SKRIPSI PENGARUH KONSELING REALITA TEKNIK WDEP … · Pengaruh konseling realita teknik WDEP...
Transcript of SKRIPSI PENGARUH KONSELING REALITA TEKNIK WDEP … · Pengaruh konseling realita teknik WDEP...
SKRIPSI
PENGARUH KONSELING REALITA TEKNIK WDEP
TERHADAP ADAPTATION DAN RESPONSIBILITY
MAHASISWA D3 KEBIDANAN TINGKAT I
DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2019
Oleh :
MARISKA REGINA
032015030
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2019
SKRIPSI
PENGARUH KONSELING REALITA TEKNIK WDEP
TERHADAP ADAPTATION DAN RESPONSIBILITY
MAHASISWA D3 KEBIDANAN TINGKAT I
DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2019
Memperoleh Untuk Gelar Sarjana Keperawatan
Dalam Program Studi Ners
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth
Oleh :
MARISKA REGINA NAINGGOLAN
032015030
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2019
ABSTRAK
Mariska Regina 032015030
Pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility
mahasiswa D3 kebidanan tingkat 1 STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019
Prodi Ners 2019
Kata kunci : konseling realita teknik WDEP, adaptation, responsibility
(iv + 65 + lampiran)
Beberapa tantangan mahasiswa tingkat pertama perguruan tinggi adalah
karena berpindah tempat yang dulunya bersama orang tua sekarang harus belajar
mandiri, perbedaan cara belajar, pergaulan dimana harus beradaptasi dengan
karakter yang berbeda, harus terbiasa dengan teman- teman yang berasal dari latar
belakang yang berbeda dan perbedaan suku yang harus mereka terima. Konseling
realita teknik WDEP adalah serangkaian teknik, metode, dan instrumen yang
bertujuan membantu orang untuk beralih dari perilaku yang tidak efektif menuju
perilaku yang efektif. Penelitian bertujuan mengidentifikasi adaptation dan
responsibility sebelum diberikan konseling realita teknik WDEP dan sesudah
diberikan konseling realita teknik WDEP, dan menganilisis pengaruh konseling
realita teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility mahasiswa D3
kebidanan di STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019. Pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling dengan rancangan pre eksperimental one
group pre post design. Analisis melalui fisher’s exact test: adaptation p value=
0,000 (p< 0,05), dan responsibility p value= 0,000 (p< 0,05). Dapat, disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh bermakna konseling realita teknik WDEP terhadap
adaptation dan responsibility mahasiswa D3 kebidanan tingkat I STIKes Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019.
Daftar pustaka (2008- 2018)
ABSTRACT
Mariska Regina 032015030
The Effects of WDEP Technical Reality Counseling on the Adaptation and
Responsibility of D3 of Midwifery Students Level 1 at STIKes Saint Elisabeth
Medan 2019
Nursing Study Program
Keywords: counseling reality technique WDEP, adaptation, responsibility
(iv + 65 + attachments)
Some of the challenges of first-level college students are that moving places that
used to be with parents now have to learn independently, different ways of
learning, relationships where they have to adapt to different characters, must be
familiar with friends who come from different backgrounds and ethnic differences
they must accept. Realistic WDEP technique counseling is a series of techniques,
methods, and instruments that aims to help people switch from ineffective
behavior to effective behavior. The aim of this study is to identify adaptation and
responsibility before being given counseling on the reality of the WDEP technique
and after counseling the reality of the WDEP technique, and analyzing the
influence of the WDEP technical reality counseling on the adaptation and
responsibility of DIII of midwifery students at STIKes Saint Elisabeth Medan
2019. Pre experimental one group pre post design. Analysis through fisher's exact
test: adaptation p value = 0,000 (p <0.05), and responsibility p value = 0,000 (p
<0.05). It can be concluded that there is a significant effect of WDEP technical
reality counseling on the adaptation and responsibility of DIII of midwifery
students at STIKes Saint Elisabeth Medan 2019.
Bibliography (2008-2019)
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP
Terhadap Adaptation dan Responsibility Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I Di
STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019”. Skripsi ini disusun bertujuan untuk
melengkapi tugas dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ners
STIKes Santa Elisabeth Medan.
Dalam penyusunan skripsi penelitian ini telah banyak bantuan, bimbingan,
dan dukungan yang diberikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Mestiana Br. Karo, DNSc, selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan dan
dosen pembimbing serta penguji I, yang telah memberikan kesempatan,
fasilitas, dan banyak memberi waktu juga sabar dalam membimbing kami,
memberikan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
2. Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN, selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Santa Elisabeth Medan yang telah mengizinkan dan memberikan kesempatan
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Murni Simanullang, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing dan
penguji II yang telah sabar, banyak memberikan saran dalam membimbing
dan memberikan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
xii
4. Lindawati Simorangkir, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku dosen penguji III yang
telah bersedia menguji, banyak memberikan saran dan memberikan arahan
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh staf dosen dan pegawai STIKes Program studi Ners Santa Elisabeth
Medan yang telah membimbing, mendidik, memotivasi, dan membantu
peneliti dalam menjalani pendidikan.
6. Teristimewa kepada keluarga tercinta, kepada Ayahanda Jhon P. Nainggolan
dan Ibunda Dominika yang telah membesarkan dan memberikan dorongan
motivasi yang sungguh luar biasa. Serta kepada kedua saudara saya terkasih
abang Calvin A. A. Nainggolan dan adik Arwin Danies Nainggolan atas kasih
sayang dan dukungan serta doa yang telah diberikan kepada saya.
7. Koordinator asrama kami Sr. M. Atanasia, FSE dan seluruh karyawan asrama
terkhusus kepada Ibu Widya Tamba yang telah memberikan nasehat dan yang
senantiasa memberi dukungan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh teman- teman program studi Ners tahap akademik angkatan IX 2015
yang berjuang bersama sampai dengan penyusunan tugas akhir ini selesai.
Saya menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar saya
dapat memperbaikinya. Akhir kata, saya mengucapkan banyak terimakasih dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 13 Mei 2019
Peneliti
(Mariska Regina)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. ii
HALAMAN PERSYARATAN GELAR ..................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................ vi
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ....................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
1.3.1 Tujuan umum ...................................................................... 9
1.3.2 Tujuan khusus ..................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
1.4.1 Manfaat teoritis .................................................................... 10
1.4.2 Manfaat praktis ..................................................................... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11 2.1. Adaptation ..................................................................................... 11
2.1.1 Definisi ................................................................................. 11
2.1.2 Aspek- aspek penyesuain ..................................................... 13
2.1.3 Macam- macam adaptation .................................................. 14
2.1.4 Ciri- ciri adaptation yang efektif ........................................ 17
2.1.5 Faktor- factor yang mempengaruhi adaptation .................... 18
2.1.6 Solusi .................................................................................... 19
2.2. Responsibility ................................................................................ 20
2.2.1 Definisi ................................................................................ 20
2.2.2 Aspek- aspek responsibility ................................................. 21
2.2.3 Solusi .................................................................................... 24
2.3. Konseling Realita ......................................................................... 29
2.3.1 Definisi ............................................................................... 29
2.3.2 Tujuan ................................................................................. 29
2.3.3 Konsep konseling realita .................................................... 26
2.3.4 Langkah dalam proses terapi realita .................................... 27
xiv
2.3.5 Teknik konseling realita ..................................................... 30
2.3.6 Standar operasional prosedur .............................................. 33
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .......... 37
3.1. Kerangka Konsep ......................................................................... 37
3.2. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 38
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 39
4.1. Rancangan Penelitian .................................................................... 39
4.2. Populasi Dan Sampel .................................................................... 39
4.2.1 Populasi ................................................................................ 39
4.2.2 Sampel .................................................................................. 39
4.3. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional .............................. 41
4.3.1 Variabel independen.............................................................. 41
4.3.2 Variabel dependen ................................................................. 41
4.3.3 Defenisi operasional .............................................................. 41
4.4. Instrumen Penelitian ...................................................................... 42
4.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................ 43
4.5.1 Lokasi penelitian .................................................................. 43
4.5.2 Waktu penelitian .................................................................. 44
4.6. Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data ............................ 44
4.6.1 Pengambilan data ................................................................. 44
4.6.2 Teknik pengumpulan data .................................................... 45
4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas ................................................. 46
4.7. Kerangka Operasional ................................................................... 47
4.8. Analisa Data .................................................................................. 47
4.9. Etika Penelitian ............................................................................. 48
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................ 49
5.2. Hasil Penelitian ............................................................................ 50
5.2.1 Data demografi .................................................................... 50
5.2.2 Data adaptation dan responsibility pretest .......................... 51
5.2.3 Data adaptation dan responsibility postest .............................. 51
5.2.4 Analisis data ........................................................................ 52
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 53
5.3.1 Adaptation dan responsibility pretest ................................... 50
5.3.2 Adaptation dan responsibility postest ................................... 51
5.3.3 Analisis data ........................................................................ 56
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan ...................................................................................... 61
6.2. Saran ............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar persetujuan menjadi responden ........................................ 67
2. Informed Consent .......................................................................... 68
3. Lembar kuesioner .......................................................................... 69
4. Usulan Judul Skripsi ..................................................................... 70
5. Surat Pengajuan Judul Skripsi ....................................................... 71
6. Lembar permohonan pengambilan data awal penelitian ............... 72
7. Lembar pemberian ijin pengambilan data awal penelitian ........... 73
8. Surat permohonan uji validitas ..................................................... 74
9. Surat keterangan selesai validitas .................................................. 75
10. Lembar permohonan ijin penelitian .............................................. 76
11. Surat persetujuan melakukan penelitian ........................................ 77
12. Surat keterangan selesai penelitian ............................................... 78
13. Modul konseling realita teknik WDEP ......................................... 79
14. Standar operasional prosedur konseling realita teknik WDEP ..... 80
15. Flowchart ...................................................................................... 81
16. Dokumentasi ................................................................................. 82
17. Output ............................................................................................ 83
18. Lembar Konsultasi ........................................................................ 84
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP
Terhadap Adaptation dan responsibility Mahasiswa D3
Kebidanan tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
............................................................... ........................................... 37
Bagan 4.2 Kerangka Operasional Penelitian Pengaruh Konseling Realita
Teknik WDEP Terhadap Adaptation dan responsibility
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat I STIKes Santa Elisabeth
Medan Tahun 2019 ........................................................................ 47
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Survei Awal Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa D3
Keperawatan Tingkat I Di STIKes Santa Elisabeth Medan
Tahun 2019 .................................................................................... 4
Tabel 4.2 Rancangan Penelitian Pre eksperimental one group pre post design
........................................................................................................ 39
Tabel 4.3 Defenisi Operasional Pengaruh Konseling Realita Teknik
WDEP Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa
D3 Kebidanan Tingkat I Di STIKes Santa Elisabeth Medan
Tahun 2019 .................................................................................... 41
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi Mahasiswa
D3 Kebidanan Tingkat I Di STIKes Santa Elisabeth Medan
Tahun 2019 .................................................................................... 50
Tabel 5.5 Distribusi Adaptation Responden Pre Test Konseling Realita
Teknik WDEP Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I Di
Stikes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 .................................... 51
Tabel 5.6 Distribusi Responsibility Responden Pre Test Konseling
Realita Teknik WDEP Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat
I Di Stikes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019............................. 51
Tabel 5.7 Distribusi Adaptation Responden Postest Intervensi Konseling
Realita Teknik WDEP Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat
I Di Stikes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019............................. 52
Tabel 5.8 Distribusi Responsibility Responden Postest Intervensi
Konseling Realita Teknik WDEP Pada Mahasiswa D3
Kebidanan Tingkat I Di Stikes Santa Elisabeth Medan Tahun
2019 ................................................................................................ 52
Tabel 5.9 Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP Terhadap
Adaptation Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I STIKes Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019 ........................................................ 52
Tabel 5.10 Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP Terhadap
Responsibility Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I STIKes
Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 .............................................. 53
xviii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 5.1 Distribusi Adaptation Responden Pretest Konseling Realita
Teknik WDEP Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I STIKes
Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 ............................................. 53
Diagram 5.2 Distribusi Responsibility Responden Pretest Konseling Realita
Teknik WDEP Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I STIKes
Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 ............................................. 55
Diagram 5.3 Distribusi Adaptation Responden Post Intervensi Konseling
Realita Teknik WDEP Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I
STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 ................................ 54
Diagram 5.4 Distribusi Adaptation Responden Post Intervensi Konseling
Realita Teknik WDEP Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I
STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 ................................ 55
xix
DAFTAR SINGKATAN
WDEP : Want, Doiing and Direction, Evaluation, Plans
PBL : Problem Based Learning
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung proses keberhasilan
pembangunan suatu Negara, dengan sistem pendidikan yang baik dapat
mendorong suatu Negara menjadi Negara yang maju. Sebagaimana pepatah
“pendidikan adalah pintu dan jendelanya dunia”, dengan pendidikan akan
membuka wawasan dan cara pandang sebuah Negara dalam proses pembangunan
nasionalnya. Pendidikan telah dilaksanakan semenjak adanya manusia, pada
hakekatnya pendidikan merupakan serangkaian peristiwa yang kompleks yang
melibatkan komponen antara lain tujuan, peserta didik, pendidik, isi atau bahan,
cara atau metode, dan situasi atau lingkungan (Puspita, 2014).
Responsibility adalah sesuatu yang harus dilakukan sebagai bagian dari
pekerjaan, peran, atau kewajiban hukum (English oxford living Dictionaries).
Mahasiswa harus memiliki responsibility untuk semua tugas yang berhubungan
dengan pembelajaran yang mempercepat pembelajaran dan mengembangkan
keterampilan belajar. Dan responsibility inilah yang paling enggan diterima oleh
siswa. Mereka lebih suka jika guru meringkas ceramah, memecahkan masalah,
menyediakan slide PowerPoint, dan memberikan penghargaan atas usaha
(Weimer, 2017).
Responsibility pembelajar dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
merencanakan, mencapai, dan mengevaluasi pekerjaan. Dengan demikian pelajar
harus mengambil responsibility sebagai proses pembelajaran lengkap yang
2
mencakup penetapan tujuan serta memilih metode dan materi kerja (Ivarsson, &
Fredrik, 2013). Responsibility dapat mengatur keadaan kelas dan bagaimana kelas
akan dijalankan, menciptakan dan mempertahankan iklim yang kondusif untuk
belajar, pengambilan keputusan mengenai bagaimana mereka akan belajar dan
bagaimana pembelajaran itu akan dinilai, dan memberikan umpan balik yang
membantu rekan-rekan mereka memperbaiki (Weimer, 2017).
Adaptation adalah proses dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Oleh karena banyaknya stressor tidak dapat dihindari,
promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga, atau
komunitas terhadap stress (Mubarak, dkk, 2015). Adaptation merupakan proses
yang melibatkan respon- respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan
individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan,
frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan
batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia dimana
ia hidup (Handono, 2015).
Clincui (2013) yang menjadi hal terpenting pada mahasiswa tahun pertama
adalah adaptation perguruan tinggi, karena banyaknya kemungkinan kesulitan
adaptation yang dapat dihasilkannya. Siswa dari Amerika gagal mendapatkan
gelar karena 57% dari mereka putus sekolah akibat adaptation yang tidak baik.
