SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang...

103
INSHAT DAN INTERUPSI DALAM KHUTBAH JUM’AT (Studi Perbandingan Pendapat Tokoh Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Oleh : Muhamad U Zainullah NIM: 1111043100023 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITASI ISLAM NEGERRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M

Transcript of SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang...

Page 1: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

INSHAT DAN INTERUPSI DALAM KHUTBAH JUM’AT

(Studi Perbandingan Pendapat Tokoh Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Guna

Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh :

Muhamad U Zainullah

NIM: 1111043100023

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITASI ISLAM NEGERRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2017 M

Page 2: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 3: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 4: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Muhamad U Zainullah

NIM : 1111043100023

Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 21 September 1993

Program Studi : Perbandingan Mazhab dan Hukum

Fakultas : Syariah dan Hukum

Alamat : Jalan Kayu Besar Ring Road RT. 0012 Rw. 012, Kalideres,

Jakarta Barat.

No. Hp : 088214273390

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulis ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta , 5 Januari 2017

Yang menyatakan;

Muhamad U Zainullah

Page 5: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

v

ABSTRAK

Muhamad U Zainullah. 1111043100023. Inshat dan Interupsi Dalam Khutbah

Jum’at (Studi Perbandingan Pendapat Tokoh Muhammadiyah dan Nahdhatul

Ulama). Perbandingan Madzhab Fiqih. Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2017.

Dalam pelaksanaan khutbah jum’at, ada syarat dan rukun yang harus

dipenuhi, karena hal tersebut mempengaruhi sah atau tidaknya khutbah. Timbul

sebuah pertanyaan, apabila khatib lupa melengkapi rukun khutbah, bolehkah jama’ah

menginterupsi untuk mengingatkan rukun yang terlupakan itu? Selain rukun, materi

khutbah juga merupakan hal yang penting dalam khutbah jum’at, karena materi

khutbah mempengaruhi hasil dari ibadah salat jum’at. Materi yang disampaikan

dalam khutbah harus memberi pengaruh yang baik. Namun bagaimana bila

ditemukan khatib yang menyampaikan materi khutbah yang bersifat provokatif,

bolehkah jama’ah menginterupsi khutbah tersebut? Kedua permasalahan tersebut

mengarahkan kepada hukum interupsi ketika khutbah sedang berlangsung. Sedangkan

dalam shalat jum’at ada perintah inshat, yaitu perintah diam dan mendengarkan

khutbah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan membandingkan

perbedaan pendapat tokoh Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama tentang perintah

inshat dan hukum interupsi khutbah yang rukunnya kurang dan materinya bersifat

provokatif.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan sumber data primer dan sekunder. Kemudian dilengkapi dengan metode

perbandingan hukum yang membandingkan pendapat para tokoh.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa terkait

masalah perintah inshat dan interupsi khutbah yang rukunnya kurang, mayoritas

tokoh Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama sepakat bahwa inshat wajib bagi para

jama’ah dan interupsi tersebut boleh dilakukan. Sedangkan masalah interupsi khutbah

yang materinya bersifat provokatif, mayoritas tokoh sepakat lebih baik tidak

diinterupsi.

Kata kunci: inshat, interupsi, Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama.

Pembimbing: 1. Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag.

2. Dr. Hj. Afidah Wahyuni, M.Ag.

Daftar Pustaka: Tahun 1965 s.d Tahun 2015

Page 6: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

vi

KATA PENGANTAR

حمن الرحيمبسم هللا الر

Segala puji bagi Allah SWT Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

yang telah memberikan banyak kenikmatan dan senantiasa memberikan hidayah-Nya

sehingga dengan izin-Nya, skripsi dengan judul “Inshat dan Interupsi dalam

Khutbah Jum’at (Studi Perbandingan Pendapat Tokoh Muhammadiyah dan

Nahdhatul Ulama” dapat terselesaikan.

Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman Jahiliyyah menuju

zaman Islamiyyah, kepada keluarga besar-Nya, sahabat-sahabat-Nya, tabi’in, tabi’it

tabi’in, dan kita sebagai umat-Nya semoga mendapatkan syafa’at-Nya kelak.

Tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah mungkin

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing, membantu dan memotivasi

penulis, terutama kepada:

1. Bapak. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si., Ketua Program Studi

Perbandingan Madzhab dan Hukum. Dan Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag, Lc, MA,

Sekretaris Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum.

3. Bapak. Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing

Akademik dan guru mengaji yang selama ini telah memberikan nasehat serta

bimbingannya kepada penulis selama masih dalam masa kuliah.

4. Bapak. Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag dan Ibu Dr. Hj. Afidah Wahyuni, M.Ag.

Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan,

pengarahan dan dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

Page 7: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

vii

5. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah membekali dengan ilmu

yang berharga, nasihat-nasihat penyemangat yang memberikan motivasi, serta

kesabaran dalam mendidik selama penulis melakukan studi.

6. Bagian administrasi dan Tata Usaha Fakultas Syari’ah dan Hukum serta

pemimpin dan segenap karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan khususnya Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, yang dengan

segala bantuan dan layanannya telah mempermudah penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

7. Orang tua tercinta, Ayahanda Moch. Tadjuddin dan Ibunda Aisyah yang tiada

henti mendoakan dan mendukung baik secara moril maupun materil. serta kakak

dan adik-adikku tercinta; Muhammad Aidz Billah, Wudy Farah Ardiyah dan si

kembar Nur Ihda Adeliya dan Nur Ihda Qistiya, yang senantiasa menghibur dan

memberikan semangat selama proses penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman PMF angkatan 2011 yang selalu membantu, mendukung dan

menemani selama proses penulisan skripsi ini terutama Rusydi, Bedul, Iqbal,

Gagap, Qohar, Aziz, Ilham, Resti, Billy, Eko dan yang lainnya, semoga Allah

memberikan kemudahan dalam menyusuri kehidupan kita selanjutnya.

9. Semua pihak yang telah membantu, serta memberi nasehat, sehingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan para pembaca, dan semoga mereka yang telah membantu diberikan

ganjaran yang setimpal. Amin.

Jakarta: 5 Januari 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Page 8: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

viii

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5

D. Review Studi Terdahulu ............................................................. 7

E. Metode Penelitian ....................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 11

BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG KHUTBAH JUM’AT

A. Pengertian .................................................................................. 13

B. Dalil-Dalil dan Hukumnya ......................................................... 17

C. Syarat dan Rukunnya .................................................................. 22

D. Sunah-Sunahnya ......................................................................... 26

Page 9: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

ix

BAB III : INSHAT DAN INTERUPSI DALAM KHUTBAH JUM’AT

A. Pengetian Inshat ......................................................................... 28

B. Dalil dan Hukum Inshat ............................................................. 30

C. Pengertian dan Jenis-Jenis Interupsi ........................................... 36

D. Hukum Interupsi Dalam Khutbah Jum’at .................................. 39

BAB IV : DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Pendapat Tokoh Muhammadiyah ............................................... 48

B. Pendapat Tokoh Nahdhatul Ulama ............................................. 56

C. Analisis Perbandingan Pendapat Tokoh Muhammadiyah dan

Nahdhatul Ulama ........................................................................ 64

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 72

B. Saran ........................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 79

Page 10: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ....................... 79

2. Surat Permohonan Wawancara Muhammadiyah .......................................... 80

3. Surat Permohonan Wawancara Nahdhatul Ulama ........................................ 81

4. Surat Pernyataan Wawancara ........................................................................ 82

5. Ringkasan Hasil Wawancara......................................................................... 87

Page 11: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Shalat jumat adalah shalat fardhu yang dilakukan pada waktu zhuhur hari

jum‟at secara berjamaah. Shalat jum‟at terdiri dari dua rakaat dan didahului oleh dua

khutbah.1 Walaupun hukumnya sama, namun bukan berarti pelaksanaannya juga

sama. Ada beberapa perbedaan shalat jum‟at dengan shalat lima waktu, antara lain:2

1. Shalat jumat diwajibkan bukan untuk semua orang muslim, sebagaimana

shalat lima waktu. Tetapi hanya diwajibkan bagi setiap laki-laki dewasa,

yang sehat dan bukan dalam perjalanan. Dengan kata lain, tidak

diwajibkan bagi wanita, anak kecil, orang sakit, dan musafir untuk

melaksanakan shalat jum‟at.

2. Dari segi pelaksanaannya, shalat jum‟at harus dilakukan secara

berjama‟ah bahkan dengan jumlah tertentu, sedangkan shalat lima waktu

tidak diwajibkan untuk berjama‟ah, sendiri pun boleh, hanya saja akan

lebih baik bila dilakukan dengan berjama‟ah. Selain itu, shalat jum‟at

harus didahului dengan pelaksanaan dua khutbah terlebih dahulu,

sebagaimana telah disebutkan dalam definisi di atas, sedangkan shalat

lima waktu tidak perlu adanya khutbah.

1 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 32.

2 M. Amin Suma, 5 Pilar Islam Membentuk Pribadi Tangguh, (Tanggerang: Kholam

Publishing, 2007), h. 79.

Page 12: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

2

Dua perbandingan di atas, menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan

antara dua shalat yang memiliki kesamaan hukum. Salah satu perbedaannya adalah

adanya khutbah. Jumhur ulama sepakat bahwa khutbah adalah syarat sekaligus rukun

dalam pelaksanaan shalat jum‟at.3 Dengan demikian, bila shalat jum‟at tidak

didahului oleh dua khutbah, maka shalat tersebut berstatus batal atau tidak sah.

Sehingga menjadikan hukum pelaksanaan khutbah adalah wajib, karena sangat

berpengaruh terhadap status shalat jum‟at yang dikerjakan.

Khutbah merupakan salah satu metode dakwah, seperti halnya ceramah-

ceramah keagamaan yang sering diadakan dalam tabligh akbar dan semacamnya.

Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan,

adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti shalat jum‟at,

shalat „ied atau shalat istisqo, yang di dalam beberapa shalat tersebut diadakah

pelaksanaan khutbah, baik sebelum atau sesudah shalat. Dan khutbah memiliki rukun

dan syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya.4 Untuk bisa dikatakan sebagai

khutbah yang sah, maka khatib haruslah memenuhi rukun-rukun khutbah. Bila tidak

terpenuhi maka khutbah tersebut tidak sah.

Di Indonesia, terkadang masih ditemukan beberapa khatib yang tidak

melengkapi rukun ketika menyampaikan khutbah. Bila dibiarkan akan menyebabkan

khutbah menjadi tidak sah. Bagaimana hukumnya bila ada seorang jama‟ah yang

3 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, (Beirut: Dar Ibnu „Ashshoshoh,

2005), Jilid I, h. 129.

4 Abu Bakar Atceh, Beberapa Catatan Mengenai Dakwah Islam, (Semarang: Ramadhani,

1991), h. 6.

Page 13: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

3

menginterupsi khatib terkait khutbah yang rukunnya tidak terpenuhi? sedangkan

ketika khutbah berlangsung, ada perintah “inshat” bagi para jama‟ah, yang

dimaksudkan agar jam‟ah diam, mendengarkan, dan memperhatikan khutbah.

Di Aceh, sudah sering dilakukan interupsi dalam khutbah jumat oleh jamaah

yang mengetahui adanya rukun khutbah yang kurang, guna mengingatkan rukun yang

tidak dipenuhi tersebut. Hal ini diberitahukan langsung oleh Wakil ketua Majelis

Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk Faisal Ali, beliau mengatakan bahwa

masyarakat Aceh sudah sering melakukan interupsi atau bahkan menegur khatib jumat

yang khilaf dan lupa.5 Dari apa yang terjadi tersebut, apakah interupsi dalam khutbah

jumat dibenarkan syara‟ sedangkan ada perintah Inshat?

Selain mengenai rukun khutbah, terkadang isi khutbah jumat juga menimbulkan

permasalahan. Tanpa disadari terkadang ada beberapa penyampaian khutbah yang

materinya bersifat provokatif, saling menjelekkan aliran satu dengan lainnya, atau

bahkan menyebarkan ajaran-ajaran yang melenceng dari syariat. Padahal khutbah

merupakan upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti petunjuk

agama, serta melakukan amar ma‟ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan

kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan diakhirat6 atau pada umumnya untuk

mengingatkan perintah dan larangan dari Allah SWT. Dengan demikian, apakah

5 Imam Sukanto, “Interupsi Khutbah Jumat Sering Terjadi di Sini”, Tempo.Co, 10 Januari

2015.

6 Ali Mahfuz, Hidayat al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa‟dzi wa al-Khitabah, (Beirut: Dar Al-

Ma‟arif, t.t), h. 17.

Page 14: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

4

dibolehkan seorang jama‟ah menginterupsi khutbah jumat yang sedang berlangsung

karena isinya telah menyimpang dari tujuan khutbah sesungguhnya?

Dari semua uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas semua

permasalahan yang telah dipaparkan dalam bentuk karya ilmiah (skripsi) sebagai tugas

akhir kuliah yang menjadi syarat kelulusan dalam program strata I dengan judul

“INSHAT DAN INTERUPSI DALAM KHUTBAH JUMAT (Studi Perbandingan

Pendapat Tokoh Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama)”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

diperlukanlah sebuah batasan masalah yang menjadi fokus dalam pembahasan

skripsi ini. Hal ini berguna untuk memudahkan dan mengefektifkan

pembahasan.

Batasan masalah dalam skripsi ini sebagai berikut:

a. Inshat dalam skripsi ini dibatasi pada perintah khusus yang diingatkan

oleh bilal untuk diam dan mendengarkan khatib yang sedang

berkhutbah.

b. Interupsi yang diteliti adalah interupsi yang dilakukan oleh jama‟ah

kepada khatib dengan tujuan untuk mengingatkan.

Page 15: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

5

c. Tokoh Muhammadiyah dibatasi hanya orang-orang yang menjadi

pengurus Majelis Tarjih dan Tajdid secara struktural.

d. Tokoh Nahdhatul Ulama dibatasi hanya orang-orang yang menjadi

pengurus Lembaga Bahtsul Masail secara struktural.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan

permasalahan yaitu:

a. Bagaimana pendapat tokoh Muhammadiyah tentang Inshat dan

Interupsi dalam khutbah Jum‟at?

b. Bagaimana pendapat tokoh Nahdhatul Ulama tentang Inshat dan

Interupsi dalam khutbah Jum‟at?

c. Bagaimana analisis perbandingan pendapat tokoh Muhammadiyah dan

Nahdhatul Ulama?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui pendapat tokoh Muhammadiyah tentang Inshat dan

interupsi dalam khutbah jum‟at.

Page 16: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

6

b. Untuk mengetahui pendapat tokoh Nahdhatul Ulama tentang Inshat

dan interupsi dalam khutbah jum‟at.

c. Untuk membandingkan pendapat tokoh Muhammadiyyah dan

Nahdhatul Ulama terkait Inshat dan interupsi dalam khutbah jum‟at.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan dan

dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam memahami hukum

Islam di bidang ibadah umumnya, khususnya dalam permasalahan

shalat jumat.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah untuk memberikan pemahaman mengenai perintah “anshit”

ketika berlangsungnya khutbah jumat, sehingga memudahkan jama‟ah

shalat jumat dalam mengaplikasikannya. Selain itu, memberikan

pemahaman mengenai hukum interupsi terhadap khutbah jumat yang

rukunnya kurang atau isinya yang menyimpang, dengan demikian

memberikan gambaran terhadap jama‟ah shalat jumat, bila

diperbolehkan maka bagaimana cara interupsi yang dibolehkan, bila

dilarang maka bagaimana cara menghadapi permasalahan tersebut.

Page 17: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

7

D. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan terhadap beberapa penelitian,

peneliti menemukan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang

memiliki beberapa kesamaan. Meskipun penelitian sebelumnya yang peneliti

temukan memiliki kesamaan dengan yang sedang peneliti lakukan, namun penelitian

tersebut tetap memiliki beberapa perbedaan. Beberapa penelitian tersebut antara lain,

sebagai berikut:

1. Skripsi karya Ahmad Fadlil, Fakultas Syariah, Jurusan al ahwal al

Syakhsiyyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2006,

yang berjudul Studi Analisis Pendapat Imam Syafi‟i Tentang Hukum

Mendengarkan Khutbah Jumat.

Skripsi ini menganalisis pendapat Imam Syafi‟i yang berbeda yaitu qaul

qadim dan qaul jadid tentang hukum mendengarkan khutbah jum‟at.

Persamaan dari skripsi ini dengan skripsi yang akan ditulis penulis adalah

keduanya berbicara seputar fiqih ibadah yaitu salat jum‟at, lebih

spesifiknya tentang khutbah jum‟at. Namun berbeda dalam permasalahan

pokoknya. Jika skripsi di atas membahas pendapat Imam Syafi‟i tentang

hukum mendengarkan khutbah jum‟at sedangkan penulis akan

menganalisis perintah inshat dan interupsi dalam khutbah jum‟at yang

dibatasi dengan pendapat tokoh organisasi Islam Muhammadiyah dan

Nahdhatul Ulama.

Page 18: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

8

2. Skripsi karya Iwan Setiawan, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2009, yang berjudul Respon Mahasiswa UIN Jakarta

Terhadap Penggunaan Bahasa Arab dan Inggris Dalam Khutbah Jumat di

Masjid Student Center UIN Jakarta.

