SKRIPSI PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DI …
Transcript of SKRIPSI PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DI …
SKRIPSI
PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN
DI KOTA METRO
Oleh:
DWI SUKAMTI
NPM. 13102704
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Jurusan: Ekonomi Syari’ah (Esy)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1438 H/2018 M
ii
PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN
DI KOTA METRO
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Gelar Strata 1 (S1)
Oleh :
DWI SUKAMTI
NPM. 13102704
Pembimbing I : Dr. Tobibatussaadah, M.Ag
Pembimbing II : Drs. Dri Santoso, M.H
Jurusan : Ekonomi Syariah (Esy)
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
2018
iii
iv
v
ABSTRAK
PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN
DI KOTA METRO
Oleh:
DWI SUKAMTI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab tingginya angka
pengangguran di kota Metro. Dilihat dari jenisnya penelitian ini adalah penelitian
lapangan. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Wawancara
dilakukan terhadap para pencari kerja (pengangguran) yang ada di kota Metro dan
Dinas Tenaga Kerja dan Tranmigrasi Kota Metro serta dokumentasi yang
berkaitan dengan kota Metro. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data
kualitatif dengan menggunakan metode berfikir induktif. Yaitu pengambilan
kesimpulan dimulai dari pertanyaan atau fakta-fakta khusus menuju pada
kesimpulan yang bersifat umum.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab tingginya
angka pengangguran dikota metro yaitu: faktor rendahnya pendidikan dan
keterampilan proses mencari kerja (memilih pekerjaan) dan gaji yang tidak layak,
pertumbuhan angkatan kerja yang setiap tahunnya meningkat sedangkan lapangan
kerja terbat as, terbatas atau kurangnya dana yang tersedia dalam menciptakan
lapangan kerja, luas wilayah Kota Metro yang sangat kecil, sedikitnya investor
yang berinvestasi di Kota Metro, dan terjadinya urbanisasi yang menambah angka
pengangguran di Kota Metro.
vi
vii
HALAMAN MOTTO
فٱَنصَبْ فرََغتْ فإَِذَا
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain”
(QS: AL Insirah Ayat 7)
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Orang tua (almahrum ) ayah (Parji) dan ibu (Sarwiji) yang sangat kucintai yang
senantiasa memberi dukungan dan doa yang tak kenal lelah sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak tercinta (Sulis Tiani) dan adik-adikku tersayang (Tri Gianto Prasetio dan
Agus Jatmiko) serta sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat.
3. Almamaterku tercinta Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Metro.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, bersyukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
taufik hidayah dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Jurusan Syariah IAIN
Metro guna memperoleh gelar SE.
Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis megucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Jurai Siwo Metro
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum.
3. Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Ibu Rina
El Maza, S.H.I., M.S.I
4. Dr. Hj. Tobibatussaadah, M.Ag. dan Drs. Dri Santoso, MH. selaku
pembimbing yang telah memberi bimbingan yang sangat berharga dalam
mengarahkan dan memberikan motivasi.
5. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu
dan dukungannya di dalam penyelesaian pendidikan
6. Pihak Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro, yang telah
menyediakan waktu dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
Kritik dan saran demi perbaikan skripsi sangat diharapkan dan akan
diterima dengan lapang dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah
dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Metro, Desember 2017
Peneliti,
Dwi sukamti
NPM.13102704
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ xii
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat penelitian............................................................ 7
D. Penelitian Relevan ............................................................................... 8
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 11
A. Teori Angkatan Kerja ......................................................................... 11
1. Definisi Angkatan Kerja ............................................................... 11
2. Hubungan Penduduk Dan Angkatan Kerja ................................... 12
3. Diagram Ketenaga Kerjaan ........................................................... 13
B. Teori pengangguran ........................................................................... 11
1. Pengertian Pengangguran .............................................................. 11
2. Jenis-jenis Pengangguran .............................................................. 12
C. Faktor-faktor Penyebab Pengangguran .............................................. 22
D. Dampak Pengangguran ...................................................................... 25
E. Kebijakan Pemerintah Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja ........... 26
BAB III. METODELOGI PENELITIAN .................................................. 31
A. Jenis Dan Sifat Penelitian ................................................................... 31
B. Sumber Data ....................................................................................... 32
xi
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 33
D. Teknik Analisa Data .......................................................................... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................. 34
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................... 37
1. Profil Kota Metro ......................................................................... 37
2. Keadaan Geografis Kota Metro ..................................................... 40
3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Kota Metro ................................... 42
B. Gambaran Umum faktor-faktor Penyebab TingginyaAngka
Pengangguran Di Kota Metro ........................................................... 43
1. wawancara Dengan Pengangguran ................................................ 43
2. wawancara Dengan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota
Metro ............................................................................................. 47
C. Analisis ............................................................................................... 53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 56
A. Kesimpulan ......................................................................................... 56
B. Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi
2. Surat Keputusan (SK) Bimbingan
3. Surat Izin Pra Survei
4. Surat Izin Risearch
5. Surat Tugas
6. Surat Balasan Risearch
7. Outline
8. Alat Pengumpul Data
9. Nota Dinas
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang
menyebababkan kenaikan pendapatan rill per kapita penduduk suatu Negara
dalam jangka waktu yang panjang disertai dengan perbaikan sistem
kelembagaan. Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat baik dilihat dari aspek ekonomi dan sosial1. Salah
satu sasaran pembangunan adalah untuk menciptakan kesempatan kerja
sebanyak-banyaknya agar angkatan kerja yang ada dapat terserap dalam
kegiatan ekonomi.
Secara potensial Indonesia mempunyai kemampuan sumber daya
manusianya tetapi dihadapkan dengan berbagai kendala dibidang ketenaga
kerjaan , seperti perkembangan jumlah angkatan kerja yang pesat tetapi
tidak diikuti dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Kendala lain yaitu
penawaran tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan atau klasifikasi yang
dituntut oleh pasar tenaga kerja, sehingga menambah angka pengangguran.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk
terbesar ke empat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun
terus meningkat. Jumlah penduduk tahun 2016 memperlihatkan bahwa
1Michel P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama, 2006), h.26
2
penduduk Indonesia berjumlah 189.096.722 juta jiwa.2 Otomatis jumlah
angkatan kerja di Indonesia akan meningkat karna jumlah angkatan kerja
ini berhubungan positif dengan banyaknya jumlah tenaga kerja. Di provinsi
lampung jumlah penduduk pada tahun 2015 sudah mencapai 8.117.268 yang
terdiri atas 4.162.434 jiwa penduduk laki-laki dan 3.954.831 jiwa penduduk
perempuan dan jumlah angkatan kerja sebanyak 3.832.108 jiwa dari
5.841.965 jiwa penduduk.3 Kota metro yang berlebelkan kota pendidikan
merupakan salah satu kota di provinsi lampung dengan jumlah penduduk
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Jumlah penduduk kota metro pada
tahun 2016 berjumlah 160. 729 jiwa yang terdiri atas 80.300 jiwa penduduk
laki-laki dan 80.429 jiwa penduduk perempuan.4
Membahas masalah ketenagakerjaan tidak akan terlepas dari
masalah penduduk, karna subjek dan obyek masalah ketenaga kerjaan
adalah manusia sebagai setiap jiwa penduduk. Penduduk menurut UUD
1945 adalah warga Negara Indonesia dan asing yang bertempat tinggal di
indonsia. Penduduk Indonesia begitu banyak merupakan potensi tenaga
kerja. Menurut suyono menyebutnya dengan istilah “pembangunan
berwawasan kependudukan” artinya dalam proses pembangunan diarahkan
bagaimana menjadikan penduduk sebagai pelaku pembangunan, produsen
sekaligus pasar yang potensial.5
2www.SurveiAngkatanKerjaNasional.go.id (SAKERNAS),2016
3www.Lampung.bps.go.id lampung data dalam angka 2016
4www.Metrokota.bps.go.id
5Bachrawi Sanusi, Pengantar Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2004), 94
3
Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun senantiasa mengalami
pertumbuhan. Hal ini cenderung mengakibatkan pertumbuhan angkatan
kerja.6 Jadi pertumbuhan penduduk sangat mempengaruhi jumlah angkatan
kerja. Menurut UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.7
Sementara yang dimaksud bekerja adalah suatu kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, dengan lama bekerja paling sedikit 1 jam
secara terus menerus dalam seminggu yang lalu. Dengan bekerja orang akan
memperoleh uang untuk membiayai kebutuhan hidupnya bersama
keluarganya. Di Indonesia setiap warga masyarakat bebas untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal itu diatur dalam UUD 1945 Pasal
27 ayat 2 yang berbunyi, “tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”8. Artinya, bahwa setiap
warga memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan dan memperoleh upah
untuk mencukupi kebutuhan hidup layak tanpa membedakan jenis kelamin,
ras, agama, dan aliran politik sesuia dengan minat dan kemampuan tenaga
kerja yang bersangkutan. Permasalahan yang dihadapi dengan
bertambahnya angkatan kerja adalah bertambahnya pengangguran karna
tidak didukung dengan kesempatan kerja yang ada. Kesempatan kerja
6Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Persepektif Pembangunan,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003). h. 55 7Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan
8Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 tentang hak dan kewajiban sebagai
warga negara
4
adalah keadaan yang menggambarkan ketersediaan lapangan kerja untuk
para pencari kerja atau dapat pula dikatakan ketersediaan lapangan kerja
untuk yang memerlukan pekerjaan. Faktanya pertumbuhan lulusan sekolah,
mulai dari tingkat SMA hingga yang bergelar master setiap tahun bertambah
banyak sehingga menjadikan pencari kerja semakin meningkat pula. Di sisi
lain, daya serap tenaga kerja di dunia usaha tidak sebanding lurus dengan
pertumbuhan tenaga kerja setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan
bertambahnya jumlah pengangguran yang di sebabkan karna kurangnya
kesempatan kerja yang ada.9
Pertumbuhan angkatan kerja yang masih tinggi serta keterbatasan
tenaga kerja akan menyebabkan naiknya tingkat pengangguran. Tingkat
pengangguran terbuka diukur sebagai persentase jumlah
pengangguran/pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Secara
konsisten, pertumbuhan angkatan kerja masih selalu lebih besar jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Jumlah penduduk
yang terlalu besar tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan
menyebabkan sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak
memperoleh pekerjaan. Permasalahan dibidang kependudukan hampir
dipastikan menimbulkan masalah ketenaga kerjaan, khususnya bagaimana
menyediakan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang terus bertambah.
