Skripsi Pendidikan (160)

83
i HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN (STRENGHT) OTOT LENGAN DAN KEKUATAN (STRENGHT) OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN TEKNIK ANGKATAN KAKI PADA PEGULAT KOTA SEMARANG TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaian Studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan Disusun Oleh : Nama : NUGROHO PUJIYANTO NIM : 6301401036 JURUSAN : Pendidikan Kepelatihan Olahraga FAKULTAS : Ilmu Keolahragaan UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005 U N I V E R S I T A S N E G E R I S E M A R A N G

Transcript of Skripsi Pendidikan (160)

Page 1: Skripsi Pendidikan (160)

i

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN (STRENGHT) OTOT

LENGAN DAN KEKUATAN (STRENGHT) OTOT

TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN

MELAKUKAN TEKNIK ANGKATAN

KAKI PADA PEGULAT KOTA

SEMARANG TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaian Studi Strata I

untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan

Disusun Oleh :

Nama : NUGROHO PUJIYANTO

NIM : 6301401036

JURUSAN : Pendidikan Kepelatihan Olahraga

FAKULTAS : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

UNIVERSIT

AS NEGERI S

E

MARANG

Page 2: Skripsi Pendidikan (160)

ii

SARI Nugroho Pujiyanto (2005). Hubungan Kekuatan (Strenght) Otot Lengan dan Kekuatan (Strenght) Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Melakukan Teknik Angkatan Kaki Pada Pegulat Kota Semarang Tahun 2005 Skripsi UNNES. Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Apakah ada hubungan strenght otot lengan dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun 2005 ? 2) Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun 2005 ? 3) Apakah ada hubungan kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun 2005 ?.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui a) Apakah ada hubungan kekuatan kekuatan otot lengan dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki ? b) Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki ? c) Apakah ada hubungan kekuatan lengan dan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki ?. Populasi pada penelitian ini adalah pegulat Kota Semarang yang berjumlah 33 orang pegulat. Penentuan sampel dengan purposive sampel dengan pertimbangan yang bertujuan meneliti sampel yang memiliki kesungguhan dalam partisipasinya menjadi sampel dalam penelitian. Dimana jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 27 pegulat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai dan variabel terikatnya yaitu kemampuan melakukan teknik angkatan kaki. Data diambil melalui teknik survei dan tes pengukuran. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah 1) Pull and Push Dynamometer tes untuk mengukur kekuatan otot lengan, 2) Back and Leg Dynamometer tes untuk mengukur kekuatan otot tungkai, 3) Tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki, dimana validitas instrumen adalah 0,914 dan reliabilitas instrumen ini adalah 0,996. Reliabilitas dan validitas diperoleh dari dua kali uji coba instrumen kemampuan melakukan teknik angkatan kaki dan diolah dengan perhitungan statistika. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis regresi dua prediktor yaitu kekuatan otot lengan (X1), dan kekuatan otot tungkai (X2) serta sebagai kriterium kemampuan melakukan teknik angkatan kaki (Y). Dari analisis data diperoleh hasil: 1) Ada hubungan kekuatan otot lengan dengan kemampuan melakukan teknik angakatan kaki ditunjukan dengan thitung

sebesar 3,465 lebih besar dari ttabel sebesar 2,06, 2) Ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki ditunjukan dengan thitung sebesar 3,437 lebih besar dengan ttabel sebesar 2,06, 3) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki ditunjukan dengan Fhitung sebesar 9,083, hal ini lebih besar dari Ftabel sebesar 3,403 dengan derajat kebebasan (dk) 2 lawan 24 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan : 1) Ada hubungan yang berarti antara kekuatan otot lengan terhadap kemampuan melakukan teknik angkatan kaki, 2) Ada hubungan yang berarti antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki, dan 3) Ada hubungan yang berarti antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan melakukan teknik angkatan kaki.

Page 3: Skripsi Pendidikan (160)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Titik Awal Semua Keberhasilan Adalah Keinginan” (Napoleon Hill)

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Bapak (Hertanto) dan ibu (Sri Kurnia

ningsih) tercinta, kakak (Eko Suranto) dan

adik-adik ku (Tri Cahyo Hutomo dan

Hermanto Wibisono) tersayang, teman-

teman mahasiswa PKLO angkatan 2001

yang saya banggakan dan, almamater yang

saya banggakan.

Page 4: Skripsi Pendidikan (160)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i SARI………….. ........................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Permasalahan ............................................................... 11

C. Penegasan Istilah .......................................................... 11

D. Tujuan Penelitian ........................................................ 14

E. Manfaat Penelitian ....................................................... 14 BAB II .....................................................................................................................................:

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ............................................................................. 16

A. Landasan Teori ............................................................ 16

1. Pengertian Gulat ..................................................... 16

2. Teknik Dasar Gulat ................................................ 17

3. Teknik Serangan Kaki ............................................ 18

4. Teknik Angkatan Kaki ........................................... 18

5. Bio Mekanika ......................................................... 19

6. Kondisi Fisik .......................................................... 26

Page 5: Skripsi Pendidikan (160)

v

B. Kerangka Berfikir ........................................................ 36

C. Hipotesis ...................................................................... 39

BAB III : METODE PENELITIAN 40

Variabel Penelitian .............................................................. 40

Populasi .............................................................................. 41

Sampel ................................................................................ 41

Metode Pengumpulan Data ................................................. 42

Instrumen Penelitian ........................................................... 44

Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 59

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian .................... 59

Analisis Data ...................................................................... 61

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 70

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 70

1. Deskriptif responden penelitian ............................. 70

2. Deskriptif variabel penelitian ................................. 70

3. Uji prasyarat hipotesis ........................................... 71

4. Uji hipotesis .......................................................... 73

5. Besar pengaruh ...................................................... 75

B. Pembahasan ..................................................................................... 75

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 81

Page 6: Skripsi Pendidikan (160)

vi

A. Kesimpulan ...................................................................................... 81

B. Saran ................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blangko Tes Kemampuan Melakukan Teknik Angkatan Kaki 54

Page 7: Skripsi Pendidikan (160)

vii

Tabel 2 Uji Linieritas Garis Regresi ................................................... 63

Tabel 3 Analisis Varians Untuk Regresi ............................................. 64

Tabel 4 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian .................................. 70

Tabel 5 Uji Normalitas Data .............................................................. 71

Tabel 6 Uji Linieritas ......................................................................... 72

Tabel 7 Uji Homogenitas ................................................................... 72

Tabel 8 Hasil Analisis Regresi ........................................................... 73

Tabel 9 Uji Simultan .......................................................................... 74

Tabel 10 Koefisien Determinasi ........................................................... 75

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambar Teknik Angkatan Kaki .............................................................. 19

Gambar 2 Gambar Promotorium ............................................................ 21

Page 8: Skripsi Pendidikan (160)

viii

Gambar 3 Gambar Jenis Tuas ................................................................ 23

Gambar 4 Gambar Teknik Gulat Dengan Penerapan Tuas ..................... 24

Gambar 5 Gambar Penerapan Prinsip Tuas Pada Teknik Angkatan Kaki 24

Gambar 6 Gambar Struktur Otot Rangka ............................................... 29

Gambar 7 Gambar Struktur Otot Lengan Atas ....................................... 32

Gambar 8 Gambar Struktur Otot Lengan Bawah .................................... 33

Gambar 9 Gambar Struktur Otot Tungkai Atas ...................................... 35

Gambar 10 Gambar Struktur Otot Tungkai Bawah .................................. 36

Gambar 11 Gambar Pull and Push Dynamometer .................................... 44

Gambar 12 Gambar Tes Kekuatan Otot Lengan ....................................................... 45

Gambar 13 Gambar Back and Leg Dynamometer ..................................... 46

Gambar 14 Gambar Tes Kekuatan Otot Tungkai ..................................................... 47

Gambar 15 Gambar Teknik Angkatan Kaki ............................................. 55

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 .............................................................................................................................Daftar

Populasi Pegulat Kota Semarang Tahun 2005 ................................................................... 85

Lampiran 2 Daftar Sampel Pegulat Kota Semarang Tahun 2005 .............. 86

Page 9: Skripsi Pendidikan (160)

ix

Lampiran 3 Daftar Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Melakukan

Teknik Angkatan Kaki .......................................................... 87

Lampiran 4 Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Melakukan Teknik

Angkatan Kaki ...................................................................... 88

Lampiran 5 Daftar Perhitungan Reliabilitas TesKemampuan Melakukan

Teknik Angkatan Kaki .......................................................... 89

Lampiran 6 Daftar Hasil Tes dan Pengukuran Kekuatan Otot Lengan ...... 90

Lampiran 7 Daftar Hasil Tes dan Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai ..... 91

Lampiran 8 Daftar Hasil Tes dan Pengukuran Kemampuan Melakukan Teknik Angkatan

Kaki……………………………………….. 92

Lampiran 9 Daftar Data Hasil Penelitian .................................................. 93

Lampiran 10 Daftar Hasil Penelitian dan Skor T ......................................... 94

Lampiran 11 Tabel Persiapan Analisis Regresi ........................................... 95

Lampiran 12 Uji Normalitas Data Variabel X1 ............................................ 96

Lampiran 13 Uji Normalitas Data Variabel X2 ............................................ 97

Lampiran 14 Uji Normalitas Data Variabel Y ............................................ 98

Lampiran 15 Uji Homogenitas Y Untuk Pengulangan X1 ............................ 99

Lampiran 16 Uji Himogenitas Y Untuk Pengulangan X2............................. 100

Lampiran 17 Uji Kelinieran X1 Terhadap Y ................................................ 101

Lampiran 18 Uji Kelinieran X2 Terhadap Y ................................................ 105

Lampiran 19 Analisis Regresi Ganda ......................................................... 109

Lampiran 20 Daftar Nama Pembantu Penelitian ......................................... 112

Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian…………………………………………… 113

Lampiran 22 Surat Usul Penetapan Pembimbing……………………………. 114

Page 10: Skripsi Pendidikan (160)

x

Lampiran 23 Surat Penetapan Pembimbing…………………………………. 115

Lampiran 24 Foto-Foto……………………………………………………… 116

Lampiran 25 Foto-Foto Lanjutan ................................................................ 117

Lampiran 26 Surat Tera Instrumen………………………………………….. 118

Lampiran 27 Tabel T………………………………………………………… 122

Lampiran 28 Tabel F………………………………………………………… 123

Page 11: Skripsi Pendidikan (160)

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Menghadapi era globalisasi dan perkembangan jaman yang begitu pesat sangat

diperlukan manusia-manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang memilliki segudang

prestasi, baik prestasi akademik maupun non akademik. Prestasi akademik dapat

dicapai melalui pengembangan kemampuan individu dalam bidang kemampuan ilmu

pengetahuan atau kemampuan koqnitif. Sedangkan prestasi yang non akademik inilah

yang dapat dicapai salah satunya melalui kegiatan olahraga.

Kegiatan olahraga merupakan kegiatan yang mengajarkan tentang diri

pribadi untuk bersaing secara sportivitas, belajar menerima kegagalan, fair play,

menumbuhkan semangat pantang menyerah dan juga dari sisi lain dengan kegiatan

olahraga dapat meningkatkan kondisi fisik. Salah satu kegiatan olahraga dari sekian

banyak cabang olahraga adalah olahraga beladiri.

Olahraga beladiri merupakan olahraga yang sangat memiliki ciri yang khas,

karena olahraga beladiri adalah olahraga full body contact yaitu melibatkan tubuh

untuk bersentuhan atau berhubungan oleh badan lawan dalam usaha untuk

mengalahkan. Dari berbagai macam olahraga beladiri lainnya antara lain, pencak silat,

kempo, taekwondo, sumo, tinju, judo, dan gulat.

Dari beberapa banyak olahraga beladiri, olahraga gulat sekarang ini tidak

kalah dengan olahraga beladiri lainnya, baik dalam hal prestasi maupun

pemassalannya. Gulat pada mulanya adalah suatu kegiatan yang menggunakan tenaga

Page 12: Skripsi Pendidikan (160)

xii

yang di dalamnya dimungkinkan mendukung pengertian suatu perkelahian,

pertarungan yang sengit untuk mengalahkan lawan dengan cara saling memukul,

menendang, mencekik, bahkan menggigit. Namun pada tahap selanjutnya pengertian

ini berubah karena telah menjadi suatu cabang olahraga yang dilengkapi dengan

peraturan yang dipatuhi oleh para pesertanya. Dan gulat memiliki pengertian sebagai

suatu olahraga yang dilakukan oleh dua orang yang saling menjatuhkan atau

membanting, menguasai, dan mengunci lawannya dalam keadaan terlentang dengan

menggunakan teknik yang benar sehingga tidak membahayakan keselamatan

lawannya.

Olahraga gulat sudah dikenal sejak 2050 SM di Mesir sesuai peninggalan

bangsa mesir ketika itu. Tahun 2500 SM, jauh sebelum mesin, malah di Cina sudah

dijadikan sebagai mata pelajaran sekolah. Tetapi permainan serupa juga sudah dikenal

di beberapa negara, seperti Sumo di Jepang, Gilma di Iceland, Sohwingen di Swiss,

Lancasshire di Scotch, Gumberland di Irish, Catch as chath Can di Amerika Serikat,

dan Greco Roman di Yunani.

Pada olimpiade I tahun 1896 di Athena, telah dipermainkan gulat yang

berdasarkan kepada peraturan tuan rumah, yaitu gaya Yunanai–Romawi. Banyak

negara peserta lainnya belum menguasai gaya itu. Tetapi Olympiade berikutnya 1904

di St. Louis Amerika Serikat dikembangkan juga gaya Amerika yaitu Catch as Catch

can. Kalau gaya Yunani–Romawi hanya menentukan boleh menyerang lawan dari

pinggang ke atas dan tidak boleh menggunakan kaki. Sedangkan gaya Amerika

Serikat, hampir semua tangkapan diperbolekan. Dalam Olympiade 1908 di Inggris,

ternyata banyak negara–negara Eropa yang menguasai gaya Catch as Catch can dari

Amerika Serikat itu.

Federasi Gulat Internasional baru terbentuk tahun 1936 disaat berlangsungnya

Olympiade XI di Berlin. Peraturan gulat internasional mulai terwujud, berkat adanya

Federation Internationale de Lutte Amateur (FILA).

Page 13: Skripsi Pendidikan (160)

xiii

Di Indonesia, gulat sudah dikenal sejak Perang Dunia II, yang dibawa oleh

tentara Belanda. Ketika itu dikenal sebagai tontonan di pasar malam atau pesta–pesta

di kota besar, seperti di Bandung. Tetapi tahun 1941-1945, gulat mulai pudar. Karena

musuhnya Jepang memperkenalkan Sumo, Judo, dan Kempo.

Tahun 1959 diadakan pertandingan gulat bayaran di Bandung, antara Batling

Ong melawan Muh. Kunyu dari Pakistan. Ketika itu mendapat perhatian yang sangat

besar dari masyarakat Bandung. Mengingat 1962 Indonesia sebagai tuan rumah Asian

Games IV, maka Indonesia harus menurunkan pegulatnya. Berapa orang-orang yang

berkecimpung dalam olahraga gulat berkumpul, seperti Batling Ong, Ong Sik Lok

Mcc, MF Siregar Msc, HB Alisahbana dan Abdul Jalil. Terbentuklah PGSI (Persatuan

Gulat Seluruh Indonesia) tanggal 7 Februari 1960 di Bandung.

PGSI mulai aktif bekerja mengadakan seleksi nasional, untuk mengirimkan

atletnya pada kejuaraan dunia 1961 di Yokohama. Terpilih Rachman Firdaus untuk

kelas 68 Kg gaya bebas, Yoseph Taliwongso kelas 68 kg gaya Yunani-Romawi,

Sudradjat kelas 62 kg gaya bebas dan Elias Margio kelas 62 kg gaya Yunani-Romawi.

