Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan
-
Upload
parluregar -
Category
Documents
-
view
412 -
download
0
Transcript of Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 1/14
ARGUMEN FILOSOFIS TENTANG EKSISTENSI TUHAN
Makalah dipersiapkan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata Kuliah Filsafat Agama
Disusun Oleh:Parluhutan Siregar
Dosen PembimbingProf. Dr. Mulyadhi Kartanegara, MA.
PROGRAM PASCASARJANA
IAIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 2/14
2
ARGUMEN FILOSOFIS TENTANG EKSISTENSI TUHAN
A. Pendahuluan
Baik berdasarkan realitas maupun penjelasan wahyu, kepercayaan terhadap adanya
Tuhan merupakan fenomena universal. Indikasi tentang ini cukup banyak ditemukan,
seperti yang diungkap oleh Louis O. Kattsoff; “Ketika Perang Dunia II berkecamuk ada
suatu anggapan yang populer, bahwa di dalam lubang-lubang perlindungan tidak ada
penganut ateisme”.1 Sinyalemen ini bersesuaian dengan pernyataan Alquran yang
menyatakan; “Dialah Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar)
di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu
membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka
bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap
penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka
mereka berdo`a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta`atan kepada-Nya semata-mata.
(Mereka berkata): "Sesungguhnya jika engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,
pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".2
Sebagai fenomena universal, kepercayaan kepada Tuhan tentu dimulai dari
pengetahuan terhadap eksistensinya yang didukung oleh bukti-bukti tertentu. Kepercayaan
itu tidak muncul begitu saja. Jika dikatakan Tuhan (bereksistensi) dapat berarti bahwadengan mengetahui keadaan-keadaan atau faktor-faktor terentu, maka sesuatu yang disebut
Tuhan tentu ada. Ini petunjuk kearah yang kita tuju dalam mencari bukti bagi adanya
Tuhan.
Berbicara tentang eksistensi Tuhan apakah benar-benar ada atau tidak
mengasumsikan lima kemungkinan pemikiran. Pertama, eksistensi Tuhan terbukti dengan
sendirinya ( self evident ), tanpa harus menggunakan akal atau logika; kedua, eksistensi
Tuhan dapat diketahui dengan cukup menggunakan akal saja, sebab akal dapat
membuktikan adanya Tuhan; ketiga, eksistensi Tuhan dapat diketahui secara meyakinkan
dengan pertimbangan dari pengalaman dan aturan alam; keempat, bahwa kemampuan akal
terbatas untuk mengetahui dan membuktikan adanya Tuhan, tetapi karena banyak orang
1 Louis O. Kattsoff, Element of Philossophy, terjemahan Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara wacana, 2004), h. 431.
2 Alquran Surat Yunus ayat 22.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 3/14
3
yang percaya boleh jadi Tuhan itu eksis tanpa harus dapat dicerna oleh akal; dan kelima,
akal dan pengalaman tidak dapat membuktikan adanya Tuhan. Bertolak dari lima
kemungkinan ini, kita mengenal sejumlah filosof yang memiliki pendirian yang berbeda-
beda tentang eksisten Tuhan. Ada yang dapat membuktikannya dan lalu mempercayai
Tuhan, ada yang ragu-ragu (seperti kaum agnotisisme), dan ada pula yang mengingkarinya
(ateisme).
Proposisi di atas menggambarkan bahwa persoalan Tuhan bukanlah hal sederhana.
Para filosof telah terlibat dalam polemik panjang mengenai ini. Pembahasan dalam
makalah ini bermaksud untuk mengungkap pandangan para filosof tentang eksistensi
Tuhan. Walau tidak bermaksud untuk mengungkap bagaimana polemik itu terjadi, di sini
akan dipaparkan pandangan-pandangan yang mempercayai dan yang meragukannya.
Beberapa nama yang disebut hanya sebagian dari filosof yang pernah membahas tentang
eksistensi Tuhan. Mereka yang dipilih mewakili berbagai zaman dan agama. Ada filosof
Yunani, Islam, Kristen dan bahkan dari kalangan filosof di era modern.
