SKRIPSI STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN …repository.unair.ac.id/26313/1/WISUDYAWATI, DITA.pdf ·...
Transcript of SKRIPSI STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN …repository.unair.ac.id/26313/1/WISUDYAWATI, DITA.pdf ·...
SKRIPSI
STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN
Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI
(FITO-AKUMULASI) TERHADAP
LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
Oleh:
DITA WISUDYAWATI
SURABAYA - JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
SKRIPSI
STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN
Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI
(FITO-AKUMULASI) TERHADAP
LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Oleh :
DITA WISUDYAWATI
NIM. 141011052
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.
NIP. 19690912 199702 2 001 NIP. 19700116 199503 1 002
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
SKRIPSI
STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN
Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI
(FITO-AKUMULASI) TERHADAP
LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
Oleh :
DITA WISUDYAWATI
NIM. 141011052
Telah diujikan pada
Tanggal : 25 Juni 2014
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Boedi Setya Rahardja, Ir., MP.
Anggota : Abdul Manan, S.Pi., M.Si.
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.
Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.
Surabaya, 11 Juli 2014
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.
NIP. 19520517 197803 2 001
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
RINGKASAN
DITA WISUDYAWATI. Studi Perbandingan Kemampuan Skeletonema sp.
dan Chaetoceros sp. sebagai Agen Bioremediasi (Fito-Akumulasi) terhadap
Logam Berat Timbal (Pb). Dosen Pembimbing Dr. Endang Dewi Masithah,
Ir., MP. dan Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.
Logam berat adalah jenis bahan pencemar yang berbahaya, bersifat toksik
dan dapat mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi buruk serta berpengaruh
pada sumberdaya hayati perairan karena sifat logam berat yang akumulatif pada
tubuh biota. Adanya fenomena alam misalnya erosi dan banjir, atau akibat
perbuatan manusia seperti pembuangan limbah ke perairan, dapat mempengaruhi
konsentrasi terlarut bahan-bahan tertentu seperti logam berat timbal. Logam berat
berbahaya terhadap organisme dan kesehatan manusia. Salah satu upaya
mengatasi pencemaran logam berat timbal di perairan adalah bioremediasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. sebagai agen bioremediasi terhadap logam
berat timbal (Pb). Metode penelitian adalah penelitian eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai rancangan percobaan. Perlakuan yang
digunakan adalah A (Skeletonema sp. 0 ppm), B (Chaetoceros sp. 0 ppm), C
(Skeletonema sp. 0,9 ppm) dan D (Chaetoceros sp. 0,9 ppm) masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Parameter utama yang diamati adalah
kandungan logam berat timbal (Pb) pada media kultur dan kepadatan fitoplankton.
Parameter penunjang yang diamati adalah kualitas air yang terdiri dari suhu,
salinitas, pH dan DO (dissolved oxygen).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
memiliki kemampuan menyerap logam berat timbal (Pb) sehingga dapat
digunakan sebagai agen bioremediasi terhadap logam berat timbal (Pb).
Kemampuan Skeletonema sp. lebih tinggi (96%) dari pada Chaetoceros sp. (38%).
Perlakuan timbal (Pb) dengan konsentrasi 0,9 ppm dapat menurunkan
pertumbuhan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. Kualitas air selama penelitian
adalah suhu 28 – 330C, salinitas 24 – 35 ppt, pH 8 – 9 dan DO 5 mg/L.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
SUMMARY
DITA WISUDYAWATI. Comparison Study of Skeletonema sp. and
Chaetoceros sp. Abilities as Bioremediation (Phyto-Accumulation) Agent of
Lead (Pb). Academic Advisors Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. and
Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.
Heavy metal is a kind of pollutant that is dangerous, toxic and able to
make the environment condition harmful and affect to the aquatic creatures of
water because the characteristic of heavy metal is able to be accumulated inside
the creatures. The existence of phenomenon such as flood or human errors such as
litter waste to the water, can affect the concentration of suspension materials such
as lead. Heavy metal is harmful for organisms and human health. One of efforts to
handle heavy metal pollution in water is bioremediation.
This research aimed to understand the abilities comparison of Skeletonema
sp. dan Chaetoceros sp. as bioremediation agent of lead (Pb). Research method
was experimental research with Random Complete Design as the research design.
The treatments were A (Skeletonema sp. 0 ppm), B (Chaetoceros sp. 0 ppm), C
(Skeletonema sp. 0.9 ppm) and D (Chaetoceros sp. 0.9 ppm) each treatment was
repeated for 5 times. The main parameter which was observed was the content of
lead (Pb) in culture media and the density of phytoplanktons. The supported
parameters which were observed were water qualities namely temperature,
salinity, pH and dissolved oxygen (DO).
The result of research showed that Skeletonema sp. and Chaetoceros sp.
had ability to absorb lead (Pb) therefore could be used as bioremediation agent of
lead (Pb). The ability of Skeletonema sp. (96%) was higher than Chaetoceros sp.
(38%). Lead (Pb) treatment with the concentration of 0.9 ppm could decrease the
growth of Skeletonema sp. and Chaetoceros sp. Water qualities of this research
were temperature 28 – 330C, salinity 24 – 35 ppt, pH 8 – 9 and DO 5 mg/L.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tentang Studi
Perbandingan Kemampuan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. sebagai Agen
Bioremediasi (Fito-Akumulasi) terhadap Logam Berat Timbal (Pb). Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya
Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak,
khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam
bidang perikanan, terutama budidaya perairan.
Surabaya, 22 Mei 2014
Penulis
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini banyak
melibatkan orang-orang yang sangat berjasa bagi penulis. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. selaku Dekan Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga.
2. Bapak Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M.Agr, selaku Dosen Wali yang telah
membimbing dan mengarahkan dalam hal akademik selama menjadi
mahasiswa Budidaya Perairan.
3. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Bapak Moch. Amin
Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., selaku pembimbing Skripsi atas bimbingannya
dalam penyelesaian Skripsi ini.
4. Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP., Bapak Sapto Andriyono, S.Pi.,
MT., dan Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Penguji Skripsi
5. Bapak Agustono Ir., M.Kes. selaku koordinator Skripsi.
6. Orang tua tersayang, Ayah Aditya Afianto dan Mama Wiwik Herawaty
serta Adik Yunita Anggraini yang selalu memberikan doa dan dukungan
baik secara moril maupun materi.
7. Seluruh staff pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga yang mungkin tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih
atas segala ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan selama ini.
8. Bapak Sigit, Bapak Slamet, Bapak Darto, Mbak Irma, Mbak Dini, Mbak
Nita dan seluruh staff kependidikan dan kemahasiswaan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga atas segala bantuannya.
9. Perpustakaan Pusat Universitas Airlangga dan seluruh staff perpustakaan.
10. Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya Malang.
11. Bapak Hadi selaku laboran Laboratorium Ekotoksikologi Teknik
Lingkungan ITS dan seluruh staff laboratorium.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
12. Ibu Sus selaku laboran Laboratorium Pakan Alami BBAP Situbondo dan
Ibu Nur selaku laboran Laboratorium Pakan Alami BBPBAP Jepara serta
seluruh staff laboratorium.
13. Bapak Tahta selaku laboran Perum Jasa Tirta I Malang serta seluruh staff
laboratorium dan administrasi.
14. Bapak Santoso selaku laboran Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Surabaya serta seluruh staff laboratorium dan administrasi.
15. Staff pengajar Fakultas Kedokteran Hewan dan staff pengajar Jurusan
Biologi serta Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
16. Teman dan sahabat terdekat saya: Siti Arifah, Rikky Leonard, Ardhito
Himawan, Slamet Andriawan, Andy Pramana, Gantheng Wicaksono, Dyo
Maliki Hakim, Ayu Lana N., Kiki Syaputri, Ully Tria P., Lingga Danu F.,
Rachmat Santoso, R. Ahmad B, Rizky Fadila, Binti Rumiyati, Dyah Ayu
U., Gantri G., Deriva Kalsasin, Indra Mahardika, Suci Dwi P.A., Hutami
M, Seta Praba, Didya S., Mega P., Farah S.D., Ajeng K., Harini C.P., Reza
Septian, Akbar Falah, M. Syaiful R., Mbak Hesty, Mbak Mami, Mbak
Alvia, Mbak Yoyo, Mas Antok, Mas Sulung, Mas Farid, Dek Merdeka,
Dek Firda, Emma dan Ika (FST), Firda, Lady dan Febi (UB), atas bantuan
dalam hal info, data, pengoreksian dan telah banyak menerima keluh kesah
serta memberikan saran dan kontribusi yang baik selama kegiatan Skripsi.
