skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI...

78
ANALISIS PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI...

Page 1: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

ANALISIS PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN,

GARUT, JAWA BARAT

Oleh

TRIAN FAJAR RAMDHAN

H24104048

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

RINGKASAN

TRIAN FAJAR RAMDHAN. Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat. Dibawah bimbingan H. MUSA HUBEIS dan HARDIANA WIDYASTUTI.

Trend konsumen Indonesia ke arah pangan organik semakin meningkat. Pangan organik sudah menjadi tren konsumen, karena beberapa faktor, terutama dikaitkan dengan berbagai isu kesehatan. Kampanye serta gerakan ‘back to nature’ juga gencar dipromosikan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Tidak heran jika pertumbuhan permintaannya meningkat secara nyata. Departemen Pertanian telah mencanangkan program “Go Organik 2010”. Program ini diarahkan agar konsumen, dapat hidup sehat. Misi dalam program Go Organik 2010 ini adalah meningkatkan mutu hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) Mengidentifikasi karakteristik petani organik di daerah Selaawi dan Limbangan. 2) Mendeskripsikan penerapan mutu yang dilaksanakan di kelompok tani organik Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut. 3) Menganalisis penerapan mutu sayuran organik pada kelompok tani sayuran organik Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut. 

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak kelompok tani, khususnya wawancara dengan para petani sayuran organik dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari kelompok tani, Internet, Deptan, BPS dan buku-buku, jurnal ilmiah serta laporan penelitian yang terkait.

Pengolahan data untuk identifikasi permasalahan Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat menggunakan metode Brainstorming, Fishbone diagram, dan Diagram Pareto. Dari hasil perhitungan diagram pareto dan diagram sebab akibat diperoleh hasil cacat produk yang terdapat pada komoditi kangkung adalah daun berlubang (66,66%), bercak putih (16,67%), batang patah (6,67%), warna tidak seragam (6,67%), dan batang tua (3,33%). Cacat produk yang terdapat pada bayam hijau adalah bercak putih pada daun (66,67%), daun berlubang (16,67%), batang patah (10,00%), warna tidak seragam (6,67%) dan batang tua (0%). Cacat produk untuk bayam merah adalah daun berlubang (56,67%), bercak putih (30,00%), warna tidak seragam (6,67%), batang patah (3,33%), dan batang tua (3,33%). Sedangkan cacat produk untuk komoditi bawang daun adalah daun kering (53,33%), daun/batang patah (30,00%), bercak ungu (16,67%), dan daun busuk (0%). Secara garis besar cacat terbesar yang terjadi pada kamoditas kangkung, bayam hijau, dan bayam merah disebabkan hama yang mulai resisten terhadap pestisida organik yang digunakan. Dan cacat terbesar pada komoditas bawang daun adalah daun kering yang disebabkan kurangnya suplai air ke lahan.

Page 3: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

ANALISIS PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK

BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN,

GARUT, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

TRIAN FAJAR RAMDHAN

H24104048

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 4: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

Judul : Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani

Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat

Nama : Trian Fajar Ramdhan

NIM : H24104048

Menyetujui, Dosen Pembimbing 1

(Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA)NIP. 195506261980031002

Dosen Pembimbing 2

Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM

Mengetahui, Ketua Departemen,

( Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc ) NIP : 19610123 198601 1 002

Tanggal lulus :

Page 5: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

iii  

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 5 Mei 1989, sebagai anak

ketiga dari Bapak Rochman Syarif dan Euis Liestianawati. Penulis merupakan

lulusan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jomin Barat II pada tahun 2001,

kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1

Cikampek pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Cikampek. Pada tahun 2007, penulis diterima

di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut

Pertanian Bogor (USMI) untuk Program Diploma.

Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2010 dari Program

Diploma dengan predikat memuaskan. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2010,

penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor melalui jalur tes.

Selain berkuliah di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman, Institut Pertanian Bogor, penulis

juga aktif sebagai staf pengajar di Ganbare Smart Community (GSC), selain itu

penulis juga aktif dalam kegiatan bela diri KATEDA dan menjadi asisten pelatih

di kampus IPB.

Page 6: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

iv  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi

berjudul ” Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis

Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat.”. Skripsi ini

merupakan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan lapang di

Kelompok Tani Cibolerang Agro dengan waktu kurang lebih 3 (tiga) bulan.

Penulis berharap bahwa penulisan laporan ini benar-benar dapat

memberikan manfaat untuk para pembaca khususnya dan masyarakat pada

umumnya, untuk senantiasa memperoleh wawasan dan pengetahuan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca pada umumnya.

Bogor, Januari 2013

Penulis

Page 7: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

v  

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai

pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku dosen pembimbing

pertama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyusun skripsi ini.

2. Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku dosen pembimbing 2 (dua) yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Syamsun, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan

banyak masukan dan saran kepada penulis

4. Bapak Rochman Syarif dan Ibu Euis Liestianawati sebagai orang tua yang

selalu memberikan ridho, doa, motivasi hidup, moril dan materil kepada

penulis.

5. Irwan Gunawan dan Tresna Amelia sebagai kakak yang selalu memberikan

dukungan kepada penulis.

6. Saudara-saudaraku yang telah memberikan indahnya rasa persaudaraan dan

kasih sayang.

7. Seluruh staf pengajar pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut

Pertanian Bogor, Bogor

8. Bapak Temi Poniah Kepala UPTD bidang Hortikultura Kecamatan Selaawi

dan Kecamatan Limbangan yang telah mengizinkan serta membantu selama

penulis melakukan penelitian Kelompok Tani Cibolerang Agro (CiboAgro).

9. Asep Muldiana selaku Ketua Kelompok Tani Cibolerang Agro yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Kelompok Tani

Cibolerang Agro (CiboAgro).

10. Rekan-rekan Angkatan 8 Program Sarjana Alih Jenis Manajemen atas

dukungan dan memberikan semangat selama ini.

11. Seluruh Petani di Kelompok Tani Cibolerang Agro (CiboAgro) yang telah

membantu penulis dalam memberikan informasi, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana.

Page 8: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

vi  

12. Ika Indah Y. dan Gita Widianti yang selalu memberikan semangat selama

penulis melakukan penelitian hingga penulis menyelesaikan laporan tugas

akhir ini.

13. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan masukan dan

dukungan kepada penulis.

Bogor, Januari 2013

Penulis

Page 9: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

vii  

DAFTAR ISI    

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 5 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5 1.4. Ruang Lingkup ....................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7

2.1. Pengertian Mutu ....................................................................................... 7 2.1.1. Definisi ......................................................................................... 7

2.2. Sayuran Organik ...................................................................................... 8 2.3. Kelompok Tani ..................................................................................... 10 2.4. Metode .................................................................................................. 10 2.4.1. Diagram Tulang Ikan .................................................................. 10 2.4.2. Diagram Pareto............................................................................ 11 2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 11

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 13

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................ 13 3.2. Lokasi dan Waktu ................................................................................ 14 3.3. Pengumpulan Data ................................................................................ 14 3.4. Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 18

4.1 Gambaran Umum ................................................................................. 18 4.1.1 Karakteristik Kabupaten Garut ................................................... 18 4.1.2 Sejarah Kelompok Tani Cibolerang Agro................................... 19 4.1.3 Struktur Organisasi ..................................................................... 19 4.1.4 Ketenagakerjaan .......................................................................... 20

Page 10: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

viii  

4.2 Karakteristik Poktan CiboAgro ............................................................ 21 4.3 Jenis dan Karakteristik Produk ............................................................. 22 4.4 Budidaya dan Panen ............................................................................. 23

4.4.1 Pengolahan dan Persiapan Lahan ................................................ 23 4.4.2 Penyemaian Lahan ...................................................................... 24 4.4.3 Penyemaian Benih ....................................................................... 25 4.4.4 Penanaman .................................................................................. 26 4.4.5 Pemeliharaan ............................................................................... 26 4.4.6 Panen ........................................................................................... 27

4.5 Pasca Panen .......................................................................................... 28 4.6 Pemasaran ............................................................................................. 29 4.7 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 30

4.7.1 Pengolahan data menggunakan diagram sebab-akibat (diagram tulang ikan) ................................................................................. 30

4.7.2 Pengolahan data dengan menggunakan diagram Pareto ............. 45

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 53

1. Kesimpulan ........................................................................................... 53 2. Saran ..................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

LAMPIRAN ......................................................................................................... 57 

Page 11: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

ix  

DAFTAR TABEL   No Halaman 1. Data komoditas sayuran sayuran unggulan Garut 4 2. Sumber data Penelitian 16 3. Jenis sayuran daun, buah dan umbi di Kelompok Tani Cibolerang Agro 23 4. Data contoh sayuran Kangkung 45 5. Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Kangkung Organik 46 6. Data contoh sayuran Bayam Hijau 48 7. Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bayam Hijau 49 8. Data contoh sayuran Bayam Merah 51 9. Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bayam Merah 52 10. Data contoh sayuran Bawang Daun 54 11. Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bawang Daun 55

Page 12: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

x  

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Grafik tahapan pengembangan pertanian organik 2 2. Kerangka pemikiran penelitian 14 3. Fishbone diagram 16 4. Diagram Pareto 17 5. Struktur organisasi Cibolerang Agro 20 6. Kegiatan Pengolahan dan Persiapan lahan 24 7. Kegiatan Penyemaian Lahan 25 8. Penyemaian Benih 25 9. Penanaman 26 10. Pemeliharaan 27 11. Panen 28 12. Kegiatan Pasca Panen 29 13. Diagram Alir pemasaran Kelompok Tani Cibolerang Agro 30 14. Diagram Sebab-Akibat komoditi Kangkung 31 15. Diagram Sebab-Akibat komoditi Bayam Hijau 35 16. Diagram Sebab-Akibat komoditi Bayam Merah 38 17. Diagram Sebab-Akibat komoditi Bawang Daun 42 18. Diagram Pareto terhadap cacat Kangkung 47 19. Diagram Pareto terhadap cacat Bayam Hijau 50 20. Diagram Pareto terhadap cacat Bayam Merah 53 21. Diagram Pareto terhadap cacat Daun Bawang 56

Page 13: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

  

xi  

DAFTAR LAMPIRAN   No Halaman 1. Daftar pertanyaan wawancara dengan petani 58 2. Sertifikat Organik Kelompok Tani Cibolerang Agro 60

Page 14: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi

trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari

bahwa penggunaan bahan-bahan kimia tidak alami seperti pupuk kimia,

pestisida sintesis serta hormon pertumbuhan dalam produksi pertanian,

ternyata dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia

dan lingkungan (Manuhutu, 2005). Umumnya residu pestisida pada produk

pertanian sangat tinggi, karena masih banyak petani yang sering

menyemprotkan pestisida pada saat panen bahkan sampai tiga (3) hari

menjelang panen. Itu dilakukan untuk menghindari gagal panen karena

serangan hama dan penyakit. Bagi manusia, senyawa kimia tersebut

berpotensi menurunkan kecerdasan, menggangu kerja saraf, menganggu

metabolisme tubuh, menimbulkan radikal bebas, menyebabkan kanker,

meningkatkan risiko keguguran pada ibu hamil dan dalam dosis tinggi

menyebabkan kematian (Manuhutu 2005).

Departemen Pertanian telah mencanangkan program “Go Organik

2010”. Program ini diarahkan agar masyarakat, baik petani sebagai produsen

maupun masyarakat luas sebagian konsumen untuk hidup sehat. Misi dalam

program Go Organik 2010 ini adalah meningkatkan mutu hidup masyarakat

dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong

berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Untuk itu, pemerintah terus mendukung secara aktif pertanian organik di

Indonesia dengan membentuk aturan/regulasi yang meliputi standarisasi,

sertifikasi dan pengawasan. Sistem pangan organik ini telah diatur oleh

pemerintah dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang pangan organik

yang tertuang dalam SNI 01-6729-2010 (SNI Pangan Organik, 2010).

Gambar 1. menunjukkan tahapan pengembangan pertanian organik

yang dirancang Departemen Pertanian untuk Go Organik 2010.

Page 15: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

2  

 

Gambar 1. Grafik Pengembangan Pertanian Organik

(Departemen Pertanian, 2005)

Namun demikian, sampai dengan 2008, tampaknya Indonesia masih

satu langkah tertinggal dibanding target rencana pengembangan yang telah

ditetapkan. Walaupun perkembangan pangan organik sudah cukup baik,

tetapi jaminan mutu berupa sertifikasi produk masih jauh dari harapan.

Pemerintah melalui Kebijakan Pusat Standarisasi dan Akreditasi Departemen

Pertanian membagi produk bermutu menjadi tiga (3) bagian, yaitu Produk

Prima I, adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha

tani yang menghasilkan produk aman dikonsumsi, bermutu baik serta cara

produksi ramah lingkungan, hal ini berdasarkan manajemen mutu dan

keamanan pangan produk tanaman segar yang telah menerapkan standar

internasional (GAP = Good Agriculture Practices). Kedua disebut Produk

Prima II adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha

tani yang menghasilkan produk aman dikonsumsi, dan bermutu baik., dibuat

berdasarkan Standarisasi dan dokumentasi Standar Prosedur operasional

penerapan budidaya yang baik per komoditi. Dan yang ketiga disebut sebagai

Produk Prima III adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap

pelaksana usaha tani yang menghasilkan produk aman dikonsumsi yang

merupakan pondasi umum bagi petani dan kelompok tani (poktan) di tingkat

Page 16: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

3  

 

budidaya, yaitu penerapan penggunaan pestisida yang baik dan catatan

penggunaan pestisida yang baik. Produk Prima III (Diperta JABAR, 2012).

