SM Selembar / Edisi ke 2 periode 13/14 (Oktober 2013))

2
1 4 www.suaramahasiswa.info Editorial New Message Logo Unisba Belum Mendapatkan Hak Merk Teks : Adil Nursalam & Roby Iskandar Foto : Roby Iskandar Sedari 1958 dimana logo unisba lahir, ternyata baru Februari tahun ini lah gambar “Ka'bah” itu diajukan hak merknya kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI). Sampai sekarang pun Unisba masih belum mendapatkan sertifikasi atas hak merknya. Secara hukum, apabila merk dari Unisba tidak pernah didaftarkan ke DJHKI, maka akan menimbulkan kerugian. Salah satunya tidak memiliki hak eksklusif atas mereknya sendiri. “Mendaftar atau tidak mendaftar dipersilahkan saja. Hanya bila tidak didaftarkan Unisba tidak memiliki hak Eksklusif. Hak menggunakan dan melarang orang lain untuk menjiplak,” ungkap Tantty Aryani Ramli, dosen Fakultas Hukum. Kendati demikian, Wakil Rektor 1 Edi Setiadi menyatakan bahwa itu bukanlah masalah besar dan menjamin Unisba akan tetap bertahan apabila hal ini akan menjadi sebuah sengketa. “Ada tiga nama yang memakai nama Unisba, Universitas Islam Batik di Solo, Universitas Islam Balitar, dan Unisba Bandung. No problem, jika ada masalah pun Unisba akan terdepan karena yang lebih terkenal Unisba Bandung” paparnya. Jamhur, ketua kabag kerjasama yang mengirimkan persyaratan kepada DJHKI menuturkan, proses memberikan sertifikasi kepada suatu merk instansi memerlukan waktu yang lama. Mereka harus melakukan survey kepada beberapa merk yang lain untuk Oleh: Eryanto Rizky Syahbani* Pimpinan Umum: Wakli Pimpinan Umum: Sekretaris Umum: Bendahara Umum: Agus Tri H., Chaedar A., Tiara P., Neneng D. S., Pemimpin Redaksi: Sekretaris Redaksi: Redaktur Pelaksana Cetak: Redaktur Pelaksana Yanyan A., Luthfi A., Bobby A. P., Online: Redaktur Bahasa: Redaktur Foto: Adil N., Ravi A. F., Riska H., Fitrizal R., Regina R., Muhammad S. Y., M. Ghofur, Redaktur: Artistik: Rina K., Ghaisani M., Desyane P., Ita M., Windy W., Leni A., Alifta R., Annisa V., M. Roby I., Syifa L., Teti Diana, Sugiharto P., M. Kahfi Jati, Tri Wahyu, Karel, Desy A., Gana K., Pemimpin LitBang: Sekretaris LitBang: Sumber Daya Manusia: Yulianti, Risqa S., Oryzandi S., Dimas S., Indiana P., Rimma A., Dara Q., Penelitian dan Pengembangan Media: Rumah Tangga: Gita M., Nadya O., Kamilia A., Harris D., Nindy N., Putri N., Pemimpin Perusahaan: Sekretaris Perusahaan: Promosi dan Iklan: Rima M. K., Dina K. U., Ajeng S. F., Ema R., Muhammad N., N. Nita S. Produksi: Sirkulasi: www.suaramahasiswa.info Free Talk Sang Penyambung Nada menghindari kesalahan. “Proses paling cepat itu satu tahun untuk mendapatkan hak merk, tidak sebentar,” tutur Jamhur. Namun, Asumsi yang salah pun terdapat dalam surat yang diajukan pihak Unisba ke DJHKI. Unisba malah mengajukan hak cipta/karya, bukan hak merk. Catatan yang harus diingat: logo bisa diartikan juga sebagai identitas merk jika sebuah logo digunakan oleh seseorang atau badan hukum, tujuannya untuk membedakan keberadaanya dari yang lain, misalnya membedakan Unisba dengan kampus lainnya. Maka itulah, Unisba dianggap kurang tepat bila mengajukan hak cipta atau karya. Hal diatas dipertegas oleh penjabaran Tantty. “Bila hanya logo semata itu masuk dalam hak karya. Tapi bila selama ini kita sudah membuktikan logo itu dipakai sebagai identitas di almamater, logo-logo yang menunjukan tempat-tempat Unisba, amplop dan kop surat, website dan di iklan-iklan. Berarti logo tersebut sedang difungsikan sabagai tanda yang membedakan dari universitas