17. Teman-teman seperjuangan di Budidaya Perairan angkatan 2010
(PIRANHA) yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang tiada
henti.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................... iv
SUMMARY ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiv
I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................... 4
1.4 Manfaat .................................................................................. 4
II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5
2.1 Skeletonema sp ....................................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Skeletonema sp ........................................... 5
2.1.2 Morfologi Skeletonema sp ............................................ 5
2.1.3 Habitat Skeletonema sp ................................................. 6
2.1.4 Kandungan Skeletonema sp. ......................................... 6
2.2 Chaetoceros sp ....................................................................... 6
2.2.1 Klasifikasi Chaetoceros sp ........................................... 6
2.2.2 Morfologi Chaetoceros sp ............................................ 7
2.2.3 Habitat Chaetoceros sp ................................................. 8
2.2.4 Kandungan Chaetoceros sp .......................................... 8
2.3 Bioremediasi .......................................................................... 8
2.3.1 Arti Bioremediasi .......................................................... 8
2.3.2 Fitoremediasi dan Fito-Akumulasi ............................... 9
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
2.3.3 Mekanisme Bioremediasi.............................................. 9
2.4 Logam Berat ............................................................................ 10
2.4.1 Karakteristik Timbal (Pb) ............................................. 11
2.4.2 Sumber Kontaminasi Timbal (Pb) ................................ 11
2.4.3 Pengaruh Timbal (Pb) di Perairan................................. 12
2.5 Peranan Fitoplankton dalam Bioremediasi ............................. 12
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ..................... 14
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................ 14
3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................. 15
IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 17
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 17
4.2 Materi Penelitian .................................................................... 17
4.2.1 Alat Penelitian .............................................................. 17
4.2.2 Bahan Penelitian .......................................................... 17
4.3 Prosedur Penelitian ................................................................ 18
4.3.1 Rancangan Penelitian ................................................... 18
4.3.2 Variabel Penelitian ............................... ........................ 18
4.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 19
4.4.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ............................................ 19
4.4.2 Persiapan Stok Fitoplankton ......................................... 20
4.4.3 Penghitungan Larutan Stok Timbal (Pb) ...................... 20
4.4.4 Perlakuan....................................................................... 21
4.4.5 Parameter Pengamatan .................................................. 22
4.4.6 Analisa Data .................................................................. 22
V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 24
5.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 24
5.1.1 Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Media Kultur 24
5.1.2 Pertumbuhan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. ...... 24
5.1.3 Kualitas Air .................................................................... 27
5.2 Pembahasan............................................................................ 28
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 36
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 36
6.2 Saran ...................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 37
LAMPIRAN ........................................................................................ 41
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada media kultur
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. .............................................. 24
2. Kepadatan rata-rata Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. selama
penelitian .......................................................................................... 25
3. Hasil pengukuran kualitas air media kultur selama penelitian ......... 28
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skeletonema sp.. ............................................................................... 5
2. Chaetoceros sp. ................................................................................ 7
3. Bagan kerangka konseptual penelitian ............................................. 15
4. Diagram alir penelitian ..................................................................... 23
5. Grafik kepadatan rata-rata Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. pada konsentrasi 0 ppm dan 0,9 ppm selama
penelitian .......................................................................................... 25
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil analisa kandungan timbal (Pb) di laboratorium ...................... 41
2. Data kandungan timbal (Pb) pada media kultur ............................... 43
3. Data kepadatan fitoplankton harian selama 7 hari (105 sel/ml) ....... 44
4. Data kualitas air media kultur fitoplankton selama 7 hari ............... 45
5. Alat dan Bahan penelitian ................................................................ 46
6. Dokumentasi kegiatan penelitian ..................................................... 48
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Logam berat adalah jenis bahan pencemar yang saat ini berbahaya, bersifat
toksik dan jumlahnya sudah cukup mengkhawatirkan. Logam berat dapat
mempengaruhi kualitas air sehingga mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi
buruk dan berpengaruh pada sumberdaya hayati perairan karena sifat logam berat
yang akumulatif pada tubuh biota (Sarjono, 2009).
Parawita dkk. (2009) menyatakan bahwa konsentrasi mineral dan
parameter kualitas air di perairan berada pada kisaran tertentu. Adanya masukan
baru akibat fenomena alam misalnya erosi dan banjir, atau akibat perbuatan
manusia seperti pembuangan limbah ke perairan, dapat mempengaruhi konsentrasi
terlarut bahan-bahan tertentu seperti logam berat timbal.
Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi.
Timbal relatif dapat larut dalam air dengan pH lebih kecil dari 5 dimana air yang
bersentuhan dengan timbal dalam suatu periode waktu dapat mengandung lebih
besar dari 1 μg Pb/l (Effendy, 2003) dalam (Sarjono, 2009).
Menurut Rukminasari dan Sahabudin (2012) timbal memiliki konsentrasi
tertinggi dibandingkan dengan logam berat lainnya baik di dalam air maupun
sedimen. Di dalam air, konsentrasi tertinggi timbal ditemukan di sungai sekitar
daerah pertanian. Konsentrasi timbal di daerah tersebut telah mencapai lebih dari
kadar maksimum lingkungan standar kualitas (standar EPA).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Beberapa kajian mengenai toksisitas logam berat menunjukkan bahwa
logam berat berbahaya terhadap organisme dan kesehatan manusia. Logam berat
dengan konsentrasi tinggi dapat membunuh organisme yang tidak toleran dalam
waktu yang singkat, sedangkan logam berat dengan konsentrasi rendah dapat
mengganggu proses fisiologi atau metabolisme dan merusak organ-organ hewan.
Logam berat dapat terakumulasi pada jaringan organisme melalui rantai makanan
dalam ekosistem air pada waktu yang lama, kondisi seperti ini dikenal dengan
bioakumulasi. Pemangsa puncak dalam rantai makanan biasanya mengakumulasi
konsentrasi bahan pencemar yang paling tinggi. Apabila hewan-hewan seperti
ikan, siput, remis dikonsumsi oleh manusia, maka logam berat yang terakumulasi
tersebut dapat mengancam kesehatan manusia (Birry dan Meutia, 2012).
Salah satu upaya mengatasi pencemaran logam berat timbal di perairan
adalah bioremediasi. Menurut Munir (2008) bioremediasi merupakan
pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses
biologi dalam mengendalikan pencemaran.
Berbagai jenis tumbuhan mulai dari alga hingga tumbuhan tingkat tinggi
dapat digunakan sebagai agen bioremediasi terhadap logam berat yang berbeda-
beda (Singh and Tripathi, 2007). Jamil (2001) menyatakan bahwa bioremediasi
yang menggunakan tumbuhan disebut fitoremediasi. Fitoremediasi yang
menggunakan mekanisme akumulasi adalah fito-akumulasi. Menurut (Pahmi,
2005) dalam Hala dkk. (2012) pada pemaparan Pb2+
15 ppm, Chaetoceros
calcitrans dapat menyerap Pb2+
hingga 60,93%. Campuran ion Pb2+
dan Zn2+
dengan konsentrasi masing-masing 15 ppm, 30 ppm dan 45 ppm dipaparkan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
selama 15 hari ke dalam masing-masing erlenmeyer yang mengandung
C.calcitrans setelah pertumbuhan optimum dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardhany (2010)
kemampuan Nannochloropsis sp. sebagai agen bioremediasi terhadap logam berat
timbal diperoleh paling efektif pada perlakuan 0,9 ppm. Berdasarkan hasil
penelitian Hardianie dan Nisak (2013) yang sudah melakukan penelitian serupa
menggunakan species Nannochloropsis sp., Spirulina sp. dan Chlorella sp.
sebagai agen bioremediasi terhadap logam berat timbal diperoleh penurunan
persentase konsentrasi logam berat timbal setelah perlakuan selama 24 jam. Atas
dasar hasil penelitian tersebut maka penelitian tentang Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. sebagai agen bioremediasi terhadap timbal dilakukan untuk
mengetahui efektifitas fitoplankton tersebut dibanding beberapa jenis fitoplankton
lain yang telah dicoba.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka disusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. sebagai agen bioremediasi (fito-akumulasi) terhadap
logam berat timbal (Pb)?
2. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. pada media yang tercemar logam berat timbal (Pb)?
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. sebagai agen bioremediasi (fito-akumulasi) terhadap
logam berat timbal (Pb).
2. Untuk mengetahui kemampuan pertumbuhan Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. pada media yang tercemar logam berat timbal (Pb).
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai kemampuan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. sebagai agen
bioremediasi (fito-akumulasi) terhadap logam berat timbal (Pb), sehingga dapat
dimanfaatkan dalam sistem penanganan limbah yang mengandung timbal (Pb).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skeletonema sp.
2.1.1 Klasifikasi Skeletonema sp.
Menurut ( Hoek, et al., 1998) dalam Armanda (2013) klasifikasi
Skeletonema sp. adalah sebagai berikut :
Filum : Heterokontophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Genus : Skeletonema
Spesies : Skeletonema sp.
Gambar 1. Skeletonema sp.
Sumber : http://cfb.unh.edu/phycokey
2.1.2 Morfologi Skeletonema sp.
Skeletonema sp. memiliki diameter sel berukuran 4 hingga 12 µm.
Terdapat fultoportula tertutup dengan rongga kecil yang sering terlihat di bagian
pangkal dan membentuk untaian memanjang mulai dari bagian rongga menuju
bagian akhir. Masing-masing bagian tersebut berhubungan dengan dua bagian
tubuh menyerupai katup yang berkaitan (Naik et al., 2010).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Skeletonema sp. ditandai dengan sel silinder dengan bentuk cincin perifer
tubular, fultoportula, yang tegak lurus menuju katup, berhubungan dengan katup
yang berkaitan untuk membentuk koloni memanjang (Zingone et al., 2005).
2.1.3 Habitat Skeletonema sp.
Naik et al. (2010) menyatakan bahwa Skeletonema sp. memiliki kisaran
geografis yang luas, baik pada perairan beriklim sedang maupun tropis. Rudiyanti
(2011) berpendapat bahwa sebagian besar diatom sangat peka terhadap perubahan
kadar garam dalam air. Kehidupan berbagai jenis fitoplankton termasuk
Skeletonema sp. tergantung pada salinitas perairan.
