SKRIPSI STIKES

96
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan seseorang salah satunya ditentukan oleh seberapa tingkat kedisiplinan seseorang, sebab dengan disiplin maka segala kegiatan dan aktivitas sehari-hari jelas teragenda dengan rapi, termasuk dalam pencatatan pelajaran, jadwal, akivitas apa saja.dengan tingkat kedisiplinan seseorang yang tinggi sangat tertata dan terrencana semua aktivitas yang dilakukan. Dewasa ini budaya disiplin belum sepenuhnya terwujud, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan keluarga masih sering dijumpai anak-anak tidak belajar ketika tiba waktunya mereka belajar. Di lingkungan masyarakat juga dijumpai adanya pelanggaran terhadap peraturan yang ada, misalnya pelanggaran lalu lintas. Sementara itu, di lingkungan sekolah banyak dijumpai adanya pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Sebagai contoh, masih banyak siswa yang meninggalkan sekolah pada jam-jam sekolah atau membolos. 1

Transcript of SKRIPSI STIKES

Page 1: SKRIPSI STIKES

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan seseorang salah satunya ditentukan oleh seberapa tingkat

kedisiplinan seseorang, sebab dengan disiplin maka segala kegiatan dan

aktivitas sehari-hari jelas teragenda dengan rapi, termasuk dalam pencatatan

pelajaran, jadwal, akivitas apa saja.dengan tingkat kedisiplinan seseorang yang

tinggi sangat tertata dan terrencana semua aktivitas yang dilakukan.

Dewasa ini budaya disiplin belum sepenuhnya terwujud, baik di

lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Di

lingkungan keluarga masih sering dijumpai anak-anak tidak belajar ketika tiba

waktunya mereka belajar. Di lingkungan masyarakat juga dijumpai adanya

pelanggaran terhadap peraturan yang ada, misalnya pelanggaran lalu lintas.

Sementara itu, di lingkungan sekolah banyak dijumpai adanya pelanggaran

terhadap tata tertib sekolah. Sebagai contoh, masih banyak siswa yang

meninggalkan sekolah pada jam-jam sekolah atau membolos.

Di dalam dunia pendidikan, disadari bahwa sekolah-sekolah masih

perlu meningkatkan kedisiplinannya. Karena, sekolah merupakan lembaga

pendidikan yang sangat strategis untuk menanamkan dan mengajarkan

kedisiplinan. Sekolah merupakan tempat kelanjutan pendidikan disiplin yang

sudah dilakukan oleh keluarganya. Karena itu, kepala sekolah dan guru-guru

perlu menempatkan disiplin ke dalam prioritas program pendidikan di

sekolahnya. Dengan demikian, para siswa akan terbawa arus disiplin sekolah

yang baik yang akan melahirkan siswa-siswa yang berperilaku positif serta

berprestasi baik.

1

Page 2: SKRIPSI STIKES

Disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin

berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina

dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang

ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku

seseoarang termasuk prestasinya merupakan hasil dari suatu proses pendidikan

dan pembelajaran yang terencana, dan informal.

Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang

sangat strategis dan utama demi terjaminnya perkembangan dan

keberlangsungan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu dibutuhkan peningkatan

pendidikan nasional sebagai upaya peningkatan kualitas manusia dalam

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka pemerintah memandang

perlu adanya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989, dalam pasal 4 disebutkan

tujuan pendidikan nasional berbunyi:

“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani rokhani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal. Di tempat inilah

kegiatan belajar mengajar berlangsung; ilmu pengetahuan diajarkan dan

dikembangkan kepada anak didik. Proses pendidikan pada umumnya

dilangsungkan disekolah melalui kegiatan pembelajaran yang merupakan

sebuah proses perubahan tingkah laku. Perubahan itu meliputi aspek meliputi

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seharusnya, hasil pembelajaran

tersebut berdampak baik bagi mutu pendidikan dan kehidupan bangsa

2

Page 3: SKRIPSI STIKES

Indonesia. Akan tetapi hasil penelitian UNDP (United Nation Development

Progaram) tahun 1999, menunjukkan bahwa HDI (Human Development Index)

kita berada pada urutan 105 dari 117 negara yang diteliti.

Budaya disiplin yang belum terbina berdampak negatif terhadap

pendidikan. Berkaitan dengan hal itu dalam GBHN tahun 1999-2004 juga

dinyatakan bahwa masalah utama yang dihadapi kita di bidang pendidikan

adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan

watak peserta didik berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna

hakiki kehidupan (MPR RI 1999:65). Dalam kaitannya dengan pengembangan

pribadi dan watak peserta didik, budaya disiplin atau sikap disiplin merupakan

salah satu aspek pribadi dan watak yang perlu diperhatikan dan tidak boleh

diabaikan.

Pengabaian sikap disiplin akan melahirkan sikap mengabaikan

peraturan, hukum atau norma yang berlaku. Hal itu dituding sebagai tanda-

tanda kegagalan dunia pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti.

Karena itu, Departemen Pendidikan Nasional merespon usulan yang muncul

dari masyarakat agar pelajaran budi pekerti kembali diajarkan kepada para

siswa. Respon itu muncul dalam pedoman Kurikilum Berbasis Kompetensi.

Dalam pedoman itu, budi pekerti ridak diajarkan sebagai satu mata pelajaran,

tetapi nilai-nilai budi pekerti diterapkan dalam pedoman itu, tetapi nilai-nilai

budi pekerti diterapkan dalam setiap kegiatan di kelas, di lingkungan sekolah,

selama kurun waktu berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Salah satu tujuan pendidikan yang mendukung pencapaian tujuan

pendidikan nasional tersebut adalah tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler yaitu

tujuan pendidikan yang pencapaiannya dibebankan kepada mata pelajaran

3

Page 4: SKRIPSI STIKES

tertentu (dalam kurikulum mata pelajaran tertentu), seperti yang dimaksud

dalam pasal 37 UU No.2 Tahun 1989.

Menurut pasal 37 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, dinyatakan

bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya

dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kesesuaian dengan jenis dan jenjang masing-

masing pendidikan.

Namun sebagai tolok ukur perkembangan kemaujuan siswa dilihat dari

seberapa tingkat prestasi belajar yang didapat , apakah masih dibawah angka

tuntas atau di atas angka ketuntasan. Dari data yang didapat melalui

dokumentasi bahwa prestasi belajar siswa masih rendah, kemudian tingkat

kedisiplinan siswa juga masih rendah. Oleh karena itu peneliti ingin

mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Kedisiplinan dengan

Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 01 Tersono Kecamatan

Tersono Kabupaten Batang semester II Tahun Pelajaran 2009/ 2010.

B. Identifikasi Masalah

Setelah memperhatikan latar belakang masalah tersebut di atas penulis

mengidentifikasikan tentang prestasi belajar ada hubungannya dengan :

a. Motivasi belajar siswa yang rendah.

b. Kedisiplinan masih kurang diperhatikan .

c. Masih ada orang tua yang kurang mempererhatikan belajar siswa

d. Situasi rumah siswa kadang – kadang masih kurang kondusif untuk

belajar

e. Minat belajar siswa perlu dorongan dari orang tua

4

Page 5: SKRIPSI STIKES

f. Minat melanjutkan studi / belajar siswa masih kurang

g. Teman bergaul yang kurang mendukung .

C. Pembatasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah tersebut diatas penulis membatasi

masalah sebagai berikut :

Kedisiplinan siswa SMP Negeri Tersono dan prestasi belajar pada semester II

tahun pelajaran 2009-2010 .

D. Rumusan Masalah

Setelah mengadakan pembatasan masalah maka penulis perlu membuat

rumusan masalah. Sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kedisiplinan siswa Kelas 2 SMP Negeri 01 Tersono ?

2. Adakah hubungan positif yang signifikan antara kedisiplinan dengan

prestasi belajar siswa Kelas 2 Tersono ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk membuktikan tingkat kedisiplinan siswa Kelas 2 SMP Negeri 01

Tersono Tahun Pelajaran 2009/ 2010.

b. Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara

kedisiplinan dengan prestasi belajar siswa Kelas 2 SMP Negeri 01 Tersono

Tahun Pelajaran 2009/ 2010

F. Manfaat Penelitian

Sebagai tindak lanjut atas tercapainya tujuan penelitian ini, maka

diharapkan penelitian ini berguna dalam pengembangan ilmu bimbingan dan

konseling. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

5

Page 6: SKRIPSI STIKES

1. Secara praktis

a). Memberikan informasi kepada guru untuk membantu siswa dalam

memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan kedisiplinan .

b). Memberikan informasi kepada siswa bahwa salah satu faktor yang dapat

meningkatkan prestasi belajar adalah kedisiplinan. yang perlu ditanamkan

pada diri siswa.

c). Memberikan informasi kepada orang tua agar memberikan dukungan

kepada anak-anaknya agar kedisiplinan diperhatikan dalam belajar.

