SKRtPSI / TUGAS AKHIR Haiaman : 13.^ FAKULTAS TEKNiK SIPIL · SKRiPSi / TUGAS AKHIR FAKULTAS TEKNIK...

24
r '■= SKRtPSI / TUGAS AKHIR FAKULTAS TEKNiK SIPIL Haiaman : 13.^ XI1- EVALUftSI DAN PENGOLAHAN DATA. Dari data data yang sudah diperoleh dari hasil questio- nary maupun dari cara interview dan hasil survey lapang- an diadakan evaluasi dan diolah sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik dari apa yang sudah dikerjakan, sehingga kesalahan kesalahan yang terjadi bisa dihilang- kan. Pada umumnya data data yang diperoleh tidak berada da- lam kondisi dan sarana yang sama untuk setiap proyek, tetapi berdasarkan sistim yang dipakai data data ini bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu : dengan meno- gunakan sistim modern, semi konvensionil, konvensionil. Data data itu perlu dikorelasikan terhadap suatu stand- ard yang diambil sendiri untuk tetap dijadikan pedoman. Evaluasi data data ini bisa juga dengan membandingkan dalam bentuk grafik grafik. Melalui grafik bisa lebih jelas sampai dimana batas ba- tas suatu sistim tersebut masih bisa dilaksanakan, dan dapat juga diketahui kelebihan suatu sistim dari pada sistim lainnya sehingga sehingga bisa dipilih sistim yang tepat untuk suatu kondisi dan sarana suatu proyek. Didalam mengevaluasi data data ini dibagi 3 sistim : - Sistim pengecoran konvensionil. - Sistim pengecoran semi konvensionil. - Sistim pengecoran modern. Sistim pengecoran konvensionil adalah sistim pengecoran yang mempergunakan tenaga manusia secara keseluruhan,

Transcript of SKRtPSI / TUGAS AKHIR Haiaman : 13.^ FAKULTAS TEKNiK SIPIL · SKRiPSi / TUGAS AKHIR FAKULTAS TEKNIK...

  • r'■= S K R tP S I / TU G A S AK HIR

    FA KULTAS T E K N iK S IP ILHaiaman : 1 3 . ^

    XI1- E V A L U f t S I D A N P E N G O L A H A N D A T A .

    Dari data data yang sudah diperoleh dari hasil questio-

    nary maupun dari cara interview dan hasil survey lapang-

    an diadakan evaluasi dan diolah sehingga mendapatkan

    hasil yang lebih baik dari apa yang sudah dikerjakan,

    sehingga kesalahan kesalahan yang terjadi bisa dihilang-

    kan.

    Pada umumnya data data yang diperoleh tidak berada da-

    lam kondisi dan sarana yang sama untuk setiap proyek,

    tetapi berdasarkan sistim yang dipakai data data ini

    bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu : dengan meno-

    gunakan sistim modern, semi konvensionil, konvensionil.

    Data data itu perlu dikorelasikan terhadap suatu stand

    ard yang diambil sendiri untuk tetap dijadikan pedoman.

    Evaluasi data data ini bisa juga dengan membandingkan

    dalam bentuk grafik grafik.

    Melalui grafik bisa lebih jelas sampai dimana batas ba-

    tas suatu sistim tersebut masih bisa dilaksanakan, dan

    dapat juga diketahui kelebihan suatu sistim dari pada

    sistim lainnya sehingga sehingga bisa dipilih sistim

    yang tepat untuk suatu kondisi dan sarana suatu proyek.

    Didalam mengevaluasi data data ini dibagi 3 sistim :

    - Sistim pengecoran konvensionil.

    - Sistim pengecoran semi konvensionil.

    - Sistim pengecoran modern.

    Sistim pengecoran konvensionil adalah sistim pengecoran

    yang mempergunakan tenaga manusia secara keseluruhan,

    http://www.petra.ac.idhttp://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.html

  • f \i i ■- S K R IP S I I T U G A S AKHIR

    2 FA KULTAS T E K N iK S IP ILH a ia m a n : 14 .^

    mulai pengangkutan bahan, pengadukan dengan moleb

    sampai ketempat pengecoran,

    Sistim pengecoran semi konvensionil adalah sistim peng

    ecoran yang mempergunakan beton lift sebagai sarana

    pengangkut keatas atau tower crane dan beton molen seba

    gai pengaduk.

    Sistim pengecoran modern adalah sistim pengecoran yang

    mempergunakan ready mix dan concrete pump sebagai sara

    na pengangkut keatas sampai ketempat tujuan.