Dari ketiga kategori di atas, maka pangan organik seharusnya minimal

menempati posisi sebagai Produk Prima III dengan penerapan penggunaan

pestisida yang baik dan catatan penggunaan pestisida baik, karena untuk

meminimalkan penggunaan pestisida, atau bahkan tidak menggunakan

pestisida sama sekali.

Di luar Pulau Jawa terdapat 39.328.915 orang petani (BPS, 2010),

mungkin dapat dikategorikan sebagai petani organik, karena tidak ditargetkan

sebagai partisipan revolusi hijau dan sampai saat ini masih melanjutkan

usahataninya secara tradisional. Beberapa kelompok tani dan lembaga

swadaya masyarakat memandang pertanian organik sebagai suatu cara untuk

melawan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh revolusi hijau dan

membebaskan petani dari dominasi revolusi hijau dimana ketergantungan

terhadap pupuk, pestisida serta input kimiawi lainnya.

Kabupaten Garut merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

terletak di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi yang sangat besar dalam

pengembangan sayuran. Wilayah Kabupaten Garut meliputi luas areal

306.579 ha, terdiri dari lahan sawah seluas 50.127 ha dan lahan kering

256.392 ha yang tersebar di 42 Kecamatan. Dengan kondisi agroklimat yang

baik sangat mendukung untuk berbagai jenis hortikultura dapat tumbuh.

Kabupaten Garut merupakan sentra pertanian sayuran baik untuk sayuran

daun, umbi maupun buah. Data luas tanam, produksi dan

produktivitas komoditas sayuran dapat dilihat di Tabel 1 .

Page 17: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

4  

 

Tabel 1. Data komoditas sayuran unggulan Garut

No. Komoditi Produksi

(Ton)

Luas

(Ha) 1 Bawang Merah 12.171 1.301

2 Bawang Putih 10 1

3 Bawang Daun 38.912 2.544

4 Kentang 120.048 5126

5 Kubis 119.112 4.818

6 Kembang kol 3.100 200

7 Petsay 36.690 1.862

8 Wortel 28.517 1.407

9 Lobak 0 -

10 Kacang Merah 38.100 4.547

11 Kacang Panjang 11.621 922

12 Jamur 0 49.750

13 Cabe Besar 70.641 4.757

14 Cabe Rawit 19.251 1.512

15 Tomat 100.912 3.582

16 Terong 15.917 733

17 Buncis 14.416 955

18 Timun 14.539 875

19 Labu Siam 22.504 549

20 Kangkung 3.831 305

21 Bayem 1.676 177

Jml. Sayuran 671.968

Sumber data : UPTD Data dan Informasi Dinas TPH Kab. Garut, Tahun 2010

Poktan Cibolerang Agro adalah kelompok tani sayuran organik yang

telah beranggotakan para petani sayuran organik dari 2 Kecamatan, yakni

Kecamatan Limbangan dan Kecamatan Selaawi. Kelompok Tani Cibolerang

Agro mulai berdiri pada tahun 2009. Pada tahun 2011 Kelompok Tani

Cibolerang Agro mendapatkan sertifikat organik dari lembaga sertifikasi

INOFICE (Indonesian Organic Farming Certification) untuk 11 (sebelas)

jenis sayuran yang di budidayakan, yaitu kangkung, bayam merah, horinzo,

buncis, kalian, kapri, pakcoy, selada, sosi, daun bawang, dan bayam hijau.

Page 18: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

5  

 

1.2. Perumusan Masalah

Salah satu cara agar tanaman organik dapat diterima oleh masyarakat

luas adalah melakukan pengendalian mutu terhadap mutu sayuran yang

diproduksinya. Ini berarti setiap petani/kelompok tani yang ikut serta dalam

budidaya sayuran organik dituntut menumbuhkan daya saing dari produk

yang dihasilkan, sehingga diperlukan cara untuk menghasilkan produk

organik yang bermutu. Cibolerang Agro CiboAgro) sebagai penghasil produk

organik (sayuran organik), berusaha untuk menghasilkan produk organik

bermutu. Pola tanam Poktan CiboAgro berdasarkan pada pesanan sayuran

yang sedang diminta oleh pihak retailer. Apabila membutuhkan pasokan

sayuran, pihak retailer akan menghubungi poktan CiboAgro. Seringkali

sayuran yang ditanam melampaui masa tanam yang seharusnya, sehingga

sayuran yang dipanen memiliki batang yang sudah tua dan mengeras.

Menyebabkan mutu hasil panen sayuran dari Poktan CiboAgro menjadi

kurang baik.

Pada pertengahan bulan Januari, pihak Royal Farm selaku salah satu

retailer dari Poktan CiboAgro menolak kiriman sayuran dari pihak CiboAgro

dengan alasan mutu sayuran organik diluar dari standar mutu yang telah

ditetapkan oleh pihak Royal Farm. Dari masalah tersebut, maka diperlukan

penelitian untuk menganalisis seberapa besar peran petani Cibolerang Agro

dalam menerapkan mutu dalam produk sayuran organik.

Permasalahan pada penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik petani organik di daerah Selaawi dan Limbangan?

2. Bagaimana penerapan mutu pada pangan organik yang telah dilaksanakan

oleh kelompok tani di Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan,

Kabupaten Garut ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik Kelompok Tani Cibolerang Agro.

2. Menganalisis penerapan mutu sayuran organik pada Kelompok Tani

Cibolerang Agro di Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan,

Kabupaten Garut.

Page 19: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

6  

 

1.4. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan bagian dari riset Strategi Nasional

berjudul “Strategi Produksi Pangan Organik Bernilai Tambah Tinggi

Berbasis Petani” yang terfokus pada Kelompok Tani Cibolerang Agro di

Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Page 20: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mutu

2.1.1. Definisi

Sebuah perusahaan akan berfokus pada bagaimana memberikan

kepuasan kepada para pelanggannya, dimana hal tersebut hanya didapatkan

apabila perusahaan tersebut memiliki mutu untuk setiap produk barang,

maupun jasanya. Menurut Juran (1996) mutu adalah kesesuaian untuk

penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa

hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.

Menurut Crosby dalam Nasution (2004), mutu adalah conformance to

requirement, yaitu sesuai dengan apa yang disyaratkan, atau distandarkan.

Menurut Demming dalam Nasution (2004), mutu harus sesuai dengan

kebutuhan pasar, atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar

merepresentasikan produknya sesuai dengan keinginan konsumen.

Secara konvensional, mutu biasanya menggambarkan karakteristik

langsung suatu produk, seperti penampilan, keandalan, kemudahan

penggunaan, estetika, dan sebagainya. Definisi strategik menyatakan bahwa

mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan, atau

kebutuhan pelanggan (Gaspersz, 2003).

Sifat khas mutu suatu produk yang andal bersifat multidimensi, karena harus

memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi konsumen melalui

berbagai cara. Oleh karena itu, setiap produk harus mempunyai ukuran yang

mudah dihitung sesuai dengan kebutuhan konsumen seperti panjang, berat dan lain-lain,

disamping itu harus ada ukuran yang bersifat kualitatif seperti penampilan, warna

dan lain-lain. Jadi terdapat spesifikasi barang untuk setiap produk, walaupun satu

sama lain sangat bervariasi tingkat spesifikasinya.

David A Garvin (2006) mengemukakan delapan (8) dimensi, atau

kategori kritis dari mutu yaitu :

a. Performance (Kinerja). Karakteristik kinerja utama produk.

b. Feature (profil). Aspek sekunder dari kinerja, atau kinerja tambahan

dari suatu produk.

Page 21: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

8  

 

c. Reliability (dapat dipercaya). Kemungkinan produk malfungsi, atau

tidak berfungsi dengan baik, dalam konteks ini produk/jasa dapat

dipercaya dalam menjalankan fungsinya.

d. Conformance (kesesuaian). Kesesuaian, atau cocok dengan

keinginan/kebutuhan konsumen.

e. Durability (Daya tahan). Daya tahan produk/masa hidup produk, baik

secara ekonomis, maupun teknis

f. Serviceability (kepelayanan), kecepatan, kesopanan, kompetensi dan

mudah diperbaiki

g. Aesthetics (keindahan). Keindahan produk, dalam desain, rasa, suara,

atau bau dari produk dan ini bersifat subyektif

h. Perceived quality (mutu yang dipersepsi). Mutu dalam pandangan

pelanggan/konsumen

2.2. Sayuran Organik

Organik sendiri mengacu pada sesuatu yang mengandung karbon,

seharusnya semua bahan pangan yang mengandung unsur karbon disebut

organik. Termasuk bahan pakan yang ditanam dengan pupuk kimia dan

mengandung pestisida. Tetapi masyarakat tahunya kalau istilah organik

berarti bahan pangan yang dibudidayakan secara organik, tanpa petisida atau

pupuk buatan.

Pemerintah Amerika Serikat sebagai pelopor bahan pangan organik

menetapkan standar, bahwa yang disebut organik adalah bahan pangan 100%

organik, atau setidaknya 95% diproduksi tanpa pupuk kimia, insektisida,

herbisida, antibiotik, hormon pertumbuhan, radiasi untuk sterilisasi dan

hewan yang dimodifikasi genetik. Bahan pangan organik dibudidayakan

menggunakan teknologi alami. Kesuburan tanah dipertahankan dengan pupuk

alam, seperti kompos dan pupuk kandang. Dengan pemupukan alami dan

tanpa insektisida, populasi cacing tanah meningkat dan tanah menjadi kaya

akan nitrogen, sehingga subur secara alami. Untuk menanggulangi hama,

dapat diselang-seling setiap jenis tanamannya, sehingga serangan hama

tanaman tertentu diputus mata rantainya. Penyemprotan juga dilakukan

Page 22: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

9  

 

menggunakan anti hama dari alam (http://www.organicnutrition.co.uk

/whyorganic/ whyorganic.htm).

Budidaya secara alami akan menghasilkan bahan pangan tergolong

tidak menarik dari sisi performance. Bahan pangan organik, terutama sayuran

memang mempunyai performa yang tidak menarik. Banyak yang berlubang

dimakan ulat dan serangga. Namun dari mutu cita rasa, pangan organik

memang lebih baik. Saat ini, konsumen berhak memilih. Membeli bahan

pangan konvensional dengan harga murah namun mengandung residu bahan

kimia, atau sayuran berpenampilan buruk, yang mahal tetapi aman bagi

kesehatan.

Menurut Wartaya (2005), pertanian organik merupakan suatu sistem

pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa, sehingga mampu

menciptakan produktivitas berkelanjutan. Pertanian organik adalah sistem

pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujunan untuk melindungi

ekosistem dam dengan memimalkan penggunaan bahan-bahan kimia dan

merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan

hasil optimal.  Pengertian pertanian organik lain menurut Pracaya (2007),

adalah sistem pertanian (hal bercocok tanam) yang tidak menggunakan bahan

kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Bahan kimia tersebut dapat berupa

pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan dan sebagainya. Sutanto (2002)

berpendapat bahwa pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem

produksi pertanaman yang berasaskan daur-ulang hara secara hayati. Daur-

ulang dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya

yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah.

 Pertanian organik menurut Standar Nasional Indonesia (SNI, 2010)

adalah sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan

mengembangkan kesehatan ago-ekosistem, termasuk keragamaan hayati,

siklus biologis dan aktivitas biologis. Dalam penggunaannya, Pertanian

organik mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam sistem penggunaannya

(Pracaya, 2007). Kelebihan dari digunakannya sistem pertanian organik

adalah :

Page 23: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

10  

 

a. Tidak menggunakan pupuk, maupun pestisida kimia, sehingga tidak

menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air,

maupun udara dan produknya tidak mengandung racun.

b. Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan

tanaman non-organik

2.3. Kelompok Tani

Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak/pekebun

yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi

lingkungan (social, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk

meningkatkan dan mengambangkan usaha anggota dalam suatu wilayah.

Pembentukan Poktan dimaksudkan untuk membantu para petani

mengorganisasikan dirinya terutama dalam meningkatkan produktivitas,

efisiensi usaha, permodalan, akses pasar, akses teknologi dan informasi, serta

meningkatkan kesejahteraan para petani.

2.4. Metode

Metode yang digunakan pada penelitian ini diantaranya :

2.4.1. Diagram Tulang Ikan

Untuk mengetahui lebih lanjut faktor-faktor yang menjadi penyebab

munculnya masalah dan peluang dalam produksi sayuran organik

bernilai tinggi berbasis petani, maka digunakan alat bantu dalam

program peningkatan mutu, yaitu diagram tulang ikan (fishbone

diagram) yang dikembangkan oleh pakar mutu dari Jepang. Diagram

sebab akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin

(memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya masalah.

Penyusunannya dilakukan dengan teknik Brainstorming.

Meskipun tiap perusahaan, atau organisasi dapat menentukan sendiri

faktor-faktor utama dalam penyusunan diagram sebab akibat, namun

secara umum terdapat 5 (lima) faktor yang berpengaruh yaitu : (1)

lingkungan, (2) manusia, (3) metode, (4) bahan, dan (5) mesin

peralatan.

Page 24: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

11  

 

2.4.2. Diagram Pareto Diagram Pareto merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan

garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data

terhadap keseluruhan. Dengan menggunakan diagram Pareto dapat

menunjukkan masalah mana yang sedikit tapi dominan (vital few) dan

masalah yang banyak tetapi kurang dominan (trivial many).

Ketika menemukan banyak masalah perusahaan, maka terlalu berat

untuk menyelesaikan semua masalah tersebut. Perlu dilakukan

pemilihan untuk menemukan 1 atau 2 masalah yang mempunyai efek

besar, sehingga tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki

masalah dapat menjadi optimum. Secara rinci, manfaat diagram Pareto

berikut :

a. Menunjukkan masalah utama.

b. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap

keseluruhan,

c. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah dilakukan tindakan pada

masalah terpilih.

d. Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan

sesudah perbaikan.

