SKRIPSI PENGARUH BESARNYA JUMLAH PENDUDUK DAN …
Transcript of SKRIPSI PENGARUH BESARNYA JUMLAH PENDUDUK DAN …
i
SKRIPSI
PENGARUH BESARNYA JUMLAH PENDUDUK DAN INFLASITERHADAP PENGANGGURAN DI KOTA MAKASSAR
PATHUL BAHRI105710190712
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR2016
ii
PENGARUH BESARNYA JUMLAH PENDUDUK DAN INFLASITERHADAP PENGANGGURAN DI KOTA MAKASSAR
PATHUL BAHRI105710190712
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna MemperolehGelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR2016
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحیم
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan seluruh
alam raya ini. Berkat nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
penelitian skripsi ini dengan judul “PENGARUH BESARNYA JUMLAH
PENDUDUK DAN INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN DI KOTA
MAKASSAR”. Shalawat beriring salam penulis sanjung dan sajikan kepada
junjungan alam, panutan seluruh umat, Rasulullah SAW yang telah membawa
umatnya dari alam jahiliyah ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan ini penulis ingin merefleksikan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis, pertama
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Ayahanda dan
Ibunda yang telah mencurahkan kasih dan sayang serta do’a yang tiada henti-
hentinya kepada penulis.
Kemudian ucapan terima kasih kepada Ayahanda Drs. Sanusi A.M, SE.,
M.Si dan Ibunda Syarthini Indrayani SE,. M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah mengarahkan penulis dengan penuh perhatian dan ketulusan.
Penghargaan yang tiada terhingga juga penulis tujukan kepada pihak
fakultas, dosen-dosen pengajar, seluruh karyawan perpustakaan, dan teman-teman
yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT
membalas jasa bapak-bapak, ibu-ibu, dan teman-teman sekalian.
vi
Dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi ini, terdapat banyak kesulitan
dan hambatan yang harus penulis hadapi. Ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu
dan kekurangan pengalaman. Namun, dengan adanya bantuan dan bimbingan
serta petunjuk dari semua pihak, akhirnya penulis dapat menuntaskan karya
ilmiah ini. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengungkapkan
bahwa penyelesaian penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan moral maupun materil dari semua pihak.
Semoga usaha yang penulis laksanakan mendapat rahmat dan berkah dari
Ilahi. Segala yang baik sudah pasti dari-Nya dan yang buruk pasti dari penulis
sendiri.
Makassar, 12 Agustus 2016
Penulis,
(PATHUL BAHRI)
vii
ABSTRAK
Pathul Bahri, 2016. Pengaruh Besarnya Jumlah Penduduk dan InflasiTerhadap Pengangguran di Kota Makassar. di Bimbing oleh Sanusi A.M., danSyartini Indrayani.
Pokok permasalahan adalah apakah besar jumlah penduduk dan inflasiberpengaruh terhadap pengangguran di Kota Makassar. Masalah ini dilihat denganpendekatan kuantitatif dan dibahas dengan model regresi linear berganda.
Pengumpulan data diperoleh dari Badat Pusat Statistik Kota Makassar datadi ambil secara berkala (Time Series) yaitu data Tahunan antara tahun 2007-2015dengan pertimbangan kesediaan data.
Berdasarkn hasil analisis maka pengaruh antara jumlah penduduk denganinflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah pengangguran di KotaMakassar. Variabel dominan yang paling mempengaruhi jumlah pengangguran diKota Makassar adalah inflasi.
Kata Kunci : Besarnya Jumlah Penduduk, Inflasi, Pengangguran.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUUAN.................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iiiKATA PENGANTAR ................................................................................... ivABSTRAK ..................................................................................................... vDAFTAR ISI.................................................................................................. viDAFTAR TABEL.......................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................... 3C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 5A. Jumlah Pertumbuhan Penduduk................................................ 4B. Inflasi ..................................................................................... 11C. Pengangguran.......................................................................... 17D. Kerangka Pikir ........................................................................ 19E. Hipotesis ................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 22A. Lokasi dan Waktu ................................................................... 22B. Jenis dan Sumber Data............................................................ 22C. Metode Pengumpulan Data..................................................... 22D. Metode Analisis ...................................................................... 23
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIANA. Gambaran Umum Kota Makassar........................................... 27B. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Makassar .................... 28C. Pertumbuhan Inflasi Kota Makassar....................................... 31
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Perkembangan Variabel.......................................... 33B. Statistik Deskriptif .................................................................. 38C. Uji Hipotesis ........................................................................... 44D. Uji Statistik F (Deteksi Signifikansi Simultan........................ 45E. Uji Statistik F (Deteksi Signifikansi Parameter Individual) ... 46F. Uji Analisis Regresi Berganda................................................ 46G. Analisis Dan Indikasi.............................................................. 47
ix
BAB VI KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ............................................................................. 52B. Saran ....................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 54LAMPIRAN................................................................................................ 55
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kota Makassar...................................29
Tabel 2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Tidak Produktif dan Produktif
Di Kota Makassar......................................................................................29
Tabel 3 Distribusi Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Pendududk
Kota Makassar..........................................................................................30
Tabel 4 Laju Inflasi................................................................................................31
Tabel 5 Pertumbuhan Inflasi di Kota Makassar.....................................................32
Tabel 6 Jumlah Penduduk dan Beban Tanggungan Penduduk.............................33
Tabel 7 Tingkat Inflasi di Kota Makassar..............................................................34
Tabel 8 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Makassar........................36
Tabel 9 Analisis Descriptive Statistics.................................................................38
Tabel 10 Hasil Itimasi Model Tingkat Pengangguran...........................................39
Tabel 11 Nilai Signifikansi Uji F...........................................................................40
Tabel 12 Hasil Perhitungan Koefficients Regresi Berganda..................................41
Tabel 13 Uji Koefisien Determinasi ( R2 ).............................................................44
xi
DARTAR GAMBAR
Kerangka Pikir Penelitian......................................................................................19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap negara khususnya negara berkembang mengalami masalah yang
sama, yaitu kesulitan untuk mengendalikan peningkatan pengangguran. Keadaan
di negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini, menunjukkan bahwa
pembangunan yang telah dilaksanakan tidak sanggup menyediakan kesempatan
kerja kepada angkatan kerja yang ada. Hal itu terjadi karena laju pertumbuhan
angkatan kerja lebih tinggi dari pertumbuhan kesempatan kerja yang ada.
Pengangguran juga merupakan pilihan bagi setiap individu. Di satu sisi,
Ada orang-orang yang memang menyukai dan tidak ingin bekerja karena mereka
malas, di lain pihak lain ada orang yang ingin bekerja dan sedang mencari
pekerjaan tetapi mereka belum mendapatkan karena tidak sesuai dengan pilihan
(pengangguran sukarela).
Dalam sudut pandang makroekonomi, pengangguran yang tinggi
merupakan suatu masalah. Salah satu gambaran dampak dari tingginya tingkat
pengangguran yaitu akan banyaknya sumber daya yang terbuang percuma dan
pendapatan masyarakat berkurang. Dalam masa-masa seperti itu, tekanan
ekonomi menjalar kemana-mana sehingga mempengaruhi emosi masyarakat
maupun kehidupan rumah tangga sehingga akan mengurangi kesejahteraan
masyarakat. (Samuelson dan Nordhaus, 1996)
2
Kondisi ekonomi Indonesia tertekan setelah krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia pada tahun 1997. Krisis moneter ini melanda kehidupan ekonomi
politik, keamanan, pemerintah, hukum, kepercayaan, sosial budaya, moral
danideologi. Di bidang ekonomi krisis ini berimbas khususnya pada pertumbuhan
ekonomi, ketenagakerjaan di Indonesia dan kemiskinan. Banyak perusahaan yang
bangkrut atau terpaksa melakukan PHK pada sebagian tenaga kerjanya untuk
bertahan.
Inflasi yang makin meningkat di sertai dengan penurunan laju
pertumbuhan ekonomi menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa
menjadi tambah tinggi dengan jumlah anggota keluarga bertambah lebih besar
menyebabkan pertambahan penduduk yang tidak seimbang (Suparmoko,1997).
Sebaliknya, Laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat maka produksi barang
dan jasa akan meningkat pula sehingga meningkatkan standart hidup. Laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya akan memperluas kesempatan kerja
dan menurunkan tingkat pengangguran. Perkembangan ini selanjutnya mendorong
berkurangnya permintaan terhadap tenaga kerja seperti tercermin dari pemutusan
hubungan kerja dan semakin bertambahnya jumlah pengangguran.
Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi dengan naiknya harga
barang-barang pokok khususnya kelompok makanan sebagai akibat
melambungnya harga pangan dunia dan minyak dunia yang mengakibatkan
sebagian perusahaan khususnya yang tergantung dengan produk impor,
mengurangi atau bahkan menghentikan produksinya.
3
Berdasarkan data dari BPS, Secara umum, tingkat pengangguran Sulawesi
Selatan memang mengalami penurunan tetapi Sulawesi Selatan belum berhasil
mengungguli 4 provinsi lain di kawasan pulau Sulawesi. (Gorontalo, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat). Tingkat pengangguran di
Sulawesi Selatan berada di posisi kedua tertinggi untuk pulau Sulawesi.