lain. Jadi itu masuk ke dalam kriteria merk” tukasnya. Tantty pun menyatakan, bahwa Unisba wajib memiliki sertifikasi dari DJHKI guna menjamin kepastian hukum “Bukan alangkah baiknya tapi wajib Unisba memiliki sertfikat hak merk dari DJHKI tersebut, untuk menjamin kepastian hukum,” Tutupnya. Ketika pertama kali diminta untuk menuliskan tentang eksistensi lembaga kampus saat ini, hanya lembaran kertas kosong yang terpikirkan. Ya, kertas kosong yang terpikirkan apabila hanya lembaran baru yang dibuka tanpa pernah dituliskan sesuatu. Sesuatu peran dari drama dinamika kampus yang sangat rumit untuk ditafsirkan hanya lewat kata dan nada. Kondisi sekarang saat ini, peran lembaga menjadi ajang mengeksiskan diri, pencetak sertifikat, hingga ajang “kumpul-kumpul” agar terlihat hidup. Ditambah lagi dengan paham ke- akuan masing-masing; kampusku, organisasiku, idiologiku, dan keaku-akuan yang lain. Namun, sebenarnya terlalu naif jika saya hanya mengatakan hal tersebut saja. Karena masih banyak pula lembaga yang berperan sangat aktif memainkan perannya sebagai lembaga mahasiswa. Sama halnya ketika membicarakan peran lembaga yang “ideal”, sangatlah sulit ketika harus men-judge lembaga itu baik atau buruk. Karena setiap masing-masing lembaga tentu saja mempunyai “goal” yang berbeda, tergantung fungsi dan peran yang mereka mainkan. Ditambah lagi ketika membahas sesuatu yang “ideal”, adalah membahas suatu sudut pandang, baik dan buruknya tergantung dari sisi mana kita melihat. Pencarian kebenaran ataupun kesalahan takkan pernah ada habisnya. Namun, peran sebagai penyambung nada mahasiswa adalah peran mutlak yang harus dilakukan oleh setiap lembaga mahasiswa, apapun fungsi dan peran lembaga mahasiswa tersebut. Nada kegusaran, nada kemarahan, nada kekesalan, hingga nada yang tercipta karya. Semua itu harus disalurkan kepada “si pembuat peraturan” atau menciptakan “panggung” untuk setiap nada yang tercipta karya. Tak hanya sampai disitu, pengawalan dalam prosesnya hingga tercapainya tujuan atau kesepakatan menjadi peran vital lainnya sang penyambung nada, selain hanya menciptakan program kerja tok. Sesungguhnya sangatlah panjang ketika membahas peran sesungguhnya, idealnya, dan –nya–nya lain yang takkan pernah habis. Saat ini mari menoleh ke kaca sejenak, sudah sejauh mana fungsi lembagamu berjalan? Lalu mahasiswa lain, mari tengok kaca lainnya. Apakah selama ini menjadi untuk tidak peduli itu menyenangkan? Semua disini saling berkaitan dan sudah seharusnya bersinergi untuk membentuk “sesuatu” yang di inginkan bersama menyalurkan nada yang indah dan merdu untuk dinyanyikan. Hingga tidak ada lagi pertanyaan, “apa fungsimu?” *Penulis adalah ketua Keluarga Mahasiswa Jurnalistik (KMJ) periode 2012-2013 www.suaramahasiswa.info Nakal, Tajam, Menggelitik Klik Berbicara mengenai Unisba adalah hal kompleks yang selalu menjadi obrolan hangat di sore hari. Kampus ini Sudah setengah abad berdiri besar bersama dengan segala problematikanya. Tak pelak, hal itulah yang menjadi santapan renyah dalam obrolan-obrolan tersebut. Dalam perjalanannya, kampus ini bisa dibilang masih lugu. Belum adanya hak merk akan logo Unisba yang berlambang Ka'bah ini akan sangat merugikan kedepannya. Itulah yang menjadi pembahasan di edisi Suara Mahasiswa Selembar kali ini. Untuk menghangatkan suasana kembali, mari kita tengok kondisi terkini dari lembaga yang konon katanya hanya dijadikan ajang eksis belaka. Selamat Membaca Pemimpin Redaksi Yanyan Andryan Elegi Edisi 2/Oktober 2013