2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tegar (2010), mengkaji Keragaman dan Penyimpangan Mutu Gula di

Kawasan Home Industri gula kelapa Kabupaten Banyumas. Metode yang

digunakan untuk menganalisis permasalahan yang ada adalah Histogram,

Bagan Kendali dan diagram pareto. Dari hasil analisis tersebut diketahui

bahwa permasalahan utama menunjukan bahwa sebagian besar data terlihat

adanya penyimpangan. Kadar abu merupakan variabel yang datanya paling

banyak menyimpang, diikuti bahan tak larut dan kadar air (KA) berturut-turut

52,8%, 25,9% dan 20,2%. Faktor utama yang menyebabkan kegagalan.

Bahan baku dan proses pengolahan merupakan faktor yang paling dominan

terhadap mutu produk yang dihasilkan.

Fakhri (2010), meneliti tentang analisis pengendalian kualitas

produksi di PT. Masscom Graphy dalam upaya mengendalikan tingkat

Page 25: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

12  

 

kerusakan produk menggunakan alat bantu statistik Analisis pengendalian

kualitas dilakukan menggunakan alat bantu statistik berupa check sheet,

histogram, peta kendali p, diagram pareto dan diagram sebab-akibat. Check sheet

dan histogram digunakan untuk menyajikan data agar memudahkan dalam

memahami data untuk keperluan analisis selanjutnya. Peta kendali p digunakan

untuk memonitor produk yang rusak apakah masih berada dalam kendali statistik

atau tidak. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap jenis cacat yang dominan

dan menentukan prioritas perbaikan menggunakan diagram pareto. Langkah

selanjutnya adalah mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

kerusakan produk menggunakan diagram sebab akibat untuk kemudian dapat

disusun sebuah rekomendasi atau usulan perbaikan kualitas. Hasil analisis peta

kendali p menunjukkan bahwa proses berada dalam keadaan tidak terkendali atau

masih mengalami penyimpangan. Hal ini dapat dilihat pada grafik kendali

dimana titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak beraturan, serta banyak yang

keluar dari batas kendali. Berdasarkan diagram pareto, prioritas perbaikan

yang perlu dilakukan adalah untuk jenis kerusakan yang dominan yaitu warna

kabur (28,31%), tidak register (19,79%) dan terpotong (19,50 %). Dari

analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab misdruk

berasal dari faktor manusia/ pekerja, mesin produksi, metode kerja, material/

bahan baku dan lingkungan kerja, sehingga perusahaan dapat mengambil

tindakan pencegahan serta perbaikan untuk menekan tingkat misdruk dan

meningkatkan kualitas produk.

Page 26: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

 

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Analisis Penerapan Mutu

Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut,

Jawa Barat akan di awali dari adanya permintaan pasar serta adanya program

Pemerintah ‘Go Organik 2010’. Pada Program Pemerintah ‘Go Organik

2010’, telah disusun Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sayuran organik.

Tahap selanjutnya dilakukan pendataan dan menentukan contoh (Kelompok

Tani) penghasil produk sayuran organik dalam hal ini kelompok tani di Garut,

Jawa Barat.

Menurut pedoman SNI 6729-2010 mengenai sayuran organik,.....,

berdasarkan persyaratan mutu dilakukan identifikasi. Identifikasi terhadap

masalah mutu yang sedang dihadapi oleh Poktan CiboAgro, serta faktor-

faktor yang mungkin (memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya

masalah yang terjadi pada pangan sayuran organik yang dihasilkan oleh

Poktan CiboAgro, diidentifikasi dengan menggunakan Diagram Sebab-

Akibat. Secara umum faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berkurangnya

mutu hasil panen sayuran Poktan CiboAgro, yaitu hama, penyakit, metode,

material, dan lingkungan. Menurut Kadarisman (2005), Diagram Sebab

Akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin (memiliki

peluang) menjadi penyebab munculnya masalah (berpengaruh terhadap hasil).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap masalah yang sedang terjadi akan

dilakukan analisis kembali dengan menggunakan Diagram Pareto.

Hasil dari analisis Fishbone diagram dan Diagram pareto akan

diketahui pelaksanaan mutu yang baik pada sayuran organik dengan mutu

yang sesuai dengan standar SNI.

Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran penelitian

disajikan pada Gambar 2.

Page 27: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

14  

 

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Cibolerang Agro di

Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa

Barat. Dengan waktu penelitian dari bulan Juni – Agustus 2012.

3.3. Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan melalui tehnik purposive sampling yang

melibatkan para petani sayuran organik dan contoh sebanyak 30 unit untuk

Pelaksanaan mutu sayuran organik

Analisis Mutu - Diagram sebab-akibat - Diagram Pareto

Karakteristik Petani

Kelompok Tani Cibolerang Agro

Standar SNI sayuran organik tahun 2010

Program Pemerintah ‘Go Organik 2010’ 

Permintaan Pasar Sayuran Organik

Page 28: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

15  

 

masing-masing komoditi. Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan

sekunder yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sumber data penelitian

Data Primer Data Sekunder 1. Interview, yaitu metode

Brainstorming dan wawancara narasumber dimana pencari data telah mempersiapkan pertanyaan terstruktur (Lampiran 1).

2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung di lapangan,

3. Kuesioner, yaitu mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai obyek yang diteliti kepada petani sayuran organik.

1. Studi pustaka (library research) untuk mendapatkan data relevan dengan tema penelitian yang berasal dari buku-buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, atau

2. Data statistik yang tersedia di instansi pemerintah terkait.

3. Data yang diperoleh dari kelompok tani

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data untuk identifikasi permasalahan Penerapan Mutu

Pada Pangan Organik Berbasis Petani (Studi Kasus Kelompok Tani Garut,

Jawa Barat) menggunakan metode Brainstorming, Fishbone diagram

(Diagram sebab-akibat) dan Diagram Pareto.

3.4.1. Fishbone Diagram Langkah-langkah penyusunan Fishbone diagram sebagai

berikut (Kadarisman, 2008):

a. Tentukan masalah (kondisi) yang akan diperbaiki. Gambarkan garis

panah dengan kotak diujung garis sebelah kanan dan tuliskan

masalah (kondisi) yang akan diperbaiki itu di dalam kotak.

b. Cari faktor-faktor utama yang berpengaruh, atau mempunyai akibat

pada masalah tersebut. Tuliskan didalam kotak yang telah dibuat di

atas, atau di bawah garis panah.

Page 29: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

16  

 

c. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih rinci yang berpengaruh

terhadap faktor utama tersebut. Tuliskan faktor-faktor rinci tersebut

dikiri, atau di kanan panah penghubung, dan buatlah panah di

bawah faktor rinci tersebut menuju garis penghubung.

d. Carilah penyebab-penyebab utama. Dari diagram yang telah

lengkap carilah penyebab-penyebab utama dengan menganalisa

data yang sudah ada dan buatlah urutannya dengan menggunakan

diagram Pareto. Bila analisa tidak dapat dilakukan, maka analisa

faktor-faktor manakah yang berpengaruh dan mana yang tidak

berpengaruh

Dalam menentukan penyebab yang lebih rinci diperlukan sumbang

saran (brainstorming) dari sebuah tim yang dibentuk khusus,

dengan visual seperti termuat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram sebab-akibat

3.4.2. Diagram Pareto Langkah-langkah dalam pembuatan Diagram Pareto dijelaskan

sebagai berikut (Kadarisman, 2008):

1. Stratifikasi masalah dan nyatakan dengan angka.

2. Tentukan jangka waktu pengumpulan data. Untuk memudahkan

dalam pembandingan, buatlah jangka waktu yang sama antara

pengumpulan data sebelum dan sesudah perbaikan masalah.

Akibat Karakteristik 

mutu 

Tulang besar Tulang besar 

Tulang besar  Tulang besar 

Tulang sedang 

Tulang kecil 

sebab 

Page 30: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

17  

 

3. Atur masing-masing penyebab (dari hasil stratifikasi) dibuat

berurutan sesuai dengan besarnya nilai dan gambar grafik (balok).

Penyebab terbesar berada di paling kiri. Jika ada penyebab “dan

lain-lain”, maka penyebab ini diletakkan paling kanan.

4. Gambarkan grafik garis yang menunjukkan jumlah persentase pada

bagian atas grafik kolom, mulai dari yang terbesar. Dibagian

masing-masing kolom dituliskan nama atau keterangan kolom.

5. Pada bagian atas atau samping diberikan keterangan atau nama

diagram dan jumlah unit seluruhnya.

Gambar 4. Diagram Pareto

Perhitungan Diagram Pareto

Persen cacat (%) = Jumlah frekuensi cacat x 100% Total jumlah cacat

Persen Kumulatif = X1+X2+X3+ .... +Xn

Keterangan :

X1 = Jumlah persen cacat pada kriteria cacat pertama

X2 = Jumlah persen cacat pada kriteria cacat kedua

X3 = Jumlah persen cacat pada kriteria cacat ketiga

Xn = Jumlah persen cacat pada kriteria cacat ke-n

Data yang terkumpul diproses dengan program komputer Microsoft Office

Excel 2007.

Page 31: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

 

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Karakteristik Kabupaten Garut

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian

Tenggara. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif

sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²). Di sebelah Utara berbatasan

dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, Bagian Selatan

berbatasan dengan Samudera Hindia, dan Barat berbatasan Kabupaten

Bandung dan Kabupaten Cianjur

Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m

dibawah permukaan laut (dpl). Karakteristik topografi Kabupaten

Garut : sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan,

sedangkan bagian Selatan (Garut Selatan) sebagian besar

permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di

beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian

tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar

dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung.

Selaawi adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa

Barat, Indonesia. Jaraknya 37 kilometer dari ibu kota Kabupaten

Garut, Garut Kota. Di Kecamatan ini, mayoritas penduduk bekerja

dalam bidang agribisnis dan perdagangan. Kecamatan Selaawi

memiliki 7 (tujuh) desa meliputi Cigawir, Desa Cirapuhan, Desa

Mekarsari, Desa Pelitaasih, Desa Putrajawa, Desa Samida dan Desa

Selaawi.

Limbangan adalah Kabupaten lama yang ibukotanya

dipindahkan ke Garut, karena sering terjadi bencana alam berupa

banjir yang melanda daerah ibukota. Kecamatan Limbangan

didominasi oleh daratan tinggi. Di Kecamatan ini mayoritas penduduk

bekerja dalam bidang agribisnis dan perdagangan.

Page 32: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

19  

 

4.1.2 Sejarah Kelompok Tani Cibolerang Agro

Poktan Cibolerang Agro bermula pada tahun 2009, dimana dua

(2) orang Petani, yaitu Bapak Agus Permana di Limbangan dan Bapak

Asep Muldiana di Selaawi menanam tanaman sayuran organik. Dan

Bapak Temi Poniah selaku kepala UPTD Kecamatan Selaawi dan

Kecamatan Limbangan, dengan kesamaan visi, misi dan tujuan, maka

terbentuklah kelompok tani Cibolerang Agro di Kecamatan Selaawi

memiliki memiliki komoditas yang lebih banyak dan lahan yang lebih

luas.

Tahun 2009 Kepala UPTD Selaawi dan Limbangan, Bapak

Temi Poniah mengajukan surat ke Dinas Kabupaten Garut dan

diteruskan ke dinas Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya dibuat dokumen

sistem mutu, standar Sistem Kendali Internal (SKI), Internat Control

Structure (ICS), bimbingan teknis untuk para petani dan juga

dilakukan survey lapangan untuk melihat kesediaan petani untuk

menanam sayuran organik. Setelah itu, maka diajukanlah sertifikasi

(Lampiran 2).

Hingga saat ini Kelompok Tani Cibolerang Agro memiliki 10

orang petani sebagai anggotanya, sedangkan yang masih aktif adalah

Bapak Tantan, Bapak Asep Muldiana, Bapak Agus Permana dan Agus

Sutarman. Petani yang lainnya tidak meneruskan pertanian organik

ini, dikarenakan terkendala pasar yang belum jelas serta belum adanya

kontrak tertulis antara petani dengan pihak retailer.

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada Kelompok Tani Cibolerang Agro

merupakan struktur organisasi vertikal, dimana kekuasaan dan

tanggungjawab berjalan dari puncak tertinggi yang dipegang oleh

Ketua Kelompok tani. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar

4.

Page 33: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

20  

 

Gambar 5. Struktur organisasi Cibolerang Agro

4.1.4 Ketenagakerjaan

Poktan CiboAgro memiliki 2-3 orang untuk membantu

penanaman sayuran. Jam kerja yang berlaku mulai pukul 06.55- 16.00

WIB (Senin-Kamis) dengan dua (2) kali waktu istirahat, yaitu pukul

09.45- 10.00 WIB untuk istirahat snack dan 12.00 – 13.00 WIB untuk

istirahat makan siang. Pada hari Jum’at, karyawan bekerja pukul 07.00

– 11.00 WIB dengan satu kali istirahat makan siang yaitu pukul 11.00

– 12.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi

para pekerja muslim yang akan melaksanakan sholat Jum’at dan

bekerja kembali pukul 13.00 – 16.00 WIB. Pada hari Sabtu, karyawan

bekerja mulai pukul 06.55 – 12.00 WIB.

Pembagian kerja berlaku untuk pekerja pria dan wanita.

