skripsi tini buk

61
I. PENDAHULUAN Lidah buaya (Aloe vera Linn) merupakan tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Manfaat lidah buaya sangat beragam salah satu diantaranya adalah sebagai anti bakteri. Aloe vera Linn mengandung enzim proteinase yang bekerja sama dengan glukomanan mampu memecah bakteri yang menyerang luka (Furnawanthi,2002) Beberapa peneliti meyakini bahwa gel ini mengandung stimulator biogenik untuk epitelisasi berupa heteroauksin, asam fenilindoasetat, glioksidiuresida, dan alantoin. Khasiat dan penggunaan Aloe vera Linn sangat bervariasi yaitu sebagai laksatif, stimulator biogenik yang mempercepat proses reepitelisasi jaringan, penyubur rambut, antibakteri, antiviral, dan antifungi, arthritis dan rematik, tukak lambung dan gangguan pencernaan, hepatoprotektor, menurunkan kadar lemak dalam darah dan imunomodulator (Padmadisastra et al,2003). 1

Transcript of skripsi tini buk

Page 1: skripsi tini buk

I. PENDAHULUAN

Lidah buaya (Aloe vera Linn) merupakan tanaman yang mempunyai potensi

untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri farmasi dan

kosmetik. Manfaat lidah buaya sangat beragam salah satu diantaranya adalah sebagai

anti bakteri. Aloe vera Linn mengandung enzim proteinase yang bekerja sama dengan

glukomanan mampu memecah bakteri yang menyerang luka (Furnawanthi,2002)

Beberapa peneliti meyakini bahwa gel ini mengandung stimulator biogenik

untuk epitelisasi berupa heteroauksin, asam fenilindoasetat, glioksidiuresida, dan

alantoin. Khasiat dan penggunaan Aloe vera Linn sangat bervariasi yaitu sebagai

laksatif, stimulator biogenik yang mempercepat proses reepitelisasi jaringan,

penyubur rambut, antibakteri, antiviral, dan antifungi, arthritis dan rematik, tukak

lambung dan gangguan pencernaan, hepatoprotektor, menurunkan kadar lemak dalam

darah dan imunomodulator (Padmadisastra et al,2003).

Kandungan kimia Aloe vera Linn dapat dipengaruhi antara lain tempat tumbuh,

dan juga dipengaruhi jenis dari Aloevera Linn. Aloe vera Linn yang tumbuh di daerah

yang basah dengan curah hujan yang tinggi akan memudahkan Aloe vera Linn rusak

(furnawanthi, 2002).

Minyak kelapa murni ( Virgin Coconut Oil atau VCO ) merupakan produk

olahan asli Indonesia yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

VCO dilaporkan aktif sebagai antibakteri karena memiliki kandungan asam laurat,

asam kaprilat dan asam kaprat (Jannah,2007). Oleh sebab itu sebelum

1

Page 2: skripsi tini buk

memformulasikan VCO menjadi suatu bentuk sediaan, perludilakukan kembali uji

aktivitas antibakteri.

Penelitian ini dilakukan sebagai studi awal untuk membuat formula gabungan

dari Aloe vera Linn dan VCO guna meningkatkan aktivitas antibakterinya.

2

Page 3: skripsi tini buk

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tentang Tanaman

Lidah buaya telah dijuluki sebagai “medical plant” (tanaman obat) atau

“master healing “ (tanaman penyembuh utama). Tumbuhan ini menyerupai kaktus,

daunnya meruncing berbentuk taji, tepi gerigi yang bagian dalamnya bening, dan

bersifat getas (Furnawanthi, 2002). Lidah buaya sangat jarang menghasilkan bunga.

Biasanya bunga hanya ditemukan pada dataran tinggi, bunga berwarna kuning atau

kemerahan, berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun (Santoso, 2008).

Secara taksonomi, lidah buaya diklasifikasikan sebagai berikut (Furnawanthi,

2002)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophytae

Kelas : Monocotyladoneae

Ordo : Liliflorae

Famili : Liliceae

Genus : Aloe

Spesies : Aloe vera L

2.2 Asal Usul Tanaman

Tanaman lidah buaya (Aloe vera Linn) sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu.

Lidah Buaya (Aloe vera Linn) dikenal juga dengan nama dearah letah buaya atau

jadam, atau dengan istilah asing disebut lu hui atau aloes. Diduga lidah buaya berasal

3

Page 4: skripsi tini buk

dari kepulauan Canary sebelah barat Afrika, lidah buaya masuk ke Indonesia dibawa

oleh petani keturunan Cina pada abad ke-17 (Furnawanthi, 2002)

Beberapa sumber mengatakan bahwa lidah buaya masuk ke Indonesia di bawa

petani keturunan Cina pada abad ke- 17. Pemanfaatan tanaman ini di Indonesia masih

sedikit, terbatas sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan di gunakan sebagai

kosmetika untuk penyubur rambut (Furnawanthi, 2002)

2.2.1 Morfologi Tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera Linn)

Lidah buaya dapat tumbuh liar di berbagai tempat atau dapat pula di tanam di

dalam pot sebagai tanaman hias atau sebagai tanaman obat. Batang bulat tidak

berkayu, daun tunggal berwarna hijau, dengan tepi bergerigi dan pangkal memeluk

batang, daun tebal berdaging, mudah patah (getas), dan mengandung getah yang

warnanya jernih. Permukaan daun berbintik –bintik, panjang 15 – 36 cm, lebar 2-6

cm. Bunga berwarna jingga, tersusun dalam tandan yang panjangnya 60 -90 cm. Akar

lidah buaya berupa akar serabut ( Marina, 2003).

Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika, Asia, dan

Amerika. Hal ini disebabkan lidah buaya dapat menutup stomata daun sampai rapat

pada musim kemarau untuk menghindari kehilangan air dari daunnya. Lidah buaya

juga dapat tumbuh didaerah beriklim dingin. Lidah buaya termasuk efisien

penggunaan air dengan sifat tahan kekeringan (Furnawanthi, 2002)

2.2.2 Kandungan lidah buaya (Aloe vera Linn)

Daun lidah buaya segar mengandung anthraquinon (alonin dan barbaloin),

enzim (oksidase , amylase, katalase, lipase, dan proteinase), saponin, polisakarida

(selulosa, glukosa, mannose, dan rhamnosa) lignin, vitamin (Vitamin B1, B2, B6, dan

4

Page 5: skripsi tini buk

asam folat). Antraquinon mempunyai kandungan antibiotik sedangkan enzim

berperan pada penyembuhan luka dalam dan luka luar (Furnawanthi, 2002)

Cairan yang berwarna bening seperti jeli (lender) cairan ini mengandung zat

antibakteri dan antijamur, serta asam salisilat yang dapat merangsang fibroblast (sel-

sel kulit yang berfungsi untuk menyembuhkan luka). Oleh karena itu, lidah buaya di

yakini mampu menyembuhkan luka, meredam rasa sakit, dan berhasiat sebagai

antibengkak (Santoso, 2008).

2.3 Tinjauan Botani Kelapa (Cocos nucifera.Linn)

2.3.1 Klasifikasi (Sutrisno, 1998)

Divisio : Spermatophyta

Subdivision : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Subkelas : Arecidae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera. Linn

2.3.2 Morfologi

Taman kelapa berupa pohon tunggal, tidak bercabang, tinggi 10- 14 m,

memiliki akar serabut. Daunnya berpelepah atau bersirip genap, panjang pelepah

mencapai 2-4 m, kaku, daunnya berwarna hijau terang. Buah kelapa berbentuk bulat

lonjong dengan ukuran bervariasi, terdiri dari sabut 35%, daging buah 28%, air

kelapa 15%, tempurung 12%, serta beberapa bagian lainnya (kulit luar, lembaga, dan

5

Page 6: skripsi tini buk

testa). Bunga betina tanaman kelapa akan dibuahi 18-25 hari setelah buah

berkembang dan buah akan menjadi rusak setelah 12 bulan (Amni, 2008).

2.3.3 Kandungan Kimia

Komposisi kimia daging buah kelapa dipengaruhi oleh umur buah kelapa.

Semakin tua kelapa maka kandungan lemaknya semakin tinggi.

Tabel. Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa diberbagai Tingkat Kematangan.

Analisa(Dalam 100 g)

Satuan Buah muda Buah setengah muda

Buah tua

Kalori Kkal 68 180 359Protein g 1 4 3,4Lemak g 0,9 13 34,7

Karbohidrat g 14 10 14Kalsium mg 17 8 21Fosfor mg 30 35 2Besi mg 1 1,3 2

Aktivasi vitamin A

UI 0,0 10 0,0

Tiamin mg 0,0 0,5 0,1Asam askorbat mg 4 4 2

Air g 83,3 70 46,9Bagian yang

dapat dimakang 53 53 53

Sumber: Amni, 2008

2.3.4 Minyak Kelapa

Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak kelapa

digolongkan dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling

tinggi bila dibandingkan dengan asam lemak lainnya yang terdapat dalam minyak

kelapa. (Anonim, 2001)

Minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) secara defenisi adalah

minyak yang tidak mengalami proses hidrogenisasi. Minyak ini memiliki warna

6

Page 7: skripsi tini buk

kuning pucat sampai tidak berwarna, atau lemak semi padat yang berwarna putih

yang diperoleh dari daging buah kelapa yang diekstrak yang dilakukan dengan proses

dingin. Misalnya fermentasi dan pemansan pada suhu tertentu (Deswika, 2007).

2.3.5 Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni

Kualitas VCO tergantung dari bahan dan proses pembuatannya. Proses

pembuatan VCO secara garis besar terbagi dalam 2 cara, yaitu melalui pemanasan

dan dingin (tanpa pemanasan)

A. Melalui pemanasan

1. Pembuatan santan. Kelapa matang 12 bulan, kupas sabutnya dan belah menjadi

2 bagian. Pisahkan daging kelapa kemudian diparut. Peras parutan kelapa

bersama air, hingga diperoleh santan. Tandanya, air berwarna putih kental.

Santan disaring dengan saringan kalapa

2. Pemisahan krim. Tampung santan kelapa dalam wadah plastik transparan.

Sehingga tanda batas pemisahan antara krim dan air terlihat. Biarkan selama 3

jam, santan bakal terpisah menjadi 3 lapisan. Lapisan atas berupa krim, tengah

berupa skim, dan air lapisan terbawah. Bagian yang digunakan untuk minyak

kelapa murni adalah krim, gunakan selang untuk memisahakan krim. Salah

satu ujung selang diletakkan dilapisan ujung krim dan ujung lain dimasukkan

dalam wadah penampung.

3. Pemanasan krim santan. Masukkan krim dalam wajan. Lalu panaskan diatas api

pada suhu 100-110oC. Aduk krim terus menerus hingga agak matang. Ingat

jangan sampai krim hagus karena dapat menyebabkan minyak coklat. Hentikan

7

Page 8: skripsi tini buk

pemanasan apabila terlihat blondo putih. Dinginkan bahan itu, lalu pisahkan

blondo dan minyak menggunakan saringan.

