SKRIPSI UPAYA BANK DALAM MENCEGAH RISIKO ...repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/911/1...disebabkan...
Transcript of SKRIPSI UPAYA BANK DALAM MENCEGAH RISIKO ...repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/911/1...disebabkan...
SKRIPSI
UPAYA BANK DALAM MENCEGAH RISIKO
PENYALAHGUNAAN DANA PADA PEMBIAYAAN
MURABAHAH (STUDI KASUS DI BPRS AMAN SYARIAH
SEKAMPUNG)
Oleh:
Eka Riana
NPM. 1704100264
Jurusan : S1-Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO LAMPUNG
2019 M/1440 H
ii
UPAYA BANK DALAM MENCEGAH RISIKO
PENYALAHGUNAAN DANA PADA PEMBIAYAAN
MURABAHAH (STUDI KASUS DI BPRS AMAN SYARIAH
SEKAMPUNG)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh:
Eka Riana
NPM. 1704100264
Pembimbing I : Hermanita S.E, MM
Pembimbing II : Era Yudistira, M.Ak.
Jurusan : S1-Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO LAMPUNG
2019 M/1440 H
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
UPAYA BANK DALAM MENCEGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN
DANA PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH (STUDI KASUS DI BPRS
AMAN SYARIAH SEKAMPUNG)
OLEH:
EKA RIANA
NPM. 1704100264
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang paling populer
digunakan oleh bank syariah saat ini termasuk di BPRS Aman Syariah. Dalam
praktiknya, pembiayaan murabahah di BPRS Aman Syariah ada yang disertai
dengan akad wakalah dengan menunjuk nasabah sebagai wakilnya untuk membeli
sendiri barang sesuai kebutuhan nasabah. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
keterbatasan bank dalam hal pengadaan barang yang sesuai dengan kebutuhan
nasabah. Namun pemberian akad wakalah oleh bank justru mengakibatkan
terbukanya peluang dan potensi terjadinya penyimpangan penggunaan dana yang
dilakukan oleh nasabah, atau yang dikenal dengan istilah side streaming. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh nasabah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui upaya BPRS Aman Syariah dalam mencegah risiko
penyalahgunaan dana pada pembiayaan murabahah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode wawancara dan
dokumentasi. Analisa data menggunakan teknik analisa data kualitatif dengan cara
berfikir induktif. Manfaat penelitian ini adalah dapat memperkaya ilmu
pengetahuan dan wawasan khususnya yang berkaitan dengan upaya bank dalam
mencegah risiko penyalahgunaan dana pada pembiayaan murabahah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya BPRS Aman Syariah dalam
mencegah risiko penyalahgunaan dana dilakukan melalui upaya preventif sebelum
dan sesudah pembiayaan disetujui. Sebelum pembiayaan disetujui BPRS Aman
Syariah melakukan upaya dengan analisis 5C untuk menilai kelayakan
pembiayaan. Sedangkan bentuk upaya preventif setelah pembiayaan disetujui
BPRS Aman Syariah melakukan monitoring atau pengawasan terhadap
pembiayaan murabahah dengan kunjungan lokasi nasabah, maintenance, trade
checking, serta credit checking. Upaya-Upaya tersebut sudah dilaksanakan dengan
baik, hanya saja ada beberapa kendala yang menyebabkan upaya tersebut tidak
optimal seperti sulitnya menilai character nasabah, pengawasan yang tidak
menyeluruh serta penerapan kebijakan pembiayaan murabahah modal kerja yang
masih berpeluang terjadi penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh nasabah.
Kata Kunci: Murabahah, Penyalahgunaan Dana (Side streaming).
vii
viii
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al-Anfal : 27)
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua ku tercinta (Bapak Jumari dan Ibu Kominatin) yang telah
menjadi motivasi dan inspirasi serta tiada henti memberikan dukungan
do'anya demi keberhasilan ku.
2. Adikku tersayang (Dwi Rianti) yang telah memberikan semangat kepada ku.
3. Teman-teman Konversi 2017
4. Teman-teman S1 Perbankan Syariah
5. Almamater IAIN Metro.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah
dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi diajukan sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Jurusan S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.
2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
3. Ibu Reonika Puspita Sari, M.E.Sy selaku Ketua Jurusan S1 Perbankan
Syariah.
4. Ibu Hermanita, S.E., M.A selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan yang sangat berharga dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Era Yudistira, M.Ak selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan yang sangat berharga dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan sarana dan prasarana selama penulis menempuh pendidikan.
7. Bapak Sugiyanto selaku Direktur PT. BPRS Aman Syariah yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di BPRS Aman
Syariah.
xi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
NOTA DINAS ............................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ........................................ vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7
1. Tujuan Penelitian ........................................................... 7
2. Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Penelitian Relevan ................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah ....................................................... 10
1. Pengertian Murabahah .................................................. 10
2. Landasan Hukum Murabahah ....................................... ` 12
3. Rukun dan Syarat Murabahah....................................... 15
4. Skema Pembiayaan Murabahah .................................... 16
B. Risiko Pada Bank Syariah .................................................... 18
1. Pengertian Risiko dan Jenis-Jenis Risiko ...................... 18
2. Mitigasi Risiko .............................................................. 22
3. Upaya-Upaya untuk Mengantisipasi Risiko
Penyalahgunaan Dana ................................................... 24
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................... 28
1. Jenis Penelitian ............................................................. 28
2. Sifat Penelitian ............................................................. 28
B. Sumber Data ....................................................................... 29
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 30
D. Teknik Analisis Data .......................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil PT. BPRS Aman Syariah Sekampung
1. Sejarah dan Perkembangan PT. BPRS Aman Syariah
Sekampung ................................................................... 34
2. Struktur Organisasi PT. BPRS Aman Syariah ............. 35
3. Produk dan Jasa Layanan PT. BPRS Aman Syariah .... 39
B. Upaya Bank dalam Mencegah Risiko Penyalahgunaan Dana
pada Pembiayaan Murabahah ............................................ 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 50
B. Saran ................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Data Jumlah Nasabah Pembiayaan Murabahah PT. BPRS Aman
Syariah Tahun 2015-2017 ............................................................. 3
Tabel 1.2 Data Jumlah Nasabah Pembiayaan Bermasalah PT. BPRS Aman
Syariah Sekampung ....................................................................... 5
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Murabahah bil wakalah ............................. 17
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Pembimbing Skripsi
2. Alat Pengumpul Data (APD)
3. Surat Izin Research
4. Surat Tugas
5. Surat Balasan Research
6. Surat Keterangan Bebas Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah adalah lembaga keuangan yang mempunyai
peran utama dalam pembangunan suatu negara. Peran ini terwujud dalam
fungsi bank sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial
intermediary institution), yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.1
Dalam hal ini pembiayaan dengan skema murabahah merupakan
pembiayaan yang paling populer digunakan oleh bank syariah karena
dianggap paling mudah diterapkan.
Secara sederhana Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati
oleh penjual dan pembeli.2 Sedangkan murabahah dalam konteks
perbankan syariah adalah akad jual beli antara perbankan syariah dengan
nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati
bersama. Bank syariah akan mengadakan barang yang dibutuhkan dan
menjualnya kepada nasabah dengan harga setela ditambah keuntungan
yang telah disepakati.3 Jadi Murabahah dalam praktik perbankan syariah,
1 Khotibul Umam, Perbankan Syariah; Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 1. 2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013), 113. 3 Imam Mustafa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro
Lampung, 2014), 67.
2
prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok yaitu harga beli termasuk
biaya yang terkait serta keuntungan yang disepakati.
Seiring dengan kebutuhan nasabah yang semakin banyak dan
beragam, bank-bank syariah yang ada pada zaman sekarang ini
mempraktikkan transaksi murabahah yang diiringi dengan akad wakalah.
Penggunaan akad wakalah pada transaksi murabahah sesungguhnya telah
diatur dalam Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
murababah, bahwa jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus
dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.4
Dalam kajian fiqh muamalah kontemporer pembiayaan ini dikenal
dengan murabahah bil wakalah. Murabahah bil wakalah merupakan
pembiayaan yang terdiri dari murabahah dengan akad pelengkap wakalah.
Dimana dalam praktiknya bank syariah memberikan kuasa (wakalah)
kepada nasabah untuk mencari dan membeli barang yang sesuai dengan
spesifikasi yang diajukan oleh nasabah.5
Bank-bank syariah pada umumnya menggunakan skema
murabahah sebagai metode utama pembiayaan, yaitu hampir 75% dari
asetnya.6 Seperti halnya di BPRS Aman Syariah, pembiayaan murabahah
merupakan produk pembiayaan yang paling dominan diantara pembiayaan
4 Khotibul Umam, Perbankan Syariah., h. 106.
5 Ibid, h. 68.
6 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi
Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 139.