Secara spesifik pengangguran terbuka dalam Sakernas terdiri atas:
a. Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan
9Eka Jaka S, Meraih Peluang Kerja 30 Langkah Praktis Dan Efektif Yang Harus
Diperhatikan Para Pencari Kerja, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 3013), h. 4
5
b. Mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha
c. Mereka yang tidak bekerja,dan tidak mencari pekerjaan, dan merasa
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
d. Mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karna sudah
diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja.10
Salah satu masalah yang dihadapi Metro dewasa ini adalah
masalah pengangguran. Tingkat pengangguran di Kota Metro masih cukup
tinggi. Penganguran di Kota Metro didominasi oleh pengangguran usia
muda. Jumlah lulusan SMA/SMK dan lulusan kuliah setiap tahunnya
bertambah banyak, namun jumlah lapangan kerja sangat sedikit dan tidak
sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang ada. Selain itu keahlian atau
kemampuan lulusan smk/sma atau bahkan yang lulusan perguruan tinggi
seringkali tidak sesuia dengan permintaan pasar tenaga kerja menjadikan
seseorang mengaggur memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang
dimiliki hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran di kota
Metro.
Berikut ini kondisi ketenagakerjaan Kota Metro.
Tabel 1.1 Kondisi Ketenagakerjaan Kota Metro Tahun 2006-2015
Tahu
n
Pendudu
k
Angkata
n
Kerja
Bekerja
Dan
kesempata
n kerja
Menganggura
n
Tingkat
Penganggura
n
2006 135.070 50.666 35.896 14.770 29,16%
10
Badan Pusat Statistik, Data Strategis BPS, (Jakarta: CV Nasional Indah,2010),
h.88
6
2007 137.944 50.664 36.086 14.578 28,77%
2008 140.344 65.344 57.489 7.846 12,04%
2009 142.988 63.096 56.125 6.971 11,04%
2010 145.741 71.172 62.301 8.871 12,47%
2011 147.050 71.777 61.844 9.933 13,84%
2012 149.361 69.474 61.583 7.891 11,35%
2013 153.517 68.583 65.529 3.054 4,45%
2014 155.992 69.868 66.914 2.954 4,22%
2015 158.435 71.239 67.590 3.649 5,51%
Sumber: BPS Kota Metro, Tahun 2006-2015
Berdasarkan tabel di atas tingkat pengangguran di metro paling
tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 29,16% dan tingkat pengangguran
rendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 4,22%. Pada tahun 2015 tingkat
pengangguran di kota Metro mengalami kenaikan lagi sebesar 5,51%.
Penulis melakukan wawancara untuk dengan salah satu
pegawai di Badan Pusat Statistik Kota Metro bapak Ade Fitriansyah.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa data pengangguran kota
Metro pada tahun 2016 tidak ada dikarenakan tidak adanya anggaran untuk
melakukan survei dan penelitian. Untuk tahun 2016 bisa jadi tingkat
7
pengangguran mengalami kenaikan lagi atau bahkan mengalami
penurunan.11
Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Penyebab Tingginya Angka Pengangguran
di Kota Metro”?
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
pertanyaan penelitian yang peneliti ajukan di dalam penelitian ini adalah:
1. Apa faktor-faktor penyebab tingginya angka pengangguran di Kota
Metro?
2. Mengapa angka pengagguran di Kota Metro cukup tinggi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai di dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya angka pengangguran di
kota Metro.
2. Manfaat
Ada pun manfaat yang ingin diperoleh di dalam penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis
Menambah keilmuan penulis dalam bidang ilmu ekonomi
Islam dan menambah kasanah pustaka pada IAIN Metro dalam
bidang ilmu Ekonomi Islam
11
Wawancara dengan Ade Fitriansyah (pegawai BPS Kota Metro) pada tanggal 2 Juni
2017
8
b. Manfaat praktis
Bagi pemerintah dan lembaga lainnya sebagai masukan dalam
memecahkan masalah pengangguran yang ada di kota Metro
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan memuat uraian sistematis mengenai hasil
penelitian terdahulu (Period Researd) tentang persoalan yang akan dikaji
dalam sekripsi. Penulis mengemukakan dengan tegas bahwa masalah yang
akan di bahas belum pernah diteliti sebelumnya. Untuk itu perlu tinjauan
kritis terhadap hasil kajian terdahulu perlu dilakukan dalam bagian ini.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas maka judul skripsi analisis
terhadap penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro, penulis
mengatakan bahwa belum ada yang pernah menulis judul tersebut.
Sekripsi ini murni hasil pemikiran penulis kecuali pengertian-pengertian
lain secara teoritis banyak yang penulis adopsi dari pemikiran ahli yang
telah penulis jadikan sandaran atau referensi dalam penulisan sekripsi
tersebut disertai dengan data yang mendukung.
Ada beberapa penulisan karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain
yang judulnya menyerupai dengan judul yang telah penulis tulisakan tetapi
sekalipun sekilas terlihat sama namun terdapat perbedaan terutama dalam
penekanan inti penulisan karya ilmiah tersebut dan tentu subtansinya pun
berbeda pula yaitu antara lain:
Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pengangguran di Jawa Tengah, Tahun 1991-2011 oleh Vika Novi
9
Yanti, NIM B 300100044, Fakulitas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta 2014. Berdasarkan penelitian pada skripsi ini
diketahui bahwa yang mempengaruhi tingkat pengangguran di jawa tengah
adalah pertumbuhan penduduk, inflasi, investasi, dan upah minimum.12
Skripsi dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran
Di Sumatra Barat Pasca Krisis Ekonomi Pada Tahun 2000-2010”, oleh
Riswandi, Fakulitas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2011.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah factor penyebab pengangguran di
Sumatra Barat pasca krisisi ekonomi disebabkan oleh pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan penduduk, dan investasi swasta.13
Skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Penganguran Di Jawa
Tengah Tahun 1997-2010”, oleh Ronny Pitartono NIM C2B605147,
Fakulitas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang 2012.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah tingkat pengangguran di Jawa Tengah
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada tahun 1997-2010.14
Berdasarkan ketiga penelitian di atas, dapat diketahui bahwa
terdapat persamaan yaitu sama-sama membahas mengenai faktor-faktor
12
Vika Novi Yanti, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pengangguran di Jawa Tengah Tahun 1991-2011, (Surakarta: Skripsi Fakulitas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), Diunduh Di Ip Portal Garuda
Pada Tanggal 15 April 2017 13
Riswandi, Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Di Sumatra Barat
Pasca Krisis Ekonomi Pada Tahun 2000-2010, (Sumatra Barat: Skripsi Jurusan Ekonomi
Fakulitas Ekonomi Universitas Andalas Padang, 2011), Diunduh Di Ip Portal Garuda
Pada Tanggal 15 April 2017
14 Roni pitartono, Analisis Tingkat Penganguran Di Jawa Tengah Tahun 1997-
2010, (Semarang: Skripsi Fakulitas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2012), Diunduh Di
Ip Portal Garuda Pada Tanggal 18 April 2017
10
yang menyebabkan pengangguran. Sedangkan yang menjadi perbedaan
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti akan lakukan,
terletak pada segi lokasi, tahun penelitian dan objek yang akan peneliti
teliti. Dalam penelitian yang akan di kaji oleh peneliti lebih ditekankan
pada penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Angkatan Kerja
1. Definisi Angkatan Kerja
Sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja mempunyai
pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan, tetapi secara aktif atau
pasif mencari suatu pekerjaan disebut tenaga kerja.15
Menurut Payaman, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk
berumur 15 tahun atau lebih yang bekerja, mencari pekerjaan, dan
sedang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, maupun mengurus
rumah tangga dan penerima pendapatan. Menurut BPS, penduduk
berumur 15 tahun ke atas terbagi sebagai angkatan kerja. Dikatakan
tenaga kerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan
dan lamnya bekerja paling sedikit 1 jam.16
Sedangkan menurut UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat.17
15
Suroto, Strategi Pembangunan Dan Perencanaan Tenaga Kerja, (Yogyakarta: Gadjah
Mada Universitas Press, 1983) h. 12 16
Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 107 17
Ismawanto, Ekonomi Untuk Sma Dan Ma Kelas XI, (Jakarta: CV Gema Ilmu, 2009) h.
5
12
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, menunjukkan bahwa
tenaga kerja bermakna pada kemampuan seseorang dalam melakukan
aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Hubungan Penduduk Dan Angkatan Kerja
Menurut Internasional Labour Organization (ILO) penduduk
dikelompokkan kedalam 2 golongan, yaitu sebagai berikut:
a. Golongan produktif (tenaga kerja), merupakan penduduk usia
produktif antara 15-64 tahun
b. Golongan non produktif (diluar usia kerja), merupakan penduduk
tidak produktif, yaitu penduduk di bawah usia kerja (0-14 tahun)
atau di atas usia 64 tahun18
Golongan produktif terdiri atas angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja penduduk usia kerja (usia 15
tahun ke atas) yang memiliki dua syarat sebagai berikut:
1) Selama seminggu sebelum pencacahan atau sensus penduduk
memiliki pekerjaan, baik bekerja maupun yang sementara tidak
bekerja karna suatu sebab, misalnya, sedang menuggu hasil panen
dan pegawai yang sedang cuti.
2) Tidak memiliki pekerjaan, tetapi sedang memiliki pekerjaan
Jadi tidak semua penduduk usia 15 tahun ke atas termasuk
angkatan kerja. Penduduk usia 15 tahun ke atas kelompok bukan
angkatan kerja adalah orang-orang yang masih bersekolah, mengurus
18
Bambang Widjajanta, Aristanti Widyaningsih, dan Heraeni Tanuatmodjo, Mengasah
Kemampuan Ekonomi , (Jakarta: CV Citra Praya), h.2
13
rumah tangga, dan yang tidak sedang melakukan kegiatan kerjaa atau
mencari kerja.
Penduduk yang tergolong mencari kerja yaitu:
1) Orang yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan
2) Orang-orang yang pernah bekerja, pada saat sensus penduduk
sedang menganggur dan berusaha mendapatkan peerjaan
3) Orang yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan19
Jumlah penduduk nonproduktif dalam setiap 100 orang
penduduk produktif disebut angka kebergantungan (dependency ratio).
