SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

162
0 HUBUNGAN ANTARA LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU, PENGALAMAN MENGAJAR, DAN PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI K8406011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

Page 1: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

0

HUBUNGAN ANTARA LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU,

PENGALAMAN MENGAJAR, DAN PEMBELAJARAN

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SMA NEGERI 1 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

K8406011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

1

HUBUNGAN ANTARA LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU,

PENGALAMAN MENGAJAR, DAN PEMBELAJARAN

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SMA NEGERI 1 SURAKARTA

Oleh :

SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

K8406011

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

2

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Mei 2010

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Zaini Rohmad, M. Pd Drs. Slamet Subagya, M. Pd

NIP. 195811171986011001 NIP. 19521126 198103 1 002

Page 4: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

3

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Ketua : Drs. H. MH. Sukarno, M. Pd ___________

Sekretaris : Drs. Suparno, M. Si ___________

Anggota I : DR. Zaini Rohmad, M.Pd ___________

Anggota II : Drs. Slamet Subagya, M.Pd ___________

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. 196007271 1987 02 1001

\

Page 5: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

4

ABSTRAK

Septina Galih Pudyastuti. HUBUNGAN ANTARA LATAR BELAKANG

PENDIDIKAN GURU, PENGALAMAN MENGAJAR, DAN

PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI

1 SURAKARTA, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei. 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara : (1) latar

belakang pendidikan guru dengan prestasi belajar siswa, (2) pengalaman mengajar

guru dengan prestasi belajar siswa, (3) pembelajaran dengan prestasi belajar siswa,

serta (4) latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan pembelajaran

dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif korelasional.

Populasinya adalah seluruh guru bidang studi yang mengajar di SMA Negeri 1

Surakarta sejumlah 93 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling

sebesar 50% dari populasi, yaitu sejumlah 47 orang. Teknik pengumpulan data

variabel latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, pembelajaran, dan

prestasi belajar siswa menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik analisis regresi, dengan menggunakan pedoman uji hipotesis SPS

edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih tahun 2004.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) ada hubungan

antara latar belakang pendidikan guru dengan prestasi belajar siswa, 2) ada

hubungan antara pengalaman mengajar dengan prestasi belajar siswa, 3) ada

hubungan antara pembelajaran dengan prestasi belajar, dan 4) ada hubungan antara

latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan pembelajaran dengan

prestasi belajar siswa. Analisis data menunjukkan Ry (1,2,3) = 0,951 dan = 0,00.

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara latar

belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan pembelajaran dengan

prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Surakarta” diterima. Dengan demikian jika

variabel X1, X2, dan X3 naik, maka variabel Y akan naik. Sebaliknya, jika variabel

X1, X2, dan X3 turun, maka variabel Y juga akan turun. Sumbangan efektif total

sebesar 90,38% disebabkan oleh variabel x1, x2, dan x3, sedangkan 9,62%

merupakan faktor unik yang tidak dapat diteliti dalam penelitian ini.

Page 6: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

5

ABSTRACT

Septina Galih Pudyastuti. THE RELATIONS BETWEEN TEACHER

EDUCATIONAL BACKGROUND, TEACHING EXPERIENCE, AND THE

STUDY WITH ACHIEVEMENTS OF STUDENTS OF SMAN 1

SURAKARTA. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of

Sebelas March University, May. 2010.

The objective of the research is to know the relation between : (1) teacher

educational background and students’ achievements, (2) teaching experience and

students’ achievements, (3) the study and students’ achievements, and (4) teacher

educational background, teaching experience, and the study with achievements’ of

students of SMAN 1 Surakarta.

The research uses correlational quantitative descriptive method. The

population is all of 93 teachers teaching at SMAN 1 Surakarta. The sample is

taken with random sampling technique 50% of the populations, 47 people.

Gathering technique of variable data such as teacher educational background,

teaching experience, the study, and students’ achievements used questionnaire.

The technique of analyzing data is regression analysis technique, with using SPS

hypothesis testing guidelines Sutrisno Hadi and Yuni Pamardiningsih edition year

2004.

Based on the result of the research can be concluded that : (1) there is a

relation between teacher educational background and students’ achievements, (2)

there is a relation between experience and students’ achievements, (3) there is a

relation between the study and students’ achievements, and (4) there is a relation

between teacher educational background, teaching experience, and the study with

achievements of students. Data analysis shows Ry (1,2,3) = 0,951 and ρ = 0,000. The

hypothesis “there is a significant positive relation between teacher educational

background, teaching experience, and the study with achievements of students

SMAN 1 Surakarta” is accepted. Thus, if variable of X1, X2, and X3 arise, variable

of Y is also arising. In opposite, if variable of X1, X2, and X3 go down, then the Y

variable is going down also. Total effective contribution is 90,38% is caused by

variables X1, X2, and X3, when 9,62% is a unique factor that can’t be investigated

in this research.

Page 7: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

6

MOTTO

Sesuatu pekerjaan yang diserahkan kepada seseorang bukan profesinya,

maka tunggulah suatu kehancuran

(Hadist Rasulullah SAW)

Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani

(Ki Hajar Dewantoro)

Ada kalanya peraturan harus dilanggar, agar membuat kita selangkah lebih maju

(Peneliti)

Page 8: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

7

PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan untuk :

1. Orang tuaku, Bapak Tugiyo dan Ibu Nanik.

Kalian berdua adalah penyemangat dalam

hidupku. Terima kasih untuk cinta, kesabaran,

kemarahan, doa, dan semangat yang telah kalian

berikan kepadaku

2. Kakak perempuanku, Mbak Tiwuk. Terima kasih

untuk kasih sayang, semangat, dan

kedewasaanmu.

3. Teman-teman terbaikku : Ning, Ika S, Dianita,

Ratri, Fitria, Astrini, Finta. Terima kasih untuk

waktu, tenaga, dan semangatnya. Kalian lebih

dari seorang sahabat.

4. Teman-temanku Sosant’06. Terima kasih untuk

kenangan dan kebersamaan kalian selama ini.

5. Almameter, Pendidikan Sosiologi-Antropologi,

FKIP, UNS. Terima kasih untuk aturan, visi,

dan misi yang telah mampu membuatku

menjadi manusia yang lebih baik.

Page 9: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan

Guru, Pengalaman Mengajar, dan Pembelajaran dengan Prestasi Belajar

Siswa SMA Negeri 1 Surakarta”, adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1) di lingkungan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penyusunan

skripsi ini akan sulit untuk terselesaikan. Untuk itu segala bentuk bantuan, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Saiful Bachri, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Drs. H. MH. Sukarno, M. Pd, Ketua Program Pendidikan Sosiologi

Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas kesempatan, dan

pengarahan yang diberikan.

4. DR. Zaini Rohmad, M. Pd, Dosen Pembimbing I atas segala bantuan, saran,

kritik, dan bimbingan yang diberikan kepada peneliti.

5. Drs. Slamet Subagya, M. Pd, Dosen Pembimbing II atas segala bantuan dan

bimbingan yang diberikan kepada peneliti.

6. Drs H. M. Thoyibun, SH, MM, Kepala SMA Negeri 1 Surakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini.

7. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan karya ini sangat jauh dari

kesempurnaan, tapi peneliti berharap semoga penulisan karya ini berguna bagi

semua pihak yang terkait.

Surakarta, Mei 2010

Peneliti

Page 10: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

9

DAFTAR ISI

JUDUL………..………….………………………………………...….. i

PERSETUJUAN………...………………………………………....…. ii

PENGESAHAN…………………………………………………....….. iii

ABSTRAK……………………………………….………………….… iv

ABSTRACT…………………………………………………………... v

MOTTO……………...……………………………………....………… vi

PERSEMBAHAN……………...……………………………………... vii

KATA PENGANTAR………………………………………………..…. viii

DAFTAR ISI……………………………………………………………... ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………….…. xii

DAFTAR GAMBAR/ BAGAN…………………………………………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….…. xiv

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………….…. 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………….…. 7

C. Pembatasan Masalah…………………………………………….… 8

D. Perumusan Masalah……………………………………………….. 9

E. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 9

F. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 10

BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………… 11

A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 11

1. Tinjauan tentang Profesionalisme Guru…………………….. 11

2. Tinjauan tentang Latar Belakang Pendidikan Guru…….…… 20

3. Tinjauan tentang Pengalaman Mengajar Guru….…………… 33

4. Tinjauan tentang Pembelajaran……………………………… 37

5. Tinjauan tentang Prestasi Belajar Siswa……………………. 53

B. Penelitian yang Relevan…………………………………………… 66

C. Kerangka Pemikiran……………………………………………….. 68

D. Perumusan Hipotesis…………………………………………….… 69

Page 11: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

10

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………... 71

A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………… 71

1. Tempat Penelitian……………………………………………. 71

2. Waktu Penelitian…………………………………………….. 71

B. Variabel Penelitian……………………………………………….... 72

1. Identifikasi Variabel Penelitian……………………….…..…. 72

2. Definisi Konsep Variabel…………………………….….….. 76

3. Definisi Operasional Variabel………………………………. 77

C. Metode Penelitian…………………………………………………. 78

D. Populasi dan Sampel………………………………………………. 82

1. Populasi Penelitian…………………………………………... 82

2. Sampel Penelitian……………………………………………. 83

E. Metode Pengumpulan Data………………………………………... 89

F. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………... 106

1. Validitas……………………………………………………... 106

2. Reliabilitas…………………………………………………… 108

G. Teknik Analisis Data……………………………………………… 110

1. Uji Persyaratan Analisis…………………………………….. 112

2. Pengujian Hipotesis…………………………………………. 114

BAB IV. HASIL PENELITIAN………………………………………… 119

A. Deskripsi Data……………………………………………………... 119

1. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………………. 119

2. Deskripsi Data Penelitian……………………………………. 126

B. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………….. 133

1. Hasil Uji Normalitas…………………………………………. 133

2. Hasil Uji Linieritas…………………………………………... 134

C. Proses Pengujian Hipotesis……………………………………….... 136

D. Pembahasan Hasil Analisis Data…………………………………... 140

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN………………… 143

A. Kesimpulan………………………………………………………… 143

B. Implikasi…………………………………………………………… 144

Page 12: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

11

C. Saran………………………………………………………………. 146

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

12

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uraian Kegiatan Penelitian…………………………………….. 67

Tabel 2. Kisi-Kisi Angket Penelitian…………………………………….. 93

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Latar Belakang Pendidikan Guru…… 122

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Pengalaman Mengajar…………….… 124

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Pembelajaran………………………... 126

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Siswa………………. 128

Tabel 7. Rangkuman Uji Linieritas X1 dan Y……………………………. 130

Tabel 8. Rangkuman Uji Linieritas X2 dan Y……………………………. 130

Tabel 9. Rangkuman Uji Linieritas X3 dan Y……………………………. 131

Tabel 10. Rangkuman Perbandingan Bobot Prediktor…………………… 132

Page 14: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

13

DAFTAR GAMBAR/ BAGAN

Bagan 1. Kerangka Pemikiran………………………………………. 64

Gambar 2. Histogram Data Latar Belakang Pendidikan Guru……… 123

Gambar 3. Histogram Data Pengalaman Mengajar…………………. 124

Gambar 4. Histogram Data Pembelajaran…………………………... 126

Gambar 5. Histogram Data Prestasi Belajar Siswa…………………. 128

Page 15: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Try Out………………………………… 149

Lampiran 2. Soal Angket Try Out……………………………………... 152

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas ……………………………………….. 164

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas……………………………………… 172

Lampiran 5. Deskripsi Data Butir X1, X2, X3, dan Y…………………. 176

Lampiran 6. Soal Angket Penelitian…………………………………… 180

Lampiran 7. Sebaran Frekuensi dan Histogram………………………... 190

Lampiran 8. Uji Normalitas Sebaran………………………………….... 196

Lampiran 9. Uji Linieritas………………………………………………. 201

Lampiran 10. Uji Hipotesis Regresi Ganda…………………………….. 205

Lampiran 11. Tabulasi Data X1, X2, X3, dan Y………………………… 209

Lampiran 12. Daftar Guru Bidang Studi di SMA Negeri 1 Surakarta….. 218

Lampiran 13. Denah Ruang Kelas di SMA Negeri 1 Surakarta………… 220

Lampiran 14. Lembar Perizinan………………………………………… 221

Lampiran 15. Curriculum Vitae………………………………………… 226

Page 16: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3, fungsi pendidikan

nasional diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sedangkan tujuan

diadakannya pendidikan itu adalah untuk mengembangkan potensi anak didik

agar mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

“Pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang berpikir global

(think globally), dan bertindak lokal (act loccaly), serta dilandasi oleh akhlak

yang mulia” (E. Mulyasa, 2007 : 4). Ada dua buah konsep kependidikan yang

saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu belajar (learning) dan

pembelajaran (instruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik

dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Dalam proses belajar

mengajar terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik

adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri

melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu. Sedangkan yang dimaksud pendidik, yaitu seseorang

yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung

jawab membantu peserta didik mencapai kedewasaan masing-masing.

Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi

pembelajaran di sekolah, antara lain : guru, siswa, sarana prasarana,

lingkungan pendidikan, dan kurikulum. Dari semuanya itu, guru merupakan

Page 17: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

2

komponen yang paling menentukan, karena di tangan gurulah kurikulum,

sumber belajar, sarana dan prasarana, dan iklim pembelajaran menjadi

sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta didik. Supriadi (dalam E.

Mulyasa, 2007 : 9) mengungkapkan bahwa mutu pendidikan yang dinilai dari

prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh guru, yaitu 34 % pada

negara sedang berkembang, dan 36% pada negara industri. Studi yang

dilakukan Heyneman dan Loxley pada tahun 1983 di 29 negara menemukan

bahwa diantara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan,

khususnya yang ditunjukkan dalam prestasi belajar siswa, sepertiganya

ditentukan oleh guru.

Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting. Guru merupakan

komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil

pendidikan yang berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan

harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula. Jabatan guru

merupakan salah satu jabatan profesional, dalam artikel pendidikan

“Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Mengajar terhadap

Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Gugus II Kecamatan Nganjuk”,

Supriyadi Dedi (dalam http://ilmiah-pendidikan.blogspot.com) menyebutkan

bahwa : “Profesional menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang

menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan profesi. Suatu profesi

secara teori tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih

atau dipersiapkan untuk itu.” Dalam menciptakan guru yang profesional

pemerintah telah membuat aturan-aturan persyaratan untuk menjadi guru,

dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen pasal 8 disebutkan bahwa “guru yang profesional adalah guru

yang memiliki empat kompetensi (kemampuan), yaitu kompetensi

paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional”. Hal lain yang perlu

dikemukakan dalam kaitannya dengan profesionalisme, yaitu tidak ada

satupun cara mengajar yang dapat dipergunakan dalam setiap situasi

mengajar, karena itu guru perlu menentukan cara mana yang tepat untuk

dirinya dan cara belajar siswa serta tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena

Page 18: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

3

itu, di dalam pembelajaran setiap guru juga dituntut untuk selalu belajar agar

mampu memperbaiki kualitas pembelajaran.

Berkaitan dengan profesionalisme guru, dalam skripsi yang berjudul

“Kinerja Guru Ditinjau dari Profesionalisme, Latar Belakang Pendidikan,

dan Pengalaman Mengajar”, Harsiwi (dalam http://etd.eprints.ums.ac.id),

menyebutkan bahwa;

Tingkat pendidikan akan menentukan pola pikir dan wawasan

seseorang, termasuk dalam hal ini pola pikir dan wawasannya. Selain

itu tingkat pendidikan juga merupakan bagian dari pengalaman kerja.

Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan

pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Pertumbuhan jabatan dalam

pekerjaan dapat dialami oleh seorang hanya apabila dijalani proses

belajar dan berpengalaman…

Merujuk pendapat di atas, bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman

mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi kompetensi seorang guru di

bidang pendidikan dan pengajaran. Sugiyono (dalam Edy Suwarno, 2002 :

16) menyebutkan bahwa “kemampuan kerja guru pengaruhi beberapa faktor,

seperti potensi dasar, latar belakang pendidikan, pendidikan/ pelatihan, dan

pengalaman mengajar.

Kualitas pendidikan guru sangat menentukan dalam penyiapan sumber

daya manusia yang handal. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 pasal 28, bahwa “pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud adalah tingkat pendidikan

minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan

ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-

undangan yang berlaku. Latar belakang pendidikan guru dapat dilihat dari dua

sisi, yaitu kesesuaian antara bidang ilmu yang ditempuh dengan bidang tugas

dan jenjang pendidikan. Untuk profesi guru sebaiknya juga berasal dari

lembaga pendidikan guru. Guru pemula dengan latar pendidikan keguruan

lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, karena dia sudah

Page 19: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

4

dibekali dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya,

sedangkan guru yang bukan berlatar pendidikan keguruan akan banyak

menemukan banyak masalah dalam pembelajaran. Jenis pekerjaan yang

berkualifikasi _profesional memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya

memerlukan persiapan/ pendidikan khusus bagi calon pelakunya, yaitu

membutuhkan pendidikan prajabatan yang relevan (C. V Good dalam Ahmad

Barizi, 2009 : 142). Danim (dalam Ahmad Barizi, 2009 : 138) juga

menyebutkan bahwa “seorang guru dapat dikatakan profesional atau tidak,

dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan

minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempatnya

menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola

proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan,

dan kegiatan administasi lainnya”. Menurut Ahmad Barizi (2009 : 154),

“guru profesional merupakan produk dari keseimbangan (balance) antara

penguasaan aspek keguruan dan disiplin ilmu”. Latar belakang pendidikan

yang dimiliki seorang guru akan berpengaruh terhadap praktek pembelajaran

di kelas, seperti penentuan cara mengajar serta melakukan evaluasi (M. J.

Martin Diaz, 2006 : 1177).

Pengalaman mengajar guru merupakan salah satu faktor dalam

mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pengalaman mengajar

yang dimiliki oleh seorang guru menjadi penentu pencapaian hasil belajar

yang akan diraih oleh siswa. Pengalaman mengajar yang cukup, dalam arti

waktu yang telah dilalui oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya

akan mendukung pencapaian hasil belajar sebagai tujuan yang akan diraih di

sekolah. Pengalaman mengajar merupakan hal penting yang menjadi

perhatian dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru yang

mempunyai pengalaman mengajar yang memadai, secara positif akan

menentukan keberhasilan proses pembelajaran, sebaliknya guru yang

mempunyai pengalaman mengajar yang kurang memadai akan menghambat

proses pembelajaran. Guru profesional dapat menghasilkan pendidikan yang

berkualitas, yaitu dapat dicapai dengan menciptakan iklim pembelajaran yang

Page 20: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

5

menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis (Martinis Yamin, 2009 : 20).

Dalam jurnal internasional yang berjudul “Experienced Teachers Insist that

Effective Teaching is Primarily a Science”, menyebutkan bahwa guru yang

memiliki pengalaman mengajar yang lama mampu menghasilkan pengajaran

yang efektif. Guru yang berpengalaman menganggap bahwa mengajar

sebagai sebuah seni, sedangkan guru yang baru menekuni profesinya

menganggap bahwa mengajar hanya proses penyampaian ilmu pengetahuan

kepada peserta didik. Stanley D. Ivie (2001 : 519) mengemukakan “a

spoonful of sugar (art) might just help the medicine (science) go down in the

most delightful way”. Seni dalam mengajar diibaratkan sesendok gula yang

dapat memudahkan seseorang untuk meminum obat. Obat dalam

pembelajaran adalah ilmu pengetahuan yang akan disampaikan kepada

peserta didik. Brickhouse (dalam M. J. Martin Diaz, 2006 : 1176),

mengemukakan “tingkatan pengalaman mampu membuat seorang guru untuk

menghargai suatu ilmu pengetahuan”. Pengalaman mengajar guru dapat

diukur dari jumlah tahun lamanya ia mengajar, khususnya dalam mata

pelajaran yang diampunya. Profesionalisme guru terbentuk sebagai hasil dari

profesionalisasi yang dijalaninya secara terus menerus. Artinya semakin lama

seseorang menekuni profesi sebagai seorang guru akan semakin tinggi pula

tingkat keprofesionalismenya, begitu pula sebaliknya (Ahmad Barizi, 2009 :

142). Di dalam menekuni bidang tugasnya, pengalaman guru selalu

bertambah. Semakin bertambah masa kerjanya diharapkan guru semakin

banyak pengalamannya. Tingkat kesulitan yang ditemukan guru dalam

pembelajaran semakin hari semakin berkurang pada aspek tertentu seiring

dengan bertambahnya pengalaman sebagai guru (Syaiful Bahhri Djamarah,

2006 : 112). Pengalaman-pengalaman ini erat kaitannya dengan peningkatan

profesionalisme pekerjaan. Guru yang sudah lama mengabdi di dunia

pendidikan harus lebih professional dibandingkan guru yang beberapa tahun

mengabdi (http://ilmiah-pendidikan.blogspot.com).

Di dalam pembelajaran ada usaha sadar dari guru untuk membuat siswa

belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa yang belajar,

Page 21: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

6

dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku

dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Guru bertindak

sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar,

dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-

mengajar yang efektif. Menurut Wiji Suwarno (2006 : 38), “guru (pendidik)

adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan

dan pelatihan, serta melakukan penelitian, pengabdian kepada masyarakat,

membantu pengembangan dan pengelolaan program sekolah, serta

mengembangkan profesionalitas”. Ada beberapa tantangan yang dihadapi

guru dalam kinerja sebagai pendidik, yaitu; tantangan bidang pengelolaan

kurikulum, bidang pembelajaran, dan bidang penilaian. Dalam menghadapi

tantangan itu akan sangat tergantung pada profesionalisme guru. Guru

profesional akan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian

yang menyenangkan bagi siswa dan guru, sehingga dapat mendorong

tumbuhnya kreativitas belajar pada diri siswa. Pemilihan model pembelajaran

yang tepat akan sangat menentukan minat dan partisipasi siswa dalam

pembelajaran. Melalui model pembelajaran yang tepat diharapkan siswa tidak

hanya memperoleh teori-teori, tetapi juga mampu mengimplementasikan

konsep-konsep yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi

belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar merupakan salah satu cara untuk

mengukur kemampuan diri. Prestasi belajar juga mempunyai peran yang

sangat menentukan dalam keberhasilan belajar, yaitu sebagai umpan balik

guru dalam melaksanakan serta memperbaiki proses belajar mengajar demi

kemajuan prestasi siswa. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah

diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi

atau rendahnya prestasi belajar siswa. Mengetahui kemajuan kemampuan

belajar siswa sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan

dalam pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar

Page 22: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

7

yang dialami oleh siswa. Keberhasilan maupun kegagalan individu dalam

kegiatan belajar baru dapat dilihat setelah diadakan penilaian.

Latar belakang pendidikan serta pengalaman mengajar yang dimiliki

seorang guru akan menentukan kualitas pembelajaran di sekolah. Kualitas

pembelajaran ini terlihat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai

diadakan evaluasi. Berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran sangat

ditentukan oleh prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar dapat

ditunjukkan melalui nilai yang diberikan seorang guru dari jumlah bidang

studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Dalam proses pencapaiannya,

prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor

utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah

keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar

mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus

diperhatikan. Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti memilih SMA

Negeri 1 Surakarta sebagai lokasi penelitian. Adapun judul yang dipilih

dalam penelitian ini adalah “Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan

Guru, Pengalaman Mengajar, dan Pembelajaran dengan Prestasi

Belajar Siswa SMA Negeri 1 Surakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka

permasalahan dibatasi pada :

1. Pendidikan tinggi yang miliki seorang guru belum dapat menjamin

keberhasilannya dalam mengelola pembelajaran di sekolah.

2. Banyak lembaga pendidikan (sekolah) yang memperkerjakan tenaga

kependidikan yang bukan berasal dari dari lulusan kependidikan, yang

tidak memiliki pengetahuan kependidikan dan hanya dibekali pengetahuan

bidang studi atau materi sesuai dengan jurusan yang ditempuhnya di

perguruan tinggi.

Page 23: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

8

3. Ada anggapan bahwa semakin lama guru menekuni profesinya, maka guru

tersebut akan mampu menghasilkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif

di sekolah.

4. Keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari out put yang dihasilkan,

tetapi juga dilihat dari proses sehingga mampu menghasilkan out put

pendidikan yang berkualitas.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka

permasalahan dibatasi pada :

1. Latar belakang pendidikan guru yang dimaksud adalah pendidikan yang

telah atau sedang ditempuh guru dan ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangannya, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang

dikembangkan sesuai dengan bidang tugasnya

2. Pengalaman mengajar adalah segala hal serta kegiatan yang sedang

maupun sudah dialami guru dalam mendukung serta melaksanakan tugas

mengajar di sekolah berkenaan dengan masa kerja, jam kerja, serta ruang

lingkup kerja, sehingga hal-hal yang dialami dapat dikuasainya, baik

tentang pengetahuan, keterampilan, maupun nilai-nilai yang menyatu

dalam dirinya

3. Proses Pembelajaran yang dimaksud adalah situasi yang memungkinkan

terjadinya interaksi antara guru dan murid serta berbagai komponen-

komponen pendukung lainya, seperti metode, media, bahan/ materi

pelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah kemampuan siswa yang

diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai raport dalam bidang studi

tertentu

Page 24: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

9

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dibuat perumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara latar belakang pendidikan guru dengan

prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Surakarta?

2. Apakah ada hubungan antara pengalaman mengajar guru dengan prestasi

belajar siswa SMA Negeri 1 Surakarta?

3. Apakah ada hubungan antara pembelajaran dengan prestasi belajar siswa

SMA Negeri 1 Surakarta?

4. Apakah ada hubungan antara latar belakang pendidikan guru, pengalaman

mengajar, dan pembelajaran dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1

Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Hubungan antara latar belakang pendidikan guru dengan prestasi belajar

siswa SMA Negeri 1 Surakarta

2. Hubungan antara pengalaman mengajar guru dengan prestasi belajar siswa

SMA Negeri 1 Surakarta

3. Hubungan antara proses pembelajaran dengan prestasi belajar siswa SMA

Negeri 1 Surakarta

4. Hubungan antara latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar,

dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1

Surakarta

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

a Memberikan masukan bagi para peneliti lain untuk mengembangkan

penelitian lain yang sejenis.

Page 25: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

10

b Menambah bahan pustaka Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi,

Jurusan P.IPS, FKIP Universitas Sebelas Maret.

2. Manfaat Praktis

a Memberi masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas personal dan

profesional sebagai pendidik

b Memberikan masukan bagi tenaga kependidikan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran, terutama ditinjau dalam hal latar belakang

pendidikan, pengalaman mengajar, serta proses pembelajaran demi

tercapainya hasil belajar siswa yang maksimal, khususnya di SMA

Negeri 1 Surakarta.

c Dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor yang ada di

luar selain latar belakang pendidikan guru dan pengalaman mengajar

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Page 26: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Profesionalisme Guru

a. Pengertian Profesionalisme Guru

Menurut para ahli kata “profesional” memiliki beragam definisi. Sikun

Pribadi (dalam Oemar Hamalik, 2008 : 1) mengemukakan bahwa “profesi adalah

suatu pernyataan atau suatu janji terbuka bahwa seseorang akan mengabdikan

dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang

tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”. Sedangkan menurut

Frank H. Blackington (dalam Oemar Hamalik, 2008 : 3), “a profession may

defined most simply as a vocation which is organized, incompletely, no doubt, but

genuinely, for the performance of function”. Menurut Sosiolog, profesi memiliki

konotasi simbolik berisi nilai. “Profesi” ialah istilah yang merupakan model bagi

konsepsi pekerjaan yang diinginkan, dicita-citakan. Istilah ideologis ini dipakai

sebagai kerangka acuan bagi usaha suatu pekerjaan dalam meningkatkan

statusnya, ganjaran, dan kondisi pekerjaannya.

Profesi guru menurut undang-undang tentang guru dan dosen

harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada Undang-

Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 pasal

5 ayat 1, yaitu profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang

memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut:

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism.

2) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugasnya.

3) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

4) Mematuhi kode etik profesi.

5) Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerjanya.

7) Memiliki kesempatan untuk mengernbangkan profesinya secara

berkelanjutan.

8) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

profesionalnya.

Page 27: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

12

9) Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum”.

Oemar Hamalik (dalam Martinis Yamin), 2001 ;118, guru professional

harus memiliki persyaratan, yang meliputi:

1) Memiliki bakat sebagai guru,

2) Memiliki keahlian sebagai guru,

3) Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi,

4) Memiliki mental yang sehat,

5) Berbadan sehat,

6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas

7) Guru adalah manusia berjiwa Pancasila,

8) Guru adalah seorang warga Negara yang baik.