3
lainnya.7 Bapak Sugiyanto selaku Direktur di Kantor BPRS Aman Syariah
Sekampung, menjelaskan bahwa terdapat 3 (tiga) jenis Pembiayaan
murabahah yang ada di BPRS Aman Syariah, diantaranya pembiayaan
murabahah Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif.8 Adapun data jumlah
nasabah pembiayaan murabahah di BPRS Aman Syariah disajikan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Data Jumlah Nasabah Pembiayaan Murabahah Tahun 2015-20179
No Tahun
Jumlah Nasabah Pembiayaan Murabahah
1 Modal Kerja Konsumtif Investasi
2 2015 74 49 9
3 2016 150 111 42
4 2017 196 59 50
Sumber: PT. BPRS Aman Syariah Sekampung
Dapat diketahui bahwa jumlah nasabah pembiayaan murabahah
didominasi oleh pembiayaan murabahah Modal Kerja. Hal ini karena rata-
rata nasabah di BPRS Aman Syariah banyak yang bergerak disektor
perdagangan, sehingga kebanyakan nasabah mengajukan pembiayaan
murabahah modal kerja untuk pembelian barang dagangan.
Berdasarkan hasil prasurvey diketahui bahwa BPRS Aman Syariah
menggunakan akad wakalah pada pembiayaan murabahah modal kerja.
Hal ini dilakukan karena keterbatasan bank dalam hal pengadaan barang
yang sesuai dengan keinginan nasabah, dalam hal pengadaan barang
7 Wawancara dengan Bapak Sugiyanto S.E, Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung,
Senin 19 November 2018. 8 Ibid.
9 Dokumentasi PT. BPRS Aman Syariah dikutip pada 19 November 2018.
4
dagangan terkadang pihak bank mengalami kesulitan untuk membelikan
barang dagangan sesuai dengan keinginan nasabah yang biasanya lebih
dari satu jenis barang. Maka BPRS Aman Syariah menggunakan akad
wakalah dengan menunjuk nasabah sebagai wakilnya untuk membeli
barang dagangan sesuai kebutuhan nasabah.10
Dalam praktiknya bank
tidak memberikan barang kepada nasabah, namun menyerahkan sejumlah
uang disertai surat kuasa dan untuk selanjutnya nasabah yang membeli
sendiri barang yang diinginkan sesuai kontrak.
Namun pemberian akad wakalah oleh bank justru mengakibatkan
terbukanya peluang dan potensi terjadinya penyimpangan penggunaan
dana. Sebab pemberian akad wakalah memberikan keleluasaan bagi
nasabah untuk membelanjakan anggarannya sendiri. Pada akhirnya hal
tersebut menimbulkan suatu tindakan penyimpangan, seperti
penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh nasabah atau yang dikenal
dengan istilah side streaming. Side streaming merupakan bentuk
penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana
pembiayaan yang tidak sesuai dengan tujuan pembiayaan.11
Terjadinya penyalahgunaan dana atau side streaming ini
disebabkan oleh moral hazard, dimana moral hazard disini merupakan
masalah yang dihadapi pihak bank ketika pembiayaan sudah dijalankan
10
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto S.E, Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung,
Senin 19 November 2018. 11
Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),
126.
5
dan adanya kemungkinan bahwa nasabah menggunakan dana yang
diberikan tidak untuk semestinya karena nasabah yang tidak amanah.
Beberapa kasus yang terjadi di BPRS Aman Syariah Sekampung
dimana terdapat nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah untuk
pembelian barang dagangan. Namun yang terjadi, nasabah tidak amanah
dan dana tersebut digunakan untuk membiayai keperluan yang tidak sesuai
dengan perjanjian di awal.12
Dalam kajian fiqh muamalah hal tersebut jelas
melanggar perjanjian akad yang sudah disepakati diawal serta menjadikan
kecacatan pada akad pembiayaan murabahah yang telah disepakati antara
bank dan nasabah.
Side Streaming atau penyalahgunaan dana menjadi risiko tersendiri
yang dihadapi oleh bank syariah termasuk BPRS Aman Syariah. Bapak
Sugiyanto selaku Direktur PT. BPRS Aman Syariah menjelaskan bahwa
pembiayaan bermasalah di BPRS Aman Syariah didominasi dari
penyalahgunaan dana oleh nasabah.13
Tabel 1.2
Data Jumlah Nasabah Pembiayaan Bermasalah BPRS Aman Syariah14
No Tahun Jumlah Nasabah Pembiayaan Bermasalah
1 2015 -
2 2016 3
3 2017 6
4 2018 46
Sumber: PT. BPRS Aman Syariah Sekampung
12
Ibid. 13
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto S.E, Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung,
Kamis 23 Januari 2019. 14
Dokumentasi PT. BPRS Aman Syariah dikutip pada 23 Januari 2019.
6
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa ditahun pertama
berdirinya BPRS Aman Syariah belum ada nasabah yang mengalami
pembiayaan bermasalah, namun pada tahun berikutnya jumlah nasabah
pembiayan bermasalah di BPRS Aman Syariah semakin meningkat.
Side Streaming atau penyalahgunaan dana ini menjadi faktor utama
yang dapat mengindikasi terjadinya pembiayaan bermasalah yang berasal
dari faktor internal nasabah.15
Ketika dana yang seharusnya diperuntukkan
untuk modal kerja digunakan untuk keperluan lain, maka terdapat
kemungkinan angsuran yang dibayarkan nasabah tidak akan berjalan lancar
sehingga terjadi pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh
penyalahgunaan dana.
Mengingat bahwa penyalahgunaan dana dapat menyebabkan
terjadinya pembiayaan bermasalah serta menjadikan kecacatan pada akad,
maka perlu dilakukan upaya untuk mengurangi risiko pembiayaan dengan
mencegah terjadinya penyalahgunaan dana oleh nasabah. Risiko
penyalahgunaan dana ini harus menjadi perhatian pihak bank apabila sampai
terjadi pembiayaan macet dan menyebabkan kerugian bank.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik
untuk mengkaji tentang upaya yang dilakukan oleh BPRS Aman Syariah
untuk mencegah risiko penyalahgunaan dana pada pembiayaan murabahah
dalam Skripsi yang berjudul: “Upaya Bank dalam Mencegah Risiko
15
A.Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2012), 92-93.
7
Penyalahgunaan Dana pada Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus di
BPRS Aman Syariah Sekampung)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti
memfokuskan pembahasan pada pertanyaan penelitian berikut: Bagaimana
upaya bank dalam mencegah risiko penyalahgunaan dana pada
pembiayaan Murabahah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya
bank dalam mencegah risiko penyalahgunaan dana oleh nasabah pada
pembiayaan Murabahah.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis
maupun praktis. Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam
penelitian ini antara lain:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangsih pemikiran secara teoritik dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan kepada pembaca dan peneliti
khususnya yang berkaitan dengan upaya bank dalam mencegah
risiko penyalahgunaan dana pada pembiayaan Murabahah.
8
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis
bagi masyarakat, nasabah serta pihak bank sebagai pertimbangan
dalam melakukan langkah antisipatif agar tidak terjadi
penyalahgunaan dana.
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan berisi uraian mengenai hasil penelitian terdahulu
(Prior Research) tentang persoalan yang dikaji.16
Secara umum penelitian
ini sudah banyak dilakukan oleh para akademisi. Akan tetapi, secara
spesifik yang berkaitan dengan judul yang peneliti kaji belum ada. Berikut
ini prior research yang relevan dengan penelitian peneliti:
1. Muhammad Zainudin, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Walisongo tahun 2015, dengan judul “Analisis
Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT Surya
Sekawan Mandiri dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Hasil penelitian
ini menjelaskan bahwa penanganan pembiayaan murabahah
bermasalah di BMT Surya Sekawan Mandiri yaitu dengan kunjungan
atau silaturahmi ke rumah nasabah, perpanjangan jangka waktu
angsuran, injeksi dana, penyitaan jaminan dan penghapusan piutang.
Pihak BMT juga menerapkan sistem denda kepada nasabah yang telat
16
Zuhairi et.al,Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), 39.
9
membayar angsuran, hal ini dilakukan agar nasabah disiplin dalam
menganngsur kewajibannya.17
2. Arsyada Rakhmah, Program Studi Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2017, dengan judul “Penyelesaian Masalah
Penyimpangan Penggunaan Dana Murabahah Bil Wakalah di BMT
Al-Hikmah Jepara”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam
penyelesaian masalah penyimpangan penggunaan dana murabahah bil
wakalah di BMT Al-Hikmah Jepara, menggunakan strategi sebagai
berikut, yaitu meliputi reconditional agreement, refund, return of
goods, dan the law.18
3. Lukmanul Hakim, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015, dengan judul “Manajemen
Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank BNI Syariah Cabang
Fatmawati”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa untuk
mengantisipasi risko yang muncul pada produk murabahah, BNI
Syariah menerapkan beberapa cara dengan berpedoman pada peraturan
Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011 mengenai penerapan manajemen
risiko pada bank umum dan unit usaha syariah.19
17
Muhammad Zainudin, Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di
BMT Surya Sekawan Mandiri dalam Perspektif Ekonomi Islam, (Semarang: UIN Walisongo,
2015), dalam eprints.walisongo.ac.id diunduh pada 20 November 2018. 18
Arsyada Rakhmah, Penyelesaian Masalah Penyimpangan Penggunaan Dana Murabahah
Bil Wakalah di BMT Al-Hikmah Jepara, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017), dalam
digilib.uin-suka.ac.id diunduh pada 20 November 2018. 19
Lukmanul Hakim, Manajemen Risiko Pembiayaan Mutabahah pada Bank BNI Syariah
Cabang Fatmawati, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), dalam repository.uinjkt.ac.id
diunduh pada 20 November 2018.