3. Diagram Ketenagakerjaan
19
Ibid, h. 3
14
B. Teori Pengangguran
1. Pengertian Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang
yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi mereka belum memperoleh pekerjaan tersebut. Seseorang yang
tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak
tergolong sebagai pengangguran.20
Menurut kamus istilah ekonomi pengangguran adalah keadaan
yang menggambarkan tidak ikut sertanya tenaga kerja yang sebetulnya
20
Toni Hartono, Mekanisme Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.223
15
produktif dalam proses produksi karna jumlah pekerjaan lebih kecil
juka dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia21
.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa
pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari pekerjaan
kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka yang
tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masa kerjanya. Usia kerja
biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sek olah tetapi di atas usia
anak-anak (relative di atas 6-18 tahun yaitu masa pendidikan dari SD
sampai SMU)22
. Penganggurn atau menganggur umumnya dilakukan
dengan suka rela, baik karna memilih pekerjaan, menunggu pekerjaan
yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru
karna alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan
peusahaan, dan berbagai macam alasan lainnya.
2. Jenis-Jenis Pengangguran
Jenis-jenis pengangguran dapat dikelompokkan berdasarkan
alasan atau penyebabnya dan berdasarkan ciri-cirinya:
a. Jenis pengangguran menurut alasan/penyebabnya
1). Pengangguran Friksional (Normal)
Pengangguran friksional merupakan perputaran normal
tenaga kerja, seorang muda yang memasuki angkatan kerja
21
Ralona M, Kamus Istilah Ekonomi Populer, (Niaga Swadaya: Gorga Media, 2006), h.
244 22
Iskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003), H. 264
16
mencari pekerjaan. Orang meninggalkan pekerjaannya karna
berbagai alasan. Beberapa orang keluar karena berbagai alasan.
Beberapa orang keluar karena tidak puas dengan kondisi
kerjaanya, ada juga yang keluar karena dipecat. Orang yang
menganggur selama mencari pekerjaan dikatakan menganggur
secara friksional. Pengangguran friksional akan tetap ada
meskipun stuktur pekerjaan menurut ketrampilan, industri,
jenis pekerjaan dan lokasinya tidak berubah.
2). Pengangguran Struktural
Penyesuaian struktur ekonomi dapat menyebabkan
pengangguran. Jika pola permintaan berubah, maka permintaan
tenaga kerja juga berubah. Selama terjadi penyesuaian tenaga
kerja, terjadilah pengangguran struktural. Pengangguran
struktural dapat didefinisikan sebagai pengangguran yang
disebabkan karena tidak adanya titik temu antara struktur
angkatan kerja berdasarkan ketrampilan, jenis pekerjaan,
industri dan lokasi geografis.
Sebab-sebab alamiah pengangguran struktural
diantaranya adalah adanya pertumbuhan ekonomi, dengan
adanya pertumbuhan maka kombinasi input yang dibutuhkan
akan berubah sesuia dengan permintaan barang jadi.23
Pengangguran struktural terjadi jika penyesuaian ini
23
Imamul Arifin dan Giana Hadi W, Membuka Cakrawala Ekonomi Untuk
Kelas XI Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Progam Ilmu Pengetahuan
Sosial, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama), h. 19
17
berlangsung lambat sehingga pengangguran bertambah
dibeberapa wilayah industri dan jenis pekerjaan tertentu
dimana permintaan faktor-faktor produksi turun lebih cepat
dari pada penawarannya. Pengangguran structural akan naik
meskipun ada kenaikan kecepatan pada perubahan struktur
pada perubahan struktur permintaan tenaga kerja atau ada
penurunan kecepatan dimana tenaga kerja menyesuaikan
dengan perubahan ini.
3). Pengangguran karena memilih pekerjaan
Terdapat pengangguran friksional yang sifatnya terpaksa.
Tidak ada pekerjaan yang cocok dengan kemampuan dan
keterampilan sesorang. Orang yang menganggur sadar bahwa
pekerjaan itu ada, tetapi Ia masih mencari pilihan pekerjaan.
Pengangguran friksional suka rela sering disebut dengan
pengangguran karena memilih pekerjaan. Orang yang
termasuk dalam pengangguran karna memilih pekerjaan adalah
pengangguran suka rela karna mereka sebenarnya bisa
memperoleh pekerjaan, disisi lain mereka terpaksa
menganggur karna mereka belum memperoleh pekerjaan yang
tingkat gajinya sesuai dengan yang mereka harapkan.24
Para pekerja tidak memiliki cukup informasi tentang
semua pekerjaan yang ada dan tingkat gajinya dan barangkali
24
Richard G. Lipsey, dkk, Pengantar Makro, (Jakarta: PT Gelora
Aksara, 2006), h. 282
18
mereka hanya bisa memperoleh informasi itu dengan cara
meneliti pasar. Dihadapkan dengan ketidak pastian ini, yang
lebih mungkin adalah menolak tawaran pekerjaan yang
pertama untuk membuktikan bahwa tawaran itu kurang
memuaskan dan untuk melihat informasi pasar lebih jauh.
Terlalu banyak memilih-milih pekerjaan, menolak pekerjaan
yang satu dan mengharapkan yang lain yang lebih baik dan
lebih cocok merupakan pemborosan ekonomis. Secara sosial
memang diinginkan adanya pengangguran karna memilih
pekerjaan untuk member waktu kepada orang yang
menganggur mencari pekerjaan yang tersedia agar
keterampilan mereka digunakan sebaik-baiknya.
4) pengangguran defisiensi permintaan
Pengangguran yang terjadi karna permintaan total tidak
cukup untuk membeli output yang bisa diproduksi oleh tenaga
kerja yang dipekerjakan penuh, hal ini disebut dengan
pengangguran defisiensi permintaan (devicient-demand
unemployment) pengangguran ini terjadi karna adanya senjang
resesi. Sebagai akibatnya, pekerjaan yang tersedia lebih sedikit
dari pada orang-orang yang menganggur.25
Pengangguran
defisiensi-permintaan dapat diukur dengan menghitung jumlah
orang yang sekarang bekerja dikurangi dengan jumlah orang
25
Ibid, h. 283
19
yang semestinya dipekerjakan pada tingkat pendapatan
potensial. Jika pengangguran defisiensi-permintaan sama
dengan nol berarti tersedia kesempatan kerja bagi sertiap orang
yang menganggur
5) pengangguran Upah Real
Pengangguran yang disebabkan karna terlalu tingginya
upah riel disebut pengagguran upah (riel wage unemployment)
atau sering disebut juga pengangguran klasik. Istilah terahir
disebut digunakan karna banyak ekonom, yang oleh Keynes
dijuluki ekomom klasik, yakni bahwa pengangguran tahun
1930-an disebabkan oleh tingginya upah riel. Untuk mengatasi
masalah pengangguran ini, disarankan menurunkan tingkat
upah. Keynes berpendapat bahwa penggangguran ini
disebabkan oleh terlalu kecilnya permintaan agraret dan
penyelesaian yang disarankan adalah meningkatkan
permintaan bukan memotong upah.
Sejauh ini, kita telah menggunakan istilah upah riel yang
maksudnya adalah daya beli upah nominal. Daya beli ini
diukur dengan cara mendeflasikan upah nominal dengan
indeks harga konsumen.26
b. Jenis penganguran berdasarkan berdasarkan ciri-cirinya:
1) Pengangguran Terbuka
26
Ibid, h. 284
20
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan
lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga
kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak
jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan.
Efek dari keadaan ini dalam suatu jangka masa yang cukup
panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi
mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu.
Pengangguran terbuka dapat dapat pula wujud sebagai dari
akibat kegiatan ekonomi yang menurun, dari teknologi yang
mengurangi tenaga kerja, atau akibat dari kemunduran
perkembangan suatu industry.27
2) Pengangguran Terselubung
Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karna tidak memperoleh pekerjaan
yang sesuia dengan bakat dan kemampuannya.
Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan
dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya ialah pelayan
restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga
petani dengan anggota keluarga yang besar yang mengerjakan
luas tanah yang sangat kecil.
3) Pengangguran Bermusim
27
Alam S, Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas XI, ( Yogyakarta: PT Gelora
Aksara, 2006), h. 9
21
Pengangguran ini terutama terdapat disektor pertanian
dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan
tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa
menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak
dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu pada umumnya
para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah
menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa di atas
para penyadap karet nelayan dan pesawah tidak melakukan
pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.
Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran
bermusim.28
4) Setengah Menganggur
Dinegara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi
dari desa ke kota sangat pesat sebagai akibatnya tidak semua
yang pindah kekota dapat memperoleh pekerjaan dengan
mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur sepenuh
waktu. Disamping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi
tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah
jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya
bekerja satu hingga dua hari dalam seminggu atau satu hingga
4jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja
seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah
28
Sandono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), h. 330
22
mengganggur.29
Tingkat pengangguran yang tinggi kebanyakan
terjadi dikalangan anak muda dan mereka yang telah lebih
berpendidikan pada usia 15 sampai dengan 24 tahun.
C. Faktor-Faktor Penyebab Pengangguran
kaufman dan Hotchkiss, mengidentifikasikan penyebab
pengangguran yaitu proses mencari kerja, kekakuan upah, dan efesiensi
upah, besarnya angkatan kerja tidak sebanding dengan kesempatan kerja,
struktur lapangan kerja tidak seimbang, kebutuhan jumlah dan jenis tenaga
kerja terdidik tidak seimbang, meningkatnya peran dan aspirasi angkatan
kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia, dan
penyediaa n dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.30
Proses mencari kerja , dalam proses ini terdapat hambatan dalam
mencari kerja yaitu disebabkan karena adanya para pekerja yang ingin
pindah ke pekerjaan lain, tidak sempurnanya informasi, yang diterima
pencari kerja mengenai lapangan kerja yang tersedia, serta informasi yang
tidak sempurna pada besarnya tingkat upah yang layak mereka terima.
Kekakuan upah, besarnya pengangguran yang terjadi dipengaruhi
oleh jumlah upah yang tidak fleksibel dalam pasar tenaga kerja. Penurunan
pada proses produksi dalam perekonomian akan mengakibatkan
pergeseran atau penurunan besarnya upah yang ditetapkan.
Efesiensi upah, besarnya pengangguran juga dipengaruhi oleh
efesiensi tingkat upah. Efesiensi yang terjadi pada upah tersebut terjadi
29
Ibid 30
Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia Tijauan Historis Teoritis Dan
Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 114
23
karena semakin tinggi perusahaan membayar upah maka akan semakin
keras usaha para pekerja untuk bekerja. Hal ini justru akan memberikan
konsekuensi yang buruk jika perusahaan memilih membayar lebih pada
tenaga kerja yang memiliki lebih tinggi maka akan terjadi pengangguran
terpaksa akibat dari persaingan yang ketat dalam mendapatkan pekejaan
yang diinginkan.
