skripsi olahraga 1
-
Upload
purnama-nur-rachman -
Category
Documents
-
view
5.108 -
download
6
Transcript of skripsi olahraga 1
PERBEDAAN PENGARUH METODE BAGIAN SINTESIS MURNI DAN METODE BAGIAN SINTESIS REPETITIF
TERHADAP PEMBELAJARAN SENAM INDONESIA SEHAT (SIS) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 09 SALATIGA
TAHUN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
Rizkia Nur Annisa 6101404002
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
SARI Rizkia Nur Annisa. 2009. Perbedaan Pengaruh Metode Sintesis Murni Dan Sintesis Repetitif Terhadap pembelajaran Senam Indonesia Sehat (SIS) Pada Siswa Kelas 7 SMP Negeri 09 Salatiga Tahun Ajaran 2008/2009.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara mengajar dengan metode sintesis murni dan sintesis repetitif terhadap hasil belajar Senam Indonesia Sehat (SIS),manakah yang lebih baik antara metode bagian sintesis murni atau metode bagian sintesis repetitif terhadap hasil pembelajaran Senam Indonesia Sehat.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 7 SMP Negeri 9 Salatiga tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 100 siswa. Sampelnya 40 siswa diambil dengan menggunakan teknik random sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan memberikan perlakuan terhadap dua kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan metode belajar senam SIS dengan menggunakan metode sintesis murni dan kelompok eksperimen 2 diberi perlakuan metode sintesis repetitif. Untuk perhitungan statistik digunakan pola M-S (matching by subject design) dengan analisa data menggunakan rumus t-test.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,033 dan 0,015. Hasil tersebut menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pada rerata nilai post test antara kelompok metode bagian sintesis murni dan kelompok metode bagian sintesis repetitif. Perbedaan tersebut diperjelas dengan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian antara hasil data pre test dan hasil data post test yaitu metode bagian sintesis murni sebesar 6452 atau 42% (sebagai kelompok pertama) sedangkan kelompok metode bagian sintesis repetitif sebesar 8971 atau 58% (sebagai kelompok kedua), artinya ada perbedaan rata-rata hasil test kedua kelompok eksperimen yang dibandingkan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran dengan menggunakan metode bagian sintesis repetitif lebih efektif dibandingkan dengan metode bagian sintesis murni dalam meningkatkan hasil belajar Senam Indonesia Sehat pada siswa kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga. Saran yang dapat peneliti berikan adalah metode bagian sintesis repetitif dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,dan bagi siswa sebaiknya tidak hanya mempelajari satu jenis senam irama, tetapi lebih banyak mengikuti senam irama yang lain sesuai dengan perkembangan senam di Indonesia.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dikonsultasikan dan disetujui untuk diajukan kepada
panitia penguji skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Tanggal, Januari 2009
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Harry Pramono, M.Si Rumini, S. Pd., M. Pd.
NIP. 131469638 NIP. 132137920
Mengetahui,
Ketua Jurusan PJKR
Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M. Pd
NIP. 131961216
iii
MOTTO DAN PERESEMBAHAN
MOTTO:
• “Jadikanlah sholat dan sabar menjadi penolongmu dan sesungguhnya
demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk. (Qs.Al-
Baqoroh, Ayat 45)”
• “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.”
(Al Israa’: 7)
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan buat:
• Kedua orang tuaku bapak Suwarno dan
ibu Muslikhah tersayang tiada kata lain
yang lebih berharga selain terimakasih
atas segala kasih sayang dan do’a yang tak
pernah putus, kakak-kakakku, ponakanku
Fikar dan Bilqis. Sahabatku Ika widy dan
keluarga, teman-teman PJKR’04.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari terwujudnya skripsi ini karena adanya
bimbingan, bantuan, saran dan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan segala
kerendahan hati dan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan FIK UNNES Semarang yang sekaligus sebagai Dosen pembimbing
utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Ibu Rumini, S.Pd, M.Pd dosen pembimbing pendamping yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK Unnes
Semarang.
4. Bapak Drs. Bambang Subiakto, M.Pd, Kepala SMP Negeri 9 Salatiga yang
telah memberikan ijin penelitian
5. Rekan-rekan PJKR angkatan 2004 dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Atas segala bantuannya, semoga Allah SWT memberikan imbalan
yang sebesar-besarnya.
Semarang, Januari 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
SARI ................................................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................vi
DAFTAR TABEL. ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah. ......................................................................1
1.2 Permasalahan ........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................7
1.5 Penegasan Istilah ..................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori.....................................................................................10
2.1.1 Pengertian Kesegaran Jasmani.............................................................10
2.1.2 Kesegaran Jasmani secara Keseluruhan...............................................12
2.1.3 Fungsi Kesegaran Jasmani ...................................................................14
2.1.4 Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani .........................................................15
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani......................17
2.2 Teori Belajar. .......................................................................................20
vi
2.2.1 Pengertian Belajar ................................................................................20
2.3 Pembelajaran ........................................................................................24
2.3.1 Pengertian Pembelajaran......................................................................24
2.3.2 Ciri-ciri Pembelajaran. .........................................................................24
2.3.3 Tujuan Pembelajaran............................................................................24
2.4 Metode Pembelajaran...........................................................................25
2.4.1 Pengertian Metode Pembelajaran.........................................................25
2.4.2 Prinsip-prinsip dalam penggunaan metode pembelajara .....................26
2.4.3 Metode belajar mengajar .....................................................................27
2.4.4 Belajar Senam Indonesia Sehat Menggunakan Metode Bagian Sintesis Murni .....................................................................................28
2.4. Belajar Senam Indonesia Sehat Menggunakan Metode Bagian Sintesis Repetitif. .................................................................................28
2.5 Sejarah Senam .....................................................................................31
2.5.1 Tujuan Senam. .....................................................................................33
2.5.2 Manfaat Senam ....................................................................................34
2.5.6 Macam-macam Senam . .......................................................................35
2.6 Kerangka Berfikir ................................................................................40
2.7 Hipotesis. .............................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Objek Penelitian.......................................................42
3.2 Variabel Yang Dikendalikan ..................................................................44
3.3 Teknik Analisis Data ..............................................................................45
3.4 Metode Pengumpulan Data. ...................................................................47
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian.......................................................................................49
4.2 Pembahasan. ...........................................................................................54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................58
5.2 Saran. .....................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................60
LAMPIRAN-LAMPIRAN. .............................................................................62
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Tabel keunggulan dan kelemahan sintesis murni dan sintesis repetitif ..........................................................................................49
Tabel 4.2 . Diskripsi hasil Pre Test .................................................................49
Tabel 4.3. Diskripsi hasil Post Test................................................................50
Tabel 4.4. Diskripsi selisih hasil pre test dan post test...................................51
Tabel 4.5. Tabel uji prasyarat hipotesis..........................................................53
Tabel 4.6. Hasil uji T-test...............................................................................54
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Gambar senam pembentukan ........................................................33
Gambar 2.2. Gambar senam irama.....................................................................36
Gambar 2.3. Gambar senam lantai.....................................................................39
Gambar 2.4. Gambar senam perkakas................................................................39
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat usulan penetapan pembimbing .....................................................62
2. Surat keputusan penetapan dosen pembimbing .....................................63
3. Surat keterangan permohonan ijin penelitian. .......................................64
4. Surat ijin penelitian dari KESBANGLINMAS .....................................65
5. Surat ijin penelitian dari Dinas Pendidikan. ..........................................66
6. Surat Keterangan penelitian dari SMP Negeri 09 Salatiga....................67
7. Daftar nama Populasi ............................................................................68
8. Daftar nama Sampe................................................................................70
9. Daftar nama pasangan subjek. ...............................................................71
10. Daftar nilai Pre Test...............................................................................72
11. Daftar nilai Post Test .............................................................................73
12. Deskripsi data hasil Penelitian...............................................................75
13. Jadwal Program Pengajaran...................................................................77
14. Petunjuk Pelaksanaan Senam SIS. ........................................................79
15. Formulir Penilaian Senam SIS...............................................................121
16. Dokumentasi penelitian. ........................................................................122
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber daya
manusia karena pendidikan adalah tempat yang digunakan untuk membebaskan
manusia dari keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan. Pendidikan diyakini
mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari
pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia yang
produktif. Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya.
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Proses belajar mengajar merupakan
rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, yaitu antara orang yang belajar
disebut siswa dan orang yang mengajar disebut guru. Jadi inti dari proses
pembelajaran adalah bagaimana siswa mampu menguasai materi pelajaran secara
optimal.
Proses dalam pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah
siswa ajar, guru, materi ajar, dan metode pembelajaran. Semua faktor tersebut
merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu bidang studi yang wajib dipelajari
diseluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah (mulai dari TK sampai dengan
1
2
SMA) diseluruh Indonesia. Selain itu pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah
merupakan nilai yang dapat menentukan bagi seorang siswa untuk dapat naik kelas
dan lulus.
Tujuan Pendidikan jasmani dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama
(SMP) ialah membantu siswa untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan
melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar serta
berbagai aktifitas jasmani, agar dapat; (1) tercapainya pertumbuhan dan
perkembangan jasmani khususnya tinggi dan berat badan secara harmonis; (2)
terbentuknya sikap dan perilaku seperti disiplin, kejujuran, kerjasama, mengikuti
peraturan dan ketentuan yang berlaku; (3) menyenangi aktifitas jasmani yang dapat
dipakai untuk pengisian waktu luang serta kebiasaan hidup sehat; (4) mengerti
manfaat pendidikan jasmani dan tercapainya kemampuan dalam penampilan gerakan
yang lebih baik secara seksama; (5) meningkatan kesehatan, kesegaran jasmani,
keterampilan gerak dasar dan keterampilan dasar cabang olahraga (GPPP Pendidikan
jasmani, 1994: 1-2).
Jenis kegiatan yang tercantum dalam GBPP pendidikan jasmani di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) meliputi kegiatan jenis olahraga seperti: atletik, senam,
olahraga permainan seperti (sepakbola, volley, basket, softball, dll) renang dan
cabang olahraga lain yang potensial dan berkembang di daerah.