B. Argumen Adanya Tuhan
1. Argumen Ontologis
Argumen ontologi adalah satu-satunya yang benar-benar argumen yang bersifat
apriori teistik. Argumen ini tidak mendasarkan pada kenyataan faktual, melainkan padalogika. Argumen ontologis telah dikenal pada masa Yunani, di mana Plato menyatakan
dalam filsafatnya tentang adanya Tuhan. Selain Plato, beberapa filosof lain yang
mengajukan argumen ini adalah Al-Farabi (874-950), René Descartes (1596-1650),
Benedict de Spinoza (1632-1677), dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716), dan Santo
Anselm dari Canterbury (1033-1109).
a. Argumen ontologis Plato;
Plato menggunakan teori ide dalam membuktikan adanya Tuhan. Menurut filosof
Yunani ini, tiap-tiap yang ada di alam nyata mesti ada idenya. Ide adalah definisi
atau konsep universal dari tiap sesuatu. Manusia mempunyai ide atau konsep
universal. Konsep universal itu berlaku bagi setiap manusia yang ada di alam nyata,
baik manusia muda, dewasa atau tua, laki-laki atau perempuan, dan seterusnya.
Demikianlah, setiap sesuatu yang ada di alam ini mempunyai ide, dan ide itulah
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 4/14
4
hakikat sesuatu itu dan yang menjadi dasar sesuatu itu. Benda-benda yang tampak
bukan hakikat, melainkan bayangan.
Ide-ide berada dalam alam tersendiri –di luar alam nyata– yang disebut alam ide.
Ide-ide itu bersifat kekal. Karena itu yang sebenarnya mempunyai wujud adalah
yang ada di alam ide itu, sebab ide-ide itulah tujuan dan sebab dari segala yang ada.
Sekalipun ide-ide itu sepertnya banyak, tetapi pada esensinya ada bersatu-padu
dalam Ide Tertinggi yang diberi nama Ide Kebaikan atau The Absolut Good , yaitu
yang Mutlak Baik. Ia adalah sumber, tujuan dan sebab dari segala yang ada. Ide
Kebaikan itulah yang disebut Tuhan.3
b. Argumen ontologis Anselm.
Dalam literatur Barat, nama Santo Anselm banyak disebut sebagai filosof yang
paling kontroversial dalam mengajukan argumen ontologis. Menurut Anselm, akal
dapat membuktikan bahwa Tuhan ada secara khusus. Ini dapat dilakukan dengan
bercermin pada konsep tentang Tuhan. Jalan pikiran Anselm bergerak dari suatu
ide dalam pikiran ke eksistensi di luar pikiran. Argumen yang diajukan Anselm
adalah sebagai berikut:
• Ketika kita membicarakan Tuhan, konsep Tuhan memiliki arti yang dapat
dipahami.• Tuhan dipahami sebagai satu wujud di mana tidak dapat dipahami adanya wujud
lain yang lebih besar.
• Berarti bahwa tidak hanya Tuhan wujud terbesar yang mungkin tetapi juga
bahwa Tuhan adalah kesempurnaan itu sendiri.4
Argumen ini kemudian dipertegas oleh Anselm dengan jalan pikiran yang lain,
seperti berikut:
• Adalah jelas bahwa sebuah wujud yang non-eksistensinya secara logis mustahil
lebih besar dibandingkan sebuah yang non-eksistensinya secara logis mungkin.
• Sebuah wujud di mana tak dapat dipahami adanya wujud lain yang lebih besar
pastilah merupakan sebuah wujud yang non-eksistensinya mustahil.
3 Harun Nasution, Falsafat Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 52.4 John K. Roth, The Problem of the Contemporery Philosophy of Religion, terjemahan Ali
Noer Zaman, Persoalan-persoalan Filsafat Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 82.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 5/14
5
• Tuhan adalah sebuah wujud di mana tak dapat dipahami adanya wujud lain yang
lebih besar.
• Jika kita berpikir secara jernih, kita merasa mustahil bahwa Tuhan tidak eksis.