2.1.4 Kandungan Skeletonema sp.
Skeletonema sp. adalah salah satu fitoplankton yang berkadar protein
tinggi kurang lebih 50%, memiliki kandungan yang dapat memacu pertumbuhan
(growth factor) dan sangat bagus bagi ikan maupun udang, selain hal tersebut
fitoplankton ini dapat diproduksi secara masal pada bak terkendali maupun di
tambak (Sutikno dkk., 2010). Erlina dkk., (2004) menyatakan bahwa kandungan
nutritif Skeletonema costatum mencapai protein 37 %, lemak 7 % dan karbohidrat
21 %. Menurut Das and Sarwar (1998) Skeletonema sp. mengandung protein
51,77%, lemak 20,02%, abu 5,20% dan karbohidrat 16,585%.
2.2 Chaetoceros sp.
2.2.1 Klasifikasi Chaetoceros sp.
Klasifikasi mikroalga Chaetoceros sp. menurut Botes (2003) dalam
Herlinah (2010) sebagai berikut :
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Filum : Chrisophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Biddulphiales
Famili : Chaetocerotaceae
Genus : Chaetoceros
Species : Chaetoceros sp.
Gambar 2. Chaetoceros sp.
Sumber : http://www.awi.de/fileadmin/user
2.2.2 Morfologi Chaetoceros sp.
Chaetoceros sp. adalah salah satu mikroalga yang berpotensi untuk
dikembangkan dan banyak terdapat di perairan Indonesia (Setyaningsih dkk.,
2012). Ermayanti (2011) menyatakan bahwa Chaetoceros gracilis berbentuk sel
tunggal tidak berantai dan bercangkang cembung. Ukuran Chaetoceros berkisar 2-
20 μm, serta memiliki setae (alat gerak).
Menurut Lee and Lee (2011) struktur setae memanjang dari sudut
permukaan yang menyerupai katup pada bagian tubuhnya. Setae ini umumnya
terdiri dari setae pangkal dan setae interkalar. Menurut (Lee, 2008 dalam
Setyaningsih dkk., 2012) Chaetoceros sp. termasuk diatom yang disebut golden-
brown algae karena kandungan pigmen kuningnya lebih banyak dari pada pigmen
hijau.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
2.2.3 Habitat Chaetoceros sp.
(Lee, 2008 dalam Setyaningsih dkk., 2012) berpendapat bahwa
Chaetoceros sp. hidup di perairan dingin sampai perairan panas. Rahmadiani
(2013) menambahkan bahwa Chaetoceros sp. mudah dipelihara dan memiliki
pertumbuhan lebih cepat dibanding jenis lain, selain itu juga memiliki sifat toleran
terhadap suhu tinggi yaitu 400C (eurytermal) dan salinitas antara 6-50 ‰
(euryhalin).
2.2.4 Kandungan Chaetoceros sp.
Kandungan nutrisi Chaetoceros sp. adalah kalori 16,2%, protein 27,68%,
karbohidrat 23,20%, lipid 9,29%, vitamin C 1,60% dan klorofil a 1,04% (Basyar
dkk., 2009). Menurut Das and Sarwar (1998) Chaetoceros sp. mengandung
protein 58,34%, lemak 12,29%, abu 4,64% dan karbohidrat 17,39%. Ermayanti
(2011) menyatakan bahwa biomassa Chaetoceros sp. juga mengandung alkaloid,
terpenoid, karbohidrat, gula pereduksi dan asam amino.
2.3 Bioremediasi
2.3.1 Arti Bioremediasi
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih
untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar
polutan tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi
tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya
(Priadie, 2012). Bioremediasi adalah suatu proses yang menggunakan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
mikroorganisme sebagai agen perbaikan untuk degradasi biologis (Jamil, 2001).
Menurut (Desai and Banat, 1997) dalam (Fingerman and Nagabhushanam, 2005)
bioremediasi dapat didefinisikan sebagai suatu degradasi alami atau degradasi
yang diperlakukan secara biologis terhadap pencemaran lingkungan.
2.3.2 Fitoremediasi dan Fito-Akumulasi
Menurut Jamil (2001) fitoremediasi adalah suatu proses bioremediasi yang
menggunakan berbagai jenis tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan,
menstabilkan atau menghancurkan kontaminan (bahan pencemar) di dalam tanah
maupun perairan. Ada beberapa jenis yang berbeda dalam mekanisme
fitoremediasi, yaitu rizo-biodegradasi, fito-stabilisasi, fito-akumulasi, rizofiltrasi,
phyto-volatilization dan fito-degradasi.
Fito-akumulasi merupakan suatu proses akar-akar tumbuhan menyerap
bahan pencemar bersamaan dengan nutrien lainnya dan air. Massa bahan
pencemar tidak dihancurkan namun menumpuk sedikit demi sedikit (akumulasi)
pada tunas (pucuk) dan daun dari tumbuhan tersebut (Jamil, 2001).
2.3.3 Mekanisme Bioremediasi
Munir (2008) menyatakan bahwa mikroba yang sering digunakan dalam
proses bioremediasi adalah bakteri, jamur, yeast dan alga. Degradasi senyawa
kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk
mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di lingkungan yang berlangsung
melalui suatu serangkaian reaksi kimia yang cukup kompleks. Mikroba
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
menggunakan senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya
melalui berbagai proses oksidasi dalam proses degradasinya.
Menurut Jamil (2001) bioremediasi terdiri atas 2 jenis yaitu bioremediasi
in situ dan bioremediasi ex situ. Bioremediasi in situ adalah memberi perlakuan
(remediasi) pada air atau tanah yang terkontaminasi di lokasi tertentu. Sedangkan
bioremediasi ex situ adalah suatu proses yang melibatkan pembersihan tanah atau
air yang terkontaminasi ke lokasi lain sebelum perlakuan (remediasi).
2.4 Logam Berat
Logam berat didefinisikan sebagai logam yang memiliki kepadatan lebih
dari 5 g/cm3. Logam berat digolongkan menjadi logam berat esensial dan logam
berat non-esensial. Logam berat esensial bagi organisme seperti Cu, Zn, Co, Mn
dan Mo berperan penting sebagai co-factor dalam reaksi redoks, interaksi ligan,
ionisasi air selama biokatalisis, sedangkan logam berat non-esensial seperti As,
Cd, Pb dan Hg tidak diperlukan oleh organisme sebaliknya logam-logam berat
tersebut menganggu fungsi logam berat esensial dan enzim (Elmsley, 2001)
dalam (Singh and Tripathi, 2007).
Beberapa logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan
adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), chromium (Cr),
dan nikel (Ni). Di alam logam sangat jarang ditemukan dalam elemen tunggal,
biasanya dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain (Sarjono, 2009). Logam
berat bersifat unik, tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung
terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi (Susanti,
2010).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
2.4.1 Karakteristik Timbal (Pb)
Timbal adalah logam berat, dengan nomor atom 82, berat atom 207,19,
berat jenis 11,34, bersifat lunak dan bewarna biru keabu-abuan dengan kilau
logam yang khas sesaat setelah dipotong. Kilaunya akan segera hilang dengan
adanya pembentukan lapisan oksida pada permukaannya. Timbal mempunyai titik
leleh 327,50C dan titik didih 1740 0C (MSDS, 2005) dalam (Fauzi, 2008).
Timbal dan persenyawaannya digunakan dalam industri baterai sebagai
bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Kemampuan timbal dalam
membentuk campuran (alloy) dengan logam lain telah dimanfaatkan untuk
meningkatkan sifat metalurgi dalam penerapan yang luas misalnya untuk kabel
listrik, konstruksi pabrik kimia dan kontainer serta memiliki kemampuan tinggi
untuk mencegah korosi (Susanti, 2010).
2.4.2 Sumber Kontaminasi Timbal (Pb)
Awalina (2011) menyatakan bahwa sumber utama kontaminasi timbal
pada tanah, air dan udara adalah pembakaran bahan bakar yang mengandung
timbal, produksi logam non ferrous pyrometallurgical, baja, besi, pembakaran
batubara, produksi semen dan penimbunan lumpur aktif limbah perkotaan
(sewage sludge). Sekitar 96% dari semua emisi timbal berasal dari sumber
antropogenik. Berbagai negara maju sudah mengurangi konsumsi bahan bakar
bensin yang mengandung timbal dengan membatasi penggunaan timbal
(tetraethyllead, (C2H5)4Pb) sebagai bahan aditif atau disebut sebagai gasoline
octane booster, namun beberapa negara berkembang masih menggunakan bensin
yang mengandung timbal. Timbal digunakan dalam jumlah besar pada baterai,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
produk logam, pigmen dan bahan-bahan kimia lainnya. Menurut Susanti (2010)
kandungan timbal dalam cat yang merupakan penyebab utama peningkatan kadar
timbal di lingkungan.
2.4.3 Pengaruh Timbal (Pb) di Perairan
Timbal adalah logam non esensial yang harus diwaspadai keberadaannya
di lingkungan akuatik karena sifat toksiknya yang tinggi terhadap organisme.
Logam dan senyawa yang mengandung logam di perairan alamiah dapat
berbentuk sebagai terlarut, koloid ataupun partikel tergantung pada pH, potensial
reduksi oksidasi dan keberadaan species terlarut lainnya yang mampu membentuk
senyawa dengan ion logam (Weiner, 2008) dalam Awalina (2011). Menurut
Awalina (2011) timbal memiliki resiko yang membahayakan seperti logam berat
lainnya apabila memasuki lingkungan yang mampu meningkatkan kelarutannya.
2.5 Peranan Fitoplankton dalam Bioremediasi
Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dalam ekosistem perairan,
selain itu juga berguna untuk mempertahankan keseimbangan lingkungan.