2. Secara Teoritis

a). Memberikan masukan tentang adanya pengertian kedisiplinan terhadap

prestasi belajar siswa, sehingga orang tua dan guru dapat memberi

dorongan yang positif agar menumbuhkan kedisiplinan pada siswa.

b). Memberikan masukan tentang adanya pengaruh motivasi terhadap prestasi

belajar siswa , sehingga siswa lebih rajin dalam belajar.

6

Page 7: SKRIPSI STIKES

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal dari bahasa

latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar.

Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1) tertib,

taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk,

meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau

karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki;

4) kumpulan atau sistem-sistem peraturan- peraturan bagi tingkah laku (Mac

Millan dalam Tu’u, 2004:20).

Disiplin juga dapat berarti tata tertib, ketaatan, atau kepatuhan kepada

peraturan tata tertib (Depdikbud 1988:208). Dalam bahasa Indonesia istilah

disiplin kerap kali terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban.

Dengan demikian, kedisiplinan hal-hal yang berkaitan dengan ketaatan atau

kepatuhan seseorang terhadap peraturan atau tata tertib yang berlaku.

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban (Prijodarminto 1994:23).

Sedangkan Menurut Amatembun (1974:6) kedisiplinan adalah keadaan tertib

dimana orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan yang

telah ada dengan senang hati. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud

kedisiplinan dalam penelitian ini adalah keadaan tertib dimana siswa yang

NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN

7

Page 8: SKRIPSI STIKES

tergabung dalam warga sekolah harus tunduk pada peraturan atau tata tertib

sekolah yang telah ada dengan senang hati.

Menurut Soegeng Prijodarmanto ( 1994 : 23 )

disiplin, kiat menuju suskses, disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk malalui proses dari serangkaian perilaku tyang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,kesetiaan, keteraturan atau ketetiban, nilai –nilai tersebut telah menjadibagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui prossesbinaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.

Menurut Soegeng Prijodarmanto ( 1994 : 13 ) disiplin sangat diperlukan

di jalan , di toko, swalayan, di rumah, di satsiun, naik lift dan ditempat umum.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kedisiplinan

adalah sikap seseorang yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap

peraturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan

kesadaran diri. Baik di rumah , di tempat bersama maupun di tempat umum.

a. Fungsi Kedisiplinan

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin

menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan

berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar.

Bagley dalam Iragiliati (2004:198) mengidentifikasikan sejumlah fungsi

kedisiplinan sebagai berikut: pertama kedisiplinan sebagai penciptaan dan

pelestarian keadaan yang penting terhadap kemajuan kerja yang berada di

sekolah. Kini pandangan kedisiplinan ini, dideskripsikan sebagai sebuah

rasionale managerial (Lovegrove dan Lewi 1991), yaitu sesuatu kedisiplinan

yang memandang sebagai kumpulan teknik dan strategi yang diterapkan oleh

guru untuk memberikan ketertiban dalam kelas. Ketertiban ini perlu sehingga

lingkungan belajar memaksimalkan pembelajaran pelajaran sekolah.

8

Page 9: SKRIPSI STIKES

Fungsi kedua dari kedisiplinan adalah persiapan siswa terhadap

keikutsertaan aktif dalam lingkungan orang dewasa yang terorganisasi, dimana

kebebasan diseimbangkan dengan tanggungjawab yang berhubungan

dengannya. Hal ini dideskripsikan sebagai sebuah fungsi pendidikan, dimana

kedisiplinan dirasakan sebagai sebuah pengalaman siswa tentang hak pribadi,

terutama bagi pribadi yang sedang dalam konflik. Oleh karena itu, pandangan

pendidikan terhadap kedisiplinan adalah memberi pengalaman pendidikan yang

berharga secara potensial.

Kedisiplinan di sekolah memiliki fungsi tertentu. Menurut Meichati

{2003:7} kedisiplinan di sekolah berfungsi sebagai alat pendidikan dan alat

menyesuaikan dalam membentuk sikap dan tingkah laku yang baik, yang

nantinya dapat digunakan juga dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan

masyarakat.

Kedisiplinan sebagai alat pendidikan yang dimaksud adalah suatu

tindakan, perbutan yang dengan sengaja diterapkan untuk kepentingan

pendidikan di sekolah. Tindakan atau perbuatan tersebut dapat berupa perintah,

nasehat, larangan, harapan, dan hukuman atau sanksi. Kedisiplinan sebagai alat

pendidikan diterapkan dalam rangka proses pembentukan, pembinaan dan

pengembangan sikap dan tingkah laku yang baik. Sikap dan tingkah laku yang

baik tersebut dapat berupa rajin, berbudi pekerti luhur, patuh, hormat, tenggang

rasa dan berdisiplin.

Di samping sebagai alat pendidikan, kedisiplinan juga berfungsi sebagai

alat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Dalam hal ini kedisiplinan

dapat mengarahkan seseorang untuk menyesuaikan diri terutama dalam

menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan itu.

9

Page 10: SKRIPSI STIKES

Dalam kontek tersebut kedisiplinan sebagai alat menyesuaikan diri di

sekolah berarti kedisiplinan dapat mengarahkan siswa untuk dapat

menyesuaikan diri dengan cara menaati tata tertib sekolah.

Berfungsinya kedisiplinan sebagai alat pendidikan dan alat menyesuaikan

diri akan mempengaruhi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Di sekolah yang kedisiplinannya baik, kegiatan belajar mengajar akan

berlangsung tertib, teratur, dan terarah. Sebaliknya di sekolah yang

kedisiplinannya rendah maka kegiatan belajar mengajarnya juga akan

berlangsung tidak tertib, akibatnya kualitas pendidikan sekolah itu akan rendah.

a.) Fungsi kedisiplinan diantaranya :

a. Menata kehidupan

b. Membangun kepribadian

c. Melatih Kepribadian

d. Pemaksaan

e. Hukuman

f. Menciptakan lingkungan kondusif

b). Macam disiplin :

a. Disiplin otoritarian

b. Disiplin Permisif

c. Disiplin demokartif

c). Pembentukan disiplin :

a.Kesadaran diri

b. Pengikutan dan ketaan

c.Alat pendidikan

d. Hukuman

10

Page 11: SKRIPSI STIKES

Sedangkan menurut Tu’u (2004:38) fungsi kedisiplinan di sekolah adalah

sebagai berikut:

a. Menata Kehidupan Bersama

”Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda. Sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut diperlukan norma, nilai peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar dan baik. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat”.

b. Membangun Kepribadian

”Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan dimasing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Jadi lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang”.

c. Melatih Kepribadian

”Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan”.

d. Pemaksaan

”Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin. Jadi disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu”.

e. Hukuman

”Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah”.

f. Mencipta Lingkungan Kondusif

11

Page 12: SKRIPSI STIKES

”Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan Wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik, hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan prestasi siswa akan mencapai hasil optimal. Untuk sekolah, disiplin itu sangat perlu dalam proses belajar mengajar, alasannya yaitu: disiplin dapat membantu kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan meningkatkan hubungan sosial” (Sem Wattimena dalam Tu’u, 2004:44).

Apabila peraturan sekolah tanpa tata tertib, akan muncul perilaku yang

tidak tertib, tidak teratur, tidak terkontrol, perilaku liar, yang pada gilirannya

mengganggu kegiatan pembelajaran. Suasana kondusif yang dibutuhkan dalam

pembelajaran menjadi terganggu. Dalam hal ini, penerapan dan pelaksanaan

peraturan sekolah, menolong para siswa agar dilatih dan dibiasakan hidup

teratur, bertanggung jawab dan dewasa. Disiplin sekolah apabila dikembangkan

dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif

bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar

secara konkret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif yaitu

melakukan hal- hal yang lurus dan benar, dan menjauhi hal-hal yang negatif.