    Tujuan evaluasi ini adalah menqevaluasi pengecoran dalam

    jumlah seberapa bisa digunakan salah satu sistim yang

    effektif dan ekonomis serta pada ketinggian berapa sis

    tim sistim fcadi bisa dipergunakan.

    Untuk itu dari tabel 1 diambil harga rata rata pengecor

    an perhari dari ketiga sistim yang akan diambil sebagai

    pedoman.

    Sistim modern dari tabel 1 ada 3 buah data proyek yang

    menggunakan sistim modern, tetapi tidak langsung diambil

    rata rata kapasitas pengecoran perhari tetapi dalam hal

    ini dibagi 2 yaitu antara bangunan 3 lantai kebatuah dan

    bangunan 3 lantai keatas.

    Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah kapasitas

    pengecoran perhari antara 3 lantai keatas dan 3 lantai

    kebawah.

    Untuk 3 lantai kebauah rata rata pengecoran 120m? perha

    ri ( data diambil dari proyek Surabaya delta plasa dan

    P.T. Optima ).

  • I 'N,U

    •'< i'-':Ptv.^ -•

    Sedangkan pengecoran rata rata untuk 3 lantai keatas

    adalah 64 m3 .

    Harga pengecoran rata rata per m3 untuk 3 lantai kebaujr.h

    Rp. 51.000,-3

    Harga pengecoran rata rata per m untuk 3 lantai keatas

    = RP . 62.957,50

    Sistim semi konvensionil dari tabel 1 ada 6 buah data

    proyek yang menggunakan sistim semi konvensionil.

    Harga pengecoran rata rata per m3 :

    R p . 3 7 * 5 0 0 + R p . 3 7 . 5 0 0 , — + R p . 3 7 . 2 0 0 + R p . 4 5 . 5 1 0 + R p 3 2 . 9 5 6 , -

    + R p . 4 4 . 7 4 7 , - ____________________________________________________________

    ~ ^

    S K R I P S I / T U G A S 6 K K I R H a l a m a n : 1 5 ^F A K U L T A S T E K N I K S E P I L

    = R p . 3 9 . 2 4 3 , 8 3

    Kapasitas pengecoran rata rata perhari :

    1 9 , 8 & g 0 , 7 & 2 3 . 9 8 g S 2 . 3 0 2 7 . 5 £ 2 0 . 1 5 = 24 m3

    6

    Sistim konvensionil dari tabel 1 ada 4 buah data pro

    yek yang menggunakan sistim konvensionil.

    Harga rata rata pengecoran per m3 :

    R p . 3 6 . 0 0 0 + R p . 3 7 . 8 8 4 + R p . 5 0 . 0 3 6 + R p . 5 0 . 2 3 6

    = Rp. 38.625,-

    Kapasitas pengecoran rata rata perhari :

    15 +10.6 + 5,4 + 6.2 = 10,8

    4

  • UVM- i r S K R f P S I / T U G A S AKHiR

    FA KULTAS T E K N IK S fP ILHaiaman : 1 5 . ^

    Dengan adanya pembagian sistim modern untuk 3 lantai

    keatas dan 3 lantai kebauah make dibandingkan sistim

    pengecoran modern untuk 3 lantai kebawah dengan kedua

    sistim lainnya.

    Diambil data dari proyek Bank Pembangunan Indonesia

    Bandung.3

    Jumlah pengecoran 300 m , bangunan tingkat 2.

    Dari tabel 1 biaya pengecoran dengan sistim konvensio

    nil Rp. 12.960.000,- diselesaikan dalam waktu 20 hari.

    Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil :

    Rp. 14.127.755,- diselesaikan dalam uaktu 13 hari.

    Sedang biaya pengecoran dengan sistim modern adalah

    sebesar 300 x Rp. 51.000,- = Rp. 15.300.000,-

    diselesaikan dalam uiaktu 3 hari.

    Dari ketiga sistim diatas terlihat bahwa biaya pengecor

    an dengan sistim modern masih lebih tinggi dibandingkan

    dengan kedua sistim lainnya, hanya dalam hal u/aktu sis

    tim modern jauh lebih singkat.

    Data lain dari pertokoan dan bioskop Jl. fl.R. Hakim di

    Tegal, jumlah pengecoran 876,9 m^, bangunan tingkat 3.

    Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim konvensio

    nil Rp. 44.031.292,- diselesaikan dalam 82 hari.

