Skripsi Matematika
-
Upload
dickydanveby -
Category
Documents
-
view
102 -
download
0
description
Transcript of Skripsi Matematika
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas
kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Karena itu kegiatan
belajar dan mengajar matematika semestinya juga tidak disamakan begitu saja
dengan ilmu yang lain. Karena peserta didik yang belajar matematika itupun
berbeda-beda pula kemampuannya, maka kegiatan belajar dan mengajar
haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan yang belajar dan
hakekat matematika.
Pengenalan matematika dengan metode sederhana dan
menyenangkan sejak usia dini akan menumbuhkankembangkan pola pikir
yang konstruktif dan sistematis sebagai bekal penguasaan ilmu dan teknologi.
Matematika Sekolah Dasar adalah matematika yang diajarkan di pendidikan
dasar dan menengah, yang terdiri atas bagian-bagian matematika yang di pilih
guna menumbuhkembangkan kemampuan berpikir dan membentuk pribadi
siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini terlihat dari tujuan umum matematika yang diajarkan pada
pendidikan dasar. Menurut Soedjadi (2000 : 43) tujuan umum pendidikan
matematika di sekolah dasar, adalah : 1) mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
1
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien, 2) mempersiapkan siswa
agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Untuk mendukung agar tujuan pendidikan matematika di atas dapat
tercapai dengan baik, maka pembelajaran matematika harus lebih terpusat
kepada siswa, sehingga siswa lebih aktif belajar dan menemukan sendiri
serta berinteraksi dengan siswa lainnya. Interaksi yang terjadi selama
pembelajaran matematika memberikan potensi yang besar untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.
Kenyataan yang terjadi di lapangan, pencapaian tujuan tersebut masih jauh
dari apa yang kita harapkan. Dengan kata lain pemahaman siswa dalam
pembelajaran matematika belum memuaskan.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh penggunaan metode
pembelajaran yang cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke
siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran, sehingga pembelajaran
cenderung monoton yang mengakibatkan siswa merasa jenuh.
Dalam pembelajaran matematika di SD kelas V terdapat standar
kompetensi menghitus luas bangun datar sederhana dan menggunakannya
dlam pemecahan masalah, berdasarkan standar kompetensi tersebut yang
dibahas atau yang dipelajari adalah mengenai luas bangun datar layang-
layang.
Menurut Suhendro,dkk (1995 : 104) layang-layang merupakan suatu
segi empat yang memiliki dua pasang sisi berdekatan sepasang-sepasang sama
2
panjang. Sedangkan Yeni,dkk (2007 : 217) menjelaskan bahwa layang-layang
adalah suatu bangun yang mempunyai dua pasang sisi sama panjang, kedua
diagonalnya saling perpotongan tegak lurus dan salah satu diagonalnya
merupakan sumbu simetri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bagun layang-layang adalah sebuah
bangun yang memiliki sisi-sisi berdekatan sepasang-sepasang sama panjang,
sepasang sudut yang berhadapan sama besar, kedua diagonalnya saling
berpotongan tegak lurus, serta salah satu diagonalnya merupakan sumbu
simetri.
Berdasarkan pengalaman saya dalam mengajar selama satu tahun di
kelas V.A Sekolah Dasar Negeri 24 Jati Gaung Padang, dari 28 siswa yang
ada dalam satu lokal hanya 11 orang siswa yang memahami mengenai luas
bantun datar layang-layang. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan
proses belajar mengajar mengenai luas bangun datar layang-layang saya hanya
menggunakan metode ceramah dan contoh soal saja, ternyata dengan hanya
menggunakan dua metode tersebut masih banyak siswa yang tidak dapat
menyelesaikan dengan benar soal-soal yang diberikan mengenai luas bangun
datar layang-layang.
Tabel l. Nilai ulangan harian siswa kelas V.A SDN 24 Jati Gaung
Padang dengan materi mencari luas layang-layang
No. Nama Siswa Nilai1 Rifqi Risani 502 Ghifari ahmad 503 Putri wulandari 904 Tessa Fitriani 40
3
5 Yuliati Monita 506 Soni Kaswira 507 Rara Fitri Wahyuni 508 Yogi Irawan 809 Sophan Rahman 4010 Viqri Alghifari 6011 Dio Ilhamsyah 8012 Figo Zulka Syafsengko 5013 Ranti Islam Monita 6014 Rama Saputra 9015 Andrio Revaldo 4016 Anisa Rahayu 9017 Azhari Yusuf 5018 Elsa Nurul Aulia 5019 Intan Permata Sari 10020 Putri Suci Alida 10021 Diani Putri 5022 Surya Darma 8023 Ahmad Fajar Afif 5024 Alifah 5025 Ahmad Zidan 9026 Agung Saputra 10027 Irfan Darmis 90
Jumlah 1730Rata-rata 64
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran luas bangun datar layang-layang masih banyak yang di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah
Rendahnya nilai ulangan siswa dalam mencari luas bangun datar
layang-layang, disebabkan karena dalam belajar kelompok, kerjasama antar
siswa kurang terjalin dengan baik. Apabila ada siswa yang kurang mengerti
dengan materi yang dipelajari, mereka enggan untuk meminta bantuan pada
temannya karena malu dan takut ditertawakan. Hal ini dapat dilihat dari
4
siswa yang bertanya dan mengerjakan latihan ke depan kelas hanya beberapa
orang dan selalu orang yang sama.
Guru sebagai faktor utama dalam proses pembelajaran, bukan
sekedar menyampaikan materi saja, tetapi juga sebagai fasilitator dan
pembimbing. Guru harus berusaha melibatkan siswa secara aktif dan
meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka siswa akan semakin
memahami materi pelajaran yang diterimanya.
Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran matematika di sekolah
dasar, guru harus berusaha menyajikan matematika sebaik mungkin sesuai
dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Guru harus menentukan dan
memiliki strategi, metode dan teknik yang sesuai, agar dapat melibatkan
siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik dan menarik bagi siswa.
Penerapan pembelajaran yang dapat memperbanyak interaksi siswa
dan meningkatkan pemahamannya sangat diperlukan, seperti model
pembelajaran kooperatif. Artzt & Newman (dalam Trianto, 2009 : 56)
menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai
suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Sedangkan Nur Asma (2008 : 2) menjelaskan bahwa belajar
kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam
belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada
5
aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok
dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi dan pemahaman siswa, serta dapat meningkatkan
sifat kepemimpinan, sikap positif siswa terhadap materi pelajaran, rasa
saling menghargai dan memiliki.
Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah Student Teams
Achievement Division (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model pembelajaran ini
menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat atau
lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang
berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi
tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelaminn, kelompok ras dan
etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) diharapkan siswa dapat melakukan kerjasama
selama proses belajar mengajar sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan,
serta mampu memahami konsep luas bangun datar layang-layang.
Menurut Sudjarwo (dalam Http://jamaluddink1.blogspot.com,
diakses tanggal 22 September 2012) keuntungan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu : 1) tercapainya tujuan instruksional untuk aspek
kognitif tingkat tinggi, 2) keterampilan berpikir dengan penuh kreatif, 3)
6
meningkatkan keterampilan komunikasi, 4) keterampilan antar personal, 5)
meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri bagi setiap anggota kelompok.
Dari kutipan-kutipan di atas jelas bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa saling ketergantungan
antara yang satu dengan yang lainnya dan bertanggung jawab atas materi yang
dipelajarinya.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Luas
Layang-layang Dengan Pendekatan Cooperatif Learning Tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) Di Kelas V.A SDN 24 Jati Gaung
Padang”.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang, secara umum rumusan masalahnya adalah
bagaimanakah peningkatan hasil belajar luas layang-layang dengan
pendekatan kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) bagi
siswa kelas V.A SD Negeri 24 Jati Gaung Padang? dan secara khususnya
adalah tentang:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) pada materi luas bangun datar di kelas V.A
SD Negeri 24 Jati Gaung Padang?
7
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) bagi siswa kelas V.A SD Negeri 24 Jati
Gaung Padang?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar luas bangun datar melalui
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
bagi siswa kelas V.A SD Negeri 24 Jati Gaung Padang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V.A SDN 24 Jati Gaung Padang Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan penerapan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dalam materi
pokok luas bangun datar layang-layang.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa Kelas V.A SDN 24 Jati Gaung dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam materi luas layang-layang.
2. Bagi guru khususnya guru Kelas V.A SDN 24 Jati Gaung sebagai salah
satu alternatif model pembelajaran untuk memperbaiki proses
pembelajaran terutama dalam materi luas layang-layang.
3. Bagi SD Negeri 24 Jati Gaung dapat dijadikan salah satu bahan masukan
dalam rangka meningkatkan hasil belajar terutama dalam materi luas
layang-layang.
8
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dalam membuat
karya ilmiah dan menjadi landasan berpijak untuk menindaklanjuti
penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Pengetian Belajar
Belajar adalah melakukan sesuatu dengan cara laihan-latihan
sehingga yang bersangkutan menjadi berubah (Riyanto, 2009 : 5).
Sedangkan menurut Walker (dalam Riyanto, 2009 : 5) belajar adalah
“suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah,
kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor
samar-samar lainnya yang tidak berhubungan lanngsung dengan kegiatan
belajar.
Pendapat lain mengatakan belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai serta sikap yang bersifat relatif
konstan dan berbekas, Winkel (dalam Riyanto, 2009 : 5)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang tidak terbatas pada
keterampilan, tetapi juga meliputi proses berpikir sehingga dapat
menghasilkan perbaikan performansi.
10
2. Pengertian Hasil Belajar
Manusia selalu berusaha bagaimana supaya kehidupannya bisa
berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu tidak bisa datang dengan
sendirinya tanpa adanya suatu proses yang harus kita jalani. Proses
maksudnya disini adalah proses belajar, baik itu belajar secara formal
maupun non formal. Melalui proses belajar yang dilakukan akan diperoleh
suatu hasil belajar yang dapat mengakibatkan suatu perubahan tingkah
laku pada manusia. Perubahan tingkah laku yang diharapkan disini adalah
perubahan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku
secara menyeluruh (komprehensif) setelah menerima pengalaman belajar,
yang mencakup 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, (Sudjana,
2004 : 37). Lebih lanjut Sudjana (2004 : 45) menjelaskan bahwa hasil
belajar harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan intruksiaonal),
sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar mengajar.
Keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa, dan hasil
yang dicapai selalu meningkat atas dasar bahan pelajaran yang dipahami.
Sedangkan Slameto (2001 : 5) berpendapat bahwa hasil belajar
merupakan peningkatan kemampuan, baik kemampuan kognitif-
intelektual, sosio-emosional, maupun kemampuan keterampilan-motorik.
Dari pendapat-pendapat ahli di atas tentang pengertian hasil
belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu adalah suatu perubahan
yang terjadi pada diri individu, dimana perubahan yang diharapkan adalah
11
perubahan kearah yang lebih baik, baik dari segi kognitif, afektif maupun
psikomotor yang didapatkan melalui proses belajar.
3. Luas Bangun Datar
a. Pengertian luas
Dalam mempelajari bangun datar, banyak hal yang harus perlu
diketahui oleh siswa. Misalnya harus mengetahui tentang konsep titik,
garis, sudut, sisi, rusuk, luas, keliling dan sebagainya.
Menurut Iskandar, dkk (2009 : 1) luas merupakan daerah bidang
datar yang dibatasi oleh garis yang mengelilinginya. Luas suatu bangun
datar dapat disajikan berdasarkan pemahaman tentang satuan luas,
perhitungan luas berdasarkan banyaknya satuan-satuan luas yang ada
pada bangun, generalisasi rumus perhitungan luas secara induktif dan
penyajian beberapa latihan”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa luas merupakan ukuran suatu bidang dengan
satuan-satuan luas pada sebuah bangun.
b. Pengertian Bangun datar
Geometri merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam
pembelajaran matematika yang membahas ide-ide dasar tentang titik,
garis, bidang, permukaan dan ruang.
Pada dasarnya geometri dibedakan atas dua jenis, yaitu bangun
datar dan bangun ruang. Sri (2006:127) menyatakan bahwa “Bangun
datar merupakan bangun yang berdimensi dua dengan permukaan
datar/rata”. Kemudian Mulyana (2007:88) juga menyatakan bahwa
12
bangun datar adalah “Suatu bangun geometri yang berbentuk datar”.
Senada dengan ini Antonius (2006:1720) mengemukakan pendapatnya
bahwa “Bangun datar adalah bangun yang mempunyai permukaan datar
yang berdimensi dua”.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bangun datar adalah bangun berdimensi dua yang memiliki bidang
datar.
c Pengertian luas bangun datar
Pengukuran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan seharihari. Bayangkan jika kita tidak tahu tentang
ukuran tinggi, jarak, berat, volum, luas dan lain sebagainya maka kita
tidak akan dapat membandingkan satu hal/objek dengan hal/objek yang
lainnya.