Besarnya angkatan kerja tidak sebanding dengan kesempatan kerja
Ketidak seimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar dari
kesempatan kerja yang ada. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
munculnya angkatan kerja baru akan menimbukan persaingan yang ketat
bagi para pencari kerja dan menyebabkan seseorang sulit mendapatkan
pekerjaan.
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga kerja terdidik tidak
seimbang,hal ini terjadi apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau
lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak
terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat
pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan
tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat
mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
Meningkatnya peran dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam
seluruh struktur Angkatan kerja di Indonesia, hal ini berdampak
meningkatkan pengangguran.
24
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak
seimbang. Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar
dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan
sebaliknya.31
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga
kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke Negara
lainnya.
Selain faktor diatas terdapat faktor lain yang juga menyebabkan
pengangguran yaitu:
a. Faktor pribadi
Dalam hal ini penyebab pengangguran dapat bisa disebabkan oleh
kemalasan, cacat/udzur dan rendahnya pendidikan dan ketrampilan.
Penjelasannya sebagai berikut:
1) Faktor kemalasan
Pengangguran yang berasal dari kemalasan individu
sebenarnya sedikit. Namun dalam sistem matearialis dan politik
sekuler, banyak yang mendorong masyarakat menjadi malas,
seperti sistem penggajian yang tidak layak atau maraknya
perjudian. Banyak orang yang miskin menjadi malas bekerja
karena berharap kaya mendadak dengan jalan menang judi atau
undian.
2) Faktor cacat/udzur
31
Ibid, h. 115-117
25
Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah
„hukum rimba‟. Karena itu, tidak ada tempat bagi mereka yang
cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
3) Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan32
Saat ini sekitar 74% tenaga kerja Indonesia adalah mereka
yang berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Dampak dari
rendahnya pendidikan ini adalah rendahnya keterampilan yang
mereka milki. Belum lagi sistem pendidikan Indonesia yang tidak
fokus pada persoalan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan
dan dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi pengangguran
intelek.
b. Faktor sosial dan ekonomi
1) Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan
Setiap tahun diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja
baru yang jumlahnya semakin banyak, sedangkan yang bisa
ditampung hanya dalam sektor formal saja. Sisanya di sektor
informal atau menjadi pengangguran.
2) Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada
rakyat dan menimbulkan pengangguran baru, Menurut
Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah menambah
pengangguran sekitar 1 juta orang. Kebijakan Pemerintah yang
32
https://tocke18.wordpress.com/2010/12/03/faktor-faktor-pengangguran/ di unduh pada
tanggal 23 maret 2017
26
lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan
juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran.
Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak
lingkungan telah mengakibatkan pencemaran dan mematikan
lapangan kerja yang sudah ada.
3) Pengembangan sektor ekonomi non-real
Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang
menjadikan uang sebagai komoditas yang di sebut sektor non-real,
seperti bursa efek dan saham perbankan sistem ribawi maupun
asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa
mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.
Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada
sektor real ini mendorong inflasi dan penggelembungan harga aset
sehingga menyebabkan turunnya produksi dan investasi di sektor
real. Akibatnya, hal itu mendorong kebangkrutan perusahan dan
PHK serta pengangguran.
4) Banyaknya tenaga kerja wanita33
Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan
persaingan pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi,
dalam sistem kapitalis, untuk efesiensi biaya biasanya yang
diutamakan adalah wanita karena mereka mudah diatur dan tidak
33
Harlik, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Dan Pengangguran Di Kota
Jambi” dalam Jurnal Persepektif Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah, (Jambi: Universitas
Jambi), vol 1 no 2 oktober 2013, h. 113
27
banyak menuntut, termasuk dalam masalah gaji. Kondisi ini
mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-laki.
D. Dampak Pengangguran
Pengangguran akan menimbulkan berbagai akibat buruk kepada
perekonomian dan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang lambat, yang
diselang-selingi dengan kemunduran ekonomi akan menambah jumlah dan
persentasi pengangguran34
. Keadaan kekurangan kesempatan kerja dan
kelesuan kegiatan produksi dan perdagangan akan lebih nyata kelihatan.
Untuk tujuan analisis, akibat buruk dari pengangguran akan
dibedakan menjadi dua aspek yaitu sebagai berikut:35
1. Akibat buruk ke atas perekonomian
Setiap Negara akan berusaha agar tingkat kemakmuran
masyarakat dapat dimaksimalkan dan perekonomian selalu mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tangguh. Tingkat pengangguran yang
relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai tujuan
tersebut. Berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang
ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimumkan tingkat kemakmuran
34
Sandono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2002), h.296 35
Muhdar, “Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, Dan Kemiskinan Di Indonesia:
Masalah Dan Solusi” dalam Jurnal Al- Buhuts, (Gorontalo: Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Sultan Amai Gorontalo), vol 11 no 1 Juni 2015, h. 47.
28
b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah
berkurang
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi
2. Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat
Penganganguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan
kestabilan sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang
diakibatkan oleh penganguran adalah:
a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencahariaan dan
pendapatan
b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan
c. Pengangguran menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik36
E. Kebijakan Pemerintah Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja
Pengangguran merupakan salah satu dari sekian macam masalah
ketenagakerjaan dan akan menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan masyarakat. Menurut Keynes pengangguran tidak bisa
dihapuskan, tetapi hanya bisa dikurangi. Pengurangangan angka
pengangguran dapat dilakukan dengan cara memperluas kesempatan kerja
dan menurunkan jumlah angkatan kerja.
pemerintah terus bergegas menciptakan lapangan kerja lewat
program strategis, diantaranya:
1. Mendorong pembangunan infrastruktur
36 Ibid, h. 297-298
29
Melalui berbagai proyek pekerjaan umum, seperti pembuatan saluran
air, pembuatan jembatan, dan perbaikan jalan.
2. Menumbuhkan investasi
Caranya dengan memperbaiki iklim investasi lewat penyerderhanaan
perizinan dan penyediaan sarana investasi melalui:
a. penyederhanaan regulasi dan proses perizinan investasi pusat dan
daerah
b. pengembangan layanan perizinan terpadu
c. percepatan penyelesaian masalah investasi
d. pengembangan infrastruktur pendukung kawasan strategis
e. peningkatan kemudahan berusaha melalui berbagai paket kebijakan
ekonomi
3. mendorong pendidikan vokasional
Pemerintah mempersiapkan tenaga kerja dengan keahlian
tertentu melalui pendidikan vokasional. Sasarannya menciptakan 1,1
juta tenaga kerja sesuai permintaan industri. Langkah ini bersifat
strategis, lantaran investor membutuhkan tenaga terampil yang siap
kerja untuk menjalankan industrinya.37
Adapun penurunan angkatan kerja dapat dilakukan melalui progam
keluarga berencana (KB) dan wajib belajar Sembilan tahun. Selain hal
tersebut usaha untuk memperluas kesempatan kerja dapat pula dilakukan
dengan melaksanakan kegiatankegiatan sebagai berikut:
a. Pemberdayaan angkatan kerja dengan cara mengirimkan angkatan
kerja dari daerah yang kelebihan angkatan kerja ke daerah yang
kekurangan atau Negara yang membutuhkan tenaga kerja
b. Pengembangan usaha sektor informal dan usaha kecil
37http://presidenri.go.id/program-prioritas-2/upaya-nyata-
pemerintah-membuka-lapangan-kerja.html
30
c. Pembinaan generasi muda yang masuk angkatan kerja, seperti
pemberian kursus keterampilan, pembinaan home industri atau
pembinaan kewirausahaa n. Upaya ini diharapkan agar mereka tidak
tergantung kepada lowongan kerja yang dibuka perusahaan lain.
d. Mengadakan progam transmigrasi, dengan upaya ini persebaran dan
perluasan kesempatan kerja dapat di tingkatkan
e. Mendorong badan usaha-badan usaha untuk proaktif mengadakan kerja
sama dengan lembaga pendidikan atau sekolah
f. Mendirikan tempat latihan kerja, seperti balai latihan kerja (blk)
g. Mendorong lembaga-lembaga pendidikan, mulai pendidikan dasar
sampai pendidikan tinggi untuk mengefektifkan program life skills.
Artinya, pelaksanaan pendidikan dengan berorientasi pada
keterampilan, kecakapan, dan keahlian hidup yang berpokok pangkal
pada lingkungkungan masyarakat sekitar sekolah, sehingga dapat
menghasilkan lulusan-lulusan yang mempunyai kopetensi atau
kemampuan dalam menghadapi setiap tantangan.
h. Mengefektifkan pemberian informasi ketenaga kerjaan melalui
lembaga-lembaga yang terkait.38
Selain kebijakan-kebijakan di atas peningkatan peran pemerintah
daerah juga harus dilakukan terutama dalam bentuk investasi, konsumsi,
dan tabungan daerah. Implikasi pertama adalah meningkatkan peran
pemerintah daerah selaku pemegang saham pengendali, pemasok dana
terbesar, dan pemilik proyek-proyek besar di daerah. Peningkatan peran
pemerintah daerah tersebut dimungkinkan karna penerimaan daerah akan
meningkat bersamaan debgan meningkatnya jumlah dan ragam sumber-
sumber-sumber pendapatan asli daerah (PDA) serta porsi bagi hasil pusat
daerah yang lebih baik. Peningkatan peran pemda disebabkan oleh
semakin semakin luasnya wewenang pemda untuk menggunakan dana
yang diterimanya serta dimungkinkan daerah melakukan pinjaman, baik
dari sumber dalam negeri maupun luar negeri, dengan persetujuan
38
Kardiman, Ending Mulyadi Dan Achmad Kusriadi, Ekonomi Dunia
Keseharian Kita, (Jakarta: Yudistira, 2006), h. 68
31
pemerintah pusat. Perubahan ini akan menciptakan peluang-peluang baru
bagi perbankkan di daerah untuk memperoleh dana dan menyalurkannya
ke sektor produksi.
Implikasi ke adalah dengan meningkatkan investasi swasta di
daerah karena daerah diberikan kewenangan untuk menentukan kebijakan
investasi, industri, dan perdagangan di daerah masing-masing. Melalui
kebijakan tersebut pemerintah daerah akan berusaha menciptakan
lingkungan usaha yang kondusif dengan maksud untuk menciptakan
lapangan kerja baru dan menambah pendapatan masyarakat.
