Skripsi Pendidikan (161)

81
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA KARYAWAN PRODUKSI BAGIAN SELEKTOR DI PT. SINAR SOSRO UNGARAN SEMARANG SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : Nama : Atik Muftia NIM : 6450401078 Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat S1 Fakultas : Ilmu Keolahragaan UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Transcript of Skripsi Pendidikan (161)

Page 1: Skripsi Pendidikan (161)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA

KARYAWAN PRODUKSI BAGIAN SELEKTOR DI PT. SINAR

SOSRO UNGARAN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I

Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

Nama : Atik Muftia

NIM : 6450401078

Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat S1

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

Page 2: Skripsi Pendidikan (161)

ii

SARI

Atik Muftia. 2005. “Hubungan Antara Faktor Fisik Dengan Kelelahan Kerja

Karyawan Produksi Bagian Selektor Di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang”.

Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang.

Faktor fisik seperti kebisingan, penerangan, dan iklim kerja dapat

mempengaruhi kinerja manusia. Adanya keseimbangan antar faktor fisik dapat

membuat pekerja nyaman dan aman, sebaliknya apabila tidak ada keseimbangan

antar faktor fisik akan menyebabkan konsentrasi, kemampuan, dan efektivitas

menurun. Hal tersebut merupakan sebagian dari tanda-tanda kelelahan.

Penelitiaan ini bertujuan ingin mengetahui hubungan antara Faktor fisik yang

meliputi kebisingan, penerangan dan iklim kerja dengan kelelahan kerja karyawan

produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel diambil

secara purposive sampling, dengan kriteria tertentu yang telah ditentukan,

sehingga diperoleh 21 sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode survei. Pengambilan data dengan pengukuran parameter intensitas

kebisingan, penerangan, iklim kerja dan kelelahan kerja. Data yang diperoleh

diolah dengan menggunakan teknik analisis kendall’s tau-b.

Dari uji kendall’s tau-b diperoleh koefisiien korelasi kebisingan 0,798

dengan nilai asymp sig 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada hubungan

antara kebisingan dengan kelelahan. Nilai koefisiien korelasi penerangan 0,510

dengan nilai asymp sig 0,001 lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada hubungan

antara penerangan dengan kelelahan. Nilai koefisiien korelasi iklim kerja 0,596

dengan nilai asymp sig 0,002 lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada hubungan

antara iklim kerja dengan kelelahan, begitu juga dengan Nilai koefisiien korelasi

faktor fisik 0,482 dengan nilai asymp sig 0,032 lebih kecil dari 0,05 yang berarti

ada hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan ada korelasi yang

signifikan antara Kebisingan dengan kelelahan dan penerangan dengan kelelahan,

iklim kerja dengan kelelahan serta ada hubungan antara faktor fisik dengan

kelelahan. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan kerja itu sendiri disamping faktor-

faktor yang lain. Oleh karena itu saran yang dapat diberikan adalah memberikan

alat peredam suara pada mesin, pengaturan waktu kerja, serta Pemantauan secara

intensif terhadap potensi bahaya.

Page 3: Skripsi Pendidikan (161)

iii

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Kamis

Tanggal : 20 Oktober 2005

Panitia Ujian

Ketua Panitia, Sekretaris,

Drs. Sutardji, M.S Drs. Herry Koesyanto, M.S

NIP. 130 523 506 NIP. 131 571 549

Dewan Penguji,

1. Eram Tunggul P, SKM. M.Kes (Ketua)……………………………

NIP. 132 303 538

2. Dra. ER. Rustiana, M.Si (Anggota)…………………………………

NIP. 131 571 549

3. Drs. Said Junaidi, M. Kes (Anggota)………………………………..

NIP. 132 086 678

Page 4: Skripsi Pendidikan (161)

iv

MOTO

� Bertarunglah satu ronde lagi, karena orang yang selalu bertarung satu ronde

lagi tidak pernah dikalahkan

� Dan jangan pernah berhenti ataupun menyerah kalah pada satu langkah,

karena kita tidak pernah tahu bahwa sukses itu ada pada satu langkah

berikutnya

� Untuk itu bertindaklah sebagai orang yang selalu berfikir, dan brfikirlah

sebagai orang yang selalu bertindak.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan Kepada:

� Abah dan Ibu tercinta, mas Tri, dik Udin

dan dik Nasik, serta keluargaku tercinta

� teman-temanku IKM angkatan 2001 dan

Almamater FIK UNNES

Page 5: Skripsi Pendidikan (161)

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, atas segala

karunia dan kemurahan-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul

“Hubungan Antara Faktor Fisik Dengan Kelelahan Kerja Karyawan Produksi

Bagian Selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang” dapat diselesaikan

dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah

satu syarat tugas akhir untuk mencapi gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bimbingan, bantuan dan

kerjasama dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberi kesempatan

kepada penulis untuk menempuh studi di Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, yang

telah memberikan izin penelitian serta waktu dan kesempatan kepada saya

untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES, yang telah

mengarahkan dan memberikan motivasi dalam penelitian ini.

4. Ibu Dra. ER. Rustiana, M.Si selaku dosen Pembimbing Utama dan Bapak

Drs.Said Junaidi, M.Kes selaku Pembimbing Kedua, yang telah memberi

motivasi, petunjuk, saran dan bimbingan, sehingga dapat terwujud skripsi

ini.

Page 6: Skripsi Pendidikan (161)

vi

5. PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang, yang telah memberikan izin, bantuan

dan kerjasamanya dalam penelitian ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan ilmu dan dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Staf dan karyawan FIK-UNNES yang telah membantu penulis selama

melakukan kuliah dan penyusunan skripsi.

8. Abah, Ibu dan saudaraku tercinta yang memberikan bantuan material dan

spiritual selama penulis menempuh kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

9. Mas Tri, Krissa, Titin, Endah, Yuli, Dian A, Wiwik, Wildan, Arif W, Sari,

Pak Trubus, Wati, Deni, Tina, dan teman-temanku sealmamater FIK

UNNES serta teman-temanku Nusa Indah yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak, mendapatkan imbalan yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Amin.

Semarang, Juli 2005

Penyusun

Page 7: Skripsi Pendidikan (161)

vii

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................... i

SARI ...................................................................................................... ii

PENGESAHAN .................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ iv

KATA PENGANTAR............................................................................ v

DAFTAR ISI .......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul...................................................................... 1

1.2 Permasalahan ..................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1.4 Penegasan Istilah................................................................................ 6

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Fakor fisik.......................................................................................... 9

2.1.1Kebisingan....................................................................................... 9

2.1.1.1 Pengertian Kebisingan ........................................................... 9

2.1.1.2 Jenis kebisingan..................................................................... 10

2.1.1.3 Pengaruh Kebisingan…………………………………………. 10

2.1.1.4 Pengukuran kebisingan……………………………………….. 12

2.1.2 Penerangan...................................................................................... 12

2.1.2.1 Pengertian penerangan ........................................................... 12

2.1.2.2 Jenis penerangan.................................................................... 14

2.1.2.3 Pengaruh penerangan……………………………………………. 15

2.1.2.4 Pengukuran penerangan ......................................................... 15

2.1.3 Iklim kerja....................................................................................... 16

Page 8: Skripsi Pendidikan (161)

viii

2.1.3.1 Pengertian iklim kerja ............................................................ .. 16

2.1.3.2 Macam iklim kerja……………………………………………… 16

2.1.3.3 Pengukuran iklim kerja………………………………………….. 19

2.2 Kelelahan.......................................................................................... … 19

2.2.1 Pengertian kelelahan ................................................................. … 20

2.2.2 Mekanisme kelelahan……………………………………………… 25

2.2.3 Penybab kelelahan………………………………………………… 27

2.2.5 Akibat kelelahan…………………………………………………… 32

2.2.6 Pengukuran kelelahan…………………………………………….. 33

2.3 Waktu reaksi…………………………………………………………….. 33

2.4 Kerangka Teori .................................................................................. .. 35

2.5 Kerangka Konseptual ......................................................................... .. 36

2.6 Hipotesis............................................................................................ … 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi ............................................................................................. 37

3.2 Sampel............................................................................................... 37

3.3 Variabel ............................................................................................. 38

3.4 Rancangan Penelitian ......................................................................... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 38

3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................ 40

3.7 Instrumen........................................................................................... 41

3.8 Analisis Data...................................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian ................................................................................. 48

4.1.1 Karakteristik esponden penelitian…………………………….. . 48

4.1.2 Deskripsi data Kebisingan......................................................... 50

4.1.3 Deskripsi data Penerangan ........................................................ 52

4.1.4 Deskripsi data Iklim Kerja ........................................................ 54

4.1.5 Deskripsi data Faktor fisik……………………………………………56

Page 9: Skripsi Pendidikan (161)

ix

4.1.6 Deskripsi data Kelelahan .......................................................... 58

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 59

4.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ........................................................................................... 65

5.2 Saran.................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................... 69

Page 10: Skripsi Pendidikan (161)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lama Paparan Kebisingan……………………………………………. . 10

2. Intensitas Penerangan........................................................................... 13

3. Distribusi umur responden ………………………………………….. 48

4. Distribusi masa kerja responden ……………………………………… 49

5.Tabulasi silang kebisingan dan kelelahan kerja responden..................... 51

6. Analisis kendall’s tau-b dan odds ratio kebisingan…………………….. 52

7.Tabulasi silang Penerangan dan kelelahan kerja responden ................... 53

8 Analisis kendall’s tau-b dan odds ratio penerangan…………………… 54

9. Tabulasi silang Iklim kerja dan kelelahan kerja responden ................... 55

10. Analisis kendall’s tau-b dan odds ratio iklim kerja…………………….. 56

11. Tabulasi silang faktor fisik dan kelelahan kerja responden……………. 57

12. Analisis kendall’s tau-b dan odds ratio faktor fisik…………………….. 57

Page 11: Skripsi Pendidikan (161)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Derajat Kelelahan Pada Suatu Jenis Kelelahan .................................... 21

2. Menurunnya kekuatan Max. Pada pekerjaan dengan Pembebanan Statis 21

3. Neraca Statis Keseimbangan Aktivitas dan Inhibitas Kelelahan ........... 26

4. Kerangka Teori ................................................................................... 35

5. Kerangka konsep ................................................................................. 36

6. Grafik Distribusi Umur Responden……………………………………. 49

7. Grafik Distribusi Masa kerja Responden……………………………….. 50

Page 12: Skripsi Pendidikan (161)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Responden.................................................................................... 69

2. Hasil Pengujian kebisingan, penerangan, iklim kerja ruangan ............ 70

3. Hasil Pengukuran Kelelahan ............................................................ 71

4. Hasil Pengukuran kebisingan,penerangan, iklim kerja responden…... 72

5. Metode Peralatan yang Digunakan………………………………… .. 73

6. Hasil Analisis Data………… ............................................................ 74

7. Hasil Kuesioner……………. ............................................................ 78

8. Persentase jawaban Responden………………………………………. 79

9. Kuesioner…………………. ............................................................ 80

10. Surat Keputusan Dosen pembimbing ................................................ 83

11. Surat Keputusan Penguji …………………………………………….. 84

12. Surat keterangan Kalibrasi Reaktion Timer………………………… . 85

Page 13: Skripsi Pendidikan (161)

xiii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Telah disetujui untuk diajukan dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. ER. Rustiana, M.Si Drs. Said Junaidi,M.Kes

NIP.131 472 346 NIP. 132 086 678

Mengetahui,

Ketua Jurusan IKM

Dr. Oktia Woro KH, M.Kes

NIP. 131 695 159

Page 14: Skripsi Pendidikan (161)

xiv

“HUBUNGAN ANTARA FAKTOR FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA

KARYAWAN”

Page 15: Skripsi Pendidikan (161)

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Perkembangan teknologi yang semakin meningkat saat ini terasa sangat

kompleks dampaknya. Disatu pihak perkembangan itu memberikan manfaat-

manfaat dan kemudahan-kemudahan pada tenaga manusia, tetapi dilain pihak

menimbulkan masalah-masalah yang membutuhkan perhatian khusus. Hal

tersebut mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk

mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada.