Tinjauan literatur adaptation mengungkapkan banyak konstruksi relevan terkait
dengan penyesuaian perguruan tinggi, seperti kecemasan, depresi, kerentanan
stres, kemarahan, suasana hati, penyakit mental, indikasi untuk adaptasi negatif.
3
Pearce (2018) menyatakan tindakan adaptation yang dilaporkan terutama
berasal dari Australia bagian timur, yaitu di New Wales, Victoria, dan Queensland
melaporkan tindakan adaptasi 40% rendah. Dari ketiga negara bagian ini,
Queensland dilaporkan memiliki tindakan adaptasi di antar penduduk rendah
yakni 32%.
Mitasari (2017) gambaran data penelitian berdasarkan daerah mahasiswa,
yaitu Nusa Tenggara Timur (63 responden) Kalimantan (9 responden) Maluku (4
responden) Papua (2 responden) Timor Leste (1 responden) diperoleh bahwa rata-
rata kondisi ketidakmampuan adaptasi mahasiswa juga tergolong tinggi yaitu
sebesar 51%.
Penelitian Vazques (2014) yang dilakukan di Universitas Spanyol
menunjukkan bahwa tingkat responsibility masih rendah yakni 44%. Romi, dkk
(2014) menyatakan bahwa mahasiswa Tiongkok memiliki responsibility
individual sebesar 60,92%, dan responsibility bersama sebesar 82,70% yang lebih
baik daripada Israel dan Australia yang masih digolongkan rendah.
Aulia (2018) mengatakan bahwa mahasiswa tahun pertama yang berasal
dari Kalimantan tengah, Nusa Tenggara Timur, Lampung, dan Jambi, terdapat 4
dari 6 orang informan mengaku memiliki kesulitan dalam memulai hubungan dan
mengakibatkan mereka menjadi menutup diri, dan bahwa mahasiswa baru akan
memiliki lebih banyak responsibility atau sedikit kekhawatiran seperti kebutuhan
untuk tampil, persaingan nilai, takut akan kegagalan, pilihan karir, hubungan
teman sebaya, dan banyak aspek lingkungan kuliah lainnya.
4
Tabel 1.1 Survei Awal Adaptation dan Responsibility Mahasiswa D3
Keperawatan Tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan tahun
2019
No Pertanyaan Jawaban Jlh
Ya % Tidak %
1. Belajar tepat waktu sesuai jadwal 14 48,3 15 51,7 29
2. Berani mengakui kesalahan ketika
berbuat salah
14 48,3 15 51,7 29
3. Sangat teliti dalam mengerjakan
tugas
9 31,0 20 69,0 29
4. Menyapa karyawan dan staf
sekolah setiap kali saya berjumpa
dengannya
14 48,3 15 51,7 29
5. Mengikuti kegiatan yang sesuai
untuk mengembangkan bakat saya
8 27,6 21 72,4 29
6. Selalu ikut berpartisipasi dalam
mengerjakan tugas kelompok
14 48,3 15 51,7 29
Berdasarkan survey awal melalui kuesioner berisi 3 pernyataan positif
untuk adaptation dan 3 pernyataan positif untuk responsibility dengan 29 sampel
yang mengikutsertakan seluruh mahasiswa D3 Keperawatan tingkat I , didapatkan
bahwa rata- rata responsibility mahasiswa menjawab ya sebanyak 12,3 (42,5%)
dan yang menjawab tidak sebanyak 16,6 (57,46%). Hasil adaptation didapatkan
rata- rata yang menjawab ya sebanyak 12 (41,4%) dan yang menjawab tidak
sebanyak 17 (58,6%). Dan dari hasil observasi, sebelumnya mereka berjumlah 31
orang namun sekarang 29 orang.
Beberapa masalah yang diungkapkan dari beberapa mahasiwa D3
kebidanan tingkat I dalam beradaptasi yaitu karena berpindah tempat yang
dulunya bersama orang tua sekarang harus belajar mandiri, perbedaan cara
belajar, pergaulan dimana harus beradaptasi dengan karakter yang berbeda, harus
terbiasa dengan teman- teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda dan
perbedaan suku yang harus mereka terima.
5
Responsibility pada diri individu manusia tumbuh dan berkembang seiring
dengan berjalannya aspek-aspek perkembangan fisiopsikososial. Sikap dan
perilaku responsibility sangat berarti bagi perkembangan pembelajar dalam
mendapatkan pengalaman belajar yang lebih baik. Melalui pembiasaan dan latihan
aspek moral dan keagamaan yang berkembang sejak kecil, maka akan terbangun
perilaku dan sikap bertanggung jawab yang lebih mapan. Peranan lingkungan
terutama keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya,
anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru dan
mengambil teladan suatu model sebagai teladan, baru kemudian menjadi
perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiri inipun pada mulanya
dilakukan karena ada kontrol atau pengawasan dari dirinya sendiri (Rochmah,
2016).
Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu
perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan
akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial, tingkatan moral ini dapat
dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan
lingkungan individu sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya Semakin
meningkat pertimbangan moral, responsibility dan sosialisasi semakin meningkat
secara sinergis. Hal ini mengisyaratkan perlu adanya adaptation, karena untuk
hidup bersama, harus sanggup adaptation terhadap sekelilingnya. Setiap individu
sebagai warga masyarakat pada umumnya harus mengadakan adaptation
(Rochmah, 2016).
6
Mahasiswa tingkat pertama perguruan tinggi harus menghadapi berbagai
perubahan dan tantangan yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan ketika
siswa memasuki SMA. Tahun pertama merupakan tahun yang sangat penting
antara lain karena merupakan masa transisi dari tingkat sebelumnya yang lebih
terbimbing dengan belajar di perguruan tinggi yang bersifat individual dan
banyaknya tekanan yang sifatnya eksternal. Perbedaan- perbedaan yang mereka
rasakan, transisis dari dunia sekolah menuju dunia perkuliahan ini, menjadi
pemicu utama munculnya berbagai permasalahan mahasiswa baru. Adaptation
yang paling nampak pada mahasiswa baru berkaitan dengan sistem pembelajaran
yang berbeda dengan sekolah menengah (Kariimah, 2017).
Adaptation merupakan hal yang penting bagi mahasiswa baru, bila
mahasiswa tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan belajarnya yang baru
akan mengalami potensi terjadinya banyak konflik dan fokus yang dihadapi bukan
hanya masalah akademik. Mahasiswa sebagai individu dan makhluk sosial
membutuhkan kerjasama dan bantuan orang lain dalam memenuhi tugas-
tugasnya, dalam hal ini mahasiswa membutuhkan bantuan dalam penyesuaian
dirinya di lingkungan perguruan tinggi. Perbedaan kualitas lingkunagn sosial
berdampak secra kritis terhadap tingkat adaptation yang lebih baik, yakni kualitas
lingkungan sosial yang lebih tinggi daripada kualitas lingkungan sosial yang
rendah (Kariimah, 2017).
Semakin tinggi kualitas lingkungan sosial yang dimiliki maka semakin
tinggi tingkat kepuasan terhadap dukungan sosial yang dimiliki. Tinggi rendahnya
tingkat kepuasan terhadap lingkungan sosial dapat mempengaruhi pola perilaku
7
yang ditunjukkan oleh individu terhadap lingkungan sosialnya, maka dalam hal
ini berkualitas dari lingkungan sosial dapat memberikan dampak terhadap
kemampuan adaptation khususnya di lingkungan perguruan tinggi dari mahasiswa
baru (Kariimah, 2017).
Kekurangmampuan dalam melakukan penyesuaian diri dengan situasi dan
tuntutan yang ada dapat menimbulkan tekanan- tekanan bagi remaja yang
bersangkutan. Manusia yang baik adalah manusia yang mampu keluar dari setiap
permasalahan hidupnya. Manusia yang mampu menyesuaikan diri dan menerima
dengan realitas yang ada, dan memiliki identitas adalah manusia yang dapat
berkembang dengan baik dan sehat (Novalina, 2017).
Windaniati (2015) mengatasi kekurangmampuan dalam adaptation dengan
menggunakan teknik cognitive restructuring. Bimbingan kelompok juga
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi adaptasi yang kurang. Selain itu self
efficacy dan dukungan sosial juga mampu meningkatkan adaptation (Afidah,
2017). Konseling realita memiliki pengaruh yang besar untuk meningkatkan
penyesuaian diri terlihat dari nilai effect size sebesar 0,840 (Novalina, 2017).
Penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan untuk membentuk sikap responsibility (Elviana, 2017)
Pemberian layanan penguasaan konten meliputi aspek konten (fakta, data, konsep,
proses, hukum dan aturan, nilai, dan aspek yang menyangkut persepsi, afeksi,
sikap, dan tindakan) dapat meningkatkan tanggung jawab belajar seorang individu
(Aisyah, 2014). Pemberian pendidikan karakter dapat meningkatkan tanggung
jawab pelajar (Rochmah, 2016). Lidyasari (2016) mengatakan bahwa untuk
8
membangun karakter mahasiswa yang bertanggung jawab dilakukan pendekatan
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dan ada pengaruh positif
penggunaan konseling kelompok realita teknik WDEP dalam peningkatan
perilaku bertanggung jawab (Puspita, 2014).
Terapi realita adalah serangkaian teknik, metode, dan instrumen yang
bertujuan membantu orang untuk beralih dari perilaku yang tidak efektif menuju
perilaku yang efektif, dari pilihan destruktif hingga pilihan yang konstruktif dan
yang lebih penting, dari gaya hidup yang tidak memuaskan ke yang memuaskan.
Dalam metode pengobatan ini, menghadapi kenyataan, menerima tanggung jawab
(responsibility) memahami kebutuhan mendasar, penilaian moral tentang apakah
perilaku itu baik atau tidak, berkonsentrasi di sini dan sekarang, pengendalian
internal dan akibatnya mencapai identitas kesuksesan yang secara langsung terkait
dengan harga diri. dan kepercayaan diri berada di bawah tekanan (Farnoodian,
2016).
Bariyyah (2018) menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan serupa
dengan menggunakan teknik konseling realita untuk meningkatkan responsibility.
Satriawan (2014) menyarankan untuk melakukan pelaksanaan konseling realita
secara continue dan terprogram untuk meningkatkan adaptation. Berdasarkan
fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility
mahasiswa D3 kebidanan tingkat I di STIKes St. Elisabeth medan tahun 2019.
9
1.2. Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh post intervensi konseling realita teknik WDEP
terhadap adaptation dan terhadap responsibility mahasiswa D3 kebidanan tingkat
I di STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap
adaptation dan responsibility mahasiswa D3 Kebidanan tingkat I di STIKes Santa
Elisabeth Medan tahun 2019.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi adaptation dan responsibility sebelum diberikan
intervensi konseling realita teknik WDEP.
2. Mengidentifikasi adaptation dan responsibility pada setelah diberikan
intervensi konseling realita teknik WDEP.
3. Menganalisis pengaruh konseling realita Teknik WDEP terhadap
adaptation dan responsibility.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan
informasi tentang pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation
dan responsibility mahasiswa di STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019.
10
1.4.2. Manfaat praktis
1. Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bagi pendidikan
dalam menjalani proses akademik di perguruan tinggi terkait
memberikan intervensi konseling realita teknik WDEP terhadap
adaptation dan responsibility.
2. Bagi responden
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi serta dapat
berguna terkait intervensi konseling realita teknik WDEP terhadap
adaptation dan responsibility.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk data dasar dan
mengembangkan untuk penelitian berikutnya terutama yang
berhubungan dengan penelitian terkait intervensi konseling realita
teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Adaptation
2.1.1 Definisi
Adaptation adalah proses dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Oleh karena banyaknya stressor tidak dapat dihindari,
promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga, atau
komunitas terhadap stress (Mubarak, dkk, 2015). Adaptation merupakan proses
yang melibatkan respon- respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan
individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan,
frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan
batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia dimana
individu hidup (Handono, 2015).
Adaptation adalah penyesuaian optimal terhadap tuntutan lingkungan. Jika
subjek berpindah ke lingkungan lain (objek adaptasi), dengan kondisi kehidupan
yang tidak biasa, dan menghadapi perubahan lingkungan, ini merusak stabilitas;
itu menciptakan perbedaan antara karakteristik subjek dan objek, yang dapat
menyebabkan gangguan fungsional dan hilangnya integritas hubungan sistemik di
antara mereka (Orlov, 2018).
2.1.2 Aspek- aspek adaptation
Adaptation memiliki empat aspek, yaitu:
1. Adaptation, artinya penyesuaian diri dipkamung sebagai kemampuan
seseorang dalam beradaptasi. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang
12
baik, berarti memiliki hubungan yang memuaskan dengan lingkungannya.
Penyesuaian diri dalam hal ini diartikan dalam konotasi fisik (Handono,
2015).
2. Comformity, artinya seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik
bila memenuhi kreteria sosial dan hati nuraninya (Handono, 2015).
3. Mastery, artinya orang yang mempunyai penyesuaian diri baik mempunyai
kemampuan membuat rencana dan mengorganisasikan suatu respons diri
sehingga dapat menyusun dan menanggapi segala masalah dengan efisien
(Handono, 2015).
4. Individual variation, artinya ada perbedaan individual pada perilaku dan
responsnya dalam menanggapi masalah (Handono, 2015).
2.1.3 Macam- macam adaptation
1. Adaptation personal
Adaptation yang diarahkan kepada diri sendiri, meliputi:
a. Adaptation fisik dan emosi
Adaptation ini melibatkan respons- respons fisik dan emosional
sehingga dalam penyesuaian fisik ini kesehatan fisik merupakan pokok
untuk pencapaian penyesuaian yang sehat. Berkaitan dengan hal ini, ada
hal penting berupa adekuasi emosi, kematangan emosi, dan kontrol emosi
(Ghufron, & Rini, 2016).
b. Adaptation seksual
Merupakan kapasitas bereaksi terhadap realitas seksual (impuls,
nafsu, pikiran, konflik, frustasi, perasaan salah, dan perbedaan seks)
13
c. Adaptation moral dan religius
Dikatakan moralitas adalah kapasitas untuk memenuhi moral
kehidupan secara efektif dan bermanfaat yang dapat memberikan
kontribusi ke dalam kehidupan yang baik dari individu (Ghufron, & Rini,
2016).
2. Adaptation sosial
Rumah, sekolah, dan masyarakat merupakan aspek khusus dari kelompok
social dan melibatkan pola- pola hubungan di antara kelompok tersebut dan
saling berhubungan secara integral diantara ketiganya (Ghufron, & Rini,
2016).
a. Adaptation terhadap rumah dan keluarga
Adaptation ini terhadap rumah dan keluarga, otoritas orang tua,
kapasitas tanggung jawab berupa pembatasan dan larangan (Ghufron, &
Rini, 2016).
b. Adaptation terhadap sekolah
Berupa perhatian dan penerimaan murid atau antar murid beserta
partisipasinya terhadap fungsi dan aktivitas sekolah, manfaat hubungan
dengan teman sekolah, guru. Konselor, penerimaan keterbatasan dan
tanggung jawab dan membantu sekolah untuk merealisasikan tujuan
intrinsik dan ekstrinsik. Hal- hal tersebut merupakan cara adaptation
terhadap kehidupan di sekolah (Ghufron, & Rini, 2016).
c. Adaptation terhadap masyarakat
Kehidupan di mesyarakat menkamukan kapasitas untuk berekasi secara
14
efektif dan sehat terhadap realitas (Ghufron, & Rini, 2016).