Dalam pemassalan dan peningkatan prestasi, cabang olahraga gulat di

Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya. Hal ini terbukti

di Indonesia terdapat gulat tradisional di berbagai daerah. Seperti di Aceh disebut

Gedul–gedul, di Tapanuli disebut Marsiranggut, di Sumatra Barat disebut Bagulet, di

Jawa Barat disebut Keujang, di Jawa Tengah disebut Mbek–mbekan, di Madura

disebut Okol, di Nusa Tenggara Barat disebut Paluru, di Sulawesi Selatan disebut

Silotteng, di Ujung Pandang disebut Sirotto, di Kalimantan Selatan disebut Baguling.

Prestasi pegulat Indonesia di tingkat nasional dan internasional cukup baik,

khususnya pada tahun 1960-an sampai dengan tahun 1982. PB PGSI mengirimkan

atletnya ke tingkat internasional, dan kejuaraan dunia gulat di Yokohama Jepang,

tahun 1862 mengikuti Asian Games IV, dan tahun1963 mengikuti GANEFO (Games of

New Emerging Forces). Pada tahun 1964 pegulat kita dikirim ke RRC dan Korea untuk

menambah pengalaman, tahun 1966 mengirimkan atlet ke Asian Games Bangkok,

Page 14: Skripsi Pendidikan (160)

xiv

tahun 1970 mengikuti Asian Games VI, tahun 1973 PGSI mendapat kesempatan

mengikuti kejuaraan di Ulanbator Mongolia, tahun 1976 mengikuti Asian Games VII,

tahun 1978 mengikuti kejuaraan dunia di Meksiko, tahun 1980 mengikuti kejuaraan

dunia di Rumania, tahun 1982 mengikuti Asian Games di New Delhi India.

Gulat merupakan olahraga prestasi yang mempunyai ciri khas yaitu olahraga

yang berhadapan dengan menggunakan anggota tubuh, berusaha untuk menjatuhkan

lawan dengan cara menarik, mendorong, menjegal, membanting, menekan, menahan,

sehingga kedua lawan menempel di atas matras dengan tidak melanggar peraturan

yang telah ditentukan. Pada cabang olahraga gulat, terdapat dua gaya yang

dipertandingkan baik nasional maupun internasional, yaitu Gaya Bebas (Free Style)

dan Gaya Romawi Yunani (Greco Romaine). Gaya bebas adalah tata cara permainan

gulat yang memperkenankan pegulat menyerang kedua kaki lawan yaitu menjegal,

menarik kaki sesuai dengan aturan yang ditentukan. Sedangkan gaya romawi yunani

(Greco Romaine) adalah tata cara permainan gulat yang melarang pegulat menyerang

bagian tubuh bawah panggul seperti menjegal, menarik kaki, melipat lawan.

Untuk mencapai prestasi optimal dalam setiap cabang–cabang olahraga harus

berdasar prinsip-prinsip modern dari tiap-tiap cabang olahraga yang memerlukan

kekhususan. Sudah dikenal empat macam kelengkapan yang harus dimiliki apabila

seseorang akan mencapai prestasi optimal. Kelengkapan tersebut meliputi : 1)

Pengembangan Fisik (Phyisical Build Up), 2) Pengembangan Tehnik (Tehnical Build

Up), 3) Pengembangan Mental (Mental Build Up), 4) Kematangan Juara (M. Sajoto,

1995 : 7).

Teknik merupakan suatu bagian segmen dasar penting yang berperan dalam

suatu cabang olahraga dalam bentuk penampilan yang digunakan untuk mencapai

prestasi yang diharapkan Di dalam pengembangan teknik untuk pencapaian suatu

prestasi diperlukan suatu bentuk latihan teknik yang bertujuan untuk meningkatkan

dan mengembangkan penguasaan keterampilan teknik gerakan dalam suatu cabang

olahraga. Penguasaan teknik-teknik dasar adalah sangat penting karena menentukan

Page 15: Skripsi Pendidikan (160)

xv

keterampilan dan kemahiran secara keseluruhan gerak dalam suatu cabang olahraga

berarti seorang harus terampil melakukan beberapa gerakan teknik dasar. Jadi dengan

penguasaan teknik dasar yang baik seorang atlet akan mempunyai peluang yang lebih

besar dalam mencapai suatu prestasi. Karena dengan kesempurnaan teknik dasar

tersebut kontribusi yang didapat oleh seorang atlet untuk prestasi adalah dapat

mengembangkan permainan dengan taktik dan strategi yang tepat dalam menghadapi

lawannya. Di dalam olahraga gulat, teknik dasar gulat harus dikuasai oleh atlet gulat

yang merupakan modal utama untuk meraih prestasi. Dengan menguasai teknik dasar,

apabila diumpamakan seorang prajurit dia memiliki amunisi yang banyak dan senjata

yang komplit, sehingga memudahkan melakukan penyerangan dan pertahanan, serta

dapat lebih bervariasi dalam menerapkan strategi (Rubianto Hadi, 2004 : 16-17).

Dalam olahraga gulat seorang atlet harus menguasai teknik-teknik yang

sempurna. Teknik-teknik secara umum yang tedapat pada cabang olahraga gulat yaitu

: 1) Teknik menyerang (To Attact), 2) Teknik dalam mempertahankan (To deffence),

dan 3) Tehnik untuk alih serangan (Counter). Teknik menyerang yaitu cara yang

digunakan untuk mendapatkan point (dalam pertandingan) dengan cara menjegal,

menarik, mendorong dan sebagainya. Teknik dalam mempertahankan yaitu cara yang

digunakan untuk menghindari atau mempertahankan serangan atau posisi sehingga

lawan sulit untuk melakukan serangan. Teknik Counter yaitu cara untuk menyerang

balik atau memanfaatkan kelengahan lawan pada saat menyerang.

Macam–macam teknik dasar yang digunakan dalam pertandingan adalah

sebagai berikut : 1) Teknik jatuhan meliputi jatuhan samping kanan, jatuhan samping

kiri, jatuhan belakang, dan jatuhan depan, 2) Teknik posisi bawah meliputi posisi

lawan tiarap (gulungan perut, putaran, sambungan), posisi lawan merangkak

(pengambilan tehnik dari samping kiri) (bantingan samping, tangkapan tangan,

gulungan perut, teknik angkatan cross), 3) Teknik serangan kaki meliputi teknik gaitan

kaki, teknik tangkapan kaki, teknik angkatan kaki, dan teknik tangkapan dua kaki, 4)

Teknik bantingan meliputi teknik bantingan memutar, teknik bantingan bahu, teknik

Page 16: Skripsi Pendidikan (160)

xvi

bantingan pinggang, teknik bantingan samping teknik bantingan ke belakang, teknik

bentingan menyamping, dan teknik bantingan kayang, 4) Teknik susupan ketiak, 5)

Teknik tarikan tangan, dan 6) Teknik sambungan meliputi teknik sambungan kepala

dan kaki, teknik sambungan pinggang (Rubianto Hadi, 2004 : 16 – 22).

Teknik angkatan kaki merupakan bagian dari teknik dasar serangan kaki.

Teknik angkatan kaki merupakan teknik yang sangat memerlukan kekuatan dan

tenaga yang besar dalam melakukannya, karena dalam teknik ini pegulat mengangkat

badan lawan dengan sasaran kaki lawan dan badan lawan harus diangkat di atas bahu.

Adapaun cara melakukannya yaitu kedua tangan menangkap kedua kaki lawan,

kemudian kaki dan badan lawan di angkat setinggi bahu, selanjutnya dengan berlutut

pada salah satu kaki lawan dijatuhkan pada posisi terlentang.

Kondisi fisik adalah salah satu prasarat yang sangat diperlukan dalam usaha

meningkatkan prestasi seorang atlet, bahwa dapat dikatakan tidak dapat ditunda atau

ditawar-tawar lagi. Adapun kesepuluh faktor kondisi fisik tersebut adalah sebagai

berikut : 1) kekuatan (strenght), 2) daya tahan (endurance), 3) daya tahan otot atau

muscular power, 4) kecepatan (speed), 5) kelenturan (flexibility), 6) kelincahan (aggility),

7) koordinasi (coordination), 8) keseimbangan (balance), 9) ketepatan (accurtion), 10)

reaksi (rection) ( Sajoto 1995 : 8-10 ). Kondisi fisik yang paling dominan pada olahraga

gulat adalah kelenturan, kekuatan, daya ledak otot, keseimbangan dan daya tahan

tubuh.

Kekuatan (strenght) merupakan hal yang paling utama dalam komponen-

komponen kondisi fisik. Jika komponen kekuatan itu lemah atau sedikit maka dapat

mempengaruhi kondisi fisik lainnya, sepertihalnya kehilangan keseimbangan menahan

beban lawan saat melakukan teknik angkatan karena tidak memiliki kekuatan otot.

Selain keseimbangan kekuatan yang sedikit atau lemah akan juga mempengaruhi

kompoen lain antara lain koordinasi, ketepatan, reaksi, daya tahan, bahkan kecepatan.

Menghancurkan suatu pertahanan lawan atau menyerang, mendukung sikap

bertahan pegulat mengurangi stabilitas. Konsep ini dapat dijelaskan oleh pemahaman

Page 17: Skripsi Pendidikan (160)

xvii

untuk stabilitas dan keseimbangan itu penting dalam menyerang. Dengan

memperhatikan pusat garavitasi jatuh pada dasar dukungannya dengan

melumpuhkan satu atau beberapa sikap bertahan lawan merupakan salah satu untuk

melumpuhkan stabilitas lawan. Dengan menggunakan sebagian atau beberapa usaha

otot dan membuat gerakan mekanik yang menguntungkan stabilitas lawan akan dapat

dilumpuhkan (David N.Camaione dan Knnenth G. Tillman 1980 : 69). Oleh karena itu

pelaksanaan teknik serangan dengan sasaran kaki dalam bentuk angkatan (teknik

angkatan kaki) perlu sekali didukung kondisi fisik berupa kekuatan yang berperan

dalam hal keseimbangan dalam menyerang untuk pencapaian prestasi maksimal.

Pada pelaksanaan teknik angkatan kaki selain memerlukan penguasaan teknik

yang baik dalam bentuk penguasaan dari awalan, saat menguasai kaki lawan, saat

mengangkat, dan saat menjatuhkankan, hingga mempertahankan posisi badan pada

akhir pelaksanaan teknik juga memerlukan kondisi fisik yang baik terutama kekuatan

otot lengan dan kekuatan otot tungkai selain kelentukan dan keseimbangan. Dengan

adanya kekuatan otot lengan yang baik, maka lengan yang akan digunakan untuk

menahan beban atau mengangkat benar–benar dapat mengangkat atau memindahkan

tubuh lawan sesuai dengan apa yang diinginkan. Begitu juga dengan kekuatan otot

tungkai yang sangat berperan menahan beban tahanan saat posisi badan lawan berada

di atas atau membawa badan lawan ke atas (kaki lawan tidak menyentuh matras) dan

menjaga kondisi badan agar seimbang saat melakukan angkatan.

Dari uraian di atas peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian yang

berjudul : “Hubungan Antara Kekuatan (Strenght) Otot Lengan dan Kekuatan

(Strenght) Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Melakukan Teknik Angkatan Kaki

Pada Pegulat Kota Semarang Tahun 2005”. Adapun alasan pemilihan judul adalah :

1. Pembuktian kesenjangan antara harapan yang berupa teori-teori atau khasanah

ilmu pengetahuan terhadap kenyataan atau kejadian sesungguhnya.

Page 18: Skripsi Pendidikan (160)

xviii

2. Seorang pegulat harus dapat menguasai tenik dasar yang baik dalam olahraga

gulat. Teknik angkatan kaki merupakan teknik yang sering digunakan karena

teknik ini memiliki point yang besar bila dapat melakukannya.

3. Fungsi sebagai alat pengangkat dan pendorong badan lawan ke atas dalam

melakukan teknik angkatan kaki, harus mempunyai kekuatan otot yang baik untuk

mendukung pencapaian prestasi yang optimal.

4. Sepengetahuan peneliti bahwa belum ada penelitian yang serupa di FIK UNNES.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai

berikut :

1. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan terhadap kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun 2005 ?

2. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun 2005 ?

3. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai

terhadap kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota

Semarang tahun 2005 ?

C. Penegasan Istilah.

Untuk menghindari salah penafsiran dalam memberi pengertian yang

dimaksud dalam judul skripsi, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang

dianggap penting, dengan demikian akan mendapatkan kesamaan pendapat dalam

memberikan penafsiran.

1. Hubungan.

Hubungan dalam kamus besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta (2003 :

313) diartikan keadaan berhubungan. Dalam penulisan ini yang dimaksud dengan

Page 19: Skripsi Pendidikan (160)

xix

hubungan antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai terhadap

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada olahraga gulat.

2. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan (strenght) adalah kemampuam kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu

bekerja (M. Sajoto 1995 : 8). Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud untuk

kekuatan yaitu kekuatan otot lengan dan otot tungkai adalah kemampuan kerja

otot lengan dan otot tungkai dalam menerima beban, yaitu beban saat melakukan

teknik angkatan kaki pada cabang olahraga gulat.

3. Otot Lengan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta (2003 : 809)

mengartikan otot adalah jaringan kenyal di tubuh manusia yang fungsinya untuk

menggerakkan organ tubuh. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia

Poerwadarminta (2003 : 659) mengartikan lengan adalah anggota badan dari

pergelangan tangan sampai bahu. Pearce (1999 : 111) mengartikan otot lengan

sebagai otot keseluruhan tangan dari pangkal lengan atas sampai ujung tangan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kekuatan otot lengan adalah

kekuatan yang ada pada semua otot atau sekelompok otot yang terdapat pada

lengan pegulat.

4. Otot Tungkai.

Disamping kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai juga sangat

memegang peranan penting dalam penampilan melakukan teknik dasar serangan

kaki pada olahraga gulat. dalam kamus besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta

(2003 : 112) mengatakan tungkai adalah seluruh kaki dari pangkal paha ke bawah.

Pearce (1999 : 112 ) mengatakan otot tungkai adalah sebagian otot keseluruhan kaki

dari tungkai atas atau paha sampai ke bawah ke ujung kaki.

Page 20: Skripsi Pendidikan (160)

xx

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kekuatan otot tungkai adalah

kekuatan yang ada pada semua otot atau sekelompok otot yang terdapat pada

tungkai pegulat.

5. Kemampuan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta ( 2003 : 722)

mengatakan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Dalam

penelitian ini yang dimaksud dengan kemampuan adalah kemampuan untuk

melakukan teknik dasar angkatan kaki pada olahraga gulat.

6. Teknik Angkatan Kaki.

Teknik angkatan kaki merupakan salah satu dari beberapa teknik dasar

gulat yang sangat penting untuk dikuasai pegulat. teknik angkatan kaki yaitu suatu

cara dalam pergulatan dimana melakukannya yaitu kedua tangan menangkap

kedua kaki lawan, kemudian kaki dan badan lawan di angkat di atas bahu,

selanjutnya dengan berlutut pada salah satu kaki lawan dijatuhkan pada posisi

terlentang (Rubianto Hadi, 2004 : 20).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai pada penelitian ini adalah

sebebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan terhadap

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun

2005.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kekuatan otot tungkai terhadap

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun

2005.

Page 21: Skripsi Pendidikan (160)

xxi

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan

kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan melakukan teknik angkatan kaki

pada pegulat Kota Semarang tahun 2005.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibuat adalah :

1. Sebagai bahan masukkan bagi para pelatih dan guru bahkan pendidik olahraga

bahwa, ada hubungan kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai dengan

kemampuan dalam melakukan teknik dasar angkatan kaki pada olahraga gulat.

2. Dapat dijadikan bahan acuan dalam penyusunan suatu program latihan untuk

meningkatkan suatu prestasi yang diharapkan, khususnya dalam cabang olahraga

gulat.

3. Diharapkan dapat dimanfaatkan dan disempurnakan sebagi informasi ilmiah dan

sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang lain, pelatih dan pembinaan

olahraga gulat.