    Biaya pengecoran dengan sistim konvensionil :

    Rp. 42.748.875,- diselesaikan dalam 45 hari.

    Sedang biaya pengecoran dengan sistim modern adalah

    sebesar 876,9 x Rp. 51.000,- = Rp. 44.721.900,-

    diselesaikan dalam 8 hari.

  • I 'N7,

    rSKRiPSi / T U G A S AKHIR F A K U L T A S TEKNIK SIPIL

    H a l a m a n : 17

    Sistim modern masih lebih besar sedikit dari pada ke

    dua sistim lainnya, walaupun uaktunya lebih singkat.

    Data lain dari proyek B.C.A. Kudus,

    bangunan 3 lantai, jumlah pengecoran 352 m \

    Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim konvensi

    onil Rp. 12.7S2.573,- diselesaikan dalam uaktu 32,5 hari

    Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil:

    Rp. 15.734.397,- diselesaikan dalam 17 hari.

    Biaya pengecoran dengan sistim modern :

    352 X Rp. 51.000,- = Rp. 17.952.000,- deselesaikan dalam

    3 hari*

    Biaya pengecoran dengan sistim modern lebih besar dari

    kedua sistim lainnya ualupun waktunya lebih singkat.

    Dari Proyek pasar atom tahap III surabaya.

    Bangunan 3 lantai, jumlah pengecbran 1209 m^,

    Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim konvensio

    nil Rp. 60.70S.000,- diselesaikan dalam 112 hari.

    Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil

    Rp. 70.32B.856,- diselesaikan dalam 60 hari,

    Biaya pengecoran dalam sistim modern :

    1209 X Rp. 51.000,- = Rp. 61.659.000,- diselesaikan

    dalam 11 hari.

    Dari semua data data yang dibandingkan diatas maka da-

    pat diambil kesimpulan bahua untuk bangunan 3 lantai ke-

    bawah dengan jumlah pengecoran dibauiah 800 m^ untuk sis

    tim modern biayanya masih besar dibandingkan dengan ke

    dua sistim lainnya hanya waktunya yang lebih cepat,

  • I'Mlv

    /' i SKRIPSS / T U G A S AKKIR 2 F A K U L T A S TEKNIK SIPtL

    Haiaman : la, ^

    jadi pemilinannya tergantung kepada situasi dan Icondisi

    tiap tiap proyek.

    Sedangkan pada bangunan 3 lantai kebawah dengan jumlah

    pengecoran diatas 800 m3 , perbedaan biayanya tidak ber-

    arti dengan kedua sistim lainnya, sedangkan perbedaan

    waktunya besar sekali,maka sebaiknya dipilih cara modern

    asalkan sarananya bisa didapatkan.

    Sebab dengan perbedaan biaya yang tidak besar bisa ditu-

    tup dengan perbedaan waktu yang sangat besar sekali.

    Hanya dikhauatirkan pada daerah daerah tertentu sarana

    nya masih belum ada.

  • S K R IP S t / T U G A S AK HIRFA KULTAS T E K N IK SIPSL

    Haiaman

    III.l. C..A R A D A i\3 P R O S E D U R . E V A L U A S I .

    Evaluasi data data ini dipakai cara statistik dan pengolahannya

    dipakai cara manual/perhitungan biasa.

    Pengolahan dilakukan dengan perhitungan biasa/ manual karena

    mudahnya sarana yang tersedia dibandingkan dengan pengolahan

    memakai computer*

    Evaluasi data yang akan ditinjau adalah aspek pengecoran*

    Berhubung banyaknya macam variasi dari data data yang diper-

    oleh., maka harus diadakan korelasi untuk menyeragamkan data

    data tersebut sebelum diadakan pengolahan.

    Korelasi dari data data difokuskan kepada nilai uangnya.

    Standard yang diambil: - mutu beton : K.225.

    - Daerah : Jabar.

    - Waktu : tahun 1983.

    ffiacam korelasi : A. Korelasi daerah.

    B. Korelasi mutu beton.

    C. Korelasi tahun pembuatan.

    ft. Korelasi daerah.

    KoreELasi daerah timbul akibat perbedaan harga bahan bahan

    bangunan dan ongkos tenaga kerja dari tiap tiap daerah se-

    hingga mempengaruhi harga proyek secara keseluruhan misal-

    nya : di Jabar harga pasir lebih mahal dari pada di Jatim.

    Untuk evaluasi data ini diambil standard daerah Jabar kare

    na data data yang ada lebih banyak berasal dari daerah ter

    sebut dari pada data data yang didapat dari daerah Jatim.

