SKRIPSI PGSD FKIP

download SKRIPSI PGSD FKIP

of 111

Transcript of SKRIPSI PGSD FKIP

Rangga Sudarma

SKRIPSI PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN KOSAKATA DENGAN PERMAINAN TEKA-TEKI BERGAMBAR SISWA KELAS I SDN 01 ULAK KARANG SELATAN PADANG

OLEH: RANGGA SUDARMA NPM. 0710013411020

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2011

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama NPM Program Studi Jurusan Fakultas Judul

: RANGGA SUDARMA : 0710013411020 : Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-teki Bergambar Siswa Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang

Padang, Agustus 2011

Disetujui untuk Diuji Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Syofiani, M.Pd

Dra. Niniwati, M.Pd

Mengetahui Dekan Ketua Program Studi

Dr. Marsis, M.Pd

Dra. Zulfa Amrina, M.Pd

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama NPM Program Studi Jurusan Fakultas Judul

: RANGGA SUDARMA : 0710013411020 : Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-teki Bergambar Siswa Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang

Padang,

Agustus 2011

Disetujui untuk Diuji Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Syofiani, M.Pd.

Dra. Niniwati, M.Pd.

Mengetahui Dekan Ketua Program Studi

Dr. Marsis, M.Pd

Dra. Zulfa Amrina, M.Pd

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

ABSTRAK Rangga Sudarma. Skripsi. 2011, Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-Teki Bergambar Siswa Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta. Kurangnya kesempatan siswa untuk mengalami proses pembelajaran bahasa sesuai dengan perkembangan daya pikirnya membuat situasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah kaku. Kondisi seperti itu melatarbelakangi penelitian ini, di samping keluhan yang disampaikan guru kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang bahwa sebagian siswa di kelasnya kurang mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik. Indikatornya terlihat dari beberapa siswa melakukan aktivitas lain pada saat guru menjelaskan materi pelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Nilai siswa pada semester I tahun pelajaran 2010-2011 dengan rata-rata 6,8, dan masih terdapat 34% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sekolah 6,5. Penelitian ini bertujuan untuk menawarkan alternatif strategi pembelajaran yang dapat menciptakan kreativitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya bidang kosakata, dengan memanfaatkan permainan teka-teki bergambar. Berdasarkan kajian teori perkembangan dan membelajaran bahasa siswa yang dikemukakan beberapa pakar disajikan sebuah pembelajaran bahasa Indonesia yang memprioritaskan pengembangan kosakata melalui penerapan permainan teka-teki bergambar. Konsep teka-teki yang dipaparkan oleh Danandjaja adalah sebuah permainan kata untuk menebak jawaban kata, dipaparkan dalam bentuk aturan tertentu (kalimat lisan, tulisan dan gambar) yang mendeskripsikan tentang ciri, bentuk dan kegunaan sebuah kata. Berpadukan materi ajar dengan pola kompetisi permainan edukasi yang dilakukan secara bersama-sama dapat meningkatkan kegairahan belajar siswa karena proses belajar sambil bermain cocok diterapkan pada siswa kelas rendah, dan diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan proses pemerolehan bahasa yang dialaminya. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan, Padang yang berjumlah 38 orang. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa, lembar pengamatan guru dan tes hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 70,62 dengan persentase ketuntasan belajar 60% dan rata-rata nilai siswa siklus II adalah 83,91 dengan persentase ketuntasan belajar 86%. Dari hasil analisis lembar observasi aktivitas siswa diperoleh rata-rata persentase dari observer pada siklus I sebesar 64,5% sedangkan pada siklus II rata-rata persentase yang diperoleh dari observer adalah 80%. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran kosakata bahasa Indonesia melalui permainan teka-teki bergambar meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan karuniaNya dan atas usaha penulis skripsi dengan judul Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-Teki Bergambar Siswa Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu prasyarat untuk mendapati gelar Sarjana Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang. Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. 2. Ibu Dra. Hj. Syofiani, M.Pd. sebagai pembimbing I. Ibu Dra. Niniwati, M.Pd. sebagai Pembimbing II sekaligus Penasehat Akademik. 3. Ibu Dra. Zulfa Amrina, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta. 4. Bapak Dr. Marsis, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta. 5. Ibu Dra. Henny Del Roza selaku Kepala Sekolah SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang. 6. Ibu Listina, A. Md, Guru Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

7.

Rekan-rekan seperjuangan serta adik-adik angkatan, atas segala bentuk dukungan, doa, dan dorongan yang membuat semangat tak pernah padam.

8.

Semua pihak yang telah membantu, baik moril maupun materil yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Skripsi ini adalah usaha maksimal penulis. Namun, jika masih ditemukan kekurangan penulis berharap kritik dan saran yang kontruktif dari pembaca demi kesempurnaan isi skripsi ini. Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, Agustus 2011

Penulis

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

DAFTAR ISI Pengesahan Pembimbing... Nomor Pengesahan Ujian.. Abstrak....... Kata Pengantar... Daftar Isi Daftar Tabel... Daftar Lampiran BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Batasan Masalah C. Perumusan Masalah... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian. BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Teori... 1. Perkembangan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa.................... 2. Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Anak di SD................ 3. Teka-Teki. 4. Gambar.... 5. Permainan Teka-Teki Bergambar............................................. 6. Tinjauan Aktivitas Guru.. 7. Tinjauan Aktivitas Siswa. ... B. Kerangka Konseptual Halaman

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

C. Hipotesis Tindakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian.. B. Lokasi dan Subjek Penelitian C. Prosedur Penelitian D. Indikator Keberhasilan.. E. Instrumen Penelitian.. F. Teknik Analisis Data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data.. 1. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .... B. Pembahasan... 1. Aktivitas Belajar Siswa... 2. Hasil Belajar Siswa.. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan Tekateki Bergambar BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran.. Daftar Pustaka...

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Tahap perkembangan Bahasa Anak Tabel 2 : Aktivitas Siswa Yang Akan Diamati .... Tabel 3 : Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I Tabel 4 : Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I Tabel 5 : Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Tabel 6 : Persentase Aktivitas Guru pada Siklus II Tabel 7 : Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II Tabel 8 : Hasil Belajar Siswa pada Siklus II Nomor Halaman

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ........................... : Lembar Teka-teki Bergambar............... : Petunjuk Lisan Teka-teki Bergambar.............................................. : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II............................ : Lembar Teka-teki Bergambar........................................................... : Petunjuk Lisan Teka-teki Bergambar............................................... : Hasil Ujian bahasa Indonesia siswa Semester I Tahun 2010-2011.. : Pembagian Kelompok Siswa dalam Permainan Teka-teki Bergambar...................................................................................................... Lampiran 9 : Cerita keluarga Tiara.........................................................................

Lampiran 10 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I pertemuan 1................. Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I pertemuan 2................. Lampiran 12 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II pertemuan 1............... Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II pertemuan 2............... Lampiran 14 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I pertemuan 1.................. Lampiran 15 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I pertemuan 2.................. Lampiran 16 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II pertemuan 1................. Lampiran 17 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II pertemuan 2................. Lampiran 18 : Kisi-kisi Instrumen Hasil belajar I Lampiran 19 : Insrumen Hasil belajar I.... Lampiran 20 : Pedoman Jawaban Tes I

Lampiran 21 : Kisi-kisi Instrumen Hasil belajar II... Lampiran 22 : Insrumen Hasil belajar II......

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Lampiran 23

: Pedoman Jawaban Tes II..

Lampiran 24 : Hasil Ujian Siswa Lampiran 25 : Surat Izin Penelitian.. Lampiran 26 : Surat Keterangan Selesai Penelitian.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi kehidupan manusia.