Implikasi ke tiga, sekaligus dampak positif dari implikasi yang
pertama dank ke dua adalah meningkatnya konsumsi dan tabungan
masyarakat yang di picu oleh meningkatnya pendapatan masyarakat di
daerah.39
Keberhasilan dalam mewujudkan berbagai implikasi positif
tersebut tentunya sangat bergantung pada kemampuan daerah untuk
mewujudkannya. Peningkatan birokrasi pemerintah daerah diperlukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam
menciptakan lapangan kerja dan menyediakan pendidikan yang murah dan
berkualitas.
39
Burhanudin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006), h. 255
32
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan sifat penelitian
1. Jenis penelitian
Dilihat dari jenisnya penelitian ini adalah penelitian lapangan
(field research) penelitian ini disebut juga penelitian kancah, “yakni
suatu penelitian kancah kehidupan atau lapangan kehidupan masyarakat
yang bertujuan menghimpun data atau informasi tentang masalah tertentu
mengenai kehidupan masyarakat yang menjadi obyek penelitian.40
Penelitian yang peneliti lakukan ini yaitu analisis terhadap
penyebab tingginya angka pengangguran (studi kasus di kota metro).
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan setting tertentu yang ada di dalam kehidupan riil
(alamiah) dengan tujuan agar dapat menghasilkan temuan yang benar-
benar bermanfaat memerlukan perhatian yang serius di dalam berbagai
hal yang dipandang perlu. Penelitian kualitatif didasarkan pada deskripsi
yang jelas dan detail, karena menjawab pertanyaan apa, mengapa dan
bagaimana. Oleh karena itu, penyajian atas temuan sangatlah beragam,
rinci dan komperhensif sesuai dengan fenomena yang terjadi pada saat
penelitian.
40
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2013), h
34
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
mengungkapkan fenomena secara holistic dengan cara
mendeskripsikannya melalui bahasa non-numerik di dalam konteks dan
paradigm alamiah.
B. Sumber Data
Sumber data adalah salah satu yang paling penting dalam penelitian.
Kesalahan dalam menggunakan dan memahami sumber data, maka data
yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan.41
1. Sumber Data Utama (primer)
Sumber data primer adalah sumber data utama yang dapat
memberikan informasi, fakta dan gambaran peristiwa yang diinginkan
dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sumber data utama itu
adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai.42
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung
dari para petinggi yang ada di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Kota Metro ,dan Badan Pusat Statistik Kota Metro, Bursa Kerja yang
ada Dikota Metro dan masyarakat pengangguran yang penulis jadikan
sampel dalam penelitian.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua setelah sumber
data primer. Sumber data sekunder merupakan informasi yang diperoleh
41
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: Alfabeta, 2015), h.69 42
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers), h.
103
35
dari sumber lain yang tidak berhubungan langsung dengan peristiwa
tersebut.43
Dalam hal ini penulis membaca dan mengkaji buku-buku atau
referensi perundang-undangan, majalah, tabloid, internet, Koran dan
lain-lain yang ada relevansinya dengan judul yang sedang penulis teliti.
C. TeknikPengumpulan Data
Dalam rangka mengum pulkan data-data yang ingin diperoleh maka
penulis menggunakan beberapa alat yaitu sebagai berikut:
1. Interview
Interview adalah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan
tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi
(interviewee)”44
Bentuk interview atau wawancara yang penulis gunakan adalah
wawancara terpimpin dimana dalam prosesnya seorang peneliti
berusaha mengadaan Tanya jawab dengan berpedoman padapokok-
pokok pertanyaan yang sudah di tentukan, hal ini penulis lakukan dalam
rangka menghindari keadaan kehabisan pertannyaan, sedangkan yang
penulis wawancarai adalah petinggi yang ada di Dinas Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Kota Metro, Bursa Kerja yang ada di Kota Metro
43
Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2002), h. 113 44
Muhamad Teguh, metodologi penelitian ekonomi teori dan aplikasi, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 136
36
dan masyarakat pengagguran yang yang penulis jadikan sampel dalam
penelitian.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu: ”mencari data mengenai hal-hal atau fariabel
berupa catatan, buku, agenda, surat kabar, atau lainnya”45
. Metode ini
penulis gunakan dalam memperoleh data tentang peristiwa
pengangguran yang terjadi di Kota Metro dan data-data yang
berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain.46
Proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan disebut analisis data.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan
menggunakan metode berfikir induktif. Yaitu pengambilan kesimpulan
dimulai dari pertanyaan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan
45
Sutrisno Hadi, Metode Reasech Jilid I, (Yogyakarta: UGM, 1993), h. 63 46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif Dan R & D., h. 244
37
yang bersifat umum. Proses berfikir induktif dimulai dari fakta atau data
khusus berdasarkan pengamatan di lapangan. Data dan fakta hasil
pengamatan lapangan disusun, diolah, dikaji kemudian ditarik maknanya
dalam bentuk pernyataan atau kesimpulan yang bersifat umum47
. Di dalam
penerapannya, teknik ini digunakan untuk menganalisis data tentang fakta
konkrit mengenai penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro.
47
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2011), h. 7.
38
BAB I V
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil Kota Metro
Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah
induk desa baru yang diberi nama Trimurjo, yang diperuntukkan untuk
menampung para kolonis. Kedatangan kolonis pertama pada hari sabtu 4
april 1936 dan ditempatkan/ditampung pada bedeng-bedeng yang sudah
disiapkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Letak bedeng-bedeng tersebut
saat ini adalah disamping kantor PLN atau dibelakang Masjid Taqwa
Metro.
Menurut beberapa cerita jalan dari Trimurjo ke Metro dirintis atas
perintah dari penjajah belanda. Karena banyaknya tanah rawanya, di atas
jalan itu diletakkan kayu-kayu bulat agar dapat dilalui gerobak dan
kendaraan milik orang belanda. Ahirnya jalan sekitar kota Metro dapat
dijangkau dalam waktu singkat. Setelah jalan tembus dibuka, kemajuan
kolonis di bedeng 15 begitu cepat. 48
Tiga hari setelah kedatangan kolonis tepatnya hari selasa 7 april
1936, para kolonis memperoleh bagian perkarangan. Setelah itu mulailah
para kolonis menebang pohon-pohon besar untuk dibangun sebagai
tempat tinggal, dan lahan pertanian. Desa Trimurjo berkembang dengan
48
Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h. 5
39
pesat, penduduk kolonis pun semakin bertambah, hubungan/transportasi
secara beransur-ansur terbuka, Kegiatan perekonomian mulai tumbuh dan
berkembang.
Pemerintahan Hindia Belanda menyiapkan daerah baru secara
terencana, peruntukkan perumahan perkantoran, lapangan, pasar, lahan
pertanian, dan penggunaan lahan untuk keperluan lainnya telah tertata
dengan baik. Sehingga pada perkembangannya sangat mempengaruhi
keselarasan dan keindahan Kota Metro hingga saat ini.
Tentang asal nama Metro itu sendiri ada dua cerita. Pertama,
diambil dari bahasa Belanda, yaitu Centrum yang berarti pusat. Kedua,
kota metro diberikan oleh para kolonis dari jawa. Pada waktu itu orang-
orang jawa yang ditempatkan di bedeng 15 merasa senasip
sepenanggungan, memiliki bahasa yang sama. Jadi semua orang
menanggung susah senang bersama-sama. Dari perasaan itulah mereka
semua menyebutkan tempat itu sebagai Mitro, yang berarti rekan. Lama-
kelamaan pengucapannya berubah menjadi metro.49
Wilayah Metro sebelum menjadi kota administrasi merupakan
suatu wilayah kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam)
kelurahan dan 11 (sebelas) desa. Adapun 6 (enam) kelurahan tersebut,
antara lain:
a. Kelurahan Metro
b. Kelurahan Mulyojati
49
Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h.
5
40
c. Kelurahan Tejosari
d. Kelurahan Yosodadi
e. Kelurahan Hadimulyo
f. Kelurahan Ganjar Agung
Sedangkan sebelas desa tersebut anatara lain:
a. Desa Karang Rejo
b. Desa Banjarsari
c. Desa Purwosari
d. Desa Margorejo
e. Desa Rejomulyo
f. Desa Sumbersari
g. Desa Kibang
h. Desa Margototo
i. Desa Margajaya
j. Desa Sumber Agung
k. Desa Purbosembodo
Kemudian wilayah administrasi pemerintahan kota Metro dimekarkan
menjadi 5 kecamatan yang terdiri dari 22 kecamatan kelurahan sebagai
berikut:50
a. Metro Pusat
b. Metro Utara
c. Metro Selatan
50
Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h.
3
41
d. Metro Timur
e. Metro Barat
2. Keadaan Geografis Kota Metro
Secara geografis letak Kota Metro tidak berada jauh dari Kota
Bandar Lampung, Kota Metro merupakan wilayah yang dibatasi oleh
Punggur di sebelah Utara, Pekalongan di sebelah Timur, Metro Kibang di
sebelah Selatan, serta Trimurjo di sebelah Barat. Kota Metro secara
geografis terdapat pada bagian tengah Provinsi lampung yang berjarak
±45 km dari Kota Bandar Lampung (Ibukota Provinsi Lampung). Secara
geografis terletak pada ………. Lintang Selatan dan ………… bujur
timur. Luas wilayah administrasi Kota Metro 68,74 km.
Kedudukan Kota Metro ditengah-tengah Provinsi Lampung telah
menjadi penghubung ke berbagai daerah lain dan sekitarnya, baik melalui
jalur jalan, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Disamping itu, Kota Metro
memiliki daya tarik bagi penduduk diluar daerah, baik dari Kabupaten
Lampung Tengah, Lampung Timur maupun Lampung Selatan untuk
melakukan berbagai aktivitas khususnya untuk memperoleh pelayanan
pendidikan, kesehatan serta jasa perkotaan lainnya.51
Letak Kota Metro yang strategis menjadikan Kota Metro sebagai
kota penghubung bagi daerah disekitarnya, sehingga banyak masyarakat
pendatang dari daerah sekitar yang memilih menetap di Kota Metro
51
Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h.
