Skripsi Pendidikan (152)

82
i HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI JAJAN DI SEKOLAH DAN STATUS GIZI SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI WONOTINGAL 01-02 CANDISARI SEMARANG TAHUN AJARAN 2004/2005 SKRIPSI Oleh Nama : Wahyu Nuryati NIM : 6450401022 Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas : Ilmu Keolahragaan UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Transcript of Skripsi Pendidikan (152)

Page 1: Skripsi Pendidikan (152)

i

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI JAJAN DI SEKOLAH

DAN STATUS GIZI SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI

WONOTINGAL 01-02 CANDISARI SEMARANG

TAHUN AJARAN 2004/2005

SKRIPSI

Oleh

Nama : Wahyu Nuryati

NIM : 6450401022

Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

Page 2: Skripsi Pendidikan (152)

ii

SARI

Wahyu Nuryati. 2005. Hubungan antara Frekuensi Jajan di Sekolah dan

Status Gizi Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Wonotingal 01-02 Candisari

Semarang Tahun Ajaran 2004/2005.

Penelitian ini berjudul “Hubungan antara Frekuensi Jajan di Sekolah dan

Status Gizi Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Wonotingal 01-02 Candisari

Semarang Tahun Ajaran 2004/2005”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah

adakah hubungan antara frekuensi jajan di sekolah dan status gizi. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara frekuensi jajan di

sekolah dan status gizi.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SDN

Wonotingal 01-02 Candisari Semarang tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 128

anak. Sampel sebanyak 91 anak diambil secara purposive sampling, dengan

kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini

adalah frekuensi jajan di sekolah dan status gizi. Metode pengumpulan data

dengan kuesioner. Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan dilakukan untuk

mengetahui status gizi. Analisis data secara analitik dengan menggunakan korelasi

Kendall’s Tau.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

frekuensi jajan kategori rendah sebanyak 7 responden atau 7,7%, kategori sedang

70 responden (76,9%), sedangkan yang termasuk kategori tinggi sebanyak 14

responden atau 15,4%. Berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan

(BB/TB) terdapat 67 responden (73,6%) mempunyai status gizi baik atau normal,

5 responden (5,5%) gemuk, 16 responden (17,6%) kurus, dan terdapat

3 responden (3,3%) sangat kurus atau mempunyai status gizi sangat kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dengan indeks BB/TB didapatkan τ=0,099 dan nilai

z=0,320, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

frekuensi jajan di sekolah dan status gizi. Makanan jajanan yang dikonsumsi di

sekolah hanya memberikan sumbangan energi sebesar 17,13% dan protein

sebesar 11,14%.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada orang tua untuk

membiasakan anaknya sarapan sebelum ke sekolah, membawa bekal makanan ke

sekolah, memperhatikan makanan jajanan yang dikonsumsi anak dan tetap

menyediakan makanan anak-anaknya dalam jumlah cukup dan memenuhi

persyaratan gizi.

Kata kunci : frekuensi jajan, status gizi.

Page 3: Skripsi Pendidikan (152)

iii

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Sabtu

Tanggal : 6 Agustus 2005

Panitia Ujian

Ketua Panitia, Sekretaris,

Drs. Sutardji, MS dr. Oktia Woro KH,

M.Kes.

NIP. 130523506 NIP. 131695159

Dewan Penguji,

1. Drs. Sugiharto, M.Kes (Ketua)

NIP 131571557

2. Drs. Herry Koesyanto, MS (Anggota)

NIP 131571549

3. Drs. Bambang Wahyono (Anggota)

NIP 131674366

Page 4: Skripsi Pendidikan (152)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“You Are What You Eat” (Ali Khomsan, 2003:155).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Ibu Pungut Riana (Al-marhumah), semoga karya ini bisa menjadi do’a yang

tidak pernah putus amalnya.

2. Bapak Sukarto, atas semua cinta dan pengorbanan yang diberikan.

3. Yu Sri, Yu Ani, Mas Hari, dan Mas Wiji.

4. Ibu Sumini, Mba Yiyi, dan Mba Lela.

5. Sahabat saya: Endah Tri Chahyo Utami.

6. Rekan- rekan mahasiswa IKM angkatan 2001.

7. Almamater Universitas Negeri Semarang.

Page 5: Skripsi Pendidikan (152)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini berjudul “ Hubungan Antara

Frekuensi Jajan di Sekolah dan Status Gizi Siswa Kelas IV dan V SD Negeri

Wonotingal 01-02 Candisari Semarang tahun ajaran 2004/2005”. Penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Keberhasilan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi

ini atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan rasa terima

kasih yang sedalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs.

Sutardji, M.S, atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Oktia Woro KH, M.Kes,

atas ijin penelitian.

3. Dosen pembimbing I, Bapak Drs. Herry Koesyanto, M.S, atas bimbingan,

kritik, dan saran dalam penyelesaian skripsi.

4. Dosen pembimbing II, bapak Drs. Bambang Wahyono, atas bimbingan, kritik,

dan saran dalam penyelesaian skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas bekal pengetahuan

yang diberikan.

6. Kepala Sekolah SDN Wonotingal 01-02, atas ijin penelitian.

7. Bapak dan Ibu guru kelas IV dan kelas V SDN Wonotingal 01-02, atas

bantuan pelaksanaan penelitian.

Page 6: Skripsi Pendidikan (152)

vi

8. Siswa kelas IV dan V SDN Wonotingal 01-02 atas, bantuan pelaksanaan

penelitian.

9. Teman-temanku Lisa, Ulfa, Krissa, Yuni, Arief B, Azinar, Bambang, Wildan,

Cindar, Ian, Priyanto, Arief WH, Dhian, Halim, Wiwin, Asih, Dunung, Atam,

Bae, Mas Pur, Mas Eko, dan Mas Kardi, atas motivasi dan bantuan dalam

penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan dan

kerjasama yang diberikan dalam penelitian.

Semoga amal baik yang diberikan mendapat imbalan yang berlipat ganda

dari Allah SWT. Akhirnya disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, diharapkan kritik dan saran demi sempurnanya skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2005

Penulis

Page 7: Skripsi Pendidikan (152)

vii

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................ i

SARI ............................................................................................................. ii

PENGESAHAN ........................................................................................... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1. 1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1. 2 Permasalahan .................................................................................... 4

1. 3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1. 4 Batasan Operasional .......................................................................... 5

1. 5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 6

2. 1 Landasan Teori ................................................................................. 6

2.1.1 Makanan Jajanan ............................................................................... 6

2.1.2 Kebutuhan Makanan pada Anak Sekolah ........................................... 10

2.1.3 Kebiasaan Jajan pada Anak Sekolah .................................................. 12

2.1.4 Status Gizi ......................................................................................... 15

2.1.5 Penilaian Status Gizi ......................................................................... 15

Page 8: Skripsi Pendidikan (152)

viii

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .................................. 18

2.1.7 Antropometri ..................................................................................... 21

2.1.8 Indeks Antropometri .......................................................................... 23

2.1.9 Klasifikasi Status Gizi ....................................................................... 26

2.1.10 Metode Food Recall 24 jam ............................................................... 27

2.1.11 Kerangka Berfikir .............................................................................. 29

2. 2 Hipotesis ........................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 30

3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 30

3.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 30

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 31

3.4 Rancangan Penelitian......................................................................... 31

3.5 Teknik Pengambilan Data .................................................................. 32

3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................... 35

3.7 Instrumen Penelitian ......................................................................... 36

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 42

4.1 Hasil Penelitian................................................................................... 42

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 53

4.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 58

5.1 Simpulan ........................................................................................... 58

5.2 Saran ................................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60

LAMPIRAN .................................................................................................. 62

Page 9: Skripsi Pendidikan (152)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang Per

Hari) Anak Umur 7-12 Tahun .....................................................................11

2. Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan ......................................................14

3. Klasifikasi Status Gizi menurut WHO .........................................................26

4. Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur ..........................................42

5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Responden ..........................43

6. Distribusi Frekuensi Jajan di Sekolah Per Hari ............................................43

7. Distribusi Frekuensi Jajan di Sekolah dalam Kategori ..................................44

8. Distribusi Frekuensi Jumlah Jajanan selama di Sekolah ..............................45

9. Distribusi Frekuensi Jumlah Uang Saku Per Hari ........................................46

10. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membawa Bekal Makanan ke Sekolah .......46

11. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sarapan Pagi sebelum ke Sekolah ..............47

12. Distribusi Frekuensi Waktu Jajan di Sekolah ...............................................48

13. Distribusi Frekuensi Prosentase Sumbangan Energi dari Makanan

Jajanan di Sekolah terhadap Konsumsi Energi Anak ..................................49

14. Distribusi Frekuensi Prosentase Sumbangan Protein dari Makanan

Jajanan di Sekolah terhadap Konsumsi Protein Anak ..................................50

15. Status Gizi Responden ................................................................................51

16. Hubungan antara Frekuensi Jajan di Sekolah dan Status Gizi menurut

Indeks BB/TB..............................................................................................52

Page 10: Skripsi Pendidikan (152)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Distribusi Jajan di Sekolah ..........................................................................44

2. Distribusi Jumlah Jajanan yang Dibeli selama di Sekolah ............................ 45

3. Distribusi Kebiasaan Membawa Bekal Makanan ke Sekolah ....................... 47

4. Distribusi Kebiasaan Sarapan sebelum ke Sekolah ...................................... 48

Page 11: Skripsi Pendidikan (152)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berfikir ........................................................................................29

Page 12: Skripsi Pendidikan (152)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian

2. Hasil Pengolahan Data

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat

mengingat terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri.

Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasa

yang sesuai dengan masyarakat. Data hasil survei Sosial Ekonomi yang dilakukan

oleh Badan Pusat Statistik tahun 1999 menunjukkan bahwa prosentase

pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan

Page 13: Skripsi Pendidikan (152)

xiii

jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11, 37% pada tahun 1999.

Kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan memberikan

21% energi dan 16% protein. Sedangkan kontribusi makanan jajanan terhadap

konsumsi anak usia sekolah memberikan 5,5% energi dan 4,2% protein (Eddy

Setyo Mudjajanto, 2002:internet).

Anak sekolah merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi

masyarakat. Hal ini menjadi penting karena, anak sekolah merupakan generasi

penerus tumpuan bangsa sehingga perlu dipersiapkan dengan baik kualitasnya,

anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental yang

sangat diperlukan guna menunjang kehidupannya di masa datang, guna

mendukung keadaan tersebut di atas anak sekolah memerlukan kondisi tubuh

yang optimal dan bugar, sehingga memerlukan status gizi yang baik, dan anak

sekolah dapat dijadikan perantara dalam penyuluhan gizi pada keluarga dan

masyarakat sekitarnya (Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi

Masyarakat, 2001:1).

Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di

kota maupun pedesaan di Indonesia, didapatkan kenyataan bahwa pada

umumnya berat dan tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah

ukuran normal. Tidak jarang pula pada anak sekolah dasar ditemukan tanda-

tanda penyakit gangguan gizi baik dalam bentuk ringan, maupun dalam bentuk

agak berat (Sjahmien Moehji, 2003:58). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) 1995 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi

pada anak sekolah sebesar 47,3% dan hasil survei Tinggi Badan Anak Baru

Masuk Sekolah (TBABS) tahun 1998 menunjukkan bahwa gangguan

Page 14: Skripsi Pendidikan (152)

xiv

pertumbuhan pada anak sekolah sebesar 37,8% (Ditjen Bina Kesehatan

Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001:2). Adapun faktor-faktor yang

memperburuk keadaan gizi anak-anak sekolah, antara lain: anak-anak dalam

usia ini umumnya sudah dapat memilih dan menentukan makanan apa yang

dia sukai dan mana yang tidak, pada usia ini anak-anak gemar sekali jajan.

Kadang-kadang mereka menolak untuk makan pagi di rumah dan sebagai

ganti dimintanya uang untuk jajan. Jajan yang mereka beli adalah bahan-bahan

atau makanan yang mereka senangi saja, misalnya es, gula-gula atau makanan

lain yang kurang nilai gizinya. Sering setelah di rumah karena terlalu lelah

bermain di sekolah, anak-anak tidak mau makan lagi (Sjahmien Moehji,

2003:58).

Kebiasaan jajan pada anak sekolah merupakan fenomena yang menarik

untuk ditelaah karena berbagai hal: merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan

energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak

sarapan pagi), pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan

kebiasaan penganekaragaman pangan sejak kecil, memberikan perasaan

meningkatkan gengsi anak di mata teman-teman di sekolahnya.

Jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah.