Page 22: Skripsi Pendidikan (160)

xxii

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian Gulat

Pengertian gulat pada mulanya adalah suatu kegiatan yang menggunakan

tenaga yang di dalamnya dimungkinkan mendukung pengertian suatu perkelahian,

pertarungan yang sengit untuk mengalahkan lawan dengan cara saling memukul,

menendang, mencekik, bahkan menggigit. Namun pada tahap selanjutnya

pengertian ini berubah karena telah menjadi suatu cabang olahraga yang

dilengkapi dengan peraturan yang dipatuhi oleh para pesertanya. Dan gulat

memiliki pengertian sebagai suatu olahraga yang dilakukan oleh dua orang yang

saling menjatuhkan atau membanting, menguasai, dan mengunci lawannya dalam

keadaan terlentang dengan menggunakan teknik yang benar sehingga tidak

membahayakan keselamatan lawannya (PGSI, 1985 : 5).

Dari pengertian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa olahraga gulat

tidaklah merupakan sesuatu yang sadis atau menakutkan yang dapat

membahayakan keselamatan orang lain. Tetapi suatu olahraga yang penuh dengan

Page 23: Skripsi Pendidikan (160)

xxiii

perjuangan, keuletan, kekuatan, kelincahan, kecepatan, kecerdasan, dan sportivitas.

Olahraga gulat sekarang ini dapat dilakukan dengan aman, tidak membahayakan,

dan menyakitkan, karena telah terjadi perkembangan dalam teknik dasar gulat dan

metode latihan gulat, sehingga teknik dasar gulat dengan mudah dapat dipelajari

dan dilakukan. Misalnya untuk menguasai teknik-teknik dasar gulat dilakukan

latihan secara bertahap mulai dari latihan jatuhan, posisi merangkak, jongkok, dan

selanjutnya posisi berdiri. Demikian pula dalam melakukan latihan bertanding dari

posisi merangkak, jongkok dan berdiri

2. Teknik Dasar Gulat

Teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan untuk mencapai tujuan

tertentu secara efektif dan efisien. Teknik yang baik selalu berdasar pada teori dan

hukum-hukum yang berlaku pada ilmu pengetahuan untuk menunjang pelaksanaan

teknik tersebut, misalnya bio mekanika, fisiologi, dan kinesiologi. Untuk

mengembangkan prestasi gulat peranan teknik erat hubungannya dengan

kemampuan fisik, teknik, dan mental. Teknik dasar tersebut harus benar-benar

dapat dikuasai agar dapat mengembangkan mutu prestasi dalam cabang olahraga

gulat.

Adapun tehnik tehnik dasar gulat adalah sebagai berikut : 1) Teknik

jatuhan meliputi jatuhan samping kanan, jatuhan samping kiri, jatuhan belakang,

dan jatuhan depan, 2) Teknik posisi bawah meliputi posisi lawan tiarap (gulungan

perut, putaran, sambungan), posisi lawan merangkak (pengambilan teknik dari

samping kiri) (bantingan samping, tangkapan tangan, gulungan perut tehnik

angkatan cross), 3) Teknik serangan kaki meliputi teknik gaitan kaki, teknik

tangkapan kaki, teknik angkatan kaki, dan teknik tangkapan dua kaki, 4) Teknik

bantingan meliputi teknik bantingan memutar, teknik bantingan bahu, teknik

bantingan pinggang, teknik bantingan samping teknik bantingan ke belakang,

teknik bentingan menyamping, dan teknik bantingan kayang, 4) Teknik susupan

Page 24: Skripsi Pendidikan (160)

xxiv

ketiak, 5) Teknik tarikan tangan, dan 6) Teknik sambungan meliputi teknik

sambungan kepala dan kaki, teknik sambungan pinggang (Rubianto Hadi, 2004 :

16 – 22).

3. Teknik Serangan Kaki.

a. Pengertian teknik serangan kaki.

Teknik dasar serangan kaki adalah suatu teknik dasar gulat yang

dipergunakan dalam pergulatan pada saat posisi kedua pegulat berdiri dalam

usaha menjatuhakan, menguasai lawan atau mengunci lawan dengan sasaran

serangan pada bagian kaki (Rubianto Hadi, 2004 : 19).

b. Macam–macam teknik serangan kaki.

Teknik serangan kaki terdiri dari :

1) Teknik gaitan kaki,

2) Teknik tangkapan kaki satu kaki..

3) Teknik angkatan kaki,

4) Teknik bantingan tangkapan dua kaki.

4. Teknik angkatan kaki.

Teknik angkatan kaki merupakan bagian dari teknik dasar serangan kaki.

Teknik angkatan kaki merupakan teknik yang sangat memerlukan kekuatan dan

tanaga yang besar dalam melakukannya, karena dalam teknik ini pegulat

mengangkat badan lawan dengan sasaran kaki lawan dan badan lawan harus

diangkat hingga setinggi bahu. Adapaun cara melakukannya yaitu kedua tangan

menangkap kedua kaki lawan, kemudian kaki dan badan lawan diangkat di atas

bahu, selanjutnya dengan berlutut pada salah satu kaki, lawan dijatuhkan pada

posisi terlentang (Rubianto Hadi, 2004 : 20).

Berikut urutan gambar tehnik angkatan kaki :

Page 25: Skripsi Pendidikan (160)

xxv

Gambar 1

Gambar teknik angkatan kaki (Tzeno Tzenof, 1986 : Daftar gambar)

5. Bio Mekanika

Dalam melakukan atau mengamati suatu aktifitas baik guru maupun

pelatih, dengan sendirinya harus melakukan pendekatan ilmiah, khususnya dalam

menganalisis baik akan kesalahan maupun kebenaran gerakkan yang dilakukan

oleh siswanya. Melalui bio mekanika akan membiasakan diri untuk melakukan

kegiatan dengan cara efisien, berjalan dengan efisien, berlari, melempar, melompat

dan segala aktivitas olahraga dengan efisien pula. Bila gerak itu efisien, maka

pelaku gerak dapat mengontrol dan menguasai sikap, baik dalam keadaan diam

atau istirahat maupun dalam keadaan bergerak (Imam Hidayat 1996 : 5). Imam

Hidayat (1995 :5) mengemukakan tentang definisi bio mekanika, yaitu ilmu

pengetahuan yang menerapkan hukum-hukum terhadap struktur hidup, terutama

sistem lokomotor dari tubuh (Lokomotor = kegiatan dimana tubuh bergerak karena

tenaganya sendiri dan umumnya dibantu oleh gaya beratnya).

Bio mekanika mempelajari bentuk dan macam-macam gerakan atas dasar

prinsip-prinsip mekanika dan menganalisis untuk dimengerti. Prinsip-prinsip dasar

mekanika bila diterapkan pada teknik dasar olahraga, khususnya teknik dasar

gulat, akan memberikan kemudahan dalam melakukan dan mengamati

kesempurnaan gerak itu sendiri. Tapi bio mekanika juga tidak sedikit perannya

didukung oleh kesetimbangan anatomis tubuh.

a. Titik Berat Badan

Sebelum memaparkan prinsip kesetimbangan, terlebih dahulu kita

harus mengetahui titik berat badan, sesuai yang dikemukakan oleh Imam

Hidayat (1996 : 11), titik berat badan pada setiap anatomis letaknya adalah

sebagai berikut :

Page 26: Skripsi Pendidikan (160)

xxvi

1) Pada sikap tegak atau sikap sempurna, tinggi dari titk berat badan kurang

lebih 57% dari tinggi badannya.

2) Letak titik berat badan, kurang lebih 2,5 cm di bawah promontorium

(antara ruas pinggang dan tulang kemudi).

3) Titik berat badan berada di dalam panggul, di depan tulang kemudi yang

kedua.

4) Pada sikap normal, letak titik berat badan barada di N (lihat gambar).

Pada sikap istirahat di G dan pada sikap bersiap atau militer letaknya di

M.

5) Titik berat adalah maya, oleh karena itu ada kemungkinan titik berat

badan tersebut berada di luar benda atau badan.

Gambar promotorium dapat dilihat pada gambar 2. Keterangan letak

titik berat badan dengan huruf :

`Gambar 2

Gambar Promotorium (Imam Hidayat, 1996 : 12)

N : Sikap normal

G : Sikap waktu istirahat

M : Sikap militer

Page 27: Skripsi Pendidikan (160)

xxvii

Dengan memperhatikan titik berat badan, seorang pegulat akan

mengetahui hal-hal yang menjaga keseimbangan. Dengan mengetahui hal-hal

tentang tititk berat badan, maka seorang pegulat akan dapat menempatkan

posisi segmen tubuhnya dalam menjaga keseimbangannya.

b. Sistem Pengungkit

Seluruh gerakan manusia dilakukan dengan suatu cara yang diatur

oleh prinsip-prinsip mekanik. Imam Hidayat (1996 : 5) mengemukakan tentang

definisi Bio Mekanika sebagai berikut :

Bio mekanika ialah ilmu pengetahuan yang menerapkan hukum

mekanik terhadap struktur hidup terutama sistem lokomotor dari tubuh

(Lokomotor : kegiatan dimana seluruh tubuh bergerak karena tenaganya dan

umumnya dibantu oleh gaya beratnya). Bio mekanika mempelajari bentuk dan

macam-macam gerakan atas dasar prinsip-prinsip mekanik dan menganalisis

gerakan untuk dimengerti.

Prinsip-prinsip mekanik bila diterapkan pada teknik dasar olahraga,

khususnya olahraga gulat, akan memberikan kemudahan dalam melakukan

kesempurnaan gerak atau pelaksanaan teknik. Tapi penerapan Bio Mekanika

dalam olahraga gulat tidak sedikit perannya didukung oleh prinsip pengungkit.

Susunan otot rangka manusia melengkapi tubuh olahragawan dengan

suatu sistem pengungkit atau tuas yang kompleks yang penting fungsinya dalam

penampilan keterampilan olahraga.

Imam Hidayat (1996 : 227) Menjelaskan tentang tuas atau pengungkit

sebagai berkut : “Gabungan dua buah gaya yang bekerja pada suatu benda

atau badan dan bekerjanya berlawanan arah terhadap porosnya disebut tuas”.

Sistem tuas yang sederhana terdiri dari beberapa komponen.

Komponen tuas atau pengungkit adalah sebagai berikut :

Page 28: Skripsi Pendidikan (160)

xxviii

Ruas Tuas : Sebuah tangkai kaki yang menyalurkan kekuatan menjadi

tahanan. Bagian pengungkit dapat terbagi menjadi dua

lengan yang berfungsi sebagai komponen. Bagian tuas

antara lengan tahanan antara fulcrum dan titik tahanan.

Fulcrum : Titik pada bagian pengungkit dimana kekuatan dikenakan

letak ikatan otot adalah titik usaha.

Titik Tahanan : Titik dimana garis gaya berat tahanan berpotongan dengan

bagian pengungkit.

Pengungkit atau tuas digolong-golongkan berdasarkan pada susunan

bagian-bagian komponen. Tuas tingkat pertama tampak dari fulcrum yang

berada di tengah diantara usaha dan tahanan. Tuas tingkat kedua dan ketiga

memiliki fulcrum yang terletak di ujung bagian pengungkit dengan usaha di

tengah dan tahanan di ujung lainya atau sebaliknya. Berikut gambar tuas dan

prinsip tuas diterapkan dalam teknik dasar gulat seperti gambar di bawah ini :

U T T U U T

Tuas Tingkat I Tuas Tingkat II Tuas III Tingkat

Keterangan :

U = Titik Usaha T = Titik Tahanan

Gambar 3

(Kasiyo Dwijowinoto, 1993 : 182

Page 29: Skripsi Pendidikan (160)

xxix

Teknik kayang (tuas kelas II) Teknik bantingan (tuas I) Teknik nelson (tuas III)

Gambar 4 Penerapan prinsip pengungkit pada teknik gulat.

(Kutipan gambar skripsi Asep Odang Slamet Supriyatna, 1993 : 46-48)

Titik tumpu tuas

Beban

Tenaga atau kuasa

Gambar 5

Penerapan prinsip tuas pada saat menyerang teknik angkatan kaki

(Tzeno Tzenof, 1986 : Daftar gambar)

Page 30: Skripsi Pendidikan (160)

xxx

c. Kesetimbangan

Kesetimbangan bukan keseimbangan. Kesetimbangan mempunyai

kata pokok adalah setimbang, dari kata timbang atau timbangan yang ada

hubungannya dengan skala dan balance, sedangkan seimbang padanannya

adalah sesuai, setara atau cocok (Imam Hidayat 1996 : 22).

Imam Hidayat (1996 : 21-22) juga menguraikan tentang beberapa

tentang beberapa ketentuan keseimbangan sebagai berikut :

1) Letak titik berat badan terhadap poros.

2) Luas bidang alasnya.

3) Letak titik berat badan terhadap biang tumpuan.

Imam hidayat (1996 : 23-24) mambedakan tiga macam kesetimbangan,

yaitu :

1) Stabil bilamana suatu benda atau seseorang itu dalam kesetimbangan

stabil, kalau benda atau orang tersebut mendapat pengaruh dari luar

(pengaruh yang relatif kecil) kesetimbangannya tidak berubah atau

kembali dalam kesetimbangna semula.

2) Labil bilamana banda atau seseorang itu dalam kesetimbangan labil, kalau

benda atau prang tersebut mendapat pengaruh dari luar (pengaruh yang

relatif kecil) kesetimbangannya akan hilang atau jatuh.

3) Indifferent / neutral bilamana suatu benda atau seseorang itu dalam

kesetimbangan indefferent atau netral, kalau benda atau orang tersebut

mendapat pengaruh dari luar (pengaruh yang relatif kecil)

kesetimbangannya berubah (tidak hilang atau dalam kesetimbangan baru).

Dengan menerapkan prinsip kesetimbangan, kuda-kuda siap siaga dan

teknik yang dilakukan akan mengurangi pengerahan kekuatan atau tenaga.

Pada saat posisi kuda-kuda awal dan pada saat mengangkat hingga

menjatuhkan pada teknik angkatan kaki prinsip keseimbangan memang harus

benar-benar diperhatikan karena saat-saat itu keseimbangan harus

Page 31: Skripsi Pendidikan (160)

xxxi

diperhatikan oleh atlet maupun pelatih cabang olahraga gulat. Dengan

demikian kemungkinan melakukan tehnik yang dilakukan akan mendapat

menyempurnakan gerak yang dilakukannya, yang pada akhirnya penguasaan

terhadap gerak akan lebih baik hasilnya terutama dalam pelaksanan teknik

angkatan kaki pada penelitian ini.

6. Kondisi Fisik.

Kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen

yang tidak dapat dipisah pisahkan begitu saja begitu peningkatan maupun

pemeliharaannya (M.Sajoto,1995 : 8). Artinya bahwa di dalam peningkatan kondisi

fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana sini

dilakukan dengan sistem prioritas sesuai dengan keadaan atau status setiap

komponen itu dibutuhkan.

Ada beberapa komponen kondisi fisik yang harus diketahui oleh setiap atlet

ataupun pelatih, yaitu : 1) Kekuatan atau strenght, 2) Daya tahan, 3) Daya otot atau

muscular power, 4) Kecepatan atau speed, 5) Daya lentur atau fleksibility, 6)

Kelincahan atau agility, 7) Koordinasi atau coordination, 8) Keseimbangan atau

balance, 9) Ketepatan atau accuracy, 10) Reaksi atau reaction ( M. Sajoto, 1995 : 8-

10 ).

Dari beberapa kondisi fisik tersebut banyak komponen yang harus

dikembangkan dalam olahraga gulat, tetapi dalam melakukan teknik angakatan

kaki pada penelitian ini pada khususunya dan teknik-teknik untuk menjatuhkan

atau mendapatkan nilai dalam pertandingan pada umumnya, yang paling

dikembangkan adalah kekuatan, terutama kekuatan otot lengan, kekuatan otot

tungkai.

