tes pengukuran olahraga untuk kegiatan ekstrakurikuler olahraga ...
SKRIPSI OLAHRAGA
-
Upload
putusrtj2133 -
Category
Documents
-
view
208 -
download
0
Transcript of SKRIPSI OLAHRAGA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan olahraga telah mengalami perkembangan di
masyarakat, karena pemerintah telah mencanangkan untuk
memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat agar
semua lapisan masyarakat dapat melaksanakan kegiatan olahraga.
Karena melalui olahraga akan dapat membentuk manusia seutuhnya.
Jadi manusia seutuhnya dapat ditafsirkan sebagai insane yang
berkembang jasmani, moral, intelektual dan estetikanya secara
keseluruhan, sehingga akan menjadi suatu pribadi yang sehat jasmani
dan rohani. Untuk meningkatkan prestasi yang tinggi diperlukan
kesegaran jasmani dan rohani. Sehingga dengan prestasi prestasi yang
tinggi kita dapat mengangkat martabat bangsa.
Oleh karena itu, pendidikan olahraga merupakan salah satu
mata pelajaran yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan
pendidikan. Konsep ini diberikan setiap jenjang pendidikan dimulai
dari TK, SD, SMP dan SMA serta perguruan tinggi. Sebagai mata
pelajaran yang menitik beratkan perhatian pada ranah jasmani dan
psikomotor, tetapi tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif.
Pelajaran pendidikan jasmani adalah mencakup kegiatan pokok terdiri
atas : senam, atletik, permainan dan renang. Sedangkan kegiatan
Pilihan adalah pencak silat, bulu tangkis, teni s meja, catur dan
permainan tradisional, dan lain sebagainya.
Atletik dalam sejarah dunia olahraga merupakan induk dari
semua olahraga seperti misalnya : jalan, lari, lempar dan lompat.
Karena itu atletik sering disebut sebagai “Ibu dari olahraga” karena
didalam cabang-cabang olahraga lainnya terdapat unsur-unsur, seperti
jalan, lari, lempar, lompat tersebut, sehingga para atlet dalam
pelaksanaan kegiatan olahraga sebelum mulai kegiatan inti terlebih
dahulu melakukan gerakan jalan, lari -lari kecil atau lompat.
Pada cabang atletik pendidikan jasmani dapat : (1)
Meningkatkan aktivitas tubuh, yakni peredaran darah, pencernaan dan
pernapasan; (2) Meningkatkan pertumbuhan jasmani seperti
bertamahnya tinggi badan dan berat badan; (3) Menanamkan nilai—
nilai disiplin, kerjasama, sportifitas, dan tenggang rasa; (4)
Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam melakukan
kegiatan olahraga serta memiliki sikap positif terhadap kegiatan
jasmani (Depdikbud, 1997:vi).
Pada zaman purba gerakan-gerakan atletik pada dasarnya
difungsikan sebagai pertahanan dalam kelangsungan hidupnya pada
zaman Yunani Kuno cabang olahraga atletik sudah mulai
diperlombakan seperti : jalan, lari, lempar dan lompat pada olimpiade
yang pertama yang dilakukan di Yunani. Sedangkan pada zaman
modern secara perlahan-lahan sudah mulai mengalami perubahan-
perubahan baik dalam sistemnya, tekniknya maupun bentuk latihan -
latihannya. Sehingga secara perlahan-lahan mulailah bermunculan top-
2
top organisasi atletik atau induk organisasi yang bertarap Nasional dan
yang bertarap Internasional seperti PASI (Persatuan Aletik Seluruh
Indonesia) dan IAAF (International Amateur Atletik Federation)
sehingga sampai sekarang keberadaan induk-induk organisasi seperi
tadi, sangat berperan dalam pelestarian dan penyelenggaraan diset iap
perlombaan cabang atletik baik Nasional maupun Internasional seperti
PON, Sea Games, Asia Games dan Olympiade.
Dalam upaya untuk mencari dan meningkatkan atlet -atlet yang
berbakat dan berprestasi yang maksimal khususnya dicabang atletik
nomor tolak peluru diperlukan pelatihan and Penerapan metode
pengajaran serta pembelajaran siswa yang optimal demi peningkatkan
prestasi siswa secara maksimal. Sesuai yang dicanangkan oleh Ketua
Umum KONI pusat bahwa atletik sebagai cabang olahraga tertua harus
terus terbina, ditingkatkan prestasinya demi keharuman nama Nusa
dan Bangsa Indonesia. Terkait dengan hal itu dalam GBHN 1996
ditegaskan bahwa tujuan olahraga untuk membentuk warga Negara
Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, jujur, trampil, berdedikasi
tinggi, serta bertanggung jawab, cinta tanah air, memiliki tenggang
rasa disiplin serta beriman. Olahraga sangat diperlukan dan merupakan
suatu keharusan untuk menciptakan badan yang sehat, baik jasmani
dan rohaninya, tentu mereka akan berperan aktif di dalam set iap aspek
kehidupan baik dari segi politik, ekonomi, social, budaya, pertahanan
dan keamanan. Siswa sebagai bagian dari pada warga Negara
Indonesia yang menjadi objek dalam penelitian ini diupayakan dapat
meningkatkan prestasinya dalam salah satu cabang at letik.
Pelatihan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan
secara sistematis, terprogram dan terus menerus dengan pembebanan
yang meningkat secara bertahap sehingga menyebabkan perubahan
yang mengarah pada perbaikan prestasi. Maka disini perlu partisi pasi
aktip dari atlet yang akan menerapkan program tersebut. Jad maju
mundurnya prestasi tergantung dengan kesadaran atlet itu sendiri dan
harus tertanam tekad yang kuat. Tanpa pelatihan berat tidak mungkin
akan tercapai prestasi puncak atau maksimal (Ngurah Nala : 1992).
Dalam teori pelatihan, setiap gerakan yang khusus tertuju pada
suatu prestasi cabang olahraga tertentu, berorientasi pada komponen
biomotorik kegugaran fisik. Demikian halnya, dalam gerakan
pelatihan tolak peluru mencangkup komponen biomotorik, seperti :
daya tahan, kecepatan, Ketepatan, kelincahan daya ledak, kekuatan,
keseimbangan, koordinasi, kecepatan Reaksi, dan kelentukan. Diantara
sepuluh komponen biomotorik yang paling berpengaruh dalam
pelatihan tolak perlu adalah daya ledak o tot lengan dan kelentukan.
Yang dimaksud dengan daya ledak adalah kemampuan otot untuk
mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat
(Harsono, 1996:200).
Hal tersebut ditegaskan pula bahwa daya ledak ini sangat
diperlukan pada cabang-cabang olahraga yang memerlukan tenaga
(power), seperti : tolak peluru. Gerakan ini dilakukan secara tiba -tiba
dengan kekuatan penuh dan cepat. Demikian pula, kelentukan
3
merupakan kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan gerak
yang luas dalam ruang sendi tanpa mengalami cedera pada persendian
dan alat-alat di sekitar persendiannya. Kelentukan penting sekali
dalam hampir setiap cabang olahraga, terutama olahraga yang selalu
menuntut gerakan sendi, seperti pada tolak peluru. (Karna, 1997:12).
Hal-hal yang menyebabkan kurangnya kemampuan daya ledak
otot lengan dimungkinkan karena tidak adanya kekuatan otot -otot
yang dimiliki oleh setiap atlet sehingga gerakan-gerakan tersebut yang
dilakukan kurang efektif, kurang efisien dan kurang akurat. Dengan
kenyataan ini maka kemampuan tolakan akan menjadi lebih baik dan
akurat Apabila adanya kekuatan-kekuatan dan daya ledak otot yang
baik. Untuk meningkatkan daya ledak otot lengan yang kuat, pelatihan
dengan beban yang cukup dapat meningkatkan tolakan secara akurat.
Mengembangkan kekuatan otot merupakan salah satu faktor untuk
meningkatkan prestasi, karena kekuatan otot adalah sumber dari
perubahan keadaan. Besarnya kekuatan penampang otot, maka makin
besar pula kekuatannya. Otot yang meningkat kekuatannya, maka
makin meningkat pula batas kemampuannya (Iman Hidayat, 1998:38).
Kekuatan otot untuk dapat dilatih dengan melakukan
pembebanan maksimal. Kemampuan otot ini umumnya adalah o tot
lengan, tangan, dada, pinggul, perut dan tungkai. Kekuatan otot
tungkai yang sangat berat tugasnya yaitu menyangga badan baik pada
waktu jalan, lari, melompat dan lain sebagainya. Kemudian otot
punggung berfungsi sebagai penahan agar tubuh tetap tegak,
sementara lengan dan tungkai berfungsi untuk memukul dan
menyepak. Untuk memenuhi hal-hal tersebut, maka perlu diadakan
pelatihan secara mengkhusus agar langsung mengarah pada prestasi
yang diinginkan. Pelatihan yang dapat diberikan sebagai salah satu
cara peningkatan daya ledak o tot adalah dengan pelatihan mendorong
beban keatas dengan posisi berdiri yang disesuaikan dengan
perkembangan jasmani siswa.
Berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan
menunjukkan bahwa siswa-siswa SMA Negeri 3 Amlapura belum
pernah meraih juara khususnya pada even tolak peluru, baik di
Kecamatan maupun di Kabupaten pada saat PORSENIJAR. Hal ini
disebabkan mungkin karena kurangnya pembebanan dalam pelatihan.
Oleh karena itu masalah pembebanan dalam pelatihan. Oleh karena itu
masalah pembebanan merupakan masalah yang sangat penting dan
harus ditangani oleh para guru, Pembina dan pelatih.
Bertitik tolak dari uraian diatas maka peneliti mengadakan
penelitian yang berjudul : Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas
Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3
set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X
SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat
Rumusan masalahnya sebagai berikut :
4
Apakah ada pengaruh dan perbedaan pengaruh Pelatihan
Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5
repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak
peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran
2009/2010.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian akan berhasil Apabila mempunyai
tujuan yang jelas, Sehubungan dengan hal tersebut diatas
tujuan penelitian pada umumnya adalah untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu
pengetahuan.
Berdasarkan latar belakang dan Rumusan masalah
diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : untuk mengetahui pengaruh dan
perbedaan pengaruh Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas
Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10
repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru
siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran
2009/2010.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dan
ditujukan kepada guru olahraga dan Pembina atau pelatih, bila
penelitian ini mempunyai pengaruh maka penelitian ini
berguna sebagai berikut :
1.3.2.1 Kegunaan Teoritis
1.3.2.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan Sumbangan terhadap ilmu
pengetahuan dan pendidikan olahraga,
khususnya dalam tolak peluru.
1.3.2.1.2 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
informasi kepada pelatih, Pembina, guru
olahraga dan atlet untuk dapat digunakan
sebagai landasan dalam meningkatkan
prestasi.
1.3.2.1.3 Merangsang peneliti lain untuk meneliti lebih
mendalam terhadap hal-hal yang belum
tergambar dalam penelitian ini.
