Katalog informasi pilihan sarana sanitasi untuk kegiatan PAM STBM 2012
SKRIPSI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)...
Transcript of SKRIPSI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)...
SKRIPSI
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
DENGAN KEJADIAN DIARE
(Studi di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang)
ELSA PUTRI LAHUDIN
13.321.0020
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2017
i
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
DENGAN KEJADIAN DIARE
(Studi di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
ELSA PUTRI LAHUDIN
13.321.0020
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2017
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Kediri 17 Mei 1995, peneliti merupakan anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Muhamad Lahudin S.Pd dan Ibu
Saminah S.Pd
Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN Gambiran 02 Mojoagung , pada
tahun 2010 peneliti lulus dari SMPN 02 Mojoagung, pada tahun 2013 peneliti
lulus dari SMK Kesehatan Bhakti Indonesia Medika Jombang Jurusan
Keperawatan, Dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi masuk STIKes “Insan
Cendekia Medika” Jombang melalui jalur tes tulis. Peneliti memilih program studi
S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIKes “ICMe”
Jombang.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.
Jombang, Juni 2017
Elsa Putri Lahudin
vi
MOTTO
Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti. Tak ada
yang jatuh dengan cuma-cuma,
semua usaha dan juga kemenangan hari ini bukanlah
kemenangan esok hari,
kegagalan hari ini bukanlah kegagalan esok hari
(Kahlil Gibran)
AYAH ADALAH
LELAKI YANG AKAN SELALU BERJUANG
DEMI
KEBAHAGIAAN DAN KESUKSESAN PUTRINYA
TANPA HARUS MENGELUH LELAH
(penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Seiring dengan do’a dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karya tulis ini saya
persembahkan kepada :
1. H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep. Ns., MH selaku ketua STIKes ICMe Jombang.
2. Inayatur Rosidah,S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan.
3. Dr.Hariyono,M.Kep selaku pembimbing utama dan Agustina
Maunaturrohmah,S.Kep.,Ns.,M.kes selaku pembimbing kedua.
4. Kepala desa kedunglumpang yang sudah memberikan izin penelitian.
5. Kedua orang tua Ayahanda tercinta Muhamad Lahudin S.Pd dan Ibunda Saminah
S.Pd yang selalu mendukungku dalam segala hal dan selalu mengajarkanku akan
kerasnya kehidupan disitulah aku harus berjuang.
6. Adikku tersayang Aulia Dwi Putri Lahudin yang selalu memberikan support dalam
pengerjaan karya tulis ini, dan tak lupa seseorang yang tak pernah lelah selalu ada
dalam keadaan apapun dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini Ahmad Busaeri
S.Kep.,Ns
7. Sahabat tersayang tercinta selalu ada dalam keadaan apapun selama 4 tahun ini Fitri,
Titin, vidi terimakasih sudah menjadi bagian dalam hidupku selama ini selalu ada saat
susah, senang, sedih, ketawa bareng dan jauh dari orang tua.
8. Sahabatku Desy, Anita, retno, ucup, Mas ardi, Mas wahyu, Mas rudi dll yang tak bisa
disebutkan namanya terimakasih sudah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
9. Teman-teman Prodi S1 Keperawatan angkatan 2017, aku bangga punya kawan seperti
kalian.
10. Teman 1 kelompok, Elok, Mei, Winda, Dwi, Robin, chacha, ikta, depi, dimana
perjuangan kita berawal dan berakhir bersama.
Semoga amal kebaikan, doa, dan motivasi yang diberikan mendapatkan imbalan
pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi bermanfaat bagi pembaca.
Jombang, JUNI 2017
Penulis
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dengan Kejadian Diare” ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep. Ns., MH selaku ketua STIKes
ICMe Jombang yang memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir
program studi S1 Keperawatan, Inayatur Rosidah,S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku
kaprodi S1 Keperawatan, Dr. Hariyono,M.Kep selaku pembimbing utama yang
memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi,
Agustina Maunaturrohmah,S.Kep.,Ns.,M.kes selaku pembimbing anggota yang
memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis, kepala
STIKES ICME Jombang beserta Bapak Ibu dosen dan teman-teman yang ikut
serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi penyempurnaan skripsi dan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca bagi umumnya, Amin.
Jombang, JUNI 2017
Penulis
ix
ABSTRAK
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
DENGAN KEJADIAN DIARE (Studi di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang)
Elsa Putri Lahudin*Hariyono**Agustina Maunaturrohmah*** *Mahasiswa S1 Keperawatan**Dosen Profesi Ners***Dosen S1 Keperawatan Progam Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Jl. Kemuning 57A Candimulyo –
Jombang. Telp. 0321-865446 [email protected]
Diare merupakan penyakit endemis dengan kejadian luar biasa di Indonesia
yang bisa menyerang seluruh kelompok usia, Berdasarkan data dinas kesehatan
kabupaten jombang cakupan pukesmas dengan penemuan kasus diare tertinggi
yaitu Pukesmas Jogoloyo, Pukesmas Mojoagung, dan Pukesmas Peterongan,
wilayah kerja Pukesmas Mojoagung merupakan Pukesmas dengan penemuan
kasus diare tertinggi setelah Pukesmas Jogoloyo yaitu 778 kasus. Salah satu upaya
untuk mencegah terjadinya diare adalah telah berjalan kegiatan sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM). Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara
sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare di Desa Kedunglumpang
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi
penelitian ini seluruh kepala keluarga yang sudah tersosialisasi STBM sebanyak
1.191 responden dengan teknik proposional random sampling didapatkan sampel
59 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi total
berbasis masyarakat. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian
Diare. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisa
data menggunakan uji Korelasi spearman rank (rho) dengan αlpa< 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah dari responden mempunyai
sanitasi total berbasis masyarakat dengan kriteria kurang yaitu 32 responden
(54,2%), sedangkan didapatkan setengah dari responden mengalami diare yaitu 31
responden (52,4%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Statistik spearman
rank (rho)didapatkan hasil p value =0,003 jika α = 0,05 maka p < α yang artinya
H1 diterima. Kesimpulan dalam penelitian ini, ada hubungan sanitasi total berbasis
masyarakat dengan kejadian diare.
Kata kunci : stbm, diare, keluarga
x
ABSTRACT
TOTAL SANITATION BASED COMMUNITY (STBM) WITH DIARRHEA INCIDENCE
(Study in Village Kedunglumpang, Mojoagung District, Jombang Regency)
ELSA PUTRI LAHUDIN
13.321.0020
Diarrhea is an endemic disease with a remarkable incidence in Indonesia that
can affect all age groups, Based on data from the district health office of jombang
Coverage of puskesmas with the discovery of the highest case of diarrhea namely
Puskesmas Jogoloyo, Pukesmas Mojoagung, and Pukesmas Peterongan,
Mojoagung Community Health Center is the Puskesmas with the highest
incidence of diarrhea after Pukesmas Jogoloyo is 778 cases. One effort to prevent
the occurrence of diarrhea is to have been running community-based total
sanitation activities. The purpose of this study to determine the relationship
between total community-based sanitation with the incidence of diarrhea in the
Village Kedunglumpang Mojoagung District Jombang Regency. This research design use cross sectional design. The population of this study
is the entire family head who has been socialized STBM As many as 1.191
respondents with proportional random sampling technique obtained a sample of
59 respondents. The independent variable in this research is total community
based sanitation. Dependent variable in this research is Diarrhea occurrence. In
this study the instrument used is a questionnaire. Data analysis using test
Spearman rank correlation (rho) with αlpa 0,05. The results showed that half of the respondents had total community based
sanitation with less criteria of 32 respondents (54,2%), Whereas obtained half of
respondents experienced diarrhea that is 31 respondents (52,4%). Result of
statistical test by using statistic test of spearman rank (rho) got result α = 0,003 if
p value = 0,05 then p <α which mean H1 accepted. Conclusion in this research, there is relation of Community-based total
sanitation with diarrhea.
Keywords: stbm, diarrhea, family
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ......................................................................................................... i
SAMPUL DALAM ........................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... v
RIWAYAH HIDUP ........................................................................................ vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan penelitian .............................................................................. 3
1.3.1 Tujuan umum ......................................................................... 3
1.3.2 Tujuan khusus ........................................................................ 4
1.4 Manfaat penelitian ............................................................................ 4
1.4.1 Teoritis ................................................................................... 4
1.4.2 Praktis .................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ...................................... 5
2.1.1 Pengertian .............................................................................. 5
2.1.2 Pilar ...................................................................................... 6
2.1.3 Tujuan ................................................................................... 17
xii
2.1.4 Manfaat ................................................................................. 18
2.1.5 Sasaran .................................................................................. 18
2.1.6 Prinsip .................................................................................. 18
2.1.7 Strategi .................................................................................. 19
2.1.8 Alur progam………………………………………………… 20
2.1.9 Faktor .................................................................................... .. 25
2.2 Konsep Perilaku ................................................................................. 26
2.2.1 Pengertian Perilaku………………………………………..... 26
2.2.2 Klasifikasi Perilaku ................................................................ 26
2.2.3 Bentuk Perilaku ...................................................................... 27
2.2.4 Tingkatan Perilaku ................................................................ 28
2.2.5 F aktor yang mempengaruhi Perilaku ................................... 28
2.2.6 Perubahan Perilaku................................................................. 29
2.3 Konsep Dasar Diare ......................................................................... 30
2.3.1 Pengertian ............................................................................... 30
2.3.2 Klasifikasi Diare .................................................................... 31
2.3.3 Etiologi Diare ......................................................................... 31
2.3.4 Tanda dan gejala diare .......................................................... 32
2.3.5 Patofisiologi Diare ................................................................. 33
2.3.6 Epidemiologi Diare ............................................................... 33
2.3.7 Penatalaksanaan Diare ......................................................... 34
2.3.8 Pencegahan Diare .................................................................. 35
2.3.9 Faktor Resiko Diare……………………………………... .... 36
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 42
3.2 Hipotesis ........................................................................................... 43
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan penelitian ......................................................................... 44
4.2 Waktu dan tempat penelitian ............................................................. 44
4.2.1 Waktu Penelitian ................................................................... 44
4.2.2 Tempat Penelitian ................................................................. 44
4.3 Populasi, sampel dan sampling ………………………………….… 45
4.3.1 Populasi .................................................................................. 45
xiii
4.3.2 Sampel ................................................................................... 45
4.3.3 Sampling ............................................................................... 46
4.4 Kerangka kerja (Frame Work) ........................................................... 46
4.5 Identifikasi variabel .......................................................................... 48
4.6 Definisi operasional ........................................................................... 48
4.7 Instrumen penelitian .......................................................................... 50
4.8 Teknik pengumpulan data ................................................................. 51
4.9 Pengolahan dan analisa data .............................................................. 52
4.9.1 Pengolahan Data..................................................................... 52
4.9.2 Analisa data ........................................................................... 54
4.10 Etika Penelitian .................................................................................. 56
4.10.1 Informed Consent ................................................................... 56
4.10.2 Anonimity (tanpa nama) ......................................................... 56
4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan) ................................................. 57
4.10.4 Keterbatasan penelitian…………………………………. . 57
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITI
5.1 Hasil………………………………………………………………… 59
5.2 Pembahasan………………………………………………………... 65
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 76
6.2 Saran .................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 78
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa
Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang 49
Tabel 5.1 Frekuensi responden berdasarkan usia di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017 60
Tabel 5.2 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017……………………….. 60
Tabel 5.3 Frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017……………………… 61
Tabel 5.4 Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017……………………… 61
Tabel 5.5 Frekuensi responden berdasarkan penghasilan per bulan di
Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017 62
Tabel 5.6 Frekuensi responden berdasarkan sumber informasi yang
didapat di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017……………. 62
Tabel 5.7 Frekuensi responden berdasarkan sanitasi total berbasis
masyarakat (stbm) di Desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017 63
Tabel 5.8 Frekuensi responden berdasarkan parameter sanitasi total
berbasis masyarakat (stbm) di Desa Kedunglumpang
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa 63
Timur 2017…………………………………………………
Tabel 5.9 Frekuensi responden berdasarkan kejadian diare di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017 64
xv
Tabel 5.10 Tabulasi silang hubungan sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM) dengan kejadian Diare di Desa Kedunglumpang
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa
Timur 2017 64
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
..
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa
Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang………….
42
47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian 80
Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi responden 81
Lampiran 3 : Kuiseoner Penelitian 82
Lampiran 4 : Lembar Kisi-Kisi Kuiseoner 85
Lampiran 5 : Rekapitulasi responden berdasarkan data umum 86
Lampiran 6 : Rekapitulasi hasil penelitian berdasarkan data khusus 88
Lampiran 7 : Uji validitas kuiseoner sanitasi total berbasis masyarakat 94
Lampiran 8 : Tabulasi hasil penelitian (progam spss) 99
Lampiran 9 : Dokumentasi penelitian 104
Lampiran 10 : Surat penelitian 107
Lampiran 11 :Pernyataan bebas plagiasi 115
xviii
DAFTAR SINGKATAN
STBM
SDG’s
ODF
BABS
CTPS
SPAL
TPS
PAMM-RT
WGO
LINTAS Diare
SPSS
PHBS
ASI
WHO
KLB
KK
: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
: Suntainable Development Goals
: Open Defecation Free
:Buang Air Besar Sembarangan Stop
:Cuci Tangan Pakai Sabun
: System Pembuangan Air Limbah
: Tempat Pembuangan Sampah
: Pengelolahan Air Minum Makanan Rumah Tangga
: World Gastroenterology Organisation
:Lima Langkah Tuntaskan Diare
: Statistical Program For Social Science
: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
: Air Susu Ibu
: Word Health Organization
: Kejadian Luar Biasa
:Kepala Keluarga
xix
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan lingkungan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat, salah satu masalah kesehatan lingkungan adalah sanitasi
yang buruk (Depkes, 2010). Perbaikan sanitasi termasuk dalam target perbaikan di
Indonesia untuk mencapai Suntainable Development Goals (SDG’s) tahun 2030,
saat ini masih menjadi kendala karena kurang kesadaran masyarakat akan sanitasi
lingkungan seperti masalah buang air besar sembarangan, pengolahan limbah
rumah tangga, pengolahan air bersih dan sampah (Kemenkes RI, 2015). Sanitasi
yang buruk dapat menyebabkan penyakit, salah satu penyakit yang disebabkan
oleh sanitasi lingkungan adalah diare, penyakit diare merupakan penyakit endemis
dengan kejadian luar biasa di Indonesia yang bisa menyerang seluruh kelompok
usia (Depkes, 2010).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000
IR penyakit Diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan di Indonesia
dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009
terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian
100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74
%.) (Kemenkes RI, 2011). Tahun 2014 jumlah diare yang ditemukan dan
1
2
ditangani di Kabupaten Jombang adalah 20.963 atau 79,6% menurun
dibandingkan tahun 2013 sebesar 26.445 kasus, angka kesakitan diare untuk
semua usia bersifat fluktuatif dari tahun 2010 hingga 2014, serta mengalami
puncaknya pada tahun 2011 (250/1000 penduduk), dan dapat dikendalikan
kembali pada tahun 2014 menjadi 170 per 1000 penduduk (Profil Dinkes
Jombang, 2012). Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten jombang cakupan
pukesmas dengan penemuan kasus diare tertinggi yaitu Pukesmas Jogoloyo,
Pukesmas Mojoagung, dan Pukesmas Peterongan, wilayah kerja Pukesmas
Mojoagung merupakan Pukesmas dengan penemuan kasus diare tertinggi nomer
dua setelah Pukesmas Jogoloyo yaitu sebesar 778 kasus (Profil Dinkes Jombang,
2016). Berdasarkan data pukesmas mojoagung didapatkan cakupan penderita
diare yang ditemukan di wilayah kerja pukesmas mojoagung pada 3 bulan terakhir
yaitu bulan februari sebesar 64 penderita, bulan maret sebesar 77 penderita, dan
bulan april sebesar 112 penderita. Penyakit diare dipengaruhi sanitasi yang kurang
data sanitasi total berbasis masyarakat kabupaten jombang tahun 2016 adalah dari
1,46 juta jiwa didapat 173,13 ribu jiwa masih Buang Air Besar Sembarangan dan
didapatkan akses sanitasi 86,90% dengan desa yang sudah ODF (Open Defecation
Free) adalah 65 desa, desa kedunglumpang merupakan desa dengan sanitasi paling
rendah di wilayah Kecamatan Mojoagung dengan jumlah akses sanitasi 58,27%
dengan masalah BABS (Buang Air Besar Sembarangan) sebesar 497 (Profil
STBM Kab.Jombang, 2016).