Selain itu banyak jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga justru

mengancam kesehatan anak (Ali Khomsan, 2003:16). Makanan jajanan masih

berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis, yang

memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun

penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan. Berdasarkan

penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dari 163 sampel jajanan

Page 15: Skripsi Pendidikan (152)

xv

anak yang diuji di 10 propinsi, sebanyak 80 sampel (>50%) tidak memenuhi baku

mutu keamanan. Sebagian besar jajanan tersebut mengandung boraks, formalin,

zat pengawet, zat pewarna, serta mengandung garam yang tidak beryodium

(BKKBN, 2005:internet). Berdasarkan uji sampling jajanan sekolah tersebut

ditemukan makanan mengandung formalin dan boraks pada bakso dan mi untuk

pengenyal dan pengawet serta Rhodamin B pada sirup es mambo atau pewarna

merah pada es (Media Indonesia, 2004:internet).

Saat ini beragam jenis jajanan untuk anak-anak usia sekolah dasar banyak

dijual di lingkungan sekolah terutama di kantin. Dagangan yang ditawarkan juga

bermacam-macam, seperti bakso tusuk, siomay, minuman, gorengan. Tetapi,

makanan jajanan yang dibeli di sekolah, hampir tidak mendapatkan perhatian dari

orang tua. Sementara guru-guru sibuk dengan kegiatan belajar mengajar maupun

kegiatan sekolah lainnya sehingga kurang memperhatikan apa yang dimakan anak

didiknya.

Hasil penjaringan kesehatan anak sekolah dasar tahun 2003 oleh

Puskesmas se-kota Semarang didapatkan status gizi pada anak laki-laki 2,60%

gizi kurang dan pada anak perempuan 2,50% gizi kurang, sedangkan di wilayah

kerja Puskesmas Kagok, di mana Sekolah Dasar Negeri Wonotingal 01-02

merupakan salah satu dari sarana pendidikan yang ada menunjukkan hasil

penjaringan kesehatan anak sekolah tahun 2003, untuk anak laki-laki dari 274

anak yang diperiksa terdapat 50 anak kategori gizi kurang (18,25%) sedangkan

pada anak perempuan dari 262 anak yang diperiksa terdapat 67 yang mengalami

gizi kurang (25,57%) (Sub Dinas PMKL, 2004:6).

Anak-anak tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang

menarik, rasanya yang menimbulkan selera, dan harga yang terjangkau. Bahkan

Page 16: Skripsi Pendidikan (152)

xvi

mereka tidak memperhitungkan lagi berapa uang saku yang mereka gunakan

untuk membeli makanan jajanan yang kurang memenuhi standar gizi. Selain hal

tersebut, kenyataan bahwa banyak makanan jajanan yang disediakan atau dijual di

kantin-kantin sekolah maupun pedagang makanan sekitar sekolah, termasuk di

sekitar kampus SD Negeri Wonotingal 01-02 yang berjumlah lebih dari 5 orang

pedagang setiap harinya dengan berbagai jenis dagangan makanan jajanan, yang

seringkali dikonsumsi oleh anak-anak sekolah tersebut. Berdasarkan latar

belakang maka diadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Frekuensi

Jajan di Sekolah dan Status Gizi Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Wonotingal

01-02 Candisari Semarang Tahun Ajaran 2004/2005”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah: adakah hubungan antara frekuensi jajan di sekolah dan status gizi pada

siswa kelas IV dan V SD Negeri Wonotingal 01-02 Candisari Semarang tahun

ajaran 2004/2005?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara frekuensi

jajan di sekolah dengan status gizi pada siswa sekolah dasar.

1.4 Batasan Operasional

1.4.1 Frekuensi jajan di sekolah

Menunjukkan berapa kali siswa membeli dan mengkonsumsi makanan

jajanan di sekolah (kantin sekolah atau pedagang makanan di luar sekolah).

Page 17: Skripsi Pendidikan (152)

xvii

Frekuensi jajan dalam penelitian ini merupakan jumlah frekuensi jajan selama

1 minggu.

1.4.2 Status gizi

Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan atas status gizi kurang, baik,

atau lebih (Sunita Almatsier, 2001:3). Status gizi siswa pada penelitian ini diukur

secara antropometri dengan indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Indeks BB/TB lebih menggambarkan status gizi saat ini atau sekarang (current

nutritional status).

1.5 Manfaat Penelitian

1) Memberikan informasi tentang hubungan frekuensi jajan di sekolah dengan

status gizi.

2) Sebagai refrensi dalam penelitian lanjutan dan keperluan menyempurnakan

penelitian yang ada.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Makanan Jajanan

2.1.1.1 Definisi Makanan Jajanan

Makanan jajanan merupakan campuran dari berbagai bahan makanan yang

dianalisis secara bersamaan dalam bentuk olahan (I Dewa Nyoman Supariasa,

Page 18: Skripsi Pendidikan (152)

xviii

dkk, 2001:108), sedangkan menurut FAO dalam Judhiastuty F dan DN.

Iswarawanti (2004:internet) makanan jajanan (street food) didefinisikan sebagai

makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima

di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan

atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.

2.1.1.2 Jenis Makanan Jajanan

Jenis makanan jajanan menurut Winarno dalam Mulyati (2003:22) dibagi

menjadi 4 kelompok, yaitu:

1) Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam, dan sebagainya.

2) Snack atau penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan

sebagainya.

3) Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, dawet

dan sebagainya.

4) Buah-buahan segar.

2.1.1.3 Fungsi Makanan Jajanan

Jajanan bagi anak sekolah dapat berfungsi sebagai upaya untuk memenuhi

kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak

yang tidak sarapan pagi). Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan

menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil (Ali Khomsan, 2003:16).

2.1.1.4 Makanan Jajanan yang Baik

Makanan jajanan yang baik meliputi: makanan yang sehat adalah makanan

yang memenuhi triguna makanan; makanan yang bersih adalah makanan yang

Page 19: Skripsi Pendidikan (152)

xix

bebas dari lalat, debu, dan serangga lainnya; makanan yang aman adalah makanan

yang tidak mengandung bahan berbahaya yang dilarang untuk makanan, seperti

zat pewarna dan zat pengawet yang diperuntukkan bukan untuk makanan dan

tidak tercemar oleh bahan kimia yang membahayakan manusia; makanan yang

halal adalah makanan yang tidak bertentangan dengan agama yang dianut oleh

siswa (Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001:10).

Adapun ciri makanan jajanan yang tidak layak dikonsumsi adalah sebagai

berikut: makanan bau basi, makanan yang rasanya sudah berubah, makanan yang

sudah lembek, berlendir, atau berbusa, makanan berjamur, makanan mengeras

atau mengering, makanan berulat atau mengandung benda asing, makanan

kadaluarsa, makanan yang berubah warna, makanan kemasan yang rusak (misal

kaleng menggelembung) (Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi

Masyarakat, 2001:11).

Hasil pengamatan BPOM terhadap 163 sampel makanan jajanan anak di

10 propinsi, 80 sampel (>50 %) tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan

produk. Produk makanan tersebut banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet

dan pewarna yang dapat mengganggu kesehatan anak. Selain hal tersebut, 30

prosen produk jajanan anak tersebut tidak memenuhi kandungan garam

beryodium (BKKBN, 2005:internet).

Terkait dengan keamanan makanan jajanan anak WHO mengeluarkan

rekomendasi keamanan pangan jajanan yang berisi lima aturan yang lebih dikenal

sebagai lima golden rules, yaitu: aturan tentang menghindari cara meletakkan

makanan mentah dan makanan matang dalam satu wadah, memasak makanan

sampai benar-benar matang, tidak menyimpan makanan yang telah diolah dalam

Page 20: Skripsi Pendidikan (152)

xx

waktu lama, memilih bahan makanan yang aman, menjaga kebersihan makanan

(Republika, 2004:internet). Makanan jajanan masih beresiko terhadap kesehatan

karena penanganannya sering tidak higienis, yang memungkinkan makanan

jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan bahan

tambahan pangan (BTP) yang tidak diijinkan atau kandungan bahan kimia yang

berbahaya bagi kesehatan anak, serta standar gizi yang rendah (Eddy Setyo M,

2005:internet).

2.1.1.5 Gangguan Akibat Jajanan

Beberapa gangguan yang dapat diakibatkan oleh jajanan:

1) Jajanan yang dijual di pinggir jalan dapat tercemar oleh timbal (Pb) yang

berasal dari sisa pembakaran atau asap kendaraan bermotor. Keracunan Pb kronik

ditandai dengan depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu,

dan sulit tidur. Gejala yang timbul mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan

fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal, bahkan kematian dapat terjadi dalam

waktu 1-2 hari.

2) Makanan yang tidak bersih dapat tercemar bakteri E-coli. Gangguan yang

disebabkan oleh bakteri ini adalah sakit perut, diare, dan gangguan pencernaan

lainnya.

3) Jajanan yang menggunakan formalin dan boraks dapat mengakibatkan

gangguan pencernaan, seperti sakit perut akut, muntah-muntah, depresi sistem

syaraf, serta kegagalan peredaran darah. Formalin dan boraks biasanya digunakan

untuk pengawet mayat, pembasmi kecoa, dan penghilang bau. Dalam dosis tinggi,

formalin menyebabkan kejang-kejang, tidak bisa kencing, muntah darah,

kerusakan ginjal, bahkan kematian.

Page 21: Skripsi Pendidikan (152)

xxi

4) Jajanan dengan pewarna rhodamin dapat mengakibatkan gangguan fungsi

hati.

5) Jajanan yang mengandung vetsin (Mono sodium glutamat/MSG) dapat

menyebabkan sindrom restoran china (BKKBN, 2005:internet).

2.1.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan

Jajanan bagi anak sekolah merupakan fenomena yang menarik untuk

ditelah karena beberapa kelebihan yaitu:

1) Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di

sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi).

2) Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan

penganekaragaman pangan sejak kecil.

3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di sekolah.

Adapun kekurangan atau aspek negatif dari makanan jajanan yaitu bahwa jajan

yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu

banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, sehingga dapat

menyebabkan gangguan kesehatan pada anak (Ali Khomsan, 2003:16). Sebagian

besar makanan jajanan hanya mengandung karbohidrat yang membuat anak cepat

kenyang. Hal ini dapat mengganggu nafsu makan, sehingga apabila dibiarkan

akan mengganggu pertumbuhan tubuh anak. Apabila keseimbangan gizi tidak

dipenuhi, dan ini berjalan terus-menerus menjadi kebiasaan, anak akan

kekurangan zat gizi seperti zat besi yang dapat mengakibatkan anemia serta

berbagai penyakit lain akibat kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain hal

tersebut di atas, makanan jajanan juga masih berisiko terhadap kesehatan karena

Page 22: Skripsi Pendidikan (152)

xxii

penanganannya yang tidak higienis, yang mengakibatkan keracunan karena

terkontaminasinya makanan jajanan oleh mikroba beracun maupun penggunaan

bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan.

2.1.2 Kebutuhan Makanan pada Anak Sekolah

Awal usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak

mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan

orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana dan

lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi

kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah,

rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini sering

menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka

(Sjahmien Moehji, 2003:57). Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah,

kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk

esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan

intake pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia

sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra

kurikuler, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan

pagi. Ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan anak-anak tidak sarapan

pagi. Ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh,

terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan pagi (Ali Khomsan,

2003:15). Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah

agar kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi terhadap pelajaran dan

aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan. Kandungan zat gizi makanan selingan

Page 23: Skripsi Pendidikan (152)

xxiii

ditinjau dari besarnya kandungan energi dan protein sebesar 300 kkal dan 5 gram

protein.

Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada

golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama

penambahan tinggi badan. Mulai umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki

berbeda dengan anak perempuan. Adapun jumlah energi dan protein yang

dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi bagi anak umur 7-12

tahun tertera pada tabel 1.

Tabel 1

Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan

(Per Orang Per Hari) Anak Umur 7 –12 Tahun

Golongan umur Berat Tinggi Energi Protein

7-9 tahun 24 kg 120 cm 1900 kkal 37 gram

10 –12 tahun (pria) 30 kg 135 cm 2000 kkal 45 gram

10 –12 tahun (wanita) 35 kg 140 cm 1900 kkal 54 gram

Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 1998 dalam I Dewa Nyoman

Supariasa, dkk (2001:312).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan makan anak sekolah

adalah berat badan, tinggi badan, umur, jenis kelamin, dan jenis aktivitas. Adapun

anjuran makan sehari untuk anak sekolah sebagai berikut:

1) Kelompok umur 7-9 tahun, terdiri dari: (1) 3 piring (p) nasi atau padanannya

(1 p = 200 gram); (2) 2 potong (p) lauk hewani (1 p = 50 gram); (3) 2 potong (p)

lauk nabati (1 p = 50 gram); (4) 1,5 porsi (p) sayur (1 p = 100 gram tanpa kuah);

(5) 2 potong (p) buah (1 p = 100 gram buah matang); (6) 1 gelas susu (1 gelas =

200 cc).

