SkripsiKU Akhir(2)

179
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyikapi era globalisasi, Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan berbagai langkah konkrit guna melaksanakan reformasi disegala bidang, salah satu tandanya dengan dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang kemudian disempurnakan dengan UU No.32 dan 33 tahun 2004. Khususnya mengenai reformasi bidang pendidikan, pemerintah telah berusaha untuk menjabarkan desentralisasi pendidikan di daerah-daerah seperti yang tercantum dalam pasal 7 Undang-Undang No. 22 tahun 1999. Dari mulai tingkatan pendidikan dasar dan menengah yang diatur sepenuhnya oleh pemerintah daerah sampai pendidikan tinggi yang diberi kewenangan mengelola institusinya dalam bentuk Badan 1

Transcript of SkripsiKU Akhir(2)

Page 1: SkripsiKU Akhir(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menyikapi era globalisasi, Pemerintah Republik

Indonesia telah melakukan berbagai langkah konkrit guna melaksanakan

reformasi disegala bidang, salah satu tandanya dengan dikeluarkannya UU No.

22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang kemudian disempurnakan

dengan UU No.32 dan 33 tahun 2004. Khususnya mengenai reformasi bidang

pendidikan, pemerintah telah berusaha untuk menjabarkan desentralisasi

pendidikan di daerah-daerah seperti yang tercantum dalam pasal 7 Undang-

Undang No. 22 tahun 1999. Dari mulai tingkatan pendidikan dasar dan

menengah yang diatur sepenuhnya oleh pemerintah daerah sampai pendidikan

tinggi yang diberi kewenangan mengelola institusinya dalam bentuk Badan

Hukum Milik Negara (BHMN). Dalam PP No.153 tahun 2000 dijelaskan

pengelolaan Perguruan Tinggi BHMN tersebut meliputi sumber daya,

kerjasama dan keuangan sepenuhnya diserahkan ke perguruan tinggi

bersangkutan (http://www.ugm.ac.id/workshop, 07 Juli 2004).

Undang-undang otonomi daerah tersebut memberi wewenang kepada

perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan untuk melakukan otonomi dalam

pengembangan institusinya. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah

menindaklanjuti reformasi pendidikan tersebut dengan mengeluarkan UU

1

Page 2: SkripsiKU Akhir(2)

Sisdiknas (UU No.20 Tahun 2003). Semangat otonomi dari peraturan tersebut

menegaskan bahwa perguruan tinggi diberi keleluasaan untuk

mengembangkan segala potensinya dengan mengadakan kerjasama akademik

dan non akademik dengan lembaga atau badan di dalam maupun di luar negeri

tanpa terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan pemerintah

pusat. Kerjasama yang dikembangkan tentunya tidak hanya bertaraf lokal saja

melainkan sampai melakukan kerjasama luar negeri (internasional).

Sebenarnya dalam peraturan terdahulu, terutama dalam pasal 122

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi

disebutkan bahwa perguruan tinggi dapat melaksanakan kerjasama dengan

perguruan tinggi lain dan atau lembaga lain baik di dalam maupun di luar

negeri dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas belajar dan mengajar di

perguruan tinggi yang bersangkutan. Selengkapnya untuk kerjasama luar

negeri diatur kemudian dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 0109/U/1992 serta petunjuk pelaksanaannya yang ditetapkan

dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No.

72/Dikti/Kep/1992. Kedua peraturan tersebut memberikan kemudahan secara

teknis dan yuridis kepada institusi pendidikan tinggi untuk mengadakan

kerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan luar negeri dengan

memanfaatkan semua potensi yang ada dalam menjalin kerjasama. Namun

karena semangat sentralisasi dalam segala bidang termasuk dalam pendidikan

pada saat itu masih kuat maka pengembangan kerjasama luar negeri perguruan

tinggi masih stagnan dan diatur sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Saat ini,

2

Page 3: SkripsiKU Akhir(2)

setelah reformasi digulirkan peluang tersebut sangat terbuka, namun pada

realitanya peluang menjalin kerjasama tentunya tidak tercipta begitu saja,

melainkan harus memiliki metode dan strategi tertentu yang memerlukan

perencanaan matang, koordinasi dan relasi yang baik. Selanjutnya agar tujuan

peningkatan kualitas pendidikan melalui kerjasama luar negeri di atas tercapai

maka harus mengacu pada kaidah yang tepat yaitu berdasarkan kaidah hukum

internasional.

Sebagai contoh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang sudah

menerapkan pola kerjasama berdasarkan standar kaidah hukum internasional

adalah Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, yang sampai akhir tahun

2002 tercatat 14 kerjasama dengan perguruan tinggi di Eropa, 8 perguruan

tinggi di Asia dan 9 perguruan tinggi di Australia yang hampir semuanya

dilaksanakan berdasarkan perjanjian secara tertulis melalui Memorandum of

Understanding (MOU) (http://www.undip.ac.id/kerjasama.htm, tanggal 13

September 2004). Selain itu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) seluruh Indonesia

sudah sejak lama menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan di luar

negeri. Berdasarkan rekapitulasi jumlah kerjasama luar negeri perguruan

tinggi swasta di Indonesia periode tahun 1998-2000 saja tercatat 311

kerjasama untuk 17 kopertis wilayah dan untuk kopertis wilayah V (D.I.

Yogyakarta) terdapat 30 kerjasama yang terlaksana dengan berlandaskan

MOU ( http://www.dikti.org/pts1998-2000, 24 Agustus 2004).

Kalau melihat contoh pelaksanaan kerjasama internasional di atas,

kemudian timbul pertanyaan mengapa setiap perjanjian internasional harus

3

Page 4: SkripsiKU Akhir(2)

berdasarkan pada bukti tertulis melalui Memorandum of Understanding

(MOU) atau Nota Kesepakatan, jawabannya karena MOU merupakan dan

termasuk suatu perjanjian yang dibuat oleh 2 (dua) pihak yang berkepentingan

(Mulyadi, SH. LLM dalam http//.www.hukum-online.com/wawancara,

tanggal 28 September 2004) dan menurut Mohd.Burhan Tsani (1990:67)

dalam pergaulan internasional MOU adalah instrumen penting untuk

mendapatkan pengakuan umum anggota masyarakat bangsa-bangsa. Oleh

karenanya suatu MOU yang dibuat antara 2 (dua) belah pihak akan mengikat

kedua belah pihak tersebut. Kedua belah pihak tersebut sedemikian rupa

harus mematuhi seluruh ketentuan-ketentuan sebagaimana dinyatakan dalam

klausula-klausula yang terdapat dalam MOU. Lebih lanjut manfaat kerjasama

luar negeri dengan berlandaskan MOU setidaknya dapat dirasakan oleh

Universitas Islam Indonesia (UII) dikala pelaksanaan MOU itu mandeg atau

dengan istilah “MOU macan kertas” artinya kesepakatan mati bisa

dibangkitkan dan ditelusuri secara hukum supaya hidup kembali. Seperti yang

diungkapkan oleh Ir. Wiryono Rahardjo M.Arch PR IV UII dalam UII News,

Edisi 10 Tahun I, tanggal 17 Februari 2004.

Secara formal, peraturan terbaru mengenai pelaksanaan kerjasama atau

hubungan luar negeri diatur dengan UU No. 37 tahun 1999 tentang hubungan

luar negeri, secara tersirat dalam peraturan tersebut perguruan tinggi sebagai

institusi dan lembaga hukum di bawah Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas) memiliki kecakapan hukum sebagai subjek hukum internasional

untuk mengadakan hubungan luar negeri dan sekaligus mengadakan perjanjian

4

Page 5: SkripsiKU Akhir(2)

internasional sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat 1 dan 3 sebagai

berikut : dalam ayat 1 yang dimaksud dengan hubungan luar negeri adalah

setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang

dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-

lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi

masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.

Selanjutnya dalam ayat 3 menyatakan, perguruan tinggi dapat mengadakan

perjanjian internasional dengan mengacu pada maksud perjanjian dalam

bentuk dan sebutan apa pun, yang diatur oleh hukum internasional dan dibuat

secara tertulis oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau lebih

negara, organisasi internasional atau subjek hukum internasional lainnya, serta

menimbulkan hak dan kewajiban pada Pemerintah Republik Indonesia yang

bersifat hukum publik.

Dalam UU No. 24 Tahun 2000 tentang perjanjian internasional pasal 5

ayat 1 disebutkan bahwa lembaga negara dan lembaga pemerintah, baik

departemen maupun non-departemen di tingkat pusat dan daerah yang

mempunyai rencana untuk membuat perjanjian internasional terlebih dahulu

melakukan konsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebut dengan

menteri.

Kedua undang-undang di atas selanjutnya akan mendasari pelaksanaan

kerjasama luar negeri setiap insititusi atau lembaga baik secara administrasi

maupun legalitas berdasarkan hukum internasional yaitu pemberian hak dan

5

Page 6: SkripsiKU Akhir(2)

kewajiban dalam hal ini kepada perguruan tinggi untuk melaksanakan

kerjasama dan hubungan luar negeri.

Menurut biro kerjasama luar negeri departemen pendidikan nasional

dalam portal resmi Depdiknas (http//.www.depdiknas.go.id/info, tanggal 22

Oktober 2004) dalam kolom informasi mengenai tata cara melakukan

perjanjian internasional di lingkungan departemen pendidikan nasional

setidaknya ada 15 bentuk kerjasama luar negeri yang bisa dituangkan dalam

bentuk perjanjian internasional, yaitu :

1. Traktat (treaty)

2. Konvensi (convention)

3. Persetujuan (agreement)

4. Memorandum saling pengertian /MOU (Memorandum of Understanding)

5. Protokol (protocol)

6. Piagam (charter)

7. Deklarasi (declaration)

8. Final Act

9. Kesepakatan (arrangement)

10. Pertukaran Nota (exchange of notes)

11. Risalah yang disepakati (agreed minutes)

12. Summary Record

13. Process Verbal

14. Modus Vivendi

15. Letter of intent

6

Page 7: SkripsiKU Akhir(2)

Pada umumnya bentuk perjanjian internasional menunjukkan bahwa

materi yang diatur oleh perjanjian tersebut mewakili bobot kerjasama yang

berbeda tingkatannya. Namun secara hukum perbedaan tersebut tidak

mengurangi hak dan kewajiban para pihak yang tertuang di dalam suatu

perjanjian internasional. Penggunaan suatu bentuk tertentu bagi perjanjian

internasional pada dasarnya hanya menunjukkan keinginan dan maksud para

pihak terkait serta dampak politiknya bagi para pihak tersebut. Sebagaimana

secara umum sudah dipahami, bahwa setiap perjanjian melahirkan hubungan

hukum berupa hak-hak dan kewajiban bagi para pihak yang terikat pada

perjanjian, dari semenjak perundingan untuk merumuskan perjanjian,

pemberlakuan, pelaksanaan dan segala permasalahan yang timbul serta

pengakhiran berlakunya perjanjian, seluruhnya tunduk pada hukum

internasional maupun hukum perjanjian internasional, sebagaimana yang

diungkapkan oleh I Wayan Parthiana (2002:17).

Namun perlu diketahui, bentuk perjanjian bagaimana yang melahirkan

hubungan hukum berupa hak-hak dan kewajiban bagi para pihak yang terikat

pada perjanjian dan adakah akibat hukumnya bagi suatu perjanjian hubungan

luar negeri yang tidak termasuk dalam 15 bentuk perjanjian di atas. Dalam arti

adakah perbedaan kekuatan hukum suatu perjanjian secara tertulis dengan

perjanjian tidak tertulis. Pada umumnya perjanjian internasional digolongkan

dalam dua bentuk. Pertama, perjanjian internasional tidak tertulis, maksudnya

suatu perjanjian itu terbentuk berdasarkan suatu kebiasaan internasional

(sopan santun internasional) dimana perjanjian itu muncul manakala dua

7

Page 8: SkripsiKU Akhir(2)

pemimpin negara atau dua pihak yang mewakili lembaga dari suatu negara

yang berkumpul dalam suatu forum resmi atau setengah resmi dan terjadi

percakapan timbal balik seolah-olah berjanji kepada pihak yang diajak bicara

dan bagi negara yang diajak bicara terhadap manapun ucapan atau perilaku itu

ditujukan, dapat memandangnya sebagai janji atau kesediaan negara yang

diwakilinya. Apalagi kalau ucapan itu diucapkan secara berkali-kali (Syahmin

AK,1985: 71-73). Kedua, perjanjian internasional tertulis, yaitu suatu

perwujudan kata sepakat yang otentik dan mengikat para pihak. Kata sepakat

itu dirumuskan dalam bahasa dan tulisan yang dipahami dan disepakati para

pihak yang bersangkutan (I Wayan Parthiana, 2002:27).

Dari kedua bentuk perjanjian di atas baik perjanjian tidak tertulis

maupun perjanjian tertulis sama-sama memiliki akibat hukum tertentu tetapi

lebih lanjut menurut I Wayan Parthiana, perjanjian internasional dengan

bentuk tertulis menjamin adanya ketegasan, kejelasan, dan kepastian hukum

bagi para pihak maupun bagi pihak ketiga yang mungkin suatu waktu

tersangkut pada perjanjian tersebut. Sedangkan perjanjian internasional dalam

bentuk tidak tertulis dalam praktek hubungan antar negara harus memiliki

unsur-unsur tertentu supaya memenuhi kriteria hukum internasional. Selain itu

tidak semua perjanjian internasional dalam bentuk tidak tertulis dapat

dipandang sah sebagai suatu janji kepada pihak lain. Jadi terdapat perbedaan

yang signifikan secara kualitas yuridis (keterikatan pada hukum) suatu

hubungan luar negeri dalam bentuk perjanjian kerjasama secara tertulis dan

bentuk perjanjian kerjasama secara tidak tertulis.

8

Page 9: SkripsiKU Akhir(2)

Selanjutnya, lahirnya hubungan hukum berupa hak-hak dan kewajiban

bagi para pihak yang terikat pada perjanjian menandakan betapa pentingnya

suatu kerjasama luar negeri yang berdasarkan kaidah hukum internasional.

Dan pelaksanaan kerjasama luar negeri yang berbentuk tertulis atau tidak

tertulis inilah yang menarik perhatian untuk diteliti di Universitas Negeri

Yogyakarta, karena Universitas Negeri Yogyakarta sebagai institusi

pendidikan tinggi negeri yang memiliki kewenangan dan otonomi untuk

melaksanakan hubungan atau kerjasama luar negeri sebagaimana telah

dijelaskan dalam peraturan di atas belum memanfaatkan secara maksimal

kekuatan hukum dari MOU secara yuridis dalam melaksanakan kerjasama luar

negerinya, selain itu kurangnya upaya peningkatan jumlah kerjasama dan

berbagai kendala yang dihadapi Universitas Negeri Yogyakarta menyebabkan

secara kualitas dan kuantitas kerjasama belum signifikan dirasakan.

Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 003/O/2001 tentang Statuta Universitas Negeri Yogyakarta, BAB XV

tentang Kerjasama, pasal 83 menyatakan :

(1). Untuk melaksanakan kegiatan akademik, Universitas Negeri Yogyakarta

menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dari dalam dan luar negeri.

(2). Kerjasama akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

kerjasama dalam pelaksanaan dan atau pengembangan pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam pengertian luas.

Berlandaskan statuta tersebut sebenarnya banyak yang bisa dilakukan

Universitas Negeri Yogyakarta dalam upayanya meningkatkan kualitas dan

9

Page 10: SkripsiKU Akhir(2)

kuantitas pelaksanaan kerjasama luar negerinya. Sebagai pedoman yuridis

pengembangan universitas, secara umum statuta tersebut bisa dijadikan modal

penanganan secara professional serta pemahaman dari pelaku kerjasama

mengenai kemampuan strategi dan tools yang dibutuhkan untuk kerjasama

yang akan dilaksanakan baik dari aspek teknis maupun hukum (lampiran

Pidato Rektor UNY, pada Dies Natalis ke XXXVII, 21 Mei 2001).

Sebagai gambaran disajikan daftar mitra kerjasama Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah dan sedang menjalin kerjasama mulai tahun 1993-2004

sebagaimana tercantum dalam tabel 1 berikut ini.

10

Page 11: SkripsiKU Akhir(2)

Tabel 1. Daftar Mitra Kerjasama Luar Negeri Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 1993-2004No Nama Mitra Macam Naskah Dan Waktu Tanda

TanganKomponen Kerjasama Bidang Ilmu

MOU Tanpa MOU1 Deakin University

AustraliaTanpa MOUTahun 1993

Pertukaran Informasi Penelitian, Informasi, Staf dan Mahasiswa

Bahasa Asing (Inggris dan Indonesia)

2 University of Western Sydney (UWS) Australia

Tanpa MOU25 November 1996

Pertukaran di beberapa bidang akademis: research, pengajaran, science, Teknologi dan Informasi

Historical Courses Program

Seminar dan Workshop Olahraga

Pertukaran Staf Kerajinan dan Seni

3 Charles Sturt Univesity (CSU)Australia

Tanpa MOU05 Januari1998

Pelatihan, pertukaran bahan penelitian, staf dan mahasiswa

Pertukaran bahasa dan budaya

Pertukaran dosen dam mahasiswa

4 La-Trobe UniversityAustralia

Tanpa MOUJanuari 1995

Pertukaran Informasi disemua bidang akademis: research, pengajaran, science, Teknologi dan Informasi

Semua bidang

5 AMESAustralia

Tanpa MOUTahun 1996

Pelatihan, pertukaran bahan penelitian, staf dan mahasiswa

Semua bidang

6 University of NewcastleAustralia

Tanpa MOUTahun 2001

Pelatihan, pertukaran bahan penelitian, staf dan mahasiswa

Semua bidang

7 The University of Profesional Education of UtrechBelanda

MOUTanggal 21 Juni 2002

Pelatihan, pertukaran bahan penelitian, staf dan mahasiswa

Semua bidang

8 Sun Moon UniversityKorea Selatan

MOUTanggal 25 Februari 2002

Pelatihan, pertukaran bahan penelitian, staf dan mahasiswa

Semua bidang

9 Hogskolan I BorasSwedia

MOUTanggal 2 Juni 2002

Pelatihan, pertukaran bahan penelitian, staf dan mahasiswa

Semua bidang

10 Osaka Sangyo UniversityJepang

Tanpa MOUTanggal 24 Februari 2003

Semua bidang

11 Deutscher Akademischer Austauch-Dienst (DAAD)

Tanpa MOU Tahun 2003

Pertukaran Pengajar Bahasa Jerman dan Beasiswa

12 Sun Moon UniversityKorea Selatan Dan Asian University Federation

Tindaklanjut MOU 2003-2004

Beasiswa dari AUF untuk belajar di SMU

Bahasa Korea

13 Australia Consortium for In-Country Indonesia Studies Australia

Tindak lanjut kerjasama,Tanpa MOU Tahun 2004

Pertukaran Pelajar Fotografi, tari, lingkungan, musik dan pengajaran bahasa Indonesia untuk orang asing

14 European Union Tanpa MOU Tahun 2004

Pengiriman/pertukaram informasi

Pengiriman buku, leafleat, dan kaset video tentang Negara-negara UE dan tawaran grant

15 Japan International Corporation Agency (JICA)

MOU Tindak lanjut MOU dengan FMIPA

Peningkatan mutu pengajaran matematika dan sains

Hibah peralatan laboratotium, pelatihan dan buku-buku.

Sumber : Laporan Pelaksanaan Kerjasama Luar Negeri tahun 2003-2004, Kantor kerjasama Humas dan Protokol Universitas Negeri Yogyakarta.

