengan Variasi Corak ....................... Gambar 3.7.19 Menutup Dengan Soumak ................................ Gambar 3.7.20 Memotong Dengan Gunting .............................. Gambar 3.7.21 Merapikan Dengan Gunting .............................. Gambar 3.7.22 Menyimpul Akhir Tenunan ................................ Gambar 3.7.23 Hasil Jadi Hiasan Dinding ................................. Gambar 3.8.1 Cara Menggulung dan Mengikat Benang .......... Gambar 3.8.2 Tali Garapan dan Tali Pasangan ...................... Gambar 3.8.3 Simpul Pipih ...................................................... Gambar 3.8.4 Simpul Kordon ................................................... Gambar 3.8.5 Simpul Jangkar ................................................. Gambar 3.8.6 Simpul Pipih Ganda .......................................... Gambar 3.8.7 Simpul Mutiara .................................................. Gambar 3.8.8 Simpul Turki ...................................................... Gambar 3.8.9 Simpul Josephine .............................................. Gambar 3.8.10 Simpul Pembalut .............................................. Gambar 3.8.11 Simpul Pengunci ............................................... Gambar 3.8.12 Tas Santai ......................................................... Gambar 3.8.13 Ikat Pinggang .................................................... Gambar 3.8.14 Gantungan Pot .................................................. Gambar 3.8.15 Sarung Bantal Kursi .......................................... Gambar 3.8.16 Kap Lampu ....................................................... Gambar 3.8.17 Hiasan Dinding .................................................. Gambar 3.8.18 Sarung Bantal dan Taplak Meja ........................ Gambar 3.8.19 Dompet ............................................................. Gambar 3.8.20 Tas Santai ......................................................... Gambar 3.8.21 Dompet .............................................................. Gambar 3.8.22 Pembungkus Botol ............................................ Gambar 3.8.23 Gunting ............................................................. Gambar 3.8.24 Cutter ................................................................ Gambar 3.8.25 Penggaris .......................................................... Gambar 3.8.26 Meteran ............................................................. Gambar 3.8.27 Hak Pen ............................................................ Gambar 3.8.28 Stik Kayu ........................................................... Gambar 3.8.29 Papan Landasan ...............................................
414414415416417418418419419420420421421422422423423424424425426427428429430431432433433434434435435436437437438438439440440440440441441441
xxii
Daftar Gambar
Gambar 3.8.30 Benang .............................................................. Gambar 3.8.31 Handel ............................................................... Gambar 3.8.32 Aneka Manik-manik ........................................... Gambar 3.8.33 Aneka Gesper ................................................... Gambar 3.8.34 Karet Gelang ..................................................... Gambar 3.8.35 Lem ................................................................... Gambar 3.8.36 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.8.37 Simpul Pipih Ganda .......................................... Gambar 3.8.38 Rangkaian Simpul Pipih Ganda ........................ Gambar 3.8.39 Menyatukan Kedua Ujung Simpul ..................... Gambar 3.8.40 Simpul Pipih Ganda .......................................... Gambar 3.8.41 Simpul Mutiara .................................................. Gambar 3.8.42 Guci ................................................................... Gambar 3.8.43 Hasil Jadi Guci dengan Balutan Makrame ....... Gambar 3.8.44 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.8.45 Gesper dan Simpul Jangkar .............................. Gambar 3.8.46 Simpul Kordon .................................................. Gambar 3.8.47 Simpul Kordon ................................................... Gambar 3.8.48 Simpul Kordon dan Manik-manik ...................... Gambar 3.8.49 Ujung Ikat Pinggang .......................................... Gambar 3.8.50 Penyelesaian Akhir ........................................... Gambar 3.8.51 Hasil Jadi ........................................................... Gambar 3.8.52 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.8.53 Simpul Pipih Ganda .......................................... Gambar 3.8.54 Simpul Pipih Ganda 12 Simpul ......................... Gambar 3.8.55 Memasukkan Ring ............................................ Gambar 3.8.56 Simpul Berkas ................................................... Gambar 3.8.57 Lipatan Simpul Pipih Ganda .............................. Gambar 3.8.58 Membagi Tali Menjadi 4 Bagian ........................ Gambar 3.8.59 Simpul Pipih Ganda 8 Simpul ........................... Gambar 3.8.60 Memasukkan Tali ke Simpul Bagian Tengah .... Gambar 3.8.61 Simpul Manik-manik .......................................... Gambar 3.8.62 Simpul Mutiara .................................................. Gambar 3.8.63 Empat Simpul Mutiara ....................................... Gambar 3.8.64 Hasil Simpul Cina .............................................. Gambar 3.8.65 Hasil Simpul Cina .............................................. Gambar 3.8.66 Hasil Simpul Mutiara ......................................... Gambar 3.8.67 Variasi Manik-manik ......................................... Gambar 3.8.68 Variasi Manik-manik ......................................... Gambar 3.8.69 Variasi Manik-manik ......................................... Gambar 3.8.70 Simpul Berkas ................................................... Gambar 3.8.71 Hasil Jadi .......................................................... Gambar 3.8.72 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.8.73 Bambu dan Simpul Jangkar .............................. Gambar 3.8.74 Simpul Pipih Ganda .......................................... Gambar 3.8.75 Gambar Kerja dan Hasil Jadi Karpet .................
442442442443443443444445445446446447447448449450450451451451452453454455455455456456456457457457458458458459459460460460461461462463464464
xxiii
Daftar Gambar
Gambar 3.8.75 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.8.76 Tali Agel ............................................................ Gambar 3.8.77 Hasil Simpul Gantungan Tas ............................ Gambar 3.8.78 Tali Gantungan Tas ........................................... Gambar 3.8.79 Simpul Pipih Ganda Sebagai Hiasan ................ Gambar 3.8.80 Hasil Jadi .......................................................... Gambar 3.8.81 Gambar Kerja .................................................... Gambar 3.8.82 Rangka Hiasan dan Simpul Jangkar Ganda ..... Gambar 3.8.83 Simpul Pipih Ganda dan Simpul Pipih .............. Gambar 3.8.84 Rumbai-rumbai .................................................. Gambar 3.8.85 Gantungan Bambu ............................................ Gambar 3.8.86 Hasil Jadi ...........................................................
465466466467468469470471471472472473
Pendahuluan
1
BAB I PENDAHULUAN
A. SEJARAH TEKSTIL Awal mulanya manusia berpakaian karena rasa malu (kisah dalam kitab suci mengenai dosa dari Adam dan Hawa, setelah diketahui Allah telah melanggar perintahNya, manusia pertama yang semula telanjang mulai merasa malu karena ketelanjangannya itu dan berusaha mencari daun-daunan sebagai penutup tubuhnya). Dalam perkembangannya, manusia yang hidup dari berburu mulai menggunakan kulit hewan buruannya sebagai pakaian. Masa berikutnya, manusia yang berpakaian bulu/kulit hewan itu berangsur-angsur pindah dari daerah panas ke daerah dingin (manusia saat itu masih hidup berpindah-pindah/nomaden) dan akhirnya menetap setelah mereka mengenal hidup bertani untuk kelangsungan hidupnya. Hal yang berharga dari digunakannya bulu/kulit hewan sebagai penutup tubuh ini adalah penemuan tidak sengaja kain yang kemudian disebut lakan/felt. Kain yang semula gumpalan bulu hewan itu digunakan sebagai penutup telapak kaki manusia primitif yang sangat halus. Karena terus-menerus digunakan, maka gumpalan bulu itu terkena panas, keringat, tekanan dari kaki, yang menghasilkan kain-kain tanpa proses tenun. Penemuan berharga inilah yang mengawali pembuatan kain bukan tenunan, dari bahan berserabut dan serat buatan. Kemudian, manusia mulai belajar membuat tambang (yang nantinya berkembang kearah pembuatan tali dan juga benang) dari tumbuhan rambat atau disebut “ivy” dan rami atau “flax”. Pembuatan tali/tambang ini adalah untuk keperluan membuat tempat tidurnya yang pada masa itu digantungkan diantara pepohonan besar untuk menghindari serangan binatang buas di malam hari. Di samping itu untuk keperluan membuat jala penangkap ikan.
Pendahuluan
2
Setelah memperoleh keahlian dalam menghasilkan tali/tambang yang kasar itu, mereka berusaha untuk mendapatkan tali/benang yang lebih tipis. Usaha mereka adalah dengan menjalin rambut manusia. Suatu pekerjaan yang tidak ringan namun hasilnya tidaklah sebesar yang diharapkan. Dalam perkembangannya, manusia menemukan suatu serat halus yang dihasilkan oleh binatang kecil yaitu ulat sutera. Dari situlah diupayakan pembuatan benang tenun yang halus. Penemuan yang masih primitif itu kemudian menjadi prinsip dasar pembuatan kain sutera. Perkembangan demi perkembangan berlanjut dengan penemuan-penemuan kecil dari kehidupan sehari-hari manusia primitif ini. Perkembangan teknik menenun berjalan sejajar dengan keahlian membuat benang. Penemuan lain pada masa itu antara lain adalah yang berasal dari serat serabut yang menghasilkan antara lain wol dan katun. Dari penemuan ini kemudian didapati kenyataan bahwa lebih mudah memintal benang dari serat serabut daripada serat alamiah. Dengan serat serabut diperoleh benang yang tidak putus-putus. Dapat disimpulkan bahwasannya hasil menggintir, memintal dan akhirnya menenun pada masa kini adalah hasil dari penemuan dari manusia primitif yang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan cara yang sangat sederhana. Di samping penemuan itu dilakukan dengan kesadaran.
Pendahuluan
3
B. PENGOLAHAN BAHAN DASAR TEKSTIL
Serat
Pemintalan
Benang
Pencelupan Benang
Tekstil Struktur
Pertenunan Perajutan Renda Makrame
Barang Jadi Kain
Barang jadi
Tekstil Hias Latar
Batik
Sulam
Jahit Sablon /
Cetak Saring Pencelupan
Kain
Barang jadi
Gb. 1.1 Skema Pengolahan Bahan Dasar Tekstil
Pendahuluan
4
1. Serat Industri tekstil mempergunakan bermacam-macam serat, baik
serat-serat yang langsung diperoleh dari alam maupun serat-serat buatan untuk bahan bakunya.
Sebagai bahan baku, serat tekstil memegang peranan yang sangat penting, karena sifat serat menentukan sifat bahan tekstil jadinya. Disamping itu proses pengolahan yang dilakukan pada serat tekstil harus didasarkan pula pada sifat-sifat seratnya.
2. Pemintalan Proses pemintalan adalah proses pembuatan benang dari serat,
baik serat alam ataupun serat sintetis. Pemintalan serat alam, khususnya serat kapas terdiri dari proses
cara tradisional dan mekanisasi/mesin. • Cara Tradisional, meliputi proses penarikan serat kapas sedikit
demi sedikit sambil diputar untuk memberikan ikatan antara serat hingga menjadi panjang tertentu sesuai kebutuhan, kemudian digulung pada tempatnya.
• Cara Mekanisasi/Mesin, meliputi proses yang menggunakan mesin sebagai berikut:
- Blowing, adalah proses pembukaan biji kapas, kemudian dibersihkan, lalu dicampur dan hasilnya berupa lap.
- Carding, adalah proses pembersihan penguraian serat, pemisahan serat yang panjang dengan serat yang pendek serta merubah bentuk lap menjadi sliver.
- Drawing, adalah proses perangkapan, penarikan dan peregangan serat-serat dan membuat sliver yang lebih rata
- Roving, adalah proses penarikan, pemberian putaran/twist, penggulungan dan hasilnya berupa roving.
- Ring Spinning, adalah proses penarikan, pemberian putaran/twist, penggulungan dan hasilnya berupa benang
- Winding, proses penggulungan benang menjadi bentuk gulungan yang lebih besar sambil menghilangkan bagian yang lemah dan tidak rata.
Pemintalan serat buatan, yang terbentuk dari polimer-polimer, baik
yang berasal dari alam maupun buatan hasil proses kimia yang sederhana. Semua proses pembuatan serat buatan/sintetis dilakukan dengan menyemprotkan polimer yang terbentuk cairan melalui lubang-lubang kecil (spineret).
Pendahuluan
5
3. Benang Benang adalah hasil akhir daripada proses pemintalan baik berupa
benang alam antara lain benang kapas/katun, ataupun benang buatan antara lain benang nylon, polyester, sesuai dengan asal dari seratnya.
4. Pencelupan Benang
Pencelupan benang, adalah proses mewarnai/memberi warna pada benang secara merata. Untuk proses ini tidak harus dilakukan, hanya pada benang-benang yang diperlukan berwarna, sedangkan untuk benang yang putih atau natural tidak perlu dicelup.
Pewarna benang yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis benang yang akan dipergunakan, untuk benang yang berasal dari serat alam dipergunakan zat warna alam dan sintetis yang sesuai untuk serat alam, sedangkan untuk benang yang berasal dari serat sintetis dipergunakan zat warna yang sesuai dengan serat sintetis.
5. Tekstil Struktur Tekstil struktur adalah tekstil yang terbentuk dari jenis benang/serat
yang melalui proses tertentu hingga membentuk struktur. 6. Pertenunan Pertenunan adalah persilangan antara dua benang yang terjalin
saling tegak lurus satu sama lainnya, yang disebut benang lusi dan benang pakan, yang akhirnya menghasilkan lembaran kain. Benang lusi adalah benang yang arahnya vertikal atau mengikuti panjang kain, sedangkan benang pakan adalah benang yang arahnya horisontal atau mengikuti lebar kain.
Pada umumnya proses pertenunan meliputi : • Pembuatan Benang Lusi, biasa disebut penghanian yaitu
pengaturan dan penyusunan jumlah benang lusi sesuai panjang dan lebar kain yang akan dibuat sesuai desain.
• Pembuatan Benang Pakan, yaitu menggulung benang pada alat yang akan dipergunakan sebagai benang pakan.
• Pencucukan pada gun dan sisir, yaitu proses benang lusi yang sudah berada pada bum lusi, dimasukan/dicucukan satu persatu kedalam mata gun lalu kedalamn celah-celah saisir dengan menggunakan pisau cucuk.
• Penyetelan, yaitu memasang benang lusi pada alat tenun sehingga benang dapat ditenun.
• Pertenunan, yaitu proses memasukan benang pakan diantara benang lusi. Untuk proses ini dapat dipergunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau ATM (Alat Tenun Mesin).
Pendahuluan
6
7. Perajutan Perajutan adalah salah satu proses untuk mendapatkan lembaran
kain yang dihasilkan dari jeratan-jeratan benang yang bersambung satu sama lainnya, dimana letak jeratan-jeratan ini teratur merupakan suatu deretan.
Alat yang dipergunakan untuk membuat jeratan-jeratan benang terdiri dari : • Cara tradisional, menggunakan jarum rajut yang terdiri atas dua
batang yang terbuat dari kayu, bambu, plastik atau besi yang berbentuk bulat kecil sepanjang 40 cm, yang runcing pada salah satu ujungnya. Dengan gerakan-gerakan yang sederhana alat-alat ini digerakkan dengan tangan untuk mengambil benang dan selanjutnya membentuk rajutan. Alat ini masih digunakan hingga kini, tetapi terbatas untuk kerajinan tangan saja.
• Cara mesin, sebagai pembentuk rajutan digunakan mesin rajut yang menggunakan jarum yang bergerak naik turun untuk mengambil benang dan membentuknya menjadi rajutan.
8. Renda Untuk proses ini hampir sama dengan proses perajutan secara
tradisional, hanya alat yang dipergunakan bukan jarum rajut melainkan menggunakan alat yang disebut hakpen, guna membuat sengkelit dari benang yang saling berkaitan.
9. Makrame Yaitu teknik jalinan benang atau tali dengan menggunakan
bermacam-macam simpul. 10. Kain Kain adalah lembaran-lembaran hasil dari proses pertenunan,
perajutan, yang masih dapat dilanjutkan dengan proses lanjutan sesuai dengan yang diinginkan, antara lain proses batik, sablon dan jahit.
11. Tekstil Hias Permukaan Tekstil hias permukaan pada prinsipnya memberikan atau membuat
unsur hias pada suatu permukaan, dalam hal ini permukaan kain tekstil.
Pendahuluan
7
12. Batik Secara keteknikan, membatik adalah suatu cara penerapan corak di
atas permukaan kain dengan canting/cap melalui proses tutup celup dan atau colet dengan lilin batik sebagai perintang pewarnaan.
13. Pencelupan Kain Proses ini sama dengan proses pencelupan benang, hanya saja
yang dicelup/diwarnai bukan benang melainkan lembaran kain. Begitu pula dengan jenis zat warna yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis kain yang akan dicelup.
14. Sablon/Cetak Saring Proses pelekatan zat warna secara setempat pada kain, sehingga
menimbulkan corak tertentu. Pada umumnya urutan proses sablon/pencapan, sebagai berikut :
• Pembuatan screen, melalui tahapan pekerjaan yaitu pemasangan kain kasa pada rangka screen dan pemindahan gambar dari film diapositif pada kasa dengan cara penyinaran.
• Persiapan Pasta Cap, hal ini tergantung dari jenis kain yang akan dicap harus sesuai dengan jenis zat warna yang akan digunakan, sama seperti pada proses pencelupan benang/ kain.
• Pencapan Kain, pelekatan/pencapan pasta cap pada kain dapat dilakukan sesuai dengan alat yang akan digunakan.
• Pengeringan, hal ini harus dilakukan untuk menghindari zat warna keluar dari corak-corak yang ditentukan.
• Fiksasi Zat Warna, dimaksudkan untuk membangkitkan zat warna, tergantung pada jenis zat warna yang dipergunakan.
• Pencucian, proses ini berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa pengental, zat warna yang berlebihan yang tidak terfiksasi.
15. Jahit Yang termasuk jahit disini meliputi :
• Jahit Perca, adalah proses pembuatan suatu karya kerajinan yang terbuat dari guntingan/potongan kain perca yang digabungkan dengan cara dijahit sesuai desain.
• Jahit Tindas, adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara melapisi/mengisi kain dengan bahan pelapis/pengisi kemudian dijahit tindas pada permukaan kain.
• Jahit Aplikasi, adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara menempelkan guntingan kain pada kain nlainnya kemudian dijahit dengan tusuk hias sulam.
Pada proses jahit dikenal dua macam, yaitu :
Pendahuluan
8
• Jahit Tangan, adalah proses menjahit secara manual dengan mempergunakan tangan untuk menghasilkan suatu karya.
• Jahit Mesin, adalah proses menjahit dengan mempergunakan alat yang dikenal dengan mesin jahit.
16. Sulam Sulam/bordir adalah suatu teknik yang digunakan untuk membuat
hiasan-hiasan pada permukaan kain dengan mempergunakan benang hias sulam, sedangkan untuk proses pengerjaannya dapat menggunakan tangan atau mesin.
17. Barang Jadi Hasil akhir dari proses pengolahan bahan tekstil yang sudah siap
dipergunakan sesuai fungsinya atau siap jual.
C. KOMPETENSI KRIYA TEKSTIL Istilah tekstil dewasa ini sangat luas dan mencakup berbagai jenis kain yang dibuat dengan cara ditenun, diikat, dipres, dan berbagai cara lain yang dikenal dalam pembuatan kain. Kain pada umumnya dibuat dari serat yang dipilin atau dipintal guna menghasilkan benang panjang untuk ditenun atau dirajut sehingga menghasilkan kain sebagai barang jadi. Ketebalan atau jumlah serat, kadar pilinan, tekstur kain, variasi dalam tenunan, dan rajutan, merupakan faktor yang mempengaruhi terciptanya aneka kain yang tak terhitung macamnya. Pengetahuan dasar tentang tekstil perlu dikuasai oleh siswa SMK Jurusan Seni Rupa dan Kriya sebagai suatu landasan pengetahuan dalam mempelajari berbagai keterampilan kriya tekstil. Dengan suatu landasan pemahaman yang baik, proses pelatihan keterampilan akan menjadi lebih mudah dan juga untuk mengantisipasi perkembangan berbagai teknik baru dalam Kompetensi Kriya Tekstil : 1. Dasar Kompetensi Kejuruan Kriya tekstil : 1.1 Kompetensi Umum 1.2 Kompetensi Umum Bidang Kriya Tekstil 2. Kompetensi Kejuruan Kriya Tekstil : 2.1 Kriya Tekstil Batik 2.2 Kriya Tekstil Sulam 2.3 Kriya Tekstil Jahit Perca 2.4 Kriya Tekstil Jahit Tindas dan Aplikasi 2.5 Kriya Tekstil Cetak Saring 2.6 Kriya Tenun/Tapestry 2.7 Kriya Tekstil Makrame
Bahan Dasar Tekstil
9
BAB II
BAHAN DASAR TEKSTIL Untuk membuat karya kerajinan kriya tekstil, selain dibutuhkan desain, bahan dasar yang sering digunakan yaitu serat-serat tekstil, baik serat alami maupun serat sintetis dan zat warna tekstil yang terdiri dari zat warna alami dan zat warna sintetis seperti dibahas berikut ini.
A. SERAT TEKSTIL Bermacam-macam serat yang digunakan untuk tekstil dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Batang Staple Asbes Gelas Flax/linen Rambut Logam Henep Alpaca Silikat Yute Unta Kenaf Cashmere Alginate Polimer- Rami Llama Selulosa kondensasi Enceng Mohair Ester selulosa: Poliamida: Gondok Kelinci Asetat,Triasetat Nylon 6 Buah Wol Selulosa yang Nylon 11 Sabut- Biri-biri diregenerasi Nylon 66 kelapa Filamen: (rayon) Nylon 6 -10 Daun Sutera Protein (azlon): Polyester Abaka(manila) Kaseina Poliuretan: Sisal Zein Spandex Nenas Polimer Adisi Pelepah pisang Karet: Polihidrokarbon: Ulap doyo Lycra Olefin,polietilena Agel Polistirena Lidah mertua Polihidrokarbon Biji yg disubstitusi Kapas , kapok halogen Akar wangi Polihidrokarbon yg disubstitusi Nitril : Akrilat, Modakrilat, Nitril
Selulosa Protein Mineral Organik Anorganik
Serat Alam
Serat
Serat Buatan
Polimer buatan
Polimer alam
Bahan Dasar Tekstil
10
1. Serat alam yang digunakan untuk kriya tekstil antara lain: 1.1. Serat Kapas
Kapas adalah tumbuhan tahunan dari tanaman subtropis. Diperkirakan bahwa kapas sudah di pakai sebagai pengganti bahan tekstil di India, Cina dan Peru pada sekitar tahun-tahun 2000-5000 SM. Produksi kapas kemudian meluas ke Eropa melalui India, Mesir dan Spanyol. Mula-mula di India, Tumbuh pohon-pohon secara liar yang berbuah seperti wol dengan keindahan dan mutu yang melebihi wol dari domba. Di pertengahan abad XVIII, wol dan kain linen lebih banyak digunakan daripada kapas. Pemakaian kapas meningkat setelah terjadi revolusi industri, yaitu mulai ditemukannya mesin-mesin antara lain adalah mesin pemisah biji kapas (cotton gin). Kemudian kapas menempati tempat pertama dalam urutan sebagai bahan pakaian. Bahkan ketika distribusi pemakain relatif menurun, kapas masih berperan utama sebagai bahan tekstil baik untuk kerajinan maupun sandang. Di abad XX ini penghasil kapas nomor satu adalah Amerika Serikat yang kemudian diikuti oleh negara-negara penghasil kapas lainnya seperti Cina, India, Pakistan, Brasil, Turki, Mesir, Meksiko, Sudan dan beberapa negara lain yang rata-rata mempunyai hasil sejuta bal kurang setiap tahunnya.
1.2. Serat Yute
Serat yang didapat dari kulit batang tanaman Corchorus capsularis dan Corchorus olitorius. Dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Diperkirakan yute berasal dari daerah sekitar Laut Tengah dan kemudian banyak ditanam di Asia terutama India dan Pakistan. Serat yute mempunyai kekuatan dan kilau sedang tetapi serat kasar. Digunakan sebagai bahan pembungkus dan karung, di Industri dipakai sebagai pelapis permadani, Isolasi listrik dan tali temali.
1.3. Serat Rami
Serat yang diperoleh dari batang tanaman Boehmeria nivea, sejarah awal mula rami diketahui melalui tulisan tua dari tahun 600 SM di daerah Cina. Sementara berdasarkan penelitian para ahli dikatakan bahwa beberapa pembungkus mumi dari tahun 5000–3300 SM sudah menggunakan serat rami. Serat rami berwarna sangat putih, berkilau dan tidak berubah warnanya karena sinar matahari, serat ini sangat tahan terhadap bakteri dan jamur. Dimanfaatkan sebagai bahan jala, kanvas dan tali temali. Di Jepang Serat ini dipakai sebagai benang tenunan, kimono dan kemeja. Sangat baik digunakan sebagai bahan kerajinan dengan tenunan ATBM dan dikombinasi sulaman.
Bahan Dasar Tekstil
11
1.4. Serat Flax/linen Serat ini diambil dari batang Linum usitatissimum. Produksi flax pertama-tama dilakukan oleh Mesir. Benang dan kain yang dibuat dari serat flax lebih dikenal dengan nama linen. Tanaman flax adalah salah satu tanaman yang pertama dalam peradaban manusia dan telah ditanam lebih dari 6000 tahun yang lalu di Timur Tengah. Kekuatan serat flax dua kali lipat dari pada serat kapas, kilapnya baik tetapi kaku. Serat flax terutama digunakan untuk bahan pakaian dan di Industri digunakan untuk benang jahit dan jala.
1.5. Serat Henep
Serat yang diperoleh dari batang tanaman Cannabis sativa. Diperkirakan telah digunakan semenjak zaman pra sejarah di Asia dan Timur Tengah. Daya tarik dan kekuatannya cukup tinggi dan dimanfaatkan sebagai tali pancing, benang jahit, tali temali, tali pengepakan dan kanvas.
1.6. Rosela (Java Yute)
Serat yang diperoleh dari tanaman Hisbiscus sabdariffa. Terutama ditanam di Indonesia (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Selain di Indonesia serat Rosela juga ditanam di India, Bangladesh Ceylon, Filipina dan Hindia Barat (Soepriyono, dkk, 1974). Serat Rosela yang baik warnanya krem sampai putih dan berkilau dengan kekuatan yang cukup baik. Serat Rosela banyak dipakai sebagai bahan pembuat kanvas, benang permadani, kain pelapis kursi. Saat ini kelopak bunga dari serat rosela banyak dimanfaatkan sebagai minuman dan obat alami.
1.7. Serat Pelepah pisang
Serat yang diperoleh dari batang atau pelepah pisang Musa paradisiaca. Biasanya dipilih pisang batu yang mempunyai kekuatan tinggi dan kilau warna yang baik, panjang serat sampai 2 meter, proses pengerjaannya manual dan setelah ditenun bisa dibuat baju, selendang, tas, tempat vas, sandal dan lain sebagainya.
1.8. Serat Nenas Diperoleh dari daun tanaman Agave sisalana, untuk memperoleh serat ini dengan cara dikerok daunnya, serat putih dan mempunyai kekuatan seperti sutera. Digunakan sebagai bahan sandang dan kerajinan.
1.9. Serat Lidah Mertua Diperoleh dari serat daun jenis Sansivera trifasciata. Termasuk penemuan serat baru dan mempunyai warna putih, kilau dan kekuatannya seperti sutera. Banyak dimanfaatkan untuk bahan kerajinan dan sandang.
Bahan Dasar Tekstil
12
1.10. Serat Enceng Gondok Serat yang diperoleh dari batang tanaman air enceng gondok (Eichhornia crassipes solms), yang diperoleh dengan cara tanaman enceng gondok dipotong 10 cm dari akar dan 10 cm dari daun. Serat berwarna coklat, kuat, tahan panas dan tahan cuci. dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan dan media batik.
1.11. Serat Sutera
Serat ini berbentuk filamen dan dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Serat sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut lepidoptera. Serat sutera mempunyai sifat daya serapnya tinggi, kekuatanya tinggi, pegangannya lembut, tahan kusut dan kenampakannya mewah Pemanfaatannya telah dimulai sejak kira-kira 2600 tahun sebelum masehi di negara Cina. Di Jepang ulat-ulat sutera ini dipelihara oleh para petani di sekitar abad pertengahan. Kemudian dari dunia perdagangan lewat maritim sutera dibawa menyebar ke Asia dan Eropa, karena hasil dari sutera ini ternyata keuntungan yang cukup besar, selain itu dimanfaatkan untuk pakaian wanita, kaos kaki wanita, dasi dan lain sebagainya.
1.12. W o l
Merupakan serat yang terpenting diantara serat-serat binatang, berasal dari bulu biri-biri, serat berbentuk stapel atau pendek. Wol berasal dari Asia Tengah kemudian tersebar ke Eropa Barat dan Cina Timur melalui Babilonia dan Roma. Wol sudah dikenal sejak masa sebelum masehi. Hal ini tertulis dalam kitab suci agama Kristen (Alkitab); baik yang berasal di zaman sebelum Kristus lahir (Perjanjian Lama), maupun yang berasal di zaman sesudah Kristus lahir (Perjanjian Baru). Demikian pula dalam dokumen kuno di Negeri Cina ditemukan sejumlah tradisi mengenai wol. Dari dua kenyataan di atas tampak bahwa peternakan-peternakan domba mempunyai sejarah yang panjang. Ada tiga macam domba untuk bahan tekstil yaitu merino, campuran/peranakan dan domba asli/dalam negeri. Merino menghasilkan wol halus dan di temui di Australia, Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memiliki dataran yang kering. Wol dari domba Merino adalah bahan untuk pakaian yang berbenang halus. Peranakan/campuran menghasilkan wol yang lebih kasar dari Merino dan digunkan untuk bahan tekstil berat, babut dan rajutan wol. Domba jenis ini dapat ditemui di Selandia Baru, Argentina dan Australia yang memiliki daerah bercurah hujan tinggi. Domba ini banyak diternak di Asia seperti Cina, Rusia dan Mongolia. Wol dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pakaian, baju hangat, selimut atau permadani, benang wol digunakan untuk karya kerjinan tenun,tapestri, rajut dan sebagainya.
Bahan Dasar Tekstil
13
2. Serat sintetis yang digunakan untuk kriya tekstil antara lain:
2.1. Rayon Asetat Selulosa asetat dibuat oleh Schutsenberger pada tahun 1969, dengan memanaskan selulosa dengan asetat anhidrida dalam tabung tertutup. Kain yang dibuat biasanya untuk pakaian anak-anak karena sifatnya yang lembut.
2.2. Polyester Termasuk di dalamnya trylene, dacron dan sejenisnya. Pertama-tama ditemukan tahun 1944. Awalnya adalah atas dasar penelitian Carothers di tahun 1941 kemudian serat polyester dikembangkan oleh J.B. Whinfield Dickson dari Calico Printers Associated. Pembuatan polyesther dibuat dari asam tereftalat dan etilena glicol, Dacron dibuat dari asamnya, sedangkan trylene dibuat dari dimetil ester asam tereftalat dengan etilena glicol. Etilena berasal dari penguraian minyak tanah yang dioksidasi dengan udara, menjadi etilenaoksida yang kemudian dihidroksi menjadi etilena glikol. Serat ini digunakan untuk kebutuhan tekstil sandang, tirai, tali-temali, jala, kain layar dan terpal. Dacron digunakan untuk pengisi bantal, boneka atau kerajinan lainnya.
2.3. Poliuretan (spandek) dan Lycra
Serat spandek menyerupai karet, mempunyai sifat elastis yang baik, disebabkan oleh struktur kimianya. Lycra mempunyai kelebihan tahan terhadap zat kimia, minyak dan matahari, lycra dapat dicuci berulang-ulang dengan mesin cuci pada suhu 60°C, keuntungan yang lain lycra warnanya putih dan dapat dicelup (diwarna). Dapat digunakan untuk pakaian wanita, kaos tangan dan kaos kaki, ikat pinggang, baju senam dan sebagainya.
2.4. Nylon (Poliamida) Pertama kali ditemukan oleh Wallace H. Carothers pada tahun 1928. Dari bahan heksametilena diamina dan asam adipat. Nylon mempunyai sifat elastisitas yang tinggi. Nylon 66, Nylon 610, Nylon 6 dan Nylon 7 berbeda-beda satu dengan yang lainnya karena mempunyai sifat dan manfaat yang berbeda. Serat poliamida ternyata cukup baik untuk dipergunakan sebagai tali parasut, tali-temali yang memerlukan kekuatan dan daya tarik yang tinggi, benang terpal, jala, tali pancing dan karpet, tekstil sandang dan keperluan rumah tangga.
2.5. Acrylic
Pembuatannya dimulai tahun 1934 dan baru diproduksi tahun 1944. Serat buatan ini dipergunakan untuk bahan tekstil sandang, kain rajut
Bahan Dasar Tekstil
14
dan selimut. Benang acrylic sangat banyak fariasi dan warnanya, digunakan untuk bahan kerajinan renda,rajut, tenun dan sulam.
B. ZAT WARNA TEKSTIL Dalam kerajinan kriya tekstil, ada beberapa keteknikan yang menggunakan bahan pewarna antara lain teknik batik, cetak saring, tenun, tapestri, renda, dan rajut. Zat warna tekstil dapat digolongkan menurut cara perolehannya yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis. Sebelum kita mengenal zat warna terlebih dahulu kita mengenal warna menurut spektrum atau panjang gelombang yang terserap. 1. Pengertian Warna Daerah tampak dari spektrum terdiri dari radiasi elektromagnetik yang terletak pada panjang gelombang antara 4000 Angstrum (400 nm) sampai 8000 Angstrum (800 nm) dimana 1 Angstrum = 10-8 cm = 0,1 nano meter. Sedangkan radiasi (penyinaran) di bawah 4000 Angstrum tidak akan tampak karena terletak pada daerah ultra violet, dan di atas 8000 Angstrum adalah daerah infra merah juga tidak tampak oleh mata.
Ultra violet Ungu, Biru, Hijau, Kuning, Jingga, Merah, Infra Merah (U.V.) (I.R.) [ ]
4000 Å 8000 Å
Radiasi yang tersebar secara merata antara 4000 Å - 8000 Å akan tampak sebagai cahaya putih, yang akan terurai dalam warna-warna spektrum bias dengan adanya penyaringan prisma. Warna-warna spektrum berturut-turut adalah : Violet, Indigo, Biru, Hijau, Kuning, Jingga dan Merah. Untuk lebih jelasnya lihat tabel spektrum di bawah:
Tabel 1 Spektrum Warna
Panjang gelombang ? (lamda)
Warna terserap Warna tampak
4000 – 4350 Violet Kuning – Hijau 4350 – 4800 Biru Kuning 4800 – 4900 Hijau – Biru Jingga 4900 – 5000 Biru – Hijau Merah 5000 – 5600 Hijau Ungu 5600 – 5800 Kuning – Hijau Violet 5800 – 5950 Kuning Biru 5950 – 6050 Jingga Hijau – Biru 6050 – 7500 Merah Biru - hijau
Gb. 2.1 Spektrum Warna
Bahan Dasar Tekstil
15
2. Percampuran Warna
Hampir semua warna yang terdapat dalam bahan tekstil dapat diperoleh dengan cara mencampurkan tiga jenis zat warna. Untuk dapat memahami hal ini diperlukan pengertian tentang sifat-sifat warna primer dan jenis-jenis penyempurnaan. Spektrum yang tampak dalam pelangi mengandung beraneka warna dari Merah, jingga, kuning, hujau, biru dan lembayung. Warna-warna tersebut diperoleh dengan cara melewatkan cahaya putih melalui prisma. Sebaliknya warna spektrum tersebut mudah digabungkan lagi dengan prisma menjadi cahaya putih. Tetapi cahaya putih dapat pula diperoleh dengan cara menggabungkan tiga jenis cahaya yakni merah, hijau dan biru. Ketiga cahaya tersebut disebut cahaya primer. Hal ini dapat dilihat pada diagram komposisi cahaya primer ideal.
Pencampuran cahaya dapat menghasilkan warna putih disebut proses pencampuran warna secara aditif. Dalam percobaan dengan menggunakan filter-filter warna yang sesuai, kemudian mencampur ketiga warna tersebut pada layar putih. Dengan percobaan tersebut akan terlihat bahwa pada dua pasang cahaya primer akan menghasilkan warna-warna sekunder seperti berikut :
Merah + Biru = Magenta Merah + Hijau = Kuning Biru + Hijau = Sian
Sedangkan pada pencampuran warna subtraktif akan terjadi pada peristiwa pencelupan dan printing. Hasil yang diperoleh berbeda dengan pencampuran warna secara adaptif. Pencampuran warna secara subtraktif yaitu digunakan warna – warna sekunder. Dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.
Gb. 2.2 Komposisi Cahaya Primer
Hijau Biru
Merah
Putih
Sian
Kuning Magenta
Bahan Dasar Tekstil
16
Tabel 2 Pencampuran Warna Sekunder
CAMPURAN ZAT
WARNA WARNA YANG
TAMPAK (cahaya yang diteruskan)
CAHAYA YANG TERSERAP
Magenta + Kuning Merah Hijau + Biru
Kuning + Sian Hijau Biru + Merah
Sian + Magenta Biru Merah – Hijau
Magenta + Kuning + Sian
0 (Hitam) Merah – Hijau – Biru
Dan masih ada warna – warna tersier, bisa dipelajari pada buku-buku yang sesuai.
Zat warna yang digunakan dalam kerajinan tekstil dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut : 2.1. Zat Warna Alam
Zat warna alam (Natural Dyes) adalah zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat (Tawas / Al). Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga, contoh terlihat pada Tabel 2.
Gb. 2.3 Pencampuran Warna Sekunder
Magenta Kuning
Sian
Hitam
Merah
Biru Hijau
Bahan Dasar Tekstil
17
Tabel 3 Data tanaman alam dan warna yang dihasilkan
SUMBER JENIS WARNA TANAMAN
Daun Tom (Indigofera -
Tinctoria)
Biru
Buah (Biji) Somba (Bixa Orellana)
Jingga
Kayu Secang (Caisl Pinia sappan L.)
Merah
Buah Pinang /Jambe (Areca catechu L.)
Coklat
Kulit Kayu Mahoni (Swietinia
mahagoni JACQ)
Merah muda
Kulit Kayu Tingi (Ceriops tagal
PERR)
Coklat Merah
Daun Mangga (Mangifera indica -
LINN)
Hijau/ olive
Bahan Dasar Tekstil
18
Tumbuhan penghasil warna alam selain tersebut di atas, sampai saat ini sudah ditemukan sekitar 150 jenis tumbuhan yang diteliti oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Tanaman lain diantaranya: Morinda citrifolia (Jawa: pace, mengkudu, Hawai: noni), menghasilkan warna merah dari kulit akar, warna soga dihasilkan oleh tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara Ceriops condolleana (Jawa: tingi), Pelthopherum pterocarpum (Jawa: jambal) dan Cudrania javanensis (Jawa: tegeran) dicampur menjadi satu, dengan perbandingan 4:2:1 yang berasal dari kayu atau kulit kayunya. Ada tiga tahap proses pewarnaan alam yang harus dikerjakan yaitu: 2.1.1. Proses Mordanting 2.1.1.1. Mordanting Kain Sutera
Resep: 500 gram kain sutera 100 gram tawas 15 liter air
Prosedur mordanting : • Kain Sutera ditimbang. • Tawas dilarutkan dalam air sambil diaduk-aduk sampai larut
sempurna dengan dipanaskan sampai 600 C. • Kain sutera dimasukkan ke dalam larutan tawas yang
sebelumnya kain dibasahi dengan air biasa dan diperas, suhu dipertahankan stabil ± 600C.
• Pemanasan dilanjutkan dengan api kecil sampai 1 jam. • Api dimatikan dan didiamkan dalam larutan hingga 24 jam. • Sutera diangkat dan cuci bersih keringkan, seterika.
2.1.1.2. Untuk Kain Katun
Resep: 500 gram kain katun 100 gram tawas
30 gram soda abu
Prosedur mordanting katun: • Tawas dan soda abu dilarutkan dalam 15 liter air, panaskan
sampai mendidih. • Kain dimasukkan ke dalam larutan mordan yang sebelumnya
dibasahi dengan air dan diaduk-aduk selama 1 jam. • Api dimatikan dan didiamkan dalam larutan hingga 24 jam. • Diangkat dan cuci bersih (tanpa sabun atau tambahan
lainnya) keringkan dan seterika.
Bahan Dasar Tekstil
19
2.1.2. Proses Pewarnaan
Sebelum dilakukan pewarnaan, bahan zat warna alam seperti kayu, kulit kayu atau biji dilakukan proses ekstraksi dengan perebusan.
Ekstraksi bahan pewarna alam: • Bahan dari biji, contohnya Bixa orellana (somba) sebanyak
250 gram ditambah air 5 liter air abu atau soda abu 2 gram hingga PH 7,5–9. Direbus bersama–sama selama 1 jam, disaring dan siap untuk mewarnai kain.
• Untuk bahan dari kayu: secang, tingi, tegeran, atau yang lainnya, 1 kg kayu/bahan pewarna ditambah 5 liter air rebus selama 1 jam, saring dan siap untuk mewarnai.
• Untuk daun: 1 kg daun (Alpukat, jambu biji, puring, dsb) ditambah air 6 liter, rebus 1 jam atau sampai air menjadi 4,5 liter, saring dan siap untuk mewarnai.
Langkah pewarnaan sebagai berikut: • Kain yang telah dimordan, dilakukan pengikatan untuk teknik
ikat celup atau pembatikan terlebih dahulu kemudian dicelupkan ke dalam larutan TRO 1 gram / liter dan tiriskan.
• Masukkan kain ke dalam larutan ekstraksi zat warna, sambil dibolak-balik sampai rata dan direndam selama 15 menit.
• Kain diangkat dan tiriskan, kemudian buka ikatannya untuk teknik ikat, keringkan dengan posisi melebar diangin-anginkan sampai kering. Pewarnaan diulang minimal 3 kali celupan.
2.1.3. Proses Fiksasi
Ada 3 jenis bahan fiksasi yang sering digunakan karena aman penggunaannya terhadap lingkungan, bahan fiksasi selain menguatkan ikatan zat warna alam dengan kain juga sangat menentukan arah warna yang berbeda. Tawas menghasilkan warna muda sesuai warna aslinya, kapur menengah atau arah kecoklatan, tunjung arah yang lebih tua atau mengarah ke warna hitam.
Adapun Resep fiksasi sebagai berikut:
• Tawas 50 gram/liter air • Kapur 50 gram/liter air • Tunjung 5 -10 gram/liter air
Bahan Dasar Tekstil
20
Cara fiksasi:
• Menimbang tawas 50 gram untuk dilarutkan ke dalam 1 liter air.
• Apabila ingin membuat 3 liter larutan tawas maka timbang 50 gram x 3 = 150 gram tawas.
• Letakkan larutan ini ke dalam ember plastik. Begitu juga untuk kapur dan tunjung dengan cara yang sama
• Kain yang sudah diwarna dan sudah dikeringkan, masukkan kedalam larutan tawas atau kapur atau tunjung kurang lebih 7,5 menit untuk tawas dan kapur, dan untuk tunjung 3 menit.
• Setelah itu cuci sampai bersih dan keringkan. • Untuk pencucian lebih bersih bisa direbus dengan air suhu
600 C dengan ditambah sabun Attack atau TRO selam a10 menit, cuci lagi dengan air dingin.
• Keringkan ditempat teduh dan seterika.
Keterangan: Pelepasan lilin batik menggunakan zat warna alam menggunakan soda abu sebagai alkalinya, tidak menggunakan waterglass.
2.2. Zat Warna Sintetis
Zat warna sintetis (Synthetic Dyes) atau zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara (Coal, Tar, Dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak. Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang paling sederhana misalnya benzena (C6H6) sampai bentuk yang rumit mialnya krisena (C18H12) dan pisena (C22Hn) .Macam-macam zat warna sintetis antara lain:
• Zat warna Direk • Zat warna Asam • Zat warna Basa • Zat warna Naftol • Zat warna Belerang • Zat warna Pigmen • Zat warna Dispersi • Zat warna Bejana • Zat warna Bejana larut (Indigosol) • Zat warna Reaktif
tidak semua zat warna sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan, karena ada zat warna yang prosesnya memerlukan
Bahan Dasar Tekstil
21
perlakuan khusus, sehingga hanya bisa dipakai pada skala industri. tetapi zat warna sintetis yang banyak dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan antara lain:
2.2.1. Zat warna naphtol
Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain:
Naptol AS-G Naptol AS-LB Naptol AS-BO Naptol AS-D Naptol AS Naptol AS.OL Naptol AS-BR Naptol AS.BS Naptol AS-GR
Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain:
Garam Kuning GC Garam Bordo GP Garam Orange GC Garam Violet B Garam Scarlet R Garam Blue BB Garam Scarlet GG Garam Blue B Garam Red 3 GL Garam Black B Garam Red B
Contoh kain yang diwarna dengan zat warna napthol tampak seperti gambar di bawah ini.
Resep pencelupan zat warna naptol: Resep pembangkit warna: Zat warna Naptol 5 gram /liter Garam Napthol 10 gram/L Kustik soda 2,5 gram/liter Air dingin 1 liter Air panas 1 liter Cara pewarnaan:
• Larutkan zat warna naptol dan kustik soda dengan air panas.
• Tambahkan air dingin sampai jumlah larutan 2 liter. Celupkan kain kedalam larutan TRO terlebih dahulu dan tiriskan.
Gb. 2.4 Hasil Pewarnaan Dengan Napthol
Bahan Dasar Tekstil
22
• Celupkan kain kedalam larutan zat warna ± 15-30 menit kemudian ditiriskan.
• Larutkan garam naptol ke dalam air dingin sebanyak 2 Liter. • kain yang sudah dicelup dimasukkan kedalam larutan
tersebut ± 15 menit. • kain dicuci bersih.
2.2.2. Zat warna Indigosol
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida. Jenis warna Indigosol antara lain:
Indigosol Yellow Indigosol Green IB Indigosol Yellow JGK Indigosol Blue 0 4 B Indigosol Orange HR Indigosol Grey IBL Indigosol Pink IR Indigosol Brown IBR Indigosol Violet ARR Indigosol Brown IRRD Indigosol Violet 2R Indigosol Violet IBBF
Contoh kain yang diwarna dengan zat warna indigosol, seperti gambar ...
Resep pencelupan z.w. Indigosol: Resep pembangkit warna: Zat warna Indigosol 10 gram /Liter HCl 10 gram/L Natrium nitrit 10 gram/Liter Air dingin 1 Liter Air panas 1 Liter
Cara pewarnaan: • Larutkan zat warna Indigo dan natrium nitrit dengan air
panas. Tambahkan air dingin sesuai dengan kebutuhan
Gb. 2.5 Hasil Pewarnaan Dengan Indigosol
Bahan Dasar Tekstil
23
• Tambahkan air dingin sampai jumlah larutan 2 Liter. • Celupkan kain ke dalam larutan TRO terlebih dahulu dan
tiriskan. • Celupkan kain ke dalam larutan zat warna ± 30 menit • Angkat kain tersebut dan jemur di bawah sinar
matahari/diangin-anginkan. • Dibangkitkan warnanya dengan merendam di dalam larutan
HCl selama ± 1 menit, sehingga warnanya timbul, selanjutnya kain dicuci sampai bersih
2.2.3. Zat Warna Rapid
Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis Rapid Fast. Zat warna rapid adalah campuran komponen naphtol dan garam diazonium yang distabilkan, biasanya paling banyak dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok Indigosol.
