Skripsi STT BANDUNG

61

description

 

Transcript of Skripsi STT BANDUNG

Page 1: Skripsi STT BANDUNG
Page 2: Skripsi STT BANDUNG

BAB I

PENDAHULUAN

Pada dasarnya Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bentuk implementasi dari

teori-teori yang telah diperoleh mahasiswa di bangku perkuliahan. Kegiatan praktek

kerja lapangan ini juga merupakan wadah atau sarana bagi mahasiswa (DIII TPL) untuk

menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari tempat praktek

kerja (IKM) yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk pembekalan diri

sebelum terjun langsung ke dalam dunia kerja nyata yaitu sebagai Tenaga penyuluh

Lapangan (TPL).

Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di IKM Batik Ike Cirebon yang berlokasi di

jalan Trusmi Kulon No.249, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Cirebon-Jawa

Barat selama 30 hari kerja pada tanggal 22 Maret 2010 - 24 April 2010. Dalam kegiatan

praktek kerja lapangan ini diharapkan dapat disusun suatu karya tulis tugas akhir yang

berkaitan dengan pemberian solusi dari permasalahan yang terdapat di IKM Batik

Cirebon dimana tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan pendidikan

program Diploma III Jurusan Kimia tekstil Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.

Oleh karena itu, dengan adanya penyusunan karya tulis tugas akhir ini diharapkan

dapat lebih siap untuk memenuhi kriteria kelayakan sebagai Tenaga Penyuluh

Lapangan (TPL).

Secara umum laporan praktek kerja lapangan ini berisi penjelasan mengenai dasar

pembinaan dan keadaan IKM/sentra yang terdiri dari kebijakan dan aturan pemerintah,

jenis dan jumlah produksi, kelembagaan, organisasi, permodalan, ketenagakerjaan,

proses produksi, penunjang produksi, pemasaran, permasalahan IKM/sentra serta

kegiatan penyuluhan/pendampingan yang dilakukan di Industri Kecil dan Menengah

(IKM) pada sentra batik yang bertempat di sentra IKM Batik Cirebon. IKM dipilih

sebagai tempat dilaksanakan PKL dikarenakan kedepannya lulusan Diploma III TPL

akan terjun langsung ke sektor IKM yang ada di berbagai daerah.

Batik Ike Cirebon merupakan IKM batik yang hanya menggunakan zat warna reaktif

dingin (Procion M) dalam pencelupan produknya. Tidak seperti IKM batik lainnya di

Cirebon yang rata-rata menggunakan zat warna indigosol ataupun naftol dalam

Page 3: Skripsi STT BANDUNG

pencelupannya. Batik Ike pun selalu mengikuti trend pasar yang berkembang saat ini,

dimana batik dengan warna gradasi menjadi trend sekarang ini sehingga mudah

dikerjakan dengan penggunaan zat warna reaktif dingin (Procion M). Batik Ike ini juga

memiliki sarana penunjang untuk kelancaran produksinya seperti adanya showroom,

workshop, tenaga listrik dan air, sarana komunikasi serta alat-alat penunjang lainnya

seperti timbangan digital, alat semprot kompresor untuk warna gradasi dan lain-lain.

Hasil produknya pun telah dipasarkan sampai keluar kota Jawa seperti yang dijelaskan

pada bab II yaitu keadaan IKM/sentra.

Pada bab III dijelaskan kegiatan pendampingan tentang rencana pendampingan dan

pelaksanaannya di IKM Batik Ike. Pada bab ini dipaparkan tentang kegiatan

penyuluhan atau pendampingan selama 30 hari kerja di Cirebon guna membantu IKM

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di IKM batik tersebut mulai dari

manajemen produksi sampai pada finishing dari pembuatan produk kain yang telah

dibatik.

Sedangkan pada bab IV dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan tentang

permasalahan yang terdapat di Batik Ike mengenai aspek teknis dari pencelupan warna

gradasi yang sering dikerjakan di IKM tersebut. Batik Ike seringkali memainkan warna

batik dengan melakukan gradasi warna dengan zat warna Procion M dengan metoda

semprot dengan harapan dapat bermain banyak warna atau dapat melakukan gradasi

warna sesuai dengan trend masa kini dan tetap memiliki daya tahan luntur yang baik

dengan modal yang tidak terlalu besar. Namun yang terjadi di lapangan adalah adanya

masalah pada proses pewarnaan batik dengan metoda semprot ini yaitu tahan luntur

warnanya sedikit kurang baik. Untuk itu perlu dianalisis dan cara mengatasinya dicoba

dengan penambahan natrium bikarbonat (soda kue) diawal sebelum proses

penyemprotan dan setelah proses penyemprotan sebagai zat penguat warna Procion M

dengan metoda semprot untuk mengatasi salah satu dari permasalahan IKM tentang

aspek teknis yaitu kelunturan warna batik dengan menggunakan zat warna Procion M

dan akan dijadikan perbandingan hasil terbaik yang akan digunakan dalam proses

penyemprotan (alkali diawal atau alkali sesudah penyemprotan) dimana hasil optimum

yang dapat diterapkan oleh IKM Batik Ike yang dipaparkan pada bab V yaitu

kesimpulan dan saran untuk IKM tersebut.

Page 4: Skripsi STT BANDUNG

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini yaitu memperoleh hasil yang terbaik dari

metoda pewarnaan gradasi dengan menggunakan zat warna Procion M yang memiliki

daya tahan luntur yang baik sehingga dapat diterapkan di IKM Batik Ike guna

mendapatkan hasil celup yang baik dan memiliki daya tahan luntur yang baik. Namun

ada beberapa kendala yang dihadapi saat menjalankan praktek kerja lapangan di

Cirebon yaitu tempat produksi yang kurang mendukung dari segi kebersihan dimana

hal ini mempengaruhi semangat kerja untuk melakukan penelitian serta karyawan-

karyawan di Batik Ike yang kurang responsif terhadap kegiatan penyuluhan yang

diberikan sehingga membutuhkan waktu yang agak lama untuk dapat menerapkan

saran-saran bagi kepentingan IKM Batik tersebut.

Page 5: Skripsi STT BANDUNG

BAB II

DASAR PEMBINAAN DAN KEADAAN IKM/SENTRA

2.1 Kebijakan dan Aturan Pemerintah

Secara umum kebijakan dan aturan pemerintah merupakan aturan tertulis yang

merupakan keputusan formal organisasi atau pemerintah yang bersifat mengikat serta

mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tatanilai baru dalam masyarakat.

Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota

masyarakat dalam berperilaku. Setiap kebijakan dan aturan pemerintah adalah bersifat

mengikat dan wajib dilaksanakan oleh obyek kebijakan.

Adapun kebijakan dan aturan pemerintah Cirebon mengenai sektor industri dan

perdagangan di kota Cirebon adalah sebagai berikut:

1. Sektor Industri

- Mengembangkan industri kompetensi inti daerah dan industri pengolahan

melalui pendekatan kluster.

- Peningkatan efektivitas, efisiensi, produktivitas, kualitas serta penguasaan

penggunaan teknologi.

- Pemanfaatan secara optimal potensi sumber daya lokal.

2. Sektor Perdagangan

- Penguatan sistem perdagangan dalam dan luar negeri serta perlindungan

konsumen.

- Mendorong peningkatan ekspor kabupaten cirebon.

- Revitalisasi pasar tradisional.