Page 24: Skripsi Pendidikan (152)

xxiv

2) Kelompok umur 10–12 tahun, terdiri dari: (1) 3 piring (p) nasi atau

padanannya (1 p = 200 gram); (2) 3 piring (p) nasi atau padanannya (1 p = 200

gram); (3) 3 potong (p) lauk nabati (1 p = 50 gram); (4) 1,5 porsi (p) sayur (1 p =

100 gram tanpa kuah); (5) 2 potong (p) buah (1 p = 100 gram buah matang)

(Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001:7). Rata-

rata anak kelas IV dan V berumur antara 9-11 tahun. Anak kelas IV dan V

memiliki waktu yang cukup lama di sekolah dengan aktivitas yang cukup tinggi

sehingga kebutuhan makannya harus diperhatikan dan dianjurkan sesuai dengan

anjuran makan tersebut di atas.

2.1.3 Kebiasaan Jajan pada Anak Sekolah

Mengingat aktivitas fisik yang banyak dan tinggi selama di sekolah, wajar

kalau anak merasa lapar diantara dua waktu makan (pagi dan siang). Sebagai

pengganti sarapan pagi, anak jajan di sekolah untuk mengurangi rasa lapar.

Tetapi, mutu dan keseimbangan gizi jadi tidak seimbang. Dengan jajan, anak bisa

mengenal beragam makanan yang dijual di sekolah. Oleh karena itu jajan dapat

membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam. Pada saat

dewasa nanti dia dapat menikmati aneka ragam makanan. Hal ini sangat baik dari

segi gizi (Ali Khomsan, 2003:155) .

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari kebiasaan jajan. Seringkali

anak jadi beralasan tidak mau makan di rumah karena masih kenyang akibat jajan

di sekolah. Pada saat jajan, anak umumnya membeli makanan berat atau makanan

kecil padat energi terbuat dari karbohidrat (tepung-tepungan), gorengan yang kaya

lemak dan murah harganya. Makanan jenis ini tidak cukup menggantikan makan

siang di rumah yang biasanya memperhatikan konsep 4 sehat (nasi, lauk, sayur,

Page 25: Skripsi Pendidikan (152)

xxv

dan buah). Anak-anak tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang

menarik, rasanya yang menggugah selera, dan harganya terjangkau. Makanan

ringan, sirup, bakso, mi ayam dan sebagainya menjadi makanan jajanan

sehari-hari di sekolah (Ali Khomsan, 2003:155).

Jajanan khususnya yang dijual di pinggir jalan, rentan terhadap polusi

debu maupun asap knalpot. Seringkali makanan tersebut tidak disiapkan secara

higienis atau juga mempergunakan bahan-bahan yang berbahaya seperti zat

pewarna karena alasan harganya murah. Makanan jajanan yang demikian cepat

atau lambat akan mendatangkan gangguan kesehatan (Ali Khomsan, 2003:155).

Salah satu yang perlu diwaspadai adalah permen. Permen adalah kesukaan setiap

anak. Apalagi kini permen mempunyai aneka cita rasa maupun bentuk sehingga

orang tua pun suka. Permen tidak memberikan kontribusi gizi yang berarti karena

kandungan gizinya yang hampir nol, kecuali energi. Oleh karena itu,

mengkonsumsi permen secara berlebihan dan menjadi pola makan hanya akan

menambah masukan energi ke dalam tubuh tanpa memberi zat gizi (Ali Khomsan,

2003: 154).

Minuman ringan (soft drink) umumnya hanya kaya kalori tetapi

kandungan gizinya sangat rendah. Berbagai jenis keripik atau chips yang termasuk

kedalam junk food umumnya disukai oleh anak–anak. Chips terbuat dari umbi-

umbian (kentang) atau serealia (jagung) digoreng minyak dan ditambah garam

dan penyedap rasa. Junk food yang kaya kalori dan rendah gizi ini biasa dimakan

sebagai snack. Karena kandungan kalori yang tinggi, maka sering anak-anak yang

baru makan chips menjadi tidak mau makan karena merasa masih kenyang.

Dalam hal ini perlu disadari bahwa berapa bungkus pun chips yang dimakan tidak

Page 26: Skripsi Pendidikan (152)

xxvi

bisa menggantikan makanan lengkap yang tersaji di meja makan keluarga. Oleh

karena itu orang tua harus mempunyai kiat kapan anaknya diizinkan untuk makan

chips, yaitu sebaiknya sesudah makan (Ali Khomsan, 2003:108). Sebagian besar

makanan jajanan terbuat dari karbohidrat. Sehingga lebih tepat sebagai snack

antar waktu makan, bukan sebagai pengganti makanan utama. Pada tabel 2

disajikan berbagai jenis makanan jajanan dan kandungan gizinya.

Tabel 2

Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan

No. Jajanan Ukuran Berat

(g)

Energi

(Kalori)

Protein

(g)

1. Bakwan 1 bh 40 100 1,7

2. Bakso 1 porsi 250 100 10,3

4. Chiki 1 bungkus 16 80 0,9

5. Coklat 1 bungkus 16 472 2,0

6. Es mambo 1 bungkus 25 152 0,0

7. Gado-gado 1 porsi 150 203 6,7

9. Klepon 4 buah 50 107 0,6

11. Misro 1 buah 50 109 0,4

12. Pisang goreng 1 buah 60 132 1,4

13. Permen 1 buah 2 100 0,0

14. Risoles 1 buah 40 134 2,1

15. Siomai 1 porsi 170 95 4,4

Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, dkk (2001:308)

2.1.4 Status Gizi

2.1.4.1 Pengertian

Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu (I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2001:18). Status gizi dapat

diartikan juga sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan atas status gizi kurang, baik, atau lebih

(Sunita Almatsier, 2001:3).

Page 27: Skripsi Pendidikan (152)

xxvii

2.1.4.2 Keadaan Gizi Anak Sekolah

Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di

kota maupun di pedesaan di Indonesia, didapatkan kenyataan bahwa pada

umumnya berat dan tinggi badan rata-rata anak-anak sekolah dasar berada di

bawah ukuran normal. Tidak jarang pula pada anak-anak ini ditemukan tanda-

tanda penyakit gangguan kurang gizi baik dalam bentuk ringan maupun dalam

bentuk agak berat (Sjahmien Moehji, 2003:58). Anak sekolah dasar

merupakan salah satu kelompok rentan gizi selain bayi (0-1 tahun ), balita (1-5

tahun), remaja (14-20 tahun), dan kelompok ibu hamil dan menyusui (Achmad

Djaeni Sediaoetama, 2000:235). Anak sekolah dasar berumur antara 7-12

tahun. Jadi, siswa kelas IV dan V juga termasuk kelompok rentan gizi,

sehingga perlu diperhatikan keadaan gizinya.

2.1.5 Penilaian Status Gizi

2.1.4.3 Penilaian Status Gizi secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung di bagi menjadi 4, yaitu:

1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari

sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

energi dan protein. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik

dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis

Page 28: Skripsi Pendidikan (152)

xxviii

Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral

atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Survei dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik

yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang

spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang lebih spesifik.

4) Biofisik

Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya

dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik

(epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap

(I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2001:18).

2.1.4.4 Penilaian Status Gizi secara tidak Langsung

Page 29: Skripsi Pendidikan (152)

xxix

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi 3, yaitu: survei

konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.

1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi

makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada

masyarakat, keluarga, dan individu.

2) Statistik vital

Menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan

data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3) Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.

Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti

iklim, tanah, irigasi, dan lain- lain (I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2001:20).

2.1.6 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

2.1.6.1 Pengetahuan Gizi

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi,

didasarkan pada 3 kenyataan:

1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

Page 30: Skripsi Pendidikan (152)

xxx

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,

pemeliharaan, dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar

menggunakan pangan yang baik bagi kebutuhan gizi.

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan

nilai pangan adalah umum di setiap negara di dunia. Salah satu penyebab

munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau

kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam

kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003:25). Pengetahuan tentang kandungan zat

gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga

dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal

akan tetapi nilai gizinya tinggi (Sjahmien Moehji, 2002:6).

2.1.6.2 Pendapatan dan Anggaran Belanja Keluarga

Penduduk kota dan penduduk pedesaan yang berpendapatan rendah, selain

memanfaatkan pendapatan itu untuk keperluan makan keluarga, juga harus

membagi-bagi untuk keperluan lainnya (pendidikan, transportasi, dan lain-lain),

sehingga tidak jarang prosentase pendapatan untuk keperluan penyediaan

makanan hanya kecil saja. Mereka pada umumnya hidup dengan makanan yang

kurang bergizi. Berlainan dengan pengaruh faktor pendapatan yang rendah bagi

penyediaan makanan keluarga, kenyataan bahwa sebagian penduduk yang

berpendapatan cukup dan lebih dari cukup dalam penyediaan makanan keluarga

banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan bergizi (Kartasapoetra dan

Page 31: Skripsi Pendidikan (152)

xxxi

Marsetyo, 2002:11). Pendapatan keluarga akan turut menentukan hidangan yang

disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan

(Sjahmien Moehji, 2002:6)

2.1.6.3 Kesehatan

Antara gizi buruk dan penyakit infeksi sesungguhnya terdapat hubungan

timbal balik yang sangat erat, sehingga sulit untuk mengidentifikasi mana dari

kedua keadaan tersebut yang terjadi lebih dahulu. Gizi buruk menyebabkan sistem

pertahanan tubuh terhadap infeksi menurun, karena terjadi perubahan morfologis

pada jaringan limphoid yang berperan dalam sistem kekebalan. Atropi pada

kelenjar thymus karena kurang gizi juga menyebabkan kekebalan sekuler

menurun. Atropi juga terjadi pada dinding usus sehingga sekresi berbagai enzim

berkurang. Keseluruhan gangguan pada sistem kekebalan berlangsung bersama-

sama hingga menjadikan anak mudah terserang penyakit infeksi

(Sjahmien Moehji, 2003:29). Sebaliknya penyakit infeksi yang menyerang anak

menyebabkan gizi anak menjadi buruk. Memburuknya keadaan gizi anak akibat

penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal, antara lain:

1) Turunnya nafsu makan anak akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya,

sehingga masukan zat gizi berkurang padahal anak memerlukan zat gizi yang

lebih banyak terutama untuk menggantikan jaringan tubuhnya yang rusak.

2) Penyakit infeksi sering disertai oleh diare dan muntah yang menyebabkan

penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi seperti berbagai mineral dan

sebagainya. Adanya diare menyebabkan penyerapan zat gizi dari makanan juga

terganggu, sehingga secara keseluruhan mendorong terjadinya gizi buruk.

Page 32: Skripsi Pendidikan (152)

xxxii

3) Naiknya metabolisme basal akibat demam menyebabkan termobilisasinya

cadangan energi dalam tubuh. Penghancuran jaringan tubuh oleh bibit penyakit

juga akan semakin banyak dan untuk menggantikannya diperlukan masukan

protein yang lebih banyak (Sjahmien Moehji, 2003:13).

2.1.6.4 Konsumsi Makanan

Keadaan gizi seseorang juga tergantung pada konsumsi makannya.

Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas makanan. Kualitas

makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam

susunan makanan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Sedangkan

kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.

Kritikan, guru, dan orang dewasa yang signifikan bagi anak mulai mempengaruhi

pilihan makanan anak selama masa sekolah, dan pengaruh rumah mulai menurun.

Semakin anak bertambah besar dan mempunyai uang lebih banyak untuk

dibelanjakan, mereka akan mengkonsumsi lebih banyak snack dan makanan di

luar rumah. Semakin banyak juga jumlah anak yang dibiarkan di rumah sendiri

karena orang tuanya bekerja sehingga menghabiskan waktu beberapa jam sehari

tanpa pengawasan orang tua. Diantara berbagai hal terhadap kesejahteraan anak-

anak adalah perhatian terhadap mutu makanan yang mereka konsumsi (Mary

Courtney Moore, 1997:65).

2.1.7 Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya

tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.

Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai

Page 33: Skripsi Pendidikan (152)

xxxiii

ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya

terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,

otot, dan jumlah air dalam tubuh (I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2001:36).

Adapun keunggulan antropometri gizi sebagai berikut:

1) Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang

besar.

2) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga

yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran

antropometri.

3) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di

daerah setempat.

4) Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.

5) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.

6) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk,

karena sudah ada ambang batas yang jelas.

7) Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode

tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

8) Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang

rawan terhadap gizi.

Kelemahan penentuan status gizi secara antropometri adalah sebagai berikut:

1) Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.

Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink

dan Fe.

Page 34: Skripsi Pendidikan (152)

xxxiv

2) Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)

dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.

3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,

akurasi, dan validitas pengukuran antropometri.

4) Kesalahan ini terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik

fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru.

5) Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang tidak

cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran.

Beberapa hal yang mendasari penggunaan antropometri:

1) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,

dan mikrotoa.

2) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.

3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga

oleh tenaga lain yang telah dilatih sebelumnya.

4) Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat.

5) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points)

dan baku rujukan yang sudah pasti.

6) Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara menggunakan

antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya

untuk penapisan (screening) status gizi (I Dewa Nyoman Supariasa, dkk,

2001:37).

2.1.8 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.

Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat

Page 35: Skripsi Pendidikan (152)

xxxv

badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Kombinasi dari beberapa parameter

disebut Indeks Antropometri. Beberapa Indeks Antropometri yang sering

digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan

penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi

yang berbeda (I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2001:56).

2.1.8.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang

mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan

atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana

keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat

gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti perkembangan umur.

Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan

perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari

keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat

badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.

Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).

Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain: lebih mudah dan

lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi

Page 36: Skripsi Pendidikan (152)

xxxvi

akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan kecil, serta dapat mendeteksi kegemukan. Adapun

kekurangan indeks BB/U, antara lain:

1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema

maupun asites.

2) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit

ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.

3) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia 5

tahun.

4) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau

gerakan anak pada saat penimbangan.

5) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya

setempat. Misalnya orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap

seperti barang dagangan, dan sebagainya.

2.1.8.2 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur

pada keadaan normal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.

Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang

relatif lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini

menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) dalam I Dewa

Page 37: Skripsi Pendidikan (152)

xxxvii

Nyoman Supariasa, dkk (2001:57) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping

memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan

status sosial ekonomi. Keuntungan dari indeks TB/U, antara lain: baik untuk

menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan

mudah dibawa, sedangkan kelemahan dari indeks TB/U adalah: tinggi badan tidak

cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif sulit dilakukan karena

anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya,

ketepatan umur sulit didapat.

2.1.8.3 Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.,

perkembangan berat badan dalam keadaan normal akan searah dengan

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan

indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB

merupakan indeks yang independen terhadap umur. Berdasarkan sifat-sifat

tersebut, indeks BB/TB mempunyai beberapa keuntungan yaitu tidak memerlukan

data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus).

Sedangkan kelemahan indeks BB/TB adalah:

1) Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup

tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur

tidak dipertimbangkan.

2) Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran

panjang atau tinggi badan pada kelompok balita.

3) Membutuhkan dua macam alat ukur.

Page 38: Skripsi Pendidikan (152)

xxxviii

4) Pengukuran relatif lebih lama.

5) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

6) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila

dilakukan oleh kelompok non profesional.

2.1.9 Klasifikasi Status Gizi

Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto 1991 telah

direkomendasikan bahwa baku antropometri yang digunakan di Indonesia adalah

WHO-NCHS (tabel 3). Indikator yang digunakan meliputi Berat Badan menurut

Tinggi Badan (BB/TB), Berat Badan menurut Umur (BB/U), dan Tinggi Badan

menurut Umur (TB/U).

Tabel 3

Klasifikasi Status Gizi menurut Cara WHO

BB/TB BB/U TB/U Status Gizi

Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang

Normal Normal Normal Baik

Normal Tinggi Tinggi Jangkung, masih baik

Rendah Rendah Tinggi Buruk

Rendah Rendah Normal Buruk, kurang

Rendah Normal Tinggi Kurang

Tinggi Tinggi Rendah Lebih, Obesitas

Tinggi Tinggi Normal Lebih, tidak obesitas

Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang

Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, dkk (2001: 76)

Cara menghitung status gizi dengan Z score:

Page 39: Skripsi Pendidikan (152)

xxxix

1) Bila ‘ nilai riel ‘ hasil pengukuran ≥ “nilai median” BB/U, TB/U, atau BB/TB

maka rumusnya:

Z score = SDUpper

nnilaimedianilairiel − (Benny Soegianto dan Jawawi, 2002:1)

2) Bila ‘nilai riel’ hasil pengukuran < “nilai median” BB/U, TB/U, atau BB/TB

maka rumusnya:

Z score = SDLower

nnilaimedianilairiel − (Benny Soegianto dan Jawawi, 2002:1)

Adapun kategori status gizi dengan indeks BB/TB:

1) > + 2 SD = gemuk

2) + 2 sampai dengan –2 SD = normal

3) –3 sampai dengan –2 SD = kurus

4) < -3 SD = sangat kurus

2.1.10 Metode Food Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam

metode ini responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24

jam yang lalu (kemarin). Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan

harinya tidak berturut-turut. Menurut Sanjur (1997) yang dikutip oleh I Dewa

Nyoman Supariasa, dkk (2001:94). Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam

adalah sebagai berikut:

1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua

makanan atau minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga

Page 40: Skripsi Pendidikan (152)

xl

(URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu, kemudian petugas melakukan

konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).

2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA)

atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut:

1) Mudah melaksanakannya serta tidak membebani responden.

2) Biaya relatif murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat

yang luas.

3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu

sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Kekurangan metode recall 24 jam antara lain:

1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya

dilakukan recall satu hari.

2) Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden.

3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus

untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden

yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).

4) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih atau terampil dalam

menggunakan alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut

kebiasaan masyarakat.

Page 41: Skripsi Pendidikan (152)

xli

5) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian.

Keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat

responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat

meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali pada hari

yang berbeda (tidak berturut-turut). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali

(1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif menggambarkan

kebiasaan makanan individu (I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2001:94).

2.1.11 Kerangka Berfikir

Berdasarkan landasan teori di atas, kerangka berfikir dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa status gizi dapat dipengaruhi oleh konsumsi makan. Faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain: kesehatan,

pengetahuan, pendidikan (ibu), dan pendapatan keluarga. Konsumsi makan juga

dapat didorong oleh frekuensi jajan di sekolah. Faktor-faktor lain yang ikut

mendorong frekuensi jajan di sekolah antara lain jumlah uang saku, sarapan pagi,

bekal sekolah, aktivitas selama di sekolah, dan lamanya di sekolah.

Keterangan:

♦ Jumlah uang saku

♦ Sarapan pagi

♦ Bekal sekolah

♦ Aktivitas di sekolah

♦ Lama di sekolah

Frekuensi jajan

di sekolah

Variabel bebas

Status Gizi

Variabel terikat

♦ Kesehatan

♦ Pengetahuan

♦ Pendidikan ibu

♦ Pendapatan

Konsumsi makan

Page 42: Skripsi Pendidikan (152)

xlii

= Mempengaruhi dan diteliti

= Mempengaruhi dan tidak diteliti

Gambar 1

Kerangka Berfikir

2.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara frekuensi jajan

di sekolah dan status gizi siswa kelas IV dan V SD Negeri Wonotingal 01-02

Candisari Semarang tahun ajaran 2004/2005.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Menurut Eko Budiarto (2001:7) populasi adalah kumpulan semua individu

dalam suatu batas tertentu. Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

disebut juga sebagai populasi penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79).

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SD

negeri Wonotingal 01-02 Candisari Semarang tahun ajaran 2004/2005 yang

berjumlah 128 anak. Pemilihan populasi berdasarkan pertimbangan bahwa

sekolah berbentuk kampus di mana lokasi menjadi satu dengan sekolah yang lain,

sekolah penelitian mempunyai kantin dan terdapat penjual makanan jajanan di

sekitar sekolah, dan sepengetahuan penulis belum ada penelitian di sekolah dasar

tersebut.

Page 43: Skripsi Pendidikan (152)

xliii

3.2 Sampel Penelitian

Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi disebut sampel penelitian (Soekidjo Notoatmodjo,

2002:79). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V

SD Negeri Wonotingal 01-02 yang berjumlah 91 anak. Pengambilan kelas IV dan

V sebagai sampel dilakukan dengan purposive sampling methods, dimana sampel

diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sebagai berikut:

1) Sama-sama duduk di kelas IV dan V.

2) Usia relatif sama yaitu antara 9 tahun sampai 11 tahun.

3) Siswa dalam keadaan sehat atau tidak sedang sakit.

4) Siswa kelas IV dan V dianggap tinggi tingkat pendidikannya, waktu di

sekolah sama, panjang dan jadwal pelajaran ketat dan padat.

5) Siswa kelas VI tidak dijadikan sampel karena persiapan menghadapi ujian

akhir.

Sampel diambil kemudian dipilah-pilah menurut umur dan jenis kelamin untuk

memudahkan penentuan status gizi.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota–

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

yang lain (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Variabel tergantung atau terikat

(variabel dependen) dalam penelitian ini adalah status gizi siswa sekolah

Page 44: Skripsi Pendidikan (152)

xliv

dasar. Sedangkan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi (variabel

independen) adalah frekuensi jajan di sekolah.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode explanatory study yaitu menjelaskan

hubungan kebiasaan jajan dan status gizi dengan pendekatan cross sectional

dimana pengumpulan data, baik variabel sebab (independent variabel) maupun

variabel akibat (dependent variabel) dilakukan secara bersama-sama atau

sekaligus.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Data merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap penelitian.

Pengambilan data pada penelitian ini disesuaikan dengan jenis data sebagai

berikut:

3.5.1 Data Primer, yaitu bila pengambilan data dilakukan secara langsung oleh

peneliti terhadap sasaran (Eko Budiarto, 2001:5). Data primer diambil melalui

cara sebagai berikut:

3.5.1.1 Metode Kuesioner

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari:

1) Kuesioner A

Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai beberapa

hal yaitu: identitas responden, yang meliputi nama, umur, tinggi badan, berat

badan dan jenis kelamin, serta data-data yang terkait dengan frekuensi jajan di

Page 45: Skripsi Pendidikan (152)

xlv

sekolah, meliputi jumlah uang saku, kebiasaan jajan di sekolah, kebiasaan

membawa bekal makanan, kebiasaan sarapan pagi. Kuesioner ini bersifat tertutup

dalam bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban yang disediakan untuk

pertanyaan memiliki empat kategori sebagai berikut: tidak pernah, jarang, sering,

selalu. Kuesioner ini terdiri dari 18 item.

2) Kuesioner B

Digunakan untuk mengetahui gambaran jajan responden selama 1 minggu.

Kuesioner ini dibuat terbuka yang terdiri dari 6 item, sehingga responden benar-

benar mengisi sesuai keadaanya pada saat itu.

3) Kuesioner C

Kuesioner C berupa recall 2 X 24 jam, untuk mengetahui konsumsi

makanan siswa selama sehari. Recall dilakukan dua kali pada hari yang berbeda

(tidak berturut-turut).

4) Kuesioner D

Digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu responden tentang

gizi. Kuesioner ini berisi 15 item, dengan alternatif jawaban sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

3.7.1.2 Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengukuran Berat

Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) responden. Adapun macam dan prosedur

pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.7.1.2.1 Tinggi Badan

Page 46: Skripsi Pendidikan (152)

xlvi

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mikrotoa (Microtoise) yang

mempunyai ketelitian 0,1 cm. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai

berikut:

1) Pasang mikrotoa pada dinding yang lurus dan datar setinggi tepat 2 meter.

Angka 0 (nol) pada lantai yang datar dan rata.

2) Rentang mikrotoa dan pastikan angka nol tepat berada pada permukaan lantai.

Cara yang mudah adalah merentangkan mikrotoa sampai angka nol jika nol tepat

di lantai baru dipaku di dinding.

3) Lepaskan alas kaki (sepatu atau sandal) atau topi yang dipakai.

4) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris,

kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel

pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.

5) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus

lurus menempel pada dinding.

6) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.

Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.

3.7.1.2.2 Berat Badan

Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan injak (Bathroom

scale) dengan langkah sebagai berikut:

1) Timbangan diletakkan di tempat yang datar (rata) sehingga tidak goyang.

2) Anak memakai pakaian seminimal mungkin, sepatu harus dilepas.

3) Pada saat ditimbang anak berdiri tepat ditengah timbangan dan menghadap ke

depan.

3.5.1.2 Pengamatan (Observasi)

Page 47: Skripsi Pendidikan (152)

xlvii

Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain

meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:93).

Pengamatan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui berapa jumlah pedagang

jajanan yang ada di sekitar sekolah.

3.5.2 Data Sekunder, yaitu bila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh

dari orang lain atau tempat lain dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko

Budiarto, 2001:5). Adapun data sekunder yang dimaksud adalah daftar nama

siswa kelas IV dan V SD Negeri Wonotingal 01-02 tahun ajaran 2004/2005. Data

ini digunakan untuk mengetahui jumlah anggota dalam populasi.