Berpijak pada kenyataan–kenyataan yang telah dijelaskan diatas maka
penulis tertarik untuk mengamati masalah pengangguran dan mengkaji lebih
dalam lagi kondisi pengangguran di Kota Makassar yang merupakan titik sentral
atau ibu kota Sulawesi Selatan. Selengkapnya, judul penelitian yang akan penulis
angkat adalah : “Pengaruh Besarnya Jumlah Penduduk Dan Inflasi Terhadap
Pengangguran Di Kota Makassar”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah besarnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap jumlah
pengangguran di Kota Makassar?
2. Apakah inflasi berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Kota
Makassar
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh besarnya jumlah penduduk terhadap
jumlah pengangguran di Kota Makassar
2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap jumlah pengangguran di
Kota Makassar
4
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya masalah ketenagakerjaan, inflasi dan
pengangguran.
2. Sebagai bahan rekomendasi bagi pembuat kebijakan ekonomi
khususnya dalam membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
penanggulangan masalah kependudukan, inflasi dan pengangguran.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang berhubungan
dengan kependudukan, inflasi dan pengangguran.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jumlah Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan
penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan
sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan
penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Jumlah penduduk suatu negara misalnya Indonesia, atau penduduk di
suatu wilayah selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena
pertumbuhan penduduk pada wilayah tersebut. Sebagai contoh, hasil sensus
penduduk yang pertama kali diadakan di Indonesia pada tahun 1930, ketika kita
masih berada di bawah penjajahan Belanda, penduduk nusantara hanya berjumlah
60,7 juta jiwa.
Hasil sensus sangat berguna untuk memperlihatkan pertumbuhan
penduduk di suatu negara atau wilayah tertentu. Menyadari hal itu, setelah
Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia, juga mengadakan sensus penduduk
pertama setelah Indonesia merdeka pada tahun 1961. Hasil sensus penduduk
tahun 1961 sebagai sensus penduduk pertama yang diselenggarakan oleh
pemerintah Indonesia menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 97,1
juta jiwa. Sensus penduduk yang ke dua diadakan oleh pemerintah pada tahun
6
1971. Hasil sensus penduduk tahun 1971 menunjukkan penduduk Indonesia
sebanyak 119,2 juta jiwa. Pemerintah mengadakan sensus penduduk yang ke tiga
pada tahun 1980 , hasilnya menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak
146,9 juta jiwa. Sensus penduduk keempat yang dilaksanakan pada tahun 1990
menunjukkan jumlah penduduk Indonesia saat itu sebanyak 178,6 juta jiwa.
Sensus penduduk ke lima diadakan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2000,
data sensus saat itu menunjukkan penduduk Indonesia berjumlah 205,1 juta jiwa.
Sedangkan sensus penduduk ke enam yang diadakan pada tahun 2010
menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa.
Indonesia termasuk negara dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk
yang besar dan berpenduduk banyak. Indonesia juga terdiri atas ribuan pulau,
beragam budaya, ratusan suku, dan ratusan bahasa daerah. Hal ini pula yang
menjadi keunggulan Indonesia dilihat dari segi kependudukannya. Pada tahun
2013, Indonesia tidak memiliki kegiatan pemutakhiran data penduduk, karena
biasanya sensus diadakan setiap 10 tahun sekali. Namun dengan menggunakan
angka pertumbuhan penduduk di Indonesia, diperkirakan jumlah keseluruhan
penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
penduduk sebesar 1,49% per tahun. Keadaan jumlah penduduk sebesar itu, tentu
memerlukan perhatian yang besar dari pemerintah/negara atau lembaga terkait
untuk dapat memenuhi kebutuhan penduduknya, agar jumlah penduduk yang
besar ini dapat berperan sebagai sumber daya pembangunan di tanah air. Jumlah
penduduk di setiap wilayah/provinsi maupun pulau juga berbeda-beda, demikian
juga dengan angka pertumbuhan yang berbeda pula.
7
Pertumbuhan penduduk Indonesia semakin tahun semakin bertambah
jumlahnya. Jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 1971
sampai tahun 1980 sebanyak 28.282.069 jiwa (23,72%). Secara keseluruhan rata-
rata kenaikan jumlah penduduk setiap 10 tahun hampir mencapai 20%. Perlu
diketahui bahwa menurut perkiraan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional, jumlah penduduk Indonesia akan menjadi 250 juta jiwa pada tahun
2014 dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun. Salah satu penyebab
bertambahnya jumlah penduduk adalah tingginya tingkat kelahiran.
Jumlah penduduk yang begitu besar di Indonesia menjadi permasalahan
serius terutama di daerah perkotaan. Karena semakin besar jumlah dan
pertumbuhan penduduk, semakin banyak pula permasalahan yang dihadapi oleh
suatu daerah. Sebagai contoh dengan pertambahan jumlah penduduk tentu harus
dibarengi dengan penambahan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Pengendalian jumlah penduduk perlu dilakukan oleh pemerintah, supaya
negara dapat membuat perencanaan pembangunan yang baik. Salah satu tahapan
dalam pengendalian jumlah penduduk adalah harus diawali dengan mengetahui
jumlah dan pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk suatu negara dapat
diketahui berdasarkan sensus penduduk yang biasanya diadakan setiap 10 tahun
sekali. Sensus penduduk (cacah jiwa) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dalam rangka pengumpulan, pengolahan, penyajian dan
penyebarluasan data kependudukan. Dari hasil sensus tersebut, diperoleh data
jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, atau dari dasawarsa (10 tahun) ke
dasawarsa berikutnya.
8
Informasi tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk di suatu wilayah
tentu sangat diperlukan untuk merancang pembangunan. Bertambahnya jumlah
penduduk berakibat pada menjadi semakin sempitnya kesempatan memperoleh
pekerjaan. Keadaan tersebut dapat memicu terjadinya kemiskinan. Informasi
tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia secara menyeluruh sangat
diperlukan untuk menetapkan prioritas pembangunan nasional.
Pertumbuhan penduduk terjadi disebabkan oleh pertambahan atau
pengurangan jumlah penduduk akibat adanya kelahiran (natalitas), kematian
(mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran dan kematian
merupakan faktor pertumbuhan alami, adapun perpindahan penduduk merupakan
faktor pertumbuhan non alami sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penduduk alami
Pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari hasil selisih tingkat
kelahiran dengan kematian dalam satu tahun disebut pertumbuhan penduduk
alami. Pertumbuhannya dinyatakan dalam perseribu.
Kejadian paling sederhana dapat kita lakukan dengan melakukan
pengamatan penduduk di lingkungan kita. Dalam satu tahun, berapa terjadi
kelahiran, dan berapa terjadi kematian? Misalkan, pada saat ini jumlah
penduduk di kampungmu 1000 orang, maka dengan menghitung selisih
jumlah kelahiran dan kematian maka kita akan menemukan angka
pertumbuhan penduduk di kampungmu. Contoh, jumlah bayi yang lahir 40,
penduduk yang meninggal dunia 20. Maka dengan menggunakan rumus di
9
bawah ini pertumbuhan penduduk di kampung adalah 40-20 perseribu, atau
20 perseribu atau 2%.
Adapun perhitungannya dapat digunakan rumus:
P =L–M
P = Pertumbuhan penduduk
L = Lahir
M = Mati
2. Pertumbuhan penduduk non alami
Pertumbuhan penduduk non alami diperoleh dari selisih penduduk yang
melakukan imigrasi (migrasi masuk) dengan emigrasi (migrasi keluar).
Pertumbuhan penduduk non alami disebut juga dengan pertumbuhan
penduduk karena migrasi. Perhitungan penduduk non alami dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
P = I–E
P = Pertumbuhan penduduk
I = Imigrasi
E = Emigrasi
3. Pertumbuhan penduduk total
Pertumbuhan total adalah pertumbuhan penduduk yang dihitung dari
selisih jumlah kelahiran dengan kematian ditambah dengan selisih dari
pertumbuhan non alami. Perhitungan penduduk total dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
P = (L – M ) + (I – E)
10
P = jumlah pertumbuhan penduduk dalam satu tahun
L = jumlah kelahiran dalam satu tahun
M = jumlah kematian dalam satu tahun
I = Imigrasi
E = Emigrasi
Laju pertumbuhan penduduk total di Indonesia tidak terlalu banyak
berbeda dengan laju pertumbuhan penduduk alami, karena migrasi (baik
imigrasi maupun emigrasi) jumlahnya tidak begitu banyak sehingga
pengaruhnya sangat kecil dan dapat diabaikan. Pertumbuhan penduduk
biasanya dinyatakan dengan angka persen (%) dan biasanya diperhitungkan
untuk jangka waktu satu per setiap tahun. Istilah lain yang sering disamakan
dengan pertumbuhan penduduk yaitu pertambahan penduduk. Perbedaannya
adalah untuk pertambahan penduduk besarannya dinyatakan dengan angka
tertentu sedangkan pertumbuhan penduduk dinyatakan dalam persen (%).