2.2.4. Zat warna Reaktif Zat warna reaktif bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan (printing). Zat warna reaktif berdasarkan cara pemakaiannya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: Reaktif dingin dan reaktif panas. Untuk zat warna reaktif dingin salah satunya adalah zat warna procion, dengan nama dagang Procion MX, yaitu zat warna yang mempunyai kereaktifan tinggi dan dicelup pada suhu rendah. Zat warna reaktif termasuk zat warna yang larut dalam air dan mengadakan reaksi dengan serat selulosa, sehingga zat warna reaktif tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu sifat-sifat tahan luntur warna dan tahan sinarnya sangat baik. Nama dagang zat warna teraktif, sebagai berikut:
Procion (produk dari I.C.I) Drimarine (produk Sandoz) Cibacron (produk Ciba Geigy) Primazine (produk BASF) Remazol (produk Hoechst) Levafix (produk Bayer)
Gb. 2.6 Hasil Pewarnaan Dengan Zat Warna Reaktif
Bahan Dasar Tekstil
24
2.2.5. Zat warna Indanthrene Zat warna indanthrene normal termasuk golongan zat warna bejana yang tidak larut dalam air. proses pencelupannya tidak perlu penambahan elektrolit karena mempuyai daya serap yang tinggi. Pemakaian reduktor dan alkali banyak dan dicelup pada suhu (40-60°C). Contoh zat warna Indanthrene:
Helanthrene Yellow GC MP Helanthrene Orange RK MP Helanthrene Brilian Pink RS MP Helanthrene Blue RCL MP Helanthrene Green B MP Helanthrene Brown BK MP
2.2.6. Zat warna Pigmen Adalah zat warna yang tidak larut dalam segala macam pelarut. Zat warna ini sebetulnya tidak mempunyai afinitas terhadap segala macam serat. Pemakaiannya untuk bahan tekstil memerlukan suatu zat pengikat yang membantu pengikatan zat warna tersebut dengan serat.pengikat yang digunakan yaitu emulsi (campuran dari emulsifier, air dan minyak tanah) yang dicampur dengan putaran tinggi. Zat warna pigmen banyak digunakan untuk cetak saring, tidak layak digunakan sebagai pencelupan. Contoh nama dagang zat warna pigmen:
Acramin (Bayer) Helizarin (BASF) Sandye ((Sanyo)Pristofix (Sandoz) Alcilan (I.C.I)
Teknik Batik
25
BAB III
RUANG LINGKUP KRIYA TEKSTIL
TEKSTIL HIAS LATAR
A. BATIK
1. Deskripsi Batik 1.1. Sejarah Singkat Seni Batik Ada berbagai pendapat tentang asal-usul seni batik. Pengarang-pengarang asing sampai abad XX sebagian berpendapat bahwa seni batik berasal dari luar Indonesia, misalnya dibawa oleh para pendatang dari India Selatan. Asal-usul ini bahkan jika ditarik lebih jauh lagi sampai kepada zaman sebelum datangnya pengaruh kebudayaan Hindu di Nusantara, bersumber dari kebudayaan Mesir dan Persia Kuno. Sebagian pengarang yang berpendapat lain mempertahankan pendirian bahwa seni batik berasal dari Indonesia sendiri. Pendapat terakhir ini patut mendapat dukungan berdasarkan bukti-bukti bahwa seni batik itu berasal dari daya cipta penduduk kepulauan Nusantara. Dari penelusuran sejarah Nusantara didapat bukti bahwa dasar-dasar teknik batik yaitu menutup bagian-bagian kain atau bahan yang yang tidak akan diberi warna, tidak hanya terdapat di kepulauan Jawa dan Madura atau daerah lain yang dianggap mengalami pengaruh kebudayaan Hindu saja, namun juga ditemukannya teknik-teknik “penutupan” di daerah Toraja, Flores, Halmahera, bahkan di Irian (Papua). Demikian pula dengan pemberian warna dengan jalan mencelup merupakan cara yang telah lama dikenal, menggunakan bahan-bahan atau zat warna yang tumbuh dan berasal dari berbagai pulau di Nusantara. Zat warna indigo disebut juga tarum, tom atau nila sudah ada sejak zaman dahulu. Kerajaan Tarumanegara yang berdiri pada abad V Masehi dapat menjadi petunjuk bagi kita tentang adanya tumbuh-tumbuhan tersebut di Indonesia pada zaman dahulu. Mengkudu (Morinda citrofolia) yang dipakai untuk mendapat warna merah adalah tumbuh-tumbuhan yang tidak terdapat di daratan India. Kulit kayu-kayuan yang menghasilkan warna coklat atau yang lebih terkenal dengan nama soga (Pelthophorum Ferugineum Benth) yang cemerlang itu berasal dari berbagai pulau, diantaranya Sulawesi. Lilin lebah, bahan utama sebagai penutup dalam proses membatik, berasal dari Palembang, Sumbawa, dan Timor, yang memang sejak lama telah dikenal pemeliharaan lebah madu. Demikian pula damar mata kucing pencampur lilin, berasal dari Kalimantan dan Sulawesi.
Teknik Batik
26
Bukti lain untuk memperkuat pendapat di atas misalnya cara mencelup dalam cairan warna merah mengkudu yang dingin merupakan perbedaan yang tajam dengan proses pemberian warna yang lazim di India Selatan yang memakai cairan panas atau mendidih sebagai salah satu tahap dalam pemberian warna. Canting tulis merupakan alat khas seni batik di Indonesia. Pemakaian alat-alat yang memberi corak tersendiri pada seni batik Indonesia seperti canting, merupakan faktor utama yang membedakan antara hasil seni batik Indonesia dan kain-kain berwarna dari India Selatan yang memakai stempel atau pena kayu. Dilihat dari ragam hias/pola hiasnya, seni batik Indonesia banyak memakai pola yang berasal dari dunia flora dan fauna Indonesia, yang dalam perkembangannya banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan asing, sedangkan pola geometris memperlihatkan garis serta gaya yang dikenal di seluruh Nusantara. Untuk mengetahui sejarah seni batik di Indonesia dapat berpedoman pada keadaan di daerah yang dahulu dikenal sebagai Vorstenlanden, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Kalau kita tujukan pandangan kita ke daerah-daerah yang lazim disebut daerah pesisir akan tampak suatu gambaran yang berlainan sekali. Di daerah-daerah tersebut kehidupan rakyat kurang terikat oleh peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh raja-raja. Pola-pola yang lazim menjadi pola larangan yang ditentukan oleh undang-undang kerajaan di daerah pesisir dipakai dan menjadi milik rakyat biasa. Tampak bahwa seni batik merupakan kerajinan rakyat yang jadi sumber penghidupan mereka. Batik yang berasal dari daerah ini sejak lama telah menjadi komoditas perdagangan ke tempat lain di kepulauan Nusantara. Keterangan yang diperoleh dari seorang pengusaha batik di kota Juwana di pantai utara sebelah timur Jawa Tengah, yang sejak dahulu terkenal karena batik sutranya, mengatakan bahwa para petani melakukan pekerjaan batik selama mereka belum turun ke sawah dan apabila musim menanam, padi telah tiba maka berhentilah mereka dari pekerjaan membatik. Demikian halnya juga di Trusmi, Cirebon. Berdasarkan laporan kerajinan batik yang disusun oleh De Kat Angelino pada tahun 1930, dapat ditarik kesimpulan bahwa seni batik di daerah pesisir itu adalah merupakan kerajinan rakyat asli. Bagaimana mungkin beratus-ratus, bahkan beribu-ribu pengobeng (sebutan untuk pembatik wanita) yang mencari nafkah dengan mengembara dari satu kota ke kota yang lain, mendapat keahlian membatik kalau mereka tidak punya bakat seni (batik) atau sedikitnya telah mempelajari seni batik dari dekat?
Teknik Batik
27
Demikian juga mereka yang berada di pusat-pusat batik yang mencari nafkah dengan mencelup biru (medel) atau coklat (nyoga), bukan berasal dari kalangan istana tetapi berasal dari kalangan rakyat biasa, bahkan kalangan-kalangan istana mencelup hasil-hasil batik menggunakan jasa orang-orang ini. Pendapat lain yang mengatakan bahwa seni batik semata-semata buah tangan para putri serta abdi wanita, kini juga diragukan. Penelitian yang dilakukan di daerah Trusmi (Cirebon) dan Indramayu, menunjukkan bahwa kaum laki-laki juga melakukan pekerjaan batik tulis yang halus. Hal ini juga telah ditunjukkan oleh De Kat Angelino. Rouffaer dalam bukunya mengenai batik antara lain menyebutkan sumber tertulis yang tertua mengenai seni batik. Tulisan-tulisan (lontar) tersebut berasal dari Galuh tahun 1520 M. Berdasarkan sumber-sumber ini ia menarik kesimpulan bahwa seni batik pada waktu itu dilakukan oleh pria dan mereka dinamakan “lukis”, bukan pembatik, sedangkan seni batiknya sendiri disebut “tulis”. Juga ditunjuk pada sumber-sumber dari Jawa Timur tahun 1275 yang menyebut beberapa pola, yaitu pola grinsing. Menurut Rouffaer pola grinsing ini hanya dapat dibuat dengan alat pembantik yang berupa canting, dan oleh karena itu sudah tentu dikerjakan oleh wanita. Suatu kesimpulan yang menurut hemat kami tidak dapat diterima begitu saja. Bukanlah pada contoh yang telah dikemukakan di atas ditunjukkan, bahwa sampai sekarang ini masih terdapat laki-laki yang membatik tangan dengan canting sebagai alatnya. Bukan saja di daerah Trusmi dan Indramayu di karesidenan Cirebon, tetapi juga di Jawa Tengah yaitu di Tembayat (Klaten dekat Surakarta). Dalam hubungan ini dapat juga ditunjukkan suatu kenyataan bahwa kata “batik”, “membatik” baru dengan jelas dipakai oleh sumber yang lebih muda, yaitu yang tertuang dalam Babad Sengkala dari tahun 1633 Masehi dan juga dalam Panji Jaya Lengkara tahun 1770. Daun lontar yang berasal dari Galuh (Cirebon Selatan) itu memakai kata “tulis” dan “lukis”. Berdasarkan hal-hal tadi dan melihat pola-pola kuno daerah Cirebon yang menggambarkan taman-taman, gunung-gunung serta berbagai makhluk dengan cara yang jauh lebih realistis daripada pola-pola Jawa Tengah dan Timur, dapatlah kiranya diajukan suatu kesimpulan bahwa seni batik mungkin berakar pada seni lukis, salah satu bentuk daya cipta penduduk Nusantara yang tertua dan yang sejak dahulu kala pada umumnya dikerjakan oleh pria. Mungkin sekali datangnya agama Is lam di Pulau Jawa ini yang melarang pembuatan gambar-gambar makhluk-makhluk yang hidup, para seniman terpaksa mencari jalan keluar untuk menghindari larangan tersebut. Lukisan-lukisan mengalami abstraksi yang jauh. Mega atau awan, gunung, dipakai untuk menyembunyikan makhluk hidup. Suatu hal yang semenjak dahulu telah dikenal, misalnya saja relief-relief mega candi
Teknik Batik
28
Penataran di Jawa Timur dekat kota Blitar dan mesjid kota Mantingan di pantai Utara Pulau Jawa dekat kota Jepara. Di daerah-daerah lain di Jawa ini seperti Surakarta dan Jogjakarta, abstraksi terlihat misalnya pada motif-motif sayap. Jadi seni lukis mencoba mempertahankan diri dengan cara bergabung dengan seni hiasan pakaian. Proses pemberian warna dengan pencelupan dan penutupan dipakau juga untuk memperoleh gambar-gambaran yang dikehendaki. Tata warna yang sederhana, biru dan merah, yang telah dikenal oleh seni dekorasi bahan pakaian, dengan demikian disusul dengan warna-warna lain seperti sawo matang, kuning hijau. Kehalusan bahan dasar memungkinkan sipembatik membuat pola-pola dan gambar-gambar yang makin indah, canting bergerak dengan lancar tanpa menemui halangan-halangan seperti pada tenunan-tenunan yang kasar. Dalam abad ke-19 timbul saingan antara batik tulis dengan “batik” cap, suatu cara meletakkan lilin di atas kain tidak dengan alat canting tetapi dengan suatu cap terbuat dari tembaga. Pertimbangan ekonomis dan hasrat mencari uang dengan cepat mendesak seni batik halus, sehingga pembuatan batik tulis hanya terbatas pada mereka yang mampu atau yang membatik sebagai pengisi waktu. Dalam lapangan mempertahankan batik tulis yang halus patut diakui pengaruh besar pengusaha-pengusaha batik bangsa asing walaupun kalau dilihat dari segi pola serta tata warna, hasil kerja mereka tidak selalu dapat disetujui. Suatu pengaruh teknik modern di lapangan batik ialah pemakaian zat-zat warna kimia, didatangkan dari luar negeri yang karena mudah pemakaian serta lebih luas jenis tata warnanya, mendesak dan menyebabkan berkurangnya dipakai zat warna tumbuh-tumbuhan. Demikianlah keadaan sampai pada pecahnya perang dunia II. Zaman pendudukan Jepang memperlihatkan perkembangan lain. Karena sukarnya mendapat bahan dasar yaitu kain putih, maka untuk mencegah pengangguran perusahaan-perusahaan batik mengalihkan perhatian pada pola-pola yang sulit, penuh dengan garis-garis dan titik-titik dan pemberian warna yang berlebih-lebihan. Pengaruh usaha bangsa asing dengan pola-pola mereka yang khas itu dilanjutkan, terutama oleh para pembatik di daerah pantai utara pulau Jawa dan inilah yang kemudian merupakan dorongan yang terbesar bagi daerah Pekalongan sebagai pusat pembatikan.
Teknik Batik
29
Hasil-hasil batik dari zaman ini terkenal dengan batik “Jawa Baru” atau “Jawa Hookokai”. Nama-nama yang dipakai untuk menyesuaikan diri dengan keadaan penghidupan baru di bawah Pemerintah Tentara Jepang. Bermacam pola baru muncul, ada pula yang mengambil bunga-bunga Jepang sebagai contoh. Sayang sekali bahan pendidikan bagi perkembangan seni batik antara pecahnya revolusi kemerdekaan pada tahun 1945 dan tahun 1950 kurang sekali, sehingga sukar untuk memberikan suatu tinjauan. Sesudah tahun 1950 perusahaan batik bertambah maju, ada yang berdiri sendiri dan banyak pula yang bergabung dalam koperasi-koperasi. Batik dewasa ini betul-betul sudah menjadi bisnis atau industri. Kebutuhan akan hasil-hasil batik sudah jauh meningkat, kalau dahulu batik dipakai untuk beberapa macam pakaian adat yang terutama seperti kain panjang, sarung, kemben, selendang dan dodot, sekarang ini kegunaannya macam-macam dari alas tempat tidur sampai pada alas meja dan kemeja. Disamping itu seni batik mengalami “demokratisering” mengenagi pemakaian polanya. Setiap orang dapat memakai pola-pola yang disukainya tanpa larangan, kecuali dalam lingkungan tembok-tembok kraton-kraton di Jawa Tengah tentunya. Kebutuhan yang sangat besar akan hasil batik menyebabkan bahwa para pengusaha batik berusaha keras untuk memenuhi permintaan khalayak ramai, hal itu dipermudah dengan adanya teknik batik cap. Sedapat mungkin dihasilkan batik secara cepat dan murah. Akibat perkembangan perusahaan batik sekarang ini ialah berkurangnya pembuatan batik halus atau tulis. Didasari untuk mendapat pasaran yang luas menjadi sebab yang utama mutu seni kesenian batik. Hal itu terlihat dengan banyaknya pola-pola baru serta warna-warni yang menyolok di pasaran. Batik halus sekarang hanya dibuat oleh mereka yang masih agak mampu dan mempunyai waktu terluang. Pembatik-pembatik yang bekerja dalam perusahaan batik kehilangan daya cipta, karena selalu harus menurut kehendak si pengusaha, suatu gejala yang amat disayangkan. Janganlah hendaknya kecemasan-kecemasan serta kekhawatiran yang telah dirasakan jauh sebelum perang dunia II, tentang kemunduran mutu seni batik, menjadi kenyataan. Mudah-mudahan mereka yang menaruh minat akan seni batik akan ikut serta memelihara dan memupuk cabang kesenian nasional Indonesia ini.
Teknik Batik
30
1.2. Pengertian Seni batik merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Seni batik juga merupakan suatu keahlian yang turun-temurun, yang sejak mulai tumbuh merupakan sumber penghidupan yang memberikan lapangan kerja yang cukup luas bagi masyarakat Indonesia. Seni batik merupakan penyalur kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan tradisi, kepercayaan dan sumber-sumber kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Seni batik mempunyai begitu banyak aspek menarik untuk diungkapkan sehingga berbicara tentang batik rasanya tak pernah ada akhirnya. Di samping itu masih banyaknya daerah batik yang dapat dikaji kekhasannya. Belum lagi kalau kita memperhatikan dan mengkaji baik cara pemakaian batik yang tak terhitung variasinya di berbagai daerah, maupun aturan yang berlaku untuk kaum ningrat dan rakyat biasa. Pada saat ini keadaan telah berubah, penekanan cara pemakaian kini tergantung pada acara resmi atau adat, tidak resmi atau santai. Namun tentu saja dalam tata cara pemakaian dalam lingkungan kraton masih berlaku aturan-aturan tertentu. Membatik pada dasarnya sama dengan melukis di atas sehelai kain putih. Sebagai alat melukisnya dipakai canting, dan sebagai bahan melukisnya dipakai cairan malam atau lilin. Setelah kain dibatik diberi warna, kemudian lilin dihilangkan atau dilorod, maka bagian yang tertutup lilin atau malam akan tetap putih, tidak menyerap warna. Ini disebabkan karena lilin berfungsi sebagai perintang warna. Proses inilah akan menghasilkan kain batik. 1.3. Cara Membatik Penjelasan mengenai cara membatik sangat dibutuhkan khususnya bagi mereka yang belum mengetahui sama sekali tentang seni batik, sehingga dapat meningkatkan penghargaan terhadapnya. Dengan melihat pola-pola batik saja atau melihat kain batik yang telah jadi, orang tidak akan paham betapa banyak pekerjaan yang diperlukan untuk membuat sehelai kain batik dan tidak dapat menduga faktor-faktor teknis dan non-teknis yang menyebabkan bahwa dalam seni batik tulis selalu terdapat unsur khusus yang menyebabkan setiap helai kain batik bisa berbeda dari yang lain walaupun pola dan susunan warnanya dibuat persis sama. Inilah sebabnya mengapa dirasakan perlu memuat bab mengenai cara membatik dalam buku pola ini. Perlu ditekankan bahwa kebanyakan bahan yang dipakai dalam menyusun bab ini diambil dari buku-buku yang terkenal seperti Rouffaer dan Jasper/Pirngadi ditambah dengan wawancara-wawancara.
Teknik Batik
31
Inti cara membatik ialah “cara penutupan” , yaitu menutupi bagian kain atau bahan dasar yang tidak hendak diberi warna dengan bahan penutup, dalam hal ini berupa lilin. Mungkin dalam permulaannya lilin diteteskan pada kain, oleh karena itu ada faham yang mengembalikan arti kata batik pada suku kata “tik” yang berarti titik atau tetes. Bahan utama bagi teknik membatik sekarang ini adalah kain putih, baik yang halus ataupun yang kasar, dan lilin sebagai bahan penutupserta zat warna. Kulitas kain putih sangat mempengaruhi hasil seni batik, dalam bab mengenai sejarah batik telah dikemukakan bahwa kehalusan kain putih yang di impor dari luar negeri merupakan salah satu sebab bertambah tingginya seni batik. Jadi makin halus kain putih yang dipakai makin bagus hasil pembatikan , makin jelas terlihat pola-pola serta pembagian warna-warnanya. Bahan lain seperti sutera shantung dapat pula dipakai, tetapi sekarang ini sudah jarang sekali. Kota Juwana di pantai utara pulau Jawa dahulu termashur akan selendang serta sarung batik suteranya. Hasil-hasil batik sutera “diekspor” ke pulau Bali dan Sumatera. Sayang sekali kekurangan bahan sutera shantung murni menyebabkan hilangnya kerajinan di kota tersebut. Kalau dahulu dipakai lilin lebah sebagai satu-satunya bahan penutup, maka dengan adanya industri serta pertambangan minyak tanah dewasa ini banyak dipakai lilin buatan pabrik (paraffine, microwax, dll), baik murni atau dicampur dengan lilin alam. Lilin memang merupakan bahan penutup yang tepat bagi teknik karena mudah dituliskan pada kain, tetap melekat sewaktu dicelupkan dalam cairan warna, dan mudah pula dihilangkan apabila tak dipergunakan lagi. Di samping lilin lebah atau buatan, dahulu juga dipakai bahan penutup lain yaitu bubur beras ketan, seperti pada kain Simbut Jawa Barat. Lilin penutup hanya dapat dituliskan dalam bentuk cair; oleh karena itu pembatik harus memanaskan lilinnya dalam sebuah wajan kecil yang ditaruh di atas api dalam suatu anglo. Suhu lilin haruslah tepat, tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Kalau terlalu panas, lilin akan jauh meresap ke dalam kain, sehingga kemudian sukar untuk dibuang, sedangkan kalau tidak cukup panasnya akan terlalu kental sehingga sukar keluar dari alat penulis. Oleh karena itu kita lihat pembatik mengangkat wajannya dari api kalau dilihatnya bahwa lilinnya sudah terlalu panas. Lilin cair dituliskan pada kain putih dengan suatu alat yang menjadi tanda khas seni batik tulis, yaitu canting. Canting terbuat dari bambu dan tembaga. Gagang atau tempat memegang terbuat dari bambu sedangkan kepalanya yang dipakai untuk menyendok serta mencucurkan lilin terbuat dari tembaga. Mulut canting berupa pembuluh bengkok yang besarnya berbeda-beda dan dari mulut ini melelehlah cairan lilin, dapat
Teknik Batik
32
diumpamakan dengan sebuah pulpen. Kain putih yang dilampirkan pada sebuah gawangan bambu atau kayu dipegang dengan tangan kiri sebagai tatakan, sedangkan tangan kanan memegang canting. Seperti diketahui bahwa Pulau Jawa merupakan pusat berkembangnya batik di Indonesia sehingga istilah-istilah yang lazim dipakai dalam dunia batik kebanyakan menggunakan kata-kata dalam bahasa Jawa. Adapun untuk mudahnya sebagai contoh dipakai proses pembuatan kain soga daerah Surakarta dan Yogyakarta dengan tatawarna sawo matang (coklat), biru tua atau hitam dan putih, sehingga tahapan dalam proses batik dalam uraian ini disesuaikan dengan kain soga tersebut. Pemakaian zat warna kimia yang biasa dipakai sekarang ini sebenarnya tidak merubah urutan tahap, hanya mempersingkat saja. Lazimnya dapatlah dibedakan tahap-tahap sebagai berikut: 1.3.1. Pengolahan persiapan kain putih. Pengolahan persiapan kain dimaksudkan supaya lilin mudah melekat dan tidak mudah rusak sewaktu mencelup, dan disamping itu juga zat-zat warna mudah meresap. Dahulu bahan tumbuh-tumbuhan merupakan satu-satunya sumber pengolahan persiapan yang utama, walaupun zat-zat tersebut meresapnya lambat. Pengolahan ini terdiri atas mencuci kain putih yang telah dipotong-potong dengan air bersih agar supaya hilang kanji perekatnya, kemudian diremas serta direndam dalam minyak jarak (Ricinus Communis L.) atau kacang (Arachis hypogala). Ini dinamakan ngetel atau nglyor. Untuk menghilangkan kelebihan minyak, maka kain direndam dalam air saringan abu merang. Menurut cara modern, merang ini diganti dengan larutan soda, yang dapat mempercepat waktu dan lebih mudah dipakai. Pada mulanya diseling-seling dengan penjemuran dipanas matahari, sehingga memakan waktu berhari-hari. Kain putih yang telah mendapat pengolahan ini kemudian dilicinkan dengan menaruhnya di atas sebilah kayu dan memukul dengan pemukul kayu pula (ngemplong). Dengan demikian kain siap untuk menjalani tahap selanjutnya. 1.3.2. Menggambar pola atau nyorek atau gambaran pertama dengan lilin cair diatas kain. Pada tahap ini si pembatik yang duduk di atas sebuah bangku kecil atau bersila di muka gawangannya, menyendok lilin cair dari wajannya dengan canting lalu mulai membuat garis-garis atau titik-titik sesuai dengan pola yang dikehendakinya, dengan posisi canting harus tepat, tidak boleh terlalu miring atau terlalu tegak. Canting mengikuti pola-pola yang telah digambar terlebih dahulu oleh seorang tukang pola atau kalau pembatik itu telah mahir sekali ia akan menggambar luar kepala. Gambaran lilin ini kemudian diteruskan pada belahan yang kemudian akan menjadi bagian dalam kain batik, oleh karena itu nama pekerjaan ini ialah nerusi. Itu sebabnya pula mengapa
Teknik Batik
33
bahan kain putih yang dipakai tidak boleh terlalu tebal, karena kalau tidak akan menyukarkan pekerjaan meneruskan gambaran pertama itu. 1.3.3. Nembok atau pekerjaan menutupi bagian-bagian yang tidak boleh kena warna dasar. Bagian kain yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru tua, ditutup dengan lapisan lilin tebal yang seolah-olah merupakan tembok penahan, itulah sebabnya pekerjaan ini dinamakan menembok, dikarenakan juga dikerjakan pada bagian sebelah dalam kain. Penembokan adalah tahap penting dalam pembuatan kain batik, karena apabila lapisan kurang kuat, warna dapat menembus dan akan merusak seluruh kain atau warna yang telah direncanakan. Selesai menembok maka kain siap untuk tahap yang berikut yaitu pencelupan pertama mendapat warna dasar. 1.3.4. Pencelupan pertama untuk mendapat warna dasar biru disebut “medel”. Dahulu, ketika pencelupan ini dilakukan semata-mata dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu indigo atau nila (Indigofera Tinctoria L.), pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari, diselingi dengan penjemuran di tempat yang teduh atau diangin-anginkan. Tukang celup atau pengusaha batik masing-masing mempunyai rahasia ramuannya sendiri-sendiri yang diwariskan turun temurun. Berbagai macam bahan dimasukkan ke dalam jambangan celup, dari gula kelapa, tape, pisang kelutuk sampai kepada potongan-potongan daging ayam. Semuanya untuk menambah sinar serta gemilangnya warna biru nila atau indigo yang sampai sekarang belum terkalahkan indahnya. Dewasa ini, dengan pemakaian zat warna kimia, telah banyak hilang sifat misterius pencelupan. Zat warna kimia seperti napthol atau indigosol yang umum dipakai hanya memakan beberapa menit untuk meresap. Walaupun demikian untuk dapat menghasilkan kain batik yang baik warnanya, masih tetap diperlukan “tangan dingin” disamping pengetahuan akan campuran kimia. 1.3.5. Ngerok (nglorod). Pekerjaan ini maksudnya untuk membuang lilin penutup dari bagian-bagian yang nanti akan diberi warna sawo matang (soga). Caranya ialah dengan memasukkan kain ke dalam air yang mendidih, sehingga lilin cair kembali atau dengan jalan mengerik atau mengerok dengan alat cawuk yang dibuat dari plat seng. Cara pembuatan lilin dengan memasukkan kain ke dalam air mendidih adalah lebih baik dari mengerok, karena pada pengerikan mungkin tidak selalu bersih dan teliti sehingga mempengaruhi gambaran nanti setelah disoga. 1.3.6. Mbironni. Bagian yang telah mendapat warna biru dan yang tidak boleh terkena soga kemudian ditutup lagi dengan lilin dan pekerjaan ini
Teknik Batik
34
maka kain telah siap untuk tahap berikutnya yaitu pencelupan dalam soga untuk mendapat warna coklat. 1.3.7. Menyoga atau mencelup dalam zat warna coklat. Kata kerja menyoga berasal dari soga (Peltophorum Ferrugineum Benth), yaitu salah satu kayu-kayuan yang dipakai untuk mendapat warna coklat. Untuk mendapat warna coklat ini diperlukan juga berbagai campuran, masing-masing menurut resep rahasianya sendiri-sendiri berbeda menurut daerah atau kota. Ada yang menyukai warna coklat muda keemasan ada yang senang kepada yang lebih tua kemerahan (Madura) dan lain-lain variasi. Warna coklat yang berasal dari zat warna kimia tidak memerlukan pekerjaan yang lama, cukup dengan mencelup dalam campuran warna yang memakan waktu tidak sampai setengah jam lamanya. Setelah pencelupan dalam soga, maka kain siap dengan pemberian warnanya dan dapatlah dibuang lilin seluruhnya (nglorod). Kadang-kadang diperlukan suatu pekerjaan lagi yaitu nyareni yang gunanya supaya warna coklat itu tetap dan bertambah bagus. Air aren terdiri atas air kapur dengan campuran beberapa zaat tumbuh-tumbuhan. Seringkali pekerjaan memberi saren ini oleh beberapa pembatik dianggap sama pentingnya dengan menyoga. Setelah lilin dibuang seluruhnya maka tampaklah kain batik dengan warna-warna dasar biru tua dengan gambaran sawo matang diseling dengan warna putih gading. Demikian secara singkat tahap-tahap yang harus dilalui sebelum tercipta sehelai kain batik tulis. Makin sulit pola serta banyak susunan warnanya semakin lama pula pembuatannya. Pada permulaan bab ini telah diutarakan bahwa sebagai contoh diambil pembuatan kain soga corak Yogyakarta atau Surakarta. Hal ini perlu sebab berbagai daerah di Pulau Jawa ini mempunyai corak serta keragaman dalam pola serta tatawarna yang dapat menjadi petunjuk bagi kita darimana asal sehelai kain. Perbedaan pola sebenarnya tidak terlalu banyak. Dalam bagian berikutnya akan disajikan macam-macam corak, tatawarna dalam seni batik dari beberapa daerah yang sejak dahulu terkenal sebagai pusat pembatikan. Daerah Surakarta dan Yogyakarta yang lazim dianggap sebagai pusat kesenian batik terkenal karena tatawarna biru tua sebagai warna dasar, coklat soga dan putih. Dalam pemilihan warna putih saja, kedua daerah yang letaknya sangat berdekatan itu, berbeda. Kain-kain dari Yogyakarta warna putihnya itu putih bersih, sedang di Surakarta warna ini lebih kekuningan gading.
Teknik Batik
35
Bergerak ke arah barat, ke daerah Banyumas yang pengaruhnya terasa sampai ke Tasikmalaya dan Garut, akan terlihat bahwa tatawarna yang digemari ialah warna kuning keemasan dikombinasikan dengan soga coklat muda serta biru tua kehitaman. Di pantai utara Jawa Barat mulai dengan daerah Indramayu, orang gemar memakai warna biru, tetapi daerah Cirebon sendiri dengan kraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, mempunyai pusat pembatikan di Trusmi dan Kalitengah dengan pola serta tatawarna yang khas. Melihat pola serta warna-warna kain “megamendung” yang memakai teknik bayangan berlapis kadang-kadang sampai 7 banyaknya orang pasti akan kagum. Batik “kraton” dengan pola-pola gunung, taman dengan segala macam binatang berwarna kuning gading tidak kurang indahnya. Mulai dari daerah Cirebon menyusur pantai ke arah timur sampailah ke pusat pembatikan daerah Pekalongan dengan kainnya yang berwarna modern. Kalau dahulu warna-warna ini terbatas pada pemakaian warna merah, biru, putih dan hijau, maka berkat zat warna kimia tidak terbatas kemungkinan warna yang dipakai, sehingga kain-kain daerah Pekalongan dewasa ini paling menyolok tatawarnanya. Terus lagi ke arah timur menjelajahi daerah utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, menjumpai kota-kota batik yang terkenal seperti Kudus, Juwana, Rembang, Lasem, Gresik sampai Surabaya, akan terlihat tatawarna yang khas pula, sangat terpengaruh oleh selera etnis Tionghoa. Pulau Madura sebagai penutup bunga rampai ini sejak dahulu mempunyai kegemaran akan warna soga kemerahan. Warna coklat merah ini diperoleh karena campuran soga dengan mengkudu (Morinda citrofolia) sebagai penghasil zat warna merah. Pemakaian zat warna kimia menghilangkan perbedaan tatawarna menurut daerah. Pekalongan kini sanggup meniru kombinasi warna dari berbagai daerah. Surakarta dan Yogyakarta juga demikian. Masing-masing pusat pembatikan mengikuti selera khalayak ramai mengenai kombinasi warna tertentu yang paling laku saat itu. Upaya-upaya perlu dilakukan agar pemakaian zat warna dari tumbuh-tumbuhan ini dapat hidup kembali dan tentunya tanpa memakan waktu yang lama untuk memperoleh warna yang diinginkan. 1.4. Pembagian Pola Batik Pembagian atau penggolongan pola-pola batik bukanlah pekerjaan yang mudah, oleh karena itu setiap hasil yang diperoleh akan selalu bersifat garis besar dan semata-mata dimaksudkan untuk pegangan bagi pembaca atau peneliti. Pada permulaan abad ini Rouffaer dalam bukunya mencoba mengumpulkan nama-nama pola batik yang terkenal dan berhasil
Teknik Batik
36
mengumpulkan sebanyak 3000 macam. Dalam jangka waktu sejak ditulisnya buku tersebut sampai kepada terbitnya buku ini tentu seni batik terus mengalami perkembangan, demikian pula pola-pola bertambah banyak jenisnya, berganti-ganti muncul dan hilang mengikuti perubahan selera pemakaiannya. Pola batik dapat dibagi menjadi dua yaitu: pola geometris dan pola non-geometris. 1.4.1. Pola Geometris 1.4.1.1. Pola “Banji” Pola Banji termasuk salah satu pola batik yang tertua, berupa silang yang diberi tambahan garis-garis pada ujungnya dengan gaya melingkar kekanan atau kekiri. Motif yang seperti ini terkenal di berbagai kebudayaan kuno di dunia ini dan sering disebut swastika. Di Nusantara pola ini tidak terbatas pada seni batik saja, tetapi dapat dijumpai pula sebagai hiasan benda-benda lain yang tersebar dibanyak pulau. Nama “Banji” berasal dari kata-kata Tionghoa “Ban’ berarti sepuluh, dan “Dzi” yang artinya ribu, perlambang murah rejeki atau kebahagiaan yang berlipat ganda. Melihat atau mendengar nama ini, maka dapat diperkirakan bahwa pola banji masuk ke dalam seni batik sebagai akibat pengaruh kebudayaan Tionghoa. Seperti telah diketahui bahwa pada tahun 1400 Masehi, di pantai utara Pulau Jawa telah banyak orang-orang Tionghoa yang menetap, dan yang dalam pada itu tentu membawa perbendaharaan kebudayaan mereka yang kuno dan kaya itu. Hal ini nampak pada banyaknya peninggalan berupa barang pecah belah Tionghoa yang sampai kini masih tersebar di pantai utara dan di banyak bagian lain kepulauan Indonesia, sehingga tidaklah mustahil bahwa penduduk asli yang sudah lama berkenalan dengan para pendatang Tionghoa mengambil serta meniru pola-pola hiasan. Mereka yang menyangkal pengaruh kebudayaan Tionghoa menunjuk kepada nama Jawa asli yang dipakai untuk pola ini yaitu : Balok bosok, artinya kayu yang busuk, karena pola banji menyerupai balok-balok bersilang yang dimakan bubuk. Pola banji dalam seni batik mengalami bermacam perubahan dan diberi hiasan-hiasan tambahan, misalnya seringkali diseling dengan daunan atau rangkaian bunga-bungaan, sedemikian rupa hingga sukar untuk mengenal kembali silang banjinya. 1.4.1.2. Pola “Ceplok” Atau “Ceplokan” Pola yang sangat digemari, terdiri atas garis-garis yang membentuk persegi-persegi, lingkaran-lingkaran, jajaran-jajaran genjang, binatang-binatang atau bentuk-bentuk lain bersegi banyak. Bila diteliti benar-benar maka terlihat bahwa pola ceplok ini berupa stiliring atau abstraksi
Teknik Batik
37
berbagai benda, misalnya saja bunga-bunga kuncup, belahan-belahan buah, bahkan binatang-binatang. Itulah sebabnya banyak diantara motif-motif ini memakai nama kembang atau binatang. Selain sangat digemari pola ini juga sangat tua usianya, hal ini terlihat pada beberapa peninggalan candi terdapat hiasan-hiasan yang menyerupai atau mengingatkan kita pada pola ceplok ini. Dalam golongan pola ceplokan ini dapat juga dimasukkan pola yang lazim dikenal dengan nama pola ganggong. Berbagai-bagai tafsiran para ahli mengenai asal-usul pola ini. Jasper dalam bukunya yang terkenal mencari asalnya pada semacam tumbuh-tumbuhan dipaya-paya yang buahnya kalau dibelah dua menunjukkan gambaran yang mirip dengan pola batik ganggong. Tetapi harus diingat bahwa inipun hanya salah satu diantara sekian banyak keterangan mengenai asal pola ini. Ada yang menganggap pola genggong sebagai pola yang berdiri sendiri, karena menunjukkan beberapa ciri yang khas, berupa binatang-binatang atau silang-silang yang ujung jari-jarinya melingkar seperti benang sari bunga. Pola ganggong inipun mengalami bermacam-macam variasi. 1.4.1.3. Pola “Kawung” Pola ini sebenarnya dapat digolongkan dalam motif ceplokan, tetapi karena kunonya dan juga karena sifat-sifatnya yang tersendiri dijadikan golongan yang terpisah. Pola ini tergolong kuno, hal ini dapat dilihat pada pahatan/ukiran Candi Prambanan yang didirikan kira-kira pada abad VIII Masehi dan juga pada beberapa peninggalan lain. Mengenai asal-usul pola ini terdapat perbedaan faham. Ada yang mengembalikan pola ini kepada buah pohon aren atau kawung, karena belahan buah aren itulah yang menjadi dasar pola kawung. Tetapi Rouffaer misalnya, berpendapat bahwa pola kawung berasal dari suatu pola kuno yang lain yaitu pola grinsing. Pola grinsing ini telah disebut dalam sumber-sumber tertulis silsilah raja yang bernama Pararaton (abad ke-14). Pola yang terdiri atas lingkaran-lingkaran kecil dengan sebuah titik di dalamnya tersusun seolah-olah sisik ikan atau ular, menjadi penghias latar/dikombinasikan dengan motif lain. Sumber-sumber dari Jawa Timur tahun 1275 menyebutnya bersamaan dengan motif wayang, misalnya grising. Grising inilah kemudian berkembang serta berubah menjadi pola kawung. Pola kawungan bermacam-macam ragamnya, berbeda menurut besar-kecilnya ukuran yang dipakai, sangast digemari di kalangan Kraton Yogyakarta tempat ia pernah menjadi pola larangan, artinya yang dalam bentuk murninya hanya boleh dipakai oleh Sri Sultan serta keluarganya yang terdekat. 1.4.1.4. Pola “Nitik” Dari nama pola ini orang akan mendapat kesan sifat atau rupanya, yaitu titik-titik atau garis-garis pendek yang tersusun secara geometris, membentuk pola yang meniru tenunan atau anyaman. Mereka yang
Teknik Batik
38
mencari asal-usul teknik batik pada tetesan atau titik-titik lilin (kata tik), menganggap pola ini sebagai pola yang tertua. Diantara sekian banyak pola nitik, yang terkenal ialah pola Cakar Ayam dan Tirtateja. 1.4.1.5. Pola Garis Miring Merupakan pola yang susunannya miring atau diagonal secara tegas. Ada dua macam pola yang termasuk golongan ini yaitu pola parang dan lereng. Pola yang paling terkenal serta digemari diantara pola garis miring ini adalah pola parang. Adapun tanda atau ciri pola parang ini ialah lajur-lajur yang terbentuk oleh garis-garis miring yang sejajar berisikan garis-garis pengisi tegak, dan setiap lajur terpisah dari yang lain oleh deretan ornamen yang bergaya miring juga, dinamakan mlinjon. Kata mlinjon dipakai disini oleh karena motif pemisah tadi berbentuk jajaran genjang kecil, menyerupai buah mlinjo. Nama parang ialah nama pencakup, sebab motif inipun mempunyai banyak ragam. Yang termasyur diantaranya ialah pola Parang Rusak. Banyak teori dan pendapat dikemukakan orang berhubung dengan asal-usul pola ini. Ada yang mencari akarnya dalam sejarah Jawa kuno, misalnya dengan Raden Panji. Nama parang sering mengingatkan orang pada pisau atau keris, itulah sebabnya ada yang mencari sumber pola ini pada stiliring daripada keris atau pisau. Sering pula dikatakan, bahwa lahirnya pola ini diilhami oleh tokoh Sultan Agung dari Mataram (1613 – 1645). Tetapi telah menjadi kenyataan bahwa pola Parang Rusak menjadi larangan, artinya hanya boleh dipakai oleh sang raja sendiri atau keluarganya yang terdekat. Hal ini masih dipegang teguh sampai sekarang di dalam lingkungan tembok kraton, walaupun diluar istana tidak dihiraukan lagi larangan ini. Nama-nama yang diberikan kepada beberapa macam pola Parang Rusak berbeda menurut ukuran polanya. Parang rusak dengan ukuran yang terkecil dinamakan Parang Rusak Klitik, yang agak besar dinamakan Parang Rusak Gendreh, dan yang terbesar Parang Rusak Barong. Pola yang disebut terakhir ini mempunyai proporsi serta kesederhanaan pola yang menimbulkan suasana keagungan, hingga dapatlah dimengerti mengapa dikalangan istana Jawa Tengah dianggap keramat dan hanya boleh dipakai oleh sang raja sendiri atau sebagai sajian tertentu kepada para leluhur. Motif-motif lain dapat pula disusun menurut pola garis miring dan contoh yang terkenal ialah pola udan liris dan rujak senthe, yang karena kehalusan motif-motif yang disusun miring itu seolah-olah menyerupai hujan rintik-rintik atau liris.
Teknik Batik
39
1.4.2. Pola Non-Geometris Pembuatan pola-pola non-geometris ini tidak terbatas karena si pencipta pola tidak begitu terikat oleh ukuran atau gaya-gaya tertentu. Walaupun demikian akan terlihat bahwa tradisi masih memegang peranan yang penting mengenai tata susunan pola. 1.4.2.1. Pola Semen Semen berasal dari kata “semi+an” yang berarti kuncup-kuncup, daun dan bunga-bunga. Untuk memberi pegangan dalam membedakan sekian banyak macam pola semen, para penyelidik batik membuat pembagian berdasarkan beberapa persamaan yang terlihat, yaitu :
• Pola semen yang hanya terdiri atas kuncup daun-daunan serta bunga-bunga (misalnya : pola Pisang Bali, Kepetan).
• Pola semen yang terdiri atas kuncup-kuncup, daun serta bunga-bungaan dikombinasikan dengan motif binatang (misalnya Pakis, Peksi, Endol-endol, Merak Kesimpir).
• Pola semen yang terdiri atas gambaran tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, ditambah dengan motif sayap atau Lar. Motif Lar atau sayap ini merupakan pelengkap pada pola semen, dan dalam perbendaharaan ornamen batik mengenal tiga bentuk yaitu : Lar, Mirong dan Sawat. Lar berupa sayap tunggal, sedangkan Mirong ialah sayap kembar. Motif Sawat yang sejak dahulu kala dianggap sebagai pola raja-raja adalah sayap kembar lengkap dengan ekor yang terbuka. Asal-usul motif sawat tidak jelas, Rouffaer menggalinya dalam sejarah perlambang kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung, sebagai lambang kejayaan.
Masih banyak lagi pola-pola yang tidak bersifat geometris. Daerah yang terkenal dengan nama Pesisir dimana orang tidak begitu terikat oleh tradisi kraton-kraton, menjadi tempat asal pola yang beraneka ragam. Cirebon dengan pola-pola tidak geometris yang menggambarkan gunung-gunung, batu-batu, kolam-kolam serta binatang-binatang diselingi dengan rangkaian tumbuh-tumbuhan serta bunga-bungaan. Pola seperti yang terdapat dalam selendang-selendang sutera atau Lookcan dari Pantai Utara Jawa Tengah dan Timur, dengan burung-burung, bunga-bunga serta binatang-binatang lain, memperlihatkan campuran pengaruh berbagai ragam seni hias yang berasal dari berbagai kebudayaan. Semuanya itu kita coba sajikan dalam buku ini. Mudah-mudahan dapat memberikan gambaran kepada para pembatik dan penggemar seni batik tentang kekayaan pola-pola seni batik Indonesia.
Teknik Batik
40
2. Contoh Produk Batik
Kegunaan : Kain Panjang Unsur Motif : Parang, Mlinjon Filosofi : Parang berarti senjata yang menggambarkan
kekuasaan, kekuatan, dan kecepatan gerak. Ksatria yang menggunakan batik ini kuat dan limpat (dapat bergerak dengan gesit).
Kegunaan : Dipakai saat upacara pernikahan Filosofi : Truntum berarti menuntun. Diharapkan si pemakai
(orang tua mempelai berdua) mampu memberi petunjuk/contoh kepada kedua putra-putrinya untuk memasuki kehidupan baru berumah tangga yang penuh liku-liku..
Gb. 3.1.1 Parang Rusak Barong (Batik tulis)
Gb. 3.1.2 Truntum (Batik tulis)
Teknik Batik
41
Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur motif : Geometris Filosofi : Kain ini dipakai oleh raja dan keluarga dekatnya
Sebagai lambang keperkasaan dan keadilan. Empat bulatan dengan sebuah titik pusat juga melambangkan raja yang didampingi pembantunya.
Kegunaan : Kain panjang Unsur motif : Lar, candi Filosofi : Motif ini berarti darma, kemakmuran dan melindungi
buminya, yang mempunyai harapan/tujuan baik. Digunakan dalam upacara panggih pengantin.
Gb. 3.1.3 Kawung (Batik tulis)
Gb. 3.1.4 Sido Mukti (Batik tulis)
Teknik Batik
42
Kegunaan : Kain panjang Unsur motif : Lar, meru Filosofi : Motif ini berarti bersifat darma, adil terhadap sesama,
teguh hati, berjiwa luhur, tidak “adigang-adigung” dan ada kesaksian melawan musuh.
Kegunaan : Selendang Wanita Unsur motif : Gumin Tambun Filosofi : Gumin Tambun adalah ukiran yang ditempatkan
pada daun pintu rumah. Ukiran ini menurut mitologi Hindu Kaharingan mempunyai kekuatan sebagai pengikat bagi harta kekayaan, jika harta ini masuk akan sulit keluar, disamping itu juga sebagai simbol kelembutan budi luhur pemiliknya terhadap siapapun yang masuk ke rumah itu.
Gb. 3.1.5 Semen Romo (Batik tulis)
Gb. 3.1.6 Gumin Tambun (Batik cap)
Teknik Batik
43
Kegunaan : Pakaian pria dan wanita Unsur motif : Tatu payung Filosofi : Tatu Payung adalah suatu ukiran pada papan
kecil yang dibuat sebelum orang menanam padi. Pembuatannya dilakukan di ladang. Selanjutnya ukiran ini ditaruh pada sarang bibit, agar nanti padi berbuah dengan baik mendapat hasil yang banyak.
Kombinasi antara lilin pada kain dan pewarnaan menghasilkan suatu corak. Hasil corak baru yang dibuat secara spontan ini disebut dengan macam-macam nama, antara lain: batik modern, batik painting, batik gaya bebas, batik tanpa pola atau batik abstrak. Pemakaiannya terutama
Gb. 3.1.7 Tatu Payung (Batik cap)
Gb. 3.1.8 Batik Modern
Teknik Batik
44
sebagai hiasan dinding, kemudian dipakai pula sebagai kemeja, rok dan ada pula yang diubah khusus untuk kain nyamping wanita.
Salah satu contoh batik modern dipakai sebagai hiasan dinding. Goresan lilin pada kain dengan kuas menghasilkan komposisi yang unik setelah dipadukan dengan warna.
Kegunaan : Pakaian pria/wanita Unsur Motif : Lebah bergantung, bunga hutan, pucuk pakis. Filosofi : Memakai hiasan lebah bergantung berombak-
ombak dipandang mata, hidup sentosa tolong menolong, jauh dari segala aib dan nista.
Gb. 3.1.9 Batik Modern
Gb. 3.1.10 Lebah Bergantung (Batik cap)
Teknik Batik
45
3. Alat Batik Alat yang digunakan untuk membuat batik ada beberapa jenis, masing-masing alat memiliki jenis dan fungsinya sendiri. Jenis alat untuk membatik antara lain:
3.1. Canting Tulis Untuk membatik di atas kain
3.2. Wajan dan Kompor Untuk mencairkan lilin batik
3.3. Canting Cap dan Meja Cap Untuk membuat motif cap di atas kain
Gb. 3.1.11 Canting
Gb. 3.1.13 Canting Cap dan Meja
Gb. 3.1.12 Wajan dan Kompor
Teknik Batik
46
3.4. Timbangan Untuk menimbang warna
3.5. Stick besi Untuk menghilangkan tetesan lilin
3.6. Dingklik Untuk duduk pada waktu membatik tulis
Gb. 3.1.14 Timbangan
Gb. 3.1.16 Dingklik
Gb. 3.1.15 Stick Besi
Teknik Batik
47
3.7. Gawangan Untuk membentangkan kain/mori batik
3.8. Meja pola
Untuk memindahkan gambar dari kertas ke kain
3.9. Gelas Ukur Untuk mengukur kebutuhan air/larutan.
Gb. 3.1.17 Gawangan
Gb. 3.1.19 Gelas Ukur
Gb. 3.1.18 Meja Pola
Teknik Batik
48
3.10. Sarung Tangan Untuk pelindung tangan pada saat mewarna kain.
3.11. Mangkok, gelas dan sendok Untuk tempat melarutkan warna batik
3.12. Ember Untuk tempat mewarna kain batik
Gb. 3.1.20 Sarung Tangan
Gb. 3.1.22 Ember
Gb. 3.1.21 Mangkok , gelas, dan sendok
Teknik Batik
49
3.13. Gunting Untuk memotong
3.14. Penghapus, Pensil, Spidol, Rautan, Penggaris
Untuk menggambar.
