SKRIPSI PERAN KELOMPOK SADAR WISATA (POKDARWIS) …
Transcript of SKRIPSI PERAN KELOMPOK SADAR WISATA (POKDARWIS) …
i
SKRIPSI
“PERAN KELOMPOK SADAR WISATA (POKDARWIS) DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PEREKONOMIAN MASYARAKAT”
(Studi Di Wisata Alam Otak Aik Tojang Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka)
Disusun Oleh
REZA AGUS FANSURI
NIM: 160302023
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2020
ii
“PERAN KELOMPOK SADAR WISATA (POKDARWIS) DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PEREKONOMIAN MASYARAKAT”
(Studi Di Wisata Alam Otak Aik Tojang Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka)
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Sosial
Disusun Oleh
REZA AGUS FANSURI
NIM: 160302023
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2020
iii
iv
vi
vii
MOTTO
“barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan
keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
viii
PERSEMBAHAN
Rasa syukur tak terhingga ku panjatkan kepada Allah SWT, pemberi nikmat tanpa batas dan Rasulullah SAW guru semua ummat yang terbaik disetiap waktu
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ayah dan Ibu tercinta, Safrudin dan Sarioni. Terima kasih untuk curahan
kasih sayang, cinta, doa, dorongan, semangat dan pengorbanan yang tiada
tara, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT
membalas semua pengorbanan Ayah dan Ibu.
Sahabat-sahabatku PMI B 16 terima kasih atas kebersamaan dan motivasi
kalian selama ini.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil aalamin. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta
alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan serta motivasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Dr. Muhammad Tohri, M.Pd sebagai pembimbing I dan Dr. Khairy Juanda, M.Si
sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi
mendetail.
2. Muhamad Azwandi, M.Hum selaku Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam atas kebijaksanaan dalam mengurus jurusan. Bapak dan Ibu
dosen atas ilmunya.
3. Dr. H Subhan Abdullah Acim, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi.
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat-ganda dari Allah SWT. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Aamiin.
Mataram, 2020
Penulis,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................... 8
E. Telaah Pustaka......................................................................... 9
F. Kerangka Teori ........................................................................ 18
G. Metode Penelitian .................................................................... 40
H. Sistematika Pembahasan ......................................................... 48
BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 50
B. Profil Kelompok Sadar Wisata Lendang Nangka ................... 52
C. Paparan Data ........................................................................... .55
xi
BAB III PEMBAHASAN
1. Pembahasan tentang kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam
menghadapi resistensi masyarakat terhadap pariwisata di dusun
gelogor desa lendang nangka .............................................................70
2. Kreativitas kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam membangun
keswadayaan masyarakat melalui usaha pariwisata di wisata otak aik
tojang di dusun gelogor desa lendang nangka....................................78
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. ...........83
B. Saran ........................................................................................ ...........84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Jumlah Penduduk Desa
Hal
9
51
xiii
“PERAN KELOMPOK SADAR WISATA (POKDARWIS) DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PEREKONOMIAN MASYARAKAT”
(Studi Di Wisata Alam Otak Aik Tojang Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka)
Oleh :
Reza Agus Fansuri
NIM: 160302023
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pokdarwis menghadapi resistensi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di dusun Gelogor dan untuk mengetahui dan mengeksplorasi bagaimanakah kreativitas pokdarwis dalam membangun keswadayaan masyarakat melalui usaha pariwisata di wisata Otak Aik Tojang di dusun Gelogor Desa Lendang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka. Subjek penelitian ini adalah ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode kulitatif yang dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.
Hasil penelitian ini adalah Pokdarwis memiliki upaya untuk menghadapi resistensi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka, yakni dengan melakukan langkah-langkah; (1) melakukan musyarawah dengan mengajak masyarakat duduk bersila bersama membahas permasalahan dan mencari solusi bersama-sama, (2) menggunakan tokoh untuk menekan konflik yang terjadi ketika menjalankan program kepariwisataan, (3) membuat pamplet yang berisikan hadist-hadist yang berkaitan dengan keindahan alam. Terdapat adanya kreativitas pokdarwis dalam mengembangkan wisata diantaranya; (1) adanya homestay pondok bambu, homestay pondok giroh, dan homestay dengan kategori di rumah, (2) pengembangan wahana bermain, wahana, dan spot-spot foto dengan menarik, (3) Mewujudkan salah satu peran Pokdarwis yaitu Sapta Pesona.
Kata kunci : pokdarwis, pengembangan wisata, peningkatan ekonomi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri pariwisata sekarang ini menjadi salah satu sektor yang mampu
menghasilkan defisa yang memungkinkan bagi setiap negara maju maupun
negara berkembang melalui pemanfaatan potensi alam yang ada.1 Tata kelola
yang baik melalui industri bisa menjadi salah satu media bagi negara atau
suatu wilayah untuk menampakkan dirinya. Di Indonesia pembangunan sektor
pariwisata mengalami perkembangan yang begitu cepat, tentu saja jika dilihat
dari kekayaan alam yang ada di Indonesia begitu luas. Nusa Tenggara Barat
menjadi salah satu provinsi yang mengembangkan sektor wisatanya.
Nusa Tenggara Barat memiliki banyak sekali sumber daya alam yang
menjadi daya tarik sehingga banyak wisatawan manca negara maupun
domestik datang untuk menikmati obyek wisatanya. Kabupaten Lombok
Timur merupakan salah satu kabupaten yang berada di NTB yang mempunyai
beberapa tempat pariwisata, terutama wisata Gunung, alamnya, air terjun
maupun pantainya. Lombok Timur sebagai salah satu dari beberapa daerah
yang menjadi sasaran wisatawan, di Kabupaten Lombok Timur itu sendiri
1 Meiliana Dyah Rahmawati “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam
Pengembangan Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Jurusan Ekonomi Syariah, Agustus 2019), hlm. 1
2
memiliki banyak obyek wisata yang perlu dikembangkan karena memiliki
banyak sekali potensi alam yang bisa digunakan untuk membangun
perekonomian karena potensi alamnya yang luas guna untuk dijadikan sebuah
peluang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Obyek wisata
yang ada di Kabupaten Lombok Timur yang berpeluang mendatangkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) salah satunya Desa Lendang Nangka yang
berada di Kecamatan Masbagik.
Desa Lendang Nangka terletak di bawah kaki gunung Rinjani yang
masuk ke dalam wilayah Kecamatan Masbagik kabupaten Lombok Timur.
Desa Lendang Nangka memiliki pesona alam yang tidak kalah indahnya
dengan pesona alam yang dimiliki desa yang lain. Letak desa dengan desa-
desa wisata cukup dekat diantaranya terdapat objek wisata seperti sungai,
wisata hutan ( Taman Nasional Gunung Rinjani ) sampai budaya masyarakat
setempat ( adat perkawinan sasak, tarian dan musik gendang belek, dan
maulid adat petangan ) dan terdapat peninggalan dari Putra Mahkota
Selaparang yaitu Raden Mas Panji Tilar Negara. Desa Lendang Nangka
termasuk sebagai desa yang cukup maju pembangunannya. Memiliki tiga
belas kekadusan yang diantaranya memiliki daya tarik tersendiri yaitu Dusun
Pedaleman, Dusun Dalem Lauk, Dusun Gelogor, Dusun Kampung Bahagia,
Dusun Kampung Masjid, Dusun Lendang Belo, Dusun Gua Punik, Dusun
3
Bangket Lendang, Dusun Tojang, Dusun Punik Jaya, Dusun Mertasari, Dusun
Gonjong, Dusun Punik Jelojok.
Berdasarkan tiga belas kekadusan tersebut ada beberapa kekadusan
yang memiliki potensi besar untuk pembangunan dan pengembangan desa
diantaranya ; 1) kekadusan punik jaya, memiliki usaha dalam pengembangan
ekonomi ibu-ibu rumah tangga melalui kerajinan piring lidi yang di pelopori
oleh bapak majerun dan beberapa homestay seperti Bale Bambu. 2) kekadusan
dalem lauk, memiliki usaha pengembangan ekonomi melalui program bank
sampah yang di pimpin oleh Lalu Supratman. 3) kekadusan kampung masjid,
memiliki usaha dalam pengembangan ekonomi para pemuda melalui
kerajinan perak dan juga homestay pondok H.Radiah. 4) kekadusan
pedaleman, memiliki usaha dalam meningkatkan daya tarik terhadap desa dari
segi budaya yakni melestarikan budaya sasak seperti gendang belek, maulid
adat petangan, yang hanya ada di desa Lendang Nangka dan adat sasak
lainnya. 5) kekadusan kampung bahagia, memiliki potensi dalam segi agro
diantaranya sebagai penghasil buah, beras dan tembakau dalam jumlah
banyak. 6) kekadusan gelogor, memiliki wisata sungai, hutan, tiga mata air
yang besar dan wisata hutan, dan berbagai homestay seperti Pondok Bambu
dan Pondok Giroh.
Dusun Gelogor adalah dusun yang menyuguhkan pesona keindahan
wisata desa alami bahkan keindahan alam dan memiliki berbagai macam
4
potensi wisata yang cocok untuk didatangi wisatawan domestik. Suasana alam
pedesaan yang asli terlihat ketika memasuki kawasan Dusun Gelogor, udara
yang masih sejuk dan masih memiliki area persawahan dan pepohonan yang
luas dan hijau serta hutan yang lebat dan memiliki pesona mata air yang
bernama Otak Aik Tojang sebagai salah satu obyek wisata di dusun tersebut.
Mata air tojang merupakan mata air yang berlimpah. Mata air ini
merupakan sumber air minum terbesar di Lombok Timur. Masyarakat sekitar
mebuat bendungan untuk menampung air dan dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar baik sebagai air irigasi maupun objek wisata dikarenakan sebagian
besar masyarakat dusun Gelogor berprofesi sebagai petani. Masyarakat sekitar
Saat ini, mata air itu pemanfaatannya digunakan sebagai sumber air minum
bagi beberapa daerah yang di kelola Perusahaan Dareah Air Minum (PDAM).
Walaupun terbilang lama objek wisata Otak Aik Tojang tersebut
memiliki pengunjung yang tidak terlalu banyak disebabkan sarana dan
prasarana yang tersedia di wisata tidak dikelola dengan baik. Kurangnya atau
minimnya pengetahuan tentang kesadaran dalam pengelolaan wisata membuat
sebagian besar masyarakat setempat tidak memiliki kepedulian terhadap
wisata. Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
objek wisata maka desa bekerja sama dengan suatu lembaga guna memberi
kesadaran kepada masyarakat.
5
Pengembangan objek wisata di Desa Lendang Nangka khususnya di
Dusun Gelogor tidak terlepas dari peran masyarakat dan pemerintah desa
yang sadar akan peluang sektor pariwisata demi memajukan kesejahteraan
masyarakat sekitar objek wisata. Dalam mengembangkan pariwisata di suatu
daerah biasanya dikelola oleh pihak-pihak terkait. Ada pariwisata yang
dikelola oleh pemerintah ada pula pariwisata yang dikelola oleh lembaga
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
No.PM.04/UM.001/MKP/2008 Pasal 1 dijelaskan bahwa Sadar Wisata adalah
suatu kondisi yang menggambarkan partisipasi dan dukungan segenap
komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif
bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di suatu destinasi atau
wilayah.2 Kegiatan sadar wisata ini muncul dengan harapan pembangunan
nasional dapat optimal dengan peran dan partisipasi masyarakat dalam
mengelola pariwisata. Dalam Buku Pedoman Pokdarwis dijelaskan bahwa
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) adalah salah satu bentuk kelembagaan
informal yang dibentuk anggota masyarakat (khususnya yang memiliki
kepedulian dalam mengembangkan kepariwisataan di daerahnya).3
2Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.04/UM.001/MKP/2008 Tentang
Sadar Wisata 3Pedoman Kelompok Sadar Wisata, (Jakarta: Direktur Jenderal Pengembangan
DestinasiPariwisata Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012), hal. 6.
6
Dalam melaksanakan perannya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah daerah.
Peran pertama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka sebagai
subyek pembangunan, yaitu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang
Nangka menjadi partner pemerintah dalam melaksanakan pengembangan di
wisata alam Otak Aik Tojang. Peran kedua dari Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Lendang Nangnka yaitu sebagai penerima manfaat terlihat dari
peningkatan perekonomian masyarakat sekitar Otak Aik Tojang. Peran ketiga
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka yaitu sebagai
penggerak dalam menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif di
masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang ramah. Peran keempat, yaitu
mewujudkan Sapta Pesona. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang
Nangka mengajak masyarakat kerja bakti satu minggu sekali, hal ini
merupakan salah satu kegiatan untuk mewujudkan unsur Sapta Pesona.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Lendang Nangka dalam pengembangan wisata alam Otak Aik
Tojang tentu belum optimal namun memberikan dampak yang positif bagi
masyarakat setempat. Sampai saat ini Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka terus berupaya untuk mengembangkan daerah wisatanya.
Pengelolaan yang baik dan berkelanjutan dapat menjadi sumber pendapatan
ekonomi baik bagi masyarakat sekitar maupun pemerintah daearah. Sehingga
7
dengan pengembangan tersebut diharapkan akan banyak masyarakat yang ikut
merasakan dampaknya.
Dari hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengkaji mengenai
peran Pokdarwis Lendang Nangka dalam mengembangkan pariwisata.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Dalam Pengembangan Objek Wisata Sebagai Upaya Peningkatan
Perekonomian Masyarakat”(Studi Di Wisata Alam Otak Aik Tojang
Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka)”.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) menghadapi
resistensi masysarakat terhadap pariwisata di dusun Gelogor desa
Lendang Nangka?