10
Berdasarkan telaah pustaka di atas dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya. Penelitian ini memiliki kajian yang berbeda,
walaupun memiliki kajian yang sama pada tema-tema tertentu, akan tetapi
pada penelitian yang akan dikaji oleh peneliti ini lebih ditekankan pada
upaya bank dalam mencegah penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh
nasabah pada pembiayaan murabahah di BPRS Aman Syariah Sekampung.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah secara bahasa berarti ziyadah (tambahan).
Sedangkan pengertian murabahah secara istilah yaitu jual beli dengan
harga pokok dengan tambahan keuntungan.20
Secara sederhana
Murabahah berarti akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.21
Adapun Ismail mendefinisikan murabahah adalah “akad jual
beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga
pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak
pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai
jumlah tertentu”.22
Sedangkan menurut Muhammad Syafi’i Antonio Bai’ al-
murabahah adalah “Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati dan tidak terlalu memberatkan calon
pembeli. Dalam kontrak Bai’ al-murabahah penjual harus
20
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasi pada Sektor Keuangan
Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 83-84. 21
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013), 113. 22
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 138.
12
memberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan tingkat
keuntungan sebagai tambahannya.23
Karena dalam definisinya disebutkan adanya “keuntungan yang
disepakati”, karakteristik murabahah menurut Adiwarman A. Karim
yaitu:
Si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian
barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan
pada biaya tersebut. Misalnya, si Fulan membeli unta 30 dinar,
biaya-biaya yang dikeluarkan 5 dinar, maka ketika menawarkan
untanya, ia mengatakan: “Saya jual unta 50 dinar, saya
mengambil keuntungan 15 dinar.”24
Sedangkan murabahah dalam konteks perbankan syariah
adalah akad jual beli antara perbankan syariah dengan nasabah atas
suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama.
Bank syariah akan mengadakan barang yang dibutuhkan dan
menjualnya kepada nasabah dengan harga setelah ditambah
keuntungan yang telah disepakati.25
Dalam penyaluran pembiayaan
dengan akad murabahah, bank bertindak sebagai pihak penyedia dana
dalam kegiatan transaksi murabahah dengan nasabah. Bank dapat
membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati.26
23
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), 101. 24
Adiwarman A. Karim, Bank Islam., 113. 25
Imam Mustafa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro
Lampung, 2014), 67. 26
A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2012), 201.
13
Berdasarkan konsep di atas dapat dipahami bahwa pembiayaan
murabahah adalah suatu perjanjian antara bank dengan nasabah dalam
bentuk pembiayaan pembelian atas suatu barang yang dibutuhkan oleh
nasabah. Dari transaksi tersebut, bank mendapatkan keuntungan jual
beli yang disepakati bersama.
2. Landasan Hukum Murabahah
Akad murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli, para
ulama berpendapat bahwa dasar hukum murabahah ini sama seperti
dalam dasar hukum jual beli pada umumnya yaitu sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
1) QS. Al-Baqarah : 280
Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,
Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.”
14
2) QS. An-Nisa: 29
Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu.”27
Berdasarkan kedua ayat di atas sudah jelas bahwa
murabahah diperbolehkan. Selain merupakan salah satu bentuk
dari jual beli, di dalam sistem murabahah dilaksanakan dengan
cara suka sama suka diantara keuda belah pihak sesuai dengan
rukun dan syaratnya.
b. Hadist
Jual beli adalah pekerjaan yang sangat mulia dimata Allah
SWT, akan tetapi jual beli yang dimaksud disini adalah jual beli
yang secarah jujur sehingga memperoleh keberkatan dari Allah
SWT. Berikut adalah hadis yang diriwatkan oleh H.R. Ibnu Majah:
Artinya: Dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “ tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan:
jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
27
QS. An-Nisa (4): 29
15
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukann untuk dijual”. (H.R. Ibnu Majah)28
Berdasarkan hadis di atas, Rasulullah saw menerangkan
bahwa pembiayaan itu merupakan pekerjaan yang mulia asalkan
jelas porsinya, seperti halnya pembiayaan murabahah yang telah
jelas akadnya yang berdasarkan prinsip syariah.
c. Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
Pembiayaan murabahah telah diatur dalam fatwa DSN No.
04/DSN-MUI/IV/2000 pada tanggal 1 April 2000 tentang
Murabahah.29
Adapun ketentuan murabahah dalam fatwa DSN
04/DSN-MUI/IV/2000 adalah sebagai berikut:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah
yang bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak di haramkan oleh
syari’ah Islam.
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya.
4) Bank membelikan barang yang diperlukan nasabah atas
nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan
bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan
secara hutang.
6) Bank kemudian mejual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah
keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tersebut yang telah
disepakati.
28
Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 55. 29
Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 105.
16
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau
kerusakan akad tersebut, pihak Bank dapat mengadakakn
perjanjian khusus dengan nasabah.
9) Jika Bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara pinsip
menjadi milik Bank.30
Berdasarkan ketentuan murabahah di atas, dapat
dipahami bahwa dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah di
bank syariah harus berpedoman pada ketentuan yang tercantum
dalam fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
murabahah. Dimana bank dan nasabah harus melakukan akad
murabahah yang bebas riba, serta memenuhi ketentuan-
ketentuan lain yang ada dalam fatwa tersebut.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
a. Rukun Murabahah dalam perbankan
1) Ba’iu (Penjual)
2) Musytari (Pembeli)
3) Mabi (Barang yang akan diperjualbelikan)
4) Tsaman (harga)
5) Ijab qabul (Pernyataan serah terima).31
b. Syarat Murabahah
1) Syarat yang berakad (ba’iu dan musytari) cakap hukum dan
tidak dalam keadaan terpaksa.
2) Barang yang diperjualbelikan (mabi’) tidak termasuk barang
yang haram serta jenis maupun jumlahnya jelas.
3) Harga barang (tsaman) harus dinyatakan secara transparan
(harga pokok dan komponen keuntungan, serta cara
pembayarannya disebutkan dengan jelas
4) Pernyataan serah terima (ijab qabul) harus jelas dengan
menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad.32
30
Ibid, 106. 31
Veithzal Rivai, Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi: Panduan
Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), 147. 32
Ibid, 147.
17
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa rukun
murabahah yaitu harus ada penjual dan pembeli, objek akad, harga,
serta ijab qabul. Selain ada rukun dalam pembiayaan murabahah juga
terdapat syarat-syarat yang dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembiayaan murabahah.
4. Skema Pembiayaan Murabahah
dalam praktiknya di bank syariah, pembiayaan murabahah
biasanya disertai dengan akad wakalah, dimana pembelian objek
murabahah dapat dilakukan oleh nasabah selaku wakil dari pihak bank
dengan menggunakan akad wakalah atau perwakilan. Nasabah menjadi
wakil dari bank syariah untuk mencari dan membeli barang yang
sesuai dengan spesifikasi yang diajukan oleh nasabah.33
Akad wakalah
pada pembiayaan murabahah dilaksanakan sebagai bentuk
ketidakmampuan bank dalam menyediakan barang yang diinginkan
oleh nasabah, sehingga untuk memenuhi permintaan nasabah tersebut,
pihak bank menggunakan akad wakalah untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan murabahah.
Sesuai Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah disebutkan bahwa: “Jika bank hendak mewakilkan kepada
nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi
33
Ibid, 68.
18
milik bank.”34
Fatwa ini yang menjadi landasan diperbolehkannya
penggunaan akad wakalah pada pembiayaan murabahah. Namun yang
perlu diperhatikan bahwa akad murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip menjadi milik bank. Artinya harus ada barangnya
dahulu baru dilakukan akad murabahah, dan tidak diperkenankan
melakukan akad murabahah jika tidak ada barangnya.
Adapun skema pembiayaan murabahah bil wakalah sebagai
berikut:
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Murabahah bil Wakalah
Skema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nasabah mengajukan pembiayaan murabahah kepada bank
syariah dengan membawa persyaratan.
34
Khotibul Umam, Perbankan Syariah.,106.
19
b. Bank Syariah mewakilkan pembelian barang kepada nasabah
menggunakan akad wakalah.
c. Nasabah membeli barang dari supplier atas nama bank.
d. Supplier akan mengirimkan barang kepada nasabah atas nama
bank
e. Setelah akad wakalah selesai selanjutnya dilakukan akad jual beli
murabahah.
f. Selanjutnya nasabah membayar angsuran kepada bank.35
B. Manajemen Risiko
1. Pengertian Risiko dan Jenis-Jenis Risiko Bank Syariah
a. Pengertian Risiko
Secara umum risiko dapat didefinisikan sebagai
konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidakpastian yang
berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau
dampak negatif lainnya yang merugikan bagi pengambil
keputusan.36
Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, risiko adalah
“Potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events)
tertentu.”37
Risiko dalam konteks perbankan menurut Adiwarman
35
Imam Mustafa, Fiqih Muamalah., 69. 36
Imam Wahyudi dkk, Manajemen Risiko Bank Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 4. 37
Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Pasal 1 angka 5.