11

Page 12: SkripsiKU Akhir(2)

Berdasarkan data di atas, nampak secara kuantitas sedikit sekali jumlah

kerjasama yang dilakukan Univesitas Negeri Yogyakarta dengan pihak luar

negeri. Kemudian dari kualitas kerjasama yaitu macam naskah kerjasama

yang dilakukan terutama untuk penggunaan naskah kerjasama secara tertulis

(berbentuk MOU) dalam menjalin kerjasama, nampak hanya empat MOU dari

lima belas kerjasama yang pernah dan sedang dijalin. Dengan demikian sudah

menjadi tugas bagi Universitas Negeri Yogyakarta melalui Kantor Kerjasama,

Humas dan Protokol untuk lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas

kerjasama dengan pihak luar negeri, sehingga terjalin kerjasama yang saling

menguntungkan untuk kemajuan Universitas Negeri Yogyakarta dalam segala

aspek pengembangan dan pembangunan yang dibutuhkan.

12

Page 13: SkripsiKU Akhir(2)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas dan kuantitas pelaksanaan kerjasama yang dilakukan

Universitas Negeri Yogyakarta dalam upaya meningkatkan jalinan

kerjasama luar negeri?

2. Hambatan apakah yang dihadapi Universitas Negeri Yogyakarta dalam

upaya menjalin pelaksanaan kerjasama luar negeri?

3. Upaya apa yang telah dan akan di lakukan oleh Universitas Negeri

Yogyakarta untuk mengatasi hambatan tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Ada hal-hal yang ingin diketahui dalam penelitian yang menjadi tujuan

dari penelitian, antara lain :

1. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas pelaksanaan kerjasama luar

negeri yang dilakukan Universitas Negeri Yogyakarta dalam upaya

menjalin kerjasama luar negeri.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Universitas Negeri

Yogyakarta dalam upaya menjalin pelaksanaan kerjasama luar negeri.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Universitas Negeri Yogyakarta

dalam mengatasi hambatan tersebut.

13

Page 14: SkripsiKU Akhir(2)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dicapai melalui kegiatan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Hukum Internasional,

Hukum perjanjian internasional dan Hukum Administrasi Negara. Selain

itu juga dapat dijadikan rujukan bagi penelitian sejenis yang akan

dilakukan selanjutnya.

2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan pertimbangan bagi pengambil keputusan di Universitas

Negeri Yogyakarta dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas

kerjasama luar negeri yang sedang dan akan dilakukan.

E. Batasan Pengertian

Batasan pengertian dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang

jelas tentang maksud dari judul untuk menghindari kesalahpahaman terhadap

masalah yang akan diteliti, untuk itu perlu diberikan batasan pengertian

sebagai berikut:

1. Tinjauan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud tinjauan adalah

mempelajari dengan cermat; memeriksa untuk memahami sesuatu hal.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1995:897)

adalah kegiatan melakukan sesuatu hal atau usaha melakukan sesuatu.

14

Page 15: SkripsiKU Akhir(2)

3. Kerjasama Luar Negeri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kerjasama artinya kegiatan

atau usaha yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk mencapai tujuan

bersama. Jadi dalam hal ini yang dimaksud pelaksanaan kerjasama luar

negeri adalah kegiatan atau usaha yang dilaksanakan oleh Universitas

Negeri Yogyakarta dengan pihak luar negeri untuk mencapai tujuan

bersama.

15

Page 16: SkripsiKU Akhir(2)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian, Tugas dan Fungsi Perguruan Tinggi

1. Pengertian Perguruan Tinggi

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1 :

“yang dimaksud perguruan tinggi adalah merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi ”.

Selain itu perguruan tinggi juga mempunyai pengertian pendidikan

pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur

pendidikan sekolah. Perguruan Tinggi di sini adalah tingkatan universitas

yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan

akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu (H.

Basir Barthos,1992:25).

2. Tugas Perguruan Tinggi

Menurut Cony R. Semiawan (1998:12) secara umum tugas

penyelenggaraan pendidikan tinggi saat ini bertambah berat karena

paradigma baru seperti akuntabilitas, kualitas pendidikan, otonomi dan

evaluasi diri pendidikan tinggi dipersyaratkan oleh masa depan yang

menuntut aktualisasi keunggulan kemampuan manusia secara optimal,

yang sementara ini masih “tersembunyi” dalam diri (hidden excellence in

personhood). Prinsip-prinsip sebagaimana tersebut di atas dihadang oleh

berbagai masalah krusial dalam strategi pengembangannya. Peradaban

16

Page 17: SkripsiKU Akhir(2)

baru yang dijanjikan oleh abad baru ke 21 menuntut perguruan tinggi

untuk mampu menciptakan lulusan perguruan tinggi untuk berkinerja,

sehingga dapat bertahan (survive) dan berkembang mencapai aktualisasi

keunggulan secara optimal. Namun pada dasarnya strategi dalam mencapai

cita-cita tersebut banyak ditentukan oleh visi dan kebijaksanaan (policy)

pengambil keputusan dalam proses pengembangan pendidikan tinggi di

perguruan tinggi bersangkutan (pimpinan perguruan tinggi).

Secara khusus tugas perguruan tinggi dapat kita lihat dalam PP No.

30 tahun 1990 tentang Perguruan Tinggi. Dalam ketentuan umum, Pasal 1

ayat 2 :

“Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi”.

Selanjutnya dalam mukadimah Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 603/O/2001 dinyatakan tugas perguruan tinggi adalah :

“…… berperan aktif dalam perbaikan dan pengembangan kualitas kehidupan dan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pengembangan pengertian dan kerjasama internasional untuk mencapai kedamaian dunia dan kesejahteraan lahir batin umat manusia berkelanjutan…”.

Di situ dijelaskan bahwa selain diberi tugas untuk

menyelenggarakan pendidikan tinggi, perguruan tinggi juga mengemban

tugas pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia,

pengembangan kerjasama internasional, kedamaian dunia dan

kesejahteraan lahir batin umat manusia.

3. Fungsi Perguruan Tinggi

17

Page 18: SkripsiKU Akhir(2)

Selanjutnya menurut Conny R. Semiawan (1998:33) pendidikan

tinggi antara lain berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

manusia yang memiliki perilaku, nilai dan norma sesuai sistem yang

berlaku sehingga mewujudkan totalitas manusia yang utuh dan mandiri

sesuai tata cara hidup bangsa. Dalam penelitian ini, peneliti ingin

menyoroti wewenang para pengambil kebijakan di perguruan tinggi yang

berkaitan langsung dalam kewenangannya menentukan kebijakan

kerjasama luar negeri disatuan pendidikan perguruan tinggi untuk menguji

sejauh mana peran pengambil kebijakan di Perguruan Tinggi dalam upaya

peningkatan kerjasama luar negeri. Mengenai kewenangan penentuan

kebijakan ini, PP No.30 tahun 1990 Bab I Pasal 1 ayat 8 tentang ketentuan

umum mengatur sebagai berikut :

“Perangkat kewenangan tertinggi dalam penentuan kebijakan adalah pimpinan perguruan tinggi sebagaimana ditetapkan di perguruan tinggi masing-masing”.

Para pimpinan perguruan tinggi dengan wewenangnya bertugas

untuk mengembangkan perguruan tinggi-nya ke luar dan ke dalam

berdasarkan pedoman tertentu yang disebut statuta, yang termaktub dalam

Bab I Pasal 1 ayat 7 tentang aturan umum perguruan tinggi yang berbunyi:

“Statuta adalah suatu pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan yang dipakai sebagai acuan untuk merencanakan, mengembangkan program dan penyelenggaraan kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan, berisi dasar yang dipakai sebagai rujukan pengembangan peraturan umum, peraturan akademik dan prosedur operasional yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan”.

18

Page 19: SkripsiKU Akhir(2)

Statuta tersebutlah yang menjadi pedoman dan barometer

keberhasilan dan kemajuan pengembangan perguruan tinggi dari salah satu

upaya ke arah pengembangannya melalui kerjasama luar negeri. Hal ini

bukan tidak berdasarkan alasan yang jelas melainkan sudah dirasakan

menjadi keperluan mendesak. Sebagaimana Asosiasi Perguruan Tinggi

Agama Islam (APTAIS) mengemukakan bahwa pembukaan kerjasama

luar negeri adalah langkah strategis meningkatkan kualitas PTAIS (Swara

Dipertais, No.14 Th.II, 31 Agustus 2004).

B. Tinjauan Umum Hukum Internasional

1. Pengertian Hukum Internasional

Berbicara tentang hukum internasional maka akan dihadapkan pada

dinamika hukum internasional itu sendiri yang terus berkembang sesuai

dengan perubahan jaman baik dari segi subjek maupun isinya. Hal tersebut

setidaknya dapat kita lihat dari berbagai macam pendapat para ahli Hukum

Internasional dalam mendefinisikannya.

Banyak para ahli hukum memberikan definisi hukum internasional,

diantaranya adalah Rebbeca M. Wallace (1986:1) mengemukakan bahwa:

“Hukum internasional adalah peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian internasional.”

Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes (2003:4)

memberikan definisi sebagai berikut:

“Hukum internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara

19

Page 20: SkripsiKU Akhir(2)

antara: (1) Negara dengan Negara (2) Negara dengan subjek hukum lain bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu sama lain.”

Pendapat lain datang dari J.G. Starke (1992:15) yang

mendefinisikan Hukum Internasional sebagai berikut:

“Hukum internasional sebagai keseluruhan hukum yang untuk sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati, dan karenanya benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan-hubungan mereka satu sama lain”.

Berdasarkan pengertian hukum internasional dari beberapa pakar

hukum internasional di atas, dapat terlihat gambaran umum tentang isi dan

ruang lingkup hukum internasional. Di dalamnya terkandung unsur, subjek

atau pelaku-pelaku yang berperan, hubungan-hubungan hukum antara

subjek serta kaidah-kaidah maupun prinsip-prinsip hukum yang lahir dari

hubungan antar subjek tersebut yang keseluruhannya itu merupakan suatu

kesatuan yang saling terjalin satu dengan yang lainnya (I Wayan Parthiana,

1990:4).

2. Subjek Hukum Internasional

a. Subjek Hukum Internasional Umum

Menurut I Wayan Parthiana (1990:58) subjek hukum pada

umumnya diartikan sebagai pemegang hak dan kewajiban menurut hukum.

Dengan kemampuan sebagai pemegang hak dan kewajiban tersebut,

berarti adanya kemampuan untuk mengadakan hubungan hukum yang

melahirkan hak-hak dan kewajiban. Secara umum yang dipandang sebagai

subjek hukum adalah : (a) individu atau orang perorangan atau disebut

20

Page 21: SkripsiKU Akhir(2)

pribadi alam dan (b) badan atau lembaga yang sengaja didirikan untuk

suatu maksud dan tujuan tertentu yang karena sifat, ciri, dan coraknya

yang sedemikian rupa dipandang mampu berkedudukan sebagai subjek

hukum. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa subjek hukum

internasional adalah pemegang atau pendukung hak dan kewajiban

menurut hukum internasional; dan setiap pemegang atau pendukung hak

dan kewajiban menurut hukum internasional adalah subjek hukum

internasional.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh F. Sugeng Istanto (1998:17)

yang mengatakan bahwa yang dianggap sebagai subjek hukum bagi

hukum internasional adalah negara, organisasi internasional dan individu.

Subjek hukum tersebut masing-masing mempunyai hak dan kewajiban

sendiri yang berbeda satu sama lain.

b. Subjek Hukum Internasional Khusus

Yang dimaksud subjek hukum internasional khusus menurut I

Wayan Parthiana (1990:58) adalah pribadi hukum atau badan-badan

hukum dalam sistem hukum nasional dari pelbagai negara seperti

perseroan terbatas, lembaga hukum adat dan lain-lainnya. Pribadi

hukum/badan hukum tersebut lazim dipandang sebagai subjek hukum

internasional tetapi juga bisa berkedudukan sebagai subjek hukum

nasional.

Berpegang pada pengertian subjek hukum internasional pada

umumnya dan subjek hukum internasional pada khususnya di atas maka

21

Page 22: SkripsiKU Akhir(2)

secara mudah dapat dirumuskan apa yang dimaksud dengan subjek hukum

internasional. Subjek hukum internasional adalah pemegang dan

pendukung hak dan kewajiban hukum internasional. Dengan perkataan

lain, setiap pendukung atau pemegang hak dan kewajiban internasional

(termasuk di dalamnya pribadi hukum dan badan hukum nasional) adalah

subjek hukum internasional. Kemudian siapa saja yang diakui sebagai

subjek hukum internasional. Ada beberapa pendapat pakar hukum

internasional di bawah ini:

a. Menurut Mochtar kusumaatmadja, subjek hukum

internasional ada 6 :

1. Negara2. Tahta Suci3. Palang Merah Internasional4. Organisasi Internasional5. Orang perorangan (individu)6. Pemberontak dan pihak dalam sengketa

(Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes, 2002: 98-110)

b. Menurut I Wayan Parthiana, subjek hukum internasional ada 8 :1. Negara2. Organisasi internasional3. Palang Merah Internasional4. Tahta suci atau Vatikan5. Organisasi pembebasan atau bangsa-bangsa yang sedang

memperjuangkan hak-haknya.6. Wilayah-wilayah perwalian7. Kaum beligerensi8. Individu

( I Wayan Parthiana, 1990:59)

c. Menurut J.G Starke, subjek hukum internasioal ada 5 :

1. Lembaga-lembaga dan organisasi internasional2. Negara3. Individu-individu

22

Page 23: SkripsiKU Akhir(2)

4. Bagian-bagian dari negara, wilaya-wilayah yang belum merdeka, protektorat-protektorat dan wilayah-wilayah yang dimasukan ke dalam lingkup beberapa konvensi.

5. Para pemberontak (belligerent)( J.G Starke, 1992: 77)

d. Lain hal menurut Rebecca M. Wallace yang menyebut subjek hukum

internasioal dengan istilah Kepribadian Internasional, menurutnya

subjek hukum internasional ada 4 :

1. Negara-negara2. Organisasi organisasi internasional3. Individu4. Kesatuan lain anomali-anomali (Tahta Suci). ( Rebecca M. Wallace, 1986: 62)

Perbedaan jumlah subjek hukum internasional yang dikemukan

para pakar hukum internasional di atas menandakan bahwa hukum dan

subjek hukum internasional senantiasa berubah secara dinamis dan sudah

merupakan fakta yang tidak dapat disangkal lagi.

Fakta yang menunjukkan perubahan jumlah subjek hukum

internasional tersebut diakibatkan oleh meningkatnya hubungan-hubungan

internasional yang pada perkembangannya menempatkan badan-badan

hukum dalam sistem hukum nasional seperti perseroan terbatas (lembaga

negara), lembaga-lembaga hukum adat dan lainnya dipandang sebagai

subjek hukum internasional (I Wayan Parthiana, 1990:58). Dengan

perkembangan tersebut secara legal lembaga negara seperti perguruan

tinggi dapat menjadi subjek hukum internasional.

3. Sumber Hukum Internasional

23

Page 24: SkripsiKU Akhir(2)

Selanjutnya sebagai runtutan kajian permasalahan peneliti maka

yang paling pokok dalam penelitian adalah kajian sumber hukum

internasional dimana salah satu sumber hukum internasional adalah

perjanjian internasional dan perjanjian internasional itu adalah hal yang

mutlak dalam melaksanakan hubungan atau kerjasama internasional.

Untuk lebih paham apa itu sumber hukum internasional maka pengertian

dan apa saja sumber hukum internasional harus diketahui terlebih dahulu.

Secara hukum formal I Wayan Parthiana (1990:148) mengatakan

bahwa yang dimaksud sumber hukum internasional adalah segala sesuatu

yang berkaitan darimana awal mula atau asal usul hukum, bagaimana

terjadi hukum dan dalam bentuk apa saja hukum itu mewujudkan atau

menampakkan diri sebagai acuan atau petunjuk bagi Mahkamah

Internasional dalam memeriksa dan memutuskan suatu perkara

internasional.

Menurut J.G Starke (1992:42) yang dimaksud sumber hukum

internasional adalah bahan-bahan aktual darimana seorang ahli

menentukan kaidah hukum yang berlaku terhadap keadaan tertentu.

Hampir semua sarjana hukum internasional dalam membahas

sumber hukum internasional dalam arti formal, tidak jauh menyimpang

dari rumusan seperti tercantum dalam pasal 38 Statuta Mahkamah

Internasional. Tegasnya yang termasuk sebagai sumber hukum

internasional dalam arti formal adalah :

1. Kebiasaan

24

Page 25: SkripsiKU Akhir(2)

2. Perjanjian internasional atau traktat

3. Keputusan pengadilan

4. Doktrin atau pendapat para sarjana

5. Keputusan-keputusan atau resolusi-resolusi organisasi internasional

Jadi dengan sangat jelas bahwa perjanjian internasional adalah

salah satu dari sumber hukum internasional yang oleh karenanya setiap

subjek hukum internasional mengadakan perjanjian internasional terikat

secara hukum di dalamnya (Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes,

2002:113).

B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Internasional

1. Pengertian Perjanjian Internasional

Secara umum dan luas perjanjian internasional dalam bahasa Indonesia

disebut juga persetujuan, traktat ataupun konvensi. Banyak para sarjana

hukum internasional memberikan definisi perjanjian internasional,

diantaranya adalah T. May Rudy (2002:123) mengemukakan :

“Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum tertentu”.

Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes,

pengertian perjanjian internasional lebih sederhana lagi :

“Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu”.

25

Page 26: SkripsiKU Akhir(2)

Menurut Rebecca M. Wallace (1986:20), secara tersirat

mendefinisikan:

“Perjanjian internasional adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh subjek hukum internasional yang mengkin terjadi diantara dua negera (bipartite) atau antara banyak negara (multi partite) yang membentuk hukum-hukum (traite lois).Menurut Konvensi Wina 1969 dan Konvensi Wina 1986 pasal 2

ayat 1 huruf a definisi perjanjian internasional adalah :

“Treaty means an international agreement concluded between states in written form and governed by international law, wheter embodied in a single instrument or in two or more related instrument ang whatever its particular designation”(Perjanjian internasional berarti suatu persetujuan internasional yang ditanda-tangani antar Negara dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional, apakah dibuat dalam wujud satu instrumen tunggal atau dalam dua instrumen yang saling berhubungan atau lebih dan apapun yang menjadi penandaan khususnya).

Menurut I Wayan Parthiana (1992:12) dari keempat pengertian

perjanjian internasional yang dikemukakan di atas masih sangat umum dan

luas, ditunjukkan pada:

Pertama, dalam definisi semua subjek hukum internasional

dipandang dapat mengadakan perjanjian internasional, padahal dalam

kenyataan tidaklah setiap subjek hukum internasional dapat berkedudukan

sebagai pihak dalam perjanjian internasional atau tidak semua subjek

hukum internasional itu dapat mengadakan perjanjian internasional.

Hingga kini, hanya negara, tahta suci, dan organisasi internasional (tidak

semuanya), kaum belligerensi bangsa yang memperjuangkan hak-haknya

yang dapat berkedudukan sebagai pihak dalam perjanjian internasional.

26

Page 27: SkripsiKU Akhir(2)

Kedua, definisi tersebut di samping mencakup perjanjian

internasional tertulis juga mencakup perjanjian internasional yang

berbentuk tidak tertulis, yang masing-masing memiliki karakter yang

sangat berbeda, meskipun sama-sama merupakan perjanjian internasional.

2. Fungsi Perjanjian Internasional

Menurut Mohd. Burhan Tsani (1990:66-67) dalam kehidupan

masyarakat internasional dewasa ini perjanjian internasional mempunyai

beberapa fungsi yang tidak bisa diabaikan, diantaranya :

1. untuk mendapatkan pengakuan umum anggota

masyarakat bangsa-bangsa.

2. sarana utama yang praktis bagi transaksi dan

komunikasi antar anggota masyarkat negara.

