SKRIPSI Voli

download SKRIPSI Voli

If you can't read please download the document

description

1 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KESULITAN PEMBELAJARAN SERVIS BAWAH PERMAINAN BOLAVOLI SISWA PUTRI di SMA N 3 PURWOREJOSKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana PendidikanOleh: Iskandar 036124703PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA April 2008 BAB I PENDAHULUANLatar Belakang Masalah Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suat

Transcript of SKRIPSI Voli

1 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KESULITAN PEMBELAJARAN SERVIS BAWAH PERMAINAN BOLAVOLI SISWA PUTRI di SMA N 3 PURWOREJO

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Iskandar 036124703

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA April 2008 BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suatu bagian dalam pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmaniah, mental, sosial, dan emosional. Sesuai yang dikemukakan oleh Rusli Lutan (2000:15) bahwa melalui aktivitas jasmani anak diarahkan untuk belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek fisik, intelaktual, emosional, sosial dan moral. Menurut Depdiknas (2003:16) melalui pembelajaran penjas siswa akan memperoleh pengalaman yang erat kaitannya dengan keadaan pribadi yang menyenangkan, berbagai ungkapan kreatif, inovatif, keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pola hidup sehat, pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia, juga akan dapat membentuk kepribadian yang positif. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (2006:648-649) mata pelajaran penjas, Olahraga dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hiduip sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis yang lebih baik. Meningkatkan kemampuan dan dan keterampilan gerak dasar. Meletakkan landasan karakter awal yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang trekandung didalam penjas, olahrga dan kesehatan. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percayadiri, dan demokratis. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orangalain dan lingkungan. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif. Proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah tetap menekankan pada aktivitas jasmani dengan materi-materi cabang olahraga yang meliputi

3 atletik, permainan dan senam. Adapun salahsatu cabang permainan yang diajarkan pada siswa adalah permainan bolavoli. Untuk pembelajaran permainan bolavoli itu sendiri tetap menekankan pada penguasaan teknikteknik dasarnya, seperti servis , passing bawah, passing atas, smash dan block. Semua teknik dasar ini saling mendukung dalam bermain. Salah satu teknik dasar dalam permainan bolavoli adalah servis. Teknik dasar servis sendiri ada beberapa macam, yaitu servis bawah, servis atas dan jump service. Penguasaan teknik servis ini sangat penting, karena jika terjadi kesalahan dalam melakukannya maka merugikan regu sendiri di mana tim lawan akan mendapat angka sesuai dengan sistem rallypoint yang berlaku sekarang. Untuk menghindari kesalahan tersebut perlu dikuasai teknik dasarnya terlebih dahulu. Teknik dasar yang diajarkan kepada pemula dalam melakukan servis adalah servis bawah, karena servis bawah merupakan servis yang sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh M. Yunus (1992;69) bahwa servis bawah servis yang sangat sederhana dan diajarkan untuk pemula. Gerakannya labih alamiah dan tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Ditambahkan oleh Dieter Beutelstahl (1986:10) bahwa servis ini merupakan servis yang paling sering dipakai, karena servis ini merupakan servis yang paling mudah, terutama bagi para pemain wanita. Dalam kurikulum penjas tentunya terdapat materi servis bolavoli. Menurut Barbara L. Viera dan Bornie Jill Ferguson (2004:27-28) ada beberapa macam servis dalam bolavoli, yaitu servis underhand ( tangan bawah), overhand floater (mengambang),servis topspin, servis mengambang melingkar

(roundhouse floater) dan servis loncat (jumpserve). Sebagai seorang guru penjas tentunya sudah mengetahui tahapan-tahapan dalam mengajarkan materi servis ini, yaitu dari tahap yang sederhana dan kemudian ke tahap yang lebih sukar, dan bebannya dari ringan ke yang lebih berat. Oleh karena itu materi pertama yang diberikan adalah tehnik servis dengan tangan dari bawah. Adapun tahap-tahap dalam melakukan tehnik ini adalah tahap persiapan, tahap gerakan, dan tahap akhir gerakan. Tidak dapat dipungkiri bahwa harapan siswa adalah dapat menguasai teknik servis bawah dalam permainan bolavoli dengan baik. Menurut pengamatan peneliti selama KKN-PPL di SMA N 3 Purworejo banyak siswa putri yang kesulitan dalam melakukan servis bawah saat bermain bolavoli, baik dalam proses pembelajaran maupun ketika melakukan permainan yang sesungguhnya. Apalagi ketika dilaksanakan pertandingan antar kelas, di mana pertandingan antar siswa putri akan berjalan tidak menarik, disebabkan banyak siswa putri yang mengalami kesulitan dalam menyeberangkan bola melewati atas net ketika melakukan servis bawah. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan siswa putri dalam melakukan servis bawah masih kurang. Berbeda sekali jika pertandingan antar siswa putra yang berjalan menarik karena dapat melakukan servis dengan melewati net dan masuk daerah lawan. Hal ini dapat terjadi karena metode yang digunakan oleh guru yang bersangkutan kurang tepat sehingga siswa kurang cepat untuk menguasai meteri yang diberikan. Faktor lain yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah kurang tersedianya alat sehingga intensitas siswa untuk melakukan sangat kurang. Padahal Salah satu prinsip penting dalam penjas adalah

5 partisipasi siswa secara penuh dan merata. Suatu pengajaran penjas dikatakan sukses dapat dilihat dari jumlah intesitas waktu berlatih, di mana semakin tinggi intensitas waktu siswa berlatih, maka semakin berhasil pengajaran. Ketersediaan alat dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan pengaturan formasi siswa. Ketersediaan alat dapat menjadi faktor penghambat karena berpengaruh langsung terhadap struktur pelajaran dan pengaturan siswa (Rusli Lutan:2000:45). Faktor dari siswa juga bisa mempengaruhi, di mana siswa kurang bermotivasi untuk mengikuti pembelajaran bolavoli, sehingga perhatian siswa kurang selama proses pembalajaran berlangsung. Guru harus dapat memadukan beberapa unsur dalam pengajaran. Beberapa unsur penting tersebut adalah penerapan metode atau gaya mengajar, pengalokasian waktu, penggunaan alat dan penataan formasi siswa. Di mana tujuan dari pengelolaan tersebut yaitu agar siswa dapat memperoleh giliran dan kesempatan sebanyakbanyaknya untuk bergerak atau melaksanakan tugas ajar. Menagacu dari uraian di atas, maka apa saja yang menjadi faktorfaktor kesulitan pembelajaran servis bawah permainan bolavoli siswa putri di SMA N 3 Purworejo. Dengan berdasar pada permasalahan, penulis bermaksud meneliti identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan siswa putri di SMA N 3 Purworejo kesulitan dalam pembelajaran servis bawah permainan bolavoli.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: Faktor-faktor kesulitan pembelajaran servis bawah permainan bolavoli siswa putri di SMA N 3 Purworejo. Belum diketahui tingkat kemampuan siswa putri dalam melakukan servis bawah pada permainan bolavoli. Belum diketahui motivasi siswa putri dalam mengikuti pelajaran penjas materi servis bawah permainan bolavoli. Batasan Masalah Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan di atas maka masalah penelitian ini dibatasi pada identifikasi faktor-faktor kesulitan yang dialami siswa putri dalam pembelajaran servis bawah permainan bolavoli. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut: Identifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan pembelajaran servis bawah permainan bolavoli siswa putri di SMA N 3 Purwoejo. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan siswa putri di SMA N 3 Purworejo kesulitan dalam pembelajaran servis bawah permainan bolavoli dan seberapa besar faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa putri kesulitan dalam pembelajaran servis bawah permainan bolavoli. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