Mata pelajaran senam merupakan jenis kegiatan pokok yang dianjurkan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) mulai kelas satu sampai kelas tiga. Senam latihan
jasmani yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematis dan dilakukan
3
secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis (Sumanto Y. Sukiyo, 1992: 20).
Menurut Encyclopedia Amerika International dalam buku Mahmudi Saleh
(1992: 2), senam adalah latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani yang
membutuhkan kekuatan, keseimbangan dan kelentukan keterampilan yang
dilaksanakan dengan cara berirama.
Senam adalah suatu bentuk gerakan-gerakan tubuh yang direncanakan dan
disusun secara teratur dengan tujuan untuk memperbaiki sikap dan bentuk badan,
membina dan meningkatkan kesegaran jasmani, serta membentuk dan
mengembangkan keterampilan serta kepribadian yang selaras, (Aip Syarifudin, 1991:
4)
Dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) materi senam yang
diajarkan meliputi: senam dasar, senam ketangkasan dan senam irama. Senam irama
contohnya Senam Indonesia Sehat (SIS) dan SKJ 2008. Penelitian ini hanya
membahas Senam Indonesia Sehat (SIS).
Senam Indonesia Sehat (SIS) adalah rangkaian senam yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan kesegaran jasmani seseorang. Perilaku sehat yang
bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga, masyarakat, pelajar dalam
bidang kesehatan agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat mandiri
produktif. Ini semua merupakan wujud terhadap hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan bermasyarakat yang merupakan salah satu sasaran program. Data survei
ekonomi nasional tahun 2004 menunjukan bahwa 85 % penduduk usia 15 tahun
4
keatas kurang melakukan aktivitas fisik olahraga (Menteri kesehatan, 2006). Senam
Indonesia Sehat (SIS) adalah salah satu contoh dari senam irama yang bertujuan
untuk meningkatkan kesegaran jasmani, dan masuk dalam kurikulum pembelajaran
pendidikan jasmani. Senam Indonesia Sehat (SIS) adalah senam irama yang gerakan-
gerakannya sangat kompleks karena SIS merupakan senam yang gerakan-gerakanya
merupakan koordinasi dari seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai
ujung kaki. Senam Indonesia Sehat (SIS) terdiri dari 27 gerakan pemanasan, 17
gerakan inti, dan 11 gerakan pendinginan. Sehingga Senam Indonesia Sehat (SIS)
adalah materi pembelajaran yang gerakan-gerakanya kompleks, sehingga dalam
memberikan materi pembelajaran harus menggunakan metode bagian (Part
Methode).
Agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai hasil yang sesuai dengan
tujuan yang direncanakan dan pembelajaran penjas menjadi pelajaran yang
menyenangkan maka seorang pendidik perlu mempertimbangkan pemilihan metode
yang tepat yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep
materi sesuai dengan tujuan pembelajaran serta kondisi siswa dan sekolah yang
bersangkutan.
Menurut Sukintaka (1982: 19-22) dalam dunia pendidikan dikenal berbagai
macam metode mengajar diantaranya: (1) Metode keseluruhan (Whole method), (2)
Metode bagian (Part method), (3) Metode bagian keseluruhan (Part Whole method).
Selanjutnya menurut (Dumadi, 1992: 168) metode bagian dibagi menjadi tiga yaitu,
(1) Metode bagian sintesis murni, (2) Metode bagian sintesis repetitif, (3) Metode
bagian sintesis progresif.
5
Metode keseluruhan dalam pelajaran olahraga atau pendidikan jasmani
digunakan pada pelajaran yang tingkat kesulitannya mudah, elemen pokok gerakanya
tidak kompleks dan sederhana (Dumadi, dkk 1992: 163). Sementara metode bagian
dalam pelajaran pendidikan jasmani digunakan dalam mengajar materi pelajaran
yang materi gerakanya kompleks, seperti yang dikatakan Nasution bahwa bila mana
kecakapan, dalam dalam hal ini keterampilan olahraga, itu terlalu kompleks maka
yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode bagian (Nasution,1992: 64).
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) 09 Salatiga adalah salah satu
sekolah negeri yang ada di Salatiga. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
peneliti pada mata pelajaran pendidikan jasmani, siswa SMP Negeri 09 Salatiga
belum pernah mengenal Senam Indonesia Sehat (SIS). Senam Indonesia Sehat (SIS)
merupakan bagian dari senam kesegaran jasmani yang dianjurkan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP), sehingga peneliti memilih SMP Negeri 09 Salatiga untuk
dijadikan sebagai objek penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dua jenis
metode pembelajaran, yaitu metode bagian sintesis murni dan metode bagian sintesis
repetitif terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga. Pemilihan
dua metode belajar tersebut karena pelaksanaan di lapangan metode bagian sintesis
murni dan metode bagian sintesis repetitif yang lebih sering digunakan, hal ini sesuai
dengan pendapat Dumadi (1992: 172). Dumadi (1992: 172) juga menyatakan bahwa
metode bagian sintesis repetitif masih memerlukan penanganan, dan masih perlu
diteliti untuk membuktikan manakah yang terbaik hasilnya.
6
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang “Perbedaan Pengaruh Metode Bagian Sintesis Murni dan Metode Bagian
Sintesis Repetitif Terhadap Pembelajaran Senam Indonesia Sehat (SIS) Pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga Tahun 2008 / 2009”.
1.2 Permasalahan
1) Apakah ada perbedaan antara pengaruh metode bagian sintesis murni dan
metode bagian sintesis repetitif terhadap hasil pembelajaran Senam Indonesia
Sehat (SIS) pada siswa kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga?
2) Manakah yang lebih baik antara metode bagian sintesis murni atau metode
bagian sintesis repetitif terhadap hasil pembelajaran senam Indonesia Sehat
pada siswa kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga?
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan dirumuskannya permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara metode bagian
sintesis murni dan metode bagian sintesis repetitif terhadap hasil
pembelajaran Senam Indonesia Sehat (SIS).
2. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara metode bagian sintesis
murni atau metode bagian sintesis repetitif terhadap hasil pembelajaran.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat yang bisa diambil di antarannya,
yaitu:
1. Sebagai bahan bagi para guru Penjasorkes agar cara mengajar Senam
Indonesia Sehat (SIS) dapat dilaksanakan dengan metode yang tepat.
2. Sebagai bahan pembanding bagi yang mau mengadakan penelitian tentang
metode mengajar Senam Indonesia Sehat.
3. Belum ada penelitian ilmiah yang membandingkan metode mengajar Senam
Indonesia Sehat dengan menggunakan metode bagian sintesis murni dan
metode sintesis repetitif terhadap hasil belajar Senam Indonesia Sehat di
SMP.
1.5 Penegasan Istilah
1.5.1 Perbedaan adalah sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak sama antara dua
benda atau hal).(Kamus besar bahasa indonesia,1995:104).
1.5.2 Pengaruh menurut Alwi Hasan (2003: 849) adalah daya yang ada atau timbul
suatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
perbuatan seseorang, pengaruh juga berarti ada efeknya. Pengaruh yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan tentang usaha atau
tindakan yaitu keberhasilan dalam penggunaan metode pembelajaran antara
metode bagian sintesis murni dan metode bagian sintesis repetitif.
1.5.3 Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud. Dapat pula diartikan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
8
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan
(Depdikbud, 1996: 652).
1.5.4 Metode bagian sintesis murni
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan metode bagian sintesis murni
adalah elemen pertama gerakan Senam Indonesia Sehat dipelajari sampai
dapat dikuasai, kemudian elemen kedua dipelajari sampai dikuasai pula dan
seterusnya, setelah semua elemen dapat dipelajari kemudian baru merangkai
gerakan Senam Indonesia Sehat yang sesungguhnya (Sukintaka: 21).
1.5.5 Metode bagian sintesis repetitif
Repetitif adalah berulang-ulang (Peter Salim, 1985: 163) Yang di maksud
dalam penelitian ini, metode sintesis repetitif adalah pertama gerakan Senam
Indonesia Sehat yang diajarkan elemen kesatu, setelah elemen kesatu dikuasai
berikutnya diajarkan elemen kesatu dan kedua segera bersama, berikutnya
lagi diajarkan elemen kesatu, kedua, dan ketiga secara bersama pula dan
seterusnya, setelah semua elemen dikuasai baru diajarkan materi yang
sesungguhnya (Sukintaka, 1982: 21).
1.5.6 Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu. Seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si
belajar sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh kemudahan (Bringg,
1992) yang dikutip oleh Achmad Sugandi dan Haryanto (2004: 6). Menurut
Max Darsono, dkk (2000: 24), pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
9
dilakukan guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah
yang lebih baik. Belajar sendiri adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar
oleh seorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya baik
dalam bentuk keterampilan maupun dalam bentuk sikap dan nilai positif
(Tohar, 2004: 1).
1.5.7 Senam Indonesia Sehat (SIS)
Senam Indonesia sehat adalah rangkaian senam yang diiringi musik yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan kesegaran jasmani seseorang
(Menpora, 2006).
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang (Nana Sudjana, 2005: 5). Banyak
ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka. Definisi belajar
telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Moskowitz Orgel dalam buku karya Max
Darsono (2000: 3) menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai
hasil langsung dari pengalaman bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem
syaraf yang dibawa sejak lahir.