Kekuatan Otot

Kekuatan merupakan kondisi fisik yang sangat penting diperlukan dan

merupakan salah satu kualitas fisik terpenting yang betul-betul berpengaruh

Page 32: Skripsi Pendidikan (160)

xxxii

besar pada kecepatan pelaksanaan gerak serta kegiatan yang memerlukan

stamina dan kemampuan dalam meningkatkan prestasi. Kekuatan adalah

kemampuam kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam

mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto 1995

:8).

Strength atau kekuatan adalah otot-otot atau sekelompok otot untuk

mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitas. Secara

umum kekuatan adalah merupakan unsur kondisi fisik yang amat dominan

dalam kehidupan manusia yang behubungan dengan gerak serta aktifitas

manusia untuk suatu cabang olahraga.

Banyak para ahli memberikan batasan strength atau kekuatan dengan

masalah yang tidak berbeda dengan denotasinya dengan menggunakan istilah

bervariasi. M. Sajoto membatasi kekuatan atau strenght adalah komponen

kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat

mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu

(1988 : 57)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan otot adalah

termasuk biomekanika, sistem pengungkit, ukuran otot, jenis kelamin, dan

faktor umur atau usia (M. Sajoto, 1988 : 58-59). Faktor fisiologis yang dapat

mempengaruhi kekuatan otot adalah faktor usia, jenis kelamin, dan suhu otot

(D. Moeloek, 1984 : 6). Faktor-faktor yang menentukan baik atau tidaknya

kekuatan atlet diantaranya tergantung pada : a) besar kecilnya fibril atau

proses hypertopy dan tergantung pula pada banyaknya fibril yang ikut serta

dalam melawan beban, serta, tonus otot, b) bentuk rangka tubuh, makin besar

rangka tubuh makin baik, c) faktor umur juga ikut menentukan, bagi atlit yang

usianya tua makin lemah pula kekuatannya, d) psikis dari luar atau dalam.

Dalam batasan-datasan di atas dapat diambil sari pengetahuannya yang

menunjukkan kekuatan atau strength itu menyangkut fungsi otot atau

Page 33: Skripsi Pendidikan (160)

xxxiii

sekelompok otot yang berkontraksi dengan kualitas maksimum yang dilakukan

dalam waktu relatif singkat.

Kebanyakan jaringan dalam tubuh terdiri dari satuan-satuan sel hidup

yang susunannya disesuaikan dengan fungsi jaringan tertentu. Dalam hal ini

otot ranka mempunyai sifat khusus, yaitu satuan sel dalam jaringan disebut

serabut otot. serabut otot. Serabut tersebut panjang dan kecil yang dikelilingi

oleh suatu matrik jaringan ikat yang disebut endomysium. Tiap ikatan

dibungkus oleh paramysium, lapisan kedua dari jaringan ikat. Ikatan ini

terbungkus dalam epimysium, lapisan jaringan yang menutupi seluruh otot

untuk lebih jelasnya gambaran sebuah otot-otot dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

………

Gambar 6

Struktur otot rangka

(Suja Widjaja, 1998 : 17)

Disamping itu kerja otot pada suatu penampilan olahraga adalah hasil

dari berbagai kerja otot yang terkoordinasi untuk menghasilkan gerakan yang

dekehendaki. Proses ini sangat tergantung pada kemampuan sistem saraf untuk

menyusun dan mengurutkan kegiatan banyak otot rangka secara efisien, seperti

yang telah dikatakan Syarifuddin (1994 : 40) “Bahwa otot adalah suatu organ

atau yang memungkinkan tubuh dapat bergerak dan ini adalah merupakan

Page 34: Skripsi Pendidikan (160)

xxxiv

suatu sifat penting bagi organisme. Jadi otot merupakan sebuah alat yang

menguasi suatu gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Walaupun

penampilan olahraga dilakukan secara bebas, pola gerakkan yang dituntut

pada kontraksi bersifat kompleks dan tergantung pada bebagai respon syaraf

secara otomatis. Sedangkan menurut Soedarminto (1996 : 26) bahwa otot-otot

kita dalam keadaan istirahat tetap tegang. Kesimpulannya meskipun pola dasar

gerak otot dalam keadaan tidak berkontraksi atau diam, pegulat harus benar-

benar mengendalikan inisiatif gerakan, pengaturan kecepatan dan kekuatan

pada saat akan bergerak. Hal ini perlu diperhatikan pada saat pegulat pada

posisi kuda-kuda atau siap.

Kotraksi otot digunakan menghasilkan tenaga internal yang mengatur

gerakan-gerakan bagian badan. Kebanyakan gerakan dihasilkan oleh berbagai

otot dan masing-masing memegang salah satu atau beberapa peranan seperti

penggerak utama dalam melakukan teknik anagkatan kaki pada cabang

olahraga gulat. Hubungannya dengan hakekat kerja otot dengan kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki pada cabang olahraga gulat untuk kekuatan

otot lengan dan kekuatan otot tungkai akan dijelaskan di bawah ini :

Kekuatan otot lengan.

Kekuatan otot adalah komponen kondisi fisik tentang kemampuannya

dalam mempergunakan otot untuk menahan beban sewaktu bekerja ( M.

Sajoto, 1995 : 8 ). Kekuatan otot merupakan salah satu komponen penting

dalam keberhasilan melakukan teknik angkatan kaki, karena otot lengan

membantu pada saat mengangkat tubuh lawan atau membawa tubuh lawan ke

atas, serta kekuatan otot tungkai juga berperan dalam menjaga keseimbangan

badan saat melakukan teknik.

Otot-otot lengan yang terlibat dalam melakukan teknik angkatan kaki

adalah sebagi berikut :

1. Otot bahu

Page 35: Skripsi Pendidikan (160)

xxxv

Otot bahu terdiri dari :

a. Muscle Deltoid,

b. Muscle Subs Kapularis,

c. Muscle Supra Supinasus,

d. Muscle Infra Spinatus,

e.. Muscle Teres Mayor,

f.. Muscle. Teres Minor.

2. Otot lengan atas.

Otot lengan atas terdiri dari :

a. Muscle Biceps Braki,

b. Muscle Brakialis,

c. Muscle Kurakobrakialis,

d. Muscle Tricep Braki.

Gambar 6

Struktur otot lengan atas (Syarifuddin, 1994 : 51)

3. Otot lengan bawah

Otot lengan bawah terdiri dari :

a. Muscle Ekstensor Karpi Radialis Longus,

Page 36: Skripsi Pendidikan (160)

xxxvi

b. Muscle Ekstensor Karpi Radialis Brevis,

c.Muscle Ekstensor Karpi Radialis Ulnalis,

d.Muscle. Digitorum Karpi Radialis,

e. Muscle Ekstensor Policis Longus,

f. Muscle Pronator Teres,

g. Muscle Palmaris Ulnaris,

h. Muscle Palmaris Longus,

i. Muscle Fleksor Karpi Radialis,

j. Muscle Digitirum Profundus,

k. Muscle Fleksor Policic Longus,

l. Muscle Pronator Teres Equadratus,

m. Muscle supinator brevis.

Gambar 7

Struktur otot lengan bawah (Syarifuddin, 1994 : 53)

Jadi hakekat kekuatan otot lengan adalah kemampuan dari otot lengan

untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas. Otot-

Page 37: Skripsi Pendidikan (160)

xxxvii

otot tersebut terlibat pada seorang pegulat melakukan teknik angkatan kaki

dalam pergulatan.

c. Kekuatan otot tungkai

Yang dimaksud dengan kekuatan otot tungkai adalah komponen kondisi

fisik tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot tungkai untuk

menahan beban sewaktu bekerja. Kekuatan otot tungkai memiliki peranan yang

penting dalam keberhasilan melakukan teknik angkatan kaki. Kekuatan otot

tungkai memberikan suatu pengaruh pada pegulat saat melakukan teknik

angkatan, terutama pada saat mengangkat tubuh lawan yaitu dalam membantu

dorongan ke atas dan menahan beban tubuh lawan saat berada di atas bahu.

Pengaruh tersebut ialah keseimbangan yang harus dijaga oleh pegulat. Jika

tidak mempunyai kekuatan otot tungkai yang bagus berarti keseimbangan

badan juga akan terganggu dan akibatnya akan jatuh atau tidak mampu

menahan beban.

Tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah. Tungkai atas

adalah pangkal paha sampai lutut, sedangkan tungkai bawah ialah lutut sampai

kaki (Sudarminto, 1992 : 60-61). Tulang tungkai atau tulang anggota gerak

bawah terdiri dari : 1) tulang pangkal paha, 2) tulang paha, 3) tulang kering, 4)

tulang betis, 5) tulang tempurung kaki, 6) tulang pangkal kaki, 7) tulang telapak

kaki, berikut otot-otot yang berperan dalam melakukan teknik angkatan kaki

antara lain :

1. Otot tungkai atas

Otot tungkai atas terdiri dari :

a. Muscle Abduktor Maldanus Internal,

b.Muscle Abduktor Brevis Medial,

c. Muscle Abduktor Longus Eksternal,

d. Muscle Rektus Femoris,

e. Muscle Vastus Lateralis Eksternal,

f. Muscle Vastus Medialis Internal,

Page 38: Skripsi Pendidikan (160)

xxxviii

g Muscle Vastus Intermedial,

h Muscle Bicep Femoris,

i. Muscle Semi Membranosus,

j. Muscle Semi Tendinosus,

k.Muscle Sartori.

Gambar 9

Struktur otot tungkai atas

(Syarifiddin, 1994 : 56)

2. Otot tugkai bawah

Otot tungkai bawah terdiri dari :

a. Muscle Tibialis Anterior,

b. Muscle Ekstensor Talangus Longus,

c. Muscle Ekstensi Halucic Brevis,

d. Tendo Achilles,

e.Muscle Falangus Longus,

f. Muscle Tibialis Posterior,

g. Muscle Gastroknemius.

Page 39: Skripsi Pendidikan (160)

xxxix

Gambar 9

Struktur otot tungkai bawah

(Syarifuddun, 1994 : 58)

B. Kerangka berfikir

1. Hubungan kekuatan otot lengan terhadap kemampuan melakukan teknik angkatan

kaki pada cabang olahraga gulat.

Seperti yang telah dijelaskan pada landasan teori di atas, bahwa

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada cabang olahraga gulat selain

dengan didukung penguasaan teknik yang baik juga dipengaruhi oleh komponen

kondisi fisik yang baik pula. Komponen kondisi fisik yang paling dominan adalah

kekuatan, bukan berarti komponen kondisi fisik yang lainnya diabaikan. Kekuatan

yang dimaksud dalam hal ini adalah kekuatan otot lengan, di dalam teknik

angkatan kaki pada cabang olahraga gulat ada beberapa yang perlu diperhatikan

yaitu pelaksanaan teknik angkatan kaki. adapaun pelaksanaan teknik angkatan

kaki sebagai berikut : kedua tangan menangkap kedua kaki lawan, kemudian kaki

dan badan lawan diangkat di atas bahu, selanjutnya dengan berlutut pada salah

satu kaki, lawan dijatuhkan pada posisi terlentang (Rubianto Hadi, 2004 : 20).

Page 40: Skripsi Pendidikan (160)

xl

Dengan penjelasan teknik tersebut maka kekuatan otot lengan sangat

penting kegunaannya dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan teknik ini, jika

kekuatan otot lengan lemah maka tidak akan dapat melakukan angkatan

(mengangkat badan lawan setinggi bahu) dengan baik dan benar, karena pada saat

mengangkat dengan sasaran kaki lawan, pegulat harus benar-benar dapat

mengangkat badan lawan setingi bahu agar mendapatkan bantingan yang

sempurna. Peran serta kekuatan otot lengan juga pada saat pegulat dalam

melakukan menjatuhkan badan lawan pada teknik angkatan kaki, karena pada saat

menjatuhkan peran serta kekuatan otot lengan sangat penting agar lawan masih

dalam penguasaan. Tetapi jika kekuatan otot lengan benar-benar memiliki

kekuatan yang baik, dimungkinkan seorang pegulat dapat melakukan angkatan dan

peyelesaian teknik yang cepat serta dalam saat menjatuhkan lawan (yang dibanting)

masih tetap dalam penguasaan.

2. Hubungan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan melakukan teknik angkatan

kaki dalam cabang olahraga gulat.

Dalam cabang olahraga gulat, terutama pada pelaksanaan teknik angkatan

kaki, tungkai merupakan salah satu bagian alat gerak yang berfungsi untuk

membantu mengangkat badan lawan hingga setinggi bahu dalam membantu daya

dorong ke atas dan juga berfungsi dalam menjaga keseimbangan badan pegulat

dalam memindahkan posisi badan lawan yang akan dijatuhkan. Selain kekuatan

otot lengan, otot tungkai seperti yang telah disebutkan di atas, benar-benar

memiliki peranan yang sangat penting pula. Jika kekuatan otot tungkai lemah

secara langsung kekuatan dalam proses mengangkat pada teknik mengangkat pada

cabang olahraga gulat tidak dapat terlaksana dengan baik, selain itu dengan

lemahnya kekuatan otot tungkai dalam proses saat badan lawan di atas bahu atau

pada saat menjatuhkan, bisa terjadi ketidakseimbangan badan dikarenakan

tungkai tidak memiliki kekuatan dalam menahan beban sehingga kemungkinan

yang terjadi adalah hilangnya penguasaan terhadap lawan dan ketidak sempurnaan

Page 41: Skripsi Pendidikan (160)

xli

dalam melakukan teknik angkatan kaki. Sebaliknya jika pegulat memilki kekuatant

otot tungkai yang baik maka pelaksanaan teknik angkatan kaki akan sempurna

dilakukan karena tungkai mampu menahan beban dan menjaga keseimbangan

badan pegulat yang melakukan teknik angkatan kaki.

3. Hubungan kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan

pelaksanaan teknik angkatan kaki.

Untuk keberhasilan pelaksanaan teknik-teknik gulat, selain penguasaan

teknik yang baik dan benar, harus disertai kondisi fisik yang baik pula.. Kondisi

fisik yang sangat penting dalam pelaksaanan teknik angkatan kaki pada khususnya

dan teknik-teknik lain pada umumnya adalah kekuatan selain keseimbangan,

kelentukkan, daya tahan, kelincahan, kecepatan, daya tahan. Kekuatan dalam hal

ini adalah kekuatan otot lengan dan kekuatant otot tungkai. Jika kedua kekuatan

atau kekuatan ini benar-benar memilki kekuatan yang baik, dimungkinkan seorang

pegulat dapat melakukan teknik angkatan kaki dengan baik dan benar.

Dari uraian diatas tentang kekuatan otot lengan , kekuatan otot tungkai

terhadap kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada cabang olahraga

gulat, diduga mempunyai hubungan yang positif. Dimana bila seorang pegulat

memiliki kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai, maka dimungkinkan

seorang pegulat mampu dalam pelaksanaan dan penggunaan teknik angkatan kaki

dengan baik dan benar.

C. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori dalam analisis di atas, maka dapat disusun hipotesis

sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara kekuatan otot lengan terhadap kemampuan melakukan

teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun 2005.

2. Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan melakukan

teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun 2005

Page 42: Skripsi Pendidikan (160)

xlii

3. Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai terhadap

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang tahun

2005.

Page 43: Skripsi Pendidikan (160)

xliii

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003 : 652) adalah tata cara yang

teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan

yang dikehendaki. Menurut Sutrisno Hadi (1987 : 4) “metodologi research sebagai kita kenal

sekarang memberikan garis-garis yang sangat cermat dan mengajukan syarat-syarat yang

cukup keras. Maksudnya adalah untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu

research dapat mempunyai harga ilmiah yang setinggi-tingginya”.

Penetapan metode penelitian menurut Suharsimi Arikunto (!997 : 91) dipengaruhi

oleh banyak objek penelitian, sehingga metodologi yang digunakan dalam peneltian ini

adalah metode survei dengan teknik tes. survei merupakan bagian dari studi deskriptif dan

korelasi yang bertujuan untuk mengetahui status gejala dan menentukan kesamaan status

dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan,

disamping untuk membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis.

Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa hal tentang metodologi penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

A. Variabel Penelitian

Suharsimi Arikunto (1997 : 97) mengemukakan variabel penelitian adalah gejala yang

bervariasi dan menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan

satu variabel terikat yaitu :.