2.2 Keadaan IKM/sentra

2.2.1 Sejarah Pendirian Batik Ike

Ike Chandra (29 tahun). dilahirkan tahun 1981 di Desa Trusmi Plered Cirebon. Daerah

ini terkenal sebagai sentra industri kerajinan batik Cirebon yang sangat terkenal

hinggga mancanegara. Sejak kecil di lingkungan keluarga dan teman-temannya sering

dipanggil dengan nama Ike. Ike terlahir dari keluarga yang mempunyai keturunan

mempunyai usaha kerajinan batik tradisional di daerah Trusmi. Darah yang mengalir

dari ayahnya lebih kental dengan talenta berdagang, sedangkan dari garis keturunan

ibu lebih banyak mengalir talenta seni yang mendorong jiwanya untuk meneruskan

Page 6: Skripsi STT BANDUNG

usaha batiknya hingga saat sekarang. Sejak kecil Ike sudah mengenal beraneka

macam desain-desain batik tradisional yang dikerjakan atau yang diperdagangkan oleh

kedua orang tuanya. Pada tahun 1994 Ike mencoba untuk memulai berwirausaha

mandiri dengan modal awal Rp.10.000.000,- dan hanya memiliki 3 orang karyawan. Ike

pun memberi nama usahanya dengan nama Batik Ike. Pada awalnya Batik Ike

menitipkan barang jualannya ke showroom Batik IBR yang merupakan keluarga dari Ike

Chandra.

Pada tahun 2000 Ike melanjutkan pendidikannya di Universitas Padjajaran (UNPAD)

Bandung sekaligus sedang merintis usaha batiknya dan berusaha mempromosikan

produk-produknya di area kampus UNPAD. Tahun 2004 Ike menyelesaikan studinya di

UNPAD dan menikah dengan Cheppy Chandra yang juga merupakan satu angkatan

lulusan di UNPAD. Ike dan suaminya pun bersama-sama mengembangkan usaha

bisnis batiknya, hingga tahun 2007 produk-produk dari Batik Ike mengalami

peningkatan penjualan yang pesat sehingga saat itu Ike Chandra beserta suaminya

Ceppy Chandra memutuskan untuk membuat showroom dan ingin mengembangkan

usaha batiknya sendiri dengan penambahan modal investasi sebesar Rp.30.000.000,-.

Namun dalam menjalankan suatu usaha, Batik Ike pun pernah merasakan jatuh

bangun dalam mengembangkan usahanya tersebut. Saat masa-masa sedang

berkembang pesatnya produk-produk Batik Ike pada tahun 2007, Batik Ike sempat

mengalami penipuan dari salah satu pelanggannya yang berasal dari Lampung hingga

saat itu Batik Ike mengalami kerugian mencapai Rp.40.000.000,-. Namun kejadian

tersebut tidak membuat Ike Chandra berputus asa untuk membangun usahanya

kembali bahkan hal tersebut dijadikan pengalaman oleh dirinya untuk lebih berhati-hati

dalam menjalankan bisnisnya. Pemasaran dari produknya pun telah sampai luar Pulau

Jawa seperti Lampung, Bali, Jakarta, Kalimantan, dan lain-lain.

2.2.2 Lokasi Dan Luas Tanah IKM

2.2.2.1 Lokasi IKM

Batik Ike Cirebon letaknya berada di jalan Trusmi Kulon No.249, Kecamatan Plered,

Kabupaten Cirebon, Cirebon-Jawa. Pemilihan tempat showroom Batik Ike didasarkan

atas pertimbangan beberapa faktor yang mempunyai peranan penting dalam

berwirausaha, seperti dari segi ekonomi, diantaranya :

Page 7: Skripsi STT BANDUNG

- Letak showroom dan tempat produksi Batik Ike berada di kawasan industri

batik yang merupakan salah satu lokasi kegiatan pembuatan batik.

- Jalur transportasi yang cukup mudah dilalui oleh masyarakat karena

showroom berada di tengah kota Cirebon.

- Dapat memberikan lapangan kerja bagi penduduk sekitar lingkungan rumah

produksi, sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi angka

pengangguran.

- Turut menunjang program pemerintah dalam merintis Indonesia sebagai

negara industri.

Pada gambar 2.1 dibawah ini dilihat letak lokasi Batik Ike Cirebon

Sumber: www.batikike.com

Gambar 2.1 Denah Lokasi IKM Batik Ike Cirebon

Page 8: Skripsi STT BANDUNG

B

F D

B

E

A

F

2.2.2.2 Luas Bangunan IKM

Hingga saat ini IKM Batik Ike telah memiliki showroom seluas ± 200 m2 dan workshop

seluas ± 500 m2. Workshop ini terdiri dari ruang pembatikan cap dan tulis, ruang

pewarnaan, ruang pencucian dan pelorodan, ruang penyimpanan motif cap serta

canting, dan ruang jemur. Denah tata letak workshop Batik Ike dapat dilihat pada

gambar 2.2 dibawah ini.

C

Sumber: www.BATIKIKE.com, tanpa skala

Gambar 2.2. Denah Tata Letak IKM Batik Ike Cirebon

Page 9: Skripsi STT BANDUNG

KETERANGAN :

A. Ruang pembatikan batik cap dan penyimpanan motif cap dan canting

B. Ruang pembatikan batik tulis dan desain motif batik tulis

C. Ruang pengeringan sementara/angin-angin

D. Ruang pencelupan

E. Ruang pelorodan dan pencucian

F. Toilet

2.2.1 Jenis dan Jumlah Produksi

Jenis produksi yang dihasilkan pada IKM Batik Ike adalah batik cap dan batik

kombinasi cap dan tulis yang hasilnya berupa kain sarung, kemeja, blouse wanita,

scarf, syal, slayer, hiasan dinding, busana muslim, kebaya, dan kain kimono. Adapun

jenis serat yang digunakan dalam hasil produknya adalah sutera , rayon viskos, kapas

mori prima dan primisima, serat lidi, serat bambu dan serat nanas.

Jumlah produksi yang dihasilkan Batik Ike yaitu berkisar 500 potong @ ±2 meter kain

tiap bulan. Artinya Batik Ike menghasilkan produk kain berkisar 6000 potong @ ±2

meter tiap tahunnya dengan harga penjualan berkisar Rp.30.000,- hingga mencapai

Rp. 3.000.000,- per satuannya.

2.2.2 Kelembagaan

Pada dasarnya kelembagaan berarti suatu organisasi. Kelembagaan merupakan suatu

wadah yang khas dimana didalamnya terdapat suatu tindakan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan

serta mencapai sasaran-sasaran yang ingin dicapai. Kelembagaan dalam suatu usaha

seperti IKM merupakan hal yang penting dalam menjalankan usahanya, sebab dengan

adanya kelembagaan didalamnya maka segala sesuatu akan tersusun, terarah dan

teratur dalam mencapai efisiensi dan produktivitas organisasi atau perusahaan.

Kelembagaan juga dapat diartikan suatu kebiasaan atau perilaku yang berpola. Dalam

konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang terpola dengan

memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi

pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Oleh karena itu

Page 10: Skripsi STT BANDUNG

suatu kelembagaan sebaiknya diterapkan kepada setiap industry kecil ataupun

menengah.

2.2.2.1 Organisasi

Batik Ike Cirebon merupakan IKM Batik yang baru saja merintis usahanya di bidang

batik, struktur organisasinya pun belum tersusun. Ike Chandra sebagai seorang pemilik

Batik Ike juga merangkap menjadi Manajer serta bagian keuangan. Sedangkan Ceppy

Chandra memegang bagian produksi serta pemasarannya sehingga telah disarankan

kepada Batik Ike untuk membuat suatu struktur organisasi yang dapat memudahkan

didalam mengkoordinasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan peningkatan

produktifitas mulai dari proses produksi sampai dengan produk tersebut dipasarkan.

2.2.4 Permodalan

Aspek permodalan merupakan salah satu poin yang sangat menentukan

perkembangan suatu usaha dalam meningkatkan produktifitas secara kontinyu.

Rendahnya suatu permodalan maka akan menjadi hambatan suatu usaha

berkembang.