7 Bagi guru Dapat menemukan kesulitan yang dialami oleh siswa putri dalam melakukan servis bawah Bagi mahasiswa PJKR Sebagai bahan untuk mengajar materi bolavoli di sekolah. Bagi Sekolah Sebagai pertimbangan bagi sekolah dan lembaga terkait untuk mengadakan perbaikan dan pembenahan agar tujuan dari pembelajaran servis bawah bolavoli dapat tercapai sesuai dengan harapan dan tujuan penjas pada umunya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori Pengertian Belajar Setiap manusia memerlukan belajar di dalam kehidupannya. Karena dengan belajar itu seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku, dan perubahan ini akan bersifat menetap baik yang tampak maupun tidak tampak, sebagai hasil dari latihan dan dari pengalamanya. Sebagaimana menurut Sri Rumini dkk (1993:59) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimanakah belajar itu, Sri Rumini dkk (1993:60) telah mengidentifikasikan ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut: Dalam belajar ada perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung. Dalam belajar, perubahan tingkah laku meliputi tingkah laku kognitif, afektif, psikomotor dan campuran. Dalam belajar, perubahan terjadi melalui pengalaman atau latihan. Jadi perubahan tingkah laku yang tejadi karena mukjijad, hipnosa, hal-hal yang gaib, proses pertumbuhan, kematangan, penyakait atau kerusakan fisik, tidak dianggap sebagai belajar. Dalam belajar, perubahan tingkah laku menjadi sesuatu yang relatif menetap. Bila seseorang dengan belajar menjadi dapat membaca, maka membaca tesebut akan tetap dimilliki. Belajar merupakan suatu roses usaha, yang artinya belajar berlangsung dalam kurun waktu cukup lama. Hasil belajar yang berupa tingkah laku kadang-kadang dapat diamati, tetapi proses belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung. Belajar terjadi karena ada interaksi dengan lingkungan. M. Dalyono (1997: 49) mendefinisikan belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri

9 seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan dan sebagainya. Ditambahkan oleh M.Dalyono (1997:49) bahwa belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal baik dalam bidang ilmu pegetahuan maupun keterampilan atau kecakapan. Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Arden N. Frendsen yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata (2005:236-237) bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut: adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju; adanya keiginan untuk mendapatkan simpati orangtua, guru, dan temanteman; adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi; adanyan keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran; adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. Adapun R.B.S. Fudyartanta (1975:128) menyatakan bahwa belajar adalah suatu bentuk aktivitas manusia baik jasmaniah, maupun rohaniah untuk mengembangkan tingkah laku secara kuntitatif dan kualitatif supaya dapat menguasai sejumlah pengetahuan dan kecakapan. Sedangkan Rusli Lutan mengemukakan (2000:57) bahwa belajar gerak meliputi tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap pemantapan gerak dan tahap otomatisasi. Secara lebih lanjut Rusli Lutan (2000:58) menyatakan bahwa keterampilan gerak atau berolahraga sangat dipengaruhi oleh pemahaman informasi. Sebelum gerak dilakukan oleh siswa, seorang guru penjas harus

menjelaskan gerakan yang akan dilakukan untuk kemudian guru memberikan contoh. Agar informasi mudah dipahami oleh siswa, maka harus disampaikan secara singkat dengan bahasa yang mudah dipahami siswa dan penyampaian tidak memakan waktu yang lama. Jika guru sanggup dan mampu melaksanakannya alangkah baiknya guru tersebut yang memperlihatkannya kepada para siswa tentang pelaksanaan gerak, bila ada siswa yang terampil maka ia dapat diminta memperagakan tugas gerak di depan teman-temannya. Jadi belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkahlaku baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati meliputi perubahan tingkahlaku kognitif, afektif, psikomotor, dan campuran yang bersifat menetap diperoleh dari penglaman karena berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar Dalam proses belajar ini seseorang akan banyak sekali dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut maka guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam memberi pelajaran kepada mereka supaya dapat menangani sesuai dengan kondisi peserta didiknya untuk menunjang keberhasilan belajar, karena faktor yang mempengruhi belajar peserta didik berbeda. Menurut Sri Rumini dkk (1993:60) proses belajar dipengruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar, dan faktor yang berasal dari luar individu. Faktor yang termasuk di dalam

11 individu dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Sedangkan faktor dari luar menurut Sri Rumini dkk dapat dikelompokkan menjadi faktor lingkungan alam, faktor sosial-ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1988:233) bahwa faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut: faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: faktor-faktor non sosial, dan faktor-faktor sosial sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: faktor-faktor fisioligis, dan faktor-faktor psikologis Sedangakan menurut Slameto (1995:54-71) faktor yang

mempengaruhi belajar ada 2 yaitu: Faktor intern: Faktor intern ini di bagi menjadi tiga faktor,yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor Jasmaniah: Faktor Jasmaniah dapat di bagi lagi menjadi beberapa faktor, yaitu:

Faktor kesehatan Agar sesorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan selalu

mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. Cacat tubuh Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. Faktor psikologis: Adapun termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut: Intelegensi Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang memiliki intelegensi rendah. Namun siswa dengan intelagensi yang tinggi tidak menjamin ia berhasil dalam belajarnya. Banyak faktor yang mempengaruhi belajarnya ( faktor jasmaniah, psikologis, keluarga, sekolah, masyarakat), di mana intelegensi termasuk di dalamnya. Jika faktor lain tersebut bersifat menghambat maka siswa akan gagal dalam belajarnya, demikian sebaliknya jika faktor lain bersifat mendukung dan siswa belajar dengan baik maka ia akan berhasil dalam belajarnya. Jika siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus. Perhatian

13 Untuk dapat mnejamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat

diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat ikut mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang diberikan sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang dan giat dalam belajarnya. Bakat siswa penting untuk dikatahui dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya. Motif

Motif erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam mencapai tujuan dapat disadari atau tidak, tetapi unutk mencpai tujuan perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai penggerak Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan itu sangat perlu dalam belajar. Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan perlu didkung dengan latihan-latihan da pelajaran agfar anak dapat melaksanakana kegiatan secara terusmenerus.Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan timbul dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan kematangan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik. Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat

15 psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan cenderung untuk membariangkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan roahani terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini dapat terjadi karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, mengahadapi masalah yang sama tanapa ada variasi dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Dengan demikaian dapat difahami bahwa kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Faktor Ekstren Faktor Ekstren atau faktor yang berasalldari luar dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor, yaitu: Faktor keluarga Adapun beberapa faktor yang berasal dari keluarga adalah sebagai berikut: Cara orangtua mendidik Orangtua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, dapat menyebabkan anak tidak/ kurang berhasil dalam belajarnya. Anak yang memiliki kepandaian jika belajarnya tidak teratur maka

kesukara-kesukaranakan

menumpuk

sehingga

mengalami dalam

ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas

belajarnya. Sehingga hasil yang diperoleh tidak memuaskan. Hal ini dapat terjadi pada anak yang kedua orangtuanya terlalu sibuk dengan pekerjannya masing-masing. Bimbingan dan penyuluhan memegang peranan penting untuk mengatasi masalah ini. Anak/ siswa yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam belajarnya dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentunya keterlibatan orangtua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut. Relasi antar anggota keluaraga Realasi anmtar anggota keluarg yang terpenting adalah relasi orangtua dengan anaknya. Begitupun relasi anak dengan saudara dan anak dengan anggota keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta kebehasilan belajar anak, perlu diusahakan relasi yang baik didalam keluarga. Hubungan yanga baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan unuk mensukseskan belajar anak. Suasana rumah Suasana rumah adalah situasi yang sering terjadi di dal;am keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang

17 gaduh, tegang, sering terjadi percekcokan menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akiobatnya elajarnya kacau. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Di dalam rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan/ betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, alat tulis-menulis dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Anak yang hidup dalam keluarga yang miskin kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, sehingga kesehatan dan belajar anak terganggu. Anak yang bekerja membantu orangtuanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga merupakan hal yang dapat mengganggu belajar anak. Sebaliknya keluarga yang serba berkecukupan, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya akan bersenang-senang, sehingga anak kurang dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar. Hal tersebut dapat juga dapat mengganggu belajar anak.