3.6 Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap:

3.6.1 Tahap Persiapan

Pengumpulan data dimulai dengan mempersiapkan atau menyusun angket

atau kuesioner, kemudian dilakukan uji coba kuesioner tersebut. Setelah diuji

coba, butir-butir pertanyaan yang tidak valid dibuang. Tahap selanjutnya

kuesioner tersebut diperbanyak untuk dibagikan kepada responden. Sedangkan

untuk pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan, sebelum alat digunakan,

ditera terlebih dahulu di Dinas Metrologi. Pengumpulan data dimulai setelah

dilakukan perijinan di Dinas Kesbanglinmas, Dinas Pendidikan Nasional,

Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan Puskesmas Kagok.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Page 48: Skripsi Pendidikan (152)

xlviii

Pengumpulan data dilakukan selama 1 minggu. Tahap pelaksanaan

pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

3.6.2.1 Kuesioner A, Kuesioner B, dan Kuesioner C (lembar recall 2x24 jam)

1) Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah, dilakukan konfirmasi kepada

guru kelas IV dan V.

2) Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian

dan tata cara pengisian kuesioner.

3) Responden dibagikan kuesioner dan diminta mengisi sesuai petunjuk.

4) Pada saat pengumpulan data peneliti dibantu oleh beberapa orang (satu kelas

dibantu oleh 3-4 orang). Hal ini dilakukan untuk membantu responden apabila

masih terdapat ketidakfahaman dalam mengisi kuesioner, serta membantu

responden mengingat (untuk recall).

3.6.2.2 Kuesioner D

1) Kuesioner diberikan kepada siswa untuk diberikan kepada orang tua.

2) Orang tua mengisi sesuai petunjuk yang ada.

3.6.2.3 Pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) Responden

1) Responden diminta untuk menuliskan nama pada kertas yang telah tersedia.

2) Pengukuran dilakukan di ruang UKS.

3) Peneliti mencatat hasil pengukuran.

3.7 Instrumen Penelitian

Page 49: Skripsi Pendidikan (152)

xlix

Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:48). Adapun instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1) Alat timbang dengan ketelitian 0,1 kg digunakan untuk menimbang berat

badan (BB) responden.

2) Mikrotoa (microtoice) dengan ketelitian 0,5 cm digunakan untuk mengukur

tinggi badan (TB) responden.

3) Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik,

sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal

wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda

tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:116).

4) Lembar recall 2 X 24 jam untuk mengetahui jumlah atau tingkat konsumsi

energi dan protein responden.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan data

Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian selalu

berhubungan. Alat pengumpul data atau instrumen penelitian digunakan dalam

pengumpulan data. Instrumen ini disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan

data yang mudah diolah. Langkah-langkah pengolahan data ini antara lain sebagai

berikut:

1) Editing, yaitu melengkapi isian dalam kuesioner yang belum lengkap

Page 50: Skripsi Pendidikan (152)

l

2) Koding, yaitu memberi kode pada masing-masing jawaban untuk

memudahkan pengolahan data

3) Tabulasi, yaitu mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian

kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengumpulan data adalah:

1) Hanya memilih atau memasukkan data yang penting dan benar-benar

diperlukan.

2) Hanya memilih data yang tidak bias.

3.8.2 Analisis data

Data yang diperoleh dianalisa secara manual dan komputerisasi.

3.8.2.1 Analisis Univariat

Analisis dilakukan dengan membuat tabel dan distribusi frekuensi masing-

masing variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisa ini digunakan

untuk mengetahui gambaran frekuensi jajan di sekolah dan status gizi. Frekuensi

jajan dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Adapun kriteria

tersebut diperoleh dengan perhitungan Standart Deviasi (SD) dari frekuensi jajan

di sekolah (Agus Irianto, 2004: 45), dari hasil tersebut diperoleh kategori:

1) Rendah : jika frekuensi jajan < Mean – (SD)

2) Sedang : jika frekuensi jajan antara Mean – (SD) sampai Mean + (SD)

3) Tinggi : jika frekuensi jajan > Mean + (SD)

Analisa status gizi yang digunakan dibagi menjadi 4 kategori yaitu sangat kurus

atau sangat kurang, kurus atau kurang, normal, dan gemuk dengan menggunakan

cara standart yang sudah baku yaitu dengan menggunakan skor baku Z-score.

Page 51: Skripsi Pendidikan (152)

li

Rata-rata nilai atau mean dari beberapa hasil penelitian dihitung dengan

menggunakan rumus mean dari data bergolong sebagai berikut:

Me = fi

fiXiΣ (Sugiyono, 2002:47)

Keterangan:

Me = Mean untuk data bergolong

fi = Jumlah data atau sampel

Xi = Nilai data ke i

Rumus simpangan baku atau Standar Deviasi (SD) yang digunakan adalah:

s = ( )

( )1

2

Χ−ΧΣ

n

i (Sugiyono, 2002:50)

Keterangan:

s = Simpangan baku

Xi = Nilai ke i

X = Rata-rata nilai

n = Jumlah sampel

3.8.2.2 Analisis Bivariat

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariate

yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:188). Analisa ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat agar dapat menentukan

tingkat hubungan antara variabel tersebut. Dalam penelitian ini dengan

Page 52: Skripsi Pendidikan (152)

lii

menggunakan teknik korelasi Kendall’s tau yang besarnya -1< 0< 1 (Sugiyono,

2002: 238). Adapun rumus dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:

τ = ( )

2

1−ΝΝ

ΣΒ−ΣΑ (Sugiyono, 2002:237)

τ = Koefisien korelasi Kendall’s tau

ΣΑ = Jumlah rangking atas

ΣΒ = Jumlah rangking bawah

N = Jumlah anggota sampel

Kriteria batas penerimaan atau penolakan hipotesis nol yang digukan

dengan menentukan derajat kemaknaan (significance level) 5%. Derajat

kemaknaan merupakan batas untuk menerima atau menolak hipotesis nol yang

dinyatakan dalam batas luas area dalam kurva distribusi normal.

3.8.3 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

3.8.3.1 Validitas

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002:129), validitas adalah suatu indeks

yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Teknik

korelasi yang dipakai adalah korelasi ‘ product moment’ dengan rumus sebagai

berikut:

))(()((

)()(

2222ΣΥ−ΣΥ⋅ΣΧ−Σ

Σ⋅Σ−Σ=

NXN

YXXYNrxy (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:131)

keterangan:

r xy = korelasi korelasi

X = skor butir pertanyaan

Page 53: Skripsi Pendidikan (152)

liii

Y = skor total

N = jumlah responden

ΣΧ = jumlah X

ΣΥ = jumlah Y

2ΣΥ = jumlah Y kuadrat

2ΣΧ = jumlah X kuadrat

ΣΧΥ = jumlah perkalian X dengan Y

Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner penelitian pada lampiran

menunjukkan bahwa dari 25 butir yang diuji cobakan terdapat 18 butir yang valid

karena memiliki nilai rxy > rtabel = 0,632 pada α = 5% dengan N = 10 dan terdapat

7 butir yang tidak valid karena memiliki rxy < rtabel = 0,632 pada α = 5% dengan

N = 10. Selanjutnya butir yang valid tersebut diurutkan kembali dan dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3.8.3.2 Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana

hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang

sama (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:133). Indeks reliabilitas soal yang digunakan

rumus alpha, yaitu:

11r =

Σ−

−2

2

11

t

b

k

k

σ

σ (Suharsimi Arikunto, 2002:171)

keterangan:

Page 54: Skripsi Pendidikan (152)

liv

11r = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

2

bσΣ = jumlah varians butir

2

tσ = varians total

Sedangkan untuk mencari varians butir dengan rumus:

2

bσ =

( )

Ν

Ν

ΣΧ−ΣΧ

2

2

(Suharsimi Arikunto, 2002:171)

keterangan:

2

bσ = varians butir

ΣΧ = jumlah skor butir

Ν = jumlah responden

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh harga r11 = 0,944 > rtabel = 0,632

pada α = 5% dengan N = 10 , dengan demikian kuesioner tersebut reliabel dan

dapat digunakan untuk pengambilan data.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Responden

Page 55: Skripsi Pendidikan (152)

lv

Adapun responden yang digunakan pada penelitian ini memiliki

karakteristik sebagai berikut:

4.1.1.1 Umur Responden

Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas IV dan

V SD Negeri Wonotingal 01-02 tahun ajaran 2004/2005. Dari 91 responden yang

diteliti, terdapat 28 responden (30,77%) berusia 9 tahun, 44 responden (48,35 %)

berusia 10 tahun, dan 19 responden (20,88%) berusia 11 tahun. Pada periode umur

7-12 tahun ini pertumbuhan berjalan terus meskipun tidak secepat seperti waktu

bayi ( Solihin Pudjiadi, 2003: 43).

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur

No Umur Responden Jumlah Prosentase (%)

1 9 tahun 28 30,77

2 10 tahun 44 48,35

3 11 tahun 19 20,88

Total 91 100

Mean=9,90 SD= 0,72

4.1.1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu

Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu responden diperoleh informasi

bahwa responden yang mempunyai ibu dengan tingkat pengetahuan kategori baik

ada 58 responden (63,7%), cukup 32 responden (35,2%), dan kurang ada 1

responden atau 1,1%.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Responden

No. Pengetahuan ibu Jumlah Prosentase (%)

1 Baik 58 63,7

2 Cukup 32 35,2

Page 56: Skripsi Pendidikan (152)

lvi

3 Kurang 1 1,1

Total 91 100,0

4.1.2 Frekuensi Jajan di Sekolah

4.1.2.1 Frekuensi Jajan di Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 1 responden yang menyatakan tidak

pernah jajan, 75 responden (82,4%) menyatakan membeli jajanan 1-2 kali per

hari, 13 responden (14,3%) menyatakan menyatakan membeli jajanan 3-4 kali per

hari dan hanya 2 responden yang membeli jajanan lebih dari 4 kali per hari.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Jajan di Sekolah Per Hari

No Kategori Jumlah Prosentase (%)

1 0 kali per hari 1 1,10

2 1-2 kali per hari 75 82,40

3 3-4 kali per hari 13 14,30

4 > 4 kali per hari 2 2,20

Total 91 100

Berdasarkan hasil penelitian selama 1 minggu, apabila frekuensi jajan responden

dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi terlihat grafik di bawah ini.

frekuensi jajan di sekolah

20.017.515.012.510.07.55.02.50.0

jum

lah

40

30

20

10

0

Std. Dev = 3.69

Mean = 12.0

N = 91.00

Page 57: Skripsi Pendidikan (152)

lvii

Grafik 1

Distribusi Jajan di Sekolah

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa frekuensi jajan tertinggi

adalah 21 dan terendah 0 dengan nilai rata-rata 12 dan standar deviasi (SD) 3,69.

Hasil distribusi jajan di sekolah tersebut di atas, apabila dibuat dalam bentuk

tabel dengan kategori nilai mean dan nilai standar deviasi tersaji pada tabel 8.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Jajan di Sekolah dalam Kategori

No Rentang Kategori Jumlah Prosentase (%)

1 < 8 Rendah 7 7,7

2 8 - 16 Sedang 70 76,9

3 > 16 Tinggi 14 15,4

Total 91 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang mempunyai frekuensi

jajan kategori rendah sebanyak 7 responden atau 7,7%, kategori sedang 70

responden (76,9%), sedangkan yang termasuk kategori tinggi sebanyak 14

responden atau 15,4%.

4.1.2.2 Jumlah jajanan

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Jumlah Jajanan selama di Sekolah

No Kategori Jumlah Prosentase (%)

1 0 buah 1 1,10

2 1-2 buah 21 24,18

3 3-4 buah 52 57,14

4 5-6 buah 15 16,48

5 > 6 buah 1 1,10

Total 91 100

Page 58: Skripsi Pendidikan (152)

lviii

Hasil penelitian menunjukkan jumlah makanan jajanan yang dikonsumsi

responden selama berada di sekolah sebagai berikut: jumlah responden yang

selama berada di sekolah membeli jajanan 1-2 buah sebanyak 21 responden

(24,18%), 3-4 buah sebanyak 52 responden (57,14%), 5-6 buah sebanyak 15

responden (16,48%), sedangkan yang membeli jajanan lebih dari 6 buah sebanyak

1 responden (1,10%). Terdapat 1 responden (1,10%) yang tidak membeli jajanan

selama berada di sekolah. Grafik 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

membeli 3-4 buah makanan jajanan selama di sekolah.

jumlah jajanan yang dibeli selama di sekolah

> 6 buah5-6 buah3-4 buah1-2 buah.0

jum

lah

re

sp

on

de

n

60

50

40

30

20

10

0

Grafik 2

Distribusi Jumlah Jajanan yang Dibeli selama di Sekolah

4.1.3 Besar Uang Saku

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Jumlah Uang Saku Per Hari

No Uang saku per hari Jumlah Prosentase (%)

1 < Rp 500,- 0 0

2 Rp 500,- - Rp 1000,- 18 19,78

3 Rp 1000,- -Rp 2000,- 56 61,54

4 > Rp 2000,- 17 18,68

Total 91 100

Page 59: Skripsi Pendidikan (152)

lix

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mendapat uang

saku per hari Rp 1000,- sampai Rp 2000,- dengan jumlah keseluruhan 56 anak

(61,54%), terdapat 18 anak (19,78%) yang mendapat uang saku Rp 500,- sampai

Rp 1000,-,dan 17 anak (18,68%) mendapatkan uang saku lebih dari Rp 2000,-.