Penyakit diare berkaitan dengan kebersihan sanitasi dan perilaku hidup
bersih dan sehat (Profil dinkes Jombang, 2015). Penyakit diare lebih banyak
ditemukan di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan, serta lebih tinggi
3
ditemukan pada kelompok dengan pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani,
nelayan, dan buruh (Riskesdes, 2007). Kebiasaan dan pola hidup masyarakat
berpengaruh terhadap terjadinya diare diantaranya adalah pola hidup bersih dan
sehat, pola hidup bersih dan sehat dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu
kebiasaan cuci tangan, pola pembuangan sampah, kebiasaan buang air besar,
kondisi drainase dan sumber air minum (Dinkes Jombang, 2015).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan angka morbiditas
diare antara lain dengan melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang diare,
serta progam STBM (Dinkes Jombang, 2015). Progam sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dilakukan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan dalam pelaksanaanya
terdapat 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun,
pengolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah
tangga, dan pengamanan limbah cair rumah tangga (Kemenkes RI, 2015).
1.2. Rumusan masalah
Adakah hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan
kejadian Diare?
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengidentifikasi hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
dengan kejadian Diare di desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang.
4
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian
Diare di desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
2. Mengidentifikasi kejadian Diare di desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang.
3. Menganalisis hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan
kejadian Diare di desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi baru tentang ilmu keperawatan,
terutama keperawatan medikal bedah, komunitas, dan keluarga dalam progam
pelayanan kesehatan di masyarakat.
1.4.2 Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan menguatkan data bagi
Dinas Kesehatan dan Pukesmas dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan. Serta meningkatkan perilaku masyarakat akan
pentingnya sanitasi lingkungan yang baik untuk mencegah penyakit diare. Selain
itu dapat digunakan sebagai penambahan informasi bagi peneliti selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar sanitasi total berbasis masyarakat ( STBM )
2.1.1 Pengertian
Sanitasi dasar adalah sanitasi rumah tangga meliputi sarana buang air besar,
sarana pengelolahan sampah dan limbah rumah tangga (Kurikulum dan Modul
pelatihan STBM, 2014).
Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai
pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka menciptakan atau
meningkatkan kapasitas masyarakat, untuk memecahkan berbagai persoalan
terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan
(Kurikulum dan Modul pelatihan STBM, 2014).
Sanitasi total berbasis masyarakat merupakan pendekatan untuk merubah
perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan (Permenkes, 2014).
Progam STBM mempunyai indikator outcome dan output. Indikator outcome
yaitu menurunkan kejadian penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan
sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output yaitu setiap individu dan
komunitas akses terhadap sarana sanitasi dasar untuk mewujudkan ODF (Open
Defecation Free), setiap rumah tangga dapat menerapkan pengelolahan air minum
dan makanan yang aman, setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum
tersedia fasilitas cuci tangan sehingga semua orang dapat mencuci tangan dengan
benar, setiap rumah tangga mengelolah limbah dan sampah dengan benar
(Kurikulum dan Modul pelatihan STBM, 2014).
5
6
Progam sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dilakukan untuk
mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan cara pemicuan dalam pelaksanaanya terdapat 5 pilar yaitu stop buang air
besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolaan air minum dan makanan
rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, dan pengamanan limbah cair
rumah tangga (Kemenkes RI, 2015).
2.1.2 Pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
STBM terdapat lima pilar yakni:
1. Stop buang air besar sembarangan
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air guna
membersihkannya (Atikah proverawati & Eni Rahmawati, 2011).
Jenis – jenis jamban yang digunakan yaitu:
a. Jamban cemplung
Merupakan jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi
menyimpan tinja/kotoran kedalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar
lubang. Pada penggunaan jamban cemplung diharuskan terdapat penutup untuk
menghindari agar tidak berbau.
b. Jamban tangki septik/leher angsa
Merupakan jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa
tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.
7
Jamban harus dipelihara agar tetap sehat membersihkan jamban secara
teratur agar tidak ada kotoran yang terlihat, tidak terdapat serangga, dan tikus
yang berkeliaran dapat mencegah berbagai macam penyakit akibat lingkungan
yang kotor.
Syarat jamban sehat meliputi:
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara air minum dan lubang
penampungan minimal 10 meter).
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah sekitar.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat untuk membersihkannya (Atikah proverawati &
Eni Rahmawati, 2011).
Perilaku buang air besar sembarangan diikuti dengan pemanfaatan sarana
sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas
sanitasi yang memenuhi standard dan persyaratan kesehatan yaitu tidak
mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan – bahan yang berbahaya
bagi manusia akibat dari pembuangan kotoran manusia dan dan mencegah vektor
pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan disekitarnya.
Jamban sehat efektif untuk memutus penularan penyakit, dan harus dibangun,
8
dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan yang mudah
dijangkaum (Permenkes, 2014).
Beberapa standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari:
a. Bangunan atas jamban (dinding atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari
gangguan cuaca atau gangguan lainnya.
b. Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 bagian bangunan tengah jamban yaitu lubang tempat pembuangan
kotoran/tinja yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa, pada konstruksi
sederhana (semi saniter) lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa tetapi
harus diberi tutup. Dan lantai jamban terbuat dari bahan yang kedap air serta tidak
licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke system pembuangan
air limbah (SPAL).
c. Bangunan bawah jamban
Terdapat dua macam bentuk bangunan bawah jamban yang pertama tangki
septik adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah
kotoran manusia, bagian padat akan tertinggal dalam tangki septik dan bagian cair
akan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Kedua yaitu cubluk merupakan
lubang galian yang akan menampung limbah kotoran baik padat maupun cair yang
msuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah kedalam tanah dengan
tidak mencemari tanah, sedangkan bagian padat dari limbah akan diuraikan secara
biologis (Permenkes, 2014).
9
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang
menempel pada tangan, cuci tangan harus dilakukan dengan air yang bersih dan
sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung bakteri penyebab penyakit,
maka dengan sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman yang
tertinggal pada tangan (Atikah proverawati & Eni Rahmawati, 2011). Tujuan dari
mencuci tangan merupakan salah satu unsur pencegahan infeksi (Depkes, 2007).
Sarana yang tidak memenuhi syarat saat melakukan CTPS adalah:
a. Mencuci tangan didalam wadah kecil atau kobokan dengan jeruk seperti
dirumah makan.
b. Mencuci tangan secara langsung didalam baskom tanpa menggunakan
gayung dan sudah dipakai berkali – kali oleh beberapa orang.
c. Mencuci tangan setelah makan hanya dengan menggunakan sebaskom air
dan jeruk nipis untuk memberikan rasa segar.
d. Sarana cuci tangan tidak terdapat aliran limbah sehingga menyebabkan
genangan ditanah.
e. Sarana cuci tangan jauh dari jamban sehingga membuat orang lupa akan
caranya cuci tangan (Katalog CTPS, 2008).
CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
bersih yang mengalir.
a. Langkah – langkah CTPS yang benar:
1) Tuangkan cairan sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2) Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian.
10
3) Gosok sela – sela jari tangan hingga bersih.
4) Bersihkan kedua jari dengan bergantian dengan cara saling mengunci.
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok bergantian
(Permenkes, 2014)
b. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan
1) Sebelum makan.
2) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan.
3) Sebelum menyusui.
4) Sebelum memberi makan bayi/balita.
5) Sedudah buang air besar/kecil.
6) Sesudah memegang hewan/unggas (Permenkes, 2014).
c. Kriteria utama CTPS
1) Air bersih yang dapat dialirkan.
2) Sabun.
3) Penampungan atau saluran air limbah yang aman (Permenkes, 2014).
3. Pengelolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM – RT)
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, Air
digunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada
di sekitar rumah. Penyakit yang menyerang manusia dapat disebarkan melalui air
sehingga menyebabkan wabah dimana – mana (Mubarak, 2009). Air harus
dikelolah terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga memenuhi syarat – syarat
kesehatan untuk air minum dan keperluaan rumah tangga, pengolahan air
bertujuan untuk memenuhi syarat fisik, biologis, dan kimiawi (Dainur, 1995).
11
PAMM – RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan
pemanfaatan air minum, dan pengolahan makanan yang aman di rumah tangga
(Permenkes, 2014).
Tahapan kegiatan PAMM – RT meliputi:
a. Pengelohan air minum rumah tangga
1) Pengolahan air baku jika keruh meliputi:
a) Dilakukan pengendapan dengan gravitasi alami.
b) Dilakukan penyaringan dengan kain.
c) Dilakukan pengendapan dengan tawas atau bahan kimia.
2) Pengolahan air untuk minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan
air dengan kualitas air minum yang baik sehingga terhindar dari kuman
penyebab penyakit meliputi:
a) Filtrasi (penyaringan) contohnya biosand filter dan keramik filter.
b) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan) contohnya bubuk koagulan.
c) Klorinasi contohnya klorin cair dan klorin tablet.
d) Desinfeksi contohnya dengan cara merebus, sodis (solar water disinfection).
3) Wadah Penyimpanan Air Minum
Setelah pengelolahan air minum langkah selanjutnya adalah penyimpanan air
minum untuk keperluan sehari – hari dengan cara:
a) Wadah tertutup, berleher sempit, dan dilengkapi dengan kran.
b) Air minum disimpan diwadah tempat pengolahannya.
c) Air yang sudah dikelolah sebaiknya disimpan ditempat yang bersih dan
selalu tertutup rapat.
12
d) Letakkan wadah air minum ditempat yang bersih dan terjangkau oleh
binatang.
e) Wadah air minum selalu dicuci setelah 3 hari ataupun saat air habis dan
sebaiknya menggunakan air yang sudah di olah pada bilasan terakhir.
f) Pada saat minum menggunakan gelas yang bersih dan kering bukan
langsung minum air mengenai mulut.
4) Hal penting yang harus diperhatikan dalam PAMM – RT
a) Mencuci tangan sebelum mengelolah air minum dan makanan.
b) Mengolah air minum sesuai kebutuhan sehari – hari.
c) Tidak mencelupkan tangan kedalam air minum yang sudah masak.
d) Secara periodik lakukan pengecekan air minum guna pengujian
laboratorium (Permenkes, 2014).
b. Pengelolahan makanan rumah tangga
Makanan harus dikelolah dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan
gangguan kesehatan bagi tubuh, pengelolahan makanan yang baik yaitu dengan
menerapkan prinsip hygiene dan sanitasi makanan (Permenkes, 2014).
Pengelolahan makanan ditujukan kepada segala kemungkinan pencemaran
makanan oleh bahan – bahan, mikroorganisme, parasite, dan yang disebabkan
oleh berbagai pembawa (karier) dan perantara (vektor) penyakit (Dainur, 1995).
Sanitasi makanan adalah upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan
makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia
(Mubarak & Nurul Chayatin, 2009).
13
Prinsip hygiene sanitasi makanan meliputi:
1) Pemilihan bahan makanan
Bahan makanan harus dipilih dengan memperhatikan mutu dan kualitas
makanan serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan yang tidak
dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak, tidak berjamur,
tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan dan tidak
kedaluarsa.
2) Penyimpanan bahan makanan
Menyimpan bahan makanan harus memperhatikan cara penyimpanan, tempat
penyimpanan, waktu penyimpanan, serta suhu penyimpanan. Pada saat
penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh
bakteri, serangga, tikus dan hewan lain yang dapat membawa penyakit serta
terhindar dari bahan beracun.
3) Pengelolahan makanan
Syarat hygiene dan sanitasi makanan yang dapat mempengaruhi pengolahan
makanan meliputi:
a) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan
hygiene dan sanitasi untuk mencegah terjadinya resiko pencemaran
makanan, adanya serangga, pengerat serta vektor yang dapat mencemari
makanan.
b) Peralatan harus tara pangan (food grade) yaitu tidak berbahay bagi
kesehatan meliputi lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam
asam/basa, tidak berbahaya dan beracun, tidak retak, tidak mengelupas,
serta mudah dibersihkan.
14
c) Bahan makanan dikelolah sesuai dengan kebutuhan serta bebas dari
cemaran fisik, bakteriologis, dankimia.
d) Seseorang yang mengelolah makanan berbadan sehat dan berperilaku hidup
bersih dan sehat serta tidak menderita penyakit yang menular.
4) Penyimpanan makanan matang
Penyimpanan makanan yang sudah matang harus memperhatikan suhu,
wadah, tempat penyimpanan serta lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu
yang tepat dapat mempengaruhi kondisi dan kualitas makanan.
5) Pengangkutan makanan
Cara mengangkut makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi agar
makanan tidak tercemar dan rusak serta terkontaminasi. Misalnya, mengangkut
daging dengan menggunakan alat pendingin.
6) Penyajian makanan
Penyajian makanan harus memperhatikan beberapa hal yaitu waktu
penyajian, tempat penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya
waktu tunggu makanan dari saat mengelolah menjadi makanan matang sampai
dengan disajikan serta dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 jam dan harus segera
dihangatkan kembali terutama makanan dengan kandungan protein yang tinggi
(Permenkes, 2014).
4. Pengamanan sampah rumah tangga
Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
mengakibatkan tempat perkembangbiakan penyakit serta sarang bagi serangga
dan tikus, dapat menjadi sumber pengotoran tanah, sumber pencemaran air, serta
15
sumber dari kuman yang dapat membahayakan kesehatan (Mubarak & Nurul
Chayatin, 2009).
Tujuan pengamanan sampah rumah tangga adalah untuk menghindari
penyimpanan sampah dalam rumah agar segera ditangani (Permenkes, 2014).
Pengamanan sampah yang aman adalah dengan cara pengumpulan, pengangkutan,
pengelolahan dan pemusnahan sampahdengan cara tidak membahayakan
kesehatan masyarakat maupun lingkungan (Permenkes, 2014).
Tahapan pengamanan sampah rumah tangga:
a. Peralatan teknis tempat pengumpulan sampah
1) Kontruksi harus baik, terbuat dari bahan kedap air da nada
penutupnya.
2) Volume bak mampu menampung sampah hingga 3 hari.
3) Tidak berbau ke perumahan terdekat.
4) Tidak ada sampah berserakan disekitar bak sampah.
5) Tidak diletakkan pada daerah banjir.
6) Penempatan terletak pada daerah yang mudah dijangkau
(Mubarak & Nurul Chayatin, 2009).
b. Prinsip dalam pengamanan sampah adalah:
1) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang
yang tidak dibutuhkan misalnya dengan mengurangi pemakaian kantong
plastik, mengatur dan merencakan kebutuhan rumah tangga dengan rutin,
mengutamakan membeli produk berwadah sehingga dapat diisi ulang,
memperbaiki barang yang rusak dan membeli produk yang tahan lama.