Dengan demikian manusia bisa mencukupi kebutuhan hidup baik secara fisik

maupun secara psikis.

Bekerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan

itu bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan sering kali tidak disadari

oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapai dan

orang berharap aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawakan suatu

keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya (Pandji Anoraga, 2001: 11).

Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia

mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang

ditunjang dengan teknologi maju dan modern. Salah satu konsekuensi dari

perkembangan industri yang sangat pesat dan persaingan yang ketat antar

perusahaan di Indonesia sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja

dalam perusahaan supaya terus menerus berproduksi selama 24 jam. Dengan

demikian diharapkan ada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi untuk

mencapai keuntungan yang maksimal (Budi Imansyah, 2004: 1).

Pada dasarnya tujuan utama dari perindustrian adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan manusia dengan lebih memperhatikan subyek-subyek

yang terlibat didalamnya, terutama dalam hal perlindungan terhadap manusia dan

lingkungan kerja. Peranan manusia dalam industri tidak dapat diabaikan karena

sampai saat ini dalam proses produksi masih terdapat adanya ketergantungan

antara alat-alat kerja atau mesin dengan manusia, atau dengan kata lain adanya

interaksi antara manusia, alat dan bahan serta lingkungan kerja (Sutaryono, 2002:

6).

Interaksi antara manusia, alat dan bahan, serta lingkungan kerja

menimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga kerja. Pengaruh atau dampak

negatif sebagai hasil samping proses industri merupakan beban tambahan dari

tenaga kerja, yang bisa menimbulkan kelelahan. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan adanya beban tambahan lingkungan kerja yaitu:

1. Faktor fisik, meliputi penerangan, kebisingan, vibrasi mekanis, iklim

kerja dan radiasi

1

Page 16: Skripsi Pendidikan (161)

xvi

2. Faktor kimia, meliputi gas, uap, debu, kabut fume, asap, awan,

cairan dan benda padat

3. Faktor biologis, meliputi tumbuhan dan hewan

4. Faktor fisiologis, meliputi konstruksi mesin, sikap dan cara kerja

5. Faktor psikologis, meliputi suasana kerja, hubungan antara pekerja

atau dengan atasan (Depnaker, 2004: 9).

Faktor fisik tersebut akan merugikan tenaga kerja apabila terjadi

ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan pada saat bekerja. Hal ini biasanya

terjadi pada lingkungan kerja yang panas sehingga tenaga kerja yang terpapar

panas suhu tubuhnya akan meningkat. Ini terjadi karena adanya aliran panas dari

lingkungan kerja yang suhunya lebih tinggi ke tubuh tenaga kerja yang suhunya

lebih rendah sampai dalam keadaan seimbang. Kondisi lingkungan kerja yang

mempunyai kebisingaan melebihi 85 dBA dapat mengganggu kesehatan pekerja

seperti ketulian progesif. Disamping itu penerangan yang tidak baik akan

menyebabkan kerusakan pada alat penglihatan, dan semua itu akan menyebabkan

menurunnya konsentrasi dan kelelahan mental bagi para tenaga kerja (Depnaker,

2004: 10).

Kelelahan (fatigue) merupakan salah satu resiko terjadinya penurunan

derajat kesehatan tenaga kerja. AM. Sugeng.Budiono (2003: 87) menyatakan

kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan atau kegiatan, sehingga akan meningkatkan kesalahan dalam melakukan

pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja. Dari laporan

survei di negara maju diketahui bahwa 10-50% penduduk mengalami kelelahan

akibat kerja. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya prevalensi kelelahan

sekitar 20% pasien yang membutuhkan perawatan (Santosa,1982: 5). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Sutaryono (2002) di PT. Aneka Adhi Logam

Karya Ceper Klaten, ditemukan hubungan antara faktor-faktor fisik dengan

tingkat kelelahan kerja terutama kebisingan, penerangan dan tekanan panas.

PT. Sinar Sosro Ungaran terletak di Jalan Raya Semarang Bawen KM 28

Bergas Kabupaten Semarang, memperkerjakan ratusan tenaga kerja.Dalam proses

produksi tenaga kerja dibagi dalam beberapa bagian sesuai tugas dan tanggung

jawab yang berbeda. Salah satunya adalah selektor. Selektor di PT. Sinar Sosro

Ungaran dibagi menjadi tiga pos, yaitu selektor pada pos 1 bertugas memilih dan

memilah botol kosong yang layak digunakan, sedangkan selektor pada pos 2

memilih dan memilah botol yang layak diisi teh dan pos 3 mengamati botol yang

berisi teh agar layak jual, dengan keadaan lingkungan yang bising dan panas.

Pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang ulang dan memerlukan ketelitian.

Oleh karena itu selektor dituntut untuk selalu bekerja dalam konsentrasi tinggi

Page 17: Skripsi Pendidikan (161)

xvii

untuk menghindari terlewatnya botol-botol yang layak digunakan ulang maupun

produksi jadi yang layak jual.

Setelah dilakukan wawancara awal terhadap 40 responden didapatkan

bahwa banyak tenaga kerja bagian produksi yang mengalami keluhan setelah

mereka bekerja, seperti penurunan konsentrasi (12%), gangguan pada mata

(32,5%) dan ketidaknyamanan pada bahu (19,5%) dan punggung (36%). Hal

tersebut merupakan sebagian dari tanda - tanda kelelahan.

Hasil pengukuran kelelahan kerja yang dilakukan oleh mahasiswa

magang UNNES (Februari 2005) pada tenaga kerja di PT. Sinar Sosro Ungaran

(40 sampel) menunjukkan 12,5% responden mengalami kelelahan kerja yang

masih dalam batas normal, 52,5% responden yang mengalami kelelahan kerja

ringan, 25% responden mengalami Kelelahan kerja sedang dan 10% Kelelahan

kerja berat.

Berdasarkan kenyataan diatas dan lingkungan kerja dengan kondisi tidak

baik tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai

hubungan antara faktor fisik (kebisingan, penerangaan, iklim kerja) dengan

tingkat kelelahan karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran

Semarang.

I.2 PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1.2.1 Adakah hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja karyawan

produksi bagian selektor di PT Sinar Sosro?

1.2.2 Adakah hubungan antara penerangan dengan kelelahan kerja karyawan

produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro?

1.2.3 Adakah hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja karyawan

produksi bagian selektor di PT Sinar Sosro Ungaran Semarang?

1.3.4 Adakah hubungan antara faktor fisik dengan kelelahan kerja karyawan

poduksi bagian selektor di PT Sinar Sosro Ungaran Semarang?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro

1.3.2 Untuk mengetahui hubungan antara penerangan dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro

Page 18: Skripsi Pendidikan (161)

xviii

1.3.3 Untuk mengetahui hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang.

1.3.4 Untuk mengetahui hubungan antara faktor fisik dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang.

1.4 PENEGASAN ISTILAH

Guna memahami apa yang terkandung dalam suatu tulisan penelitian, maka

terlebih dahulu harus dijelaskan secara pasti judul penelitian tersebut, sehingga

tidak akan timbul salah penafsiran tentang judul penelitian. Oleh karena itu

peneliti menjelaskan istilah-istilah dalam judul sebagai berikut:

1.4.1 Faktor Fisik

Faktor fisik merupakan komponen yang terdapat dilingkungan kerja

seperti kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran dan radiasi, yang biasanya

mempengaruhi tenaga kerja (Dep.Naker, 2004: 9). Faktor fisik yang diteliti dalam

penelitian ini adalah kebisingan, penerangan dan iklim kerja.

1.4.1.1 Kebisingan

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga

mengganggu atau membahayakan kesehatan (KepDirJen PPM&PLP, 1999: 35).

1.4.1.2 Penerangan

Penerangan adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda

di tempat kerja (AM. Sugeng Budiono, 2003: 31).

1.4.1.3 Iklim Kerja

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

gerak udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari dalam tubuh

tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya (Suma’mur PK PK, 1996).

1.4.2 Kelelahan

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah kelelahan secara umum.Kelelahan

merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif yang biasanya disertai

penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Rizeddin Rasjid,dkk, 1989: 42).

Page 19: Skripsi Pendidikan (161)

xix

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

1.5.1 Bagi Peneliti

Memperdalam dan mengembangkan pengetahuan dibidang kesehatan dan

keselamatan kerja, khususnya mengenai faktor fisik dan kelelahan kerja bagi

karyawan.

1.5.2 Bagi Perusahaan

1.5.2.1 Dapat mengetahui seberapa besar tingkat kelelahan yang dialami tenaga

kerja selektor, serta sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi

adanya keluhan tenaga kerja dan mencari alternatif pemecahan.

1.5.2.2 Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan serta penerapan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk meningkatkan derajat

kesehatan kerja karyawan produksi bagian selektor.

1.5.3 Bagi Pihak Lain

1.5.3.1 Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

1.5.3.2 Diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut mengenai masalah yang

berkaitan dengan kelelahan kerja.

Page 20: Skripsi Pendidikan (161)

xx

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Faktor Fisik

Faktor fisik merupakan komponen yang terdapat dilingkungan kerja

seperti kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran dan radiasi, yang biasanya

mempengaruhi tenaga kerja (Dep.Naker, 2004: 9). Faktor fisik yang diteliti dalam

penelitian ini adalah kebisingan, penerangan dan iklim kerja.

2.1.1 Kebisingan

2.1.1.1 Pengertian Kebisingan

Bising adalah suara/bunyi yang tidak dikehendaki bagi manusia (Emil

Salim, 2002:246). Sedangkan bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan

pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis. Terdapat dua hal yang

yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya.

Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang

sederhana dari beraneka frekuensi. Telinga manusia mampu mendengar frekuensi

antara 16 – 20.000 Hz (Suma’mur PK, 1996: 58). Sedangkan intensitas kebisingan

Page 21: Skripsi Pendidikan (161)

xxi

yang dianjurkan bedasarkan Kep. Men. No. 55 tahun 1999 adalah 85 dBA untuk 8

jam kerja. Adapun tingkat paparan kebisingan maksimal selama satu hari pada

ruang proses produksi yang dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1.