Dalam berbagai macam situasi, bahasa dimanfaatkan untuk menyampaikan sebuah gagasan berbagai hal baik yang dirasakan, difikirkan, dialami, maupun diangankan oleh seseorang yang dituangkan secara lisan ataupun tulis. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial membuat kedudukan bahasa menjadi hal yang sangat penting dalam interaksi antarsesama manusia. Dengan bahasa, akan mempermudah kelangsungan hidupnya. Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku yang menetap di beberapa pulau sehingga menimbulkan keragaman dalam berkomunikasi, khususnya bahasa lisan. Setidaknya terdapat tiga jenis bahasa yang sama-sama digunakan oleh masyarakat meskipun situasi pemakaiaan dan jumlah penuturnya berbeda-beda. Ketiga jenis bahasa itu adalah bahasa ibu biasanya bahasa daerah, bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing. Penggunaan bahasa daerah biasanya digunakan hanya sebagai sarana komunikasi antar warga dalam lingkup daerah tertentu saja, sehingga timbullah kendala dalam berkomunikasi apabila di suatu daerah terdapat kumpulan warga yang menguasai bahasa daerah yang berbeda. Untuk itulah dibutuhkan bahasa yang dapat menjembatani kesulitan

berkomunikasi antar daerah dan sekaligus mempersatukan masyarakat yaitu bahasa Indonesia.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Pernyataan tekad kebahasaan dalam kesatuan nasional diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 pada salah satu butir Sumpah Pemuda yang berbunyi, kami putra dan purti Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia (Mustakim, 1994:9). Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, hambatan komunikasi yang disebabkan berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa daerah dapat teratasi dengan bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia. Pada pasal 36 dalam UUD 1945 berbunyi, Bahasa negara adalah bahasa Indonesia (Sekretariat Jenderal MPR RI, 2008:10). Kalimat itu, juga menegaskan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki kedudukan yang sangat kuat yang digunakan dalam urusan kenegaraan dan urusan tata pemerintahan. Sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara, usaha pelestarian, pembinaan, dan mengembangan bahasa Indonesia menjadi tanggung jawab setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar seyogianya mendapat perhatian dan penanganan sungguhsungguh. Dalam Ketetapan MPR 1978 dan 1983 dinyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Disamping itu, pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakupi semua lembaga pendidikan dan menjangkau masyarakat luas (Mustakim, 1994:13). Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 juga ditegaskan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, dipandang sebagai salah satu tempat yang

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

mempunyai peranan penting untuk melaksanakan tugas tersebut (Mustakim, 1994:13). Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah pada hakikatnya merupakan salah satu sarana dalam rangka mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang terarah dan terprogram. Oleh karena itu, melalui proses pengajaran bahasa Indonesia, diharapkan peserta didik/siswa memiliki

kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai dengan tujuan atau keperluan berkomunikasi dan konteks pemakaiannya sehingga pada gilirannya siswa benar-benar dapat menguasai dan mampu berbahasa secara aktif (berbicara dan menulis) maupun reseptif (menyimak dan membaca). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kualitas keterampilan berbahasa siswa baik secara aktif maupun reseptif sangat tergantung dengan kualitas dan kuantitas kosakata bahasa Indonesia yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki, maka semakin terampillah siswa dalam berbahasanya (Tarigan, 1986:3). Penguasaan kosakata pada usia sekolah sangatlah penting dan

merupakan dasar untuk penguasaan kosakata pada usia selanjutnya. Hastuti dalam Chasanah (2008:14) menyatakan bahwa pentingnya penguasaan

kosakata adalah Agar siswa mampu memahami kata atau istilah dan mampu menggunakannya dalam tindak berbahasa baik itu menyimak, berbicara, membaca maupun menulis. Untuk itulah, pengembangan kosakata siswa perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Guru seyogianya merancang pembelajaran yang

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

dapat mengembangan kosakata bahasa Indonesia siswa dalam pembelajaran. Kurangnya perhatian guru akan hal itu akan berdampak buruk terhadap kemampuan berbahasa siswa. Pada saat penulis melakukan Praktek Lapangan Kependidikan (PLK) di SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang pada tanggal 19 Juli 2010, penulis langsung mengidentifikasi problematika pengembangan kosakata bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Hal yang menjadi pertimbangan penulis untuk langsung melakukan observasi saat PLK, karena SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang merupakan salah satu sekolah unggul yang berada di kota Padang. Posisi sekolah yang berlokasi di tepi jalan utama kota Padang membuat sekolah ini menjadi akses yang terjangkau bagi masyarakat, sehingga sekolah ini menjadi pilihan utama untuk bersekolah. Karena sekolah ini hanya menerima satu kelas untuk setiap angkatannya maka untuk bersekolah di SDN 01 Ulak Karang Padang diadakan seleksi yang ketat. Sekolah yang dipandang unggul tidak menjadi jaminan terjadinya proses pembelajaran bahasa Indonesia yang opitimal. Hal itu ditemukan penulis saat melakukan PLK. Dari hasil wawancara dan keluhan yang disampaikan guru kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang bahwa sebagian siswa di kelasnya kurang mengikuti pembelajaran dengan baik pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Hal itu terlihat dari beberapa siswa yang melakukan aktivitas lain saat guru menjelaskan materi pelajaran, seperti berbicara dengan teman sebangku dan mengganggu konsentrasi temannya yang ingin belajar sehingga kelas cenderung gaduh dan tidak kondusif. Hasil belajar siswa pun kurang baik. Rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata ulangan semester I siswa kelas I SDN 01 Ulak

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Karang Selatan Padang tahun pelajaran 2010-2011 yang memperoleh nilai ratarata 6,8 dan masih terdapat 34% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sekolah 6,5. Rendahnya hasil belajar siswa kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang dimungkinkan karena kurangnya perhatian guru terhadap pengembangan kosakata dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penguasaan kosakata yang tidak memadai, membuat situasi siswa kurang terampil dalam berbahasa reseptif (menyimak dan membaca) sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa. Disamping itu, keterbatasan kosakata juga membuat siswa kurang terampil dalam berbahasa aktif (berbicara dan menulis) sehingga membuat aktivitas belajar siswa menjadi tidak optimal. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dalam pembelajaran bahasa saat ini diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat sebagai upaya kongkrit dalam aplikasi pembelajaran di kelas. Anak di kelas permulaan (usia 6 - 8 tahun) berada pada fase bermain, dengan bermain anak akan senang belajar, semakin anak senang maka semakin banyak yang diperolehnya. Permainan belajar dapat menciptakan atmosfir menggembirakan dan membebaskan kecerdasan penuh dan tak terhalang dalam memberikan banyak sumbangan. Permainan memiliki peranan penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak, karena bermain dapat mendorong imajinasi anak, menambah daya ingat, dan kesempatan menalar. Permainan dapat diterapkan dalam semua bidang studi, seperti matematika, ilmu sosial, IPA, bahasa dan lain sebagainya.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tindakan kelas di SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang. Penulis mencoba mengembangkan suatu alternatif agar terciptanya proses pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan proses perkembangan kebahasaan anak. Dengan memprioritaskan pembelajaran kosakata bahasa Indonesia, penulis mencoba mengembangkan pembelajaran melalui penerapan permainan teka-teki bergambar. Teka-teki adalah sebuah permainan kata untuk menebak sebuah kosakata yang dipaparkan dalam bentuk aturan kalimat lisan atau tulisan tertentu, seperti deskripsi tentang ciri, bentuk dan kegunaan sebuah kata. Selain itu dengan memadukan dengan media gambar dapat menimbulkan kreativitas siswa yang beragam dalam menjawab dan mendeskripsikan sebuah kata. Bermain teka-teki kata menggunakan media bantu gambar secara bersama-sama dapat meningkatkan kegairahan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Penulis memilih judul Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Teka-Teki Bergambar Pada Siswa Kelas I SDN 01 Ulak Karang Padang, karena di dalam proses belajar-mengajar di kelas tersebut masih belum menggunakan permainan ini dalam pembelajarannya.

B.

Pembatasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup yang akan diteliti dan keterbatasan waktu,

tenaga serta kemampuan penulis, serta agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan, maka penelitian ini dibatasi:

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

1.

Aktivitas siswa dilihat dari aspek oral activities, writing activities, visual activities dan emosional activities.

2.

Aktivitas guru dilihat dari aspek keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya (dasar, lanjut dan penguatan), dan keterampilan mengelola kelas.

3.

Hasil belajar yang dilihat dari aspek kognitif.

C.

Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut: 1. Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang? 2. Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang? 3. Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang?

D.

Tujuan Penulisan Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

1.

Meningkatkan proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang.

2.

Meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang.

3.

Meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang.

E.

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1.

Guru a. Sebagai masukan dalam melaksanakan pembelajaran secara variatif guna memaksimalkan kemampuan peserta didik. b. Meningkatkan suasana aktif, kreatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran di kelas.

2.

Siswa a. b. Dapat meningkatkan penguasaan kosakatanya. Dapat meningkatkan keaktifan dalam belajar, sehingga lebih kreatif dan lebih menguasai kosakata bahasa Indonesia dalam pembelajaran.

3.

Penulis a. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai acuan untuk melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang. b. Sebagai upaya dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

4.

Sekolah

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

a.

Memberikan masukan kepada sekolah tentang perlunya meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan permaianan teka-teki

bergambar dalam pembelajaran di kelas rendah. b. Untuk menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah khususnya peningkatan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat dikembangkan dengan permaianan teka-teki bergambar sebagai upaya menunjang peningkatan hasil belajar.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. 1.