Dengan pemberlakuan disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan lingkungan

yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan

orang lain. Dalam hal itu, menurut Maman Rachman dalam Tu’u (2004:35-

36), pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut:

g. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

h. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.

12

Page 13: SKRIPSI STIKES

i. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya terhadap lingkungannya.

j. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya.

k. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah. l. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar. m. Peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya. n. Kebiasaan baik itu menyebabakan ketenangan jiwanya dan

lingkungannya.

Lingkungan sekolah yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi

gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian,

sungguh-sungguh dan kompetitif dalam pembelajarannya. Lingkungan

disiplin seperti itu ikut memberi andil lahirnya siswa-siswa yang

berprestasi dengan kepribadian unggul. Di sana ada dan terjadi kompetisi

positif diantara mereka.

Wardiman Djojonegoro (GDN, 1996:261) mengatakan individu

unggul memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Motivasi berpikir dan berkarya yang berorientasi pada prestasi unggul.

b. Motivasi dalam mengembangkan bakat dan potensi dirinya serta matang dan berkeseimbangan.

c. Daya saing sekaligus kerja sama yang tinggi. d. Daya nalar yang tinggi serta matang dan berkeseimbangan. e. Kemampuan berprakarsa. f. Kemampuan untuk memperhitungkan resiko. g. Sikap pencapaian prestasi dalam rangka persaingan.

Untuk mencapai dan memiliki ciri-ciri kepribadian tersebut,

diperlukan pribadi yang giat, gigih, tekun dan disiplin. Selanjutnya

Wardiman mengatakan bahwa keunggulan tersebut baru dapat dimiliki

apabila dalam diri seseorang terdapat sikap dan perilaku disiplin.

b) Unsur-Unsur Disiplin

Unsur-unsur kedisiplinan meliputi tiga hal yaitu: 1) sikap mental (mental

attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau

13

Page 14: SKRIPSI STIKES

pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak, 2)

pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria,

dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut

menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan

akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk

mencapai keberhasilan (sukses), 3) sikap kelakuan yang secara wajar

menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan

tertib (Prijodarminto S 1994:23).

Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem

nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok yang

membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri manusia dan

sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Sikap atau attitude tadi

merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu

bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran.

Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi

sebagai petunjuk atau pedoman dan penuntun bagi kelakuan manusia.

Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi

pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau

tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang

menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.

c) Penanggulangan Disiplin

Disiplin sekolah menjadi prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan

yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Oleh karena itu, kepala

sekolah, guru dan orang tua perlu terlibat dan bertanggung jawab

membangun disiplin siswa dan disiplin sekolah.

14

Page 15: SKRIPSI STIKES

Dengan keterlibatan dan tanggung jawab itu, diharapkan para siswa

berhasil dibina dan dibentuk menjadi individu-individu unggul dan sukses.

Keunggulan dan kesuksesan itu terwujud sebab sekolah berhasil menciptakan

lingkungan yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Siswa

terpacu untuk mengoptimalkan potensi dan prestasi dirinya.

Penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah menurut Singgih

Gunarsa dalam Tu’u (2004:57) dapat dilakukan melalui tahapan preventif,

represif dan kuratif. Langkah preventif lebih pada usaha untuk mendorong

siswa melaksanakan tata tertib sekolah. Memberi persuasi bahwa tata tertib

itu baik untuk perkembangan dan keberhasilan sekolah.

Disiplin individu yang baik menunjang peningkatan prestasi belajar dan

perkembangan perilaku yang positif. Langkah represif sudah berurusan

dengan siswa yang telah melanggar tata tertib sekolah. Siswa-siswa ini

ditolong agar tidak melanggar lebih jauh lagi, dengan jalan nasehat,

peringatan atau sanksi disiplin. Langkah kuratif merupakan upaya pembinaan

dan pendampingan siswa yang melanggar tata tertib dan sudah diberi sanksi

disiplin. Upaya tersebut merupakan langkah pemulihan, memperbaiki,

meluruskan, menyembuhkan perilaku yang salah dan tidak baik.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin

Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena

menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya.

Ditinjau dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua

kecenderungan yang cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk,

cenderung patuh dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang,.

15

Page 16: SKRIPSI STIKES

Kecenderungan tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana

pengoptimalannya.

Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka agar

manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan aturan

maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui berbagai

bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut baik

melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan yang

mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan penghargaan

bagi pelaku dan pengawasan.

Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku disiplin yaitu

kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu

sendiri (Subari, 1991:166).

Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-beda.

Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa yang

mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri maupun yang

berasal dari luar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara lain

yaitu: (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) ligkungan, dan (4) tujuan

(Haditono 1984:36). Faktor anak itu sendiri mempengaruhi kedisiplinan anak

yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam menanamkan kedisiplinan faktor

anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki potensi dan kepribadian

yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Pemahaman terhadap individu

anak secara cermat dan tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan

penanaman kedisiplinan.

16

Page 17: SKRIPSI STIKES

Selain faktor anak, sikap pendidik juga mempengruhi kedisiplinan anak.

Sikap pendidik yang bersikap baik, penuh kasih sayang, memungkinkan

keberhasilan penanaman kedisplinan pada anak. Hal ini dimungkinkan karena

pada hakikatnya anak cenderung lebih patuh kepada pendidik yang bersikap

baik. Sebaliknya, sikap pendidik yang kasar, keras, tidak peduli, dan kurang

wibawa akan berdampak terhadap kegagalan penanaman kedisiplinan di

sekolah.

Di samping itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi kedisiplinan

seseorang. Dalam hal ini, Tim MKDK IKIP Semarang (1989:70)

menjelaskan bahwa situasi lingkungan akan mempengaruhi proses dan hasil

pendidikan, situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan

teknis, dan lingkungan sosiokultural. Lingkungan fisis berupa lingkungan

sekolah, keluarga dan masyarakat. Lingkungan teknis berupa fasilitas atau

sarana prasarana yang bersifat kebendaan; dan lingkungan sosiokultural

berupa lingkungan antar individu yang mengacu kepada budaya sosial

masyarakat tertentu. Ketiga lingkungan tersebut juga mempengaruhi

kedisiplinan seseorang, khususnya siswa.

Selain ketiga faktor di atas, faktor tujuan juga berpengaruh terhadap

kedisiplinan seseorang. Tujuan yang dimaksud di sini adalah tujuan yang

berkaitan dengan penanaman kedisiplinan. Agar penanaman kedisiplinan

kepada siswa dapat berhasil, maka tujuan tersebut harus ditetapkan dengan

jelas, termasuk penentuan kriteria pencapaian tujuan penanaman kedisiplinan

di sekolah.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian prestasi belajar

17

Page 18: SKRIPSI STIKES

Menurut W.J.S. Poerwodarminto bahwa prestasi belajar adalah “Hasil

yang telah dicapai” (1976 : 1134). Sedangkan menurut W.S. Winkel, bahwa

“Prestasi belajar adalah tingkah laku yang diharapkan ini terjadi setelah

siswa mempelajari pelajaran “.

Menurut Winarno Surakhmad mengemukakan bahwa “hasil belajar

siswa kebanyakan ulangan ujian atau tes. Ulangan atau tes adalah untuk

memperoleh indeks dalam menentukan keberhasilan siswa “ (1982 : 28).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil

yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar melalui ujian atau tes.

Menurut Yulius S.dkk ( 1999 : 190 ) prestasi berasal dari bahasa

Belanda yang artinya kemampuan.

Menurut M. Dahlan Yacub Al Barry ( 2001 : 585 ) prestasi adalah

hasil yang telah dicapai.

Menurut Yulius Slameto ( 1998 : 2 ) suatu proses usaha yang

dilakukan sesorang untk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagi hasil pengalaman sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan.

Berdasrkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa

prestasi adalah kemampuan yang dicapai sebagai perubahan tingkah laku

secara keseluruhan dari pengalaman sendiri dalam 9interaksinya dengan

lingkungan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Slameto ( 1995 : 54 ) ada dua golongan yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu factor internal dan factor ektrenal.

1). Factor internal adalah factor yang ada dalam diri individu sendiri.

