SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf ·...

20
PEMAKNAAN SAPI SONOK BAGI MASYARAKAT MADURA SKRIPSI Disusun oleh : Ferry Yuliansyah NIM: 071014005 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Semester Genap 2015/2016

Transcript of SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf ·...

Page 1: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

PEMAKNAAN SAPI SONOK BAGI

MASYARAKAT MADURA

SKRIPSI

Disusun oleh :

Ferry Yuliansyah

NIM: 071014005

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

Semester Genap 2015/2016

Page 2: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

PEMAKNAAN SAPI SONOK BAGI

MASYARAKAT MADURA

Oleh: Ferry Yuliansyah

Abstrak

Masyarakat luar hanya mengenal Madura dari sisi kekerasan maupun kereligiusannya. Di

satu sisi, Madura merupakan entitas yang sebenarnya kaya akan seni dan tradisi. Salah satu

kesenian yang sebenarnya populer di kalangan masyarakat Madura adalah kesenian Sapi Sonok,

dimana sepasang sapi betina diperlakukan secara “manja” oleh pemiliknya dengan perlakuan-

perlakuan khusus yang berbeda dengan sapi biasa, sehingga menarik untuk dikaji bagaimana

masyarakat Madura memaknai sapi tersebut.

Untuk menganalisa fenomena ini peneliti menggunakan teori interaksionisme simbolik

dari Blumer. Metodelogi yang digunakan adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.

Penentuan subyek penelitian menggunakan teknik snow ball dengan pengumpulan data

menggunakan teknik wawancara mendalam.

Dalam penelitian ini, berdasarkan data yang didapat dari hasil wawancara, dapat

diketahui bahwa sapi memiliki makna pemersatu bangsa, dan makna kebanggaan.

Kata kunci: Madura, Masyarakat Madura, Sapi Sonok, Makna, Interaksionisme simbolik

Page 3: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

A. Pendahuluan

Masyarakat Madura merupakan masyarakat yang memiliki berbagai jenis

kebudayaan, namun demikian tidak banyak masyarakat luar yang mengetahui akan hal itu.

Masyarakat luar biasanya mengenal masyarakat Madura dengan Carok-nya yang memang

dikenal sebagi budaya yang khas, unik, dan, identitas budayanya itu dianggap sebagai jati diri

individual maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan berkehidupan. Masyarakat

Madura memang sangat memegang teguh Carok. Carok adalah pemulihan harga diri ketika

diinjak-injak oleh orang lain, yang berhubungan dengan harta, tahta, tanah, dan, wanita.1 Ada

ungkapan dalam masyarakat Madura “Lebbi Bagus Pote Tolang atembang Pote Mata” (Lebih

baik putih tulang, daripada putih mata) yang mengandung makna “lebih baik mati daripada

hidup menanggung malu”. Selain dikenal dengan Carok-nya, masyarakat Madura juga dikenal

dengan tingkat religiusitasnya. Masyarakat Madura memang dikenal sebagai Masyarakat yang

sangat memegang teguh nilai-nilai keislaman.

Madura sebenarnya adalah entitas yang memiliki banyak ragam tradisi dan

budaya di dalamnya. Sejauh ini penelitian-penelitian tentang Madura hanya berkutat pada

masalah konflik, agama, maupun ekonomi. Sangat jarang menemukan sumber-sumber buku

yang menjelaskan Madura dari segi seni maupun budaya yang ada di dalamnya. Madura

sebenarnya memiliki seni budaya yang sangat menarik untuk dikaji. Bahkan, sebenarnya

kebudayaan ini sudah dikenal dimancanegara, ini terbukti dalam perhelatannya selalu ada turis

yang datang untuk menonton. Budaya itu biasa disebut dengan Sapi Sonok. Kebudayaan yang

satu ini berbeda dengan kebudayaan kerapan sapi, meskipun sama-sama menggunakan sapi

sebagai objeknya. Bedanya, jika kerapan sapi diadu kekuatan dan keperkasaannya dalam berlari,

1 Lihat dalam A. Latief Wiyata, Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura (Yogyakarta,

2006), hal. 47

Page 4: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

maka sapi sonok diadu kecantikan dan keanggunannya. Sapi tidak dipacu dan ditunggangi. Ia

malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas yang

memang biasa digunakan untuk mengiring sapi sonok.3 Sapi-sapi ini dirawat agar bulunya bagus,

badannya sintal dan bisa berjalan serempak bersama pasangannya seperti pasukan yang sedang

baris berbaris.