20
A. Karim merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat
diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan
permodalan bank.38
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa
risiko bank adalah suatu kemungkinan baik yang dapat
diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan, yang akan
berdampak negatif serta menimbulkan kerugian bagi bank.
b. Jenis-Jenis Risiko pada Bank Syariah
Secara umum risiko-risiko yang melekat pada aktivitas
fungsional bank syariah dapat diklasifikasikan ke dalam 4 jenis
risiko yaitu:
1) Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko akibat kegagalan
debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada
bank. Risiko yang terkait dengan pembiayaan mencakup 4
aspek, yaitu business risk (risiko bisnis yang dibiayai),
shrinking risk (risiko berkurangnya nilai pembiayaan), recovery
risk (risiko jaminan) dan character risk (risiko karakter buruk
nasabah).39
38
Adiwarman A. Karim, Bank Islam., 255. 39
Ibid, 266.
21
Menurut Adiwarman A. Karim character risk atau
risiko karakter buruk nasabah dipengaruhi oleh hal
berikut:
a) Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang
dibiayai bank
b) Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga
nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank
tidak lagi sesuai dengan kesepakatan.
c) Pengelolaan internal yang tidak dilakukan secara
profesional. 40
Untuk mengantisipasi character risk bank menetapkan
kovenan khusus, dimana bila terjadi kerugian yang disebabkan
oleh character risk kerugian akan dibebankan kepada nasabah.
Untuk menjamin nasabah mampu menanggung kerugian akibat
character risk tersebut, maka bank menetapkan adanya
jaminan.41
2) Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi pada
portofolio yang dimiliki oleh bank akibat adanya pergerakan
variabel pasar berupa suku bunga dan nilai tukar. Risiko pasar
ini mencakup 4 hal, yaitu risiko tingkat suku bunga (interest
rate risk), risiko pertukaran mata uang (foreign exchange risk),
risko harga (price risk), dan risko likuditas (liquidity risk).42
3) Risiko Operasional (Operational Risk)
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain
disebabkan oleh ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses
40
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), 367. 41
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), 299. 42
Adiwarman A. Karim, Bank Islam., 272.
22
internal, human error, kegagalan sistem atau adanya kejadian-
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.43
Risiko ini mencakup 5 hal, yaitu risiko reputasi (reputation
risk), risiko kepatuhan (compliance risk), risiko transaksi
(transactional risk), risiko strategis (strategic risk), dan risiko
hukum (legal risk).44
4) Risiko Imbal Hasil dan Risiko Investasi
Risiko imbal hasil dan risiko investasi merupakan risiko
unik yang khusus dihadapi oleh bank syariah. Risiko imbal
hasil adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang
dibayarkan bank kepada nasabah karena terjadi perubahan
tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana,
yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga
bank. Sedangkan risiko investasi adalah risiko yang muncul
akibat bank ikut menanggung kerugian usaha debitur yang
dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss
sharing.45
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa
risiko yang dihadapi bank syariah terdiri dari 2 risiko yaitu risiko
yang sama dengan yang dihadapi bank konvensional dan risiko
yang memiliki keunikan tersendiri atau risiko khusus yang hanya
43
Rachmadi Usman, Aspek Hukum., 294. 44
Adiwarman A. Karim, Bank Islam., 275. 45
Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Pasal 1 angka angka 15-16.
23
dihadapi oleh bank syariah, risiko tersebut seperti risiko imbal hasil
dan risiko investasi.
2. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko merupakan proses penyusunan berbagai pilihan
dan aksi yang dapat digunakan bank untuk menetralisasi, mengurangi,
atau menghilangkan kerugian yang mungkin ditimbulkan dari suatu
risiko. Mitigasi risiko merupakan tahapan akhir dari beberapa proses
manajemen risiko sebelumnya, yaitu identifikasi risiko, analisis risiko,
dan evaluasi risiko. Pada tahap evaluasi risiko, bank dapat melakukan
prioritisasi risiko dengan memilih beberapa kategori risiko sebagai
risiko terbesar yang memiliki pengaruh signifikan bagi bank. Risiko
yang diprioritaskan oleh bank kemudian akan dimitigasi lebih lanjut
dan dipantau implementasinya.46
Sebelum bentuk mitigasi risiko dapat ditetapkan, bank terlebih
dahulu harus mengenali karakteristik setiap risiko yang akan mitigasi.
Mulai dari sumber penyebabnya, mekanisme terjadinya risiko, dan
dampak kerugian yang ditimbulkannya. Selain itu, bentuk mitigasi
risiko untuk setiap jenis risiko berbeda-beda tergantung karakteristik
risiko tersebut, dampak kerugian yang ditimbulkan, dan kebijakan
risiko yang ditetapkan.47
46
Imam Wahyudi dkk, Manajemen Risiko., 74. 47
Ibid.
24
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa mitigasi
risiko merupakan suatu bagian dari proses manajemen risiko yang
berfungsi untuk meminimalisasi atau menghilangkan dampak yang
muncul dari suatu risiko. Mitigasi risiko sekaligus sebagai proses
pembelajaran, dimana bank dapat menyiapkan kebijakan mitigasi
untuk mencegah terulangnya kasus serupa dimasa yang akan datang.
3. Upaya-Upaya untuk Mengantisipasi Risiko Penyalahgunaan Dana
(Side Streaming)
Adapun upaya-upaya untuk mencegah dan mengantisipasi
penyalahgunaan dana (side streaming) dapat di lakukan melalui:
1) Upaya Preventif Sebelum Pembiayaan Disetujui
Upaya yang bersifat preventif yaitu upaya penanggulangan
yang bersifat pencegahan terhadap risiko pembiayaan. Upaya ini
wajib dilakukan oleh bank syariah sebelum memberikan
pembiayaan, dimana bank syariah harus mempunyai keyakinan atas
kemauan dan kemampuan calon nasabah sebelum bank
menyalurkan dana kepada nasabah. Adapun upaya preventif yang
dapat dilakukan yaitu melalui penilaian kelayakan penyaluran dana
menggunakan analisis 5C.48
Adapun analisis 5C meliputi:
a) Character: Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kejujuran
dan itikad baik calon nasabah untuk melunasi atau
mengembalikan pinjaman.
48
A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank., 95-96.
25
b) Capital: Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
permodalan calon nasabah dalam menunjang pembiayaan usaha
calon nasabah yang bersangkutan.
c) Capacity: adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah
dalam menjalankan usahanya. Bank harus menilai keahlian
calon debitur dalam bidang usahanya, untuk mengukur sejauh
mana nasabah dapat mengelola usahanya.
d) Collateral: penilaian jaminan ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana risiko kewajiban finansial debitur kepada bank.
e) Condition Of Economic: adalah situasi kondisi politik, sosial,
ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan
perekonomian yang kemungkinan suatu saat mempengaruhi
usaha calon debitur. Bank harus menganalisis keadaan pasar di
dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun masa yang
akan datang.49
2) Upaya Preventif Setelah Pembiayaan Disetujui
Selain melakukan upaya preventif sebelum pembiayaan
disetujui, upaya-upaya preventif juga dilakukan setelah
pembiayaan disetujui oleh bank syariah. Upaya preventif ini
dilakukan melalui monitoring atau pemantauan.50
Monitoring
dilakukan untuk memantau apakah dana digunakan sesuai dengan
49
Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 234-
237. 50
A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank., 101.
26
tujuan awal atau tidak. Monitoring sebagai alat yang dipergunakan
untuk melakukan pemantauan agar dapat diketahui sedini mungkin
penyimpangan yang terjadi yang akan membawa akibat terjadinya
penyalahgunaan dana. Sehingga dengan ini pihak bank
dimungkinkan untuk bisa mengambil langkah-langkah agar tidak
terjadi penyalahgunaan dana (side streaming).51
Adapun pengawasan dapat dilakukan dengan 2 (dua)
metode yaitu:
a) On desk monitoring, yaitu pemantauan pembiayaan secara
administratif
b) On site monitoring, yaitu pemantauan pembiayaan yang
dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan langsung ke
lapangan (nasabah), baik sebagian, menyeluruh, atau khusus
atas kasus tertentu untuk membuktikan pelaksanan kebijakan
pembiayaan yang dilakukan melalui:
(1) Kunjungan lokasi fisik, yaitu pengawasan yang dilakukan
dengan mengadakan pemeriksaan langsung di tempat kegiatan
nasabah untuk melihat kondisi di lapangan serta mendeteksi
permasalahan nasabah dan hal-hal lain untuk di cek secara fisik.
(2) Trade Checking, yaitu melihat kondisi usaha nasabah
pembiayaan dengan memanfaatkan informasi yang berasal dari
51
Veithzal Rivai, Islamic Financial Manajemen: Teori, Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2008), 548.
27
supplier, distributor, pesaing, asosiasi industri, atau partner
bisnis lainnya.
(3) Credit Checking, yaitu memantau pembiayaan dengan
memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan kelancaran
utang piutang, baik untuk fasilitas yang diberikan oleh bank
bersangkutan maupun bank lain.52
Adapun tujuan pengawasan fisik antara lain:
a) Mengecek kebeneran seluruh keterangan ataupun data serta
laporan yang disampaikan nasabah, dengan membandingkan
jumlah dan kondisinya secara fisik.
b) Secara langsung melihat dan meneliti keadaan usaha
nasabah
c) Secara tidak langsung mengingatkan nasabah bahwa bank
menaruh perhatian besar terhadap kelancaran usaha nasabah,
dan menjadi mitra yang baik untuk membantu memecahkan
masalah yang dihadapinya.
d) Mendidik nasabah agar selalu menyampaikan laporan
tentang seluruh kegiatan sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya.53
52
Ikatan bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2015), 129. 53
Ibid, 545.