description

 

Transcript of SM Selembar / Edisi ke 2 periode 13/14 (Oktober 2013))

Page 1: SM Selembar / Edisi ke 2 periode 13/14 (Oktober 2013))

14 www.suaramahasiswa.info

Editorial

New MessageLogo Unisba Belum

Mendapatkan Hak MerkTeks : Adil Nursalam & Roby IskandarFoto : Roby Iskandar

Sedari 1958 dimana logo unisba lahir, ternyata baru Februari tahun ini lah gambar “Ka'bah” itu diajukan hak merknya kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI). Sampai sekarang pun Unisba masih belum mendapatkan sertifikasi atas hak merknya. Secara hukum, apabila merk dari Unisba tidak pernah didaftarkan ke D J H K I , m a k a a k a n menimbulkan kerugian. Salah satunya tidak memiliki hak eksklusif atas mereknya sendiri. “Mendaftar atau tidak mendaftar dipersilahkan saja. Hanya bila tidak didaftarkan Unisba tidak memiliki hak Eksklusif. Hak menggunakan dan melarang orang lain untuk menjiplak,” ungkap Tantty Aryani Ramli, dosen Fakultas Hukum. Kendati demikian, Wakil Rektor 1 Edi Setiadi menyatakan bahwa itu bukanlah masalah besar dan menjamin Unisba akan tetap bertahan apabila hal ini akan menjadi sebuah sengketa. “Ada tiga nama yang memakai nama Unisba, Universitas Islam Batik di Solo, Universitas Islam Balitar, dan Unisba Bandung. No problem, jika ada masalah pun Unisba akan terdepan karena yang lebih terkenal Unisba Bandung” paparnya.

Jamhur, ketua kabag kerjasama yang mengirimkan persyaratan kepada DJHKI menuturkan, proses memberikan sertifikasi kepada suatu merk instansi memerlukan waktu yang lama. Mereka harus melakukan survey kepada beberapa merk yang lain untuk

Oleh: Eryanto Rizky Syahbani*

Pimpinan Umum: Wakli Pimpinan Umum: Sekretaris Umum: Bendahara Umum: Agus Tri H., Chaedar A., Tiara P., Neneng D. S., Pemimpin Redaksi: Sekretaris Redaksi: Redaktur Pelaksana Cetak: Redaktur Pelaksana Yanyan A., Luthfi A., Bobby A. P., Online: Redaktur Bahasa: Redaktur Foto: Adil N., Ravi A. F., Riska H., Fitrizal R., Regina R., Muhammad S. Y., M. Ghofur, Redaktur: Artistik:Rina K., Ghaisani M., Desyane P., Ita M., Windy W., Leni A., Alifta R., Annisa V., M. Roby I., Syifa L., Teti Diana, Sugiharto P., M. Kahfi Jati, Tri Wahyu, Karel, Desy A., Gana K., Pemimpin LitBang: Sekretaris LitBang: Sumber Daya Manusia:Yulianti, Risqa S., Oryzandi S., Dimas S., Indiana P., Rimma A., Dara Q., Penelitian dan Pengembangan Media: Rumah Tangga: Gita M., Nadya O., Kamilia A., Harris D., Nindy N., Putri N., Pemimpin Perusahaan: Sekretaris Perusahaan: Promosi dan Iklan:Rima M. K., Dina K. U., Ajeng S. F., Ema R., Muhammad N., N. Nita S.Produksi: Sirkulasi:

www.suaramahasiswa.info

Free TalkSang Penyambung Nada

menghindari kesalahan. “Proses paling cepat itu satu tahun untuk mendapatkan hak merk, tidak sebentar,” tutur Jamhur.

