Skripsi Pendidikan (138)

110
MODEL PELATIHAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA DI BALAI LATIHAN KERJA LUAR NEGERI JL. BROTOJOYO SEMARANG SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Nama : HEMA CHASISTRIANA NIM : 1214000044 Jur/Prog Studi : PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Transcript of Skripsi Pendidikan (138)

Page 1: Skripsi Pendidikan (138)

MODEL PELATIHAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA

DI BALAI LATIHAN KERJA LUAR NEGERI

JL. BROTOJOYO SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I

Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : HEMA CHASISTRIANA

NIM : 1214000044

Jur/Prog Studi : PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

Page 2: Skripsi Pendidikan (138)

ii

ABSTRAK

Hema Chasistriana, 2005.Model Pelatihan Calon TKI di BLKLN Jalan Brotojoyo

Semarang. Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan.

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Utsman, M.Pd, Pembimbing II

Drs. Sawa Suryana.

Salah satu tempat pelatihan untuk calon TKI yang akan ke luar negeri

adalah BLKLN selain PJTKI yang mempunyai fungsi sebagai jasa penyalur

mereka ke luar negeri. Tugas dan fungsi BLKLN haya sebagai pelaksana sebagian

tugas tehnis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, selain itu jug amalaksanakan

kebijakan tehnis operasional pelatihan calon tenaga kerja yang akan bekerja

keluar negeri. Permasalahan yag diungkap adalah mengenai model pelatihan calon

TKI yang ada di BLKLN? Dan faktor pendorong dan penghambat calon TKI

keluar negeri? Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahi model pelatihan

yang ada di BLKLN yang meliputi : tujuan pelatihan, materi pelatihan, metode

pelatihan, media pelatihan dan evaluasi pelatihan yang ada di BLKLN serta faktor

pendorong dan penghambat calon TKI keluar negeri.

Pendekatan penelitian yang digunaka adalah deskriptif kualitatif yang

menggambarkan secara obyektif suatu model pelatihan calon TKI serta faktor

pendorong dan penghambat TKI keluar negeri.Lokasi penelitian adalah di

BLKLN Jalan Brotojoyo Semarang. Subyek penelitian meliputi delapan orang

informan yaitu : empat orang calon TKI, tiga orang instruktur, dan sati orang kasi

penyelenggara pelatihan. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara,

observasu dan dokumentasi. Untuk membuktikan keabsahan data dilakukan

pengecekan data menggunakan pengecekan teman sejawat, triangulasidengan

sumber. Tehnik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa faktor pendorong calon TKI keluar

negeri adalah untuk meningkatkan ekonomi keluarganya karena sulitnya mencari

pekerjaan di dalam negeri dengan latar belakang pendidikan mereka yang sangat

minim, hal itulah yang menjadi faktor penghambat mereka keluar negeri.

Kemudian model pelatihan di BLKLN Jalan Brotojoyo Semarang cukup baik

berdasarkan materi dan praktek dilapangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa

komponen pelatihan yang dapat diterapkan dengan baik dengan tingkat

penguasaan materi rata-rata 75%. Komponen-komponen tersebut antara lain

mengenai tujuan pelatihan yang ada di BLKLN sudah direalisasikan dalam

pelatihan dengan jelas seperti yang telah ditetapkan sebelumnya. Materi pelatihan

yang ada di BLKLN telah ditetapkan sebelumnya dengan memperhatikan

kebutuhan calon TKI yang akan bekerja sebagai penata laksana rumah tangga di

luar negeri. Penberian materi tersebut juga disesuaikan denga keadaan yang ada di

negara tujuan agar calon KI tidak mengalami kesulitan dengan apa yang menjadi

tugasnya sebagai penata laksana rumah tangga di luar negeri nanti. Sebagai

penunjang pemberian materi dengan baik dibutuhkan metode pelatihan yang

sesuai dengan karakter peserta pelatihan mengingat kebanyakan calon TKI yang

dilatih mempunyai latar belakang pendidikan yang kurang maka pemilihan

Page 3: Skripsi Pendidikan (138)

iii

metode belajar yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelatihan.

Penggunaan metode palatihan bagi instruktur berbeda antara instruktur yang satu

dengan lainnya, hal ini disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan masing-

masing instruktur. Selain penggunaan metode yang tepat, media juga mempunyai

peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pelatihan. Dalam memberikan

materi pelatihan harus menggunakan media yang tepat. Karena dalam pelatihan

calon TKI banyak menggunakan praktek maka dibutuhkan alat-alat pendukung

pelatihan. Hal ini karena calon TKI kebanyakan tidak pernah menggunakan alat-

alat modern dalam rumah tangga sehingga diperlukan adanya alat peraga sebagai

latihan praktek mereka. Pada bagian evaluasi instruktur pada umumnya mereka

telah memiliki standar dalam penilaian mereka yang disesuaikan dengan materi

yang telah disampaiakan. Walaupun semua itu dalam prosesnya telah berjalan

dengan normal, masih perlu adanya perbaikan dalam proses belajar, dan

penyesuaian alat-alat penunjang pelatihan pada pelatihan calon TKI di BLKLN

Jalan Brotojoyo Semarang agar tujuan pelatihan dapat dicapai dengan baik.

Page 4: Skripsi Pendidikan (138)

iv

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 29 Oktober 2005

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, M.M Dra. Liliek Desmawati, M.Pd

NIP. 130515769 NIP. 131413202

Penguji I Penguji II

Drs. Fakhruddin, M. Pd Drs. Utsman, M. Pd

NIP. 131607091 NIP. 130936409

Penguji III

Drs. Sawa Suryana

NIP. 131413203

Page 5: Skripsi Pendidikan (138)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

� Jika Anda berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang

akan Anda jalani, bukan hari yang kemarin dengan segala keburukan dan

kejelekannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang

saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari

Anda. ( La Tahzan 6 )

Persembahan

o Untuk Bapak H. Chairuddin dan Ibu Hj. Puji

Siswati atas do’a-do’a tulusnya yang selalu

mengiringi setiap langkahku

o Untuk Adik-adikku Zulham dan Dian atas

dorongan yang diberikan

o Untuk orang-orang disekitarku, teman-

temanku yang menyayangi aku

o Untuk Almamaterku

Page 6: Skripsi Pendidikan (138)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufik dan

Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model

Pelatihan Calon TKI di BLKLN Jl. Brotojoyo Semarang”.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki sehingga tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan mungkin tercapai. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Drs. Siswanto, MM, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, atas ijin penelitian yang

telah diberikan.

2. Drs. Achmad Rifa’I RC, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, atas

motivasinya selama ini.

3. Drs. Utsman, M.Pd, Dosen Pembimbing I dan Drs. Sawa Suryana, Dosen

Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar

membimbing penulis selama ini.

4. Drs. Sidarta, Kepala BLKLN Semarang beserta seluruh pegawainya yang telah

memberikan ijin dan membantu selama penelitian.

5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Page 7: Skripsi Pendidikan (138)

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena

keterbatasan penulis diberbagai hal. Kritik dan saran sangat penulis harapkan

untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis harap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Oktober 2005

Penulis

Page 8: Skripsi Pendidikan (138)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

SARI ……………………………………………………………………………. ii

PENGESAHAN ………………………………………………………………... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………… v

PRAKATA ……………………………………………………………………... vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii

DAFTAR TABEL…….……………………………………………………….. xii

DAFTAR BAGAN... …………………………………………………………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………. 2

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 7

C. Penegasan Istilah …………………………………………………….. 7

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 8

E. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………… …... 10

A. Pelatihan …………………………………………………………….. 10

1. Konsep Pelatihan ……………………………………………….. 10

2. Filosofi Perlunya Pelatihan ……………………………………… 12

3. Model Pelatihan …………………………………………………. 13

Page 9: Skripsi Pendidikan (138)

ix

B. Tenaga Kerja ……………………………………………………….. 14

1. Konsep Tentang Tenaga Kerja ………………………………….. 14

2 Aspek-aspek Tenaga Kerja ……………………………………… 15

C. Komponen Pelatihan ……………………………………………….. 17

1. Tujuan dan Sasaran ………………………………………………... 17

2. Para Pelatihan atau instruktur …………………………………….. 17

3. Materi Pelatihan …………………………………………………… 21

4. Metode Pelatihan …………………………………………………. 22

5. Peserta Pelatihan ………………………………………………….. 24

D. Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 25

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………. 27

A. Pendekatan Penelitian ……………………………………………. 27

B. Lokasi Penelitian ………………………………………………… 28

C. Suyek Penelitian ………………………………………………… 29

D. Fokus Penelitian ………………………………………………… 29

E. Sumber Data …………………………………………………….. 29

F. Metode Pengumpulan Data ……………………………………… 31

G. Langkah Penelitian ……………………………………………... 34

H. Keabsahan Data …………………………………………………. 34

I.Tehnik Analisis Data ……………………………………………… 36

Page 10: Skripsi Pendidikan (138)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………… 39

A. Hasil Penelitian …………………………………………………….. 39

1. Profil BLKLN ……………………………………………………. 39

a. Sejarah Berdirinya ……………………………………………… 39

b. Tugas Pokok dan Fungsi Progaram Pelatihan di BLKLN ……… 41

c. Program Pelatihan ………………………………………………. 42

d. Struktur Organisasi BLKLN …………………………………… 44

e. Instruktur dan Peserta Pelatihan ……………………………….. 45

f. Fasilitas BLKLN ………………………………………………... 46

g. Sarana Pelatihan ………………………………………………… 47

h. Aktifitas Pelatihan ……………………………………………… 48

i. Kurikulum Pelatihan ……………………………………………. 50

j. Proses Rekrutmen ………………………………………………. 53

2. Faktor Penghambat dan Faktor Pendorong …………………………. 54

a. Faktor Pendorong ………………………………………………. 54

b. Faktor Penghambat ……………………………………………… 54

3. Model Pelatihan Calon TKI di BLKLN ………………………… …..57

a. Tujuan Pelatihan ………………………………………………… 59

b. Materi Pelatihan ………………………………………………… 62

c. Metode Pelatihan ……………………………………………….. 65

d. Media Pelatihan …………………………………………………. 68

e. Evaluasi Pelatihan ……………………………………………….. 71

B. Pembahasan …………………………………………………………. 75

Page 11: Skripsi Pendidikan (138)

xi

BAB V PENUTUP …………………………………………………………….. 83

A. Simpulan ……………………………………………………………. 83

B. Saran ………………………………………………………………….85

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 86

LAMPIRAN…………………………………………………………………….87

Page 12: Skripsi Pendidikan (138)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Fasilitas Fisik BLKLN …………………………………………………….. 46

2. Sarana Belajar BLKLN ……………………………………………………. 48

3. Aktifitas Kegiatan Pelatihan ……………………………………………….. 49

4. Kurikulum Pelatihan BLKLN ……………………………………………… 50

Page 13: Skripsi Pendidikan (138)

xiii

DAFTAR BAGAN

Nomor Halaman

1. Bagan Model Pelatihan (Anwar Prabu 2003 :71 ) …………………………. 13

2. Bagan Model Pelatihan Calon TKI di BLKLN ……………………………. 58

Page 14: Skripsi Pendidikan (138)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen …………………………………………….. 86

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ………………………………………….. 87

Lampiran 3. Catatan Lapangan ……………………………………………… 91

Lampiran 4. Dokumentasi …………………………………………………… 131

Lampiran 5. Daftar Nama-nama Instruktur …………………………………. 136

Lampiran 6. Daftar Nama-nama Calon TKI ………………………………… 139

Lampiran 7. Bukti Bimbingan Skripsi ………………………………………. 144

Lampiran 8. Surat Selesai Bimbingan ……………………………………….. 145

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ……………………………………………. 146

Page 15: Skripsi Pendidikan (138)

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2004 (BPS, Sekernas 2004)

jumlah penduduk indonesia sebanyak 214 juta orang dengan perincian umur 15-

19 tahun sekitar 4,573 juta orang dan yang berumur diatas 20 tahun sekitar

10,201 juta orang.

Dari sejumlah berusia 15 tahun ke atas yaitu 10,201 juta orang tersebut

yang termasuk angkatan kerja sekitar 20,48 juta orang dengan perincian laki-laki

9,165 juta. Sedangkan angkatan kerja perempuan 5,609 juta orang.

Dari jumlah angkatan kerja yang meningkat tersebut maka timbul

berbagai masalah diantaranya adalah tuna wisma dan tuna karya karena

kurangnya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang ada. Dari permasalahan yang

ada tersebut muncul berbagai macam alternatif diantaranya adalah menjadi

tenaga kerja keluar negeri. Program ini semakin diminati oleh kaum wanita

seiring dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi di negara kita.

Menjadi tenaga kerja keluar negari merupakan salah satu pilihan yang

menjanjikan bagi sebagian besar wanita baik yang belum berkeluarga maupun

yang sudah berkeluarga. Sebagian dari mereka berasal dari keluarga yang kurang

mampu yang ingin mengubah nasib keluarganya. Keinginan memutus rantai

kemiskinan secara pintas untuk meningkatkan taraf kehidupan rumah tangga

membuat para wanita semakin tertarik menjadi tenaga kerja keluar negeri. Hal ini

Page 16: Skripsi Pendidikan (138)

xvi

dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja Indonesia yang berhasil dipekerjakan ke

luar negari disektor informal yaitu berjumlah 9,56 juta orang.

Di sisi lain seperti lazimnya proses kehidupan yang bisa berada pada

dataran hitam putih, maka tenaga kerja wanita yang bekerja ke luar negeri tidak

luput dari persoalan tersebut. Diantara mereka ada yang untung ada pula yang

kurang beruntung. Ada yang majikannya baik sebaliknya ada yang suka

menyiksa. Ada majikan yang suka memberikan hadiah sebaliknya tidak sedikit

yang kikir dan enggan membayar gaji mereka.

Gaji besar tapi resiko juga besar, itulah sebenarnya yang dialami oleh

tenaga kerja wanita. Hanya saja pengertian jenis ini tidak mungkin di baca dari

sudut ekonomi. Sebab dalam konsep dan dalil ilmu ekonomi tidak pernah dikenal

istilah penyiksaan, penghinaan, dan pemerkosaan.

Beban kerja yang luar biasa umumnya dialami oleh para tenaga kerja

wanita. Repotnya lagi irama kerja sungguh sangat mungkin menimbulkan strees,

misalnya saja pekerjaan yang harus dikerjakan tenaga kerja yang ada di Arab

Saudi, antara lain mereka harus membersihkan permadani dengan sikat yang

lembut, sapu dan penyedot debu dilarang digunakan dan biasanya permadani

yang menghiasi rumah–rumah yang ada di Saudi sangat lebar, sehingga

membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkannya. Belum lagi pakaian

sutera yang harus di cuci menggunakan tangan dan menggunakan sabun khusus,

mencucinyapun harus lemah lembut sedang sabun yang digunakan sangat luar

biasa, dapat membuat tangan terkelupas dan berdarah. Belum lagi jam kerja di

Saudi karena pola hidup orang sana berbeda dengan pola kehidupan di Indonesia.

Page 17: Skripsi Pendidikan (138)

xvii

Umumnya pembantu disana harus bangun jam 03.00 pagi padahal mereka baru

tidur sekitar pukul 01.00 dini hari. Dan masih banyak lagi masalah–masalah yang

dialami oleh tenaga kerja indonesia di luar negeri.

Pengiriman tenaga kerja wanita keluar negari di sisi lain merupakan

altenatif pemecahan masalah kesempatan kerja yang kurang di Indonesia di sisi

lain juga menimbulkan masalah baru. Permasalahan ini merupakan pekerjaan

baru yang harus dipecahkan oleh pemerintah. Diantaranya adalah pembenahan

sitem pengiriman dan pemberian bekal ketrampilan yang harus diperoleh oleh

para tenaga kerja wanita sebelum diberangkatkan ke luar negari.

.Persoalan pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang penting

dalam rangka pencapaian kesejahteraan rakyat. Kebijaksanaan pemerintah dalam

rangka pelaksanaan sangat dipengaruhi oleh persoalan pertambahan

penduduksehingga masalah tersebut berkaitan dengan pegelolaan kebutuhan

dasar rakyat yaiu, kebutuhan akan sandang, pangan, dan permukiman.

Berdasarkan jumlah penduduk adalah adanya angkatan kerja yang meingkat dan

mengharuskan bertambahnya kesempatan kerja yang luas. Jadi pembangunan kita

dikatakan berhasil apabila pembangunan mampu menaikkan taraf hidup rakyat

serta mampu menciptakan lapangan kerja produktif.