2. Bagaimanakah kreativitas Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam
membangun keswadayaan masyarakat melalui usaha pariwisata di wisata
Otak Aik Tojang di dusun Gelogor Desa Lendang Nangka?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat
1. Untuk mengetahui Bagaimanakah Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis)
menghadapi resistensi masyarakat terhadap pariwisata di dusun Gelogor
desa Lendang Nangka
8
2. Untuk mengetahui dan mengeksplorasi Bagaimanakah kreativitas
Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam membangun keswadayaan
masyarakat melalui usaha pariwisata di wisata Otak Aik Tojang di dusun
Gelogor Desa Lendang Nangka
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat pada
berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini di harapkan bisa bermanfaat untuk dijadikan
acuan bagi penelitian sejenisnya dan hal-hal yang berkaitan dengan
Pengorganisasian pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini di harapkan bemanfaat bagi lembaga terkait seperti
pengembangan swadaya masyarakat. Hasil penelitian ini juga di harapkan
bermanfaat bagi UIN Mataram khususnya program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK).
9
E. Telaah Pustaka
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Rumusan Masalah Kerangka Teori Persamaan Perbedaan 1. Meiliana Dyah
Rahmawati “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam Pengembangan Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”4
1. Bagaimana peran Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam pengembangan wisata Pantai Sine di Kabupaten Tulungagung?
2. Apa saja faktor pendukung dan peghambat Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam pengembangan pantai Sine di Kabupaten
1. Kelompok Sadar Wisata adalah kelembagaan di tingkat masyarakat yang anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggungjawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan dan memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.
2. Pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun warga setempat.
Persamaan penelitian ini adalah membantu penulis dalam mencari referensi kajian teori, analisis data, dan penggunaan pendekatan penelitian yakni secara deskritif kualitatif. Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu mengenai
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Meiliana tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pengambilan obyek penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Meiliana tersebut meneliti peran kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam pengembangan pariwisata sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat yang berfokus pada peran Pokdarwis Pantai Sine sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah peran kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam
4Meiliana Dyah Rahmawati “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam Pengembangan Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan
Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Jurusan Ekonomi Syariah, Agustus 2019), hlm. 17-37
10
Tulungagung? Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan pesona alam.
3. Perekonomian masyarakat adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan harta dalam rumah tangga yang dilakukan oleh masarakat agar dapat terkelola dengan baik.
kelompok sadar wisata.
pengembangan objek wisata sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat yang berfokus pada upaya penanganan resistensi masyarakat tentang pariwisata dan kreativitas dari Pokdarwis di Wisata Alam Aik Tojang Dusun Gologor Desa Lendang Nangka.
2. Yolla Monica Ayu Anggeraeyny “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sonokeling Dalam Pengembangan Wisata Basecamp Gunung Tanggamus (Di Pekon Sidokaton, Kecamatan
1. Bagaimana peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sonokeling dalam mengembangkan wisata Basecamp Gunung Tanggamus ditinjau dari fungsi manajemen POAC?
2. Apa saja faktor pendudkung dan faktor penghambat yang berasal dari
1. Pokdarwis merupakan salah satu unsur pemangku kepentingan dalam masyarakat yang memiliki keterkaitan dan peran penting dalam mengembangkan dan mewujudkan sadar wisata dan sapta pesona.
2. Peran Pokdarwis yakni sebagai penggerak utama dalam kebijakan pengembangna pariwisata serta membangun kesdaran masyarakat untuk ikut memelihara dan menjaga lingkungan objek wisata agar wisatawan merasa nyaman berkunjung, sehingga banyak
Persamaan penelitian ini adalah membantu penulis dalam mencari referensi kajian teori, analisis data, dan penggunaan pendekatan penelitian yakni secara deskritif kualitatif. Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian yang akan peneliti
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Aggeraeyny tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pengambilan obyek penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Ayu tersebut meneliti peran kelompok sadar wisata (pokdarwis) Sonokeling dalam pengembangan wisata basecamp Gunung Tanggamus yang berfokus pada peran pokdarwis ditinjau dari fungsi manajemen POAC sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah
11
Gisting, Kabupaten Tanggamus)”5
internal dan eksternal Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sonokeling dalam mengembangkan wisata Basecamp Gunung Tanggamus?
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut.
3. Objek wisata dalam pengembangan ditentukan oleh kemampuan pihak pengelola wisata daerah yang bersangkutan, dengan kata lain berhasil atau tidaknya suatu daerah dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata ditentukan oleh pihak pengelola dan sikap masyarakat.
4. Basecamp digunakan untuk beristirahat sebelum atau setelah melakukan pendakian dan merupakan tempat untuk menitipkan kendaraan. Namun, di Gunung Tanggamus para pendaki menggunakan istilah basecamp sebagai shelter, yaitu merupakan tempat yang digunakan oleh pendaki gunung beristirahat sejenak
lakukan, yaitu mengenai kelompok sadar wisata.
peran kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam pengembangan objek wisata sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat yang berfokus pada upaya penanganan resistensi masyarakat tentang pariwisata dan kreativitas dari Pokdarwis di Wisata Alam Aik Tojang Dusun Gologor Desa Lendang Nangka.
5Yolla Monica Ayu Anggeraeyny “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sonokeling Dalam Pengembangan Wisata Basecamp
Gunung Tanggamus (Di Pekon Sidokaton, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus)”, (Skripsi, Universitas Lampung, Jurusan Sosiologi, Januari 2019), hlm. 10-23
12
sebelum para pendaki melanjutkan ke puncak gunung.
3. Agung Suryawan “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sendang Arum Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata”6
1. Bagaimana peran Pokdarwis Sendang Arum dalam pengembangan potensi pariwisata di Desa Wisata Tlahap?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat bagi Pokdarwis Sendang Arum dalam mewujudkan Desa Wisata Tlahap sebagai daerah tujuan wisata?
3. Apa saja dampak dari peran
1. Pengertian peran adalah sebuah tingkah laku seseorang yang diharapkan sesuai dengan kedudukan, posisi, tugas, dan fungsi dari seseorang tersebut dalam suatu sistem sosial tertentu.
2. Pokdarwis merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang memeliki peran dan kontribusi penting untuk membentuk kesadaran masyarakat akan pembnagunan pariwisata di daerahnya.
3. Pengembangan pariwisata adalah suatu strategi dan usaha yang bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan, menata, dan memajukan kondisi kepariwisataan suatu
Persamaan penelitian ini adalah membantu penulis dalam mencari referensi kajian teori, analisis data, dan penggunaan pendekatan penelitian yakni secara deskritif kualitatif. Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu mengenai kelompok sadar wisata.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Agung Suryawan tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pengambilan obyek penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Meiliana tersebut meneliti peran kelompok sadar wisata (pokdarwis) Sendang Arum dalam pengembangan potensi pariwisata yang berfokus pada peran, faktor pendudkung dan penghambat, serta dampak dari peran Pokdarwis sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah peran kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam pengembangan objek wisata sebagai upaya peningkatan
6 Agung Suryawan “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sendang Arum Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata”, (Skripsi,
Universitas Negeri Yoyakarta, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Juli 2016), hlm. 51-72
13
Pokdarwis Seendang Arum dalam pengembangan potensi dan mewujudkan Desa Wisata Tlahap sebagai daerah tujuan wisata?
objek wisata, sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar dan juga pemerintah.
4. Potensi pariwisata adalah segala hal yang nyta baik berupa sumber daya alam maupun kekayaan budaya manusia yang dikelola sedemikian rupa yang dimanfaatkan sebagai kemampuan, unsur-unsur yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata dan dikembangkan sebagai daya tarik wisata di daerah tersebut.
perekonomian masyarakat yang berfokus pada upaya penanganan resistensi masyarakat tentang pariwisata dan kreativitas dari Pokdarwis di Wisata Alam Aik Tojang Dusun Gologor Desa Lendang Nangka.
14
1. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Ekonomi Syariah, Meilliana
Dyah Rahmawati, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung, yang terbit tahun 2019. Mengungkapkan tentang
“Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam Pengembangan
Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi
Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”. Dalam skripsi ini
dibahas tentang bagaimana peran pokdarwis dalam pengembangan wisata
pantai Sine serta faktor pendukung dan penghambat Pokdarwis dalam
pengembangan Pantai Sine.
Persamaannya dengan skripsi ini adalah sama-sama membahas fokus
mengenai peran Pokdarwis .
Sedangkan Perbedaannya adalah peneliti terdahulu lebih fokus kepada peran
Pokdarwis dalam pengembangan wisata pantai Sine serta faktor pendukung
dan penghambat Pokdarwis dalam pengembangan pantai Sine, sedangkan
penelitian ini membahas tentang “Peran Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Dalam Pengembangan Objek Wisata Sebagai Upaya
Peningkatan Perekonomian Masyarakat” yang berfokus pada bagaimana
Pokdarwis menghadapi resistensi masyarakat terhadap pengembangan
pariwisata dan kreativitas Pokdarwis dalam membangun keswadayaan
masyarakat melalui usaha pariwisata.
15
2. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Sosiologi, Yolla Monica Ayu
Angraeyny, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Lampung,
yang terbit tahun 2019. Mengungkapkan tentang “Peran Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) Sonokeling Dalam Pengembangan Wisata Basecamp
Gunung Tanggamus (Di Pekon Sidokaton, Kecamatan Gisting, Kabupaten
Tanggamus)”. Dalam skripsi ini dibahas tentang peran Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) Sonokeling dalam mengembangkan wisata Basecamp
Gunung Tanggamus ditinjau dari fungsi manajemen POAC dan faktor
pendudkung dan faktor penghambat yang berasal dari internal dan eksternal
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sonokeling dalam mengembangkan
wisata Basecamp Gunung Tanggamus.
Persamaannya dengan skripsi ini adalah sama-sama membahas fokus
mengenai peran Pokdarwis .
Sedangkan Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Aggeraeyny
tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pengambilan
obyek penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Ayu tersebut meneliti peran
kelompok sadar wisata (pokdarwis) Snokeling dalam pengembangan wisata
basecamp Gunung Tanggamus yang berfokus pada peran pokdarwis ditinjau
dari fungsi manajemen POAC sedangkan penelitian yang akan dilakukan
peneliti adalah peran kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam
pengembangan objek wisata sebagai upaya peningkatan perekonomian
16
masyarakat yang berfokus pada upaya penanganan resistensi masyarakat
tentang pariwisata dan kreativitas dari Pokdarwis di Wisata Alam Aik Tojang
Dusun Gologor Desa Lendang Nangka dan kreativitas Pokdarwis dalam
membangun keswadayaan masyarakat melalui usaha pariwisata.
3. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah, Agung
Suryawan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang
terbit tahun 2016, Mengungkapkan tentang “Peran Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Sendang Arum Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata.”
Dalam skripsi ini dibahas peran Pokdarwis Sendang Arum dalam
pengembangan potensi pariwisata di Desa Wisata Tlahap dan dampak dari
peran Pokdarwis Seendang Arum dalam pengembangan potensi dan
mewujudkan Desa Wisata Tlahap sebagai daerah tujuan wisata.
Persamaannya dengan skripsi ini adalah sama-sama membahas fokus
mengenai peran Pokdarwis .
Sedangkan Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Agung Suryawan
tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pengambilan
obyek penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Meiliana tersebut meneliti
peran kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Sendang Arum dalam
pengembangan potensi pariwisata yang berfokus pada peran, faktor
pendukung dan penghambat, serta dampak dari peran Pokdarwis sedangkan
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah peran kelompok sadar wisata
17
(Pokdarwis) dalam pengembangan objek wisata sebagai upaya peningkatan
perekonomian masyarakat yang berfokus pada upaya penanganan resistensi
masyarakat tentang pariwisata dan kreativitas dari Pokdarwis di Wisata Alam
Aik Tojang Dusun Gologor Desa Lendang Nangka.
18
F. Kerangka Teori
1. Konsep Peran
Peran adalah suatu tindakan atau aktivitas yang dihrapakan oleh
masyarakat atau pihak lain untuk dilakukan oleh seseorang sesuai dengan
status yang mereka miliki sehingga peran atau peranan dapat dirasakan
pengaruhnya dalam lingkup kehidupan.7 Soerjono Soekanto mendefinisikan
peran sebagai aspek dinamis dari suatu kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia
menjalankan suatu peranan.8 Hal ini berarti bahwa antara hak dan kewajiban
memiliki sebuah keterkaitan. Apabila seseorang sudah menjalankan hak dan
kewajibannya maka seseorang tersebut telah menjalankan perannya. Dapat
disimpulkan bahwa peran adalah tindakan atau tingkah laku seseorang sesuai
dengan status atau kedudukannya di sebuah lingkungan dan memiliki
pengaruh bagi sekitarnya.
2. Konsep pemberdayaan masyarakat
a. Pengertian pemberdayaan
Istilah “ pemberdayaan masyarakat” sebagai terjemahan dari
kata “empowerment” mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari.
7 Abdulsyani, Sosiologi: Sistematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm.
94
8Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 212
19
Pemberdayaan menurut para ahli diantaranya, Rappaport dalam Totok
dan Poerkowo mendefinisikan pemberdayaan adalah suatu cara agar
rakyat, komunitas, dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai
atau berkuasa atas kehidupannya.9
Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga
mereka dapat mengaktualisasikan jati diri, hasrat, dan martabatnya
secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara
mandiri.10 Robinson menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu
proses pribadi dan sosial, suatu kebebasan kemampuan pribadi
kompetensi, kreatifitas, dan kebebasan bertindak.11
Winanri dalam Sulistyani mengungkapkan bahwa
pemberdayaan meliputi tiga hal yakni; pengembangan, memperkuat
potensi atau daya, dan terciptanya kemandirian.12 Berpaku dalam
pendapat ini, berarti pemberdayaan tidak saja terjadi pada masyarakat
9Mardikanto Totok, dan Soebianto Poerwoko. Pemberdayaan masyarakat dalam perspektif kebijakan publik. ( Bandung: Afabeta CV. 2017), hlm. 29
10Anita Fauziah, Pemberdayaan Masyarakat, (Malang: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Depak, 2009), hlm. 17.
