Slogan Bandung

18
6 BAB II SLOGAN BANDUNG “BERMARTABAT” DI MASYARAKAT 2.1 Sejarah Kota Bandung Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke 17, dengan bupati pertama Tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah kabupaten Bandung hingga tahun 1681. Semula kabupaten Bandung beribu kota di Krapyak (sekarang Dayeuh Kolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung sekarang. Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, R.A Wiranatakusumah II (1794 1829) yang dijuluki “Dalem Kaum I”, kekuasaan di nusantara beralih dari kompeni ke pemerintahan Hindia Belanda, dengan Gubernur Jendral pertama Herman Willem Daendels (1808-1811). Untuk kelancaran melancarkan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung Barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa Timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing. Di daerah Bandung khusunya dan di daerah Priangan umumnya, jalan raya Pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di daerah Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jendral Sudirman Jalan Asia Afrika Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten masing-masing ke daerah Cikapundung

description

slogan bandung

Transcript of Slogan Bandung

Page 1: Slogan Bandung

6

BAB II

SLOGAN BANDUNG “BERMARTABAT”

DI MASYARAKAT

2.1 Sejarah Kota Bandung

Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan

kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat

jauh setelah kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk

pada sekitar pertengahan abad ke 17, dengan bupati pertama

Tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah kabupaten Bandung

hingga tahun 1681. Semula kabupaten Bandung beribu kota di Krapyak

(sekarang Dayeuh Kolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat

kota Bandung sekarang. Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati

ke-6, R.A Wiranatakusumah II (1794 – 1829) yang dijuluki “Dalem Kaum

I”, kekuasaan di nusantara beralih dari kompeni ke pemerintahan Hindia

Belanda, dengan Gubernur Jendral pertama Herman Willem Daendels

(1808-1811). Untuk kelancaran melancarkan tugasnya di Pulau Jawa,

Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di

ujung Barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa Timur (kira-kira

1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di

bawah pimpinan bupati daerah masing-masing. Di daerah Bandung

khusunya dan di daerah Priangan umumnya, jalan raya Pos mulai

dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan

memperlebar jalan yang telah ada. Di daerah Bandung sekarang, jalan

raya itu adalah Jalan Jendral Sudirman – Jalan Asia Afrika – Jalan A.

Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran

pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah

mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810

meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk

memindahkan ibukota kabupaten masing-masing ke daerah Cikapundung

Page 2: Slogan Bandung

7

dan Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos. Rupanya

Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati

Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibu kota Kabupaten

Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis

bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong

berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan

Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang).

Alasan pemindahan ibukota antara lain krapyak tidak strategis sebagai

ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerha Bandung dan

sering dilanda banjir ketika musim hujan. Sekitar akhir tahun 1808/awal

tahun1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari krapyak

mendekati lahan bakal ibukota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu

(daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah

lagi ke kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan

sekarang). Tidak diketahui secara pasti, berapa lama kota Bandung di

bangun. Akan tetapi itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels,

melainkan atas prakarsa Bupati Bandung. Bahkan pembangunan itu

dipimpin langsung oleh bupati. Dengan kata lain, Bupati R. A.

Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) kota Bandung.

Menurut penjelasan laman Bandung.go.id (2009), Kota Bandung

diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat

keputusan tanggal 25 September 1810.

2.2 Letak Geografis Kota Bandung

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan

ibukota propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Kota Bandung terletak

diantara 107o Bujur Timur dan 6 0 55o Lintang Selatan. Lokasi Kotamadya

Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian,

maupun keamanan. Hal tersebut disebabkan oleh Kota Bandung terletak

pada pertemuan poros jalan raya barat timur yang memudahkan

Page 3: Slogan Bandung

8

hubungan dengan ibukota negara utara selatan yang memudahkan lalu

lintas ke daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan), letak yang tidak

terisolasi serta dengan komunikasi yang baik akan memudahkan aparat

keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru.