18

Page 19: SKRIPSI STIKES

Seperti : factor jasmani meliputi :

a). Kesehatan : sehat berarti dalam keadaan baik segenap anggota badan

dan bagian-bagiannyabebas dari penyakit.

b). Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baiknya atau

kurang sempurnanya seluruh tubuh / badan.

c). Keadaan psikhis : adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis ,

yaitu kecakapan untuk mengahdapi dan menyesuaikan ke dalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui

/menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui

relasi dan mempelajari dengan cepat.diantaranya :

(1) Intelegensi

(2) Perhatian

(3) Minat

( 4) Bakat

(5) Motiv

(6) Kematangan

(7) Kesiapan

2) Faktor Eksternal, yaitu factor yang ada di luar individu :

a) Keluarga

(1) Cara mendidik dalam memberikan pendidikannya terhadap

anak, bagaimana dalam mendidik. Demokrasi, otoriter atau

laiziz faire dari bentuk mendidika anak ini akan mempengaruhi

prestasi belajar.

(2) Komunikasi antar anggota keluarga

(3) Suasana keluarga

19

Page 20: SKRIPSI STIKES

(4) Keadaan ekonomi Keluarga

(5) Perhatiang orang tua

(6) Latar belakang Kebudayaan keluarga

b) Faktor sekolah

(1) Metode mengajar

(2) Kurikulum

(3) relasi guru dengan siswa

( 4) Relasi siswa denga guru

(5) Disiplin di sekolah

(6) Sarana dan prasarana di sekolah

(7) Penggunaan waktu

(8) Keadaan gedung

(9) Standar pelajaran di atas ukuran

c) Faktor Masyarakat

(1) Keadaan siswa dalam masyarakat

(2) Mas media

(3) Teman bergaul

(4) Bentuk kehidupan di masyarakat.

Menurut Adolf Heuken S.J. bahwa adanya perbedaan hasil belajar

atau prestasi belajar itu disebabkan oleh :

1. Kecerdasan dan kecakapan khusus 50 - 60 %

2. Usaha, kerajinan dan cara belajar 30 – 40 %

3. Kesempatan dan factor lingkungan 10 – 15 % (1982 :

13)

c. Penilaian Prestasi belajar

20

Page 21: SKRIPSI STIKES

Setiap kegiatan akan menghasilkan suatu hal yang baik atau juga

buruk, disenangi atau tidak disenangi. Begitu juga dalam kegiatan belajar

mengajar dimana terjadi adanya interaksi siswa dan guru yang disengaja

dan mengharapkan adanya hasil menjadi tujuan kegiatan tersebut. Adapun

norma yang bisa digunakan untuk menentukan tujuan belajar sebagai hasil

yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar adalah dengan

pengukuran dan penilaian.

Pengukuran adalah merupakan pengumpulan informasi atau data

tentang sesuatu dengan menggunakan angka-angka menurut aturan tertentu,

sehingga dapat menggambarkan keadaan benda seperti apa adanya.

Sedangkan penilaian adalah semua usaha membandingkan hasil

pengukuran itu terhadap suatu bahan pembandingan atau patokan atau

dengan kata lain untuk menentukan prestasi belajar adalah evaluasi yang

mengandung arti sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan

seberapa jauh pencapaian hasil belajar yang dikumpulkan melalui

pengamatan atau cara lain dibanding-bandingkan dengan patokan lain atau

sasaran yang telah ditentukan. Adapun bentuk evaluasi secara testing

adalah serangkaian tugas yang diberikan kepada siswa yang berisi bahan-

bahan untuk diujikan yang representative tentang suatu bidang studi atau

kemampuan psikis yang dimiliki.

Dari uraian tersebut di atas untuk mengetahui prestasi belajar siswa,

dapat digunakan alat ukur berupa tes dan non tes.

Menurut Masri Singarimbun mengemukakan bahwa :

“ Alat ukur terdiri dari tes atau non tes. Tes digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan sebagai hasil kegiatan belajar mengajar. Sedangkan

21

Page 22: SKRIPSI STIKES

non tes digunakan untuk menilai karakteristik lainnya. (2001 : 166-167).

Sedangkan Siti Partini mengemukakan bahwa ada tiga pokok

maksud daripada tes yaitu, untuk mengetahui :

1. Kesiapan siswa dalam mencapai tujuan3. Kemajuan siswa dalam mencapai tujuan4. Seberapa luaskah tujuan yang telah dicapai waktu akhir. (2003 : 166 –

167)

Berdasarkan teori-teori di atas maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa dengan alat tes, dapat menilai baik buruknya proses belajar

mengajar, dan mengetahui sejauh mana tujuan yang telah dirumuskan dapat

dicapai. selain itu prestasi belajar dapat dicapai melalui tes uraian singkat,

tes uraian bebas, tes uraian terbatas dan tes obyektifbaik tes isian maupun

tes pilihan ganda.

d. Hal-hal yang berkaitan dengan prestasi belajar

Menurut Slameto ( 2001 : 43 ) hal-hal yang berkaitan dengan prestasi belajar

antara lain :

1) Sikap dan kebiasaan belajar yang baik

2) Pengetahuan dan ketrampilan dasar belajar

3) Motivasi dan minat belajar yang tinggi

4) emosi yang stabil

5) Mental psikologis

6) Kesehatan fisik yang prima

7) sisuasi dan proses belajr mengajar yang menarik

8) Metode belajar yang bervareasi dan menarik

9) alat dan sumebr belajar yang lengkap

10 ) Beban belajar yang sesuai

22

Page 23: SKRIPSI STIKES

11) Hubungan guru dengan siswa yang baik

12) situasi rumah yang mendorong siswa belajar.

3. Kerangka Pikir

Mengingat betapa pentingnya kediplinan bagi setiap orang dalam

kehidupan sehari-hari dan khususnya bagi dunia pendidikan, maka seseorang guru

(pendidik) hendaknya memberikan rangsangan-rangsangan agar kedisiplinan itu

terrbiasa ditanamkan sejak dini diri siswa . Untuk dapat mengembangkan

kedisiplinan yang baik pada anak didik, disamping kita harus menyampaikan

saran-saran atau sugesti yang negative yang dilarang oleh agama atau bersifat

sosial yang lebih penting bagi anak adalah membimbing pribadi anak didik agar

dalam diri anak-anak terbentuk adanya motif-motif yang mulia, luhur, dan dapat

diterima oleh masyarakat. Kedisiplinan merupakan pendorong bagi perbuatan

seseorang dalam kehidupannya. Ini menyangkut soal mengapa dan apa tujuannya

sehingga orang tersebut berbuat demikian. Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang

mengamati dan merenungkan perbuatan teman-teman kita atau orang lain disekitar

kita. Juga terhadap perbuatan kita sendiri, seringkali kita tidak menghiraukannya.

Padahal jika diremehkan banyak hal-hal yang mengagumkan dan sangat menarik

bagi kita untuk menyelidikinya.

Dalam menamkan kedisiplinan mempunyai peranan sangat penting.

termasuk syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang

malas, tidak menyenangkan , suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal ini perlu

diingat, bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu belum tentu berarti

bahwa siswa tersebut dikatakan bodoh pada mata pelajaran tersebut. Seringkali

seorang siswa malas terhadap suatu mata pelajaran tertentu, tetapi sangat giat

dalam mata pelajaran yang lain. Hal ini membuktikan betapa perlunya seorang

23

Page 24: SKRIPSI STIKES

guru (pendidik) memberikan motivasi kepada anak didiknya agar tidak malas

dalam belajar.

Jadi hubungan antara kedisiplinan dengan prestasi belajar sangat erat.

Kedisiplinan belajar yang tinggi akan mencapai prestasi yang tinggi dan sebaliknya

apabila kedisiplinan rendah maka hasilnya yang dicapai juga akan rendah.

4. Hipotesis

a. Pengertian Hipotesis

Menurut Kartini Kartono menyatakan bahwa “Hipotesis adalah dugaan

yang mungkin benar dan mungkin salah” (2000 :78). Sedangkan menurut

Sutrisno Hadi bahwa “Hipotesis sebenarnya dari bahasa Yunani yang berarti

pernyataan masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan

kenyataannya” (2001 : 257).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah

merupakan jawaban sementara yang bersifat teoritik masih perlu diuji dan

dibuktikan secara empirik.

a. Pengajuan Hipotesis Penelitian

Menurut Sumadi Suryabrata, sebelum memutuskan hipotesis terlebih

dahulu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a). Hipotesis hendaknya menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.

b). Hipotesis dinyatakan dalam kalimat pernyataan.

c). Hipotesis hendaknya dinyatakan secara jelas dan padat.

d). Hipotesis dapat diuji , artinya orang mungkin mengumpulkan data untuk

mennguji hipotesis tersebut. (1983 :49).