16
2) Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak dipakai tanpa merubah
bentuk, contohnya dengan cara memanfaatkan Sampah rumah tangga seperti
koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun dapat dimanfaatkan
sebagai tempat menyimpan tusuk gigi, dan perhiasan atau menggunakan
kembali kantong belanja untuk digunakan untuk wadah belanja berikutnya.
3) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru,
contohnya sampah organik dapat dimanfaat sebagai pembuatan kompos,
mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, dan
sampah yang sudah di pilah dapat disetorkan ke bank sampah (Permenkes,
2014).
c. Kegiatan pengamanan sampah rumah tangga dapat dilakukan dengan cara:
1) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari.
2) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan sifat sampah.
3) Pemilahan dilakukan pada sampah organik dan anorganik.
4) Pengumpulan sampah dilakukan dengan pengambilan dan pemindahan
sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sampah sementara.
5) Sampah yang sudah dikumpulkan ke tempat penampungan sementara di
angkut ke tempat pemrosesan terakhir (Permenkes, 2014).
5. Pengamanan limbah cair rumah tangga
Air limbah merupakan sisa dari suatu usaha atau kegiatan dalam bentuk cair,
air limbah dapat berasal dari rumah tangga maupun industri yang terdiri atas tiga
faktor yaitu tinja, urin, dan grey water yaitu air bekas pengolahan sisa rumah
tangga (Mubarak & Nurul Chayatin, 2009). Tujuan dari pengaman limbah cair
17
rumah tangga adalah untuk menghindari genangan air limbah yang dapat
menyebabkan penyakit berbasis lingkungan (Permenkes, 2014).
Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urin disalurkan ke tangki
septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Sedangkan limbah cair rumah
tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari sisa buangan dapur, kamar
mandi, dan saran cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah
(Permenkes, 2014).
a. Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah:
1) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air limbah
dari jamban.
2) Tidak menyebabkan bau.
3) Tidak menyebabkan vektor.
4) Tidak terdapat genangan sehingga menyebabkan lantai licin.
5) Terhubung dengan saluran limbah umum atau got maupun sumur resapan
(Permenkes, 2014).
b. Dampak buruk air limbah adalah:
1) Gangguan kesehatan.
2) Penurunan kualitas lingkungan.
3) Gangguan terhadap keindahan.
4) Gangguan terhadap kerusakan benda (Mubarak & Nurul Chayatin,
2009). 2.1.3 Tujuan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Mewujudkan perilaku masyarakat yang higyene dan saniter secara mandiri
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi –
tingginya (Kemenkes RI, 2014).
18
2.1.4 Manfaat STBM
Adanya 5 pilar STBM membantu masyarakat untuk mencapai tingkat
hygiene yang paripurna sehingga akan menghindarkan mereka dari kesakitan dan
kematian akibat sanitasi yang tidak sehat (Modul pelatihan STBM, 2013).
2.1.5 Sasaran STBM
1. Semua masyarakat yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar STBM.
2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi
syarat kesehatan (Permenkes, 2014).
2.1.6 Prinsip STBM
1. Tanpa subsidi
Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau pihak lain untuk
menyediakan sarana sanitasi dasarnya, penyediaan sanitasi dasar merupakan
tanggung jawab masyarakat.
2. Masyarakat sebagai pemimpin
Inisiatif pembangunan sanitasi berasal dari masyarakat, fasilitator sanitasi
hanya membantu memberikan masukan dan solusi kepada masyarakat untuk
meningkatkan akses sanitasi. Semua kegiatan maupun pembangunan sarana
sanitasi dibuat oleh masyarakat sendiri.
3. Tidak memaksa
STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan cara memaksa
mereka untuk mempraktekan budaya hygiene dan sanitasi.
19
2.1.7 Strategi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Strategi dalam pelaksanaan STBM meliputi beberapa komponen yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu:
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif
Komponen ini meliputi advokasi kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan
pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk
melembagakan progam pembangunan sanitasi pedesaan yang diharapkan akan
menghasilkan:
a. Komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan sumber daya untuk
melaksanakan progam STBM yang dinyatakan dalam surat kepemimpinan.
b. Kebijakan daerah dan peraturan daerah tentang sanitasi seperti keputusan
Bupati, peraturan Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), serta Rencana Strategi (Renstra).
c. Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengutamakan sector sanitasi yang
menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber
daya dari pemerintah maupun non pemerintah.
d. Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan progam peningkatan fasilitas.
2. Peningkatan kebutuan sanitasi
Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis
untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higenis dan saniter berupa:
a. Pemicuan perubahan perilaku.
b. Promosi dan kampanye perubahan perilaku hygiene dan sanitasi.
c. Penyampaian pesan melalui media komunikasi.
d. Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku.
20
e. Memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat dan mengembangkan
mekanisme penghargaan terhadap masyarakat maupun institusi.
3. Peningkatan penyediaan akses sanitasi
Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk
meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan
sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi
pedesaan yaitu:
a. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan
terjangkau.
b. Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi pedesaan dan
mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.
4. Pengelolahan pengetahuan
Pengelolahan pengetahuan, pembelajaran, pengalaman, hasil riset agar pihak
yang berkepentingan memiliki akses yang murah, cepat, dan mudah.
Sinergi sumber daya untuk mendukung dan menguatkan pendekatan STBM
dengan focus non subsidi untuk membangun sarana individu.
6. Pemantauan dan evaluasi
Agar dapat mengukur perubahan dalam pencapaian progam dan
mengidentifikasi pembelajaran yang dipetik selama perubahan.(Permenkes, 2014).
2.1.8 Alur Progam
1. Pelaku Pemicuan
a. Tim Fasilitator STBM Desa/kelurahan yang terdiri dari sedikitnya
relawan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa,
21
dapat dibantu oleh orang lain yang berasal dari dalam ataupun dari luar
Desa tersebut
b. Bidan desa, diharapkan akan berperan sebagai pendamping, terutama
ketika ada pertanyaan masyarakat terkait medis, dan pendampingan
lanjutan serta pemantauan dan evaluasi
c. Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah kelembagaan yang
ada di masyarakat yang akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi,
pemicuan, pelaksanaan pembangunan, pengumpulan alternatif pendanaan
sampai dengan pemantauan dan evaluasi
d. Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta
dalam kegiatan pemicuan di desa,
e. Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa
untuk keberlanjutan STBM (Permenkes, 2014).
2. Langkah-langkah Pemicuan
Proses Pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertentu, dengan lama
waktu Pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk menghindari informasi yang terlalu
banyak dan dapat membuat bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang
sampai sejumlah orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah orang yang
tergerak dengan spontan dan menyatakan untuk merubah perilaku. Biasanya sang
pelopor ini disebut dengan natural leader.
a. Pengantar pertemuan
1) Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan membangun
hubungan setara dengan masyarakat yang akan dipicu.
2) Menjelaskan tujuan keberadaan kader dan atau fasilitator.
22
3) Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan
minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dengan jujur.
4) Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan untuk
memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain),
melainkan untuk belajar.
b. Pencairan suasana
1) Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrab antara
fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan terbuka untuk
menceritakan apa yang terjadi.
c. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi
1) Fasilitator dan/atau kader dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya
“Siapa yang melihat atau mencium bau kotoran manusia pada hari ini?”
“Siapa saja yang BAB ditempat terbuka pada hari ini?”
d. Pemetaan sanitasi
1) Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang
dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan lokasi rumah, sumber daya
yang tersedia dan permasalahan sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu
terjadinya diskusi dan dilakukan di ruangan terbuka yang cukup lapang.
2) Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi( daun, batu, batang
kayu, dan lain-lain) untuk membuat peta.
3) Memulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa,
lokasi Pemicuan, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk
23
(tandai mana yang punya dan yang tidak punya jamban, sarana cuci
tangan, tempat pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah tangga).
4) Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk membuang
tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis
dari lokasi pembuangan ke rumah tangga.
5) Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan cara meminta peserta
untuk berdiri berkelompok sesuai denga dusun/RT. Minta mereka
mendiskusikan dusun/RT mana yang paling kotor? Mana yang nomor 2
kotor dan seterusnya.
e. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)
1) Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan
pengamatan, bertanya dan mendengar.
2) Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga
dan kunjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan,
tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah cair.
3) Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja, sampah, limbah
cair rumah tangga dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.
f. Diskusi
1) Alur kontaminasi
a) Menanyangkan gambar-gambar yang menunjukkan alur kontaminasi
penyakit
b) Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di
makanan anda? Di piring anda? Di wajah dan bibir anak kita?
c) Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama makanan kita?
24
d) Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan
kotorannya sebagai akibat dari BAB di sembarang tempat?
e) Fasililator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan mereka
berfikir dan ingatkan kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada
akhir proses analisis.
2) Simulasi air yang terkontaminasi
a) Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang
anggota masyarakat untuk minum air tersebut. Lanjutkan ke yang
lainnya, sampai mereka yakin bahwa air tersebut memang layak
diminum.
b) Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian
tempelkan rambut tersebut ke tinja yang ada di sekitar kita, celupkan
rambut ke air yang tadi diminum oleh peserta.
c) Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang
telah diberi dicelup rambut bertinja.
d) Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan:
Kenapa tidak yang ada berani minum?
e) Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa
lalat mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa
mengangkut tinja lebih banyak dari rambut yang dicelupkan ke air
tadi?
g. Menyusun rencana program sanitasi
1) Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah, dorong
mereka untuk mengadakan pertemuan untuk membuat rencana aksi.
25
2) Pada saat Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul
menjadi natural leader.
3) Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok,
memicu orang lain untuk mengubah perilaku.
4) Tindak lanjut setelah Pemicuan merupakan hal penting yang harus
dilakukan, untuk menjamin keberlangsungan perubahan perilaku serta
peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus menerus.
5) Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana aksi dan perubahan perilaku terus berlanjut.
6) Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal pilar 1),
masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang
papan pengumuman.
7) Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula,
masyarakat perlu membuat aturan lokal, contohnya denda bagi
anggota masyarakat yang masih BAB di tempat terbuka.
8) Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan perilaku
higiene dan sanitasi sampai tercapai Sanitasi Total (Permenkes, 2014).
1. Faktor Lingkungan
2. Faktor sumber daya manusia
3. Regulasi
4. IPTEK
5. Pendanaan (Teguh Priatno dkk, 2014)
26
2.2 Konsep teori perilaku
2.2.1 Pengertian
Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan
lingkungannya, baik yang diamati secara langsung ataupun yang diamati secara
tidak langsung (Notoatmodjo, 2012).
2.2.2 Klasifikasi
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan
Perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit,
perilaku pemeliharaan kesehatan dikelompokan menjadi 3 aspek yaitu perilaku
pencegahan penyakit, perilaku peningkatan kesehatan, perilaku pemeliharaan gizi.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas kesehatan
Perilaku ini menyangkut tindakan dan upaya seseorang saat menderita
penyakit, tindakan dan perilaku dimulai dari mengobati sendiri (self treatment)
sampai mencari pengobatan ke Negara lain.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Respon seseorang terhadap lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang
ahli Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan meliputi:
a. Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku
ini mencakup antara lain:
27
1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
2) Olahraga teratur
3) Tidak merokok
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5) Istirahat yang cukup
6) Mengendalikan sters
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif, misalnya tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan dan
sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior) merupakan perilaku yang mencakup respon
seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi terhadap sakit, penyebab dan
gejala serta pengobatan penyakit.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) peran pencakup hak orang sakit
dan kewajiban orang sakit. Perilaku ini meliputi tindakan untuk memperoleh
penyembuhan, mengetahui fasilitas dan sarana pelayan sebagai penyembuhan
penyakit (Notoatmodjo, 2007).
2.2.3 Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon stimulus perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup,
respond dan reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut.
28
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang terbuka dan
nyata, respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik yang dapat di amati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).
2.2.4 Tingkatan Perilaku
Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai bentangan yang
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah, dan domain perilaku, yakni kognitif
(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psycomothor). Kemudian oleh
ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta
(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau pericipta, perirasa, dan
peritindak.
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi perilaku
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal - hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan
pelayanan kesehatan, keterjangkauan petugas kesehatan, dan keterpaparan
informasi. Informasi yang diterima individu dapat menyebabkan perubahan sikap
maupun perilaku pada diri individu tersebut (Sunaryo, 2009). Menurut
Notoatmodjo (2008), menyatakan bahwa sumber informasi adalah segala sesuatu
29
yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, media informasi untuk
komunikasi massa. Sumber informasi dapat diperoleh melalui media cetak (surat
kabar, majalah), media elektronik (Televisi, radio, internet) dan melalui kegiatan
tenaga kesehatan seperti pelatihan yang diadakan (Dokter, Perawat, Bidan).
Sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air
bersih, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti:puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya.
3. Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Menurut Bloom derajat kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat dipengaruhi
oleh empat hal, yaitu: lingkungan, kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan
genetika. Dari keempat faktor tersebut, perilaku merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
2.2.6 Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota
masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
30
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek. Didalam melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh
kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau
program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi
adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan
sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut.
3. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
masyarakat,maka yang sering terjadi adalah sebagian orang yang sangat cepat
untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya),dan
sebagian orang lain sangat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.Hal
ini di sebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to
change) yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Konsep dasar diare
2.3.1 Pengertian
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3kali/hari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja disertai darah
atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air dan
frekuensinya lebih sering dalam satu hari (Kemenkes RI, 2011).
31
2.3.2 Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya diare dibagi menjadi:
1. Diare akut
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari akibatnya adalah
dehidrasi sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian karena diare.
2. Disentri
Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan, dan kemungkinan terjadi komplikasi pada
mukosa.
3. Diare persisten
Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-
menerus akibatnya adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolism
(Depkes, 2009).
2.3.3 Etiologi
Secara klinis penyebab penyakit diare dikelompokkan menjadi 6 yaitu:
1. Infeksi
Diare karena infeksi disebabkan karena bakteri, virus, parasit. Menurut WGO
(World Gastroenterology Organisation) agen penyebab dari diare adalah :
a. Bakteri (Bacterial Agents) Diarrheagenic
Escherichia coli, Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae O1, V.cholerae O139,
Shigella species, V. parahaemolyticus, Bacteroides fragilis, C.coli, C. upsaliensis,
Nontyphoidal Salmonellae, Clostridium difficile, Yersinia enterocolitica, Y.
pseudotuberculosis.
32
b. Virus (Viral Agents)
Rotavirus, Human caliciviruses (HuCVs), Adenovirus (serotype 40/41),
Astrovirus, Cytomegalovirus.
c. Parasit (Parasitic Agents)
Termasuk agent yang paling sedikit menyababkan diare pada manusia. Agen
parasit yang menyebabkan diare diantaranya yaitu Protozoa (Cryptosporidium
parvum, Giardia intestinalis, Microsporida, Entamoeba histolytica, Isospora
belli, Cyclospora cayetanensis, Dientamoeba fragilis, Blastocystis hominis,
Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis, Entamoeba histolytica, and
Cyclospora cayetanensis dan Helminths (Strongyloides stercoralis,
Angiostrongylus costaricensis, Schistosoma mansoni, S.japonicum).
2. Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein.
3. Alergi : makanan, susu sapi.
4. Keracunan dan Imunodefisiensi : AIDS (Depkes RI, 2011).
2.3.4 Tanda dan Gejala
1. Konsistensi tinja encer, berlendir, atau berdarah.
2. Lecet pada anus.
3. Gangguan gizi akibat intake kurang.
4. Muntah sebelum dan sesudah diare.
5. Hipoglikemia (penurunan kdar gula darah).
6. Dehidrasi (Widjaja, 2000).
33
2.3.5 Patofisiologi
Sebagai akibat diare dapat terjadi:
1. Dehidrasi terjadi karena output lebih banyak dari pada input dalam tubuh.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik).