2.3 Penduduk Kota Bandung

Penduduk Kota Bandung menurut Registrasi Penduduk sampai

dengan bulan Maret 2004 berjumlah : 2.510.982 jiwa dengan luas wilayah

16.729,50 Ha. (167,67 Km 2 ), sehingga kepadatan penduduknya per

hektar sebesar 155 jiwa. Komposisi penduduk warga negara asing yang

berdomisili di Kota Bandung adalah sebesar 4.301 jiwa. Jumlah warga

negara asing menurut catatan Kantor Imigrasi Bandung yang berdiam

tetap di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 2.511 orang,

sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara di Kota

Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 5.849 jiwa. Dari Program

Pemerintah dalam hal mengurangi kepadatan penduduk yang tinggi

khususnya di Kota Bandung telah dilaksanakan Program Transmigrasi ke

luar Pulau Jawa dengan jenis transmigrasi terbesar adalah Transmigrasi

TU sebanyak 76 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebesar 86,

sedangkan daerah tujuan Transmigrasi TU adalah Propinsi Riau dan

Kalimantan Tengah. Dalam hal membuka kesempatan kerja yang ada

pada Bursa Kesempatan Kerja jumlah kesempatan yang paling tinggi

adalah dari lulusan SMU. Nampaknya dalam hal ini Pemerintah tetap

harus bekerja keras dalam penyediaan lapangan pekerjaan, selain

lowongan yang ada terus diciptakan dan kualitas sumber daya manusia

juga harus ditingkatkan.

Page 4: Slogan Bandung

9

2.4 Visi dan Misi Kota Bandung

Untuk merealisasikan keinginan, harapan, serta tujuan

sebagaimana tertuang dalam visi yang telah ditetapkan oleh kota

Bandung, maka pemerintah dan masyarakat Kota Bandung ingin

terciptanya suatu kondisi antara lain :

1. Kota Bandung sebagai kota jasa harus bersih dari sampah, dan

bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), penyakit

masyarakat (judi, pelacuran, narkoba, premanisme, dan lainnya),

dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya yang bertentangan

dengan moral dan agama dan budaya masyarakat atau bangsa.

2. Kota Bandung sebagai kota jasa yang memberikan kemakmuran

bagi warganya.

3. Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki warga yang taat

terhadap agama, hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan untuk

menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban kota.

4. Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki warga yang

bersahabat, santun, akrab dan dapat menyenagkan bagi orang

yang berkunjung serta menjadikan kota yang bersahabat dalam

pemahaman kota yang ramah lingkungan.

2.5 Rencana Strategi Kota Bandung Arah Kebijakan Pemerintah atau

RESTRA

Menurut data resmi pemerintahan kota Bandung (2009), Rencana

Strategi Kota Bandung Arah Kebijakan Pemerintah (RESTRA) adalah

sebagai berikut :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

Pendidikan, Kesehatan serta pelayanan keagamaan bagi seluruh

masyarakat.

Page 5: Slogan Bandung

10

2. Mengupayakan peningkatan kegiatan perekonomian kota

berbasiskan potensi daerah.

3. Mendorong peningkatan integrasi dan ketahanan sosial masyarakat

serta peningkatan rasa kepedulian sosial masyarakat.

4. Mengupayakan perluasan dan pemerataan pelayanan prasarana dan

sarana kota serta pengembangan aktivitas kota yang sesuai dengan

daya dukung dan daya tampung lingkungan.

5. Mengupayakan terjadinya peningkatan pelayanan pemerintahan

kepada masyarakat dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan serta pengendalian dan pengawasan pembangunan

kota .

6. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan potensi pembiayaan

pembangunan kota .