11Evliyani, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Anggaran Dana Desa (ADD) Di Desa Wayharu Kecamatan Bangkunat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat”, (Skripsi, Universitas Negeri Raden Intan Lampung, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Juni 2018), hlm. 20
12Mentari Larasati, “Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Melalui Pendidikan Dan Ekonomi”, (Skripsi, Universitas Lampung, Jurusan Sosiologi, Januari 2018), hlm. 9
20
yang memiliki daya yang masih terbatas, dapat dikembangkan hingga
mencapai kemandirian.
Word Bank dalam Totok dan dan Poerkowo mengartikan
bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk memberikan kesempatan
dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu
dan berani bersuara atau menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-
gagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih suatu
(konsep, metode, produk, tindakan, dll) yang terbaik bagi pribadi,
keluarga, dan masyarakatnya. Dengan kata lain, pemberdayaan
masyarakat merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap
kemandirian masyarakat.13
Parsons (1994) mendefinisikan bahwa pemberdayaan adalah
sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi,
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
13Mardikanto totok, dan Soebianto Poerwoko. Pemberdayaan masyarakat dalam perspektif
kebijakan publik. ( Bandung: Afabeta CV. 2017), hlm. 28.
21
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatian.14
Senada dengan definisi tersebut, Anthony Bebbington (2000)
mendefinisikan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
peningkatan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi sekarang yang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan adalah suatu upaya peningkatan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan yang diinginkan individu, kelompok, dan
masyarakat luas untuk melakukan pilihan dan mengontrol
lingkungannya agar dapat memenuhi keinginan-keinginannya.
b. Upaya-upaya dalam pemberdayaan
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut dapat dilihat
dari tiga sisi, yaitu15:
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya
14Mardikanto totok, dan Soebianto Poerwoko. Pemberdayaan masyarakat dalam perspektif
kebijakan publik. ( Bandung: Afabeta CV. 2017), hlm. 29
15Mardikanto totok, dan Soebianto Poerwoko. Pemberdayaan masyarakat dalam perspektif kebijakan publik. ( Bandung: Afabeta CV. 2017), hlm. 30-32
22
adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang
sama sekali tanpa daya, karena demikian akan sudah punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-
langkah lebih positif, selain hanya dari menciptakan iklim dan suasana.
Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke
dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi berdaya.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi.
Dalam peroses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi
bertambah lemah, oleh karena itu, perlindungan dan pemiihakan
kepada orang yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep
pemberdayaan masyarakat. Melindungi bukan berarti mengisolasi atau
menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang
kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang,
serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat
23
bukan membuat masyarakat makin terganggu pada berbagai program
pemberian (charity).
c. Tujuan pemberdayaan masyarakat
Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 dan Program
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dinyatakan bahwa “Tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan keberdayaan
masyarakat melalui penguatan lembaga dan organisasi masyarakat
setempat, penanggulanagan kemiskinan dan perlindungan sosial
masyarakat, peningkatan kswadayaan masyarakat luas guna membantu
masyarakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial, dan
politik”. Sedangkan menuru Suharto mengatakan bahwa tujuan utama
pemberdayaan adalah memperkuat masyarakat yang lemah atau tidak
memiliki ketidakberdaya baik karena masalah internal (persepsi
sendiri) maupun masalah eksternal (misalnya ditindas karena struktur
sosial yang kurang adil).
Menurut Wijaya mengatakan bahwa tujuan dari pemberdayaan
adalah untuk membangkitkan segala kemampuan yang ada pada
masyarakat untuk mencapai tujuan pertumbuhan motivasi, iisiatif,
kreatif serta penghargaan dan pengakuan bagi mereka yang
berprestasi. Menurut Suryana tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
24
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan
apa yang mereka lakukan, sehingga masyarakat memiliki kemampuan
untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang
diandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan kognitif, konatif,
psikomotorik, afektik dengan pengarahan sumber daya yang dimiliki
oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.16
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk
memandirikan warga masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup
keluarga dan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya sehingga
masyarakat menjadi masyarakat yang berdaya dan masyarakat yang
mandiri.
3. Konsep Pariwisata
a. Pengertian Pariwisata
Secara etimologis, pariwisata berasal dari bahasa
sansekerta, yaitu “pari”berarti ‘banyak, berkali-kali, berputar-putar’,
16Syahnaz Natasya, “Partisiasi Masyarakat Dalam Program Pemberdayaan”, (Skripsi,
Universitas Negeri Semarang, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, September 2016), hlm. 16-17
25
dan “wisata” berarti ‘perjalanan’ atau ‘bepergian’. Berdasarkan arti
kata ini, pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali-kali atau berputar-putar, dari satu tempat ketempat lain dengan
maksud dan tujuan tertentu.17
Pariwisata dapat diterjemahkan sebagai sistem yang
mengaitkan antara lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial budaya, dan
industri dalam upaya unntuk memenuhi kebutuhan perjalanan
seseorang yang dilakukan keluar lingkungan tempat tinggal atau tempat
kerjanya dengan motivasi selain mencari nafkah di tempat tujuannya
dan sekaligus mempertimbangkan dampak yang ditimbulkanterhadap
alam dan budaya.18
Beberapa ahli mendefinisikan pariwisata sebagai berikut:
a) Menurut E. Guyer Freuler, pariwisata dalam artian modern
merupakan phenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas
kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang
sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam.
17Bungaran Antonius Simanjuntak, dkk, Sejarah Pariwisata: Menuju Perkembangan
Pariwisata Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017), hlm. 1
18Ismayanti, dkk, Pariwisata dan Isu Kontemporer, (Jakarta: CV Garuda Mas Sejahtera, 2015), hlm. 3
26
b) Menurut Hunzieker dan K. Krapt, tourism is totally of the
relationship andphenomena arising from the travel and stay of
strangers (ortsfremde), provide the stay does not imply the
establishment of a permanent resident (pariwisata adalah hubungan
dan fenomena yang timbul dari perjalanan dan menetapnya orang
asing, menyediakan tempat tinggal bukan berarti penduduk tetap).19
Dalam mencoba menganalisa pariwisata untuk merumuskan
suatu konsep dari kerangka kepariwisataan. Pariwisata dapat dilihat
sebagai sesuatu yang relatif (abstrak), dapat dikatakan sebagai suatu
gejala yang mencakup pemindahan orang-orang dalam negaranya
sendiri (domestic tourism) atau melewati perbatasan negara lain
(internasional tourism). Pariwisata merupakan sebuah kegiatan yang
mana dalam kegiatan tersebut manusia melakukan sebuah perjalanan
untuk sekedar bersenang-senang atau mencari hiburan bukan untuk
mencari nafkah.
19Oka Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1983), hlm. 114
27
b. Macam-macam Pariwisata
Pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk
mengunjungisuatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut sebagai
berikut:20
1) Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar
keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan
jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau
ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat
mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.
2) Wisata Maritim atau Bahari. Jenis wisata ini banyak dikaitkan
dengan kegiatan olah raga di air, lebih-lebih di danau, pantai,
teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil
melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan
mendayung, melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah
di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang
banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim.
Di Indonesia banyak tempat dan daerah yang memiliki potensi
wisata maritim ini, seperti misalnya Danau Toba, pantai Pulau
Bali, dan sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta.
20Meiliana Dyah Rahmawati “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam
Pengembangan Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Jurusan Ekonomi Syariah, Agustus 2019), hlm. 32-35
28
3) Wisata Cagar Alam. Jenis wisata ini biasanya diselenggarakan
oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha
dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam,
taman lindung, hutan daerah pegunungan, dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
4) Wisata Pertanian (Agrowisata). Agrowisata bagi wisatawan
adalah mendidikkan wisatawan untukmemahami kehidupan
nyata tentang pertanian dan memberikan pemahaman kepada
wisatawan bahwa kehidupan bertani adalah pekerjaan yang amat
mulia karena kehidupan manusia lainnya sangat tergantung pada
pertanian. Keuntungan lain bagi wisatawan adalah mereka dapat
menikmati alam yang sehat dan alamiah bebas dari polusi kota,
mendapatkan produk pertanian yang benar-benar segar dan bahkan
organik atau green product, agrowisata memberikan pengalaman
perjalanan wisata yang unik dan merupakan perjalanan wisata yang
relatif murah jika dibandingkan dengan wisata lainnya.
5) Wisata Buru. Jenis wisata ini banyak dilakukan di negeri-negeri
yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang
dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen
atau biro perjalanan.
6) Wisata Ziarah. Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan
dengan agama, sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan. Wisata
29
ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke
tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau
pemimpin yang diagungkan, tempat pemakaman tokoh atau
pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.
c. Sarana dan Prasarana Pariwisata
Sarana kepariwisatan adalah perusahaan-perusahaan yang
memberikanpelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau
tidak langsung, dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada
kedatangan wisawatan. Sarana kepariwistaaan dibagi atas tiga bagian
penting, yaitu:
1) Sarana pokok kepariwisataan
Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan
kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang
yang melakukan perjalanan wisata.
2) Sarana pelengkap kepariwisataan
Sarana pelengkap kepariwistaaan adalah perusahaan-perusahaan
atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang
fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan,
tetapi yang terpenting adalah untuk membuat wisatawan lebih
lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata.
30
3) Sarana penunjang kepariwisataan
Sarana penunjang kepariwisataan adalah perusahaan yang
menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak
hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah
tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar
wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan
uangnya ditempat yang dikunjunginya.21
Sarana kepariwisataan ini muncul ketika ada wisatawan yang
berkunjung ke suatu destinasi wisata dan tujuan dari adanya sarana
kepariwisataan ini selain untuk memberikan pelayanan terhadap
wisatawan juga merupakan cara agar wisatawan betah untuk tinggal
lebih lama di tempat pariwisata tersebut. Sedangkan prasarana
kepariwisataan adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan
proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa,
sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhannya.
21Meiliana Dyah Rahmawati “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam
Pengembangan Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Jurusan Ekonomi Syariah, Agustus 2019), hlm. 32-35
31
4. Pengembangan Pariwisata
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,definisi pengembangan adalah
proses, cara, perbuatan mengembangkan.22 Lebih dijelaskan lagi dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS Poerwadarminta, bahwa
pengembangan adalah perbuatan menjadikan bertambah, berubah
sempurna (pikiran, pengetahuan, dansebagainya).23
Peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan
kepariwisataan memerlukan berbagai upaya pemberdayaan
(empowerment), agar masyarakat dapat berperan lebih aktif dan optimal
serta sekaligus menerima manfaat positif dari kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan untuk peningkatan kesejahteraannya. Pemberdayaan
Masyarakat dalam konteks pembangunan kepariwisataan, Renstra (2010)
dalam buku pedoman kelompok sadar wisata mendefinisikan
pembangunan pariwisata sebagai berikut24:
“Upaya penguatan dan peningkatan kapasitas, peran dan inisiatif
masyarakat sebagai salah satu pemangkukepentingan, untuk dapat
22Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional
Indonesia, 2014), hlm. 201
23Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: PT. {ustaka Insan Madani,
2012), hlm. 53
24Rahim Firmansya, Pedoman Kelompok Sadar Wisata, (Jakarta: Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012), hlm 4 - 5
32
berpartisipasi dan berperan aktifsebagai subjek atau pelaku maupun
sebagai penerima manfaat dalam pengembangan kepariwisataan
secaraberkelanjutan”
Definisi tersebut menegaskan posisi penting masyarakat dalam
kegiatan pembangunan, yaitu masyarakat sebagai subjek atau pelaku
pembangunan; dan masyarakat sebagai penerima manfaat pembangunan.
Masyarakat sebagai subyek atau pelaku pembangunan, mengandung arti,
bahwa masyarakat menjadi pelaku penting yang harus terlibat secara aktif
dalam proses perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, bersama-
sama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya baik dari pemerintah
maupun swasta. Dalam fungsinya sebagai subjek ataupelaku masyarakat
memiliki peran dan tanggung jawab untuk bersama-sama mendorong
keberhasilan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya.
Masyarakat sebagai penerima manfaat, mengandung arti, bahwa
masyarakat diharapkan dapat memperoleh nilai manfaat ekonomi yang
berarti dari pengembangan kegiatan kepariwisataan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat yang bersangkutan.
Dalam kerangka pembangunan kepariwisataan tersebut, salah satu aspek
mendasar bagi keberhasilan pembangunan kepariwisataan adalah dapat
diciptakannya lingkungan dan suasana kondusif yang mendorong tumbuh
dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat. Iklim atau
lingkungan kondusif tersebut terutama dikaitkan dengan perwujudan
33
Sadar Wisata dan Sapta Pesona yang dikembangkan secara konsisten di
kalangan masyarakat yang tinggal di sekitar destinasi pariwisata.
Pengembangan pariwisata bertujuan memberikan keuntungan bagi
wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan pariwisata
adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam (pesona
alam). Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan
peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara
pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran
pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam
rangka pengembangan pariwisata.
Ada hal yang dapat ditawarkan kepada wisatawan untuk berkunjung
ke suatu daerah tujuan wisata, hal tersebut dapat berupa:
a. Sumber daya alam
1) Iklim, yaitu udara yang lembut, bersinar matahari, kering, dan
bersih.
2) Tata letak tanah dan pemandangan alam yaitu dataran, pegunungan
yang berpanorama indah, danau, sungai, pantai, bentuk-bentuk
yang unik, pemandangan yang indah, air terjun, daerah (gunung
berapi, gua, dan lain-lain).
3) Unsur rimba yaitu hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka, dan
sebagainya.
34
4) Flora dan fauna yaitu tumbuhan aneh, barang-barang beragam jenis
dan warna, kemungkinan memancing, berburu, dan bersafari foto
binatang buas, taman nasional dan taman suaka binatang buas dan
sebagainya.
5) Pusat-pusat kesehatan yaitu sumber air mineral alami, kolam
lumpur berkhasiat untuk mandi, sumber air panas untuk
penyembuhan penyakit, terapi ikan, dan sebagainya.
b. Hasil karya buatan manusia
Yang berdiri sejarah, budaya, dan agama:
1) Monumen-monumen dan peninggalan bersejarah dari masa lalu.