3. Hipoglikemia.
4. Gangguan gizi dan Gangguan sirkulasin (Nursalam, 2005).
2.3.6 Epidemiologi
Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut:
1. Penyebaran kuman penyebab diare
Kuman penyebab diare menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan dan minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja
penderita, beberapa perilaku juga dapat menyebabkan penyebaran bakteri
penyebab diare antara lain menyimpan makanan masak pada suhu kamar, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, tidak mencuci tangan sebelum makan,
tidak membuang tinja dengan benar, menggunakan air yang tercemar.
2. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan, beberapa faktor
yang mempengaruhi diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini berkaitan dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku yang tidak
sehat pula yaitu makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian diare
(Depkes RI, 2005).
34
2.3.7 Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang terdiri dari:
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl),
kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit
diberikan untuk mengganti cairan dalam tubuh yang hilang saat diare.
2. Berikan Zinc selama 10 hari berturut – turut
Zinc dalam tubuh akan menurun dalam jumlah yang besar saat mengalami
diare, pemberian zinc mampu menggantikan zinc alami yang hilang dalam tubuh
karena diare. Zinc juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mencegah
tertularnya diare kembali.
3. Teruskan ASI dan pemberian makanan
Pemberian makanan pada penderita diare adalah untuk memperbaiki status
gizi pada penderita terutama pada anak agar kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Teruskan pemberian ASI untuk penderita diare pada
bayi karena dapat memperbaiki system imun bayi untuk mencegah terjadinya
diare ulang.
4. Berikan antibiotik secara selektif
Pemberian antibiotik pada penderita diare hanya diberikan sesuai indikasi
seperti diare berdarah atau diare karena kolera atau diare disertai penyakit lain.
Karena pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat membunuh flora normal yang
justru sangat dibutuhkan oleh tubuh. Pemberian antibiotik hanya boleh diberikan
berdasarkan resep dokter.
35
5. Berikan nasihat pada ibu
Berikan nasihat pada ibu atau keluarga tentang cara pemberian oralit, zinc
dan tanda – tanda untuk segera membawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk
memberikan pengobatan segera ( Saku lintas diare, 2011).
2.3.8 Pencegahan
Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan
diare. Salah satu pencegahan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat (Hari Wibowo, 2012). Beberapa hal yang
berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat adalah:
1. Pemberian ASI
Diare mudah terserang pada bayi untuk mencegah terjadinya diare maka
dilakukan pemberian ASI, ASI merupakan makanan yang penting bagi bayi,
komponen zat yang tersedia mudah diserap dan dicerna optimal oleh bayi, ASI
cukup menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 4 – 6 bulan, kandungan anti bodi
yang baik dalam ASI dapat mencegah terjadinya diare pada bayi.
2. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal oral,
kuman tersebut masuk melalui makanan dan minuman atau benda yang tercemar
oleh tinja, misalnya melalui jari – jari tangan, tempat makanan yang di cuci
dengan air tercemar. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare
yaitu dengan menggunakan air bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan air di rumah.
36
3. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan diri yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan
mempunyai dampak dalam kejadian diare.
4. Menggunakan jamban sehat
Penggunaan jamban sangat berpengaruh besar terhadap penurunan resiko
penyakit diare. Keluarga harus mempunyai jamban yang sehat dan semua anggota
keluarga hanya buang air besar di jamban tersebut untuk menghindari penyebaran
bakteri penyebab diare jika menggunakan jamban umum/jamban bersama.
5. Sarana pembuangan air limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelolah
agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah
yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan bau, mengganggu estetika serta
dapat menyebabkan tempat berkembangbiaknya penyakit. Sarana pembuangan air
limbah harus dibersihkan secara rutin agar limbah dapat mengalir sehingga tidak
menjadi berkembangbiakan penyakit (Hari wibowo, 2012).
2.3.9 Faktor resiko diare
1. Faktor intrinsik.
a. Umur dan Jenis Kelamin
Diare tersebar pada semua kelompok usia dengan prevalensi tertinggi pada
anak balita (1-4 tahun) yaitu 16% sedangkan menurut jenis kelamin lelaki dan
37
perempuan evalensi sama yaitu 8,9% pada lelaki dan 9,1% pada perempuan
(Riskesdas, 2011).
b. Infeksi saluran cerna
Infeksi saluran pencernaan sangat berpengaruh terhadap penyakit diare.
Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh infeksi Escheria Coli pada saluran
cerna sehingga menyebabkan diare.
c. Imunodefisiensi
Sekumpulan keadaan yang berlainan dimana imun atau kekebalan tubuh
tidak berfungsi secara adekuat sehingga infeksi dapat mudah terjadi. d. Status gizi
Status gizi berpengaruh terhadap diare, pada anak yang kurang gizi karena
pemberian makanan yang kurang maka episode diare akut akan lebih berat.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan,
lingkungan yang tidak sehat karena tercemar kuman diare maka dapat
menyebabkan kejadian diare, masalah kesehatan lingkungan antara lain:
1) Sarana air bersih
Masalah kesehatan lingkungan sarana air bersih perlu diperhatikan dengan
baik karena menyangkut sumber air minum yang dikonsumsi sehari-hari. Apabila
sumber air minum yang di konsumsi keluarga tidak sehat maka seluruh anggota
keluarga akan menghadapi masalah kesehatan atau penyakit
.
38
2) Pembuangan kotoran manusia
Jamban sehat merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutuskan mata rantai penyakit seperti penyakit diare. Jamban keluarga sehat
adalah jamban yang memenuhi syarat seperti tidak mencemari sumber air minum,
tidak berbau dan tinja tidak di jamah oleh serangga atau tikus, cukup luas dan
landai kearah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah disekitarnya,
mudah dibersihkan dan aman penggunaannya, cukup penerangan, ventilasi cukup,
dan tersedia air dan alat bersih.
3) Sampah
Sampah merupakan hasil kegiatan manusia yang sudah tidak digunakan lagi
sebagai sisa kegiatan sehari – hari manusia ataupun proses alam yang berbentuk
padat. Apabila sampah tidak dikelolah dengan baik, maka akan memberikan
pengaruh besar terhadap kesehatan. Pengaruh tersebut dapat secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung disebabkan oleh kontak
langsung antara manusia dengan sampah misalnya sampah beracun, sampah
karsinogenik, sampah yang korosif terhadap tubuh, dan sampah teratogenik.
sedangkan pengaruh tidak langsung disebabkan oleh adanya vector penyebab
penyakit yang berkembangbiak di dalam sampah pada manusia, jika sampah
ditimbun sembarangan dapat dijadikan sarang oleh lalat, tikus dan nyamuk. Lalat
merupakan vektor dari penyakit system pencernaan seperti diare, typhus,dan
cholera.
4) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
Air limbah merupakan sisa air yang dibuang berasal dari buangan sisa rumah
tangga, industri maupun tempat umum lainnya. Air limbah mengandung bahan
39
atau zat tertentu yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu
lingkungan hidup lainnya, jika tidak dikelolah dengan baik akan menyebabkan
berbagai macam penyakit.
5) Perumahan
Rumah sehat merupakan tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau
ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi
keluarga dari bahaya atau gangguan kesehatan sehingga memungkinkan keluargaa
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Kondisi rumah dan lingkungan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan
berbagai macam penyakit. Adapun fasilitas rumah sehat meliputi penyediaan air
bersih, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, fasilitas
dapur dan ruang berkumpul keluarga.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup atau
perilaku keluarga dalam menjaga seluruh anggota keluarganya agar tidak
terserang diare dengan melakukan penimbangan balita secara rutin, makan dengan
gizi seimbang, keluarga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari – hari,
mempunyai jamban yang memenuhi syarat, mengkonsumsi air minum yang sehat,
mencuci peralatan masak menggunakan sabun. c. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
maka makin mudah untuk menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi
seseorang akan cenderung untuk medapatkan informasi baik dari orang lain
maupun media masa. Diare cenderung lebih tinggi terjadi pada kelompok dengan
40
pendidikan rendah yaitu tidak sekolah (10,4%) dan tidak tamat SD (9,3%)
sedangkan untuk kelompok pendidikan tinggi 5,7% (Riskesdas, 2007). d.
Pengetahuan
Semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula
pengetahuan yang didapatkan tentang diare. Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang tinggi akan
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi, namun seseorang dengan pendidikan
rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah. Pengetahuan ibu akan berpengaruh
dalam penanganan diare dirumah, karena bila pengetahuannya baik maka ibu akan
mengetahui cara merawat anak sakit diare dirumah, terutama tentang upaya
rehidrasi oral dan tentang tanda – tanda untuk segera membawa anak berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat.
e. Sikap
Sikap berpengaruh terhadap penatalaksanaan diare dirumah, misalnya
tindakan ibu dengan penghentian ASI terlalu dini, pemberian susu botol yang
kurang bersih akan mengakibatkan diare pada anak. Sikap ibu dalam mengatasi
diare pada anak seperti tanda – tanda anak harus segera dibawa ke pelayanan
kesehatan, keadaan anak tidak bertambah baik, anak demam, jika anak tidak mau
makan atau minum dengan baik, anak buang air besar disertai darah. Sikap ibu
yang baik akan mendukung kesembuhan anak yang menderita diare. f. Pekerjaan
Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok tidak bekerja (8,7%) dan
bekerja sebagai petani/buruh/nelayan (8,7%) sedangkan untuk kelompok dengan
pekerjaan sebagai pegawai sebesar 5,6% (Riskesdas, 2007).
41
g. Sosial ekonomi
Penyakit diare sering terjadi pada keluarga dengan status social ekonomi
rendah karena kondisi rumah yang kurang baik, tidak mempunyai sarana air
bersih, tidak adanya kamar mandi dan jamban sehat, pengolahan makanan yang
kurang akan lebih beresiko terhadap pencegahan diare (Ayu putri ariani, 2016).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
Faktor mempengaruhi
sanitasi total berbasis
masyarakat:
1. Faktor Lingkungan
Sanitasi total
2. Faktor sumber daya
Faktor Resiko Diare:
berbasis
masyarakat
manusia
1. Faktor intrinsik 3. Regulasi
(umur dan jenis 4. Ilmu Pengetahuan
kelamin, infeksi
dan Teknologi
saluran cerna,
5. Pendanaan
imunodefisiensi,
status gizi)
2. Faktor ekstrinsik
Kejadian Diare
(lingkungan,
perilaku hidup
bersih dan sehat,
pendidikan,
pengetahuan,
sikap, pekerjaan,
social ekonomi)
Terjadi DIARE Tidak terjadi DIARE
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual tentang hubungan sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang
42
43
Sanitasi total berbasis masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
lingkungan, sumber daya manusia, regulasi, IPTEK dan pendanaan. Sanitasi total
berbasis masyarakat berhubungan dengan kejadian Diare. Kejadian diare
dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko meliputi faktor intrinsik (umur dan jenis
kelamin, infeksi saluran cerna, imunodefisiensi, status gizi) dan Faktor ekstrinsik
(lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, pendidikan, pengetahuan, sikap,
pekerjaan, social ekonomi). Sanitasi total berbasis masyarakat berhubungan
dengan kejadian diare sehingga didapatkan hasil terjadi diare dan tidak terjadi
diare.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah Jawaban sementara dari suatu penelitian (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010) Pada penelitian ini Hipotesis adalah:
H1 : Ada hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian
Diare di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2011). Dalam hal ini metode yang
digunakan adalah metode analitik kolerasional.
Metode analitik kolerasional/sebab akibat adalah penelitian yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih,
tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang sudah
ada (Arikunto, 2010).
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan cross cectional. Cross cectional
adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data
variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,
2011).
4.2 Waktu dan tempat penelitian
4.2.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan proposal)
sampai dengan penyusunan laporan akhir yang di laksanakan pada bulan February
sampai Juli
4.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang.
44
45
4.3 Populasi, sampel, dan sampling penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo 2012). Populasi dalam penelitian ini seluruh kepala keluarga yang
sudah tersosialisasi STBM berjumlah 1.191 di Desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi.
(Notoatmodjo 2012). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 59 kepala keluarga.
Penentuan besar sampel dengan cara ini didasarkan pada persentase dari
besarnya populasi, misalnya mengambil 5%, 10%, atau 20% atas pertimbangan
biaya. Bila populasi kurang dari 100 sebaiknya dicuplik 50% dari populasi dan
bila populasi beberapa ratus diambil 25% sampai 30% (Saryono, 2010).
N= 5 x jumlah populasi
100
N= 5 x 1.191 = 59 kepala keluarga 100
Jumlah sampel yang diambil berdasarkan masing – masing bagian tersebut
ditentukan kembali dengan Rumus n = (Populasi kelas/jumlah populasi
keseluruhan) × jumlah sampel yang ditentukan (Notoatmodjo 2012), yaitu:
1. Dusun Kedunglumpang :650 /1.191×59 = 32
2. Dusun Jlaprang :178 /1.191×59 = 9
3. Dusun Binorong :163 /1.191×59 = 8
4. Dusun Gedangan :200 /1.191×59 = 10
Sehingga dari keseluruhan sampel kelas tersebut adalah 32+9+8+10= 59 sampel.
46
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan probability sampling.
Probability sampling adalah setiap subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk ikut serta sebagai sampel penelitian (Saryono, 2013)
Teknik probability yang digunakan yaitu proposional random sampling.
Proporsional random sampling adalah teknik pengambilan sampel bila
populasi mempunyai anggota atau unsur heterogen dan berstrata proporsional.
4.4 Kerangka kerja
Kerangka kerja adalah langkah–langkah dalam aktivitas ilmiah mulai dari
penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal
dilaksanakannya penelitian (Nursalam 2011).
47
Identifikasi masalah
Populasi
Seluruh kepala keluarga yang sudah tersosialisasi STBM berjumlah 1.191 keluarga
Sampling (proposional random sampling)
Sampel
Sebagian kepala keluarga berjumlah 59 kepala keluarga
Desain Penelitian (Analitik/Cross Sectional)
Pengumpulan Data (Kuesioner )
Pengolahan Data dan Analisa Data
Editing, coding, tabulating, scoring, uji statistik Sperman Rank
Penyusunan Laporan Akhir
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa Kedunglumpang Kec.
Mojoagung Kab. Jombang
48
4.5 Identifikasi variabel
1. Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
atau dianggap menentukan variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah sanitasi total berbasis masyarakat.
2. Variabel dependen (Variabel terikat)
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang nilainya ditentukan
oleh variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kejadian Diare.
4.6 Definisi operasional
Definisi operasional adalah urain tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. (Soekidjo
Notoatmodjo, 2012).
49
Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM) dengan kejadian Diare di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Sanitasi total 1. Stop buang air K O Ya = 1
independen : berbasis U R Tidak = 0
Sanitasitotal masyarakat besar E D Dengan
berbasis merupakan S I kriteria:
masyarakat suatu progam sembarangan O N Baik : 76 –
(STBM) yang N A 100 %
dilaksanakan 2. Cuci tangan E L Cukup :
oleh R 56– 75%
pemerintah pakai sabun Kurang: <
untuk 56 %
meningkatkan 3. Pengolaan air (Nursalam,
sanitasi 2010)
masyarakat minum dan
melalui 5
pilar STBM. makanan rumah
tangga
4. Pengamanan
sampah rumah
tangga
5. Pengamanan
limbah cair
rumah tangga
(Kemenkes RI,
2015).