1.3.2.2 Kegunaan Praktis
1.3.2.2.1 Dengan hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai dalam membina
atlet yang menekuni cabang olahraga yang
mempergunakan kekuatan untuk mencapai
prestasi yang optimal.
1.3.2.2.2 Untuk melengkapi kebutuhan perpustakan
di IKIP PGRI Bali yang nantinya dapat
5
dipakai sebagai literature bagi mahasiswa
yang berkepentingan.
1.4 Ruang Lingkup Masalah
Mengingat demikian luasnya masalah tersebut diatas dan
karena terbatasnya fasilitas-fasilitas seperti biaya, tenaga, waktu dan
kemampuan penulis maka ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas
pada hal-hal sebagai berikut :
1.4.1 Objek penelitian
Objek penelitian adalah berkisar pada Pelatihan Mendorong
Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6
set dan 10 repetisi 3 set dan jauhnya tolakan pada tolak
peluru.
1.4.2 Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian yang digunakan sebagai populasi
dalam penelitian ini berkaitan erat dengan objek penelitian
adalah siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura tahun
pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 108 orang.
1.4.3 Data Penelitian
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil tes awal
dan tes akhir tolak peluru, yang diukur adalah jauhnya tolakan
dengan menggunakan meteran dengan satuan centimeter.
1.5 Hipotesis
Istilah hipotesis diartikan Dugaan sementara seorang peneliti
sebelum penelitian dilakukan dilapangan. Dugaan itu mungkin benar
atau mungkin juga salah. Hal ini akan ditolak jika salah atau palsu dan
akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. Penolakan dan
penerimaan hipotesis sangat tergantung kepada hasil penelitian
terhadap fakta-fakta yang terkumpul (Sutrisno Hadi, 1990 : 63).
Jadi yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan
yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya. Lebih lanjut dikatakan
bahwa hipotesis dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1.5.1 Hipotesis nol (Ho) : Adalah selalu menyatakan bahwa tidak
ada pengaruh atau dinyatakan dengan
kalimat negatif.
1.5.2 Hipotesis Alternatif (Ha) : Adalah selalu menyatakan ada
hubungan atau pertalian antara dua
variabel dan biasanya dinyatakan dalam
kalimat positif.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis
alternative yang bunyinya :bahwa ada pengaruh dan perbedaan
pengaruh Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri
seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya
tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3
Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.
6
1.6 Pengertian Beberapa Istilah
Untuk menghindari adanya salah pada penafsiran pada istilah-
istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini. Maka, dalam
penjelasan istilah akan diuraikan istilah yang dipergunakan dalam
judul penelitian ini sehingga memperoleh pengertian yang jelas serta
tidak memunculkan salah tafsir tentang istilah-istilah yang digunakan.
Istilah-istilah tersebut akan diuraikan secara singkat satu-persatu yaitu
sebagai berikut :
1.6.1 Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses yang sistematik, dilakukan
secara berulang-ulang dengan beban semakin bertambah serta
membiasakan seorang atlet pada tingkat tertinggi
penampilanya (Kanca, 1992 : 4). Pelatihan adalah adanya
pengulangan gerakan yang dilakukan secara teratur dan
berencana dengan takaran tertentu sehingga menyebabkan
terjadinya suatu perubahan, baik itu perubahan fisik maupun
sikap (Sajoto, 1990:74).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapatlah
disimpulkan yang dimaksud dengan pelatihan adalah sejumlah
rangsangan yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang
dengan peningkatan serta penambahan beban pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan prestasi pelatihan dalam
penelitian ini adalah Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas
Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10
repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru
siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran
2009/2010.
1.6.2 Mendorong beban
Mendorong berarti (1) menolak dari bagian belakang
atau bagian depan; Menyorong; (2) Menganjur (ke depan)
bergerak kemuka kuat-kuat (3) mendesak atau memaksa
supaya berbuat sesuatu. (Poerwadarminta, 1990:242) jadi,
dapat dinyatakan bahwa Mendorong dalam hubungannya
dengan penelitian ini, adalah menyorong (menganjut) sesuatu
ke atas kuat-kuat atau menekan sesuatu ke atas dengan kuat.
Sedangkan beban adalah barang (yang berat) yang dibawa
(dipikul, dijunjung, diangkat, dan lain sebagainya); muatan
(yang ditaruhkan di punggung kuda) (Poerwadarminta,
1990:336).
Jadi pengertian “Mendorong beban” adalah
menyorong (menekan) kuat-kuat beban keatas. Dalam
penelitian ini beban yang didorong adalah beban berupa barbel
seberat 5 kg.
1.6.3 Tolak Peluru
Tolak peluru adalah suatu gerak melontarkan peluru
dengan kecepatan maksimal dengan hasil sejauh-jauhnya
(Nanang Sudrajat, 1996:96). Untuk mencapai tolakan yang
sejauh-jauhnya dalam tolakan yang benar, terlebih dahulu
7
seorang penolak peluru harus memahami unsur-unsur pokok
(dasar) dalam tolak peluru. Unsur-unsur pokok tersebut
meliputi: sikap awal, awalan, tolakan dan lepasnya peluru,
keseimbangan tubuh. Ada 3 macam gaya tolak peluru, yaitu
gaya menyamping, gaya membelakangi, dan gaya berputar.
Dalam penelitian ini dipergunakan gaya menyamping
(samping).
1.6.4 Repetisi dan Set
Repetisi adalah ulangan dari pada pelatihan
(Soekarman, 1997:33) sedangkan set adalah satu rangkaian
dari repetisi (Nala, 1997:12).
Dalam penelitian ini repetisi dan set yang
dipergunakan untuk membentuk daya ledak otot lengan,
kekuatan, kelentukan, daya tahan, keseimbangan dan
koordinasi sehingga berpengaruh pada jauhnya tolakan pada
tolak peluru adalah sebanyak 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3
set.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Setiap kali hasil pelatihan kalau tidak dipelihara akan
kembali pada keadaan semula. Oleh karena itu seseorang yang ingin
berprestasi harus berlatih secara terus menerus untuk memelihara
kondisinya. (Soekarman, 1997:60).
2.1.1 Pelatihan
Yang dimaksud pelatihan adalah pengulangan suatu
yang dilakukan secara teratur dan berencana, sehingga
menyebabkan terjadinya suatu perubahan fisik maupun
perubahan yang lain (Nala, 2002:26). Pelatihan adalah suatu
proses yang sistematis dari melatih yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan peningkatan pembebanan secara
bertahap (Harsono, 1997:3). Pelatihan adalah adanya
pengulangan gerakan yang dilakukan secara teratur dan
berencana dengan takaran tertentu sehingga menyebabkan
terjadinya suatu perubahan, baik itu perubahan fisik maupun
sikap (Sajoto, 1990:74). Pelatihan adalah rangsangan yang
dilakukan dengan teratur untuk meningkatkan kemampuan
pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu
kecakapan, misalnya gerak badan (Poewadarminta,
1990:570). Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik atau
aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan
berulang-ulang dalam jangka waktu durasi lama, dengan
pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual
yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi
biologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga
dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2002:1).
Pelatihan adalah usaha untuk mencapai prestasi yang
setinggi-tingginya, syarat adalah dimana organ-organ tubuh
dikembangkan melalui pelatihan (Manuaba, 1997:2).
Pelatihan secara umum diarahkan kepada rangsangan gerak
untuk prestasi tertentu, sebab geraklah yang dari semua
rangsangan itu membentuk organ yang paling baik.
Seseorang yang kekuatan ototnya sudah meningkat dan
berkembang disebabkan karena adanya pelatihan-pelatihan
yang dilakukan secara kontinyu, berkelanjut dan terus
menerus. Dengan kata lain, pelatihan dapat didefinisikan
sebagai upaya sadar yang direncanakan secara teratur,
sistematis dan peningkatan yang berdasarkan kepada ilmu
pengetahuan dan teknologi, kecakapan dan kemampuan
biomotorik bawaan sehingga memiliki daya adaptasi yang
maksimal, baik fisik, psikologis, teknis dan praktis guna
melahirkan kinerja atau tampilan yang optimal dalam
menghadapi tantangan dan kompetisi dengan penuh
konsentrasi.
9
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat
dinyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses kegiatan
yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus secara
bertahap menyebabkan terjadinya perubahan sesuai dengan
prosedur latihan, yaitu adanya pemanasan, gerakan inti, dan
termasuk peregangan.
Jadi Sehubungan dengan penelitian ini maka
pelatihan yang dimaksud adalah Pelatihan Mendorong Beban
Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set
dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak
peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun
Pelajaran 2009/2010.
Setiap pelatihan diarahkan pada tujuan-tujuan
tertentu. Adapun tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan
kondisi fisik secara umum, penyempurnaan tehnik, disiplin,
dan koordinasi gerak. Disamping itu tujuan pelatihan
diarahkan untuk meningkatkan kepribadian seperti
kemampuan yang keras, kepercayaan diri, ketekunan
semangat, disiplin dan untuk mencegah cedera dan lain -lain
(Bompa, 1990:97). Tujuan utama pelatihan adalah untuk
mencapai penyesuaian biologis agar dalam tugas khusus
dapat terlaksana secara maksimal.
2.1.2 Komponen Pelatihan
Komponenph adalah penting dalam penyusunan
program atau takaran pelatihan. Komponen tersebut adalah
Frekuensi pelatihan intensitas pelatihan, lamanya pelatihan
9Nala, 1997:27).
Dalam usaha untuk meningkatkan gerakan otot -otot
tubuh sehingga mencapai kekuatan yang efektif harus
memperhatikan beberapa komponen pelatihan tersebut diatas.
Berikut ini akan diuraikan komponen-komponen pelatihan
sebagai berikut :
2.1.2.1 Frekuensi Latihan
Frekuensi atau kekerapan pelatihan per
minggu atau sering pula kekerapan melakukan
pelatihan adalah gerakan aktivitas yang disebut
dengan pengulangan (Repesisi) (Nala, 2002:7).
Frekuensi pelatihan adalah beberapa kali seorang
melakukan latihan dalam satu minggu (Sajoto,
1998:204). Dalam Frekuensi pelatihan diusahakan
agar tidak ada hari istirahat dua hari berturut -turut
(Umar, 2004:91). Adapun Frekuensi pelatihan dalam
penelitian ini adalah 4 kali dalam seminggu. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa para
pelatih pada umumnya setuju untuk menjalankan
10
program pelatihan 4 kali setiap minggu agar tidak
terjadi kelelahan yang kronis. (Sadoso, 1996:42).