• Jadi, Tuhan bukanlah sebuah wujud yang dapat masuk ke dalam eksistensi atau
yang dapat binasa.5
Sejalan dengan kesimpulan itu, Anselm berpendapat bahwa hanya orang bodoh
akan berkata "Tuhan tidak ada," sejak "membodohi bahkan yakin bahwa sesuatu
yang ada dalam pemahaman, setidaknya, tidak ada yang lebih besar daripada yang
dapat dibayangkan."6 Santo Anselm menyimpulkan bahwa definisi Tuhan harus
menjadi yang paling sempurna yang mungkin.
Ketika merespons kritik atas ketidaksempurnaan definisinya, Santo Anselm berkata
bahwa: Sebuah definisi tidak perlu benar-benar sempurna dalam arti yang sama
dengan Tuhan. Oleh karena itu sesuatu yang "sempurna" mungkin ada dalam
pikiran tidak dalam kenyataan, tetapi Tuhan yang sempurna harus ada dalam
kenyataan.7
2. Argumen Kosmologis
Argumen kosmologi adalah argumen bagi eksistensi Tuhan yang didasarkan pada
hubungan hukum sebab dan akibat. Sangat berbeda dengan Ontological Argumen yang
bersifat apriori, argumen kosmologis adalah bersifat "a posteriori" (atau empiris), sebabargumen ini didukung oleh bukti-bukti dari pengalaman. Pemikiran ini mencoba untuk
membangun pengetahuan tentang Tuhan dari alam. Secara sederhana, pembuktian adanya
Tuhan diajukan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut: "Sudah tentu Tuhan ada. Sebab
jika tidak demikian, maka siapakah yang mengawali segala sesuatu?"8
Argumen kosmologi (yang sering disebut Argumen Sebab Pertama) mencoba untuk
membuktikan keberadaan Tuhan sebagai penyebab utama beberapa kenyataan empiris atau
lainnya, biasanya di dunia atau alam semesta itu sendiri.9 Jalan pikiran pembuktian adanya
Tuhan dari argumen kausal ini adalah sebagai berikut:
5 Ibid ., h. 83-4.6 Ed.L. Miler, Philosophical and Religion Issues (Encino, California: Dickenson Publishing
Company, Inc, 1971), h. 6.7 Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg, Introduction to Philosophy (Michigan: Baker
Book House, 1982), h. 290.8 Louis O. Kattsoff, op.cit., h. 443.9 Miller, op.cit., h. 37.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 6/14
6
• Telah lama Tuhan dipersepsi sebagai sebab, yakni sebab pertama.
• Ketika Tuhan dipersepsi sebagai sebab, maka biasanya ia disebut Sebab Pertama
(Causa Prima) yang menunjukkan betapa Ia adalah sebab yang pertama dan paling
fundamental dari semua rangkaian sebab yang ada.
• Sebagai sebab pertama, Ia adalah sumber dari mana segala yang lain berasal.
• Tanpa sumber maka tak terbayang “derivat” dapat muncul. Oleh karena itu adanya
alam sebagi derivat atau akibat, menjadi dalil adanya Sebab Pertama, yaitu Tuhan.
• Kalau setiap kejadian tak terbayangkan terjadi kecuali melalui yang lain maka
setiap kejadian membutuhkan sebab. Tetapi sebab itupun pada gilirannya
membutuhkan sebab yang lain. Demikian seterusnya.
• Tetapi rangkaian ini tak terbayang tanpa akhir, karena kalau begitu tak mungkin
akan terjadi suatu apapun, karena tidak ada yang memulainya.
• Karena itu filosof Yunani dan Muslim sepakat bahwa rangkaian sebab itu harus
berhenti pada sebuah sebab yang tak bersebab. Dan inilah yang disebut Tuhan.10
Pendapat paling terkenal dan klasik mengenai argumen kosmologi ditemukan
dalam tulisan-tulisan Santo Thomas Aquinas (1224/5-1274). Dalam "Summa Theologica".