Fitoplankton efektif menyerap beberapa senyawa beracun dan meningkatkan
oksigen terlarut karena aktivitas fotosintesis (Rudiyanti, 2011).
Makkasau (2011) menyatakan bahwa beberapa sistem fitoremediasi logam
berat di perairan telah dilakukan. Salah satu organisme yang dapat digunakan
sebagai fitoremediator adalah fitoplankton karena ukurannya yang kecil
sedangkan pencemar ion logam dalam keadaan terlarut, dengan demikian interaksi
keduanya akan berlangsung efektif sehingga fitoplankton dapat mengakumulasi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
ion logam hingga konsentarsi yang tinggi. Upaya untuk meningkatkan
kemampuan akumulasi logam oleh fitoplankton masih dapat ditingkatkan dengan
mengoptimalkan peran ligan yang berfungsi dalam pengkhelatan logam sehingga
tingkat keracunan logam menurun, yaitu dengan memvariasikan penambahan
asam organik dan EDTA, sehingga dapat diperoleh kondisi optimal proses
bioakumulasi ion logam Cd2+
dan Cr6+
oleh fitoplankton laut dengan
menggunakan chelator. Fitoremediasi akan berlangsung baik pada aplikasi
lapangan dengan menggunakan jenis fitoplankton yang sudah diaklimatisasi
dalam kondisi akumulasi optimum.
Menurut Scarano and Morelli (2002) dalam (Singh and Tripathi, 2007)
kompleks fitokelatin logam (metal-PCn) teridentifikasi pada Phaeodactylum
tricornotum yang dipaparkan Cd atau Pb dengan konsentrasi 10 µM selama 6 jam
perlakuan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Menurut Makkasau (2011) sebagian besar mekanisme pembersihan logam
berat oleh mikrooganisme adalah proses pertukaran ion yang mirip pertukaran ion
pada resin. Mekanisme pertukaran ion ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
A2+
+ (B-biomassa) --> B2+
+ (A-biomassa)
Menurut Onrizal (2005) dalam Makkasau (2011) passive uptake dikenal
sebagai proses bioabsorpsi. Proses ini terjadi ketika ion logam berat mengikat
dinding sel dengan dua cara yang berbeda, pertama pertukaran ion, dimana ion
monovalen dan divalen seperti Na, Mg dan Ca pada dinding sel digantikan oleh
ion-ion logam berat dan kedua adalah formasi kompleks antara ion-ion logam
berat dengan gugus fungsi (functional group) seperti carbonyl, amino, thiol,
hydroxyl, phosphate dan hydroxyl-carboxyl, yang berada pada dinding sel. Active
uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan
terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan mikroorganisme
dan atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Namun bioabsorpsi logam
berat dengan sel hidup ini terbatas dikarenakan oleh akumulasi ion yang
menyebabkan racun terhadap mikroorganisme. Hal ini biasanya dapat
menghalangi pertumbuhan mikroorganisme di saat keracunan terhadap ion logam
tercapai. Mikroorganisme yang tahan terhadap efek racun ion logam akan
dihasilkan berdasarkan prosedur seleksi yang ketat terhadap pemilihan jenis
mikroorganisme yang tahan terhadap kehadiran ion logam berat.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Buhani (2002) dalam Sembiring dkk., (2009) menyatakan bahwa gugus
fungsional utama yang bertindak sebagai ligan yaitu –COOH yang merupakan
penyusun utama dari polisakarida dan gugus amina sebagai penyusun pektin dan
protein pada Nannocloropsis sp. yang mampu berikatan dengan baik pada ion
logam seperti Cu, Pb dan Cd.
Gambar 3. Bagan kerangka konseptual penelitian
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan antara kemampuan Skeletonema sp. dan kemampuan
Chaetoceros sp. dalam menyerap logam berat timbal (Pb).
Bioremediasi
Fitoplankton
Skeletonema sp.
Chaetoceros sp.
Dinding Sel
Carbonyl Amino Thiol Hydroxy
l
Phosphate Hydroxyl-Carbonyl
Bermuatan Negatif Muatan positif (Pb2+
)
dari Pb(NO3)2
Penyerapan logam
berat Pb
Logam berat terakumulasi
dalam tubuh fitoplankton
Konsentrasi logam
berat Pb di perairan
menurun
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
2. Terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. pada media yang tercemar logam berat (Pb).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
IV METODOLOGI
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Airlangga, Surabaya. Pemeriksaan kandungan timbal (Pb) pada media
kultur Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. dilakukan di Balai Besar
Laboratorium Kesehatan, Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari 2014.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah berbagai peralatan
gelas seperti pipet volume, pipet tetes, botol perlakuan, botol sampel, gelas ukur,
tabung Erlenmeyer, lampu neon 40 watt dan labu ukur, kertas saring untuk
menyaring Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp., mikroskop, handtally counter,
pengaduk magnetik, pemanas listrik, botol perlakuan, botol transparan untuk
kultur plankton, plastik polietilen (PE), DO meter, pH meter, thermometer,
refraktometer, autoclave, bilik hitung haemocytometer, Atomic Absorption
Spectrometry (AAS) Perkin Elmer 3110.
4.2.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah biakan murni
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. yang diperoleh dari Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, larutan timbal Pb (NO3)2, air laut,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
aquades, klorin, sabun cair, Na-Thiosulfat, alumunium foil, media F2 (pupuk
diatom) sebagai pupuk untuk kultur fitoplankton dan silikat sebagai senyawa
kimia yang dibutuhkan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. dalam
pertumbuhannya.
4.3 Prosedur Penelitian
4.3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental, dengan rancangan
yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat
perlakuan dengan lima ulangan yaitu :
1. Perlakuan A : kultur Skeletonema sp. tanpa pemberian logam berat timbal
(0 ppm)
2. Perlakuan B : kultur Chaetoceros sp. tanpa pemberian logam berat timbal
(0 ppm)
3. Perlakuan C : kultur Skeletonema sp. dengan pemberian logam berat timbal
(0,9 ppm)
4. Perlakuan D : kultur Chaetoceros sp. dengan pemberian logam berat timbal
(0,9 ppm)
4.3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel
terkendali dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis
fitoplankton dan konsentrasi timbal. Variabel terkendali adalah media kultur dan
intensitas cahaya. Variabel terikat adalah kandungan timbal dalam air setelah
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
diakumulasi oleh Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. serta pertumbuhan
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
4.4 Pelaksanaan Penelitian
4.4.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi alat dan bahan bertujuan untuk menghilangkan kontaminan dari
alat dan bahan yang akan digunakan untuk kultur fitoplankton. Sterilisasi alat dan
bahan dimulai dengan membersihkan alat dan bahan menggunakan sabun cair dan
spons kemudian dibilas dengan air bersih hingga bersih.
Rostini (2007) menyatakan bahwa sebelum kegiatan kultur dimulai, media
budidaya perlu dipanaskan dahulu dengan alat yang disebut autoclave. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan dan membunuh jasad-jasad renik yang terbawa,
sehingga didapatkan air yang steril. Autoclave yang digunakan diberikan tekanan
1 atm dengan suhu pemanasan 121oC. Persiapan yang dilakukan sebelum
penebaran adalah membersihkan wadah budidaya beserta pipa selang aerasi.
Air laut yang digunakan untuk kultur fitoplankton disterilisasi dengan
klorin 60 ppm dan dinetralkan menggunakan Na-Thiosulfat 20 ppm. Kemudian
air laut diberi aerasi secara terus menerus hingga kurang lebih dua hari sampai bau
klorin hilang. Sebelum air laut disterilisasi kadar timbal dalam air terlebih dahulu
diuji untuk mengetahui kadar timbal awal sebelum diberi perlakuan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
4.4.2 Persiapan Stok Fitoplankton
Species fitoplankton yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. berasal dari Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau Jepara, Jawa Timur.
Pada media F2, Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. dikultur untuk
memperbanyak biakan fitoplankton tersebut. Fitoplankton diberi perlakuan
apabila hasil kultur fitoplankton sudah mampu mencukupi jumlah yang
diperlukan. Biakan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. kemudian diinkubasi
pada suhu 25-27°C dan diberikan intensitas cahaya.
Media kultur diberi penyinaran dengan lampu neon 40 watt yang
diletakkan diatas botol perlakuan. Biakan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
diberi aerasi dengan kecepatan arus yang sedang. Pengukuran parameter kualitas
air dilakukan seperti pengukuran suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas dan pH.
Pengukuran suhu dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari pukul 06.00 WIB dan
sore hari pukul 17.00 WIB sedangkan salinitas diukur satu kali sehari pada pukul
17.00 WIB.
Keberhasilan kultur fitoplankton yang berasal dari air laut ditentukan oleh
beberapa faktor seperti suhu, salinitas, kekuatan cahaya, dan pH, serta aerasi yang
harus diperhatikan selama pelaksanaan kultur (Rostini, 2007).
4.4.3 Penghitungan Larutan Stok Timbal (Pb)
(Gunawati, 2011) dalam Nisak (2013) menyatakan bahwa larutan standar
timbal (Pb) dibuat dari senyawa Pb(NO3)2 dengan massa molekul relatif 331,2.