3. berfungsi sebagai sumber hukum internasional

4. sarana pengembang kerjasama internasional secara

damai

3. Unsur-unsur Perjanjian Internasional

Salah-satu hal yang menjadi titik fokus perhatian penelitian ini

adalah dari segi bentuk perjanjian internasional tertulis atau tidak tertulis

yang telah jelas dikemukakan di atas memiliki kekuatan hukum yang

berbeda walaupun sama-sama merupakan perjanjian internasional, namun

adakah para sarjana hukum internasional memberikan batasan pada

perjanjian internasional tertulis dan tidak tertulis dalam menentukan

27

Page 28: SkripsiKU Akhir(2)

bentuk perjanjian internasional pada umumnya. Menurut I Wayan

Parthiana (1992:13) yang dimaksud perjanjian internasional yaitu:

“Kata sepakat antara dua atau lebih subjek hukum internasional (negara, tahta suci, kelompok pembebasan, organisasi internasional) mengenai suatu obyek tertentu yang dirumuskan secara tertulis dan tunduk pada atau yang diatur oleh hukum internasional”.

Dengan demikian maka dapat dijabarkan beberapa unsur atau

kualifikasi yang harus terpenuhi suatu perjanjian, untuk dapat disebut

sebagai perjanjian internasional, yaitu:

a. Kata sepakat

b. Subjek-subjek hukum

c. Berbentuk tertulis

d. Obyek tertentu

e. Tunduk pada atau diatur oleh hukum internasional.(Walter S. Jones, 1993:113)

4. Subjek-subjek hukum internasional yang memiliki kemampuan untuk

mengadakan perjanjian internasional.

Menurut T. May Rudy (2002:131) pada umumnya hanya negara-

negara yang memenuhi syarat ketatanegaraan menurut hukum

internasional dan organisasi internasional yang dapat menjadi peserta dan

dapat mengadakan perjanjian internasional. Tetapi kemudian pernyataan

tersebut di atas dilengkapi oleh I Wayan Parthiana (2002:18), yang

menyatakan bahwa semua subjek hukum internasional adalah pemegang

hak dan kewajiban berdasarkan hukum internasional, termasuk memiliki

hak untuk mengadakan ataupun menjadi pihak atau peserta pada suatu

28

Page 29: SkripsiKU Akhir(2)

perjanjian internasional. Namun bukan berarti semua subjek hukum

internasional memiliki kemampuan untuk mengadakan ataupun sebagai

pihak atau peserta pada perjanjian internasional. Dengan kata lain, tidak

semua subjek hukum internasional memiliki kapasitas yang sama. Ada

yang memiliki kapasitas atau kemampuan penuh (full capacity), ada yang

memiliki kemapuan lebih terbatas, bahkan ada yang sama sekali tidak

memiliki kemampuan untuk mengadakan perjanjian internasional. Sebagai

contoh, individu dapat diakui sebagai subjek hukum internasional

sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu tersebut termasuk

dalam masalah masyarakat dan hukum internasional. Tegasnya subjek-

subjek hukum internasional yang memiliki kemampuan untuk

mengadakan perjanjian internasional adalah :

1. Negara

2. Negara bagian

3. Tahta suci atau Vatikan

4. Wilayah Perwalian

5. Organisasi Internasional

6. Kaum Beligerensi

7. Bangsa-bangsa yang sedang memperjuangkan haknya (I

Wayan Parthiana, 2002:14).

Selanjutnya negara sebagai subjek hukum internasional yang

memiliki kemampuan penuh untuk mengadakan perjanjian internasional,

pada prakteknya tidak hanya mengadakan perjanjian antar negara dengan

29

Page 30: SkripsiKU Akhir(2)

negara atau antar pemerintah (Government to Government/G to G) tetapi

juga sering melibatkan instansi/lembaga hukum di dalam negara atas

nama pemerintah dalam melakukan praktek kerjasama/perjanjian

internasional.

Seperti disampaikan di muka bahwa lembaga hukum pada suatu

negara juga memiliki kemampuan untuk mengadakan perjanjian

internasional dikarenakan badan-badan hukum tersebut termasuk dalam

sistem hukum nasional dengan kata lain bisa berkedudukan sebagai

subjek hukum internasional tetapi juga bisa berkedudukan sebagai subjek

hukum nasional. Maka dalam hal ini akan timbul suatu pertanyaan,

bagaimana suatu lembaga hukum seperti Universitas Negeri Yogyakarta

dapat melakukan perjanjian internasional?. Jawabannya dapat dilihat pada

peraturan perundang-udangan yang mengatur mekanisme hubungan luar

negeri dan perjanjian internasional lembaga-lembaga negara, yaitu

Undang-undang nomor 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri,

Undang-undang nomor 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional dan

Petunjuk pembuatan perjanjian internasional di lingkungan Departemen

Pendidikan Nasional yang dikeluarkan oleh Biro kerjasama luar negeri

Depdiknas tahun 2000.

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang nomor 37 Tahun 1999

tentang hubungan luar negeri, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan

hubungan luar negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek

regional dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah tingkat pusat

30

Page 31: SkripsiKU Akhir(2)

dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha,

organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,

atau warga Negara Indonesia. Karena Universitas Negeri Yogyakarta

termasuk lembaga negara di bawah Departemen Pendidikan Nasional

maka dapat melakukan kegiatan internasional termasuk membuat

perjanjian internasional. Namun dalam hal membuat perjanjian

internasional tersebut Universitas Negeri Yogyakarta harus terlebih dahulu

berkonsultasi dengan Menteri Pendidikan Nasional sebagaimana diatur

Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 pasal 13 :

“Lembaga Negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun non departemen yang mempunyai rencana untuk membuat perjanjian internasional terlebih dahulu melakukan konsultasi mengenai rencana tersebut dengan menteri”

Kemudian diatur lebih lanjut melalui Undang-undang Nomor 24

Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional khususnya pasal 5 ayat 1

yang bunyinya hampir sama :

“Lembaga Negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun non departemen yang mempunyai rencana untuk membuat perjanjian internasional terlebih dahulu melakukan konsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebut dengan menteri”

Adanya penambahan kata “koordinasi” pada pasal 5 ayat 1 tersebut

menunjukkan aturan yang lebih spesifik mengenai peraturan pembuatan

perjanjian luar negeri lembaga pemerintah daripada aturan sebelumnya.

Sebenarnya aturan yang lebih lengkap mengenai pembuatan

perjanjian di lingkungan lembaga pemerintah khusunya Departemen

Pendidikan Nasional dapat dilihat pada Informasi Pembuatan Perjanjian

31

Page 32: SkripsiKU Akhir(2)

Internasional yang merupakan pedoman pembuatan perjanjian baku di

lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam Bab IV pedoman

pembuatan perjanjian internasional tersebut dijelaskan bahwa yang

dimaksud perjanjian internasional, meliputi beberapa jenis kerja sama luar

negeri yang berbentuk kerjasama :

a. Antar pemerintah (Government to Government/G to G)

Kerjasama luar negeri G to G ini dimaksudkan sebagai

kerjasama luar negeri antar pemerintah Republik

Indonesia/Departemen Pendidikan Nasional dan pemerintah

negara asing secara bilateral.

b. Antar pemerintah dan orgnisasi non pemerintah (Government

to Non Government Organization/G to NGO).

Kerjasama luar negeri G to NGO ini dimaksudkan sebagai

kerjasama luar negeri antar pemerintah Republik

Indonesia/Departemen Pendidikan Nasional dan

badan/organisasi non pemerintah asing (swasta).

c. Kerjasama Khusus (University to University/U to U)

Kerjasama luar negeri secara khusus ini dimaksudkan

kerjasama luar negeri antar lembaga pendidikan

tinggi/universitas di Indonesia dan di luar negeri. Kerjasama

tersebut sering disebut kerjasama antar universitas yang diatur

dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia, No. 223/U/1998 tentang “Kerjasama antar

32

Page 33: SkripsiKU Akhir(2)

Perguruan Tinggi” dan Keputusan Direktur Jenderal

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia, No.003/DIKTI/Kep 99 tentang “Petunjuk

Pelaksanaan Kerjasama Perguruan Tinggi di Indonesia dengan

Perguruan Tinggi/Lembaga lain di luar negeri”.

Kerjasama Perguruan Tinggi di Indonesia, di dalam hal ini

dimaksudkan sebagai kerjasama perguruan tinggi yang berada di Indonesia

dengan perguruan tinggi di luar negeri dengan bentuk lembaganya adalah

akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Kerjasama ini

meliputi :

a. Kontrak manajemen

b. Program kembaran

c. Penelitian

d. Pengabdian kepada masyarakat

e. Tukar menukar dosen dan/atau mahasiswa dalam pelaksanaan

kegiatan akademik.

f. Pemanfaatan sumber data dalam pelaksanaan kegiatan

akademik

g. Program pemindahan kredit

h. Penerbitan bersama karya ilmiah

i. Penerbitan bersama kerja ilmiah

j. Penyelenggaraan bersama pertemuan ilmiah atau kegiatan

ilmiah lainnya.

33

Page 34: SkripsiKU Akhir(2)

Mengenai persyaratan kerjasama luar negeri secara umum meliputi

hal-hal sebagai berikut :

a. tidak ada ikatan politik apapun

b. mitra sejajar

c. tidak semata-mata mencari keuntungan

d. tersedia tenaga pendamping/pengelola dan sarana

e. kejelasan kegiatan program

f. kejelasan sumber dana untuk pembiayaan

g. kontribusi program/kegiatan kerja sama.

5. Perbedaan antara perjanjian internasional tertulis dan perjanjian

internasional tidak tertulis

Dalam istilah para sarjana hukum internasional dikenal adanya dua

bentuk perjanjian internasional yaitu :

1. Berbentuk tidak tertulis atau perjanjian internasional

lisan (unwritten agreement atau oral agreement).

2. Perjanjian internasional yang berbentuk tertulis (written

agreement).

Perjanjian internasional tak tertulis, pada umumnya adalah

merupakan pernyataan secara bersama atau secara timbal balik yang

diucapkan oleh kepala negara, kepala pemerintahan atau menteri luar

negeri, atas nama negaranya masing-masing mengenai suatu masalah

tertentu yang menyangkut kepentingan para pihak (I Wayan Parthiana,

1990:160). Di samping itu, suatu perjanjian internasional tidak tertulis

34

Page 35: SkripsiKU Akhir(2)

dapat berupa pernyataan sepihak yang dikemukakan oleh para pejabat atau

organ-organ pemerintah negara yang kemudian pernyataan tersebut

ditanggapai secara positif oleh pejabat atau organ-organ pemerintah dari

negara lain yang berkepentingan sebagai tanda persetujuan. Menurut

Mohd.Burhan Tsani (1990:66) menyatakan bahwa apapun penanda khusus

pada suatu perjanjian internasional dibenarkan oleh hukum internasional

(dalam pasal 2 ayat 1a Konvensi Wina 1986) asal merupakan

kesepakatan/persetujuan (agreement) para pihak yang melakukan

persetujuan dan bentuk perjanjian tidak harus dalam bentuk tertulis.

Jika dibandingkan dengan perjanjian internasional yang berbentuk

tertulis, perjanjian internasional tak tertulis mempunyai bentuk maupun

sifat yang kurang formal. Tentu saja juga kurang jelas dan kurang

menjamin kepastian hukum bagi para pihak, tetapi dapat mengikat sebagai

hukum yang sama derajatnya dengan perjanjian internasional yang

berbentuk tertulis ( I Wayan Parthiana, 2002: 35-36).

Perjanjian internasional yang berbentuk tertulis dewasa ini

mendominasi hukum internasional maupun hubungan-hubungan

internasional. Hal ini disebabkan karena memang perjanjian internasional

yang berbentuk tertulis memiliki beberapa keunggulan, seperti ketegasan,

kejelasan, dan kepastian hukum, bagi para pihak dan merupakan sumber

hukum utama yang paling logis (Walter S. Jones, 1993:331).

Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan tabel perbedaan antara

perjanjian internasional tak tertulis dan perjanjian internasional tertulis :

35

Page 36: SkripsiKU Akhir(2)

Tabel 2. Perbedaan antara perjanjian internasional tak tertulis dan perjanjian internasional tertulis

No Bentuk Perjanjian Keunggulan Kelemahan

1. Berbentuk tidak tertulis

a. Bisa hanya sebuah pernyataan lisan para pejabat atau organ-organ pemerintah.

b. Bisa dinyatakan dalam situasi tidak formal

c. Tidak memerlukan aturan protokoler kenegaraan.

a. Bentuk dan sifatnya kurang formal.

b. Kurang jelas dan kurang menjamin kepastian hukum.

2. Berbentuk tertulis a. Memiliki ketegasan tentang materi obyek dan subjek perjanjian.

b. Memiliki kejelasan aturan main karena dibuat dalam dokumen otentik.

c. Kepastian hukum bagi para pihak, antara hak dan kewajiban yang harus di penuhi dalam perjanjian.

a. Harus dibuat dalam bentuk formal dan tertulis.

b. Melalui tahap protokoler pembuatan perjanjian.

c. Tidak bisa dilakukan dalam situasi non formal.

Sumber buku “Hukum Perjanjian Internasional” I Wayan Parthiana, 2002 hal 37.

6. Struktur Perjanjian Internasional

Menurut O’Connel dan juga Starke sebagaimana dikutip oleh

Mohd.Burhan Tsani (1990:71) walaupun perjanjian internasional

mempunyai nama atau istilah yang bermacam-macam, akan tetapi

mengenai strukturnya dapat dikatakan akan selalu mengikuti suatu pola

36

Page 37: SkripsiKU Akhir(2)

tertentu. Pola struktur perjanjian internasional pada umumnya adalah

sebagai berikut :

1. Judul;

2. Preambul;

3. Klausula substantif;

4. Klausula formal;

5. Pembuktian formal;

6. Tanda tangan delegasi.

Selanjutnya dari keenam pola struktur perjanjian internasional di

atas dijelaskan oleh Mohd.Burhan Tsani (1990:72-73).

Dalam judul suatu perjanjian internasional pada umumnya tersirat :

1. Nama yang dimaksud bagi perjanjian internasional yang

bersangkutan; apakah dengan nama convention, treaty, agreement,

final act ataukah nama yang lain;

2. Materi pokok yang diatur dengan perjanjian internasional yang

bersangkutan, misalnya : mengenai hukum perjanjian internasional,

hubungan diplomatik dan konsuler, penindasan perbuatan melawan

hukum terhadap pesawat terbang;

3. Sering pula dimuat nama tempat dilangsungkan atau

ditandatanganinya suatu perjanjian internasional.

Preambul adalah bagian pokok perjanjian internasional yang

merupakan permulaan pengucapan suatu perjanjian internasional. Hal-hal

yang biasa dimuat dalam preambul (pembukaan) adalah :

37

Page 38: SkripsiKU Akhir(2)

1. Pembeberan nama para pihak, apakah kepala negara,

negara ataukah pemerintah;

2. Tujuan atau maksud ditutupnya suatu perjanjian

internasional;

3. Ketetapan hati, dasar atau alasan para pihak untuk ikut

serta atau menyelenggarakan perjanjian internasional.

4. Nama-nama dan penandaan (identitas) para utusan yang

mempunyai kuasa penuh.

Klausula substantif sering juga disebut dengan istilah “dispositive

provisions” (ketentuan yang bersifat mengatur) atau batang tubuh

perjanjian internasional. Klausula ini terdiri dari pasal-pasal yang

mengatur inti persoalan atau materi pokok perjanjian internasional. Dari

pasal-pasal inilah dapat diketemukan hukum internasional positif yang

berlaku bagi materi yang bersangkutan. Klausula substantif inilah yang

merupakan bagian pokok terpenting perjanjian internasional yang

bersangkutan.

Klausula formal sering juga disebut dengan istilah klausula final

atau klausula protokoler. Dalam klausula ini dimuat hal-hal yang bersifat

teknis, hal-hal pokok yang formal dan masalah-masalah yang berhubungan

dengan penerapan dan mulai berlakunya perjanjian internasional yang

bersangkutan. Klausula formal ini pada umumnya secara terpisah memuat

dan mengatur hal-hal sebagai berikut :

1. tanggal perjanjian;

38

Page 39: SkripsiKU Akhir(2)

2. cara penerimaan terhadap perjanjian internasional yang

bersangkutan, misalnya dengan penanda-tanganan, aksessi dan

sebagainya;

3. terbukanya perjanjian internasional bagi penanda-tanganan;

4. mulai berlakunya perjanjian internasional;

5. jangka waktu berlakunya perjanjian internasional;

6. pernyataan pengakhiran perjanjian internasional yang bersangkuatn

oleh para pihak;

7. penerapan perjanjian internasional oleh perundang-undangan

nasional;

8. penerapan perjanjian internasional terhadap wilayah dan

sebagainya;

9. bahasa yang dipakai dalam draft perjanjian internasional;

10. penyelesaian sengketa;

11. amandemen atau revisi terhadap perjanjian internasional;

12. pendaftaran perjanjian internasional;

13. pemeliharaan instrumen asli perjanjian internasional.

Bagian pokok perjanjian internasional yang berwujud pembuktian

formal, merupakan pengakuan atau pembenaran terhadap penanda-

tanganan perjanjian internasional. Bagian inilah yang memuat hal-hal yang

bersifat testimonium. Selain itu juga dimuat tanggal dan tempat penanda-

tanganan perjanjian internasional.

39

Page 40: SkripsiKU Akhir(2)

Bagian akhir suatu perjanjian internasional pada umunya memuat

tanda-tangan para utusan yang mempunyai “full-powers”. Akan tetapi ada

juga perjanjian internasional yang memakai sistem pemuatan tanda-tangan

para delegasi pada instrumen yang terpisah dari perjanjian internasional itu

sendiri, yaitu dalam final act (Starke, 2000 : 439,440).

Untuk memudahkan pemahaman di bawah ini bagan struktur

perjanjian internasional :

Gambar 1. Pola “Struktur Perjanjian Internasional”

40

II

III

IV

IJUDUL : PERJANJIAN INTERNASIONAL

PREAMBUL :1. membeberkan nama para pihak (Kepala Negara/Pemerintah)2. tujuan ditutupnya Perjanjian Internasional3. dasar alasan menjadi pihak Perjanjian Internasional4. nama-nama dan penunjuk para pihak

Klausula substantif/depositive provisions/Ketentuan-ketentuan yang mengatur : hal-hal yang menyangkut materi perjanjian internasional (berujud pasal-pasal).

Klausula formal (klausula final) protokoler :1. hal-hal teknis2. hal-hal formal3. masalah yang berhubungan dengan penerapan atau mulai berlakunya

perjanjian internasional

Page 41: SkripsiKU Akhir(2)

(Sumber : Mohd.Burhan Tsani, 1990, p 74).

7. Bentuk-bentuk (istilah) perjanjian internasional tertulis

Untuk lebih memahami perjanjian internasional dalam bentuk tertulis,

secara garis besar berikut disampaikan pendapat dua pakar hukum

internasional. Pertama Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes yang

mengemukakan bahwa istilah-istilah perjanjian internasional adalah :

1. Traktat (treaty)2. Pakta (pact)3. Konvensi (convention)4. Piagam (statute)5. Charter6. Deklarasi7. Protocol8. Arrangement9. Accord10. Modus vivendi11. Covenant

(Sumber : Mochtar Kusumaatmadja, & Etty R. Agoes, 1993:119)

Sedangkan menurut I Wayan Parthiana lebih lengkap, yaitu dengan

disebutkannya pengertian dari setiap bentuk perjanjian internasional,

diantaranya sebagai berikut:

41

V

VI

Pembuktian formal/pengakuan(pembenaran) penandatanganTanggal dan tempat penandatanganan.

TANDA TANGAN DELEGASI

Page 42: SkripsiKU Akhir(2)

1. Traktat

Traktat adalah istilah yang sudah umum dipergunakan untuk

perjanjian-perjanjian internasional antara negara-negara yang

substansinya tergolong penting bagi para pihak.

Contoh : Treaty Banning Nuclear Weapon test in the atsmosphere in

outher space and under water of August 5, 1963 (Traktat tentang

larangan melakukan percobaan senjata nuklir di atmosfir, angkasa luar,

dan di bawah air, tanggal 5 Agustus 1963).