3.15. Meteran Untuk mengukur
3.16. Scrap Untuk membersihkan lilin yang menetes di lantai.
Gb. 3.1.23 Gunting
Gb. 3.1.25 Meteran
Gb. 3.1.26 Scrap
Gb. 3.1.24 Alat Gambar
Teknik Batik
50
3.17. Seterika dan Meja Seterika Untuk menghaluskan kain
3.18. Kompor Pompa dan Kompressor Untuk merebus air lorodan
3.19. Kenceng Untuk tempat melorod kain batik.
Gb. 3.1.28 Kompor Pompa dan Kompressor
Gb. 3.1.29 Kenceng
Gb. 3.1.27 Seterika dan Meja
Teknik Batik
51
3.20. Wajan Cap (Loyang, serak kasar, serak halus, kain blaco kasar, kain blaco tipis) untuk mencairkan lilin batik cap.
3.21. Ceret dan Kompor Minyak Untuk merebus air
3.22. Jemuran Untuk menjemur kain batik.
Gb. 3.1.31 Ceret dan Kompor Minyak
Gb. 3.1.32 Jemuran
Gb. 3.1.30 Wajan Cap
Teknik Batik
52
3.23. Parang Untuk memotong lilin batik
3.24. Kuas Untuk mencolet kain batik.
3.25. Rak kompor Untuk tempat kompor dan wajan cap pada waktu membatik cap.
Gb. 3.1.34 Kuas
Gb. 3.1.35 Rak Kompor
Gb. 3.1.33 Parang
Teknik Batik
53
3.26. Baju kerja Untuk kesehatan dan keselamatan kerja
3.27. Masker Untuk pelindung hidung
Gb. 3.1.37 Masker
Gb. 3.1.36 Baju Kerja
Teknik Batik
54
4. Bahan Batik Bahan untuk membuat batik ada beberapa jenis, masing-masing memiliki jenis dan fungsi sendiri. antara lain:
4.1. Lilin Klowong Untuk membatik (Klowong/garis motif)
4.2. Lilin Tembok Untuk menembok/menutup bagian yang tidak dikehendaki berwarna
4.3. Parafin Untuk membuat motif pecahan pada kain batik
Gb. 3.3.39 Lilin Tembok
Gb. 3.1.40 Parafin
Gb. 3.1.38 Lilin Klowong
Teknik Batik
55
4.4. Soda Abu Untuk obat bantu melorod
4.5. TRO Untuk pembasah
4.6. Kostik Obat bantu zat warna Napthol.
Gb. 3.1.42 TRO
Gb. 3.1.43 Kostik
Gb. 3.1.41 Soda Abu
Teknik Batik
56
4.7. Natrium Nitrit Untuk obat bantu zat warma indigosol
4.8. HCL Untuk obat bantu pembangkit warna indigosol
4.9. Garam Biru BB Pembangkit zat warna napthol
Gb. 3.1.45 HCl
Gb. 3.1.46 Garam Biru BB
Gb. 3.1.44 Natrium Nitrit
Teknik Batik
57
4.10. Garam Kuning GC Pembangkit zat warna napthol 4.11. Garam Orange GC Pembangkit zat warna napthol
4.12. Indigosol Violet B Untuk zat warna batik
Gb. 3.1.48 Garam Orange GC
Gb. 3.1.49 Indigosol Violet B
Gb. 3.1.47 Garam Kuning GC
Teknik Batik
58
4.13. Indigosol Kuning IGK Zat warna untuk batik
4.14. Napthol AS Sebagai dasar warna
4.15. Napthol AS-0L Sebagai dasar warna
Gb. 3.1.51 Napthol AS
Gb. 3.1.52 Napthol AS-0L
Gb. 3.1.50 Indigosol Kuning IGK
Teknik Batik
59
4.16. Napthol AS-BS Sebagai dasar warna
4.17. Napthol ASG Sebagai dasar warna
4.18. Kertas Roti Untuk menggambar pola batik.
Gb. 3.1.54 Napthol ASG
Gb. 3.1.55 Kertas Roti
Gb. 3.1.53 Napthol AS-BS
Teknik Batik
60
4.19. Selendang Sutera Bahan untuk batik
4.20. Selendang Katun Bahan untuk batik
4.21. Kain Sutera Bahan untuk batik
Gb. 3.1.57 Selendang Katun
Gb. 3.1.58 Kain Sutra
Gb. 3.1.56 Selendang Sutra
Teknik Batik
61
4.22. Mori Primisima Bahan untuk batik
4.23. Blaco dan Santung
Bahan untuk batik 4.24. Kain untuk Kaos Bahan untuk batik.
Gb. 3.1.60 Blaco dan Santung
Gb. 3.1.61 Kain untuk Kaos
Gb. 3.1.59 Mori Primisima
Teknik Batik
62
4.25. Kaos (T-Shirt) Bahan untuk batik
4.26. Waterglass Untuk obat bantu melorod
5. Proses Pembuatan Produk Batik
5.1. Produk Batik Tulis
Batik tulis adalah batik yang pelekatan lilinnya menggunakan alat canting tulis, yaitu malam cair dimasukkan dalam canting kemudian digoreskan langsung dengan tangan mengikuti pola yang sudah ada pada kain. Getaran jiwa yang teratur melalui tangan pada saat menggoreskan malam dengan canting menimbulkan kesan unik pada pola-pola yang ada pada batik tulis. Proses pembuatan batik tulis lebih lama tetapi hasilnya lebih halus dibanding dengan batik cap. Oleh karena kehalusan dan keunikannya itulah maka batik tulis lebih mahal harga jualnya. Adapun teknik pembuatan batik tulis adalah sebagai berikut:
Gb. 3.1.63 Waterglass
Gb. 3.1.62 T-Shirt
Teknik Batik
63
5.1.1. Memola
Yaitu memindahkan gambar pola dari kertas kedalam kain yang akan digunakan untuk membuat batik. 5.1.2. Membatik atau melekakan lilin
Yaitu melekatkan lilin pada kain sesuai dengan pola, untuk menutup sebagian kain agar tidak kemasukan warna. Ada tiga tahap pelekatan lilin yaitu:
• Nglowong: melekatkan lilin yang pertama pada pola dasar atau kerangka dari motif tersebut.
• Nembok: menutup kain setelah diklowong dengan menggunakan lilin yang lebih kuat. Nembok meliputi menutup permukaan tertentu dan memberikan isen-isen pada kain yang sudah diklowong.
• Nerusi: mengulangi membatik dari bagian belakang mengikuti batikan pertama.
5.1.3. Mewarna.
Yaitu memberikan warna pada kain yang sudah dibatik. Bagian yang tertutup malam nantinya akan tetap berwarna putih dan yang tidak tertutup malam akan kena warna. Zat warna untuk batik terdiri dari zat warna alam dan sintetis. 5.1.4. Nglorod atau menghilangkan lilin
Menghilangkan lilin secara keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik disebut mbabar, ngebyok, atau nglorod. Menghilangkan lilin secara keseluruhan ini dilakukan dalam air yang mendidih. Untuk mempermudah proses nglorod maka dalam air panas ditambahkan obat pembantu yaitu waterglass atau soda abu. Cara nglorod adalah kain yang sudah dibatik dibasahi terlebih dahulu kemudian dimasukkan dalam air mendidih yang sudah diberi obat pembantu. Setelah malamnya terlepas, kemudian diangkat dan langsung dicuci sampai bersih. Selanjutnya dijemur ditempat yang teduh tidak langsung kena sinar matahari.
Teknik Batik
65
5.2. Contoh Pembuatan Produk Batik Tulis 5.2.1. Membuat Taplak Meja Tamu Dengan Teknik Batik Tulis 5.2.1.1. Persiapan 5.2.1.1.1. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk
membuat taplakmeja tamu. Bahan yang digunakan untuk membuat taplak meja tamu batik: • Kain birkolin ukuran 90 cm x 90 cm • Lilin/malam klowong • Lilin/malam tembok • Parafin • Zat warna napthol • Kostik soda • TRO • Waterglass • Soda Abu • Korek api • Plastik/Kemasan Alat yang digunakan untuk membuat taplak meja tamu batik: • Canting tulis (cecek, klowong, tembok) • Kuas besar dan Kecil • Wajan kecil diameter 20 cm • Kompor batik sumbu 8. • Gawangan • Dingklik/tempat duduk pendek • Mangkok • Sendok plastik • Ember/bak pencelup • Sarung tangan • Ceret • Kompor minyak • Kompor gas • Kompor pompa • Kenceng • Serok • Jemuran • Seterika • Meja seterika
5.2.1.1.2. Memakai pakaian kerja. 5.2.1.1.3. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.
Teknik Batik
66
5.2.1.2. Proses Pembuatan 5.2.1.2.1. Menyiapkan gambar kerja 60 cm 10 2.5 35 2.5 10 5.2.1.2.2. Menjiplak gambar di atas kain atau memola.
Gb. 3.1.65 Memola
Gb. 3.1.64 Gambar Kerja
Teknik Batik
67
5.2.1.2.3. Membatik klowong sesuai motif yang dikehendaki
5.2.1.2.4. Mencelup kain batikan kedalam larutan TRO untuk
memudahkan warna meresap ke kain.
5.2.1.2.5. Mewarna pertama menggunakan zat warna napthol, kemudian
tiriskan,
Celup napthol Celup garam pembangkit
Gb. 3.1.67 Mencelup Dalam Larutan TRO
Gb. 3.1.68 Warna Pertama
Gb. 3.1.66 Membatik Klowong
Teknik Batik
68
5.2.1.2.6. Cucilah dengan air bersih dan keringkan dengan cara diangin-anginkan atau dijemur di tempat yang teduh.
5.2.1.2.7. Membatik/menutup bagian yang dikehendaki tidak berwarna
menggunakan lilin tembok 5.2.1.2.8. Menutup dasar batikan dengan menggunakan parafin.
Gb. 3.1.70 Nembok
Gb. 3.1.71 Menutup Dengan Parafin
Gb. 3.1.69 Menjemur/mengangin-anginkan
Teknik Batik
69
5.2.1.2.9. Mewarna kedua dengan zat warna napthol, kemudian angkat dan tiriskan.
5.2.1.2.10. Cuci dan keringkan dengan cara diangin-anginkan atau
dijemur di tempat yang teduh.
Gb. 3.1.73 Menjemur/mengangin-anginkan
Gb. 3.1.72 Warna Kedua
Teknik Batik
70
5.2.1.2.11. Melorod/menghilangkan lilin/malam pada kain yang menempel. Cuci dengan air bersih sampai benar-benar bersih, tidak ada lilin atau bekas noda-noda yang menempel kemudian keringkan.
5.2.1.3. Penyelesaian Akhir 5.2.1.3.1. Menghaluskan kain batik dengan cara disetrika 5.2.1.3.2. Jahitlah pada bagian tepi taplak batik.
Gb. 3.1.75 Menyeterika
Gb. 3.1.74 Melorod
Teknik Batik
71
5.2.1.4. Hasil Jadi Taplak Meja Tamu
Gb. 3.1.76 Hasil Jadi Taplak Meja
Teknik Batik
72
5.2.2. Membuat Selendang Dengan Teknik Batik Tulis 5.2.2.1. Persiapan 5.2.2.1.1. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk
membuat selendang. Bahan yang digunakan untuk membuat selendang batik: • Selendang dari tenunan ATBM ukuran 70 cm x 190 cm • Lilin/malam klowong • Lilin/malam tembok • Zat warna napthol, 5 gram/L air panas+dingin • Garam pembangkit 10 gram/L air dingin • Kostik soda, 3 gram/L air dingin • TRO, 2 gram/L air • Waterglass, 10 cc/L air panas • Soda abu, 10 gram/L air panas • Korek api • Plastik/Kemasan
Alat yang digunakan untuk membuat selendang batik: • Canting tulis (cecek, klowong, tembok) • Kwas besar dan Kecil • Wajan kecil diameter 20 cm • Kompor batik sumbu 8 • Gawangan • Dingklik/tempat duduk pendek • Mangkok • Sendok plastik • Ember/bak pencelup • Sarung Tangan • Ceret • Termos panas • Kompor minyak • Kompor gas • Kompor pompa • Kenceng • Serok • Jemuran • Seterika • Meja seterika
5.2.2.1.2. Memakai pakaian kerja. 5.2.2.1.3. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.
Teknik Batik
73
5.2.2.2. Proses Pembuatan 5.2.2.2.1. Menyiapkan gambar kerja. 20 cm 30 cm 95 cm 20 cm
5 cm
20 cm 5.2.2.2.2. Memindahkan gambar di atas kain atau memola.
Gb. 3.1.77 Gambar Kerja ½ ukuran
Gb. 3.1.78 Memola
Teknik Batik
74
5.2.2.2.3. Membatik klowong sesuai motif yang dikehendaki atau membatik motif pertama.
5.2.2.2.4. Sebelum diwarna, celupkan kain batikan ke dalam larutan
TRO agar kain mudah meresap warna.
5.2.2.2.5. Mewarna pertama dengan menggunakan zat warna napthol
sesuai dengan resep, kemudian cucilah dengan air bersih dan keringkan dengan cara diangin-anginkan.
Gb. 3.1.80 Mencelup Dalam Larutan TRO
Gb. 3.1.81 Warna Pertama
Gb. 3.1.79 Membatik Klowong
Teknik Batik
75
5.2.2.2.6. Membatik/menutup bagian yang dikehendaki tidak berwarna menggunakan lilin tembok.
5.2.2.2.7. Mewarna kedua dengan zat warna napthol, kemudian cuci dan
keringkan dengan cara diangin-anginkan. 5.2.2.2.8. Melorod/menghilangkan lilin/malam pada kain yang menempel Mencuci dengan air bersih sampai benar-benar bersih, tidak
ada lilin atau bekas noda-noda yang menempel.
Gb. 3.1.83 Warna Kedua
Gb. 3.1.84 Melorod
Gb. 3.1.82 Nembok
Teknik Batik
76
5.2.2.2.9. Mengeringkan dengan cara dianginkan atau ditempat yang teduh.
5.2.2.3. Penyelesaian Akhir Menghaluskan kain batik dengan cara disetrika.
Gb. 3.1.86 Menyeterika
Gb. 3.1.85 Pengeringan
Teknik Batik
77
5.2.2.4. Hasil Jadi Selendang
Gb. 3.1.87 Hasil Jadi Selendang
Teknik Batik
78
5.2.3. Membuat Hiasan Dinding Pada Kain Pelepah Pisang 5.2.3.1. Persiapan
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum proses pembuatan hiasan dinding dengan teknik batik pada media tenunan pelepah pisang ini yaitu:
5.2.3.1.1. Ide/ Gagasan
Ide dasar desain dari hiasan dinding dengan teknik batik ini yaitu dari bunga matahari, desain dibuat dengan cara membuat motif di atas kertas padalarang kemudian digunting dan dijadikan mal atau pola untuk dijiplak.
Gb. 3.1.88 Membuat Sket
Gb. 3.1.89 Memotong Sket
Teknik Batik
79
Gb. 3.1.90 Media Tenunan Pelepah Pisang
Gb. 3.1.91 Peletakan Pola Disain
Teknik Batik
80
5.2.3.1.2. Alat Pada saat pembuatan hiasan dinding dengan teknik batik, pemilihan penggunaan alat bahan akan menentukan lancar tidaknya proses pembuatan sekaligus menentukan kualitas hiasan dinding, dengan demikian pada pembuatan hiasan dinding ini akan diperlukan alat dan bahan yang sudah disesuaikan, perhatikan dan baca dengan cermat tabel berikut ini.
Tabel 4 Peralatan Pembuatan Hiasan Dinding Teknik Batik
PERALATAN PEMBUATAN HIASAN DINDING TEKNIK BATIK
Persiapan Pembatikan Pewarnaan Penyelesaian Akhir
Penggaris Canting Klowong Bak Pewarna Kompor Gas
Pencil 2B Canting Isian/ Isen Timbangan Warna Kenceng Panci
Penghapus Canting Tembok Thremos Stik Kayu
Spidol Kuas Gelas Ukur Serokan
Cutter
Gunting Celemek Mangkok Ember
Wajan Sendok Sarung
Kompor Sarung Tangan Jemuran
Injuk Masker
Gawangan Celemek
Dingklik Gawangan
Jemuran/ Jepitan
Teknik Batik
81
Tabel 5 Bahan-bahan Pembuatan Hiasan Dinding Teknik Batik
BAHAN PEMBUATAN HIASAN DINDING TEKNIK BATIK
Persiapan Pembatikan Pewarnaan Penyelesaian Akhir
Kertas Tenunan Pelepah Pisang
Natrium Nitrit Soda Ash/ Soda Abu
Lilin/Malam Klowong Zat Pewarna Indigosol
Waterglass
Lilin/Malam Tembokan
H2SO4 / Asam Sulfat/ Asam Clorida
5.2.3.2. Proses Pembuatan Karya Dalam proses pembuatan karya ini ada beberapa hal yang harus diketahui dan sangat penting untuk diperhatikan karena dalam proses ini sangat berpengaruh pada hasil akhir karya hiasan dinding yang akan dibuat. Perhatikanlah dengan seksama petunjuk proses karya ini dengan sebaik- baiknya.
5.2.3.2.1. Membatik Klowong
Membatik klowong adalah tahap awal dalam proses pembatikan dilakukan hanya pada garis besar motif secara keseluruhan .
Gb. 3.1.92 Proses Pembatikan Klowong
Teknik Batik
82
5.2.3.2.2. Nembok Tujuan dari menembok adalah menutup latar belakang motif sehingga pada saat pewarnaan tidak terkena warna dengan menggunakan kuas.
Gb. 3.1.94 Karya Setelah Ditembok
Gb. 3.1.93 Menembok
Teknik Batik
83
5.2.3.2.3. Cara Melarutkan TRO TRO merupakan salah satu bahan kimia untuk pembuat sabun dan dalam proses batik digunakan sebagai pembasah kain batik sebelum proses pewarnaan yang difungsikan untuk membuka pori-pori serat sehingga pada saat pewarnaan, warna dapat meresap dengan cepat dan rata.
5.2.3.2.4. Membasahi tenunan pelepah pisang sebelum pewarnaan Tenunan pelepah pisang sebelum masuk dalam proses pewarnaan harus diasahi dahulu dengan rata menggunakan larutan TRO dengan tujuan agar warna dapat meresap dengan cepat dan rata sehingga warna yang diserap oleh bahan tersebut meresap dengan sempurna.
Gb. 3.1.96 Menyiram Dengan TRO
Gb. 3.1.95 Larutan TRO
Teknik Batik
84
5.2.3.2.5. Persiapan Pewarnaan dengan Teknik Colet Ada beberapa persiapan sebelum proses pewarnaan dengan teknik coletan yaitu : menimbang warna sesuai ukuran dan warna yang diperlukan, cara melarutkan warna, mengukur barapa banyak air yang diperlukan dengan menggunakan gelas ukur untuk proses pewarnaan, cara melarutkan Natrium Nitrit dan HCl.
Menimbang warna Violet Sebanyak 5 gr
Zat warna dilarutkan dengan air panas (air mendidih)
Cara melarutkan Natrium Nitrit dengan air biasa
HCl dimasukkan ke dalam bak yang telah diberi Natrium Nitrit, 5 CC/L air
Cara melarutkan Indigosol warna rose dengan air panas (air mendidih)
Cara melarutkan Indigosol warna IGK dengan air panas (air mendidih)
Gb. 3.1.97 Persiapan Pewarnaan
Teknik Batik
85
5.2.3.2.6. Daftar Pedoman Penggunaan Warna Indigosol dan Napthol
Gb. 3.1.98 Pedoman Penggunaan Warna Indigosol dan Napthol
A. Pedoman Penggunaan Warna Indigosol
B. Pedoman Penggunaan Warna Napthol
Teknik Batik
86
5.2.3.2.7. Proses Pewarnaan Teknik Coletan Pada proses pewarnaan hiasan dinding dengan teknik batik ini menggunakan proses coletan atau dengan cara dikuas, dengan menggunakan warna Indigosol hijau (Green IBF), warna merah jambu (Ross) dan warna dan kuning (IGK).
5.2.3.2.8. Proses Pembangkitan Warna Proses pembangkitan warna dilakukan dengan cara diangin-anginkan dan menghadap sinar matahari sehingga warna timbul.
Gb. 3.1.99 Proses Pewarnaan
Gb. 3.1.100 Proses Pembangkitan Warna
Teknik Batik
87
5.2.3.2.9. Proses Fiksasi dengan HCl Tenun pelepah pisang yang telah diwarna dengan teknik coletan, dan sudah melalui pembangkitan warna kemudian masukan kedalam larutan HCl, dengan cara dicelup dengan perlahan–lahan. HCl berfungsi untuk mengikat warna agar tidak luntur.
5.2.3.2.10. Proses Cuci Dengan Air Biasa
Setelah di HCl, cuci atau bilas bahan tenunan pelepah pisang tersebut dengan air bersih sampai bersih dan tidak tercium bau HCl.
Gb. 3.1.101 Proses Fiksasi
Gb. 3.1.102 Pencucian
Teknik Batik
88
5.2.3.3. Finishing
Proses finishing merupakan proses terakhir dari pembuatan lukisan batik dengan media tenunan pelepah pisang ini, yang meliputi: melorod, membuat bisban dengan kain sebagai lis atau frame.
Proses pelorodan ini berfungsi untuk melepas seluruh lilin batik yang ada pada permukaan kain, dengan bahan bantu soda Ash atau menggunakan waterglass.
.
Gb. 3.1.103 Hasil Akhir
Teknik Batik
89
5.2.4. Membuat Hiasan Dinding pada Kain Katun
Berikut ini akan dibahas tentang pembuatan hiasan dinding dengan teknik Batik tulis. Adapun proses pembuatannya akan diurai sebagai berikut : Hiasan dinding suatu benda difungsikan sebagai hiasan yang ditempelkan atau menggantung pada dinding dengan memperhitungkan ukuran, warna dan motif. Sehingga pada saat benda tersebut menempati atau menempel di dinding akan memberikan kesan nyaman, indah pada ruangan tersebut. Banyak media yang digunakan untuk membuat hiasan dinding, diantaranya terbuat dari : kayu, bambu, keramik, logam, tali, serat, lukisan cat minyak, lukisan cat air. Namun demikian pada pembahasan ini akan diurai tentang pembuatan Hiasan Dinding dengan teknik Batik.
5.2.4.1. Persiapan Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum proses pembuatan Hiasan Dinding dengan teknik Batik ini yaitu :
5.2.4.1.1. Ide/ Gagasan Ide dasar desain dari hiasan dinding dengan teknik batik ini yaitu dari gambar ular naga.
Gb. 3.1.104 Selendang Dayak Kalimantan Barat
Teknik Batik
90
5.2.4.1.2. Desain Alternatif Desain alternatif adalah kumpulan rancangan beberapa gambar atau sket sebagai pengembangan bentuk ide dasar.
Gb. 3.1.105 Disain Alternatif 1
Gb. 3.1.106 Disain Alternatif 2
Teknik Batik
91
Gb. 3.1.107 Disain Alternatif 3
Gb. 3.1.108 Disain Alternatif 4
Teknik Batik
92
Gb. 3.1.109 Disain Alternatif 5
Gb. 3.1.110 Disain Alternatif 6
Teknik Batik
93
5.2.4.1.3. Desain Terpilih Desain terpilih adalah salah satu diantara beberapa gambar yang terpilih dan merupakan gambar pilihan untuk dijadikan motif atau rancangan tetap dan akan ditetapkan juga diterapkan untuk motif atau model hiasan dinding.
Gb. 3.1.111 Disain Terpilih
Teknik Batik
94
5.2.4.1.4. Gambar Kerja
5.2.4.1.5. Membuat Pola Membuat pola adalah menerapkan desain terpilih dengan memperhitungkan ukuran atau skala, pengulangan (repeat), menggunakan pencil 2B pada kertas.
Gb. 3.1.113 Membuat pola
Gb. 3.1.112 Gambar Kerja
Teknik Batik
95
5.2.4.2. Alat
Pada saat pembuatan hiasan dinding dengan teknik batik, pemilihan penggunaan alat bahan akan menentukan lancar tidaknya proses pembuatan sekaligus menentukan kualitas hiasan dinding, dengan demikian pada pembuatan hiasan dinding ini akan diperlukan alat dan bahan yang sudah disesuaikan, perhatikan dan baca dengan cermat tabel berikut ini:
Tabel 6 Peralatan Pembuatan Hiasan Dinding Teknik Batik
PERALATAN PEMBUATAN HIASAN DINDING TEKNIK BATIK
Persiapan Pembatikan Pewarnaan Penyelesaian Akhir
Penggaris Canting Klowong Bak Pewarna Kompor Gas
Pencil 2B Canting Isian/Isen Timbangan Warna Kenceng
Penghapus Canting Tembok Termos Stik Kayu
Meja Pola Kuas Gelas Ukur Serokan
Paper Clip/ Penjepit kertas
Celemek Mangkok Ember
Cutter Wajan Sendok Sarung
Kompor Sarung Tangan Jemuran
Solder Masker Setrika
Gawangan Celemek Hair Dryer
Dingklik Gawangan
Ijuk Jemuran/ Jepitan
Teknik Batik
96
Tabel 7 Bahan Pembuatan Hiasan Dinding Teknik Batik
BAHAN PEMBUATAN HIASAN DINDING TEKNIK BATIK
Persiapan Pembatikan Pewarnaan Penyelesaian Akhir
Kertas Kain Berkolin Zat Pewarna Napthol
Soda Ash/Soda Abu
Lilin/ Malam Klowong
Zat Pewarna Indigosol
Water Glass
Lilin/ Malam Tembokan
Garam Diazo
TRO
Parafin Natrium Nitrit
H2SO4 / Asam Sulfat/ Asam Klorida
Kostik Soda
Teknik Batik
97
5.2.4.3. Proses Pembuatan Karya Dalam proses pembuatan karya ini ada beberapa hal yang harus diketahui dan sangat penting untuk diperhatikan karena dalam proses ini sangat berpengaruh pada hasil akhir karya hiasan dinding yang akan dibuat. Perhatikanlah dengan seksama petunjuk proses karya ini dengan sebaik- baiknya.
5.2.4.3.1. Memindahkan Pola Ke Kain Siapkan meja pola kemudian letakan pola desain yang telah dibuat, taruhlah kain diatas pola jepit dengan paper clip atau penjepit kertas.
Gb. 3.1.114 Menjiplak Pola
Teknik Batik
98
5.2.4.3.2. Membatik Klowong Membatik klowong adalah tahap awal dalam proses pembatikan dilakukan hanya pada garis besar motif secara keseluruhan .
Gb. 3.1.115 Pembatikan Klowong
Gb. 3.1.116 Karya Setelah Pembatikan
Teknik Batik
99
5.2.4.3.3. Cara Melarutkan TRO TRO merupakan salah satu bahan kimia untuk pembuat sabun dan dalam proses batik digunakan sebagai pembasah kain batik sebelum proses pewarnaan yang difungsikan untuk membuka pori-pori kain sehingga pada saat pewarnaan, warna dapat meresap dengan cepat dan rata.
5.2.4.3.4. Membasahi kain sebelum pewarnaan Kain sebelum masuk dalam proses pewarnaan harus diasahi dahulu dengan rata menggunakan larutan TRO dengan tujuan agar warna dapat meresap kekain dengan cepat dan rata sehingga warna yang diserap oleh kain meresap dengan sempurna.
Gb. 3.1.117 Larutan TRO
Gb. 3.1.118 Kain Direndam TRO
Teknik Batik
100
5.2.4.3.5. Persiapan Pewarnaan Ke-1 Ada beberapa persiapan sebelum proses pewarnaan yaitu menimbang warna sesuai ukuran dan warna yang diperlukan, cara melarutkan warna, mempersiapkan bak warna, mengukur barapa banyak air yang diperlukan dengan menggunakan gelas ukur untuk proses pewarnaan, cara melarutkan Natrium Nitrit dan HCl.
Menimbang warna Green IB Sebanyak 10 gr
Warna dilarutkan dengan air panas (mendidih)
Warna dimasukkan dalam air Melarutkan Natrium Nitrit dengan air
HCl dimasukkan dalam bak yang telah diberi Natrium Nitrit, 5 CC/1 Liter air
Gb. 3.1.119 Persiapan Pewarnaan Ke-1
Teknik Batik
101
5.2.4.3.6. Proses Pewarnaan ke-1 Pada proses pewarnaan hiasan dinding dengan teknik batik ini menggunakan proses celup dengan teknik setengah – setengah, yaitu setengah kain diwarna atau dicelupkan kedalam larutan zat warna Indigo Green IB dengan arah diagonal.
5.2.4.3.7. Proses Pembangkitan Warna Proses pembangkitan warna ini dilakukan dengan cara dijemur di sinar matahari sehingga warna muncul.
Gb. 3.1.120 Proses Pewarnaan Ke-1
Gb. 3.1.121 Proses Oksidasi
Teknik Batik
102
5.2.4.3.8. Persiapan Warna ke-2 Warna ke dua untuk sisi diagonal yang sebelahnya menggunakan warna Indigosol Blue O4B dengan pelarutan warna seperti dibawah ini.
5.2.4.3.9. Proses Pewarnaan ke-2 Sedangkan bagian sisi yang lain menggunakan pewarna Indigosol Blue O4B dengan arah diagonal.
Timbang warna Indigosol Blue O4B dengan berat 10 gr.
Pewarna Indigosol Blue O4B dengan air panas (mendidih)
Gb. 3.1.123 Proses Pewarnaan Ke-2
Gb. 3.1.122 Persiapan Warna Ke-2
Teknik Batik
103
5.2.4.3.10. Oksidasi setelah Pewarnaan ke 2
Proses pengeringan ini dengan cara dijemur disinar matahari agar terjadi oksidasi dengan sinar ultra violet, sehingga warna muncul.
5.2.4.3.11. Proses Fiksasi dengan HCl Kain yang telah diwarna pada kedua belah sisinya masukan kedalam larutan HCl, HCl berfungsi untuk mengikat warna agar tidak luntur juga mengarahkan warna.
Gb. 3.1.124 Proses Oksidasi
Gb. 3.1.125 Proses Fiksasi
Teknik Batik
104
5.2.4.3.12. Proses Cuci Dengan Air Biasa Setelah kain di HCl, cuci atau bilas kain tersebut dengan air bersih sampai bersih dan tidak tercium bau HCl.
5.2.4.3.13. Lorod ke-1 Lukisan setelah dicuci bersih dilorod guna menghilangkan lilin batik, sedangkan bahan pembantu untuk proses pengeringan dilakukan setelah lukisan dilorod sebelum proses penembokan motif pokok.
Gb. 3.1.127 Melorod
Gb. 3.1.126 Pencucian
Teknik Batik
105
5.2.4.3.14. Proses Penembokan Pada tahap penembokan ini motif pokok Ular Naga ditembok atau ditutup dengan menggunakan lilin parafin, sehingga pada saat pewarnaan motif ular naga akan kemasukan warna tetapi tidak rata sehingga mempunyai kesan pecah atau retak. Adapun motif pengisi ukel hanya ditutup sebagian dengan lilin tembokan.
5.2.4.3.15. Persiapan Warna Napthol Proses persiapan warna napthol sebelum pewarnaan terakhir dalam pembuatan batik lukis. Adapun persiapan pewarnaannya sebagai berikut:
Menimbang zat warna Napthol sebanyak 10 gr.
Menimbang kostik sebanyak setengahnya dari napthol AS-BO
Gb. 3.1.128 Penembokan
Teknik Batik
106
5.2.4.3.16. Proses Pewarnaan ke-3 Celup Napthol
Pada tahap ini karya yang telah ditembok diwarna dengan teknik celup dengan zat warna napthol
Napthol AS-BO yang sudah ditimbang ditambah kostik dengan
ukuran setengahnya dari berat napthol
Menimbang garam Diazo Red B
Gb. 3.1.130 Mencelup Napthol
Gb. 3.1.129 Persiapan Napthol
Teknik Batik
107
5.2.4.3.17. Proses Pewarnaan ke 3 Celup Garam Lukisan yang telah dicelup ke dalam larutan napthol ditiriskan kemudian masukkan ke dalam larutan garam dengan garam diazo Red B
.
5.2.4.4. Finishing Proses finishing merupakan proses terakhir dari pembuatan lukisan batik ini, yang meliputi: melorod, mencuci bersih dari sisa–sisa lilin, pengeringan, setrika dan pemasangan pada frame atau bingkai.
Gb. 3.1.131 Mencelup Dalam Garam
Teknik Batik
108
5.2.4.4.1. Proses Pelorodan
Proses pelorodan ini berfungsi untuk melepas seluruh lilin batik yang ada pada permukaan kain, dengan bahan bantu soda ash atau menggunakan waterglass.
5.2.4.4.2. Proses Pecucian
Proses pencucian berfungsi untuk membersihkan lilin setelah pelorodan kain hingga kain batik tersebut bersih dari kotoran lilin yang menempel pada kain.
Gb. 3.1.132 Proses Pelorodan Terakhir
Gb. 3.1.133 Proses Pencucian
Teknik Batik
109
5.2.4.4.3. Proses Pengeringan Setelah lukisan batik tersebut did cuci bersih kemudian keringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat yang teduh.
5.2.4.4.4. Proses Setrika Proses setrika berfungsi untuk menghaluskan permukaan kain sebelum di frame atau dibingkai.
Gb. 3.1.135 Menyeterika
Gb. 3.1.134 Proses Pengeringan.
Teknik Batik
110
5.2.4.4.5. Pemasangan Frame Pemasangan frame merupakan proses terakhir dalam pembuatan batik lukis ini, dan karya siap dipamerkan.
Gb. 3.1.136 Hasil Karya
Gb. 3.1.137 Memasang Dengan Frame.
Teknik Batik
111
5.3. Produk Batik Cap Membuat batik cap atau ngecap adalah pekerjaan membatik dengan cara mencapkan lilin batik cair pada permukaan kain menggunakan alat cap, yang disebut canting cap berbentuk stempel yang terbuat dari plat tembaga. Canting Cap terdiri dari 3 bagian :
• Bagian muka, berupa susunan plat tembaga yang membentuk pola batik.
• Bagian dasar, tempat melekatnya bagian muka. • Tangkai cap, untuk pegangan pada waktu mencap. (Sewan Susanto, 1973:30)
Cara mengerjakan batik cap, adalah sebagai berikut : • Lilin batik dipanaskan dalam wajan tembaga yang bagian atasnya
dilapisi kasa yang terbuat dari kawat tembaga. • Canting cap dimasukkan ke dalam wajan yang berisi lilin cair,
ditunggu beberapa saat sampai cap menjadi panas. • Kemudian canting cap diambil dan dicapkan pada kain yang
diletakkan di atas bantalan meja cap. Teknik membuat batik cap menurut gerak arah panah.
5.3.1. Bagian-Bagian Canting Cap Canting cap terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Bagian muka, berupa susunan plat tembaga yang membentuk
pola batik, 2. Bagian dasar, tempat melekatnya bagian muka, dan 3. Tangkai cap, sebagai pegangan saat mencap. 4.
Gb. 3.1.138 Canting Cap
(Sumber: Sewan Susanto, 1973: 30)
Teknik Batik
112
5.3.2. Gerak Arah Canting Cap Berdasarkan pada motif dan bentuk capnya, maka terdapat beberapa cara menyusung cap pada permukaan kain, yang disebut jalannya pencapan.
Beberapa jalannya pencapan (lampah) itu antara lain: 1. Bergeser satu langkah ke kanan dan satu langkah ke muka,
ini disebut sistem “tubrukan”. 2. Bergeser setengah langkah ke kanan dan satu langkah ke
muka atau satu langkah ke kanan dan setengah langkah ke muka, ini disebut sistem “ondo-ende”.
3. Jalannya cap menurut arah garis miring, bergeser satu langkah atau setengah langkah dari sampingnya, ini disebut sistem “parang”.
4. Bila jalannya cap digeser melingkar, salah satu sudut dari cap itu tetap terletak pada satu titik, sistem ini disebut “mubeng” atau berputar.
5. Ada pula untuk mencapai satu raport motif digunakan dua cap, dan jalannya mengecapkan dua cap tersebut berjalan berdampingan, ini disebut sistem “mlampah sareng” atau jalan bersama.
Pemanasan lilin batik cap juga harus disesuaikan dengan pemanasan tertentu agar dapat dicapai hasil pencapan yang baik, yaitu jangan terlalu rendah dan janga terlalu tinggi.
Cara mengerjakan pencapan ialah: • Pertama lilin batik dipanaskan di dalam dulang tembaga yang
pada dasarnya diletakkan beberapa lapis kasa dari anyaman lewat tembaga.
• Cap yang akan dipakai diletakkan di atas dulang yang berisi lilin cair.
• Ditunggu beberapa saat sampai cap menjadi panas, kemudian cap dipegang, diangkat dan dicapkan pada kain yang diletakkan di atas bantalan meja cap.
• Pengambilan lilin batik cap dengan meletakkan cap di atas dulang dilakukan berulang-ulang sampai pencapan kain selesai atau pekerjaan mencap telah selesai.
Pekerjaan mencap juga memerlukan pengalaman dan kemahiran, maka seorang tukang cap yang baik perlu mendapat latihan kerja pencapan untuk beberapa waktu lamanya. Jalannya cap pada pekerjaan mencap, bila digambarkan secara skematis adalah sebagai berikut: (Sewan Susanto, 1973: 30-31)
Teknik Batik
113
5.3.3. Skema Jalannya Canting Cap
TUBRUK Satu langkah ke kanan dan satu langkah ke depan.
ONDO-ENDE model 1 Satu langkah ke kanan, kemudian setengah langkah ke depan.
ONDO-ENDE model 2 Satu langkah ke depan kemudian satu langkah ke kanan.
Gb. 3.1.139 Skema Jalan Canting Cap
(Sumber: Sewan Susanto, 1973: 31)
Teknik Batik
114
PARANG (miring) Satu langkah ke kiri depan (miring) dan satu langkah ke kanan (horizontal).
MUBENG (berputar) Berputar seperempat lingkaran dengan salah satu sudut sebagai titik pusat.
JALAN SAMA Dua cap membentuk satu raport motif, kedua cap jalan bersama (mlampah-sareng).
Gb. 3.1.140 Skema Jalan Canting Cap
(Sumber: Sewan Susanto, 1973: 32)
Teknik Batik
115
5.3.4. Cara Mengecap
Ibu jari sebagai penahan tepat tidaknya letak canting cap.
Gambar permulaan jalannya cap Parang: Ketentuan ukuran diambil sudut mori selebar canting cap diletakkan miring.
Gb. 3.1.141 Cara Mengecap.
(Sumber: Mintihadi dan Mukminatun, 1979: 60)
Teknik Batik
116
Gambar awal jalannya cap Tubruk : Ketentuan ukuran diambil seperempat lebar cap dari sudut
Awal kerja mencap dengan motif Ceplok.
Setelah cap-capan selesai ngengrengi dan terusan barulah mencap dasaran atau plataran .Setelah cap-capan klowongan selesai selanjutnya ditembok. Juga dimulai dari motif ceplok–ceplokanya kemudian dilanjutkan dengan plataran (Mintihadi dan Mukminatun, 1979: 61).
Gb. 3.1.142 Cara Mengecap.
(Sumber: Mintihadi dan Mukminatun, 1979: 61)
Teknik Batik
117
5.4. Contoh Pembuatan Produk Batik Cap
5.4.1. Membuat Lembaran Kain Dengan Teknik Batik Cap
5.4.1.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan: - Canting cap - Meja cap - Kompor - Wajan cap - Slodok, untuk meratakan lilin/malam pada wajan cap Bahan yang digunakan : - Mori Prissima - Malam/lilin - Warna
5.4.1.2. Persiapan : - Menyiapkan bahan dan alat - Memakai pakaian kerja - Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja
5.4.1.3. Proses pembuatan : - Mencuci kain dengan tujuan melarutkan lemak pada kain
(ngirah pada kain). - Memberi lapisan kanji tipis (bisa dilakukan dan bisa tidak,
melihat kebutuhan). - Kain diseterika (ngemplong, Bahasa Jawa). - Menempatkan mori di atas kasuran meja cap. Meletakkan
mori yang akan dicap membujur ke depan di mana mula-mula bagian tepi kiri bawahlah yang akan mulai dicap.
Teknik Batik
118
5.4.1.3.1. Nglowong, pelekatan malam (lilin) yang pertama. Teknik pembuatan batik terdiri dari pekerjaan utama, dimulai dengan nglowong ialah mengecap atau membatik motif-motifnya di atas mori dengan menggunakan canting. Nglowong pada sebelah kain disebut juga ngengreng dan setelah selesai dilanjutkan dengan nerusi pada sebaliknya (Riyanto dkk, hlm. 6).
Hasil setelah diklowong
Gb. 3.1.143 Nglowong.
(Sumber: Riyanto dkk, hlm. 6)
Teknik Batik
119
5.4.1.3.2. Nembok, pelekatan malam kedua. Sebelum dicelup dalam larutan zat warna (pewarnaan), bagian-bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih, harus ditutup dengan malam. Lapisan malam ini untuk menahan zat pewarnanya agar tidak merembes ke bagian-bagian yang tertutup malam. Oleh karenanya pekerjaan ini disebut menembok, jika perembesan ini sampai terjadi, karena tembokannya kurang kuat maka pada bagian-bagian kain batik yang harus tetap putih, akan terlihat jalur-jalur berwarna yang tentunya akan mengurangi kualitas kain batiknya. Itulah sebabnya mengapa malam temboknya harus kuat dan ulet, lain dengan malam klowong yang justru tidak boleh terlalu ulet, agar mudah dikerok (Riyanto dkk, hlm. 7).
Hasil setelah ditembok
Gb. 3.1.144 Nembok
(Sumber: Riyanto dkk, hlm. 7)
Teknik Batik
120
5.4.1.3.3. Medel (warna), pencelupan pertama ke dalam zat pewarna. Tujuan medel ialah member warna biru tua sebagai warna dasar kain. Pada zaman dahulu pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari karena masih menggunakan zat pewarna yang berasal dari tenaman indigo (bahasa Jawa: tom). Zat perwarna semacam ini lambat sekali meresap pada mori sehingga kain batik harus berulang kali dicelup (Riyanto dkk, hlm. 8).
Hasil setelah dimedel
Gb. 3.1.145 Medel
(Sumber: Riyanto dkk, hlm. 8)
Teknik Batik
121
5.4.1.3.4. Ngerok, menghilangkan malam klowong. Bagian yang akan disoga agar berwarna coklat, dikerok dengan cawuk (semacam pisau tumpul terbuat dari seng), untuk menghilangkan malam (Riyanto dkk, hlm. 9).
Hasil setelah dikerok
Gb. 3.1.146 Proses Pengerokan
(Sumber: Riyanto dkk, hlm. 9)
Teknik Batik
122
5.4.1.3.5. Mbironi, penggunaan malam kedua. Pekerjaan berikutnya adalah mbironi yang terdiri dari penutupan dengan malam pada bagian-bagian kain yang dikehendaki tetap berwarna biru, sedangkan bagian-bagian yang akan disoga, tetap terbuka. Pekerjaan mbironi dikerjakan juga pada kedua sisi kain (Riyanto dkk, hlm. 10).
Hasil setelah mbironi
Gb. 3.1.147 Mbironi
(Sumber: Riyanto dkk, hlm. 10)
Teknik Batik
123
5.4.1.3.6. Menyoga, pencelupan kedua. Menyoga merupakan suatu proses yang banyak memakan waktu, karena mencelup dalam soga. Jika menggunakan soga alam tidak cukup dikerjakan satu dua kali saja, melainkan harus berulang-ulang. Tiap kali pencelupan, harus didahului dengan pengeringan terlebih dahulu. Dengan memakai soga sintetis, waktu pencelupan dapat diperpendek sampai paling lama hanya setengah jam. Istilah menyoga berasal dari soga ialah jenis pohon tertentu yang kulitnya dapat memberi warna coklat jika direndam dalam air (Riyanto dkk, hlm. 11).
Hasil setelah disoga
Gb. 3.1.148 Proses Menyoga
(Sumber: Riyanto dkk, hlm. 11)
Teknik Batik
124
5.4.1.3.7. Nglorod, menghilangkan malam. Setelah mendapat warna-warni yang dikehendaki, maka kain batik masih harus mengalami pengerjaan yang terakhir. Malam yang masih ketinggalan pada mori, perlu dihilangkan sama sekali. Caranya ialah dengan memasukkannya ke dalam air mendidih. Proses yang terakhir ini disebut nglorod (Riyanto dkk, hlm. 12).
Hasil setelah dilorod / hasil akhir
Gb. 3.1.149 Nglorod
(Sumber: Riyanto dkk, hlm. 12)
Teknik Sulam
125
B. SULAM (BORDIR) 1. Deskripsi 1.1. Pengertian Istilah sulam identik dengan bordir karena bordir diambil dari istilah dalam bahasa Inggris embroidery (im-broide) yang artinya sulaman (Heri Suhersono, 2004:6). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,1989) sulam atau bordir adalah Hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain. Lebih lanjut Suhersono menjelaskan pengerjaan hiasan ini sangat sederhana, pada awalnya pembuatan hiasan dengan teknik sulam (bordir) hanya dikerjakan dengan tangan menggunakan alat berupa jarum dan benang sebagai bahannya. Benang yang sudah dipasang pada jarum ditusuk-tusukkan pada kain, kemudian muncullah istilah macam-macam tusuk yang pada akhirnya disebut dengan istilah sulam. Dengan berkembangnya teknologi pengerjaan sulam (bordir) meningkat dengan memakai alat bantu berupa mesin jahit, dan mesin khusus untuk bordir, sehingga pengerjaanya menjadi lebih cepat. Sejak saat itulah orang Indonesia mulai menggunakan istilah bordir, sampai pada akhirnya diciptakan mesin bordir pengembangan dari computer yang biasa disebut dengan bordir komputer. Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya istilah sulam dan bordir itu sama, yaitu hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain. Meskipun sampai saat ini masih banyak orang yang menganggap sulam dan bordir itu berbeda. Mereka beranggapan bahwa sulam adalah yang dikerjakan dengan tangan, sedangkan bordir adalah yang dikerjakan dengan mesin. Sulam (bordir) telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Untuk memenuhi tuntutan pasar. sekarang sulam (bordir) tidak hanya menggunakan benang dan kain saja. Untuk menyulam selain menggunakan benang juga menggunakan bahan lain seperti pita, serat alam, bahkan ada yang dikombinasi dengan manik-manik atau payet. Sedangkan bahan yang yang disulam sekarang tidak hanya menggunakan kain saja, tetapi sudah neggunakan bahan lain seperti kulit, tenunan serat alam dan sebagainya.
1.2. Jenis Teknik Bordir Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa bordir adalah hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain, maka proses pembuatan hiasan dari benang tersebut dapat dikerjakan dengan dua cara yaitu dikerjakan dengan tangan dan dikerjakan dengan mesin.
Teknik Sulam
126
1.2.1. Sulam (bordir) tangan Yaitu sulam (bordir) yang proses pembuatanya dikerjakan dengan tangan. Sulam yang dikerjakan dengan tangan jenis tusuk yang dipakai lebih banyak variasinya sehingga kita lebih leluasa dalam memilih jenis tusuk untuk membuat hiasan sesuai dengan kreativitas kita. Contoh macam tusuk sulam tangan:
1.2.1.1. Tusuk balik / tusuk tikam jejak Tusuk balik / tusuk tikam jejak biasa digunakan untuk membuat tangkai, membentuk garis dan untuk menjahit lipatan dan menyambung kain.
1.2.1. 2. Tusuk batang / tangkai Tusuk tangkai digunakan untuk mebuat batang, ranting dan untuk mengisi bidang
Gb. 3.2.2 Tusuk Batang (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 10 dan 65)
Gb. 3.2.1 Tusuk Balik (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 9 dan 63)
Teknik Sulam
127
1.2.1.3. Tusuk Rumani Tusuk rumani biasa digunakan untuk membuat daun dan bunga-bunga. dan bentuk bidang yang panjang.
1.2.1.4. Tusuk Veston Tusuk veston biasa digunakan untuk membuat bunga, lubang kancing, untuk memperkuat dan menghias bagian tepi kain
1.2.1.5. Tusuk bunga Tusuk bunga biasa digunakan untuk membuat bentuk bunga.
Gb. 3.2.4 Tusuk Veston (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 24 dan 93)
Gb. 3.2.5 Tusuk Bunga (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 36 dan 117)
Gb. 3.2.3 Tusuk Rumani (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 40 dan125)
Teknik Sulam
128
1.2.1.6. Tusuk rantai Tusuk rantai digunakan untuk membuat garis pembatas, dahan dan ranting
1.2.1.7. Tusuk datar. Tusuk datar digunakan untuk membuat bentuk bunga, daun, dan mengisi bidang
1.2.1. 8. Tusuk flanel Tusuk flannel biasa digunakan untuk membuat hiasan tepi dan garis pembatas.
Gb. 3.2.8 Tusuk Flanel (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 15 dan 75)
Gb. 3.2.6 Tusuk Rantai (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 28 dan 101)
Gb. 3.2.7 Tusuk Datar (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 39 dan 123)
Teknik Sulam
129
1.2.1. 9. Tusuk daun Tusuk daun dapat digunakan untuk membuat berbagai bentuk daun
1.2.1.10. Tusuk bullion. Tusuk bullion dapat digunakan untuk membuat betuk bunga kecil, hiasan bulir-buliran
1.2.1.11. Tusuk lurus Tusuk lurus dapat digunakan untuk membuat bentuk bunga dan rumput
Gb. 3.2.10 Tusuk Bullion (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 46 dan 131)
Gb. 3.2.11 Tusuk Lurus (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 13 dan 71)
Gb.3.2.9Tusuk Daun (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 42 dan 129)
Teknik Sulam
130
1.2.1.12. Tusuk satin Tusuk satin digunakan untuk membuat helai daun dan bentuk-bentuk bebas
1.2.1.13. Tusuk jelujur Tusuk jelujur dapat digunakan untuk membuat garis dan menjelujur sambungan dan lipatan kain.
Selain macam-macam tusuk diatas masih banyak lagi macam-macam tusuk hias sulam yang dikerjakan dengan tangan, yang dapat digunakan untuk membuat berbagai macam bentuk motif. Supaya hasilnya bagus maka pemilihan tusuk harus betul-betul disesuaikan dengan bentuk motif yang akan dibuat. 1. 2.2. Sulam (bordir) Mesin Yaitu sulam (Bordir) yang proses pembuatannya di kerjakan dengan mesin. Sulam (bordir) yang dikerjakan dengan mesin jenis tusuknya lebih sedikit, akan tetapi hal tersebut tidak akan membatasi kita untuk berkreativitas. Karena untuk membuat hiasan sulam yang lebih bervariasi tidak hanya ditentukan oleh jenis tusuk saja.