Persamaan skripsi di atas dengan skripsi yang akan penulis analisis adalah

bidang kajian yang masih sama yaitu seputar khutbah jum‟at. sedangkan

perbedaannya adalah skripsi di atas membahas tentang tanggapan jama‟ah

salat jum‟at (mahasiswa UIN) terhadap khutbah yang berbahasa asing

yaitu bahasa Arab dan Inggris. Sedangkan skripsi yang akan dianalisis

berfokus kepada interupsi terhadap khutbah jum‟at yang kurang rukunnya

dan materinya bersifat provokatif.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

dengan menggunakan penelitian deskriptif yang berusaha mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada masa sekarang.7 Selain

itu, penulis juga menggunakan metode perbandingan hukum8, dalam hal ini

penulis akan mengkomparasikan pendapat enam tokoh dari dua organisasi

7 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2011),

hlm.33-35.

8 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

hlm.97

Page 19: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

9

Islam di Indonesia yaitu tiga tokoh dari Muhammadiyah dan tiga tokoh dari

Nahdhatul Ulama mengenai permasalahan yang diteliti.

2. Kriteria dan Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data utama yang dapat dijadikan jawaban terhadap masalah

penelitian. Data tersebut adalah pendapat para tokoh dari organisasi

Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama yang merupakan hasil dari

wawancara yang dilakukan oleh penulis.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah berbagai dokumen yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian yang didapat dari bahan-bahan

pustaka.9 Data tersebut sebagai data tambahan yang berupa materi-

materi yang didapat dari kitab-kitab fikih klasik seperti kitab al-Fiqh

„ala al-Madzahib al-„Arba‟ah, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-

Muqtashid, dan lainnya. Selain itu juga didapat dari buku-buku umum,

jurnal, dokumen elektronik yang berkaitan dengan penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua

metode yaitu metode wawancara dan metode studi pustaka. Pertama, metode

9 J.Moelang, Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke-8 (Bandung:Remaja Rosada Karya, 1997)

h. 112-116.

Page 20: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

10

wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Dalam proses wawancara ada dua pihak yang menempati

kedudukan yang berbeda. Satu pihak sebagai pencari informasi dan pihak

lainnya sebagai pemberi informasi atau informan.10

Dalam penelitian ini,

pihak yang menjadi informan adalah tokoh-tokoh dari Muhammadiyah dan

Nahdhatul ulama yang menjadi pengurus secara struktural dalam Majelis

Tarjih dan Tajdid dan Bahtsul Masail. Kedua, metode studi pustaka yaitu

upaya pengidentifikasi secara sistematis dan melakukan analisis terhadap

dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema,

objek dan masalah penelitian yang akan dilakukan.11

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpensikan, atau mudah dipahami

dan diinformasikan kepada orang lain.12

Pada tahapan analisis data, data di

olah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai dapat menyimpulkan

kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang

diajukan dalam penelitian. Adapun data-data tersebut dianalisis menggunakan

metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode menganalisis dan menjelaskan

10 Soemitro Romie H, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), h. 71.

11 Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta:Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010) h. 17-18.

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2004) h.244.

Page 21: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

11

suatu permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara jelas sehingga

menemukan jawaban yang diharapkan. Dan juga metode perbandingan, yaitu

dengan membandingkan pendapat-pendapat yang didapat dari wawancara.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulisan mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hal

yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu menguraikan isi

penulisan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, review (kajian) studi terdahulu, dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II: LANDASAN TEORI TENTANG KHUTBAH JUMAT

Dalam bab ini akan diuraikan penjelasan umum mengenai

pengertian khutbah jum‟at, dalil-dalil khutbah jum‟at dan

hukumnya, syarat dan rukun khutbah jumat, dan sunah-sunah

khutbah jumat.

Page 22: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

12

BAB III: INSHAT DAN INTERUPSI DALAM KHUTBAH JUM’AT

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian inshat,

landasan hukum dan hukum inshat dalam khutbah jum‟at,

pengertian interupsi dan macam-macamnya, kemudian hukum

interupsi dalam khutbah jum‟at.

BAB IV: DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas pendapat tokoh

Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama tentang interupsi

khutbah jum‟at, dan analisis perbandingan kedua pendapat

tersebut.

BAB V: PENUTUP

Adapun bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari

analisis dan saran.

Page 23: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

28

BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG KHUTBAH JUM’AT

A. Pengertian Khutbah Jum’at

Secara bahasa, khutbah jumat terdiri dari dua kata yaitu khutbah dan jum‟at;

1. Khutbah adalah bentuk masdar dari kata khataba, yakhtubu, yang artinya

berpidato.1 Adapun berpidato adalah mengungkapkan buah pikiran dalam

bentuk kata-kata yang ditunjukkan kepada orang banyak.2 Ada beberapa

pengertian khutbah secara istilah, antara lain adalah:

a. Menurut kamus bahasa arab Lisan Al-Arab, dikatakan:

:اىن ب ش اىؼ ذ ػ ح ث ط خ ل س ص اى غ ج غ اى

Artinya: khutbah menurut orang-orang arab adalah sebuah perkataan

yang berbentuk prosa dan bersajak.3

b. Menurut Mu‟jam Al-Musthalahat Al-Alfadz Al-Fiqhiyyah, dikatakan:

:اىن ح ث ط اىخ ل ف ى ؤ اى ظ ػ ض ر اى ت إ ا اغ ل

Artinya: khutbah adalah sebuah perkataan yang tersusun dan

terkandung di dalamnya sebuah nasehat.4

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 348.

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1071.

3 Jamaluddin Muhammad, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar Shadir, 1990), Juz I, h. 361.

Page 24: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

14

c. Menurut Mu‟jam Al-Lughah Al-Arabiyyah Al-Mu‟ashirah, dikatakan:

اىن ح ؼ ط :ق ح ث ط اىخ ,م اط اى س ج ى إ ج ذ ل ت ة اط خ ل ؼ ج ي ن ر اى اط اى ا

ػ ل اػ ق إ ل

Artinya: khutbah adalah beberapa perkataan yang diucapkan di

hadapan banyak orang, yang diucapkan oleh seorang pembicara di

hadapan banyak orang untuk memberitahukan sesuatu dan

mempersuasi mereka.5

Dari setiap pengertian tersebut, khutbah diartikan berdasarkan beberapa segi.

Pengertian pertama mengartikan khutbah dari segi bentuknya, yaitu berbentuk

prosa dan bersajak, tetapi pengertian tersebut terlalu sempit, karena hanya

orang arab yang mengartikannya seperti itu. Sedangkan, realitanya, khususnya

di Indonesia, khutbah sudah tidak ada lagi yang bersajak seperti puisi. Tetapi

pengertian ini sudah menggambarkan bentuk khutbah yang seharusnya,

karena khutbah berasal dari bahasa arab.

Pengertian kedua mengartikan khutbah dari segi isinya, yaitu bahwa khutbah

itu tersusun dari beberapa bagian, secara umum ada bagian pembukaan, isi,

dan penutup. Dan dalam pengertian ini dikatakan bahwa esensi dari sebuah

khutbah adalah mengandung sebuah nasehat yang bertujuan untuk mengajak

manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh berbuat baik serta

4 Mahmud Abdurrahman, Mu‟jam al-Mushthalahat al-Alfadz al-Fiqhiyyah, (Kairo: Dar al-

Fadhillah, 1999), Juz II, h. 39.

5 Ahmad Mukhtar Umar, Mu‟jam al-Lughah al-„Arabiyyah al-Mu‟ashirah, (Kairo: „Alimu

Kutub, 2008), Juz I, h. 660.

Page 25: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

15

mencegah berbuat mungkar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ini juga sebagai sarana untuk meyampaikan dan mengajarkan Islam kepada

manusia untuk diterapkan dalam realitas kehidupan.6

Dan dari pengertian yang ketiga, khutbah diartikan berdasarkan tujuannya,

yaitu untuk memberitahukan suatu pengetahuan dan mempersuasi siapa saja

yang mendengarkan khutbah, dengan kata lain khutbah harus bersifat

informatif dan persuasif. Oleh karena itu, seorang khatib harus mampu

memberikan informasi yang benar dan akurat serta up to date agar dapat

mencapai tujuan persuasifnya, yaitu mempengaruhi setiap orang yang

mendengarkan sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima

dan melakukan dari apa yang ia dengar.7

2. Jum‟at adalah bentuk masdar yang berasal dari kata kerja jama‟a, yajma‟u

yang berarti mengumpulkan atau menghimpun. Adapun kata jum‟at itu sendiri

diartikan hari jum‟at8 yaitu hari ke-6 dalam jangka waktu satu minggu.

9

Penggunaan kata jum‟at sebagai nama hari, tidak terlepas dari sejarah yang

melekat padanya. Hari Jum‟at pada zaman Jahiliyah disebut hari Arubah.

Sedangkan orang pertama yang menyebut hari Jum‟at adalah Ka‟ab bin

6 Rubiyanah, Ade Matsuri, Pengantar Ilmu Da‟wah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah, 2010), h. 3.

7 Moh. Ali Azizi, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 2, h. 24.

8 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h. 208-209.

9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 592.

Page 26: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

16

Lu‟ay. Diriwayatkan, bahwa sebabnya disebutkan demikian, karena

pada suatu hari penduduk Madinah berkumpul sebelum Nabi SAW

datang, kemudian orang- orang Anshar berkata: ”Kaum Yahudi mempunyai

hari dimana setiap pekan sekali mereka berkumpul pada hari itu, begitu juga

kaum Nasrani, maka marilah kita mencari hari yang kita pergunakan untuk

berkumpul pada hari itu, kemudian hendaklah kita pergunakan hari itu untuk

berzikir kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Lalu mereka berkata: Hari

Sabtu milik kaum Yahudi, hari Ahad milik kaum Nasrani, maka pakailah hari

Arubah (untuk kita). Kemudian mereka menemui As‟ad bin Zararah lalu

As‟ad shalat bersama mereka dua rakaat pada Arubah itu, maka hari itu

kemudian disebut hari berkumpul (jum‟at). Lalu mereka menyembelih

seekor kambing untuk sarapan pagi dan makan malam. Itulah permulaan

penyebutan hari Jum‟at dalam Islam.10

Dan pada hari ini, telah disyariatkan

suatu ibadah bagi setiap muslim yang baligh, berakal, sehat dan tidak

dalam perjalanan, yaitu salat jum‟at. salat yang sebelumnya harus

disampaikan terlebih dahulu dua khutbah. Inilah yang disebut khutbah

jum‟at.

Adapun pengertian khutbah jum‟at sebagai satu kalimat, sangat sedikit ulama

yang mendefinisikannya secara istilah. Apabila ada yang membahas tentang khutbah

jum‟at, mereka tidak memberikan pengertiannya melainkan dengan menjelaskan

10 Muhammad Ali Al Shabuni, Rawai‟ al-Bayan, (Kairo: Dar Al Shabuni, 2007), h. 418.

Page 27: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

17

syarat atau rukun dari khutbah jum‟at tersebut. Seperti halnya yang dijelaskan oleh

salah satu ulama Hanafiyyah:

ف ح ث ط اىخ اى ى ع إ ف اس ؼ ر ذ ي ػ و ر ش ا اىص ي ػ اء اىص للا ذ ح س ي ػ ج ل ي غ ي ى اء ػ اىذ ى ع

. ى ش م ز اىر ظ ػ اى

Artinya: “Khutbah dalam pengertiannya adalah sesuatu yang mengandung pujian bagi

Allah, shalawat atas rasul-Nya, do‟a untuk orang-orang Islam, dan nasehat

serta peringatan bagi mereka semua”.11

Namun dalam sebuah Kamus Istilah Fiqih, dijelaskan bahwa khutbah jum‟at

adalah pidato, ceramah, atau perkataan yang mengandung mauizhah dan tuntunan

ibadah diucapkan oleh khatib dengan cara (syarat dan rukun) yang telah

ditentukan oleh syara‟ untuk memberi pengertian kepada hadirin.12

Walaupun

tidak begitu sempurna, tidak dijelaskan waktu penyampaiannya, tetapi

pengertian ini dapat memberikan gambaran tentang khutbah jum‟at dan

membedakannya dari metode dakwah lainnya.

B. Dalil-Dalil Khutbah Jum’at dan Hukumnya

Adapun dalil-dalil tentang khutbah jum‟at dapat ditemukan dalam Al-Quran,

Sunnah, dan juga Atsar Sahabat. Yang pertama adalah dalil al quran yang terdapat

dalam ayat 9 surah al jumu‟ah:

11 „Alauddin al-Kasani, Bada‟i al-Shana‟i, (Beirut: Dar al-Fikr, 1996), Juz I, h. 389.

12 M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 165.

Page 28: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

18

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,

Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual

beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Dan juga ayat 11:

Artinya: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar

untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri

(berkhutbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada

permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki.”

Yang kedua, dalil-dalil yang bersumber dari sunah:

:}م اه ق -ا ػ للا ض س -ش ػ ت للا ذ ث ػ ا اس .1 ا، ائ ق ة ط خ -صيللاػيعي- ث اى ا

ي ؼ ف اذ ،م ق ،ش ذ ؼ ق ش {.ا13

Artinya: “Nabi berkhutbah dengan berdiri kemudian duduk kemudian berdiri, seperti

yang biasa kalian lakukan sekarang.” (HR. Al-Bukhari)

:}م اه ق - ػ للا ض س -ج ش ضع ت ش ات ج ا اس .2 ة ط خ -صيللاػيعي-للا ه ع س ا

م أ ك أ ث ا،ف ائ ق ة ط خ ف ق ،ش ظ ي ج ا،ش ائ ق ي ص ذ ق ،ف ب ز م ذ ق اف غ اى ج ة ط خ ا ش ص م أ ؼ د

ص ف ى أ {ج ل 14

Artinya: “Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam berkhutbah dengan berdiri kemudian

duduk kemudian berdiri dan berkhutbah dengan berdiri. Siapa saja yang

memberitakan kepadamu kalau beliau berkhutbah dengan duduk,

13 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Kairo: Dar al-Kutub,

2002), Juz III, h. 454.

14 Imam Abi al-Husain Muslim ibn Hajjaj al-Qusyairi al-Naysaburi, Shahih Muslim, (Beirut:

Dar al-Fikr, 1992), Juz IV, h. 348.

Page 29: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

19

sesungguhnya dia telah berdusta. Sungguh, aku telah shalat bersama beliau

lebih dari dua ribu kali.” (HR. Ahmad)

ج .3 - ث اى أ ز ش اىح ت ل اى س ذ ح ف اء ا اه ق -صيللاػيعي ر أ س ا م ا ي :}ص

} ي أ ص 15

Artinya: “Tunaikanlah shalat seperti shalatnya kami.” (HR. Al-Bukhari)

Yang ketiga adalah dalil yang berasal dari atsar sahabat sebagai berikut:

ر ؼ م اىش ع ض ح ث ط :اىخ اب ط اىخ ت ش ػ اه ق ة ؼ ش ت ش ػ ,ػ ػ ص ل ا ػ اؼ ت س أ ي ص ح ث ط اىخ ر ذ اف ,

ػثذاىشصاق()سا16

Artinya: “Dari al-Auza‟i, dari Amr ibn Syu‟aib berkata: aku mendengar Umar ibn al-

Khatab berkata: Khutbah merupakan tempat dua raka‟at. Siapa saja yang

terlewat dari khutbah maka hendaklah dia shalat empat raka‟at.” (HR. Abd

al-Razzaq)

Adapun mengenai hukum khutbah jum‟at, para ulama berbeda pendapat.

Namun sebelum berbicara mengenai hukumnya, ada salah satu permasalahan yang

ditimbul di kalangan ahli fiqih mengenai kedudukannya dalam pelaksanaan shalat

jum‟at, apakah khutbah termasuk syarat sah shalat jum‟at atau bukan? Bermula dari

permasalahan ini maka dapat ditetapkan hukum khutbah tersebut, jika ia merupakan

syarat sah dalam salat jum‟at maka hukumnya wajib, namun jika bukan, maka

hukumnya sekedar sunah sehingga salat jum‟at tetap sah tanpa khutbah. Dalam

permasalahan ini hanya ada dua pendapat terkait masalah ini;

1. Pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa khutbah sebelum shalat

merupakan syarat sah dalam pelaksanaan shalat jum‟at.

15 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz III, h. 207.

16 Abu Bakr „Abd al-Razzaq, Musnaf „Abd al-Razzaq, (Beirut: al-Maktab al-Islam, 1982), Juz

III, h. 237.

Page 30: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

20

2. pendapat yang menyatakan bahwa khutbah tersebut hanyalah sunah, dan ini

adalah pendapat Hasan Al-Bashri17

dan Abdul Malik al Majisyun.18

Adapun alasan pendapat pertama menetapkan demikian, karena sikap mereka

yang berhati-hati. Menurut mereka, belum ada dalil-dalil yang menyatakan bahwa

Rasulullah pernah salat jum‟at tanpa berkhutbah. Dengan kata lain, selama Rasulullah

hidup, ketika salat jum‟at beliau selalu berkhutbah sebelum melaksanakan salat.

Inilah salah satu alasan atas wajibnya khutbah jum‟at. Sedangkan mereka yang

berpendapat khutbah hanyalah sunah, beralasan bahwa tidak ada nash yang secara

spesifik mewajibkan khutbah. menurut mereka, kalaupun khutbah adalah perkara

yang wajib, maka seharusnya ada penetapan nash yang jelas akan wajibnya

khutbah.19

Untuk menguatkan alasan mereka, jumhur ulama menggunakan beberapa dalil

untuk menetapkan kewajiban khutbah dalam salat jum‟at, antara lain, sebagaimana

yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu ayat 9 surah al Jumu‟ah. Dalam ayat

tersebut terdapat potongan kalimat:

17 Abdul Wahab al-Sya‟rani, al-Mizan, (Beirut: Alim Al-Kutub, 1989), Juz II, h. 175.

18 Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, (Beirut: Dar Ibnu

„Ashshoshoh, 2005), Jilid I h. 129.