Gagne dan Barliner dalam buku karya Tri Ani (2004: 2) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakukanya karena
hasil dari pengalaman. Hal ini selaras dengan pemikiran dalam teori belajar
kontruktifisme dalam Tri Ani (2004: 49-50), belajar adalah lebih dari sekedar
mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah
dipelajari, mereka harus bisa menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk
dirinya dan berkutat dalam berbagai gagasan. Menurut Suharsimi Arikunto (2005:
19) mengartikan bahwa belajar merupakan proses karena adanya usaha untuk
mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan dengan maksud
10
11
memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu aktivitas atau usaha yang disengaja untuk menghasilkan perubahan
yang meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan perseptual, sikap terhadap
nilai-nilai, serta fungsi jiwa (perubahan yang berkaitan dengan aspek psikis dan fisik
yang relatif bersifat konstan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa diantaranya terdiri dari dua
yaitu faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang berasal dari luar. Adapun faktor
yang berasal dari dalam meliputi:
1. Interaksi yang menyangkut tentang pengetahuan, pengalaman dan inspirasi.
2. Metode yang menggambarkan mengenai contoh atau simulasi.
3. Belajar untuk mempelajari keterampilan misalnya kreatifitas, komunikasi dan
hubungan.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu, meliputi:
1. Lingkungan yang positif, aman, santai, menyenangkan akan sangat
mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
2. Fisik, dalam diri setiap individu sebenarnya sudah terdapat kemampuan yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga diperlukan gerakan,
pembaharuan, keadaan dan partisipasi untuk membangun individu. Saat
berlangsungnya proses belajar mengajar, akan lebih baik apabila diciptakan
suasana yang nyaman. Pembelajaran yang menyenangkan, tidak monoton,
12
tetapi bermakna sehingga dapat dimengerti oleh para siswa. Setelah siswa
melalui pembelajaran maka terjadi perubahan tingkah laku.
2.1.1.2 Pengertian Belajar Penjasorkes
Belajar penjasorkes adalah proses untuk membina anak muda agar kelak
mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktifitas jasmani yang dilakukan
dan menjalani pola hidup sehat disepanjang hayatnya.Dan bertujuan bahwa program
pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh , sebab mencakup bukan hanya aspek
fisik tetapi juga aspek lainya yang mencakup aspek intelektual,emosional,sosial,dan
moral dengan maksud,kelak anak muda itu menjadi seseorang percaya
diri,disiplin,sehat, bugardan hidup bahagia.(Rusli lutan,2000:1)
2.1.2 Kondisi Belajar Gerak
Kondisi belajar merupakan suatu istilah yang digunakan dalam dunia
pendidikan, yang mempunyai pengertian tertentu. Kata kondisi bisa berarti keadaan
atau syarat. Sedangkan belajar bisa berarti terjadinya perubahan pembawaan atau
kemampuan setelah terjadinya proses edukatif. Dari arti kedua kata tersebut dapat
menjelaskan pengertian kondisi belajar.
Kondisi belajar adalah adalah suatu keadaan yang diperlukan agar proses
belajar bisa berlangsung sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Keadaan yang
diperlukan agar proses belajar terjadi mencakup keadaan yang ada pada diri pelajar
dan perlakuan yang dikenakan kepada pelajar.
Kondisi belajar sangat menentukan pencapaian hasil belajar. Kondisi belajar
yang sesuai dengan keperluanya, bisa memberikan kemungkinan pencapaian hasil
13
yang baik. Sebaliknya kondisi belajar yang tidak sesuai dengan keperluan bisa
mengakibatkan pencapaian hasil belajar yang tidak baik. Kondisi belajar
berpengaruh terhadap kualitas pencapaian hasil belajar, maka kondisi belajar harus
disiapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar-mengajar.
Kondisi belajar mengajar harus disesuaikan dengan jenis belajar yang
ditangani dalam proses belajar mengajar,kondisi belajar yang sesuai untuk belajar
kognitif, belajar afektif, dan belajar gerak adalah berbeda.
Kondisi belajar gerak seperti halnya dalam belajar kognitif dan belajar
afektif, meliputi 2 macam kondisi, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal.
Tetapi sifat kondisi internal dan kondisi eksternal yang diperlukan adalah berbeda
untuk setiap jenis belajar tersebut.
a. Mengingat bagian-bagian gerakan
Untuk mempelajari gerakan keterampilan baru, hanya dimungkinkan
apabila pelajar memiliki modal berupa kemampuan melakukan gerakan-gerakan
yang dasar terbentuknya gerakan yang baru.Seperti dalam belajar senam
Indonesia sehat apabila siswa memiliki modal berupa kemempuan gerakan-
gerakan dasar maka siswa akan dapat mengingat bagian gerakan dengan baik.
b. Mengingat urutan rangkaian gerakan
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan rangkaian dari gerakan-
garakan. Apabila pelajar tidak bisa mengingat urutan rangkaian dari gerakan-
gerakan, maka ia tidak akan mampu melakukan gerakan-gerakan ketrampilan
dengan baik. Seperti pada saat belajar senam Indonesia sehat apabila siswa tidak
14
bisa mengingat urutan rangkaian gerakan dari senam SIS maka ia tidak akan
mampu melakukan gerakan senam dengan baik.( Sugianto,1993: 280-281)
2.1.3 Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa bertambah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:24).
Menurut teori kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang dipelajari.
Sebagai suatu sistem, pembelajaran melibatkan berbagai komponen antara
lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi yang saling terkait dan
terorganisasikan sehingga antar komponen terjadi kerjasama.
2.1.3.2 Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Max Darsono (2000:25) ciri-ciri pembelajaran antara lain:
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motifasi siwa dalam belajar.
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang
bagi siswa.
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pembelajaran baik secara
fisik maupun psikologis.
15
2.1.3.3 Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah baik
kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, keterampilan,
dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa
(Darsono, 2000: 26)
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran akan
berhasil jika ada interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik.
Guru berperan sebagai mediator, fasilitator, dan evaluator harus mampu memotifasi
untuk pembelajaran siswa, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan maksimal.
2.1.3.4 Sistematika Pembelajaran Pendidikan jasmani
Dalam perkembangan pengajaran pendidikan jasmani, tokoh utama metode
umum ini adalah dua serangkai orang Austria Karl Gaulhofer dan Margaretha
Streicher. Karyanya dalam metodik dan didaktik pernah sangat berpengaruh terhadap
sistem pendidikan jasmani di Indonesia, khususnya dalam pelaksanan pengajaran
senam, secara garis besar metode tersebut terdiri dari tiga tahap yaitu pemanasan
bagian inti dan penenangan.Pemanasan dimaksudkan untuk mempersiapkan fisik
mental dengan kegiatan yang tidak terlalu berat tetapi merangsang kerja berbagai
fungsi organ tubuh manusia.
Bagian inti adalah kegiatan belajar yang bertujuan membina atau menormalkan
keadaan tubuh, pembentukan gerakan, pembinaan prestasi yang menekankan pada
16
kekuatan/kecepatan/ketahanan/kegesitan. Menormalkan tubuh, sering juga disebut
latihan normalisasi,terdiri atas kegiatan belajar yang berupa latihan-latihan
kelemasan, kelentukan atau fleksibilitas. Penguasaan gerak yang baik dan benar itu
pada prinsipnya dapat ditingkatkan dengan jalan memperbaiki posisi anggota badan
dan meningkatkan daya koordinasi. Koordinasi tubuh pada dasarnya berhubungan
dengan fungsi syaraf pusat seperti daya konsentrasi dan keseimbangan. Golongan ini
biasa disebut dengan latihan pembentukan. Golongan ketiga adalah prestasi yang
bertujuan meningkatkan kekuatan, kecepatan, kelincahan dalam melakukan
gerak.Golongan ini menempati kedudukan puncak dalam proses belajar mengajar
metode Austria pada masa lalu. Terakhir adalah golongan latihan seni gerak (art)
yaitu tahap tertinggi yang dapat dikuasai seorang dalam dunia gerak, latihan ini
jarang diberikan pada siswa sekolah tapi diberikan pada olahragawan-olahragawan.
Penenangan bertujuan menurunkan kondisi tubuh dan suasana mental menjelang
kembali kekelas atau melakukan kegiatan lain yang bukan pendidikan
jasmani.(Supandi,1992:12)
2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran
Model Pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk
merancang pengajaran. Isi yang terkandung dalam model pembelajaran adalah
berupa strategi pengajaran yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar
mengajar adalah menejemen kelas, pengelompokan siswa, penggunaan alat bantu
pengajaran.
Ada tiga hal yang mendasari munculnya model pembelajaran ,yaitu:
pengalaman praktek, telaahan teori-teori tertentu,dan hasil penelitian.Atas dasar
17
inilah maka lahir kelompok-kelompok model pembelajaran.Ada dua pengaruh
implementasi suatu model pembelajaran terhadap perubahan siswa yaitu yang
bersifat langsung an tidak langsung.
Mengetahui kedua jenis pengaruh ini bagi guru sangat penting agar ia dapat
memperkirakan efisiensi penggunaan model pembelajaran. Pengaruh langsung dan
tidak langsung ini dapat dimanfaatkan sebagai kriteria efisien tidaknya suatu model
pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mempertimbangkan pengaruh langsung dan
tidak langsung ini sebelum memilih suatu model pembelajaran.
Secara operasional, setiap model pembelajaran itu memiliki empat aspek yaitu:
a) Langkah-langkah (Syntax)
Langkah-langkah ini menjelaskan mengenai bagaimana pelaksanaan suatu
model, bentuk kegiatan yang akan dilakukan, bagaimana memulainya dan
apa tindakan selanjutnya.Karena setiap model pembelajaran ini memiliki ciri
dalam urutan kegiatannya, maka perlu langkah-langkah kegiatan secara
bertahap.
b) Sistem sosial yang mendukung pelaksanaan setiap model
Sistem ini memaparkan mengenai bagaimana rencana penataan peranan dan
hubungan siswa dan guru, serta norma-norma yang menggerakan dan
menjiwai hubungan tersebut.
c) Prinsip interaksi siswa dan guru
Peranan guru dan siswa dalam setiap model bisa berubah-ubah. Dalam
beberapa model perubahan peranan guru bisa sebagai pembimbing
18
fasilitator, atau motifator dan bahkan pada kesempatan lainnya peran guru
bisa sebagai pemberi tugas atau lainnya.
d) Penjelasan tentang sistem penunjang
Sistem penunjang perlu mendapat perhatian. Sistem ini berada diluar model
pembelajaran akan tetapi menjadi persyaratan yang ikut menentukan berhasil
tidaknya model-model pembelajaran itu dilaksanakan.
(Husdsarta,dkk,2000:35-36)
2.1.4.1 Kelompok model pembelajaran
1. Kelompok model informasi
Kelompok ini bertujuan untuk mengembangkan intelektual siswa dalam
hal menerima, menyimpan mengolah dan menggunakan
informasi.Dengan cara seperti ini diharapkan siswa mampu
mengakomodasi berbagai macam inovasi, melahirkan ide-ide yang
berorientasi masa depan, dan mampu memecahkan persoalan yang
dihadapi baik oleh dirinya maupun orang lain.