Menurut Pujiati & Sigit (2009 : 9) “luas bangun datar adalah
banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk menutup (secara
rapat) daerah tersebut”.
4. Bangun Layang-layang
a. Pengertian bangun datar layang-layang
Layang-layang adalah segi empat dimana sisi yang
berdekatan sepasang-sepasang, sudut yang berhadapan sama besar dan
diagonalnya saling berpotongan dan tegak lurus. Seperti gambar di
bawah ini :
13
D
A C
B
Gambar 2.6 Layang-layang ABCD
Menurut Suhendro,dkk (1995 : 104) layang-layang
merupakan suatu segi empat yang memiliki dua pasang sisi berdekatan
sepasang-sepasang sama panjang. Sedangkan Yeni,dkk (2007 : 217)
menjelaskan bahwa layang-layang adalah suatu bangun yang
mempunyai dua pasang sisi sama panjang, kedua diagonalnya saling
perpotongan tegak lurus dan salah satu diagonalnya merupakan sumbu
simetri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bagun layang-layang adalah
sebuah bangun yang memiliki sisi-sisi berdekatan sepasang-sepasang
sama panjang, sepasang sudut yang berhadapan sama besar, kedua
diagonalnya saling berpotongan tegak lurus, serta salah satu
diagonalnya merupakan sumbu simetri.
b. Luas bangun datar layang-layang
Berdasarkan pendapat Pujianti & Sigit (2009 : 9) bahwa luas
bangun datar adalah banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk
menutup (secara rapat) daerah tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
14
bahwa luas bangun datar layang-layang adalah banyaknya satuan luas
yang dapat digunakan untuk menutup (secara rapat seluruh daerah dari
suatu bangun datar layang-layang.
5. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-
kelompok kecil saling bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan
bersama. Dengan bekerjasama untuk mencapai sebuah tujuan bersama,
maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan
sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar
sekolah.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-
kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama
(Nur Asma, 2008 : 2). Lebih lanjut Nur Asma (2008 : 2) menjelaskan
bahwa belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa
bekerjasama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing
bertanggung jawab pada aktivitas belajar kelompoknya, sehingga
seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan
baik.
Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2009 : 58)
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
15
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama. Sedangkan Riyanto (2009 : 267)
menjelaskan, pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (Academic Skill),
sekaligus keterampilan sosial (Social Skill).
Sejalan dengan pendapat diatas Cooper dan Heinich (dalam
Nur Asma, 2008 : 2) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif
sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok
kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan dan
tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerjasama belajar
keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial.
Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara siswa
dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih
mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas tentang pengertian
pembelajaran kooperatif dapat dimaknai bahwa pembelajaran kooperatif
mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar
kelompok dan sekaligus bertanggungjawab terhadap aktivitas belajar
anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat
menguasai materi pelajaran dengan baik.
16
b. Tipe-tipe Strategi Belajar Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif terdiri atas 7 tipe (Nurasma
2006:51), yaitunya sebagai berikut:
1). Student Teams Achievement Divisions (STAD)
STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, dimana siswa ditempatkan dalam kelompok
belajar yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang
merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda.
Guru lebih dulu menyajikan materi, kemudian anggota tim
mempelajari materi dan memastikan semua anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut.
2). Teams Games Tournament (TGT)
TGT adalah model pembelajaran yang didahului dengan
penyajian materi oleh guru dan diakhiri dengan memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke
kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan guru.
3). Team Assisted Individualization (TAI)
TAI merupakan model pembelajaran yang menggunakan
kombinasi pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual.
4). Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC adalah sebuah program komprehensif dalam pengajaran
membaca dan menulis untuk kelas tinggi di Sekolah Dasar. Mereka
17
terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama, saling
membacakan satu sama lain, membuat prediksi, membuat ikhtisar,
menulis tanggapan dan berlatih pengejaan serta pembendaharaan
kata.
5). Group Investigation (GI)
GI adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang
memperbolehkan siswa merancang dan melakukan suatu
pembelajaran dalam kelompok mereka. Keberhasilan pelaksanaan
model ini tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi dari
berbagai keterampilan sosial lain yang dilakukan sebelumnya.
6). Jigsaw
Model jigsaw dapat digunakan apabila materi yang harus dikaji
berbentuk narasi tertulis. Model ini paling cocok digunakan dalam
pembelajaran-pembelajaran semacam kajian-kajian sosial, sastra,
beberapa bagian ilmu pengetahuan (sains), dan berbagai bidang yang
terkait yang tujuan pembelajarannya adalah pemerolehan konsep
bukan keterampilan.
7). Model Co-op Co-op
Model Co-op Co-op hampir mirip dengan investigasi
kelompok, tapi menempatkan kelompok-kelompok dalam kerjasama
satu dengan yang lain untuk mengkaji topik kelas. Dalam model ini
memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok
18
kecil dan kemudian memberikan kesempatan bagi mereka untuk
saling tukar pemahaman yang baru dengan teman-teman sebaya.
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD)
a. Pengertian Pembelajan Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD)
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, pembelajaran
kooperatif salah satunya yaitu dengan tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD). Pembelajaran kooperatif Student Team Achievement
Divisions (STAD) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap-tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
(Triyanto, 2009 : 68)
Sedangkan Slavin, dkk (dalam Nur Asma, 2008 : 50)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan satu
model yang baik untuk pebelajar yang baru mengenal tentang
pembelajaran kooperatif. Lebih lanjut Slavin (dalam Trianto : 68)
menjelaskan bahwa pada pembelajaraan kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku.
19
Dari kedua pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan menggunakan strategi belajar kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) dapat mengembangkan kemampuan
siswa baik secara individu maupun secara kelompok untuk mencapai
tujuan bersama, walaupun di dalam kelompok tersebut terdapat
perbedaan akademik, jenis kelamin dan ras.