  • \f 7 r S K R IP S f / T U G A S AK HIR Haiaman : 2 C ^

    FA KULTAS T E K N IK S fP iL'■) nvK'

    Biaya pengecoran 1 m^ beton didaerah Jabar dengan mutu beton

    K. 175, tahun pembuatan 1983 adalah sebagai berikut :

    Pasir

    Kerikil

    175, campuran: 1 Pc: 2 Psr: 3 Krk )340

    * “ D X Rp.3.000,- = Rp. 25..500,-

    n o

  • r “'N

    • W '

    S K R IP S I / FA KULTAS

    TU G A ST E K N IK

    AKHfRSIP1L

    H a ia m a n : 2 1 v y

    Untuk meraudahkan mendapatkan korelasi K 300 diambil salah

    satu bahan untuk mempertinggi mutu beton yang diketahui

    harganya dan cara pemakaiannya.

    Biaya pengecoran 1 m3 beton dengan mutu beton K 228 tahun

    pembuatan 1983, di daerah Jatim adalah sebesar:

    Pc. ( Semen Gresik ) = K Rp. 3.200,- =Rp. 33.200,-

    Pasir = 0,48 X Rp. 3.900,- *Rp. 1.872,-

    Kerikil = 0,8 X Rp. 12.000,-*Rp. 9.600,-

    Rp. 44.672,- (3)

    Biiaya pengecoran 1 m3 beton, dengan mutu beton K 300 ta

    hun pembuatan 1983, untuk daerah Jatim adalah sebesar

    Rp. 44.672,- ( lihat (3) ) ditambah biaya bahan untuk

    mempertinggi mutu beton.

    Dimisalkan pakai bahan tambahan ( additives ) salah satu

    perusahaan dengan harga Rp. 2.500,- /kg.

    Tiap sak semen membutuhkan : 0,20 Kg.

    Biaya bahan tersebut : jjj-X X Rp. 2.500,- = Rp. 5.188

    Jadi total biaya = Rp. 44.672,- + Rp. 5.188,-

    = Rp. 49.860,-

    Biaya pengecoran 1 m3 beton dengan mutu 1C 175 tahun

    pembuatan 1983 di daerah Jatim adalah sebesar Rp. 40.480,-

    ( lihat (2) )

    Korelasi untuk mutu beton K175 = 1,09

    Korelasi untuk mutu beton K300 = 0,895

  • • l/.V

    , ^ ~ S K R fP S i / T U G A S A K H IR Halaman : 2 2 .z FA KULTAS T E K N IK S I P I L

    1 ■

    C. Korelasi tahun pembuatan.

    Korelasi tahun pembuatan timbul akibat perbedaan tahun

    pembuatan dari data data proyek yang ada disebabkan harga

    bahan dan biaya tenaga kerja.setiap waktu akan berubah.

    Biaya pengecoran 1 beton mutu K 175 untuk daerah

    Jatim tahun pembuatan 1983 adalah sebesar Rp. AO.480,-

    ( Lihat (2) ).

    Biaya pengecoran 1 beton mutu K 175, untuk daerah

    jatim tahun pembuatan 1982 :

    Pc. =-|§ X Rp. 2.300,- = Rp. 19.550,-

    Pasir = 0,54 X Rp. 3.000,- = Rp. 1.620,-

    Kerikil = 0,82 X Rp. 9.500,- = Rp. 7.790,-

    = R p .28.960,-

    Korelasi tahun pembuatan = 1,41.

  • i r '.v S K R I P S l t T U G A S AKHIRFA KULTAS TEKNJK S fP IL

    1Haiaman : 23 .

    III.2. E V A L U f t S I G R f l F I K .

    Dari data data yang ada hendak diperlihatkan dalam bentuk

    grafik grafik.

    Penggambaran grafik ada beberapa macam antara lain:

    - grafik balok.

    - grafik garis lengkung.

    - grafik garis patah.

    Dalam hal ini dipakai grafik garis patah yaitu grafik yang

    menghubungkan titik titik yang kita dapatkan dari data data

    yang ada.

    Titik titik merupakan perpotongan sumbu X dan sumbu Y.

    Dipilih grafik garis patah karena memang yang lebih tepat

    dan dapat terlihat dengan jelas perbandingan antara masing

    masing sistim.

    Dari tabel 1 dapat digambarkan grafik 1,2,3,4,5.