Pertama-tama membuat larutan stok timbal diawali dengan menimbang Pb(NO3)2
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
sebanyak 1,598 gram kemudian dilarutkan dengan H2O hingga 1000 mL,
dihomogenkan di atas magnetic stirrer. Dari larutan induk ini diambil volume
tertentu dan diencerkan hingga 100 mL. Pengambilan stok timbal yang akan
diperlakukan menggunakan rumus berikut :
Keterangan : V1 = volume stok yang dicari
N1 = konsentrasi stok yang dicari
V2 = volume stok yang diketahui
N2 = konsentrasi stok yang diketahui
4.4.4 Perlakuan
Kadar timbal dalam air laut terlebih dahulu diuji untuk mengetahui kadar
timbal sebelum diberi perlakuan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai
kadar timbal yang akan diberikan pada perlakuan yaitu 0,9 ppm. Setelah
mengetahui kadar timbal dilakukan penghitungan kepadatan fitoplankton untuk
mengetahui banyaknya populasi fitoplankton yang akan digunakan dalam
perlakuan. Perlakuan dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan timbal
dengan kadar 0,9 ppm (termasuk jumlah yang ada dalam air laut sebelum diberi
perlakuan timbal) dan menambahkan sejumlah fitoplankton dengan kepadatan 105
sel/ml. Botol perlakuan kemudian diinkubasi dengan pH, suhu, salinitas dan DO
(oksigen terlarut) yang disesuaikan.
V1 N1 = V2 N2
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
4.4.5 Parameter Pengamatan
Parameter utama dalam penelitian ini adalah kandungan logam berat
timbal (Pb) pada awal dan akhir penelitian serta pertumbuhan fitoplankton
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. Pengujian kandungan timbal dalam air
dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya. Penghitungan
kepadatan fitoplankton dilakukan setiap hari untuk mengetahui pertumbuhan
kedua jenis fitoplankton tersebut. Penghitungan kepadatan fitoplankton ini
dilakukan dengan menggunakan haemocytometer di bawah pengamatan
mikroskop dengan perbesaran 10x sampai 40x.
Parameter pendukung lainnya adalah kualitas air. Kualitas air yang diukur
meliputi pH, suhu, salinitas dan DO (oksigen terlarut). Pengukuran pH, suhu,
salinitas dan DO dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari pukul 06.00 WIB dan
sore hari pukul 17.00 WIB sedangkan salinitas diukur satu kali sehari pada pukul
17.00 WIB.
4.6 Analisa Data
Data hasil penelitian baik parameter utama maupun parameter pendukung
dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Gambar 4. Diagram alir penelitian
Sterilisasi alat dan bahan
Kultur Skeletonema sp. Kultur Chaetoceros sp.
Pembuatan larutan logam berat timbal (Pb)
Kultur Skeletonema sp.
tanpa Pb (kontrol) (A)
Kultur Chaetoceros sp.
tanpa Pb (kontrol) (B)
Kultur Skeletonema sp.
dengan konsentrasi Pb
(0,9 ppm) (C)
Kultur Chaetoceros sp.
dengan konsentrasi Pb
0,9 ppm (D)
A
1
A
2
A
3
A
4
A
5
B
1
B
2
B
3
B
4
B
5
C
1
C
2
C
3
C
4
4
C
5
D
1
D
2
D
3
D
4
D
5
Kultur fitoplankton selama 24 jam
Pengujian kandungan Pb
dalam air
Pengukuran suhu, DO,
salinitas dan pH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Media Kultur
Hasil analisa kandungan logam berat timbal (Pb) pada media kultur
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. selama penelitian menunjukkan adanya
penurunan. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada media kultur Skeletonema
sp. dan Chaetoceros sp. secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 2
sedangkan hasil analisa rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada air
media kultur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada media kultur
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
Perlakuan Awal Akhir Awal-Akhir Persentase (%)
C (Skeletonema sp. 0,9 ppm) 0,233 0,010 0,223 96
D (Chaetoceros sp. 0,9 ppm) 2,075 1,284 0,791 38
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan
kandungan Pb pada media kultur Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. yang diberi
Pb selama 24 jam. Penurunan konsentrasi Pb pada media kultur Skeletonema sp.
(96%) lebih besar dari pada media kultur Chaetoceros sp. (38%).
5.1.2 Pertumbuhan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
Pertumbuhan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. diamati melalui
penghitungan kepadatan rata-rata Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. setiap hari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
selama tujuh hari. Kepadatan rata-rata Skeletonema sp. dan Chaetoceros dapat
dilihat pada tabel dan grafik berikut ini.
Tabel 2. Kepadatan rata-rata Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. selama
penelitian
Perlakuan
Kepadatan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. (105 sel/ml)
pada Hari ke-
0 1 2 3 4 5 6 7
A 6,00 3,5 17,18 46,53 22,15 9,50 27,18 18,43
B 6,00 4,75 6,38 8,38 6,88 6,25 4,88 5,50
C 6,00 3,23 3,73 10,38 13,85 9,50 15,50 10,13
D 6,00 2,75 2,13 5,50 5,38 5,50 6,38 2,63
Gambar 5. Grafik kepadatan rata-rata Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. pada
konsentrasi 0 ppm dan 0,9 ppm selama penelitian
Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum,
pertumbuhan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. pada semua perlakuan, baik
tanpa pemberian Pb maupun dengan pemberian Pb, mengikuti grafik pola umum
pertumbuhan fitoplankon.
Pada fase adaptasi, terdapat perbedaan pola adaptasi antara Skeletonema
sp. dan Chaetoceros sp. tanpa pemberian Pb (A dan B) bila dibandingkan dengan
A (Skeletonema sp. 0 ppm)
B (Chaetoceros sp. 0 ppm)
C (Skeletonema sp. 0,9 ppm)
D (Chaetoceros sp. 0,9 ppm)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. dengan pemberian Pb (C dan D). Pada
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. tanpa pemberian Pb (A dan B), fase adaptasi
berlangsung lebih cepat bila dibandingkan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
yang diberi Pb (C dan D). Hal ini dapat dilihat pada grafik, bahwa Skeletonema
sp. dan Chaetoceros sp. tanpa pemberian Pb (A dan B), grafiknya mengalami
penurunan kepadatan hanya sampai hari pertama. Selanjutnya, pada hari kedua,
sudah mengalami kenaikan kepadatan sel. Sedangkan pada Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. yang diberi Pb (C dan D), penurunan grafik pada fase adaptasi
terjadi lebih lama, yaitu sampai hari kedua. Kepadatan fitoplankton Skeletonema
sp. dan Chaetoceros sp. baru mengalami peningkatan pada hari ketiga.
Pada fase eksponensial juga terjadi perbedaan pola grafik, antara
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. tanpa pemberian Pb (A dan B) bila
dibandingkan dengan yang diberi Pb (C dan D). Pada Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. tanpa pemberian Pb (A dan B), fase eksponensial terjadi dengan
peningkatan grafik yang tajam terus menerus selama 2 hari. Hal ini berbeda
dengan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. yang diberi Pb (C dan D).
Skeletonema sp. yang diberi Pb (C), fase eksponensialnya juga terjadi selama 2
hari (hari ke-3 dan ke-4), namun dengan peningkatan grafik tidak terlalu tajam
(artinya penambahan kepadatan sel tidak banyak). Pada Chaetoceros sp. yang
diberi Pb (D), fase eksponensial berlangsung lebih singkat, hanya 1 hari (pada hari
ke-3).
Puncak pertumbuhan pada masing-masing perlakuan juga mengalami
perbedaan. Skeletonema sp. tanpa pemberian Pb (A), mencapai puncak populasi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
pada hari ke-3 dengan kepadatan 46,53 x 105 sel/ml. Skeletonema sp. yang diberi
Pb (C) mengalami puncak populasi lebih lambat, yaitu pada hari ke-4, dengan
kepadatan 13,85 x 105 sel/ml. Chaetoceros sp. tanpa pemberian Pb (B) mengalami
puncak populasi pada hari ke-3 dengan kepadatan 8,38 x 105 sel/ml. Sedangkan
Chaetoceros sp. dengan pemberian Pb (D) mengalami fase perlambatan
pertumbuhan (hari ke-4 dan 5), sebelum akhirnya mencapai puncak populasi pada
hari ke-6 dengan kepadatan 6,38 x 105 sel/ml (lebih rendah dari Chaetoceros sp.
tanpa pemberian Pb (B)).
Setelah mengalami puncak pertumbuhan populasi, Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. pada semua perlakuan, mengalami penurunan pertumbuhan.
Skeletonema sp. yang tidak diberi Pb (A) maupun yang diberi Pb (C), mengalami
pola yang sama yaitu setelah penurunan pada hari ke-5, grafik mengalami
peningkatan lagi pada hari ke-6 dan selanjutnya menurun lagi pada hari ke-7.
Sedangkan Chaetoceros sp. tanpa pemberian Pb (B) mengalami penurunan
pertumbuhan sampai hari ke-6, setelah mencapai puncak populasi dan selanjutnya
meningkat lagi pada hari ke-7. Sementara itu, Chaetoceros sp. yang diberi Pb (D)
mengalami penurunan pada hari ke-7 setelah mencapai puncak pada hari ke-6.
5.1.3 Kualitas Air
Data kualitas air media kultur Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran selama penelitian pada semua perlakuan
dapat dilihat secara keseluruhan pada Lampiran 4. Sedangkan kisaran rata-rata
pengukuran kualitas air ditunjukkan pada Tabel 3.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Tabel 3. Pengukuran kualitas air media kultur selama penelitian
Parameter Kisaran
Suhu (0C) 28 – 33
Salinitas (ppt) 24 – 35
pH 8 – 9
DO (mg/L) 5
Hasil pengukuran kualitas air pada media kultur Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. menunjukkan kisaran suhu antara 280C hingga 33
0C. Salinitas
selama penelitian berkisar antara 24 ppt hingga 35 ppt. Nilai pH pada keseluruhan
media kultur mencapai nilai 8 hingga 9, dan kandungan oksigen terlarut (DO)
sebesar 5 mg/L.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran logam berat timbal (Pb) pada media kultur
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. terdapat penurunan kandungan logam berat
timbal (Pb) pada media kultur fitoplankton tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. memiliki kemampuan menyerap logam berat
timbal (Pb) pada perairan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rudiyanti (2011) yang
menyatakan bahwa fitoplankton efektif menyerap beberapa senyawa beracun dan
meningkatkan oksigen terlarut karena aktivitas fotosintesis.