Variabel Perubahan 1. Buang air besar K O Ya = 1
dependen : konsistensi U R Tidak = 0
Kejadian Diare tinja atau lebih dari 3 kali E D Dengan
feses dan S I kriteria:
buang air dalam sehari O N 1= Diare
besar lebih N A 0=Tidak
dari 3 kali dengan E L diare
dalam sehari R
dan terjadi konsistensi cair
dalam satu
bulan (Depkes, 2011). terakhir.
50
4.7 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono,
2011). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk variabel sanitasi total
berbasis masyarakat dan variabel kejadian diare adalah kuesioner.
Kuesioner adalah Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal–hal yang ia ketahui (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner yang digunakan yaitu
jenis pertanyaan tertutup/close question.
Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, telah terlebih dahulu
dilakukan uji coba. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting
yaitu valid dan reliable (Arikunto, 2010).
1. Uji validitas
Pengujian yang pertama dilakukan adalah pengujian validitas kuesioner. Uji
validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Untuk uji validitas menggunakan program SPSS.
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas kuesioner sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian
Diare didapatkan untuk nilai kuesioner sanitasi total berbasis masyarakat yaitu
0,972 nilai Correlated Item-Total Correlation yaitu nilai Alpha (terletak di awal
output) > konstanta (0,6), maka kedua kuisoner pada variabel tersebut reliable.
51
4.8 Teknik pengumpulan data
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1. Mengurus surat pengantar penelitian ke STIKES ICME Jombang.
2. Mengurus surat pengantar penelitian ke Dinas Kesehatan Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang.
3. Mengurus perizinan penelitian kepada Kepala Puskesmas Mojoagung
Kabupaten Jombang.
4. Mengurus perizinan penelitian kepada Kepala Desa Kedunglumpang
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur .
5. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia
menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
6. Memberikan kuesioner sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian
diare.
52
4.9 Pengolahan dan analisa data
4.9.1 Pengolahan data
Menurut Hidayat (2009) setelah angket dari responden terkumpul,
selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut: a. editing
editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner (Soekidjo Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini,
peneliti meneliti kembali apakah isi dalam lembar kuesioner sudah lengkap dan
jelas. Hasil kuesioner di masukan ke dalam tabulasi. b. coding
coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini
pengkodean sebagai berikut :
i. Usia = U
13 – 19 tahun
19 – 25 tahun
25 – 50 tahun
> 50 tahun
: U1
: U2
: U3
: U4
ii. Jenis Kelamin = JK
Laki-laki
Perempuan
: JK1
: JK2
iii. Pendidikan = P
Tidak Sekolah
: P1
53
SD : P2
SMP :P3
SMA :P4
Akademi/Perguruan Tinggi : P5
iv. Pekerjaan = K
Tidak Bekerja : K1
Petani/buruh : K2
Swasta : K3
PNS : K4
Pensiunan : K5
TNI/Polri : K6
v. Penghasilan per Bulan= PB
Rp 500.000 :PB1
Rp 500.000 - 1.000.000 :PB2
Rp 1.000.000 -3.000.000 :PB3
Lebih dari Rp 3.000.000 :PB4
vi. Sumber informasi = SI
Media cetak :SI 1
Tenaga kesehatan :SI 2
TV/Radio/Berita :SI 3
Orang lain :SI 4
c.scoring
scoring atau penilaian adalah merupakan bagian dari evaluasi program
pembelajaran, penilaian sebenarnya terbatas pada penafsiran sekor hasil tes atau
54
hasil pengukuran lainnya yang bukan tes (Djemari, 2008). Dalam penelitian ini
menggunakan skala nominal dan hasilnya di beri skor : i. Sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM)
untuk jawaban ya nilainya 1
untuk jawaban tidak nilainya 0
ii. Kejadian Diare
untuk jawaban ya nilainya 1
untuk jawaban tidak nilainya 0
d. tabulating
tabulating adalah membuat tabel–tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan oleh peneliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2012). Dalam
penelitian ini penyajian data dalam bentuk tabel yang menggambarkan distribusi
frekuensi responden berdasarkan karakteristiknya dan tujuan penelitian.
4.9.2 Analisa data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengungkap fenomena (Nursalam, 2011). a. Analisis univariate
Univariate atau analisa deskriptif adalah suatu prosedure pengolahan data
dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk
tabel/grafik (Nursalam, 2008). Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2012).
55
1) Variabel sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan distribusi frekwensi dengan skala
ordinal yang bertujuan mengubah data mentah menjadi data yang lebih berarti.
Dari data ini nantinya dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun
kesimpulan. Jawaban ya nilai 1, tidak nilai 0, langkah berikutnya menentukan
presentase. Frekuensi jawaban responden dari masing-masing pertanyaan dan
jawaban dengan jumlah responden dengan rumus :
P
F
x 100%
N
Keterangan :
P : Presentase
F : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar.
Hasil pengolahan data di interpersentasikan dengan menggunakan kriteria
kualitatif:
1. Baik : 76 – 100 %
2. Cukup : 56– 75%
3. Kurang : < 56 % (Nursalam, 2011).
2) Variabel kejadian diare
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan distribusi frekwensi dengan skala
nominal yang bertujuan mengubah data mentah menjadi data yang lebih berarti.
Dari data ini nantinya dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun
kesimpulan. Jawaban ya nilai 1, tidak nilai 0, kemudian hasilnya dikriteriakan
dengan nilai 1 adalah Diare dan nilai 0 adalah Tidak Diare.
b. Analisis bivariate
56
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariate,
analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). yaitu, sanitasi total berbasis masyarakat dan
kejadian diare.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel, dilakukan uji statistik Data yang
berupa data ordinal dan nominal teknik yang digunakan adalah uji statistik
Sperman Rank dengan bantuan program SPSS dengan nilai kemaknaan P=0.05.
Jika nilai P<0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan
sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare. Dan jika P>0.05 maka
H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada hubungan sanitasi total
berbasis masyarakat dengan kejadian diare (Sugiyono, 2010).
4.10 Etika penelitian
4.10.1 Lembar persetujuan ( informed consent )
Lembar persetujuan menjadi responden di edarkan sebelum riset dilakukan,
tujuannya agar subjek mengetahui maksud dan tujuan riset, serta dampak yang
akan terjadi selama dalam pengumpulan data dan responden bersedia di teliti,
maka harus menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Jika
menolak, peneliti harus menghormati hak–hak klien.
4.10.2 Tanpa nama ( anonymity )
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan
mencantumkan identitas subjek pada lembar pengumpulan data ( kuesioner ) yang
diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu.
57
4.10.3 Kerahasiaan ( confidentiality )
Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti hanya kelompok data
tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.10.4 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang ada dalam penelitian ini meliputi :
a. Pengumpulan data dengan dor to dor dari rumah ke rumah sehingga
memerlukan waktu yang lama dan kesabaran.
b. Kemungkinan responden tidak menjawab dengan jujur dan adanya
perbedaan persepsi responden terhadap maksud peneliti.
c. Kuesioner yang digunakan dibuat oleh peneliti sendiri.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei 2017
dengan responden 59 kepala keluarga yang sudah tersosialisasi STBM. Hasil
penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data
umum yang dimuat meliputi karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan per bulan, dan sumber informasi yang didapat. Sedangkan
data khusus terdiri dari sanitasi total berbasis masyarakat dan kejadian diare serta
tabel silang yang menggambarkan hubungan sanitasi total berbasis masyarakat
dengan kejadian diare pada kepala keluarga yang sudah tersosialisasi STBM di
Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa
Timur.
Sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare dengan
menggunakan perhitungan statistik rank spearman dengan tingkat kesalahan ρ
value < 0,05. Dari hasil uji statistik tersebut dapat diketahui ada tidaknya
hubungan sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa
Timur.
58
59
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian
Data Geografi
Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi
Jawa Timur terletak pada dataran rendah, persawahan dan pegunungan. Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang terdiri dari 4 dusun
yaitu dusun kedunglumpang, binorong, jlaprang dan gedangan yang sebagian
besar merupakan tanah persawahan dan pemukiman padat. Desa Kedunglumpang
mempunyai luas wilayah 1946.744 Hektar.
Jarak desa dengan pusat pemerintahan Kecamatan : ± 5 km
Jarak desa dengan pusat pemerintahan Kota : ±14 km
Jarak desa dengan ibu kota propinsi Jawa Timur: ± 61 km
Batas wilayah
Batas Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang :
Utara :Desa Tanggal Rejo
Selatan :Desa Sumberjo
Timur :Desa Pakis
Barat :Desa Duhkuhmojo
60
5.1.2 Data umum
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Mei 2017 di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa
Timur diperoleh data sebagai berikut:
1. Karakteristik responden berdasarkan usia.
Tabel 5.1 Frekuensi responden berdasarkan usia di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 13-19 tahun 1 1.7
2 19-25 tahun 5 8.5
3 25-50 tahun 20 33.9
4 >50 tahun 33 55.9
Jumlah 59 100.0
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.1 umur responden menunjukkan bahwa dari 59
responden setengahnya berumur >50 tahun yaitu sejumlah 33 responden (55,9%).
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki –laki 40 67.8
2 Perempuan 19 32.2
Jumlah 59 100.0
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.2 jenis kelamin responden menunjukkan bahwa dari 59
responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sejumlah 40 responden
(67,8%).
61
3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 5.3 Frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak sekolah 1 1.7
2 SD 8 13.6
3 SMP 30 50.8
4 SMA 16 27.1
5 Akademi/Perguruan tinggi 4 6.8
Jumlah 59 100.0
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.3 pendidikan responden menunjukkan bahwa dari 59
responden setengahnya berpendidikan SMP yaitu sejumlah 30 responden (50,8%).
4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 5.4 Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Bekerja 1 1.7 2 Petani/buruh 31 52.5
3 Swasta 25 42.4
4 PNS 2 3.4
Jumlah 59 100 Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.4 pekerjaan responden menunjukkan bahwa dari 59
responden setengahnya bekerja sebagai petani/buruh yaitu sejumlah 31 responden
(52,5%).
62
5. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan per bulan
Tabel 5.5 Frekuensi responden berdasarkan penghasilan per bulan di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
No Penghasilan per bulan Frekuensi Persentase (%)
1 Rp 500.000 -1.000.000 32 54.2
2 Rp 1.000.000 -3.000.000
25 42.4
3 Lebih dari Rp 3.000.000 2 3.4
Jumlah 59 100
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.5 penghasilan per bulan responden menunjukkan bahwa
dari 59 responden setengahnya berpenghasilan per bulan Rp 500.000 -1.000.000 yaitu
sejumlah 32 responden (54,2%).
6. Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi yang di dapatkan
Tabel 5.6 Frekuensi responden berdasarkan sumber informasi yang didapat di
Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
No Sumber informasi Frekuensi Persentase (%)
1 Tenaga kesehatan 59 100
Jumlah 59 100 Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.6 sumber informasi yang didapat responden
menunjukkan bahwa dari 59 responden seluruhnya mendapatkan sumber
informasi tentang STBM melalui Tenaga kesehatan yaitu sejumlah 59 responden
(100%).
63
5.1.3 Data khusus
1. Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Tabel 5.7 Frekuensi responden berdasarkan sanitasi total berbasis masyarakat
(stbm) di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
No Sanitasi total
Frekuensi Persentase (%)
berbasis masyarakat
1 Baik 3 5.1
2 Cukup 24 40.7
3 Kurang 32 54.2
Jumlah 59 100
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 59 responden setengah dari
responden memiliki sanitasi total berbasis masyarakat dengan kriteria kurang
yaitu sejumlah 32 responden (54,2%).
Tabel 5.8 Frekuensi responden berdasarkan parameter sanitasi total berbasis masyarakat (stbm) di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
Parameter Jumlah Rata – rata Persentase
parameter (%)
Stop buang air besar 231 46.2 33
sembarangan
Cuci tangan pakai sabun 109 36.3 16
Pengelolahan air minum dan 159 32 23
makanan rumah tangga
Pengamanan sampah rumah 92 23 13
tangga
Pengamanan limbah cair 103 34.3 15
rumah tangga
Total 694 171,8 100
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 59 responden memiliki
sanitasi total berbasis masyarakat dengan kriteria kurang yaitu pada parameter
pengamanan sampah rumah tangga (13%). Pada parameter pengamanan limbah
cair rumah tangga (15%), pada parameter cuci tangan pakai sabun (16%), pada
64
parameter Pengelolahan air minum dan makanan rumah tangga (23%), dan untuk
parameter Stop buang air besar sembarangan (33%).
2. Kejadian diare
Tabel 5.9 Frekuensi responden berdasarkan kejadian diare di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
No Kejadian diare Frekuensi Persentase (%)
1 Diare 31 52.5
2 Tidak diare 28 47.5
Jumlah 59 100 Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 59 responden setengah dari
responden mengatakan mengalami diare dalam sebulan terakhir yaitu sejumlah 31
responden (52,5%).
3. Tabulasi silang hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan
kejadian Diare
Tabel 5.10 Tabulasi silang hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017
Sanitasi total berbasis
Kejadian diare Jumlah
Tidak Diare Diare
masyarakat N % N % N %
Baik 3 5,1 0 0 3 5,1
Cukup 15 11,4 9 12,6 24 40,7
Kurang 10 16,9 22 37,3 32 54,2
Jumlah 28 47,5 31 52,5 59 100
Hasil uji statistik Spearman rho diperoleh : 0,003
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.10 dari hasil tabulasi silang menggunakan bantuan
perangkat komputer dengan proses crosstabs diketahui bahwa responden dengan
sanitasi total berbasis masyarakat dengan kriteria baik sejumlah 3 responden
65
(5,1%) dimana tidak mengalami diare. Responden dengan sanitasi total berbasis
masyarakat dengan kriteria cukup sejumlah 24 responden (40,7 %) dimana 15
responden (11,4%) tidak diare dan 9 responden (12,6%) diare. Responden dengan
sanitasi total berbasis masyarakat dengan kriteria kurang sejumlah 32 responden
(54,2%) dimana 10 responden (16,6%) tidak diare dan 22 responden (37,3%)
diare. Hal ini menunjukan bahwa hampir sebagian besar responden dengan
sanitasi total berbasis masyarakat dengan kriteria kurang mengalami diare.
Diketahui dari hasil uji statistik menggunakan spearman rho didapatkan nilai ρ =
0,003 yang lebih kecil dari α = 0,05, maka didapat hasil H1 diterima dan H0
ditolak, artinya ada hubungan antara sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
dengan kejadian Diare di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 59 responden setengah dari responden
memiliki sanitasi total berbasis masyarakat dengan kriteria kurang yaitu sejumlah
32 responden (54,2%).
Hasil tabulasi pada parameter pengamanan sampah rumah tangga
mempunyai rata – rata terendah dari masing-masing parameter yaitu 23 atau
(13%). Berdasarkan tabel pada pertanyaan parameter pengamanan sampah rumah
tangga item terendah yaitu soal nomer 17 dengan pertanyaan “Apakah sampah
yang terkumpul dirumah diangkut ke tempat pembuangan akhir secara rutin?” di
dapatkan hasil bahwa sebagian besar responden menjawab tidak mengangkut
sampah ketempat pembuangan akhir secara rutin yaitu 51 responden (86,4%).
66
Responden dengan pengelolaan sampah yang buruk disebabkan masih
banyak responden yang membuang sampah sembarangan di sungai dan di kebun
serta konstruksi tempat sampah yang digunakan belum saniter yaitu tidak
berpenutup sehingga dapat menyebabkan perkembangbiakan penyakit.