2. Konvensi (Convention atau conventie).

Adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut suatu perjanjian

internasional multilateral, baik yang diprakarsai oleh negara-negara

maupun oleh lembaga-lembaga atau organisasi internasional.

Contoh : Convention of the crime of genocide of December 9, 1948

(konvensi tentang pencegahan dan penghukuman atas kejahatan

genocide, tanggal 9 Desember 1948).

3. Deklarasi (Declaratie atau declaration).

Deklarasi merupakan kesepakatan antara para pihak yang masih

bersifat umum dan berisi tentang hal-hal yang merupakan pokok-

pokok saja.

Contoh : Deklarasi Bangkok 8 Agustus 1967, Universal Declaration of

Human Rights, tanggal 10 Desember 1948.

4. Statuta (statute)

42

Page 43: SkripsiKU Akhir(2)

Adalah perjanjian internasional yang dijadikan sebagai konstitusi suatu

organisasi internasional.

Contoh : Organisasi internasional yang menggunakan istilah statute

untuk piagamnya adalah Mahkamah Internasional Permanent dan

Mahkamah Internasioanal yang masing-masing piagamnya disebut

Statute of Permanent Court of International justice, dan Statute of

International Court of justice.

8. Piagam ( Charter)

Adalah perjanjian internasional yang dijadikan sebagai konstitusi suatu

organisasi internasional.

Contoh : Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan Charter of United

Nations.

9. Kovenan (Covenant).

Istilah covenant juga mengandung arti sama dengan piagam, jadi

digunakan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional.

Contoh : pemakainya adalah Liga Bangsa-Bangsa dengan (Covenant of

the League of Nations).

10. Persetujuan (agreement, arrangement)

Adalah perjanjian internasional yang ditinjau dari segi isinya lebih

bersifat teknis dan administratif.

43

Page 44: SkripsiKU Akhir(2)

Contoh : Agreement between the government of the Republic of

Indonesia and the government of the Republic India relation of the

delimitation of the continental shelf boundary between the two

countries, August 21, 1974.

11. Perjanjian

Perbedaan persetujuan dengan perjanjian sangat penting artinya dalam

hukum nasional, khusunya Hukum Tata Negara terutama berkenaan

dengan pengesahan atau pengundangannya menjadi peraturan

perundang-undangan. Menurut praktek yang berlaku perjanjian

disahkan atau diundangkan dalam bentuk undang-undang sedangkan

persetujuan disahkan atau diundangkan dalam bentuk keputusan

presiden.

12. Pakta (Pact)

Adalah perjanjian internasional dalam bidang militer, pertahanan dan

keamanan.

Contoh : Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty

Organizations-NATO).

13. Protokol (protocol)

Menurut J.G Starke yang dikutip oleh I Wayan Parthiana, protokol

merupakan jenis perjanjian internasional yang kurang formal jika

dibandingkan traktat ataupun konvensi.

14. MOU (Memorandum of Understanding)

44

Page 45: SkripsiKU Akhir(2)

Secara harfiah MOU dapat dikatakan sebagai Nota kesepakatan atau

memorandum saling pengertian, tetapi secara hukum dapat diartikan

sebagai suatu dokumen sah yang menggambarkan suatu

persetujuan/perjanjian antara para pihak dan merupakan suatu

alternatif yang lebih formal bagi suatu persetujuan/perjanjian, tetapi

lebih sedikit formal dibanding suatu kontrak (Ensiklopedia

Wikipedia.org, www.en.wikipedia.org/wiki/MOU).

Contoh : MOU antara Indonesia dan Malaysia tentang penempatam

tenaga kerja Indonesai di Malaysia, 10 Mei 2004.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelititan ini dilaksanakan di Kantor Kerjasama Humas dan Protokol

Universitas Negeri Yogyakarta. Dipilihnya lokasi tersebut dengan

pertimbangan bahwa di Kantor kerjasama Humas dan protokol ditemukan

permasalahan mengenai kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta.

Penelitian ini berlangsung mulai November 2004 sampai dengan Juni

2005.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

45

Page 46: SkripsiKU Akhir(2)

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

metode penelitian kualitatif. Dikatakan penelitian deskriptif, karena penelitian

ini hanya untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu keadaan objek

penelitian, yaitu menggambarkan kualitas dan kuantitas kerjasama luar negeri

Universitas Negeri Yogyakarta, hambatan-hambatan yang dihadapi, dan upaya

untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut. Seperti dikatakan Hadari

Nawawi dan Mimi Martini (1994: 73), metode deskriptif dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

atau melukiskan keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskripsi memusatkan

perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaaan

sebenarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa penelitian deskriptif

adalah penelitian yang memberi gambaran atau deskripsi tentang fenomena

atau kejadian yang secara akurat berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif karena data yang dihasilkan dalam penelitian ini

berupa kata-kata tertulis atau lisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan

dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong (2002:3) yang menyatakan bahwa

metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari seorang lain dan perilaku

yang diamati. Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa kata-kata tertulis

atau lisan. Dengan demikian penelitian kualitatif dapat difahami sebagai

penelitian yang dilaksanakan secara intensif, terperinci dan mendalam

46

Page 47: SkripsiKU Akhir(2)

terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu melalui metode

kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif.

C. Penentuan Subjek Penelitian

Yang dimaksud subjek penelitian menurut Sanapiah Faisal (2001:109),

menunjuk pada orang/individu atau kelompok yang dijadikan unit atau satuan

(kasus) yang diteliti. Teknik penentuan subjek penelitian yang digunakan

adalah dengan menggunakan teknik (purposive). Teknik purposive adalah

berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu (Lexy J. Moleong, 2002 :

165).

Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dihubungi disesuaikan

dengan ciri-ciri tertentu yang ditetapkan berdasarkan permasalahan penelitian

yaitu tentang pelaksanaan kerjasama luar negeri Universitas Negeri

Yogyakarta (Tinjauan Hukum Internasional). Adapun kriteria yang

ditentukan peneliti adalah:

1. Pejabat Universitas Negeri Yogyakarta yang mempunyai

wewenang untuk menentukan kebijakan kerjasama luar negeri dengan

pihak asing

2. Pejabat Universitas Negeri Yogyakarta yang secara langsung

ataupun tidak langsung terlibat dalam pembuatan naskah kerjasama luar

negeri.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka subjek penelitian yang diperoleh, yaitu :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Pembantu Rektor I Universitas Negeri Yogyakarta.

47

Page 48: SkripsiKU Akhir(2)

3. Kepala Kantor Kerjasama Humas dan Protokol Universitas Negeri

Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Lexy J. Moleong, 2002: 135). Dengan kata lain, wawancara merupakan

suatu proses interaksi dan komunikasi antara pewawancara dengan yang

diwawancarai.

Metode wawancara mempunyai kedudukan yang utama sebagai

metode pengumpulan data dalam penelitian. Metode wawancara bertujuan

untuk memperoleh data primer karena data ini diperoleh langsung dari

subjek penelitian melalui serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak

yang terkait langsung dengan pokok permasalahan.

Tujuan diadakannya wawancara yaitu untuk menggali data,

informasi dan keterangan dari subjek penelitian mengenai kuantitas dan

kualitas kerjasama, hambatan-hambatan yang dihadapi Universitas Negeri

Yogyakarta ditinjau dari hukum internasional. Wawancara dilakukan

dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang

digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu cara mengajukan

pertanyaan yang dikemukakan secara bebas artinya kalimat tidak terpaku

pada pedoman wawancara tentang masalah-masalah pokok dalam

48

Page 49: SkripsiKU Akhir(2)

penelitian kemudian dapat diperdalam dan dikembangkan sesuai dengan

kondisi di lapangan.

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi digunakan untuk

memperkuat data yang ada. Dokumentasi sebagai sumber data

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan dan meramalkan (Lexy J.

Moleong, 2002: 161). Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi

sebagai sumber data sekunder adalah setiap bahan baik yang tertulis

maupun yang tidak tertulis baik dalam bentuk gambar atau yang lain yang

dapat dipergunakan untuk memperkuat data yang ada. Dalam penelitian ini

dokumentasi yang dimaksud berupa data tertulis yang berkaitan dengan

kerjasama Universitas Negeri Yogyakarta ditinjau dari kaidah hukum

internasional.

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data antara lain :

1. Jumlah pelaksanaan kerjasama luar negeri Universitas

Negeri Yogyakarta mulai tahun 1993 sampai 2004.

2. Jumlah pelaksanaan kerjasama luar negeri Universitas

Negeri Yogyakarta yang dilakukan melalui penandatanganan MOU.

3. Daftar mitra kerjasama luar negeri Universitas Negeri

Yogyakarta.

4. Dokumentasi berkaitan dengan upaya menjalin

kerjasama luar negeri yang dilakukan oleh pejabat Universitas Negeri

Yogyakarta.

49

Page 50: SkripsiKU Akhir(2)

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggung-jawabkan

secara ilmiah, maka data-data yang telah ada terlebih dahulu perlu

dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini teknik

pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah cross-check data.

Cross-check data dilakukan dengan menggunakan strategi pengumpulan

data ganda pada objek yang sama (Burhan Bungin, 2001: 95-96).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode

pengumpulan data yaitu metode wawancara dan dokumentasi. Oleh karena

itu, cross-check dilakukan dengan mengecek data hasil wawancara antara

subjek yang satu dengan yang lain, kemudian dicek dengan dokumentasi.

Pada penelitian ini cross-check data yang dilakukan dengan

mengecek data hasil wawancara dengan data berupa dokumen tentang

kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta ditinjau menurut

kaidah hukum internasional.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data

induktif. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Hadari Nawawi dan

Mimi Martini (1994: 51) bahwa pengolahan data kualitatif dititikberatkan

pada cara berfikir induktif, karena pada umumnya bertolak dari kasus-

kasus yang diinterpretasikan sebagai suatu generalisasi yang berlaku untuk

umum.

50

Page 51: SkripsiKU Akhir(2)

Teknik analisis secara induktif digunakan karena beberapa alasan.

Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan

ganda yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat

membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat

dikenal, dan akuntabel. Ketiga, analisis induktif lebih dapat menguraikan

latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat

tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif

lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-

hubungan dan dapat mempehitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai

bagian dari struktur analitik (Lexy J. Moleong, 2002: 5). Analisis induktif

pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis data tentang kerjasama

luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta berdasarkan kaidah hukum

internasional.

Adapun langkah-langkah yang diambil untuk menganalisis data

dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah menurut Sanapiah Faisal

(2001:256-258) sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Data yang dihasilkan dari wawancara dan dokumentasi

merupakan data mentah yang masih perlu diolah. Peneliti melakukan

pemilihan data yang relevan dan bermakna untuk disajikan dengan

cara memilih data yang mampu menjawab permasalahan penelitian

tentang kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta menurut

tinjauan hukum internasional, hambatan-hambatan yang dihadapi

51

Page 52: SkripsiKU Akhir(2)

dalam upaya menjalin kerjasama luar negeri dan upaya Universitas

Negeri Yogyakarta untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

Selanjutnya data-data tersebut masih perlu disederhanakan lagi.

2. Unitisasi dan Kategorisasi

Data yang telah disederhanakan dan dipilih tersebut kemudian

disusun secara sistematis ke dalam suatu unit-unit dengan sifat masing-

masing dan dengan menonjolkan hal-hal yang bersifat pokok dan

penting. Unit-unit data yang telah terkumpul dipilah-pilah kembali dan

dikelompokkan sesuai dengan kategori yang ada sehingga dapat

memberikan gambaran yang jelas dari hasil penelitian tentang

kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta ditinjau dari

kaidah hukum internasional dan upaya apa yang dilakukan oleh

Universitas Negeri Yogyakarta untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas kerjasama luar negeri dan bagaimana caranya untuk

mengatasi hambatan-hambatan yang ada.

3. Display Data

Pada tahap ini, peneliti menyajikan data yang telah direduksi ke

dalam laporan secara sistematis. Data disajikan dalam bentuk narasi

berupa informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yaitu

mengenai kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta

ditinjau dari kaidah hukum internasional, hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjasama

52

Page 53: SkripsiKU Akhir(2)

dan bagaimana mengatasai hambatan tersebut. Selain itu berfungsi

juga sebagai daftar yang bisa diringkas dan dapat menunjukkan data

yang telah dikumpulkan bila dianggap belum lengkap atau kurang

dapat diburu datanya pada sumber yang relevan.

4. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi

Data yang telah diproses dengan langkah-langkah seperti di

atas, kemudian ditarik kesimpulan yang berangkat dari hal-hal yang

khusus untuk memperoleh kesimpulan umum yang obyektif.

Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat

kembali pada hasil reduksi data maupun display data, sehingga

kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari permasalahan

penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selintas Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta

Sejarah lahirnya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tidak dapat

dilepaskan dari sejarah perkembangan IKIP Yogyakarta, bahkan lebih jauh

lagi perkembangan Universitas Gadjah Mada. Pada tanggal 23 Januari 1951,

53

Page 54: SkripsiKU Akhir(2)

berdasarkan PP Nomor 37 Tahun 1950. Universitas Gadjah Mada membuka

Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat (SPF). Pada tanggal 19 September

1955 Fakultas tersebut dipecah menjadi 3 fakultas yaitu :

1. Fakultas Sastra dan Kebudayaan

2. Fakultas Umum dan Filsafat

3. Fakultas Pedagogik

Dalam perkembangan selanjutnya Fakultas Pedagogik membuka

keahlian umum bagian psikologi dan pada pertengahan tahum 1960 membuka

bagian Didaktik yang mempunyai 12 jurusan.

Pada tahum 1960 tejadi integrasi kursus BI, BII ke dalam bagian

Didaktik Fakultas Pedagogik. Karena adanya perbedaan kurikulum, maka

bagian Didaktik menjadi Bagian Didaktik I, sedang bekas kursus BI-BII

menjadi Bagian Didaktik II yang terdiri dari 13 jurusan.

Berdasarkan surat edaran Presiden Universitas Gadjah Mada No.

267/SU11/62 tertanggal 2 Februari 1962, Fakultas Pedagogik dipecah menjadi

3 Fakultas:

1 . Fakullas lImu Pendidikan (FIP)

2. Fakultas Pendidikan Djasmani (FPD)

3. Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan (FKIP)

Pemecahan Fakultas Pedagogik tersebut secara de facto telah mulai

berlaku sejak 1 Januari 1962. Kemudian surat edaran Presiden Universitas

Gadjah Mada tersebut mendapat pengesahan Menteri PTIP berdasarkan Surat

54

Page 55: SkripsiKU Akhir(2)

Keputusan Menteri Perguruan Tinggi llmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 119

Tahun 1962.

Fakultas Pendidikan Jasmani merupakan perkembangan Bagian pen

didikan Jasmani dan integrasi jurusan Pendidikan Jasmani dari Bagian Di

daktik II. Fakultas Ilmu Pendidikan merupakan gabungan Bagian Pendidikan

Umum, Bagian Pendidikan Sosial, bagian Keahlian Umum, Bagian Psikologi,

dan Integrasi Jurusan Ilmu Pendidikan dari Bagian Didaktik II, sedangkan

Jurusan-jurusan lain dari Bagian Didaktik I dan Bagian Didaktik II bergabung

menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 92 Tahun 1962 berdiri Lembaga

Pendidikan dengan nama Institut Pendidikan Guru (IPG). Sementara FIP,

FPD, dan FKIP masih merupkan Fakultas pada Universitas Gadjah Mada di

bawah Menteri PTIP. IPG dan FKIP merupakan masalah dalam dunia

pendidikan. Untuk mengatasi hal ini keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor

1 Tahun 1963, tanggal 3 Januari 1963, yang memutuskan penyatuan FKIP dan

IPG menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Sebagai

pelaksanaan Keppres tersebut di atas keluarlah surat Keputusan Menteri PTIP

Nomor 55 Tahun 1963 yang menetapkan berdirinya IKIP Jakarta, IKIP

Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang, sejak 1 Mei 1963.

Dengan keputusan menteri PTIP Nomor 36 Tahun 1964 tanggal 4 Mei

1964, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Gadjah Mada (FIP UGM)

dimasukan ke dalam IKIP Yogyakarta. IKIP Yogyakarta diresmikan oleh

55

Page 56: SkripsiKU Akhir(2)

Menteri PTIP pada tanggal 21 Mei 1964, dipimpin oleh seorang Rektor, dan

tanggal tersebut ditetapkan sebagi Dies Natalis IKIP Yogyakarta.

Pada bulan Desember 1965 dikeluarkan keputusan Rektor Nomor 05

Tahun 1965 tentang Struktur Organisasi IKIP Yogyakarta. Berdasarkan SK

Rektor tersebut IKIP Yogyakarta menyelenggarakan 5 Fakultas dengan

jumlah total jurusan sebanyak 26 jurusan.

Mulai tanggal 28 Maret 1977 berdasarkan Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 042/C/1977, Sekolah Tinggi Olahraga

dimasukkan ke dalam IKIP Yogyakarta dengan nama Fakultas Keguruan Ilmu

Keolahragaan (FKIK), dengan jurusan: (1) Jurusan Olahraga

Prestasi/Kepelatihan, dan (2) Jurusan Olahraga Pendidikan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1981 tentang

penataan Fakultas, dan Keputusan Presiden Nomor 54 tahun 1982 ditetapkan

jumlah, jenis, dan urutan fakultas di IKIP Yogyakarta sebagai berikut :

1. Fakultas Pendidikan (FIP)

2. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS)

3. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

4. Fakultas Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial (FPIPS)

5. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK)

6. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK)

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

Nomor 0554/0/1983 tanggal 8 Desember 1983 dan Keputusan Direktur

Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud Nomor 31/DIKT1/Kep/1984, IKIP

56

Page 57: SkripsiKU Akhir(2)

Yogyakarta memiliki 30 Jurusan dan 36 Program Studi. Dalam

perkembangannya lebih lanjut atas Kebijaksanaan Dirjen Dikti, 3 Program

Studi pada FIP IKIP Yogyakarta, yakni Program Studi Filsafat dan Sosiologi

Pendidikan, Psikologi Pendidikan, dan Program Studi Pengembangan

Kurikulum. sejak tahun 1987/1988 tidak lagi menerima mahasiswa baru.

Pada Tahun 1990 sejalan dengan kebijaksanaan nasional tentang peng-

hapusan SPG dan SGO yang kemudian diintegrasikan pada Lembaga Pendi-

dikan Tenaga Pendidikan (LPTK), IKIP Yogyakarta menyelenggarakan

Program DII Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Guru Kelas, yang

pengelolaannya di bawah Fakultas Ilmu Pendidikan. Tahun berikutnya 1991

diselenggarakan pula Program D2 PGSD Guru Pendidikan Jasmani yang

dikelola oleh FPOK, namun program ini hanya sekali diselenggarakan pada

tahun akademik 1991/1992.

Sejak tahun 1993/1994 program studi Keterampilan Kerajinan pada

jurusan Seni Rupa FPBS yang semula diselenggarakan dalam jenjang D3 telah

mendapat persetujuan untuk diselenggarakan dalam jenjang S 1.

Pada tahun 1996 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi mengeluarkan Surat

Keputusan Nomor 245/Dikti/Kep/1996 tentang Program studi yang diseleng-

garakan di lingkungan IKIP Yogyakarta yang meliputi 25 program studi.

Selanjutnya pada tahun 1997 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi me-

ngeluarkan Surat Keputusan Nomor 240/Dikti/Kep/1997, tertanggal 15

Agustus 1997 tentang jumlah program studi non kependidikan di lingkungan

57

Page 58: SkripsiKU Akhir(2)

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta, sehingga keseluruhan ada

37 program studi baik untuk kependidikan maupun nonkependidikan.