19 Abdul Wahab Al-Sya‟rani, al-Mizan, h. 175.

Page 31: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

21

Artinya: “Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual

beli.”

Mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “ للا ش م ر ” adalah khutbah.20

Dengan demikian, karena sebelumnya didahului oleh kata kerja perintah (fi‟il amr),

yaitu kata “ ا ؼ اع ف ” yang artinya “bersegeralah kamu”, maka khutbah dihukumi wajib.

Sesuai kaidah usul fiqh yang menyatakan bahwa asal dari sebuah perintah adalah

wajib ( اف و ص ل ا ب ج ي ى ش ل ).21

Selain mengandung perintah, ayat ini juga

menunjukkan bahwa khutbah dapat mengharamkan jual beli. Seandainya khutbah itu

tidak wajib, maka ia tidak akan dapat mengharamkan jual beli. Sebab sesuatu yang

disunnahkan itu tidak dapat mengharamkan sesuatu yang mubah.22

Dalil berikutnya adalah ayat 11 dari surah yang sama. Dalam ayat tersebut

mengandung makna bahwa Allah SWT mengecam siapa saja yang meninggalkan

khutbah. Dengan demikian, makna ini menghukumi khutbah wajib dilaksanakan,

karena meninggalkannya adalah hal yang dikecam atau tercela.23

Selain dari dua ayat tersebut, untuk menguatkan pendapat mereka bahwa

khutbah adalah wajib jumhur ulama juga menggunakan beberapa hadits yang telah

disebutkan sebelumnya. Hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa selama

20 Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, h. 129.

21 Ibnu Najjar, Syarah al Kaukab al Munir, (Madinah: Maktabah al „Abaikani, 1997), Juz III,

h. 19.

22 Ibn al-Arabi, Ahkam al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiyyah, 2003), Juz IV, h.

249.

23 Ibn al-Arabi, Ahkam al-Qur‟an, Juz IV, h. 254.

Page 32: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

22

melaksanakan salat jum‟at, nabi selalu berkhutbah. Dan juga menunjukkan bahwa

dalam urusan salat, harus mengikuti cara salat yang telah nabi contohkan. Ini juga

berlaku dalam pelaksanaan salat jum‟at yang sebelumnya didahului oleh khutbah.

C. Rukun dan Syarat Khutbah Jum’at

Jumhur ulama telah sepakat bahwa hukum khutbah jum‟at adalah wajib.

Dengan demikian, khutbah jum‟at bukan sesuatu yang sepele, apalagi hal ini terkait

dengan ibadah dan khutbah jum‟at meerupakan bagian dalam pelaksanaan salat

jum‟at yang termasuk dalam katagori ibadah mahdhah. Dalam katagori ini, suatu

ibadah dikatakan sah atau batal dapat dilihat dari terpenuhi atau tidaknya syarat atau

rukun yang terkait dengan ibadah tersebut. Begitu juga khutbah jum‟at, agar khutbah

jum‟at sah, maka seorang khatib harus memperhatikan syarat dan rukun khutbah

jumat.

Terkait dengan rukun dan syarat khutbah jum‟at, ulama dari berbagai

madzhab berbeda pendapat;

1. Madzhab Hanafi

Dalam madzhab ini, syarat dan rukun khutbah tidak dijelaskan secara

jelas. Dalam kitab-kitab mu‟tabarah madzhab Hanafi, tidak ada yang

menjelaskan syarat dan rukun khutbah jum‟at secara sistematis. Namun ada

beberapa kalimat yang menunjukkan sebuah syarat yang harus dipenuhi dalam

pelaksanaan khutbah jum‟at, seperti halnya khutbah jum‟at harus dilakukan

Page 33: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

23

sebelum salat jum‟at, tepatnya ba‟da zawal (sesudah matahari condong),

harus dilakukan dengan niat, tidak boleh melakukan kegiatan yang aneh saat

duduk diantara dua khutbah, dan minimal harus dihadiri oleh satu jama‟ah

laki-laki yang baligh meskipun ia sedang sakit atau musafir.24

Adapun rukun yang harus terkandung dalam khutbah menurut

madzhab ini hanya ada satu, yaitu dzikir, baik itu dzikir yang panjang,

maupun pendek. Menurut Imam Abu Hanifah, kalimat tahmid atau tasbih atau

tahlil cukup untuk menggugurkan khutbah yang wajib.25

2. Madzhab Maliki

Sama halnya dengan madzhab Hanafi, dalam madzhab Maliki hanya

ada satu rukun yang harus terkandung dalam khutbah jum‟at, yaitu harus

terkandung sebuah peringatan atau nasihat, tidak disyaratkan khutbah tersebut

dalam bentuk sajak ataupun syair atau nadzom.26

Dalam madzhab ini, ada beberapa syarat dalam pelaksanaan khutbah

jum‟at. Sebagian syaratnya ada yang sama dengan syarat dari madzhab hanafi

misalnya khutbah jum‟at harus dilakukan sebelum salat jum‟at, tepatnya

ba‟da zawal (sesudah matahari condong). Syarat lainnya khutbah harus

24 Muhammad Amin, Raddu al-Mukhtar „ala al-Durri al-Mukhtar, (Beirut: Dar al Fikr, ), Juz

II, h. 147-148.

25 Abdur Rahman al-Juzairi, al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, (Kairo: Maktabah al-

Tsaqafah al-Diniyyah), Juz I, h. 316.

26 Abdur Rahman Al-Juzairi, al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, h. 316.

Page 34: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

24

dilaksanakan di dalam masjid, menggunakan bahasa arab dan disampaikan

dengan suara yang keras dan jelas. Selain itu, seorang yang bertugas menjadi

khatib harus menjadi imam juga, kecuali ada hal yang terdesak sehingga harus

digantikan. Dan pelaksanaan khutbah dihadiri minimal 12 orang laik-laki.27

3. Madzhab Syafi‟i

Dalam madzhab ini, ada beberapa rukun yang harus dikandung dalam

khutbah jum‟at. Bila salah satunya tidak ada dalam khutbah jum‟at, maka

khutbah tersebut tidak sah. Adapun rukun-rukunnya antara lain; Pujian kepada

Allah SWT, shalawat dan salam untuk nabi Muhammad SAW, wasiat

ketaqwaan, membaca beberapa ayat dari Al-Quran dalam salah satu khutbah,

dan berdoa untuk umat Islam dalam khutbah kedua, disyaratkan doanya untuk

urusan ukhrawi.28

Madzhab ini telah mengemukakan beberapa syarat yang jelas, yang

harus dipenuhi dalam pelaksanaan khutbah jum‟at. Contohnya, sama seperti

madzhab yang sebelumnya bahwa khutbah jum‟at harus dilaksanakan

sebelum salat, tepatnya ba‟da zawal. Khatib berkhutbah harus dengan

keadaan berdiri, aurat tertutupi dan suci. Khutbah dilaksanakan menggunakan

bahasa arab, dengan suara yang lantang dan jelas, di tempat yang suci dan

27 Ahmad al-Shawi, Bulghatu al-Saliki Li Aqrabi al-Masalik, (Beirut: Dar al-Kutub al-

„Alamiyyah, 1995), Juz I, h. 327-328.

28 Abdur Rahman al-Juzairi, al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, h. 316.

Page 35: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

25

harus dijeda antara dua khutbah. Adapun batas minimal jama‟ah yang hadir

menurut madzhab ini adalah 40 orang.29

4. Madzhab Hanbali

Menurut madzhab ini, ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam

kerangka khutbah jum‟at, tidak berbeda jauh dengan madzhab Syafi‟i hanya

satu rukun dari madzhab Syafi‟i yang tidak tercantum dalam madzhab Hanafi,

antara lain adalah; Pujian kepada Allah SWT, shalawat dan salam untuk Nabi

Muhammad SAW, pembacaan beberapa ayat Al-Qur‟an, dan wasiat

ketaqwaan.30

Dalam pelaksanaan khutbah, menurut madzhab ini ada beberapa syarat

yang harus dipenuhi, seperti halnya khutbah dilaksanakan tepat pada

waktunya yaitu ba‟da zawal dan sebelum salat, serta lebih utama disampaikan

dengan bahasa arab dan suara yang lantang agar terdengar oleh minimal 40

orang jama‟ah yang hadir. Khatib yang berkhutbah harus dengan niat dan

lebih utama dalam keadaan berdiri, serta rukun khutbah harus disampaikan

dalam dua khutbah. Khatib tidak boleh menjeda dua khutbah dengan waktu

yang lama.31

29 Syamsuddin al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, (Kairo: al-Quds, 2011), Juz II, h. 120.

30 Abdur Rahman Al-Juzairi, al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, h. 316.

31 Mansur bin Yunus, Kasyaf al-Qina‟, (Riyadh: Dar „Alim al-Kutub, 2003), Juz II, h. 641-

642.

Page 36: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

26

D. Sunah-Sunah Khutbah

Selain rukun dan syarat, ada juga beberapa hal yang sunah dalam pelaksanaan

khutbah jum‟at, dengan kata lain boleh dilakukan, boleh tidak. Dalam empat

madzhab yang masyhur, ada beberapa sunah yang sama dan ada pula yang berbeda.

Masing-masing madzhab memiliki penjelasannya tersendiri;

1. Madzhab Hanafi

Dalam madzhab ini, ada beberapa hal sunah dalam pelaksanaan

khutbah jum‟at. Bagi khatib disunahkan untuk berkhutbah dua kali, duduk di

antara dua khutbah, bersuci dan berdiri ketika akan menyampaikan khutbah.

Disunahkan juga baginya untuk memperpendek khutbah dan menghadap ke

arah jama‟ah, membelakangi kiblat.32

2. Madzhab Maliki

Dalam madzhab ini ada banyak hal sunah, namun sangat umum.

Beberapa di antaranya merupakan hal-hal sunah yang berkaitan dengan

pelaksanaan khutbah, yaitu disunahkan bagi khatib untuk bersuci,

menggunakan pakaian yang bagus dan memakai wangian, mengeraskan suara

saat khutbah, memperpendek khutbah, menggunakan tongkat atau sejenisnya

32 Alauddin al-Kasani, Bada‟i al-Shana‟i, (Beirut: Dar al-Fikr, 1996), Juz I, h. 390-391.

Page 37: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

27

ketika khutbah, duduk di awal setiap khutbah dan membaca pujian, shalawat

kepada nabi, salah satu ayat al-Qur‟an dan doa.33

3. Madzhab Syafi‟i

Dalam madzhab Syafi‟i, ada sebelas hal-hal sunah dalam pelaksanaan

khutbah jum‟at, antara lain disunahkan untuk berkhutbah di atas mimbar,

mengucapkan salam kepada jama‟ah, duduk setelah memberi salam sampai

muadzin selesai adzan, berkhutbah menggunakan tongkat, menghadap ke

jama‟ah tanpa menoleh ke kanan ataupun ke kiri, mengeraskan suaranya bagi

khatib yang berkhutbah, memperpendek khutbah, dan mengakhiri khutbahnya

dengan kalimat “ ى للا ش ف غ ر ع أ ن ى ”. Dan bagi jama‟ah disunahkan untuk

menghadap ke khatib untuk mendengarkan dan tidak sibuk dengan hal lain.34

4. Madzhab Hanbali

Menurut madzhab ini, ada sembilan hal-hal sunah dalam pelaksanaan

khutbah jum‟at, antara lain bagi khatib disunahkan untuk berkhutbah di atas

mimbar, memberi salam kepada jama‟ah, duduk sampai adzan selesai, duduk

di antara dua khutbah, berdiri dan menggunakan tongkat saat khutbah,

menghadap jama‟ah, memperpendek khutbah dan berdoa untuk muslim.35

33 Ahmad al-Dardiri, al-Syarhu al-Shagir, (Kairo: Mathba‟ah al-Madani, 1965), Juz I, h. 216-

217.

34 Abu Zakariya Muhyiddin, Majmu‟ Syarah al-Muhadzab, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-

Arab, 2001), Juz IV, h. 278

35 Muhammad al-Utsaimin, al-Syarhu al-Mumti‟u, (Kairo: Dar Ibn al-Jauzi, 2002), Juz V, h.

60.

Page 38: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

28

BAB III

INSHAT DAN INTERUPSI DALAM KHUTBAH JUM’AT

A. Pengertian Inshat

Secara bahasa, kata inshat berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk masdar dari

kata kerja د ص -د ص أ , yang berarti diam dan mendengarkan.1 Pengertian ini serupa

dengan pengertian dalam Lisan al Arab sebagai berikut:

.س ذ ح ي ى اع ر ع ل ا خ ن :اىغ اخ ص ل ا2

Artinya: Inshat adalah diam dan mendengarkan sebuah ucapan /perkataan.

Selain itu, dijelaskan pula dalam sebuah mu‟jam:

اىغ ح غ ى اخ ص ل ا اع ر ع ل ى خ ن : خ ن اىغ ت ض ؼ اىث ف ش ػ , ى إ اع ر ع ل ا ن , غ إ خ ص ا ح ى أ ا أ ا

.اد ج ى 3

Artinya: “Inshat secara bahasa adalah diam untuk mendengarkan, sebagian orang

mengartikannya diam. Adapun perkara mendengarkan tersebut baik untuk

suara manusia, hewan ataupun benda-benda.”

Dari pengertian di atas, meskipun dalam suatu keadaan ada beberapa orang

yang mengartikan inshat hanya dengan diam saja, namun di pengertian lainnya dapat

disimpulkan bahwa dalam inshat terdapat dua unsur yang terkandung, yaitu diam

Inshat adalah suatu keadaan yang tergabung di .(اعراع) dan mendengarkan (عنخ)

dalamnya dua kata kerja tersebut. Diam merupakan kata kerja untuk tidak bersuara

dan tidak bergerak, dan mendengarkan adalah kata kerja untuk mendengar sesuatu

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 1424.

2 Jamaluddin Muhammad, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar Shadir, 1990), Juz II, h. 99.

3 Mahmud Abdurrahman, Mu‟jam al-Mushthalahat al-Alfadz al-Fiqhiyyah, (Kairo: Dar al-

Fadhillah, 1999), h. 311.

Page 39: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

29

dengan sungguh-sungguh atau bisa diartikan dengan memperhatikan dan

mengindahkan.

Perlu diperjelas bahwa mendengar dan mendengarkan memiliki pengertian

yang berbeda. Meskipun keduanya berasal dari kata kerja dasar yang sama yaitu

dengar, dalam bahasa arabnya adalah غغ-,عغ namun maknanya berbeda.

Mendengar mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga, bila terdengar

suatu bunyi maka alat pendengaran seseorang akan menangkap bunyi tersebut tanpa

disertai dengan kesengajaan. Sedangkan mendengarkan adalah menangkap suatu

bunyi disertai dengan kesengajaan dari seseorang dan dengan tujuan tertentu.4

Istilah lain dari kata mendengarkan adalah menyimak, yaitu mendengarkan

dengan baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Menyimak merupakan suatu

proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi

atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang

pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan atau menyimak adalah suatu proses yang

mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi,

menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.5

Bustanul Arifin dan kawan-kawan berpendapat, menyimak merupakan

keterampilan bahasa yang aktif reseptif. Artinya dalam kegiatan menyimak seseorang

4 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa Bandung, 2008), h. 31.

5 Novi Resmini, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS,

2007), h. 38.

Page 40: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

30

harus mengaktifkan pikirannya untuk dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa,

memahami, dan menafsirkan maknanya sehingga tertangkap pesan yang disampaikan

oleh pembicara.6 Dan juga bersifat terbuka atau mau menerima saran dan tanggapan

atau pendapat yang disampaikan.

Berdasarkan penjelasan dua unsur penting yang terkandung dalam Inshat,

penulis menyimpulkan bahwa inshat merupakan keadaan seseorang dalam

mendengarkan sesuatu dengan penuh konsentrasi agar dapat menangkap sebuah

intisari atau pelajaran dari sesuatu yang ia dengar. Dalam proses mendengarkannya,

seseorang tersebut tidak diperbolehkan untuk berbicara ataupun bergerak semaunya,

ia diharuskan untuk fokus agar tujuan yang diinginkan tercapai.

B. Dalil dan Hukum Inshat

Ada beberapa dalil yang berkaitan dengan pembahasan inshat dalam khutbah

jum‟at. dalil-dalil tersebut bersumber dari al-Qur‟an dan Sunnah. Yang pertama, dalil

al-Qur‟an yaitu ayat 204 dalam surah al-A‟raf sebagai berikut:

Artinya: “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

Menurut riwayat Ibnu Mas‟ud, Abu Hurairah, Jabir, al-Zuhri, Ubaidillah bin

Umair, Atha‟ bin Abu Rabah, dan Sa‟id bin al-Musayyib, ayat ini turun ketika waktu

shalat. Sedangkan menurut Sa‟id bin Jubair, Mujahid, Atha‟, Amr bin Dinar, Zaid bin

6 Bustanul Arifin, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), h. 13.

Page 41: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

31

Aslam, Qasim bin Mukhaimar, Muslim bin Yasar, Syahr bin Hausyab dan Abdullah

bin al-Mubarak, ayat ini diturunkan pada waktu khutbah.7 Namun Ibnu „Arabi

menanggapi bahwa riwayat ini lemah karena pembacaan ayat al-Qur‟an dalam

khutbah sedikit, sedangkan mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang, wajib

dilakukan sepanjang khutbah berlangsung.8

Al-Thabari menyebutkan dari Sa‟id bin Jubair bahwa ayat ini membicarakan

tentang Inshat pada saaat khutbah idul adha, idul fitri dan juga pada saat shalat

jum‟at, serta pada waktu imam membaca ayat al-Qur‟an dengan bersuara. Artinya

ayat ini turun untuk perkara yang umum. Pendapat inilah yang benar, sebab

mencakup semua hal yang diwajibkan ayat ini terkait perintah inshat.9 Imam al-

Syaukani juga menguatkan bahwa ayat tersebut bermakna lebih luas dan keumuman

ini tidak dibatasi oleh sebabnya. Maka mendengarkan dan memperhatikan (inshat)

ketika dibacakan al-Qur‟an adalah berlaku pada semua kondisi dan pada posisi

apapun yang mewajibkan itu atas pendengarnya.10

Dengan demikian, ayat ini dapat

juga dijadikan dasar atas perintah inshat dalam khutbah jum‟ah.