2.6 Permasalahan di Kota Bandung

Yang penulis amati dan analisa dari sekian banyak permasalahan

di kota Bandung yaitu mengenai pengembangan dan pengendalian

lingkungan hidup. Dalam permasalahan disebutkan tujuan

pengembangan dan pengendalian lingkungan hidup adalah dengan cara

meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dengan sasarannya antara lain

sebagai berikut;

a) Terkendalinya pencemaran di bawah tanah, permukaan tanah

dan di atas permukaan tanah;

b) Meningkatnya kualitas dan kuantitas lahan resapan air;

c) Meningkatnya prasarana dan sarana TPA serta pengolahan

alternatif sampah/limbah;

d) Meningkatnya kualitas dan kuantitas pemeliharaan taman-

taman dan hutan-hutan kota;

e) Meningkatnya upaya-upaya pencegahan pengalihan Ruang

Terbuka Hijau (RTH) dan mengembalikan secara bertahap

fungsi RTH yang telah beralih fungsi.

Page 6: Slogan Bandung

11

Daya dukung lingkungan saat ini semakin menurun. Tidak dapat

dipungkiri bahwa pembangun fisik di kota Bandung terus berlangsung.

Hal ini bisa dilihat dari terbangunnya pusat-pusat perbelanjaan atau mal,

FO (Factory Outlet) dan pasar. Pasar modern yang harus diakui dalam

pelaksanaan pembangunannya telah menggusur pasar-pasar tradisional.

Sudah tentu konsekuensinya banyak pedagang yang modalnya kecil

tidak sanggup lagi berdagang di pasar dan kemudian beralih ke jalan-

jalan. Kondisi tersebut mengakibatkan kemacetan lalulintas. Seperti yang

terjadi di daerah Andir dan jalan Sudirman, Kiara Condong, Cicadas dan

banyak lagi. Begitupun dengan supermaket tidak kalah ketinggalan.

Keberadaannya hampir di pelosok kota sudah ada. Sebagian besar

mengusur warung-warung kecil. Kemajuan ini tidak memperhitungkan

resiko daya dukung lingkungan yang semakin hari terus mengalami

penurunan.

Permasalahan yang paling krusial dihadapi kota Bandung saat ini

adalah masalah kependudukan, dan menurunnya air, udara dan

pencemaran yang mengakibatkan tercemarnya air, tanah dan udara

serta minimnya ruang terbuka hijau. Perubahan tata guna lahan

fenomena yang terjadi di DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum Hulu pada

saat ini adalah ketika musim kemarau terjadi kekeringan, dan sebaliknya

pada musim hujan terjadi banjir disertai dengan buruknya kualitas air.

Terganggunya fungsi hidrologis di DAS Citarum ini karena banyaknya

konversi lahan di daerah tangkapan air, yakni dari lahan resapan air

menjadi lahan terbangun (permukiman, industri, jalan, dan fasilitas

lainnya), sehingga air yang meresap ke dalam tanah semakin berkurang.

Meningkatnya perkembangan penduduk dan krisis ekonomi sejak tahun

1997 telah berdampak cukup signifikan terhadap kondisi lingkungan.

Tidak terkendalinya konversi lahan dari lahan resapan air menjadi lahan

terbangun merupakan awal kerusakan lingkungan yang terjadi di DAS

Citarum Hulu, walaupun sejak tahun 1982 Pemda Propinsi Jawa Barat

telah mengeluarkan SK Gubernur No. 181.1/SK.1624-Bapp/1982 tentang

Page 7: Slogan Bandung

12

Peruntukan Lahan di Wilayah Inti Bandung Raya Bagian Utara (Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat, 2004).

Gambar 2.1

(Kepadatan Penduduk di kota Bandung)

Pada saat ini pohon itu telah ditebang karena adanya

pembangunan-pembangunan gedung bertingkat. Lalu permasalahan

lingkungan yang terjadi di areal cekungan Bandung yang disebabkan

menurunnya kualitas dan kuantitas air baku, penataan ruang,

penanganan transportasi, serta masalah kependudukan. Daya dukung

kota yang terbatas membuat kerusakan lingkungan yang terjadi di

Bandung terus meningkat.