28
3) Upaya Represif
Upaya-upaya penanggulangan yang bersifat represif adalah
upaya-upaya penanggulangan yang bersifat penyelamatan dan
penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah.54
Penyelamatan
pembiayaan bermasalah merupakan upaya dan langkah-langkah
restrukturisasi yang dilakukan bank dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku agar pembiayaan non lancar secara bertahap menjadi
golongan lancar kembali.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dipahami bahwa
untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dana dilakukan melalui
upaya preventif sebelum dan setelah permohonan pembiayaan disetujui
serta melalui upaya represif. Upaya preventif sebelum pembiayaan
disetujui dilakukan melalui analisis kelayakan penyaluran dana melalui
prinsip 5C, sedangkan upaya preventif setelah pembiayaan disetujui
dilakukan melalui pemantauan atau monitoring.
54
A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank., 101.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
Penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah suatu
penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu
tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif
sebagaimana yang terjadi di lokasi tersebut.55
Terkait field research
dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan langsung
terjun pada objek penelitian yaitu di BPRS Aman Syariah Sekampung.
Untuk mendapatkan data yang konkrit, maka peneliti melaksanakan
penelitian di BPRS Aman Syariah yang beralamat di Jl. Raya
Sumbergede, Kecamatan Sekampung, Lampung Timur.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, yaitu penelitian dengan data kualitatif yang
kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Secara
harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud
membuat pecandraan (deskripsi) mengenai situasi atau kejadian.56
55
Abdurrahmat Fathoni, Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), h. 96. 56
Sumardi Suryabarata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2011), h.
76.
30
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan pada tujuan utama yaitu
membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat daerah tertentu. Adapun deskriptif dalam
Penelitian ini peneliti akan menjelaskan dan menggambarkan tentang
upaya BPRS Aman Syariah dalam mencegah risiko penyalahgunaan
dana pada pembiyaan murabahah.
B. Sumber data
Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud sumber data
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.57
Terkait
penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah
data dihasilkan.58
Sumber data primer penelitian ini adalah Direktur
BPRS Aman Syariah Sekampung yaitu Bapak Sugiyanto serta Ibu Eka
Wulandari selaku Marketing bagian Pembiayaan.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah
sumber data primer.59
Sumber data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain berupa buku-buku teoritis, jurnal-jurnal, serta
artikel-artikel yang secara tidak langsung berkaitan dengan topik yang
57
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 172. 58
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2013),
h. 129. 59
Ibid.
31
diteliti. Buku utama yang digunakan peneliti guna menunjang
penelitian ini seperti buku Manajemen Risiko Bank Islam, Manajemen
Pembiayaan Bank Syariah, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,
dan buku Muhammad Syafi’i Antonio dengan judul Bank Syariah dari
Teori ke Praktik serta buku-buku lain untuk mendukung penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Burhan Bungin yang dimaksud wawancara adalah:
“Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara”.60
Secara teori terdapat 3
(tiga) jenis teknik wawancara yaitu:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara tersktruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi yang akan diperoleh, dalam melakukan wawancara
peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis, yang alternatif jawabannya telah disiapkan.
60
Ibid, h. 133.
32
b. Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur lebih bebas dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah
menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
c. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas,
yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. 61
Terkait dengan penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara semi terstruktur, dengan membawa pedoman wawancara
berupa pertanyaan yang disusun secara sistematis dan juga bebas
menanyakan hal-hal yang terkait dengan penjelasan yang telah
dipaparkan. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian
ini, maka peneliti mencari informasi melalui wawancara dengan
Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung tentang upaya bank dalam
mencegah risiko penyalahgunaan dana pada pembiayaan murabahah.
61
Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman, Manajemen Penelitian, (Bandung: Pustaka
Setia, 2013), h. 86.
33
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menelusuri data historis.62
Dokumentasi
ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian
berupa dokumen, meliputi dokumen yang berbentuk tulisan maupun
dokumen yang berbentuk gambar.63
Teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh keterangan
mengenai lokasi penelitian yakni di BPRS Aman Syariah Sekampung,
melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
Dokumen yang dikumpulkan dapat berupa lembaran sejarah, visi,
misi, brosur, struktur organisasi BPRS Aman Syariah Sekampung dan
lain sebagainya.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses
mensistematiskan apa yang sedang diteliti dan mengatur hasil wawancara
dan dokumentasi seperti apa yang dilakukan dan dipahami supaya peneliti
bisa menyajikan apa yang didapatkan pada orang lain.64
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisa data kualitatif dengan menggunakan cara berfikir induktif.
Data kualitatif yaitu berupa keterangan-keterangan dalam bentuk uraian-
uraian yang diangkat dari informasi yang diperolah dari sumber data
62
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian., h. 152. 63
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 396. 64
Moh. Kasiram, Metode Penelitian : Kualitatif - kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press,
2010), h. 355.
34
primer dan sumber data sekunder. Data tersebut kemudian dianalisa
menggunakan metode berfikir induktif. Michael Quinn Patton,
mengatakan bahwa “Cara berfikir induktif yaitu diawali dengan
pengamatan yang spesifik dan membangun kearah suatu pola umum”.65
Dalam penerapannya cara berfikir induktif dilakukan untuk
menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari
data-data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi,
yang kemudian digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum) untuk
mengetahui bagaimana upaya BPRS Aman Syariah dalam mencegah
penyalahgunaan dana pada pembiayaan murabahah.
65
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
h. 16.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil PT. BPRS Aman Syariah Sekampung
1. Sejarah dan Perkembangan PT. BPRS Aman Syariah Sekampung
PT. BPRS Aman Syariah merupakan badan usaha yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan BPRS merupakan singakatan
dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sedangkan Aman Syariah
merupakan nama dari badan usaha tersebut. PT BPRS Aman Syariah
merupakan badan usaha dalam bidang perbankan syariah yaitu
mengenai pembiayaan dan simpanan dengan prinsip syariah.
PT. BPRS Aman Syariah Lampung Timur didirikan
berdasarkan Rapat Calon Pemegang Saham pada tanggal 17 Maret
2012 oleh 17 orang calon pemegang saham. PT. BPRS Aman Syariah
Lampung Timur mendapatkan badan hukum PT. berdasarkan Akta
Pendirian PT. BPRS Aman Syariah Lampung Timur No. 15 tanggal 11
Februari 2014 oleh Notaris Abadi Riyantini, Sarjana Hukum dan
pengesahan Badan Hukum PT dari Kementerian Hukum dan Hak
Azasi Manusia (Menkumham) Nomor : AHU-10.01982.PENDIRIAN-
PT.2014 tanggal 13 Pebruari 2014 serta Surat Otoritas Jasa Keuangan
Nomor : S-2/PB.1/2014 tentang Pemberian Izin Prinsip Pendirian PT
BPRS Aman Syariah pada tanggal 28 Januari 2014 dan Mulai
beroperasi pada tanggal 30 Desember 2014 berdasarkan Surat Otoritas
36
Jasa Keuangan Nomor : S-237/PB.131/2014 tentang Pemberian Izin
Usaha pada tanggal 30 Desember 2014).66
2. Struktur Organisasi PT. BPRS Aman Syariah Sekampung
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. BPRS Aman Syariah67
66
Dokumentasi PT. BPRS Aman Syariah dikutip pada 16 Mei 2019. 67
Ibid.
37
Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa RUPS merupakan
badan tertinggi dalam struktur organisasi di PT. BPRS Aman Syariah
yang membawahi langsung Dewan Komisaris. Dewan Komisaris
sebagai wakil dari pemegang saham berkewajiban untuk mengawasi
dan menentukan kebijaksanaan perusahaan dan bertugas memberikan
pengarahan kepada Direksi dan Direktur utama bertanggung jawab
langsung kepada Dewan Komisaris. Dalam pelaksanaan operasional
perusahaan, Direksi membawahi 3 divisi yaitu Divisi Bisnis, Divisi
Finansial, dan Divisi Operasional yang mana setiap divisi memiliki
fungsi dan tugas masing-masing.68
3. Produk dan Jasa Layanan PT. BPRS Aman Syariah
a. Produk Penghimpun Dana
Produk penghimpun dana yang ditawarkan di BPRS Aman
Syariah meliputi:
1) Tabungan Pendidikan Aman Syariah (TAPENAS)
2) Tabungan Masa Tua (TAMATU)
3) Tabungan Anak Sejahtera (TABANAS)
4) Tabungan Haji Mambur (TAJIMABRUR)
5) Tabungan Qurban Aman Syariah (TAQURBANAS)
6) Tabungan Makbullah Umrah (TAMU)
7) Tabungan Wisata (TAWA)
8) Tabungan Keluarga Samara (TAKASMARA)
68
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto, Direktur BPRS Aman Syariah, Kamis 16 Mei
2019.
38
9) Tabungan Idul Fitri (TIFI)
10) Tabungan Mudharabah (TABAH)
11) Deposito Mudharabah (TOBAH)
b. Produk Pembiayaan
PT. BPRS Aman Syariah menyalurkan pembiayan dengan
akad murabahah, mudharabah, Ijarah, Multijasa, Qardhul Hasan
dan Istishna yang ditujukan untuk membiayai pembiyaan seperti:
1) Modal kerja, usaha-usaha, renovasi, pembelian tanah,
kendaraan, rumah dan konsumtif lainnya.