Kajian Teori Perkembangan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Ken Goodman dalam Gusnetti (2009:1) menyatakan bahwa suatu teka-teki

yang sulit dijawab berkenaan dengan belajar anak. Suatu ketika, anak-anak tampak sudah belajar bahasa, tetapi juga kadang-kadang kelihatan sukar. Dalam kesehariannya, ketika siswa berada di luar sekolah, siswa mampu dan dapat belajar bahasa dengan baik seperti memahami ujaran yang disampaikan orang lain ataupun melontarkan ujaran bermakna kepada orang lain dalam waktu relatif singkat tanpa ada tekanan dan paksaan. Berbeda dengan belajar bahasa di sekolah, siswa selalu menemukan kesulitan yang kadang-kadang dapat menghasilkan keadaan yang membosankan dalam belajar bahasa siswa. a. Perkembangan Bahasa Anak Bila kita mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak, kita akan terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang berjenjang dan teratur. Grasia dalam Krisanjaya (1998) dalam Hartati (2006:47) menyatakan bahwa

pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri-ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya sangat individual dan kadang aneh seperti: mamam

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

atau maem untuk makan, hal itu menandai tahap pertama perkembangan bahasa formal. Perkembangan bahasa anak dimulai sejak bayi, perkembangan ini disebut fase bunyi dan makna yang kisaran usianya antara 9-16 bulan. Bayi yang berumur satu tahun sudah mulai menggunakan bahasa, walaupun satu kata. Kata-katanya sederhana yang mudah dimengerti secara kongkrit. Anak sudah biasa mengucapkan kata benda seperti mama, papa, meong, maam, dan lain-lain. Tarigan (1986:12) juga menambahkan bahwa: Pada umumnya, mitra komunikasi anak menafsirkan maksud tuturannya dengan sesuatu yang menyertai aktivitas anak itu dan unsur-unsur non-linguistik lainya seperti gerak isyarat, ekspresi, dan benda yang ditunjuk anak. Setelah fase bunyi dan makna, kisaran umur 16-24 bulan, anak sudah memasuki fase tata bahasa dan dialog. Anak sudah mampu menggunakan bunyi makna untuk menyampaikan maksud dan tujuannya, seperti: itu binatang; itu bonekaku. Kalau kita perhatikan tuturan anak di fase ini, hanya kata-kata penting yang sering muncul. Tidak ada dalam tuturan kata tugas (kata depan, kata sambung, kata penghubung), dan imbuhan. Sementara itu, untuk mengacu kepada diri dan orang lain biasanya anak menggunakan nama diri dan gelar seperti: Bapak, Ibu, Aku, dan sebagainya (Tarigan, 1986:13). Selanjutnya fase usia 24 bulan dan seterusnya yaitu teks, yaitu ketika anak sudah mampu memilih-milih kata untuk dijadikan sebuah naskah utuh serta sudah bisa membedakan informasi baru dengan informasi yang sudah usang. Seperti: Itu matahari-itu api; Masih main boneka, saya segera datang, Bu (Tarigan, 1986:13).

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Hal yang sama disampaikan Piaget (dalam Gusnetti, 2009:6) menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak terdiri atas beberapa tahapan pokok, yaitu: (1) sensorimotori, (2) Praoperasional, (3) operasional. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 1: Tahap perkembangan Bahasa Anak Fase-fase Perkembangan Fase-fase perkembangan umur perkembangan kognitif kebahasaan Periode sensorimotori. Fase fonologi. Anak Anak memanipulasi bermain dengan bunyiobjek di lingkungannya bunyi bahasa mulai Lahir-umur 2 tahun dan mulai membentuk mengoceh, sampai konsep. menyebutkan kata-kata sederhana. Periode praoperasinal. Fase sintaksis. Anak Anak memahami pikiran menunjukkan Usia 2 sampai 7 simbolik, tetapi belum kesadaran gramatis, tahun dapat berfikir logis. berbicara menggunakan kalimat. Periode operasional. Fase semantik. Anak Anak dapat berfikir logis dapat membedakan Usia 7 sampai 11 mengenai benda-benda kata sebagai simbol dan tahun kongrit. kosep yang terkandung dalam kata.

Dengan demikian, tahap perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas tiga tahapan berbahasa yaitu: (1) tahap satu kata yang berupa bunyi dan makna suatu bahasa, (2) tahap dua kata yang agak kompleks berupa dialog singkat bersifat telegrafik, ujaran yang dituturkan anak hanyalah kata-kata yang penting saja, dan (3) tahap banyak kata ketika anak sudah biasa membuat tuturan panjang yang tata bahasanya lebih teratur. Pada tahap-tahap perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan sistem bahasa yang dipelajarinya berupa: (1) Fonologi, yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan bunyi-bunyi tersebut sebagai sesuatu yang

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

bermakna. (2) Gramatikal, yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsur tuturan. (3) Semantik leksikal, yaitu pengetahuan tentang kata untuk mengacu pada suatu hal. (4) Pragmatik, yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan. b. Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Anak SD Gusnetti (2009:1) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu keterampilan untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Artinya, dalam konteks ini, yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa anak. Setiap anak yang lahir normal secara fitrah sudah dilengkapi oleh perangkat pemerolehan bahasa; oleh Chomsky dalam Resmini (2006:48) alat itu dinamakan Language Acquisition Device (LAD). LAD berpotensi untuk mengolah data secara alamiah (bekal kodrati) sehingga anak berpotensi untuk menguasai bahasa. Dengan kata lain, pemerolehan bahasa seseorang tidak tergantung menurut intelegensinya. Betapa pun rendahnya intelegensi manusia (kecuali bila ada cacat tertentu), dia tetap saja akan dapat berbahasa (Soejono, 2000:14). Krashen dan Terrell dalam Tola (1990) dalam Resmini (2006:47) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa yang dialami oleh anak terjadi melalui dua cara yaitu melalui pemerolehan dan melalui pembelajaran. Melalui pemerolehan bahasa, ditandai oleh beberapa hal yaitu: 1) 2) Berlangsung dalam situasi informal, tanpa beban dan di luar sekolah. Dilakukan tanpa sadar.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

3)

Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna. Artinya, yang terpenting dalam proses ini adalah kesediaan lingkungan

bahasa. Dengan cara ini, pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disadari atau di bawah sadar, yakni seseorang telah terlibat di dalam situasi proses pemerolehan bahasa, yang biasanya disebut sebagai pemerolehan bahasa pertama (Gusnetti, 2009:2). Sedangkan melalui pembelajaran, biasa disebut sebagai pemerolehan bahasa kedua (B2) dan bahasa asing yaitu pemerolehan bahasa yang dilakukan seseorang secara sadar dan direncanakan untuk suatu tujuan. Resmini dalam bukunya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi menyatakan bahwa di sekolah, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak dan berbicara merupakan kemampuan berbahasa yang tercakup dalam kemampuan orasi (oracy). Sedangkan dua kemampuan lainnya merupakan kemampuan yang tercakup dalam kemampuan literasi (literacy). Kemampuan orasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan bahasa lisan, sedangkan kemampuan literasi berkaitan dengan bahasa tulis. Kemampuan menyimak (orasi) dan kemampuan membaca (literasi) merupakan dua kemampuan berbahasa yang termasuk ke dalam kemampuan reseptif, yaitu kemampuan anak untuk memahami setiap maksud yang disampaikan oleh menutur baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Sedangkan kemampuan berbicara (orasi) dan kemampuan menulis (literasi) merupakan dua

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

kemampuan yang termasuk ke dalam kemampuan berbahasa ekspresif yang secara produktif dapat menghasilkan tuturan bermakna dalam bentuk lisan dan tulisan. Keempat kemampuan di atas harus merupakan kompetensi berbahasa yang harus dikuasai siswa. Dengan demikian, perlu diupayakan pembelajarannya secara tepat dengan strategi pembelajaran yang tepat pula. Bagi kebanyakan anak di Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua setelah bahasa ibu. Menurut beberapa ahli, pemerolehan bahasa anak di sekolah tidak berbeda secara signifikan dengan yang diperoleh anak secara alami, jika penerapan poses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah disajikan dengan suasana non-formal. Sekolah sedapat mungkin menyediakan lingkungan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Perlunya pengupayaan pengalaman berbahasa dalam proses pemerolehan harus benar-benar sesuai dengan konteks berbahasa yang sesungguhnya yang dekat dengan kehidupan anak. Robin dalam Stern (1983) dalam Hartati (2006:51) menyebutkan ciri-ciri pelajar yang baik ketika melakukan proses belajar bahasa yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Ia mau dan menjadi seorang penerka yang baik (dapat menerka bentuk yang gramatikal dan tidak gramatikal). Suka berkomunikasi. Kadang-kadang tidak malu terhadap kesalahan dan siap memperbaikinya; belajar setelah berbuat kesalahan Suka mengikuti perkembangan bahasa. Praktis, tidak terlalu teorotis. Mengikuti ujarannya dan membandingkannya dengan ujaran yang baku, ini baik untuk hafalan. Mengikuti perubahan makna sesuai konteks sosial.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Untuk mengoptimalkan keberhasilan pembelajaran pemerolehan bahasa anak, Tarigan dalam Hartati (2006:28) menyebutkan bahwa setidaknya ada lima kemampuan yang hendaknya siswa miliki: 1) 2) 3) 4) 5) Kemampuan memusatkan perhatian agar dapat memahami bahan simakan secara utuh. Kemampuan menangkap bunyi (kemampuan mendengar). Kemampuan mengingat hal-hal yang dianggap penting dari bahan simakan. Kemampuan linguistik atau bahasa untuk menafsirkan dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa. Kemampuan non linguistik seperti pengetahuan atau pengalaman mengenai materi yang disampaikan.