3. Adaptation marital atau perkawinan
Adaptation ini pada dasarnya adalah seni kehidupan yang efektif dan
bermanfaat dalam kerangka tanggung jawab. Hubungan dan harapan yang
terdapat dalam kerangka perkawinan (Ghufron, & Rini, 2016).
4. Adaptation jabatan dan vokasional
Adaptation ini berhubungan erat dengan penyesuaian diri akademis
(Ghufron, & Rini, 2016).
2.1.4 Ciri- ciri adaptation yang efektif
Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, umumnya memiliki
ciri- ciri sebagai berikut:
1. Memiliki persepsi terhadap realitas yang akurat
2. Memiliki gambaran diri yang positif
3. Mampu mengatasi masalah atau menangani stres dan kecemasan
4. Memiliki hubungan interpersonal yang baik, dan kemampuan untuk
mengekspresikan perasaan (Hutapea, 2014).
2.1.5 Faktor yang mempengaruhi adaptation
Dasar penting bagi terbentuknya suatu pola adaptation adalah kepribadian.
Adaptation merupakan dinamika kepribadian sehingga pembahasan determinasi
adaptation tidak lepas dari adaptation pembahasan determinasi kepribadian.
Perkembangan kepribadian pada dasarnya dipengaruhi oleh interaksi fakta
internal dan eksternal individu. Menurut Hurlock, dalam interaksi ini individu
menyeleksi segala sesuatu dari lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan.
15
Menurutnya, jika interaksi ini harmonis, maka dapat diharapkan terjadi
perkembangan kepribadian yang sehat, sebaliknya jika tidak harmonis diduga
akan muncul masalah perilaku (Ghufron, & Rini, 2016).
Klasifikasi yang memengaruhi perkembangan kepribadian sebagai berikut:
1. Kondisi fisik (seperti hereditas, konstitusi fisik, sistem saraf, sistem kelenjar,
dan sistem otot).
2. Perkembangan dan kemasakan unsur- unsur kepribadian (misalnya kemasakan
intelektual, sosial, moral, dan emosional).
3. Unsur penentu psikologik (seperti pengalaman, proses belajar, dan kebiasaan).
4. Kondisi lingkungan seperti situasi rumah, keadaan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
5. Unsur kebudayaan, termasuk didalamnya pengaruh keyakinan dan agama.
(Ghufron, & Rini, 2016)
Secara garis besar faktor- faktor yang mempengaruhi adaptation dibedakan
menjadi dua. Pertama, faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri individu
yang meliputi kondisi jasmani, psikologis, kebutuhan, kematangan intelektual,
emosional, mental, dan motivasi. Kedua, faktor eksternal yang berasal dari
lingkungan yang meliputi lingkungan rumah, keluarga, sekolah, dan masyarakat
(Ghufron, & Rini, 2016).
2.1.6 Solusi
Teknik mengatasi adaptation, yakni:
1. Teknik cognitive restructuring
Merupakan proses menemukan dan menilai kognisi seseoran, memahami
16
dampak negatif pemikiran tertentu terhadap tingkah laku, dan belajar
mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistik dan lebih
cocok. Reframing restrukturisasi kognitif melibatkan enam langkah:
a. Dasar pemikiran: tujuan dan gambaran umum dari prosedur
b. Identifikasi persepsi klien dan perasaan dalam situasi masalah
c. Disengaja berlakunya persepsi terpilih fitur
d. Identifikasi persepsi alternatif
e. Modifikasi persepsi dalam masalah situasi
f. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut (Windaniati, 2015).
2. Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada
siswa melalui kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, mampu menyusun rencana,
membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
dalam menunjang terbentuknya perilaku yang lebih efektif. Di dalam
bimbingan kelompok terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok
adalah suatu keadaan yang hangat dan terbuka yang ditkamui dengan adanya
sikap saling kerjasama, saling memahami satu sama lain, berinteraksi dan
saling bertenggang rasa. Dengan demikian, siswa merasa nyamkamun tidak
ragu- ragu dalam menceritakan perasaan yang dirasakannya dan mampu
menyampaikan pendapatnya dalam membantu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi oleh anggota kelompok lainnya (Febriyani, 2014).
17
3. Dukungan sosial mampu meningkatkan adaptation.
Dukungan sosial adalah atau bantuan yang berasal dari orang yang
memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan.
Bentuk dukungan ini dapat berupa informasi, tingkah laku tertentu, ataupun
materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa
dicintai. Aspek dukungan sosial ini terdapat empat, apprasisal support,
tangiable support, self esteem support, dan belonging support. Skala
dukungan sosial menggunakan skala interpersonal support evaluation list
(ISEL) yang terdiri dari 40 item. Semakin tinggi nilai yang diperoleh maka
semakin tinggi dukungan sosial yang diterima oleh siswa. Sebaliknya semakin
rendah nilai yang diperoleh siswa maka semakin rendah dukungan sosial yang
diterima (Afidah, 2017).
4. Self efficacy mampu meningkatkan adaptation.
Self efficacy adalah keyakinan seseorang untuk melakukan sesuatu dan
mengarahkannya kepada hasil yang diharapkan, serta kemampuan kompetensi
dirinya untuk melakukan suatu. Aspek self efficacy ini terdapat tiga, yakni
tingkat (level), keluasan (generality), kekuatan (strength). Skala self efficacy
menggunakan skala general self efficacy yang terdiri dari 10 item. Semakin
tinggi nilai self efficacy yang diperoleh siswa maka semakin tinggi tingkat self
efficacy siswa dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah nilai self efficacy
yang diperoleh siswa maka semakin rendah tingkat self efficacy siswa dalam
belajar.tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghadapi hambatan yang terjadi
(Afidah, 2017).
18
5. Konseling realita memiliki pengaruh yang besar untuk meningkatkan
penyesuaian diri terlihat dari nilai effect size sebesar 0,840 (Novalina, 2017).
Prosedur konseling realita selanjutnya akan dibahas pada pembahasan konsep
konseling realita.
2.2. Responsibility
2.2.1 Defenisi
Responsibility adalah sesuatu yang harus dilakukan sebagai bagian dari
pekerjaan, peran, atau kewajiban hukum (English oxford living Dictionaries).
mahasiswa harus memiliki responsibility untuk semua tugas yang berhubungan
dengan pembelajaran yang mempercepat pembelajaran dan mengembangkan
keterampilan belajar. Dan responsibility inilah yang paling enggan diterima oleh
siswa. Mereka lebih suka jika guru meringkas ceramah, memecahkan masalah,
menyediakan slide PowerPoint, dan memberikan penghargaan atas usaha. Banyak
siswa percaya bahwa tugas guru adalah memberikan panduan belajar, meninjau
sesi, dan ujian yang tidak terlalu berat (Weimer, 2017).
Responsibility pembelajar dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
merencanakan, mencapai, dan mengevaluasi pekerjaan. Dengan demikian pelajar
harus mengambil responsibility sebagai proses pembelajaran lengkap yang
mencakup penetapan tujuan serta memilih metode dan materi kerja (Ivarsson, &
Fredrik, 2013). Responsibility adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Responsibility juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Responsibility
19
itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa
setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab (Anwar, 2014).
2.2.2 Aspek- aspek responsibility
Responsibility dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu vertikal, horizontal
dan personal. Pertama, Responsibility secara vertikal adalah responsibility kepada
Tuhan. Kedua, responsibility secara horizontal adalah responsibility yang
berkorelasi dengan hal lain diluar dirinya. Ketiga, responsibility personal adalah
responsibility yang menyangkut substansi dirinya sendiri. Bagian tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut (Anwar, 2014):
1. Responsibility kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Responsibility kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah responsibility
tertinggi dari eksistensi manusia yang beragama. Sebab tujuan utama dari
beragama adalah untuk mengabdi kepada Tuhan. Manusia yang memiliki nilai
responsibility yang kuat kepada Tuhannya akan memberikan efek positif
kepada bentuk responsibility lainnya (kepada makhluk) (Anwar, 2014).
Bentuk responsibility manusia terhadap Tuhan diantaranya adalah:
a. Mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai esensi dari
seorang hamba dengan beribadah, beramal.
b. Berpegang Teguh Kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Memegang amanah
d. Menjaga kesucian agama
e. Mendidik anak dan keluarga dengan pendidikan agama (Anwar, 2014).
20
2. Responsibility kepada diri sendiri
Responsibility kepada diri sendiri merupakan responsibility personal yang
menuntuk motivasi dari dalam diri sendiri. Responsibility personal ini
terkadang begitu berat jika tidak dilakukan latihan secara kontiniu. Ada
banyak orang yang mampu bertanggung jawab kepada orang lain atau hal lain
karena adanya dorongan rasa malu atau keterpaksaan, akan tetapi
responsibility personal tergantung kepada diri manusia itu sendiri (Anwar,
2014).
Responsibility terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang
untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian
sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-
masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurur sifat dasarnya
manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena
merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri,
perasaan sendiri, beranganangan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat,
perasaan dan anganangan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini
manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun
yang tidak (Anwar, 2014). Bentuk responsibility kepada diri sendiri adalah:
a. Membersihkan diri baik fisik maupun rohani
b. Mandiri dalam melakukan hal-hal dalam kehidupan (membersihkan
kamar, taman, mencuci baju sendiri dan lain sebagainya)
c. Mematuhi aturan yang telah dibuat sendiri sebagai contoh siswa atau
mahasiswa yang membuat jadwal pekerjaan dan belajar harian, maka
21
mahaiswa haruslah bertanggung jawab terhadap apa yang telah dibuat
untuk dirinya sendiri (Anwar, 2014).
3. Responsibility kepada tugas
Tugas adalah amanah yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk
dilakukan atau suatu pekerjaan yg menjadi responsibility seseorang atau dapat
juga diartikan dengan suatu perintah yang harus dilaksanakan dengan baik dan
benar. Setiap kita memiliki tugasnya masing-masing sesuai dengan levelnya
dalam kehidupan sosial. Ayah, ibu, anak, kepala sekolah, direktur, pejabat dan
lain sebagainya memiliki responsibility terhadap tugasnya. Seorang ayah
memiliki tanggung jawab untuk menafkahi anak dan istrinya, istri ber-
tanggung jawab menjaga harta, anak dan keluarganya, kepala sekolah
memiliki responsibility terhadap guru dan anak didiknya, semua harus
menjalankan sesuai dengan aturan. Jika seseorang keluar dari tanggung
jawabnya dalam menjalankan tugas maka akan terjadi kerusakan sistem dalam
kehidupan (Anwar, 2014).
2.2.3 Solusi
Teknik mengatasi responsibility:
1. Penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
a. Menentukan para pemain atau pemegang peranan.
b. Pendidik memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain peranan
berkaitan dengan hal-hal yang harus dilakukan dalam drama.
c. Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru.
22
d. Peserta didik bersiap untuk bermain drama.
e. Pendidik menetapkan waktu dalam permainandrama.
f. Peserta didik memainkan drama. Sementara itu guru mengawasi dan
memberikan saran.
g. Peserta didik secara kelompok melakukan diskusi untuk memberikan
pemecahan atas masalah berdasarkan drama yang telah dimainkan.
h. Pendidik bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan (Elviana,
2017).
2. Pemberian layanan penguasaan konten.
Layanan penguasaan konten merupakan salah satu usaha untuk membantu
siswa dalam mengajarkan suatu kebiasaan belajar maupun perilaku tanggung
jawab belajar. Hal ini terkait dengan fungsi pemahaman, yakni layanan
pengusaan konten dimaksudkan untuk memberikan pemahaman menyangkut
konten- konten yang berisi berbagai hal yang perlu dipahami. Seluruh aspek
konten (fakta, data, konsep, proses, hokum dan aturan, nilai, dan aspek yang
menyangkut persepsi, afeksi, sikap, dan tindakan) memerlukan pemahaman
yang memadai (Aisyah, 2014).
Selain itu, penguasaan konten secara langsung maupun tidak langsung
mengembangkan potensi yang dimiliki konseli, namun disisi lain juga
memelihara potensi tersebut. Pengajaran dan pelatihan dalam layanan
penguasaan konten dapat mengemban fungsi pengembangan dan
pemeliharaan. Dengan demikian pelajar dapat menggunakan konten- konten
23
materi yang berkaitan dengan tanggung jawab belajar untuk meningkatkan
tanggung jawab belajarnya sendiri (Aisyah, 2014).
3. Pemberian pendidikan karakter dapat meningkatkan tanggung jawab pelajar.
a. Libatkan pelajar dalam perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah
dan kelas. Partisipasi ini membantu memuaskan kebutuhan pelajar untuk
merasa percaya diri dan merasa memiliki.
b. Dorong pelajar untuk menilai tindakan mereka sendiri. Ketimbang
penghakiman atas perilaku murid, lebih baik ajukan pertanyaan yang
memotivasi murid untuk mengevaluasi perilaku mereka sendiri.
c. Jangan menerima alasan biasanya dimaksudkan untuk menghindari
tanggung jawab. Jangan mendiskusikan alasan. Lebih baik tanya pada
pelajar tentang apa yang akan mereka lakukan suatu kali nanti jika situasi
yang sama terjadi.
d. Beri waktu agar pelajar mau menerima tanggung jawab.
e. Biarkan pelajar berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dengan
mengadakan rapat kelas (Rochmah, 2016).
4. Problem Based Learning (PBL) mampu membangun karakter responsibility
mahasiswa. Tahapan PBL yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan kelompok: mengenalkan anggota, menyusun aturan dasar,
mendefinisikan peran tutor dan mahasiswa
b. Identifikasi masalah: menyelediki masalah, curah piker kemungkinan
penyebab dan efek, menghasilkan ide.
24
c. Pembangkitan ide: menyelidiki masalah, curah pikir kemungkinan
penyebab dan efek, masing-masing aggota menghasilkan ide. Pada
langkah ini diperlukan tanggung jawab setiap anggota, sehingga dosen
hendaknya membimbing secara intens.
d. Menyusun isu-isu belajar: menentukan apa yang mahasiswa butuhkan
untuk dicari agar masalah terpecahkan.
e. Belajar mandiri: mencari informasi. Sebagai konsekwensi proses berpikir
empiris keberadaan informasi/data dalam kerangka berpikir ilmiah sangat
dibutuhkan.
f. Sintesis dan aplikasi: mengevaluasi sumber informasi untuk kredibilitas
dan reliabilitas, menerapkan pengetahuan penelitian yang relevan untuk
masalah, melakukan berbagai informasi dengan teman sejawat, mengkritik
pengetahuan, membangun lagi isu belajar jika diperlukan, diskusi dan
menyusun solusi dan penjelasan (Lidyasari, 2016).
5. Konseling realita teknik WDEP berpengaruh dalam peningkatan perilaku
bertanggung jawab (Puspita, 2014). Prosedur konseling realita selanjutnya
akan dibahas pada pembahasan konsep konseling realita.