Bila kemampuan kedua fitoplankton tersebut dibandingkan, Skeletonema
sp. memiliki kemampuan menyerap logam berat timbal (Pb) lebih baik dari pada
Chaetoceros sp., dimana persentase penurunan kandungan logam berat timbal
(Pb) pada media kultur Skeletonema sp. (96%) lebih tinggi dibandingkan dengan
Chaetoceros sp. (38%). Hal ini diduga karena Skeletonema sp. memiliki
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
kandungan protein yang lebih tinggi dari pada Chaetoceros sp. sesuai dengan
pendapat (Sutikno dkk., 2010) yang menyatakan bahwa Skeletonema sp. adalah
salah satu fitoplankton yang berkadar protein tinggi kurang lebih 50%, memiliki
kandungan yang dapat memacu pertumbuhan (growth factor) dan sangat bagus
bagi ikan maupun udang, selain hal tersebut fitoplankton ini dapat diproduksi
secara masal pada bak terkendali maupun di tambak. Erlina dkk., (2004) juga
menyatakan bahwa kandungan nutritif Skeletonema costatum mencapai protein 37
%, lemak 7 %, dan karbohidrat 21 %. sedangkan menurut Basyar dkk., (2009)
kandungan nutrisi Chaetoceros sp. adalah kalori 16,2%, protein 27,68%,
karbohidrat 23,20%, lipid 9,29%, vitamin C 1,60% dan klorofil a 1,04%.
Semakin tinggi kandungan protein yang dimiliki oleh fitoplankton
semakin baik kemampuannya dalam menyerap logam berat karena protein terusun
atas gugus karboksil (-COOH) yang mampu berikatan baik dengan ion logam
berat sesuai yang dinyatakan oleh Buhani (2002) dalam Sembiring dkk., (2009)
menyatakan bahwa gugus fungsional utama yang bertindak sebagai ligan yaitu
–COOH yang merupakan penyusun utama dari polisakarida dan gugus amina
sebagai penyusun pektin dan protein pada Nannocloropsis sp. yang mampu
berikatan dengan baik pada ion logam seperti Cu, Pb dan Cd.
Penurunan kandungan logam berat timbal (Pb) pada media kultur
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. menunjukkan bahwa dua species
fitoplankton tersebut memiliki kemampuan yang dalam menyerap logam berat
timbal (Pb) meskipun kemampuan yang dimiliki kedua fitoplankton tersebut
berbeda, sehingga Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. dapat dijadikan agen
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
bioremediasi terhadap logam berat timbal (Pb). Hal ini sesuai dengan pendapat
Munir (2008) yang menyatakan bahwa mikroba yang sering digunakan dalam
proses bioremediasi adalah bakteri, jamur, yeast dan alga.
Pola grafik pertumbuhan fitoplankton pada semua perlakuan secara
umum mengikuti grafik pola umum pertumbuhan fitoplankton. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum, Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. baik
yang diberi Pb (C dan D) maupun tidak diberi Pb (A dan B), dapat beradaptasi
dan mengalami pertumbuhan pada perlakuan penelitian ini, walaupun dengan
reaksi yang berbeda. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) ada empat fase
pertumbuhan fitoplankton yaitu fase istirahat, fase eksponensial, fase stasioner
dan fase kematian.
Pada fase adaptasi, perbedaan pola grafik akibat perlakuan, menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian Pb telah mempengaruhi fisiologi Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. tanpa pemberian Pb (A
dan B), fase adaptasinya berlangsung lebih cepat (1 hari) bila dibandingkan
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. yang diberi Pb (C dan D) (2 hari). Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian Pb mempengaruhi fisiologi kedua fitoplankton
tersebut, sehingga metabolisme terjadi lebih lama dan membutuhkan waktu
adaptasi lebih lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Davila (1995) dalam Hala
dkk., (2004) bahwa kondisi medium dengan penambahan ion logam dengan
konsentrasi yang meningkat dapat mengakibatkan kemampuan aklimatisasi
fitoplankton menurun. Hal ini diperparah dengan semakin bertambahnya jumlah
fitoplankton yang mati dan kemudian mengendap ke dasar medium akan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
menyebabkan kebutuhan akan oksigen terlarut lebih besar. Bahan organik mati
dalam bentuk biomassa fitoplankton tersebut, akan berperan sebagai kompetitor
baru dalam penggunaan oksigen terlarut di dalam lingkungan medium
pertumbuhan.
Fase eksponensial pada Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. tanpa
pemberian Pb (A dan B), terjadi dengan peningkatan grafik yang tajam terus
menerus selama 2 hari, berbeda dengan fitoplankton yang diberi Pb (C dan D).
Hal ini dapat terjadi karena, dengan tidak adanya penambahan Pb pada media,
maka gangguan akibat logam berat tidak terjadi, sehingga pertumbuhan dapat
berlangsung normal dan optimal. Hal ini berbeda dengan Skeletonema sp. yang
diberi Pb (C), fase eksponensialnya juga terjadi selama 2 hari (hari ke-3 dan ke-
4), namun dengan peningkatan grafik tidak terlalu tajam bila dibandingkan dengan
Skeletonema sp. tanpa Pb (A). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi
tidak secepat fitoplankton yang tidak diberi Pb (A dan B). Sedangkan pada
Chaetoceros sp. yang diberi Pb (D), fase eksponensial berlangsung lebih singkat,
hanya 1 hari (pada hari ke-3), selanjutnya mengalami penurunan pertumbuhan.
Menurut Roitz (2002 et al. 2002) dalam Djumanto (2009) pertumbuhan
fitoplankton secara kasar dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu singkat
dengan produktivitasnya meledak sangat pesat dan panjang dengan masa
pertumbuhan sangat lambat.
Puncak pertumbuhan pada Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. yang
tidak diberi Pb (A dan B) terjadi pada kepadatan populasi yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan yang diberi perlakuan. Hal ini semakin mendukung hasil
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
penelitian bahwa baik pada Skeletonema sp. maupun Chaetoceros sp., pemberian
Pb pada konsentrasi 0,9 ppm mengganggu pertumbuhan fitoplankton tersebut.
Pada semua perlakuan kecuali Chaetoceros sp. yang diberi Pb (D), setelah
terjadi penurunan populasi, selanjutnya terjadi peningkatan populasi kembali. Hal
ini diduga karena terjadi penambahan nutrien hasil dekomposisi fitoplankton yang
mati pada fase adaptasi, sehingga mendukung ketersediaan nutrisi bagi
pertumbuhan fitoplankton. Sedangkan pada Chaetoceros sp. yang diberi Pb (D),
belum diketahui apakah akan terjadi peningkatan pertumbuhan setelah terjadi
penurunan, sebab penurunan baru terjadi 1 hari dan penelitian telah selesai.
Puncak pertumbuhan yang tercapai lebih lambat dibandingkan perlakuan yang
lain, menyebabkan diperlukan waktu tambahan bila ingin mengetahui pola
pertumbuhan selanjutnya. Menurut Nayar (2004) dalam Hala dkk., (2004)
walaupun kondisi nutrien dalam medium masih mencukupi, namun adanya logam
berat dapat mengganggu pertumbuhan suatu fitoplankton.
Bila dilihat secara keseluruhan, Chaetoceros sp. yang diberi Pb (D),
mengalami keterlambatan fase-fase pertumbuhan bila dibandingkan perlakuan
yang lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Hala dkk., (2012) yang menyatakan
bahwa tampak tren pertumbuhan C. calcitrans yang menurun seiring dengan
lamanya waktu kontak dengan logam. Hal ini mengindikasikan bahwa toksisitas
ion Pb2+
dan Zn2+
cukup tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan C.
calcitrans. Pemaparan campuran logam menunjukkan tren penurunan populasi,
dimana penambahan logam pada kisaran tertentu mengakibatkan penurunan
kerapatan sel.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Pertumbuhan Skeletonema sp. tanpa pemberian Pb (A) lebih optimal
dibandingkan dengan pertumbuhan Skeletonema sp. yang diberi Pb (C). Hal ini
diduga bahwa adanya logam berat timbal (Pb) berpengaruh pada pertumbuhan
Skeletonema sp. sesuai yang dinyatakan oleh Scarano and Morelli (2002) dalam
Singh and Tripathi (2007) bahwa terdapat kompleks metal PCn atau kompleks
fitokelatin dan logam yang teridentifikasi pada Phaeodactylum tricornutum
dengan perlakuan logam berat Cd atau Pb (10µM) selama 6 jam.