Pengertian orang tua Pengertian dan dorongan orang tua sangat diperlukan oleh anak yang sedang belajar. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Jika anak mengalami lemah semangat, maka orang tua segera memberikan pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. Faktor Sekolah Faktor ssekolah yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut: Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Di dalam proses belajar para peserta didik diharapkan dapat menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara mengajar harus setepat, seefisien dan seefektif mungkin. Sehinga senang dengan pelajaran ataupun gurunya. Kurikulum Kurikilum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang

19 diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran. Dengan demikian maka bahan pelajaran itu dapat mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik juga terhadap belajar siswa. Relasi guru dengan siswa Proses belajar mengajar disekolah terjadi antara guru dengan murid. Proses tersebut juga di pengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga di pengaruhi oleh relasi dengan gurunya. Jika relasi ini berjalan dengan baik, maka siswa akan menyukai gurunya, dan juga akan menyukai mata pelajarannya. Demikian juga sebaliknya jika relasi ini tidak bejalan dengan baik maka siswa akan tidak menyukai guru dan mata pelajaran yang di berikannya, sehingga pelajarannya tidak maju. Relasi siswa dengan siswa Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Jika ini terjadi segeralah siswa diberikan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. Disiplin sekolah

Kedisplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisplinan dalam mengajar, kedisplinan pegawai dalam admnistrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, serta kepala sekolah mengelola seluruh staf dan sisiwa. Seluruh staf yang bekarja dengan disiplin memberi pengaruh positif terhadap belajar siswa. Sekolah yang kurang disiplin akan mempengaruhi sikap siswa menjadi kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas tidak ada sangsi. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Alat pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Waktu sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah.Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar.

21 Siswa yang masuk sekolah pada sore hari tentu tidak akan dapat menrima pelajaran dengan baik, karena pada saat sore hari adalah waktu untuk istirahat. Sebaliknya siswa yang masuk sekolah pada pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Kondisi badan yang sudah lemah akan menyebabkan siswa sukar berkosentrasi dan berfikir, akibatnya siswa akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar. Standar pelajaran diatas ukuran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran diatas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam pelajarannya guru seperti itu akan merasa senang. Hal ini tentunya bertentangan dengan teori belajar yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda. Guru dalam menuntut penguasaan meteri harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Hal yang terpenting adalah tercapainya tujuan yang telah di rumuskan. Keadaan gedung Denngan jumlah siswa yang banyak serta dengan karakteristik merka masing-masing menuntut keadaan gedung yang memadai di dalam setiap kelas. Metode belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Sehingga dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Belajar teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. Tugas rumah Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan yang lain. Maka diharapkan guru jangan terlalau banyak memberikan tugas rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat. Adapun yang termasuk dalam faktor ini adalah sebaai berikut:

Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarkat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa terlalu banyak terlibat kegiatan dalam masyarakat, maka akan menganggu belajarnya, apalagi jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

23 Sebaikany siswa memilih kegiatan yang mendukung belajarnya. Mass media Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari oranga tua pastilah semgat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali. Teman bergaul Pegaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwa nya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti akan mempengaruhi yang bersifat jelak juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.

Bentuk kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakatr disekitar siswa juga berpengaruh terhadap siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelak terhadap anak (siswa) yang berada di situ. Akibatnya belajarnya

akan terganggu dan bahkan siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan yang selau dilakukan orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan dalam kondisi yang kodusif maka mereka akan antusias untuk mendidik anak-anaknya dan anak terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakulkan oleh orangorang disekitarnya. Oleh karena itu perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak/ siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Sedangkan menurut Rusli Lutan (1988:322) bahwa proses belajar dan penampilan gerak dipengaruhi oleh kondisi internal yang mencakup karakteristik yang melekat pada individu, seperti tipe tubuh, motivasi, atau atribut lainnya yang membedakan seseorang dengan lainnya dan eksternal meliputi kondisi lingkungan pengajaran lingkungan sosial budaya yang lebih luas. Kondisi faktor-faktor internal tersebut di atas besar sekali pengaruhnya dalam proses belajar dan penampilan gerak, faktor-faktor yang tercakup didalamnya tidak hanya cukup sekedar dipahami tetapi perlu dikelola, sehingga dapat dicapai hasil belajar yang lebih baik. Faktor faktor tersebut sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan individu (peserta didik). Guru harus bisa mendesain proses pembelajaran yang kondusif, menggunakan kalimat dan contoh-contoh pembelajaran yang sederhana sehingga para perserta didik dapat menerima materi yang diberikan dengan baik. Begitu juga faktor lingkungan, seorang

25 guru harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap apa yang dirasakan oleh peserta didiknya akibat dari pengaruh lingkungan tersebut, terutama guru penjas yang mana proses belajar mengajarnya lebih banyak dilakukan di luar ruangan. Lingkungan yang sejuk akan membuat orang untuk belajar lebih giat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sri Rumini dkk (1993:62) ...alam yang sejuk, membantu orang lebih giat belajar. Penjas merupakan suatu proses yang berpusat pada anak, artinya bahan yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak. Jika ada anak yang mengalami hambatan dalam menguasai materi yang diberikan, hendaknya guru memberikan perhatian yang lebih terhadap siswa tersebut sehingga tidak terjadi kesenjangan yang jauh dengan siswa lainnya. Kesulitan Belajar Aktivitas belajar bagi peserta didik tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Adakalanya dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangat tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikianlah gambaran nyata dari aktivitas belajar sehari-hari yang dialami peserta didik. Setiap individu (peserta didik) memang tidak sama satu dengan yang lainnya. Sehingga hal inilah yang menyebabkan perbedaan tingkahlaku belajar di kalangan peserta didik. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 88) kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai

hasil belajar. Kesulitan belajar ini tidak mutlak disebabkan oleh faktor tingkat intelagaensi saja, melainkan dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor yang non intelegensi, sehingga peserta didik yang memiliki intelegensi yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Adu Ahmandi dan Widodo Supriyono (1991:75) mengelompokkan kesulitan belajar menjadi 4, yaitu: Dilihat dari jenis kesulitan belajar: - ada yang berat - ada yang sedang Dilihat dari bidangstudi yang dipelajari: - ada yang sebagian bidang studi, dan - ada yang keseluruhan bidang studi Dilihat dari sifat kesulitannya: - ada yang sifatnya permanen/menetap, dan - ada yang sementara Dilihat dari faktor penyebabnya: - ada yang karena faktor intelgensi, dan - ada yang karena faktor non intelgensi. Adapun faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:88) adalah sebagi berikut: Faktor intern: Faktor fisiologis Faktor psikologis Faktor ekstern: Faktor non sosial Faktor sosial Dari berbagai macam kesulitan belajar yang dialami peserta didik, Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:88) menyimpulkan sebab-sebab