2.3. Konseling Realita
2.3.1 Defenisi
Terapi realita adalah serangkaian teknik, metode, dan instrument yang
bertujuan membantu orang untuk beralih dari perilaku yang tidak efektif menuju
perilaku yang efektif, dari pilihan destruktif hingga pilihan yang konstruktif dan
25
yang lebih penting, dari gaya hidup yang tidak memuaskan ke yang memuaskan.
Dalam metode pengobatan ini, menghadapi kenyataan, menerima tanggung jawab
(responsibility), memahami kebutuhan mendasar, penilaian moral tentang apakah
perilaku itu baik atau tidak, berkonsentrasi di sini dan sekarang, pengendalian
internal dan akibatnya mencapai identitas kesuksesan yang secara langsung terkait
dengan harga diri. dan kepercayaan diri berada di bawah tekanan (Farnoodian,
2016).
Terapi realita adalah sebuah metode konseling dan psikoterapi prilaku
kognitif yang sangat berfokus dan interaktif, dan merupakan salah satu yang telah
diterapkan dengan sukses dalam berbagai macam lingkup (Satriawan, 2014).
2.3.2 Tujuan
Secara umum tujuan konseling realita sama dengan tujuan hidup, yaitu
individu mencapai kehidupan dengan success identity. Dalam hal ini identitas
keberhasilannya adalah memiliki gambaran yang positif tentang dirinya.
Pendekatan realita bertujuan memberikan kemungkinan dan kesempatan kepada
konseli agar bisa mengembangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimilikinya
untuk menilai perilakunya sekarang dan apabila perilakunya tidak dapat
memenuhi kebutuhan, maka perlu memperoleh perilaku baru yang lebih efektif
(Khakim, 2017).
2.3.3 Konsep konseling realita
Konseling realita menitikberatkan tanggung jawab yang dipikul konseli
agar konseli berperilaku sesuai dengan realita atau kenyataan yang dihadapi.
Penyimpangan dalam tingkah laku konseli dipkamung sebagai akibat dari tidak
26
adanya kesadaran mengenai tanggung jawab pribadi, bukan sebagai indikasi atau
gejala adanya gangguan dalam kesehatan mental (Khakim, 2017). Menurut
Glasser dalam Khakim (2017), bermental sehat adalah menunjukkan rasa
tanggung jawab dalam semua perilaku, orang perorangan tidak diperkenankan
untuk bertindak sesuka hati, dia harus menunjukkan tingkah laku yang tepat dan
menghindari tingkah laku yang salah (right and wrong behavior).
Terapi realita didasarkan pada teori pilihan. Glasser dalam Corey (2013),
mengatakan teori pilihan adalah lkamusan teori untuk terapi realitas, itu
menjelaskan mengapa dan bagaimana kita berfungsi. Terapi realitas menyediakan
sistem pengiriman untuk membantu individu mengambil kendali yang lebih
efektif dalam kehidupan mereka.
Glasser dalam Corey (2013), terapi terutama terdiri dari membantu dan
terkadang mengajar klien untuk membuat pilihan yang lebih efektif karena
mereka berurusan dengan orang yang mereka butuhkan dalam hidup mereka.
Glasser berpendapat bahwa penting bagi terapis untuk membangun hubungan
yang memuaskan dengan klien sebagai prasyarat untuk terapi yang efektif. Setelah
hubungan ini dikembangkan, keterampilan terapis sebagai guru mengasumsikan
peran sentral.
2.3.4 Hal yang perlu diperhatikan
Adapun hal- hal yang harus diperhatikan dalam proses terapi realitas
dilakukan untuk menciptakan kondisi kondusif dan perubahan pada diri konseli,
sebagai berikut (Gunarsa, 2012):
27
1. Keterlibatan
Konselor menunjukkan keterlibatan dengan konseli dengan sikap yang
hangat, ramah, antusias, genuine dan attending yang baik dengan tujuan
menciptakan kondisi konseling yang efektif. Konselor juga harus berupaya
untuk memahami dan menerima apapun sikap yang diperlihatkan konseli.
Konselor juga harus menunjukkan tekad dan rasa optimis untuk membantu
konseli sehingga dia akan merasa benar-benar dibantu dalam penyelesaian
masalahnya. Pada tahap ini juga konselor bersama konseli akan
mendiskusikan keberhasilan, dan harapan konseli serta kebutuhan yang ingin
dipenuhi (Gunarsa, 2012).
2. Fokus pada perilaku sekarang
Keterlibatan konselor terhadap konseli akan memberikan dorongan untuk
menyadari perilaku sekarang sebagai tahap eksplorasi diri dan meminta
konseli untuk mendeskripsikan hal- hal yang telah dilakukan dalam kondisi
yang dihadapinya. Konselor meminta konseli untuk mengungkapkan rasa
ketidaknyamanan dalam menghadapi masalahnya dan mendeskripsikan hal-
hal yang sudah dilakukan dalam kondisi tersebut (Gunarsa, 2012). Tahapan
yang perlu dilakukan adalah:
a. Eksplorasi keinginan, kebutuhan dan persepsi
b. Menanyakan keinginan-keinginan konseli
c. Menanyakan apa yang benar-benar diinginkan konseli
d. Menanyakan apa yang dipikir konseli tentang yang diinginkan orang lain
dari dirinya dan menanyakan sikap konseli melihat hal tersebut
28
e. Meminta konseli tentang apa yang bisa dilakukan konselor
f. Membuat kesepakatan untuk melakukan konseling setelah mengetahui
harapan yang ingin dilakukan (Gunarsa, 2012).
3. Eksplorasi total behavior konseli
Konselor menjelaskan terhadap konseli tentang cara pkamung terapi
realitas yakni sikap tanggung jawab dan focus pada keadaan sekarang serta
menjelaskan bahwa sumber masalah adalah dari perilakunya bukan
perasaanya. Mengidentifikasi perilaku total konseli yakni apa yang dilakukan,
apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan dan bagaimana respon fisik terhadap
kondisi yang dihadapi konseli dengan tujuan mampu mengetahui arah hidup
konseli karena keempat komponen itu saling berkaitan satu sama lain
(Gunarsa, 2012).
4. Menilai diri sendiri
Konselor menanyakan pada konseli akan efektifitas perilaku konseli,
apakah hal itu baik baginya dan meminta konseli untuk menilai perilakunya,
apakah baik untuk dirinya dan orang lain atau sebaliknya. Konselor
memberikan kesempatan kepada konseli untuk menilai perilakunya sendiri.
pentingnya juga bagi konseli untuk menyatakan kalimat “aku harus berubah”,
kemudian menanyakan komitemen untuk mengikuti proses konseling
(Gunarsa, 2012).
5. Merencanakan tindakan yang bertanggung jawab
Konselor membantu konseli untuk menyususn rencana tindakan
bertanggung jawab secara lebih rinci dan jelas. Rencana tindakan sebaiknya
29
dipilih yang realistis, dan mudah untuk dilakukan dan tidak kaku sehingga
konseli bisa menyesuaikan dengan potensi yang dimiliki (Gunarsa, 2012).
6. Perjanjian (commitment)
Sebagai pembimbing memberikan dorongan untuk merealisasikan rencana
tindakan yang akan dilakukan dengan membuat perjanjian bersama konselor
sesuai dengan waktu yang disepakati dan bersedia untuk melakukannya.
Konseling bisa berakhir dengan kesediaan konseli melakukan hal-hal yang
telah disepakati bersama konselor sebagai tugas rumah dan sepakat untuk
kembali sebagai tahap evaluasi (Gunarsa, 2012).
7. Tidak menerima alasan
Pada pertemuan selanjutnya adalah agenda menanyakan perkembangan
perubahan perilaku konseli. Apakah sudah sesuai dengan rencana yang telah
disepakati atau belum. Apabila belum terlaksana dengan baik maka konselor
membantu konseli untuk merencanakan kembali hal-hal yang belum berhasil
dilakukan (Gunarsa, 2012).
8. Tidak ada hukuman
Konselor tidak dianjurkan memberikan hukuman atau kritik namun
konseli lebih diarahkan kepada konsekuensi yang akan diterima dan terus
memberikan motivasi. Hukuman akan mengurangi keterlibatan seseorang dan
konseli merasa lebih gagal (Gunarsa, 2012).
2.3.5 Teknik konseling realitas
Corey (2013), menggunakan akronim WDEP untuk menjelaskan prosedur
utama dalam praktik terapi realita. Sistem terapi realitas WDEP dapat
30
digambarkan sebagai efektif, praktis, dapat digunakan, berbasis teori, lintas
budaya, dan didirikan pada prinsip-prinsip manusia universal. Sistem WDEP
dapat digunakan untuk membantu klien mengeksplorasi keinginan mereka,
kemungkinan hal-hal yang dapat mereka lakukan, peluang untuk evaluasi diri, dan
merancang rencana untuk perbaikan. Berlkamuskan teori pilihan, sistem WDEP
membantu orang memenuhi kebutuhan dasar mereka. Masing-masing surat
mengacu pada sekelompok strategi: W= keinginan, kebutuhan, dan persepsi; D=
arah dan melakukan; E= evaluasi diri; dan P= perencanaan. Strategi-strategi ini
dirancang untuk mempromosikan perubahan.
1. W (what they WANT)
Terapis realita membantu klien dalam menemukan keinginan dan harapan
mereka. Semua keinginan terkait dengan lima kebutuhan dasar. Pertanyaan
kunci yang diajukan adalah, "Apa yang Kamu inginkan?" Melalui pertanyaan
terapis yang terampil, klien dibantu dalam menentukan apa yang mereka
inginkan dari proses konseling dan dari dunia di sekitar mereka. Berguna bagi
klien untuk menentukan apa yang mereka harapkan dan inginkan dari konselor
dan dari diri mereka sendiri.
2. D (what they are DOING and their overall direction)
Fokus pada saat ini ditkamui dengan pertanyaan kunci yang diajukan oleh
terapis kenyataan: "Apa yang kamu lakukan?". Masalah mungkin berakar di
masa lalu, klien perlu belajar bagaimana menghadapinya di masa sekarang
dengan mempelajari cara-cara yang lebih baik. untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Masalah harus dipecahkan di masa sekarang atau melalui
31
rencana untuk masa depan. Tantangan terapis adalah membantu klien
membuat lebih banyak pilihan yang memuaskan kebutuhan. Di awal
konseling, penting untuk mendiskusikan dengan klien arah keseluruhan hidup
mereka, termasuk ke mana mereka pergi dan ke mana perilaku mereka
membawa mereka. Eksplorasi ini merupakan pendahuluan untuk evaluasi
selanjutnya apakah itu arah yang diinginkan.
Terapis memegang cermin di depan klien dan bertanya, "Apa yang Kamu
lihat untuk diri Kamu sekarang dan di masa depan?". Sering kali perlu waktu
untuk refleksi ini menjadi lebih jelas bagi klien sehingga mereka dapat secara
verbal mengekspresikan persepsi mereka. Terapi realitas berfokus pada
mendapatkan kesadaran dan mengubah perilaku total saat ini. Untuk mencapai
hal ini, terapis realitas fokus pada pertanyaan seperti ini: "Apa yang kamu
lakukan sekarang?", "Apa yang sebenarnya kamu lakukan kemarin?", "Apa
yang ingin kamu lakukan berbeda minggu lalu?", "Apa yang menghentikanmu
melakukan apa yang kamu lakukan sekarang?", " Apa yang akan kamu
lakukan besok? ".
3. E (conduct searching self-evaluation)
Evaluasi diri adalah lkamusan prosedur terapi realitas. Inti dari terapi
realitas, seperti yang telah kita lihat, adalah meminta klien untuk melakukan
evaluasi diri berikut ini: “Apakah perilaku Kamu saat ini memiliki peluang
yang masuk akal untuk mendapatkan apa yang Kamu inginkan sekarang, dan
apakah itu akan membawa Kamu ke arah yang Kamu inginkan untuk pergi?”.
Secara khusus, evaluasi melibatkan klien yang memeriksa arah perilaku,
32
tindakan spesifik, keinginan, persepsi, arah baru, dan rencana. Klien sering
menyajikan masalah dengan hubungan yang signifikan, yang merupakan akar
dari banyak ketidakpuasan mereka. Konselor dapat membantu klien
mengevaluasi perilaku mereka dengan mengajukan pertanyaan ini: "Apakah
perilaku Kamu saat ini membuat Kamu lebih dekat dengan orang-orang yang
penting bagi Kamu atau apakah hal itu membuat Kamu semakin terpisah?".
Melalui pertanyaan yang terampil, konselor membantu klien menentukan
apakah yang sedang mereka lakukan adalah membantu mereka. Tanya jawab
yang membantu membantu klien dalam mengevaluasi perilaku mereka saat ini
dan arah yang mereka ambil.
4. P (Plans)
Sebagian besar pekerjaan penting dari proses konseling melibatkan
membantu klien mengidentifikasi cara spesifik untuk memenuhi keinginan
dan kebutuhan mereka. Setelah klien menentukan apa yang ingin mereka
ubah, mereka umumnya siap untuk mengeksplorasi kemungkinan perilaku lain
dan merumuskan rencana tindakan. Pertanyaan kuncinya adalah, "Apa rencana
Kamu?". Proses membuat dan melaksanakan rencana memungkinkan orang
untuk mulai mendapatkan kontrol yang efektif atas kehidupan mereka. Jika
rencana itu tidak berhasil, untuk alasan apa pun, konselor dan klien bekerja
sama untuk menyusun rencana yang berbeda.
Rencana itu memberi klien titik awal, pijakan hidup, tetapi rencana bisa
dimodifikasi sesuai kebutuhan. Selama fase perencanaan ini, konselor terus-
menerus mendesak klien agar mau menerima konsekuensi atas pilihan dan
33
tindakannya sendiri. Rencana tidak hanya didiskusikan sehubungan dengan
bagaimana mereka dapat membantu klien secara pribadi, tetapi rencana juga
dirancang dalam hal bagaimana mereka cenderung mempengaruhi orang lain
dalam kehidupan klien. Puncak dari siklus konseling terletak pada rencana
tindakan. Meskipun perencanaan itu penting, itu hanya efektif jika klien telah
melakukan evaluasi diri dan memutuskan bahwa dia ingin mengubah perilaku
(Corey, 2013).
2.3.6 Standar operasional prosedur
1. Deskripsi
Terapi realitas adalah serangkaian teknik, metode, dan instrumen yang
bertujuan membantu orang untuk beralih dari perilaku yang tidak efektif
menuju perilaku yang efektif, dari pilihan destruktif hingga pilihan yang
konstruktif dan yang lebih penting, dari gaya hidup yang tidak memuaskan ke
yang memuaskan (Farnoodian, 2016).
2. Tujuan
Memberikan kemungkinan dan kesempatan kepada konseli agar bisa
mengembangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimilikinya untuk menilai
perilakunya sekarang dan apabila perilakunya tidak dapat memenuhi
kebutuhan, maka perlu memperoleh perilaku baru yang lebih efektif
(Khakim, 2017).
3. Indikasi
a. Ketimpangan dalam tingkah laku
b. Tidak ada kesadaran mengenai tanggung jawab
34
4. Prosedur
a. Persiapan (preparation)
Baik konseli maupun konselor mempersiapkan diri untuk berani
mengungkapkan harapan- harapan dan solusi- solusi yang akan
dibicarakan nantinya.
b. Pembukaan (preamble)
Konselor menciptakan hubungan yang baik dengan konseli.