4.1.4 Bekal Makanan

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membawa Bekal Makanan ke Sekolah

No Kebiasaan membawa bekal makanan ke

sekolah

Jumlah Prosentase

(%)

1 tidak pernah 35 38,46

2 jarang 38 41,76

3 sering 14 15,38

4 selalu 4 4,40

Total 91 100

Tabel 11 menunjukkan kebiasaan responden membawa bekal makanan ke

sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 35

responden (38,46%) menyatakan tidak pernah membawa bekal makanan dan 38

responden (41,76%) jarang membawa bekal makanan ke sekolah. Sedangkan yang

menyatakan sering ada 14 responden (15,38%). Dari 91 responden terdapat 4

(4,40%) yang menyatakan selalu membawa bekal makanan ke sekolah.

Page 60: Skripsi Pendidikan (152)

lx

bekal makanan ke sekolah

selaluseringjarangtidak pernah

jum

lah

re

sp

on

de

n

50

40

30

20

10

0

grafik 3

Distribusi Kebiasaan Membawa Bekal Makanan ke Sekolah

4.1.5 Sarapan

Kebiasaan sarapan pagi pada responden sebagaimana tabel di bawah

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaan untuk sarapan

pagi sebelum ke sekolah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari

50% responden menyatakan selalu sarapan pagi sebelum ke sekolah. Terdapat 11

responden (12,09%) menyatakan sering sarapan pagi, 22 responden (24,18%)

menyatakan jarang, dan 9 responden (9,89%) tidak pernah sarapan pagi.

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sarapan Pagi sebelum

ke Sekolah

No Kebiasaan sarapan pagi Jumlah Prosentase (%)

1 tidak pernah 9 9,89

2 jarang 22 24,18

3 sering 11 12,09

4 selalu 49 53,85

Total 91 100

Grafik di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memiliki

kebiasaan sarapan atau makan pagi sebelum ke sekolah.

Page 61: Skripsi Pendidikan (152)

lxi

kebiasaan sarapan sebelum ke sekolah

selaluseringjarangtidak pernah

jum

lah r

esponden

60

50

40

30

20

10

0

Grafik 4

Distribusi Kebiasaan Sarapan sebelum ke Sekolah

4.1.6 Waktu jajan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu

sebanyak 79 responden atau 86,80% jajan pada jam istirahat I maupun istirahat II,

sedangkan lainnya yaitu terdapat 1 responden (1,10%) jajan sebelum jam 7 atau

sebelum masuk sekolah, 6 responden (6,60%) jajan pada jam istirahat I saja, dan 4

responden (4,40%) jajan pada jam istirahat II.

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Waktu Jajan di Sekolah

No Waktu jajan di sekolah Jumlah Prosentase (%)

1 0 1 1,10

2 Sebelum jam 7 1 1,10

3 Jam istirahat I 6 6,60

4 Jam istirahat II 4 4,40

5 Jam istirahat I dan II 79 86,80

Total 91 100

4.1.7 Jenis Makanan Jajanan yang Sering Dikonsumsi Responden

Page 62: Skripsi Pendidikan (152)

lxii

Berbagai jenis makanan jajanan menjadi pilihan responden, baik yang

dijual di kantin sekolah maupun di penjual sekitar sekolah. Adapun jenis jajanan

yang banyak dikonsumsi oleh responden sebagai berikut: es teh, chiki, mie instan,

nasi goreng, gorengan, bakso tusuk, es minuman serbuk, permen, es bungkus,

coklat. Diantara berbagai jenis jajanan yang dikonsumsi responden sebagian besar

tidak dicantumkan nilai dan kandungan gizinya. Tabel di bawah menunjukkan

prosentase sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan di sekolah

terhadap konsumsi energi responden.

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Prosentase Sumbangan Energi dari Makanan Jajanan

di Sekolah terhadap Konsumsi Energi Responden

Gol. Umur

(tahun)

Kec. E

(kal/hr)

(a)

Rata-rata

konsumsi

E makanan

jajanan

(kal/hr)

(b)

Rata-rata

konsumsi

E dalam

total

makanan

(c)

Sumbangan

E jajanan

dalam total

makanan

sehari (%)

(b/c x 100%)

Tk.

Konsumsi

E dari

makanan

jajanan

(%)

(b/a x

100%)

7-9 1900 230,69 1259,60 18,31 12,14

Laki-laki

10-12

2000 210,58 1162,24 18,12 10,53

Perempuan

10-12

1900 182,40 1218,90 14,96 9,60

Rata-rata 7633,33 207,89 1213,58 17,13 10,76

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pada golongan umur 7-9 tahun,

rata-rata energi yang diperoleh dari total makanan selama 2 hari adalah 1259,60

kalori, dari jumlah tersebut makanan jajanan di sekolah memberikan sumbangan

18,31% terhadap rata-rata intake energi dalam total makanan yang dikonsumsi

Page 63: Skripsi Pendidikan (152)

lxiii

sehari dan tingkat konsumsi energi dari makanan jajanan 12,14%, sedangkan

golongan umur 10-12 tahun yang sudah dibedakan menurut jenis kelamin, terlihat

bahwa makanan jajanan di sekolah memberikan sumbangan energi

masing-masing 18,12% pada responden laki-laki dan 14,96% pada responden

perempuan.

Makanan jajan di sekolah juga menyumbang 12,57% terhadap rata-rata

intake protein dalam total makanan yang dikonsumsi sehari pada responden

golongan umur 7-9 tahun, sedangkan pada golongan umur 10-12 tahun makanan

jajanan menyumbang 13,15% pada responden laki-laki dan 7,71% pada responden

perempuan. Tabel 15 menunjukkan prosentase sumbangan protein dari makanan

jajanan di sekolah terhadap konsumsi protein responden.

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Prosentase Sumbangan Protein dari Makanan Jajanan

di Sekolah terhadap Konsumsi Protein Responden

Gol. Umur

(tahun)

Kec. P

(kal/hr)

(a)

Rata-rata

konsumsi

P makanan

jajanan

(kal/hr)

(b)

Rata-rata

konsumsi

P dalam

total

makanan

(c )

Sumbangan

P jajanan

dalam total

makanan

sehari (%)

(b/c x 100%)

Tk.

Konsumsi

P dari

makanan

jajanan

(%)

(b/a x

100%)

7-9

37 3,93 31,27 12,57 10,62

Laki-laki

10-12

45 4,28

32,55

13,15

9,51

Perempuan

10-12

54 2,55 33,08

7,71 4,72

Rata-rata 45,33 3,59 32,3 11,14 8,28

4.1.8 Status Gizi

Page 64: Skripsi Pendidikan (152)

lxiv

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden mempunyai status

gizi normal. Berdasarkan indeks BB/TB terdapat 67 responden (73,6%)

mempunyai status gizi baik atau normal, 5 responden (5,5%) gemuk, 16

responden (17,6%) kurus, dan terdapat 3 responden (3,3%) sangat kurus atau

mempunyai status gizi sangat kurang. Status gizi responden dengan indeks Berat

Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) pada responden sebagai berikut:

Tabel 15

Status Gizi Responden

Kategori Jumlah Prosentase (%)

Sangat kurus 3 3,3

Kurus 16 17,6

Normal 67 73,6

Gemuk 5 5,5

Jumlah 91 100

Mean= 2,809 SD= 0,573

4.1.9 Hasil Analisis Data

4.1.9.1 Hubungan antara Frekuensi Jajan di Sekolah dengan Status Gizi

Berdasarkan indeks BB/TB jumlah responden yang mempunyai status gizi

sangat kurang atau sangat kurus dengan frekuensi jajan sedang 3 responden dan

tidak ada responden yang frekuensi jajannya rendah maupun tinggi. Responden

yang memiliki status gizi kurang atau kurus dengan frekuensi jajan rendah ada 1

responden, 14 responden dengan frekuensi jajan sedang dan 1 responden frekuensi

jajannya tinggi. Sedangkan responden yang memiliki status gizi baik atau normal

dengan frekuensi jajan rendah 5 responden, yang frekuensi jajannya sedang 51

responden, sedangkan yang frekuensi jajannya tinggi ada 11 responden. Selain itu

terdapat juga 1 responden yang gemuk tetapi frekuensi jajannya rendah,

Page 65: Skripsi Pendidikan (152)

lxv

2 responden dengan frekuensi jajan sedang dan 2 responden frekuensi jajannya

tinggi.

Tabel 16

Hubungan antara Frekuensi Jajan di Sekolah dan Status Gizi dengan Indeks

BB/TB

Frekuensi Jajan BB/TB

Rendah Sedang Tinggi

Jumlah

Sangat kurus 0 3 0 3

Kurus 1 14 1 16

Normal 5 51 11 67

Gemuk 1 2 2 5

Jumlah 7 70 14 91

4.1.9.2 Uji Korelasi

Hubungan antara frekuensi jajan di sekolah dengan status gizi responden

melalui pengukuran antropometri dengan indeks Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB) setelah diuji dengan menggunakan Kendalls tau-b menghasilkan

angka koefisien korelasi +0,099. Angka tersebut menunjukkan lemahnya korelasi

antara frekuensi jajan di sekolah dengan status gizi dengan indeks BB/TB, karena

nilai di bawah 0,5. Tanda ‘+’ menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi jajan,

maka akan semakin tinggi pula status gizi dengan indeks BB/TB, sedangkan pada

signifikasinya dihasilkan angka probabilitas 0,320. Oleh karena angka tersebut

diatas 0,05, maka Ha ditolak atau Ho diterima, atau sebenarnya tidak ada

hubungan yang signifikan antara frekuensi jajan di sekolah dengan status gizi

dengan indeks BB/TB.

4.2 Pembahasan

Page 66: Skripsi Pendidikan (152)

lxvi

Hasil penelitian terhadap 91 responden memperlihatkan bahwa frekuensi

jajan anak di sekolah sebagian besar masih dalam kategori sedang yaitu 76,9%

responden, sedangkan yang tinggi hanya 15,4%. Dan sebagian besar responden

membeli jajan 1-2 kali per hari (82,40%). Hal ini disebabkan adanya kebiasaan

sarapan yang selalu dilakukan oleh 53,85% responden. Sebagaimana yang

dikatakan Ali Khomsan (2003:15) yaitu bahwa agar stamina anak tetap fit selama

mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka saran

utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi. Anak yang tidak

sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan

menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak. Dampak

negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan rasa

pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaan demikian anak akan sulit

menerima pelajaran dengan baik. Demikian juga yang dikatakan Trisno Haryanto

(1998:internet) yaitu bahwa membiasakan anak dengan sarapan pagi dapat

menghindarkan anak dari kebiasaan jajan.

Frekuensi jajan di sekolah ini juga dipengaruhi oleh pemberian uang saku.

Uang saku yang diterima anak setiap harinya digunakan untuk jajan di sekolah,

sebagaimana hasil penelitian menunjukkan 64,8% responden menggunakan

≥ 50% uang sakunya untuk jajan. Sebagian besar responden menerima uang saku

setiap harinya Rp 1000,00 sampai Rp 2000,00.

Jumlah jajanan yang dibeli anak di sekolah yang cukup banyak yaitu 3-4

buah (57,14%), 5-6 buah (16,48%), bahkan ada yang lebih dari 6 buah (1,10)

dapat disebabkan karena mereka jarang (41,76%) bahkan ada yang tidak pernah

Page 67: Skripsi Pendidikan (152)

lxvii

(38,46%) membawa bekal makanan ke sekolah, serta didukung kemampuan untuk

membeli makanan jajanan dengan adanya uang saku. Hal ini merupakan upaya

untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi,

apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi. Kebiasaan membawa bekal makanan

ke sekolah sebaiknya perlu dilakukan oleh orang tua terhadap anak, hal ini untuk

menghindarkan anak dari makanan jajanan yang belum jelas kebersihan,

kesehatan, kandungan gizi serta keamanannya. Orang tua juga perlu memberikan

nasehat kepada anak supaya lebih selektif dalam memilih makanan jajanan dan

jelaskan tentang bahaya yang ditimbulkan jika mengkonsumsi makanan jajanan

yang tidak sehat.

Anak-anak sekolah pada umumnya menghabiskan seperempat waktunya

di sekolah. Jam istirahat pertama dan kedua menjadi pilihan 86,80% responden

untuk jajan. Hal ini dikarenakan 3-4 jam setelah makan perut akan merasa lapar.