Undang-undang Republik Indonesia No 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan PerlindunganTenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri Bab I

Ketentuan Umum, pasal 1 (1) dan (2), antara lain :

Page 18: Skripsi Pendidikan (138)

xviii

I(1). Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI

sesuai bakat, minat dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar

negeri yang meliputi seluruh proses perekrutan, pengurusan dokumen,

pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan,

pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara

tujuan.

(2). Pengguna jasa TKI yang selanjutnya disebut dengan pengguna adalah

Instansi Pemerintah, Badan Hukum Pemerintah, Badan Hukun Swasta, dan

atau Perseroan di negara tujuan yang mempekerjakan TKI.

Penempatan tenaga kerja Indonesia keluar negeri dilaksanakan melalui

proses penyediaan, penyiapan kualitas, pemberian perlindungan dan pelayanan

sejak dari daerah asal, pada saat penempatan sampai dengan kedatangan dari luar

negari sampai dengan kepulangan ke daerah asal tenaga kerja indonesia.

Penyediaan tenaga kerja dilaksanakan melalui kegiatan penuluhan, pengumuman,

pendaftaran dan seleksi administrasi berdasarkan permintaan nyata dari mitra

usaha dan pengguna jasa.

Hak setiap orang untuk memperoleh kesempatan kerja atau lapangan

kerja telah dijamin dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2) yang menyatakan bahwa

tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan emansipasi di negara kita

telah berhasil dalam perjuangannya, sehingga perempuan dapat bekerja apa saja

dan mempunyai hak yang sama dengan kaum laki – laki.

Page 19: Skripsi Pendidikan (138)

xix

Sebagian besar calon tenaga kerja wanita yang berada di Balai Latihan

Kerja Luar Negeri adalah para remaja dan ibu rumah tangga yang setiap harinya

hanya sibuk dangan pekerjaan rumah tangga antara lain mencuci, memasak,

menjaga anak–anak dan lain-lain. Pada akhirnya pekerjaan tersebut semakin lama

seakin membosankan sehingga mereka semakin lama semakin kurang pergaulan.

Meskipun pekerjaan rumah merupakan kewajiban seorang istr dalam kegiatan

rumah tangga namun mereka juga membutuhkan pengalaman dan rekreasi.

Setelah pekerjaan rumah tangga selesai dikerjakan mereka

menganggur dan menunggu suami mereka pulang. Pekerjaan para suami mereka

sebagian besar adalah petani, buruh dan karyawan biasa dari penghasilan

pemberian para suami mereka dapat bertahan hidup meskipun tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari–hari. Selain ibu rumah tangga calon tenaga kerja

wanita yang ada di Balai Latihan Kerja Luar Negeri adalah remaja puteri

umumnya mereka adalah lulusan SMP ataupun SMA. Aktivitas mereka sebelum

menjadi calon tenaga kerja wanita hanya menonton tv, bermain, tidur siang.

Motivasi mereka bekerja keluar negeri antara lain untuk melanjutkan sekolah atau

kuliah setelah mengumpulkan penghasilan yang diterima, ingin menbuka usaha

baru atau berwiraswasta, membangun dan memperbaiki rumah dan lain

sebagainya.

Sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa calon tenaga kerja wanita

keluar negari dilandasi motivasi yang tinggi untuk meningkatkan ketrampilan,

biaya, sekolah, modal, usaha, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan

memperbaiki masa depan agar lebih baik. Karena motivasi yang tinggi akan

Page 20: Skripsi Pendidikan (138)

xx

sanggup menghasilkan prestasi kerja yang optimal dan dapat mencegah hal–hal

yang timbul selama bekerja keluar negari serta mendapatkan sesuai hasil yang

diharapkan.

Sebelum calon tenaga kerja wanita diberangkatkan ke negara tujuan

mereka diberi ketrampilan yang cukup agar menjadi tenaga kerja wanita yang

profesional. Selain pemberian ketrampilan yang bibutuhkan calon tenaga kerja

wanita tersebut juga dibekali dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa negara

tujuan. Pemberian bekal ketrampilan dan bahasa asing dilakukan selama para

calon tenaga kerja indonesia berada di Balai Latihan Kerja Luar Negeri sebelum

mereka diberangkatkan ke negara tujuan sambil menunggu keberangkatan

mereka. Cepat lambatnya pemberangkatan mereka ke negara tujuan didasarkan

pada panggilan kerja dari luar negeri atau permintaan dari negara tujuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

a. Faktor pendorong dan faktor penghambat calon tenaga kerja Indonesia ke

luar negeri.

Page 21: Skripsi Pendidikan (138)

xxi

b. Bagaimana model pelatihan calon tenaga kerja Indonesia yang dilakukan

oleh Balai Latihan Kerja Luar Negeri meliputi : tujuan pelatihan, materi

pelatihan, metode pelatihan, media pelatihan, dan evaluasi pelatihan

C. Penegasan Istilah

Untuk memperoleh kesatuan arti dan pengertian dari judul ini perlu

kiranya diberikan penjelasan mengenai istulah yang dipergunakan pada judul.

Judul yang dimaksud seperti yang telah dikemukakan yaitu “ Model Pelatihan

Calon Tenaga Kerja Indonesia Di Balai Latiahn Kerja Luar Negeri” sebagai

berikut :

1. Model

Model merupakan visualisasi atau konstruksi kongkrit dari suatu

konsep. (Sudarwan D. 2002 : 46)

2. Pelatihan

Menurut Undang–undang RI No 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, pelatihan kerjadiselenggarakan dan diarahkan untuk

membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.

3. Tenaga Kerja Indonesia

MennurutUndang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketentuan pokok

mengenai Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Tenaga Kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjan guna menghasilkan barang dan atau

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Page 22: Skripsi Pendidikan (138)

xxii

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam pelatihan calon

TKI ke luar negeri.

b. Mengetahui model pelatihan calon tenaga kerja Indonesia yang

dilakukan oleh Balai Latihan Kerja Luar Negeri, meliputi : tujuan

pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, media pelatihan, dan

evaluasi pelatihan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

ilmu pengetahuan dan sebagai bahan untuk pengembangan Fakultas

Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

b. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan

bagi ibu rumah tangga dan remaja puteri untuk menjadi tenaga kerja

keluar negeri sebagai alternatif pekerjaan sebagai upaya meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan keluarga.

Page 23: Skripsi Pendidikan (138)

xxiii

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelatihan

1. Konsep Pelatihan

Dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

disebutkan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk

membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.

Page 24: Skripsi Pendidikan (138)

xxiv

Menurut Edwin B. Flippo latihan adalah tindakan untuk meningkatkan

pengetahuan dan kecakapan seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan

tertentu.

Menurut Kenneth R. Robinson (1988), pendidikan dan pelatihan

adalah proses kegiatan pembelajaran antara pengalaman untuk

mengembangkan pola perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan,

ketrampilan atau sikap untuk mencapai standar yang diharapkan.

Dalam Undang-undang Ketenagakerjaan RI No 13 Tahun 2003 Bab V

Tentang Pelatihan Kerja Pasal 10 dijelaskan bahwa :

(1) Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar

kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

(2) Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang

mengacu pada standar kompetensi kerja.

(3) Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang.

(4) Ketentuan mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan

menteri.

Mc Gehee (1979) merumuskan prinsip-prinsip perencanaan pelatihan

dan pengembangan sebagai berikut :

b. Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-

tahapan.

c. Tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dicapai.

10

Page 25: Skripsi Pendidikan (138)

xxv

d. Penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang

berhubungan dengan serangkaian materi pelajaran.

e. Adanya penguat (reinforcement) guna membangkitkan respon yang

positif dari peserta.

f. Menggunakan konsep pembentukan (shaping) perilaku.

Tahapan-tahapan penyusunan pelatihan dan pengembangan adalah:

a. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau pemgembangan (jobstudy).

b. Mnetapkan tujuan dan sasaran pelatihan atau pemgembangan.

c. Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya. Menetapkan

metode pelatihan atau pengembangan.

d. Mengadakan percobaan (try out) dan revisi.

e. Mengimplementasikan dan mengevaluasi.

Tujuan pelatihan dan pengembangan, antara lain :

a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.

b. Meningkatkan produktivitas kerja.

c. Meningkatkan kualitas kerja.

d. Meningkatkan ketetepan perencanaan sumber daya manusia.

e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.

f. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara

maksimal.

g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

h. Menghindarkan keusangan (obsolescence).

Page 26: Skripsi Pendidikan (138)

xxvi

i. Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai.

2. Filosofi Perlunya Pelatihan

Terdapat suatu alasan mengapa pelatihan harus dilakukan atau

menjadi bagian yang sangat penting dilakukan, antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Pegawai yang baru direkrut sering kali belum memahami secara benar

bagaimana melakukan pekerjaan.

b. Perubahan-perubahan dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan

dalam tenaga kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang

memiliki latar belakang keahlian, nilai dan sikap yang berbeda yang

memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku mereka

terhadap pekerjaan.

c. Meningkatkan daya saing perusahaan dan produktivitas. Sumber daya

manusia merupakan elemen yang sangat penting untuk meningkatkan

daya saing sebab sumber daya manusia merupakan aspek penentu utama

daya saing yang langgeng.

d. Menyesuaikan dengan peraturan yang ada, misalnya standar pelaksanaan

pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi dan pemerintah, untuk menjamin

kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja.(Marihot,2002 :

168)

3. Model Pelatihan

Page 27: Skripsi Pendidikan (138)

xxvii

a. Model pelatihan (Anwar Prabu 2003 : 71)

Keterangan :

Tujuan pelatihan dan pengembangan harus didasarkan pada

kebutuhan peserta dan tujuan organisasi. Metode pelatihan dan

pengembangan yang digunakan harus didasarkan pada teori belajar dan

metode belajar. Program pelatihan dan pengembangan harus mendapat

dukungan dari top manajemen, adanya dukungan biaya, adanya tanggung

jawab pengawas dan tanggung jawab bagian personalia untuk

mengevaluasi program penilaian pelatihan dan pengembangan.

Teori-teori

Belajar

Metode

Pelatihan

Kebutuhan

Individu

Dukungan

Dana

Tujuan

Organisasi

Dukungan

Pemimpin

Tanggung

Jawab

Pengawas

Tanggung

Jawab

Personalia

Metode

Pelatihan &

Pengembangan

Tujuan

Pelatihan &

Pengembangan

Program

Pelatihan &

Pengembangan

Evaluasi

Pelatihan &

Pengembangan

Page 28: Skripsi Pendidikan (138)

xxviii

B. Tenaga Kerja

1. Konsep Tentang Tenaga Kerja

Dalam pasal 1 Undang–undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketentuan Umum mengenai Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga

kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat. Penjelasan tersebut menyebutkan

pengertian tenaga kerja yang bekerja untuk menghasilkan barang atau

jasa adalah dengan tenaganya sendiri baik fisik maupun fikiran.

Sedangkan dalam pasal 1 point (3) Undang-undang No 3 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja atau buruh

adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan

dalam bentuk lain.

Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian tenaga kerja

menurut konsep ketenagakerjaan sebagaimana ditulis oleh Payaman J

Simanjuntak (1982 : 2) bahwa pengertian tenaga kerja adalah penduduk

yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang

melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga.

Jadi semata–mata dilihat dari batas umur untuk kepentingan sensus di

indonesia menggunakan batas umur minimum 15 tahun dan batas umur

maksimal 55 tahun.

Tenaga kerja sebagai sumber daya ekonomi menunjukkan

kepemilikan pekerjaan tertentu, melakukan kegiatan bekerja, menempati

Page 29: Skripsi Pendidikan (138)

xxix

lapangan kerja yang tersedia dan dapat menciptakan lapangan kerja baru

untuk orang lain. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia

menunjukkan pada hakekat dan karakteristik kemanusiaan sesuai dengan

nilai dan martabat kemanusiaannya, yakni dalam hubungan dengan

dirinya sendiri, hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan

dengan ekosistem, dan hubungan dengan kebudayaan.

2. Aspek-aspek Tenaga Kerja

Secara lebih khusus, tenaga kerja pada hakekatnya mengandung

aspek–aspek, sebagai berikut :

a. Aspek potensial, bahwa setiap tenaga kerja memiliki potensi –

potensi herediter yang bersifat dinamis, yang terus berkembang dan

dapat dikembangkan. Potensi – potensi itu antara lain adalah daya

mengingat, daya berfikir, daya berkehendak,daya perasaan, bakat,

mianatmotifasi dan potensi- potensi lainnya.

b. Aspek profesional, dan atau vokasional, bahwa setiap tenaga kerja

memiliki kemampuan dan ketrampilan kerja atau kejurua dalam

bidang tertentu, dengan kemampuan dan ketrampilan itu, dia dapat

mengabdikan dirinya dalam lapangan kerja tertentu dan

menciptakan hasil yang baik secara optimal.

c. Aspek fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan

pekerjaannya secara tepat guna, artinya dia bekerja sesuai dengan

tugas dan fungsinya dalam bidang garapan yang sesuai pula.

Page 30: Skripsi Pendidikan (138)

xxx

d. Aspek operasional, bahwa setiap tenaga kerja dapat

mendayagunakan kemampuan dan ketrampilannya dalam proses dan

prosedur pelaksanaan kegiatanyang sedang ditekuninya.

e. Aspek personal, bahwa tiap tenag kerja harus memiliki sifat – sifat

kepribadian yang menunjang pekerjaannya, misalnya sikap mandiri

dan tangguh, bertanggung jawab, tekun dan rajin, mencintai

pekerjaannya, disiplin dan berdedikasi tinggi.

f. Aspek produktivitas, bahwa tiap tenaga kerja harus memiliki motif

berprestasi, berupaya agar berhasil, dan memberikan hasil dari

pekerjaannya, baik kualitas maupun kuantitasnya.

C. Komponen Pelatihan

Pelatihan pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

sumber belajar dengan warga belajar. Komponen-komponen pelatihan terdiri dari

tujuan pelatihan, sasaran pelatihan, instuktur, materi pelatihan, dan peserta

pelatihan (Anwar Prabu,2003 : 51 ).

1. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan hrus jelas dan dapat diukur.

Tujuan pelatihan dan pengembangan antara lain :

a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.

b. Meningkatkan Produktivitas kerja.

Page 31: Skripsi Pendidikan (138)

xxxi

c. Meningkatkan kualitas kerja.

d. Meningkatkan ketetapan perencanaansumber daya manusia.

e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.

f. Meningkatkan rangsangan agar para pegawai mampu berprestasi secara

maksimal

g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

h. Menghindarkan keusangan.

i. Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai.

2. Para Pelatih atau Instruktur

1. Dasar Profesionalime Pelatih

Pada hakekatnya para pelatih adalah tenaga kependidikan, yang

bertugas dan berfungsi melaksanakan pendidikan dan pelatihan. Pelatih adalah

orang yang ditugaskan memberikan pelatihan dan diangkat sebagai tenaga

fungsional yang disebut Widyaiswara. Peran dan tugasnya itu menuntut

persyaratan kualifikasi sebagai pelatih atau tenaga kependidikan.

Pekerjaan kepelatihan merupakan suatu pekerjaan yang harus dan hanya

dilakukan oleh orang yang telah dipersiapkan sebagai tenaga yang profesional,

sehingga dia ahli sebagai pelatih dan mempunyai dedikasi, loyalitas dan

berdisiplin dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Tugas dan fungsinya sebagai tenaga kependidikan menunut kemampuan sebagai

tenaga profesional, yaitu kemampuan dalam proses pembelajaran,

kemampuankepribadian, dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan-

Page 32: Skripsi Pendidikan (138)

xxxii

kemampuan itu mengandung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap,dan

pengalaman lapangan. Persyaratan ini menyebabkan setiap pelatih harus

mempelajari dan menguasai :

a. Pengetahuan yang memadai dan mendalam dalam bidang keilmuan atau studi

tertentu, sesuai dengan bidang-bidang keilmuan yang dikembangkan dan

diterapkan dalam lembaga pelatihan tersebut.

b. Kemampuan dalam bidang kependidikan dan keguruan, yakni yang berkenaan

dalam proses pembelajaran, berupa teori, praktek dan pengalaman lapangan.

c. Kemampuan kemasyarakatan adalah kemampuan yang diperlukan dalam

kehidupan antara menusia dan masyarakat, baik dilingkungan lembaga

pelatihan dan masyarakat maupun dengan masyarakat luas.

d. Kemampuan kepribadian yang berkenaan dengan pribadi khususnya yang

menunjang pekerjaan sebagai pendidik kan dan pelatihan.