2.1.2.2 Intensitas Pelatihan
Intensitas adalah kesanggupan berat
ringannya suatu aktivitas dilakukan yang sering
dinyatakan dengan waktu, beban, pengulangan dan
denyut jantung (Nala, 2002:12) intensitas adalah
suatu dosis latihan yang harus dilakukan atlet
Menurut program yang ditentukan (Sajoto, 1994:204)
pelatihan olahraga fisik yang dilakukan hendaknya
intensitas pelatihan sebesar 65-90% dari denyut nadi
maksimal (Sadoso, 2004:64) Pembebanan kerja
dilakukan berulang-ulang dapat mempertinggi
kemampuan fungsi organ terutama tergantung pada
perbandingan antara volume dan intensitas kerja,
pelatihan kerja dan interval.
Untuk mengukur prestasi tolak peluru ini
siswa melakukan tes awal an tes akhir sebelum dan
sesudah di laksanakan pelatihan Mendorong beban
keatas dengan posisi berdiri seberat 5 Kg 5 repetisi 6
set dan 10 repetisi 3 set.
2.1.2.3 Lamanya Latihan (Durasi)
Durasi adalah waktu lamanya aktivitas itu
dilaksanakan dalam setiap pelatihan (Nala, 2002 :
42). Durasi adalah lamanya aktivitas pelatihan
(termasuk instirahat) yang harus dilaksanakan dalam
satu session, sekali pelatihan atau lamanya berada
dalam keadaan. (Nala, 2002:1). Banyak peneliti
menyatakan bahwa Frekuensi atau kekerapan
pelatihan itu penting, tetapi yang lebih penting
adalah intensitas dan lamanya pelatihan. Pelatihan
dilakukan selama 6 minggu dengan jadwal seminggu
4 kali yaitu Senin, Rabu, Jumat dan Minggu. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari adanya waktu
istirahat lebih dari 2 kali 24 jam (Soekarman,
1997:52).
2.1.3 Prinsip-prinsip Pelatihan
Berdasarkan teori yang ada dalam melakukan
pelatihan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu
adanya prinsip-prinsip pelatihan yang mestinya diketahui dan
dipegang oleh pelatih dalam melaksanakan pelatihan. Secara
umum prinsip-prinsip pelatihan tersebut dapat dikatagorikan
menjadi beberapa macam yaitu :
2.1.3.1 Prinsip Beban Berlebih (Over load)
Dalam pelatihan selalu meningkatkan suatu
efek pelatihan yang baik. Untuk mendapatkan efek
pelatihan yang baik, maka organ tubuh harus
11
diberikan beban berlebih dari beban yang biasa
diterima dalam aktivitas sehari-hari.
2.1.3.2 Prinsip Beban Bertambah
Agar prinsip beban berlebih (over load)
memiliki efek, haruslah mengikuti prinsip beban
bertambah. Prinsip over load secara progresif berarti
beban dalam pelatihan mendekati maksimal dan
secara terus menerus meningkat, sebagai akibatnya
kapasitas seseorang semakin meningkat pula.
Peningkatan dapat dilakukan dengan cara :
meningkatkan beban, set, repetisi, frekuensi maupun
lamanya pelatihan. (Bomba, 1993 : 68).
2.1.3.3 Prinsip Interval
Dikatakan bahwa, interval adalah istirahat,
jeda, pause, waktu diantara babak satu dan dua, yang
lamanya tergantung pada peraturan permainan itu
sendiri. Dikatakan pula interval adalah jarak antara
dua nilai yang diketahui antara dua macam bentuk
pelatihan yang dilakukan (Poerwadarminta,
1990:812).
2.1.3.4 Prinsip Individu
Didalam melakukan pelatihan yang efektif
maka harus mengetahui tingkatan masing-masing
individu agar dapat dilatih secara sistematis dan
metodis untuk mencapai prestasi. Pelatihan adalah
masalah individual, faktor-faktor seperti umur,
pekerjaan, beban studi, keadaan tubuh, waktu yang
tersedia untuk tidur dan istirahat merupakan
pertimbangan dalam menyusun program pelatihan
untuk setiap orang (Abdullah, 1994:141).
2.1.3.5 Prinsip Kekhususan
Dalam beberapa hal, pelatihan berbeban
hendaknya bersifat khusus. Setiap cabang olahraga
atau bagian dari abang memerlukan Persiapan-
persiapan khusus dan khas dalam menyusun program
pelatihan.
Beban pelatihan harus mengikuti azas
frekuensi dan intensitas. Beban harus berat dan
frekuensi ditentukan sehingga tubuh dapat
menyesuaikan sampai batas maksimalnya dalam satu
aktivitas tertentu (Abdullah, 1994:143).
2.1.3.6 Prinsip Beban Sepanjang Tahun Tanpa Selingan
Mengingat penyesuaian kualitas gerak
terhadap beban itu bersifat lebih dan sementara.
Maka untuk mencapai prestasi maksimal merupakan
suatu keharusan bahwa beban pelatihan diberikan
sepanjang tahun secara teratur dan kontinyu. Atlet
12
yang telah mempunyai prestasi tinggi hendaknya
menyesuaikan beban pelatihannya agar prestasinya
tidak menurun lagi, sehingga dapat mempertahankan
prestasi yang telah dicapai.
2.1.3.7 Prinsip Beban Gawat atau Prinsip Stres
Beban pelatihan harus dapat menimbulkan
kelelahan local maupun kelelahan total dari jasmani
seseorang. Kelelahan local itu disebabkan oleh beban
yang diberikan dengan waktu tetap dan intensitas
maksimal yang mengakibatkan kelelahan sistem
fungsi otot. Sedangkan kelelahan total disebabkan
oleh beban latihan yang diberikan dengan volume
yang besar dan intensitas yang tinggi. Beban gawat
diberikan untuk meningkatkan peredaran darah dan
pernapasan yang diperlukan organ-organ tubuh
seseorang dalam meningkatkan prestasi olahraga.
(Sadoso, 2001:47).
2.1.3.8 Prinsip Edukatif
Prinsip edukatif dalam pelatihan menyangkut
perubahan sikap yang ditimbulkan sebagai akibat
pelatihan. Perubahan sikap tercermin dalam
kemampuan diri meraih prestasi yang dicapai secara
optimal sehingga kemampuan itu memberikan
dampak yang positif terhadap diri atlet dan orang lain
untuk mentaati aturan-aturan yang berlaku.
2.1.3.9 Prinsip Nutrisi
Prinsip makanan sangat penting bagi tubuh
seseorang untuk meningkatkan prestasi serta kondisi
fisik agar tetap prima. Keseimbangan kebutuhan zat
makanan dengan pengeluaran tenaga, akan dapat
mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan dan
menurunnya kemampuan fisik dan psikis akibat
kelebihan pelatihan.
2.1.4 Komponen Biomotorik yang menunjang kebugaran Fisik
Pada umumnya kebugaran fisik itu selalu diidentikan
dengan daya tahan. Padahal kebugaran fisik itu memiliki
pengertian lebih luas dari itu. Kebugaran fisik menyangkut
banyak unsur. Unsur-unsur tersebut sering disebut dengan
komponen biomotorik kebugaran fisik. Ada sepuluh
komponen biomotorik yang menunjang kebugaran fisik, yaitu
:
2.1.4.1 Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal
tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan
maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan
aktivitas (Nala, 2002:6). Kekuatan adalah komponen
yang sangat penting guan meningkatkan fisik
seseorang secara keseluruh (James tangkudung,
13
2006:63). Kekuatan adalah komponen kondisi fisik
seseorang tentang kemampuan dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban suatu
pekerjaan 9Sajoto, 1990:16).
Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa
kekuatan adalah otot seseorang untuk membangkitkan
tegangan dalam menerima beban pada waktu bekerja.
Beban dapat berupa anggota tubuh kita sendiri
maupun dari luas.
2.1.4.2 Daya tahan (Endurance)
Daya tahan adalah kemampuan tubuh dalam
melakukan aktivitas dengan terus menerus yang
berlangsung cukup lama (Nala, 2002:7). Daya tahan
adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu
untuk bekerja dalam waktu yang lama tanpa
mengalami kelelahan yang berlebihan setelah
menyelesaikan pekerjaan (Kosasih, 1993:117).
Dari pendapat diatas dapat didefinisikan
bahwa daya tahan merupakan keadaan atau kondisi
tubuh untuk mampu bekerja dalam waktu yang lama,
tanpa kelelahan yang berlebihan setelah
menyelesaikan suatu kegiatan.
2.1.4.3 Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan untuk
mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta
berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat -
singkatnya ((Nala, 2002::9). Kecepatan adalah
kemampuan untuk berjalan, berlari dan bergerak
dengan sangat cepat atau waktu yang sesingkat -
singkatnya (James tangkudung, 2006:67). Adalah
kemampuan seseorang untuk mengejar gerakan-
gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang
sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Sajoto,
1990:17).
Jadi dapat dinyatakan bahwa kecepatan
adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan
setiap gerakan dalam waktu yang sesingkat -
singkatnya.
2.1.4.4 Kelentukan (Flexibility)
Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau
gerak anggota tubuh untuk melaksanakan gerakan
pada sebuah atau beberapa sendi seluas-luasnya
(Nala, 2002:9). Kelentukan adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan persendian melalui jangkauan
gerak yang luas (James Tangkudung, 2006:67).
Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa
kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk
beraktivitas dengan gerakan yang luas dalam ruang
14
gerak sendi tanpa mengalami cedera pada persendian
dan otot-otot disekitar persendian.
2.1.4.5 Ketepatan (Accuracy)
Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk
mengendalikan gerakan bebas menuju ke suatu
sasaran (Nala, 2002:10). Ketepatan adalah
kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-
gerak bebas terhadap suatu sasaran. (Sajoto,
1998:59). Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk
menempatkan meletakan suatu benda dengan efektif,
efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi
kesalahan sekecil mungkin (Syarifuddi, 2003:126).
Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa
Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk
mengendalikan suatu gerakan bebas menuju ke suatu
sasaran. Sasaran yang di maksud baik yang berupa
jarak atau suatu objek langsung yang harus dikenal.
2.1.4.6 Reaksi (Reaction)
Reaksi adalah kemampuan tubuh atau anggota
tubuh untuk bereaksi secepat mungkin ketika ada
rangsangan yang oleh reseptor somatic, kimostetik
atau vestibular (Nala, 2002:10). Kecepatan Reaksi
adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban
secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan
(Sumosarjono, 1999:155).
Jadi yang dimaksud Reaksi adalah
kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban
secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan
yang terjadi secara cepat..
2.1.4.7 Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan adalah kemampuan tubuh
untuk melakukan Reaksi atas setiap perubahan posisi
tubuh, sehingga tubuh tetap stabil terkendali. (Nala,
2002:11). Keseimbangan adalah wujud dari
kemampuan tubuh memelihara posisi diam atau
bergerak dengan maksud tertentu sambil melawan
tenaga gravitasi (Redhana, 2008:34) Keseimbangan
adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap dan
posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri atau pada
saat melakukan gerakan. (Adisaputra, 1999:5).
Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa
keseimbangan adalah kemampuan untuk tetap
memelihara posisi tubuh secara tepat baik pada saat
bergerak maupun diam.
