SLP semangat

4
MAKALAH FARMAKOTERAPI I “Service Learning Program” NYERI Disusun oleh: Cyndi Yulanda Putri (128114135) Cinthya Anggarini (128114137) Lusia Jois Mariana (128114138) Oktariani Aurelia Jamil (128114140) Dian Ayu Maharani (128114141) Penina Kurnia Uly (128114142) Kelas FKK B FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

description

okayyyyyy

Transcript of SLP semangat

Page 1: SLP semangat

MAKALAH FARMAKOTERAPI I

“Service Learning Program”

NYERI

Disusun oleh:

Cyndi Yulanda Putri (128114135)

Cinthya Anggarini (128114137)

Lusia Jois Mariana (128114138)

Oktariani Aurelia Jamil (128114140)

Dian Ayu Maharani (128114141)

Penina Kurnia Uly (128114142)

Kelas FKK B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: SLP semangat

PENGANTAR

Nyeri merupakan masalah kesehatan yang kompleks, dan merupakan salah satu alasan utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri dapat mengenai semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status sosial, dan pekerjaan. Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam kerusakan tersebut. Salah satu kasus gangguan sensasi nyeri yaitu gout yang merupakan gangguan metabolic yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi asam urat. Gout adalah salah satu penyakit rematik yang paling umum untuk dewasa, dengan prevalensi yang dilaporkan di Amerika Serikat baru-baru ini diperkirakan 3,9% dari orang dewasa (sekitar 8,3 juta orang) (Khanna, 2012). Prevalensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun sebesar 32% dan kejadian tertinggi pada penduduk Minahasa sebesar 29,2%. Angka kejadian asam urat atau gout di Indonesia pada tahun 1986 menduduki peringkat ke empat untuk penduduk perkotaan Jawa yaitu 4,8 % dan peringkat lima untuk penduduk pedesaan Jawa yaitu 1,7 % (Darmawan, 1993). Prevalensi gout telah meningkat di banyak negara yang dimediasi oleh faktor-faktor seperti peningkatan prevalensi penyakit penyerta yang mendorong hiperurisemia, termasuk hipertensi, obesitas, sindrom metabolik, diabetes mellitus tipe 2, dan penyakit ginjal kronis (Khanna, 2012). Outcome therapy : Tujuannya adalah untuk mengurangi serangan, menurunkan kadar asam urat darah dan memperbaiki kesehatan pasien sambil mencegah perburukan penyakit (American College of Rheumatology, 2012).

Kasus 1Data Pasien

Nama Tn. S

Berat badan 48 kg

Jenis Kelamin Laki-laki

Mulai berobat 16 September 2014

Diagnosis E.78 = DislipidemiaE.79 = hyperurekimia

Subyektif : sakit pada telapak kaki, siku tangan kaku, pusing dan nyeri betis saat berjalanObyektif :

- Pemeriksaan tanda vital : Tekanan Darah 120/80 mmHg (prehipertensi)

- Pemeriksaan laboratorium

Parameter Satuan Nilai rujukan

Nilai pemeriksaan

Keterangan

Asam urat mg/dL 3,5 – 7,0 8,1 Tinggi Kolesterol mg/dL 150 – 200 212 Tinggi Trigliserida mg/dL <150 131 Normal

Riwayat penyakit:

- Myalgia

- Obs. Gastrtitis

- Obs. Bahl kronis

Page 3: SLP semangat

Terapi : o Allopurinol 1 x 2 XU

o Simvastatin 0-0-1 VI

o Piroxicam 2 x 1 VI

o B.complex 2 x 1 X

Assessment:Terapi gout

Penggunaan Allopurinol sebagai first line therapy sudah tepat untuk pasien tersebut (National Institute of Health, 2012). Namun, sebagai Xanthine Oxidase Inhibitor dan Urate Lowering Therapy yang poten, allopurinol biasanya underdose dan perlu adanya penaikan dosis (Riedel, Nelson, Joseph, Wallace, MacDonald, Becker, 2004). Penaikan dosis memicu terjadinya idiosinkratik yang serius dan gangguan fungsi ginjal (Reinders MK, Haagsma C, Jansen TL, 2009). Febuxostat merupakan alternatif yang lebih poten daripada allopurinol dan memiliki efek samping yang lebih rendah. Namun, harganya yang mahal menjadi pertimbangan (Dubchak and Falasca, 2010).

Terapi dislipidemia

Pemberian simvastatin sudah tepat karena simvastatin merupakan golongan statin dan merupakan first line therapy untuk pasien dyslipidemia. (American Association of Clinical Endocrinologist’s, 2012). Dosis untuk obesitas adalah 20 mg/hari, tidak menyebabkan pengurangan produksi kemokin kecuali adanya komorbiditas (Fernandes, Bela, Andrade, de Moraes, Martins, Sandrim, 2015).

Daftar pustaka

Fernandes, Bela, Andrade, de Moraes, Martins, Sandrim, 2015, Simvastatin does not reduce chemokine production in obesity without comorbidities, Inflammation, 38:1297-301).

Dubchak, N., and Falasca, G.F., 2010, New and improved strategies for the treatment of gout, International Journal of Nephrology and Renovascular Disease, 3: 145-166.

National Institute of Health, 2012, American College of Rheumatology Guidelines for Management of Gout Part I: Systematic Non-pharmacologic and Pharmacologic Therapeutic Approaches to Hyperuricemia, Arthritis Care Res, 64(10): 1431-1446.

Reinders MK, Haagsma C, Jansen TL, 2009, A randomised controlled trial on the efficacy and tolerability with dose escalation of allopurinol 300–600 mg/day versus benzbromarone 100–200 mg/day in patients with gout. Ann Rheum Dis. 2009;68(6):892–897.

Riedel, Nelson, Joseph, Wallace, MacDonald, Becker, 2004, Compliance with allopurinol therapy among managed care enrollees with gout: a retrospective analysis of administrative claims, J Rheumatol, 2004;31(8):1575–1581.