Jadi meskipun mereka sarapan pagi tetap membeli jajan di sekolah. Selama anak

di sekolah menunjukkan bahwa jajanan yang banyak dikonsumsi anak untuk jenis

makanan pokok adalah nasi goreng sedangkan untuk makanan kecil adalah chiki,

mie instan, gorengan, bakso tusuk, permen dan coklat. Dan untuk jenis minuman

adalah es teh, es minuman serbuk, dan es bungkus. Anak lebih cenderung memilih

jenis jajanan seperti di atas karena selain harganya murah dan dapat memberikan

rasa kenyang, makanan jajanan tersebut mempunyai rasa yang sesuai selera anak

dan bentuk maupun bungkusnya juga menarik. Akan tetapi beberapa jajanan tetap

harus diperhatikan baik kemasan, tanggal kadaluarsa, maupun nilai kandungan

gizi di dalamnya. Salah satu jajanan yang perlu diperhatikan adalah permen.

Page 68: Skripsi Pendidikan (152)

lxviii

Permen merupakan kesukaan setiap anak, akan tetapi tidak memberikan

kontribusi energi yang berarti karena kandungan gizinya hampir nol kecuali

energi. Oleh karena itu mengkonsumsi permen secara berlebihan hanya akan

menambah masukan energi tanpa memberi zat gizi. Berbagai jenis minuman juga

perlu diperhatikan meskipun minuman seperti es teh tidak mengandung pewarna

maupun pengawet makanan dan es minuman serbuk dalam kemasan yang relatif

lebih aman, akan tetapi penggunaan es batu yang dicampurkan perlu

dipertanyakan apakah sudah dimasak terlebih dahulu atau tidak. Pada penelitian

yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%-50%

sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini diduga berasal dari es batu

yang tidak dimasak terlebih dahulu (Judhiastuty Februhartanty dan DN

Iswarawanti, 2004:internet).

Chiki juga harus diperhatikan apalagi terhadap kandungan MSG (Mono

Sodium Glutamat). Bahkan sekarang banyak jajanan yang menggunakan

pengawet, pewarna, pemanis maupun bahan tambahan pangan (BTP) seperti

boraks, formalin, dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan bagi anak dalam jangka pendek seperti terjadinya diare

maupun dalam jangka panjang yaitu terjadinya penyakit kanker. Akan tetapi

banyak jajanan yang tidak mencantumkan bahan pembuat maupun nilai

kandungan gizi didalamnya, apalagi untuk jenis jajanan buatan industri rumah

tangga. Padahal, gizi buruk dan gangguan pertumbuhan terutama bagi anak-anak

adalah dua konsekuensi serius yang dapat ditimbulkan oleh penyakit bawaan

makanan (foodborne diseases) tersebut.

Page 69: Skripsi Pendidikan (152)

lxix

Hal lain yang perlu diperhatikan terhadap konsumsi jajanan adalah

kuantitas atau jumlah jajanannya dan kualitas jajanan yang dikonsumsi.

Diharapkan meskipun frekuensi jajan di sekolah tinggi, apabila kualitas jajanan

yang dikonsumsi cukup baik atau cukup mengandung zat gizi maka gangguan

kurang gizi maupun gangguan kesehatan yang lain tidak perlu dialami oleh anak.

Akan tetapi anak-anak tetap perlu diperhatikan dan disediakan makanan dalam

jumlah cukup dan memenuhi kecukupan gizinya, terutama konsumsi makanan

pada saat di rumah. Hal ini mengingat bahwa pada anak usia sekolah sangat

rentan terhadap gangguan kurang gizi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mempunyai satus gizi baik atau normal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

rata-rata sumbangan energi yang diberikan oleh jajanan yang dikonsumsi di

sekolah sebesar 17,13% dan rata-rata sumbangan protein jajanan sebesar 11,14%.

Sedangkan 82,87% energi dan 88,86% protein diperoleh dari konsumsi makan

sehari-hari baik makan pagi, makan siang, makanan malam maupun makanan

selingan yang disediakan di rumah. Hal ini berarti bahwa konsumsi makan di

rumah memiliki sumbangan energi dan protein yang lebih besar dibandingkan

sumbangan yang diberikan oleh konsumsi makanan jajanan di sekolah, karena

47,3 % responden mempunyai frekuensi makan di rumah 3 kali per hari. Artinya

bahwa frekuensi jajan di sekolah tidak mempengaruhi selera makan anak di

rumah. Sehingga frekuensi jajan di sekolah belum memberikan sumbangan energi

maupun protein yang berarti terhadap status gizi anak.

Page 70: Skripsi Pendidikan (152)

lxx

4.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan pada penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1) Penilaian status gizi yang digunakan hanya anthropometri, peneliti tidak

menilai status gizi dengan metode yang lain seperti biokimia, klinis, dan yang

lainnya. Sedangkan recall 24 jam hanya digunakan untuk mengetahui tingkat

sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan di sekolah terhadap konsumsi

makanan sehari-hari.

2) Faktor pengganggu lain yang dapat mempengaruhi status gizi seperti

pendapatan orang tua, pengetahuan orang tua, besar keluarga atau jumlah anak

dalam keluarga, dan kesehatan yang tidak dapat secara khusus diteliti.

3) Penelitian ini menggunakan recall 24 jam yang menuntut responden untuk

mengingat kembali semua makanan yang telah dikonsumsi selama satu hari

(untuk menghitung besarnya sumbangan konsumsi energi dan protein dari

makanan jajanan terhadap konsumsi makanan sehari), sehingga kerja sama dan

keseriusan responden sangat menentukan hasil yang diperoleh.

4) Jumlah sampel yang sedikit, sehingga hasil yang diperoleh belum dapat

menggambarkan hubungan frekuensi jajan di sekolah dengan status gizi.

Page 71: Skripsi Pendidikan (152)

lxxi

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara frekuensi jajan di sekolah dengan status gizi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan:

1) Orang tua perlu membiasakan anaknya untuk sarapan pagi dengan makanan

yang bergizi sebelum ke sekolah karena hal ini penting untuk persiapan anak

melakukan aktivitas di sekolah. Anak yang sarapan biasanya akan lebih dapat

menahan keinginannya untuk jajan.

2) Anak perlu diberikan bekal makanan dari rumah karena lebih terjamin

kebersihan dan keamanannya. Bekal juga dapat berupa jajanan.

3) Beberapa jajanan yang harus diperhatikan oleh orang tua antara lain permen,

snack atau chiki yang banyak mengandung vetsin (MSG), gorengan, minuman

yang menggunakan campuran es batu, jajanan yang berwarna mencolok seperti

pada kerupuk berwarna terlalu merah maupun pada saus yang digunakan untuk

campuran bakso maupun jajanan lainnya. Adanya pemanis buatan dalam jajanan

juga perlu diperhatikan meskipun tidak memberikan efek terhadap kesehatan

anak, tetapi tidak membantu pertumbuhan anak karena kalorinya rendah,

sedangkan anak membutuhkan kalori yang banyak. Jajanan yang menggunakan

formalin dan boraks dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, seperti sakit

Page 72: Skripsi Pendidikan (152)

lxxii

perut akut, muntah-muntah, depresi sistem syaraf, serta kegagalan peredaran

darah. Formalin dan boraks biasanya digunakan untuk pengawet mayat, pembasmi

kecoa, dan penghilang bau. Dalam dosis tinggi, formalin menyebabkan kejang-

kejang, tidak bisa kencing, muntah darah, kerusakan ginjal, bahkan kematian.

Jajanan dengan pewarna rhodamin dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati.

4) Orang tua tetap harus menyediakan makanan anak-anaknya dalam jumlah

cukup dan memenuhi gizinya. Hal ini untuk mengimbangi konsumsi jajanan di

sekolah pada anak yang belum memenuhi standar gizi yang diperlukan.

5) Perlu adanya penelitian lanjutan tentang makanan jajanan mengingat semakin

banyak makanan jajanan yang perlu diperhatikan baik kandungan gizinya maupun

keamanannya terutama bagi makanan jajanan yang dijual di sekolah-sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi (Jilid

1).Jakarta: Dian Rakyat

Ali Khomsan. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada

Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia

Press

Page 73: Skripsi Pendidikan (152)

lxxiii

Benny Soegianto, Jawawi. 2002. Baku Antropometri WHO-Nchs ( Z score).

Surabaya: Pemerintah Propinsi Jawa Timur Akademi Gizi (AKZI) Surabaya.

BKKBN. 2005. Hati-hati dengan jajanan anak anda. http//www.bkkbn.go.id.

(accsested 17 Februari 2005)

Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. 2001.

Pedoman Penyuluhan Gizi pada Anak Sekolah bagi Petugas Puskesmas.

Jakarta: Depkes RI

Eko Budiarto. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC

Eddy Setyo Mudjajanto. 2002. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional.

http//www.kompas.co.id. (accsessted 17 Februari 2005)

I Dewa Nyoman Supariasa, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2001. Penilaian Status

Gizi. Jakarta: EGC.

Judhiastuty Februhartanty. 2004. Amankah makanan jajanan anak sekolah di

Indonesia?. http//www.gizi.net.co.id (accsested 15 juni 2005).

Kartasapoetra dan Marsetyo. 2002. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan, dan

Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Mary Courtney Moore. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi.

Terjemahan Liniyanti D Oswari. Jakarta: Hipokrates

Media Indonesia. 2004. Zat Kimia masih Ditemukan dalam makanan Anak.

kimi@net- http:// www. Kimianet.lipi.go.id (accsested: 15 Juni 2005)

Mulyati. 2003. Hubungan Konsumsi Pangan dan Makanan Jajanan terhadap

Status Gizi Siswa Kelas II SLTP N 29 Purworejo tahun ajaran 2001/ 2002 .

Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Republika. 2004. Ayo Awasi Jajanan Pasar. http://www.gizi.net.co.id (accsested

15 juni 2005)

Sjahmien Moehji. 2002. Ilmu Gizi 1: Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:

Papas Sinar Siranti

. 2003. Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas

Sinar Siranti

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Page 74: Skripsi Pendidikan (152)

lxxiv

Solihin Pudjiadi. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: FKUI

Subdin PMKL. 2004. Laporan Hasil Kegiatan Pertemuan Evaluasi Program

Usaha Kesehatan Institusi Tahun 2004. Semarang: Dinas Kesehatan Kota

Semarang

Sugiyono.2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Trisno Haryanto. 1998. Kebiasaan Makan yang Baik. http://www.indomedia.com

(accested 17 Februari 2005)

Uang Saku Kebiasaan jajan Bekal makanan Sarapan pagi No

resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

1 4 2 3 2 2 4 1 3 4 1 1 3 1 1 3 2 1 4

2 3 2 3 1 2 4 1 4 2 1 2 4 3 1 4 3 2 3

3 4 4 3 2 2 4 1 3 2 2 2 2 1 1 4 2 3 4

4 2 2 3 2 2 3 2 4 1 2 4 3 3 1 1 2 2 4

5 4 4 4 2 2 4 1 4 4 1 1 2 1 1 4 4 3 4

6 4 2 3 2 2 4 1 2 2 1 1 2 3 1 4 1 2 3

7 3 4 3 2 2 4 1 3 2 2 4 1 1 4 2 2 2 3

8 4 4 4 2 2 4 1 3 3 1 1 2 2 2 4 3 2 4

9 2 2 3 1 2 2 1 3 2 2 3 3 3 1 4 3 3 3

10 4 4 3 2 2 4 1 3 3 3 4 2 2 1 3 2 2 3

11 4 2 3 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1 2 2 3 3

12 2 4 3 3 2 4 1 2 2 1 1 2 4 2 4 4 2 4

13 4 4 4 2 3 4 4 3 2 1 4 2 1 2 1 1 4 3

14 3 3 3 2 3 4 1 3 2 1 1 1 3 1 3 2 2 1

15 4 4 3 1 3 4 2 3 2 2 3 3 2 1 4 3 3 2

Rekap Kuesioner A

Page 75: Skripsi Pendidikan (152)