Tingkat paparan kebisingan

NO TINGKAT KEBISINGAN (dBA) PEMAPARAN HARIAN

1. 85 8 JAM

2. 88 4 JAM

3. 91 2 JAM

4. 94 1 JAM

5. 97 30 MENIT

6. 100 15 MENIT

Sumber: KepMenKes RI No 261/MenKes/SK/II/1998

2.1.1.2 Jenis – jenis kebisingan

Menurut Suma’mur PK (1996:58) jenis–jenis kebisingan yang sering

ditemukan adalah:

1) Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi luas, seperti mesin-

mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain

2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit, misalnya gergaji

sirkuler, katup gas dan lain-lain

3) Kebisingan terputus-putus (intermittent) seperti lalulintas, suara kapal terbang

dilapangan udara

4) Kebisingan impulsif, misalnya pukulan tukul, tembakan bedil, ledakan

9

Page 22: Skripsi Pendidikan (161)

xxii

5) Kebisingan impulsif berulang seperti mesin tempa di perusahaan

2.1.1.3 Pengaruh Kebisingan

Setiap tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap kebisingan,

terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti

stres, kelelahan, hilang efisiensi dan ketidaktenangan (Sutaryono, 2002: 17).

Lebih dari itu Mike Wardhani,dkk (2004: 445), menyatakan pengaruh utama dari

kebisingan kepada kesehatan (efek fisiologis) adalah kerusakan pada indra

pendengar yang menyebabkan ketulian.

Disamping itu sumber kebisingan yang tinggi memiliki pengaruh terhadap

tenaga kerja, yaitu :

1) Mengurangi kenyamanan dalam bekerja

2) Mengganggu komunikasi atau percakapan antar pekerja

3) Mengurangi konsentrasi

4) Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara maupun permanen

5) Tuli akibat kebisingan (AM Sugeng Budiono, 2003: 33).

Pernyataan diatas diperkuat dengan penelitian Laird yang dikutip oleh

Rizeddin.Rasjid,dkk (1989:17), ditemukan adanya pengaruh kebisingan terhadap

penurunan prestasi kerja pada tingkat kebisingan 50 – 60 dB.A.

Rizeddin.Rasjid,dkk (1989: 16) juga menyatakan ada berbagai faktor

yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas seseorang yang bekerja ditempat

kerja yang bising, faktor-faktor tersebut adalah:

Page 23: Skripsi Pendidikan (161)

xxiii

1) Frekuensi kebisingan, nada tinggi adalah lebih mengganggu daripada nada

rendah.

2) Jenis kebisingan, kebisingan terputus-putus lebih mengganggu daripada

kebisingan kontinyu.

3) Sifat pekerjaan, pada pekerjaan yang rumit atau kompleks lebih banyak

terganggu daripada pekerjaan yang sederhana.

4) Variasi kebisingan, makin sedikit variasinya maka makin sedikit pula

gangguannya.

5) Sikap individu, karyawan yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD), yaitu ear plugh/ear muff akan lebih banyak terganggu daripada yang

menggunakan APD.

2.1.1.4 Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh

data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga dapat dianalisis dan

dicari pengendaliannya.

Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah dengan

menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil

pengukuran adalah desibel (dBA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara

30 -130 dBA dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah

yang dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker,

2004: 112).

Page 24: Skripsi Pendidikan (161)

xxiv

2.1.2 penerangan

2.1.2.1 Pengertian penerangan

Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat kerja adalah

jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan

kegiatan secara efektif. Penerangan dapat berasal dai cahaya alami dan buatan.

Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam

lingkungan fisik pekerja. Beberapa penyelidikaan mengenai hubungan antara

produktivitas dengan penerangan telah memperlihatkan, bahwa penerangan yang

cukup dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan dapat menghasilkan produksi

maksimal dan penekanan biaya (Sutaryono, 2002: 19).

Berdasarkan peraturan pemerintah (1999) tentang persyarataan kesehatan

lingkungan kerja, yang dimaksudkan dengan intensitas penerangan ditempat kerja

dapat dilihat pada tabel 2:

Tabel 2

Intensitas penerangan

Jenis Kegiatan Intensitas

Penerangan

(Lux)

Keterangan

Pekerjaan kasar & tidak terus

menerus

100 Ruang penyimpanan dan

ruang peralatan yang

memerlukan pekerjaan

yang kontinyu

Pekerjaan kasar & terus

menerus

200 Pekerjaan dengan mesin

dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 500 Pekerjaan

kantor/administrasi,

ruang kontrol, pekerjaan

mesin dan perakitan

Pekerjaan halus 1000 Pembuatan gambar atau

bekerja dengan mesin

kantor, pekerja

pemeriksan

Page 25: Skripsi Pendidikan (161)

xxv

Pekerjaan amat halus 1500 tidak

menimbulkan

bayangan

Mengukir dengan tangan,

pemeriksaan pekerjaan

mesin dan perakitan yang

halus

Pekerjaan detail 3000 tidak

menimbulkan

bayangan

Pemeriksaan pekerjaan,

perakitan yang sangat

halus

Sumber: KepMenKes RI No 261/MenKes/SK/II/1998

2.1.2.2 Jenis Penerangan

Penerangan diklasifikasikan berdasarkan cara pendistribusiannya

(Rizddin.Rasjid,dkk, 1989: 13) menjadi:

1) Penerangan langsung (direct lighting), hampir semua cahaya

didistribusikan ke bawah (90-100%), paling efisien digunakan karena

banyaknya cahaya yang mencapai permukaan kerja adalah maksimum,

namun sering menimbulkan bayangan dan kesilauan (bila cahaya terlalu

kuat).

2) Penerangan semi langsung (semi-direct lighting), distribusi cahaya

diarahkan kebawah (60-90%)

3) 3) General difuse, kurang lebih 40-60% cahaya diarahkan kebawah dan

40-60% diarahkan keatas.

4) Semi-indirect lighting, 60-90% cahaya didistribusikan kearah atas dan 10-

40% kearah bawah, untuk itu nilai pantulan dari langit-langit harus tinggi

agar cahaya lebih banyak yang dipantulkan kebawah.

5) Indirect lighting, distribusi cahaya katas 90-100%, tidak menimbulkan

bayangan dan kesilauan, tetapi mengurangi efisiensi cahaya.

Adapun tipe penerangan yang dapat digunakan di perusahaan adalah:

Page 26: Skripsi Pendidikan (161)

xxvi

1) Penerangan umum (general lighting)

2) Penerangan lokal (localized general ligting)

2.1.2.3 Pengaruh Penerangan

Penerangan yang baik dapat memberikan keuntungan pada tenaga kerja,

yaitu peningkatan produksi dan menekan biaya, memperbesar kesempatan

dengan hasil kualitas yang meningkat, menurunkan tingkat kecelakaan,

memudahkan pengamatan dan pengawasan, mengurangi ketegangan mata,

mengurangi terjadinya kerusakan barang-barang yang dikerjakan.

Penerangan yang buruk dapat berakibat kelelahan mata, memperpanjang

waktu kerja, keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata,

kerusakan indra mata, kelelahan mental dan menimbulkan terjadinya kecelakaan

(Mieke Wardhani. dkk, 2004: 447).

2.1.2.4 Pengukuran penerangan

Pengukuran intensitas penerangan dilakukan dengan menggunakan alat

Luxmeter atau lighmeter. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya

menjadi energi listrik oleh photo electric cell.

Intensitas penerangan diukur dengan dua cara, yaitu:

1) Penerangan umum, diukur setiap meter persegi luas lantai, dengan tinggi

pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai

Page 27: Skripsi Pendidikan (161)

xxvii

2) penerangan lokal, diukur ditempat atau meja kerja pada obyek yang dilihat

oleh tenaga kerja.

Intensitas penerangan dinyatakan dalam Lux (AM.Sugeng Budiono, 2003: 31).

2.1.3 Iklim Kerja

2.1.3.1 Pengertian Iklim kerja

Menurut Suma’mur PK (1996: 84) iklim kerja adalah kombinasi dari suhu

udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi

keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat

disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja

adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara,

dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.

Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu sistem

pengatur suhu (Thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat

keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat

metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar.

Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia

akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat

Celsius sampai 27 derajat Celsius (Sritomo Wigjosoebrata, 2003).

2.1.3.2 Macam Iklim Kerja

Page 28: Skripsi Pendidikan (161)

xxviii

Kemajuan teknologi dan proses produksi didalam industri telah

menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu,

yang dapat berupa iklim keja panas dan iklim kerja dingin.

1) Iklim Kerja Panas

Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang

dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan

sinar matahari (AM.Sugeng Budiono, 2003: 37).

Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara

terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan

panas tubuh yang dikeluarkan kelingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara

pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran

panas dari tubuh kelingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi,

konveksi, radiasi dan evaporasi (Suma’mur PK, 1996: 82).

(1) Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar

dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas

dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan akan

menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda sekitar lebih panas dari

tubuh manusia.

Page 29: Skripsi Pendidikan (161)

xxix

(2) Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui

kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh

udara sekitar tubuh.

(3) Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang

gelombang lebih panjang dari sinar matahari.

(4) Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap

bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin sehingga terjadi

pelepasan panas dipermukan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang

akhirnya suhu badan bisa menurun.

Terhadap paparan cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha

menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan

timbul efek yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam menyesuaikan

dengan lingkungan panas maka timbul keluhan-keluhan sepert kelelahan, heat

Cramps, Heat exhaustion, dan Heat stroke.

1. Kelelahan

Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam

kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula dalam darah.

Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan kerja yang

tidak nyaman akibat tekanan panas.

2. Heat cramps, dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang

menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa

menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan

Page 30: Skripsi Pendidikan (161)

xxx

3. Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama

bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya

keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah

menurun, denyut nadi lebih cepat.

4. Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat,

sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003:

37).

2) Iklim Kerja Dingin

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan

kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini dapat meningkatkan

tingkat kelelahan seseorang.

2.1.3.3 Pengukuran Iklim Kerja

Untuk mengetahui iklim kerja disuatu tempat kerja dilakukan pengukuran

besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu

Basah dan Bola (Tim Hiperkes, 2004), macamnya adalah:

1. Untuk pekerjaan diluar gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering

2. Untuk pekerjaan didalam gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk mengukur

suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan termometer bola

Page 31: Skripsi Pendidikan (161)

xxxi

untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat

mengunakan questemt digital. Adapun standar Nilai Ambang Batas (NAB) iklim

kerja adalah 280C (Kep.Men no.51/Men/1999).

2.2 Kelelahan

Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Lelah bagi

setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah

merupakan suatu perasaan.

2.2.1 Pengertian Kelelahan

Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan

ketahanan dalam bekerja, yang dapat disebabkan oleh :

1) Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)

2) Kelelahan fisik umum

3) Kelelahan syaraf

4) Kelelahan oleh lingkungan yang monoton

5) Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai faktor secara

menetap

(Suma’mur PK, 1999: 67)

Menurut Eko Nurmianto (2003: 264), kelelahan kerja akan menurunkan

kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja

akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri.

Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan

dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain

Page 32: Skripsi Pendidikan (161)

xxxii

Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis

pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).