Seperti layaknya model yang hemdak melenggang di catwalk, sapi-sapi itu

didandani dengan selempang keemasan di leher serta dada. Di leher sapi juga dipasang

pangonong, yaitu kayu perangkai sapi yang diukir indah dengan perpaduan warna merah dan

kuning emas. Sapi-sapi unggul dari berbagai penjuru pulau Madura itu bersiap mengikuti kontes

sapi sonok, ajang silaturahim para pemilik sapi di Madura yang dikembangkan menjadi kontes

sapi sejak tahun 1951.

Penilaian pada kontes Sapi Sonok disamping keindahan berjalan juga pakaian

yang dipakai pasangan sapi juga yang menentukan keserasian pasangan sapi ketika sampai di

garis finish, kaki depan kedua pasangan Sapi Sonok tersebut harus bersamaan naik ke atas altar

yang terbuat dari kayu dan hal itu yang menentukan bagus tidaknya sapi dalam kontes tersebut.

Setelah mencapai garis finish para pemilik sapi langsung menari dengan para sinden untuk

meluapkan kegembiraan dan tidak lupa memberi sawer kepada para sinden yang menari

mendampingi pasangan sapi kebanggaannya

2 Helene Bouvier, Lebur! Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura, terj. Rahayu S. Hidayat,

Jean Couteau (Jakarta, 2002), hal. 55-61. Memberikan penejelasan yang sangat gamblang apa itu saronen

sebagai orkes dan penggunaanya, juga memuat unusur-unsur analisis musikal di dalamnya. 3 URNA (Jurnal Seni Rupa) 2012, ISSN 2301-8135, vol .1, no. 2, hal 141

Page 5: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

Orang-orang di luar Madura biasa menyebut kontes ini tak ubahnya Fashion

show. Hanya saja, aktornya adalah sepasang sapi. Dan semua sapi yang ikut berlaga dalam

kontes ini harus berjenis kelamin betina. Dikatakan Sapi Sonok karena dalam kontes ini, sapi

dilepas digaris finis, diiring berjalan di lintasan, dan kemudian harus finis dengan masuk

(nyono’) di bawah sebuah gapura. Di garis finis ini, sapi-sapi dituntut bisa mengangkat kakinya

secara bersamaan dan meletakkannya di sebuah kayu melintang. Kayu tersebut sebelumnya

dibuat lebih tinggi dari lintasan. Yang paling anggun dan serempak berjalan, serta paling cepat

meletakkan kakinya di papan melintang di bawah gapura, adalah sapi yang memang sudah

sangat terlatih dan secara ekonomis sapinya akan otomatis makin tinggi nilainya.

Menurut penuturan bapak Achmad Zawawi (budayawan Madura), kesenian Sapi

Sonok terlahir dari kebiasaan atau budaya tani masyarakat Madura. Masyarakat Madura yang

mayoritas adalah para petani, yang tentu saja menggantungkan hidupnya dari hasil lahan

pertanian. Kebiasaan masyarakatnya menggunakan jasa sapi pada saat mengolah tanah pertanian

dengan cara membajak. Sapi-sapi yang digunakan dalam proses pengolahan tanah pertanian ini

umumnya adalah sapi-sapi betina yang disandingkan satu sama lain (berpasangan) untuk

menarik nangghale (alat membajak ladang). Berawal dari kebiasaan ini sapi-sapi betina itu

tampak nilai gunanya. Kekompakan pada saat menarik nangghale itulah yang kemudian menjadi

dasar kesamaan atau kekompakan dalam langkah-langkah sapi betina pada Kesenian Sapi Sonok.

Kebiasaan lainnya yang menjadi penanda terbentuknya Kesenian Sapi Sonok

adalah kebiasaan para petani memandikan atau membersihkan tubuh sapi yang dilakukan setelah

selesai membajak. Sapi-sapi dimandikan di kali dekat ladang, digosok sampai tampak bersih

kemudian diikatkan pada sepasang kayu atau pohon di sebelah kiri dan kanan sapi. Sapi-sapi

Page 6: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

tersebut seperti dipajang, dan sipemilik sapi mengamatinya.4 Kebiasaan-kebiasaan yang

mengarah pada terbentuknya Kesenian Sapi Sonok juga disempurnakan dengan

dilangsungkannya kebiasaan memajang sapi-sapi para petani sekitar. Bentuk kegiatan ini,

menurut penuturan H. Zainuddin dan H. Hatib (tokoh Kesenian Sapi Sonok Waru dan Pasean

Pamekasan), mereka biasa menyebutnya dengan Sapi Taccek.