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD)
Menurut Ibrahim, dkk (200:6) karakteristi pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah : 1) Siswa bekerja dalam kelompok untuk
menuntaskan materi belajar, 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah. 3) Bilamana
mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda. 4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok
ketimbang individu.
c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD)
Menurut Nur Asma (2008 : 6), menjelaskan bahwa “ dalam
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD setidaknya terdapat
lima prinsip yang dianut, yaitu : 1)Prinsip belajar siswa aktif, 2)Belajar
kerjasama, 3)Pembelajaran partisipatorik, 4)Mengajar reaktif,
5)Pembelajaran yang menyenangkan
20
Sedangkan menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:61) prinsip-
prinsip pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD) adalah : 1)Penghargaan kelompok, yang akan
diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
2)Tanggung jawab individual, bermakna bahwa susksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
3)Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
d. Kelebihan-kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD)
Pendekatan kooperatif tipe STAD sama juga dengan
pendekatan memiliki bebeapa kelebihan. Menurut Sudjarwo (dalam
http://jamaluddink1.blogspot.com.html, diakses tanggal 22 November
2012) keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu : 1)
Tercapainya tujuan intruksinonal untuk aspek kognitif tingkat tinggi. 2)
Keterampilan berpikir dengan penuh kreatif. 3) Meningkatkan
keterampilan komunikasi. 4) keterampilan antar personal. 5)
Meningkatkan kepercayaan diri pada diri sendiri bagi setiap anggota
kelompok.
e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD)
Langkah-langkah strategi belajar kooperatif tipe STAD
berbeda dengan langkah-langkah strategi belajar kelompok lainnya.
21
Dalam penulisan ini peneliti menggunakan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Nur Asma (2008:51),
yaitu sebagai berikut :
Tahap1 : Penyajian Kelas
Tahap penyajian kelas ini menggunakan waktu sekitar 20-45
menit. Setiap pembelajaran dengan model ini, selalu dimulai
dengan penyajian materi oleh guru. Sebelum menyajikan
materi pelajaran, guru dapat memulai dengan menjelaskan
tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif,
menggali pengetahuan prasyarat dan sebagainya.
Tahap 2 : Kegiatan Belajar Kelompok
Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar
kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-
masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan
agar terjalin kerjasama di antara anggota kelompoknya.
Lembar kegiatan dan lembar tugas di serahkan pada saat
kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban
diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan.
Tahap 3 : Pemeriksaan terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan
dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan
kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap kegiatan
ini diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok
22
penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi
jawaban kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara
bergantian, pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil
kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan
setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta
memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.
Tahap 4 : Siswa Mengerjakan Soal-soal Tes secara Individu
Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan
kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada
kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai
dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap ini tidak
diperkenankan bekerjasama.
Tahap 5 : Pemeriksaan Hasil Tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar
skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukan
menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap
individual merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian
kelompok.
Tahap 6 : Penghargaan Kelompok
Pemberian penghargaan pada kelompok sesuai dengan skor
rata-rata kelompok dengan kualifikasi super, hebat dan baik.
23
7. Penggunaan Strategi Belajar Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) Dalam Pembelajaran Luas Bangun
Datar Layang-layang di Kelas V.A Sekolah Dasar (SD)
Pembelajaran luas bangun datar layang-layang di kelas V.A
Sekolah Dasar (SD) dengan penggunaan strategi belajar kooperatif tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD), meliputi enam langkah.
Langkah pertama, pada strategi belajar kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) ini, guru memberikan penjelasan atau
menyampaikan pelajaran yang berkaitan dengan luas bangun datar layang-
layang dalam bentuk informasi verbal atau secara menyeluruh. Tujuannya
untuk memfokuskan siswa pada materi pelajaran yang sedang dibahas
berlangsung sekitar 20 menit.
Buatlah persegi panjang dengan ukuran2 cm panjang = 6 cm dan lebar = 2 cm
6 cm
Guntinglah bagian gambar yang telah diwarnai 2 cm
6cm
Pindahkanlah bagian yang di warnaiKe bawah, gambar apakah yang ter
4cm bentuk?
24
6cm
Dari kegiatan tersebut, ternyata bangun persegi panjang dapat di
bentuk menjadi bangun layang-layang.
Luas layang-layang = luas persegi panjang
= panjang x lebar
= diagonal1 x ½ diagonal2
diagonal 2
diagonal 1
Jadi dapat disimpulkan rumus luas layang-layang berikut ini
Langkah kedua, guru membentuk beberapa kelompok heterogen.
Setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda, serta
kesetaraan jender. Kegiatan belajar kelompok dimulai dengan membagi
LKS untuk masing-masing kelompok. LKS ini berfungsi untuk
menuntaskan materi yang telah ada.
Langkah ketiga, setelah semua anggota kelompok selesai
mengerjakan tugas kelompok yang diberikan. Maka periksaan hasil kerja
25
Diagonal1 x diagonal2
Luas layang-layang =2
kelompok dilakukan dengan salah satu kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya didepan kelas dan kelompok lain mengamati jika
terhadap perbedaan dengan hasil kelompok yang sedang dipresentasikan
menberikan masukan terhadap kelompok yang tampil. Kegiatan
pemeriksaan ini dilakukan oleh guru bersama siswa, dan bagi kelompok
yang masih terdapat kesalahan memperbaiki sesuai dengan kunci jawaban
yang telah ada. Di akhir pelajaran siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan pelajaran dan mengadakan refleksi untuk mengetahui
apakah masih ada siswa yang belum memahami materi yang sedang
dipelajari.
Langkah keempat, guru memberikan tes kepada siswa secara
individual. Pada tahap ini siswa harus memperlihatkan kemampuannya
dengan mengerjakan soal yang diberikan secara individu dan tidak
diperkenankan untuk bekerjasama dengan anggota kelompok lain.
Langkah kelima, berdasarkan hasil tes yang dikerjakan siswa,
guru membuat daftar peningkatan skor yang telah dicapai siswa. Hasil ini
akan mempengaruhi nilai rata-rata yang didapat kelompok. Selanjutnya
pada langkah keenam, penghargaan yang diberikan kepada kelompok
berdasrkan rata-rata perkembangan nilai yang dimiliki masing-masing
anggota kelompok.
B. KERANGKA TEORI
Pelaksanaan pembelajaran matematika akan bernakna apabila dalam
pemberian materi pelajaran dimulai dari dalam diri siswa, siswa tersebut yang
26
mencari sendiri pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan dan informasi
yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
yang penyelesaiaannya membutuhkan konsep dan pengetahuan-pengetahuan
tersebut.
