Skripsi Pendidikan (144)

101
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG TELINGA (EAR PLUG) PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DIVISI PM 6 PT. PURA BARUTAMA KUDUS TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : Nama Mahasiswa : Meilany Astining Asih NIM : 6450401084 Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas : Ilmu Keolahragaan UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Transcript of Skripsi Pendidikan (144)

Page 1: Skripsi Pendidikan (144)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN

ALAT PELINDUNG TELINGA (EAR PLUG) PADA TENAGA KERJA

BAGIAN PRODUKSI DIVISI PM 6 PT. PURA BARUTAMA KUDUS

TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1

Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

Nama Mahasiswa : Meilany Astining Asih

NIM : 6450401084

Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

Page 2: Skripsi Pendidikan (144)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh – sungguh urusan yang

lain” (QS. Al Insyirah : 6 – 7)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini saya persembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta

2. Adik – adikku tersayang, Endah Fitria Nur Laily

dan Jeffry Nur Muqsith

3. Kekasihku tercinta, Mas Maryadi

4. Keluarga besarku

5. Bapak dan Ibu Dosenku tercinta

6. Sahabatku yang telah memotivasi, Dewi, Unik,

Mbak Ambar, Ninik TW, Anita DP, Cindar,

Azinar, Arif Budiono, Mbak Atik, Yuli, Hendro,

dan anak – anak kost Sunrise tersayang

7. Sahabat – sahabatku mahasiswa Jurusan IKM

FIK UNNES

8. Almamaterku

Page 3: Skripsi Pendidikan (144)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas

segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor – faktor yang Berhubungan dengan

Pemakaian Alat Pelindung Telinga (Ear Plug) pada Tenaga Kerja Bagian

Produksi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus Tahun 2005” sebagai syarat

menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan juga berkat kerjasama, bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak

Drs. Sutardji, M. S, yang telah memberikan izin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Ibu

dr. Oktia Woro Kasmini Handayani, M. Kes, yang telah membantu dan

memberikan arahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Pembimbing I, Bapak Eram Tunggul. P, SKM. M. Kes, yang telah

memberikan bimbingan, arahan, semangat dan motivasi, dengan penuh

kesabaran dan perhatian demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Pembimbing II, Bapak Drs. Bambang Wahyono, yang telah memberikan

bimbingan, arahan, semangat dan motivasi, dengan penuh kesabaran dan

perhatian demi terselesaikannya skripsi ini.

Page 4: Skripsi Pendidikan (144)

5. Pimpinan Unit Paper Mill (PM) 5 – 6 – 9, Bapak Liong Kiam Yien, yang

telah memberikan izin dan membantu terlaksananya penelitian ini.

6. Pembimbing Lapangan PM 6, Bapak M. Kasmuan, yang telah memberikan

arahan, bimbingan, nasihat dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Seluruh tenaga kerja bagian produksi PM 6, yang telah menyediakan waktu

untuk pelaksanaan penelitian ini.

8. Bapak, Ibu, dan adik – adikku tercinta, yang telah memberikan do’a, motivasi

dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Mas Maryadi, yang selalu memberikan do’a, nasihat dan selalu menemani

dalam senang maupun susah.

10. Sahabat – sahabatku, Dewi, Unik, Mbak Ambar, Ninik TW, Anita DP, Cindar,

Azinar, Arif Budiono, Mbak Atik, Yuli, Hendro, dan anak – anak kost Sunrise

tersayang, yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi,

memberikan do’a, nasihat, waktu diskusi, pikiran dan semangat.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas amal baik dan keikhlasan Bapak, Ibu dan

saudara – saudara sekalian.

Meskipun demikian, penulis tetap menyadari dengan sepenuh hati bahwa

skripsi ini masih ada kekurangannya sehingga masukan dan kritikan yang

membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi

penulis pada khususnya.

Semarang, Desember 2005

Penulis

Page 5: Skripsi Pendidikan (144)

SARI

Meilany Astining Asih. 2005. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Pemakaian Alat Pelindung Telinga (Ear Plug) Pada Tenaga Kerja Bagian

Produksi Divisi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus Tahun 2005”. Skripsi. Jurusan

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

Penggunaan teknologi disamping memberi dampak positif, tidak jarang

mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik.

Mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi dapat menjadi sumber

kebisingan. Maka dengan berkembangnya industri di Indonesia akan

menyebabkan semakin besar jumlah tenaga kerja dalam pekerjaannya selalu

terpapar pada bising yang keras dan berlangsung lama. Tenaga kerja, sebagai

sumber daya manusia yang sangat penting peranannya dalam proses produksi,

perlu memperoleh perlindungan terhadap kemungkinan bahaya kebisingan di

tempat kerja. Pemakaian Alat Pelindung Telinga untuk melindungi telinga dari

paparan kebisingan sebenarnya lebih praktis dalam pelaksanaannya. Akan tetapi

kesukarannya terletak pada tenaga kerja itu sendiri dan hal ini berhubungan erat

dengan faktor manusia. Penelitian ini mengungkap tentang permasalahan tentang

hubungan pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap dan kenyamanan alat

pelindung telinga (ear plug) dengan pemakaian alat pelindung telinga (ear plug)

pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus tahun

2005.

Jenis penelitian adalah bersifat Eksplanatory research (penelitian

penjelasan). Dalam penelitian ini digunakan metode survei, yaitu jenis survei yang

bersifat analitik karena penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan

atau situasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam

penelitian ini berjumlah 50 orang, dengan jumlah sampel sebesar 36 orang,

dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan pemakaian alat pelindung telinga (ear plug),

dimana dengan α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,776 (p > 0,05). Tidak ada

hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan pemakaian alat pelindung

telinga (ear plug), dimana dengan α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,726 (p > 0,05)

dan OR = 1,462. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

pemakaian alat pelindung telinga (ear plug), dimana dengan α = 0,05 didapatkan

nilai p = 0,821 (p > 0,05) dan OR = 1,167. Tidak ada hubungan yang signifikan

antara sikap dengan pemakaian alat pelindung telinga (ear plug), dimana dengan

α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,735 (p > 0,05) dan OR = 1,257. Ada hubungan

yang signifikan antara kenyamanan dengan pemakaian alat pelindung telinga

(ear plug), dimana dengan α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,002 (p < 0,05) dan

OR = 8,000.

Page 6: Skripsi Pendidikan (144)

Saran yang dapat diberikan yaitu bagian manajemen PT. Pura Barutama

Kudus, perusahaan dapat menyediakan APT (ear plug) dari bahan yang lunak

seperti karet berisi pasta dan plastik berisi pasta, memberikan sanksi yang lebih

ketat pada tenaga kerja yang tidak disiplin dalam memakai APT demi kesehatan

dan keselamatan kerja tenaga kerja, memasang papan peringatan ataupun poster –

poster tentang APT di ruang produksi guna mengingatkan dan menumbuhkan

kesadaran tenaga kerja dalam melindungi diri dari bahaya kebisingan dan untuk

meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerjanya.

Kata Kunci : pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, kenyamanan,

pemakaian alat pelindung telinga (ear plug)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

SARI ………………………………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN. ………………………………………….. .. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………... v

KATA PENGANTAR …………………………...………………………. vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………… .. viii

DAFTAR TABEL ………………………………………………................ xi

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xii

Page 7: Skripsi Pendidikan (144)

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...…….... xiii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul …………..………………………….. 1

1.2 Permasalahan ………………..……………………………….. 6

1.3 Tujuan Penelitian………..……………………………………. 6

1.4 Penegasan Istilah ………………..……………………………. 7

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian ……………………..…………….. 11

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ………………………… 12

2.1 Landasan Teori ………………………………………………… 12

2.1.1 Pendidikan ……………………………………………….. 12

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan …………………...……………. 12

2.1.1.2 Ruang Lingkup Pendidikan ……………………………. 13

2.1.2 Masa Kerja ……………………………………………….. 14

2.1.3 Pengetahuan ………………………………………………. 15

2.1.4 Sikap ……………………………………………………… 18

2.1.5 Perilaku …………………………………………………… 22

2.1.6 Praktek atau Tindakan (practice) ………………………… 25

2.1.7 Kebisingan ………………………………………………... 26

2.1.8 Alat Pelindung Telinga …………………………………… 32

2.1.9 Umur ……………………………………………………… 38

2.1.10 Pengawasan (controlling) ……………………………….. 39

2.1.11 Kerangka Teori ………………………………………….. 40

2.2 Hipotesis ………………………………………………………. 40

Page 8: Skripsi Pendidikan (144)

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………. 42

3.1 Populasi Penelitian ……………………………………………… 42

3.2 Sampel Penelitian ……………………………………………….. 42

3.3 Variabel Penelitian ……………………………………………… 43

3.4 Rancangan Penelitian …………………………………………… 43

3.5 Metode Pengumpulan Data …………………………………….. 44

3.6 Prosedur Penelitian ……………………………………………... 45

3.7 Instrumen Penelitian ……………………………………………. 46

3.8 Uji Coba Instrumen ……………………………………………... 48

3.8.1 Validitas atau Kesahihan ………………………………….. 48

3.8.2 Reliabilitas ………………………………………………… 51

3.9 Analisis Data …………………………………………………. .. 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….. 56

4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………… 56

4.1.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian ……………………. 56

4.1.2 Deskripsi Data………………………………………….. 60

4.1.2.1 Analisis Univariat ……………………………… 60

4.1.2.2 Analisis Bivariat ………………………………. 67

4.1.3 Deskriptif Variabel Penelitian …………………………. 58

4.2 Pembahasan …………………………………………………… 69

4.2.1 Hasil Uji Univariat ……………………………………… 69

4.2.2 Hasil Uji Bivariat ………………………………………. 73

4.3 Kelemahan Penelitian …………………………………………. 78

Page 9: Skripsi Pendidikan (144)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 79

5.1 Simpulan ……………………………………………………….. 79

5.2 Saran ……………………………………………………………. 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 3 : Surat Keterangan Menyelesaikan Penelitian

Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 : Lembar Observasi Pemakaian Alat Pelindung Telinga (Ear Plug)

Lampiran 6 : Data Hasil Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Analisis Ujicoba Angket Penelitian

Lampiran 8 : Perhitungan Validitas Butir

Lampiran 9 : Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Lampiran 10 : Deskripsi Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Lampiran 11 : Deskripsi Data Responden Berdasarkan Masa Kerja

Lampiran 12 : Deskripsi Data Responden Berdasarkan Pengetahuan

tentang Alat Pelindung Telinga (Ear Plug)

Lampiran 13 : Deskripsi Data Responden Berdasarkan Sikap Responden

Page 10: Skripsi Pendidikan (144)

terhadap Alat Pelindung Telinga (Ear Plug)

Lampiran 14 : Deskripsi Data Responden Berdasarkan Kenyamanan

Alat Pelindung Telinga (Ear Plug)

Lampiran 15 : Deskripsi Data Responden Berdasarkan Pemakaian

Alat Pelindung Telinga (Ear Plug)

Lampiran 16 : Analisis Hasil Penelitian

Lampiran 17 : Nilai – nilai r Product Moment

Lampiran 18 : Daftar Nama Responden Bagian Produksi Divisi PM 6

PT. Pura Barutama Kudus

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Asumsi Determinan Perilaku Manusia ……………………… 25

Grafik 1 Data Balai Hiperkes & KK Bandung Thun 2002 …………… 36

Grafik 2 Tingkatan Pendidikan Responden …………………………. 61

Grafik 3 Masa Kerja Responden ……………………………………. 62

Grafik 4 Pengetahuan Responden tentang APT (Ear Plug) ………… 63

Grafik 5 Sikap Responden terhadap APT (Ear Plug) ………………. 64

Grafik 6 Kenyamanan APT (Ear Plug) Responden …………………. 65

Grafik 7 Pemakaian APT (Ear Plug) Responden …………………… 66

Page 11: Skripsi Pendidikan (144)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Di berbagai negara termasuk di Indonesia, hampir setiap jenis industri

mempergunakan mesin-mesin yang mutlak penting bagi proses produksi. Proses

di dalam industri jelas memerlukan kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan

yang mengelola bahan baku atau material, mesin, peralatan dan proses lainnya

yang dilakukan di tempat kerja guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat

bagi masyarakat. Penggunaan teknologi disamping memberi dampak positif, tidak

jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan

baik. Pembangunan bidang industri di Indonesia akan terus dikembangkan sampai

tingkat industri maju. Mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi dapat

menjadi sumber kebisingan. Maka dengan berkembangnya industri di Indonesia

akan menyebabkan semakin besar jumlah tenaga kerja dalam pekerjaannya selalu

terpapar pada bising yang keras dan berlangsung lama (A. M. Sugeng Budiono,

2003 : 7).

Kebisingan 75 dB untuk 8 jam per hari jika hanya terpapar satu hari saja

pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesehatan. Tetapi jika berlangsung setiap

hari terus menerus minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun

maka suatu saat akan melewati batas dimana paparan kebisingan tersebut akan

menyebabkan gangguan pendengaran (Dwi P. Sasongko, 2000 : 20). Badan

kesehatan dunia (WHO) melaporkan tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia

Page 12: Skripsi Pendidikan (144)

menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk. Angka itu diperkirakan

akan terus meningkat (Anhar Hadian, 2004 : www.w3.org). Di Amerika Serikat

terdapat sekitar 5-6 juta orang yang terancam menderita tuli akibat bising.