2) Pembiayaan untuk kebutuhan manfaat seperti jasa pendidikan,
Umrah, perjalanan wisata, dll.
3) Pembiayaan lainnya yang lazim dilakukan PT. BPRS Aman
Syariah sepanjang disetujui Dewan Pengawas Syariah.
a. Produk Jasa lainnya
PT. BPRS Aman Syariah menyediakan produk jasa
pelayanan Gadai Emas Syariah (Rahn) yang ketentuan dan tata
caranya ditetapkan oleh PT. BPRS Aman Syariah.69
69
Dokumentasi PT. BPRS Aman Syariah dikutip pada 16 Mei 2019.
39
B. Analisis Upaya BPRS Aman Syariah dalam Mencegah Risiko
Penyalahgunaan Dana pada Pembiayaan Murabahah
Murabahah dalam konteks perbankan syariah adalah akad jual beli
antara bank syariah dengan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan
harga yang disepakati bersama.70
Di BPRS Aman Syariah pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan yang paling mendominasi
dibandingkan pembiayaan lainnya, direktur PT. BPRS Aman Syariah
Bapak Sugiyanto menyebutkan bahwa terdapat 3 (tiga) jenis Pembiayaan
murabahah yang ada di BPRS Aman Syariah, diantaranya pembiayaan
murabahah Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif. Pembiayaan
murabahah modal kerja ditujukan untuk tambahan modal usaha nasabah
misalnya untuk pembelian barang dagangan, dll. Sedangkan pembiayaan
murabahah investasi ditujukan untuk pembelian aset atau kepemilikan
modal tetap seperti pembelian lahan untuk warung sembako,
pembangunan warung, sampai dengan pembelian kendaraan untuk
angkutan barang, dan lain-lain. Sementara, untuk pembiayaan murabahah
konsumtif lebih ditujukan untuk pembelian peralatan atau barang-barang
seperti kendaraan bermotor, TV, kulkas, kursi dll. Dari ketiga jenis
murabahah tersebut jumlah nasabah pembiayaan murabahah didominasi
oleh pembiayaan murabahah Modal Kerja. Hal ini karena rata-rata
nasabah di BPRS Aman Syariah banyak yang bergerak disektor
70
Imam Mustafa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro
Lampung, 2014), 67.
40
perdagangan, sehingga kebanyakan nasabah mengajukan pembiayaan
murabahah modal kerja untuk pembelian barang dagangan.71
Dalam penyaluran pembiayaan dengan akad murabahah modal
kerja, BPRS Aman Syariah biasanya menyertakan akad wakalah di
dalamnya. Dimana dalam implementasinya, pembelian objek murabahah
dapat dilakukan oleh nasabah selaku wakil dari pihak bank dengan
menggunakan akad wakalah atau perwakilan. Dalam praktiknya bank
tidak memberikan barang kepada nasabah, namun menyerahkan sejumlah
uang disertai surat kuasa dan untuk selanjutnya nasabah yang membeli
sendiri barang yang diinginkan sesuai kontrak.72
Sedangkan untuk jenis murabahah investasi dan konsumtif pihak
bank sendiri yang akan membelanjakan atau menyediakan barang yang
diinginkan nasabah tanpa melalui akad wakalah. Jadi dalam hal ini
nasabah langsung menerima barang bukan berupa uang yang dibelanjakan
sendiri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya antisipasi terhadap risiko
penyalahgunaan dana yang sering terjadi di BPRS Aman Syariah. Strategi
ini mulai diterapkan sejak Juli 2017 dimana sebelumnya pembelian barang
bisa dilakukan oleh nasabah sendiri selaku wakil dari bank dengan
menggunakan akad wakalah. Namun setelah bapak Sugiyanto menjabat
71
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto, Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung, 23
Januari 2019. 72
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto, Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung, Senin
16 Mei 2019.
41
dibagian bisnis, beliau mengubah strategi dengan tidak menggunakan akad
wakalah pada pembiayaan murabahah konsumtif dan investasi. 73
Namun saat ini di BPRS Aman Syariah akad wakalah masih tetap
diterapkan pada pembiayaan murabahah modal kerja dengan alasan karena
menurut pihak bank, akan sulit sekali apabila melakukan pembelian sendiri
atas barang-barang yang dibutuhkan nasabah untuk modal kerja yang
biasanya lebih dari satu jenis barang, sehingga dengan menggunakan akad
wakalah akan lebih memudahkan dalam hal pengadaan barang yang sesuai
dengan kebutuhan nasabah. Selain itu pihak bank juga tidak mendampingi
dalam pembelian barang, karena alasan keterbatasan bank. Hal inilah yang
memberikan peluang kepada nasabah untuk melakukan side streaming
karena nasabah leluasa untuk membelanjakan dananya sendiri tanpa ada
pendampingan dari pihak bank.
Beberapa kasus yang terjadi di BPRS Aman Syariah Sekampung
dimana terdapat nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah modal
kerja. Namun yang terjadi, nasabah tidak amanah dan dana tersebut
digunakan untuk membiayai keperluan lain yang tidak sesuai dengan
perjanjian di awal.74
Berdasarkan kasus tersebut, dapat dikatakan bahwa
penggunaan akad wakalah dalam sistem pengadaan barang yang dianggap
sebagai langkah praktis justru memberikan keleluasaan bagi nasabah untuk
membelanjakan anggarannya sendiri. Pada akhirnya hal tersebut
menimbulkan suatu tindakan penyimpangan, seperti penyalahgunaan dana
73
Ibid. 74
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto, Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung, Senin
16 Mei 2019.
42
yang dilakukan oleh nasabah atau yang dikenal dengan istilah side
streaming.
Direktur PT. BPRS Aman Syariah Bapak Sugiyanto menjelaskan
bahwa penyalahgunaan dana merupakan salah satu faktor utama
terjadinya pembiayaan bermasalah di BPRS Aman Syariah, jadi
pembiayaan bermasalah di BPRS Aman Syariah didominasi dari kasus
penyalahgunaan dana oleh nasabah.75
Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya untuk mengantisipasi atau mencegah agar risiko penyalahgunaan
dana tidak terjadi sehingga dapat mengurangi angka pembiayaan
bermasalah di BPRS Aman Syariah.
Secara garis besar upaya-upaya BPRS Aman Syariah untuk
mencegah risiko penyalahgunaan dana pada pembiayaan murabahah
dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif (Pencegahan).
Upaya yang bersifat preventif dilakukan BPRS Aman Syariah sejak
permohonan pembiayaan diajukan, dimana pihak bank melakukan analisa
yang akurat terhadap kelayakan pembiayaan dengan prinsip 5C
(Character, Capacity, Capital ,Collateral ,Condition). BPRS Aman
Syariah menggunakan analisis 5C dalam menilai calon nasabah, hal ini
untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan pembiayaan,
Pada BPRS Aman Syariah, nasabah yang hendak mengajukan
pembiayaan harus melakukan prosedur-prosedur dan penilaian yang telah
ditetapkan oleh BPRS Aman Syariah. Prosedur awal adalah calon nasabah
75
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto, Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung, Senin
16 Mei 2019.
43
melakukan negosiasi atau wawancara dengan Customer Service BPRS
Aman Syariah tentang pembiayaan yang akan dilakukan, negosiasi
tersebut membicarakan tentang semua hal-hal yang berhubungan dengan
pembiayaan yaitu terkait barang apa yang akan dibiayai dan lain-lain.
Setelah prosedur wawancara selesai dan disepakati oleh calon nasabah dan
pihak BPRS Aman Syariah, prosedur berikutnya adalah calon nasabah
harus mengisi formulir permohonan pembiayaan yang telah disediakan
oleh BPRS Aman Syariah. selanjutnya pihak bank akan menganalisis
permohonan pembiayaan dengan mempertimbangkan prinsip 5C. Pada
BPRS Aman Syariah analisis 5C ini dilaksanakan oleh Account Officer
(AO).76
Adapun analisis 5C yang dilakukan Account Officer (AO) adalah
sebagai berikut:
1. Character, BPRS Aman Syariah menilai karakter calon nasabah
dengan cara BI Checking, wawancara, dan kunjungan ke lingkungan
nasabah dengan menanyakan langsung kepada masyarakat tentang
karakter calon nasabah melalui tetangga, teman kerja dan rekan bisnis
untuk melihat apakah nasabah mempunyai karakter baik atau tidak di
lingkungan.
2. Capital (Modal), BPRS Aman Syariah dalam menganalisis capital
selalu mempertimbangkan modal yang ada pada nasabah sebelum
melakukan pencairan, dan modal nasabah harus lebih besar daripada
76
Wawancara dengan ibu Eka Wulandari, Account Officer BPRS Aman Syariah, Senin 16
Mei 2019.
44
pembiayaan yang akan diberikan.
3. Capacity, BPRS Aman Syariah dalam menilai kemampuan nasabah
dilihat dari pendapatan. Apabila nasabah memiliki pendapatan bersih
melebihi 50% dari angsuran maka dapat dipastikan nasabah memiliki
kemampuan untuk membayar angsuran.
4. Collateral, BPRS Aman Syariah dalam menilai jaminan disesuaikan
dengan taksiran jaminan, jaminan yang dapat dijaminkan seperti
BPKB, Sertifikat Tanah, dll.