Hal ini sesuai dengan (Kemenkes RI, 2011) mengatakan bahwa sampah
merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor penyakit
seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa jika tidak ditempatkan pada tempat sampah
yang sesuai, pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan
penyakit seperti diare.
Tabel 5.8 pada parameter pengamanan limbah cair rumah tangga mempunyai
rata–rata rendah yaitu jawaban responden 34,5 atau (15%). Berdasarkan tabel
pada pertanyaan parameter pengamanan limbah cair rumah tangga item terendah
adalah soal nomer 19 dan 20 dimana sebagian responden menjawab tidak
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengamanan limbah cair rumah tangga masih
kurang karena sebagian responden masih memiliki saluran air limbah yang kurang
yaitu saluran terbuka dan tidak lancar sehingga masih ada air limbah yang
menggenang, namun air limbah sudah dikelola baik yaitu dialirkan ke sumur
resapan.
Pengamanan limbah yang kurang akan menyebabkan perkembangbiakan
penyakit hal ini sesuai dengan Depkes RI (2014) bahwa prinsip pengamanan
limbah cair rumah tangga adalah sebagai berikut: 1) Air limbah kamar mandi dan
dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban, 2) Tidak boleh menjadi
tempat perindukan vektor penyakit, 3) Tidak boleh menimbulkan bau, 4) Tidak
67
boleh ada genangan, 5) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur
resapan.
Tabel 5.8 pada parameter cuci tangan pakai sabun mempunyai rata – rata
jawaban responden yaitu 36,3 atau (16%). Berdasarkan tabel pada pertanyaan
parameter cuci tangan pakai sabun item terendah adalah soal nomer 6 dimana
setengah dari responden 22 responden (42,4%) mengatakan tidak mempunyai
sarana tempat cuci tangan.
Sarana tempat cuci tangan harus ada pada setiap rumah didalam anggota
keluarga, sarana tempat cuci tangan yang sesuai akan memudahkan setiap anggota
keluarga untuk melakukan cuci tangan menggunakan sabun dengan benar dan
waktu yang tepat untuk cuci tangan karena cuci tangan yang benar dapat
mencegah terjadinya kuman yang masuk dalam tubuh salah satunya yaitu kuman
penyebab diare.
Hal ini sesuai dengan teori dari UNICEF/WCARO (2008) yang menyebutkan
bahwa cuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu cara yang murah untuk
mencegah penyakit diare. Mencuci tangan dengan air saja kurang efektif dalam
menghilangkan kuman peyakit jika dibanding dengan mencuci tangan dengan
sabun. Mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau membantu
anak BAB dan sebelum memegang makanan dapat mengurangi tingkat penyakit
diare, kolera dan disentri sebanyak 48-59%.
Tabel 5.8 pada parameter Pengelolahan Air Minum dan Makanan Rumah
Tangga mempunyai rata – rata jawaban responden yaitu 32 (23%). Berdasarkan
tabel pertanyaan parameter Pengelolahan Air Minum dan Makanan Rumah
68
Tangga item terendah adalah soal nomer 13 dimana sebagian besar dari responden
yaitu 42 responden (71,2%) mengatakan tidak mencuci bahan makanan sebelum
di olah dengan air mengalir dan bersih, dan soal nomer 12 dimana setengah dari
responden yaitu 33 responden (55,9%) mengatakan tidak menaruh makanan yang
sudah dimasak dalam wadah tertutup dan bersih.
Pengelolahan makanan dan minuman yang baik yaitu merebus air minum
sebelum dikonsumsi, meletakkan bahan makanan di tempat tertutup atau langsung
memasak bahan makanan sesaat setelah dibeli, dan selalu menutup makanan yang
disajikan dengan tudung saji sehingga kemungkinan vektor lalat atau vektor lain
untuk hinggap di makanan cukup kecil, serta mencuci bahan makanan dengan air
mengalir dan bersih bukan didalam wadah baskom, dengan menerapkan prinsip
higiene dan sanitasi makanan yang baik dapat mencegah resiko terjadinya
penyakit seperti diare.
(Depkes RI, 2014) mengatakan bahwa prinsip hygiene sanitasi makanan
yang baik yaitu meliputi pemilahan bahan makanan, penyimpanan bahan
makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan matang, pengangkutan
makanan, penyajian makanan. Hal ini sesuai dengan Teori dari Kepmenkes (2008)
yang menyebutkan bahwa kejadian diare dapat menurun 39% dengan perilaku
pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Dan Teori dari Wanzahun G
et al (2013) menyebutkan keluarga yang menggunakan air minum dengan cara
direbus, diolah menggunakan bahan kimia atau diolah dengan cara penyaringan
diketahui memiliki peluang lebih rendah menderita diare dibanding dengan
keluarga yang tidak melakukan pengolahan air.
69
Tabel 5.8 pada parameter Stop buang air besar sembarangan mempunyai rata
– rata jawaban responden yaitu 46,2 atau (33%). Berdasarkan tabel pada
pertanyaan parameter Stop buang air besar sembarangan pada soal nomer 4 yaitu
sebagian responden 9 atau (15,3%) mengatakan tidak menggunakan WC untuk
BAB sehingga ditemukan responden yang masih BAB sembarangan yaitu di
sungai, dan kebun.
Responden yang sudah mempunyai jamban pribadi di rumah yaitu jamban
yang beratap, lubang pembuangan kotoran tertutup, lantai jamban tidak licin dan
terbuat dari bahan kedap air dan jika tidak mempunyai jamban pribadi maka
responden BAB di jamban umum, hanya sebagian responden yang mengatakan
masih BAB di sungai dan kebun atau di jamban cemplung yang dibuat di
belakang rumah, setiap keluarga harus memiliki jamban sehat karena BAB di
sungai atau kebun dapat menyebabkan penyakit karena kotoran/tinja merupakan
tempat perkembangbiakan kuman salah satunya adalah kuman penyebab diare.
Hal ini sesuai dengan Permenkes (2014) yang mengatakan jamban sehat
efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus
dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam
rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Standar
persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari atap yang berfungsi untuk
melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya, bangunan tengah
jamban yaitu lubang pembuangan kotoran dengan konstruksi leher angsa atau
bukan leher angsa berpenutup dengan lantai jamban kedap air, tidak licin, dan
dilengkapi SPAL, dan bangunan bawah jamban yang merupakan penampungan,
pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya
70
pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Sanitasi total berbasis masyarakat merupakan progam pemerintah untuk
merubah perilaku sanitasi masyarakat salah satunya BAB dijamban sehat.
Tabel 5.5 penghasilan per bulan responden menunjukkan bahwa dari 59
responden setengahnya berpenghasilan per bulan Rp 500.000 -1.000.000 yaitu
sejumlah 32 responden (54,2%).
Sanitasi total berbasis masyarakat dipengaruhi oleh faktor pendanaan yaitu
penghasilan keluarga perbulan dimana semakin besar penghasilan keluarga maka
semakin tinggi kemampuan keluarga untuk meningkatkan sanitasi dengan
memenuhi kebutuhan sanitasi salah satunya adalah pembuatan jamban sehat.
Faktor pendanaan merupakan faktor yang harus ada untuk membiayai sebuah
aktivitas termasuk perencanaan pembangunan dengan adanya sumber dana dapat
memberikan jaminan akan terlaksananya perencanaan tersebut (Riyadi, 2004).
Pentingnya faktor pendanaan terhadap program pembangunan disampaikan oleh
Akhirani (2004) yang menyatakan adanya keterkaitan antara faktor pendanaan
dengan pembangunan kesehatan, besarnya alokasi dana merupakan salah satu
unsur strategis dalam pembangunan kesehatan, tersedianya sejumlah dana tertentu
dan pemanfaatan yang baik dari alokasi dana tersebut serta efisien dalam
penggunaan akan mendukung suksesnya pembangunan kesehatan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh priatno dkk (2014) didapatkan
hasil bahwa faktor pendanaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan progam STBM.
71
Progam sanitasi total berbasis masyarakat dilakukan untuk merubah perilaku
sanitasi masyarakat, Berdasarkan tabel 5.3 pendidikan responden menunjukkan
bahwa dari 59 responden setengahnya berpendidikan SMP yaitu sejumlah 30
responden (50,8%).
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang dimana
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang dalam meningkatkan kesehatan. Pendidikan SMP
tergolong pendidikan dasar, responden yang berpendidikan dasar mempunyai
kemampuan dalam berfikir yang kurang terutama tentang sanitasi lingkungan
yang baik.
Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pendidikan termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta
dalam pembangunan kesehatan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang maka makin mudah menerima informasi kesehatan (Wawan, 2010).
Tabel 5.6 sumber informasi yang didapat responden menunjukkan bahwa
dari 59 responden seluruhnya mendapatkan sumber informasi tentang sanitasi
total berbasis masyarakat dari Tenaga kesehatan yaitu sejumlah 59 responden
(100%).
Informasi tentang kesehatan sangat penting dibutuhkan oleh masyarakat
karena informasi tentang kesehatan yang benar dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
72
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang di dapatkan dari sanitarian
wilayah kerja pukesmas mojoagung bahwa progam sanitasi total berbasis
masyarakat sudah berjalan sejak tahun 2010 dengan menjalankan pilar pertama
yaitu pengadaan jamban sehat, upaya yang dilakukan yaitu dengan arisan jamban
dan bekerjasama dengan Bank Jombang untuk pengadaan jamban, akan tetapi
kurang kesadaran masyarakat akan pentingnya jamban sehat sehingga saat ini
masih ditemukan warga yang buang air besar di sungai, dan jamban cemplung.
5.2.2 Kejadian Diare
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 59 responden setengah dari responden
mengatakan mengalami diare dalam sebulan terakhir yaitu sejumlah 31 responden
(52,5%). Tabel 5.3 pendidikan responden menunjukkan bahwa dari 59 responden
setengahnya berpendidikan SMP yaitu sejumlah 30 responden (50,8%).
Faktor yang mempengaruhi kejadian diare adalah pendidikan, pendidikan
yang rendah berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan keluarga tentang diare
khususnya tentang definisi, penyebab, tanda dan gejala serta upaya penanganan
saat menderita diare termasuk upaya pencegahan diare secara menyeluruh.
Hal ini sesuai dengan (Notoatmodjo, 2003) mengatakan bahwa kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pencegahan dan penanganan diare oleh keluarga
dapat menyebabkan usaha pencegahan terhadap penyakit semakin berkurang
sehingga kejadian diare tidak dapat dicegah.
Tabel 5.4 pekerjaan responden menunjukkan bahwa dari 59 responden
setengahnya bekerja sebagai petani/buruh yaitu sejumlah 31 responden (52,5%).
73
Faktor yang mempengaruhi terjadinya diare adalah faktor pekerjaan dimana
pekerjaan dapat berpengaruh terhadap penghasilan seseorang, semakin rendah
pekerjaan seseorang maka semakin rendah pula penghasilan yang didapatkan
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa memperhatikan gizi
yang cukup ataupun sanitasi lingkungan sekitar sehingga kejadian diare tidak
dapat dicegah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Riskesdas, 2007)
bahwa diare cenderung lebih tinggi pada kelompok tidak bekerja (8,7%) dan
bekerja sebagai petani/buruh/nelayan (8,7%) sedangkan untuk kelompok dengan
pekerjaan sebagai pegawai sebesar 5,6%. Penyakit diare sering terjadi pada
keluarga dengan status social ekonomi rendah karena kondisi rumah yang kurang
baik, tidak mempunyai sarana air bersih, tidak adanya kamar mandi dan jamban
sehat, pengolahan makanan yang kurang akan lebih beresiko terhadap pencegahan
diare (Ayu putri ariani, 2016).
5.2.3 Hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan Kejadian
Diare
Hasil penelitian hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan
Kejadian Diare di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang dengan jumlah sampel 59 responden yang sudah tersosialisasi STBM
didapatkan.
Tabel 5.10 diketahui bahwa responden dengan sanitasi total berbasis
masyarakat dengan kriteria baik sejumlah 3 responden (5,1%) dimana tidak
mengalami diare. Responden dengan sanitasi total berbasis masyarakat dengan
74
kriteria cukup sejumlah 24 responden (40,7 %) dimana 15 responden (11,4%)
tidak diare dan 9 responden (12,6%) diare. Dan responden dengan sanitasi total
berbasis masyarakat dengan kriteria kurang sejumlah 32 responden (54,2%)
dimana 10 responden (16,6%) tidak diare dan 22 responden (37,3%) diare. Hal ini
menunjukan bahwa hampir sebagian besar responden dengan sanitasi total
berbasis masyarakat dengan kriteria kurang mengalami diare.
Hasil uji statistik Spearman Rho pada variabel independen sanitasi total
berbasis masyarakat dengan variabel dependen kejadian diare pada kepala
keluarga yang sudah tersosialisasi STBM di Desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang diperoleh hasil ρ (ρ value) = 0,003 yang berarti
0,003<0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara
Sanitasi total berbasis masyarakat dengan Kejadian Diare di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
Sanitasi total berbasis masyarakat di Desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang dikatakan kurang dan belum dinyatakan ODF
sampai saat ini, hal ini dikarenakan masih ditemukan masyarakat yang berperilaku
BAB di sungai, kebun dan jamban cemplung yang dibuat di belakang rumah serta
masih banyak yang membuang sampah di sungai ataupun dibiarkan dibuang
dibelakang rumah, dan masih banyak yang belum mengetahui cara cuci tangan
yang benar serta pengelolahan makanan dan minuman rumah tangga yang kurang
karena masih banyak yang mengatakan tidak mencuci bahan makanan dengan air
mengalir dan secara bersih hanya mencuci bahan makanan dengan air didalam
wadah baskom serta masih ditemukan pembuangan air limbah yang tidak sesuai
yaitu terdapat genangan air dan berbau. Sanitasi lingkungan yang kurang dapat
75
menyebabkan perkembangbiakan vektor penyebab penyakit, salah satu penyakit
berbasis lingkungan yaitu diare sehingga didapatkan hasil bahwa sebagian besar
keluarga dengan sanitasi total berbasis masyarakat yang kurang mengatakan
pernah mengalami diare dalam sebulan terakhir dan keluarga dengan sanitasi total
berbasis masyarakat baik tidak pernah mengalami diare.
Hal ini sesuai dengan (Depkes RI, 2005) mengatakan kuman penyebab diare
menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan dan minuman yang
tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita, beberapa perilaku juga
dapat menyebabkan penyebaran bakteri penyebab diare antara lain menyimpan
makanan masak pada suhu kamar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar,
tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak membuang tinja dengan benar,
menggunakan air yang tercemar, selain itu penyakit diare merupakan penyakit
berbasis lingkungan, beberapa faktor yang mempengaruhi diare yaitu sarana air
bersih dan pembuangan tinja, faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula yaitu
makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian diare
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Sanitasi total berbasis masyarakat di Desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur sebagian besar termasuk
dalam kategori Kurang.
2. Masyarakat di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur setengah dari responden mengalami diare dalam
satu bulan terakhir.
3. Ada hubungan sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa
Timur.
6.2. Saran
1. Bagi tokoh masyarakat
Diharapkan tokoh masyarakat dapat mengajak masyarakat untuk
meningkatkan sanitasi total berbasis masyarakat dalam rumah tangga menjadi
lebih baik meliputi perilaku BAB, perilaku CTPS, pengelolahan makanan dan
minuman rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, dan pengamanan
limbah cair rumah tangga agar tidak menjadi sumber ataupun perantara penyakit
diare.
76
77
2. Bagi pemegang progam STBM
Dapat menjadi masukan dalam merencanakan program kesehatan di
pukesmas sebagai upaya pencegahan penyakit diare di masyarakat, contohnya
yaitu dengan mengadakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan sanitasi total berbasis masyarakat.