Ike Chandra memulai usahanya di sektor pembatikan berawal hanya dengan memiliki

modal sendiri sebesar Rp.10.000.000,- dan telah melakukan perluasan usaha dengan

tambahan modal investasi sebesar Rp.30.000.000,- dan hingga saat ini Batik Ike belum

pernah melakukan pengajuan pinjaman modal ke bank dikarenakan pemilik batik

tersebut tidak berminat untuk melakukan kerja sama dengan bank sebab dirasa

memberatkan oleh adanya bunga yang harus dibayar tiap bulannya. Hingga saat

penjualan produk Batik Ike sedang mengalami perkembangan pesat sehingga

keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produknya sebagian diputar kembali

untuk dijadikan tambahan modal dan sebagian lagi digunakan untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

2.2.5 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja atau manpower disebut juga sebagai orang yang mampu melakukan

pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau

barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja yang bekerja pada

organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan

Page 11: Skripsi STT BANDUNG

tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada

dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan

kinerja yang ada. Dengan demikian IKM juga perlu memberikan pembekalan kepada

tenaga kerjanya agar dapat menjalankan kegiatan produksi yang ditugaskan dengan

baik.

2.2.5.1 Sistem Penerimaan Tenaga kerja

Untuk sistem penerimaan tenaga kerja, Batik Ike Cirebon melakukan tahapan prosedur

seperti perjanjian kerja, masa pelatihan tenaga kerja baru, dan penerimaan tenaga

kerja baru.

Calon tenaga kerja di Batik Ike harus menyetujui perjanjian kerja yang ditetapkan oleh

pemilik IKM seperti aturan waktu dan hari kerja serta aturan-aturan teknis dalam proses

produksi seperti pembersihan tempat produksi tiap hari kerja. Perjanjian kerja ini bisa

diputuskan secara sepihak oleh pemilik IKM jika calon tenaga kerja tidak mampu

melewati masa pelatihan.

Calon tenaga kerja yang telah menyetujui perjanjian tersebut, selanjutnya harus

mengikuti masa pelatihan yang diberikan oleh pemilik IKM. Tujuan dari masa pelatihan

ini yaitu mengajarkan serta memberikan pembekalan terhadap calon tenaga kerja baru

yang belum berpengalaman di bagian produksi batik dalam menjalankan kegiatan

produksi. Setelah calon tenaga kerja baru selesai mengikuti masa pelatihan dan

dianggap mampu dalam menjalankan tugasnya maka tenaga kerja baru tersebut

diterima sepenuhnya oleh pemilik IKM untuk bekerja di IKM tersebut.

2.2.5.2 Pengaturan Waktu dan Hari Kerja

Waktu kerja untuk tenaga kerja Batik Ike Cirebon disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Pembagian Waktu Kerja Karyawan Batik Ike Cirebon

Hari Waktu Kerja Waktu Istirahat Keterangan

Senin-kamis 08.00 - 17.00 WIB 12.00 - 13.00 WIB Hari Minggu dan

hari libur nasional

tidak ada kegiatan

produksi

Jumat 08.00 - 17.00 WIB 11.00 - 13.00 WIB

Sabtu 08.00 - 17.00 WIB 12.00 - 13.00 WIB

Page 12: Skripsi STT BANDUNG

2.2.5.3 Jumlah dan Tingkatan Pendidikan

Saat ini Batik Ike Cirebon memperkerjakan 10 orang karyawan yang berasal dari

daerah sekitar Trusmi Cirebon. Tenaga kerja yang dipekerjakan di Batik Ike Cirebon

adalah tenaga kerja yang telah berpengalaman dan terlatih dalam bidangnya masing-

masing di bagian pembatikan namun rata-rata tenaga kerja dari Batik Ike Cirebon ini

tidak melanjutkan pendidikannya hingga tingkat perguruan tinggi. Pada table 2.2

disajikan data pendidikan karyawan Batik Ike Cirebon.

Table 2.2 Data Pendidikan Tenaga Kerja Batik Ike Cirebon

No Pendidikan Jumlah (Orang)

1 Sekolah Dasar (SD) 3

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3

3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 4

4 Sarjana -

Total 10

2.2.5.4 Distribusi Tenaga Kerja di Bagian Produksi

Distribusi Tenaga Kerja di Batik Ike Cirebon tersebar pada tiga bagian produksi yaitu

pembatikan dengan cap, pembatikan dengan canting tulis dan pewarnaan atau

pencelupan. Distribusi tenaga kerja di bagian produksi Batik Ike Cirebon dapat dilihat

pada Tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.3 Distribusi Tenaga Kerja di Bagian Produksi Batik Ike Cirebon

No Bagian produksiJumlah karyawan Total

karyawanL P

1 Penyalur motif 1 - 1

1 Pembatikan batik cap 2 - 2

2 Pembatikan batik tulis - 2 2

3Pewarnaan dan

pelorodan2 - 2

4 Penjagaan showroom - 3 3

jumlah 5 5 10

Page 13: Skripsi STT BANDUNG

2.2.5.5 Sistem Pengupahan

Kompensasi (pengupahan) adalah imbalan atas kontribusi kerja tenaga kerja secara

teratur dari organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan

disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal.

Kompensasi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah

ketenagakerjaan di kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian pada

organisasi atau perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat

melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi perkerja

tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke waktu.

Selama ini Batik Ike masih memberikan upah kerja yang sesuai dengan standar upah

kerja yang berlaku pada produsen batik yang berada disekitar wilayah desa Trusmi dan

sekitarnya yaitu Rp.400.000;- per bulan. Namun upah standar kerja yang berlaku pada

produsen batik belum mencapai dengan standar UMR di kota Cirebon yaitu

Rp.800.000,- sehingga hal ini terkadang menjadi polemik bagi tenaga kerja sektor batik

yang menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya tenaga kerja batik yang ingin

berpindah pekerjaan menjadi buruh di perusahaan besar rotan ataupun tekstil lainnya

yang ada di Cirebon dimana upah kerjanya telah memenuhi standar UMR kota Cirebon.

Sehingga hal ini bisa saja menjadi penyebab kurang terjaganya lagi budaya bangsa

dan daerah Cirebon pada sektor batik. Pada Tabel 2.4 dibawah ini akan dilihat sistem

pengupahan tenaga kerja Batik Ike Cirebon.

Table 2.4 Data Upah Tenaga Kerja Batik Ike Cirebon

No

.Bagian pekerjaan

Jumlah

karyawan

Upah tiap

karyawan/hariTotal upah

1 Pembatikan dengan

batik cap

2 Rp.20.000,- Rp.40.000,-

2 Pembatikan dengan

batik tulis

2 Rp.20.000,- Rp.40.000,-

3 Pewarnaan 2 Rp.20.000,- Rp.40.000,-

4 Penjagaan

showroom

3 Rp.15.000,- Rp.45.000,-

5 Penyalur motif

Pekalongan

1 Rp.50.000,- per tiap kali

pengiriman

Rp.50.000,-

Total keseluruhan Rp.215.000,-

Page 14: Skripsi STT BANDUNG

2.2.3 Proses produksi

Proses produksi Batik Ike diproduksi di Cirebon murni artinya adalah seluruh kegiatan

proses produksi dilakukan di Cirebon kecuali desain yang harus disuplay dari

Pekalongan. Untuk jenis produksi batik cap dan kombinasi cap dan tulis seluruhnya

dikerjakan di Cirebon. Adapun proses produksi yang dari batik kombinasi dan batik cap

di Batik Ike adalah sebagai berikut:

1. Proses produksi batik kombinasi

Untuk pembuatan batik kombinasi, desain yang dikirim dari Pekalongan kemudian

dilakukan tracer (dijiplak) pada kain putih dengan menggunakan meja khusus dan

menggunakan ballpoint untuk menjiplak motif-motif tersebut yang dikerjakan di rumah

pemilik Batik Ike. Adapula yang dengan menggunakan cara direngreng yaitu kertas

yang sudah ada motifnya ditempelkan pada bagian belakang kain putih kemudian

langsung dijiplak dengan menggunakan canting yang berisi lilin untuk batik kombinasi

cap dan tulis. Kain-kain batik yang telah dilakukan tracer maupun yang telah direngreng

kemudian diberi isen-isen kemudian ada pula yang langsung ditutup (ditembok)

sebelum diberikan pewarnaan dasar namun setelah diberikan batik cap pada kain mori

tersebut. Namun ada pula yang setelah diberi isen-isen lengkap serta dilakukan quality

control mengenai kebersihan dan keragaman bentuk isen-isen kemudian langsung

diberi warna dasar. Jenis produksi batik akan ditentukan oleh banyaknya warna yang

akan ditampilkan pada kain batik dan hal ini yang akan menentukan batik tersebut akan

diproses (matang) berapa kali. Ada yang diantaranya cukup sekali proses bilamana

warna yang dimunculkan hanya warna-warna yang senada (serumpun) adapula yang

harus dilakukan proses 2 hingga 3 kali bilamana diperlukan warna-warna yang bukan

warna serumpun.