2. Kelompok model personal
Kelompok ini bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa. Fokus
utamanya adalah pada proses yang memberikan peluang pada setiap siswa
untuk mengelola dan mengembangkan jatidirinya.
19
3. Kelompok model interaksi social
Kelompok ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sseorang
yang akan dan harus berinteraksi social dengan lingkungan lainnya.
4. Kelompok model perilaku
Kelompok ini bertujuan mengubah tingkahlaku siswa yang terukur. Fokus
utamanya mengenai perubahan tingkah laku didasarkan pada prinsip
rangsangan dan jawaban.
2.1.4.2 Macam-macam model pembelajaran
Kelompok model informasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu (a) model
pembelajaran kognitif,(b) model pembelajaran inkuiri,dan (c) model pembelajaran
presentasi.
a) Model pembelajaran kognitif
Model ini berorientasi pada studi bagaimana siswa belajar berfikif. Fokus
studinya adalah pada pertanyaan perkembangan kognitif. Bagi guru yang
terpenting adalah bagaimana guru dapat menyesuaikan pengajaran dengan
tingkat perkembangan kognitif.
b) Model pembelajaran inkuiri
Inkuiri dirumuskan sebagai proses belajar yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif menguji dan menafsirkan berbagai persoalan secara
ilmiah.Ada dua unsur penting yang terkait dengan model pembelajaran
inkuiri yaitu data dan teori. Perilaku siswa terlibat dalam model
pembelajaran inkuiri ini mulai bekerja dari data ke teori, atau kebalikannya
teori ke data.Hubungan yang dinamis ini sdisebut proses inkuiri.
20
Tujuan yang terpenting dari model ini adalah pembebasan siswa untuk
bereksplorasi dengan dirinya dan lingkungan dengan menggunakan apa yang
telah diketahui dan menyari bahwa apa yang dilakukannya itu adalah hasil
perolehan sendiri,bukan dari guru.
c) Model pembelajaran presentasi
Ada dua tipe dari model ini,yaitu : ekspositori dan komperatif. Eksporitori
artinya menjelaskan secara terperinci dari yang umum hingga yang
khusus.Komperatif artinya menyampaikan bahan yang sudah dikenali
siswa.Langkah ini dimaksudskan untuk mengintegrasi konsep baru dengan
konsep yang sudah dikenali siswa sebelumnya,siswa diharapkan dapat
membandingkan dari kedua konsep tersebut.(Husdsarta,dkk,2000:35-50)
2.1.5 Metode Pembelajaran
2.1.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Belajar dan mengajar merupakan 2 aspek yang tidak bisa dipisahkan satu
sama yang lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subjek yang menerima pelajaran (sasaran anak didik) sedang mengajar menunjuk
pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Hal ini seperti apa yang
diungkapkan olah Nana Sudjana (1989: 8) bahwa belajar dan mengajar merupakan
dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran.
Dari definisi tentang mengajar tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah suatu usaha kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam menciptakan
21
kondisi lingkungan belajar dalam rangka menyampaikan suatu ilmu pengetahuan
kepada anak didiknya sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Oemar Malik (1993: 97) metode pembelajaran adalah cara untuk
menyampaikan materi pelajaran agar tujuan dari proses belajar mengajar tercapai.
Jadi metode pembelajaran berperan sebagai alat untuk menciptakan proses belajar
mengajar. Penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat dalam menyampaikan
materi pelajaran dapat menyebabkan tidak terjadi interaksi belajar mengajar antara
guru dan siswa.
2.1.5.2 Prinsip-prinsip dalam Penggunaan Metode Pembelajaran
Adapun prinsip-prinsip dalam penggunaan metode pembelajaran menurut
Oemar Malik (1993: 98) adalah sebagai berikut:
1. Setiap metode pembelajaran mempunyai tujuan, artinya pemilihan dan
penggunaannya berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai.
2. Pemilihan suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan belajar
bagi siswa, harus berdasarkan pada keadaan siswa, pribadi guru, dan
lingkungan belajar.
3. Metode pembelajaran dapat dilaksanakan lebih efektif apabila menggunakan
alat bantu pembelajaran atau audiovisual.
4. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak ada metode pembelajaran yang paling
baik, metode dianggap paling baik apabila dapat mencapai tujuan dalam
bahan ajar.
5. Penilaian belajar menentukan pula efisiensi dan efektifitas suatu metode
pembelajaran.
22
6. Penggunaan metode pembelajaran hendaknya bervariasi, artinya guru
sebaiknya menggunakan berbagai macam metode sekaligus sehingga dapat
mengembangkan berbagai aspek pola tingkah laku. Pemilihan metode
pembelajaran yang akan diterapkan tentu saja disesuaikan dengan materi
pelajaran, tujuan pembelajaran maupun sarana prasarana yang tersedia.
2.1.5.3 Metode Belajar Mengajar
Metode belajar keseluruhan biasanya digunakan pada tahap awal masa belajar
atau pada tahap prestasi, dimana pengajar harus mendemonstrasikan keseluruhan
rangkaian gerakan atau rangkaian teknik yang dimaksud kepada siswa, dengan tujuan
agar siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang teknik yang akan dipelajarinya.
Menurut Rusli Lutan (1980: 399), praktek prestasi pelaksanaan keterampilan motorik
atau teknik-teknik olahraga berlangsung hanya pada tahap awal proses belajar, yang
mana pengajar memberi dan mendemonstrasikan keseluruhan rangkaian gerakan
yang akan dipelajari oleh siswa.
Dengan metode belajar keseluruhan, anak diharapkan berkonsentrasi pada
gerakan secara keseluruhan yang merupakan rangkaian gerakan yang tidak dapat
dibagi-bagi menjadi beberapa bagian dan merupakan keterampilan yang sederhana
serta mudah dimengerti oleh siswa. Ada sport skill yang kompleks dan ada sport skill
atau keterampilan yang simple. Kalau sport skill atau keterampilan itu simple dan
mudah dimengerti oleh siswa, maka sport skill itu diajarkan sebagai unit yang utuh
(Harsono, 1988: 142).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian
metode keseluruhan, yaitu metode pembelajaran dimana rangkaian teknik suatu
23
cabang olahraga, dari gerakan pertama sampai dengan gerakan terakhir diberikan
secara utuh.
Metode bagian adalah suatu metode atau cara penyampaian pengetahuan atau
keterampilan secara bagian demi bagian yang kemudian disusun menjadi suatu
kesatuan yang utuh (Supandi, 1991: 34).
Metode bagian menurut Dumadi dapat dibedakan menjadi tiga:
1. Metode bagian Sintesis Murni
Pelaksanaan belajar dengan metode sintetis murni adalah sebagai berikut:
a. Gerakan ke-1;
b. Gerakan ke-2
c. Gerakan ke-3;
d. Gerakan ke-1, 2, 3, dan seterusnya.
Metode sintetis murni mempelajari elemen suatu gerakan kemudian
langsung merangkaikan elemen, gerakan lain yang sudah dikuasai. Keuntungannya
adalah siswa akan menguasai tiap elemen gerakan. Kerugiannya adalah siswa sulit
merangkaikan gerakan yang sesungguhnya serta siswa cepat jenuh atau bosan karena
tiap latihan hanya melakukan satu macam elemen gerakan.
2. Metode bagian Sintesis Repetitif
Pelaksanaan latihan dengan metode sintetis repetitif adalah sebagai berikut:
a. Gerakan ke-1;
b. Gerakan ke-1 + 2;
c. Gerakan ke-1 + 2 + 3;
d. Gerakan ke-1 + 2 + 3 dan seterusnya.
24
Metode sintetis repetitif mempelajari tiap-tiap bagian gerakan yang baru
langsung dirangkaikan dengan elemen gerakan yang dimiliki sebelumnya hanya
melalui penjelasan atau contoh saja tanpa penguasaan gerak terlebih dahulu.
3. Metode sintetis progresif
Pelaksanaan belajar dengan metode sintetis progresif adalah sebagai berikut:
a. Gerakan ke-1;
b. Gerakan ke-2;
c. Gerakan ke-1 + 2;
d. Gerakan ke-3;
e. Gerakan ke-1 + 2 + 3 dan seterusnya.
Metode sintetis progresif mempelajari elemen gerakan yang baru kemudian
dipelajari dan dilatih terlebih dahulu hingga elemen gerakan tersebut dapat dikuasai,
lalu dirangkaikan dengan elemen gerakan yang dimiliki sebelumnya. Keuntungannya
adalah siswa akan cepat menguasai gerakan karena elemen gerakan telah dikuasai
sebelumnya dan lebih mudah dalam pengulangan atau koordinasi elemen gerakan
selanjutnya. Kerugiannya relatif tidak ada.. .
Jadi, beberapa jenis metode latihan dan pembelajaran yang telah diuraikan
di atas merupakan metode belajar yang dapat digunakan untuk melatih Senam
Indonesia Sehat (SIS) pada siswa SMP sehingga melalui pembelajaran ini
diharapkan siswa dapat menampilkan Senam Indonesia Sehat (SIS) dengan baik.
25
2.1.5.4 Belajar Senam Indonesia Sehat dengan Menggunakan Metode Bagian
Sintesis Murni
Belajar menggunakan metode bagian sintesis murni mempelajari elemen
pertama gerakan senam SIS sampai dapat dikuasai, kemudian mempelajari elemen
kedua gerakan senam SIS sampai dapat dikuasai pula setelah itu elemen ketiga
gerakan senam SIS dipelajari sampai siswa menguasai dan seterusnya sampai semua
elemen dapat dikuasai kemudian baru digabungkan menjadi satu kesatuan yang utuh.