Gb. 3.2.13 Tusuk Jelujur (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 8 dan 61)
Gb. 3.2.12 Tusuk Satin (Sumber: Bambang Soemantri, 2005: 38 dan 121)
Teknik Sulam
131
Ada tiga macam mesin yang dapat diguakan untuk membuat sulam (bordir). Pertama mesin jahit biasa (manual), mesin tersebut proses kerjanya digerakkan oleh kaki. Mesin jahit manual dapat digunakan untuk menjahit biasa dan untuk membordir. Jika dipakai untuk membordir maka mesin ini harus dilepas sepatu dan gigi mesinnya. Kedua adalah mesin bordir yaitu mesin yang spesifik untuk membuat bordir. Mesin tersebut proses kerjanya digerakkan dengan motor. Ketiga adalah mesin bordir computer. Untuk mendapatkan bentuk-bentuk motif yang diinginkan mesin bordir computer proses kerjanya diatur sesuai program.
Contoh tusuk sulam (bordir) dengan mesin:
1.2.2.1 Tusuk Lurus Tusuk lurus biasa digunakan untuk membuat kerangka motif sebelum di bordir, untuk membuat isian pada motif, untuk mengisi bidang yang lebar. Dan untuk membuat mutif yang berupa garis baik garis lurus maupun lengkung
Contoh tusuk lurus untuk membentuk motif untuk isian
Contoh tusuk lurus untuk isian Gb. 3.2.14 Contoh Tusuk Lurus
Teknik Sulam
132
1.2.2.2. Tusuk zig zag Tisuk zig zag digunakan untuk berbagai bentuk mutif, baik berupa garis, bentuk geometris. bentuk flora fauna dan sebagainya.
Contoh tusuk zig zag untuk membuat motif bentuk bunga dan daun
Kualitas bordir sangat ditentukan oleh alat bahan yang dipakai, keterampilan, dan kreativitas SDM nya. Selain itu untuk mencapai estetik tampilan sulam tergantung dari prinsip-prinsip dasar desain yang meliputi garis, ruang, irama/nada, warna dan tekstur (Ady Rosa, 1977: 103). Lebih lanjut Ady mengatakan jika prinsip desain itu dipakai secara baik maka tidak akan terjadi perbedaan yang mendasar antara hasil sulam tangan dan sulam yang dibuat dengan mesin, meskipun keduanya memiliki kekhasannya masing-masing. Yang membedakan hanya teknik pengerjaannya, dimana masing-masing memiliki hukumnya sendiri-sendiri.
Contoh tusuk zig-zag untuk membuat bentuk daun
Tusuk zig-zag
Gb. 3.2.15 Contoh Tusuk Zig-zag
Teknik Sulam
133
Jika dilihat dari hasilnya sulam (bordir) dapat dibedakan menjadi tiga macam: • Sulam datar, yaitu sulam yang hasil sulamannya datar atau rata
dengan permukaan kain. • Sulam terawang, yaitu sulam yang hasil sulamannya berlubang-
lubang.
• Sulam timbul, yaitu sulam yang hasil sulamannya timbul atau muncul di permukaan kain. Sulam timbul yang dikerjakan dengan tangan menggunakan jarum khusus yang biasa disebut jarum sulam timbul
Bordir merupakan bagian dari ragam hias, Kegunaannya sudah barang tentu untuk memperindah atau mempercantik benda yang dihias. Dengan sentuhan bordir dapat memberi nilai tambah serta daya tarik tersendiri terhadap benda yang dihias. Penerapan sulam (bordir) pada awalnya lebih cenderung kearah busana. Akan tetapi dengan adanya perkembangan, kemajuan, dan maraknya dunia mode, serta didukung oleh sarana dan prasarana yang lebih baik, dengan daya kreativitas yang relatif tinggi, penerapan sulam (bordir) sekarang bukan hanya untuk berbagai busana saja, tetapi juga untuk perlengkapan lain seperti taplak meja, seprai, sarung bantal, saputangan, tutup kulkas, tutup TV, tudung saji, dan alas seperangkat alat minum. Bahkan sulam juga sudah banyak diterapkan pada hiasan eksterior dan interior rumah, misalnya untuk tirai, bantalan kursi, penyekat ruangan dan hiasan dinding. 1.3. Tahap Pembuatan Sulam (Bordir) Proses pembuatan sulam melalui beberapa tahapan. Mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaian akhir. Menurut Hery Suhersono (2004) tahapan-tahapan pembuatan sulam (bordir) adalah antara lain sebagai berikut: 1.3.1. Menyediakan dan menyiapkan bahan alat yang dibutuhkan.
1.3.2. Merancang motif bordir
1.3.3. Memola / memindahkan motif bordir pada kain.
1.3.4. Memasang kain yang sudah ada motifnya pada midangan.
1.3.5. Memilih benang dan membordir dengan berbagai jenis tusuk.
1.3.6. Finishing (membersihkan sisa benang, mencuci dan menyeterika)
Teknik Sulam
134
2. Contoh Produk Sulam (bordir) Banyak sekali jenis produk yang dapat kita lihat dipasaran antara lain:
Sarung bantal tidur sulam datar dikerjakan dengan tangan (Jennifer Isaacs, 1987: 108).
Sarung bantal kursi sulam datar dengan tusuk silang/kristik dikerjakan dengan tangan.
Hiasan dinding sulam timbul dikerjakan dengan tangan.
Gb. 3.2.16 Contoh Produk Sulam/Bordir
Teknik Sulam
135
Hiasan dinding sulam datar dikerjakan dengan tangan)
Selendang sulam datar dikerjakan dengan tangan (Freda Parker, 1990: 41)
Kebaya sulam datar dan terawang dikerjakan dengan mesin.
Gb. 3.2.17 Contoh Produk Sulam
Teknik Sulam
136
Gb. 3.2.18 Contoh Produk Sulam/bordir
Kebaya sulam datar dan terawang dengan mesin
Busana wanita sulam datar dikerjakan dengan tangan
Kerudung sulam pita dikerjakan dengan tangan
Kerudung sulam datar dan terawang dikerjakan dengan
mesin
Teknik Sulam
137
3. Alat Untuk Membuat Sulam (bordir) Alat yang dibutuhkan dalam membuat sulam (bordir) merupakan bagian yang sangat penting, sebab masing-masing alat antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Adapun alat-alat yang perlu disediakan dalam membuat bordir adalah sebagai berikut:
3.1. Mesin Jahit. Ada dua jenis mesin jahit yang digunakan untuk membuat sulam (bordir) yaitu: 3.1.1. Mesin jahit manual, adalah mesin jahit yang sistem kerjanya
masih digerakkan dengan kaki. Mesin jahit ini mempunyai dua fungsi yaitu untuk menjahit biasa dan untuk membuat hiasan sulam (bordir). Jika mesin ini akan dipakai untuk membuat sulam (bordir) terlebih dahulu sepatu dan gigi mesinnya harus dilepas.
Gb. 3.2.19 Mesin Jahit Manual dan Komponennya
Sekoci (tempat memasukkan spol)
Spol (tempat mengikal benang)
Teknik Sulam
138
3.1.2. Mesin bordir listrik, adalah mesin bordir yang sistem kerjanya digerakkan dengan listrik. Mesin ini khusus untuk membuat sulam (bordir). Mesin bordir memiliki lubang lebih lebar
Sekoci mesin bordir berbeda dengan mesin jahit biasa. Sekoci mesin bordir memiliki per kecil yang berfungsi untuk mengatur tarikan benang. Spol mesin bordir memiliki bentuk yang lebih tipis dibanding dengan spol mesin jahit biasa.
Gb. 3.2.20 Mesin Bordir Listrik dan Komponennya (Sumber: Hery Suhersono, 2004: 32)
Teknik Sulam
139
Gb. 3.2.22 Jarum Sulam
3.2. Jarum Mesin Jarum mesin berfungsi untuk membentuk motif dengan menggunakan mesin. Besar kecilnya jarum akan mempengaruhi tebal tipisnya motif yang dibuat.
3.3. Jarum Sulam/jarum jahit
tangan Jarum sulam berfungsi untuk membuat berbagai macam tusuk hias sulam yang dikerjakan dengan tangan. Besar kecilnya jarum tergantung pada bahan yang digunakan untuk menyulam. Jika menyulam menggunakan benang halus, maka jarum yang digunakan adalah jarum yang kecil. Jika yang dipakai menyulam benang besar atau menggunakan pita, maka jarum yang digunakan adalah jarum yang lubangnya besar. 3.4. Jarum Kristik Jarum kristik berfungsi untuk membuat tusuk silang pada sulam yang dikerjakan dengan tangan. Jarum ini memiliki lubang yang besar dan ujung yang tumpul.
3.5. Jarum Sulam Timbul Jarum sulam timbul berfungsi untuk membuat sulam timbul yang dikerjakan dengan tangan.
Gb. 3.2.23 Jarum Kristik
Gb. 3.2.21 Jarum Mesin (Sumber: Hery Suhersono, 2004: 18)
Gb. 3.2.24 Jarum Sulam Timbul
Teknik Sulam
140
3.6. Gunting
Gunting yang dibutuhkan untuk membuat sulam adalah : (1) gunting kain, (2) gunting kertas, (3) Gunting benang, (4) Guntung bordir
3.7. Midangan
Midangan digunakan untuk meregangkan kain, agar permukaan kain menjadi rata dan licin, sehingga memudahkan pada saat menyulam.
3.8. Meteran Digunakan untuk menentukan ukuran .
3.9. Rader Rader merupakan alat bantu yang digunakan untuk memberi tanda pada kain yang akan dijahit.
Gb. 3.2.26 Midangan (Sumber: Hery Suhersono, 2004: 32)
Gb. 3.2.25 Gunting
Gb. 3.2.27 Meteran
Gb. 3.2.28 Rader
Teknik Sulam
141
3.10. Cukit/pendedel Digunakan untuk melepas jahitan yang salah
3.11. Tudung Jari Tudung jari dugunakan untuk melindungi jari pada saat menjahit agar tangan tidak tertusuk jarum.
3.12. Jarum Pentul Jarum pentul digunakan untuk membantu menggabungkan kain yang akan dijahit.
3.13. Alat Pemasuk Benang Alat pemasuk benang atau biasa disebut sayang nenek berfungsi untuk membantu memasukkan benang pada lubang jarum.
Gb. 3.2.29Cukit
Gb. 3.2.31 Jarum Pentul
Gb. 3.2.32 Alat Pemasuk Benang
Gb. 3.2.30 Tudung Jari
Teknik Sulam
142
3.14. Soldir
Soldir digunakan untuk membuat lubang/krawangan/kerancang pada bordir.
3.15. Seterika Listrik Seterika digunakan untuk menyerika hasil sulaman yang sudah jadi dan kain yang hendak disulam.
3.16. Meja Seterika Meja seterika digunakan untuk alas pada waktu menyeterika
3.17. Alat tulis Alat tulis yang terdiri dari pensil. spidol, rapido dan pensil warna digunakan untuk membuat desain dan memola (Hery Suhersono, 2004: 19).
Gb. 3.2.35 Meja Seterika
Gb. 3.2.33 Soldir
Gb. 3.2.34 Seterika Listrik
Gb. 3.2.36 Alat Tulis
Teknik Sulam
143
3.18. Kapur Jahit Untuk memberi tanda pada kain.
3.19. Kertas. Kertas pola dan kertas manila digunakan untuk membuat pola.
3.20. Kertas karbon Kertas karbon digunakan untuk memindahkan pola dari kertas ke bahan yang akan dibordir.
Gb. 3.2.38 Kertas
Gb. 3.2.37 Kapur Jahit
Gb. 3.2.39 Kertas Karbon
Teknik Sulam
144
4. Bahan Untuk Membuat Sulam (bordir) Bahan merupakan faktor yang sangat penting dalam membuat sulam, karena kualitas sulam salah satunya akan tergantung pada bahannya. Bahan yang dibutuhkan dalam membuat sulam adalah: 4.1. Berbagai jenis kain Kain merupakan media pokok yang akan disulam (bordir) Ada bermacam-macam jenis kain. Pemilihan kain tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan
Gb. 3.2.40 Berbagai Jenis Kain
Kain katun Kain Bagi (kain strimin)
Kain kaca (tile) Kain Satin
Teknik Sulam
145
4.2. Benang Benang merupakan bahan yang akan digunakan untuk menyulam pada kain. Ada bermacam-macam benang, tentu saja pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan
Benang untuk sulam (bordir) yang dikerjakan mesin (Hery Suhersono, 2004: 18).
Benang untuk sulam (bordir) yang dikerjakan dengan tangan
Gb. 3.2.41 Benang Sulam Mesin
Gb. 3.2.42 Benang Sulam Tangan
Teknik Sulam
146
4.3. Pita Pada kerajinan sulam, pita kegunaanya sama dengan benang, yaitu sebagai bahan yang disulamkan pada kain. Sulam yang dibuat dengan pita biasa disebut dengan sulam pita. Pita memiliki jenis yang bermacam-macam antara lain:
Pita dari bahan satin
Pita dari bahan organdi
Gb. 3.2.43 Pita
Teknik Sulam
156
5.2. Membuat Hiasan Dinding Dengan Teknik Sulam 5.2.1. Persiapan 5.2.1.1. Siapkan ruang kerja 5.2.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.2.1.3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan 5.2.1.4. Siapkan gambar kerja seperti gambar di bawah ini
70 cm 7 cm
60 cm
Gb. 3.2.61 Gambar Kerja
Teknik Sulam
157
5.2.2. Langkah Kerja 5.2.2.1. Persiapan Kerja 5.2.2.1.1. Menyiapkan alat antara lain: gunting, jarum kristik, dan motif 5.2.2.1.2. Menyiapkan bahan yang akan dipergunakan antara lain: kain
strimin ukuran 74 cm x 84 cm dan benang sulam. 5.2.2.2. Proses kerja 5.2.2.2.1. Menghitung kotak gambar dengan kain pada bagian paling kiri
dan bawah
Dimulai dengan kotak ke 17 dari bawah dan kotak ke 60 dari kiri
Dimulai dengan kotak ke 60 dari bawah dan kotak ke 17 dari kiri
Gb. 3.2.62 Menghitung Kotak Gambar
Teknik Sulam
158
Motif
Keterangan warna benang : 1. \ Biru telur tua 13. 6 # Biru benhur M 2. I Biru telur muda 14. O Biru TT 3. Z Hijau pakis 15. .’’ Biru muda 4. S Hijau pakis muda 16. – Biru kering 5. + Jambon 17. X Coklat TT 6. 7 Merah tua 18. 3 Hijau daun T 7. C Oker 19. 9b Coklat M 8. • Putih 20. / Coklat T 9. II Merah bata muda 21. V Coklat merah 10. // Merah bata tua 22. ? Biru benhur TT 11. 0 Biru tua 23. Biru benhur T 12. .... Hijau pupus 24. C Hijau kering T Adapun macam tusuk yang dipergunakan dalam pembuatan karya tersebut hanya satu jenis yaitu tusuk silang
Gb. 3.2.63 Motif Burung
Teknik Sulam
159
5.2.2.2.2. Mulai menyulam Cara membuat tusuk silang:
1. Untuk membuat satu tusuk silang lepas, maka tusukkan jarum dari bawah kain dan keluar di (1) pada sela-sela tenunan.
2. Kemudian tusukkan di (2) arah menyerong 450 kekanan bawah, serta keluar di (3) arah kesamping kiri mendatar.
3. Tusukkan di (4) menyerong 450 ke kanan atas dan keluar ditempat lain disebelahnya sesuai dengan rencana.
Gb. 3.2.64 Pembuatan Tusuk Silang
Gb. 3.2.65 Mulai Menyulam
Teknik Sulam
160
5.2.2.2.3. Selesaikan bagian demi bagian sesuai dengan warna benang yang telah ditentukan dalam keterangan motif
Gb. 3.2.66 Angka Sebagai Keterangan Warna Benang
Gb. 3.2.67 Hasil Jadi Sulaman
Teknik Sulam
161
5.2.2.2.4. Hiasan dinding dengan teknik sulam kristik telah selesai
Gb. 3.2.68 Hiasan Dinding Siap Dipigura
Teknik Sulam
162
5.2.3. Finishing 5.2.3.1. Memotong benang yang tidak terpakai 5.2.3.2. Memasang sulaman dengan pigura 5.2.4. Hasil Jadi
Gb. 3.2.69 Sulaman Dengan Pigura
Teknik Sulam
163
5.3. Membuat Kerudung Dengan Teknik Sulam 5.3.1. Persiapan 5.3.1.1. Siapkan ruang kerja 5.3.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.3.1.3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan 5.3.1.4. Siapkan gambar kerja seperti gambar di bawah ini
115 cm
115 cm
Gb. 3.2.70 Gambar Kerja
Teknik Sulam
164
5.3.2. Langkah Kerja 5.3.2.1. Persiapan Kerja 5.3.2.1.1. Menyiapkan alat antara lain:
- Mesin bordir listrik - Gunting - Soldir - Meteran - midangan.
5.3.2.1.2. Menyiapkan bahan yang akan dipergunakan antara lain: - kain sifon ukuran 115 cm x 115 cm dan - benang bordir.
5.3.2.1.3. Siapkan gambar kerja dan bacalah dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan langkah kerja.
5.3.2.2. Proses kerja 5.3.2.2.1. Melipat kain menjadi dua bentuk segitiga sama kaki
5.3.2.2.2. Mendelujur dua sisi bagian pinggir kain
Gb. 3.2.71 Melipat Kain
Gb. 3.2.72 Hasil Jelujuran
Teknik Sulam
165
5.3.2.2.3. Mengukur bagian tepi untuk menentukan bentuk-bentuk bagian yang akan dibuat bordir pada tepi kain
3 cm
• • • • • •
5.3.2.2.4. Menyambung bagian tepi kain dengan kain lain yang berfungsi untuk meletakkan midangan
Gb. 3.2.73 Cara Menentukan Engkolan
Gb. 3.2.74 Penyambungan Kain
Teknik Sulam
166
5.3.2.2.5. Memindahkan gambar atau motif pada bagian kain yang akan dibordir
5.3.2.2.6. Memasang midangan
Gb. 3.2.75 Memola
Gb. 3.2.76 Memasang Midangan
Teknik Sulam
167
5.3.2.2.7. Posisikan duduk dengan benar, sesuaikan pada gerakan tangan dengan injakan telapak kaki serta gerakan pada paha kanan.
Pengaturan jarak lebar tusukkan Injakan kaki untuk pengaturan kecepatan
Pengaturan benang
Gb. 3.2.77 Persiapan Pengoperasian Mesin Bordir
Teknik Sulam
168
5.3.2.2.8. Mulai dengan membordir pada bagian tepi kain yang diawali dari ujung kain.
Langkah-langkah : 5. Membuat stik melengkung
Gb. 3.2.78 Membordir
Gb. 3.2.79 Membuat Stik Melengkung
Teknik Sulam
169
6. Mengisi stik dengan zig zag
7. Memberikan tindasan di atas zig zag
Gb. 3.2.80 Mengisi Stik Dengan Zig-zag
Gb. 3.2.81 Memberikan Tindasan di Atas Zig-zag
Teknik Sulam
170
8. Mengisi jahitan dengan zig-zag kecil
5.3.2.2.9. Membentuk pada bagian motif dengan langkah-langkah:
1. Motif daun dan kupu dengan cara pada bagian tepi dengan zig zag dan bagian tengah dengan pasir.
2. Tangkai daun dengan cara 4 tusukkan berbalik.
Gb. 3.2.82 Hasil Jadi Bordir Engkol
Gb. 3.2.83 Bordir Motif Daun, Tangkai dan Kupu-kupu
Teknik Sulam
171
5.3.2.2.10. Pembentukan bordir untuk motif bunga dengan terawang kotak-kotak
5.3.2.2.11. Mengisi bagian dalam dengan benang warna lain agar
kelihatan lebih indah.
Gb. 3.2.84 Motif Bunga Dengan Terawang
Gb. 3.2.85 Mengisi Bagian Dalam Dengan Benang Warna Lain
Teknik Sulam
172
5.3.2.2.12. Melepas kain sambungan 5.3.2.2.13. Memotong dan membentuk bagian tepi bordir dengan soldir
Gb. 3.2.86 Melepas Kain Sambungan
Gb. 3.2.87 Memotong Bagian Tepi Bordir
Teknik Sulam
173
5.3.2.2.14. Membuat lubang dengan soldir untuk sulam terawang 5.3.3. Finishing 5.3.3.1. Merapikan memotong bagian-bagian yang tersisa
Gb. 3.2.88 Membuat Lubang Dengan Soldir
Gb. 3.2.89 Memotong Sisa-sisa Benang
Teknik Sulam
174
5.3.3.2. Menyetrika
5.3.4. Hasil Jadi Kerudung
Gb. 3.2.90 Menyetrika
Gb. 3.2.91 Hasil Jadi Kerudung
Teknik Sulam
175
Hasil jadi kerudung dengan berbagai model cara pemakaian
Gb. 3.2.92 Berbagai Cara Pemakaian Kerudung
Teknik Sulam
176
5.4. Membuat Tas Teknik Sulam Tangan Dengan Pita 5.4.1. Persiapan 5.4.1.1. Siapkan ruang kerja 5.4.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.4.1.3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan 5.4.1.4. Siapkan gambar kerja seperti gambar di bawah ini
5.4.2. Langkah Kerja 5.4.2.1. Persiapan Kerja 5.4.2.1.1. Menyiapkan alat antara lain:
- gunting - jarum - mesin jahit - korek api - midangan - meteran.
Gb. 3.2.93 Gambar kerja
37 cm
77 cm
10 cm
Teknik Sulam
177
5.4.2.1.2. Menyiapkan bahan yang akan dipergunakan antara lain : kain sifon putih ukuran : 37 cm x 77 cm - kain sifon biru tua ukuran : 21 cm x 77 cm - kain koldore ukuran : 37 cm x 77 cm - benang sulam warna hijau 100 cm - pita organdi warna kuning 100 cm, hijau 100 cm, putih 70 cm
5.4.2.2. Proses kerja 5.4.2.2.1. Memotong kain sifon biru
5.4.2.2.2. Memindahkan motif ke kain sesuai dengan motif yang telah dibut
Gb. 3.2.94 Memotong Kain
Gb. 3.2.95 Memindahkan Motif
Teknik Sulam
178
5.4.2.2.3. Membuat motif dan menentukan macam tusuk sulam pita
Bunga (Spider Web Rose)
Benang Sari (French Knot)
Daun (Straight Stitch)
Tusuk tangkai
Gb. 3.2.96 Motif Sulaman
Teknik Sulam
179
5.4.2.2.4. Memasang midangan
5.4.2.2.5. Mulai dengan menyulam pita a b c d e f
Gb. 3.2.97 Pemasangan Midangan
Gb. 3.2.98 Memasukkan Pita Dalam Jarum
Teknik Sulam
180
g Ujung pita dibakar agar serabutnya tidak pudar
5.4.2.2.6. Untuk pembuatan motif tangkai menggunakan tusuk tangkai
(steam stitch)
a. Tarik benang keatas permukaan kain di titik A.
b. Tusukkan jarum di titik C dan keluarkan di titik B (ditengah-tengah antara A-C)
c. Tarik hingga terbentuk satu sulaman
d. Tusukkan jarum di titik D
Gb. 3.2.99 Persiapan Pita Untuk Sulaman
Gb. 3.2.100 Pembuatan Tusuk Tangkai
Teknik Sulam
181
5.4.2.2.7. Untuk motif benang sari (French Knot)
a. Tarik pita ke permukaan kain
b. Simpul pita dan masukkan jarum dalam simpul
c. Tarik hingga jarum terlilit erat didalam pita
d. Masukkan jarum ke bawah, tangan kiri menahan pita supaya tidak kendor maka terbentuklah wujud benang sari.
Gb. 3.2.101 Pembuatan Motif Benang Sari
Teknik Sulam
182
5.4.2.2.8. Sulam pita dengan bentuk daun (Straight Stitch)
a. Tarik jarum ke permukaan kain di titik A
b. Tusukkan kembali di titik B
c. Tarik sambil atur posisi pita jangan sampai melintir atau terbalik
5.4.2.2.9. Sulam pita motif bunga (Spider Web Rose)
a. Buatlah dua tudukkan kecil di titik B, selipkan benang diantara tusukkan itu kemudian tusukkan di titik A, tarik jarum di titik C dan tusuk di titik A.
b. Sulaman sebanyak lima garis seperti sarang laba-laba yang longgar, diakhir jahitan buatlah dua tusukkan kecil dibagian bawah kain. Simpul benang dua kali diantara tusukan itu.
Gb. 3.2.102 Pembuatan Motif Daun
Teknik Sulam
183
c. Tarik pita di dekat pusat kerangka (A)
d. Seperti gerakan menganyam, putar pita searah jarum jam.
e. Putar terus, sekali pita diatas, sekali dibawah benang. Putar terus hingga mengelilingi kerangka, dilanjutkan memutar dibaris kedua sambil dibentuk. Dilanjutkan ke baris-baris berikutnya sampai kerangka tidak nampak lagi.
Terbentuklah sekuntum bunga mawar .
Gb. 3.2.103 Pembuatan Motif Bunga
Teknik Sulam
184
5.4.2.2.10. Pembuatan sulaman pita sudah siap untuk dipasang
Gb. 3.2.104 Sulaman Pita Siap Dipasang
Teknik Sulam
185
5.4.2.2.11. Menyiapkan dan membuat tas : a. Potong bagian utama bahan sifon putih
b. Potong koldore sesuai pola
Gb. 3.2.105 Kain Sifon
Gb. 3.2.106 Koldore Dengan Pola
Teknik Sulam
186
c. Gabungkan bahan sifon putih dan koldore, letakkan sulaman pita ditengah-tengah kemudian dijahit tindas.
d. Balik dan lipat jadi dua jahit kiri kanan dan bagian sudut dalam kiri kanan dijahit untuk membentuk bagian bawah tas.
Gb. 3.2.107 Jahit Tindas
Gb. 3.2.108 Pembuatan Sudut
Teknik Sulam
187
e. Pasang furing, gabung dengan tas utama kemudian dijahit berhadapan.
f. Pasang pegangan tas dengan lup. g. Pasang kancing dan pengaitnya
Gb. 3.2.109 Pemasangan Furing
Teknik Sulam
188
5.4.3. Finishing a. Memotong benang yang tidak terpakai b. Menyeterika
Tampak depan
Tampak samping Gb. 3.2.110 Hasil Jadi Tas Dengan Sulam Pita
Teknik Jahit Perca
189
C. JAHIT PERCA
1. Deskripsi Jahit Perca 1.1. Pengertian Jahit Perca Perca adalah sisa-sisa guntingan kain yang ada setelah membuat pakaian atau karya kerajinan Tekstil lainnya. Jahit Perca/tambal seribu/patchwork adalah proses pembuatan suatu produk kerajinan Tekstil yang terbuat dari potongan-potongan kain / perca yang digabungkan dengan cara dijahit sesuai dengan rencana. Jahit perca pada dasarnya dipelajari keteknikannya bukan pada bahannya.
1.2. Jenis-jenis Jahit Perca Ada beberapa jenis Jahit Perca ditinjau dari cara pembuatannya adalah:
1.2.1. Cara Acak (Tak beraturan) Jahit perca cara acak (Tak beraturan) adalah teknik jahit dengan menggabungkan guntingan-guntingan kain dengan bentuk dan ukuran potongannya tidak sama, kemudian guntingan- guntingan tersebut dijahit sesuai dengan desain. Berikut ini adalah contoh karya jahit perca teknik acak.
Gb. 3.3.1 Jahit Perca Cara Acak
Teknik Jahit Perca
190
1.2.2. Cara jiplakan Pola (Template)
Jahit Perca teknik Jiplakan Pola adalah teknik jahit dengan menggabungkan guntingan-guntingan kain yang dipola terlebh dahulu, dan selanjutnya dijahit sesuai dengan rencana. Berikut contoh karya teknik jiplakan.
1.2.3. Cara Tumpang Tindih (Over Lapping )
Jahit Perca teknik Tumpang tindih adalah teknik jahit dengan menggabungkan guntingan-guntingan kain yang di pola terlebih dahulu dengan cara meletakkan pola bagian tengah diatas kain telah disiapkan dan selanjutnya dijahit bagian tepinya, kemudian tindihlah dengan pola berikutnya dengan cara dijahit dengan arah dari tengah ketepi hingga selesai secara keseluruhan. Berikut ini contoh karya teknik tumpang tindih.
Gb. 3.3.3 Over Lapping
Gb. 3.3.2 Template
Teknik Jahit Perca
191
1.2.4. Cara Jahit Jelujur Adalah teknik yang biasanya digunakan untuk memberi kesan keindahan. Untuk menggabungkannya tetap dikerjakan dengan teknik jahit mesin. Cara julujur ini karena sifatnya hanya penghias, maka dapat diterapkan baik pada teknik Acak, teknik Template, teknik Over Lapping maupun teknik pola Geometris. Berikut ini contoh karya teknik jelujur.
1.2.5. Cara Pola Geometris.
Teknik Jahit Perca menggabungkan guntingan kain dengan bentuk pola- pola Geometris ( Segi tiga, Segi empat, segi lima dan bentuk- bentuk lainnya) yang terukur dan selanjutnya dijahit sesuai dengan desain. Berikut ini contoh karya pola geometris.
Gb. 3.3.5 Cara Pola Geometris
Gb. 3.3.4 Cara Jahit Jelujur
Teknik Jahit Perca
192
2. Contoh Produk Jahit Perca
Sarung Bantal
Hiasan Dinding Bed Cover
Teknik Jahit Perca
193
Tas
Cempal
Alas Piring
Gb. 3.3.6 Contoh Produk Jahit Perca
Teknik Jahit Perca
194
3. Alat Jahit Perca 3.1. Mesin Jahit Untuk menjahit bahan yang sudah dipola 3.1.1. Mesin Manual Digunakan untuk jahit lurus
3.1.2. Mesin High Speed Digunakan untuk jahit lurus dengan kecepatan tinggi. 3.2. Mesin Zig-zag Bersifat multi fungsi antara lain dapat digunakan untuk membuat lubang kancing, membuat hiasan sesuai dengan program yang ada pada mesin jahit zig-zag.
Gb. 3.3.8 Mesin Jahit High Speed
Gb. 3.3.9 Mesin Zig-zag
Gb. 3.3.7 Mesin Jahit Manual
Teknik Jahit Perca
195
3.3. Mesin Obras Untuk menjahit bagian pinggiran kain dan pinggiran jahitan agar serat kain tidak lepas 3.4. Spul/Kumparan Untuk menggulung benang bawah 3.5. Sekoci Tempat spul/kumparan
Gb. 3.3.12 Sekoci
Gb. 3.3.10 Mesin Obras
Gb. 3.3.11 Spul
Teknik Jahit Perca
196
3.6. Jarum 3.6.1. Jarum tangan Untuk menjahit cara manual
3.6.2. Jarum mesin Untuk menjahit dengan menggunakan mesin jahit 3.6.3. Jarum pentul Alat bantu untuk menyemat bahan yang akan dijahit
Gb. 3.3.15 Jarum Pentul
Gb. 3.3.13 Jarum Tangan
Gb. 3.3.14 Jarum Mesin
Teknik Jahit Perca
197
3.7. Gunting : 3.7.1. Gunting kain Untuk menggunting kain 3.7.2. Gunting kertas Untuk menggunting kertas 3.7.3. Gunting benang Untuk menggunting benang 3.8. Meteran Untuk mengukur bahan yang akan digunakan 3.9. Cukit/Pendedel Untuk membuka jahitan 3.10. Rader Untuk memberi tanda jahitan pada kain
Gb. 3.3.18 Cukit
Gb. 3.3.19 Rader
Gb. 3.3.16 Gunting
Gb. 3.3.17 Meteran
Teknik Jahit Perca
198
3.11. Tudung jari Untuk melindungi jari pada saat menjahit dengan cara manual/jahit tangan 3.12. Bantalan jarum Tempat meletakkan jarum 3.13. Telusupan benang Alat bantu untuk memasukkan benang pada jarum 3.14. Karbon Jahit Untuk menandai jahitan dengan menggunakan rader
Gb. 3.3.22 Telusupan Benang
Gb. 3.3.23 Karbon Jahit
Gb. 3.3.20 Tudung Jari
Gb. 3.3.21 Bantalan Jarum
Teknik Jahit Perca
199
3.15. Pensil dan alat pewarna Untuk membuat desain/rancangan perca 3.16. Kapur jahit Untuk menandai bahan yang akan digunting
3.17. Seterika Untuk menyeterika dan merapikan jahitan serta bahan yang digunakan
Gb. 3.3.25 Kapur Jahit
Gb. 3.3.26 Seterika
Gb. 3.3.24 Pensil Warna
Teknik Jahit Perca
200
3.18. Meja seterika Untuk alas pada saat menyeterika 3.19. Penggaris perca / acrilic
ruler 3.20. Rotary cutter Untuk memotong bahan perca yang sudah dipola dalam jumlah banyak, maksimal 10 lembar.
Gb. 3.3.29 Rotary Cutter
Gb. 3.3.27 Meja Seterika
Gb. 3.3.28 Penggaris Perca
Teknik Jahit Perca
201
4. Bahan Jahit Perca. 4.1. Kain katun polos Sebagai bahan dasar 4.2. Kain Blacu/polos Sebagai bahan dasar dan furing 4.3. Kain asahi Sebagai bahan furing
Gb. 3.3.31 Kain Blacu
Gb. 3.3.32 Kain Asahi
Gb. 3.3.30 Kain Katun Polos
Teknik Jahit Perca
202
4.4. Kain bermotif Bahan untuk kombinasi 4.5. Kain perca Sebagai bahan untuk kombinasi 4.6. Fislin Bahan untuk melapisi perca yang sudah dibentuk sesuai dengan desain/rancangan
Gb. 3.3.34 Kain Perca
Gb. 3.3.35 Fislin
Gb. 3.3.33 Kain Bermotif
Teknik Jahit Perca
203
4.7. Dakron Untuk melapisi bahan perca yang telah digabungkan/disatukan dengan dijahit. 4.8. Koldore Untuk melapisi bahan perca yang telah disatukan/digabungkan dengan dijahit. 4.9. Benang jahit Untuk menjahit bahan yang sudah dipola
Gb. 3.3.38 Benang Jahit
Gb. 3.3.36 Dakron
Gb. 3.3.37 Koldore
Teknik Jahit Perca
204
4.10. Benang obras Untuk menjahit pinggiran kain yang digunakan pada jahit perca 4.11. Kertas manila/kertas roti Untuk membuat pola perca
Gb. 3.3.39 Benang Obras
Gb. 3.3.40 Kertas Manila
Teknik Jahit Perca
205
5. Proses Pembuatan Produk Jahit Perca 5.1. Membuat Sarung Bantal Teknik Jahit Perca Tumpang Tindih 5.1.1. Persiapan 5.1.1.1. Siapkan ruang kerja 5.1.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.1.1.3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
Alat - mesin jahit - meteran - penggaris perca/acrylic - rotary cutter - seterika dan meja seterika - kapur jahit - pensil dan alat pewarna - jarum pentul - telusupan benang - cukit Bahan - kain polos - kain bermotif - dakron - kain foring - benang
5.1.2. Gambar kerja
45 cm
45 cm
Gb. 3.3.41 Gambar Kerja
Teknik Jahit Perca
206
5.1.3. Proses Setelah mempelajari bagian ini, anda memiliki kemampuan membuat sarung bantal jahit perca teknik tumpang tindih dengan dengan ukuran 45 cm x 45 cm
5.1.3.1. Membuat bagian depan sarung bantal • Potong kain bermotif bujur sangkar dengan ukuran 13 cm x
13 cm sebanyak 1 lembar. • Potong kain polos segitiga dengan ukuran 16 cm x 12 cm x
12 cm sebanyak 4 lembar • Potong kain bermotif dengan ukuran 23 cm x 16 cm x 16cm
sebanyak 4 lembar • Potong kain polos dengan ukuran 29 cm x 20 cm x 20 cm
sebanyak 4 lembar • Potong kain furing 46 cm x 46 cm 1 lembar • Dakron 46 cm x 46 cm 1 lembar
Gabung potongan-potongan kain tersebut dengan cara dijahit dan diseterika hingga menjadi lembaran yang utuh sesuai dengan rencana. Penggabungan teknik tumpang tindih ini dimulai dari tengah ke tepi hingga selesai secara keseluruhan. Adapun cara penggabungannya adalah sebagai berikut:
• Gabung kain bermotif ukuran 13x13 cm dengan potongan kain polos ukuran 6x12x12 cm, bagian baik ketemu bagian baik, kemudian dibalik.
Dua potongan dijahit Hasil setelah dibalik
Gambar 1 Gambar 2
Teknik Jahit Perca
207
• Dilanjutkan sisi berikutnya hingga keempat sisi selesai. Ini penggabungan tahap pertama. Lebih jelasnya lihat gambar berikut:
Penjahitan pada sisi ke-2 Hasil setelah dibalik
Penjahitan pada sisi ke-3 Hasil setelah dibalik
Gambar 3 Gambar 4
Gambar 5 Gambar 6
Teknik Jahit Perca
208
Penjahitan pada sisi ke-4 Hasil setelah dibalik
• Mulai penggabungan tahap ke-2 yaitu hasil jadi lembaran
tahap pertama digabung dengan potongan kain bermotif ukuran 23x16x16 cm caranya seperti penggabungan awal. Mulai dari sisi pertama hingga selesai keempat sisi. Hasil penggabungan setiap sudut harus nampak jelas. Lebih jelasnya lihatlah gambar berikut:
Penggabungan dengan cara dijahit untuk tahap ke-2 pada satu sisi
Gambar 7 Gambar 8
Gambar 9
Teknik Jahit Perca
209
• Penggabungan tahap ke-3 yaitu hasil jadi lembaran ke-2 digabung dengan potongan kain polos ukuran 29 x 20 x 20 cm, caranya seperti penggabungan tahap ke 2 dimulai dari salah satu sisi hingga selesai ke-4 sisi.
• Penggabungan tahap ke-4 yaitu hasil jadi lembaran ke-3 digabung dengan kain bermotif dengan ukuran 36 x 26 x 26 cm, caranya seperti penggabungan sebelumnya. Jadilah karya lembaran kain teknik jahit perca dengan ukuran 44 x 44 cm. Ukuran ini biasa digunakan untuk karya sarung bantal kursi.
5.1.3.2. Membuat bagian belakang sarung bantal kursi • Seterika kain polos dan furing untuk bagian belakang
sarungbantal sesuai pola dasar bagian belakang. • Gunting kain polos, pelapis/furing dan dakron masing-masing
1 lembar dengan ukuran: - 22 x 50 cm
- 32 x 50 Cm
Hasil setelah dibalik pada sisi 1 tahap ke-2 dan dilanjutkan seperti penggabungan tahap pertama sampai selesai sesuai gambar kerja
Gambar 10
Teknik Jahit Perca
210
50 cm
30 cm
• Pasang ritsliting dengan cara ritsliting di antara kain polos dan kain pelapis kemudian dijahit sampai selesai.
• Gabung bagian depan dan belakang sarung bantal, cara bagian baik saling berhadapan, jahit pada keempat sisinya.
Kain pelapis Dakron Kain polos 50 cm
20 cm
Teknik Jahit Perca
211
5.1.4. Penyelesaian Akhir a. Obras pada keempat sisi dan guntinglah sisa -sisa benang b. Balik dan rapikan sarung bantal kursi dengan cara
menyeterika kemudian kemas dengan baik. 5.1.5. Hasil Jadi
Gb. 3.3.42 Hasil Jadi Sarung Bantal
Teknik Jahit Perca
212
5.2. Hiasan Dinding Teknik Perca Cara Jiplakan Pola (Template)
5.2.1. Persiapan 5.2.1.1. Alat dan bahan yang disiapkan
Alat. : Mesin Jahit biasa Jarum mesin Jarum pentul Gunting Meteran Pinsil Spidol Cukit Rader Karbon jahit Bahan Kain perca. Kain blacu Benang jahit Tali coor Manik-manik.
5.2.1.2. Siapkan gambar kerja
25 cm
25 cm
Pola Furing
Teknik Jahit Perca
213
Pola perca
Gb. 3.3.43 Gambar Kerja
Teknik Jahit Perca
214
5.2.2. Proses Kerja. 5.2.2.1. Buat pola sesuai dengan gambar kerja / desain. 5.2.2.2. Pasang pola pada kain perca yang akan digunakan.
5.2.2.3. Setelah memasang pola pada bahan yang digunting, semat dengan jarum pentul agar pada saat menggunting pola tidak bergeser
Gb. 3.3.45 Menyemat
Gb. 3.3.44 Pola Pada Kain Perca
Teknik Jahit Perca
215
5.2.2.4. Gunting masing-masing perca sesuai dengan pola dan lebihkan sekitar 1,5 cm untuk jahitan.
5.2.2.5. Gabungkan masing-masing perca yang sudah di pola seperti pada gambar.
Gb. 3.3.46 Menggunting Perca
Gb. 3.3.47 Menggabungkan Perca
Teknik Jahit Perca
216
5.2.2.6. Gunting kain blacu untuk furing sesuai dengan pola, kemudian pasang jahitan perca yang sudah di gabungkan pada kain blacu sebagai furing.
5.2.2.7. Lipat masing-masing sisi blacu kemudian semat dengan jarum pentul lalu di jelujur.
Gb. 3.3.48 Kain Blacu dan Perca
Gb. 3.3.49 Melipat dan Menyemat Kain Blacu
Teknik Jahit Perca
217
5.2.2.8. Jahit/tindas mengikuti jelujur tersebut dengan menggunakan benang sesuai dengan bahan yang dijahit.
5.2.2.9. Ulangi proses diatas sampai dapat 4-5 karya, seperti gambar.
Gb. 3.3.50 Menjahit Tindas
Gb. 3.3.51 Lima Buah Karya
Teknik Jahit Perca
218
5.2.3. Finishing / Penyelesaian Akhir. 5.2.3.1. Gunting sisa benang yang tidak terpakai. 5.2.3.2. Rapikanlah dengan menyeterika. 5.2.3.3. Pasang assesoris pada masing-masing karya yang sudah jadi
dan satukan menjadi satu rangkaian.
5.2.3.4. Pasang tali pada bagian atas karya untuk gantungan.
Gb. 3.3.52 Assesoris
Teknik Jahit Perca
219
Gb. 3.3.53 Hasil Jadi
Teknik jahit Perca
220
5.3. Membuat Taplak Meja Makan dengan Teknik Jahit Perca 5.3.1. Persiapan 5.3.1.1. Siapkan ruang kerja 5.3.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.3.1.3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
Alat - Mesin Jahit dan komponennya - Gunting - Meteran Kain - Penggaris - Rader - Cukit - Kapur Jahit - Karbon Jahit - Jarum Jahit Tangan - Jarum Pentul - Bantalan Jarum - Pemasang Benang - Seterika Bahan - Kain Perca Natural (A) - Kain Perca Biru (B) - Kain Perca Biru Tua (C) - Kain Blacu/Furing - Kertas Pola - Benang Jahit 3 warna
Teknik jahit Perca
221
5.3.1.4. Siapkan gambar kerja seperti gambar di bawah ini
Bagian Atas Taplak Meja
Bagian Bawah Taplak Meja
Gb. 3.3.54 Gambar Kerja
Teknik jahit Perca
222
5.3.2. Proses Kerja 5.3.2.1.1. Membuat bagian atas taplak meja makan
(Lembaran jahit perca ukuran 100 cm x 100 cm)
5.3.2.1.1. Setrika kain yang akan digunakan
Gb. 3.3.55 Bagian Atas Taplak Meja
Gb. 3.3.56 Menyeterika Kain
Teknik jahit Perca
223
5.3.2.1.2. Buat pola perca di atas karton/ kertas pola dengan bentuk sebagai berikut
o Pola 1, bujur sangkar dengan ukuran panjang 6 cm x lebar 6 cm,
o Pola 2, segitiga dengan ukuran panjang 6 cm x tinggi 6 cm, Kemudian gunting pola 1,2 di atas.
5.3.2.1.3. Pindah pola di atas kain perca sesuai dengan pola yang
sudah dibuat, kemudian guntinglah masing-masing pola dengan melebihkan 0,8 cm pada setiap tepi pola untuk jahitan. Jumlah pola yang dibuat adalah:
o Kain Perca Natural (A), • Pola 1 (bujur sangkar) sejumlah 36 lembar. • Pola 2 (segitiga) sejumlah 120 lembar. o Kain Perca Biru (B), • Pola 1 (bujur sangkar) sejumlah 50 lembar. • Pola 2 (segitiga) sejumlah 60 lembar . o Kain Perca Biru Tua (C),
• Pola 1 (bujur sangkar) sejumlah 50 lembar. • Pola 2 (segitiga) sejumlah 60 lembar.
Gb. 3.3.57 Menggunting Pola
Teknik jahit Perca
224
• Persegi panjang dengan ukuran 6 cm x 98 cm sejumlah 2 lembar.
• Persegi panjang dengan ukuran 6 cm x 102 cm sejumlah 2 lembar.
o Kain Blacu/ furing dengan ukuran 101 cm x 101 cm, sebanyak 1 lembar.
5.3.2.1.4. Beri tanda pada kain yang sudah digunting untuk menandai
batas jahitan dengan menggunakan karbon jahit dan rader.
Gb. 3.3.58 Menggunting Pola
Gb. 3.3.59 Menandai Batas Jahitan
Teknik jahit Perca
225
5.3.2.1.5. Gabung kain perca yang sudah digunting, kemudian jahit dengan menggunakan mesin jahit hingga menjadi lembaran sesuai dengan desain.
Perlu diperhatikan bahwa setiap menyambung dan menjahit kain perca yang satu dengan lainnya, satu persatu kain perca disetrika dengan membuka lipatan jahitan.
5.3.2.1.6. Setrika lembaran kain perca yang sudah jadi dengan ukuran
101cm x 101cm
Gb. 3.3.60 Menjahit Kain Perca
Gb. 3.3.61 Menyeterika dan Membuka Lipatan
Gb. 3.3.62 Menyeterika Kain Perca
Teknik jahit Perca
226
5.3.2.1.7. Gabung bagian lembaran perca yang sudah jadi dengan blacu/ furing sebagai pelapis dengan cara bagian buruk saling berhadapan, kemudian kedua bagian ini disemat mempergunakan jarum pentul
5.3.2.1.8. Pasang kain perca biru tua (C) berukuran 6 cm x 98 cm pada
lembaran kain perca yang sudah digabung dengan kain blacu/furing pada bagian tepi yang saling berhadapan (kanan dan kiri), dengan cara dijahit. Lanjutkan dengan menggabungkan kain perca biru tua (C) berukuran 6 cm x 102 cm dibagian tepi yang lainnya (atas dan bawah), hingga mencapai ukuran 2 cm x 100 cm disemua tepi taplak meja.
Gb. 3.3.63 Menggabungkan Perca Dengan Blacu
Gb. 3.3.64 Menjahit Bagian Tepi
Teknik jahit Perca
227
Cara menjahit bagian tepi taplak meja
5.3.2.2. Membuat bagian bawah taplak meja makan
(Lembaran jahit perca ukuran 118 cm x 118 cm)
Gb. 3.3.65 Tepi Taplak Meja
Gb. 3.3.66 Bagian Bawah Taplak Meja
Teknik jahit Perca
228
5.3.2.2.1. Seterika kain yang akan digunakan
5.3.2.2.2. Gunting kain dengan ketentuan sebagai berikut
o Untuk bagian tengah, - Kain perca natural (A) dengan ukuran 114 cm x 114 cm
sebanyak 1 lembar. o Untuk bagian tepi
- Kain perca biru (B) dengan ukuran, § 8 cm x 5 cm sejumlah 4 lembar § 8 cm x 8 cm sejumlah 32 lembar § 18 cm x 8 cm sejumlah 4 lembar
- Kain perca biru tua (C) dengan ukuran 8 cm x 8 cm sejumlah 32 lembar.
Gb. 3.3.67 Menyeterika Kain Perca
Gb. 3.3.68 Menggunting Kain Perca
Teknik jahit Perca
229
5.3.2.2.3. Gabungkan kain perca biru (B) dan biru tua (C) yang sudah digunting, kemudian jahit dengan menggunakan mesin jahit hingga menjadi lembaran yang sesuai dengan desain.
Perlu diperhatikan bahwa setiap menyambung dan menjahit kain perca yang satu dengan yang lainnya, perlu dilakukan proses menyetrika satu per satu dengan membuka lipatan jahitan
.