24

Page 25: SKRIPSI STIKES

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat asumsi-asumsi yang

melandasi hipotesis yang penulis ajukan yaitu : Bahwa prestasi belajar

dipengaruhi oleh Kedisiplinan.

Oleh karena itu dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah

sebagai berikut :

“ Ada hubungan positif yang signifikan antara Kedisiplinan dengan prestasi

belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II SMP Negeri I Tersono Kabupaten

Batang Semester I Tahun Pelajaran 2009 / 2010”.

25

Page 26: SKRIPSI STIKES

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih adalah penilitian korelasi atau hubungan ,

yaitu suatau penelitian yang berusaha mencari hubungan dua variabel atau

lebih ( Masri Singarimbun, 2006 : 137 ) Adapun berdasarkan data yang

diperoleh penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu cukup

memperoleh data yang didasarkan pada perhitungan statistik.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan sebagai berikut dalam tabel :

Tabel. 1Jadual Penelitian

No KegiatanBulan

KelasMaret April Mei Juni

1 Observasi

2 Menentukan judul

3 Penyebaran angket

4 Mengumpulkan data

5 Penulisan laporan

b. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Tersono Kabupaten

Batang dengan subjek kelas II pada Semester I tahun pelajaran 2009 /

2010.

26

Page 27: SKRIPSI STIKES

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan obyek

penelitian (2002 : 103). Menurut Donald Ary, populasi adalah “Semua

anggota kelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirumuskan secara

jelas (2003 : 89).

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi populasi adalah “Sejumlah penduduk

atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama”. (2002:15).

Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua individu dalam

jumlah tertentu, yang mempunyai persamaan sifat.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas II

SMP Negeri I Tersono Kabupaten Batang Semester I tahun 2009 / 2010

dengan jumlah 153 siswa.

Tabel. 2Populasi penelitian

No. Kelas Populasi

1.

2

3

4

II-A

II-B

II-C

II-D

37

39

39

38

Jumlah 153

b. Sampel Penelitian

27

Page 28: SKRIPSI STIKES

Pengertian sampel menurut Sutrisno Hadi adalah “sejumlah penduduk yang

kurang dari populasi” (2002 : 226).

Adapun menurut Suharsimi Arikunto (2003 :70) mengemukakan bahwa

“sampel adalah sebagian dari individu-individu yang diteliti”.

Dalam menentukan jumlah sample, peneliti mengacu pada pendapat

Suharsini Arikunto ( 2001 : 120 ) yang menyatakan bahwa : Untuk sekedar ancer-

ancer, maka apabila subyek penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika

jumlah subyek penelitiannya lebih besar, maka diambil sekitar antara 10 % – 15 %

atau 20 % – 25 %.

Dalam penelitian ini sampel yang dipilih 10 % dari jumlah siswa 153 siswa,

kelas II SMP Negeri I Tersono Kabupaten Batang Semester II Tahun Pelajaran

2009 / 2010 sebanyak 20 siswa.

Table 3

Sebaran sample penelitian

No. Kelas 20 % dari Jumlah

1

2

3

4

II-A

II-B

II-C

II-D

37 = 5

39 = 5

39 = 5

38 = 5

5

5

5

5

Jumlah 153 = 20 20

c. Teknik Sampling

28

Page 29: SKRIPSI STIKES

Pemakaian teknik sampling adalah untuk mendapatkan sampel yang

mungkindapat menggambarkan populasi. Dalam proportional sampling dan

random sampling, sehingga apabila digabungkan menjadi teknik proportional

random sampling, teknik ini digunakan oleh penulis dengan alasan sebagai berikut:

1. Proportional sampling

Penulis memakai teknik ini karena subjek yang akan diteliti ditetapkan

terlebih dahulu dengan proporsional tertentu.

2. Random sampling

Teknik ini digunakan karena tiap-tiap individu dalam populasi diberi

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, disamping

itu dengan cara random sampling ini akan lebih representatif.

Berdasarkan alasan tersebut di atas maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan gabungan dari kedua teknik sampling di atas yaitu simple

random sampling dengan cara undian. Langkah-langkah sebagi berikut :

1. Semua populasi dibuatkan nomor urut.

2. Semua nomor dibuat lintingan lalu dimasukkan dalam wadah.

3. Dikeluarkan satu per satu sampai jumlah yang diinginkan.

4. Tiap nomor yang keluar ditulis dan itulah yang dijadikan sampel.

4. Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi variabel adalah suatu gejala yang menunjukkan

variasi baik dalam jenisnya maupun tingkatannya (2000 : 224). Menurut Nana

Sudjana dan Ibrahim menyatakan bahwa :

“ Dalam penelitian terdapat dua variabel yakni variabel bebas atau variabel predictor (independent variable) sering diberi notasi X, adalah variabel penyebab atau diduga memberikan pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain dan variabel terikat atau variabel respon

29

Page 30: SKRIPSI STIKES

(dependent variabel) sering diberi notasi Y, yaitu variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas”. (1989).

Menurut Aswari Sudjud, bahwa variabel terikat atau tergantung adalah

variabel yang menjadi perhatian suatu penelitian dan dideskripsikan

berdasarkan variabel lain dan variabel yang memungkinkan akan digunakan

bersama-sama dengan variabel lain untuk mendiskripsikan variabel tertentu.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian

adalah gejala-gejala yang variasi, baik dalam jenis dan tingkatannya yang

menjadi objek dari penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabelnya adalah kedisiplinan dan

Prestasi Belajar. Kedisiplinan sebagai variabel bebas (X), sedangkan prestasi

belajar sebagai variabel terikat (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi.

a. Variabel Bebas ( X )

Variabel bebas adalah unsur yang mempengaruhi munculnya unsur yang lain

( Hadari Nawawi, 2006 : 56 ) dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah

Kedisiplinan dengan simbul X.

b. Variabel Terikat ( Y )

Variabel Terikat adalah unsur yang munculnya dipengaruhi olehn unsur yang

lain ( Hadari Nawawi, 2006 : 56 ) dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah Prestasi belajar dengan simbul Y

5. Definisi Operasional Variabel

a. Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin

“Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan

istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1) tertib, taat atau

30

Page 31: SKRIPSI STIKES

mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan

atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral;

3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau

sistem-sistem peraturan- peraturan bagi tingkah laku (Mac Millan dalam Tu’u,

2004:20)

Indikator Kedisiplinn Sbb :

1). Tertib, mengendalikan

2). Latihan, meluruskan

3). Memperbaiki

4). Kejujuran

b. Prestasi Belajar.

Menurut W.J.S. Poerwodarminto bahwa prestasi belajar adalah “Hasil yang

telah dicapai” (1976 : 1134). Sedangkan menurut W.S. Winkel, bahwa “Prestasi

belajar adalah tingkah laku yang diharapkan ini terjadi setelah siswa mempelajari

pelajaran “. Penulis mengambil prestasi belajar dari Data Nilai rata-rata Raport

semester I pada kelas II.

6. Alat Pengumpulan Data

Menurut Husaini Usman dkk (2002 : 53) metode atau teknik

pengumpulan data ada empat macam, yaitu :

1). Dokumentasi

Yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokuman-dokumen.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode angket dan

dokumentasi sebagai metode pengumpulan data. Metode angket digunakan

untuk mengetahui cara tentang variabel independent. Sedangkan metode

31

Page 32: SKRIPSI STIKES

dokumentasi digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Dengan nilai

rata-rata raport.

2). Angket (questionary)

Yaitu daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden

baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara).

Penggunaan angket dalam penelitian ini untuk mengungkapkan

Kedisiplinan sebagai variabel bebas ( X ) sbb:

(1) Pilihan a skor 4

(2) Pilihan b skort 3

(3) Pilihan c skort 2

(4) Pilihan d skort 1

Tabel .4

Kisi-kisi Instrumen angket Kedisiplinan

No. Variabel Indikator No. Item

1 Kedisipian 1. tertib

2. latihan

3. Memperbaiki

4. kejujuran

1-5

6-10

11-15

16-20

7. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini uji instrumen dimaksudkan untuk menguji tingkat

validitas dan realibilitas, apakah instrument yang akan digunakan sudah valid

serta realibel atau belum, maka perlu dilakukan uji coba instrument kepada

subyek diluar sample. Hasil uji coba instrument akan dianalisa untuk diketahui

32

Page 33: SKRIPSI STIKES

tingkat validitas dan realibilitasnya. Instrumen yang baik harus memenuhi dua

persyaratan penting yaitu valid dan realible.

a. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan dan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang

valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002 : 160).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis internal,

yaitu validitas yang diperoleh dengan suatu usaha hati-hati, melalui cara-cara

yang benar serta terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrument dengan

instrument secara keseluruhan.