Sapi Taccek disini pada intinya sekadar memajang sapi pada sebatang penyangga

atau potongan pohon bambu, tanpa perlengkapan atau aksesoris. Kebiasaan ini sebenarnya

dilatar-belakangi oleh prosesi pemajangan sapi yang dalam posisi berdiri tegap, keindahan tubuh

dan warna kulit yang mengkilap (Ensiklopedi Pamekasan; 2010). Sapi Taccek inilah yang juga

menjadi cikal-bakal terbentuknya Kesenian Sapi Sonok. Dari aktivitas atau kebiasaan para petani

yang spontanitas itulah kemudian kesenian ini menemukan bentuknya. Maka seiring berjalannya

waktu, kesenian ini dikenal dengan Kesenian Sapi Sonok.

Daya tarik pada Kesenian Sapi Sonok ini adalah terdapat pada “kecantikan” sapi-

sapi. Artinya sapi-sapi yang dilombakan merupakan sapi-sapi betina pilihan, tampak sehat,

berbadan bagus, dengan warna kulit mengkilat. Dan lebih menarik lagi, sapi-sapi betina ini

didandani layaknya seorang peragawati. Hampir di sekujur tubuh sapi dilengkapi dengan

aksesoris dengan warna yang mencolok (merah, kuning, hijau, keemasan). Sebelum acara

inti dimulai, para pemilik sapi mengiringi langkah gemulai sapi sambil menari. Suasananya

tampak semakin semarak karena langkah gemulai Sapi Sonok ini diiringi dengan musik

tradisional Madura bernama Saronen5. Keberadaan atau kepemilikan akan sapi, telah

4 DR. FarahdillaKutsiyah, S.Pt., M.p., Sapi Sonok & Karapan Sapi: Budaya Ekonomi Kreatif Masyarakat

Madura (Yogyakarta, 2015) 5 Op chit, Bouvier hal. 61

Page 7: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

memunculkan beragam perilaku atau aktivitas dan kreativitas yang lainnya. Sapi pada akhirnya

sedemikian “dihargai”. Sapi dicintai dipelihara, dirawat, bahkan “didandani” demi

memunculkan sebuah nilai yang lebih lagi. Sapi kemudian tak cukup membantu dalam proses

pengulahan ladang atau sekadar ditaruh di dalam kandang.

Sapi-sapi yang digelar dalam prosesi Kesenian Sapi Sonok adalah sapi-sapi yang

benar-benar memiliki banyak kelebihan. Artinya kualitas sapi sudah benar-benar tertangkap dari

aspek visualisasi postur atau bentuk tubuh sapi. Sapi yang berkualitas dalam Kesenian Sapi

Sonok bukan sekadar bobot tubunya yang ideal (tidak kurus atau tidak terlalu gemuk, kulit

mengkilat, memiliki mata dan tanduk yang bagus, dsb), akan tetapi kualitas pasangan Sapi Sonok

itu diketahui juga dari keserasiannya dalam melangkah. Jika dalam melangkah terjadi semacam

ketidakserasian (tidak kompak) maka sapi-sapi tersebut belum bisa dikatakan berkualitas.

B. Fokus Penelitian

Bagaimana masyarakat Madura memaknai Sapi Sonok sebagai bagian dari

kehidupan mereka?

C. Kerangka Teoritik

Dalam penelitian ini peneliti memilih teori interaksionisme simbolis Herbert

Blumer karena dalam teori interaksionisme simbolik Blumer yang merujuk pada karakter

interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. Seseorang tidak langsung memberi respon

pada tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu6.

6 Margaret M. Poloma, Sosologi Kontemporer, terj. YASOGAMA (Jakarta, 2013), hal. 263

Page 8: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

Interaksi manusia antar individu maupun dalam kelompok dijembatani oleh simbol-simbol

penafsiran yang ditemukan pada makna tindakan orang lain.7

Bagi Blumer (1969: 2), interaksionisme simbolis bertumpu pada tiga premis:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada

sesuatu itu bagi mereka,

2. Makna terebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain,

3. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung.