Pada prinsipnya profesionalisme guru adalah guru yang dapat menjalankan

tugasnya secara profesional, yang memiliki ciri - ciri antara lain : ahli di bidang

teori dan praktek keguruan. Guru profesional adalah guru yang menguasai ilmu

pengetahuan yang diajarkan dan ahli mengajarnya (menyampaikannya). Guru

profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didik tentang

pengetahuan yang dikuasainya dengan baik (Ahmad Barizi, 2009 : 138).

Menurut Trianto (dalam Ahmad Barizi, 2009 : 142), menyatakan bahwa

untuk menjadi profesional, seorang guru dan dosen dituntut memiliki lima

kemampuan (skill) yaitu :

1) Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.

2) Menguasai secara mendalam materi pelajaran yang akan diajarkan serta

cara mengajarkannya (metode yang cocok) kepada siswa.

3) Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa.

4) Mampu berpikir sistematis, kritis, taktis dan strategis tentang apa yang

dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya.

5) Merasa merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan

profesinya.

6) Berdasarkan pengertian profesional yang telah dijabarkan di atas dapat

disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah guru yang benar-benar

mengabdikan dirinya untuk menjadi seorang pendidik yang mempunyai

kemampuan-kemampuan (skills) dalam mendukung profesinya dan ahli

baik di bidang teori maupun praktek keilmuannya.

b. Tugas dan Peranan Guru

Menurut Havighurt (dalam Edy Suwarno, 2002 : 13), “peranan guru di

sekolah sebagai pegawai (employe) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan

(subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan

Page 28: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

13

teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai

pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua”. Sedangkan James W.

Brown (dalam Edy Suwarno, 2002 : 14) mengemukakan bahwa “tugas dan

peranan guru antara lain : 1) menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, 2)

merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, 3) mengontrol dan

mengevaluasi kegiatan siswa”.

Tugas utama guru seperti yang dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah

(dalam Edy Suwarno, 2002 : 13) dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Tugas Profesi, tugas ini menuntut kepada guru untuk mengembangkan

profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Misalnya :

a) Sebagai pendidik, berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK

(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) kepada anak didik.

b) Sebagai pengajar, berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK

(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) kepada anak didik.

c) Sebagai pelatih, berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkan

dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

2) Tugas Kemanusiaan, yaitu guru harus menanamkan nilai-nilai

kemanusiaan kepada anak didik dan dapat menempatkan diri sebagai

orang tua kedua dalam jangka waktu tertentu.

3) Tugas Kemasyarakatan, yaitu guru mempunyai tugas mendidik dan

mengajar masyrakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral

Pancasila.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa tugas dan peranan guru sangat

kompleks. Guru senantiasa dituntut meningkatkan kemampuan kerjanya, terutama

dalam masalah pendidikan. Tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan

peranannya sebagai guru, menurut Sugiyono (dalam Edy Suwarno, 2002 : 16),

bahwa kemampuan guru dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1) Perkembangan IPTEK. Perkembangan teknologi sangat berpengaruh

terhadap produktivitas kerja, dalam hal ini guru akan menghasilkan produk

(outcome) yang baik, jika didukung oleh teknologi yang canggih pula.

2) Alat kerja, metode kerja, dan bahan yang dikerjakan

Dalam dunia pendidikan bahan yang dikerjakan atau objek garapannya

berupa anak didik atau peserta didik, sehingga prosesnya terdiri dari 3

(tiga) komponen, yaitu input, proses, dan output/ outcome.

3) Kinerja/ Job Perfomance

Kinerja tergantung pada kemampuan kerja (potensi dasar, latar belakang

pendidikan, pendidikan/ pelatihan, dan pengalaman) dan motivasi kerja

Page 29: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

14

(kondisi sosial tempat kerja, kebutuhan individu, kondisi fisik personal,

kondisi fisik tempat kerja).

c. Kegiatan-Kegiatan Guru dalam Pendidikan

Dalam Soetjipto (2009 : 184 – 185), kegiatan-kegiatan guru dalam

pendidikan meliputi :

1) Pendidikan.

2) Proses belajar-mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.

3) Pengembangan profesi.

4) Penunjang proses belajar-mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.

Untuk lebih jelaskan akan diuraikan sebagai berikut :

1) Pendidikan, yang meliputi : a) mengikuti dan memperoleh ijasah

pendidikan formal, b) mengikuti dan memperoleh Surat Tanda Tamat

Pendidikan dan Latihan (SPPTL) kedinasan.

2) Proses belajar-mengajar atau bimbingan dan penyuluhan, yang meliputi :

a) melaksanakan proses belajar-mengajar atau praktek atau melaksanakan

proses bimbingan dan penyuluhan, b) melaksanakan tugas di daerah

tertentu, c) melaksanakan tugas tertentu di sekolah.

3) Pengembangan profesi, yang meliputi a) melakukan kegiatan karya tulis/

karya ilmiah di bidang pendidikan, b) membuat alat peraga/ alat pelajaran,

c) menciptakan karya seni, d) menemukan teknologi tepat guna di bidang

pendidikan, dan e) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

4) Penunjang proses belajar-mengajar atau bimbingan dan penyuluhan, yang

meliputi : a) melaksanakan pengabdian pada masyarakat, b) melaksanakan

kegiatan pendukung pendidikan.

d. Hakikat profesi guru

Dalam Oemar Hamalik (2008 : 6 -7), profesi guru memiliki hakikat, yaitu :

1) Peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks pembangunan secara

menyeluruh, yang bertujuan membentuk manusia sesuai dengan cita-cita

bangsa. Untuk menyukseskan pembangunan perlu ditata suatu sistem

pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan dirancang dan dilaksanakan

Page 30: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

15

oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Tanpa keahlian yang

memadai maka pendidikan sulit berhasil. Keahlian yang dimiliki oleh

tenaga kependidikan, tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada

umumnya, melainkan hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu yang telah

menjalani pendidikan guru secara berencana dan sistematik.

2) Hasil pendidikan memang tidak mungkin dilihat dan dirasakan dalam

waktu singkat, tetapi baru dapat dilihat dalam jangka waktu yang lama,

bahkan mungkin setelah satu generasi. Itu sebabnya proses pendidikan

tidak boleh keliru atau salah kendatipun hanya sedikit saja. Kesalahan

yang dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam bidang pendidikan dapat

merusak satu generasi seterusnya dan akibatnya akan berlanjut terus. Itu

sebabnya tangan-tangan yang mengelola sistem pendidikan dari atas

sampai ke dalam kelas harus terdiri dari tenaga-tenaga profesional dalam

bidang pendidikan.

3) Sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah bertujuan membentuk

anak didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan

tangguh, yang dapat dipertanggungjawabkan dan bertanggung jawab

terhadap masyarakat dan terhadap dirinya. Sebagian tanggung jawab

pendidikan anak-anak tersebut terletak di tangan guru dan tenaga

kependidikan lainnya. Itu sebabnya para guru harus dididik dalam profesi

kependidikan, agar memiliki kompetensi yang diperlukan untuk

melaksanakan dan fungsinya secara efisien dan efektif.

4) Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian pada masyarakat,

dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kode etik itu mengatur

bagaimana seorang guru harus bertingkah laku sesuai dengan norma-

norma pekerjaannya, baik dalam hubungan dengan anak didiknya maupun

hubungan dengan teman sejawatnya.

5) Sebagai konsekuensi logis dari pertimbangan tersebut, setiap guru harus

memiliki kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

kemasyarakatan. Dengan demikian dia memiliki kewenangan mengajar

untuk diberikan imbalan secara wajar sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Page 31: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

16

Dengan demikian seorang guru/calon guru seharusnya telah menempuh

program pendidikan guru pada suatu lembaga pendidikan guru tertentu.

2. Tinjauan tentang Latar Belakang Pendidikan Guru

a. Pengertian Latar Belakang Pendidikan Guru

Latar belakang pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kesesuaian

antara bidang ilmu yang ditempuh dengan bidang tugas dan jenjang pendidikan.

Untuk profesi guru sebaiknya juga berasal dari lembaga pendidikan guru. Guru

pemula dengan latar pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekolah, karena dia sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai

pendukung pengabdiannya, sedangkan guru yang bukan berlatar pendidikan

keguruan akan banyak menemukan banyak masalah dalam pembelajaran (Syaiful

Bahri Djamarah, 2006 : 112). Jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional

memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya memerlukan persiapan/ pendidikan khusus

bagi calon pelakunya, yaitu membutuhkan pendidikan prajabatan yang relevan

(Ahmad Barizi, 2009 : 142). Danim (dalam Ahmad Barizi, 2009 : 138) juga

menyebutkan bahwa “seorang guru dapat dikatakan profesional atau tidak dapat

dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari

latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempatnya menjadi guru. Kedua,

penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran,

mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain”. Dalam

bukunya, Wiji Suwarno (2006 ; 38) menyebutkan bahwa “pendidik harus

memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan

mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Kualifikasi akademik yaitu tingkat

pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi,

baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun nongelar (D4 atau Post Graduate

diploma), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan

komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikat diploma (Trimo, 2008).

PP No. 19 Tahun 2005, pasal 28 ayat 1 mengarisbawahi bahwa pendidik

harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,

Page 32: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

17

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Selanjutnya dalam pasal 29 (ayat 1-6) dipertegaskan

kualifikasi guru untuk masing-masing jenjang, sebagai berikut :

1) Pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki :

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1),

b) Latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini,

kependidikan lain, atau psikologi, dan;

c) Sertifikasi profesi guru untuk PAUD.

2) Pendidik pada SI/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1),

b) Latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI,

kependidikan lain, atau psikologi, dan;

c) Sertifikasi profesi guru untuk SD/MI.

3) Pendidik pada SMP/ MTS, atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1),

b) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang

sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan,

c) Sertifikasi profesi guru untuk SMP/ MTS.

4) Pendidik pada SMA/ MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1),

b) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang

sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan,

c) Sertifikasi profesi guru untuk SMA/ MA.

5) Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat

memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1),

b) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan khusus

atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan,

c) Sertifikasi profesi guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB.

6) Pendidik pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1),

b) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program yang sesuai dengan

mata pelajaran yang diajarkan, dan;

c) Sertifikasi profesi guru untuk SMK/MAK. (Soetjipto, 2009 : 81-82)

Tenaga kependidikan dapat diangkat dari berbagai latar belakang disiplin

ilmu. Sebelumnya diangkat menjadi guru, mereka harus mendapat pendidikan,

latihan, dan bimbingan tentang pengetahuan keguruan, atau mendapat ijasah akta

Page 33: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

18

IV dari perguruan tinggi yang telah terakreditasi. Namun demikian dalam pasal 28

(ayat 4) seseorang dapat diangkat menjadi pendidik tanpa memiliki ijasah dan/

atau sertifikasi keahlian, manakala memiliki keahlian khusus yang diakui dan

diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan

kesetaraan (Soetjipto, 2009 : 24). Contoh : seorang guru yang sudah mengajar di

lembaga pendidikan tertentu akan tetapi dia lulusan non-kependidikan, maka dia

diharuskan mendapat Akta IV sebagaimana Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 034/U/2003, pasal 8, butir d yang berbunyi

sebagi berikut :

Untuk guru SLTP adalah lulusan S1 Kependidikan atau SI Non-

Kependidikan yang mempunyai Akta IV, dan apabila sangat diperlukan

menerima lulusan D III Kependidikan atau D III Non-Kependidikan yang

mempunyai Akta III, atau D II/ Akta II mata pelajaran atau sederajat.

Demikian juga butir c berbunyi :

Untuk guru SMU atau guru SMK adalah lulusan S1 Kependidikan atau S1

Non-Kependidikan yang mempunyai Akta IV.

Kualifikasi akademik guru ini dapat diperoleh melalui program pendidikan

formal sarjana (S1) atau Diploma Empat (D-IV) pada perguruan tinggi yang

terakreditasi. Untuk guru yang telah ada (guru dalam jabatan) kualifikasi

akademik ini dapat dipenuhi melalui pendidikan formal sarjana (S1) atau Diploma

empat (D-IV) pada perguruan tinggi yang terakreditasi yang dapat mengakui hasil

pembelajaran yang telah diakuinya, termasuk pelatihan guru dengan

memperhitungkan ekuivalensi satuan kredit semesternya dan/ atau prestasi

akademik yang diakui dan diperhitungkan ekuivalensi sks-nya oleh perguruan

tinggi dimana guru tersebut memperoleh pendidikan.

b. Jenjang-Jenjang Pendidikan

Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu

pendidikan dasar (SD/ MI/ Paket A dan SMP/ MTs/ Paket B), pendidikan

menengah (SMA, SMK/ Paket C), dan pendidikan tinggi (Perguruan tinggi/ PT).

Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak

Page 34: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

19

usia dini, yaitu pendidikan yang diberikan sebelum memasuki

pendidikan dasar.

1) Taman Kanak-Kanak

Pendidikan ini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak usia 4 sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut.

2) Pendidikan Dasar

Pendidikan ini merupakan pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa

sekolah anak-anak, yaitu di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Pada masa ini para siswa mempelajari bidang-bidang

studi antara lain: Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Seni, serta

Pendidikan Olahraga.

3) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas

pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat seperti

paket C.

4) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan lanjutan dari pendidikan menengah dan

menjadi pendidikan tertinggi dari ketiga tingkat pendidikan yang ada.

Gelar yang didapat pada perguruan tinggi menurut hierarkinya adalah

Diploma III ditempuh selama 3 tahun (masa pendidikan), S1 ditempuh

selama 4 tahun dan S2 ditempuh setelah bergelar S1 serta S3 yang

ditempuh setelah jenjang S2. Pendidikan guru juga termasuk dalam

pendidikan ini dan dengan gelar S1 kependidikan. (Wiji Suwarno, 2008 :

42-45)

Page 35: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

20

c. Proses Pendidikan Guru

Proses pendidikan guru ini dapat berlangsung di dalam kelas, dalam

kegiatan ekstrakurikuler dan pada kehidupan luar kelas. Lawrence Downey

(dalam Oemar Hamalik 2008 : 100) menyatakan bahwa proses pendidikan

mengandung tiga dimensi :

1) Dimensi substantif mengenai bahan apa yang akan diajarkan.

2) Dimensi tingkah laku guru tentang bagaimana guru mengajar. Jadi,

bertalian dengan kemampuan guru dan metode mengajar.

3) Dimensi lingkungan fisik, sarana, dan prasarana pendidikan.

Dalam Piet A. Sahertian (1994 : 67), usaha pengembangan profesi tenaga

kependidikan, khususnya guru, meliputi :

1) Program pre-service education

2) Program in-service education

3) Program in-servive training

Dalam bukunya “Profesi Keguruan”, Soetjipto (2009 : 54), pendidikan

dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu :

1) Pendidikan prajabatan

2) Pendidikan dalam jabatan

Untuk lebih jelasnya masing-masing proses pendidikan tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) Program pre-service education

Dalam pendidikan prajabatan, sebelum menjadi guru, seseorang akan

dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan

dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu

menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya.

Proses pendidikan tidak muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak

calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai

usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, ketrampilan

dan bahkan sikap professional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru

berada dalam pendidikan prajabatan.

Page 36: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

21

Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang pemerintah telah

mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha perbaikan mutu guru.

Dimulai dengan Sekolah Guru B (SGB) dan SGA lalu kursus B-I dan

B-II, PGSLP, dan PGSLA. Kemudian didirikan PTPG, lalu menjadi FKIP

yang merupakan bagian dari Universitas. Akhirnya diubah menjadi IKIP.

IKIP ditetapkan sebagai lembaga pengadaan tenaga kependidikan (LPTK)

dan FKIP sebagai bagian dari Universitas.

Sejak Pelita III, dimulai tahun 1979/ 1980, diadakan pembaharuan

pendidikan guru. Ditetapkan suatu pola pembaharuan sistem pendidikan

tenaga kependidikan (PPSPTK). Pembaharuan itu menetapkan suatu pola

pengembangan pada IKIP atau FKIP/ FIP yang disebut Lembaga Pengadaan

Tenaga Kependidikan. Setelah itu SPG dihapus dan diganti dengan diploma

dan pendidikan guru (PGSD) masuk ke dalam LPTK/ IKIP.

LPTK punya empat macam program pendidikan guru :

a) Program Gelar yang melalui jenjang Sarjana (S-1), dengan lama studi

4-7 tahun.

b) Program Pasca Sarjana dengan lama studi 6-9 tahun (S-2)

c) Program Doktor dengan lama studi 8-11 tahun (S-3)

d) Program Non-Gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut

:

(1) Program Diploma (D-1) dengan lama studi 1-2 tahun

(2) Program Diploma 2 (D-2) dengan lama studi 2-3 tahun

(3) Program Diploma 3 (D-3) dengan lama studi 3-5 tahun

Selain itu juga ada program akta mengajar. Program akta mengajar

diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non-keguruan untuk

memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah.

Program ini mempunyai tujuan untuk :

a) Menjadikan profesi kependidikan terbuka bagi mereka yang berada di

luar fakultas keguruan untuk menjadi guru

Page 37: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

22

b) Memberi proteksi kepada profesi kependidikan dengan

mengharuskan pemilihan akta mengajar bagi setiap orang yang ingin

bekerja dan mengabdi sebagai guru.

Program akta itu dibagi atas :

a) Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.

b) Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah

memperoleh 60 SKS dalam bidang non-kependidikan.

c) Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester

setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non-kependidikan.

d) Akta IV dengan beban kredit 20 SKS ditempuh selama dua semester

setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non-kependidikan.

e) Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki

160 SKS bidang studi di luar kependidikan

2) Program in-service education

Proses pendidikan tidak berhenti apabila calon guru selesai

mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan

dalam rangka peningkatan sikap professional keguruan dalam masa

pengabdiannya sebagai guru. Bagi mereka yang sudah memiliki jabatan guru

dapat berusaha meningkatkan profesinya melalui pendidikan lanjutan. Yang

berijasah diploma dapat melanjutkan ke S-1 dan dari S-1 dapat melanjutkan

ke S-2 dan dari S-2 ke S-3. Sudah tentu untuk itu harus melalui seleksi dam

melalui kriteria penerimaan yang ditentukan oleh LPTK yang bersangkutan.

Dikatakan in-service education bila mereka sudah menjabat dan kemudian

mengikuti kuliah lagi. Dari sisi ini LPTK mempunyai fungsi in-service.

Dalam Piet A. Sahertian (1994 : 70), “Program in-service education

adalah suatu usaha yang memberi kesempatan kepada guru-guru untuk

mendapatkan penyegaran...yang membawa guru-guru ke arah up-to date”.

3) Program in-service training

Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan

mengikuti penataran, lokarkarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya,

maupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan

Page 38: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

23

majalah maupun publikasi lainnya. Pembinaan melalui program dalam

jabatan biasanya diberikan oleh lembaga-lembaga pelatihan yang

dilaksanakan oleh diknas, pemerintah daerah, organisasi profesi (PGRI),

kelompok masyarakat, juga oleh pihak luar negeri (E. Mulyasa, 2007 : 38).

Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan melalui program

pelatihan dalam jabatan (in service training). Pelatihan mengandung makna

bahwa setelah mengikuti pelatihan guru akan terdorong motivasinya untuk

memperbaiki kinerja, cara pembelajaran atau penyegaran ilmu dan

informasinya. Pelatihan secara umum diartikan sebagai kegiatan untuk

memperbaiki penguasaaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan

kerja tertentu dalam waktu yang sangat singkat. Secara umum tujuan

pelatihan guru adalah untuk penambahan pengetahuan, keterampilan, dan

perbaikan sikap dari peserta pelatihan. Arah tujuan pelatihan adalah

pengembangan penampilan kerja individu dan pengembangan karir

seseorang. Tujuan dari proses pelatihan ialah perilaku yang efektif dari

seseorang yang dalam pekerjaan di dalam organisasi dalam keadaan yang

paling sederhana. Berdasarkan pengertian tentang pelatihan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pelatihan merupakan proses perbaikan agar tercapainya

pengembangan kerja dan karir individu menuju kinerja yang lebih baik.

Pelatihan untuk guru biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga diklat atau

dinas pendidikan/depag yang ditunjuk untuk memberikan fasilitas kepada

guru untuk melakukan kegiatan itu. Dewasa ini pelatihan guru merupakan

bagian yang urgen terutama setelah ada reformasi. Oleh karenanya untuk

masa yang akan datang pelatihan guru harus terikat paling sedikitnya empat

komponen kompetensi yakni (1) kompetensi kebudayaan umum (general

culture) atau disebut dengan kompetensi kemasyarakatan, (2) kompetensi

akademis khusus (special scholarsship), disebut juga kompetensi bidang

pengetahuan akademis tertentu, (3) kompetensi pengetahuan professional

(professional knowledge) yang memperlihatkan tipe-tipe keguruannya, (4)

kompetensi yang berhubungan dengan seni dan keterampilan teknis (art and

technical skill) yang didemonstrasikan. Pelatihan yang dilaksanakan ada 3

Page 39: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

24

tipe penataran, yaitu penataran penyegaran, penataran peningkatan kualifikasi

dan penataran penjenjangan.

a) Penataran penyegaran ialah penataran untuk menyesuaikan tenaga

kependidikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

modern serta memantapkan tenaga kependidikan tersebut agar dapat

melakukan tugas sehari-hari dengan baik. Sifatnya memberikan

kesegaran sesuai dengan perubahan yang terjadi. Pola pelatihan ini

biasanya 30-120 jam.

b) Penataran peningkatan kualifikasi ialah penataran dalam hubungan

dengan profesi kependidikan sehingga diperoleh suatu kualifikasi

formal tertentu dengan standar yang telah ditentukan. Pola pelatihan

biasanya 150 jam-300 jam.

c) Penataran penjenjangan ialah penataran untuk meningkatkan

kemampuan guru sehingga dipenuhi persyaratan suatu pangkat atau

jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pola pelatihan

ini berkisar 1 s.d. 6 bulan .

d. Strategi Pengembangan Profesi Guru

Dalam Piet A. Sahertian (1994 : 71), menyebutkan ada dua strategi dalam

pengembangan profesi, yaitu :

1) Strategi datang (come structure)

2) Strategi pergi (go structure)

Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut :

1) Strategi datang (come structure), di mana para peserta dari berbagai daerah

datang ke ibukota Republik Indonesia (Jakarta) atau Ibu kota Propinsi

maupun ibukota Kabupaten atau Kotamadya.

2) Strategi pergi (go structure), di mana para penatar/ fasilitator/ nara sumber

dari pusat datang ke daerah-daerah.

Page 40: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

25

e. Pengembangan Profesi Guru

Ada beberapa cara yang ditempuh untuk meningkatkan kemampuan guru,

yaitu :

1) MGMP (Musyarawarah Guru Mata Pelajaran)

Dalam Artikel Pendidikan “MGMP Inovasi Pendidikan” (dalam

http://blogspot.com oleh Budi Saputro), berpijak pada UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional salah satu cara untuk meningkatkan

kemampuan guru adalah melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan suatu wadah asosiasi

atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar,

kabupaten atau kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling

berkomunikasi, belajar atau bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka

meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/ pelaku perubahan reorientasi

pembelajaran di kelas.

MGMP memiliki beberapa peranan, antara lain :

a) Mengakomodasi aspirasi dari, oleh, dan untuk anggota.

b) Mengakomodasi aspirasi masyarakat/ stakeholder dan siswa.

c) Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses

pembelajaran.

d) Mitra dinas kerja pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan

pendidikan.

Kegiatan-kegiatan MGMP, antara lain :

a) Meningkatkan pemahaman kurikulum tingkat satuan pendidikan

b) Mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

c) Mengembangkan sistem penilaian

d) Mengembangkan program remedial dan pengayaan

e) Meningkatkan pemahaman tentang pendidikan berbasis luas (Broad

Based Education) dan pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life

skill)

f) Mengembangkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAIKEM)

Page 41: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

26

g) Mengembangkan dan melaksanakan analisis sarana pembelajaran

h) Mengembangkan dan melaksanakan pembuatan alat pembelajaran

sederhana

i) Mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran berbasis

komputer atau Teknologi Informasi dan Telekomunikasi

j) Mengembangkan media dalam melaksanakan proses belajar mengajar

2) Sertifikasi Guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat

pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru

dan dosen sebagai tenaga profesional. Dalam E. Mulyasa (2007 : 33-34),

“sertifikasi guru diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa

seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan

pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang

diselenggarakan oleh lembaga sertifikas”. National Commision on

Educational Services (NCES) dalam E. Mulyasa (2007), “certification is a

procedure where by the state evaluates and reviews a teacher candidate’s

credentials and provides him or her a license to teach”. Dalam hal ini

sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang guru layak

diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar.

Sertifikasi guru merupakan kegiatan bersama antara Direktorat

Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen

PMPTK)/ Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/ Kota sebagai pengelola

guru dan Ditjen Dikti/ Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara sertifikasi.

Sebagai pengelola guru, Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) (sebagai jajaran Ditjen

PMPTK) bertugas menyiapkan guru agar siap mengikuti sertifikasi, termasuk

mengatur urutan, jika pesertanya melebihi kapasitas yang ditetapkan.

Beberapa pertimbangan yang digunakan untuk menyusun urutan

daftar calon peserta sertifikasi guru, antara lain : a) penguasaan terhadap

Page 42: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

27

kompetensi, b) prestasi yang dicapai, misalnya guru teladan, guru berprestasi,

dsb; c) daftar urut kepangkatan; d) masa kerja; dan e) usia.

Guru peserta sertifikasi yang diusulkan oleh Dinas Pendidikan

Provinsi/ Kabupaten/ Kota, mengikuti tes tulis, tes kinerja, dan dilengkap

dengan self appraisal/ portofolio, serta penilaian atasan. Hasil tes tulis,

kinerja, dan penilaian terhadap self appraisal dan portofolio serta penilaian

atasan digabungkan untuk menentukan kelulusannya. Bagi mereka yang lulus

diberikan sertifikat pendidik, sedangkan bagi mereka yang tidak lulus

disarankan mengikuti pelatihan atau pembinaan melalui MGMP/KKG, PPPG,

LPMP, atau lembaga lainnya, agar lebih siap untuk mengikuti tes ulang

berikutnya.

f. Strategi Pendidikan

Dalam Oemar Hamalik (2002 : 13 – 14), menyebutkan bahwa “pendidikan

dapat ditempuh menggunakan sistem multisastra, yang terdiri dari AI, AII, AIII,

1SO , 2SO , 1S ”. Program akta mengajar terdiri dari :

1) Akta I Guru Muda SLTP 40 kredit (1 tahun sesudah SLTA),

2) Akta II Guru Muda SLTA 120 kredit (1 tahun sesudah memiliki 100 kredit

semester), dan

3) Pelajaran non keguruan (1 tahun).

Selain program akta mengajar, juga dijelaskan tentang program pendidikan

guru, yaitu terdiri dari :

1) 1SO (Sertifikat Guru SLTP) – 80 kredit (2 tahun),

2) 2SO (Diploma Guru SLTA) – 100 kredit (3 tahun), dan

3) 1S (Sarjana) dalam rangka program pendidikan tenaga kependidikan

nonguru dalam pengertian dapat menjadi guru – 140 kredit selama 4 tahun,

untuk guru SLTA.

Selanjutnya dalam Oemar Hamalik (2002 : 14) dijelaskan tentang

pengembangan pendidikan guru yang dapat dilakukan dengan melakukan

berbagai pendekatan. Untuk jelasnya, lihat tabel di bawah ini.

Page 43: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

28

Kategori Profesional Strata

Pendidikan

Proses Pendidikan Struktur Kurikulum

1. Program Pre-

Servce

2. Progtam In-

Service (BPG)

3. Program

Pendidikan

Lanjut

4. Program

Pengembangan

Staf

1. Program

Sertifikat

2. Program

Diploma

3. Program

Akta

4. Program

Sarjana

1. Program dalam

Kelas

2. Program

Ekstrakurikuler

3. Program Kerja

Lapangan

4. Program

Praktek

Keguruan

1. Program Pendidikan

Umum

2. Program Pendidikan

Profesional

3. Program Kejuruan/

Kekhususan

e Cara Mengukur Latar Belakang Pendidikan Guru

Dalam penelitian ini, variabel latar belakang pendidikan guru akan diukur

dengan menggunakan angket. Namun, sebelum angket disusun harus dibuat

indikatornya, yaitu sebagai berikut:

1) Pendidikan prajabatan, meliputi :

a) Program kependidikan

b) Program non kependidikan

2) Pendidikan dalam jabatan, meliputi :

a) Program kependidikan

b) Program non kependidikan

3) Pelatihan dalam jabatan, meliputi :

a) Jalur formal

b) Jalur informal

Setelah indikator-indikator terbentuk, maka selanjutnya setiap indikator

akan dijabarkan ke dalam item-item pertanyaan yang berfungsi untuk mengukur

variabel latar belakang pendidikan guru.

Page 44: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

29

3. Tinjauan tentang Pengalaman Mengajar Guru

a. Pengertian Pengalaman Mengajar Guru

Menurut William H. Burton (dalam Muhammad Ali, 2008 : 12 – 13),

“mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan,

pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”. Sedangkan

Gagne dan Briggs (dalam Muhammad Ali, 2008 : 13), “Instruction is a set of

event which affect learners in such a way that learning is facilitated”.

Dalam artikel pendidikan “Angan Senja Guru tidak Mengapai Sertifikasi”

(http://re-searchengines.com) “Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam

melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai

dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau

kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini

dapat berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang

berwenang”.

Unsur pengalaman dipandang sebagai akumulasi dari pengetahuan dan

kehidupan dalam proses belajar. Pengalaman mengajar pada hakekatnya

merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami

dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami dapat dikuasainya, baik tentang

pengetahuan, keterampilan, maupun nilai-nilai yang menyatu dalam dirinya.

Apabila dalam mengajar, seorang guru menemukan hal-hal yang baru, dan hal-hal

yang baru dipahaminya, maka guru tersebut akan memperoleh pengalaman kerja

baru. Dengan pengalaman kerja seseorang akan banyak mendapat tambahan

pengetahuan dan keterampilan tentang bidang kerjanya.

Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek

yang mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan

pengajaran. Guru pemula dengan latar pendidikan keguruan lebih mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali

seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya. Pengalaman mengajar guru

dapat diukur dari jumlah tahun lamanya ia mengajar, khususnya dalam mata

pelajaran yang diampunya. Guru yang berpengalaman minimal memiliki

pengalaman mengajar selama empat tahun. Profesionalisme guru merupakan hasil

Page 45: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

30

dari profesionalisasi yang dijalaninya secara terus menerus. Artinya semakin lama

seseorang menekuni profesi sebagai seorang guru akan semakin tinggi pula

tingkat keprofesionalismenya, begitu pula sebaliknya (Ahmad Barizi, 2009 : 142).

Upaya guru mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih anak didik

bukan suatu hal yang mudah dan gampang. Pekerjaan ini membutuhkan

pengalaman yang banyak dan keseriusan, di sana sini masih juga terdapat

kejanggalan dan kekurangan, sang guru berupaya mengurangi sedikit mungkin

kekurangan dan kesalahan di dalam mengembangkan tugas sebagai pendidik.

Dalam Syaiful Bahri Djamarah (2006 : 61) “Experience is the best teacher,

pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman adalah guru bisu yang tidak

pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh

siapa pun juga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik daripada sekadar bicara,

dan tidak pernah berbuat sama sekali. Belajar adalah kenyataan yang ditunjukkan

dengan kegiatan fisik. Karena itu, the proses of learning is doing, reacting,

undergoing, experiencing. The products of learning are all achieved by the

learner through his own activity”. Keterampilan dalam pekerjaan profesi sangat

didukung oleh teori yang telah dipelajarinya. Jadi seorang guru dituntut banyak

belajar, membaca, dan mendalami teori tentang profesi yang digelutinya. Suatu

profesi bukanlah sesuatu yang permanen, ia akan mengalami perubahan dan

mengikuti perkembangan kebutuhan manusia. Penerapan di lapangan tidak akan

mencapai hasil maksimal bila dilakukan dengan meraba-raba, mencoba-coba,

akan tetapi suatu penerapan harus memiliki pedoman teoritis yang teruji

kevalidannya. Disinilah letak perbedaan pekerjaan professional dengan non-

profesional. Profesional mengandalkan teori, praktik, dan pengalaman, sedangkan

non-profesional hanya berdasarkan praktik dan pengalaman.

b. Ruang Lingkup Kerja Guru

Dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas (2009 : 6)

disebutkan bahwa :

“Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang

Guru Pasal 54 ayat (1) mencakup kegiatan pokok, yaitu merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

Page 46: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

31

membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas

tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok…Pasal 52 ayat (1)

huruf (e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi

pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilimiah remaja, dan guru

piket”.

Terkait dengan tugas tambahan guru, lebih lanjut dijelaskan pula sebagai

berikut :

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat

(7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala

satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program

keahlian satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala

perpustakaan, kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi.

Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses

pembelajaran, idealnya guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis

mata pelajaran saja sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat

pendidiknya. Di samping itu, guru juga akan terlibat dalam kegiatan manajerial

sekolah antara lain penerimaan siswa baru (PSB), penyusunan kurikulum dan

perangkatnya, Ujian Nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan lain.

Selain harus mampu melaksanakan tugas profesionalnya di sekolah, guru

juga harus berperan melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di luar kelas atau di

dalam masyarakat. Seperti yang terdapat dalam Ravik Karsidi (2007 : 84), tugas

guru di masyarakat adalah “sesuai dengan kedudukan mereka sebagai agent of

change yang berperan sebagai motivator, innovator, dan fasilitator terhadap

kemajuan dan pembaharuan”.

c. Masa Kerja dan Jam kerja Guru

Masa kerja dihitung selama seseorang menjadi guru. Bagi guru PNS masa

kerja dihitung mulai dari diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas

berdasarkan SK CPNS. Bagi guru non PNS masa kerja dihitung selama guru

mengajar yang dibuktikan dengan SK dari Sekolah berdasarkan surat

pengangkatan dari yayasan.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (2)

menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh

Page 47: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

32

empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam

1 (satu minggu) pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin

pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Alokasi waktu tatap muka

untuk jenjang SMA dan SMK selama 45 menit. Beban kerja guru untuk

melaksanakan kegiatan tatap muka tersebut merupakan bagian dari jam kerja

sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh

koma lima) jam kerja (@60 menit) dalam 1 (satu) minggu.

Lebih lanjut Pasal 52 ayat (3) menyatakan bahwa pemenuhan beban kerja

tersebut dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka

dalam 1 (satu) minggu pada satu satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru

tetap.

Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dengan jadwal pelajaran mingguan

yang dilaksanakan secara terus menerus selama paling sedikit 1 (satu) semester.

Kegiatan tatap muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19

minggu dalam 1 (satu) semester.

d. Cara Mengukur Pengalaman Mengajar Guru

Dalam penelitian ini, variabel pengalaman mengajar guru akan diukur

dengan menggunakan angket. Namun, sebelum angket disusun harus dibuat

indikatornya, yaitu sebagai berikut:

1) Pengalaman Kerja

2) Ruang lingkup kerja guru, meliputi :

a) Tugas pokok

b) Tugas tambahan

3) Masa Kerja dan Jam kerja

Setelah indikator-indikator terbentuk, maka selanjutnya setiap indikator

akan dijabarkan ke dalam item-item pertanyaan yang berfungsi untuk mengukur

variabel pengalaman mengajar guru.

Page 48: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

33

4. Tinjauan tentang Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Dalam Gino (1995 : 33), “pembelajaran sebagai usaha sadar dari guru

untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa

yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha”. Pembelajaran

menurut aliran psikologi behavioristik adalah selalu memberikan stimulus kepada

siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan (Gino, dkk,

1995 : 33). Sedangkan pembelajaran menurut psikologi kognitif, yaitu dengan

mengaktifkan indera siswa agar memperoleh pemahaman, sedangkan pengaktifan

indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan alat bantu belajar/ media,

seperti media cetak, media eletronik, dan lainnya sesuai kebutuhan (Gino, dkk, 1995 :

34). Disamping itu, sistem pengajaran dilakukan secara bervariasi, artinya

menggunakan banyak metode.

Menurut aliran psikologi humanistik, dalam pembelajaran, guru sebagai

pembimbing, memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya

sesuai dengan potensi-potensi yang ada. Hal ini disebabkan karena siswa memiliki

kemampuan untuk belajar secara alami (Gino, dkk, 1995 : 35).

Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam pembelajaran

meliputi :

1) Merencanakan program pembelajaran

Kemampuan merencanakan program pembelajaran merupakan muara

dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang

mendalam tentang obyek belajar dan situasi pembelajaran.

Kemampuan dalam merencanakan program pembelajaran dapat dilihat

dari kemampuan :

a) Merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran.

b) Merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran.

c) Merencanakan pengelolaan kelas.

d) Merencanakan penggunaan media dan sumber pembelajaran.

Page 49: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

34

e) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan

pembelajaran.

Dalam E. Mulyasa (2007 : 100 – 102), perancangan pembelajaran

sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu :

a) Identifikasi kebutuhan

Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya

dengan kondisi yang sebenarnya, atau sesuatu yang harus dipenuhi untuk

mencapai tujuan. Guru melibatkan peserta didik untuk mengenali,

menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang

tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan

pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar.

Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan

memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian

dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan

dengan prosedur sebagai berikut :

(1) Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar

berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan

diperoleh melalui kegiatan pembelajaran.

(2) Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan

lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan

belajar.

(3) Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan

kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memnuhi kebutuhan

belajar, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar

(eksternal).

b) Identifikasi kompetensi

Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta

didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam

pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah

pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas

Page 50: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

35

pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media

pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian.

Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik perlu

dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar

yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui

tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakan

sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap

kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari.

c) Penyusunan program pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara para rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran

jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan

proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi

dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu

belajar dan daya dukung lainnya.

2) Melaksanakan proses pembelajaran

Pada tahap ini selain memerlukan pengetahuan tentang pembelajaran

juga memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran,

keterampilan memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat,

keterampilan memilih dan menggunakan media pembelajaran, keterampilan

mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Kemampuan membuka pelajaran, meliputi : kemampuan menarik

perhatian siswa dan kemampuan menumbuhkan motivasi siswa. Kemampuan

menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan gaya mengajar guru yang

bervariatif, memberi acuan dan membuat kaitan antara pokok bahasan yang

akan dipelajari dengan pengetahuan maupun pengalaman yang telah dimiliki

siswa serta dengan mengadakan pre-test. Sedangkan, untuk menutup

pelajaran dapat dilakukan dengan mengadakan post-test, maupun dengan

merangkum kembali bahan pelajaran yang baru dipelajari.

Page 51: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

36

Melakukan proses pembelajaran di kelas berarti membelajarkan

kepada siswa secara terkondisi, mereka belajar dengan mendengar,

menyimak, melihat, meniru apa-apa yang diinformasikan oleh guru atau

fasilitator di depan kelas, dengan belajar seperti ini mereka memiliki perilaku

sesuai dengan tujuan yang dirancangkan guru sebelumnya. Tercapainya

perilaku yang dikehendaki merupakan keberhasilan pembelajaran, akan tetapi

banyak hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran tidak semua

siswa akan mencapai perilaku sesuai yang diharapkan.

Pembelajaran yang dilakukan dewasa ini dengan pendekatan

PAIKEM, yaitu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Pola mengajar tradisional yang perlu ditinggalkan menurut

Oemar Hamalik (dalam Martinis Yamin, 2009 : 73), yaitu :

a) Penggunaan metode mendengarkan dan resitasi (the lesson hearing

recitation method), yang dianggap sebagi pemborosan.

b) Tugas-tugas konvensional yang diberikan tidak menentu/ tidak jelas

dan pengajaran (metode belajar) yang tidak adekuat.

c) Pengajaran terpusat pada kata-kata dan kurang memperhatikan pada

arti dan makna.

d) Sangat mementingkan sejumlah besar faktor-faktor yang kurang

berarti, terlampau mudah pula dilupakan.

e) Gagal menggunakan alat-alat audio visual dan alat belajar yang

konkret.

f) Tidak berhasil mengkorelasikan pengajaran dengan praktik dan pusat-

pusat minat, masalh, dan proyek.

g) Kurang sekali melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam kerjasama

kelompok.

h) Penggunaan metode belajar yang tidak sesuai (bersifat tirani)

menimbulkan pengaruh-pengaruh yang buruk terhadap keseimbangan

mental dan perkembangan pribadi siswa.

i) Kegagalan dalam menggunakan kegiatan-kegiatan belajar di luar

sekolah.

j) Tidak mampu menggunakan pengukuran/ penilaian secara tepat dan

objektif terhadap kemajuan siswa.

Selanjutnya para guru agar menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

baru, sebagai berikut :

a) Pendidikan bukan mempersiapkan siswa untuk hidup sebagai orang

dewasa, melainkan membantu agar siswa mampu hidup dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 52: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

37

b) Siswa sebaiknya dididik sebagai suatu kesatuan, sebagai unit

organism.

c) Pendidik bertujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan.

d) Secara luas belajar dilakukan melalui kesan-kesan penginderaan.

e) Belajar bergantung kepada kemampuan (ability) individu siswa.

f) Belajar adalah suatu proses berkelanjutan.

g) Kondisi sosial dan alamiah menyusun situasi-situasi belajar.

h) Motivasi belajar hendaknya bersifat intrinsik dan asli alamiah.

i) Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan

individual.

j) Hubungan-hubungan antara guru dan siswa, dan antara siswa-siswa

sendiri dilaksanakan melalui kerjasama.

k) Metode, isi, dan alat pengajaran besar pengaruhnya terhadap individu

siswa.

Dave Meier (dalam Martinis Yamin, 2009 : 74), “belajar itu harus

dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika belajar, dan

memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/ fikiran

terlibat dalam proses belajar”.

Dalam PP No. 19 Tahun 2005, pasal 19 (ayat 1), “proses pembelajaran

dalam satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, serta

kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis

peserta didik”. Selanjutnya dipertegaskan dalam Pasal 20 bahwa “seorang

guru merencanakan proses pembelajaran, meliputi tujuan pembelajaran,

materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

Dalam E. Mulyasa (2007 : 103 – 106), pelaksanaan pembelajaran

mencakup tiga hal, yaitu :

a) Pre tes (tes awal)

Kegiatan pre tes yang dilakukan guru secara rutin pada setiap

akan dimulai penyajian materi baru. Pre tes memegang peranan yang

cukup penting dalam proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain

sebagai berikut :

Page 53: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

38

(1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena

dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal

yang harus mereka jawab/ kerjakan.

(2) Untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik sehubungan

dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dengan cara

membandingkan hasil pre tes dengan post tes.

(3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta

didik mengetahui kompetensi dasar yang akan dijadikan topik

dalam proses pembelajaran.

(4) Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran

dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dimiliki peserta didik,

dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan

perhatian khusus.

b) Proses

Proses dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Proses

pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan

tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan

kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses

pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila

seluruh peserta didik terlihat secara aktif, baik mental, fisik, maupun

sosial.

Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik

dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dan

pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila

seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik

terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses

pembelajaran, di samping menunjukkan gairah belajar yang tinggi, nafsu

belajar yang besar dan tumbuhnya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi

hasil, proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan

berhasil apabila terjadi perubahan kompetensi dan perilaku yang positif

Page 54: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

39

pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar

(75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi

berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output

yang banyak bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan masyarakat dan pembangunan..

c) Post tes

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post

tes. Seperti halnya pre tes, post tes memiliki banyak kegunaan, terutama

dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post tes, yaitu :

(1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap

kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun

kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil

pre tes dan post tes.

(2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang dapat

dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan-

tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi

dasar dan tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar

belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali

(remedial teaching).

(3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan

remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta

untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar.

(4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang

telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan,

maupun evaluasi.

Dick & Carey dalam Ngalim Purwanto (2006 : 28) menyebutkan

beberapa tes yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran :

a) Entry behaviors test, yakni suatu tes yang diadakan sebelum suatu

program pengajaran dilaksanakan dan bertujuan untuk mengetahui

sampai batas mana penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

Page 55: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

40

telah dimiliki siswa yang dapat dijadikan dasar untuk menerima

program pengajaran yang akan diberikan.

b) Pre test, yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai dan

bertujuan untuk mengetahui sampai mana penguasaan siswa terhadap

bahan pengajaran (pengetahuan dan keterampilan) yang akan

diajarkan.

c) Post test, yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan

pengajaran.

d) Embedded test, yaitu tes yang dilaksanakan di sela-sela atau pada

waktu tertentu selama proses pengajaran berlangsung.

3) Menilai kemajuan proses pembelajaran

Kemampuan melaksanakan penilaian kemajuan proses pembelajaran

dapat dilihat dari : kemampuan melakukan penilaian selama proses

pembelajaran berlangsung, baik secara lisan, tertulis maupun dengan

pengamatan, kemampuan alat evaluasi yang tepat, kemampuan menyusun alat

evaluasi yang bervariatif.

Muhammad Ali (2008 : 34) menyebutkan fungsi evaluasi, yaitu :

a) Mengetahui apakah siswa dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan,

b) Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat

menyebabkan siswa belajar,

c) Mengetahui apakah prosedur pengajaran berlangsung dengan baik

d) Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tertentu

Abu Ahmadi (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 50 – 51),

menyebutkan beberapa fungsi evaluasi, yaitu sebagai berikut :

a) Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai

dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan

perbaikan program bagi murid.

b) Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil

belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan dalam rangka

pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua,

penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang

murid.

c) Untuk menentukan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat,

sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang

dimiliki oleh murid.

d) Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan)

murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat

dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan

belajar yang timbul.

Page 56: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

41

4) Menguasai bahan pelajaran

Guru yang professional harus menguasai bahan pelajaran yang akan

diajarkannya. Penguasaan bahan pelajaran akan memberi pengaruh yang

besar terhadap hasil belajar siswa. Seperti yang dikemukakan Peters (Nana

Sudjana, 2009: 58) bahwa “proses dan hasil belajar siswa tergantung pada

penguasaan guru atas mata pelajaran yang diampunya dan keterampilan

mengajarnya”.

b. Komponen-Komponen Pembelajaran

Adapun komponen-komponen yang ada dalam pembelajaran dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) Siswa, adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan

penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Menurut

Wiji Suwarno (2006 : 36), yang dimaksud dengan “siswa (peserta didik)

adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi

melalui proses pembelajaran pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

tertentu”.

2) Guru, adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-

mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang

memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif.

Menurut Wiji Suwarno (2006 : 38), “guru (pendidik) adalah tenaga

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”.

3) Tujuan, yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang dinginkan

terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar. Perubahan perilaku

tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Menurut

Bloom dalam Gino, dkk, 1995 : 19). Ranah kognitif meliputi enam

tingkatan, yakni pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),

penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi

Page 57: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

42

(evaluation). Ranah afektif, meliputi kemampuan menerima (receiving),

kemampuan menanggapi (responding), berkeyakinan (valuing), penerapan

kerja (organization), ketelitian (correcterzation by value). Sedangkan

ranah psikomotorik, meliputi gerak tubuh (body movement), koordinasi

gerak (finaly coordinated movement), komunikasi non verbal (non verbal

communication set), serta perilaku bicara (speech behaviors).

4) Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep

yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode adalah cara melakukan atau menyajikan, menguraikan,

memberikan contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk

mencapai tujuan tertentu.

6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang

digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat

mencapai tujuan. Menurut Edgar Dale (dalam Gino, dkk, 1995 : 25),

adapun penggolongan alat belajar berdasarkan pengalaman yang diperoleh

siswa, yaitu 1) belajar dengan pengalaman langsung; 2) belajar dengan

memakai model benda dalam bentuk kecil; 3) belajar dengan

bersandiwara; 4) belajar dengan demonstrasi; 5) belajar dengan

berdarmawisata; 6) belajar dengan pameran; 7) belajar dengan gambar

bergerak; 8) belajar dengan gambar diam; 9) belajar dengan lambang

visual; 10) belajar dengan lambang verbal.

7) Evaluasi merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data

dari informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat

keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah

melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan (Oemar Hamalik dalam Martinis, 2009 : 179).

c. Prinsip-Prinsip yang Perlu Mendapatkan Perhatian dari Guru dalam

Pembelajaran

1) Persiapan Pra-belajar

Page 58: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

43

Siswa harus mendapatkan kepuasaan belajar yang menjadi prasyarat

untuk materi pokok yang akan dipelajari. Jika belajar terdahulu tidak

memuaskan siswa, maka belajar berikutnya akan sulit dihubungkan dengan

struktur pelajaran berikutnya.

2) Dorongan (motivasi)

Perhatian siswa akan besar jika tugas belajar itu mempunyai nilai

pribadi atau minat untuk mempelajari besar. Hasilnya ialah bahwa belajar dan

mengajar lebih mudah dan siswa dapat bertanggung jawab untuk melanjutkan

belajar dengan bebas.

3) Perbedaan perorangan

Siswa belajar dengan kecepatan yang berbeda-beda dalam merespon,

ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Perancangan pengajaran harus

dilakukan oleh guru agar siswa yang belajar mudaha beradaptasi dengan pola-

pola mereka sendiri, melaju dengan kecepatan sendiri, sesuai dengan tingkat

kecakapan, dan menggunakan bahan yang paling sesuai dengan dirinya.

4) Kondisi pembelajaran

Belajar berhasil lebih mudah diperoleh jika kompetensi dasar jelas

rumusannya, kegiatan belajar diurutkan sehubungan dengan kompetensi dasar

itu. Siswa dapat memperoleh informasi lebih banyak dan diingat lebih lama

jika kompetensi dasar lebih bermakna dan ditata sistematis. Hal ini berarti isi

bahan diorganisasikan berurutan mulai dari dari yang sederhana menuju yang

kompleks, yakni mulai dari belajar fakta, kemudian pembuktian konsep,

prinsip, dan akhirnya arah yang tinggi, seperti pemecahan masalah,

meramalkan, dan menyimpulkan.

5) Partisipasi aktif

Belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa dan bukan oleh guru

melalui cara penyebaran. Belajar berhasil harus dilakukan siswa dengan

partisipasi aktif.

6) Prestasi yang berhasil

Belajar haruslah terstruktur sehingga siswa merasa tertantang secara

mental dan berupaya berhasil dalam belajar. Jika berhasil, mereka akan

Page 59: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

44

mengalami kepuasaan yang mendorong mereka untuk melanjutkan usahanya

dan semangat untuk berprestasi

7) Praktik

Menyajikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh dalam banyak situasi.

Praktik ini perlu dibiasakan dalam proses pembelajaran KBK. Peningkatan

performance dalam setiap pembelajaran akan mendorong siswa agar lebih

terampil.

8) Mengetahui hasilnya

Minat belajar siswa akan bertambah, jika hasil belajarnya

diberitahukan kepada mereka (hasil ujian, diskusi informal, latihan mengecek

sendiri). Portofolio merupakan tagihan KTSP, dimana para siswa dapat

mengetahui sendiri kecakapan yang mereka peroleh, di samping itu guru

diharapkan mengembalikan kertas kerja siswa yang telah dinilai guru, jadi

masing-masing mereka dapat melakukan koreksi ulang tentang kelemahan,

kekurangan mereka sendiri.

9) Kecepatan menyajikan materi

Kecepatan dan jumlah bahan yang harus dipelajari suatu saat atau

dalam suatu pelajaran, hendaknya ada kaitannya dengan tingkat kesukaran

dan keruwetan bahan yang dapat dinyatakan dalam kecakapan siswa.

10) Sikap guru

Dalam mengkomunikasikan pembelajaran kepada siswa, peran guru

sangat menentukan, yaitu terampil dalam berkomunikasi, bersikap lugas,

cerdas, berwibawa, mengayomi, dan memberi dorongan kepada siswa.

Disamping itu guru memiliki pengetahuan yang banyak dan tidak tua

semalam dari para siswa, memiliki jiwa sosial budaya (Martinis Yamin, 2001

: 9-10).

Page 60: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

45

d. Unsur Dinamis Pembelajaran pada Diri Guru

1) Motivasi membelajarkan siswa

Membelajarkan berarti membuat siswa belajar atau mengusahakan

siswa belajar. Guru dalam membelajarkan siswa hendaknya berperan

mendorong (sebagai pendorong), motivator, agar motif-motif yang positif

dibangkitkan dan atau ditingkatkan dalam diri siswa. Ada dua jenis motivasi,

yaitu motivasi dari luar anak (ekstrinsik) dan motivasi dari dalam diri anak

(intrinsik). Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan menggairahkan

perasaan ingin tahu siswa, keinginan untuk mencoba, dan hasrta untuk maju

dalam belajar. Motivasi dari luar, dapat dilakukan dengan memberikan

ganjaran, misalnya melalui pujian, memberikan hukuman, misalnya dengan

memberikan pekerjaan rumah.

2) Kondisi guru agar siap membelajarkan siswa

Untuk dapat membelajarkan siswa, guru harus memiliki kompetensi

yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dewasa ini. Kompetensi guru

merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan

tugas keprofesionalannya. Dalam UU Guru dan Dosen No. 14/ 2005

dinyatakan bahwa “kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional”.

Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Page 61: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

46

Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum

mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,

serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

Dalam Gino, dkk (1995 : 47) disebutkan tentang Kemampuan Dasar

yang harus dimiliki Guru:

a) Menguasai bahan

(1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah

(2) Menguasai bahan pengayaan/ penunjang bidang studi

b) Mengelola program belajar-mengajar

(1) Merumuskan tujuan instruksional

(2) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang

tepat

(3) Melaksanakan program belajar-mengajar

(4) Mengenal kemampuan anak didik

(5) Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial

c) Mengelola kelas

(1) Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran

(2) Menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi

d) Penggunaan media/ sumber

(1) Mengenal, memilih, dan menggunakan media

(2) Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana

(3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses

belajar-mengajar

(4) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar

(5) Menggunakan Micro Teaching Unit dalam program pengalaman

lapangan

e) Menguasai landasan-landasan kependidikan

f) Mengelola interaksi belajar-mengajar

g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

h) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di

sekolah

(1) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan

penyuluhan di sekolah

(2) Menyelengggarakan program layanan bimbingan di sekolah

i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

(1) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah

(2) Menyelenggarakan administrasi sekolah

j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian

pendidikan guna keperluan pengajaran

3) Upaya pengembangan unsur dinamis siswa dalam proses belajar

Page 62: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

47

Dalam usaha pengembangan unsur dinamis siswa dalam proses

belajar, pertama-tama adalah mengubah adanya sifat “teacher centered”

menjadi “student centered”. Hal ini dapat diusahakan melalui atau dengan

jalan memperhatikan unsur-unsur dinamis pada diri siswa, sebagai berikut :

a) Unsur motivasi belajar

Upaya pengembangannya :

(1) Menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang,

(2) Bagi siswa yang kurang atau lamban didorong untuk lebih aktif

belajar, sementara siswa yang pandai diminta untuk menjadi tutor

dengan tugas memberi penjelasan atau membantu hal-hal yang

belum dimengerti atau belum dapat dikerjakan,

(3) Agar motivasi ekstrinsik ditingkatkan untuk menjadi motivasi

instrinsik dalam belajar.

b) Unsur materi atau bahan belajar

Upaya pengembangannya :

(1) Pemilihan materi pembelajaran dengan memperhatikan

karakteristik siswa dan mengacu pada tujuan,

(2) Siswa diikutsertakan untuk ikut mempertanggungjawabkan

pemilihan materi pembelajaran,

(3) Siswa diusahakan memanfaatkan sumber belajar di lingkungan

sekitar yang tersedia semaksimal mungkin untuk meningkatkan

pemahaman siswa.

c) Unsur suasana belajar

Upaya pengembangannya :

(1) Mengusahakan suasana belajar yang akrab dan gembira, dengan

jalan meingkatkan komunikasi guru-siswa, siswa-siswa, siswa-

guru,

(2) Siswa belajar bervariasi,

(3) Kelas diatur secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa yang

belajar, sehingga suasana terlihat bebas,

(4) Kelas dengan jumlah siswa jangan terlalu besar,

Page 63: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

48

(5) Menggunakan multi metode dan multi media.

d) Unsur media belajar

Upaya pengembangannya :

(1) Peningkatan penggunaan media (media cetak, media elektronik,

maupun media yang ada disekitar/ di lingkungan alam,

(2) Mengikutsertakan siswa dalam penyiapan media, menggunakan

atau mencoba menggunakan media, membuat laporan hasil

kegiatan kelompok atau individual, serta mengadakan media

dengan jalan membuat sendiri.

e) Unsur kondisi siswa yang belajar

Upaya pengembangannya :

(1) Pembelajaran secara ideal dengan cara individual,

(2) Sistem klasikal dilaksanakan dengan bervariasi,

e Cara Mengukur Pembelajaran

Dalam penelitian ini, variabel pembelajaran akan diukur dengan

menggunakan angket. Namun, sebelum angket disusun harus dibuat indikatornya,

yaitu sebagai berikut:

(1)Perencanaan pembelajaran, meliputi :

a) Merencanakan pengelolaan pembelajaran.

b) Merencanakan pengorganisasian bahan pelajaran.

c) Merencanakan pengelolaan kelas.

d) Merencanakan penggunaan alat dan media pembelajaran.

e) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan

pembelajaran.

(2)Pelaksanaan pembelajaran, meliputi :

a) Memulai pembelajaran.

b) Mengelola kegiatan pembelajaran.

c) Pengelolaan waktu

d) Pengorganisasian siswa

e) Pelaksanaan penilaian

Page 64: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

49

(3)Evaluasi pembelajaran, meliputi :

a) Melaksanakan tes

b) Mengadakan remidi

c) Mengadakan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran

Setelah indikator-indikator terbentuk, maka selanjutnya setiap indikator

akan dijabarkan ke dalam item-item pertanyaan yang berfungsi untuk mengukur

variabel pembelajaran.

5. Tinjauan tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,

2003 : 2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan serangkaian

tahapan untuk mencapai perubahan keseluruhan perilaku individu yang relatif

tetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif dan afektif yang merupakan hasil dari proses kematangan,

kemudian diwujudkan dalam prestasi belajar. Perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak

setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Dalam kategori Bloom terdapat tiga ranah utama pada proses belajar, yaitu ranah

kognitif (pikiran), ranah afektif (emosi), dan ranah psikomotorik (perilaku).

Mengetahui kemajuan kemampuan belajar siswa sangat penting dalam

kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan

banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Kerhasilan

maupun kegagalan individu dalam kegiatan belajar baru dapat dilihat setelah

diadakan penilaian.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan perwujudan dari hasil belajar.

Page 65: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

50

Adapun pengertian prestasi belajar menurut beberapa ahli, seperti yang dikutip

dalam artikel pendidikan “Ketercapaian Prestasi Belajar” , yaitu sebagai berikut :

1) Poerwanto (1986:28)

“Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha

belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”.

2) Winkel (1996:162)

“Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan

seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan

bobot yang dicapainya”.

3) S. Nasution (1996:17)

“Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam

berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya

dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu

memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”.

4) Muray dalam Beck (1990 : 290)

“to overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something

difficult as well and as quickly as possible”.

5) Arif Gunarso (1993 : 77)

“Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar” (dalam

http://ridwan202.wordpress.com)

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil

pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anak pada periode tertentu. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan

evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya

prestasi belajar siswa (http://sunartombs.wordpress.com).

b. Fungsi Prestasi Belajar

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh

siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi merupakan faktor

penting bagi siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam menguasai

Page 66: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

51

materi yang dipelajarinya. Prestasi berfungsi sebagai alat mengungkapkan

kebanggaan dan kepuasaan terhadap prestasi yang diraihnya. Prestasi belajar

dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut

Saifuddin Anwar (2007 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila

dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar.

Beberapa fungsi prestasi belajar (Saifuddin Azwar, 2007 : 11-12) adalah:

1) Fungsi penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk

klasifikasi individu ke dalam bidang atau jurusan yang sesuai dengan

kemampuan yang telah diperlihatkannya pada hasil belajar yang telah lalu.

2) Fungsi formatif adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar guna melihat

sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu

program pelajaran. Dalam hal ini hasil tes prestasi merupakan umpan balik

(feed back) kemajuan belajar dank arena itu biasanya tes diselenggarakan

di tengah jangka waktu suatu program yang sedang berjalan. Hasil tes

formatif dapat menyebabkan perubahan kebijaksanaan mengajar atau

belajar.

3) Fungsi diagnostik dilakukan oleh tes prestasi apabila hasil tes yang

bersangkutan digunakan untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam

belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki

segera, dan semacamnya.

4) Fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh

informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan

sebelumnya dalam suatu program pelajaran. Tes sumatif merupakan

pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam program

pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke

jenjang program yang lebih tinggi.

Fungsi dan kegunaan prestasi belajar ini sangat penting, diharapkan siswa

akan berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Prestasi belajar

merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan diri. Prestasi belajar juga

mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan belajar, yaitu

Page 67: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

52

sebagai umpan balik guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar demi

kemajuan prestasi siswa.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Slameto (2003: 54-72) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang, yang dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1) Faktor intern, yang meliputi :

a) Faktor jasmani

(1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan

atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan

kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan

ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,

olahraga, rekreasi, dan ibadah.

(2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik

atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Keadaan cacat tubuh

juga mempengaruhi belajar.

b) Faktor psikologis

(1) Faktor inteligensi

Menurut J. P. Chaplin (dalam Slameto, 2003 : 56), inteligensi

adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi

Page 68: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

53

yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat

inteligensi rendah.

(2) Faktor perhatian

Perhatian menurut Gazali (dalam Slameto, 2003 : 56) adalah

keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa pun semata-mata tertuju kepada

suatu objek (benda/ hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat

menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai

perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran

tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia

tidak lagi suka belajar.

(3) Faktor minat

Hilgard (dalam Slameto, 2003 : 57) memberi rumusan

tentang minat adalah “interest is persisting tendency to pay attention

to and enjoy some activity orcontent”. Minat adalah kecenderungan

yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah

dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

(4) Faktor bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard (dalam Slameto, 2003 :

57) adalah “the capability to learn”. Dengan perkataan lain bakat

adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.

Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya,

maka hasil belajarnya lebih baik, karena ia senang belajar dan pastilah

selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.

(5) Faktor motif

James Drever (dalam Slameto, 2003 : 58) memberikan

pengertian motif sebagai berikut : “motive is an effective-conative

factor which operates in determining the direction of an individual’s

behavior towards an end or goal, consioustly apprehended or

unconsioustly”.

Page 69: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

54

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya

mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/

menunjang belajar.

(6) Faktor kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan

seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

kecakapan baru (Slameto, 2003 : 59).

Anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan

kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika

anak sudah siap (matang). Kemajuan baru untuk memiliki kecakapan

itu tergantung dari kematangan dan belajar.

(7) Faktor kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever (dalam

Slameto, 2003 : 59) adalah preparedness to respond or react.

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk

melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam

proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

c) Faktor kelelahan

(1) Kelelahan jasmani

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan

jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam

tubuh, sehingga darah tidak/ kurang lancar pada bagian-bagian

tertentu.

Page 70: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

55

(2) Kelelahan rohani

Siswa yang lelah rohani akan menghambat informasi yang

masuk dalam pikiran. Hal ini bisa disebabkan oleh tekanan metal,

masalah takut yang dihadapi dan stress.

2) Faktor ekstern, terdiri :

a) Faktor keluarga

(1) Cara orang tua mendidik

(2) Relasi anggota keluarga

(3) Suasana rumah

(4) Keadaan ekonomi keluarga

(5) Pengertian orang tua

(6) Latar belakang kebudayaan

b) Faktor sekolah

(1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/ jalan yang harus dilalui

di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit

Karo Karo (dalam Slameto, 2003 : 65) adalah menyajikan bahan

pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima,

menguasai, dan mengembangkannya. Agar siswa dapat belajar dengan

baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien,

dan efektif mungkin.

(2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang

diberikan kepada siswa (Slameto, 2003 : 65). Kurikulum yang kurang

baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.

(3) Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.

Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam prose situ

sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi siswa

dengan gurunya.

Page 71: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

56

(4) Relasi siswa dengan siswa

Menciptakan relasi yang baik antarsiswa adalah perlu, agar

dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa

(5) Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam

mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/

karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/ keteraturan

kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain, kedisiplinan Kepala

Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan

kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.

Di dalam proses belajar, siswa perlu disiplin, baik di sekolah,

di rumah, dan di perpustakaan untuk mengembangkan motivasi yang

kuat.

(6) Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,

karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar

dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.

Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan

bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

(7) Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar

mengajar di sekolah, baik di pagi hari, siang, sore/ malam hari

(Slameto, 2003 : 68). Memilih waktu sekolah yang tepat akan

memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.

(8) Standar pelajaran di atas ukuran

Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan

kemampuan siswa masing-masing.

(9) Keadaan gedung

Jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka

masing-masing menuntut keadaan gedung harus memadai di dalam

setiap kelas.

Page 72: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

57

(10) Metode belajar

Cara belajar yang tepat akan berpengaruh pula terhadap hasil

belajar yang akan dicapai siswa.

(11) Tugas rumah yang merangsang keaktifan belajar di luar sekolah.

c) Faktor masyarakat

(1) Kegiatan siswa di masyarakat memberikan dampak berarti bagi

prestasi belajar di sekolah. Keaktifan di organisasi

kemasyarakatan akan mempengaruhi pola perilaku yang teratur

dan disiplin serta cerdas dalam memecahkan masalah.

(2) Teman bergaul yang positif akan mendukung siswa mencapai

prestasi. Khususnya hubungan yang berkaitan dengan

kepentingan belajar.

(3) Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap

siswa dan juga terhadap belajarnya

(4) Kebiasaan yang berlaku di masyarakat dimana siswa tinggal.

Masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak

akan menetapkan aturan baik lisan maupun tertulis bagi

warganya yang mendukung penciptaan kondisi yang kondusif.

Misalnya aturan jam wajib belajar warganya.

d. Pengukuran Prestasi Siswa

Syaiful Bahri Djamarah (2006 : 105-106), mengemukakan bahwa yang

menjadi petunjuk prestasi belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal

sebagai berikut :

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ instruksional khusus

(TIK) telah dicapai oleh siswa, baik individu maupun kelompok.

Dalam dunia pendidikan, ada dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan

instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan

instruksional umum menggariskan hasil-hasil di bidang studi yang seharusnya

dicapai oleh siswa, sedangkan tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran

Page 73: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

58

yang lebih konkrit dari suatu TIU yang menyangkut satu pokok bahasan atau

topik pelajaran tertentu.

Sedangkan Saifuddin Azwar (2007 : 60), menyebutkan bahwa salah satu

pedoman untuk mengukur prestasi belajar siswa adalah berpijak pada taksonomi

tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Benyamin S. Bloom. Taksonomi ini

secara luas mencakup sistem klasifikasi tujuan pendidikan dalam tiga kawasan

(domain) perilaku, yaitu kawasan afektif, kawasan kognitif, dan kawasan

psikomotor. Kawasan afektif berisi hal-hal yang berkenaan dengan minat dan

sikap, kawasan kognitif mengenai aspek intelektual atau fungsi fikir, dan kawasan

psikomotor mengenai aspek ketrampilan motorik. Dalam Gino, dkk (1995 : 19),

dijabarkan tujuan belajar menjadi tiga kelompok, yaitu :

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif meliputi enam tingkatan, yakni :

a) Pengetahuan (knowledge)

b) Pemahaman (comprehension)

c) Penerapan (application)

d) Analisis (analysis)

e) Sintesis (synthesis)\

f) Evaluasi (evaluation)

2) Ranah Afektif/ Sikap

a) Kemampuan menerima (receiving)

b) Kemampuan menanggapi (responding)

c) Berkeyakinan (valuing)

d) Penerapan kerja (organization)

e) Ketelitian (correcterzation by value)

3) Ranah Psikomotor

a) Gerak tubuh (body movement)

b) Koordinasi gerak (finaly coordinated movement)

c) Komunikasi non verbal (non verbal communication set)

d) Perilaku bicara (speech behaviors)

e. Penilaian dalam Prestasi Belajar

Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi sering digunakan untuk

mengetahui hasil atau prestasi yang telah dicapai. Prestasi belajar dapat diketahui

dari hasil evaluasi yang merupakan salah satu proses belajar mengajar.

Menguji merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, yang

dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal,

Page 74: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

59

kecakapan siswa, dan program pengajaran. Ujian yang diberikan kepada siswa

bukan hanya sekedar pelengkap dari suatu proses pembelajaran, akan tetapi

merupakan pengukuran dari suatu proses, yang harus dipersiapkan oleh guru

sebelum pembelajaran berlangsung. Ujian yang diberikan kepada siswa tidak

terlepas dari pengembangan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam bentuk

indikator-indikator.

Oemar Hamalik (dalam Martinis Yamin, 2009 : 179) mengemukakan

bahwa “evaluasi merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data

dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat

keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah

melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan”.

Evaluasi yang dilakukan berguna untuk melihat perubahan kecakapan

dalam tingkat pengetahuan, kemahiran dalam ketrampilan, serta perubahan dalam

sikap dalam satu unit pembelajaran atau dalam program pembelajaran yang telah

dilakukan.

Tujuan Evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 50 –

51), menegaskan bahwa :

1) Tujuan umum dari evaluasi adalah :

a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid

dalam mencapai tujuan yang diharapkan

b) Memungkinkan pendidik/ guru menilai aktivitas/ pengalaman yang

didapat

c) Menilai metode mengajar yang dipergunakan

2) Tujuan khusus dari evaluasi adalah :

a) Merangsang kegiatan siswa

b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan

c) Memberikan bimbingan yangs sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan, dan bakat siswa yang bersangkutan

d) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang

diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan

e) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/ cara belajar dan metode mengajar

Page 75: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

60

Muhammad Ali (2008 : 34) menyebutkan fungsi evaluasi, yaitu :

a) Mengetahui apakah siswa dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan,

b) Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat

menyebabkan siswa belajar,

c) Mengetahui apakah prosedur pengajaran berlangsung dengan baik

d) Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tertentu

Abu Ahmadi (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 50 – 51),

menyebutkan beberapa fungsi evaluasi, yaitu sebagai berikut :

a) Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai

dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan

perbaikan program bagi murid

b) Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil

belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan dalam rangka

pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua,

penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang

murid

c) Untuk menentukan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat,

sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang

dimiliki oleh murid

d) Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan)

murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat

dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan

belajar yang timbul

Muhammad Ali (2008 : 113) menyebutkan berbagai jenis evaluasi, yaitu :

1) Evaluasi formatif

Yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai dipelajari suatu

unit pelajaran tertentu. Manfaatnya sebagai alat penilai proses belajar

mengajar suatu unit bahan pelajaran tertentu

2) Evaluasi sumatif

Yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran suatu

program atau sejumlah unit pelajaran tertentu. Evaluasi ini mempunyai

manfaat untuk menilai hasil pencapaian siswa terhadap tujuan suatu program

pelajaran suatu periode tertentu, seperti semester atau akhir tahun pelajaran

3) Evaluasi diagnostik

Yakni evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana diagnose. Evaluasi

ini bermanfaat untuk meneliti atau mencari sebab kegagalan pengajaran, atau

dimana letak kelemahan siswa dalam mempelajari suatu atau sejumlah unit

pelajaran tertentu

4) Evaluasi penempatan

Yakni evaluasi yang dilaksanakan untuk menempatkan siswa pada

suatu program pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan (baik

Page 76: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

61

potensial maupun aktual) dan minatnya. Evaluasi ini bermanfaat dalam

rangka proses penentuan jurusan di sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar yang

terwujud melalui prestasi belajar dapat dilihat dari segi proses belajar mengajar.

Prestasi belajar yang dicapai siswa dapat dilihat dari nilai sebagai pencerminan

dan penguasaan materi pelajaran yang menunjukkan kemampuan dan daya serap

siswa terhadap materi yang diajarkan. Evaluasi merupakan cara penilaian prestasi

belajar. Penilaian ini dapat dilakukan dengan tes prestasi belajar dan memberikan

gambaran seberapa jauh prestasi yang dicapai siswa.

e Penentuan Nilai Rapor

Telah dijelaskan bahwa penilaian formatif sebenarnya bertujuan untuk

memperoleh umpan balik dalam rangka proses belajar mengajar dan untuk

menilai sampai dimana pencapaian siswa terhadap tujuan instruksional yang telah

dirumuskan di dalam setiap program satuan pelajaran. Jadi sebenarnya hasil

penilaian formatif itu tidak boleh dimasukkan untuk menentukan nilai rapor.

Maka untuk menjaga kesinambungan penilaian sehingga hasil penilaian menjadi

lebih andal (reliabel) bagi setiap siswa, di samping penilaian tes sumatif yang

biasa dilakukan pada akhir caturwulan atau akhir semester, guru harus melakukan

pula tes-tes sub sumatif pada tahap-tahap tertentu (misalnya dua minggu sekali

atau satu bulan sekali) selama caturwulan atau semester yang bersangkutan.

Hasil tes-tes sub sumatif digabungkan dengan nilai sumatif untuk mengisi

rapor. Caranya ialah dengan merata-rata hasil rata-rata tes sub sumatif dengan

nilai hasil sumatif. Adapun patokan yang digunakan untuk pemberian nilai akhir,

yaitu 1) nilai akhir dengan angka pecahan < 0,5 dibulatkan ke bawah; 2) nilai

akhir dengan angka pecahan 0,5 keadaannya tetap; 3) nilai akhir dengan angka

pecahan > 0,5 dibulatkan ke atas.

f Cara Mengukur Prestasi Belajar Siswa

Dalam penelitian ini, variabel prestasi belajar siswa akan diukur dengan

menggunakan angket, sedangkan nilai siswa diperoleh melalui dokumentasi, yaitu

Page 77: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

62

rata-rata nilai rapor seluruh siswa dalam satu kelas yang diampu oleh guru bidang

studi tertentu. Sebelum menyusun angket, maka harus dibuat indikatornya, yaitu

sebagai berikut :

1) Aspek kognitif

2) Aspek afektif

3) Aspek psikomotorik

Setelah indikator terbentuk, maka selanjutnya setiap indikator akan

dijabarkan ke dalam item-item pertanyaan yang berfungsi mengukur variabel

prestasi belajar siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Untuk melaksanakan penelitian ini, peneliti berpijak pada penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya, yang peneliti anggap relevan

dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang relevan, yaitu

penelitian yang telah ada dan pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya,

sehingga dapat dijadikan acuan dan pendukung dalam sebuah penelitian yang

baru. Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa penelitian yang sesuai dengan

penelitian yang penulis lakukan.

Penelitian Rizky Agustian Khaqqi, mahasiswa Universitas Negeri

Semarang yang dilakukan pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Mengajar terhadap Profesionalisme

Guru Mata Diklat Teknik Audio SMK Negeri di Kota Semarang”. Dalam

penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ada : (1) pengaruh tingkat

pendidikan terhadap profesionalisme guru, (2) pengaruh pelatihan terhadap

profesionalisme guru, (3) pengaruh pengalaman mengajar terhadap

professionalisme guru, dan (4) pengaruh tingkat pendidikan, pelatihan, dan

pengalaman mengajar secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru.

Penelitian Yulita Evlyn Anggraeni, mahasiswi Universitas

Muhammadiyah Surakarta yang dilakukan pada tahun 2008 dengan judul

“Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Pengalaman Mengajar, dan

Kelengkapan Sarana Pembelajaran terhadap Kinerja Guru di SMP

Page 78: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

63

Muhammadiyah 5 Surakarta”. Dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan

bahwa ada : (1) pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kinerja guru, (2)

pengaruh pengalaman mengajar terhadap kinerja guru, (3) pengaruh kelengkapan

sarana pembelajaran terhadap kinerja guru, dan (4) pengaruh latar belakang

pendidikan, pengalaman mengajar, dan kelengkapan sarana pembelajaran secara

bersama-sama terhadap kinerja guru.

Penelitian Umar Said Cokro Handoko, mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Surakarta yang dilakukan pada tahun 2008 dengan judul

“Pengaruh Tingkat Pendidikan Guru dan Pengalaman Mengajar terhadap

Kinerja Guru pada SMA Muhammadiyah 1 Pekalongan”. Dalam penelitian

tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ada : (1) pengaruh tingkat pendidikan

terhadap kinerja guru, (2) pengaruh pengalaman mengajar terhadap kinerja guru,

dan (3) pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman mengajar secara bersama-

sama terhadap kinerja guru.

Dari ketiga penelitian tersebut terdapat kesamaan antara penelitian yang

penulis lakukan, penelitian yang pertama sama-sama mengandung variabel

pengalaman mengajar guru, penelitian yang kedua sama-sama mengandung

variabel latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru, sedangkan

penelitian yang ketiga sama-sama mengandung variabel pengalaman mengajar

guru.

C. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pembelajaran

di sekolah, antara lain : guru, siswa, sarana prasarana, lingkungan pendidikan, dan

kurikulum. Dari semuanya itu, guru merupakan komponen yang paling

menentukan, karena di tangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana dan

prasarana, dan iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan

peserta didik. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap

terciptanya proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas. Latar belakang

pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi

kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran. Kualitas

Page 79: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

64

pembelajaran ini terlihat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai diadakan

evaluasi. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi

belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan

evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya

prestasi belajar siswa.

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

Latar belakang pendidikan (X1)

Pendidikan pra-jabatan

(pre-service education)

Program kependidikan

Program non

kependidikan

Pendidikan dalam jabatan

(in-service education)

Program kependidikan

Program non

kependidikan

Pelatihan dalam jabatan (in-

service training)

Jalur formal

Jalur informal

Pengalaman mengajar

(X2)

Pengalaman kerja

Ruang lingkup kerja

Masa kerja dan jam kerja

Proses Pembelajaran

(X3)

Perencanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran

Evaluasi pembelajaran

Prestasi Belajar Siswa

(Y)

Aspek kognitif

Aspek afektif

Aspek

psikomotorik

Nilai rata-rata rapor

seluruh siswa

dalam satu kelas

untuk Semester

Ganjil tahun ajaran

2009/ 2010 yang

diampu oleh guru

bidang studi.

Page 80: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

65

D. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus diuji kebenarannya

melalui kegiatan penelitian. Sukardi (2005 : 41) yang dimaksud dengan hipotesis

adalah “jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoretis”. Dalam

Suharsimi Arikunto (2006 : 71), “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul”. Sudjana (2001 : 219) yang dimakdud dengan hipotesis

adalah “asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan

hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya”.Hypothesis is a

tentative, reasonable, testable assertion regarding the accurance of certain

behaviors, phenomena, or events, apredictin of study out come. Hypothesis is

conjectural statement of the relation between two or more variable (p. 476 dalam

T. Widodo, 2008 : 31). Perumusan hipotesis yang penulis kemukakan sebagai

berikut :

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara latar belakang pendidikan guru

dengan prestasi belajar siswa pada SMA Negeri 1 Surakarta

2. Ada hubungan positif yang signifikan antara pengalaman mengajar dengan

prestasi belajar siswa pada SMA Negeri 1 Surakarta

3. Ada hubungan positif yang signifikan pembelajaran dengan prestasi belajar

siswa pada SMA Negeri 1 Surakarta

4. Ada hubungan positif yang signifikan antara latar belakang pendidikan guru,

pengalaman mengajar, dan pembelajaran dengan Prestasi Belajar Siswa pada

SMA Negeri 1 Surakarta

Page 81: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

66

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk memperoleh kebenaran secara

ilmiah yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji

kebenaran suatu peristiwa atau suatu pengetahuan. Untuk memperoleh kebenaran,

suatu penelitian perlu menggunakan metode ilmiah yang tepat, agar data yang

didapatkan adalah data yang obyektif, valid, dan reliabel, sehingga hasil yang

diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

Sukardi (2005 : 19) mendefinisikan “metodologi penelitian adalah usaha

seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan guna

menjawab pertanyaan yang hendak diteliti”.

Dari pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa metodologi penelitian

merupakan pengetahuan tentang prosedur atau cara yang digunakan dalam proses

menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran dengan menggunakan metode

ilmiah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Adapun aspek-aspek metodologi

yang dipergunakan dalam penelitian ini akan penulis uraikan sebagai berikut :

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2009/

2010 yang beralamat di Jalan Wolter Monginsidi No. 40 Surakarta. Adapun

alasan pemilihan tempat penelitian adalah :

a. Tersedianya data yang berhubungan dengan masalah penelitian dan berguna

untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian

b. Belum pernah diadakan penelitian terkait masalah yang akan diteliti oleh

peneliti

2. Waktu Penelitian

Pengalokasian waktu merupakan langkah awal agar penelitian dapat

berjalan dengan teratur. Adapun rencana-rencana penelitian terbagi dalam

Page 82: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

67

persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan. Penelitian ini dilaksanakan pada

tahun ajaran 2009/ 2010. Waktu penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1 Uraian Kegiatan Penelitian

Kegiatan Des Jan Feb Maret April Mei

Proposal

Konsultasi Bab I, II, III

Penelitian dan Pengumpulan

Data

Analisis Data

Konsultasi Bab IV, V

Penyusunan Laporan

B. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel Penelitian

a. Pengertian Variabel

Dalam J. Supranto (1987 : 15) yang dimaksud dengan variabel adalah

“sesuatu yang nilainya berubah-ubah atau berbeda”. Fraenkell, J. R. dan Wallen,

N. E. dalam T. Widodo (2008 : 29) mendefinisikan variabel adalah sebagai

berikut :

A variable is concept – a noun that stands for variation within a class of

objects, such as chair, gender, achievement, motivation….If all members

of class are identical we do not have a variable. Notice that the individual

members in the class of objects, however must differ or vary to quality the

class as variable.

Variabel dimaksudkan suatu konsep atau kebendaan yang menunjukkan

variasi dalam kelas atau kelompok suatu subjek. Dalam Arief Furchan (2005 : 45)

“variabel adalah suatu atribut yang dianggap mencerminkan atau mengungkapkan

pengertian atau bangunan-bangunan”. Kidder dalam Sugiyono (2007 : 3)

“variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan

menarik kesimpulan darinya”.

Page 83: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

68

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang disebut

variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai dan merupakan hal yang kita

teliti.

b. Macam-Macam Variabel

Menurut T. Widodo (2008 : 29-30) variabel dibagi atas :

1. Variabel independen dan dependen

2. Variabel dikotomik dan variabel konstruk

3. Variabel langsung dan tidak langsung

Sedangkan Sugiyono (2007 : 4-7) membagi variabel menjadi :

1. Variabel independent (variabel stimulus/ prediktor/ antecedent/ bebas)

2. Variabel dependen (variabel output/ criteria/ konsekuen)

3. Variabel moderator

4. Variabel intervening

5. Variabel kontrol

Agar lebih jelasnya akan penulis uraikan sebagai berikut :

1) Variabel Independen

Variabel independen (bebas) dibatasi variabel yang memberikan pengaruh

terhadap variabel dependen (bergantung).

2) Variabel Dependen

Variabel dependen dibatasi variabel yang terpengaruh dari variabel

independen.

3) Variabel Dikotomik

Variabel dikotomik (kategorik) adalah variabel yang menunjuk pada

karakteristik objek yang tegas dapat diamati secara nyata.

4) Variabel Konstruk

Variabel konstruk (kontinum) dibatasi variabel bersifat konseptual yang

dibangun berdasarkan teori hanya dapat diamati indikatornya.

5) Variabel Moderator

Variabel yang mempengaruhi (memperkuat/ memperlemah) hubungan

antara variabel independen dengan dependen.

Page 84: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

69

6) Variabel Intervening

Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi

hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak

diamati dan diukur.

7) Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan,

sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak

dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

8) Variabel Langsung

Variabel langsung adalah variabel yang secara nyata mempunyai

keterkaitan dengan variabel lain dalam penelitian.

9) Variabel Tidak Langsung.

Variabel tidak langsung adalah adalah variabel yang mungkin berkaitan

dengan varibel lain dalam penelitian tetapi tidak diteliti oleh peneliti

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan variabel. Menurut Arief

Furchan (2005 : 46-49) berdasarkan penggunaannya di dalam penelitian yang

sedang dilakukan variabel dibagi menjadi :

1. Variabel bebas (independen variable), mencakup :

a) Variabel aktif

b) Variabel atribut

2. Variabel terikat (dependen variable)

Adapun variabel tersebut dapat peneliti jelaskan sebagai berikut :

1) Variabel bebas

Variabel yang mendahului atau mempengaruhi variabel terikat.

2) Variabel aktif

Variabel yang secara langsung dapat dimanipulasi oleh peneliti.

3) Variabel atribut

Variabel yang tidak dapat secara aktif dimanipulasi oleh peneliti.

4) Variabel terikat

Variabel yang merupakan akibat atau tergantung pada variabel yang

mendahuluinya.

Page 85: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

70

Suharsimi Arikunto (2006 : 116-117) variabel kuantitatif diklasifikan

menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Variabel diskrit (variabel nominal/ variabel kategorik)

2. Variabel kontinum, dipisahkan menjadi tiga variabel kecil, yaitu :

a) Variabel ordinal

b) Variabel interval

c) Variabel ratio

Dalam J. Supranto (1987 : 52) variabel dibedakan menjadi :

1. Variabel kontinu (continuous variable)

2. Variabel diskrit (discrete variable)

Agar lebih jelasnya akan penulis uraikan sebagai berikut :

1) Variabel kontinu

Variabel yang dapat mengambil nilai pecahan dan diperoleh dari hasil

pengukuran

2) Variabel diskrit

Variabel yang hanya mengambil bilangan bulat dan diperoleh dari hasil

menghitung.

c. Skala Pengukuran

Pengukuran adalah proses penterjemahan hasil-hasil penterjemahan hasil-

hasil pengamatan menjadi angka-angka (Arief Furchan, 2005 : 142). Para peneliti

biasanya mulai dengan variabel, kemudian dengan menggunakan kaidah, mereka

menetapkan bagaimana varibel itu akan diungkapkan dalam bentuk angka. Skala

pengukuran menurut Stebens dalam Arief Furchan (2005 : 142-149) digolongkan

menjadi skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.

Adapun penjelasan masing-masing skala dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Skala nominal

Angka-angka yang digunakan dalam skala nominal tidak mewakili jumlah

karakteristik apa pun, baik secara mutlak maupun relatif. Angka atau

nomor itu hanya berfungsi menetapkan identitas anggota suatu kategori

yaitu sebagai label (sebutan). Angka tidak dapat diolah secara matematis

melalui proses penambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian.

Page 86: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

71

2) Skala ordinal

Angka yang ditetapkan dalam pengukuran ordinal hanya menunjukkan

urutan posisi, tidak lebih daripada itu.

3) Skala interval

Skala interval ialah skala yang memberi jarak interval yang sama dari

suatu titik asal yang tidak tetap. Skala interval bukan saja menyusun urutan

objek atau kejadian berdasarkan jumlah atribut yang diwakili, melainkan

juga menetapkan juga interval yang sama di antara unit-unit ukuran.

Perbedaan yang sama dalam angka menunjukkan perbedaan yang sama

pula dalam sifat (atribut) yang sedang diukur.

4) Skala rasio

Skala ini mempunyai titik nol sejati di samping interval yang sama.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Variabel terikat, yaitu Prestasi Belajar Siswa (Y)

b. Variabel bebas terdiri dari :

1) Latar Belakang Pendidikan Guru (X 1 )

2) Pengalaman Mengajar (X 2 )

3) Pembelajaran (X 3 )

2. Definisi Konsep Variabel

a. Latar Belakang Pendidikan Guru

Latar belakang pendidikan guru yaitu kesesuaian pendidikan yang dimiliki

guru terkait dengan bidang tugasnya, baik yang ditempuh secara formal

maupun informal yang harus ditempuh seseorang sebelum maupun selama

menjadi guru.

b. Pengalaman Mengajar

Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas

sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas

Page 87: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

72

dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok

masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat

berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang

berwenang.

c. Pembelajaran

Pembelajaran sebagai usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,

yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa yang belajar, dimana

perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam

waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

d. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir,

merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi

tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan

prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target

dalam ketiga kriteria tersebut.

3. Definisi Operasional Variabel

a. Latar Belakang Pendidikan Guru

Latar belakang pendidikan yaitu pendidikan yang telah atau sedang ditempuh

guru dan ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangannya, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Pengalaman mengajar guru

Pengalaman mengajar adalah segala hal serta kegiatan yang sedang maupun

sudah dialami guru dalam mendukung serta melaksanakan tugas mengajar di

sekolah berkenaan dengan masa kerja, jam kerja, dan ruang lingkup kerja,

sehingga hal-hal yang dialami dapat dikuasainya, baik tentang pengetahuan,

keterampilan, maupun nilai-nilai yang menyatu dalam dirinya

c. Pembelajaran

Pembelajaran adalah situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara

guru dan murid serta berbagai komponen-komponen pendukung lainya,

Page 88: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

73

seperti metode, media, bahan/ materi pelajaran untuk tercapainya tujuan

pembelajaran.

d. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah kemampuan siswa yang

diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat

dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai raport dalam bidang studi tertentu.

C. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang tepat dalam penelitian, seorang peneliti

harus menggunakan acuan metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan

penelitiannya. Selain itu agar penelitian sampai pada tujuan yang akan dicapai

diperlukan adanya cara yang tepat, yang menjadi arahan dalam langkah-langkah

yang tepat.

Dalam T. Widodo (2008 : 21) “metode dimaksud disini menunjuk pada

prosedur yang lebih bersifat teknis untuk penelitian kuantitatif…cara menjabarkan

karakteristik variabel dan menemukan keterkaitan antar variabel penelitian”.

Sedangkan Arief Furchan, 2005 : 39, “metode penelitian ialah strategi umum yang

dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna

menjawab persoalan yang dihadapi”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

merupakan cara untuk menguji dan mengembangkan suatu teori dengan

menggunakan suatu metode ilmiah melalui tahapan-tahapan yang telah

direncanakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian

Ada berbagai metode yang dapat digunakan dalam suatu penelitian.

Fraenkell, J. R & Wallen, N. E (dalam T. Widodo, 2008 : 35) “jenis metode

penelitian kuantitatif meliputi experimental research, correlational research,

causal-comparatif research, dan survey research”. Dalam Sukardi (2005)

dijelaskan beberapa jenis metode penelitian, seperti penelitian deskriptif,

penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian survei, penelitian

sejarah, dan penelitian tindakan.

Untuk memperjelas beberapa metode penelitian tersebut, akan penulis

uraikan lebih lanjut sebagai berikut :

Page 89: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

74

1. Metode Penelitian Eksperimen

Dalam penelitian eksperimen para peneliti melakukan tiga persyaratan dari

suatu bentuk penelitian. Ketiga persyaratan tersebut, yaitu kegiatan

mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Peneliti juga harus membagi objek

atau subjek yang diteliti menjadi dua group, yaitu group treatment atau yang

memperoleh perlakuan dan group kontrol yang tidak memperoleh perlakuan.

2. Metode Penelitian Korelasi

Penelitian jenis korelasi digunakan untuk menemukan kemungkinan ada-

tidaknya hubungan antar dua atau lebih variabel bebas dengan variabel

bergantung. Variabel-variabel itu terjadi secara bersamaan dan bersifat

konstruk. Berdasarkan arah hubungan dibedakan hubungan positif dan

negatif.

3. Metode Penelitian Komparasi

Penelitian ini ingin menemukan ada-tidaknya perbedaan dua kelompok atau

lebih atas variabel bebas yang diharapkan. Penelitian komparasi lebih cocok

digunakan untuk mencari perbedaan antar variabel yang bersifat diskrit atau

dikotomik, atau variabel konstruk yang datanya ditransfer menjadi data

interval.

4. Metode Penelitian Survei

Metode penelitian survei digunakan untuk memecahkan masalah-masalah isu

skala besar yang aktual dengan populasi sangat besar, sehingga diperlukan

sampel ukuran besar

5. Metode Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini

peneliti tidak melakukan kontrol dan memanipulasi variabel penelitian.

Dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan

hubungan antarvariabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan

mengembangkan teori yang memiliki validitas universal. Di samping itu,

penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, di mana pengumpulan data

Page 90: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

75

untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan

keadaan atau kejadian sekarang.

6. Metode Penelitian Ex-postfakto

Penelitian ini disebut penelitian ex-postfakto karena para peneliti

berhubungan dengan variabel yang telah terjadi dan mereka tidak perlu

memberikan perlakuan terhadap variabel yang diteliti.

7. Metode Penelitian Sejarah

Penelitian sejarah merupakan salah satu penelitian mengenai pengumpulan

dan evaluasi data secara sistematik berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk

menguji hipotesis yang berhubungan dengan penyebab, pengaruh, atau

perkembangan kejadian yang akan membantu dengan memberikan informasi

pada kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang.

8. Metode Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan adalad suatu cara kelompok atau seseorang dalam

mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari

pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh

orang lain. Penelitian tindakan dapat dilakukan baik secara grup maupun

individual dengan harapan pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses

untuk memperbaiki kualitas kerja orang lain.

Dalam Suharsimi Arikunto (2006 : 82) disebutkan bahwa penelitian kasus

(case studies), penelitian kausal komparatif, dan penelitian korelasi merupakan

bagian dari penelitian deskriptif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

menggunakan metode deskriptif dengan analisis kuantitatif. Alasan menggunakan

metode deskriptif karena peneliti akan berusaha menggambarkan keadaan

berdasarkan fakta-fakta yang ada serta lebih memusatkan diri pada pemecahan

masalah yang terjadi pada saat sekarang. Sedangkan alasan menggunakan

menggunakan analisis kuantitatif karena peneliti bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas (X) dalam hal ini latar belakang pendidikan guru

(X1), pengalaman mengajar (X2), dan pembelajaran (X3) dengan variabel terikat

(Y) dalam hal ini prestasi belajar siswa (Y). Berdasarkan kategori penelitian

Page 91: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

76

deskriptif, penelitian ini termasuk study korelasional karena mencari hubungan

dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian deskriptif menurut

Sukardi (2005 : 158-159), yaitu :

1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk

dipecahkan melalui metode deskriptif.

2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.

3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.

5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau

hipotesis penelitian.

6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan, seperti

menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan

instrumen pengumpul data, dan menganalisis data.

7. Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan

menggunakan teknik statistika yang relevan.

8. Membuat laporan penelitian.

Moh. Nazir (2003 : 62-63) mengemukan langkah-langkah penelitian

deskriptif adalah sebagai berikut :

1) Memilih dan merumuskan masalah, 2) menentukan tujuan penelitian, 3)

Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian

deskriptif akan dilaksanakan, 4) Merumuskan kerangka teori atau

kerangka konseptual yang diturunkan dalam bentuk hipotesis untuk

diverifikasikan, 5) Menelusuri sumber-sumber kepustakaan, 6)

Merumuskan hipotesis yang ingin diuji, 7) Melakukan kerja lapangan

untuk mengumpulkan data, 8) Membuat tabulasi atau analisis statistik

terhadap data yang dikumpulkan, 9) Memberikan interprestasi, 10)

Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-

hipotesis yang ingin diuji.

Sejalan dengan pendapat yang telah dikemukakan tersebut, maka langkah-

langkah penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah yang akan diteliti.

2. Mengadakan pembatasan masalah

3. Merumuskan kerangka teori

4. Merumuskan hipotesis

5. Menyiapkan instrumen dan memilih teknik pengumpulan data

6. Menentukan subjek penelitian

Page 92: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

77

7. Pengumpulan data untuk pengujian hipotesis

8. Menganalisis data dan menguji hipotesis

9. Menarik kesimpulan atau generalisasi

10. Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan subjek penelitian sekaligus sebagai

sumber data dalam penelitian. Agar tujuan penelitian bisa tercapai dengan baik,

maka populasi dan sampel harus diambil secara tepat. Sampel harus representatif,

yaitu dapat mewakili populasi dalam arti semua ciri-ciri atau karakteristik

populasi. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan setiap penelitian harus ditetapkan

populasi maupun sampelnya.

1. Populasi Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 130) “populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian”. Dalam Encyclopedia of Education Evaluation seperti yang

dikutip Suharsimi Arikunto tertulis “a population is a set (or collection) of all

elements prossessing one or more attributes of interest”. T. Widodo (2008 : 47)

mendefinisikan “populasi adalah keseluruhan individu atau satuan-satuan tertentu

sebagai anggota atau himpunan dalam suatu kelas/ golongan tertentu”. Dalam J.

Supranto (1987 : 15) “populasi adalah kumpulan seluruh elemen yang sejenis

akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain”. Arief Furchan (2005 : 193)

merumuskan “populasi sebagai semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau

objek yang telah dirumuskan secara jelas”. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi

(1984 : 220), populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk

diselidiki atau sejumlah penduduk maupun individu yang paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama. Menurut Ary, dkk (1985 : 138) dalam Sukardi

(2005 :53), population is all members of well defined class of people, events, or

objects. Populasi menurut Babbie dalam Sukardi (2005 : 53) adalah “elemen

penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target

hasil penelitian”. Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar

Page 93: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

78

(2003 : 181) “populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun

pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu

mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas”.

Jadi populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian. Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru bidang studi yang

mengajar di SMA Negeri 1 Surakarta, yang berjumlah 93 orang.

2. Sampel Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, tidak selalu seluruh populasi dikenakan

penelitian. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu adanya pembatasan, yaitu

dengan menetapkan sampel. Sampel harus bisa mewakili keseluruhan dari

populasi yang diteliti, dalam arti sampel harus bersifat representatif

a. Alasan menggunakan Sampel

Suharsimi Arikunto (2006 : 133) menjelaskan beberapa keuntungan

menggunakan sampel, adalah :

1) Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan

populasi, maka kerepotannya tentu kurang.

2) Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang

terlewati.

3) Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang,

waktu, dan tenaga)

4) Ada kalanya dengan penelitian populasi berarti desktruktif (merusak).

5) Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. Karena

subjeknya banyak, petugas pengumpul data menjadi lelah, sehingga

pencatatannya bisa menjadi tidak teliti.

6) Ada kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian

populasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka alasan peneliti menggunakan sampel

adalah lebih menghemat waktu, biaya, dan tenaga, banyak masalah yang dapat

diteliti atau dapat memberikan informasi yang lebih menyeluruh dan mendalam,

dan data yang terkumpul lebih akurat, karena petugas lapangan lebih kecil

sehingga kemungkinan kesalahan lebih kecil.

Page 94: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

79

b. Pengertian Sampel

Menurut Sutrisno Hadi (1984 : 221) ”sampel adalah sejumlah penduduk

yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi”. Suharsimi Arikunto (2006 : 131)

”sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. J. Supranto (1987 : 15)

”sampel adalah sebagian dari populasi”. Dalam Arief Furchan (2005 : 193),

”kelompok kecil yang diamati disebut sampel”. Sukardi (2005 : 54) menyebutkan

”sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data disebut sampel

atau cuplikan”. Tidak berbeda dengan beberapa pendapat para ahli tersebut,

Sudjana (2001 : 6) menyebutkan ”sebagian yang diambil dari populasi disebut

sampel”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut

sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan subjek dalam penelitian dan

mampu mewakili populasi.

c. Sampling

Menurut Sutrisno Hadi (1984 : 222) ”sampling adalah cara atau teknik

yang digunakan untuk mengambil sampel”.

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa sampling

adalah pengambilan sampel atau mengambil suatu bagian dari populasi atau

keseluruhan sebagai wakil yang dapat mewakili (representatif) populasi atau

keseluruhan tersebur.

Dalam Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar (2003) teknik

sampling berguna untuk :

1) Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili

(representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat

dipertanggungjawabkan.

2) Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak.

3) Menghemat waktu, tenaga, biaya, menghemat benda coba yang

merusak.

Sutrisno Hadi (1984 : 222-230) mengemukakan bahwa teknik sampling

dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Random Sampling. Dengan randomisasi dimaksudkan suatu teknik

mengambil individu untuk sampel dari populasi dengan cara random.

Suatu cara disebut random kalau kita tidak memilih-milih individu-

Page 95: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

80

individu yang kita tugaskan untuk mengisi sampel kita. Sampel yang

diperoleh dengan cara ini disebut sampel random atau random sample.

Suatu sample adalah sampel random jika tiap-tiap individu dalam

populasi diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan menjadi

anggota sampel. Cara-cara yang digunakan untuk merandomisasi

antara lain adalah :

a) Cara undian

b) Cara ordinal

c) Randomisasi dari tabel bilangan random

2) Nonrandom Sampling. Sampling yang bukan random sampling

disebut nonrandom sampling. Dalam nonrandom sampling tidak

semua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk

ditugaskan menjadi anggota sampel. Cara-cara yang digunakan dalam

nonrandom sampling adalah :

a) Stratified sampling

b) Purposive sampling

c) Quota sampling

d) Incidental sampling

e) Proportional sampling

f) Area sampling

g) Cluster sampling

h) Double sampling

i) Combined sampling

Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar (2003 : 183) teknik

pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1) Sampling random (probability sampling), yaitu pengambilan contoh

secara acak (random) yang dilakukan dengan cara undian, ordinal,

atau tabel bilangan random atau dengan komputer.

2) Sampling nonrandom (nonprobability sampling) atau disebut juga

sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan contoh tidak secara

acak.

Sugiyono (2007 : 63) teknik pengambilan sampling dibedakan menjadi

dua :

1) Probability sampling, meliputi simple random sampling,

proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified

random sampling, dan area (cluster) sampling.

2) Nonprobablity sampling, meliputi sampling sistematis, sampling

kuota, sampling insidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan

snowball sampling.

Page 96: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

81

d. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

teknik random sampling. Dengan teknik random sampling maka pengambilan

sampel bersifat objektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (1984 :

222) :

Randomisasi dimaksudkan suatu teknik mengambil individu untuk sampel

dari populasi dengan cara random. Suatu cara disebut random kalau kita

tidak memilih-milih individu-individu yang kita tugaskan untuk mengisi

sampel kita. Sampel yang diperoleh dengan cara ini disebut sampel

random atau random sample. Suatu sample adalah sampel random jika

tiap-tiap individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk

ditugaskan menjadi anggota sampel...

Sedangkan menurut Sudjana dalam T. Widodo (2008 : 48) ”...random

sampling untuk penelitian kuantitatif dan non-random sampling untuk penelitian

kualitatif”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Y. Slamet dalam T. Widodo (2008 :

48) menyatakan bahwa ”random sampling menjadi salah satu ciri-ciri penelitian

kuantitatif”.

Dari semua guru, penelti mengambil sampel dengan teknik random

sampling dengan cara undian tanpa pengembalian. Nomor undian yang telah

keluar menjadi sampel, tidak dikembalikan lagi ke dalam kerangka sampel. Hal

ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2002 : 165-166) yang menyatakan ada dua

perlakuan ketika sampel diambil :

1) Anggota yang telah diambil untuk dijadikan anggota sampel disimpan

kembali, disatukan dengan anggota lainnya. Dengan demikian anggota

ini masih ada kesempatan untuk diambil kembali pada pengembalian

berikutnya. Cara pengambilan sampel demikian dinamakan sampling

dengan pengembalian.

2) Anggota yang telah untuk dijadikan anggota sampel tidak disimpan

kembali ke dalam populasi. Dengan demikian setiap anggota hanya

bisa diambil satu kali. Cara pengembalian sampel demikian

dinamakan sampling tanpa pengembalian.

Menurut Sutrisno Hadi (1984 : 76), langkah-langkah dalam pengembalian

sampel dengan teknik random sampling dengan cara undian adalah sebagai

berikut :

1) Buat daftar yang berisi semua subyek/ individu.

Page 97: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

82

2) Beri kode nomer urut kepada semua subyek/ individu itu.

3) Tulis kode-kode itu masing-masing ke dalam selembar kertas kecil.

4) Gulung kertas-kertas itu baik-baik.

5) Masukkan gulungan-gulungan kertas itu ke dalam tempolong.

6) Kocok baik-baik tempolong itu.

7) Ambil kertas-kertas gulungan itu satu demi satu sampai jumlah yang

kita perlukan tercapai.

Sesuai dengan langkah-langkah tersebut di atas, yang penulis lakukan

adalah :

1) Membuat daftar semua subyek atau membuat ”sampling frame”, yaitu

daftar seluruh guru bidang studi di SMA Negeri 1 Surakarta.

2) Memberi kode angka pada tiap subyek.

3) Menuliskan kode angka tersebut pada sebuah kertas kecil.

4) Menggulung kertas yang bertuliskan kode itu baik-baik.

5) Memasukkan gulungan kertas tersebut pada sebuah kaleng.

6) Mengocok kaleng itu.

7) Mengambil kertas sebanyak sampel yang dibutuhkan. Kertas gulungan

yang sudah keluar tidak dimasukkan lagi, karena cara yang digunakan

adalah tanpa pengembalian.

e. Menetapkan Besarnya Sampel

Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar (2003 : 186-187)

mengemukakan ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

besarnya sampel., yaitu :

1) Pertimbangan praktis

Pertimbangan praktis menyangkut :

a) Unsur-unsur biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan.

b) Untuk eksploratori (exploratory) atau penemuan atau penjajakan,

maka anggota sampel tidak perlu banyak ataukah untuk

eksplanatori (eksplanatory) atau menerangkan, maka anggota

sampel harus lebih banyak.

c) Jika kita memilih sampel yang banyak, maka tingkat prediksi relatif

tepat, kesalahan mentabulasi dan menghitung besar, reliabilitas

besar, dan power meningkat, demikian pula sebaliknya.

2) Ketepatan

Semakin kecil kita memilih taraf signifikansi atau alpha ( ), semakin

banyak anggota sampelnya.

Page 98: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

83

3) Pertimbangan nonrespons

Pertimbangan nonrespons ialah perkiraan jumlah anggota sampel yang

dapat dijadikan responden setelah seluruh anggota sampel dikurangi

dengan jumlah anggota sampel yang dijadikan kelompok uji coba

instrumen penelitian. Anggota sampel yang sudah dijadikan kelompok

uji coba sebaiknya tidak dipakai sebagai responden untuk

mendapatkan data yang sebenarnya. Selain pertimbangan di atas, juga

perlu dipertimbangkan berapa responden yang bersedia

mengembalikan angket atau dapat diwawancarai serta diobservasi.

4) Analisis data

Sedangkan Moehar Daniel (2002 : 51) mengemukakan hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam penetapan jumlah contoh, yaitu

1) Derajat keseragaman (degree of homogeneity) dari populasi

Makin seragam populasi, makin kecil contoh yang diambil…

2) Presisi yang dikehendaki

Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, contoh yang diambil

akan semakin besar. Sebaliknya kalau penelitian dapat

mentoleransikan tingkat presisi yang lebih rendah, jumlah contoh pun

bisa lebih kecil.

3) Biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia

Makin besar biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia, makin besar pula

contoh yang diambil. Tingkat presisi yang diperoleh pun akan

semakin tinggi

Dari pendapat di atas dapat ditarik pengertian bahwa seorang peneliti yang

akan mengambil besarnya sampel harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu

derajat keseragaman dari populasi, presisi yang dikendaki dari penelitian, rencana

analisis, serta tenaga, waktu dan biaya.

Mengenai besar kecilnya pengambilan sampel pada prinsipnya tidak ada

peraturan secara mutlak untuk menentukan ukuran sampel. Hal ini dapat dilihat

dari beragamnya pendapat para ahli mengenai patokan untuk menentukan besar

kecilnya sampel.

Suharsimi Arikunto (2006 : 134) menyebutkan bahwa :

Untuk sekadar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih

baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Tetapi, jika jumlahnya subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau

20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data.

Page 99: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

84

3. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian

yang risikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih

baik.

Roscoe dalam Sugiyono (2007 : 74) memberikan saran tentang ukuran

sampel untuk penelitian seperti berikut ini :

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 – 500

2. Bila sampel terbagi dalam kategori (misal ; pria – wanita, pegawai

negeri – swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap

kategori minimal 30

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate

(korelasi/ regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10

kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitian

ada 5 (independen+dependen), maka jumlah anggota sampel 10×5 =

50

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota

sampel masing-masing kelompok antara 10 s/ d 20.

Moehar Daniel (2002 : 51) “…contoh yang harus diambil tidak kurang

dari 10%, sebaliknya ada juga pendapat yang mengatakan 5% dari populasi sudah

cukup”.

Menurut Winarno Surakhmad (1994 : 100) “Bila populasi di bawah 100

dapat diambil sampel 50% dan di atas 100 sebesar 15%. Menurut Radiany

Rahmady dalam T. Widodo (2008 : 56), mengajukan formulasi presisi ukuran

sampel seperti di bawah ini :

N = Jumlah Populasi

n = Jumlah sampel

d = nilai presisi

Berpedoman pada beberapa pendapat tersebut di atas, maka peneliti

menetapkan besarnya sampel sebesar 50% dari jumlah populasi, yaitu 93 orang.

Jadi sampel yang digunakan adalah 47 orang (46,5 dibulatkan). Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel random sampling.

12

dN

Nn

Page 100: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

85

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk

mendapatkan data yang konkrit dari suatu objek yang diteliti. J. Supranto (1987 :

17) “mengumpulkan data berarti mencatat peristiwa penting atau mencatat

karakteristik elemen”.Dalam Suharsimi Arikunto (2006 : 160) “metode penelitian

adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya. Variasi metode yang dimaksud adalah angket, wawancara,

pengamatan atau observasi, tes, dokumentasi”.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode pengumpulan data pokok, meliputi :

a) Angket

b) Dokumentasi

2. Metode pengumpulan data pembantu, meliputi :

a) Observasi

b) Interview

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Metode Angket atau Kuesioner

a. Pengertian Angket

Dalam Suharsimi Arikunto (2006 : 151) “kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan T.

Widodo (2008 : 54) “teknik kuesioner merupakan cara mengumpulkan data

dengan menyampaikan daftar seperangkat pertanyaan baik langsung maupun

melalui pos kepada responden penelitian”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa

kuesioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah dengan cara memberikan

daftar pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan informasi, keterangan,

tanggapan, atau hal lain yang diketahui secara tertulis.

Page 101: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

86

Peneliti menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data variabel, yaitu

tentang latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, pembelajaran,

serta prestasi belajar siswa.

b. Kelebihan dan Kelemahan Angket

Arief Furchan (2005 : 260) menyebutkan keuntungan menggunakan

kuesioner yaitu “karena semua subyek diberi instruksi yang sudah baku, maka

hasil-hasil penelitian itu tidak akan diwarnai oleh penampilan, suasana perasaan,

atau tingkah laku peneliti”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 152), metode

angket memiliki banyak keuntungan, yaitu :

1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing

dan menurut waktu senggang responden.

4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-

malu menjawab.

5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi

pertanyaan yang benar-benar sama.

Dalam Sukardi (2005 : 76) beberapa keunggulan dari metode kuesioner

adalah :

1) Dapat mengungkapkan pendapat atau tanggapan seseorang baik secara

individu maupun kelompok terhadap permasalahan.

2) Dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah besar dengan

waktu relatif singkat.

3) Tetap terjaganya objektivitas responden dari pengaruh luar terhadap

suatu permasalahan yang diteliti.

4) Tetap terjaganya kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai

dengan pendapat pribadi.

5) Karena diformat dalam bentuk surat, maka biaya lebih murah.

6) Penggunaan waktu yang lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang

telah diberikan peneliti.

7) Dapat menjaring informasi dalam skala luas dengan waktu yang cepat.

Selain angket memiliki kelebihan, seperti disebutkan di atas, angket juga

memiliki beberapa kelemahan. Dalam T. Widodo (2008 : 54) kelebihan dari

kuesioner yaitu : “dapat digunakan untuk memperoleh informasi responden yang

begitu banyak dan dalam waktu yang bersamaan”. Suharsimi Arikunto (2006 :

152-153), mengemukakan kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut :

Page 102: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

87

1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada

pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulang untuk

diberikan kembali kepadanya.

2) Sering sukar dicari validitasnya

3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja

memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

4) Sering tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.

5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang

ada yang terlalu lama sehingga terlambat.

Sedangkan Sukardi ( 2005 : 76) menyebutkan beberapa kelemahan metode

kuesioner di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Peneliti tidak dapat melihat reaksi responden ketika memberikan

informasi melalui isian kuesioner.

2) Responden tidak memberikan jawaban dalam waktu yang telah

ditentukan.

3) Responden memberikan jawaban secara asal-asalan.

4) Kembalinya kuesioner bergantung pada kesadaran responden dalam

menjawab dan mengantar lewat kantor pos.

c. Macam-macam Angket

Kuesioner dapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis. Dalam Surhasimi

Arikunto (2006 : 52) kuesioner dibagi menjadi :

1) Dipandang dari cara menjawab, maka ada :

a) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden

untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

b) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih.

2) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada :

a) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

b) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang

orang lain.

3) Dipandang dari bentuknya, maka ada :

a) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan

kuesioner tertutup.

b) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.

c) Chesk list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan

tanda check (√) pada kolom yang sesuai.

d) Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti

oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan,

misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

Sukardi (2005 : 77) bentuk item kuesioner dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu :

Page 103: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

88

1) Kuesioner dengan item pertanyaan tertutup. Peneliti telah memberikan

beberapa alternatif jawaban pada kolom yang disediakan, sementara

itu responden tinggal memilih dari jawaban yang paling mendekati

pilihan responden. Dilihat dari cara memberikan alternatif jawaban

yang direncanakan oleh peneliti, kuesioner dengan item tertutup dapat

dibedakan menjadi :

a) Dua alternatif jawaban : benar, salah; ya atau tidak.

b) Kuesioner dengan tiga atau lebih jawaban alternatif.

2) Kuesioner dengan item pertanyaan terbuka. Dalam menjawab

pertanyaan yang direncanakan oleh si peneliti, responden diberikan

kesempatan yang luas untuk menjawab pertanyaan tersebut.

d. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, maka alat pengumpul

data yang digunakan harus relevan dengan masalah yang harus diteliti. Menurut

Suharsimi Arikunto (2006 : 160) “instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah”. Variasi dari jenis instrumen penelitian adalah

angket, check list atau daftar centang, pedoman wawancara, dan pedoman

pengamatan.

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini berbentuk angket langsung

yang bersifat tertutup, artinya angket tersebut jawabannya sudah disediakan.

Subyek tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi

atau keadaan dirinya, hal ini dimaksudkan supaya jawaban subyek tidak terlalu

melebar. Alasan peneliti menggunakan angket langsung tertutup dengan pilihan

item pertanyaan menggunakan jawaban pilihan berganda adalah sebagai berikut :

1) Memberi kemudahan kepada responden dalam memberikan tanggapan,

sehingga responden hanya memilih salah satu dari kemungkinan jawaban

yang telah disediakan.

2) Data yang terkumpul sesuai dengan yang diharapkan.

Page 104: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

89

e. Langkah-Langkah Penyusunan Angket

1) Menetapkan tujuan

Dalam penelitian ini, angket disusun dengan tujuan untuk mendapatkan

data tentang latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar guru,

pembelajaran, dan prestasi belajar siswa.

2) Merumuskan definisi konsep dari variabel yang diteliti :

a) Latar Belakang Pendidikan Guru

Latar belakang pendidikan guru yaitu kesesuaian pendidikan yang

dimiliki guru terkait dengan bidang tugasnya, baik yang ditempuh

secara formal maupun informal sebelum maupun selama menjadi

guru.

b) Pengalaman Mengajar Guru

Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan

tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan

surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah,

dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik

dari komponen ini dapat berupa surat keputusan/surat keterangan yang

sah dari lembaga yang berwenang.

c) Pembelajaran

Pembelajaran sebagai usaha sadar dari guru untuk membuat siswa

belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa yang

belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

d) Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam

berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna

apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor,

sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang

belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Page 105: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

90

3) Merumuskan definisi operasional dari variabel yang diteliti :

(a) Latar Belakang Pendidikan Guru

Latar belakang pendidikan yaitu pendidikan yang telah atau sedang

ditempuh guru dan ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangannya,

tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan sesuai

dengan bidang tugasnya.

(b) Pengalaman Mengajar Guru

Pengalaman mengajar adalah segala hal serta kegiatan yang sedang

maupun sudah dialami guru dalam mendukung serta melaksanakan

tugas mengajar di sekolah berkenaan dengan masa kerja, jam kerja,

dan ruang lingkup kerja, sehingga hal-hal yang dialami dapat

dikuasainya, baik tentang pengetahuan, keterampilan, maupun nilai-

nilai yang menyatu dalam dirinya.

(c) Pembelajaran

Pembelajaran adalah situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi

antara guru dan murid serta berbagai komponen-komponen

pendukung lainya, seperti metode, media, bahan/ materi pelajaran

untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

(d) Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah kemampuan siswa yang

diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai raport dalam bidang

studi tertentu

4) Membuat indikator dari variabel yang diteliti

a) Latar Belakang Pendidikan Guru

(1) Pendidikan prajabatan, meliputi :

(a) Program kependidikan

(b) Program non kependidikan

(2) Pendidikan dalam jabatan, meliputi :

(a) Program kependidikan

(b) Program non kependidikan

Page 106: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

91

(3) Pelatihan dalam jabatan, meliputi :

(a) Jalur formal

(b) Jalur informal

b) Pengalaman Mengajar Guru

(1) Pengalaman kerja

(2) Raung lingkup kerja, meliputi :

(a) Tugas pokok

(b) Tugas tambahan

(3) Masa kerja dan jam kerja

c) Pembelajaran

(1) Perencanaan pembelajaran, meliputi :

(a) Merencanakan pengelolaan pembelajaran

(b) Merencanakan pengorganisasian bahan pelajaran

(c) Merencanakan pengelolaan kelas

(d) Merencanakan alat dan media pembelajaran

(e) Merencanakan penilaian prestasi siswa

(2) Pelaksanaan pembelajaran, meliputi :

(a) Memulai pembelajaran

(b) Mengelola kegiatan pembelajaran

(c) Pengelolaan waktu

(d) Pengorganisasian siswa

(e) Pelaksanaan penilaian

(3) Evaluasi pembelajaran

(a) Melaksanakan tes

(b) Mengadakan remidi

(c) Mengadakan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran

d) Prestasi Belajar Siswa

(1) Aspek kognitif

(2) Aspek afektif

(3) Aspek psikomotorik

Page 107: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

92

Untuk nilai rata-rata rapor siswa diperoleh dari dokumentasi, yaitu

nilai rata-rata rapor siswa untuk Semester Ganjil Tahun Ajaran 2009/

2010 dalam satu kelas yang diampu oleh guru bidang studi tertentu.

5) Membuat kisi-kisi angket

Angket latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan

pembelajaran mengacu pada teori profesionalisme guru. Beberapa syarat

guru dianggap professional yaitu ditinjau latar belakang pendidikan dan

pengalaman mengajar yang dimiliki. Pembelajaran merupakan kegiatan

nyata yang harus dilakukan guru. Keberhasilan pembelajaran akan terlihat

dari prestasi yang dicapai oleh siswa. Adapun angket dari masing-masing

variabel akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Angket latar belakang pendidikan guru yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada Teori dari Syaiful Bahri Djamarah, Wiji

Suwarno, Soetjipto, Oemar Hamalik, serta Undang-Undang Guru dan

Dosen Nomor 14 Tahun 2005 yang mencakup pendidikan prajabatan,

pendidikan dalam jabatan, dan pelatihan dalam jabatan.

b) Angket pengalaman mengajar guru yang digunakan dalam penelitian

ini mengacu pada Teori dari Ahmad Barizi, Martinis Yamin, serta

Syaiful Bahri Djamarah yang mencakup pengalaman kerja serta tugas

mengajar guru.

c) Angket pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu

Teori dari Gino, E. Mulyasa, Ngalim Purwanto, serta Martinis Yamin

yang mencakup perencanaaan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.

d) Angket prestasi belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu Teori dari Slameto, S. Nasution, serta Saifudin Anwar yang

mencakup aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik, serta

nilai rata-rata rapor seluruh siswa dalam satu kelas untuk Semester

Ganjil Tahun Ajaran 2009/ 2010 dalam satu kelas yang diampu oleh

guru bidang studi tertentu.

Page 108: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

93

Untuk memperjelas rincian indikator tiap variabel di atas, maka

peneliti membuat kisi-kisi instrumen penelitian. Uraian kisi-kisi instrumen

penelitian dari tiap variabel adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Kisi-Kisi Angket Penelitian

Latar Belakang Pendidikan Guru, Pengalaman Mengajar, Pembelajaran,

dan Prestasi Belajar Siswa

Konsep Dasar Indikator Sub Indikator Item Jumlah

item

Latar belakang

pendidikan guru, yaitu

pendidikan yang telah

atau sedang ditempuh

guru dan ditetapkan

berdasarkan tingkat

perkembangannya,

tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan

yang dikembangkan

sesuai dengan bidang

tugasnya

Pendidikan

prajabatan

1. Program

kependidikan

2. Program non

kependidikan

1, 2, 3,4 4

Pendidikan

dalam jabatan

1. Program

kependidikan

2. Program non

kependidikan

5, 6 2

Pelatihan dalam

jabatan

1. Jalur formal 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15,

16, 17

11

2. Jalur informal 18, 19 2

Pengalaman mengajar

guru, yaitu segala hal

serta kegiatan yang

sedang maupun sudah

dialami guru dalam

mendukung serta

melaksanakan tugas

mengajar di sekolah

Pengalaman

kerja

21, 22 2

Ruang lingkup

kerja

1. Tugas pokok 23, 29 2

Page 109: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

94

berkenaan dengan masa

kerja, jam kerja, dan

ruang lingkup kerja,

sehingga hal-hal yang

dialami dapat

dikuasainya, baik

tentang pengetahuan,

keterampilan, maupun

nilai-nilai yang menyatu

dalam dirinya

2. Tugas tambahan 27, 28, 30 3

Masa kerja dan

jam kerja

1. Masa kerja 20, 24 2

2. Jam kerja 25, 26 2

Pembelajaran, yaitu

situasi yang

memungkinkan

terjadinya interaksi

antara guru dan muris

serta komponen-

komponen pendukung

lainnya, seperti strategi,

metode, media, bahan/

materi pelajaran, dan

evaluasi untuk

tercapainya tujuan

pembelajaran

Perencanaan

pembelajaran

Merencanakan

pengelolaan

pembelajaran

31, 32, 33, 34,

35, 36

6

Merencanakan

pengorganisasian

bahan pelajaran

37, 38, 39 3

Merencanakan

pengelolaan kelas

40, 41 2

Merencanakan alat

dan media

pembelajaran

42, 43, 44 3

Merencanakan

penilaian prestasi

siswa

45, 46 2

Pelaksanaan

pembelajaran

Memulai

pembelajaran

47, 48 2

Mengelola kegiatan

pembelajaran

49, 51, 52, 53,

54, 55, 56, 57,

60

9

Pengorganisasian

siswa

50, 58, 59 3

Pelaksanaan

penilaian

61, 62, 63 3

Page 110: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

95

Evaluasi

pembelajaran

Melaksanakan tes 64, 65 2

Mengadakan remidi 66, 67 2

Mengadakan

penilaian

68, 69, 70 3

Prestasi belajar siswa,

yaitu kemampuan siswa

yang diperoleh dari

penilaian aspek kognitif,

afektif, dan

psikomotorik, yang

dapat dilihat dari hasil

belajar siswa berupa

nilai raport dalam

bidang studi tertentu

Kognitif

Intelektual 77, 78, 79, 80,

81, 82, 83

7

Afektif Minat dan sikap 71, 72, 73, 76 4

Psikomotorik Keterampilan 74, 75 2

Nilai rata-rata

raport seluruh

siswa dalam

satu kelas untuk

Semester Ganjil

Tahun Ajaran

2009/ 2010

84 1

6) Menyusun petunjuk pengisian angket

7) Menyusun item-item pertanyaan yang sesuai dengan variabel-variabel

yang akan diteliti. Pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan aspek-

aspek yang tertuang dalam kisi-kisi yang telah disusun. Adapun

penyusunan pertanyaan dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan

tertutup dengan jawaban pilihan ganda.

8) Membuat surat pengantar

9) Mengadakan uji coba (try out) angket

Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji dahulu mengenai

validitas dan reliabitasnya yaitu melalui try out. Dalam penelitian ini try

out dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta, yaitu pada guru yang

Page 111: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

96

berjumlah 10 orang. Guru yang telah mengikuti try out angket, nantinya

tidak dipakai dalam penelitian.

Maksud dari try out ini, menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 167) adalah

sebagai berikut :

a) Uji coba untuk tujuan manajerial dan substansial, meliputi :

(1) Untuk mengetahui tingkat keterpahaman instrumen, apakah

responden tidak menemui kesulitan dalam menangkap maksud

peneliti.

(2) Untuk mengetahui teknik paling efektif.

(3) Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden

dalam mengisi angket.

(4) Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera dalam angket

sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.

b) Uji coba untuk tujuan keandalan instrumen, meliputi :

(1) Validitas

(2) Reliabilitas

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maksud peneliti mengadakan try

out angket ini adalah :

a) Menghindari pertanyaan-pertanyaan bermakna ganda dan tidak jelas.

b) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak diperlukan

c) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti responden

d) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan

penelitian

e) Mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden

f) Mengetahui kesulitan yang dialami responden di dalam menjawab

pertanyaan.

10) Revisi angket

Setelah angket diuji cobakan maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi.

Revisi dilakukan dengan cara menghilangkan atau memperbaiki item-item

pertanyaan yang tidak valid atau tidak reliabel.

11) Memperbanyak angket

Angket yang telah direvisi dan diyakini valid dan reliabel, diperbanyak

sesuai dengan jumlah responden yang dijadikan sampel. Angket siap untuk

disebarkan kepada responden.

Page 112: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

97

12) Langkah terakhir adalah menggunakan angket yang telah diperbanyak

dan telah mendapatkan umpan balik dari responden sebagai alat

pengumpul data yang kemudian dianalisis.

f. Pengukuran Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

bebas adalah latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, serta

pembelajaran, sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Adapun

penyusunan pertanyaan untuk semua variabel menggunakan pilihan ganda.

Menurut Saifuddin Azwar (2007 : 73) bentuk pilihan ganda yaitu “… memilih

satu jawaban di antara beberapa pilihan jawaban yang dianggapnya terbaik”.

Suharsimi Arikunto (2006 : 152) “… pilihan ganda yang dimaksud adalah sama

dengan kuesioner tertutup”. Sedangkan Sukardi (2005 : 77) “kuesioner dikatakan

menggunakan item tertutup, apabila peneliti dalam hal ini menyediakan beberapa

alternatif jawaban yang cocok bagi responden…sementara itu responden tinggal

memilih dari jawaban yang ada yang paling mendekati pilihan responden”.

Penelitian ini menggunakan tipe pilihan ganda dengan jumlah jawaban 5

pilihan. Dalam menjawab pertanyaan, responden memilih satu dari 5 alternatif

jawaban yang sesuai kondisi atau keadaan dirinya, yaitu dengan cara memberikan

tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang tersedia.

g. Penentuan Bobot Nilai

Untuk skoring atas jawaban setiap item instrumen, menggunakan lima

tingkat jawaban dari 1 sampai 5. Untuk skoring atas jawaban setiap instrumen

diberi nilai sebagai berikut :

1) Untuk angket try out (uji coba), bobot penilaian masing-masing nomor

adalah :

a) Variabel Latar Belakang Pendidikan Guru

(1) Jawaban a = 5

(2) Jawaban b = 4

(3) Jawaban c = 3

(4) Jawaban d = 2

(5) Jawaban e = 1

Page 113: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

98

(6) Tidak menjawab = 0

b) Variabel Pengalaman Mengajar Guru

(1) Jawaban a = 5

(2) Jawaban b = 4

(3) Jawaban c = 3

(4) Jawaban d = 2

(5) Jawaban e = 1

(6) Tidak menjawab = 0

c) Variabel Pembelajaran

(1) Selalu = 5

(2) Sering = 4

(3) Kadang-kadang = 3

(4) Jarang = 2

(5) Tidak pernah = 1

(6) Tidak menjawab = 0

d) Variabel Prestasi Belajar Siswa

(1) Jawaban a = 5

(2) Jawaban b = 4

(3) Jawaban c = 3

(4) Jawaban d = 2

(5) Jawaban e = 1

(6) Tidak menjawab = 0

2) Untuk angket penelitian, bobot penilaian masing-masing nomor adalah :

a) Variabel Latar Belakang Pendidikan Guru

(1) Jawaban a = 5

(2) Jawaban b = 4

(3) Jawaban c = 3

(4) Jawaban d = 2

(5) Jawaban e = 1

(6) Tidak menjawab = 0

Page 114: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

99

b) Variabel Pengalaman Mengajar

(1) Jawaban a = 5

(2) Jawaban b = 4

(3) Jawaban c = 3

(4) Jawaban d = 2

(5) Jawaban = 1

(6) Tidak menjawab = 0

c) Variabel Pembelajaran

(1) Selalu = 5

(2) Sering = 4

(3) Kadang-kadang = 3

(4) Jarang = 2

(5) Tidak pernah = 1

(6) Tidak menjawab = 0

d) Variabel Prestasi Belajar Siswa

(1) Jawaban a = 5

(2) Jawaban b = 4

(3) Jawaban c = 3

(4) Jawaban d = 2

(5) Jawaban e = 1

(6) Tidak menjawab = 0

2. Metode Dokumentasi

Dalam penelitian ini selain menggunakan angket, peneliti juga

menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan cara

pencarian data yang menelaah catatan atau dokumen sebagai sumber data. Hal ini

sesuai dengan pendapat T. Widodo (2008 : 54) “teknik dokumentasi merupakan

cara mengumpulkan data responden atau populasi penelitian dengan mengambil

data tertulis (dokumen) yang telah disimpan secara baik”.

Page 115: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

100

Alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah :

a. Lebih mudah mendapatkan data, karena data sudah tersedia dan mampu

menghemat waktu.

b. Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya.

c. Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan.

d. Dapat ditinjau kembali jika diperlukan.

Metode dokumentasi dalam penelitian ini merupakan metode yang

digunakan untuk memperoleh data yang berupa data tertulis, antara lain tentang

jumlah dan identitas guru yang mengajar, data tentang nilai rekapan nilai siswa,

data tentang wilayah penelitian (SMA Negeri 1 Surakarta), artikel pendidikan,

jurnal internasional, serta buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian.

3. Metode Observasi

Observasi disini merupakan metode pelengkap dan sekaligus pendukung

guna memperoleh atau mengumpulkan data.

Menurut T. Widodo (2008 : 55) “teknik observasi merupakan cara

mengumpulkan data responden penelitian dengan menggunakan indera atau alat

bantu indera peneliti”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006 : 156) “observasi

atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian

terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”.

Dengan demikian observasi dalam penelitian ini digunakan untuk

melakukan pengamatan terhadap populasi secara langsung dan melihat gejala-

gejala yang nampak di sekitar objek penelitian yang akan berfungsi untuk

melengkapi dan memperoleh keterangan melalui metode yang digunakan

selanjutnya.

4. Metode Wawancara

Dalam Sukardi (2005 : 155) “interview yang sering juga disebut

wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewer)”.

Page 116: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

101

Beberapa keunggulan dari metode wawancara seperti yang dijelaskan

dalam Sukardi (2005 : 155-156) adalah sebagai berikut :

a. Peneliti memperoleh rerata jawaban yang relatif tinggi dari responden.

b. Peneliti dapat membantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden

mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidakjelasan

pertanyaan.

c. Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan

mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan

dalam proses wawancara

d. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan

dengan cara kuesioner atau observasi.

Dari pengertian di atas metode wawancara dalam penelitian ini digunakan

untuk memperoleh keterangan, informasi, atau data yang tidak dapat diperoleh

melalui angket. Wawancara juga berfungsi sebagai pendukung dan membantu

memperoleh keterangan tentang metode selanjutnya yang akan digunakan.

F. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen pengukuran variabel dalam pendekatan kuantitatif harus

memenuhi beberapa persyaratan, agar menghasilkan data pengukuran variabel

yang akurat. Persyaratan yang paling banyak dikemukakan para ahli dan dianggap

syarat baku adalah validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

T. Widodo (2008 : 76) mendefinisikan “validitas dibatasi sejauh mana

ketepatan dan ketelitian instrumen pengukuran itu mengukur objek yang

seharusnya diukur”. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan Suharsimi

Arikunto (2006 : 168) “sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan…dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat”.

T. Widodo (2008 : 77) membagi validitas menjadi :

a. Validitas isi (Content-related evidence)

Instrumen pengukuran yang validitasnya dibuktikan dengan ketepatan

item dengan isi atau materi yang seharusnya diukur.

b. Validitas kriterion (Criterion-related evidence), meliputi :

Page 117: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

102

1) Predictive validity dibatasi ketepatan item instrumen pengukuran

kemampuan prediktor terhadap kemampuan yang diharapkan

sebagai kriterion.

2) Concurrent validity dibatasi ketepatan item instrumen pengukuran

yang menunjukkan korelasi skor dari item tes antar dua atau lebih

kemampuan yang dianggap saling bersamaan atau beriringan.

c. Validitas konstruk (Costruct validity)

Validitas konstruk dibatasi ketepatan item instrumen pengukuran

dengan bangunan variabel (batasan variabel) yang bersifat abstrak.

Sejauh mana item-item ini mengukur indikator-indikator yang

dihipotesiskan dalam batasan variabel yang diukur.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruk, karena item

disusun berdasarkan teori yang relevan serta dalam penelitian ini angket bertujuan

untuk mengungkapkan suatu konstrak teoritik yang hendak diukur, dan pengujian

validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis statistika. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Saifuddin Azwar (2007 : 175) yang mengemukakan

bahwa “Validitas konstrak adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana tes

mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukur…pengujian

validitas konstrak biasanya memerlukan teknik analisis statistika”.

Untuk mengetahui valid tidaknya suatu alat pengukur data, peneliti

menggunakan rumus uji Korelasi Product Moment yang dikemukakan Pearson,

yaitu :

r xy =

2222 YYNXXN

YXXYN

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 170)

Keterangan :

r xy = koefisien korelasi antara x dan y

X = jumlah skor butir angket variabel X

Y = jumlah skor butir angket variabel Y

N = jumlah subyek uji coba

Kriteria uji validitas tersebut adalah jika ρ < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa butir tes itu valid, sebaliknya jika ρ > 0,05 maka butir tes itu dinyatakan

Page 118: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

103

tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan validitas item try out, maka dari 22

item soal untuk variabel latar belakang pendidikan guru (X1), yang valid adalah 19

item dan 3 item soal dinyatakan gugur, yaitu item nomor 7, 20, dan 21. Variabel

pengalaman guru (X2), dari 14 item soal terdapat 9 item soal yang valid dan 5

item soal gugur, yaitu nomor 25, 28, 32, 33, dan 36. Untuk variabel pembelajaran

(X3), dari 50 item soal terdapat 33 item soal yang valid dan 17 item soal yang

gugur, yaitu nomor 37, 38, 39, 40, 41, 49, 50, 58, 59, 64, 67, 72, 75, 77, 78, 84,

85. Sedangkan variabel prestasi belajar siswa (Y), dari 20 item soal terdapat 14

item soal yang valid dan 6 item soal yang dinyatakan gugur, yaitu nomor 88, 89,

92, 98, 101, 104.

Dalam penelitian ini, dari total keseluruhan 31 item soal yang gugur, 26

item soal akan di drop out (dibuang), yaitu nomor 20, 21, 22, 25, 28, 32, 33, 36,

37, 38, 41, 49, 50, 59, 64, 67, 72, 75, 77, 78, 88, 89, 92, 98, 101, 104, sedangkan 5

item soal akan diperbaiki, yaitu nomor 39, 40, 58, 82, 83.

Untuk variabel pengalaman mengajar akan ditambah 2 item soal, karena

item soal sebelumnya dianggap kurang mewakili, yaitu dengan perincian indikator

pengalaman kerja sebanyak 1 item soal dan indikator indikator tugas mengajar

guru sebanyak 1 soal. Sedangkan dalam variabel pembelajaran juga akan

ditambah 2 item soal, yaitu dalam indikator evaluasi pembelajaran.

2. Reliabilitas

T. Widodo (2008 : 78) mendefinisikan “reliabilitas dibatasi seberapa

keajegan atau kekonstanan hasil pengukuran suatu variabel. Bedanya, validitas

yang diuji adalah item instrumennya, sedang reliabilitas yang diuji hasil

pengukurannya”. Lebih lanjut dalam T. Widodo ( 2008 : 78) reliabilitas dibedakan

menjadi :

a. Reliabilitas tes-ulang (test-retest method)

Keajegan hasil pengukuran yang dilakukan dengan pelaksanaan tes

yang diulang-ulang untuk varibel yang sama terhadap kelompok

responden yang sama dalam tenggang waktu tertentu.

b. Reliabilitas ekuivalen (equivalent method)

Keajegan hasil pengukuran antara dua pengukuran variabel yang sejenis

atau setara pada waktu yang sama kepada responden yang sama juga.

Page 119: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

104

c. Reliabilitas konsistensi internal (internal consistency method)

Keajegan hasil pengukuran satu variable antara kelompok item tertentu

dengan kelompok item lainnya dalam satu perangkat pengukuran yang

diberikan dalam satu pengukuran. Teknik analisis yang dapat ditempuh

dalam reliabilitas konsistensi internal, yaitu :

1) Teknik belah dua (Split-half procedure)

2) Teknik Kuder-Richardson Approach

3) Teknik Kuder-Richardson 21

Adapun teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan adalah

Teknik Belah dua. Langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah :

a. Memberikan alat ukur (angket) kepada sejumlah responden. Dalam penelitian

ini responden yang digunakan untuk try-out sejumlah 10. Setelah uji

validitasnya, maka akan terlihat item yang valid dan tidak valid. Maka item-

item yang valid dikumpulkan dan item-item yang tidka valid disingkirkan.

b. Setelah item-item yang valid terkumpul, kemudian item-item tersebut dibagi

menjadi dua belahan. Dalam membelah item-item ini, peneliti menggunakan

cara membagi item berdasarkan “nomor genap ganjil”

c. Menjumlahkan skor masing-masing item tiap belahan. Maka akan diperoleh

dua skor total.

d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua.

Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus Alpha. Adapun rumusnya

adalah sebagai berikut:

r 11 =

2

2

11 t

b

k

k

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 196)

Keterangan :

r 11 = koefisien reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b = jumlah varians butir

2

t = varians total.

Page 120: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

105

Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika ρ < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah reliabel, sebaliknya jika ρ > 0,05

maka kriteria pengujian dinyatakan tidak reliabel. Jika berdasarkan hasil

pengujian try out diketahui bahwa reliabilitas angket latar belakang pendidikan

guru (X1) diterima dengan rtt = 0,96 dengan peluang galat ρ = 0,000. Angket

pengalaman mengajar guru (X2) diterima dengan rtt = 0,955 dengan peluang galat

ρ = 0,000. Angket pembelajaran (X3) diterima dengan rtt = 0,983 dengan peluang

galat ρ = 0,000. Sedangkan angket prestasi belajar siswa (Y) diterima dengan rtt =

0,954 dengan peluang galat ρ = 0,000.

Adapun langkah kerja yang peneliti lakukan untuk mencari reliabilitas

masing-masing instrumen sebagai berikut :

a. Menyusun tabel hasil uji coba angket

b. Mencari varian setiap butir soal

c. Mencari jumlah varians butir soal

d. Mencari varians total

e. Memasukkan dalam rumus

f. Mengkonsultasikan hasil no. 5 dengan Tabel Product Moment

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan dalam

penelitian untuk membuktikan hipotesis yang diajukan selanjutnya untuk

mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh melalui analisis data tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis statistik inferensial,

karena kesimpulan dari penelitian ini nantinya akan dikenakan kepada seluruh

populasi, walaupun dalam penelitian data yang dianalisis adalah data yang

diperoleh dari sampel penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutrisno

Hadi (1995 : 303) “semua penyelidikan tentang populasi yang didasarkan atas

data statistik beserta petunjuk-petunjuk tentang ketelitian dan kemantapan

daripada keputusan yang diambil berdasarkan teori probabilitas disebut statistik

Page 121: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

106

inferensial”. Sedangkan Sugiyono (2007 : 23) “statistik inferensial adalah

statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya akan

digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil”. Salah

satu tugas statistik inferensial adalah menyelidiki suatu sampel yang

kesimpulannya akan dikenakan pada populasi. Sedangkan menurut T. Widodo

(2008 : 88) “statistik inferensial digunakan untuk uji sampel yang diambil secara

random atau variabel untuk diketahui keterkaitannya dengan variabel lain”.

Sehubungan dengan statistik inferensial, Darwyan Syah, dkk (2009 : 4)

mengemukakan :

Statistik inferensial sering disebut juga statistik induktif, yakni statistik

yang berfungsi menyediakan aturan-aturan atau cara yang dapat

dipergunakan sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan

yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus dari sekumpulan data

yang telah diolah.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa statistik

inferensial adalah menarik kesimpulan tentang sifat-sifat populasi berdasarkan

sifat-sifat yang diperoleh dari sampel. Ruang lingkup statistik inferensial menurut

Darwyan, dkk (2009 : 4) adalah sebagai berikut :

1. Distribusi teoritis

2. Teori peluang atau probabilitas

3. Pendugaan populasi

4. Sampling atau distribusi sampling

5. Uji persyaratan analisis data yang meliputi uji normalitas dan uji

homogenitas

6. Uji hipotesis

7. Analisis regresi yang meliputi uji linearitas dan uji signifikansi untuk

peramalan

8. Analisis korelasi yang meliputi uji signifikansi dan interpretasi

Teknik analisis data yang penulis gunakan untuk mengolah data dalam

penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda, dengan alasan sebagai berikut :

1. Karena dalam penelitian ini terdapat tiga variabel prediktor dan satu variabel

kriterium,

2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus

dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.

Page 122: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

107

Hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman dan Purnomo Setyadi

Akbar (2003 : 241) “regresi ganda berguna untuk mendapatkan pengaruh dua

variabel kriteriumnya, atau untuk mencari hubungan fungsional dua variabel

prediktor atau lebih dengan variabel kriteriumnya, atau untuk meramalkan dua

variabel prediktor atau lebih terhadap variabel kriteriumnya”.

Adapun syarat-syarat menggunakan analsis regresi adalah :

1. Normalitas, dilakukan untuk melihat normal tidaknya penyebaran data dari

variabel penelitian. Dengan kata lain untuk melihat bahwa subyek yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat mewakili populasi

2. Data harus linear, dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar

variabel bebas dan variabel tergantung, yaitu berkorelasi atau tidak.

Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel

acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan rumus

Chi kuadrat dari Sutrisno Hadi. Berdasarkan uji normalitas dari Sutrisno Hadi

maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H 0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H a : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

X2=

fh

fhfo 2)(

(Sutrisno Hadi, 1984 : 317-318)

Keterangan:

X 2 = Chi kuadrat

f 0 = frekuensi yang diperoleh (dari observasi dalam) sampel

f h = frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari

frekuensi yang diharapkan dalam populasi.

Page 123: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

108

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang akan

dianalisis merupakan data yang berbentuk regresi linier. Jika hipotesis linier

diterima hingga tingkat keyakinan tertentu, maka regresi itu bentuknya linier tidak

diragukan lagi, namun apabila ternyata ditolak, maka regresi linier tidak cocok

untuk digunakan dalam pengambilan kesimpulan berdasarkan regresi itu. Uji

lineritas ini dilakukan dengan menggunakan rumus uji kelinieran regresi dari

Sudjana. Hipotesis yang diajukan untuk uji linearitas regresi adalah :

H 0 = hubungan antara X dan Y linier

H a = hubungan antara X dan Y tidak linier

1. JK (G) = 1X

N

YY

2

2

2. JK (TC) = JK (S) – JK (G)

3. Dk(G) = N – K

4. Dk (TC) = k – 2

5. RJK (TC) = )(

)(

TCdf

TCJK

6. RJK (G) = )(

)(

Gdf

GJK

7. F hitung = )(

)(

GRJK

TCRJK

(Sudjana, 1996 : 332)

Keterangan :

JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat

JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

Page 124: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

109

Dk (G) = Derajat Kebebasan Galat

Dk (TC) = Derajat Kebebasan Tuna Cocok

RJK (G) = Kuadrat Tengah Galat

RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok

c. Uji Independensi

Uji independensi digunakan untuk menguji ketergantungan antar tiga

faktor variabel bebas dalam penelitian. Dalam pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

2

3

2

3

2

2

2

2

3232

32

2

3

2

3

2

1

2

1

3131

31

2

2

2

2

2

1

2

1

212121

XXNXXN

XXXXNxrx

XXNXXN

XXXXNrrx

XXNXXN

XXXXNxrx

Keterangan :

21xrx = koefisien korelasi X1 dan X2

31xrx = koefisien korelasi XI dan X3

32 xrx = koefisien korelasi X2 dan X3

X1 = variabel pertama

X2 = variabel kedua

X3 = variabel ketiga

N = menyatakan jumlah data observasi

Page 125: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

110

2. Pengujian Hipotesis

a. Mencari Korelasi antara Kriterium dan Predictor

Analisis yang digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi antara

variabel X 1 dengan Y, X 2 dengan Y, dan X 3 dengan Y menggunakan rumus

korelasi product moment dari Karl Pearson dalam Sudjana. Hipotesis yang

diajukan adalah :

H 0 = tidak ada hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel

terikat

H a = ada hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat

Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X 1 dengan Y digunakan rumus :

N

YY

N

XX

N

YXYX

r yx2

2

2

12

1

1

1

1

(Sudjana, 2002 : 369)

Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X 2 dengan Y digunakan rumus :

N

YY

N

XX

N

YXYX

r yx2

2

2

22

2

2

2

2

(Sudjana, 2002 : 369)

Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X 3 dengan Y digunakan rumus :

N

YY

N

XX

N

YXYX

r yx2

2

2

32

3

3

3

2

(Sudjana, 2002 : 369)

Page 126: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

111

Kriteria uji hipotesis tersebut adalah jika p < 0,01 sangat signifikan, p <

0,05 signifikan, p < 0,15 cukup signifikan, p < 0,30 kurang signifikan, p > 0,30

tidak signifikan

Menentukan koefisien korelasi antara X 1 , X 2 , X 3 dengan Y, yaitu dengan rumus product

moment :

2

3322113,2,1

y

yxayxayxaRY

Keterangan :

Ry(1,2,3) = Koefisien korelasi antara Y dengan X 1 , 2X , dan X 32

a1 = Koefisien prediktor X 1

a2 = Koefisien prediktor X 2

2a = Koefisien prediktor 3X

X1Y = Jumlah produk antara X1 dan Y

X2Y = Jumlah produk antara X2 dan Y

X 3 Y = Jumlah produk antara X 3 dan Y

Y = Jumlah kuadrat kriterium Y

b. Melakukan Uji Signifikansi antara Kriterium dengan Predictor

Uji signifikansi dimaksudkan untuk meyakinkan apakah regresi berbentuk

linier yang didapat untuk membuat kesimpulan mengenai pertautan sejumlah

variabel yang sedang dipelajari. Hipotesis yang diajukan adalah :

H 0 = Regresi tersebut tidak berarti

H a = Regresi tersebut berarti

F =)1()1( 2

2

knR

kR

(Sudjana, 2002 : 385)

Keterangan :

Page 127: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

112

F = harga F garis regresi

N = jumlah sampel

K = jumlah variabel bebas

R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-

prediktornya.

Hasil perhitungan tersebut kemudian disesuaikan dengan tabel F, sehingga

diperoleh F tabel . Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa F hitung >

F tabel , maka hipotesis dapat diterima kebenarannya, tetapi jika F hitung < F tabel maka

hipotesis tidak dapat diterima.

c. Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Masing-Masing

Predictor

Sumbangan relatif (SR) diperlukan untuk mengetahui berapa besar

sumbangan masing-masing predictor X terhadap kriterium Y.

Untuk 1X terhadap Y :

%100

%100

332211

11

11

1

1

YXaYXaYXa

YXaSR

regJK

YXaSR

X

X

Untuk 2X terhadap Y :

%100

%100

332211

22

22

2

2

YXaYXaYXa

YXaSR

regJK

YXaSR

X

X

Untuk 3X terhadap Y :

Page 128: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

113

%100

%100

332211

33

33

3

3

YXaYXaYXa

YXaSR

regJK

YXaSR

X

X

(Sukardi, 2002 : 66-67)

Sedangkan untuk sumbangan efektif dihitung dulu efektivitas garis regresi,

yaitu :

22

232211

3322112

3322112

2

1 YRYXaYXaYXa

YXaYXaYXaR

resJKregJK

YXaYXaYXaR

TOTJK

regJKR

1. mencari sumbangan efektif 1X terhadap Y, yaitu :

SE% X 1 = SR% X2

1 xR

2. mencari sumbangan efektif 2X terhadap Y, yaitu :

SE% X 2

22 % xRXSR

3. mencari sumbangan efektif 3X terhadap Y, yaitu :

SE% X 2

33 % xRXSR

Keterangan :

SR : Sumbangan Relatif masing-masing prediktor.

SE : Sumbangan Efektif masing-masing prediktor.

R² : Koefisien antara X1 dan X2.

Dimana R2= SE adalah efektifitas garis regresi

(Sukardi, 2002 : 66-67)

Page 129: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

114

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah SMA Negeri 1 Surakarta

1) Periode Cikal Bakal

a) Pada bulan Agustus 1943 (Zaman Pendudukan Jepang)

(1) Bapak Mr. Widodo Sastrodiningrat (waktu itu kepala bagian

pendidikan kasunana)

(2) Bapak Soetopo Adiputro (waktu itu kepala pendidikan

karisidenan Surakarta)

Bersama-sama menghadap pembesar Jepang Kepala Bagian

Pendidikan untuk mengusulkan rencana pembukaan sekolah sederajat

AMS (Setingkat SMA). Setelah disetujui, Bapak Mr. Widodo

Sasrtodingrat menghubungi Bapak Soeprapto untuk menjadi tenaga

pengajar sekaligus membantu mencarikan tenaga pengajar yang lain.

b) 3 November 1943

Pada tanggal ini, dikeluarkan SK X / II / 1943 sebagai peresmian

atas berdirinya Sekolah Lanjutan Atas Di Surakarta dengan nama Koto

Chu Gokko Sekolah Menengah Tinggi Negeri (SMTN). Sekolah ini,

bertempat di Manahan (Sekarang Gedung SMP Negeri 1 Surakarta).

Adapun susunan pengurus sekolah saat itu adalah sebagai berikut :

Pimpinan : Bapak Mr. Widodo Sastrodiningrat

Wakil Pimpinan : Bapak S. Djajeng Soegianto

Kepala Tata Usaha : Bapak Soedarsono

Staf Tata Usaha : Bapak Soedadi

Ibu Awalin

Bapak Warjanto

Bapak Martodjojo

Page 130: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

115

Tenaga Pengajar yang tersedia sebanyak 12 orang yaitu :

(1) Bp. Mr Widodo Sastrodiningrat (Tata Negara)

(2) Bp. S. Djajeng Soegianto (Sejarah)

(3) Bp. Ali Marsaban (Ilmu Bumi)

(4) Bp. Sindoe Soewarno (Ilmu alam dan menggambar)

(5) Bp. Tarjan Hadijojo (Bahasa Indonesia)

(6) Bp. Abdullah (Ilmu Hayat)

(7) Bp. Soehakso (Ilmu Pasti Dan alam)

(8) Bp. Soeprapto (Ilmu Pasti)

(9) Bp. Roespandji Atmowirogo (Ilmu Ekonomi)

(10) Bp. Mochamad (Pendidikan Jasmani)

(11) Bp. Soewito Koesoemowidagdo (Pendidikan Jasmani)

(12) Ibu Soedarjanti (Guru Bantu)

SMTN saat itu mempunyai 2 kelas yaitu kelas 1A yang

mempelajari sastra dan budaya; kelas 1B yang mempelajari ilmu pasti

atau ilmu alam. Jumlah siswa untuk kelas 1A sebanyak 33 siswa dan

kelas 1B sebanyak 34 siswa.

c) 1 Agustus 1944

Jabatan pimpinan diserahkan kepada bapak S. Djajeng Soegianto

karena Bp.Mr Widodo Sastrodiningrat masih menjabat sebagai kepala

bagian pendidikan kesunanana Surakarta.

d) April 1945

Jabatan pimpinan diserahkan kepada Bapak N. Barnawi karena

bapak S. Djajeng Soegianto diangkat sebagai Kepala SMP Putri Di Pasar

Legi Solo. Jumlah Guru saat itu adalah 12 orang.

e) Juli 1945

SMTN mendapat tambahan tenaga pengajar sebanyak 5 orang,

yaitu :

(1) Bp. Isnu Subroto (Bahasa Indonesia)

(2) Bp. Soetardjo (Ilmu Alam)

(3) Bp. Soepomo (Bahasa Inggris)

Page 131: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

116

(4) Bp Sri Peni (Ilmu Hayat)

(5) Ibu Poppy Soleh (Ekonomi dan Tata Negara)

Adanya penambahan guru tersebut, menjadikan jumlah pengajar

sebagai guru tetap di SMTN bertambah menjadi 17 orang. Ketujuh belas

guru tersebut dianggap sebagai guru “cikal bakal” SMTN Surakarta.

2) Periode Pengungsian

a) Periode Agustus 1945

Setelah Perang Dunia II dan Indonesia telah memplokamirkan

kemerdekaannya, SMT Negeri Surakarta diserahkan kepada Kantor

Pendidikan Mangkunegaran Surakarta di bawah Barata Wiyata.

b) November 1945

Sebagian besar para pelajar berjuang di garis depan. SMT Negeri

ditutup dan gedungnya digunakan untuk asrama BPI (Barisan Polisi

Istimewa) yang anggotanya terdiri dari para pelajar SMTN sendiri.

Para guru dipekerjakan di kantor Barata Wiyata dan diserahi tugas

menterjemahkan buku Encyclopedia (16 Vol) sesuai dengan bidangnya

masing-masing. Sedangkan karyawan Tata Usaha ditugaskan untuk

membantu Kepala Kantor Barata Wiyata.

c) Maret 1946

SMTN dibuka kembali di bawah pimpinan Bp. Roespandji

Atmowirogo.

d) Juni 1946

Diselenggarakan ujian penghabisan SMT yang pertama. Kegiatan

ini diketuai oleh Roespandji Atmowirogo dengan dibantu Bp. Soeparno

sebagai penulis.

e) April 1947

Jabatan pimpinan diserahkan kepada Bp. Soepandan karena Bp.

Roespandji diangkat menjadi PJ Residen Surakarta.

f) Juni 1947

Diselenggarakan ujian penghabisan SMT yang kedua, diketuai oleh

Bp. Soepandan dan Bp. Paryatmo sebagai penulisnya. SMTN sudah

Page 132: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

117

memiliki 3 jurusan, yaitu ; A (Sastra Budaya); B (Pasti/Alam) dan C

(Ekonomi).

g) Juli 1947

Terjadi Agresi Militer Belanda I. Para pelajar kembali berjuang

sedangkan gedung sekolah dipakai sebagai markas Angkatan laut

Pimpinan Achmad Yadau. Pelajar putri tidak ikut berjuang, tetapi

mendapatkan pengajaran di Pendopo rumah Bp. Paryatmo (Punggawan

No 10 Solo).

h) September 1947

Sekolah dibuka kembali, kini memakai gedung SMP Negeri II

(sekarang Palace Hotel Mangkunegaran). Masuk siang hari, gedung

sekolah di Manahan diserahkan kepada Angkatan Laut.

i) Juni 1948

Diselenggarakan ujian penghabisan SMT yang ke III dengan ketua

Bp. Soepandan dan penulis Bp. Tegoeh Gondoatmojo.

j) Desember 1948

Terjadi Agresi Militer Belanda pada pukul 09.00 WIB. Komandan

KMK Ahmad memerintahkan untuk membakar gedung dalam rangka

penerapan Strategi Bumi Hangus. Gedung SMTN terbakar dan SMTN

pun ditutup.

3) Periode Mahasiswa

a) November 1949

Bapak Soepandan mendapat perintah dari Bp. Menteri P dan K

untuk membuka kembali SMA A/ B Solo. Bapak Paryatmo dan bapak

Soemitro mencarikan gedung dan guru-guru. Sedangkan ibu Awalin

ditugaskan untuk menyelenggarakan pendaftaran murid.

b) 15 Desember 1949

Dengan SK No XX / 12 / 1949 tentang pembukaan secara resmi

SMA Negeri A/ B (Margoyudan) dengan ketentuan sbb :

(1) SMA Negeri I A/ B dengan 12 Kelas untuk murid biasa dan

masuk pagi.

Page 133: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

118

(2) SMA Negeri II A/ B dengan 2 kelas untuk murid bekas pejuang

masuk siang hari.

SMA Margoyudan ini dikepalai oleh Bapak Soepandan dengan

dibantu oleh 2 orang wakil, Bapak Paryatmo dan Bapak Roespandji.

Guru tetap yang ada sebanyak 11 orang, sedangkan jumlah guru tidak

tetap berjumlah 10 orang. Bagian TU diketuai oleh Ibu Awalin.

c) November 1950

Atas permohonan pelajar (mantan / eks pejuang) maka dibuka 6

kelas tambahan untuk malam hari. Kelas tersebut diperuntukkan bagi

mantan pejuang dengan nama “Enam Kelas Baru”. Enam Kelas Baru ini,

kemudian digabung dengan SMA Negeri II A/ B. Pada akhir tahun ajaran

1950 / 1951. Pada tahun yang sama, diselenggarkan ujian penghabisan

IV yang diketuai oleh Bp. Soepandan.

d) 17 Agustus 1951

Dengan resmi membuka sekolah A/ B malam dengan nama SMA

Negeri 1 bagian Malam, yang terdiri dari 6 kelas oleh pimpinan Bp.

Soepandan serta wakilnya BP. Paryatmo dan Bp. Roespandji

Atmowirogo. Jadi, pada waktu itu, di Solo telah ada 3 SMA Negeri 3A/

B dibawah satu pimpinan, yaitu :

(1) SMA Negeri I A/ B

(2) SMA Negeri II A/ B

(3) SMA Negeri III A/ B atau dikenal dengan SMA Negeri 1 bagian

Malam.

Dalam periode ini, SMA Margoyudan mendapat bantuan tenaga

mahasiswa Gadjah Mada, antara lain :

(1) Bp. Prawoto (Kedokteran Gigi UGM)

(2) Bp. Soenardjo A (Kedokteran Umum UGM)

(3) Bp Herlan SW (Kedokteran Umum UGM)

(4) Bp. Prof Dr. Yudoyono (Kedokteran Umum UNDIP)

(5) Bp. Zakaria Rais (Farmasi UGM)

(6) Bp. Baiguni (F IPA UGM)

Page 134: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

119

(7) Bp. Samsuri (Pertanian UGM)

(8) Bp. Soenardjo (Kedokteran Umum UGM)

(9) Bp. Abdullah (Kedokteran Umum UGM)

4) Periode Perkembangan

Kegiatan belajar mengajar mulai berjalan dengan lancar. Sejak tahun

1952, setiap akhir tahun pelajaran dapat meluluskan siswa yang sebagian

besar telah sukses dan menjadi pimpinan, baik di wilayah pusat maupun

wilayah lainnya. Sekolah juga mulai merintis pengadaan laboratorium dari

Laboratorium Kimia dan Fisika. Perkembangan itu kemudian disusul dengan

pembangunan laboratorium anatomi, biologi, dan fisiologi.

a) 1 Agustus 1956

SMA Negeri I bagian malam diubah namanya menjadi SMA

Negeri III A/B, sekaligus juga terjadi perubahan-perubahan nama dan

pimipinan pada ke 3 SMA tersebut:

(1) SMA Negeri I – B : di bawah pimpinan Bp. Soepandan

(2) SMA Negeri II – A : di bawah pimpinan Bp. Paryatmo

(3) SMA Negeri III- B : di bawah pimpinan Bp. Roespandji

Atmowirogo

b) 30 Januari 1967

SMA Negeri III – B pindah dari Margoyudan (Jl Monginsidi No

40) ke Jl. Warungmiri No 90. Dengan demikian, sekolah masih tersisa di

Margoyudan adalah SMA Negeri I dan II

5) Periode Kemapanan

a) Di bawah pimpinan M. Rasid (mulai tahun 1971), Drs. Sarwono

(mulai tahun 1976) kondisi SMA Negeri 1 semakin mapan dalam

prestasi akademis maupun non akademis. SMA negeri 1 mendapat

julukan SMA favorit.

b) Di bawah pimpinan Drs. H. Djambani Soetjipto (mulai tahun 1991)

bersama Bp. Widagdo, kepada SMA Negeri II dirintis sertifikat tanah

sudah jadi dengan luas 7.105 m. Batas tanah dengan bangunan SMA

Page 135: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

120

Negeri II dan dengan Universitas Kristen Suarakarta menjadi jelas,

yan sebelumnya menjadi 1 sertifikat milik yayasan Kristen Surakarta.

c) Di bawah pimpinan Drs. H. Kuswanto, disamping usaha peningkatan

prestasi kademik, gedung lama mulai direhab. Peletakan batu pertama

dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 1995 oleh kepala sekolah dan

ketua BP-3 Bp. H. Zainudin. Arsitek dan pelaksana adalah bapak

Suyoto, seksi keuangan BP3. Beliau dibantu pengurus BP-3 SMA 1

yang lain. Selama tahun 1995 – 1999 dengan swadaya dan dana BP

selesai di bangun 52 ruang terdiri dari 28 ruang kelas, 2 ruang BP, 2

ruang agama Kristen dan Katholik, 2 kafetaria, 4 ruang WC dan 1

ruang UKS, satpam, osis, kopsis, laboratorium (kimia, fisika,

matematika, biologi, IPS, Bahasa dan komputer) ruang kurikulum,

ruang olahraga dan ruang musik. Kemudian pada akhir tahun 2001 di

bangun masjid 2 lantai yang alokasi dana dari orang tua murid, jadi di

luar anggaran sekolah.

d) Mulai tanggal 1 Juli 2002, jabatan kepala sekolah SMU Negeri 1

Surakarta mulai dipegang oleh Dra. Hj. Tatik Sutarti, MM. Pada era

kepemimpinan beliau dilaksanakan pembukaan 2 kelas baru dengan

kurikulum Nasional Berbasis Internasional, yang kemudian

dinamakan SNBI A dan SNBI B, dimana keduanya menggunakan

pengantar berbahasa Inggris, terutama pada pelajaran eksak.

Nama – nama kepala sekolah yang pernah menjadi pimpinan SMA Negeri

1 Surakarta :

1) R.M Soepandan : 1 November 1947 s/d 31 Juli 1963

2) R.M Soehardjo : 1 Agustus 1963-31 September 1966

3) R.Prawoto : 1 November 1966 s/d 15 Juni 1971

4) R. Marsaid : 16 Juni 1971 s/d 1 April 1976

5) Drs. Sarwono, B. Sc : 1 April 1976 s/d 29 Septbr 1986

6) Drs. Sri Widodo : 29 Sept 1986 s/d 2 Feb 1991

7) Drs. H. Djambari Soetjipto : 2 Feb 1991 s/d 28 Maret 1995

8) Drs. H. Kuswanto : 29 Maret 1995 s/d 1 Juli 2002

Page 136: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

121

9) Dra. Hj. Tatik Sutarti : 1 Juli 2002 s/ d 28 November 2004

10) Drs. Sartono Praptoharjono : 29 Nov 2004 s/ d 30 Oktober 2007

11) Drs.H.M Thoyibun, SH, M.M : 31 Oktober 2007 s/ d sekarang

b. Lokasi dan Denah SMA Negeri 1 Surakarta

SMA Negeri I Surakarta berlokasi di Jalan Monginsidi No 40 Banjarsari,

Surakarta, dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat : SMA Negeri 2 Surakarta

Sebelah Timur : Universitas Kristen Surakarta (UKS)

Sebelah Utara : SMP Kristen 3 Surakarta

Sebelah Selatan : Perkampungan penduduk.

Lokasi SMA Negeri I Surakarta berada di antara instansi pendidikan yang

lain, seperti SMA Warga, SMA Kristen Widya Pratama, SMA Kristen III, dll. Hal

ini menimbulkan suasana pendidikan yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan

belajar mengajar (KBM).

Gedung SMA Negeri 1 Surakarta terdiri dari 2 lantai yang sebagian besar

terdiri dari bangunan yang dipergunakan untuk proses belajar mengajar. Untuk

gambar denah, disajikan pada lampiran.

2. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan gambaran hasil pengumpulan data dari tiap-tiap

variabel yang diteliti. Penelitian ini tentang “Hubungan antara Latar Belakang

Pendidikan Guru, Pengalaman Mengajar, dan Pembelajaran dengan Prestasi

Belajar Siswa SMA Negeri 1 Surakarta”. Data dalam penelitian ini meliputi 4

macam data, yaitu :

a. Latar belakang pendidikan guru yang berasal dari data skor angket responden

b. Pengalaman mengajar guru yang berasal dari data skor angket responden

c. Pembelajaran yang berasal dari data skor angket responden

d. Prestasi belajar siswa yang berasal dari data skor angket responden

Keempat data tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

a. Latar belakang pendidikan guru

Page 137: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

122

Data latar belakang pendidikan guru dalam penelitian ini adalah variabel

bebas 1 (X1). Berikut ini adalah rangkuman data statistik variabel X1 :

1) Skor tertinggi = 82

2) Skor terendah = 53

3) Mean = 63,19

4) Median = 62,25

5) Modus = 55,50

6) SB = 6,57

7) SR = 5,33

Adapun distribusi frekuensi data latar belakang pendidikan guru dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Latar Belakang Pendidikan Guru

Interval f Fx fx2

f% fk%-naik

76,5-82,5 1 82,00 6.724,00 2,13 100,00

70,5-76,5 5 364,00 26.506,00 10,64 97,87

64,5-70,5 13 880,00 59.582,00 27,66 87,23

58,5-64,5 12 745,00 46.287,00 25,53 59,57

52,5-58,5 16 899,00 50.563,00 34,04 34,04

Total 47 2.970,00 189.662,00 100,00 --

Rerata : 63,19 S.B. : 6,57 Min. : 53,00

Median : 62,25 S.R.: 5,33 Maks. : 82,00

Mode : 55,50

Sesuai dengan tabel distribusi frekuensi data latar belakang pendidikan

guru (X1) dapat diketahui bahwa data yang tertinggi terletak pada kelas 5 dengan

interval 52,5 – 58,5, yaitu 34,04%. Kemudian diikuti berurutan oleh kelas 3

dengan interval 64,5 – 70,5, yaitu 27,66%, kelas 4 dengan interval 58,5 – 64,5,

yaitu 25,53%, serta kelas 2 dengan interval 70,5 – 76,5, yaitu 10,64%. Sedangkan

frekuensi terendah terletak pada kelas 1 dengan interval 76,5 – 82,5, yaitu 2,13%.

Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram sebagai berikut :

Page 138: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

123

Gambar 2. Histogram Data Latar Belakang Pendidikan Guru

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

52,5-58,5 58,5-64,5 64,5-70,5 70,5-76,5 76,5-82,5

f

r

e

k

u

e

n

s

i

interval

Berdasarkan grafik histogram data X1 dapat diketahui bahwa frekuensi

data latar belakang pendidikan guru yang tertinggi terletak pada interval 52,5-58,5

dengan jumlah 16 orang. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval

76,5–82,5 dengan jumlah 1 orang.

b. Pengalaman mengajar

Data pengalaman mengajar dalam penelitian ini adalah variabel bebas 2

(X2). Berikut ini adalah rangkuman data statistik variabel X2 :

1) Skor tertinggi = 53,00

2) Skor terendah = 25,00

3) Mean = 37,00

4) Median = 38,41

5) Modus = 27,50

6) SB = 8,58

7) SR = 7,96

Adapun distribusi frekuensi data pengalaman mengajar dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Page 139: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

124

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Pengalaman Mengajar

Interval f fx fx2

f% fk%-naik

48,5-54,5 2 103,00 5.309,00 4,26 100,00

42,5-48,5 14 631,00 28.465,00 29,79 95,74

36,5-42,5 11 452,00 18.586,00 23,40 65,96

30,5-36,5 1 34,00 1.156,00 2,13 42,55

24,5-30,5 19 519,00 14.215,00 40,43 40,43

Total 47 1.739,00 67.731,00 100,00 --

Rerata : 37,00 S.B. : 8,58 Min. : 25,00

Median : 38,41 S.R. : 7,96 Maks. : 53,00

Mode : 27,50

Sesuai dengan tabel distribusi frekuensi data pengalaman mengajar (X2)

dapat diketahui bahwa data yang tertinggi terletak pada kelas 5 dengan interval

yaitu 24,5-30,5, yaitu 40,43%. Kemudian diikuti berurutan oleh kelas 2 dengan

interval 42,5-48,5, yaitu 29,79%, kelas 3 dengan interval 36,5-42,5, yaitu 23,40%,

serta kelas 1 dengan interval 48,5-54,5, yaitu 4,26%. Sedangkan frekuensi

terendah terletak pada kelas 4 dengan interval 30,5-36,5, yaitu 2,13%. Lebih

jelasnya digambarkan dalam histogram berikut :

Gambar 3. Histogram Data Pengalaman Mengajar

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

24,5-30,5 30,5-36,5 36,5-42,5 42,5-48,5 48,5-54,5

f

r

e

k

u

e

n

s

i

interval

Page 140: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

125

Berdasarkan grafik histogram data X2 dapat diketahui bahwa frekuensi

data pengalaman mengajar yang tertinggi terletak pada interval 24,5-30,5 dengan

jumlah 19 orang. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 30,5-36,5

dengan jumlah 1 orang.

c. Pembelajaran

Data pembelajaran dalam penelitian ini adalah variabel bebas 3 (X3).