2.1.4.8 Daya Ledak (Power)
15
Daya ledak adalah kemampuan untuk
melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan dengan
menggerakan seluruh kekuatan dalam waktu yang
singkat (Nala, 2002:9). Daya ledak adalah
kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan
maksimal dalam waktu yang singkat (Hasan Said,
1999:51). Daya ledak adalah kemampuan otot untuk
mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu
yang cepat (Harsono, 1998:20).
Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa
daya ledak adalah kemampuan otot untuk
berkontraksi dengan kekuatan maksimal dalam waktu
yang singkat.
2.1.4.9 Kelincahan (Agility).
Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau
bagian tubuh untuk mengubah arah gerak secara
mendadak dalam kecepatan yang tinggi (Nala,
2002:10). Kelincahan merupakan kemampuan
seseorang mengubah posisi di area tertentu atau
seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang
berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi
yang baik (Nugroho, 2005:129). Kelincahan adalah
kemampuan tubuh mengubah arah gerakan ke segala
arah dengan mudah dan cepat (Engkos Kokasih,
1993:36).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang
untuk bergerak mengubah arah posisi tubuh dengan
mudah, cepat dan tepat tanpa kehilangan
keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.
2.1.4.10 Koordinasi
Koordinasi adalah k emampuan tubuh untuk
mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda
menjadi gerakan tunggal yang harmonis dan efektif.
(Nala, 2002:12). Koordinasi adalah kemampuan
untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat
kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh
ketepatan. (James Tangkudung, 2006:68). Koordinasi
didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk
mengintegrasikan macam-macam gerakan dalam
pola-pola yang khusus. (Krempel dalam Kanca,
1990:10).
Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa
koordinasi adalah kemampuan biomotorik dalam
menyatukan berbagai gerak yang terpisah ke dalam
pola penampilan yang harmonis dan terpadu.
16
2.2 Khusus
2.2.1 Pelatihan Mendorong Beban Keatas
Untuk memperoleh kemampuan fisik yang baik atau
yang tinggi maka perlu adanya pelatihan-pelatihan yaitu
jumlah semua rangsangan yang dilaksanakan pada ja rak-jarak
waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi
khusus yang erat hubungan dengan penggunaan lengan, dan
pelatihan-pelatihan itu yang dimaksud untuk mencapai
perubahan-perubahan penyesuaian fungsional, bentuk dan
kemampuan organ-organ tubuh dan salah satu peralatan yang
dapat meningkatkan kemampuan organ-organ tubuh
khususnya lengan adalah dengan pelatihan mendorong beban
ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan
10 repetisi 3 set.
Pengaruh yang ditimbulkan terhadap pelatihan ini
membesarkan penampang otot kerangka. Otot yang terlatih
pada umumnya akan menjadi lebih besar dan lebih kuat
daripada yang tidak terlatih. Ukuran penampang lintangannya
maupun volumenya menjadi lebih besar. Besarnya kekuatan
tergantung dari besarnya penampang otot. Mungkin besar
penampang otot makin besar pula batas kemampuan dalam
perbandingan yang kira-kira sama juga tenaga ototnya
meningkat. Pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi
berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set
merupakan salah satu pelatihan yang dapat meningkatkan dan
membesarkan kekuatan tulang dan kerangka yang akan
Berguna bagi kegiatan yang memerlukan kemampuan sistem
rangka. Disamping itu pembinaan prestasi lewat
pengembangan kemampuan otot dan analisis gerakan yang
dilakukan perlu diperhatikan masalah-masalah: kelelahan,
otot, pemanasan, kekuatan otot, dan reflek serta koordinasi
gerak (Karna, 1997:13).
Dalam kehidupan sehari-hari gerak tubuh diperlukan
untuk hal-hal yang berhubungan dengan penyesuaian
terhadap lingkungan perlindungan terhadap kondisi yang
berbeda dan untuk mempertahankan kehidupan selanjutnya.
Pada individu normal, gerak tubuh tidak hanya sekedar
untuk jalan, lari, berpakaian tetapi dapat juga ditingkatkan
menjadi suatu gerak yang lebih ekonomis dan terampil.
Demikian juga dalam bidang olahraga, suatu gerak tubuh
memiliki unsur kekuatan, kecepatan, dan daya tahan tertentu,
yang hampir sempurna bukan mustahil untuk dicapai.
Keberhasilan seseorang untuk melakukan cabang olahraga
ditentukan oleh banyak faktor, antara lain : faktor fisik, skill
dan lingkungan.
Dalam penelitian ini hanya dibahas upaya untuk
meningkatkan kekuatan otot lengan dengan pelatihan
17
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5
repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan
pada tolak peluru
2.2.2 Tolak Peluru
Tolak peluru adalah suatu gerakan melontarkan
peluru dengan kecepatan maksimal dengan hasil sejauh-
jauhnya (Nanang Sudrajat 1996:96). Untuk mencapai tolakan
yang sejauh-jauhnya dalam tolakan yang benar, terlebih
dahulu seorang penolak peluru harus memahami unsur -unsur
pokok (dasar) dalam tolak peluru. Unsur -unsur pokok
tersebut meliputi : sikap awal, awalan, tolakan dan lepasnya
peluru, keseimbangan tubuh. Tujuan awalan atau ancang-
ancang dalam tolak peluru adalah untuk mencapai kecepatan
maksimal. Tujuan dari pada tolakan peluru adalah untuk
mengarahkan jatuhnya peluru yang didapat dengan
mengarahkan kecepatan dan kekuatan sebesar mungkin.
Dalam tolak peluru, untuk memperoleh kemampuan
fisik yang baik atau tinggi maka perlu adanya pelatihan -h
yaitu jumlah semua rangsangan yang dilaksanakan pada
jarak-jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan
prestasi khusus yang erat hubungannya dengan penggunaan
otot lengan. Salah satu pelatihan meningkatkan kemampuan
organ tubuh khususnya otot lengan adalah dengan melakukan
pelatihan mendorong beban keatas seberat 5kg.
Kelangsungan gerak pada tolak peluru dapat dirinci sebagai
berikut
2.2.2.1 Awalan
Awalan dilakukan dimana Penolakan berdiri
di dalam lingkaran muka batas belakang, badan
segaris dengan arah tolakan. Peluru diletakan pada
batas leher dengan pundak dibawah telinga, siku
diangkat setinggi bahu. Lengan kiri dimuka dada
sedikit ditekuk, setelah itu kaki kanan di tekuk
rendah. Berat badan seluruhnya diterima oleh kaki
kanan.
2.2.2.2 Tolakan dan Lepasnya Peluru
Kaki kanan menolak kuat dibantu dengan
kaki kiri mengangkat panggul kedepan atas disertai
dengan panggul dan badan diputar kekiri. Kepala
menghadap kearah lemparan agak menengadah,
pandangan agak ke atas. Dengan didahuli siku kanan,
peluru didorong atau ditolakkan sekuat-kuatnya
badan yang dicondongkan ke depan mengikuti
ayunan lengan menolak peluru.
2.2.2.3 Memelihara Keseimbangan
Lepasnya peluru diikuti dengan kaki kanan
melangkah kemuka. Bersamaan dengan mendaratnya
18
kaki kanan, kaki kiri digerakkan kebelakang dan
tetap terangkat untuk memberikan keseimbangan
pada kaki kanan yang harus berjengket-jengket dalam
usahanya mengerem lajunya awalan. Lengan ikut
memelihara keseimbangan badan dengan cara yang
menjadi kebiasaan masing-masing.
2.2.3 Komponen Biomotorik yang menunjang dalam pelatihan
Sehubungan dengan pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10
repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru,
maka komponen biomotorik yang paling dominant digunakan
adalah :
2.2.3.1 Kekuatan
Kekuatan diperlukan untuk melatih kekuatan
otot lengan pada saat mendorong beban 5 kg ke atas
hingga lengan lurus keatas. Beban seberat 5 kg harus
digenggam sekuat-kuatnya agar mencapai tolakan
sejauh mungkin. Dalam melakukan gerakan
mendorong beban seberat 5 kg keatas, harus
dilakukan dengan kekuatan maksimal sehingga beban
dapat terdorong lurus keatas.
2.2.3.2 Kelentukan
Kelentukan dipentingkan ketika saat
mendorong beban dan kembali lagi keposisi semula
diperlukan otot-otot lengan dan tungkai yang lentuk,
sehingga gerakan demi gerakan dapat dilaksanakan
berdasarkan repetisi dan set yang ditentukan
kelentukan juga diperlukan ketika tangan mendorong
beban untuk memperoleh tolakan sejauhnya dan pada
saat kaki diayunkan sebelum tolakan terjadi.
2.2.3.3 Kecepatan
Kecepatan dipentingkan pada sat tangan
mendorong beban. Semakin cepat gerakan dorongan
beban dapat dilakukan oleh siswa, maka kekuatan
otot-otot lengan akan semakin baik.
2.2.3.4 Daya Tahan
Daya tahan diperlukan untuk menyelesaikan
gerakan dari satu set ke set lain. Daya tahan
menyangkut stamina yang dimiliki oleh sampel untuk
menyelesaikan rangkaian gerakan dalam pelatihan.
daya tahan merupakan tenaga yang masih tersimpan
untuk melakukan gerakan-gerakan berikutnya.
2.2.3.5 Keseimbangan
Keseimbangan diperlukan ketika mendorong
beban keatas dan kembali ditarik. Sikap tungkai yang
diubah-ubah memerlukan keseimbangan yang stabil.
Keseimbangan diperlukan untuk menjaga berat tubuh
19
dan posisi tangan seimbang pada saat mendorong
beban dan untuk menghindari kemungkinan
terjadinya cedera dalam pelatihan.
2.2.3.6 Koordinasi
Koordinasi merupakan serangkaian gerak
yang menjadi satu kesatuan sehingga melahirkan
gerakan yang teratur, sistematis dan harmonis dalam
pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi
berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3
set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru.
Dalam hal ini proses mendorong beban dan kembali
menarik dengan membuka dan merapatkan lutut harus
terjadi dari koordinasi gerakan secara menyeluruh
sehingga terwujud suatu gerakan yang harmonis
dalam pelatihan.
2.2.3.7 Daya Ledak
Daya ledak ini dapat dilakukan pada saat
menggunakan kekuatan yang maksimal dalam waktu
yang sangat cepat, dalam hal ini yang dimaksud yaitu
otot lengan pada saat bergerak mendorong ke atas.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu metode studi memiliki
penyelidikan yang dilakukan secara hati -hati, sistematis, memperhatikan
berbagai kriteria untuk memperoleh pemecahan masalah yang tepat.
Dengan demikian penelitian merupakan upaya yang dilakukan secara
sadar untuk mengetahui, mempelajari, menjelaskan, suatu masalah yang
dihadapinya (Gorda, 1994:10).