Ia menawarkan lima bukti, tiga di antaranya adalah Argumen kosmologi. Menurut Norman
L. Geisler dan Paul D. Feinberg, inti pemikiran Thomas Aquinas adalah sebagai berikut:
1. Setiap efek alam menyebabkan kebutuhan.2. Setiap kontingen merupakan efek.
3. Oleh karena itu, setiap kontingen disebabkan oleh yang lain.
4. Jadi, yang menyebabkan setiap kontingen tidak kontingen, tetapi Necessary
(yaitu Tuhan). 11
Hal ini jelas terlihat bahwa prinsip dari argumen kosmologi bahwa setiap kegiatan
dan efek yang cukup harus ada penyebabnya. Dunia di sini dan kami tidak dapat menolak
keberadaan-nya. Dunia kontingen, karena terdiri dari bagian, masing-masing yang
tergantung pada bagian lain, maka secara keseluruhan ia harus tergantung pada sesuatu di
luar itu sendiri yang harus independen, tak terbatas dan absolut. Dunia ini juga merupakan
tertib dunia kosmos dan bukan kekacauan. Satu-satunya jalan yang memadai untuk
10 Mulyadhi Kartanegara, Bahan Kuliah Filsafat Agama pada Program Agama dan Filsafat
Islam PPS IAIN Sumatera Utara tahun 2009.11 Geisler, op.cit., h. 289.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 7/14
7
mengatur tertib dunia adalah Akal (yaitu Tuhan).
Thomas Aquinas mengembangkan dari segi lain mengenai argumen kosmologis
untuk membuktikan adanya Tuhan. Menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat dibuktikan
dari pertimbangan data empiris. Pertimbangan ini, memang tidak secara langsung
memahami Tuhan, tetapi dengan analisis rasional mengenai fenomena yang terdapat di
alam ini dapat mendorong pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada.
Satu dari argumen kosmologinya adalah tentang gerak dan perubahan. Jalan pikiran
Aquinas tentang gerak ini adalah sebagai berikut:
• Sebuah benda tidak dapat bergerak kecuali jika benda itu memiliki potensi untuk
bergerak.
• Karena potensi itu harus diaktualisasikan, sesuatu yang aktual harus menempatkan
benda dalam gerak.
• Mustahil suatu benda yang sama dapat secara serempak bersifat aktual dan
potensial.
• Karena itu, apapun yang bergerak pasti digerakkan oleh yang lain.
• Jika benda digerakkan benda yang lain, dan begitu seterusnya, maka pasti ada
penggerak pertama yang tidak digerakkan; yaitu Tuhan.12
3. Argumen Wajib al-Wujud
Menurut sebagian filosof, konsep Tuhan sebagai sebab atau penggerak tidak
memuaskan. Ibn Sina mengatakan bahwa Tuhan yang dipersepsi sebagai sebab pertama,
atau penggerak yang tak bergerak hanya akan menjelaskan tentang bagaimana peristiwa
alam itu terjadi, tapi tidak menyatakan bahwa Tuhan adalah sumber atau pencipta alam.
Lalu Ibnu Sina mengajukan teori al-imkan (kemungkinan).
Argumen al-imkan Ibn Sina membagi wujud ke dalam tiga macam; wujud mustahil,
wujud mungkin, dan wujud wajib/niscaya. Ibnu Sina mengkonsepsikan Tuhan sebagai
Wujud yang Niscaya (The Necessary Being ) sedangkan alam adalah wujud yang mungkin
(the contingent being ). Adapun yang dimaksud dengan Wujud Niscaya di sini adalah
wujud yang senantiasa aktual, dalam arti Tuhan senantiasa ada oleh diri-Nya sendiri, tidak
tergantung pada yang lain untuk keberadaan-Nya.
12 John K. Roth, op.cit., h. 125-6.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 8/14
8
Ini tentu berbeda dengan alam yang bersifat mungkin, dalam arti baru dalam bentuk
potensi. Alam memiliki potensi untuk ada, tetapi tidak bisa ada atau mengaktualkan
keberadaannya dengan sendirinya karena ia tidak memiliki prinsip aktualitas sebagai syarat
bagi pengaktualannya. Dengan demikian jelas bahwa sebagai wujud potensial alam tidak
bisa mewujud dengan sendirinya.
Ketika alam mewujud, seperti yang dapat kita lihat sekarang, padahal ia tidak bisa
mewujudkan dirinya sendiri, maka secara logis kita akan menyimpulkan pasti ada sesuatu,
selain alam, yang telah mewujudkan—dalam arti menggeser potensi alam ke dalam
aktualitas—alam yang Ia sendiri pastilah bersifat aktual. Karena hanya yang telah aktual
yang bisa mewujudkan segala yang bersifat potensial. Wujud aktual yang telah
bertanggung jawab atas terwujudnya alam inilah yang ia sebut Tuhan.