Gb. 3.3.69 Menjahit Kain Perca
Gb. 3.3.70 Membuka Lipatan dan Menyeterika
Teknik jahit Perca
230
5.3.2.2.4. Setrika lembaran kain perca yang sudah jadi.
5.3.2.2.5. Pasang lembaran kain perca biru (B) dan biru tua (C) yang
sudah disetrika pada semua tepi kain perca natural (A) berukuran 114 cm x 114 cm, kemudian jahit hingga selesai sesuai dengan desain.
Gb. 3.3.71 Menyeterika Kain Perca Jadi
Gb. 3.3.72 Memasang Kain Perca
Teknik jahit Perca
231
5.3.3. Penyelesaian Akhir 5.3.3.1. Gunting sisa-sisa benang yang tidak terpakai. 5.3.3.2. Rapikan taplak meja dengan cara menyetrika, kemudian kemas
dengan baik.
5.3.4. Hasil Jadi 5.3.4.1. Pasang taplak bagian bawah pada meja makan. 5.3.4.2. Selanjutnya pasang taplak bagian atas pada meja makan yang
telah ditutup oleh taplak meja bagian bawah dengan cara posisi yang saling bersilangan seperti pada gambar dibawah ini.
Gb. 3.3.73 Hasil Jadi (Sumber: Ondori. Modern Patchwork, 1982: 20-21)
Teknik Jahit Perca
232
5.4. Hiasan Dinding Teknik Perca Dengan Cara Acak
5.4.1. Persiapan 5.4.1.1. Alat dan bahan yang disiapkan
Alat. : Mesin Jahit biasa Jarum mesin Jarum pentul Gunting Meteran Pinsil Spidol Cukit Rader Karbon jahit Bahan Kain perca. Kain blacu/kain katun Benang jahit Tali coor Manik-manik.
5.4.1.2. Siapkan gambar kerja/Desain Hiasan dinding
Pola perca
Gb. 3.3.74 Gambar Kerja
Teknik Jahit Perca
233
5.4.2. Proses Kerja. 5.4.2.1. Buat pola perca sesuai dengan gambar kerja / desain. 5.4.2.2. Pasang pola pada kain perca yang akan digunakan.
Gb. 3.3.75 Pola Pada Kain Perca
Teknik Jahit Perca
234
5.4.2.3. Setelah memasang pola pada bahan yang akan digunting, semat dengan jarum pentul agar pada saat menggunting pola tidak bergeser
5.4.2.4. Gunting masing-masing perca sesuai dengan pola dan lebihkan
sekitar 1,5 cm untuk jahitan.
Gb. 3.3.76 Menyemat
Gb. 3.3.77 Menggunting Perca
Teknik Jahit Perca
235
5.4.2.5. Gabungkan/satukan masing-masing perca yang sudah di pola dengan cara menjahit seperti pada gambar.
5.4.2.6. Seterikalah jahitan perca yang sudah digabungkan dan
kemudian beri fislin pada bagian belakang perca yang sudah jadi
Gb. 3.3.78 Menggabungkan Perca
Gb. 3.3.79 Menyeterika Jahitan Perca
Teknik Jahit Perca
236
5.4.2.7. Gunting kain blacu/kain katun untuk furing sesuai dengan pola, kemudian pasang jahitan perca yang sudah di gabungkan pada kain blacu/kain katun sebagai furing.
5.4.2.8. Lipat masing-masing sisi blacu kemudian semat dengan jarum pentul lalu di jelujur.
Gb. 3.3.80 Kain Blacu/Kain Katun dan Perca
Gb. 3.3.81 Melipat dan Menyemat Kain Blacu
Teknik Jahit Perca
237
5.4.2.9. Jahit/tindas mengikuti jelujur tersebut dengan menggunakan benang sesuai dengan bahan yang dijahit.
5.4.2.10. Gunting kain blacu/kain katun untuk tali/gantungan sesuai dengan pola serta ukurannya.
Gb. 3.3.82 Menjahit Tindas
Gb. 3.3.83 Membuat Gantungan
Teknik Jahit Perca
238
5.4.2.11. Pasang tali pada hiasan dinding yang sudah jadi
Gb. 3.3.84 Memasang Gantungan
5.4.3. Finishing /Penyelesaian Akhir. 5.4.3.1. Gunting sisa benang yang tidak terpakai. 5.4.3.2. Rapikanlah dengan menyeterika. 5.4.3.3. Pasang assesoris pada kedua sudut bagian bawah hiasan
dinding
Gb. 3.3.85 Memasang Assesoris
Teknik Jahit Perca
239
Gb. 3.3.86 Hasil Jadi
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
240
D. JAHIT TINDAS DAN APLIKASI 1. Diskripsi 1.1. Diskripsi Jahit Tindas 1.1.1. Pengertian Jahit Tindas Jahit tindas atau biasa disebut quilting adalah suatu teknik menghias permukaan kain dengan cara melapis/ mengisi kain dengan bahan pelapis/ pengisi, kemudian dijahit tindas pada permukaan kain sesuai dengan rencana. Bahan pelapis atau pengisi yang biasa dipergunakan antara lain dakron, koldure, kapas, kapuk.
1.1.2. Jenis - jenis Jahit Tindas 1.1.2.1. Jahit tindas pengisi lembaran Jahit tindas pengisi lembaran (wadded quilting), adalah teknik menjahit dengan cara mengisi/ melapisi diantara dua kain dengan bahan pelapis yang berupa lembaran, selanjutnya dijahit pada permukaan kain sesuai pola (gambar) dengan mempergunakan jahit mesin ataupun jahit tangan. Berikut ini adalah contoh produk jahit tindas pengisi lembaran.
Jahit tindas pengisi lembaran termasuk cara yang biasa dilakukan dan paling banyak dijumpai dipasaran.
Bahan yang sering di pergunakan sebagai bahan pelapis/ pengisi adalah, busa tipis, dakron, coldure (lembaran busa yang sudah dilapisi dengan kain di salah satu permukaannya)
Gb. 3.4.1 Contoh Produk Jahit Tindas Pengisi Lembaran
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
241
1.1.2.2. Jahit Tindas Pengisi Susulan (Padded/ Stuffed Quilting) Adalah teknik menjahit tindas datar, tetapi pada bagian tertentu ditambahkan isian susulan biasanya berupa busa atau dakron untuk mendapatkan kesan yang lebih menonjol. Berikut adalah contoh produk jahit tindas pengisi susulan.
1.1.2.3. Jahit Tindas Pengisi Tali (Corded Quilting) Pada prinsipnya sama dengan pengisi susulan. Bedanya untuk pengisian menggunakan tali. Cara penyelesaiannya bisa menggunakan jahit mesin atau tangan. Berikut adalah contoh produk jahit tindas pengisi tali.
Gb. 3.4.3Jahit Tindas Pengisi Tali
Gb. 3.4.2 Jahit Tindas Pengisi Susulan
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
242
1.1.2.4. Tindas Efek Bayangan Jahit tindas efek bayangan adalah gabungan dari jahit tindas pengisi lembaran, susulan/ tali hanya ada penambahan kain transparan pada permukaan kain. Biasanya cara ini dikerjakan pada lapisan kain yang terdiri dari kain dasar furing bahan pengisi/pelapis dan kain bermotif, kemudian di tutup oleh kain transparan sesuai motif, sehingga didapatkan hasil jadi yang mempunyai efek bayangan dari kain bermotif tertlihat lebih lembut/agak pudar. Kain transparan yang biasa dipergunakan antara lain kain kaca, sutera, sifon dan organdi. Berikut adalah contoh produk jahit tindas efek bayangan.
Gb. 3.4.4 Contoh Jahit Tindas Efek Bayangan
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
243
1.2. Diskripsi Jahit Aplikasi 1.2.1. Pengertian Jahit Aplikasi Jahit Aplikasi adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara menempelkan guntingan kain pada kain yang berbeda warna dengan dasar kain, selanjutnya diselesaikan dengan jahit tangan teknik sulam yang biasanya mempergunakan tusuk hias feston atau dengan menggunakan mesin bordir 1.2.2. Jenis-jenis Jahit Aplikasi 1.2.2.1. Jahit aplikasi standar. Jahit aplikasi standard [onlay] adalah teknik membuat benda kerajinan tekstil yang dikerjakan dengan cara membuat gambar pada kain, kemudian digunting dan ditempel pada lembaran kain kemudian diselesaikan dengan teknik sulam. Fungsi jahit aplikasi adalah untuk menghias permukaan kain.
1.2.2.2. Jahit aplikasi potong sisip (inlay) adalah: Teknik menghias permukaan kain yang dikerjakan dengan melobangi bagian dasar kain yang telah digambari motif sesuai dengan rencana. Kain yang sudah berlubang itu pada bagian buruk ditempel kain yang berbeda warna dan diselesaikan dengan tusuk hias festoon/ dapat juga dengan mersin bordir.
Gb. 3.4.5 Jahit Aplikasi
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
244
1.2.2.3. Jahit aplikasi potong motif adalah: Teknik menghias permukaan kain dengan cara memotong motif yang ada pada kain, kemudian ditempel pada permukaan kain. Teknik penyelesaiannya sama dengan jahit aplikasi yang lain
Gb. 3.4.7Jahit Aplikasi Potong Motif
Gb. 3.4.6 Jahit Aplikasi Potong Sisip
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
245
1.2.2.4. Aplikasi lipat potong adalah: Teknik menghias permukaan kain yang dikerjakan dengan tangan atau mesin. Caranya melipat lembaran kain kemudian dipotong sesuai dengan rencana sehingga hasilnya simetris kemudian ditempel pada dasar kain dan diselesaikan dengan tusuk feston. Teknik aplikasi biasanya di kombinasikan dengan sulam datar.
1.2.2.5. Jahit aplikasi dengan pengisian adalah: Teknik menghias permukaan kain yang dikerjakan secara manual atau mesin. Caranya sama seperti pada jahit tindas, bedanya pada penambahan potongan kain yang berbeda warna. Pengisi susulan dapat juga ditambahkan dengan penambahan renda dan pita penyelesaian sama dengan teknik aplikasi yang lain.
Gb. 3.4.8 Aplikasi Lipat Potong
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
246
2. Contoh Produk 2.1. Contoh Produk Jahit Tindas
Gb. 3.4.9 Jahit Aplikasi Dengan Pengisian
Bed Cover (Sumber: Quilts Patchwork.Appliques, hlm. 3)
Tas Saku
Gb. 3.4.10 Contoh Produk Jahit Tindas
(Sumber: Elizabeth Root, hlm. 5)
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
247
2.2. Contoh Produk Jahit Aplikasi
Hiasan Dinding (Sumber: Canadian Workshop, 1994: 29)
Komponen Pakaian (Sumber: Canadian Workshop, 1994: 42)
Gb. 3.4.11 Contoh Produk Jahit Tindas
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
248
Sarung Bant al
Hiasan Dinding
Gb. 3.4.12 Contoh Produk Jahit Aplikasi
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
249
3. A l a t 3.1. Alat Jahit Tindas 3.1.1. Mesin Jahit Untuk menjahit bahan yang sudah dipola 3.1.1.1. Mesin Manual
3.1.1.2. Mesin High Speed 3.1.2. Mesin Zig-zag Bersifat multi fungsi antara lain dapat digunakan untuk membuat lubang kancing, membuat hiasan sesuai dengan program mesin jahit zig-zag
Gb. 3.4.14 Mesin Jahit High Speed
Gb. 3.4.15 Mesin Zig-zag
Gb. 3.4.13 Mesin Jahit Manual
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
250
3.1.3. Mesin Obras Untuk menjahit bagian pinggiran kain dan pinggiran jahitan agar serat kain tidak lepas dan rapi. 3.1.4. Spul/Kumparan Untuk menggulung benang bawah 3.1.5. Sekoci Tempat spul/kumparan
Gb. 3.4.17 Spul
Gb. 3.4.18 Sekoci
Gb. 3.4.16 Mesin Obras
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
251
3.1.6. Jarum 3.1.6.1. Jarum tangan untuk menjahit secara
manual
3.1.6.2. Jarum mesin untuk menjahit dengan
menggunakan mesin jahit. Jarum ini mempunyai beberapa macam ukuran contohnya: 11, 13, 15, 16, 17, 18, dan seterusnya.
3.1.6.3. Jarum pentul alat bantu untuk
menyemat bahan yang akan dijahit 3.1.7. Gunting 3.1.7.1. Gunting kain Untuk menggunting kain 3.1.7.2. Gunting kertas Untuk menggunting kertas 3.1.7.3. Gunting benang Untuk menggunting benang
Gb. 3.4.21 Jarum Pentul
Gb. 3.4.22 Gunting
Gb. 3.4.19 Jarum Tangan
Gb. 3.4.20 Jarum Mesin
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
252
3.1.8. Meteran Untuk mengukur bahan 3.1.9. Cukit/Pendedel Untuk membuka jahitan yang salah atau tidak digunakan 3.1.10. Rader Untuk memberi tanda jahitan pada kain 3.1.11. Tudung jari Untuk melindungi jari pada saat menjahit dengan menggunakan jarum tangan
Gb. 3.4.25 Rader
Gb. 3.4.26 Tudung Jari
Gb. 3.4.23 Meteran
Gb. 3.4.24 Cukit
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
253
3.1.12. Bantalan jarum Tempat menyimpan jarum 3.1.13. Telusupan benang Digunakan untuk memasukkan benang pada jarum 3.1.14. Karbon Jahit Untuk menandai jahitan dengan menggunakan rader 3.1.15. Pensil dan alat mewarnai Digunakan untuk membuat desain
Gb. 3.4.29 Karbon Jahit
Gb. 3.4.30 Pensil Warna
Gb. 3.4.27 Bantalan Jarum
Gb. 3.4.28 Telusupan Benang
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
254
3.1.16. Kapur jahit Untuk menandai bahan yang akan digunting 3.1.17. Seterika Untuk menyeterika dan merapikan jahitan serta bahan yang akan digunakan 3.1.18. Meja seterika Digunakan untuk alas pada saat menyeterika
Gb. 3.4.32 Seterika
Gb. 3.4.33 Meja Seterika
Gb. 3.4.31 Kapur Jahit
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
255
3.2. Alat Jahit Aplikasi 3.2.1. Mesin Jahit Untuk menjahit bahan yang sudah dipola 3.2.1.1. Mesin Manual 3.2.1.2. Mesin High Speed 3.2.2. Mesin Zig-zag Bersifat multi fungsi antara lain dapat digunakan untuk membuat lubang kancing, membuat hiasan sesuai dengan program mesin jahit zig-zag
Gb. 3.4.36 Mesin Zig-zag
Gb. 3.4.34 Mesin Jahit Manual
Gb. 3.4.35 Mesin Jahit High Speed
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
256
3.2.3. Mesin Obras Untuk menjahit bagian pinggiran kain dan pinggiran jahitan agar serat kain tidak lepas dan rapi. 3.2.4. Spul/Kumparan Untuk menggulung benang bawah 3.2.5. Sekoci Tempat spul/kumparan 3.2.6. Jarum : 3.2.6.1. Jarum tangan Untuk menjahit menggunakan tangan
Gb. 3.4.39 Sekoci
Gb. 3.4.40 Jarum Tangan
Gb. 3.4.37 Mesin Obras
Gb. 3.4.38 Spul
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
257
3.2.6.2. Jarum mesin Untuk menjahit dengan menggunakan mesin jahit 3.2.6.3. Jarum pentul Alat bantu untuk menyemat bahan yang akan dijahit 3.2.7. Gunting 3.2.7.1. Gunting kain Untuk menggunting kain 3.2.7.2. Gunting kertas Untuk menggunting kertas 3.2.7.3. Gunting benang Untuk menggunting benang
Gb. 3.4.43 Gunting
Gb. 3.4.41 Jarum Mesin
Gb. 3.4.42 Jarum Pentul
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
258
3.2.8. Meteran Untuk mengukur 3.2.9. Cukit/Pendedel Untuk membuka jahitan 3.2.10. Rader Untuk memberi tanda jahitan pada kain 3.2.11. Tudung jari Untuk melindungi jari pada saat menjahit tangan
Gb. 3.4.46 Rader
Gb. 3.4.47 Tudung Jari
Gb. 3.4.44 Meteran
Gb. 3.4.45 Cukit
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
259
3.2.12. Bantalan jarum Tempat menyimpan jarum 3.2.13. Telusupan benang Digunakan untuk memasukkan benang pada jarum 3.2.14. Midangan Digunakan untuk mengencangkan kain pada saat membuat aplikasi 3.2.15. Karbon Jahit Untuk menandai jahitan dengan menggunakan rader
Gb. 3.4.50 Midangan
Gb. 3.4.51 Karbon Jahit
Gb. 3.4.48 Bantalan Jarum
Gb. 3.4.49 Telusupan Benang
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
260
3.2.16. Pensil dan alat wewarnai Digunakan untuk membuat desain 3.2.17. Kapur jahit Untuk menandai bahan yang akan digunting 3.2.18. Seterika Untuk menyeterika dan merapikan jahitan serta bahan yang akan digunakan
Gb. 3.4.54 Seterika
Gb. 3.4.52 Pensil Warna
Gb. 3.4.53 Kapur Jahit
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
261
3.2.19. Meja seterika Untuk alas pada saat menyeterika 4. B a h a n 4.1. Bahan Jahit Tindas 4.1.1. Kain katun/polos Sebagai bahan dasar 4.1.2. Kain transparan Sebagai bahan tambahan/penunjang
Gb. 3.4.57 Kain Transparan
Gb. 3.4.55 Meja Seterika
Gb. 3.4.56 Kain Katun Polos
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
262
4.1.3. Kain Blacu/polos Sebagai bahan dasar dan furing 4.1.4. Kain asahi Sebagai bahan furing 4.1.5. Kain bermotif Untuk bahan dasar
Gb. 3.4.60 Kain Bermotif
Gb. 3.4.58 Kain Blacu
Gb. 3.4.59 Kain Asahi
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
263
4.1.6. Tali Untuk bahan pengisi tali 4.1.7. Dakron Untuk bahan pengisi lembaran dan pengisi susulan 4.1.8. Koldore Untuk pengisi lembaran
Gb. 3.4.63 Koldore
Gb. 3.4.61 Tali
Gb. 3.4.62 Dakron
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
264
4.1.9. Karton manila/kertas roti Untuk membuat pola 4.1.10. Benang jahit Untuk menjahit bahan yang sudah dipola 4.1.11. Benang sulam Digunakan untuk hiasan atau variasi jahitan
Gb. 3.4.66 Benang Sulam
Gb. 3.4.64 Kertas Manila
Gb. 3.4.65 Benang Jahit
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
265
4.1.12. Benang obras Untuk menjahit pinggiran kain dan pinggiran jahitan agar serat kain tidak lepas 4.2. Bahan Jahit Aplikasi 4.2.1. Kain katun/polos Sebagai bahan dasar 4.2.2. Kain transparan Sebagai bahan aplikasi
Gb. 3.4.68 Kain Katun Polos
Gb. 3.4.69 Kain Transparan
Gb. 3.4.67 Benang Obras
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
266
4.2.3. Kain Blacu/polos Sebagai bahan dasar dan furing 4.2.4. Fislin Digunakan untuk melapisi bahan aplikasi yang sudah dibentuk/dipola 4.2.5. Kain asahi Sebagai bahan furing 4.2.6. Kain bermotif Untuk bahan aplikasi
Gb. 3.4.72 Kain Asahi
Gb. 3.4.70 Kain Blacu
Gb. 3.4.71 Fislin
Gb. 3.4.73 Kain Bermotif
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
267
4.2.7. Dakron Untuk bahan pengisian 4.2.8. Koldore Digunakan untuk lapisan 4.2.9. Karton manila/kertas roti Untuk membuat pola 4.2.10. Benang jahit Untuk menjahit bahan yang sudah dipola
Gb. 3.4.74 Dakron
Gb. 3.4.75 Koldore
Gb. 3.4.76 Kertas Manila
Gb. 3.4.77 Benang Jahit
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
268
4.2.11. Benang sulam Digunakanuntuk hiasan atau variasi jahitan/sulaman 4.2.12. Benang obras Untuk menjahit pinggiran kain dan pinggiran jahitan Kain Blacu/polos sebagai bahan dasar dan furing
Gb. 3.4.78 Benang Sulam
Gb. 3.4.79 Benang Obras
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
269
5. Proses Pembuatan Produk Jahit Tindas dan Aplikasi 5.1. Membuat Selimut Bayi Teknik Jahit Tindas 5.1.1. Persiapan 5.1.1.1. Siapkan ruang kerja 5.1.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.1.1.3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
Alat - Mesin Jahit dan komponennya - Gunting - Meteran Kain - Penggaris - Rader - Cukit - Kapur Jahit - Karbon Jahit - Jarum Jahit Tangan - Jarum Pentul - Bantalan Jarum - Pemasang Benang - Stik/Jarum rajut tangan - Seterika Bahan - Kain flanel/katun polos - Benang Jahit bermacam-macam warnanya - Dacron - Asesoris (Bisban terbuat dari nylon, renda dll.)
5.1.1.4. Siapkan gambar kerja seperti gambar di bawah ini
75 cm
90 cm
Jahit Tindas Pengisi Lembaran
Jahit Tindas Pengisi/Susulan
Gb. 3.4.80 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
270
5.1.2. Langkah Kerja 5.1.2.1. Menyeterika kain yang akan dipergunakan.
5.1.2.2. Mengukur, menandai kain flanel/katun sebanyak 2 lembar, dacron 1 lembar dengan ukuran 77 x 92 cm, kemudian digunting.
Kain Flanel/Katun 2 lembar Dacron 1 lembar
92 cm
77 cm 77 cm
Gb. 3.4.81 Menyeterika Kain
Gb. 3.4.82 Mengukur dan Menandai Kain Flanel
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
271
5.1.2.3. Menggambar/memola diatas kain sesuai desain.
5.1.2.4. Menggabungkan 2 lembar kain flanel/katun dengan posisi bagian buruk saling berhadapan dengan dacron pada bagian tengahnya, kemudian disemat jarum pentul.
Flanel/Katun
Dacron
Flanel/Katun
Gb. 3.4.83 Memola
Gb. 3.4.84 Menggabungkan Kain Flanel
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
272
5.1.2.5. Menjahit jelujur pada tepi kain yang sudah digabung dengan dacron yang selanjutnya diteruskan pada bagian tengah dan motif sesuai desain.
Jahit Jelujur
5.1.2.6. Menjahit tindas mengikuti benang jelujur dengan mempergunakan bermacam-macam warna benang.
Gb.3.4.85 Menjahit Jelujur
Gb. 3.4.86 Menjahit Tindas
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
273
5.1.2.7. Menggunting bagian motif untuk memasukan dacron sebagai bahan pengisi susulan.
5.1.2.8. Masukan dacron pada bagian yang sudah digunting, dengan hati-hati, kemudian dijahit menggunakan tusuk feston atau tusuk sulam datar lainnya.
Gb. 3.4.87 Menggunting Bagian Motif
Gb. 3.4.88 Memasukkan Dakron
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
274
5.1.2.9. Pasang bisban pada semua tepi selimut bayi.
Bisban
5.1.3. Penyelesaian Akhir 5.1.3.1. Gunting sisa-sisa benang yang tidak terpakai. 5.1.3.2. Rapikan selimut bayi dengan cara menyetrikanya, kemudian
kemas dengan baik.
Gb. 3.4.89 Menjahit MenggunakanTusuk Feston
Gb. 3.4.90 Memasang Bisban
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
275
5.1.4. Hasil Jadi
Gb. 3.4.91 Hasil Jadi
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
276
5.2. Membuat Sarung Bantal Kursi Teknik Jahit Tindas Pengisi Lembaran
5.2.1. Persiapan 5.2.1.1. Siapkan ruang kerja 5.2.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.2.1.3. Alat dan bahan Alat
- mesin jahit - gunting - meteran - seterika dan meja seterika - kapur jahit - pensil - jarum pentul - telusupan benang - cukit - karton Bahan - kain bermotif - dakron - kain furing - benang
5.2.2. Gambar Kerja Gambar kerja tampak perspektif
Gb. 3.4.92 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
277
Gambar Kerja Proyeksi Ortogonal SKALA 1: 5 ( Ukuran dalam cm )
45 cm
45 cm
Tampak Muka
Tampak Belakang
45 cm
17 cm
28 cm
45 cm
Gb. 3.4.93 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
278
5.2.3. Langkah Kerja 5.2.3.1. Membuat bagian depan sarung bantal kursi 5.2.3.1.1. Seterika kain yang akan digunakan. 5.2.3.1.2. Gunting kain bermotif, dakron dan kain pelapis masing-
masing dengan ukuran 50 x 50 cm
5.2.3.1.3. Gabung kain bermotif dengan dakron dan jelujurlah sesuai dengan rancangan.
Gb. 3.4.94 Bagian Depan Bantal
Gb. 3.4.95 Menggabung Kain
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
279
5.2.3.1.4. Jahit tindas di mulai dari bagian motif , hingga selesai secara keseluruhan permukaan sesuai dengan rancangan, dapat menggunakan alat bantu kertas, untuk ukuran jarak
5.2.3.1.5. JahIt tindas bermotif anyaman dikerjakan mulai dari garis yang berbentuk kotak kemudian baru ditindas bagian demi bagian hingga membentuk motif anyaman
Gb. 3.4.96 Menjahit Tindas
Gb. 3.4.97 Membentuk Motif Anyaman
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
280
5.2.3.1.6. Hasil jadi bagian depan sarung bantal kursi
5.2.3.2. Membuat bagian belakang sarung bantal
5.2.3.2.1. Seterika kain blacu dan pelapis/furing
5.2.3.2.2. Gunting kain blaco, pelapis/furing dan dakron masing-masing 1 lembar dengan ukuran:
• 20 x 50 cm
• 30 x 50 cm
Kain pelapis Dakron Kain blaco 50 cm
20 cm
Gb. 3.4.98 Hasil Jadi Bagian Depan
Gb. 3.4.99 Bagian Belakang Sarung Bantal
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
281
- Pasanglah ritsliting dengan cara ritsliting diantara kain blaco
dan kain pelapis kemudian dijahit sampai selesai.
5.2.3.2.3. Isilah dakron dan jelujuri sesuai dengan rencana, untuk memudahkan dapat menggunakan alat bantu jarum pentul dan kertas sebagai ukuran jarak
50 cm
30 cm
Gb. 3.4.100 Bagian Belakang
Gb. 3.4.101 Memasang Ritsliting
Gb. 3.4.102 Mengisi Dakron
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
282
5.2.3.2.4. Tindaslah dengan jahit mesin dimulai dari tengah ke tepi hingga selesai secara keseluruhan sesuai dengan arah jelujuran. Kemudian lepaslah benang jelujuran.
5.2.3.2.5. Hasil jadi bagian belakang sarung bantal kursi
Gb. 3.4.103 Menjahit Tindas
Gb. 3.4.104 Hasil Jadi Bagian Belakang
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
283
5.2.3.2.6. Gabungkan bagian depan dan belakang sarung bantal, dengan cara bagian baik saling berhadapan, jahit pada keempat sisinya.
5.2.4. Finishing
5.2.4.1. Obras dan gunting sisa benang yang tidak terpakai
5.2.4.2. Balik dan seterika kemudian dikemas
5.2.5. Penyelesaian Akhir 5.2.5.1. Gunting sisa-sisa benang yang tidak terpakai. 5.2.5.2. Rapikan sarung bantal kursi dengan cara menyeterikanya,
kemudian kemaslah dengan baik.
5.2.6. Hasil Jadi
Gb. 3.4.105 Menggabungkan Bagian Depan dan Belakang
Gb. 3.4.106 Hasil Jadi
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
284
5.3. Membuat Tutup Galon Dengan Teknik Efek Bayangan 5.3.1. Persiapan 5.3.1.1. Siapkan alat dan bahan
Alat Mesin Jahit biasa Mesin obras Jarum mesin Jarum pentul Gunting Meteran Pinsil Spidol Cukit Rader Karbon jahit Kapur jahit Bahan Kain katun polos/bermotif Kain organdi/transparan Kain asahi Dacron Benang jahit
5.3.1.2. Siapkan Gambar Kerja
Gb. 3.4.107 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
285
5.3.2. Proses Kerja 5.3.2.1. Seterika kain katun polos/bermotif, blacu,
organdi/sifon/transparan yang akan digunakan
5.3.2.2. Gunting kain katun polos/bermotif, blacu,
organdi/sifon/transparan dan dacron dengan ukuran 38 cm x 86 cm ditambah 1,5 cm untuk jahitan masing-masing1 lembar
Gb. 3.4.108 Menyeterika Kain
Gb. 3.4.109 Gambar Pola
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
286
5.3.2.3. Gunting bagian atas tutup galon berbentuk lingkaran yang terdiri dari kain polos/bermotif, blacu, organdi/sifon, dacron, dengan diameter 28 cm ditambah 3 cm untuk jahitan masing-masing 1 lembar
5.3.2.4. Gambar pola diatas kain katun (jika menggunakan kain polos)
sesuai dengan desain.
Gb. 3.4.110 Pola Tutup Galon
Gb. 3.4.111 Menggambar Pola
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
287
5.3.2.5. Gabungkankan kain yang terdiri dari,kain polos/kain bermotif, dacron, dan blacu/furing, lalu disemat dengan jarum pentul agar bahan tidak bergeser.
5.3.2.6. Jelujur tepi kain yang sudah digabungkan dan selanjutnya
diteruskan ke bagian motif sesuai dengan desain.
Gb. 3.4.112 Menggabungkan Kain
Gb. 3.4.113 Menjelujur Tepi Kain
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
288
5.3.2.7. Jahit tindas motif kembang mengikuti hasil jelujur dengan menggunakan benang berwarna sesuai dengan warna yang diinginkan, setelah ditindas jelujur dilepas dengan menggunakan cukit/pendedel.
5.3.2.8. Pasang kain organdi/sifon di atas kain yang sudah dijahit tindas motif kembang, kemudian semat dengan jarum pentul pada pinggiran kain agar kain tidak bergeser lalu kembali dijahit tindas megikuti desain garis yang bergelombang.
Gb. 3.4.114 Menjahit Tindas
Gb. 3.4.115 Memasang Kain Sifon
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
289
5.3.2.9. Gabungkan bagian atas tutup galon yang terdiri dari kain
transparan organdi/sifon, katun polos/bermotif, dacron dan blacu untuk furing, selanjutnya dijelujur dan kemudian dijahit tindas mengikuti hasil jelujur tadi.
Gb. 3.4.116 Memasang Kain Sifon
Gb. 3.4.117 Menggabungkan Bagian Atas Tutup Galon
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
290
5.3.2.10. Satukan dua sisi lembaran yang sudah dijahit tindas dengan menjelujur dan selanjutnya dijahit.
5.3.2.11. Satukan bagian atas tutup galon dengan bagian badan tutup galon dan disemat dengan jarum pentul, lalu dijelujur dan selanjutnya dijahit.
Gb. 3.4.118 Menyatukan Dua Sisi Lembaran
Gb. 3.4.119 Menyatukan Bagian Atas Tutup dan Bagian Badan Tutup Galon
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
291
5.3.3. Finishing/Penyelesaian akhir 5.3.3.1. Obras/jahit pinggir bagian kampuh serta bagian pinggiran tutup
galon yang sudah disatukan . 5.3.3.2. Lipat bagian pinggiran/bagian bawah tutup galon, kemudian
jelujur dan selanjutnya dijahit.
5.3.3.3. Gunting sisa-sisa benang yang tidak terpakai 5.3.3.4. Seterikalah lalu kemas
Gb. 3.4.120 Finishing
Gb. 3.4.121 Hasil jadi
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
292
5.4. Membuat Sarung Bantal Santai Dengan Cara Pengisi Tali
5.4.1. Persiapan 5.4.1.1. Alat dan bahan disiapkan
Alat Mesin jahit biasa Mesin obras Jarum mesin Jarum pentul Gunting Meteran Pensil Spidol Cukit Rader Karbon jahit Bahan Kain katun polos/bermotif Kain blacu/furing Dacron Tali coor Benang jahit Kertas manila Kancing
5.4.1.2. Siapkan gambar kerja/desain yang telah dibuat
Gb. 3.4.122 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
293
5.4.2. Proses kerja 5.4.2.1. Membuat bagian depan sarung bantal 5.4.2.1.1. Seterikalah bahan yang akan digunakan 5.4.2.1.2. Ukur, tandai, dan gunting bahan katun, blacu, dan dacron,
sesuai dengan ukuran pola bagian depan sarung bantal masing-masing 1 lembar
5.4.2.1.3. Beri gambar pada kain katun yang sudah digunting sesuai dengan desain.
Gb. 3.4.124 Memola
Gb. 3.4.123 Menandai Kain
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
294
5.4.2.1.4. Gabungkan kain yang sudah diberi gambar dengan dacron, lalu semat dengan jarum pentul, kemudian jelujur bagian-bagian yang akan dijahit/ditindas atau bagian yang akan diisi dengan tali sesuai dengan motif/gambar yang telah dibuat.
5.4.2.1.5. Jahit/tindas lembaran bermotif yang sudah dilapisi dengan dacron dengan mengikuti jelujur.
5.4.2.1.6. Isilah tali bagian-bagian yang telah disiapkan dengan membuka sedikit jahitan atau menggunting/melubangi bagian dacron.
Gb. 3.4.126 Menjahit Tindas
Gb. 3.4.125 Menggabungkan Kain Dengan Dakron
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
295
5.4.2.1.7. Gabungkan bahan yang sudah dijahit tindas dengan kain blacu untuk furing kemudian jelujur sekeliling pinggiran kain.
5.4.2.2. Membuat bagian belakang sarung bantal 5.4.2.2.1. Ukur, tandai dan gunting kain katun, dacron, blacu sesuai
dengan ukuran pola bagian belakang sarung bantal masing-masing 1 lembar
Gb. 3.4.128 Menandai Kain
Gb. 3.4.127 Menggabungkan Dengan Blacu
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
296
5.4.2.2.2. Gabungkan kain katun dengan dacron lalu semat dengan jarum pentul seluruh pinggiran kain. Beri tanda/garis-garis pola pada bagian atas kain sesuai dengan gambar kerja.
5.4.2.2.3. Jelujur mengikuti garis-garis tersebut dan selanjutnya jahit/tindas dengan mesin mengikuti jelujur.
Gb. 3.4.130 Menjelujur
Gb. 3.4.129 Menggabungkan Kain
Gb. 3.4.131 Menjahit Tindas
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
297
5.4.2.2.4. Beri kain furing kedua bagian belakang sarung bantal tersebut dan jelujur masing-masing pinggiran kain
5.4.2.2.5. Lipat salah satu sisi masing-masing lembaran bagian belakang sarung bantal lalu jahit
Gb. 3.4.133 Melipat Salah Satu Sisi Lembaran
Gb. 3.4.132 Memberi Furing
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
298
5.4.2.2.6. Gunting kain serong/buat bisban untuk membungkus tali yang akan digunakan
5.4.2.2.7. Bungkus tali dengan kain serong/bisban, lalu jelujur pinggiran kain tersebut untuk memudahkan pemasangan pada pinggiran sarung bantal.
Gb. 3.4.135 Membungkus Tali Dengan Bisban
Gb. 3.4.134 Membuat Bisban
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
299
5.4.2.2.8. Pasang tali yang sudah dibugkus pada pinggiran bagian depan sarung bantal lalu disemat dengan jarum pentul kemudian jelujur sepanjang tali yang digunakan.
5.4.2.2.9. Gabungkan bagian depan dengan bagian belakang sarung bantal, kemudian jahitlah sekeliling sisinya.
Gb. 3.4.137 Menggabungkan Bagian Depan dan Belakang
Gb. 3.4.136 Memasang Tali Pada Tepi Sarung Bantal
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
300
5.4.3. Finishing/Penyelesaian akhir 5.4.3.1. Jahit pinggir/obras sekeliling sarung bantal 5.4.3.2. Buat lobang kancing pada bagian belakang sarung bantal dan
selanjutnya memasang kancing
5.4.3.3. Gunting sisa-sisa benang yang tidak digunakan/yang tidak terpakai
5.4.3.4. Seterika lalu dikemas
Gb. 3.4.139 Hasil Jadi
Gb. 3.4.138 Membuat Lubang Kancing
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
301
5.5. Membuat Serbet Teknik Jahit Aplikasi Standar 5.5.1. Persiapan 5.5.1.1. Siapkan ruang kerja 5.5.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.5.1.3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
Alat - mesin jahit - gunting - meteran - seterika dan meja seterika - pensil dan pensil berwarna - jarum pentul - telupan benang - cukit
5.5.2. Gambar kerja 40 cm
40 cm
5.5.3. Langkah Kerja 5.5.3.1. Mengukur, menandai, memotong kain sesuai dengan ukuran. 5.5.3.2. Kain polos dengan ukuran 40 cm x 40 cm. 5.5.3.3. Dikelim/dilipat 2,5 cm keliling. 5.5.3.4. Memindahkan pola diatas kain.
Gb. 3.4.140 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
302
5.5.3.5. Menggunting kain yang telah difislin untuk aplikasi sesuai dengan rencana gambar.
5.5.3.6. Menempel aplikasi sesuai dengan gambar pada kain polos
dengan di jelujur/ disemat jarum pentul kemudian diseterika.
Gb. 3.4.142 Menggunting Kain
Gb. 3.4.141 Memola
Gb. 3.4.143 Menempel Aplikasi
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
303
5.5.3.7. Dipasang midangan dapat diselesaikan dengan jahit mesin atau jahit tangan. Untuk menambah keindahan dikombinasikan dengan tusuk hias sulam.
5.5.4. Penyelesaian Akhir 5.5.4.1. Gunting sisa-sisa benang yang tidak terpakai. 5.5.4.2. Rapikan selimut bayi dengan cara menyetrikanya, kemudian
kemaslah dengan baik.
5.5.5. Hasil Jadi
Gb. 3.4.145 Hasil jadi
Gb. 3.4.144 Memasang Pada Midangan
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
304
5.6. Membuat Sarung Bantal Tidur Teknik Jahit Aplikasi Penambahan Renda
5.6.1. Persiapan 5.6.1.1. Menyiapkan bahan dan alat. Bahan yang digunakan adalah kain katun polos, renda, pita, dan
benang jahit,. Sedangkan alat yang digunakan adalah mesin jahit, gunting, meteran, jarum mesin, jarum pentul, penggaris, pensil, seterika, alat untuk memasukkan benang dan cukit
5.6.1.2. Menyiapkan gambar kerja.
5.6.2. Proses kerja 5.6.2.1. Membuat ukuran pada kain sesuai dengan pola ditambah 1 cm
untuk jahitan.
147 cm
45 cm
Gb. 3.4.147 Mengukur Kain
Gb. 3.4.146 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
305
5.6.2.2. Menggunting kain sesuai ukuran yang sudah dibuat.
5.6.2.3. Melipat bagian lebar kain 1 cm, kemudian lipat lagi 2,5 cm, selanjutnya semat dengan jarum pentul. Lakukan hal tersebut pada kedua sisi lebar kain.
Gb. 3.4.149 Melipat Kain
Gb. 3.4.148 Mengunting Kain
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
306
5.6.2.4. Selanjutnya jahit lipatan pada kedua sisi lebar kain yang sudah disemat jarum pentul dengan menggunakan benang jahit yang warnanya sama.
5.6.2.5. Pasang renda dan pita pada bagian luar kain mengikuti arah lebar kain, dengan posisi 75 cm dari kiri.
Gb. 3.4.151 Memasang Renda dan Pita
Gb. 3.4.150 Menjahit Lipatan Kain
75 cm
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
307
5.6.2.6. Membentuk sarung bantal dengan cara: letakkan kain dengan posisi bagian luar (yang ada rendanya) berada di atas, lipatlah kain bagian kiri 60 cm, kemudian lipat kain bagian kanan 20 cm. Selanjutnya semat lipatan tersebut dengan jarum pentul.
Gb. 3.4.152 Membentuk Sarung Bantal
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
308
5.6.2.7. Jahit kedua sisi kain yang sudah disemat jarum pentul 1 cm dari tepi dengan menggunakan benang yang warnanya sama.
5.6.2.8. Mengobras bagian tepi kain yang sudah dijahit agar sisa jahitan rapi dan tidak berserabut.
Gb. 3.4.154 Mengobras
Gb. 3.4.153 Menjahit Kedua Sisi Kain
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
309
5.6.3. Penyelesaian akhir 5.6.3.1. Menggunting sisa benang yang masih menjuntai, kemudian balik
sarung bantal yang sudah jadi sehingga bagian yang bagus berada di luar.
5.6.3.2. Menyeterika sarung bantal agar halus dan rapi.
Gb. 3.4.156 Menyeterika dan Hasil Akhir
Gb. 3.4.155 Menggunting Sisa Kain
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
310
5.7. Membuat Hiasan Pakaian Anak dengan teknik Aplikasi Potong Motif
5.7.1. Persiapan 5.7.1.1. Menyiapkan bahan dan alat. Bahan yang digunakan adalah kain dasar yang polos, Kain
berganmbar/bermotif, benang bordir, benang jahit, dan kain fitslin. Sedangkan alat yang digunakan adalah mesin bordir atau mesin jahit zig-zag, midangan, gunting, meteran, jarum mesin, jarum jahit tangan, jarum pentul, seterika, penggaris, pensil, alat untuk memasukkan benang dan cukit,
5.7.1.2. Menyiapkan gambar kerja.
Gb. 3.4.157 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
311
5.7.2. Proses Kerja 5.7.2.1. Pilih motif atau gambar yang diinginkan dari kain bermotif yang
sudah disediakan, gunting motif atau gambar tersebut mengikuti bentuknya.
5.7.2.2. Tempelkan potongan motif tersebut pada kain fitslin yang sudah digunting mengikuti bentuk motif
Gb. 3.4.159 Menempel Motif Pada Fislin
Gb. 3.4.158 Menggunting Motif
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
312
5.7.2.3. Seterikalah motif yang sudah ditempel pada kain fitslin secara hati-hati dengan panas yang sedang agar tidak mengkerut. Ada cara lian untuk menyiapkan motif yaitu, pilih motif yang diinginkan, tempelkan pada kain fitslin, selanjutnya diseterika, baru kemudian digunting. Kita bisa memilih salah satu cara tersebut.
5.7.2.4. Tempelkan guntingan motif yang sudah ada kain fitslinnya. pada kain dasar yang akan digunakan untuk membuat salah satu komponen pakaian yang akan diberi hiasan. Komponen pakaian yang akan diberi hiasan kali ini adalah saku/kantong.
Gb. 3.4.161 Menempelkan Motif
Gb. 3.4.160 Menyetrika Motif dan Fislin
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
313
5.7.2.5. Jelujurlah pada sekeliling motif agar tidak bergeser pada saat dijahit.
5.7.2.6. Pasang pada midangan (alat untuk merentangkan kain), dan usahakan agar tegangan kain cukup kuat, karena akan mempermudah proses selanjutnya dan mempengaruhi hasil akhirnya.
Gb. 3.4.163 Memasang Pada Midangan
Gb. 3.4.162 Menjelujur
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
314
5.7.2.7. Jahitlah dengan tusuk zig-zag di sekeliling motif yang sudah dijelujur menggunakan mesin jahit spesifik. Proses ini juga bisa dikerjakan dengan tangan menggunakan tusuk feston.
5.7.2.8. Setelah selesai dijahit pada sekeliling motif lepaskan kain dari midangan, kemudian digunting sesuai ukuran pola saku.
Gb. 3.4.165 Menggunting Sesuai Ukuran Saku
Gb. 3.4.164 Menjahit Dengan Tusuk Zig-zag
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
315
5.7.2.9. Bentuklah pola saku bermotif yang sudah digunting dengan cara dijahit, kemudian pasanglah saku yang sudah bermotif pada pakaian anak yang sudah disiapkan.
Gb. 3.4.166 Memasang Saku
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
316
5.7.3. Penyelesaian akhir 5.7.3.1. Membersihkan sisa-sisa benang yang masih ada dengan cara
digunting.
5.7.3.2. Menyeterika karya yang sudah jadi.
Gb. 3.4.168 Hasil Jadi
Gb. 3.4.167 Menggunting Sisa-sisa Benang
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
317
5.8. Membuat Taplak Meja Teknik Jahit Aplikasi Lipat Potong 5.8.1. Persiapan 5.8.1.1. Siapkan ruang kerja 5.8.1.2. Kenakan pakaian kerja 5.8.1.3. Alat dan bahan yang digunakan untuk aplikasi lipat potong Alat
- mesin jahit - gunting - meteran - penggaris - seterika dan meja seterika - pensil dan kertas pola - telusupan benang - cukit Bahan - dua kain polos yang berbeda warna - kain pelapis - benang
5.8.1.4. Gambar kerja taplak meja
90 cm
90 cm
Gb. 3.4.169 Gambar Kerja
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
318
5.8.2. Langkah Kerja 5.8.2.1. Menyiapkan pola hiasan(motif)
5.8.2.2. Menggunting kain
• Potonglah kain putih dengan ukuran 90cmx 90cm 1 lembar • Potonglah kain biru dengan ukuran 70 cmx 70cm 1 lembar • Potonglah fislin dengan ukuran 70 cmx 70cm 1 lembar • Potonglah kuldure dengan ukuran 92 cmx 92 cm 1 lembar • Potonglah kain serong warna biru sepanjang dengan ukuran
10 cm 4 m
Gb. 3.4.170 Pola Motif (Sumber: Elizabeth Root, hlm. 10-15)
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
319
5.8.2.3. Lipatlah kain warna biru yang sudah dilapisi fislin menurut arah panah dengan urutan a, b, c, d.
5.8.2.4. Berilah gambar pada lipatan gambar nomor 1d tersebu sesuai dengan rencana .
Gambar 1 : terdiri dari gambar 1a,1b,1c,1d
Gb. 1a Gb. 1b Gb. 1c Gb. 1d
5.8.2.5. Gambar 2 : terdiri dari gambar 2a,2b,2c, 5.8.2.5.1. Menyeterika hasil lipatan gb. 2a 5.8.2.5.2. Memotong lipatan gb. 2b 5.8.2.5.3. Hasil lipatan gb. 2c
Gb. 2a Gb. 2b Gb. 2c
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
320
5.8.2.6. Gambar 3 terdiri dari 3a dan 3b 5.8.2.6.1. Potongan setelah dibuka diletakkan di atas kain yang
berbeda warna gb. 3a 5.8.2.6.2. Dijelujur gb. 3b Gb. 3a Gb. 3b
5.8.2.7. Gambar nomor 4 terdiri dari 4a dan 4b
• Dilipat ke dalam dan disum dengan jahit tangan atau dapat juga diselesaikan dengan mesin bordir, dimulai dari bagian tengah hingga ketepi selesai secara keseluruhan
Gb. 4a Gb. 4b
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
321
5.8.2.8. Gambar nomor 5 terdiri dari gambar 5a, 5b, 5c, 5d 5.8.2.8.1. Gb. 5a. membuat garir bantu 5.8.2.8.2. Gb. 5b. hasil selesai digaris 5.8.2.8.3. Gb. 5c lembaran lembaran Gb. 5b koldore dan lembaran
furing 5.8.2.8.4. Gb. 5d untuk mempermudah jahit tindas dapat dibantu dengan
jelujur
Gb. 5a Gb. 5b Gb. 5c Gb. 5d
5.8.2.9. Gambar nomor 6 terdiri dari 6a dan 6b 5.8.2.9.1. Gb 6a Dengan bantuan midangan hasilnya lebih bagus 5.8.2.9.2. Gb nomor 6b Waktu mengerjakan dengan jahit tangan
sebaiknya memakai tudung jari. Gb. 6a Gb. 6b
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
322
5.8.2.10. Gambar nomor 7 terdiri dari a dan b 5.8.2.10.1. Gb. 7a mulai jahit tindas dikerjakan dari tengah 5.8.2.10.2. Gb. 7b jahit tindas dikerjakan sampai bagian tepi
Gb. 7a Gb. 7b
5.8.2.11. Membuat pinggiran dengan warna biru, adapun caranya
adalah sebagai berikut : 5.8.2.11.1. Rapihkan sesuai dengan ukuran dengan cara digunting 5.8.2.11.2. Jahit bagian tepi dengan bantuan jahit jelujur 5.8.2.11.3. Baliklah jahitan tersebut 5.8.2.11.4. Dijahit tepi secara keseluruhan
Teknik Jahit Tindas dan Aplikasi
323
5.8.3. Penyelesaian Akhir 5.8.3.1. Gunting sisa-sisa benang yang tidak terpakai. 5.8.3.2. Rapikan selimut bayi dengan cara menyeterikanya, kemudian
kemaslah dengan baik.