Analisa kualitas air selama penelitian meliputi suhu, salinitas, pH dan
oksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran suhu selama penelitian dari hari pertama
hingga hari terakhir menunjukkan bahwa suhu air media kultur Skeletonema sp.
dan Chaetoceros sp. berkisar antara 280C hingga 33
0C. Rata-rata keseluruhan
pengukuran suhu pada air media kultur dapat dilihat pada Tabel 3. Suhu
merupakan salah satu variabel lingkungan yang mempengaruhi laju fotosintesis
dan pertumbuhan mikroalga. Suhu di perairan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses-proses kimia dalam tubuh mikroalga. Tingkat percepatan
proses-proses dalam sel akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu (Fogg
1975) dalam (Ermayanti, 2011). Pada penelitian ini, suhu yang terjadi pada media
kultur masih dapat ditolerir oleh Chaetoceros sp. Menurut Rahmadiani (2013)
Chaetoceros sp. mudah dipelihara dan memiliki pertumbuhan lebih cepat
dibanding jenis lain, selain itu juga memiliki sifat toleran terhadap suhu tinggi
yaitu 400C (eurytermal). Menurut Isnansetyo dan Kurniastuti (1995) Chaetoceros
sp. toleran terhadap suhu air yang tinggi. Alga ini akan tumbuh optimal pada
kisaran suhu 250C – 30
0C dan masih dapat tumbuh pada suhu 37
0C. Menurut
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) Skeletonema costatum merupakan diatom yang
bersifat eurythermal, yang mampu tumbuh pada kisaran suhu 30 - 30
0C.
Hasil pengukuran salinitas selama penelitian menunjukkan bahwa salinitas
pada air media kultur Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. berkisar antara 24 ppt
hingga 35 ppt. Terjadinya peningkatan salinitas dari awal hingga akhir penelitian,
diakibatkan perjadinya penguapan air media. Bila dibandingkan dengan referensi
tentang salinitas optimal untuk pertumbuhan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
maka salinitas yang terjadi pada penelitian ini lebih tinggi dibanding salinitas
optimal untuk kedua fitoplankton tersebut. Namun demikian, kedua fitoplankton
tersebut masih dapat tumbuh dengan pola pertumbuhan yang normal. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua fitoplankton masih dapat mentolerir perbedaan
salinitas ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Isnansetyo dan Kurniastuty (1995)
yang menyatakan bahwa S.costatum merupakan diatom yang bersifat euryhalin
dengan nilai salinitas 20-30 0/00 merupakan kisaran yang baik untuk pertumbuhan,
dan optimal pada 25-290/00, namun dapat bertahan hidup hingga 40
0/00. Menurut
Rahmadiani (2013) Chaetoceros sp. dapat hidup pada salinitas antara 6-50 ‰
(euryhalin). Isnansetyo dan Kurniastuti (1995) menambahkan bahwa Chaetoceros
memiliki toleransi terhadap kisaran salinitas sangat luas yaitu 6 – 50 permil,
sedangkan kisaran salinitas 17 – 25 permil merupakan salinitas optimal untuk
pertumbuhannya.
Hasil pengukuran pH selama penelitian menunjukkan bahwa nilai pH air
media kultur Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. berkisar antara 8 hingga 9.
Derajat keasaman (pH) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kultur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
mikroalga. Mikroalga memerlukan pH antara 7-8,5 untuk pertumbuhan optimum
(Najmushabah 2004 dalam Wijaksono 2008) dalam (Ermayanti, 2011). Lee,
1995) dalam Armanda (2013) juga menyatakan bahwa salah satu kondisi
optimum pertumbuhan Skeletonema costatum adalah pH 7-8. Kurniawati (2006)
menyatakan bahwa salah satu kondisi kultur Chaetoceros amami yang digunakan
selama penelitian adalah pH 8±1.
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) selama penelitian menunjukkan
bahwa kandungan oksigen terlarut pada air media kultur Skeletonema sp. dan
Chaetoceros sp. adalah 5 mg/L. Nilai kandungan oksigen terlarut ini tergolong
dalam nilai optimal untuk pertumbuhan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. Hal
ini sesuai dengan kisaran oksigen terlarut pada penelitian yang dilakukan oleh
Rudiyanti (2011) tentang pertumbuhan Skeletonema costatum yaitu 2,75-5,24
mg/L. Menurut Boyd (1982) dalam Rudiyanti (2011) kisaran oksigen terlarut yang
baik adalah 1-5 mg/L.
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air selama penelitian yang masih
dalam batas optimal dan ditolerir oleh Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp., maka
diduga bahwa tidak ada gangguan akibat kualitas air yang tidak sesuai, yang
mempengaruhi hasil penelitian.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Skeletonema sp. memiliki kemampuan menyerap logam berat timbal (Pb)
2. Chaetoceros sp. memiliki kemampuan menyerap logam berat timbal (Pb)
3. Terdapat perbedaan kemampuan penyerapan logam berat timbal (Pb)
antara Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
4. Skeletonema sp. memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan
Chaetoceros sp. dalam menyerap logam berat timbal (Pb).
5. Logam berat timbal (Pb) dengan konsentrasi 0,9 ppm dapat menurunkan
pertumbuhan Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
6.2 Saran
Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp. dapat digunakan sebagai agen
bioremediasi (fito-akumulasi) terhadap logam berat timbal (Pb), sehingga
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menurunkan limbah yang mengandung
logam berat timbal (Pb) pada instalasi pengolahan limbah sebelum dibuang ke
perairan sehingga perairan tetap lestari dan dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
DAFTAR PUSTAKA
Armanda, D.T. 2013. Pertumbuhan Kultur Mikroalga Diatom Skeletonema
costatum (Greville) Cleve Isolat Jepara pada Medium F/2 dan Medium
Conway Semarang. IAIN Walisongo. Semarang. hal 51.
Awalina. 2011. Bioakumulasi Ion Logam Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) dalam
Fitoplankton pada Beberapa Perairan Situ di sekitar Kabupaten Bogor.
Universitas Indonesia. Depok. 153 hal.
Basyar, A.H, A., E. Sutanti dan A. Erlina. 2009. Kultur Fitoplankton untuk
Mendukung Kegiatan Perbenihan. Jepara. BBPBAP Jepara. hal 134.
Birry, A.A. dan H. Meutia. 2012. Sebuah Potret Pencemaran Bahan Kimia
Berbahaya dan Beracun di Badan Sungai Serta Beberapa Titik
Pembuangan Industri Tak Bertuan Studi Kasus Sungai Citarum. Jawa
Barat. Greenpeace Asia Tenggara. 37 hal.
Das, N.G. and S.M.M. Sarwar. 1998. Nutritional Analysis of Two Diatoms,
Skeletonema sp. and Chaetoceros sp. As Diet for Penaeus monodon in
Hatchery. Institute of Marine Sciences, Univeristy of Chittagong.
Bangladesh. 4 pp.
Djumanto., T. Sidabutar., dan H. Pontororing. 2009. Pola Persebaran Horizontal
dan Kerapatan Plankton di Perairan Bawean. LON-LIPI dan Dirjen Dikti.
Yogyakarta. hal 1-13.
Erlina, A., S. Amini dan H. Endrawati. 2004. Kajian Nutritif Phytoplankton Pakan
Alami pada Sistem Kultivasi Massal. BBPBAP Jepara. Jepara. hal 208.
Ermayanti, E. 2011. Komponen Kimia Chaetoceros gracilis yang Dikultivasi di
Outdoor Menggunakan Media Pupuk NPSi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 84 hal.
Fauzi, T.M. 2008. Pengaruh Pemberian Timbal Asetat dan Vitamin C terhadap
Kadar Malondialdehyde dan Kualitas Spermatozoa di dalam Sekresi
Epididimis Mencit Albino (Mus musculus L) Strain Balb/C. Medan.
Universitas Sumatera Utara. 96 hal.
Fingerman, M. and R. Nagabhushanam. 2005. Bioremediation of Aquatic and
Terrestrial Ecosystems. Department of Ecology and Evolutionary Biology
Tulane University. New Orleans, USA. pp185.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Hala, Y., E. Suryati dan P. Taba. 2012. Bioabsorpsi Campuran Logam Pb2+
dan
Zn2+
oleh Chaetoceros calcitrans. Makassar. Jurusan Kimia FMIPA
Unhas. Makassar. hal 86.
Hala, Y., I. Raya dan E. Suryati. 2004. Interaksi Ion Cu (II) dengan Chaetoceros
calcitrans dalam Lingkungan Perairan Laut. Jurusan Kimia FMIPA
Unhas. Makassar. hal 1-4.
Hardianie, T.N.O.K. 2013. Studi Perbandingan Kemampuan Nannochloropsis sp.
dan Spirulina sp. sebagai Agen Bioremediasi terhadap Logam Berat
Timbal (Pb). Universitas Airlangga. 61 hal.
Herlinah. 2010. Karakteristik Genetik Berbagai Species Chaetoceros Serta
Analisis Pemanfaatannya pada Perbenihan Udang Windu (Penaeus
monodon). Dewan Riset Nasional Kementrian Negara Riset dan
Teknologi. Jakarta. hal 3.
Isnansetyo dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton.
Kanasius. Yogyakarta. hal 40-73.
Jamil, K. 2001. Bioindicators and Biomarkers of Enviromental Pollution and Risk
Asessment. Science Publishers Inc. India. pp 117-126.
Kurniawati, A.R. 2006. Peningkatan Produktivitas Kultur Diatom Chaetoceros
amami Melalui Optimasi Rasio N:P:Si. Program Studi Bioteknologi.
Institut Teknologi Bandung. Bandung. hal 3.
Lee, S.D and J.H. Lee. 2011. Morphology and Taxonomy of The Planktonic
Diatom Chaetoeros species (Bacillariophyceae) with Special Intercalary
Setae in Korean Coastal Waters. Department of Green Life Science,
Sangmyung University. Korea. 13 pp.
Makkasau,A.,M. Sjahrul, M.N. Jalaluddin. 2011. Teknik Fitoremediasi
Fitoplankton Suatu Alternatif Pemulihan Lingkungan Laut yang Tercemar
Ion Logam Cd2+
dan Cr6+
. FMIPA Universitas Hasnuddin. Makassar. 14
hal.