8
42
TABEL 1.1
LUAS WILAYAH ADMINISTRASI KOTA METRO TAHUN 2000
No kecamatan Kelurahan Luas
Wilayah (km)
%terhadap
luas total
1 Metro pusat 1. Metro
2. Imopuro
3. Hadimulyo timur
4. Hadimulyo barat
5. Yosomulyo
2,28
1,19
3,37
1,50
3,37
3,32
1,73
4,90
2,18
4,90
Sub Total 11,71 17,04
2 Metro Utara 1. Banjarsari
2. Purwosari
3. Purwoasri
4. Karangrejo
5,75
2,25
3,62
7,72
8,36
3,71
5,27
11,23
Sub Total 9,64 17,04
3 Metro Selatan 1. Rejomulyo
2. Margorejo
3. Margodadi
4. Sumbersari
Bantul
4,75
2,46
2,87
4,25
6,91
3,58
4,18
6,18
Sub Total 14,33 20,85
4 Metro Timur 1. Iring Mulyo
2. Yosodadi
3. Yosorejo
4. Tejosari
5. Tejo Agung
1,89
3,36
1,22
3,76
1,55
3,22
4,89
1,77
5,47
2,25
Sub Total 11,78 17,14
5 Metro Barat 1. Mulyojati
2. Mulyoasri
3. Ganjar Agung
4. Ganjarsari
2,95
3,03
2,88
2,42
4,29
4,41
4,19
3,52
Sub Total 11,28 16,41
Luas Total Wilayah Kota Metro 68,74 100,00
Sumber: Bagian Pemerintahan Setda Kota Metro
43
3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Kota Metro
Penduduk yang ada di Kota metro hidup makmur dari berbagai
sumber mata pencaharian, diantaranya dalam sektor pertanian, sektor
perkebunan, sektor kehutanan, sektor perburuan dan perikanan, sektor
perdagangan, sektor transportasi, dan komunikasi, serta sector
pemerintahan.
Selanjutnya dalam Selayang Pandang Kota Metro yang diterbitkan
oleh BAPPEDA Kota Metro Tahun 2011 memaparkan tentang mata
pencaharian Penduduk Kota Metro sebagai berikut:
“mata pencaharian penduduk Kota Metro didominasi oleh sektor industri
(7,93%), kontruksi dan transportasi, perdagangan dan komunikas
(masing-masing 7,27%), lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan
dan jasa perusahaan (2,31%), listrik, gas dan air minum (0,12%) dan
terahir pertambangan dan penggalian (0,09%).52
B. Gambaran Umum Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Angka Pengangguran
Di Kota Metro
Gambaran umum faktor-faktor penyebab tingginya angka
pengangguran di Kota Metro, penulis deskripsikan berdasarkan hasil
wawancara dengan responden yang dipilih dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu: “teknik pengambilan sumber data dengan
52
Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h.
8
44
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut
dianggab paling tahu tentang apa yang kita harapkan”53
Untuk lebih memudahkan penulis dalam mendeskripsikan faktor-
faktor penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro, maka
pembahasan pada bagian ini penulis uraikan berdasarkan faktor proses
mencari kerja, kekakuan upah dan rendahnya pendidikan dan keterampilan.
Berdasarkan faktor di atas, maka penulis melakukan wawancara
dengan responden yang selanjutnya dideskripsikan sebagai berikut:
1. Wawancara pada para pencari kerja (pengangguran)
a. Proses Mencari Kerja
Berdasarkan wawancara dengan Mahendra Dwi Gusnawan (23
tahun lulusan S1), diketahui bahwa alasan ia menganggur karena ingin
pindah ke pekerjaan lain dengan alasan gajinya dirasa kurang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya dan ia menginginkan
pekerjaan dengan gaji yang lebih besar. Beliau sudah menganggur
selama 3 bulan. Menurut penuturannya ia menginginkan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Mahendra selama ini
tidak pernah mengikuti pelatihan kerja yang diberikan oleh Dinas
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro.54
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wendi Nugroho (24 tahun,
Lulusan S1), beliau menuturkan alasannya menganggur adalah sulitnya
mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Ia sudah berusaha
53
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet ke-6 h.55 54
Wawancara dengan Mahendra Dwi Gusnawan (pengangguran, 30 tahun) tanggal 15
agustus 2017
45
mencari pekerjaan namun selama 2 tahun ini beliau menganggur. Ia
menginginkan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang ia miliki. Beliau
juga belum pernah mengikuti pelatihan apapun dari Dinas Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro55
Berdasarkan hasil wawancara dengan Jafar Sidiq (24 tahun, lulusan
S1), beliau menuturkan penyebabnya menganggur adalah karena sulit
mencari pekerjaan. Ia sudah menganggur selama 1 bulan dan
menginginkan pekerjaan di kantoran. Selain itu, beliau juga
menuturkan belum pernah mengikuti pelatihan apapun dari Dinas
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro.56
b. Kekakuan Upah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Rio Ardianto (25 tahun,
lulusan SMK) beliau menuturkan bahwa penyebab ia mengganggur
adalah karena gaji yang kurang layak. Ia sudah berusaha mencari
pekerjaan namun selama 1 bulan ini beliau menganggur. Beliau juga
belum pernah mengikuti pelatihan apapun dari Dinas Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Kota Metro.57
c. Rendahnya Pendidikan Dan Keterampilan
Untuk mengetahui faktor di atas sebagai penyebab pengangguran
penulis melakukan wawancara dengan Basri Mustofa (25 tahun lulusan
SMP). Beliau mengatakan bahwa penyebab ia menganggur adalah
karena sulit mendapatkan pekerjaan hal tersebut menurutnya
55Wawancara dengan Wendi Nugroho (pengangguran, 25 tahun) tanggal 19 agustus 2017
56 Wawancara dengan Jafar Sidiq (pengangguran, 24 tahun) tanggal 23 agustus 2017
57 Wawancara dengan Rio Ardianto (pengangguran, 25 tahun) tanggal 27 agustus 2017
46
dikarenakan banyaknya pesaing kerja dengan lulusan sekolah yang
lebih tinggi sehingga menyulitkannya mendapatkan pekerjaan.
Menurut keterangannya ia sudah mengaggur selama 1 tahun dan sudah
berusaha untuk mencari pekerjaan namun belum mendapatkannya. Ia
menginginkan pekerjaan apa pun yang penting halal. Selama ini Basri
Mustofa belum pernah mengikuti pelatihan kerja yang diberikan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Metro.58
Berdasarkan hasil wawancara dengan M.Rizal ( 22 tahun lulusan
Paket C sederajat SMA), beliau menuturkan penyebabnya menganggur
adalah sulit mencari pekerjaan dikarenakan beliau lulusan paket C
SMA. Beliau baru 1 tahun menjadi pengangguran, awalnya beliau
membangun bisnis namun sudah tutup. Beliau juga menuturkan belum
pernah mengikuti pelatihan apapun dari Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Kota Metro.59
Selain dengan responden di atas, penulis melakukan wawancara
pula dengan Agus Kurniawan ( 30 tahun lulusan SMP). Berdasarkan
wawancara dengan agus kurniawan diketahui bahwa penyebab ia
mengaggur menurutnya adalah karena pesaing kerja cukup banyak
selain itu karena lulusan SMA Agus mengaku bahwa kurang memiliki
keterampilan dan keahlian dalam bekerja sehingga menyebabkan ia
sulit mencari pekerjaan dan beliau sudah menganggur selama kurang
lebih satu tahun. Menurut penuturannya ia sudah berusaha mencari
58
Wawancara dengan Basri Mustofa (pengangguran, 25tahun) tanggal 2 september 2017 59
Wawancara dengan M. Rizal (pengangguran, 22 tahun) tanggal 10 september 2017
47
pekerjaan namun belum juga mendapatkannya. Selama ini beliau
tidak pernah mengikuti pelatihan kerja yang diberikan oleh Dinas
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro.60
Berdasarkan wawancara dengan Febri Dwi Handoko (22 tahun
lulusan SMA), diketahui bahwa alasan ia menganggur adalah karena
sulit mendapatkan pekerjaan selain, kurang mengetahui informasi
lowongan pekerjaan yang ada dan mengaku belum memiliki
pengalaman bekerja. Menurut penuturannya ia sudah menganggur
selama kurang lebih 6 bulan. Selama ini beliau sudah berusaha untuk
mencari pekerjaan namun belum mendapatkannya.61
Penulis melakukan wawancara dengan Ari Setiawan (usia 33
tahun lulusan SMA), diketahui bahwa alasan ia menganggur adalah
karena sulit mendapatkan pekerjaan menurutnya lapangan kerja di
kota metro sangat sedikit sedangkan angkatan kerjanya semakin lama
semakin bertambah saja sehingga menyulitkannya untuk mendapat
pekerjaan.62
2. Wawancara pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro
Selain melakukan wawancara dengan penganggur yang ada di kota
Metro, penulis melakukan wawancara pula dengan Choirudin Ompu
selaku ketua pengawas Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota
60
Wawancara dengan Agus Kurniawan (pengangguran, 30 tahun) tanggal 10 september
2017 61
Wawancara dengan Febri Dwi Handoko (pengangguran, 30 tahun) tanggal 15
september 2017 62
Wawancara dengan Ari Setiawan, (pengangguran, 30 tahun), tanggal 21 september
2017
48
Metro untuk mengetahui penyebab tingginya angka pengangguran di
Kota Metro.
Berdasarakan wawancara dengan bapak Choirudin Ompu dapat
diketahui bahwa faktor-faktor penyebab pengangguran dikota metro
adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan angkatan kerja yang setiap tahun meningkat
sedangkan lapangan kerja terbatas. Ukuran besar kecilnya angkatan
kerja sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang
sudah memasuki usia kerja. Pertumbuhan penduduk dapat
menimbulkan dampak negatif apabila tidak diimbangi dengan sarana
dan prasarana yang memadai. Semakin besar jumlah penduduk yang
berusia produktif maka semakin tinggi pula angkatan kerjanya hal ini
menyebabkan lapangan pekerjaan yanh semakin terbatas.
Pertumbuhan jumlah angkatan kerja dapat dilihat dari jumlah lulusan
yang ada dikota Metro seperti data yang ada di BPS sebagai berikut:
Tabel 1.2
ANGKA PARTISIPASI MURNI DAN ANGKA PASTISIPASI
KASAR DI KOTA METRO PADA TAHUN 2015
Jenjang Pendidikan APM APK
SD/MI 91,02 101,23
SMP/MTS 87,50 118,84
SMA/MA 70,43 84,29
PT (Perguruan
tinggi)
23,10 33,63
49
Sumber: BPS Kota Metro
Dari data di atas menunjukkan bahwa peserta dari jumlah lulusan
paling sedikit adalah jumlah lulusan perguruan tinggi sebesar 33,63%
namun dari sisi lain lulusan perguruan tinggi perlu juga dijadikan
informan karena bisa jadi persentase angka pengangguran muncul
karna jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi. Pada jenjang
perguruan tinggi kecil kemungkinan untuk melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi dan lebih mengarah keluar untuk mencari pekerjaan.