Sedangkan Belanda jumlahnya mencapai 200.000-300.000 orang, di Inggris

sekitar 0,2%, di Canada dan Swedia masing-masing sekitar 0,03% dari seluruh

populasi. Di Indonesia diperkirakan sedikitnya satu juta pekerja terancam bising

dan akan terus meningkat (A. M. Sugeng Budiono, 1992 : 329).

Kita yakini bahwa belum ada satu perusahaan pun yang dapat

mengoperasikan faktor produksi tanpa memanfaatkan tenaga kerja. Bahkan ada

semacam kecenderungan, makin besar perusahaan dari segi kuantitas dan kualitas,

makin besar jumlah kebutuhan akan tenaga kerja. Meskipun telah ditemukan

teknologi baru berupa mesin-mesin otomatis dan komputerisasi berupa perangkat

keras maupun perangkat lunak, tetapi bagi sebagian besar perusahaan belum dapat

melaksanakan kegiatannya tanpa adanya tenaga kerja. Justru dengan semakin

modernnya peralatan produksi (mesin-mesin), kebutuhan tenaga kerja yang

profesional juga makin meningkat (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 : 198).

Tenaga kerja, sebagai sumber daya manusia yang sangat penting

peranannya dalam proses produksi, perlu memperoleh perlindungan terhadap

kemungkinan bahaya kebisingan di tempat kerja. Ketulian akibat bising

merupakan cacat yang bersifat menetap (irreversible), sehingga meskipun

kelainan tersebut dikategorikan sebagai kecelakaan kerja yang berhak

memperoleh kompensasi, upaya terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi

kerusakan pendengaran (A. M. Sugeng Budiono, 2003 : 295).

Page 13: Skripsi Pendidikan (144)

Berkaitan dengan upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja,

penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan salah satu upaya dalam pengendalian

kebisingan tempat kerja sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun

pengendalian administratif. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, khususnya pasal 9, 12 dan 14, yang mengatur penyediaan dan

penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja, baik bagi pengusaha maupun

bagi tenaga kerja (A. M. Sugeng Budiono, 2003 : 329). Salah satu bentuk APD

untuk pengendalian kebisingan adalah Alat Pelindung Telinga (APT) yang terdiri

dari berbagai macam bentuk. Namun sebagian tenaga kerja merasa kurang

nyaman dalam menggunakan APT. Perasaan maupun keluhan yang dirasakan

memberikan respon yang berbeda-beda. Perasaan tidak nyaman (risih, panas,

berat, terganggu) yang timbul pada saat menggunakan APT akan mengakibatkan

keengganan tenaga kerja menggunakannya.

Pemakaian APT untuk melindungi telinga dari paparan kebisingan

sebenarnya lebih praktis dalam pelaksanaannya. Akan tetapi kesukarannya

terletak pada tenaga kerja itu sendiri dan hal ini berhubungan erat dengan faktor

manusia (Dep. Kes. RI, 2003 : M-1, 42). Selain itu, aspek perilaku pekerja yang

terkait dengan kedisiplinan penggunaan alat sesuai prosedur dan aspek

pengawasan dari pihak manajemen untuk memaksa para pekerja untuk mematuhi

prosedur operasi standar yang ditetapkan untuk melindungi para pekerja dari

gangguan kebisingan (Dwi. P. Sasongko, 2000 : 81).

Page 14: Skripsi Pendidikan (144)

Sebuah perusahaan pasti akan memberikan patokan minimal tingkat

pendidikan tenaga kerja yang dimilikinya. Pendidikan tenaga kerja akan

mencerminkan nilai tambah tenaga kerja yang bersangkutan, terutama yang

berhubungan dengan meningkatnya dan berkembangnya pengetahuan dan

ketrampilan tenaga kerja yang bersangkutan (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 :

198). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan, akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 :121).

Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatief.

Akan memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa

kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya

akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja

maka akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja (M. A. Tulus, 1992 : 121).

Sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal,

yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat

berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam

masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam

masyarakat. semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri

seseorang. Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat

bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif (Bimo Walgito, 2003 : 116).

Sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan dikarenakan

interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya (Sugeng Hariyadi, 2003 : 89).

Dengan mengetahui sikap seseorang orang dapat menduga bagaimana respons

Page 15: Skripsi Pendidikan (144)

atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu

masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya (Bimo Walgito, 2001 : 105).

Setiap perusahaan pasti memiliki peraturan yang mengatur tentang

prosedur atau petunjuk kerja bagi tenaga kerja. Sedangkan pengawasan dilakukan

untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan

mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditetapkan (Siswanto

Sastrohadiwiryo, 2003 : 62).

PT. Pura Barutama Kudus merupakan perusahaan manufaktur yang

memproduksi kertas. Industri kertas ini merupakan suatu industri yang

mempunyai hubungan emosional dengan lingkungan sekitarnya, terutama dengan

tenaga kerja. PT. Pura Barutama terbagi menjadi 5 kawasan produksi yang

dibedakan berdasarkan produk yang dihasilkannya. Dalam pelaksanaan produksi,

PT. Pura Barutama melakukan pembagian jadwal kerja harian dan shift. Jadwal

kerja harian untuk bagian administrasi, kepala bagian dan manager mulai hari

senin sampai sabtu dengan jam istirahat yang telah ditentukan pada tiap harinya.

Sedangkan jadwal shift yang berlaku bagi tenaga kerja produksi adalah : Shift I

bekerja dari jam 06.30-14.30 WIB, Shift II bekerja dari jam 14.30-22.30 WIB,

dan Shift III bekerja dari jam 22.30-06.30 WIB. Jadwal shift bagi tenaga kerja

produksi ini dilakukan rotasi shift setiap minggunya.

Divisi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus memproduksi kertas single layer

yang digunakan untuk lapisan luar kardus. Pada proses produksi di PT. Pura

Barutama Divisi PM 6, tenaga kerja berhubungan langsung dengan mesin-mesin

produksi. Berdasarkan data pengukuran kebisingan yang dilakukan oleh Hiperkes

Page 16: Skripsi Pendidikan (144)

pada tanggal 5 April 2005, menunjukkan bahwa intensitas kebisingan pada mesin

PM 6 sebesar 89,89 dB (A).

Pada Divisi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus, setiap tenaga kerja bagian

produksi telah mendapatkan APT (ear plug). Tetapi, mereka belum menggunakan

atau memakai APT (ear plug) tersebut secara maksimal.

Berdasarkan alasan tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian alat

pelindung telinga (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT.

Pura Barutama Kudus Tahun 2005”

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut :

Faktor – faktor apa yang berhubungan dengan pemakaian alat pelindung

telinga (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT. Pura

Barutama Kudus Tahun 2005 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemakaian alat pelindung telinga (ear plug) pada tenaga kerja bagian

produksi Divisi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus tahun 2005.

Page 17: Skripsi Pendidikan (144)

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan pemakaian Alat

Pelindung Telinga (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi

PM 6 PT. Pura Barutama Kudus.

1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan pemakaian Alat

Pelindung Telinga (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi

PM 6 PT. Pura Barutama Kudus.

1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemakaian Alat

Pelindung Telinga (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM

6 PT. Pura Barutama Kudus.

1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan sikap dengan pemakaian Alat Pelindung

Telinga (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT.

Pura Barutama Kudus.

1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan kenyamanan APT dengan pemakaian Alat

Pelindung Telinga (ear plug)pada tenaga kerja bagian produksi Divisi

PM 6 PT. Pura Barutama Kudus.

1.4 Penegasan Istilah

Pemahaman terhadap suatu permasalahan antara satu orang dengan orang

lain seringkali berbeda. Pentingnya peneliti menegaskan istilah-istilah dalam

penelitian ini adalah agar dapat diperoleh kesamaan pemahaman dan untuk

menghindari terjadinya salah tafsir.

Page 18: Skripsi Pendidikan (144)

1.4.1 Faktor – faktor

Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, faktor

adalah sesuatu hal (keadaan, peristiwa, dsb) yang ikut menyebabkan

(mempengaruhi) terjadinya sesuatu (Poerwadarminta, 1986 : 279).

Faktor-faktor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal yang ikut

menyebabkan (mempengaruhi) pemakaian alat pelindung telinga (ear plug),

yaitu :

1.4.1.1 Pendidikan

Daoed Joesoef menegaskan bahwa pengertian pendidikan

mengandung dua aspek yakni sebagai proses dan sebagai hasil/produk. Yang

dimaksud dengan proses adalah : proses bantuan, pertolongan, bimbingan,

pengajaran, pelatihan. Sedangkan yang dimaksud dengan hasil/produk adalah :

manusia dewasa, susila, bertanggung jawab dan mandiri (Achmad Munib, dkk,

2004 : 33). Pendidikan terbagi dalam ruang lingkup yang meliputi pendidikan

formal, informal dan nonformal.

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal

terakhir yang ditempuh tenaga kerja.

1.4.1.2 Masa kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja

di suatu tempat (M. A. Tulus, 1992 : 121).

Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya tenaga

kerja bekerja di tempat yang bising.

Page 19: Skripsi Pendidikan (144)

1.4.1.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Soekidjo Notoatmodjo,

2003 : 121).

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

tenaga kerja untuk mengetahui pengertian, manfaat, syarat, dan bahan pembuat

alat pelindung telinga (ear plug).

1.4.1.4 Sikap

Newcomb dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 124), menyatakan bahwa

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Menurut Hurlocks (1976 : 279) dalam Sugeng

Hariyadi (2003 : 89), sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua

hal yaitu suka, setuju yang membawa pada sikap positif (favourabel) dan tidak

suka, tidak setuju atau sikap negatif (unfavourabel).

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah reaksi tenaga kerja

terhadap pemakaian alat pelindung telinga (ear plug), yaitu suka, setuju yang

membawa pada sikap positif dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif.

1.4.1.5 Kenyamanan Alat Pelindung Telinga

Kenyamanan adalah suasana hati yang dipengaruhi oleh faktor fisik,

kebersihan, kenikmatan dan privasi. Kenyamanan juga dipengaruhi oleh

keyakinan suatu hal (D. J. Wijono, 1998 : 55).

Kenyamanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suasana hati dan

keyakinan serta keluhan yang dirasakan dalam pemakaian alat pelindung telinga

(ear plug).

Page 20: Skripsi Pendidikan (144)

1.4.2 Hubungan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, hubungan diartikan sebagai

keadaan berhubungan atau dihubungkan (Poerwadarminta, 1986 : 362).

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hubungan

dalam penelitian ini adalah keadaan berhubungan atau dihubungkan antara

pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, dan kenyamanan APT (ear plug)

dengan pemakaian alat pelindung telinga (ear plug).

1.4.3 Alat Pelindung Telinga

Alat Pelindung Telinga merupakan salah satu bentuk Alat Pelindung Diri

yang digunakan untuk melindungi telinga dari paparan kebisingan (A. M. Sugeng

Budiono,1992 : 297). Alat pelindung telinga yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah ear plug (sumbat telinga), yaitu alat pelindung telinga yang dipasang

langsung ke saluran telinga.

Pemakaian alat pelindung telinga (ear plug) adalah tindakan tenaga kerja

dalam memakai alat pelindung telinga (ear plug) selama bekerja.

1.4.4 Tenaga Kerja bagian Produksi

Dalam UU RI No. 13 tahun 2003 pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Tenaga kerja bagian produksi adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang/jasa dimana melibatkan mesin/peralatan

produksi, perlengkapan kerja dan benda/material lain yang berhubungan dengan

kegiatan produksi.

Page 21: Skripsi Pendidikan (144)

1.4.5 Divisi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus

Divisi Paper Mill yang memproduksi kertas single layer, yang terletak di

kawasan IV PT. Pura Barutama Kudus.

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1.5.1 Manfaat bagi PT. Pura Barutama Kudus

1.5.1.1 Sebagai data yang dapat dipergunakan sebagai informasi untuk

pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijaksanaan.

1.5.1.2 Sebagai masukan bagi perusahaan tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemakaian alat pelindung telinga.

1.5.1.3 Sebagai masukan bagi pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan

kerja pada perusahaan tersebut.

1.5.2 Manfaat bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemakaian alat pelindung telinga pada tenaga kerja bagian

produksi Divisi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus.

1.5.3 Manfaat bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Khusus bagi peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, peneliti dapat

menambah referensi pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemakaian alat pelindung telinga.

Page 22: Skripsi Pendidikan (144)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pendidikan

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya

upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),

pikiran (intelek), dan tubuh anak (Achmad Munib, dkk, 2004 : 32).

Secara konseptual pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina

kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan rohaniah

yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah, untuk

pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam

keseimbangan (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 : 200).

Dictionary of education dalam buku Achmad Munib, dkk (2004)

menyatakan bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan

kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat

tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan

yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia

dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individu yang optimal (Achmad Munib, dkk, 2004 : 33).

Daoed Joesoef menegaskan bahwa pengertian pendidikan mengandung

dua aspek yakni sebagai proses dan sebagai hasil/produk. Yang dimaksud dengan

Page 23: Skripsi Pendidikan (144)

proses adalah : proses bantuan, pertolongan, bimbingan, pengajaran, pelatihan.

Sedangkan yang dimaksud dengan hasil/produk adalah : manusia dewasa, susila,

bertanggung jawab dan mandiri (Achmad Munib, dkk, 2004 : 33).

2.1.1.2 Ruang Lingkup Pendidikan

Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN menyatakan

bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam

lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. karena itu pendidikan adalah

tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Pendidikan terbagi dalam ruang lingkup yang meliputi pendidikan formal,

informal dan nonformal.

1) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau

organisasi tertentu, seperti terdapat di sekolah atau universitas. Adanya organisasi

yang ketat dan nyata, misalnya tentang adanya penjenjangan, cara atau metode

mengajar di sekolah juga formal, penerimaan murid,dll (Kunaryo hadikusumo,

1996 : 26).

2) Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah

dalam lingkungan keluarga. pendidikan ini berlangsung tanpa organisasi, yakni

tanpa orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagai pendidik, tanpa suatu

program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, tanpa evaluasi

yang formal berbentuk ujian (Kunaryo Hadikusumo, 1996 : 25).

Page 24: Skripsi Pendidikan (144)

3) Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal meliputi berbagai usaha khusus yang

diselenggarakan secara terorganisir agar terutama generasi muda dan juga orang

dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan

mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan

keterampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang

produktif (Kunaryo Hadikusumo, 1996 : 28).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 pasal 12

ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa jenjang pendidikan

yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, menengah

dan pendidikan tinggi.

2.1.2 Masa Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan : 2001) bahwa masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja

(pada suatu kantor, badan, dsb).

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu

bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif

maupun negatif. Akan memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan

semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam

melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila

dengan semakin lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga

kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan

berulang-ulang.

Page 25: Skripsi Pendidikan (144)

Masa kerja dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Masa kerja baru : < 6 tahun

2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun

3. Masa kerja lama : > 10 tahun

(M. A. Tulus, 1992 : 121)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masa kerja dapat

berpengaruh positif dan negatif. Adapun yang mempengaruhi hal positif adalah

seorang pekerja akan semakin terampil dalam melakukan pekerjaannya,

sedangkan yang berpengaruh negatif bagi seorang pekerja adalah semakin lama

terpapar bising lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatannya

terutama kemampuan pendengarannya.

2.1.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Soekidjo Notoatmodjo,

2003 : 121).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan yaitu :

Page 26: Skripsi Pendidikan (144)

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation, yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 :

121).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

Page 27: Skripsi Pendidikan (144)

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria

yang telah ada.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, kemudian mengadakan

penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau

disikapinya / dinilai baik (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 130).

Page 28: Skripsi Pendidikan (144)

2.1.4 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek.

Newcomb dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 124), menyatakan bahwa

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih

merupakan reaksi yang tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka dan merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek.

Menurut Hurlock dalam Sugeng Hariyadi (2003 : 89), secara operasional

sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan

respon atau reaksi dari sikapnya terhadap objek tertentu, baik yang berupa orang,

peristiwa, situasi dan lain sebagainya. Sikap tidak identik dengan respon dalam

bentuk perilaku. Sebagai suatu respon sikap hanya akan timbul apabila individu

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu.

Sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu suka, setuju

yang membawa pada sikap positif (favourable) dan tidak suka, tidak setuju atau

sikap negatif (unfavourable). Sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap

kemungkinan perubahan dikarenakan interaksi individu dengan lingkungan

sekitarnya.

Sedangkan menurut Bimo Walgito (2001 : 109), sikap itu merupakan

organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif

Page 29: Skripsi Pendidikan (144)

ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang

tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang

dipilihnya.

Sikap mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu

komponen kognitif (komponen perceptual), komponen afektif (komponen

emosional) dan komponen konatif / komponen perilaku atau action component

(Bimo Walgito, 2001 : 110).

1) Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan

dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan

dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang

merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang

negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif atau negatif.

3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu

komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek

sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar

kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek

sikap.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Page 30: Skripsi Pendidikan (144)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai

tingkatan, yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 126).

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal,

yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat

berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam

masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam

masyarakat. semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri

seseorang. Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat

bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif (Bimo Walgito, 2001 : 116).

Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

Page 31: Skripsi Pendidikan (144)

mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat

kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek

tertentu (Sarlito Wirawan Sarwono, 2000 : 94).

Untuk membedakannya dari aspek-aspek psikis yang lain (seperti motif,

kebiasaan, pengetahuan,dll) perlu dikemukakan ciri-ciri sikap yaitu terdapat

hubungan subyek, tidak dibawa sejak lahir, dipelajari, tersangkut faktor motivasi

dan perasaan, tidak hilang dan sangat bermacam – macam (Sarlito Wirawan

Sarwono, 2000 : 95).

1) Dalam sikap selalu terdapat hubungan subyek-obyek. Tidak ada sikap yang

tanpa obyek.

2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui

pengalaman-pengalaman.

3) Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan

keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang

berbeda-beda.

4) Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan.

5) Sikap tidak hilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi.

6) Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-macam

sesuai dengan banyaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang

bersangkutan.

Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada

pada seseorang akan memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang.

Dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana

Page 32: Skripsi Pendidikan (144)

respon atau tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu

masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar-ideal gambaran

kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang akan diambil sebagai respon

terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui

dari sikapnya (Sugeng Hariyadi, 2003 : 90).

Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam cara, yaitu

adopsi, diferensiasi, integrasi dan trauma (Sarlito Wirawan Sarwono, 2000 : 96).

1) Adopsi

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan

terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu

dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2) Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan

dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis,

sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut

dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

3) Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai

pengalaman yang berhubungan satu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk

sikap mengenai hal terebut.

4) Trauma

Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan

terbentuknya sikap.

Page 33: Skripsi Pendidikan (144)

2.1.5 Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Menurut Skiner, seorang ahli psikologi, yang dikutip oleh Soekidjo

Notoatmodjo (2003 : 114), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku

ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus-Organisme-Respons. Skiner membedakan adanya 2 respons yaitu :

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena

memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.

Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang

penerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang

lain.

Page 34: Skripsi Pendidikan (144)

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain

Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda

disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi 2,

yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan,

yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo,

2003 : 120).

Menurut Lawrence Green, faktor utama yang mempengaruhi perilaku

manusia adalah :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Page 35: Skripsi Pendidikan (144)

Asumsi determinan perilaku manusia dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 1

Asumsi determinan perilaku manusia

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 164)

2.1.6 Praktek atau Tindakan (practice)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice)

kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).

Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru

itu melalui proses perubahan : pengetahuan (knowledge) – sikap (attitude) –

praktek (practice) atau “KAP” (PSP). Beberapa penelitian telah membuktikan hal

itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak

selalu seperti teori – teori di atas (K – A – P), bahkan di dalam praktek sehari-hari

terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun

pengetahuan dan sikapnya masih negatif (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 130).

Pengalaman

Keyakinan

Fasilitas

Sosio-Budaya

Pengetahuan

Persepsi

Sikap

Keinginan

Kehendak

Motivasi

Niat

Perilaku

Page 36: Skripsi Pendidikan (144)

2.1.7 Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai

dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menyebabkan gangguan terhadap

kenyamanan dan kesehatan manusia (Dwi P. Sasongko, 2000 : 1). Pada pasal 1

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996

diuraikan definisi dari kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha

atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang

bergetar. Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh

getaran-getaran melalui media elastis.

Ada 2 hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan

intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hertz, Hz),

telinga manusia mampu mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz. Intensitas atau

arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang

disebut desibel (dB).

Sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam :

1. Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas mesin.

2. Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan akibat getaran dari aktifitas peralatan kerja.

Page 37: Skripsi Pendidikan (144)

3. Pressure-reducing valve (pergerakan udara, gas dan cairan)

Kebisingan yang ditimbulkan akibat pergerakan dari udara, gas, liquid /

cairan dalam kegiatan proses kerja industri (Sjahrul M. Nasri, 1997 : 10).

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :

1. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,

wide band noise),misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll.

2. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dll.

3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara kapal

terbang di lapangan udara.

4. Kebisingan impulsif (impact of impulsive noise), seperti pukulan tukul,

tembakan bedil atau meriam, ledakan.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan

(Suma’mur P. K, 1996 : 58).

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah intensitas kebisingan

dimana manusia masih sanggup menerima tanpa menunjukkan gejala sakit akibat

bising, atau seseorang tidak menunjukkan kelainan pada pemaparan atau

pemajanan kebisingan tersebut dalam waktu 8 jam per hari atau 40 jam per

minggu (A.M. Sugeng Budiono, 1992 : 295). NAB untuk kebisingan di tempat

kerja adalah 85 dB(A) artinya tenaga kerja akan tetap aman bila terpapar

kebisingan pada 85 dB(A) selama 8 jam per hari dan 40 jam seminggu.

Page 38: Skripsi Pendidikan (144)

Sedangkan NAB untuk pemajanan terhadap kebisingan berdasarkan Standar

American Conference Government of Industrial Hygiene (ACGIH) adalah sebagai

berikut :

Tabel 1

NAB untuk pemajanan terhadap kebisingan berdasarkan Standar American

Conference Government of Industrial Hygiene (ACGIH)

Satuan Waktu Lama Pemaparan / hari dBA

Jam

24

16

8

4

2

1

80

82

85

88

91

94

Menit

30

15

7,5

3,75

1,88

0,94

97

100

103

106

109

112

Detik

28,12

14,06

7,03

3,75

1,78

0,88

0,44

0,22

0,11

115

118

121

124

127

130

133

136

139

Page 39: Skripsi Pendidikan (144)

Di tempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat

merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan gangguan kesehatan.

gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja bermacam-

macam, mulai dari gangguan fisiologis dan gangguan psikologis sampai pada

gangguan permanen seperti kehilangan pendengaran. Efek atau gangguan

kebisingan dapat dibagi menjadi 2 (A. Siswanto, 1990 : 22), yaitu :

2.1.7.1 Gangguan pada indera pendengaran (Auditory Effect)

Gangguan kebisingan pada indera pendengaran adalah sebagai berikut :

1) Trauma Akustik

Merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan oleh pemaparan

tunggal (single exposure) terhadap intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan

terjadi secara tiba-tiba. Sebagai contoh gangguan pendengaran atau ketulian yang

disebabkan oleh suara ledakan bom. Hal ini dapat menyebabkan robeknya

membrana tympani dan kerusakan tulang-tulang pendengaran.

2) Temporary Threshold Shift (TTS) atau Kurang Pendengaran Akibat Bising

Sementara (KPABS)

Adalah efek jangka pendek dari pemaparan bising, berupa kenaikan

ambang pendengaran sementara, yang kemudian setelah berakhirnya pemaparan

terhadap bising akan kembali seperti semula. Faktor yang mempengaruhi

terjadinya TTS adalah Intensitas dan frekuensi bising, lama waktu pemaparan dan

lama waktu istirahat dari pemaparan, tipe bising, dan kepekaan individual.

Apabila TTS terjadi secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang

lama maka akan berubah menjadi kerusakan yang tetap (PTS).

Page 40: Skripsi Pendidikan (144)

3) Permanent Threshold Shift (PTS) atau Kurang Pendengaran Akibat Bising

Tetap (KPABT)

Adalah kenaikan ambang pendengaran yang bersifat irreversibel, sehingga

tidak mungkin terjadi pemulihan. Ini dapat diakibatkan oleh efek kumulatif

pemaparan terhadap bising yang berulang selama bertahun-tahun.

2.1.7.2 Gangguan bukan pada indera pendengaran (Non Auditory Effect)

Gangguan kebisingan bukan pada indera pendengaran antara lain :

1) Gangguan perasaan

Menjadi mudah tersinggung, mudah marah

2) Gangguan pembicaraan atau komunikasi

Bilamana seseorang berbicara disuatu ruang yang bising, maka suara

orang teersebut akan sulit ditangkap atau dimengerti oleh pendengarnya, bahkan

mungkin terjadi kesalahan. Maka pembicaraan tersebut tidak jarang harus

berteriak atau mendekat pada lawan bicaranya.

3) Gangguan tidur

Kualitas tidur seseorang dapat dibagi menjadi beberapa tahap mulai dari

keadaan terjaga sampai tidur lelap. Kebisingan dapat menyebabkan gangguan

dalam bentuk perubahan tahap tidur. Gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain motivasi bangun, kenyaringan, lama kebisingan,

fluktuasi kebisingan dan umur manusia.

4) Gangguan pelaksanaan tugas

Kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terus menerus dicurahkan.

Maka dari itu, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan

Page 41: Skripsi Pendidikan (144)

terhadap satu proses produksi atau hasil dapat melakukan kesalahan-kesalahan,

akibat dari terganggunya konsentrasi. Kebisingan juga berakibat meningkatkan

kelelahan.

5) Gangguan faal tubuh

Gangguan faal tubuh meliputi menyempitnya pembuluh darah, naiknya

tekanan darah, denyut nadi menjadi cepat, meningkatnya ketegangan otot, dan

gangguan keseimbangan. Penelitian yang dilakukan di negara-negara maju

menemukan bahwa intensitas suara antara 82-84 dB dengan frekuensi 3000-6000

Hz sudah dapat menimbulkan kerusakan organ corti yang sifatnya menetap bila

waktu kerja melebihi 8 jam per hari. Penelitian lain menemukan bahwa suara-

suara dengan intensitas 85 dB menimbulkan kerusakan yang masih reversible

yang kemudian akan menjadi kerusakan yang menetap bila hal ini terjadi

berulang-ulang (Dep. Kes. RI, 2003 : M1-2, 38).