Kedua, dalil sunnah yaitu beberapa hadits yang berkaitan dengan inshat,

antara lain sebagai berikut:

7 Muhammad al-Anshari al-Qurthubi, Al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an, (Arab Saudi: Dar Alim

al-Kutub, 2003), Juz VII, h. 353.

8 Ibn al-Arabi, Ahkam al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiyyah, 2003), h. 73.

9 Abi Ja‟far Muhammad al-Thabari, Jami‟ al-Bayan, (Beirut: Dar al-Fikr, 1984, Juz VI, h.

166. 10 Muhammad bin Ali al-Syaukani, Fath al-Qadir, (Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyyah,

1996), Juz II, h. 357.

Page 42: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

32

Dari Ibnu Abbas radhiallahu„anhu, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda,

ش ا ذ :ح ي ع ي للا ػ ي للا ص ه ع س ث اط قاه:ق اه ػ ات ػ ث ؼ اىش ػ اى ذ ج ش ػ ح ات ؼ اى ج ي ذ ن

ح ؼ ج ى ظ ى د ص أ ى ه اى ز ق ف اسا أ ع و اس ح اى ح ص و م ف ط ة خ ا ال )سااحذ( 11

Artinya: “Barangsiapa yang berbicara pada saat imam khutbah Jumat, maka ia seperti

keledai yang memikul lembaran-lembaran (artinya: ibadahnya sia-sia, tidak

ada manfaat, pen.). Siapa yang diperintahkan untuk diam (lalu tidak diam),

maka tidak ada Jumat baginya (artinya: ibadah Jumatnya tidak sempurna,

pen.).” (HR. Ahmad)

Dari Salman Al Farisi radhiallahu„anhu, ia berkata bahwa Rasul shallallahu

„alaihi wa sallam bersabda,

ؼ د ات ,ػ أ ت ث ش أ خ : ق اه , ق ث ش اى ذ ؼ ع ئ ة ,ػ ر أ ت ش ا ذ :ح ق اه , ش اآد ذ :ح ق اه , اىف اس ع ا ي ع ح ,ػ

للا ي ص اى ث :ق اه ي ع ي ػ ،أ د ذ ، ش ط ر ط اع ااع ر ط ش ح ، ؼ اى ج و ج س و ر غ ل غ

،ش ى ر ة ام ي ص ،ش اش ت ق ،ف ل ف ش ض ش خ ش ر ت ة ط ظ ى ف ش غ ،إ ل ا ال ي اذ ن إ ر د ص

ش ح ال خ ؼ اى ج ت ات )سااىثخاس( 12

Artinya: “Apabila seseorang mandi pada hari Jumat, dan bersuci semampunya, lalu

memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar

rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang (melangkahi pundak

orang), kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam

berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jumat

yang satu dan Jumat lainnya.” (HR. Bukhari(

Dari Abu Hurairah radhiallahu„anhu, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda,

ذ ؼ ع ث ش :أ خ اب ,ق اه ش ات ,ػ و ق ػ ,ػ س ش ااى ي ذ :ح ش ,ق اه ت ن ت ش ا ح ذ أ ت ا ش ح ة ,أ غ اى ج ,ت ش

: ق اه ي ع ي للا ػ ي للا ص ه ع س :أ ث ش خ أ خ ى غ ف ق ذ ط ة خ ا ال . د ص أ ح ؼ اى ج ث ل اح ى ص اق ي د إ ر

)سااىثخاس(13

11 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Beirut: „Alim al-Kutub, 1998), Juz I, h.

230. 12 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Kairo: Dar al-Kutub,

2002), h. 446. 13 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 458.

Page 43: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

33

Artinya: “Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jumat, „Diamlah, khatib

sedang berkhutbah!‟ Sungguh engkau telah berkata sia-sia.”(HR. Bukhari(

Dari hadits-hadits tersebut, menyatakan bahwa nabi Muhammad SAW.

memerintahkan kepada mereka yang menghadiri yang salat jum‟at untuk

mendengarkan dan memperhatikan ketika khatib sedang berkhutbah. Bahkan nabi

menyampaikan keutamaan yang akan didapatkan oleh orang yang mengikuti

perintahnya tersebut, dan juga memberikan perumpamaan bagi orang-orang yang

enggan mengikuti perintahnya tersebut. Jelas, bahwa perintah inshat adalah perkara

yang sangat penting.

Mengenai hukumnya, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama.

Berdasarkan dalil-dalil di atas, kebanyakan ulama berpendapat bahwa hukum inshat

adalah wajib. Adapun mereka yang berpendapat demikian adalah ulama Hanafiyyah,

ulama Malikiyyah, ulama hanabilah dan imam Syafi‟i dalam pendapat lamanya (Qaul

Qadim). Namun demikian, mereka sepakat mewajibkan inshat hanya untuk jama‟ah

yang dekat dengan imam, yang memungkinkan mereka mendengar suara khatib.

Sedangkan bagi mereka yang jauh, yang tidak mendengar suara khatib, mereka

berbeda pendapat kecuali ulama Malikiyyah, mereka tidak membedakan antara yang

dekat maupun yang jauh. Dalam madzhab ini, kewajiban inshat berlaku bagi semua

jama‟ah baik yang mendengarkan ataupun tidak mendengarkan khutbah.14

Ini seperti

dalam shalat, baik bagi mereka yang mendengarkan bacaan imam ataupun tidak,

14 Abu Bakar bin Hasan al-Kasynawi, Ashal al-Madarik, (Beirut: Dar al Fikr, t.th), Juz I, h.

324.

Page 44: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

34

mereka tetap diwajibkan inshat.15

. Sedangkan dalam madzhab Hanafi ada tiga

pendapat mengenai hal ini:

1. Menurut Muhammad bin Salamah Al-Balkhi, meriwayatkan pendapat

Abu Yusuf, bahwa orang yang jauh dari khatib lebih diutamakan untuk

inshat dari pada membaca al-Qur‟an. Pendapat ini berdasar dari perkataan

umar dan utsman bahwa sesungguhnya pahala orang yang diam yang tidak

bisa mendengarkan khutbah sama dengan pahala orang yang diam dan

bisa mendengarkan khutbah. Dengan demikian, bagi mereka yang dekat

dengan khatib diwajibkan baginya 2 hal yaitu mendengarkan dan diam.

Sedangkan bagi mereka yang jauh dari khatib dan tidak dapat mendengar

suara khatib, diwajibkan baginya satu hal yaitu diam. Ini adalah pendapat

yang paling kuat dalam madzhab Hanafi.

2. Menurut Nashir bin Yahya, bagi mereka yang jauh dari khatib maka

baginya diperbolehkan untuk membaca al-quran secara sirr.

3. Dan menurut al Hakam bin Zuhair, ia berpendapat bahwa diwajibkannya

inshat bagi mereka yang dekat bertujuan agar mereka konsentrasi dan

berpikir atas khutbah yang disampaikan khatib. Tetapi, bagi mereka yang

jauh, tujuan ini tidak memungkinkan karena khutbah tidak terdengar.

15 Malik bin Anas al-Ashbahiy, Al-Mudawwanah al-Kubro, (Beirut: Dar al-Kutub al-

Alamiyyah, Juz I, h. 230.

Page 45: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

35

Maka diperbolehkan bagi yang jauh untuk menjaga dirinya dengan

mebaca al quran atau belajar.16

Adapun ulama hanabilah mewajibkan inshat hanya bagi mereka yang dekat,

yang bisa mendengar suara khatib. Adapun bagi mereka yang tidak dapat mendengar

suara khatib diperbolehkan untuk berdzikir kepada Allah atau bershalawat atau

membaca al-Qur‟an, tetapi dilakukan dengan tidak bersuara.17

Imam Syafi‟i dalam pendapat barunya (Qaul Jadid) menyatakan bahwa inshat

merupakan hal yang sunah. Pendapat ini lah yang kemudian diikuti oleh kebanyakan

ulama Syafi‟iyyah. Hal ini berdasarkan beberapa hadits, antara lain:

ش اح ذ ح ق اه ذ د غ ش ا ذ ي ح ص ااى ث ت أ ظ ق اه ش ات د ػ ػ ظ ػ أ ظ ض ض ػ اى ؼ ث ذ ػ ػ ذ ص ت اد

ي اع اى ن ش للا ي ل ع ه اس ف ق اه و ج س ق ا إ ر ح ؼ اى ج ط ة خ ي ع ي للا ػ ذ ل اف ق غ للا أ ع ف اد اىش اء

ا ػ د ذ 18

Artinya: “Dari Anas bin Malik r.a. berkata berkata ketika Nabi SAW. sedang

berkhutbah di hari jum‟at, berdirilah seorang (arab badui), lalu berkata

kepada nabi: Ya Rasulullah, binatang ternak telah mati dan jalan-jalan

penghidupan telah terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan

hujan kepada kami! Kemudian nabi mengangkat kedua tangannya dan

berdoa.”

ت ذ ح ا ث ش اأ خ ش م ص ت ذ أ ح ت ذ ح ا ث ش ش أ خ ج ح ت ي ش اػ ذ ذ ح اج ث ش أ خ اق ح إ ع ت ذ ح ت و اى ف ض

ج غ اى و ج س و :د خ ه ق اى ل ت أ ظ غ ع أ ش ل ش اش ذ ح ف ش ؼ ج ت و اػ ش اإ ع ذ ح للا ع ه س صيللا-ذ

ن د -يػيع اع أ اى اط إ ى اس ف أ ش ح ؟ اىغ اػ ر للا ع ه س ا : ف ق اه ح ؼ اى ج ث ش اى ي ػ ش ل ز أ ى ف غ

16 „Alauddin al-Kasani, Bada‟i al-Shana‟i, (Beirut: Dar al-Fikr, 1996), h. 391-392.

17 Abu Muhammad Abdullah Qudamah al-Muqaddasiy, Al-Muqni‟, (Riyadh: Dar „Alim al-

Kutub, 2005), Juz VI, h. 301.

18 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 458.

Page 46: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

36

للا ع ه س ف ق اهى ن د اع أ إ ى ش ش ى ل ر م و اخ ش -صيللاػيعي- اىص اى ص ح ػ :»ذ خ د ذ اأ ػ ار ل ح

ث ث د ى ا أ ح غ إ ل ف ق اه ى ع س للا ة ح ق اه 19

Artinya: “Dari Anas bin Malik, ia berkata: seorang pemuda masuk ke dalam masjid

dan ketika itu Rasulullah SAW. sedang berkhutbah di atas mimbar pada hari

jum‟at. Pemuda tersebut bertanya kepada nabi: Ya Rasulullah, kapan

terjadinya hari kiamat? Ketika itu orang-orang mengisyaratkan kepada

pemuda itu untuk diam. Tetapi pemuda tersebut tetap bertanya sampai tiga

kali dan di setiap ia selesai bertanya, orang-orang selalu mengisyaratkan

kepadanya untuk diam. Namun pada saat pertanyaan yang ketiga kalinya,

Rasulullah berkata kepadanya: celakalah engkau, apa yang sudah kau

siapkan untuk menghadapinya? Kemudian pemuda itu menjawab: cinta

kepada Allah dan rasul-rasulnya. Kemudian Rasulullah berkata:

sesungguhnya engkau bersama-sama dengan siapa saja yang engkau cintai.”

Namun bila diperhatikan, dalil-dalil yang digunakan oleh ulama Syafi‟iyyah

lebih memfokuskan tentang kebolehan berbicara. Dengan demikian, ulama

Syafi‟iyyah lebih condong mengartikan inshat sebagai sikap diam seorang makmum.

Maka berdasarkan dalil-dalil yang mereka gunakan, makmum disunahkan untuk

diam, dan boleh berbicara tetapi mendengarkan dan memperhatikan khutbah tetap

menjadi keharusan.

C. Pengertian dan Jenis-Jenis Interupsi

Adanya khutbah yang bermateri negatif, merupakan sebuah masalah bagi

mereka yang mengetahui bahwa khutbah tersebut tidak layak untuk disampaikan.

Terhadap fenomena seperti ini, timbul sebuah pertanyaan mengenai kebolehan

interupsi ketika mendengar khutbah yang semacam ini. Hal ini seperti yang

19 Abu Bakar Ahmad al Baihaqi, Al-Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, (Mekkah: Maktabah Dar al

Baz, 1994), Juz III, h. 221.

Page 47: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

37

ditanyakan seorang warga Jakarta, Hasanuddin, ia bertanya terkait hal tersebut

kepada Nahdhatul Ulama melalui situs nuonline.co.id sebagai berikut:

“Assalamualaikum Wr. Wb. Dalam beberapa kesempatan khutbah saya sering

menemukan khatib menyampaikan materi yang sangat menyinggung perasaan,

misalnya menjelek-jelekkan orang lain dan memusuhi kelompok lain secara terang-

terangan. Dalam kondisi demikian, apakah boleh kami menginterupsi khutbah atau

sebaiknya kami mufaraqah atau bagaimana? Kondisi demikian seringkali

menyebabkan shalat jum‟at kita tidak khusu‟. Terima kasih atas penjelasannya.”20

Jawaban dari pertanyaan semacam ini sangatlah penting, agar jama‟ah bisa

bersikap ketika ia dihadapkan pada kondisi seperti itu. Maka untuk menjawab

pertanyaan tersebut, perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan

interupsi dan apa tujuan dari interupsi tersebut. Dan kemudian dihubungkan dengan

apa yang telah dijelaskan oleh fikih.

1. Pengertian Interupsi

Kata interupsi adalah kata serapan dari bahasa inggris, yaitu interruption.

adapun kata tersebut berasal dari kata interrupt yang berarti menyela, mengganggu,

atau memecahkan.21

dalam kamus besar bahasa Indonesia, arti kata interupsi

mendapatkan sedikit keterangan yaitu penyelaan atau pemotongan pembicaraan,

pidato dan sebagainya.22

Keterangan tersebut menjelaskan tempat yang sering terjadi

interupsi di dalamnya. Di Indonesia, interupsi sering terjadi dalam sebuah forum,

20 Mahbub Ma‟afi Ramdlan, Bolehkah Menginterupsi Khutbah Jum‟at?, artikel diakses pada

31 Juli 2014 dari http://www.nu.or.id/post/read/53576/bolehkah-menginterupsi-khutbah-jumrsquoat.

21 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2010), h. 328.

22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 543.

Page 48: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

38

seperti dalam rapat, persidangan, atapun dalam diskusi formal maupun non formal.

Itu merupakan hak berbicara setiap anggota yang mengikuti forum tersebut.

Interupsi bisa dikatagorikan menjadi perbuatan yang positif dan juga bisa

dikatakan sebagai perbuatan yang negatif. Misalnya, interupsi yang dilakukan oleh

anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam sidang. Hal ini dinilai positif karena

dengan adanya interupsi tersebut, berarti anggota DPR betul-betul menyimak pokok

pembicaraan sidang dan tidak asal hadir. Selain itu, ia juga telah menyumbangkan

buah pikirannya untuk orang yang diinterupsinya atau untuk bahasan yang sedang

dibicarakan. Berbeda bila seorang anggota DPR menginterupsi tanpa diperkenankan

terlebih dahulu, dan interupsi yang dilakukannya hanya untuk menjatuhkan orang

yang diinterupsinya. Tentu interupsi semacam ini dinilai negatif.23

Dengan demikian

cara seseorang menginterupsi akan mempengaruhi nilai interupsinya tersebut.

2. Jenis-Jenis dan Tujuan Interupsi

Tentu saja seseorang yang menyela pembicaraan orang lain memiliki tujuan.

Meskipun sebagian orang memiliki tujuan yang negatif, tetapi ada pula tujuan positif

yang dituju seseorang yang menginterupsi. Beberapa tujuan tersebut dapat dilihat dari

beberapa jenis interupsi yang telah disepakati digunakan dalam sebuah forum, antara

lain sebagai berikut:

a. Interruption Point of Order, interupsi ini bertujuan untuk meminta

penjelasan atau memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya

23 Eshter Kuntjara, Gender, Bahasa, dan Kekuasaan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), h. 51-

52.