Selain itu karakteristik kelelahan akan meningkat dengan semakin

lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery)

adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup, seperti pada gambar

berikut:

Gambar 1

Derajat kelelahan pada suatu jenis pekerjaan

(Eko Nurmianto, 2003: 264)

Page 33: Skripsi Pendidikan (161)

xxxiii

Gambar 2

Menurunnya kekuatan maksimum pada pekerjaan dengan pembebanan statis

(Eko Nurmianto, 2003: 264)

Kelelahan berbeda dengan kejemuan, sekalipun kejemuan adalah suatu

faktor dari kelelahan (Suma’mur PK, 1999: 68). Menurut Tarwaka, dkk (2004:

107) kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar dari

kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah

istirahat.Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasan yang subyektif. Kelelahan

adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

bekerja (AM.Sugeng Budiono, 2003: 82). Jadi dapat disimpulkan bahwa

kelelahan kerja bisa menyebabkan penurunan kinerja yang dapat berakibat pada

peningkatan kesalahan kerja dan kecelakaan kerja.

2.2.2 Jenis Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan

proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.

2.2.2.1 Berdasarkan proses, meliputi:

1) Kelelahan otot (muscular fatigue)

Kelelahan otot menurut Suma’mur PK (1999: 190) adalah tremor pada

otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Hasil percobaan yang dilakukan

para peneliti pada otot mamalia, menunjukkan kinerja otot berkurang dengan

meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon

tertentu. Manusiapun menunjukkan respon yang sama dengan proses yang terjadi

Page 34: Skripsi Pendidikan (161)

xxxiv

pada percobaan diatas. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu

periode aktivitas secara terus menerus.

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui

fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan gejala

yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada

makin rendahnya gerakan (AM.Sugeng Budiono, 2003: 87).

2) Kelelahan Umum

Pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004: 107),

biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja,

yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik,

keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai

perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir

jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruh-

pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah

(Suma’mur PK, 1996:190).

Menurut AM. Sugeng Budiono (2003: 83), gejala umum kelelahan adalah

suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi

terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak

adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa

berat dan merasa mengantuk.

Page 35: Skripsi Pendidikan (161)

xxxv

2.2.2.2 Berdasar waktu terjadi kelelahan, meliputi:

1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ

tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

2) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam

jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan

pekerjaan, seperti perasaan “kebencian” yang bersumber dari terganggunya

emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya

ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik

seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak

jantung yang tidak normal, dan lain-lain (AM.Sugeng Budiono, 2003: 89).

2.2.2.3 Berdasar penyebab kelelahan, meliputi:

1) Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya

faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu.

2) Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang

berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun

dengan atasan (Depnaker, 2004:55).

Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar

dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai

indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun.

Beberapa jenis kelelahan umum menurut AM.Sugeng Budiono (2003) adalah:

1) Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.

Page 36: Skripsi Pendidikan (161)

xxxvi

2) Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi

seluruh organ tubuh.

3) Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mental

dan intelektual.

4) Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian dari

sistem psikomotorik.

5) Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada

jangka waktu yang panjang.

6) Kelelahan Siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam serta

petukaran periode tidur.

2.2.3 Mekanisme Kelelahan

Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu

cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan sistem

penggerak/aktivasi)

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori

kimia dan teori syaraf pusat (Tarwaka. dkk, 2004: 107).

1) Teori kimia

Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya

cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebab

hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf

adalah penyebab sekunder.

2) Teori syaraf pusat

Page 37: Skripsi Pendidikan (161)

xxxvii

Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan

dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensosrik ke otak yang disadari

sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak

dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel

syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan

kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan

menjadi lambat.

Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang

juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat.

Karena suasana kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka

asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal.

Disamping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan

tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja (performance) seseorang

(Eko Nurmianto, 2003: 265).

Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat

sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-

kadang salah satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem

aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja

berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada

kondisi yang memberikaan stabilitas pada tubuh (Suma’mur PK, 1999: 68), yang

dapat ditunjukkan seperti gambar 3 dibawah ini:

Page 38: Skripsi Pendidikan (161)

xxxviii

Gambar 3

Neraca keseimbangan aktivitas dan inhibisi kelelahan

Sumber: Suma’mur PK, 1999: 68.

2.2.4 Penyebab Kelelahan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kelelahan

mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu beban kerja, beban tambahan

dan faktor individu.

2.2.4.1 Beban Kerja

Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik

fisik maupun mental dan tanggung jawab (Depkes, 1991: 146). Beban kerja yang

melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja.

2.2.4.2 Beban Tambahan

Menurut Depkes RI (1991:146) beban tambahan merupakan beban diluar

beban kerja yang harus ditanggung oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berasal

dari lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah:

1) Iklim Kerja

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh

Page 39: Skripsi Pendidikan (161)

xxxix

tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya (Kepmenaker, No: Kep-51/MEN/1999)..

Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya

koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu terlalu tinggi akan menyebabkan

kelelahan dengan akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan

darah meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh

meningkat, dan produksi keringat meningkat (Rizeddin Rasjid, dkk. 1989: 14).

2) Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena

pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama

merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti

gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme,

bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Heru Setiarto,

2002: 14).

3) Penerangan

Penerangan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan yang baik adalah penerangan

yang memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa

upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang

nikmat dan menyenangkan. Penerangan tempat kerja yang tidak adekuat dapat

menyebabkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat

menyebabkan kesilauan (Rizeddin.Rasjid,dkk. 1989: 3).

Page 40: Skripsi Pendidikan (161)

xl

Selain penyebab diatas, ada faktor individu yang mempengaruhi tingkat

kelelahan. Faktor individu meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, kondisi

kesehatan, kondisi psikologi dan sikap kerja.

1) Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat menentukan tingkat kelelahan kerja. Biasanya wanita

lebih mudah lelah dibanding pria. Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh dan

kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang dibanding pria, secara biologis

wanita mengalami siklus haid, kehamilan dan menopouse, dan secara sosial

kultural, yaitu akibat kedudukan sebagai ibu dalam umah tangga dan tradisi-

tradisi sebagai pencerminan kebudayaan (Suma’mur PK, 1996: 270).

2) Umur

Umur dapat mempengaruhi kelelahan pekerja. Semakin tua umur

seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah

karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang.

3) Status Gizi

Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak dapat digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ

serta menghasilkan energi. Menurut Emil Salim (2002: 232), gizi kerja adalah gizi

yang diterapkan pada kayawan untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan

jenis dan tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas yang setinggi-tingginya.

Page 41: Skripsi Pendidikan (161)

xli

Status gizi merupakan ekspresi keadaan seimbang dari variabel tertentu,

atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (I Dewa N, dkk,

1999:18). Maka dapat disimpulkan bahwa status gizi seseorang menunjukkan

kekurangaan atau kelebihan gizi seseorang, yang dapat menimbulkan resiko

penyakit tertentu dan mempengaruhi produktivitas kerja (I Dewa N, dkk, 1999:

59). Lebih dari itu status gizi dapat mempengaruhi kelelahan, yaitu jika seseorang

mengalami status gizi buruk atau < normal maka akan mempercepat kelelahan

kerja.

Untuk mengetahui status gizi dapat dihitung dengan Indeks Masa Tubuh

(IMT) atau Body Mass Index (BMI), yaitu:

IMT = )()(

)(

manxTinggibadmnTinggibada

kgBeratbadan

4) Lama tidur

Lama tidur berpengaruh pada daya tahan tubuh dalam melakukan

pekerjaan. Dalam rangka menghindari efek kelelahan kumulatif diperlukan

istirahat tidur sekitar 7 jam sehari. Selama tidur tubuh diberi kesempatan untuk

membersihkan pengaruh-pengaruh atau zat-zat yang kurang baik dari dalam

tubuh.

5) Kondisi kesehatan

Status kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat dilihat

dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang mempengaruhi

kelelahan, yaitu:

a. Jantung, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan

penyediaan aliran darah meningkat. Pada keadaan kurang oksigen (O2),

Page 42: Skripsi Pendidikan (161)

xlii

karbondioksida (Co2) dan ion H+ dilepaskan. Untuk memenuhi kekurangan

Oksigen (O2) tersebut, tubuh mengadakan proses anaerob, dan proses ini

menghasilkaan asam laktat yang bisa menyebabkaan kelelahan (Arthur

C.Gyton dan John E hall,1999: 143).

b. Gangguan ginjal merupakan sistem pengeluaran sisa metabolisme terganggu

sehingga tertimbun dalam darah. Penimbunan metabolisme ini menyebabkan

kelelahan.

c. Asma merupakan proses transportasi oksigen (O2) dan karbondioksida (Co2)

terganggu sehingga terjadi akumulasi carbondioksida dalam tubuh.

Teganggunya proses tersebut karena adanya agen-agen sensitisasi dan iritan

dalam saluran pernafasan (Carolin Wijaya, 1995: 37).

d. Tekanan darah rendah, terjadi apabila kerja jantung untuk memompa darah ke

seluruh tubuh kurang maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigen (O2)

terhambat.

e. Tekanan darah tinggi menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga

jantung membesar dan tidak lagi mampu memompa darah untuk diedarkan

keseluruh tubuh. Selanjutnya terjadi sesak nafas akibat pertukaran oksigen

(O2) terhambat yang akhirnya memicu terjadinya kelelahan.

f. Pada penyakit paru, oksigen (O2) dan carbondioksida (CO2) terganggu sehingga

banyak yang tertimbun yang akhinya akan menyebabkan seseorang cepat

mengalami kelelahan.

6) Kondisi Psikologi

Page 43: Skripsi Pendidikan (161)

xliii

Tenaga kerja yang sehat adalah tenaga kerja yang produktif, sehingga

kesehatan psikis perlu diperhatikan untuk mencapai produktivitas yang tinggi.

Lingkungan kerja mekanis dan lingkungan kerja fisik yang buruk akan

menimbulkan perasaan tidak nyaman, menjemukan, mengganggu konsentrasi dan

emosi tenaga kerja (Depnaker, 2004: 65). Menurut Suma’mur.PK (1996:210)

faktor psikologis memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan,

dimana penyebabnya bisa dari luar tempat kerja maupun dari pekerjaannya

sendiri.

7) Sikap kerja

Sikap tubuh dalam bekerja adalah sikap yang ergonomi sehingga dicapai

efisiensi kerja dan produktivitas yang optimal dengan memberikan rasa nyaman

dalam bekerja. Apabila sikap tubuh salah dalam melakukan pekerjaan maka akan

mempengaruhi kelelahan kerja (Suma’mur PK, 1999: 110).

2.2.5 Akibat Kelelahan

Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik yang

melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus

menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan disertai penurunan

keinginan untuk bekerja yang disebabkan faktor psikis sehingga menyebabkan

timbulnya perasaan lelah (Heru Setiarto, 2002: 15).

Kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan kewaspadaan,

konsentrasi dan ketelitian sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan

(Suma’mur PK, 1999: 70). Menurut AM. Sugeng Budiono (2003: 90), kelelahan

Page 44: Skripsi Pendidikan (161)

xliv

kerja dapat mengakibatkan penurunan produktivitas. Jadi kelelahan kerja dapat

berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan

sukar berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, menurunnya

efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik dan mental yang pada akhirnya menyebabkan

kecelakan kerja dan terjadi penurunan poduktivitas kerja.