27 kesulitan belajar itu karena: Sebab individual, karena tidak ada dua orang yang mengalami kesulitan belajar itu sama persis penyebabnya, walaupun jenis kesulitannya sama. Sebab-sebab yang kompleks, artinya seseorang mengalami kesulitan belajar karena sebab bermacam-macam. Karakter Siswa Sekolah Menengah Atas Menurut Kopka dalam Syamsu Yusuf LN (2004:184) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun, (b) remaja madya: 15-18 tahun dan (c) remaja akhir: 19- 22 tahun. Sedangkan Sri Rumini dkk (1995:37-38) membagi 2 masa remaja yaitu remaja awal yang berusia sekitar 12/13-17/18 tahun dan remaja akhir 17/18-21/22. Para siswa putri di SMA 3 Purworejo dari kelas X-XII termasuk dalam remaja awal dan remaja akhir. Adapun beberapa ciri khas atau karakteristik yang tercermin dalam tingkah laku remaja awal antara lain: Keadaan Perasaan dan Emosi Keadaan perasaan dan emosinya sangat peka sehinga tidak stabil. Remaja awal dilanda pergolakan, sehingga selalu mengalami perubahan dalam perbuatannya. Dalam mengerjakan sesuatu, misalnya belajar, mula-mula perhatian tiba-tiba melerai. Dalam menentukan pilihan jurusan, menentukan cita-cita bahkan dalam cinta masih selalu berubahubah. Keadaan Mental Kemampuan mental khususnya kemampuan pikirnya mulai sempurna/kritis dan dapat melakukan abstraksi. Ia mulai menolak halhal yang kurang dimengerti maka sering terjadi pertentangan dengan orangtua, guru maupun orang dewasa lainnya. Pada awal remaja biasanya memasuki kelompok sebaya yang sama jenisnya. Pada umumnya benci/tak cocok dengan jenis lain, namun diakhir remaja awal sudah tertarik dengan jenis lain terutama bagi anak wanita Keadaan Kemauan. Kemauan atau keinginan mengetahui berbagai hal dengan jalan mencoba segala hal yang dilakukan orang lain/orang dewasa. Anak pria mencoba merokok, anak wanita bersolek bahkan merka ada yang mencoba melakukan hubungan seks. Keinginan menjelajahi alam, menyelidiki sesuatu yang kadang-kadang dapat menemukan hasil yang bersifat ilmiah. Keadaan Moral

Pada awal remaja dorongan seks sudah cenderung memperoleh pemuasan, sehingga mulai berani menunjukkan sikap-sikap agak menarik perhatian (sex appeal). Hal ini menyebakan dianggap tidak sopan, tertama bagi orangtua maupun masyarakat umum. (Sri Rumini dkk:1995:37-38). Sedangkan karakteristik remaja akhir adalah: Keasadaan Perasaan dan Emosi Emosinya meningkat kestabilannya namun sekali-sekalai masih tampak luapan emosinya. Pertumbuhan anggota tubuh dan tubuhnya sendiri telah seimbang, sehingga membuat perasaan percaya diri dalam bertingkah laku. Dalam menentukan cita-cita telah pasti, minatnya telah stabil dalam pemilihan perguruan tinggi, jabatan, mode pakaian, menentukan teman bergaul teman wanita maupun pria, organisasi, pandangan hidup dan sebagainya. Atas dasar kestabilannya itu remaja akhir atau pemuda itu lebih dapat mengadakan penyesuaian diri kedalam berbagai aspek kehidupan. Sementara pemuda ini dapat menentukan pilihan pekerjaan maupun teman intim. Percintaan sudah lebih pasti.Mereka sudah tidak mudah dipengaruhi oleh propaganda maupun rayuan. Keadaan Mental Kemampuan fikir sudah lebih sempurna, kritis. Sebenarnya sejak memasuki masa remaja keadaaan fikir/ kognitifnya telah berada di stadium operasional formal, yaitu telah dapat berfikir secara abstrak. Pada maa remaja akhir kadanag-kadang masih menunjukkan gejolak emosinya, namun segera dapat melerai karena kemampuan fikir yang dapat menguasai perasaannya. Keadaan Kemanuan Kemauannya telah terarah sesuai dengan cita-cita dan kemampuannya. Kemampuannya dalam arti meliputi berbagi aspek antara lain kecerdasan, kondisi ekonomi, tingkat sosial, penampilan, keluwesan dan sebagainya. Langkah-langkahnya makin terkendali, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Namun berdasarkan cita-citanya. Telah dapat merencanakan langkah-langkah mana yang harus ditempuh. Keadaan Moral Moral para pemuda sudah pada tingkat Post Konvesinal atau penilaian moral yang prirnsip. Pada tingkat ini ada dua stadia yang biasa disebut stadia 5 dan 6. Remaja awal lebih cendeung pada stadia 5, mereka masih mau diatur oleh hukum umum, penilaian belum timbul dari kata hati. Pada remaja akhir cenderung pada stadia 6, mereka telah melakukan tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri. Sikap coba-coba sudah berkurang sehingga langkah langkah-langkahnya lebih berhati-hat agar tidak melanggar normanorma yuang ada. Pada awal remaja dalam menilai dirinya kadang tak sesuai dengan realita, misalnya terlalu tinggi atau terlalau rendah manilai diri sendiri.Pada akhir remaja lebih realistis seperti keadaan yang senyatanya, baik mengenai dirinya, umum, keluarga atupun

29 terhadap benda. (Sri Rumini dkk:1995:39-40). Sedangkan menurut Sumadi Suryobroto (1990:134), perbedaan antara remaja laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perbedaan antara remaja laki-laki dan perempuan Laki-laki 1. Aktif dan memberi 2 Cenderung untuk memberikan perlindunagn 3. Aktif menerima pribadi pujaannya 4. Minat tertuju kepada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak, sakalijk. 5. Berusaha memutuskan sendiri,ikut bicara Perempuan 1. Pasif dan menerima 2. Cenderung untuik menerima perlindungan 3. Pasif menerima pribadi pujaannya 4. Minat tertuju kepada hal-hal yang bersifat emosional,kongkrit, personlijk. 5. Berusaha mengikat dan menyenangkan oranglain.

Adapun ciri-ciri khas remaja awal menurut Andi Mappiare (1989:32-53), adalah sebagai berikut: Kestabilan keadaan perasaan dan emosi Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (1517 tahun). Hal kecerdasan atau kemampuan mental. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan. Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya. Masa remaja awal adalah masa yang sulit Servis Bawah Permainan Bolavoli. Bola voli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-masing grup memiliki enam orang pemain. Tujuan dari permaianan bolavoli adalah untuk menjatuhkan bola setepat mungkin

di lapangan permainan lawan agar lawan tidak dapat mengembalikan bola lewat atas net dengan semua anggota badan sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam permainan bolavoli terdapat beberapa macam tehnik. Menurut M.Yunus (1992:,69) tehnik dalam permainan bolavoli adalah

servis, passing, umpan (set up), smes (spike), bendungan (block). Penguasaan tehnik dasar sangat penting sekali dalam permainan bolavoli, apalagi permainan bolavoli merupakan permainan dalam tempo yang cepat, sehingga waktu untuk memainkan bola sangat terbatas dan bila tidak menguasai tehnik dasar dengan baik akan memungkinkan kesalahankesalahan tehnik yang lebih besar (M. Yunus:1992:69). Salah satu tehnik dasar dalam permainan bolavoli adalah servis. Tehnik dasar servis sendiri ada beberapa macam, yaitu servis bawah, servis atas dan jump service. Permaianan bolavoli dimulai servis dari salah satu regu dari belakang lapangannya sendiri dengan bola melewati atas net masuk kedaerah lawan. Kesalahan dalam melakukan servis akan merugikan bagi regu sendiri karena tim lawan akan mendapat angka sesuai dengan sistem rallypoint yang berlaku sekarang. Oleh karena itu penguasaan tehnik servis ini sangat penting. Untuk melakukan tehnik ini perlu dikuasai tehnik dasarnya terlebih dahulu. Tehnik dasar yang diajarkan kepada pemula dalam servis adalah servis bawah, karena servis bawah merupakan servis yang sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan. Gerakannya lebih alamiah dan tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu besar