2.1.5.5 Belajar Senam Indonesia Sehat dengan Menggunakan Metode Bagian
Sintesis Repetitif
Belajar dengan menggunakan metode bagian sintesis repetitif adalah
mempelajari elemen pertama gerakan senam SIS, setelah mempelajari gerakan
elemen kesatu dikuasai, berikutnya mempelajari gerakan senam SIS elemen kesatu
dan kedua secara bersama-sama, berikutnya mempelajari gerakan elemen kesatu,
kedua dan ketiga secara bersama pula dan seterusnya sampai semua elemen gerakan
Senam SIS dapat dikuasai secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian pendapat diatas, keuntungan dan kelemahan metode
bagian sintesis murni dan metode bagian sintesis repetitif menurut teori dari
(Sukintaka,1982:18) adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan menggunakan metode bagian sintesis murni:
Siswa akan menguasai tiap unsur gerakan yang diajarkan, guru mudah
memberikan contoh unsur gerakan yang diajarkan kepada siswa.
2. Kelemahan metode bagian sintesis murni:
26
Karena pada metode bagian prinsipnya belum akan diberikan untuk bermain
yang sesungguhnya sebelum unsur permainan itu dikuasai, maka hasrat anak
untuk bermain yang sesungguhnya tidak dipenuhi. Dengan tidak dipenuhinya
hasrat anak untuk bermain yang sesungguhnya tadi, berarti menekan kejiwaan
anak. Ini berarti kurang membantu proses belajar mengajar. Latihan teknik yang
terus menerus akan dapat juga menimbulkan perasaan bosan sehingga kurang
efisien.
3. Keuntungan menggunakan metode bagian sintesis repetitif:
Kreatifitas guru berkembang karana guru dituntut menganalisa bahan
pelajaran menjadi bagian yang dapat membangun keutuhan bahan, dan
pengulangan bahan pelajaran akan semakin diingat. Adanya pengulangan
sekaligus merangkaikan bahan yang telah diajarkan maka akan terjadi hubungan
dalam sysraf ingatan.
4. Kelemahan menggunakan metode bagian sintesis repetitif:
Karena bahan pelajaran yang baru disampaikan lewat penjelasan maka
terjadi berbagai macam persepsi karena keadaan psikologis siswa tidak sama
sehingga metode ini kurang praktis.
2.1.6 Senam
2.1.6.1 Macam-macam Senam
Senam, sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan jasmani dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk dengan berbagai macam cara. Senam dapat
dilakukan dengan alat, dengan perkakas ataupun tanpa alat, tanpa perkakas. Senam
27
dapat dilakukan secara perorangan, berteman., maupun masal senam pun dapat
diperlombakan baik perorangan maupun beregu. Senam dilakukan oleh sekolah dan
juga di luar sekolah. Sebagian orang melakukan senam untuk memperoleh
kegembiraan, sebagian yang lain untuk meningkatkan taraf kesegaran jasmaninya,
untuk pembentukan kondisi atas tuntutan cabang olahraga (sport) yang lain.
Berdasarkan macam dan bentuk senam itu dilaksanakan serta tujuan yang ingin
dicapai oleh para pelaku senam, senam dikelompokkan dan diberi nama. Senam yang
dilakukan dengan bentuk latihan yang sama kadang disebut dengan berbagai nama
sejalan dengan sudut pandang si pemberi nama. Nama-nama senam itu antara lain:
senam si buyung, senam irama, senam dasar, senam pembentukan, ketangkasan,
senam artistik, senam perlombaan, senam pagi, senam kesegaran jasmani, senam
masal, dan sebagainya.
1. Senam Sibuyung
Senam bagi kanak-kanak, yang pelaksanaannya didasarkan atas
perkembangan jiwa kanak-kanak, khususnya yang masih di taman kanak-kanak,
kelas I dan II sekolah dasar dikenal sebagai senam sibuyung. Pelaksanaannya
dengan menirukan gerakan hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya yang
dilakukan dengan cara bermain. Gerakan menirukan mula-mula diserahkan
kepada si anak sendiri, kemudian baru dibetulkan sesuai dengan tujuannya.
Dalam pelaksanaannya dikenal beberapa cara, antara lain: langsung menirukan
gerakan-gerakan yang terdapat dalam ceritera, guru dan anak-anak bernyanyi
sambil melaksanakan gerakan-gerakan yang terdapat dalam nyanyian.
28
2. Senam Irama
Senam yang gerakannya dilakukan berirama. Aip (1990: 49)
menyebutnya sebagai perpaduan antara berbagai gerakan dan irama yang
mengiringinya. Iringan dapat berupa tepukan, ketukan, nyanyian, musik dan
sebagainya. Kadang dilakukan tanpa alat kadang dilakukan dengan alat. Alat
dipergunakan untuk meningkatkan taraf kesukaran, keindahan, kevariasian, dan
kegairahan melakukannya.
Gambar 2.1
Senam Irama
3. Senam Dasar
Aip Syarifuddin (1990) mengutarakan bahwa yang dimaksud dengan
senam dasar adalah bentuk-bentuk gerakan yang dilakukan untuk pembentukan
tubuh, untuk membentuk kelentukan, keseimbangan, kekuatan tubuh.
Selanjutnya Aip juga memberikan contoh yang dimaksud dengan senam dasar
itu, antara lain Senam Pagi Indonesia (SPI), Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
senam yang dicontohkan oleh Aip itu oleh orang lain kadang disebut dengan
senam pembentukan.
Dalam senam dasar itu dilakukan kegiatan-kegiatan dengan sengaja
membentuk sikap dan atau gerak tubuh sehingga sikap dan gerak itu menjadi
29
benar dan baik. Pada gilirannya yang lain sikap dan gerak yang benar dan baik
akan menghasilkan gerak yang efisien. Macam dan bentuk latihan yang
diberikan dalam senam pembentukan banyak sekali. Berbagai macam dan
bentuk latihan itu dapat dikelompokkan menjadi latihan kelentukan, latiah
kekuatan dan kecepatan, dan latihan keseimbangan.
Senam dasar dapat dilakukan baik tanpa alat, dengan alat, maupun
tanpa perkakas, dengan perkakas. Senam dasar yang dilakukan tanpa alat dan
tanpa perkakas kadang disebut sebagai senam bebas, artinya bebas dari alat dan
bebas dari perkakas.
Senam dasar ini pada umumnya dilakukan untuk: membentuk sikap
dan gerak (baca: keindahan) tubuh, membina dan meningkatkan taraf kesegaran
jasmani, membantu usaha penyembuhan. Senam dasar inipun kerap
dipergunakan sebagai senam sungguhan dalam upacara-upacara pembukaan atau
penutupan suatu kegiatan, yang pelaksanaannya dilakukan secara massal. Jika
senam ini dilakukan secara massal orang pun menyebutnya sebagai senam
masal. Jika senam ini disusun dengan arah dan tujuan tertentu, misalnya dengan
sengaja untuk membina atau pun mempertahankan taraf kesegaran jasmani dan
memudahkan menyebut senam yang dimaksudnya maka disebutnya sebagai
senam kesegaran jasmani. Kalau senam ini harus dilakukan pada saat secepatnya
sebelum melakukan kegiatan yang lain maka orang menamakan sebagai senam
pagi.
30
4. Senam Ketangkasan
Senam ketangkasan adalah senam yang dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan menggunakan keterpaduan koordinasi keterampilan,
kekutatan , kecepatan, ketepatan, kelentukan, keberanian, dan kepercayaan diri.
Senam ketangkasan ini kadang disebut sebagai senam artistik, atau
senam perlombaan disebut sebagai senam ketangkasan karena gerakan senam ini
memberikan latihan menjadi tangkas dalam bersikap dan bergerak. Disebut
sebagai senam artistik karena senam ini, jika telah mencapai taraf tertentu,
rangkaian gerakannya terlihat indah, cantik, artistik. Disebut sebagai senam
perlombaan atau senam lomba karena senam ini merupakan senam yang
diperlombakan. Senam ketangkasan, senam artistik, senam perlombaan ini dapat
dikelompokkan menjadi senam lantai, dan senam dengan perkakas. Senam
lantai, senam yang gerakannya berjumpalitan diatas matras, diatas kasur senam.
Senam perkakas, senam yang gerakannya menggunakan perkakas.
Senam ketangkasan yang biasa diperlombakan dilakukan baik oleh
pria maupun wanita. Senam artistik pria dikelompokkan menjadi enam nomor
yaitu:
1. Senam lantai, senam perkakas
Gambar 2.2
Senam Lantai
31
Gambar 2.3
SenamPerkakas 2. Gelang-gelang
3. Palang tunggal
4. Palang sejajar
5. Kuda-kuda berpelana
2.1.6.2 Tujuan Senam
1. Untuk memperbaiki dan mencegah pengaruh yang jelek atau kelainan ringan
misalnya kelainan yang disebabkan oleh lamanya duduk di bangku sekolah
atau kantor, karena terlalu lama tidur dan sebagainya. Biasanya disebut:
senam normalisasi.
2. Untuk dapat memberi rangsangan yang diperlukan bagi perkembangan organ-
organ tubuh.
3. Untuk mengembangkan cara bersikap dan bergerak yang sewajarnya biasa
disebut Senam Pembentukan.
Gambar 2.4 Senam Pembentukan
32
4. Untuk memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan
masyarakat, biasa disebut: Senam Kesehatan
5. Untuk memupuk dan mengembangkan rasa keberanian dan percaya pada diri
sendiri.
6. Untuk memupuk dan meningkatkan seni gerak, disebut Senam Irama.
7. Untuk memupuk dan meningkatkan prestasi gerakan-gerakan senam, disebut
Senam Prestasi.
8. Untuk meningkatkan prestasi ahli gerakan senam, biasa disebut: Senam
Akrobatik.
2.1.6.3 Manfaat Senam
Melakukan latihan senam berarti memberikan dan memaksakan tubuh
melakukan gerakan berulang-ulang secara teratur dengan tujuan yang jelas.
Keseluruhan tubuh, bagian demi bagian tubuh, secara menyeluruh tubuh dipaksa
melakukan gerakan yang telah ditentukan arah dan tujuannya. Oleh karena itu maka
latihan senam yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memberikan manfaat
terhadap tubuh dan isinya.