    Grafik 1 memperlihatkan grafik antara m3 dan Rp. dalam 3

    sistim, dibuat dari data data yang sudah dikorelasikan terha-

    dap utaktu, mutu beton, daerah dan tahun pembuatan.

    Factor ketinggian sudah diperhitungkan juga maximum 7 lantai

    + 30 meter.

    Titik titik dari grafik 1 adalah data dari salah satu proyek

    yang memakai salah satu sistim.

    Keterangan grafik 1.

    Titik 1. : Proyek pabrik capsul Cibinong adalah bangunan 2

    lantai dengan sistim modern akan tetapi lebih

    ekonomis jika dikerjakan dengan sistim semi konven

    sionil ( lihat grafik 1 ), hal ini disebabkan kare-

  • rS K R I P S i / T U G A S AKHER FA KULTAS T E K N IK S IP IL

    Kaiaman : 24*

    na jumlah pengecoran yang tidak banyak dan bang

    unan hanya terdiri dari 2 lantai.

    Jadi dikerjakan dengan sistim modern kurang meng-

    untutagkan dilihat dari segi biaya tetapi dari se-

    gi waktu bisa lebih singkat, kalau dalam prosen-

    tase dengan sistim modern waktunya lebih singkat

    300 ■% sedangkan dalam segi biaya berbeda 8,3/o

    dari sistim semi konvensionil.

    Ada pertimbangan lain sehingga sistim modern

    tetap dipakai oleh pelaksananya karena alat alat

    concrete pump dan ready mix miliknya sendiri, dan

    dikehendaki bangunan selesai dalam waktu yang sing

    kat.

    Titik 2 : Proyek Bank Pembangunan Indonesia Bandung adalah

    bangunan 2 lantai dengan sistim konvensionil.

    Sistim konvensionil adalah yang paling ekonomis.

    Jika diketjakan dengan sistim modern waktunya bi

    sa lebih cepat 556^ tetapi biayanya bertambah 18%.

    Titik 3 : Proyek Bank Central Asia Kudus adalah bangunan

    2 lantai dengan sistim konvensionil.

    Sistim konvensionil dikerjakan dalam proyek ini

    karena pada daerah tersebut sukar untuk mendapat

    kan alat2 modern.

    Jika dikerjakan dengan sistim modern maka waktunya

    lebih singkat 28 hari(933%) dan segi biaya bertam

    bah 40%.

  • r S K R I P S l / T U G A S AKHIRFA K U L TA S T E K N IK S tP IL

    Haiaman : 25.

  • l\\7i

    ~N

    / r ■•= SKRIPSS / T U G A S AK HIR Halaman : ?6FA KULTAS TE K N fK S IP iL

    mis dibandingkan kedua sistim lainnya, dan waktu-

    nya juga lebih singkat.

    Titik 10 : Proyek Puskud Surabaya, adalah bangunan 7 lantai

    dengan sistim modern.

    Sistim modern adalah yang paling ekonomis dan se-

    suai dengan grafik 1.

    Titik 11 : Proyek Bank Central Asia Jl. Asemka Jakarta.

    adalah bangunan 7 lantai dengan sistim modern.

    Sistim modern adalah yang paling ekonomis dan se-

    suai dengan grafik 1,

    Titik 12 : Proyek Bank Central Asia Surabaya.

    Adalah bangunan 5 lantai dengan sistim semi kon

    vensionil.

    Sistim semi konvensionil adalah yang paling eko

    nomis dan sesuai dengan grafik 1.

    Titik 13.: Proyek pasar atom tahap III surabaya, adalah bang

    unan 3 lantai dengan sistim semi konvensionil.

    Sistim semi konvensionil adalah yang paling eko

    nomis dan sesuai dengan gsafik 1.

    Analisa grafik

    Dari grafik didapatkan :

    - Biaya pengecoran dengan sistim modern ( uiaktu singkat )

    dengan biaya pengecoran dengan sistim konvensionil ( wak-

    tu lebih lama ) tidak merupakan kelipatan.

    misalnya : - Biaya untuk sistim Modern Rp. A,-3

    Kapasitas B m / hari.

    - Biaya untuk sistim konvensionil Rp. C,-

    v _ _______________________________________________________________________________

  • 'TTI!*' "

    r I SK RIPSJ / T U G A S AK HIR Haiaman : 27 yF A KULTAS T E K N IK S IP IL

    Kapasitas D m'3/ hari.