Page 49: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

39

pembahasan dalam sebuah forum. (jika pembahasan melebar atau tidak

konsisten).

b. Interruption Point of Clarification, interupsi ini bertujuan untuk meminta

klarifikasi tentang pernyataan anggota forum lainnya agar tidak terjadi

penangkapan bias ketika seseorang memberikan tanggapan atau sebuah

penegasan terhadap suatu pernyataan.

c. Interruption Point of Information, interupsi ini bertujuan untuk

menyampaiakan informasi tambahan yang dianggap membantu maupun

informasi yang sifatnya teknis.

d. Interruption Point of Personal Privilage, interupsi ini dilakukan jika

terdapat pendapat yang terlalu menyudutkan pihak tertentu di luar

substansi permasalahan.

e. Interruption Point of Explanation, interupsi ini untuk menjelaskan suatu

pernyataan yang kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh anggota

lain atau suatu pelurusan terhadap pernyataan kita.24

D. Hukum Interupsi Dalam Khutbah Jum’at

Interupsi khutbah jum‟at adalah perbuatan seseorang yang menyela

pembicaraan khatib dengan lisannya. Melihat permasalahan yang ada, terutama yang

terjadi di Aceh, yaitu interupsi yang dilakukan untuk mengingatkan khatib akan

24 Budi Wiryawan, Antara Interupsi dan interuksi, artikel diakses pada 25 Juni 2015 dari

http://www.kompasiana.com/budhiwiryawan/antara-interupsi-dan-

interuksi_55171e7fa333111a06b659de.

Page 50: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

40

rukun-rukun khutbah yang terlupakan. Sedangkan dari seorang penanya di laman

situs nuonline.co.id, yang menanyakan hukum interupsi untuk mengingatkan khutbah

yang bersifat provokatif. Maka untuk mengetahui hukum dari kedua permasalahan

tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu hukum berbicara pada saat khutbah

berlangsung. Dalam hal ini para ulama empat madzab berbeda pendapat, sebagai

berikut:

1. Hanafiyyah

Mereka berpendapat bahwa berbicara ketika khutbah hukumnya

makruh tahrim, baik yang berbicara itu jauh dari khatib ataupun dekat, ini

berdasarkan pendapat yang paling sahih. Begitu juga baik itu pembicaraan

tentang urusan keduniaan ataupun berdzikir dan semacamnya, dan juga

terlepas apakah khatib mengeluarkan kata-kata yang keliru yang

berhubungan dengan kedzaliman ataupun tidak. Apabila makmum

mendengar nama Nabi Muhammad SAW disebutkan, maka hendaknya

membaca shalawat dalam hati. Dan apabila melihat suatu kemungkaran maka

boleh memberikan isyarat dengan tangan atau kepala.

Di antara bentuk pembicaraan yang makruh adalah menjawab salam

dengan lisan dan hatinya, dan menjawab salam itu tidak diperkenankan

sebelum khatib selesai berkhutbah. Selain menjawab salam, menjawab orang

yang bersin juga termasuk pembicaraan yang makruh. Adapun

Page 51: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

41

memperingatkan orang yang sedang dalam bahaya bukanlah termasuk

pembicaraan yang dimakruhkankan, maka hal tersebut diperbolehkan.25

2. Malikiyyah

Mereka berpendapat bahwa berbicara ketika khutbah dan ketika imam

duduk di atas mimbar di antara dua khutbah hukumnya haram. Tidak ada

perbedaan dalam hal itu antara yang dapat mendengar khutbah ataupun yang

tidak. Maka semuanya haram berbicara sekalipun ia berada di halaman masjid

ataupun di jalan yang tersambung dengan masjid itu. Pembicaraan tersebut

diharamkan selama imam tidak melakukan sesuatu yang salah dalam

khutbahnya, seperti memuji seseorang yang tidak boleh dipuji, atau mencela

yang tidak boleh dicela. Jika khatib melakukan hal tersebut, berarti hukum

keharaman berbicara telah gugur. Dan diperbolehkan berbicara ketika khatib

duduk di atas mimbar sebelum memulai khutbahnya dan pada akhir khutbah

kedua ketika ia mulai berdoa.

Di antara bentuk pembicaraan yang diharamkan ketika khutbah adalah

memberi salam serta menjawab salam kepada orang yang mengucapkannya.

Dan juga melarang seseorang yang berbicara ketika khutbah. Sebagaimana

berbicara itu haram maka memberi isyarat kepada orang yang berbicara dan

melemparnya denga kerikil agar diam adalah haram. Diharamkan juga pada

25 Abdur Rahman al-Juzairi, al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, (Kairo: Maktabah al-

Tsaqafah al-Diniyyah, t.t.), Juz I, h. 322.

Page 52: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

42

saat khutbah untuk minum dan menjawab orang yang bersin. Akan tetapi bagi

yang bersin disunnahkan membaca “alhamdulillah” dengan samar ketika

imam sedang khutbah. Demikian juga apabila khatib menyebutkan ayat

tentang siksaan atau api neraka, maka disunahkan bagi yang hadir untuk

berta‟awudz dengan samar. Dan apabila khatib berdoa, maka disunahkan pula

mengucapkan “amin” dengan samar dan makruh bila mengeraskannya.

Adapun perihal melaksanakan salat sunah, maka yang demikian itu haram

hukumnya apabila khatib sudah memulai khutbahnya.26

3. Syafi‟iyyah

Mereka berpendapat bagi orang yang dekat dengan khatib, lalu ia diam

dan dapat mendengarkan khutbah, maka dimakruhkan secara tanzih untuk

bicara pada saat khatib melaksanakan rukun khutbah, sekalipun ia tidak

mendengar secara benar-benar. Ada juga ulama Syafi‟iyyah yang mengatakan

bahwa keadaan seperti itu hukumnya haram berbicara. Sedangkan untuk

selain rukun khutbah tidak dimakruhkan berbicara sebagaimana juga tidak

dimakruhkan bicara sebelum khutbah sekalipun imam telah keluar dari tempat

khalwatnya dan telah memulai khutbahnya, begitu pula ketika duduk di antara

dua khutbah dan sebelum dikumandangkan iqamah salat. Demikian juga tidak

dimakruhkan bagi orang yang jauh dari imam untuk berbicara, namun pada

saat itu ia disunahkan untuk berdzikir. Ada empat hal yang secara khusus

26 Abdur Rahman al-Juzairi, al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, Juz I, h. 322-323.

Page 53: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

43

diperbolehkan berbicara, antara lain menjawab orang yang bersin,

mengucapkan shalawat kepada nabi ketika namanya disebutkan, menjawab

salam, dan memperingatkan orang yang sedang dalam bahaya.27

4. Hanabilah

Mereka berpendapat bahwa bagi orang yang dekat dengan khatib,

dalam arti dapat mendengar khutbahnya, maka diharamkan baginya untuk

berbicara apapun, sekalipun khatib bukanlah orang yang adil. Dikecualikan

bagi khatib itu sendiri, boleh berbicara dengan yang lainnya untuk suatu

kemaslahatan. Sebagaimana juga boleh berbicara bagi jama‟ah kepada khatib.

Kemudian bagi yang mendengar nama nabi disebutkan, boleh bershalawat,

namun disunahkan untuk mengucapkannya dengan samar. Begitu juga dalam

perihal meng-amini doa, membaca alhamdulillah ketika bersin, menjawab

orang yang bersin, dan menjawab salam. Sedangkan bagi orang yang jauh,

dalam arti ia tidak dapat mendengar khutbah, maka ia diperbolehkan

berbicara. Apalagi bila ia sibuk dengan membaca al-Quran atau berdzikir dan

semacamnya, maka itu akan lebih baik dari pada diam tidak berbicara, namun

tidak boleh mengeraskan suaranya agar tidak mengganggu orang yang

mendengarkan khutbah.

Dalam madzhab ini, hukum berbicara itu bisa menjadi wajib ketika

ditujukan untuk mencegah orang agar tidak mendapatkan bahaya, seperti

27 Abdur Rahman al-Juzairi, al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, Juz I, h. 323.

Page 54: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

44

memperingati orang buta dan sebagainya. Adapun berbicara tidak diharamkan

saat sebelum dan sesudah khutbah, saat khatib diam di antara dua khutbah dan

mulai berdoa, ini dikarenakan khatib telah melengkapi rukun-rukun khutbah.

Dan bagi yang mendengar orang lain berbicara, tidak boleh menyuruhnya

diam dengan kata-kata, melainkan hendaknya ia memperingatkannya dengan

isyarat.28

Melihat dari keseluruhan pendapat empat madzhab, sesungguhnya berbicara

ketika khutbah berlangsung tidaklah diperkenankan, dengan status berhukum makruh

bahkan yang paling tegas adalah haram. Meskipun ada beberapa perkara yang

diperbolehkan untuk mengeluarkan suara. Tetapi berbicara dalam konteks mengobrol

atau berbincang-bincang sangatlah tidak diperkenankan. Kalau pun khutbah tidak

terdengar, maka lebih baik digunakan untuk berdzikir sebagaimana pendapat dalam

madzhab Hanbali.

Adapun tidak diperkenankannya berbicara adalah antar sesama jama‟ah. Bila

melihat hadits dari abu hurairah yang diriwayatkan oleh imam bukhari, sangat jelas

bahwa peringatan berbicara ditujukan untuk seorang jama‟ah kepada jama‟ah lainnya.

Sedangkan interupsi yang dimaksud dalam permasalahan ini adalah interupsi yang

dilakukan kepada khatib. Dengan demikian, perlu dicari dan dikaji kembali dalil-dalil

yang berkaitan dengan pembicaraan antara jama‟ah dan khatib. Ada beberapa hadits

nabi yang menunjukkan pernah terjadinya interaksi antara jama‟ah dan khatib, antara

lain sebagai berikut:

28 Abdur Rahman al-Juzairi, al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, Juz I, h. 323.

Page 55: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

45

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

اى و ج س و د خ اق اه ات ش ج غ ش ع ػ ػ ف ا ش اع ذ ح للا ق اه ث ذ ػ ت ي ش اػ ذ ح اى ث ح ؼ ج ي للا ػ ي ص

ر ؼ م س و ف ص ق ق اه ل ق اه د ي أ ص ف ق اه ط ة خ ي ع 29

Artinya: “Diceritakan dari „Amr. r.a., bahwa dia mendengar Jabir berkata: seorang

pemuda telah masuk (ke masjid) di hari jum‟at dan Nabi SAW. sedang

berkhutbah, kemudian nabi berkata: apakah kamu sudah salat? Pemuda

tersebut menjawab: belum, kemudian nabi berkata: berdirilah! Dan salatlah

dua raka‟at.” (HR. Bukhari).

2. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

ق اه ذ د غ ش ا ذ ااىح ت أ ظ ق اه ش ات د ػ ػ ظ ػ أ ظ ض ض ػ اى ؼ ث ذ ػ ػ ذ ص ت اد ش اح ذ ح ي ص ث

اى ن ش للا ي ل ع ه اس ف ق اه و ج س ق ا إ ر ح ؼ اى ج ط ة خ ي ع ي ذ للا ػ اف ق غ للا أ ع ف اد اىش اء ي ل اع

ا ػ د ذ 30

Artinya: “Dari Anas bin Malik r.a. berkata berkata ketika Nabi SAW. sedang

berkhutbah di hari jum‟at, berdirilah seorang (arab badui), lalu berkata

kepada nabi: Ya Rasulullah, binatang ternak telah mati dan jalan-jalan

penghidupan telah terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan

hujan kepada kami! Kemudian nabi mengangkat kedua tangannya dan

berdoa.”

3. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi:

ت ذ ح ا ث ش ش اأ خ ذ ذ ح اج ث ش أ خ اق ح إ ع ت ذ ح ت و اى ف ض ت ذ ح ا ث ش اأ خ ش م ص ت ذ أ ح ش ج ح ت ي ػ

س و :د خ ه ق اى ل ت أ ظ غ ع أ ش ل ش اش ذ ح ف ش ؼ ج ت و اػ ش اإ ع ذ ح للا ع ه س ذ ج غ اى و صيللا-ج

ن د -ػيعي اع أ اى اط إ ى اس ف أ ش ح ؟ اىغ اػ ر للا ع ه س ا : ف ق اه ح ؼ اى ج ث ش اى ي ػ ش ل ز أ ى ف غ

ن د اع أ إ ى ش ش ى ل ر م و اخ ش للا ع ه س اىص اى ص ح -صيللاػيعي-ف ق اهى ذ :»ػ خ د ذ اأ ػ ار ل ح

ث ث د ى ا أ ح غ إ ل ف ق اه ى ع س للا ة ح ق اه 31

Artinya: “Dari Anas bin Malik, ia berkata: seorang pemuda masuk ke dalam masjid

dan ketika itu Rasulullah SAW. sedang berkhutbah di atas mimbar pada hari

29 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 456

30 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 458

31 Abu Bakar Ahmad al Baihaqi, Al-Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, h. 221.

Page 56: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

46

jum‟at. Pemuda tersebut bertanya kepada nabi: Ya Rasulullah, kapan

terjadinya hari kiamat? Ketika itu orang-orang mengisyaratkan kepada

pemuda itu untuk diam. Tetapi pemuda tersebut tetap bertanya sampai tiga

kali dan di setiap ia selesai bertanya, orang-orang selalu mengisyaratkan

kepadanya untuk diam. Namun pada saat pertanyaan yang ketiga kalinya,

Rasulullah berkata kepadanya: celakalah engkau, apa yang sudah kau

siapkan untuk menghadapinya? Kemudian pemuda itu menjawab: cinta

kepada Allah dan rasul-rasulnya. Kemudian Rasulullah berkata:

sesungguhnya engkau bersama-sama dengan siapa saja yang engkau cintai.”

Dari ketiga hadits tersebut, membuktikan bahwa nabi SAW. pernah berbicara

kepada jama‟ah dan jama‟ah pun pernah berbicara kepada nabi SAW ketika sedang

berkhutbah. Dengan demikian, terkait perihal berbicara ketika khutbah sedang

berlangsung terbagi menjadi dua macam:

1. Bagi seorang jama‟ah kepada jama‟ah lainnya tidak diperkenankan untuk

berbicara, dalam arti mengobrol atau berbincang-bincang. Namun ada

beberapa perkara yang masih diperbolehkan, meskipun terdapat perbedaan

pendapat ulama, seperti menjawab salam, menjawab ucapan orang bersin

dan sebagainya.

2. Bagi seorang jama‟ah tidak dilarang untuk berbicara kepada khatib. Hal

ini berdasarkan hadits-hadits yang telah dipaparkan. Namun, tentunya

dengan cara yang baik dan pembicaraannya bukanlah pembicaraan yang

sia-sia.

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis

berkesimpulan bahwa menginterupsi khutbah jum‟at diperbolehkan. Tentunya dengan

Page 57: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

47

cara yang baik, dan seseorang yang menginterupsi harus mengerti tentang apa yang

dia interupsi. Dan berdasarkan permasalahan yang ada, interupsi dilakukan dengan

tujuan untuk mengingatkan atau meminta penjelasan terkait khutbah yang

disampaikan, bukan bersifat membantah apalagi menyalahkan. Hal ini agar interupsi

tidak terkesan menggurui dan menghindari terciptanya suasana yang gaduh.

Page 58: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

48

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT TOKOH MUHAMMADIYAH

DAN NAHDHATUL ULAMA (NU)

A. Pendapat Tokoh Muhammadiyah

1. Dr. H. M. Ma‟rifat Iman K.H., M. Ag.

Menurut salah satu wakil ketua Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah, Ma‟rifat Iman, prinsip dalam beribadah harus sesuai dengan

syar‟i, sesuai dengan aturan yang telah ditunjukkan oleh Allah dan Rasulnya.

Salat jum‟at merupakan sebuah ibadah yang tentunya harus dilaksanakan

berdasarkan ketentuan syar‟i. Salah satu yang diatur syar‟i dalam pelaksanaan

salat jum‟at adalah perintah inshat.1

Menurutnya, perintah inshat adalah sebuah anjuran untuk

mendengarkan khutbah, beliau menyebutkan hadits riwayat Ahmad yang

menjadi dasar dari anjuran anshit tersebut, adapun haditsnya sebagai berikut:

ش ا ذ قاه:ح ث اط ػ ات ػ ث ؼ اىش ػ اى ذ ج ش ػ :ات ي ع ي للا ػ ي للا ص ه ع س ق اه ي ذ ن ظ ى د ص ى أ ه اى ز ق ف اسا أ ع و ح اس اى ح ص و م ف ط ة خ ا ال ح ؼ اى ج ح ؼ )ساى ج

احذ(2

Artinya: “Barangsiapa yang berbicara pada saat imam khotbah Jumat, maka ia

seperti keledai yang memikul lembaran-lembaran (artinya:

ibadahnya sia-sia, tidak ada manfaat, pen.). Siapa yang diperintahkan

untuk diam (lalu tidak diam), maka tidak ada Jumat baginya (artinya:

ibadah Jumatnya tidak sempurna, pen.).” (HR. Ahmad)

1 Wawancara Pribadi dengan Dr. H. M. Ma‟rifat Iman K.H., M. Ag.. Kampung Utan, 16

September 2016.

2 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Beirut: „Alim al-Kutub, 1998), Juz I, h.

230.

Page 59: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

49

Berdasarkan hadits ini, inshat dianjurkan untuk para jama‟ah, kecuali

khatib yang memang tugasnya adalah menyampaikan khutbah. Artinya, yang

menjadi objek dari perintah inshat adalah para jama‟ah, karena yang bertugas

untuk mendengarkan dan memperhatikan adalah jama‟ah.3

Adapun mengenai hukum menginterupsi khutbah, beliau berpendapat

bahwa pada dasarnya seseorang yang berbicara ketika khutbah berlangsung

tidaklah membatalkan pelaksanaan salat jum‟atnya, salatnya tetap sah namun

tidak berpahala. Mengenai interupsi, beliau mengakui belum pernah

menemukan dalil syar‟i terkait hal tersebut, namun pada suatu ketika pernah

mengalami hal tersebut. Beliau mengaku pernah diinterupsi dengan sebuah

isyarat karena khutbah yang disampaikannya terlalu panjang dan menerima

interupsi tersebut. Dari pengalaman tersebut, meskipun belum menemukan

dasar hukum terkait interupsi terhadap khutbah, beliau menyimpulkan

menginterupsi khutbah boleh dilakukan, karena dengan adanya interupsi bisa

mengingatkan khatib yang lalai.4

Menurut beliau, menginterupsi khutbah jum‟at boleh dilakukan, namun

alasan yang menjadi dasar interupsi harus masuk dalam katagori darurat.