Kelahiran dan kematian adalah faktor utama pertumbuhan penduduk
yang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan, kualitas lingkungan hidup, dan
pendidikan. Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan kesadaran tentang kesehatan melalui proses pendidikan.
Lingkungan yang kurang terawat, limbah pabrik yang sudah di atas ambang
batas wajar, permukiman yang kumuh, selokan yang tidak terawat dan
sebagainya merupakan penyebab datangnya berbagai penyakit. Hal tersebut
dapat berdampak pada angka kematian suatu daerah yang dapat menyebabkan
pertumbuhan penduduk negatif. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk
11
yang besar karena jumlah penduduk Indonesia setiap tahun bertambah. Hal
tersebut mendorong agar negara Indonesia terus giat meningkatkan kualitas
penduduk. Pendidikan merupakan cara yang cocok dan paling strategis untuk
meningkatkan kualitas penduduk Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 tercatat 237,6 juta jiwa
dengan laju pertumbuhan 1,49 %. Jika laju pertumbuhan penduduk tetap pada
angka 1,49 %, maka pada 2045 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
akan mencapai 450 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang terjadi pada tahun
tersebut jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ideal untuk Indonesia yakni
sebesar 0,5%.
B. Teori Inflasi
Inflasi adalah merupakan suatu keadaan perekonomian dimana tingkat
harga dan biaya-biaya umum naik; misalnya naiknya harga beras, harga baha
bakar, harga mobil, upah tenaga kerja, harga tanah, sewa barang-barang modal.
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik dibahas terutama
berkaitan dengan dampaknyab yang luas terhadap makro ekonomi agregat.
Pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga dan
bahkan distribusi pendapatan. Tingkat harga merupakan opportunity cost untuk
memegang asset finansial. Artinya masyarakat akan merasakan beruntung jika
memegan aset dalam bentuk riil dibandingkan dengan asel finansial jika tingkat
harga tetap lebih tinggi. Jika aset luar negeri dimasukkan sebagai salah satu
pilihan aset, maka perbedaan tingkat inflsi dalam negeri dan internasional dapat
12
menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menjadi overvalued
dan pada gilirannya akan menghilangkan daya saing komoditas dalam negeri.
Inflasi merupakan penghubung anatara tingkat bunga dan nilai tukar
efektif, dimna dua variabel ini merupakan variabel pengting dalam menentukan
pertumbuhan dalam sektor produksi. Kenaikan tingkat harga (inflasi) yang tinggi
dapat menyebabkan:
1. Memburuknya distribusi pendapatan.
2. Berkurangnya tabungan domestik yang merupakan sumber dana investasi bagi
negara berkembang.
3. Terjadi defisit dalam neraca perdagangan serta meningkatkan besarnya utang
luar negeri .
4. Timbulnya ketidak stabilan politik.
Pengetahuan tentang bagaimana mengukur inflasi, penyebab inflasi
menjsdi sangat penting bagi pengambilan keputusan. Dalam bagian ini akan
membahas bagaimana mengukur inflasi dan faktor penyebabnya. Berikut ini
adalah membahas tentang bagaimana mengukur inflasi dan penyebabnya:
1. Penyebab Inflasi
Berdasarkan alasan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a. Demand Full Inflation
Demand pull inflation atau inflasi sebagai akibat dari tarikan
permintaan yang sering disebut juga dengan kelebihan permintaan.
13
Kenaikan permintaan masyarakat akan barang komsumsi yang mendorong
pemerintah dan para pengusaha untuk menambah investasi melalui kredit.
Apabila permintaan tersebut terus-menerus bertambah sedangkan seluruh
faktor produksi sudah digunakan secara full, maka hal in akan
menimbulkan kenaiakan harga . kenaikan harga yang terus-menerus ini
akan menimbulkan inflasi, dan inflasi yang terlalu tinggi gilirannya bukan
lagi menciptakan kesempatan kerja, tetapi sebaliknya akan menimbulkan
pengangguran tenaga kerja. Hal ini dapat dipahami jika harga-harga naik
tidak diikuti oleh kenaikan upah atau gaji, seperti tenaga kerja dengan
upah yang dikontrak selama beberpa tahun, sehingga menimbulkan daya
belih masyarakat menjadi rendah.
b. Cost Push Inflation
Cost Push Inflation yaitu inflasi yang di sebabkan oleh adanya
kenaikan biaya produksi. Harga-harga dan upah naik sebelum tercapainya
tingkat penggunaan sumber daya secara penuh. Buru memaksa menuntut
kenaikan upah, walaupun masih banyak tenaga kerja yang menganggur.
Hal ini dapt terjadi walaupun masih banyak tenaga kerja yang
belum bekerja, apa lagi jika tenaga kerja tersebut tidak memiliki keahlian
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan akan pekerjaan. Karena itu tenaga
kerja yang memiliki keahlian tinggi dibidang tertentu, akan menuntut atau
menawarkan tenaganya dengan harga tinggi. Upah dan biaya produksi
yang tinggi akan mendorong produsen untuk menjual hasil produksinya
14
dengan harga yang tinggi, yang pada akhirnya mendesak harga-harga yang
lain ikut berlomba naik.
Perlu diingatkan bahwa inflasi yang disebabkan oleh biaya
produksi naik ini akan diikuti oleh turunnya produksi, yang pada
gilirannya akan banyak tenaga kerja yang diberhentikan atau menganggur.
c. Pemerintah banyak mencetak uang
Pemerintah melalui bank sentral terlalu banyak menciptakan uang,
karena ingin melayani permintaan kredit dari masyarakat umum dan dari
dunia usaha pada khususnya. Menurut penganut teori kuantitas, bahwa
terjadinya inflasi hanya disebabkan oleh satu faktor yaitu pemerintah
terlalu banyak mencetak uang baru sehingga jumlah uang yang beredar
akan bertambah. Pertambahan jumlah uang yang beredar ini, jika tidak
diimbangi dengan penciptaan barang dipasar, atau barang tetap tidak
bertambah, maka harga barang tersebut akan naik. Jika hal ini terjadi
terus- menerus, maka timbul inflasi.
Inflasi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara, tergantung pada
sebab yang menimbulkan inflasi. Inflsi yang disebabkan oleh kelebihan
permintaan dapat dengan mengurangi investasi atau mengeluarkan
permintaan pemerintah. Dan dapat pula dilakukan melalui kenaikan pajak
untuk mengurangi permintaan komsumen, kususnya pajak pendapatan.
Sedangkan untuk mengatasi inflasi karena desakan biaya (cost push
inflatiaon), dapatdilakukan dengan melalui peningkatan produksi dengan
mengimpor bahan-bahan dari luar negeri untuk digunakan dalam proses
15
produksi dalam negeri. Atau dengan cara lain perusahaan dapat melakukan
efisiensi produksi dengan menekan biaya-biaya seperti biaya transpor.
Sedangkan menurut teori kuantitas cara yang paling ampuh untuk
menanggulangi inflasi adalah dapat dilakukan dengan kebijaksanaan
melalui bank sentral yaitu mengurangi jumlah uang beredar. Menurut para
penganut teori kuantitas, bahwa inflasi yang disebabkan oleh apapun,
dapat ditanggulangi dengan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Disisi lain telah dipaparkan pula bahwa lawan dari inflasi adalah
deflasi. Deflasi merupakan suatu keadaan dimana harga dan biaya-biaya
umum turun, hal ini biasa disebabkan oleh jumlah uang yang beredar
melalui bank atau lembaga keuangan lainnya, telah mengalami penurunan.
Penurunan jumlah ini berasal dari penurunan pengeluaran konsumen,
investasi perusahaan, dan belanja pemerintah.
Dengan demikian deflasi ini dapat diatasi dengan mempertinggi
pengeluaran pemerintah atau menggunakan cara kebija sanaan anggaran
defisit, apakah dengan mencetak uang atau dengan pinjaman pemerintah,
baik pinjaman dalam negeri maaupun pinjaman dalam negeri. Caralain
dapat pulah dilakukan dengan mengurangi pajak, dalam upaya untuk
mendorong permintaan masyarakat.
Permintaan dari berbagai golongan atau rumah tangga yang cukup tinggi
dalam suatu perekonomian maka akan mempngaruhi pula terhadap
permintaan fakto-faktor produksi, termasuk penggunaan tenaga kerja.
16
Dengan demikian kesempatan kerja akan dapat diperluas melalui
kebijakan pemerintah.
2. Dampak Inflasi
Inflasi akan membawa dampak terhadap perekonomian suatu negara.
Sadono (2008, hal.339) menjelaskan dampak inflasi sebagai berikut;
a. Inflasi akan menurunkan pendapantan rill orang-orang yang berpendapat
tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-
harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang
berpendapat tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. simpanan di
bank, simpanan tunai, dan simpanan industri-industri keuangan lain
merupakan simpanan keuanagan. Nilai riilnya akan menurun apabila
inflasi berlaku.
c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima
pendapatan tetap akan mengalami kemerosatan dalam nilai riil
pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami
penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta
tanah, bangunan dan rumah dapat mempertahankan atau menanbah nilai
riil kekayaannya. Juga sebagai penjual / pedagan dapat mempertahankan
nilai riil pendapatannya. Dengan denikian inflasi menyebabkan pembagian
pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-
pemilik harta tetap dan penjual / pedagang akan semakin tidak merata.