(M.Yunus.1992:69). Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan servis bawah permainan

31 bolavoli adalah sikap pemulaan, tahap gerakan dan tahap gerak lanjutan. Menurut M. Yunus (1992:69) tahap-tahap melakukan servis bawah adalah sebagai berikut: Sikap permulaan Berdiri didaerah servis menghadap kelapangan, bagi yang tidak kudal kaki kiri berada didepan dan bagi yang kidal sebaliknya, bola dipegang pada tangan kiri, tangan kanan boleh digenggam atau dengan telapak tangan terbuka lutut agak ditekuk sedikit dan berat badan berada ditengahnya. Gerakan pelaksanaan. Bola dilambungkan dipundak kanan, setinggi 10-20 cm, pada saat yang bersamaan tangan kanan ditarik kebelakang, kemudian diayunkan kearah depan atas dan mengenai bagian belakang bawah bola. Lengan diluruskan dan telapak tangan atau genggaman ditegangkan. Gerak lanjut (follow through). Setelah memukul didikuti dengan memindahkan berat badan kedepan, dengan melangkahkan kaki kanan kedepan dan segera masuk kelapangan untuk mengambil posisi dengan sikap siap normal, siap untuk menerima pengembalian atau serangan dari pihak lawan. Dalam melakukan servis ini siswa sering sekali melakukan kesalahan yang menyebabkan kesulitan bagi dirinya sendiri dalam melakukannya dengan baik. Adapun kesalahan yang sering terjadi menurut Gerhard Durrwachter (1983:44-45) adalah sebagi berikut: Pemain berdiri terlalu tegak gerakan lengannya sewaktu mengayun kebelakang lalu memukul kedepan membentuk bidang miring- seperti gerak leampar cakramserta sering dengan tubuh yang meliuk bola dilemparkan kedepan atau terlalau tinggi Tenaga yang dikerahkan terlalu besar Pemain tidak memeliki kordinasiigerak yang tepat antara mengayundan melambungkan, serta memukul dan gerakan maju kedepan. Ditambahkan oleh Dieter Beutelstahl (1986:11) bahwa kesalahan umum dalam melakukan servis lengan bawah adalah sebagai berikut: - Pergerakan yang tidak ritmis. Ini terjadi kalau si pemain ragu-ragu. - Stance yang salah.Dengan istilah stance dimaksudkan: sikap pemain pada waktu hendak memukul bola, baik sikap tubuh, kaki ataupun lengan. - Lengan kurang terayun, sehingga daya kekuatannyapun berkurang.

- Lemparan bola kurang baik, sehingga bola kurang terkontrol. - Kurang memperhatikan bola. Proses pembelajaran servis bawah permainan bolavoli Sebelum mengajar penjas guru harus membuat rencana

pembelajaran meteri yang akan diajarkan. Adapun strategi atau rencana pembelajaran servis bawah permainan bolavoli adalah sebagai berikut: Pendahuluan (10 menit) Siswa dibariskan, dihitung jumlahnya, berdoa dan presensi. Menyampaikan tujuan pembelajaran servis bawah permainan bolavoli bertujuan menyeberangkan bola melewati net setiap kali servis. Memimpin pemanasan. Kegiatan Inti (60 menit) Guru membariskan, kemudian menjelaskan cara melakukan servis bawah permainan bolavoli yang terdiri dari sikap permulaan, sikap pelaksanaan dan sikap lanjut. Setelah menjelaskan guru

memberikan contoh. Siswa memukul-mukulkan bola kelantai dengan telapak tangan rapat. Siswa melakukan servis bawah berhadapan dengan jarak 9 m (melebar lapangan) secara bergantian. Siswa melakulkan servis bawah melalui atas net atau tali yang dipasang melintang . Untuk tahap pertama dari jarak 3 meter (garis serang), tahap kedua dari jarak 6 meter, dan tahap terakhir dari belakang garis lapangan. Siswa melakukan servis bawah dari belakang garis lapangan (jarak 9 m) dengan cara bergeser ke samping kiri dan kanan setelah

33 melakukan servis. Bermain Siswa disuruh melakukan permainan bola voli. Siswa yang lainnya tetap melakukan latihan servis bawah secara bepasangan. Penutup (10 menit) Pendinginan Evaluasi, yaitu memberikan koreksi dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan bolavoli. Siswa dibariskandan dihitung jumlahnya. Memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah. Pesan untuk pertemuan yang akan datang. Dipimpin berdoa dan salam (dibubarkan). Faktor-faktor Kesulitan dalam pembelajaran Servis Bawah Permainan Bolavoli. Sebelum membahas faktor-faktor apa saja yng menyebabkan siswa putri mengalami kesulitan dalam belajar servis bawah permainan bolavoli di sekolah, terlebih dahulu mendeskripsikan pengertian dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar adalah suatu hal (keadaan) yang menyebabkan suatu keadaan yang sulit dalam belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:88) kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai servis bawah permainan

hasil belajar. Dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar diatas penulis ingin mengetahui faktor kesulitan belajar dari: Faktor Intrinsik Faktor intrinsik atau faktor internal yaitu faktor - faktor yang ada dalam diri siswa. Adapun faktor-faktor tersebut berindikasikan: Faktor Fisik Fisik seseorang baik postur tubuh maupun kemampuan geraknya sangat menentukan seseorang tersebut dapat melakukan dan menguasai suatu cabang olahraga. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut: struktur tubuh seperti tinggi badan, kekuatan, ketepatan, dan koordinasi.

Faktor Psikis Kondisi psikis dapat dijabarkan sebagai berikut: Faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, amosi, dan penyasuaian diri. Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik atau faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang ada dari luar diri siswa. Adapun faktor-faktor tersebut berindikasikan: Guru Persyaratan guru ialah mempunyai kelebihan dalam ilmu