3.1 Jenis Penelitian
Suatu penelitian dilakukan karena adanya masalah yang
harus dipecahkan, dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara
atau pendekatan dan strategi yang mudah dan efekt if. Dari rancangan
yang efektif akan menentukan rancangan penelitian yang paling
akhir, penggolongan penelitian dapat dilakukan berdasarkan sifat -
sifat masalah yang terjadi, maka penelit ian dapat didefinisikan.
Untuk menentukan jenis tersebut adalah sebagai berikut :
3.1.1 Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen ini mencoba menjawab
bagaimana kedudukan atau hubungan klausal antara variabel-
variabel yang diteltii dengan mengadakan manipulasi
terhadap objek penelitian dan mengadakan kontrol, penelitian
eksperimen dapat mengubah teori-teori yang telah usang,
menguji hipotesis dan menemukan hubungan kausal yang
baru (Sautrisno Hadi, 1990:43).
Ciri-ciri penelitian ini adalah :
3.1.1.1 Menurut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-
kondisi eksperimental secara tertib, ketat baik
dengan control maupun manipulasi langsung atau
randomisasi.
3.1.1.2 Menggunakan kelompok control sebagai garis
dasar.
3.1.1.3 Adanya control variasi
3.1.1.4 Interval validitas merupakan tujuan utama dan
pertimbangan mengenai ekternal validitas
(ISPI,1991: 47-48).
3.1.2 Penelitian Deskriptif
Fokus penelitian deskriptif adalah pemecahan yang ada
pada masa kini yang dapat menyangkut status suatu objek,
kelompok manusia, suatu sistem pemikiran dan suatu
peristiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
secara sistematis, factual, akurat dan fakta -fakta, sifat-
sifat serta hubungannya antara gejala yang diselidiki
(Sutrisno Hadi, 1990:40).
Ciri-ciri penelitian ini adalah :
21
3.1.2.1 Sifatnya membuat deskripsi umum dalam arti
merupakan akumulasi data dasar dengan cara
deskriptif semata.
3.1.2.2 Ruang lingkupnya adalah mencari informasi,
mengindetifikasi, mendapatkan justifikasi
(kebenaran), membuat komparasi (perbandingan)
dan evaluasi (ISPI, 1991:41).
3.1.3 Penelitian Historis
Penelitian ini bertujuan untuk merekontruksi masa
lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta
menyintesiskan bukit-bukti untuk menegakkan fakta guna
memperoleh kesimpulan yang kuat.
Ciri-ciri penelitian ini adalah :
3.1.3.1 Lebih tergantung pada data yang observasi oleh
orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti
3.1.3.2 Pelaksanaannya harus tertib, ketat, sistematis, dan
tuntas untuk menghindari informasi yang tidak layak,
tidak reliable, dan berat sebelah.
3.1.3.3 Berdasarkan informasi yang luas tidak terbatas pada
dokumen yang diterbitkan (ISPI, 1991:48).
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka
jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian
eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki
kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan cara
mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen
dengan satu atau lebih kondisi perlakuan. Penelitian ini
menggunakan kelompok eksperimen dengan dua perlakuan,
dan membandingkan hasilnya dengan kelompok eksperimen
pertama dan kelompok eksperimen kedua.
Dalam hal ini perlakuan terhadap kelompok
eksperimen pertama berupa pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan
kelompok eksperimen kedua berupa pelatihan mendorong
beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3
set. Kedua kelompok eksperimen ini saling mengontrol satu
sama lain.
3.2 Variabel dan Data Penelitian
3.2.1 Variabel Penelitian
Yang dimaksud dengan variabel adalah, gejala yang
menjadi fokus peneliti untuk diamati, variabel itu sebagai
akibat dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai
variasi (dalam hal ini repetisi dan set) dengan yang lainnya
dalam kelompok tersebut (Husin Umar, 2005:25).
3.2.1.1 Variabel Bebas
Yang dimaksud dengan variabel bebas
adalah, suatu faktor atau unsur yang dianggap dapat
22
menentukan variabel yang lainnya
(Poerwardarminta, 1990:1001) yang dimaksud
dengan variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi
berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3
set.
3.2.1.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah gejala yang muncul
atau berubah dalam pola yang teratur dan bisa
diamati atau berubahnya variabel lain
(Poerwardarminta, 1990:1001) dalam hal ini yang
dimaksud dengan variabel terikat adalah jauhnya
tolakan pada tolak peluru.
3.2.2 Data Penelitian
Yang dimaksud dengan data adalah keterangan yang
benar dan nyata atau bahan nyata yang dapat dijadikan bahan
kajian (analisis) keterampilan. Selanjutnya data diperlukan
untuk menjawab masalah-masalah penelitian untuk dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
3.2.2.1 Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek yang bersangkutan atau orang
yang diteltii atau sumber pertama. Data ini
merupakan data kongkrit yang dihasilkan oleh sampel
penelitian (Chaval, 2004:123). Ata kualitatif
merupakan atau yang tidak berbentuk angka yang
diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara atau
bahan tertulis.
3.2.2.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka yang diperoleh dari penjumlahan atau
pengukuran (Poerwadarminta, 1990:187) Data
kuantitatif adalah data yang telah dicatat atau
diinventarisasi oleh seorang dan data ini merupakan
data hasil dari sampel penelitian (Husin Umar, 2005 :
83).
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan maka
data yang dimaksud adalah hasil tes (awal dan akhir) prestasi
tolak peluru, yang diukur adalah jauhnya tolakan dengan alat
ukur (meteran) dalam satuan centimeter. Jadi data hasil
penelitian ini digolongkan dalam data kuantitatif.
3.3 Lama, Waktu dan Tempat Penelitian
3.3.1 Lama Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu, karena
kemajuan yang telah dicapai akan tampak hasilnya (efek
pelatihan) setelah waktu itu, hal ini diperkuat dengan
23
pendapat yang menyatakan bahwa pelatihan yang telah
dijalankan dengan tekun akan tampak hasilnya setelah 6-8
minggu pelatihan (Nala, 1992:89) sedangkan tes awal dan tes
akhir tidak dimasukkan dalam lamanya penelitian.
3.3.2 Waktu Penelitian
Pelaksanaan pelatihan mengangkat beban ke atas
dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10
repetisi 3 set dilakukan pada waktu sore hari pada pukul
15.00 Wita sampai selesai, karena siswa masuk pagi sehingga
tidak mengganggu proses belajar mengajar para siswa.
Pelatihan diambil setiap hari Senin, Rabu Jumat, dan Minggu
hal ini mengacu pada teori bahwa lama pelatihan akan
mendapat efek yang permanent bila dilakukan selama 6-8
minggu (Nala, 1992 : 89). Hal ini juga untuk menghindari
terjadinya waktu senggang lebih dari 2 hari (2x 24 jam)
karena jika berturut-turut terdapat istirahat selama lebih dari
dua hari dikawatirkan kondisi fisik subjek akan kembali
dalam kondisi semula seperti sebelum melakukan pelatihan
(Nala, 1994 : 9).
3.3.3 Tempat Penelitian
Pelaksanaan pelatihan mengangkat beban ke atas
dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10
repetisi 3 set akan dilaksanakan di Lapangan Ki Kopang
Desa Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten
Karangasem demikian pula tes awal dan tes akhir dilakukan
di tempat yang sama.
3.4 Metode Penentuan Subjek Penelitian
Dalam menentukan subjek penelitian di bahas mengenai populasi dan
sampel.
3.4.1 Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai-nilai yang
mungkin hasil penelitian menghitung ataupun pengukuran
kuantatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas ( Sujana,
1995:5). Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki
satu atau lebih karakteristik umumnya yang menjadi pusat
perhatian penelitian (Warsito, 1992 : 324) Ada juga yang
mengatakan populasi sebagai seluruh individu yang menjadi
subjek penelitian (Sutrisno Hadi, 1990:19)
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif
maupun kualitatif mengenai karakteristik dari sekelompok
individu yang diteliti.
24
Dalam penelitian ini yang termasuk populasi adalah
seluruh siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura tahun
pelajaran 2009/2010. berikut ini data jumlah populasi yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 1 : Populasi siswa putra kelas X SMA Negeri 3
Amlapura tahun pelajaran 2009/2010
No Kelas Jumlah
1 X A 22 orang
2 X B 30 orang
3 X C 26 orang
4 X D 30 orang
Jumlah 108 orang
Sumber : SMA Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran
2009/2010
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan
diteltii dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan
(Sutrisno Hadi, 1990:70). Sampel diperoleh dengan cara acak
(random) tanpa memandang siapa-siapa yang akan dipilih
atau yang dipergunakan sebagai sampel penelitian. Dengan
demikian yang dimaksud dengan sampel adalah sejumlah
individu yang lebih kecil yang dapat mewakili populasi yang
akan diteltii atau diselidiki. Pengambilan sampel sebagai
wakil populasi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
seperti keterbatasan dalam bidang biaya, waktu dan tenaga.
Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mereduksi
subyek penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian
yaitu mengadakan penelitian pada sebagian dari populasi.
Metode sampling adalah suatu cara pengambilan
subjek penelitian, dimana subjek yang akan diteliti itu terdiri
dari jumlah individu yang mewakili jumlah yang besar.
Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mereduksi subjek
penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian, yaitu
mengadakan penelitian pada bagian saja dari populasi.
Sedangkan generalisasi hasil penelitian, maksudnya
mengikuti sertakan populasi penelitian pada kesimpulan yang
dicapai dalam penelitian terhadap sampel.
Adapun tehnik yang digunakan untuk mengambil
sampel dalampn ini dipergunakan tehnik quota sampling,
proporsional sampling dan random sampling. Yang dimaksud quota sampling adalah pengambilan sampel
dilakukan dengan menetapkan jumlah sampel telah dahulu.
Sedangkan proporsional sampling adalah pemasukan unsur
atau kategori-kategori Menurut pertimbangan sample
(Sutrisno Hadi, 1990 : 228).
25
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditetapkan
dengan tehnik quota sampling sebanyak 68 orang. untuk
mendapat perhitungan di masing-masing sub populasi sebagai
sampel dipergunakan tehnik proporsional sampling.
Proporsional sampling adalah tehnik pengambilan sampel
dengan memporsikan populasi pada masing-masing sub
populasi, Apabila pada sub populasi jumlah populasinya
banyak maka harus diwakili oleh jumlah sampel yang
banyak. Begitu juga sebaliknya jika pada sub populasi jumlah
populasinya sedikit maka harus diwakili oleh jumlah sample
yang sedikit. Adapun tehnik pemporsian tersebut
menggunakan formulasi rumus sebagai berikut :
n
Spl = –––––––– x Js
N
Keterangan :
Spl = Jumlah sampel pada tiap-tiap sub populasi
n = Jumlah responden dalam sub populasi
N = Jumlah responden dalam populasi
Js = Jumlah sample yang ditetapkan.
(Bambang Soepeno, 1997:90).
Berdasarkan rumus tersebut diatas dapat dihitung
jumlah sampel pada masing-masing sampel di tiap kelas
sebagai berikut :
22
Kelas A = ––––– x 68 = 13,85 (dibulatkan 14 orang)
108
30
Kelas B = ––––– x 68 = 18,88 (dibulatkan 19 orang)
108
26
Kelas C = ––––– x 68 = 16,37 (dibulatkan 16 orang)
108
30
Kelas D = ––––– x 68 = 18,88 (dibulatkan 19 orang)
108
Jadi jumlah sampel seluruhnya adalah 68 orang
Karena hasil yang diharapkan harus bulat, maka hasil
perhitungan diatas dibulatkan. berdasarkan hasil perhitungan
dengan rumus proporsional sampling, didapat jumlah sampel
68 orang. hal ini disebabkan karena pembulatan yang penulis
lakukan dengan ketentuan : 0,5 keatas dibulatkan menjadi
satu dan yang dibawah dari 0,5 dibulatkan kebawah atau
26
dihapus. Dan agar semua populasi mendapat kesempatan
yang sama menjadi sampel maka dilaksanakan pengundian di
masing-masing sub populasi dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
3.4.2.1 Pada kelas A cara pengundiannya yaitu dengan
membuatkan gulungan kertas sebanyak 22 gulungan,
14 gulungan berisi kode nomor urut, sedangkan 8
gulungan kosong. Seluruh gulungan diletakkan dalam
kardus kemudian setiap siswa putra pada kelas itu
diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan kertas.
Siswa yang mendapatkan gulungan kertas yang
bernomor berhak menjadi sample yaitu sebanyak 14
orang.
3.4.2.2 Pada kelas B dibulatkan 30 gulungan kertas dengan
19 gulungan berkode nomor urut dan 11 gulungan
kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan
dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas
itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan
kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas
bernomor berhak menjadi sampel yaitu sebanyak 19
orang.
3.4.2.3 Pada kelas C dibulatkan 26 gulungan kertas dengan
16 gulungan berkode nomor urut dan 10 gulungan
kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan
dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas
itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan
kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas
bernomor berhak menjadi sampel yaitu sebanyak 16
orang.
3.4.2.4 Pada kelas d dibulatkan 30 gulungan keras dengan 19
gulungan berkode nomor urut dan 11 gulungan
kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan
dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas
itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan
kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas
bernomor berhak menjadi sampel yaitu sebanyak 19
orang.
Setelah didapat jumlah sampel 68 orang sesuai
dengan kuantum maka langkah selanjutnya dilakukan undian
lagi untuk membagi sampel menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok I sebanyak 34 orang yang diberikan pelatihan
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5
repetisi 6 set. Dan kelompok II sebanyak 34 orang yang
diberikan pelatihan mendorong beban keatas dengan posisi
berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set. Adapun cara
pengundiannya adalah sebagai berikut :
Dibulatkan gulungan kertas sebanyak 68 gulungan,
dimana 34 gulungan berisi kode E.I dan 34 lagi berisi kode
27
E.II Gulungan kertas tersebut diletakkan dalam kardus
kemudian dikocok dan seluruh sampel diberi kesempatan
masing-masing untuk mengambil 1 gulungan kertas. Sampel
yang mengambil gulungan kertas berkode E.I menjadi
kelompok I sedangkan sampel yang mengambil gulungan
kertas berkode E.II menjadi kelompok II.
3.5 Metode Pelatihan
Dalam penelitian ini pelatihan diberikan kepada dua
kelompok pelatihan berupa perbuatan mendorong beban ke atas
dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3
set. Sebelum pelatihan dimulai, terlebih dahulu disiapkan
media/tempat pelatihan yaitu menyediakan barbell seberat 5 kg.
setelah itu akan dimulai pelatihan dengan langkah sebagai berikut :
3.5.1 Kelompok Eksperimen Pertama
Sebelum pelatihan mendorong beban dimulai, siswa
diberikan pemanasan terlebih dahulu selama ± 15 menit
untuk menghindari terjadinya cedera otot atau sendi saat
pelatihan dilaksanakan. Setelah pemanasan lalu gerakan
dimulai dengan mengambil sikap permulaan, berdiri tegak,
kedua tangan memegang barbell seberat 5 Kg sudah siap
dalam posisi mendorong ke atas, setelah aba-aba “ya” atau
bunyi tiupan pluit siswa melakukan gerakan mendorong
beban ke atas seberat 5 kg. Gerakan ini dilakukan dengan
seluruh kekuatan maksimal secara berulang-ulang dalam 5
repetisi 6 set. Setiap set diberikan waktu istirahat 1 menit
dan dilanjutkan dengan set berikutnya.
3.5.2 Kelompok Eksperimen Kedua Sebelum pelatihan mendorong beban dimulai, siswa
diberikan pemanasan terlebih dahulu selama ± 15 menit
untuk menghindari terjadinya cedera otot atau sendi saat
pelatihan dilaksanakan. Setelah pemanasan lalu gerakan
dimulai dengan mengambil sikap permulaan, berdiri tegak,
kedua tangan memegang barbel seberat 5 kg suah siap dalam
posisi mendorong ke atas, setelah aba-aba “ya” atau bunyi
tiupan pluit siswa melakukan gerakan mendorong beban ke
atas seberat 5 kg. Gerakan ini dilakukan dengan seluruh
kekuatan maksimal secara berulang-ulang dalam 10 repetisi 3
set. Setiap set diberikan waktu isti rahat 1 menit dan
dilanjutkan dengan set berikutnya.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah kegiatan yang sangat
penting dalam penelitian. Sebab data tersebut akan diolah pada
langkah selanjutnya sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan.
Jadi dalam pengumpulan data ini, kegiatan yang dilakukan adalah
28
mengumpulkan bahan-bahan yang tepat untuk disajikan dalam
pengumpulan data. Metode pengumpulan data sebenarnya ada
macam-macam seperti kusioner, tes, wawancara, pengukuran, dan
observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
3.6.1 Metode Tes
Yang dimaksud dengan metode tes adalah sesuatu
cara untuk memperoleh suatu data yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh seseorang
atau sekelompok orang yang dapat menghasilkan nilai dan
nilai-nilai tersebut dapat dibandingkan dengan suatu standar.
Tes sering kali diadakan sebagai alat untuk mengumpulkan
keterangan. Tes adalah suatu alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan
(Suharmini, 1995:51).
Berdasarkan atas pendapat diatas maka dapatlah
dikatakan metode tes adalah suatu cara untuk mencari data
dengan memberikan tugas pada seluruh sampel yang nantinya
akan menghasilkan suatu nilai dan nilai tersebut dapat di
bandingkan dengan nilai yang lain maupun suatu standar. Tes
yang diberikan dalam penelitian ini adalah tes jauhnya
tolakan pada tolak peluru sebagai tes awal dan tes akhir.
Berat peluru yang digunakan adalah 5 kg. Siswa melakukan
tolakan sebanyak 3 kali kesempatan dan data yang diambil
adalah tolakan yang terjatuh. Tes awal dilakukan sehari
sebelum pelatihan, sedangkan tes akhir diberikan sehari
setelah pelatihan selama 6 minggu selesai dilaksanakan. Tes
awal dan tes akhir diberikan kepada kedua kelompok
pelatihan eksperimen I dan II.
3.6.2 Metode Pengukuran
Pengukuran adalah suatu cara untuk mendapatkan
data atau rata-rata dengan jalan menentukan jumlah dari pada
sesuatu. Alt ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah
mempergunakan meteran dengan satuan meter (M) ataupun
centimeter (CM) sebagai alat ukurnya (Soekatamsi
1994:127). Pengukuran adalah suatu cara untuk mendapatkan
data dengan jalan menentukan jumlah dari pada sesuatu
capaian tujuan (Harahap, 1992:120). Dalam penelitian ini
yang diukur adalah jauhnya hasil tolakan peluru sebanyak 3
kali, dan yang diambil adalah tolakan yang terjatuh, dengan
menggunakan meteran dalam satuan ukur centimeter baik
dalam tes awal maupun dalam tes akhir pada kedua kelompok
perlakuan.
3.7 Metode Analisis Data
Setelah kegiatan pengumpulan data selesai, maka langkah
selanjutnya dalam suatu penelitian adalah menganalisa data yang
telah terkumpul. Untuk pengolahan data tersebut maka digunakan
29
suatu metode yang disebut metode pengolahan data. Dalam
metodologi penelitian dibedakan menjadi 3 macam metode
pengolahan data yaitu metode deskripsi, metode komperatif, dan
metode analisis (Sutrisno Hadi, 1990:81).
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik.
Metode analisis statistik adalah suatu analisis yang menggunakan
rumus-rumus matematika (Sutrisno Hadi, 1990:82). Sebab
dipergunakannya analisis statistik karena datanya bersifat kuantitatif
atau angka, maka dipergunakan dalam pengolahan datanya adalah
metode analisis t-tes yang formulasi rumusnya sebagai berikut :
t =
)1(
2
21
NN
SD
XX
Keterangan :
1X = Rata-rata hasil tes akhir
2X = Rata-rata hasil tes awal
∑ = Sigma atau jumlah
SD = Simpangan baku (standar deviasi) D-MD
N = Jumlah sampel
1 = Bilangan konstan (Sutrisno, 1983:278).
Taraf signifikan yang digunakan untuk menguji hipotesis di
atas dengan taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (N-1).
Apabila ternyata nilai t-test yang didapat dalam penelitian ini
adalah lebih besar atau sama dengan nilai t -test pada tabel, maka
hipotesis nol yang diajukan ditolak. Demikian sebaliknya,
Apabila ternyata nilai t-test yang didapat dalam penelitian ini
adalah lebih kecil dengan nilai t-test pada tabel, maka hipotesis
nol yang diajukan diterima.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis
data-data tersebut adalah sebagai berikut
3.7.1 Merumuskan hipotesis nol;
3.7.2 Menyusun tabel kerja;
3.7.3 Memasukkan data ke dalam rumus;
3.7.4 Menentukan taraf signifikansi.
3.7.5 Menguji nilai t
3.7.6 Menarik kesimpulan.
30
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
4.1 Penyusunan Data
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, sehingga
memudahkan perhitungan dan analisis data, maka data tentang
pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi
3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X
SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka
dilakukan tes awal dan tes akhir tolak peluru yang hasilnya disusun
dalam bentuk tabel, seperti dalam tabel berikut ini.