Upaya pengendalian kebisingan dilakukan melalui pengurangan dan

pengendalian tingkat kebisingan sumber, pelemahan intensitas dengan

memperhatikan faktor alamiah (jarak, sifat media, mekanisme rambatan dan

vegetasi) serta upaya rekayasa (reduksi, atau isolasi getaran sumber, pemasangan

penghalang, desain struktur dan pemilihan bahan peredam). Secara umum teknik

pengendalian kebisingan terbagi menjadi 3 aspek, yaitu :

1. Pengendalian pada Sumber

Meliputi perlindungan pada peralatan, struktur dan pekerja dari dampak

bising, dan pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber. Upaya

pengendalian kebisingan pada sumber kebisingan dilakukan untuk mereduksi

Page 42: Skripsi Pendidikan (144)

tingkat kebisingan yang dapat dilakukan antara lain dengan memasang selubung

akustik dari bahan peredam getaran.

2. Pengendalian pada Media Rambatan

Merupakan pengendalian diantara sumber dan penerima kebisingan.

Prinsip pengendaliannya adalah dengan melemahkan intensitas kebisingan yang

merambat dari sumber ke penerima dengan cara membuat hambatan-hambatan.

3. Pengendalian Kebisingan pada Manusia (receiver)

Pengendalian kebisingan pada manusia dilakukan untuk mereduksi tingkat

kebisingan yang diterima harian. Metode ini biasanya disebut sebagai personal

hearing protection (Dwi P. Sasongko, 2000 : 53).

2.1.8 Alat Pelindung Telinga

Usaha pencegahan terhadap kemungkinan Penyakit Akibat kerja dan

kecelakaan kerja harus dilakukan untuk menghindari dan mengurangi paparan dan

risiko kebisingan. Salah satu upaya pengendalian adalah melengkapi tenaga kerja

dengan Alat Pelindung Diri. Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja, khususnya pasal 9, 13, dan 14, mengatur tentang penyediaan

dan penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja, baik bagi pengusaha maupun

bagi tenaga kerja (A.M. Sugeng Budiono, 2003 : 329).

Fungsi dari perancangan Alat Pelindung Diri adalah untuk mencegah

bahaya luar agar tidak mengenai tubuh pekerja (International Labour Office

Geneva, 1989 : 94). Alat Pelindung Diri merupakan seperangkat alat yang

digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari

adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja (A.M. Sugeng Budiono,2003 : 329).

Page 43: Skripsi Pendidikan (144)

Alat Pelindung Telinga merupakan salah satu bentuk Alat Pelindung Diri

yang digunakan untuk melindungi telinga dari paparan kebisingan, sering disebut

sebagai personal hearing protection atau personal protective devices. Alat

Pelindung Telinga dapat menurunkan kerasnya bising yang melalui hantaran

udara sampai 40 dB, tetapi pada umumnya tidak lebih dari 30 dB. Pemakaian Alat

Pelindung telinga ini dapat mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga

bagian luar dan bagian tengah, sebelum masuk ke telinga bagian dalam. Semua

tenaga kerja yang bekerja dalam area 85 dB harus memakai alat pelindung telinga,

memperoleh pemeriksaan audiometri secara barkala, dan memperoleh pelatihan /

penyuluhan secara berkala (Tata Soemitra, 1997 : 3). Penggunaan alat pelindung

telinga tersebut harus memenuhi kriteria :

1. Dapat mencegah gangguan pendengaran

2. Dapat menurunkan tingkat kepaparan

3. Dapat memenuhi derajat kenyamanan

Untuk memperoleh pelindung telinga yang memadai terhadap sistem

auditory dari gangguan kebisingan, perlu dipertimbangkan harga pelindung

telinga, daya tahan, kenyamanan, kemudahan dalam penggunaan, pembersihan

dan penyimpanan, penampilan, dan kemudahan dalam penggantian spare part

(Dwi P. Sasongko, 2000 : 75).

Page 44: Skripsi Pendidikan (144)

Alat Pelindung Telinga pada umumnya digolongkan menurut cara

pemakaiannya (A. M. Sugeng Budiono,1992 : 297), yaitu :

2.1.2.1 Type yang dimasukkan (insert type)

Banyak variasi dalam konstruksi dan modelnya. Yang paling kurang

efektif proteksinya adalah kapas yang dipadatkan. Sedangkan bentuk yang

dianjurkan adalah Ear plug (sumbat telinga). Ear plug dapat mengurangi

intensitas suara 10 sampai 15 dB. Dibedakan atas 2 jenis, yaitu Ear plug sekali

pakai (disposable plugs) dan Ear plug yang dapat dipakai kembali (reusable

plugs). Ear plug sekali pakai dapat terbuat dari bahan kapas, kapas berlapis

plastik, kapas wol bercampur malam, dan busa poliuretan. Sedangkan ear plug

yang dapat dipakai kembali dapat terbuat dari bahan plastik cetak permanen, karet

berisi pasta, dan plastik berisi pasta. Semua sumbat telinga yang dipakai ulang

perlu dicuci sesudah dipakai dan diletakkan di tempat yang steril (J. M.

Harrington, F. S. Gill, 2003 : 261). Keuntungan pemakaian ear plug adalah

ukuran kecil sehingga mudah dibawa, pada tempat kerja yang panas lebih

nyaman, tidak membatasi gerakan kepala, lebih murah daripada ear muff, dan

lebih mudah dipakai bersama dengan kacamata dan helm. Kerugian pemakaian

ear plug adalah attenuasinya lebih kecil, memasang harus secara tepat sekali

(sukar), sukar mengontrol, dan saluran telinga mudah terkena infeksi.

2.1.2.2 Type tutup (the muff type)

Yaitu ear muff (tutup telinga). Alat ini dapat mengurangi intensitas suara

hingga 20 sampai 30 dB, dan dapat melindungi bagian luar telinga (daun telinga).

Keuntungan ear muff adalah mempunyai daya pelemahan yang sangat bagus,

Page 45: Skripsi Pendidikan (144)

lebih mudah dipakai, lebih mudah dimonitor, biasanya berumur panjang karena

dapat dilakukan penggantian spare part, dapat digunakan untuk telinga yang cacat

atau terinfeksi, dan sangat baik untuk dipakai secara insidentil. Sedangkan

kerugian ear muff adalah harganya lebih mahal, tekanan yang ketat ke kepala

dapat mengurangi kenyamanan, agak berat dan panas, tidak efektif dipakai dengan

kacamata atau topi keras, dapat menyebabkan radang atau infeksi kulit jika tidak

dibersihkan secara memadai, sulit disimpan dan kemampuan pelemahan suara

menjadi berkurang jika bantalan menjadi keras atau retak, kehilangan fluida dan

ketegangan pita mengendor (Dwi P. Sasongko, 2000 : 75).

2.1.2.3 Type helm (the helmet type)

Dirancang untuk menutup bagian kepala yang terdiri dari tulang, untuk

mencegah hantaran tulang, ini hanya penting untuk bising sangat keras. Tipe ini

jarang dijumpai pada industri.

Pemakaian Alat Pelindung Telinga untuk melindungi telinga dari paparan

kebisingan sebenarnya lebih praktis dalam pelaksanaannya. Akan tetapi

kesukarannya terletak pada tenaga kerja itu sendiri dan hal ini berhubungan erat

dengan faktor manusia (Dep. Kes. RI, 2003 : M-1, 42). Pengetahuan tentang

manfaat penggunaan alat pelindung telinga perlu ditanamkan pada setiap tenaga

kerja.

Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap

tenaga kerja. Dari suatu pengamatan yang dilakukan terhadap 100 orang tenaga

kerja di Jawa Barat (dari perusahaan tekstil) pada tahun 2002, terlihat usaha-usaha

Page 46: Skripsi Pendidikan (144)

yang dilakukan dalam menanggulangi perasaan “ketidaknyamanan” dalam

menggunakan APD.

Grafik 1

(Data Balai Hiperkes & KK Bandung Tahun 2002)

Keterangan :

a. menahan perasaan tidak nyaman dan tetap memakai

b. Sesekali melepas

c. Hanya digunakan pada saat-saat tertentu

d. Tidak digunakan sama sekali

e. Merasa nyaman dan tetap menggunakan APD

(A.M. Sugeng Budiono dkk, 2003 : 334)

Respon 100 orang Tenaga Kerja Perusahaan

Tekstil dalam Menggunakan APD

di Jawa Barat Th 2002

0

10

20

30

40

a b c d e

Respon Tenaga Kerja

Per

senta

se

Page 47: Skripsi Pendidikan (144)

Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang timbul pada

saat menggunakan Alat Pelindung Diri akan mengakibatkan keengganan tenaga

kerja menggunakannya dan mereka memberi respon yang berbeda-beda (A. M.

Sugeng Budiono dkk, 2003 : 334). Pemakaian Alat Pelindung Telinga dapat

menyebabkan ketidaknyamanan, terutama bila dipakai untuk jangka lama, karena

pemakai merasa tertutup dan terisolasi. Oleh karena itu, pekerja cenderung untuk

melepaskannya untuk menghilangkan ketidaknyamanan. Melepaskan Alat

Pelindung Telinga walaupun dalam waktu singkat akan banyak sekali mengurangi

perlindungan. Efeknya semakin nyata bila tingkat kebisingan semakin tinggi (J.

M. Harrington & F. S. Gill, 2003 : 262).

Alasan pekerja tidak mau memakai adalah tidak sadar/tidak mengerti,

panas, sesak, tidak enak dipakai, tidak enak dipandang, berat, mengganggu

pekerjaan, tidak sesuai dengan bahaya yang ada, tidak ada sangsi, dan atasan juga

tidak memakai (Gempur Santoso, 2004 : 28).

Masalah yang sering timbul akibat pemakaian Alat Pelindung Telinga

adalah resiko infeksi, kesulitan komunikasi, merasa terisolasi, sakit kepala karena

jepitan terlalu keras, tidak nyaman, mengurangi kemampuan menduga jarak, dan

iritasi kulit (Gempur Santoso, 2004 : 30).

Pemakaian Alat Pelindung Telinga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan

dan sikap tenaga kerja. Terjadinya perubahan perilaku pada seseorang harus ada

unsur-unsur :

Page 48: Skripsi Pendidikan (144)

a. Pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan

Dalam hal pemakaian Alat Pelindung Telinga tenaga kerja harus mengetahui

tujuan atau manfaat dari Alat Pelindung Telinga.

b. Keyakinan atau kepercayaan tentang apa yang akan dilakukan

Dalam hal pemakaian Alat Pelindung Telinga tenaga kerja akan melakukan

apabila mereka merasakan keyakinan akan manfaat dari kegiatan tersebut

yaitu dapat meningkatkan kesehatan dirinya.

c. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya

Alat Pelindung Telinga akan dipakai apabila sarananya tersedia, seperti tutup

telinga atau sumbat telinga.

d. Norma atau dukungan dari kelompok bahwa apa yang dilakukannya benar

Dalam hal memakai Alat Pelindung Telinga, dukungan dan dorongan dari

lingkungan tenaga kerja dan pengelola di industri sangatlah penting baik

berupa pembinaan dari atasannya maupun dukungan dari teman sekerjanya

serta dorongan atau motivasi untuk berperilaku yang dilandasi oleh kebutuhan

yang dirasakan. Bila Alat Pelindung Telinga dirasakan sebagai suatu

kebutuhan (need) yang diperlukan bagi tenaga kerja, tentunya mereka akan

mau memakainya.

2.1.9 Umur

Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,

mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga

diatur oleh undang-undang perburuhan, yaitu undang-undang tanggal 6 Januari

1951 No. I pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2002 : 48). Karyawan muda

Page 49: Skripsi Pendidikan (144)

umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat

bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya tinggi.

Karyawan yang umumnya lebih tua konisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet,

tanggung jawabnya besar, serta absensi dan turnover-nya rendah (Malayu S. P.

Hasibuan, 2002 : 54).

Beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan

reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih (Suma’mur P. K, 1996 : 305).

Menurut Darmanto Djojodibroto, kemampuan pendengaran seseorang akan

berubah setelah berusia 40 tahun. Hal ini diaplikasikan dalam penghitungan cacat

pendengaran yang berbeda antara usia dibawah 40 tahun dan diatas 40 tahun

(Darmanto Djojodibroto, 1999 : 98).

2.1.10 Pengawasan (controlling)

Pengawasan (controlling) adalah kegiatan mengendalikan tenaga kerja

agar mentaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dngan rencana. Bila terdapat

penyimpangan atau kesalahan diadakan tindakan perbaikan dan atau

penyempurnaan (Sedarmayanti, 2001 : 9).

Dilakukan pengawasan adalah untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan

dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja ynag

telah ditetapkan (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 : 62).

Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan pada

bahaya dari cara kerja, karena dapat membahayakan tenaga kerja itu sendiri dan

orang lain disekitarnya. Antara lain pemakaian alat pelindung diri yang tidak

semestinya dan cara memakai yang salah. Pengusaha perlu memperhatikan cara

Page 50: Skripsi Pendidikan (144)

kerja yang dapat membahayakan ini, baik pada tempat kerja maupun dalam

pengawasan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari (Syukri Sahab, 1997 : 70).

2.1.11 Kerangka Teori

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

2.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi

Arikunto, 2002 : 64). Hipotesis juga diartikan sebagai dugaan sementara yang

Faktor Pekerja :

• Masa kerja

• Pendidikan

• Pengetahuan

• Sikap

Kenyamanan

APT

Pemakaian

Alat

Pelindung

Telinga

Kebisingan

Pengawasan

(controlling) dari

perusahaan

Gangguan

pada indera

pendengaran

Tidak terjadi

gangguan

pada indera

pendengaran

Peraturan

Perusahaan

Page 51: Skripsi Pendidikan (144)

mungkin benar atau mungkin salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan

akan diterima jika faktor-faktor membenarkannya (Sutrisno Hadi, 1990 : 63).

