SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode...

136
SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, ANTOSIANIN DAN ASAM ASKORBAT PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh: DEWI KURNIASIH F24053170 2010 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Transcript of SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode...

Page 1: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

SKRIPSI

KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, ANTOSIANIN DAN

ASAM ASKORBAT PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT

Oleh:

DEWI KURNIASIH

F24053170

2010

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, ANTOSIANIN DAN

ASAM ASKORBAT PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

DEWI KURNIASIH

F24053170

2010

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 3: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

Judul Skripsi : Kajian Kandungan Senyawa Karotenoid, Antosianin dan Asam

Askorbat pada Sayuran Indigenous Jawa Barat

Nama : Dewi Kurniasih

Nim : F24053170

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si

NIP: 19630701 198811 2 001

Mengetahui:

Dr. Ir. Dahrul Syah

NIP: 19650814 19902 1 001

Tanggal lulus: 21 Januari 2010

Page 4: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

Dewi Kurniasih. F24053170. Kajian Kandungan Senyawa Karotenoid,

Antosianin dan Asam Askorbat pada Sayuran Indigenous Jawa Barat. Di

bawah bimbingan Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si.

RINGKASAN

Sayur-sayuran merupakan jenis makanan yang sangat dianjurkan untuk

dikonsumsi dalam menu makanan. Selain mudah diperoleh dan murah

harganya, sayuran juga banyak mengandung vitamin, mineral, dan komponen

antioksidan seperti asam askorbat, karotenoid, flavonoid, asam-asam organik

tertentu dan sebagainya.

Sayuran indigenous merupakan spesies sayuran asli yang berasal dari

daerah/wilayah/ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang dari wilayah

geografis lain tetapi telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah

Indonesia. Sayuran indigenous di berbagai wilayah Indonesia belum banyak

dimanfaatkan karena belum banyak diketahui nilai dan manfaat komponen-

komponen aktif yang terkandung didalamnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa

karotenoid, antosianin dan asam askorbat pada 24 jenis sayuran indigenous

Jawa Barat, mengetahui hubungan antar senyawa teridentifikasi melalui meta-

analisis, serta mengidentifikasi potensi sayur-sayuran tersebut melalui studi

literatur berdasarkan nilai kandungan senyawa yang diperoleh dari analisis.

Sayuran indigenous yang digunakan, yaitu kenikir (Cosmos caudatus H.B.K),

beluntas (Pluchea indica (L.) Less.), mangkokan putih (Polyscias scutellaria

(Burm.f.) Fosb.), mangkokan (Nothopanax scutellarius (Burm.f.) Merr.), daun

kendondong cina (Polyscias pinnata), kecombrang (Etlingera elatior (Jack)

R.M.Sm.), kemangi (Ocimum americanum L.), katuk (Sauropus androgynus

(L.) Merr.), antanan (Centelia asiatica (L.) Urb.), antanan beurit (Hydrocotyle

sibthorpioides Lmk.), pohpohan (Pilea melastomoides (Poir.) Bl.), daun

ginseng (Talinum triangulare (Jacq.) Willd.), krokot (Portulaca oleracea L.),

bunga turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.), kucai (Allium schoenoprasum

L.), takokak (Solanum torvum Swartz), daun kelor (Moringa pterygosperma

Gaertn.), daun mengkudu (Morinda citrifolia L.), lembayung (Vigna

unguiculata (L.) Walp.), terubuk (Saccharum edule Hassk.), daun labu

(Sechium edule (Jacq.) Swartz.), bunga pepaya (Carica papaya L.), pucuk

mete (Anacardium occidentale L.) dan daun pakis (Arcypteris irregularis

(C.Presl) Ching.).

Analisis β-karoten dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi

(Zakaria et al., 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs,

1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan dengan

metode spektrofotometri (Zakaria et al., 2000; Lees dan Francis, 1972). Data

hasil analisis kemudian diuji statistik dengan menggunakan program Minitab

15 untuk uji PCA (Principal Component Analysis) dan program SPSS 13.0

untuk uji ANOVA (analisis ragam).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 sampel sayuran indigenous

Jawa Barat yang dianalisis dalam penelitian ini mengandung kadar air antara

75.27-92.30% dengan kadar air tertinggi terdapat pada kucai dan terendah

pada daun kelor. Kadar protein antara 3.93-34.74% dengan kadar protein

Page 5: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

tertinggi dimiliki oleh lembayung dan terendah pada antanan. Total karotenoid

terbesar dimiliki oleh kemangi dengan nilai sebesar 58.41 mg/100 g dry basis,

sedangkan terendah dimiliki oleh bunga turi sebesar 3.65 mg/100 g dry basis.

Nilai rata-rata kandungan karotenoid dari ke-24 sampel adalah sebesar 29.01

mg/100 g dry basis. Kandungan β-karoten terbesar dimiliki oleh daun labu,

yakni sebesar 13.27 mg/100g dry basis, sedangkan kandungan terendah

dimiliki oleh bunga kecombrang, yaitu sebesar 0.01 mg/100 g dry basis. Nilai

rata-rata kandungan β-karoten dari ke-24 sampel adalah sebesar 5.30 mg/100 g

dry basis.