2. Proses produksi batik cap

Sedangkan untuk pembuatan batik cap, hanya melakukan proses pencapan malam

pada kain mori lalu dilanjutkan dengan proses pewarnaan baik itu dengan metoda

semprot atau pencelupan dengan perendaman kemudian langkah akhir yaitu dilorod

dan di washing off.

Page 15: Skripsi STT BANDUNG

Persiapan membuat batik

Mencap kain mori

Member warna pada kain yang telah dibatik

Menghilangkan lilin batik (lorodan)

Namun secara umum proses produksi batik cap yaitu

Sebelum dilakukan proses pencapan motif batik pada kain mori, terlebih dahulu

dilakukan proses persiapan pada kain mori yang akan dilakukan proses pembatikan

yang dikerjakan sebagai berikut :

- Memotong kain, kain putih atau mori dipotong-potong sesuai dengan panjang

kain yang akan dibuat.

- Mencuci (nggirah) atau Ngetel (ngloyor) kain, untuk menghilangkan kanji yang

berlebih yang masih menempel pada kain dan diganti dengan kanji yang lebih

ringan, maka dilakukan proses penghilangan kanji. Cara penghilangan kanji

yang sering dilakukan di IKM adalah dengan cara perendaman kain selama

semalam dalam air bersih kemudian pada pagi harinya dikeprok lalu dibilas

dengan air bersih. Proses pengetelan dilakukan bukan hanya untuk

menghilangkan kanji, melainkan kain yang telah diketel akan mempunyai daya

serap yang lebih tinggi.

- Menganji mori, proses penganjian pada kain dilakukan agar lilin batik tidak

meresap kedalam kain sehingga pada saat pengerokan lilin mudah dihilangkan.

Tetapi kanji tidak boleh menghalangi proses pewarnaan pada kain. Hal ini

kadang-kadang dilakukan di IKM Batik Ike. kain yang telah dilakukan proses

penganjian harus diratakan permukaannya dengan cara dikemplong.

Page 16: Skripsi STT BANDUNG

Ngemplong adalah meratakan kain dengan cara kain dipukul-pukul berulang-

ulang.

- Mencap Mori, kain yang telah dilakukan proses persiapan, bila akan dibatik,

dipola lebih dulu, kemudian baru masuk pada proses pembatikan. Untuk batik

cap mori dapat langsung dikerjakan tidak perlu dipola.

- Memberi warna pada kain batik, pada proses ini dilakukan proses pewarnaan

pada kain mori batik. Mori batik yang telah ditulis atau dicap dengan lilin yang

merupakan gambaran atau motif dari batik yang akan dibuat, diberi warna,

sehingga pada tempat yang terbuka menjadi berwarna sedang pada bagian

yang tertutup lilin tidak terkena warna setelah itu menghilangkan lilin batik

dengan cara pelorodan.

2.2.3.1 Alat-alat Produksi

Alat-alat yang di gunakan dalam proses produksi di IKM Batik Ike yaitu:

- Timbangan digital (TANITA KD-160 Max 2 kg d=1 g)

- Semprot kompresor (Sagola 50 Lb/in2 (Psi))

- Baskom

- Termometer

- Sarung tangan latex

- Pengaduk zat warna

- Sendok

Alat-alat produksi yang digunakan di Batik Ike Cirebon ini seluruhnya disuplay dari

Cirebon.

2.2.3.2 Bahan Produksi

Bahan baku produksi yang digunakan oleh Batik Ike terdiri dari serat sutera, rayon

viskos, kapas prima dan primisima, serat lidi, serat bambu dan serat nanas. Sedangkan

untuk zat pewarnaan dan zat pembantu yang digunakan adalah hanya menggunakan

zat warna reaktif dingin (Procion M), NaHCO3 (natrium bikarbonat), Teepol dan NaCL

(garam dapur) sedangkan untuk pembuatan batik krep digunakan NaOH (soda kostik).

Batik Ike Cirebon ini tidak menggunakan zat warna lain selain zat warna reaktif dingin

(Procion M) dalam pewarnaannya.

Untuk Bahan baku zat-zat disuplay langsung dari Pekalongan di toko Yerman

Pekalongan sedangkan untuk bahan baku serat atau kain seluruhnya disuplay

Page 17: Skripsi STT BANDUNG

langsung dari Jepara kecuali untuk kain kapas mori prima dan primisima disuplay dari

PT.PRIMATEXCO Pekalongan.

2.2.3.3 Pengendalian Mutu

Dewasa ini industri tekstil dituntut menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan

harga yang bersaing, untuk memenangkan pasar global. Hal ini dapat dicapai dengan

jalan meningkatkan mutu produk, efisiensi dan produktivitas melalui penerapan

pengendalian mutu dengan metoda yang tepat. Pengendalian mutu merupakan teknik

dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Teknik

dan operasional yang dimaksud disini adalah yang ditujukan baik untuk memantau

proses maupun untuk menghilangkan penyebab timbulnya hasil yang kurang diinginkan

pada tingkatan rangkaian mutu yang relevan agar tercapai keefektifan yang ekonomis.

Pada IKM Batik Ike Cirebon proses pengendalian mutu yang diterapkan berdasarkan

pada orientasi konsumen artinya pengendalian mutu berfokus pada

pelanggan/konsumen. Oleh karena itu keinginan/kepuasan pelanggan menjadi sangat

penting. Keinginan pelanggan harus dijabarkan melalui bahasa teknik yaitu mulai dari

penetapan desain, spesifikasi dan target untuk kerja (performance) produk. Dalam hal

ini penting untuk melakukan analisa pasar, analisa komplen, kemudian diumpan-

balikkan ke desain produk dan desain proses.

Pada dasarnya fungsi dari diterapkannya pengendalian mutu dalam kegiatan produksi

yaitu:

- Untuk mengevaluasi dan memonitor terhadap proses produksi, kualitas produk

dan sistem yang digunakan.

- Menciptakan dan perbaikan dari secara lebih optimal

2.2.3.4 Penunjang Produksi

Sarana penunjang merupakan fasilitas dukung guna mempermudah berjalannya

kegiatan produksi berlangsung. Sarana pendukung ini juga dapat memberikan

kenyamanan kepada karyawan dalam bekerja karena telah didukung oleh sarana-

sarana penunjang yang dapat membantu meringankan pekerjaan. Seperti dengan

adanya sarana telekomunikasi, maka karyawan tidak sulit lagi untuk menyampaikan

permasalahan yang kemungkinan terjadi secara tiba-tiba kepada pemilik IKM jika

pemiliknya berada di luar tempat produksi.

Page 18: Skripsi STT BANDUNG

Sarana penunjang produksi terdiri dari tenaga listrik dan air, sarana telekomunikasi,

pergudangan, workshop, dan showroom, yang sangat berperan dalam jalannya

produksi sebagai kelengkapan operasional produksi Batik Ike Cirebon.