Seperti yang ditulis oleh Soemarwoto pada laman harian Kompas,

Jumlah taman dan jalur hijau juga berkurang terus akibat alih fungsi

lahan, misalnya, di sekitar Jalan Cikapayang dan Prabu Dimuntur yang

semula daerah hijau yang asri kini menjadi gersang akibat pembangunan

Jalan Layang Pasteur-Surapati. “Saat ini kita perhatikan sangat prihatin

sekali kepada sikap sejumlah perguruan tinggi yang ada di Bandung

yang kurang peduli lingkungan kampusnya karena tidak menyediakan

lahan hijau. Sebagai contoh kampus yang masih peduli akan lingkungan

yaitu sekitaran kampus ITB dinilai masih lebih baik, akan tetapi karena

terus adanya pembangunan lahan hijaunya terus berkurang”.

Page 8: Slogan Bandung

13

2. 7 Slogan Bandung “Bermartabat”

2.7.1 Pengertian Slogan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), slogan yaitu

perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan

mudah diingat untuk memberitahukan sesuatu, untuk tetap hidup

berdampingan secara damai, atau slogan juga bisa disebut

perkataan atau kalimat pendek yang menarik, mencolok, dan

mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi golongan,

organisasi, partai politik, dsb yang selalu memikat.

Sedangkan menurut kamus online Wikipedia (2008), slogan

merupakan motto atau frasa yang dipakai pada konteks politik,

komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide atau

tujuan. Bentuk slogan bervariasi, sampai yang diucap dan yang

terlihat. Kata slogan sendiri diambil dari istilah dalam bahasa Gaelik

(slaugh-ghairm), yang berarti “teriakan bertempur.

Secara harfiah, Bermartabat diartikan sebagai harkat atau harga

diri, yang menunjukkan eksistensi masyarakat kota yang dapat

dijadikan teladan karena kebersihan, kemakmuran, ketaatan,

ketaqwaan dan kedisiplinannya. Jadi Kota Jasa yang bermartabat

adalah kota yang menyediakan jasa pelayanan yang didukung

dengan terwujudnya kebersihan, kemakmuran, ketaatan,

ketaqwaan dan kedisiplinan masyarakatnya.

2.7.2 Bandung “Bersih”

“Bersih” pada slogan Bandung “Bermartabat” disini yaitu

mempunyai arti bahwa Kota Bandung sebagai kota jasa harus

bersih dari sampah, dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan

nepotisme (KKN), penyakit masyarakat (judi, pelacuran, narkoba,

premanisme, dan lainnya), dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya

Page 9: Slogan Bandung

14

yang bertentangan dengan moral dan agama dan budaya

masyarakat atau bangsa.

Saat ini masih banyak dijumpai sampah di setiap sudut kota

Bandung. Timbunan sampah di Kota Bandung, Kabupaten

Bandung, dan Kota Cimahi, dan tiga kecamatan di Kabupaten

Sumedang mencapai 3.300 ton/hari, sementara yang terangkut

baru 1.442 ton/hari atau 43,7%. Dengan demikian yang tidak

terangkut mencapai 1,858 ton/hari. Sampah yang tidak terangkut

tersebut oleh masyarakat ada yang dikubur di pekarangan,

sebagian dibakar, dan sebagian sisanya dibuang ke sungai. Dapat

diasumsikan jumlah sampah yang masuk ke sungai setiap hari

sebesar 620 ton, yang terdiri atas sampah organik dan anorganik.