Munir, E. 2008. Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi
Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Universitas Sumatera Utara.
Medan. hal 3.
Naik, R.K., D. Sarno, W.H.C.F. Kooistra. 2010. Skeletonema (Bacillariophyceae)
in Indian Waters : A reappraisal. India. 4 hal.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Nisak, K. 2013. Studi Perbandingan Kemampuan Nannochloropsis sp dan
Chlorella sp. sebagai Agen Bioremediasi terhadap Logam Berat Timbal
(Pb). Universitas Airlangga. 66 hal.
Parawita, D., Insafitri dan W.A. Nugraha. 2009. Analisis Konsentrasi Logam
Berat Timbal (Pb) di Muara Sungai Porong. Jurusan Ilmu Kelautan
Universitas Trunojoyo. Madura. hal 35.
Priadie, B. 2012. Teknik Bioremediasi sebagai Alternatif dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air. Pusat Litbang Sumber Daya Air. Bandung.
hal 39.
Rahmadiani, W.D.D dan Aunurohim. 2013. Bioakumulasi Logam Berat
Kadmium (Cd) oleh Chaetoceros calcitrans pada Konsentrasi Sublethal.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS. Surabaya. hal 203.
Rostini, I. 2007. Kultur Fitoplankton (Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) pada
Skala Laboratorium. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Padjadjaran. Jatinangor. 33 hal.
Rukminasari, N. dan S. Sahabuddin. 2012. Distribution and Concentration Several
Types of Heavy Metal Correlated with Diversity and Abundance of
Microalgae at Tallo River, Makassar, South Sulawesi, Indonesia.
Universitas Hasanuddin. Makassar. hal 164.
Rudiyanti, S. 2011. Pertumbuhan Skeletonema costatum pada Berbagai Tingkat
Salinitas Media. FPIK-UNDIP. Semarang. hal 70.
Sarjono, A. 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Hg pada Air dan
Sedimen di Perairan Kamal Muara Jakarta Utara. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 67 hal.
Sembiring, Z., Buhani dan Suharso. 2009. Isoterm Adsorpsi Ion Pb(II), Cu(II) dan
Cd(II) pada Biomassa Nannochloropsis sp. yang Dienkapsulasi Akuagel
Silika. Fakultas Matematika dan Ilmu Alam Universitas Lampung.
Lampung. 1 hal.
Setyaningsih, I., Desniar dan E. Purnamasari. 2012. Antimikroba dari
Chaetoceros gracilis yang Dikultivasi dengan Lama Penyinaran Berbeda.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. hal 181-183.
Singh, N.S and R.D. Tripathi. 2007. Enviromental Bioremediation Technologies.
Spinger. India. 117 pp.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Sutikno, E., P. Dwi S. dan Hermintarti. 2010. Pemanfaatan Mikroalga sebagai
Bahan Substitusi Tepung Ikan pada Pakan Buatan untuk Ikan dan Udang.
Jepara. BBPBAP Jepara. 1 hal.
Susanti, E. 2010. Karakteristik Transfer Logam Timbal (Pb) pada Perairan Lotik.
LIPI. Jakarta. hal 10-11.
Wardhany, S.Y. 2010. Analisa Kemampuan Mikroalga Nannochloropsis sp.
sebagai Bioremediator Timbal (Pb) dengan Konsentrasi Berbeda. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang. 61
hal.
Zingone, A. and I. Percopo. 2005. Diversity in The Genus Skelotenema
(Bacillariophyceae). I. A Reexamination of The Type Material of S.
costatum with The Description of S. Grevilley sp. Nov. Phycological
Society of America. America. pp. 140.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisa Kandungan Timbal (Pb) di Laboratorium
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Lampiran 2. Data Kandungan Timbal (Pb) pada Media Kultur
Ulangan
Skeletonema sp.
Konsentrasi Pb 0,9 ppm (C)
Awal (0 hari) Akhir (1 hari) (Awal-Akhir) Persentase (%)
1 0,233 0,029 0,204 88
2 0,233 0,000 0,233 100
3 0,233 0,000 0,233 100
4 0,233 0,451 0,218 94
5 0,233 0,860 0,627 269
Total
Rata-rata
0,175
0,035
651
130,2
Ulangan
Chaetoceros sp.
Konsentrasi Pb 0,9 ppm (D)
Awal (0 hari) Akhir (1 hari) (Awal-Akhir) Persentase (%)
1 2,075 1,459 0,616 30
2 2,075 0,816 1,259 61
3 2,075 1,276 0,799 39
4 2,075 1,584 0,491 24
5 2,075 1,283 0,792 38
Total
Rata-rata
0,791
0,158
192
38,4
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Lampiran 3. Data Kepadatan Fitoplankton Harian selama 7 Hari (105 sel/ml)
Chaetoceros sp.
0 ppm
(B)
H0
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
B1 6,00 5,50 7,00 4,50 4,50 10,00 9,00 6,50
B2 6,00 2,00 1,50 1,50 3,00 4,00 3,50 7,00
B4 6,00 3,50 5,00 10,00 4,50 5,50 3,00 2,50
B5 6,00 8,00 12,00 17,50 15,50 5,50 4,00 6,00
Total 24,00 19 25,5 33,5 27,5 25 19,5 22
Rata-rata 6,00 4,75 6,38 8,38 6,88 6,25 4,88 5,50
Skeletonema sp.
0 ppm
(A)
H0
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
A1 6,00 4,80 10,80 9,80 3,8 9,20 49,80 21,20
A2 6,00 3,20 20,20 74,00 20,8 5,00 9,50 4,80
A3 6,00 4,00 31,20 69,50 20,0 15,80 44,20 20,50
A4 6,00 2,00 6,50 32,80 44,0 8,00 5,20 27,20
Total 24,00 14 68,7 186,1 88,6 38 108,7 73,7
Rata-rata 6,00 3,5 17,18 46,53 22,15 9,50 27,18 18,43
Skeletonema sp.
0,9 ppm
(C)
H0
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
C2 6,00 4,20 4,80 15,50 10,20 9,80 31,80 18,50
C3 6,00 2,00 4,80 14,00 18,20 9,20 8,80 10,50
C4 6,00 2,50 1,80 4,00 5,80 14,50 9,20 6,00
C5 6,00 4,20 3,50 8,00 21,20 4,50 12,20 5,50
Total 24,00 12,9 14,9 41,5 55,4 38 62 40,5
Rata-rata 6,00 3,23 3,73 10,38 13,85 9,50 15,50 10,13
Chaetoceros sp.
0,9 ppm
(D)
H0
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
D1 6,00 1,00 1,00 3,50 4,50 6,50 6,00 0,50
D2 6,00 2,50 3,50 5,50 6,00 6,50 4,00 3,50
D4 6,00 2,50 1,00 9,00 8,50 3,50 3,50 2,00
D5 6,00 5,00 3,00 4,00 2,50 5,50 12,00 4,50
Total 24,00 11 8,5 22 21,5 22 25,5 10,5
Rata-rata 6,00 2,75 2,13 5,50 5,38 5,50 6,38 2,63
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Lampiran 4. Data Kualitas Air Media Kultur Fitoplankton Selama 7 Hari
Perlakuan Suhu (0C) Salinitas (ppt) pH DO (mg/L)
0 hari 1 hari 0 hari 1 hari 0 hari 1 hari 0 hari 1 hari
A1 28 32 30 30 8,5 8,5 5 5
B1 32 31 35 35 8 8 5 5
C1 31 30 30 30 8,5 8,5 5 5
D1 32 31 25 25 8,5 8,5 5 5
A2 32 31 31 31 9 9 5 5
B2 31 29 31 31 8,5 8,5 5 5
C2 31 30 31 31 8,5 8,5 5 5
D2 32 30 31 31 8,5 8,5 5 5
A3 32 30,5 34 34 8 8 5 5
B3 31 29 34 34 8,5 8,5 5 5
C3 31 30 34 34 8,5 8,5 5 5
D3 30 31 34 34 8,5 8,5 5 5
A4 31 31,5 31 31 8,5 8,5 5 5
B4 33 32 34 34 8,5 8,5 5 5
C4 29 31 33 33 8,5 8,5 5 5
D4 32 31 25 25 8,5 8,5 5 5
A5 31 32 31 31 8,5 8,5 5 5
B5 31 32 24 24 8,5 8,5 5 5
C5 32 32 26 26 8,5 8,5 5 5
D5 31 32 33 33 8,5 8,5 5 5
Keterangan:
A : Skeletonema sp. dengan konsentrasi Pb (0 ppm)
B : Chaetoceros sp. dengan konsentrasi Pb (0 ppm)
C : Skeletonema sp. dengan konsentrasi Pb (0,9 ppm)
D : Chaetoceros sp. dengan konsentrasi Pb (0,9 ppm)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Lampiran 5. Alat dan Bahan Penelitian
Pupuk fitoplankton (diatom) Bibit Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.
Rak Kultur fitoplankton Botol Perlakuan
DO Test Kit Refraktometer
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Lux Meter Kertas Saring Fitoplankton
pH Paper Haemocytometer
Pipet, Terminal Aerator dan Batu Aerasi Selang Aerasi
(dari sisi kiri ke kanan)
Akuadem, Larutan Pb (NO3)2 , Pb(NO3)2, Labu Ukur, Beaker Glass dan Pipet
(dari sisi kiri ke kanan)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Pelarutan Pb(NO3)2 Penyaringan Fitoplankton
Kultur Fitoplankton (Skeletonema sp. dan Chaetoceros sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DITA WISUDYAWATI