3. Kebijakan Mengatasi Inflasi
17
Inflasi dapat diatasi melalui kebijakan moneter dan fiskal. Apabila
ingin menekan laju inflasi, melalui kebijakan moneter maka tindakan
dilakukan oleh bank sentral adalah mengurangi penawaran uang / peredaran
uang. Instrument yang sangat populer digunakan oleh insitusi moneter adalah
menaikkan suku bunga. Tindakan ini akan mengurangi para penanam modal
untuk mengurangi kegiatan investasinya. Sehingga mengurangi peredaran
uang dimasyarakat dan daya beli masyarakat berkurang. Dengan demikian
harga atau laju inflasi dapat ditekan.
Jika pemerintah ingin mengatasi inflasi melalui kebijakan fiskal maka
pemerintah dapat menggunakan dua instrument utamanya yaitu melalui
belanja pemerintah dan pajak. Melalui pembelanjaannya pemerintah dapat
mengurangi pengeluarannya agar peredran uang dapat dikurangi
dimasyarakat sehingga permintaan atau daya beli masyarakat berkurang.
Dengan demikian harga atau inflasi dapat ditekan. Kebijakan fiskal
pemerintah selain menggunakan instrumen pengeluarannya juga dapat
menggunakan pajak. Melalui pajak pemerintah dapat menekan laju inflasi
dengan menaikkan pajak. Dengan dinaikkan pajak maka uang ditangan
masyrakat dapat ditarik ketangan pemerintah, sehingga daya beli masyarakat
berkurang. Dengan demikian harga atau inflasi dapat dikurangi.
C. Teori Penganguran
Pengangguran adalah seseorang yang sudah tergolong dalam angkatan
kerja karena sudah mencapai umur kerja dan aktif mencari pekerjaan pada suatu
18
tingkat tertentu, tetapi tadak mendapat pekerjaan yag diiginkannya. Degan
demikian ibu rumah tangga, mahasiswa, dan orang dewasa yangtidak bekerja,
tidak dapat dikatakan penganggur jikaa mereka tidak aktif mencari pekerjaan.
Angkatan kerja adalah pendudukyang telah mancapai umur kerja dan
mencari pekerjaan. Penduduk yang telah mencapai umur kerja adalah penduduk
yang telah mencapai umur 15 tahun sampai 65 tahun. Penduduk yang telah
berumur diantara 15 tahun sampai 65 tahun dapatdipandang sebagai tenaga kerja
potensional. Penduduk yang sudah berada dalam lingkup umur ini dapat
digolongkan sebagia tenaga kerja apabila mereka benar-benar memilih untuk
bekerja atau mencari pekerjaan.
Jika dipandang dari penyebabnya, pengangguran dapat dibedakan dari
beberapa jenis (Sandono, 2000, hal 474), yaitu:
a. Pengangguran Alamiah
Menurut Milton friedman dalam Sandono (2000) Pengangguran
alamiah terjadi dalam keadaan kesempatan kerja penuh atau full employment.
Tingkat kesempatan kerja adalah keadaan dimana sekitar 95 persen dari
angkatan kerja dalam waktu tertentu sepenuhnya bekerja. Tingkat
pengangguran alamiah ini disebut natural rate of unemployment. Jadi apabila
pengangguran dalam perekonomian mencapai 5 persen maka perekonomian
tersebut sudah dapat dianggap mencapai kesempatan kerja penuh.
a. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional disebabkan oleh tindakan seorang pekerja
untuk meninggalkan perkrjaannya dan mencari kerja tang lebih baik atau
19
yang lebih baik atau yang lebih sesuai dengan keinginannya. Seorang pekerja
mencari pekerjaan yang lain karena tidak sesui upah yang diinginkan oleh
pekerja sehingga dengan mencari pekerjaan yang lain diharapkan akan
mendapat upah yang lebih tinggi. Atau pekerjaan yang diinginkan adalah
sesuai dengan kesenangannya.
b. Pengangguran Struktural
Pengangguran jenis ini disebabkan karena adanya perkembangan
teknologi sehingga permintaan terhadap barang-barang yang sudah lama
akan mengalami kemerosotan sehingga kegiatan produksinya berkurang dan
menyebabkan pengangguran. Pengangguran jenis ini disebabkan pula oleh
adanya persaingan dari luar negeri yang dapat mematikan perusahaan dalam
negeri sehingga menimbulkan pengangguran.
c. Pengangguran Konyungtur
Pengangguran jenis ini sebagai akibat karena terjadi flutuasi keadaan
ekonomi. Ahli ekonomi klasik banyak menyoroti pengangguran karena
fluktuasi ekonomi . keadaan ekonomi yang tidak menentu yang mengalami
naik turun, berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengangguran.
Jika terjadi konyungtur turun maka akan berpotensi terjadi pengangguran.
D. Kerangka Pikir
Gambar kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada halaman berikut.
20
Gambar: Kerangka Pikir Penelitian.
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah
penduduk dan tingkat inflasi akan mempengaruhi besarnya jumlah pengangguran.
Perubahan yang terjadi baik pada tingkat jumlah penduduk dan tingkat inflasi
akan mengakibatkan perubahan yang terjadi pada tingkat pengangguran di Kota
Makassar.
Jumlah penduduk dihitung melalui perbandingan antara penduduk berusia
0-14 tahun ditambah dengan penduduk 65 keatas (penduduk tidak produktif)
dengan penduduk berusia 15-64 tahun (penduduk produktif) akan berpengaruh
terhadap jumlah pengangguran. Tingkat inflasi akan berpengaruh terhadap
besarnya jumlah pengangguran yang terjadi. Peningkatan pada inflasi akan
berakibat pada penurunan tingkat pengangguran.
JumlahPenduduk
(X1)
JumlahPengangguran
(Y)
Inflasi(x2)
KotaMakassar
21
E. Hipotesis
1. Besarnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di
Kota Makassar
2. Inflasi berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Kota Makassar
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian adalah wilayah kota Makassar dan dilaksanakan pada
bulan Mei-Juni 2016.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakuan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya
diperoleh dari dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari BPS Kota Makassar. Data yang
diperlukan untuk penelitian ini adalah data besarnya jumlah pengangguran dan
jumlah penduduk dan besarnya tingkat inflasi year on year berdasarkan harga
konstan 2000 di Kota Makassar selama periode tahun 2009 – 2015.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan
standar guna memperoleh data kuantitatif, disamping itu metode pengumpulan
data memiliki fungsi teknis guna memungkinkan para peneliti melakukan
23
pengumpulan data sedemikian rupa sehingga angka-angka dapat diberikan pada
obyek yang diteliti.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
metode pengumpulan data untuk mendukung suatu teori sehingga tidak
diperlukan teknik sampling serta kuesioner..Sebagai pendukung data juga
diperoleh dari buku-buku, jurnal, browsing internet , serta koran-koran yang
terkait dengan masalah pengangguran.
D. Metode Analisis
1. Analisis Regresi
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda yang
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap perubahan suatu
variabel untuk menguji model tingkat pengangguran di Kota Makassar yang dapat
dinotasikan dalam persamaan sebagai berikut:
Maka := ( ) ................................... (1)
Dimana :
Y = Tingkat Pengangguran
X1 = Jumlah Penduduk
X2 = Tingkat Inflasi
β0β1β2 = Parameter
Y= ( X1, X2)
24
e = Bilangan natural
µ = error term
Untuk estimasi OLS, maka persamaan (1) ditransformasikan ke dalam
bentuk linear dengan natural log sebagai berikut :
Y= β0 + β1LnX1 + β2LnX2+ µ ............................(2)
Persamaan (2) yang akan diestimasi untuk selanjutnya dilakukan analisis
ditunjukkan dengan temuan faktor penentu tingkat pengangguran.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (uji R2)
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu
Jumlah Penduduk (X1), Tingkat inflasi (X2), terhadap variabel dependen
yaitu Tingkat Pengangguran (Y) maka digunakan analisis koefisien
determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) yang kecil atau mendekati
nol berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang
mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel –
variabel dependen. Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisisen
determinasi terjadi bias terhadap satu variabel indipenden yang
dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel indipenden akan
menyebabkan peningkatan R2, tidak peduli apakah variabel tersebut
berpengaruh secara siginifikan terhadap varibel dependen (memiliki nilai
t yang signifikan).
25
b. Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat
menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.
Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen
secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0 : ß1 = 0 artinya tidak
berpengaruh, H1 : ß1 > 0 artinya berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 artinya
berpengaruh negatif. Dimana ß1 adalah koefisien variable independen ke-
1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai ß dianggap nol, artinya
tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila thitung > ttabel maka Ho
diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan).
Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau
tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.
c. Uji F
Uji signifikansi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk
membuktikan secara statistik bahwa seluruh variabel independen yaitu
jumlah penduduk (X1), Tingkat Inflasi (X2), berpengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen yaitu Tingkat Pengangguran (Y).
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan
menggunakan Level of significance 5 persen, Kriteria pengujiannya
26
apabila nilai F-hitung < F-tabel maka hipotesis diterima yang artinya
seluruh variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Apabila Fhitung > Ftabel maka
hipotesis ditolak yang berarti seluruh variabel independen berpengaruh
secara signifikan taerhadap variabel dependen dengan taraf signifikan
tertentu.
27
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Makassar
Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di
bagian Selatan Pulau Sulawesi, dahulu disebut Ujung Pandang, yang terletak
antara antara 119:18'38” sampai 119:32'31”Bujur Timur dan antara 5:30'30”
sampai 5:14'49” Lintang Selatan, yang berbatasan sebelah utara dengan
Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten
Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar
tercatat 175,77 km2, Luas laut dihitung dari 12 mil dari daratan sebesar 29,9
Km2, dengan ketinggian topografi dengan kemiringan 0: sampai 9:. Terdapat 12
pulau-pulau kecil, 11 diantaranya telah diberi nama dan 1 pulau yang belum diberi
nama. Kota Makassar memiliki garis pantai kurang lebih 100 km yang dilewati
oleh dua sungai yaitu Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang.
Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2: (datar) dan
kemiringan lahan 3-15: (bergelombang) dengan hamparan daratan rendah yang
berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini
menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan,
terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.
Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu : Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.
Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan Antang
28
Kecamatan Panakukang.Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah
ke bagian Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di
Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala, Panakkukang, dan Rappocini.
B. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Makassar
Banyaknya jumlah penduduk di Kota Makassar dan terbtasnya lapangan
kerja yang memadai maka membuat masalah pengangguran di Kota Makassar
menjadi masalah yang sulit untuk di atasi oleh pemerintah. Lambatnya
penanganan pemerintah dalam menyikapi masalah ini mengakibatkan
perekonomian di Kota Makassar terpuruk. oleh karena itu slah satu faktor yang
mempengaruhi jumlah pengangguran, alasannya karena dengan adanya kenaikan
jumlah penduduk maka akan mempengaruhi peningkatan jumlah pengangguran.
Faktor lain yang mempengaruhi pengangguran adalah inflasi, Oleh karena
itulah sebelum melakukan pengujian dari masing variabel terhadap jumlah
pengangguran maka akan dilakuakan deskripsi variabel penelitian yaitu untuk
menggambarkan mengenai pertumbuhan jumlah penduduk dan inflasi.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan pertumbuhan jumlah
penduduk di Kota Makassar untuk tahun 2009 – 2015 yang dapat disajikan
melalui table halaman berikut:
29
Tabel 1 Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kota Makassar Tahun 2009 – 2015.
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan (%)2009 7.629.138 -
2010 7.675.893 0,61
2011 7.805.023 1,68
2012 7.908.529 1,33
2013 8.034.776 1,60
2014 8.992.207 11,92
2015 12.134.751 34,95
Rata-rata peningkatan 8,68
Sumber : Data diolah dari BPS Kota Makassar
Berdasarkan table 1 yakni pertumbuhan jumlah penduduk, maka rata-
rata mengalami kenaikan sebesar 8,68% sehingga dapat dikatakan bahwa dengan
kenaiakn jumlah penduduk di Kota Makassar maka pertumbuhan jumlah
penduduk untuk 2010 bertambah sebesar 0,61% tahun sebesar 1,68%, tahun 2012
sebesar 1,33%, tahun 2013 sebesar 1,60%, tahun 2014 sebesar 11,92% dan tahun
2015 sebesar 34,95%.
Tabel 2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Tidak Produktif dan Produktif di KotaMakassar 2009-2015
TahunData Penduduk
Titak Produktif 0-14 dan65 Tahun ke atas
Produktif 15-64Tahun
2009 2.667.731 4.961.407
2010 2.817.056 4.858.837
2011 2.910.865 4.894.158
2012 2.899.644 5.008.875
2013 2.924.582 5.110.194
2014 3.375.498 5.616.709
2015 5.967.567 6.167.184
Sumber : Data diolah dari BPS Kota Makassar.
30
Data penduduk menueut kelompok umur dapat menggambarkan tingkat
kelahiran dan tingkat kematian penduduk di suatu daerah. Komposisi penduduk
menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin penduduk
Kota Makassar yaitu sekitar 99,76 persen. Berarti setiap 100 penduduk wanita
terdapat 99 penduduk laki-laki. Berikut merupakan jumlah penduduk menurut
kelompok umur dan jenis kelamin.
Tabe 3 Distribusi Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Kota Makassar.
Kelompok
Umur
Laki-Laki
(%)
Perempuan
(%)
Total
(%)
0-4 28,41 24,08 26,25
15-39 48,76 50,80 49,78
40-64 19,53 27,78 20,66
65+ 3,3 3,8 3,31
Total 100,00 100,00 100,00
Sember : Makassar dalam Angka, 2015.
31
C. Pertubuhan Inflasi Kota Makassar
Pertumbuhan inflasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 yang
dapat di sajikan pada tabel berikut.
Tabel 4 Pertumbuhan Inflasi di Kota Makassar Tahun 2009 - 2015.
TahunTingkat Inflasi
(%)
Pertumbuhan
(%)
2009 9,21 -
2010 9,05 -0,16
2011 7,40 -1,65
2012 4,39 -3,01
2013 6,56 2,17
2014 7,88 1,32
2015 9,41 1,53
Rata-ratapeningkatan
(%)0,03
Sumber : Data diolah dari BPS Kota Makassar
Berdasarkan tabel 4 yakni pertumbuhan inflasi untuk tahun 2010s/d
2015, dimana rata-rata kenaikan inflasi untuk 3 tahun terakhir (2010 - 2012)
menurun, sedangkan tahun 2013 s/d 15 tingkat inflasi di Kota Makassar
meningkat.
Laju pertumbuhan inflasi di Kota Makassar yang terjadi selama tahun
2015 sebesar 6.24 persen. Laju inflasi sebesar 6,24 tersebut lebih tinggi jika
dibandingkan dengan laju inflasi tahun 2010. Adapun laju inflasi terendah selam
enam tahun terakhir terjadi pada tahun 2013 dengan besaran inflasi 2,87 persen.
32
Tabel 5 Laju Inflasi tahun 2010 sampai dengan 2015
Kelompok PengeluaranTahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
UMUM 11.79 3,24 6.82 2,87 4,57 6,24
Bahan Makanan 22.04 3,25 15.65 0,03 6,98 6,35
Makan jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau
14.04 5,69 5.72 4,29 5,19 4,28
Perumahan, Air, Listrik,
Gas, dan Bahan Bakar
10.05 3,34 4.16 4,02 3,28 6,56
Sandang 9.86 7,14 7.35 9,13 7,77 3,33
Kesehatan 10.83 2,42 2.92 7,92 2,95 4,09
Pendidikan, Rekreasi,
dan Olahraga
3.28 7,70 1.29 2,88 3,37 1,32
Transpor, Komunikasi,
dan Jasa Keuangan
4.32 1,92 1.81 0,51 1,16 11,69
Sumber : BPS Makassar, Sakesmas 2015
Laju inflsi tertinggi selama kurang waktu enam tahun terakhir terjadi
pada tahun 2010 dimana pada tahun tersebut telah terjadi laju inflasi sebesar 11,79
persen. Laju inflasi tertinggi kedua terjadi pada tahun 2012 dengan laju inflasi
sebesar 6,82 persen.
33
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Perkembangan Variabel
Tabel 6 Jumlah Penduduk dan Beban Tanggungan Penduduk 2007-2015.
TahunJumlah Penduduk
tidak Produktif(0-14 + 65 keatas)
(Dalam jiwa)
Jumlah PendudukProduktif( 15 – 64)
(Dalam jiwa)
BebanTanggungan
Penduduk(Dalam persen)
2007 3.149.513 4.742.279 66,41%
2008 3.152.220 4.808.771 65,55%
2009 3.033.954 5.022.710 60,40%
2010 3.336.478 5.005.605 66,65%
2011 2.940.926 4.526.775 64,97%
2012 2.667.731 4.961.407 53,77%
2013 2.817.056 4.858.837 57,98%
2014 2.910.865 4.894.158 59,48%
2015 2.899.644 5.008.875 57,89%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2015
Berdasarkan tabel 6 Beban tanggungan Penduduk di Kota Makassar
termasuk tinggi karena berkisar diatas 50%. Ini menunjukkan bahwa semakin
banyak pendapatan yang diperoleh golongan produktif terpaksa harus dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang tidak produktif.
Umumnya negara berkembang memiliki tingkat fertilitas yang tinggi.
Kondisi ini juga dialami oleh negara Indonesia, khususnya Kota Makassar. Ada
34
perbedaan yang cukup tinggi antara penduduk usia muda dan penduduk usia tua.