Aktor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan, dan menstransformir makna

dalam hubungannya dengan situasi dimana dia ditempatkan dan arah tindakannya.8 Menurut

Poloma, interaksionoisme simbolis Blumer mengandung sejumlah root images atau ide-ide

dasar.

1. Masyarakat terdiri dari manusia yang saling berinteraksi. Kegiatan tersebut saling

bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi,

2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan

manusia lain. Interaksi-interaksi non simbolis mencakup stimulus-respon yang sederhana,

seperti halnya batukuntuk membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis

mencakup “penafsiran tindakan”. Bila dalam pembicaraan seseorng pura-pura batuk ketika

tidak setuju dengan pokok-pokok persoalan yang disampaikan oleh pembicara, batuk

tersebut menjadi simbol yang berarti, yang dipakai untuk menyampaikan penolakan.

Bahasa tentu saja merupkan simbol berarti yang paling umum,

3. Obyek-obyek tidak mempunyai makna yang instrinsik, makna lebih merupakan produk

interaksi simbolis. Obyek-obyek tersebut diklasifikasikan dalam tiga katagori yang luas:

7 Ibid. 8 Ibid. hal. 260

Page 9: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

(a) obyek fisik, seperti meja, tanaman, atau mobil; (b) obyek sosial, seperti ibu, guru,

menteri, atau teman; (c) obyek abstrak, seperti nilai-nilai, hak, dan juga peraturan. Blumer

sendiri membatasi obyek sebagai “segala sesuatu yang berkaitan dengannya”. Dunia

obyek “diciptakan, disetujui, ditransformir, dan dikesampingkan” lewat interaksi simbolis,

4. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai

obyek,

5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri,

6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok, hal

ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai “organisasi sosial dari perilaku

tindakan-tindakan berbagai manusia. Sebagian besar tindakan-tindakan bersama tersebut

dilakukan berulang-ulang dan stabil,melahirkan apa yang disebut sebagai kebudayaan dan

aturan sosial.

D. Metode Penelitian

Kajian ini merupakan termasuk pada penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

dapat diartikan sebagai penelitian yang mampu menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata

lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.

Penggunaan tipe penelitian pada kajian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai suatu bidang

tertentu.

Pada penelitian ini, peneliti memilih Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan

sebagi setting penelitian, atas dasar, Kecamatan Waru merupakan pusat dari kesenian Sapi

Sonok se-Madura, sehingga bisa diasumsikan dengan mengambil setting pada tempat ini sudah

bisa memberikan gambaran yang komprehensif tentang Sapi Sonok.

Page 10: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

Subjek pada penelitian ini ditentukan secara sow ball. Hal ini dikarenakan peneliti

tidak memiliki kenalan sama sekali tentang para pemilik Sapi Sonok, sehingga peneliti terlebih

dahulu meminta bantuan kepada seseorang yang bisa “menyambungkan” peneliti kepada

pemilik Sapi Sonok. Dari informan pertama inilih selanjutnya peneliti meminta rekomendasi

informan selanjutnya.

Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah lima orang subyek dengan kategori

jenis kelamin, pekerjaan, usia, dan lama atau tidaknya tergabung dalam paguyuban Sapi Sonok.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam atau indept interview

dengan menggunakan pedoman wawancara untuk lebih menyelami tentang makna yang

berkaitan dengan topik penelitian.

E. Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan data di lapangan, dapat diketahui bahwa Sapi Sonok

merupakan sebuah kebudayaan yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan

menurut pemaparan para informan, Sapi Sonok sudah ada sejak sebelum mereka lahir. Dengan

kata lain Sapi Sonok sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sejak pertama kali mengenal

kehidupan. Pengenalan pertama kali mereka akan Sapi Sonok, tentu saja berawal dari ketika

mereka berinteraksi dengan lingkungan atau orang yang memang sudah lebih dahulu mengenal

Sapi Sonok dari pada mereka. Dari proses interaksi inilah akhirnya orang yang tidak mengenal

Sapi Sonok akhirnya menjadi tahu apa itu Sapi Sonok.