Sehingga lulusan perguruan tinggi bisa dapat dijadikan penentu untuk
melihat seberapa banyak pengangguran usia kerja.
Terbatas atau kekurangannya dana yang tersedia dalam
menciptakan lapangan kerja dan memperluas kesempatan kerja bagi
pengangguran yang berada di Kota Metro. Bukan hal yang mudah
dalam memperluas kesempatan kerja di kota Metro kurangnya dana
menjadi salah satu kendala dalam memperluas kesempatan kerja yang
ada.
Luas wilayah Kota Metro yang sangat kecil, sehingga berdampak
pada penyediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja serta
penyerapan tenaga kerja itu sendiri. Pertumbuhan penduduk yang
sangat cepat tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang tersedia
hingga menyebabkan pengangguran ditambah dengan pemusatan-
50
pemusatan lapangan kerja didaerah kota menyebabkan semakin
kurangnya penyediaan lapangan kerja.
Sedikitnya investor atau perusahaan-perusahaan besar yang
berinvestasi di Kota Metro sehingga berdampak pada sedikitnya
lapangan usaha yang tersedia. kota Metro bukanlah kota industri
seperti halnya Lampung Tengah dan Lampung selatan dengan industri
Miwonnya. Di Metro perusahaan manifaktur jarang sekali, hanya
Candra Depaterment Store dan Rumah Sakit Mardiwaluyo. Di Metro
hanya ada perusahaan-perusahaan kecil atau marginal seperti toko-
toko dan bengkel-bengkel kecil.
Terjadinya urbanisasi yang menambah jumlah penduduk dan
menyebabkan bertanbahnya jumlah pengangguran. Gejala urbanisasi
disebabkan karna adanya tekanan kebijakan yang industrialisasi
dimana kebijakan ini mementingkan industri dan mengabaikan
pertanian ditambah cenderung mementingkan kota dalam investasi
pemerintah dibidang sarana umum semakin mendesak kaum miskin
untuk pindah ke kota. 63
Faktor yang paling dominan menyebabkan pengangguran di Kota
Metro adalah pertumbuhan tenaga kerja yang semakin meningkat
angkatan kerja sedangkan lapangan kerja sangat terbatas.
Angkatan kerja di Kota Metro banyak yang tidak terserap menjadi
tenaga kerja hal ini disebabkan oleh sedikitnya perusahaan-perusahaan
63
Choirudin Ompu, Kepala Pembinaan Dan Pengawasaan Disnakertras Kota Metro
(Wawancara Tanggal 9 Oktober 2017 )
51
yang berinvestasi di Kota Metro sehingga berdampak pada
sedikitnnya lapangan usaha yang tersedia.64
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (DISNAKERTRANS) Kota
Metro telah berupaya untuk mengurangi pengangguran dengan
melakukan progam atau kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan pelayanan Info Pasar Kerja (IPK) melalui bursa kerja online,
pelayanan ID TKI dan Job Canvassing ke perusahaan di dalam dan di
luar kota metro. Dari kegiatan ini dihasilkan pelayanan pasar kerja dan
pendataan informasi lowongan kerja dari perusahaan-perusahan yang
ada di dalam dan di luar kota metro, hasil pendataan /job canvassing
diinformasikan kemasyarakat pencari kerja melalui media elektronik dan
situs internet. Kegiatan ini dilakukan sepanjang tahun.
Job Fair/ Bursa kerja di Kota Metro, kegiatan ini dilakukan untuk
memberikan informasi lowongan pekerjaan bagi para pencari kerja dan
juga mempermudah perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja sesuai
dengan kriteria yang diharapkan, dan pada ahirnya bermuara pada
pengurangan angka pengangguran di Kota Metro. Kegiatan ini dilakukan
satu tahun sekali.
Kegiatan pelatihan bagi para pencari kerja, kegiatan ini dilaksanakan
untuk melatih pencari kerja/pengangguran dengan berbagai jenis
pelatihan seperti menjahit, servis elektronik, servis hp dan lain-lain.
64
Choirudin Ompu, Kepala Pembinaan Dan Pengawasaan Disnakertras Kota Metro
(Wawancara Tanggal 9 Oktober 2017 )
52
Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan wirausaha baru di
Kota Metro. Kegiatan ini dilakukan sepanjang tahun.
Progam/kegiatan diatas belum cukup efektif karna kurangnya dana hal
ini berdampak pula pada pengurangan pengangguran yang belum
maksimal. Selain karna kurangnya dana yang ada Disnakertrans Kota
Metro tidak menciptakan lapangan pekerjaaan akan tetapi hanya
memberikan informasi mengenai lowongan pekerjaan atau peluang kerja
di perusahaan di dalam atau di luar Kota Metro. 65
3. Wawancara pada Bursa Kerja yang ada di Kota Metro
Bursa Kerja (Job Fair) adalah sebuah lembaga atau tempat yang
mengadakan sebuah kegiatan pameran bagi para majikan, perekrut,
dan sekolah untuk bertemu dengan para pencari kerja yang prospektif.
Bursa kerja juga dapat diartikan sebagai tempat yang menyediakan
lowongan pekerjaan bagi para pencari kerja.
Peneliti melakukan wawancara pula dengan pihak Bursa Kerja
untuk mengetahui seberapa banyak ketersediaan lapangan kerja bagi
para pencari kerja. Peneliti melakukan wawancara dengan bapak
Aprizal, S.Sos berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa
ketersediaan lapangan kerja di Bursa Kerja sebenarnya sangat banyak.
Untuk data yang menunjukkan seberapa banyak ketersediaan lapangan
65
Dokumentasi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro disalin pada tanggal 9
oktober
53
kerja pihak bursa kerja tidak bisa menunjukkan atau memberikan data
karna data ini sangat rahasia.66
Bursa kerja mampu menyerap angkatan kerja yang ada di Kota
Metro walau pun tidak secara keseluruhan. Karna angkatan kerja yang
ada lebih besar dari ketersediaan lapangan kerja yang ada. Selain
karena hal tersebut hal ini juga disebabkan banyaknya para angkatan
kerja yang mendaftar di bursa kerja. Rasio antara pencari kerja dengan
lowongan kerja yang ada dan lowongan yang terisi adalah 10:3:2
artinya, terdapat 10 pencari kerja untuk mengisi 3 lowongan kerja
namun hanya 2 yang dapat diterima sesui kualifikasi yang dibutuhkan.
Biasanya yang mengikuti bursa kerja adalah tenaga kerja yang
terdidik seperti lulusan SLTA, diploma, dan lulusan sarjana. Selain
para pencari kerja bursa ini biasanya diikuti juga oleh perusahaan atau
organisasi yang menyediakan meja untuk mengumpulkan resum atau
bilik tempat bertukar kartu nama. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun
satu kali dalam setahun.
Bursa kerja sudah cukup mampu mengurangi pengangguran di
Kota Metro. Dengan adanya angkatan kerja yang diterima kerja atau
mendapatkan pekerjaan secara tidak langsung sudah mengurangi
pengangguran di Kota Metro.67
66
Aprizal, S.Sos, Ketua Pelaksana Bursa Kerja (Job Fair) di Kota Metro (Wawancara
Pada Tanggal 12 Januari 2018) 67
Aprizal, S.Sos, Ketua Pelaksana Bursa Kerja (Job Fair) di Kota Metro (Wawancara
Pada Tanggal 12 Januari 2018)
54
C. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Angka Pengangguran Di Kota
Metro
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pencari kerja
(pengangguran) serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Metro,
diketahui bahwa penyebab tingginya angka pengangguran di Kota Metro
adalah sebagai berikut:
1. Pencari kerja memilih pekerjaan sesuai dengan bidang keahlian atau
pendidikan.
Orang yang menganggur sadar bahwa pekerjaan itu ada tetapi ia
masih mencari pekerjaan lain. Pencari kerja memilih-milih pekerjaan,
menolak pekerjaan yang satu mengharapkan pekerjaan yang lain. Lulusan
perguruan tinggi yang cenderung terlalu banyak memilih pekerjaan karna
menganggap memiliki kopetensi lebih tinggi ketimbang lulusan
SMA/SMK. Mereka menganggap memiliki kopetensi lebih tinggi
sehingga harus mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kopetensinya.
2. Gaji yang tidak layak.
Hal ini terjadi akibat kurangnya evaluasi dari pihak Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kota Metro terhadap lembaga-lembaga yang
memberikan upah dibawah UMR yang berlaku. Faktanya masih ada
beberapa lembaga-lembaga yang memberikan upah dibawah UMR. Selain
karna hal tersebut gaji yang tidak layak dapat pula disebabkan karena
keuangan perusahaan yang tidak mencukupi untuk membayar gaji
karyawan sesuai atau di atas UMR yang berlaku.
55
3. Pertumbuhan angkatan kerja yang setiap tahun meningkat sedangkan
lapangan pekerjaan terbatas.
Pertumbuhan angkatan kerja menyebabkan persaingan antar para
pencari kerja (pengangguran) semakin ketat, sehingga banyak angkatan
kerja yang tidak terserap menjadi tenaga kerja. Pemerintah hendaknya
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan ketenaga kerjaan.
Kebijakan tersebut haruslah diwujudkan dengan usaha kongrit yaitu
memperluas kesempatan kerja dan lapangan kerja serta meningkatkan
mutu tenaga kerja.
4. Sedikitnya investor atau perusahaan-perusahaan besar yang berinvestasi di
Kota Metro.
Hal ini menyebabkan sedikitnya lapangan usaha yang tersedia.
Kota Metro bukanlah kota industry, perusahaan manufaktur masih sangat
sedikit. Menyadari pentingnya penanaman modal asing pemerintah kota
metro harus berupaya menumbuhkan iklim investasi yang kondusif guna
menarik calon investor untuk menanamkan modal masuk ke Kota Metro.
5. Luas wilayah Kota Metro yang sangat kecil.
Hal ini berdampak pada ketersedian lapangan kerja dan
kesempatan kerja serta penyerapan tenaga kerja itu sendiri. Pertumbuhan
penduduk yang cepat tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang
tersedia sehingga menyebabkan angka pengangguran bertambah.