2. Peranan Pelatih

Pelaksanaan pelatihan dalam rangka pelaksanaan kurikulum berlangsung dalam

proses pembelajaran, di mana pelatih mengembangkan peranan-peranan tertentu.

Berbagai peranan tersebut meliputi :

a. Peranan sebagai pengajar, pelatih berperan menyampaikan pengetahuan dengan

cara menyajikan berbagai informasi yang diperlukan berupa konsep-konsep,

fakta dan informasi yang memperkaya wawasan pengetahuan para peserta

dengan cara melibatkan mereka secara aktif untuk mencari sendiri

pengetahuan yang mereka butuhkan.

Page 33: Skripsi Pendidikan (138)

xxxiii

b. Peranan sebagai pemimpin kelas, pelatih berperan sebagai pemimpin kelas

asecara keseluruhan, pemimpin kelompok sekaligussebagai anggota

kelompok.

c. Peranan sebagai pembimbing, pelatih perlu memberikan bantuan dan

pertolongan kepada peseta yang mengalami kesulitan atau masalah khususnya

dalam kegiatan belajar, yang pada gilirannya peserta lebih aktif membimbing

dirinya sendiri.

d. Peranan sebagai fasilitator, pelatih berperan menciptakan kondisi lingkungan

peserta belajar aktif.

e. Peranan sebagai peserta aktif, pelatih sering melaksanakan diskusi kelompok,

kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah. Pelatih dapat berperan

sebagai peserta dalam kelompok diskusi itu dengan cara memberikan

informasi, mengarahkan pemikiran, menunjukkan jalan pemecahan, dan

sebagainya

f. Peranan sebagai ekspeditor, pelatih juga malaksanakan peranan dengan

melakukan pencarian, penjelajahan, dan penyediaan mengenai sumber-sumber

yang diperlukan oleh kelas atau kelompok peserta, baik dari sumber-sumber

tercetak, dari masyarakat, darilembaga atau inastansi lainnya dalam rangka

menunjang kegiatan belajar peserta.

g. Peranan sebagai perencana pembelajaran, pelatih berperan menyusun

perencanaan pembelajaran, mulai dari rencana materi pelatihan yang disusun

berdasarkan GBPP, perencanaan harian dan perencanaan satuan acara

Page 34: Skripsi Pendidikan (138)

xxxiv

pertemuan. Keberhasilan proses pelatihan juga turut ditentukan oleh kegiatan

pelatihan dalam pembuatan rencana-rencana tersebut.

h. Peranan sebagai pengawas, pelatih harus mengawasi kelas terus menerus

supaya proses pembelajaran senantiasa terarah, kendala-kendala yang dihadapi

oleh peserta dapat segera ditanggulangi, disiplin kelas dapat dibina dengan

baik, dan semua kegiatan berlangsung dengan tertib dan berhasil

i. Peranan sebagai motivator, pelatih perlu terus menggerakan motivasi belajar

para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran maupun diluar

kelas pada kesempatan yang ada.

j. Peranan sebagai evaluator, pelatih berkewajiban melakukan penilaian, pada

awal pelatihan, selama berlangsungnya proses pembelajaran dan pada akhir

pelatihan, dengan cara memberikan tes tertulis, pertanyaan lisan, dan

pengamatan.

k. Peranan sebagai konselor, konseling perlu dilakukan oleh pelatih. Kesulitan

dalam belajar sudah tentu kewajiban utama pelatih, namun jika perlu dan

memungkinkan maka pelatih dapat juga memberikan penyuluhan tentang

kesulitan pribadi dan sosial.

l. Peranan sebagai penyelidik sikap dan nilai, sistem nilai yang dijadikan panutan

hidup dan sikapnya perlu diselidiki, mengingat semua tenaga pelatihan itu

pada gilirannya akan didayagunakan sebagai tenaga kerja yang memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

3. Materi Pelatihan

Page 35: Skripsi Pendidikan (138)

xxxv

Bahan latihan seyogyanya disiapkan secara tertulis agar mudah

dipelajari oleh peserta. Penulisan bahan dalam bentuk buku paket materi pelatihan

hendaknya memperhatikan faktor-faktor tujuan pelatihan, tingkatan peserta

latihan, harapan lembaga penyelenggara pelatihan, dan lamanya latihan. Cara

penulisannya agar disesuaikan dengan pedoman atau petunjuk penulisan karya

ilmiah yang berlaku. Untuk melengkapi bahan pelatihan sebaiknya disediakan

sejumlah referensi terpilih yang relevan dengan pokok bahasan yang diajarkan.

4. Metode Pelatihan

Metode pelatihan (Anwar Prabu, 2003: 62) ada dua yaitu :

1. Metode-metode pelatihan On The Job Training adalah sebagai berikut :

- Job instruction training atau latihan instriksi jabatan adalan

pelatihan dimana ditentukan seseorang bertindak sebagai pelatih

untuk menginstruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu

dalam proses kerja.

- Coaching adalah bentuk pelatihan dan pengembangan ditempat

kerja yang dilakukan oleh atasan dengan membimbing petugas

melakukan pekerjaan secara informal dan biasanya tidak terencana.

- Job rotation adalah progranm yang direncanakan secara formal

dengan cara menugaskan pegawai pada beberapa pekerjaan yang

Page 36: Skripsi Pendidikan (138)

xxxvi

berbeda dan dalam bagian yang berbeda dengan organisasi untuk

menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi.

- Apprenticeship adalah pelatihan yang mengkombinasikan antara

pelajaran di kelas dengan praktek di lapangan yaitu setelah

sejumlah teori diberikan kepada peserta, peserta dibawa praktek ke

lapangan.

2. Metode-metode pelatihan Off The Job Training adalah sebagai berikut:

- Lecture atau kuliah adalah presentasi atau ceramah yang diberikan

oleh pelatihan atau pengajar kepada sekelompok pendengar,

biasanya kelompok yang cukup besar. Di sini pola komunikasi yang

terjadi umumnya satu arah. Pengajar dapat menggunakan berbagai

alat peraga, memberikan kesempatan untuk bertanya atau

berdiskusi, meskipun tidak intensif. Metode ini biasanya digunakan

untuk memberikan pengetahuan umum kepada peserta.

- Video presentatif adalah presentasi atau pelajaran yang disajikan

melalui film , televisi atau video tentang pengetahuan atau

bagaimanamelakukan suatu pekerjaan. Ini biasanya dilakukan bila

jumlah peserta cukup banyak dan masalah yang dijelaskan tidak

begitu kompleks.

- Vestibule training / Simulation adalah latihan yang diberikan di

sebuah tempat yang khusus dirancang menyerupai tempat kerja,

yang dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti di tempat kerja.

Page 37: Skripsi Pendidikan (138)

xxxvii

- Role playing adalah metode pelatihan yang dilakuaknan dengan cara

para peserta diberi peran tertentu untuk bertindak dalam situasi

khusus.

- Case study adalah studi kasus yang dilakukan dengan memberikan

beberapa kasus tertentu, kemudian para peserta diminta

memecahkan kasus tersebut melalui diskusi disuatu kelompok

belajar. Kasus-kasus yang diberikan sesuai dengan situasi nyata

suatu pekerjaaj akan menimbulkan transference.

- Self-study adalah meminta peserta untuk belajar sendiri melalui

rancangan meteri yang disusun dengan baik, seperti melali bahan

bacaan, video dan kaset.

- Program learning adalah bentuk lain dari self-study, yaitu

menyiapkan seperangkaat pertanyaan dan jawaban secara tertulis

dalam buku, atau dalam sebuah program komputer. Setelah

membaca dan menjawab pertanyaan, peserta memberikan feedback.

Kemudian melalui feedback dapat diketahui hasilnya.

- Laboratorium training adalah latihan untuk meningkatkan

kemampuan hubungan antarpribadi, melalui sharing pengalaman,

perasaan, persepsi, dan perilaku di antara beberapa peserta.

- Action learning (belajar bertindak) adalah proses belajar melalui

kelompok kecil dalam memecahkan berbagai persoalan dalam

pekerjaan, yang dibantu oleh seorang ahli, bisa dari dalam

perusahaan atau dari luar perusahaan.

Page 38: Skripsi Pendidikan (138)

xxxviii

5. Peserta Pelatihan

Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan

proses pelatihan, yang pada gilirannya turut menentukan efektifitas pekerjaan.

Karena itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik

berdasarkan kriterian antara lain:

1. Akademik, ialah jenjang pendidikan dan keahlian.

2. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu atau akan

ditempatkan pada pekerjaan tertentu.

3. Pengalaman Kerja, ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan.

4. Motivasi dan Minat, yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.

5. Pribadi, menyangkut aspek moral, moril dan sifat-sifat yang diperlukan untuk

pekerjaan tersebut.

6. Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan diketahui melalui tes seleksi.

D. Kerangka Berfikir

Pelatihan merupakan bagian terpenting dari proses pengiriman tenaga

kerja wanita keluar negeri yang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan tenaga

kerja ke luar negeri. Pelatihan merupakan kegiatan untuk memberi, meningkatkan

dan mengembangkan ketrampilan sesuai dengan keahlian tertentu sesuai dengan

jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan, baik sektor formal maupun

informal.

Page 39: Skripsi Pendidikan (138)

xxxix

Dalam menciptakan tenaga kerja yang berkualitas perusahaan tenaga

kerja ke luar negeri mempunyai peranan yang cukup penting. Sesuai dengan

permintaan pasar tenaga kerja wanita yang dikirim keluar negeri harus sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh negara tujuan.

Melalui pola pelatihan yang tepat tenaga kerja wanita yang dikirim ke

luar negeri diharapkan menguasai bidang pekerjaannya, sehingga mereka menjadi

tenaga kerja wanita yang profosional.

Berangkat dari kenyataan yang ada maka peneliti yang dilakukan

penulis dengan alur pikir sebagai penuntunnya yaitu jika pelatihan diberikan

dengan baik pada calon tenaga kerja wanita ke luar negeri oleh perusahaan

penyalur tenaga kerja indonesia maka akan menghasilkan tenaga kerja wanita

yang berkualitas.

Page 40: Skripsi Pendidikan (138)

xl

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara untuk melakukan pengamatan dengan

pemikiran yang tepat dengan cara terpadu melalui tahapan- tahapan yang disusun

secara ilmiah untuk mencari, menyusun dan menganalisis serta menyimpulkan

data- data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan bimbingan Tuhan.

Berturut- turut dibahas metode penelitian yang meliputi :

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang dikaji, yaitu mengenaiModel

Pelatihan Calon Tenaga Kerja Indonesia di BLKLN Jl. Brotojoyo Semarang,

maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Hal ini bahwa penelitian ini merupakan suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

secara utuh (holistik), jadi tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi

kedalam variabel atau hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari suatu

keutuhan (Bogdan dan tailor dalam Moleong, 1989 : 3).

Alasan digunakan pendekatan kualitatif karena lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan yang tidak terkonsep sebelumnya tentang keadaan

di lapangan yang sebenarnya. Pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data

secara utuh dari orang-orang (informan) dari perilaku yang diamati. Kaitannya

dengan penelitian ini metode kualitaif digunakan untuk menjaring data dari

27

Page 41: Skripsi Pendidikan (138)

xli

informan yaitu dari para instruktur yang mengetahui dan memhami tentang proses

pelatihan di BLKLN, selain itu sumber-sumber lain yang dapat diperolaehmelalui

informan lain yaitu penyelenggara pelatihan, data-data dari observasi dan

dokumentasi.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka laporan penelitian akan

berupa kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut

yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen

pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2001: 6).

Metede deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat gambaran keadaan

yang diteliti secar obyektif tentang model pelatihan calon TKUI di BLKLN

melalui pencarian data dengan teknik pengumpulan data dari para infrman.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jl. Brotojoyo

Semarang.

Dipilihnya Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jl. Brotojoyo Semarang

dikarenakan BLKLN marupakan pelaksan asebagian tuigas tehnis Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi, selain itu BLKLN juga melaksanakan kebijakan tehnis

operasional pelatihan Calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja keluar

negeri.

C. Subyek Penelitian

Page 42: Skripsi Pendidikan (138)

xlii

Subyek penelitian merupakan keseluruhan badan atau elemen yang akan

diteliti. Adapun yang menjadi subyek dari penelitian ini adalah calon tenaga kerja

wanita ke luar negeri sesuai dengan negara tujuannya, yaitu 4 orang CTKI dengan

negara tujuan Hongkong, 3 orang instruktur pelatihan, dan 1 orang kasi

penyelenggara pelatihan.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah masalah yang bersumber dari pengalaman peneliti

atau melalui pengetahuan ang diperoleh melalui keputusan ilmiah atau

kepustakaan lainnya. (Moleong, 1993:65)

Pola penelitian yang penulis lakukan ini yang menjad fokus penelitian

atau pokok persoalan yang menjadi pusat perhatian adalah Model Pelatihan Calon

Tenaga Kerja Indonesia mliputi aspek-aspek yang antara lain meliputi : prograam

pelatihan, tujuan pelatihan, metode pelatihan, dan evaluasi pelatihan serta faktor

pendorong dan penghambat calon TKI ke luar negeri.

E. Sumber Data

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini kelompokkan menjadi 2 yaitu data

utam aatau data pendukung. Data utama diperoleh dari para informan atau

instruktur, peserta pelatihan dan penyelenggara pelatihan. Sedangkan data

pendukung bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman dan

gambar atau foto serta ahan-bahan lain yang mendukung dalam penelitian

ini.Menurut Lofland (Moleong, 2000:112) kerakteristik dari data utama adalah

Page 43: Skripsi Pendidikan (138)

xliii

dalam bentuk kata-kata atau ucapan dari perilaku dari orang-orang yang diamati

dan diwawancarai yaitu peserta pelatihan, instruktur, dan kasi penyelenggara

pelatihan. Sedangkan karakteristik data pendukung adalah dalam bentuk non

manusia berupa data dokumen dan data informasi.

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Drs. Marzuki, 2000 :

55). Sumber data primer dalam penelitian ini ada 8 orang informan yang

terdiri dari 4 calon TKI negara tujuan Hongkong dengan kriteria sudah lebih

dari 15 hari mengikuti pelatihan, pendidikan minimal SLTP dan dapat

berkomunikasi dengan baik , 3 orang instruktur, serta 1orang kasi

penyelenggara pelatihan.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang buakan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Jadi data sekunder berasal dari tangan kedua,

tangan ketiga dan seterusnya, artinya melewati satu tangan atau lebih pihak

yang buka peneliti (Marzuki, 2000 : 56). Sumber data sekunder dapat

diperoleh dari literatur, dokumen, dan sumber data lain yag berhubungan

denagn penelitian iniberupa program pelatihan, tujuan pelatihan, metode

pelatihan dan evaluasi pelatihannya.

F. Metode Pengumpulan Data

Page 44: Skripsi Pendidikan (138)

xliv

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi,

wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Metode observasi ini merupakan pengamatan atau mendengarkan

perilaku individu dalam situasi atau selang waktu tertentu tanpa memenipulasi

atau mengontrol dimana perilaku ini ditampilkan. Dalam metode observasi ini

juga tidak mengabaikan kemmungkinan menggunakan sumber-sumber non

manusia seperti dokumen dan catatan-catatan.

Dalam mengumpulkan informasi, penulis menggunakan proses

pengamatan peran serta sehingga penulis relatif leih bebas dalam membuat

catatan yang diperlukan berdasarkan pedoman observasi yang telah

direncanakan. Disamping menggunakan alat tulis dalam pelaksanaan metode

observasi ini dibantu pula dengan kamera foto untuk memperkuat argumentasi

dengan gambar visual hasil rekaman kamera foto tersebut.

Berkaitan dengan penelitian ini ada beberapa aspek yang diamati

meliputi ; setting latar berupa situasi umum fisik yang relevan antara lain

kantor BLKLN yang terdiri dari 1 gedung tempat pelatihan terbagi 4 kelas

dan 1 laboratorium bahasa, pelaku model pelatihan yaitu instruktur yang

meliputi tujuan, materi dan kurikulum, metode, sumber, media, jadwal belajar

dan evaluasi, dan peserta pelatihan yang meliputi jumlah peserta, materi,

metode, media dan evaluasi, situasi proses pelatihan untuk para calon TKI.