Senyawa antosianin ditemukan diseluruh sampel dengan kandungan

tertinggi terdapat pada bunga kecombrang dengan nilai sebesar 43.19 mg/100

g dry basis, sedangkan kandungan antosianin terendah terdapat pada daun

pakis dengan nilai sebesar 0.67 mg/100 g dry basis. Nilai rata-rata kandungan

antosianin dari ke-24 sampel adalah sebesar 8.24 mg/100 g dry basis.

Kandungan asam askorbat terbesar ditemukan pada pucuk mete, yakni sebesar

5607.78 mg/100 g dry basis, sedangkan kandungan terendah terdapat pada

mangkokan putih, yaitu sebesar 236.54 mg/100 g dry basis. Nilai rata-rata

kandungan asam askorbat dari ke-24 sampel adalah sebesar 1194.70 mg/100 g

dry basis.

Grafik biplot PCA dan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kandungan

total karotenoid berkorelasi positif dengan kandungan β-karoten pada sampel

(pvalue 0.000< α 0.05) dengan nilai korelasi 0.792. Nilai korelasi positif

mengindikasikan bahwa bila nilai total karotenoid naik, maka nilai β-karoten

pun akan naik, dan sebaliknya. Selain itu, hubungan antara antosianin dengan

total karotenoid (pvalue 0.023< α 0.05) dan antosianin dengan β-karoten

(pvalue 0.025< α 0.05) memiliki nilai korelasi masing-masing sebesar -0.462

dan -0.457. Nilai korelasi negatif tersebut memberikan informasi bahwa bila

nilai antosianin naik, maka nilai total karotenoid akan turun, dan bila nilai

antosianin turun maka nilai total karotenoid akan naik. Uji korelasi juga

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kandungan asam askorbat

dengan kandungan total karotenoid, β-karoten, maupun antosianin. Hal ini

dikarenakan nilai p yang dihasilkan lebih besar dari nilai α (0.05). Analisis

sidik ragam menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan nyata

kandungan keempat senyawa pada satu sampel dengan sampel lainnya.

Hasil uji korelasi terhadap hubungan total fenol dengan total flavonoid

menunjukkan bahwa ada korelasi positif (pvalue 0.023<0.05) antara keduanya

dengan nilai korelasi sebesar 0.461, sedangkan antara total fenol dengan

antosianin tidak menunjukkan adanya korelasi (pvalue 0.648>0.05). Terakhir,

analisis hubungan antara kadar protein dengan total karotenoid menunjukkan

bahwa tidak ada korelasi diantara keduanya (pvalue 0.156>0.05).

Hampir keseluruhan sampel memiliki potensinya masing-masing sebagai

sumber senyawa tertentu yang diketahui memiliki efek farmakologis bagi

kesehatan. Kandungan asam askorbat pada ke 24 sampel sayuran indigenous

memiliki nilai yang cukup signifikan dan dapat diunggulkan dibandingkan

dengan kandungan ketiga senyawa lainnya (karotenoid, β-karoten, dan

antosianin) pada sampel.

Page 6: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Januari

1987 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan

Sahiruddin dan Solihah. Penulis menyelesaikan jenjang

pendidikan di SD Negeri Jatisampurna Bekasi, SLTP Negeri

230 Jakarta dan SMA Negeri 99 Jakarta. Penulis kemudian

diterima menjadi mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI pada tahun 2005.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah tergabung dalam

organisasi dan kegiatan kemahasiswaan, diantaranya adalah staf DPPI (Dept.

Peduli Pangan Indonesia) HIMITEPA, bendahara PSDM DKM Al-Hurriyyah,

manajer keuangan majalah pangan EMULSI dan staf Soskemas BEM Fateta.

Penulis juga pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan, antara lain sie dekorasi

Politik Expo, sie konsumsi Suksesi HIMITEPA, sie acara IFOODEX, PJ

kelompok BAUR, penyuluh dalam Penyuluhan Pangan Pedagang Lingkar

Kampus, penyuluh dalam Penyuluhan Pangan Anak Sekolah dan koordinator

Program Kakak Asuh. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah

Kimia Dasar, Evaluasi Sensori dan Teknologi Pengolahan Pangan.

Penulis juga pernah mengikuti acara-acara seminar atau pelatihan,

diantaranya Mass Media Management seminar dan training, GLP (Good

Laboratory Practices) seminar, seminar nasional Teknologi Pangan dan Gizi,

Pelatihan Sistem Manajemen Halal (PLASMA) Industri Pangan, dan seminar

Wirausaha Muda Mandiri.

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian,

penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Kandungan Senyawa

Karotenoid, Antosianin dan Asam Askorbat pada Sayuran Indigenous Jawa

Barat”, di bawah bimbingan Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Msi.

Page 7: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim

Puji syukur kepada Allah Ta’ala yang Maha menetukan setiap detail takdir

sekaligus menetapkan hikmah dibaliknya sehingga dengan semangat, doa, dan

harapan yang tak putus, penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada manusia terbaik sepanjang sejarah

manusia, Rosulullah sholallohu’alaihi wassalam, beserta keluarga, sahabat dan

seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah menapaki risalahnya hingga akhir

zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dapat

diselesaikan atas sumbangan pemikiran, masukan, dan bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tak

terhingga kepada:

1. Keluarga tercinta, Ibunda, Ayahanda, mas Daus, dek Rasyid, bibi Linda.

Terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian yang tak tergantikan.