Pekerjaan pekerja pria meliputi pengolahan tanah

(menggarpu/mencangkul), pemanenan, mengangkut hasil panen,

Ketua Kelompok Tani

Sekretaris

Bendahara

Anggota

Seksi Program Tanam

Seksi Sarana Produksi

Seksi Pemasaran

Page 34: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

21  

 

menyiram, pemupukan, pemberian pupuk cair, pengendalian hama

dan penyakit (HPT), serta menyemprot pestisida organik (jika

diperlukan). Pekerjaan karyawan wanita meliputi pengisian polybag,

pemanenan, penjarangan, pendangiran, penyiangan gulma di

bedengan, sanitasi kebun (menebas rumput). Sistem pembayaran upah

ditentukan dengan satuan HOK (Hari Orang Kerja) untuk pekerja pria

dan HKW (Hari Kerja Wanita), dimana setiap petani di CiboAgro

menerapkan upah berbeda-beda, yaitu Rp.20.000,- − Rp.25.000,-

/HOK untuk pekerja pria dan Rp.15.000,- − Rp.20.000,- /HKW untuk

pekerja wanita.

4.2 Karakteristik Poktan CiboAgro

Karakteristik responden berdasarkan tingkat mendidikan dalam

penelitian ini diketahui bahwa jumlah responden Petani CiboAgro yang

berpendidikan strata I (S1) sebanyak dua (2) orang, berpendidikan SLTA

sebanyak satu (1) orang, dan berpendidikan SD sebanyak (1) orang dan

telah menikah.

Umur petani diketahui bahwa jumlah responden petani CiboAgro

yang berumur 26 – 35 tahun sebanyak satu (1) orang, berumur 36 – 45 tahun

sebanyak dua (2) orang dan petani yang berumur 46 – 55 tahun sebanyak

satu (1) orang. Dan petani yang menggarap lahan sendiri tiga (3) orang dan

yang menggunakan lahan sewa satu (1) orang.

Dengan rataan pendapatan per bulan diketahui bahwa petani yang

berpendapatan Rp.500.000 – Rp.1.000.000 sebanyak dua (2) orang dan

petani berpendapatan lebih dari Rp.1.000.000 sebanyak dua (2) orang.

Sayuran yang dibudidayakan oleh Poktan CiboAgro hanya

berdasarkan pesanan dari pihak retailer. Apabila hasil panen tidak terserap

oleh pihak retailer maka sayuran tersebut akan dijual di pasar lokal dengan

harga yang sama dengan sayuran biasa. Selama melakukan budidaya

sayuran organik, belum ada perhatian yang serius untuk membantu

budidaya sayuran organik ini baik dari pihak pemerintah kecamatan maupun

pemerintah kabupaten. Adapun bantuan satu (1) buah pompa air diberikan

oleh pemerintah provinsi pada saat Poktan CiboAgro mengajukan proposal

Page 35: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

22  

 

bantuan. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat potensi budidaya

sayuran organik ini sangat besar untuk dikembangkan.

4.3 Jenis dan Karakteristik Produk Petani CiboAgro mengusahakan sebelas (11) jenis tanaman yang telah

tersertifikasi dengan mayoritas jenis sayuran. Tanaman yang dibudidayakan

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Sayuran Daun, Buah dan Umbi di PokTan

CiboAgro No. Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman

1

2

3

4

5

6

Kangkung

Sosin

Bayam Hijau

Pakcoy

Horinzo

Bawang Daun

7

8

9

10

11

Selada

Kapri

Bayam Merah

Kaylan

Pakcoy

Dari 11 komoditas yang telah tersertifikasi, peneliti mengambil empat

(4) komoditas yang diteliti, yaitu kangkung, bayam hijau, bayam merah, dan

bawang daun, dengan alasan keempat komoditas tersebut merupakan

komoditas utama yang di pesan oleh konsumen sehingga sering ditanam

oleh petani CiboAgro.

Poktan CiboAgro telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga

INOFICE (Indonesian Organic Farming Certification) tahun 2011 untuk

menjamin mutu sayuran organik secara nasional. Setiap komoditas tanaman

memiliki teknis budidaya yang berbeda sesuai jenis sayurannya. Namun,

prinsip pertanian organik tetap sama, yatu menghasilkan sayuran organik

yang bebas pestisida dan bahan sintetik. Benih sayuran yang digunakan

merupakan benih yang diproduksi oleh sendiri dan benih hibrida yang

berasal dari pasar local (pasar Selaawi).

Page 36: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

23  

 

4.4 Budidaya dan Panen

4.4.1 Lahan

Lahan pertanian Kelompok Tani Cibolerang Agro terbagi di

dua (2) Kecamatan, yaitu Kecamatan Selaawi dan Kecamatan

Limbangan. Luas lahan di Kecamatan Selaawi 0,34 Ha. dengan

rincian, milik Bapak Asep Muldiana 0,14 Ha yang merupakan lahan

milik pribadi. Dan milik Bapak Tantan 0,2 Ha yang merupakan milik

pribadi dan lahan yang disewa dari orang lain. Kecamatan Limbangan

Memiliki lahan 0,28 Ha. dengan rincian, lahan milik Bapak Agus

Sutarman 0,14 Ha. dan lahan milik Bapak Agus Permana 0,14 Ha.

Batas antar blok dapat berupa jalan kebun, parit, maupun pagar alami.

Arah bedengan sesuai dengan lebar teras, arah sinar matahari, saluran

irigasi dan drainase. Penentuan jumlah bedengan dalam suatu teras

mempertimbangkan perencanaan tanam, khususnya pola pergiliran

tanaman yang diterapkan.

4.4.2 Pengolahan dan Persiapan Lahan

Kegiatan pengolahan dan persiapan lahan dilakukan untuk

membuat lingkungan fisik tanah menjadi baik atau subur bagi

pertumbuhan tanaman. Selain itu kegiatan pengolahan lahan juga

dapat menstabilkan kondisi tanah dari segi kandungan unsur hara,

perbaikan sifat fisik dan perbaikan drainase tanah. Proses pengolahan

lahan dilakukan satu (1) kali dalam satu (1) musim tanam. Kegiatan

pengolahan dan persiapan lahan dilakukan sebelum memulai proses

budidaya.

Pada saat proses pengolahan dan persiapan lahan dilakukan juga

pembuatan bedengan tanah yang akan ditanami oleh sayuran dengan

menggunakan tanah yang dicampur oleh pupuk organik. Petani

CiboAgro menggunakan dua (2) jenis pupuk selama menanam

sayuran organik. Pertama adalah pupuk kompos yang dibuat sendiri

dari campuran kotoran hewan, sekam, dan hijauan. Kedua, Pupuk cair

organik dengan merk Organox. Jenis ini digunakan oleh CiboAgro,

karena khasiatnya sudah terbukti serta alasan kemudahan dalam

Page 37: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

24  

 

mendapatkannya. Pupuk cair organik ini digunakan sebagai pupuk

daun. Setelah itu tanah diberakan selama dua (2) hari dan dilakukan

penanaman bibit sayuran yang telah disiapkan.

Kegiatan pengolahan dan persiapan lahan melibatkan tenaga

kerja yang berasal dari warga sekitar yang berada didekat lahan.

Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan dan persiapan

lahan sebesar 10 HOK dan dilakukan oleh tiga (3) orang.

Gambar 6. Pengolahan dan Persiapan Lahan

4.4.3 Penyemaian Lahan

Kegiatan penyemaian lahan dilakukan pada lahan yang telah

siap untuk digunakan. Kegiatan persemaian lahan diawali dengan

melakukan pengolahan lahan yaitu dengan menggunakan cangkul

sampai kondisi tanah menjadi gembur dan rata. Kemudian lahan

ditutup dengan mulsa, dengan tujuan agar terlindungi dari gangguan

hama serta untuk mengatur lubang tanam. Tujuan lain dari

penggunaan mulsa adalah agar unsur hara pada tanah dapat selalu

tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Setelah lahan persernaian siap,

selanjutnya benih ditaburkan pada lubang-lubang secara merata pada

lahan tersebut. Secara keseluruhan kegiatan penyemaian dikerjakan

oleh tenaga kerja yang berasal dari warga sekitar yang berada didekat

lahan. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan persemaian lahan

sebesar 5 HOK. Dalam kegiatan pcrsemaian lahan ini lebih banyak

digunakan tenaga kerja wanita, dengan alasan bahwa tenaga kerja

wanita mempunyai tingkat ketelitian tinggi dibandingkan tenaga kerja

pria.

Page 38: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

25  

 

 Gambar 7. Penyemaian Lahan

4.4.4 Penyemaian Benih

Benih yang digunakan oleh CiboAgro adalah benih hybrid yang

dijual di daerah sekitar. Benih ini dipilih oleh oleh kelompok tani

karena mempunyai mutu yang baik, cukup tahan hama, serta sangat

mudah dalam mendapatkannya.

Kegiatan penyemaian benih dilakukan untuk mempersiapkan

benih agar siap untuk ditanam. Kegiatan persemaian benih diawali

dengan mempersiapkan tanah untuk media tanam benih. Tanah yang

digunakan adalah tanah yang telah digemburkan dan diberi pupuk

kandang, kemudian tanah diberi air hangat. Hal ini dilakukan agar

tanah bebas dari bibit-bibit penyakit. Setelah lahan siap, lalu benih

ditebar di atas lahan tersebut. Penggunaan tenaga kerja untuk

kegiatan persemaian benih 5 HKW. Tenaga kerja yang digunakan

dalam kegiatan persemaian benih ini adalah sebagian besar tenaga

kerja wanita.

 

Gambar 8. Penyemaian benih

Page 39: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

26  

 

4.4.5 Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan apabila bibit dipersemaian telah

siap untuk ditanam. Teknis penanaman dilakukan secara lurus dan

teratur sesuai dengan lubang tanam pada mulsa dengan jarak 25cm x

25cm. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyiangan gulma.

Setelah benih dimasukan ke dalam lubang, selanjutnya dilakukan

penyiraman selama dua (2) hari dimana dalam satu (1) hari dilakukan

penyiraman sebanyak 2-3 kali. Secara umum kegiatan penyemaian

benih dikerjakan oleh tenaga kerja dalam pedesaan. Penggunaan

tenaga kerja untuk kegiatan persemaian benih sebesar 10 HKW.

Tenaga kerja yang digunakan dalam kegatan persemaian benih ini

adalah tenaga kerja wanita.

 

Gambar 9. Penanaman

4.4.6 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk membersihkan tanaman

dari gangguan gulma yang dapat menghambat pertumbuhan sayuran.

Kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari adalah penyemprotan

sebanyak dua (2) kali dalam satu (1) hari. Kemudian apabila tanaman

sayuran terkena serangan hama, maka dilakukan penyemprotan

dengan obat-obatan organik yang dibuat oleh kelompok tani

CiboAgro. Bahan-bahan yang digunakan dalam obat organik ini

adalah daun Mindi, daun Surian, Akar Wangi, dan Jahe. Selain itu

Poktan CiboAgro juga menggunakan pestisida organik yang kemasan.

Pestisida Organik yang digunakan oleh kelompok tani CiboAgro

adalah pestisida organik merk SuperFarm. Alasan Pemilihan merk ini

selain, karena khasiatnya disamping itu pertimbangan kemudahan

Page 40: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

27  

 

dalam mendapatkannya. Pengendali Hama Organik Superfarm ini juga

dapat dipakai untuk segala jenis tanaman dan tidak menimbulkan

akibat negatif apabila terjadi pemberian/pemakaian dosis yang

berlebihan dan dapat digunakan bersamaan dengan pupuk organik,

pupuk semi organik dan Decomposer Superfarm. Penyemprotan

dilakukan pada waktu serangan hama tiba. Secara umum kegiatan

pemeliharaan dikerjakan oleh tenaga kerja tenaga kerja untuk

kegiatan pemeliharaan 40 HOK.

Gambar 10. Pemeliharaan

4.4.7 Panen

Kegiatan pemanenan mencakup aktivitas pemetikan dan

pemotongan sayuran. Kegiatan ini dilakukan setelah tanaman berumur

30-40 hari dan siap untuk di panen. Teknis pemanenan yang dilakukan

masih menggunakan teknologi konvensional untuk pasar local, yaitu

menggunakan pisau dan arit, sedangkan untuk sayuran yang dijual ke

retailer dilakukan dengan mencabut sayuran hingga keakarnya.

sayuran yang telah sudah dipanen kemudian dimasukan kedalam box.

Penataan pada box perlu mendapatan perhatian, hal ini dilakukan

untuk mencegah terjadinya kerusakan pada sayuran sebelum dikemas.

Pada kegiatan pemanenan ini dilakukan oleh tenaga kerja yang

berasal dari masyarakat sekitar. Penggunaan tenaga kerja untuk

kegiatan pemanenan adalah 15 HKW. Dari hasil wawancara di

lapangan, para pekerja kegiatan panen sangat menyadari pentingnya

Page 41: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

28  

 

menjaga mutu dari sayuran yang dipanen, sehingga hal ini akan

mengurangi jumlah sayuran yang ditolak pada saat proses sortir.

 

Gambar 11. Panen

4.5 Pasca Panen

1. Kegiatan pasca panen yang dilakukan mencakup kegiatan sortasi dan

grading. Sortasi dan grading sangat diperlukan untuk mengetahui ada

tidaknya cacat pada sayuran dan untuk menggolongkan sayuran

berdasarkan mutunya. Proses sortasi dan grading yang dilakukan adalah

memisahkan sayuran bermutu tinggi dan rendah serta dicuci dengan air

bersih untuk membersihkan kotoran tanah yang masih menempel pada

sayuran. Kriteria sayuran yang dipilih dalam mutu tinggi adalah sayuran

yang memiliki warna normal, batang muda, tinggi sayuran tidak lebih

dari 35 cm, daun tidak berlubang, tidak memiliki bercak putih dan

batang tidak patah.