2.2.6 Pengukuran Kelelahan

Menurut Tarwaka,dkk (2004: 110), pengukuran kelelahan dapat dilakukan

dengan berbagai cara, yaitu:

1) Kualitas dan kuantitas hasil kerja

Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam

banyaknya produksi persatuan waktu. Sedangkan kualitas kerja didapat

dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang ditolak, kesalahan,

kerusakan material, dan lain-lain.

2) Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara Kuesioner

Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).

3) Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electroenchepalography

(EEG).

4) Uji psiko-motor (psychomotor test), dapat dilakukan dengan cara melibatkan

fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital

reaction timer.

Page 45: Skripsi Pendidikan (161)

xlv

5) Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang

dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan

pekerjaan. Bourdon Wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat

digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi.

Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

alat waktu reaksi (reaction timer) dan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan

kerja.

2.3 Waktu Reaksi (reaction timer)

Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsang

tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi

adalah jangka waktu dari pembuatan rangsang sampai kepada suatu saat

kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu (Suma’mur PK, 1999: 71).

Menurut Sanders & Mc Cormick (1987) yang dikutip oleh Tarwaka,dkk

(2004: 111), waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang

spesifik saat satu stimuli terjadi. Sedangkan menurut laporan Setyawati L (1996)

yang dikutip oleh Tarwaka,dkk (2004: 111), dalam uji waktu reaksi ternyata

stimuli terhadap cahaya lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli suara.

Menurut Grandjean (1985) yang dikutip oleh Heru Setiarto (2002: 17),

proses penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsang yang datang dari

luar tubuh akan melewati sistem aktivitas, yang kemudian secara aktif

menyiagakan korteks bereaksi. Dalam hal ini sistem aktivasi retrikulasi befungsi

sebagai distributor dan amplifier sinyal-sinyal tersebut. Pada keadaan lelah secara

Page 46: Skripsi Pendidikan (161)

xlvi

neurofisiologis, korteks cerebri mengalami penurunan aktivasi, terjadi perubahan

pengarahan sehingga tubuh tidak secara cepat menjawab sinyal-sinyal dari luar .

Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan rentang atau range waktu

reaksi sebagai berikut :

1. Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik

2. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi >240,0 - <410,0 mili detik

3. Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi >410,0 – <580,0 mili detik

4. Kelelahan Kerja Berat KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik

(Tim Hiperkes, 2004: 12).

2.4 Kerangka Teori

Hubungan antara faktor fisik yang dengan kelelahan kerja pada karyawan

bagian selektor dapat digambarkan dengan kerangka teori sebagai berikut:

Faktor individu :

- Umur

- Status gizi

- Kondisi kesehatan

- Sikap kerja

- Psikologis

- Lama tidur

Faktor luar :

1. Beban kerja

- Fisik

- Mental

2. Beban tambahan

- Kebisingan

- Penerangan

- Iklim kerja

Kelelahan

Page 47: Skripsi Pendidikan (161)

xlvii

Gambar 4

Kerangka Teori

2.5 KERANGKA KONSEPTUAL

Variabel bebas Variabel terikat

Variabel pengganggu

Gambar 5

kerangka konseptual

2.6 HIPOTESIS

Berdasarkan masalah-masalah yang diajukan dan teori-teori yang diuraikan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.7.1 Ada hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor

Faktor fisik:

Kebisingan,

Penerangan dan

iklim kerja panas

Tingkat kelelahan

Umur, masa kerja, status gizi, kondisi

kesehatan.

Page 48: Skripsi Pendidikan (161)

xlviii

2.7.2 Ada hubungan antara penerangan dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor

2.7.3 Ada hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran

semarang.

2.7.4 Ada hubungan antara faktor fisik dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sianar Sosro Ungaran

Semarang.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan produksi bagian

selektor di PT. Sinar Sosro Semarang sebesar 42 orang.

3.2 Sampel penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara sampling

bertujuan atau purposif (purposive sampling) yaitu pengambilan sampel menurut

ciri-ciri atau kriteria yang ada pada populasi (Suharsimi A, 2002: 117).

Adapun kriteria yang akan diambil atau diteliti adalah :

Page 49: Skripsi Pendidikan (161)

xlix

1. Umur 20 tahun-45 tahun, karena merupakan usia produktif dan kesiagapan

dalam menerima suatu aktivitas.

2. Masa kerja minimal 2 tahun, karena dianggap sudah lama terpapar.

3. Status Gizi normal, karena pada orang dengan status gizi buruk akan cepat

mengalami kelelahan dalam bekerja.

4. Kondisi kesehatan baik atau sehat dan tidak dalam keadaan sakit, serta tidak

menderita penyakit tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, jantung,

gangguan ginjal dan asma, dan paru karena dapat mempercepat kelelahan.

Dalam penelitian ini sampel yang

diambil dan sesuai dengan kriteria

adalah sebanyak 21 orang.

3.3 Variabel penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklim kerja, kebisingan dan

penerangan.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan.

3. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu yang dapat dikendalikan adalah:

a. Umur

b. Masa kerja

c. Kondisi kesehatan

d. Status gizi

337

Page 50: Skripsi Pendidikan (161)

l

3.4 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatorial).

Metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu jenis survei yang bersifat

analitik karena penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi

(Soekidjo Notoatmojo, 2002: 26). Atau penelitian ini bersifat penjelasan, dengan

pendekatan seksional silang (Crossectional).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan pengolahan data dalam penelitian ini dapat

dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

3.5.1 Observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena

sosial dan gejala – gejala fisik dengan jalan mengamati dan mencatat (Soekidjo

Notoatmojo, 2002: 93). Pada penelitian ini peneliti melihat dan mengamati

permasalahaan kesehatan dan kelelahan akibat kerja serta lingkungan kerja di PT.

Sinar Sosro Ungaran Semarang.

3.5.2 Wawancara

Page 51: Skripsi Pendidikan (161)

li

Wawancara dalam penelitian ini melibatkan responden dengan tujuan

untuk mengetahui hubungan antara faktor fisik dengan tingkat kelelahan kerja

bagian selektor.

3.5.3 Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

seberapa besar tingkat kebisingan, penerangan, iklim kerja dan kelelahan sehingga

dapat diketahui seberapa besar hubungan antara faktor-faktor penyebab dengan

tingkat kelelahan.

3.5.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa

transkrip, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya, yang bukan benda hidup

tetapi benda mati (Suharsimi Arikunto, 1998:206).

Dalam penelitian ini menggunakan data-data dari perusahan seperti jumlah

tenaga kerja, umur, pendidikan, riwayat penyakit dan masa kerja.

3.6 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menemukan dan memilih masalah

2) Identifikasi, merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian

berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun

informasi dan teori sebagai dasar penyusun kerangka konsep penelitian.

3) Merumuskan hipotesis penelitian

Page 52: Skripsi Pendidikan (161)

lii

4) Menentukan populasi dan sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah seluruh tenaga kerja produksi, sedangkan sampel yang diambil

adalah tenaga kerja bagian selektor yang telah memenuhi kriteria yang telah

ditentukan.

5) Menentukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, Dokumentasi

dan pengukuran kebisingan, penerangan, iklim kerja dan kelelahan.

6) Menentukan alat pengumpulan data yang akan digunakan. Dalam penelitian

digunakan alat pengukur kelelahan (reaction timer), kebisingan (sound level

meter), penerangan (light meter) dan alat pengukur iklim kerja (questemt),

selain itu alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner alat ukur

perasaan kelelahan.

7) Melakukan uji coba kuesioner dengan tujuan untuk menghindari pertanyaan

yang sulit dimengerti atau kekurangan dari materi kuesioner itu sendiri.

8) Melaksanakan penelitian dengan melakukan pengukuran kebisingan,

penerangan, iklim kerja dan kelelahan serta kuesioner alat ukur perasaan

kelelahan kerja.

3.7 Instrumen penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.7.1 Sound level meter seri 407750

Merupakan alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Adapun cara

melakukannya adalah:

Page 53: Skripsi Pendidikan (161)

liii

1. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan kontinyu dan slow untuk

jenis kebisingan impulsif

2. Pilih selektor range intensitas kebisingan

3. Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit, dengan

kurang lebih 6 kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang

ditunjukkan pada monitor

4. Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan sesaat dengan rumus

Lek : 10 log n

1 ( 10

LI/10 + 10

L2/10 + 10

L3/10 + .........)

5. Hasil yang sudah didapat dibandingkan dengan standar kebisingan yaitu 85

dB.A

3.7.2 Digital Ligh meter seri LT. Lutron LX-103

Merupakan alat untuk mengukur intensitas penerangan, dapat dilakukan

dengan cara:

1. Tekan tombol power

2. Bagi ruang kerja menjadi beberapa titik pengukuran dengan jarak antar titik

sekitar 1 meter

3. Lakukan pengukuran dengan tinggi ligh meter kurang lebih 85 cm diatas

lantai, dan posisi photo cell horisontal dengan lantai

4. Catat hasil pengukuran lalu bandingkan dengan standar penerangan yaitu 200

lux

3.7.3 Questemt 10 seri JX 30202007

Page 54: Skripsi Pendidikan (161)

liv

Merupakan alat untuk mengukur iklim kerja, adapun cara yang dapat

dilakukan adalah:

1) Tekan tombol power

2) Tekan tombol oC/

oF untuk menentukan suhu yang digunakan

3) Tekan tombol globe untuk menentukan suhu bola

4) Tekan tombol dryBulb untuk mendapat suhu bola kering

5) Tekan tombol wetBulb unuk mendapat suhu bola basah

6) Tekan tombol WetBulb Globle Termometer (WBGT) untuk mendapatkan

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

7) Catat hasil yang dibaca pada display

8) Tekan tombol power untuk mematikan

9) Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk waktu

adaptasi

10) Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar iklim kerja yaitu 280C.

3.7.4 Reaction timer seri L77

Merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan berdasarkan kecepatan

waktu reaksi terhadap rangsang cahaya. Prinsip kerja dari alat ini adalah

memberikan rangsang tunggal berupa signal cahaya atau suara yang kemudian

direspon secepatnya oleh tenaga kerja, kemudian dapat dihitung waktu reaksi

tenaga kerja yang mencatat waktu yaang dibutuhkan untuk merespon signal

tersebut. Adapun cara mengukur adalah sebagai berikut:

1) Hidupkan alat dengan sumber tenaga (listrik/baterai)

2) Hidupkan alat dengan menekan tombol on/off pada on(hidup)

Page 55: Skripsi Pendidikan (161)

lv

3) Eset angka penampilan sehingga menunjukkan angka “0,000” dengan

menekan tombol “0”

4) Pilih rangsang cahaya dengan menekan tombol “cahaya”

5) Subyek yang akan diperiksa dimina menekan tombol subyek (kabel hitam)

dan diminta secepanya menekan tombol setelah melihat cahaya dari sumber

rangsang

6) Untuk memberikan rangsang, pemeriksa menekan tombol pemeriksa (kabel

biru)

7) Setelah diberi rangsang, subyek menekan tombol maka pada layar kecil akan

menunjukkan angka waktu reaksi dengan satuan “mili detik”.