2.2.4 Pemasaran

Pemasaran Batik Ike selama ini dilakukan dengan 5 macam cara sebagai berikut :

- Pameran (exhibition)

Batik Ike Cirebon aktif mengikuti berbagai macam pameran produk kerajinan dan

handicraft tingkat nasional khususnya di Jakarta seperti pameran Adiwastra Nusantara

di JHCC, GBN (Gelar Batik Nusantara) dan pameran-pameran kecil lainnya yang sering

diadakan oleh instansi-instansi perkantoran di Jakarta. Tujuan mengikuti ajang

pameran yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat serta yang biasa diikuti oleh

para perajin dengan kualitas yang sudah cukup baik akan menambah kepercayaan

konsumen serta bisa menambah imej dari perusahaan itu sendiri. Disamping itu tujuan

dari mengikuti pameran adalah untuk memperkenalkan merk perusahaan, menambah

luas jaringan pemasaran dan berharap akan menambah partner bisnis yang bisa

berjangka panjang.

- Dari rumah ke rumah (Door to door)

Sistem door to door atau lebih dikenal dengan mendatangi konsumen ke kediamannya

langsung adalah untuk menjaga kenyamanan dan privasi para konsumen, terutama

untuk konsumen-konsumen khusus dari golongan menengah ke atas atau yang lebih

sering kita sebut potensial konsumen yang sudah sepantasnya harus kita layani

dengan baik dan kita jaga terus hubungannya. Cara door to door masih sangat efektif

dan nyaman bagi kedua belah pihak, dikarenakan kerahasiaan bisa lebih terjamin dan

bisa saling lebih mengenal satu sama lain.

- Beli putus dengan rekanan bisnis (reseller)

Bentuk pemasaran semacam ini secara putaran (turn over) masih bisa memberikan

keuntungan yang cukup lumayan bagi IKM dikarenakan jumlah produksi bisa diserap

lebih banyak. Akan tetapi secara imej tidak banyak membantu untuk peningkatan brand

imej bagi Batik Ike itu sendiri.

Page 19: Skripsi STT BANDUNG

Pemasaran model ini yaitu dengan menjual seluruh produk-produk batik, namun oleh

pembeli (rekanan bisnis) akan diberi label sesuai dengan merek dagang dari rekanan

tersebut. Namun keuntungan lainnya adalah bilamana rekanan tersebut memiliki

toko/counter/gallery yang cukup banyak dan terdapat diberbagai kota, maka dengan

sendirinya rekanan akan membeli batik dengan jumlah yang cukup banyak. Artinya

distribusi produk-produk batik akan lebih terbantu, dibanding dengan hanya menjual di

showroom Batik Ike saja.

Sistem beli putus pun ada dua macam. Pertama beli putus untuk semua produk-produk

batik buatan Batik Ike yang bukan pesanan. Kedua pembelian yang berdasarkan

pesanan khusus dari rekanan.

- Titip jual (consignment)

Sistem pemasaran dengan cara ini adalah sistem pemasaran yang sangat lemah dan

harus menuruti segala macam bentuk aturan yang telah ditetapkan oleh partner bisnis.

Dari beberapa pengalaman yang pernah dilakukan oleh Batik Ike, cara semacam ini

tidak banyak membantu dalam meningkatkan kapasitas produksi maupun besarnya

keuntungan.

- Buka showroom

Bentuk pemasaran ini jauh lebih baik dan berdampak sangat bagus bagi usaha. Hal ini

dikarenakan banyak mendatangkan keuntungan diantaranya adalah merek atau brand

dengan nama sendiri jelas akan lebih dikenal, konsumen akan lebih percaya dan

merasa tidak ditipu mengenai harga produk yang dipasarkannya, keuangan akan

mudah diatur dan tidak melalui rekening orang lain dulu, barang-barang akan mudah

ditata dan diatur sesuai dengan keinginan pemilik keuangan, keuntungan atau margin

profit akan mudah disesuaikan berdasarkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan

masih banyak lagi keuntungan yang lainnya. Hingga saat ini Batik Ike Cirebon telah

memasarkan hasil produknya sampai luar Jawa seperti Lampung, Bali, Jakarta,

Kalimantan, dan lain-lain.

Page 20: Skripsi STT BANDUNG

2.3 Permasalahan IKM/Sentra

Dalam setiap kegiatan usaha pasti memiliki permasalahan atau kendala yang

dihadapai. Adapun besar kecilnya permasalahan tergantung dari beban pekerjaan serta

kemampuan perusahaan dalam mengatasi permasalahannya tersebut. Permasalahan-

permasalahan yang terjadi Batik Ike seringkali terjadi pada aspek teknis dari kegiatan

produksinya misalnya proses pencelupan kain yang tidak sesuai prosedur

menyebabkan daya tahan luntur warnanya menjadi kurang baik. Kegiatan pembatikan

yang turun-temurun dilakukan menjadi salah satu faktor penyebab masalah dari aspek

teknis sulit dirubah. Sehingga perlu adanya suatu bimbingan dari penyuluh setempat

untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut.

Pada dasarnya permasalahan-permasalahan umum yang terjadi pada IKM Batik

terbagi terdiri dari:

1. Manajemen

Struktur organisasi di Batik Ike cirebon yang belum tersusun menyebabkan timbulnya

permasalahan didalam IKM itu sendiri, misalnya beberapa kegiatan utama masih harus

dipegang rangkap oleh orang yanga sama. Untuk bagian pemasaran, bagian R&D,

bagian HRD dipegang oleh orang yang sama. Bagian Keuangan dan Distribusi

Produksi dipegang oleh satu orang yang sama. Dalam manajemen perusahaan yang

baik dan benar seharusnya semua unsur bagian penting dipegang oleh satu orang

yang khusus mampu dan bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing.

Namun untuk skala industri kecil hal demikian sangatlah sulit untuk diterapkan bahkan

mungkin akan berakibat terlalu pemborosan. Sehingga hampir disemua industri usaha

kecil rangkap jabatan merupakan suatu hal yang lumrah.

Sejak awal berdirinya perusahaan Batik Ike Cirebon rangkap jabatan selalu dipegang

oleh Ike Chandra dan Ceppy Chandra (suami) terutama untuk bagian pekerjaan

pemasaran, pembuatan desain, pengadaaan barang dan keuangan. Empat bagian

tersebut merupakan bagian yang penting dalam menjaga kerahasiaan serta kendali

dalam menjalankan usaha. Bilamana keempat pekerjaan tersebut diserahkan kepada

orang lain yang tidak memiliki kemampuan, bertanggungjawab serta rasa memiliki

untuk kemajuan perusahaan maka akan lebih cepat mendatangkan masalah besar bagi

perusahaan. Rangkap jabatan dilihat dari sisi kepentingan kerahasiaan dan

Page 21: Skripsi STT BANDUNG

tanggungjawab bisa dikatakan sangat bermanfaat. Namun untuk sisi organisasi yang

benar hal rangkap jabatan belum tentu dianggap benar.

Masalah manajemen yang perlu diperhatikan lagi diantaranya menyangkut

pengawasan (controling). Masalah yang dihadapi oleh Batik Ike tentang pengawasan

adalah seringkali Ceppy Chandra yang memegang bagian produksi ketika melakukan

perjalanan ke luar kota Cirebon, misalnya ke Jakarta, kegiatan proses produksi tidak

dijalankan atau diberhentikan sementara sebab seringkali jika tidak dilakukan

pengawasan secara langsung terkadang karyawan bekerja tidak optimal atau bisa

dikatakan lalai. Hal ini lumrah dan bisa terjadi dimanapun, sedangkan seharusnya

antara karyawan dan perusahaan perlu adanya kerjasama dan saling percaya.

2. Limbah Cair

Permasalahan utama untuk usaha kecil di bidang industri batik adalah limbah dari

proses pewarnaan. Limbah cair yang dihasilkan dari pemakaian zat-zat warna akan

dibuang ke saluran air umum. Unit produksi Batik Ike Cirebon belum menerapkan IPAL

secara maksimal dikarenakan belum adanya tambahan modal untuk pembuatan IPAL

tersebut. Hal ini juga disebabkan seluruh unit produksi batik di kawasan industri batik

yang ada sekarang ini melakukan pembuangan sisa limbah cairnya melalui solokan

pembuangan.