5.8.4. Hasil Jadi
Gb. 3.4.171 Hasil Jadi
Teknik Cetak Saring
330
E. CETAK SARING 1. Deskripsi Cetak Saring Cetak saring atau sablon atau screen printing merupakan bagian dari ilmu grafika terapan yang bersifat praktis. Cetak saring dapat diartikan kegiatan cetak mencetak dengan menggunakan kain gasa/kasa yang biasa disebut screen (Guntur Nusantara, 2007: iii). Pada umumnya cetak mencetak dilakukan pada setiap benda padat yang datar tetapi dapat juga dilakukan di atas bentuk yang melingkar. Pada prinsipnya cetak mencetak pada berbagai macam benda padat adalah sama. Perbedaannya terletak pada jenis cat / tinta yang digunakan dan jenis produk yang akan dicetak. Menengok sejarah cetak saring atau cetak sablon telah lama dikenal dan digunakan oleh bangsa Jepang sejak tahun 1664, abad ke-17. Ketika itu, Yuzensai Miyasaki dan Zisukeo Mirose mengembangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif yang sebelumnya dibuat motif kimono dengan tulis tangan. Ternyata lebih menekan biaya sehingga kimono motif sablon mulai b anyak digunakan oleh masyarakat Jepang. Sejak itu, teknik cetak saring terus berkembang dan merambah ke berbagai negara. Pada tahun 1907, pria berkebangsaan Inggris, Samuel Simon, mengembangkan teknik sablon menggunakan chiffon sebagai pola untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari benang sutera halus. Bahan rajut inilah yang merupakan cikal bakal kain gasa untuk menyablon. Menyablon dengan chiffon caranya tinta yang akan dicetak dialirkan melalui kain gasa atau kain saring, sehingga teknik ini juga disebut silk screen printing yang berarti mencetak dengan menggunakan kain saring sutera. Setelah Perang Dunia II, teknik cetak saring terus berkembang pesat, inovasi-inovasi terus dilakukan sehingga munculah teknik-teknik baru, yang semula membuat motif secara sederhana kemudian berkembang dengan digunakannya komputer untuk membuat motif yang lebih bervariasi. Istilah cetak saring di Indonesia lebih populer dengan sebutan cetak sablon. Kata sablon berasal dari bahasa Belanda, yaitu Schablon, sehingga dalam bahasa serapan menjadi sablon (Guntur Nusantara, 2007: 2). Sablon dapat didefinisikan sebagai pola berdesain yang dapat dilukis berdasarkan contoh. Cetak sablon adalah mencetak dengan menggunakan model cetakan atau mal. Cetak saring adalah mencetak dengan menggunakan kain gasa yang dibingkai disebut screen. Proses Pembuatan Cetak saring bisa dilakukan dengan mesin seperti yang dilakukan pada pabrik printing dan bisa dilakukan secara manual seperti yang dilakukan oleh home Industri menengah dan kecil. Teknik pembuatan desain motif dengan cara: Tanpa kodatrace atau menggunakan kertas warna gelap yang diafdruk, dengan kodatrace dan komputer atau teknik sparasi warna (CMYK). Zat warna yang digunakan
Teknik Cetak Saring
331
antara lain zat warna pigmen dan zat warna reaktif, walaupun hampir semua jenis zat warna untuk tekstil bisa digunakan. Kain tekstil yang digunakan hampir semua jenis kain tekstil, dari serat sintetis atau serat alam yang mempunyai permukaan datar bisa disablon dengan menggunakan screen. 2. Contoh Produk Cetak Saring
Kaos Syal Bahan Busana
Selendang Kaos santai
Gb. 3.5.1 Contoh Produk Cetak Saring
Teknik Cetak Saring
332
Sarung Bantal Tas Hiasan Dinding
3. Alat Cetak Saring 3.1. Screen Screen terdiri dari kerangka kayu dan monyl atau kain sutera yang digunakan untuk mencetak gambar pada benda yang akan disablon. Kain ini berpori-pori dan bertekstur sangat halus menyerupai kain sutera. Lubang pori-pori pada screen ini berfungsi menyaring dan menentukan jumlah zat warna yang keluar. Ada bermacam-macam jenis kain screen, jenis kain screen terbagi atas kualitas, bahan dasar serat, warna dan besar kecilnya lubang. Berikut ini tabel kain screen dan fungsinya :
Gb. 3.5.3 Screen
Gb. 3.5.2 Contoh Produk Cetak Saring
Teknik Cetak Saring
333
Tabel 8 Ukuran Kain Screen dan Fungsinya
JENIS T MODEL DESAIN
JENIS MEDIA JENIS CAT UTAMA
10 – 25 Kasar Kain, kertas, keramik, kertas daur ulang
Gliter & Binder Metalik Gliter & lem stiker
46 - 43 Blok Kain Prade, Binder Metalik Batik Printing, Rubber
49 Blok,tulisan, gambar
Kain Extender, Orien pasta, Rubber, Foaming, batik
55 Garis, tulisan, gambar
Kain Extender, Orien pasta, Rubber, Foaming,
61 Garis, tulisan, gambar
Kain Extender, Orien pasta, Rubber, Foaming, Plastisol
77/90 Sparasi Kain Extender, Plastisol, Rubber Transparan
120 Blok Kertas kardus, kayu, kain plastik
Glossvinyl, polimate, Timbul PVC, Plastisol
150-165 Tulisan gambar Plastik, Kertas Tinta PP, PE, SC & Polimete, Glossvinyl
180-200 Tulisan, sparasi Kertas, Mika PVC Glossvinyl
(Sumber: Ngasembaru, hlm. 5)
3.2. Rakel Rakel merupakan alat yang digunakan untuk menyaput zat warna ke atas permukaan kain atau media cetak. Terbuat dari karet yang dijepit pada kayu atau alumunium. Ada 5 jenis rakel : Rakel tumpul, bulat, lancip, miring dan persegi.
Gb. 3.5.4 Rakel
Teknik Cetak Saring
334
3.3. Meja afdruk Proses afdruk selain menggunakan sinar matahari dapat juga dilakukan dengan menggunakan meja yang dilengkapi dengan lampu neon / TL untuk hemat energi (terutama digunakan apabila cuaca mendung atau hujan). Lama waktu penyinaran apabila menggunakan lampu neon 6 x 20 watt, jarak 20 cm – penyinaran 4 menit atau waktu menyesuaikan dengan jenis film diapositif yang akan diafdruk.
3.4. Meja gambar Digunakan untuk membuat desain motif untuk cetak saring dan untuk memindah gambar ke kodatrace.
3.5. Kodatrace Digunakan sebagai film diapositif yaitu untuk memisah motif tiap warna sebelum diafdruk.
Gb. 3.5.5 Meja Afdruk
Gb. 3.5.6 Meja Gambar
Gb. 3.5.7 Kodatrace
Teknik Cetak Saring
335
3.6. Rapido
Alat untuk membuat motif/gambar pada kodatrace dengan menggunakan tinta Rafido
3.7. Palet
Tempat untuk mencampur cat poster/ tinta warna dalam proses desain, tinta cina atau Opaque ink untuk traces dan pasta warna untuk colet.
3.8. Hair dryer Untuk mengeringkan screen setelah diolesi obat peka cahaya dan mengeringkan hasil cetakan pada kain.
3.9. Hand sprayer Alat penyemprot utuk membuat lubang screen setelah proses penyinaran dan untuk membersihkan screen setelah penyablonan. Sprayer dilengkapi dengan selang plastik yang dihubungkan pada kran air.
Gb. 3.5.8 Rapido
Gb. 3.5.9 Palet
Gb. 3.5.10 Hair dryer
Teknik Cetak Saring
336
3.10. Meja sablon Meja untuk menyablon kaos atau lembaran yang ukurannya kecil, dilengkapi dengan klem penjepit dan dapat diputar, cukup untuk empat screen.
3.11. Seterika Alat untuk merapikan bahan sebelum di sablon dan sesudah di sablon.
3.12. Alat press Digunakan sebagai alat fiksasi / penguat warna setelah proses penyablonan. Dengan pemanasan dan memberi tekanan sehingga binder menguap dan zat warna menempel kuat ke bahan.
Gb. 3.5.11 Hand Sprayer
Gb. 3.5.12 Meja Sablon
Gb. 3.5.13 Seterika
Teknik Cetak Saring
337
3.13. Timbangan Alat untuk menimbang zat warna dan pengental untuk membuat pasta warna.
3.14. Gelas ukur, mangkok dan gelas plastik Gelas ukur untuk mengukur kebutuhan pelarut /air, mangkuk tempat untuk mencampur pasta warna sablon.
3.15. Sendok, pengaduk & solet Sendok, solet dan pengaduk untuk mencampur pasta warna supaya rata dan menuangkannya ke permukaan screen.
Gb. 3.5.14 Alat press
Gb. 3.5.15 Timbangan
Gb. 3.5.16 Gelas Ukur, Mangkok dan Gelas Plastik
Gb. 3.5.17 Sendok, Pengaduk dan Solet
Teknik Cetak Saring
338
3.16. Kuas
Alat untuk memoles tinta pada kodatrace, untuk mentusir apabila ada kebocoran pada screen dan menggambar langsung pada kain.
3.17. Penggaris
Alat untuk menggambar dan menentukan posisi gambar pada desain dan media sablon.
3.18. Papan Landasan
Papan landasan terdiri dari Triplek sebagai penyangga screen pada waktu afdruk, sedangkan papan yang dilapisi busa dan blanket dilapisi perekat / lem kain (Hidronal G). dan sebagai papan landasan pada penyablonan T-Shirt atau kain yang ukurannya sesuai.
3.19. Kain hitam Untuk menutup gambar pada screen sebelum waktu penyinaran dengan matahari atau penutup screen pada waktu penyinaran menggunakan lampu supaya tidak tembus bayangan motif.
Gb. 3.5.18 Kuas
Gb. 3.5.19 Penggaris
Gb. 3.5.20 Papan Landasan
Teknik Cetak Saring
339
3.20. Isolasi bening / transparan Untuk merekatkan kodatrace atau kertas motif pada saat afdruk supaya tidak geser, untuk menutup bagian tepi screen sebelum penyablonan supaya tidak bocor.
3.21. Karet busa 5 cm Untuk menyangga bagian dalam screen pada waktu afdruk supaya permukaan screen datar.
3.22. Kaca bening 2 mm Untuk menutup dan menekan kodatrace pada waktu penyinaran dengan sinar matahari atau pada meja afdruk dengan lampu.
3.23. Gunting & cutter Alat pemotong kodatrace, kain, isolasi, lakban. Atau pembuat lubang motif pada kertas pada cetak saring tanpa kodatrace.
Gb. 3.5.21 Kain hitam
Gb. 3.5.22 Isolasi
Gb. 3.5.23 Karet Busa
Gb. 3.5.24 Kaca Bening
Teknik Cetak Saring
340
3.24. Baju Kerja Pakaian pelindung badan dari kotoran warna, bahan kimia dan bahan Berbahaya lainnya.
3.25. Masker Alat penutup hidung pada waktu mencampur obat peka cahaya atau mencuci screen.
4. Bahan Cetak Saring 4.1 Kertas Gambar Kertas gambar atau kertas HVS digunakan untuk membuat desain motif yang akan disablon. Digunakan untuk memisah motif tiap warna, gambar yang dibuat pada kertas HVS yang dibuat menggunakan tinta cina atau hasil print komputer bisa langsung diafdruk degan cara dibuat transparan.
4.2 Pensil warna / cat poster Untuk membuat desain dan membedakan warna yang akan dipisahkan.
Gb. 3.5.25 Gunting dan cutter
Gb. 3.5.26 Baju Kerja
Gb. 3.5.27 Masker
Teknik Cetak Saring
341
4.3 Berbagai media cetak / sablon dalam tekstil sesuai kebutuhan
benda yang akan dibuat.
Kaos untuk disablon bisa dalam bentuk lembaran tetapi sudah dipotong, biasanya bagian depan saja yang disablon sehingga apabila terjadi kesalahan bisa lebih hemat. Selain selendang untuk disablon, kain ukuran taplak meja atau kain lembaran untuk membuat tas, perlu diperhatikan bahan yang bisa disablon yaitu bahan yang permukaan datar atau halus.
4.4 Opaque Ink & Tinta Cina Tinta Cina untuk menggambar memisahkan motif tiap warna pada kertas HVS /kalkir atau kodatrace dengan menggunakan kuas. Opaque Ink untuk menggambar memisahkan motif tiap warna pada kodatrace.
Gb. 3.5.28 Pensil Warna
Kaos siap disablon
Bahan kaos Selendang katun
Gb. 3.5.29 Berbagai MediaSsablon
Teknik Cetak Saring
342
4.5 Obat peka cahaya Obat peka cahaya merupakan larutan pokok dalam proses afdruk screen, merupakan campuran antara emulsi dan sensitizer (cairan peka cahaya). Dipasaran bahan ini terdapat dalam satu kemasan dus kecil yang berisi dua buah botol. Botol besar berisi cairan emulsi, botol kecil berisi cairan sensitizer (larutan Kromatin). Digunakan untuk melapisi screen pada proses afdruk, pelapisan dilakukan pada ruang gelap atau ada cahaya lampu merah.
4.6 Penghapus Screen
Ulano 5 atau kaporit digunakan untuk menghapus obat peka cahaya pada screen apabila sudah tidak digunakan. Ulano 8 untuk menghapus bayangan pada screen. 4.7 Zat warna untuk sablon Hampir semua jenis zat warna dalam tekstil bisa digunakan dalam penyablonan. Tetapi zat warna pigmen paling bayak digunakan contohnya sandy colour walaupun sifatnya hanya menempel pada permukaan serat tekstil atau kain, tetapi penggunaannya sangat mudah, seperti untuk warna pokok Merah, Biru, Kuning dan Hitam atau CMYK (Cian, Magenta, Yellow dan Hitam). Selain itu dalam Industri besar dan kecil banyak menggunakan zat warna Reaktif (Remazol, Procion dan Cibacron) dan Zat warna Dispersi untuk kain sintetis. Berikut ini contoh zat warna Pigmen dalam bentuk cair dan Zat Warna Reaktif dalam bentuk serbuk.
Gb. 3.5.30 Opaque Ink
Gb. 3.5.31 Obat peka cahaya
Gb. 3.5.32 Penghapus Screen
Teknik Cetak Saring
343
4.8 Pengental dan Obat bantu
Soda Abu: Soda Ash (Na2CO3) termasuk alkali kuat berfungsi sebagai pengikat dalam pewarnaan zat warna reaktif. Soda kue: Sodium bikarbonat (NaHCO3), termasuk alkali lemah berfungsi sebagai fiksasi zat warna reaktif, untuk membuat suasana alkali. Pengental untuk zat warna pigmen (sandy) menggunakan pengental emulsi dalam bentuk liquid ada beberapa macam pengental. Fasdy yaitu pengental yang dicampur dengan sandy menghasilkan sablonan tidak timbul. Rubber warna dicampur dengan sandy menghasilkan sablonan timbul diraba menonjol pada hasil sablonan, Rubber White untuk sablonan putih atau sablonan dasar untuk bahan tekstil / kaos warna gelap. Manutex merupakan agar-agar rumput laut yang tidak berwarna dan tidak mewarnai bahan, digunakan sebagai pengental zat warna dalam bentuk serbuk seperti zat warna reaktif atau dispersi. Manutek dilarutkan dengan air dan diberi obat bantu soda abu atau soda kue untuk penguat warna.
Sandy colour Red Yellow Blue
Gb. 3.5.33 Zat Warna Untuk Sablon
Soda abu Soda kue Manutex Rubber white dan rubber transparan
Gb. 3.5.34 Pengental dan Obat Bantu
Teknik Cetak Saring
344
4.9 Sabun Colet Sebagai pencuci screen setelah penyablonan untuk meghilangkan sisa warna dan minyak atau kotoran lainnya.
4.10 Hidronal G Lem kain, sebagai pelapis pada papan landasan untuk menempelkan kain/ kaos yang akan disablon supaya permukaan rata dan tidak lepas pada penyablonan warna berikutnya (ke-2, 3, dst). 4.11 Dandang Panci yang dilengkapi sarangan digunakan untuk proses fiksasi steam zat warna reaktif dan dispersi 4.12 Kertas asturo warna gelap Bahan yang digunakan untuk membuat gambar /motif berlubang pada proses cetak saring teknik pemotongan/tanpa kodatrace. 4.13 Kertas karbon putih
Gb. 3.5.35 Sabun Colet
Gb. 3.5.36 Hidronal G
Gb. 3.5.37 Dandang
Gb. 3.5.38 Kertas Asturo
Teknik Cetak Saring
345
Media untuk memindahkan motif dari kertas pola ke kertas asturo warna pada proses cetak saring teknik pemotongan. Gb. 3.5.39 Kertas Karbon Putih
Teknik Cetak Saring
345
5. Proses Pembuatan Produk Cetak Saring 5.1. Membuat Syal Dengan Teknik Pemotongan (Cut Put
Methode/Knife Cut Methode) 5.1.1. Persiapan 5.1.1.1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Alat yang akan digunakan :
- Pensil 2B - Cutter - Papan landasan - Penggaris - Screen T 61 dengan ukuran 30 cm x 40 cm - Rakel ujung persegi dengan ukuran panjang 25 cm - Mangkuk - Sendok - Hair dryer - Setrika Bahan yang akan digunakan : - Syal dari bahan rayon dengan ukuran 25 cm x 120 cm - Kertas pola/HVS - Kertas karbon putih - Kertas asturo warna - Lem kain (hidronal G) - Isolasi bening/transparan - Pengental fastdye - Zat warna pigmen sandye
5.1.1.2. Menyiapkan gambar kerja
Teknik Cetak Saring
346
5.1.2. Proses Kerja 5.1.2.1. Membuat motif sesuai disain gambar kerja pada kertas
pola/HVS.
Gb. 3.5.40 Gambar Kerja
25 cm
120 cm
Teknik Cetak Saring
347
5.1.2.2. Menjiplak motif pada kertas asturo dengan menggunakan kertas
karbon putih. Ukuran kertas asturo sebaiknya lebih besar daripada luas screen.. Ini untuk mencegah merembesnya warna melalui bagian tepi screen.
Gb. 3.5.41 Membuat Motif
Gb. 3.5.42 Menjiplak Motif
Teknik Cetak Saring
348
5.1.2.3. Melubangi motif dengan menggunakan cutter. 5.1.2.4. Mengoleskan lem kain (hidronal G) diatas bantalan papan
landasan. 5.1.2.5. Setelah kering letakkan syal di atas papan landasan dan
rapikan.
Gb. 3.5.43 Melubangi Motif
Gb. 3.5.44 Memberi Lem Kain Pada Papan Landasan
Gb. 3.5.45 Meletakkan Syal di Atas Papan Landasan
Teknik Cetak Saring
349
5.1.2.6. Memasang kertas arturo yang telah dilubangi motifnya di atas syal sesuai dengan gambar kerja dan rekatkan dengan isolasi bening/transparan.
5.1.2.7. Mencampur pengental fastdye dengan zat warna pigmen
sandye secukupnya sesuai warna yang diinginkan.
Gb. 3.5.46 Memasang Kertas Asturo di Atas Syal
Gb. 3.5.47 Mencampur Zat Warna
Teknik Cetak Saring
350
5.1.2.8. Meletakan screen yang telah dipersiapkan di atas kertas asturo yang telah dipasang.
5.1.2.9. Menyaput warna di atas screen dengan rakel untuk mencetak
motif.
5.1.2.10. Mengeringkan motif yang telah tercetak dengan menggunakan
hair dryer.
Gb. 3.5.48 Meletakkan Screen di Atas Kertas Asturo
Gb. 3.5.49 Menyaput Warna
Gb. 3.5.50 Mengeringkan Motif
Teknik Cetak Saring
351
5.1.2.11. Lakukan langkah yang sama untuk mencetak motif selanjutnya sesuai disain. Apabila terjadi penyumbatan screen atau warna tidak keluar dengan sempurna, maka lakukan pencucian/pembersihan screen terlebih dulu sebelum melakukan pencetakan motif.
5.1.2.12. Membersihkan/mencuci peralatan cetak saring yang sudah
selesai digunakan. 5.1.3. Penyelesaian Akhir 5.1.3.1. Menyetrika syal yang telah dicetak saring
Gb. 3.5.51 Mencuci Peralatan
Gb. 3.5.52 Menyetrika dan Hasil Jadi
Teknik Cetak Saring
352
5.2. Membuat Selendang Dengan Teknik Print Satu Warna Kombinasi Colet
5.2.1. Persiapan 5.2.1.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sebelum melakukan pekerjaan Proses Printing sebaiknya
perhatikan hal-hal berikut ini. Memakai pakaian kerja. Memperhatikan petunjuk penggunaan alat dan bahan. Mempersiapkan PPPK. Mempersiapkan alat dan bahan sebelum kerja. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya. Membersihkan dan mengatur kembali semua peralatan yang
telah digunakan. Jauhkan peralatan dan lindungi obat-obatan dari
kelembaban.
5.2.1.2. Persiapan alat dan bahan yang digunakan Siapkan Kain selendang, satu Screen antara T-50 atau T-60,
ukuran 45 X 50 Cm atau 30 – 40 Cm, rakel ukuran lebih kecil dari ukuran dalam screen, alat gambar, Rafido, Opaque Ink, alat afdruk, Obat peka cahaya, zat warna Pigmen, pengental, meja sablon, seterika dan perlengkapan fiksasi.
5.2.1.3. Persiapan Gambar Kerja Dalam Pembuatan selendang berikut ini direncanakan print satu
warna untuk warna tua dan dilanjutkan teknik colet dengan warna-warna muda.
Gb. 3.5.53 Gambar kerja
Teknik Cetak Saring
353
5.2.2. Proses 5.2.2.1. Pembuatan Desain
Desain dibuat ukuran disesuaikan dengan ukuran selendang, misalnya ukuran selendang 225 cm x 60 cm, ukuran gambar 20 X 25 Cm, dibuat motif tepi dan motif tengan selendang, bisa dengan pensil kemudian dipindah ke kodatrace menggunakan tinta Cina atau Opaque Ink, atau digambar dengan komputer dan diprint, seperti gambar di atas kertas atau desain menggunakan komputer program Corel Draw untuk motif Out line saja atau motif garis tepi, sebagai contoh gambar berikut.
Desain Selendang Cetak Saring satu Warna
5.2.2.2. Proses Afdruk Pemindahan gambar ke Screen atau afdruk sebagai berikut : 5.2.2.2.1. Gambar pada Kodatrace siap afdruk atau hasil print komputer
dibuat transparan dengan cara diolesi minyak goreng atau minyak tanah.
Gb. 3.5.54 Gambar Tengah Selendang
Gb. 3.5.55 Gambar Tepi dan Tumpal Selendang
Gb. 3.5.56 Film Diapositif Gb. 3.5.57 Proses Gambar Pada Kodatrace
Teknik Cetak Saring
354
5.2.2.2.2. Pelapisan (Coating) screen dimulai dengan membuat larutan afdruk/ obat peka cahaya yaitu campuran emulsi dan sesitizer (9 :1). Aduk sampai rata hingga menjadi gel warna kuning.
5.2.2.2.3. Screen yang sudah bersih dan kering dilapisi obat peka cahaya dilakukan pada ruang gelap sampai rata pada dua sisi bagian luar screen dan bagian dalam. Dengan menggunakan penggaris plastik, mika atau alat yang ada pada dus obat peka cahaya atau apapun yang sifatnya meratakan. Jangan sampai ada bagian yang terlalu tebal atau tipis karena bisa mengganggu hasil afdruk.
5.2.2.2.4. Kemudian dikeringkan menggunakan hair dryer, kipas angin atau open pengering. Pengeringan berfungsi untuk memperkuat perekatan obat afdruk dengan kain screen, hal ini masih dilakukan pada ruang peka cahaya atau ruang gelap. Jika screen telah kering ditandai dengan adanya bunyi
Gb. 3.5.58 Mencampur Obat Peka Cahaya
Gb. 3.5.59 Pengolesan Obat Afdruk Gb. 3.5.60 Screen Siap Afdruk
Teknik Cetak Saring
355
genderang jika diketuk dan segera dilakukan penyinaran supaya tidak rusak.
5.2.2.2.5. Proses penyinaran (exposing) dilakukan untuk memindah gambar ke screen dengan menggunakan bantuan cahaya Ultraviolet (UV). Proses penyinaran pada bagian-bagian tertentu menggunakan lampu dengan bantuan meja afdruk dan waktu yang ditentukan, atau dengan memanfaatkan sinar matahari antara pukul 09.00 – 15.00 selama ±1 menit. Dengan sinar matahari caranya gambar diletakkan pada screen gambar dalam posisi terbalik dan diberi isolasi bening supaya tidak geser. Penyinaran dengan lampu urutannya kebalikan dari gambar dipasang di atas meja afdruk diisolasi supaya tidak geser , di atas gambar pasang screen dalam keadaan terbalik atau bagian dalam menghadap ke atas, kain hitam di pasang di atasnya kemudian busa dan terakhir kayu pemberat supaya tidak ada bayangan motif. Waktu penyinaran untuk lampu 250 Watt waktu ± 4 menit.dilanjutkan dengan pencucian.
neon
5.2.2.3. Pencucian Setelah penyinaran selesai
dilakukan pencucian screen dengan penyemprotan air secara pelan-pelan sampai timbul lubang motif. Kemudian Screen harus dijemur dibawah sinar matahari supaya lubang motif kuat dan screen kering.
Gb. 3.5.61 Penyinaran Dengan Lampu Neon Gb. 3.5.62 Penyinaran Dengan Matahari
Gb. 3.5.63 Pencucian
Teknik Cetak Saring
356
5.2.2.4. Tusir (Correcting) Apabila pada waktu mencuci screen terjadi kerusakan gambar,
yaitu lapisan obat yang ada mengekupas, maka bagian tersebut harus segera ditutup dengan obat afdruk dan dikeringkan kembali, pekerjaan ini disebut men-tusir. Agar pada waktu mencetak warna tidak bocor keempat sisi bingkai screen diperkuat dengan dilapisi lakban.
5.2.2.5. Sablon printing ke selendang satu warna Pencetakan adalah memberi warna pada permukaan kain
menggunakan pasta warna, pencetakan satu warna pada selendang dipilih warna tua karena motif out line atau motif kontur.
Gb. 3.5.64 Pentusiran
Gb. 3.5.65 Pelapisan Lakban pada Tepi Screen
Teknik Cetak Saring
357
5.2.2.5.1. Siapkan pasta warna menggunakan zat warna pigmen ,
dengan resep sebagai berikut :
Zat warna pigmen (Sandy) = 5 gram Pengental (Fasdy / Rabber) = 95 gram Jumlah = 100 gram
Pengental Fasdy untuk hasil print datar, sedangkan pengental
Rabber biasanya untuk motif agak timbul, gunakan rabber warna untuk dicampur warna tua. Pasta tersebut aduk sampai rata, sehingga siap digunakan.
5.2.2.5.2. Pasang kain selendang pada meja sablon yang sebelumnya
sudah dilapisi lem kain “Hidronal G” 5.2.2.5.3. Penyablonan dengan cara :
Pasta warna dituangkan pada screen bagian atas, dan saput menggunakan rakel dengan tekanan yang sama.
5.2.2.5.4. Pengeringan Pengeringan hasil cetak saring bisa dengan diangin-anginkan atau menggunakan hair dryer.
Gb. 3.5.66 Pasta Warna Gb. 3.5.67 Menyaput Dengan Rakel
Teknik Cetak Saring
358
5.2.2.6. Proses colet warna muda Buat pasta warna muda, merah, kuning dan biru, untuk
membuat warna violet kita campur pasta warna merah dan biru, sedangkan untuk membuat pasta warna oranye pasta merah dan kuning.
Gb. 3.5.69 Hasil Print pada Selendang
Gb. 3.5.68 Pasta Warna Pigmen
Teknik Cetak Saring
359
5.2.2.7. Pengeringan dan Fiksasi Pengeringan hasil colet warna bisa diangin-anginkan atau
menggunakan hair dryer. 5.2.3. Penyelesaian akhir Fiksasi Proses penyelesaian akhir dilakukan fiksasi menggunakan
seterika atau press panas supaya warna tidak luntur.
Gb. 3.5.70 Pencoletan Dengan Warna Muda Gb. 3.5.71 Selendang Hasil Coletan
Gb. 3.5.72 Penyelesaian Akhir
Teknik Cetak Saring
360
Gb. 3.5.73 Hasil Selendang Colet Warna Pigmen
Teknik Cetak Saring
361
5.3. Membuat Sarung Bantal Teknik Afdruk Kombinasi Tiga Warna
5.3.1. Persiapan 5.3.1.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Sebelum melakukan pekerjaan proses printing sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini: • Memakai pakaian kerja. • Memperhatikan petunjuk penggunaan alat dan bahan. • Mempersiapkan PPPK. • Mempersiapkan alat dan bahan sebelum kerja. • Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya. • Membersihkan dan mengatur kembali semua peralatan yang
telah digunakan. • Jauhkan peralatan dan lindungi obat-obatan dari
kelembaban.
5.3.1.2. Persiapan alat dan bahan yang digunakan • Siapkan kain katun atau tenunan ATBM ukuran 50 cm x 50
cm sebanyak 5 potong. • Kain blacu ukuran 50x50 cm sebanyak 5 potong untuk
lapisan belakang sarung bantal. • Screen T-50 atau T-60, ukuran 40x50 cm sebanyak 3 buah. • Rakel ukuran lebih kecil dari ukuran dalam screen • Alat gambar, kuas • Opaque Ink atau rafido • Alat afdruk • Obat peka cahaya • Zat warna reaktif dan pengental manutex, soda abu • Meja sablon • Alat fiksasi press panas atau Seterika • Perlengkapan fiksasi dandang sarangan
Teknik Cetak Saring
362
5.3.2. Persiapan Gambar Kerja
50 cm
50 cm
5.3.3. Proses Pembuatan sarung bantal 5.3.3.1. Pembuatan Desain
Desain dibuat dengan ukuran 35 x 35 cm kombinasi 3 warna. Menggambar disain bisa dengan pensil kemudian dipindah ke kodatrace menggunakan tinta Cina atau Opaque Ink, atau digambar dengan komputer dan diprint, seperti gambar di atas. kertas atau desain menggunakan komputer program Corel Draw.
Desain motif sarung bantal kursi
Motif warna ke 1 Motif warna ke 2 Motif warna ke 3
Gb. 3.5.74 Gambar Kerja
Gb. 3.5.75 Motif 3 Warna
Teknik Cetak Saring
363
5.3.3.2. Pemindahan ke kodatrace Tiap warna dipindah dengan opaque ink ke kodatrace menggunakan kuas
5.3.3.3. Proses Afdruk Pemindahan gambar ke Screen atau afdruk sama seperti pada afdruk lainnya atau afdruk motif untuk selendang, satu motif satu screen, sehingga menjadi 3 screen. 5.3.3.4. Sablon printing selendang Pencetakan adalah memberi warna pada permukaan kain menggunakan pasta warna, zat warna yang digunakan zat warna reaktif dan menggunakan fiksasi steam atau uap panas. ZAT WARNA REAKTIF Zat warna reaktif termasuk zat warna yang larut dalam air. Zat warna ini mengadakan reaksi dengan serat selulosa, hingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu sifat tahan cuci dan tahan sinarnya baik. Nama dagang zat warna Reaktif : • Procion ( I.C.I. ) • Cibacron ( Ciba Geigy ) • Remasol ( Hoechst ) • Levafik ( Bayer ) • Drimarine ( Sandoz ) • Primazine (BASF ) Resep Printing dengan zat warna Reaktif (Procion) a). Pengental : Manutex RS 5 % = 5 / 100 x 1000 gram = 50 gram Air = 950 gram Jumlah = 1000 gram
Gb. 3.5.76 Warna Dipindah ke Kodatrace
Teknik Cetak Saring
364
Cara pembuatan : 1. Timbang manutex RS 5% sebanyak 50 gram, tempatkan pada
mangkuk plastik. 2. Tuangkan air sedikit sedikit dan mixer sampai rata & halus,
apabila terlalu cair air bisa dikurangi. 3. Diamkan satu malam atau minimal 4 jam, siap
digunakan.sebagai pengental b). Resep Pasta warna : Untuk R/ 200 gram Tabel 9 Resep Pasta Warna Untuk Cetak Saring
Bahan Sutera (gr)
Kapas (gr)
Zat warna 6* 6* Urea 10 10 Soda kue 4 Soda abu 1 Pengental 160 160 Air 20 20 Jumlah 200 gram
*menurut tua muda warna yang dikehendaki. Penyablonan ke kain sarung bantal : • Kain di pasang pada alas
sablon yang sudah dilapisi hidronal G.
• Print warna pertama
menggunakan pasta zat warna reaktif, keringkan dengan heir dryer dan jangan dilepas dari alas sablon.
Teknik Cetak Saring
365
• Print warna kedua dengan
posisi sesuai desain, dan keringkan lagi.
• Print warna ke tiga seperti
posisi desain dan keringkan, setelah selesai bisa dilepas dari alas sablon.
c). Fiksasi : menggunakan 3 cara pilih salah satu yang ada.
1. Menggunakan Waterglas 70% , dibacam waktu 24 jam. 2. Di angin-anginkan, waktu 24 jam, atau 3. Steam uap panas 1020 C, waktu 10 – 20 menit
d). Pencucian Setelah fiksasi di cuci air dingin kemudian dicuci air panas dengan ditambah sabun netral rebus 10 menit, kemudian dicuci dingin dan keringkan.
Gb. 3.5.77 Penyablonan
Teknik Cetak Saring
366
5.3.4. Penyelesaian akhir Fiksasi Proses penyelesaian akhir dilakukan pembuatan sarung bantal dengan teknik jahit, kemudian diisi bantal dari bahan dacron atau kapok kapas.
Gb. 3.5.78 Bagian Belakang Sarung Bantal
Gb. 3.5.79 Hasil jadi
Teknik Cetak Saring
367
5.4. Membuat Kaos (T- Shirt) Teknik Sparasi Warna 5.4.1. Persiapan 5.4.1.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sebelum melakukan pekerjaan Proses Printing sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:
• Memakai pakaian kerja. • Memperhatikan petunjuk penggunaan alat dan bahan. • Mempersiapkan PPPK. • Mempersiapkan alat dan bahan sebelum kerja. • Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya. • Membersihkan dan mengatur kembali semua peralatan
yang telah digunakan. • Jauhkan peralatan dan lindungi obat-obatan dari
kelembaban.
5.4.1.2. Persiapan alat dan bahan yang digunakan Siapkan kain kaos atau kaos yang sudah dijahit. Ada beberapa jenis bahan kaos dan ukuran yang umum dipakai (Jumanta, 2004: 8) antara lain:
1. Katun Adalah jenis bahan yang paling banyak digunakan untuk kaos.
Karena mempunyai sifat ringan dan terasa dingin sehingga nyaman dikenakan saat cuaca panas. Bahan kaos katun terbuat dari serat alam berasal dari tanaman kapas yang mempunyai sifat halus.
2. Viskose Viscose banyak diproduksi sebagai bahan kaos, karakter
bahannya sama dengan katun, dingin, ringan dan menyerap keringat, tidak kaku dan mengkilat sehingga nyaman dikenakan saat cuaca panas. Bahan kaos viskosa terbuat dari serat selulosa yang diregenerasi atau biasa disebut rayon sehingga sifat kelembutan dan mengkilatnya lebih terasa.
3. Wol Biasanya kaos dari bahan wol didesain untuk cuaca dingin
dan dibuat untuk jenis sweater , ada wol berasal dari bulu domba atau biri-biri ada yag dari bahan sintetis pilel fleece atau acrylic yang kesemuanya mempunyai sifat tidak menyerap air akan membuat tubuh tetap hangat, sehigga akan memberikan kehangatan pemakai pada malam yang dingin.
4. Nylon Walaupun tidak banyak, kaos dari bahan nylon atau
nylon/katun bisa juga digunakan. Karakternya yang berlapis (coated nylon) sangat ringan, mengkilap, dan dingin sehingga
Teknik Cetak Saring
368
sangat bagus untuk melindungi tubuh dari hujan. Bahan nylon terbuat dari serat buatan tetapi dari bahan organik atau disebut juga poliamida.
5. Katun Polyester Benang polyester terkenal karena higenis dan katun bisa dikatakan bahan kaos yang sejati dengan sifatnya telah disebutkan di atas. Penggabungan dari bahan ini banyak diminati industri kaos dan menjadi alternatif bahan pilihan yang baik. Kaos jadi relatif lebih tahan lama, karena kemungkinan serangan jamur pada kaos dapat diperkecil. Atau dikenal campuran teteron katun (TC).
Macam –macam Ukuran Kaos Saat ini telah tersedia ukuran kaos, disesuaikan dengan model dan ukuran tubuh pemakai baik pria maupun wanita. Berikut ini beberapa diantaranya (Jumanta, 2004: 10):
• SS (Super Small) Ukuran sangat kecil, cocok untuk tubuh kurus atau remaja. • S (Small) Ukuran kecil, cocok untuk tubuh yang kecil. • M (Medium)
Ukuran ini tergolong populer, paling banyak digunakan untuk jenis kaos pria atau wanita.
• L (Large/Besar) Ukuran besar, cocok digunakan untuk tubuh yang sedang cenderung besar, proporsi badan sedang tidak kurus dan tidak gemuk.
• XL (Extra Large) Dua kali lebih besar dari L (Large), biasanya ukuran ini untuk tubuh yang besar, tidak harus gemuk.
• XXL (Double Extra Large) Ukuran untuk tubuh yang sangat besar, biasanya dipakai oleh para pegendara motor besar Harley Davidson, dan tubuh yang gemuk akan nyaman memilih ukuran ini.
Ragam kaos antara lain:
Babydoll Man T-shirt Tanktop
Teknik Cetak Saring
369
Man Arms T-shirt Jaket kaos Women T-Shirt
• Screen T77 – T 90, ukuran 40 X 50 Cm atau 30–40 Cm • Rakel ukuran lebih kecil dari ukuran dalam screen • Alat gambar komputer dengan program minimal Corel Draw dan
Adobe Photoshop. • Foto hasil kamera digital atau gambar hasil scan komputer • Alat afdruk, obat peka cahaya • Zat warna pigmen (CMYK) dan pengental khusus rabber
transparan, • Meja sablon,alas kaos • Seterika • Alat fiksasi/press.
5.4.1.3. Persiapan Gambar Kerja
Dalam pembuatan T-Shirt gambar yang disediakan dalam bentuk JPG atau hasil Foto atau scan, contohnya berikut ini.
Foto lukisan Gambar dari internet Scan dari buku
Gb. 3.5.80 Ragam Kaos
Gb. 3.5.81 Gambar Kerja
Teknik Cetak Saring
370
5.4.2. Proses 5.4.2.1. Pembuatan Desain 5.4.2.1.1. Carilah gambar yang sesuai untuk proses sparasi, dari foto,
majalah atau ambil gambar dari buku kemudian scan di komputer.
5.4.2.1.2. Edit gambar dengan ukuran yang sesuai, antara 20 x 20 cm, 27,5 x 27,5 cm, 25 x 25 cm atau sesuaikan ukuran dalam screen.
5.4.2.1.3. Simpan gambar dalam flashdisk atau CD. 5.4.2.2. Pembuatan film diapositif
Pembuatan film diapositif mempunyai tujuan untuk memisahkan gambar dengan filter warna yang terserap sehingga keluar warna yang tampak, warna dikelompokkan menjadi 4 yaitu: Cian, Magenta, Yellow dan Key/hitam.
5.4.2.3. Proses Afdruk 5.4.2.3.1. Afdruk pada screen T77, dengan menggunakan larutan peka
cahaya. Lakukan proses penyinaran dengan lampu waktu 1–1,5 menit atau dengan matahari 12 detik.
5.4.2.3.2. Cuci screen dengan menyemprot air secepatnya, kemudian hisap air yang ada pada screen dengan kain halus (kain kaos atau lap mobil) sambil dikipasi.
5.4.2.3.3. Keringkan dengan sinar matahari. 5.4.2.3.4. Lapisi dengan katalis dan keringkan lagi. 5.4.2.3.5. Lakukan pentusiran apabila ada motif yang tidak dikehendaki,
lakban bagian tepi screen.
5.4.2.4. Penyablonan ke kaos 5.4.2.4.1. Membuat pasta warna pada teknik sparasi zat warna yang di
gunakan yaitu zat warna pigmen dengan warna CMYKey dan menggunakan pengental rubber trasparan, dengan resep sebagai berikut:
Zat Warna Pigmen = 4 - 10 gram Pengental = 86 - 90 gram Jumlah pasta warna = 90 - 100 gram, aduk sampai rata. Pembuatan pasta warna untuk menentukan arah warna yang sesuai kita harus mempunyai kepekaan arah warna yang sesuai. Caranya kita mencampur sedikit demi sedikit dan dilakukan tes warna.
5.4.2.4.2. Penyablonan pada kaos dimulai dari warna terang sampai warna hitam terakhir.
5.4.2.4.3. Pencetakan atau penyablonan adalah pemberian warna pada permukaan kain dengan cara menyaputkan pasta warna dengan menggunakan rakel di atas screen.
Teknik Cetak Saring
371
5.4.2.4.4. Pencetakan dimulai dengan warna muda sehingga timbul
warna tumpangan dan terjadi warna baru seperti gambar aslinya.
5.4.2.4.5. Fiksasi dimaksudkan untuk mengikat warna dengan kain agar tidak mudah luntur, dengan cara pengepressan panas atau seterika bagian dalam.
Gb. 3.5.82 Pasta Warna Sparasi
Gb. 3.5.83 Pencetakan
Teknik Cetak Saring
372
5.4.2.4.6. Seterika untuk merapikan hasil sablonan dan siap dipakai atau dikemas dalam plastik atau dihanger.
Gb. 3.5.84 Fiksasi Gb. 3.5.85 Menyeterika
Gb. 3.5.86 Hasil Kaos Cetak Saring
Teknik Cetak Saring
373
5.5. Membuat Hiasan Dinding Teknik Sparasi Warna 5.5.1. Persiapan 5.5.1.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sebelum melakukan pekerjaan Proses Printing sebaiknya
perhatikan hal- hal berikut ini. • Memakai pakaian kerja. • Memperhatikan petunjuk penggunaan alat dan bahan. • Mempersiapkan PPPK. • Mempersiapkan alat dan bahan sebelum kerja. • Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya. • Membersihkan dan mengatur kembali semua peralatan
yang telah digunakan. • Jauhkan peralatan dan lindungi obat-obatan dari
kelembaban.
5.5.1.2. Persiapan alat dan bahan yang digunakan
• Siapkan kain kaos/Tenunan ATBM/kain kanvas atau kain blacu.
• Screen T77 – T90, ukuran 30–40 Cm • Rakel lancip atau miring ukuran lebih kecil dari ukuran
dalam screen • Alat gambar komputer dengan program minimal Corel
Draw dan Adobe Photoshop. • Foto hasil kamera digital atau gambar hasil scan komputer • Alat afdruk, obat peka cahaya • Zat warna pigmen (CMYK), pengental rabber transparan
dan rabber white. • Meja sablon • Seterika • Alat fiksasi/press.
5.5.1.3. Persiapan Gambar Kerja Dalam pembuatan hiasan dinding teknik cetak saring dengan
sparasi gambar yang disediakan dalam bentuk JPG atau TIFF atau hasil foto/scan, contohnya berikut ini, dengan ukuran 20 x 27,5 cm atau 25 x 25 cm.
Teknik Cetak Saring
374
5.5.2. Proses 5.5.2.1. Pembuatan Desain Pada cetak saring dengan sparasi pemilihan desain sangat
menentukan, karena kita memilih gambar yang menumpuk dan tidak tegas perbedaannya antara warna satu dengan lainnya sehingga tidak bisa digambar secara manual. Setelah desain dipilih dilakukan scaning atau pemotretan, dengan urutan sebagai berikut :
5.5.2.1.1. Carilah gambar yang sesuai untuk proses sparasi, dari foto,
majalah bekas atau gambar dari buku kemudian scan di computer.
5.5.2.1.2. Gambar diolah dalam komputer (setting) dengan program Corel Draw atau Adobe Photoshop sehingga menjadi desain dengan ukuran yang sesuai, antara 20 x 20 cm, 27,5 x 27,5 cm, 25 x 25 cm atau sesuaikan ukuran dalam screen dan bentuk yang diinginkan.
5.5.2.1.3. Simpan gambar dalam flashdisk atau CD
25 cm
25 cm
Gb. 3.5.87 Gambar Kerja
Teknik Cetak Saring
375
5.5.2.2. Pembuatan film diapositif Pembuatan film diapositif mempunyai tujuan untuk memisahkan
gambar dengan filter warna yang terserap sehingga keluar warna yang tampak. Warna dikelompokkan menjadi 4 yaitu: Cian, Magenta, Yellow dan Key/hitam. Semua ini dilakukan dengan komputer dan menggunakan mesin cetak (printer) khusus dan diproses di tempat reproduksi cetak untuk dibuat film sablon dengan resolusi 35-40 dot per inchi (dpi). Berikut ini contoh hasil pemisahan CMYK:
Cian Magenta Yellow Key / Hitam
Gb. 3.5.88 Foto Kamera Digital Gb. 3.5.89 Gambar Dari Internet
Gb. 3.5.90 Film Diapositif
Teknik Cetak Saring
376
5.5.2.3. Proses Afdruk 5.5.2.3.1. Afdruk pada screen T77, dengan menggunakan larutan peka
cahaya. Lakukan proses penyinaran dengan lampu waktu 1 – 1,5 menit atau dengan matahari 12 detik.
5.5.2.3.2. Cuci screen dengan menyemprotkan air sehingga terjadi lubang motif, kemudian hisap air yang ada pada screen dengan kain halus (kain kaos atau lap mobil) sambil dikipasi.
5.5.2.3.3. Keringkan dengan sinar matahari. 5.5.2.3.4. Lapisi screen dengan katalis dan keringkan lagi. 5.5.2.3.5. Lakukan pentusiran apabila ada motif yang tidak dikehendaki,
lakban bagian tepi screen. 5.5.2.4. Penyablonan ke Kain 5.5.2.4.1. Membuat pasta warna pada teknik sparasi zat warna yang di
gunakan yaitu zat warna pigmen dengan warna CMYKey dan menggunakan pengental rubber trasparan, dengan resep sebagai berikut :
Zat Warna Pigmen = 4 – 10 gram Pengental = 86 – 90 gram Jumlah pasta warna = 90 - 100 gram , aduk sampai rata.
Pembuatan pasta warna untuk menentukan arah warna yang sesuai kita harus mempunyai kepekaan arah warna yang sesuai. Caranya kita mencampur sedikit demi sedikit dan dilakukan tes warna.
5.5.2.4.2. Penyablonan pada kain untuk hiasan dinding dimulai dari
warna terang sampai warna hitam terakhir. 5.5.2.4.3. Pencetakan atau penyablonan adalah pemberian warna pada
permukaan kain dengan cara menyaputkan pasta warna dengan menggunakan rakel di atas screen.
Teknik Cetak Saring
377
5.5.2.4.4. Pencetakan
Dimulai dengan warna muda sehingga timbul warna tumpangan dan terjadi warna baru seperti gambar aslinya
Gb. 3.5.91 Pasta Warna Sparasi
Gb. 3.5.92 Pencetakan
Teknik Cetak Saring
378
5.5.2.4.5. Fiksasi dimaksudkan untuk mengikat warna dengan kain agar
tidak mudah luntur, dengan cara pengepresan panas atau seterika bagian dalam.
5.5.2.4.6. Setetrika untuk merapikan hasil sablonan.
5.5.3. Penyelesaian akhir Penyelesaian akhir dengan memasang bingkai pigura dengan isolasi atau lakban bagian belakang kain dengan papan penyangga bingkai. Berikut ini hasil cetak saring sparasi untuk hiasan dinding.
Gb. 3.5.93 Hasil Akhir
Teknik Tenun
379
TEKSTIL STRUKTUR
A. TENUN 1. Deskripsi Tenun 1.1. Pengertian Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan azas (prinsip) yang sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan kata lain bersilangnya antara benang lusi dan pakan secara bergantian.
1.2. Jenis-jenis tenunan Dapat dibagi menjadi: 1.2.1. Tenunan polos Tenunan polos merupakan corak tenun yang paling sederhana, yaitu masing-masing dengan sebuah benang lusi dan benang pakan naik turun bergantian dan saling menyilang. ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun polos dapat menggunakan semua mesin berapapun jumlah gun atau kamrannya.
1.2.2. Tenunan kepar Benang pakan menyilang di bawah benang lusi, silih berganti. Pada tenun kepar titik pertemuan antara lusi dan pakan berjalan miring pada tenunannya. ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun kepar adalah yang memiliki minimal 3 (tiga) gun/kamran
Gb. 3.6.1 Tenunan Polos (Sumber: Mary E. Black, 1980: 39)
Teknik Tenun
380
1.2.3. Tenunan satin Pada tenunan satin , titik temu antara benang lusi dan pakan dibuat sedikit mungkin dan lagi pula titik temu harus dihamburkan dan dibuka terus menerus sehingga seolah-olah hanya benang lusi saja atau benang pakan saja yang mengapung di atas permukaan kain. Tenunan pada benang lusi dinamakan satin pakan. ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun satin adalah yang memiliki minimal 5 (lima) gun/kamran.
Pada dasarnya proses pembuatan tenun polos, kepar, dan satin hampir sama, yaitu dari pemilihan bahan, penghanian, penyucukan, penyetelan (pemasangan benang lusi pada boom, penggulungan, pengikatan) dan penenunan. Perbedaan terjadi dalam proses penyucukan, yaitu disesuaikan dengan bentuk anyaman atau konstruksi dari tenunannya. Perbedaan dalam pembuatannya juga disesuaikan dengan jumlah gun/kamran yang tersedia pada mesin. Untuk tenun polos dapat menggunakan berapapun jumlah gun, tenun kepar minimal 3 (tiga) gun/kamran, dan tenun satin minimal 5 (lima) gun/kamran. Demikian juga dengan injakan/tarikan pedalnya. Untuk tenun polos, tarik/injak 1(satu) tinggal 1(satu). Untuk tenun kepar, tarik/injak 1 (satu) tinggal 2 (dua) atau 3 (tiga), dan tenun satin, tarik/injak 1 (satu) tinggal 4 (empat) atau 5 (lima).