Dialah Tuhan, yang telah menciptakan alam, dengan cara mengubah potensi alam ke
dalam aktualitas, sehingga alam mewujud seperti yang kita saksikan saat ini. Tanpa Wujud
yang Niscaya, maka alam tak pernah akan mewujud, seperti sekarang. Sebaliknya alam
akan tetap dalam potensialitasnya untuk selama-lamanya.13
Jalan pikiran lainnya dikemukakan oleh Ibnu Sina adalah; Tuhan itu suatu ada yang
mesti, yang wujudnya merupakan hakikat zatnya, hingga wujudnya bukan disebabkan
wujud yang lainnya. Alam itu suatu perwujudan yang mungkin karena perwujudannya
disebabkan wujud lainnya. Kemungkinan itu sudah ada sejak azali karena Tuhan itu sebab pertama bagi seluruh ada, hingga beralaskan kemungkinan itu maka alam itu suatu yang
azali. Dengan memahami pengertian mungkin dan mesti itulah seseorang akan sampai
pada perwujudan yang mesti ada.14
4. Argumen Wujud Murni
Di tangan para filosof, konsep Tuhan telah bergeser dari yang bersifat personal ke
impersonal. Salah satu konsep seperti itu adalah yang menganggap Tuhan sebagai Wujud
Murni (the Pure Being ). Pemikiran tersebut diajukan oleh Mulla Shadra yang telah
mengkonsepsikan Tuhan sebagai Wujud Murni.
13 Mulyadhi Kartanegara, Bahan Kuliah Filsafat Agama pada Program Studi Agama danFilsafat Islam PPS IAIN Sumatera Utara tahun 2009.
14 Yoesoef Souyb, Pemikiran Islam Merobah Dunia, (Medan: Madju, 1984),h. 138-9.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 9/14
9
Tuhan dikatakan sebagai wujud murni, karena berbeda dengan wujud-wujud lainnya,
yang selalu bercampur dengan esensi, Tuhan tidak memiliki yang lain kecuali wujud.
Tuhan adalah wujud murni, tanpa esensi. Kalau Tuhan memiliki esensi, maka bukan saja
akan terjadi tarkib (komposisi) pada diri Tuhan, tetapi juga Ia akan tergantung pada esensi.
Ini tidak boleh terjadi pada Tuhan, karena kalau ini terjadi maka Tuhan akan menjadi
wujud yang mungkin, bukan Wujud Niscaya; ia bukan Tuhan.
Tuhan sebagai wujud haruslah esa. Kalau Tuhan dikonsepsikan sebagai sesuatu yang
tertinggi yang tidak terbayang adanya yang lebih tinggi dari-Nya, maka Ia haruslah satu.
Sebab kalau lebih dari satu, Ia bukan yang paling tinggi, dan karena itu bukan Tuhan.
Modus pembuktian adanya Tuhan oleh Mulla Shadra disebut dalil al-Shiddiqin. Dalil
(argumen) ini menyatakan bahwa Tuhan sebagai Wujud Murni, tidak perlu dibuktikan,
karena Ia telah terbukti sendiri ( self-evident ) atau dalam istilahnya sendiri; badihi.
Bagaimana itu terjadi? Kita mengatakan bahwa baju yang saya pakai adalah biru.
Tetapi kita tidak mungkin mengatakan baju itu biru, kalau biru itu sendiri tidak ada, atau
kita tolak keberadaannya. Maka demikian juga, ketika kita mengatakan, bahwa pulpen
yang saya pakai ini ada, maka tidak mungkin kita bisa mengakatakannya kecuali kalau kita
yakin bahwa “ada itu sendiri” ada.15
• Ada itu sendiri, yang menjadi syarat utama bagi ada-ada yang lain, tapi
bukan yang lain. Inilah yang kita sebut ada murni, atau Wujud Murni. Wujud murniyang seperti itulah yang disebut oleh Mulla Shadra sebagai Tuhan. Tuhan yang
keberadaan-Nya tidak memerlukan yang lain, tetapi justru menjadi syarat mutlak
bagi keberadaan yang lain.