Pada saat kegiatan PKL dilaksanakan, telah dicoba untuk mensosialisasikan

bagaimana cara pengolahan limbah cair yang benar, namun pemilik dari IKM Batik

tersebut agak menolak dengan dalih akan menambah biaya produksi tambahan untuk

pembuatan saluran dan membuat bak-bak pengolah limbah, belum lagi harus membeli

bahan-bahan yang lain sebagai bahan penjernihnya.

3. Keuangan

Ketika perusahaan semakin tumbuh besar dan perlu menyiapkan beberapa fasilitas

yang dapat membantu kelancaran usaha, baik tempat yang digunakan sebagai media

pemasaran (showroom) atau toko, serta tempat produksi yang memadai, maka sangat

dirasa perlu tambahan modal sebagai alat bantu untuk memenuhi kebutuhan-

Page 22: Skripsi STT BANDUNG

kebutuhan tersebut. Setelah fasilitas bangunan showroom dan workshop terwujud

dengan sendirinya perlu dilengkapi dengan berbagai macam peralatan serta isinya.

Sebut saja properti untuk kebutuhan showroom diantaranya lemari display, rak kemeja

jadi, gantungan, meja kasir, lemari arsip dan lain sebagainya. Sedangkan property

untuk workshop diperlukan rak susun untuk cap, meja kerja cap batik, meja treser, bak

pewarna dan lain sebagainya. Untuk melengkapi semuanya itu diperlukan kebutuhan

biaya yang tidak sedikit, maka Batik Ike perlu sangat ulet untuk mempromosikan hasil

produknya serta mengurangi pemborosan dalam kegiatan produksi agar mengurangi

biaya produksi dan menhasilkan keuntungan yang besar.

4. Pemasaran

Masalah yang dihadapi dalam unit pemasaran secara umum diantaranya adalah

adanya persaingan yang tidak sehat diantara produsen batik di daerah. Banyak

produsen batik menjual dengan harga murah tanpa memperhatikan kualitas batik yang

semestinya dijaga. Sebagian memproduksi batik dengan kualitas asal jadi yang penting

bisa menjual kepada konsumen dengan harga yang relatif murah. Menjual batik dengan

harga murah sebenarnya tidak bisa disalahkan secara hukum. Karena produsen yang

menjual batik dengan harga murah, mereka juga menggunakan modal sendiri dan

menggunakan tenaga kerja sendiri yang standar upah dan kualitas tenaga kerjanya

mereka bina sendiri. Artinya segala resiko dan konsekuensi keuntungan akan mereka

tanggung sendiri. Akan tetapi ekses bagi penjualan batik secara keseluruhan akan

berakibat kepada harga-harga batik bersaing makin murah dan berangsur menurun,

tingkat pendapatan pengrajin (tenaga kerja) kecil berkurang, dan pada akhirnya

kesejahteraan pengrajin batik akan jauh berkurang.

Selama ini Batik Ike melakukan teknis pemasaran dengan berbagai macam strategi

seperti yang pernah disebutkan diatas. Namun dengan adanya persaingan harga-harga

batik di daerah sedikit berakibat pada tingkat penjualan. Dengan demikian salah satu

strategi yang dilakukan dalam mengatasi masalah di pemasaran adalah, Batik Ike

membuat produk batik dengan kualitas bahan-bahan yang tidak mudah didapatkan di

pasaran serta berinovasi terus dalam membuat jenis-jenis batik terbaru yang belum

banyak dipasaran.

Page 23: Skripsi STT BANDUNG

5. Tenaga Kerja

Permasalahan industri batik yang berhubungan dengan tenaga kerja saat ini

diantaranya adalah angkatan muda yang masih produktif banyak yang beralih profesi

sebagai tenaga kerja pada industri-industri yang lain sebab melihat upah kerja batik

yang belum memenuhi standar UMR sehingga membuat tenaga kerja yang masih

produktif lebih memilih pada pekerjaan yang memiliki upah yang lebih besar dari pada

upah kerja batik.

Pada saat sekarang untuk mencari tenaga kerja muda yang terampil dalam membuat

desain-desain batik tradisional maupun yang bergaya desain modern khususnya di

daerah Trusmi sudah bisa dikatakan langka. Tidak ada generasi baru yang berminat

untuk mempelajari desain batik apalagi mereka belajar secara khusus mengenai proses

batik dengan teknik-teknik produksi yang baru.

Dengan berkurangnya tenaga kerja batik yang terampil, maka perlu adanya dibentuk

pelatihan-pelatihan batik untuk memberikan kesempatan kepada tenaga kerja dari

daerah-daerah lain di sekitar wilayah Trusmi. Hal ini untuk mengantisipasi

berkurangnya tenaga ahli terampil yang berminat pada industri kerajinan batik. Batik Ike

dalam hal ini telah memberikan kesempatan untuk beberapa tenaga kerja muda yang

berminat pada industri kerajinan batik untuk melakukan latihan dan magang secara

bergantian dan memberikan kesempatan bagi yang para pemula untuk berlatih di

workshop Batik Ike baik yang ada di Cirebon.

Page 24: Skripsi STT BANDUNG

BAB III

KEGIATAN PENDAMPINGAN

3.1 Rencana Kegiatan Pendampingan

Rencana kegiatan pendampingan untuk IKM Batik Ike Cirebon sebagai berikut :

1. identifikasi potensi Industri wilayah cirebon/sentra usaha Indag

Dari data yang ada di Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Cirebon

sampai dengan akhir tahun 2008 Kabupaten Cirebon memiliki potensi industri

sebanyak 12.022 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 134.780 orang, dengan

nilai investasi Rp. 1.173.103.564.000,- dan menghasilkan produk lebih dari 100 jenis

komoditi dengan nilai Rp. 4.616.459.333.000,-. Potensi tersebut terdiri dari kelompok

Industri Kecil dan Menengah dan industri besar yang menghasilkan 1 komoditi

kompetensi inti dan 9 jenis komoditi unggulan.

Tabel 1.1 Data Potensi Industri Kabupaten Cirebon

No.Klasifikasi

Industri

Unit

Usaha

Tenaga

Kerja

Investasi

(Rp. Juta)

Jumlah

Produksi

(Rp. Juta)

1. Industri Kecil dan

Menengah

11.976 114.179 531.136,56 2.315.272,2

2. Industri Besar 46 20.601 641.967 2.301.187,1

Jumlah 12.022 134.780 1.173.103,56 4.616.549,3

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon

Page 25: Skripsi STT BANDUNG

Tabel 1.2 Data Komoditi Unggulan Kabupaten Cirebon

No.Jenis

Komoditi

Unit

Usaha

Tenaga

Kerja

Nilai

Investasi

Rp (000)

Kapasitas

Produksi

Nilai

(Rp. (000)

1. Meubel /

Kerajinan rotan

1.160 65.519 189.162.569 78.718 Ton 1.701.285.8

74

2. Meubel kayu 1.176 6.861 46.956.175 953.370,0 Pcs 200.392.128

3. Emping melinjo 155 1.276 672.800 1.018 Ton 20.370.059

4. Roti dan

makanan

ringan

394 4.888 7.356.709 12.917 Ton 143.030.100

5. Batu alam 120 777 5.250.000 2.240.216 M2 78.407.560

6. Sandal karet 90 1.504 2.805.500 74.250 Kodi 9.405.050

7. Batik 660 5..938 15.510.000 22.292 Kodi 58.984.000

8. Konveksi 593 5.950 14.928.500 44.100 Kodi 19.375.750

9. Kerajinan kulit

kerang

2 189 175.000 30.500 Kodi 35.500.000

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon

Dari data diatas terlihat bahwa jenis komoditi batik selain adalah ciri khas budaya

setempat, batik juga merupakan salah satu komoditi yang menghasilkan cukup banyak

Page 26: Skripsi STT BANDUNG

tenaga kerja yang dapat membantu pemerintah kabupaten Cirebon untuk

meningkatkan taraf perekonomian di daerah tersebut.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan

...........................................................................................................................................

......