Namun, Asumsi yang salah pun terdapat dalam surat yang diajukan pihak Unisba ke DJHKI. Unisba

malah mengajukan hak cipta/karya, bukan hak merk. Catatan yang harus diingat: logo bisa diartikan juga sebagai identitas merk jika sebuah logo digunakan oleh seseorang atau badan hukum, tujuannya untuk membedakan keberadaanya dari yang lain, misalnya membedakan Unisba dengan kampus lainnya. Maka itulah, Unisba dianggap kurang tepat bila mengajukan hak cipta atau karya.

Hal diatas dipertegas oleh penjabaran Tantty. “Bila hanya logo semata itu masuk dalam hak karya. Tapi bila selama ini kita sudah membuktikan logo itu dipakai sebagai identitas di almamater, logo-logo yang menunjukan tempat-tempat Unisba, amplop dan kop surat, website dan di iklan-iklan. Berarti logo tersebut sedang difungsikan sabagai tanda yang membedakan dari universitas lain. Jadi itu masuk ke dalam kriteria merk” tukasnya.

Tantty pun menyatakan, bahwa Unisba wajib memiliki sertifikasi dari DJHKI guna menjamin kepastian hukum “Bukan alangkah baiknya tapi wajib Unisba memiliki sertfikat hak merk dari DJHKI tersebut, untuk menjamin kepastian hukum,” Tutupnya.

Ketika pertama kali diminta untuk menuliskan tentang eksistensi lembaga kampus saat ini, hanya lembaran kertas kosong yang terpikirkan. Ya, kertas kosong yang terpikirkan apabila hanya lembaran baru yang dibuka tanpa pernah dituliskan sesuatu. Sesuatu peran dari drama

dinamika kampus yang sangat rumit untuk ditafsirkan hanya lewat kata dan nada.

Kondisi sekarang saat ini, peran lembaga menjadi ajang mengeksiskan diri, pencetak sertifikat, hingga ajang “kumpul-kumpul” agar terlihat hidup. Ditambah lagi dengan paham ke-akuan masing-masing; kampusku, organisasiku, idiologiku, dan keaku-akuan yang lain. Namun, sebenarnya terlalu naif jika saya hanya mengatakan hal tersebut saja. Karena masih banyak pula lembaga yang berperan sangat aktif memainkan perannya sebagai lembaga mahasiswa.

Sama halnya ketika membicarakan peran lembaga yang “ideal”, sangatlah sulit ketika harus men-judge lembaga itu baik atau buruk. Karena setiap masing-masing lembaga tentu saja mempunyai “goal” yang berbeda, tergantung fungsi dan peran yang mereka mainkan. Ditambah

lagi ketika membahas sesuatu yang “ideal”, adalah membahas suatu sudut pandang, baik dan buruknya tergantung dari sisi mana kita melihat. Pencarian kebenaran ataupun kesalahan takkan pernah ada habisnya.

Namun, peran sebagai penyambung nada mahasiswa adalah peran mutlak yang harus dilakukan oleh setiap lembaga mahasiswa, apapun fungsi dan peran lembaga mahasiswa tersebut. Nada kegusaran, nada kemarahan, nada kekesalan, hingga nada yang tercipta karya. Semua itu harus disalurkan kepada “si pembuat peraturan” atau menciptakan “panggung” untuk setiap nada yang tercipta karya. Tak hanya sampai disitu, pengawalan dalam prosesnya hingga tercapainya tujuan atau kesepakatan menjadi peran vital lainnya sang penyambung nada, selain hanya menciptakan program kerja tok.