Demikian pula menginterupsi khutbah yang rukunnya kurang, menurut beliau

bila hal tersebut merupakan suatu yang darurat maka sah saja untuk diinterupsi.

3 Wawancara Pribadi dengan Dr. H. M. Ma‟rifat Iman K.H., M. Ag..

4 Wawancara Pribadi dengan Dr. H. M. Ma‟rifat Iman K.H., M. Ag..

Page 60: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

50

Namun beliau menyarankan agar interupsi yang dilakukan lebih baik

menggunakan isyarat, bukan berupa menggunakan lisan.5

Dan mengenai materi yang bersifat provokatif, beliau menyatakan

bahwa materi yang disampaikan khatib dalam khutbahnya tidak boleh bersifat

provokatif. Seperti halnya permasalahan rukun yang kurang, beliau

menganggap materi yang provokatif dapat menjadi alasan yang darurat untuk

diinterupsi. Namun, harus tetap dilakukan dengan cara memberi isyarat tidak

boleh berbicara langsung.6

2. Dr. H. Sopa, M. Ag.

Menurut salah satu wakil sekretaris Majlis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyyah, Dr. Sopa, M. Ag., perintah inshat yang biasanya diingatkan

sebelum khutbah merupakan kewajiban yang perlu dilakukan oleh jama‟ah.

Para jama‟ah dianjurkan agar diam, mendengarkan, dan memperhatikan

khutbah yang disampaikan khatib. Menurutnya, khatib juga memiliki

wewenang untuk mengingatkan jama‟ah yang berisik pada saat penyampaian

khutbah.7

Adapun berbicara saat khutbah berlangsung, beliau menyebutkan

sebuah hadits sebagai berikut:

5 Wawancara Pribadi dengan Dr. H. M. Ma‟rifat Iman K.H., M. Ag..

6 Wawancara Pribadi dengan Dr. H. M. Ma‟rifat Iman K.H., M. Ag..

7 Wawancara pribadi dengan Dr. Sopa, M. Ag., Universitas Muhammadiyah Jakarta, 21

September 2016.

Page 61: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

51

ش ا ذ :ح ي ع ي للا ػ ي للا ص ه ع س قاه:ق اه ث اط ػ ات ػ ث ؼ اىش ػ اى ذ ج ش ػ ات ي ذ ن ص ى أ ه اى ز ق ف اسا أ ع و ح اس اى ح ص و م ف ط ة خ ا ال ح ؼ اى ج ح ؼ ى ج ظ ى )ساد

احذ(8

Artinya: “Barangsiapa yang berbicara pada saat imam khotbah Jumat, maka ia

seperti keledai yang memikul lembaran-lembaran (artinya:

ibadahnya sia-sia, tidak ada manfaat, pen.). Siapa yang diperintahkan

untuk diam (lalu tidak diam), maka tidak ada Jumat baginya (artinya:

ibadah Jumatnya tidak sempurna, pen.).” (HR. Ahmad)

Menurutnya, ada pengecualian dari para ulama dalam menanggapi hadits

tersebut. Ada yang membolehkan berbicara saat khutbah apabila yang

dibicarakan adalah ilmu pengetahuan. Dan ada juga yang membolehkan

berbicara apabila khutbah yang disampaikan tidak terdengar. Hal ini beliau

kuatkan dengan menyebutkan beberapa hadits yang menunjukkan adanya

interaksi antara jama‟ah dan khatib saat berlangsungnya khutbah. Hadits

tersebut antara lain:

1. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

اى و ج س و د خ اق اه ات ش ج غ ش ع ػ ػ ف ا ش اع ذ ح للا ق اه ث ذ ػ ت ي ش اػ ذ ح ي ص اى ث ح ؼ ج

ي ع ي ػ للا ر ؼ م س و ف ص ق ق اه ل ق اه د ي أ ص ف ق اه ط ة خ 9

Artinya: “Diceritakan dari „Amr. r.a., bahwa dia mendengar Jabir berkata:

seorang pemuda telah masuk (ke masjid) di hari jum‟at dan Nabi

SAW. sedang berkhutbah, kemudian nabi berkata: apakah kamu

sudah salat? Pemuda tersebut menjawab: belum, kemudian nabi

berkata: berdirilah! Dan salatlah dua raka‟at.”

2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

أ ظ ػ ض ض اى ؼ ث ذ ػ ػ ذ ص ت اد ش اح ذ ح ق اه د ذ غ ش ا ذ اح ت ق اه أ ظ ػ ش ات د ػ ظ ػ ي ل للا ع ه اس ف ق اه و ج س ق ا إ ر ح ؼ اى ج ط ة خ ي ع ي للا ػ ي ص اى ث اء اىش ي ل اع اى ن ش

ذ ذ اف ق غ أ ع للا اف اد ػ د 10

8 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Beirut: „Alim al-Kutub, 1998), Juz I, h.

230. 9 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 456

Page 62: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

52

Artinya: “Dari Anas bin Malik r.a. berkata berkata ketika Nabi SAW. sedang

berkhutbah di hari jum‟at, berdirilah seorang (arab badui), lalu

berkata kepada nabi: Ya Rasulullah, binatang ternak telah mati dan

jalan-jalan penghidupan telah terputus, maka berdoalah kepada Allah

agar menurunkan hujan kepada kami! Kemudian nabi mengangkat

kedua tangannya dan berdoa.”

Dengan demikian, beliau menyimpulkan bahwa boleh berbicara saat khutbah

dengan syarat apa yang dibicarakan berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau

adanya keperluan. Bahkan hal ini pernah terjadi pada saat rasul khutbah, seperti

hadis kedua diatas. Hadis tersebut menunjukkan adanya interaksi antara nabi

dengan orang badui tersebut. Tetapi apabila berbicara mengenai sesuatu yang

tidak ada manfaatnya, maka tidak diperbolehkan.11

Adapun mengenai interupsi terhadap khutbah yang rukunnya kurang,

beliau menjelaskan bahwa dalam pola pikir ilmu fiqih, suatu ibadah yang rukun

atau syaratnya tidak terpenuhi maka ibadah terebut menjadi tidak sah. Dengan

pola seperti ini juga, maka ada yang disebut dengan konsep i‟adah

(pengulangan). Artinya apabila suatu ibadah tidak sah karena rukun atau

syaratnya kurang, maka ibadah tersebut harus diulangi. Tentu hal ini juga

berlaku pada pelaksanaan solat jum‟at, khususnya khutbah. Dalam khutbah

jum‟at ada beberapa rukun yang harus dipenuhi, jika rukun tersebut tidak

terpenuhi, maka khutbah menjadi tidak sah. Dan berdasarkan konsep i‟adah,

maka khutbah harus diulang. Dalam hal teknis, tidak memungkinkan untuk

10 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 458

11 Wawancara pribadi dengan Dr. Sopa, M. Ag.,

Page 63: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

53

mengulang khutbah, maka diperbolehkan jama‟ah untuk mengingatkan dengan

sebuah interupsi. Peringatan tersebut diniatkan untuk tawasau bil hak. Menurut

beliau tawasau bil hak bukan hanya untuk urusan di luar ibadah, tetapi dalam

dan untuk sebuah ibadah pun diperbolehkan.12

Adapun mengenai materi khutbah, beliau berpendapat bahwa materi

apapun boleh disampaikan selama ada dan sesuai dengan ajaran islam. Selama

tidak menjelek-jelekkan atau bersifat provokatif. Bahkan sebenarnya khutbah

jum‟at harus bisa menetralisir keadaan yang sedang terjadi. Misalnya, jika

berkaitan dengan poltik khususnya dalam perihal pemilihan kepala daerah,

maka khatib boleh menyampaikan khutbah yang bertema bagaimana etika

politik yang sesuai dengan ajaran islam dsb. Materi khutbah tidak boleh

mengandung unsur kampanye untuk mendukung salah satu pihak. Bila terjadi

demikian, maka hal tersebut telah mengubah kesakralan ibadah salat jum‟at

yaitu dengan menyamakan ibadah salat jum‟at dengan forum kampanye.

Namun, beliau menyarankan Jama‟ah lebih baik tidak menginterupsi bila

menemukan khatib yang seperti itu, melainkan mengadukan hal tersebut kepada

pengurus masjid. Dan pengurus masjid harus lebih cermat memilih khatib yang

mengerti tatacara berkhutbah yang benar.13

3. Ust. Endang Mintardja, MA.

12 Wawancara pribadi dengan Dr. Sopa, M. Ag.,

13 Wawancara pribadi dengan Dr. Sopa, M. Ag.,

Page 64: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

54

Ketua Majlis Tarjih dan Tajdid wilayah DKI Jakarta, yaitu Ust.

Endang Mintardja, MA. memberikan tanggapan terkait pokok masalah

interupsi khutbah jum‟at. Menurut beliau, secara hukum, menginterupsi

khutbah jum‟at merupakan suatu kebolehan. Baginya interupsi merupakan

sebuah interaksi antara khatib dan jama‟ah, hal ini pernah terjadi pada saat

nabi Muhammad SAW sedang khutbah. Adapun perintah inshat dalam hal ini

adalah perintah kepada jama‟ah agar memperhatikan khutbah, dan

menghindari kalam mulgha (perkataan yang sia-sia). Pada saat seorang

jama‟ah menginterupsi khatib berarti jama‟ah tersebut sesungguhnya

memperhatikan apa yang disampaikan khatib, maka menurutnya, interupsi

diperbolehkan secara hukum.14

Namun, beliau memperhitungkan sebab yang menimbulkan terjadinya

interupsi. Dalam kasus ini, sebab yang pertama adalah rukun khutbah yang

tidak terpenuhi ketika khutbah. Menurutnya, rukun merupakan perkara

khilafiyyah. Dalam hal fiqih, selalu saja ada perbedaan pendapat. Terkait

pemahaman rukun khutbah yang notabenenya adalah perkara khilafiyyah,

maka ditekankan sikap toleransi. Yaitu menerima keberagamaan yang ada

dalam ibadah ini. Mengenai kesahannya ini bersifat relatif. Misalnya: seorang

jama‟ah menganut madzhab Syafi‟i, maka rukun khutbahnya adalah rukun

yang lima. Yaitu pujian, shalawat, wasiat, ayat al-Qur‟an dan doa. Sedangkan

khatib tidak mengikuti rukun yang sama, misalnya ia mengikuti madzhab

14 Wawancara pribadi dengan Ust. Endang Mintardja, MA., Depok, 4 Juni 2016.

Page 65: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

55

Maliki yang rukunnya adalah penyampaian nasehat saja. Maka ketika khatib

melewatkan lima rukun yang diikuti jama‟ah, khutbah yang disampaikan sah

bagi semuanya. Lain hal bila jama‟ah tersebut yang menjadi khatib, lalu ia

tidak melengkapi rukun madzhab Syafi‟i yang ia ikuti, maka khutbahnya tidak

sah. Jadi, permasalahan dalam pelaksanaan rukun khutbah bersifat relatif,

tergantung siapa yang khatib dan rukun mana yang ia ikuti. Bila sebab yang

pertama ini terjadi, menurutnya, muhammadiyah lebih menekankan untuk

bersikap toleransi, karena rukun merupakan hal yang khilafiyyah, akan lebih

baik jama‟ah diam.15

Sebab kedua yaitu materi khutbah yang dianggap menyimpang atau

bersifat provokatif. Menurutnya, Sama halnya dengan rukun, materi khutbah

juga merupakan bersifat relatif. Ini karena adanya pemahaman yang berbeda-

beda dari setiap jama‟ah. Kemungkinan anggapan seorang jama‟ah berbeda

dengan anggapan jama‟ah lainnya. Menurut satu orang khutbah tersebut

bersifat provokatif belum tentu bagi yang lain demikian. Selama khatib masih

sekedar berbicara maka akan lebih baik jama‟ah yang tidak sependapat untuk

diam, dan lebih mengedepankan akhlak untuk tidak melakukan interupsi, agar

suasana ibadah tetap khidmat. Dan akan lebih baik, jika ketidaksetujuan

terhadap materi khutbah itu disampaikan setelah salat jum‟at selesai.16

15 Wawancara pribadi dengan Ust. Endang Mintardja, MA.

16 Wawancara pribadi dengan Ust. Endang Mintardja, MA.

Page 66: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

56

Secara keseluruhan, beliau menekankan, meskipun menginterupsi

khutbah jum‟at diperbolehkan secara hukum, namun perlu dilihat kembali apa

yang menjadi sebab. Apabila disebabkan oleh sesuatu yang bersifat

khilafiyyah, maka lebih baik mengedepankan akhlak, yaitu dengan cara

bersikap toleransi. Karena menurutnya, akhlak merupakan komponen yang

terpenting dalam Islam. Hal ini dibuktikan dengan tujuan diutusnya

Rasulullah SAW, yaitu untuk menyempurnakan akhlak.17

B. Pendapat Tokoh Nahdhatul Ulama

1. KH. Mahfudz Asirun

Menurut Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU)

DKI Jakarta, KH. Mahfudz Asirun, hukum dari perintah inshat adalah wajib.

Hal ini didasarkan pada hadits nabi yang jelas sebagai berikut:

,ػ س ش ااى ي ذ :ح ش ,ق اه ت ن ت ش ا ح ذ أ ت اح ة ,أ غ اى ت ذ ؼ ع ث ش :أ خ اب ,ق اه ش ات ,ػ و ق ػ

ؼ اى ج ث ل اح ى ص اق ي د :إ ر ق اه ي ع ي ػ للا ي للا ص ه ع س :أ ث ش ج ,أ خ ش ش ا ال . د ص أ ح

ف ق ط ة )سااىثخاس( خ خ ى غ ذ 18

Artinya: “Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jumat, „Diamlah,

khotib sedang berkhotbah!‟ Sungguh engkau telah berkata sia-

sia.”(HR. Bukhari(.

Beliau menyatakan bahwa hadits tersebut berhubungan dengan salah satu ayat

al-Qur‟an yang menyiratkan kewajiban anshit. Ayat tersebut yaitu ayat 204

surat al-A‟raf sebagai berikut:

17 Wawancara pribadi dengan Ust. Endang Mintardja, MA.

18 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 458.

Page 67: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

57

Artinya: “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

Beliau menjelaskan bahwa seseorang wajib mendengarkan dan memperhatikan

ketika ayat al-Qur‟an sedang dibacakan. Begitu pun saat berlangsungnya

khutbah jum‟at, para jama‟ah diwajibkan untuk mendengarkan dan

memperhatikan khutbah, karena di dalam khutbah tersebut terdapat ayat-ayat

al-Qur‟an yang harus dibacakan oleh khatib. Dan menurut beliau, kewajiban

inshat ini hanya berlaku untuk para jama‟ah, karena yang bertugas untuk

mendengarkan dan memperhatikan khutbah adalah jama‟ah, sedangkan khatib

adalah yang menyampaikan khutbah. Dengan demikian, tidak diperbolehkan

antar jama‟ah untuk melakukan hal-hal yang dapat mengalihkan pendengaran

dan perhatian mereka dari khutbah.19

Adapun menginterupsi khutbah, beliau menjelaskan terlebih dahulu

bahwa berbicara kepada khatib diperbolehkan, tetapi dengan tujuan demi

kemashlahatan umum. Adapun mengenai kemashlahatan umum, beliau

mencontohkan dengan menyebut hadis nabi sebagai berikut:

ػ ش ات د ػ ظ ػ أ ظ ػ ض ض اى ؼ ث ذ ػ ػ ذ ص ت اد ش اح ذ ح ق اه ذ د غ ش ا ذ اح ت ق اه أ ظ

ط ة خ ي ع ي للا ػ ي ص اى ث اىش اء ي ل اع اى ن ش ي ل للا ع ه اس ف ق اه و ج س ق ا إ ر ح ؼ اى ج

ا ػ د ذ ذ اف ق غ أ ع للا ف اد 20

Artinya: “Dari Anas bin Malik r.a. berkata berkata ketika Nabi SAW. sedang

berkhutbah di hari jum‟at, berdirilah seorang (arab badui), lalu

19 Wawancara pribadi dengan KH. Mahfudz Asirun, Pondok Pesantren al-Itqon, 8 Oktober

2016.

20 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 458.

Page 68: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

58

berkata kepada nabi: Ya Rasulullah, binatang ternak telah mati dan

jalan-jalan penghidupan telah terputus, maka berdoalah kepada Allah

agar menurunkan hujan kepada kami! Kemudian nabi mengangkat

kedua tangannya dan berdoa.”