4. Pemanasan minyak. Lakukan pemanasan ulang. Pemanasan dilakukan pada

suhu pada suhu 100- 110o C hingga diperoleh minyak agak bening. Bila

bahannya masih terdapat blondo warnanya harus coklat muda.

5. Penyaringan minyak. Warna yang agak bening menandakan minyak sudah

matang, angkat dari api dan dinginkan. Lalu minyak ditampung dalam wadah.

Kemudian disaring lagi menggunakan kertas saring supaya terlihat lebih jernih.

Tampung dalam wadah plastik atau kaca( Suyuno dan Suswanto, 2005)

B. Tanpa pemanasan

Kelapa yang diolah menjadi minyak kelapa murni dengan cara ini sebenarnya

hampir sama dengan pemanasan bertahap. Perbedaannya hanya terletak pada

penggunaan mikroba, enzim dan minyak pancingan. Proses ini bertujuan untuk

memecahkan emulsi santan sehingga lemak atau minyaknya terpisah. Tahapan

pembuatan minyak kelapa murni menggunakan metoda tanpa proses pembuatan

santan. Pembuatan santan ini sama dengan proses menggunakan pemanasan bertahap.

Hanya saja untuk mendapatkan santan digunakan perbandingan 1kg kelapa parut dan

1-4 liter air (Amni, 2008).

2.3.6 Pemanfaatan minyak kelapa murni

Minyak kelapa murni juga punya aktivitas sebagai antivirus, antibakteri,

antijamur, dan anti protozoa. Hal ini disebabkan karena kandungan asam laurat, asam

kaprilat dan asam kaprat yang terdapat pada minyak kelapa murni. Asam laurat dapat

membunuh berbagai jenis mikroba yang membran selnya berasal dari asam lemak

8

Page 9: skripsi tini buk

(lipid coated microorganism). Asam laurat akan melarutkan membran virus sehingga

mengganggu kekebalan virus. Asam kaprilat sangat potensial untuk mematikan jamur

(Amni, 2008)

Manfaat minyak kelapa murni adalah untuk mengatasi penyakit diabetes.

Kandungan asam lemak rantai sedang terdapat didalam minyak kelapa murni mampu

merangsang produksi insulin, dan menghantarkan gula ke sel-sel (Sukartin &

Sitanggang, 2005).

2.4 Mikroorganisme

Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme: bakteri,

protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis. Mikroorganisme sangat erat

kaitannya dengan kita, beberapa diantaranya bermanfaat dan yang merugikan. Kini

mikroorganisme digunakan oleh para peneliti dalam penelaahan hampir semua gejala

biologis yang utama (Pelczar & Chan, 1986).

2.4.1 Bakteri

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas ; uniseluler dan tidak mengandung

struktur yang dibatasi membran didalam sitoplasmanya, sel – selnya berbentuk bola,

batang atau spiral. Bakteri mempunyai diameter sekitar 0,5 sampai 2,5 µm.

Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri (Pelczar & Chan, 1986).

Sifat yang paling penting dari bakteri berhubungan dengan mikroorganisme pangan

adalah kemampuan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi struktur internal, yaitu

endospora. Endospora ini pada umumnya terbentuk secara tunggal dalam sel untuk

melindungi sel dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti panas

(Frobisher, 1968).

9

Page 10: skripsi tini buk

Sel bakteri dapat dijumpai dalam keadaan tunggal, berpasangan, tetrad,

kelompok kecil atau rantai. Sifat yang terpenting dari bakteri berhubungan dengan

mikroorganisme pangan adalah kemampuan beberapa jenis bakteri untuk

memproduksi struktur internal yaitu endospora. Endospora ini umumnya terbentuk

secara tunggal dalam sel guna melindungi sel dari kondisi lingkungan yang kurang

baik (Buckle dkk., 1985).

Secara umum bakteri mempunyai 4 (empat) macam bentuk, yaitu : (Entjang, 2003)

1. Bentuk coccus (kokus)

Bentuknya bulat seperti peluru. Sehubungan dengan pembelahannya dan

susunannya setelah pembelahan dibagi dalam :

A) Diplococcus

Yaitu coccus yang membelah diri kesatu arah dan setelah pembelahannya

tetap berkelompok dua – dua

Misalnya : Diplococcus pneumonia, Neisseria gonorrhoea dan Neisseria

meningitidis.

B) Streptococcus

Yaitu coccus yang membelah diri kesatu arah, dimana setelah

pembelahannya tetap tidak berpencar menyerupai rantai

Misalnya : Streptococcus pyogenes

C) Tetracoccus (Gaffkya )

Yaitu coccus yang membelah kedua arah dan setelah pembelahannya tetap

berkelompok empat – empat

Misalnya : Gaffkya tetragena

10

Page 11: skripsi tini buk

D) Sarcina

Yaitu coccus yang membelah diri ketiga arah yang mempunyai sudut 900

( sembilan puluh derajat ), dimana setelah pembelahannya tetap

berkelompok menyerupai kubus 8 (delapan) cocci

E) Staphylococcus

Yaitu coccus yang membelah diri ke arah yang tidak teratur, kemudian

berkelompok menyerupai buah anggur.

Misalnya : Staphylococcus pyogenes

2. Bentuk bacillus (batang)

Bentuknya seperti batang.

Misalnya : Clostridium tetani, Mycobacterium tubercolosis, dan pasteurella

pestis

3. Bentuk vibrio (koma)

Berupa batang yang bengkok.