Adapun uji coba validitas instrument menggunakan rumus korelasi product

moment angka kasar dari Karl Pearson, yakni :

N Σ XY – ( Σ X ) ( Σ Y )rxy = √{ Σ X2 – (Σ X)2 } {N Σ Y2 – (Σ Y)2 }

(Suharsimi Arikunto, 1998 : 162)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi variable X dan Y

X = Skor butir

Y = Skor total

N = Jumlah responeden

Setelah hasilnya diketahui, langkah selanjutnya adalah

menginterprestasikan hasil tersebut dengan rentangan kriteria sebagai berikut

ini.

33

Page 34: SKRIPSI STIKES

8. Teknik Analisis Data

Untuk dapat menguji hipotesis yang telah diajukan, maka penulis

menggunakan tiga bentuk analisis yaitu :

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan suatu keadaan

atau fenomena yang dapat menjawab perumusan masalah pada bab I

terdahulu diantaranya : bagaimana Kedisiplinan siswa bagaimana prestasi

belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 01 Tersono Kabupaten Batang dan

seberapa besar hubungan Kedisiplinan siswa dengan Prestasi belajar kelas

VIII SMP Negeri 01 Tersono Kabupaten Batang tahun pelajaran 2009 /

2010. Dalam menganalisa data rumus yang digunakan adalah deskriptif

presentase sebagai berikut :

n DP = X 100 %

N( Suharsimi Arikunto, 2002 : 224)

Hasil perhitungan tersebut nantinya dikonsultasikan dengan tabel

kriteria deskriptif presentase yang dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu

sangat tinggi, sedang, dan rendah. Berikut ini tabel klasifikasi kategori

tingkatan dan presentase.

Tabel 5

Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Presentase

No Rentangan Skor Presentase Kategori

1

2

3

4

76 % - 100 %

56 % - 75 %

40 % - 55 %

Kurang dari 40 %

Baik

Cukup

Kurang Baik

Tidak Baik

34

Page 35: SKRIPSI STIKES

( Suharsimi Arikunto, 2002 : 246)

b. Analisis Korelasi

Adapun analisis yang digunakan adalh korelasi produck momen dari

Karl Person untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara vareabel X

layanan bimbingan konseling dengan variable Y yaitu motivasi belajar .

Rumusnya sbb :

N Σ XY – ( Σ X ) ( Σ Y )rxy = √{ Σ X2 – (Σ X)2 } {N Σ Y2 – (Σ Y)2 }

(Suharsimi Arikunto, 2000 : 162)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi variable X dan Y

X = Kedisiplinan siswa

Y = Prestasi belajar

N = Jumlah responeden

Kita lihat seberapa besar r hitung kemudian dikonsultasikan dengan r table

pada N , jika ternyata r hitung lebih besar dari pada r table maka hipotesisnya

nihil ditolak dan hipotesis kerja diterima.

35

Page 36: SKRIPSI STIKES

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek

SMP Negeri 01 Tersono terletak di tengah kota Tersono berhimpitan

langsung dengan sebelah Timur UPTD Tersono, Sebelah Utara Kantor Kecamatan

dan Pusat pasar tradisional, sebelah Barat Penduduk / perumahan, SMP Negeri

Tersono 01 ini merupakan sekolah faforit di kota Tersono adapun para siswanya

berasal dari berbagai desa di wilayah Tersono Kabupaten Batang,saat ini

rombongan belajarnya sudah mencapai 480 siswa.

Dalam kegiatan lomba – lomba antar sekolah masih belum menjadi juara

umum masih terbilang baik atau 10 besar di Kabupaten Batang, untuk kelulusan

kategori baik yaitu lulus 95 %.

Kondisi sekarang SMP N 01 keberadaannya semakin mantap, selain 12

kelas pararel, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang guru, 1 ruang KS, 1 ruang TU,

dilengkapi ruang Koperasi siswa + ruang OSIS, 1 dapur, 1 ruang media dan 1

mushollah serta 6 WC siswa

1. Persiapan Penelitian

1. Mengadakan Uji Coba Alat Ukur / Instrumen

a. Mengukur Validitas Angket Penelitian

Angket yang digunakan pada penelitian ini harus valid, artinya

mampu mengukur apa yang hendak diukur. Langkah yang digunakan

peneliti untuk menunjukkan tingkat validitas angket sebagai alat

pengumpul data yaitu dengan mengadakan uji coba kepada 20 siswa SMP

36

Page 37: SKRIPSI STIKES

Negeri 01 Tersono Kecamatan Tersono yang termasuk dalam anggota

populasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji tingkat validitas empiris

instrument yang digunakan agar sesuai dengan ketentuan, dan instrument

tersebut baik dan valid.

1. Butir soal yang digunakan untuk uji coba sebanyak 20 butir Rumus

yang dipergunakan untuk menguji validitas adalah rumus Product

Moment :

N. ∑ XY – (∑X) (∑Y)rxy =

√ { N (∑ X2 – (∑ X)2 } { N ∑ Y2 – (∑ Y)2 }

Melihat sebaran data uji coba pada lampiran 2 diperoleh data sebagai

berikut untuk perhitungan item nomor 1 :

∑N = 20 ∑X2 = 214

∑X = 64 ∑Y2 = 121687

∑Y = 1557 ∑XY= 5440

Adapun hasil perhitungan sebagai berikut :

rxy =

rxy =

rxy =

rxy =

37

Page 38: SKRIPSI STIKES

Hasil perhitungan sebesar 0,518 tersebut kemudian

dinterprestasikan dengan kriteria penafsiran termasuk dalam rentangan

0,401 – 0,600 yang berarti agak rendah, setelah dikonsultasikan dengan

nilai r table yang di dapat dari taraf signifikasi 5 % dengan jumlah N = 20

adalah 0,632. Untuk itu r hitung lebih besar dari r table ( 0,518 > 0,444 )

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika r hitung lebih besar dari r

tabel, maka uji coba instrumen dapat dikatakan valid. Sehingga item nomor

1 telah memenuhi syarat validitas dan layak untuk dijadikan sebagai alat

penelitian. Untuk item no. 2 sampai 20 juga telah dilakukan perhitungan

dengan cara yang sama dengan menggunakan alat bantu kalkulator

sehingga secara keseluruhan hasilnya terdapat pada lampiran 2.

TABEL 5

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Angket Kedisiplinan

No. Soal r Hitung r Tabel Keterangan

1 0,518 0,444 Valid

2 0,514 0,444 Valid

3 0,516 0,444 Valid

4 0,522 0,444 Valid

5 0,518 0,444 Valid

6 0,513 0,444 Valid

7 0,515 0,444 Valid

8 0,514 0,444 Valid

9 0,526 0,444 Valid

10 0,518 0,444 Valid

11 0,507 0,444 Valid

12 0,514 0,444 Valid

13 0,523 0,444 Valid

14 0,514 0,444 Valid

15 0,518 0,444 Valid

16 0,507 0,444 Valid

17 0,509 0,444 Valid

18 0,516 0,444 Valid

19 0,515 0,444 Valid

20 0,509 0,444 Valid

38

Page 39: SKRIPSI STIKES

b. Uji Realibilitas

Setelah dilakukan perhitungan validitas, langkah berikutnya adalah

mencari reliabilitas. Perhitungan reliabilitas yang digunakan dengan cara

dua ganjil genap dengan rumus product moment kemudian dilanjutkan

dengan rumus Sperman Brown. Adapun rumus kolerasi product moment

adalah :

N. ∑ XY – (∑X) (∑Y) rxy =

√ { N (∑ X2 – (∑ X)2 } { N ∑ Y2 – (∑ Y)2 }

Sedangkan rumus Sperman Brown adalah :

2 ( r ½ ½ )r11 =

( 1 - r½ ½ )

∑N = 20 ∑X2 = 62973

∑X = 791 ∑Y2 = 58714

∑Y = 766 ∑XY= 60635

Adapun hasil perhitungan sebagai berikut :

rxy =

rxy =

rxy =

rxy =

rxy =

39

Page 40: SKRIPSI STIKES

Kemudian dimasukkan dalam rumus Sperman Brown :

2 ( r ½ ½ ) 2 x 0,894 r 11 = =

( 1 + r ½ ½ ) 1 + 0,894

1,788 r 11 =

1,894

rxy = 0,944 (Reliab)

Hasil perhitungan sebesar 0,944 tersebut kemudian dinterprestasikan

dengan kriteria penafsiran termasuk dalam rentangan 0,801 – 1,000 yang

berarti sangat tinggi, setelah dikonsultasikan dengan nilai r tabel dengan taraf

signifikan 1 %.