2. Ibu Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan

pembimbing skripsi yang selalu memberikan arahan, bimbingan, masukan,

saran, koreksi, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis. Mohon

maaf atas segala kekurangan dan kesalahan penulis, hanya Allah yang dapat

membalas segala kebaikan Ibu dengan sebaik-baik balasan dan semoga Ibu

selalu dalam lindungan-Nya.

3. Ibu Elvira Syamsir, STP, M.Si dan Ibu Dian Herawati, STP yang telah

bersedia menjadi dosen penguji skripsi dan memberikan masukan yang sangat

berharga untuk kelengkapan skripsi penulis.

4. Sahabat-sahabat tercinta. M. Ari Wibowo, Veni Dwintasari, Tri Erza Apriyadi

dan Riska Rudiyanti Dewi yang selalu ada, tempat berbagi cerita dan segala

perasaan, selalu menyemangati, menasihati dan menjadi pendengar yang baik

atas segala permasalahan yang penulis hadapi.

Page 8: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

ii

5. Seluruh teman-teman ITP 42. Riza, terimakasih atas dukungan, kerja sama,

dan segala bantuannya. Rika dan Septi, para musafir pencari ilmu, terimakasih

telah senantiasa mengingatkan penulis, semoga kita senantiasa istiqomah di

atas kebenaran. Dila, Susan, Dina, Tuti, Ike, Difa, Indri, Marina, Upik, Ari TP,

Panji, Midun dan Siyam, terimakasih atas segala diskusi yang menginspirasi

penulis. Yusi, Arya, Melissa, Ola, Tami, dan Reriel, yang telah datang ke

siding penulis. Tak lupa teman-teman ITP 42 lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Sebuah anugerah bisa mengenal teman-teman hebat

seperti kalian.

6. Teman-teman asrama, Nisa, Nilam, dan Sarah yang selalu membuat penulis

merindukan masa-masa menjadi mahasiswa TPB. Resti dan Rabika, teman-

teman terbaik saat duduk di bangku sekolah yang penulis miliki sampai saat

ini.

7. Seafast’erz tercinta, Mas Arief, Mba “Duo” Ria, Mba Irin, Mas Marto, Mas

Wawan, Mas Ayusta, Shofa, mas Yerris, mba Fidy, mba Anie, Abah, Bu Ana,

dan Bu Entin. Teknisi Laboratorium ITP, Pak Wahid, mba Darsih, Pak Rojak,

dan seluruh teknisi lainnya. Terimakasih banyak atas segala bantuannya dalam

melancarkan penelitian penulis.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah berkontribusi secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini, yang telah

menginspirasi penulis, dan memberikan warna dalam kehidupan penulis. Semoga

Allah Ta’ala membalas kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i semuanya dan mencatatnya

sebagai amal kebaikan yang pahalanya tidak terputus, dan akhirnya semoga

skripsi ini dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja dengan

berbagai cara.

Bogor, Januari 2010

Penulis

Page 9: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………............................................ i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….......... iii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….......... v

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………….. vi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….......... vii

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1

A. LATAR BELAKANG ……………………………………........................... 1

B. TUJUAN …………………………………………………………………… 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………… 5

A. SAYURAN INDIGENOUS …………………………………………........... 5

B. KAROTENOID DAN β-KAROTEN ……………………………………… 14

C. ANTOSIANIN ……………………………………………………………... 18

D. ASAM ASKORBAT ………………………………………………………. 21

E. META-ANALISIS………………………………………………………….. 22

III. BAHAN DAN METODE ………………………………………………………. 24

A. BAHAN DAN ALAT ……………………………………………………… 24

1. Bahan ……………………………………………………….................. 24

2. Alat ……………………………………………………………………. 24

B. METODE …………………………………………………………………... 25

1. Persiapan Sampel ……………………………………………………... 26

2. Analisis Sampel………………………………………………………... 28

a. Analisis Kadar Air ………………………………………….......... 28

b. Analisis Kadar Protein …………………………………………… 28

c. Analisis Total Karotenoid …………………………………........... 29

d. Analisis β-karoten …………………………………………........... 30

e. Analisis Antosianin ………………………………………………. 31

f. Analisis Asam Askorbat …………………………………………. 32

3. Analisis Statistik .……………………………………………………… 33

a. Analisis Ragam (Anova)………………………………………….. 33

b. Uji Lanjut Duncan………………………………………………... 33

Page 10: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

iv

c. Uji Korelasi Pearson……………………………………………… 34

d. Analisis Komponen Utama (PCA)……………………………….. 35

4. Analisis Potensi………………………………………………………... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………. 41

A. TOTAL KAROTENOID …………………………………………………... 41

B. β-KAROTEN ………………………………………………………………. 44

C. ANTOSIANIN ………………………………………………………........... 48

D. ASAM ASKORBAT ………………………………………………………. 51

E. META ANALISIS ANTAR SENYAWA TERIDENTIFIKASI .................. 54

1. Analisis Hubungan Antara Karotenoid, β-karoten, Antosianin dan

Asam Askorbat ………………………………………………………...