2) Tempat-tempat budaya seperti museum, gedung kesenian, tugu
peringatan, perpustakaan, pentas-pentas budaya rakyat, industri
seni kerajinan tangan dan lain-lain.
3) Perayaan-perayaan tradisional, pameran-pameran, karnaval
upacara adat, ziarah-ziarah, dan sebagainya.
4) Bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan.
c. Prasarana-prasarana
1) Sistem penyediaan air bersih, kelistrikan, jalur-jalur lalu lintas,
sistem pembuangan limbah, sistem telekomunikasi, dan lain-
lain.
35
2) Rumah sakit, apotek, bank, pusat-pusat perbelanjaan, rumah
penata rambut, toko-toko bahan makanan, kantor pemerintah,
dan sebagainya.
d. Prasarana wisata
1) Tempat penginapan wisatawan
2) Tempat menemui wisatawan
3) Tempat-tempat rekreasi dan sport
e. Sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang: meliputi
pelabuhan udara, laut bagi negara-negara yang berbatasan dengan
laut, kereta api, dan alat transportasi darat lainnya.
f. Sarana pelengkap: meliputi gedung-gedung yang menjadi sumber
produksi jasa-jasa yang cukup penting tetapi tidak mutlak diperlukan
oleh wisatawan. Umumnya sarana pelengkap ini bersifat rekreasi dan
hiburan seperti gedung-gedung, bioskop, kedai-kedai minum,
warung-warung kopi, dan lain-lain.
g. Pola hidup masyarakat yang sudah menjadi salah satu khasanah
wisata yang sangat penting seperti cara hidup bangsa, sikap,
makanan, dan sikap pandangan hidup kebiasaan, tradisi, adat istiadat
36
semua itu menjadi kekayaan budaya yang menarik wisatawan ke
negara mereka.25
Sedangkan manfaat pengembangan pariwisata yaitu:26
a. Bidang ekonomi; untuk meningkatkan kesempatan kerja dan
berusaha, meningkatkan dan meratakan pendapatan rakyat, serta
menunjang pembangunan daerah.
b. Bidang sosial budaya; dengan keanekaragaman sosial budaya
merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata.
c. Bidang lingkungan hidup; karena pemanfaatan potensi sumberdaya
alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah lingkungan yang
menarik, maka pengembangan wisata dan lingkungan senantiasa
menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup melalui
perencanaan yang teratur dan terarah
5. Perekonomian Masyarakat
a. Konsep perekonomian masyarakat
Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan
dengan produksi,distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan
25Meiliana Dyah Rahmawati “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam
Pengembangan Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Jurusan Ekonomi Syariah, Agustus 2019), hlm. 32-35
26Gamal Suwantoro, Dasar-Dasar Pariwisata, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm. 95
37
jasa. Secara umum ekonomiadalah aturan rumah tangga atau
manajemen rumah tangga.27 Selain itu, ekonomi juga disebut sebagai
ilmu yang menerangkan tentang cara-cara menghasilkan,
mengedarkan, membagi serta memakai jasa dalam masyarakat
sehingga kebutuhan materi dalam masyarakat dapat terpenuhi dengan
baik. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat adalah mengatur urusan
harta kekayaan baik yang menyangkut kepemilikan, pengembangan,
maupun distribusi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perekonomian
masyarakat merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan harta dalam rumah tangga yang dilakukan oleh
masyarakat agar dapat terkelola dengan baik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi masyarakat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
masyarakatdiantaranya yaitu:28
1) Investable resources
Maksud dari investable resources adalah segala sumber daya yang
dapat digunakan untuk menggerakkan roda perekonomian. sumber
27Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2001), hlm. 854
28Meiliana Dyah Rahmawati “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam Pengembangan Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Jurusan Ekonomi Syariah, Agustus 2019), hlm. 38-40
38
daya tersebut antara lain sumber daya alam, sumber daya manusia
maupun sumber daya modal. Sumber daya alam harus dapat
dioptimalkan dengan baik dengan tetap menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya agar bisa
menghasilkan produksi sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.
2) Human resources
Tingginya kebutuhan akan SDM yang berkualitas dalam
pengembangan ekonomi harus bisa diatasi melalui program
pendidikan yang terencana dengan baik, selain itu peran orang tua
dalam menanamkan nilai-nilai ekonomi sejak dini tentang semangat
berbagi misalnya, akan melahirkan generasi atau sumber daya manusia
yang baik dan berkompeten. Manusialah yang paling aktif berperan
dalam pertumbuhan ekonomi. Peran mereka mencakup beberapa
bidang, antara lain dalam hal eksploitasi sumber daya yang ada,
pengakumulasian modal, serta pembangunan institusi sosial ekonomi
dan politik masyarakat. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan, maka perlu adanya efisiensi dan tenaga kerja. Efisiensi
tersebut membutuhkan kualitas professional dan kualitas moral. Kedua
kualitas ini harus dipenuhi dan tidak dapat berdiri sendiri. Kombinasi
keduanya mutlak dipadukan dalam batas-batas yang rasional.
39
3) Teknologi dan inovasi
Technological progress disadari merupakan faktor yang dapat
mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Teknologi akan melahirkan
efisiensi, dan basis teknologi ini adalah inovasi. Karena itu, inovasi
menjadi suatu kebutuhan yang perlu didesain secara serius oleh
pemerintah. Setiap karya itu pada dasarnya lahir dari sebuah inovasi
dan kreativitas. Pertumbuhan ekonomi akan berjalan dengan baik
manakala masyarakat memahami kewajibannya untuk menghasilkan
karya melalui proses-proses yang kreatif fan inovatif. Para ekonom
menyatakan bahwa kemajuan teknologi merupakan sumber terpenting
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dianggap tidak
mengikuti proses sejarah secara gradual, tidak terjadi terus menerus
dalam suatu keadaan yang tidak bisa ditentukan.
Dinamika dan diskontinuitas tersebut berkaitan erat dengan
ditentukan oleh inovasi-inovasi dalam bidang teknologi. Kemajuan
teknologi mencakup dua bentuk, yaitu inovasi produk dan inovasi
proses. Inovasi produk berkaitan dengan produk-produk baru yang
sebelumnya tidak ada atau pengembangan produk-produk sebelumnya.
Sedangkan inovasi proses merupakan penggunaan teknik-teknik baru
yang lebih murah dalam memproduksi produk-produk yang telah ada.
Perubahan teknologi dianggapsebagai faktor paling penting dalam
40
proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan
perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil
pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru.
G. Metode penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Secara umum penelitian diartikan sebagai suatu cara untuk
pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif.29 Pendekatan penelitian merupakan
segala cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan
penelitian mulai dari merumuskan masalah sampai dengan penarikan
kesimpulan.30 Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Sifat data yang dikumpulkan adalah berupa data
kualitatif dan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini tidak mengubah situasi, lokasi, dan kondisi
responden. Situasi subyek tidak dikendalikan dan dipengaruhi sehingga
tetap berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Lexy J Moleong, penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari fenomena
29Nana Syaodih sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010). hlm.5
30Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2013). hlm. 1
41
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memenafaatkan berbagai metode ilmiah.31
Dalam penelitian ini data yang terkumpul akan dianalisa dan
diorganisasikan hubungannya untuk mencari kesimpulan dan diwujudkan
dalam bentuk tulisan. Dengan metode deskriptif kualitatif diharapkan
mampu mengetahui peran kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam
pengembangan objek wisata sebagai upaya peningkatan perekonomian
masyarakat di wisata alam Otak Aik Tojang dusun Gelogor desa Lendang
Nangka.
2. Jenis dan Sumber Data
Untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian ini, penulis
menggunakan jenis data sebagai berikut :
a. Data Primer yakni berupa data pokok yang diperoleh langsung dari
lapangan atau melalui hasil wawancara dari yang berkaitan dengan
pengembangan pariswisatadi Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka
31Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012).
hlm. 6
42
b. Data Sekunder yakni data pendukung yang diperoleh dari bahan-
bahan kepustakaan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber
data yang akan digunakan, jadi teknik pengumpulan data yang akan dipakai
adalah dengan dokumen, observasi, dan wawancara. Untuk mengumpulkan
data kegiatan penelitian memerlukan teknik pengumpulan data tertentu,
sehingga proses penelitian dapat berjalanlancar.
Menurut Sugiyono menyatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan proses utama dalam penelitian, dikarenakan tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, peneliti tidak bisa mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk menyusun data dalam penelitian kualitatif biasanya
menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumenter atau
dokumentasi, atas dasar konsep tersebut, jadi ketiga teknik pengumpulan
data tersebut digunakan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya
mengenai teknik pengumpulan data tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena-fenomena yang di selidiki.32 Metode observasi ini dilakukan
32Husain Usman, Metodologi Penelitian Sosial. (Bandung: Bumi Aksara, 1995). hlm. 56
43
dengan cara peneliti berada di tempat/lokasi dan hanya dilakukan ketika
melakukan penelitian, dan tidak ikut serta atau tidak melibatkan diri
dalam tindakan-tindakan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Metode observasi ini digunakan sebagai metode penyempurna
dalam penyusunan data kegiatan atau tugas masyarakat adat. Terutama
kegiatan aktivitas serta sarana dan prasarana yang dimiliki
masyarakat.Peneliti juga dapat mengamati langsung kinerja pengurus,
anggota dan karyawan dari kegiatan masyarakat.
Observasi ini dilakukan peniliti agar bisa mendapatkan suatu
data, dengan alasan agar lebih di ingat dan banyak sedikitnya fenomena
yang perlu di catat terkait kondisi yang ada pada tempat penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan
pula. Teknik wawancara ini merupakan suatu kegiatan interaksi dan
komunikasi verbal yang bertujuan untuk mendapatkan informasi penting
yang diharapkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara
dua orang atau lebih, di mana keduanya bertingkah sesuai dengan status
dan peranan mereka masing- masing.33
33Nurul Zuriah, Metodelogi penelitian Sosial dan Pendidikan Teori – Aplikasi. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009). hlm. 179
44
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara akan dapat dipercaya jika
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah
ada. Dalam penelitian ini akan digunakan dokumen-dokumen pribadi
maupun dokumen resmi yaitu catatan harian, foto-foto aktivitas
masyarakat. Dokumen tersebut akan dijadikan sebagai data pelengkap
hasil wawancara dan observasi.
4. Teknik Analisis Data
Gambar . 1 Skema Analisis Data
Data yang dikumpulkan menggunakan metode pengumpulan data
yang telah disebutkan sebelumnya kemudian diolah yakni dengan cara
Metode pengumpulan data
Pemilihan data
Analisis data Pengelompokan data
45
dipilih-pilih dan dikelompokan menurut jenisnya masing-masing, yaitu
data tentang bentuk upaya, materi, metode, bentuk pelatihan, hambatan,
factor pendukung, baik didapat dari interview, observasi maupun
dokumentasi, sesudah diolah data tersebut kemudian dianalisis.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif
yaitu analisa yang digunakan terhadap data yang bukan berwujudangka-
angka melainkan jumlahnya hanya sedikit, bersifat monografis atau
berwujud angka-angka melainkan yang jumlahnya hanya sedikit, bersifat
monografis atau berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun
kedalam suatu struktur klasifikasi). Dalam penelitian yang menghasilkan
data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara
tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari
sebagi sesuatu yang utuh.34
Maksud dari deskriptif kualitatif adalah menguraikan hasil
penelitian secara rinci apa adanya.35 Analisa dilakukan dengan
menggunakan metode kulitatif yang dapat diartikan sebagi prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan kata-kata tertulis atau
34Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normative Suatu Tinjauan Singkat. (Jakarta: Raja
Grafindo, 1998). jlm 12 35Djarwanto, Pokok-Pokok Metode Riset Dan Bimbingan Tekhnis Penulisan Skripsi.
(Yogyakarta: Liberty, 1948). hlm.9
46
lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.36. Berdasarkan data
tersebut, proses analisa yang dimulai dari membaca, mempelajari, dan
menelaah data dengan menggunakan langkah-langkah menurut Miles dan
Huberman, diantaranya37 :
Gambar. 2 Proses Analisa Data
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan
strategi pengumpulan data yang dianggap tepat untuk menentukan fokus
serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.
36Husain Usmani, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). hlm 83
37Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2013). Hlm 91-92
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Kesimpulan: penarikan/verifikasi
47
b. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan sesuai dengan hal-hal pokok
dengan fokus penelitian kita, Reduksi data berlangsung terus menerus
berkelanjutan.
c. Display data
Display data adalah menyajikan data baik dalam bentuk matrik,
grafik dan sebagainya.
d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah penarikan kesimpulan
dan evaluasi pada catatan lapangan atau upaya yang luas untuk
menempatkan salinan suatu teman dalam seperangkat data yang lain.
Setelah analisa data selesai maka hasilnya akan disajikan secara
deskriptif, yaitu dengan menuliskan dan menggambarkan apa adanya
sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian
ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini dengan menggunakan cara berfikir induktif.38
38Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial. (Bandung: Mundu Maju, 1990). hlm 2
48
H. Sitematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini memaparkan latar
belakang dari suatu masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika
pembahasan, dan daftar pustaka.
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Telaah Pustaka
F. Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Pembahasan
2. Paparan Data dan Temuan
Pada bagian ini data-data yang ditemukan saat penelitian diungkapkan.
Peneliti berusaha agar dapat mengungkapkan seluruh data yang
ditemukan saat penelitian berlangsung. Dalam hal ini, peneliti sebisa
mungkin untuk menjaga jarak dan menahan diri agar tidak mencampuri
fakta terlebih dahulu.
Data yang ditemukan melalui hasil angket, tes, wawancara dan
dokumentasi merupakan data yang berkaitan satu sama lain. Sebelum
49
diuraikan menjadi data hasil penelitian, data terlebih dahulu dilakukan
pengecekan keabsahan data untuk mendapatkan data yang valid.