35 pengetahuan, norma yang berlaku. Persyaratan agar guru penjas agar mampu melaksanakan tugas dengan baik, ialah: Memahami pengetahuan pendidikan jasmani sebagai bidang studi. Memahamin karakteristik anak didiknya. Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan anak didik untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan mampu menumbuhkembangkan potensi kemampuan kotorik dan keterampilan motorik. Mampu memberikan bimbingan dan mengembangkan potensi anak didik dalam proses pembelajaran untuk pencapaian tujuan pendidikan jasmani. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menilai serta mengoreksi dalam proses pembelajaran penjas. Memiliki pemahaman dan penguasaan kemampuan keterampilam motorik. Memiliki pemahaman tentang unsur-unsur kondisi fisik. Memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan dan memanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi anak didik dalam berolahraga. Mempunyai kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam berolahraga. (Sukintaka, 2001: 41-42). Menurut Agus S. Suryobroto (2005:15) guru harus memiliki sepuluh standar kompetensi sebagai berikut: mengembangkan kepribadian menguasai landasan kependidikan menguasai bahan pelajaran menyusun program pengajaran melaksanakan program pengajaran menilai hasil dan proses belajar-mengajar menyelenggarakan program bimbingan menyelenggarakan administrasi sekolah kerjasama dengan sejawat dan masyarakat menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. Ditambahkan oleh Agus S. Suryobroto (2005:8) bahwa secara khusus tugas guru penjas secara nyata sangat kompleks antara lain: sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai pelatih dan sebagai pembimbing.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan perkerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak semua orang dapat melakukan serta harus memiliki kompetensi. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah kecakapan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Alat dan Fasilitas (Sarana dan Prasarana). Menurut Agus S. Suryobroto (2004:4) bahwa sarana dan atau alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajarn pendidikan jasmani, mudah dipindahkan bahkan dibawa oleh pelakunya atau siswa. Sedangkan fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, bersifat permanen atau tidak dapar dipindah-pindah. Fasilitas olahraga memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan kemampuan berolahraga. Tanpa fasilitas, jalannya pembinaan olahraga akan mengalami kepincangan atau tersendatsendat bahkan proses pembinaan bisa berhenti sama sekali. Apabila siswa melakukan kegitan belajar, tanpa didukung adanya alat dan fasilitas pendidikan yang lengkap hal ini dapat menghilangkan gairah praktek bagi siswa. Sebaliknya jika siswa melakukan kegiatan belajar yang didukung dengan fasilitas yang lengkap hal ini akan memberikan gairah belajar pada siswa. Lingkungan Keadaan lingkungan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu lingkungan sekitar sekolah dan lingkungan yang disebabkan faktor

37 musim dan iklim. Lingkungan disekitar sekolah yang kurang mendukung dapat eliminisir oleh masyarakat sekolah agar lebih mendukung. Sedangkan faktor lingkungan yang disebabkan faktor musim dan iklim dieliminisir oleh masyarakat sekolah. Contoh dari lingkungan sekolah adalah kebersihan lingkungan sekolah. Dan lingkungan yang disebabkan faktor musim dan iklim adalah keadaan cuaca hujan,panas dan mendung. Dengan keadaan lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar akan meningkatkan hasil yang baik pula, sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan akan tercapai. Begitu pula sebaliknya keadaan lingkungan yang kurang mendukung justru akan menjadi kendala didalam proses pembelajaran dilapangan.

Penelitian yang Relevan Penelitian Danang Agus Yuniarto (2006) dengan judul faktor-faktor kesulitan passing atas yang mengikuti ekstra kurikuler bolavoli di SMA PIRI II Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkna bahwa faktor ekstrinsik yang mengalami kesulitan sebesar 39,50 %. Sedangakan faktor intrinsik siswa yang mengalami kesulitan sebesar 34,71%. Dan faktor ekstrinsik (39,50%) lebih besar kesulitannya daripada faktor instrinsik (34,71%.). 2. Penelitian Asmoro Hadi (2004) yang berjudul: faktor-faktor kesulitan belajar permainan bolavoli kelas III SMK YPKK 2 Sleman. Dengan hasil

penelitian bahwa faktor intrinsik lebih dominan dalam menyebabkan siswa kelas III SMK YPKK 2 Sleman mengalami kesulitan belajar permainan bolavoli yaitu sebesar 36,80%, dan faktor eksrinsik menyebabkan kesullitan belajar permainan seesar 24.43%. Kemudian berdasarkan analisis data dan indikatornya baik faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor yang paling besar dalammenyebabklan belajar permainan bola voli siswa kelas III SMK YPKK 2 Sleman yaitu faktor fisik sebesar 52,65%, faktor lingkungan sebesar 48,5%, faktor psikis sebesar 23,70%, faktor alat dan fasilitas sebesar 21,57% dan faktor guru sebesar 9, 52%. Kerangka Berpikir Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu, untuk kemajuan hidupnya. Dengan belajar ini seseorang akan mengalami perubahan, baik perubahan dalam afektif, kognitif, maupun psikomotor yang penting bagi dirinya sendiri, di mana perubahan tersebut ada yang tampak dan ada yang tidak tampak dan bersifat relatif menetap, yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. Proses belajar itu sendiri banyak dipengaruhi oleh berbagi faktor. Faktor-faktor tersebut adalah dari dalam diri sendiri dan dari luar diri sendiri. Berdasarkan kajian teoritik faktor dari dalam adalah adalah faktor fisik dan psikis, sedangkan faktor dari luar adalah faktor lingkungan alam, faktor sosialekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana. Faktor-faktor ini penting untuk diketahui oleh guru penjas dalam memberikan materi pelajaran kepada peserta didiknya. Setiap peserta didik memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda

39 satu dengan yang lainnya, karena itu guru harus memperhatikan perbedaan tersebut sehingga para siswa dapat berpartisipasi secara penuh dan merata dalam mengikuti proses belajar mengajar. Begitu juga faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik berbeda, guru penjas harus dapat mengatasi masalah tersebut sehingga para peserta didik akan pernah merasakan sukses dalam penjas. Berdasarkan pengamatan peneliti selama KKN-PPL di SMA N 3 Purworejo banyak terdapat siswa putri yang kesulitan melakukan servis bawah dalam permainan bolavoli. Padahal servis bawah merupakan teknik yang mudah dilakukan. Adapun tahapan melakukan servis bawah adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap gerak lanjutan. Dalam pelaksanaannya banyak siswa putri yang mengalami kesulitan melakukan tehnik ini. Hal ini menarik diteliti untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan siswa putri di SMA N 3 Purworejo kesulitan melakukan servis bawah pada permainan bolavoli. Sehingga hal ini akan bermanfaat bagi guru penjas dalam melakukan evaluasi terhadap pemberian materi bolavoli dimasa yang akan datang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain/Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Suharsimi Arikunto (2003:310) menyatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berupa angka, sehingga penelitian ini disebut penelitian

41 deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survey dengan angket sebagai pengumpul data. Definisi Operasional Variabel Untuk mencapai tujuan penelitian ini, perlu diketahui dahulu variabel penelitiannya, karena variabel adalah yang akan menjadi objek penelitian atau faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diukur. Identifikasi di sini dimaknai sebagai usaha yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar faktor kesulitan yang dihadapi siswa putri di SMA N 3 Purworejo belajar servis bawah pada permainan bola voli. Faktor-faktor kesulitan belajar servis bawah dalam permainan bola voli siswa putri di SMA N 3 Purworejo terdapat 2 faktor yang diukur dengan angket.

Adapun faktor-faktor tersebut adalah: Faktor intrinsik (siswa) yang berindikasikan: Faktor fisik Faktor psikis Faktor ekstrinsik yang berindikasikan: Faktor guru Faktor alat dan fasilitas Faktor lingkungan Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2006:55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakterisitk

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2006:56). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putri di SMA N 3 Purworejo. Pada SMA N 3 Purworejo tedapat 15 kelas, masing-masing tingkat terdiri dari 5 kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional random sampling. Karena jumlah populasi cukup besar 391 siswa, maka digunakan sampel proportional random sampling. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:134) sebagai acuan apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dari jumlah populasi seluruh siswa putri di SMA N 3 Purworejo 391 diambil sebanyak 100 siswa. Sedangkan penentuan siswa yang dijadikan sampel dilakukan dengan undian atau random sampling. Berikut prosentase sampel tabel yang dipakai dengan cara proportional random sampling, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Jumlah siswa dan sampel penelitian siswa putri SMA N 3 Purworejo. NO . 1. 2 3 4 5 6 Kelas X1 X2 X3 X4 X5 XI IPA1 Banyaknya Siswa 23 23 27 27 23 29 6 6 7 7 6 7 Jumlah Sampel

43

7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ju mlah

XI IPA2 XI IPS1 XI IPS2 XI IPS3 XII IPS1 XII IPS2 XII IPS3 XII IPA1 XII IPA

28 26 26 25 22 28 22 32 30 391

7 7 7 6 6 7 6 8 7 100

Instrumen dan Teknik Pengumpulan data Instrumen Instrumen merupakan alat yang digunakan oleh peneliti agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa angket yang akan menyidik faktor faktor kesulitan belajar servis bawah siswa putri di SMA N 3 Purworejo, yang terdiri dari faktor siswa, faktor guru, faktor sarana dan prasarana dan faktor lingkungan. Dalam menyusun instrumen menurut Sutrisno Hadi (1991:7-9) harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: Mendefinisikan Konstrak Mendefinisikan konstrak adalah membuat batasan-batasan mengenai ubahan variabel yang akan diukur. Faktor kesulitan belajar dalam penelitian ini adalah faktor-faktor kesulitan belajar sevis bawah permainan bolavoli siswa puteri di SMA N 3 Purworejo.