Menciptakan iklim yang kondusif serta memberikan rasa kepercayaan
klien untuk mengungkapkan masalah. Konselor dapat memulainya
dengan menanyakan kabar, perasaan klien saat ini, penyesuaian kontrak
waktu, menyampaikan tujuan pertemuan.
c. Memulai proses (getting started)
No. Pertemuan Materi Uraian kegiatan tujuan Tujuan
1. Pertama
(45 menit)
Wants 1. Jika kamu adalah
orang yang kamu
inginkan, mau seperti
apakah kamu
nantinya?
2. Akan seperti apa
keluarga kamu jika
keinginan kamu dan
keinginan mereka
cocok?
3. Apa yang akan kamu
lakukan jika kamu
hidup seperti yang
kamu inginkan?
4. Apakah kamu benar-
benar ingin
mengubah hidup
kamu?
5. Apa yang kamu
inginkan yang
tampaknya tidak
Mengeksplorasi
harapan konseli.
35
kamu dapatkan dari
kehidupan?
6. Menurut kamu apa
yang menghentikan
kamu dari melakukan
perubahan yang kamu
inginkan?
2. Kedua (45
menit)
Direction
and doing
1. Apa yang kamu
lakukan sekarang?
2. Apa yang sebenarnya
kamu lakukan
kemarin?
3. Apa yang ingin kamu
lakukan berbeda
minggu lalu?
4. Apa yang
menghentikanmu
melakukan apa yang
kamu lakukan
sekarang?
5. Apa yang akan kamu
lakukan besok?
Mengidentifikasikan
perilaku konseli saat
ini
3. Ketiga (45
menit)
Evaluation 1. Apakah yang Kamu
lakukan membantu
atau menyakiti
Kamu?
2. Apakah yang Kamu
lakukan sekarang
adalah apa yang ingin
Kamu lakukan?
3. Apakah perilaku
Kamu bermanfaat
bagi Kamu?
4. Apakah ada
kesesuaian yang sehat
antara apa yang
Kamu lakukan dan
apa yang Kamu
yakini?
5. Apakah yang Kamu
lakukan melanggar
aturan?
6. Apakah yang Kamu
inginkan realistis atau
dapat dicapai?
7. Apakah itu membantu
Melakukan evaluasi
terhadap kesesuaian
antara harapan
konseli dengan
tindakan yang sudah
dilakukan saat ini.
36
Kamu melihatnya
seperti itu?
8. Seberapa komitmen
Kamu terhadap
proses terapi dan
mengubah hidup
Kamu?
9. Setelah dengan hati-
hati memeriksa apa
yang Kamu inginkan,
apakah itu terlihat
untuk kepentingan
terbaik Kamu dan
demi kepentingan
4. Keempat
(45 menit)
Planning
and
commitment
1. Rencana apa yang
dapat Kamu buat
sekarang yang akan
menghasilkan
kehidupan yang lebih
memuaskan?
2. Apa yang ingin Kamu
lakukan hari ini untuk
mulai mengubah
hidup Kamu?
Membuat rencana
perubahan perilaku
(Corey, 2013)
d. Mengklarifikasi masalah (problem clarification)
Konselor meringkas apa yang menjadi permasalahan konseli dan
kemudian mencocokan atau mengklarifikasi dengan apa yang telah
diringkas kepada klien.
e. Memfasilitasi perubahan perilaku (facilitating attitude change)
Menuliskan lembar planning dari permasalahan- permasalahan yang
telah disampaikan konseli.
f. Terminasi (termination)
Menyampaikan ringkasan dari seluruh proses konseling dan
biarkan konseli mengambil keputusan sendiri.
37
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP
Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa D3
Kebidanan Tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun
2019
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Mempengaruhi antar variabel
KO
NS
EL
ING
RE
AL
ITA
TE
KN
IK W
DE
P
Intervensi
Konseling realita
teknik WDEP
Konseling realita merupakan
teknik bantuan yang diberikan
kepada individu dalam
memecahkan masalah perilaku.
TeknikWDEP:
1. W (what they want)
2. D (what they are doing and
their overall direction)
3. E (conduct searching self-
evaluation)
4. P (plans)
RE
SP
ON
SIB
ILIT
Y
Adaptation adalah penyesuian
optimal terhadap tuntutan
lingkungan.
AD
AP
TA
TIO
N Macam adaptation:
1. Adaptation
personal
2. Adaptation
sosial
3. Adaptation
marital atau
perkawinan
4. Adaptation
jabatan
Ciri- ciri adaptation:
1. Persepsi yang akurat
2. beradaptasi dengan
tekanan atau stress
dan kecemasan
3. gambaran diri yang
positif tentang dirinya
4. Mengekspresikan
perasaannya
5. Relasi interpersonal
baik
Responsibility adalah
perbuatan yang
dilakukan sebagai
perwujudan kesadaran
akan kewajibannya.
Aspek- aspek responsibility:
1.
2. Responsibility kepada diri sendiri
a. Membersihkan diri baik fisik/
rohani
b. Mandiri
c. Mematuhi aturan
1. Responsibility kepada
Tuhan Yang Maha Esa
3. Responsibility kepada tugas
Baik:41- 52
Sedang :27- 40
Buruk: 13- 26
Baik:41- 52
Sedang :27- 40
Buruk: 13- 26
38
3.2. Hipotesa
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan peneliti. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena
hipotesis akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan
interpretasi data (Nursalam, 2014).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha: ada pengaruh konseling realita
teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility mahasiswa D3 Kebidanan
tingkat I di STIKes Santa Elisabeth tahun 2019.
39
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Metode penelitian adalah teknik yang digunakan peneliti untuk menyusun
studi, mengumpulkan dan untuk menganalisis informasi yang relevan dengan
pertanyaan penelitian (Polit, 2012). Peneliti menggunakan rancangan pre
eksperimental one group pre post design (Creswell, 2009). Rancangan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.2. Rancangan Penelitian Pre eksperimental one group prepost design
Pretest Intervensi Posttest
01 X 02
Keterangan:
01 : Nilai observasi sebelum diberikan konseling realita WDEP
X : Intervensi (konseling realita teknik WDEP)
02 : Nilai observasi sebelum diberikan konseling realita WDEP
Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan peneliti
adalah postest only control group design dengan memberikan lembar pretest
kemudian memberikan konseling realita teknik WDEP lalu melakukan posttest.
Pada penelitian ini peneliti, intervensi diberikan konseling realita teknik WDEP
dalam empat kali pertemuan.
4.2. Populasi Dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki ciri- ciri khusus yang
sama dapat berbentuk kecil ataupun besar (Creswell, 2015). Populasi dalam
40
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa D3 Kebidanan tingkat I di STIKes Santa
Elisabeth Medan sejumlah 33 orang.
4.2.2 Sampel
Pengambilan sampel adalah proses pemilihan sebagian populasi untuk
mewakili seluruh populasi. Sampel adalah subjek dari elemen populasi. Elemen
adalah unit paling dasar tentang informasi mana yang dikumpulkan. Dalam
penelitian keperawatan, unsur- unsurnya biasanya manusia (Grove, 2014).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan simple random sampling.
Simple random sampling adalah desain sampling probabilitas paling dasar. dalam
pengambilan sampel acak sederhana, peneliti menetapkan kerangka pengambilan
sampel, nama teknis untuk daftar unsur-unsur dari mana sampel akan dipilih
(Polit, 2012). Jika yang dilakukan adalah penelitian eksperimen maka jumlah
sampel masing- masing kelompok perlakuan antara 10- 20 sampel (Sekaran,
2003).
Dalam penelitian ini peneliti menentukan besar sampel sebanyak 10
responden, dengan membagikan kertas kepada seluruh responden. Bagi orang
yang mendapatkan kertas yang berisi nomor 1- 10 akan terpilih menjadi
responden.
4.3. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
4.3.1 Variabel independen
Variabel independen merupakan faktor yang (mungkin) menyebabkan,
mempengaruhi, atau berefek pada outcome. Variabel ini juga dikenal dengan
41
istilah variabel treatment, manipulated, antecedent atau predictor (Creswell,
2009). Variabel independen pada penelitian ini adalah konseling realita teknik
WDEP.
4.3.2 Variabel dependen
Variabel terikat merupakan variabel yang bergantung pada variabel bebas.
Variabel terikat ini merupakan outcome atau hasil dari pengaruh variabel bebas.
Istilah lain untuk variabel terikat adalah criterion, outcome, effect, dan response
(Creswell, 2009). Variabel dependen pada penelitian ini adalah adaption dan
responsibility.
4.3.3 Definisi operasional
Defenisi operasional berasal dari seperangkat prosedur atau tindakan
progresif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik yang
menunjukkan adanya atau tingkat eksistensi suatu variabel (Grove, 2014).
Tabel 4.3. Defenisi Operasional Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP
Terhadap Adaptation Dan Responsibility D3 Kebidanan Tingkat I
Stikes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
Independen :
Konseling
realita teknik
WDEP
Konseling
realita
merupakan
bantuan yang
diberikan
kepada individu
dalam
memecahkan
masalah dengan
perilaku.
1. W (what they want)
2. D (what they are
doing and their
overall direction)
3. E (conduct searching
self- evaluation)
4. P (plans)
Standar
prosedur
operasional
Nominal 1. Sesuai
2. Tidak
sesuai
Dependen 1:
adaptation
Adaptation
adalah
penyesuian
optimal
terhadap
tuntutan
lingkungan.
1. Persepsi yang akurat
2. beradaptasi dengan
tekanan atau stress
dan kecemasan
3. gambaran diri yang
positif tentang
dirinya
4. Mengekspresikan
perasaannya
Kuesioner
dengan 13
pernyataan.
4=sangat
setuju
3=setuju
2=kurang
setuju
1=tidak
Ordinal Baik= 41-
52
Sedang=
27- 40
Buruk=
13- 26
42
Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
5. Relasi interpersonal
baik
setuju
Dependen 2 :
Responsibility
Responsibility
adalah
perbuatan yang
dilakukan
sebagai
perwujudan
kesadaran akan
kewajibannya.
1. Membersihkan diri
baik fisik/ rohani
2. Mandiri
3. Mematuhi aturan
Kuesioner
dengan 13
pernyataan.
4= selalu
3= sering
2= jarang
1=tidak
pernah
Ordinal Baik= 41-
52
Sedang=
27- 40
Buruk=
13- 26
a. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data agar berjalan dengan lancar (Polit, 2012). Instrumen penelitian yang akan
digunakan adalah angket berupa kuesioner yang berisi mengenai masalah atau
tema yang sedang diteliti sehingga menampakkan pengaruh atau hubungan dalam
penelitian tersebut dan skala (Nursalam, 2013).
Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah menggunakan standar
operasional prosedur untuk konseling realita teknik WDEP. Untuk adaptation
digunakan kuesioner 13 pernyataan yang diadopsi dari penelitian Claudia (2016)
dan dimodifikasi. Sedangkan responsibility digunakan kuesioner 13 pernyataan
yang diadopsi dari penelitian Dewi (2016) dan dimodifikasi. Lembar kuesioner
untuk pernyataan positif adaptation (nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13)
diberikan skor 4= sangat setuju, 3= setuju, 2= kurang setuju, 1= tidak setuju.
Untuk pernyataan positif responsibility (nomor 2, 6, 9, 10, 11, 12, 13) diberikan
skor 4= selalu, 3= sering ,2= jarang, 1= tidak pernah. Untuk pernyataan negatif
responsibility (nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8) diberikan skor 1= sangat setuju, 2= setuju,
43
3= kurang setuju, 4= tidak setuju. Dengan 3 kategori yaitu baik = 41- 52, sedang =
27- 40, buruk = 13- 26.
b. Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi
Peneliti melakukan penelitian di STIKes Santa Elisabeth Medan, Padang
Bulan pasar 8 jln. Bunga terompet No.118 kecamatan Medan Selayang. Peneliti
memilih penelitian di STIKes Santa Elisabeth Medan sebagai tempat meneliti
tepatnya diruang study gedung Hilaria untuk menciptakan rasa keakraban dan
nyaman antara konselor dan konseli, karena lokasi yang strategis bagi peneliti
untuk melakukan penelitian sehingga peneliti dapat mengetahui pengaruh
konseling realita teknik WDEP terhadap adaption dan responsibility D3
Kebidanan tingkat I di STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019, dan populasi
serta sampel dalam penelitian terpenuhi dan mendukung.
4.5.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret – 20 April 2019.
c. Prosedur Penelitian Dan Pengumpulan Data
4.6.1 Pengambilan data
Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subjek proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2014). Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis data primer yakni peneliti memperoleh data secara langsung dari
44
sasarannya. Dimana sebelumnya dinilai adaptation dan responsibility dengan
diberikan kuesioner. Kemudian diberikan intervensi konseling realita teknik
WDEP dilaksanakan 4 kali pertemuan selama ±45 menit. Kemudian diberikan
kuesioner adaptation dan responsibility kembali setelah 2 minggu sebagai
posttest.
4.6.2 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data digunakan kuesioner yang langsung diberikan
kepada subjek. Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara
formal untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2014). Pada proses
pengumpulan data dalam penelitian, peneliti meminta bantuan empat orang dari
teman sebagai asisten. Pengumpulan data dilakukan setelah penulis mendapat izin
dari kepala program studi D3 Kebidanan. Sebelumnya dilakukan uji etik
penelitian. Untuk pengumpulan data dibagi menjadi 2 bagian sebagai berikut:
1. Pre test
Kemudian pada tahap ini penulis memberikan lembar informed
consent kepada responden sebagai bentuk persetujuan menjadi responden.
Kemudian dibagikan kuesioner adaptation dan responsibility kepada
responden.
2. Intervensi
Pada tahap ini peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian
kepada responden kemudian diberikan intervensi konseling realita teknik
WDEP sebanyak 4 kali pertemuan, setiap sesi pertemuan diberikan waktu
selama ±45 menit.
45
3. Post test
Setelah diberikan intervensi sebanyak 4 kali pertemuan, kemudian diakhiri
dengan memberikan kuesioner sebagai posttest setelah 2 minggu selama 15
menit kepada responden.
4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas
1. Uji validitas
Validitas instrument adalah penentuan seberapa baik instrument
tersebut mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Validitas akan
bervariasi dari satu sampel ke sampel yang lain dan satu situasi ke situasi
yang lainnya. Oleh karena itu penguji validitas mengevaluasi penggunaan
instrument untuk tertentu sesuai dengan ukuran yang diteliti (Polit, 2012).
Untuk mengukur validitas dalam penelitian ini digunakan Pearson Product
Moment.
Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji validitas
kuesioner kepada 30 orang mahasiswa S1 Keperawatan tingkat I. Dari
hasil uji validitas yang dilakukan oleh peneliti dari 20 pernyataan
responsibility didapatkan 13 pernyataan setiap variabel valid (nomor 2 ,3
,4 ,6 ,7 ,8 ,11 ,13 ,14 ,15 ,16 ,20). Dari 20 pernyataan adaptation
didapatkan 13 pernyataan setiap variabel valid (nomor 1, 3, 5, 6, 10, 11,
13, 15, 16, 17, 18, 19, 20). Dengan nilai r hitung > r tabel (0,361).