27
Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
1) Menyajikan materi pembelajaran2) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar 3) Memberikan tugas kelompok 4) Mengadakan validasi hasil kerja kelompok5) Pemberian kuis/tes individual6) Evaluasi7) Memberikan penghargaan
Materi pelajaran luas bangun datar layang-layang
Proses pembelajaran luas bangun datar layang-layang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD)
Hasil belajar luas bangun datar layang-layang dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 24 Jati
Gaung Padang dalam materi pokok luas bangun datar layang-layang.
Beberapa pertimbangan peneliti memilih Sekolah Dasar Negeri (SDN) 24
Jati Gaung ini sebagai tempat penelitian, diantaranya adalah :
a. Guru-guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 24 Jati
Gaung Padang dalam melaksanakan proses pembelajaran masih
menggunakan cara-cara mengajar yang kovensional.
b. Belum mengajarkan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD), khususnya dalam pembelajaran
matematika tentang materi luas bangun datar layang-layang di sekolah
ini.
c. Pihak sekolah dan majelis guru bersedia memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di sekolah
ini, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
dimasa akan datang.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa dan guru kelas V.A Sekolah
Dasar Negeri (SDN) 24 jati Gaung dengan jumlah peserta didik 27 orang
28
yang terdiri dari 15 perempuan dan 12 laki-laki. Ada pun yang terlibat
dalam penelitian ini adalah :
a. Peneliti sebagai praktisi pada kelas V.A Sekolah Dasar Negeri (SDN)
24 Jati Gaung Padang.
b. Observer yang terdiri dari dua orang, yaitu teman sejawat dan guru
kelas yang bersangkutan.
3. Waktu atau Lama Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester Ganjil Tahun Pelajaran
2010-2011 bulan Noveber 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di
kelas V.A Sekolah Dasar Negeri (SDN) 24 Jati Gaung Padang. Terhitung
dari waktu perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan rentang waktu 3 kali
pertemuan (9 jam pelajaran). Siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran 1 kali pertemuan dan siklus II
dilakukan 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran.
B. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berkenaan dengan
proses pembelajaran dan rancangan pembelajaran. Penelitian ini akan
memaparkan data yang diperoleh secara alami, mulai dari data sebelum
mengadakan tindakan, selama tindakan dan sesudah tindakan. Tindakan
ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
29
mata pelajaran matematika terutama dalam pembelajaran luas bangun
datar layang-layang melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) di kelas V.A SDN 24 Jati Gaung Padang.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(classroom Action Research) dibidang pendidikan khususnya dalam
pengajaran matematika tentang luas bangun datar layang-layang di kelas
V.A SDN 24 Jati Gaung Padang, yang dalam penelitiannya diadakan
kegiatan tertentu yang didasarkan pada masalah-masalah nyata yang
ditemukam di lapangan. Menurut Ida (2007 : 1.4) ”Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan guru dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru sehingga hasil belajar siswa meningkat”. Sejalan dengan pendapat
tersebut menurut Suharsimi (2007 : 7) ”Penelitian tindakan bukan hanya
menyangkut materi atau pokok bahasan itu sendiri, tetapi juga menyangkut
penyajian topik materi yang bersangkutan yaitu strategi, pendekatan,
metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui kegiatan penelitian” .
Dari hal di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan,
permasalahan yang harus dipecahkan adalah masalah yang berhubungan
dengan proses pembelajaran di kelas yang diselesaikan secara lebih
profesional, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan
memperbaiki tindakan-tindakan pembelajaran yang telah berlangsung
selama ini.
30
2. Alur Penelitian
Langkah-langkah tindakan yang ditempuh merupakan kerja yang
berulang-ulang (siklus), sehingga diperoleh pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, Proses penelitian merupakan
proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari aspek : mengembangkan
perencanaan, melakukan tindakan sesuai rencana, melakukan observasi
terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap perencanaan, kegiatan
tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Pada setiap pertemuan
dilakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran yaitu selama 3 x 35 menit.
Setiap akhir tindakan dilakukan tes hasil belajar. Tindakan yang
akan di lakukan adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) dalam pelajaran luas bangun datar
layang-layang. Penelitian ini direncanakan 2 siklus, siklus 1 dilaksanakan
berdasarkan refleksi awal, dilanjutkan tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pengamatan. Sedangkan siklus 2 dilaksanakan berdasarkan hasil
refleksi siklus 1.
Alur penelitian yang telah dilakukan dapat digambarkan seperti
pada bagan pada halaman berikut :
31
Siklus I
Siklus II
32
Studi PendahuluanStudi pendahuluan observasi latar SD, guru dan proses pembelajaran luas bangun datar di kelas V.A SD untuk mengidentifikasi masalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
Perencanaan1. Diskusi tentang pembelajaran
luas bangun datar melalui pembelejaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
2. Menyusun RPP3. Menyusun penilaian.
Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus I1. Menyampaikan materi pelajaran2. Membentuk kelompok belajar yang beranggotakan 5 orang3. Mengerjakan tugas kelompok yang dibimbing oleh guru4. Melaporkan hasil dari tugas kelompok yang diberikan5. Memberikan kuis/tes yang dikerjakan secara individu6. Evaluasi7. Mrmberikan penghargaan kelompok
Diskusi dan Refleksi Belum berhasil
Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus II1. Persiapan pembelajaran2. Menjelaskan materi 3. Mengerjakan tugas kelompok4. Pemeriksaan hasil kerja kelompok5. Mengerjakan tes/kuis secara individu6. Pemeriksaan hasil kuis7. Memberikan penghargaan kelompok
PerencanaanMenyusun tindak lanjut berdasarkan hasil refeleksi pada siklus I untuk mewujudkan peningkatan hasil belajar luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD), yaitu :1. Perbaikan RPP dari
segi alokasi waktu2. Memfokuskan
kegiatan pada langkah kegiatan yang ke 4 (tes)
3. Menyusun penilaian
Diskusi dan Refleksi
Berhasil
Laporan
Analisis Data AwalPembelajaran matematika siswa kelas V.A SD Negeri 24 Jati Gaung masih rendah
C. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
Sesuai dengan rumusan masalah hasil studi pendahuluan, penulis
bersama guru membuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Kegiatan
itu dimulai dengan merumuskan rancangan tindakan pembelajaran tentang
luas bangun datar layang-layang melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, yaitu dengan kegiatan berikut:
a. Menyusun rancangan tindakan berupa rancangan pelaksanaan
pembelajaran, yang meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, memilih dan menetapkan materi, kegiatan belajar mengajar,
memilih model, menetapkan evaluasi.
b. Menyusun deskriptor dan kriteria pembelajaran Matematika, tentang
luas bangun datar layang-layang dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
c. Menyusun instrumen penelitian atau alat perekam data berupa lembar
pengamatan.