Manfaat senam yang dilakukan dengan cara yang benar dan teratur dalam
jangka waktu yang cukup antara lain memungkinkan untuk:
a) Mempertahankan dan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik.
b) Mengadakan koreksi terhadap kekurang benaran sikap dan gerak.
c) Membentuk sikap dan gerak.
d) Membentuk kondisi fisik, (semisal kekuatan otot, kelincahan, ketahanan,
keluwesan, kecepatan).
33
e) Membentuk berbagai sikap kejiwaan, (misalnya keberanian, kepercayaan
diri, kesiapan diri, kesanggupan bekerja sama).
f) Memberikan rangsangan bagi pertumbuhan tubuh, khususnya bagi anak-
anak.
g) Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan
masyarakat.
2.1.7 Kerangka Berfikir
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa bertambah kearah yang lebih baik
(Darsono,2000:24),metode belajar adalah cara untuk menyampaikan pelajaran agar
tujuan dari proses belajar mengajar tercapai,Senam Insdonesia Sehat (SIS) adalah
senam yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani,
yang terdiri dari 27 gerakan pemanasan,16 gerakan inti dan 11 gerakan
pendinginan.dalam pembahasan ini ada dua bentuk metode pembelajaran Senam
Indonesia Sehat yaitu, metode bagian sintesis murni dan metode bagian sintesis
repetitif, yang menjadi dasar pemikiran ini adalah manakah yang mempunyai
pengaruh lebih baik antara metode bagian sintesis murni atau metode bagian sintesis
repetitif terhadap hasil pembelajaran Senam Indonesia Sehat pada siswa kelas VII
SMP Negeri 09 Salatiga tahun 2008/2009. Pemilihan dalam pembelajaran Senam
Indonesia Sehat adalah dengan menggunakan metode bagian. Metode bagian
digunakan untuk menyampaikan suatu materi dimana materi gerakannya banyak dan
kompleks, dibawah ini dijelaskan lebih rinci tentang kelebihan dan kekurangan dari
34
metode bagian sintesisi murni dan metode bagian sintesis repetitif menurut teori dari
(Sukintaka,1982:21) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Keunggulan dan kelemahan metode bagian sintesis murni dan metode bagian sintesis repetitif.
Metode bagian sintesis murni Metode bagian sintesis repetitif
Kelebihan 1. Siswa akan menguasai tiap unsur gerakan yang diajarkan kepada siswa 2. Guru mudah memberikan contoh unsur gerakan ( materi gerakan senam SIS ) tanpa harus mengulang materi sebelumnya sehingga metode ini lebih praktis.
1. Kreatifitas guru berkembang karena guru dituntut menganalisa bahan pelajaran menjadi bagian yang dapat membangun keutuhan bahan, 2. Pengulangan bahan pelajaran akan semakin diingat. 3. Dengan adanya pengulangan sekaligus merangkaikan bahan yang telah diajarkan maka akan terjadi hubungan dengan syaraf ingatan.
Kekurangan 1. karena pada metode bagian sintesis murni prinsipnya belum akan diberikan untuk bermain atau materi gerakan yang sesungguhya sebelum unsur permainan ( gerakan senam SIS) itu dikuasai, maka hasrat anak untuk bermain atau melakukan (gerakan senam SIS) yang sesungguhnya tidak dipenuhi,dengan ini hasrat anak untuk bermain atau melakukan (gerakan senam SIS) yang sesungguhnya tadi berarti menekan kejiwaan anak.Itu berarti kurang membantu proses belajar mengajar. 2. Latihan teknik yang terus menerus akan dapat juga menimbulkan perasaan bosan sehingga kurang efisien
1. Karena bahan pelajaran yang baru disampaikan lewat penjelasan maka terjadi berbagai macam persepsi karena keadaan psikologis siswa tidak sama sehingga metode ini kurang praktis.
35
2.2 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas, bahwa mengajar Senam Indonesia
Sehat dengan menggunakan metode bagian sintesis murni:
1) Ada perbedaan pengaruh yang berarti mengajar Senam Indonesia Sehat antara
metode bagian sintesis murni dan metode bagian sintesis repetitif pada siswa
kelas VII SMP Negari 09 Salatiga tahun ajaran 2008/2009.
2) Metode mengajar Senam Indonesia Sehat dengan menggunakan metode bagian
sintesis repetitif lebih baik dibandingkan mengajar dengan menggunakan
metode bagian sintesis murni pada siswa SMP Negeri 09 Salatiga.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Syarat mutlak dalam sebuah penelitian adalah adanya metode penelitian.
Berbobot atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada pertanggung jawaban
dari sebuah metode penelitian. Metode yang dikenal sekarang diberikan garis-
garis yang cermat dan diajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya adalah agar
pengetahuan yang dicapai dalam suatu penelitian punya harga ilmiah setinggi-
tingginya (Sutrisno Hadi, 1984: 4).
Penggunaan metode penelitian dalam sebuah penelitian harus tepat dan
mengarah pada tujuan penelitian agar memperoleh hasil yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka
dalam bab ini diulas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian.
Metodologi research memberikan garis-garis yang sangat cermat dan
mengajukan syarat-syarat keras maksudnya adalah untuk menjaga agar
pengetahuan yang dicapai dari suatu research dapat mencapai harga ilmiah yang
setinggi-tingginya (Sutrisno Hadi, 2004: 4)
3.1. Penentuan Objek Penelitian
3.1.1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung
maupun mengukur, kualitatif maupun kuantitatif, dari pada karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sujana,2002:161).
36
37
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) populasi merupakan
keseluruhan subyek penelitian. Jadi populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif dari hasil mengukur dan
menghitung.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 09
Salatiga tahun ajaran 2007/ 2008 . Adapun jumlah siswa kelas VII adalah 100
siswa.
3.1.2. Sampel dan Teknik Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suharsimi Arikunto, yang menyatakan bahwa untuk sekedar
ancang-ancang, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua, selanjutnya jika subjeknya lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10% -
15% atau 20% - 25% (1992: 107).Dalam penelitian ini teknik yang digunakan
adalah teknik random sampling. Cara undian sebesar 40 siswa dari 100 siswa,
dengan cara sebagai berikut :
1. Buat daftar yang berisi semua subjek yang dianggap populasi
2. Beri kode yang berupa angka-angka (nomor 1-100) untuk tiap subjek pada
satu lembar kertas kecil.
3. Gulung kertas itu dengan baik lalu masukan kedalam kaleng.
4. Kocok kaleng itu, ambil kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan
yaitu 40 gulungan kertas.
38
3.1.3. Variabel Penelitian
Setiap penelitian mempunyai objek yang dijadikan sasaran dalam
penelitian objek sering disebut gejala seperti yang dikatakan Sutrisno Hadi bahwa
variabel adalah gejala-gejala yang menunjukan variasi baik dalam jenis maupun
dalam tingkatanya.Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari metode belajar yang terdiri dari
dua level yaitu metode belajar sintetis murni dan metode belajar sintetis
repetitif.
b. Variabel terikat yaitu hasil belajar Senam Indonesia Sehat (SIS) pada siswa
kelas VII SMP Negeri 9 Salatiga.
3.2. Variabel yang Dikendalikan
Untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan sehubungan
dengan pengambilan data selama penelitian, berikut ini dikemukakan beberapa
faktor yang mungkin mempengaruhi jalannya penelitian dan usaha-usaha untuk
menghindarinya.
3.2.1. Faktor Kegiatan Anak diluar Penelitian
Kegiatan anak diluar penelitian sangat sulit diatasi. Untuk mengatasi hal ini
peneliti/pengajar memberi pengertian pada anak coba untuk tidak melakukan
kegiatan yang sama di luar jadwal penelitian.
3.2.2. Faktor Kesungguhan dalam Penelitian
Kesungguhan setiap subjek dalam melakukan latihan tak sama, untuk
memperkecil pengaruh tersebut diberikan motivasi atau dorongan dan setiap
39
subjek dikontrol saat melakukan latihan. Juga diberikan gambaran manfaat latihan
untuk keputusan mereka.
3.2.3. Faktor Kemampuan Anak Coba
Setiap anak coba mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menerima
atau menyerap sesuatu pelajaran dan gerakan yang didemonstrasikan oleh para
guru pada saat memberikan materi. Untuk mengatasi hal ini dilakukan korelasi
baik secara individu maupun klasikal.
3.2.4. Faktor Pemberian Materi
Pemberian materi pelajaran mempunyai peranan yang sama besar dalam
usaha mencapai hasil yang baik. Usaha yang ditempuh agar penyampaian materi
pelajaran kepada anak coba diterima dengan baik antara lain sebelum pelajaran
dimulai materi yang disampaikan kepada anak coba harus jelas setelah itu
didemonstrasikan dengan baik agar anak coba dapat mencontohnya, bagi yang
kurang jelas diberikan kesempatan untuk bertanya.
3.3. Teknik Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen, dengan pola penelitian matched by subject design atau M-S, seperti
pendapat Sutrisno Hadi yang menyatakan bahwa matched by subject termasuk
group matched, sehingga pemisahan subject pair of subject ke dalam grup
eksperimen 1 dan ke dalam grup eksperimen 2 akan menyeimbangkan kedua grup
itu. Adapun pairing olahraga subject yang setingkat atau seimbang dijalankan atas
dasar penyelidikan-penyelidikan pendahuluan lainnya (Sutrisno Hadi, 2000: 511).
40
Eksperimen ini dirancang dengan pola pre test dan post test group design
(desain 2).
TT1 XX1 TT2
TT1 XX1 TT2
Selanjutnya dianalisis dengan (T1 dan (T2).
Keterangan:
T1 : Pre test dari kedua grup
T2 : Post test dari kedua grup
X1 : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen 1
X2 : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen 2
Selanjutnya pre test dan post test kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 dibandingkan.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini menggunakan
metode eksperimen. Metode eksperimen adalah untuk melakukan penelitian
melalui kegiatan percobaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi yang
menyatakan bahwa metode experimen merupakan salah satu metode yang paling
tepat untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (1998, 427).