Saat proses interaksi berlangsung, aktor melakukan penilaian-penilaian terhadap

sesuatu yang terjadi pada diri mereka. Dari penilaian-penilaian itulah akhirnya timbul anggapan-

anggapan akan “objek” eksternal mereka. Anggapan-anggapan inilah yang membuat mereka

Page 11: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

membayangkan atau merencakan apa ke depannya, yang pada akhirnya juga mempengaruhi

tindakan mereka terhadap objek tersebut. Dari situlah akhirnya sang aktor memiliki pandangan

akan sesuatu tersebut.

Masyarakat terdiri dari manusia yang saling berinteraksi. Kegiatan tersebut saling

bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi. Ide

dasar pertama ini bisa dilihat pada fenomrna Sapi Sonok, dimana setiap para pemilik Sapi Sonok

saling melakukan tukar pikiran berkaitan dengan sapi-sapi mereka. Pemilik sapi yang

berkualitas, biasanya akan memberikan masukan-masukan pada pemilik lain guna meningkatkan

kualitas sapi-sapi mereka, mulai cara perawatan yang benar, jamu yang sesuai, maupun

informasi terkini tentang Sapi Sonok. Kesamaan hobi akan Sapi Sonok yang ada dalam diri

mereka inilah, yang pada akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk membuat suatu organisasi

paguyuban. Keseuaian tindakan mereka ini bisa dilihat berdasar wawancara dengan bapak H.

Zainuddin, dimana pada tahun 1995-2000 awal kesenian Sapi Sonok hampir punah, dikarenakan

pada tahun-tahun sebelumnya Sapi Sonok dilombakan, bukan dikonteskan, padahal pada

awalnya Sapi Sonok hanya sekedar kontes. Dalam perlombaan-perlombaan tersebut banyak

indikasi kecurangan yang terjadi yang menjadi biang terjadinya konflik, untuk menghindari

konflik inilah akhirnya banyak orang yang memutskan untuk berhenti memelihara Sapi Sonok,

bahkan menurut penuturannya, pada saat itu di Pamekasan hanya ada enam belas pasang Sapi

Sonok. Hal inilah yang membuat para tokoh sepuh dalam kesenian Sapi Sonok membentuk

sebuah paguyuban dan “memformulasikan” ulang kesenian Sapi Sonok kembali pada asalnya,

yaitu tidak dilombakan, tapi hanya sekedar dikonteskan. Akhirnya banyak orang yang kembali

menekuni kesenian ini seperti saat ini. Inilah proses interaksi yang terjadi dalam kesenian Sapi

Sonok.

Page 12: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan

kegiatan manusia lain. Interaksi-interaksi non simbolis mencakup stimulus-respon yang

sederhana, seperti halnya batuk untuk membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis

mencakup “penafsiran tindakan”. Bila dalam pembicaraan seseorang pura-pura batuk ketika

tidak setuju dengan pokok-pokok persoalan yang disampaikan oleh pembicara, batuk tersebut

menjadi simbol yang berarti, yang dipakai untuk menyampaikan penolakan. Bahasa tentu saja

merupkan simbol berarti yang paling umum. Kontes Sapi Sonok merupakan sebuah pertunjukan

dimana sapi-sapi berjenis kelamin betina dihiasi, didandani, dan sapi-sapi tersebut bisa

melangkah seirama dengan sapi-sapi yang menjadi pasangannya. Untuk bisa melangkah secara

berirama, tentu saja sapi-sapi tersebut dilatih cara berjalannya. Banyak perlakuan-perlakuan

“manja” yang diberikan pada sapi-sapi tersebut. Dalam kesenian Sapi Sonok ini, peneliti

menemukan data, bahwa tiga informan adalah orang yang pada masa lalunya merupakan orang

yang berkiprah pada Kerapan Sapi, namun mereka memutuskan untuk berhenti dikarenakan

adanya kekerasan dan seringnya timbul konflik dalam kebudayaan tersebut. Sedangkan kedua

informan yang lain, meskipun mereka tidak pernah memelihara sapi kerap, mereka juga menolak

terhadap adanya kekerasan pada hewan, dan kelima informan juga memiliki tujuan yang sama

dalam memelihara Sapi Sonok, yaitu untuk menambah teman dan menjalin silaturahim dengan

para pemilik sapi yang lain.