2. Kegiatan penanganan yang dilakukan adalah pengemasan. Proses

pengemasan yang dilakukan oleh perusahaan terbagi menjadi dua (2)

jenis, yaitu Kemasan langsung yang merupakan kemasan utama yang

bersinggungan dengan sayuran yang dikemas. Bahan pengemas utama

ini dapat berupa plastik. Kemasan tidak langsung adalah kemasan kedua

dari sayuran yang tidak bersentuhan langsung. Hal ini dilakukan untuk

melindungi sayuran dari kerusakan fisik dan mekanis dan juga untuk

memudahkan pengaturan dalam gudang penyimpanan, distribusi, serta

memudahkan pengaturan dalam alat angkut. Bahan pengemas jenis ini

Page 42: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

29  

 

dapat dibuat dari peti kayu, peti plastik, peti karton, dan keranjang

bambu.

Pada kegiatan pasca panen ini dilakukan oleh tenaga kerja yang

berasal dari warga desa yang dekat dengan lahan tanam. Penggunaan tenaga

kerja untuk kegiatan pasca panen adalah 15 HOK. Dari hasil penelitian di

lapangan, bahwa tenaga kerja yang diperbantukan pada kegiatan pasca

panen sangat memperhatikan output yang dihasilkan, karena sadar bahwa

hanya produk dengan mutu yang baik dan didukung dengan kemasan yang

baik pula yang akan diterima oleh pelanggan.

Gambar 12. Kegiatan Pasca Panen

4.6 Pemasaran Jalur pemasaran sayuran kangkung, bayam hijau, bayam merah, dan

bawang daun di bagian pemasaran dibagi menjadi dua (2) bentuk, pertama

petani menjual langsung sayuran ke Royal Farm, sebuah pemasok sayuran

organik di Kota Bandung berdasarkan pemesanan dari pihak

retailer/restoran yang selanjutnya dijual ke konsumen. Jika terdapat sayuran

dengan daun yang berlubang, batang patah, atau memiliki bercak-bercak

putih yang masih dapat diterima, atapun sayuran sisa sayuran yang dipanen,

sayuran tesebut akan dijual ke pengecer di pasar lokal yang terdapat di

onsumendaerah sekitar Kecamatan Selaawi yang kemudian dijual ke

konsumen.

Page 43: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

30  

 

Uraian mengenai pemasaran Poktan CiboAgro dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 13. Diagram alir pemasaran Kelompok Tani CiboAgro

4.7 Pengolahan dan Analisis Data Komoditas yang dipilih sebagai bahan penelitian terdiri dari empat

(4) komoditas sayuran organik, yaitu kangkung, bayam hijau, bayam merah,

dan daun bawang. Dari hasil analisis dan wawancara peneliti dengan petani

diperoleh suatu permasalahan yaitu mutu sayuran organik yang kurang baik.

4.7.1 Fishbone Diagram A. Kangkung

Kangkung merupakan salah satu komoditas yang menjadi

unggulan dari Kelompok Tani CiboAgro. Namun Kelompok Tani

Cibolerang Agro terkendala dalam hal mutu hasil panen kangkung

yang kurang baik. Dari permasalahan tersebut, maka dilakukan

brainstorming terhadap mutu hasil panen kangkung buruk. Hasil

analisis dapat dilihat pada Gambar 14.

Petani Cibolerang Agro

Pemasok

Pengecer

Supermarket Konsumen

Konsumen

Page 44: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

31  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 14. Diagram Sebab-Akibat cacat pada komoditi Kangkung

Dari Diagram Sebab-Akibat pada Gambar 14 dapat dilihat

bahwa faktor utama yang mempengaruhi adanya hasil panen daun

berlubang pada komoditi sayuran organik kangkung dapat disebabkan

oleh lima (5) faktor, yaitu penyakit, hama, metode, material/bahan dan

lingkungan.

1) Hama

Hama pada kangkung organik umumnya menyebabkan bercak

putih dan daun berlubang. Kutu putih yang menghisap cairan dari

permukaan daun menyebabkan permukaan daun bercak-bercak

putih, yang apabila sudah parah bisa menyebabkan daun berlubang.

Hama kutu putih ini menyerang bagian batang, daun dan buah.

Kutu Putih ini biasanya menyerang dengan cara bergerombol,

bagian tubuh kutu putih yang terdapat getah seperti lendir dan

lengket memenuhi bagian pohon dan sulit dihilangkan. Tanaman

Suhu

Lingkungan

Warna tidak normal 

Masa tanam 

Cara mengangkut 

Curah hujan kurang 

pH Tanah 

Bercak putih

Daun berlubang

Benih 

Pupuk organik 

Busuk batang

Karat Putih 

Hama Material

Penyakit Metode

Kualitas Kangkung kurang 

baik 

Batang patah 

Batang tua

Ulat 

Kutu

Hibrida

Organik 

CendawanCendawan

Page 45: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

32  

 

yang terserang kutu putih tidak akan bertahan lama bila tidak

segera dibersihkan. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida

yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati

atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut

harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume

semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

Bila serangan masih dalam tahap ringan, petani Poktan CiboAgro

mengatasi hama ini dengan pestisida organik. Pada musim hujan

Hama ini sendiri akan hilang bila hujan turun. Namun bila sudah

parah, petani Poktan CiboAgro hanya mendiamkan lahan

tanamannya hingga kutu putih tersebut menghilang. Sedangkan

daun berlubang sering dikarenakan daun tersebut di makan oleh

ulat. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman

mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau

pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus

dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume

semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya. Upaya yang

sudah dilakukan Poktan CiboAgro untuk mengurangi dampak

kerusakan dari ulat bulu adalah dengan cara mekanis yaitu dengan

mengambil ulat dengan menggunakan tangan. Penggunaan mulsa

pada saat penyemaian lahan telah dilakukan namun hal tersebut

tidak dapat menghentikan serangan hama yang terjadi. Dari faktor-

faktor yang telah didapatkan, dipilih faktor bercak putih dan daun

berlubang untuk di analisis lebih lanjut.

2) Metode

Penyebabnya adalah metode dalam pengangkutan sayuran dari

lahan tanam pada saat panen ke tempat pembersihan dan

penyortiran yang membuat batang kangkung patah. Sebaiknya

pengangkutan hasil panen sayuran dari lahan ketempat pencucian

menggunakan kemasan berupa peti kayu atau peti plastik. Hal ini

dimaksudkan agar sayuran tidak mengalami kerusakan pada saat

pengangkutan yang berdampak pada penurunan kualitas dari

sayuran. Penyebab penurunan kualitas lainnya adalah masa tanam

Page 46: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

33  

 

yang terlalu lama yang menjadikan tanaman kangkung memiliki

batang yang tua dan keras. Panen kangkung dilakukan pada umur

27 hari. Namun petani Poktan CiboAgro terkadang memanen lebih

dari 27 hari. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya pesanan dari

retailer pada saat tanaman sayuran masuk musim panen.

3) Lingkungan

Cuaca yang tidak menentu, membuat kekeringan berkepanjangan

serta suhu yang menyebabkan lahan kekurangan air. Sumber-

sumber air untuk mengairi lahan menjadi kering Sedangkan

kangkung merupakan tanaman yang memerlukan curah hujan yang

tinggi. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kangkung

berkisar 500-5000 mm/tahun. Tanaman kangkung termasuk peka

terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis), pertumbuhan

daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning – kuningan

(klorosis). 4) Material/Bahan

Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut,

batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan

cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji

untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering

serta berkualitas baik. Benih yang digunakan oleh petani Poktan

CiboAgro kurang tahan terhadap hama, sehingga hama dapat

langsung menyerang sayuran pada saat masa penanaman. Pestisida

organik yang digunakan hanya satu jenis saja, sehingga untuk hama

jenis tertentu bisa saja pestisida tersebut tidak berpengaruh,

sebaiknya pestisida organik yang digunakan terdiri dari beberapa

jenis yang digunakan secara bergantian. Sayuran yang terkena

hama membuat mutu dari hasil panen menjadi menurun dan kurang

baik.

Page 47: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

34  

 

5) Penyakit

Penyebabnya adalah terjadinya karat putih Albugo ipomoea

reptans. Pada sayuran kangkung yang di tanam secara

konvensional. Meskipun pada musim kemarau, karat putih kerap

muncul, hal ini disebabkan karena Kecamatan Selaawi merupakan

daerah yang berudara lembab meskipun pada musim kemarau.

Penyakit ini peka terhadap Dithane M-45, atau Benlate, tetapi pada

sayuran organik benih diperlakukan dengan penyiraman dan

higiene pada saat penanaman umumnya baik, penyakit tidak

menjadi masalah.

Dari hasil wawancara secara mendalam yang dilakukan

oleh peneliti kepada petani, maka untuk sayuran kangkung organik

diperoleh faktor-faktor utama yang menyebabkan kurang baiknya

mutu hasil panen pada komoditi kangkung, yaitu daun berlubang,

bercak putih, batang patah, batang tua, serta warna tidak normal.

B. Bayam Hijau

Bayam Hijau merupakan salah satu komoditas yang menjadi

unggulan dari Poktan CiboAgro. Namun Poktan CiboAgro

terkendala dalam hal mutu hasil panen bayam hijau yang kurang

baik. Dari permasalahan tersebut, maka dilakukan brainstorming

terhadap mutu hasil panen bayam hijau yang kurang baik. Hasil

analisis dapat dilihat pada Gambar 15.

Page 48: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

35  

 

 

 

Gambar 15. Diagram Sebab-Akibat Komoditi Bayam Hijau

Dari diagram sebab-akibat pada Gambar 15 dapat dilihat

bahwa faktor utama yang mempengaruhi adanya hasil panen daun

berlubang pada komoditi sayuran organik bayam hijau dapat

disebabkan oleh lima (5) faktor, yaitu penyakit, hama, metode,

material/bahan dan lingkungan.

1. Hama

Serangan hama sangat berpengaruh terhadap mutu hasil panen

sayuran. Bila sayuran terkena hama, maka dampaknya dapat

terlihat langsung secara visual. Hama pada bayam hijau organik

umumnya menyebabkan bercak putih dan daun berlubang. Hal

tersebut dikarenakan kutu putih yang menghisap cairan dari

permukaan daun. Sedangkan daun berlubang sering dikarenakan

daun tersebut di makan oleh ulat. Untuk pengendalian OPT,

seharusnya mengggunakan pestisida yang aman mudah terurai

Suhu 

Lingkungan

Warna tidak normal 

Masa tanam 

Cara mengangkut 

Curah hujan kurang 

pH Tanah 

Bercak putih

Daun berlubang

Benih

Pupuk organik 

Busuk batang

Karat Putih 

Hama Material

Penyakit Metode

Mutu Bayam Hijau kurang 

baik 

Batang patah 

Batang tua 

Ulat 

Kutu

Hibrid

Organik 

CendawanCendawan

Page 49: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

36  

 

seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid

sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan

benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi,

interval dan waktu aplikasinya. Petani Poktan CiboAgro

menggunakan pestisida organik buatan sendiri yang terbuat dari

daun mindi, daun surian, akar wangi dan jahe. Namun bila sudah

parah, petani hanya mendiamkan/mengistirahatkan lahan

tanamannya hingga kutu loncat tersebut menghilang. Untuk

pengendalian ulat bulu Poktan CiboAgro melakukan pengendalian

dengan mengambil ulat yang terlihat dengan menggunakan tangan.

Penggunaan mulsa pada saat penyemaian lahan telah dilakukan

namun hal tersebut tidak dapat menghentikan serangan hama yang

terjadi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

penyebabnya.

2. Metode

Metode pola tanam yang dimulai dari pra tanam, masa tanam,

panen, serta pasca panen. Metode yang tidak tepat selama

penanganan dapat menurunkan mutu dari sayuran tersebut.

Sebaiknya pengangkutan hasil panen sayuran dari lahan ketempat

pencucian menggunakan kemasan berupa peti kayu atau peti

plastik. Hal ini dimaksudkan agar sayuran tidak mengalami

kerusakan pada saat pengangkutan yang berdampak pada

penurunan kualitas dari sayuran. Poktan CiboAgro melakukan

pengangkutan sayuran dari lahan tanam pada saat panen ke tempat

pembersihan dan penyortiran tanpa hanya dengan cara

konvensional yakni dengan mengangkut menggunakan tangan

secara langsung, yang membuat batang kangkung patah. Penyebab

penurunan mutu lainnya adalah masa tanam yang terlalu lama

yang menjadikan tanaman kangkung memiliki batang yang tua dan

keras. Panen bayam hijau dilakukan pada umur 27 hari atau antara

3-4 minggu. Masa tanam yang terlalu lama yang menjadikan

tanaman bayam hijau memiliki batang yang tua dan keras. Hal

tersebut terjadi karena tidak adanya pesanan dari retailer pada saat

Page 50: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

37  

 

tanaman sayuran masuk musim panen. Sehingga petani Poktan

CiboAgro terkadang memanen lebih dari 27 hari.

3. Material/Bahan

Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut,

batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan

cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji

untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering

serta berkualitas baik. Benih yang digunakan kurang tahan terhadap

hama, sehingga hama dapat langsung menyerang sayuran pada saat

masa penanaman. Pestisida organik yang digunakan hanya satu

jenis saja, sehingga untuk hama jenis tertentu bisa saja pestisida

tersebut tidak berpengaruh. Sayuran yang terkena hama membuat

mutu dari hasil panen menjadi menurun dan kurang baik.

4. Lingkungan

Cuaca yang tidak menentu, membuat kekeringan berkepanjangan

dan suhu yang menyebabkan lahan kekurangan air. Sumber-sumber

air untuk mengairi lahan menjadi kering Sedangkan bayam merah

merupakan tanaman yang memerlukan curah hujan yang tinggi.

Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kangkung

berkisar 500-5000 mm/tahun. Tanaman bayam merah termasuk

peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis),

pertumbuhan daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih

kekuning–kuningan (klorosis). 5. Penyakit

Penyebabnya adalah terjadinya karat putih yang disebabkan oleh

cendawan Albugo ipomoea reptans. Lalu busuk pada batang yang

disebabkan oleh cendawan yang di tandai dengan munculnya

bercak-bercak putih pada tanaman. Meskipun pada musim

kemarau, karat putih kerap muncul, hal ini disebabkan karena

Kecamatan Selaawi merupakan daerah yang berudara lembab

meskipun pada musim kemarau. Penyakit ini peka terhadap

Dithane M-45, atau Benlate, tetapi pada sayuran organik benih

Page 51: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

38  

 

diperlakukan dengan penyiraman dan higiene pada saat penanaman

umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah. Maka untuk

sayuran bayam hijau organik diperoleh faktor-faktor utama yang

menyebabkan kurang baiknya mutu hasil panen pada komoditi

bayam hijau, yaitu batang tua, batang patah, bercak putih, daun

berlubang, serta warna tidak normal.

C. Bayam Merah

Bayam Merah merupakan salah satu komoditas yang menjadi

unggulan dari Poktan CiboAgro. Namun Kelompok Tani

Cibolerang Agro terkendala dalam hal mutu hasil panen bayam

merah yang kurang baik. Dari permasalahan tersebut, maka

dilakukan brainstorming terhadap mutu hasil panen bayam merah

yang kurang baik. Hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Diagram Sebab-Akibat Komoditi Bayam Merah

Suhu 

Lingkungan

Warna tidak normal 

Masa tanam

Cara mengangkut 

Curah hujan kurang 

pH tanah 

Bercak putih

Daun berlubang 

Benih

Pupuk organik 

Busuk batang

Karat Putih 

Hama Material

Penyakit Metode

Mutu Bayam Merah kurang 

baik 

Batang patah 

Batang tua

Ulat 

Kutu

Hibrid

Organik

CendawanCendawan

Page 52: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

39  

 

Dari Diagram Sebab-Akibat pada Gambar 16 dapat dilihat,

bahwa faktor utama yang mempengaruhi adanya hasil panen daun

berlubang pada komoditi sayuran organik bayam merah dapat

disebabkan oleh lima (5) faktor, yaitu penyakit, hama, metode,

material/bahan dan lingkungan.

1. Hama

Serangan hama sangat berpengaruh terhadap mutu hasil panen

sayuran. Bila sayuran terkena hama, maka dampaknya dapat

terlihat langsung secara visual. Hama pada bayam merah umumnya

menyebabkan bercak putih dan daun berlubang. Hal tersebut

dikarenakan kutu putih yang menghisap cairan dari permukaan

daun. Sedangkan daun berlubang sering dikarenakan daun tersebut

di makan oleh ulat. Untuk pengendalian OPT, seharusnya

mengggunakan pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida

biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik.

Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik

pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan

waktu aplikasinya. Petani Poktan CiboAgro menggunakan pestisida

organik buatan sendiri yang terbuat dari daun mindi, daun surian,

akar wangi dan jahe. Namun bila sudah parah, petani hanya

mendiamkan/mengistirahatkan lahan tanamannya hingga kutu

loncat tersebut menghilang. Untuk pengendalian ulat bulu Poktan

CiboAgro melakukan pengendalian dengan mengambil ulat yang

terlihat dengan menggunakan tangan. Penggunaan mulsa pada saat

penyemaian lahan telah dilakukan namun hal tersebut tidak dapat

menghentikan serangan hama yang terjadi. Sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebabnya.

2. Metode

Metode pola tanam yang dimulai dari pra-tanam, masa tanam,

panen, serta pasca panen. Metode yang tidak tepat selama

penanganan dapat menurunkan mutu dari sayuran tersebut.

Sebaiknya pengangkutan hasil panen sayuran dari lahan ketempat

pencucian menggunakan kemasan berupa peti kayu atau peti

Page 53: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

40  

 

plastik. Hal ini dimaksudkan agar sayuran tidak mengalami

kerusakan pada saat pengangkutan yang berdampak pada

penurunan kualitas dari sayuran. Poktan CiboAgro melakukan

pengangkutan sayuran dari lahan tanam pada saat panen ke tempat

pembersihan dan penyortiran tanpa hanya dengan cara

konvensional yakni dengan mengangkut menggunakan tangan

secara langsung, yang membuat batang kangkung patah. Penyebab

penurunan mutu lainnya adalah masa tanam yang terlalu lama

yang menjadikan tanaman bayam merah memiliki batang yang tua

dan keras. Panen bayam hijau dilakukan pada umur 20-25 hari.

Masa tanam yang terlalu lama yang menjadikan tanaman bayam

merah memiliki batang yang tua dan keras. Hal tersebut terjadi

karena tidak adanya pesanan dari retailer pada saat tanaman

sayuran masuk musim panen. Sehingga petani Poktan CiboAgro

terkadang memanen lebih dari 27 hari.

3. Material/Bahan

Bagi budidaya sayuran, benih yang baik dan berkualitas

menentukan ketahanan sayuran tersebut dari serangan hama,

penyakit serta kondisi lingkungan pada saat masa tanam. Selain itu

benih yang baik juga menentukan hasil panen yang baik dan

berkualitas. Pemilihan benih harus memperhatikan hal-hal seperti,

batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan

cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji

untuk benih harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering

serta berkualitas baik. Benih yang digunakan oleh Poktan

CiboAgro berasal dari benih hibrida yang beredar di daerah sekitar.

Dari benih hibrida tersebut beberapa tanaman ditumbuhkan untuk

menghasilkan benih. Namun benih yang dihasilkan dari tanaman

yang ditumbuhkan tersebut hanya dapat digunakan 2-3 kali masa

tanam dan kurang tahan terhadap hama, sehingga hama dapat

langsung menyerang sayuran pada saat masa penanaman. Pestisida

organik yang digunakan hanya satu jenis saja, sehingga untuk hama

jenis tertentu bisa saja pestisida tersebut tidak berpengaruh.

Page 54: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

41  

 

Sayuran yang terkena hama membuat mutu dari hasil panen

menjadi menurun dan kurang baik.

4. Lingkungan

Cuaca yang tidak menentu, membuat kekeringan berkepanjangan

serta suhu yang menyebabkan lahan kekurangan air. Sumber-

sumber air untuk mengairi lahan menjadi kering. Sedangkan bayam

merah merupakan tanaman yang memerlukan curah hujan yang

tinggi. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan bayam

merah lebih dari 1.500 mm/tahun, dengan suhu udara 16-20oC dan

kelembaban udara 40-60% (. Tanaman kangkung termasuk peka

terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis), pertumbuhan

daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning – kuningan

(klorosis). 5. Penyakit

Penyebabnya adalah terjadinya karat putih Albugo ipomoea

reptans. Pada sayuran bayam merah yang di tanam secara

konvensional. Meskipun pada musim kemarau, karat putih kerap

muncul, hal ini disebabkan karena Kecamatan Selaawi merupakan

daerah yang berudara lembab meskipun pada musim kemarau.

Penyakit ini peka terhadap Dithane M-45, atau Benlate, tetapi pada

sayuran organik benih diperlakukan dengan penyiraman dan

higiene pada saat penanaman umumnya baik, penyakit tidak

menjadi masalah.

Dari dari faktor-faktor yang telah dijabarkan tersebut, maka untuk

komoditi sayuran bayam merah organik diperoleh faktor-faktor

utama yang menyebabkan kurang baiknya mutu hasil panen pada

komoditi bayam merah, yaitu batang tua, batang patah, bercak

putih, daun berlubang, serta warna tidak normal.

D. Bawang daun

Bawang daun merupakan salah satu komoditas yang menjadi

unggulan dari Poktan CiboAgro. Namun Poktan tersebut terkendala

dalam hal mutu hasil panen bawang daun yang kurang baik. Dari

Page 55: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

42  

 

permasalahan tersebut, maka dilakukan brainstorming terhadap

mutu hasil panen bawang daun yang kurang baik. Hasil analisis

dapat dilihat pada Gambar 17.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 17. Diagram Sebab-Akibat Komoditi Bawang Daun

Dari diagram sebab-akibat pada Gambar 17 dapat dilihat

bahwa faktor utama yang mempengaruhi adanya hasil panen daun

berlubang pada komoditi sayuran organik bawang daun dapat

disebabkan oleh lima (5) faktor, yaitu penyakit, hama, metode,

material/bahan dan lingkungan.

1. Lingkungan

Bawang daun bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi.

Dataran rendah yang terlalu dekat pantai bukanlah lokasi yang

tepat karena pertumbuhan bawang daun menginginkan ketinggian

sekitar 250-1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan

bawang daun juga tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat

sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya juga

memiliki suhu udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH netral (6,5-

Jarak tanam 

Cara mengangkut sayuran 

Curah hujan kurang 

pH Tanah Suhu 

Tanaman rebah 

Daun‐daun berlubang Benih

Pupuk organik 

Busuk daun

Bercak ungu 

HamaMaterial

Penyakit

Lingkungan

Metode

Mutu Bawang daun kurang baik 

Batang patah 

Cara memanen 

Daun mengering 

Ulat 

Ulat 

Hibrida

cair 

  Panas 

Page 56: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

43  

 

7,5) cocok untuk budi daya bawang daun. Meskipun tanaman

bawang daun termasuk tanaman yang kuat pada suhu panas, tetapi

cuaca yang tidak menentu, panas yang berkepanjangan yang

sedang terjadi di kecamatan Selaawi, serta kurangnya air dapat

membuat komoditi bawang daun menjadi kering pada daunnya.

2. Metode

Penyebabnya adalah metode dalam pengangkutan sayuran dari

lahan tanam pada saat panen ke tempat pembersihan dan

penyortiran yang membuat batang bawang daun patah. Sebaiknya

pengangkutan hasil panen sayuran dari lahan ketempat pencucian

menggunakan kemasan berupa peti kayu atau peti plastik. Hal ini

dimaksudkan agar sayuran tidak mengalami kerusakan pada saat

pengangkutan yang berdampak pada penurunan kualitas dari

sayuran. Selain itu Jarak tanam yang terlalu berdekatan serta cara

memanen dapat pula membuat mutu bawang daun yang dipanen

menjadi berkurang. Seharusnya jarak Lubang tanam dibuat pada

jarak 20 x 20 cm sedalam 10 cm.

3. Penyakit

Penyakit yang merusak tanaman bawang daun sehingga

mengurangi mutu bawang daun pada saat panen adalah bercak

ungu dan busuk daun/batang. penyakit yang merusak tanaman

bawang daun ialah busuk batang lunak. Penyebabnya ialah

cendawan Erwinia carotovora. Cirinya batang yang terserang

busuk, basah, dan mengeluarkan bau tak enak. Penyakit yang

berbahaya ini belum ditemukan cara pengendaliannya yang tuntas.

Pergiliran tanaman diharapkan dapat memutus daur hidup

penyakit. Begitu pula pemeliharaan lahan sayuran agar tidak kotor,

atau terlalu lembap. Sedangkan bercak ungu pengandalian

dilakukan dengan cara perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman

dengan tanaman lain dan menggunakan bibit sehat.

4. Hama

Tanaman rebah yang disebabkan oleh ulat tanah. Pangkal batang

yang diserang akan memperlihatkan bekas gigitannya, atau bahkan

Page 57: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

44  

 

batang terpotong hingga putus. Untuk pengendalian, gunakan jenis

pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi,

pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan

pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan

jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu

aplikasinya. Pengendalian yang telah dilakukan oleh petani Poktan

CiboAgro adalah dengan mengumpulkan ulat di malam hari,

menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman dengan tanaman

lain, daun-daun berlubang dapat pula menurunkan mutu panen dari

bawang daun. Daun berlubang disebabkan oleh ulat penggerek

daun. Untuk pengendaliannya petani melakukan pergiliran

tanaman dengan tanaman lain.

5. Material/Bahan

Dalam pembibitan bawang daun dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama, pembibitan benih dan kedua menggunakan pembibitan

anakan. Umumnya petani Indonesia menggunakan setek tunas.

Caranya dengan memisahkan anakan dari induknya. Pilihlah induk

yang sehat dan bagus pertumbuhannya. Tetapi untuk jenis bawang

daun impor bibit yang digunakan adalah dari biji yang dibeli di

toko pertanian. Umumnya jenis bawang daun introduksi ini

tergolong hibrida yang memang tak baik diperbanyak dengan tunas

anakan atau dari biji hasil penanaman sendiri. Kelemahan bibit asal

biji ialah panen bisa lebih lama l bulan daripada dengan bibit asal

tunas anakan. Benih yang digunakan oleh Poktan CiboAgro kurang

tahan terhadap hama, sehingga hama dapat langsung menyerang

sayuran pada saat masa penanaman. Pestisida organik yang

digunakan hanya satu jenis saja, sehingga untuk hama jenis tertentu

bisa saja pestisida tersebut tidak berpengaruh. Sayuran yang

terkena hama membuat mutu dari hasil panen menjadi menurun

dan kurang baik. Dari dari faktor-faktor yang telah dijabarkan tersebut, maka untuk

komoditi sayuran bawang daun organik diperoleh faktor-faktor

utama yang menyebabkan kurang baiknya mutu hasil panen pada

Page 58: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

45  

 

komoditi bawang daun adalah daun/batang mengering, daun/batang

patah, bercak ungu dan busuk daun

4.7.2 Pengolahan data dengan menggunakan diagram Pareto a. Kangkung

Setelah dilakukan identifikasi terhadap penyebab utama

yang menyebabkan buruknya mutu kangkung Poktan CiboAgro

dengan menggunakan Fishbone diagram, selanjutnya dilakukan

analisis lebih lanjut untuk mengetahui cacat yang paling

berpengaruh dengan menggunakan Diagram Pareto.