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis (Ha) sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pendidikan tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6

PT Pura Barutama Kudus dengan pemakaian APT (ear plug). Semakin tinggi

pendidikan tenaga kerja maka semakin tinggi frekuensi pemakaian APT.

2. Ada hubungan antara masa kerja tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT

Pura Barutama Kudus dengan pemakaian Alat Pelindung Telinga (ear plug).

Semakin lama masa kerja maka semakin tinggi frekuensi pemakaian APT.

3. Ada hubungan antara pengetahuan tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6

PT Pura Barutama Kudus dengan pemakaian Alat Pelindung Telinga (ear

plug). Semakin baik pengetahuan tenaga kerja tentang APT maka semakin

tinggi frekuensi pemakaian APT.

4. Ada hubungan antara sikap tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT Pura

Barutama Kudus dengan pemakaian Alat Pelindung Telinga (ear plug).

Semakin positif sikap tenaga kerja terhadap APT maka semakin tinggi

frekuensi pemakaian APT.

5. Ada hubungan antara kenyamanan APT dengan pemakaian Alat pelindung

Telinga (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT Pura

Barutama Kudus. Semakin nyaman tenaga kerja memakai APT maka semakin

tinggi frekuensi pemakaian APT.

Page 52: Skripsi Pendidikan (144)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003 : 55).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bagian produksi

Divisi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus yang berjumlah 50 orang.

3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2003 : 56). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample, yaitu pengambilan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dan adanya tujuan tertentu (Suharsimi

Arikunto, 2002 : 117).

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria

berikut :

1. Tenaga kerja yang berumur ≤ 40 tahun

2. Tidak mengalami gangguan pendengaran

3. Tidak menderita penyakit infeksi saluran telinga

Page 53: Skripsi Pendidikan (144)

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002 : 96). Variabel penelitian ini

terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent

variable).

a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang bila berubah akan mengakibatkan

perubahan variabel lain. Variabel bebas (independent variabel) dalam

penelitian ini adalah pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap dan

kenyamanan APT (ear plug).

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang berubah akibat perubahan variabel

bebas. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah

pemakaian Alat Pelindung Telinga (ear plug).

3.4 Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Moh. Nazir, 1983 : 99). Penelitian ini

dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Jenis penelitian adalah bersifat Eksplanatory research (penelitian

penjelasan) yaitu menjelaskan hubungan antara variabel pengaruh dengan variabel

terpengaruh melalui pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini digunakan metode

survei, yaitu jenis survei yang bersifat analitik karena penelitian diarahkan untuk

Page 54: Skripsi Pendidikan (144)

menjelaskan suatu keadaan atau situasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 26),

dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data

dengan metode yang ditentukan oleh peneliti.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Metode dokumentasi

Merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan berbagai

sumber tulisan yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. Dalam penelitian

ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja, nama-

nama tenaga kerja, masa kerja, gambaran umum perusahaan, proses produksi,

intensitas kebisingan dan data lain yang menunjang.

2. Metode observasi

Metode observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi

kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh

alat indera. Metode observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi fisik

tenaga kerja dan tempat kerja.

3. Metode angket

Metode angket adalah metode pengumpulan data melalui daftar

pertanyaan yang diisi oleh responden dan ditentukan skor nilainya dari tiap-tiap

pertanyaan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang responden,

juga digunakan untuk memperoleh data tentang variable pendidikan, masa kerja,

Page 55: Skripsi Pendidikan (144)

pengetahuan, sikap, kenyamanan alat pelindung telinga dan pemakaian alat

pelindung telinga oleh tenaga kerja. Angket atau kuesioner yang dipergunakan

adalah tipe kuesioner tertutup untuk memudahkan bagi responden dalam

memberikan jawaban, karena responden tinggal memilih jawaban dari alternatif-

alternatif jawaban yang telah disediakan, dan juga hanya membutuhkan waktu

yang lebih singkat dalam menjawabnya.

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah dan prosedur sebagai berikut :

1) Pra Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, pada tanggal 12 September 2005

peneliti meminta ijin pada kepala bagian produksi PM 6 PT. Pura Barutama

Kudus untuk membagikan angket kepada tenaga kerja bagian produksi. Tanggal

14 September menentukan waktu pelaksanaan penelitian bersama dengan kepala

bagian produksi PM 6 dan kepala shift.

2) Penelitian

Penelitian dilakukan selama 5 hari, yaitu mulai tanggal 19 September

2005 sampai dengan 23 September 2005. Sampel penelitian ini adalah seluruh

tenaga kerja bagian produksi PM 6 yang berumur ≤ 40 tahun, tidak mengalami

gangguan pendengaran, dan tidak menderita penyakit infeksi saluran telinga.

Observasi dilakukan untuk mengetahui pemakaian alat pelindung telinga (ear

plug) yang dilakukan selama 5 hari, dilaksanakan sebelum waktu istirahat dan

Page 56: Skripsi Pendidikan (144)

sesudah istirahat. Pembagian angket dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal

20 September dan 21 September 2005.

3) Pasca Penelitian

Setelah penelitian selesai, peneliti diperbolehkan oleh kepala bagian

produksi PM 6 untuk melengkapi data-data pendukung yang masih dibutuhkan.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipergunakan dalam

pengumpulan data (Suharsimi Arikunto, 2002 : 126).

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002 : 128). Angket digunakan untuk

memperoleh data tentang variabel pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap,

kenyamanan APT dan pemakaian alat pelindung telinga oleh tenaga kerja.

Penyusunan pertanyaan angket penelitian adalah sebagai berikut :

Page 57: Skripsi Pendidikan (144)

Tabel 2

Komponen dan Distribusi Butir Pertanyaan Angket Penelitian

Variabel Penelitian Indikator No. Pertanyaan Jumlah

Pertanyaan

Pendidikan Pendidikan formal

terakhir dari responden

5 1

Masa Kerja Lamanya tenaga kerja

bekerja di tempat bising

6 1

Pengetahuan Akibat kebisingan

Pengertian APT

Syarat APT

Manfaat APT

Perawatan APT

Bahan pembuat APT

1, 2

3

4

5, 6, 7, 8, 9, 10

11, 12, 13

14, 15, 16

2

1

1

6

3

3

Sikap Keyakinan terhadap

fungsi APT

Tanggapan terhadap

pemakaian APT

Perawatan APT

1, 5, 6

2, 3, 4, 7

8, 9, 10

3

4

3

Kenyamanan APT

(ear plug)

Suasana nyaman dalam

memakai APT

1, 2, 3, 4, 5, 6 6

Pemakaian APT (ear

plug)

Praktek pemakaian APT

dalam bekerja

1 1

Jumlah 35

Dalam penelitian ini angket diberikan secara langsung kepada responden

yang menjadi subyek penelitian. Adapun cara pemberian dan pengumpulan angket

adalah sebagai berikut :

1) Meminta ijin dari perusahaan untuk membagikan angket penelitian pada

responden bagian produksi PM 6.

Page 58: Skripsi Pendidikan (144)

2) Sebelum angket diberikan pada sampel, angket penelitian diuji cobakan pada

bagian lain.

3) Setelah angket penelitian valid dan reliabel kemudian diberikan kepada 36

responden di bagian produksi PM 6.

4) Responden diberikan waktu pengisian angket sebelum waktu istirahat sampai

waktu istirahat.

5) Pada waktu istirahat angket dikumpulkan kembali.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pemakaian alat pelindung

telinga (ear plug) tenaga kerja bagian produksi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus.

Observasi dilakukan pada 36 responden selama 5 hari. Observasi dilaksanakan

sebelum waktu istirahat dan sesudah istirahat.

3.8 Uji Coba Instrumen

3.8.1 Validitas atau Kesahihan

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan sesuatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002 : 144). Validitas dari

alat pengumpul data sangat diperlukan agar alat pengumpul data tersebut

memberikan data yang valid.

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan rumus

Point Biseril Correlation. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

rpbis = t

tp

S

MM −

q

p

Page 59: Skripsi Pendidikan (144)

Keterangan :

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Mp = rata – rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

Mt = rata – rata skor total

St = standart deviasi skor total

p = proporsi responden yang menjawab benar pada setiap butir soal

q = proporsi responden yang menjawab salah pada setiap butir soal

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 252)

Untuk menentukan valid atau tidaknya pertanyaan yang digunakan dalam

angket penelitian, dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir pertanyaan

dengan skor total. Hasil perhitungan validitas butir pertanyaan dapat dilihat pada

lampiran 7. Setelah dilakukan korelasi skor total dengan skor butir pertanyaan,

maka rpbis didapatkan. Kesesuaian harga rpbis yang diperoleh dari perhitungan

dengan menggunakan rumus di atas dikonsultasikan dengan tabel harga rtabel

product moment. Untuk n = 10 dan taraf signifikan 5% diperoleh harga rtabel

sebesar 0, 632. Apabila harga rpbis ≥ rtabel, maka butir pertanyaan tersebut valid

dan jika rpbis < rtabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan :

1) Pertanyaan yang mempunyai rpbis < 0, 632

Tabel 3

Item Pertanyaan Angket Penelitian yang Mempunyai rpbis < 0, 632

Variabel Nomor Pertanyaan

Pengetahuan 5, 9, 12, 14

Sikap 2, 5, 10

Kenyamanan APT 6

Page 60: Skripsi Pendidikan (144)

Dengan demikian pertanyaan – pertanyaan tersebut di atas dinyatakan tidak

valid.

2) Pertanyaan yang mempunyai rpbis ≥ 0, 632

Adalah semua item pertanyaan kecuali yang tersebut dalam tabel 3 di atas.

Dengan demikian, pertanyaan selain dalam tabel 3 dinyatakan valid.

Sehingga pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan

sebagai berikut :

Tabel 4

Komponen dan Distribusi Butir Pertanyaan Angket Penelitian

Variabel Penelitian Indikator No. Pertanyaan Jumlah

Pertanyaan

Pendidikan Pendidikan formal

terakhir dari responden

5 1

Masa Kerja Lamanya tenaga kerja

bekerja di tempat bising

6 1

Pengetahuan Akibat kebisingan

Pengertian APT

Syarat APT

Manfaat APT

Perawatan APT

Bahan pembuat APT

1, 2

3

4

5, 6, 7, 8

9, 10

11, 12

2

1

1

4

2

2

Sikap Keyakinan terhadap

fungsi APT

Tanggapan terhadap

pemakaian APT

Perawatan APT

1, 2

3, 4, 5

6, 7

2

3

2

Kenyamanan APT

(ear plug)

Suasana nyaman dalam

memakai APT

1, 2, 3, 4, 5 5

Pemakaian APT (ear

plug)

Praktek pemakaian APT

dalam bekerja

1 1

Jumlah 27

Page 61: Skripsi Pendidikan (144)

( )

−−

− tkV

MkM

k

k1

1

3.8.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002 : 154).

Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus K – R 21, karena

instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang skornya 1 dan 0, dengan

jumlah butir pertanyaan ganjil.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

r11 =

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir soal atau butir pertanyaan

M : skor rata-rata

Vt : varians total

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 164)

Hasil perhitungan reliabilitas tersebut dikonsultasikan dengan rtabel product

moment. Untuk n = 10 dengan taraf signifikan 5% atau interval kepercayaan

95% diperoleh rtabel, = 0, 632. Apabila rhitung ≥ rtabel,, maka instrumen tersebut

dinyatakan reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen dapat dilihat

dalam tabel 5 berikut ini :

Tabel 5

Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Variabel r11 rtabel Kriteria

Page 62: Skripsi Pendidikan (144)

Pengetahuan 0, 858 0, 632 reliabel

Sikap 0, 849 0, 632 reliabel

Kenyamanan

APT 0, 645 0, 632 reliabel

Dalam penelitian ini penentuan kriteria dilakukan berdasarkan nilai rata – rata

(mean). Rata – rata (mean) diperoleh dengan menjumlahkan skor nilai dari

instrumen, kemudian dibagi dengan jumlah sampel. Hal ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Me = n

X i∑

Keterangan :

Me = Mean (rata – rata)

Σ = Epsilon (baca jumlah)

Xi = Nilai X ke i sampai ke n

n = Jumlah individu

(Sugiyono, 2003 : 43)

Berdasarkan hasil penghitungan di atas diperoleh kriteria sebagai berikut :

Tabel 6

Kriteria Variabel Penelitian

Variabel

Jawaban

Pertanyaan yang

Disediakan

Kriteria

Pendidikan 1. Tidak sekolah

2. SD

3. SMP

SD

SMP

Page 63: Skripsi Pendidikan (144)

4. SMA

5. Akademi / PT

SMA

Masa Kerja Tahun < 10 tahun = Baru

≥ 10 tahun = Lama

Pengetahuan 0. Salah

1. Benar

< Me = Buruk

≥ Me = Baik

Sikap 0. Tidak setuju

1. Setuju

< Me = Negatif

≥ Me = Positif

Kenyamanan APT (ear

plug)

0. Ya

1. Tidak

< Me = Tidak

Nyaman

≥ Me = Nyaman

Pemakaian APT (ear plug) 0. Tidak

1. Ya

0 = Tidak Pakai

1 = Pakai

3.9 Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian dianalisis

agar memberikan arti yang berguna dalam memecahkan masalah dalam penelitian

ini (Moh. Nasir, 1999 : 405).

Adapun langkah – langkah dalam pengolahan data penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Editing

Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu dengan tujuan

untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian jawaban,

konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban. Sehingga dapat diperbaiki

jika dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data.