3. Pembahasan
Pada bagian ini diungkapkan proses analisis terhadap temuan
penelitian sebagaimana dipaparkan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan
pada perspektif penelitian atau kerangka teoritik sebagaimana di ungkap
di bagian pendahuluan.
4. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
50
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Desa Lendang Nangka
Desa Lendang Nangka merupakan salah satu desa di wilayah
Kecamatan Masbagik dan termasuk daerah dataran tinggi dengan iklim
yang sama dengan desa-desa lain di Kecamatan Masbagik yaitu iklim
tropis yang dimana musim kemarau lebih panjang dari musim hujan.
Curah hujan yang turun rata-rata antara 2.000 s/d 3.000 mm pertahun,
luas desa ± : 571 Ha/M2 pada ketinggian 300 m diatas permukaan air
laut. Batas-batas wisalayah Desa Lendang Nangka, sebelah utara
berbatasan dengan Desa Lendang Nangka Utara, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Danger, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Jurit, sebelah barat berbatasan dengan Desa Kumbang, Desa Kotaraja,
Desa Loyok. Posisi letak Desa Lendang Nangka dengan jarak ke
kecamatan sekitar 5 km, ke kabupaten sekitar 11 km dan jarak dengan
ibukota Provinsi NTB 42 km.
Jumlah penduduk Desa Lendang Nangka sebanyak 10.855 jiwa
yang tersebar di 13 dusun. Dari jumlah tersebut, terdiri dari laki-laki 5.361
jiwa dan perempuan 5.494 jiwa.
51
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Desa
No. Jenis kelamin Jumlah Status
1. Penduduk laki-laki 5.361 Orang
2. Penduduk perempuan 5.494 Orang
3. Kepala keluarga 3.764 Keluarga
Jumlah Total 10. 855 Orang
4. Sumber penghasilan
Utama penduduk Desa
Pertanian, perkebunan, peternakan,
industri, perdagangan, perikanan, jasa dan
pariwisata39
2. Gambaran Wisata Otak Aik Tojang
Otak Aik Tojang merupakan salah satu objek wisata alam yang
berada di dusun Gelogor desa Lendang Nangka. Udara yang masih sejuk
dan masih memiliki area persawahan dan pepohonan yang luas dan hijau
serta hutan yang lebat. Memiliki kawasan dengan luas sekitar 32 ribu
meter persegi. Otak Aik Tojang merupakan sumber mata air yang
berlimpah dengan debit air sekitar 850 liter perdetik. Mata air ini
merupakan sumber air minum terbesar di Lombok Timur. Masyarakat
sekitar mebuat bendungan untuk menampung air dan dimanfaatkan oleh
39Lendangnangkalomboktimur.desa.kemendesa.go.id/index.php/pages/detail/58-penduduk-dan-tenaga-kerja diakses pada tanggal 13 juni 2020
52
masyarakat sekitar baik sebagai air irigasi maupun objek wisata
dikarenakan sebagian besar masyarakat dusun Gelogor berprofesi sebagai
petani. Masyarakat sekitar Saat ini, mata air itu pemanfaatannya
digunakan sebagai sumber air minum bagi beberapa daerah yang di kelola
Perusahaan Dareah Air Minum (PDAM).
B. Profil Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Lendang Nangka
1. Sejarah Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Lendang Nangka
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka ini
merupakan perwujudan dari turunnya kebijakan pemerintah bahwa setiap
daerah atau desa yang memiliki potensi pariwisata agar membentuk
sebuah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pada awalnya Kelompok
Sadar Wisata (Pokdarwis) di Lombok Timur jika ditinjau dari priodenya,
pokdarwis memang relatif baru dibanding dengan kifrah tokoh-tokoh
senior pariwisata Lombok Timur yang bergerak sejak tahun 1970an
seperti H.Radiah Lendang Nangka, Soejono Tete Batu, Ninik Tawaf
Masbagik, Hati Suci Sapit dan Kawan-kawan seperjuangannya.
Merefleksi kembali bahwa Pokdarwis yang sekaligus menjadi kaki
tangannya Kementerian Pariwisata melalui Dinas Pariwisata masuk di
Lombok Timur pertama kali di Tete Batu pada tahun 2010 yang dibawa
oleh Uncle Kus dengan SK Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat.
Selanjutnya untuk memperluas gerakan pokdarwis dengan semangat
53
membangun pariwisata melalui bawah, Uncle Kus mengajak Kawan-
kawan dari Tete Batu untuk ikut mengadakan Jamboire pertama
Pokdarwis yang bertempat di Lendang Nangka pada tahun 2013.
Berawal dari periode ini pokdarwis menjadi perhatian serius oleh
pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Disinilah awal mula perumusan
asosiasi Pokdarwis yang saat itu bernama forum pokdarwis yang diketuai
oleh Wendi Sazali Lendang Nangka (2013-2016) dilanjutkan oleh bapak
Fadli dari Tete Batu (2016-2019). Dalam proses berdirinya Kelompok
Sadar Wisata (Pokdarwis) ini melibatkan semua lapisan masyarakat mulai
dari proses perencanaan sampai pengawasannya. Berdirinya Kelompok
Sadar Wisata (Pokdarwis) Beriuk Bareng ini bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2. Lokasi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Lendang Nangka
Lokasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka terletak di
Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur.
Jarak yang ditempuh dari Kota Kabupaten kurang lebih 11 kilometer. Visi
dan misi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka yaitu
membuat tempat wisata senyaman mungkin dan mewujudkan Sapta
Pesona dalam masyarakat.
54
3. Struktur Organisasi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
Lendang Nangka
Struktur Organisasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang
Nangka
Gambar. 1
Struktur Organisasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka
Pembimbing Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Lombok Timur
Penasehat H. Radi’ah
Ketua Wendi Sazali
Wakil ketua Syahrullah SP.d
Bendahara H.Lalu Indra Purnawadi
Sekretaris Sasmito Raharjo
SP.d
Sie. Keamanan Muhammad Fadli
Sie. Kebersihan dan keindahan
Ye’ Jazuri Jamalullael
Sie. Daya tarik Wisata
Gelen Martadinata
Sie. Pengembangan
Usaha Muhamad Ali
Ilyas, MS.i
Sie. Humas dan Pengembangan
SDM
Abdul Hakim
55
Dengan jumlah anggota 72 orang (Terlampir)40
C. Paparan Data
Paparan data dalam penelitian ini bertujuan untuk menyajikan data apa
adanya dari informan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas atau
memaparkan suatu temuan yang berkaitan dengan fokus penelitian agar tidak
meluas ke masalah lain. Fokus penelitian dalam penelitian ini ada dua poin,
yaitu:
1. Paparan Tentang Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam
menghadapi resistensi masyarakat terhadap pariwisata di dusun
Gelogor desa Lendang Nangka
Dusun Gelogor memiliki salah satu objek wisata yaitu wisata alam
Otak Aik Tojang yang menjadi pusat kegiatan wisata di Dusun Gelogor.
Kegiatan wisata yang berlangsung di wisata Alam Otak Aik tojang
beragam mulai dari kegiatan camping di hutan dataran rendah disekitar
mata air. kegiatan maulid adat petangan yang berlangsung ketika hari
maulid Nabi yang hanya di lakukan di lokasi wisata yakni mata air yang
ada di wisata alam Otak Aik Tojang dan juga kegiatan berwisata seperti
yang dilakukan di tempat-tempat wisata yang lain diantaranya; pemandian
di bendungan otak aik tojang, penyewaan perahu karet, penyediaan spot
40 SO Kelompok Sadar Wisata (Pokadrwis) Lendang Nangka
56
foto dll. Adapun penyediaan homestay di Dusun Gelogor, yaitu homestay
pondok bambu dan pondok giroh.
Tentunya dalam proses kegiatan berwisata suatu kendala kerap
terjadi disebabkan sebagian masyarakat ditempat wisata ada yang pro dan
kontra terhadap kegiatan wisata tersebut. Penolakan terhadap
perkembangan pariwisata adalah salah satu permasalahan yang sering kali
dijumpai oleh Pokdarwis. Ada beberapa bentuk penolakan masyarakat
terhadap pariwisata diantaranya dari hasil wawancara dengan masyarakat
setempat:
a. Kepadatan Dan Kenyamanan
seperti yang dijelaskan oleh bapak Suhail : Bagus sih jika pengembangan pariwisata terjadi, maka pendapatan masyarakat cukup, tapi dengan adanya pariwisata juga membuat daerah ini nantinya menjadi padat dan kurang nyaman dan kami biasanya nyaman dengan seperti ini tanpa keributan yang disebabkan para pengunjung yang datang. Kami tinggal disini kan untuk jauh dari suara yang meributkat41 Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
terganggu dengan kedatangan pengunjung yang dapat merusak
kenyamanan masyarakat setempat karena semakin ramai pengunjung
maka semakin hingar bingar yang terjadi dan kenyamananpun hilang.
41
Hasil wawancara dengan Bapak (Masyarakat setempat di Dusun Gelogor ), Tanggal 05 Agustus 2020
57
b. Rusaknya lingkungan
Dijelaskan oleh bapak Usman : jika pengembangan wisata ini dilakukan nantinya pengunjung itu pasti banyak yang datang dan pastinya ada saja pengunjung yang datang membawa minuman-minuman keras dan membuang sampah sembarangan bekas mereka minum, mereka juga merusak alam, itulah yang membuat kami disini geram dengan pengunjung yang seperti itu walaupun ada sebagian pengunjung datang untuk menikmati wisata namun kami disini capek menegur mereka. Jika dikembangkan juga nanti tatanan yang sudah baik di tempat tersebut menjadi kotor.42 Dari pemaparan diatas dapat diartikan bahwa masyarakat
menganggap dengan adanya pengembangan wisata akan menarik
perhatian pengunjung dan tidak terkontrol karena masyarakat takut
pengunjung yang datang dapat merusak kelestarian alam yang ada di
wisata dengan membawa miras untuk diminum dan sampahnya dibuang
di sembarang tempat. Sarana yang tersedia menjadi tempat para
pengunjung yang membawa miras sebagai tempat minum.
c. Perubahan budaya
Dijelaskan oleh bapak Nas mengenai perubahan budaya : Ya Pariwisata ini selain dampak positif pasti ada negatifnya bagi masyarakat namun lebih merujuk ke negatif seperti memiliki dampak yang buruk bagi warga setempat, di lokasi wisata tersebut ada mata air yang selalu dijadikan tempat untuk melakukan adat kami disini yaitu maulid adat petangan, jika dibangun ini itu disini ya tentunya di tempat tersebut akan terlihat modern dan hilang keaslian dan pastinya rusaklah kesakralandari tempat tersebut, karena itu kami merasa pembangunan tersebut akan merusak tatanan budaya kami disini.
42
Hasil wawancara dengan Bapak Usman (Masyarakat setempat di Dusun Gelogor ), Tanggal 05 Agustus 2020
58
begitu juga buruk untuk anak muda di sekitar, nanti mereka ikut ikutan dengan gaya kehidupan pengunjung yang memang dapat merusak akhlak karena gayanya kekotaan yang gaul, mereka mengecat rambut yang memang terlihat aneh bagi masyarakat disini dan masyarakat menjadi risih dengan tingkah mereka. Terus yang ditakutan akan merusak citra masyarakat yang memang taat beribadah apalagi ada pondok pesantren yang ada di dekat sini, gak enak dilihat nanti para pemuda yang rambutnya berwarna atau di cat aneh gitu lewat di depan orang-orang alim karena jalur menuju tempat ini ya harus melewati pondok pesantren itu.43 Dari pemaparan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa dengan
adanya pengembangan wisata, maka masyarakat lebih berfokus ke sisi
negatif dari pengembangan wisata bahwa nantinya akan terjadi perubahan
budaya setempat dan merusak nilai-nilai yang ada di masyarakat
setempat.
Dari pemarapan diatas bahwa Pokdarwis Lendang Nangka
mengalami permasalahan terkait dengan pengembangan pariwisata yang
disebabkan oleh belum terdapat kesepahaman masyarakat dengan
Pokdarwis tentang pariwisata dan kesiapan masyarakat menghadapi
perubahan. Namun, pokdarwis memiliki upaya dalam menghadapi
kendala yang terjadi, maka langkah-langkah Pokdarwis diantaranya :
1) Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) melakukan musyawarah
Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Dalam Menghadapi resistensi
masyarakart terhadap Pariwisata seperti yang dijelaskan oleh pak wendi:
43
Hasil wawancara dengan Bapak Nas (Masyarakat setempat di Dusun Gelogor ), Tanggal 05 Agustus 2020
59
Budaya tabayyun lebih cocok untuk menangani resistensi di masyarakat karena tabayyun ini memang harus di sosialisasikan karena apa! Tidak hanya di bidang pariwisata, pembangunan ataupun pemerintah desa, kalau tabayyun ini minim konflik sudah yang terjadi, karena itu kita menerapkan etika orang tua dulu, apabila kita duduk bersama apapun permasalahannya pasti akan selesai, itu sebabnya tadi kesepakatan antara masyarakat dan pokdarwis adalah cara pertama menghadapi permasalahan.44 Dari pemaparan diatas menunjukan bahwa Pokdarwis lendang
Nangka dalam upaya menangani resistensi yang ada di masyarakat telah
melakukan cara tersendiri dalam menyelesaikan masalah.
2) Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) menggunakan Peran
Ketokohan
Pokdarwis menggunakan peran ketokohan di masyarakat dalam
menghadapi resistensi masyarakat seperti yang di jelaskan kembali
oleh bapak wendi:
Kedua, peran ketokohan. Peran ketokohan ini sangat central karena kalau tokoh sudah dipengaruhi oleh pihak yang berkepentingan, sudah selesai cerita karena tokoh ini punya masa. Kami menggunakan strategi kebudayaan, ada orang yang di tokohkan tapi tidak didengar, taruhlah Kadus, tidak semua kadus didengarkan. Justru ada yang tidak di tokohkan itu yang didengar, nah itu harus di identifikasi oleh pelaku pariwisata. Mengidentifikasi orang yang tidak di tokohkan tapi didengar supaya dia mampu mengontrol jika kebijakan pemerintah nanti bersebrangan dengan kepentingan pokdarwis.45
44Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka ), Tanggal 15 Juni 2020..
45Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka ), Tanggal 15 Juni 2020.
60
Dari pemaparan diatas bahwa Pokdarwis Lendang Nangka
melakukan menggunakan tokoh yang ada dalam masyarakat untuk
meminimalisir masalah dalam menjalankan program kepariwisataan
nantinya di masyarakat.
3) Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Membuat Pamflet
Upaya pokdarwis dalam mengadapi resistensi masyarakat tentang
pariwisata seperti yang di jelaskan pak safwan:
Padahal dengan pembangunan pariwisata itu karena kita mengagungkan keindahan ciptaanNya. Kalau kita lihat dari ketujuh unsur sapta pesona, tidak ada yang menyalahi agama, malah kita mengagumi ciptaan Tuhan karena mau tidak mau kita harus menciptakan keindahan Kemarin untuk upaya memperkecil terjadi penolakan masyarakat, kami mencoba mebuat pamflet yang berisikan sebuah hadist yang di dalamnya mengandung keindahan atau bersukur atas keindahan ciptaaNya. Setelah itu kami berikan itu kepada khotib jum’at untuk dibacakan karna kita ketahui masyarakat sekitar lebih dominan agamais atau segalanya mengatasnamakan agama.46
Upaya tersebut dipertegas kembali oleh pernyataan bapak Wendi:
Disetiap masjid kekadusan saya buat lembaran teks hadist, nanti hadist yang berkaitan dengan keindahan wisata maksudnya untuk mengagumi keindahan alam saya kasi setiap jumat, nanti khotib membacakan itu dan memang cara ini ampuh untuk membangun kesadarantentang pariwisata dan memperkecil kemungkinan terjadinya penolakan masyarakat tentang wisata tersebut47.
46Hasil wawancara dengan Bapak Safwan (anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka), Tanggal 15 Juni 2020
47Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka ), Tanggal 15 Juni 2020
61
Sekarang masyarakat sedikit demi sedikit mulai terbuka dan
Pokdarwis dengan masyarakat mulai bersinergi walaupun hanya
sebagian dan sisanya akan kami adakan sosialisasi
kepariwisataan.
Dari pemaparan diatas bahwa Pokdarwis Lendang Nangka
melakukan upaya seperti membuatkan khotib teks yang berisikan
hadist guna untuk meminimalisir masalah yang selalu dikaitkan
dengan agama.
4) Penyebab terjadinya resisten masyarakat terhadap pariwisata
Penyebab terjadinya resistensi masyarakat terhadap pariwisata
karena kurangnya pengetahuan tentang pariwisata seperti yang di
jelaskan bapak wendi:
Ini kejadian kami, banyak menentang kemarin masalah pariwisata ini, padahal bantuan ini banyak yang akan turun, tetapi pertama kesepahaman tentang pariwisata ini berbeda. Masyarakat beranggapan pariwisata ini akan mendatangkan orang-orang yang hanya memakai pakaian dalam, ada yang mengatakan dia akan datang merusak akhlak dan ini yang mempropokasi masyarakat, kan ini mengatasnamakan agama larinya. Karena itu diperlukan kesepahaman dulu.
Penyebab utama terjadinya masalah yang di hadapi Pokdarwis adalah kurangnya atau minimnya SDM dan pengetahuan masyarakat tentang pariwisata. Masyarakat beranggapan bahwa pariwisata ini penyebab musibah, nanti akan mendatangkan orang-orang merusak budaya dan akhlak masyarakat dan memang bentuk sosial budaya masyarakat setempat ini selalu mengatasnamakan agama. Karena memang pariwisata ini identik dengan wisatawan, minuman, wanita.
62
Pemikiran seperti ini tercipta karena masyarakat melihat apa yang ada di Senggigi.48
Dari pemaparan diatas bahwa ada beberapa penyebab terjadinya
resistensi masyarakat terhadap pariwisata adalah minimnya SDM dan
kesadaran masyarakat tentang pariwisata dan selalu isu-isu negatif
cepat ditangkap oleh masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka dalam menghadapi resistensi masyarakat dalam
pengembangan pariwisata di dusun Gelogor Desa Lendang Nangka yaitu
langkah pertama, dengan menerapkan etika orang tua dulu atau lebih
dikenal sekarang dengan kata musyawarah. Langkah kedua,dengan
mengidentifikasi tokoh yang memang memiliki peran penting didalam
suatu masyarakat. Langkah ketiga pembuatan pamflet yang berisikan
hadist tentang keindahan ciptaan Tuhan dan dibuatkan untuk setiap masjid
kekadusan yang nanti dibacakan melalui oleh khotib jum’at guna
menyadarkan dan diperlukan kesepahaman antara masyarakat dengan
pokdarwis tentang pariwisata.
48Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka ), Tanggal 15 Juni 2020
63
2. Paparan Tentang Kreativitas Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis)
dalam membangun keswadayaan masyarakat melalui usaha
pariwisata di wisata Otak Aik Tojang di dusun Gelogor Desa
Lendang Nangka
Tentunya di dalam melaksanakan program, strategi sangat diperlukan
demi berjalannya suatu program, terlebih dari Pokdarwis sendiri harus
memiliki krativitas sebagai faktor pendukung keberhasilan suatu program
dalam upaya membangun keswadayaan masyarakat melalui pariwisata.
a. Mengelola Homestay Berbasis Rumah Warga
Kreativitas pokdakwis dalam membangun keswadayaan masyarakat
melalui usaha pariwisata seperti yang di jelaskan oleh Pak Wendi :
Pariwisata ini koncinya kreatif saja dengan tekstur, kontur dan kultur yang ada lengkap sudah, sudah jadi semuanya. Tidak perlu orang pintar dengan catatan semua masyarakat harus sepakat harus ada masyarakat dominan sehingga di Lendang Nangka saya balik konsep home stay yang semulanya para wisatawan dibuatkan penginapan, dibalik sekarang rumah warga yang dijadikan home stay.49
Di tegaskan kembali bahwa untuk menerapkan itu semua, diperlukan
dulu kesepakatan dari masyarakat seperti yang dijelaskan oleh bapak
wendi:
49Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Beriuk
Lendang Nangka ), Tanggal 15 Juni 2020
64
Ketika misalnya kita akan jadikan Lendang Nangka desa wisata, adakan musdes (musyawarah desa). Musdes ini adalah forum tertinggi di Desa, nah disana harus disepakati bahwa pariwisata ini harus seperti apa kita akan terapkan, minimal ada stakeholderlah pelaku wisata itu. Dalam forum itu harus di sepakati apakah harus ada homestay, apakah homestay ini kategorinya dirumah berserta aturannya.50
Dari pemaparan diatas bahwa Pokdarwis memiliki kerativitas dalam
membangun swadaya masyarakat dalam usaha pariwisata, akan tetapi
semua itu memerlukan kesepakatan masyarakat terlebih dahulu.
Alasan mengapa homestay kategori di rumah sendiri ini diterapkan
dijelaskan kembali oleh bapak wendi:
Kemarin saya sempat bawa tamu, homestay ini kategorinya di rumah dan tanpa direkayasa. Jadi tamu ini sekarang lebih dominan dia tidak terlalu senang tinggal di hotel, dia lebih senang tinggal di rumah warga dan apa adanya yang penting kamar mandinya bersih, hanya itu yang diminta oleh wisatawan. Karenanya diperlukan dulu kesepakatan tentang pariwisata, apakah boleh dia ( tamu ) kita farming artinya kita ajak ke sawah nanti disana ada kesepakatan dengan para petani. Dimanapun dia (tamu) berhenti mau ngopi di rumah warga kita taripkan 2 ribu per gelas dan tamu welcome saja tidak masalah justru mereka senang dan di setiap rumah itu bisa teraplikasi.51
Dari pemaparan diatas bahwa Pokdarwis menerapkan homestay
dengan kategori di rumah warga karena pengunjung dominan lebih
menyukai tinggal di rumah warga dan apa adanya.
50Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka), Tanggal 15 Juni 2020
51Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka ), Tanggal 15 Juni 2020
65
b. Pengembangan Wahana, Sarana dan Prasarana
Bentuk krativitas pokdarwis untuk membangun keswadayaan
masyarakat melalui usaha pariwisata di jelaskan oleh bapak Safwan:
Biasanya sekarang para pengunjung atau wisatawan lebih senang dengan berfoto-foto di spot-spot yang memang menarik, jadi kami beserta pemuda dusun gelogor membuat spot foto. Kita ada program untuk membuat atau menambah wahana di wisata ini, kita akan mengeruk bendungan air ini untuk kita bersihkan lumpur yang ada disana dan kita akan taruhkan pasir atau kerikil supaya kejernihan air terjaga dan nantinya kita gunakan sebagai spot foto di dalam air, pembangunan kolam yang ada di dekat bendungan diupayakan untuk anak-anak dan pembangunan spot-spot foto dll. Nanti ditiap spot kita tarifkan 2 ribu per orang untuk berfoto.52 Dalam pernyataan pengembangan wahana diatas dipertegas oleh bapak
Wendi:
Memang inilah program utama kami selaku Pokdarwis yang diantaranya Pembangunan kolam renang yang lebih variatif tidak saja berupa kolam renang tetapi perlu dilengkapi sarana rekreasi air seperti luncuran dan elemen pendukung lain. Perencanaan area rekreasi wisata Satwa, wisata buah, panggung hiburan dengan peralatan dan sarana lain pendukung. Akan tetapi kami tidak bisa melakukan itu tanpa bantuan dari masyarakat sekitar karena partisipasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap apa yang akan kami kembangkan disana.53
Dari pemaparan diatas bahwa Pokdarwis telah melakukan
identifikasi potensi dan melakukan pengembangan wahana, sarana dan
52Hasil wawancara dengan Bapak Safwan (Anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka), Tanggal 15 Juni 2020
53Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka), Tanggal 15 Juni 2020
66
prasarana untuk menarik pengunjung datang dan masyarakat setempat
dijadikan sebagai penjaga wahana, sarana dan prasarana yang ada di
lokasi wisata.
c. Terciptanya Sapta Pesona sebagai upaya membangun keswadayaan
masyarakat melalui usaha pariwisata
Pokdarwis sebagai penggerak dalam terciptanya sapta pesona
sebagai upaya membangun keswadayaan masyarakat melalui usaha
pariwisata seperti yang di jelaskan bapak wendi:
Hampir di semua pariwisata di NTB ini tidak ada yang menerapkan carying capacity atau kapasitas kenyamanan pengunjung, bila perlu 200 tamu yang datang kita masukkan , dulu ketika ramai disini, di tiap-tiap rumah warga di titipkan, karena apa? Tidak mempertimbangkan kenyamanan tamu atau pengunjung. Andai kenyamanan pengunjung sampai 25 yasudah cukup kasi 25 pengunjung yang masuk setalah itu tutup, jangan kasi masuk lagi karna orang gak nyaman nanti. Kita asalkan dapat uang masukin saja, makanya sering komplain tamu karna tidak nyaman, setelah saya pulang dari Australia baru di terapkan carying capacity.54
Dari pemaparan di atas bahwa Pokdarwis Lendang Nangka mencoba
menerapkan carying capacity atau kapasitas kenyamanan pengunjung
demi terciptanya salah satu unsur dari sapta pesona.
54Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka), Tanggal 15 Juni
67
d. Melakukan kerja Sama dengan Bumdes
Kerjama Pokdarwis dengan Bumdespokdarwis untuk membangun
keswadayaan seperti yang di jelaskan bapak wendi :
Kita potensi di Lendang Nangka ini kalau dari hasil alam, saya identifikasi ada 53 jenis hasil alam yang bisa dikomersilkan dari jenis tambak, kelapa. Pokoknya hasil alam yang bisa dikomersilkan, nah dari jumlah 53 ini kita musyawarah di desa dari sekian potensi desa ini mana yang akan kita jadikan unit usaha di lokasi wisata, karena potensi terbesar adalah air, maka air mejadi unit usaha. Nah dengan sumber air terbesar di lombok timur ini kita bisa manfaatkan untuk diolah menjadi air mineral, akan tetapi untuk melakukan itu kita perlu kerjasama dengan pihak desa seperti Bumdes.55
Pernyataan diatas dipertegas melalui kerjasama Pokdarwis dengan
Bumdes yang di sampaikan oleh bapak Sunarno:
Untuk proses kedepan, upaya pokdarwis di lendang nangka ini kami berharap kalau dari pemerintah desa melalui Bumdes memanfaatkan sumber mata air yang ada di wisata tersebut untuk diproduksi menjadi air mineral, karena apa! Kita yang punya sumberdaya tetapi kita tidak pernah memetik hasilnya melainkan wilayah yang lain menikmati hasil sumberdaya kita. Karena itu kita perlu melakukan perubahan atau pengelolaan sumber mata air, Supaya membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.56
Dari pemaparan diatas bahwa Pokdarwis melakukan kerjasama
dengan Bumdes supaya program-program bisa berjalan dengan maksimal.
55Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka), Tanggal 15 Juni 2020
56Hasil wawancara dengan Bapak Sunarno (anggota kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka), Tanggal 15 Juni2020
68
Bentuk kerjasama Pokdarwis dengan Desa sebagai upaya membangun
keswadayaan masyarakat melalui usaha pariwisata dijelaskan oleh
bapak Wendi:
Pokdarwis ini dalam menjalankan program harus bekerja sama dengan Bumdes, karena destinasi atau pariwisata ini bagian dari unit usaha Bumdes. Enaknya dimana? ketika menjalankan suatu program atau ketika ada tamu (wisatawan) datang ke desa, nanti tamu (wisatawan) tersebut daftar atau datang ke alun-alun desa, nanti disana dia registrasi dibawah Bumdes, nanti di bumdes itu sudah terdaftar potensi apa, rumah siapa yang sudah diajak kerja sama, petani mana yang sudah diajak kerja sama supaya enak, karena ini berkaitan dengan ekonomi kerakyatan. Dana anggaran desa bisa digunakan untuk membantu pemberdayaan dari segi pariwisata, seperti pembuatan tempat makan atau warung yang ada di lokasi pariwisata, penyediaan sarana air seperti perahu karet, itu bisa dari dana desa57.