    Maka A / | X Rp. C,-

    Hal ini dibuktikan dalam salah satu data yang diambil dari

    Bank f3embangunan Indonesia di Bandung ( lihat tabel 1 )

    Total pengecoran 300 m 3 dikerjakan dengan sistim konvensi

    onil kapasitas 15 m3/ hari dan harga Rp. 36.000,- / m3 .

    Pengecoran selesai dalam 300/15 = 20 hari.

    Jika dengan sistim konvensionil pengecoran selesai dalam

    300/24 12,5 = 13 hari.

    Jika dengan sistim modern pengecoran selesai dalam 300/64

    = 5 hari.

    Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil :

    300 X Rp. 36.000,- = Rp. 11.773.150,-

    Biaya pengecoran dengan sistim modern :

    300 X Rp. 58.922,66 = Rp. 17.691.498,-

    Biaya perhari untuk konvensionil Rp. 10.800.000 :20 =

    Rp. 540.000,-

    Biaya per hari untuk semi konvensionil Rp. 11.773.150:13=

    Rp. 905.626,—

    Biaya perhari untuk modern : Rp. 17.691.498 : 5 =

    Rp. 3.538.310,-

    Jadi terlihat disini bahwa biaya dengan sistim semi kon -

    vensionil tidak X Rp. 540.000,- = Rp. 830.769,23

    melainkan Rp. 905.626,-

    Detnikian juga untuk sistim modern biaya tidak

    20X Rp. 540.000,— = Rp. 2.160.000,-

    melainkan Rp. 3.538.300,-

  • 'if S K R IP S f / TU G A S AKHIR2 FA KULTAS T E K N IK S IP IL

    Halaman : 2 8 . ^

    Hal ini disebabkan karena :

    - Untuk pengecoran dengan sistim semi konvensionil dan

    Modern jika dipakai untuk pengecoran yang jumlah penge-

    . coran dibagi dengan kapasitas perhari tidak dalam bilang-

    an bulat sangat eerugikan.

    misalnya : dalam contoh tadi 12,5 hari dan A,6 hari tetap

    - Dalam contoh tadi pengecoran dengan sistim konvensionil

    selesai delam x 20 hariy dengan sistim modern selesai da

    lam 5 hari, tidak berarti bahuja dengan cara konvensionil

    pengecofcan dapat diselesaikan dalam 5 bari dengan menja-

    dikan segalanya A unit yang hasilnya lebih murah jika

    dibandingkan dengan sistim modern.

    Ada beberapa faktor yang harus ditinjau antara lain:

    - lokasinya.

    - Pengadaan material.

    - Sarananya.

    - Pengawasan mutu.

    - Ketinggian bangunan dan lain lain.

    dihitung 13 hari dan 5 hari, sedangkan dalam

    sistim konvensionil tidak demikian.

  • ( 'f 7' i SKR1PS! / T U G A S A K H IR H a ia m a n : 2 9 . ^

    FA K U L TA S T E K N IK S I P I L

    III.3. Beberapa contph proyek yang telah menggunakan sistim

    penoecoran yang lebih ekonomis dari sistim lainnya.

    III.3.a Contoh proyek dengan sistim konvensionil.

    Proyek Bank Pembangunan Indonesia di Bandung

    metnakai sistim pengecoran konvensionil.

    Untuk membandingkan biaya pengecoran ketiga

    sistim pada proyek Bank Pembangunan Indonesia

    di Bandung dibuat tabel 1 yang memuat.:

    Biaya pengecoran yang dikeluarkan perhari ser-

    ta lamanya pengecoran dari ketiga sistim.

    Jumlah pengecoran pada proyek Bank Pembangunan

    Indonesia : 300 m3 .