2. Pelaksanaan
Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran tentang luas
bangun datar layang-layang dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sesuai dengan rencana. Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan
berdasarkan materi pembelajaran yang sama dengan contoh yang berbeda
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan
33
dilakukan oleh penulis sebagai praktisi dan guru kelas tersebut sebagai
observer. Praktisi melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berupa
kegiatan interaksi antara praktisi dan siswa, siswa dengan siswa lainnya.
Kegiatan yang dilakukan seperti kegiatan berikut:
a. Praktisi melaksanakan pembelajaran PKn dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai dengan rancangan
pembelajaran yang dibuat
b. Guru selaku observer melakukan pengamatan dengan menggunakan
lembar pengamatan.
c. Praktisi dan guru melakukan diskusi terhadap tindakan yang dilakukan,
kemudian melakukan refleksi. Hasilnya dimanfaatkan untuk perbaikan
atau penyempurnaan selanjutnya. Tahap pelaksanaan ini dilakukan
dalam dua siklus dan masing-masing dilakukan sebanyak satu kali
pertemuan, dan setiap siklus mempunyai materi tersendiri yang diambil
berdasarkan kompetensi dasar yang dituntut dalam kurikulum.
3. Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran Matematika di kelas
V.A dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal ini dilaksanakan
secara intensif, objektif, dan sistematis. Pengamatan dilakukan oleh guru
selaku observer pada waktu penulis melaksanakan tindakan pembelajaran
Matematika.
34
Dalam kegiatan ini penulis (praktisi) dan guru (observer) berusaha
mengenal, dan mendokumentasikan semua indikator dari proses hasil
perubahan yang telah terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan
terencana maupun dampak intervensi dalam pembelajaran. Keseluruhan
hasil pengamatan direkam dalam bentuk lembar pengamatan.
Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I
sampai siklus II. Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus dapat
mempengaruhi penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil
pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru dan diadakan refleksi
untuk perencanaan siklus berikutnya.
4. Refleksi
Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini
penulis dan guru mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru
dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan adalah: (1) menganalisis tindakan
yang baru dilakukan, (2) mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana
dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, (3) melakukan intervensi,
pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil refleksi
dimanfaatkan sebagai masukan pada tindakan selanjutnya. Selain itu, hasil
kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk menyusun simpulan
terhadap hasil tindakan I, dan II.
35
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian.
Data penelitian berupa hasil pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pembelajaran luas bangun
layang-layang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada siswa kelas V.A SDN 24 Jati Gaung Kecamatan Padang
Timur. Adapun yang diteliti dalam pembelajaran luas bangun layang-
layang adalah kompetensi dasar 4.1 Memberikan contoh sederhana
pengaruh globalisasi di lingkungan. Data tersebut tentang hal-hal yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang
berupa informasi sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku praktisi
dan siswa, yang meliputi interaksi antara praktisi-siswa, dan
siswa-siswa dalam proses pembelajaran.
b. Evaluasi pembelajaran luas bangun datar layang-layang yang berupa
evaluasi hasil.
c. Hasil tes siswa baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan
pembelajaran luas bangun layang-layang dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Sumber Data.
Sumber data penelitian adalah proses pembelajaran luas bangun
layang-layang dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD meliputi
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, kegiatan evaluasi pembelajaran,
36
kegiatan siswa dan guru sewaktu proses pembelajaran berlangsung. Data
diperoleh dari subjek yang diteliti yakni siswa dan guru kelas V.A SDN 24
Jati Gaung Kecamatan Padang Timur.
D. Teknik Penelitian
Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau suatu
pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah. Maka metode-metode
ilmiah untuk penelitian ini dikelompokkan dalam metodologi penelitian.
Teknik penelitian adalah kegiatan mengkaji suatu masalah secara teliti
dan teratur, dengan cara menyusun gagasan yang terarah dan terkonsep untuk
memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat atau
peneliti itu sendiri (http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/metode-
penilitian.html, di akses tanggal 30 November 2012)
Sedangkan Nazir (1988:51), menjelaskan bahwa teknik penelitian
penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai
tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
Berdasarkan pendapat di atas Berhasil tidaknya suatu peneitian
banyak tergantung pada tepat tidaknya di dalam memilih suatu metode
penelitian tersebut. Oleh karna itu metode penelitian merupakan suatu bagian
yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian.
E. Analisis Data
Berdasarkan jenis data dan cara pengolahannya, secara umum, analisis
data dapat dibedakan atas analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.
37
1. Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif merupakan analisis data yang sifatnya
deskriptif dan induktif. Pada analisis ini, penelitian sebuah fenomena
berangkat dari data yang ada, bukan dari teori. Jadi fokus analisis data
kualitatif bukan pada pembuktian sebuah teori yang sudah ada (Anne, dalam
http://anneanhira.com/penelitian-kualitatif-kuantitatif.html, diakses tanggal
30 November 2012).
Tujuan analisis data kualitatif untuk memperoleh pengetahuan
yang terungkap dari perseptif dalam para pelakunya, bukan menilai subjek
dan latarnya dengan kriteria dari luar diri pelaku. Penelitian ini dipandu
dengan catatan lapangan dan refleksi objrktif dan subjektif peneliti saat
mengumpulkan data.
Menurut Knopp, dkk (1998:1), sumber data dengan
mengggunakan analisis data kualitatif dapat dibedakan atas :
“(1)Subjek penelitian, yakni sumber data, misalnya orang yang aktif sebagai penghasil data (siswa atau guru); (2) objek penelitian, yakni sumber data, misalnya benda yang berisi data; dan (3) responden atau menjawab kuesioner atau angket yang diberikan peneliti saat mengumpulkan data. Dalam bidang linguisik struktur sumber data ini lazim disebut sebagai informan, yakni penutur atau pemakai bahasa sebagai sumber korpus data bahasa”.
2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitif merupakan analisis data yang
sifatnya induktif. Oleh karena hal inilah anlisis data kuantatif lebih
lazim digunakan dalam ilmu pasti.
38
Menurut Heru (dalam http://zonainfosemua.blogspot.com,
diakses tanggal 30 November 2012), analisis data kuantitatif adalah
analisis data yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara
obyektif terhadap fenomena sosial.