Page 64: Skripsi Pendidikan (144)

( )2

1−ΝΝ

ΣΒ−ΣΑ

2) Coding

Adalah memberikan kode pada jawaban yang ada untuk mempermudah dalam

proses pengelompokkan dan pengolahan. Mengkode jawaban adalah memberi

angka pada tiap – tiap jawaban.

3) Entry

Data yang telah dikode tersebut kemudian dimasukkan dalam program

komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4) Tabulating

Adalah proses pengelompokkan jawaban – jawaban yang serupa dan

menjumlahkannya dengan cara yang teliti dan teratur ke dalam tabel yang

telah disediakan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu :

1. Analisis Univariat

Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan

dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang berhubungan atau

berkorelasi, yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik

yang disesuaikan dengan skala data yaitu ordinal. Uji statistik yang digunakan

adalah dengan korelasi Kendal Tau (τ).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

τ =

Page 65: Skripsi Pendidikan (144)

Keterangan :

τ : koefisien korelasi Kendal Tau

ΣA : jumlah rangking atas

ΣB : jumlah rangking bawah

N : jumlah anggota sampel

(Sugiyono, 2003 : 237)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT. Pura Barutama berdiri tahun 1908 yang bergerak di bidang percetakan

dengan nama Pusaka Raya. PT. Pura Barutama terbagi menjadi lima kawasan.

Divisi PM 6 terletak di kawasan IV PT. Pura Barutama di jalan AKBP R. Agil

Kusumadya Km 4, kecamatan Jati, kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Lokasi

terletak 4 km dari pusat kota dan 50 km di sebelah timur kota Semarang. Luas

kawasan IV PT. Pura Barutama mencapai 4 Ha.

Page 66: Skripsi Pendidikan (144)

Daftar karyawan bagian produksi PM 6 PT. Pura Barutama adalah sebagai

berikut :

1. Bagian Mesin

Kepala shift : 3 orang

Wakil kepala shift : 3 orang

Operator : 14 orang

Ketua regu slitter : 3 orang

Operator slitter : 6 orang

2. Bagian Stock Preparation

Kepala shift : 3 orang

Wakil kepala shift : 3 orang

Operator : 15 orang

Tenaga kerja yang berada di PT. Pura Barutama kawasan IV terbagi dalam

5 golongan yang ditangani oleh Divisi HRD sebagai berikut :

1. Karyawan bulanan

2. Karyawan harian tetap

3. Karyawan harian lepas

4. Karyawan honorer

5. Karyawan borongan

Jadwal kerja karyawan PT. Pura Barutama dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Jadwal kerja harian untuk bagian administrasi, kepala bagian dan manajer

Tabel 7

Jadwal kerja harian untuk bagian administrasi, kepala bagian dan manajer

Page 67: Skripsi Pendidikan (144)

Jam Kerja Jam Istirahat

Senin – Kamis 07.30 – 16.30 11.30 – 12.30

Jumat 07.30 – 17.00 11.30 – 13.00

Sabtu 07.30 – 12.30 -

2. Jadwal kerja untuk bagian produksi

Jam kerja bagian produksi dibagi menjadi tiga shift, yaitu :

Tabel 8

Jam Kerja Bagian Produksi

Shift Jam Kerja

I 06.30 – 14.30

II 14.30 – 22.30

III 22.30 – 06.30

PT. Pura Barutama telah melakukan pengukuran kebisingan secara berkala

setiap 6 bulan sekali. Berdasarkan Laporan terakhir Pengujian Kualitas Udara

Emisi, Ambien dan Kebisingan di PT. Pura Barutama Divisi PM 6 pada tanggal

5 April 2005 oleh Balai Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes,

diperoleh intensitas kebisingan sebesar 89, 89 dB (A).

PT Pura Barutama telah menyediakan Alat Pelindung Diri untuk menjaga

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Penyediaan Alat Pelindung Diri

disesuaikan dengan faktor bahaya yang ada di tiap-tiap bagian. Pengadaan dan

pembagian Alat Pelindung Diri ditangani oleh masing-masing kepala bagian. Alat

Pelindung Diri yang disediakan antara lain masker, ear plug, sarung tangan,

sepatu bot, helm, dan wear pack. Penggantian alat pelindung telinga (ear plug)

Page 68: Skripsi Pendidikan (144)

bagi tenaga kerja PT. Pura Barutama dilakukan setiap 2 bulan sekali. Apabila ada

yang rusak sebelum masa pembagian maka tenaga kerja dapat mengajukan

permohonan kembali ke masing-masing kepala bagian sesuai dengan prosedur

permintaan yang ditentukan. Tetapi dalam kenyataannya, tenaga kerja tidak

melakukan pengajuan permintaan lagi jika alat pelindung yang mereka butuhkan

sudah rusak.

PT. Pura Barutama telah melakukan berbagai penyuluhan dan pelatihan

bagi tenaga kerja. Salah satunya yaitu pelatihan tentang cara pemakaian Alat

Pelindung Diri, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

tenaga kerja. Pelatihan ini diberikan kepada semua tenaga kerja secara bergiliran.

Pelatihan dan penyuluhan dilakukan baik oleh dokter perusahaan, bagian

manajemen dan anggota P2K3, maupun mendatangkan dari luar.

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja hanya dilakukan pada saat

penerimaan tenaga kerja baru (pemeriksaan awal). Sedangkan untuk pemeriksaan

berkala atau khusus tidak dilakukan. Tetapi tenaga kerja diberi hak untuk

memeriksakan kesehatannya di poliklinik perusahaan jika ada gangguan terhadap

kesehatannya. Semua tenaga kerja sudah menjadi anggota Askes, sehingga tenaga

kerja dan keluarga berhak mendapat pelayanan kesehatan. Apabila tenaga kerja

memerlukan perawatan yang lebih intensif, maka tenaga kerja akan dirujuk ke

rumah sakit yang bekerja sama dengan PT. Askes.

PT. Pura Barutama sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan karena

karyawan adalah aset perusahaan yang paling utama. PT. Pura Barutama terus

Page 69: Skripsi Pendidikan (144)

meningkatkan kesejahteraan karyawan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat

dari pemberian fasilitas yang meliputi :

1. Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK)

2. Perumahan dinas untuk karyawan bulanan dan sebagian karyawan harian tetap

yang telah memenuhi syarat.

3. Pemeriksaan kesehatan di rumah sakit dan uang pengobatan

4. Cuti hamil

5. Transportasi antar jemput karyawan

6. Tersedianya PPPK di tempat strategis

7. Koperasi simpan pinjam

8. Sarana olahraga

4.1.2 Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan di bagian produksi PM 6 PT. Pura Barutama

Kudus dengan subyek penelitian sebesar 36 responden. Variabel yang diteliti

dalam penelitian ini adalah pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap dan

kenyamanan APT (ear plug) sebagai variabel bebas dan pemakaian APT (ear

plug) sebagai variabel terikat. Data diperoleh dengan menggunakan angket dan

didukung dengan lembar observasi untuk pemakaian APT (ear plug).

4.1.2.1 Analisis Univariat

Page 70: Skripsi Pendidikan (144)

Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan sebaran dan hasil

penelitian yang diperoleh dengan menggunakan daftar distribusi frekuensi serta

dilengkapi dengan tabel dan grafik.

1) Pendidikan

Responden dalam penelitian ini dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat

pendidikan sebagai berikut :

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Pendidikan

No. Pendidikan f %

1. SD 7 19,44

2. SMP 11 30,56

3. SMA 18 50,00

Jumlah 36 100

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh visualisasi

sebagai berikut :

Grafik 2

Tingkatan Pendidikan Responden

Page 71: Skripsi Pendidikan (144)

19,44%

30,56%

50%

0

5

10

15

20

Jumlah

SD SMP SMA

Pendidikan

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa dari sampel

penelitian yang berjumlah 36 responden, 18 orang (50%) berpendidikan SMA, 11

orang (30,56%) berpendidikan SMP dan 7 orang (19,44%) berpendidikan SD.

2) Masa Kerja

Masa kerja responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2

kriteria yaitu masa kerja baru dan masa kerja lama. Responden dinyatakan

memiliki masa kerja baru apabila masa kerja yang dimiliki < 10 tahun. Apabila

masa kerja yang dimiliki ≥ 10 tahun maka responden dinyatakan memiliki masa

kerja lama. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden

No. Kriteria f %

1. Baru 4 11,11

2. Lama 32 88,89

Jumlah 36 100

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh visualisasi

sebagai berikut :

Page 72: Skripsi Pendidikan (144)

Grafik 3

Masa Kerja Responden

11,11%

88,89%

0

10

20

30

40

Jumlah

Baru Lama

Masa Kerja

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa dari 36 responden,

terdapat 32 orang (88,89%) memiliki masa kerja lama dan 4 orang (11,11%)

memiliki masa kerja baru.

3) Pengetahuan responden tentang APT (ear plug)

Pengetahuan responden dinyatakan dalam 2 kriteria yaitu pengetahuan

buruk dan pengetahuan baik. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang APT (Ear Plug)

Page 73: Skripsi Pendidikan (144)

No. Kriteria f %

1. Buruk 16 44,44

2. Baik 20 55,56

Jumlah 36 100

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh visualisasi

sebagai berikut :

Grafik 4

Pengetahuan Responden tentang APT (Ear Plug)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa dari 36 responden,

sebesar 20 orang (55,56%) memiliki pengetahuan tentang APT (ear plug) dalam

kriteria baik dan selebihnya yaitu sebesar 16 orang (44,44%) memiliki

pengetahuan tentang APT (ear plug) dalam kriteria buruk.

4) Sikap responden terhadap APT (ear plug)

44,44%

55,56%

0

5

10

15

20

Jumlah

Buruk Baik

Pengetahuan

Page 74: Skripsi Pendidikan (144)

Sikap responden terhadap APT (ear plug) dikelompokkan menjadi 2 kriteria

yaitu sikap negatif dan sikap positif. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap APT (Ear Plug)

No. Kriteria f %

1. Negatif 18 50

2. Positif 18 50

Jumlah 36 100

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh visualisasi

sebagai berikut :

Grafik 5

Sikap Responden terhadap APT (Ear Plug)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa dari 36 responden,

terdapat 18 orang (50%) memiliki sikap yang negatif terhadap APT (ear plug) dan

18 orang (50%) memiliki sikap yang positif terhadap APT (ear plug).

5) Kenyamanan APT (ear plug) responden

50% 50%

0

5

10

15

20

Jumlah

Negatif Positif

Sikap

Page 75: Skripsi Pendidikan (144)

Kenyamanan APT (ear plug) dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi

2 kriteria yaitu nyaman dan tidak nyaman. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Kenyamanan APT (Ear Plug) Responden

No. Kriteria f %

1. Tidak nyaman 19 52,78

2. Nyaman 17 47,22

Jumlah 36 100

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh visualisasi

sebagai berikut :

Grafik 6

Kenyamanan APT (Ear Plug) Responden

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa dari 36 responden,

terdapat 19 orang (52,78%) menyatakan tidak nyaman memakai APT (ear plug)

dan 17 orang (47,22%) menyatakan nyaman memakai APT (ear plug).

6) Pemakaian APT (ear plug) responden

52,78%

47,22%

16

17

18

19

Jumlah

Tidak nyaman Nyaman

Kenyamanan APT (Ear Plug)

Page 76: Skripsi Pendidikan (144)

Dalam penelitian ini, pemakaian APT (ear plug) dikelompokkan dalam 2

kriteria yaitu pakai dan tidak pakai APT (ear plug). Berdasarkan penelitian

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Pemakaian APT (Ear Plug) Responden

No. Kriteria f %

1. Tidak pakai 15 41,67

2. Pakai 21 58,33

Jumlah 36 100

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh visualisasi

sebagai berikut :

Grafik 7

Pemakaian APT (Ear Plug) Responden

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa dari 36 responden,

terdapat 21 orang (58,33%) memakai APT (ear plug) dan 15 orang (41,67%) tidak

memakai APT (ear plug).

4.1.2.2 Analisis Bivariat

41,67%

58,33%

0

5

10

15

20

25

Jumlah

Tidak pakai Pakai

Pemakaian APT (Ear Plug )

Page 77: Skripsi Pendidikan (144)

Analisis terhadap data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian

yang telah disusun sebelumnya. Uji statistik yang digunakan adalah dengan

korelasi Kendal Tau (τ). Hasil perhitungan dapat disajikan dalam tabel berikut

ini :

Tabel 15

Korelasi Kendal Tau Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Variabel Bebas Variabel Terikat Batas Signifikan p OR

Pendidikan Pemakaian APT 0,05 0,776 -

Masa Kerja Pemakaian APT 0,05 0,726 -

Pengetahuan Pemakaian APT 0,05 0,821 -

Sikap Pemakaian APT 0,05 0,735 -

Kenyamanan APT Pemakaian APT 0,05 0,002 8,000

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa :

1) Hubungan pendidikan responden dengan pemakaian APT (ear plug)

Hasil uji statistik Kendall’s tau antara pendidikan dengan pemakaian APT

(ear plug) diperoleh nilai p = 0,776. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pemakaian APT

(ear plug).

2) Hubungan masa kerja responden dengan pemakaian APT (ear plug)

Page 78: Skripsi Pendidikan (144)

Hasil uji statistik Kendall’s tau antara masa kerja dengan pemakaian APT (ear

plug) diperoleh nilai p = 0,726. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan pemakaian APT (ear

plug).