Data Contoh sayuran Kangkung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Contoh Sayuran Kangkung

Contoh ke -

Jenis cacat

Jumlah Bercak Putih

Daun Berlubang

Batang Patah

Warna Tidak

Normal

Batang Tua

1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 0 0 1 3 0 1 0 0 0 1 4 0 1 0 0 0 1 5 0 1 0 0 0 1 6 0 1 0 0 0 1 7 0 1 0 0 0 1 8 0 0 0 1 0 1 9 0 1 0 0 0 1 10 0 1 0 0 0 1 11 0 1 0 0 0 1 12 0 1 0 0 0 1 13 0 0 0 0 1 1 14 0 0 0 1 0 1 15 1 0 0 0 0 1 16 0 1 0 0 0 1 17 0 1 0 0 0 1 18 0 0 1 0 0 1 19 1 0 0 0 0 1

Page 59: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

46  

 

Lanjutan Tabel 4.

Contoh ke -

Jenis cacat Jumlah Bercak

Putih Daun

BerlubangBatang Patah

Warna Tidak

Normal

Batang Tua

20 0 1 0 0 0 1 21 0 1 0 0 0 1 22 0 1 0 0 0 1 23 1 0 0 0 0 1 24 0 1 0 0 0 1 25 0 1 0 0 0 1 26 0 1 0 0 0 1 27 1 0 0 0 0 1 28 0 0 1 0 0 1 29 0 1 0 0 0 1 30 1 0 0 0 0 1

Jumlah 5 20 2 2 1 30

Dari hasil pengamatan dan jumlah banyaknya cacat terhadap contoh hasil

panen pada komoditas kangkung seperti yang terdapat pada Tabel 4. Maka

dilakukan perhitungan, sehingga didapat perhitungan seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Kangkung

Jenis cacat Jumlah Cacat  Persen Cacat (%) 

Persen Kumulatif (%) 

Daun Berlubang  20 66,66  66,66 Bercak Putih  5 16,67  83,33 Batang Patah  2 6,67  90,01 Warna Tidak Normal  2  6,67  96,68 Batang Tua  1  3,33  100,00 

Jumlah  30  100,00    

Hasil perhitungan dari produk reject sayuran Kangkung dapat

digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada Gambar 18.

Page 60: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

47  

 

Gambar 18. Diagram Pareto terhadap Cacat Kangkung

Dari diagram Pareto pada Gambar 18 di atas dapat dilihat

bahwa daun berlubang merupakan cacat tertinggi dengan jumlah cacat

dua puluh 20 (66,66%). Bercak putih dengan jumlah lima (5) atau

16,67%. Batang patah dengan jumlah dua (2) atau 6,67%. Warna

tidak normal dengan jumlah dua (2) atau 6,67%. Batang tua dengan

jumlah satu (1) atau 3,33%.

Jadi cacat yang paling besar yaitu cacat daun berlubang yang

disebabkan oleh hama. Hal ini sesuai dengan identifikasi dari

Fishbone Diagram. Penanganan yang telah dilakukan oleh petani

adalah dengan mengambil setiap ulat atau belalang yang terlihat.

Namun cara tersebut dirasa kurang efisien mengingat luas lahan dan

harus seringnya kegiatan itu dilakukan. Untuk mencegah terserangnya

kangkung oleh ulat dan belalang, petani bisa memanfaatkan sifat hama

yang umumnya tertarik pada penyinaran lampu UV. Petani bisa

memasang perangkap sinar UV pada malam hari untuk mencegah

serangga menyerang tanaman kangkung. Pemasangan perangkap UV

memang membutuhkan sedikit biaya, namun ini bisa

mengefisiensikan kerja para petani. Selain itu, anggota Poktan

CiboAgro juga sebaiknya menggunakan pestisida organik yang

bervariasi, tidak hanya bergantung pada pestisida cair yang beredar

dipasaran. Pestisida organik dapat pula dibuat mandiri oleh petani

Page 61: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

48  

 

dengan menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan

seperti bawang merah, daun mimba, biji mimba, daun pepaya. Petani

dapat pula membuat campuran dari pestisida cair organik dengan

tanaman-tanaman yang dapat dibuat pestisida nabati tersebut.

b. Bayam Hijau

Setelah dilakukan identifikasi terhadap penyebab utama

yang menyebabkan buruknya mutu bayam hijau Poktan CiboAgro

dengan menggunakan Fishbone diagram, selanjutnya dilakukan

analisis lebih lanjut untuk mengetahui cacat yang paling

berpengaruh dengan menggunakan Diagram Pareto.

Data Contoh sayuran Bayam Hijau dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Contoh Sayuran Bayam Hijau

Contoh ke-

Jenis cacat

Jumlah Bercak putih

Batang Patah

Daun berlubang

Warna Tidak Normal

Batang Tua

1 1 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 0 1 3 1 0 0 0 0 1 4 1 0 0 0 0 1 5 0 1 0 0 0 1 6 0 0 1 0 0 1 7 0 0 0 0 1 1 8 0 0 1 0 0 1 9 0 0 0 1 0 1

10 0 0 1 0 0 1 11 0 0 1 0 0 1 12 0 0 1 0 0 1 13 1 0 0 0 0 1 14 0 0 1 0 0 1 15 0 0 1 0 0 1 16 1 0 0 0 0 1 17 0 0 1 0 0 1 18 0 0 1 0 0 1

Page 62: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

49  

 

Lanjutan Tabel 6.

Contoh ke-

Jenis cacat JumlahBercak

putih Bercak putih

Bercak putih

Bercak putih

Bercak putih

19 0 0 0 1 0 1 20 0 0 1 0 0 1 21 0 0 1 0 0 1 22 0 0 1 0 0 1 23 1 0 0 0 0 1 24 0 0 1 0 0 1 25 0 0 1 0 0 1 26 0 0 1 0 0 1 27 1 0 0 0 0 1 28 0 0 1 0 0 1 29 1 0 0 0 0 1 30 0 0 1 0 0 1

Jumlah 9 1 17 2 1 30

Dari hasil pengamatan dan jumlah banyaknya cacat terhadap contoh hasil

panen pada komoditas bayam hijau seperti yang terdapat pada Tabel 6.

Maka dilakukan perhitungan, sehingga didapat hasil perhitungan seperti

pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bayam Hijau

Jenis cacat Jumlah Cacat  Persen Cacat (%) 

Persen Kumulatif (%) 

Bercak Putih 20 66,66 66,66 Daun Berlubang 5 16,67 83,33 Batang Patah 3 10,00 93,33 Warna Tidak Normal 2 6,67 100,00 Batang Tua 0 0,00 100,00

Jumlah 30 100,00

Hasil perhitungan dari produk reject sayuran bayam hijau

dapat digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada

gambar 19.

Page 63: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

50  

 

Gambar 19. Diagram Pareto terhadap Cacat Bayam Hijau

Dari gambar diagram Pareto (Gambar 19) terhadap sayuran Bayam

Hijau dapat dilihat bahwa Bercak putih merupakan cacat tertinggi

dengan jumlah cacat 20 (66,67%). Daun berlubang dengan jumlah

lima (5) atau 16,67%. Batang patah dengan jumlah tiga (3) atau

10,00%. Warna tidak normal dengan jumlah dua (2) atau 6,67%.

Batang tua dengan jumlah 0 atau 0%.

Jadi

Cacat yang paling besar pada komoditas bayam hijau adalah bercak

putih pada daun yang disebabkan oleh kutu loncat yang merupakan

hama pada tanaman bayam hijau. Hal ini dapat disesuaikan dengan

hasil identifikasi dari Fishbone Diagram. Untuk mencegah

terserangnya bayam hijau oleh kutu loncat, anggota poktan CiboAgro

sebaiknya menggunakan pestisida organik yang bervariasi, tidak

hanya bergantung pada pestisida cair yang beredar dipasaran.

Pestisida organik dapat pula dibuat mandiri oleh petani dengan

menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan seperti

bawang merah, daun mimba, biji mimba, daun pepaya. Petani dapat

pula membuat campuran dari pestisida cair organik dengan tanaman-

tanaman yang dapat dibuat pestisida nabati tersebut.

Page 64: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

51  

 

c. Bayam Merah

Setelah dilakukan identifikasi terhadap penyebab utama yang

menyebabkan buruknya mutu bayam merah Poktan CiboAgro dengan

menggunakan Fishbone diagram, selanjutnya dilakukan analisis lebih

lanjut untuk mengetahui cacat yang paling berpengaruh dengan

menggunakan Diagram Pareto.

Data Contoh sayuran Bayam Merah dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Contoh Sayuran Bayam Merah

Contoh ke-

Jenis cacat

Jumlah Bercak putih

Batang Patah

Daun berlubang

Warna Tidak Normal

Batang Tua

1 1 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 0 1 3 1 0 0 0 0 1 4 1 0 0 0 0 1 5 0 1 0 0 0 1 6 0 0 1 0 0 1 7 0 0 0 0 1 1 8 0 0 1 0 0 1 9 0 0 0 1 0 1

10 0 0 1 0 0 1 11 0 0 1 0 0 1 12 0 0 1 0 0 1 13 1 0 0 0 0 1 14 0 0 1 0 0 1 15 0 0 1 0 0 1 16 1 0 0 0 0 1 17 0 0 1 0 0 1 18 0 0 1 0 0 1 19 0 0 0 1 0 1 20 0 0 1 0 0 1 21 0 0 1 0 0 1 22 0 0 1 0 0 1 23 1 0 0 0 0 1 24 0 0 1 0 0 1 25 0 0 1 0 0 1

Page 65: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

52  

 

Lanjutan Tabel 8.

Contoh ke-

Jenis cacat JumlahBercak

putih Bercak putih

Bercak putih

Bercak putih

Bercak putih

26 0 0 1 0 0 1 27 1 0 0 0 0 1 28 0 0 1 0 0 1 29 1 0 0 0 0 1 30 0 0 1 0 0 1

Jumlah 9 1 17 2 1 30

Dari hasil pengamatan dan jumlah banyaknya cacat terhadap contoh hasil

panen pada komoditas Bayam Merah seperti yang terdapat pada Tabel 8.

Dilakukan perhitungan, sehingga didapat hasil perhitungan seperti pada

Tabel 9.

Tabel 9. Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bayam Hijau

Jenis cacat Jumlah Cacat  Persen Cacat (%) 

Persen Kumulatif (%) 

Bercak Putih  20 66,66  66,66 Daun Berlubang  5 16,67  83,33 Batang Patah  3 10,00  93,33 Warna Tidak Normal  2 6,67  100,00 Batang Tua  0 0,00  100,00 

Jumlah  30  100,00    

Hasil perhitungan dari produk reject sayuran bayam merah dapat

digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada Gambar 20:

Page 66: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

53  

 

Gambar 20. Diagram Pareto terhadap Cacat Bayam Merah

Dari gambar diagram Pareto (Gambar 20) terhadap sayuran

bayam merah dapat dilihat bahwa daun berlubang merupakan cacat

tertinggi dengan jumlah cacat 17 contoh ( 56,67%). Bercak putih pada

daun dengan jumlah sembilan (9) contoh atau 30,00%. Warna tidak

normal dengan jumlah dua (2) atau 6,67%. Batang patah dengan

jumlah satu (1) contoh atau 3,33%.. Batang tua dengan jumlah satu

(1) atau 3,33%.

Jadi cacat terbesar pada komoditas bayam merah adalah

lubang pada daun yang disebabkan oleh ulat yang memakan bagian

daun dari bayam merah.. Hal ini sesuai dengan hasil identifikasi dari

Fishbone Diagram. Penanganan yang telah dilakukan oleh petani

adalah dengan mengambil setiap ulat atau belalang yang terlihat.

Namun cara tersebut dirasa kurang efisien mengingat luas lahan dan

harus seringnya kegiatan itu dilakukan. Untuk mencegah terserangnya

sayuran oleh ulat dan belalang, petani bisa memanfaatkan sifat hama

yang umumnya tertarik pada penyinaran lampu UV. Petani bisa

memasang perangkap sinar UV pada malam hari untuk mencegah

serangga menyerang tanaman kangkung. Pemasangan perangkap UV

memang membutuhkan sedikit biaya, namun ini bisa

mengefisiensikan kerja para petani. Selain itu, anggota Poktan

CiboAgro juga sebaiknya menggunakan pestisida organik yang

bervariasi, tidak hanya bergantung pada pestisida cair yang beredar

Page 67: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

54  

 

dipasaran. Pestisida organik dapat pula dibuat mandiri oleh petani

dengan menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan

seperti bawang merah, daun mimba, biji mimba, daun pepaya. Petani

dapat pula membuat campuran dari pestisida cair organik dengan

tanaman-tanaman yang dapat dibuat pestisida nabati tersebut.

d. Bawang Daun

Setelah dilakukan identifikasi terhadap penyebab utama yang

menyebabkan buruknya mutu bayam merah Poktan CiboAgro dengan

menggunakan Fishbone diagram, selanjutnya dilakukan analisis lebih

lanjut untuk mengetahui cacat yang paling berpengaruh dengan

menggunakan Diagram Pareto.

Data Contoh sayuran Bawang Daun dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Data Contoh Sayuran Bawang Daun

Contoh ke-

Jenis cacat

Jumlah Busuk Pada Daun

Bercak Ungu

Daun Patah

Daun Mengering

1 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 1 3 0 0 0 1 1 4 0 0 0 1 1 5 0 0 0 1 1 6 0 0 1 0 1 7 0 1 0 0 1 8 0 0 0 1 1 9 0 0 0 1 1 10 0 1 0 0 1 11 0 0 0 1 1 12 0 0 1 0 1 13 0 0 1 0 1 14 0 0 0 1 1 15 0 0 0 1 1 16 0 0 1 0 1 17 0 1 0 0 1 18 0 0 1 0 1 

 

Page 68: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

55  

 

 

Lanjutan Tabel 10.