Data dalam analisis data kuantitatif diperoleh dengan cara
mengambil sejumlah sampel yang dianggap cukup representatif dari
jumlah populasi yang ada. Setelah itu, kelompok sampel diberi
perlakuan khusus, biasanya berupa wawancara, pengisian angket, atau
eksperimen. Hasil perlakuan tersebut kemudian diolah secara statistik
dan menghasilkan hasil penelitian berupa angka-angka.
39
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata pelajaran : Matematika
Kelas /Semester : V / I
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
I. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah
II. Kompetensi Dasar
3.1 Menghitung luas bangun datar layang-layang, dan trapesium
III. Indikator
1. Menemukan rumus luas layang-layang
2. Menghitung luas bangun datar dengan rumus yang telah ditemukan
IV. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Dengan diskusi kelompok siswa dapat :
a. Menemukan rumus luas layang-layang dengan benar
b. Menghitung luas layang-layang melalui rumus yang telah ditemukan
dengan benar
V. Materi Pokok
Luas bangun datar (layang-layang)
VI. Uraian Materi
Menghitung luas layang-layang
D
A A C
B
40
Untuk menghitung luas layang-layang digunakan rumus ½ x diagonal 1 x
diagonal 2, dimana diagonalnya adalah AC dan BD
VII. Proses pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
A. Kegiatan awal (± 10 menit)1. meminta siswa untuk
menyiapkan kondisi kelas2. memberikan skemata, yaitu tanya
jawab tentang contoh-contoh bangun datar
3. menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu dapat menemukan rumus luas layang-layang
menyiapkan diri untuk belajar
menyebutkan contoh-contoh bangun datar
mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
B. Kegiatan inti (± 50 menit)Pertemuan I
1. Guru menyampaikan materi mengenai bangun layang-layang dengan menggunakan media gambara. Meminta siswa untuk
menggambar sebuah bangun persegi panjang dengan ukuran panjang 6 cm dan lebar 2 cm
b. Mengarahkan siswa untuk mengarsir beberapa bagian bangun persegi panjang, kemudian memotong bagian yang di arsir tersebut
c. Meminta siswa untuk memindahkan bagian yang di arsir ke bawah sehingga saling behimpitan
Mendengarkan penjelasan guru tentang bangun layang-layang
Menggambar bangun persegi panjang dengan ukuran panjang 6 cm dan lebar 2 cm
Mengarsir beberapa bagian bangun persegi panjang dan memotong bagian tersebut
2 cm6 cm
Memindahkan bagian yang di arsir ke bawah sehingga salaing berhimpitan
41
2 cm 6 cm
2. Membagi kelompok belajar
3. Membagikan tugas yang akan dibahas, yaitu menemukan kembali rumus luas bangun datar (layang-layang)
4. Meminta siswa untuk membaca topik yang telah dibagikan
5. Meminta siswa untuk mendiskusikan tugas dalam kelompok
6. Membimbing siswa diskusi kelompok dalam menyelesaikan LKS yang berisikan proses menemukan kembali rumus luas layang-layang
7. mengamati kerja kelompok yang dilakukan dan mengingatkan siswa untuk bekerja secara teliti, cermat, dan memotivasi siswa dalam kelompok.
8. Meminta perwakilan salah satu kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya
9. Meminta masing-masing kelompok untuk memberikan pendapat tentang hasil yang didapat oleh kelompok yang tampil
10. Memberikan tugas/kuis bagi individu
11. Memeriksa hasil kuis12. Memberikan penghargaan
kepada kelompok yang mendapatkan nilai tinggi
Duduk dalam kelompok yang telah dibentuk Menerima tugas yang akan dibahas
Membaca topik yang telah dibagikan
Berdiskusi dalam kelompok
Memeriksa kembali jawabannya
C. Kegiatan akhir(±10 menit)1. Bersama siswa
menyimpulkan pembelajaran2. Memberikan evaluasi
kepada masing-masing siswa tentang menghitung luas bangun datar layang-layang berdasarkan rumus yang telah ditemukan
Bersama guru menyimpulkan pembelajaran
Mengerjakan evaluasi yang telah diberikan
42
VIII. Sumber, Media, metode dan pendekatan
A. Sumber.
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
2. Buku paket matematika Kelas V SD penerbit Erlangga
3. Buku matematika yang relevan
B. Media.
Bangun-bangun datar dari karton berwarna
C. Metode
Diskusi, Tanya jawab, ceramah, penugasan
D. Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD
IX. Penilaian
A. Jenis : Tes
B. Bentuk : Tertulis dan proses
C. Alat : Soal dan kunci jawaban
Soal
Hitunglah luas bangun di bawah ini !
1. D Panjang AC 3cm dan panjang BD 5cm.
A C
B
D
2. Panjang AC 4cm dan panjang BD 9cm A C
43
B3. Panjang AD = 8 cm dan panjang BD = 5 cm
4. Panjang AD =13cm dan panjang BC = 8 cm
5. Panjang AD = 12 cm dan panjang BC =5 cm
Kunci Jawaban
1. Diketahui panjang diagonal 1 (AC) 3cm dan
panjang diagonal 2 (BD) 5cm maka luas belah ketupat tersebut adalah : ½ x 3
x 5, yaitu 7,5 cm²
2. Diketahui panjang AC 4cm dan panjang BD
9cm, maka luas layang-layang tersebut adalah : ½ x 4 x 9, yaitu 18cm²44
A
B C
D
A
B C
D
A
B C
D
3. Diketahui panjang AD = 8 cm dan panjang
BC = 5 cm, maka luas layang-layang tersebut adalah : L = ½ x 8 cm x 5 cm =
20 cm
4. Diketahui panjang AD = 13 cm dan panjang
BC = 8 cm, maka luas layang-layang tersebut adalah : L = ½ x 13 cm x 8 cm =
52 cm
5. Diketahui panjang AD = 12 cm dan Bc = 5
cm, maka luas layang-layang tersebut adalah : L = ½ x 12 cm x 5 cm = 30 cm
Padang,
Peneliti
Dicky Suherman, Ama.PdNIM. 93785
45
Lampiran 2
Lembar Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
NO Aspek Yang DiamatiPertemuan
IAda Tidak
I Persiapan Pembelajaran1. Mempersiapkan LKS2. Membagi siswa dalam kelompok
kooperatif3. Menentukan skor dasar
II Penyajian Materi1. Kegiatan Awal
a. Menginformasikan tujuan pembelajaran
b. Memunculkan rasa ingin tahu / memotivasi siswa
c. Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal/prasyarat.