Ini artinya mereka memelihara Sapi Sonok sebagai bentuk penolakan mereka

terhadap kekerasan pada hewan dan juga bisa diartikan sebagai budaya pemersatu. Dikatakan

sebagai budaya pemersatu dikarenakan dengan adanya kesenian ini, orang yang tidanya hanya

mengenal masyarakat di sekitar lingkungan mereka, dengan memelihara Sapi Sonok mereka

bisa mengenal orang se-Madura lewat paguyuban-paguyuban yang ada. Ketika mereka sudah

Page 13: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

saling mengenal satu sama lain, apalagi tergabung dalam paguyuban yang sudah ada, sengat

kecil kemungkinan untuk terjadinya konflik, dan hal ini tidak ditemukan dalam kebudayaan

Sapi Kerap.

Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya

sebagai obyek. Menurut mead (1934/1962: 134) dengan cara merefleksikan-dengan

mengembailkan pengalaman individu pada dirinya sendiri-keseluruhan proses sosial

menghasilkan pengalaman individu yang terlibat di dalamnya; dengan cara demikian, individu

bisa menerima sikap orang lain terhadap dirinya, individu secara sadar mampu menyesesuaikan

dirinya sendiri terhadap proses sosial dan mampu mengubah proses yang dihasilkan dalam

tindakan sosial tertentu dilihat dari sudut penyesuaian dirinya terhadap tindakan sosial itu.

Kesenian Sapi Sonok merupakan sebuah kesenian yang sudah sejak lama ada dalam masyarakat

Madura. Setiap individu yang lahir pasca adanya kesenian ini pastilah akan mengalami proses

internalisasi dalam dirinya. Mereka mulai mengenal lingkungan mereka lewat sosialisasi yang

ada dalm lingkungannya. Salah satu tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk mengenalkan budaya

pada generasi yang lebih muda, karena setiap masyarakat pastilah menginginkan budayanya

lekang. Sosialisasi inilah yang pada akhirnya menumbuhkan rasa tanggung jawab dari generasi

selanjutnya untuk tetap melanggengkan kebudayaan tersebut. Dengan kata lain, mereka sadar

bahwa mereka sebagai orang Madura (obyek) yang mempunyai kewajiban untuk melestarikan

budaya yang sudah diwariskan oeh nenek moyang mereka. Hal ini terbukti berdasarkan data

yang peneliti temukan di lapangan, informan menyadari bahwa kesenian Sapi Sonok merupakan

budaya yang harus tetap dilestarikan dan tidak boleh punah karena merupakan warisan leluhur.

Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu

sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Lewis dan Smith (1980: 24), sebagaimana dikutip oleh

Page 14: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

Soeprapto (2002) bahwa perspektif ini memahami individu sendiri sebagai agen yang secara

eksistensial bebas yang bisa menerima, menolak, memodifikasi, atau sebaliknya, ‘menegaskan’

norma-norma, peran-peran, kepercayaan-kepercayaan masyarakat, dan sebagainya sesuai dengan

kepentingan-kepentingan dan rencana-rencana mereka sendiri pada waktu itu. Dalam lapangan

ditemukan bahwa aktor sebelum memutuskan untuk memelihara Sapi Sonok, sang aktor terlebih

dahulu melakukan pertimbangan-pertimbangan rasional yang sekiranya bermanfaat bagi mereka,

dengan demikian keputusan mereka dalam memelihara Sapi Sonok tentu saja berlandaskan

alasan-alasan yang rsional dari mereka.

Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota

kelompok, hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai “organisasi sosial dari

perilaku tindakan-tindakan berbagai manusia. Sebagian besar tindakan-tindakan bersama

tersebut dilakukan berulang-ulang dan stabil, melahirkan apa yang disebut sebagai kebudayaan

dan aturan sosial. Dalam kesenian Sapi Sonok sendiri, sebenarnya terdapat satu lagi kesenian

yang selalu menjadi pengiring bahkan sudah dianggap sebagai satu kesatuan dari kesenian Sapi

Sonok itu sendiri. Kesenian tersebut adalah musik Saronen, sebuah permainan musik tradisional

yang sebenarnya juga dapat dijumpai di daerah lain, tapi sudah dianggap sebagai ciri khas

Madura. Ini merupakan penyesesuaian dari dua tingkah laku yang berbeda yang memang sudah

berjalan sejak lama, dan pada akhirnya melahirkan kebudayaan Sapi Sonok itu sendiri, yang

memang tidak bisa lepas dari permainan Saronen ini.