2. Wawancara

Page 45: Skripsi Pendidikan (138)

xlv

Wawancara merupakan suatu tehnik pengumpulan data dimana terjadi

komunikasi secara verbal antara pewawancara dengan subjek wawancara.

Menurut Moleong ( 1993 : 135 ) wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

yang mengajukan pertanyaan yang diwawancarai, yang memberikan jawaban

pertanyaan itu. Wawancara dilakukan melalui tanya jawab langsung kepada

nara sumber yang dapat dipercaya kebenarannya yaitu istruktur, dan

penyelenggara pelatihan. Alasan peneliti memilih metodwe wawancara adalah

untuk memperoleh data berupa jawaban informan secara lebih mendalam.

Dengan itu dipilihnya metode wawancara karena sifat penelitiannya

kualitatif, sehingga data yang diambil tidak mungkin dengan angket yang

dapat di skor, karena gejala yang diteliti dari segi proses pelatihan bagi calon

TKI, kemudian data dari hasil wawancara dideskrpsikan sesuai dengan latar

secara utuh. Agar data diperoleh sejalan dengan arah penelitian maka dibuat

suatu pedoman wawancar sebagai keterangan konseptual untuk mengangkat

permasalahan.

Di dalam pelaksanaan wawancara secara berurutan disesuaikan dengan

keadaan informan dalam konteks wawancara yang sebenarnay, sehingga

informan yang di[perlukan dapat terjaringsemua. Karena tujuan wawancara

untuk memperoleh data yang sangat dibutuhkan dalam prosespenelitian,

selama berlangsungnya wawancara dilakukan pencatatan dengan

menggunakan buku catatan di lapangan dan menggunakan alat perekam (tape

rekoder) merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.

Page 46: Skripsi Pendidikan (138)

xlvi

Hasil catatan dan rekaman dari wawancara tersebut nantinya akan

menjadi data yang diperlukan dalam penelitian yang berguna untuk

pengecekan dan verivikasi data yang diperoleh dari sumber data yang lain.

Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh data tentang

penyelenggara pelatihan mengenai perekrutan instruktur dan peserta pelatihan,

Instrukturmengenai tujuan pelatihan, materi pelatihan, kurikulum pelatihan,

metode pelatihan, sumber pelatihan, media pelatihan, jadwal pelatihan, dan

evaluasi pelatihan, calon TKI mengenai materi pelatihan, metode pelatihan,

media pelatihan, dan evaluasi pel;atihan.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dalam penelitian ini

dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan

observasi. Dokumen terbagi menjadi dua yaitu dokumen pribadi dan dokumen

resmi. Dokumen digunakan dalam penelitian digunakan sebagai sumberdata

karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan

untuk menguji, menafsirkan data yang ditemukan melalui hasil doumentasi.

Studi dokumentasi dilakukan dengan menelusuri catatan yang ada di daerah

penelitian selam proses kegiatan pelaihan berlangsung.

Tehnik dokumentasi juga digunakan untuk menjaring data aspek

kesejarahan, yang berkaitan dengan berdirinya, berkitan dengan aspek fisik

dan dokumen administratif, dengan menelusuri data arsip atau dokumen yang

ada di likasi penelitian. Fungsi dari penggunaan dari metode ini adalah untuk

Page 47: Skripsi Pendidikan (138)

xlvii

memperoleh data tertulis yang meliputi sejarah Balai Latihan Kerja Luar

Negeri, letak geografis, data-data administratif, data peserta pelatihan, data

sumber belajar, media yang digunakan, foto pelaksanaan kegiatan pelatihan

peserta pelatihan.

G. Langkah Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pelatihan untuk para calon TKI

untuk bekal ketrampilan mereka sebagai TKI yang profesional dibidangnya.

Prosedur yang digunakan adalah yang pertama pengurusan ijin penelitian pada

pihak-pihak terkait sebagai landasan struktural formal untuk dilaksanakan

penelitian pada bulan juni dan juli 2005. Langkah kedua adalah pelaksanaan

penelitian untuk mengambil data yang diperlukan dalam penelitian denagn

menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Langkah penelitian yang dilakukan adalah :

1. Observasi pra penelitian pada Balai Lathan Kerja Luar Negeri Semarang pada

bulan Maret.

2. Pelaksanaan pengamatan kegiatan pelatihan calon TKI dan wawancara secara

langsung dengan instruktur, peserta pelatihan dan kasi penyelenggara

pelatihan pada bukan juni dan juli 2005.

3. Pembuaan laporan dengan menganalisis data, menyimpulkan, membuat laporan

pada bulan Juli 2005.

H. Keabsahan Data

Tehnik pemeriksaan keabsahan merupakan suatu strategi yang digunakan

untuk memeriksa keabsahan data atau dokumen yang didapatkan atau diperoleh

Page 48: Skripsi Pendidikan (138)

xlviii

dari penelitian, supaya hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan dari segala segi (Moleong, 1990 : 171)

Suatu penelitian kualitatif dapat dikatakan sebagai suatu penelitian ilmiah

atau terdisiplin, jika data atau dokumen yang didapat atau diperoleh harus sudah

diperiksa keabsahannya. Dalam penelitan ini kriteria yang digunakan dalam

tehnik keabsahan data adalah dengan menggunakan kriteria derajat kepercayaan.

Dimana derajat kepercayaan ini sendiri menuntut supaya hasil penemuannya dapat

dipercaya oleh pembaca dan dapat dibuktikan oleh informan. Tehnik yang

digunakan oleh peneliti untuk memestikan derajat kepercayaan dalam penelitian

ini adalah Triangulasi. Yang menurut (Sumaryanto, 2000 : 27), tringulasi adalah

verifikasi penemuan melalui informasi dari berbagai sumber, menggunakan multi

metode dalam pengumpulan data dan sering juga oleh beberapa peneliti tehnik

triangulasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Triangulasi dengan sumber, berarti membandigkan dn mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melelui waktu dan alat yang

berbeda.

2. Triangulasi dengan metode, terdapat dua metede yaitu pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tehnik pengumpulan data,

dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber daa dengan metode

yang sama.

3. Triangulasi penyidik, dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat

lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

Page 49: Skripsi Pendidikan (138)

xlix

4. Triangulasi dengan teori, menurut Linclon dan Guba berdasarkan anggapan

bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu

atau lebih teori.

Dalam hal ini peneliti memanfaatkan penggunaan keabsahan data

dengan pengecekan teman sejawat, triangulasi sumber dan triangulasi

penyidik, triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alatyang berbeda.

Dengan tehnik triangulasi sumber peneiti mengecek balik hasil

wawancara yang telah diperoleh yaitu instruktur, peserta pelatihan dan kasi

penyelenggara pelatihan dengan sumber yang lain berupa dat dokumentasi

dan dat observasi. Sedangkan dengan dengan triangulasi penyidik mengecek

keabsahan data melalui memanfaatkan informan lain dengan pengecekan dan

wawancara informan pendukung yaitu penyelenggara.

I. Tehnik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah

karena dengan analisislah data mentah yang telah dikumpulkam oleh peneliti

dapat diberi arti dan makna yang berguna dalanm memecahkan masalah

penelitian sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang benar. Proses analisis

dimulai dengan menelaah data yang tersedia dengan berbagai sumber yaitu

wawancara, pengamatan, dokumentasi. Dari hasil perolehan data maka hasil

penelitian dianalisis secaratepat agar simpulan yang diperoleh tepat pula. Dalam

proses analisis data ada tiga unsur yang dipertimbangkan oleh penganalisis yaitu :

Page 50: Skripsi Pendidikan (138)

l

1. Reduksi Data

Reduksi data diartika sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi berlangsung selama proyek

berlangsung. Reduksi data bukan merupakan suatu hal yang terpisah dari

analisis. Dengan demikian reduksi data merupakan bentuk analisis yang

menggolongkan, mengarahkan, menajamkan membuang hal-hal yang tidak

perlu dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga kesimpulan akhirnya dapat

ditarik dan diverifikasikan.

2. Penyajian Data

Penyajian data sajian data adalah suatu susunan informasi yang

memungkinkan kesimpulan dapat ditarik. Dengan melihat suatu sajian data,

penganalisis akan dapat memahami apa yang terjadi, serta memberikan

peluang bagi penganalisis untuk melakukan sesuatu pada analisis atau

tindakan berdasarkan pemahaman tersebut. Guna memberikan gambaran yang

jelas dalam sajian data, perlu dipertimbangkan efisien dan efektifitas dari

sajian informasi yang akan disampaikan dalam satu sajian yang baik dan jelas

sistematikanya. Sedangkan langkah-langkah penyajian data dikategorikan

sesuai dengan tema dan sub tema.

3. Menarik Kesimpulan

Simpulan akhir dalam proses analisis kualitatif ini tidak akan ditarik

kecuali setelah proses pengumpulan data akhir. Simpulan yang ditarik perlu

diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, sambil

Page 51: Skripsi Pendidikan (138)

li

meninjau sepintas pada catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang

lebih tepat. Kesimpualn hasil penelitian ditulis bersamaan dengan penyajian

data dengan penulisan dalam tabel. Laporan hasil penelitian ini dalam bentuk

deskriptif kualitatif yang dilengkapi dengan gambar visual dan tabel.

Komponen-komponen data interaktif dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar: Komponen-komponen data model interaktif (sumber: Analisis data

kualitatif, Tjetjep Rohendi; 1992: 20)

Pengumpulan

Data

Penyajian Data

Simpulan

Verivikasi Reduksi

Data

Page 52: Skripsi Pendidikan (138)

lii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Balai Latihan Kerja Jawa Tengah

a. Sejarah Singkat Balai Latihan Kerja Jawa Tengah

Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk menyediakan

lapangan kerja dan lapangan yang produktif dan berkelanjutan, sehingga

setiap angkatan kerja dapat memperoleh pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan bunyi Undang-

undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) yang menyebutkan bahwa : “ Tiap-

tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi

kemanusiaan”.

Masalah besar yang masih dihadapi bidang ketenegakerjaan

saat ini adalah tingkat pengangguran yang relatif tinggi dengan

pertambahan angkatan kerja melebihi pertambahan jumlah kesempatan

kerja yang tersedia, jumlah pertumbuhan angkatan kerja yang cukup

pesat kurang dapat diimbangi oleh kemampuan penciptaan kesempatan

kerja sehingga terjadi pengangguran terbuka yang berakumulasi setiap

tahun.

Salah satu kebijakan yang dikembangkan pemerintah untuk

mengatasi masalah pengangguran ialah dengan mendorong pengiriman

dan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri, dengan

Page 53: Skripsi Pendidikan (138)

liii

memperhatikan kompetensi, perlindungan tenaga kerja, harkat,

martabat, dan nama baik bangsa indonesia, serta mencegah timbulnya

eksploitasi tenaga kerja.

Sejalan dengan era persaingan global yang semakin ketet dan

perkembangan kebutuhan pasar kerja internasional, diupayakan

peningkatan ketrampilan dan produktifitas tenaga kerja untuk

mendukung daya saing dan openingkatan kualitas TKI, melalui

pelaksanaan pelatihan yang fleksibel dan relevan dengan kebutuhan

dunia kerja.

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor I

Tahun 2002 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi

dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Propinsi Jawa Tengah, dibentuk Balai Latihan Kerja Luar

Negeri ( BLKLN ) Propinsi Jawa Tengah, yang mempunyai tugas pokok

dan fungsi melaksanakan pelatihan, uji ketrampilan, dan sertifikasi bagi

calon tenaga kerja indonesia yang akan bekerja ke luar negeri.

Hal ini merupakan wujud kepercayaan Pemerintah Propinsi

Jawa Tengah kepada BLKLN untuk menunjang program penempatan

TKI ke luar negeri melalui pelatihan, pemberdayaan dan pengembangan

sumber daya manusia tenaga kerja. Kemudian untuk dapat

melaksanakan tugas tersebut, masih diperluakn adanya berbagai

dukungan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya dalam

jumlah dan kualitas yang memadai.

Page 54: Skripsi Pendidikan (138)

liv

b. Tugas Pokok dan Fungsi Program Pelatihan BLKLN Jawa Tengah

1. Tugas Pokok

a. Melaksanakan tugas tehnik Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

b. Melaksanakan kebijakan teknis operasional pelatihan calon tenaga

kerja yang akan bekerja keluar negeri.

2. Fungsi

1. Menyusun rencana teknis operasional pelatihan calon tenaga

kerja yang akan bekerja keluar negeri.

2. Mengkaji dan menganalisis teknik operasional pelatihan calon

tenaga kerja yang akan bekerja keluar negeri.

3. Melaksanakan kebijakan teknis pelatihan calon tenaga kerja

yang akan bekerja keluar negeri.

4. Melaksanakan pelatihan bagi calon tenaga kerja yang akan

bekerja keluar negeri.

5. Melaksanakan kerja sama dengan pihak ketiga di dalam dan luar

negeri di bidang pelatihan calon tenaga kerja yang akan bekerja

ke luar negeri.

6. Melaksanakan uji ketrampilan dan sertifikasi pelatihan calon

tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri.

7. Melaksanakan pemasaran dan informasi lulusan dan sumber

daya pelatihan Balai Latihan Kerja Luar Negeri.

Page 55: Skripsi Pendidikan (138)

lv

8. Melaksanakan pengelolaan sumber daya pelatihan Balai Latihan

Kerja Luar Negeri.

9. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pelatihan.

c. Program Pelatihan

Dengan didukung prasarana, sarana dan fasilitas pelatihan yang

standar, BLKLN melaksanakan program pelatihan ketrampilan bagi

calon tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri, yaitu :

1. Program pelatihan untuk tenaga kerja formal

a. Pelatihan Kontuksi Bangunan

Cukup banyak calon tenaga kerja yang berminat untuk

bekerja di luar negeri khususnya pada sektor konstuksi

bangunan, sebagian, sebagian dari mereka adalah pekerja

bagunan yang sudah mempunyai ketrampilan dan pengalaman

namun sebagian lainnya adalah calon tenaga kerja yang sama

sekali tidak mempunyai ketrampilan dan pengalaman. Oleh

sebab itu kepada calon tenaga kerja yang akan bekerja di sektor

ini, diberiakan pelatihan dasar tentang konstruksi bangunan.

b. Pelatihan Menjahit ( garment )

Permintaan tenaga kerja untuk ditempatkan dan

dipekerjakan pada bidang usaha garment cukup tinggi, namun

tidak banyak calon tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan di

bidang ini. Untuk memenuhi kebutuhan ini, calon tenaga kerja

Page 56: Skripsi Pendidikan (138)

lvi

dilatih untuk mengoperasionalkan mesin jahit yang berkecepatan

tinggi ( high speed ).

2. Program pelatihan untuk tenaga kerja informal

Sebagian besar ketuhan akan tenaga kerja di uar negeri

adalah untuk jabatan Penata Laksana Rumah Tangga ( PLRT ), agar

calon tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri sebagai PLRT

dapat melaksanakan pekerjaannya dengan berhasil dan produktif,

kepada mereka diberi pelatihan PLRT yangmeliputi pengetahuan

tata boga, tata graha, tata busana / laundry, perawatan bayi, dan

pengetahuan bahasa.

Semua program pelatihan tersebut dirancang untuk

mempersiapkan calon Tenaga Kerja Indonesia yang mempunyai

pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja

di luar negeri.

d. Struktur Organisasi BLKLN Jawa Tengah

a. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Balai Latihan Kerja Luar Negeri Propinsi Jawa

Tengah, terdiri dari :

1. Kepala BLKLN

Page 57: Skripsi Pendidikan (138)

lvii

2. Kasubbag Tata Usaha

3. Kasie Penyelenggaraan Pelatihan

4. Kasie Pengembangan dan Pemberdayaan

5. Kasie Pemasaran dan Informasi.

Bagan Struktur Organisasi

BLKLN Propinsi Jawa Tengah

e. Instruktur dan peserta pelatihan

1. Instruktur

Di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jawa Tengah jumlah

instruktur ada 16 orang, yang masing-masing instruktur mengajar

sesuai dengan keahliannya. Sehingga peserta pelatihan diharapkan

KEPALA BLKLN

KASUBBAG

TAT USAHA

KEPALA SEKSI

PEMASARAN DAN

INFORMASI

KEPALA SEKSI

PENGEMBANGAN

&

PEMBERDAYAAN

KEPALA SEKSI

PENYELENGGAR

AAN PELATIHAN

Page 58: Skripsi Pendidikan (138)

lviii

mampu menguasai materi pelatihan yang telah diajarkan agar saat

mereka bekerja keluar negeri sebagai penata laksana rumah tangga

menjadi tenaga yang profesional dibidangnya.