Seiring dengan perkembangan IKIP Yogyakarta, sejak tahun 1990

mulai berkembang ide atau pemikiran tentang pengembangan IKIP Yogya-

karta menjadi Universitas. Pemikiran ini lahir karena struktur kelembagaan

yang berbentuk IKIP dirasakan terlalu sempit untuk pengembangan dan sra-

wung keilmuan. Di samping itu dengan semakin banyaknya alumnus IKIP

Yogyakarta yang mampu menembus pasar kerja non guru serta meningkatnya

tuntutan kebutuhan tenaga kerja yang memiliki skill yang mantap, juga ikut

memberikan dorongan kuat bahwa IKIP Yogyakarta sudah selayaknya

dikembangkan menjadi universitas yang direncanakan bernama Universitas

Negeri Yogyakarta (UNY).

Dalam rangka merealisasikan pemikiran mengenai pengembangan

IKIP Yogyakarta menjadi Universitas maka serangkaian diskusi dan

penyusunan konsep, untuk pengembangan itu terus dilakukan. Memasuki

tahun 1996, pemikiran tentang pengembangan dan perluasan mandat IKIP

Yogyakarta menjadi universitas telah mengkristal dan memasuki tahap

legalitas. Dalam kaitan ini Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud

telah mengeluarkan Surat Keputusan Nornor 1449/I)/T/ 1996 tertanggal 20

Juni 1996 yang menetapkan bahwa IKIP Yogyakarta, juga 3 IKIP yang lain

(IKIP Medan, IKIP Padang, IKIP Malang) diberi perluasan tugas ke arah

perubahan kelembagaan menjadi universitas. Sejak penetapan ini maka IKIP

Yogyakarta mulai dan terus bekerja menyiapkan segala sesuatunya yang

58

Page 59: SkripsiKU Akhir(2)

terkait dengan persiapan dan kesiapan pengembangan IKIP Yogyakarta

menjadi Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk itu telah dibentuk tim yang

bertugas merancang dan menyusun konsep pengembangan termasuk konsep

penamaan kelembagaan dan model pengembangan kurikulum sesuai dengan

visi dan misi Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam rangka pelaksanaan perluasan mandat tersebut, maka mulai

tahun 1997/1998 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Nomor 240/DIKT1/Kep/1997 tertanggal 15 Agustus 1997, IKIP Yogyakarta

membuka 12 Program Studi non kependidikan jenjang S1 dan D3 pada 3

fakultas, FPBS, FPMIPA dan FPTK. Menyusul kemudian pada tahun aka-

demik 1999/2000 dibuka 2 program studi yakni 1 di FPIPS dan 1 di FPOK.

Sejalan dengan Surat Keputusan dari Dirjen Dikti tersebut, rencana pengem-

bangan IKIP Yogyakarta menjadi Universitas Negeri Yogyakarta dilaksana-

kan dalam 2 tahap. Pertama: tahap perluasan mandat yang sudah dimulai sejak

tahun akademik 1997/1998 dengan membuka dan menerima mahasiswa baru

non kependidikan pada fakultas-fakultas kependidikan yang berpotensi

menyelenggarakan dan mengembangkan bidang ilmu non kependidikan.

Kedua : tahap pelaksanaan konversi IKIP menjadi Universitas Negeri

Yogyakarta yang dimulai tahun akademik 1999/2000 dengan bertumpu pada

program studi non kependidikan yang telah dibuka dan pengembangan

fakultas-fakultas kependidikan menjadi fakultas-fakultas non kependidikan.

Sehubungan dengan tahapan yang kedua tersebut, setelah menunggu

beberapa saat maka pada tanggal 4 Agustus 1999 Universitas Negeri

59

Page 60: SkripsiKU Akhir(2)

Yogyakarta yang merupakan konversi atau pengembangan dari IKIP

Yogyakarta telah disahkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 93 Tahun

1999. Dengan demikian pada tanggal 4 Agustus 1999 lahirlah Universitas

Negeri Yogyakarta (UNY) yang merupakan Lembaga Pendidikan Tinggi

Negeri yang berkedudukan di Yogyakarta. Ini artinya tahap kedua dari

rencana pelaksanaan pengembangan IKIP Yogyakarta menjadi Universitas

NegeriYogyakarta mulai dilaksanakan.

Untuk memantapkan pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan di

dalam wadah UNY itu, maka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI telah

mengeluarkan Keputusan Nomor 274/O/1999 tertanggal 14 Oktober 1999

tentang Penetapan Organisasi dan Tata Kerja (OTK) UNY. Menurut

organisasi tata kerja itu UNY memiliki enam fakultas yakni :

1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Pengembangan dari

FPMIPA)

2. Fakultas Teknik (Pengembangan dari FPTK)

3. Fakultas llmu Pendidikan

4. Fakultas, Bahasa dan Seni (Pengembangan dari FPBS)

5. Fakultas Ilmu Sosial (Pengembangan dari FPIPS)

6. Fakultas Ilmu Keolahragaan (Pengembangan dari FPOK)

Adapun Visi dan Misi Universitas Negeri Yogyakarta adalah : (a) Visi,

penyelenggaraan kegiatan di dalam wadah UNY diharapkan dapat

mewujudkan universitas yang mampu membangun manusia Indonesia

seutuhnya sebagai pribadi atau masyarakat belajar dan ilmiah yang bertaqwa

60

Page 61: SkripsiKU Akhir(2)

kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menempatkan manusia sebagai kunci

pembangunan yang bermartabat setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia

untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin serta kedamaian dalam

kehidupan. (b). Misi, mendidik manusia dan masyarakat Indonesia dengan

melaksanakan pendidikan akademik dan atau profesional dalam bidang

kependidikan dan non kependidikan yang diarahkan untuk menghasilkan

manusia bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia yang

memiliki kecerdasan dan keterampilan yang bemanfaat bagi pembangunan

bangsa dan negara, melakukan kegiatan penelitian untuk mengkaji dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang mensejahterakan

manusia serta melakukan kegiatan pendidikan pada masyarakat yang mengacu

pengembangan segala potensi alam dan sosial.

Kekhususan Universitas Negeri Yogyakarta berbeda dengan

universitas pada umumnya terutama yang sekaligus sebagai Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Universitas Negeri Yogyakarta

memiliki kekhasan dalam penyelenggaraan kelembagaan dan

pembelajarannya antara bidang kependidikan dan non kependidikan. Bisa

dilihat dengan adanya program studi kependidikan berada di dalam jurusan

non kependidikan dengan kata lain ada perpaduan antara ilmu kependidikan

dan ilmu murni, sehingga srawung keilmuan antara mahasiswa dan dosen

antar bidang (kependidikan dan non kependidikan) secara alamiah akan saling

memperkaya satu sama lain. Di samping itu, akan diperoleh efisiensi biaya

penyelenggaraan pendidikan, baik jumlah dosen, tenaga administrasi maupun

61

Page 62: SkripsiKU Akhir(2)

sarana akademik non akademik. Pola pembelajaran dan penyusunan

kurikulumnya berpola common ground, sehingga mobilitas mahasiswa dalam

menempuh beban studi sangat luwes. Disadari, bahwa pola ini menuntut

kesiapan administrasi akademik yang berat dan teliti. Sistem Informasi

Akademik (SIAKAD) dipersiapkan lebih dini. Sifat khusus lain adalah bahwa

Universitas Negeri Yogyakarta tetap memberikan prioritas dalam

mengembangkan dan menyelenggarakan pendidikan guru. Dengan demikian

setiap alumnus program bidang kependidikan memiliki kemampuan

profesional guru yang tinggi.

Kemampuan lulusan Universitas Negeri Yogyakarta disetiap jenjang

dan program studi harus menghasilkan lulusan dengan ciri-ciri kemampuan

sebagai berikut :

Sarjana mempunyai kemampuan

a. Menerapkan pengetahuan yang menyangkut keahlian dan profesinya ke

dalam kegiatan produktif dan memberikan pelayanan kepada masyarakat;

b. Mengikuti perkembangan bidang profesi dan bidang ilmunnya melalui

studi literatur.

Magister mempunyai kemampuan:

a. Meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan riset pengembangan

b. Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmu

c. Mengembangkan penampilan profesionalnya dalam spektrum yang lebih

luas dengan mengaitkan bidang ilmu atau profesi yang serupa.

62

Page 63: SkripsiKU Akhir(2)

d. Merumuskan pendekatan untuk memecahkan berbagai masalah

masyarakat dengan cara penalaran ilmiah.

Doktor mempunyai kemampuan :

a. Mengembangkan konsep baru dalam bidang ilmunya atau

profesinya melalui riset.

b. Melaksanakan, mengorganisasikan dan memimpin program riset.

c. Pendekatan interdisipliner bagi penerapan professional.

Bertolak dari dasar bentuk peranan seorang tenaga kependidikan

khususnya guru maka lulusan UNY harus memiliki :

1. Kemampuan pribadi

2. Kemampuan akademik

3. Kemampuan profesi

4. Kemampuan kemasyarakatan.

Keempat kemampuan ini harus terkait dalam satu pribadi yang utuh.

Khusus yang menyangkut ketetuan-ketentuan pokok Pendidikan Tenaga

Kependidikan Sekolah Menengah (PTKSM) yang mulai diberlakukan sejak

tahun 1992 ditetapkan beberapa perangkat kemampuan yang diharapkan

dikuasai lulusan program pendidikan prajabatan guru yang pada dasarnya

meliputi:

1. Kesadaran dan kemampuan pengembangan diri sebagai individu warga

pendidikan tinggi dan sebagai pekerja profesional.

2. Menguasai bidang ilmu dan sumber bahan ajar.

63

Page 64: SkripsiKU Akhir(2)

3. Menguasai prinsip-prinsip kependidikan dan memahami hakekat subjek

didik.

4. Kemampuan menyusun dan menyelenggarakan program pengajaran dan

tugas-tugas kegiatan kependidikan lainnya (Sumber disarikan dari Majalah

Pewara Nomor 20 Tahun II, Edisi April 2001.)

B. Struktur Organisasi Universitas Negeri Yogyakarta.

Sebagai bentuk pelaksanaan ketentuan pasal 4 Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 1999 tentang perubahan Institut

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi Universitas, maka lahirlah

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 274/O/1999 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Universitas Negeri Yogyakarta. Dari Keputusan

Menteri tersebut dapat dilihat kedudukan, tugas pokok, dan fungsi Universitas

Negeri Yogyakarta dan masing-masing unsur pimpinan di UNY.

Struktur organisasi Universitas Negeri Yogyakarta yang secara formal

dalam pasal 1 keputusan presiden di atas menjelaskan Universitas Negeri

Yogyakarta selanjutnya disebut UNY adalah perguruan tinggi yang

diselenggarakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, mempunyai tugas

menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah

disiplin ilmu teknologi dan/atau kesenian tertentu. Kemudian untuk

menyelenggarakan tugas pokok tersebut, UNY mempunyai fungsi :

64

Page 65: SkripsiKU Akhir(2)

a. Pelaksanaan dan pengembangan pendidikan tinggi;

b. Pelaksanaan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan/atau kesenian;

c. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat;

d. Pelaksanaan pembinaan sivitas akademika dan hubungannya dengan

lingkungan;

e. Pelaksanaan kegiatan layanan administratif

Dalam bagan di bawah ini digambarkan Organisasi dan Tata Kerja

Universitas Negeri Yogyakarta :

65

Page 66: SkripsiKU Akhir(2)

Gambar 2 : Bagan Organisasi dan Tata Kerja Universitas Negeri Yogyakarta Sumber : Salinan lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 274/O/1999 Tanggal 14 Oktober 1999.

Secara organisatoris unsur-unsur pimpinan di Universitas Negeri

Yogyakarta terdiri atas :

a. Rektor dan Pembantu Rektor;

b. Senat Universitas;

c. Fakultas :

66

Page 67: SkripsiKU Akhir(2)

1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

2. Fakultas Teknik

3. Fakultas Ilmu Pendidikan

4. Fakultas Bahasa dan Seni

5. Fakultas Ilmu Sosial

6. Fakultas Ilmu Keolahragaan

d. Program Pasca Sarjana;

e. Dosen;

f. Lembaga Penelitian;

g. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat;

h. Biro Admistrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem

Informasi;

i. Biro Administrasi Umum dan Keuangan;

j. Unit Pelaksana Teknis;

1. Perpustakaan

2. Pusat Komputer

3. Unit Pelaksana Teknis Lainnya;

k. Dewan Penyantun;

Masing-masing unsur dan pimpinan di atas memiliki tugas dan fungsi

sebagai berikut :

1. Rektor dan Pembantu Rektor

Rektor mempunyai tugas :

67

Page 68: SkripsiKU Akhir(2)

a). Memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat, membina tenaga kependidikan, mahasiswa, tenaga

administrasi, dan hubungannya dengan lingkungan;

b). Membina dan melaksanakan kerjasama dengan instansi, badan swasta,

dan masyarakat untuk memecahkan persoalan yang timbul, terutama

yang berkaitan dengan bidang tanggung jawabnya.

Dalam melaksanakan tugasnya Rektor dibantu oleh 3 (tiga) orang

Pembantu Rektor yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung

kepada Rektor, yaitu :

a. Pembantu Rektor Bidang Akademik, yang selanjutnya disebut

Pembantu Rektor I;

b. Pembantu Rektor Bidang Admistrasi Umum, yang selanjutnya

disebut Pembantu Rektor II;

c. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, yang selanjutnya

disebut Pembantu Rektor III;

Dari ketiga Pembantu Rektor tersebut memiliki tugas sebagai berikut:

Pembantu Rektor I

Pembantu Rektor I mempunyai tugas membantu Rektor dalam memimpin

pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Pembantu Rektor II

Pembantu Rektor II mempunyai tugas membantu Rektor dalam memimpin

pelaksanaan kegiatan dibidang keuangan dan admisitrasi umum.

Pembantu Rektor III

68

Page 69: SkripsiKU Akhir(2)

Pembantu Rektor III mempunyai tugas membantu Rektor dalam

memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang pembinaan mahasiswa dan

layanan kesejahteraan mahasiswa.

2. Fakultas

Fakultas mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan

pendidikan akademik dan/atau profesional dalam satu atau seperangkat

cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut fakultas mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan dan pengembangan pendidikan;

b. Pelaksanaan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan/atau kesenian;

c. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat;

d. Pelaksanaan pembinaan sivitas akademika;

e. Pelaksanaan urusan tata usaha

Fakultas terdiri atas :

a. Dekan dan Pembantu Dekan;

b. Senat Fakultas;

c. Jurusan;

d. Laboratorium/studio;

e. Dosen

f. Bagian Tata Usaha

1). Dekan dan Pembantu Dekan

69

Page 70: SkripsiKU Akhir(2)

Dekan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pendidikan,

penelitian, pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga

kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi, administrasi fakultas.

Pembantu Dekan terdiri atas :

a. Pembantu Dekan Bidang Akademik, selanjutnya disebut Pembantu

Dekan I;

b. Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, selanjutnya disebut

Pembantu Dekan II;

c. Pembantu Dekan Bidang kemahsiswaan, selanjutnya disebut

Pembantu Dekan III;

Dari ketiga Pembantu Dekan tersebut memiliki tugas sebagai berikut :

Pembantu Dekan I

Pembantu Dekan I mempunyai tugas membantu Dekan dalam

memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat.

Pembantu Dekan II

Pembantu Dekan II mempunyai tugas membantu Dekan dalam

memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan admisitrasi

umum.

Pembantu Dekan III

Pembantu Dekan III mempunyai tugas membantu Dekan dalam

memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang pembinaan mahasiswa dan

layanan kesejahteraan mahasiswa.

70

Page 71: SkripsiKU Akhir(2)

2). Jurusan

Jurusan adalah unsur pelaksana akademik pada fakultas yang memiliki

tugas melaksanakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam

sebagian atau satu cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

kesenian tertentu. Jurusan dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu

oleh seorang Sekretaris Jurusan.

3). Laboratorium/Studio

Laboratorium/Studio mempunyai tugas melakukan kegiatan dalam

cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian tertentu

sebagai penunjang pelaksanaan tugas jurusan sesuai dengan ketentuan

bidang yang bersangkutan.

4). Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi

umum, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pendidikan di

fakultas. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut bagian tata usaha

mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan administrasi pendidikan;

b. Pelaksanaan administrasi umum dan perlengkapan;

c. Pelaksanaan administtrasi keuangan dan kepegawaian

d. Pelaksanaan administrasi kemahasiswaan dan alumni

Bagian Tata Usaha tersebut terdiri atas :

a. Subbagian Pendidikan, dengan tugas melakukan administrasi

pendidikan

71

Page 72: SkripsiKU Akhir(2)

b. Subbagian Umum dan Perlengkapan, dengan tugas melakukan

urusan tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan.

c. Subbagian Keuangan dan Kepegawaian, dengan tugas melakukan

administrasi keuangan dan kepegawaian

d. Subbagian Kemahasiswaan, dengan tugas melakukan administrasi

kemahsiswaan dan alumni.

3. Program Pasca Sarjana

Program Pasca Sarjana mempunyai tugas melaksanakan pendidikan

Program Magister dan Doktor berfungsi sebagai :

a. Pelaksanaan dan pengembangan pendidikan;

b. Pelaksanaan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan/atau kesenian;

c. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat;

d. Pelaksanaan pembinaan sivitas akademika

e. Pelaksanaan urusan tata usaha

4. Dosen

Dosen mempunyai tugas utama mengajar, membimbing, dan/atau melatih

mahasiswa serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

5. Lembaga Penelitian

Lembaga Penelitian mempunyai tugas melaksanakan, mengkoordinasikan,

memantau, menilai pelaksanaan kegiatan penelitian yang diselenggarakan

oleh Pusat Penelitian, serta ikut serta mengendalikan administrasi sumber

daya yang diperlukan. Adapun fungsinya adalah :

72

Page 73: SkripsiKU Akhir(2)

a. Melaksanakan penelitian ilmiah murni;

b. Melaksanakan penelitian ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

kesenian tertentu untuk menunjang pembangunan;

c. Melaksanakan penelitian untuk pendidikan dan pengembangan

institusi;

d. Melaksanakan penelitian ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

kesenian serta penelitian untuk mengembangkan konsepsi

pembangunan nasional, wilayah, dan/atau daerah;

e. Melaksanakan urusan tata usaha.

6. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat mempunyai tugas

menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan ikut

mengusahakan sumber daya yang diperlukan, dengan fungsinya sebagai

berikut :

a. Pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian;

b. Peningkatan relevansi program UNY sesuai dengan kebutuhan

masyarakat;

c. Pelaksanaan pemberian bantuan kepada masyarakat dalam

melaksanakan pembangunan;

d. Pelaksanaan pengembangan pola dan konsepsi pembangunan

nasional, wilayah, dan/atau daerah;

e. Pelaksanaan tata usaha.

73

Page 74: SkripsiKU Akhir(2)

7. Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem

Informasi.

Biro ini mempunyai tugas memberikan layanan administrasi bidang

akademik, kemahasiswaan, perencanaan, dan sistem informasi di

lingkungan UNY, dengan fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan administrasi pendidikan dan kerjasama;

b. Pelaksanaan administrasi kemahasiswaan;

c. Pelaksanaan administrasi perencanaan dan sistem informasi.

Biro administrasi akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem

Informasi terdiri atas :

a. Bagian Pendidikan dan Kerjasama, dengan tugas melaksanakan

administrasi pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat

dan kerjasama;

Bagian Pendidikan dan Kerjasama dibagi menjadi empat Subbagian :

1) Subbagian Pendidikan dan Evaluasi, dengan tugas

melakukan administrasi pendidikan dan evaluasi;

2) Subbagian Registrasi dan Statsistik, dengan tugas

melakukan registrasi dan statistik;

3) Subbagian Sarana Pendidikan, dengan tugas melakukan

adminstrasi sarana pendidikan;

4) Subbagian Kerjasama, dengan tugas melakukan

administrasi kerjasama.

b. Bagian Kemahasiswaan

74

Page 75: SkripsiKU Akhir(2)

Bagian Kemahasiswaan mempunyai tugas melaksanakan administrasi

kemahasiswaan, dan untuk menyelenggarakan tugas tersebut

mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan administasi minat, penalaran, dan informasi

kemahasiswaan;

b. Pelaksanaan layanan kesejahteraan mahasiswa.