8) Pemeriksan diulangi sampai 20 kali

9) Data yang dianalisa (diambil rata-ata) yaitu skor hasil 10 kali pengukuran

ditengah (5 kali pengukuran diawal dan diakhir dibuang)

10) Setelah selesai pemeriksaan matikan alat dengan menekan tombol on/off pada

off dan lepaskan dari sumber tenaga.

11) Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar pengukuran kelelahan yaitu

1. Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili

detik

2. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi >240,0 - <410,0 mili

detik

3. Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi >410,0– <580,0 mili

detik

4. Kelelahan Kerja Berat KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik.

3.7.5 Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

Page 56: Skripsi Pendidikan (161)

lvi

Merupakan kuesioner untuk mengetahui perasaan lelah yang merupakan

gejala subyktif yang dialami tenaga kerja. KAUPK2 yang dipakai berdasarkan

beberapa penelitian yang telah dimodifikasikan untuk mempermudah pengukuran

kelelahan. Untuk item dengan kriteria ya sering, jarang, dan tidak pernah.Masing-

masing mempunyai skor 2, 1, dan 0. Makin tinggi skor makin tinggi tingkat

kelelahan kerja. Adapun klasifikasinya adalah:

0 - 7 = Normal

8 - 15 = Kelelahan kerja ringan

16 - 23 = Kelelahan kerja sedang

> 23 = Kelelahan kerja berat.

(Setyawati L, 1994:40)

3.8 Analisis Data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis

data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang sudah

terkumpul tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, oleh karena itu perlu analisis

data. Yang dimaksud metode analisis data adalah cara mengolah data yang telah

terkumpul untuk dapat disimpulkan. Data diolah sesuai dengan tujuan dan

kerangka konsep penelitian. Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan

pengolahan data.

Pengolahan data dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1) Editing

Dilakukan setelah mendapatkan data yang dikumpulkan dengan tujuan untuk

mengoreksi data bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat diteliti

Page 57: Skripsi Pendidikan (161)

lvii

2) Koding

Pemberian kode pada data sehingga memudahkan pengelompokan

3) Entry

Memasukkan data yang telah dilakukan koding kedalam program SPSS

4) Tabulasi

Mengelompokkan data sesuai dengan variabel

Data diolah dan dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif. Untuk

pengolahan data kuantitatif dapat dilakukan dengan manual atau melalui proses

komputerisasi.

Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tenik

sebagai berikut:

1) Uji Univariat

Dilakukan pada masing-masing variabel yaitu mendiskripsikan tentang

pengukuran kelelahan, pengukuran kebisingan, pengukuran penerangan dan

kusioner Alat Ukur Perasan Kelelahan juga hasil angket/ kuesioner yang disajikan

dalam bentuk data. Analisis yang digunakan meliputi analisis persentase.

2) Uji Bivariat

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat dapat dilakukan dengan uji kendall’s tau_b, karena merupakan uji

untuk data ordinal. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan nilai

kemaknaan 5%. Kriteria hubungan berdasarkan nilai p Value (probabilitas) yang

Page 58: Skripsi Pendidikan (161)

lviii

dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yang dipilih, dengan kriteria

sebagai berikut:

1) Jika p value > 0,05 maka Ho diterima

2) Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak (Sugiyono, 1999: 82).

Untuk mengukur keeratan hubungan dapat dilihat berdasarkan besaran

angka, yaitu:

1) 0,00 - 0,199 : Tingkat hubungan sangat rendah

2) 0,20 - 0,3999 : Tingkat hubungan rendah

3) 0,40 - 0,599 : Tingkat hubungan sedang

4) 0,60 - 0,799 : Tingkat hubungan kuat

5) 0,80 - 1,00 : Tingkat hubungan sangat kuat (Sugiyono, 1999: 216).

Dengan uji kendall’s tau b dapat diketahui arah hubungannya. Tanda

negatif (-) menunjukkan adanya arah hubungan yang berlawanan, yang berarti

semakin buruk faktor fisik semakin sedikit orang yang mengalami kelelahan,

sedangkan tanda positif menunjukkan arah hubungan yang sama, artinya semakin

buruk faktor fisik semakin banyak responden yang mengalami kelelahan.

Untuk mengetahui faktor resiko yang ditimbulkan maka dapat diperoleh

dari Odds Ratio, yang artinya orang yang berada pada daerah faktor fisik buruk

berisiko mengalami kelelahan seberapa kali daripada orang yang berada pada

daerah faktor fisik baik, dan sebaliknya orang yang berada pada daerah faktor

fisik baik tidak berisiko mengalami kelelahan kerja dibanding orang yang berada

pada daerah faktor fisik buruk.

Page 59: Skripsi Pendidikan (161)

lix

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian

Karakteristik responden penelitian

1. Umur Responden

Dari hasil wawancara dengan 21 responden diketahui distribusi umur

responden yang dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Umur Responden

UMUR FREKUENSI PERSENTASE

20-25 2 9,5

26-30 5 23,8

31-35 10 47,6

Page 60: Skripsi Pendidikan (161)

lx

36-40 4 19,1

Tabel diatas menunjukkan bahwa karyawan bagian selektor kebanyakan

berumur 31-35 tahun sebanyak 10 orang atau 47,6%. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar 6.

Gambar 6

Grafik Distribusi Umur Responden

2. Masa Kerja

Dari 21 responden memiliki distibusi masa kerja yang dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden

MASA KERJA FREKUENSI PERSENTASE

5 tahun - 10 tahun 10 47,6

11 tahun - 15 tahun 11 52,4

48

Page 61: Skripsi Pendidikan (161)

lxi

Tabel diatas menunjukkan masa kerja responden antara 5-10 tahun

sebanyak 10 orang dengan persentase 47,6% dan masa kerja antara 11-15 tahun

sebanyak 11 responden dengan persentase 52,4%. Adapun grafik dari distribusi

pendidikan responden pada gambar 7.

Gambar 7

Grafik Distribusi Masa Kerja Responden

Jadi masa kerja responden diatas 5 tahun dari dengan rata-rata masa kerja

diatas 10 tahun yaitu berada pada kelompok masa kerja 11-15 tahun sebanyak 11

orang dengan persentase 52,4%.

Hasil pengukuran yang dilakukan di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang

adalah sebagai berikut:

4.1.2 Deskripsi Data Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan pada daerah selektor dengan membagi

menjadi 5 bagian atau 5 titik. Pada setiap titik/bagian terdapat responden yang

terpapar bising dengan hasil yang diperoleh adalah pada bagian sortir botol 1

menunjukan intensitas kebisingan 83,2 dB.A yang berarti dibawah Nilai Ambang

Page 62: Skripsi Pendidikan (161)

lxii

Batas (NAB) yaitu 85 dB.A, pada bagian pencuci botol dengan nilai intensitas

kebisingan sebesar 86,8 dB.A dengan kategori telah melebihi Nilai Ambang Batas

(NAB), sedangkan bagian sortir botol 2 menunjukkan intensitas kebisingan 90,8

dB.A yang telah melebihi NAB 85 dB.A, untuk bagian pengisian dengan

intensitas kebisingan sebesar 91,2 dB.A berarti telah melebihi Nilai Ambang

Batas, bagian crater juga menunjukkan intensitas kebisingan yang melebihi NAB

sebesar 87,5 dB.A.Jadi setiap bagian dalam satu ruangan memiliki intensitas

kebisingan yang berbeda. Intensitas kebisingan yang tertinggi terdapat pada

bagian pengisian yaitu sebesar 91,2 dB dengan kategori melebihi Nilai Ambang

Batas. Sedangkan bagian sotir botol I tidak melebihi ambang batas yaitu 83,2 dB.

Ada tidaknya hubungan antara intensitas kebisingan dengan

kelelahan kerja responden dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Tabulasi silang Kebisingan dan Tingkat Kelelahan Kerja Responden

Kelelahan

KKR KKS

Total Kebisingan

N % N % N %

≤ Normal 7 33,3 1 4,8 8 38,1

> Normal 1 4,8 12 57,1 13 61,9

Total 8 38,1 13 61,9 21 100

Keterangan tabel 5:

KKR : Kelelahan Kerja ringan

KKS : Kelelahan Kerja Sedang

≤ normal : intensitas kebisingan dibawah Nilai Ambang Batas ≤ 85 dB.A

> normal : intensitas kebisingan diatas Nilai Ambang Batas > 85 dB.A

Hasil tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa responden

yang berada pada daerah bising ≤ normal mengalami Kelelahan

Page 63: Skripsi Pendidikan (161)

lxiii

Kerja Ringan (KKR) sebesar 33,3% dan KKS sebesar 4,8% dan

responden yang berada pada daerah bising yang melebihi

normal/NAB mengalami KKR sebesar 4,8% dan KKS 57,1%.

Secara statistik adanya hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja

tersebut dibuktikan dai hasil uji Kendall’s tau-b dan Odds Ratio yang terangkum

pada tabel 6:

Tabel 6.

Analisis Kendall’s tau-b kebisingan dengan kelelahan

Interval

variabel Value Odds Ratio

Lower Upper

Kebisingan

Kelelahan

0,798

84,000

4,511

1564,257

Dengan uji kendall’s tau-b menunjukkan ada hubungan yang kuat antara

kebisingan dengan kelelahan. Tanda positif dari hasil uji menunjukkan bahwa

semakin besar kebisingan melebihi normal, maka semakin banyak orang yang

mengalami kelelahan kerja. Hasil Odds Ratio sebesar 84,000, ini berarti karyawan

yang berada pada daerah kebisingan lebih dari normal memiliki resiko mengalami

kelelahan kerja sebanyak 84,000 kali dari pada karyawan yang berada pada daerah

tidak bising.

4.1.3 Deskripsi Data Penerangan

Pengukuran penerangan umum maupun lokal dilakukan dengan

menggunakan light meter. Untuk penerangan umum dengan hasil pada bagian

sortir botol 1 memiliki intensitas penerangan kurang dari Nilai Ambang Batas

Page 64: Skripsi Pendidikan (161)

lxiv

(NAB) yaitu sebesar 108,5 lux, sortir Botol 2 sebesar 163,8 lux yang berarti

kurang dari NAB yang telah ditetapkan yaitu 200 lux, pencucian botol juga

intensitas penerangan yang kurang dari NAB sebesar 101,5 lux, pengisian dengan

intensitas penerangan 233,0 lux yang berarti melebihi normal atau NAB dan

bagian crater intensitas penerangan 122,5 lux yang berarti kurang dari NAB.

Adapun penerangan lokal terdapat pada lampiran 3.