Menyidik Faktor Langkah kedua yaitu menyidik faktor-faktor yang menyusun konstrak. Dalam penelitian ini faktor ekstrinsik adalah guru penjas, alat dan fasilitas (sarana dan prasarana), dan lingkungan dan faktor intrinsik adalah fisik dan psikis. Menyusun butir pertanyaan. Untuk menyusun butir-butir pertanyaan, maka faktor-faktor tersebut diatas dijabarkan menjadi kisi-kisi angket. Setelah itu dikembangkan dalam butir-butir pertanyaan. Butir pertanyaan dalam angket yang akan digunakan untuk memperolaeh data mengenai faktor-faktor kesulitan belajar sevsi bawah bolavoli siswa puteri di SMA N 3 Purworejo terdapat 2 jenis peryataan, yaitu peryataan positif dan peryataan negatif.

Adapun kisi-kisi angket adalah sebagai berikut. Tabel 3.Tabel Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Faktor Indikator Butir Peryataan Jumla h Faktorfaktor kesulitan belajar servis bawah bolavoli siswa putri di a. Intrinsik 1. Fisik 2. Psikis 1. Guru b.E kstrinsik 2.Lingkungan 3. Alat dan 1*,2*,3*,4,5*,6* 7,8,9,10*,11*,12, 13,14,15,16,17* 18*,19,20,21,22 23*,24,25,26,27, 28*,29* 30,31*,32*,33,34, 35 36,37*,38,39, 6 11 12 6 7

45 SMA N 3 Purworejo Fasilitas 40*,41, 42* 42 Keterangan: * Pernyataan negatif Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dengan survey, dengan istrumen penelitian berupa angket. Menurut Riduwan (2006:52-53) angket (questionaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan dari penyebaran angket ini adalah untuk mencari informasi dari responden yang diteliti tentang suatu masalah secara lengkap. Identifikasi faktor kesulitan belajar siswa putri di SMA N 3 Purworejo dalam melakukan servis bawah permainan bolavoli, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Pengumpulan dengan membagikan angket kepada siswa puteri. Angket dijawab diluar kegiatan belajar. Setelah dijawab dikumpulkan dan dianalisis. Angket ini disajikan dalam bentuk skala Likert yang di modifikasi dengan empat pilihan jawaban Sutrisno Hadi (1991:10) yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, jawaban diberikan dengan tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah disediakan. Dalam penelitian ini ada dua sifat jawaban yaitu positif dan negatif. Uji Coba Instrumen Uji Validitas Sebelum angket diuji coba terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan di validasi oleh beberapa dosen ahli. Setelah

angket divalidasi oleh beberapa dosen ahli (2 orang) dan dosen pembimbing maka dilakukan uji coba untuk mengetahui reliabilitasnya Uji coba ini dilaksanakan kepada anggota populasi di luar sampel kemudian diujikan kepada siswa puteri sebanyak 30 orang yang diambil setiap kelas 2 orang siswi. Untuk instrumen yang berbentuk angket tujuan dari ujicobanya tidaklah untuk mencari validitas karena biasanya sudah memenuhi validitas isi dan validitas konstraknya. Suharsimi Arikunto (2003:233) tujuan ujicoba instrumen-instrumen seperti angket, pedoman wawancara, pedoman pengamatan, daftar cocok dan skala tidak dimaksudkan untuk mengetahui validitas karena biasanya instrumen-

instrumen tersebut sudah disusun atas dasar kisi-kisi dari variabel sehingga diharapkan sudah memiliki validitas isi dan validitas konstruksi. Adapun tujuannya antara lain: Untuk mengetahui tingkat pemahaman responden terhadap instrumen. Untuk mengetahui ketepatan penyelenggaraan sekaligus mencari pengalaman dan mengidentifikasi kemungkinan kekurangan sarana penunjang yang masih harus dipersiapkan sebelumnya. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen. (Suharsimi Arikunto, 2003: 233). Uji Reliabilitas Menurut Suharsimi Arikunto (2006:178)Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui keandalan dalam instrumen. Ada beberapa cara yang dapat dugunakan untuk menguji reliabilitas, menurut Sutrisno Hadi (1991:55-56) dengan skor jawaban 1 sampai 4 menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:

47

Keterangan: : Reliabilitas Instrumen : Variansi Butir-butir : Variansi Total M : Jumlah Butir Tabel 4. Rangkuman hasil analisis reliabilitas instrumen. Variabel Faktor-faktor kesulitan belajar servis bawah bolavoli siswa puteri di SMA N 3 Purworejo Faktor Intrinsik Rtt 0,878 Kesimpulan Reliabel

Ekstrinsik

0,885

Reliabel

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan besarnya koefisien faktorfaktor kesulitan belajar servis bawah bolavoli siswa puteri di SMA N 3 Purworejo dari faktor instrinsik sebesar 0,878 dan faktor ekstrinsik sebesar 0,885 oleh karena itu Rtt/ tingkat reliabilitas yang lebih besar dari r tabel 5% dengan N = 30 sebesar 0,361 sehingga dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian. Teknik Analisis Data Setelah data diperoleh, langkah berikutnya adalah menganalisis data untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, untuk menganalisis data digunakan tehnik statistik, analisis data digunakan dari penelitian ini menggunakan tehnik deskriptif dengan persentase. Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap

obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2003: 21). Rumus mencari persentase faktor kesulitan belajar siswa putri di SMA N 3 Purworejo dalam melakukan servis bawah permainan bolavoli adalah sebagai berikut:

(Anas Sudijono, 2005: 43) Keterangan: P = Angka persentase N = Number of Case (jumlah frekuensi/ banyaknya individu) F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya. Untuk memberikan makna pada skor yang ada, dibuatkan bentuk kategori/ kelompok menurut tingkatan yang ada, kategori tersebut lima kelompok yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Pengkategorian tersebut menggunakan Mean dan Standar Deviasi. Mengacu Slameto (2001:186) untuk menentukan kriteria skor dengan menggunakan Penilaian Acuan Norma (PAN) dalam skala yang di modifikasi sebagai berikut: __ X + 1,5 Sd ke atas __ __ X + 1,5 Sd < X + 0,5 Sd __ __ X 0,5 Sd < X + 0,5 Sd __ __ X 1,5 Sd < X 0,5 Sd __ Kurang dari X 1,5 Sd Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

49

BAB IV HASIL PENELITIAN Deskripsi Lokasi, Subyek dan Data Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 3 yang terletak di jalan Yogyakarta km 8 desa Keduren, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Sekolah ini berstatus negeridandilihat dari letaknya sangat kondusif untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Sekolah yang terletak 6 km kea rah selatan dari kota Purworejo ini berada di tepi jalan raya yang menghubungkan Yogyakarta dengan Cilacap, dan dilalui oleh jalur angkutan kota Purworejo sendiri, sehingga transportasi untuk menjangkau sekolah ini sangat mudah. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa puteri kelas sepuluh (X), sebelas (XI), dua belas (XII) SMA N 3 Purworejo sebanyak 100 siswa puteri yang dipilih menggunakan proportional random sampling dari 391 siswa. Peneliti menyebarkan angket pada subjek penelitian pada saat siswa sedang di luar jam belajar. Deskripsi Data Penelitian Faktor Intrinsik Hasil analisis deskriptif dengan SPSS Version 13.00 data faktor intrinsik diperoleh nilai maksimum 65,00, minimum 30,00, mean 49,00, median 49,50, modus 53,00 dan nilai standar deviasi sebesar 6,82.

Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor intrinsik. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor Intrinsik Kelas Interval 60 65 54 59 48 53 42 47 36 41 30 - 35 Total F Absolut 4 20 38 26 7 5 100 20,00% 38,00% 26,00% 7,00% 5,00% 100,00% F Relatif (%) 4,00%

Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor intrinsik adalah sebagai berikut.40 35 30 25 20 15 10 5 030- 35 36- 41 42- 47 48- 53 54- 59 60- 65

Kelas Interval

Gambar1. Histogram Faktor Intrinsik Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor instrinsik adalah pada interval 48 53 yaitu sebanyak 38 orang (38,00%). Faktor Fisik

51 Hasil analisis deskriptif dengan SPSS Version 13.00 data faktor fisik diperoleh nilai maksimum 24,00; minimum 9,00; mean 15,56; median 16,00; modus 16,00; dan nilai standar deviasi sebesar 2,61. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor fisik siswa. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Faktor Fisik Kelas Interval 24 26 21 23 18 20 15 17 12 14 9 11 Total F 1 2 17 42 35 3 100 2,00% 17,00% 42,00% 35,00% 3,00% 100% F Relatif (%) 1,00%

Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor fisik adalah sebagai berikut.50 40 30 20 10 0' 9- 11 ' 12- 14 15- 17 18- 20 21- 23 24- 26

Kelas Interval

Gambar 2. Histogram Faktor Fisik

Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor fisik adalah pada interval 15 17 yaitu sebanyak 42 orang (42,00%).

Faktor Psikis Hasil analisis deskriptif dengan SPSS Version 13.00 data faktor psikis diperoleh nilai maksimum 44,00; minimum 14,00; mean 33,44; median 33,00; modus 33,00; dan nilai standar

deviasi sebesar 5,38. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor psikis. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Faktor Psikis Kelas Interval 44 49 38 43 32 37 26 31 20 25 14 19 Total F 2 25 44 21 7 1 100 25,00% 44,00% 21,00% 7,00% 1,00% 100% F Relatif (%) 2,00%

Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor psikis adalah sebagai berikut.

53

50 40 30 20 10 014- 19 20- 25 26- 31 32- 37 38- 43 44- 49

Kelas Interval

Gambar 3. Histogram Faktor Psikis Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor psikis adalah pada interval 32 37 yaitu sebanyak 42 orang (42,00%). Faktor Ekstrinsik Hasil analisis deskriptif dengan SPSS Version 13.00 data faktor ekstrinsik diperoleh nilai maksimum 81,00, minimum

39,00, mean 69,63, median 70,00, modus 74,00 dan nilai standar deviasi sebesar 7,14. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor ekstrinsik. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Ekstrinsik Kelas Interval 79 86 71 78 63 70 55 62 47 54 F Absolut 7 40 38 13 1 40,00% 38,00% 13,00% 1,00% F Relatif (%) 7,00%

39 46 Total

1 100

1,00% 100%

Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor Ekstrinsik adalah sebagai berikut.50 40 30 20 10 039- 46 47- 54 55- 62 63- 70 71- 78 79- 86

Kelas Interval

Gambar 4. Histogram Faktor Ekstrinsik Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor ekstrinsik adalah pada interval 71 78 yaitu sebanyak 40 orang (40,00%). Faktor Guru Hasil analisis deskriptif dengan SPSS Version 13.00 data faktor guru diperoleh nilai maksimum 44,00, minimum 17,00, mean 35,94, median 36,00, modus 36,00 dan nilai standar deviasi sebesar 5,01. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi faktor guru. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Faktor Guru Kelas Interval 42 46 37 41 F Absolut 16 25 F Relatif (%) 16,00% 25,00%

55

32 36 27 31 22 26 17 21 Total

38 19 1 1 100

38,00% 19,00% 1,00% 1,00% 100%

Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor guru adalah sebagai berikut.40 35 30 25 20 15 10 5 017- 21 22- 26 27- 31 32- 36 37- 41 42- 46

Kelas Interval

Gambar 5. Histogram Faktor Guru Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor guru adalah pada interval 32 36 yaitu sebanyak 38 orang (38,00%). Faktor Lingkungan Hasil analisis deskriptif dengan SPSS Version 13.00 data faktor lingkungan diperoleh nilai maksimum 21,00, minimum 11,00, mean 16,53, median 16,00, modus 16,00 dan nilai standar deviasi sebesar 2,05. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi faktor lingkungan.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Faktor Lingkungan Kelas Interval 21 22 19 20 17 18 15 16 13 14 11 12 Total F Absolut 2 21 23 40 12 2 100 21,00% 23,00% 40,00% 12,00% 2,00% 100% F Relatif (%) 2,00%

Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor lingkungan adalah sebagai berikut.50 40 30 20 10 0'11-12 13-14 15-16 17-18 19-20 21-22

Kelas Interval

Gambar 6. Histogram Faktor Lingkungan Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor lingkungan adalah pada interval 15 16 yaitu sebanyak 40 orang (40,00%). Faktor Alat dan Fasilitas Hasil analisis deskriptif dengan SPSS Version 13.00 data faktor alat dan fasilitas diperoleh nilai maksimum 21,00, minimum 10,00, mean 17,16, median 17,00, modus 17,00 dan

57 nilai standar deviasi sebesar 2,16. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi faktor alat dan fasilitas. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Faktor Alat dan Fasilitas Kelas Interval 20 21 18 19 16 17 14 15 12 13 10 11 Total F Absolut 9 38 35 13 2 3 100 F Relatif (%) 9,00% 38,00% 35,00% 13,00% 2,00% 3,00% 100%

Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor alat dan fasilitas adalah sebagai berikut.40 35 30 25 20 15 10 5 0' 10- 11 ' 12- 13 14- 15 16- 17 18- 19 20- 21

Kelas Interval

Gambar 12. Histogram Alat dan Fasilitas Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor alat dan fasilitas adalah pada interval 18 19 yaitu sebanyak 38 orang (38,00%). Hasil Penelitian

Sampel terdiri dari 100 responden. Pengambilan data dimulai dengan uji coba angket yang dilakukan pada siswa puteri SMA N 3 Purworejo. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan statistik dekriptif. Adapun teknik perhitungannya untuk masing-masing butir dalam angket menggunakan persentase. Untuk memberi makna pada skor yang ada, dibuat bentuk kategori atau kelompok menurut tingkatan yang ada, kategori terdiri dari lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pengkategorian tersebut menggunakan mean hitung dan standar deviasi hitung, dengan pengkategorian sebagai berikut:

1. X M + 1,5 SD 2. M + 0,5 SD X < M + 1,5 SD 3. M 0,5 SD X