Bagian kemahasiswaan ini terdiri atas :

1) Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi

Kemahasiswaan dengan tugas melakukan administrasi minat,

penalaran, dan informasi kemahasiswaan.

2) Subbagian Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa, dengan

tugas melakukan tugas layanan kesejahteraan mahasiswa.

c. Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi

Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi mempunyai tugas

melakukan administrasi perencanaan dan untuk menyelenggarakan

tugas tersebut mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan administrasi perencanaan;

b. Pelaksanaan adminstrasi sistem informasi;

Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi terdiri atas :

1) Subbagian Perencanaan, dengan tugas melakukan

tugas administrasi perencanaan akademik dan fisik.

2) Subbagian Sistem dan Informasi, dengan tugas

melakukan pengumpulan data serta layanan informasi.

75

Page 76: SkripsiKU Akhir(2)

8. Biro Adiministrasi Umum dan Keuangan

Biro Adiministrasi Umum dan Keuangan mempunyai tugas memberikan

layanan adiministrasi umum dan keuangan di lingkungan UNY dan untuk

menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, hukum dan

tatalaksana, dan perlengkapan;

b. Pelaksanaan urusan kepegawaian;

c. Pelaksanaan urusan keuangan.

Biro Adiministrasi Umum dan Keuangan terdiri atas :

a. Bagian Umum, Hukum dan Tatalaksana, dan

Perlengakapan dengan tugas melaksanakan urusan umum, hukum dan

tatalaksana, dan perlengakapan.

Bagian Umum, Hukum dan Tatalaksana, dan Perlengakapan terdiri

dari:

1) Subbagian Tata Usaha, dengan tugas

melakukan urusan tata usaha.

2) Subbagian Rumah Tangga, dengan tugas melakukan urusan rumah

tangga.

3) Subbagian Hukum dan Tata Laksana, dengan tugas urusan hukum

dan perundang-undangan, tata laksana, dan hubungan masyarakat.

4) Subbagian Perlengakapan, dengan tugas melakukan urusan

perlengkapan.

76

Page 77: SkripsiKU Akhir(2)

b. Bagian Kepegawaian mempunyai tugas

melaksanakan urusan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas

tersebut bagian kepegawaian mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan administrasi akademik

b. Pelaksanaan administrasi tenaga administratif

Bagian Kepegawaian terdiri atas:

1) Subbagian Tenaga Akademik, dengan tugas melakukan

administrasi akademik dan tenaga penunjang akademik.

2) Subbagian Tenaga Administratif, dengan tugas

melaksanakan administrasi dan tenaga penunjang administrasi.

c. Bagian keuangan.

Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan administrasi

keuangan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut bagian keuangan

mempunyai fungsi:

a) Pelaksanaan administrasi anggaran

rutin dan pengkoordinasian anggaran pembangunan;

b) Pelaksanaan administrasi dana

yang berasal dari masyarakat;

c) Pelaksanaan monitoring dan

evaluasi.

Bagian keuangan terdiri dari :

77

Page 78: SkripsiKU Akhir(2)

1) Subbagian Anggaran

Rutin dan Pembangunan, dengan melakukan adminstrasi anggaran

rutin dan administrasi pembangunan.

2) Subbagian Dana

Masyarakat, dengan tugas melakukan administrasi dana yang

berasal dari masyarakat.

3) Subbagian Monitoring

dan Evaluasi, dengan tugas melakukan administrasi monitoring dan

evaluasi.

9. Unit Pelaksana Teknis

a. Perpustakaan

Perpustakaan mempunyai tugas memberikan layanan bahan pustaka

untuk keperluan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat. Dan untuk menyelenggarakan tugas tersebut perpustakaan

mempunyai fungsi :

a) Penyediaan dan pengolahan bahan pustaka;

b) Pemberian layanan dan pendayagunaan bahan

pustaka;

c) Pemeliharaan bahan pustaka;

d) Pemberian layanan referensi;

e) Pelaksanaan urusan tata usaha.

b. Pusat Komputer

78

Page 79: SkripsiKU Akhir(2)

Pusat Komputer mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah,

menyajikan, menyimpan, data dan informasi, serta memberikan

layanan untuk program-program pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat

10. Kantor Kerjasama Humas dan Protokol

Kantor Kerjasama Humas dan Protokol berdasarkan hasil wawancara

tanggal 28 Februari 2005 dengan SG sebagai kepala kantor kerjasama

humas dan protokol adalah lembaga unifikasi dari subbagian kerjasama,

kehumasan dan protokoler yang diresmikan pada tanggal 29 Maret 2004

berkedudukan di bawah rektor dan bertanggung jawab langsung kepada

rektor dengan tugas pokok melaksanakan kerjasama dalam dan luar negeri,

kehumasan dan urusan protokoler di lingkungan UNY.

Lebih lanjut dalam pasal 96 Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 207/O/1999 dinyatakan bahwa tata kerja setiap pemimpin

suatu organisasi dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, baik di lingkungan masing-masing

maupun antar satuan organisasi di lingkungan UNY serta dengan instansi lain

di luar UNY sesuai dengan tugas masing-masing.

C. Pelaksanaan Kerjasama Luar Negeri Universitas Negeri Yogyakarta

Penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode

kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan kerjasama luar

negeri di Universitas Negeri Yogyakarta, hambatan-hambatan yang timbul

79

Page 80: SkripsiKU Akhir(2)

dalam pelaksanaan dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi

hambatan tersebut ditinjau dari sudut pandang hukum internasional. Hasil

penelitian ini berupa data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

para subjek penelitian, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil wawancara

dan observasi dalam penelitian ini merupakan data primer, sedangkan data

dokumentasi merupakan data sekunder.

Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas dan berdasarkan informasi

yang diberikan informan dan studi dokumentasi, dijelaskan oleh SG selaku

Kepala Kantor Kerjasama Humas dan Protokol Universitas Negeri Yogyakarta

bahwa secara umum sebenarnya pelaksanaan kerjasama luar negeri baik yang

berdasarkan perjanjian tertulis dalam bentuk MOU maupun perjanjian tidak

tertulis khususnya bidang pendidikan sudah dilakukan oleh masing-masing

fakultas di lingkungan Universitas Negeri Yogyakarta. Hal ini diperkuat oleh

SY selaku Rektor yang menyatakan bahwa secara teknis pelaksanaan

kerjasama luar negeri yang sudah berjalan selama ini sebenarnya banyak

dilakukan oleh fakultas atau malah inisiatif fakultas sendiri yang kemudian di

fasilitasi oleh universitas, jadi mekanismenya bisa top-down atau bottom-up.

Artinya kerjasama tersebut bisa usulan dari universitas kemudian dilaksanakan

oleh fakultas (sebagai pelaksana teknis) atau sebaliknya atas usulan fakultas

dan dilaksanakan oleh universitas dan fakultas atau malah bisa jadi atas usulan

fakultas dan universitas (wawancara tanggal 14 Maret 2005, pukul 09.03-

09.25). Hal senada juga dikemukakan oleh SM selaku Pembantu Rektor I

yang mengatakan bahwa UNY sebenarnya tidak begitu ketinggalan dari

80

Page 81: SkripsiKU Akhir(2)

universitas lain dalam hal kerjasama luar negeri. Ini bisa dibuktikan dengan

adanya program-program kerjasama pertukaran dosen dan mahasiswa,

kerjasama publikasi ilmiah, penelitian ilmiah dan lainnya yang dilaksanakan

atau diprakarsai oleh universitas maupun fakultas baik itu berdasarkan

perjanjian tertulis maupun tidak tertulis (wawancara tanggal 08 Maret 2005,

pukul 08.50-09.50). Khusus untuk perjanjian secara tertulis dikemukakan SY

bahwa perlunya formalisasi kerjasama, maksudnya kedepan kerjasama yang

belum diformalkan akan segera di formalkan/tertulis (wawancara tanggal 14

Maret 2005, pukul 09.03-09.25). Sementara itu untuk penandatanganan

naskah MOU biasanya dilakukan oleh Rektor, selanjutnya Rektor

mendelegasikan Pembantu Rektor I dan Dekan Fakultas yang bersangkutan

untuk membuat perjanjian pelaksanaan kerjasama yang bersifat teknis dan

secara formal disebut “Action Plan”. Lebih lanjut mengenai bentuk perjanjian

(naskah MOU), dikatakan oleh SG bahwa bila perjanjian tersebut

dilaksanakan antara G to G (government to government) maka naskah

perjanjian tersebut biasanya berbentuk agreement tetapi bila antar lembaga

maka bentuk naskah perjanjian tersebut adalah MOU. (Wawancara, tanggal 29

Februari 2005, pukul 10.00-11.05 WIB).

Lebih rinci SG memberikan paparan mengenai proses dan tahapan

pelaksanaan kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta dalam tiga

proses utama yang diikuti oleh tahapan-tahapan tertentu pada setiap

prosesnya. Adapun ketiga proses tersebut adalah sebagai berikut :

1. Proses Pra Penandatangan Draft MOU

81

Page 82: SkripsiKU Akhir(2)

a. Tahap usulan

Dengan adanya otonomi fakultas, maka mekanisme usulan bisa

bersifat bottom-up artinya inisiatif atau usulan kerjasama bisa datang

dari fakultas atau jurusan kemudian disampaikan ke tingkat universitas

untuk mendapat persetujuan. Begitupun juga sebaliknya kerjasama

yang akan dijalin mekanismenya bisa top-down artinya inisiatif

kerjasama atas prakarsa universitas untuk ditindaklanjuti oleh fakultas

atau pihak yang ditunjuk atau bisa campuran antara keduanya.

b. Tahap identifikasi

Tahapan ini adalah identifikasi atas pihak atau lembaga mana yang

akan bekerjasama, kerjasama apa yang akan dilakukan, bagaimana

kredibilitas lembaganya dan dalam bentuk apa kerjasama itu akan

diformalkan.

c. Tahap negosiasi

Tahapan ini meliputi:

a) Pertemuan penjajakan antara kedua

pihak yang merupakan tahap awal perundingan mengenai

kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian kerjasama luar negeri.

b) Pertemuan lanjutan antara kedua

belah pihak untuk membahas substansi dan masalah teknis yang

akan disepakati dalam kerjasama luar negeri.

c) Setelah pertemuan lanjutan

mencapai kesepakatan antara kedua pihak tahapan selanjutnya

82

Page 83: SkripsiKU Akhir(2)

adalah membuat draft bentuk formal kerjasama, bila disepakati

bentuk kerjasama akan diformalkan dalam MOU maka kedua belah

pihak membuat draft MOU bersama.

d) Tahapan selanjutnya setelah

pembuatan draft selesai adalah penandatanganan draft MOU oleh

kedua belah pihak menjadi sebuah naskah MOU sebelum

mendapat kekuatan hukum tetap dari instansi terkait negeri

masing-masing pihak.

2. Proses Pasca Penandatangan Draft MOU

Setelah kedua belah pihak menyetujui naskah MOU dan

menandatanganinya maka bagi pihak Universitas Negeri Yogyakarta,

langkah selanjutnya adalah mengirimkan naskah MOU yang telah

ditandatangani tersebut ke Departemen Pendidikan Nasional untuk

mendapatkan pengesahan Dirjen Dikti Depdiknas dan didaftarkan di

Departemen Luar Negeri kemudian tembusannya disampaikan ke

Sekretariat Negara Republik Indonesia.

3. Pengembalian naskah MOU yang telah disahkan.

Setelah ketiga proses di atas dilalui maka naskah MOU telah menjadi

dokumen resmi suatu perjanjian internasional yang memiliki kekuatan

hukum formal dan berlaku mengikat secara definitif kedua belah pihak

83

Page 84: SkripsiKU Akhir(2)

sesuai dengan perjanjian yang tertulis dalam MOU tersebut (pasal 6 ayat 2

Undang-Undang nomor 24 Tahun 2000).

Sebagai gambaran berikut disajikan Skema alur proses kerjasama luar

negeri yang telah dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta :

Gambar 3: Skema Alur proses kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta.

84

Meliputi 4 TahapUsulan kerjasamaPerumusan kerjasamaPembuatan naskah kerjasamaNegosiasi

Tahapan ini meliputi hal :Pembicaraan Penentuan bentuk kerjasamaPembuatan draft kerjasama

Pra Penandatanganan Draft MOU

Pasca Penandatanganan Draft MOU

Pengiriman draft kerjasama untuk mendapat pengesahanan Dirjen Dikti, didaftarkan di Deplu dan ditembuskan ke Setneg

Pengembalian MOU yang sudah disetujui dan disahkan (naskah)

MOU siap digunakan sebagai dasar hukum formal dalam kerjasama

Penandatanganan Draft

Page 85: SkripsiKU Akhir(2)

Dari paparan alur proses kerjasama luar negeri Universitas Negeri

Yogyakarta yang dikemukakan SG di atas dapat ditinjau secara yuridis

berdasarkan instrumen perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Indikator

tinjauannya adalah sebagai berikut:

a. Proses Perumusan

Dalam hukum perjanjian internasional dikenal adanya langkah dalam

proses perumusan perjanjian yaitu pendekatan Informal menuju langkah

Formal. Artinya pihak-pihak yang bermaksud untuk membuat atau

merumuskan suatu perjanjian internasional mengenai masalah tertentu,

terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan baik yang bersifat

informal maupun formal dalam rangka mencapai suatu kesepakatan (I

Wayan Parthiana, 2002:93). Langkah-langkah tersebut yang secara teknis

dijelaskan pada pasal 6 ayat 1 UU Nomor 24 Tahun 2000 "Pembuatan

perjanjian internasional dilakukan melalui tahap penjajakan, perundingan,

85

Page 86: SkripsiKU Akhir(2)

perumusan naskah, penerimaan, dan penandatanganan”. Dan apabila

bentuk perjanjian internasional tersebut melibatkan banyak pihak yang

mengikatkan diri (multilateral agreement) maka penandatanganan bukan

merupakan pengikatan diri sebagai negara pihak, keterikatan terhadap

perjanjian internasional dapat dilakukan melalui pengesahan

(ratification/accession/-acceptance/approval) kecuali perjanjian tersebut

hanya mengikat dua pihak (bilateral). Oleh karena semua bentuk

kerjasama yang telah dilakukan Universitas Negeri Yogyakarta adalah

kerjasama bilateral (bilateral agreement) maka penandatanganan naskah

kerjasama merupakan tahap akhir dalam perundingan untuk melegalisasi

naskah kerjasama tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan pasal 15

ayat 1 yang menyatakan:

“Perjanjian internasional yang tidak mensyaratkan adanya pengesahan dalam pemberlakuan perjanjian tersebut dan memuat materi yang bersifat teknis atau merupakan pelaksanaan teknis atas suatu perjanjian induk, dapat langsung berlaku setelahpenandatanganan, pertukaran dokumen perjanjian/nota diplomatik atau setelah melalui cara-cara lain sebagaimana disepakati para pihak pada perjanjian internasional. Perjanjian yang termasuk dalam kategori tersebut diantaranya adalah perjanjian yang secara teknis mengatur kerja sama di bidang pendidikan, sosial, budaya, pariwisata, penerangan, kesehatan, keluarga berencana, pertanian, kehutanan, serta kerja sama antar propinsi dan antar kota”.

Dipertegas dengan pasal 11 Konvensi Wina 1969 yang dikutip I Wayan

Parthiana (1990:176) yang menyatakan bahwa penandatangan (signature)

adalah salah satu cara yang sudah dikenal untuk menyatakan persetujuan

terikat pada suatu perjanjian internasional. Seperti secara jelas

dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja yang dikutip oleh I Wayan

86

Page 87: SkripsiKU Akhir(2)

Parthiana (1990:170) bahwa ditinjau dari tahap yang harus dilalui sampai

berhasil dilahirkan atau dibentuk suatu perjanjian internasional maka

naskah MOU Universitas Negeri Yogyakarta dapat dikategorikan sebagai

perjanjian internasional melalui dua tahap. Kedua tahap tersebut adalah

tahap perundingan (negotiation) dan tahap penandatanganan (signature).

Dalam tahap perundingan ini, wakil-wakil para pihak bertemu dalam suatu

forum merumuskan pokok-pokok masalah yang dirundingkan. Selanjutnya

memasuki tahap kedua yaitu tahap penandatanganan, maka perjanjian

tersebut telah mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi para pihak yang

bersangkutan. Dengan demikian, tahap terakhir dalam perjanjian dua

tahap, mempunyai makna sebagai persetujuan pengikatan diri dari para

pihak terhadap naskah perjanjian yang telah disepakati (Consent to be

Bound by a Treaty). Cara-cara tersebut sudah lazim dilakukan sebagai

hukum kebiasaan internasional, dimana langkah penandatanganan sebagai

pernyataan persetujuan untuk terikat pada perjanjian digabungkan dengan

langkah langkah pengadopsian dan pengotentikasian naskah perjanjian.

Pasal 12 ayat 1 Konvensi Wina 1969 selengkapnya menyatakan sebagai

berikut :

The Consent of a state to be bound by a treaty is expressed by the signature of its representative when:(a) The treaty provides that signature shall have that affect;(b) It is otherwise established that the negotiating States were agred

that signature should have that effect; or(c) The intention of the State to give that effect to the signature

appears from the full power of its representative or was expressed during the negotiation.

87

Page 88: SkripsiKU Akhir(2)

Persetujuan suatu negara untuk terikat pada suatu perjanjian internasional dinyatakan dengan penandatanganan wakil-wakilnya, apabila:(a) Perjanjian itu sendiri menentukan bahwa

penandatanganan tersebut menjadikan negara-negara itu terikat pada perjanjian tersebut;

(b) Sebaliknya negara-negara yang melakukan perundingan menyepakati bahwa penandatanganan akan menjadikan negara-negara itu akan terikat pada perjanjian tersebut;

(c) Maksud dari suatu negara untuk menjadikan terikat dengan cara penandatanganan tersebut tampak dari kuasa penuh dari wakilnya atau dinyatakan selama perundingan.

Dari pasal yang dikutip oleh Sugeng Istanto (2002:112) di atas,

menyatakan bahwa suatu perjanjian internasional dimana negara-negara

menyatakan persetujuan untuk terikat pada perjanjian internasional dengan

cara melakukan penandatanganan, diatur secara legal dalam hukum

internasional.

b. Pengesahan naskah

Secara umum yang dimaksud pengesahan menurut Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2000 adalah perbuatan hukum untuk mengikatkan diri

pada suatu pejanjian internasional dalam bentuk ratifikasi (ratification),

aksesi (accession), penerimaan (acceptance) dan penyetujuan (approval).

Namun seperti dikemukakan di atas keempat bentuk pengesahan tersebut

diperlukan apabila memang dipersyaratkan dalam perjanjian. Bila suatu

perjanjian tidak mensyaratkan pengesahan, maka tidak ada unsur

keharusan untuk mendapatkan pengesahan. Hal tersebut diatur dalam pasal

9 ayat 1 yang menyatakan “Pengesahan perjanjian internasional oleh

Pemerintah Republik Indonesia dilakukan sepanjang dipersyaratkan oleh

88

Page 89: SkripsiKU Akhir(2)

perjanjian internasional tersebut”. Jadi perjanjian internasional yang

dilakukan oleh UNY adalah memenuhi syarat kaidah hukum internasional

Selanjutnya dari semua bentuk perjanjian kerjasama tertulis yang

dituangkan dalam MOU antara Universitas Negeri Yogyakarta dengan

universitas atau lembaga lain di luar negeri, tentunya secara administratif

harus mengacu pada standar penulisan perjanjian tertulis sebagaimana

lazimnya dilakukan dalam pembuatan naskah perjanjian internasional.