Page 27: Skripsi STT BANDUNG

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Latar Belakang Masalah

4.1.1 Identifikasi Masalah

4.1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari tinjauan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar permasalahan yang

ada pada IKM Batik Ike dari segi aspek teknis dalam proses pewarnaan pada kain

kapas prima dengan zat warna reaktif dingin (Procion M) serta melakukan percobaan

mengenai pengaruh perendaman alkali sebelum pewarnaan semprot dan sesudah

pewarnaan semprot dengan memvariasikan konsentrasi natrium bikarbonat (5 g/L, 10

g/L, 15 g/L, 20 g/L dan 25 g/L) dan waktu perendaman alkali (10, 20, 30, 40, 50, 60,

dan 70 menit).

Tujuan dari tinjauan ini adalah mengetahui metoda pewarnaan semprot yang optimum

(alkali diawal atau alkali setelah pewarnaan) serta mendapatkan nilai optimum dari

percobaan perendaman alkali dengan variasi konsentrasi natrium bikarbonat dan

variasi waktu perendaman alkali yang dapat diterapkan di IKM Batik Ike guna

mendapatkan hasil celup yang baik dan memiliki daya tahan luntur yang baik.

4.2 Kerangka Pemikiran

4.3 Metodologi Percobaan

4.4 Pendekatan Teori

4.4.1 Serat Kapas

4.4.1.1 Morfologi serat kapas

4.4.1.2 komposisi serat kapas

4.4.1.3 struktur molekul serat kapas

4.4.1.4 sifat-sifat fisika serat kapas

4.4.1.5 sifat-sifat kimia serat kapas

4.4.2 Zat Warna Reaktif

4.4.2.1 Penggolongn zat warna reaktif

4.4.2.2 Struktur Kimia Zat Warna reaktif

4.4.2.3 Reaksi zat Warna reaktif dengan serat kapas

4.4.2.4 mekanisme pencelupan zat warna reaktif dengan serat kapas

Page 28: Skripsi STT BANDUNG

4.4.3 zat warna reaktif dingin (Procion M)

4.4.4 pembatikan

4.4.4.1 batik Cap

4.4.4.2 batik kombinasi

4.4.5 metoda pewarnaan semprot dengan NaHCO3 (Natrium Bikarbonat)

4.4.6 zat alkali NaHCO3 (Natrium Bikarbonat)

4.5 pemecahan masalah

4.5.1 percobaan

4.5.2 Bahan baku

4.5.3 zat-zat Kimia

Zat-zat yang digunakan pada tahapan proses ini adalah

4.5.4 alat-alat

4.5.5 Diagram alir percobaan

4.5.6 skema proses

4.5.7 resep percobaan

4.5.8 fungsi zat

4.5.9 pengujian

Pengujian yang dilakukan terhadap hasil percobaan adalah sebagai berikut:

- pengujian kekuatan warna secara visual,

4.5.9.1 pengujian ketuaan warna secara visual

1. maksud

2. bahan dan alat

-kain kapas

Page 29: Skripsi STT BANDUNG

-alat yang digunakan

3. cara kerja

4.5.9.2 pengujian daya tahan luntur terhadap pencucian

1. maksud

Untuk mengetahui

2. bahan dan alat

3. cara kerja

4. evaluasi

Penilaian luntur warna dilakukan dengan cara membandingkan penodaan warna pada

masing-masing serat dalam kain multifibre terhadap standar skala penodaan dan

perubahaan warna contoh uji setelah dilakukanpencucian (grey scale)

4.5.9.3 pengujian daya tahan luntur terhadap gosokan

4.5.10 hasil pengujian

4.5.10.1 ketuaan warna

4.5.10.2 ketahanan luntur warna terhadap pencucian

4.5.10.3 ketahanan luntur warna terhadap gosokan

diskusi

Alat-alat yang di gunakan dalam proses produksi di IKM Batik Ike yaitu:

Page 30: Skripsi STT BANDUNG

- Timbangan digital (TANITA KD-160 Max 2 kg d=1 g)

- Semprot kompresor (Sagola 50 Lb/in2 (Psi))

- Baskom

- Termometer

- Sarung tangan latex

- Pengaduk zat warna

- Sendok

4.2.2 Bahan yang digunakan

Bahan-bahan produksi yang digunakan dalam pencelupan semprot warna gradasi

sebagai berikut :

- Zat warna Procion M HB

- Zat warna Procion M CB

- Teepol

- NaCl

- NaHCO3

- H2O

- Kain kapas mori prima

Adapun fungsi dari tiap zat yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Zat warna Procion M HB = untuk mewarnai bahan kapas mori prima

- Zat warna Procion M CB = untuk mewarnai bahan kapas mori prima

- Teepol = Mempercepat penyerapan, serta menurunkan tegangan permukaan

bahan kapas mori prima

- NaCl = sebagai elektrolit yang berfungsi untuk memperbesar penyerapan zat

warna terhadap bahan kapas mori prima.

- NaHCO3 = memberikan suasana alkali sehingga membantu proses fiksasi zat

warna dengan serat

- H2O = sebagai pelarut zat warna

- Kain kapas mori prima =

4.3 LANDASAN TEORI

4.3.1 Kain Kapas Prima

Page 31: Skripsi STT BANDUNG

4.3.2 Pembatikan

4.3.3 Zat Warna Reaktif Dingin

4.4 Resep Perhitungan

4.5 Langkah Kerja

4.6 Diagram Alir

4.7 Skema Proses

4.8 Hasil praktek

4.9 Diskusi

Dari hasil pendampingan selama mengikuti pembinaan IKM/sentra. Hal ini mendorong

untuk dilakukan analisis terhadap masalah tersebut dengan memperhatikan faktor-

faktor yang berpengaruh seperti contoh dibawah ini.

Catatan :

Perhatikan bahwa topik pembahasan diatas relevan dengan profil lulusan yang

diharapkan, seperti tercantum pada BAB I PENDAHULUAN Buku Pedoman ini.

BAB V

PENUTUP

Dari hasil pengamatan dan pembahasan mengenai ......., maka dapat diambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

...........................................................................................................................................

.......

5.2 Saran

KUALITAS PRODUK DAPAT DIPERBAIKI DARI TEKNOLOGI PROSES

PRODUKSI DITINGKATKAN DAN SDM TRAMPIL

Page 32: Skripsi STT BANDUNG

HARGA MURAH DAPAT DINAIKKAN APABILA KUALITAS TINGGI DAN JIKA

PRODUKNYA UNIK TIDAK DIMILIKI PERUSAHAAN LAIN

TIDAK MAMPU MEMPERLUAS INVESTASI, KARENA KURANG

KEPERCAYAAN PERBANKAN, UNTUK ITU PERLU BANTUAN KONSULTAN

KEUANGAN DARI PERBANKAN UNTUK MEMPERBAIKI

Sub bab ini memuat butir-butir saran yang relevan dengan yang telah didiskusikan.

Page 33: Skripsi STT BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI IKM/SENTRA ...........