lxxv

16 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2

17 3 2 3 1 2 4 1 2 3 2 2 4 3 1 2 2 3 4

18 3 2 2 2 2 4 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3

19 4 4 2 2 2 4 1 3 3 3 4 3 2 3 3 1 3 4

20 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2

21 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 4 1 2 1 2 4 3 4

22 2 2 2 2 3 4 1 3 1 3 3 1 4 1 1 4 4 2

23 4 4 3 3 2 4 1 4 2 2 3 2 4 1 4 1 2 2

24 4 4 2 2 2 4 2 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 4

25 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 1 4 1 3 4

26 2 3 3 1 2 4 2 4 2 2 3 2 1 1 4 4 2 3

27 4 4 3 2 3 4 2 3 2 1 1 3 3 1 4 2 2 4

28 4 4 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 1 4 1 2 4

29 4 4 3 2 2 4 1 4 2 2 2 2 1 1 4 3 2 2

30 4 4 3 3 2 4 1 3 3 1 3 2 3 1 4 1 3 4

31 3 3 3 2 2 4 1 1 2 2 2 2 3 1 1 3 3 4

32 4 4 3 2 2 4 2 3 2 2 2 3 4 1 4 3 3 4

33 4 4 3 2 2 4 2 4 1 1 1 1 1 1 4 2 2 4

34 4 4 3 1 2 2 1 4 2 1 1 1 2 1 4 4 2 4

35 4 4 2 1 2 4 4 3 2 3 4 1 4 1 1 1 3 1

36 4 4 4 2 2 3 2 3 3 1 1 3 3 2 4 3 2 4

37 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3

38 2 2 2 2 3 4 2 4 2 4 4 2 3 1 2 4 2 3

39 4 4 3 1 2 4 1 2 2 1 1 1 3 1 4 4 2 4

40 4 4 2 2 2 4 1 4 2 1 1 2 1 1 4 1 2 4

41 4 4 3 2 2 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 2 4

42 3 4 3 2 2 4 3 3 2 1 1 1 3 2 2 2 2 3

43 4 4 4 3 2 2 2 4 2 4 4 2 4 2 2 2 3 3

44 4 4 3 1 2 4 1 4 1 1 1 4 4 1 4 4 3 1

45 4 4 3 3 3 2 1 3 3 2 2 1 1 1 4 1 2 4

46 4 4 2 2 2 4 1 2 2 1 4 4 1 1 4 1 2 4

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

47 4 4 4 1 2 4 1 4 2 2 4 2 1 1 4 2 1 4

48 4 4 3 3 2 4 1 3 2 1 1 1 1 1 2 2 3 2

49 3 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 2 1 1 2 4 3 2

50 4 4 4 1 2 4 1 4 3 4 1 2 2 1 1 1 0 2

51 4 4 2 2 2 4 1 3 2 2 2 4 3 1 4 3 3 4

52 4 4 3 2 2 4 1 4 1 1 1 1 3 1 4 1 3 4

53 2 2 2 2 2 1 1 3 2 1 2 2 1 1 1 1 0 3

54 4 4 3 2 2 4 1 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3

55 4 4 4 2 3 4 1 4 2 2 4 2 4 1 2 2 2 3

56 3 3 2 2 2 4 1 3 2 1 1 1 3 1 2 2 3 3

57 4 4 3 2 2 4 2 4 2 2 2 3 3 1 4 3 2 4

58 3 3 4 2 2 4 3 4 2 1 1 1 3 1 4 3 2 1

59 2 2 2 2 3 4 4 4 2 3 4 3 3 2 2 2 2 4

60 4 4 3 3 2 4 4 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4

61 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3 4 3 4 4 2 4

Lanjutan lampiran 5

Page 76: Skripsi Pendidikan (152)

lxxvi

62 3 4 2 2 2 4 3 4 1 1 3 3 1 1 4 4 2 4

63 4 4 3 2 2 4 2 4 2 2 4 2 4 1 4 4 2 4

64 4 4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 4 2 1 4 2 2 4

65 4 4 3 2 2 4 2 4 2 1 1 2 1 3 4 4 3 4

66 4 4 3 2 2 4 1 4 1 1 4 1 3 1 2 2 3 2

67 4 4 3 2 2 4 1 4 1 3 3 3 1 1 4 3 2 4

68 4 4 3 3 2 4 1 3 2 2 2 3 3 1 3 4 3 4

69 4 4 3 2 2 4 1 4 1 1 1 2 1 1 4 4 3 4

70 4 4 3 1 2 4 1 2 2 1 2 4 4 1 4 2 2 4

71 4 4 3 2 2 4 1 4 2 1 1 1 4 2 4 2 2 2

72 4 4 3 3 2 4 1 2 2 1 1 1 2 1 4 2 2 1

73 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 4 1 2 3 1 2 0 3

74 4 4 3 2 2 4 1 3 2 2 2 2 4 1 4 2 2 4

75 4 4 4 3 2 4 4 2 2 1 1 2 2 1 4 1 2 2

76 4 4 3 2 2 4 1 4 2 2 4 2 3 1 4 2 3 4

77 4 3 3 3 2 4 1 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 4

78 4 4 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 4

79 4 4 3 2 2 4 1 4 2 1 4 4 4 1 4 2 2 4

80 4 4 4 2 2 4 2 3 3 2 3 2 4 1 4 3 2 4

81 4 4 3 2 2 4 1 2 2 2 2 2 3 2 2 4 3 4

82 4 4 3 2 2 4 1 3 2 1 1 1 3 1 2 2 2 2

83 4 4 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 1 4 1 2 4

84 4 4 4 2 2 4 1 3 2 2 2 3 4 1 2 1 2 2

85 4 4 3 2 2 4 1 3 4 3 4 2 4 1 3 1 2 4

86 4 4 3 2 2 4 3 3 3 2 2 3 2 1 4 2 1 2

87 4 4 4 3 3 4 1 3 3 2 3 3 3 1 3 1 2 4

88 4 4 2 2 1 0 1 2 2 2 4 3 1 1 4 1 3 4

89 4 4 4 3 3 4 1 3 3 2 3 3 3 1 4 2 2 4

90 4 4 2 2 2 4 1 4 2 2 4 2 4 1 1 1 3 4

91 4 3 3 3 2 4 2 3 2 4 3 4 3 2 3 2 3 4

No.

uang saku dlm 1 mg

untuk jajan jajan dlm 1 mg makan sehr dlm

1 mg

sarapan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 8500 8500 10 13 4

2 10000 3500 15 18 6

3 12000 10100 17 17 5

4 6000 6000 9 12 3

5 22500 4000 7 12 6

6 12500 7100 8 18 6

7 14000 8000 10 15 2

8 19100 7500 9 18 6

9 11000 7000 10 18 6

10 10000 6000 10 16 3

Rekap Kuesioner B

Page 77: Skripsi Pendidikan (152)

lxxvii

11 7500 6000 10 18 6

12 18000 12000 12 18 6

13 14000 5600 10 15 2

14 11000 5500 9 18 6

15 14500 6900 15 21 6

16 14100 10100 9 13 5

17 9100 5500 9 8 4

18 12500 7100 12 18 1

19 12200 5800 10 18 6

20 13000 5700 10 16 4

21 15000 8800 11 12 6

22 4500 3600 8 18 6

23 14000 5500 14 13 1

24 6000 4500 10 16 4

25 8500 8500 17 17 5

26 8000 2500 11 18 6

27 16000 7000 9 17 6

28 12000 10500 10 12 6

29 12500 9000 16 12 2

30 21000 14000 18 18 6

31 14500 14000 17 19 3

32 13500 12000 11 18 6

33 12400 11900 17 18 6

34 10000 7500 18 18 6

35 7000 6500 12 18 0

36 11400 4900 12 18 6

37 12100 3500 10 17 6

38 3500 3500 13 18 5

39 10000 6700 13 18 6

40 6000 3200 6 18 6

41 23000 10300 12 18 6

42 9000 6000 11 15 5

43 21000 14300 16 18 6

44 9500 3300 12 15 5

45 12000 9500 17 18 6

46 4000 1800 17 18 6

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

47 10000 2200 7 11 5

48 12500 7500 13 16 6

49 14000 3600 10 18 6

50 15000 3000 10 18 0

51 11000 3700 10 12 5

52 12000 6000 12 18 6

53 3000 3000 7 12 0

54 7000 6200 14 13 1

55 14000 10500 21 11 0

56 7500 6000 9 16 3

57 12000 5500 18 18 6

Page 78: Skripsi Pendidikan (152)

lxxviii

58 10500 7500 13 24 6

59 6000 3400 15 18 5

60 9500 5300 12 16 2

61 24000 10200 13 18 6

62 8000 8000 14 24 6

63 8500 5500 11 18 6

64 9000 8000 9 14 6

65 6000 6000 15 13 6

66 13000 8000 14 16 3

67 8500 6700 10 15 6

68 22600 9600 15 19 5

69 12000 6000 12 18 6

70 8000 3200 5 10 6

71 12600 4500 17 13 6

72 12000 12000 14 11 6

73 2300 1300 3 18 0

74 8000 5000 10 12 6

75 13500 6000 16 18 6

76 9000 4800 11 14 6

77 11200 5000 10 8 0

78 16000 7500 16 10 1

79 12000 5000 9 13 6

80 15500 6500 13 18 6

81 10000 4500 18 13 2

82 8600 4200 11 15 2

83 10500 6000 10 18 6

84 15000 13400 19 15 4

85 8100 5000 13 15 6

86 11000 10500 12 14 6

87 13500 7000 15 14 2

88 6000 0 0 18 6

89 13500 11200 19 16 6

90 15500 11000 10 16 6

91 14000 7000 12 18 6

Pengetahuan ibu No

resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Jml Nilai Kategori

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

1 1 3 1 1 1 3 3 1 2 1 1 3 1 3 3 28 46.7 kurang

2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 53 88.3 baik

3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 50 83.3 baik

4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 58 96.7 baik

5 4 2 1 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 46 76.7 cukup

6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 56 93.3 baik

88

Rekap Kuesioner D

Lanjutan lampiran 5

Page 79: Skripsi Pendidikan (152)

lxxix

7 4 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 51 85.0 baik

8 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 50 83.3 baik

9 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 58 96.7 baik

10 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 52 86.7 baik

11 4 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 51 85.0 baik

12 3 2 2 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 50 83.3 baik

13 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 76.7 cukup

14 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 58 96.7 baik

15 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 56 93.3 baik

16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 100.0 baik

17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 75.0 cukup

18 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 52 86.7 baik

19 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 52 86.7 baik

20 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 52 86.7 baik

21 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 55 91.7 baik

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 100.0 baik

23 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 3 1 3 2 3 37 61.7 cukup

24 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 50 83.3 baik

25 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 54 90.0 baik

26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 54 90.0 baik

27 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 55 91.7 baik

28 4 3 3 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 1 3 50 83.3 baik

29 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 55 91.7 baik

30 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 50 83.3 baik

31 4 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 4 4 2 50 83.3 baik

32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 75.0 cukup

33 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 55 91.7 baik

34 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 42 70.0 cukup

35 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 55 91.7 baik

36 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 49 81.7 baik

37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 75.0 cukup

38 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 58 96.7 baik

39 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 3 4 3 2 52 86.7 baik

40 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 48 80.0 cukup

41 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 55 91.7 baik

42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 100.0 baik

43 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 76.7 cukup

44 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 54 90.0 baik

45 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 58 96.7 baik

46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 75.0 cukup

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

47 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 51 85.0 baik

48 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 50 83.3 baik

49 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 52 86.7 baik

50 3 2 3 4 4 3 3 4 1 3 3 3 4 4 4 48 80.0 cukup

51 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 48 80.0 cukup

52 4 3 3 4 4 3 3 4 1 1 3 4 4 4 3 48 80.0 cukup

53 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 39 65.0 cukup

Lanjutan lampiran 5 89

Page 80: Skripsi Pendidikan (152)

lxxx

54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 100.0 baik

55 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3 51 85.0 baik

56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 100.0 baik

57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 75.0 cukup

58 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 47 78.3 cukup

59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 100.0 baik

60 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 98.3 baik

61 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 54 90.0 baik

62 3 3 2 4 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 4 50 83.3 baik

63 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 57 95.0 baik

64 4 2 3 4 4 3 3 4 1 3 4 3 4 2 4 48 80.0 cukup

65 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 56 93.3 baik

66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 75.0 cukup

67 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 47 78.3 cukup

68 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 4 3 3 50 83.3 baik

69 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 57 95.0 baik

70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 75.0 cukup

71 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 41 68.3 cukup

72 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 48 80.0 cukup

73 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 51 85.0 baik

74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 46 76.7 cukup

75 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 48 80.0 cukup

76 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 46 76.7 cukup

77 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 44 73.3 cukup

78 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 75.0 cukup

79 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 51 85.0 baik

80 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 58 96.7 baik

81 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 46 76.7 cukup

82 3 3 3 3 4 4 4 3 1 4 4 3 2 4 3 48 80.0 cukup

83 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44 73.3 cukup

84 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 57 95.0 baik

85 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 98.3 baik

86 3 3 4 4 3 3 2 1 1 4 3 2 3 1 3 40 66.7 cukup

87 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 50 83.3 baik

88 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 53 88.3 baik

89 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 3 51 85.0 baik

90 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 50 83.3 baik

91 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 45 75.0 cukup

Page 81: Skripsi Pendidikan (152)

lxxxi

Page 82: Skripsi Pendidikan (152)

lxxxii