2. Penyajian dan Analisis Data

1. Analisis Diskriptif

Analisis diskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan suatu keadaan

atau fenonema yang dapat menjawab perumusan masalah. Dalam analisis

diskriptif terdapat 2 rumusan masalah yaitu :

a. Kedisiplinan

Indikator variabel Kedisiplinan meliputi : a) Tertib, mengendalikan, b)

latihan, meluruskan, c) Memperbaiki, d) Kejujuran. Analisa data tiap

indikator berdasarkan pada perhitungan prosentase setiap item dalam

indikator. Dalam perhitungan item digunakan rumus :

n P % = x 100 % N

dimana :

n : nilai yang didapat

40

Page 41: SKRIPSI STIKES

N : nilai total ( Sutrisno Hadi, 1995:257)

Setiap indikator dihitung dengan rumus tersebut.

a) Indikator tertib, mengendalikan tugas terdiri dari empat item, yaitu item

nomor 1, 2, 3 dan 4. Hasil rata-rata prosentasenya sebagai berikut :

69 + 69 + 70 + 72Rata-rata = x 100 %

4

280 = x 100 % 4

= 70 %

Artinya bahwa indikator tekun menghadapi tugas cukup baik.

b) Indikator tentang Latihan, meluruskan dari empat item, yaitu item

nomor 5, 6, 7 dan 8. Hasil rata-rata prosentasenya sebagai berikut :

72 + 64 + 67 + 75 Rata-rata = x 100 %

4

278 = x 100 % 4

= 69,5 %

Artinya bahwa indikator tekun menghadapi tugas cukup baik.

c) Indikator tentang Memperbaiki terdiri dari empat item, yaitu item

nomor 9, 10, 11 dan 12. Hasil rata-rata prosentasenya sebagai berikut :

77 + 73 + 71 + 76 Rata-rata = x 100 %

4

297 = x 100 % 4

= 74,25 %

41

Page 42: SKRIPSI STIKES

Artinya bahwa indikator tekun menghadapi tugas cukup baik.

d) Indikator tentang kejujuran terdiri dari empat item, yaitu item nomor

13, 14, 15 dan 16. Hasil rata-rata prosentasenya sebagai berikut :

81 + 75 + 72 + 81

Rata-rata = x 100 % 4

309 = x 100 % 4

= 77,25 %

Artinya bahwa indikator tekun menghadapi tugas cukup baik.

Untuk membuktikan bagaimana kedisiplinan pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 01 Tersono, peneliti melakukan sebaran angket kepada 10

responden yang di ungkap dengan 25 butir pertanyaan. Dari jawaban yang

diperoleh skor (n) 730, sedangkan jumlah skor total ideal (N) adalah 10 x 4

x 25 = 1000, sehingga bila dimasukkan ke dalam rumus diskriptif

presentase diperoleh hasil sebagai berikut :

n 730 x 100 % = = 73%

N 1000

Dari hasil tersebut, kemudian dikonsultasikan dengan tabel

rentangan diskriptif presentase yang ternyata berada diantara 56-75 % yang

memiliki arti cukup. Adapun perolehan jumlah skor yang didasarkan pada

sebaran angket terlihat pada lampiran 4, sedangkan hasil rekapitulasi

jumlah skor sebaran angket motivasi belajar terdapat pada tabel 6 di bawah

ini.

42

Page 43: SKRIPSI STIKES

Tabel 6

Rekapitulasi Analisis Diskriptif Kedisiplinan

No Skor Kategori Jumlah Presentase

1

2

3

4

76 - 100 %

56 – 75 %

40 – 55 %

Kurang 40 %

Baik

Cukup

Kurang Baik

Tidak Baik

-

22

8

-

-

92 %

8 %

-

b. Prestasi belajar

Untuk mengungkap kriteria prestasi belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri 01 Tersono, peneliti mengambil sample dari nilai raport semester

gasal. Penulisan angka prestasi belajar dengan dua digit, maksudnya adalah

apabila siswa nilai rata-ratanya 6,2 maka penulisannya 62 jika 7,8 maka

penulisannya 78, dan seterusnya seperti terlihat dalam lampiran 6.

Dari lampiran 6, kemudian dikonsultasikan dengan tabel rentangan

deskriptif presentase yang menghasilkan rekapitulasi jumlah skor yang

terdapat pada tabel 10 dibawah ini.

Tabel 7

Rekapitulasi Analisis Deskriptif Prestasi Belajar

No Skor Kategori Jumlah Presentase

1

2

3

4

76 – 100 %

56 – 75 %

40 – 55 %

Kurang dari 40 %

Baik

Cukup

Kurang Baik

Tidak baik

15

15

-

-

50 %

15 %

-

-

43

Page 44: SKRIPSI STIKES

1. Langkah selanjutnya adalah mencari signifikansi garis regresi

dengan menggunakan analisis yang nantinya akan diperoleh bilangan F,

dengan proses perhitungannya sebagai berikut :

(∑X) (∑Y)∑XY = ∑XY –

N

( 1703 ) ( 1711 )= 121985 -

10

2913833= 121985 -

10

= 121985 – 121409,708

= 575,292

(∑X)2

∑X2 = ∑X2 – N

( 1703 )2 = 122763 -

10

2900209= 122763 -

24

= 122763 – 120842,042

= 1920,958

(∑Y)2

∑Y2 = ∑Y2 – N

( 1711 )2

= 122601 - 24

2927521= 122601 -

24

44

Page 45: SKRIPSI STIKES

= 122601 – 121980,042

= 620,334

2. Menguji pengaruh variable X terhadap variable Y dengan rumus :

RKreg Freg =

RKres

172,289 =

20,365

= 7,799

Untuk lebih jelasnya dikemukakan seperti pada rekapitulasi table berikut.

Dari perhitungan analisis data diperoleh F hitung sebesar 7,799. Langkah

selanjutnya angka tersebut dikonsultasikan dengan table F dengan N = 20, yang

diperoleh 4,08 untuk angka pembilang dan 7,31 untuk angka penyebut. Dari

konsultasi ini diperoleh F hitung < F table sehingga persamaannya adalah 22,091

>7,799. untuk dbl, karena F hitung lebih besar dari F table maka hipotesis kerja

(ha) yang diajukan berbunyi : “ada Hubungan antara kedisiplinan dengan prestasi

belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 01 Tersono Kabupaten Batang tahun

pelajaran 2009/2010” diterima.

3. Hasil Penelitian

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data secara

deskriptif presentase dan statistik. Hasil analisa sebagai berikut :

1. Variabel kedisiplinan

Hasil analisis deskriptif presentasi dapat diketahui bahwa kedisiplinan

memperoleh 73,58 % dan setelah dikonsultasikan dengan tabel klasifikasi

kategori tingkatan dan presentasi ternyata masuk dalam kategori baik, karena

pada dasarnya siswa memiliki kedisiplinan yang cukup tinggi dalam

45

Page 46: SKRIPSI STIKES

melaksanakan kegiatan belajar, dari sebagian siswa menyatakan bahwa

kedisiplinan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

prestasi belajarnya, hal ini ditunjukkan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 01

Tersono menyatakan bahwa kedisiplinan sangat penting, karena dapat

memberikan dorongan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar, dan

kenyataannya siswa yang memiliki kedisiplinan yang cukup tinggi, mayoritas

siswa dapat belajar dengan lancar dan mendapat prestasi belajar yang baik.

2. Variabel prestasi belajar

Hasil presentasi variable prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 01

Tersono memperoleh nilai rata-rata cukup baik seperti terlihat pada tabel 10,

prestasi dapat dicapai dengan maksimum. Prestasi belajar yang kurang baik

atau dibawah rata-rata, bukan hanya disebabkan karena siswa tersebut bodoh,

kemungkinan siswa tersebut tidak memiliki motivasi belajar yang rendah, maka

perlu untuk ditekankan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar siswa

memiliki kedisiplinan agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik dan

prestasi belajar dapat dipertahankan bahkan lebih baik dari sebelumnya.