1. Variabel bebas terdiri dari kekuatan otot lengan (X1) dan kekuatan otot tungkai (X2).

2. Variabel terikat yaitu kemampuan melakukan teknik angkatan kaki dalam cabang

olahraga gulat.

B. Populasi

Page 44: Skripsi Pendidikan (160)

xliv

Menurut Sutrisno Hadi (1987 : 20) “Populasi adalah keseluruhan penduduk yang dimaksud

untuk diselidiki. populasi sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai

satu sifat yang sama”. Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian (1997 : 115). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pegulat Kota

Semarang tahun 2005 yang berjumlah 33 orang yang memiliki beberapa sifat yang sama atau

homogen antara lain :

1. Berjenis kelamin laki-laki

2. Telah menguasai teknik dasar gulat

3. Berusia 17-25 Tahun

Bedasarkan uraian di atas, maka populasi yang akan digunakan sebagai subjek dalam

penelitian telah memenuhi syarat sebegai populasi, yaitu memiliki minimal satu sifat yang

sama. Sedangkan populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki lebih dari satu sifat

yang sama.

C. Sampel

Sutrisno Hadi (1987 : 21) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagaian dari populasi yang

diselidiki. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1997 : 117) mengatakan “Sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti”. Dari pengertian di atas, yang dimaksud sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian individu yang mempunyai sifat yang sama untuk diselidiki dan

dapat mewakili seluruh populasi.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sample. Suharsimi

Arikunto (199 : 127) menerangkan bahwa teknik purposive sample merupakam teknik

pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas

strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.. Teknik pengambilan

sampel dengan cara purposive sample biasanya dilakukan karena atas dasar pertimbangan

(Suharsimi Arikunto, 1997 : 127). Dengan pertimbangan tersebut pengambilan sampel dengan

teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga

dapat mewakili populasi (Suharsimi Arikunto, 1997 : 128). Dari pernyataan di atas peneliti

menggunakan teknik pengambilan sampel atas dasar pertimbangan kesungguhan sampel

dalam partisipasinya dalam penelitian ini. Adapun jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak

27 pegulat Kota Semarang tahun 2005.

D. Metode Pungumpulan Data.

Pada dasarnya penelitian seorang peneliti harus mengetahui jenis data apa yang harus dipakai.

Dengan demikian peneliti akan memeperoleh hasil yang relevan terhadap objek yang

ditelitinya sehingga dapat dipercaya.

Page 45: Skripsi Pendidikan (160)

xlv

Faktor penting dalam penelitian yang berhubungan data adalah metode pengumpulan data.

Data yang diperoleh nantinya dianalisis untuk disimpulkan. Jenis data dalam penelititan ini

dibagi menjadi dua bagian, yaitu data yang dapat diukur secara langsung dan data yang diukur

secara tidak langsung. Seperti dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1987 : 19) bahwa, “jenis data

yang dapat diukur secara langsung atau tepatnya dapat dihitung adalah data kuantitatif,

sedangkan data yang dapat diukur secara tidak langsung termasuk jenis data kualitatif”.

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data-data yang sesuai, peneliti menggunakan survei

dengan tehnik tes dan pengukuran. Menurut Suharsimi Arikunto (1997 : 91) survei merupakan

cara mengetahui status gejala juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara

membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa survei merupakan suatu cara pengumpulan

data dari sejumlah individu untuk dianalisis. Pengukuran adalah proses pengumpulan data

atau informasi dari suatau objek tertentu dan dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat

ukur (Nurhasan : 2001 : 4-5). Alat ukur yang dimaksud adalah berupa tes atau alat tes. Tes

merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu

dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Nurhasan 2001 : 3).

Sedangkan Poerwadarminta (2003 : 158) menyebutkan tes adalah “Percobaan, pengujian

sesuatu untuk mengetahui mutunyan nilainya, kekuatannya, susunannya dan sebagainya”.

Dapat diartikan pula tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi

tentang seorang objek.

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil dari pengukuran kekuatan otot

lengan dan pengukuran kekuatan otot tungkai serta kemampuan melakukan teknik angkatan

kaki dalam cabang olahraga gulat pada pegulat Kota Semarang tahun 2005.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan pleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baaik, dalam arti lebih

Page 46: Skripsi Pendidikan (160)

xlvi

cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 1997 :

151).

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei

dengan teknik tes dan pengukuran, maka alat atau instrumen tes yang digunakan adalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Tes kekuatan otot lengan

Alat yang digunakan untuk mengetahui kekuatan otot lengan adalah Pull and Push

Dynamometer, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 11

Pull and Push Dynamometer

Prosedur pelaksanaan tes :

Sampel tes berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu dan pandangan lurus ke

depan. Tangan memegang Pull and Push Dynamometer dengan kedua tangan di depan

dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Tarik dan dorong alat tersebut sekuat

tenaga. Pada saat menarik atau mendorong, alat tidak boleh menempel pada dada, tangan

dan siku tetap sejajar dengan bahu. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali.

Page 47: Skripsi Pendidikan (160)

xlvii

Penilaian : Skor kekuatan tarik atau kekuatan dorong terbaik dari dua kali

kesempatan dicatat sebagai skor dalam satuan kilogram, dengan tingkat ketelitian 0,5 kg

(R.Soeyono, 2001 : 26). Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.

Gambar 12

Tes kekuatan otot lengan

2. Tes kekuatan otot tungkai

Alat untuk mengetahui kekuatan otot tungkai adalah Back and Leg Dynamometer

adalah untuk mengukur kekuatan otot tungkai.

Gambar 13

Back and Leg Dynamometer

Page 48: Skripsi Pendidikan (160)

xlviii

Prosedur pelaksanaan :

Sampel tes berdiri pada dynamometer dengan lutut ditekuk membentuk sudut

130o-140

o dan tubuh tegak lurus. Panjang rantai dynamometer diatur sedemikian rupa

sehingga sesuai dengan posisi bediri. Tongkat pegangan digenggam dengan posisi tangan

pronasi (menghadap ke belakang). Tarik tongkat pegangan sekuat mungkin dengan

meluruskan sendi lutut perlahan-lahan. Baca penunjukan jarum pada skala saat

maksimum tercapai. Ulangi pengulangan tiga kali dengan selang waktu satu menit.

Dengan penilaian score terbaik diambil sebagai data penelitian (R.Soeyono, 2001 : 29-

30). Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.

Gambar 14

Tes kekuatan otot tungkai

3. Tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki

Page 49: Skripsi Pendidikan (160)

xlix

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan

teknik angkatan kaki untuk mengetahui kemampuan sampel dalam melakukan teknik

angkatan kaki.

Kriteria penyusunan tes keterampilan atau kemampuan mencangkup ketentuan

yang dijadikan acuan dalam mengembangkan butir-butir tes, persyaratan pelaksanaannya

untuk memperoleh gambaran tentang mutu tes, maka dibutuhkan uji lapangan

(Nurhasan, 2001 : 225). Prosedur penyusunan tes keterampilan meliputi berbagai

langkah sistematis yang harus ditempuh. Hal ini bermanfaat sebagai perintis bagi

penyusun tes keterampilan agar mendapat kemudahan dalam pelaksanaannya.

Nurhasan (2001 : 226-231) menyebutkan beberapa kriteria yang dijadikan acuan

dalam penyusunan tes keterampilan :

a. Tes harus mengukur kemampuan-kemampuan yang penting

Tes harus mengukur kemampuan-kemampuan yang penting artinya butir tes

yang digunakan harus dapat mencerminkan keterampilan-keterampulan penting bagi

suatu yang diukur. Tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki telah

mencerminkan tentang butir-butir tes yang menggambarkan suatu performance

teknik angkatan kaki. Jadi tes angkatan kaki yang disusun peneliti telah memenuhi

syarat pada butir-butir tes yang relevan dengan kemampuan yang diukur.

b. Tes itu harus menyerupai permainan sesungguhnya

Tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki dilakukan dengan cara

sampel yang diteliti benar-benar melakukan teknik dengan sekuat tenaga dan

sungguh-sungguh seperti dalam pertandingan dan didukung dengan pasangan lawan

sebagai partner dalam melakukan teknik angkatan kaki sesuai dengan kelas atau

golongan berat badan yang ditentukan dalam peraturan pertandingan gulat.

Dari keterangan tersebut, bahwa tes kemampuan melakukan teknik angkatan

kaki sudah bisa dikatakan menyerupai sesungguhnya.

c. Tes harus mendorong bentuk gerakan yang baik

Setiap bentuk keterampilan dalam suatu cabang olahraga harus dapat

ditampilkan dalam bentuk gerakan yang baik (Nurhasan, 2001 : 227). Agar sesuai

dengan kriteria di atas, maka tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki dibuat

butir tes yang akan mengukur keterampilan suatu gerakan, yaitu gerakan teknik

angkatan kaki. Oleh karena itu harus tercipta sedemikian rupa pada diri testee itu

untuk mengupayakan penampilan bentuk gerakan yang baik.

d. Tes harus dilakukan oleh hanya seorang pelaku saja

Tes harus dilakukan oleh hanya seorang pelaku saja artinya dalam

penggunaan beberapa orang pemain atau yang akan dites dalam suatu tes, akan

menimbulkan berbagai kemungkinan faktor subjektivitas yang mempengaruhi hasil

tes (Nurhasan, 2001 : 228).

Dalam pelaksanaan tes kemampuan melakukan teknik angkatan angkatan

kaki, dilakukan secara penilaian individu dan satu persatu oleh karena itu diharapkan

tes ini dapat memiliki subjektivitas yang tinggi.

e. Tes harus menarik dan mempunyai arti

Tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki telah dibuat menarik sesuai

dengan urutan gerak mekanikanya, sehingga tes kemampuan melakukan teknik

anagkatan kaki benar-benar memiliki arti.

Page 50: Skripsi Pendidikan (160)

l

f. Tes harus cukup sukar

Dalam hal ini, tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki tidak

memiliki tingkatan kesukaran dan tidak bisa dibuat lebih sukar, karena tes

kemampuan ini mengukur suatu kemampuan dalam melakukan suatu gerakan yang

telah ada patokan geraknya.

Apabila seorang pegulat tidak menguasai teknik ini kemungkinan tingkat

kesukaran bisa dialami oleh pegulat yang tidak menguasai teknik angkatan kaki.

Sebaliknya bila pegulat telah benar-benar menguasai teknik anagkatan kaki, maka

tingkat kesukaran yang dialami pegulat tidak dirasakan.

g. Tes harus dapat membedakan tingkat kemampuan

Dari hasil uji coba yang didapat, tes kemampuan melakukan teknik angkatan

kaki telah menunjukkan perbedaan hasil yang didapat walaupun tes ini diterapkan

pada sekelompok yang bersifat homogen, yaitu sama-sama pegulat dan memiliki

kemampuan dalam melakukan teknik dasar gulat.

h. Tes harus dilengkapi dengan cara menskor yang teliti

Tes kemampuan melakukan teknik angkatandi nilai dengan menggunakan

penilai yang benar-benar ahli dibidang pergulatan. Didalam menilai, penilai

mengamati gerakan teknik angkatan kaki yang dilakukan sampel secara berulang-

ulang, dan ini diharaphan agar mendapatkan ketelitian dalam memeberikan skor.

i. Tes harus mempunyai cukup jumlah percobaan

Tes yang baik adalah tes yang sering diujicobakan dan memiliki tingkat

keajegan yang tinggi. Dalam penyusunan tes kemampuan melakukan teknik

angkatan kaki telah diuji cobakan pada pegulat yang sebagian dari populasi dari

penelitian ini. Walau dalam tes uji coba instrumen ini dilakuakan hanya dengan dua

kali uji coba, tetapi pada saat melakuakan teknik angkatan kaki sampel melakukan

teknik angkatan kaki secara berulang-ulang dan hasilnya tetap tidak atau sedikit

berubah. Hal ini dapat dilihat pada perhitungan reliabilitas dan validitasnya.

j. Tes harus dapat dipertimbangankan dengan bukti-bukti statistika

Bukti-bukti statistik yang akan menentukan kualitas suatu tes biasanya

diungkapkan dalam bentuk tinggi rendahnya derajat koefisien reliabilitas, validitas,

dan objektivitasnya.

Reliabilitas atau keajegan hasil pengukuran kemampuan suatu cabang

olahraga, dapat dicapai apabila :

1. Pelaku cukup tertarik dan berusaha semaksimal mingkin

2. Hanya kecakapan sendiri yang diukur

3. Alat dan kondisi tes itu seragam

4. Jumlah percobaan cukup untuk meniadakan faktor kebetulan

5. Cara menskor objektif

Page 51: Skripsi Pendidikan (160)

li

Validitas suatu tes akan ditampilkan dalam bentuk bukti-bukti statistik,

berupa koefisien validitas. Tinggi rendahnya koefisien validitas suatu tes, akan

menggambarkan derajat (ukuran) ketepatan atau kecocokkan suatu tes, yang

mengukur apa yang hendak diukur.

Reliabilitas dan validitas tes dinyatakan dengan koefisien korelasi. Koefisien

reliabilitas menggambarkan ketetapan hasio tes, sedangkan koefisien validitas,

menyatakan tingkat hubungan antara tes dengan kriteria, semakin nyata butir tes itu

mengukur apa yang hendak diukur (Nurhasan, 2001 : 230-231)

Dalam menyusun suatu tes dalam bentuk keterampilan perlu diperhatikan

langkah-langkah atau prosedur yang telah ditetapkan agar diperoleh suatu instrumen tes

yang benar-banar berkualitas. Telah diuraikan oleh Scott dan French (1959 : 76-94),

dalam bukunya Nurhasan (2001 : 234-239) tentang prosedur menyusun suatu tes

keterampilan yang diuraikan sebagai berikut :

1. Pelajarilah masalah tes atau kebutuhan akan pembuatannya.

Pembuat tes biasanya menyusun tes karena ada kebutuhan akan tes

(nurhasan, 2001 ; 234). Dalam pembuatan tes kemampuan melakukan teknik

angkatan kaki telah dipelajari masalah-masalah melalui tiap-tiap butiran tes yang

menjadi masalah sebagai tolak ukur kemampuan melakukan teknik angkatan kaki,

dan kebutuhan dalam mengukur keterampilan tersebut adalah untuk mengukur atau

memperoleh data yang berupa angka-angka daalm proses pengolahan angka melalui

statistika yang diharapkan akan menemukan suatu kesimpulan.

2. Analisis keterampilan yang akan diukur

Suatu cabang olahraga memiliki sejumlah banyak keterampilan yang perlu

diukur. Analisis ini dimaksudkan untuk memilah-milah mana keterampilan yang

penting dan mana yang kurang penting, dilihat dari kegunaannya pada saat

bertanding (Nurhasan, 2001 : 234).

Teknik angkatan kaki merupakan tehnik yang sngat baik apabila pegulat telah

dapat menguasainya , karena teknik ini memiliki nilai 3 dalam pertandingan gulat

dan nilai 3 merupakan nilai yang besar dalam pertandingan gulat.

3. Pembuatan butir-butir tes eksperimen

Dalam menciptakan butir-butir tes yang akan diujicobakan perlu diperhatikan

hasil analisis kecakapan yang akan diukur. Ciptakan dua atau lebih butir tes untuk

setiap keterampilan yang akan diukur. Butir tes itu harus dilengkapi dengan

beberapa penjelasan yang sederhana meliputi nama tes itu, tujuan tes itu,

alat/fasilitas yang diperlukan, petunjuk pelaksanaan tes itu, cara mensekornya

(Nurhasan, 2001 : 236). Adapun nama tes, tujuan tes, alat dan fasilitas yang

diperlukan, petunjuk pelaksanaan tes, dan cara menskornya, akan dibicarakan pada

pembahasan berikutnya.