2. Peserta pelatihan pada Balai Latihan Kerja Luar Negeri harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Calon tenaga kerja berminat untuk bekerja keluar negeri dan atau

calon tenaga kerja Indonesia terdaftar melalui penyalur jasa tenaga

kerja keluar negeri atau cabang PJTKI.

b. Telah mengikuti tes kesehatan di klinik yang terekomendasi dari

pemerintah dengan hasil fit.

c. Tingkat pendidikan calon tenaga kerja indonesia minimal lulusan

SLTP.

d. Usia calon tenaga kerja indonesia minimal 18 tahun pada waktu

terdaftar.

e. Calon peserta pelatihan belum pernah mengikuti pelatihan

ketrampilan.

f. Calon peserta pelatihan mengisi blangko pendaftaran dengan

dilampiri pas photo 4X6 sebanyak 3 lembar.

f. Fasilitas Fisik BLKLN Jawa Tengah

Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jawa Tengah menempati tanah

seluas kurang lebih 10.000 meter persegi yang memiliki beberapa

ruangan baik ruang kantor, ruangan untuk tempat pelatihan maupun

Page 59: Skripsi Pendidikan (138)

lix

asrama untuk peserta pelatihan. Secara geografis BLKLN Jawa Tengah

terletak di Jalan Brotojoyo kelurahan Pelombokan, Semarang Utara.

Tabel 1 Fasilitas Pelatihan BLKLN Jawa Tengah

No Fasilitas BLKLN Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Gedung kantor

Ruang perpustakaan

Ruang pertemuan atau

aula

Ruang kelas

Whork shop / R. Praktek

kejuruan PLRT

Asrama

Sarana dan prasarana

olah raga

Yang terdiri dari ruang penanggung jawab TUK,

ruang penguji, ruang staf administrasi, ruang staf

teknis, ruang tamu kantor TUK

Berisi buku-buku penunjang pelatihan untuk

peserta pelatihan maupun instruktur

Kapasitas kurang lebih 100 orang

Kapasitas 20 orang dengan fasilitas meja kursi

20 buah, white board, serta ruang ber AC

Yang terdiri dari ruang praktek kamar tamu,

ruang praktek kamar mandi / WC, ruang praktek

pencucian pakaian, ruang praktektata hidang dan

etika bertelp, ruang praktek perawatan

bayi,ruang praktek perawatan anak balita, ruang

praktek perawatan orang sakit, dan lab. Bahasa

Kapasitas 80 orang

Tersedia lapangan dan sarana prasarana olah

raga bagi peserta pelatihan, instruktur, maupun

pegawai BLKLN

Page 60: Skripsi Pendidikan (138)

lx

8.

9.

10.

11.

Ruang makan

Dapur

Gudang

Kamar mandi / WC

Kapasitas 80 orang

Terdiri 1 ruang yang tersedia beberapa peralatan

untuk masak

Terdiri 1 ruang

Dengan fasilitas yang lengkap

g. Sarana Belajar di BLKLN Jawa Tengah

Sarana belajar merupakan salah satu unsur yang mendukung

terselenggaranya kegiatan belajar mengajar. Sarana yang tersedia dan

digunakan pada kegiatan belajar mengajar pada BLKLN merupakan

pendukung kegiatan praktek para calon tenaga kerja Indonesia.

Tabel 2 sarana belajar

No Sarana Belajar Keterangan

Page 61: Skripsi Pendidikan (138)

lxi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Peralatan pelatihan untuk

tata graha

Peralatan pelatihan untuk

tata boga

Peralatan pelatihan untuk

tata busana

Peralatan pelatihan untuk

baby sitter

Peralatan pelatihan untuk

perawatan / kesehatan

lansia dan jompo

Laboratorium bahasa

Meliputi kamar tidur, kamar tmu, kamar

mandi beserta sarana penunjang lainnya

Meliputi ruang dapurbasah, ruang dapur

keringbeserta alat-alat dan bumbu-bumbu

lengkap yang disesuaikan dengan negara

tujuan, serta ruang tata hidang

Meliputi ruang pencucian pakaian, pelicinan

pakaian, dan perawatan pakaian

Meliputi ruang perawatan bayi lengkap

dengan peralatan penunjang serta boneka

pengganti bayi, dan ruang perawatan anak

disertai dengan alat permainannya

Meliputi ruang perawatan orang sakit serta

dilengkapi kursi roda, tongkat, tabung

oksigen, dan alat-alat pendukung lainnya

Yang dilengkapi dengan perangkat audio dan

headphone, tv monitor, VCD player, gambar

peraga, dan alat peraga pembelajaran bahasa

inggris

h. Aktifitas Pelatihan

Page 62: Skripsi Pendidikan (138)

lxii

Kegiatan pelatihan di BLKLN Jawa Tengah berlangsung satu

minggu 6 kali pertemuan dengan alokasi waktu 40% teori dan 60%

praktek. Proses pembelajaran dalam satu hari dilakukan selama 10 jam.

Kegiatan pelatihan dilakukan mulai pukul 08.00 – 17.30 wib.

Tabel 3 Aktifitas Kegiatan Pelatihan di BLKLN Jawa Tengah

No Alokasi

Waktu

Aktifitas

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

120 menit

15 menit

90 menit

15 menit

60 menit

75 menit

135 menit

15 menit

45 menit

90 menit

Pelajaran bahasa sesuai dengan negara tujuan (neg.

Singapura bhs. Inggris, neg. Hongkong bhs. Kantonis, neg.

Malaysia bhs. Melayu)

Istirahat

Praktek ( misal penyiapan bahan masak, penghidangan

makanan serta minuman, negara setempat, pembersihan dan

perawatan perabot dapur, makan, minum, pembersihan dan

perawatan kamar mandi / WC, penataan kamar tidur dan

ruang tamu, pengasuhan dan perawatan balita, perawatan

kesehatan, dan perawatan lansia).

Istirahat

Pelajaran bahasa sesuai negara tujuan

Istirahat, sholat, makan siang

Praktek

Istirahat

Praktek

Page 63: Skripsi Pendidikan (138)

lxiii

Pelajaran bahasa sesuai negara tujuan

Proses kegiatan pelatihan Tabel di atas merupakan hasil

pengamatan peneliti selama berlangsung. Pemberian praktek di atas

dilakukan secara bergantian disesuaikan dengan kurikulum sesuai dengan

negara tujuan masing-masing calon tenaga kerja indonesia ke luar negeri.

i. Kurikulum

Kurikulum pelatihan di BLKLN Jawa Tengah untuk calon

tenaga kerja yang dilatih

Tabel 4 kurikulum pelatihan

Mata Pelatihan : Penata Laksana Rumah Tangga

Negara Tujuan : Hongkong

Jam Latihan No Mata Latihan

PB KP Jumlah

1 2 3 4 5

1

1.1

1.2

1.3

Kelompok Dasar

Budi pekerti, motivasi, disiplin kerja

dan etika negara setempat

Keselamatan dan kesehatan kerja

Fisik, mental dan disiplin

8

4

-

-

-

8

8

4

8

Sub Jumalh (1) 12 8 20

2 Kelompok Inti

Page 64: Skripsi Pendidikan (138)

lxiv

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

2.7

2.8

2.9

2.10

2.11

2.12

2.13

Pembersihan dan penataan ruangan

kamar mandi dan WC

Pembersihan dan perawatan perabot

dapur, makan dan minum

Cuci, setrika, perawatan pakaian dan

sepatu atau sandal

Penataan kamar tidur dan kamar tamu

Penyiapan bahan, memasak, dan

penghidangan makanan dan inman

negara setempat

Bahasa kantonis

Bahasa inggris

Perawatan anak pra sekolah

Pengasuhan dan perawatan anak balita

Perawatan kesehatan

Perawatan orang lanjut usia

Penggunaan dan perawatan alat-alat

listrik

Pemeliharaan hewan peliharaan

1

1

1

1

6

20

4

1

1

1

1

1

1

5

5

5

5

20

63

16

4

6

5

5

3

3

6

6

6

6

26

83

20

5

7

6

6

4

4

Sub Jumlah (2) 40 145 185

Page 65: Skripsi Pendidikan (138)

lxv

3 3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

Kelompok Penunjang

Tata cara bertelepon dan menerima

tamu

Perawatan dan cuci mobil

Antar jemput dan bantuan belajar anak

sekolah

Pengenalan adat istiadat, budaya dan

kondisi negara tujuan

Tata cara pengurusan keluar negeri

Tata cara perjalanan keluar negeri

Perlindungan TKI

1

1

1

3

3

3

3

3

2

3

-

-

-

-

4

3

4

3

3

3

3

Sub Jumlah (3) 15 8 23

4 Evaluasi / pendalaman Materi 2 10 12

Sub Jumlah (4) 2 10 12

Jumlah Keseluruhan 69 171 240

Catatan :

PB : Pengetahuan Berkair

KP : Ketrampilan Praktis

j. Proses Rekrutmen

Proses rekrutmen dan identifikasi peserta pelatihan di BKLKN

Jawa Tengah yaitu dengan melakukan sosialisasi ke PJTKI yang ada

Page 66: Skripsi Pendidikan (138)

lxvi

untuk melatihkan calon TKI-nya ke BLKLN. Calon TKI yang akan

mengikuti pelatihan I BLKLN harus terdaftar di salah satu PJTKI, yang

setelah dicek kondisi kesehatannya dalam keadaan fit, pendidikan

menimal SLTP dan belm lama berada di penampungan di PJTKI, hal ini

untuk menghindari agar saat calon TKI tersebut dilatih calon TKI

tersebut masih punya cukup waktu untuk mengikuti pelatihan hingga

selesai sebelum mereka mendapatkan panggilan kerja.

Instruktur dalam pelatihan calon TKI selain sebagian pegawai

BLKLN yang berkompeten dibidangnya, juga berasal dari instansi lain

yang sesuai dengan keahlian dibidangnya sesuai dengan mata pelatihan

yang akan mereka latihkan. Adapun syarat yang dibutuhkan untuk

menjadi seorang instruktur yaitu selain mempunyai latar belakang

pendidikan yang sesuai dengan bidangnya selain itu juga pernah

mengikuti diklat instruktur. Dengan instruktur yang mempunyai latar

belakang yang sesuai dengan materi pelatihan yang diampu diharapkan

instruktur palatihan mempunyai kompetensi dibidangnya sehingga calon

TKI benar-benar memperoleh materi yang dibutuhkan sebagai bekal

mereka ke luar negeri sehingga menjadi TKI yang siap bersaing di luar

negeri.

2. Faktor Pendorong dan Penghambat Pelatihan Calon TKI Ke Luar

Negeri

a. Faktor Pendorong

Page 67: Skripsi Pendidikan (138)

lxvii

Keinginan yang kuat untuk merubah nasib keluarganya yang

hidup dalam kekurangan merupakan alasan utama mereka memutuskan

untuk menjadi tenada kerja keluar negeri, selain itu juga karena gaki yang

akan mereka peroleh nanti akan jauh lebih tinngi jika mereka bekerja

sebagai pembantu rumah tangga di dalam negeri.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh IN, yang memilih bekerja

keluar negeri dengan alasan : “ Untuk kesejahteraan keluarga saya,

karena nyari kerja disini susah aja apalagi saya cuma lulusan SMP,

paling-paling jadi pembantu itupun gajinya sangat kecil mana cukup

untuk menghidupi keluarga saya “.

Hal senada juga diungkapkan oleh RW : “ Untuk membantu

keluarga, dan untuk memperbaiki ekonomi keluarga saya”.

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh SA : “ Motivasi

saya keluar negeri ya karena gaji yang saya terima lebih tinggi dari pada

disini “.

Berbeda dengan SJ yang telah memiliki anak dia keluar negeri

demi masa depan anaknaya. Seperti ungkapannya : “Karena di kampung

saya tu gak ada pekerjaan, ya saya keluar negeri untuk masa depan saya

dan anak saya”.

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh oleh PC sebagai Kasi

Penyelenggara Pelatihan bahwa rata-rata calon TKI keluar negeri tersebut

karena faktor ekonomi, namun tidak menutup kemungkinan adanya faktor

pendorong lainnya, seperti yang diungkapkan oleh PC yaitu : “Jadi ada

Page 68: Skripsi Pendidikan (138)

lxviii

beberapa faktor, yaitu yang pertama yaitu mengenai pendapatan mereka

yang lebih tinggi dibandingkan pada saat di dalam negeri, lalu juga ada

sebagian yang bekerja disana untuk mendapatkan pengalaman yang lebih

dibandingkan dengan teman-temannya yang ada di dalam negeri,

kemudian juga dengan alasan mereka keluar negeri untuk mendapatkan

ilmu pengetahuan khususnya dalam hal bahasa, saya kira itu saja yang

menjadi faktor pendirong mereka”.

Dari ungkapan ungkapan responden di atas jelas bahwa fktor

yang mendorong calon TKI keluar negeri adalah faktor ekonomi karena

ternyata dengan hanya lulusan SMP saja mereka sadar akan mengalami

kesulitan mencari pekerjaan di dalam negeri misalkan ada hanya sebagai

pembantu rumah tangga yang gajinya sangat kecil. Hal ini sangat berbeda

jika mereka bekerja keluar negeri walaupun hanya sebagai pembantu

rumah tangga namun gaji yang akan mereka peroleh sangat tinggi jika di

lihat dari latar belakang pendidikan mereka.

b. Faktor penghambat

Sedangkan yang biasanya menjadi faktor penghambat calon TKI

keluar negeri sebagian besar adalah masalah pendidikan yang rendah. Hal

ini sangat mempengaruhi mereka dalam menerima materi pelatihan. Hal

ini seperti yang diungkapkan oleh PC, yaitu : “ Jadi yang menjadi faktor

Page 69: Skripsi Pendidikan (138)

lxix

penghambat dari sisi pra penberangkatan yaitu biasanya mereka

terbentur pada pendidikan. Rata-rata pendidikan mereka SD tapi ada

juga yang SMP, ini jelas akan mempengaruhi pada saatmereka menerima

materi pelatihan khususnya bahasa yaitu Bahasa Inggris. Dengan

pendidikan rendah tentunya mereka akan mengalami kesulitan nantinya

saat mereka bekerja “.

Sedangkan menurut para calon TKI sendiri rata-rata mereka

mengalami kendala dalam hal menerima materi bahasa khususnya Bahasa

Inggris. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh IS, “ kadang-kadang saya

mengalami kesulitan terutama bahasa apalagi Bahasa Kantonese yang

saya belum pernah belajar sebelumnya”.

Hal serupa juga diungkapkan oleh RW, “ Kendalanya adalah

Bahasa Kantonese, karena saya sering lupamenghafalnya.”

Hal ini berbeda dengan SA karena dia pernah bekerja keluar

negeri sebelumnya jadi dia tidak mengalami kendala dalam hal bahasa tapi

pada penyampaian materi yang lain, “Saya tidak mengalami kendala

dalam menerima materi pelatihan, ya Cuma materi tentang kesehatan

kurang jelas dalam penyampaianya “.

Sedangkan Sj mengungkapkan kalau dia mengalami kendalanya

adalah : “ Kendalanya sih lupa, saya sering lupa walaupun sudah sering

belajar berulang-ulang “.

Dari beberapa pernyataan di atas maka jelas bahwa rata-rata

calon TKI mengalami kendala dalam hal penerimaan bahasa terutama

Page 70: Skripsi Pendidikan (138)

lxx

Bahasa Ingrris dan Kantonese. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh latar

belakang pendidikan yang sangat kurang untuk ukuran TKIyang bekerja

keluar negeri dengan ketentuan menguasai bahasa Inggris apalagi Bahasa

Kantonese yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

3. Model Pelatihan calon TKI di BLKLN

Agar mudah dalam mendeskripsikan model pelatihan bagi calon

TKI, peneliti mengacu pada beberapa komponen pelatihan, yaitu : tujuan,

materi, metode, media, evaluasi, instrukrur, dan peserta pelatihan. Model

Page 71: Skripsi Pendidikan (138)

lxxi

pelatihan yang peneliti temui pada pelatihan calon TKI di BLKLN dapat

dilihat melelui bagan berikut ini :

Pada bagan di atas tampak bahwa dari komponen pelatiha calon

TKI antara tujuan, materi,media, metode dan evaluasi beinterelasi artinya

saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi. Semua komponen

pelatihan berperan penting dalam kegiatan pelatihan. Dengan penerapan

semua komponen pelatihan secara tepat diharapkan calon TKI sehingga apa

yang dibutuhkan calon TKI dapat terpenuhi dan tujuan

pelatihan dapat tercapai. Harapannya calon TKI dapat menjadi tenaga

terampil dibidangnya.