    - Dengan sistim konvensionil pengecoran selesai

    dalam 20 hari, biaya perhari Rp. 540.000,-

    Total biaya pengecoran 20 X Rp. 540.000,- =

    Rp. 10.800.000,-

    - Dengan sistim semi konvensionil pengecoran

    selesai dalam 13 hari dengan biaya perhari

    Rp. 905.626,—

    Total biaya pengecoran 13 X Rp. 905.626,- =

    Rp. 11.773.138,-

    - Dengan sistim modern pengecoran selesai da

    lam 5 hari dengan biaya perhari Rp. S.100.000

    Total biaya pengecoran 5X Rp. 5.897.166=

    Rp. 15.300.000,-

    untuk 2 lantai biaya pengecoran sistim kon

    vensionil dan semi konvensionil ditambah 20%

  • 7 | S K R I P S I / T U G A S AK HIR H a la m a n : 30 JFA K U L TA S T E KNIK S I P I L

    Jadi biaya pengecoran proyek Bank pembang-

    unan Indonesia dengan sistim konvensionil

    = 1,2 X Rp. 10.800.000,— =Rp. 12.960.000,-

    Biaya pengecoran proyek Bank Pembangunan

    Indonesia dengan sistim semi konvensionil

    * 1,2 X Rp. 11.773.138,-= Rp. 14.127.765,-

    Dari ketiga harga tadi yang paling ekonomis

    adalah jika pengecoran diselesaikan dengan

    sistim konvensionil meskipun dalam waktu

    yang lebih lama dari ke dua sistim yang la

    in ( selesai dalam waktu 20 hari ).

    III.3.b. Contoh proyek dengan sistim semi konvensi—

    onil.

    Proyek Bank Central Asia Kudus memakai sis

    tim pengecoran semi konvensionil.

    Untuk membandingkan biaya pengecoran ketiga

    sistim pada Proyek Bank Central Asia Kudus

    dibuat tabel 1 yang memuat: biaya pengecoran

    yang dikeluarkan perhari serta lamanya peng

    ecoran dari ketiga sistim.

    Jumlah pengecoran pada proyek Bank Central

    Asia Kudus 352 m^.

    - Dengan sistim konvensionil pengecoran

    sdlesai dalam 32,5 hari, biaya perhari

    Rp. 412.000,-

    Biaya pengecoran : 32,5 X Rp. 412.000,-

    = Rp, 13.390.000,-

  • rS K R I P S i / T U G A S AK HIR FA KULTAS T E K N IK S IP IL

    Haiaman : 3 1 .^

    — Dengan sistim semi konvensionil pengecoran

    selesai dalam 17 hari, biaya perhari

    Rp. 771.294,-

    Total biaya pengecoran dengan sistim konven

    sionil = 17X Rp. 771.294,-= Rp. 13.111.998,-

    — Dengan sistim modern pengecoran selesai

    dalam 3 hari dengan biaya perhari

    Rp. 6.919.341,-

    Total biaya pengecoran dengan sistim modern

    = 3 X Rp. 6.919.341,- = Rp. 20.758.020,-

    Untuk 2 lantai biaya pengecoran dengan sis

    tim konvensionil dan semi konvensionil di-

    tambah 20%.

    Jadi baaya pengecoran dengan sistim konven

    sionil = 1,2 X Rp. 13.390.000,-=

    Biaya pengecoran dengan sistim semi konven-

    Dari ketiga harga tadi yang paling ekonomis

    adalah jika pengecoran diselesaikan dengan

    sistim semi konvensionil, meskipun dalam wak-

    tu yang lebih lama dari sistim modern.

    III.3.C. Contoh proyek dengan sistim Modern.

    Proyek Bank Central Asia Jl. Asemka Jakarta

    memakai sistim pengecoran modern.

    Untuk membandingkan biaya pengecoran ketiga

    Rp. 16.068.000,-

    sionil = 1,2 X Rp. 13.111.998,

    Rp. 15.734.397,-

  • =■ S K R I P S I / T U G A S A K H IR zj FA KULTAS T E K N I K S I P I L

    Halaman : 3 2 . ^

    /

    sistim pada proyek Bank Central Asia

    Jl. Asemka Jakarta dibuat tabel 1 yang me-

    muat biaya pengecoran ketiga sistim per hari

    serta lamanya pengecoran.

    Jumlah pengecoran pada proyek Bank Central

    Asia Jl. Asemka Jakarta = 1011,68 m^.

    - Dengan sistim konvensionil pengecoran se

    lesai dalam 93,7 hari dengan biaya per hari

    Rp. 417.034,57.

    Biaya pengecoran proyek Bank Cemtral Asia

    Jl. Asemka Jakarta dengan sistim konvensi

    onil = 93,7 X Rp. 417.034,57 =

    - Dengan sistim semi konvensionil pengecoran

    selesai dalam 43 hari dengan biaya perhari

    Rp. S23.306,—

    Biaya pengecoran proyek Bank Central Asia

    Jl. Asemka Jakarta dengan sistim semi kon

    vensionil = 43 X Rp. 923.306,- =

    - Dengan sistim modern pengecoran selesai

    dalam 10 hari dengan biaya perhari

    Rp* 6.405.957,—

    Biaya pengecoran proyek Bank Central Asia

    Jl. asemka Jakarta dengan sistim modern

    = 10 X Rp. 6.405.957,- = Rp. 64.059.570,-

    Untuk 7 lantai biaya pengecoran dengan

    Rp. 39.076.139

    Rp. 139.702.158,

  • I " ? S K R IP S r / T U G A S A K H IR H a ia m a n : ^FA KULTAS T E K N IK S I P I L

    dengan sistim konvensionil dan semi kon

    vensionil ditambah 70%.