Penduduk usia muda yaitu penduduk berusia 0-14 tahun berkisar antara 2.000.000
jiwa setiap tahunnya, sedangkan penduduk berusia lanjut yaitu penduduk yang
berusia 65 ke atas berkisar 400.000 jiwa setiap tahunnya. Dari hal ini, dapat
disimpulkan bahwa faktor penyebab besarnya jumlah penduduk tidak produktif
dikarenakan banyaknya penduduk usia muda. Sementara itu, Penduduk produktif
yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun di Kota Makassar berkisar 4.000.000
jiwa sampai 5.000.000 juta per tahun.
Tahun 2007-2011, tingkat beban tanggungan penduduk secara umum sekitar
60% per tahun. Kemudian pada tahun 2011-2015 tingkat beban tanggungan
penduduk secara umum menurun menjadi sekitar 50% pertahun.
35
Tabel 7 Tingkat Inflasi di Kota Makassar
Tahun Tingkat Inflasi( Dalam Persen)
2006 11,77%
2007 8,25%
b2008 3,01%
2009 6,48%
2010 15,20%
2011 7,21%
2012 5,75%
2013 12,40%
2014 3,39%
2015 6,56%
Sumber : Badan Busat Statistik Kota Makassar, 2015
Berdasarkan tabel 7 Tingkat inflasi di Kota Makassar dari tahun
2006-2015 cenderung fluktuatif. Kondisi fluktuatif ini tidak terlepas dari pengaruh
perekonomian secara nasional dan negara lain.
Sebelum tahun 2012, tingkat inflasi Kota Makassar berdasarkan data BPS
diliat berdasarkan tingkat inflasi kota Makassar. Kota Makassar dipilih sebagai
patokan karena daerah ini merupakan aktivitas perekonomian dan sebagai kota
provinsi.
Di tahun 2012 ke atas, tingkat inflasi Kota Makassar berdasarkan data BPS
dihitung dari perbandingan harga-harga di empat kota terbesar di Provinsi
36
Sulawesi Selatan. Keempat kota itu ialah Makassar, Pare-Pare, Palopo dan
Watampone.
Di rentang waktu antara 2006 -2015, tingkat inflasi tertinggi pada tahun
2010 dengan laju 15,20%. Laju inflasi pada tahun 2010 tertinggi, dan sektor yang
menyebabkan terjadinya kenaikan laju inflasi yang drastis ialah sektor
transportasi. Hal ini berkenaan dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga
Bahan Bakar Minyak.
Laju tingkat inflasi pada tahun 2013 sebesar 12,40, melonjak drastis
dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 5,75. Laju tingkat inflasi yang meninggi
ini juga disebabkan karena kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan
Bakar Minyak.
Faktor lain yang juga mendorong kenai bahan pokok yang mepengaruhi
aspek kehidupan sehingga kenaikan bahan baku minyak ini mendorong kenaikan
biaya produksi bagi perusahaan yang berujung pada kenaikan harga barang di
pasar.
Laju tingkat inflasi tahun 2008 yaitu krisis yang dialami Amerika Serikat
dimana berdampak pula pada negara lain, termasuk Indonesia. Krisis ini
menyebabkan tingkat harga-harga secara umum meningkat. Secara umum, faktor-
faktor yang menyebabkan berfluktuasinya inflasi Di Kota Makassar adalah bahan
makanan, perumahan, sektor transportasi.
37
Tabel 8 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Makassar
Tahun Jumlah Pengangguran(dalam jiwa)
Tingkat Pengangguran(dalam persen)
2008 117.296 3,73 %
2009 170.143 5,32%
2010 225.058 6,86%
2011 235.690 7,70%
2012 551.614 17,05%
2013 370.368 12,32%
2014 372.714 11,25%
2015 311.768 9,04%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassas 2015
Berdasarkan tabel 8 Perkembangan tingkat pengangguran di Kota
Makassar dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami peningkatan terus menerus dan
mencapai puncak pada tahun 2012 yaitu 17,05% dengan peningkatan sebesar 10%
dibandingkan tahun sebelumnya dimana pada tahun 2011 tingkat pengangguran
hanya berkisar 7,70 %.
Tingkat Pengangguran pada tahun 2012 sampai 2015 mengalami
penurunan secara terus menerus dengan penurunan hampir mencapai 10% pada
tahun 2015, dimanan pada tahun 2010 tingkat pengangguran sebesar 17,05%
kemudian pada tahun 2015 menurun menjadi 9,04%.
38
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggunakan rata-rata (mean), standar maximum
dan minimum Besarnya Jumlah penduduk, tingkat inflasi, konstan atas dasar
tahun 2010 dan tingkat pengangguran dengan periode tahun pengamatan 2007
sampai tahun 2015. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan hasil olahan
data statistik deskriptif yang diolah menggunakan microsoft excel , yang dapat
disajikan pada tabel 9.
Tabel 9 Analisis Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
JumlahPenduduk 10 32.444.233,17 51.197.030,00 39.591.902,18 39.591.902,18
TingkatInflasi 10 3,01 3,01 8,002 3,967901208
TingkatPengangguran 10 3,73 17,05 9,054 3,78
Sumber : data BPS dalam olahan 2015
Berdasarkan tabel 9 Variabel Jumlah Penduduk tahun 2007 memiliki
nilai minimum sebesar 32.444.233,17 yaitu pada tahun 2010 dan terus meningkat
hingga mencapai nilai maksimum sebesar 51.197.030,00 pada tahun 2015. Mean
atau rata-rata Jumlah Penduduk tahun 2007 selama 10 tahun sebesar
39.591.902,18. Standar deviasi sebesar 6.329.279,409 lebih kecil dari mean yang
menunjukkan data terdistribusi dengan baik.
Berdasarkan tabel 9 Variabel tingkat inflasi memiliki nilai minimum
sebesar 3,01 yaitu pada tahun 2007 dan terus mengalami peningkatan hingga
mencapai nilai maksimum sebesar 15,20 pada tahun 2015. Mean yang
menunjukkan rata-rata sebesar 8,022 Sedangkan standar deviasi sebesar
39
3,967901208 yang lebih kecil dari mean menunjukkan bahwa data terdistribusi
dengan baik.
Berdasarkan tabel 9 Variabel tingkat pengangguran memiliki nilai
minimum sebesar 3,73 yaitu pada tahun 2007 dan nilai maksimum sebesar 17,05
pada tahun 2010. Mean atau rata-rata tingkat pengangguran selama 10 tahun dari
tahun 2007-2015 di Kota Makassar sebesar 9,054. Standar deviasi sebesar 3,78,
dimana lebih kecil daripada mean menunjukkan bahwa data terdistibusi dengan
baik.
Tabel 10 Hasil Estimasi Model Tingkat Pengangguran
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil regresi yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS
didapat pengaruh variabel jumlah penduduk dan inflasi terhadap variabel
tingkat pengangguran di Kota Makassar dengan perolehan nilai R2 sebesar
0.710. Hal ini berarti nilai koefisien determinasi (R-square) dengan angka
0.710 menunjukkan 66,0% tingkat pengangguran di Kota Makassar di
pengaruhi oleh kedua variabel bebas (jumlah penduduk dan inflasi), sedangkan
sisanya 34,0% dipengaruhi oleh variabel lain.
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics Durbin-
WatsonR
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,898a ,806 ,710876,4567
553,806 8,331 2 4 ,037 2,613
a. Predictors: (Constant), x2, x1b. Dependent Variable: y
40
b. Koenfisien Korelasi (R)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur tingkat proporsi ataupun
persentase dari varasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh
model regresi. Adapun hasil regresi diperoleh R 0.898 atau 81.3%. Hal ini
menandakan adanya hubungan korelasi yang sangat kuat serta eratnya
hubungan antara variabel jumlah penduduk dan variabel inflasi, terhadap
tingkat pengangguran di Kota Makassar.
c. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian statistik F ini dilakukan
dengan cara membandingkan F-tabel.
Tabel 11 Nilai Signifikansi Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 12800036,453 2 6400018,226 8,331 ,037b
Residual 3072705,775 4 768176,444
Total 15872742,228 6
a. Dependent Variable: yb. Predictors: (Constant), x2, x1
Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Tetapi
jika F-tabel > F-hitung berarti Ho diterima atau variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hopotesis yang
digunakan :
41
a. Ha : β2 = β1 =0, berarti variabel independen secara keseluruhan tidak
berpengaruh terhdap variabel dependen.
b. Ho : salah satu β ≠ 0, berarti variabel independen secara keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Dari hasil regresi, hasil perhitungan yagng diperoleh adalah F-hitung
sebesar 8,331 sedangkan F-tabel (n-k-1 / 10-2-1=7) sebesar 4.74 sehingga F-
hitug > F- tabel (8,331 > 4.74). perbandingan antara F=hitung dan F=tabel
menunjukkan bahwa F=hitung > F=tabel dengan nilai signifikansi 0,037 yang
lebih kecil dari nilai 0,05.
Demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak, dan variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal
ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa secara bersama-sama
variabel independen berpengaruh terhadap dependen.
c. Uji Statistik t
Untuk mengetahui pengaruh secara langsung masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen maka dilakukan uji t. Uji statistik t
pada dasarnya dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel
independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Pengujian t-statistik dilakukan dengan cara membandingkan antara t-hitung
dengan t-tabel dan dengan melihat nilai signifikan dari masing-masing variabel
independen.