Misalnya : Vibrio cholera, Vibrio El Tor

4. Bentuk spirilum (spiral)

Berupa batang yang melilit.

Misalnya : Treponema pallida, Treponema pertinue, dan Spirillum minus

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri:

a.Suhu

Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Suhu juga

mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuahn organisme.

Berdasarkan kisaran minimum dan maksimalnya, bakteri digolongkan

11

Page 12: skripsi tini buk

menjadi bakteri psikrofil, yang tumbuh pad suhu 0 sampai 30o C; mesofil,

yang tumbuh pada 25 samapi 40oC; dan termofil, yang tmbuh pada suhu 50oC

atau lebih

b. Atmosfer gas

Gas – gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan

karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman respon terhadap oksigen

bebas. Berdasarkan kebutuhan bakteri terhadap oksigen, bakteri

dikelomokkan menjadi 4 : aerbik (organisme yang membutuhkan oksigen),

anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerob fakultatif (tumbuh pada

keadaan aerobik dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh baik bila ada

sedikit oksigen atmosferik)

c. Keasaman atau kebasaan (pH)

Kebanyakan bakteri pH optimum pertumbuhannya terletak antara 6,5 dan 7,5.

Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam dan sangat

basa. Bagi kebanyakan spesies, nilai pH minimum dan maksimum ialah antara

4 dan 9. Bila bakteri dikultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula

disesuaikan pH nya, pH tersebut mungkin mengalami perubahan atau

pergeseran karena adanya senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama

pertumbuhan bakteri tersebut. Pergeseran pH dapat dicegah dengan

menggunakan larutan penyangga yang biasanya adalah suatu kombinasi

garam – garam fosfat seperti KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa bahan nutrisi

medium, seperti pepton juga mempunyai kapasitas penyangga. Perlu atau

tidaknya suatu medium diberi larutan penyangga bergantung kepada maksud

12

Page 13: skripsi tini buk

penggunaannya dan dibatasi oleh kapasitas penyangga yang dimiliki senyawa

–senyawa yang digunakan

d. Nutrisi

Pertumbuhan bakteri memerlukan nutrisi tertentu. Nutrisi dapat digunakan

sebagai sumber energi dan bahan baku untuk sintesis komponen sel. Nutrisi

protein dan enzim, karbohidrat untuk energi, vitamin, mineral dan garam

organik. Bedasarkan susasana kimia sel, unsur – unsur tersubut dibagi

menjadi dua kelompok besar, yaitu unsur makro yang meliputi karbon,

oksigen, nitrogen, hidrogen, sulfur, fosfat, kalsium, magnesium, dan besi serta

unsur mikro yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit meliputi mangan,

seng, tembaga, kobal, natrium, silika. Tetapi tidak semua mikroorganisme

memerlukan unsur mikro ini.

2.4.2 Tinjauan Tentang Staphylococcus aureus

Bentuk bakteri coccus merupakan bakteri gram positif, formasinya staphylae,

mengeluarkan endoksin, tidak bergerak, tidak membentuk spora, bakteri ini bersifat

anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya mengandung hidrogen

dan PH optimum untuk pertumbuhan adalah 7,4. Pada lempeng agar koloninya

berbentuk bola, diameter 1-2 mm. Di alam terdapat pada tanah, air, debu di udara

(Entjang, 2003; Syahrurachman dkk, 1994; Warsa dkk,1994).

Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, yang

menghasilkan katalase, meragi karbohidrat dengan lambat dan menghasilkan asam

laktat. Bakteri ini tahan terhadap suhu 500C selama 30 menit (Jewetz et al, 2005).

13

Page 14: skripsi tini buk

2.4.3 Patogenesis dan Infeksi

Stapylococcus aureus menyebabkan hampir semua jaringan tubuh, terutama

berupa abses yang bagian tengahnya mengalami nekrosis dan berisi leukosit

polimorfonuklear, nanah dan kuman yang dikelilingi oleh dinding fibroblastik

avaskuler yang terdiri dari fibrin. Infeksinya digolongkan sebagai lokal atau

menyebar (Warsa dkk, 1994).

Menurut Djuanda et al (2002) Staphylococcus dapat menyebabkan :

a. Impetigo bulosa, merupakan infeksi kulit menular yang disebabkan

oleh Staphylococcus aureus. Bahan tercemar dipindahkan dari kulit

dan kuku yang kotor. Penyakit ini terdapat pada anak dan dewasa

dengan kelainan berupa eritema dan bula berupa gatal

b. Fulikulitis, merupakan infeksi folikel rambut yang disebabkan

Staphylacoccus aureus.

c. Furunkel dan kabunkel, yaitu infeksi folikel rambut dan sekitarnya

yang juga disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Apabila jumlahnya

lebih dari satu disebut karbunkel.

d. Pionika, yaitu radang di sekitar kuku yang disebabkan oleh

Staphylococcus aureus.

e. Abses multipel kelenjar keringat, yaitu abses pada kelenjar keringat

berupa abses multipel yang tidak nyeri dan berbentuk kubah

14

Page 15: skripsi tini buk

f. Hidraadenitis supurativa, merupakan infeksi kelenjar apokrin yang

disebabkan oleh Stapylococcus aureus

g. Staphylococcus Scalded Skin Syndrome (SSSS), disebut juga dengan

dermatitis eksfoliativa neonatorum. Infeksi ini disebabkan oleh

Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri khas terjadinya

epidermolisis.