3. Bagi dosen institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai wacana tambahan
dalam melaksanakan tri dharma keperawatan sebagai upaya peningkatan
kesehatan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah Proverawati, Eni Rahmawati, 2012, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), Nuha Medika, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedure Penelitian suatu Pendekatan Praktik,
Rineka cipta, Jakarta.
Budiman, 2011, Hubungan sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian
Diare pada Balita di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara,
ISSN:2089 – 3582, vol 2, No.1.
Dinkes Jawa Timur, 2012, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012,
Surabaya.
Dinkes Jombang, 2012, Profil Dinkes Jombang, Dinkes Jombang.
Dinkes Jombang, 2016, Profil Dinkes Jombang, Dinkes Jombang. Dinkes Jombang, 2015, Profil Dinkes Jombang, Dinkes Jombang. Dinkes Jombang, 2016, Data Diare di Jombang, Dinkes Jombang.
Direktorat Penyehatan Lingkungan Ditjen PP- PL. 2011, Pedoman Pelaksanaan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Jakarta.
Dainur. 1995, Materi – materi pokok ilmu kesehatan masyarakat, Widya Medika,
Jakarta.
Depkes RI, 2011, Buku Saku LINTAS Diare, Jakarta.
Hariza Adnani, 2011, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Nuha Medika, Yogyakarta
Hari wibowo, 2012, Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare di Rumah Sakit
Awal Bros Bekasi tahun 2011, gambaran epidemiologi, FKM, UI.
Kementerian Kesehatan RI, 2016, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI, 2011, Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di
Indonesia,http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin.Diakses
04/03/2017.
Kementerian Kesehatan RI, 2011, Buletin dan Jendela data Diare Triwulan II,
Jakarta.
Mardapi, Djemari, 2008, Teknik Penyusunan Instrumen Tes Dan Non Tes, Mitra
Cendekia, Jogjakarta.
Mubarak, Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Aplikasi dan Teori),
Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
78
79
Nursalam. 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Notoadmodjo, Soekidjo, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka cipta,
Jakarta.
Profil STBM, 2017, Data dan Informasi sanitasi total berbasis masyarakat di Indonesia, http://stbm-indonesia.org/ diakses pada tanggal 04/03/2017.
Permenkes, 2014, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Jakarta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka
Cipta, Jakarta.
Saryono, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra cendekia, Jogjakarta.
Saryono, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra cendekia, Jogjakarta.
80
Lampiran 1
JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2017 Bulan
No Jadwal February Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan
masalah
2 Penentuan
Pembimbing
3 Konsultasi Judul
4 Bimbingan
Proposal
5 Ujian Proposal
6 Pengambilan
pengelolaan Data
7 Bimbingan Hasil
8 Ujian Hasil
9 Revisi Skripsi
10 Pengumpulan
Skripsi
81
Lampiran 2
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Judul :Hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan
kejadian Diare
Peneliti : Elsa putri lahudin
NIM : 13.321.0020
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam proposal penelitian ini
sebagai responden dengan mengisi lembar kuesioner.
Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan proposal penelitian
ini dan saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data
maupun informasi yang saya berikan. Apabila ada pertanyaan yang akan diajukan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat
ini dan saya berhak mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada
unsur pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan :
Bersedia Menjadi Responden Dalam Proposal Penelitian
Jombang, Mei 2017
Peneliti Responden
( Elsa putri lahudin ) ( )
82
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA KEDUNGLUMPANG
KECAMATAN MOJOAGUNG
KABUPATEN JOMBANG
Tanggal Pengisian: Nomor Responden:
Berilah tanda tanda (√) pada salah satu pilihan yang tertera di bawah ini. A. Usia
( ) 13 – 19 tahun ( ) 19 - 25 tahun
( ) 25 – 50 tahun ( ) > 50 tahun
B. Jenis kelamin
( ) Laki-laki ( ) Perempuan
C. Pendidikan
( ) Tidak Sekolah
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) Akademi/Perguruan Tinggi
D. Pekerjaan
( ) Tidak bekerja ( ) PNS ( ) Swasta
( ) Petani/Buruh ( ) Pensiunan ( ) TNI/Polri
E. Penghasilan Per Bulan
( ) Rp 500.000
( ) Rp 500.000 - 1.000.000
( ) Rp 1.000.000 -3.000.000
( ) Lebih dari Rp 3.000.000
F. Sumber informasi yang didapat
( ) Media cetak
( ) Tenaga kesehatan
( ) TV/Radio/Berita
( ) Orang lain
83
G. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap sesuai dengan
pendapat saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang tersedia
di bawah ini dengan di beri tanda (√ )
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah terdapat kloset di luar atau di dalam rumah, dengan penutup ? Apakah bangunan tempat jongkok (kloset) 2. terbuat dari bahan yang kuat ?
3. Apakah jarak pembuangan tinja dengan sumur gali >10 m ?
4. Apakah semua orang dirumah menggunakan wc untuk buang air besar?
5. Apakah terdapat akses untuk membersihkan dubur (sabun) setelah buang air besar?
6. Apakah tersedia air mengalir/sarana cuci tangan didalam rumah?
7. Apakah tersedia sabun untuk mencuci tangan?
Apakah setiap keluarga tahu kapan waktu
8. cuci tangan (sebelum makan, setelah makan, sesudah BAB, sebelum menyiapkan makanan)?
9. Apakah keluarga menggunakan air minum/air yang dimasak sebelum dikonsumsi?
10. Apakah air minum yang sudah di olah ditempatkan di wadah yang tertutup rapat? Apakah wadah air minum dibersihkan secara
11
rutin (setidaknya seminggu sekali)? Apakah makanan yang sudah dimasak ditaruh
12
dalam wadah tertutup dan bersih? Apakah selalu mencuci bahan makanan
13 sebelum di olah dengan air mengalir dan
bersih? Apakah sampah padat rumah tangga dikelolah
14 dengan di daur ulang atau dijadikan pupuk
tanaman? Apakah saudara mempunyai tempat
15 penampungan sampah dirumah? Apakah
tempat sampah dirumah saudara
16 terpisah antara sampah organik dan
anorganik? Apakah sampah yang terkumpul dirumah
17 diangkut ke tempat pembuangan akhir secara
rutin?
84
Apakah air limbah dari kamar mandi dan 18
dapur tidak tercampur dari air dari jamban?
Apakah pembuangan air limbah saudara tidak 19
menimbulkan bau?
Apakah tidak terdapat genangan air disekitar 20
rumah karena limbah rumah tangga?
NILAI TOTAL:
H. Kejadian Diare
Berilah tanda ( ) pernyataan di bawah ini. No PERTANYAAN YA TIDAK
21. Apakah anggota keluarga saudara dalam
sebulan terakhir pernah mengalami buang air besar dengan tinja cair/lembek lebih dari 3
kali dalam sehari? NILAI TOTAL:
85
Lampiran 4
KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
DENGAN KEJADIAN DIARE
(Di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang)
A. Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
No Variabel Indikator Nomer soal
1 Sanitasi total 1. Stop buang air besar 1- 5
berbasis sembarangan
masyarakat 2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) 6 – 8
9 – 13
3. Pengelolahan Air Minum dan
Makanan Rumah Tangga
(PAMM – RT) 14 – 17
4. Pengamanan sampah rumah
tangga 18 - 20
5. Pengamanan limbah cair rumah
tangga
B. Perilaku pencegahan Diare
No Variabel Indikator Nomer soal
1 Kejadian Diare 1. Buang air besar lebih dari 3 kali 21
dalam sehari dengan konsistensi
cair
86
Lampiran 5
REKAPITULASI RESPONDEN
Sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare di Desa Kedunglumpang
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
Hasil tabulasi data umum
Responden Usia Jenis Pendidika pekerjaa Penghasila Sumber
(R) kelami n n n informas
n i
R1 U4 JK1 P2 K2 PB2 SI2
R2 U3 JK1 P2 K2 PB3 SI2
R3 U3 JK1 P3 K3 PB3 SI2
R4 U2 JK2 P4 K2 PB3 SI2
R5 U4 JK1 P1 K2 PB2 SI2
R6 U4 JK1 P2 K2 PB3 SI2
R7 U3 JK1 P2 K2 PB3 SI2
R8 U2 JK2 P3 K3 PB2 SI2
R9 U1 JK2 P4 K2 PB3 SI2
R10 U4 JK1 P4 K3 PB3 SI2
R11 U4 JK2 P3 K2 PB3 SI2
R12 U4 JK2 P3 K3 PB2 SI2
R13 U3 JK2 P3 K3 PB2 SI2
R14 U3 JK1 P3 K2 PB2 SI2
R15 U3 JK1 P4 K2 PB3 SI2
R16 U3 JK1 P4 K2 PB2 SI2
R17 U4 JK1 P4 K3 PB2 SI2
R18 U4 JK2 P3 K3 PB3 SI2
R19 U3 JK1 P3 K3 PB2 SI2
R20 U4 JK1 P5 K2 PB2 SI2
R21 U4 JK1 P2 K2 PB2 SI2
R22 U4 JK2 P2 K2 PB2 SI2
R23 U4 JK1 P4 K3 PB2 SI2
R24 U3 JK2 P4 K2 PB2 SI2
R25 U2 JK1 P3 K3 PB3 SI2
R26 U2 JK1 P3 K3 PB2 SI2
R27 U4 JK2 P3 K3 PB3 SI2
R28 U4 JK2 P5 K3 PB2 SI2
R29 U4 JK1 P3 K2 PB2 SI2
R30 U3 JK1 P5 K4 PB4 SI2
R31 U3 JK1 P5 K4 PB4 SI2
R32 U4 JK1 P3 K2 PB2 SI2
R33 U4 JK1 P2 K2 PB2 SI2
R34 U4 JK2 P3 K2 PB2 SI2
R35 U4 JK1 P3 K1 PB2 SI2
R36 U4 JK2 P3 K2 PB3 SI2
87
R37 U3 JK1 P3 K3 PB3 SI2
R38 U4 JK1 P3 K3 PB2 SI2
R39 U4 JK1 P4 K2 PB2 SI2
R40 U3 JK1 P4 K2 PB2 SI2
R41 U4 JK2 P4 K2 PB2 SI2
R42 U4 JK1 P3 K3 PB3 SI2
R43 U3 JK1 P3 K2 PB3 SI2
R44 U3 JK1 P3 K3 PB3 SI2
R45 U4 JK2 P3 K2 PB3 SI2
R46 U4 JK1 P3 K3 PB2 SI2
R47 U4 JK1 P4 K3 PB2 SI2
R48 U4 JK1 P4 K3 PB3 SI2
R49 U2 JK1 P3 K3 PB3 SI2
R50 U3 JK1 P3 K2 PB3 SI2
R51 U3 JK2 P3 K2 PB3 SI2
R52 U3 JK1 P3 K3 PB3 SI2
R53 U4 JK1 P3 K2 PB2 SI2
R54 U4 JK2 P4 K2 PB2 SI2
R55 U4 JK2 P4 K3 PB2 SI2
R56 U4 JK2 P4 K3 PB3 SI2
R57 U3 JK1 P2 K2 PB3 SI2
R58 U3 JK1 P3 K2 PB2 SI2
R59 U4 JK1 P3 K3 PB2 SI2
Keterangan :
1. Usia = U
13 – 19 tahun : U1 19 – 25 tahun : U2
25 – 50 tahun : U3 > 50 tahun : U4
2. Jenis Kelamin = JK
Laki-laki : JK1 Perempuan : JK2
3. Pendidikan = P
Tidak Sekolah : P1 SD : P2 Akademi/Perguruan Tinggi : P5
SMP :P3 SMA :P4
4. Pekerjaan = K
Tidak Bekerja : K1 Petani/Buruh : K2 Pensiunan : K5
Swasta : K3 PNS : K4 TNI/Polri : K6
5. Penghasilan per bulan: PB
Rp 500.000 :PB1
Rp 500.000 - 1.000.000 :PB2
Rp 1.000.000 -3.000.000 :PB3
Lebih dari Rp 3.000.000 :PB4
6. Sumber informasi = SI
Media cetak :SI 1
Tenaga kesehatan :SI 2
TV/Radio/Berita :SI 3
Orang lain :SI 4
88
Lampiran 6
REKAPITULASI HASIL PENELITIAN Sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
Hasil tabulasi data khusus sanitasi total berbasis masyarakat
R P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 p9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 TOTAL PRESENTASE HASIL KODE
R1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 50% KURANG 3
R2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 11 55% KURANG 3
R5 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 11 55% KURANG 3
R6 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13 65% CUKUP 2
R7 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 11 55% KURANG 3
R8 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 12 60% CUKUP 2
R9 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 15 75% CUKUP 2
R11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 13 65% CUKUP 2
R12 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9 45% KURANG 3
R13 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 11 55% KURANG 3
R14 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 11 55% KURANG 3
R15 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 10 50% KURANG 3
R16 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R17 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 12 60% CUKUP 2
R18 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 15 75% CUKUP 2
R19 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 14 70% CUKUP 2
R20 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 9 45% KURANG 3
R21 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R22 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 12 60% CUKUP 2
R23 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 8 40% KURANG 3
89
R24 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 10 50% KURANG 3
R25 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 40% KURANG 3
R26 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R27 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R28 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 14 70% CUKUP 2
R29 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R30 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 80% BAIK 1
R31 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 17 85% BAIK 1
R32 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 15 75% CUKUP 2
R33 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 13 65% CUKUP 2
R34 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 14 70% CUKUP 2
R35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 14 70% CUKUP 2
R36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 13 65% CUKUP 1
R37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 11 55% KURANG 3
R38 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 11 55% KURANG 3
R39 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 6 30% KURANG 3
R40 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 25% KURANG 3
R41 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 9 45% KURANG 3
R42 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 13 65% CUKUP 2
R43 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 8 40% KURANG 3
R44 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 10 50% KURANG 3
R45 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 12 60% CUKUP 2
R46 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 11 55% KURANG 3
R47 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 9 45% KURANG 3
R48 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 11 55% KURANG 3
R49 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 11 55% KURANG 3
R50 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 10 50% KURANG 3
90
R51 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 11 55% KURANG 3
R52 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 14 70% CUKUP 2
R53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11 55% KURANG 3
R54 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 8 40% KURANG 3
R55 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 10 50% KURANG 3
R56 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 11 55% KURANG 3
R57 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 11 55% KURANG 3
R58 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 11 55% KURANG 3
R59 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 9 45% KURANG 3
Total 49 49 43 50 40 34 38 37 43 35 38 26 17 23 35 26 8 37 33 33 694
Rata2 soal 0.8 0.8 0.7 0.8 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.6 0.4 0.3 0.4 0.6 0.4 0.1 0.6 0.5 0.5 11.8
rata2 46,2 36,3 32 23 34,3 59
parameter
parameter 231:694×100 :33% 109:694×100 :16% 159:694×100 :23% 92:694×100 :13% 103:694×100 :15% 100%
(%)
KETERANGAN:
R :Responden
Ya = 1 KODE:
Tidak = 0 1: BAIK
Dengan kriteria: Baik : 76 – 100 % 2: CUKUP
Cukup : 56– 75% 3: KURANG Kurang: < 56 % (Nursalam, 2010)
91
Hasil tabulasi data khusus kejadian diare
responden(R) P21 HASIL KODE Responden(R) P21 HASIL KODE Responden(R) P21 HASIL KOD
E
R1 0 TIDAK 1 R25 1 DIARE 2 R49 1 DIARE 2
R2 1 DIARE 2 R26 1 DIARE 2 R50 1 DIARE 2
R3 1 DIARE 2 R27 1 DIARE 2 R51 1 DIARE 2
R4 0 TIDAK 1 R28 0 TIDAK 1 R52 0 TIDAK 1
R5 0 TIDAK 1 R29 0 TIDAK 1 R53 0 TIDAK 1
R6 0 TIDAK 1 R30 0 TIDAK 1 R54 1 DIARE 2
R7 0 DIARE 1 R31 0 TIDAK 1 R55 1 DIARE 2
R8 1 DIARE 2 R32 0 TIDAK 1 R56 0 TIDAK 1
R9 0 TIDAK 1 R33 0 TIDAK 1 R57 1 DIARE 2
R10 0 TIDAK 1 R34 0 TIDAK 1 R58 1 DIARE 2
R11 0 TIDAK 1 R35 0 TIDAK 1 R59 1 DIARE 2
R12 1 DIARE 2 R36 0 TIDAK 1 TOTAL 31
R13 0 TIDAK 1 R37 1 DIARE 2
R14 0 TIDAK 1 R38 1 DIARE 2
R15 0 TIDAK 1 R39 1 DIARE 2 KETERANGAN:
R16 0 TIDAK 1 R40 1 DIARE 2 R: responden KODE:
P: pertanyaan
1: TIDAK DIARE
R17 0 TIDAK 1 R41 1 DIARE 2
1: ya
2: DIARE
R18 0 TIDAK 1 R42 1 DIARE 2
0: tidak
Kriteria hasil: 1= Diare
R19 1 DIARE 2 R43 0 TIDAK 1
0=Tidak diare
R20 1 DIARE 2 R44 1 DIARE 2
R21 1 DIARE 2 R45 1 DIARE 2
R22 0 TIDAK 1 R46 1 DIARE 2
R23 1 DIARE 2 R47 1 DIARE 2
R24 1 DIARE 2 R48 1 DIARE 2
92
DATA HASIL JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN PERTANYAAN
No Pertanyaan Ya (1) (%) Tidak(0) (%)
1 Apakah terdapat kloset di luar atau di dalam rumah, dengan penutup ? 49 83,1 10 16,9
2 Apakah bangunan tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan yang kuat ? 49 83,1 10 16,9
3 Apakah jarak pembuangan tinja dengan sumur gali >10 m ? 43 72,9 16 27.1
4 Apakah semua orang dirumah menggunakan wc untuk buang air besar? 50 84.7 9 15.3
5 Apakah terdapat akses untuk membersihkan dubur (sabun) setelah buang air besar? 40 67.8 19 32.2
6 Apakah tersedia air mengalir/sarana cuci tangan didalam rumah? 34 57.6 25 42.4
7 Apakah tersedia sabun untuk mencuci tangan? 38 64.4 21 35.6
8 Apakah setiap keluarga tahu kapan waktu cuci tangan (sebelum makan, setelah 37 62.7 22 37.3
makan, sesudah BAB, sebelum menyiapkan makanan)?