42
Tabel 12 Hasil perhitungan Koefficientsa Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -7333,260 3918,079 -1,872 ,135
x1 1431,167 355,401 1,582 4,027 ,016
x2 16,188 4,362 1,458 3,711 ,021a. Dependent Variable: y
Dalam regresi pengaruh jumlah penduduk dan inflasi terhadap
pengangguran, dengana α:0.05 dan dƒ = (n-k-1) 10-2-1=7, sehingga dapat
diperoleh nilai t-tabel sebesar 1.872.
1) Uji Statistik Variabel Jumlah Penduduk
pengaruh variabel jumlah penduduk terhadap pengangguran di Kota
Makassar yang di gunakan adalah :
Ho : β1 = 0, berarti variabel jumlahpenduduk secara langsung tidak
berpengaruh terhadap pengangguran di Kota Makassar.
Ha : β1 ≠ 0, berarti variabel jumlah penduduk secara langsung
berpengaruh terhadap pengangguran di Kot Makassar.
Hasil perhitungan yang di dapat adalah t-hitung X1 = 4.027, sedangkan t-
tabel = 1,895, sehingga t-hitung < t-tabel (4.027 < 1,872). Perbandingan antara
t-hitung dengan t-tabel yang menunjukkan bahwa t-hitung < t-tabel, dengan
nilai signifikansi 0.016 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara langsung variabel jumlah penduduk tidak berpengaruhs signifikan
terhadap pengangguran di Kota Makassar. Dengan nilai sebesar t hitung 4.027
dan nilai koefesien sebesar 1.167 yang menyatakan bahwa setiap perubahan
43
1% jumlah penduduk maka pengangguran di Kota Makassar akan mengalami
peningkatan sebesar 1.167 persen.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa jumlah
penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Kota
Makassar.
2) Uji Statistik Variabel Inflasi.
Hipotesis pengaruh variabel inflasi terhadap pengangguran di Kota
Makassar yang digunakan adalah :
Ho : β2 = 0, berarti secara langsung variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap
variabel pengangguran.
Ha : β2 ≠ 0, berarti secara langsung inflasi berpengaruh terhadap variabel
pengangguran.
Dari hasil regresi diperoleh nilai singnifikansi 0,021 berarti nilai 0,021
lebih kecil dari 0,05 atau 5% sedangkan nilai koefisien sebesar 16,188 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pengangguran di Kota Makassar. Berarti Ho di tolak dan Ha diterima.
Dengan nilai koefisien sebesar 16,188, menyatakan bahwa setiap 1%
kenaikan iflasi maka pengangguran di Kota makassar akan mengalami
peningkatan sebesar 16,188 persen, begitu juga sebaliknya setiap 1% penurunan
tingkat iflasi akan meningkatkan pengangguran sebesar 16,188 persen. Hal ini
sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar.
44
C. Uji Hipotesis
Tabel 13 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber : Hasil Olahan SPSS 2015
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
Dari hasil regresi pengaruh Besarnya Jumlah Penduduk, tingkat inflasi,
terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar (Y) diperoleh nilai R2 sebesar
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
Konstanta (C) 772.1465 3.704397 0.0139
Jumlah Penduduk 55.76600 3.842486 0.0121
Tingkat inflasi 0.720008 3.857829 0.0119
R-squared 0.854127 Mean dependent var 9.054000
Adjusted R-squared 0.737428 S.D. dependent var 3.783761
S.E. of regression 1.938865 Akaike info criterion 4.468936
Sum squared resid 18.79599 Schwarz criterion 4.620228
Log likelihood -17.34468 F-statistic 7.319089
Durbin-Watson stat 3.369071 Prob(F-statistic) 0.025481
45
0,854127. Hal ini berarti variasi variabel independen (bebas) menjelaskan variasi
tingkat pengangguran di Kota Makassar sebesar 85,41 persen. Adapun sisanya
variasi variabel lain dijelaskan diluar model sebesar 14,59 persen. Untuk R2
sebesar 0,854127 ini dinyatakan bahwa model valid sebab data yang digunakan
adalah data sekunder. Dimana model yang valid apabila menggunakan data
sekunder lebih dari 0,25 (R2 > 0,25).
D. Uji Statistik F (Deteksi Signifikansi Simultan )
Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model
dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F). Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Dari regresi pengaruh Besarnya Jumlah penduduk, tingkat inflasi terhadap
tingkat pengangguran di Kota Makassar, maka diperoleh F-tabel sebesar 4,53
(α:5% dan df :10-4=6) sedangkan F-statistik/F-hitung sebesar 7,319089 dan nilai
probabilitas F-statistik sebesar 0,025481 . Nilai Fhitung (7,319089) > Ftabel (4,53)
dan nilai f probabilitas (0,025481) lebih kecil dari tarif nyata 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen (Fhitung > Ftabel).
46
E. Uji Statistik T (Deteksi Signifikansi Parameter Individual)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Dalam regresi pengaruh Besarnya Jumlah Penduduk, tingkat
inflasi, terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar, dengan α:5% dan df = 6
(n-k =10-4), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,447. Berdasarkan nilai t-tabel
tersebut dan dengan asumsi tstatistik / thitung > ttabel, maka :
Variabel Jumlah Penduduk, Nilai t probabilitas (0,0121) lebih kecil dari
taraf nyata sebesar 0,05 dimana thitung (3,842486) > ttabel (2,447) sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Besarnya Jumlah Penduduk Konstan memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Nilai t negatif menunjukkan
bahwa besarnya jumlah penduduk mempunyai hubungan yang berlawanan arah
dengan tingkat pengangguran.
Variabel tingkat inflasi, nilai t probabilitas (0,0119) lebih kecil dari tarif
nyata sebesar 0,05 dimana thitung (3,857829) > ttabel (2,447) sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel tingkat inflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap
tingkat pengangguran. Nilai t positif menunjukkan bahwa tingkat inflasi
mempunyai hubungan yang searah dengan tingkat pengangguran.
F. Uji Analisis Regresi Berganda
Hasil persamaan dari Analisis Regresi Linier Berganda diperoleh persamaan :
Y = 55,76600X1 + 18,06224X2 + 0,720008
47
Koefisien regresi (X1) menunjukkan bahwa pengaruh Jumlah Penduduk
adalah negatif terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar. Ini menunjukkan
bahwa apabila Jumlah Penduduk naik sebesar 1% maka tingkat pengangguran di
Kota Makassar akan meningkat sebesar 55,76600 persen, dengan asumsi tingkat
inflasi.
Koefisien regresi (X2) menunjukkan bahwa Inflasi adalah negatif terhadap
tingkat pengangguran di KotaMakassar. Ini menunjukkan bahwa apabila tingkat
inflasi di Kota Makassar naik sebesar 1% maka tingkat pengangguran di Kota
Makassar akan meningkat sebesar 18,06224 persen, dengan asumsi jumlah
penduduk.
G. Analisis dan Indikasi
1. Pembahasan Penelitian
a. Hasil Uji Simultan
Secara bersama-sama variabel jumlah penduduk dan iflasi berpengaruh
langsung dan signifikan terhadap tingkat pengangguran (Y). Hal ini dibuktikan
Fhitung 8,331 dan F tabel sebesar 4,74 dengan Signifikan F sebesar 0,037 atau
lebih kecil dari 0,05 (5%), Sehingga menerima Ha dan menolak Ho.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith yang mengataan
bahwa jumlah penduduk yang banyak dalam satu wilyah akan mendodrong
pertumbuhan ekonomi karena manusia adalah faktor utama dalam
meningkatkan perekonomian suatu wilyah, sebabtanp manusia faktor-faktor
produksi lainnya tidak akan berarti. Jumlah penduduk yang banyak akan
48
mengakibatkan inflasi suatu daerah meningkat dengan peningkatan iflasi
tersebut akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat pengangguran. Teori ini
sesuai dengan hasil uji secara simultan variabel jumlah penduduk dan variabel
inflasi yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.
b. Hasil uji secara parsial
Afdapun pengaruh langsung jumlah penduduk terhadap tingkat
pengangguran menunjukkan pengaruh posistif yang tindak signifikan. Dengan
meliahat nilai koefisien sebesar 1,167 maka hal ini menandakan bahwa setiap
kenaikan 1 persen jumlah penduduk maka akan meningkatkan tingkat
pengangguran 1,167 persen. Hal ini sesuai dengan teori Malthus yang
menyatakan bahwa manusia berkembang lebih cepat jika dibandingkan dengan
produksi hasil-hasil pertanian yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Karena perkembangan jumlah manusia jauh lebih cepat dari produksi
hasil-hasil pertanian maka Malthus meramal suatu saat nanti akan terjdi
malapetaka atau disaster yang akan menimpah umat manusia, dan malapetaka
itu bisa berupa meningkat tingkat pengangguran disuatu daerah atau negara.