• Jadi sebagai syarat bagi keberadaan yang lain inilah, Tuhan dipandang
sebagai sumber dari mana segala yang selainnya (alam) berasal. Dengan demikian
Ia bisa disebut sebagai pencipta alam semesta.
5. Argumen Teleologis
Argumen berikutnya adalah argumen teleologi. Argumen teleologi merupakan
argumen bagi keberadaan Tuhan yang didasarkan pada bukti desain, tujuan dan
penyesuaian di dunia. Argumen teleologi juga dikenal sebagai argumen dari desain atau
15 Mulyadhi Kartanegara, Bahan Kuliah Filsafat Agama pada Program Studi Agama danFilsafat Islam PPS IAIN Sumatera Utara tahun 2009.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 10/14
10
argumen terakhir dari penyebabnya. Argumen teleologi ini adalah yang paling populer
karena mudah dipahami.
Suatu bentuk pembuktian yang lebih populer terdapat pada ucapan orang-orang
yang menanyakan; "Mengapa saya ada (di sini)? Yang mereka maksudkan dengan
pertanyaan itu ialah, mereka tidak akan dilahirkan kecuali apabila adanya itu mempunyai
suatu tujuan".16
Ada banyak bukti manusia didesain sendiri, seperti telinga untuk mendengar, mata
untuk melihat; kepala, otak, kaki, seluruh manusia organisme, setiap bagian yang berfungsi
secara khusus dan bekerja sama dalam tujuan umum. Desainer itu berarti juga intelijen,
dan intelijen itu berarti kepribadian, dan itu berarti Tuhan.
Salah satu pembuktian Thomas Aquinas tentang eksistensi Tuhan menggunakan
argumen teleologis. Menurut Aquinas, benda-benda alam yang tidak berpengatahuan
menuntut fungsi melalui cara yang teratur dan terpolakan. Benda-benda alam itu bergerak
karena sebuah tujuan. Selain itu, tatanan ini terjadi dengan keraturan semacam itu sehingga
tak dimungkinkan bahwa keteraturan ini karena kebetulan. Adanya pola atau desain di
dalam apa yang tak memiliki pengetahuan menunjukkan realitas intelijensi yang bersifat
transenden. Apa yang tak memiliki pengetahuan tidak dapat dikatakan bergerak sendiri ke
suatu tujuan atau pemenuhan sebuah tujuan, sehingga suatu wujud intelijen pasti eksis
sebagai tempat tujuan dari semua benda-benda alam, dan wujud itu kita sebut denganTuhan.17
Argumen yang identik dengan argumen teleologis yang diutarakan Thomas Aquinas
ditemukan pula pada pemikiran Ibnu Rusyd yang dikenal dengan dalil al-'inayah (argumen
keteraturan). Menurut Ibnu Rusyd, argumen yang paling meyakinkan tentang eksistensi
Tuhan bukan argumen kosmologis seperti diutarakan oleh Aristoteles, bukan pula argumen
tentang kemungkinan (al-imkan) yang disebut Ibnu Sina, tetapi lebih tepat dari argumen
invensi (penciptaan) atau argumen keteraturan atau rancangan (al-'inayah).18
Untuk membuktikan eksistensi Tuhan, Ibnu Rusyd menggunakan contoh
keteraturan waktu malam dan siang. Ibnu Rusyd menyatakan: "Malam mengiringi siang, di
16 Louis O. Kattsoff, op.cit., 444.17 John K. Roth, op.cit ., h. 130-1.18 Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy, terjemahan Mulyadhi Kartanegara,
Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), h. 387.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 11/14
11
mana siang muncul ketika matahari terbit dan menghilang ketika matahari terbenam.
Keduanya sesuatu keajaiban dari ciptaan Maha Pencipta. Andai Tuhan tidak membuat
aturan serupa niscaya hilanglah keteraturan alam. Dengan keteraturan itu, manusia dapat
berusaha dan mencari rezki pada siang hari dan beristirahat pada malamnya. Tanpa siang
tidak dirasakan nikmatnya malam. Tuhan lah yang mengatur semua itu".19
6. Argumen Moral
Argumen moral dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Kant menyatakan,
setiap manusia memiliki perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya.