2.4.4 Pengobatan

Untuk kasus ringan di luar rumah sakit dapat diberikan penisilin G. Pada

infeksi yang berat atau jika diduga tahan (resisten) terhadap penisilin dapat diberikan

metisilin atau derivat penisilin lain yang resisten penisilinase. Jika hasil tes telah ada,

sebaiknya diberikan obat yang sesuai dengan hasil tes kepekaan tersebut. Pada

penderita yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan sefalosporin, eritromisin,

linkomisin atau klindamisin (Warsa dkk, 1994).

Obat golongan kuinolon seperti ciprofloksasin masih memiliki aktivitas

antibakteri yang sangat baik, dan menurut penelitian dari Kristiawan dkk

menunjukkan ciprofloksasin memiliki daya hambat terkuat terhadap Staphylococcus

aureus dibandingkan amikasin, gentamisin, sefotaksim dan kloramfenikol

(Syahrurachman dkk, 1994; Kristiawan dkk, 2007).

15

Page 16: skripsi tini buk

2.4.5 Tinjauan Tentang Staphylococcus epidermidis

Staphylococccus epidemidis bakteri yang berbentuk cocus, Koloninya

berwarna putih atau kuning yang bersifat anaerob fakultatif, bersifat koagulasa

negatif, meragi glukosa. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia,

saluran respirasi, dan gastrointestinal, bakteri ini penyebab infeksi kulit yang ringan

yang disertai pembentukan abses seperti jerawat, infeksi folikel rambut

(Syahrurachman dkk, 1994).

2.4.6 Patogenesis dan Infeksi

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan sebagian dari flora normal

pada kulit manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Bakteri

Staphylococcus epidermidis bersifat tidak invasif, nonhemolitik, tidak membentuk

koagulosa dan tidak meragi manitol.

Pada 6,6% dari bayi yang berumur 1 telah dapat ditemukan bakteri ini di

hidungnya, 50% pada umur 2 hari, 62% pada umur 3 hari dan 88,8% pada umur 4-8

hari. Bakteri ini juga ditemukan di udara lingkungan disekitar kita (Syahrurachman

dkk, 1994).

2.4.7 Pengobatan

Infeksi kulit multipel serius (akne, furunkulosis) terjadi sebagian besar pada

usia remaja. Pada akne (jerawat) , lipase stafilococcus membebaskan asam lemak dari

lipid sehingga menyebabkan iritasi jaringan. Tetrasiklin digunakan untuk terapi

jangka lama.

Staphylococcus epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada Staphylococcus aureus hampir 75% Staphylococcus epidermidis resisten

16

Page 17: skripsi tini buk

terhadap nafsilin. Karena banyaknya resisten obat, maka tiap isolat satafilokokus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat yang sistemik.

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangaat cepat sehinnga jangan digunakan

secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik (Syahrurachman dkk, 1994).

17

Page 18: skripsi tini buk

III .PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biofarmasi Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi Riau (STIFAR) Pekanbaru mulai bulan Juni sampai Agustus 2010.

3.2 Metoda Penelitian

3.2.1 Alat dan Bahan

a. Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah autoclave, oven, cawan Petri,

tabung reaksi, jarum Ose, pipet ukur, beker glass, jangka sorong, lampu spiritus,

erlemeyer, hot plate

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aloevera Linn, produk

VCO yang beredar, VCO yang diperoleh dari laboratorium penelitian, aquadest,

alkohol, air suling, Media Nutrien Agar, Nacl fisiologis, gliserin.

18

Page 19: skripsi tini buk

3.2.2 Rancangan penelitian

1. Pembuatan lendir Aloe vera

2. Uji aktivitas antimikroba.

Sterilisasi alat

Peremajaan mikroba uji

Pembuatan suspensi mikroba uji

Pembuatan konsentrasi Aloe vera Linn dan VCO

Penentuan aktivitas antibakteri dengan metode difusi (cakram)

3.2.3 Prosedur Penelitian

3.2.3.1 Pembuatan Lendir Aloe vera Linn

Daun aloe vera segar dibilas dengan air mengalir lalu dibersihkan dikupas

kulit luarnya kemudian dipotong-potong dengan ukuran kira-kira 1-2 cm, setelah itu

diblender sampai berbentuk lendir daun lidah buaya yang homogen. Kemudian

disimpan dalam lemari es selama 15 menit. Ditambahkan natrium metabisulfit.

Kemudian dipanaskan pada suhu 45-70oC selama 15 menit (Soeryati dkk, 2009).

3.2.4 Mikroba Uji

Mikroba uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus

epidermidis dan Staphylococcus aureus

19

Page 20: skripsi tini buk

3.3 Uji Aktivitas Antibakteri :

1.Sterilisasi alat

Semua alat yang dibuat dari kaca dicuci bersih dan dikeringkan.

Setelah itu dibungkus dengan kertas perkamen. Sterilisasi dilakukan dengan

otoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit, sedangkan jarum Ose dan pinset

disterilkan dengan pemijaran.

2. Pembuatan media pembenihan

Sebanyak 20 gram serbuk medium Nutrien Agar (NA) siap pakai

dilarutkan dalam 1 liter air suling dalam erlemeyer dan dipanaskan diatas

penangas sampai mendidih dan larut sempurna kemudian disterilkan.

3. Peremajaan Mikroba

Peremajaan mikroba bertujuan untuk meremajakan kembali mikroba.