Gambar 2.2

(Sampah berserakan di kota Bandung)

Hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri dalam

peningkatan pelayanan sampah di Cekungan Bandung. Sampai

saat ini, solusi akhir pengelolaan limbah padat di Jawa Barat masih

memanfaatkan keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Permasalahan yang dihadapi adalah pengelolaan TPA yang secara

formal dipegang oleh tiga Pemda (Kota dan Kabupaten Bandung,

serta Cimahi), dengan cara pandang dan kebijakan yang berbeda

pula. Permasalahan ini terkait pula dengan permasalahan sosial

penduduk di sekitar TPA. Kecenderungan menurunnya kualitas

Page 10: Slogan Bandung

15

udara diakibatkan oleh peningkatan beragam aktivitas, termasuk

transportasi, industri, perumahan, persampahan, dan alami

(vulkanik). (Sudardja, 2007).

Menurut catatan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah

Jawa Barat, (2004), konsentrasi beberapa parameter, seperti

oksida nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida

(SO2), hidrokarbon (HC), ozon (O3), partikulat (PM10), dan timbal

(Pb) cenderung meningkat, sehingga secara umum, mengakibatkan

kualitas udara di Cekungan Bandung cenderung menurun Kualitas

udara yang buruk ini dikuatkan dengan adanya kecenderungan

Hidrokarbon (HC) yang meningkat di atas ambang batas hingga 4-8

kali dari konsentrasi ambang batas baku mutu udara, yaitu sebesar

160 mg/m3/3jam.

Isu lain menurut Sudardja (2008) adalah polusi lintas batas

(transboundary pollution), yaitu polusi yang efeknya bersifat tidak

hanya lokal, melainkan regional, bahkan nasional, termasuk di

dalamnya hujan asam dan pembentukan ozon di troposfer akibat

reaksi kimia. Hal ini pada gilirannya akan berkontribusi pada

perubahan iklim. pH (zat asam) air hujan dari 1985 hingga 2002

menunjukkan kecenderungan penurunan hingga sekitar 4, lebih

rendah dari pH normal air hujan Penyumbang terbesar polusi udara

adalah emisi kendaraan bermotor. Sekitar 97% emisi

karbonmonoksida, 80% emisi hidrokarbon, dan lebih 50% emisi

nitrogen oksida (NOx) dihasilkan dari kendaraan bermotor. Sekitar

60% emisi SO2 dihasilkan dari industri (Soedomo, 2001).

Hal ini dipicu oleh meningkatnya kebutuhan kendaraan bermotor.

Jumlah kendaraan bermotor meningkat sebesar 8% per tahun.

Polusi udara juga dapat menyebabkan kerusakan tanaman,

mengancam keanekaragaman hayati hutan, dan mengurangi hasil

panen, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kerugian

ekonomis.

Page 11: Slogan Bandung

16

2.7.3 Bandung “Makmur”

Kata “Makmur” yang terdapat pada slogan Bandung

“Bermartabat” ini yaitu Kota Bandung sebagai kota jasa yang

memberikan kemakmuran bagi warganya. Saat ini kemakmuran di

kota Bandung belum sepenuhnya mencapai target, masih terlihat

adanya masyarakat kurang mampu, masyarakat miskin,

gelandangan dan pengemis. Menurut penulis yang melakukan

pengamatan langsung ke lapangan, gelandangan dan pengemis

baik anak-anak, orang dewasa, orang tua, dan lanjut usia masih

banyak dijumpai disetiap sudut kota Bandung. Hampir di setiap

perempatan jalan sering jumpai pengemis atau gelandangan

khusunya anak kecil dan orang dewasa, sisanya pengamen dan

gelandangan berada di setiap keramaian pasar, pusat

perbelanjaan. Berikut di bawah ini adalah tabel mengenai masalah

kesejahteraan sosial di Kota Bandung;

Page 12: Slogan Bandung

17

Tabel 2.1

(Tabel kesejahteraan sosial di kota Bandung Tahun 2007)

Melihat tabel tersebut bisa dilihat jumlah fakir miskin yaitu

mencapai 312.799 orang. Angka ini merupakan angkat tertinggi di

banding dengan yang lainnya, oleh Karena itu masyarakat kota Bandung

belum mencapai tingkat kemakmuran yang merata. Untuk solusi ini

pemerintah memberikan program kemakmuran bagi kota Bandung.