9 Apakah keluarga menggunakan air minum/air yang dimasak sebelum dikonsumsi? 43 72.9 16 27.1
10 Apakah air minum yang sudah di olah ditempatkan di wadah yang tertutup rapat? 35 59.3 24 40.7
11 Apakah wadah air minum dibersihkan secara rutin (setidaknya seminggu sekali)? 38 64.4 21 35.6
12 Apakah makanan yang sudah dimasak ditaruh dalam wadah tertutup dan bersih? 26 44.1 33 55.9
13 Apakah selalu mencuci bahan makanan sebelum di olah dengan air mengalir dan 17 28.8 42 71.2
bersih?
14 Apakah sampah padat rumah tangga dikelolah dengan di daur ulang atau dijadikan 23 39.0 36 61.0
pupuk tanaman?
15 Apakah saudara mempunyai tempat penampungan sampah dirumah? 35 59.3 24 40.7
93
16 Apakah tempat sampah dirumah saudara terpisah antara sampah organik dan 26 44.1 33 55.9
anorganik?
17 Apakah sampah yang terkumpul dirumah diangkut ke tempat pembuangan akhir 8 13.6 51 86.4
secara rutin?
18 Apakah air limbah dari kamar mandi dan dapur tidak tercampur dari air dari jamban? 37 62.7 22 37.3
19 Apakah pembuangan air limbah saudara tidak menimbulkan bau? 33 55.9 26 44.1
20 Apakah tidak terdapat genangan air disekitar rumah karena limbah rumah tangga? 33 55.9 26 44.1
94
Lampiran 7
UJI VALIDITAS KUESIONER SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
CORRELATIONS
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 /PRINT=TWOTAIL NOSIG
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 TOTAL
P1 Pearson 1
1.000*
.667*
1.000* 1.00 1.000
*
1.000**
1.000**
.667* .509
.408 .509 .509 .408 1.000
** .509 1.000
** 1.000
*
1.000**
.667* .903
**
Correlation * * 0** *
*
Sig. (2-tailed) .000 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P2 Pearson 1.00 1 .667
*
1.000* 1.00 1.000
*
1.000**
1.000**
.667* .509
.408 .509 .509 .408 1.000
** .509 1.000
** 1.000
*
1.000**
.667* .903
**
Correlation 0** * 0** *
*
Sig. (2-tailed) .000 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P3 Pearson .667 .667* 1 .667
* .667 .667
* .667
* .667
* 1.000
** .764
* .612 .764
* .764
* .612 .667
* .764
* .667
* .667
* .667
* .375 .856
**
Correlation * *
Sig. (2-tailed) .035 .035 .035 .035 .035 .035 .035 .000 .010 .060 .010 .010 .060 .035 .010 .035 .035 .035 .286 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P4 Pearson 1.00 1.000*
.667* 1
1.00 1.000*
1.000**
1.000**
.667* .509
.408 .509 .509 .408 1.000**
.509 1.000**
1.000
*
1.000**
.667* .903
**
Correlation 0** * 0**
*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
95
P5 Pearson
1.00 1.000*
.667*
1.000*
1 1.000
*
1.000**
1.000**
.667* .509
.408 .509 .509
.408 1.000**
.509 1.000**
1.000*
1.000**
.667* .903
**
Correlation
0** *
* *
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P6 Pearson 1.00 1.000*
.667* 1.000
* 1.00
1
1.000**
1.000**
.667* .509
.408 .509 .509
.408 1.000
**
.509 1.000**
1.000
*
1.000**
.667* .903
**
Correlation
0** *
* 0**
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P7 Pearson 1.00 1.000*
.667* 1.000
* 1.00 1.000
*
1 1.000**
.667* .509
.408 .509 .509
.408 1.000
**
.509 1.000**
1.000
*
1.000**
.667* .903
**
Correlation
0** *
* 0** *
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P8 Pearson 1.00 1.000*
.667* 1.000
* 1.00 1.000
*
1.000**
1 .667* .509
.408 .509 .509
.408 1.000
**
.509 1.000**
1.000
*
1.000**
.667* .903
**
Correlation
0** *
* 0** *
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P9 Pearson .667 .667
* 1.000
*
.667* .667
.667*
.667* .667
* 1 .764
*
.612 .764* .764
*
.612 .667*
.764* .667
*
.667*
.667*
.375 .856**
Correlation
* * *
Sig. (2-tailed) .035 .035 .000 .035 .035 .035 .035 .035 .010 .060 .010 .010 .060 .035 .010 .035 .035 .035 .286 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P10 Pearson .509 .509 .764
*
.509 .509 .509
.509 .509 .764* 1
.802
** 1.000
* 1.000
*
.802**
.509
.524 .509
.509
.509
.218 .794**
Correlation * *
96
Sig. (2-tailed)
.133
.133
.010
.133
.133
.133
.133
.133
.010
.005
.000
.000
.005
.133
.120
.133
.133
.133
.545
.006
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P11 Pearson .408
.408
.612
.408
.408
.408
.408
.408
.612 .802
**
1
.802
** .802
**
.583
.408
.356
.408
.408
.408
.102
.651
*
Correlation
Sig. (2-tailed) .242 .242 .060 .242 .242 .242 .242 .242 .060 .005 .005 .005 .077 .242 .312 .242 .242 .242 .779 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P12 Pearson .509
.509
.764
*
.509
.509
.509
.509
.509
.764*
1.000*
.802**
1 1.000
*
.802**
.509
.524
.509
.509
.509
.218
.794**
Correlation
* *
Sig. (2-tailed) .133 .133 .010 .133 .133 .133 .133 .133 .010 .000 .005 .000 .005 .133 .120 .133 .133 .133 .545 .006
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P13 Pearson .509
.509
.764
*
.509
.509
.509
.509
.509
.764*
1.000*
.802**
1.000
*
1
.802**
.509
.524
.509
.509
.509
.218
.794**
Correlation
* *
Sig. (2-tailed) .133 .133 .010 .133 .133 .133 .133 .133 .010 .000 .005 .000 .005 .133 .120 .133 .133 .133 .545 .006
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P14 Pearson .408
.408
.612
.408
.408
.408
.408
.408
.612 .802
**
.583
.802
** .802
**
1
.408
.802
**
.408
.408
.408
.612
.719
*
Correlation
Sig. (2-tailed) .242 .242 .060 .242 .242 .242 .242 .242 .060 .005 .077 .005 .005 .242 .005 .242 .242 .242 .060 .019
N
10
10
10
10
10
10
10 10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10 10 10 10
P15 Pearson 1.00 1.000*
.667* 1.000
* 1.00 1.000
*
1.000**
1.000**
.667* .509
.408
.509
.509
.408
1
.509
1.000**
1.000
*
1.000**
.667*
.903**
Correlation
0**
*
*
0**
*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .133 .000 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
97
P16 Pearson
.509 .509 .764*
.509 .509 .509
.509 .509 .764* .524
.356 .524 .524
.802**
.509
1 .509
.509
.509
.764* .722
*
Correlation
Sig. (2-tailed) .133 .133 .010 .133 .133 .133 .133 .133 .010 .120 .312 .120 .120 .005 .133 .133 .133 .133 .010 .018
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P17 Pearson 1.00 1.000*
.667* 1.000
* 1.00 1.000
*
1.000**
1.000**
.667* .509
.408 .509 .509
.408 1.000
**
.509 1 1.000
*
1.000**
.667* .903
**
Correlation
0** *
* 0** *
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P18 Pearson 1.00 1.000*
.667* 1.000
* 1.00 1.000
*
1.000**
1.000**
.667* .509
.408 .509 .509
.408 1.000
**
.509 1.000**
1
1.000**
.667* .903
**
Correlation
0** *
* 0** *
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P19 Pearson 1.00 1.000*
.667* 1.000
* 1.00 1.000
*
1.000**
1.000**
.667* .509
.408 .509 .509
.408 1.000
**
.509 1.000**
1.000
*
1
.667* .903
**
Correlation
0** *
* 0** *
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .035 .133 .242 .133 .133 .242 .000 .133 .000 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P20 Pearson .667 .667* .375 .667
* .667 .667
* .667
* .667
* .375 .218 .102 .218 .218 .612 .667
* .764
* .667
* .667
* .667
* 1 .648
*
Correlation * *
Sig. (2-tailed) .035 .035 .286 .035 .035 .035 .035 .035 .286 .545 .779 .545 .545 .060 .035 .010 .035 .035 .035 .043
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
TOTA Pearson .903 .903**
.856**
.903**
.903 .903**
.903**
.903**
.856**
.794**
.651* .794
** .794
** .719
* .903
** .722
* .903
** .903
** .903
** .648
* 1
L Correlation ** **
98
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.002
.000
.000
.000
.000
.000
.002
.006
.041
.006
.006
.019
.000
.018
.000
.000
.000
.043
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.972 20
99
Lampiran 8
TABULASI HASIL PENELITIAN PROGAM SPSS
DATA UMUM
Statistics
Jenis Penghasilan
Usia kelamin pendidikan Pekerjaan perbulan
N Valid 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0
Mean 3.44 1.32 3.24 2.47 2.49
Median
4.00
3.00 2.00 2.00
1.00
Std. Deviation .726 .471 .837 .598 .569
Minimum 1 1 1 1 2
Maximum 4 2 5 4 4
Statistics
sumber_informasi
N Valid 59
Missing 0
Mean 2.00
Median 2.00
Std. Deviation .000
Minimum 2
Maximum 2
Frequency Table
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 13-19 tahun 1 1.7 1.7 1.7
19-25 tahun 5 8.5 8.5 10.2
25-50 tahun 20 33.9 33.9 44.1
>50 tahun 33 55.9 55.9 100.0
Total 59 100.0 100.0
100
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 40 67.8 67.8 67.8
perempuan 19 32.2 32.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak sekolah 1 1.7 1.7 1.7
SD 8 13.6 13.6 15.3
SMP 30 50.8 50.8 66.1
SMA 16 27.1 27.1 93.2
akademi/perguruan tinggi 4 6.8 6.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja 1
1.7 1.7 1.7
petani/buruh 31 52.5 52.5 54.2
Swasta 25 42.4 42.4 96.6
PNS 2 3.4 3.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
101
penghasilan_perbulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rp 500.000 - 32
54.2
54.2
54.2
1.000.000
Rp 1.000.000 - 25
42.4
42.4
96.6
3.000.000
Lebih dari Rp 2
3.4
3.4
100.0
3.000.000
Total 59 100.0 100.0
sumber_informasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tenaga kesehatan 59 100.0 100.0 100.0
DATA KHUSUS
Statistics
Stbm kejadian diare
N Valid 59 59
Missing 0 0
Mean 2.49 1.53
Median
3.00
2.00
Std. Deviation .598 .504
Minimum 1 1
Maximum 3 2
102
Frequency Table
Stbm
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 3 5.1 5.1 5.1
Cukup 24 40.7 40.7 45.8
Kurang 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
kejadian diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak diare 28 47.5 47.5 47.5
Diare 31 52.5 52.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
stbm * kejadian diare 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
103
stbm * kejadian diare Crosstabulation
kejadian diare
tidak diare Diare Total
Stbm Baik Count 3 0 3
Expected Count 1.4 1.6 3.0
% of Total 5.1% .0% 5.1%
Cukup Count 15 9 24
Expected Count 11.4 12.6 24.0
% of Total 25.4% 15.3% 40.7%
kurang Count 10 22 32
Expected Count 15.2 16.8 32.0
% of Total 16.9% 37.3% 54.2%
Total Count 28 31 59
Expected Count 28.0 31.0 59.0
% of Total 47.5% 52.5% 100.0%
Correlations
stbm kejadian diare
Spearman's rho Stbm Correlation Coefficient 1.000 .377**
Sig. (2-tailed) . .003
N 59 59
kejadian diare Correlation Coefficient .377**
1.000
Sig. (2-tailed) .003 .
N 59 59
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
104
Lampiran 9
DOKUMENTASI PENELITIAN
Peta STBM Kecamatan Mojoagung
Alat pemicuan STBM Kecamatan Mojoagung
Buku profil desa kedunglumpang
Peta desa kedunglumpang
Pembagian kuisoner penelitian
Tempat cuci tangan
105
Saluran pembuangan air limbah terbuka Dan berbau
Sampah berserakan di belakang rumah
Tempat mencuci bahan makanan
Jamban cemplung dibelakang rumah
Wc dan kamar mandi diluar rumah
Tempat memasak dekat dengan kandang sapi
106
Wc warga yang saniter
Tempat menyimpan makanan
Tempat menyimpan air minum
Tempat pembuangan tinja dekat dengan sumur
107
Lampiran 10
SURAT PENELITIAN
108
109
110
111
112
113
114
115
Lampiran 11