6. Tingkat pendidikan pencari kerja yang rendah dan kurangnya keterampilan
56
Tingkat pendidikan pencari kerja yang rendah dan kurangnya
keterampilan belum mutlak menjadi faktor utama penggangguran dikota
metro hal tersebut dikarnakan terdapat para pengagguran lulusan
perguruan tinggi. Faktanya masih ada lulusan perguruan tinggi yang masih
mengggur. Salah satu masalah yang terkait dengan pengagguran yang
tinggi ini adalah berkaitan dengan pendidikan. Tenaga kerja yang terdidik
seperti lulusan SLTA, diploma, maupun sarjana banyak yang tidak
terserap di bursa kerja. Hal ini menimbulkan pertannyaan tentang
keterkaitan antara produk lembaga pendidikan tersebut dengan kebutuhan
tenaga kerja yang ada. Ternyata tidak semua peluang atau kebutuhan
tenaga kerja yang ada bisa terpenuhi dan mampu menyerap angkatan kerja
yang membutuhkan pekerjaan. Hal demikian menggambarkan adanya
ketidaksejalanan antara kualifikasi angkatan kerja yang ada dengan
kesempatan kerja yang tidak terisi tersebut.
Dalam konteks jenjang pendidikan tinggi maka fakultas-fakultas
maupun jurusan yang ada haruslah dibuka sesuai dengan prediksi
kebutuhan jangka panjang yang sejalan dengan kebutuhan angkatan kerja
yang ada. Begitu pula muatan pada kurikulumnya, perlu mengalami
pengkajian secara berkala sehingga relevan dengan kebutuhan pasar kerja,
disamping tetap memperhatikan aspek yang berkaitan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat 6
faktor penyebab pengagguran di Kota Metro yaitu:
1. Rendahnya pendidikan dan keterampilan
2. Dari ke enam faktor di atas faktor yang paling dominan adalah faktor
rendahnya pendidikan dan keterampilan namun tidak mutlak menjadi
faktor penyebab tingginya angka pengangguran dikota metro hal ini
disebabkan karna ternyata masih ada lulusan perguruan tinggi yang
masing mengaggur juga.
3. Proses mencari kerja (memilih pekerjaan)
4. Pertumbuhan angkatan kerja yang setiap tahunnya meningkat sedangkan
lapangan kerja terbatas,
5. Terbatas atau kurangnya dana yang tersedia dalam menciptakan lapangan
kerja, luas wilayah Kota Metro yang sangat kecil
6. Sedikitnya investor yang berinvestasi di Kota Metro
7. Terjadinya urbanisasi yang menambah angka pengangguran di Kota
Metro.
Pengangguran dikota Metro sangat tinggi hal ini disebabkan karna
para pencari kerja (penggangguran) memiliki lulusan yang tinggi
sedamgkan pekerjaan yang ditawarkan hanya memberikan pekerjaan dan
gaji yang rendah .
58
B. Saran
Dalam Islam tidak ada istilah pengangguran, karena setiap Muslim
diajarkan untuk rajin dan menolak semua kemalasan, dimana buktinya
Buktinya kita diminta bangun sebelum Subuh untuk Sholat Tahajud dan
Sholat Fajar. Kita diminta melangkahkan kaki ke Masjid dalam keadaan
kondisi gelap, dalam keadaan dimana banyak manusia bermalas-malasan.
Kita dilarang meminta-minta bahkan dalam kondisi miskin sekalipun. Apakah
ini tidak cukup menjadi bukti bahwa dalam Islam dilarang menjadi pemalas
dan dilarang keras menganggur, karena menganggur hanyalah untuk para
pemalas, dan para pemalas adalah orang-orang yang tidak beragama dengan
benar, tidak ada Iman dan Islam didadanya, tidak ada keyakinan bahwa ketika
dia bertekad kuat, Allah SWT akan membantunya dalam berikhtiar. Untuk
itu hendaklah para pengangguran lebih giat lagi dalam mencari pekerjaan dan
tidak berputus asa.
Bagi dinas tenaga kerja dan transmigrasi kota metro hendaklah progam
kerja dievaluasi dan ditinjau kembali agar lebih evektif dalam mengurangi
pengangguran dikota metro, dinas tenaga kerja harus lebih genjar lagi
mensosialisasikan progam pelatihan kerja agar program pelatihan diketahui
oleh masyarakat dan diminati.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alam S, Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas XI, Yogyakarta: PT Gelora
Aksara, 2006
Bachrawi Sanusi. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2004
Badan Pusat Statistik. Data Strategis BPS. Jakarta: CV Nasional Indah, 2010
Basuki Pujoalwanto. Perekonomian Indonesia. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014
Bambang Widjajanta, Aristanti Widyaningsih, dan Heraeni Tanuatmodjo.
Mengasah Kemampuan Ekonomi . Jakarta: CV Citra Praya
Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2013
Burhanudin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006
Eka Jaka S. Meraih Peluang Kerja 30 Langkah Praktis Dan Efektif Yang
Harus Diperhatikan Para Pencari Kerja. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 3013
Harlik, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Dan Pengangguran
Di Kota Jambi” dalam Jurnal Persepektif Pembiayaan Dan
Pembangunan Daerah, (Jambi: Universitas Jambi), vol 1 no 2 oktober
2013
Iskandar Putong. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2003
Ismawanto, Ekonomi Untuk Sma Dan Ma Kelas XI, Jakarta: CV Gema Ilmu,
2009
Imamul Arifin dan Giana Hadi W, Membuka Cakrawala Ekonomi Untuk
Kelas XI Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Progam Ilmu
Pengetahuan Sosial, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Kardiman, Ending Mulyadi Dan Achmad Kusriadi, Ekonomi Dunia
Keseharian Kita, Jakarta: Yudistira, 2006
60
Michel P. Todaro dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama, 2006
Muhdar. “Potret Ketenagakerjaan Pengangguran, Dan Kemiskinan Di
Indonesia: Masalah Dan Solusi” dalam Jurnal Al- Buhuts, Gorontalo:
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Vol. 11
No 1/ Juni 2015
Mulyadi. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Persepektif Pembangunan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003
Moehar Daniel. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2002
Muhamad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers,
2002
Muhamad Teguh. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori Dan Aplikasi
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2011
Ralona M. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Niaga Swadaya: Gorga Media,
2006
Richard G. Lipsey. Pengantar MakroEkonomi. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama, 1990
Sandono Sukirno. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2010
Sadono Sukirno. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2002
Sugiyono. Pemahaman Penelitian Kualitatif. Bandung: Alva Beta, 2010
Suroto. Strategi Pembangunan Dan Perencanaan Tenaga Kerja. Yogyakarta:
Gadjah Mada Univer sitas Press, 1983
Sutrisno Hadi. Metode Reasech Jilid I. Yogyakarta: UGM, 1993
syahril, Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesempatan Kerja Terhadap
Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat” dalam Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan Publik Indonesia, (Aceh Barat: Universitas Teuku Umar),
Vol 1 No 2/November 2014
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DI KOTA METRO
OUTLINE
Halaman Sampul
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Abstrak
Halaman Orisinalitas Penelitian
Halaman Motto
Halaman Persembahan
Halaman Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
D. Penelitian Relevan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Angkatan Kerja
1. Definisi Angkatan Kerja
84
2. Hubungan Penduduk Dan Angkatan Kerja
3. Diagram Ketenagakerjaan
B. Teori Pengangguran
1. Pengertian Pengangguran
2. Jenis-Jenis Pengangguran
C. Faktor-Faktor Penyebab Pengangguran
D. Dampak Pengangguran
E. Kebijakan Pemerintah Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Sifat Penelitian
B. Sumber Data
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
B. Gambaran Umum Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Angka
Pengangguran Di Kota Metro
C. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Angka Pengangguran Di
Kota Metro
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
85
86
Alat Pengumpul Data (APD)
Penyebab Tingginya Angka Pengangguran Di Kota Metro
A. Interview/Wawancara
1. Interview pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro
a. Faktor apa saja yang menyebabkan pengangguran di kota
metro?
b. Faktor apa yang paling dominan menyebabkan pengangguran
di kota metro?
c. Mengapa angkatan kerja yang ada di kota metro banyak yang
tidak terserap menjadi tenaga kerja?
d. Apa saja yang sudah dilakukan dinas tenaga kerja dan
transmigrasi kota metro untuk mengurangi pengangguran?
e. Berapa bulan sekali kegiatan tersebut dilakukan?
f. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dinas tenaga kerja
untuk mengurangi pengangguran sudah cukup efektif untuk
mengurangi pengangguran?
g. Apa saja yang sudah dilakukan dinas tenaga kerja dan
transmigrasi kota metro untuk menciptakan lapangan
pekerjaan?
h. Apakah kota metro menyediakan lapangan pekerjaan bagi para
pencari kerja /angkatan kerja yang ada di kota metro?
2. Interview pada masyarakat pengangguran yang ada di kota Kota
Metro
a. Apa penyebab anda menganggur?
b. Sudah berapa lama anda mengaggur?
c. Adakah usaha anda untuk mencari pekerjaan?
d. Pekerjaan apa yang anda inginkan?
87
e. Pernahkah anda mengikuti pelatihan kerja yang di lakukan oleh
dinas tenaga kerja dan transmigrasi kota metro?
3. Interview pada Bursa Kerja (Job Fair) yang ada di Kota Metro
a. Menurut anda seberapa banyak ketersediaan lapangan kerja
bagi para pencari kerja di Bursa Kerja?
b. Adakah data yang menunjukkan besar atau kecilnya keterseiaan
lapangan kerja dibursa kerja?
c. Apakah bursa kerja mampu menyerap angkatan kerja yang ada
di kota metro?
d. Menurut anda lebih besar mana angkatan kerja atau
ketersediaan lapangan kerja di Bursa Kerja?
e. Banyakkan angkatan kerja yang mendaftar di Bursa Kerja?
f. Biasanya angkatan lulusan apa yang bisa mendaftar di bursa
kerja?
g. Berapa bulan sekali kegiatan ini dilakukan?
h. Menurut anda apakah bursa kerja ini sudah mampu mengurangi
pengangguran di kota metro
B. Dokumentasi
1. Buku-Buku Yang Berkaitan Dengan Penelitian
2. Data yang berkaitan dengan dengan profil Kota Metro
88
89
90