Dalam mewujudkan sasaran pembangunan khususnya di bidang

kemakmuran, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah melakukan

langkah terobosan melalui program bantuan peningkatan kemakmuran

(PBPK) atau Bantuan Wali kota Khusus kemakmuran (Bawaku Makmur)

dalam bentuk dana hibah. Kebijakan ini dimaksudkan sebagai salah satu

upaya untuk memberikan daya ungkit terhadap peningkatan produktivitas

ekonomi rakyat.

Page 13: Slogan Bandung

18

Program pemerintah Bantuan Wali Kota Khusus Kemakmuran

(Bawaku makmur) diberikan kepada :

1. Kelompok masyarakat atau perorangan yang melakukan

perintisan usaha (memiliki kemampuan dan keinginan yang kuat

untuk berusaha namun memiliki keterbatasan modal untuk

memulai usaha);

2. Pelaku UKM (telah melakukan aktivitas ekonomi produktif

diberbagai bidang) baik kelompok maupun perorangan; dan

3. Koperasi (Simpan Pinjam/Serba Usaha).

2.7.4 Bandung “Taat”

Kata “Taat” dalam slogan Bandung “Bermatabat” disini

mempunyai arti yaitu Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki

warga yang taat terhadap agama, hukum dan aturan-aturan yang

ditetapkan untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban

kota.

Berikut di bawah ini adalah tabel mengenai berapa banyaknya

perkara/kasus pidana dan pidata yang masuk ke pengadilan negeri

di kota Bandung

Page 14: Slogan Bandung

19

;

Tabel 2.2

(Tabel perkara/kasus pidana dan perdata di kota Bandung tahun 2007)

Berdasarkan data tersebut bisa dilihat banyaknya tindak pidana

yang ada di kota Bandung. Pelanggaran yang paling banyak yaitu

mengenai pelanggaran lalu lintas yaitu berjumlah 37.334 kasus, ini berarti

tingkat ketaatan masyarakat untuk mematuhi peratutan yang sudah ada

belum sepenuhnya terpenuhi mengingat tingginya tingkat pelanggaran di

atas. Sehingga secara tidak langsung ketertiban berlalulintas telah sering

terjadi dan telah terciptanya ketidaknyamanan di kota Bandung itu sendiri.

Perlunya pendekatan dan penyuluhan kepada seluruh masyarakat kota

Bandung menjadi prioritas utama demi tercapainya tingkat ketaatan dan

ketertiban di kota Bandung.

Page 15: Slogan Bandung

20

2.7.5 Bandung “Bersahabat”

Kata “Bersahabat” di dalam slogan kota Bandung “Bermartabat”

disini mempunyai arti; Kota Bandung sebagai kota jasa harus

memiliki warga yang bersahabat, santun, akrab dan dapat

menyenangkan bagi orang yang berkunjung serta menjadikan kota

yang bersahabat dalam pemahaman kota yang ramah lingkungan.

Pemerintah disini ingin menjadikan kota Bandung sebagai kota

pariwisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan asing ataupun

wisatawan domestik. Berdasarkan dari survey langsung ke lapangan,

kota Bandung merupakan kota yang sering dikunjungi oleh

wisatawan disebabkan karena kota Bandung lebih dikenal sebagai

kota fashion, sehingga banyak dijumpai gedung-gedung pusat

perbelanjaan seperti Factory Outlet dan pusat perbelanjaan lainnya.

Berikut di bawah ini tabel mengenai jumlah kunjungan wisatawan

ke obyek wisata di Kota Bandung.