Berikut ini adalah rangkuman data statistik variabel X3 :

1) Skor tertinggi = 188,00

2) Skor terendah = 130,00

3) Mean = 150,72

4) Median = 148,19

5) Modus = 147,50

6) SB = 11,68

7) SR = 7,38

Adapun distribusi frekuensi data pembelajaran dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Data Pembelajaran

Interval f fx fx2

f% fk%-naik

177,5-189,5 1 188,00 35.344,00 2,13 100,00

165,5-177,5 4 690,00 119.006,00 8,51 97,87

153,5-165,5 7 1.104,00 174.220,00 14,89 89,36

141,5-153,5 26 3.876,00 578.242,00 55,32 74,47

129,5-141,5 9 1.226,00 167.112,00 19,15 19,15

Total 47 7.084,00 1.074.004,00 100,00 --

Rerata : 150,72 S.B. : 11,68 Min. : 130,00

Median : 148,19 S.R. : 7,38 Maks. : 188,00

Mode : 147,50

Sesuai dengan tabel distribusi frekuensi data pembelajaran (X3) dapat

diketahui bahwa data tertinggi terletak pada kelas 4 dengan interval 141,5-153,5,

Page 141: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

126

yaitu 55,32%. Kemudian diikuti berurutan oleh kelas 5 dengan interval 129,5-

141,5, yaitu 19,15%, kelas 3 dengan interval 153,5-165,5, yaitu 14,89%, serta

kelas 2 dengan interval 165,5-177,5, yaitu 8,51%. Sedangkan frekuensi terendah

terletak pada kelas 1 dengan interval 177,5-189,5, yaitu 2,13%. Lebih jelasnya

digambarkan dalam histogram berikut :

Gambar 4. Histogram Data Pembelajaran

0

5

10

15

20

25

30

129,5-141,5 141,5-153,5 153,5-165,5 165,5-177,5 177,5-189,5

f

r

e

k

u

e

n

s

i

interval

Berdasarkan grafik histogram data X3 dapat diketahui bahwa frekuensi

data pembelajaran yang tertinggi terletak pada interval 141,5-153,5 dengan jumlah

26 orang. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 177,5-189,5 dengan

jumlah 1 orang.

d. Prestasi belajar siswa

Data prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat

(Y). Berikut ini adalah rangkuman data statistik variabel Y :

1) Skor tertinggi = 149,00

2) Skor terendah = 118,00

3) Mean = 129,23

4) Median = 128,41

5) Modus = 128,00

6) SB = 7,29

7) SR = 5,54

Page 142: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

127

Adapun distribusi frekuensi data prestasi belajar siswa dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 6.Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Siswa

Interval f fx fx2

f% fk%-naik

145,5-152,5 1 149,00 22.201,00 2,13 100,00

138,5-145,5 2 289,00 41.761,00 4,26 97,87

131,5-138,5 13 1.760,00 238.322,00 27,66 93,62

124,5-131,5 17 2.183,00 280.359,00 36,17 65,96

117,5-124,5 14 1.693,00 204.771,00 20,79 20,79

Total 47 6.074,00 787.414,00 100,00 --

Rerata : 129,23 S.B. : 7,29 Min. : 118,00

Median : 128,41 S.R. : 5,54 Maks. : 149,00

Mode : 128,00

Sesuai dengan tabel distribusi frekuensi data prestasi belajar siswa (Y)

dapat diketahui bahwa data yang tertinggi terletak pada kelas 4 dengan interval

124,5-131,5, yaitu 36,17%. Kemudian diikuti berurutan oleh kelas 5 dengan

interval 117,5-124,5, yaitu 29,79%, kelas 3 dengan interval 131,5-138,5, yaitu

27,66, serta kelas 2 dengan interval 138,5-145,5, yaitu 4,26%. Sedangkan

frekuensi terendah terletak pada kelas 1 dengan interval 145,5-152,5, yaitu 2,13%.

Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut :

Page 143: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

128

Gambar 5. Histogram Data Prestasi Belajar Siswa

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

117,5-124,5 124,5-131,5 131,5-138,5 138,5-145,5 145,5-152,5

f

r

e

k

u

e

n

s

i

interval

Berdasarkan grafik histogram data Y, dapat diketahui bahwa frekuensi

data prestasi belajar siswa yang tertinggi terletak pada interval 124,5-131,5

dengan jumlah17 orang. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval

145,5-152,5 dengan jumlah 1 orang.

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Hasil Uji Normalitas

Menurut kaidah yang berlaku, data dalam penelitian dikatakan

berdistribusi normal apabila > 0,05. Apabila < 0,05 maka data yang tersebut

berdistribusi tidak normal.

a. Uji Normalitas Variabel Latar Belakang Pendidikan Guru (X1)

Pada uji normalitas variabel X1, yaitu latar belakang pendidikan guru,

langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1

(lampiran 8), kemudian dilakukan perhitungan sesuai rumus. Berdasarkan hasil

perhitungan dapat diketahui bahwa = 0,441. Karena > 0,05, yaitu 0,441 >

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data latar belakang pendidikan guru (X1)

berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Variabel Pengalaman Mengajar (X2)

Page 144: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

129

Pada uji normalitas variabel X2, yaitu pengalaman mengajar, langkah

pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2 (lampiran

8), kemudian dilakukan perhitungan sesuai rumus. Berdasarkan hasil perhitungan

dapat diketahui bahwa = 0,202. Karena > 0,05, yaitu 0,202 > 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengajar (X2) berdistribusi normal.

c. Uji Normalitas Variabel Pembelajaran (X3)

Pada uji normalitas variabel X3, yaitu pembelajaran, langkah pertama yang

dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2 (lampiran 8), kemudian

dilakukan perhitungan sesuai rumus. Berdasarkan hasil perhitungan dapat

diketahui bahwa = 0,070. Karena > 0,05, yaitu 0,070 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran (X3) berdistribusi normal.

d. Uji Normalitas Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y)

Pada uji normalitas variabel Y, yaitu prestasi belajar siswa, langkah

pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Y (lampiran 8),

kemudian dilakukan perhitunhan sesuai rumus. Berdasarkan hasil perhitungan

dapat diketahui bahwa = 0,646. Karena > 0,05, yaitu 0,646 > 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa (Y) berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Linieritas

Menurut kaidah yang berlaku, data dalam penelitian dikatakan memiliki

korelasi yang linier apabila > 0,05. Apabila < 0,05, maka korelasinya tidak

linier.

a. Uji linieritas X1 dan Y

Berdasarkan hasil uji linieritas X1 dengan Y diperoleh = 0,266 serta F =

1,264, karena > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa X1 dan Y

mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas X1 dan Y dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Page 145: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

130

Tabel 7. Rangkuman Uji Linieritas X1 dan Y

Sumber Derajat R2

Db Var F

Regresi

Residu

Ke1 0,896

0,104

1

45

0,896

0,002

387,235

--

0,000

--

Regresi

Beda

Residu

Ke2

Ke2-Ke1

0,899

0,003

0,101

2

1

44

0,449

0,003

0,002

195,384

1,264

--

0,000

0,266

--

Korelasinya Linier

b. Uji linieritas X2 dan Y

Berdasarkan hasil uji linieritas X2 dengan Y diperoleh = 0,757 serta F =

0,096, karena > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa X2 dan Y

mempunyai korelasi yang kuadratik. Hasil uji linieritas X2 dengan Y dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Rangkuman Uji Linieritas X2 dan Y

Sumber Derajat R2

Db Var F

Regresi

Residu

Ke1 0,673

0,327

1

45

0,673

0,007

92,419

--

0,000

--

Regresi

Beda

Residu

Ke2

Ke2-Ke1

0,766

0,093

0,234

2

1

44

0,383

0,093

0,005

71,997

17,561

--

0,000

0,000

--

Regresi

Beda

Residu

Ke3

Ke3-Ke2

0,766

0,001

0,234

3

1

43

0,255

0,001

0,005

47,043

0,096

--

0,000

0,757

--

Korelasinya Kuadratik

c. Uji linieritas X3 dan Y

Berdasarkan hasil uji linieritas X3 dengan Y diperoleh = 0,820 serta F

= 0,049, karena > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa X3 dan Y

Page 146: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

131

mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas X3 dengan Y dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 9. Rangkuman Uji Linieritas X3 dengan Y

Sumber Derajat R2

Db Var F

Regresi

Residu

Ke1 0,696

0,304

1

45

0,696

0,007

102,860

--

0,000

--

Regresi

Beda

Residu

Ke2

Ke2-Ke1

0,696

0,000

0,304

2

1

44

0,348

0,000

0,007

50,368

0,049

--

0,000

0,820

--

Korelasinya Linier

C. Proses Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan suatu langkah menguji

apakah persyaratan yang telah dikemukakan dalam perumusan hipotesis dapat

diterima atau tidak. Hipotesis yang dikemukakan diterima apabila data empiris

mendukung persyaratan dalam hipotesis, sebaliknya hipotesis ditolak apabila data

empiris tidak mendukung persyaratan hipotesis. Adapun teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda menggunakan

komputer seri SPS program analisis butir (validitas dan reliabilitas) edisi :

Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi

IBM/IN. Agar dapat diketahui hasil uji hipotesis, berikut ini disajikan rangkuman

perbandingan bobot prediktor yang diperoleh :

Page 147: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

132

Tabel 10. Rangkuman Perbandingan Bobot Prediktor

Variabel

X

Interkorelasi Sumbangan Determinasi

(SD)

r xy SB (β) SD Efektif %

1 0,947 0,052525 89,589

2 0,820 0,040187 0,328

3 0,834 0,029519 0,466

Total -- -- 90,383

Setelah analisis data dilakukan, diperoleh hipotesis sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan koefisien korelasi antara variabel

a. Koefisien sederhana antara X1 dan Y

Setelah membuat tabel kerja seperti pada lampiran, kemudian

dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari perhitungan diperoleh

hasil sebagai berikut :

r x1y = 0,947

= 0,000

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa < 0,01, yaitu 0,000 < 0,01,

maka berdasarkan kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi dan Yuni

Pamardiningsih (2004) dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan

yang sangat signifikan antara latar belakang pendidikan guru (X1) dengan

prestasi belajar siswa (Y). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan

positif yang signifikan antara latar belakang pendidikan guru dengan

prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Surakarta” diterima dan H0 ditolak.

Dengan demikian jika latar pendidikan guru tinggi, maka prestasi belajar

siswa juga tinggi. Sebaliknya, jika latar belakang pendidikan guru rendah,

maka prestasi belajar siswa juga rendah.

b. Koefisien sederhana antara X2 dan Y

Page 148: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

133

Setelah membuat tabel kerja seperti pada lampiran, kemudian

dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari perhitungan diperoleh

hasil sebagai berikut :

r x2y = 0,820

= 0,000

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa < 0,01, yaitu 0,000 < 0,01,

maka berdasarkan kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi dan Yuni

Pamardiningsih (2004) dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan

yang sangat signifikan antara pengalaman mengajar (X2) dengan prestasi

belajar siswa (Y). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif

yang signifikan antara pengalaman mengajar guru dengan prestasi belajar

siswa SMA Negeri 1 Surakarta” diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian

jika pengalaman mengajar tinggi, maka prestasi belajar siswa juga tinggi.

Sebaliknya jika pengalaman mengajar rendah, maka prestasi belajar siswa

juga rendah.

c. Koefisien sederhana antara X3 dan Y

Setelah membuat tabel kerja seperti pada lampiran, kemudian

dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari perhitungan diperoleh

hasil sebagai berikut :

r x3y = 0,834

= 0,000

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa < 0,01, yaitu 0,000 < 0,01,

maka berdasarkan kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi dan Yuni

Pamardiningsih (2004) dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan

yang sangat signifikan antara pembelajaran (X3) dengan prestasi belajar

siswa (Y). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang

signifikan antara pembelajaran dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri

1 Surakarta” diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian jika pembelajaran

tinggi, maka prestasi belajar juga tinggi. Sebaliknya jika pembelajaran

rendah, maka prestasi belajar juga rendah.

Page 149: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

134

d. Koefisien sederhana antara X1, X2, X3, dan Y

Setelah membuat tabel kerja seperti pada lampiran, kemudian

dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari perhitungan diperoleh

hasil sebagai berikut :

Ry (1,2,3) = 0,951

= 0,000

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa < 0,01, yaitu 0,000 <

0,01, maka berdasarkan kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi dan

Yuni Pamardiningsih (2004) dapat diambil kesimpulan bahwa ada

hubungan yang sangat signifikan antara latar belakang pendidikan guru

(X1), pengalaman mengajar (X2), dan pembelajaran (X3) dengan prestasi

belajar siswa (Y). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif

yang signifikan antara latar belakang pendidikan guru, pengalaman

mengajar, dan pembelajaran dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1

Surakarta” diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian jika latar belakang

pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan pembelajaran tinggi, maka

prestasi belajar siswa juga tinggi. Sebaliknya jika latar belakang

pendidikan, pengalaman mengajar, dan pembelajaran rendah, maka

prestasi belajar siswa juga rendah.

2. Hasil perhitungan sumbangan variabel X1, X2, dan X3

Besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif masing-masing

variabel setelah melalui perhitungan sesuai langkah dan rumusnya dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. Sumbangan efektif latar belakang pendidikan guru (X1) terhadap prestasi

belajar siswa (Y) adalah sebesar 89,589%, sumbangan efektif pengalaman

mengajar (X2) terhadap prestasi belajar siswa (Y) adalah sebesar 0,328%,

serta sumbangan efektif pembelajaran (X3) terhadap prestasi belajar siswa

(Y) adalah sebesar 0,466%. Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa latar belakang pendidikan guru memberikan

sumbangan paling besar terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan

Page 150: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

135

pengalaman mengajar guru memberikan sumbangan yang paling kecil

terhadap prestasi belajar siswa.

b. Sumbangan relatif latar belakang pendidikan guru (X1) terhadap prestasi

belajar siswa (Y) adalah sebesar 99,122%, sumbangan relatif pengalaman

mengajar (X2) terhadap prestasi belajar siswa (Y) adalah sebesar 0,362%,

serta sumbangan relatif pembelajaran (X3) terhadap prestasi belajar siswa

adalah sebesar 0,516%. Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa latar belakang pendidikan guru memberikan

sumbangan yang paling besar terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan

pengalaman mengajar memberikan sumbangan yang paling kecil terhadap

prestasi belajar siswa.

c. Setelah sumbangan masing-masing variabel diketahui, maka dapat

dinyatakan bahwa X1, X2, dan X3 secara bersama-sama memiliki

determinasi hubungan dengan Y, sebesar 90,383%. Dalam hal ini latar

belakang pendidikan guru (X1) memberikan sumbangan yang paling besar

terhadap prestasi belajar siswa (Y), dibandingkan sumbangan pengalaman

mengajar (X2) dan pembelajaran (X3) terhadap prestasi belajar siswa (Y)

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Setelah pengujian hipotesis dilakukan dan diketahui hasil-hasilnya,

kemudian dilakukan dan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx1y = 0,947, kemudian =

0,000, dengan SE sebesar 89,589% dan SR sebesar 99,122%. Hal ini

menunjukkan hubungan yang signifikan antara latar pendidikan guru dengan

prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesesuaian bidang

tugas dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki seorang guru akan

berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dicapai siswa di sekolah. Latar

belakang pendidikan di sini mencakup pendidikan pra jabatan, pendidikan dalam

jabatan, serta pelatihan dalam jabatan. Guru yang memiliki pendidikan tinggi

Page 151: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

136

belum tentu mampu menjamin keberhasilan prestasi belajar siswa. Seiring

perkembangan dunia pendidikan yang terus mengalami kemajuan, harus

diimbangi juga dengan peningkatan kemampuan guru. Peningkatan kemampuan

guru dapat diperoleh melalui pendidikan serta pelatihan secara terus menerus,

yaitu melalui jalur formal maupun informal.

2. Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx2y = 0,820, kemudian =

0,000, dengan SE sebesar 0,328% dan SR sebesar 0,362%. Hal ini menunjukkan

hubungan yang signifikan antara pengalaman mengajar guru dengan prestasi

belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengalaman

mengajar guru merupakan salah satu faktor dalam mendukung pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. Pengalaman mengajar yang dimiliki oleh seorang guru

menjadi penentu pencapaian hasil belajar yang akan diraih oleh siswa.

Pengalaman di sini mencakup pengalaman kerja, masa kerja, ruang

lingkup kerja, serta jam kerja yang dimiliki oleh seorang guru. Pengalaman

mengajar yang cukup, dalam arti waktu yang telah dilalui oleh seorang guru

dalam melaksanakan tugasnya akan mendukung pencapaian hasil belajar sebagai

tujuan yang akan diraih di sekolah. Pengalaman mengajar merupakan hal penting

yang menjadi perhatian dalam menentukan pencapaian hasil prestasi belajar

siswa. Di dalam menekuni bidang tugasnya, pengalaman guru selalu bertambah.

Semakin bertambah masa kerjanya, diharapkan guru semakin banyak

pengalamannya. Tingkat kesulitan yang ditemukan guru dalam pembelajaran

semakin hari semakin berkurang pada aspek tertentu seiring dengan bertambahnya

pengalaman sebagai guru. Guru yang mempunyai pengalaman mengajar yang

memadai, secara positif akan menentukan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai

oleh siswa.

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx3y = 0,834, kemudian =

0,000, dengan SE sebesar 0,466% dan SR sebesar 0,516%. Hal ini menunjukkan

hubungan yang signifikan antara pembelajaran dengan prestasi belajar siswa.

Page 152: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

137

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa di dalam

pembelajaran ada usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu

terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa yang belajar, dimana perubahan itu

dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif

lama dan karena adanya usaha. Guru bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-

mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan

berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif. Untuk mampu

menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, serta mengevaluasi proses pembelajaran. Guru selalu

dituntut untuk dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian yang

menyenangkan bagi siswa, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreativitas

belajar pada diri siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan sangat

menentukan minat dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dengan tumbuhnya

minat siswa untuk belajar, maka akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar

yang akan diraih siswa tersebut.

4. Hipotesis Keempat

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Ry (1,2,3) = 0,951, kemudian =

0,000, dengan SE sebesar 90,383% dan SR sebesar 100%. Hal ini menunjukkan

hubungan positif yang signifikan antara latar belakang pendidikan guru,

pengalaman mengajar, dan pembelajaran dengan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

siswa di sekolah, antara lain : guru, siswa, sarana prasarana, lingkungan

pendidikan, dan kurikulum. Dari semuanya itu, guru merupakan komponen yang

paling menentukan, karena di tangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana

dan prasarana, dan iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi

kehidupan peserta didik. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh

terhadap terciptanya proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas. Latar

belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang

mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran.

Latar belakang pendidikan serta pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru akan

Page 153: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

138

tercermin dalam pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini terlihat mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, sampai diadakan evaluasi. Keberhasilan suatu proses

pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar

siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, yang tercermin dalam aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil dari evaluasi ini dapat memperlihatkan

tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Page 154: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

139

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan mengenai hubungan

antara latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan pembelajaran

dengan prestasi belajar siswa pada SMA Negeri 1 Surakarta dapat disimpulkan

bahwa :

1. Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan guru dengan prestasi

belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan dan analisis data,

yaitu diperoleh rx1y = 0,95; = 0,000. Hal menunjukkan bahwa ada

hubungan (sesuai dengan kaidah uji hipotesis, yaitu < 0,01) antara latar

belakang pendidikan guru dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1

Surakarta.

2. Terdapat hubungan antara pengalaman mengajar dengan prestasi belajar

siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan dan analisis data, yaitu

diperoleh rx2y = 0,82; = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

(sesuai dengan kaidah uji hipotesis, yaitu < 0,01) antara pengalaman

mengajar dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Surakarta.

3. Terdapat hubungan antara pembelajaran dengan prestasi belajar siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil perhitungan dan analisis data, yaitu diperoleh rx3y =

0,83; = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan (sesuai dengan

kaidah uji hipotesis, yaitu < 0,01) antara pembelajaran dengan prestasi

belajar siswa SMA Negeri 1 Surakarta.

4. Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan guru, pengalaman

mengajar, dan pembelajaran dengan prestasi belajar siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil perhitungan dan analisis data, yaitu diperoleh Ry

(1,2,3) = 0,95; = 0,000; F = 134,70. Berdasarkan kaidah uji hipotesis, yaitu

< 0,01 menunjukkan bahwa ada hubungan latar belakang pendidikan guru,

Page 155: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

140

pengalaman mengajar, dan pembelajaran secara bersama-sama dengan

prestasi belajar siswa.

5. Perbandingan sumbangan efektif (SE) antara x1,x2x3 terhadap y, yaitu sebesar

89,59%, 0,39%, dan 0,47%. Sedangkan perbandingan sumbangan relatif (SR)

antara x1,x2,x3 terhadap y, yaitu sebesar 99,12%, 0,36%, dan 0,52%. Dengan

hasil ini menunjukkan bahwa variabel x1 memberikan sumbangan paling

tinggi terhadap y, dibandingan variabel x2 dan x3 terhadap y.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara latar belakang pendidikan guru dengan prestasi belajar

siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan bahwa kesesuaian bidang

tugas dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki seorang guru akan

berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dicapai siswa di sekolah.

Latar belakang pendidikan di sini mencakup pendidikan pra jabatan,

pendidikan dalam jabatan, serta pelatihan dalam jabatan. Guru yang memiliki

pendidikan tinggi belum tentu mampu menjamin keberhasilan prestasi belajar

siswa. Seiring perkembangan dunia pendidikan yang terus mengalami

kemajuan, harus diimbangi juga dengan peningkatan kemampuan guru.

Peningkatan kemampuan guru dapat diperoleh melalui pendidikan serta

pelatihan secara terus menerus, yaitu melalui jalur formal maupun informal.

2. Ada hubungan antara pengalaman mengajar guru dengan prestasi belajar

siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan bahwa pengalaman

mengajar guru merupakan salah satu faktor dalam mendukung pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. Pengalaman mengajar yang dimiliki oleh seorang

guru menjadi penentu pencapaian hasil belajar yang akan diraih oleh siswa.

Pengalaman di sini mencakup pengalaman kerja, masa kerja, ruang lingkup

kerja, serta jam kerja yang dimiliki oleh seorang guru. Pengalaman mengajar

yang cukup, dalam arti waktu yang telah dilalui oleh seorang guru dalam

melaksanakan tugasnya akan mendukung pencapaian hasil belajar sebagai

Page 156: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

141

tujuan yang akan diraih di sekolah. Pengalaman mengajar merupakan hal

penting yang menjadi perhatian dalam menentukan pencapaian hasil prestasi

belajar siswa. Di dalam menekuni bidang tugasnya, pengalaman guru selalu

bertambah. Semakin bertambah masa kerjanya, diharapkan guru semakin

banyak pengalamannya. Tingkat kesulitan yang ditemukan guru dalam

pembelajaran semakin hari semakin berkurang pada aspek tertentu seiring

dengan bertambahnya pengalaman sebagai guru. Dengan pengalaman yang

dimiliki diharapkan mampu menjadikan bekal bagi guru untuk mengukur

tingkat keberhasilan kinerjanya yang tercermin melalui tinggi rendahnya hasil

belajar siswa.

3. Ada hubungan antara pembelajaran dengan prestasi belajar siswa.

Pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,

yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa yang belajar, dimana

perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam

waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Guru bertindak sebagai

pengelola kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan

peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-

mengajar yang efektif. Untuk mampu menciptakan pembelajaran yang

efektif, guru harus memperhatikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta

mengevaluasi proses pembelajaran. Guru selalu dituntut untuk dapat

menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian yang menyenangkan

bagi siswa, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreativitas belajar pada

diri siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan sangat menentukan

minat dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dengan tumbuhnya minat

siswa untuk belajar, maka akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar

yang akan diraih siswa tersebut.

4. Ada hubungan antara latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar,

dan pembelajaran dengan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian

dapat diuraikan bahwa pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah, antara lain :

guru, siswa, sarana prasarana, lingkungan pendidikan, dan kurikulum. Dari

Page 157: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

142

semuanya itu, guru merupakan komponen yang paling menentukan, karena di

tangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana, dan iklim

pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta didik.

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya

proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas. Latar belakang pendidikan

dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi kompetensi

seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran. Latar belakang

pendidikan serta pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru akan tercermin

dalam pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini terlihat mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, sampai diadakan evaluasi. Keberhasilan suatu

proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, yaitu

mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil dari evaluasi ini

dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka perlu

penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi guru

a. Untuk meningkatkan kemampuan kerjanya, guru tidak harus menempuh

pendidikan secara formal, tetapi juga dapat dilalui melalui jalur informal.

b. Pendidikan tinggi yang diperoleh seorang guru belum dapat menjamin

pencapaian keberhasilan prestasi belajar siswa. Guru harus mampu

mengimbangi antara pendidikan yang dimiliki dengan pelatihan secara

terus menerus, agar mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan

inovatif bagi siswa.

2. Bagi sekolah

a. Sekolah seharusnya mampu memfasilitasi seluruh kegiatan guru yang

berhubungan dengan peningkatan keprofesionalismenya.

b. Sekolah seharusnya menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang

lengkap, sehingga hal-hal yang telah diperoleh guru dalam proses

Page 158: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

143

pendidikan dan pelatihannya mampu diterapkan di sekolah yang

bersangkutan.

3. Peneliti lain

a. Mampu mengembangkan penelitian yang sejenis dengan menggunakan

metode selain yang digunakan dalam penelitian ini.

b. Mampu mengembangkan penelitian lain di luar variabel dalam penelitian

ini yang mampu mempengaruhi kemampuan guru dalam pembelajaran,

terutama dalam hal peningkatan prestasi belajar siswa.

Page 159: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

144

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Barizi. 2009. Menjadi Guru Unggul. Yogyakarta : Ar Ruzzmedia.

A. Hakam Naja. 2009. UU Guru dan Dosen : Upaya Peningkatan Kualitas

Pendidikan. http//www.e-dukasi.net. Diakses tanggal 12 Februari 2010.

Arief Furchan. 2005. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Darwyan Syah, Supardi, dan Azis Hasibuan. 2009. Pengantar Statistik

Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press.

B. S. Mndebele, Comfort. International Journal of Science Education :

Developing competence-based teacher education programme in

Swaziland, Vol. 39, No. 6, 1997, pp. 237-141. Swaziland : MCB University

Press.

Diaz, M. J Martin. International Journal of Science Education : Educational

Background, Teaching Experience and Teacher’s Views on the Inclusion

of Nature of Science in the Science Curriculum, Vol. 28, No. 10, 18

August 2006, pp. 1161–1180. Spain : Institute of Secondary Education

Jorge Manrique.

D. Ivie, Stanley. 2001. International Journal of Science Education. Experienced

Teachers Insist that Effective Teaching is Primarily a Science, Vol. 121,

No. 3, pp. 520-534. Texas : Educational Leadership Texas Woman’s

University Denton.

Edi Suwarno. 2002. Proposal Tesis : Efektifitas Kelompok Kerja Guru (KKG) di

Kabupaten Kulon Progo. UNY : Program Pasca Sarjana.

E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Gino, dkk. 1995. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta : UNS Press

Gorky Sembiring. 2009. Menjadi Guru Sejati. Yogyakarta : Best

Page 160: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

145

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta

: Bumi Aksara

J. Supranto. 1987. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga.

Martinis Yamin. 2009. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta :

GP Press.

Moehar Daniel. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara.

Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Muhammad Ali. 2008. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Baru Algensindo.

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan

Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya

Ngalim Purwanto. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta : Bumi Aksara.

“Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Mengajar terhadap

Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Gugus II Kecamatan

Nganjuk”. 2009. http://ilmiah-pendidikan.blogspot.com. Diakses tanggal 12

Februari 2010.

Piet A. Sahertian. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta : ANDI.

Purwanti. 2008. Skripsi : Kinerja Guru Ditinjau dari Profesionalisme, Latar

Belakang Pendidikan dan Pengalaman Mengajar di SMP Negeri 1

Page 161: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

146

Jatipurno, Wonogiri. http//etd.eprints.ums.ac.id. Diakses tanggal 12

Februari 2010.

Ravik Karsidi. 2007. Sosiologi Pendidikan. Surakarta : UNS Press.

Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar. http://ridwan202.wordpress.com.

Diakses tanggal : 15 Februari 2010.

Rizky Agustian Khaqqi. 2009. Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan,

Pelatihan, dan Pengalaman Mengajar terhadap Profesionalisme Guru

Mata Diklat Teknik Audio-Video SMK Negeri di Kota Semarang.

http://digilib.unnes.ac.id. Diakses tanggal : 12 Februari 2010.

Saifuddin Azwar. 2007. Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran

Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

S. Eko Putro Widoyoko. 2005. Kompetensi Mengajar Guru IPS SMA

Kabupaten Purworejo. http://um-pwr.ac.id. Diakses tanggal : 17 Januari

2010.

Sjafri Mangkuprawira. 2009. Memaknai Pengalaman Kerja. http://rona.wajah.

wordpress.com. Diakses tanggal : 28 April 2010.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Fakor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suharno, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Sukardi. 2002. Statistika. Surakarta : UNS Press.

Page 162: SKRIPSI Oleh : SEPTINA GALIH PUDYASTUTI

147

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. http://sunartombs.wordpress.com.

Diakses tanggal : 15 Februari 2010.

Sutrisno Hadi. 1984. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas

Psikologi UGM

___________. 1995. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta : ANDI

___________. 2000. Statistik Jilid 1. Yogyakarta : ANDI.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta.

Trimo. 2008. Artikel : Angan Senja Guru tidak Mengapai Sertifikasi. http://re-

searchengines.com. Diakses tanggal :17 Januari 2010.

T. Widodo. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Surakarta : UNS Press.

Umar Said Cokro Handoko. 2008. Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan Guru

dan Pengalaman Mengajar terhadap Kinerja Guru pada SMA

Muhammadiyah 1 Pekalongan. http://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses

tanggal : 12 Februari 2010.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen

Wiji Suwarno. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzzmedia

Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.

Y. Slamet. 2008. Pengantar Penelitian Kuantitatif. Surakarta : UNS Press.

Yulita Evlyn Anggraeni. 2008. Skripsi : Pengaruh Latar Belakang Pendidikan,

Pengalaman Mengajar, dan Kelengkapan Sarana Pembelajaran terhadap

Kinerja Guru di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta.

http://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses tanggal : 12 Februari 2010.