Ada tidaknya hubungan antara intensitas penerangan

dengan kelelahan kerja responden dapat dilihat pada tabel 7

dibawah ini:

Tabel 7

Tabulasi silang Penerangan dan Tingkat Kelelahan Kerja Responden

Kelelahan

KKR KKS

Total Penerangan

N % N % N %

< Normal 2 9,5 10 47,6 12 57,1

≥ Normal 6 28,6 3 14,3 9 42,9

Total 8 38,1 13 61,9 21 100

Keterangan tabel 7 :

KKR : Kelelahan Kerja ringan

KKS : Kelelahan Kerja Sedang

< normal : intensitas penerangan dibawah Nilai Ambang Batas < 200 lux

≥ normal : intensitas penerangan diatas Nilai Ambang Batas ≥ 200 lux

Dari hasil tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa

responden yang berada pada daerah dengan penerangan buruk atau

≤ normal mengalami Kelelahan Kerja Ringan (KKR) sebesar

9,5% dan responden yang mengalami Kelelahan Kelelahan Kerja

Sedang (KKS) 47,6%. Sedangkan responden yang berada pada

Page 65: Skripsi Pendidikan (161)

lxv

daerah dengan penerangan ≥ normal mengalami KKR sebesar

28,6% dan KKS sebesar 14,3%.

Secara statistik adanya hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja

tersebut dibuktikan dai hasil uji Kendall’s tau-b dan Odds Ratio yang terangkum

pada tabel 7:

Tabel 8

Analisis Kendall’s tau-b Penerangan dengan kelelahan

Interval

Variabel Value Odds Ratio

Lower Upper

Penerangan

Kelelahan

0,510

10,000

1,280

78,117

Dengan uji Kendall’s tau-b menunjukkan ada hubungan dengan kategori

sedang antara penerangan dengan kelelahan. Tanda positiff pada hasil uji

menunjukkan adanya hubungan yang searah, yaitu semakin besar responden yang

berda pada penerangan yang kurang dari normal semakin banyak yang mengalami

kelelahan kerja. Hasil odds ratio sebesar 10,000, ini berarti karyawan yang berada

pada daerah penerangan kurang normal berisiko mengalami kelelahan kerja

sebanyak 10,000 kali daripada karyawan yang berada pada daerah penerangan

lebih sama dengan normal.

4.1.4 Deskripsi Data Iklim Kerja

Untuk iklim kerja pengukurannya sama dengan kebisingan, yaitu dengan

membagi lima titik/bagian. Adapun hasil pengukuran iklim kerja adalah: pada

bagian sortir botol 1 ISBB (Indek Suhu Bola Basah) sebesar 270C adalah

Page 66: Skripsi Pendidikan (161)

lxvi

kurang dari Nilai Ambang Batas (NAB), untuk bagian pencucian botol dengan

ISBB 28,11o

C yang berarti lebih dari NAB, bagian sortir botol 2 sebesar 28,290

C

juga melebihi standar yang telah ditentukan, begitu juga dengan bagian pengisian

untuk iklim kerja melebihi ambang batas yaitu sebesar 28,59o

C dan bagian crater

iklim kerjanya sebesar 27,77o

C sehingga tidak melebihi Nilai Ambang Batas

(NAB).

Jadi iklim kerja pada bagian selektor memiliki 2 titik bagian yang tidak

melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), sedangkan 3 titik bagian yang lain memiliki

iklim kerja yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dengan suhu tertinggi

sebesar 28,59o

C pada bagian pengisian.

Ada tidaknya hubungan antara intensitas kebisingan dengan

kelelahan kerja responden dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini:

Tabel 9

Tabulasi silang iklim kerja dan Tingkat Kelelahan Kerja Responden

Kelelahan

KKR KKS

Total Iklim Kerja

N % N % N %

≤ Normal 6 28,6 2 9,5 8 38,1

> Normal 2 9,5 11 52,4 13 61,9

Total 8 38,1 13 61,9 21 100

Keterangan tabel 9:

KKR : Kelelahan Kerja ringan

KKS : Kelelahan Kerja Sedang

≤ normal : intensitas Iklim kerja dibawah Nilai Ambang Batas, yaitu ≤ 28oC

> normal : intensitas Iklim kerja diatas Nilai Ambang Batas, yaitu >28oC

Dari hasil tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa

responden yang berada pada daerah dengan Iklim kerja / tekanan

Page 67: Skripsi Pendidikan (161)

lxvii

panas ≤ normal mengalami Kelelahan Kerja Ringan (KKR)

sebesar 28,6% dan responden yang mengalami dan Kelelahan

Kerja Sedang (KKS) 9,5%. Sedangkan responden yang berada

pada daerah iklim kerja/ tekanan panas > normal mengalami KKR

sebesar 9,5%, dan KKS sebesar 52,4%.

Secara statistik adanya hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja

tersebut dibuktikan dai hasil uji Kendall’s tau-b dan Odds Ratio yang terangkum

pada tabel 10:

Tabel 10

Analisi Kendall’s tau-b iklim kerja dengan kelelahan

Interval

Variabel Value Odds Ratio

Lower Upper

Kebisingan

Kelelahan

0,596

16,500

1,832

148,606

Tabel diatas menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara iklim

kerja dengan kelelahan. Tanda positif dari hasil uji menunjukkan bahwa semakin

besar orang yang berda pada iklim kerja lebih dari normal akan semakin banyak

yang mengalami kelelahan kerja. Perhitungan odds ratio diperoleh angka sebesar

16,500, ini berarti bahwa orang yang tinggal pada iklim kerja yang > normal

berisiko untuk mengalami kelelahan 16,500 kali daripada responden yang berada

pada daerah iklim kerja ≤ normal.

4.1.5 Deskripsi Data Faktor Fisik (kebisingan, penerangan dan iklim kerja)

Page 68: Skripsi Pendidikan (161)

lxviii

Keempat parameter menggambarkan masing-masing responden, dan

apabila kondisi tersebut digabungkan dan dihubungkan dengan kelelahan, maka

hubungan antara faktor fsik dengan kelelahan dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11

Tabulasi silang faktor fisik dan kelelahan Kerja Responden

Kelelahan

KKR KKS

Total Faktor

Fisik

N % N % N %

Baik 4 19,0 1 4,8 5 23,8

Buruk 4 19,0 12 57,1 16 76,2

Total 8 38 13 61,9 21 100

Keterangan tabel 11:

KKR : Kelelahan Kerja ringan

KKS : Kelelahan Kerja Sedang

Baik : standar normal untuk faktor fisik, yaitu ≤ 3

Buruk : standar melebihi normal, yaitu > 3

Dari hasil tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa

responden yang berada pada daerah faktor fisik baik mengalami

Kelelahan Kerja Ringan (KKR) sebesar 19,0% dan Kelelahan

Kerja Sedang (KKS) 4,8%. Sedangkan responden yang berada

pada daerah faktor fisik buruk mengalami KKR sebesar 19,0%,

dan KKS 57,1%.

Secara statistik adanya hubungan antara faktor fisik dengan kelelahan

kerja tersebut dibuktikan dai hasil uji Kendall’s tau-b dan Odds Ratio yang

terangkum pada tabel 12:

Tabel 12

Analisis Kendall’s tau-b faktor fisik dengan kelelahan

variabel Value Odds Ratio

Interval

Page 69: Skripsi Pendidikan (161)

lxix

Lower Upper

Kebisingan 0,482

12,000 1,019 141,336

Dengan uji Kendall’s tau-b menunjukkan ada hubungan sedang antara

faktor fisik dengan kelelahan. Tanda positif pada hasil uji menunjukkan adanya

hubungan yang searah yang berarti semakin besar responden yang berada pada

faktor fisik buruk semakin banyak yang mengalami kelelahan. Perhitungan odds

ratio diperoleh angka sebesar 12,000 berarti bahwa orang yang tinggal pada

faktor fisik yang buruk mempunyai resiko untuk mengalami kelelahan sebesar

12,000 kali dari pada orang yang berada pada faktor fisik baik.

4.1.6 Deskripsi Data Kelelahan

Pengukuran kelelahan dengan reacion timer dilakukan 4 jam sesudah

bekerja. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: respoden yang mengalami

Kelelahan Kerja Ringan (KKR) sebesar 10 orang dengan persentase 47,6%,

sedangkan yang mengalami Kelelahan Kerja Sedang (KKS) sebanyak 11 orang

dengan persentase 52,4%, untuk responden yang mengalami Kelelahan Kerja

Berat tidak ada.

Jadi dari 21 responden semuanya mengalami kelelahan kerja, yaitu

Kelelahan Kerja Ringan (KKR) sebesar 10 orang atau 47,6% dan Kelelahan Kerja

Sedang (KKS) sebesar 52,4%. Data tersebut diperkuat dengan data hasil

Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPKK), bahwa 9,5%

karyawan mengalami Kelelahan Kerja Ringan (KKR), 66,7% mengalami

Page 70: Skripsi Pendidikan (161)

lxx

Kelelahan Kerja sedang (KKS) dan 23,8% karyawan mengalami Kelelahan Kerja

Berat (KKB).

Pembahasan

Faktor-faktor fisik lingkungan kerja bisa mengganggu 'daya kerja' seorang

pekerja, misalnya; penerangan yang kurang cukup intensitasnya biasanya akan

berpengaruh pada kelelahan mata Kemudian kegaduhan dan kebisingan

berpengaruh pula pada daya mengingat, termasuk konsentrasi pikiran. Akibatnya

terjadi kelelahan psikologis, bahkan dapat menyebabkan ketulian (Budi Imansyah,

2004).

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara faktor fisik dengan

kelelahan. Hal ini berarti faktor fisik memiliki peranan yang besar terhadap tenaga

kerja dan lingkungan. Apabila antara faktor fisik berada dalam keadaan tidak

seimbang (buruk) maka dapat mengganggu efektivitas kerja, dan sebaliknya

apabila faktor fisik (kebisingan, penerangan, iklim kerja) dalam keadaan baik

maka akan meningkatkan kenyamanan dan mengurangi potensi bahaya yang

ditimbulkan seperti penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja.

Di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang menunjukkan adanya faktor fisik

yang buruk terutama di bagian selektor, hal ini dikarenakan adanya tingkat

kebisingan yang melebihi nilai ambang batas, penerangan yang kurang dan suhu

Page 71: Skripsi Pendidikan (161)

lxxi

yang panas, sehungga dapat menyebabkan kelelahan kerja. Selain itu kelelahan

kerja dipengaruhi adanya faktor individu seperti umur, masa kerja, status gizi dan

kondisi kesehatan.

4.2.1 Kebisingan

Hasil pengukuran Kebisingan di daerah selektor menunjukkan adannya

intensitas kebisingan pada 4 lokasi yang semuanya melebihi Nilai Ambang Batas

(NAB) yang telah ditetapkan dan hanya 1 bagian yang dibawah NAB. Tingginya

intensitas kebisingan pada hampir bagian produksi disebabkan karena keadaan

mesin yang menghasilkan kebisingan yang tinggi dan tidak dilengkapi peredam

suara pada ruang kerja.

Pemaparan terhadap bising yang berlebihan dapat menimbulkan stres, dan

lebih lanjut lagi menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (Budi Imansyah,

2004). Hal tersebut diperkuat dari hasil kuesioner menunjukkan 61,9% karyawan

mengalami gangguan pada pendengaran. Dilain pihak umur responden yang

kebanyakan masih dalam usia podukti, begitu juga masa kerja responden yang

kebanyakan sudah lama bekerja (11-15 tahun), hal tersebut menunjukkan bahwa

responden benar-benar mengalami kelelahan dari dirinya sendiri bukan pengaruh

pada saat pengisian kuesioner.