Perasaan moral itu selalu mendorong manusia untuk mejauhi yang buruk dan mengerjakan
yang baik. Dengan perasaan moral itu, orang akan merasa berkewajiban melakukan
kebaikan dan merasa bersalah jika melakukan yang buruk.
Perasaan moral semacam ini, menurut Kant, bersifat absolut dan universal. Manusia
tahu yang baik itu baik dan yang buruk itu buruk bukan karena ada yang memberi tahu,
tetapi bawaan lahir yang tertanam dalam hati sanubarinya. Selanjutnya manusia merasa
berkewajiban melakukan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah karena perasaan
moral yang dimilikinya. Menurut pengamatan Kant, banyak kebaikan yang memperoleh
ganjaran kebaikan dan sebaliknya tidak sedikit perbuatan buruk yang diganjar dengan
keburukan. Karena itu alam dan manusia bukanlah pemberi ganjaran yang hakiki. Atasdasar itu mesti ada hari pembalasan dan di sana mesti ada zat yang Maha Adil yang
membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan. Zat yang Maha
Adil itulah yang disebut Tuhan.20
C. Argumen Filosof yang Meragukan Adanya Tuhan
Selain pembuktian-pembuktian tentang adanya Tuhan, seperti yang diutarakan di
atas, masih terdapat lagi argumen-argumen filosofis yang menunjukkan keraguan dan
penegasian terhadap eksistensi Tuhan. Paparan berikut coba mengetengahkan suatu
pemikiran lain tentang Tuhan yang juga didekati dari perspektif filsafat agama. Tokoh
filosof yang diangkat adalah David Hum dan Nietzsche.
1. Argumen keraguan David Hume terhadap eksistensi Tuhan.
19 Majallah al-Jamiat al-Islamiyyah (Maktabah asy-Syamilah).20 Harun Nasution, op.cit., h. 64-6.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 12/14
12
David Hume, seorang filosof positivistik, meragukan argumen-argumen para filosof
tentang adanya Tuhan. Dalam bukunya Dialogue Concerning Natural Religion, Hume
menyatakan keberatan terhadap klaim bahwa manusia secara mayakinkan dapat
membuktikan adanya Tuhan. Tetapi Hume tidak juga berani mengklaim bahwa Tuhan
tidak ada. Malahan, yang muncul adalah sikap skeptisisme terhadap semua klaim
pengetahuan yang sejati di wilayah ini.21
Setelah mencoba membandingkan dan menganalisis argumen-argumen pembuktian
adanya Tuhan, Hume berkesimpulan bahwa teorisasi filosofis yang konstruktif tentang
realitas sebagai sebuah keseluruhan sebagian besar terkutuk. Ada dua argumen Hume
sehingga sampai pada kesimpulan ini; pertama, pembuktian masalah fakta secara apriori
adalah mustahil; dan kedua, fakta yang hendak dijelaskan begitu luas dan ambigu sehingga
banyak penjelasan adalah mungkin dan tak satu pun penjelasan yang dapat dibenarkan,
yang dapat meyakinkan semua manusia rasional bahwa penjelasan ini dapat diterima.
Karenaya, bandan eksistensi Tuhanyak penjelasan tradisional tentang eksistensi dan sifat
Tuhan berada di dalam bahaya, terutamaa jika diniatkan bahwa klaim-klaim itu dapat
dibuktikan secara rasional atau diverifikasi secara empiris.22
2. Argumen Nietzsche tentang Kematian Tuhan.
Maklumat kematian Tuhan merupakan salah satu unsur penting dari pemikiran
Nietzsche. Kesimpulan ini tentu tidak dapat disebut sebagai penolakan Nietzsche terhadapeksistensi Tuhan, melainkan suatu refleksi dari kenyataan yang disimpulkannya berdasar-
kan sikap umat Kristen Barat terhadap agama dan khususnya Tuhan. Jalan pikiran
Nietzsche dimulai dari paradima hubungan manusia dan Tuhan yang digambarkannya
sebagai hubungan antara budak dan tuannya. Moralitas budak dan eksistensi Tuhan sangat
erat terkait. Tetapi, ini sulit terjadi, karena secara universal watak manusia yang
berkarakter bangsawan lebih banyak yang gagal dalam memenuhi kehendak Tuhan.