    Jadi biaya pengecoran untuk sistim konven

    sionil = 1,7XRp. 39.076.139,- =

    Rp. 66.429.436,-

    Biaya pengecoran untuk sistim semi konven

    sionil = 1,7 X Rp. 39.702,158,- =

    Rp. 67.493.668,—

    Dari ketiga harga tadi yang paling ekono

    mis adalah (jika pengecoran diselesaikan

    dengan sistim modern, u/aktu pengecoran ju-

    ga lebih sinakat dari kedua sistim lainnya.

  • Vajii S K R I P S I / FA KULTAS

    T U G A ST E K N IK

    AKHIRS tP IL

    Halaman 3 4 . >y

    III.3.d. Dari grafik 1,2,3, dapat dilihat sistim mana yang

    lebih ekonomis, jadi bisa tepat pemilihan sistimnya

    Misalnya: ada bangunan 3 lantai dengan jumlah peng

    ecoran 500 m^.

    Dari grafik 1 yang ekonomis adalah cara semi konven

    sionil.

    Dari grafik 2 yang ekonomis adalah cara semi konven

    sionil.

    Jelas harus diambil cara semi konvensionil agar ha-

    silnya ekonomis.

    Setelah itu baru ditinjau grafik 3 yaitu grafik

    antara kapasitas pengecoran perhari dan biayanya ju

    ga.

    Grafik 4 untuk penyediaan jumlah tenaganya.

    Dari grafik 5 ditunjukkan bahu/a dengan sistim kon-

    vensionildan sistim semi konvensionil waktu yang le

    bih lama membuat biaya yang besar.

  • S K R I P S i / T U G A S A K H IR FA K U L TA S T E K N IK S I P I L

    Haiaman : , 3 5 ,^

    III.4. PENIIF1PANGAN BENYinPflNGflN PELAK5ANAAN DILAPANGAN.

    Dari data data yang diperoleh berikut ini dijelaskan

    penyimpangan penyimpangan yang terjadi dilapangan

    yang menyebabkan hambatan sehingga proyek berjalan

    tidak sesuai dengan rencana, dan mengganggu schedule

    yang telah direncanakan.

    Penyimpangan penyimpangan disini ada yang disebabkan

    karena memang kesalahan dari organisasi proyek terse-

    but, tetapi ada pula yang karena kurangnya pengaurasan,

    jadi sistimnya sudah benar hanya pelaksanaannya yang

    kurang tepat.

    Penyimpangan penyimpangan yang terjadi antara lain:

    - Akibat kurang jelasnya pembagian tugas, hak dan

    tanggung jawab serigg terjadi perintah kepada bawah-

    an yang simpang siur sehingga bawahan serimg merasa

    bingung mana perintah yang harus dipilih.

    - Dalam suatu proyek yang banyak subkontraktornya se-

    ring kali terjadi ketidak larasan pada suatu pekerja-

    an yang saling berhibungan, masing masing pihak hanya

    mengerjakan bagiannya tanpa memikirkan hubungannya

    dengan bagian yang lain, sehingga hal ini sangat

    merugikan penyelesaian proyek secara menyeluruhv

    - Penggunaan sarana pada sistim pengecoran modern

    yang kurang baik sehingga memerlukan uiaktu lagi un

    tuk menyempurnakannya.

    Sebagai contoh penggunaan concrete pump dimana pema-

    sangan pipa pipanya tidak diatur sebaik baiknya, as-

  • 7' ^ S K R I P S I / T U G A S AKHIRW f ' " ' FA KULTAS T E K N IK S IP IL

    Halaman : 3 6 , ^

    al pasang saja sehingga waktu concrete mortar di-

    pompakan lewat, pipa pipanya jatuh karena kurang

    kuat pegangannya, atau letaknya yang tidak diatur

    sesuai galannya pengecoran.

    Contohr. lain adalah karena water cement ratio /

    slump yang mengakibatkan concrete mortar macet

    didalam pipa sehingga perlu untuk ditembak.

    master index: back to toc: help: logo: