Skripsi Pendidikan (136)

105
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PROGRAM SWISH DENGAN METODE KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 1 DI SMP NEGERI 1 BRANGSONG KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 2004/2005 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang Oleh CANDRA ARIBOWO 1124000032 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2005

Transcript of Skripsi Pendidikan (136)

Page 1: Skripsi Pendidikan (136)

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA

ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PROGRAM SWISH DENGAN

METODE KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 1 DI SMP

NEGERI 1 BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

TAHUN AJARAN 2004/2005

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

CANDRA ARIBOWO

1124000032

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

2005

Page 2: Skripsi Pendidikan (136)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sing sapa rumangsa pinter dhewe sejatine dheweke bodho dhewe

Aja sira sumelang marga ora dipaelu ilmumu, jalaran yen ana wolak-

waliking jaman, ngelmu kang sira darbeni iku bisa uga malah nguwasani

donya iki, lamun iku pancen ngelmu kang murakabi manungsa sadonya

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahan untuk :

Bapak dan ibuku tercinta, kakak-kakakku tersayang, teman-teman

di Komunitas Lithium dan Teknodik Production

PENGESAHAN

Page 3: Skripsi Pendidikan (136)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang, pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 16 Agustus 2005

Panitia Ujian :

Ketua

Drs. Siswanto, M.M

NIP. 130515769

Sekretaris

Dra. Nurussa’adah, M.Si

NIP. 131469642

Pembimbing I

Drs. Budiyono, M.S

NIP. 131693658

Anggota Penguji :

Penguji I

Drs. Sukirman, M.Si

NIP. 131570066

Pembimbing II

Dra. Istyarini

NIP. 131422592

Penguji II

Drs. Budiyono, MS

NIP. 131693658

Penguji III

Dra. Istyarini

NIP. 131422592

SARI

Page 4: Skripsi Pendidikan (136)

Aribowo, Candra. 2005 ”Perbedaan Prestasi Belajar Huruf Jawa antara

Pembelajaran Menggunakan Program SWiSH dengan Metode Konvensional pada

Siswa Kelas VII Semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2004/2005”. Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing : I. Drs. Budiyono, M.S, II. Dra. Istyarini.

Kata Kunci : Prestasi Belajar, Huruf Jawa, SWiSH, Konvensional, Deskriptif

Kuantitatif

Perkembangan ilmu dan teknologi komputer yang semakin pesat dewasa ini telah

membawa perubahan dalam segala lapisan masyarakat termasuk pula dalam dunia

persekolahan. Komputer tidak hanya digunakan sebagai alat untuk membantu

menyelesaikan pekerjaan kantor, tetapi telah digunakan pula sebagai media pembelajaran.

Salah satu pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran adalah pemanfaatan

program animasi SWiSH untuk pembelajaran huruf jawa. Dengan adanya sistem

pembelajaran seperti ini maka terjadi perubahan sistem pembelajaran konvensional

menjadi sistem pembelajaran yang interaktif, kreatif dan edukatif. Sistem pembelajaran

seperti ini memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan

masing-masing tanpa harus ada pendampingan dari guru. Siswa dapat berkembang sesuai

dengan kreatifitas, intelektual dan motivasi masing-masing.

Namun, perkembangan teknologi komputer tersebut tidak diikuti dengan

berkembangnya prestasi belajar huruf jawa di sekolah. Di SMP Negeri 1 Brangsong

misalnya, prestasi belajar bahasa jawa selalu berada di bawah prestasi belajar mata

pelajaran lain. Salah satu yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar huruf jawa

adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis huruf

jawa. Bahkan tidak hanya siswa saja yang mengalami kesulitan tetapi hampir sebagian

besar orang Jawa kesulitan dalam membaca huruf Jawa. Oleh sebab itu dengan adanya

penemuan media baru yaitu program animasi SWiSH, diharapkan akan mempermudah

siswa ataupun yang lain dalam mempelajari huruf jawa secara mandiri sesuai dengan

kemampuan masing-masing.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan

program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP

Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005. Populasi yang diambil

adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005.

pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Berdasarkan

teknik ini diambil kelas VIIE sebagai kelas kontrol dan kelas VIIF sebagai kelas

eksperimen. Setelah dilakukan matching group berdasarkan jenis kelamin, umur, IQ dan

Pre Test terdapat 44 siswa pada kelas kontrol dan 44 siswa pada kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil Post Test pada kelompok eksperimen diperoleh mean ( Χ )

sebesar 7.41, varians (s2) sebesar 1.7189 dan standar deviasi (s) sebesar 1.31, sedangkan

pada kelompok kontrol diperoleh mean ( Χ ) sebesar 6.57, varians (s2) sebesar 2.6864 dan

standar deviasi (s) sebesar 1.64. thitung sebesar 2.672, ttabel pada α = 5% dengan dk =

86 sebesar 1.66. Tampak bahwa thitung sebesar 2.672 > ttabel sebesar 1.66 yang berarti

bahwa Ho ditolak. Dengan penolakan Ho ini berarti ada perbedaan antara kelompok

Page 5: Skripsi Pendidikan (136)

eksperimen dan kelompok kontrol dimana kelompok eksperimen lebih besar daripada

kelompok kontrol. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan prestasi belajar

huruf Jawa antara program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII

semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005 dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi

belajar huruf Jawa antara program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas

VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005. Disarankan bagi

guru agar dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran dengan menggunakan

program SWiSH pada pokok bahasan yang lain. Disarankan pula bagi orangtua siswa dan

masyarakat untuk lebih membudayakan bahasa Jawa dengan baik dan benar dalam

pergaulan sehari-hari.

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Persetujuan Pembimbing ................................................................................. ii

Page 6: Skripsi Pendidikan (136)

Pengesahan ...................................................................................................... iii

Pernyataan ....................................................................................................... iv

Motto dan Persembahan .................................................................................. v

Kata Pengantar ................................................................................................ vi

Sari .................................................................................................................. viii

Daftar Isi ......................................................................................................... x

Daftar Lampiran .............................................................................................. xiii

Daftar Tabel, Bagan Dan Gambar .................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Penegasan Istilah ......................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................... 8

D. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

G. Sistematika Skripsi ...................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11

A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Jawa ............................................ 11

1. Pengertian Belajar ................................................................. 11

2. Teori Belajar ......................................................................... 12

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ........................... 15

4. Pembelajaran Bahasa Jawa .................................................... 20

Page 7: Skripsi Pendidikan (136)

B. Media Pembelajaran .................................................................... 22

1. Pengertian ............................................................................. 22

2. Jenis-Jenis Media .................................................................. 23

C. Program Animasi SWiSH ............................................................ 25

D. Kerangka Berpikir ....................................................................... 30

E. Hipotesis ..................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32

A. Rancangan Penelitian .................................................................. 32

B. Populasi dan Sampel ................................................................... 35

1. Populasi ................................................................................. 35

2. Sampel .................................................................................. 35

C. Variabel Penelitian ...................................................................... 36

1. Variabel Terikat .................................................................... 36

2. Variabel Bebas ...................................................................... 36

D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 40

1. Metode Dokumentasi ............................................................. 40

2. Metode Tes ............................................................................ 41

E. Uji Coba Instrumen ..................................................................... 43

1. Uji Validitas .......................................................................... 43

2. Reliabilitas Soal .................................................................... 46

3. Daya Pembeda Soal ............................................................... 47

4. Tingkat Kesukaran Soal ......................................................... 48

F. Langkah Eksperimen ................................................................... 49

Page 8: Skripsi Pendidikan (136)

1. Pemilihan Kelas .................................................................... 49

2. Pelaksanaan Treatment (perlakuan) ....................................... 49

3. Penilaian ............................................................................... 51

G. Analisis Data ............................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 56

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 56

1. Hasil Pembuatan Media Interaktif Bahasa Jawa dengan

SWiSH .................................................................................. 56

2. Deskripsi Kondisi Awal ......................................................... 59

3. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 65

4. Deskripsi Hasil Nilai Pos Test ............................................... 69

B. Pembahasan ................................................................................ 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 76

A. Simpulan ..................................................................................... 76

B. Saran ........................................................................................... 76

Daftar Pustaka ................................................................................................. 77

Lampiran ......................................................................................................... 79

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 79

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 80

Page 9: Skripsi Pendidikan (136)

Lampiran 3. Kisi-Kisi Uji Coba Soal Membaca dan Menulis Tulisan Jawa .. 81

Lampiran 4. Soal Tes Uji Coba .................................................................... 82

Lampiran 5. Hasil Analisis Uji Coba Soal .................................................... 83

Lampiran 6. Daftar Umur Siswa Kelas Eksperimen ..................................... 91

Lampiran 7. Daftar Umur Siswa Kelas Kontrol ............................................ 92

Lampiran 8. Daftar Jenis Kelamin Siswa Kelas Eksperimen ........................ 93

Lampiran 9. Daftar Jenis Kelamin Siswa Kelas Kontrol ............................... 94

Lampiran 10. Data Hasil Matching Umur dan Jenis Kelamin Siswa ............. 95

Lampiran 11. Data Hasil Matching Intelegency Question ............................. 96

Lampiran 12. Data Hasil Matching Nilai Pre Test ........................................ 101

Lampiran 13. Rencana Pembelajaran ........................................................... 106

Lampiran 14. Satuan Pelajaran ..................................................................... 119

Lampiran 15. Kisi-Kisi Soal Test Hasil Belajar ............................................ 128

Lampiran 16. Soal Test Hasil Belajar ........................................................... 129

Lampiran 17. Hasil Analisis Nilai Post Test ................................................. 130

Lampiran 18. Spesifikasi Program Animasi SWiSH v2.0 ............................. 135

DAFTAR

TABEL, BAGAN DAN GAMBAR

Halaman

Daftar Tabel

Page 10: Skripsi Pendidikan (136)

Tabel 1. Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Bahasa Jawa dengan Mata

Pelajaran Lain ................................................................................ 3

Tabel 2. Pola Eksperimen ............................................................................ 33

Tabel 3. Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Media Animasi SWiSH

dan Pembelajaran Konvensional ..................................................... 37

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Penelitian .............. 59

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Umur Responden Penelitian ........................... 60

Tabel 6. Deskripsi Hasil Nilai Intelegency Question (IQ) ............................. 60

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data IQ ......................................................... 61

Tabel 8. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data IQ ...................................... 61

Tabel 9. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data IQ ................................... 62

Tabel 10. Deskripsi Hasil Nilai Pretest ........................................................... 63

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Pretest ................................................... 63

Tabel 12. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest ................................ 64

Tabel 13. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Pretest ............................ 64

Tabel 14. Deskripsi Hasil Nilai Postest .......................................................... 69

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Data Postest .................................................. 69

Tabel 16. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest ............................... 70

Tabel 17. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Postest ............................ 70

Daftar Bagan

Bagan 1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 31

Bagan 2. Hubungan Antara Variabel Bebas Dan Variabel Terikat ................... 37

Bagan 3. Pengaruh Variabel Intervening ......................................................... 39

Page 11: Skripsi Pendidikan (136)

Daftar Gambar

Gambar 1. Tampilan Pada Saat Pembuatan Media ......................................... 56

Gambar 2. Tampilan Pertama Hasil Pembuatan Media Pembelajaran ............. 57

Gambar 3. Hasil Animasi Materi Aksara Jawa ............................................... 57

Gambar 4. Hasil Animasi Materi Sandhangan ................................................ 58

Gambar 5. Hasil Animasi Materi Pasangan .................................................... 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 12: Skripsi Pendidikan (136)

Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah dan

masyarakat. Suatu negara yang tertinggal mutu pendidikannya, maka pembangunan di

negara tersebut akan terhambat pula. Hal ini dapat dimengerti, karena pendidikan

berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan.

Pendidikan di Indonesia dapat diperoleh melalui jalur formal, informal dan

nonformal. Pendidikan formal di Indonesia berlangsung sejak pendidikan dasar

hingga perguruan tinggi. Peningkatan mutu pendidikan harus dimulai sejak

pendidikan dasar, sebab pendidikan dasar merupakan fondasi untuk kelanjutan

pendidikan berikutnya. Di Indonesia, pendidikan dasar dilaksanakan selama 9 tahun

terdiri atas Sekolah Dasar atau yang sederajat ( 6 tahun ) dan Sekolah Menengah

Pertama atau yang sederajat ( 3 tahun ).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar

yang lebih baik adalah penggunaan media pembelajaran ke dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang

dengan penggunaan media yang memadai. Penggunaan media dalam pembelajaran

sangat dibutuhkan karena berinteraksi dengan sumber belajar atau media instruksional

dapat mengarah pada tercapainya hasil belajar yang optimal.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pemberi kepada penerima

pesan. Sedangkan menurut AECT, media adalah segala bentuk dan saluran yang

digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Briggs ( 1970 ) memberi

batasan media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

merangsang siswa untuk belajar.

Page 13: Skripsi Pendidikan (136)

Inti dari penggunaan media adalah sebagai sarana atau alat untuk

menyampaikan informasi atau pesan antara pemberi kepada penerima. Dengan

menggunakan media yang tepat, maksud dari informasi maupun pesan yang

disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dengan jelas oleh penerima pesan.

Begitu juga ketika media digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Informasi

yang disampaikan guru sebagai penyampai pesan di kelas, dapat diterima dengan

jelas oleh siswa sebagai penerima pesan di kelas.

Pemanfaatan media yang baik serta memadai, diharapkan dapat merangsang

fikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik dan menggairahkan. Verbalisme mungkin saja akan muncul

ketika pembelajaran tanpa menggunakan media. Namun, dengan menggunakan media

unsur verbalisme dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Dengan mengurangi atau

menghilangkan unsur verbalisme, maka siswa akan diberikan pengertian dan konsep

yang sebenarnya secara realitis dan teliti, serta memberi pengalaman menyeluruh

yang pada akhirnya memberi pengertian yang konkret.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran memang sudah sejak lama

digunakan, tetapi seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, media

pembelajaran itu pasti mengalami perkembangan pula. Salah satu penyebab

terjadinya perkembangan itu karena masing-masing media pembelajaran mempunyai

kelemahan. Kelemahan tersebut menyebabkan pentingnya penemuan dan

pemanfaatan media baru guna menyempurnakan media yang lama dan juga untuk

menunjang proses pembelajaran di masa sekarang.

Page 14: Skripsi Pendidikan (136)

Salah satu hasil dari pesatnya perkembangan teknologi sekarang ini adalah

dengan lahirnya komputer. Komputer telah menjadi bagian dari hidup manusia.

Berbagai disiplin ilmu telah memanfaatkan komputer sebagai media termasuk pula

dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Bermacam program komputer untuk

pembelajaran telah ditawarkan, misalnya program Power Point, Flash, SWiSH dan

sebagainya.

Pesatnya perkembangan teknologi komputer ternyata tidak diikuti dengan

pesatnya perkembangan prestasi belajar bahasa jawa. Hal ini dapat dilihat di SMP

Negeri 1 Brangsong. Dua tahun terakhir ini nilai rata-rata bahasa Jawa selalu berada

di bawah nilai rata-rata mata pelajaran lain. Rendahnya nilai bahasa jawa tersebut

dapat kita lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Bahasa Jawa

dengan Mata Pelajaran Lain

Mata Pelajaran Tahun Ajaran

Bhs. Jawa Bhs. Ind IPA PPKn

2002 / 2003 6.30 6.46 6.63 6.97

2003 / 2004 6.39 7.29 7.28 6.98

Sumber : Administrasi Kurikulum SMP Negeri 1 Brangsong.

Salah satu penyebab rendahnya nilai bahasa jawa dibandingkan dengan mata

pelajaran lain adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca

dan menulis huruf Jawa. Bahkan bukan hanya siswa saja yang mengalami kesulitan

membaca dan menulis huruf Jawa, akan tetapi hampir semua orang Jawa mengalami

kesulitan membaca dan menulis huruf Jawa. Akibatnya berkembang rumor yang

Page 15: Skripsi Pendidikan (136)

menyatakan orang Jawa sendiri tidak dapat membaca dan menulis huruf Jawa, apalagi

orang lain (Supriyono, 2004)

Salah satu penyebab sulitnya membaca dan menulis huruf Jawa adalah

pembelajaran di sekolah yang kurang efektif dari guru, sebab guru dalam memberikan

pelajaran jarang menggunakan media sebagai sarana untuk memperjelas pelajaran.

Sebagai alasan mereka memberikan pelajaran Bahasa Jawa secara cepat dan

tidak menggunakan media adalah sedikitnya alokasi waktu yang tersedia. Setiap

minggu hanya dua jam pelajaran, padahal materi yang termuat sangat padat. Apabila

dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia misalnya, alokasi

waktu untuk mata pelajaran bahasa Jawa sangat tidak seimbang. Akibatnya guru

mengajarkan dengan cepat agar target dalam program semester terpenuhi. Kondisi ini

menyebabkan nilai bahasa Jawa lebih rendah dari pada mata pelajaran lainnya.

Selain itu pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa memang masih dianggap

remeh oleh guru (Supriyono, 2004). Sebagian besar guru hanya menganggap penting

mata pelajaran tertentu, sedangkan Bahasa Jawa kurang diperhatikan. Hal ini

menyebabkan siswa kesulitan dalam membaca dan menulis huruf Jawa, yang

mempengaruhi pula terhadap rendahnya prestasi belajar siswa.

Selain dalam pendidikan formal, dalam pendidikan keluarga (informal) pun

bahasa Jawa kurang dibiasakan dalam pergaulan sehari-hari apalagi huruf Jawa. Sejak

anak-anak masih kecil, orangtua lebih membiasakan bahasa Indonesia kepada anak-

anaknya daripada bahasa Jawa dan huruf Jawa, sehingga anak-anak lebih terbiasa

dengan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa. Akibatnya ketika anak-anak beranjak

dewasa ia tidak dapat membaca huruf Jawa dan berbahasa Jawa dengan baik dan

Page 16: Skripsi Pendidikan (136)

benar. Bahkan ada pula orangtua yang rela putra-putrinya ikut kursus bahasa Inggris

dengan harapan setelah mengikuti kursus tersebut putra-putrinya dapat berbahasa

Inggris dengan baik dan lancar. Sehingga mereka lebih pandai membaca tulisan

Inggris daripada membaca tulisan berhuruf Jawa.

Dalam pendidikan non formal yaitu dalam masyarakat, kebiasaan

menggunakan huruf jawa pun dirasakan sangat kurang. Dalam pergaulan

bermasyarakat, orang-orang lebih banyak menggunakan huruf latin dan bahasa

Indonesia. Walaupun menggunakan bahasa Jawa, itu tidak sesering dalam

menggunakan bahasa Indonesia. Misalnya di perkantoran, toko, mall dan tempat-

tempat umum lainnya lebih banyak menggunakan huruf latin dan bahasa Indonesia

daripada menggunakan huruf Jawa.

Suatu media baru yang menarik siswa dan dapat digunakan untuk

pembelajaran huruf Jawa adalah dengan memanfaatkan program animasi SWiSH.

Program animasi SWiSH merupakan sebuah program aplikasi pembuat animasi

mandiri yang mampu menjalankan file animasi .swf tanpa menjalankan player

eksternal atau browser. SWiSH begitu intuitif dan sangat mudah digunakan untuk

pembuat animasi, web secara professional maupun amatir. Bahkan dapat dikatakan

program ini cukup mudah digunakan oleh seorang anak kecil sekalipun. ( Andreas

AS, 2002 : 1 )

Bertolak dari kenyataan dan masalah tersebut, guna peningkatan prestasi

belajar siswa dalam hal membaca dan menulis huruf Jawa, peneliti merasa perlu

mengadakan penelitian tentang perbedaan prestasi belajar huruf jawa antara

pembelajaran menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada

Page 17: Skripsi Pendidikan (136)

siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun

ajaran 2004/2005.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan salah tafsir, mewujudkan kesatuan berpikir

dan membatasi masalah, maka perlu diperjelas dan ditegaskan istilah yang digunakan

sebagai berikut :

1. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:700).

Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai tes atau angka nilai

sebagai wujud pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa setelah

mengikuti pembelajaran huruf Jawa.

2. Huruf Jawa

Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad

yang melambangkan bunyi bahasa. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 362)

Huruf Jawa adalah tanda aksara dalam tata tulis jawa yang merupakan

anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa jawa.

3. SWiSH

SWiSH adalah sebuah program aplikasi pembuat animasi mandiri yang

mampu menjalankan file animasi .swf tanpa menjalankan player eksternal atau

browser. ( Andreas AS, 2002 : 1 )

Page 18: Skripsi Pendidikan (136)

Penelitian ini menggunakan program animasi SWiSH sebagai media

pembelajaran dalam penyampaian materi huruf Jawa kepada siswa kelas VII

semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran

2004/2005.

4. Metode Konvensional

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud. Dalam bidang ilmu pengetahuan metode diartikan sebagai cara kerja

yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai

tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:652).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konvensional artinya tradisional,

yaitu sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada

norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun.

Metode konvensional dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan

guru yaitu dengan cara berceramah di depan kelas sedangkan siswa hanya

mendengarkan ceramah dari guru.

5. Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal

Merupakan tempat melakukan penelitian untuk mendapatkan data-data

penelitian.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti, maka dalam

penelitian ini peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut:

1. Materi yang diberikan hanya pada materi huruf jawa, yaitu huruf jawa legena,

pasangan, dan sandhangan.

Page 19: Skripsi Pendidikan (136)

2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong

Kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005 dengan rincian seluruh siswa kelas VII

semester 1 SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal sebagai populasi

sekaligus sampel

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dapat

dirumuskan sebagai berikut :

”Apakah ada perbedaan prestasi belajar huruf Jawa antara pembelajaran

menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII

semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005?”

E. Tujuan Penelitian

Tiada kegiatan yang tanpa tujuan, begitu juga dengan penelitian ini. Adapun

tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

prestasi belajar huruf Jawa antara pembelajaran menggunakan program SWiSH

dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1

Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat

menambah wacana baru tentang pemanfaatan media pembelajaran yang

bermanfaat dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama khususnya

dan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya.

Page 20: Skripsi Pendidikan (136)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat

memberikan masukan kepada Kepala Sekolah ( khususnya para guru ) untuk

dapat memanfaatkan media pembelajaran baru yang seiring dengan

perkembangan teknologi dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tujuan

dari kegiatan pembelajaran di kelas dapat tercapai dengan baik.

G. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1. Bagian Awal

Bagian awal berisi halaman judul, sari, pengesahan, motto dan

persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan lampiran

2. Bagian Isi

Bagian isi dari skripsi ini berisi tentang :

Bab I pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah, penegasan

istilah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika skripsi

Bab II landasan teori, membahas tentang hakekat pembelajaran bahasa

jawa, media pembelajaran, program animasi SWiSH, kerangka berpikir dan

hipotesis.

Bab III metode penelitian, membahas tentang rancangan penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji coba

instrumen, langkah eksperimen dan analisis data.

Page 21: Skripsi Pendidikan (136)

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil penelitian

dan pembahasan.

Bab V simpulan dan saran, berisi tentang simpulan dan saran.

3. Bagian Akhir, terdiri atas :

a. Daftar Pustaka

b. Lampiran-lampiran

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Jawa

1. Pengertian Belajar

Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama

hidupnya. Belajar pada umumnya dilakukan seseorang sejak mereka ada di dunia

ini. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan istilah belajar dengan beberapa uraian

yang tidak sama. Untuk dapat memahami dan mempunyai gambaran yang luas,

berikut ini diberikan beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli :

Page 22: Skripsi Pendidikan (136)

a). Whittaker (dalam Sumanto, 1997:57) belajar adalah proses tingkah laku yang

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

b). Kimble (dalam Hergenan, 1982:3) belajar adalah perubahan relatif permanen

dalam potensi bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang

diperkuat.

c). Winkel (dalam Nasution, 2000:131) belajar adalah aktivitas mental atau

psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, nilai dan sikap.

d). Sdaffer (dalam Nasution, 2000:131) belajar merupakan perubahan tingkah

laku yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktik.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang baru sebagai pengalaman individu itu sendiri.

Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar

dapat berupa ketrampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan. Belajar

merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan disengaja, artinya seseorang

yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia

mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada dirinya sebagai akibat dari

kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya tersebut.

Dalam penelitian ini, siswa dihadapkan pada sebuah PC (Personal

Computer), yang didalamnya telah diisi (instal) program animasi SWiSH.

Program animasi ini digunakan untuk menyampaikan materi huruf jawa. Secara

sadar siswa melihat, membaca, menirukan dan menulis materi yang disampaikan

Page 23: Skripsi Pendidikan (136)

sesuai dengan petunjuk yang telah disusun dalam paket pembelajaran. Setelah

selesai maka akan terlihat bahwa secara sadar telah terjadi perubahan pada diri

siswa dalam hal membaca dan menulis huruf jawa.

2. Teori Belajar

Dalam menjelaskan persoalan proses belajar yang dilakukan oleh individu,

sangat terkait erat dengan teori belajar. Teori Belajar yang dikemukakan oleh

beberapa ahli psikologi itu melandasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh

individu, dan akan mempengaruhi hasil belajar individu tersebut.

Dari beberapa ahli yang telah mengemukan pendapatnya tentang belajar

itu, dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Teori Behavioristik (Muhibin Syah, 1997:105)

1) Connectionism (Thorndike)

2) Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)

3) Contiguous Conditioning (Guthrie)

4) Descriptive Behaviorism (Skinner)

b. Teori Kognitif (Muhibin Syah, 1997:11)

1) Teori Gestalt (Koffka, Kohler, Wertheimer)

2) Teori Medan (Lewin)

3) Teori Organisme (Wheeler)

Dari sekian banyak teori belajar yang ada, Teori Skinner (Descriptive

Behaviorism) dewasa ini sangat besar pengaruhnya, terutama di dalam dunia

pendidikan khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran.

Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun

berdasar atas teori Skinner.

Page 24: Skripsi Pendidikan (136)

Teori Skinner digunakan sebagai dasar, karena teori Skinner memikirkan

tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons. Skinner

membedakan adanya dua macam respons, yaitu: (1) respondent response

(reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang

tertentu dan (2) operant response (instrument response), respons yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.

Teori Skinner ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa

dalam proses pembelajaran. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah

tingkah-laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa

sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut menjadi adat

kebiasaan, maka setiap ada perubahan tingkah laku positif kearah tujuan yang

dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa pemberitahuan

bahwa tingkah laku tersebut telah betul.

Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah

tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang

terkenal yang dihasilkan teori ini ialah teaching machine dan programmed

instruction.

Penggunaan program animasi SWiSH merupakan salah satu bentuk

pengaruh dari teori belajar Skinner. Program animasi SWiSH digunakan untuk

menyusun sebuah paket pembelajaran interaktif dengan komputer sebagai

sarananya. Paket pembelajaran tersebut telah disusun sedemikian interaktifnya

sehingga siswa dapat belajar sendiri materi yang disampaikan. Siswa dapat belajar

sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. Jika siswa ingin belajar membaca,

Page 25: Skripsi Pendidikan (136)

maka siswa akan dibimbing cara membaca yang baik dengan bimbingan suara

(sound) tutor yang sudah terprogram. Jika siswa ingin belajar menulis, maka

siswa juga akan dibimbing cara menulis yang baik dengan bimbingan suara

(sound) tutor terprogram. Kesemuanya itu disusun dalam bentuk tombol-tombol

ataupun ikon-ikon, sehingga siswa bebas untuk memilih materi mana yang akan

dipelajarinya terlebih dahulu.

Paket pembelajaran ini juga dilengkapi dengan evaluasi untuk mengukur

tingkat keberhasilan siswa. Evaluasi ini dilengkapi pula dengan penguatan, artinya

ketika siswa menjawab benar maka akan muncul tulisan ataupun suara (sound)

yang menyatakan benar, begitu juga sebaliknya jika salah maka akan muncul

tulisan ataupun suara (sound) yang menyatakan salah.

Keunggulan program ini adalah bentuk–bentuk animasi yang menarik,

sehingga siswa tidak bosan ketika dia sedang belajar, sehingga materi akan lebih

cepat tertangkap dan harapannya akan terjadi perubahan tingkah laku yang positif

kearah yang diinginkan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil

belajar siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut

Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar dan faktor

instrumen.

Page 26: Skripsi Pendidikan (136)

Faktor yang pertama yaitu faktor dari dalam. Faktor dari dalam yaitu

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang

sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi :

a. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra.

Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak

yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak

yang tidak kekurangan gizi, kondisi panca indra yang baik akan memudahkan

anak dalam proses belajar.

b. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat,

motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

1) Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa.

Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar

yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin

individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan

lambat dan mengalami kesulitan belajar.

2) Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan

belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang

dibawa sejak lahir.

3) Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat

belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan

cepat.

Page 27: Skripsi Pendidikan (136)

4) Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah

sama. Adapun pengertian motivasi belajar itu menurut Nasution

(2000:146) adalah ”Sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar

terwujud”. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi

lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru

membelajarkan siswa. Nasution (2000:146).

5) Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan

kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa

yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan,

kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.

6) Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek

pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa.

Faktor yang kedua yaitu faktor dari luar. Faktor dari luar yaitu faktor-

faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Faktor-faktor ini meliputi :

a. Lingkungan alami

Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses

belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-

alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.

1). Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara terlalu

lembab atau kering kurang membantu siswa dalam belajar. Keadaan udara

Page 28: Skripsi Pendidikan (136)

yang cukup nyaman di lingkungan belajar siswa akan membantu siswa

untuk belajar dengan lebih baik.

2). Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian

waktu siswa untuk belajar dalam satu hari.

3). Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan berbeda

bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu siswa

untuk lebih nyaman dalam belajar.

4). Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung

sekolah yang efektif untuk belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

letaknya jauh dari tempat-tempat keramaian (pasar, gedung bioskop, bar,

pabrik dan lain-lain), tidak menghadap ke jalan raya, tidak dekat dengan

sungai, dan sebagainya yang membahayakan keselamatan siswa.

5). Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (seperti

transparansi) ataupun perangkat keras (misalnya OHP).

b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik

manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran

orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas

belajar. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) lingkungan sosial siswa di rumah yang

meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, kakak atau adik

serta anggota keluarga lainnya, (2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu:

teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya,

Page 29: Skripsi Pendidikan (136)

dan (3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota

masyarakat (Mustaqim, 1990:68)

Faktor yang ketiga yaitu faktor instrumental. Faktor instrumental adalah

faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang

diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur program, sarana

dan prasarana, serta guru.

Faktor instrumen yang berkaitan dengan sarana dan prasarana

pembelajaran adalah media pembelajaran. Dengan menggunakan media

pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.

Karena media pembelajaran dapat menimbulkan kegairahan belajar,

memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan serta memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri

menurut kemampuan dan minatnya.

Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan

bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar-belakang

lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan

media pembelajaran yaitu dengan kemampuannya dalam memberikan perangsang

yang sama, mempersamakan pengalaman, menimbulkan persepsi yang sama

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sarana dan prasarana

sekolah pun semakin berkembang. Komputer sebagai sarana dan prasarana

sekolah juga dirasa sangat penting. Komputer tidak hanya digunakan sebagai alat

Page 30: Skripsi Pendidikan (136)

bantu kerja, misalnya untuk mengetik laporan-laporan dan data-data sekolah.

Tetapi digunakan pula sebagai alat bantu mengajar sehingga berfungsi sebagai

media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran komputer dilengkapi pula

dengan program-program untuk pembelajaran. Salah satu program yang

digunakan adalah program animasi SWiSH. Program animasi SWiSH ini dapat

digunakan dalam pembelajaran huruf jawa.

4. Pembelajaran Huruf Jawa

Kelas VII adalah tingkat pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Mata pelajaran yang diberikan sangat beragam, salah satunya adalah mata

pelajaran bahasa Jawa. Bahasa Jawa termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal

karena termasuk dalam pelajaran bahasa daerah dimana tiap-tiap daerah itu

memiliki bahasa yang berbeda-beda. Materi bahasa Jawa di kelas VII SMP

meliputi wacana (cerita berbahasa Jawa), macam-macam tembung, macam-

macam ukara, Parikan, Sanepa, Seselan, Cangkriman, Wayang, Paribasan dan

Aksara Jawa (Huruf Jawa). Dari sekian banyak materi tersebut, peneliti hanya

mengambil huruf Jawa sebagai bahan penelitian.

Huruf Jawa ada sejak zaman dahulu yang dikenalkan pertama kali oleh Aji

Saka yang berkelana ke Negara-negara Asia. Pada mulanya tulisan Jawa ini untuk

mengenang sahabatnya yang bertengkar karena mempertahankan kebenarannya.

Sudharto (1999:29) menjelaskan bahwa pada saat bepergian Aji Saka

berpesan kepada sahabatnya yang bernama Dora untuk menjaga pusaka yang

ditinggalkannya. Tidak satupun orang boleh mengambilnya selain Aji Saka

Page 31: Skripsi Pendidikan (136)

sendiri. Akan tetapi saat akan bertengkar dengan Dewata Cengkar, Aji Saka

memerintahkan sahabatnya Sembada untuk mengambil pusaka itu.

Kedua sahabat itu saling mempertahankan kebenarannya, hingga tetes

darah terakhir. Dora dan Sembada meninggal dunia bersama-sama karena saling

membunuh. Saat Aji Saka kembali mereka terlanjur telah mati. Untuk mengenang

mereka ditulisnya huruf Jawa, ha na ca ra ka yang berarti ada utusan, da ta sa wa

la yang berarti saling berselisih pendapat, pa da ja ya nya yang berarti sama-sama

sakti, ma ga ba ta nga yang berarti sama-sama meninggal dunia.

Huruf Jawa itu hingga kini tetap digunakan untuk pelajaran di sekolah-

sekolah. Dalam pembelajaran menulis huruf Jawa dikenal ada Aksara Jawa,

Pasangan dan Sandhangan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

a). Aksara Jawa

ha na ca ra ka

da ta sa wa la

pa dha ja ya nya

ma ga ba tha nga

b). Pasangan

ha na ca ra ka

Page 32: Skripsi Pendidikan (136)

da ta sa wa la

pa dha ja ya nya

ma ga ba tha nga

c). Sandhangan

cecak layar pangkon pepet suku

taling taling tarung wignyan wulu

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian

Media pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pendidikan.

Maka dari itu media pembelajaran merupakan faktor penting yang menentukan

keberhasilan pendidikan. Hamalik (1994:12) mendefinikan media pembelajaran

adalah ”alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah”.

Page 33: Skripsi Pendidikan (136)

Media yang digunakan dalam pembelajaran ada bermacam-macam, mulai

dari media yang sederhana hingga media yang rumit dan modern. Sebagai alat

bantu dalam mengajar, Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar

siswa dalam pembelajaran yang akan menyebabkan hasil belajar yang tinggi pula.

2. Jenis-Jenis Media

Media yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar dan mengajar ada

bermacam-macam. Sudjana (1997:3) menjelaskan, bahwa media pembelajaran

meliputi (1) media grafis yang terdiri atas: gambar, foto, grafik, bagan, poster,

diagram, komik, dan lain-lain (2) media tiga dimensi yang terdiri atas: media

model penampang, model susun, model kerja, mock-up, diorama, (3) media

proyeksi seperti: slide, film strip, film, OHP, dan (4) penggunaan lingkungan.

Sejalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka media

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran juga bervariasi dan semakin

canggih. Menurut Sudjana (1997:8) pada mulanya konsep keterbacaan (literacy)

hanya digunakan dalam konteks verbal yakni membaca dan menulis. Akan tetapi

mulai tahun 1960-an muncul konsep keterbacaan visual yang kemudian disusul

dengan audio dan dilengkapi dengan audio-visual.

Yang termasuk media visual adalah gambar, grafik, poster dan lain-lain.

Sedangkan media audio meliputi: tape recorder dan radio. Televisi, VCD, video,

DVD, dan slide suara.

Gafur(1989:4) mengklasifikasikan media sebagai berikut :

Kelompok Media Media

instruksional Alat Bantu Pengajaran

I. Audio (suara) - Audio tape

(caseette)

- Telepon

- Intercom

Page 34: Skripsi Pendidikan (136)

II. Bahan Cetak

(termasuk gambar /

foto)

- Programed text

- Manual

- Modul

Hand-out

Papan tulis

Chart, grafik

III. Gambar mati yang

diproyeksikan

- Slide, film strip

(bisa disertai

narasi)

- slides

- transparencies

- film strip

IV. Audio Cetak

(kombinasi I dan II)

- Lembaran Kerja

disertai tape

- Peta/diagram

disertai narasi

-

V. Audio-visual yang

diproyeksikan

- Film strip-narasi

- Sound-slide -

VI. Gambar bergerak - Film tanpa suara - Film tanpa suara

VII. Gambar /

Film bersuara

- Film bersuara

- Video-tape

- Film bersuara

- Video, tape

VIII. Objek / benda

- Benda

senyatanya

- Model / tiruan

benda

- Specimen

- Model / tiruan

benda

IX. Hubungan antar

pribadi dan

pengalaman langsung

( guru, teman)

-

- Permainan

- Simulasi

- Kelompok diskusi

X. Komputer

Computer

Analysts

Instruction

Berdasarkan klasifikasi Gafur tersebut, maka pemanfaatan program

animasi SWiSH dalam pembelajaran huruf Jawa ini termasuk dalam media

komputer, karena menggunakan komputer sebagai sarananya.

C. Program Animasi SWiSH

Multimedia interaktif dengan Animasi Komputer untuk Pembelajaran

diantaranya media audio-visual untuk keperluan pembelajaran mulai ditekuni para

pengajar sejak tahun 1920-an, ketika teknologi film mulai berkembang pesat

(Microsoft Corporation,1999:a). Stimulus visual yang menyertai suara menjadikan

pembelajaran konsep-konsep menjadi terjelaskan secara konkrit.

Page 35: Skripsi Pendidikan (136)

Komputer sebagai alat Bantu pembelajaran telah lama pula dikenal dan

dikembangkan. Istilah-istilah CAI (Computer-aided Instruction), CBL (Computer-

based Learning), CBT (Computer-based Training) telah menjadi bagian dari kosa

kata para ahli teknologi pembelajaran sejak tahun 1980-an.

Perkembangan teknologi komputer yang memungkinkan penayangan

informasi grafik, suara dan gambar, selain teks, memungkinkan dibuat media

audiovisual yang bersifat interaktif. Multimedia adalah istilah yang diberikan pada

teknik penyajian informasi yang menggabungkan informasi berupa teks, grafik, citra,

suara, gambar, maupun video.

Sekarang banyak program-progarm alternatif untuk pembuatan animasi Flash

selain program animasi dan multimedia dari Macromedia sendiri. Jika kita ingin

membuat sebuah animasi Flash yang luar biasa yang sangat dinamis tanpa

menggunakan Flash, kita dapat menggunakan SWiSH. SWiSH merupakan suatu

pilihan yang tepat, begitu mudah digunakan. Kita dapat membuat animasi-animasi

kompleks dengan teks, image, grafik, dan suara dalam waktu singkat. SWiSH

memiliki 150 lebih efek-efek di dalamnya yang siap digunakan seperti efek Explode,

Vortex, 3D Spin, Snake, dan masih banyak lagi lainnya. Program aplikasi

SWiSH sekarang memiliki tool untuk membuat garis, bujursangkar, elips, kurva

Bezier, alur pergerakan (motion path), sprite, dan tombol rollover yang semuanya ada

dalam sebuah antarmuka yang mudah digunakan.

SWiSH adalah program animasi yang berbasiskan orientasi objek yang dapat

membuat animasi objek vector dan bitmap sehingga ukuran filenya kecil. Program

aplikasi SWiSH dapat membuat efek-efek secara dramastis. Sejak SWiSH dibuat

Page 36: Skripsi Pendidikan (136)

pertama kalinya, SWiSH v2.0 di-upgrade secara besar-besaran. Ada ratusan fitur-fitur

baru untuk digunakan dalam membuat animasi. Program aplikasi SWiSH merupakan

suatu pilihan alternatif program pembuat animasi Flash yang sangat baik

dibandingkan dengan program-program pembuat animasi Flash lainnya yang

dirasakan begitu sulit dipelajari dan kompleks serta lebih mahal harganya.

Program aplikasi SWiSH sangat mudah dipelajari dan memiliki antarmuka

yang mirip dengan antarmuka Macromedia Flash. Impian kita untuk membangun

situs yang dinamis dengan berbagai macam animasi akan terwujud dalam sekejap

karena kemudahannya. Pengguna SWiSH perlu mempelajari konsep-konsep animasi

dan terminologi dari perangkat lunak ini serta mengembangkan kreativitas untuk

menghasilkan animasi yang menarik.

Kemampuan SWiSH yang dapat mengekspor file ke format file .swf

(Macromedia Flash) membuat animasi ini dapat dijalankan pada semua komputer

yang memiliki program Flash player. Animasi-animasi SWiSH juga dapat

dimasukkan ke dalam halaman web atau diimpor ke dalam Flash. Hasil animasi

SWiSH juga dapat dikirim melalui sebauh e-mail, disatukan dalam sebuah presentasi

Microsoft PowerPoint, atau dimasukkan ke dalam sebuah dokumen Microsoft Word.

Kita juga dapat mengekspor hasil kerja kita ke dalam format file .avi untuk membuat

sebuah movie yang dapat dijalankan di atas sistem operasi Windows.

SWiSH sangat cocok untuk para perancang halaman web, animator, komputer

grafis, pelajar, mahasiswa, dosen, penggemar animasi (hobiis), rumah-rumah

produksi untuk pembuatan judul film (titling), pembuatan teks terjemahan, teks

musik, pembuatan credit dan bumper pada Video/Sinetron/VCD, serta tempat-tempat

kursus komputer grafis dan animasi.

Page 37: Skripsi Pendidikan (136)

SWiSH juga cocok digunakan untuk penyampaian materi presentasi, materi

kuliah, ataupun materi pembelajaran yang membutuhkan tampilan animasi gambar

dan tulisan yang menarik. Karena itu SWiSH cocok juga digunakan untuk media

pembelajaran membaca dan menulis huruf jawa.

SWiSH tidak menuntut kebutuhan dasar yang terlalu tinggi, kebutuhan dasar

tersebut adalah :

1. Perangkat keras utama (Hardware)

a). Prosesor : Pentium®

100 ke atas

b). Memori RAM : 32MB (64MB dianjurkan)

c). Hard Disk : minimal 160MB

d). CD-ROM : minimal 2X

e). Monitor : SVGA 800x600 pixel dengan 256 warna

f). Mouse : alat penunjuk dan pembuatan objek animasi

g). Kartu suara : untuk output musik dan suara

2. Perangkat lunak (Software)

a). Sistem Operasi : Windows 95/98/ME/NT4/2000/XP

b). Perangkat Lunak : SWiSH, SWiSH tidak dibutuhkan Macromedia Flash

terinstal pada sistem komputer

Untuk menjadikan animasi lebih baik diperlukan kebutuhan tambahan, yaitu :

1. Perangkat Keras Tambahan (Hardware)

a). Tablet/digitizer : untuk membuat skets objek gambar

b). Scanner : untuk mengambil citra data gambar

c). Camera Digital : untuk mengambil gambar image

Page 38: Skripsi Pendidikan (136)

d). Microphone : untuk penambahan karakter suara

2. Ketrampilan (Skill dan Brainware)

a). Imaginasi : membuat jalan cerita dan konsep animasi

b). Kreativitas : menuangkan imajinasi ke dalam stage

c). Sketsa : untuk membuat berbagai objek animasi

d). Sense of Music : untuk menghidupkan projek animasi

Untuk dapat menggunakan program animasi SWiSH dengan baik, perlu

diketahui karakteristik dari program ini. Adapun kelebihan dari program animasi

SWiSH adalah : (1). Mudah digunakan dalam membuat animasi-animasi teks yang

kompleks, animasi image, grafik dan suara dalam waktu singkat; (2). Sangat mudah

dipelajari dan memiliki antarmuka yang mirip dengan antarmuka Macromedia Flash;

(3). Dapat mengekspor file ke format file.swf (Macromedia Flash) dan format file.avi;

(4). Animasi-animasi SWiSH dapat dimasukkan ke dalam halaman web atau diimpor

ke dalam Flash; (5). Hasil animasi SWiSH dapat dikirim melalui sebuah e-mail,

disatukan dalam sebuah presentasi Microsoft PowerPoint, atau dimasukkan ke dalam

sebuah dokumen Microsoft Word; (6). Dalam proses pembelajaran, siswa dapat

belajar secara mandiri karena konsep pelajaran telah disajikan secara kongkret dan

jelas.

Sedangkan kelemahan dari program animasi SWiSH adalah : (1). Memerlukan

program Macromedia Flash Player terinstal, jika ingin mengaktifkan ikon tes player;

(2). Perlu mempelajari konsep-konsep animasi dan terminologi dari perangkat lunak

ini serta mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan animasi yang menarik; (3).

Page 39: Skripsi Pendidikan (136)

Dalam proses pembelajaran, kurang adanya interaksi antara guru dengan siswa karena

siswa lebih banyak berinteraksi dengan komputer.

Program animasi SWiSH tidak dapat lepas dari metode konvensional, karena

itu perlu diketahui pula karakteristik dari metode konvensional. Adapun kelebihan

dari metode konvensional adalah : (1). Lebih efektif digunakan untuk materi yang

tidak rumit tetapi membutuhkan ekspresi wajah. Misalnya materi cerita; (2). Sebagai

metode dasar (basic), maksudnya bahwa semua metode dalam pembelajaran pasti ada

unsur-unsur konvensional didalamnya. Misalnya ceramah sebagai pembuka pelajaran.

Adapun kelemahan dari metode konvensional adalah : (1). Konsep yang

disajikan kemungkinan masih bersifat verbalisme, masih abstrak belum kongkret; (2).

Siswa pasif, penekanan lebih banyak pada guru pada kegiatan pembelajaran.

D. Kerangka Berpikir

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar

yang lebih baik adalah penggunaan media pembelajaran ke dalam kegiatan

pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang

dengan penggunaan media yang memadai. Karena berinteraksi dengan sumber belajar

atau media pembelajaran dapat mengarah pada tercapainya hasil belajar yang optimal.

Media pembelajaran dapat memberikan pengertian dan konsep yang

sebenarnya secara realitis dan teliti, serta memberi pengalaman menyeluruh yang

pada akhirnya memberi pengertian yang konkret, sehingga pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru tidak lagi bersifat verbalistik.

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran selalu

mengalami perkembangan pula. Hal itu disebabkan karena setiap media pembelajaran

mempunyai kelemahan. Oleh sebab itu, perlu diadakan penemuan media baru dan

Page 40: Skripsi Pendidikan (136)

pemanfaatan media yang baru guna meningkatkan proses pembelajaran yang lebih

efektif dan efisien.

Suatu media baru yang menarik siswa dan dapat digunakan untuk

pembelajaran membaca dan menulis huruf Jawa adalah program animasi SWiSH.

Dengan menggunakan program animasi SWiSH, siswa menjadi lebih mudah dalam

mempelajari huruf Jawa, karena materi tersebut disajikan dalam format animasi

dengan disertai suara dan gambar yang menarik. Setelah mempelajari materi ini siswa

dengan mudah mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan huruf jawa. Dengan

mudahnya siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan huruf jawa, maka

prestasinya akan meningkat. Kerangka berpikir ini dapat dilihat pada bagan 1.

Bagan 1. Kerangka berpikir

E. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori maka hipotesis penelitian ini adalah ”ada

perbedaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan program

SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri

1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005”.

materi

(Huruf Jawa)

penemuan media baru

(Program Animasi Swish)

materi menjadi

konkret dan realistis

prestasi siswa

meningkat

Page 41: Skripsi Pendidikan (136)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya (Arikunto, 2002 : 136).

Adapun metode dalam penelitian ini mencakup tentang rancangan penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji coba instrumen

(validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda), langkah eksperimen dan analisis

data.

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah sebuah titik tolak pemikiran yang akan berguna

untuk mengumpulkan data yang bermanfaat terhadap penelitian, kemudian untuk

dianalisis dan mencari peranannya yang dapat digunakan sebagai pedoman yang

diharapkan. Dalam rancangan penelitian diawali dengan menentukan sumber data.

Dari sumber data baru kemudian menyusun instrumen, mengingat kegunaan

instrumen adalah untuk mengumpulkan data. Dari pengumpulan data yang

diharapkan, hasilnya kemudian untuk menarik kesimpulan.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan logika hipotetika

verifikatif. Dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian

Page 42: Skripsi Pendidikan (136)

melakukan verifikasi data empiris dan menguji hipotesis berdasarkan data empiris

serta menarik kesimpulan atas dasar hasil pengujian hipotesis. Untuk itu peran

statistika sangat diperlukan (Sudjana, 1989 : 195). Dalam penelitian ini digunakan

metode penelitian kuantitatif dengan analisis statistik.

Rancangan penelitian dibedakan menjadi beberapa model diantaranya :

penelitian kasus (case studies), penelitian causal komparatif, penelitian korelasi,

penelitian histories, dan penelitian fisiologis. Dari beberapa model penelitian tersebut

penelitian yang digunakan adalah model causal komparatif. Dipilihnya penelitian

kausal komparatif sebagai berikut : akan dapat menemukan persamaan-persamaan

dan perbedaan-perbedaan tentang suatu faktor yaitu ingin membandingkan dua

peristiwa dengan melihat penyebabnya serta ingin mengetahui kemungkinan-

kemungkinan akibat dari suatu kejadian yang tidak dilakukan dengan suatu

eksperimen (Arikunto, 2002 : 75).

Eksperimen adalah suatu cara untuk menyelidiki kemungkinan saling

berhubungan sebab akibat (bersifat kausal) dengan cara mengenakan kepada satu atau

lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. (Nasir, 1985 : 16).

Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.

Adapun rancangan atau pola eksperimen dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pola Eksperimen

Group Nilai Pre-test Treatment Hasil Post Test

Eksperimen C Xe Ye

Kontrol K Xk Yk

Keterangan :

Page 43: Skripsi Pendidikan (136)

C = nilai hasil pre test kelompok eksperimen

K = nilai hasil pretest kelompok kontrol

Xe = pembelajaran menggunakan media animasi Swish

Xk = pembelajaran menggunakan metode konvensional

Ye = hasil post test kelompok eksperimen

Yk = hasil post test kelompok kontrol

Menurut pola tersebut terapannya dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Memilih 2 kelas yang homogen dari segi kemampuan, untuk itu dilakukan

pengukuran dahulu dengan kriteria tertentu, sehingga kemampuan kedua kelas itu

mendekati kesamaan.

2. Dari dua kelas tersebut, satu kelas ditetapkan sebagai kelompok eksperimen

(kelas A), dan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol (kelas B).

3. Kelas A diberi pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH, sedangkan

kelas B diberi pembelajaran dengan metode konvensional.

4. Setelah empat kali pertemuan, diadakan tes kemampuan, kemudian hasilnya

diukur untuk mengetahui hubungan keduanya. Pembelajaran mana yang lebih

tinggi daya serapnya.

5. Apabila rata-rata kelompok eksperimen menunjukkan hasil lebih tinggi dan

berbeda secara nyata dari hasil yang diperoleh kelompok kontrol, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH lebih

efektif dan mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Page 44: Skripsi Pendidikan (136)

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002 : 108).

Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki (Hadi, 2000 :

220). Lebih lanjut dikemukakan, bahwa populasi dibatasi sejumlah penduduk atau

individu yang paling sedikit mempunyai sifat-sifat yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Semester 1

SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Arikunto, 2002

: 109). Sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel (Sudjana, 2000 : 7).

Jadi dari pengertian di atas, sampel merupakan bagian atau unit kecil dari

populasi dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIIE dan kelas VIIF, penentuan kelas ini ditentukan menggunakan

teknik cluster random sampling. Dalam penelitian ini digunakan studi sampel

maksudnya sampel berjumlah 2 kelas, yaitu kelas eksperimen 44 siswa dan

kelompok kontrol 44 siswa. Setelah dimatching sesuai dengan nilai pre-test, maka

kelompok eksperimen sejumlah 44 siswa dan kelompok kontrol 44 siswa.

Matching adalah kata lain dari memadukan atau menyatukan nilai atau

kondisi yang hampir sama, antara lain mempunyai nilai yang hampir sama,

tingkat kelas yang sama, usia atau tingkat psikologis yang sama.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan konsep

adalah sesuatu yang hendak diteliti. Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi

objek pengamatan dalam penelitian. (Sumadi Suryabrata, 1983 : 72). Menurut

Suharsimi variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. (Suharsimi, 2002 : 94).

Page 45: Skripsi Pendidikan (136)

Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang

keberadaannya tidak tergantung (independent) pada variabel lain, sedangkan variabel

terikat adalah variabel yang keberadannya tergantung (dependent) pada variabel lain

(M. Nasir, 1983 : 150). Secara kontekstual variabel yang terdapat dalam penelitian ini

adalah :

1. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel

bebas (Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 12). Variabel terikat adalah akibat atau

variabel tidak bebas. (Suharsimi, 2002 : 97). Variabel terikat dalam penelitian ini

yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran huruf Jawa.

2. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan

suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain (Sudjana dan Ibrahim, 1989 :

12). Menurut Suharsimi (2002 : 97) variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

menggunakan media animasi SWiSH dalam mata pelajaran bahasa jawa dengan

topik membaca dan menulis huruf Jawa.

Antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dibuat bagan seperti

bagan 2.

Variabel bebas Variabel terikat

Pembelajaran

Menggunakan media

Animasi SWiSH

Hasil belajar

membaca dan

menulis huruf Jawa

Page 46: Skripsi Pendidikan (136)

Bagan 2. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar membaca dan menulis huruf

jawa antara SWiSH dan metode konvensional, maka dibuat tabel 3. sebagai berikut :

Tabel 3. Perbedaan pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH dan

pembelajaran konvensional

Metode Variabel Kelompok Hasil

Belajar

SWiSH Bebas

(independent) Eksperimen X

Konvensional Terikat

(dependent) Kontrol Y

Selain variabel di atas masih terdapat variabel yang lain. Sutrisno Hadi (1990 :

437) menjelaskan bahwa variabel adalah semua keadaan, faktor-faktor, perlakuan

atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, sehingga dalam suatu

eksperimen dibedakan dua macam variabel, yaitu variabel eksperimen dan variabel

non eksperimen.

a. Variabel eksperimen disebut juga treatment variabel

Variabel ekperimen adalah kondisi yang hendak diselidiki pengaruhnya

terhadap suatu gejala (Sutrisno Hadi, 1990 : 437). Sebagai variabel eksperimen

dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan program animasi SWiSH.

b. Variabel non eksperimen

Variabel non ekperimental meliputi variabel kontrol dan variabel

intervening (antara). Variabel kontrol adalah variabel yang dikontrol baik dengan

jalan match atau penyeimbangan maupun dengan mempertahankan kondisi-

kondisi tertentu yang seimbang. Penyeimbangan yang dimaksud adalah

Page 47: Skripsi Pendidikan (136)

penyeimbangan faktor tertentu antara group eksperimen dan group kontrol,

kecuali variabel treatment. (Sutrisno Hadi, 1990 : 437).

Cara menyeimbangkan variabel disesuaikan dengan pola eksperimen yang

dipilih. Karena pola eksperimen yang dipilih adalah pola randomized control-

group pretest-postest design maka dalam penyeimbangan dilaksanakan secara

kelompok atau group matching.

Adapun variabel kontrol yang perlu diseimbangkan adalah :

a). Jenis kelamin siswa

Jenis kelamin siswa diasumsikan berpengaruh terhadap penguasaan

materi huruf jawa, maka perlu diseimbangkan.

b). Umur siswa

Umur siswa dapat dijadikan sebagai gambaran umum tentang tingkat

kematangan siswa, maka dari itu juga perlu diseimbanagkan

c). Intelegency Question (IQ)

Intelegency Question (IQ) dapat dijadikan gambaran umum tentang

tingkat kecerdasan siswa, maka perlu diseimbangkan.

d). Nilai Pretest

Skor awal siswa yang berupa skor pretest dari masing-masing kelas

diurutkan dari nilai tertinggi hingga terendah, kemudian diambil secara

berpasangan. Siswa yang skornya tidak mendapat pasangan tidak diambil.

Pengambilan siswa dari kelompok pasangan berlebih dilakukan secara acak.

Variabel non eksperimen yang kedua adalah variabel antara atau

intervening variable. Suatu variabel disebut variabel antara apabila, dengan

Page 48: Skripsi Pendidikan (136)

masuknya variabel tersebut, hubungan statistik yang semula tampak antara dua

variabel kemudian menjadi lemah atau bahkan lenyap. (S. Margono, 2003 : 146).

Pengaruh variabel intervening dapat dilihat pada bagan 3.

B

Variabel Antara

A C

Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

Bagan 3. Pengaruh Variabel Intervening

Keterangan :

Garis putus berarti mungkin berhubungan langsung mungkin tidak. Untuk

dapat menentukan bahwa diantara tiga variabel terdapat variabel antara

diperlukan tiga hubungan tidak simetris, yakni A dan B, B dan C, A dan C.

(S. Margono, 2003 : 147).

Adapun variabel intervening dalam penelitian ini adalah :

a). Guru

Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran huruf jawa ini

dilaksanakan sendiri oleh peneliti baik di kelas kontrol maupun di kelas

eksperimen.

b). Sarana dan fasilitas pendidikan

Penelitian ini menggunakan sarana komputer. Untuk menggunakan

komputer sebagai media pembelajaran diperlukan pengetahuan dasar

pengoperasian komputer.

c). Situasi kelas

SMP Negeri 1 Brangsong sebagai tempat penelitian berada di pinggir

jalan raya Kendal-Semarang, sehingga suara bising lalu lintas kendaraan yang

lewat sering terdengar.

Page 49: Skripsi Pendidikan (136)

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan dua metode yaitu

metode dokumentasi sebagai metode pendukung dan metode tes sebagai metode

pokok.

1. Metode dokumentasi

Dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan

keterangan-keterangan (Purwadarminta, 1983 : 256). Maka, dokumentasi

digunakan untuk memperoleh keterangan berupa catatan penting atau dokumen

penting yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti dari lembaga

yang berperan dalam masalah tersebut. Metode ini digunakan untuk memperoleh

daftar nama siswa, nilai tes bahasa Jawa (nilai ulangan), usia siswa, dan tingkat

kecerdasan siswa (IQ).

Dokumen yang berupa daftar nama siswa, nilai hasil ulangan siswa pada

mata pelajaran bahasa Jawa, usia siswa dan tingkat kecerdasan siswa (IQ)

digunakan untuk kepentingan analisa kemampuan dasar dan untuk menyamakan

kondisi awal siswa di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Metode tes

Metode tes adalah serentetan pertanyaan latihan yang digunakan untuk

mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi dan kemampuan yang dimiliki

oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2002 : 127). Metode tes

digunakan untuk memperoleh data tentang pencapaian hasil belajar kognitif siswa

sehingga dapat mengetahui tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah

Page 50: Skripsi Pendidikan (136)

dicapai oleh siswa setelah menempuh proses belajar mengajar, yaitu pada mata

pelajaran bahasa Jawa pokok bahasan huruf Jawa.

a). Jenis Instrumen yang digunakan

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Arikunto, 2002 : 136)

Dalam metode tes ini, instrumen yang digunakan adalah soal-soal tes.

Agar instrumen dapat digunakan sebagaimana mestinya, perlu langkah-

langkah dalam pembuatannya. Sedangkan langkah-langkah penyusunan

instrumen tersebut adalah :

1). Tahap persiapan, meliputi pembatasan materi yang akan diujikan yaitu

pokok bahasan huruf Jawa, menentukan alokasi waktu, membuat kisi-kisi

soal, membuat soal sesuai dengan kisi-kisi.

2). Tahap pelaksanaan

3). Tahap analisis

b). Konstruksi alat pengumpul data

Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengambil data berupa nilai

hasil belajar siswa. Tes dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran yang

diberikan sehingga ruang lingkup materi evaluasi dibatasi pada materi yang

telah diajarkan. Penilaian diberikan dengan simbol numerik basis sepuluh

(angka 1 – 10).

Page 51: Skripsi Pendidikan (136)

Soal tes yang dipergunakan untuk memperoleh data dari kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol yaitu tes isian. Tes tidak standart buatan

guru dengan bantuan kisi-kisi yang disesuaikan dengan kurikulum Sekolah

Menengah Pertama tahun 2004, suplemen GBPP Sekolah Menengah Pertama

2004 dengan berorientasi pada kurikulum berbasis kompetensi dan silabus

mata pelajaran Bahasa Jawa Sekolah Menengah Pertama kelas VII semester 1

Kabupaten Kendal.

E. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas instrumen

sehingga dapat mengungkap data yang benar-benar dibutuhkan. Suatu tes dikatakan

baik apabila pada tes itu benar-benar memenuhi beberapa syarat, yaitu valid dan

reliabel. Jika tes memenuhi kedua syarat itu, maka tes tersebut akan konsisten atau

ajeg bila digunakan pada lain waktu.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang

diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2002 : 145). Sedang suatu tes dikatakan

reliabel / taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

tetap (Arikunto, 1997 : 87). Dalam penelitian ini menggunakan validitas butir soal,

sedangkan reliabilitasnya menggunakan rumus K-R 20.

Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas VIIB SMP Negeri 1 Brangsong,

sedangkan penelitian diadakan di kelas VIIE dan kelas VIIF. Hal ini dimaksudkan

untuk menjaga kerahasiaan soal, sehingga hasil tes siswa tidak terpengaruh oleh hasil

try out.

Page 52: Skripsi Pendidikan (136)

Uji instrumen yang dimaksud adalah validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan

tingkat kesukaran. Masing-masing uji instrumen tersebut dijelaskan sebagian berikut :

1. Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan atau kejituan alat pengukur serta ketelitian,

kesamaan atau ketepatan pengukuran apa yang sebenarnya diukur. Validitas

terdiri atas tiga hal yaitu validitas keseluruhan soal, validitas item dan validitas

faktor (Arikunto, 1997 : 65).

a). Validitas logis dan validitas empiris

Arikunto (2002 : 145) Validitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu

validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis yaitu validitas yang

diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga

menurut logika akan dicapai suatu tingkat yang dikehendaki. Validitas logis

diperoleh sejak penyusunan instrumen yang sesuai dengan materi dan

kurikulum sekolah. Sedangkan validitas empiris yaitu menguji instrumen yang

sudah disusun melalui pengalaman. Validitas empiris diperoleh dengan

mencobakan instrumen sehingga dihasilkan validitas item.

b). Validitas faktor

Validitas faktor yaitu butir-butir soal dalam faktor dikatakan valid

apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap soal-soal secara

keseluruhan, yakni jumlah skor untuk butir-butir faktor tersebut menunjukkan

adanya kesejajaran dengan skor total. (Arikunto, 1997 : 80).

Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul

tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Page 53: Skripsi Pendidikan (136)

c). Validitas butir soal/validitas item

Validitas item adalah sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai

dukungan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain sebuah item

memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran

dengan skor total. (Arikunto, 1997 : 72). Validitas butir soal (validitas item),

merupakan validitas yang digunakan peneliti jika ingin mengetahui validitas

soal tes.

Untuk mengetahui validitas tiap-tiap item tes digunakan rumus

Korelasi Point Biserial sebagai berikut :

rpbsi =

q

p

S

MM

t

tp −

Keterangan :

rpbsi = Koefisien korelasi antara x dan y

Mp = Mean skor dari subjek yang menjawab betul item yang

dicari korelasinya dengan tes

Mt = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

St = Standart deviasi skor total

p = porposi subjek yang menjawab betul item tersebut

q = 1 – p

Setelah diperoleh harga rpbsi dikonsultasikan dengan harga r product

moment. Dengan taraf signifikansi tertentu, jika harga rpbsi > rtabel maka item

soal tersebut dikatakan valid. Sedang item soal yang tidak valid tidak

digunakan dalam penelitian. (Suharman, 1990 : 163).

Page 54: Skripsi Pendidikan (136)

Berdasarkan hasil analisis uji coba soal, maka harga rpbis

dikonsultasikan dengan harga r product moment pada N=34 dan taraf

signifikansi 5%. Bila harga rpbis > rtabel maka tes tersebut valid. Dari hasil uji

coba soal tersebut terdapat delapan soal yang tidak dipakai, yaitu nomor 1, 4,

6,16, 21, 26 karena tidak valid dan nomor 15, 19 karena memiliki daya

pembeda yang jelek dan tingkat kesukaran yang sukar.

2. Reliabilitas Soal

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk dapat digunakan sebagaimana alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002 : 154).

Peneliti menggunakan rumus K—R 20 karena instrumen mempunyai skor

1 dan 0. Rumus K—R 20 sebagai berikut :

r11 =

Σ−

−2

2

1 S

pqS

k

k

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak item

S2 = varians total (standart deviasi dari tes)

p = proporsi subjek yang menjawab benar

q = proporsi subjek yang menjawab salah ( q = 1-p )

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

Page 55: Skripsi Pendidikan (136)

Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga rtabel product

moment dengan taraf nyata 5%. Instrumen dikatakan reliabel jika r11 > rtabel

(Arikunto, 2002 : 164).

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen (r11) diperoleh harga

r11 = 0.8637 dengan rtabel = 0.339 sehingga r11 lebih besar dari rtabel maka dapat

disimpulkan bahwa instrumrn penelitian ini reliabel.

3. Daya Pembeda Soal

Menganalisa daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi

kesanggupan tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori

lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya.

Rumus yang peneliti gunakan untuk menghitung daya pembeda soal

adalah sebagai berikut :

DP =A

BA

JS

JBJB −

Keterangan :

DP = Daya Pembeda

JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas

JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah

JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas

Klasifikasi daya pembeda soal :

DP ≤ 0,00 adalah sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 adalah jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 adalah cukup

Page 56: Skripsi Pendidikan (136)

0,40 < DP ≤ 0,70 adalah baik

0,70 < DP ≤ 1,00 adalah sangat baik

(Suharman, 1990 : 113).

Pada perhitungan daya pembeda soal, diperoleh 5 butir soal yaitu nomor 2,

8, 23, 26, dan 27 merupakan kriteria baik, sedang soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 9, 10,

11, 12, 13, 14, 17,18, 20, 22, 24, 25, 28, 29 dan 30 mempunyai kriteria cukup.

Soal nomor 4, 15, 16, 19 dan 21 mempunyai kriteria jelek. Untuk soal yang

mempunyai kriteria jelek perlu diadakan perbaikan agar dapat digunakan sebagai

alat pengumpul data.

4. Tingkat Kesukaran Soal

Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari

kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah,

sedang dan sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran tes digunakan rumus

sebagai berikut :

IK = BA

BA

JSJS

JBJB

+

+

Keterangan :

IK = Indeks kesukaran

JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas

JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah

JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Selanjutnya indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut :

Page 57: Skripsi Pendidikan (136)

IK = 0,00 adalah soal sangat sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 adalah soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 adalah soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 adalah soal mudah

IK = 1,00 adalah soal terlalu mudah

(Suharman, 1990 : 112)

Pada perhitungan tingkat kesukaran soal didapat 4 butir soal yakni nomor

1, 16, 17, dan 24 merupakan kriteria mudah. Sedangkan yang termasuk kriteria

sedang sejumlah 16 butir soal yaitu nomor 2, 3, 4, 6, 7, 8, 18, 20, 22, 23, 25, 26,

27, 28, 29 dan 30. Untuk soal nomor 5, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 19 dan 21

termasuk kriteria sukar.

F. Langkah Eksperimen

Pembelajaran dalam penelitian ini, materi pengajarannya disampaikan oleh

peneliti, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Hal ini dimaksudkan

agar materi yang tersaji dan media yang digunakan sesuai dengan apa yang

dikehendaki peneliti, khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan program

animasi SWiSH.

Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut :

1. Pemilihan kelas

Sesuai dengan keadaan SMP Negeri 1 Brangsong kelas VII yang terdiri

dari 7 kelas, peneliti mengambil dua kelas yang dipilih secara acak atau random

dengan teknik cluster random sampling, kemudian untuk menentukan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan teknik undian.

2. Pelaksanaan treatment (perlakuan)

Page 58: Skripsi Pendidikan (136)

Dalam pembelajaran telah disiapkan media animasi SWiSH yang

dibutuhkan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disajikan. Urutan

pelaksanaan kegiatan dalam pembelajaran terurai sebagai berikut :

a. Pada kelas eksperimen

─ Pertemuan / KBM I

Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa,

memberikan informasi kepada siswa bahwa pelajaran bahasa jawa pada

pertemuan ini disampaikan dengan menggunakan media animasi SWiSH.

Peneliti juga memberikan informasi bagaimana cara memanfaatkan media

animasi SWiSH tersebut. Peneliti mengadakan apersepsi dilanjutkan

materi inti, pokok bahasan aksara jawa. Kemudian diakhiri dengan

evaluasi.

─ Pertemuan / KBM II

Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa

menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok

bahasan sandhangan swara, pembelajaran ditutup dengan evaluasi.

─ Pertemuan / KBM III

Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa

menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok

bahasan sandhangan panyigeg wanda dan wyanjana, pembelajaran ditutup

dengan evaluasi.

─ Pertemuan / KBM IV

Page 59: Skripsi Pendidikan (136)

Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa

menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok

bahasan pasangan, pembelajaran ditutup dengan evaluasi.

Pertemuan ini merupakan pertemuan yang terakhir dari pokok bahasan

membaca dan menulis huruf jawa. Siswa diberikan tugas mengerjakan tes

sumatif berbentuk soal isian.

b. Pada kelas kontrol

Pada prinsipnya proses pembelajaran kelas kontrol sama dengan

pembelajaran kelas eksperimen, yang membedakan adalah penggunaan media

animasi SWiSH. Pada kelas kontrol tidak menggunakan media animasi

SWiSH tetapi konvensional yaitu ceramah. Pada awal pembelajaran kelas

kontrol diberikan apersepsi, kemudian pada akhir pembelajaran diadakan

evaluasi. Pemberian tes sumatif untuk kelompok kontrol diberikan pada

pertemuan ke empat, untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pokok

bahasan membaca dan menulis huruf jawa.

3. Penilaian

Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauhmana proses kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan berhasil mencapai tujuan. Norma penilaian yang dicapai

adalah pengolahan skor tanpa denda, sebagai berikut :

S = R

Keterangan :

S = skor yang diperoleh

R = jawaban yang betul

Page 60: Skripsi Pendidikan (136)

(Arikunto , 1997 : 169)

G. Analisis Data

Analisis data sangat menentukan dalam suatu penelitian karena analisis data

berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan melalui

tahap-tahap berikut :

a. Tahap awal

Pada tahap awal data yang dianalisis adalah nilai ulangan bahasa jawa

semester 1 tahun pelajaran 2004/2005. Analisis yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1). Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data yang akan

dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah

Lilliefors, untuk pengujian hipotesis nol (data berdistribusi normal) kita

tempuh prosedur berikut :

a). Pengamat x1, x2, … xn dijadikan bilangan baku z1, z2, … zn dengan

menggunakan rumus Z1 = s

xx −1 dimana x = rata-rata dan s =

simpangan baku sampel. s = ( )

1

2

1

−Σ

n

XX

b). Untuk tiap bilangan baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(z1) = P(z ≤ z1).

c). Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …zn yang lebih kecil atau sama

dengan z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z1), maka S(z1) =

n

zyangzzbanyaknyaz n 121 ,....., ≤

d). Hitung selisih F(z1) – S(z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

Page 61: Skripsi Pendidikan (136)

e). Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Harga terbesar = Lo.

Koefisien pengujian adalah data berdistribusi normal jika Lo ≤ L kritik

dengan n = 44 dan taraf nyata 5%.

(Sudjana, 2002 : 466).

2). Uji kesamaan dua varians

Setelah diketahui kedua kelompok berdistribusi normal kemudian

dilakukan uji F untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai

varians yang sama.

Ketentuan : Dimana :

Ho : σ12 = σ2

2 σ1

2 = Eksperimen

Ha : σ12 ≠ σ2

2 σ2

2 = Kontrol

Rumus yang digunakan :

Varian terbesar F =

Varian terkecil

Kriteria pengujiannya adalah kedua kelompok mempunyai varians yang sama

jika dengan taraf nyata 5% Fhitung ≤ F1/2α (nb-1) (nk-1). (Sudjana, 2002 : 250).

b. Uji tahap akhir

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians maka

langkah selanjutnya adalah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Pasangan

hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah :

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Dimana :

µ1 = rata-rata kelompok eksperimen

Page 62: Skripsi Pendidikan (136)

µ2 = rata-rata kelompok kontrol

Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan uji t, yaitu :

1). Varians kedua kelompok sama

Apabila varians kedua kelompok sama maka rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut :

21

21

21

nns

xxt

+

−=

dengan

( ) ( )

2

11

21

2

22

2

11

−+

−+−=

nn

snsns

Keterangan :

1x = rata-rata kelompok eksperimen

2x = rata-rata kelompok kontrol

Kriteria pengujian adalah Ho diterima jika –t (1-1/2α) < t < t (1-1/2α) dengan dk =

n1 + n2 – 2 peluang (1-1/2α) serta taraf nyata 5%.

(Sudjana, 2002 : 239).

2). Varians kedua kelompok berbeda

Jika varians kedua kelompok berbeda maka rumus yang digunakan adalah :

2

2

2

1

2

1

211

n

s

n

s

xxt

+

−=

Kriteria pengujiannya adalah tolah Ho apabila 21

22111

ww

twtwt

+

+≥

Dan diterima Ho jika sebaliknya. Dengan 1

2

11

n

sw = dan

2

2

22

n

sw =

Page 63: Skripsi Pendidikan (136)

( ) ( )1.11 1 −−= ntt α dan ( ) ( )1.12 2 −−

= ntt α

(Sudjana, 2002 : 243).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 64: Skripsi Pendidikan (136)

Hasil Penelitian

1. Hasil Pembuatan Media Interaktif Bahasa Jawa dengan SWiSH

Media interaktif bahasa Jawa ini dibuat dengan program SWiSH dengan

materi huruf Jawa. Tampilan materi dibuat dalam bentuk animasi gerak untuk

mengenalkan macam-macam huruf Jawa beserta cara membacanya. Berikut ini

beberapa bentuk tampilan dari media pembelajaran interaktif menggunakan

SWiSH.

Gambar 1. Tampilan pada Saat Pembuatan Media

Page 65: Skripsi Pendidikan (136)

Gambar 2. Tampilan Pertama Hasil Pembuatan Media Pembelajaran

Gambar 3. Hasil Animasi Materi Aksara Jawa

Page 66: Skripsi Pendidikan (136)

Gambar 4. Hasil Animasi Materi Sandhangan

Gambar 5. Hasil Animasi Materi Pasangan

Page 67: Skripsi Pendidikan (136)

2. Deskripsi Kondisi Awal

Data kondisi awal siswa dapat dilihat dari hasil matching yang meliputi

jenis kelamin, umur siswa, inteligensi question (IQ), dan hasil pre test. Analisis

matching terhadap jenis kelamin dan umur siswa digunakan uji chi kuadrat,

sedangkan untuk data inteligensi question (IQ) dan data pre test digunakan uji t.

a. Jenis Kelamin Siswa

Data tentang jenis kelamin responden penelitian dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Penelitian

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki Total

f 22 22 44 Eksperimen

% 50.0% 50.0% 100.0%

f 22 22 44 Kelompok

Kontrol % 50.0% 50.0% 100.0%

f 44 44 88 Total

% 50.0% 50.0% 100.0%

Berdasarkan tabel 4, tampak bahwa siswa perempuan dari kedua

kelompok sama yaitu 22 orang, demikian juga untuk siswa laki-laki yaitu

sebanyak 22 orang. Dari hasil uji chi kuadrat diperoleh χ2 hitung = 0.000 dengan

probabilitas 1.000 > 0.05, yang berarti Ho diterima. Dengan diterimanya Ho

menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai kondisi yang sama ditinjau

dari jumlah jenis kelaminnya.

b. Umur Siswa

Data umur siswa dari kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 5.

Page 68: Skripsi Pendidikan (136)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Umur Responden Penelitian

Umur

12.00 13.00 14.00 Total

f 26 13 5 44 Eksperimen

% 59.1% 29.5% 11.4% 100.0%

f 29 10 5 44 Kelompok

Kontrol % 65.9% 22.7% 11.4% 100.0%

f 55 23 10 88 Total

% 62.5% 26.1% 11.4% 100.0%

Berdasarkan tabel 5, tampak bahwa pada kelompok eksperimen

terdapat 26 siswa yang berumur 12 tahun, 13 siswa dengan umur 13 tahun dan

5 siswa berumur 14 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 29

siswa yang berumur 12 tahun, 10 siswa dengan umur 13 tahun dan 5 siswa

berumur 14 tahun. Melalui uji chi kuadrat diperoleh χ2 hitung sebesar 0.555

dengan probabilitas 0.758 > 0.05, yang berarti Ho diterima. Dengan

diterimanya Ho menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai kondisi

umur yang relatif sama yaitu berkisar antara 12 tahun – 14 tahun.

c. Inteligensi Question (IQ)

Data hasil nilai Inteligensi Question (IQ) siswa kedua kelompok dapat

dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Deskripsi Hasil Nilai Inteligensi Question (IQ)

Kelompok Mean ( Χ ) Varians (s2) Standar Deviasi (s)

Eksperimen 98.18 106.757 10.33

Kontrol 98.23 106.505 10.32

Berdasarkan tabel 6, tampak bahwa pada kelompok eksperimen

diperoleh mean ( Χ ) sebesar 98.18, varians (s2) sebesar 106.757 dan standar

deviasi (s) sebesar 10.33, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh mean

( Χ ) sebesar 98.23, varians (s2) sebesar 106.505 dan standar deviasi (s)

Page 69: Skripsi Pendidikan (136)

sebesar 10.32. untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan IQ antara kedua

kelompok dapat dilihat dari uji t, yang sebelumnya dilihat kenormalan dan

kesamaan varians datanya.

1) Uji Normalitas Data IQ

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas diperoleh nilai Liliefors

hitung seperti pada tabel 7.

H. Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data IQ

Kelompok Lo dk Ltabel Kriteria

Eksperimen 0.1207 44 0.134 Normal

Kontrol 0.0928 44 0.134 Normal

Dari tabel 7, terlihat bahwa kedua kelompok memiliki nilai Lo <

Ltabel dengan dk (44) dan α = 5% yang berarti kedua kelompok

berdistribusi normal.

2) Uji Kesamaan Dua Varians Data IQ

I. Berdasarkan hasil uji kesamaan dua varians diperoleh

F hitung seperti pada tabel 8.

J. Tabel 8. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data IQ

Kelompok (s2) dk Fhitung Ftabel Kriteria

Eksperimen 106.757 43

Kontrol 106.505 43 1.002 1.83 Ho diterima

K. Keterangan:

L. Ho : Varians kedua kelompok sama

M. Ha : Varians kedua kelompok berbeda

Berdasarkan tabel 8, diperoleh Fhitung sebesar 1.002. Karena nilai Fhitung <

Ftabel dengan dk (43) yaitu 1.83, berarti Ho diterima, yang menunjukkan

Page 70: Skripsi Pendidikan (136)

bahwa antara kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai varians data

yang relatif sama. Berdasarkan hasil analisis ini, maka untuk pengujian

hipotesis selanjutnya digunakan uji t.

3) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data IQ

Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata diperoleh t hitung seperti

pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data IQ

Kelompok Rata-rata dk thitung ttabel Kriteria

Eksperimen 98.18

Kontrol 98.23 86 -0.021 1.99 Ho diterima

Berdasarkan tabel 9, diperoleh thitung sebesar -0.021, ttabel pada α = 5%

dengan dk = 86 sebesar 1.99. Tampak bahwa thitung berada di antara –1.99

sampai 1.99 atau berada pada daerah penerimaan Ho. Dengan diterimanya

Ho berarti bahwa rata-rata kedua kelompok relatif sama.

d. Pre Test

Data hasil nilai Pre Test siswa kedua kelompok dapat dilihat pada tabel

10.

Tabel 10. Deskripsi Hasil Nilai Pre Test

Kelompok Mean ( Χ ) Varians (s2) Standar Deviasi (s)

Eksperimen 6.51 0.486 0.70

Kontrol 6.53 0.483 0.69

Berdasarkan tabel 10, tampak bahwa pada kelompok eksperimen

diperoleh mean ( Χ ) sebesar 6.51, varians (s2) sebesar 0.486 dan standar

deviasi (s) sebesar 0.70, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh mean

( Χ ) sebesar 6.53, varians (s2) sebesar 0.483 dan standar deviasi (s) sebesar

Page 71: Skripsi Pendidikan (136)

0.69. untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan IQ antara kedua kelompok

dapat dilihat dari uji t, yang sebelumnya dilihat kenormalan dan kesamaan

varians datanya.

1) Uji Normalitas Data Pre Test

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas diperoleh nilai Liliefors

hitung seperti pada tabel 11.

N. Tabel 11. Data Hasil Uji Normalitas

Kelompok Lo dk Ltabel Kriteria

Eksperimen 0.1207 44 0.134 Normal

Kontrol 0.1181 44 0.134 Normal

Dari tabel 11, terlihat bahwa kedua kelompok memiliki nilai Lo <

Ltabel dengan dk (44) dan α = 5% yang berarti kedua kelompok

berdistribusi normal.

2) Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test

Berdasarkan hasil uji kesamaan dua varians diperoleh F hitung

seperti pada tabel 12.

O. Tabel 12. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test

Kelompok (s2) dk Fhitung Ftabel Kriteria

Eksperimen 0.4861 43

Kontrol 0.4830 43 1.007 1.83 Ho diterima

P. Keterangan:

Q. Ho : Varians kedua kelompok sama

R. Ha : Varians kedua kelompok berbeda

Berdasarkan tabel 12, diperoleh Fhitung sebesar 1.007. Karena nilai Fhitung <

Ftabel dengan dk (43) yaitu 1.83, berarti Ho diterima, yang menunjukkan

Page 72: Skripsi Pendidikan (136)

bahwa antara kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai varians data

yang relatif sama. Berdasarkan hasil analisis ini, maka untuk pengujian

hipotesis selanjutnya digunakan uji t.

3) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Pre Test

Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata diperoleh t hitung seperti

pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Pre Test

Kelompok Rata-rata dk thitung ttabel Kriteria

Eksperimen 6.51

Kontrol 6.53 86 -0.107 1.99 Ho diterima

Berdasarkan tabel 13, diperoleh thitung sebesar -0.107, ttabel pada

α = 5% dengan dk = 86 sebesar 1.99. Tampak bahwa thitung berada di

antara –1.99 sampai 1.99 atau berada pada daerah penerimaan Ho. Dengan

diterimanya Ho berarti bahwa rata-rata kedua kelompok relatif sama.

3. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 5-26 Oktober 2004 di SMP Negeri 1 Brangsong Sampel yang diambil

adalah siswa kelas VIIE sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIIF sebagai

kelompok kontrol. Kegiatan pada kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol dilaksanakan melalui 3 tahap kegiatan yaitu pretest, pembelajaran dan

postest. Sedangkan kegiatan pembelajaran sendiri dilaksanakan selama 4 kali

pertemuan.

Page 73: Skripsi Pendidikan (136)

Pre test digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa tentang huruf jawa

sebelum diadakan pembelajaran sedangkan post test digunakan untuk mengetahui

hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran.

Perbedaan yang mendasar dari kedua kelompok yaitu dalam model

pembelajarannya. Pada kelompok eksperimen pembelajaran dilaksanakan

menggunakan perangkat lunak komputer SWiSH dimana setiap siswa dalam

mempelajari huruf Jawa menggunakan media komputer. Setiap siswa pada

kelompok eksperimen mengoperasikan satu komputer dengan dipandu oleh guru.

Pada kelompok kontrol proses pembelajarannya dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dari

kedua kelompok relatif sama yaitu 4 kali pertemuan atau 8 jam pelajaran. Setiap 1

jam pelajaran dengan alokasi waktu 45 menit.

a. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Eksperimen

Pada awal pembelajaran, diadakan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui

keadaan awal siswa. Kemudian setelah diadakan pre test, guru menjelaskan

garis besar materi yang akan dipelajari. Pada saat itu guru menginstruksikan

pada siswa untuk membuka program SWiSH, dan tampilan pertama yang

muncul adalah materi macam-macam huruf jawa (aksara Jawa). Guru

memberikan penjelasan tentang tujuan umum dan tujuan khusus dari

mempelajari materi aksara Jawa. Dengan informasi diharapkan siswa

mempunyai arah tujuan yang jelas proses pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Pada tahap selanjutnya sebelum memasuki inti pembelajaran

guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

materi setelah itu siswa langsung mengoperasikan program SWiSH. Secara

Page 74: Skripsi Pendidikan (136)

mandiri siswa dapat membaca, mengamati dan memahami materi yang

ditampilkan melalui program SWiSH dari awal sampai akhir. Kegiatan belajar

yang dilakukan secara mandiri diharapkan dapat memberikan keleluasaan

untuk mempelajari materi sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing

siswa. Dengan program tersebut, siswa dapat mengulang kembali materi-

materi yang dirasa kurang jelas atau paham.

Pada pertemuan kedua dilaksanakan pembelajaran dengan materi sandhangan.

Pada prinsipnya pada pertemuan kedua ini sama dengan pertemuan pertama,

hanya saja pada pertemuan kedua ini ditambah dengan diskusi dengan maksud

untuk memberikan persepsi yang sama setelah siswa mempelajari materi

melalui program SWiSH. Dengan kegiatan tersebut diharapkan siswa yang

mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dapat memberikan masukan

yang berarti pada siswa yang mempunyai tingkat pemahaman yang lebih

rendah. Setelah diskusi guru memberikan contoh soal untuk dikerjakan siswa,

kemudian siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dengan cara ini guru

dapat mengetahui apa yang belum dipahami oleh siswa, sehingga guru dapat

memberikan penjelasan agar setiap siswa mempunyai persepsi yang benar

tentang materi yang disampaikan. Diskusi ini dilakukan juga pada pertemuan

ketiga dengan materi pasangan. Pada pertemuan terakhir diadakan postest

untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan.

Jadwal Pertemuan di Kelas Eksperimen

Pertemuan Hari/tanggal Waktu Materi

I Selasa,

5 Oktober 2004

10.15 – 11.00

11.00 – 11.45

Pretest

Aksara Jawa

II Selasa, 10.15 – 11.45 Sandhangan

Page 75: Skripsi Pendidikan (136)

12 Oktober 2004

III Selasa,

19 Oktober 2004 10.15 – 11.45 Pasangan

IV Selasa,

26 Oktober 2004 10.15 – 11.45 Posttest

b. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Kontrol

Pada awal pembelajaran, diadakan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui

keadaan awal siswa. Kemudian setelah diadakan pre test, guru memberikan

garis besar materi pelajaran agar mempermudah siswa dalam proses

pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi untuk mengetahui

sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu

huruf jawa Kemudian guru menerangkan dan menyampaikan materi pelajaran

di depan kelas dengan metode ceramah dan diskusi. Disini siswa

mendengarkan apa yang disampaikan guru dan mencatat hal-hal yang penting

di buku tulis. Selanjutnya, guru memberikan contoh soal dan mengadakan

tanya jawab pada siswa tentang materi. Guru memberikan latihan soal atau

memberi pekerjaan rumah. Kemudian bersama-sama mengevaluasi /

membahas soal tersebut dan diambil kesimpulannya. Pada tahap akhir,

diadakan post test untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi

yang telah diajarkan.

Jadwal Pertemuan di Kelas Kontrol

Pertemuan Hari/tanggal Waktu Materi

I Rabu,

6 Oktober 2004

10.15 – 11.00

11.00 – 11.45

Pretest

Aksara Jawa

Page 76: Skripsi Pendidikan (136)

II Rabu,

13 Oktober 2004 10.15 – 11.45 Sandhangan

III Rabu,

20 Oktober 2004 10.15 – 11.45 Pasangan

IV Rabu,

27 Oktober 2004 10.15 – 11.45 Posttest

4. Deskripsi Hasil Nilai Post Test

Hasil Nilai Post Test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat

dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Deskripsi Hasil Nilai Post Test

Kelompok Mean ( Χ ) Varians (s2) Standar Deviasi (s)

Eksperimen 7.41 1.7189 1.31

Kontrol 6.57 2.6864 1.64

Berdasarkan tabel 14, tampak bahwa pada kelompok eksperimen diperoleh mean

( Χ ) sebesar 7.41, varians (s2) sebesar 1.7189 dan standar deviasi (s) sebesar 1.31,

sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh mean ( Χ ) sebesar 6.57, varians (s2)

sebesar 2.6864 dan standar deviasi (s) sebesar 1.64. Ada tidaknya perbedaan hasil

belajar antara kedua kelompok dan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan

yang nyata dapat dilihat dari uji t, yang sebelumnya dilihat kenormalan dan

kesamaan varians datanya.

a. Hasil Uji Normalitas Data Post Test

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas diperoleh nilai Liliefors hitung

seperti pada tabel 15.

Page 77: Skripsi Pendidikan (136)

S. Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Data Pre Test

Kelompok Lo dk Ltabel Kriteria

Eksperimen 0.1254 44 0.134 Normal

Kontrol 0.1034 44 0.134 Normal

Dari tabel 15, terlihat bahwa kedua kelompok memiliki nilai Lo <

Ltabel dengan dk (44) dan α = 5% yang berarti kedua kelompok berdistribusi

normal.

b. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test

Berdasarkan hasil uji kesamaan dua varians diperoleh F hitung seperti

pada tabel 16.

T. Tabel 16. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test

Kelompok (s2) dk Fhitung Ftabel Kriteria

Eksperimen 1.7189 43

Kontrol 2.6864 43 1.563 1.83 Ho diterima

U. Keterangan:

V. Ho : Varians kedua kelompok sama

Ha : Varians kedua kelompok berbeda

Berdasarkan tabel 16, diperoleh Fhitung sebesar 1.563. Karena nilai

Fhitung < Ftabel dengan dk (43) yaitu 1.83, berarti Ho diterima, yang

menunjukkan bahwa antara kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai

varians data yang relatif sama. Berdasarkan hasil analisis ini, maka untuk

pengujian hipotesis selanjutnya digunakan uji t.

c. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post Test

Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata diperoleh t hitung seperti pada

tabel 17.

Page 78: Skripsi Pendidikan (136)

Tabel 17. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post Test

Kelompok Rata-rata dk thitung ttabel Kriteria

Eksperimen 7.41

Kontrol 6.57 86 2.672 1.66 Ho ditolak

Berdasarkan tabel 17, diperoleh thitung sebesar 2.672, ttabel pada α =

5% dengan dk = 86 sebesar 1.66. Tampak bahwa thitung sebesar 2.672 > ttabel

sebesar 1.66 yang berarti bahwa Ho ditolak. Dengan penolakan Ho ini berarti

bahwa ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dimana kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol.

Pembahasan

Berdasarkan data pada kondisi awal dari data pretest dari kedua kelompok

diperoleh bahwa rata-rata kemampuan awal kelompok eksperimen mencapai 6.51,

sedangkan pada kelompok kontrol mencapai 6.53. Melalui uji t diperoleh thitung

sebesar -0.107 yang berada pada daerah penerimaan Ho yaitu pada selang -1.99

sampai 1.99 yang merupakan batas kritik uji t untuk taraf kesalahan 5% dengan dk =

86. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang nyata kemampuan belajar pada

awal sebelum pembelajaran dari kedua kelompok.

Setelah dilakukan pembelajaran pada kelompok ekperimen menggunakan

pembelajaran menggunakan program SWiSH dan kelompok kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvensional, terlihat bahwa hasil belajar kedua

kelompok tersebut berbeda secara nyata. Pada kelompok eksperimen setelah

pembelajaran mencapai 7.41. Sedangkan pada kelompok kontrol mencapai 6.57. Hal

ini ditunjukkan pula dari hasil uji t yang memperoleh thitung sebesar 2.672 > ttabel

sebesar 1.66 yang berarti Ho ditolak. Dengan penolakan Ho ini berarti ada

perbedaaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan program

Page 79: Skripsi Pendidikan (136)

SWiSH dengan metode konvensional, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa

”ada perbedaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan

program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di

SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005”, dapat diterima.

Perbedaaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol, kemungkinan disebabkan karena adanya variasi pembelajaran yang dilakukan

pada kelompok eksperimen. Pertama, guru menggunakan program SWiSH. Dalam

pembelajaran ini siswa lebih aktif membaca, menirukan, menulis, dan mengamati

animasi yang muncul dalam media komputer. Media tersebut dapat membantu daya

abstraksi siswa. Materi yang relatif abstrak dikonkritkan menggunakan media ini.

Media tersebut lebih menarik sehingga menumbuhkan minat dan motivasi siswa dan

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kedua, guru menggunakan metode diskusi. Diskusi yang dilakukan dapat

menyatukan persepsi tentang materi. Di samping itu siswa yang lebih pandai akan

memberikan masukan yang berarti bagi siswa yang kurang pandai. Pada setiap

kelompok diskusi terdapat siswa yang lebih pandai, siswa yang sedang maupun siswa

yang relatif kurang pandai. Dengan kelompok yang heterogen ini menurut Anita Lie

(2002: 42) dapat memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan

saling mendukung. Kelompok heterogen ini memudahkan pengelolaan kelas karena

dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan

satu asisten untuk setiap anggota kelompoknya.

Pembelajaran menggunakan program SWiSH memberikan peningkatan hasil

belajar siswa, karena dapat membantu pemahaman siswa tentang materi yang relatif

abstrak menjadi lebih konkrit. Hal ini sejalan dengan pendapat Heinich, Molenda dan

Russel (1982) dalam Prayitno (1989: 118) yang menyatakan bahwa media pengajaran

Page 80: Skripsi Pendidikan (136)

dalam membelajarkan dapat mengkonkritkan ide-ide atau gagasan yang bersifat

konseptual, sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya dan

memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata yang merangsang aktifitas diri

sendiri untuk belajar, sehingga siswa tergugah untuk melakukan kegiatan belajar.

Dengan keaktifan siswa ini akan meningkatkan motivasi pada siswa untuk belajar,

yang pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh ahli psikologi Jerome Burner dalam

Prayitno (1989: 119) bahwa kalau dalam belajar siswa dapat diberi pengalaman

langsung (melalui media, demontrasi, “ Field trip”, dramatisasi), maka situasi

pengajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat siswa tersebut dalam

belajar. Fleming dan Levie dalam Prayitno (1989: 119) juga mengemukan bahwa

media pengajaran memberikan pengalaman konkrit yang memudahkan siswa belajar,

yaitu dalam mencapai penguasaan, mengingat dan memahami simbol- simbol yang

abstrak.

Fungsi guru dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelompok eksperimen

hanya sebagai fasilitator, yaitu memberikan pengarahan seperlunya pada siswa.

Keaktifan siswa untuk membaca, menirukan, menulis materi serta mengamati hasil

ilustrasi pada program SWiSH ditekankan pada pembelajaran ini. Ilustrasi yang

menarik dan dengan adanya keaktifan tersebut akan menumbuhkan motivasi belajar

yang tinggi pada siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Hal ini juga didukung dari hasil penelitian sebelumnya oleh Vernon a. Magnesen

dalam De Porter (2001: 57) yang menyatakan bahwa ” Kita belajar: 10% dari apa

yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari

Page 81: Skripsi Pendidikan (136)

apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang

kita katakan dan lakukan”. Berdasarkan hasil penelitian De Porter tersebut secara

teoritis maka penggunaan program SWiSH yang diperoleh diprediksi dapat mencapai

90%, sebab siswa tidak hanya mendengarkan, melihat apa yang diajarkan guru,

namun mereka lebih aktif, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan model

konvensional, keaktifan lebih didominasi oleh guru, siswa relatif memfungsikan indra

penglihatan dan pendengaran, sehingga secara teoritis pengetahuan akan

mengendap sampai 50%.

Berdasarkan hasil post test diperoleh prestasi kelompok eksperimen mencapai

7.41, sedangkan pada kelompok kontrol mencapai 6.57. Dari kedua hasil tersebut

diketahui bahwa perbedaan prestasi dari kedua kelompok mencapai 0.84. Perbedaan

prestasi ini sangat kecil karena kurang dari 1.

Kecilnya perbedaan prestasi tersebut disebabkan karena teknologi komputer

untuk pembelajaran belum begitu marak dipergunakan di sekolah. Terutama pada

tingkat sekolah menengah. Siswa belum terbiasa dengan sistem pembelajaran

interaktif menggunakan komputer. Hal tersebut dapat diketahui dari sebagian besar

siswa pada kelompok eksperimen yang belum familier (mengenal) komputer dengan

baik, masih perlu diperkenalkan perangkat keras (hardware) dan cara pengoperasian

komputer. Siswa masih canggung dalam menggunakan mouse, sehingga siswa perlu

berfikir dua kali ketika harus memilih tampilan menu dalam materi. Namun, setelah

melalui 4 kali pertemuan hambatan tersebut dapat diatasi, walaupun masih terdapat

sebagian kecil siswa yang masih canggung. Disamping itu, memang mata pelajaran

bahasa jawa belum begitu disenangi oleh siswa. Ditambah lagi bahwa mata pelajaran

Page 82: Skripsi Pendidikan (136)

bahasa jawa hanya sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah. Sehingga siswa

merasa tidak penting untuk mempelajari mata pelajaran tersebut dan lebih

memfokuskan ke mata pelajaran pokok misalnya matematika. Akibatnya porsi belajar

siswa dalam mempelajari mata pelajaran bahasa jawa sangat kurang. Namun, peneliti

masih memiliki harapan besar bahwa dengan adanya sistem pembelajaran interaktif

ini diharapkan siswa menjadi lebih senang dan tertarik mempelajari bahasa jawa.

Page 83: Skripsi Pendidikan (136)

BAB V

W. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan:

1. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran menggunakan

program SWiSH sebesar 7.41, sedangkan siswa yang diajar menggunakan model

konvensional sebesar 6.57.

2. Hasil uji t diperoleh thitung sebesar 2.672 > ttabel sebesar 1.66 yang berarti Ho yang

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar huruf jawa antara

pembelajaran menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional,

ditolak. Dengan penolakan Ho ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan program SWiSH

dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1

Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan:

1. Bagi guru agar dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran dengan

menggunakan program SWiSH pada pokok bahasan yang lain.

2. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa dengan menambah variabel

yang diukur seperti minat, motivasi dan menambah populasi sehingga simpulan

yang diperoleh dapat digunakan untuk menggeneralisasikan ke populasi yang

lebih besar.

3. Bagi orangtua dan masyarakat untuk membiasakan penggunaan huruf jawa dan

bahasa Jawa dalam pergaulan sehari-hari.

4. DAFTAR PUSTAKA

Page 84: Skripsi Pendidikan (136)

5. 6.

7. Andi Suciadi, Andreas. 2002. Membuat Animasi Flash Tanpa Flash dengan

SWiSH. Jakarta : Elex Media Komputindo.

8. Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina

Aksara.

9. ------------------------. 1996. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

10. ------------------------. 2002. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

11. Azwar, Saifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

12. Broto, Suryo. 1969. Tatanan Panulisane Basa Jawa. Yogyakarya : Pawesthi

13. Corporation, Microsoft. 1999. Belajar Animasi Flash. Jakarta : Elex Media

Komputindo

14. Dahar, Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

15. Djamarah, Syaiful Bahri. Aswan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta

16. Hadi, Sutrino. 1994. Statistik Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi UGM Yogyakarta.

17. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Citra Adity Bakti.

18. Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

19. Purwanto, Ngalim M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya

20. Sudharto. 1999. Carakan. Salatiga: Tiga Serangkai

Page 85: Skripsi Pendidikan (136)

21. Sadiman. Arif. 1993. Media Pendidikan. Bandung : Citra Adity Bakti.

22. Simanjuntak, B. I.L. Pasaribu. 1986 Didaktik dan Metodik. Bandung : Tarsito.

23. Soejono, Wahyudi. 1988. Kridha Basa. Klaten : Intan Pariwara.

24. Sudjana, Nana. 1992 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

25. Sudjana, 1997. Media Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

26. -------------------, 1989. Statistik. Bandung : Tarsito

27. -------------------, 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Baru Algensindo

28. -------------------, 2000. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

29. Suryabrata, Sumadi. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi.

Yogyakarya : Andi Offset.

30. Tim Pengembangan MKDK. 1989. Psikologi Belajar. Semarang : IKIP Semarang

Press.

31. Tim Penyusun. Silabus Kurikulum 2004 SMP 2004 Mata Pelajaran Bahasa

Jawa. Kendal : Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal.

32. Tim Redaksi. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

33. Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.

34. KISI-KISI SOAL TES HASIL BELAJAR

35. MEMBACA DAN MENULIS HURUF JAWA

36. TINGKAT KESUKARAN

NO. POKOK MATERI MUDAH

30%

SEDANG

50%

SUKAR

20%

JUMLAH

1. Aksara Jawa

Legena 20% 1 2, 3, 4 6 5

Page 86: Skripsi Pendidikan (136)

2. Sandhangan

Swara 20% 5 7, 8, 9 10 5

3. Sandhangan

Panyigeg Wanda

Lan Wyanjana 30%

11, 12 13, 14, 15 16 6

4. Pasangan 30% 17, 22 19, 20, 21 18 6

6 12 4 22 Jumlah 100%

22

37. 38.

KISI-KISI UJI COBA SOAL

MEMBACA DAN MENULIS TULISAN JAWA

TINGKAT KESUKARAN

NO. POKOK MATERI MUDAH

30%

SEDANG

50%

SUKAR

20%

JUMLAH

1. Aksara Jawa

Legena 20% 1, 17, 2, 3, 4 8 6

Page 87: Skripsi Pendidikan (136)

2. Sandhangan

Swara 20% 6, 7 21, 22, 29 26 6

3. Sandhangan

Panyigeg Wanda

Lan Wyanjana 30%

5, 9,16 10, 11, 12,

13 14, 27 9

4. Pasangan 30% 18, 19, 30

20, 23, 24,

28 15, 25 9

10 14 6 30 Jumlah 100%

30

RENCANA PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa Jawa

Pokok Bahasan : Membaca Huruf Jawa

Sub Pokok Bahasan : Aksara Jawa

Alokasi Waktu : 2 X 45 menit

Kelas / Semester : VII / 1

Page 88: Skripsi Pendidikan (136)

I. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU )

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan dapat membaca

huruf jawa dengan baik dan benar.

II. Tujuan Pembelajaran Khusus ( TPK )

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan :

1. Mampu membaca Aksara Jawa dengan baik dan benar.

2. Mampu melafalkan / mengeja Aksara Jawa dengan benar.

III. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yang diinginkan dari pembelajaran ini adalah siswa dapat

membaca huruf Jawa.

IV. Indikator

Indikator dari kegiatan pembelajaran ini adalah :

1. Siswa mampu membaca Aksara Jawa.

2. Siswa mampu melafalkan / mengeja Aksara Jawa.

V. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Apersepsi

− Guru mempersilahkan siswa untuk duduk berpasangan dengan 1

komputer.

− Guru memberi penjelasan bagaimana cara mengoperasikan disket materi

aksara jawa kepada siswa.

− Siswa mempratekkan petunjuk dari guru.

2. Kegiatan Inti

− Guru menyuruh siswa untuk memperhatikan aksara-aksara Jawa yang

tampil di layar monitor.

Page 89: Skripsi Pendidikan (136)

− Guru mempersilahkan siswa untuk menghapalkan aksara-aksara Jawa

tersebut dengan cara :

• Siswa memilih salah satu aksara Jawa, kemudian siswa menyebutkan

aksara Jawa tersebut.

• Siswa mengarahkan kursor ke aksara Jawa yang dipilihnya untuk

mengecek kebenaran aksara Jawa yang disebutkannya. Layar

monitor akan menampilkan animasi gerakan aksara Jawa dan

munculnya kata di bawah aksara Jawa tersebut.

• Siswa melakukan berulang-ulang ke aksara Jawa yang lain.

• Guru berkeliling untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan.

− Guru meminta siswa untuk menghafal aksara Jawa dengan berpasangan,

caranya :

• Salah satu siswa menuliskan aksara Jawa yang dipilihnya, kemudian

teman pasangannya menyebutkan aksara Jawa tersebut, untuk

mengetahui kebenaran aksara Jawa tersebut. Salah satu siswa

mengarahkan kursor ke aksara Jawa yang dimaksud. Hal tersebut

dilakukan berulang-ulang.

• Guru berkeliling untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan.

− Guru meminta siswa untuk menghafalkan aksara jawa di depan kelas,

dengan cara :

• Guru menuliskan aksara jawa di papan tulis, kemudian siswa diminta

untuk menyebutkan aksara jawa tersebut.

• Guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa.

3. Penutup

− Guru meminta siswa untuk mematikan komputer.

− Guru memberikan soal tes kepada siswa.

− Siswa menyerahkan lembar jawaban beserta disket materi aksara jawa.

VI. Sarana dan Sumber Belajar

Page 90: Skripsi Pendidikan (136)

1. Komputer multimedia

2. Disket berisi materi aksara jawa dengan menggunakan program animasi

SWISH.

3. Buku tulis

4. Alat tulis.

VII. Evaluasi

1. Tes tertulis

Brangsong, September 2004

Mengetahui

Guru Mata Pelajaran

Supriyono, S.Pd

Praktikkan

Candra Aribowo

SATUAN PELAJARAN I

Bidang Studi : Bahasa Jawa

Pokok Bahasan : Membaca Huruf Jawa

Sub Pokok Bahasan : Membaca Huruf Jawa

Topik : Aksara Jawa (Nglegena)

Kelas / Semester : VII / 1

Waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan)

A. Standar Kompetensi

Page 91: Skripsi Pendidikan (136)

Mampu membaca dan memahami ragam teks non sastra dengan berbagai cara

membaca : membaca memindai, membaca nyaring, membaca teks percakapan dan

menemukan gagasan pokok isi suatu teks dan membaca huruf jawa

B. Kompetensi Dasar

Mampu membaca huruf Jawa

C. Hasil Belajar

Siswa mampu membaca kata dan kalimat yang mengandung huruf (aksara) jawa

Nglegena

D. Indikator

Siswa mampu membaca huruf (aksara) jawa Nglegena

E. Materi Pembelajaran

Aksara Jawa Nglegena :

ha na ca ra ka

da ta sa wa la

pa dha ja ya nya

ma ga ba tha nga

Contone :

nata bata sanga

F. Media Pembelajaran

1. Metode dan media

- Percobaan dengan menggunakan media animasi komputer multimedia.

2. Sumber Bahan

- Silabus Kurikulum 2004 SMP 2004. Mata Pelajaran Bahasa Jawa. Dinas

Pendidikan Kabupaten Kendal.

- Buku Krida Basa. Intan Pariwara. 2003

- Carakan. Tiga Serangkai. 1879

- Tatanan Panulise Basa Jawa. Pawesthi. 1969

Page 92: Skripsi Pendidikan (136)

G. Kegiatan Pembelajaran

Langkah-langkah :

1. Pra Pembelajaran

- Menyiapkan media pembelajaran

- Mengkondisikan kelas

2. Kegiatan awal (Apersepsi)

Melalui tanya jawab guru mencoba mengingatkan kembali pada siswa mengenai

cerita Ajisaka dan asal usul lahirnya Aksara Jawa

3. Kegiatan Inti

a. Informasi

Siswa mendengarkan uraian singkat dari guru mengenai aksara jawa Nglegena

dan cara membacanya.

b. Kegiatan Pembelajaran

Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media

animasi komputer.

4. Kegiatan Akhir

- Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang

dianggap belum jelas

- Guru menjelaskan ulang materi yang diajarkan untuk pemantapan

- Pelaksanaan evaluasi dengan test tertulis

- Menutup pelajaran

Page 93: Skripsi Pendidikan (136)

SOAL TES HASIL BELAJAR

MEMBACA DAN MENULIS HURUF JAWA

Page 94: Skripsi Pendidikan (136)

A. Tulisen nganggo aksara jawa !

1. karcis

2. ngalih

3. palakrama

4. gedhang raja

5. wulu kucing

6. rodhane loro

7. manuk ngoceh

8. udan grimis

9. bocah sekolah

10. numpak jaran

11. gajah mungkur

B. Tulisen nganggo aksara latin !

12.

13.

14.

15.

Page 95: Skripsi Pendidikan (136)

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

SPESIFIKASI PROGRAM ANIMASI SWiSH v2.0

SWiSH merupakan suatu aplikasi alternatif pembuat animasi Flash yang diluncurkan

pertama kalinya pada bulan April 2000. Untuk pertama kalinya, efek-efek teks yang kompleks

dapat dibuat dalam waktu yang sangat singkat dalam aplikasi ini. Sebelumnya pembuatan

Page 96: Skripsi Pendidikan (136)

feel-efek animasi teks tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama jika dibuat dalam

Macromedia Flash.

Pada awalnya program ini merupakan program pembantu pembuat efek-efek animasi

teks dalam pembuatan animasi Flash. Sekarang program aplikasi SWiSH merupakan sebuah

program aplikasi pembuat animasi mandiri yang mampu menjalankan file animasi .swf tanpa

menjalankan player eksternal atau browser. SWiSH begitu intuitif dan sangat mudah

digunkan untuk pembuat animasi, web secara professional maupun amatir. Bahkan dapat

dikatakan program ini cukup mudah digunkan oleh seorang anak kecil sekalipun. SWiSH

telah banyak digunkan sampai ke seluruh dunia.

SWiSH v2.0 merupakan versi terbaru yang mengalami perubahan sangat besar.

Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan membuat antarmuka yang baru yang lebih

baik. Jendela editing tempat area untuk me-layout dan jendela tab-tab pada versi terdahulu

digabungkan menjadi satu antarmuka yang mudah digunkan dengan panel-panel yang

diletakkan pada bagian kiri, kanan, dan atas antarmuka tersebut.

Pada versi ini ditambahkan juga beberapa fitur-fitur baru untuk melengkapi

pembuatan animasi yang lebih kaya dan pembuatan animasi yang lebih kompleks untuk

keperluan situs web dan keperluan-keperluan lainnya. Hampir semua penambhan fitur baru

tersebut dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembuatan animasi profesional.

Terminologi dalam SWiSH

Untuk mengenal SWiSH lebih jauh dan untuk memudahkan penggunakan program

aplikasi animasi ini, perlu dipahami istilah-istilah dan terminologi yang sering digunakan.

Sebuah movie terdiri atas bagian-bagian yang dapat diuraikan dalam iliustrasi berikut :

Animasi yang dibuat disebut movie.

Di dalam setiap movie terdiri atas kumpulan scene.

Setiap scene memiliki sebuah timeline yang terdiri atas beberapa frame.

1. Movie

Page 97: Skripsi Pendidikan (136)

Movie adalah kumpulan scene yang dijalankan secara berurutan. Sebuah movie

mempunyai properti ukuran movie, frame rate, dan warna latar belakang yang dapat diedit

pada panel Movie. Secara umum movie disimpan ke dalam disk dalam format file.swi

yang dapat dibaca oleh aplikasi. Format file lain yang dapat dibuat SWiSH adalah :

a). Format file .swf yaitu sebuah file yang dapat dibaca oleh Flash player.

b). Format file .htm yaitu sebuah file halaman web atau kode browser yang digunkan

untuk menampilkan movie.

c). Format file .avi yaitu sebuah format file video.

Untuk menampilkan movie pada web, Anda harus meng-upload file .swf ke server.

Walaupun sebuah file .swf dapat dijalankan di atas web tanpa diletakkan dalam sebuah

halaman web, secara tipikal biasanya file .swf tersebut di-embed ke dalam halaman web

tanpa diketahui. Anda hanya meng-upload file halaman HTML saja.

2. Scene

Scene isinya terdiri atas objek-objek, teks, efek-efek, suara, event, dan action yang

membentuk satu kesatuan animasi dalam sejumlah frame. Setelah selesai menjalankan

sebuah scene, movie akan menjalankan scene berikutnya secara otomatis.

Setiap scene dibuat dari serangkaian frame, begitu pula dengan sebuah motion

picture. Setiap scene mempunyai Timeline sendiri yang dapat diedit dengan menggunakn

Timeline panel.

Dalam sebuah scene baris-baris objek berada di bawah baris scene pada Timeline

panel. Baris-baris tersebut ditampilkan dalam urutan tumpukan objek. Objek yang akan

tampil pada permulaan movie berada pada urutan paling atas objek-objek lainnya dan

objek yang tampil terakhir berada pada urutan paling bawah dari seluruh objek lainnya.

3. Timeline (Baris Waktu)

Timeline adalah baris waktu yang digunakan untuk mengkoordinasi dan

menggabungkan animasi-animasi dari objek-objek yang berbeda. Timeline panel

Page 98: Skripsi Pendidikan (136)

digunakan juga untuk menunjukkan sebuah tampilan yang menggambarkan frame-frame

dengan awal frame yang terletak di kiri dan akhir frame terletak di sebelah kanan.

4. Frame dan Frame Rate

Sebuah movie terdiri atas sebuah rangkaian frame-frame yang ukurannya sama.

Jumlah waktu sebuah frame tunggal yang ditampilkan diatur dengan menentukan frame

rate. Frame rate adalah suatu ukuran untuk menentukan banyaknya frame per detik dalam

sebuah movie. Kecepatan movie bergantung pada kemampuan komputer untuk

menjalankan movie dan juga bisa terjadi disebabkan oleh variasi dari frame ke frame yang

bergantung pada tingkat kerumitan animasi yang dibuat.

Frame rate dari sebuah movie bergantung pada jumlah frame yang dimainkan per

detik. Hal ini akan mempengaruhi kehalusan dari animasi dan ukuran file dari sebuah

movie. Frame rate yang tinggi menghasilkan animasi yang halus dan ukuran file yang

lebih besar, sedangkan frame rate yang rendah menghasilkan animasi yang tersendat-

sendat dengan ukuran file yang kecil. Normalnya sebuah frame rate dalam sebuah film

adalah 30 fps (frame per second). Sebagai contoh nilai frame rate yang tinggi, misalnya

20, akan menghasilkan sebuah movie yang dijalankan secara cepat dan menghasilkan

animasi yang halus. Sedangkan sebuah frame rate yang mempunyai nilai rendah, misalnya

1, akan menghasilakn sebuah movie yang lambat dan hasil animasi yang patah-patah.

Namun dalam mendesain animasi untuk situs web, tidak memerlukan frame rate yang

begitu tinggi, karena hal tersebut dapat memperbesar ukuran file movie.

5. Efek

Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada sebuah atau beberapa objek

seperti objek teks, image, dan lain-lain dalam pembuatan animasi yang mempunyai masa

tayang pada setiap scene. Efek-efek tersebut akan dimulai dan berhenti pada bagian-

bagian frame yang dapat diatur dengan memasukkan action dan event.

Setiap efek yang dibuat mempunyai opsi-opsi yang digunakan dalam pen-setting-

an tingkat lanjut. Setting-setting efek yang pernah dibuat dapat disimpan untuk digunkan

Page 99: Skripsi Pendidikan (136)

kembali saat pembuatan animasi yang baru atau untuk dipergunakan orang lain dengan

mengirim file setting tersebut.

6. Action dan Event

Action adalah operasi-operasi yang digerakkan oleh event. Action dapat mengubah

jalannya movie, membunyikan atau menghentikan suara, memanggil movie lainnya atau

beralih ke halaman-halaman web, atau dapat berkomunikasi dengan host browser atau

player.

Event terjadi saat movie mencapai frame yangditentukan dan saat kita berinteraksi

dengan sebuah objek dengan menggunakan mouse, seperti kursor mouse yang bergerak

melintasi objek atau saat mengklik pada objek. Sebuah event dapat menjalankan lebih dari

satu action. Sebagai contoh, saat mouse melintasi sebuah objek, movie dapat dihentikan

dengan sebuah action Stop. Contoh lainnya, sebuah browser dapat digunakan untuk

memanggil sebuah URL ke dalam frame lainnya dengan action Goto URL.

Frame action berada pada baris scene pada Timeline panel. Action-action

dijalanakan saat movie mencapai frame action berada. Frame action selalu mempunyai

masa tayang lebih dari satu frame, tetapi dalam sebuah frame tunggal dapat dijalankan

lebih dari satu action.

Menginstal dan Uninstall Program SWiSH

Setelah mengetahui beberapa istilah dan terminology, di bawah ini akan dijelaskan

cara menginstal dan uninstall program aplikasi SWiSH. Kita dapat menginstal program

aplikasi SWiSH dari hasil download di www.swishzone.com atau menginstal program dari

CD-ROM. Untuk menginstall program SWiSH pada komputer, ikuti langkah-langkah berikut

:

1. Tutup semua program aplikasi.

2. Masukkan Disk SWiSH ke dalam CD Drive. CD akan secara otomatis menjalankan

autorun. Pilih dari menu yang tampil di layer monitor untuk installasi.

Page 100: Skripsi Pendidikan (136)

3. Jika program autorun dari CD tidak berjalansecara otomatis. Klik start > Run pada

jendela taskbar, kemudian ketik D:\Program\SWiSH v2.0\Setup (drive D adalah huruf

yang menunjukkan letak drive CD).

4. Klik Install SWiSH, lalu ikuti petunjuk dalam SWiSH Setup Wizard sampai selesai.

Jika suatu saat ingin menghapus aplikasi tersebut, lakukan cara-cara di bawah ini :

1. Klik start pada jendela taskbar.

2. Klik Program > SWiSH v2.0 > Uninstall SWiSH v2.0.

3. Kemudian ikuti langkah-langkah selanjutnya di dalam SWiSH Uninstall Wizard sampai

selesai.

Memulai dan keluar dari Program SWiSH

Untuk memulai aplikasi SWiSH lakukan langkah-langkah berikut :

1. Klik start pada jendela taskbar.

2. Lalu klik Program > SWiSH v2.0.

3. Sedangkan untuk keluar dari aplikasi SWiSH dapat dilakukan dengan mengklik File >

Exit dari aplikasi.

Peralatan yang dibutuhkan

Kebutuhan Dasar

SWiSH tidak menunutu kebutuhan dasar yang terlalu tinggi

1. Perangkat Kertas Utama (hardware)

a). Prosesor : Pentium 100 ke atas

b). Memori RAM : 32MB (64MB dianjurkan)

c). CD-ROM : minimal 2X

d). Monitor : SVGA 800x600 pixel dengan 256 warna

e). Mouse : alat penunjuk dan pembuatan objek animasi

f). Sound Card : untuk output musik dan suara

Page 101: Skripsi Pendidikan (136)

2. Perangkat Lunak (Software)

a). Sistem Operasi : Windows 95/98/ME/NT4/2000/XP

b). Perangkat Lunak : SWiSH, Swish tidak membutuhkan Macromedia

Flash terinstal pada sistem computer

Kebutuhan Tambahan

Untuk menjadikan animasi lebih baik diperlukan kebutuhan tambahan, yaitu :

1. Perangkat Keras Tambahan (Hardware)

a). Tablet/digitizer : untuk membuat skets objek gambar

b). Scanner : untuk mengambil citra data gambar

c). Camera digital : untuk mengambil gambar image

d). Microphone : untuk penambhan karakter suara

2. Ketrampilan (Skill dan Brainware)

a). Imaginasi : membuat jalan cerita dan konsep animasi.

b). Kreativitas : menuangkan imajinasi ke dalam stage.

c). Sketsa : untuk membuat berbagai objek animasi.

d). Sense of Music : untuk menghidupkan projek animasi.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TES UJI COBA SOAL MEMBACA DAN MENULIS TULISAN JAWA

Kelas VII semester 1 SMPN 1 BRANGSONG

A. Tulisen nganggo aksara jawa !

1. matur

2. karcis

3. ngalih

4. pait

5. palakrama

6. jayamahe

7. gedhang raja

Page 102: Skripsi Pendidikan (136)

8. wulu kucing

9. rodhane loro

10. manuk ngoceh

11. udan grimis

12. bocah sekolah

13. numpak jaran

14. gajah mungkur

15. tulisan jawa

B. Tulisen nganggo aksara latin !

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

LEMBAR JAWABAN

NAMA : …………………………………

KELAS : …………………………………

NO. ABSEN : …………………………………

A.

1. ...........................................................................

2. ...........................................................................

3. ...........................................................................

4. ...........................................................................

5. ...........................................................................

Page 103: Skripsi Pendidikan (136)

6. ...........................................................................

7. ...........................................................................

8. ...........................................................................

9. ...........................................................................

10. .........................................................................

11. .........................................................................

12. .........................................................................

13. .........................................................................

14. .........................................................................

15. .........................................................................

B.

1. ......................................................

2. ......................................................

3. ......................................................

4. ......................................................

5. ......................................................

6. ......................................................

7. ......................................................

8. ......................................................

9. ......................................................

10. ....................................................

11. ....................................................

12. ....................................................

13. ....................................................

14. ....................................................

15. ....................................................

Page 104: Skripsi Pendidikan (136)

i

Page 105: Skripsi Pendidikan (136)

ii