2.

Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Anak di SD Kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan

kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1995:527). Soedjito (1988:1) juga mendefinisikan arti kosakata yaitu: a. b. c. d. Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa. Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis; Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan; dan Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

Sesuai dengan definisi di atas, jelaslah bahwa pengusaaan kosakata merupakan hal yang utama dalam proses pemerolehan suatu bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Kebutuhan akan penguasaan kosakata yang cukup merupakan hal yang utama bagi siswa dalam meningkatkan keterampilannya dalam berbahasa.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Catatan Edgar Dale bersama rekan-rekannya dalam Tarigan (1986:5) terhadap kosakata anak-anak kota ternyata bahwa tiga perempat dari mereka telah memiliki sekitar seribu lima ratus kata pada bulan Januari dan Februari tahun pertama mereka masuk sekolah. Mereka mencatat bahwa kebanyakan dari katakata tersebut: a. b. c. d. Dapat dirasa. Merupakan kosakata setiap hari kebanyakan orang. Perlu pembicaraan hampir setiap kalimat. Telah dialami dan dihayati tidakkan pernah dilupakan.

Dalam perkembangannya, kosakata yang berkembang sangat pesat adalah kosakata dasar, yang sangat dekat di sekitar anak dan merupakan kata-kata yang kongkrit (Soenjono, 2000:36). Kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali memungkinkannya dipungut dari bahasa lain. Yang termasuk ke dalam kosakata dasar ini telah termasuk: a. Istilah kekerabatan; misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, mertua. b. Nama-nama bagian tubuh; misalnya: kepala, mata, rambut, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, pinggang, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah nafas. c. Kata ganti; misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, itu, sini, situ, sana. d. e. Kata bilangan pokok; misalnnya: satu, dua, tiga, empat, lima. Kata kerja pokok; misalnya: makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, menangkap, berlari.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

f.

Kata keadaan pokok; misalnya: suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil, banyak, sedikit,terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, mikin, tua, muda, hidup, mati.

g.

Benda-benda universal; misalnya: tanah, air, api, udara, langit, bumi, bintang, bulan, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan. Dan selanjutnya menurut Gentner dalam Soenjono (2000:36) menyatakan

bahwa kosakata dasar yang paling utama dikuasai anak adalah nomina. Pada anak, nomina secara tipikal merujuk pada benda kongkrit dalam kehidupannya. Dalam pembelajaran di sekolah, telaah kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah yang sama yaitu membimbing siswa dari yang telah diketahui menuju ke arah yang belum atau tidak diketahui siswa (Tarigan, 1986:23). Di dalam praktiknya, pengembangan kosakata mengandung pengertian lebih daripada penambahan kata-kata baru ke dalam perbendaharaan siswa. Pengembangan kosakata siswa berarti menempatkan konsep-konsep baru dalam tatanan yang lebih baik atau ke dalam urutan yang sebenarnya (Tarigan, 1986:22). Guru menolong para siswa untuk melihat persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Sebagai contoh, mereka dengan mudah dapat melihat dan mempelajari bahwa penatar dan petatar berhubungan erat, keduanya nomina; tetapi berbeda dalam makna, karena dalam pemakaianya, penatar berarti orang yang menatar, sedangkan petatar berarti orang yang ditatar. Begitu juga walaupun ada hubungan erat antara

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

petinju dengan meninju, namun jenis katanya berbeda; petinju adalah nomina, sedangkan meninju adalah verba (Tarigan, 1986:22). Sesuai hakikatnya pembelajaran bahasa, pembelajaran kosakata tidak diajar kata-kata lepas atau kalimat-kalimat lepas, tetapi terlibat dalam konteks wacana, berkaitan dengan mata pelajaran dan berkaitan pula dengan bidang-bidang tertentu. Sebagai contoh wacana dengan tema laut, maka siswa akan menemukan beberapa kosakata terkait yaitu: air laut, ikan, nelayan, pohon kelapa dan sebagainya. Pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas I SD berdasar kurikulum 2004 sekarang ini, kosakata yang harus dikuasai menyangkut wacana tentang kebersihan, budi pekerti, kegemaran, lingkungan, permainan, dan kesehatan. Sudah jelas bahwa uraian di atas mencerminkan hakikat pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Untuk mencapai hal itu siswa perlu di bekali kemampuan penguasaan kosakata yang memadai. Sebab kalau tidak demikian maka siswa tidak dapat berkomunikasi secara optimal. Dengan kata lain, penguasaan kosakata yang memadai akan dapat meningkatkan kualitas orang seorang dalam menyikapi bahasa. Hal itu selaras dengan pandangan Dale dalam Tarigan (1986:3) yang memberikan pandangan tentang pentingnya memahami kosakata sebagai berikut: a. Kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya, Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual, Semua pendidikan pada prinsipnya merupakan pengembangan kosakata,

b. c.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

d.

e. f.

Program yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan, dan status sosial, Faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata, dan Penelaahan kosakata yang efektif hendaknya beranjak dari kata-kata yang sudah diketahui menuju kata-kata yang belum atau tidak diketahui.

3.

Teka-Teki Pertanyaan tradisional, di Indonesia lebih dikenal dengan teka-teki, adalah

pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional pula. Pertanyaan dibuat sedemikian rupa, sehingga jawabannya sukar, bahkan seringkali juga baru dapat dijawab setelah mengetahui lebih dahulu jawabannya (Danandjaja, 1984:33). Sedangan menurut Robert A. Georges dan Alan Dundes dalam Danandjaja (1984:33) menyatakan bahwa teka-teki adalah Ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan (descriptive), sepasang dari padanya dapat saling bertentangan dan jawabannya (refent) harus diterka. Selanjutnya menurut mereka teka-teki dapat digolongkan ke dalam dua kategori umum, yakni: (1) teka-teki yang tidak bertentangan (non-opposition riddle), dan (2) teka-teki yang bertentangan (opposition ridle). Pembagian itu didasarkan ada atau tidaknya pertentangan di antara unsur-unsur pelukisan. Tekateki yang tidak pertentangan unsur pelukisnya bersifat harfiah, yakni seperti apa yang tertulis (literal), atau kiasan (metephorical). Pada teka-teki yang tidak pertentangan yang bersifat harfiah, jawaban dan pertanyaannya adalah identik. Sebagai contoh adalah: Apa yang hidup di sungai? yang merupakan topik atau pertanyaan suatu teka-teki; dan referen atau

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

jawabanya adalah ikan. Dalam jenis teka-teki ini, baik topik maupun refennya secara harfiah adalah sama, yaitu ikan. Keadaan akan menjadi lain pada teka-teki yang tidak bertentangan yang bersifat kiasan; karena refen dan topik unsur pelukisnya berbeda. Contoh: Apa itu dua baris kuda putih berbaris di atas bukit merah?adalah topik teka-teki semacam ini, dengan sederet gigi di atas gusi sebagai refennya. Dalam teka-teki macam ini, topik (kuda) dan refen (gigi) secara harfiah adalah beda. Jika mau juga dianggap sama, hanya boleh dalam arti metafora saja, karena kedua-duanya berwarna putih, dan berada di atas benda yang berwarna merah (bukit merah dan gusi). Selain itu, masih ada teka-teki golongan lain yang dapat ditambah walaupun sifatnya agak berlainan, sehingga sebenarnya tidak tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan folklor lisan. Teka-teki ini oleh Brunvand dalam Danandjaja (1984:42) disebut non-oral riddle atau teka-teki bukan lisan. Jenis teka-teki semacam ini berbentuk bukan dari kata-kata, melainkan dari gerak isyarat atau lukisan, yang sedikitnya ada dua macam, yaitu yang disebut rebus dan droodle. Rebus adalah teka-teki bukan lisan, melainkan berupa sederetan gambargambar. Contohnya dari A.S adalah: My pants for you (hatiku berdetak-detak karena kamu). Rodoodle adalah teka-teki yang berupa gambar, yang harus diterka isinya. Sebagai contoh adalah gambar di bawah ini, Gambar apa ini? 4 U. Jawabannya: My heart

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Jawabannya Penjual krupuk dari Jawa. Jawabanya demikian karena tukang krupuk dari Jawa menempatkan krupuk-krupuknya di dalam dua buah drum besar, terbuat dari seng, yang digotong dengan pikulan yang terbuat dari bambu (Danandjaja, 1984:42-43). 4. Gambar Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata (Sadiman, 2006:29). Beberapa kelebihan media gambar/foto yang lain dijelaskan di bawah ini: a. b. Sifatnya konkrit; gambar/foto lebih realistis menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin, atau bahkan semenit yang lalu kadangkadang tak dapat ita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto amat bermanfaat dalam ini. Media/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto. Foto dapat menjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahfahaman. Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

c.

d.

e.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar dan foto mempunyai beberapa kelemahan yaitu: a. Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata;

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

b. c.

Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran; Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.

Ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan, yaitu: a. b. c. Autentik yaitu secara jujur melukisakan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya. Sederhana yaitu komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar. Ukuran relatif yaitu dapat memperbesar atau memperkecil objek/benda sebenarnya. Apabila gambar/foto tersebut tentang benda/objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut. Untuk menghindari itu, hendaknya dalam foto tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapat membantunya membayangkan gambar. Apabila anak belum pernah melihat ikan paus tentulah sulit membayangkan berapa besarkah ikan paus tersebut. Dengan pertolongan gambar manusia disamping gambar ikan tadi, maka siswa dapat membedakan ukuran ikan dengan manusia. Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan Aktivitas tertentu. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar karya siswa sendiri seringkali lebih baik. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

d.

e.

f.

5.

Permainan Teka-Teki Bergambar Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak memperoleh

pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan berbagai permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum baik perkembangan berpikir, emosi maupun sosial. Melalui alat permainan eduatif (APE) anak akan menemui semua

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

unsur pendidikan yang dibutuhkannya, sehingga dapat mengembangkan totalitas potensi yang dimilikinya (Ismail, 2006:1).

Permainan edukatif diartikan oleh Ismail (2006:1) yaitu: Suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan si anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pengasuh dengan pendidik (anak didik), kemudian menyalurkan kegiatan anak didik dan sebagainya. Permainan edukatif juga dapat berarti sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan dari cara atau alat pendidikan yang digunakan dalam kegiatan bermain, yang disadari atau tidak memiliki muatan pendidikan yang dapat bermanfaat dalam mengembangkan diri secara seutuhnya. Artinya, permainan edukatif merupakan sebuah bentuk kegiatan mendidik yang dilakukan dengan menggunakan cara atau alat permainan yang bersifat mendidik (Ismail, 2006:1-2) Pada dasarnya bermain pada anak-anak ditujukan untuk mengembangkan tiga kemampuan pokok, yaitu: a. Kemampuan fisik-motorik (psikomotor) Dengan bergerak, seperti berlari, atau melompat, seorang anak akan terlatih motorik kasarnya, sehingga memiliki sisitem perototan yang terbentuk secara baik dan sehat. Kemampuan motorik halusnya akan terlatih dengan permainan puzzle, membedakan bentuk besar dan kecil, dan sebagainya. b. Kemampuan sosial-emosional (afektif)

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Anak melakukan aktivitas bermain karena ia merasa senang untuk melakukannya. Pada tahap-tahap awal perkembangannya, orang tua merupakan kawan utama dalam bermain. Pergeseran akan terjadi seiring dengan bertambahnya umur anak, terutama setelah memasuki usia sekolah. Di sekolah, anak akan mengalami proses sosialisasi, bergaul dengan kawan sebaya dan dengan gurunya. c. Kemampuan kecerdasan (kognisi) Dalam proses bermain, anak juga bisa diperkenalkan dengan perbendaharaan huruf, angka, kata, bahasa, komunikasi timbal-balik, maupun mengenal objek-objek tertentu, misalnya bentuk (besar atau kecil) dan rasa (manis, asin, pahit, atau asam). Ismail (2006:3) menyatakan bahwa APE ternyata tidak hanya dapat ditujukan untuk memperoleh kemampuan di atas saja, tetapi berkembang lebih luas lagi, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Untuk melatih moral dan rasa keagamaan (ethics-religious) Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa (language) Untuk mengembangkan kemampuan berpikir (cognition) Untuk melatih kemampuan mengelola emosi (emotional) Untuk mengembangkan kemampuan fisik (motorics) Untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi (intrapersonal) Untuk mengembangkan self concept dan kemandirian (interpersonal) Untuk mengembangkan kreativitas (creativity) Untuk mengembangkan kemampuan alamiah (natural) Untuk mengembangkan kemampuan berkesenian (art)

Permainan edukasi jika ditinjau sebagai sebuah aktivitas, dapat dibagi atas dua pengertian, yaitu permainan sebagai sebuah aktivitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Dan permainan diartikan

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah dalam kata lainnya kompetisi (Ismail, 2006:26). Banyak pengajar memakai sistem permainan kompetisi dalam pengajaran dan penilaian peserta didik. Dalam model pembelajaran kompetisi, siswa belajar dalam suasana persaingan. Tidak jarang pula, guru memakai imbalan dan ganjaran sebagai sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan sesama pembelajar (Lie, 2004:23). Teknik imbalan dan ganjaran yang didasari oleh teori behaviorisme atau stimulus dan respon ini banyak mewarnai sistem penilaian hasil belajar. Tujuan utama evaluasi dalam model pembelajaran kompetisi adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik sampai dengan yang paling jelek. Pola penilaian biasanya menempatkan sebagian besar anak didik dalam kategori rata-rata atau biasa-biasa saja. Mereka tidak pernah merasakan kebanggan sebagai anak berprestasi. Lie (2004:24) juga menambahkan bahwa secara positif, model kompetisi dalam permainan dapat menimbulkan rasa cemas yang bisa memicu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka. Namun demikian, rasa cemas yang berlebihan justru bias merusak motivasi. Selain itu, model kompetisi juga mempunyai dampak negatif yang perlu diwaspadai. Model pembelajaran kompetisi menciptakan suasana permusuhan di kelas. Untuk bias berhasil dalam sistem ini, seorang anak harus mengalahkan teman-teman sekelasnya Permainan teka-teki bergambar yang dirancang penulis yaitu

mengembangkan pola permainan kompetisi yang dilakukan dalam evaluasi pada pendekatan kooperatif tipe Team Game Turnamen (TGT) rancang Slavin.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Menurut Slavin (2009:166) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen utama, yaitu: presentasi di kelas, tim (kelompok), game (permainan), turnamen (pertandingan), dan rekognisi tim (perhargaan kelompok). Prosedur pelaksanaan TGT dimulai dari aktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan Game akademik dengan anggota tim lain untuk

menyumbangkan poin bagi skor timnya. Namun, dalam rancangan permainan teka-teki bergambar, ada beberapa poin dari komponen TGT yang tidak digunakan. Lebih lanjut, dijelaskan mengenai langkah-langkah permainan teka-teki bergambar modifikasi TGT dari Slavin, sebagai berikut: a. Presentasi kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa pada saat permainan berlangsung karena skor permainan akan menentukan skor kelompok. b. Persiapan permainan Guru mempersiapkan peraturan permainan dan lembar teka-teki bergambar yang berhubungan dengan materi. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

untuk permainan, yaitu: kartu permainan yang berupa kartu bernomor yang setiap kartu mempunyai tiga petunjuk lisan sebagai pertanyaan dari teka-teki bergambar, skor, dan jawaban. Siswa bermain secara kelompok dengan pembagian anggota kolompok diperoleh berdasarkan hasil ujian semester I yang lalu. c. Permainan teka-teki bergambar Permainan terdiri dari teka-teki bergambar yang tidak bertentangan, dirancang untuk menguji pengetahuan siswa terhadap kosakata dalam satu tema tertentu. Setiap siswa dalam tiap kelompok mendapat kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat dari jawaban teka-teki. Apabila tiap anggota dalam satu kelompok tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka teka-teki tersebut dilempar kepada kelompok lain searah jarum jam. Kelompok yang menjawab benar teka-teki tersebut akan mendapat skor yang telah tertera dibalik kartu bernomor. Skor ini nantinya dikumpulkan kelompok untuk menentukan skor akhir kelompoknya. Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap kelompok secara bergantian searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya. d. Penghargaan tim Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

6.