Adanya kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut
sangat penting guna mendapatkan kesimpulan dari penelitian secara benar, dalam
penelitian ini anak coba dibagi menjadi dua kelompok dengan diundi, sesuai
dengan pendapat Sutrisno Hadi bahwa tempat experimen akhirnya harus
membandingkan sedikitnya dua kelompok dari segi-segi yang diexperimenkan
pendeknya mencari perbedaan antara sifat keadaan atau tingkah laku kedua
41
kelompok atau lebih menjadi kegiatan utama dalam penyelidikan ilmiah (1988,
260)
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dari hasil nilai peragaan yang dinilai oleh juri. Pengambilan
data ini dilakkan pada:
a. Permulaan atau sebelum eksperimen (pre test)
b. Treatment dan test akhir eksperimen (post test)
Pelaksanaan treatment dilaksanakan 18 kali pertemuan , yang dilakukan
setiap minggu 3 kali pertemuan. Tes yang dilakukan adalah tes peragaan Senam
Indonesia Sehat (SIS) dengan diiringi musik dan dinilai oleh dewan juri senam.
Langkah langkah pelaksanaan tes akhir yaitu siswa diberi penjelasan materi
tes, siswa diberi nomor dada siswa dipanggil lima orang, lima orang untuk
melakukan tes peragaan senam SIS yang diiringi musik .
Dari hasil pengukuran ini akan diperoleh data-data yang berupa angka-
angka untuk diolah secara statistik.
3.4.1 Proses pengajaran Penelitian
1. Proses pengajaran, program pengajaran adalah jumlah yang dilaksanakan
selama penelitian berlangsung selama 18 kali pertemuan. Jumlah pertemuan
dibagi 3 kali setiap minggunya untuk setiap kelompok sehingga ada 6 minggu.
Menurut Harsono untuk mencapai hasil yang positif efektif jauh sebelum
bertanding latihan biasa berlangsung antara 4 sampai 6 minggu.
42
2. Satuan pelajaran, satuan pelajaran adalah bentuk kegiatan proses belajar
mengajar yang dilaksanakan setiap kali tatap muka diterapkan secara garis
besar dari keseluruhan jenis kegiatan selama penelitian berlangsung.
3.4.2 Instrumen Test
Sebagai alat test dalam penelitian ini adalah formulir penilaian Senam
Indonesia Sehat yang didalamnya mencakup gerakan pemanasan, inti dan
pendinginan. Instrument tes yang digunakan merupakan instrument baku yang
digunakan sebagai penilaian pada saat penjurian senam.
3.4.3 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan meng rumus t-test dengan taraf
signifikan 5% dan derajat kebebasan N-1.
Rumus t – test:
( )1
2
−
=∑
NNd
MDt
Keterangan:
MD: Mean perbedaan perlakuan dari masing-masing obyek yang
diperoleh dari D: N.
d2 : Deviasi perbedaan individu dari mean defference.
N : Jumlah pasangan
(Sutrisno Hadi, 2000: 511)
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen pembelajaran Senam Indonesia
Sehat menunakan metode bagian sintesis mureni dan metode baian sintesis repetitif
pada siswa kelas VII SMP Negeri 09 yang dibuat ke dalam dua kelompok eksperimen
yaitu Kelompok ekspereimen 1 dan Kelompok eksperimen 2 (kelompok eksperimen
1 dengan metode bagian sintesis murni dan kelompok 2 dengan metode bagian
sintesis erepetitif)
Dalam bab ini, akan disajikan hasil penelitian beserta pembahasannya. Data
hasil penelitian yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk selanjutnya dapat
diambil simpulan. Akan tetapi sebelum analisis data disajikan terlebih dahulu akan
dibahas dan deskripsi tentang data hasil penelitian yang diperoleh dari kelompok
sampel pertama yang diberi perlakuan sintetis murni maupun kelompok sampel kedua
yang diberi perlakuan sintetis repetitif yang berupa nilai pre test, nilai post test, dan
selisih nilai post test dengan nilai pre test.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi data hasil pengukuran nilai pre test, nilai post test, dan selisih
nilai post test dengan nilai pre test kelompok sampel pertama yang diberi perlakuan
dengan metode sintesis murni maupun dengan sampel yang kedua yang diberi
43
44
perlakuan metode sintesis repetitif, dapat dipaparkan sebagaimana pada tabel-tabel
berikut ini.
Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Pre Test
Uraian Pre Test Kel. Sintesis Murni Pre Test Kel. Sintesis Repetitif Banyak sampel 20 20 Skor minimal 209 205 Skor maksimal 532 655 Jumlah data 7099 7236 Rerata 354,9500 361,800 Varians 8535,524 11143,85 Standar deviasi 92,3879 105,5644
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada kelompok pertama yang akan diberi
perlakuan sintesis murni memiliki nilai pre test terendah 209 dan tertinggi 532,
jumlah nilai dari 20 responden 7099, dengan rerata 354,9500, varians sebesar
8535,524 serta standar deviasi 92,3879. Sedangkan pada kelompok kedua yang akan
diberi perlakuan sintesis repetitif memiliki nilai pre test terendah 205 dan tertinggi
655, jumlah nilai dari 20 responden 7236, dengan rerata 361,800, varians sebesar
11143,853 serta standar deviasi 105. 5644.
Diagram Data Hasil Pretest
8535.524
11143.583
Sintetis Murni Sintetis repetitif
(Sumber: data hasil penelitian tahun 2008) Diagram 1. Rerata Pre Test Kel. Sintesis Murni
dan Kel. Sintesis Repetitif
45
Tabel 4.2. Deskripsi Data Hasil Post Test
Uraian Post Test Kel. Sintesis Murni Post Test Kel. Sintesis Repetitif Banyak sampel 20 20 Skor minimal 357 581 Skor maksimal 772 1042 Jumlah data 12617 15544 Rerata 630,8500 777,200 Varians 14786,555 20235,432 Standar deviasi 121,6000 142,2513
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok pertama yang diberi
perlakuan sintesis murni memiliki nilai post test terendah 357 dan tertinggi 772,
jumlah nilai dari 20 responden 12617, dengan rerata 630.800, varians sebesar 14786
serta standar deviasi 121,6000. Dan kelompok kedua yang diberi perlakuan sintesis
repetitif memiliki nilai post test terendah 581 dan tertinggi 1042, jumlah nilai dari 20
responden 15544, dengan rerata 777.2000, varians sebesar 20235 serta standar deviasi
142,2513.
Diagram Data Hasil Postest
14786.555
20235.437
Sintetis Murni Sintetis Repetitif
(Sumber: data hasil penelitian tahun 2008)
Diagram 2. Rerata Post Test Kel. Sintesis Murni
dan Kel. Sintesis Repetitif
46
Tabel 4.3. Deskripsi Data Selisih Hasil Post Test dengan Pre Test
Uraian Selisih pada Kel. Sintesis Murni
Selisih pada Kel. Sintesis Repetitif
Banyak sampel 20 20 Skor minimal 118 171 Skor maksimal 456 731 Jumlah data 5518 808 Rerata 275,9000 415,4000 Varians 8816,832 20552,358 Standar deviasi 93,8980 143,3609
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa selisih nilai post test dengan pre test pada
kelompok pertama atau kelompok sintesis murni memiliki selisih terendah 118 dan
tertinggi 456, jumlah selisih nilai dari 20 responden 5518, dengan rerata 275,9000,
varians sebesar 8816,832serta standar deviasi93,8980. Sedangkan pada kelompok
kedua atau kelompok sintesis repetitif memiliki selisih terendah 171 dan tertinggi
731, jumlah selisih nilai dari 20 responden 8308, dengan rerata 415,400, varians
sebesar 20552,58 serta standar deviasi 142,2513.
Diagram Data Hasil Selisih Nilai Posttest dengan Pretest
8816.832
20552.358
Sintetis Murni Sintetis Repetitif
(Sumber data hasil penelitian tahun 2008)
Diagram 3. Rerata selisih Pre Test dan Post test
Kel. Sintesis Murni dan Kel. Sintesis Repetitif
47
4.1.2 Uji Prasyarat Hipotesis
Uji prasyarat hipotesis dalam hal ini adalah uji normalitas data yang
dihitung dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dihitung dengan
menggunakan program bantu SPSS versi 10.0. Hasil perhitungan dapat ditampilkan
sebagaimana tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.4 Uji Prasyarat Hipotesis
Data yang diuji Kolmogorov-
Smirnov Z
Probabilitas
(p) Simpulan
Pre test kel. sintesis murni 0,441 0,990 Normal
Post test kel. sintesis murni 0,809 0,530 Normal
Selisih Post test dengan Pre test pada
kel. sintesis murni
0,472 0,479 Normal
Pre test kel. sintesis repetitif 0,778 0,586 Normal
Post test kel. sintesis repetitif 0,688 0,731 Normal
Selisih Post test dengan Pre test pada
kel. sintesis repetitif
0,811 0,527 Normal
Tabel 4.4 menunjukkan ringkasan hasil perhitungan uji normalitas data
hasil penelitian dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria
pengambilan keputusan jika harga probabilitas lebih besar 0,05 (p > 0,05) maka data
yang diuji berdistribusi normal. Tampak bahwa keeenam kelompok data yang diuji
memiliki probabilitas yang lebih besar 0,05 (0,990; 0,530; 0,479; 0,586, 0,731 dan
0,527) sehingga dapat disimpulkan keenam kelompok data tersebut berdistribusi
normal.
48
4.1.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan uji t test yang
digunakan untuk mengetahui adakah perbedaan rerata nilai pre test, post test, maupun
selisih antara post test dengan pre test dari kelompok yang mendapat perlakuan
sintesis murni dan kelompok yang mendapat perlakuan sintesis repetitif. Adapun hasil
perhitungan uji t dapat dilihat sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji t-test
Pasangan data yang diuji t hitung Probabilitas (p) Simpulan
Pre test -0,218 0,828 Tidak berbeda
Post test -3,497 0,001 Berbeda
Selisih data post test dan
pre test
-3,640 0,001 Berbeda
Tabel 4.5 menunjukkan ringkasan hasil perhitungan uji t data hasil
penelitian yang merupakan pengujian pasangan data pre test, data post test, dan data
selisih post test dengan pre test antara kelompok yang mendapat perlakuan sintesis
murni dan kelompok yang mendapat perlakuan sintesis repetitif. Kriteria
pengambilan keputusannya adalah jika harga probabilitas lebih kecil 0,05 (p > 0,05)
maka ada perbedaan rerata diantara pasangan data yang diuji. Tampak bahwa pada
pengujian data pre test memiliki probabilitas yang lebih besar dari 0,05 (0,828)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada rerata
nilai pre test antara kelompok yang mendapat perlakuan sintesis murni dan kelompok
yang mendapat perlakuan sintesis repetitif. Sedangkan pada pengujian data post test
maupun selisih data post test dan pre test memiliki probabilitas yang lebih kecil dari
49
0,05 (0,01) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada
rerata nilai pre test antara kelompok yang mendapat perlakuan sintesis murni dan
kelompok yang mendapat perlakuan sintesis repetitif.