3) Hubungan pengetahuan responden dengan pemakaian APT (ear plug)

Hasil uji statistik Kendall’s tau antara tingkat pengetahuan dengan pemakaian

APT (ear plug) diperoleh nilai p = 0,821. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pemakaian

APT (ear plug).

4) Hubungan sikap responden dengan pemakaian APT (ear plug)

Hasil uji statistik Kendall’s tau antara sikap dengan pemakaian APT (ear

plug) diperoleh nilai p = 0,735. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemakaian APT (ear plug).

5) Hubungan kenyamanan responden dengan pemakaian APT (ear plug)

Hasil uji statistik Kendall’s tau antara kenyamanan dengan pemakaian APT

(ear plug) diperoleh nilai p = 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kenyamanan dengan pemakaian APT (ear

plug). OR = 8,000 menunjukkan bahwa responden yang merasa tidak nyaman

memakai APT (ear plug) akan memiliki risiko tidak memakai APT (ear plug)

8,000 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang merasa nyaman

memakai APT (ear plug).

Page 79: Skripsi Pendidikan (144)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Uji Univariat

Berdasarkan hasil penelitian di bagian produksi PM 6 PT. Pura Barutama

Kudus, diketahui bahwa pendidikan formal tertinggi responden adalah SMA

sebanyak 18 orang (50%). Pendidikan formal yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi kemampuan untuk mencerna informasi-informasi yang mereka

terima sekaligus mempertimbangkan apakah informasi tersebut dapat dijadikan

dasar bagi perilaku mereka selanjutnya. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa

pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi

pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak (Achmad

Munib, dkk, 2004 : 32). Secara konseptual pendidikan adalah segala sesuatu untuk

membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan

rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah,

untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada

dalam keseimbangan (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 : 200).

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang mempunyai masa

kerja lama sebesar 32 orang (88,89%). Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau

lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi

kinerja baik positif maupun negatif. Akan memberi pengaruh positif pada kinerja

bila dengan semakin lamanya masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman

dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif

Page 80: Skripsi Pendidikan (144)

apabila dengan semakin lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada

tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan

berulang-ulang (M. A. Tulus, 1992 : 121).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang APT

dapat pula diperoleh dari pelatihan dan penyuluhan tentang APT yang mereka

dapatkan dari tempat kerja. Pelatihan dan penyuluhan dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja, dan diharapkan mereka akan

mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan tersebut. Berdasarkan penelitian di

bagian produksi PM 6 PT. Pura Barutama Kudus, terdapat 20 responden (55,56%)

memiliki pengetahuan tentang APT (ear plug) dengan kategori baik. Hal ini

menunjukkan bahwa tenaga kerja telah mengetahui :

1) Pengertian APT

Pertanyaan nomor 3 : 31 responden

2) Syarat APT

Pertanyaan nomor 4 : 32 responden

3) Manfaat APT

Pertanyaan nomor 5 : 33 responden

Pertanyaan nomor 6 : 35 responden

Pertanyaan nomor 7 : 30 responden

Pertanyaan nomor 8 : 27 responden

Page 81: Skripsi Pendidikan (144)

4) Perawatan APT

Pertanyaan nomor 9 : 32 responden

Pertanyaan nomor 10 : 36 responden

5) Bahan pembuat APT

Pertanyaan nomor 11 : 29 responden

Pertanyaan nomor 12 : 26 responden

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 18 responden (50%) memiliki sikap

yang positif terhadap APT (ear plug). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

keseimbangan antara responden yang memiliki sikap positif dan sikap negatif

terhadap APT. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Hurlocks (1976 : 279)

dalam Sugeng Hariyadi (2003 : 89), sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan

dengan dua hal yaitu suka, setuju yang membawa pada sikap positif (favourabel)

dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif (unfavourabel). Sikap yang ada

pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis

dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi

yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat,

hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat.

semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang (Bimo

Walgito, 2001 : 116). Dalam hal ini, lingkungan tempat kerja dengan tingkat

Page 82: Skripsi Pendidikan (144)

kebisingan yang melebihi nilai ambang batas akan mendukung pemakaian APT

(ear plug).

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 19 responden (52,78%) merasa

tidak nyaman memakai APT (ear plug). Kenyamanan merupakan suasana yang

dirasakan responden pada saat memakai APT (ear plug). Pemakaian APT dapat

menyebabkan ketidaknyamanan, terutama bila dipakai untuk jangka lama, karena

pemakai merasa tertutup dan terisolasi (J. M. Harrington & F. S. Gill, 2003 : 262).

Selain itu, ketidaksesuaian ukuran APT (ear plug) dengan anatomis telinga juga

akan menimbulkan rasa tidak enak. Perasaan tidak nyaman yang timbul pada saat

memakai APT ditunjukkan sebagai berikut :

1) Mengalami kesulitan komunikasi dengan rekan kerja (11 responden)

2) Mengalami luka/lecet pada saluran telinga setelah memakai APT

(27 responden)

3) Merasa risih saat memakai APT (18 responden)

4) Merasa panas pada telinga saat memakai APT (20 responden)

5) Merasa beban pada telinga saat memakai APT (22 responden)

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan) dari luar (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 114). Untuk pemakaian

APT (ear plug) ditunjukkan dengan berapa kali ia memakainya selama

diobservasi. Dari hasil observasi diperoleh 21 responden (58,33%) memakai APT

(ear plug) dan 15 responden (41,67%) tidak memakai APT (ear plug).

Page 83: Skripsi Pendidikan (144)

4.2.2 Hasil Uji Bivariat

1) Hubungan antara pendidikan dengan pemakaian APT (ear plug)

Dari hasil analisis Kendall’s tau dapat diketahui bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemakaian APT (ear plug).

Menurut teori dari Dictionary of education dalam buku Achmad Munib, dkk

(2004) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan

kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat

tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan

yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia

dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individu yang optimal (Achmad Munib, dkk, 2004 : 33). Namun pada

kenyataannya dalam penelitian ini pendidikan tidak berhubungan secara

signifikan dengan pengembangan kemampuan dan perilaku tenaga kerja dalam

praktik pemakaian APT. Hal ini diduga karena kurangnya pengawasan dari

perusahaan terhadap pemakaian APT, sehingga akan menyebabkan turunnya

kedisiplinan tenaga kerja. Tujuan dilakukan pengawasan adalah untuk menjamin

bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur

dan petunjuk kerja yang telah ditetapkan (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 : 62).

2) Hubungan antara masa kerja dengan pemakaian APT (ear plug)

Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif.

Akan memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa

kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya (M. A.

Tulus, 1992 : 121). Dari hasil analisis Kendall’s tau dapat diketahui bahwa tidak

Page 84: Skripsi Pendidikan (144)

ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan pemakaian APT (ear

plug). Hal ini diduga karena kurangnya pengawasan dari perusahaan dan tidak

adanya sanksi yang kuat terhadap ketidakdisiplinan tenaga kerja dalam memakai

APT. Salah satu bentuk pengawasan yang seharusnya dilakukan adalah

pengawasan pada bahaya dari cara kerja, karena dapat membahayakan tenaga

kerja itu sendiri dan orang lain disekitarnya. Antara lain pemakaian alat pelindung

diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah. Pengusaha perlu

memperhatikan cara kerja yang dapat membahayakan ini, baik pada tempat kerja

maupun dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari (Syukri Sahab,

1997 : 70).

Umur tenaga kerja juga dapat mempengaruhi signifikansi hubungan

antara masa kerja dengan pemakaian APT. Dalam penelitian ini semua tenaga

kerja berumur ≤ 40 tahun, sehingga masih tergolong karyawan muda. Karyawan

muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi

cepat bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya

tinggi (Malayu S. P. Hasibuan, 2002 : 54).

3) Hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian APT (ear plug)

Dari hasil analisis Kendall’s tau dapat diketahui bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian APT (ear plug).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu Awareness, Interest,

Page 85: Skripsi Pendidikan (144)

Evaluation, Trial, dan Adoption (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 121). Setelah

seseorang mengetahui stimulus atau objek, kemudian mengadakan penilaian atau

pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan

melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya / dinilai

baik (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 130).

Pengetahuan dapat memberi keyakinan untuk berperilaku dan bisa juga

untuk tidak berperilaku. Pada responden yang memiliki pengetahuan yang baik,

bisa juga memiliki praktik yang buruk dalam hal pemakaian APT. Hal ini dapat

disebabkan karena mereka belum memiliki sikap yang positif terhadap APT. Ini

didukung dengan pengalaman pribadi yang selama ini tidak memakai APT namun

tidak mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan. Dari hasil penelitian

disebutkan bahwa responden tidak memerlukan APT saat bekerja karena mereka

tidak mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan. Dalam hal ini

responden belum mencapai tahap adoption dalam proses perubahan perilaku yaitu

berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 121). Hal ini mungkin disebabkan karena

frekuensi penyuluhan masih rendah dan materi penyuluhan yang masih dangkal.

4) Hubungan antara sikap dengan pemakaian APT (ear plug)

Dari hasil analisis Kendall’s tau dapat diketahui bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemakaian APT (ear plug). Pada

responden yang memiliki sikap yang positif, bisa juga memiliki praktik yang

buruk dalam hal pemakaian APT. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya

pengetahuan responden tentang APT dan tidak adanya keyakinan terhadap fungsi

Page 86: Skripsi Pendidikan (144)

APT. Selain itu juga karena kurangnya pengawasan dari atasan, tidak adanya

sanksi yang kuat dan tenaga kerja merasa tidak nyaman memakai APT. Hal ini

didukung juga oleh pernyataan responden yang menyatakan bahwa memakai APT

sangat mengganggu pekerjaan (item pertanyaan sikap nomor 3), sehingga

responden cenderung untuk tidak memakai APT.

Menurut Hurlock dalam Sugeng Hariyadi (2003 : 89), secara operasional

sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan

respon atau reaksi dari sikapnya terhadap objek tertentu, baik yang berupa orang,

peristiwa, situasi dan lain sebagainya. Sebagai suatu reaksi maka sikap

berhubungan dengan dua hal yaitu suka, setuju yang membawa pada sikap positif

(favourable) dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif (unfavourable).

Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif

terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai

obyek tertentu (Sarlito Wirawan Sarwono, 2000 : 94).

Dalam hal pemakaian APT (ear plug), sikap yang positif terhadap APT

(ear plug) dapat menghasilkan praktek yang buruk dalam pemakaian APT. Karena

sikap yang ada pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu

faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat

berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam

masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam

masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku (Bimo

Walgito, 2001 : 116).

Page 87: Skripsi Pendidikan (144)

5) Hubungan antara kenyamanan dengan pemakaian APT (ear plug)

Dari hasil analisis Kendall’s tau dapat diketahui bahwa ada hubungan

yang signifikan antara kenyamanan dengan pemakaian APT (ear plug). Dari

hasil penelitian disebutkan bahwa tenaga kerja mengalami kesulitan komunikasi

pada saat memakai APT, mengalami luka/lecet pada saluran telinga, merasa risih

saat memakai APT, merasa panas pada telinga saat memakai APT dan merasa

beban pada telinga saat memakai APT.

Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang timbul pada

saat menggunakan APD akan mengakibatkan keengganan tenaga kerja

menggunakannya dan mereka memberi respon yang berbeda-beda (A. M. Sugeng

Budiono dkk, 2003 : 334). Pemakaian APT dapat menyebabkan

ketidaknyamanan, terutama bila dipakai untuk jangka lama, karena pemakai

merasa tertutup dan terisolasi. Oleh karena itu, pekerja cenderung untuk

melepaskannya untuk menghilangkan ketidaknyamanan (J. M. Harrington & F. S.

Gill, 2003 : 262). Selain itu penggunaan APT juga harus memenuhi kriteria :

4. Dapat mencegah gangguan pendengaran

5. Dapat menurunkan tingkat kepaparan

6. Dapat memenuhi derajat kenyamanan

Dari kriteria tersebut menunjukkan bahwa kenyamanan sangat mempengaruhi

pemakaian APT.

Page 88: Skripsi Pendidikan (144)

4.3 Kelemahan Penelitian

Penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemakaian

APT (ear plug) ini tidak lepas dari beberapa kelemahan. Kelemahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Pengontrolan kejujuran dan kesungguhan responden dalam memakai APT

(ear plug) hanya dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

2) Banyak faktor yang mempengaruhi pemakaian APT, dan disini peneliti hanya

meneliti pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap dan kenyamanan APT

(ear plug), sedangkan faktor lain tidak diteliti karena keterbatasan peneliti.

3) Adanya batasan dalam pengambilan data di perusahaan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM

6 PT. Pura Barutama Kudus didapatkan bahwa :

Page 89: Skripsi Pendidikan (144)

1) Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemakaian

APT (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT. Pura

Barutama Kudus.

2) Tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan pemakaian

APT (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT. Pura

Barutama Kudus.

3) Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian

APT (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT. Pura

Barutama Kudus.

4) Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemakaian APT (ear

plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT. Pura Barutama

Kudus.

5) Ada hubungan yang signifikan antara kenyamanan APT dengan pemakaian

APT (ear plug) pada tenaga kerja bagian produksi Divisi PM 6 PT. Pura

Barutama Kudus.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diperoleh, peneliti mengemukakan

beberapa saran antara lain :

1) Perusahaan sebaiknya menyediakan APT (ear plug) dari bahan yang lunak

seperti karet berisi pasta dan plastik berisi pasta.

Page 90: Skripsi Pendidikan (144)

2) Memberikan sanksi yang lebih ketat pada tenaga kerja yang tidak disiplin

dalam memakai APT demi kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja.