Gb. 3.6.3 Tenunan Satin (Sumber: Anne Field, 1991: 101)
Gb. 3.6.2 Tenunan Kepar (Sumber: Anne Field, 1991: 91)
Teknik Tenun
381
Tabel 10 Perbedaan Jenis Tenunan
No. Tenunan Jumlah Gun/kamran Pedal
1.
2.
3.
Polos
Kepar
Satin
Minimal 2 gun
Minimal 3 gun
Minimal 5 gun
Tarik/injak 1 (satu)
tinggal 1 (satu)
Tarik/injak 1 (satu)
tinggal 2 (dua)
Tarik/injak 1 (satu)
tinggal 4 (empat)
Menghani merupakan suatu cara yang digunakan untuk persiapan pemasangan benang lusi pada mesin. Adapun alat yang digunakan bermacam-macam. Caranya: benang diatur dan diulur pada alat penghani, panjangnya sesuaikan dengan kebutuhan, pada salah satu sisi alat hani dibuat persilangan benang untuk memudahkan memasukkan benang pada gun. Setiap 10 (sepuluh) kali putaran diberi tanda tali untuk memudahkan penghitungan jumlah benang lusi yang dibutuhkan. Setelah jumlah benang yang dibutuhkan selesai dihani, ikatlah persilangan tadi agar tidak mudah lepas dan menjadi patokan untuk memudahkan pemasangan pada gun. 2. Contoh Produk Tenun
Syal
Teknik Tenun
382
3. Alat Tenun
3.1. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Untuk membuat benda dengan proses tenun
3.2. Teropong pipih Untuk mengisi benang pakan
Keset
Sarung Bantal
Celemek dan Cempal
Gb. 3.6.4 Contoh Produk Tenun
Gb. 3.6.5 Teropong Pipih
Teknik Tenun
383
3.3. Hani Untuk menghani benang sebelum ditenun 3.4. Raddle Untuk memisahkan benang lungsi saat akan dimasukkan ke gun atau sisir
3.5. Gunting Untuk memotong benang atau bahan tenun
3.6. Pengait/penyucuk Untuk menarik benang saat pemasangan pada gun dan sisir
Gb. 3.6.7 Raddle
Gb. 3.6.8 Gunting
Gb. 3.6.6 Hani
Gb. 3.6.9 Pengait
Teknik Tenun
384
3.7. Meteran/alat pengukur Untuk menandai atau megukur panjang pendeknya benda yang dibuat
4. Bahan Tenun 4.1. Benang katun
4.2. Tali serat agel
Gb. 3.6.10 Meteran
Gb. 3.6.11 Benang Katun
Gb. 3.6.12 Tali Serat Agel
Teknik Tenun
385
4.3. Eceng gondok
4.4. Mendong
4.5. Gajih agel
Gb. 3.6.13 Eceng Gongok
Gb. 3.6.14 Mendong
Gb. 3.6.15 Gajih Agel
Teknik Tenun
386
4.6. Benang akrilik 4.7. Akar wangi
Gb. 3.6.16 Benang Akrilik
Gb. 3.6.17 Akar Wangi
Teknik Tenun
387
5. Proses Pembuatan Produk Tenun
5.1. Membuat Taplak Meja 5.1.1. Persiapan 5.1.1.1. Bahan dan alat
- Benang katun untuk lusi dan pakan - Peralatan untuk keperluan menenun
5.1.1.2. Gambar kerja
5.1.2. Proses Pembuatan Taplak Meja 5.1.2.1. Penghanian: 5.1.2.1.1. Tempatkan alat hani pada dinding atau di atas meja, tentukan
ukuran panjang lusi yaitu sepanjang 170 cm dengan menggunakan benang warna yang berbeda dengan benang lusi sebagai mal/contoh ukuran. Pasang benang tersebut pada pasak- pasak sesuai ukuran yang dikehendaki. Buat silangan antara dua bagian pasak
Gb. 3.6.18 Gambar Kerja
100
50 Cm
Teknik Tenun
388
5.1.2.1.2. Ambil benang TC no 6, ikatkan pada pasak pertama dan ikuti langkah benang mal tersebut
5.1.2.1.3. Tarik benang tersebut mengikuti mal dan terus diulang-ulang hingga mencapai jumlah yang ditentukan 216 helai, sesuai nomor sisir tenun yang dipergunakan yaitu no 12.
Gb. 3.6.20 Memasang Benang TC (Sumber: Anne Field, 1991: 52)
Gb. 3.6.19 Membuat Silangan (Sumber: Anne Field, 1991: 52)
Teknik Tenun
389
Pada setiap helai ke sepuluh dan setiap kelipatan sepuluh diberi tanda dengan benang yang berbeda warna agar memudahkan penghitungan
Gb. 3.6.22 Menghitung Benang TC 6 (Sumber: Anne Field, 1991: 54)
Gb. 3.6.21 Jumlah Benang Sesuai Yang Ditentukan (Sumber: Anne Field, 1991: 53)
Teknik Tenun
390
5.1.2.1.4. Ikat persilangan rangkaian benang, untuk mempermudah penyucukan
5.1.2.1.5. Lepas rangkaian benang dari alat hani
Gb. 3.1.6 Mengikat benang TC pada bagian silangan
Gb. 3.6.24 Melepas Rangkaian Benang (Sumber: Anne Field, 1991: 54)
Gb. 3.6.23 Mengikat Benang TC Pada Bagian Persilangan (Sumber: Anne Field, 1991: 54)
Teknik Tenun
391
5.1.2.1.6. Gulung benang dan rangkaikan dengan bentuk rantai untuk memudahkan pemasangannya pada mesin
5.1.2.1.7. Tempatkan benang hanian pada bagian belakang mesin dan masukkan bagian gulungan akhir pada stik penggulung/stik boom.
Gb. 3.6.26 Memasukan Gulungan Benang Pada Stik (Sumber: Anne Field, 1991: 55)
Gb. 3.6.25 Menggulung Benang (Sumber: Mary E. Black, 1980: 23)
Teknik Tenun
392
5.1.2.2. Penyucukan: 5.1.2.2.1. Siapkan dan pasang dua (2) buah stik kayu/bambu untuk
memisahkan silangan benang lusi, kemudian ikatkan pada mesin
5.1.2.2.2. Lepaskan benang ikatan silangan 5.1.2.2.3. Pasang dan ikat raddle (pemisah benang) pada mesin
5.1.2.2.4. Atur dan masukkan benang lusi pada raddle sesuai dengan urutan silangannya
Gb. 3.6.28 Memasukan Benang Pada Raddle (Sumber: Anne Field, 1991: 55)
Gb. 3.6.27 Memasang Raddle (Sumber: Anne Field, 1991: 55)
Teknik Tenun
393
5.1.2.2.5. Periksa apakah pemasangan benang sudah benar
5.1.2.2.6. Menggulung benang lusi pada bum lusi
Gb. 3.6.30 Menggulung Benang
Gb. 3.6.29 Memeriksa Pemasangan Benang(Sumber: Anne Field, 1991: 56)
Teknik Tenun
394
5.1.2.2.7. Beri pelapis kertas tebal atau stik kayu pada rol penggulung benang agar hasil tenunan rata
5.1.2.2.8. Masukkan benang satu persatu ke mata gun sesuai dengan desain atau urut gun/kamran : 1, 2, 3, 4. Pada jumlah tertentu hasil tadi ditali hidup agar memudahkan dalam pelaksanaan memasukan benang pada sisir.
Gb. 3.6.32 Menyucuk Pada Gun (Sumber: Mary E. Black, 1980: 38)
Gb. 3.6.31 Memasang Kertas Tebal (Sumber: Anne Field, 1991: 57)
Teknik Tenun
395
5.1.2.2.9. Dengan dimulai dari tengah, masukkan benang lusi satu persatu pada sisir/suri yang berukuran 1/12 (1 inchi berisi 12 lubang)
5.1.2.3. Penyetelan 5.1.2.3.1. Ikat ujung benang lusi pada stik penggulung kain dengan ikat
tali hidup
Gb. 3.6.34 Mengikat Benang Lusi
Gb. 3.6.33 Menyucuk Pada Sisir (Sumber: Anne Field, 1991: 59)
Teknik Tenun
396
5.1.2.3.2. Kencangkan tali dan gulung benang agar rata
5.1.2.3.3. Pastikan hasil pemasangan benang lusi rata dan ketegangan yang sama
Gb. 3.6.36 Memeriksa Ketegangan Benang(Sumber: Anne Field, 1991: 33)
Gb. 3.6.35 Mengencangkan Tali (Sumber: Anne Field, 1991: 59)
Teknik Tenun
397
5.1.2.4. Pertenunan 5.1.2.4.1. Siapkan dan buat benang pakan dengan cara menggulung
pada teropong pipih
5.1.2.4.2. Duduklah di atas kursi dengan posisi menghadap alat tenun 5.1.2.4.3. Dengan tangan kanan, pegang sisir dengan posisi di tengah-
tengah atas tepi kanan-kiri
Gb. 3.6.37 Menggulung Benang Pakan
Gb. 3.6.38 Memegang Sisir
Teknik Tenun
398
5.1.2.4.4. Injak pedal dengan menggunakan kaki kanan dan kiri untuk menaikkan gun agar benang lusi naik dan membuka
5.1.2.4.5. Bukalah mulut lusi, isilah dengan kayu stik atau benang tebal sepanjang benang lusi bergantian 3 sampai 5 kali.
Gb. 3.1.23 Menginjak pedal
Gb. 3.6.40 Membuka Mulut Lusi
Gb. 3.6.39 Menginjak Pedal
Teknik Tenun
399
5.1.2.4.6. Masukkan benang pakan melalui mulut lusi yang telah membuka
5.1.2.4.7. Tarik sisir dengan dua (2) tangan agak keras/ditekan agar benang bisa merapat dengan sempurna
Gb. 3.6.41 Memasukkan Benang Pakan
Gb. 3.6.42 Menarik Sisir
Teknik Tenun
400
5.1.2.4.8. Dengan menginjak pedal bergantian kaki kiri dan kanan sesuai dengan motif kepar, yaitu berurutan 1, 2, 3, dan 4 atau 1 dan 2, 2 dan 3, 3 dan 4, 4 dan 1 dan seterusnya bergantian. Atau motif tenun polos, yaitu 1 dan 2, ganti 3 dan 4, atau 1 dan 3, ganti 2 dan 4. Lakukan terus menerus sesuai dengan benda yang dibuat.
Gb. 3.6.43 Menenun
Gb. 3.6.44 Menenun
Teknik Tenun
401
5.1.2.5. Penyelesaian Akhir 5.1.2.5.1. Setelah selesai, potong dengan gunting
5.1.2.5.2. Simpul dengan dengan dililit atau diikat
Gb. 3.1.29 Menggunting benang dari alat tenun
Gb. 3.6.46 Membuat Simpul
Gb. 3.6.45 Menggunting Bagian Atas
Teknik Tenun
402
5.1.3. Hasil Jadi
Gb. 3.6.47 Hasil Jadi Taplak Meja
Teknik Tenun
403
5.2. Membuat Selendang 5.2.1. Persiapan 5.2.1.1. Bahan dan Alat
- Benang katun atau akrilik/wol untuk lusi dan pakan - Peralatan untuk keperluan menenun
5.2.1.2. Gambar kerja
Gb. 3.6.48 Gambar Kerja
200 Cm
50 Cm
Teknik Tenun
404
5.2.2. Proses Pembuatan Selendang 5.2.2.1. Penghanian: 5.2.2.1.1. Tempatkan alat hani pada dinding atau di atas meja, tentukan
ukuran panjang lusi yaitu sepanjang 270 cm dengan menggunakan benang warna yang berbeda dengan benang lusi sebagai mal/contoh ukuran. Pasang benang tersebut pada pasak- pasak sesuai ukuran yang dikehendaki. Buat silangan antara dua bagian pasak.
5.2.2.1.2. Ambil benang Acrilik atau benang wol, ikatkan pada pasak
pertama dan ikuti langkah benang mal tersebut 5.2.2.1.3. Tarik benang tersebut mengikuti mal dan terus diulang-ulang
hingga mencapai jumlah yang ditentukan (240 helai) 5.2.2.1.4. Pada setiap helai ke sepuluh dan setiap kelipatan sepuluh
diberi tanda dengan benang yang berbeda warna agar memudahkan penghitungan.
5.2.2.1.5. Ikat persilangan rangkaian benang, untuk mempermudah
penyucukan. 5.2.2.1.6. Lepas rangkaian benang dari alat hani’ 5.2.2.1.7. Gulung benang dan rangkaikan dengan bentuk rantai untuk
memudahkan pemasangannya pada mesin 5.2.2.1.8. Tempatkan benang hanian pada bagian belakang mesin dan
masukkan bagian gulungan akhir pada stik penggulung/stik boom.
5.2.2.2. Penyucukan: 5.2.2.2.1. Siapkan dan pasang dua (2) buah stik kayu/bambu untuk
memisahkan silangan benang lusi, kemudian ikatkan pada mesin
5.2.2.2.2. Lepaskan benang ikatan silangan 5.2.2.2.3. Pasang dan ikat raddle (pemisah benang) pada mesin 5.2.2.2.4. Atur dan masukkan benang lusi pada raddle sesuai dengan
urutan silangannya
Teknik Tenun
405
5.2.2.2.5. Periksa apakah pemasangan benang sudah benar
5.2.2.2.6. Gulung benang lusi 5.2.2.2.7. Beri pelapis kertas tebal atau stik kayu pada rol penggulung
benang agar hasil tenunan rata 5.2.2.2.8. Masukkan benang satu persatu ke mata gun sesuai dengan
desain atau urut gun/kamran : 1, 2, 3, 4. Pada jumlah tertentu hasil tadi ditali hidup agar memudahkan dalam pelaksanaan memasukan benang pada sisir.
5.2.2.2.9. Dengan dimulai dari tengah, masukkan benang lusi satu
persatu pada sisir/suri yang berukuran 1/12 (1 inchi berisi 12 lubang)
5.2.2.3. Penyetelan 5.2.2.3.1. Ikat ujung benang hanian pada stik penggulung kain dengan
ikat tali hidup. 5.2.2.3.2. Kencangkan tali dan gulung benang agar rata. 5.2.2.3.3. Pastikan hasil pemasangan benang lusi rata dan ketegangan
yang sama. 5.2.2.4. Pertenunan 5.2.2.4.1. Siapkan dan buat benang pakan dengan cara menggulung
pada teropong pipih. 5.2.2.4.2. Duduklah di atas kursi dengan posisi menghadap alat tenun. 5.2.2.4.3. Dengan tangan kanan dan kiri, pegang sisir dengan posisi di
tengah-tengah atas tepi kanan-kiri 5.2.2.4.4. Injak pedal dengan menggunakan kaki kanan dan kiri untuk
menaikkan gun agar benang lusi naik dan membuka 5.2.2.4.5. Bukalah mulut lusi, isilah dengan kayu stik atau benang tebal
sepanjang benang lusi bergantian 3 sampai 5 kali. 5.2.2.4.6. Masukkan benang pakan melalui mulut lusi yang telah
membuka 5.2.2.4.7. Tarik sisir dengan dua (2) tangan agak keras/ditekan agar
benang bisa merapat dengan sempurna
Teknik Tenun
406
5.2.2.4.8. Dengan menginjak pedal bergantian kaki kiri dan kanan sesuai dengan motif kepar, yaitu berurutan 1, 2, 3, dan 4 atau 1 dan 2, 2 dan 3, 3 dan 4, 4 dan 1 dan seterusnya bergantian. Atau motif tenun polos, yaitu 1 dan 2, ganti 3 dan 4, atau 1 dan 3, ganti 2 dan 4. Lakukan terus menerus sesuai dengan benda yang dibuat.
5.2.2.5. Penyelesaian Akhir 5.2.2.5.1. Setelah selesai, potong dengan gunting 5.2.2.5.2. Simpul dengan dengan dililit atau diikat 5.2.3. Hasil Jadi
Gb. 3.1.75 Penyelesaian Akhir
Gb. 3.6.49 Hasil Jadi Selendang
Teknik Tenun
407
5.3. Membuat Syal 5.3.1. Persiapan 5.3.1.1. Alat dan bahan
- Benang katun atau akrilik/wol untuk lusi dan pakan - Peralatan untuk keperluan menenun
5.3.1.2. Gambar kerja
5.3.2. Proses Pembuatan Syal 5.3.2.1. Penghanian: 5.3.2.1.1. Tempatkan alat hani pada dinding atau di atas meja, tentukan
ukuran panjang lusi yaitu sepanjang 190 cm dengan menggunakan benang warna yang berbeda dengan benang lusi sebagai mal/contoh ukuran. Pasang benang tersebut pada pasak- pasak sesuai ukuran yang dikehendaki. Buat silangan antara dua bagian pasak.
Gb. 3.6.50 Gambar Kerja
120 Cm
25 Cm
Teknik Tenun
408
5.3.2.1.2. Ambil benang Acrilik atau benang wol, ikatkan pada pasak pertama dan ikuti langkah benang mal tersebut
5.3.2.1.3. Tarik benang tersebut mengikuti mal dan terus diulang-ulang
hingga mencapai jumlah yang ditentukan (120 helai) 5.3.2.1.4. Pada setiap helai ke sepuluh dan setiap kelipatan sepuluh
diberi tanda dengan benang yang berbeda warna agar memudahkan penghitungan
5.3.2.1.5. Ikat persilangan rangkaian benang, untuk mempermudah
penyucukan 5.3.2.1.6. Lepas rangkaian benang dari alat hani 5.3.2.1.7. Gulung benang dan rangkaikan dengan bentuk rantai untuk
memudahkan pemasangannya pada mesin 5.3.2.1.8. Tempatkan benang hanian pada bagian belakang mesin dan
masukkan bagian gulungan akhir pada stik penggulung/stik boom
5.3.2.2. Penyucukan: 5.3.2.2.1. Siapkan dan pasang dua (2) buah stik kayu/bambu untuk
memisahkan silangan benang lusi, kemudian ikatkan pada mesin
5.3.2.2.2. Lepaskan benang ikatan silangan 5.3.2.2.3. Pasang dan ikat raddle (pemisah benang) pada mesin 5.3.2.2.4. Atur dan masukkan benang lusi pada raddle sesuai dengan
urutan silangannya 5.3.2.2.5. Periksa apakah pemasangan benang sudah benar 5.3.2.2.6. Menggulung benang lusi 5.3.2.2.7. Beri pelapis kertas tebal atau stik kayu pada rol penggulung
benang agar hasil tenunan rata 5.3.2.2.8. Masukkan benang satu persatu ke mata gun sesuai dengan
desain atau urut gun/kamran : 1, 2, 3, 4. Pada jumlah tertentu hasil tadi ditali hidup agar memudahkan dalam pelaksanaan memasukan benang pada sisir.
Teknik Tenun
409
5.3.2.2.9. Dengan dimulai dari tengah, masukkan benang lusi satu
persatu pada sisir/suri yang berukuran 1/12 (1 inchi berisi 12 lubang)
5.3.2.3. Penyetelan 5.3.2.3.1. Ikat ujung benang hanian pada stik penggulung kain dengan
ikat tali hidup 5.3.2.3.2. Kencangkan tali dan gulung benang agar rata 5.3.2.3.3. Pastikan hasil pemasangan benang lusi rata dan ketegangan
yang sama 5.3.2.4. Pertenunan 5.3.2.4.1. Siapkan dan buat benang pakan dengan cara menggulung
pada teropong pipih 5.3.2.4.2. Duduklah di atas kursi dengan posisi menghadap alat tenun 5.3.2.4.3. Dengan tangan kanan dan kiri, pegang sisir dengan posisi di
tengah-tengah atas tepi kanan-kiri 5.3.2.4.4. Injak pedal dengan menggunakan kaki kanan dan kiri untuk
menaikkan gun agar benang lusi naik dan membuka 5.3.2.4.5. Bukalah mulut lusi, isilah dengan kayu stik atau benang tebal
sepanjang benang lusi bergantian 3 sampai 5 kali. 5.3.2.4.6. Masukkan benang pakan melalui mulut lusi yang telah
membuka 5.3.2.4.7. Tarik sisir dengan dua (2) tangan agak keras/ditekan agar
benang bisa merapat dengan sempurna 5.3.2.4.8. Dengan menginjak pedal bergantian kaki kiri dan kanan sesuai
dengan motif kepar, yaitu berurutan 1, 2, 3, dan 4 atau 1 dan 2, 2 dan 3, 3 dan 4, 4 dan 1 dan seterusnya bergantian. Atau motif tenun polos, yaitu 1 dan 2, ganti 3 dan 4, atau 1 dan 3, ganti 2 dan 4. Lakukan terus menerus sesuai dengan benda yang dibuat.
Teknik Tenun
410
5.3.2.5. Penyelesaian Akhir 5.3.2.5.1. Setelah selesai, potonglah dengan gunting 5.3.2.5.2. Simpul dengan dengan dililit atau diikat 5.3.3. Hasil Jadi
Gb. 3.6.51 Hasil Jadi Syal
Teknik Tapestri
411
B. TAPESTRI 1. Deskripsi Tapestri 1.1. Pengertian Tapestri merupakan salah satu teknik dalam pembuatan kriya tekstil. Istilah tapestri berasal dari kata bahasa Perancis, Tapiesserie, tapis yang hampir sama dengan penutup lantai. Bahasa Yunani menyebutkan tapes atau tapetos dengan arti yang sama. Sedang dalam bahasa Indonesia disebut permadani. Arti umumnya dari tapestri adalah tenunan yang dibuat dari benang-benang, serat-serat atau bahan yang lain yang memungkinkannya baik berwarna maupun tidak berwarna yang dipergunakan sebagai bahan penutup lantai, pembungkus mebel, dan terakhir dipakai sebagai hiasan dinding (Yusuf Affendi, 1987: 37). Tenun dengan teknik tapestri pada proses pengerjaannya sama dengan tenun biasa, yaitu cara menyusup atau silang menyilang antara benang lungsi dan pakan (benang yang mengisi) sama. Pada proses pembuatan tenun yang menjadi pokok adalah benang lungsi dan pakan sama besarnya, sehingga benang lungsinya kelihatan. Sedangkan pada teknik tapestri pada umumnya lebih condong pada permainan pakan, terutama permainan warna. Jadi bisa juga benang pakan lebih besar daripada benang lungsi dan juga berwarna. 1.2. Jenis Corak pada Tapestri Secara .garis besar, jenis corak pada teknik tapestri adalah: 1.2.1. Tenun tapestri corak rata
Gb. 3.7.1 Tenun Corak Rata (Sumber: Yusuf Affendi, 1987:41)
Teknik Tapestri
412
1.2.2. Tenun tapestri corak kilim
1.2.3. Tenun tapestri corak soumak
1.2.4. Tenun tapestri corak giordes.
Gb. 3.7.2 Tenun Corak Kilim (Sumber: Yusuf Affendi, 1987:42)
Gb. 3.7.4 Tenun Corak Giordes (Sumber: Yusuf Affendi, 1987:53)
Gb. 3.7.3 Tenun Corak Soumak (Sumber: Yusuf Affendi, 1987:48)
Teknik Tapestri
413
2. Contoh Produk Tapestri
Gb. 3.7.5 Contoh Produk Tapestri
Teknik Tapestri
414
3. Alat Tapestri 3.1. Tapestri loom Untuk proses pembuatan tapestri 3.2. Bobbin Tempat menyimpan atau menggulung benang pakan 3.3. Sisir kayu Untuk memadatkan tenunan
Gb. 3.7.6 Tapestri loom
Gb. 3.7.7 Bobbin
Gb. 3.7.8 Sisir Kayu
Teknik Tapestri
415
3.4. Gunting Untuk memotong benang atau bahan pembuatan tapestri 4. Bahan Tapestri Sama dengan Bahan Tenun
Gb. 3.7.9 Gunting
Teknik Tapestri
416
5. Proses Pembuatan Produk Tapestri 5.1. Membuat Hiasan Dinding 5.1.1. Persiapan 5.1.1.1. Bahan dan alat
- Benang katun (TC No 12) untuk lusi dan tali agel atau bahan lain untuk pakan
- Peralatan untuk keperluan teknik tapestri
5.1.1.2. Gambar kerja
Gb. 3.7.10 Gambar Kerja
60 Cm
30 Cm
Teknik Tapestri
417
5.1.2. Proses Pembuatan Hiasan Dinding 5.1.2.1. Pasanglah benang lusi (TC No. 12) atau bahan lain dengan
cara mengikat paku yang ada pada tapestry loom dengan benang, kemudian tarik ke bawah lalu ke atas berulang-ulang sesuai kebutuhan. Jarak tiap benang 1 cm atau lebih sesuai kebutuhan.
Gb. 3.7.11 Memasang Benang Lusi
Teknik Tapestri
418
5.1.2.2. Agar benang lusi kuat dan rata, buat tali penguat dengan cara menyiapkan benang yang diikat pada tiang tapestry loom, tarik dan dianyamkan satu persatu pada lusi. Pengikatan dilaksanakan 2 atau 3 kali.
5.1.2.3. Pastikan bahwa jarak lusi sama dan kencang. Kemudian
buatlah simpul soumak 2 atau 3 baris dengan jarak dari bawah atau dasar kerangka 10 cm.
Gb. 3.7.13 Membuat Simpul Soumak
Gb. 3.7.12 Membuat Tali Penguat
Teknik Tapestri
419
5.1.2.4. Buatlah benang pakan dengan cara menggulung benang pada
bobbin secukupnya.
5.1.2.5. Lakukan awal penyilangan pada lusi dan lakukan penenunan
dengan corak rata. Bukalah lungsi, ambil satu, tinggal satu, dan seterusnya. Masukkan benang pakan. Rapatkan benang pakan dengan bobbin bagian ujung untuk menekan. Sambunglah penyilangannya.
Gb. 3.7.15 Mulai Menenun
Gb. 3.7.14 Membuat Benang Pakan
Teknik Tapestri
420
5.1.2.6. Buatlah tenunan dengan corak rata sesuai dengan desain atau
rencana
5.1.2.7. Untuk membuat variasi bentuk corak dan hiasan, buatlah corak
giordes atau corak permadani dengan bahan pakan yang dipotong-potong
Gb. 3.7.17 Membuat Corak Giordes
Gb. 3.7.16 Menenun
Teknik Tapestri
421
5.1.2.8. Kemudian diteruskan dengan corak rata dan bervariasi dengan corak giordes
5.1.2.9. Jika sudah selesai menenun sesuai ukuran yang dikehendaki,
tutuplah dengan corak soumak sebanyak 2 atau 3 kali dengan menggunakan bahan benang yang lain
Gb. 3.7.19 Menutup Dengan Soumak
Gb. 3.7.18 Menenun Dengan Variasi Corak
Teknik Tapestri
422
5.1.2.10. Untuk melepas hasil pekerjaan dari tapestry loom, potonglah dengan gunting.
5.1.3. Penyelesaian Akhir 5.1.3.1. Rapikan bagian belakang dari hasil pekerjaan dengan cara
digunting atau dipotong agar bersih dan rata
Gb. 3.7.21 Merapikan Dengan Gunting
Gb. 3.7.20 Memotong Dengan Gunting
Teknik Tapestri
423
5.1.3.2. Simpullah akhir anyaman sebagai penguat dan penghias dengan simpul makrame atau teknik lain.
5.1.4. Hasil Jadi
Gb. 3.7.22 Menyimpul Akhir Tenunan
Gb. 3.7.23 Hasil Jadi Hiasan Dinding
Teknik Makrame
424
C. TEKNIK MAKRAME
1. Deskripsi 1.1. Pengertian Makrame berasal dari kata Arab Mucharam artinya susunan kisi-kisi sedangkan kata makrame dari Turki yang berarti rumbai-rumbai atau Migrama yang artinya penyelesaian (penyempurnaan) garapan lap dan selubung muka dengan simpul. Jadi dapat dikatakan bahwa pengertian Makrame yaitu hasil kerajinan kriya tekstil dengan teknik simpul yang menggunakan tali atau benang (Saraswati, 1986: 1). 1.2. Cara Menggulung dan Mengikat Tali atau Benang Dalam melakukan pekerjaan menyimpul sebaiknya diperhatikan cara menggulung dan mengikat agel dengan karet yang benar agar apabila ditarik tidak mudah kusut seperti gambar di bawah ini :
1.3. Tali Garapan dan Tali Pasangan Tali pasangan adalah dua tali yang di tengah (2 dan 3) yang disebut pasangan. Sedangkan dua yang diluar disebut tali garapan (1 dan 4).
Gb. 3.8.1 Cara Menggulung dan Mengikat Benang
Gb. 3.8.2 Tali Garapan dan Tali Pasangan
Teknik Makrame
425
1.4. Simpul Dasar Makrame Untuk dapat membuat aneka ragam kerajinan tekstil dengan teknik makrame, terlebih dahulu Anda harus menguasai simpul dasar dalam kerajinan makrame. Meskipun makrame itu nampaknya rumit, namun sebenarnya hanya terdiri dari dua simpul dasar yaitu : 1.4.1 Simpul Pipih Untuk membuat simpul pipih, Anda bisa menggunakan tiga tali atau lebih, dengan panjang tali tergantung dari kebutuhan. Teknik menyimpul :
Tali dibedakan antara A, B, C, dan D
Tali B dan C adalah tali pasangan, A dan C adalah tali garapan.
Tali A ditarik melewati atas B dan C, kemudian dimasukkan di bawah D. Tali D dimasukkan lewat bawah C dan B kemudian ditarik ke luar antara A dan B di atas A.
Gb. 3.8.3 Simpul Pipih
Teknik Makrame
426
1.4.2. Simpul Kordon Simpul kordon merupakan sebuah simpul sederhana yang melingkari tali kedua. Teknik menyimpul :
Letakkan tali A di bawah tali B.
Tali A lewat atas B dan dari atas kembali ke bawah lewat di antara kedua tali, maka terbentuklah simpul pertama.
Buatlah simpul kedua seperti langkah pertama.
Tariklah A ke arah atas sampai kedua simpul rapat.
Gb. 3.8.4 Simpul Kordon
Teknik Makrame
427
1.5. Simpul Pengembangan Makrame Simpul dasar dan pengembangan teknik makrame dibuat tidak mengikat dan membatasi dalam penciptaan. Tetapi justru dengan adanya contoh-contoh itu dapat memotivasi daya cipta dalam membuat variasi simpul. Dari kedua simpul itu, dapat dikembangkan menjadi berbagai variasi simpul atau simpul pengembangan yaitu : 1.5.1. Simpul Jangkar
Teknik menyimpul :
A, B adalah tali garapan diletakkan pada bentangan tali atau stik kayu mendatar secara tegak lurus.
Lipatan tali A, B ditekuk ke bawah lalu ditarik.
Ujung tali A, B dimasukkan ke lubang lipatan.
Kedua ujung tali A, B tariklah ke arah bawah agar rapat dan kencang.
Gb. 3.8.5 simpul Jangkar
Teknik Makrame
428
1.5.2. Simpul Pipih Ganda Simpul pipih ganda dapat menggunakan tiga tali atau lebih dengan panjang yang sesuai dengan kebutuhan. Teknik menyimpul :
Misalnya, dalam pembuatan simpul pipih ganda Anda menggunakan empat tali. Tali dibedakan antara A, B, C, dan D.
Tali A ditarik melalui atas B dan C dan dimasukkan di bawah D.
Tali D dimasukkan lewat bawah B dan C terus ditarik keluar antara A dan B di atas A.
Untuk membuat simpul pipih ganda, Anda akan lakukan seperti langkah sebelumnya ke arah panjang tali taruhan (B dan C).
Gb. 3.8.6 Simpul Pipih Ganda
Teknik Makrame
429
1.5.3. Simpul Mutiara Untuk membuat simpul mutiara dapat menggunakan empat buah tali. Teknik menyimpul :
Buatlah jarak di antara dua simpul pipih ganda, sehingga terdapat lubang kanan dan kiri. Kemudian lanjutkan membuat empat buah simpul pipih ganda berikutnya.
Angkat tali A dan B masukkan ke lubang tali sebelah kiri dan angkat tali C dan D masukkan ke lubang tali sebelah kanan.
Tariklah A, B, dan C, D sampai simpul pipih ganda terlipat ke atas.
Gb. 3.8.7 Simpul Mutiara
Teknik Makrame
430
1.5.4. Simpul Turki Simpul Turki ini dibuat dengan menggunakan bahan baku berbentuk silinder (tongkat bulat) dengan diameter yang dikehendaki untuk membuat bulatan. Teknik Menyimpul :
Belah kanan adalah tali garapan. Dengan tali sebelah kiri kita bentuk simpul dan letakkan di atas tali paling tengah. Tali garapan dari kiri kita dorong lewat atas simpul, di bawah tali paling tengah, lewat atas tali kiri dan terus ke kanan lewat bawah tali paling tengah. Kemudian silinder diputar ke arah kita, dan kini terletak 2 tali sejajar, tali garapan terletak di kanan ke arah atas (Saraswati, 1986: 72).
Dengan tali kiri kita bentuk simpul dan letakkan di atas tali paling tengah. Tali garapan kita dorong dari kanan melalui simpul, terus melalui bawah tali paling tengah ke kanan. Silinder diputar ke arah kita. Tali garapan kini terletak di sebelah permulaan tali. Alas atau basis dari simpul telah selesai ; dimulai dari ujung itu, dikerjakan terus, sejajar dengan tali-tali yang telah diletakkan lebih dahulu, sehingga di mana saja terdapat 4 tali yang terletak sejajar. Permulaan ujung tali dipotong, kita jahit atau kalau perlu direkat kuat pada sisi dalam (Saraswati, 1986: 72).
Gb. 3.8.8 Simpul Turki
Teknik Makrame
431
1.5.5. Simpul Josephine
Tali A lengkungkan ke atas, tali B dilengkungkan ke bawah dan ke atas dengan disilangkan di bawah tali A dan tali B.
Tali A melengkung ke atas pada dua ujungnya. Tali B melengkung disilangkan melalui bawah tali A dan di atas tali B.
Tali A melengkung dan menyilang pada tali B. Tali B melengkung dan menyilang pada tali A dengan posisi tali tumpang tindih.
Tali A dan B sama dengan gambar ketiga hanya menggunakan dua tali.
Gb. 3.8.9 Simpul Josephine (Sumber: Saraswati, 1986: 5)
Teknik Makrame
432
1.5.6. Simpul Pembalut Simpul jambul merupakan simpul yang digunakan untuk mengikat beberapa tali yang disatukan.
Sediakan sebuah tali dengan panjang sesuai kebutuhan, kemudian buat lengkungan ujung tali A.
Ujung tali dibelitkan melingkar ke arah sepanjang lengkungan tali ke arah bawah.
Ujung tali B dimasukkan ke lubang lengkungan tali A bagian bawah.
Tariklah ujung tali A ke atas sampai ujung tali B masuk ke tengah belitan tali ikatan.
Gb. 3.8.10 Simpul Pembalut
Teknik Makrame
433
1.5.7. Simpul Pengunci
Dalam pembuatan simpul pada tahap akhir selalu dilakukan mengancing simpul, supaya hasil simpulan tidak mudah lepas dan dapat menghasilkan simpulan yang maksimal. Pada deretan simpul bagian ujung, tali diikat dengan simpul lingkar/kancing.
2. Contoh-contoh Produk
Tas santai menggunakan aplikasi dengan bahan kayu. Simpul yang digunakan adalah simpul jangkar untuk mengawali pembuatan tas, yang dikaitkan pada kayu atau handel. Kemudian menggunakan simpul pipih ganda dan simpul kordon pada bagian badan tas. Tali tas dibuat dengan simpul pipih ganda.
Gb. 3.8.11 Simpul Pengunci
Gb. 3.8.12 Tas Santai
Teknik Makrame
434
Beberapa model ikat pinggang dengan menggunakan gesper, aplikasi kulit, dari perak dan plastik maupun tanpa gesper dengan model ikat. Model ikat pinggang ini menggunakan simpul jangkar, simpul pipih ganda dan kordon dengan variasi manik-manik.
Gb. 3.8.13 Ikat Pinggang
Gb. 3.8.14 Gantungan Pot
Teknik Makrame
435
Dua model gantungan pot menggunakan kerangka besi untuk membuat bentuk pot. Gantungan pot ini menggunakan teknik simpul mahkota cina, pipih ganda dan variasinya, serta simpul pembalut.
Sarung bantal kursi dan taplak meja menggunakan teknik simpul pipih ganda dan kordon dengan berbagai macam variasi motif.
Gb. 3.8.15 Sarung Bantal Kursi
Gb. 3.8.16 Kap Lampu
Teknik Makrame
436
Beberapa model kap lampu gantung dengan menggunakan kerangka untuk membentuk suatu lingkaran. Ini dibuat dengan menggunakan teknik simpul kordon, pipih ganda dan diberi berbagai macam asesoris manik-manik dan dibuat dengan menjuntai ke bawah.
Hiasan dinding dengan menggunakan stik atau kayu sebagai gantungan maupun sebagai langkah awal pembuatan hiasan dinding. Ini menggunakan simpul kordon, pipih ganda dan variasinya. Hiasan dinding ini menggunakan beberapa model yang ditampilkan.
Gb. 3.8.17 Hiasan Dinding
Teknik Makrame
437
Sarung bantal, taplak meja dan hiasan dinding menggunakan simpul pipih ganda, simpul kordon dengan berbagai macam motif. Dompet menggunakan handel dari kayu. Simpul yang digunakan simpul jangkar, simpul pipih ganda dan simpul kordon.
Gb. 3.8.18 Sarung Bantal dan Taplak Meja
Gb. 3.8.19 Dompet
Teknik Makrame
438
Tas santai menggunakan variasi manik. Simpul yang digunakan simpul pipih ganda, simpul kordon dan simpul kepang.
Dompet menggunakan simpul kordon dan simpul pipih ganda dengan variasi kancing manik-manik.
Gb. 3.8.20 Tas Santai
Gb. 3.8.21 Dompet
Teknik Makrame
439
Pembungkus botol menggunakan simpul jangkar, simpul pipih ganda dan simpul kepang. Pada bagian bawah diberi kerangka.
Gb. 3.8.22 Pembungkus Botol
Teknik Makrame
440
3. Alat Makrame
3.1. Gunting Untuk menggunting benang
3.2. Cutter Untuk memotong
3.3. Penggaris Untuk mengukur benang
3.4. Meteran Untuk mengukur benang
Gb. 3.8.23 Gunting
Gb. 3.8.24 Cutter
Gb. 3.8.25 Penggaris
Gb. 3.8.26 Meteran
Teknik Makrame
441
3.5. Hak pen
Untuk alat bantu pembuatan karya
3.6. Stik kayu Untuk menggantung benang yang akan dikerjakan
3.7. Papan Landasan Untuk menempatkan benang yang akan dikerjakan
Gb. 3.8.27 Hak Pen
Gb. 3.8.28 Stik Kayu
Gb. 3.8.29 Papan Landasan
Teknik Makrame
442
4. Bahan Makrame
4.1. Aneka macam tali Antara lain benang kinlon, benang katun, benang nilon, talikur, tali agel dan tali kulit.
4.2. Handel Digunakan untuk dompet dan tas dari bahan kayu maupun plastik.
4.3. Aneka manik-manik Digunakan untuk variasi berbagai macam model.
Gb. 3.8.30 Benang
Gb. 3.8.31 Handel
Gb. 3.8.32 Aneka Manik-manik
Teknik Makrame
443
4.4. Aneka gesper Untuk ikat pinggang.
4.5. Karet gelang Untuk mengikat tali pada saat menyimpul.
4.6. L e m Digunakan untuk finishing akhir. Supaya tali tidak mudah lepas
Gb. 3.8.33 Aneka Gesper
Gb. 3.8.34 Karet Gelang
Gb. 3.8.35 Lem
Teknik Makrame
444
5. Proses Pembuatan Produk Makrame 5.1. Membalut Guci Dengan Teknik Makrame
Bahan yang digunakan untuk membalut guci: • Guci • Agel • Lem Kayu Alat yang digunakan untuk membalut guci: • Meteran • Gunting • Cutter • Hakpen
5.1.1. Persiapan 5.1.1.1. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk
membuat makrame pembalut guci. 5.1.1.2. Memakai pakaian kerja. 5.1.1.3. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja. 5.1.2. Proses Pembuatan 5.1.2.1. Menyiapkan gambar kerja
Gb. 3.8.36 Gambar Kerja
Teknik Makrame
445
5.1.2.2. Potonglah tali agel dengan panjang 2 meter sebanyak 54 tali atau sesuai dengan ukuran besarnya guci.
Lipatlah dua tali sama panjang dan satukan dua tali dengan simpul pipih ganda.
5.1.2.3. Buat sebanyak 72 simpul pipih ganda atau sesuai dengan
ukuran guci kemudian satukan semua simpul pipih ganda menjadi bentuk rangkaian memanjang.
Gb. 3.8.38 Rangkaian Simpul Pipih Ganda
Gb. 3.8.37 Simpul Pipih Ganda
Teknik Makrame
446
5.1.2.4. Lingkarkan gabungan tali-tali pada leher guci kemudian satukan kedua ujung simpul dengan simpul pipih ganda.
5.1.2.5. Buatlah 4- 5 baris simpul pipih ganda atau sesuai dengan
disain.
Gb. 3.8.40 Simpul Pipih Ganda
Gb. 3.8.39 Menyatukan Kedua Ujung Simpul
Teknik Makrame
447
5.1.2.6. Buatlah simpul mutiara, membentuk segitiga, dengan jumlah setiap segitiga 9 simpul mutiara atau sesuai dengan disain.
5.1.2.7. Lanjutkan dengan simpul pipih ganda sampai pada akhir atau
pada dasaran guci.
Gb. 3.8.42 Guci
Gb. 3.8.41 Simpul Mutiara
Teknik Makrame
448
5.1.3. Penyelesaian Akhir 5.1.3.1. Potonglah sisa-sisa tali atau serat-serat. 5.1.4. Hasil Jadi Guci Dengan Balutan Makrame
Gb. 3.8.43 Hasil Jadi Guci dengan Balutan Makrame
Teknik Makrame
449
5.2. Membuat Ikat Pinggang 5.2.1. Persiapan 5.2.1.1. Pakailah pakaian kerja dan perlengkapannya 5.2.1.2. Siapkan bahan dan alat 5.2.1.3. Siapkan gambar kerja, bacalah secara cermat dan teliti 5.2.2. Alat dan Bahan 5.2.2.1. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat ikat pinggang dengan teknik adalah: - Gunting - Meteran Alat bantu : - Karet gelang - Hak pen
5.2.2.2. Bahan Bahan yang digunakan untuk membuat ikat pinggang dengan teknik makrame adalah ;
- Tali kuli - Manik-manik - Gesper - Lem
Gb. 3.8.44 Gambar Kerja
Teknik Makrame
450
5.2.3. Proses Pembuatan Karya 5.2.3.1. Siapkan bahan alat sesuai kebutuhan 5.2.3.2. Potonglah tali dengan ukuran 10 m
sebanyak 5 helai. 5.2.3.3. Ambillah tali dengan panjang 10 m dan
liaptlah menjadi dua, kemudian masukkan pada gesper satu per satu dengan menggunakan simpul jangkar sebanyak 5. Hasil lipatan tali menjadi 10 helai (sesuai lebar gesper). Selanjutnya buat simpul kordon.
5.2.3.4. Lalu simpullah dengan simpul kordon
mulai dari tengah, ke kanan dan lakukanlah hal ini sampai ke bawah sesuai dengan jumlah tali pada bagian kanan dan bagian kiri. Untuk bagian atas buat dua motif.
Gb. 3.8.45 Gesper dan Simpul Jangkar
Gb. 3.8.46 Simpul Kordon
Teknik Makrame
451
5.2.3.5. Tahap berikutnya buatlah simpul kordon. Hal ini dimulai dari tengah, ke kanan, dan ke kiri, dengan hanya setengah pada bagian atas. Kemudian masukkan manik-manik dengan jumlah dua pada tali di bagian tengah. Lalu buat simpul kordon mulai dari kanan ke kiri dan ke bawah membentuk belah ketupat.
5.2.3.6. Simpullah seperti pada gambar dengan dua motif kordon dan satu motif dengan variasi manik-manik yang dikelilingi dengan simpul kordon membantuk belah ketupat. Lakukan sampai sepajang ukuran panjang tali atau sesuai ukuran yang dikendaki.
5.2.3.7. Penyelesaian pada ujung ikat pinggang simpul dengan kordon tiga kali dari arah pinggir kanan dan kiri ke arah bawah, hingga bertemu di tengah.
Gb. 3.8.47 Simpul Kordon
Gb. 3.8.48 Simpul Kordon dan Manik-manik
Gb. 3.8.49 Ujung Ikat Pinggang
Teknik Makrame
452
5.2.4. Penyelesaian Akhir Rapikan tali, dan sisakan tali sedikit kemudian lipatlah ke dalam dan beri lem supaya rapi dan tidak lepas.
Gb. 3.8.50 Penyelesaian Akhir
Teknik Makrame
453
Gb. 3.8.51 Hasil Jadi
Teknik Makrame
454
5.3. Membuat Gantungan Pot 5.3.1. Persiapan 5.3.1.1. Pakailah pakaian kerja dan perlengkapannya 5.3.1.2. Siapkan bahan dan alat 5.3.1.3. Bacalah dan pelajari gambar kerja secara cermat dan teliti 5.3.1.4. Ambillah tali sepanjang 50,25 m, kemudian potong tali dengan
ukuran : 6,00 meter sebanyak 8 utas 1,75 meter sebanyak 1 utas 0,50 meter sebanyak 1 utas
5.3.2. Alat dan Bahan 5.3.2.1. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat gantungan pot dengan teknik adalah: - Gunting - Meteran - Tongkat/Stik
5.3.2.2. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat gantungan pot dengan teknik makrame adalah ;
- Serat Agel σ 3 mm - Manik-manik σ 250 mm - Ring besi/rotan σ lubang 5 cm
5.3.3. Proses Pembuatan Karya Gb. 3.8.52 Gambar Kerja
Teknik Makrame
455
5.3.3.1. Ikatlah tali yang masing-masing panjangnya 6 meter sebanyak 8 buah menjadi satu. Tepat di tengah-tengah. Kemudian di tengah-tengah tali (pada panjang 3 m dari ujung-ujungnya) buatlah simpul pipih ganda sebanyak 12 simpul dengan menggunakan tali yang panjangnya 1,75 m.
5.3.3.2. Ambil 8 utas tali kemudian masukkan ke dalam lubang ring. Aturlah sehingga simpul pipih ganda yang telah dibuat pada gambar di atas tepat pada lubang ring. Ikatlah semua tali menjadi satu dengan simpul berkas dengan menggunakan tali yang panjangnya 0,50 meter.
Gb. 3.8.53 Simpul Pipih Ganda
Gb. 3.8.55Memasukkan ring
Gb. 3.8.54 Simpul Pipih Ganda 12 Simpul
Teknik Makrame
456
5.3.3.3. Ikatlah menjadi satu semua tali dengan simpul berkas/simpul jambul menggunakan tali 0,50 meter.
5.3.3.4. Simpul pipih ganda dilipat jadi dua dan disimpul dengan simpul berkas
5.3.3.5. Bagilah 16 tali yang berasal dari 8 tali yang masuk lubang ring sehingga jumlahnya menjadi 16 tali dan menjadi empat (4) bagian.
Gb. 3.8.57 Lipatan Simpul Pipih Ganda
Gb. 3.8.56Simpul Berkas
Gb. 3.8.58 Membagi Tali Menjadi 4 Bagian
Teknik Makrame
457
5.3.3.6. Kemudian buatlah 8 simpul pipih ganda pada masing-masing bagian (kelompok)
5.3.3.7. Setelah jadi 8 simpul, tali pada bagian tengah dimasukkan di atas simpul bagian tengah, ke arah belakang, dan ditarik ke bawah sampai sejajar dengan sisa tali bagian bawah.
5.3.3.8. Dari masing-masing kelompok (1,2,3,4) bentuklah simpul pipih ganda yang telah dibuat menjadi simpul manik-manik. Caranya : tariklah tali pasangan ke atas (lihat gambar), masukkan ke arah belakang dan kembali ke bawah. Lalu disimpul satu kali dengan simpul pipih ganda untuk mengunci simpul manik-manik yang telah dibuat.
Gb. 3.8.59 Simpul Pipih Ganda 8 simpul
Gb. 3.8.60 Memasukkan Tali ke Simpul Bagian tengah
Gb. 3.8.61 Simpul Manik-manik
Teknik Makrame
458
5.3.3.9. Buatlah simpul mutiara lagi dengan cara yang sama seperti langkah di atas sejumlah empat simpulan.
5.3.3.10. Lihatlah gambar dengan empat simpul mutiara sesuai dengan kelompok masing-masing.
5.3.3.11. Langkah selanjutnya pada bagian empat kelompok tali disimpul menjadi satu simpul cina.
Gb. 3.8.62 Simpul Mutiara
Gb. 3.8.64 Hasil Simpul Cina
Gb. 3.8.63 Empat Simpul Mutiara
Teknik Makrame
459
5.3.3.12. Buatlah 7 simpul sebagai berikut :
Bagilah tali menjadi empat kelompok, untuk dibuat menjadi simpul cina. Caranya; lipat kelompok pertama selanjutnya lipat kelompok kedua di atas kelompok pertama, kelompok ketiga di atas kelompok kedua, kelompok keempat di atas kelompok ketiga dan masukkan kebawah kelompok pertama untuk mengunci. Untuk simpul cina yang kedua, dmulai dari kelompok satu lagi dan lakukan hal yang sama seterusnya sampai mencapai tujuh simpul cina.