Model pelatihan calon TKI di BLKLN mencakup beberapa

komponen pelatihan, seperti : tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi.

Kebutuhan Tujuan

Metode

Media

Calon TKI

Materi

Instruktur

Evaluasi

Calon TKI

yang terampil

Page 72: Skripsi Pendidikan (138)

lxxii

Melalui informasi dari beberapa responden yang diwawancarai didapatkan

informasi tentang model pelatihan yang diterapkan di BLKLN untuk calon

TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri.

a. Tujuan pelatihan

Pada dasarnya BLKLN mempunyai visi menciptakan tenaga

terampil, ahli, produktif, dalam berbagai bidang ketrampilan serta berdaya

saing tinggi. Visi tersebut sejalan dengan tujuan pelatihan yang ada di

BLKLN seperti yang diungkapkan oleh PI yang merupakan Kasi

Penyelenggaraan Pelatihan bahwa : “tujuan utama dalam pelatihan CTKI di

BLKLN yaitu meningkatkan kualitas SDM khususnya yang akan dikirim

keluar negeri sehingga mereka nantinya dapat melakukan pekerjaan dengan

baik, tertib dan yang paling penting akan lebih mensejahterakan mereka di

Negara tujuan sana”.

Ketrampilan bagi calon TKI itu juga sangat penting karena

walaupun mereka hanya bekerja sebagai penata laksana rumah

tangga, mereka juga harus memiliki sumber daya manusia yang baik sehingga

mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik pula sehingga mereka

dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

Lebih lanjut menurut HI, sebagai instruktur perawatan bayi

mengungkapkan mengenai tujuan diadakannya pelatihan bagi calon TKI

sesuai dengan mata pelatihan yang diampunya bahwa : “tujuan pelatihan

untuk calon TKI Secara umum untuk bekal calon TKI yang mau keluar negeri

Page 73: Skripsi Pendidikan (138)

lxxiii

untuk menambah ketrampilan juga ilmu pengetahuannya. Juga karena

perlunya wawasan yang dalam khususnya baby sitter”.

Ketrampilan merawat anak balita itu sangat penting karena

biasanya TKI yang bekerja di luar negeri mempunyai tugas utama yaitu

merawat anak selain memasak.

Sedangkan menurut AS, instruktur Bahasa Inggris

mengungkapkan mengenai tujuan pelatihan yaitu : “Melihat dari permintaan

karena tuntutan dari negara tujuan untuk pandai berbahasa terutama kalau di

Singapura agar tidak terjadi miss communication atau salah persepsi”.

Ketrampilan yang utama yang harus dikuasai calon TKI yaitu

mengenai bahasa yang digunakan di Negara tujuan agar tidak terjadi salah

persepsi antara majikan dan penata laksana rumah tangga. Ketrampilan bahasa

sangat penting karena dengan dikuasainya bahasa maka dia akan mampu

menangkap dan mengerti apa yang di perintahkan majikannya.

Lebih lanjut AS mengungkapkan bahwa : “pemberian materi

Bahasa Inggris juga sangat ditentukan oleh negara tujuan calon TKI, kalau

negara tujuannya singapura maka pemberian materinya 4 jam setiap harinya

karena Negara Singapura menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa

sehari-hari mereka sebagai komunikasinya. Beda lagi kalau negara tujannya

Hongkong, maka pemberian materinya hanya 2 jam dalam sehari. Hal itu

disebabkan di Negara Hongkong bahasa yang digunakan adalah bahasa

Kantonese dan Bahasa Inggris hanya sebagai bahasa kedua”.

Page 74: Skripsi Pendidikan (138)

lxxiv

Materi bahasa yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan para

TKI sehingga waktu yang ada dapat digunakan dengan baik, karena peltihan

yang diberikan untuk para TKI sangat terbatas.

Selain beberapa materi di atas yang tidak kalah pentingnya

adalah materi tentang kepribadian atau budi pekerti dan etika negara setempat.

Pemberian materi tersebut sangat penting karena dengan mengerti budaya

setempat calon TKI dapat mengerti kebiasaan yang ada di negara tujuan

sehingga mereka dapat menyesuaikan budaya yang ada disana dengan baik.

Selain itu mereka juga diberikan materi tentang budi pekerti dan kepribadian

negara kita sehingga diharapkan selama mereka disana dapat menjaga nama

baik negara kita. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh HMS bahwa tujuan

diberikannya pelatihan tentang kepribadian atau budi pekertidan etika negara

setempat adalah : “Untuk membekali calon TKI supaya berkepribadian

Bangsa Indonesia, meningkatkan iman dan taqwanya yang dapat

diperlihatkan dalam sikap dan perbuatan sehari-hari yang diantaranya harus

jujur, menghormati orang lain, tidak mudah putus asa, siap mental

menghadapi persaingan di Negara tempat dia kerja, kemudian mereka dapat

menambahkan kreatifitas dan inovasinya karena saat mereka nanti bekerja di

Negara tujuan harus dapat bersaing dengan TKI dari Negara lain”.

Dari ungkapan-ungkapan responden di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan pelatiahan untuk calon TKI adalah untuk memberikan bekal

ketrampilan untuk calon TKI agar mereka menjadi tenaga kerja yang trampil

sehingga dapat melakukan tugasnya dengan baik serta memiliki kepribadian

Page 75: Skripsi Pendidikan (138)

lxxv

sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia dan dapat membawa nama baik

bangsa serta mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

b. Materi pelatihan

Dalam sebuah pelatihan materi yang akan diberikan untuk

peserta pelatihan sangatlah penting karena materi pelatihan mencakup hal-hal

yang akan diberikan agar tujuan pelatihan dapat tercapai. Penentuan mengenai

materi apa saja yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan calon TKI

sangat penting ditentukan sebelumnya, hal ini perlu diperhatikan mengingat

keterbatasan waktu pelatihan dan beragamnya materi yang harus disampaikan

kepada calon TKI agar materi yang disampaikan dapat maksimal.

Menurut HI, materi yang beliau sampaikan meliputi :

“pengasuhan dan perawatan anak prasekolah”. Materi disini mencakup

berbagai macam kebutuhan balita, kebiasaan-kebiasaan yang biasanya

dilakukan oleh balita yang meliputi berbagai mainannya, kapan saat dia harus

makan, mandi, ganti popok dan lain-lain yang berhubungan dengan balita.

Selain itu sebagai pengasuh balita kita juga harus dapat berkomunikasi dengan

mereka sehingga materi yang diberikan juga meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan dunia mereka.

Berbeda dengan AS yang mengajar Bahasa Inggris materi yang

diajarkan meliputi kata-kata atau kalimat-kalimat yang berhubungan dengan

apa saja yang ada di rumah sehingga materi yang diajarkan sangat banyak dan

beragam sehingga beliau harus dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-

Page 76: Skripsi Pendidikan (138)

lxxvi

baiknya. Materi yang ajarkan diberikan secara bertahap sesuai dengan tingkat

kesulitannya. Hal ini seperti hasil wawancara kami mengenai materi yang

diajarkan yang meliputi : “Yang pertama general english, yaitu minimal kalau

ditanya hal-hal yang dasar itu mereka tahu. Setelah itu meningkat ke

pelajaran lain, misalnya mengenai orang jompo.

Tapi kalau di Singapura tidak hanya general english tetapi dia juga harus

dapat ngomong lebih lancar dan menguasai banyak kosa kata yang meliputi

semua yang berhubungan dan ada di rumah”.

Perbedaan pemberian materinya disesuaikan dengan kebutuhan

selain itu karena di Hongkong bahasa utama yang digunakan adalah Bahasa

Kantonese maka pemberian materi tentang Bahasa Inggris hanya sebagai

pelengkap saja.

Sedangkan menurut HMS, karena dia merupakan instruktur kepribadian atau

budi pekerti dan etika negara setempat maka materi yang diberikan meliputi

adat kebiasaan di negara tujuan, serta etika dan kedudayaan negara kita agar

mereka dapat membawa nama baik bangsa. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh HMS bahwa materi yang diberikan adalah : “ Berkaitan

dengan materi kepribadian atau budi pekerti dan etika negara setempat maka

mereka harus mengetahui kultur budaya dimasing-masing negara denag

menesuaikan dengan lingkungan keluarga masing-masing. Di samping itu

karena mereka itu bekerja di rumah tangga mereka harus memahami

peraturan yang ada di sana, dan yang tidak kalah pentingnya mereka harus

dapat membawa nama baik Bangsa dan Negara sehingga mereka tidak

Page 77: Skripsi Pendidikan (138)

lxxvii

berbuat yang melanggar asusila dan ketentuan yang ada yang dapat

merugikan diri mereka sendiri”.

Materi tentang budi pekerti juga tidak kalah pentingnya

diberikan kapeda calon TKI, karena budi pekerti merupakan fondasi awal

yang harus ditanamkan untuk calon TKI agar mereka dapat membawa diri

dengan baik sehingga mereka tidak melakukan hal-hal yang melanggar

norma-norma yang berlaku di negara tujuan yang dapat merugikan dirinya

sendiri.

Materi yang diberikan selama di BLKLN sudah sangat lengkap

untuk bekal para TKI yang akan berangkat keluar negeri, hanya saja masih

perlu adanya penambahan materi pelatihan terutama mengenai bahasa baik

Bahasa Inggris maupun Kantonese, karena belajar bahasa sangat sulit apalagi

Bahasa Kantonese yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Seperti yang

diungkapkan oleh INS bahwa materi yang diberikan meliputi : “Banyak

seperti Bahasa Inggris, tata tertib, adat istiadat, memasak, dan baby sitter”.

Menurut SA materi pelatihan yang diberikan selama dia berada

disini adalah : “Praktek lansia, memandikan bayi, memasak, dan bahasa

sesuai dengan bahasa tujuan, juga ada praktek lain misal praktek mencuci

dengan mesin cuci, memandikan bayi, cuci bak mandi, dan cara marawat

orang jompo”.

Sedangkan menurut Sj materi yang diberikan selama ini meliputi

: “Ada Bahasa Kantonese, praktek bayi, orang jompo, praktek menata rumah

tangga dan Bahasa Inggris”.

Page 78: Skripsi Pendidikan (138)

lxxviii

Lain lagi menurut Rw materi yang diberikan yaitu : “ belajar tentang Bahasa

Inggris, Kantonese, baby sitter dan memasak”.

Dari ungkapan-ungkapan responden di atas jelas bahwa materi

yang diberikan selama pelatihan di BLKLN sudah cukup sebagai bekal

mereka untuk bekerja menjadi TKI sesuai dengan tugas yang harus dikerjakan

mereka saat menjadi TKI di negara tujuannya nanti.

c. Metode Pelatihan

Metode yang digunakan untuk menyampaian materi pelatihan

sangat mempengaruhi keberhasilan pelatihan. Karena itu pemilihan metode

yang tepat sangat penting, karena kesalahan pemilihan metode pelatihan

berakibat sangat buruk bagi keberhasilan pelatihan. Namun kebanyakan

metode yang digunakan lebih dominan praktek karena dengan metode tersebut

peserta pelatihan lebih mampu menyerap materi yang diberikan.

Seperti yang diungkapkan oleh HI, bahwa metode yang

digunakan adalah : “Teori 30% dan praktek 70% serta ada diskusi. Karena

kalau disini lebih menekankan pada praktek agar Calon TKI lebih tahu

tentang bidang pekerjaan yang menjadi tugasnya sebagai penata laksana

rumah tangga di Negara tujuan”.

Karena materi yang diberikan oleh HI tentang perawatan balita

maka beliau lebih menekankan praktek karena dengan praktek mereka lebih

faham mengenai bagaimana cara memandikan anak, member makan,

Page 79: Skripsi Pendidikan (138)

lxxix

mengganti popoknya dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perawatan

balita.

Lain lagi menurut AS, karena beliau sebagai instruktur bahasa

maka dia juga menggunakan metode game dalam menyampaikan materi

pelatihannya seperti yang diungkapkannya bahwa metode yang digunakan

adalah : “Teori, diskusi, game, praktek tapi tidak terlalu penuh yang paling

penting tahu pengucapannya karen amelihat latar belakang pendidikan

karena karena itu kita harus pandai mengatur cara belajarnya jangan sampai

yang bodoh makin bodoh dan yang pinter makin pinter sehingga dalam

kelompok diskusi kita harus mencampur antara yang pinter dan yang bodoh”.

Metode ceramah atau teori dilakukan di ruang kelas, sebelum

praktek dilakukan, praktek disini meliputi mengucapkan atau berbicara

dengan instruktur maupun dengan temannya, kemudian mendengarkan orang

lain berbicara, serta menulis menggunakan bahasa inggris. Selain itu dalam

praktek juga ditunjukkan langsung benda yang dimaksud sehingga mereka

tidak salah arti. Metode Game dilakukan agar mreka tidak jenuh dengan

metode ceramah maupun praktek. Game disini juga masih berhubungan

dengan materi yang sedang diajarkan tetapi diselipi dengan permainan yang

menyenangkan agar tidak terjadi kebosanan.

Sedangkan metode yang diterapkan oleh HMS dalam

memberikan materi pelatihan adalah ceramah dan diskusi, hal ini sesuai

denagn yang diungkapkannya yaitu : “Metode yang digunakan yaitu di

samping ceramah juga menggunakan diskusi, kemudian saya sering

Page 80: Skripsi Pendidikan (138)

lxxx

memutarkan vcd tentang berita-berita tentang TKI yang diluar negeri sebagai

bahan diskusi untuk mereka”.

Selain ceramah HMS juga biasanya melakukan diskusi agar

calon TKI itu dapat berbicara di depan orang banyak sehingga nanti setelah

mereka berada di luar negeri mental mereka telah terbiasa berbicara dengan

orang lain sehingga mereka tidak akan canggung lagi berhadapan dengan

majikannya nanti. Digunakannya metode caramah karena materi yang

diberikan adalah etika maka instruktur memberikan kesempatan lwat diskusi

tadi agar calin TKI dapat mengungkapkan argumen mereka. Sealin itu dalam

metode diskusi mereka diperlihatkan video tentang pekerjaan yang mereka

kerjaan disana juga mengenai kejadian-kejadian yang sering dialami TKI yang

berada di luar negeri karena tidak semua TKI yang bekerja disana selalu

beruntung. Pemutaran video tersebut sebagai bahan diskusi buat mereka.

Menurut INS metode yang digunakan adalah : “Secara lisan dan

tertulis, kemudian praktek misalnya saja praktek memasak, memandikan

anak, merawat orang jompo, memandikan hewan peliharaan”.

Menurut INS metode yang sering digunakan lebih banyak

prakteknya karena sebagian materi yang diberikan memerlukan praktek

langsung, dia juga menyukai lebih banyak praktek sehingga dia tidak merasa

jenuh.

Sedangkan menurut SA, Ra, dan Rw metode yang digunakan

adalah teori dan praktek tetapi lebih banyak prakteknya karena materinya

memerlukan banyak praktek, agar mereka lebih dapat memahaminya.

Page 81: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxi

Dari pernyataan beberapa responden tersebut persentase antara

teori dan prakteknya adalah 30% banding 70%. Hanya pada materi Bahasa

Ingris ada metode game tujuannya agar peserta pelatihan tidak merasa jenuh

dalam menerima materi pelatihan.

d. Media Pelatihan

Media sebagai penunjang pemberian materi pelatihan juga tidak

kalah pentingnya karena dengan penggunaan media yang tepat sedikit banyak

dapat membantu keberhasilan pelatihan.

Menurut HI, media yang digunakan pada umumnya yaitu white

board kalau materi yang diberikan berupa ceramah, tetapi kalau praktek media

yang digunakan yaitu alat-alat yang berhubungan dengan materi yang

disampaikan. Hal tersebut sesuai denagn ungkapan HI bahwa media yang

digunakan adalah : “Kalau teori ya kita menggunakan white board dan

spidolnya, kalau untuk praktek kita ke ruang praktek tersendiri dengan alat-

alat pendukung yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan”.

Sebagai penunjang praktek materi perawatan balita yaitu

menggunakan alat-alat seperti yang digunakan di negara tujuan, seperti

misalnya kereta dorong, bak mandi untuk memandikan bayi, dan lan-lain.