Dari peristiwa yang digambarkan dalam hadits tersebut, beliau menyimpulkan

bahwa jama‟ah yang berbicara kepada khatib tidak dilarang, namun

pembicaraannya ditujukan untuk hal yang penting demi kemashlahatan

umum.21

Adapun interupsi khutbah yang kurang rukunnya, beliau mewajibkan

untuk diinterupsi dengan tujuan mengingatkan. Karena rukun khutbah

berpengaruh terhadap sahnya khutbah, bila rukunnya kurang maka khutbah

tersebut tidak sah dan pelaksanaan salat jum‟at pun menjadi tidak sah. Dengan

demikian, beliau menegaskan bahwa interupsi khutbah jum‟at yang kurang

rukunnya wajib dilakukan, dan itu bisa terjadi dimana saja bukan hanya di

aceh.22

Adapun mengenai materi khutbah, beliau menjelaskan bahwa materi

harus sesuai dengan keadaan yang terjadi saat itu. Dengan kata lain, materi

khutbah haruslah aktual. Adapun mengenai interupsi yang dilakukan terhadap

khutbah yang provokatif, beliau menjelaskan bahwa persepsi orang dalam

mendengar khutbah tentunya tidak sama. Menurutnya, khutbah yang provokatif

adalah relatif, tergantung siapa yang mendengar dan bagaimana ia memahami

21 Wawancara pribadi dengan KH. Mahfudz Asirun.

22 Wawancara pribadi dengan KH. Mahfudz Asirun.

Page 69: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

59

isi khutbah. Tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang dianggap provokatif

menurut satu orang belum tentu provokatif menurut yang lainnya. Jadi lebih

baik untuk tidak diinterupsi.23

2. KH. Asnawi Ridlwan

Menurut KH. Asnawi Ridlwan, salah satu wakil sekretaris Lembaga

Bahtsul Masail, hukum dasar perintah inshat dalam pelaksanaan khutbah jum‟at

adalah wajib. Perintah tersebut bersifat wajib hanya kepada jumlah jama‟ah

yang disyaratkan dalam pelaksanaan salat jum‟at. Misalnya beliau

mencontohkan bahwa menurut syafi‟yyah, jumlah jama‟ah sebagai syarat

pelaksanaan salat jum‟at adalah 40 orang. Apabila dalam sebuah pelaksanaan

salat jum‟at hanya ada 40 orang, maka diwajibkan bagi mereka untuk diam,

mendengarkan, dan memperhatikan. Sedangkan apabila jumlah jama‟ah lebih

dari batas jumlah syarat pelaksanaan salat jum‟at, misalnya seperti jama‟ah

salat jum‟at di masjid wilayah Jakarta yang pasti melebihi 40 orang maka

hukumnya bersifat sunah afdhaliyyah. Dengan demikian, apabila ada yang

berbicara di antara jama‟ah tersebut, maka tidak membatalkan atau menjadikan

salat jum‟atnya tidak sah, hanya saja tidak mendapatkan pahala sunah.24

Adapun mengenai khutbah yang kurang rukunnya, beliau

menggambarkan terlebih dahulu bahwa khutbah merupakan pengganti dua

raka‟at salat dzuhur. Namun bukan berarti khutbah sama dengan salat, yang

23 Wawancara pribadi dengan KH. Mahfudz Asirun.

24 Wawancara Pribadi dengan KH. Asnawi Ridlwan, Depok, 16 Oktober 2016.

Page 70: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

60

sama hanya kedudukannya saja. Dengan demikian, apabila khutbah jum‟at

tidak terlengkapi rukunnya, maka dapat dianalogikan seperti salat yang kurang

rukunnya. Ketika rukun salat ada yang terlewati maka makmum berhak

mengingatkan imam. Begitu juga dengan khutbah, apabila rukunnya tidak

terlengkapi maka jama‟ah berhak mengingatkannya. Bahkan hukumnya wajib

dengan dasar amar ma‟ruf nahi munkar. adapun mengenai cara

mengingatkannya, karena salat dan khutbah merupakan pekerjaan yang

berbeda, maka cara mengingatkannya juga berbeda. Jika salat yang rukunnya

kurang diingatkan dengan cara membaca tasbih, maka khutbah yang rukunnya

kurang boleh diingatkan dengan cara berbicara langsung kepada khatib.25

Berkaitan dengan materi khutbah, beliau menjelaskan bahwa materi

khutbah hanya sebagai tambahan dalam pelaksanaan khutbah. Meskipun khatib

hanya menyampaikan rukun-rukun khutbah itu sudah cukup, karena salah satu

dari rukun-rukun tersebut adalah penyampaian wasiat, yaitu menyerukan

kepada jama‟ah untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT. Menurut beliau,

yang seperti ini sudah cukup dalam penyampaian khutbah. Namun, bukan

berarti tidak boleh menambahkan materi.26

Menurutnya, materi yang akan ditambahkan dalam khutbah haruslah

mengandung tujuan irsyad (memberi petunjuk), tentu yang sesuai dengan

ajaran islam yang didasarkan dari al-Qur‟an dan Sunnah. Dengan demikian

25 Wawancara Pribadi dengan KH. Asnawi Ridlwan,

26 Wawancara Pribadi dengan KH. Asnawi Ridlwan,

Page 71: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

61

apabila materi khutbah sudah tidak lagi sesuai dengan ajaran islam, maka sudah

keluar dari tujuan khutbah. Maka mengenai interupsi terhadap khutbah yang

keluar tujuan tersebut, beliau lebih memilih untuk tidak melakukannya ketika

khutbah sedang berlangsung. Karena dapat menimbulkan perdebatan dan

merusak kekhusu‟an salat jum‟at. lebih baik dilakukan setelah salat jum‟at

selesai, dan menyarankan agar lebih selektif dalam memilih khatib.27

3. Ust. Mahbub Ma‟afi Ramdlan, SH.

Ust. Mahbub Ma‟afi Ramdlan, beliau adalah aktivis muda nahdhatul

ulama yang sedang menjabat sebagai wakil sekretaris Lembaga Bahtsul

Masail Pusat. Beliau yang menjawab pertanyaan dalam situs nuonline.co.id

tentang hukum menginterupsi khutbah jum‟at yang materinya bersifat

provokatif atau menebar kebencian. Pertanyaan tersebut ditanyakan oleh

saudara Hasanuddin dari DKI Jakarta, berikut kutipan pertanyaannya:

“Assalamu‟alaikum wr wb. Dalam beberapa kesempatan khutbah saya

sering menemukan khatib menyampaikan materi yang sangat menyinggung

perasaan, misalnya menjelek-jelekkan orang lain dan memusuhi kelompok

lain secara terang-terangan. Dalam kondisi demikian, apakah boleh kami

mengintrupsi khutbah, atau sebaiknya kami mufaroqoh atau bagaimana?

Kondisi demikian seringkali menyebabkan shalat Jum‟at kita tidak khusu‟.

Terimakasih atas penjelasannya. (Hasannuddin, Jakarta)”

Menurut beliau, berdasarkan pendapat jumhur ulama bahwa berbicara

ketika khutbah sedang berlangsung merupakan hal yang tidak diperbolehkan.

Para jama‟ah diperintahkan untuk diam dan mendengarkan apa yang

27 Wawancara Pribadi dengan KH. Asnawi Ridlwan,

Page 72: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

62

disampaikan oleh khatib. Namun, ada pendapat salah satu imam yang menarik

perhatian, yaitu pendapat imam Malik. Beliau menjelaskan bahwa imam

malik merupakan salah satu ulama yang melarang jama‟ah berbicara saat

khutbah sedang berlangsung dan juga mewajibkan perintah inshat. Namun,

ada pengecualian yang dapat menggugurkan perintah inshat tersebut dan

larangan jama‟ah untuk berbicara. Pengecualian tersebut adalah ketika

jama‟ah mendengarkan perkataan yang sia-sia atau ngawur (kalam mulgha)

dari khutbah yang disampaikan khatib. Contohnya, memuji orang yang tidak

layak dipuji atau menghina orang yang tidak layak dihina. Bila hal itu terjadi,

maka larangan berbicara menjadi gugur. Menurutnya, pendapat imam malik

tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan sebelumnya.28

Beliau menambahkan bahwa di masa Rasulullah SAW pernah terjadi

pembicaraan antara jama‟ah dan khatib. Hal itu terjadi ketika Rasulullah SAW

sedang khutbah, ada orang arab yang meminta nabi untuk berdoa agar

diturunkan hujan di daerahnya, karena saat itu kemarau yang terjadi telah

banyak merugikan masyarakat di sana. Kemudian Rasulullah mengangkat

tangan lalu berdoa. Dari apa yang terjadi menunjukkan bahwa Rasulullah

SAW merespon apa yang diminta oleh orang arab tersebut sehingga terjadinya

28 Wawancara Pribadi dengan Ust. Mahbub Ma‟afi Ramdlan, SH., Kantor Redaksi Pengurus

Besar Nahdhatul Ulama, 16 Juni 2016.

Page 73: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

63

sebuah interaksi. Sehingga, menurut beliau, berbicara kepada khatib

merupakan hal yang diperbolehkan.29

Adapun mengenai sebab-sebab terjadinya interupsi yang dibahas

dalam analisis ini, beliau menjelaskan materi khutbah yang disampaikan oleh

khatib harus didengar, dicermati dan dipahami dengan benar oleh para

jama‟ah, sehingga dapat disimpulkan benar atau tidaknya materi tersebut. Jika

ternyata yang disampaikan adalah materi yang menyimpang sebagaimana

dicontohkan imam malik, maka jama‟ah diperbolehkan untuk menginterupsi

khatib. Tetapi, beliau juga menambahkan dalam menginterupsi khatib yang

disebabkan materi tersebut, seseorang harus memiliki pengetahuan yang luas.

Tanpa pengetahuan tersebut, jama‟ah yang menganggap adanya kejanggalan

dalam materi khutbah, lebih dianjurkan untuk diam dan baiknya bertanya

kepada khatib setelah salat jum‟at selesai. Hal ini dikarenakan ajaran Islam

yang begitu luas dan banyaknya perbedaan pendapat ulama. Dengan

demikian, beliau lebih menganjurkan jama‟ah untuk bertanya setelah salat

jum‟at selesai dari pada menginterupsi khutbah, walaupun hal tersebut boleh

dilakukan.30

Selain materi khutbah, rukun khutbah yang tidak terpenuhi juga bisa

menjadi sebab terjadinya interupsi. Dalam hal ini, beliau menjelaskan bahwa

rukun khutbah yang mayoritas diikuti oleh muslim di Indonesia adalah rukun

29 Wawancara Pribadi dengan Ust. Mahbub Ma‟afi Ramdlan, SH.

30 Wawancara Pribadi dengan Ust. Mahbub Ma‟afi Ramdlan, SH.

Page 74: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

64

khutbah dari madzhab Syafi‟i, yaitu pujian kepada Allah SWT, Shalawat

kepada Rasulullah SAW, wasiat ketaqwaan, membaca ayat al-Qur‟an dan doa

untuk muslim dalam urusan akhirat. Meskipun ini merupakan masalah

khilafiyyah, namun menurut pendapatnya, tidak ada rukun khutbah dari

madzhab lain yang diikuti oleh muslim di Indonesia, secara umum semua

mengikuti madzhab Syafi‟i. Maka bila terjadi penyampaian khutbah yang

rukunnya kurang, beliau membolehkan interupsi untuk mengingatkan. Ketika

terjadi sesuatu di luar kebiasaan, maka harus ditegur dan dingatkan kembali

apa yang telah menjadi kebiasaan. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi di

Aceh. Karena bila tidak diingatkan dan dibiarkan tidak terpenuhinya rukun

khutbah, maka khutbah jum‟at tidaklah sah dan harus diulang kembali.31

C. Analisis Perbandingan Pendapat Tokoh Muhammadiyah dan Nahdhatul

Ulama

Permasalahan dalam bidang fikih kerap kali menimbulkan ikhtilaf. ikhtilaf

dalam bahasa kita sering diartikan dengan perbedaan pendapat, pandangan, atau

sikap. Masalah yang menimbulkan adanya perbedaan disebut masalah khilafiyyah,

yaitu masalah yang hukumnya tidak disepakati oleh para ulama. Keragaman dan

perbedaan pendapat tersebut dinilai sebagai kekayaan fikih.32

Perbedaan pendapat

tersebut bersifat alamiah dan ilmiah. Alamiah, karena secara fitrah cara pandangan

31 Wawancara Pribadi dengan Ust. Mahbub Ma‟afi Ramdlan, SH.

32 Sofyan A.P Kau dan Zulkarnain Suleman, “Wacana Non Dominan: Menghadirkan Fikih

Alternatif yang Berkeadilan Gender”, Jurnal al-Ulum Vol. 13, No. 2, (Desember 2013), h. 248.

Page 75: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

65

manusia itu tidak selalu sama. Ilmiah, karena beberapa teks syariah (al-Qur‟an dan

Sunnah) memberikan ruang gerak bagi kemungkinan untuk berbeda pendapat.33

Hal tersebut pun terjadi dalam permasalahan yang penulis bahas. Pembahasan

mengenai perintah inshat dan interupsi khutbah jum‟ah merupakan masalah

khilafiyyah yang dalam penelitian ini adanya perbedaan pendapat antara tokoh-tokoh

dari dua organisasi islam di indonesia yaitu Muhammadiyyah dan Nahdhatul Ulama.

Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat difokuskan menjadi tiga

bahasan. Dalam masing-masing pembahasannya, penulis akan menguraikan analisis

perbandingan pendapat dari tokoh-tokoh tersebut.

1. Kajian perintah Inshat

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan

perintah inshat. Dari penjelasan tersebut, dipaparkan beberapa dalil yang berkaitan

dengan perintah inshat, salah satunya yang telah sering didengar adalah hadits

riwayat Imam Bukhari sebagai berikut:

ق ػ ,ػ س ش ااى ي ذ :ح ش ,ق اه ت ن ت ش ا ح ذ ج ,ح ش أ ت ا ش ة ,أ غ اى ت ذ ؼ ع ث ش :أ خ اب ,ق اه ش ات ,ػ و

د ص أ ح ؼ اى ج ث ل اح ى ص اق ي د :إ ر ق اه ي ع ي للا ػ ي للا ص ه ع س :أ ث ش ى غ أ خ ف ق ذ ط ة خ ا ال . خ )سااىثخاس(

34

Artinya: “Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jumat, „Diamlah, khotib

sedang berkhotbah!‟ Sungguh engkau telah berkata sia-sia.”(HR. Bukhari(

33 Muammar Bakry, “Pengembangan Karakter Toleran Dalam Problematika Ikhtilaf Madzhab

Fikih”, Jurnal al-Ulum Vol. 14, No. 1, (Juni 2014), h. 172.

34 Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 458.

Page 76: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

66

Hadits ini menjadi dasar permasalahan perintah ansit mengenai hukum dan objek dari

perintah tersebut.

Adapun hukum inshat, keenam tokoh sepakat bahwa hukumnya adalah wajib

untuk para jama‟ah. Dengan demikian, para jama‟ah wajib untuk mendengarkan dan

memperhatikan khatib yang menyampaikan khutbah. Jama‟ah dilarang untuk

melakukan hal-hal yang menghilangkan kefokusan mereka dalam memperhatikan

khutbah.

Selain hadits tersebut, salah satu tokoh yaitu KH. Mahfudz Asirun

menghubungkan perintah ansit dengan salah satu ayat al-Qur‟an yaitu ayat ayat 204

surat al-A‟raf sebagai berikut:

Artinya: “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

Menurutnya, kewajiban dari perintah ansit tersebut dikarenakan adanya ayat al-

Qur‟an yang dibacakan dalam khutbah. Dengan demikian, karena adanya salah satu

rukun berupa pembacaan ayat al-Qur‟an maka ayat tersebut menjadi sebab wajibnya

jama‟ah untuk mendengarkan dan memperhatikan khutbah.

Meskipun sepakat bahwa pada dasarnya hukum al inshat adalah wajib. KH.

Asnawi Ridwan menambahkan bahwa perintah tersebut wajib sesuai dengan syarat

wajib jumlah jama‟ah yang harus hadir dalam pelaksanaan khutbah jum‟at. beliau

mencontohkan, dalam madzhab syafi‟i, jumlah jama‟ah yang harus hadir adalah 40

orang. Jika yang hadir hanya 40 orang, maka mereka wajib mendengarkan dan

Page 77: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

67

memperhatikan khutbah. Bila ada satu orang yang lalai, maka salat jum‟at mereka tidak

sah. Sedangkan bila yang jumlah yang hadir melebihi syarat wajib jumlah jama‟ah,

seperti masjid-masjid di jakarta, jama‟ah yang hadir pasti melebihi dari 40 orang, maka

perintah inshat menjadi sunah afdhaliyyah. Dengan demikian, jika salah satu dari

mereka lalai, pelaksanaan salatnya tetap sah, tetapi tidak mendapatkan pahala sunah.

Dengan demikian, mengenai perintah inshat, penulis juga sepakat bahwa para

jama‟ah wajib mendengarkan dan memperhatikan khutbah. Hal ini akan menghasilkan

manfaat bagi diri jama‟ah masing-masing. Dengan memperhatikan khutbah, maka

jama‟ah akan mengingat kembali ajaran-ajaran islam atau bahkan mendapatkan ilmu

tambahan yang belum pernah didapat.

2. Interupsi khutbah jum‟at yang rukunnya tidak terpenuhi

Dalam permasalahan interupsi khutbah, maka harus terlebih dahulu diketahui

mengenai hukum berbicara pada saat khutbah sedang berlangsung. Dalam hal ini,

kebanyakan tokoh berpendapat bahwa berbicara tidak diharamkan pada saat khutbah

berlangsung. Meskipun diwajibkan untuk mendengarkan dan memperhatikan

khutbah, bukan berarti diharamkan untuk berbicara. Berbicara bukan hal yang dapat

menjadikan salat jum‟at tidak sah atau batal. Tetapi dapat menjadikan salat jum‟atnya

tidak berpahala. Demikianlah kesamaan pendapat para tokoh dalam hal berbicara saat

khutbah berlangsung.