2. Kegiatan IntiMenjelaskan materi yang mendukung tugas yang akan diselesaikan dalam kelompok
3. Kegiatan AkhirMembimbing siswa merangkum pelajaran
III Kegiatan Belajar Kelompok1. Melatih keterampilan kooperatif
a. Berada dalam tugas.b. Mengambil giliran dan
berbagi tugas.c. Mendorong partisipasi.d. Mendengarkan dengan
aktif.e. Bertanya.
2. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
3. Mendorong siswa agar meminta bantuan kepada teman sekelompok sebelum meminta bantuan kepada guru.
IV TesMemberikan tes(kuis) kepada siswa
V Penghitungan perolehan skor
46
peningkatan individual Menghitung skor peningkatan individual
VI PenghargaanMemberikan penghargaan berdasarkan skor peningkatan individual
Lampiran 3
Lembar Observasi Untuk Guru
No Karakteristik DeskriptorKualifikasi
SB B C K4 3 2 1
1 Penyampaian materi tentang luas bangun datar layang-layang
a. Guru menggunakan media dalam menyampaikan materi
b. Materi dijelaskan secara terurut sesuai dengan RPP
c. Dalam penyampaian materi guru tidak tergesa-gesa
d. Bahasa yang digunakan mudah di mengerti siswa
2 Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4 atau 5 siswa
a. Kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektual yang beragam
b. Kelompok dibentuk berdasarkan jenis kelamin yang berbeda
c. Kelompok dibentuk berdasarkan keadaan sosial ekonomi yang berbeda
d. Mengorganisasikan fasilitas yang dibutuhkan dalam kelompok
3 Menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
a. Langkah-langkah kerja kelompok dijelaskan dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami siswa
b. Langkah kerja kelompok dijelaskan sesuai dengan urutan
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami tentang langkah-langkah kerja kelompok
d. Dalam penyampaian langkah-langkah kerja kelompok guru memotivasi siswa agar dapat bekerja sama
4 Membimbing a. Mendatangi setiap kelompok47
siswa dalam kerja kelompok
b. Membantu kelompok yang mengalami kesulitan dalam melakukan diskusi kelompok
c. Menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan siswa
d. Memberikan motivasi agar setiap anggota kelompok mau menyampaikan pendapatnya
5 Menugasi siswa melaporkan hasil kerja kelompok
a. Meminta semua kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas
b. Memantau jalannya diskusi kelasc. Memotivasi siswa mengajukan
pendapat untuk melengkapi kesimpulan kelompok lain
d. Memberikan penguatan kepada siswa yang memberikan tanggapan
6 Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran
a. Melibatkan siswa dalam menyimpulkan pembelajaran
b. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari
c. Pertanyaan diajukan secara menyeluruh (tidak terfokus kepada beberapa orang saja)
d. Meluruskan kesimpulan yang telah dibuat siswa jika ada kesimpulan yang belum tepat
7 Memberikan penghargaan kelompok
a. Penghargaan diberikan sesuai dengan point yang diperoleh masing-masing kelompok
b. Penghargaan diberikan secara verbal
c. Penghargaan diberikan secara non verbal
d. Penghargaan yang diberikan dapat memotivasi siswa
Keterangan :SB (sangat baik) jika keempat deskriptor pada setiap karakteristik pembelajaran
dilakukanB (baik) jika tiga dari empat deskriptor pada setiap karakteristik yang dilakukanC (cukup) jika dua dari empat deskriptor pada setiap karakteristik yang dilakukanK (kurang) jika salah satu deskriptor pada setiap karakteristik yang dilakukan
48
Padang, Observer
Dicky Suherman, Ama.Pd
Lampiran 4
Lembar Observasi Untuk Siswa
No Karakteristik DeskriptorKualifikasi
SB B C K4 3 2 1
1 Mendengarkan penyampaian materi tentang Luas bangun datar layang-layang
a. Siswa antusias dalam mendengarkan materi pelajaran
b. Siswa menceritakan media yang dipajang guru
c. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru
d. Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami dalam penyampaian materi
2 Siswa duduk dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4 atau 5 siswa
a. Siswa menerima teman satu kelompoknya dengan baik
b. Setiap anggota kelompok aktif dalam berdiskusi
c. Setiap anggota kelompok bisa bekerja sama dengan anggota lain
d. Siswa duduk dalam kelompok dengan tertib
3 Mendengarkan langkah-langkah kerja kelompok
a. Menyimak langkah-langkah kerja kelompok dengan baik
b. Mengajukan pertanyaan tentang langkah-langkah kerja kelompok yang belum dipahami
c. Siswa menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam kerja kelompok
d. Siswa nampak
49
bersemangat untuk bekerja kelompok
4 Siswa berdiskusi dalam kelompok
a. Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok
b. Siswa serius dalam berdiskusi kelompok
c. Siswa mau menerima pendapat teman yang lain
d. Anggota kelompok bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada teman yang belum mengerti dalam kelompoknya
5 Siswa melaporkan hasil kerja kelompok
a. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya ke depan kelas
b. Menanggapi hasil diskusi kelompok lain
c. Masing-masing kelompok mau menerima masukan dari kelompok lain
d. Mendengarkan penjelasan guru tentang hal-hal yang keliru dalam penyampaian hasil kerja kelompok
6 Siswa menyimpulkan pelajaran
a. Siswa dilibatkan dalam menyimpulkan pelajaran
b. Siswa aktif dalam menyimpulkan pelajaran
c. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari
d. Simpulan yang diajukan siswa sesuai dengan materi yang sudah dipelajari
7 Menerima penghargaan kelompok
a. Siswa dapat membagi secara adil penghargaan/hadiah kepada teman satu kelompok
b. Siswa senang menerima penghargaan dari guru
c. Siswa termotivasi untuk belajar lebih giat
50
d. Siswa yang tidak mendapat penghargaan tidak merasa berkecil hati
Keterangan :SB (sangat baik) jika keempat deskriptor pada setiap karakteristik pembelajaran
yang nampak
B (baik) jika tiga dari empat deskriptor pada masing-masing karakteristik yang
nampak
C (cukup) jika dua dari empat deskriptor pada setiap karakteristik yang nampak
K (kurang) jika salah satu deskriptor dari setiap karakteristik yang nampak
Padang, Observer
Dicky Suherman, Ama.Pd
51