Kebisingan diatas 85 dB.A bersifat mengganggu kenyamanan kerja,

berpengaruh buruk terhadap komunikasi dan tidak menguntungkan terhadap

Page 72: Skripsi Pendidikan (161)

lxxii

efisiensi. Disamping itu kebisingan dapat mengganggu perhatian sehingga

konsentrasi dan kesigapan mental menurun.

Efek yang ditimbulkan bising juga mengganggu persarafan otonom, yaitu

meningkatnya tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh

darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktifitas pencernaan,

dan bertambahnya tegangan otot, sehingga dapat mempercepat kelelahan kerja

Suma’mur PK, 1999: 99).

4.2.2 Penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-obyek

pekerjaan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu. Selain itu

penerangan dengan intensitas memadai memberikan kesan pemandangan yang

lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan.

Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor ynag menentukan adalah ukuran

obyek, derajat kontras diantara obyek dan sekelingnya, luminensi dari lapangan

penglihatan, yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si

pengamat serta lamanya melihat. Faktor-faktor tersebut harus saling melengkapi

atau harus seimbang (Suma’mur PK, 1996: 93).

Hasil pengukuran penerangan menunjukkan adanya penerangan yang

kurang baik pada 4 bagian dan satu bagian melebihi normal. Sedangkan hasil dari

uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara penerangan

dengan kelelahan kerja, sehingga penerangan yang ada dibagian selektor dapat

mengganggu pekerjaan yang dilakukan.

Page 73: Skripsi Pendidikan (161)

lxxiii

Dibagian selektor merupakan jenis pekerjaan yang membutuhkan

ketelitian, sehingga faktor pencahayaan sangat mempengaruhi kesehatan dan

produktivitas kerja karyawan. Penerangan dengan intensitas kurang dapat

menyebabkan kelelahan mata (Diana Oktaviana, dkk, 2004:392). Sistem

pencahayaan di ruang selektor menggunakan lampu neon TL yang dipasang pada

setiap bagian/ pos-pos.

Sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada di PT. Sinar Sosro adalah jenis

pekerjaan sedang maka intensitas penerangan sesuai dengan Kep.Men.Kes RI no

261 tahun 1998 adalah 200 lux.

Menurut hasil kuesioner dengan responden, bahwa 61,9% karyawan

mengalami keluhan pada mata terutama pada saat bekerja dimalam hari. Ini

dikarenakan intensitas pencahayaan yang kurang dan masa kerja yang lama.

Intensitas penerangan yang kurang baik yaitu dibawah standar menyebabkan

kelainan pada indra penglihatan, sedangkan intensitas penerangan yang melebihi

Nilai Ambang Batas dapat menyebabkan kesilauan sehingga mengarah pada

kecelakaan akibat kerja (John.S Nimpoeno, dkk.1989 :28).

Menurut Suma’mur PK (1996:95), kelelahan pada mata akibat penerangan

yang buruk dapat menjadi sebab kelelahan mental. Gejala-gejalanya meliputi sakit

kepala, penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi dan kecepatan

berfikir. Selain itu apabila pekerja mencoba mendekatkan matanya terhadap objek

untuk memperbesar ukuran benda maka akomodasi lebih dipaksa, dan mungkin

terjadi penglihatan rangkap atau kabur, dan kejadian akhir disertai perasaan sakit

kepala di daerah atas mata.

Page 74: Skripsi Pendidikan (161)

lxxiv

4.2.3 Iklim Kerja

Menurut Grandjean (1986) yang dikutip oleh Diana Oktaviana,dkk

(2004:388), faktor iklim dalam ruangan atau indoor climate merupakan kondisi

fisik sekeliling yang meliputi temperatur udara, temperatur permukaan sekeliling,

kelembaban udara dan aliran perpindahan udara.

Dari hasil Kuesioner, 81,0% responden mengeluh karena ruangan yang

panas sehingga mereka cepat mudah haus dan berkeringat/gerah. Sedangkan hasil

pengukuran iklim kerja menunjukkan 2 bagian < normal dan 3 bagian lebih dari

normal.

Standar NAB untuk iklim kerja berdasar kep.menaker no 51 tahun 1999

adalah 28oC untuk jenis pekerjaan sedang (75% kerja dan 25% istirahat).

Tingginya tekanan panas yang ada ditempat ini karena proses produksi dan

pengaruh dari mesin dan sebagian panas dari lampu. Pada suhu yang melebihi

Nilai Ambang Batas (NAB) akan menyebabkan aktivitas mental dan daya tanggap

menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan sehingga

akan menimbulkan kelelahan fisik (Mike Wardhani, dkk, 2004: 449).

Page 75: Skripsi Pendidikan (161)

lxxv

Menurut Diana Oktaviana, dkk (2004:388), ketidaknyamanan yang

disebabkan karena iklim ruangan dapat menjadi sebuah gangguan dan dapat

menimbulkan efek psikologis ataupun nyeri fisiologis, sehingga dapat

menyebabkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh.

Selain itu kondisi panas sekeliling yang berlebihan akan menyebabkan rasa letih

dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah kesalahan kerja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suma’mur PK (1968),

tekanan panas yang tinggi dapat menyebabkan berat badan menurun. Hal itu

disebabkan karena kehilangan cairan dari dalam tubuh oleh penguapan keringat

sebagai akibat suhu panas dan lembab.

Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor

dalam pekerjaan bisa dihindari. Asal saja pekerja dan pihak pengelola perusahaan

ada kemauan dalam me-ngantisipasi terjadinya kecelakaan kerja. Tentunya

perundangan tidak akan ada faedahnya, apalagi pemimpin perusahaan atau

industri tidak melaksanakan ketetapan-ketetapan perundangan itu.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1) Adanya keterbatasan waktu dan biaya sehingga tidak memungkinkan

melakukan pemeriksaan secara klinis.

2) Pada penelitian ini hanya meneliti hubungan antara faktor fisik dengan

tingkat kelelahan kerja yang ditinjau dari kebisingan, penerangan dan iklim

kerja saja tanpa meneliti dari segi faktor fisik yang lain seperti getaran dan

Page 76: Skripsi Pendidikan (161)

lxxvi

radiasi. Sehingga pengukuran hanya terbatas pada tiga parameter faktor fisik

saja.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1) Ada hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran.

2) Ada hubungan yang yang signifikan antara penerangan dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran.

3) Ada Hubungan yang signifikan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang.

4) Ada Hubungan yang signifikan antara faktor fisik kerja dengan kelelahan kerja

karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran sebagai berikut:

1) Memberikan peredam suara pada mesin untuk mengurangi kebisingan,

menambah ventilasi sehingga pencahayaan bertambah, serta adanya sirkulasi

udara lebih bebas sehingga suhu ruangan tidak telalu panas, selain itu menjaga

Page 77: Skripsi Pendidikan (161)

lxxvii

kebersihan dinding dan langit-langit agar menambah kenyamanan dalam

bekerja terutama memberi kesan lebih baik terhadap penerangan .

2) Untuk menghindari adanya tingkat kelelahan diperlukan mengatur waktu kerja,

rotasi kerja, dan pemberian ekstra makanan seperti vitamin, susu atau kopi.

3) Pemantauan secara intensif terhadap potensi bahaya dengan cara pengukuran

dan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan periodik serta pemakaian Alat

Pelindung Diri (APD) terutama alat pelindung telinga seperti ear plugh dan

ear mufft di bagian produksi.

4) Diperlukan penelitian lebih lanjut agar dapat menjawab seluruh permasalahan

kelelahan dengan pengambilan sampel yang lebih banyak agar kekuatan tes

lebih baik.

65

Page 78: Skripsi Pendidikan (161)

lxxviii

DAFTAR PUSTAKA

AM Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan

penerbit UNDIP

Arthur Gyton dan John E. Hall. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (alih

Bahasa: Irawati Setiawan. Jakarta: ECG

Budi Imansyah S. 2005. K3 Modal Utama Kesejahteraan Buruh. Available:

http://www .Pikiran Rakyat.Com/cetak/index htm.

Carolin Wijaya. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja (alih bahasa: Joko

Suyono). Jakarta: ECG-WHO

Depkes RI. 1991. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal Di Indonesia.Jakarta:

Depkes RI

Depkes RI. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan dan Keputusan Direktur Jendral

PPM&PLP Tentag Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta:

Depkes RI

Depnaker. 2004. Training Material Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bidang

Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker

Diana Oktaviana, Ika Tisnawati, Arif Rahman, Editor Wahyu Purwanto. 2004.

Ergonomi dan Perencanaan Sistem Kerja Analisis Pengaruh Faktor Fisik

Terhadap Kondisi Kerja.Proceding Seminar Ergonomi 2. Yogyakarta

Eko Nurmianto. 2003. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Surabaya: Guna

Widya

Emil Salim. 2002. Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan,

Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Astra Internasional TBK

Heru Setiarto. 2002. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada

pengemudi bus jurusan Grabag – borobudur,Skripsi. Semarang : UNDIP

I Dewa N. 1999. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Page 79: Skripsi Pendidikan (161)

lxxix

John.S Nimpoeno, Alex papilaya, Suma’mur PK, RP.Sidabutar. 1989. Penyakit-

penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Grafindo Utama

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2004. Pedoman Penyusunan Skipsi

Mahasiswa Program Strata 1. Semarang

Mike Wardhani, Suci Mahanani, Widhi Eviyanti. Editor Wahyu Purwanto.2004.

Evaluasi Kebisingan, Temperatur dan Pencahayaan.Proceding Seminar

Nasional Ergonomi 2. Yogyakarta

Pandji Anoraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rizeddin Rasjid, Haryati, Siswanto. 1989. Ergonomi dan Bahaan Kimia.

Surabaya: Balai Hiperkes & KK Jawa Timur

Setyowati L. 1994. Kecelakaan Kerja Kronis, Kajian terhadap Tenaga Kerja,

Penyusunan Alat Ukur serta Hubungan Alat ukur dan Produktivitas. Tesis

Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta: UGM

Soekidjo Notoatmodjo.2002. Metodologi Penelitian Kesehaatan.Jakata Rineka

Cipta

Singgih Santoso.2001. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara

Provesional. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo

Sritomo Wignjosoebrata.2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya:

Guna Widya

Sugiyono. 1999. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Suharsimi Arikunto.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Suma’mur PK. PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.

Toko Gunung Agung

Suma’mur PK. PK. 1999. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakata: CV Haji

Masagung

Sutaryono. 2002. Hubungan antara tekanan panas, kebisingan dan penerangan

dengan kelelahan pada tenaga kerja di PT. Aneka Adho Logam Karya

Ceper klaten, Skripsi. Semarang : UNDIP

Tarwaka, Solichul, Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan

Kerja Dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Pers

67

Page 80: Skripsi Pendidikan (161)

lxxx

Tim Hiperkes.2004. Peraturan Perundang-undangan Hiperkes dan Keselamatan

Kerja. Semarang: Balai Hiperkes Jawa Tengah

Tim Hiperkes. 2004. Panduan Praktikum Laboratorium Hiperkes & Keselamatan

Kerja. Semarang: Balai Hiperkes Jawa Tengah

Page 81: Skripsi Pendidikan (161)

lxxxi