Dengan cara memindahkan satu ose mikroba dari stok induk ke dalam media

baru dalam bentuk agar miring. Untuk bakteri ke dalam medium NA

diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam

4. Pembuatan Suspensi Mikroba

Koloni mikroba uji disuspensikan dalam NaCl fisiologis dengan cara

mengencerkan dalam tabung reaksi dan dihomogenkan. Jumlah bakteri dalam

suspensi yang diukur dengan spektrototometer UV-Vis hingga diperoleh

suspensi dengan transmitan 25% pada panjang gelombang 580 nm untuk

bakteri.

20

Page 21: skripsi tini buk

5. Pembuatan konsentrasi Aloe vera Linn dan VCO

Aloe vera Linn dibuat dengan konsetrasi 10%, 15%, 20% dengan

pelarut aquadest, VCO dibuat dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan 100%

dengan pelarut gliserin

6. Penentuan Aktivitas Antimikroba dengan metode difusi (cakram)

Suspensi mikroba diambil 0,3 ml dimasukkan kedalam cawan petri,

kemudian tambahkan NA 15 ml untuk bakteri kemudian ratakan dengan cara

memutar-mutar cawan petri diamkan sampai memadat. Masing-masing

cakram ditetesi dengan Aloe vera Linn diangin-anginkan kemudian

diletakkan secara aseptis di permukaan NA, begitu juga Cakram Gentamisin

(kontrol positif) untuk bakteri diletakkan secara aseptis di permukaan NA.

Lalu dimasukkan kedalam inkubator dengan suhu 370C selama 24 jam untuk

bakteri, selanjutnya pengukuran diameter daya hambat dengan menggunakan

jangka sorong.

21

Page 22: skripsi tini buk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Uji Aloevera Linn dengan konsentrasi 10%, 15%, 20% terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis memberikan daya

antibakteri. Hasil yang diperoleh adalah pada bakteri Staphylococcus

aureus konsentrasi 10% zona beningnya 10 mm, pada konsentrasi 15%

zona beningnya 11 mm, dan konsentrasi 20% zona beningnya 12,5 mm.

Pada bakteri Staphylococcus epidermidis konsentrasi 10% zona beningnya

9 mm, pada konsentrasi 15% zona beningnya 10 mm, dan konsentrasi

20% zona beningnya 10,9 mm.

2. Produk VCO yang merek X dan merek Y pada konsentrasi 20%, 30%,

40%, dan 100%, terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis tidak menunjukan zona bening ini berarti bahwa VCO ini

tidak memberikan daya hambat (tidak ada aktivitas antibakteri).

3. Produk VCO yang diporoleh dari laboratorium penelitian pada konsentrasi

20%, 30%, 40%, dan 100%, terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis tidak menunjukan zona bening ini berarti

bahwa VCO ini tidak memberikan daya hambat (tidak ada aktivitas

antibakteri)

22

Page 23: skripsi tini buk

4.2 Pembahasan

4.2.1 Uji aktivitas antibakteri

Telah dilakukan uji aktivitas antibakteri Aloe vera Linn dengan konsentrasi

10%, 15%, 20% pada bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis dengan metoda difusi agar. Metoda difusi digunakan karena hasil yang

diperoleh cukup teliti dan sederhana, umum digunakan untuk menentukan kepekaan

bakteri terhadap obat -obatan. Aktivitas bakteri pada metoda difusi dapat dilihat

dengan mengamati daerah bening disekeliling cakram, yang menandakan adanya

aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri.

Mikroba uji yang digunakan pada penelitian adalah Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidis. Alasan bakteri ini dipilih karena bakteri ini adalah

merupakan flora normal pada kulit manusia dan bakteri ini sering menginfeksi pada

manusia.

Pada pengujian Aloe vera Linn terhadap bakteri Staphylococcus aureus

dengan konsentrasi 10%, 15%, 20% diperoleh diameter hambat berturut - turut

sebagai berikut 10 mm, 11 mm, 12,5 mm. Sedangkan terhadap bakteri

Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi 10%, 15%, 20% diperoleh diameter

hambat berturut-turut sebagai berikut 9 mm, 10 mm, 10,9 mm tetapi bila

diklasifikasikan menurut Greenwood jika daerah hambatan < 15 mm berarti

mempunyai aktivitas yang lemah. Pelarut yang digunakan melarutkan Aloevera Linn

23

Page 24: skripsi tini buk

adalah aquadest steril, aqudest dipilih karena lendir Aloe vera Linn larut sempurna

pada aquadest. Aquadest ini berfungsi sebagai kontrol negatif.

Uji aktivitas antibakteri VCO konsentrasi 20%, 30%, 40% dan 100%

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dengan

metoda difusi agar. VCO yang dipergunakan adalah produk VCO dengan merek X

dan Y yang beredar dan VCO yang diperoleh dari laboratorium penelitian. Pada

produk VCO merek X merupakan produk VCO yang telah mendapatkan izin dari

BPOM, VCO merek X mempunyai komposisi asam laurat 51,23%, asam miristat

17,13%, asam kaprilat 9,18%, asam kaprat 7,07%, asam palmilat 7,30%, asam oleat

5,42%, asam stearat 2,17%, asam kaproat 0,15% sedangkan merek Y pada etiket

tidak ditulis komposisi VCO tetapi merupakan VCO yang telah mendapat izin dari

Depkes dan VCO yang diperoleh dari laboratorium.

Ketiga VCO ini diuji dengan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis tidak memperlihatkan zona bening ini berarti tidak

memiliki daya hambat sebagai antibakteri. Hasil uji ini tidak sesuai dengan literatur

yang menyatakan bahwa VCO aktif sebagai antibakteri karena VCO mengandung

asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh, pada VCO lebih khusus asam laurat

merupakan asam lemak yang terkandung pada minyak kelapa yang memiliki khasiat

sebagai antibakteri.