Tabel 2.3

(Tabel jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di kota Bandung)

Page 16: Slogan Bandung

21

Berdasarkan tabel tersebut jumlah wisatawan mencapai

1.765.451 orang, itu termasuk wisatawan mancanegara dan

wisatawan nusantara atau domestik. Angka tersebut menunjukan

jumlah yang tinggi. Masyarakat kota Bandung lebih dikenal keramah-

tamahan dan kesopanan.

Dalam hal ini pendekatan positioning bersifat kampanye dan

berusaha mensosialisasikan terhadap warga kota Bandung yang

mengacu kepada suatu konsep dan tujuan secara langsung terhadap

warga kota itu sendiri. Adapun positioning kota Bandung yaitu salah

satu kota besar di Indonesia yang bersih, makmur, taat dan

bersahabat.

2.8 Keberadaan Slogan Bandung “Bermartabat”

Dalam ini permasalahan diamati secara kuisioner, kuisioner ini

dilakukan terhadap 100 orang warga asli kota Bandung, diantaranya

terhadap 50 orang wanita dan 50 orang pria. Hasil dari kuisioner ini

menyatakan bahwa 70 orang warga kota Bandung tidak mengetahui

keberadaan slogan kota Bandung dan tidak paham akan makna

sebenarnya dari slogan Bandung “Bermartabat”, sedangkan 30 orang

warga kota Bandung mengetahui keberadaan slogan Bandung

“Bermartabat”.

Berikut dibawah ini diagram lingkaran mengenai seberapa besar

pengetahuan warga kota Bandung mengenai adanya slogan Bandung

“Bermartabat”

Page 17: Slogan Bandung

22

Gambar 2.3

(Diagram lingkaran kuisioner)

Keterangan :

70 % warga tidak mengetahui keberadaan dan arti slogan

Bandung “Bermartabat”

30 % warga mengetahui keberadaan dan arti slogan

Bandung “Bermartabat”

Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat disimpulkan bahwa

70% warga kota Bandung belum mengetahui keberdaan slogan Bandung

“Bermartabat” dan hanya 30 % yang mengetahui keberadaan slogan

kota Bandung.

2.9 Target Sasaran

Slogan Bandung “Bermartabat” harus sepenuhnya

tersosialisasikan secara merata. Berikut di bawah ini adalah

penjabarannya :

Page 18: Slogan Bandung

23

a) Demografi :

Usia remaja hingga usia manula yang berdomisili di kota Bandung

Pekerjaan : Semua pekerjaan

Untuk hal ini tidak ditentukan harus kerja dimana atau pekerjaan

apa. Semuanya terlibat dalam proses kampanye ini.

Pendidikan : SMP, SMA, S1 dan S2

Hal ini diambil karena agar warga kota Bandung bisa

mengaplikasikan makna dari slogan kota Bandung mulai dari orang

yang berpendidikan terlebih dahulu, karena orang yang berpendidikan

cenderung lebih ditiru dan lebih dihargai sehingga dapat diaplikasikan

kepada orang yang tidak bersekolah atau tidak berpendidikan.

S.E.S : Menengah ke bawah dan menengah ke atas

Untuk status ekonomi sosial di kota Bandung, diharapkan semua

dapat terlibat dan dapat merata dengan baik tidak melihat miskin

ataupun kaya. Untuk itu keseragaman ini dapat mewujudkan

kerukunan antar warga

Jenis kelamin : Laki-laki / perempuan

Status : Menikah / belum menikah

Agama : Semua pemeluk agama

Di Negara Indonesia khususnya di kota Bandung terdapat

beragam perbedaan agama. Beragam agama tersebut antara lain

Islam, Hindu, Kristen, Budha, Protestan. Untuk itu kampanye ini tidak

membeda-bedakan agama, semua agama terlibat untuk

mensosialisasikan kampanye slogan Bandung ‘Bermartabat’

b) Geografis

Warga kota yang Tinggal di kota Bandung dan sekitarnya

c) Psikografis

Warga kota Bandung yang kurang peduli dan tidak memahami

makna dari slogan Bandung “Bermartabat”