Sesungguhnya sangatlah panjang ketika membahas peran sesungguhnya, idealnya, dan –nya–nya lain yang takkan pernah habis. Saat ini mari menoleh ke kaca sejenak, sudah sejauh mana fungsi lembagamu berjalan? Lalu mahasiswa lain, mari tengok kaca lainnya. Apakah selama ini menjadi untuk tidak peduli itu menyenangkan? Semua disini saling berkaitan dan sudah seharusnya bersinergi untuk membentuk “sesuatu” yang di inginkan bersama menyalurkan nada yang indah dan merdu untuk dinyanyikan. Hingga tidak ada lagi pertanyaan, “apa fungsimu?”

*Penulis adalah ketua Keluarga Mahasiswa Jurnalistik (KMJ) periode 2012-2013

www.suaramahasiswa.infoNakal, Tajam, Menggelitik

Klik

Berbicara mengenai Unisba adalah hal kompleks yang selalu menjadi obrolan hangat di sore hari. Kampus ini Sudah

setengah abad berdiri besar bersama dengan segala problematikanya. Tak pelak, hal itulah yang menjadi santapan renyah dalam

obrolan-obrolan tersebut.

Dalam perjalanannya, kampus ini bisa dibilang masih lugu. Belum adanya hak merk akan logo Unisba yang berlambang

Ka'bah ini akan sangat merugikan kedepannya. Itulah yang menjadi pembahasan di edisi Suara Mahasiswa Selembar kali ini.

Untuk menghangatkan suasana kembali, mari kita tengok kondisi terkini dari lembaga yang konon katanya hanya

dijadikan ajang eksis belaka.

Selamat Membaca

Pemimpin Redaksi

Yanyan Andryan

Elegi

Edisi 2/Oktober 2013

Page 2: SM Selembar / Edisi ke 2 periode 13/14 (Oktober 2013))

2 3

OutboxInbox Mapenta Menuju Puncak HimalayaTeks : Bobby Agung Prasetyo Foto : Jati Jauhari

Pegunungan Himalaya, Nepal, merupakan pegunungan tertinggi di dunia. Medannya patut diperhitungkan, mengingat banyak para pendaki yang mencoba menaklukkannya namun berakhir dengan kehilangan nyawa. Meski begitu, tantangan tersebut coba ditampik dengan berangkatnya empat orang dari Mapenta menuju Gunung Ama Dablam, salah satu gunung yang berada di jajaran Pegunungan Himalaya. Perjalanan akan memakan waktu satu bulan, per 10 Oktober hingga 10 November mendatang. Mapenta tak sendiri. Mereka bergabung dengan mahasiswa Unpar, tergabung dalam “Team Bandung Juara Indonesia – Ama Dablam Expedition 2013”. Sebulan penuh ekspedisi akan ditempuh; tiga minggu untuk perjalanan, itu sudah termasuk pendakian & berkemah, dan satu minggu sisanya dipakai untuk klimatisasi (proses penyesuaian suhu tubuh dengan suhu sekitar). Regi Kayo Munggaran, mahasiswa Unisba, merupakan ketua tim dalam ekspedisi menaklukkan gunung tersebut. Surya, ketua Mapenta yang ditemui pada open house Mapenta di depan pelataran Aquarium, Kamis (10/10), mengaku sudah mempersiapkan para pendakinya, mulai dari fisik hingga beberapa latihan guna menaklukkan Himalaya. “Persiapannya latihan fisik, latihan panjat, lari, pull up, jogging, gitu lah standar. kalo lebih banyaknya sih ascending” ujar mahasiswa Teknik Pertambangan 2010 ini. Ama Dablam yang terletak di timur Nepal itumemiliki tinggi kurang lebih 22.494 kaki atau setara dengan 6.856 meter, dan termasuk dalam salah satu gunung terindah di dunia. Kepergian Mapenta yang juga didedikasikan untuk memperingati milad Unisba ke-55 ini, dilepas

www.suaramahasiswa.info www.suaramahasiswa.info

dengan respon positif oleh Taufiq S. Boesoirie. Menurutnya, ekspedisi ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Unisba. Karena dengan begitu, nama kampus biru akan harum di Indonesia, bahkan seantero dunia. Mengenai medan yang berat dan keselamatan awak tim, Surya berkomentar bahwa semuanya kembali lagi ke Yang Maha Kuasa. “Mungkin kalo suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan, itu kehendak yg di atas lah ya. Kita kan sudah semampunya buat berusaha” ujarnya. Menaklukkan Ama Dablam bukanlah hal yang mudah, keterampilan memanjat gunung es harus terasah dan perlengkapan harus memadai. “Yang penting kita sudah berusaha, juga akan selalu berusaha. Pun yang penting, jangan jadikan ini sebagai akhir, tapi jadikan sebuah awal untuk ekspedisi selanjutnya” tutur Surya, mengenai harapannya.