2. Uji reliabilitas
Realibilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
bila fakta atau berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-
46
sama memegang peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan
(Polit, 2012). Uji reliabilitas sebuah instrumen dikatakan reliabel jika
koefisien alpha ≥ 0,80 dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha
(Polit, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji reliabilitas
kepada 30 orang mahasiswa S1 Keperawatan tingkat I. Didapatkan bahwa
koefisien alpha adaptation (0,848) ≥0,80 dan nilai koefisien alpha
responsibility (0,832) ≥ 0,80.
4.7. Kerangka Operasional
Bagan 4.2. Kerangka Operasional Penelitian Pengaruh Konseling Realita
Teknik WDEP Terhadap Adaptation Dan Responsibility D3
Kebidanan Tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun
2019
4.8. Analisa Data
Analisa data berfungsi mengurangi, mengatur dan memberi makna pada
data. Teknik statistik adalah prosedur analisis yang digunakan untuk memeriksa,
mengurangi, dan memberi makna pada data numerik yang dikumpulkan dalam
Seminar hasil
Mengimplementasikan konseling realita teknik WDEP
Pengambilan data posttest setelah 2 minggu
Pengelolaan data menggunakan komputerisasi
Analisa data dan Hasil
Pengajuan
judul
proposal
Pengambilan
data awal
Prosedur izin
penelitian
Memberi informed
consent
47
sebuah penelitian. Statistika dibagi menjadi 2 kategori utama deskriptif dan
inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik ringkasan yang memungkinkan
peneliti untuk mengatur data dan cara yang memberi makna dan memfasilitasi
wawasan. Statistik inferensial dirancang untuk menjawab tujuan, pertanyaan, dan
hipotesis dalam penelitian untuk memungkinkan kesimpulan dari sampel
penelitian kepada populasi sasaran mengidentifikasi hubungan, memeriksa
hipotesis, dan menentukan perbedaan kelompok dalam penelitian (Grove, 2014).
Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data dengan
komputerisasi. Untuk analisis data digunakan uji fisher’s exact test dengan
tingkat kepercayaan 95%, α (0,000) < 0,05 yang artinya ada pengaruh konseling
realita teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility mahasiswa D3
kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019.
4.9. Etika Penelitian
Ketika penelitian digunakan sebagai peserta studi, perhatian harus
dilakukan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik adalah sistem
nilai normal yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur penelitian mematuhi
kewajiban professional, hukum, dan sosial kepada peserta studi. Tiga prinsip
umum mengenai standar perilaku etis dalam penelitian berbasis: beneficence
(berbuat baik), respect for human dignity (penghargaan martabat manusia), dan
justice (keadilan) (Polit, 2012)
Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti menjelaskan terlebih dahulu
tujuan, manfaat dan prosedur penelitian. Penelitian ini dilaksanakan setelah
48
mendapatkan persetujuan dari responden apakah bersedia atau tidak. Seluruh
responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
setelah informed consent dijelaskan. Masalah etika penelitian yang harus
diperhatikan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden
penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed consent
tersebut akan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lemberan persetujuan untuk menjadi responden.
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data yang dilaporkan.
3. Anonymity (tanpa nama)
Memberikan Jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar atau alat
ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan dan atau hasil
penelitian yang disajikan.
49
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Pada bab ini, akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh konseling
realita teknik WDEP terhadap responsibility dan adaptation, pada mahasiswa D3
kebidanan tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan merupakan salah satu karya pelayanan
dalam pendidikan yang didirikan oleh kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth
(FSE) Medan. STIKes Santa Elisabeth Medan berlokasi di Jalan Bunga Terompet
No. 118 Pasar VIII Padang Bulan Medan. STIKes Santa Elisabeth Medan
memiliki program studi D3 Kebidanan yang memiliki visi “menghasilkan tenaga
bidan yang unggul dalam pencegahan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
berdasarkan Daya Kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran
Allah di Indonesia tahun 2022”.
Misi program studi D3 kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan adalah:
1. Melaksanakan metode pembelajaran yang up to date
2. Melaksanakan penelitian dalam pencegahan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal berdasarkan evidence based practice
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai kompetensi
mahasiswa dan kebutuhan masyarakat
4. Meningkatkan softskill dalam pencegahan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal berdasarkan Daya Kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda
kehadiran Allah
50
5. Meningkatkan kerjasama dengan institusi pemerintah dan swasta dalam
pencegahan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
6. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung pencegahan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 30 Maret- 20 April 2019 di
lingkungan STIKes Santa Elisabeth Medan. Adapun jumlah seluruh mahasiswa
D3 Kebidanan tingkat I tahun 2019 sebanyak 33 orang.
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1 Data demografi
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi Mahasiswa D3
Kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Karakteristik f %
Umur
18 tahun 5 50
19 tahun 5 50
Total 10 100
Agama
Katolik 3 30
Kristen protestan 7 70
Total 10 100
Suku
Toba 7 70
Karo 1 10
Nias 2 20
Total 10 100
Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden berumur 18 tahun dalam
sebanyak 5 orang (50%). Responden dalam penelitian ini mayoritas beragama
Kristen protestan yaitu 7 orang (70%). Responden mayoritas bersuku batak toba
sebanyak 7 orang (70%).
51
5.2.2 Data adaptation dan responsibility pretest
Tabel 5.5 Distribusi Adaptation Responden Pretest Konseling Realita Teknik
WDEP Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I Di Stikes Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019
No. Kategori Adaptation
f %
1 Baik 0 0
2 Sedang 10 100
3 Buruk 0 0
Total 10 100
Dari tabel 5.5 diperoleh bahwa pada pre intervensi tingkat adaptation
responden dalam kategori sedang yaitu sebanyak 10 orang (100%).
Tabel 5.6 Distribusi Responsibility Responden Pretest Konseling Realita
Teknik WDEP Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I Di
Stikes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
No. Kategori Responsibility
f % 1 Baik 0 0
2 Sedang 10 100
3 Buruk 0 0
Total 10 100
Dari tabel 5.6 diperoleh bahwa pada pre intervensi tingkat responsibility
responden dalam kategori sedang yaitu sebanyak 10 orang (100%).
5.2.3 Data adaptation dan responsibility posttest
Tabel 5.7. Distribusi Adaptation Responden Posttest Intervensi Konseling
Realita Teknik WDEP Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I
Di Stikes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
No. Kategori Adaptation
f % 1 Baik 9 90
2 Sedang 1 10
3 Buruk 0 0
Total 10 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat adaptation responden pada post
intervensi konseling realita teknik WDEP masuk dalam kategori baik yaitu
sebanyak 9 orang (90%).
52
Tabel 5.8. Distribusi Responsibility Responden Posttest Intervensi Konseling
Realita Teknik WDEP Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I
Di Stikes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
No. Kategori Responsibility
f % 1 Baik 9 90
2 Sedang 1 10
3 Buruk 0 0
Total 10 100
Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh bahwa mayoritas responsibility masuk
dalam kategori baik sebanyak 9 orang (90%).
5.2.4 Analisis data
Tabel 5.9. Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP Terhadap Adaptation
Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I STIKes Santa Elisabeth
Medan Tahun 2019
Adaptation Total
p
value Baik Sedang Buruk
f % f % f % f %
0,000 Pretest 0 0 10 100 0 0 10 100
Posttest 9 90 1 10 0 0 10 100
Total 9 45 11 55 0 0 20 100
Berdasarkan tabel 5.8. diperoleh hasil dengan uji fisher’s exact test
diperoleh p value= 0,000 (p< 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang bermakna konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation
mahasiswa D3 kebidanan tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
Tabel 5.10. Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP Terhadap
Responsibility Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I STIKes
Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Responsibility Total
p
value Baik Sedang Buruk
f % f % f % f %
0,000 Pretest 0 0 10 100 0 0 10 100
Posttest 9 90 1 10 0 0 10 100
Total 9 45 11 55 0 0 20 100
Berdasarkan tabel 5.9. diperoleh hasil dengan uji fisher’s exact test
diperoleh p value= 0,000 (p< 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada
53
pengaruh yang bermakna konseling realita teknik WDEP terhadap responsibility
mahasiswa D3 kebidanan tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Adaptation dan responsibility pretest
Diagram 5.1. Distribusi Adaptation Responden Pretest Konseling Realita
Teknik WDEP Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I STIKes
Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Berdasarkan diagram 5.1 diatas didapatkan hasil bahwa seluruh responden
pada saat pretest memiliki adaptation dalam kategori sedang (100%). Peneliti
berpendapat hal ini memang tidak mudah bagi mahasiswa untuk menyesuaikan
diri dengan tempat kuliah yang memiliki asrama. Dibutuhkan waktu untuk
peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan perkuliahan yang berasrama
akan menimbulkan perubahan yang signifikan bagi mahasiswa yang masih masuk
dalam tahap remaja. Namun responden sudah berusaha sehingga setelah 6 bulan
masuk dalam perkuliahan dan tinggal di asrama mahasiswa masuk dalam kategori
sedang.
Data diatas sejalan dengan penelitian Novalina (2017) yang mendapatkan
keseluruhan responden didapatkan tingkat adaptation mahasiswa dalam kategori
54
rendah. Hal ini dipengaruhi oleh waktu penelitian dilakukan dibawah 3 bulan
setelah memasuki perguruan tinggi yang memiliki asrama.
Clincui, (2013) menyatakan bahwa tahun pertama tampaknya menjadi
yang paling penting untuk adatation perguruan tinggi karena banyaknya
kemungkinan kesulitan adaptation yang dapat dihasilkannya.
Diagram 5.2. Distribusi Responsibility Responden Pretest Konseling Realita
Teknik WDEP Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I STIKes
Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Berdasarkan diagram 5.2 diatas didapatkan hasil bahwa seluruh responden
pada saat pretest memiliki responsibility dalam kategori sedang (100%).
Mahasiswa terbiasa hidup dengan kontrol orangtua, namun di perguruan tinggi
yang rmayoritas mahasiswa merupakan anak perantauan dituntut untuk mandiri
dan mengerjakan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu sesuai dengan kontrol
pribadinya yang artinya bertanggungjawab (responsibility) atas dirinya sendiri.
Biasanya mahasiswa yang adaptationnya rendah memiliki kecenderungan untuk
melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada belajar yang membuat
responsibility sebagai mahasiswa terbengkalai.
Selama konseling berlangsung pada kelompok intervensi ternyata ada
beberapa mahasiswa yang melanjutkan pendidikan dikarenakan kemauan dari
orangtua mahasiswa, bukan dari mahasiswa itu sendiri, akibatnya dibutuhkan
55
waktu yang lama untuk mahasiswa beradaptasi yang mengakibatkan
tanggungjawab sebagai mahasiswa berjalan, namun tidak efektif.
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Hutapea (2014) yang
menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan beradaptasi yang
berbeda- beda merupakan transisi antara bergantungnya individu dengan orangtua
namun sekarang dituntut untuk mandiri dan memiliki responsibility yang baik
terhadap dirinya sendiri.
Penelitian Lidyasari (2016) mendapatkan bahwa berdasarkan observasi
dan wawancara diperoleh realita beberapa mahasiswa belum memiliki karakter
tanggung jawab (responsible) yang ideal, baik sikap maupun perilakunya dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
5.3.2 Adaptation dan responsibility posttest
Diagram 5.3. Distribusi Adaptation Responden Post Intervensi Konseling
Realita Teknik WDEP Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I
STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Diagram 5.3. didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tingkat
adaptation responden pada post intervensi konseling realita teknik WDEP masuk
dalam kategori baik yaitu sebanyak 9 orang (90%).
56
Dengan hasil yang didapatkan peneliti berasumsi bahwa adaptation
meningkat karena mahasiswa memiliki keinginan untuk berubah, mengendalikan
diri, dan dukungan dari orangtua ataupun teman dalam usahanya untuk mencapai
tujuannya secara bertanggungjawab (responsibility) dan bisa membuka diri
terhadap sesama dan lingkungan yang baru.
Shamionov (2013), yang mempengaruhi adaptation mahasiswa adalah
kondisi lingkungan baru di pendidikan universitas, sistem hubungan ke
masyarakat universitas, jaminan sosial, hubungan dengan teman sebaya, profesor,
dan administrasi, organisasi kegiatan pendidikan.
Diagram 5.4. Distribusi Responsibility Responden Post Intervensi Konseling
Realita Teknik WDEP Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I
STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Diagram 5.3. diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tingkat adaptation
responden setelah diberikan konseling realita teknik WDEP masuk dalam kategori
baik yaitu sebanyak 9 orang (90%). Peneliti berasumsi pada dasarnya setiap orang
ingin mencapai kesuksesan dalam hal studi dan karir pekerjaan kedepannya
sehingga mereka harus menyadari perilaku yang baik harus dilakukan selama
masa pendidikan untuk mencapai harapan mereka sendiri. Sehingga dalam
pencapaian tujuan mereka harus bertanggung jawab dalam proses belajar mereka
57
sampai keinginan mereka tercapai. Karena apabila kita tidak konsisten terhadap
responsibility nya proses belajar tidak akan berjalan dengan baik.
Hasil penelitian diatas didukung oleh penelitian Afidah (2017)
menyatakan bahwa kemampuan adaptation cenderung terkait dengan keyakinan
diri sendiri dan dukungan sosial mahasiswa untuk mengerjakan tugas- tugas
(responsibility) yang berorientasi pada hasil yang diharapkan.
5.3.3 Analisis data
1. Pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation
responden
Dari hasil analisis, diperoleh hasil dengan uji fisher’s exact test
diperoleh p value= 0,000 (p< 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang bermakna pada pemberian konseling realita teknik
WDEP terhadap adaptation mahasiswa D3 kebidanan tingkat I STIKes
Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
Peneliti berpendapat hal ini dapat terjadi karena konseling realita
teknik WDEP membantu responden untuk mengingat kembali tujuan
mereka lewat proses konseling tersebut. Responden diajak untuk mampu
berfikir dan bertindak secara sadar sehingga mampu memilih
keputusannya sendiri untuk dapat berkembang dengan lebih mantap,
mampu mengatur diri sendiri yang tentunya tidak bergantung kepada
orang lain dan dapat menyesuaikan diri (adaptation) dengan
lingkungannya.
58
Hal ini didukung oleh penelitian Novalina (2017) menyatakan
bahwa konseling realita teknik WDEP ini diberikan agar tercipta interaksi
dan terbentuk hubungan bersifat membantu yang memungkinkan individu
dapat mengembangkan kesadaran terhadap dirinya. Bersamaan dengan hal
tersebut individu mampu mengorganisir perilakunya untuk mengatasi atau
mencari jalan keluar dari berbagai halangan tersebut. Dan didapatkan
keseluruhan responden yang telah diberikan konseling realita teknik
WDEP menunjukkan peningkatan skor, dengan p value= 0.008 < 0,05
yang artinya ada pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap
adaptation mahasiswa.
Corey (2013) menyatakan bahwa konseling realita teknik WDEP
ini membawa individu termotivasi untuk berubah ketika perilaku mereka
saat ini tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan membawa agar
mereka percaya bahwa mereka dapat memilih perilaku lain yang akan
membuat mereka lebih dekat dengan apa yang mereka inginkan.
Dari pernyataan kuesioner yang telah diberikan, pada kelompok
kontrol terdapat 6 orang yang setuju untuk mengikuti kegiatan yang sesuai
dalam mengembangkan bakat responden. Namun pada kelompok
intervensi semakin meningkat sebanyak 8 orang yang sangat setuju untuk
mengikuti kegiatan yang sesuai dalam mengembangkan bakat yang
dimiliki responden.