Terutama dalam hal struktur perjanjian yang berupa MOU. Maka pola

penulisan yang harus dilakukan adalah mengacu pada pola struktur

perjanjian internasional. Menurut O’Connel dan Starke yang dikutip oleh

Mod.Burhan Tsani (1990:71-72), pola struktur perjanjian internasional

pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Judul;

2. Preambul;

3. Klausula substantif;

4. Klausula formal;

5. Pembuktian formal;

6. Tanda tangan delegasi.

Di bawah ini adalah contoh MOU yang pernah dibuat antara

Universitas Negeri Yogyakarta (IKIP Yogyakarta) dengan Charles Sturt

University, dilihat struktur MOU tersebut berdasarkan pola struktur perjanjian

internasional :

89

Page 90: SkripsiKU Akhir(2)

90

Page 91: SkripsiKU Akhir(2)

91

Page 92: SkripsiKU Akhir(2)

92

Page 93: SkripsiKU Akhir(2)

93

Page 94: SkripsiKU Akhir(2)

Keterangan struktur perjanjian (MOU) di atas :

I. Menunjukkan Judul perjanjian

II. Menunjukkan Preambul perjanjian

III. Menunjukkan Klausula substantif

IV. Menunjukkan Klausula formal

V. Menunjukkan Pembuktian formal

VI. Menunjukkan Tandatangan para delegasi.

Melihat prakteknya struktur di atas bisa saja ditambahi dengan

tandatangan pengesahan dari pihak berwenang (Dirjen Dikti) yang

ditempatkan dibawah tandatangan para delegasi.

94

Page 95: SkripsiKU Akhir(2)

Perkembangan yang tidak kalah menarik selain bentuk kerjasama

secara tertulis Universitas Negeri Yogyakarta dengan pihak luar negeri, juga

perlu diperhatikan bentuk kerjasama berdasarkan perjanjian yang tidak tertulis

atau yang lebih dikenal (unwritten agreement/oral agreement). Menurut hasil

wawancara dengan SG (wawancara tanggal 12 Juni 2005) menjelaskan bahwa

peranan kerjasama luar negeri secara lisan atau berdasarkan hasil kesepakatan

tanpa MOU dengan pihak luar negeri tidak kalah penting kontribusinya

daripada perjanjian secara tertulis bagi perkembangan kerjasama luar negeri

Universitas Negeri Yogyakarta terutama dalam tahap penjajagan atau

perintisan kerjasama selanjutnya. Walaupun proses pembuatan

kesepakatannya hanya merupakan perjanjian secara lisan antara pihak

(delegasi) Universitas Negeri Yogyakarta dengan pihak (delegasi) luar negeri,

tetapi daya mengikat perjanjian tersebut dapat dirasakan pada implementasi

kegiatannya yang tidak jarang malah menjadi suatu awal (rintisan) pada

perjanjian formal (tertulis). Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa

kerjasama yang telah dan sedang berlangsung. Di bawah ini daftar beberapa

kerjasama yang sempat terdokumentasikan oleh Kantor Kerjasama Humas dan

Protokol, dari tahun 2000-2005 :

Tabel 3 : Daftar kerjasama (Non MOU) yang digolongkan sebagai unwritten agreement tahun 2000-2004.

No

Pihak Kerjasama Waktu Bentuk Kerjasama Tindak lanjut

1 UNY dan National University of Singapore(NUS)

16 Mei 2000

Kunjungan studi banding tim kesenian NUS & penajajagan kerjasama dalam bidang kesenian

Dalam penjajagan/pros

es2 UNY dengan European

Union (EU)Tidak disebutkan

Pengiriman buku-buku, informasi,leaflet, kaset, video dll.

Kiriman rutin

3 UNY dengan Consortium 20 Juli Kunjungan Studi Banding guru TK- Tidak ada

95

Page 96: SkripsiKU Akhir(2)

For Teaching Asia And The Fasific In The School (CTAPS) Amerika Serikat

2000 SMU dari AS dilanjutkan dengan diskusi, pertukaran informasi dan ramah tamah.

4 UNY dengan American Embassy

3 Agustus, 9 Oktober 2000 dan 26 Januari 2001

Dialog, promosi Civic Education, ,dan pertukaran informasi.

Kiriman e-mail secara rutin

5 UNY dengan Australian Embassy dan University of Western Sidney (UWS)

21 November 2000

Seminar dan kursus bahasa indonesia Tidak ada

6 UNY dengan Deutscher Akademischer Austauch-Dienst (DAAD)

2003 Penugasan Volenteer pengajar Bahasa Jerman di UNY

Tidak ada

7 UNY Dengan Australian Consortium For In-Country Indonesian Study(ACICIS), Australia.

2003-2004 Pertukaran Mahasiswa Tindak lanjut dari tahun 2003

8 UNY dengan Konstanz University Jerman

2004 Pementasan Drama Multimedia Tidak ada

9 UNY dengan Pitoe Galery-University Kebangsaan Malaysia (UKM)

2004 Malam refleksi puisi dan dialog sastra dengan menhadirkan Prof.Siti Zainon Tidak ada

keterangan

10 UNY dengan prof. Bart Crum (Belanda)

2004 Sosialisasi Tenis Kursi Roda bantuan ITF

Tidak ada

11 Walailan University Thailand

2005 Pertemuan Delegasi dari Tahiland untuk membicarakan peluang Kerjasama bidang Pendidikan

Dalam tahap perumusan

Sumber : Hasil rekapitulasi pada Lampiran Pidato Rektor Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2001-2004.

Dalam prakteknya, kerjasama non MOU ini merupakan serangkaian

komunikasi bilateral antara kedua belah pihak yang biasanya berawal dari

perbincangan nonformal antara (delegasi) pejabat UNY dengan pihak luar

negeri di suatu pertemuan. Hasil perbincangan itu ditindak lanjuti dengan

saling berkirim surat atau E-mail (Dokumen yang diperlukan) dan bila

dianggap perlu saling menelpon. Bila komunikasi sudah matang maka akan

ditindak lanjuti dengan pertemuan. Pertemuan ini diperlukan apabila dari

pertukaran dokumen dan informasi tadi terlihat suatu peluang saling

menguntungkan kemudian saling menjajagi perihal peluang kerjasama yang

lebih intensif, perkenalan program dan tawar menawar bila kemungkinan

96

Page 97: SkripsiKU Akhir(2)

adanya pendanaan (dana pendamping) bagi kerjasama yang akan

dilaksanakan. Namun apabila dipandang tidak ada peluang, biasanya akan

terjadi kesepakatan secara lisan untuk saling berkirim informasi/dokumen

lainnya yang sifatnya tidak mengikat dan tidak perlu ada konsekwensi timbal

balik (pendanaan). Sebagai contoh kerjasama yang terjalin selama ini antara

UNY dengan EU dan DAAD dalam hal pertukaran informasi study di negara

Eropa. Bentuk kerjasamanya adalah saling berkirim buku, leafleat, jurnal dan

lain-lain (Wawancara dengan SG tanggal 11 Juni 2005, pukul 08.30-09.00

WIB).

D. Hambatan-hambatan Yang Timbul Dalam Pelaksanaan

Kerjasama Luar Negeri Universitas Negeri Yogyakarta.

Untuk mencapai sebuah kemajuan tentunya akan selalu dihadapkan

pada tantangan dan hambatan. Hal tersebut dapat dirasakan oleh Universitas

Negeri Yogyakarta dalam upayanya mengembangkan kerjasama luar

negerinya. Dari data yang didapat tentang Mitra Kerjasama Luar Negeri UNY

sampai dari 1993 sampai tahun 2004 terlihat bahwa hanya 4 kerjasama dari

lima belas kerjasama yang terjalin yang memiliki dokumen formal melalui

MOU. Hal ini mengindikasikan adanya beberapa hambatan dalam

pelaksanaannya, diantaranya adalah:

1. Kerjasama memerlukan dana pendamping yang besar.

97

Page 98: SkripsiKU Akhir(2)

Seperti diungkapkan oleh SG pada saat wawancara tanggal 23 Februari

2005, bahwa dasar pertimbangan kerjasama luar negeri dalam bentuk

kerjasama apapun adalah prinsip menguntungkan kedua pihak. Hal ini

berarti bila satu pihak mengeluarkan dana maka pihak lain yang diajak

kerjasama juga harus mengeluarkan hal yang sama, secara gamblang SG

membuat contoh bila UNY mengadakan kerjasama dengan suatu

universitas di luar negeri maka UNY harus menyediakan dana

pendamping untuk melaksanakan kegiatan kerjasama tersebut. Sedangkan

dana untuk kegiatan kerjasama di UNY sangat terbatas bahkan kalau

dilihat dalam Alokasi Anggaran Rutin (DIK) Universitas Negeri

Yogyakarta Tahun 2003 tidak terlihat penganggaran khusus, berikut

disajikan tabel alokasi anggaran rutin UNY :

Tabel 4. Alokasi Anggaran Rutin (DIK) Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2003.

No KodePembelanjaan

Uraian Anggaran Alokasi Anggaran(Rp)

123

4567

89

10

MAK 5110MAK 5120MAK 5150

MAK5120MAK5220MAK5230MAK5250

MAK5330MAK5350

MAK 5410

Belanja PegawaiGaji upahTunjangan beras1. Honor vakasi2. Lembur3. T I D Sub JumlahBelanja BarangKeperluan sehari-hari perkantoranInventaris kantorLangganan daya dan jasaBelanja barang dan lain-lain Sub JumlahBelanja PemeliharaanPemeliharaan kendaraan dinasPemeliharaan lain-lain Sub JumlahBelanja perjalananPerjalanan dinas Sub Jumlah

38,672,056,0001, 231,299,000

216,000,00032,040,00099,600,000

40,250,995,000

250,000,00018,000,000

600,000,0001,100,000,0001,968,000,000

80,000,000500,000,000580.000,000

43,998,00043,998,000

Jumlah Total 42,842,993,000

98

Page 99: SkripsiKU Akhir(2)

Sumber : Lampiran Laporan Dies Natalis XXXIX UNY Tahun 2003.Hal 119

Dari keseluruhan anggaran di atas diakui oleh SG memang tidak adanya

anggaran khusus untuk kerjasama karena semua anggaran diperuntukkan

hanya untuk kegiatan riil yang bersifat rutin dan pasti, sedangkan bila ada

kerjasama yang memerlukan dana pendamping maka bisa diambilkan dari

dana cadangan yang tidak pasti jumlahnya. Hal tersebut diperkuat oleh SM

sebagai Pembantu Rektor I yang menyatakan bahwa kendala utama

peningkatan kerjasama luar negeri UNY adalah masalah pendanaan karena

setiap universitas/pihak di luar negeri biasanya mau mengadakan barter

kerjasama selalu memakai standar US Dollar dalam pendanaannya. Hal ini

jelas sangat memberatkan UNY dan tidak semua dapat dilaksanakan

kecuali kontra prestasi atau imbal jasa dari pihak UNY bukan berbentuk

dana segar melainkan fasilitas fisik atau jasa yang ada di UNY

(Wawancara tanggal 08 Maret 2005, pukul 08.50-09.50 WIB).

Hal senada juga disampaikan oleh SY selaku Rektor UNY yang

mengatakan bahwa mengadakan kerjasama itu bukan tidak memiliki

kendala, salah satu kendala yang penting adalah UNY tidak memiliki

Anggaran (budget). Misalnya salah satu syarat pertukaran mahasiswa atau

dosen luar negeri adalah UNY harus mengcover seluruh asuransi bagi

mahasiswa/dosen asing yang datang ke UNY. Hal tersebut tidak mungkin

terpenuhi oleh UNY secara finansial (Wawancara tanggal 14 Maret 2005,

pukul 10.12-10.50 WIB).

99

Page 100: SkripsiKU Akhir(2)

Dari ketiga pernyataan pejabat UNY di atas dapat disimpulkan bahwa

ternyata ada pengecualian apabila ada kerjasama yang memerlukan dana

pendamping yang sifatnya masih terjangkau dan saling menguntungkan

yaitu bisa diambilkan dari dana cadangan yang tidak pasti jumlahnya,

pernyataan tersebut setidaknya dilontarkan oleh SG pada saat wawancara

tanggal 29 Februari 2005, pukul 10.00-11.05 WIB. Pernyataan SG

tersebut dapat disinkronkan dengan data Alokasi Anggaran Pembangunan

(DIP) Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2003, sebagai berikut:

Tabel 5. Alokasi Anggaran Pembangunan (DIP) Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2003.

TOLOKUKUR

URAIAN KEGIATAN JML ANGGARAN

0101

0407

2201

2517

3113

4320

ADMINISTRASI PROYEK1. Pengelolaan proyek selama 10 BL

BANTUAN BEASISWAA. Bantuan beasiswa PPA1. Mahasiswa lama (715 orx12 bl)2. Mahasiswa baru (60 orx 4 bl)B. Beasiswa bantuan Belajar Mahasiswa (BBM)

PENGADAAN ALAT PENDIDIKAN1. Pengadaan alat/peraga dan penunjang pendidikan

PENGADAAN BUKU-BUKU PERPUSTAKAAN1. Pengadaan buku-buku perpustakaanPEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN1. Lanjutan pemb.gedung lab serbaguna nonstandard

tahap VI

OPERASI & PEMELIHARAAN FASILITAS PEND1. Operasional&Pemeliharaan Pend.Tinggi (DBO)2. Bahan3. Lain-lain

44.545.00044.545.000

1.349.820.000661.500.000643.500.00018.000.000

688.320.000

335.000.000335.000.000

48.000.00048.000.000

3.300.000.0003.300.000.000

1.007.975.0001.007.975.000

657.375.000350.600.000

100

Page 101: SkripsiKU Akhir(2)

5102

5106

6340

6601

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNISDiklat Pekerti1. Gaji/upah2. Bahan3. Perjalanan4. Lain-lain

RINTISAN PENDIDIKAN GELARA. Penyelengaraan S21. Gaji/upah2. Bahan3. Perjalanan4. Lain-lain

B. Penyelenggaraan S31. Gaji/upah2. Bahan3. Perjalanan4. Lain-lain

PENELITIAN ILMU TERAPAN-Penelitian

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASIA. Operasional SP4 PTB. Kerjasma dengan JICA Teknik (FMIPA)C. Pengembangan Due Like tahun ke V

20.000.00020.000.0004.340.0007.250.0003.480.0004.930.000

3.529.959.0002.736.519.000

576.504.00055.162.000

122.000.0001.983.053.000

793.440.000147.114.00021.978.00012.000.000

612.348.000

135.000.000135.000.000

3.279.000.00029.000.000

250.000.0003.000.000.000

JUMLAH 13.049.299.000

Sumber: Lampiran Laporan Dies Natalis ke XXXIX UNY tahun 2003 Hal 121

Dalam kolom tolok ukur 6601 huruf B disebutkan bahwa kerjasama

dengan JICA Teknik FMIPA membutuhkan anggaran sebesar Rp.

250.000.000,-. Ketika alokasi dana tersebut dikonfirmasikan kepada SM

beliau membenarkan bahwa kerjasama luar negeri yang selama ini yang

masih berjalan adalah dengan JICA (Japan International Coorporations

Agency) dalam bidang pendidikan. Secara teknis memang Fakultas MIPA

(FMIPA) yang bekerjasama dengan pemerintah Jepang namun dalam hal

pengadaan dana pendamping kerjasama tetaplah universitas yang

mendanai walau dalam jumlah yang terbatas.

2. Isu global (politik dan keamanan)

101

Page 102: SkripsiKU Akhir(2)

Hambatan peningkatan kualitas dan kuantitas kerjasama yang satu

ini sangatlah pelik. Dikatakan pelik karena memang berkaitan dengan isu

politik-keamanan lokal dan global. Sebagaimana diketahui setelah rezim

orde baru runtuh tahun 1998 kondisi keamanan Indonesia semakin buruk.

Banyak investor luar negeri yang hengkang dari negeri ini dikarenakan

tidak terjaminnya keamanan. Hal ini tentunya berdampak buruk kepada

seluruh sektor pembangunan tak terkecuali sektor pendidikan merasakan

dampaknya. Banyak para pelajar dan pangajar dari luar negeri yang

dipanggil pulang oleh institusinya dengan alasan tidak bisa menjamin

keamanan mereka selama tinggal di Indonesia, ini menjadi bumerang bagi

pengembangan kerjasama luar negeri bidang pendidikan di institusi

manapun. Diperparah lagi dengan kejadian 12 Oktober 2002 yaitu

meledaknya Bom Bali. Ini merupakan pukulan telak bagi dunia parawisata

pada umumnya dan dunia pendidikan pada khusunya. Setidaknya

dirasakan oleh UNY yang banyak memiliki mahasiswa asal Austarlia,

akibat kejadian bom tersebut hubungan kerjasama yang selama ini terjalin

dengan baik menjadi terganggu. Langkah Australia yang memanggil

pulang warga negaranya (mahasiswa/dosen), menjadi pedoman bagi

negara asing seperti dari Eropa dan Asia lainnya untuk melakukan hal

yang sama. Dampak buruk lainnya merambat pada pertimbangan negara

asing dalam mengambil kebijakan untuk bekerjasama dengan institusi

yang berada di Indonesia. Mereka pikir-pikir dan sangat hati-hati untuk

mengambil keputusan “Ya” dalam mengadakan kerjasama. Dengan

102

Page 103: SkripsiKU Akhir(2)

otomatis setelah kejadian tersebut banyak kerjasama dan peluang

kerjasama yang terputus begitu saja, ini dikarenakan pemerintah negara

asing, sebagai contoh Australia lalu mengeluarkan Travel Warning bagi

semua warganya yang ada di Indonesia atau akan bepergian ke Indonesia

(Wawancara dengan SG Tanggal 23 Februari 2005). Pernyataan SG

tersebut diperkuat oleh SY sebagai Rektor UNY yang mengatakan bahwa

pengaruh politik dan keamanan di negara kita akhir-akhir ini sangat

berpengaruh terhadap pengembangan kerjasama institusi pendidikan

termasuk di dalamnya UNY.(Wawancara tanggal 08 Maret 2005, pukul

10.10-11.00 WIB).

3. Birokrasi

Walaupun bukan merupakan hal yang sangat mempengaruhi

peningkatan kualitas dan kuantitas kerjasama luar negeri UNY.

Kelambanan dan sulitnya birokrasi proses pengakuan/pengesahan naskah

kerjasama UNY yang memerlukan rentetan urusan birokrasi dengan Dirjen

Dikti Depdiknas kemudian Sekretaris Negara dan Departemen Luar

Negeri, sedikit banyaknnya mempengaruhi prospek kerjasama yang yang

ada. Seperti sebuah pengalaman yang diungkapkan SG kepada peneliti :

“Memang benar, alur birokrasi selama ini cukup panjang bahkan kadang memerlukan waktu berbulan-bulan sampai satu tahun untuk mendapat pengesahan. Bahkan suatu ketika, UNY berkehendak memperpanjang MOU dengan suatu universitas di luar negeri menjadi batal dikarenakan MOU tersebut nyangkut di salah satu instansi di Jakarta (Dirjen Dikti), ketika pihak kami datang untuk menelusuri, jawabannya adalah “MOU yang mana ya?, coba kami periksa! Atau anda membuat lagi MOU tersebut! Bagaimana?” begitulah jawaban diplomatis dari instansi tersebut yang mengindikasikan bahwa MOU tersebut sudah hilang entah

103

Page 104: SkripsiKU Akhir(2)

kemana”. (wawancara tanggal 26 Februari 2005, pukul 09.00-10.15 WIB).

Ketika pengalaman kemacetan birokrasi di Jakarta tersebut

disampaikan kepada SM selaku PR I beliau memberi komentar bahwa

birokrasi Jakarta sebenarnya tidak sulit melainkan “Jakarta” selalu berhati-

hati dan memberikan pertimbangan apakah MOU yang akan dijalankan itu

mampu secara finansial dilaksanakan, karena suatu MOU tentu akan

memuat suatu hak dan kewajiban bagi para pihak untuk dilaksanakan. Jika

memang terjadi MOU yang sedang diperpanjang hilang ketika dalam

proses maka itu adalah “Keteledoran Jakarta” yang perlu diperbaiki

bersama. Beliau mengakui bahwa semua proses pengajuan kerjasama tidak

semuanya mulus melainkan banyak pertimbangan dengan sangat hati-hati.