Menurut Blumer, tindakan manusia bukan disebabkan olen beberapa ”kekuatan luar” (seperti

yang dimaksudkan oleh kaum fungsionalis-struktural), tidak pula disebabkan oleh ”kekuatan

dalam” (seperti yang dinyatakan oleh kaum reduksionis-psikologis). Blumer (1969: 80)

menyanggah individu bukan dikelilingi lingkungan obyek-obyek potensial yang

Page 15: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

mempermainkannya dan membentuk perilakunya. Tetapi individulah yang membentuk obyek-

obyek itu – misalnya berpakaian atau mempersiapkan diri untuk karir profesional – individu

sebenarnya sedang merancang obyek-obyek yang berbeda, memberinya makna,, menilai

kesesuaiannya dengan tindakan, dan mengambil keputusa berdasarkan penilaian tersebut

(Poloma, 2003: 260-261).

Dengan demikian, manusia merupakan aktor yang sadar dan refleksif, yang

menyatukan obyek-obyek yang diketahuinya melalui apa yang disebut Blumer (1969: 81)

sebagai Self-Indication. Self-indication merupakan proses komunikasi yang sedang berjalan

dimana individu mengetahui sesuatu, menilaiya, memberinya makna, dan memutuskan untuk

bertindak berdasarkan makna tersebut. Sapi Sonok merupakan sebuah kebudayaan yang sudah

berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan menurut pemaparan para informan, Sapi

Sonok sudah ada sejak sebelum mereka lahir. Dengan kata lain Sapi Sonok sudah menjadi

bagian dari kehidupan mereka sejak pertama kali mengenal kehidupan. Pengenalan pertama kali

mereka akan Sapi Sonok, tentu saja berawal dari ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan

atau orang yang memang sudah lebih dahulu mengenal Sapi Sonok dari pada mereka. Dari

proses interaksi inilah akhirnya orang yang tidak mengenal Sapi Sonok akhirnya menjadi tahu

apa itu Sapi Sonok.

Saat proses interaksi berlangsung, aktor melakukan penilaian-penilaian terhadap

sesuatu yang terjadi pada diri mereka. Para informan memeliliki penilaian yang berbeda-beda

akan kesenian Sapi Sonok, namun demikian secara umum penilaian merekan pada kesenian ini

adalah penilaian ekonomi, sosial, dan budaya. Yang dimaksud dengan penilaian ekonomi di sini

adalah bahwa para informan terlebih dahulu melakukan pertimbangan-pertimbangan ekonomis

sebelum memutuskan untuk memelihara Sapi Sonok. Dengan kata lain setelah mereka

Page 16: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

mengatahui apa rugi dan untungnya menggeluti kesenian ini bagi mereka, mereka baru

memutuskan akan memelihara Sapi Sonok apa tidak. Sedangkan yang dimaksud dengan

pertimbangan sosial adalah mereka menyadari bahwa dengan memelihara Sapi Sonok mereka

bisa mendapatkan “keluarga” baru bagi mereka. Seperti yang diketahui, bahwa banyaknya

masyarakat yang terjun dalam kesenian ini, menandakan bahwa kesenian ini sudah mendapat

tempat di hati masyarakat, ini juga menunjukkan kesadaran masyarakat Madura untuk tetap

melestarikan kesenian dari leluhurnya. Supaya kesenian ini tetap lestari, maka diperlukan sebuah

wadah yang berfungsi untuk melestarikan kasenian ini, maka dibentukklah paguyuban-

paguyuban yang tersebar di beberapa tempat di masing-masing kabupaten yang ada di Madura.