4. Buat petunjuk-petunjuk tertulis dari setiap butir tes

Setelah tes itu diujicobakan dalam beberapa bentuk terhadap individu kecil,

barulah petunjuk tes disusun sehingga jelas benar apa yang harus dilakukan oleh

testee. Adapun sistematika pembuatan petunjuk tertulis dari butir tes mencangkup

nama butir tes itu, tujuan butir tes itu, alat dan fasilitas yang dibutuhkan, petunjuk

dan cara menskornya (Nurhasan, 2001 : 236).

Dalam penyusunan tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki telah

ditetapkan butiran tes yang lebih, yaitu ada 11 butiran tes. Nama tes adalah tes

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki. Tujuan tes adalah untuk mengukur

Page 52: Skripsi Pendidikan (160)

lii

kemampuan pegulat dalam melakukan teknik angkatan kaki. Alat dan fasilitas yang

diperlukan terdiri dari matras dan penilai disertai alat-alat tulis. Petunjuk

pelaksanaan tes yaitu :Sampel melakukan teknik angkatan kaki dengan disaksikan

oleh penilai yang memberikan penilaian dengan patokan penilaian sebagai berikut :

Tabel I Blangko tes kemampuan teknik angkatan kaki

NO

ANALISIS DESKRIPTIF TEKNIK ANGKATAN

KAKI

POINT

GERAKKAN

POINT YANG

DIPEROLEH

1. AWALAN ATAU SIKAP KUDA-KUDA � Posisi kaki yang cukup lebar tetapi tidak

mengganggu untuk bergerak cepat dan posisi

tangan siap.

� Posisi badan agak condong, lutut sedikit

ditekuk.

1 point

1 point

……….POINT

……….POINT

2. SAAT MENYERANG

� Dapat menguasai kaki lawan dengan kedua tangan.

� Kepala menepel di samping kanan paha atau

kiri paha. Posisi badan jongkok

� Mempunyai kecepatan menguasai kaki lawan

atau menyerang.

1 point

1 point

1 point

……….POINT

……….POINT

……….POINT

3. SAAT MENGANGKAT BADAN LAWAN

� Salah satu tangan memegang pinggang atau

punggung lewat bahu dan yang satunnya

berada dibagian dalam paha (selakangan

lawan)

� Dapat mengangkat lawan setinggi bahu atau

lebih � Mempunyai kecepatan dalam mengangkat

badan lawan.

1 point

1 point

1 point

………..POINT

………..POINT

………..POINT

4. SAAT MENJATUHKAN BADAN LAWAN

� Menjatuhkan lawan dalam posisi terlentang.

� Posisi badan ikut merebah dengan salah satu

kaki berlutut

� Dapat mempertahankan posisi badan pada

akhir pelaksanaan tehnik angkatan (Tidak

dalam posisi dikuasai lawan / pada posisi

menguasai lawan).

1 point

1 point

1 point

………..POINT

………..POINT

………..POINT

Dari deskripsi di atas, penilaian dilakukan dengan melihat segmen-segmen

tubuh dengan pemberian point yang diberikan adalah satu tiap item segmen apabila

sampel dalam melakukan tehnik tidak melakukan atau tidak dapat melakukan maka

tidak diberi nilai. Dengan nilai keseluruhan 11 point.

Dalam melakukan teknik angkatan kaki pada tes ini, dilakukan secara

berulang-ulang sesuai dengan keputusan penilai. Dalam arti sampel melakukan

teknik angkatan kaki secara berulang-ulang hingga berhenti setelah penilai

Page 53: Skripsi Pendidikan (160)

liii

menyuruhnya berhenti. Hal ini bertujuan agar penilai benar-benar dapat mengamati

secara sempurna.

Sempel melakukan teknik angkatan kaki dengan pasangan sesama sampel

sesuai dengan penggolongna berat badan yang telah ditetapkan dalam peraturan

pertandingan pergulatan.

Gambar 15 Gambar teknik angkatan kaki (Tzeno Tzenof, 1986 : Daftar gambar)

Dalam memberi skor atau nilai pada tes ini dilakukan dengan memperhatikan

letak segmen-segmen tubuh dan kualitas penampilan melakukan teknik angkatan

kaki. Dalam tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki terdapat 11 butiran tes

yang masing-masing memiliki bobot 1 point yang mana pemberian nilai yang

dilakukan oleh penilai dengan patokan apabila sampel tidak melakukan, tidak benar

dan tidak mampu melakuann satu atau beberapa butiran tes, maka sampel akan

kehilangan point 1. Dengan kata lain pemberian nilai berdasarkan dapat tidaknya

melakukan butiran-butiran tes. Jika sampel dapat melakukann butiran tes tersebut

akan mendapat 1 ponit, sebaliknya jika sampel tidak dapat melakukan butiran-

butiran tes maka sampel tidak mendapat pint atau mendapat skor 0 (nol). Untuk

memperoleh jenjang nilai yang baik kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari dua

penilai dibagi 1,1 untuk mendapatkan jenjang nilai 1 sampai 10.

5. Pilih dan peroleh sebuah kriteria

Untuk mengetahui validitas butir tes, perlu ditetapkan sebuah kriteria yang

akan digunakan. Kriteria tes yang digunakan bisa diperoleh :

a. Tes yang telah baku atau standar

b. Rank hasi pertandingan

Page 54: Skripsi Pendidikan (160)

liv

c. Skor gabungan dari butir-butir tes yang diciptakan (Total skor)

d. Penilaian juri yang diperoleh dari hasil pbservasi di lapangan pada waktu

bermain

e. Kelompok yang kontras antara kelompok yang berkemampuan tinggi dan

kelompok yang berkemampuan rendah.

Korelasi antara butiran tes dengan sebuah kriteria, disebut validitas butir tes

(Nurhasan, 2001 : 236-237).

Untuk tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki dalam perhitungan

validitas dengan memperhatikan skor gabungan dan penilaian juri.

6. Pilih orang yang akan dipergunakan

Orang coba yang dipakai dalam pembuatan tes haruslah yang mewakili

populasi untuk siapa tes itu dibuat. Bila tes itu dipruntukkan bagi SLTP, maka orang

cobanya harus dipilih diantara siswa itu juga (Nurhasan, 2001 : 237).

Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini telah mewakili dari populasi.

Populasi dalam penelitian ini adala pegulat Kota Semarang sedangkan sampel yang

diukur juga pegulat Kota Semarang.

7. Tentukan reliabilitas instrumen

Metoda yang lazim digunakan mencari koefisien reliabilitas butir tes, untuk

instrumen tes keterampilan dapat dilakukan dengan cara tes ulang, tes belah dua dan

tes kembar (Nurhasan, 2001 : 237).

Untuk metoda yang diginakan dalam pencarian reliabilitas dengan

menggunakan tes ulang.

8. Tentukan validitas instrume

Validitas tes diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor-skor tes dengan skor

kriterianya (Nurhasan, 2001 : 238) Perhitungan validitas dengan menggunakan

perhitungan Puduct Moment

Page 55: Skripsi Pendidikan (160)

lv

9. Menentukan reliabilitas instrumen

Teknik yang digunakan dalam mencari reliabilitas adalah dengan teknik

ulangan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Kenalkan alat pengukuran sebagai subjek

b. Mengulangi lagi tehnik dengan, alat yang sama, subjek yang sama, prosedur

yang sama, dan dengan korelasi yang relatif sama

c. Ada korelasi antara hasil pengukuran yang pertama dengan hasil pengukuran

yang kedua.

Suatu alat ukur dikatakan reliabilitas atau handal bila alat ukur itu dapat

menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya. Jika alat ukurnya

terandalkan pengukurannya yang dilakukan berkali-kali dengan menggunakan alat

ukur yang sama terhadap objek dan subjek yang sama, hasilnya akan tetap sama.

Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang

dapat dipercaya. Apabila datanya memang benar-benar sesuai dengan kenyataannya,

maka beberapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabel menunjuk pada tingkat

keterandalan sesuatau. Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan

(Suharsimi Arikunto 1997 : 170).

Reliabiltas yang diperoleh dari perhitungan statistik sebesar 0,996, yang

artinya keajegan tes kemampuan melakukan teknik angakatan kaki sangat tinggi.

10. Menentukan validitas instrumen

Validitas yang diperoleh dari perhitngan statistik sebesar 0,914, yang artinya

kecocokan tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki sangat tinggi.

F. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini bertempat di gedung UKM gulat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang.

2. Waktu

Waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 16 Juni 2005 pukul 18.30.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian.

Dalam suatu penelitian banyak sekali faktor-faktor yang dapat menghambat dan

mempengruhi, demikian pula dengan penelitian ini.

Dalam penelitian ini telah diusahakan untuk menghindari adanya kemungkinan-

kemungkinan yang menghambat serta mempengaruhi selama penelitian ini berlangsung.

Faktor-faktor tersebut antara lain.

1. Faktor alat

Page 56: Skripsi Pendidikan (160)

lvi

Alat yang dipakai dalam penelitian dapat juga mempengaruhi hasil penelitian. alat

yang akan digunakan sudah melalui tahap penteraan oleh balai metrologi dan pada saat

penelitian diupayakan selengkap mungkin dipersiapkan sebelum penelitian dilaksanakan.

Selain alat tes kekuatan otot lengan dan tes kekuatan otot tungkai, instrumen tes dalam

peneliian ini yaitu tes kemampuan melakukan teknik angkatan kaki belum mempunyai

koefisien validitas dan reliabilitas yang meyakinkan, akan tetapi peneliti telah melakukan

tes validitas dan reliabilitas sebelum melakukan penelitian karena instrumen tersebut

belum sempat diterapkan, adapun hasil tes dan uji coba instrumen ini menghasilkan

reliabilitas sebesar 0,996, adapun validitas sebesar 0,914..

2. Faktor kesungguhan sampel

Kesungguhan sampel pada saat penelitian sangat mempengaruhi hasil penelitian.

Hal ini memang sangat sulit untuk dicegah, karena semua ini berasal dari dalam diri

individu masing-masing, sehingga hasil tes akan berpengaruh. Untuk mengatasi hal itu

peneliti selalu memberikan pengarahan kepada testee akan pentingnya penelitian ini

3. Faktor tenaga pembantu penelitian

Penelitian ini tidak akan bejalan lancar tanpa adanya peran serta dari tenaga

pembantu. Untuk melaksanakan tes dengan benar maka tenaga pembantu tes sebelumnya

membaca dan mempelajari petunjuk tes yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini.

Tenaga pembantu dalam penelitian ini adalah teman-teman mahasiswa, nama-nama

tenaga pembantu tersebut terlampir.

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah analisis statistika karena data yang

dikumpulkan berupa angka-angka. Sutrisno Hadi (1987 : 221) mengemukakan istilah statistik

pada pokoknya mempunyai dua pengertian yang luas dan pengertian yang sempit. Dalam

pengertian yang sempit statistik dugunakan untuk menujukan semua kenyataan yang berwujud

angka-angka. Dalam arti luas yaitu pengertian metodologi, staistik berarti cara-cara ilmiah

yang sipersiapkan untuk mengumpulkan, menyajikan dan menganalisa data yang berwujud

angka.

Dalam penelitian ini analisis data yang dipergunakan untuk perhitungan adalah dengan

menggunakan korelasi regresi atau multiple regresion. Yaitu menghitung masing-masing

variabel bebas, variabel terikat dan analisis regresi untuk mengetahi hubungan kedua variabel

terhadap variabel terikat dengan langkah-langklah sebagai berikut :

1. Uji normalitas

Untuk mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak, digunakan statisti

Liliefors (dalam SPSS dengan kolmogorov-Smirnov). Adapun langkah-langkah dalam

pengujian ini sebagai berikut :

a. Data yang diperoleh diubah terlebih dahulu menjadi skor baku dengan rumus :

S

xxZ 1

1

−=

Keterangan :

Zi = Skor baku

xi = Rata-rata

Page 57: Skripsi Pendidikan (160)

lvii

S = Standar deviasi

b. Dihitung untuk setiap bilangan baku yaitu F (Zi) = P(z ≤ Zi)

c. Dihitung proposisi Z1, Z2, Z3,…,Zn (z ≤ Z

i)

d. n

Z,Z...,ZZZbanyaknya

)Z(S

in,3,2,1

i

≤=

e. Dihitung harga mutlak F (Zi) – S (Zi)

f. Diambil Lo yaitu nilai terbesar dari F (Zi) – S (Zi)

g. Apabila Lo < L Tabel, maka data berdistribusi normal (Sudjana, 1996 : 466 - 467).

2. Uji homogenitas varians

Menurut Sudjana (1996 : 263) untuk menguji homogenitas varians dapat digunakan uji

Barlett (dalam SPSS uji Chi Kuadrat) dengan rumus :

χi2 = (ln 10) {B - χ (ni – 1) log Si

2}

Varian gabungan dari semua kelompok :

S2 = Σ (ni – 1) Si2 / Σ (ni – 1)

Harga satuan B dicari dengan rumus :

B = (log S2) Σ (ni – 1)

Keterangan :

ni = jumlah responden tiap kelompok

Si2 = varians tiap kelompok

Kriteria penguian Ho diterima jika χ2hitung ≤ χ2

(1-α)(k-1) dengan peluang (1-α) dan dk = (k-

1).

3. Uji linieritas garis regresi

Untuk menguji kelinieran garis regresi digunakan analisis seperti tabel berikut :

Tabel 2. Uji Linieritas Garis Regresi

Sumber variasi dk JK KT F

Page 58: Skripsi Pendidikan (160)

lviii

Tuna cocok

Kekeliruan

k-2

n-k

JK (TC)

JK (E)

2k

)TC(JKS TC

2

−=

kn

)E(JKeS2

−=

ES

TCS2

2

(Sudjana, 1996 : 332)

Keterangan :

JK (TC) = ΣY2

JK (E) = ( )

∑ ∑∑

xi i

2

i2

in

YY

JK (TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok

JK (E) = Jumlah Kuadrat error

Jika F < Ftabel pada dk pembilang (k-2) dan dk penyebut (n-k) dengan taraf

signifikan 5% maka persamaan regresi tersebut dinyatakan linier.

4. Analisis Regresi Sederhana.

Langkah-langkah dalam analisis regresi sederhana adalah sebagai berikut :

a. Menentukan persamaan regresi Y atas X adalah :

bXaY +=∧

Rumus koefisien a dan b adalah :

( )( ) ( )( )( )22

2

XXN

XYXXYa

Σ−ΣΣΣ−ΣΣ

=

( )( )( )22 XXN

YXXYNb

Σ−ΣΣΣ−Σ

=

(Sudjana, 1996 : 315)

b. Uji keberartian persamaan regresi.