31
Tabel 01. Data tentang Hasil tes awal dan tes akhir, kelompok
pelatihan pertama yang mendapat pelatihan mendorong
beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5
repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya
tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA
Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010
No Nama Siswa Tes Akhir
(cm)
Tes Awal
(cm)
Beda
(cm)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Ade Suryantara I Putu 580 531 49
2 Aditya Agung P. I Nyoman 580 535 45
3 Agus Suparwata I Kadek 620 580 40
4 Ari Kama Jaya I Made 722 680 42
5 Aripta Sujana I Gede 701 681 20
6 Arinata I Made 634 619 15
7 Ariawan I Kadek 703 681 11
8 Bayu Arya Werdi S. I Putu 597 550 47
9 Budi Antara I Nyoman 619 594 25
10 Budi Astawa I Made 676 644 32
11 Dedi Agus Suarsana I Gede 728 708 20
12 Edi Diana I Komang 782 770 12
13 Eka Juliantara I Komang 612 589 23
14 Ganda Subrata I Wayan 804 770 34
15 Joni Asta Giri I Komang 734 684 50
16 Kariasa I Kadek 781 762 19
17 Kusuma I Gede 603 583 20
18 Lianto I Made 666 638 28
19 Marianto I Made 661 615 46
20 Muliada I Wayan 631 593 38
21 Muliasa Arsana I Gede 757 712 45
22 Nastra I Putu 626 582 42
23 Pancayasa I Komang 657 639 18
24 Pika Astsawa I Kadek 672 624 48
25 Rinchi Sambora I Wayan 625 591 34
26 Roy Birawa I Kadek 571 529 42
27 Suadra I Ketut 655 634 21
28 Suartana I Wayan Putu 755 726 29
29 Suarjaya I Ketut 623 588 35
30 Sulestra Adi S. I Made 718 700 18
31 Surata I Nengah 638 611 27
32 Suryanata I Gede 677 661 16
33 Widiasa I Ketut 796 774 22
34 Widiana I Made 558 522 36
Jumlah 22762 21711 1049
Rata-rata 669,471 638,559 30,853
Tabel 02. Data tentang Hasil tes awal dan tes akhir, kelompok
pelatihan kedua yang mendapat pelatihan mendorong
beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5
32
repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya
tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA
Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010
No Nama Siswa Tes Akhir
(cm)
Tes Awal
(cm)
Beda
(cm)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Adi I Nyoman 569 529 40
2 Agus Subawa I Wayan 577 535 42
3 Agus Tedi Aryawan I Wayan 720 685 35
4 Agus Widi Indranata I Kadek 718 684 26
5 Aristana I Wayan 791 776 15
6 Astawa I Wayan 641 619 22
7 Budi Astawa I Ketut 704 692 12
8 Eka Adnyaan I Wayan 695 650 45
9 Eka Mahastika I Putu 723 694 29
10 Juliastra Jaya I Wayan 775 744 31
11 Juniarsa I Ketut 726 706 20
12 Kantor I Wayan 786 772 14
13 Karang I Gede 611 589 22
14 Lantur I Wayan 781 761 20
15 Maha Cipta Atmaja I Gede 646 603 43
16 Lantur I Wayan 596 547 49
17 Mawa Astawa I Wayan 736 715 21
18 Marta Widana I Gede 731 712 19
19 Ngurah Senjata I Made 615 583 32
20 Noviana I Kadek 624 582 42
21 Ogi Adnya I Gede 774 754 20
22 Putusa I Wayan 631 586 45
23 Retika I Made 717 702 15
24 Rena I Nyoman 669 644 25
25 Rijana I Gede 699 670 29
26 Rio Susata I Gede 659 628 31
27 Suardika Kusuma I Wayan 605 570 35
28 Suarsana I Nyoman 771 750 21
29 Suastika I Made 670 634 36
30 Sugiana I Wayan 639 597 42
31 Sugita I Made 768 750 18
32 Toniarta M I Nyoman 640 615 25
33 Wira A tmaja I Komang 641 600 41
34 Yogi I Made 743 721 22
Jumlah 23391 22399 984
Rata-rata 687,971 658,794 28,941
4.2 Persiapan Perhitungan
Dalam persiapan perhitungan ini akan dibahas petunjuk
statistik yang digunakan dalam analisis data. Persoalan pokok
pembicaran dalam penelitian ini adalah menguji hipotesis yang
menyatakan bahwa “ada pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 5 repetisi
33
6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak
peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran
2009/2010”.
Untuk menguji hipotesis di atas digunakan t -tes yang
formulasinya adalah sebagai berikut :
t =
)1(
2
21
NN
SD
XX
Keterangan :
1X = Rata-rata hasil tes akhir
2X = Rata-rata hasil tes awal
SD = Simpangan baku (standar deviasi)
N = Jumlah sampel (Sutrisno, 1983:278).
Taraf signifikan yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (N-1). Jika t-
test > nilai t-tabel, maka hipotesis nol yang diajukan ditolak.
Demikian sebaliknya, jika nilai t -test < nilai t-tabel, maka hipotesis
nol yang diajukan diterima.
4.3 Perhitungan Statistik/Perhitungan Data
4.3.1 Perhitungan statistik/Analisis data tentang nilai tes awal dan
tes akhir tolak peluru bagi siswa yang mendapat pelatihan
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5
repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru
siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun
Pelajaran 2009/2010.
4.3.1.1 Merumuskan Hipotesis nol
Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi
tidak ada pengaruh pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set
terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa
putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun
Pelajaran 2009/2010.
4.3.1.2 Menyusun Tabel Kerja
Untuk mencari nilai t-tes pengaruh pelatihan
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri
seberat 5 kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan
pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3
Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka
disusunlah tabel kerja seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 03 : Tabel kerja untuk mencari nilai t, sebelum dan
sesudah pelatihan kelompok/eksperimen pertama
yang mendapat pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi
34
6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru
siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura
Tahun Pelajaran 2009/2010 No X1 X2 D SD
SD
2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 580 531 49 18,147 329,313609
2 580 535 45 14,147 200,137609
3 620 580 40 9,147 83,667609
4 722 680 42 11,147 124,255609
5 701 681 20 -10,853 117,787609
6 634 619 15 -15,853 251,317609
7 703 681 11 -19,853 394,141609
8 597 550 47 16,147 260,725609
9 619 594 25 -5,853 34,257609
10 676 644 32 1,147 1,315609
11 728 708 20 -10,853 117,787609
12 782 770 12 -18,853 355,435609
13 612 589 23 -7,853 61,669609
14 804 770 34 3,147 9,903609
15 734 684 50 19,147 366,607609
16 781 762 19 -11,853 140,493609
17 603 583 20 -10,853 177,787609
18 666 638 28 -2,853 8,139609
19 661 615 46 15,147 229,431609
20 631 593 38 7,147 51,079609
21 757 712 45 14,147 200,137609
22 626 582 42 11,147 124,255609
23 657 639 18 -12,853 165,199609
24 672 624 48 17,147 294,019609
25 625 591 34 3,147 9,903609
26 571 529 42 11,147 200,137609
27 655 634 21 -9,853 97,081609
28 755 726 29 -1,853 3,433609
29 623 588 35 4,147 17,197609
30 718 700 18 -12,853 165,199609
31 638 611 27 -3,853 14,845609
32 677 661 16 -14,853 220,611609
33 796 774 22 -8,853 78,375609
34 558 522 36 5,147 26,491609
Σ 22762 21711 1049 4932,146706
X 669,471 638,559 30,853
X1 = Hasil tes akhir
X2 = Hasil tes awal
D = Defferences (perbedaan)
SD = Simpangan baku (standar deviasi) d = D –
MD
∑ = Jumlah
X = Rerata
4.3.1.3 Memasukkan data ke dalam Rumus
35
Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung
komponen-komponen sebagai berikut :
∑D
MD = ––––––
∑N
1049
= –––––––
34
= 30,853
∑SD2 = 4932,146706
Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut
di atas maka dapatlah dicari “t” nya :
t =
)1(
2
21
NN
SD
XX
=
)134(34
146706,4932
559,638471,669
=
1122
146709,4932
912,30
= 395852679,4
912,30
= 096628884,2
912,30
= 14,74366791
= 14,744
4.3.1.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat Kebebasan
Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban
[db] dapat dihitung dengan rumus :
db = [N - 1]
= 34 - 1
= 33
Keterangan
Db = Derajat kebebasan
N = Jumlah Sampel
1 = Bilangan konstan
4.3.1.5 Menguji nilai t
36
Berdasarkan taraf signifikansi 5 dan db = 33, di
dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel
nilai-nilai t sebesar = 2,042. Sedangkan nilai t yang
diperoleh dalam penelitian 14,744. Hal ini berarti bahwa
nilai t yang didapat melampaui batas angka Penolakan
hipotesis nol.
4.3.1.6 Menarik Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol
yang diuji berbunyi :tidak ada pengaruh pelatihan
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5
kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak
peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura
Tahun Pelajaran 2009/2010, ditolak.
4.3.2 Perhitungan statistik/Analisis data tentang nilai tes awal dan
tes akhir tolak peluru bagi siswa yang mendapat pelatihan
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg
10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru
siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun
Pelajaran 2009/2010.
4.3.2.1 Merumuskan Hipotesis nol
Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi
tidak ada pengaruh pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3
set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa
putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun
Pelajaran 2009/2010.
4.3.2.2 Menyusun Tabel Kerja
Untuk mencari nilai t-tes pengaruh pelatihan
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri
seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya
tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA
Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka
disusunlah tabel kerja seperti pada tabel berikut ini :
37
Tabel 04: Tabel kerja Hasil tes awal dan tes akhir
kelompok/ eksperimen kedua yang mendapat
pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi
berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap
jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra
kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran
2009/2010 No X1 X2 D SD
SD
2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 569 529 40 11,059 122,301481
2 577 535 42 13,059 170,537481
3 720 685 35 6,059 36,711481
4 718 684 26 -2,941 8,649481
5 791 776 15 -13,941 194,351481
6 641 619 22 -6,941 48,177481
7 704 692 12 -16,941 286,997481
8 695 650 45 16,059 257,891481
9 723 694 29 0,059 0,003481
10 775 744 31 2,059 4,239481
11 726 706 20 -8,941 79,941481
12 786 772 14 -14,941 223,233481
13 611 589 22 -6,941 48,177481
14 781 761 20 -8,941 79,941481
15 646 603 43 14,059 197,655481
16 596 547 49 20,059 402,263481
17 736 715 21 -7,941 63,059481
18 731 712 19 -9,941 98,823481
19 615 583 32 3,059 9,357481
20 624 582 42 13,059 170,537481
21 774 754 20 -8,941 79,941481
38
22 631 586 45 16,059 257,891481
23 717 702 15 -13,941 48,177481
24 669 644 25 -3,941 15,531481
25 699 670 29 0,059 0,003481
26 659 628 31 2,059 4,239481
27 605 570 35 6,059 36,711481
28 771 750 21 -7,941 63,059481
29 670 634 36 7,059 49,829481
30 639 597 42 13,059 170,537481
31 768 750 18 -10,941 119,705481
32 640 615 25 -3,941 15,531481
33 641 600 41 12,059 145,419481
34 743 721 22 -6,941 48,177481
Σ 23391 22399 984 3557,608354
X 687,971 658,794
X1 = Hasil tes akhir
X2 = Hasil tes awal
D = Defferences (perbedaan)
SD = Simpangan baku (standar deviasi) d = D –
MD
∑ = Jumlah
X = Rerata
4.3.2.3 Memasukkan data ke dalam Rumus
Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung
komponen-komponen sebagai berikut :
∑D
MD = ––––––
∑N
984
= –––––––
34
= 28,941
∑SD2 = 3557,608354
Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut
di atas maka dapatlah dicari “t” nya :
t =
)1(
2
21
NN
SD
XX
=
)134(34
608354,3557
794,658971,687
39
=
1122
608354,3557
177,29
= 1707773934,3
177,29
= 78066671,1
177,29
= 16,3854377
= 16,385
4.3.2.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat
Kebebasan
Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban
[db] dapat dihitung dengan rumus :
db = [N - 1]
= 34 - 1
= 33
Keterangan
Db = Derajat kebebasan
N = Jumlah Sampel
1 = Bilangan konstan
4.3.1.5 Menguji nilai t
Berdasarkan taraf signifikansi 5 dan db = 33, di
dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel
nilai-nilai t sebesar = 2,042. Sedangkan nilai t yang
diperoleh dalam penelitian 16,385. Hal ini berarti bahwa
nilai t yang didapat melampaui batas angka penolakan
hipotesis nol.