Dari pemaparan diatas bahwa Pokdarwis melakukan kerjasama dan
bernaung di bawah Bumdes agar program-program yang disusun oleh
Pokdarwis bisa trealisasi melalui bantuan BUMDES
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
kreativitas, program-program dan juga strategi pengembangan pariwisata
yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka
dapat memberikan dampak yang baik bagi sebagian masyarakat. Sehingga
disini Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka masih harus
terus melakukan inovasi dan tetap melakukan sosialisasi agar terciptanya
Sapta pesona. Dengan adanya pengembangan yang dilakukan oleh Kelompok
57Hasil wawancara dengan Bapak Wendi (Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka), Tanggal 15 Juni 2020
69
Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka tersebut perekonomian sebagian
masyarakat yang mendukung pengembangan pariwisata dapat meningkat.
Dengan kreativitas pokdarwis sebagai upaya peningkat dalam pendapatan
masyarakat tesebut diharapkan semua masyarakat nantinya mendukung penuh
kegiatan pariwisata agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
sekitar wisata Otak Aik Tojang.
70
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil
penelitian serta teori yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Data-data
diperoleh ketika peneliti melakukan observasi terkait dengan Peran Kelompok
Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka Dalam Pengembangan Pariwisata
Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat. Peneliti melakukan
wawancara dengan ketua Pokdarwis dan juga dokumen-dokumen yang
mendukung penelitian ini. Berikut uraian tujuan yang akan dikemukakan
dalam penelitian ini:
1. Pembahasan Tentang Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam
menghadapi resistensi masyarakat terhadap pariwisata di dusun
Gelogor desa Lendang Nangka
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), adalah kelembagaan di
tingkat masyarakat yang anggotanya terdiri dari para pelaku
kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggungjawab serta
berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif
bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan dan memanfaatkannya
bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.58 Pembentukan Kelompok Sadar
58Rahim Firmansya, Pedoman Kelompok Sadar Wisata, (Jakarta: Direktur Jenderal
Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012), hlm 12
71
Wisata (Pokdarwis) sebagai wujud dari konsep pengembangan potensi
pariwisata berbasis masyarakat mulai dilakukan oleh pemerintah daerah.
Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ini memberikan
pemahaman kepada masyarakat di sekitar lokasi pariwisata mengenai
pentingnya keterlibatan warga secara langsung dalam menjaga serta
mengembangkan objek wisata di daerah masing-masing.59 Dengan
adanya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di setiap daerah diharapkan
akan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai
kepariwisataan dan mengembangkan potensi pariwisata di daerah itu.
Selain itu, masyarakat juga dapat berperan serta dalam pengembangan
daerah wisatanya. Sehingga bukan hanya Pokdarwis yang akan mendapat
manfaat namun juga masyarakat di sekitar daerah itu sendiri. Dalam
menjalankan perannya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) tentu
memiliki permasalahan yang timbul di masyarakat seperti resistensi
masyarakat.
Ada beberapa bentuk resistensi terhadap pengembangan
pariwisata di Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka diantaranya:
1. Kepadatan dan kenyamanan
masyarakat terganggu dengan kedatangan pengunjung yang dapat
merusak kenyamanan masyarakat setempat karena semakin ramai
59 Syaidina Iskandar Malik KM, Partisipasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dalam
Mengembangkan Pariwisata di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, (Bandar Lampung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2017), hal. 23.
72
pengunjung maka semakin hingar bingar yang terjadi dan
kenyamananpun hilang.
2. Rusaknya lingkungan
masyarakat menganggap dengan adanya pengembangan wisata
akan menarik perhatian pengunjung dan tidak terkontrol karena
masyarakat takut pengunjung yang datang dapat merusak
kelestarian alam yang ada di wisata dengan membawa miras untuk
diminum dan sampahnya dibuang di sembarang tempat. Sarana
yang tersedia menjadi tempat para pengunjung yang membawa
miras sebagai tempat minum.
3. Perubahan budaya
dengan adanya pengembangan wisata, maka masyarakat lebih
berfokus ke sisi negatif daripada sisi positif dari pengembangan
wisata bahwa nantinya akan terjadi perubahan budaya setempat
dan merusak nilai-nilai yang ada di masyarakat setempat. Untuk
menjaga kelestarian dan menjaga kesakralan tempat tersebut maka
sebagian masyarakat menolaknya agar tempat dilakukannya
budaya maulid adat petangan tetap terjaga.
Ada masyarakat yang ingin menuju ke arah modernisasi,
ada masyarakat yang ingin mempertahankan gaya hidup serta
budaya mereka tetapi ada juga masyarakat yang tidak peduli
dengan perubahan yang terjadi selama mereka dapat hidup layak.
73
Berdasarkan hasil temuan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa sebagian masyarakat masih terbilang minim akan
pengetahuan tentang perkembangan wisata dan kesiapan menghadapi
perubahan dalam suatu daerah. Dalam hal ini, Pokdarwis memiliki upaya
untuk menghadapi resistensi masyarakat terhadap pariwisata di Dusun
Gelogor Desa Lendang Nangka, yakni dengan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Melakukan musyarawah
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka
melakukan musyawarah dengan mengajak masyarakat duduk bersila
bersama membahas permasalahan dan mencari solusi bersama-sama.
Menggunakan budaya orang tua dulu yaitu kepercayaan jika kita
duduk bersila bersama semua masalah bisa terselaikan. Cara ini
sangat efektif untuk menarik hati masyarakat sekaligus untuk
melakukan silaturahmi dan memberi pengarahan kepada masyarakat
tentang pentingnya pariwisata untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat di sekitar lokasi pariwisata. Untuk mencapai
kesepahaman antara Pokdarwis dengan masyarakat tentang
pariwisata dan bagaimana pariwisata tersebut dikonsepkan maka
dibutuhkannya usulan dari masyarakat setempat agar proses
perencanaan yang akan dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Lendang Nangka bisa bersinergi dengan masyarakat di
74
dekat wisata. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka
dalam menekan terjadinya resistensi selalu mengedepankan budaya-
budaya leluhur yang selalu digunakan apabila terjadinya masalah
atau konflik di dalam masyarakat dengan melakukan tabayyun atau
musyawarah.
Musyawarah merupakan langkah yang efisien digunakan
kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka untuk menekan
terjadinya resistensi terhadap pariwisata oleh masyarakat yang tidak
faham dari makna pariwisata dan juga untuk melibatkan masyarakat
disetiap proses kegiatan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Lendang Nangka dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungannya. Masyarakat menjadi pelaku penting yang harus
terlibat secara aktif dalam proses perencanaan dan pengembangan
kepariwisataan, bersama-sama dengan pemangku kepentingan
memiliki peran dengan terkait linknya baik dari pemerintah maupun
swasta karena itu diperlukannya musyawarah sebagai langkah awal
untuk memulai proses pengembangan sebagai bentuk kepedulian
terhadap wisata tersebut. Dalam buku pedoman pokdarwis dijelaskan
bahwa pokdarwis suatu kelembagaan yang dibentuk masyarakat
75
untuk mengembangkan kepariwisataan di daerahnya dan memiliki
kepedulian pada lingkungan.60
b. Menggunakan peran ketokohan
Penggunaan peran ketokohan sangatlah efektif guna meminimalisir
resistensi masyarakat terhadap pariwisata disebabkan tokoh
memiliiki peranan penting dalam suatu masyarakat dan mampu
mengontrol masyarakat banyak. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh
para pegiat wisata untuk mendapat dukungan dari masyarakat
terhadap program-program yang akan di realisasikan dengan
mengajak tokoh didalam masyarakat untuk ikut membantu
menjalankan program. Tokoh yang ada di masyarakat nantinya akan
memberikan arahan atau informasi terkait dengan program-program
tentang pengembangan wisata dari para pegiat wisata seperti
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) kepada masyarakat yang belum
mengerti apa itu pariwisata dan apa dampaknya untuk masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) dalam menghadapi resistensi masyarakat
terhadap pariwisata yaitu dengan menggunakan peran
ketokohanuntuk menekan konflik yang terjadi ketika menjalankan
program kepariwisataan. Tokoh yang digunakan oleh Pokdarwis
60Pedoman Kelompok Sadar Wisata, (Jakarta: Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi
Pariwisata Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012), hlm. 6
76
Lendang Nangka adalah orang yang tidak di tokohkan tapi
didengarkan, dengan cara ini cukup Pokdarwis memberikan arahan
bagaimana dan seperti apa pariwisata ini, nantinya orang yang tidak
ditokohkan ini akan meneruskan arahan yang diberikan
Pokdarwiskepada masyarakat yang belum mengetahui dampak dari
pariwisata terhadap perekonomian dan pastinya akan didengarkan
oleh masyarakat. Ketokohan yang digunakan Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka tidak menggunakan tokoh
seperti biasa yaitu Kepala Dusun akan tetapi menggunakan orang
yang tidak di tokohkan namun mampu di dengarkan masyarakat
karna memang orang tersebut memiliki pengaruh yang besar dan
dihormati oleh masyarakat setempat. Langkah yang diambil oleh
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lendang Nangka sangat efektif
untuk menekan terjadinya penolakan oleh masyarakat terhadap
pariwisata dan mampu membangun partisipasi di dalam masyarakat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Made Antara yang
mengungkapkan bahwa pengelolaan wisata pada suatu daerah
melibatkan tokoh desa dan masyarakat setempat untuk
mengembangkan pengelolaan wisata pada daerah tersebut.61
c. Membuat pamplet yang berisikan hadist-hadist
61Made Antara dan Nyoman Sukma Arida, Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis
Potensi Lokal, (Denpasar: Pustaka Larasan, 2015), hlm. 7
77
Pembuatan pamplet yang berisikan hadist-hadist yang berkaitan
dengan keindahan alam dan diberikan disetiap masjid kekadusan
yang nantinya dibacakan khotib setiap kali jum’atan. Dengan cara
seperti itu efektif untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
terhadap pembangunan pariwisata dan meminimalisir terjadinya
penolakan masyarakat terhadap wisata terlebih di dusun Gelogor
Desa Lendang Nangka. Upaya tersebut adalah tindakan lain dari
mengagungkan keindahan ciptaan Tuhan karena bentuk dari
pengembangan pariwisata tersebut untuk menciptakan keindahan.
Penggunaan hadist-hadist yang berkaitan dengan keindahan dibuat
untuk mencapai kesepahaman antara Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) dengan masyarakat. Pamplet tentang hadist ini
digunakan untuk masyarakat yang memang pemahamannya selalu
mengaitkan dengan agama. Maka Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) melakukan pendekatan melalui agama pula. Dari segi
lain penggunaan dari pamplet berisikan hadist-hadist adalah untuk
menjalankan dan menggerakkan masyarakat agar mampu terciptanya
sapta pesona yang salah satu unsurnya adalah keindahan. Menurut
Oka Yoeti dalam Nur Rika mengemukakan bahwa pembangunan
kepariwisataan pada hakikatnya merupakan upaya untuk
78
mengembangkan dan memanfaatkan obyek wisata dan daya tarik
wisata yang terwujud dalam bentuk keindahan alam.62
2. Kreativitas Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam membangun
keswadayaan masyarakat melalui usaha pariwisata di wisata otak aik
tojang di Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka.
Berdasarkan hasil temuan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa terdapat adanya kreativitas pokdarwis dalam
mengembangkan wisata diantaranya sebagai berikut:
a. Homestay berbasis rumah warga
Adanya homestay pondok bambu, homestay pondok giroh, dan
homestay dengan kategori di rumah. Dari adanya beberapa homestay
yang ada di desa Lendang Nangka mampu untuk menahan para
pengunjung terlebih dengan adanya Homestay berbasis rumah
warga.Dengan adanya penginapan untuk para wisatawan berupa
homestay tersebut, wisatawan lebih merasa nyaman tinggal di
homestay kategori di rumah-rumah warga yang sederhana, Selain
dekat dengan objek wisata. Biasanya para wisatawan akan memilih
tempat yang dimana bisa membuat mereka nyaman, dapat melakukan
interaksi dengan masyarakat yang tidak bisa didapatkan di hotel.
62Nur Rika Puspita Sari, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Obek Wisata
Oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo Di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmonjo Kabupaten GunungKidul”, (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Desember 2012), hlm. 4
79
Sekarang ini, wisatawan lebih dominan tinggal di rumah-rumah
warga dan apa adanya. Homestay berbasis rumah warga akan ada
tegur sapa antar wisatawan maupun dengan masyarakat yang ramah
dan ngopi bareng maupun ngeteh bareng, inilah yang membuat
wisatawan betah dengan situasi yang ramah, aman, dan nyaman.
Untuk penerapannya tidak serumit yang ada di hotel karena yang
wisatawan inginkan cukup kamar mandinya yang bersih. Meski
berbasis rumah warga, harus ada pengarahan atau menyeleksi rumah-
rumah warga harusstandar seperti homestay lainnya.