Dengan peralatan yang memadai maka peserta pelatihan tahu bagaimana

menggunakan alat-alat tersebut. Selain itu BLKLN juga selalu memperbaiki

Page 82: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxii

kekurangan-kekurangan yang ada sehingga diharapkan alat-alat pendukung

pelatihan tidak usang atau ketinggalan jaman.

Untuk pemberian materi Bahasa Inggris mesih memerlkan

media lain sebagai penunjang yaitu laboratorium bahasa. Laboratorium bahasa

digunakan sebagai penunjang sekaligus mempermudah peserta menerima

materi yang diajarkan. Sebab belajar bahasa tanpa bantuan alat bantu hasilnya

kurang maksimal. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh AS yang

menggunakan media sebagai penunjangnya adalah : “Disamping tape

recorder, tv, vcd, laboratorium bahasa terutama peserta harus dapat

mendengarkan orang lain berbicar karena dalam mendengarkan orang lain

berbicara lebih sulit dari pada mengucapkannya”.

Penggunaan laboratorium bahasa adalah sebagai penunjang saat

peserta harus mendengarkan orang lain berbicara agar lebih jelas selain itu

juga sebagai alat bantu saat mereka harus belajar berbicara baik dengan

temannya maupun dengan instruktur.

Sedangkan media yang lebih banyak digunakan oleh HMS

sebagai penunjang adalah LCD. Karena saat penyampaian materi pelatihan

beliau sering memutarkan film yang menggambarkan keadaan yang akan

mereka hadapi ketika di negara tujuan, hal ini dilakukan agar mereka

mempunyai bayangan tentang kultur atau budaya negara setempat.

Hal ini seperti diungkapkan oleh HMS bahwa media yang

digunakan adalah : “Kami menggunaka OHP, white board, kemudian juga

dalam pelaksanaannya itu kadang-kadang kita menggunakan LCD se

Page 83: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxiii

Headset, white board, audio visual digunakan untuk materi bahasa yaitu

Bahasa Inggris dan Kantonese hingga mereka tahu kultur orang yang berada

di negara Hongkong, Singaura, dan Malaysia “.

Menurut INS media yang digunakan selama pelatihan adalah :

“Headset, white board, audio visual digunakan untuk materi bahasa yaitu

Bahasa Inggris dan Kantonese “. Media yang digunakan disini sangat lengkap

disesuaikan dengan klebutuhan pelatihan “. Lebih lanjut SA mengungkapkan

bahwa media yang digunakan yaitu : “VCD, TV, ada laboratorium bahasa

lengkap dengan fasilitasnya “. Responden yang lainn juga mengungkapkan

bahwa media yang digunakan adalah : “White board, alat-alat praktek,

laboratorium bahasa untuk belajar sesuai dengan negara tujuannya. Selain

itu Rw juga mengungkapkan bahwa media yang digunakan adalah :

“Medianya ya white board, ruang praktek, laboratorium bahasa, VCD, video

untuk belajar Bahasa Inggris dan Kantonese “.

Dari ungkapan-ungkapan responden di atas terungkap bahwa

media yang digunakan sebagai penunjang pelatihan adalah white board, LCD,

OHP digunakan selama pemberian materi teori, bahasa digunakan

laboratorium bahasa sebagai alat bantu dalam belajar untuk peserta pelatihan,

sedangkan untuk praktek digunakan ruang khusus sesuai dengan mata

pelatihan yang dilatihkan karena setiap materi pelatihan yang memerlukan

praktek mempunyai ruangan tersendiri lengkap dengan peralatan

pendukungnya. Misalnya praktek memasak, praktek tata graha, praktek

Page 84: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxiv

merawat balita, orang jompo, menghidangkan makanan, memelihara hewan

peliharaan dan lain-lain.

e. Evaluasi Pelatihan

Dalam sebuah pelatihan dibutuhkan evaluasi untuk mengukur

seberapa besar tingkat keberhasilan pelatihan yang telah diberikan

sebelumnya. Untuk itu keberhasilan dalam pelatihan terhadap calon TKI

sangat mempengaruhi ketrampilan yang diperoleh mereka sebagai bekal

mereka saat bekerja ke luar negeri. Untuk itu dalam evaluasi para instruktur

juga selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan dalam

pemberian materi pelatihan.

Sebagai instruktur perawatan balita HI melakukan evaluasi

setiap akhir sub pokok bahasan, pertengahan pelatian, dan akhir pelatihan.

Seperti yang diungkapkannya bahwa evaluasi yang dilakukan adalah :

“Evaluasi yang saya lakukan yaitu : setiap akhir sub bahasan saya adakan

ulangan, kemudian setiap minggu dan pada akhir pelatihan saya adakan

ulangan secara keseluruhan yang terdiri dari teori satu jam dan praktek 2

jam “.

HI melakukan evaluasi setiap sub pokok bahasan agar dia

mengetahui materi mana yang kira-kira kurang dikuasai oleh peserta sehingga

diakhir pelatihan jika waktunya masih memungkinkan maka beliau akan

mengulanginya lagi sehingga diharapkan tidak ada materi yang tidak dikuasai

oleh peserta pelatihan.

Page 85: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxv

Menurut AS evaluasi yang beliau lakukan adalah : “Evaluasinya

berupa wawancara dan praktek Bahasa Inggris, terutama menulis tetapi

kadang-kadang kalau menulis tidak sesuai dengan tulisannya saya dapat

maklumi. Kalau Bahasa Inggris setiap hari saya suruh maju untuk ngomong

sehingga saya dapat melihat kemampuan mereka salain itu setiap minggu,

pertengahan, dan akhir pelatihan selalu saya evaluasi “.

Selain itu biasanya beliau juga melakukan evaluasi dengan cara

langsung saat peserta pelatihan disuruh untuk berbicara dengan teman ataupun

dengan beliau sendiri. Karena pada materi Bahasa Inggris yang lebih

ditekankan yaitu bagaimana para peserta pelatihan tersebut dapat berbicara

dengan lancar menggunakan bahasa inggris. Evaluasi secara terprogaram

biasanya dilakukan pada pertengahan dan pada akhir pelatihan yang

merupakan keseluruhan dari hasil pelatihan yang telah diberikan selama

periode pelatihan.

Hal ini beda lagi dengan yang dilakukan oleh HMS, beliau lebih

suka melakukan evaluasi dengan cara pengamatan sehari-hari yaitu setiap

tingkah laku mereka diamati dan dinilai sebagai point tersendiri dalam

penilaian. Hal ini seperti diungkapkannya bahwa evaluasi yang dia lakukan

adalah : “setelah kita memberikan materi kepada mereka setiap hari mereka

itu kita amati perubahan perilakunya karena kepribadiannya yang kita

jelaskan itu juga menyangkut tentang keberadaan mereka baik waktu di

kamar, di luar kelas, mengikuti apel, dan waktu makan kita amati

perubahannya secara langsung dan itu kita nilai meskipun secara insidental

Page 86: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxvi

atau diam-diam. Namun pada akhir nanti juga ada test terakhir untuk yang

secara komprehensif atau seluruh materi yang materi testnaya meliputi

seluruh meteri yang pernah diberikan selama pelatihan di BLKLN “.

Untuk evaluasi secara keseluruhan dilakukan setelah pelatihan

usai, meraka dinilai melalui tes tertukis secara keseluruhan Ya dikasih

pertanyaan semua materi yang pernah diberiakn dan biasanya meliputi teori

dan praktek. Senada dengan yang diungkapkan di atas INS juga

mengungkapkan bahwa evaluasi pelatihannya berupa : “Kalau evaluasinya

setiap akhir materi ada ulangan, pertengahan, terus .saat akhir pelatihan ada

test secara keseluruhan “.

SA juga mengungkapkan bahwa ealuasinya berupa : “ya dikasih

pertanyaan semua materi yang pernah diberikandan biasanya meliputi teori

dan praktek “.

Selain itu Sj juga mengungkapkan bahwa evaluasinya berupa “

ya sering dikasih pertanyaan, terutama setiap akhir materi pelatihan setiap

harinya. Rn juga mengungkapkan bahwa : “ Evaluasinya dilakukan setiap

akhir pelatihan dikasih pertanyaan dan disuruh praktek pokoknya praktek

lengkapnya.

Dari ungkapan-ungkapan responden tersebut diatas terungkap

bahwa Evaluasi yang dilakukan di BLKLN untuk mengetahui tingkat

keberhasilannya dilakukan secara teori maupun prktek, selain itu evaluasinya

juga dilakukan secara inssindental atau secara sembunyi-sembunyi.

Keberhasilan pelatihan yang ada di BLKLN adalah sejauh mana calon TKI

Page 87: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxvii

tersebut dapat menerima materi pelatihan dengan baik sehingga mereka benar-

benar memiliki ketrampilan yang diharapkan. Sehingga sebagai penata

laksana rumah tangga mereka mempunyai keahlian dibidangnya dan dapat

bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

B. Pembahasan

1. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Pelatihan Calon TKI

Ke Luar Negeri

a. Faktor Pendorong

Dari pernyataan responden di atas jelas bahwa yang menjadi

motivasi mereka ke luar negeri adalah faktor ekonomi. Hal tersebut di

dorong semakin sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri apalagi latar

belakang pendidikan mereka yang sangat kurang. Selain itu jika mereka

bekerja di dalam negeri hanya sebagai penbantu rumah tangga, gaji yang

akan mereka peroleh sangat kecil, sehingga tidak cukup untuk mencukupi

kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Faktor pendorong lain selain faktor

ekonomi adalah untuk mencari pengalaman di luar negeri di bandingkan

kalau di dalam negeri, selain itu secara tidak langsung mereka juga akan

lebih mahir berbahasa terutama bahasa Inggris.

b. Faktor Penghambat

Karena latar belakang pendidikan calon TKI yang kurang maka

kebanyakan mereka kurang mampu menerima materi pelatihan dengan

Page 88: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxviii

baik, terutama bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Kantonese. Sehingga

dibutuhkan kesabaran yang cukup bagi instruktur dalam memberikan

materi pelatihan terutama materi bahasa. Di samping itu juga diperlukan

kerja keras dari calon TKI agar mampu menguasai materi pelatihan

dengan maksimal agar semua materi yang diberikan dapat diterapkan

setelah mereka menjadi TKI nanti. Dengan kesabaran dan kerja keras

diharapkan materi yang telah disampaikan dapat diserap dengan baik

sehingga ilmu yang selama ini telah diberikan dapat bermanfaat saat

mereka menjadi TKI nanti.

2. Model pelatihan

Model pelatihan calon TKI di BLKLN mencakup beberapa komponen

pelatihan seperti : tujuan, materi, metode, media, evaluasi, instruktur, dan

peserta pelatihan. Yang komponen tersebut saling berhubungan dan saling

terkait antara satu dengan yang lainnya. Pelatihan dikatakan berhasil jika

komponen tersebut dilaksanakan dengan tepat.

a. Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan yang antara lain yaitu meningkatkan penghyatan

jiwa dan ideologi, produktifitas kerja, kualitas kerja, ketetapan

perencanaan SDM, sikap moral dan semangat kerja, rangsangan agar

pegawai mampu berprestasi secara maksimal, kesehatan dan keselamatan

kerja, menghindari keusangan, dan meningkatkan perkembangan pribadi

pegawai (Anwar Prabu, 2003 :52). Secara umum tujuan dari pelatihan

Page 89: Skripsi Pendidikan (138)

lxxxix

calon TKI telah sesuai dengan program pelatihan dimana semuanya sudah

mencakup semua aspek pengembangan kemampuan calon TKI untuk

menjadi penata laksana rumah tangga yang profesional.

b. Materi Pelatihan

Materi pelatihan yang diberikan untuk calon TKI disesuaikan

dengan tujuan dan mengacu pada kurukulum yang telah ditetapkan. Materi

merupakan pegangan dan panduan bagi instruktur dalam memberikan

materi pelatihan. Untuk itu sesuai dengan tujuan diadakannya pelatihan

bagi calon TKI, maka materi yang diberikan antara lain sebagai berikut :

a. Budi pekerti dan etika negara setempat

b. Motivasi, disiplin dan hubungan kerja

c. Bahasa Inggris

d. Bahasa Kantonese

e. Pembersihan dan penataan ruangan, kamar mandi dan wc

f. Pembersihan, perawatan perabot dapur, makan dan minum

g. Pencucian, penyetrikaan dan perawatan pakaian

h.penyiapan bahan, memasak, penghidangan makanan serta

minumansebagai kebiasaan negara setempat

i. Pengasuhan, perawatan anak pra sekolah

j. Pengasuhan dan perawatan balita

k. Perawatan kesehatan

l. Tata cara bertelepon dan menerima tamu

Page 90: Skripsi Pendidikan (138)

xc

m. Penggunaan dan perawatan alat listrik

n. Pemeliharaan hewan peliharaan

o. Perawatan dan pencucian mobil

Materi tersebut di atas diberikan selama 30 hari, sesuai dengan

waktu yang telah disepakati bersama antara BLKLN dan PJTKI agar calon

TKI tidak terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk diberangkatkan ke

negara tujuan. Sumber materi yang diberikan adalah dari modul yang telah

dibuat sebelumnya tetapi para instruktur juga dapat menambah ataupun

memperbaiki jika ada materi yang dirasa tidak relevan lagi.

Yang kesemua materi yang ada tersebut telah diberikan secara

maksimal kepada calon TKI sehingga saat diberangkatkan ke Negara

tujuan nanti calon TKI tersebut telah siap bekerja sebagai penata laksana

rumah tangga yang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

Namun sebagaian dari calon TKI masih merasakan perlu penambahan

materi pelatihan khususnya materi bahasa yaitu Bahasa Inggris dan

Kantonese. Dengan keterbatasan waktu pelatihan, penyelenggara

merasakan materi yang diberikan kepada calon TKI selama ini telah

maksimal.

c. Metode Pelatihan

Metode yang digunakan merupakan gabungan dari metode yang

ada dimana penerapannya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan

peserta pelatihan. Seperti yang diungkapkan Anwar Prabu (2003 : 60)

Page 91: Skripsi Pendidikan (138)

xci

bahwa metode pelatihan berupa metode pelatihan On The Job Training,

yang terdiri dari job instruction training, coacing, job rotation,

aprenticeship, dan metode pelatihan Off The Job Training ayng terdiri dari

lecture, video presentation, vestibule training atau simulation, role plying,

case study, program learning, laboratory training dan action lernig.

Dalam pelatihan calon TKI di BLKLN metode pelatihan yang

dipakaiadalah sebagian metode pelatihan on the Job Training dan Off The

Job Training. Metode On The job Training yang dipakai adalah metode

job instruction training, meode ini diterapkan karena peserta pelatihan

masih membutuhkan seorang yang bertindak sebagai instruktur untuk

menginstruksikan suatu pekerjaaan tertentu untuk menjadi TKI, kemudian

metode aprenticeship, metode penelitian ini adalah pengkombinasian

antarateori dan praktek dilapangan. Metode ini dipakai agar calon TKI

tahu bagaiman cara melakukan pekerjaan secara langsung tidak hanya

teori saja. Sedangkan metode off the training yang diterapkan adalah

metode lecture atau ceramah, materi ini digunakan untuk memberikan

materi dengan ceramah, an diberikan kesempatan bertanya maupun

berdiskusi. Metode ang lain yaitu video presentation, yaitu metode

pelatihan yang diberikan melalui film, tv, atau video tentang penetahuan

atau bagaiman melakukan suatu pekerjaan. Metode ini dilakukan agar

calon TKI memiliki gambaran tentang keadaan negara tujuan dan

pekerjaan apa yang akan mereka kerjakan sebagai panata laksana rumah

tangga. Metode lain yang dipakai adalan vestibule training atau

Page 92: Skripsi Pendidikan (138)

xcii

simulation, metode ini dilakukan disebuahtempat khusus yang dirancang

yang menyerupai tempat kerja, hal ini penting dilkukan agar calon TKI

mempunyai gambaran tentang pekerjaan yang akan mereka kerjakan

sebagai penata laksana rumah tangga di luar negeri.

d. Media Pelatihan

Dari pernyataan responden tentang materi pelatihan bahwa materi

yang diberikan sesuai dengan apa yang ada dalan kurikulum pelatihan.

Semua kegiatan pelatihan dapat dilaksanakan tanpa adanya hambatan

yangberrti. Semua materi pelatihan berdasarkan kurikulum yang telah

dibuat yang meliputi berbagai keahlian untuk menjadi penata laksana

rumah tangga yang terampil. Menuru Nana Sujana (1993 ; 73) bahwa

bahan pelajaran (materi) adalah substansi yang disampaikan dalam proses

pembelajaran. Tanpa bahan pelaaran proses pelaaran tidak berjalan.