Eksistensi Dalam Sangkar Lembaga Eksekutif

Teks : Ravi A. F. & Sugiharto P.Foto : Indiana Primordi

Kamis (10/10), suasana sepi menghinggapi Sekretariat BEM-Unisba. Menteri Sekretaris BEM-Unisba, Yulia Irawati menjelaskan, saat ini sudah tidak ada kegiatan lagi dari organisasinya. Seluruh program telah habis sejak Juli lalu.Menurutnya, program sekarang hanya berisi kegiatan ringan, seperti pempublikasian baliho prestasi mahasiswa oleh Kemendagri dan ceramah Jum'at yang seringkali disebar Kemenag melalui pesan messenger Blackberry. Dewasa ini, istilah mahasiswa yang memburu eksistensi di organisasi kampus masih menggurita –memanfaatkan nama organisasi sebagai ajang cari nama dengan mengklaim diri sebagai “aktivis kampus”. Eksistensi memang selalu dikaitan dengan mahasiswa yang bergelut di lembaga kampus. Hal tersebut diamini oleh ketua BEM Fikom 2012-2013 Poetreana Oneal, “Adanya mahasiswa yang beroganisasi itu tidak hanya untuk eksistensi saja. Aplikasi pengetahuan supaya tidak 'onani intelektual'. Pengetahuan tidak dikonsumsi sendiri, di organisasi inilah kita aplikasikan,” tuturnya. Mahasiswa Jurnalistik angkatan 2010, Ary Fakhrul Arsyad menuturkan, mahasiwa yang aktif di organisasi semestinya harus bisa mengerti dan memahami tujuan utama dari organisasi yang diikuti, bukan hanya untuk mencari eksistensi. Hal ini ditampik oleh Ketua BEM Fikom Poetrena Oenal, menurutnya organisasi adalah wadah bagi mahasiswa yang ingin aktif. Berbicara tentang kondisi organisasi di

fakultasnya, Ary mengungkapkan, keadaan organisasi di Fikom masih jauh dari tujuan utama yang sebenarnya, semisal Divisi Media dan Advokasi yang ada di BEM Fikom. “Media dan Advokasi dirasa nihil dalam mencari informasi untuk disebarkan kepada mahasiswa. Aktivitas BEM Fikom juga masih kurang, belum ada perkembangan signifikan dari periode sebelumnya,” ucap mahasiswa yang menjabat sebagai wakil ketua Keluarga Mahasiswa Jurnalistik (KMJ)periode 2012-2013 Di sisi lain, menurut Ketua BEM-F Psikologi periode 2012-2013, Teraselta Widyatama menuturkan mahasiswa psikologi yang aktif di organisasi hanya sebanyak 30 persen. “Fakultas Psikologi mengadakan SKS non-akademik sekaligus sebagai syarat kelulusan selain SKS akademik yang telah ada,” tuturnya. Di Fakultas Psikologi, SKS bisa didapatkan dengan cara mengikuti Ta'aruf, Program Pembinaan Mahasiswa Baru (PPMB) dan Pelatihan Pengembangan Diri (PPD) sebagai tahap awal. “Aturan ini dibuat supaya mahasiswa Psikologi enggak kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang –red),” tutup Teraselta.

Rapat Sahur On The Road yang sekaligus menjadi

program terakhir BEM-Unisba, pada Sabtu 20 Juni

2013 lalu. Suasana Mapenta saat membuka stand pendaftaran dan baz ar pada Jumat a , (11/10).