Kualitas produk VCO yang baik dipengaruhi beberapa faktor antara lain

kadar asam laurat dan asam lemak yang terkandung. Besar kecilnya kadar asam

laurat dalam produk VCO adalah jenis dan umur buah kelapa. Yang kedua lokasi

tumbuh buah kelapa, selain itu perbedaan teknologi proses pembuatan VCO juga

24

Page 25: skripsi tini buk

mempengaruhi kualitas dari VCO (Novarianto dan Tulalo, 2007). Disamping itu

perbedaan laboratorium dalam menganalisis kadar asam laurat VCO.

Hasil uji pada penelitian ini tidak sesuai dengan literatur yang didapat hal ini

diduga kadar asam laurat dan asam lemak yang kecil yang terkandung dalam VCO

yang digunakan sehingga tidak memperlihatkan daya hambat. VCO yang digunakan

dilarutkan dengan gliserin. Pelarut yang digunakan berfungsi sebagai kontrol negatif

tujuan penggunaan kontrol negatif adalah untuk menjamin bahwa respon hambatan

yang terjadi benar disebabkan sampel yang digunakan bukan dari pelarut yang

digunakan, sedangkan sebagai kontrol positif digunakan antibiotik gentamisin disk

untuk antibakteri.

25

Page 26: skripsi tini buk

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Aloevera Linn pada konsentrasi 10%, 15%, 20% pada bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis memberikan daya

antibakteri.

2. Produk VCO dengan merek X , merek Y dan VCO yang diperoleh dari

laboratorium penelitian terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi 20%, 30%, 40% dan

100% tidak memberikan zona bening ini berarti bahwa VCO ini tidak

memberikan aktivitas sebagai antibakteri.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya sebelum memformulasikan sediaan VCO

dilakukan uji kualitas VCO yang akan digunakan.

26

Page 27: skripsi tini buk

DAFTAR PUSTAKA

Amni, Ressi., 2008. Pengaruh Penggunaan VCO Dalam basis krim terhadap aktifitas gentamisin Skripsi Sarjana STIFAR, Pekanbaru.

Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet, G.H., dan Wobton, M. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan Hadipurnomo. UI-Press, Jakarta

Djuanda, Adhi., 2005. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, edisi V, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Deswika, Aslia., 2007. Uji aktiitas antibakteri VCO (Virgin Cococut Oil) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit, Skripsi Sarjana STIFAR, Pekanbaru

Entjang, I., 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat, Citra Adtya Bakti, Bandung

Furnawanthi I, 2002. Khasiat & Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib,Jakarta:PT. AgroMedia Pustaka.

Frobisher, M., 1968. Fundamental of Microbiology. Edisi ke-8, W.B. Sounders Company, Philadelphia

Jannah, M, 2007. Daya Hambat Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Bakteri, Universitas Muhammadiyah Malang,Malang.

Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., et al, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20. Terjemahan Edi Nugroho dan RF Maulany. Editor Irawati Setiawan, EGC, Jakarta

Kristiawan. A. R., Jogjahartono, Widodo. P., 2007, Pola Sebaran Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotika Sekret Telinga Tengah Penderita Mastoiditis Akut di RS Dr Kariadi Semarang 2004-2005. Cermin Dunia Kedokteran, No. 155, Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang

Marina, Sherly., 2007. Formulasi Krim Virgin coconut oil (VCO), karya tulis ilmiah STIFAR, Pekambaru.

27

Page 28: skripsi tini buk

Morse, S.A., Brooks, G.F., Butel, J.S., 2004, Medical Microbiology, Twenty Third Edition, International Edition, McGraw-Hill Companies, Singapore

Novarianto, H dan Tulalo, M, 2007. Kandungan Asam Laurat varietas kelapa sebagai bahan baku VCO, J. littiri vol 13 no (1), Menado

Padmadisastra, Y., Sidik, Ajizah, S., 2003. Formulasi sediaan cair gel lidah buaya Aloe vera Linn sebagai minuman kesehatan, Simposium Nasional Kimia Bahan Alam II. UNPAD, Bandung.

Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Santoso, H,B., 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman obat, Agromedia pustaka, Jakarta.

Setiaji , B., dan Surip Prayogo. Membuat VCO Berkualitas Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta, 2006

Soeryati, S.,Imron, H., Soebagio, B., Agustri, B., 2009. Formulasi Deodoran Bentuk Batang (stik )Dengan Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn), farmaka, UNPAD, Bandung

Sukartin, K.J., dan Sitanggang,M., 2005. Sehat dengan Ramuan Tradisional Gempur Penyakit dengan VCO, Agromedia Pustaka, Tangerang

Sjahrurachman. A., Kumala. W., Nurjadi. T., 1999, Kepekaan Kuman terhadap Antibiotika Golongan Kuinolon dan Sefalosporin. Cermin Dunia Kedokteran, No 124, Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Sutrisno, R.B., 1998. Taksonomi Spermathyta Untuk Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta.

Suyuno, A. Hari., and Suswanto B, 2005. Terapi Minyak Nabati Keampuhan VCO dan 16 Minyak Ajaib, PT. Samindra Utama.