Tinjauan Aktivitas Guru Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Usman (2007:4) menyatakan bahwa: Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajarmengajar. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam interaksi edukatif. Sadiman (2011:13) juga menambahkan bahwa proses edukatif paling tidak memiliki beberapa unsur yaitu: a. b. c. d. e. f. Tujuan yang ingin dicapai; Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi; Ada pelajar yang aktif mengalami; Ada guru yang melaksanakan; Ada metode untuk mencapai tujuan; Ada situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik; g. Ada penilaian terhadap hasil interaksi. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa dalam situasi edukatif, tugas dan tanggung jawab guru sangat luas. Semua unsur di atas harus difikirkan, direncanakan, dilaksanakan dan dievalusi oleh guru. Tetapi dari sekian banyak tugas yang diembannya, tugas mengajar di depan kelaslah yang merupakan tugas yang sangat penting. Demikian pentingnya sehingga berhasil/tidaknya seorang guru sering diukur hanya dari aspek ini saja. Guru akan dikatakan pandai kalau dapat mengajar di muka kelas dengan baik (Sadiman, 2011:13) Dalam melaksanakan tugasnya di depan kelas, menurut Usman (2007:74) setidaknya ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus guru miliki dalam proses belajar-mengajar berupa keterampilan menjelaskan, bertanya,

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

menggunakan variasi, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran, mengajar kelompok kecil dan perseorangan, mengelola kelas, membimbing diskusi kelompok kecil. Penjabaran dari keterampilan tersebut sebagai berikut: a. Keterampilan Membuka Pelajaran Deskriptor: 1) 2) Menarik perhatian siswa untuk menertibkan suasana kelas. Menimbulkan motivasi belajar untuk menarik minat siswa untuk belajar. 3) 4) 5) Memeriksa kebersihan kelas. Memberikan acuan pembelajaran. Membuat kaitan antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah diketahuai siswa. b. Kemampuan bertanya Deskriptor: 1) 2) 3) 4) 5) 6) c. Menggunakan pertanyaan secara jelas, singkat dan suara yang jelas. Memberikan acuan Pemindahan giliran. Penyebaran. Memberikan waktu berfikir. Pemberian tuntunan.

Keterampilan Memberi Penguatan Deskriptor: 1) Penguatan verbal kepada individu atau kelomok.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

2)

Penguatan nonverbal berupa: gerak inyarat, pendekatan, sentuhan dan simbol/benda.

d.

Keterampilan Mengadakan Variasi Deskriptor: 1) Variasi dalam cara mengajar berupa: variasi suara, pemusatan perhatian, gerak badan mimik, pergantian posisi di dalam kelas. 2) 3) Variasi dalam menggunakan media dan alat peraga. Pola interaksi dan kegiatan siswa.

e.

Keterampilan Menjelaskan Deskriptor: 1) 2) 3) 4) Kejelasan. Penggunaan contoh, ilustrasi dan media. Pemberian tekanan. Penggunaan balikan.

f.

Keterampilan Mengelola Kelas Deskriptor: 1) Menciptaakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dengan cara: memberikan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur dan memberi penguatan. 2) Mengembalikan kondisi belajar uang optimal seperti memodifikasi tingkah laku dan menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

g.

Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Deskriptor: 1) 2) h. Mengadakan pendekatan secara pribadi. Keterampilan mengorganisasi.

Menutup pelajaran Deskriptor: 1) 2) Guru membuat rangkuman materi pembelajaran. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya setelah materi disampaikan. 3) Memberi penugasan agar siswa memberi kesimpulan materi yang telah disampaikan. 4) 5) Memberikan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi. Memberikan penugasan kepada siswa berupa pekerjaan rumah.

7. Tinjauan Aktivitas Siswa Hakekat belajar bahasa adalah siswa dituntut aktif dalam belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik secara lisan maupun tulisan dapat meningkat jika aktivitas siswa dapat ditingkatkan. Sadiman (2011:100) menjelaskan maksud aktivitas itu berupa kegiatan fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia, kedua kegiatan itu harus selalu berkait. Sebagai contoh seorang ibu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya tidak menuju ke buku yang dibaca. Itu menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental. Kalau sudah demikian maka pembelajaran tidak akan optimal. Begitu juga

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

sebaliknya kalau yang aktif itu hanya mentalnya juga kurang bemanfaat. Misalnya ada seseorang yang berfikir tentang sesuatu, tentang ini, tentang itu atau renungan ide-ide yang perlu diketahui oleh masyarakat, tetapi kalau tidak disertai dengan perbuatan/aktivitas fisik misalnya dituangkan dalam bentuk retorika kata ataupun dituangkan dalam bentuk tulisan yang dilihatkan kepada orang lain maka juga tidak ada gunanya. Banyak macam aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa baik yang terprogram maupun tidak. Maksudnya aktivitas yang disusun dengan perencanaan yang baik ataupun yang sudah dilakukan oleh siswa itu sendiri, contohnya aktivitas berjalan-jalan di kelas, membaca buku dan lainnya. Diedirch dalam Sadiman (2011:100) membuat suatu daftar mengenai aktivitas yang berisi 177 macam kegiatan yang dapat di golongkan dalam kelompok-kelompok sebagai berikut: a. b. Visual Activities (aktivitas melihat) yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan. Oral Activities (aktivitas membaca) seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. Listening Activities (aktivitas mendengar), seperti mendengarkan uraian, percakapan diskusi musik dan pidato. Writing Activities (aktivitas menulis), seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. Drawing Activities (aktivitas menggambar), seperti menggambar membuat grafik, peta dan diagram. Motorik Activities (aktivitas yang melibatkan mental), yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksi model, mereparasi, bermain, berkebun dan berternak. Mental Activities (aktivitas mental), yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, membuat hubungan, mengambil keputusan. Emosional Activities (aktivitas emosional), seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bergairah, berani, gugup dan tenang.

c. d. e. f.

g.

h.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa aktivitas yang dapat dilakukan siswa di sekolah cukup banyak dan kompleks serta bervariasi. Jika semua aktivitas tersebut dapat diciptakan di kelas tentu suasana akan terasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Tetapi karena waktu yang tersedia pada peneliti ini sangat terbatas, maka aktivitas yang akan diamati hanya bebepara aktivitas yang ada di atas, antara lain oral, writing, emosional dan visual yang terdapat pada tabel di bawah ini. Dengan komponen aktivitas ini, akan memudahkan observer untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Tabel 2: Aktivitas Siswa Yang Akan Diamati Jenis aktivitas Aktivitas visual Aktivitas oral Aktivitas Listening Ativitas writing Ativitas emosional Aktivitas yang diamati 1) Siswa memperhatikan penjelasan dan gambar dari guru. 2) Menyatakan dan mengeluarkan pendapat dari apa yang didengar dan dilihat 3) Adanya komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. 4) Menyalin dan menulis materi pelajaran. 5) Bersemangat, gembira dan bergairah dalam melaksanakan aktivitas.

B.

Kerangka Konseptual Berdasarkan deskripsi teoritis yang dikemukakan di atas, lebih lanjut akan

diajukan kerangka berpikir dan model hubungan antara masing-masing variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini. Dalam proses belajar-mengajar kosakata bahasa Indonesia diperlukan usaha atau metode untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, sehingga menimbulkan motivasi siswa untuk belajar.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan permainan teka-teki bergambar kepada siswa sehingga dapat menimbulkan keaktifan bagi peserta didik dalam belajar. Materi ajar dengan pola kompetisi permainan edukasi yang dilakukan secara bersama-sama dapat meningkatkan kegairahan belajar karena proses belajar sambil bermain cocok diterapkan pada siswa. Aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik apabila didukung oleh suatu pendekatan yang sangat baik. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa apabila kreativitas belajar siswa tinggi dan sesuai dengan perkembangan kebahasaanya, maka belajar bukan suatu kegiatan yang membosankan bagi mereka. Dengan bekal rasa senang dalam belajar, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

C.

Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah, kajian pustaka, dan kerangka berfikir di

atas, maka dapat dibuat hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Melalui permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan aktivitas belajar kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I SDN 01 Ulak Selatan Karang Padang. 2. Melalui permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan hasil belajar kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I SDN 01 Ulak Selatan Karang Padang.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian Pada umumnya penelitian diartikan sebagai upaya menemukan pengetahuan.

Dalam

pengembangnya

penelitian

didefinisikan

sebagai

sebuah

upaya

menemukan jawaban secara ilmiah dari sebuah masalah yang sedang dihadapi oleh manusia, namun pengertian penelitian bagi setiap orang akan berbeda. Perbedaan itu tergantung dengan beberapa faktor seperti: latar belakang pengetahuan seseorang, kehidupan seseorang, dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu jenis penelitian yang mengacu kepada tindakan-tindakan apa-saja yang dilakukan guru secara langsung untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Wardani (2003:1.4) menyatakan bahwa: Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dalam bidang sosial, yang merupakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif dan data yang disajikan berupa informasi berbentuk kalimat yang dapat memberikan gambaran tentang aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran. Sedangkan penelitian kuantitatif pada dasarnya diperoleh melalui nilai hasil belajar siswa yang dapat dianalisis secara deskriptif menggunakan statistik deskriptif untuk mengolah karateristik

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

data yang berkaitan dengan menjumlah, mencari rata-rata dan mencari persentase yang diikuti dengan alur berpikirnya. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada siswa kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang pada mata pelajaran bahasa Indonesia melalui permainan teka-teki bergambar. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipan karena pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini (khususnya dalam pengamatannya) melibatkan guru kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang dan penulis bertindak langsung sebagai guru atau lebih dikenal dengan guru peneliti yang melaksanakan tindakan. Kemudian hasilnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

B.