Penginapan yang ditawarkan kepada wisatawan bukan kemewahan
fasilitas tempat wisata, akan tetapi kemewahan dan keindahan
panorama alam pedesaan. Kesederhanaan dan kesahajaan kehidupan
para petani di pedesaan. Para wisatawan juga disugukan dengan
pemandangan warga yang berternak, para wisatawan merasa lebih
ingin lama menginap dengan pemandangan yang di sugukan saat
menginap di pondok berjenis pedesaan ini. Wisatawan bukan hanya
diajak melihat dan menyaksikan kehidupan masyarakat pedesaan
saja, wisatawan bisa mencoba, menjalani, dan merasakan langsung
aktivitas sehari-hari orang-orang desa. Wisatawan bisa ikut ke ladang
atau turun ke sawah bekerja dengan para petani. Pergi pagi hari saat
matahari belum terbit, berjalan kaki dari rumah ke sawah atau ladang,
bekerja di ladang atau sawah saat terik mentari menyengat dan
80
pulang sore hari menjelang matahari terbenam. Ikut berternak dan
mengembala di padang rumput dengan angin spoi-spoi dan ini akan
membuat wisatawan menginap lebih lama. Menurut Korten dalam Sri
Sulistyawati mengemukakan bahwa penyediaan penginapan di
daerah wisata memberikan kenyamanan untuk semua pengunjung,
sehingga dapat menahan para wisatawan lebih lama tinggal di daerah
tersebut.63
b. Pengembangan wahana bermain
Pengembangan wahana adalah salah satu bentuk
seperti penyediaan perahu karet dan spot-spot foto dengan menarik
dan terdapat daya tarik tersendiri pada setiap spot yang tersedia dan
untuk tarifnya masih terbilang sangatlah murah dan terjangkau bagi
para wisatawan yakni Rp. 2000 per orang. Tidak ingin wisatawan
bosan dengan pemandangan pedesaan saja, para pengelolapun
memutar otak untuk membuat destinasi wisata lebih berwarna dengan
aksesoris di air dan membangun spot foto yang unik agar banyak
wisatawan yang datang mengunjungi tempat wisata dan
mengabadikan momen mereka di spot foto unik yang telah di
sediakan.
63Sri Sulistyawati, “Pengembangan Penginapan Lokal (Homestay) Untuk Mendukung Desa
Wisata Tista Kabupaten Tabanan”, Jurnal Program Studi Pariwisata, Universitas Udayana, 2017, hlm. 3
81
Bagi pengelola wisata, akseoris spot poto buatan adalah hal yang
wajib ada. Karena saat ini banyak orang akan datang ke sebuah
destinasi wisata jika ada spot buatan yang unik. Dengan munculnya
media sosial seperti facebook, instagram dan lainnya, semua
keunikan di destinasi wisata akan otomatis dilihat banyak orang dan
membuat wisatawan lainnya datang berkunjung. Semakin
meningkatnya kedatangan wisatawan tentu akan mendatangkan
banyak pundi-pundi uang bagi masyarakat sekitar. Dengan kata lain,
destinasi wisata yang ditanbahkan dengan adanya spot foto yang
menarik dan unik mampu menghidupkan kembali ekonomi
masyarakat sekitar. Suwantono dalam Yasinta Larasati mengatakan
bahwa pariwisata dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan
pendapatan dan devisa sehingga perkembangannya berorientasi pada
pertumbungan ekonomi masyarakat.64
c. Penerapan carying capacity atau kapasitas kenyamanan pengunjung
Mewujudkan salah satu peran Pokdarwis yaitu Sapta Pesona dalam
masyarakat dengan mencoba menerapkan carying capacity atau
kapasitas kenyamanan pengunjung sebagai bentuk usaha dalam
mewujudkan salah satu unsur Sapta Pesona. Dalam buku pedoman
pokdarwis dijelaskan bahwa Sapta pesona adalah unsur penting yang
64Yasinta Larasati, “Pengaruh Objek Wisata Terhadap Wisatawan Yang Berkunjung Ke
Daerah Istimewa Yogyakarta”, (Skripsi, Universitas sanata Dharma Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, November 2017), hlm. 2
82
harus diwujudkan bagi terwujudnya lingkungan yang kondusif dan
ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat
yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung.
Unsur sapta pesona meliputi: aman, tertib, bersih, sejuk, indah,
ramah, dan kenangan. Sebagai salah satu unsur penting dalam
mendukung pengembangan destinasi pariwisata tentu tidak dapat
terwujud tanpa adanya langkah dan juga upaya untuk merintis,
menumbuhkan, mengembangkan dan melaksanakan secara konsisten.
Sehingga Kelompok Sadar Wisata sebagai salah satu penggerak
dalam masyarakat memiliki peran dalam mewujudkan Sapta Pesona
tersebut.65Melalui Sapta Pesona, diharapkan terwujudkan suasana
kebersamaan semua pihak untuk terciptanya lingkungan alam dan
budaya budaya luhur bangsa. Sapta pesona bertujuan; (1)
meningkatkan pemahaman segenap komponen masyarakat untuk
menjadi tuan rumah yang baik dalam mewujudkan iklim yang
kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya pariwisata serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (2) Menggerakkan dan
memotivasi kemampuan serta kesempatan masyarakat sebagai
wisatawan untuk menggali dan mencintai tanah air.
65Rahim Firmansya, Pedoman Kelompok Sadar Wisata, (Jakarta: Direktur Jenderal
Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012), hlm 6
83
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hasil –
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam menghadapi resistensi
masyarakat terhadap pariwisata yaitu:
a. Musyawarah kepada masyarakat setempat atau menggunakan adat
orang tua dulu dengan berkeyakinan apapun permasalahannya jika
sudah duduk bersila bersama maka semua permasalahan bisa
terselesaikan.
b. Menggunakan budaya ketokohan setempat yaitu menggunakan orang
yang tidak ditokohkan tetapi didengarkan oleh masyarakat.
c. Pembuatan pamplet yang berisikan hadist – hadist yang mengandung
tentang keindahan diberikan setiap hari jum’at kepada khotib untuk
dibacakan nanti ketika jum’atan tiba untuk menumbuhkan kesadaran
terhadap pariwista.
2. Terkait Kreativitas Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dalam
membangun keswadayaan masyarakat melalui usaha pariwisata
a. Mengembangkan homestay kategori di rumah – rumah warga karena
sekarang dominan pengunjung lebih nyaman tinggal dan dekat dengan
warga.
84
b. Mengembangkan wahana yang ada di Otak Aik Tojang seperti wahana
bermain untuk anak – anak dan wahana di air.
c. Menerapkan carying capacity atau kapasitas kenyaman pengunjung
sebagai bentuk dalam mewujudkan sapta pesona .
B. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan kepada Kelompok Sadar Wisata dapat
mengoptimalkan peran dan usahanya dalam mengembangkan pariwisata
sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat dan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, Sosiologi: Sistematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012). Agung Suryawan “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sendang Arum
Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata”, (Skripsi, Universitas Negeri Yoyakarta, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Juli 2016).
Bungaran Antonius Simanjuntak, dkk, Sejarah Pariwisata: Menuju
Perkembangan Pariwisata Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001). Djarwanto, Pokok-Pokok Metode Riset Dan Bimbingan Tekhnis Penulisan
Skripsi. (Yogyakarta: Liberty, 1948).
Husain Usmani, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Ismayanti, dkk, Pariwisata dan Isu Kontemporer, (Jakarta: CV Garuda Mas
Sejahtera, 2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia, 2014). Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012). Mardikanto totok, dan Soebianto Poerwoko. Pemberdayaan masyarakat dalam perspektif
kebijakan publik. ( Bandung: Afabeta CV. 2017) Meiliana Dyah Rahmawati “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dalam
Pengembangan Pariwisata Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Wisata Pantai Sine Di Kabupaten Tulungagung)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Jurusan Ekonomi Syariah, Agustus 2019).
Nana Syaodih sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010).
86
Nurul Zuriah, Metodelogi penelitian Sosial dan Pendidikan Teori – Aplikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Oka Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1983). Pedoman Kelompok Sadar Wisata, (Jakarta: Direktur Jenderal Pengembangan
Destinasi Pariwisata Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.04/UM.001/MKP/2008
Tentang Sadar Wisata. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006).
Sri Sulistyawati, “Pengembangan Penginapan Lokal (Homestay) Untuk
Mendukung Desa Wisata Tista Kabupaten Tabanan”, Jurnal Program Studi Pariwisata, Universitas Udayana.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2013).
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: PT. {ustaka Insan
Madani, 2012). Yasinta Larasati, “Pengaruh Objek Wisata Terhadap Wisatawan Yang
Berkunjung Ke Daerah Istimewa Yogyakarta”, (Skripsi, Universitas sanata Dharma Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, November 2017)
Yolla Monica Ayu Anggeraeyny “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Sonokeling Dalam Pengembangan Wisata Basecamp Gunung Tanggamus (Di Pekon Sidokaton, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus)”, (Skripsi, Universitas Lampung, Jurusan Sosiologi, Januari 2019).
87
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Reza Agus Fansuri
Tempat, Tanggal Lahir : Lendang Nangka, 01 Agustus 1997
Alamat Rumah : Kampung Bahagia, Desa Lendang Nangka,
Kecamatan Masbagik
Nama Ayah : Saprudin
Nama Ibu : Sarioni
B. Riwayat Pendidikan
1. SD/MI : SDN 03 Lendang Nangka
Tahun Lulus : 2010
2. SMP/MTs : MTs Thohir Yasin
Tahun Lulus : 2013
3. SMA/MA : MA Thohir Yasin
Tahun Lulus : 2016
C. Riwayat Pekerjaan : -
D. Prestasi/Penghargaan : -
E. Pengalaman Organisasi : -
F. Karya Ilmiah : -
88
LAMPIRAN
89
HASIL OBSERVASI
PERAN KELOMPOK SADAR WISATA (POKDARWIS) DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PEREKONOMIAN MASYARAKAT
(Studi Di Wisata Alam Otak Aik Tojang Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka)
NO. Aspek Yang Diamati Keterangan
1. Lokasi Otak Aik Tojang
2. Waktu Observasi 13 juni 2020
3. Profil Lokasi Penelitian Terlampir
4. Jumlah penduduk Terlampir
5. Agenda rutin -
6. Jumlah pengunjung objek
wisata Otak Aik Tojang
-
7. Fasilitas wisatawan Tempat Parkir, Loket, Kamar Mandi, Kolam
Renang, Kursi untuk istirahat, berugak untuk
beristirahat dan sebagai tempat berteduh,
Mushola, Tempat sampah
8. Fasilitas masyarakat yang
bekerja di dekat lokasi
Kios pedagang/ warunng
90
wisata Otak Aik Tojang
9. Usaha masyarakat yang
bekerja di sekitar objek
wisata
Pedagang, petani, peternak
10. Struktur pengurus Pokdarwis
Lendang Nangka
Pembina : Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten
Lombok Timur
Penasehat : H. Radiah
Ketua Pokdarwis : Wendi Sazali, ST
Wakil ketua : Syahrullah SP.d
Sekretaris : Sasmito Raharjo SP.d
Bendahara : H. Lalu Indra Purnawadi
Seksi-seksi : -
91
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KELOMPOK SADAR WISATA (POKDARWIS) DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PEREKONOMIAN MASYARAKAT
(Studi Di Wisata Alam Otak Aik Tojang Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka)
Pedoman Wawancara kepada Ketua dan anggota Pokdarwis Lendang Nangka
1. Identitas Diri
a. Nama : (Laki/Perempuan)
b. Usia :
c. Agama :
d. Pekerjaan :
e. Alamat :
2. Tanggapan
a. Bagaimana pendapat masyarakat tentang adanya Pokdarwis di desa?
b. Bagaimana interaksi dan komunikasi Pokdarwis dengan masyarakat terkait
kegiatan yang akan diadakan?
c. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kegiatan yang dilakukan oleh
Pokdarwis dalam mengembangkan pariwisata?
d. Apakah pokdarwis memiliki permasalahan di tengah masyarakat terkait
kegiatan yang diadakan?
e. Bagaimana solusi yang diberikan Pokdarwis kepada masyarakat apabila
terjadi pertentangan mengenai pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh
Pokdarwis?
f. Apa sajakah penyebab-penyebab masyarakat melakukan resistensi terhadap
pariwisata?
92
g. Bagaimana strategi Pokdarwis dalam menghadapi resistensi masyarakat
terhadap pariwisata?
h. Bagaimanakah upaya Pokdarwis agar kegiatan yang akan dilaksanakan
berjalan dengan optimal?
i. Apakah pokdarwis memiliki kreativitas di dalam melaksanakan setiap
kegiatan pengembangan pariwisata?
j. Apa saja bentuk-bentuk krativitas pokdarwis dalam setiap kegiatan?
k. Apakah kreativitas dari setiap kegiatan yang dilakukan Pokdarwis mampu
membangun keswadayaaan masyarakat?
l. Bagimanakah upaya pokdarwis agar kereativitas dari setiap kegiatan tersebut
dapat di terima oleh masyarakat?
m. Mengapa bentuk kreativitas dari kegiatan tersebut harus di terapkan
dimasyarakat?
n. Bagaimanakah program kedepan pokdarwis untuk membangun keswadayaan
masyarakat?
o. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dari kreativitas Pokdarwis dalam
membangun keswadayaan masyarakat melalui usaha pariwisata?
p. Apa harapan Anda kedepannya terhadap Pokdarwis?
93
Gerbang masuk ke wisata Otak Aik Tojang.
Pemandangan ketika memasuki area wisata Otak Aik Tojang.
Bendungan wisata Otak Aik Tojang
94
Pintu masuk memasuki hutan di wisata Otak Aik Tojang
Kawasan hutan di wisata Otak Aik Tojang
Sarana berugak yang tersedia di wisata Otak Aik Tojang
95
Sumber Mata air Otak Aik Tojang
Gambar rencana penataan wisata Otak Aik Tojang Sumber. SO Pokdarwis LEMPER Lendang Nangka
96
Homestay Pondok Giroh
Homestay Pondok Bambu
Homestay H. Radiah
97
Wawancara dengan ketua Pokdarwis dan anggota Pokdarwis Lendang Nangka
Wawancara dengan Bapak Wendi dan Bapak Sunarno selaku pengurus Pokdarwis
98
Wawancara dengan bapak Suhail (warga setempat)
Wawancara bersamaan dengan bapak Suhail dan Usman (warga setempat)
Wawancara dengan Bapak Nas (warga setempat)
99
100
101
102
103