Pada kelompok kontrol terdapat 2 orang yang sangat setuju
berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok 6 orang lainnya setuju
59
dan 2 orang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok.
Namun pada kelompok intervensi 9 orang responden sangat setuju
berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok dan 1 orang lainnya
setuju.
Hal ini menunjukkan responden yang menerima konseling realita
teknik WDEP lebih terbuka dengan lingkungan sekitarnya. Mencoba untuk
beradaptasi dengan metode pembelajaran yang berbeda dengan
sebelumnya dan lebih bersosialisasi dengan mengembangkan bakat
mereka daripada harus membuang waktu dengan tindakan yang tidak
membantu mencapai tujuan mereka. Serta responden juga mampu
menyelesaikan masalah pembelajaran dengan cara berkelompok.
2. Pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap responsibility
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil
dengan uji fisher’s exact test dengan p value= 0,000 (p< 0,05). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna pada post
konseling realita teknik WDEP terhadap responsibility mahasiswa D3
kebidanan tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
Tingkat responsibility responden dalam penelitian ini meningkat
karena peneliti berasumsi sebelumnya responden sudah mulai membuka
diri dan mencoba lebih untuk beradaptasi, lewat konseling realita teknik
WDEP yang diberikan kepada responden lebih mengingat kembali
responsibility responden dalam mewujudkan tujuan mereka.
60
Hal ini didukung oleh penelitian Puspita (2014) menyatakan bahwa
kesadaran diri mempengaruhi responsibility yang dijalankan individu
dalam proses akademik. Konsistensi dalam menjalankan responsibility
sebagai mahasiswa akan mencapai keberhasilan dalam proses belajar.
Dalam konseling realita yang bisa individu kendalikan untuk mencapai
kebutuhan dasar adalah dirinya sendiri. Ini berarti bahwa individu sangat
menentukan dalam hubungan pencapaian kebutuhan dasar secara realistis
dan bertanggung jawab (responsibility).
Setelah melewati proses konseling realita tahap want, doing, dan
evaluation individu diharapkan menyadari apa yang sudah dilakukannya
selama ini dalam pencapaian tujuannya. Masuk ke tahap planning yang
telah ditentukan oleh individu haruslah dipertanggung jawabkan
(responsibility) sebaik mungkin. Kemudian individu diharapkan mampu
mempertahankan dirinya untuk mengikuti planning yang telah dibuatnya
sendiri yang membuat dirinya terlatih untuk bertanggung jawab
(responsibility) (Corey, 2013).
Dari pernyataan dalam kuesioner yang telah diberikan, didapatkan
pada kelompok kontrol ada 9 orang jarang meringkas pelajaran yang
sedang dibahas oleh dosen selama mengajar. Sedangkan pada kelompok
intervensi terdapat 5 orang selalu meringkas pelajaran yang sedang
dibahas oleh dosen selama mengajar. Hal ini membuktikan bahwa
kelompok yang diberikan intervensi sadar akan tanggungjawab
61
(Responsible) mereka sebagai mahasiswa dan ada keinginan untuk
berubah.
Ditambah dengan pernyataan kuesioner yang menyatakan pada
kelompok kontrol terdapat 6 orang tidak pernah membuat agenda belajar
setiap hari. Namun pada kelompok intervensi terdapat 7 orang selalu
membuat agenda belajar setiap hari. Peneliti berasumsi bahwa kelompok
intervensi sudah berfikir secara realistis untuk menjalankan
tanggungjawabnya (Responsible) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
sebagai mahasiswa yaitu dengan belajar.
62
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
1. Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat adaptation
dan responsibility sebelum diberikan konseling realita teknik WDEP di
STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019 masuk dalam kategori
sedang yaitu sebanyak 10 orang (100%).
2. Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat adaptation
dan responsibility setelah diberikan intervensi konseling realita teknik
WDEP di STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019 terjadi
peningkatan sehingga masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 9
orang (90%).
3. Dari hasil yang didapat, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation dan
responsibility mahasiswa D3 kebidanan tingkat I STIKes Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019 dengan hasil uji fisher’s exact test untuk
adaptation diperoleh p value= 0,000 (p< 0,05) dan hasil uji fisher’s
exact test untuk responsibility diperoleh p value= 0,000 (p< 0,05).
6.2. Saran
Hasil penelitian dengan jumlah responden sebanyak 10 orang mengenai
pengaruh konseling realita teknik WDEP terhadap responsibility dan adaptation
63
mahasiswa D3 kebidanan tingkat I STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019
maka disarankan:
1. Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan
Hasil penelitian ini diharapkan pendidikan memberikan konseling
realita teknik WDEP ini bagi mahasiswa baru.
2. Bagi koordinator asrama
Hasil penelitian ini diharapkan koordinator asrama dapat
memberikan konseling realita teknik WDEP ini kepada mahasiswa baru
yang tinggal di asrama terkait adaptation dan responsibility mereka.
3. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan dan
mempertahankan hasil konseling realita teknik WDEP ini dengan serius
sampai tujuan mereka berhasil didapatkan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
lanjutan dengan variabel dependen yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Afidah, Mukhodatul. (2017). Pengaruh self efficacy dan dukungan sosial terhadap
penyesuaian diri siswa baru SMA NU 1 Model di pondok pesantren.
Anwar, S. S. (2014). Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Perspektif Psikologi
Agama. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(1), 11-21.
Aulia, W. U., & Pratisti, W. D. (2018). Strategi Koping Mahasiswa Rantau Tahun
Pertama Luar Pulau Jawa (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Bariyyah, K., Hastini, R. P., & Sari, E. K. W. (2018). Konseling Realita untuk
Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar Siswa. Konselor, 7(1).
Clinciu, A. I. (2013). Adaptation and stress for the first year university students.
Procedia-Social and Behavioral Sciences, 78, 718-722.
Corey, Gerald. (2013). Theory And Practice Of Counseling And Psychotherapy
Ninth Edition. Canada: Nelson Education
Creswell, Jhon. (2009). Research design Qualitative, Quantitative and mixed
methods Approaches third edition. American: Sage.
Duriyani, P. P. (2014). Penerapan Konseling Kelompok Realita Teknik Wdep
Untuk Meningkatkan Perilaku Bertanggung Jawab Dalam Mematuhi Tata
Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas Viii-A Smp Negeri 1 Wonoayu-Sidoarjo.
Jurnal BK UNESA, 4(3).
Farnoodian, P. (2016). The effectiveness of group reality therapy on mental health
and self-esteem of students. International Journal Of Medical Research &
Health Sciences, 5(9), 18-24.
Febriyani, T., Latief, S., & Utaminingsih, D. (2014). Peningkatan Penyesuaian
Diri Siswa Melalui Bimbingan Kelompok. ALIBKIN (Jurnal Bimbingan
Konseling), 3(1).
Ghufron, M. Nur, & Rini Risnawita S. (2016). Teori- Teori Psikologi. Jogjakarta:
Ar- Ruzz Media
Grove, Susan. (2014). Understanding nursing research building an evidence
based practice 6th
Edition. China: Elsevier
Gunarsa, Singgih D. (2012). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Handoko, O. T. (2013). Hubungan antara penyesuaian diri dan dukungan sosial
terhadap stres lingkungan pada santri baru. Empathy Jurnal Fakultas
Psikologi, 2(1).
Hutapea, B. (2014). Stres kehidupan, religiusitas, dan penyesuaian diri warga
Indonesia sebagai mahasiswa internasional. Makara Hubs-Asia, 18(1), 25-
40.
Ivarsson, D., & Pihl, F. (2013). Learner responsibility in the English classroom.
Kariimah, G. Q. (2017). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian
Diri di Perguruan Tinggi. Prosiding Psikologi, 3(1), 166-172.
Khakim, Syaiful Rohman. (2017). Class, P. T. S. S. A., & SMA, X. Efektivitas
Konseling Realita Prosedur Wdep Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri
Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Loceret.
Mitasari, Z., & Istikomayanti, Y. (2017). Studi Pola Penyesuaian Diri Mahasiswa
Luar Jawa di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Research
Report, 796-803.
Mubarak WI., Nurul C., Joko S. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan
Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Novalina, S. D. (2017). Efektivitas Konseling Realitas untuk Meningkatkan
Penyesuaian Diri. Analitika, 7(2), 99-104.
Nursalam. 2013. Metodologi penelitian ilmu keperawatan Edisi 4. Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam. 2014. Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nusantoro, E., & Kurniawan, K. (2014). Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar
Melalui Layanan Penguasaan Konten. Indonesian Journal of Guidance
and Counseling: Theory and Application, 3(3).
Orlova, A. A., Pazukhinab, S. V., Yakushinc, A. V., & Tat’yana, M. P. (2018). a
study of first-year students’ adaptation difficulties as the basis to promote
their personal development in university education. Psychology in Russia.
State of the Art, 21(1).
Pearce, T., Rodríguez, E., Fawcett, D., & Ford, J. (2018). How Is Australia
Adapting to Climate Change Based on a Systematic Review?.
Sustainability, 10(9), 3280.
Puspita Duriyani, Putri (2014). Penerapan Konseling Kelompok Realita Teknik
Wdep Untuk Meningkatkan Perilaku Bertanggung Jawab Dalam
Mematuhi Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VIII-A Smp Negeri 1
Wonoayu-Sidoarjo. Jurnal Bk Unesa, 4(3).
Polit. D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing research: Generating and assessing
evidence for nursing practice 7 ed. China: the point
Rochmah, E. Y. (2016). Mengembangkan Karakter Tanggung Jawab Pada
Pembelajar (Perspektif Psikologi Barat Dan Psikologi Islam). AL-
MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman, 3(1), 36-54.
Romi, S., Lewis, R., & Katz, Y. J. (2014). Student responsibility and classroom
discipline in Australia, China, and Israel. Compare, 39(4), 439-453.
Sampurno, Y. G., Siswanto, I., & Efendi, Y. Karakteristik Mahasiswa Bidik Misi
Pendidikan Teknik Otomotif. Jurnal Pendidikan Vokasi Otomotif, 1(1).
Sekaran, U. (2003). Research methods for business: A skill building approach.
John Wiley & Sons.
Vázquez, J. L., L Aza, C., & Lanero, A. (2015). Students’ experiences of
university social responsibility and perceptions of satisfaction and quality
of service. Ekonomski vjesnik: Review of Contemporary Entrepreneurship,
Business, and Economic Issues, 28(S), 25-39.
Weimer, PhD, Maryellen. (2017). Getting students to take responsibility for
learning. (online) (https://www.facultyfocus.com/articles/teaching-
professor-/getting-students-take-responsibility-learning/, diakses 27
November 2018)
Windaniati, W. (2015). Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri Siswa
Melalui Teknik Cognitive Restructuring Pada Kelas X Tkr 1 Smk Negeri 7
Semarang Tahun 2012/2013. Jurnal Penelitian Pendidikan, 32(1).
INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN)
(Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian)
Setelah mendapatkan surat penjelasan mengenai penelitian dari saudari
Mariska Regina, Mahasiswa Ners tahap akademik Akademik santa Elisabeth
Medan dengan judul “Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP Terhadap
Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I Di
STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019”. Maka dengan ini saya
menyatakan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini dengan catatan bila
sewaktu-waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak
membatalkan persetujuan ini.
Medan, Maret 2019
Peneliti Responden
(Mariska Regina) ( )
LEMBAR PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di
D3 Kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Mariska Regina
Nim : 032015059
Alamat : Jln. Bunga Terompet Pasar VIII Medan Selayang
Dengan ini mengajukan dengan hormat kepada saudara/i untuk bersedia
menjadi responden penelitian yang akan lakukan, dengan judul “Pengaruh
Konseling Realita Teknik WDEP Terhadap Adaptation Dan Responsibility
Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat I Tahun 2019”. Penelitian ini tidak
menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda sebagai responden, kerahasian
semua informasi yang diberikan akan dijaga, hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian dan kesediaan saudara menjadi responden bersifat sukarela.
Apabila anda bersedia untuk menjadi responden saya mohon kesediannya
menandatangani persetujuan dan menjawab semua pertanyaan serta melakukan
tindakan sesuai dengan petunjuk yang telah saya buat. Atas penelitian dan
kesediannya menjadi responden, saya mengucapkan terimakasih.
Hormat saya
(Mariska Regina)
Identitas responden
1. Inisial :
2. Umur :
3. Agama :
4. Suku :
No Pertanyaan adaptation SS S KS TS
1. Saya senang ketika mendapatkan teman baru di
kampus.
2. Saya berusaha mengakrabkan diri dengan teman-
teman sekelas.
3. Saya mengikuti kegiatan yang sesuai untuk
mengembangkan bakat saya
4. Saya mengenal staf dan karyawan yang bekerja di
kampus
5. Saya suka menyapa penjaga kampus dan petugas
kebersihan di kampus
6. saya suka mengikuti kegiatan- kegiatan di luar kampus
yang berguna untuk semakin mengembangkan diri saya
7. Saya selalu ikut berpartisipasi dalam mengerjakan
tugas kelompok
8. Saya selalu berbagi cerita dengan teman dekat saya di
kampus
9. Saya mengikuti pelajaran di kelas dengan penuh
perhatian
10. Saya selalu bersedia membantu teman yang kesusahan
11. Saya menanyakan kabar tentang teman yang tidak
masuk kampus
12. Saya selalu menaati tata tertib yang ada di kampus dan
di asrama
13. Saya merasa bersalah ketika saya melanggar aturan
No Pertanyaan Responsibility Jawaban
SL SR JR TP
1. Saya menggunakan jam belajar hanya untuk chatingan
2. Setiap dosen selesai menerengkan pelajaran, saya
selalu meringkas pelajaran yang sedang dibahas oleh
dosen selama mengajar.
3. Saya sulit untuk memahami tugas yang diberikan oleh
dosen sehingga tugas datang bertubi- tubi
4. Saya kurang teliti dalam mengerjakan tugas
5. Saya malas untuk mengerjakan tugas melainkan
mencontek tugas teman
6. Saya mampu belajar minimal 2 jam dalam sehari
7. Saya mudah mengeluh saat mengerjakan tugas
8. Saya menghindar ketika mendapatkan kesulitan dalam
mengerjakan tugas
9. Saya selalu membuat agenda belajar setiap hari
10. Saya memiliki rasa inisiatif untuk lebih giat dalam
belajar
11. Saya belajar tepat waktu sesuai jadwal
12. Saya berani menolak ajakan teman disaat jam pelajaran
berlangsung
13. Saya mampu membantu teman dalam mengerjakan
tugas yang sulit
MODUL
KONSELING REALITA TEKNIK WDEP
5. Defenisi
Konseling realitas merupakan terapi yang berfokus pada perilaku-kognitif
sekarang dan bersifat interaktif, dengan konselor sebagai guru dan model serta
mengonfrontasikan konseli agar mampu menghadapi realita dan memenuhi
kebutuhan dengan tanggung jawab dan tidak merugikan bagi dirinya maupun
orang lain (Palmer, 2011).