4.3.2.6 Menarik Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol
yang diuji berbunyi :tidak ada pengaruh pelatihan
mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5
kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak
peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura
Tahun Pelajaran 2009/2010, ditolak.
4.3.3 Perhitungan statistik/Analisis data tentang perbedaan
pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi
berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set
terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas
X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.
4.3.3.1 Merumuskan Hipotesis nol
Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi
tidak ada perbedaan pengaruh pelatihan mendorong
beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5
repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya
40
tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA
Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.
4.3.3.2 Menyusun Tabel Kerja
Untuk mencari nilai t-tes perbedaan pengaruh
pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi
berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3
set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa
putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun
Pelajaran 2009/2010, maka disusunlah tabel kerja
seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 05: Tabel pengujian hipotesis perbedaan pengaruh
pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi
41
berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10
repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak
peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3
Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010 No X1 X2 D SD
SD
2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 49 40 9 0,088 0,007744
2 45 42 3 -5,912 34,951744
3 40 35 5 -3,912 15,303744
4 42 26 16 7,088 50,239744
5 20 15 5 -3,912 15,303744
6 15 22 7 -1,912 3,655744
7 11 12 1 -7,912 62,599744
8 47 45 2 -6,912 47,775774
9 25 29 4 -4,912 24,127744
10 32 31 1 -7,912 62,599744
11 20 20 0 -8,912 79,423744
12 12 14 2 -6,912 47,775774
13 23 22 1 -7,912 62,599744
14 34 20 14 5,088 25,887744
15 50 43 7 -1,912 3,655744
16 19 49 30 21,088 444,703744
17 20 21 1 -7,912 62,599744
18 28 19 9 0,088 0,007744
19 46 32 14 5,088 25,887744
20 38 42 4 -4,912 24,127744
21 45 20 25 16,0888 258,823744
22 42 45 3 -5,912 34,951744
23 18 15 3 -5,912 34,951744
24 48 25 23 14,088 198,471744
25 34 29 5 -3,912 15,303744
26 42 31 11 2,088 4,359744
27 21 35 14 5,088 25,887744
28 29 21 8 -0,912 0,831744
29 35 36 1 -7,912 62,599744
30 18 42 24 15,088 227,647744
31 27 18 9 0,088 0,007744
32 16 25 9 0,088 0,007744
33 22 41 19 8,912 79,423744
34 36 22 14 5,088 25,887744
Σ 1049 984 303 2062,391296
X 30,853 28,941 8.912
X1 = Perbedaan hasil tes awal dan tes akhir
eksperimen I
X2 = Perbedaan hasil tes awal dan tes akhir
eksperimen II D = Defferences (perbedaan)
SD = Simpangan baku (standar deviasi) d = D –
MD
∑ = Jumlah
42
X = Rerata
4.3.3.3 Memasukkan data ke dalam Rumus
Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung
komponen-komponen sebagai berikut :
∑D
MD = ––––––
∑N
303
= –––––––
34
= 8,912
∑SD2 = 2062,391296
Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut
di atas maka dapatlah dicari “t” nya :
t =
)1(
2
21
NN
SD
XX
=
)134(34
391296,2062
941,28853,30
=
1122
391296,2062
912,1
= 83813841,1
912,1
= 355779632,1
912,1
= 1,410258684
= 1,410
4.3.3.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat
Kebebasan
Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban
[db] dapat dihitung dengan rumus :
db = [N - 1] + (N – 1)
= (34 - 1) + (34-1)
= 66
Keterangan
Db = Derajat kebebasan
43
N = Jumlah Sampel
1 = Bilangan konstan
4.3.3.5 Menguji nilai t
Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan db = 66, di
dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel
nilai-nilai t sebesar = 2,000. Sedangkan nilai t yang
diperoleh dalam penelitian 1,410. Hal ini berarti bahwa
nilai t yang didapat lebih kecil dari pada angka penolakan
hipotesis nol.
4.3.3.6 Menarik Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol
yang diuji berbunyi :tidak ada perbedaan pengaruh antara
pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri
seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set
terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra
kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran
2009/2010, diterima.
4.4 Pengkajian atau Interpretasi Data
Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis dengan taraf
signifikansi 5% maka hasilnya dapat diinterpretasikan sebagai tabel
dibawah ini :
Tabel 06 : Rekapitulasi hasil analisis pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set
dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak
peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura
Tahun Pelajaran 2009/2010.
Kelompok Db
Nilai t-tabel
signifikan
5% (0,05)
Nilai
t-test
Keterangan
Ho Ha
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Eks. I 33 2,042 14,744 Ditolak Diterima
Eks. II 33 2,042 16,385 Ditolak Diterima
Beda I & II 66 2,000 1,410 Diterima Ditolak
44
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan analisis data, maka pada bab ini dibuat
kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Ada pengaruh yang signifikan pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set
terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas
X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.
terbukti hasil t-hitung menunjukkan 14,744 angka ini lebih
besar dari angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel
nilai t sebesar 2,042, dengan taraf signifikansi 5%, Db = 33.
5.1.2 Ada pengaruh yang signifikan pelatihan mendorong beban ke
atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set
terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas
X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.
terbukti hasil t-hitung menunjukkan 16,385 angka ini lebih
besar dari angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel
nilai t sebesar 2,042, dengan taraf signifikansi 5% db = 33.
5.1.3 Tidak ada perbedaan yang signifikan pelatihan mendorong
beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6
set dibandingkan pelatihan mendorong beban ke atas dengan
posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya
tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3
Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. terbukti hasil t -hitung
menunjukkan 1,410 angka ini lebih kecil dari angka batas.
Penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai t sebesar 2,000
dengan taraf signifikansi 5% db = 66.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, dapat disimpulkan
saran-saran sebagai berikut :
5.2.1 Dianjurkan kepada guru, Pembina, dan pelatih olahraga
dalam upaya untuk meningkatkan jauhnya tolakan pada tolak
peluru siswa putra sekolah menengah agar menggunakan
bentuk pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi
berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set.
Karena kedua pelatihan ini sama-sama memberikan
peningkatan terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru.
5.2.2 Disarankan Kepada Guru, Pembina, dan pelatih olahraga agar
dalam memberikan pelatihan selalu berpedoman pada
komponen-komponen dan prinsip-prinsip pelatihan agar tidak
terjadi kelelahan berlebih dalam pelatihan.
5.2.3 Disarankan bagi peneliti lain agar mengadakan penelitian
yang lebih mendalam dengan mencoba, mengatur,
memainkan variabel, repetisi dan set yang berbeda dari
penelitian ini.
45
DAFTAR PUSTAKA
Aif, Syarifudin, 2003. Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta: CV Baru.
Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang. Soepeno. 1997. Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu
dan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Anggota IKAPI.
Bompa. 1990. Theory And Methadologi of Training The Key To Atletik
Training. Dubuque. I A WC Brown.
Bompa. 1993. Bimbingan Bermain Bulu Tangkis . Jakarta: Akademi
Pressido,
Depdikbud. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Senam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Engkos, Kokasih. 1993. Olahraga Tehnik dan Program Pelatihan.
Jakarta: Akademika Pressindo.
Gorda. 1994. Metode Penelitian Ekonomi. Denpasar: Widya Kriya
Gatama.
Harsono. 1991. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching.
Jakarta: CV. Tambak Kusuma.
Harsono. 1998. Biomekanika. Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan
IKIP Bandung.
ISPI. 1991. Scoring Tables of Men’s Track and Field Events. Balai
Pustaka.
ISPI. 1994. Buku Penelitian Bagi Pengembangan Propesi. Singaraja:
STKIP.
James Tangkudung. 2006. Kepelatihan Olahraga. Cerdas Cermat.
Jonath, U. 1998. Atletik. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra.
Kappi. 1993. Metode Penelitian. Institut IKIP Yogyakarta.
Karna, Ketut. 1997. Otot dan Gerakan dalam Olahraga. Denpasar:
Yayasan Ilmu Faal Widya Laksana,
Krempel dalam Kanca. 1990. Atletik I. Jakarta: PT. Rasida.
Nala, Ngurah. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: Koni
Provinsi Bali.
Nala, Ngurah. 1994. Komponen Kondisi Fisik. Bali Post. Sabtu 1994.
Nala, Ngurah. 1998. Komponen Kondisi fisik. Bali Post Sabtu 1994.
Nala, Ngurah. 1998. Kesegaran Jasmani. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal
Widya Laksana.
Nala, Nagurah. 2002.Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Koni Daerah
Bali.
Nanang, Sudrajat. 1996. 1996. Tes dan Pengukuran. Bandung: Tarsito.
Manuaba. 1997. Pendekatan Ilmiah dalam Olahraga. UNUD Denpasar:
Yayasan Ilmu Faal Widhaya Laksana.
Sajoto. 1990. Peningkatan dan Pembina Kekuatan Kondisi Fisik dalam
Olahraga. Semarang: Dahara Prise.
Sajoto. 1996. Pembina Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta.
Soekarman R. 1997. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatihan dan
Atlet. Inti Idayu Press.
46
Soekatamsi. 1994. Permainan Boal Besar Sepak Bola. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sujana. 1992. Periode Penelitian. IKIP Yogyakarta: Institut Press.
Sujana. 1995. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Instittut Press.
Sumosardjono, Sadoso. 1996. PengetahuanPraktis dalam Olahraga.
Jakarta: PT. Gramedia.
Sutrisno, Hadi. 1990. Metodelogi Risearch. Jogyakarta: Andi Offse.
Sutrisno, Hadi 1993, Statistik Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Warsito, Guntur Mulyadi. 1992. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito
WJS, Poerwadarminta. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
PN Balai Pustaka.
Wiratha, Redhana. 2008. Rahasia Berprestasi Dalam Olahraga.
Denpasar: KONI Provinsi Bali.