3) Memasang papan peringatan ataupun poster – poster tentang APT di ruang

produksi guna mengingatkan dan menumbuhkan kesadaran tenaga kerja dalam

melindungi diri dari bahaya kebisingan dan untuk meningkatkan kesehatan

dan keselamatan kerjanya.

DAFTAR PUSTAKA

A. M. Sugeng Budiono. 1992. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Solo : PT. Tri Tunggal Tata Fajar

---------------------------- 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

A. Siswanto. 1990. Kebisingan. Surabaya : Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Achmad Munib, dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UPT

UNNES Press

Anhar Hadian. 2004. Bising Bisa Timbulkan Tuli. http : //www. w3. org

Bimo Walgito. 2001. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta : ANDI

Yogyakarta

D. J. Wijono. 1998. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya :

Airlangga University Press

Darmanto Djojodibroto. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama

Page 91: Skripsi Pendidikan (144)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat Kesehatan Kerja. 2003. Modul

Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta : Balai Pustaka

Dwi. P. Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang : Badan

Penerbit Universitas Diponegoro

Gempur Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :

Prestasi Pustaka

International Labour Office. 1989. Pencegahan Kecelakaan. Geneva : PT. Pustaka

Binaman Pressindo

J. M. Harrington & F. S. Gill. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC

Kunaryo Hadikusumo, dkk. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang : IKIP

Semarang Press

M. A. Tulus. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama

Malayu. S. P. Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi

Aksara

Moh. Nasir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Poerwadarminta. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Redaksi Sinar Grafika. 2003. UU Ketenagakerjaan 2003 (UU No. 13 Th. 2003).

Jakarta : Sinar Grafika Offset

Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : PT. Bulan

Bintang

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung :

CV. Mandar Maju

Siswanto Sastrohadiwiryo. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta :

PT. Bumi Aksara

Sjahrul M. Nasri. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di

Tempat Kerja. Bandung : FKM UI

Page 92: Skripsi Pendidikan (144)

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.

Rineka Cipta

---------------------------- 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.

Rineka Cipta

Sugeng Hariyadi, dkk. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang : UPT. UNNES

Press

Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta : PT. Rineka Cipta

Suma’mur P. K. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta :

PT. Toko Gunung Agung

Sutrisno Hadi. 1990. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset

Syukri Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia

Tata Soemitra. 1997. Hearing Conservation Program. Bandung : FKM UI

LEMBAR OBSERVASI

Petunjuk pengisian :

Beri tanda ( √ ) bila memakai Ear Plug (sumbat telinga) dan tanda ( - ) bila tidak

memakai Ear Plug (sumbat telinga)

Page 93: Skripsi Pendidikan (144)

Hari

1 2 3 4 5 Jumlah

No. Kode

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 √ −

Kriteria

1 R-1 √ √ √ √ √ − √ − √ √ 8 2 pakai

2 R-2 √ − √ √ √ √ − √ √ − 7 3 pakai

3 R-3 √ √ √ − √ − √ √ √ − 7 3 pakai

4 R-4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 0 pakai

5 R-5 − − − − − − − − √ − 1 9 tidak pakai

6 R-6 √ − √ √ √ − √ − √ √ 7 3 pakai

7 R-7 − − √ − − − − − − − 1 9 tidak pakai

8 R-8 √ √ − − √ √ √ − √ √ 7 3 pakai

9 R-9 − − √ − − − √ √ √ − 4 6 tidak pakai

10 R-10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 0 pakai

11 R-11 − − √ − √ − − − − − 2 8 tidak pakai

12 R-12 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

13 R-13 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

14 R-14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 0 pakai

15 R-15 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

16 R-16 − − − − √ − − − − − 1 9 tidak pakai

17 R-17 √ √ √ √ √ √ √ √ √ − 9 1 pakai

18 R-18 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

19 R-19 √ √ √ − √ − √ √ √ √ 8 2 pakai

20 R-20 √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 1 pakai

21 R-21 √ − √ √ √ − √ √ √ − 7 3 pakai

Hari

1 2 3 4 5 Jumlah

No. Kode

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 √ −

Kriteria

22 R-22 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

Page 94: Skripsi Pendidikan (144)

23 R-23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 0 pakai

24 R-24 √ √ √ √ √ − √ √ √ √ 9 1 pakai

25 R-25 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 0 pakai

26 R-26 √ − √ √ √ − √ √ √ √ 8 2 pakai

27 R-27 √ √ √ − √ √ √ − √ √ 8 2 pakai

28 R-28 √ √ √ √ √ − √ √ √ √ 9 1 pakai

29 R-29 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

30 R-30 √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 1 pakai

31 R-31 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

32 R-32 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

33 R-33 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 0 pakai

34 R-34 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

35 R-35 √ − √ √ √ − √ √ √ √ 8 2 pakai

36 R-36 − − − − − − − − − − 0 10 tidak pakai

DATA HASIL PENELITIAN

No. Kode Pendidikan

1 R-1 SMA

2 R-2 SMP

3 R-3 SMA

4 R-4 SMA

5 R-5 SMA

6 R-6 SMP

7 R-7 SMA

8 R-8 SMA

9 R-9 SMA

10 R-10 SMA

11 R-11 SMP

12 R-12 SMA

13 R-13 SMA

Page 95: Skripsi Pendidikan (144)

14 R-14 SMA

15 R-15 SMP

16 R-16 SD

17 R-17 SMA

18 R-18 SMP

19 R-19 SMA

20 R-20 SD

21 R-21 SD

22 R-22 SMA

23 R-23 SMA

24 R-24 SMA

25 R-25 SD

26 R-26 SD

27 R-27 SMP

28 R-28 SMP

29 R-29 SMP

30 R-30 SMP

31 R-31 SMA

32 R-32 SD

33 R-33 SMP

34 R-34 SD

35 R-35 SMA

36 R-36 SMP

No. Kode Masa Kerja (tahun) Kriteria

1 R-1 15 lama

2 R-2 15 lama

3 R-3 15 lama

4 R-4 15 lama

5 R-5 14 lama

6 R-6 15 lama

7 R-7 15 lama

8 R-8 18 lama

9 R-9 14 lama

10 R-10 14 lama

11 R-11 15 lama

12 R-12 6 baru

13 R-13 5 baru

14 R-14 15 lama

15 R-15 15 lama

16 R-16 15 lama

Page 96: Skripsi Pendidikan (144)

17 R-17 15 lama

18 R-18 14 lama

19 R-19 10 baru

20 R-20 14 lama

21 R-21 14 lama

22 R-22 15 lama

23 R-23 14 lama

24 R-24 14 lama

25 R-25 14 lama

26 R-26 13 lama

27 R-27 15 lama

28 R-28 14 lama

29 R-29 15 lama

30 R-30 14 lama

31 R-31 14 lama

32 R-32 14 lama

33 R-33 15 lama

34 R-34 15 lama

35 R-35 6 baru

36 R-36 14 lama

Pengetahuan tentang Alat Pelindung Telinga (Ear Plug) No. Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Kriteria

1 R-1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik

2 R-2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik

3 R-3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 Baik

4 R-4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik

5 R-5 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 9 Buruk

6 R-6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

7 R-7 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 10 Buruk

8 R-8 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 8 Buruk

9 R-9 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 9 Buruk

10 R-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

11 R-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 Baik

12 R-12 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 8 Buruk

13 R-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 Baik

14 R-14 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 10 Buruk

15 R-15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik

Page 97: Skripsi Pendidikan (144)

16 R-16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 11 Baik

17 R-17 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 5 Buruk

18 R-18 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 8 Buruk

19 R-19 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 Buruk

20 R-20 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Buruk

21 R-21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

22 R-22 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik

23 R-23 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Buruk

24 R-24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

25 R-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

26 R-26 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 Buruk

27 R-27 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 9 Buruk

28 R-28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

29 R-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

30 R-30 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Buruk

31 R-31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

32 R-32 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 Buruk

33 R-33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

34 R-34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 Baik

35 R-35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 Baik

36 R-36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 9 Buruk

Sikap Responden terhadap Alat Pelindung Telinga (Ear Plug) No. Kode 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Kriteria

1 R-1 1 1 1 0 0 1 1 5 negatif

2 R-2 1 1 1 0 0 1 1 5 negatif

3 R-3 1 1 1 1 0 1 1 6 positif

4 R-4 1 1 1 0 0 1 1 5 negatif

5 R-5 1 1 1 1 0 1 1 6 positif

6 R-6 1 1 0 1 0 0 1 4 negatif

7 R-7 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

8 R-8 1 0 0 1 0 0 0 2 negatif

9 R-9 1 1 0 1 0 1 1 5 negatif

10 R-10 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

11 R-11 1 1 1 1 0 0 1 5 negatif

12 R-12 1 1 0 1 0 1 1 5 negatif

13 R-13 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

14 R-14 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

15 R-15 1 1 1 1 0 1 1 6 positif

Page 98: Skripsi Pendidikan (144)

16 R-16 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

17 R-17 1 0 0 1 0 1 1 4 negatif

18 R-18 0 1 0 1 0 1 1 4 negatif

19 R-19 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

20 R-20 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

21 R-21 1 1 1 1 0 1 1 6 positif

22 R-22 1 1 1 1 0 1 1 6 positif

23 R-23 1 1 1 0 1 1 1 6 positif

24 R-24 1 1 0 1 1 0 1 5 negatif

25 R-25 0 1 1 1 1 1 0 5 negatif

26 R-26 1 0 0 0 1 0 0 2 negatif

27 R-27 1 1 0 1 1 1 1 6 positif

28 R-28 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

29 R-29 1 0 1 1 0 0 0 3 negatif

30 R-30 1 1 1 1 0 0 1 5 negatif

31 R-31 1 0 1 1 1 1 1 6 positif

32 R-32 1 1 1 1 0 0 1 5 negatif

33 R-33 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

34 R-34 1 1 1 1 0 0 1 5 negatif

35 R-35 1 1 1 1 1 1 1 7 positif

36 R-36 1 0 1 1 0 0 1 4 negatif

Kenyamanan Alat Pelindung Telinga (Ear Plug) No. Kode 1 2 3 4 5 Jumlah Kriteria

1 R-1 1 1 1 1 1 5 nyaman

2 R-2 1 1 1 1 1 5 nyaman

3 R-3 0 1 1 1 0 3 nyaman

4 R-4 1 1 1 1 1 5 nyaman

5 R-5 0 1 1 1 1 4 nyaman

6 R-6 0 1 0 0 1 2 tidak nyaman

7 R-7 0 1 0 1 0 2 tidak nyaman

8 R-8 1 0 0 0 0 1 tidak nyaman

9 R-9 0 1 0 0 0 1 tidak nyaman

10 R-10 1 1 1 1 1 5 nyaman

11 R-11 0 1 1 1 1 4 nyaman

12 R-12 0 1 0 0 0 1 tidak nyaman

13 R-13 1 1 1 1 1 5 nyaman

14 R-14 1 1 1 1 1 5 nyaman

15 R-15 0 0 0 0 0 0 tidak nyaman

Page 99: Skripsi Pendidikan (144)

16 R-16 0 0 0 1 0 1 tidak nyaman

17 R-17 0 0 0 0 0 0 tidak nyaman

18 R-18 0 0 0 0 1 1 tidak nyaman

19 R-19 1 1 1 1 1 5 nyaman

20 R-20 0 0 1 1 1 3 nyaman

21 R-21 0 1 1 0 0 2 tidak nyaman

22 R-22 0 0 0 0 0 0 tidak nyaman

23 R-23 1 1 1 1 1 5 nyaman

24 R-24 0 1 0 0 1 2 tidak nyaman

25 R-25 0 1 0 0 1 2 tidak nyaman

26 R-26 0 1 0 0 1 2 tidak nyaman

27 R-27 1 1 1 1 1 5 nyaman

28 R-28 1 1 1 1 1 5 nyaman

29 R-29 0 1 0 0 0 1 tidak nyaman

30 R-30 0 0 1 1 1 3 nyaman

31 R-31 0 0 0 0 0 0 tidak nyaman

32 R-32 0 1 0 0 1 2 tidak nyaman

33 R-33 0 1 1 1 1 4 nyaman

34 R-34 0 1 0 0 0 1 tidak nyaman

35 R-35 0 1 1 1 1 4 nyaman

36 R-36 0 1 0 1 0 2 tidak nyaman

No. Kode Pemakaian Alat Pelindung Telinga

(Ear Plug)

1 R-1 pakai

2 R-2 pakai

3 R-3 pakai

4 R-4 pakai

5 R-5 tidak pakai

6 R-6 pakai

7 R-7 tidak pakai

8 R-8 pakai

9 R-9 tidak pakai

10 R-10 pakai

11 R-11 tidak pakai

12 R-12 tidak pakai

13 R-13 tidak pakai

14 R-14 pakai

15 R-15 tidak pakai

Page 100: Skripsi Pendidikan (144)

16 R-16 tidak pakai

17 R-17 pakai

18 R-18 tidak pakai

19 R-19 pakai

20 R-20 pakai

21 R-21 pakai

22 R-22 tidak pakai

23 R-23 pakai

24 R-24 pakai

25 R-25 pakai

26 R-26 pakai

27 R-27 pakai

28 R-28 pakai

29 R-29 tidak pakai

30 R-30 pakai

31 R-31 tidak pakai

32 R-32 tidak pakai

33 R-33 pakai

34 R-34 tidak pakai

35 R-35 pakai

36 R-36 tidak pakai

Page 101: Skripsi Pendidikan (144)