54

2. Analisis Hubungan Antara Total Fenol dan Total Flavonoid ................ 59

3. Analisis Hubungan Antara Total Fenol dan Total Antosianin ………... 60

4. Analisis Hubungan Antara Kadar Protein dan Total Karotenoid ……... 61

F. IDENTIFIKASI POTENSI SAYURAN INDIGENOUS BERDASARKAN

PROFIL KAROTENOID, ANTOSIANIN DAN ASAM ASKORBAT……

63

V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………. 71

A. KESIMPULAN ………………………………………………….................. 71

B. SARAN ………………………………………………………….................. 72

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 74

Page 11: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskripsi umum (suku, jenis, nama inggris dan nama lokal),

BDD, dan fungsi kesehatan dari 24 jenis sayuran indigenous

Jawa Barat ………………………………………………………..

8

Tabel 2. Kandungan karotenoid pada berbagai jenis sayuran …………….. 16

Tabel 3. Gugus pengganti pada struktur kation flavilium untuk

membentuk antosianin …………………………………………...

19

Tabel 4. Kandungan antosianin pada berbagai komoditi buah ………….... 20

Tabel 5. Kandungan asam askorbat pada berbagai jenis sayuran ................ 21

Tabel 6. Spesifikasi HPLC untuk analisis β-karoten……………………… 25

Tabel 7. Akar ciri (eigen value) dengan proporsi dan kumulatif

keragamannya dari 4 peubah .........................................................

55

Tabel 8. Nilai vektor dari hubungan antar peubah dengan komponen

utama ..............................................................................................

55

Tabel 9. Matriks korelasi dari empat peubah yang merupakan senyawa-

senyawa yang dianalisis pada 24 jenis sayuran indigenous ...........

56

Tabel 10. Nilai total fenol, total flavonol dan flavon, total antosianin dan

total flavonoid pada 24 sayuran indigenous Jawa Barat ................

60

Tabel 11. Rekapitulasi nilai keseluruhan hasil analisis pada 24 jenis

sayuran indigenous Jawa Barat …………………………………..

70

Tabel 12. Kadar total karotenoid 24 sayuran indigenous Jawa Barat ……… 85

Tabel 13. Kadar β-karoten 24 sayuran indigenous Jawa Barat …………….. 92

Tabel 14. Kadar total antosianin 24 sayuran indigenous Jawa Barat ……… 98

Tabel 15. Kadar asam askorbat 24 sayuran indigenous Jawa Barat ……….. 104

Tabel 16. Kadar air 24 sayuran indigenous Jawa Barat……………………. 110

Tabel 17. Kadar air freeze dryer 24 sayuran indigenous Jawa Barat….......... 113

Tabel 18. Kadar protein 24 sayuran indigenous Jawa Barat…………........... 116

Page 12: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram alir desain penelitian sayuran indigenous Jawa Barat.. 4

Gambar 2. Struktur kimia β-karoten ……………………………………… 17

Gambar 3. Struktur kimia lutein …………………………………………... 17

Gambar 4. Struktur dasar kation flavilium ………………………………... 18

Gambar 5. Struktur kimia asam askorbat …………………………………. 22

Gambar 6. Diagram alir persiapan sampel sayuran untuk analisis ……….. 27

Gambar 7. Diagram alir analisis total karotenoid dengan spektrofotometer 37

Gambar 8. Diagram alir analisis β-karoten dengan HPLC ……………….. 38

Gambar 9. Diagram alir analisis total antosianin dengan spektrofotometer 39

Gambar 10. Diagram alir analisis asam askorbat dengan cara titrasi ............ 40

Gambar 11. Diagram batang kandungan total karotenoid pada 24 sayuran

indigenous Jawa Barat………………………………………….

42

Gambar 12. Diagram batang kandungan β-karoten pada 24 sayuran

indigenous Jawa Barat………………………………………….

45

Gambar 13. Hasil kromatogram HPLC analisis β-karoten dari standar β-

karoten dengan kemunculan puncak β-karoten pada menit ke-

17.584 .........................................................................................

46

Gambar 14. Hasil kromatogram HPLC analisis β-karoten dari ekstrak daun

kedondong cina dengan kemunculan puncak β-karoten pada

menit ke-17.741 ..........................................................................

47

Gambar 15. Diagram batang kandungan total antosianin pada 24 sayuran

indigenous Jawa Barat………………………………………….

50

Gambar 16. Diagram batang kandungan asam askorbat pada 24 sayuran

indigenous Jawa Barat………………………………………….

52

Gambar 17. Grafik biplot hasil pengujian dengan PCA dari nilai hasil

analisis total karotenoid, β-karoten, antosianin, dan asam

askorbat ......................................................................................

57

Page 13: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. 24 jenis sampel sayuran indigenous Jawa Barat ...................... 82

Lampiran 2. Data hasil analisis total karotenoid, β-karoten, antosianin,

asam askorbat, kadar air dan kadar protein 24 sayuran

indigenous Jawa Barat .............................................................

85

Lampiran 3. Hasil analisis statistik hubungan senyawa teridentifikasi

dengan PCA dan uji korelasi Pearson ......................................

118

Lampiran 4. Hasil uji ANOVA senyawa teridentifikasi pada 24 jenis

sayuran indigenous Jawa Barat .......................................

119

Lampiran 5. Hasil uji lanjut Duncan senyawa teridentifikasi pada 24 jenis

sayuran indigenous Jawa Barat ................................................