Untuk menguji keberartian regresi dan uji kelinieran regresi digunakan anaisis

varians seprti tabel berikut :

Tabel 3 : Analisis Varians Untuk Ragresi

Sumber variasi Dk JK KT F

Page 59: Skripsi Pendidikan (160)

lix

Total N Σ Yi2 Σ Yi

2

Reg (a)

Reg (ba)

Residu

1

1

n-1

JK (a)

JK (ab)

JKres

JK (a)

S2

res = JK (ba)

2n

JKS res

res2

−=

resS

regS2

2

(Sudjana, 1996 : 322)

Keterangan :

JK (T) = ΣY2

JK (a) = n

)Y( 2Σ

JK(ba) =( )( )

ΣΣ−Σ

n

YXXYb

JKres = ( )2

YY −Σ

JK = Jumlah kuadrat

db = Derajat kebebasan

KT = Kuadrat total

Harga res

2

reg2

S

Suntuk keberartian persamaan regresi, Jika F1 ≥ Ftabel pada dk pembilang

1 dan dk penyebut (n-2) dengan taraf signifikan 5% persamaan regresi tersebut

dinyatakan signifikan.

c. Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui basarnya hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat, rumus yang digunakan adalah :

( )( )( ) ( ){ }( ) ( ){ }2222

xy

YYNXXN

YX.XYNr

Σ−ΣΣ−Σ

ΣΣΣ=

` (Sudjana, 1996 : 369)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah responden

XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

X = Jumlah seluruh skor X

Y = Jumlah seluruh skor Y

X2 = Jumlah seluruh kuadrat skor X

Y2 = Jumlah seluruh kuadrat skor Y

Page 60: Skripsi Pendidikan (160)

lx

Selanjutnya harga r yang diperoleh diuji signifikansinya dengan uji r dengan rumus

sebagai berikut :

r1

1nt

−−

=

(Sudjana, 1996 : 317)

Keterangan :

n = Banyaknya sampel

r = Koefisian korelasi dengan derajat kebebasan n-2

Jika r > rtebel maka disimpulkan koefisien korelasi r tersebut signifikan. Analisis

korelasi digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat, rumus yang digunakan adalah :

( )( )( ) ( ){ }( ) ( ){ }2222

xy

YYNXXN

YX.XYNr

Σ−ΣΣ−Σ

ΣΣΣ= (Sudjana, 1996 : 369)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah responden

XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

X = Jumlah seluruh skor X

Y = Jumlah seluruh skor Y

X2 = Jumlah seluruh kuadrat skor X

Y2 = Jumlah seluruh kuadrat skor Y

Selanjutnya harga r yang diperoleh diuji signifikansinya dengan uji t dengan rumus

sebagai berikut :

r1

1nt

−−

= (Sudjana, 1996 : 317)

Keterangan :

n = Banyaknya sampel

r = Koefisian korelasi dengan derajat kebebasan n-2

Jika r > rtebel maka disimpulkan koefisien korelasi r tersebut signifikan.

d. Koefisien determinasi

Untuk mengetahui besarnya variabel bebas terhadap variabel terikat dugunakan

rumus sebagai berikut :

( )( ){ }( )22 YYn

YXXYnbr

Σ−ΣΣΣ−Σ

=

Page 61: Skripsi Pendidikan (160)

lxi

Kategori : (Sudjana, 1996 : 370)

r2 = koefisien determinasi

b = koefisien regresi X dari persamaan regresi

n = jumlah data

X = skor variabel X

Y = skor variabel Y

5. Analisis Regresi Ganda

a. Menentukan koefisien korelasi ganda.

Untuk menentukan koefisien ganda digunakan rumus :

2y

JKregR

Σ=

b. Mencari Persamaan Regresi.

Untuk mencari persamaan regresi ganda digunakan rumus :

Y = a0 + a1 X1 + a2 X2

Dimana :

22110 XaXaYa −−=

( )( ) ( )( )( )( ) ( )2

21

2

2

2

1

2211

2

21

xxxx

yxxxyxxa

Σ−ΣΣΣΣ−ΣΣ

=

( )( ) ( )( )( )( ) ( )2

21

2

2

2

1

1212

2

12

xxxx

yxxxyxxa

Σ−ΣΣΣΣ−ΣΣ

=

(Sudjana, 1996 : 349)

c. Menguji keberaratian persamaan regresi ganda.

Untuk menguji keberartian persamaan regresi ganda digunakan rumus :

resKT

regKT

F = (Sudjana, 1992 : 93)

Dimana :

Page 62: Skripsi Pendidikan (160)

lxii

JKregyJKres

yxbyxbJKreg

1kn

JKresKTres

k

JKregKTreg

2

2211

−Σ=

Σ+Σ=−−

=

=

Persamaan regresi tersebut signifikan apabila F hitung > F tabel, dengan dk pembilang =

k dan dk penyebut = N – k – 1

d. Menentukan koefisien korelasi parsial

1. Untuk menentukan koefisien korelasi parsial antara X1 dengan Y, apabila X2

dikontrol digunakan rumus :

( )( )2

12

2

y

122y1y

y

r1r1

rrrr

2

12

−−

−=

(Sudjana, 1996 : 386)

Untuk menguji keberartiannya digunakan rumus

3

y

y

12

12

r1

3nrt

−=

Koefisien korelasi tersebut signifikan apabila t > ttabel dengan dk = N-3

2. Untuk menentukan koefisien korelasi parsial antara X2 dengan Y,

apabila X1 dikontrol digunakan rumus :

( )( )2

12

2

12

111

12

21

rr

rrrr

y

yy

y

−−

−= (Sudjana, 1996 : 386)

Untuk menguji keberartiannya digunakan rumus :

2

y

y

21

21

r1

3nrt

−=

Koefisien korelasi tersebut signifikan apabila t > ttabel dengan

Page 63: Skripsi Pendidikan (160)

lxiii

dk = N-3

Page 64: Skripsi Pendidikan (160)

lxiv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Deskriptif Responden Penelitian

Responden yang diteliti adalah pegulat Kota Semarang tahun 2005

sebanyak 27 orang. Data yang diambil dalam penelitian merupakan data

kekuatan otot lengan yang diukur menggunakan Pull and Push

Dynamometer dalam satuan kilogram. Data lain yang diukur adalah

kekuatan otot tungkai menggunakan alat Back and Leg Dynamometer

dalam satuan kilogram serta kemampuan melakukan teknik angkatan kaki.

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk

menggambarkan tentang ketiga variabel tersebut dan menggunakan

analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis.

2. Deskriptif Variabel Penelitian

Sebagai penggambaran mengenai variabel-variabel penelitian dapat

dilihat dari hasil analsisis statsitik deskriptif.

Tabel 4

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Sumber variasi Kekuatan otot

lengan

Kekuatan otot

tungkai

Kemampuan melakukan

teknik angkatan kaki

Rata-rata 25.65 180.04 8.47

Standar deviasi 5.69 47.67 0.82

Varians 32.343 2272.652 0.811

Maksimum 39.5 270 10

Minimum 12.5 110 7.25

Sumber: Data Primer yang diolah 2005

Page 65: Skripsi Pendidikan (160)

lxv

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 4, tampak bahwa rata-

rata kekuatan otot lengan dari 27 pegulat Kota Semarang adalah 25,65

kilogram, dengan kekuatan tertinggi 39,5 kilogram dan terkecil 12,5

kilogram. Rata-rata kekuatan otot tungkai mencapai 180,04 kilogram

dengan kekuatan terendah 110 kilogram dan tertinggi 270 kilogram. Rata-

rata hasil kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada cabang

olahraga gulat dengan sebesar 8,47 dengan nilai tertinggi 10 dan nilai

terendah 7,27. Skor tertinggi idealnya 10. Jika rata-rata yang diperoleh

dibandingkan dengan skor ideal ini ternyata rata-rata kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki mencapai 84,6%,artinya 15,4% belum

dikuasai pegulat.

3. Uji Prasyarat Hipotesis

Sebagai prasyarat pengujian hipotesis menggunakan analisis

regresi ganda adalah: 1) data terdistribusi normal, 2) linier dan 3)

homogen.

a. Uji normalitas data

Pengujian normalitas data digunakan uji Liliefors seperti tampak pada tabel 5 berikut.

Tabel 5

Uji Normalitas Data

Variabel Lo Ltabel Kriteria

Kekuatan otot lengan 0.101 0.173 Normal

Kekuatan otot tungkai 0.108 0.173 Normal

Kemampuan melakukan teknik angkatan

kaki

0.114 0.173 Normal

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai Lo untuk masing-masing variabel

kurang dari L tabel = 0,173. Nilai Lo pada variabel kekuatan otot lengan sebesar 0,101

Page 66: Skripsi Pendidikan (160)

lxvi

variabel kekuatan otot tungkai 0,108 dan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki

sebesar 0,114 , sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas variabel kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai dengan

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6

Uji Linieritas kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai

Variabel F hitung Ftabel

Kriteria

Kekuatan otot lengan 1.650 4.56 Linier

Kekuatan otot tungkai 0.688 4.56 Linier

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data dapat dilihat dari uji Bartlet. Apabila diperoleh nilai chi kuadrat

kurang dari chi kuadrat tabel, dapat disimpulkan bahwa data bersifat homogen.

Berikut ini hasil uji homogenitas dari variabel yang diteliti.

Tabel 7

Uji Homogenitas

Variabel χ hitung χtabel Kriteria

kekuatan otot lengan 4.645 32.67 Homogen

Kekuatan otot tungkai 3.885 32.67 Homogen

Berdasarkan hasil levene test diperoleh nilai probabilitas untuk kekuatan otot lengan

sebesar 4,645, untuk variabel kekuatan otot tungkai sebesar 3,885, keduanya kurang

dari chi kuadrat tabel yaitu 32,67 , sehingga dapat disimpulkan data bersifat homogen.

4. Uji Hipotesis

Page 67: Skripsi Pendidikan (160)

lxvii

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi ganda dengan variabel kekuatan otot lengan dan kekuatan otot

tungkai sebagai variabel bebas dan kemampuan melakukan teknik

angkatan kaki sebagai variabel terikat. Dalam analisis ini pengujian

hipotesis dilakukan secara parsial dan simultan.

Hasil analisis regresi menggunakan program SPSS dapat dilihat

pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 8

Hasil Analisis Regresi

Model

Sumber variasi Kontanta

X1 X2

Koefisien 12.06 0.382 0.377

Thitung 2.152 2.125

Ttabel 2.06 2.06

r 0.402 0.398

Kriteria Signifikan Signifikan

Sumber: Data Primer yang diolah 2005

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh model regresi:

Y = 12,06 + 0,382X1 + 0,377X2 …………………………………(1)

Keterangan:

Y = kemampuan melakukan teknik angkatana kaki

X1 = kakuatan otot lengan

X2 = kekuatan otot tungkai

a. Uji Hipotesis 1

Hipotesis 1 menyatakan ada hubungan kekuatan otot lengan dengan kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki. Dari hasil uji t diperoleh thitung = 2,152 > ttabel (2,06),

yang berarti hipotesis 1 diterima karena signifikan. Semakin tinggi kekuatan otot

Page 68: Skripsi Pendidikan (160)

lxviii

lengan dari seorang pegulat akan berpengaruh terhadap kenaikan kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki pada cabang olahraga gulat.

b. Uji Hipotesis 2

Hipotesis 2 menyatakan ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki ada cabang olahraga gulat. Dari hasil uji t diperoleh

thitung = 2,125 > ttabel (2,06), yang berarti hipotesis 2 diterima karena signifikan.

c. Uji Hipotesis 3

Hipotesis 3 menyatakan ada hubungan antara kakuatan otot lengan dan kakuatan otot

tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada cabang olahraga

gulat. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji F seperti tampak pada tabel berikut.

Tabel 9

Uji Simultan

Sumber variasi dk JK KT F hitung F tabel Kriteria

Regresi 2 1120.141 560.071 9.083 3.403 Signifikan

Residu 24 1479.859 61.661

Total 26 2600.000

Sumber: Data Primer yang diolah 2005.

Dari hasil uji F diperoleh Fhitung = 9,083 > Ftabel (3,403) , yang berarti hipotesis 3

diterima karena signifikan.

5. Besar Pengaruh

Besarnya pengaruh dari masing-masing kekuatan otot lengan dan

kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan melakukan teknik angkatan

kaki dapat dilihat dari koefisien determinasi secara parsial dan

simultannya, seperti terangkum pada tabel berikut.

Tabel 10

Koefisien Determinasi

Page 69: Skripsi Pendidikan (160)

lxix

Variabel r r2

Kekuatan otot lengan 0.402 16.18%

Kekuatan otot tungkai 0.398 15.84%

Kekuatan otot lengan dan kekuatan otot

tungkai

0.656 43.08%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa kontribusi kekuatan otot

lengan terhadap kemampuan melakukan taknik angkatan kaki pada cabang

olahraga gulat sebesar 16,18% sedangkan kontribusi kekuatan otot tungkai

sebesar 15,84% , sedangkan secara bersama-sama antara kekuatan otot

lengan dan kekuatan otot tungkai berpengaruh terhadap kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki pada cabang olahraga gulat sebesar

43,08%.

B. Pembahasan

1. Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dengan Kemampuan Melakukan Teknik

Angkatan Kaki.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot

lengan berhubungan dengan kemampuan melakukan tehnik angkatan kaki

dalam cabang olahraga gulat pada pegulat Kota Semarang tahun 2005.

Hubungan tersebut dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi yang

diperoleh yaitu sebesar 0,569 termasuk kategori cukup tinggi. Dari harga

korelasi yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa hubungan

yang terjadi merupakan hubungan positif, yang artinya semakin besar

Page 70: Skripsi Pendidikan (160)

lxx

kekuatan otot lengan pegulat, maka semakin baik kemampuan pegulat

dalam melakukan teknik angkatan kaki yang dihasilkan dan sebaliknya

apabila semakin kecil kekuatan otot lengan pegulat, maka semakin tidak

baik kemampuan pegulat dalam melakukan teknik angkatan kaki yang

dihasilkan.

Lebih jelasnya lagi hubungan antara kekuatan otot lengan dengan

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki dapat digambarkan dengan

penggunaan persamaan regresi yang diperoleh. Berdasarkan hasil

penelitian diperolah persamaan regresi antara kekuatan otot lengan dengan

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki yaitu Y = 21,552 + 0,569 X.

Dari persamaan regresi tersebut maka dapat digambarkan hubungan

kekuatan otot lengan dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki

yaitu, apabila kekuatan otot lengan meningkat satu unit skor maka

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki akan meingkat sebesar 0,569

unit skor pada konstanta 21,552. Dan sebaliknya, apabila kekuatan otot

lengan menurun satu unit skor maka kemampuan melakukan teknik

angkatan kaki akan menurun sebesar 0,569 pada konstanta 21,552.

2. Hubungan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan Melakukan

Teknik Angkatan Kaki

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot

tungkai berhubungan dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki

Page 71: Skripsi Pendidikan (160)

lxxi

dalam cabang olahraga gulat pada pegulat Kota Semarang tahun 2005.

Derajat hubungan tersebut dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi

yang diperoleh yaitu sebesar 0,567 termasuk kategori cukup tinggi. Dari

harga korelasi yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa

hubungan yang terjadi merupakan hubungan positif, yang artinya semakin

besar kekuatan otot tungkai pegulat, maka semakin baik kemampuan

pegulat dalam melakukan tehnik angkatan kaki yang dihasilkan dan

sebaliknya apabila semakin kecil kekuatan otot lengan pegulat, maka

semakin tidak baik kemampuan pegulat dalam melakukan teknik angkatan

kaki yang dihasilkan.

Lebih jelasnya lagi hubungan antara kekuatan otot lengan dengan

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki dapat digambarkan dengan

penggunaan persamaan regresi yang diperoleh. Berdasarkan hasil

penelitian diperolah persamaan regresi antara kekuatan otot tungkai

dengan kemampuan melakukan tehnik angkatan kaki yaitu Y = 21,647 +

0,567 X. Dari persamaan regresi tersebut maka dapat digambarkan

hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik

angkatan kaki yaitu, apabila kekuatan otot tungkai meningkat satu unit

skor maka kemampuan melakukan teknik angkatan kaki akan meingkat

sebesar 0,567 unit skor pada konstanta 21,674. Dan sebaliknya, apabila

kekuatan otot tungkai menurun satu unit skor maka kemampuan

Page 72: Skripsi Pendidikan (160)

lxxii

melakukan teknik angkatan kaki akan menurun sebesar 0,567 pada

konstanta 21,674.

3. Hubungan Kekuatan Otot Lengan dan Otot Tungkai Dengan Kemampuan

Melakukan Teknik Angkatan Kaki

Secara simultan atau bersama-sama berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa kekuatan otot lengan (X1) dan kekuatan otot tungkai

(X2) berhubungan dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki

dengan keeratan hubungannya yaitu 0,656. Hubungan yang terjadi antara

kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki merupakan hubungan yang positif, yang

artinya bila kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai ditingkatkan

maka akan diikuti dengan meningkatnya kemampuan melakukan teknik

angkatan kaki dan sebaliknya jika kekuatan otot lengan dan kekuatan otot

tungkai menurun maka akan didikuti dengan menurunnya kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki. Lebih jelasnya lagi bentuk hubungan itu

digambarkan oleh persamaan regresi ganda yang diperoleh yaitu Y =

12,059 + 0,382 X1 + 0,377 X2. Artinya dari persamaan tersebut apabila

secara bersama-sama kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai

meningkat satu unit skor maka kemampuan melakukan teknik angkatan

kaki akan meingkat sebesar (0,382 + 0,377) unit skor pada konstanta

12,059. Dan sebaliknya, apabila secara bersama-sama kekuatan otot

Page 73: Skripsi Pendidikan (160)

lxxiii

lengan dan kekuatan otot tungkai menurun satu unit skor maka

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki akan menurun (0,382 +

0,377) unit skor pada konstanta 12,059.

Kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai secara bersama-

sama berpengaruh dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki

sebesar 43,08%. Besarnya pengaruh kekuatan otot lengan dengan

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki yaitu 16,18% dan besarnya

pengaruh kekuatan otot tungkai dengan kemampuan melakukan teknik

angkatan kaki yaitu 15.84%. Dengan demikian menunjukkan bahwa

kekuatan otot lengan mempunyai pengaruh atau kontribusi dengan

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki yang lebih besar dari pada

kekuatan otot tungkai.

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari penelitian ini, maka

dapat digunakan sebagai pedoman bagi pelatih dalam pemberian program

latihan. Dalam rangka tujuan peningkatan kemampuan teknik angkatan

kaki, seorang pelatih dapat melakukannya dengan pemberian program

latihan pada peningkatan kekuatan otot lengan secara rutin disamping tetap

memeperhatikan pola latihan pada peningkatan kekuatan otot tungkai

sebagai peimbang atau pendukung. M. Sajoto (1995 : 33) mengatakan

bahwa unsur-unsur kondisi fisik harus ditingkatkan seoptimal mungkin

bagi setiap atlet dan kekuatan merupakan unsur yang lebih dominan

Page 74: Skripsi Pendidikan (160)

lxxiv

dibanding lainnya, maka perlu mendapat prioritas utama dalam

pelaksanaan program latihan.

Page 75: Skripsi Pendidikan (160)

lxxv

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti dapat memetik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang berarti antara kekuatan otot lengan dengan

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang

tahun 2005.

2. Ada hubungan yang berarti antara kekuatan otot tungkai dengan

kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat Kota Semarang

tahun 2005.

3. Ada hubungan yang berarti antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot

tungkai dengan kemampuan melakukan teknik angkatan kaki pada pegulat

Kota Semarang tahun 2005.

4. Besarnya sumbangan kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai

secara bersama-sama yaitu 43,08 % yang terbagi atas 16,18 % adalah

sumbangan kekuatan otot lengan dan 15,84 % sumbangan kekuatan otot

tungkai.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan pembahasan dalam penelitian ini maka penulis

menyarankan sebagai berikut :

1. Mengingat kemampuan melakukan teknik angkatan kaki merupakan salah satu dari

beberapa tehnik yang sangat dibutuhkan dalam pertandingan gulat, maka dalam rangka

Page 76: Skripsi Pendidikan (160)

lxxvi

untuk mempersiapkan atlet yang memilliki teknik angkatan kaki yang baik maka pelatih-

pelatih gulat perlu membuat program latihan dengan sasaran kekuatan tanpa

mengesampingkan kondisi fisik lainnya.

2. Dengan adanya hubungan kekuatan otot lengan dan otot tungkai dengan kemampuan

melakukan teknik angkatan kaki, maka pelatih-pelatih gulat terutama pelatih gulat di

Kota Semarang diharapkan lebih mengutamakan latihan kekuatan otot tubuh yang

memberikan sumbangan lebih besar dimana memberikan kontribusi yang baik dalam

melakukan teknik angkatan kaki.

3. Hendaknya perlu diadakan penelitian lebih lanjut yang meneliti tentang faktor-faktor

lainnya untuk mencari besarnya sumbangan terhadap kemampuan melakukan teknik

angkatan kaki.

Page 77: Skripsi Pendidikan (160)

lxxvii

DAFTAR PUSTAKA

Agusta Husni, 1993. Buku Pintar Olahraga. Jakarta : C.V Mawar Gempita.

Camaione N David, Tillman G Kenneth, 1980. Teaching and Coaching Wrestling A Scientific

Approach Second Edition. New York Chichester Brisbane Toronto.

Deden IPM, 1986. Peraturan Gulat FILA Internasional (Terjemahan). Jakarta : Pengurus

Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia.

Edi Nurinda Susilo, Drs dkk. 1998. Peraturan Gulat Nasional-Internasional (Terjemahan).

Jakarta : Derektorat Keolahragaan, Derektorat Jendral Pendidikan Luar

Sekolah, Pemuda, dan Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Evelyn., Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Jakarta

Imam Hidayat, 1996. Bio Mekanika Jilid I. Bandung : FPOK IKIP Bandung.

Kasiyo Dwijowinoto, 1993 Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan (Terjemahan). Semarang : IKIP

Semarang Press.

M. Sajoto, 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : IKIP Semarang.

_________, 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.

Semarang : Effhar & Dahara Prize Semarang.

Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-Prinsip dan

Penerapannya. Jakarta Pusat : Direktorat Jendral Olahraga.

PB PGSI, 2003. Peraturan Gulat Internasional (Terjemahan). Jakarta : Pengurus Besar

Gulat Seluruh Indonesia.

PGSI CAB. JAKARTA BARAT, 1985. Seperempat Abad Gulat di Indonesia. Jakarta :

Pengurus Besar Gulat Seluruh Indonesia Cabang Jakarta Barat.

Rubianto Hadi, 2004. Buku Ajar Gulat. Jurusan Ilmu Kepelatihan Olahraga Universitas

Negeri Semarang. Semarang.

Sudarminto, 1992. Kinesiologi. Jakarta : Depdikbud.

Suharsimi Arikunto, 1997. Presedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Sudjana, 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Surja Widjaja, 1998. Kinesiologi. Jakarta : FKUI Jakarta.

Sutrisno Hadi, 1987. Statisti Jilid II, Yogyakarta : Andi Offset.

___________, 2000. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta : Andi Offset

Syarifuddin, B. AC. 1994. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran.

Page 78: Skripsi Pendidikan (160)

lxxviii

Tohar, 2002. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Semarang

Tzenov Tzeno, 1986. Peraturan Gulat FILA Internasional. Jakarta : PGSI

Page 79: Skripsi Pendidikan (160)

lxxix

Hasil Tes dan Pengukuran Kekuatan Otot Lengan

KEKUATAN OTOT LENGAN

DORONG

TARIK

NO

NAMA

I II MAX I II MAX

RATA-

RATA

1. Andreanto 19 18 19 18 20 20 19.5

2. Arry Kristiono.S 13 18 18 24 26 26 22

3. Benny R.K 23 21 23 29 29 29 26

4. Bhayu Kresnayana 27 25 27 30 23 30 28.5

5. Dede Rusdianto 29 27 29 22 20 22 25.5

6. Edi Suarko 31 43 43 27 28 28 35.5

7. Fajar Setiawan 14 19 19 21 20 21 20

8. Hafidz Fajri. A 24 35 35 43 44 44 39.5

9. Hendrik Prasetyo.W 23 29 29 27 24 27 28

10. Ibnu Abbas 16 15 16 20 25 25 20.5

11. Ikhsan 20 10 20 39 35 29 29.5

12. Loudy. W. M 14 14 14 11 10 11 12.5

13. M. Topan Eskha. W 27 17 27 20 16 20 23.5

14. Musif 28 30 30 29 29 29 29.5

15. Nurkholif Sofie 24 21 24 27 26 27 25.5

16. Pantoko 15 18 18 25 20 25 21.5

17. Purwo 35 22 35 34 29 34 34.5

18. Rahmat Ginanjar 27 25 27 30 31 31 29

19. Saifullah 20 23 23 20 21 21 22

20. Sapta Aprilianto 21 26 26 18 20 20 23

21. Santoso 30 25 30 25 21 25 27.5

22. Sustriono 21 19 21 29 27 29 25

23. Sutrisno 23 25 25 30 28 30 27.5

24. Ukki Yulianto 19 21 21 21 26 26 23.5

25. Wijianto 27 29 29 32 33 33 31

26. Yanuar Prabowo 20 23 23 25 24 25 24

27. Yudi Arifianto 26 14 16 21 20 21 18.5

Page 80: Skripsi Pendidikan (160)

lxxx

Hasil Tes dan Pengukuran Tes Kekuatan Otot Tungkai

KEKUATAN OTOT TUNGKAI

NO

NAMA

I II III MAX

1. Andreanto 150 180 165 180

2. Arry Kristiono.S 125 111 120 125

3. Benny R.K 220 220 200 220

4. Bhayu Kresnayana 150 105 120 150

5. Dede Rusdianto 125 150 120 150

6. Edi Suarko 210 222 200 222

7. Fajar Setiawan 105 115 110 115

8. Hafidz Fajri. A 175 178 166 178

9. Hendrik Prasetyo.W 178 170 170 178

10. Ibnu Abbas 110 110 100 110

11. Ikhsan 205 200 205 205

12. Loudy. W. M 170 186 175 186

13. M. Topan Eskha. W 120 121 115 121

14. Musif 208 270 250 270

15. Nurkholif Sofie 200 204 200 204

16. Pantoko 100 112 110 112

17. Purwo 255 270 250 270

18. Rahmat Ginanjar 180 200 200 200

19. Saifullah 180 185 180 185

20. Sapta Aprilianto 203 210 200 210

21. Santoso 235 230 230 235

22. Sustriono 130 110 110 130

23. Sutrisno 255 205 220 255

24. Ukki Yulianto 140 130 110 140

25. Wijianto 205 160 200 205

26. Yanuar Prabowo 120 150 150 150

27. Yudi Arifianto 155 105 150 155

Page 81: Skripsi Pendidikan (160)

lxxxi

Hasil Tes dan Pengukuran Kemampuan Melakukan Teknik Angkatan Kaki

KEMAMPUAN

MELAKUKAN

TEHNIK

ANGKATAN KAKI

PENGAMAT

NO

NAMA

I II

RATA

-

RATA

JENJANG NILAI

1 SAMPAI 10

(DIBAGI 1,1)

1. Andreanto 10 8 9.0 8,18

2. Arry Kristiono.S 9 10 9.5 8,64

3. Benny R.K 9 10 9.5 8,64

4. Bhayu Kresnayana 10 10 10.0 9,09

5. Dede Rusdianto 10 10 10.0 9,09

6. Edi Suarko 9 10 9.5 8,64

7. Fajar Setiawan 7 8 7.5 6,82

8. Hafidz Fajri. A 9 9 9.0 8,18

9. Hendrik Prasetyo.W 10 9 9.5 8,64

10. Ibnu Abbas 7 10 8.5 7,73

11. Ikhsan 11 11 11.0 10

12. Loudy. W. M 8 8 8.0 7,27

13. M. Topan Eskha. W 8 9 8.5 7,73

14. Musif 10 11 10.5 9,55

15. Nurkholif Sofie 8 11 9.5 8,64

16. Pantoko 10 10 10.0 9,09

17. Purwo 10 11 10.5 9,55

18. Rahmat Ginanjar 9 10 9.5 8,64

19. Saifullah 8 8 8.0 7,27

20. Sapta Aprilianto 9 11 10.0 9,09

21. Santoso 10 9 9.5 8,64

22. Sustriono 8 10 9.0 8,18

23. Sutrisno 11 10 10.5 9,55

24. Ukki Yulianto 9 8 8.5 7,73

25. Wijianto 10 10 10.0 9,09

26. Yanuar Prabowo 8 9 8.5 7,73

27. Yudi Arifianto 7 9 8.0 7,27

Page 82: Skripsi Pendidikan (160)

lxxxii

DATA HASIL PENELITIAN

Y (KEMAMPUAN

MELAKUKAN TEKNIK

ANGKATAN KAKI)

X 1 (KEKUATAN OTOT LENGAN)

Dorong Tarik

X 2(KEKUATAN

OTOT TUNGKAI)

Pengamat

N

O

Nama

Kode

I II Max I II Max Rata-

rata

I II III Max I II

Rata-rata

Jenjang nilai

1 Andreanto R-01 19 18 19 18 20 20 19.5 150 180 165 180 10 8 9.0 8.18

2 Arry Kristiono Saputra

R-02 13 18 18 24 26 26 22 125 111 120 125 9 10 9.5 8.64

3 Benny R.K. R-03 23 21 23 29 29 29 26 220 220 200 220 9 10 9.5 8.64

4 Bhayu Kresnayana R-04 27 25 27 30 23 30 28.5 150 105 120 150 10 10 10.0 9.09

5 Dede Rusdianto R-05 29 27 29 22 20 22 25.5 125 150 120 150 10 10 10.0 9.09

6 Edi Suarko R-06 31 43 43 27 28 28 35.5 210 222 200 222 9 10 9.5 8.64

7 Fajar Setiawan R-07 14 19 19 21 20 21 20 105 115 110 115 7 8 7.5 6.82

8 Hafidz Fajri Almubarok

R-08 24 35 35 43 44 44 39.5 175 178 166 178 9 9 9.0 8.18

9 Hendrik Prasetyo Wibowo

R-09 23 29 29 27 24 27 28 178 170 170 178 10 9 9.5 8.64

10 Ibnu Abbas R-10 16 15 16 20 25 25 20.5 110 110 100 110 7 10 8.5 7.73

11 Ikhsan R-11 20 10 20 39 35 39 29.5 205 200 205 205 11 11 11.0 10.00

12 Loudy W.M R-12 14 14 14 11 10 11 12.5 170 186 175 186 8 8 8.0 7.27

13 M.Topan Eskha Wahyudi

R-13 27 17 27 20 16 20 23.5 120 121 115 121 8 9 8.5 7.73

14 Musif R-14 28 30 30 29 29 29 29.5 208 270 250 270 10 11 10.5 9.55

15 Nurkolif Sofie R-15 24 21 24 27 26 27 25.5 200 204 200 204 8 11 9.5 8.64

16 Pantoko R-16 15 18 18 25 20 25 21.5 100 112 110 112 10 10 10.0 9.09

17 Purwo R-17 35 22 35 34 29 34 34.5 255 270 250 270 10 11 10.5 9.55

18 Rahmat Ginanjar R-18 27 25 27 30 31 31 29 180 200 200 200 9 10 9.5 8.64

19 Saifullah R-19 20 23 23 20 21 21 22 180 185 180 185 8 8 8.0 7.27

20 Sapta Aprilianto R-20 21 26 26 18 20 20 23 203 210 200 210 9 11 10.0 9.09

21 Santoso R-21 30 25 30 25 21 25 27.5 235 230 230 235 10 9 9.5 8.64

22 Sustriono R-22 21 19 21 29 27 29 25 130 110 110 130 8 10 9.0 8.18

23 Sutrisno R-23 23 25 25 30 28 30 27.5 255 205 220 255 11 10 10.5 9.55

24 Ukki Yulianto R-24 19 21 21 21 26 26 23.5 140 130 110 140 9 8 8.5 7.73

25 Wijianto R-25 27 29 29 32 33 33 31 205 160 200 205 10 10 10.0 9.09

26 Yanuar Prabowo R-26 20 23 23 25 24 25 24 120 150 150 150 8 9 8.5 7.73

27 Yudi Arifianto R-27 16 14 16 21 20 21 18.5 155 105 150 155 7 9 8.0 7.27

Page 83: Skripsi Pendidikan (160)

lxxxiii

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Melakukan Teknik Angkatan Kaki Pada

Pegulat Kota Semarang Tahun 2005

NO NAMA UJI COBA I UJI COBA II Jenjang Nilai Uji Coba I

Jenjang Nilai Uji Coba II

1 Andreanto 9 9 8,18 8,18

2 Benny R.K 8 8 7,27 7,27

3 Edi Suarko 9 10 8,18 9,09

4 Loudy W.M. 11 11 10 10

5 Musif 11 11 10 10

6 Purwo 8 8 7,27 7,27

7 Saifullah 10 10 9,09 9,09

8 Santoso 8 9 7,27 8,18

9 Sustriono 9 9 8,18 8,18

10 Pantoko 10 11 9,09 10