5.3.3.13. Buatlah simpul mutiara lagi dengan menggunakan enam simpul pipih ganda (caranya sama seperti cara sebelumnya). Lanjutkan dengan membuat 7 simpul cina ke bawah (caranya sama seperti cara sebelumnya). Lanjutkan dengan membuat simpul mutiara menggunakan 6 simpul pipih ganda (caranya sama seperti cara sebelumnya). Bagilah 16 tali menjadi 4 kelompok (kelompok 1,2,3,4) kemudian buatlah dua simpul pipih ganda pada masing-masing kelompok (lihat gambar).
Gb. 3.8.66 Hasil Simpul Mutiara
Gb. 3.8.65 Hasil Simpul Cina
Teknik Makrame
460
5.3.3.14. Simpul dengan variasi manik-manik dapat dilakukan dengan cara membuat dua simpul pipih ganda dan masukkan manik-manik pada kedua tali yang di tengah lalu simpul pipih ganda dua kali lagi (lihat gambar).
5.3.3.15. Meyimpul variasi manik-manik dengan cara
menyimpul dua pipih ganda dan masukkan manik-manik pada bagian kedua tali yang ada di tengah kemudian simpul pipih ganda dua kali lagi (lihat gambar).
5.3.3.16. Variasi manik juga diberi pada keempat bagian selanjutnya dengan diberi jarak kemudian disimpul pipih ganda. Berilah variasi lagi dengan manik-manik. Lakukan seperti di atas
Gb. 3.8.68 Variasi Manik-manik
Gb. 3.8.67 Variasi Manik-manik
Gb. 3.8.69 Variasi manik-manik
Teknik Makrame
461
5.3.3.17. Setelah selesai memberi variasi,
simpul dengan pipih ganda. Selanjutnya keempat bagian tali disilangkan dan digabungkan. Kemudian disimpul dengan simpul pipih ganda (lihat gambar). Selanjutnya gabungkan keempat bagian menjadi satu dan simpul dengan simpul pembalut/berkas.
5.3.4. Penyelesaian Akhir Rapikan dan potonglah tali pada bagian ujung gantungan pot.
Gb. 3.8.70 Simpul Berkas
Gb. 3.8.71 Hasil Jadi
Teknik Makrame
462
5.4. Membuat Karpet 5.4.1. Persiapan 5.4.1.1. Pakailah pakaian kerja dan perlengkapannya 5.4.1.2. Siapkan bahan dan alat 5.4.1.3. Bacalah gambar kerja dengan teliti 5.4.2. Alat dan Bahan 5.4.2.1. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat karpet dengan teknik makrame adalah ; Alat pokok : - Gunting - Meteran - Hak pen - Alat bantu : - Karet gelang - Bambu / kayu / stik dengan panjang 2,5 m
5.4.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat karpet dengan teknik makrame adalah ; - Bahan pokok tali agel diameter 5-7 mm - Lem UHU
Gb. 3.8.72 Gambar Kerja
Teknik Makrame
463
5.4.3. Proses Pembuatan Karya 5.4.3.1. Siapkan tali agel dengan diameter 5-7 mm dengan panjang 15
cm sejumlah 200 helai 5.4.3.2. Siapkan bambu / kayu / stik panjang 2 m, kemudian gantungkan
pada suatu tempat
5.4.3.3. Ambillah tali agel yang sudah dipotong, kemudian lipatlah menjadi dua dan pasanglah pada bambu / kayu / stik yang sudah disipakan menggunakan simpul jangkar. Lakukan hal tersebut untuk semua benang katun yang sudah dipotong. Agar benang katun yang sudah dipasang tidak terlalu panjang, gulung dan ikatlah dengan karet gelang. Beri jarak 25 cm ke bawah dari simpul jangkar, kemudian buatlah simpul pipih ganda. a. Baris pertama, buatlah simpul pipih ganda pada setiap 2
simpul jangkar (4 tali). b. Untuk baris kedua dan selanjutnya buatlah simpul pipih
ganda dengan mengganti tali pasangan menjadi tali garapan.
Lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini :
Gb. 3.8.73 Bambu dan Simpul Jangkar
Teknik Makrame
464
c. Lakukan hal tersebut di atas hingga mencapai ukuran 200 cm (2 m)
d. Potong dan ratakan sisa tali benang katun sepanjang 25 cm dari simpul untuk rumbai (bagian atas dan bawah)
5.4.4. Penyelesaian Akhir 5.4.4.1. Bersihkan bulu dari tali agel 5.4.4.2. Gunting dan rapikan rumbai atas dan bawah. 5.4.4.3. Gulunglah karpet yang sudah jadi, kemudian bungkus dengan
plastik atau kertas. Simpan di tempat yang kering.
Gb. 3.8.74 Simpul Pipih Ganda
Gb. 3.8.75 Gambar Kerja dan Hasil Jadi Karpet
Teknik Makrame
465
5.5. Membuat Tas 5.5.1. Persiapan 5.5.1.1. Pakailah pakaian kerja dan perlengkapannya 5.5.1.2. Siapkan bahan dan alat 5.5.1.3. Bacalah dan pelajari gambar kerja secara cermat dan teliti 5.5.2. Alat dan Bahan 5.5.2.1. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat tas dengan teknik makrame adalah ; Alat pokok :
- Gunting - Meteran
Alat bantu : - Karet gelang - Hak pen
5.5.2.2. Bahan Bahan yang digunakan untuk membuat tas dengan teknik makrame adalah ;
- Tali agel diameter 4-5 mm - Lem kayu - Kancing Gb. 3.8.75 Gambar Kerja
Teknik Makrame
466
5.5.3. Proses Pembuatan Karya 5.5.3.1. Potonglah tali agel dengan ukuran panjang 6 m sebanyak 8 utas
tali dan panjang 2,5 sebanyak 28 utas tali 5.5.3.2. Ambillah 8 utas tali dengan panjang 6 m, bentangkan dan
sejajarkan kemudian tindihlah dengan pemberat supaya tidak bergeser pada waktu menyimpul.
5.5.3.3. Bentangkan tali agel dan simpullah mulai dari tengah ke kanan
dan ke kiri. Lihatlah seperti gambar di atas
Hasil simpul untuk gantungan tas, panjang 80 cm (sesuai yang dikehendaki)
Gb. 3.8.76 Tali Agel
Gb. 3.8.77 Hasil Simpul Gantungan Tas
Teknik Makrame
467
5.5.3.4. Ambillah tali ukuran 2,5 m sebanyak 16 utas tali, kemudian satu per satu disimpul dengan simpul pipih ganda. Caranya dengan dilipat menjadi dua dan gabungkan menggunakan simpul pipih ganda.
5.5.3.5. Selanjutnya ambil tali gantungan yang sudah disimpul kemudian
gabungkan dengan badan tas ke belakang dan depan, samping kanan dan kiri untuk tali gantungan lalu disimpul kordon dua kali melingkar.
40 cm
Gb. 3.8.78 Tali Gantungan Tas
Teknik Makrame
468
5.5.3.6. Setelah penggabungan selesai buatlah simpul pipih .
5.5.3.7. Buatlah variasi dengan simpul pipih ganda besar berbentuk belah ketupat sebesar 7 cm persegi pada posisi tengah sebagai motif hiasan.
Lanjutkan dengan membuat simpul pipih ganda sehingga mencapai panjang 30 cm ke bawah.
5.5.3.8. Proses akhir disimpul kordon satu kali dan lanjutkan dengan dua
pipih ganda sebagai pengunci lalu pasanglah kancing pada bagian atas.
5.5.4. Penyelesaian Akhir 5.5.4.1. Rapikan rumbai dengan dipotong dan disamakan 5.5.4.2. Berilah lem kayu supaya kuat lalu dijemur supaya cepat kering.
Gb. 3.8.79 Simpul Pipih Ganda Sebagai Hiasan
Teknik Makrame
469
Gb. 3.8.80 Hasil Jadi
Teknik Makrame
470
5.6. Membuat Hiasan Dinding Dengan Teknik Makrame 5.6.1. Persiapan 5.6.1.1. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk
membuat hiasan dinding. Bahan yang digunakan untuk membuat hiasan dinding: • Rangka hiasan dari kawat kuningan • Agel berwarna • Lem Kayu • Kancing tempurung • Manik-manik
Alat yang digunakan untuk membuat hiasan dinding: • Meteran • Gunting • Cutter • Hakpen
5.6.1.2. Memakai pakaian kerja. 5.6.1.3. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja. 5.6.2. Proses Pembuatan 5.6.2.1. Menyiapkan gambar kerja. 100 cm 80 cm
Gb. 3.8.81 Gambar Kerja
Teknik Makrame
471
5.6.2.2. Potong tali agel dengan panjang 2 meter atau sesuai dengan ukuran disain. Jumlah potongan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan, pasanglah tali-tali pada rangka bagian atas yang telah disiapkan dengan simpul jangkar sesuai kebutuhan, mulailah pada bagian kepala atas, kemudian baru disimpul.
5.6.2.3. Simpul tali-tali dengan mengunakan simpul pipih dan simpul
pipih ganda sesuai bentuk rangka dengan kreasi sesuai disain, dengan penambahan dan pengurangan tali sesuai kebutuhan.
Gb. 3.8.83 Simpul Pipih Ganda dan Simpul Pipih
Gb. 3.8.82 Rangka Hiasan dan Simpul Jangkar Ganda
Teknik Makrame
472
5.6.2.4. Beri rumbai-rumbai pada bagian tangan dan kaki dengan panjang sesuaI dengan kreasi atau disain.
5.6.2.5. Pasang gantungan dari bambu yang sudah dibentuk sesuai
disain, pada bagian atas hiasan, untuk menggantungkan hiasan, serta berilah hiasan dengan manik-manik atau kancing dari tempurung.
Gb. 3.8.85 Gantungan Bambu
Gb. 3.8.84 Rumbai-rumbai
Teknik Makrame
473
5.6.3. Penyelesaian Akhir Potong sisa-sisa tali atau serat-serat. 5.6.4. Hasil Jadi Hiasan Dinding Dengan Teknik Makrame
Gb. 3.8.86 Hasil Jadi
Daftar Pustaka
474
DAFTAR PUSTAKA -----------------------. 1973. Macrame 1 and 2. London. Search Press. -----------------------. 1991. Buku Pegangan Printing Tangan. Yogyakarta.
Balai Penelitian Kerajinan dan Batik. -----------------------. 1991. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta. Cipta
Adi Pustaka. -----------------------. 1992. Creative Applique to Make and Wear. London:
Lesley Turpin-Delport New Holland (publisher) Ltd. -----------------------. Ondori 2022 Hawaian Quilt. Affendi, Yusuf. 1987. Seni Tenun. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Ames, Marjorie. 1981. Miniature Macrame. New York. Dover Publication
Inc. Amirudin,S. Teks. 2001. Pewarnaan Tekstil. Bandung: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil. Basir, Herry. 1986. Pedoman Praktis Sablon. Jakarta: CV Simplek. Black, Mary E.. 1980. The Key to Weaving. New York: Macmillan
Publishing Co, Inc. Blumrich, Maria. 1982. Stich Blumrich. Germany: Burda Gmb H Bress, Helena. 1972. The Macrame Book. New York. ----------------- Canadian Workshop. 1980. Quilt, Patchwork and Appliques. Canada. Christie, R. M.. 2001. Colour Chemistry. Galashiels UK,I Jonkoping,
RS.C. Clark, Mary Clare. 1997. Japanese Folded Patchwork. London: The
Apple Press. Coleman, Anne. 1993. First Steps in Patchwork. London: B.T. Batsford
Ltd.
Daftar Pustaka
475
Daryanto. 1989. Teknik Pembuatan Batik dan Sablon , Semarang, Aneka Ilmu.
Djufri, Rasyid dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan Pencelupan dan
Pencapan. Bandung: Institut Teknologi Tekstil. Djuhari, Djoni. 1995. Desain Kerajinan Tekstil. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Effendi, A.. 1980. Prakarya Sablon. Edisi I. Surabaya: Gatin Field, Anne. 1991. The Ashford Book of Weaving. New Zealand:
Tandem Press Ltd. French, Elizabeth & Stephanie Schrapel. 1972. Macrame. Hongkong. -----
---------
Green, Elaine.1998. Glorious Stencilling. London : Apple Press. Hall, Dorothea. 1996. The Quilting, Patchwork & Applique Project Book.
London: Chartwell Book, Inc. Hamzuri, 1985. Batik Klasik Jakarta: Djambatan. Herlina dkk. 1999. Batik Materi Kejuruan Terintegrasi Lingkungan hidup
untuk SMK. Indah Offset, Malang’ Isaacs, Jennifer. 1987. The Gentle Arts. Australia: Ure Smith Press. Isminingsih. 1978. Pengantar Kimia Zat warna. Bandung, ITT. _________, Rasjid Djufri. 1979. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung:;
Proyek Perguruan/ Akademi / Sekolah Industri (ITT). Jumanta. 2004. [Kaos] Inspirasi Motif Modern & Kata-kata. Jakarta:
Puspa Swara. Lampton, Susan S. 1974. Macrame Creative Knot Trying. California.
Sunset Books Limited. Marshall, Cavendish. 1985. Macrame Made Easy. London: Cavendish
Books Limited. Murtihadi dan Mukminatun. 1979. Pengetahuan Teknologi Batik. Jakarta,
Debdikbud.
Daftar Pustaka
476
Ngasembaru. ------. Teknik Sablon. Yogyakarta. Nusantara, Guntur. 2007. Panduan Praktis Cetak Sablon. Jakarta: PT
Kawan Kita. Ondori. 1982. Modern Patchwork. Tokyo: Ondorisha Publshers, Ltd. Parker, Freda. 1990. Victorian Embroidery. London: Anaya Publishers
Ltd. Patunrangi, Husairin. 1985. Penelitian Jenis Zat Warna Reaktif & cara
pencelupan untuk pencelupan sutera yang sesuai untuk Industri kecil. Bandung: ITT.
Puspitowati, Wahyu. 2007. Teknik Dasar Sulam Pita Untuk Pemula..
Jakarta: PT. Kawan Pustaka. Raccbini. 1981. Sablon. Edisi IV. Surabaya. ARFI Rachbini. 1986. Sablon Screen Printing Dasar Lengkap, Surabaya. Riyanto (Ed.).----. Handbook of Indonesian Batik. Yogyakarta: The
Institute for Research and Development of Handicraft and Batik Industries.
S. Djoemeno, Nian. 1986. Ungkapan Sehelai Batik, Jakarta: Djambatan. Saraswati. 1986. Seni Makrame. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Scheel, Alison. 1997. Great T-Shirt Graphics. America: The Desain
Company. Siswanto, Pujo. 2007. Kupas Tuntas Teknik Sablon Masa Kini,
Yogyakarta, Absolut. Snook, Barbara. 1963. Embroidery Stitches (450 Contoh Sulaman).
Jakarta. PT Bhratara Karya Aksara Soemantri, V.M. Bambang. 2005. Tusuk Sulam Dasar. Jakarta. PT
Gramedia Pustaka Utama Soepriyono, dkk. 1974. Serat-serat Tekstil. Bandung.Institut Teknologi
Tekstil.
Daftar Pustaka
477
Suhersono, Hery. 2004. Desain Bordir Flora Dan Dekoratif, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
______________. 2004. Desain Bordir Motif Kerancang, Tepi, dan
Lengkung. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sulaiman, M.Jusuf.1980. Screen Printing Sablon. Bandung: Luca‘s. Sumantri, Bambang. 2005. Tusuk Sulam Datar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Suryanto, TT. 1978. Penuntun Praktek Batik untuk SMIK. Jakarta:
Dikmenjur Dep. P&K. Susanto, SK Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta:
BPPI Departemen Perindustrian RI. Susanto, S.K. Sewan. 1984. Seni dan Teknologi Kerajinan Batik, Jakarta,
Depdikbud Dikdasmen. Sutri Insani, Silvi. 2007. Teknik Sulam Pita. Surabaya. Trubus Agrisarana. Travis, Dinah. 1993.The Aplique Quilt. London: B. T. Batsford Ltd. Vilder, Andre. 1980. Quilts, Patchwork , Appliques. Canada .Canadian:
Published. Villiars, Linda de. 1989, Creative Applique to Make and Wear, London,
Lesley Wachid B.S., Abdul. 1997. Hj. Rosma. & Nukilan Bordir Sumatra Barat.
Padang: Citra Budaya Indonesia Znamierowski, Nell 1973. Weaving. London : Pan Craft Books Ltd.
Glosari
478
GLOSARI Afdruk Memindah gambar dari diapositif ke screen. Agel Serat daun gebang. Alat press Alat pemanas hasil cetak saring dilengkapi alat
pengatur suhu dan timer untuk mengatur waktu sesuai jenis pasta warna yang digunakan.
Bandul Alat penahan kain tergantung pada gawangan. Bobbin Alat untuk tempat benang pakan pada teknik
tapestri. Canting Alat batik dari tembaga untuk mengambil lilin cair
dan untuk melukiskan pada kain. Canting carak Canting yang berparuh lebih dari satu. Cawuk Alat untuk mengerok. Cecek Bentuk titik yang dibuat menggunakan canting
cecek dan tetap putih. Celemek Alat penutup dari kain agar bagian badan tidak
terkena kotoran. Cetak saring Sablon atau screen printing dapat diartikan
kegiatan cetak mencetak dengan menggunakan kain gasa/kasa yang biasa disebut screen.
CMYKey Cyan, magenta, yellow, dan key atau hitam. Colduro Bahan pelapis yang terbuat dari busa spon yang
mempunyai lapisan. Corak giordes Teknik anyam pada tapestry yaitu bahan benang
pakan yang digunakan potongan-potongan yang diselipkan pada tenun corak rata.
Corak kilin Teknik anyam pada tapestry dengan cara mengait
atau benang pakan berbalik arah asalnya.
Glosari
479
Corak rata Teknik anyam pada tapestry yaitu benang pakan mengisi benang lusi/lungsi dengan hitungan sama: 1,2 dan 1,1 atau atas satu bawah satu.
Corak soumak Teknik anyam pada tapestry dengan cara
melilitkan benang pakan pada benang lusi/lungsi, sehingga menyebabkan rupa permukaan tenunan dekoratif.
Cukit/pendedel Alat untuk melepaskan jahitan yang salah pada
kain. Cut Put Methode/ Proses cetak saring dengan teknik pemotongan. Knife Cut Methode Cutter Alat pemotong atau membuat lubang motif pada
kertas. Dacron Bahan pelapis yang terbuat dari bahan sintetis dan
diolah menjadi bahan lembaran. Fast dye Bahan pengental yang dicampur dengan pewarna
sandye menghasilkan sablonan tidak timbul. Ganden Alat pemukul dari kayu. Gawangan Tempat untuk membentangkan mori pada waktu
membatik tulis. Geblogan (piece) Satu gulung kain yang sudah ditentukan oleh
pabrik yang untuk tekstil biasa dari masing-masing pabrik tidak selalu sama panjangnya. Tetapi untuk mori sudah ada standar tetentu panjang tiap geblog bagi masing-masing jenis mori.
Hair dryer Alat listrik untuk mengeringkan screen setelah
diolesi obat peka cahaya dan mengeringkan hasil cetakan pada kain.
Hand sprayer Alat penyemprot untuk membuat lubang screen
setelah proses penyinaran dan untuk membersihkan screen setelah penyablonan.
Hidronal G Lem kain dalam bentuk cair warna putih seperti
susu, digunakan untuk melapisi alas sablonan atau blanket.
Glosari
480
Isen-isen cecek Pengisi motif dengan titik-titik. Isen-isen sawut Pengisi motif dengan garis-garis sejajar. Jahit tindas Teknik menjahit dengan cara mengisi atau
melapisi kain dengan menggunakan bahan pelapis, kemudian bagian atas kain dijahit mesin mengikuti motif atau desain.
Jarum pentul Jarum yang bagian kepala ada bulatannya. Jegul Alat untuk menembok bagian bidang yang lebar
dibuat ditangkai yang dibalut kain. Kain bagi/strimin Kain yang anyaman lungsi dan pakannya
renggang/jarang, sehingga seratnya mudah dihitung.
Kain kaca Kain yang transparan atau tembus pandang. Kalengan Hasil dari proses batik hanya diberi warna biru. Kemplong Alat pemukul dari kayu dengan alas kayu. Kertas asturo Bahan yang digunakan untuk membuat
gambar/motif berlubang. Klowong Bentuk atau gambaran pokok yang dibuat dengan
menggunakan canting dan lilin klowong. Kodatrace Bahan yang digunakan sebagai film diapositif,
yaitu untuk memisah motif tiap warna sebelum diafdruk.
Kuwuk Rumah binatang kerang. Lusi/lungsi/lungsin Benang yang memanjang searah panjang kain. Manutex Agar-agar rumput laut yang tidak berwarna dan
tidak mewarnai bahan, digunakan sebagai pengental zat warna dalam bentuk serbuk seperti zat warna reaktif atau dispersi.
Mbironi Menutup pada bagian motif yang akan tetap
berwarna biru atau putih.
Glosari
481
Medel Memberi warna biru pada batikan. Meja afdruk Meja yang dilengkapi lampu neon dan diatasnya
menggunakan kaca bening sehingga sinar tembus ke benda yang akan diafdruk.
Meja gambar Meja yang digunakan untuk membuat desain motif
untuk cetak saring dan untuk memindah gambar ke kodatrace.
Meja sablon Meja untuk menyablon kaos atau lembaran yang
ukurannya kecil, dilengkapi dengan klem penjepit dan dapat diputar, cukup untuk 4 screen.
Melorod Menghilangkan lilin secara keseluruhan dalam air
mendidih. Mencipta Memuat sesuatu yang belum pernah ada yang
sesuai dengan keinginan seseorang. Mencolet Menggambar dengan kuas di atas kain dengan
menggunakan pasta sablon. Menembok Menutup motif dengan lilin yang akan tetap
berwarna putih. Mengemplong Memukul berulang-ulang dengan ganden
bertujuan meratakan permukaan mori. Mengetel/meloyor Mencuci mori dengan bahan minyak nabati dan
bahan alkali. Menyoga Memberi warna coklat pada batikan. Merengga Merubah bentuk-bentuk dari alam menjadi sebuah
hiasan. Merining/mengesik Menutup dengan llin pada bagian motif tertentu
yang akan tetap berwarna putih dan biru. Midangan Alat untuk meregangkan kain pada waktu
menyulam, yang terbuat dari kayu atau plastik, berbentuk lingkaran, terdiri dari dua bagian yaitu lingkaran dalam, lingkaran luar dan memiliki baut.
Glosari
482
Mlampah sareng Cap-capan motif menggunakan dua cap berjalan berdampingan.
Motif Gambaran bentuk yang merupakan sifat dan corak
suatu perwujudan. Mubeng Berputar. Ngawat Membentuk suatu garis lilin bekas canting tulis
yang baik (seperti kawat). Ngerok/ngerik Membuka lilin batik pada motif tertentu dengan
alat kerok. Nglorod Lihat: melorod. Nglowong Pelekatan lilin yang pertama pada mori mengikuti
gambar pola. Ndasari Memberi warna dasar. Nyareni Dalam pencelupan dengan soga Jawa berarti
mencelup dalam larutan kapur. Pencelupan pada umumnya berarti fiksasi.
Nyocoh Membuat lubang-lubang dengan menggunakan
alat yang kecil runcing (dari jarum) dikerjakan berulang-ulang.
Obat peka cahaya Larutan pokok dalam proses afdruk screen,
merupakan campuran antara emulsi dan sensitizer (kromatin dan emulsi).
Opaque Ink Tinta Cina untuk menggambar memisahkan motif
tiap warna pada kertas HVS/kalkir atau kodatrace dengan menggunakan kuas. Opaque Ink untuk menggambar memisahkan motif tiap warna pada kodatrace.
Pakan Benang yang dimasukkan melintang pada benang
lusi/lungsi/lungsin. Palet Tempat untuk mencampur cat poster/ tinta warna
dalam proses desain, tinta cina atau Opaque ink untuk traces dan pasta warna untuk colet.
Tinta Cina
Glosari
483
Papan landasan Terdiri dari triplek yang dilapisi busa dan blanket sebagai landasan pada penyablonan T-Shirt atau kain.
Patchwork/ Suatu keteknikan dalam membuat karya kerajinan
tekstil dengan menggunakan potongan-potongan kain/perca dan digabungkan dengan cara dijahit sesuai dengan desain.
Penyucukan Memasang benang pada gun dan sisir. Perca Sisa-sisa guntingan kain yang ada setelah
membuat karya kerajinan tekstil. Rabber transparan Pengental sablon apabila warna ditumpuk warna
sebelumnya akan tampak atau menjadikan warna baru.
Rabber transparan Pengental sablon apabila warna ditumpuk warna
sebelumnya akan tampak atau menjadikan warna baru.
Rabber white Bahan pengental untuk sablonan putih atau
sablonan dasar untuk bahan tekstil/kaos warna gelap.
Raddle Alat pemisah benang saat akan penyucukan. Rader Alat yang digunakan untuk memberi tanda pada
kain yang akan dijahit atau memindahkan pola dengan bantuan karbon jahit jahit.
Rakel Karet penyaput pasta warna yang dijepit dengan
logam atau kayu. Rengreng Pembatikan pada satu permukaan kain. Sabun colet Sebagai pencuci screen setelah penyablonan
untuk meghilangkan sisa warna dan minyak atau kotoran lainnya.
Sandye Pewarna pigmen yang digunakan untuk proses
cetak saring pada bahan kain/kaos.
tambal seribu/ jahit perca
Glosari
484
Sari kuning Bahan pencelup terdiri dari kembang pulu, soga tegeran, tawas dan air.
Satu ceplok pola Pola dari sebagian motif batik dan apa bila
dipindahkan pada mori dapat menggambarkan seluruh motif batik.
Sayang nenek Alat untuk membantu memasukkan benang pada
lubang jarum. Screen Kerangka kayu dan monyl atau kain sutera yang
digunakan untuk mencetak gambar pada benda yang akan disablon.
Sekoci Merupakan salah satu komponen mesin jahit yang
fungsinya sebagai tempat memasukkan spol/kumparan.
Seni Suatu karya yang dibuat (diciptakan) dengan
kecakapan yang luar biasa. Simetris Sama pada kedua sisi. Simpul Jalinan ikat. Sisir tenun Alat atau perangkat yang tersedia pada mesin
tenun untuk memadatkan karya tenunan. Sisir tapestry Alat untuk memadatkan karya tapestri. Soda abu dan Obat bantu untuk penguat warna, membuat
suasana alkali (basa). Solder Alat untuk membuat lubang/krawangan/
kerancang pada bordir. Sparasi Pemisahan warna dengan menggunakan filter
warna sampai warna terpisah menjadi CMYKey. Spol/kumparan Merupakan salah satu komponen mesin jahit yang
fungsinya sebagai tempat mengikal benang. Sulam (bordir) Hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain
embroidery (im-broide: sulaman).
Soda Kue
Glosari
485
Sulam datar Sulam yang hasil sulamannya datar atau rata dengan permukaan kain.
Sulam terawang Sulam yang hasil sulamannya berlubang-lubang. Sulam timbul Sulam yang hasil sulamannya timbul atau muncul
di permukaan kain. Sulam timbul yang dikerjakan dengan tangan menggunakan jarum khusus sulam timbul.
Tali garapan Tali bagian kanan dan kiri. Tali taruhan Tali pada bagian tengah. Tapak lilin Bekas goresan lilin pada canting. Tapestry loom Alat berupa kerangka untuk membuat anyaman
karya tapestri. Telusupan Alat untuk membantu memasukkan benang pada
jarum. Tembokan Bentuk dan bidang yang akan berwarna putih
ditutup dengan lilin tembok. Tenun kepar Anyaman pada tenun yang bentuknya silang
miring/bergaris-garis miring. Tenun polos Anyaman pada tenun yang bentuknya datar, yaitu
benang pakan mengisi benang lusi/lungsi dengan hitungan sama.
Teropong pipih Alat untuk tempat benang pakan pada teknik
tenun. Terusan Pembatikan pada permukaan sebelah. Tubrukan Bergeser satu langkah ke kanan atau satu langkah
ke muka. Tudung jari Alat untuk melindungi jari dari jarum pada saat
menjahit tangan. Tumpangan Proses pewarnaan di atas warna yang telah ada.
Glosari
486
Turunan warna Tingkatan dalam satu warna, dari warna yang terang mengarah ke warna yang gelap.
Ulano 5 Bahan untuk menghapus obat peka cahaya pada
screen yang sudah tidak digunakan. Ulano 8 Bahan untuk menghapus bayangan pada screen. Variasi Bentuk yang bermacam-macam. Waskom Tempat air yang bagian bibir atas lebih lebar dan
biasanya dibuat panci. Wedelan Proses memberi warna biru pada proses
membatik.
Riwayat Penulis
487
RIWAYAT PENULIS BUDIYONO Dilahirkan di Bantul, Yogyakarta, 4 Januari 1960, mengenal dunia seni sejak duduk di bangku SMP dan juga sudah memahami seni keramik dan seni batik empat tahun. Sebagai mahasiswa aktif mulai 1982 di Program Studi Seni Kriya dan hanya berkjalan dua semester kemudian pindah ke Program Studi Seni Lukis di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta. Minat melukis menggebu dan ditandai dengan mendapat penghargaan untuk seni lukis terbaik media cat air pada tahun 1983, kemudian pada tahun berikutnya 1984 mendapatkan penghargaan sket terbaik dari STSRI Yogyakarta. Pada tahun 1988 mengikuti Pameran Islamic Asean di Yogyakarta, lalu di tahun 1989 mendapat undangan untuk Art Competition di New York USA, kemudian di tahun 1990 menyelesaikan studinya (ISI). Pada Tahun 1991 magang sebagai instruktur di bidang seni tekstil khususnya seni batik, dan mengikuti program akta IV selama lima bulan untuk keguruan . Di Tahun 1992 giat melakukan aktivitas seni lukis dan seni batik sekaligus sebagai peserta Asean Festifal of Arts di Yogyakarta. Resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil pad tahun 1993, di tahun 1995 menjadi instruktur teknik pembuatan batik dan pesertanya guru-guru dari Malaysia yang dilaksanakan di Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian (PPPGK) Yogyakarta.
Tahun 1996 juga memberi materi pembelajaran teknik pembuatan seni batik sebagai pesertanya dari Australia dan Amerika. Bergulir di Tahun 1999 mengikuti pameran di Jepang dan mendapat Layout terbaik dari 70 negara, dalam rangka memperingati 100 tahun Pelabuhan Shimizu Japan. Pada Tahun berikutnya, tahun 2000 sebagai juara I,III dan harapan I untuk Lomba Disain Tekstil Tingkat Nasional, yang diadakan oleh Dewan Kerajinan Nasional, yang diadakan oleh Dewan Kerajinan Nasional di Yogyakarta. Berlalu kemudian pada tahun 2001 menyabet sebagai juara pertama dalam kompetisi Natural Fibre tingkat ASEAN di Kualalumpur, di saat yang bersamaan Juara Pertama juga dalam merancang busana “Putri Andong” Yogyakarta dan Juara pertama Lomba Desain Assesoris Kuda di Yogyakarta. Tahun yang sama mengikuti pameran di Berlin, berlalu kemudian kembali mendapat tugas untuk memberikan pelatihan membatik pada peserta dari Japan, Perancis dan Spanyol selama dua bulan. Tahun 2001 Juara I Natural Fibre, World Crafts Council, Asia Pacific Region di Kualalumpur, Malaysia. Pada tahun 2002 diberi tugas sebagai Widyaiswara Seni Batik di PPPGK Kesenian Yogyakarta dan mendapat beasiswa program pascasarjana di ISI Yogyakarta, mengambil minat utama Penciptaan Seni/Seni Lukis. Tahun 2004 menjadi Dewan Juri Lomba Kompetensi Siswa TK Propinsi Jawa Timur bidang Lomba Kria Tekstil, pada tahun 2006 menjadi Dewan Juri Lomba LKS TK Propinsi di Yogyakarta dalam bidang Lomba Kria Tekstil. Pada tahun 2007 dipercaya kembali menjadi Dewan Juri pada LKS TK
Riwayat Penulis
488
Propinsi Jawa Barat bidang Lomba Kria Tekstil, dan pada Gelar Prestasi dan Bela Negara TK Nasional yang diselenggarakan di kota Malang Jawa Timur sebagai Dewan Juri bidang Lomba Kria Tekstil dan dari tahun 2004 sampai saat ini masih aktif sebagai pengurus Dekranas Propinsi DIY. WIDARWATI SUDIBYO
Wanita dengan satu putri, lahir di Yogyakarta, 7 maret 1962. Menempuh pendidikan di Yogyakarta mulai dari TK dan SD Negeri Teladan Ungaran I, SMP Negeri V, SMKK Negeri dan meneruskan ke Perguruan Tinggi di Sarjanawiyata Tamansiswa Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Program Studi Kesejahteraan Keluarga, selama 4 tahun dan lulus tahun 1985.
Mulai tahun 1986 bekerja sebagai asisten dosen di ASMI dan guru di SMA Setia budi di yogyakarta, pada tahun 1987 mencoba untuk pindah ke Jakarta dan mengajar di SMA Tamansiswa Jakarta dengan banyak pengalaman yang berhasil didapat, tapi rasa rindu akan kota kelahiran selalu saja timbul dan pada tahun 1991 lamaran kerja di PPPG Kesenian Yogyakarta diterima dan mulai bekerja sebagai instruktur di Kriya Tekstil. Pada tahun 2000 diangkat menjadi Widyaiswara PPPG Kesenian Yogyakarta (P4TK Seni dan Budaya: sekarang). Pada tahun 2002 pergi ke Malaysia dan di tahun 2003 pergi ke Amerika dalam rangka mendampingi suami Prof. Dr. drg. Sudibyo, Sp.Perio,SU dalam rangka kunjungan kerja, yang sekaligus justru sebagai kesempatan untuk dapat mencari wawasan dalam berkarya, dan pada tahun 2004 berhasil menjadi Juara I Lomba Souvenir Tingkat Yogyakarta dan juara II Lomba Tempat Kotoran Kuda yang diadakan oleh Dekranas, serta pada tahun 2005 menjadi Juara I Lomba Batik Tingkat Nasional. Disamping untuk lomba, berkarya juga untuk mengikuti pameran-pameran antara lain; di JEC, Benteng Vendenberg, Pascasarjana ISI, dan di PPPPTK Seni dan Budaya.
Karya tulis yang dihasilkan berupa Penelitian, Modul atau Bahan Ajar untuk SD, SMP, dan SMK. Mendapat kesempatan dari Direktorat tahun 2005 berupa beasiswa untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana ISI dengan mengambil jurusan Penciptaan Seni Kriya Tekstil dan lulus tahun 2007 (2 tahun) dengan Tugas Akhir berjudul Grompol dan Sido Asih Sensasi di Peraduan. Sampai saat ini masih aktif sebagai Widyaiswara Kriya Tekstil di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya (P4TK SB).
Riwayat Penulis
489
IRAWATI Dilahirkan di Benteng Selayar Sulawesi Selatan, 10 Maret 1965. Sejak SD sudah mulai senang dengan karya seni rupa dan kerajinan. Kelas II SD ikut Lomba menggambar dan meraih juara 2 sekabupaten. Walaupun juara hanya tingkat Kabupaten akan tetapi memberi semangat untuk lebih tahu tentang menggambar/melukis, mulai membuat karya-karya kerajinan terutama kerajinan tekstil. SMP , SMA membuat karya-karya kerajinan dan melukis semakin ditingkatkan. Minat menggambar/melukis menggebu ditandai dengan diterimanya saya sebagai mahasiswi Seni Rupa dan Kerajinan di IKIP Makassar tahun 1985. Tahun 1991 pendidikan Seni Rupa S1 selesai dengan kriteria pameran tunggal Seni lukis. Tahun 1996 resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai tenaga pengajar pada SMK Negeri I Sanggalangi Tanatoraja Sulawesi Selatan selama 7 tahun dan menjadi anggota perupa wanita di Makassar, serta aktif sebagai Filatelis. Tahun 2002 pidah tugas ke Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian (PPPGK) Yogyakarta. (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya : sekarang) Yogyakarta sebagai Instruktur sampai sekarang. Tahun 2005 dipercayakan menjadi dewan juri Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Propinsi Sumatra Utara Di Aceh bidang lomba kriya tekstil. Tahun 2006 kembali dipercayakan menjadi dewan juri Lomba kompetensi siswa Tingkat propinsi Jawa Barat di Bandung bidang lomba kriya tekstil. PARJIYAH
Dilahirkan di Bantul, Yogyakarta, 10 Agustus 1957 dan mengenal seni kerajinan sejak di bangku SKKA Negeri Yogyakarta, Jurusan Kerajinan, meliputi Anyam dan Seni Batik. Melanjutkan di Perguruan Tinggi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta. Pada tahun 1981 mendapatkan karya terbaik dalam rangka Dies Natalis XXXI, dan pada tahun yang sama mendapat karya terbaik untuk karya logam dalam rangka memperingati Hari Kartini di STSRI. Aktif mengikuti pameran di kampus maupun di luar kampus, lulus pada tahun 1985.
Tahun 1988 magang sebagai instruktur di bidang seni rupa dan kerajinan di bidang anyam dan seni batik. Resmi menjadi pegawai negeri sipil pada tahun 1991 sebagai instruktur yang memberikan materi pelatihan khususnya tekstil. Tahun 2005 mendapat beasiswa program Pascasarjana di ISI Yogyakarta dengan mengambil minat utama Penciptaan Seni Kriya Tekstil. Pada tahun 2005 diberi tugas sebagai Widyaiswara Seni Makrame di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta sampai sekarang.
Riwayat Penulis
490
WIWIK PUDIASTUTI Dilahirkan di Bantul 27 Juni 1965, dari seorang ayah bernama
Sumarjana dan seorang ibu bernama Rukilah. Lahir sebagai anak kedua dari lima bersaudara. Pendidikan ditempuh mulai dari SDN Gunungsaren II selesai tahun 1977, kemudian melanjutkan pendidikan dan masuk di SMPN Brosot Kulon Progo selesai tahun 1981, melanjutkan pendidikan di SMIKN Yogyakarta mengambil jurusan pokok Kriya Anyam dan sebagai jurusan pilihan mengambil jurusan Kriya Kulit, pendidikan ditempuh selama 4 tahun dan selesai pada tahun 1985. Pendidikan S1 ditempuh di UNS Surakarta mengambil jurusan Seni Rupa Program Studi Disain Tekstil, pendidikan diselesaikan dalam waktu 6 tahun, selesai pada tahun 1990. Pada tahun 1991 mengikuti program Akta IV di PPPG Kesenian Yogyakarta (P4TK Seni dan Budaya: sekarang) dengan jurusan disain tekstil juga, pendidikan akta dilaksanakan selama 6 bulan. Pada tahun 1992 resmi diterima sebagai pegawai negeri sipil di PPPG Kesenian Yogyakarta sebagai instruktur kriya tekstil.
Sejak tahun 1992 sampai 2005 sebagai instruktur kriya tekstil di P4TK Seni dan Budaya Yogyakarta. Selama bekerja di lembaga tersebut banyak sekali kegiatan yang dilakukan. Pada tahun 2004 sebagai juri Nasional LKS Bidang Kriya Tekstil di Bali. Untuk kegiatan peningkatan kompetensi, pada tahun 1998-1999 selama 1 tahun mengikuti program Meister di Jerman, dengan materi seputar kriya tekstil. Kemudian pada tahun 2005 mendapat beasiswa dari Direktorat untuk melanjutkan pendidikan di Pascasarjana Institut Seni Indonesia, mengambil jurusan Penciptaan Seni Kriya Tekstil, pendidikan ditempuh selama dua tahun dan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Pada tahun 2006 diangkat sebagai Widyaiswara Muda bidang kriya tekstil di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta sampai sekarang
PARJIYATI
Lahir di Sleman tanggal 3 Desember 1964, dari seorang ayah yang bernama Amat Jayis dan Ibu bernama Ngadiyah yang bekerja sebagai pedagang. Menyukai kerajinan sejak dibangku SD, yang dipelajari waktu itu adalah kerajinan renda dan sulam. Pada waktu duduk dibangku SMP mulai belajar batik melalui mata pelajaran industri. Setelah lulus SMP melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) di yogyakarta dengan mengambil jurusan pokok anyam, dan jurusan pilihan kulit, Setelah lulus dari SMIK kemudian melanjutkan kuliah D III di IKIP Negeri Semarang dengan mengambil jurusan Keterampilan Kerajinan dan lulus pada tahun 1988. Pada tahun 1990 diterima sebagai Pegawai Negeri di sebuah instansi pemerintah yaitu di Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian Yogyakarta (PPPG Kesenian) yang sekarang
Riwayat Penulis
491
berganti nama menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya Yogyakarta (P4TK Seni dan Budaya).
Kegiatan pembuatan karya kerajinan yang pernah dilakukan antara lain sulam, renda, makrame, anyam, tenun, tapestry dan batik. Adapun kegiatan penulisan yang pernah dilakukan antara lain modul untuk SD, SMP, SMK dan SLB. Pada tahun 2004 mendapat beasiswa untuk tugas belajar di UNY dengan jurusan Seni Rupa, Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan dan berhasil lulus SI 31 Januari 2007. Saat ini masih aktif sebagai Pegawai Negeri di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya Yogyakarta.
SYAMSUDIN Anak seorang penjaga SD Jajaway Tasikmalaya, Jawa Barat yang dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 27 Desember 1957. Pendidikan yang diikutinya adalah SD Jajaway, STN I Jurusan Mesin, SPIK Negeri Tasikmalaya Jurusan Batik dan Anyam. Karena keinginan yang kuat dan dengan tekad yang bulat melanjutkan studi di STSRI”ASRI” Yogyakarta jurusan Desain Kriya dan lulus Januari 1984. Pada tahun 1993 diberi kesempatan untuk belajar di Australia yaitu di Hawthorn Institute of Education (HIE) Melbourne. Bidang ilmu tekstil khususnya tenun dan tapestri dipelajari di Melbourne College Of Textiles, Victoria Australia dan beberapa kali magang Industri baik di Yogyakarta maupun Tasikmalaya. Berbagai kursus dan penataran telah diikuti antara lain Bahasa Inggris, Penataran Widyaiswara, Pelatihan tenun tapestri, ADUM, dan lain-lain. Pada tahun 2005, Dikmenjur Depdiknas memberi kepercayaan untuk melanjutkan studi S2 di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Program Penciptaan Seni, Jurusan Kriya Tekstil.
Sebagai pendidik dimulai pada tahun 1981 saat masih kuliah di STSRI ”ASRI”, yaitu mengajar keterampilan sabut kelapa di Kalimantan Barat selama 3 bulan. Kemudian 1984 mengajar keterampilan Rotan di Kalimantan Timur dan Pelatihan Rotan di Sulawesi Selatan. Menjadi instruktur di Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian Yogyakarta mulai tahun 1985, selain itu juga sambil mengajar di Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta mulai tahun 1985 - 1993. Tahun 1990 sampai 1997 menjadi dosen luar biasa di IKIP Yogyakarta untuk mengampu mata kuliah Kerajinan dan Tekstil. Diangkat menjadi widyaiswara Tekstil di PPPG Kesenian Yogyakarta atau sekarang namanya Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni Budaya Yogyakarta tahun 2000. Berbagai pengalaman untuk melatih guru dan keterampilan di masyarakat pernah dilaksanakan, baik di Jawa maupun luar Jawa.
Kegiatan pameran yang pernah dilakukan adalah di Yogyakarta, Tasikmalaya, Jakarta, Melbourne Australia.
Riwayat Penulis
492
Sebagai juri Kriya Tekstil untuk propinsi Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan juri lukis di Yogyakarta.
Penelitian yang pernah dilakukan adalah : Penelitian tentang dampak hasil penataran di SMK Negeri 5 Yogyakarta, Riset tindakan kelas di SMK N 1 Kalasan Yogyakarta, Batik Kulon Progo, Yogyakarta, dan Bordir Tasikmalaya.
Karya tulis yang dibuat antara lain: modul atau buku kesenian untuk SD, modul atau bahan ajar ntuk SLTP, dan modul atau bahan ajar untuk SMK.
SRI HANDAYANI Lahir di Bantul, Yogyakarta dari seorang ibu yang bernama
Jumirah dan ayah bernama Sukardi yang bekerja sebagai petani. Menyukai kerajinan sejak dibangku SD, yang dipelajari waktu itu adalah kerajinan renda, sulam dan lulus tahun 1971. Begitu juga dibangku sekolah ada waktu duduk dibangku SKKP N Bantul. Di SKKA N Yogyakarta mengambil jurusan kerajinan anyam kerajinan batik. Melanjutkan studinya di STSRI (ASRI) di yogyakarta dengan mengambil jurusan disain kria, dan yang dipelajari antara lain Batik, Keramik, Kayu ,Gambar Ornamen dan lain-lain dan lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1987 diterima sebagai Pegawai Negeri di sebuah instansi pemerintah yaitu di Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian Yogyakarta (PPPG Kesenian) yang sekarang berganti nama menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya Yogyakarta (P4TK Seni dan Budaya).
Kegiatan pembuatan karya kerajinan yang pernah dilakukan antara lain sulam, renda, makrame, anyam, tenun, tapestry dan batik. Adapun kegiatan penulisan yang pernah dilakukan antara lain modul , SMP, SMK , SLB dan berbagai modol untuk diklat Guru Produktif kriya tekstil Januari 2008. Saat ini masih aktif sebagai Pegawai Negeri di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya Yogyakarta.
SRI HERLINA Lahir di Rejosari, Tersono, Batang (Jawa Tengah) 12 Oktober
1963. Pendidikan Sekolah Dasar di Rejosari lulus tahun 1974, SMP di Tersono lulus tahun 1977, kemudian melanjutkan SMA IPA di Banjarnegara lulus tahun 1981. Studi S1 di UII Fakultas Teknik, Jurusan Teknik dan Manajemen Industri, bidang studi Teknologi Tekstil, khususnya Kimia Tekstil lulus tahun 1989. Pengalaman kerja di Perusahaan Printing PT Bintang Triputratex pada bagian Laboratorium Pewarnaan, kemudian diterima bekerja di PPPG Kesenian sebagai
Riwayat Penulis
493
Instruktur yang sekarang menjadi PPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta pada tahun 1991, pada tahun 2003 diangkat sebagai Widyaiswara dan pada tahun 2004 mendapat kesempatan untuk melanjutkan Studi S2 di ITS Surabaya jurusan F-MIPA Kimia, lulus pada tahun 2006.
Pengalaman menulis selama menjadi Instruktur antara lain : menulis bahan ajar untuk Diklat Produktif untuk peningkatan kompetensi Kriya Tekstil, modul kriya Tekstil mata pelajaran Cetak Saring, Pewarnaan dengan berbagai zat warna baik sintetis maupun zat warna alami teknik Ikat celup dan Batik. Menulis 3 buku untuk SMK (Pembuatan Keramik, Batik dan Kayu) terintegrasi materi Lingkungan Hidup. Penelitian yang pernah dilakukan antara lain : Pewarnaan alami dengan daun puring untuk mewarnai kain tekstil, Tiga senyawa Santon dari kulit Akar Mundu Garcinia Dulcis (Roxb.) Kurtz. dan penelitian yang sedang dilakukan Pewarnaan Alami dengan Daun Indigofera Tinctoria penghasil warna biru.
DWIYUNIASARI PALUPI Lahir dari seorang ayah dan ibu yang berprofesi sebagai dosen di
Banjarmasin, 9 Juni 1972, Pendidikan ditempuh mulai dari SD Hippindo Banjarmasin kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 6 Banjarmasin. Tahun 1987 melanjutkan pendidikan di SMAN 8 jurusan Fisika, Malang. Tahun 1998 menyelesaikan Sarjana S1 di Fakultas Teknik Industri Jurusan Teknik Kimia UPN Veteran” Surabaya. Tahun 2003 diterima sebagai CPNS di PPPG Kesenian Yogyakarta di unit studio kriya tekstil.
Mulai tahun 2004 menjadi instruktur studio kriya tekstil sampai sekarang. Tahun 2006 mengikuti magang industri di industri sablon di Yogyakarta . Ikut serta menjadi instruktur untuk kompetensi cetak saring pada Diklat PLB 2004, Diklat School Grant 2005, Diklat Produktif 2005, 2006 dan 2007.
Budiyono
KriyaTEKSTIL
untukSekolah Menengah Kejuruan
Bu
diyo
no
K
RIY
A T
EK
ST
IL
un
tuk S
MK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDepartemen Pendidikan Nasional
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-nakan dalam Proses Pembelajaran.