Contoh ke-

Jenis cacat

Jumlah Busuk Pada Daun

Busuk Pada Daun

Busuk Pada Daun

Busuk Pada Daun

19 0 0 1 0 1 20 0 0 0 1 1 21 0 0 0 1 1 22 0 0 1 0 1 23 0 0 1 0 1 24 0 0 1 0 1 25 0 1 0 0 1 26 0 0 0 1 1 27 0 0 0 1 1 28 0 1 0 0 1 29 0 0 0 1 1 30 0 0 0 1 1 

Jumlah 0  5  9  16  30 

Dari hasil pengamatan dan jumlah banyaknya cacat terhadap contoh hasil

panen pada komoditas bawang daun seperti yang terdapat pada Tabel 10.

Dilakukan perhitungan, sehingga didapat perhitungan seperti pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bawang Daun

Jenis cacat Jumlah Cacat 

Persen Cacat (%) 

Persen Kumulatif (%) 

Daun mengering  16 53,33  53,33 Daun Patah  9 30,00  83,33 Bercak ungu  5 16,67  100,00 Busuk Pada Daun  0  0,00  100,00 

Jumlah  30  100,00    

Hasil perhitungan dari produk reject sayuran bawang daun dapat

digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada gambar 21:

Page 69: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

56  

 

Gambar 21. Diagram Pareto terhadap Cacat Daun Bawang

Dari gambar diagram Pareto (Gambar 21) terhadap daun bawang

dapat dilihat bahwa daun mengering merupakan cacat tertinggi dengan

jumlah cacat 16 contoh (53,33%). Daun patah dengan jumlah sembilan (9)

contoh atau 30,00%. Bercak ungu pada daun dengan jumlah lima 5 atau

16,67%. Dan yang terakhir adalah busuk pada daun dengan jumlah nol (0)

atau 0%.

Jadi cacat terbesar pada komoditas bawang daun adalah daun

mengering yang disebabkan karena kemarau panjang yang berkepanjangan.

Hal ini sesuai dengan hasil identifikasi dari Fishbone Diagram. Daun yang

mengering disebabkan oleh kurangnya pasokan air ke lahan yang

dikarenakan kemarau yang panjang yang membuat sumber mata air yang

dekat dengan lahan tanam mengering. Hal yang telah dilakukan Poktan

CiboAgro dalam menanggulangi masalah tersebut adalah dengan memompa

air dari sumur-sumur masyarakat sekitar dengan menggunakan mesin

pompa air. Solusi lain yang dapat dilakukan oleh petani adalah dengan

membuat sumur endapan untuk menampung air. Sumur emdapan dipilih

karena sumur endapan dapat pula menampung air dari irigasi yang mengalir

melewati lahan tanam, tanpa terlalu khawatir air tersebut terkontaminasi,

karena air tersebut diendapkan terlebih dahulu untuk menghilangkan

kontasminasi yang tercampur didalam air.

Page 70: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

57  

 

Serangan hama pada sayuran organik merupakan faktor yang paling

dominan terhadap cacat yang terjadi pada sayuran organik, sehingga

berpengaruh terhadap produksi hasil panen serta mutu dari komoditi sayuran

organik tersebut. Faktor lain seperti metode, material/bibit dan peralatan

merupakan faktor penentu apakah proses tanam akan berjalan dengan baik

atau tidak. Metode tanam yang baik akan berpengaruh terhadap mutu dan

kuantitas dari sayuran organik yang akan dipanen nanti. Sedangkan bibit

yang baik akan berpengaruh terhadap daya tumbuh dari sayuran organik

tersebut, serta ketahanan sayuran tersebut terhadap hama, penyakit dan

kontaminasi yang datang dari luar. Faktor lain yang juga menentukan adalah

lingkungan dan cuaca serta iklim yang sedang berlangsung. Kekeringan

panjang akan menyebabkan lahan kekurangan air yang akan berakibat pada

berkurangnya mutu hasil panen.

Daun berlubang dan bercak putih, menjadi parameter yang paling

banyak menyimpang. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya serangan hama

dari luar lahan. Sedangkan daun mengering menjadi parameter yang paling

banyak menyimpang disebabkan oleh kekeringan yang panjang serta

sedikitnya sumber air yang tersedia.

Budidaya sayuran organik sangat berpotensi sekali untuk

dikembangkan. Mengingat trend masyarakat Indonesia yang mulai kembali

ke alam dan mulai mengkonsumsi pangan organik terutama sayuran

organik. Bila dikelola dengan baik mengenai kontinuitas dari quantitas serta

kualitas yang dapar bersaing, pertanian organik di Indoesia sangat

berpotensi untuk dibudidayakan dengan skala besar. Bukan hanya pasar

lokal, bahkan bisa hingga pasar ekspor ke mancanegara, terutama negara

tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Sebaiknya

pemerintah memberikan perhatian khusus untuk pertanian organik, bukan

hanya mencanangkan program “Go organik 2010”. Seharusnya Pemerintah

membantu para petani yang serius dalam budidaya sayuran organik.

Page 71: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

 

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Kelompok Tani Cibolerang Agro memiliki 10 (Sepuluh) orang anggota,

namun yang masih aktif hingga saat ini hanya 4 orang. Dengan tingkat

pendidikan Strata 1, pendidikan SLTA dan pendidikan SD. Memiliki

umur antara 26-55 tahun. Dengan status lahan yang digarap milik sendiri

dan lahan sewa menggunakan pola penanaman monokultur. Poktan

CiboAgro memiliki rataan pendapatan perbulan lebih dari Rp. 500.000.

pola budidaya yang dilakukan masih sederhana, seperti mengolah lahan

menggunakan cangkul, penggunaan pestisida organik yang dibuat sendiri

dan teknis pemanenan yang masih konvensional.

b. Penerapan mutu sayuran organik Pokta CiboAgro di Kecamatan Selaawi

dan Limbangan dibuktikan dengan sertifikat organik yang dikeluarkan

oleh Lembaga Sertifikasi Pertanian Organik INOFICE dan disertai

dengan upaya pihak Poktan CiboAgro dalam menjaga produk sayurannya

agar tetap organik dengan menggunakan pestisida organik; menggunakan

pupuk organik untuk menjaga kesuburan lahan tanam; menjaga kualitas

air untuk pengairan lahan maupun pencucian sayuran saat panen.

Penerapan mutu yang telah diterapkan terhadap sayuran hasil panen

yakni dengan melakukan sortasi terhadap sayuran yang rusak, grading

untuk menggolongkan sayuran berdasarkan mutunya, serta menggunakan

kemasan utama berupa plastik.

2. Saran

a. Petani bisa menggunakan perangkap UV pada malam hari untuk

mencegah serangan hama, serta hendaknya petani menggunakan

pestisida organik yang bervariatif agar dapat mengusir hama dari lahan

sayuran organik. Solusi tersebut diambil karena komoditas yang diambil

sebagai contoh merupakan sayuran daun dimana solusinya dapat

diaplikasikan secara umum untuk sayuran daun dengan masalah yang

sama.

Page 72: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

54  

 

b. Untuk mengantisipasi musim kemarau berkepanjangan, sebaiknya petani

membuat sumur endapan agar pada musim kemarau pun petani tetap bisa

mengolah lahan sayuran organiknya.

c. Pemerintah memberikan perhatian penuh terhadap budidaya sayuran

organik dengan memberikan bantuan berupa pelatihan-pelatihan dalam

hal budidaya organik dengan teknologi dan metode yang lebih maju,

memberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian kepada petani

organik.

Page 73: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

 

DAFTAR PUSTAKA

 Departemen Pertanian. 2005. Pengembangan Sayuran Organik Tahun 2005 Dinas TPH Kab. Garut. 2010. UPTD Data dan Informasi Dinas TPH Tahun 2011 David, F.R. 2006. Manajemen Strategi. PT. Prehalindo, Jakarta. DIPERTA JAWA BARAT.(2012). Sistim Pelabelan Mutu Sistim Sertifikasi

Pertanian Indonesia (SISAKTI). Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Bandung Gaspersz, V. 2003. Total Qualily Management. PT. Gramedia Pustaka Utomo.

Jakarta Juran, J.M. 1996. Merancang Mutu Ancangan Baru Mewujudkan Mutu ke dalam

Barang dan Jasa (Terjemahan). Penerbit PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Manuhutu, M. 2005. Bertanam Sayuran Organik Bersama Melly Manuhutu. Agromedia Pusaka, Jakarta

Mes Ayu Aliza Fitri, 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik pada Kelompok Tani “Usahatani Bersama” Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Skripsi pada Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Moghtader, J. Jurnal Internasional. Organic Agriculture & Food Security, vol (22): pp 86-108

Kadarisman, D dan T. Muhandri. 2008. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. IPB Press, Bogor

Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

Pracaya. 2007. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag (Cetakan kedelapan). Penebar Swadaya, Jakarta.

SNI 6729. 2010. Standar Nasional Indonesia. Kementerian Pertanian RI, Jakarta.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. 219 hal.

Tegar. 2010. Mengkaji Mutu Keragaman dan Penyimpangan Mutu Gula Kelapa Kristal (Gula Semut) Di Kawasan Home Industri Gula Kelapa Kabupaten Banyumas. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Wartaya, Y.W . 2005. Membangun Karakter Petani Organik Sukses dalam Era Globalisasi. Kanisius. Yogyakarta

Widiyanti. 2005. Analisis Faktor-Faktor Karakteristik Individu Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Dalam Pembelian Sayuran Organik Di PT. Hero Supermarket Cabang Padjajaran, Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor

http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/menu/12.4_SISTIM_PELABELAN_MUTU_SISTIM_SERTIFIKASI_PERTANIAN_INDONESIA_(SISAKTI)_ (09 Juli 2012)

http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_wrapper&view=wrapper&Itemid=62 (29 Desember 2012)

http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/422 (29 Desember 2012)

Page 74: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

56  

 

http://perundangan.deptan.go.id/admin/k_mentan/SK-273-07.pdf (29 Desember 2012)

http://www.diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/detailberita/735 (29 Desember 2012)

http://www.plantamor.com/index.php?n=74&articles=yes (29 Desember 2012) Organic Nutrition. http://www.organicnutrition.co.uk/whyorganic/

whyorganic.htm. (Diakses pada 2 Mei 2012)

Page 75: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

 

LAMPIRAN                          

Page 76: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

58  

 

Lampiran 1. Kuesioner Identitas Anggota Kelompok Tani Identitas Anggota Kelompok Tani. 1. Nama : (L/P) 2. Alamat : 3. Status Pernikahan :

(1) Belum menikah (2) Menikah 4. Umur :

(1) 17-25 tahun (4) 46-55 tahun (2) 26-35 tahun (5) >55 tahun, sebutkan ...... (3) 36-45 tahun

5. Pendidikan Terakhir : (1) SD (5) Akademi, sebutkan........... (2) SLTP (6) Sarjana, sebutkan.............. (3) SLTA (7) Pascasarjana, sebutkan..... (4) Diploma/Politeknik, sebutkan ...........

6. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga ........... Orang 7. Rataan Pendapatan Per Bulan :

(1) Rp. 100.000 – Rp. 300.000 (2) Rp. 300.000 – Rp. 500.000 (3) Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 (4) > Rp. 1.000.0000, sebutkan...................

8. Luas Lahan yang Digarap ................. Ha 9. Status Lahan yang Digarap :

(1) Milik Sendiri (2) Sewa (3) Garapan (4) Lainnya, sebutkan......................

10. Pengolahan tanah Alat : a. Cangkul b. Traktor c. Garpu

d. Lainnya, sebutkan................... 11. Jenis pengolahan :

a. Pembalikan tanah b. Penggaruan c. Lainnya, sebutkan................

12. Pola penanaman a. Monokultur b. Polikultur c. Tumpang sari d. Lainnya, sebutkan...............

13. Pemupukan Pupuk Organik, dengan............. − Sumber kotoran :

a. Sapi b. Ayam c. Kerbau d. lainnya, sebutkan...................

Dosis : ....................kg/ha − Cara aplikasi :

a. Sebar b. Alur c. Tugal d. lainnya, sebutkan...................

Page 77: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

59  

 

Lanjutan lampiran 1 14. Pemeliharaan

a. Penyiangan Waktu pelaksanaan : ................... MST Alat yang digunakan : ...................

b. Penyiraman Waktu pelaksanaan : ................... MST Alat yang digunakan : ...................

15. Kegiatan panen a. Cara pemanenan

(1) Dipetik (2) Dipotong dengan alat (3) Mekanis (4) Lainnya, sebutkan...................

b. Alat panen (1) Manual/tangan (2) Gunting (3) Pisau (4) Lainnya, sebutkan...................

c. Alat angkut (1) Ember (2) Keranjang (3) Bakul (4) Lainnya, sebutkan...................

16. Kegiatan pasca panen a. Pembersihan

(1) Pencucian dengan air bersih (2) Pencucian kering (pengelapan) (3) Lainnya, sebutkan...................

b. Sortasi dan grading − Kriteria produk

a. Bentuk ....................................................................................................... b. Warna ....................................................................................................... c. Tingkat kematangan ................................................................................. d. Tingkat kerusakan .................................................................................... e. Ukuran ......................................................................................................

c. Pengangkutan ke pemasaran − Alat pengemas

a. Peti kayu Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal : ...................kg

b. Keranjang bambu Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal : ...................kg

c. Kontainer plastik Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal : ...................kg

d. Lainnya,sebutkan ............... Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal : ...................kg

Page 78: skripsi trian fajar ramdhan h24104048 PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H24104048 PROGRAM SARJANA

60  

 

Lampiran 2. Sertifikat Organik Kelompok Tani Cibolerang Agro