6. Tujuan
Memberikan kemungkinan dan kesempatan kepada konseli agar bisa
mengembangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimilikinya untuk menilai
perilakunya sekarang dan apabila perilakunya tidak dapat memenuhi kebutuhan,
maka perlu memperoleh perilaku baru yang lebih efektif (Khakim, 2017).
7. Indikasi
a. Ketimpangan dalam tingkah laku
b. Tidak ada kesadaran mengenai tanggung jawab
8. Prosedur No. Pertemuan Materi Uraian kegiatan tujuan Tujuan
1. Pertama (45
menit)
Wants 1. Konseli diminta
mengeksplorasi harapannya
selama mengikuti pendidikan
di Stikes Santa Elisabeth
Medan dengan bantuan lembar
tugas 1
2. Konseli diminta menjelaskan
hasil eksplorasi harapannya
Konseli dan konselor yang
mendengarkan diminta untuk
memberikan pertannyaan atau
umpan balik pada konseli pada
yang sedang menjelaskan.
Mengeksplorasi
harapan konseli
2. Kedua (45
menit)
Direction and
doing
1. Konseli diminta untuk
menjelaskan perilaku
penyesuaian dirinya saat ini
(menceritakan perilaku
penyesuaian diri yang sudah
dilakukan selama ini selama
pendidikan)
Saat konseli melakukan
identifikasi terhadap tindakan
yang sudah dilakukan saat ini,
konselor memberikan
bimbingan individual pada
tiap konseli agar identifikasi
dilakukan secara benar dan
spesifik
Mengidentifikasikan
perilaku konseli saat
ini
3. Ketiga (45
menit)
Evaluation 1. Evaluasi kesenjangan direction
and doing (hal yang sudah
dilakukan konseli) dan Wants
(harapan)
Konseli dan konselor yang
mendengarkan presentasi
Melakukan evaluasi
terhadap kesesuaian
antara harapan konseli
dengan tindakan yang
sudah dilakukan saat
ini.
diminta untuk melakukan
diskusi dan memberikan
umpan balik atas hasil evaluasi
dari konseli yang sedang
memberikan penjelasan
mengenai perilaku
penyesuaian dirinya
4. Keempat (45
menit)
Planning and
commitment
1. Konseli diminta untuk
membuat rencana perubahan
perilaku.
2. Konseli diminta untuk
menjelaskan rencana
perubahan perilaku yang telah
dibuat.
3. Konseli dan konselor yang
mendengarkan penjelasan
diminta mendiskusikan/
memberi tanggapan mengenai
rencana perubahan perilaku
yang sedang di jelaskan dan
menilai apakah rencana
tersebut cukup realistis untuk
dilaksanakan
4. Apabila diperlukan, konseli
yang sedang menjelaskan
dapat melakukan perubahan
pada rencana perilaku yang
telah dibuat
5. Konseli diberi waktu selama 2
minggu untuk melaksanakan
semua rencana perubahan
perilaku yang telah dibuat.
Konseli dan konselor bertemu
2 minggu kemudian untuk
mendiskusikan hasil
pelaksanaan rencana
perubahan perilaku tersebut.
Membuat rencana
perubahan perilaku
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KONSELING REALITA TEKNK WDEP
9. Deskripsi
Terapi realitas adalah serangkaian teknik, metode, dan instrumen
yang bertujuan membantu orang untuk beralih dari perilaku yang tidak
efektif menuju perilaku yang efektif, dari pilihan destruktif hingga pilihan
yang konstruktif dan yang lebih penting, dari gaya hidup yang tidak
memuaskan ke yang memuaskan (Farnoodian, 2016).
10. Tujuan
Memberikan kemungkinan dan kesempatan kepada konseli agar
bisa mengembangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimilikinya untuk
menilai perilakunya sekarang dan apabila perilakunya tidak dapat
memenuhi kebutuhan, maka perlu memperoleh perilaku baru yang lebih
efektif (Khakim, 2017).
11. Indikasi
c. Ketimpangan dalam tingkah laku
d. Tidak ada kesadaran mengenai tanggung jawab
12. Prosedur
Tahap- tahap konseling realita teknik WDEP
a. Persiapan (preparation)
Baik konseli maupun konselor mempersiapkan diri untuk berani
mengungkapkan harapan- harapan dan solusi- solusi yang akan
dibicarakan nantinya.
b. Pembukaan (preamble)
Konselor menciptakan hubungan yang baik dengan konseli.
Menciptakan iklim yang kondusif serta memberikan rasa kepercayaan
klien untuk mengungkapkan masalah. Konselor dapat memulainya
dengan menanyakan kabar, perasaan klien saat ini, penyesuaian
kontrak waktu, dan menyampaikan tujuan pertemuan.
c. Memulai proses (getting started) No. Pertemuan Materi Uraian kegiatan tujuan Tujuan
1. Pertama (45
menit)
Wants 1. Jika kamu adalah orang
yang kamu inginkan, mau
seperti apakah kamu
nantinya?
2. Akan seperti apa keluarga
kamu jika keinginan kamu
dan keinginan mereka
cocok?
3. Apa yang akan kamu
lakukan jika kamu hidup
seperti yang kamu
inginkan?
4. Apakah kamu benar- benar
ingin mengubah hidup
kamu?
5. Apa yang kamu inginkan
yang tampaknya tidak
Mengeksplorasi
harapan konseli.
kamu dapatkan dari
kehidupan?
6. Menurut kamu apa yang
menghentikan kamu dari
melakukan perubahan yang
kamu inginkan?
2. Kedua (45
menit)
Direction and
doing
1. Apa yang kamu lakukan
sekarang?
2. Apa yang sebenarnya kamu
lakukan kemarin?
3. Apa yang ingin kamu
lakukan berbeda minggu
lalu?
4. Apa yang menghentikanmu
melakukan apa yang kamu
lakukan sekarang?
5. Apa yang akan kamu
lakukan besok?
Mengidentifikasikan
perilaku konseli saat
ini
3. Ketiga (45
menit)
Evaluation 1. Apakah yang Kamu
lakukan membantu atau
menyakiti Kamu?
2. Apakah yang Kamu
lakukan sekarang adalah
apa yang ingin Kamu
lakukan?
3. Apakah perilaku Kamu
bermanfaat bagi Kamu?
4. Apakah ada kesesuaian
yang sehat antara apa yang
Kamu lakukan dan apa
yang Kamu yakini?
5. Apakah yang Kamu
lakukan melanggar aturan?
6. Apakah yang Kamu
inginkan realistis atau
dapat dicapai?
7. Apakah itu membantu
Kamu melihatnya seperti
itu?
8. Seberapa komitmen Kamu
terhadap proses terapi dan
mengubah hidup Kamu?
9. Setelah dengan hati-hati
memeriksa apa yang Kamu
inginkan, apakah itu
terlihat untuk kepentingan
terbaik Kamu dan demi
kepentingan
Melakukan evaluasi
terhadap kesesuaian
antara harapan konseli
dengan tindakan yang
sudah dilakukan saat
ini.
4. Keempat (45
menit)
Planning and
commitment
1. Rencana apa yang dapat
Kamu buat sekarang yang
akan menghasilkan
kehidupan yang lebih
memuaskan?
2. Apa yang ingin Kamu
lakukan hari ini untuk
Membuat rencana
perubahan perilaku
mulai mengubah hidup
Kamu?
(Corey, 2013)
d. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah (problem identification and
clarification)
Konselor meringkas apa yang menjadi permasalahan konseli dan
kemudian mencocokan atau mengklarifikasi dengan apa yang telah
diringkas kepada klien.
e. Memfasilitasi perubahan perilaku (facilitating attitude change)
Menuliskan lembar planning dari permasalahan- permasalahan yang
telah disampaikan konseli.
f. Terminasi (termination)
Menyampaikan ringkasan dari seluruh proses konseling dan
biarkan konseli mengambil keputusan sendiri.
Flowchart Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP Terhadap Adaption
Dan Responsibility D3 Kebidanan Tingkat I Stikes Santa Elisabeth Medan
Tahun 2019
No
Kegiatan
Waktu penelitian
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Izin pengambilan data awal
3 pengambilan data awal
4 Proposal
5 Uji validitas dan reliabilitas
6 Prosedur izin penelitian
7 Memberi informed consent
8 Memberikan konseling realita
pertemuan 1 (Want)
Mengeksplorasi harapan konseli
dengan beberapa pertanyaan sesuai
SOP
9 Memberikan konseling realita
pertemuan 2 (Doing and Direction)
Mengidentifikasi perilaku konseli
saat ini dengan beberapa pertanyaan
sesuai SOP
10 Memberikan konseling realita
pertemuan 3 (Evaluation)
Melakukan evaluasi terhadap
kesesuaian antara harapan konseli
dengan tindakan yang sudah
dilakukan saat ini dengan beberapa
pertanyaan sesuai SOP
11 Memberikan konseling realita
pertemuan 4 (Planning)
Membuat rencana perubahan
perilaku dengan beberapa
pertanyaan sesuai SOP
12 Pengambilan data post- test dengan
memberi kuesioner adaptation dan
responsibility kepada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi.
13 Pengelolaan data menggunakan
komputerisasi
14 Analisa data
15 Seminar hasil penelitian
DOKUMENTASI
HASIL ANALISA BIVARIAT PENGARUH KONSELING REALITA TEKNIK
WDEP TERHADAP ADAPTATION DAN TERHADAP RESPONSIBILITY wdepA * adaptation Crosstabulation
adaptation Total
baik sedang
wdepA
Pretest Count 0 10 10
% within wdepA 0.0% 100.0% 100.0%
Posttest Count 9 1 10
% within wdepA 90.0% 10.0% 100.0%
Total Count 9 11 20
% within wdepA 45.0% 55.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 16.364a 1 .000
Continuity Correctionb 12.929 1 .000
Likelihood Ratio 21.024 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association
15.545 1 .000
N of Valid Cases 20
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50. b. Computed only for a 2x2 table
wdepR * responsibility Crosstabulation
responsibility Total
baik sedang
wdepR
Pretest Count 0 10 10
% within wdepR 0.0% 100.0% 100.0%
Posttest Count 9 1 10
% within wdepR 90.0% 10.0% 100.0%
Total Count 9 11 20
% within wdepR 45.0% 55.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 16.364a 1 .000
Continuity Correctionb 12.929 1 .000
Likelihood Ratio 21.024 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association
15.545 1 .000
N of Valid Cases 20
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50 b. Computed only for a 2x2 table
Descriptives
Statistic Std. Error
totalposttestR
Mean 45.50 .969
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 43.31
Upper Bound 47.69
5% Trimmed Mean 45.61
Median 45.50
Variance 9.389
Std. Deviation 3.064
Minimum 40
Maximum 49
Range 9
Interquartile Range 5
Skewness -.478 .687
Kurtosis -.740 1.334
totalpretestR
Mean 31.60 1.067
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 29.19
Upper Bound 34.01
5% Trimmed Mean 31.33
Median 30.00
Variance 11.378
Std. Deviation 3.373
Minimum 28
Maximum 40
Range 12
Interquartile Range 3
Skewness 1.952 .687
Kurtosis 4.449 1.334
Descriptives
Statistic Std. Error
totalpostestA
Mean 48.30 1.317
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 45.32
Upper Bound 51.28
5% Trimmed Mean 48.67
Median 50.50
Variance 17.344
Std. Deviation 4.165
Minimum 39
Maximum 51
Range 12
Interquartile Range 5
Skewness -1.638 .687
Kurtosis 1.861 1.334
totalpretestA
Mean 34.70 1.309
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 31.74
Upper Bound 37.66
5% Trimmed Mean 34.78
Median 36.00
Variance 17.122
Std. Deviation 4.138
Minimum 28
Maximum 40
Range 12
Interquartile Range 8
Skewness -.380 .687
Kurtosis -1.341 1.334
HASIL ANALISIS UNIVARIAT umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
18 tahun 5 16.7 50.0 50.0
19 tahun 5 16.7 50.0 100.0
Total 10 33.3 100.0 Missing System 20 66.7 Total 30 100.0
agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
katolik 3 10.0 30.0 30.0
kristen protestan 7 23.3 70.0 100.0
Total 10 33.3 100.0 Missing System 20 66.7 Total 30 100.0
suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
toba 7 23.3 70.0 70.0
karo 1 3.3 10.0 80.0
pakpak 2 6.7 20.0 100.0
Total 10 33.3 100.0 Missing System 20 66.7 Total 30 100.0
kategoripretestR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sedang 10 100.0 100.0 100.0
kategoripostestA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sedang 10 100.0 100.0 100.0
kategoripostestA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
baik 9 90.0 90.0 90.0
sedang 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0 kategoripostestR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
baik 9 90.0 90.0 90.0
sedang 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.837 13
Item-Total Statistics responsibility
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Saya menggunakan jam belajar hanya untuk chatingan
34.27 31.513 .568 .822
Setiap dosen selesai menerengkan pelajaran, saya selalu meringkas pelajaran yang sedang dibahas oleh dosen selama mengajar.
34.30 31.734 .414 .830
Saya sulit untuk memahami tugas yang diberikan oleh dosen sehingga tugas datang bertubi- tubi
34.57 31.909 .384 .832
Saya kurang teliti dalam mengerjakan tugas
34.73 31.306 .474 .826
Saya malas untuk mengerjakan tugas melainkan mencontek tugas teman
34.33 31.540 .544 .823
Saya mampu belajar minimal 2 jam dalam sehari
34.47 30.464 .446 .829
Saya mudah mengeluh saat mengerjakan tugas
35.17 31.799 .373 .833
Saya menghindar ketika mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan tugas
34.57 30.599 .449 .828
Saya selalu membuat agenda belajar setiap hari
35.13 30.464 .415 .832
Saya memiliki rasa inisiatif untuk lebih giat dalam belajar
34.50 30.603 .505 .824
Saya belajar tepat waktu sesuai jadwal
34.23 28.599 .701 .808
Saya berani menolak ajakan teman disaat jam pelajaran berlangsung
34.47 29.568 .611 .816
Saya mampu membantu teman dalam mengerjakan tugas yang sulit
34.87 31.568 .495 .825
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.883 13
Item-Total Statistics adaptation
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Saya senang ketika mendapatkan teman baru di kampus
39.73 35.651 .483 .879
Saya berusaha mengakrabkan diri dengan teman- teman sekelas
40.03 32.999 .546 .876
Saya mengikuti kegiatan yang sesuai untuk mengembangkan bakat saya
40.43 34.875 .388 .883
Saya suka berteman dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan
39.87 35.982 .378 .882
Saya mengenal staf dan karyawan yang bekerja di kampus
40.37 32.792 .656 .870
Saya suka menyapa penjaga kampus dan petugas kebersihan di kampus
40.23 31.013 .821 .860
Saya selalu ikut berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok
40.40 32.248 .695 .867
Saya selalu berbagi cerita dengan teman dekat saya di kampus
40.13 32.189 .650 .870
Saya mengikuti pelajaran di kelas dengan penuh perhatian
40.27 32.271 .632 .871
Saya selalu bersedia membantu teman yang kesusahan
40.00 33.448 .682 .870
Saya menanyakan kabar tentang teman yang tidak masuk kampus
40.30 32.424 .626 .871
Saya selalu menaati tata tertib yang ada di kampus dan di asrama
40.07 34.064 .496 .878
Saya merasa bersalah ketika saya melanggar aturan kampus dan asrama
40.17 34.144 .376 .886