Lokasi dan Sabjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang pada

semester II tahun ajaran 2010/2011. Sebagai subjek penelitian siswa kelas 1 SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang tahun pelajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa 35 orang, 16 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.

C.

Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengacu pada disain Wardani, dkk (2003:2.4)

yang terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan dan refleksi. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan dalam beberapa siklus, yaitu satu siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Seandainya indikator keberhasilan pada siklus I belum mencapai sasaran dan tujuan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Pada siklus II fokus dan tindakan adalah memperbaiki permasalahan yang muncul pada siklus I. Apabila kriteria keberhasilan pada siklus I mencapai sasaran, penelitian tetap dilanjutkan pada siklus II dengan materi yang baru untuk melihat apakah kriteria keberhasilan yang dicapai lebih baik pada siklus I. Adapun rincian kegiatan dalam tiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Sesuai dengan rumusan masalah studi pendahuluan, peneliti membuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Adapun rumusan perencanaannya sebagai berikut: a. b. c. d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik. Menyusun lembar teka-teki bergambar Membuat kartu bernomor. Menyusun soal lisan yang berjenjang sesuai dengan lembar teka-teki yang sudah disusun. e. f. g. h. Membuat peraturan permainan. Menyiapkan pedoman observasi pengamatan terhadap aktivitas guru. Menyiapkan pedoman observasi pengamatan terhadap aktivitas guru. Membentuk kelompok siswa dengan mengidentifikasi tingkat kemampuannya sesuai dengan hasil ujian semester sebelumnya.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

2.

Tindakan Sesuai dengan perancanaan di atas, proses pembelajaran berlangsung sesuai

dengan tema yang terdapat dalam SK yang ada. Dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu kali pertemuan, guru menggunakan teka-teki bergambar sebagai permainan kata. Siswa sebagai subjek permainan berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajarannya dilakukan seperti kegiatan berikut: a. Presentasi kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi pelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan diskusi. Dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema, guru menjelaskan materi secara termatik tanpa memisah-misahkan materi setiap mata pelajaran. b. Persiapan permainan Siswa dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan kemampuannya (hasil ujian siswa pada ujian semester I mata pelajaran bahasa Indonesia). Keempat kelompok tersebut diberi nama kelompok yang akan melaksanakan permainan teka-teki bergambar seputar kosakata dalam tema tertentu (tema lingkungan). Semua siswa diberikan lembar teka-teki bergambar yang akan mereka isi. Permainan disajikan dengan menggunakan kartu bernomor sebagai pengatur alur kegiatan. Setiap satu kartu bernomor terdapat petunjuk lisan yang memiliki tiga jenjang kesukaran yang digunakan sebagai petunjuk siswa untuk menjawab tekateki bergambar. Soal disampaikan guru secara lisan dengan jenjang kesukaran soal yang berbeda. Selanjutnya guru menyampaikan peraturan permainan berupa:

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

1)

Permainan dibagi atas dua tahapan yaitu teka-teki wajib dan teka-teki rebutan.

2)

Pada teka-teki wajib, setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjawab satu teka-teki. Jadi teknisnya, pada saat kelompok satu diberikan teka-teki wajib, maka siswa di kelompok lain tidak boleh bersuara dan ikut menjawab teka-teki tersebut. Aturan tersebut juga berlaku untuk kelompok berikutnya.

3)

Pada teka-teki rebutan, siswa yang pertama mengancungkan tanganya dan menjawab benar teka-teki tersebut berhak mendapatkan poin untuk kelompoknya.

4)

Guru hanya memberikan tiga buah petunjuk mengenai teka-teki bergambar yang akan siswa jawab.

c.

Permainan teka-teki bergambar Siswa duduk berdasarkan kelompok yang sudah ditentukan. Diawali dengan

teka-teki wajib. Perwakilan siswa dari kelompok pertama mengambil satu kartu bernomor ke depan kelas. Kelompok pertama diberikan tiga buah petunjuk lisan yang memudahkannya menjawab teka-teki bergambar (sesuai dengan nomor kartu). Semua siswa dalam kelompok tersebut memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya. Kelompok pertama memperoleh poin jika dapat menjawab teka-teki tersebut. Apabila semua petunjuk sudah dibacakan tetapi semua siswa yang berada di kelompok pertama tidak bisa menjawab maka teka-teki tersebut diberikan kepada kelompok di sebelahnya searah jarum jam dan seterusnya. Selanjutnya kesempatan diberikan kepada kelompok dua, tiga dan empat.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Sedangkan teka-teki rebutan, semua siswa dari setiapkelompok harus bersiap-siap untuk mengancungkan tangannya mencoba menjawab beberapa tekateki rebutan yang dibacakan guru. Siswa yang paling pertama dan benar menjawab teka-teki tersebut berhak mendapatkan poin yang tertera pada kartu bernomor. d. Penghargaan tim Tim yang menjawab benar teka-teki yang disampaikan guru, maka mendapat skor yang telah tertera dibalik kartu bernomor. Skor ini nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim. Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar. Siswa yang sedikit mengumpulkan nilai diberi hukuman bernyanyi ke depan kelas. 3. Pengamatan Kegiatan pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah tindakan perilaku yang dimunculkan siswa pada setiap pembelajaran dan pengaruhnya dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam melakukan pengamatan/observasi dan evaluasi, penulis bekerjasama dengan guru kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang untuk mengamati semua aktivitas penulis (pengajar) dan siswa selama proses belajar mengajar. Hal yang menjadi fokus pengamatan adalah kesesuaian tindakan dengan perencanaan yang telah dibuat.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

4.

Refleksi Dengan mengevaluasi kesesuaian tindakan dengan perencanaan yang telah

dibuat, guru dan penulis melakukan diskusi hasil pengamatan pada siklus I untuk menetapkan berhasil atau tidaknya tindakan pada sisklus I. Hasil evaluasi pada siklus I dijadikan sebagai pedoman untuk pembenahan dan perbaikan pada tindakan yang dilakukan pada siklus selanjutnya jika terdapat kekurangan di sisklus sebelumnya.

D.

Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah apabila persentase aktivitas

siswa dalam pembelajaran sudah masuk dalam kategori baik dan sangat baik (>60%). Siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai acuan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah tempat penelitian yaitu 65. Ketuntasan belajar secara klasikal apabila sudah mencapai 80% dan rata-rata hasil belajar >75.

E.

Instrumen Penelitian Instrumen data pada penelitian ini adalah:

1.

Lembar Observasi Pengamatan yang dilakukan observer yaitu untuk mengetahui

perkembangan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kesesuaian tindakan dengan perencanaan yang telah dibuat, dicatat pada lembar observasi oleh observer. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa. Untuk masing-masing diuraikan sebagai berikut: a. Lembar aktivitas guru berisi gambaran tentang tindakan yang dilakukan guru yang terdiri dari tiga aspek yng dimati yaitu: 1) Kegiatan pendahuluan terdiri atas kegiatan: berdoa dan mengambil absen, mengkondisikan siswa untuk belajar, apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti terdiri atas kegiatan: tahap Presentasi kelas, persiapan permainan, pembelajaran dalam pertandingan dan penghargaan tim. 3) Kegiatan penutup terdiri atas kegiatan memberikan tugas rumah dan berdoa. b. Lembar aktivitas siswa berupa seluruh bentuk interaksi yang diperlihatkan siswa dalam satuan siklus sehingga menghasilkan pembelajran yang aktif dan kreatif. 2. Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui capaian indikator yang sudah ditetapkan dalam RPP pada setiap siklus tindakan. Dengan pemberian tes, kita dapat melihat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan permainan teka-teki bergambar. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes hasil belajar adalah sebagai berikut: a. b. c. Membuat kisi-kisi soal (Kisi-kisi soal terlampir) Menyusun soal sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. (soal tes terlampir) Menvalidasi tes. Soal tes hasil belajar divalidasi oleh guru kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

d.

Diujikan pada kelas yang diteliti.

F.