Beliau menambahkan lagi kendala yang paling utama adalah justru datang

dari UNY itu sendiri yaitu bagaimana meningkatkan sumber daya UNY

untuk menunjang kerjasama tersebut terutama kemampuan Bahasa Inggris

dosen yang ada sebagai modal utama kerjasama luar negeri. (Wawancara

tanggal 08 Maret 2005, pukul 10.00-11.05 WIB).

Secara teknis menurut pertimbangan SG, bila suatu kegiatan

kerjasama dilaksanakan tanpa MOU maka akan mengakibatkan

konsekwensi sebagai berikut:

2. Urusan keimigrasian terutama Visa dan Pasport akan terhambat.

3. Ijin kerja bagi orang asing akan kena pajak sehingga bea pajak harus

ditanggung oleh UNY, sedangkan bila orang asing datang berdasarkan

104

Page 105: SkripsiKU Akhir(2)

kesepakatan suatu kerjasama bilateral maka orang tersebut dikatakan

sebagai volunteer dan bebas pajak.

4. Jika terjadi sesuatu pada orang asing tersebut maka pihak Negara

pengirim tidak akan menjamin asuransinya dan ini dibebankan

sepenuhnya pada UNY. (Wawancara dengan SG, tanggal 26 Februari

2005, pukul 09.00-10.15 WIB).

E. Upaya-upaya Universitas Negeri Yogyakarta Dalam Mengatasi

Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Kerjasama Luar Negeri.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta

dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam peningakatan kualitas dan

kuantitas kerjasama luar negeri terdiri dua upaya, antara lain:

a. Upaya Internal

Upaya ke dalam dimasudkan adalah upaya peningkatan kualitas sumber

daya manusia UNY sebagai modal utama kerjasama luar negeri. Dalam hal

ini yang paling pokok adalah peningkatan penguasaan Bahasa Inggris bagi

dosen dan mahasiswa, meliputi :

1) Tes TOEFL Institusional gratis bagi 25 dosen

2) Tes TOEFL bagi mahasiswa baru 2 kali dalam setahun

3) Program unggulan, yang meliputi :

a) Kependidikan

b) Ilmu Pengetahuan Dasar

c) Karya Teknologi

105

Page 106: SkripsiKU Akhir(2)

d) Karya Seni

4) Optimalisasi Anggaran Pembangunan

Sebagaimana diungkapkan oleh SM pada saat diwawancarai

tanggal 8 Maret 2005, upaya peng-internasionalan UNY sudah dilakukan

melalui berbagai upaya diantaranya memberikan test TOEFL gratis bagi

25 dosen yang diharapkan bila berhasil mencapai nilai TOEFL tinggi

maka dapat melanjutkan studi keluar negeri disamping itu tujuan lainnya

adalah guna membentuk sebuah “Pasukan Elit UNY” istilah pasukan elit

ini dimaksudkan sebagai pasukan khusus UNY yang terdiri dari beberapa

dosen yang mempunyai kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh

dosen lainnya, yaitu memiliki skor TOEFL minimal 500. Ini ditujukan

guna mempersiapkan sumber daya manusia UNY yang siap dan mampu

menjadi subjek kerjasama luar negeri untuk kemajuan UNY. Kalau diteliti

apa yang diungkapkan oleh SM di atas adalah sebagian contoh upaya

UNY dalam peningkatan SDM-nya. Fakta lain dapat dilihat dari data

kuantitatif dosen yang sedang menempuh pendidikan lanjut baik di dalam

maupun luar negeri tahun akademik 2003/2004. Berikut adalah tabelnya:

Tabel 6. Dosen yang sedang menempuh pendidikan lanjut menurut fakultas dan strata tahun akademik 2003/2004.

Fakultas S2 S3 JumlahDN LN DN LN

FMIPA

FT

FIP

FBS

FIS

FIK

10

19

20

35

7

11

0

0

0

1

2

0

9

14

6

10

5

5

6

4

0

0

0

0

25

37

26

46

14

16

106

Page 107: SkripsiKU Akhir(2)

Jumlah 102 3 49 10 164Sumber : Lampiran Dies Natalis XL UNY Tahun 2004 hal 99.

Data di atas menunjukan upaya serius UNY dalam upaya

peningkatan kualitas SDM guna menunjang semua aspek pengembangan

termasuk di dalamnya kerjasama luar negeri, walau bisa dicermati lebih

banyak dosen yang melanjut pendidikan di dalam negeri yaitu 102 orang

untuk S2 sebanyak 49 orang untuk S3, daripada dosen yang melanjutkan

studi ke luar negeri yaitu 3 orang untuk S2 dan 10 orang untuk S3. Kalau

dijumlahkan berdasarkan tempat studi maka 152 orang melanjutkan studi

di dalam negeri dan 13 orang melanjutkan studi di luar negeri.

Upaya peningkatan SDM tidak hanya sebatas upaya peningkatan

skor TOEFL bagi dosen saja melainkan mahasiswa pun menjadi garapan

selanjutnya. Langkah ini mulai di realisasikan pada tahun ajaran

2004/2005 melalui test TOEFL yang diwajibkan bagi mahasiswa baru. Hal

ini dapat dilihat dari data kuantitatif yang disampaikan oleh SM selaku PR

II pada saat pengarahan bagi segenap karyawan FIS, tanggal 16 Februari

2005 di Gedung Cut Nyak Dien :

Diagram 1 : Persentase Sekor Min 400 Test TOEFL Mhs & Persentase Absensi

107

Page 108: SkripsiKU Akhir(2)

Sumber : Pengarahan PR I UNY pada karyawan FIS, tanggal 16 Februari 2005.

Dua upaya riil di atas menunjukan angka skor TOEFL yang memerlukan

penangan khusus untuk peningkatan skor minimal untuk dapat bersaing

dan sejajar dengan universitas lain yang sudah memenuhi standar

internasional. Di lain pihak SM menambahkan, bahwa penanganan khusus

guna peningkatan kualitas Bahasa Inggris di UNY adalah dengan

menciptakan budaya komunikasi dalam Bahasa Inggris dan hal tersebut

sudah berjalan dengan menambah jumlah volenteer dari luar negeri untuk

diajak berdialog atau berdiskusi dan sudah disebarkan kesetiap fakultas.

b. Upaya Eksternal

Upaya ke luar guna mempromosikan UNY dalam bentuk publikasi ilmiah

meliputi kegiatan-kegiatan antara lain: penerbitan jurnal, majalah ilmiah,

dan reportase. Publikasi ilmiah dari sivitas akademika, tidak hanya

terbatas pada penerbitan yang ada di UNY. Banyak hasil karya ilmiah

dosen, karyawan, maupun mahasiswa yang dimuat dan diterbitkan oleh

sejumlah media massa cetak pada tingkat regional, nasional maupun

internasional. Secara jelas karya civitas akademika UNY yang telah

ditebitkan oleh jurnal/majalah ilmiah dan surat kabar di luar penerbitan

UNY dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 7. Jumlah artikel civitas akademika UNY tahun 2002-2003

108

Page 109: SkripsiKU Akhir(2)

Media 2002 2003

Jurnal/Majalah internasional 4 11Jurnal/Majalah terakreditasi 41 92Jurnal/Majalah ber-ISSN 63 188Surat Kabar Lokal/Nasional 110 124

Jumlah 218 415Sumber. Lampiran I hasil pelaksanaan program dan pengembangan tahun 2003/2004 (Dies Natalis XL UNY tahun 2004).

Data di atas menunjukan peningkatan jumlah publikasi dari tahun

2002 sampai tahun 2003 terutama yang berhasil dipublikasikan di

Majalah/jurnal internasional karena hal tersebut diharapkan akan dapat

merangsang minat institusi di luar negeri untuk mengadakan kerjasama

dengan UNY.

Disamping menerapkan metode promosi universitas ke dalam

maupun ke luar negeri untuk mengatasi hambatan peningkatan kerjasama

luar negeri, pihak Universitas Negeri Yogyakarta melalui kantor kerjasama

telah melakukan langkah konstruktif dengan mengunjungi dan

mendelegasikan kepada mahasiswa atau dosen yang sedang menempuh

studi di beberapa universitas di luar negeri terutama Australia guna

memberikan penjelasan secara mendasar mengenai kondisi keamanan

Indonesia khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta yang aman bagi

warga negara manapun untuk melakukan kegiatan kerjasama dalam segala

bidang. Pada prinsipnya banyak lembaga dan institusi di luar negeri yang

faham dengan penjelasan seperti itu, tetapi keputusan tetap ada pada

109

Page 110: SkripsiKU Akhir(2)

kebijakan masing-masing pemerintahnya. (Wawancara dengan SG,

tanggal 28 Februari 2005, pukul 08.10-09.00 WIB.).

Lain hal mengenai masalah sulitnya birokrasi pengesahan MOU ke

Jakarta, dijawab secara diplomatis oleh SM selaku PR I bahwa untuk

mengatasi hal tersebut perlunya upaya peningkatan SDM UNY karena

mungkin saja mereka khawatir tidak siapnya UNY untuk melakukan

kerjasama (Wawancara tanggal 08 Maret 2005, pukul 10.00-11.05 WIB ).

Dari penjabaran upaya-upaya mengatasi hambatan pengembangan

program kerjasama di atas baik dalam atau luar negeri. Kantor kerjasama

humas dan protokol UNY dalam laporan Dies Natalis XL menyimpulkan

upaya apa saja yang sedang dan akan ditempuh melalui kegiatan-kegiatan

yang mendasarkan pada isu-isu yang berkembang, diantaranya sebagai

berikut:

1. Menggali dan mengidentifikasi lembaga-lembaga dalam dan luar

negeri yang memilki potensi untuk melakuakan kerjasama.

2. Mengkoordinasikan kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh

perorangan atau fakultas dengan kantor kerjasama, sehingga terjadi

pemanfaatan kerjasama yang optimal oleh fakultas/lembaga, dan

universitas.

3. Mempromosikan program-program unggulan di UNY untuk

meningkatkan daya tarik UNY bagi lembaga-lembaga dalam dan luar

negeri, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan kerjasama

dengan UNY di bawah koordinasi Kantor Kerjasama.

110

Page 111: SkripsiKU Akhir(2)

4. Mengevaluasi realisasi dan penjabaran MOU yang telah ditandatangani

oleh UNY dan lembaga-lembaga eksternal.

5. Mempererat jalinan kerjasama dengan lembaga kerjasama di

universitas maupun lembaga lain, terutama dalam pengelolaan

informasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

mengenai pelaksanaan kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta

bidang pendidikan dari tahun 1993-2004 dapat dikemukakan kesimpulan

sebagai berikut:

111

Page 112: SkripsiKU Akhir(2)

1. Pelaksanaan kerjasama luar negeri yang dilakukan oleh Universitas

Negeri Yogyakarta, dikoordinasikan oleh Kantor Kerjasama Humas dan

Protokol sehingga terjadi pemanfaatan kerjasama yang optimal oleh

fakultas/lembaga, dan universitas.

2. Adapun pelaksanaan kerjasama luar negeri secara tertulis

Universitas Negeri Yogyakarta dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu :

a. Proses Pra Penandatangan Draft MOU

Proses ini meliputi beberapa tahapan yaitu:

1). Tahap usulan

Mekanisme usulan bisa bersifat bottom-up artinya inisiatif atau

usulan kerjasama bisa datang dari fakultas atau jurusan kemudian

disampaikan ke tingkat universitas untuk mendapat persetujuan.

Begitupun juga sebaliknya kerjasama yang akan dijalin

mekanismenya bisa top-down artinya inisiatif kerjasama atas

prakarsa universitas untuk ditindaklanjuti oleh fakultas atau pihak

yang ditunjuk atau bisa campuran antara keduanya.

2). Tahap identifikasi

Tahapan ini adalah identifikasi atas pihak atau lembaga mana yang

akan bekerjasama, kerjasama apa yang akan dilakukan, bagaimana

kredibilitas lembaganya dan dalam bentuk apa kerjasama itu akan

diformalkan.

3). Tahap negosiasi

Tahapan ini meliputi:

112

Page 113: SkripsiKU Akhir(2)

a) Pertemuan penjajakan antara kedua

pihak yang merupakan tahap awal perundingan mengenai

kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian kerjasama luar negeri.

b) Pertemuan lanjutan antara kedua

belah pihak untuk membahas substansi dan masalah teknis

yang akan disepakati dalam kerjasama luar negeri.

c) Setelah pertemuan lanjutan

mencapai kesepakatan antara kedua pihak tahapan selanjutnya

adalah membuat draft bentuk formal kerjasama, bila disepakati

bentuk kerjasama akan diformalkan dalam MOU maka kedua

belah pihak membuat draft MOU bersama.

d) Tahapan selanjutnya setelah

pembuatan draft selesai adalah penandatanganan draft MOU

oleh kedua belah pihak menjadi sebuah naskah MOU sebelum

mendapat kekuatan hukum tetap dari instansi terkait negeri

masing-masing pihak.

b. Proses Pasca Penandatangan Draft MOU

Setelah kedua belah pihak menyetujui naskah MOU dan

menandatanganinya maka bagi pihak Universitas Negeri Yogyakarta,

langkah selanjutnya adalah mengirimkan naskah MOU yang telah

ditandatangani tersebut untuk mendapatkan pengesahan Dirjen Dikti

Depdiknas, didaftarkan di Departemen Luar Negeri kemudian

tembusannya disampaikan ke Sekretariat Negara Republik Indonesia.

113

Page 114: SkripsiKU Akhir(2)

c. Pengembalian naskah MOU yang telah disahkan.

Setelah ketiga proses di atas dilalui maka naskah MOU telah menjadi

dokumen resmi suatu perjanjian internasional yang memiliki kekuatan

hukum formal dan berlaku mengikat secara definitif kedua belah pihak

sesuai dengan perjanjian yang tertulis dalam MOU tersebut

3. Kesesuaian dengan kaidah hukum internasional.

Kerjasama luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta secara

yuridis formal telah memenuhi kriteria prosedur pembuatan dan penulisan

berdasarkan kaidah hukum nasional dan internasional berdasarkan

Undang-Undang Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri,

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional,

Pedoman Pembuatan Perjanjian Internasional di lingkungan Departemen

Pendidikan Nasional dan Konvensi Wina 1969 yang merupakan pedoman

Hukum Perjanjian Internasional.

4. Dalam pelaksanaan peningkatan kualitas dan kuantitas kerjasama

luar negeri Universitas Negeri Yogyakarta dijumpai beberapa hambatan,

diantaranya :

a. Pelaksanaan kerjasama memerlukan dana pendamping

yang besar.

Bahwa dasar pertimbangan kerjasama luar negeri dalam bentuk

kerjasama apapun adalah prinsip menguntungkan kedua pihak. Hal ini

berarti bila satu pihak mengeluarkan dana maka pihak lain yang diajak

kerjasama juga harus melakukan hal yang sama. Hal ini berlaku pula

114

Page 115: SkripsiKU Akhir(2)

bila UNY mengadakan kerjasama dengan suatu universitas di luar

negeri maka UNY harus menyediakan dana pendamping untuk

melaksanakan kegiatan kerjasama tersebut. Sedangkan dana untuk

kegiatan kerjasama di UNY sangat terbatas.

b. Isu global (politik dan keamanan)

Sebagaimana diketahui setelah rezim orde baru runtuh tahun 1998

kondisi keamanan Indonesia semakin buruk. Banyak investor luar

negeri yang hengkang dari negeri ini dikarenakan tidak terjaminnya

keamanan. Hal ini tentunya berdampak buruk kepada seluruh sektor

pembangunan tak terkecuali sektor pendidikan merasakan dampaknya.

Banyak para pelajar dan pangajar dari luar negeri yang dipanggil

pulang oleh institusinya dengan alasan tidak bisa menjamin keamanan

warga negaranya yang tinggal di Indonesia, ini telah menjadi menjadi

bumerang bagi UNY pada khususnya. Diperparah lagi dengan kejadian

12 Oktober 2002 yaitu meledaknya Bom Bali. Ini merupakan pukulan

telak bagi UNY yang banyak memiliki mahasiswa dan pengajar yang

berasal dari luar negeri. Hubungan kerjasama yang selama ini terjalin

menjadi terganggu, bahkan tidak sedikit yang meninjau ulang kembali

kebijakan untuk bekerjasama dengan institusi yang berada di

Indonesia.

c. Kelambanan dan sulitnya birokrasi

Secara langsung ataupun tidak kelambanan dan sulitnya birokrasi

mempengaruhi peningkatan kualitas dan kuantitas kerjasama luar

115

Page 116: SkripsiKU Akhir(2)

negeri UNY, proses pengakuan/pengesahan naskah kerjasama yang

memerlukan rentetan urusan birokrasi dengan Dirjen Dikti Depdiknas

kemudian Sekretaris Negara dan Departemen Luar Negeri. Alur

birokrasi yang cukup panjang tersebut kadang memerlukan waktu

berbulan-bulan bahkan sampai satu tahun untuk dapat pengesahan.

5. Upaya yang dilaksanakan Universitas Negeri Yogyakarta dalam

mengatasi hambatan pelaksanaan kerjasama luar negeri.

Upaya tersebut adalah :

1. Optimalisasi anggaran pembangunan dan pengembangan

universitas, sehingga semua kerjasama luar negeri yang dianggap

mengungtungkan UNY dan pihak luar negeri dan jumlah dana

pendampingnya terjangkau maka bisa mendapatkan dana pendamping

dari dana cadangan universitas.

2. Pendelegasian dosen dan mahasiswa yang sedang studi di

luar negeri untuk menjelaskan keadaan sebenarnya di Indonesia dan

mempromosikan program-program unggulan di UNY untuk

meningkatkan daya tarik UNY bagi lembaga-lembaga dalam dan luar

negeri

3. Peningkatan Sumber Daya Manusia Universitas Negeri

Yogyakarta baik tenaga akademik maupun tenaga administrasi

sehingga meyakinkan Depdiknas untuk memberikan pengesahan

secara cepat pada setiap pembuatan MOU.

B. Saran

116

Page 117: SkripsiKU Akhir(2)

Dari beberapa hal yang diperoleh dari penelitian di Universitas Negeri

Yogyakarta maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengatasi hambatan dana pendamping dalam melaksanakan

kerjasama, hendaknya UNY mengusulkan kepada pemerintah untuk

memberikan dana khusus pendampingan bagi universitas yang akan

melakukan kerjasama tentunya dengan catatan bahwa dana tersebut

tidaklah cuma-cuma melainkan harus melalui kompetisi khusus untuk

mendapatkannya.

2. Untuk mengatasi hambatan pengaruh isu politik dan keamanan,

hendaknya UNY dengan berkoordinasi dengan instansi terkait sering

menyelengarakan atau memfasilitasi even-even internasional dimana

dalam acara tersebut diselipkan pesan-pesan dan pemberitahuan tentang

kondisi keamanan sebenarnya di Indonesia. Cara yang lainnya yang bisa

ditempuh adalah dengan mengirimkan nota atau surat resmi kepada

pemerintah negara-negara sahabat atau mitra kerjasama UNY tentang

kondisi politik dan keamanan Indonesia pada umumnya.

3. Sedang untuk mengatasi hambatan birokrasi yang lamban dan sulit,

hendaknya UNY membentuk tim khusus seperti “Pasukan Elit-nya UNY”

atau dengan membentuk “Korps Diplomatik” yang secara serius dan

profesional menjadi duta dan ujung tombak dalam menggarap sektor

pengembangan kualitas dan kuantitas kerjasama sehingga mampu

menembus birokrasi yang lamban atau bahkan mampu menaklukan

birokrasi yang sangat sulit sekalipun.

117

Page 118: SkripsiKU Akhir(2)

118

Page 119: SkripsiKU Akhir(2)

119