Warsa, U.C., Syahrurachman, A., Chatim, A., Soebandrio, A., Karuniawati, A., Santoso, A.U.S., et al., 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran FKUI, Penerbit Bina Rupa Aksara, Edisi Revisi. Jakarta

28

Page 29: skripsi tini buk

Lampiran 1. Skema Kerja Aktivitas Antibakteri

29

Dipipet 0,3 ml Suspensi bakterikedalam cawan petri

Ditambahkan 15 mL Nutrient Agar (NA)

Digoyang hingga rata dan dibiarkan hingga memadat

Diletakkan kertas cakram yang telah ditetesi sampel 10µl

Diukur daerah hambatan pertumbuhan bakteri

Diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam denganmembalikcawapetri

Page 30: skripsi tini buk

Lampiran 2. Foto Lidah Buaya (Aloe vera Linn)

Gambar 1. Gambar Lidah Buaya (Aloe vera Linn)

30

Page 31: skripsi tini buk

Lampiran 3 : Foto VCO Merek X(Povco®)

Gambar 2. Gambar VCO merek X (Povco®)

31

Page 32: skripsi tini buk

Lampiran 4: Foto VCO merek Y (Syifa®)

Gambar 3. Gambar VCO merek Y (Syifa®)

32

Page 33: skripsi tini buk

Lampiran 5. Pembuatan Lendir Aloe vera

Dibilas dengan air

Blender

- Simpan dalam lemari es selama 15 menit

- + natrium metabisulfit

- Panaskan pada suhu 45 0C-700C selama 15 menit

33

Daun Aloe vera Linn

Dipotong 1-2 cm

Lendir Aloe vera Linn

Lendir Aloe vera Linn

Page 34: skripsi tini buk

Lampiran 6. Data Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Aloe vera dan VCO

No Bakteri Uji Konsentrsi Diameter Zona Bening (mm)

1 2 3 Rata – rata

1 Staphylococcus

aureus

10 % 9,8 10,2 10 10

15% 10,5 11,5 11 11

20% 12,5 12,4 12,6 12,5

Kontrol (+) 18 18 18 18

Kontrol (-) 6 6 6 6

2 Staphylococcus

epidermidis

10% 9 9 9 9

15% 10 10,1 9,9 10

20% 10,9 10,9 10,9 10,9

Kontrol (+) 18 18 18 18

Kontrol (-) 6 6 6 6

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Aloe vera Linn

Keterangan : Kontrol(+) : Gentamisin disk

Kontrol (-) : Air

Ukuran cakram : 6 mm ( tidak memberikan daya hambat)

34

Page 35: skripsi tini buk

Lampiran 6. Lanjutan

NO Sampel Uji Konsentrasi

(% v/v)

Diameter Zona bening (mm)

1 2 3 Rata- rata

1 VCO merek X 20% 6 6 6 6

30% 6 6 6 6

40% 6 6 6 6

100% 6 6 6 6

Kontrol (+) 18 18,1 17,9 18

Kontrol (-) 6 6 6 6

2 VCO merek Y 20% 6 6 6 6

30% 6 6 6 6

40% 6 6 6 6

100% 6 6 6 6

Kontrol (+) 17 18 18 17,66

Kontrol (-) 6 6 6 6

3 VCO

dilaboratorium

penelitian

20% 6 6 6 6

30% 6 6 6 6

40% 6 6 6 6

100% 6 6 6 6

Kontrol (+) 18 18 18,5 18,1

Kontrol (-) 6 6 6 6

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri VCO pada Bakteri

Staphylococcus aureus

Keterangan : Kontrol(+) : Gentamisin disk

Kontrol (-) : Gliserin

35

Page 36: skripsi tini buk

Ukuran cakram : 6 mm ( tidak memberikan daya hambat)

Lampiran 6. Lanjutan

NO Sampel Uji Konsentrasi

(% v/v)

Diameter Zona bening (mm)

1 2 3 Rata- rata

1 VCO merek X 20% 6 6 6 6

30% 6 6 6 6

40% 6 6 6 6

100% 6 6 6 6

Kontrol (+) 18 18,5 17,9 17,8

Kontrol (-) 6 6 6 6

2 VCO merek Y 20% 6 6 6 6

30% 6 6 6 6

40% 6 6 6 6

100% 6 6 6 6

Kontrol (+) 17,5 18,1 18 17,8

Kontrol (-) 6 6 6 6

3 VCO

laboratorium

penelitian

20% 6 6 6 6

30% 6 6 6 6

40% 6 6 6 6

100% 6 6 6 6

Kontrol (+) 18 18 18,5 18,1

Kontrol (-) 6 6 6 6

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri VCO pada Bakteri

Staphylococcus epidermidis

Keterangan : Kontrol(+) : Gentamisin disk

Kontrol (-) : Gliserin

36

Page 37: skripsi tini buk

Ukuran cakram : 6 mm (tidak memberikan daya hambat)

Lampiran 7. Gambar Uji Aktivitas VCO

Gambar 4. Gambar zona bening pada bakteri Staphylococcus aureus

pada konsentrasi 20%, 30%, 40% merek X

37

Page 38: skripsi tini buk

38

Page 39: skripsi tini buk

Gambar 5. Gambar zona bening pada bakteri Staphylococcus Epidermidis pada

konsentrasi 20%, 30%, 40% merek X

39

Page 40: skripsi tini buk

40

Page 41: skripsi tini buk

Gambar 6. Gambar zona bening pada bakteri Staphylococcus aureus pada

konsentrasi 20%, 30%, 40% merek Y

41

Page 42: skripsi tini buk

Gambar 7. Gambar zona bening pada bakteri Staphylococcus epidermidis pada

konsentrasi 20%, 30%, 40% merek Y

42

Page 43: skripsi tini buk

43

Page 44: skripsi tini buk

44