Meskipun diperbolehkan, ada beberapa tokoh yang tetap memberikan batasan

mengenai berbicara yang diperbolehkan. Seperti halnya ustad Endang Mintardja

menjelaskan bahwa meski secara hukum berbicara adalah suatu kebolehan, akan

Page 78: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

68

tetapi jama‟ah harus tetap menghindari kalam mulgha (pembicaraan yang sia-sia).

Seperti halnya mengobrol dengan jama‟ah lainnya, sedangkan obrolannya tidak sama

sekali berkaitan dengan pembahasan khutbah yang disampaikan. Begitu pula Dr.

Sopa menerangkan bahwa pembicaraan yang diperbolehkan adalah saat khutbah yang

disampaikan khatib tidak terdengar dan yang dibicarakan harus mengandung ilmu

pengetahuan. KH Mahfudz Asirun menambahkan bahwa berbicara boleh dilakukan

apabila pembicaraan tersebut mengandung kepentingan umum.

Berbeda dengan pendapat tokoh lainnya, yaitu ustad Mahbub. Beliau

mengutip bahwa jumhur ulama sepakat tidak memperbolehkan jama‟ah untuk

berbicara. Tetapi meskipun demikian, beliau menambahkan sebuah pendapat ulama

yang menyatakan bahwa larangan untuk berbicara bisa menjadi gugur ketika khatib

menyampaikan khutbah yang tidak dibenarkan. Pendapat tersebut adalah pendapat

imam Malik.

Adapun perihal menginterupsi khutbah yang rukunnya kurang, lima dari enam

tokoh sepakat bahwa hal tersebut diperbolehkan. Dengan alasan yang sama, mereka

menyatakan bahwa rukun merupakan syarat sah dalam suatu ibadah. Apabila salah

satu saja rukun tersebut tidak terpenuhi maka ibadah menjadi tidak sah. Dengan

demikian, khutbah yang rukunnya tidak terpenuhi maka jama‟ah wajib mengingatkan

khatib akan hal tersebut. agar pelaksanaan salat jum‟at menjadi sah dan tidak terjadi

pengulangan khutbah.

Adapun satu dari enam tokoh di atas yaitu ustad Endang Mintardja berbeda

pendapat dengan pendapat yang telah jelaskan. Beliau mengatakan bahwa masalah

Page 79: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

69

rukun merupakan masalah khilafiyyah. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan

penetapan rukun khutbah jum‟at dari beberapa ulama. Menyikapi hal tersebut, beliau

berpendapat bahwa lebih baik untuk tidak diinterupsi. Melainkan menekankan untuk

bersikap lebih toleran terhadap masalah khilafiyyah seperti ini. Karena jika terjadi

interupsi dapat merusak kekhidmatan salat jum‟at.

Adapun penulis lebih condong untuk berpendapat seperti pendapat pertama,

yaitu khutbah yang rukunnya kurang harus diinterupsi. Tentunya dengan alasan yang

sama yaitu rukun merupakan penentu sah atau tidaknya suatu ibadah. Di sisi lain,

meskipun rukun merupakan masalah khilafiyyah, namun indonesia merupakan negara

dengan penganut madzhab syafi‟i terbanyak. Sehingga penulis meyakini dan

berkesimpulan bahwa rukun khutbah yang digunakan dalam pelaksanaan salat jum‟at

khususnya penyampaian khutbah di indonesia semuanya sama yaitu mengikuti rukun

yang di rumuskan oleh madzhab syafi‟i dan terhindar dari perbedaan rukun dalam

satu masjid. Dan jika terjadi adanya khutbah yang rukunnya kurang, maka harus

diingatkan demi keabsahan salat jum‟at.

3. Interupsi khutbah jum‟at yang materinya bersifat provokatif

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pada dasarnya hukum menginterupsi

adalah boleh. Namun, perlu dipertimbangkan juga alasan mengapa melakukan

interupsi. Seperti permasalahan tentang materi khutbah yang bersifat provokatif,

keenam tokoh sepakat bahwa interupsi terhadap khutbah yang seperti itu lebih baik

tidak dilakukan. Dengan alasan bahwa materi khutbah hanyalah komponen tambahan

dalam khutbah. Bahkan KH Asnawi Ridwan menyatakan bahwa sebenarnya khutbah

Page 80: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

70

sudah cukup hanya dengan menyempurnakan rukun, tanpa harus ada materi yang

ditambahkan.

Adapun interupsi materi yang bersifat provokatif, keenam tokoh berpendapat

bahwa untuk perihal materi khutbah lebih baik untuk tidak menginterupsi. Karena

persepsi provokatif merupakan hal yang relatif. Artinya, materi yang dianggap

seorang jama‟ah bersifat provokatif belum tentu yang lainnya menganggap sama.

Pemahaman seseorang tidak dapat disamaratakan dengan yang lainnya dan tingkat

pengetahuan para jama‟ah pun pasti berbeda-beda. Dengan demikian, apabila materi

tersebut diinterupsi dikhawatirkan dapat menimbulkan perdebatan bahkan kegaduhan.

Oleh karena itu, keenam tokoh sepakat agar tidak menginterupsi khutbah karena

materinya. Apabila ada yang tidak disetujui mengenai materi khutbah, maka lebih

baik mendiskusikannya setelah pelaksanaan salat jum‟at selesai.

Dalam hal ini, penulis menambahkan bahwa dalam penyampaian khutbah,

maka kecakapan seorang khatib harus terjamin. Pihak pengurus masjid harus lebih

selektif dalam memilih khatib. Agar tidak terjadi kecacatan dalam khutbahnya, khatib

harus memahami ketentuan-ketentuan yang disyari‟atkan dalam pelaksanaan salat

jum‟at secara umum, khususnya ketentuan-ketentuan terkait bagaimana khutbah yang

benar. Karena tidak jarang kecacatan khutbah terjadi karena kelalaian khatib yang

tidak mengerti bagaimana khutbah yang dibenarkan. Khusus perihal materi, khatib

harus bisa membaca situasi dan kondisi yang sedang terjadi di lingkungan

masyarakat. Agar khutbah yang disampaikan mencapai tujuannya dengan baik.

Page 81: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

71

Perbedaan pendapat dalam lapangan hukum sebagai hasil penelitian (ijtihad),

tidak perlu dipandang sebagai faktor yang melemahkan hukum islam, bahkan

sebaliknya bisa memberikan kelonggaran kepada orang banyak. Hal ini berarti bahwa

orang bebas memilih salah satu pendapat dari yang banyak itu dan tidak terpaku

hanya kepada satu pendapat saja. Sebagian orang memang mempertanyakan bahwa

perbedaan pendapat kenyataannya membawa laknat, bukan rahmat. Perbedaan

pendapat dikalangan orang awan dan orang yang kurang ilmunya dengan demikian.

Adapun perbedaan pendapat dikalangan cendikiawan dan ilmuwan, itulah yang

membawa rahmat karena pandangan dan wawasan yang luas serta tidak kaku.35

35 M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab Fiqh, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 8.

Page 82: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Tokoh-tokoh Muhammadiyah sepakat bahwa inshat wajib bagi para

jama‟ah. Sedangkan interupsi terhadap khutbah yang bersifat provokatif

lebih baik tidak dilakukan. Selanjutnya interupsi terhadap khutbah yang

kurang rukunnya, mereka berbeda pendapat. Dua dari tokoh-tokoh

tersebut membolehkan interupsi terhadap khutbah tersebut, sedangkan

yang lain tidak membolehkan.

2. Semua tokoh Nahdhatul Ulama sepakat bahwa pada dasarnya hukum

inshat adalah wajib bagi para jama‟ah. Begitu juga tentang interupsi

terhadap khutbah yang rukunnya kurang, mereka sepakat untuk

membolehkan interupsi tersebut. Sedangkan interupsi terhadap khutbah

yang bersifat provokatif, mereka sepakat untuk tidak memperbolehkan.

3. Keenam tokoh yang menjadi narasumber sepakat bahwa inshat merupakan

kewajiban bagi semua jama‟ah. Mereka wajib mendengarkan dan

memperhatikan khutbah yang disampaikan khatib, karena ada ayat al-

Qur‟an dan hadits yang menyatakan kewajiban tersebut. Adapun

permasalahan interupsi, semua tokoh sepakat bahwa khutbah yang

rukunnya kurang harus diinterupsi dengan niat mengingatkan khatib,

Page 83: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

73

karena rukun merupakan faktor yang mempengaruhi sah atau tidaknya

khutbah. Satu tokoh muhammadiyah lebih menganjurkan untuk

bertoleransi karena kemungkinan perbedaan rukun yang digunakan.

Adapun terhadap khutbah yang materinya bersifat provokatif, semua

tokoh sepakat menganjurkan untuk tidak menginterupsi khutbah yang

demikian, karena materi merupakan suatu yang sensitif bila disinggung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait skripsi ini, maka penulis

memaparkan beberapa saran:

1. Dalam penelitian ini, terdapat perbedaan pendapat baik dari tokoh

Muhammadiyah maupun Nahdhatul Ulama. Meskipun berada dalam satu

lingkungan, tokoh-tokoh tersebut berbeda pendapat dalam menyikapi

masalah yang diteliti. Dengan demikian, kedua organisasi tersebut perlu

mengadakan diskusi terkait masalah ini agar ditemukan pendapat yang

selaras.

2. Khutbah jum‟at merupakan syarat sah dalam pelaksanaan salat jum‟ah.

Dengan demikian, disarankan bagi khatib dan masyarakat umum

khususnya jama‟ah memahami hal-hal yang berkaitan dengan khutbah

jum‟at. Bila ada yang keliru dalam penyampaian khutbah jum‟at,

diharapkan jama‟ah mampu bersikap dengan bijak untuk mengingatkan

khatib.

Page 84: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

74

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Al-Qur‟an al-Karim (ayat dan terjemahan)

Abdurrahman, Mahmud. Mu‟jam al-Mushthalahat al-Alfadz al-Fiqhiyyah. Kairo: Dar

al-Fadhillah, 1999, Juz II.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum.

Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Amin, Muhammad. Raddu al-Mukhtar „ala al-Durri al-Mukhtar. Beirut: Dar al Fikr,

t.t., Juz II.

Arabi, al, Ibn. Ahkam al-Qur‟an. Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiyyah, 2003, Juz IV.

Arifin, Bustanul. Menyimak. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.

Ashbahiy, al, Malik bin Anas. Al-Mudawwanah al-Kubro. Beirut: Dar al-Kutub al-

Alamiyyah, Juz I.

Atceh, Abu Bakar. Beberapa Catatan Mengenai Dakwah Islam. Semarang:

Ramadhani, 1991.

Azizi, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2009.

Baihaqi, al, Abu Bakar Ahmad. Al-Sunan al-Kubra li al-Baihaqi. Mekkah: Maktabah

Dar al Baz, 1994, Juz III.

Bukhari, al, Muhammad ibn Isma‟il Abu Abdillah. Shahih al-Bukhari. Kairo: Dar al-

Kutub, 2002, Juz III.

Dardiri, al, Ahmad. al-Syarhu al-Shagir. Kairo: Mathba‟ah al-Madani, 1965, Juz I.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Page 85: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

75

Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2010.

H, Soemitro Romie. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990.

Hanbal, Ahmad Ibn. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut: „Alim al-Kutub, 1998, Juz

I..

Hasan, M, Ali. Perbandingan Mazhab Fiqh. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Juzairi, al, Abdur Rahman. al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah. Kairo: Maktabah

al-Tsaqafah al-Diniyyah, Juz I.

Kasani, al, „Alauddin. Bada‟i al-Shana‟i. Beirut: Dar al-Fikr, 1996, Juz I.

Kasynawi, al, Abu Bakar bin Hasan. Ashal al-Madarik. Beirut: Dar al Fikr, t.th, Juz I.

Kuntjara, Eshter. Gender, Bahasa, dan Kekuasaan. Jakarta: Gunung Mulia, 2003.

Mahfuz, Ali. Hidayat al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa‟dzi wa al-Khitabah. Beirut: Dar

al-Ma‟arif, t.t.

Moelang, J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosada Karya, 1997.

Muhammad, Jamaluddin. Lisan al-Arab. Beirut: Dar Shadir, 1990, Juz I.

Muhyiddin, Abi Zakariya. Majmu‟ Syarah al-Muhadzdzab. Beirut: Dar Ihya al-Turats

al-Arab, 2001, Juz IV.

Mujieb, M. Abdul dkk. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Muqaddasy, al, Abu Muhammad Abdullah Qudamah. Al-Muqni‟. Riyadh: Dar „Alim

al-Kutub, 2005, Juz VI.

Page 86: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

76

Najjar, Ibn. Syarah al Kaukab al Munir. Madinah: Maktabah al „Abaikani, 1997, Juz

III.

Naysaburi, al, Imam Abi al-Husain Muslim ibn Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim.

Beirut: Dar al-Fikr, 1992, Juz IV.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,

2011.

Qurthubi, al, Muhammad al-Anshari. Al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an. Arab Saudi: Dar

Alim al-Kutub, 2003, Juz VII.

Razzaq, al, Abu Bakr „Abd. Musnaf „Abd al-Razzaq. Beirut: al-Maktab al-Islam,

1982, Juz III.

Resmini, Novi. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Bandung: UPI

PRESS, 2007.

Rubiyanah dan Ade Matsuri. Pengantar Ilmu Da‟wah. Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Rusyd, Ibn. Bidayatul Mujtahid. Beirut: Dar Ibnu „Ashshoshoh, 2005, Jilid I.

Shabuni, al, Muhammad Ali. Rawai‟ al-Bayan. Kairo: Dar Al Shabuni, 2007.

Shawi, al, Ahmad. Bulghatu al-Saliki Li Aqrabi al-Masalik. Beirut: Dar al-Kutub al-

„Alamiyyah, 1995, Juz I.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta, 2004.

Suma, M. Amin. 5 Pilar Islam Membentuk Pribadi Tangguh. Tanggerang: Kholam

Publishing. 2007.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008.

Page 87: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

77

Sya‟rani, al, Abdul Wahab. al-Mizan. (Beirut: Alim Al-Kutub, 1989), Juz II.

Syaibah, Muhammad ibn Abi. Musnaf ibn Abi Syaibah. Beirut: al-Maktab al-Islam,

1982, Juz II.

Syarbini, al, Syamsuddin. Mughni al-Muhtaj. Kairo: al-Quds, 2011, Juz II.

Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana, 2003.

Syaukani, al, Muhammad bin Ali. Fath al-Qadir. Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyyah,

1996, Juz II.

Tarigan, Henry Guntur. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:

Angkasa Bandung, 2008.

Thabari, al, Abi Ja‟far Muhammad. Jami‟ al-Bayan. Beirut: Dar al-Fikr, 1984, Juz

VI.

Umar, Ahmad Mukhtar. Mu‟jam al-Lughah al-„Arabiyyah al-Mu‟ashirah. Kairo:

„Alim al-Kutub, 2008, Juz I.

Utsaimin, al, Muhammad. al-Syarh al-Mumti‟. Kairo: Dar Ibn al-Jauzi, 2002, Juz V.

Yunus, Mansur Ibn. Kasyaf al-Qina‟. Riyadh: Dar „Alim al-Kutub, 2003, Juz II.

Zuhaily, al, Wahbah. Al-Fiqhu al-Islam wa Adillatuhu. Suriah: Dar al-Fikri, t.t., Juz I.

JURNAL

Bakry, Muammar. “Pengembangan Karakter Toleran Dalam Problematika Ikhtilaf

Madzhab Fikih”. Jurnal al-Ulum Vol. 14. No. 1 (Juni 2014).

Kau, Sofyan A.P. dan Zulkarnain Suleman, “Wacana Non Dominan: Menghadirkan

Fikih Alternatif yang Berkeadilan Gender”. al-Ulum Vol. 13. No. 2

(Desember 2013).

Page 88: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti

78

DOKUMEN ELEKRONIK

Ramdlan, Mahbub Ma‟afi. Bolehkah Menginterupsi Khutbah Jum‟at?. artikel diakses

pada 31 Juli 2014 dari http://www.nu.or.id/post/read/53576/bolehkah-

menginterupsi-khutbah-jumrsquoat.

Sukanto, Imam. “Interupsi Khotbah Jumat Sering Terjadi di Sini”. Tempo.Co. 10

Januari 2015.

Wiryawan, Budi. Antara Interupsi dan interuksi. artikel diakses pada 25 Juni 2015

dari http://www.kompasiana.com/budhiwiryawan/antara-interupsi-dan-

interuksi_55171e7fa333111a06b659de

WAWANCARA

Wawancara Pribadi dengan Endang Mintardja. Depok. 4 Juni 2016.

Wawancara Pribadi dengan Mahbub Ma‟afi Ramdlan. Kantor Redaksi Pengurus

Besar Nahdhatul Ulama. 16 Juni 2016.

Wawancara Pribadi dengan M. Ma‟rifat Iman K.H. Kampung Utan. 16 September

2016.

Wawancara Pribadi dengan Sopa. Universitas Muhammadiyah Jakarta. 21 September

2016.

Wawancara Pribadi dengan Mahfudz Asirun. Pondok Pesantren al-Itqon. 8 Oktober

2016.

Wawancara Pribadi dengan Asnawi Ridwan. Depok. 16 Oktober 2016.

Page 89: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 90: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 91: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 92: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 93: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 94: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 95: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 96: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 97: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 98: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 99: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 100: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 101: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 102: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti
Page 103: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.id · Perbedaan khutbah dengan metode dakwah lainnya, seperti yang telah disebutkan, adalah khutbah lebih diidentikkan dengan ritual keagamaan seperti