PENGARUH METODA PENGGUNAAN ALKALI (NATRIUM BIKARBONAT) SEBELUM

DAN SESUDAH PENCELUPAN SEMPROT WARNA GRADASI DENGAN ZAT

WARNA REAKTIF DINGIN PADA KAIN KAPAS PADA SENTRA INDUSTRI KECIL

MENENGAH BATIK CIREBON IKE

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lulus Ujian Akhir Pendidikan Diploma Tiga

Oleh:

ANDI ULFIAH NUR MUFTI

NPM. 07.K30001

Page 34: Skripsi STT BANDUNG

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2010

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

USAHA PENINGKATAN MUTU PRODUK PERAJUTAN PADA SENTRA INDUSTRI

KECIL PERAJUTAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lulus Ujian Akhir Pendidikan Diploma Tiga

Oleh:

MARTALITA

NPM. 07.K3.1234

Page 35: Skripsi STT BANDUNG

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2010

Lampiran 4 : Contoh halaman judul cover dalam

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lulus Ujian Akhir Pendidikan Diploma Tiga

Oleh:

MARTALITA

NPM. 07.K3.1234

Pembimbing Co Pembimbing

Page 36: Skripsi STT BANDUNG

(Susno Triji , S.Teks, MM) (Fantasari, AT)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2010

Lampiran 5 : Contoh Halaman Pengesahan ( dicetak tinta hitam)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Ketua Penguji : Tanggal :

Ketua Jurusan : Tanggal :

Ketua STTT : Tanggal :

Dicetak tepat di tengah halaman

* Sesuai dengan jurusannya masing-masing

Page 37: Skripsi STT BANDUNG

Lampiran 6: Contoh Format Pernyataan Keaslian Laporan Tugas Akhir

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul :

USAHA PENINGKATAN MUTU PRODUK PERAJUTAN PADA SENTRA INDUSTRI

KECIL PERAJUTAN ....................................

yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan lulus ujian akhir pendidikan

diploma III TPL Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT), merupakan hasil karya saya

sendiri. Laporan tersebut bukan merupakan duplikasi dari laporan yang sudah

dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan kelulusan di lingkungan

STTT maupun di Perguruan Tinggi atau lembaga manapun, kecuali kutipan yang

sumber informasinya dicantumkan.

Bandung, …………………………….

Penyusun,

Page 38: Skripsi STT BANDUNG

Ihsan Anggoro Marpaung

NPM. …………………

Laporan Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh

Pembimbing,

Arief Anggodo, ST,MSi

Lampiran 7 : Contoh Daftar Isi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… ii

DAFTAR TABEL ……………………………………………..………………………… iii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………….… iv

RINGKASAN……………………………………………………………………………. v

BAB I PENDAHULUAN

BAB II DASAR PEMBINAAN DAN KEADAAN IKM/SENTRA

2.1 Kebijakan dan aturan pemerintah

2.2 Keadaan IKM/sentra

2.2.1 Jenis dan jumlah produksi

2.2.2 Kelembagaan

2.2.2.1 Organisasi

2.2.2.2 Permodalan

Page 39: Skripsi STT BANDUNG

2.2.2.3 Ketenagakerjaan

2.2.3 Proses produksi

2.2.3.1 Alat-alat produksi

2.2.3.2 Bahan produksi

2.2.3.3 Pengendalian mutu

2.2.3.4 Penunjang produksi

2.2.4 Pemasaran

2.3 Permasalahan IKM/sentra

BAB III KEGIATAN PENDAMPINGAN

3.1 Rencana Kegiatan Pendampingan

3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan

BABIV HASIL DAN PEMBAHASANNYA

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 8: Contoh Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……………………….. 5

2.2 Jumlah Karyawan ……………………………………….................................. 5

2.3 Alat-alat Produksi..……………………………….. .......................................... 35

2.4 (dan seterusnya)

Page 40: Skripsi STT BANDUNG

Lampiran 9 : Contoh Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Halama

n

2.1 Denah Lokasi IKM...........……………………………………………………………. 3

Page 41: Skripsi STT BANDUNG

2.2 Struktur Organisasi .............. ……………………………………………..………… 5

3.3 Urutan Proses Produksi …………………………………....……………………..…

24

(dan seterusnya)

Lampiran 10 : Contoh Daftar Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Page 42: Skripsi STT BANDUNG

1. Data Hasil kuisioner……………………………………………………… 104

2. Hasil Perhitungan ……………………………………………………….. 105

(dan seterusnya)

Lampiran 11 : Contoh Tabel dan Gambar

Page 43: Skripsi STT BANDUNG

Tabel 1. 2 Data Jumlah Karyawan Tahun 2007-2009

Pendidika

n

TAHUN

2007 2008 2009

SD 10 11 8

SMP 5 6 6

SMA 3 4 6

SARJANA 1 2 2

Sumber: Profil IKM Sutera Alam

Sumber : Statistik Industri dan Perdagangan, Depperindag, 2002,,p. 28

Gambar 1.1 Perkembangan Volume Ekspor Beberapa Jenis Produk TPT Indonesia

Perhatikan bahwa judul tabel ditempatkan di atas tengah tabel sedangkan judul gambar

ditempatkan di bawah tengah gambar, dan bila kalimat judul ternyata lebih dari satu

baris, maka baris kedua dan seterusnya dimulai satu spasi di bawahnya dan segaris

BENANG TEKSTIL KAIN TENUN KAPAS

KAIN TENUN SINTETIS

KAIN RAJUT KAIN BELUDRU

2001 (JAN-JUL)

420266 61548.83 135856.2 7790.8 6335.5

2002 (JAN-JUL)

449053 57316.3 126778 6799.81 4444.88

25,000.00

75,000.00

125,000.00

175,000.00

225,000.00

275,000.00

325,000.00

375,000.00

425,000.00

475,000.00

Page 44: Skripsi STT BANDUNG

dengan baris pertama. Bila tabel merupakan hasil kutipan dari karya orang lain maka

sumber kutipan harus disebutkan di bawah tabel seperti contoh di atas.

Lampiran 12: Contoh Penulisan Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Jonathan Sudibyo Hartanto, Usaha Pemanfaatan Kembali (Daur Ulang) Air

Buangan Proses Pemasakan, Penghilangan Kanji dan Relaksasi Secara

Simultan Kain Poliester, Laporan Kerja Praktek, 1996

2. Mark, Herman F, et al, Encyclopedia of Polymer Science and Technology, John

Willey & Sons Inc, 1971.

3. Muller, Recent Development in Chemistry of Disperse Dyes and Their

Intermediates, American Dyestuff Reporter, October, 1982

4. Peavy, S.H, et al, Environmental Engineering , MC-Graw Hill Corp, New York, 1885.

5. Tanujaya M, Pendekatan Proses Dalam Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO

9000:2001, http//www.brawijaya.ac.id/techno/sajut%20techno48.htm,

2000.

6. Theresia Mutia, Kegunaan Koagulan Ferosulfat dalam Usaha Menurunkan

Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) Beberapa Jenis kanji, Arena Tekstil,

No. 18, 1993.

7. Toga Sitompul, Mutual Recognition Menyelaraskan Mutu Produk Ekspor Indonesia,

Usahawan No. 4 Th. XXII, 1994.

Page 45: Skripsi STT BANDUNG

8. …………, Cara Uji Nilai Kekeruhan, SNI–M–03–1989 , Badan Stándardisasi

Nasional

Lampiran 13: Tata Tertib Praktek Kerja Lapangan

PERNYATAAN TATA TERTIB

PRAKTEK KERJA LAPANGAN MAHASISWA STTT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa STTT :

N a m a : ………………………………………………

NPM /Konsentrasi : ……………………

Alamat di Bandung : ………………………………………………

Nama Orang Tua : ………………………………………………

Alamat Orang Tua : ………………………………………………

Menyatakan akan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dengan ketentuan sebagai

berikut :

1. Bersedia mentaati semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di

Dinas/IKM/sentra, dan menjaga sopan santun.

Page 46: Skripsi STT BANDUNG

2. Bersedia manjalankan pekerjaan-pekerjaan seperti karyawan pada Dinas/IKM/sentra

tempat Praktek Kerja Lapangan.

3. Akan memberikan laporan mingguan yang telah disyahkan oleh pimpinan

Dinas/IKM/Sentra kepada dosen pembimbing di STTT.

4. Setalah menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan, segera melaporkan dan

menyerahkan laporan Praktek Kerja Lapangan kepada Ketua Jurusan TT atau KT,

disertai dengan surat keterangan selesai Praktek Kerja Lapangan dari

Dinas/IKM/sentra.

5. Bersedia menerima sanksi akademik maupun administrasi, apabila selama Kerja

Praktek melanggar ketentuan/peraturan Dinas/IKM/sentra atau Sekolah Tinggi

Teknologi Tekstil bila dipandang berbuat sesuatu yang dapat merugikan nama baik

almamater.

Mengetahui, Bandung,……………….………..

Ketua Jurusan TT / KT Yang menyatakan,

……………………………………. ………………………………….

NIP. NPM.