120

Page 14: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sayuran merupakan jenis makanan yang sangat dianjurkan untuk

dikonsumsi dalam menu makan sehari-hari. Selain mudah diperoleh, murah

harganya dan dapat diolah menjadi berbagai hidangan yang lezat, sayuran juga

banyak mengandung vitamin, mineral, dan komponen antioksidan seperti

asam askorbat, karotenoid, flavonoid, asam organik tertentu, peptida, tannin

dan tokoferol. Antioksidan tersebut dapat berfungsi sebagai senyawa

pereduksi, menangkap senyawa radikal, mengikat ion logam prooksidan dan

penghambat terbentuknya singlet oksigen (Pratt, 1992). Menurut Karyadi

(1996) mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung sayuran dapat

mencegah timbulnya penyakit degeneratif, mengoreksi zat gizi tubuh yang

kurang, memelihara kesehatan tubuh, memperlambat proses penuaan,

memelihara sistem kekebalan tubuh, mengatasi stres dan membantu

penyembuhan penyakit.

Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki beragam jenis sayuran

lokal yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Sayuran-sayuran lokal tersebut

dikenal dengan istilah sayuran indigenous. Sayuran ini dapat digunakan

sebagai obat-obatan maupun jamu-jamuan karena mengandung senyawa

fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan yang sangat menguntungkan

bagi kesehatan (Sandrasari, 2008). Namun sayangnya, beranekaragamnya

jenis sayuran tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan

pangan, bahkan masyarakat setempat sendiri belum mengetahui bahwa

tanaman lokal di daerahnya dapat dikonsumsi sebagai sayur-sayuran

pelengkap menu. Padahal penganekaragaman sumber makanan termasuk

dalam konsumsi sayur-sayuran merupakan salah satu pemecahan dalam

rangka mengurangi ketergantungan pada salah satu jenis sumber makanan

tertentu apalagi bila bersumber dari kekayaan lokal sendiri.

Jawa Barat sebagai salah satu wilayah sentra produksi sayuran

menghasilkan beragam jenis sayuran lokal yang sangat besar potensinya untuk

dimanfaatkan. Pada penelitian ini, digunakan 24 jenis sayuran indigenous

Page 15: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

2

Jawa Barat yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat lokal sebagai lalapan

atau pelengkap menu. Sayuran tersebut antara lain kenikir (Cosmos caudatus

H.B.K), beluntas (Pluchea indica (L.) Less.), mangkokan putih (Nothopanax

scutellarium (Burm.f.) Fosb.), mangkokan (Nothopanax scutellarius (Burm.f.)

Merr.), daun kendondong cina (Polyscias pinnata), kecombrang (Etlingera

elatior (Jack) R.M.Sm.), kemangi (Ocimum americanum L.), katuk (Sauropus

androgynus (L.) Merr.), antanan (Centelia asiatica (L.) Urb.), antanan beurit

(Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.), pohpohan (Pilea melastomoides (Poir.)

Bl.), daun ginseng (Talinum triangulare (Jacq.) Willd.), krokot (Portulaca

oleracea L.), bunga turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.), kucai (Allium

schoenoprasum L.), takokak (Solanum torvum Swartz), daun kelor (Moringa

pterygosperma Gaertn.), pucuk mengkudu (Morinda citrifolia L.), lembayung

(Vigna unguiculata (L.) Walp.), terubuk (Saccharum edule Hassk.), daun labu

(Sechium edule (Jacq.) Swartz.), bunga pepaya (Carica papaya L.), pucuk

mete (Anacardium occidentale L.) dan daun pakis (Arcypteris irregularis

(C.Presl) Ching.).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Batari (2007) dan

Rahmat (2009) menunjukkan bahwa sayuran indigenous sebagaimana

disebutkan diatas mengandung senyawa flavonoid yang berupa flavonol

(quercetin, miricetin dan kaempferol) dan flavon (luteolin dan apigenin).

Flavonol dan flavon merupakan flavonoid penting yang terdapat dalam

tanaman sebab senyawa tersebut merupakan jenis senyawa fenol yang

diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang berfungsi sebagai radical

scavenger, sebagai senyawa pereduksi, dan penghambat terjadinya oksidasi

lipid lanjut sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian Sandrasari (2008)

mengenai kapasitas antioksidan pada sayur-sayuran indigenous tersebut.

Penelitian yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari penelitian

sebelumnya ini diarahkan untuk mengungkap fakta ilmiah mengenai

kandungan senyawa karotenoid khususnya β-karoten, senyawa antosianin dan

asam askorbat pada 24 jenis sayuran indigenous dengan diagram alir desain

penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pengetahuan akan komponen

bioaktif yang terkandung dalam sayuran-sayuran lokal tersebut diharapkan

Page 16: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

3

dapat mendorong optimalisasi pemanfaatan sayuran indigenous tersebut

sehingga dapat tercipta peluang untuk meningkatkan nilai tambah dan

memperluas penggunaan sayuran-sayuran tersebut dalam khasanah pangan

Indonesia.

B. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa

karotenoid, antosianin dan asam askorbat pada 24 jenis sayuran indigenous

Jawa Barat, mengetahui hubungan antar senyawa teridentifikasi dengan

melakukan meta-analisis antara total fenol dengan total flavonoid, total fenol

dengan total antosianin dan kadar protein dengan total karotenoid, serta

mengidentifikasi potensi sayur-sayuran tersebut melalui studi literatur

berdasarkan nilai kandungan senyawa yang diperoleh dari analisis.

Page 17: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

4

Gambar 1. Diagram alir desain penelitian sayuran indigenous Jawa Barat

Meta-analisis

Analisis Potensi

1. Pengumpulan data hasil analisis utama

2. Studi literatur

3. Justiifikasi potensi

1. Hubungan antara total karotenoid,

β-karoten, antosianin, dan asam

askorbat

2. Hubungan antara total fenol dan

total karotenoid

3. Hubungan antara total fenol dan

total antosianin

4. Hubungan antara total karotenoid

dan protein

1. Analisis komponen

utama (PCA)

2. Uji korelasi Pearson

1. Analisis Proksimat:

-Kadar air

-Kadar protein

2. Analisis Utama:

-Kadar total karotenoid

-Kadar β-karoten

-Kadar antosianin

-Kadar asam askorbat

3. Analisis statistik:

-Analisis ragam (Anova)

- Uji lanjut Duncan

Analisis Sampel

Persiapan Sampel

Perolehan Sampel 1. Pasar Bogor

2. Kebun Penduduk

Freeze drying

Page 18: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. SAYURAN INDIGENOUS

Indonesia memiliki keragaman sumber daya hayati yang sangat potensial

untuk dikembangkan. Salah satu sumber daya hayati tersebut adalah sayur-

sayuran yang memiliki kontribusi penting terhadap suplai pangan dan

kesehatan masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa nenek moyang kita telah

banyak memanfaatkan sayuran indigenous sebagai bahan pangan karena rasa

dan manfaat sayur-sayuran tersebut yang telah dikenal dengan baik

berdasarkan pengetahuan secara turun temurun. Menurut Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, sayuran indigenous adalah spesies sayuran asli

Indonesia yang berasal dari daerah/wilayah/ekosistem tertentu, termasuk

spesies pendatang dari wilayah geografis lain tetapi telah berevolusi dengan

iklim dan geografis wilayah Indonesia. Sayuran indigenous biasanya tumbuh

di pekarangan rumah maupun kebun secara alami dan dimanfaatkan untuk

kepentingan keluarga, baik sebagai sayuran yang dimasak, lalapan bahkan

sebagai obat dari suatu penyakit.

Sayuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sayur-sayuran

yang banyak tumbuh di daerah Jawa Barat dan banyak dikonsumsi oleh

masyarakat setempat. Bagian dari sayur-sayuran indigenous yang digunakan

adalah bagian yang biasa dikonsumsi (dapat berupa batang, daun, bunga atau

seluruh bagian tanaman). Sayuran tersebut antara lain, kenikir (Cosmos

caudatus H.B.K), beluntas (Pluchea indica (L.) Less.), mangkokan putih

(Nothopanax scutellarium (Burm.f.) Fosb.), mangkokan (Nothopanax

scutellarius (Burm.f.) Merr.), daun kendondong cina (Polyscias pinnata),

kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.), kemangi (Ocimum

americanum L.), katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.), antanan (Centelia

asiatica (L.) Urb.), antanan beurit (Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.),

pohpohan (Pilea melastomoides (Poir.) Bl.), daun ginseng (Talinum

triangulare (Jacq.) Willd.), krokot (Portulaca oleracea L.), bunga turi

(Sesbania grandiflora (L.) Pers.), kucai (Allium schoenoprasum L.), takokak

(Solanum torvum Swartz), daun kelor (Moringa pterygosperma Gaertn.),

Page 19: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

6

pucuk mengkudu (Morinda citrifolia L.), lembayung (Vigna unguiculata L.)

Walp.), terubuk (Saccharum edule Hassk.), daun labu (Sechium edule (Jacq.)

Swartz.), bunga pepaya (Carica papaya L.), pucuk mete (Anacardium

occidentale L.) dan daun pakis (Arcypteris irregularis (C.Presl) Ching.).

Identifikasi/determinasi tanaman sayuran diatas telah dilakukan pada

penelitian sebelumnya (Sandrasari, 2008; Rahmat, 2009) oleh pihak

“Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor

dengan Kepala Bidang Botani LIPI adalah Dr. Eko Baroto Walujo, APU.

Deskripsi umum ke 24 jenis sampel tersebut yang meliputi nama suku, jenis,

nama Inggris, bagian yang dapat dimakan, dan fungsi kesehatannya

ditunjukan pada Tabel 1.

Batari (2007) dan Rahmat (2009) telah melakukan penelitian terhadap

kandungan total fenol dan kandungan senyawa flavonoid yang terdapat dalam

sayuran indigenous tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua

sayuran indigenous yang diuji mengandung senyawa flavonoid, dengan

komponen flavonoid yang diperoleh berupa senyawa flavonol dan flavon.

Flavonol terdiri dari quercetin, miricetin dan kaempferol, sedangkan flavon

terdiri dari apigenin dan luteolin. Akan tetapi, ternyata tidak semua sampel

yang diuji mengandung kelima komponen flavonoid tersebut, namun

diperoleh hasil bahwa semua sampel mengandung senyawa quercetin.