5. Condition of Economy, BPRS Aman Syariah dalam menilai kondisi
ekonomi nasabahnya dengan melihat bagaimana usaha yang mereka
lakukan bagaimana daya beli masyarakatnya, bagaimana bentuk
persaingannya.77
Selanjutnya hasil dari analisis oleh Account Officer ini akan
dipresentasikan dalam rapat komite pembiayaan yang dihadiri oleh
Direktur untuk menentukan pengajuan pembiayaan murabahah disetujui
atau ditolak.
Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan Account Officer
permasalahan yang timbul dalam analisis 5C ini adalah character nasabah,
Account Officer BPRS Aman Syariah menjelaskan bahwa yang paling sulit
adalah menilai character calon nasabah, yaitu saat melakukan wawancara
langsung dengan calon nasabah yang mengajukan pembiayaan, terkadang
calon nasabah menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan
77
Wawancara dengan ibu Eka Wulandari, Account Officer BPRS Aman Syariah, Senin 16
Mei 2019.
45
supaya bisa mendapatkan pembiayaan di BPRS Aman Syariah. Sehingga
AO harus melakukan kroscek lingkungan untuk memastikan kebenaran
apa yang disampikan calon nasabah dan jika terjadi kesalahan dalam
menganalisis character nasabah dan hal tersebut berakibat pada
pembayaran yang akan dilakukan. Tanda-tanda atau gejala sebelum
terjadinya penyalahgunaan dana oleh nasabah biasanya diketahui oleh AO
ketika melakukan wawancara langsung dengan nasabah. Nasabah biasanya
akan memberikan keterangan yang tidak sesuai atau tidak masuk akal
dengan besarnya jumlah pembiayaan yang akan diajukan berdasarkan jenis
usaha dan keperluan dana yang dibutuhkan.78
Dengan begitu AO tidak bisa
melanjutkan proses pengajuan pembiayaan oleh nasabah karena sudah
mengetahui bahwa nasabah mempunyai i’tikad tidak baik untuk
menyalahgunakan dana tersebut.
Setelah melakukan upaya preventif sebelum pembiayaan disetujui,
upaya BPRS Aman Syariah dalam mencegah risiko penyalahgunaan dana
juga dilakukan setelah pembiayaan disetujui, upaya tersebut dilakukan
melalui monitoring atau pemantauan terhadap pembiayaan murabahah.79
Bentuk monitoring yang dilakukan BPRS Aman Syariah adalah sebagai
berikut:
1. Kunjungan Lokasi Fisik
Yaitu dengan datang langsung ke lokasi nasabah minimal 1 kali
dalam sebulan untuk memantau apakah dana yang sudah diberikan
78
Ibid. 79
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto, Direktur BPRS Aman Syariah Sekampung, Senin
16 Mei 2019.
46
digunakan sesuai dengan tujuan awal atau tidak. Pihak bank akan
mengecek nota-nota pembelian untuk memastikan bahwa barang yang
dibeli oleh nasabah sesuai dengan tujuan pembiayaan.
2. Maintenance
Maintenance merupakan salah satu upaya yang dilakukan
BPRS Aman Syariah untuk memelihara hubungan baik dengan
nasabah agar nasabah merasa nyaman dan loyal terhadap bank.
Maintenance digunakan oleh bank sebagai upaya bank untuk
melakukan pendekatan secara emosional kepada nasabah, selain itu
juga maintenance berfungsi sebagai monitoring pembiayaan yang
dilakukan oleh bank, serta memantau dan menganalisa kondisi usaha
yang sedang terjadi. Account Officer BPRS Aman Syariah mengatakan
bahwa bentuk maintenance yang dilakukan oleh BPRS Aman Syariah
yaitu dengan menghubungi melalui sms atau telepon ataupun secara
langsung berkunjung ketempat nasabah untuk collection (mengambil
angsuran) atau untuk sekedar silaturahmi.80
3. Trade Checking
BPRS Aman Syariah tidak hanya melakukan kunjungan atau
survei ditempat nasabah. Tetapi pihak bank juga melakukan kunjungan
ke lingkungan nasabah, tetangga atau rekan bisnis nasabah untuk
memantau kondisi usaha yang dijalankan oleh nasabah tersebut. BPRS
Aman Syariah melakukan trade checking ini untuk memantau aktivitas
80
Wawancara dengan ibu Eka Wulandari, Account Officer BPRS Aman Syariah, Senin 16
Mei 2019.
47
usaha nasabah melalui orang lain, sehingga bank dapat menilai apakah
usaha yang dijalankan nasabah sesuai atau tidak dengan pengajuan
pembiayaan.
4. Credit Checking
BPRS Aman Syariah melakukan pemantauan pembiayaan
dengan memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan kelancaran
utang piutang. Hal ini dapat dilihat dari kelancaran nasabah melakukan
pembayaran, apakah ada penunggakan dalam pembayaran atau tidak.
Karena penyalahgunaan dana menjadi faktor utama terjadinya
pembiayaan bermasalah di BPRS Aman Syariah, dimana terdapat
banyak kasus penyalahgunaan dana dan akhirnya pembiayaan tersebut
menjadi macet atau bermasalah. Hal ini terjadi ketika dana yang
seharusnya diperuntukkan untuk modal kerja digunakan untuk
keperluan lain, maka terdapat kemungkinan angsuran yang dibayarkan
nasabah tidak akan berjalan lancar sehingga terjadi pembiayaan
bermasalah yang disebabkan oleh penyalahgunaan dana.81
Berdasarkan pemaparan di atas, upaya-upaya yang dilakukan
BPRS Aman Syariah untuk mencegah risiko penyalahgunaan dana melalui
upaya preventif sesuai dengan teori A. Wangsawidjaja Z. A.
Wangsawidjaja Z menyebutkan bahwa upaya-upaya untuk mencegah
risiko penyalahgunaan dana dapat dilakukan melalui upaya preventif
sebelum pembiayaan disetujui dan upaya preventif setelah pembiayaan
81
Ibid.
48
disetujui.82
Bentuk upaya yang dilakukan BPRS Aman Syariah melalui
penilaian kelayakan pembiayaan dengan prinsip 5C merupakan bentuk
upaya preventif sebelum pembiayaan disetujui. BPRS Aman Syariah
menggunakan analisis 5C dalam menilai calon nasabah, hal ini untuk
menentukan pengajuan pembiayaan pada murabahah yang disetujui atau
ditolak.
Penilaian kelayakan pembiayaan dengan prinsip 5C pada BPRS
Aman Syariah sudah dilaksanakan dengan baik, hanya saja ada beberapa
kendala yang menjadi permasalahan yang menyebabkan analisis tersebut
tidak optimal. Dimana AO kesulitan untuk menilai character calon
nasabah, yaitu saat melakukan wawancara langsung dengan calon nasabah
yang mengajukan pembiayaan, terkadang calon nasabah menyampaikan
sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan supaya bisa mendapatkan
pembiayaan di BPRS Aman Syariah. sehingga AO harus melakukan
kroscek lingkungan untuk memastikan kebenaran pernyataan calon
nasabah.83
Selain itu upaya BPRS Aman Syariah dalam mencegah risiko
penyalahgunaan dana melalui peemantauan atau monitoring juga telah
sesuai dengan teori yang ada. Dimana dalam teori disebutkan bahwa
bentuk pengawasan atau monitoring nasabah pembiayaan murabahah
dapat dilakukan melalui kunjungan lokasi fisik, trade checking dan credit
82
A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2012), 95-101. 83
Wawancara dengan ibu Eka Wulandari, Account Officer BPRS Aman Syariah, Senin 16
Mei 2019.
49
checking.84
Dalam hal ini BPRS Aman Syariah juga melakukan upaya
monitoring atau pengawasan melalui kunjungan ke lokasi nasabah,
menjalin hubungan baik dengan nasabah (Maintenance), trade checking
(kroscek lingkungan) sampai dengan credit checking untuk memantau
kelancaran nasabah dalam membayar angsuran.
Proses monitoring atau pengawasan terhadap nasabah pembiayaan
murababah di BPRS Aman Syariah sudah dilaksanakan dengan baik,
hanya saja ada beberapa kendala yang menyebabkan pengawasan tersebut
tidak optimal. Account Officer BPRS Aman Syariah menjelaskan bahwa
banyak kendala yang dihadapi ketika bank melakukan kunjungan lokasi
fisik nasabah yaitu jauhnya lokasi nasabah, jalan transport yang sulit
dijangkau, dan ketidakkooperatifan nasabah ke pihak bank ketika
dilakukan monitoring melalui telepon ataupun kunjungan langsung.85
Ini
artinya monitoring belum dilakukan secara menyeluruh dan kurang
optimal karena adanya kendala tersebut sehingga masih berpeluang terjadi
penyalahgunaan dana oleh nasabah pada saat pembiayaan sudah dicairkan.
Adapun upaya-upaya yang sudah dilakukan BPRS Aman Syariah
dalam mencegah risiko penyalahgunaan dana belum memberikan dampak
atau hasil terhadap jumlah pembiayaan bermasalah yang ada di BPRS
Aman Syariah. Hal ini di tunjukkan berdasarkan data jumlah nasabah
pembiayaan bermasalah sebagai berikut:
84
Ikatan bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2015), 129. 85
Wawancara dengan ibu Eka Wulandari, Account Officer BPRS Aman Syariah, Senin 16
Mei 2019.