3. Hasil Analisa kolrelasi variable kedisiplinan dan prestasi belajar siswa kelas

VIII SMP Negeri 01 Tersono Batang Tahun Pelajaran 2009/2010.

Dari analisa data diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan

antara kedisiplinan dengan prestasi belajar, hubungan tersebut dibuktikan

dengan adanya harga nilai F hitung sebesar 7,799 lebih besar dari F table, baik

pada taraf signifikan 5 % dan 1 %. Disamping itu perlu ditekankan kepada

siswa tentang pentingnya kedisipilinan dalam pelaksanaan kegiatan belajar

untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, walaupun sebenarnya

kedisiplinan bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan

46

Page 47: SKRIPSI STIKES

prestasi belajar, akan tetapi paling tidak jika siswa memiliki kedisiplinan yang

tinggi, maka siswa memiliki semangat yang kuat dalam belajar dan

memperoleh prestasi belajar yang baik.

4. Pembahasan

Berdasarkan pengujian hipotesis, maka terdapat hubungan positif yang

signifikan antara kedisiplinan dengan prestasi belajar siswa. Maksudnya

semakin tinggi tingkat kedisiplinan anak maka anak prestasi belajarnya juga

semakin meningkat. Sebaliknya di sekolah yang kedisiplinannya rendah

prestasi belajarnya juga rendah dan menurun.

Kedisiplinan itu dapat dimulai dari kehidupan dirumah yang orang tua nya

selalu menanmkan kedisiplinan sejak dini, melalui kegiatan yang tertip

menempatkan barang – barang keperluan sekolah sampai dengan barang

kebutuhan rumah dengan disiplin ini akan tercermin dengan tertib jawal

sekolah, tertib menggunakan wktu luang, maka dengan tertib ini belajarpun

menjadi tertib termasuk mengerjakan PR, sehingga data-data juga mudah

didapat. Jika semua itu sudah menjadikan kebiasaan dirumah dan disekolah

sudah barang tentu prestasi belajar akan meningkat.anak misalnya menanyakan

hasil ulangan, raport dan kesulitan yang dialami anak di rumah. Dapat pula

dilakukan orang tua dengan guru dan anggota masyarakat sehingga dengan

disiplin tersebut orang tua akan tahu persis perilaku maupun perkembangan

anak di sekolah maupun di luar sekolah , dan juga dalam penggunaan waktu

luang baik di sekolah maupun di rumah perlu pengawasan dan pengarahan

serta perlu adanya kedisiplinan yang tinggi. Maka prestasi belajar siswa selain

dipengaruhi oleh kedisiplinan juga dipengaruhi oleh variable lain yang tidak

diteliti.

47

Page 48: SKRIPSI STIKES

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari pembahasan yang telah diuraikan di dalam

Bab IV, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan Kedisiplinan membantu siswa mengembangkan kebiasaan percaya diri,

mandiri, memiliki motivasi belajar yang tinggi dan memberikan teknik atau

belajar yang baik untuk meningkatkan Motivasi belajar siswa .

2. Kedisiplinan memberi hubungan positif yang signifikan terhadap Prestasi

belajar siswa SMP Negeri 01 Tersono Kecamatan Tersono Kabupaten Batang

tahun pelajaran 2009 / 2010.

3. Dengan melihat hasil analisis data tersebut maka hipotesis kerja (Ha) yang

berbunyi ada Hubungan Kedisiplinan dengan prestasi belajar SMP Negeri 01

Kecamatan Tersono Kabupaten Batang tahun pelajaran 2009 / 2010 dapat

diterima. Sedangkan hipotesis nihil ditolak.

B. Saran-Saran

Dari serangkaian kegiatan penelitian dan analisis hasil penelitian, ada

beberapa hal yang dapat peneliti sarankan dalam hubungannya dengan

Kedisiplinan dan prestasi belajar , yaitu :

1. Hendaknya sekolah – sekolah menyediakan fasilitas, sarana prasarana yang

memadai untuk kebutuhan sekolah , supaya pelaksanaan kedisiplinan sesuai

dengan kebutuhan anak didik.

2. Kedisiplinan di sekolah perlu ditingkatkan agar siswa memiliki prestasi

belajar yang tinggi.

48

Page 49: SKRIPSI STIKES

3. Apabila ada suatu permasalahan yang mengganggu belajar supaya segera

menginformasikan kepada guru-guru pembimbing untuk mendapatkan bantuan

menyelesaikan masalahnya.

4. Bagi orang tua, pendidik dan masyarakat hendaknya memberikan pendidikan

dan keteladanan yang baik karena sangat penting dalam upaya

mengembangkan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

49

Page 50: SKRIPSI STIKES

DAFTAR PUSTAKA

Adolf Heuken, Sj. 1982, How To Study, London

Bimo Walgito, 1995, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta : Andi Offset.

Cliford T. Morgan, 1961, Intruduction To Psichology, New York : Inc

Croanbach.J. 1954, Education Psichology, New York : Horcoart Barce.

Dalyono. M, 1977, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Imam Barnadib, 1987, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta : FIP IKIP Yogyakarta

Ischak, S.W, 1984, Program Remidial dalam PBM, Yogyakarta : Liberty.

Masarudin Siregar, 1985, Didaktik Metodik dan Kedudukannya dalam PBM, Yogyakarta : Sumbangsih

Mohammad user Usman, 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Roesda Karya.

Masri Singarimbun, 1989, Metode Penelitian Survey, Jakarta LP3ES

Nana Sudjana, 1989, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar, Bandung : Sinar Baru

Ngalim Purwanto, M.P, 1990, Psikologi Pendidikan, Bandung : Sinar Baru.

Sardiman. A.M, 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Remaja Roesda Karya.

Siti Partini, 1986, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta : Studing

Subroto. B, 1997, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 1991, Metodologi Penelitian, Jakarta : Rajawali.

The Liang Gie, 1985, Cara Belajar yang Efektif, Yogyakarta : Andi Offset.

Winarno Surachmad, 1982, Cara Belajar Terbaik di Universitas, Bandung : Tarsito

50

Page 51: SKRIPSI STIKES

Angket Penelitian

Variabel Bebas ( X ) Kedisiplinan

Identitas :………………

PETUNJUK UMUM

1. Berilah tanda silang (√) pada salah satu alternatif jawaban yang sesuai !

2. Alternatif jawaban :

SS : Sangat setujug

S : Setuju

KS : Kadang Setuju

TS : Tidak Setuju

No PernyataanJawaban

SS S KS TS

1 Saya bangun lebih pagi ketika hari tidak libur sekolah

2 Saya berangkat sekolah tepat pada waktunya

3 Saya menempatkan buku dan aklat sekolah pada tempatnya

4 Saya memiliki jadwal sekolah yang dipasang didinding

kamar tidur

5 Buku pelajaran saya sudah sesuai dengan jumlah pelajran

yang ada sekolah .

6 Saya memiliki buku-buku pendukung pelajran di sekolah

7 Saya memiliki kelompok belajar yang telah diatur oleh guru

8 Mengerjakan soal-aoal di majalah bersama kelompok

9 Mengerjakan soal –soal dibuku latihan khusus

10 Mencatat pelajaran yang dibuku pelajaran / modul tidak

adadikerjakan ketika guru setelah menerangkan secara

tuntas.

51

Page 52: SKRIPSI STIKES

52

Page 53: SKRIPSI STIKES

53

Page 54: SKRIPSI STIKES

54

Page 55: SKRIPSI STIKES

55

Page 56: SKRIPSI STIKES

56

Page 57: SKRIPSI STIKES

57

Page 58: SKRIPSI STIKES

58

Page 59: SKRIPSI STIKES

59

Page 60: SKRIPSI STIKES

60

Page 61: SKRIPSI STIKES

61

Page 62: SKRIPSI STIKES

62

Page 63: SKRIPSI STIKES

63

Page 64: SKRIPSI STIKES

64

Page 65: SKRIPSI STIKES

65

Page 66: SKRIPSI STIKES

66

Page 67: SKRIPSI STIKES

67

Page 68: SKRIPSI STIKES

68

Page 69: SKRIPSI STIKES

69