Senyawa quercetin merupakan golongan flavonol yang paling banyak terdapat

dalam tanaman dan merupakan senyawa paling aktif dibanding senyawa

flavonol lainnya (Fuhrman dan Aviram, 2002). Berdasarkan hasil penelitian

Batari (2007) dan Rahmat (2009) tersebut, diperoleh hasil bahwa kandungan

total fenol terbesar terdapat pada pucuk mete (2809.5 mg/100 g dry basis) dan

terkecil pada terubuk (204.4 mg/100 g dry basis). Total flavonol dan flavon

yang diperoleh sangat bervariasi, dengan jumlah terbesar terdapat pada daun

katuk (831.70 mg/100 g dry basis) dan terkecil terdapat pada terubuk (3.80

mg/100 g dry basis).

Kandungan total fenol pada sayuran indigenous yang diperoleh dari

penelitian diatas kemudian dijadikan dasar penelitian oleh Sandrasari (2008)

yang menguji kapasitas antioksidan senyawa fenol pada ekstrak sayuran

Page 20: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

7

indigenous tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas

antioksidan ekstrak beluntas (86.65%) dan kenikir (84.13%) adalah yang

terbesar, sedangkan yang terkecil adalah ekstrak daun katuk (7.11%).

Kapasitas antioksidan yang diuji dengan radikal bebas DPPH ini dinyatakan

sebagai % inhibisi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui pula

bahwa nilai total fenol secara keseluruhan berpengaruh terhadap kapasitas

antioksidan ekstrak sayuran indigenous. Semakin tinggi nilai total fenol

ekstrak antioksidan, maka semakin tinggi kemampuannya sebagai radikal

scavenger, semakin tinggi kemampuan mereduksinya, dan semakin tinggi pula

kemampuannya dalam menghambat terjadinya oksidasi lipid lanjut.

Page 21: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

8

Tabel 1. Deskripsi umum (suku, jenis, nama Inggris dan nama lokal), bagian yang dapat dimakan dan fungsi kesehatan dari 24 jenis

sayuran indigenous Jawa Barat

Family/suku Species/jenis Nama Inggris Nama Lokal BDD* Fungsi Kesehatan

Asteraceae

Cosmos caudatus

H.B.K

Wild cosmos

Kenikir Daun Antioksidan, penambah nafsu makan, obat lemah lambung,

penguat tulang, dan untuk mengusir serangga (Widayanti et

al., 2005).

Pluchea indica (L.)

Less.

Indian

camphorweed

Beluntas Daun Meningkatkan nafsu makan (stomakik), membantu

pencernaan, peluruh keringat (diaforetik), pereda demam

(antipiretik), penyegar, memiliki kadar minyak atsiri 5% (v/v)

yang dapat mengambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli

(Erawati, 1992 di dalam pdpersi.co.id); Menghilangkan bau

badan, obat turun panas, obat batuk, obat antidiare dan obat

sakit kulit (Winarno dan Sundari, 1998).

Araliaceae

Polyscias

scutellaria

(Burm.f.) Fosb.

Shield aralia Mangkokan

putih

Daun Menghilangkan bau badan, pelumas kepala terhadap

kerontokan, diuretika, dan peluruh keringat.

Nothopanax

scutellarius

(Burm.f.) Merr. -

Mangkokan Daun Mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan polifenol

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991); Mengandung tanin,

polifenol, dan saponin (Triguspita et al., 2000).

Page 22: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

9

Tabel 1. Deskripsi umum (suku, jenis, nama Inggris dan nama lokal), bagian yang dapat dimakan dan fungsi kesehatan dari 24 jenis sayuran

indigenous Jawa Barat (lanjutan)

Family/suku Species/jenis Nama Inggris Nama Lokal BDD* Fungsi Kesehatan

Araliaceae Polyscias pinnata Balfour aralia Kedondong

cina

Daun -

Zingiberaceae Etlingera elatior

(Jack) R.M.Sm.

Torch ginger

Kecombrang Bunga Menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang pada makanan

terutama bakteri patogen (Naufalin, 2005), penghilang bau

badan (Anonim, 2003).

Lamiaceae Ocimum

americanum L.

Basil Kemangi Daun Sebagai obat batuk, obat penyakit kulit, dan rematik

(Siemonsma dan Piluek, 1994), antiseptik, menghilangkan

bau badan, dan meningkatkan selera makan (Anonim, 2003).

Phyllanthaceae Sauropus

androgynus (L.)

Merr.

Chekkurmanis

Katuk Daun Meningkatkan produksi ASI, sebagai antipiretik atau obat

penurun demam (Soedibyo, 1998), sebagai pewarna hijau

alami (Heyne, 1987).

Apiaceae Centelia asiatica

(L.) Urb.

Indian

pennywort

Antanan Seluruh

bagian

Diuretik, hipotensif (Pramono, 1992); mempertajam ingatan,

menyehatkan badan, membuat awet muda, obat pembersih

darah, hermoroida, penyakit hati, batuk kering, radang cabang

tenggorok, asma, radang usus, batu ginjal, dan sebagai obat

kumur pada penyakit seperti sariawan (Heyne, 1987).