4.2 Pembahasan
Senam merupakan salah satu jenis olahraga dengan ruang lingkup dan
batasan-batasan tertentu serta kaidah-kaidah tersendiri yang juga merupakan dasar
dari cabang olahraga lain karena yang didalamnya mengandung unsur gerakan senam.
Senam Indonesia Sehat merupakan salah satu rangkaian senam yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani seseorang dan diajarkan di
sekolah menengah pertama.Senam Indonesia Sehat (SIS) senam yang terdiri dari 27
gerakan pemanasan,16 gerakan inti ditambah 1 gerakan peralihan (GP) dan 11
gereakan pendinginan.Adapun nilai maksimal dalam penilaian Senam SIS adalah
sebesar 1064, sedangkan dalam peerolehan hasil penilaian pada saat post tes adalah
sebesar 1042 oleh Indah S.R kelompok eksperimen 2.
Hasil pre test dari dua kelompok yang akan dijadikan kelompok sampel, setelah
diuji dengan uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti/signifikan
antara keduanya. Ini berarti bahwa hasil pembelajaran senam diantara kedua
kelompok tersebut dapat dikatakan sama. Setelah pre test dilaksanakan kemudian
peneliti menentukan kelompok yang akan diberi perlakuan dengan sintesis murni dan
sintesis repetitif.
Setelah metode pembelajaran dengan sintesis murni maupun sintesis
repetitif selesai dilakukan, kemudian diambillah data hasil pembelajarannya berupa
50
data post test.Berdasarkan analisis hasil perhitungan penelitian menunjukan hasil
pembelajaran Senam Indonesia Sehat (SIS) mengg (SIS) menggunakan metode
bagian sintesis repetitif kelompok eksperimen 2 yaitu 777.200 lebih besar dari mean
hasil pembelajaran Senam Indonesia Sehat (SIS) menggunakan metode bagian
sintesis murni kelompok eksperimen 1 yaitu 630.800, selisihnya adalah 146,35. Data
post test tersebut kemudian diuji lagi dengan menggunakan uji t test, dan didapatkan
simpulan yang menyatakan bahwa ada perbedaan rerata nilai diantara kelompok yang
diberi latihan sintesis murni dengan sintesis repetitif. Bila dilihat dari reratanya,
tampak bahwa pembelajaran dengan metode sintesis repetitif memiliki rerata nilai
yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode sintesis murni. Hal
tersebut sesuai dengan teori pembelajaran yang menyatakan bahwa guru menetapkan
suatu bagian gerakan perlu dilakukan secara terpisah, maka prinsip kedua yang perlu
dikemukakan perlu diperhatikan, yaitu bahwa pemisahan bagian gerakan jangan
sampai menghambat penguasaan rangkaian gerakan secara keseluruhan. Kesalahan
dalam memisahkan bagian-bagian gerakan bisa berakibat merugikan keserasian dan
kelancaran dalam melakukan gerakan secara keseluruhan (Modul MK Belajar
Motorik, 108). Latihan atau pembelajaran yang dilakukan berulang akan
mempengaruhi hasil dari proses latihan atau pembelajaran, makin banyak ulangan
akan menambah pengingatan yang lebih baik dalam pembelajaran Senam Indonesia
Sehat (SIS) dengan menggunakan metode bagian sintesis repetitif. Hal ini juga
menunjukkan bahwa penggunakan metode sintesis repetitif akan mendapatkan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan metode sintesis murni, karena pada kelompok
eksperimen 2 metode bagian sintesis repetitif elemen gerakan yang baru itu langsung
51
dirangkaikan dengan elemen gerakan yang telah dimiliki sebelumnya hanya lewat
penjelasan dan contoh saja tanpa penguasaan lebih dahulu (Dumadi, 1992: 173).
Sedangkan kelompok eksperimen 1 metode bagian sintesis murni elemen gerakan
yang baru langsung dipelajari secara khusus sampai dapat dikuasai dan elemen
gerakkan berikutnya dipelajari secara terpisah setelah elemen gerak dipelajari semua
secara terpisah baru dirangkai dengan gerakan sesungguhnya (Sukintaka, 1982: 21).
Dapat dikatakan bahwa metode bagian sintesis repetitif memberikan hasil
lebih baik untuk pembelajaran Senam Indonesia Sehat (SIS) pada siswa kelas VII
SMP Negeri 09 Salatiga dibanding dengan metode bagian sintesis murni karena
mengajar dengan menggunakan metode bagian sintesis repetitif siswa cepat akan
menguasi gerakan karena elemen-elemen gerakan yang sudah selalu diulang-ulang
sehingga siswa mudah mengingatnya, dan siswa lebih menyenangi karena setiap
pertemuan selalu ada gerakan yang baru untuk dipelajari. Sedangkan kelemahannya
sedikit sekali yaitu terjadi berbagai macam persepsi terhadap pelajaran yang baru
disampaikan lewat penjelasan. Sedangkan metode penbelajaran dengan metode
bagian sintesis murni, siswa akan lebih mudah menguasai gerakan baru yang
diajarkan pada saat itu juga, tetapi mempunyai banyak kelemahan yaitu setelah siswa
mempelajari semua unsur gerakan siswa mengalami kejenuhan dan kesulitan
merangkai gerakan Senam Indonesia Sehat (SIS).
Dengan mengetahui hasil pengujian data post test maupun data selisih post
test dengan pre test diantara dua kelompok tersebut (yaitu kelompok dengan metode
sintesis murni dan metode sintesis repetitif) dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
nilai yang signifikan pada hasil pembelajaran dengan menggunakan metode sintesis
52
murni dan sintesis repetitif, dimana pembelajaran dengan metode sintesis repetitif
memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode
sintesis murni. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa “metode belajar
sintesis repetitif lebih baik dibandingkan metode sintesis murni terhadap hasil belajar
Senam Indonesia Sehat” diterima.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukan bahwa, ada perbedaan
pengaruh yang berarti antara metode pembelajaran bagian sintesis murni dan metode
bagian sintesis repetitif terhadap hasil pembelajaran Senam SIS pada siswa kelas VII
SMP Negeri 09 Salatiga. Dan melalui pengamatan dari perbedaan mean dari dua
kelompok eksperimen diketahui bahwa matode bagian sinteis repetitif berpengaruh
lebih baik daripada motode bagian sintetis murni terhadap hasil pembelajaran senam
SIS pada siswa kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga tahun ajaran 2008/2009.
Maka dapat disimpulkan bahwa mengajar senam SIS pada siswa keles VII
SMP Negeri 09 Salatiga, metode yang lebih tepat untuk digunakan adalah metode
bagian sintetis repetitif. Sabab metode ini memang memiliki kelebihan dalam
pendekatan pengajaran dimana bagian-bagian gerakan dari keterampilan bagian per
bagian secara repetitif sehingga siswa masih memiliki kesempatan untuk mengulang
dan mengingat bagian-bagian gerakan yang gerakan yang telah diajarkan sebelumnya
dalam waktu tidak telalu lama. Hal ini penting bating bagi mereka karena mengingat
mereka belum cukup memiliki kemampuan untuk mempelajari berbagai bentuk
gerakan sekaligus dalam waktu singkat.
53
54
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Bagi guru Penjasorkes di SMP yang mengajar Senam Indonesia Sehat (SIS)
sebaiknya menggunakan metode sintesis repetitif dalam pembelajarannya di
sekolah, karena dari hasil penelitian menunjukan bahwa pemmbelajaran senam
menggunakan metode sintesis repetitif lebih efektif dibandingkan dengan
menggunakan metode sintesis murni.
2. Bagi siswa sebaiknya tidak hanya mempelajari satu jenis senam irama, tetapi
lebih banyak mengikuti senam irama yang lain sesuai dengan perkembangan
senam di Indonesia.
53
55
DAFTAR PUSTAKA
Agus Mahendra, 2005, Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Dumadi dkk,1992, Renang (Menteri Metodologi Penelitian), Semarang: Dekdikbud
Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-aspek dalam Coaching, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi
Husdarta dkk,2000,Belajar dan pembelajaran,Bandung:Dierektoral jendral pendidikan dasar dan menengah.
Mahmudi Sholeh, l992, Olahraga Pilihan Senam, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi
Max Darsono, 2000, Belajar dan Pembelajaran, IKIP Press
Modul Mata Kuliah,Belajar Motorik
Nana Sudjana, 2002, Penelitian Hasil Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik,1993, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Mandar Maju
Rusli Lutan, 1988, Belajar Keterampilan Motorik, Jakarta: Balai Pustaka
_________,2000,Stratetegi Belajar Belajar Mengajar Penjas, Bandung: Dierektoral jendral pendidikan dasar dan menengah
_________, 2004, Akar Sejarah Dimensi Keolahragaan Nasional, Jakarta: Diknas
Sugianto,Dr.Dkk.1992,perkembangan dan belajar gerak modul 7-13,Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan
Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta
Suharsimi Arikunto, 2005, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
________________, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI: Rineka Cipta
Sukintaka, 1982, Permainan dan Metodik, Jakarta: Percetakan Negara
56
Sumanto Y. Sukiyo, 1992, Senam, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Supandi, 1991, Petunjuk Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta
______,1992,Sratetegi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,Jakarta: Direktoral Jendral PendidikanTinggi.
Sutrisno Hadi, 2004, Metodologi Research, Yogyakarta, UGM: Andi Offset
Tri Ani, 2004, Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES Pres