Teknik analisis Data Pada dasarnya ada dua data pokok yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu

data proses dan data hasil. Data proses berhubungan dengan aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran dan data hasil berhubungan dengan hasil belajar siswa. 1. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Guru Analisis data pengelolaan pembelajaran oleh guru adalah data hasil observasi aktivitas guru yang digunakan untuk melihat proses dan perkembangan guru dalam mengelola pembelajaran yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi dianalisis dengan metode deskriptif. Tiap item dinilai dengan salah satu kategori Baik, Cukup atau Kurang. Setiap kategori diberi poin yang berbeda, kategori Baik diberi poin 3, Cukup diberi poin, 2 dan Kurang diberi poin 1. Selanjutnya jumlah poin dihitung dan dikalkulasikan untuk mendapatkan persentase aktifitas guru. Jumlah skor guru P= Skor Maksimal x100% (Desfitri, 2008:40)

Skor maksimal tiap-tiap variabel tahap pembelajaran = 3 Total skor maksimal = 42 Kriteria taraf keberhasilan: 80% - 100% = Sangat baik

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

70% - 79% 60% - 69% < 59% 2.

= Baik = Cukup = Kurang

Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa Data yang diperoleh dalam pengamatan akan dianalisis dengan

menggunakan data kualitatif dan kuantitatif yang mengacu kepada teknik pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif yang dirancang oleh Sanafiah (dalam Burhan, 2003:70). Tahapan analisis data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui observasi dan pencatatan dengan menggunakan proses transkrip hasil pengamatan, penyeleksian, dan pemilihan data. Hal ini misalnya mengelompokkan data pada siklus I, dan siklus II. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal. b. Reduksi data, meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian data. Semua data yang terkumpul diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan pusatnya. c. Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisir informasi yang telah direduksi. data tersebut mula-mula disajikan terpisah, tetapi setelah tindakan terakhir akan dilakukan reduksi data. keseluruhan data tindakan akan dirangkum dan disajikan secara terpadu sehingga diperoleh sajian tunggal berdasarkan fokus pembelajaran kosakata bahasa Indonesia melalui permainan teka-teki bergambar. d. Kesimpulan, bisa berbentuk sketsa, sinopsis, tabel, atau bentuk-bentuk lain. Hal itu sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik perencanaan, pelaksanaan, dan data evaluasi secara terpisah-pisah dengan tujuan menemukan informasi yang spesifik dan terfokus pada proses pembelajaran dan penghambat pembelajaran. Hasil analisis dalam peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui permainan teka-teki bergambar pada kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang dapat dikatakan berhasil apabila waktu pembelajaran berlangsung siswa melaksanakan aktivitas dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu: 1) memperhatikan penjelasan dan gambar yang disajikan guru, 2) menyatakan dan mengeluarkan pendapat dari apa yang dilihatnya dan didengar, 3) adanya komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa, 4) siswa menyalin dan menulis materi pelajaran, 5) bersemangat, gembira dan bergairah dalam

melaksanakan aktivitas. Semuanya ditetapkan persentase indikator keberhasilan yaitu mencapai 75%. Sedangkan model analisis data kuantitatif terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan persentase yang didapat melalui lembar observasi siswa, untuk melihat proses dan perkembangan aktivitas yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

P% = Jumlah siswa yang melakukan indikator x100% Jumlah siswa seluruhnya Keterangan: P% = persentase siswa yang aktif dalam indikator Penilaian aktivitas siswa menurut Dimyati dan Mudjono (2006:125) menggunakan pedoman sebagai berikut:

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

1% - 25%

= sedikit sekali

26% - 50% = sedikit 51% - 75% = banyak 76% - 100% = banyak sekali Rata-rata persentase aktivitas siswa dari satu siklus yang terdiri dari dua pertemuan dibanjhkjuyudingkan dengan rata-rata persentase pada siklus berikutnya. Jika rata-rata persentase tersebut telah meningkat 25%, maka baru dikatakan aktivitas siswa meningkat. 3. a. Tes hasil belajar Rata-rata Hasil Belajar Pada akhir pembelajaran, diharapkan siswa memperoleh tes hasil belajar atau ulangan harian (UH) mendapatkan nilai rata-rata melebihi KKM yang telah ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 65. Analisis tes hasil belajar dengan statistik deskriptif dapat dihitung dengan rumus oleh Desfitri, dkk (2008:43):

Keterangan: = nilai rata-rata = jumlah nilai seluruh siswa N b. = jumlah siswa Ketuntasan Belajar TB = S x 100% (Desfitri, 2008:43) N Keterangan :

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

TB = Tuntas Belajar S N = Jumlah siswa yang mencapai tuntas = Jumlah seluruh siswa

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang dengan

subjek penelitian siswa kelas I terdiri dari 36 orang. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan pelaksanaan permainan teka-teki bergambar yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 35 menit. Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 April 2011 dan pertemuan kedua dan tes dilaksanakan pada tanggal 03 Mei 2011. Siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 35 menit. Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada 07 Mei 2011 dan pertemuan kedua sekaligus pemberian tes pada 10 Mei 2011. Fokus penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang yaitu mengamati proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia pada siswa kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang yang kurang optimal. Indikatornya terlihat dari beberapa siswa melakukan aktivitas lain saat guru menjelaskan materi pelajaran. Hal itu berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang baik. Nilai siswa pada semester I tahun pelajaran 2010-2011 dengan ratarata 6,8 dan masih terdapat 34% siswa memperoleh nilai di bawah KKM sekolah 6,5. Pengumpulan data penelitian ini diperoleh dari tinjauan aktivitas siswa dalam belajar, aktivitas guru dalam mengajar dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan pengamatan dilakukan observer bertujuan untuk mengumpulkan data-data

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

aktivitas yang terjadi di dalam kelas selama proses belajar berlangsung berupa aktivitas siswa dan aktivitas guru. Sedangkan hasil tes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam mengajar. 1. a) Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Perencanaan Sesuai dengan permasalahan di atas, penulis berkolaborasi dengan guru untuk menetapkan dan melakukan tindakan agar dapat meningkatkan kegairahan siswa dalam belajar. Dengan permainan teka-teki bergambar diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa. Dalam penelitian ini penulis bertindak selaku guru yang mengajar (melakukan tindakan penerapan permainan teka-teki bergambar). Sedangkan guru kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang menjadi observer yang akan melihat dan merekam seluruh data dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Hasil pengamatan observer menjadi masukan dalam mengajar agar dijadikan refleksi pada pelaksanaan setiap pertemuan dan menjadi acuan untuk perencanaan tindakan selanjutnya. Pelaksanaan permainan teka-teki bergambar dalam perencanaan pembelajaran kosakata bahasa Indonesia disusun dan diwujudkan dalam bentuk rancangan pembelajaran dengan model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perencanaan ini disusun dan dikembangkan berdasarkan program semester II. RPP disajikan dalam waktu 2 x pertemuan (4 x 35 menit) dengan model pembelajaran tematik. Dari satu tema yaitu lingkungan, dapat dipadukan beberapa mata pelajaran yaitu bahasa Indonesia, IPA dan IPS. Dengan fokus memahami beberapa kosakata yang ada di lingkungan sekitar, siswa dapat membaca lancar

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat. Siswa juga belajar tentang cara menjaga kerapian dan kebersihan rumah dan mengetahui benda langit yang terlihat pada siang hari. Materi tersebut dipandang cocok berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : (a) materi pembelajarannya sesuai dengan mata pelajaran yang ada pada semester II, (b) materi pembelajaran cocok untuk ditematikkan dalam tema lingkungan, (c) materi pembelajaran tersebut belum pernah diajarkan kepada siswa. Indikator dikembangkan dari Kompetensi Dasar (KD) yaitu: (1) bahasa Indonesia : Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat. (2) IPA : Mengenal berbagai benda langit melalui pengamatan. (3) IPS : Menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga. Berdasarkan KD tersebut ditentukan indikator yang hendak dicapai pada pembelajaran. Dengan menggunakan tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, Indikator yang ingin dicapai pada siklus I yaitu: (a) Siswa menyebutkan beberapa kosakata dalam tema Lingkungan. (kognitif), (b) Siswa mengikuti bacaan dan intonasi yang dicontohkan guru. (afektif), (c) Siswa menjawab pertanyaan dan mencari lawan kata sesuai bacaan. (psikomotor), (d) siswa Menyebutkan beberapa benda langit yang terlihat pada siang hari. (kognitif), (e) Siswa memilih sikap terhadap dampak positif dan negatif yang ditimbulkan energi matahari. (afektif), (f) Siswa menggunakan energi yang dihasilkan matahari dalam kehidupan sehari-hari. (psikomotor), (g) Siswa menyebutkan cara menjaga kerapian dan kebersihan rumah. (kognitif), (h) Siswa mengikuti pelajaran dengan semangat. (afektif), (i) Siswa melaksakan piket pagi hari di rumahnya masing-masing. (psikomotor).

Untuk mencapai indikator tersebut, teknis RPP dibagi dalam tiga tahapan yaitu