Adapun pengaruh tidak langsung jumlah penduduk (X1) terhadap
pengangguran (Y) melalui inflasi (X2) menunjukkan pengaruh negatif yang
tidak signifikan. Pengaruh negatif yang tidak signifikan mengindikasikan
bahwa variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang sangat lemah
terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar.
49
c. Pengaruh Inflasi
Variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Kota Makassar. Hal ini mengindikasikan bahwa naiknya
tingkat inflasi, maka akan meningkatkan jumlah pengangguran.
Variabel jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran dengan arah yang negatif. Artinya setiap kenaikan satu persen
Jumlah Penduduk akan menyebabkan tingkat pengangguran di Kota Makassar
meningkat sebesar 55,76600 persen. Pertumbuhan ekonomi merupakan akibat
dari adanya peningkatan kapasitas produksi yang merupakan turunan dari
peningkatan investasi. Dengan meningkatnya investasi, pasti permintaan
tenaga kerja akan bertambah, sehingga dengan adanya peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan investasi
berpengaruh terhadap penurunan tingkat pengangguran dengan asumsi
investasi tidak bersifat padat modal.
Variabel tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran dengan arah yang positif. Artinya setiap kenaikan satu persen
tingkat inflasi akan menyebabkan tingkat pengangguran di Kota Makassar
meningkat sebesar 18,06224 persen. Kenaikan tingkat inflasi sering dijadikan
pokok permasalahan yang menyebabkan tingkat upah riil menjadi kaku bawah
.Hal ini dikarenakan upah minimum merupakan kewajiban legal dan harus
diikuti oleh setiap perusahaan serta memiliki kekuatan hukum, dimana
perusahaan tidak boleh memberikan upah di bawah upah minimum. Selain itu,
50
upah minimum sering dijadikan alasan bagi serikat buruh untuk mencegah
terjadinya penurunan upah di bawah upah minimum.
Semua perusahaan mempunyai tujuan untuk memaksimumkan laba.
Perusahaan akan mengganti input lain yang relatif lebih mahal dengan input
yang relatif lebih murah. Apabila upah tenaga kerja meningkat akibat jumlah
penduduk maka perusahaan akan berusaha mengganti dengan input lain yang
lebih murah atau mengurangi jumlah tenaga kerja agar keuntungan yang
diperoleh maksimal. Adanya kenaikan upah minimum menyebabkan
pengubahan proses produksi yang padat tenaga kerja dengan proses produksi
yang lebih padat modal dan lebih menuntut keterampilan.
Variabel tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap pengangguran di
Kota Makassar dengan arah yang positif. Artinya, setiap kenaikan satu persen
tingkat inflasi akan menyebabkan peningkatan pengangguran sebesar
0,720008. (2009) juga menemukan fenomena yang menarik dalam
menganalisis kurva Phillips di negara-negara Asia. Hubungan positif namun
tidak signifikan antara inflasi dan pengangguran ditemukan di negara Philipina,
China, India, dan Thailand. Hubungan positif ini terutama terjadi pada negara-
negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi. Hal ini karena pertumbuhan
populasi yang tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan yang tinggi pula
terhadap angkatan kerja, sehingga jika lapangan kerja tidak mampu menyerap
semua perubahan tersebut, pengangguran akan meningkat.
Hubungan inflasi dan pengangguran yang positif dalam kurva Phillips
menunjukkan bahwa fenomena inflasi lebih cenderung merupakan fenomena
51
cost push inflation atau dorongan penawaran. Inflasi dari sisi penawaran terjadi
apabila terdapat penurunan penawaran terhadap barang-barang dan jasa karena
adanya kenaikan dalam biaya produksi yang diakibatkan oleh keinginan
meningkatnya tingkat upah riil pekerja karena adanya ekspektasi inflasi dimasa
depan akan meningkat. Peningkatan upah ini akan membuat produsen untuk
menurunkan tingkat produksinya dibawah tingkat produksi optimal sehingga
akan meningkatkan harga dan akan meningkatkan tingkat pengangguran.
Variabel jumlah Penduduk berpengaruh secara signifikan dikarenakan
kebanyakan pengangguran di Indonesia lebih memilih untuk bekerja tidak
semata-mata untuk mendapatkan materi tetapi mencari kepuasaan seperti
dengan tingkat inflasi, jenis pekerjaan yang sesuai dengan kegemaran.
52
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengangguran di Kota Makassar. Dengan nilai sebesar t hitung 4.027
dan nilai koefesien sebesar 1.167 yang menyatakan bahwa setiap
perubahan 1% jumlah penduduk maka pengangguran di Kota Makassar
akan mengalami peningkatan 1.167 persen.
2. Variabel Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pengangguran di Kota Makassar dengan nilai koefisien sebesar 16,188
menyatakan bahwa setiap 1% kenaikan inflasi maka pengngguran di
Kota Makassar akan mengalami peningkatan sebesar 16,188 persen.
B. Saran
1. Untuk mengurangi tingkat pengangguran di Kota Makassar maka
mobilitas atau pembangunan ekonomi seharusnya diarahkan menuju
wilayah yang mempunyai pengangguran yang rendah, atau daerah
dengan perekonomian yang rendah. Dalam hal ini, pemerintah
selayaknya untuk berinvestasi di daerah dengan perekonomian yang
rendah yang berorientasi pada padat karya. Sektor sekunder dan tersier
harus lebih dipacu produktivitasnya.
53
2. Untuk penelitian selanjutnya, dalam menghitung tingkat pengangguran
sebaiknya dibedakan antara tingkat pengangguran terbuka dan setengah
pengangguran sehingga hasilnya lebih akurat
54
DAFTAR PUSTAKA
Amri Amir, 2007. “Pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadappengangguran di Indonesia”. Jurnal Inflasi dan Pengangguran Vol. 1 no.1, 2007, Jambi.
Anonim, 2015. Makassar Dalam Jurnal. Badan Pusat Statistik Kota Makassar.
Boediono, 1999. Teori pertumbuhan ekonomi. Yogyakarta : BPFE UGM
Damodar Gujarati, 2000. Ekonometrika Dasar. Trans. Sumarno Zain. Jakarta.Erlangga.
Gilarso, 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: kanisius.
Gregory N. Mankiw, 2000. Teori Makro Ekonomi. Jakarta :Erlangga
Irawan dan Suparmoko, 1997. Ekonomika pembagunan. Jakarta : LP3ES
J Suprianto, 2001. Statistik teori dan aplikasi. Jakarta : Erlangga
Suharsimi, Arikanto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta
Lincolin Arsyad, 1999. Ekonomi Pembangunan Edisi Kedua. STIEYKPN:Yogyakarta.
Muana Nanga., 2001. Ekonomi Makro Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta :Erlangga
Nazir Mohammad, 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Paul A. Somelson & William, D. Nordhaus, 1997. Mikroekonomi. Jakarta:Erlangga
Sukirno Sandono, 1994. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
................................ , 2005. Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
................................ ,2008. Makro ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suparmoko M. dan Irawan, 1997. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE
http//:www.bi.go.id (situs resmi Bank Indonesia)
http//:www.bps.go.id (situs resmi Badan Pusat Statistik)
55
LAMPIRAN
56
LAMPIRAN I
Y x1 x2
7.629 7.629 7.629
7.629 7.629 7.629
7.629 7.629 7.629
7.629 7.629 7.629
7.629 7.629 7.629
7.629 7.629 7.629
7.629 7.629 7.629
57
LAMPIRAN II
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Y 8597,588571 1626,4861014 7
x1 7,700000 1,7983696 7
x2 303,367286 146,5191528 7
Correlations
Y x1 x2
Pearson Correlation
Y 1,000 ,374 ,147
x1 ,374 1,000 -,829
x2 ,147 -,829 1,000
Sig. (1-tailed)
Y . ,204 ,377
x1 ,204 . ,011
x2 ,377 ,011 .
N
Y 7 7 7
x1 7 7 7
x2 7 7 7
58
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 12800036,453 2 6400018,226 8,331 ,037b
Residual 3072705,775 4 768176,444
Total 15872742,228 6
a. Dependent Variable: y
b. Predictors: (Constant), x2, x1
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -7333,260 3918,079 -1,872 ,135
x1 1431,167 355,401 1,582 4,027 ,016
x2 16,188 4,362 1,458 3,711 ,021
a. Dependent Variable: y
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics Durbin-
WatsonR
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,898a ,806 ,710876,45675
53,806 8,331 2 4 ,037 2,613
a. Predictors: (Constant), x2, x1
b. Dependent Variable: y
59
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 6975,561523 11180,873047 8597,588571 1460,5955665 7
Residual -985,5657959 953,8776855 0E-7 715,6239440 7
Std. Predicted Value -1,111 1,769 ,000 1,000 7
Std. Residual -1,124 1,088 ,000 ,816 7
a. Dependent Variable: y
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Y 7 4505,6130 7629,1380 12134,7510 8597,588571 614,7539622 1626,4861014
x1 7 5,0200 4,3900 9,4100 7,700000 ,6797198 1,7983696
x2 7 434,3500 117,2690 551,6190 303,367286 55,3790344 146,5191528
Valid N (listwise) 7