Jadi apa yang dapat dipahami dari pernyataan Nietzsche tentang kematian Tuhan?
Kecenderungan Nietzsche adalah untuk memikirkan persoalan tentang eksistensi Tuhan
lebih sebagai masalah psikologis daripada masalah metafisik. Artinya, hubungan antara
moralitas budak dengan kepercayaan kepada Tuhan tidak semata-mata kebetulan. Itu
hanya merupakan alat tambahan yang digunakan oleh mentalitas budak untuk mendistorsi
21 John K. Roth, op.cit., h. 212.22 Ibid ., h. 225.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 13/14
13
dan menjatuhkan martabat manusia yang berkarakter bangsawan. Jadi, Nietzsche tidak
bermaksud menyangkal eksistensi Tuhan, tetapi justru untuk menunjukkan kepada
manusia bahwa mempercayai Tuhan adalah suatu sikap mengingkari karakter diri sendiri.
Pernyataan tentang kematian Tuhan, karena itu, hanya merupakan psikoterapi yang
ditawarkannya sebagai pengobat bagi manusia modern yang secara tindakan sudah
meninggalkan Tuhan tapi tidak mampu menghapus keyakinan terhadapNya.23
D. Penutup
Tuhan menjadi salah satu obyek pembahasan dalam pemikiran filosof dari zaman
ke zaman. Para filosof telah mempersepsi, mengidentifikasi dan mendefenisikan konsep
Tuhan dan sifat-sifatNya dari berbagai pendekatan dan argumen. Kebanyakan ahli filsafat,
baik dari kalangan filosof Yunani, filosof Muslim, maupun filosof Kristen berpendapat
bahwa Tuhan sesuatu yang mesti ada. Eksistensi Tuhan dapat diketahui dan dibuktikan
dengan kekuatan akal, baik beralaskan kenyataan-kenyataan alamiah maupun beralaskan
pikiran itu sendiri. Tuhan itu Maha Sempurna, Maha Adil, Maha Tahu, dan segala sifat
kesempurnaannya.
Selain yang mengakui dan mempercayai eksistensi Tuhan, terdapat juga filosof
yang meragukan leberadaannya. Ragu tidak berarti menolak. Keraguan itu muncul karena
semakin meningkatnya kemampuan manusia menundukkan alam, manusia semakin kagumterhadap alam materi. Adalah David Hume dan Nietzsche yang berpikiran demikian, dua
orang filosof yang hidup di zaman modern, di mana ilmu pengetahuan semakin maju.
Walau mereka ragu, namun tidak pernah mampu membuktikan bahwa Tuhan itu tidak
eksis.
Daftar BacaanAlquran al-Karim.
Ed.L. Miler, Philosophical and Religion Issues (Encino, California: Dickenson Publishing
Company, Inc, 1971).
Harun Nasution, Falsafat Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1973).
23 John K. Roth, op.cit, h. 309-311.
5/12/2018 Sm 3 Argumen Filosofis Tentang Eksistensi Tuhan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sm-3-argumen-filosofis-tentang-eksistensi-tuhan 14/14
14
John K. Roth, The Problem of the Contemporery Philosophy of Religion, terjemahan Ali
Noer Zaman, Persoalan-persoalan Filsafat Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003).
Louis O. Kattsoff, Element of Philossophy, terjemahan Soejono Soemargono, Pengantar
Filsafat (Yogyakarta: Tiara wacana, 2004).
Majallah al-Jamiat al-Islamiyyah (Maktabah asy-Syamilah).
Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy, terjemahan Mulyadhi Kartanegara,Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986).
Mulyadhi Kartanegara, Bahan Kuliah Filsafat Agama pada Program Studi Agama danFilsafat Islam PPS IAIN Sumatera Utara tahun 2009.
Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg, Introduction to Philosophy (Michigan: Baker
Book House, 1982).
Yoesoef Souyb, Pemikiran Islam Merobah Dunia, (Medan: Madju, 1984).