50
Tabel 4.1
Data Jumlah Nasabah Pembiayaan Bermasalah BPRS Aman Syariah86
No Tahun Jumlah Nasabah Pembiayaan Bermasalah
1 2015 -
2 2016 3
3 2017 6
4 2018 46
Sumber: PT. BPRS Aman Syariah Sekampung
Berdasarkan data jumlah nasabah pembiayaan bermasalah yang
setiap tahun meningkat menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan
BPRS Aman Syariah belum memberikan dampak untuk mengurangi jumlah
pembiayaan bermasalah dan upaya tersebut belum dikatakan berhasil untuk
mengurangi angka pembiayaan bermasalah di BPRS Aman Syariah.
86
Dokumentasi PT. BPRS Aman Syariah dikutip pada 23 Januari 2019.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa
upaya BPRS Aman Syariah dalam mencegah risiko penyalahgunaan dana
dilakukan melalui upaya preventif sebelum dan sesudah pembiayaan
disetujui. Sebelum pembiayaan disetujui BPRS Aman Syariah melakukan
upaya dengan analisis 5C untuk menilai kelayakan pembiayaan.
Sedangkan bentuk upaya preventif setelah pembiayaan disetujui BPRS
Aman Syariah melakukan monitoring atau pengawasan terhadap
pembiayaan murabahah dengan kunjungan lokasi nasabah, maintenance,
trade checking, serta credit checking. Upaya-upaya tersebut sudah
dilaksanakan dengan baik, hanya saja ada beberapa kendala yang
menyebabkan upaya tersebut tidak optimal, seperti sulitnya menilai
character nasabah, pengawasan yang tidak menyeluruh serta penerapan
kebijakan pembiayaan murabahah modal kerja di BPRS Aman Syariah
yang diberikan dalam bentuk uang bukan dalam bentuk barang, sehingga
masih berpeluang terjadi penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh
nasabah. Selain itu upaya-upaya yang sudah dilakukan BPRS Aman
Syariah dalam mencegah risiko penyalahgunaan dana belum memberikan
dampak atau hasil untuk mengurangi pembiayaan bermasalah. Hal ini di
tunjukkan berdasarkan data jumlah nasabah pembiayaan bermasalah yang
masih meningkat setiap tahunnya.
52
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan mengenai Upaya Bank dalam Mencegah
Risiko Penyalahgunaan Dana pada Pembiayaan murabahah, maka peneliti
memberikan beberapa saran bagi pihak BPRS Aman Syariah sebagai
berikut:
1. BPRS Aman Syariah sebaiknya mempertahankan dan meningkatkan
prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan murabahah agar
dapat mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan dana.
2. Account Officer harus lebih cermat dan teliti dalam menganalisis
character nasabah terhadap calon nasabah yang mengajukan
pembiayaan murabahah.
3. Selalu melakukan monitoring yang komprehensif yang dilakukan
secara disiplin dan konsisten agar kualitas pembiayaan tetap terjaga
dalam keadaan baik.
4. Pihak bank harus lebih mengoptimalkan upaya preventif terhadap
pembiayaan nasabahnya supaya nasabah yang melakukan
penyalahgunaan dana tidak terus menerus bertambah disetiap
tahunnya.
53
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta: Kencana,
2013.
Fathoni, Abdurrahmat. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Hakim, Lukmanul. Manajemen Risiko Pembiayaan Mutabahah pada Bank BNI
Syariah Cabang Fatmawati. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011 dalam
repository.uinjkt.ac.id diunduh pada 20 November 2018.
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011.
--------. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana,
2010.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013.
Kasiram, Moh. Metode Penelitian : Kualitatif – kuantitatif. Malang: UIN-Maliki
Press, 2010.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011.
Mujahidin, Akhmad. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Mustafa, Imam. Fiqih Muamalah Kontemporer. Lampung: STAIN Jurai Siwo
Metro Lampung, 2014.
Patton, Michael Quinn. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Rakhmah, Arsyada. Penyelesaian Masalah Penyimpangan Penggunaan Dana
Murabahah Bil Wakalah di BMT Al-Hikmah Jepara. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2017 dalam digilib.uin-suka.ac.id diunduh pada 20
November 2018.
Rozalinda. Fikih Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasi pada Sektor
Keuangan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Saebani, Beni Ahmad dan Kadar Nurjaman. Manajemen Penelitian. Bandung:
Pustaka Setia, 2013.
Saeed, Abdullah. Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan
Interpretasi Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sumar’in. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Suryabarata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grafindo Persada,
2011.
Umam, Khaerul. Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Umam, Khotibul. Perbankan Syariah; Dasar-Dasar dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia.Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
54
Usanti, Trisadini P. dan Abd. Shomad. Transaksi Bank Syariah. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Usman, Rachmadi. Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika, 2012.
Veithzal Rivai. Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi:
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan
Mahasiswa. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Wahyudi, Imam dkk. Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta: Salemba Empat,
2013.
Z., A.Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2012.
Zainudin, Muhammad. Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah
Bermasalah di BMT Surya Sekawan Mandiri dalam Perspektif Ekonomi
Islam. Semarang: UIN Walisongo, 2015 dalam eprints.walisongo.ac.id
diunduh pada 20 November 2018.
Zuhairi et.al. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Pers, 2016.
UPAYA BANK DALAM MENCEGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN
DANA PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH (STUDI KASUS DI BPRS
AMAN SYARIAH SEKAMPUNG)
ALAT PENGUMPUL DATA (APD)
A. Wawancara
1. Wawancara dengan Direktur PT. BPRS Aman Syariah Sekampung
a. Berapakah jumlah nasabah pembiayaan murabahah yang ada di BPRS
Aman Syariah?
b. Bagaimana sistem pengadaan barang pada pembiayaan murabahah di
BPRS Aman Syariah?
c. Selama ini adakah kasus penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh
nasabah khususnya pada pembiayaan murabahah?
d. Apakah penyalahgunaan dana ini termasuk risiko yang dihadapi oleh
BPRS Aman Syariah?
e. Adakah upaya BPRS Aman Syariah dalam mencegah risiko
penyalahgunaan dana?
f. Bagaimana bentuk upaya BPRS Aman Syariah dalam mencegah
penyalahgunaan dana ?
2. Wawancara dengan Marketing bagian Pembiayaan
a. Bagaimana prosedur analisis pembiayaan melalui pendekatan 5C yang
dilakukan oleh BPRS Aman Syariah?
b. Apakah pendekatan 5C yang meliputi character, capital, capacity,
collateral, condition of economy sudah diterapkan semua dalam
melakukan analisis pembiayaan, terutama dalam menilai karakter
calon nasabah?
c. Apakah ada kendala dalam melakukan analisis 5C?
d. Apakah ada tanda-tanda atau gejala sebelum terjadinya
penyalahgunaan dana oleh nasabah?
e. Bagaimana bentuk monitoring yang dilakukan BPRS Aman Syariah
untuk memantau nasabah pembiayaan murabahah?
f. Apa saja yang diperiksa ketika melakukan monitoring langsung ke
lokasi nasabah?
g. Jika dari hasil monitoring langsung ke lokasi nasabah ditemukan
tanda-tanda atau gejala timbulnya penyalahgunaan dana, bagaimana
langkah bank untuk mengantisipasi penyalahgunaan dana tersebut?
h. Adakah kendala ketika melakukan kunjungan ke lokasi fisik / lokasi
nasabah?
B. Dokumentasi
1. Sejarah dan perkembangan PT. BPRS Aman Syariah Sekampung.
2. Visi dan Misi PT. BPRS Aman Syariah Sekampung.
3. Struktur Organisasi PT. BPRS Aman Syariah Sekampung.
Dokumentasi
1. Wawancara dengan Bapak Sugiyanto Direktur PT.BPRS Aman Syariah
Sekampung
2. Wawancara dengan Account Officer
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Eka Riana, lahir di Rekso Binangun
Kec. Rumbia pada tanggal 20 Mei 1995, anak pertama
dari pasangan Bapak Jumari dan Ibu Kominatin. Saat ini
penulis tinggal di Dusun 3 RT/RW. 02/03 Desa Rekso
Binangun Kec. Rumbia Lampung Tengah. Pendidikan
dasar penulis ditempuh di SD Negeri 1 Rekso Binangun,
Kec. Rumbia dan selesai pada tahun 2007, kemudian
melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Rumbia, dan selesai
pada tahun 2010. Sedangkan pendidikan Menengah Atas penulis ditempuh di
SMA Negeri 1 Rumbia, dan selesai pada tahun 2013.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di STAIN Jurai Siwo Metro dengan
mengambil jenjang Diploma III dengan program studi Perbankan Syariah Jurusan
Syariah dan Ekonomi Islam di mulai pada semester I TA. 2013/2014 dan selesai
pada tahun 2016. Setelah menyelesaikan pendidikan D3, pada tahun 2017 Penulis
melanjutkan pendidikan S1 di kampus yang sama yang sekarang menjadi IAIN
Metro Jurusan S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Pada akhir perjalanan studi penulis di Jurusan S1 Perbankan Syariah, penulis
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Upaya Bank dalam Mencegah Risiko
Penyalahgunaan Dana pada Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus di BPRS Aman
Syariah Sekampung)”.