Pemakaian bahan pelajaran yang akan disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan belajardan pelaksanannya diharapkan dapatmemberikan

motivasi dan minat peserta pelatihan. Materi yang diberikan dalam

pelatihan calon TKI disesuaikan dengan perkembangan terutama

mengenai alat-alat yang digunakan di negara tujuan TKI.

Peserta pelatihan menerima materi pelatihan berupa teori dan

praktek, yang keduanya dikombinasikan sesuai dengan keutuhan mata

latihan. Pemberian materi elatihan lebih ditekankan pada praktek langsung

karena dengan praktek langsung peserta pelatihan lebih terampil dalam

Page 93: Skripsi Pendidikan (138)

xciii

melaksanakan pekerjannya kelak saat mereka menjadi TKI di negara

tujuan.

Media yang digunakan antara lain adalah white board dan LCD

bila materi yang diberikan berupa teori di dalam kelas, untuk materi

bahasa ditunjang dengan penggunaan laboratorium bahasa, sedangkan

untuk praktek digunakan whorkshopyang antara lain memasak, tata

hidang, baby sitter, perawatan orang jompo. Media yang ada digunakan

secara maksimal selama berlangsungnya pelatihan. Semua media yang

tersedia sangat mempengaruhi keberhasilan pelatihan karena materei yang

digunakan disini yang ditekankan adalah praktek sehingga media

penunjang pelatihan mempunyaiu peranan yang sangat penting dan tidak

dapat dipisahkan selama penyampaan materi pelatihan.

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan suatu program.

Dari data yang dikumpulkan dari beberapa respondendi atas evaluasi

pelatohan dilakukan oleh instruktur. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu ;

1). Evaluasi harian, diberiakn saat proses belajar selesai atau diberikan

pada saat kegiatan pelatihan berlangsung. 2). Sedagkan evaluasi secara

keseluruhan atau evaluasi akhir pelatihan diberikan pada saat pelatihan

telah selesai dilakukan.

Penilaian pada pelatihan pada calon TKI didasarkan pada

pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki para calon TKI.

Page 94: Skripsi Pendidikan (138)

xciv

Penilaian pada akhir pelatihan dilakukan secara keseluruhan penilaian

terhadap materi yang telah diberikan setelah pelatihan.

Materi yang dievaluasi meliputi : budi pekerti, motivasi,

disiplinkerja dan etikanegara setempat, kesehatan dan keselamatan kerja,

pengenalan adat istiadat, budaya dan kondisi negara tujuan materi tersebut

di evaluasi denagn cara tertulis. Sedangkan materi yang dievaluasi secara

tertulis dan praktek adalah pembersihan dan penataan ruangan kamar

mandi dan wc, pembersihan dan perawatan perabot dapur, makan dan

minum,cuci, setrika,perawatan pakaian, sepatu atau sandal,penataan

kamar tidur dan kamar tamu, penyiapan bahan memasak dan

penghidanganmakanan dan minuman negara setempat, bahasa Inggris,

bahasa Kantonese, perawatan anak pra sekolah, pengasuhan dan

perawatan anak balita, perawatan orang lanjur usia, penggunaan dan

perawatan alat-alat listrik, dan pemeliharaan hewan peliharaan.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Page 95: Skripsi Pendidikan (138)

xcv

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disampaikan diatas

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Faktor pendorong dan penghambat dalam pelatihan calon tenaga kerja

Indonesia ke luar negeri

a. faktor pendorong

Pada umumnya calon TKI keluar negeri karena faktor ekonomi, yaitu

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Karena sulitnya

mencari pekarjaan di dalam negeri apalagi dengan latar belakang

pendidikan yang minim menyebabkan mereka memutuskan bekarja

keluar negeri sebagai penbatu rumah tangga.

b. faktor penghambat

Karena pendidikan calon TKI yang sangat minim menyebabkan mereka

kurang mampu menyerp materi pelatihan dengan baik terutama materi

bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Kantonese. Faktor penghambat

lain umumnya calon TKI tersebut kurang dapat bersosialisasi dengan

baik selama berada di negara tujuan.

2. Model pelatihan calon TKI di BLKLN meliputi komponen seperti tujuan,

materi, metode, media dan evaluasi.

a. Pelatihan diutamakan pada pemberian materi berupa pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan calon TKI untuk menjadi penata

83

Page 96: Skripsi Pendidikan (138)

xcvi

laksana rumah tangga yang terampil serta dapat bersaing di luar

negeri.

b. Tujuan calon TKI di BLKLN adalah meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan bagi para calon TKI sebagai bekal mereka menjadi

penata laksana rumah tangga di luar negeri.

c. Metode pelatihan dengan menekankan pada prakek langsung yang

dilakukan calon TKI karena dengan praktek langsung diharapkan

peserta lebih dapat menguasai pekerjaan yang akan mereka lakukan

sebagai penata laksana rumah tangga di luar negeri.

d. Ketersediaan media yang digunakan dalam pelatihan membantu

instruktur memberikan maateri pelatihan dengan baik. Media belajar

yang ada beruap laboratorium bahasa, serta alat-alat praktek yang

cukup memadai untuk mendukung keberhasilan pelatihan.

e. Evaluasi pelatihan dilakukan secara harian dan evaluasi di akhir

pelatihan yang merupakan penilaian terhadap seluruh aspek

pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh calon TKI untuk

menjadi penata laksana rumah tangga di luar negeri.

3. Kendala yang dihadapi pada model pelatihan calon TKI di BLKLN yaitu:

a. Masih diperlukan penambahan sarana dan prasarana serta penyesuaian

alat-aat pelatihan yang disesuaikan dengan yang akan digunakan calon

TKI di luar negeri.

b. Pemberian materi yang masih perlu penambahan terutama bahasa

sesuai dengan negara tujuan yang dirasakan oleh peserta pelatihan.

Page 97: Skripsi Pendidikan (138)

xcvii

c. Waktu pelatihan yang terbatas membuat materi pelatihan yang

diberikan kurang maksimal.

B. SARAN

1. Dari pernyataan beberapa responden di atas maka BLKLN diharapkan

selalu melakukan penyempurnaan baik alat-alat yang digunakan maupun

materi pelatihan untuk calon TKI agar kedepan TKI yang bekerja keluar

negeri dapat bersaing di luar negeri.

2. Bagi instruktur diharapkan lebih memeahami latar belakang calon TKI

sehingga saat membiarkan materi pelatihan dapat disesuaikan dengan

kondisi alon TKI.

3. Bagi peserta dan instruktur pelatihan diharapkan saling bekerjasama agar

dalam prose pelatihan berjalan dengan baik sehingga materi yang

disampaikan instruktur dapat diterima dengan baik oleh peserta pelatihan

denan harapan calon TKI menjadi penata laksana rumah tangga yang

dapat bersaing di luar negeri

Page 98: Skripsi Pendidikan (138)

xcviii

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek.

Jakarta; Rineke Cipta.

Atmodiwirio, Soebagio. 2002. Manajemen Pelatihan. Jakarta; Adadizya Jaya.

Azwar, Saefudin.1999. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Offset.

Hamalik, Umar.2001. Pemgembangan Sumber Daya Manusia Manajemen

Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta; Sinar Grafika

Offset.

Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu.2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia. Bandung; PT. Refika Aditama.

Marihot Tua Efendi Hariandja, Drs., M.Si. 2002. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta : PT. Grasindo.

Moekijat. 1991. Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung;

Mandar Maju.

Moleong, Lexy. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya.

Muljono, Eugenia Liliawati. 1998. Undang- Undang Republik Indonesia No. 1997

tentang Ketenegakerjaan. Jakarta ; Harvarindo.

Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta; Bumi

Aksara.

P Siagian, Sondang. 2003. Manajenen SDM. Jakarta; Bumi Aksara.

Soepomo, Iman. 1993. Hukum Perburuhan Undang- undang dan Peraturan-

Peraturan. Jakarta; Djambatan.

Page 99: Skripsi Pendidikan (138)

xcix

Tabel jumlah instruktur

N

o

Nama / NIP /

Golongan

Instansi / Unit

Kerja

Jabatan

Kedinasan

Mata Pelatihan Keterangan

1

2

3

4

5

Drs. S. Haris

Mohsanti, BBA

NIP. 160 022 268 /

III / d

Anton Susanto

NIP. 160 016 692 /

III / c

Hario Kuncoro

NIP. 160 029 797 /

III / a

Hariyani

Indraningrum

NIP. 160 039 042 /

III / a

AS. Widyastuti

BLKLN

Prop. Jateng

BLKLN

Prop. Jateng

BLKLN

Prop. Jateng

BLKLN

Prop. Jateng

Akper Karya

Husada

Semarang

Kasi

Pengembangan

&

Pemberdayaan

Instruktur

Bahasa Inggris

Instruktur Tata

Graha

Instruktur

Perawatan

Balita

Inst.

Perawatan

kesehatan

-Motivasi,

disiplin dan Hub.

Kerja

- Agama, Budi

Pekerti dan Sopan

Santun

Internasional

- Bhs. Inggris

- Penataan Kamar

Mandi, Kamar

Tidur dan WC.

- Pengasuhan &

Perawatan balita /

anak Prasekolah

- Perawatan

kesehatan

Kepada setiap

pelatih atau

instruktur diberikan

honorarium Rp. 12.

000,- / jampel. 1

jampel = 45 menit

Page 100: Skripsi Pendidikan (138)

c

6

7

8

9

10

11

Veronika

Budiyono, SH

NIP. 160 096 590 /

III/ c

Th. M. Tuti

Handayani, SH

NIP. 160 034 911 /

III/ b

Edi sanyoto

NIP. 160 016 820 /

III/ a

Agus Suwandono,

SE

NIP. 160 041 177 /

III/ a

MD. Suwarti

NIP. 160 033 096 /

III/ a

Klinik Apak

semarang

Subdin

Pengawasan

Disnakertrans

Prop Jateng

Subdin

Pengawasan

Disnakertrans

Prop Jateng

BLKLN Prop

Jateng

BLKLN Prop

Jateng

BLKLN Prop

Jateng

Inst perawatan

orang jompo

Pengawas

Ketenagakerja

an

Pengawas

Ketenagakerja

an

Staf Seksi

Pengemb. Dan

Pemberdayaan

Pengadministr

asian Pelatihan

Pengumpulan

Data

Pemasaran &

Informasi

- Perawatan

Lansia dan Orang

Jompo

- Keselamatan

Kerja

- Perlindungan

TKI

- Cuci mobil

- Pengg. &

perawatan

Peralatan Listrik

- Pembersihan

Perabot Dapur

Page 101: Skripsi Pendidikan (138)

ci

12

13

14

15

16

Drs. D. Sutardjo

NIP. 160 030 623 /

III/ c

Drs. Kamaludin

NIP. 160 031 414

Gunawan

Junarti

Umi Khomsatun

BLKLN Prop

Jateng

BP2TKI Prop

Jateng

PT. Andika

Belinta Bhakti

Semarang

PT. Andika

Belinta Bhakti

Semarang

PT. Andika

Belinta Bhakti

Semarang

Pengadministr

asian Pelatihan

Pengantar

Kerja BP2TKI

Prop. Jateng

Pimp. PT.

Andika Bilenta

Bhakti Smg

Inst. Bhs.

Kantonis

Inst. Memasak

- Fisik Mental

dan Disiplin

- Pemeliharaan

Hewan

- Tata cara dan

Etika Bertelepon

- Tata cara

Pengurusan

Keluar Negeri

- Inst. Adat

Istiadat Neg. Tuj.

& Tata Cara

Perjalanan keluar

Negeri.

- B. Kantonis

- Penyiapan

Bhn Masak &

Penghidangan

Makanan /

Minuman

Neg. tujuan.

Page 102: Skripsi Pendidikan (138)

cii

Tabel Jumlah Peserta Pelatihan PLRT Tujuan Negara Hongkong Angkatan III

No Nama Tempat dan tanggal

lahir

Alamat tempat

tinggalpeserta

Pend.

terkhir

status agama Nama

PJTKI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Gendu

Listiyowati

Indayah

Ida Nursanti

Rimawati

Puji Astuti

Septi

Wiyanti

Ani

Setyowati

Saijah

Musriati

Batang, 9 Maret

1985

Kendal, 29 Agustua

1984

Kendal, 21 Juni

1984

Kendal, 9 April

1982

Kendal, 6 Juli 1984

Kendal, 18 Februari

1984

Kendal,28 Februari

1985

Kebumen, 15 Juli

1985

Kendal, 30 Sept

1984

Mundu RT 4/ 1 Gringsing

Kab. Batang

Galih RT2/IIGemuh,

Kendal

Salaman RT4/2 Winong,

Kec. Ngampel, Kendal

Ds. SojomertoRT3/3

Gemuh, Kendal

Ds. Nawangsari RT18/3

Weleri, Kendal

Ds. Sojomerto RTII/3

Gemuh, Kendal

Ds. LomansariRT2/2

Kendal

Ds. Luwu RT!/6 Kec.

Ringinarum, Kendal

Ds. Jenarsari RT 1/2

Gemuh, Kendal

SMA

SMP

SMP

SMP

SMA

SMP

SMP

SD

SMP

BK

BK

KW

BK

BK

BK

KW

KW

KW

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

PT.

ABB

PT.

ABB

PT.

ABB

PT.

ABB

PT.

ABB

PT.

ABB

PT.

MHI

PT.

HAS

PT.

SKTL

Page 103: Skripsi Pendidikan (138)

ciii

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Danusri

Nur

Adhimah

Ngasimah

Muzaroah

Istianah

Ngatini

Nur Hayati

Indar

Ningsih

Siti

Asmaiyah

Wiji Rahayu

Batang 3 Sept 1984

Batang, 31 Agustus

1985

Kendal, 10 Nop

1974

Kendal, 13 Nop

1982

Kendal, 5 Agustus

1981

Kendal, 21 Nop

1983

Kendal, 9 April

1983

Kendal, 8 Oktober

1982

Kendal, 1 Juni 1976

Kendal, 11 Oktober

1983

Ds. Wonokerto RT 2/4

Tulis Batang

Mundu Yosorejo RT 7/1

Gringsing, Batang

Bandengan RT 2/1 Kendal

Balok RT 4/1 Kendal

Ciplok Sido Kumpul

RT12/6 Patean, Kendal

Sendang Dawuhan RT1/4

Rowosari, Kendal

Gringsing RT2/2

Gringsing, Batang

Ds. Margorejo RT2/3

Cepiring, Kendal

Ds. Margorejo RT3/4

Cepiring, Kendal

Ds. Bumiayuu RT 3/1

Weleri, Kendal

SD

SMA

SMP

SMP

SMP

SMP

SMP

SMP

SMP

SMP

KW

BK

KW

BK

BK

KW

BK

KW

BK

BK

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

PT.

SKTL

PT.

SKTL

PT.

SKTL

PT.

EMS

PT.

EMS

PT.

EMS

PT.

EMS

PT.

EMS

PT.

EMS

PT.

EMS

Page 104: Skripsi Pendidikan (138)

civ

20

Siti Salamah Kendal, 22 Januari

1971

Ds. Gerbang RT2/2

Gemuh, Kendal

SMP

KW Islam PT.

EMS

Keterangan PT

1. PT. Andika Bilenta : 6 orang

2. PT. Mitra Harta Insani : 1 orang

3. Hasrat Anda : 1 orang

4. Sekar Tanjung L : 4 orang

5 PT. Elkarim Sentosa M. : 8 orang

Page 105: Skripsi Pendidikan (138)

cv

Gambar 1. Pembukaan Pelatihan di BLKLN Jawa Tengah

Gambar 2. Peserta Pelatihan di BLKLN Jawa Tengah

Page 106: Skripsi Pendidikan (138)

cvi

Gambar 3. Peserta Pelatihan di BLKLN Jawa Tengah

Gambar 4. Ruang Praktik Memasak

Page 107: Skripsi Pendidikan (138)

cvii

Gambar 5. Ruang Praktik Tata Graha

Gambar 6. Peserta Melakukan Praktik Etika Bertelepon yang Baik

Page 108: Skripsi Pendidikan (138)

cviii

Gambar 7. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Kasi

Penyelenggara Pelatihan

Gambar 8. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Instruktur

Page 109: Skripsi Pendidikan (138)

cix

Gambar 9. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Peserta

Gambar 10. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Peserta

Page 110: Skripsi Pendidikan (138)

cx