Antar paguyuban saling berinteraksi dengan paguyuban yang lain dengan cara diadakannya

kontes Sapi Sonok secara rutin setiap bulan yang diselenggarakan secara bergantian oleh

masing-masing pauyuban yang ada, dan stiap paguyuban mengadakan kontes, maka paguyuban

yang lain wajib mengirim minimal satu pasang Sapi Sonok untuk mengikuti kontes tersebut. Dari

interaksi inilah akhirnya Sapi Sonok bisa membentuk sebuah jaringan sosial yang pada akhirnya

menyatukan masyarakat Madura. Sedangkan yang dimaksud dengan penilaian budaya adalah,

bahwa para informan sadar bahwa kesenian Sapi Sonok ini merupakan warisan para nenek

moyang yang harus mereka lestarikan dan jangan sampai punah. Dari penilaian-penilaian itulah

akhirnya timbul anggapan-anggapan akan “objek” eksternal mereka. Para informan menganggap

dengan adanya kesenian Sapi Sonok ini, masyarakat bisa bersatu dan saling mengenal

masyarakat Madura yang lain. Hal ini bisa dilihat dari alasan para informan yang memutuskan

untuk memelihara Sapi Sonok salah satunya adalah untuk menambah teman dan menjalin

silaturahim dengan masyarakat Madura yang berasal dari daerah lain. Selain itu, berdasarkan

pemaparan dai informan bahwa yang menggeluti kesenian ini merupakan orang yang secara

Page 17: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

perekonomian berada pada kelas menengah ke atas. Dengan kata lain bahwa kesenian ini

memiliki prestis tersendiri dalam masyarakat. Dari situlah akhirnya sang aktor memiliki

pandangan akan Sapi Sonok sebagai sabuah kesenian yang bisa memberikan keuntungan secara

ekonomi dan sosial bagi mereka, dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk memelihara Sapi

Sonok dalam kehidupan mereka.

F. Kesimpulan

1. Sapi Sonok adalah simbol pemersatu bangsa. Dalam kesenian ini terkandung

nilai-nilai persatuan yang dianut oleh masyarakat Madura, dimana dengan memlihara

Sapi Sonok mereka akan mengenal masyarakat Madura yang “lain” yang juga

menganut nilai-nilai yang sama dengan mereka, dan nilai-nilai yang sama itulah yang

bisa menghindarkan mereka dari konflik. Sapi Sonok juga membentuk sebuah

jaringan sosial melalui paguyuban-paguyuban yang tersebar di setiap kabupaten yang

ada di Madura yang saling berhubungan satu sama lain. Interaksi yang dijalin oleh

paguyuban-paguyuban inilah yang bisa mengikat rasa kekeluargaan di antara para

anggota paguyuban-paguyuban yang ada.

2. Sapi Sonok mengandung makna prestis di dalamnya. Dimana para pemilik sapi

adalah orang-orang yang memang secara ekonomi berada dalam kalangan atas,

dimana dalam setiap kontesnya terdapat adu gengsi antar pemilik di dalamnya.

G. Saran

1. Dikarenakan penelitian ini jauh dari kata sempurna, maka perlu ada penelitian

lanjutan terkait tema yang sama dengan menggunakan landasan teori lain, sehingga

memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terkait kesenian Sapi Sonok.

Page 18: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

2. Dikarenakan minimnya penelitian tentang kebudayaan Madura, diperlukan adanya

penelitian lain yang mengkaji kebudayaan-kebudayaan yang ada di Madura, karena

dalam kenyataannya Madura memang kaya akan budaya warisan nenek moyang,

sehingga pemahaman orang luar terhadap Madura lebih konprehensif, tidak hanya

pada ranah kekerasan dan keagamaan.

Page 19: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Azwar, Sifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bouvier, Helene. 2002. Lebur! Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura.

Jakarta: YOI.

Craib, Ian. 1986. Teori-teori Sosial Modern. Jakarta: Rajawali.

Goodman, Douglas J dan Ritzer, George. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Kutsiyah, Farahdilla. 2015. Sapi Sonok & Karapan Sapi: Budaya Ekonomi Kreatif Masyarakat

Madura. Yogyakarta: Plantaxia

Latief, A. Wiyata. 2006. Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta:

LKIS.

Poloma, Margaret M. 2013. Sosologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

Rtzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir

Postmodern (Edisi Kedelapan 2012). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soeprapto, H.R. Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik. Malang: Averroes Press.

Suyanto, Bagong dan Sutinah (ed). 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana

Page 20: SKRIPSI - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsb7a63564d6full.pdf · malah diiring dengan musik dan tari-tarian saronen 2 yang merupakan sebuah musik khas

Journal:

URNA (Jurnal Seni Rupa) 2012, ISSN 2301-8135, vol .1, no. 2, hal 141.

Ensklopedi:

Ensiklopedi Pamekasan; 2010.