Page 23: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

10

Tabel 1. Deskripsi umum (suku, jenis, nama Inggris dan nama lokal), bagian yang dapat dimakan dan fungsi kesehatan dari 24 jenis sayuran

indigenous Jawa Barat (lanjutan)

Family/suku Species/jenis Nama Inggris Nama Lokal BDD* Fungsi Kesehatan

Apiaceae Hydrocotyle

sibthorpioides

Lmk.

Lawn

marshpennywort

Antanan

beurit

Seluruh

bagian

Pembersih darah, pelancar peredaran darah, peluruh kencing

(diuretika), penurun panas, menghentikan pendarahan,

meningkatkan memori, antibakteri, tonik, antiinflamasi,

insektisida, antialergi, dan stimulan (Anonim, 2008).

Urticaceae Pilea

melastomoides

(Poir.) Bl. -

Pohpohan Daun Penapisan fitokimia simplisia daun pohpohan menunjukkan

adanya golongan senyawa steroid/triterpenoid, alkaloid dan

flavonoid (Amalia et al., 2006).

Portulacaceae

Talinum

triangulare (Jacq.)

Willd.

Ceylon spinach Daun

Ginseng

Daun Mengandung saponin yang dapat merangsang selaput lendir,

memecah butir darah merah hingga merangsang penambahan

jumlah darah dan memperbaiki sirkulasi darah dalam tubuh;

Mengandung flavonoid yang dapat mengurangi

pembengkakan, bakterisidal & antivirus; mengandung minyak

atsiri sebagai penambah nafsu makan (Hidayat, 2005).

Portulaca oleracea

L.

Little hogweed Krokot Daun&

batang Antioksidan dan antimutagenik (Anonim, 2007), obat diare,

penurun panas, dan obat radang lambung (Anonim, 2005).

Page 24: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

11

Tabel 1. Deskripsi umum (suku, jenis, nama Inggris dan nama lokal), bagian yang dapat dimakan dan fungsi kesehatan dari 24 jenis sayuran

indigenous Jawa Barat (lanjutan)

Family/suku Species/jenis Nama Inggris Nama Lokal BDD* Fungsi Kesehatan

Leguminoceae Sesbania

grandiflora (L.)

Pers.

Vegetable

hummingbird

Turi Bunga Pelembut kulit, pencahar, dan penyejuk (IPTEKnet, 2007).

Alliaceae Allium

schoenoprasum L.

Wild chives Kucai Seluruh

bagian

Mengatasi keputihan, darah tinggi, sembelit, sebagai

antiseptik untuk membunuh kuman bakteri dalam usus dan

menjadi perangsang dalam proses pengasaman usus,

melancarkan aliran darah, menghindarkan pembekuan darah;

Mengandung vitamin B, C, karoten dan komponen belerang

(Anonim, 2008a).

Solanaceae Solanum torvum

Swartz

Turkey berry Takokak Buah Melancarkan sirkulasi darah, menghilangkan sakit (analgetik),

dan mengatasi batuk (antitusif) (Anonim, 2007a), antiradang

(Anonim, 2007b), antioksidan (Vimala et al., 1999),

mengobati sakit lambung, sakit gigi, katarak, tidak datang

haid, wasir, radang payudara, influenza, panas dalam,

pembengkakan, bisul, koreng, sakit pinggang, asam urat

tinggi, keropos tulang, jantung berdebar-debar, dan

menetralkan racun dalam tubuh (Wijayakusuma, 2006).

Page 25: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

12

Tabel 1. Deskripsi umum (suku, jenis, nama Inggris dan nama lokal), bagian yang dapat dimakan dan fungsi kesehatan dari 24 jenis sayuran

indigenous Jawa Barat (lanjutan)

Family/suku Species/jenis Nama Inggris Nama Lokal BDD* Fungsi Kesehatan

Moringaceae Moringa

pterygosperma

Gaertn.

Horseradishtree

Kelor Daun Menurunkan tekanan darah tinggi, diare, diabetes melitus

(kencing manis), dan penyakit jantung (Anonim, 2007c).

Rubiaceae Morinda citrifolia

L.

Indian mulberry Mengkudu Daun Mempunyai aktivitas antihelmintik, cukup baik melawan

cacing Ascaris lumbricoides yang ada pada usus

Fabaceae Vigna unguiculata

(L.) Walp.

Blackeyed pea Lembayung Daun Mengandung zat-zat protein, kalsium, fosfor, besi, belerang,

magnesium, mangan, niasin, vitamin B1, B2, dan C (Anonim,

2008b).

Poaceae Saccharum edule

Hassk.

Vegetable cane Terubuk Bunga Mengandung 4.6-6% protein, kalsium, fosfor dan asam

askorbat (Terra, 1966).

Cucurbitaceae Sechium edule

(Jacq.) Swartz.

Chayote

Daun labu Daun Menurunkan hipertensi, arterioscleosis, batu ginjal, dan

melancarkan sistem pernafasan dan pencernaan, serta

melancarkan peredaran darah yang tersumbat (Anonim,

2008c).

Caricaceae Carica papaya L. Papaya Pepaya Bunga Mengandung flavonoid, tanin, steroid-triterpenoid, dan

karbohidrat (Anonim, 2007).

Page 26: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

13

Tabel 1. Deskripsi umum (suku, jenis, nama Inggris dan nama lokal), bagian yang dapat dimakan dan fungsi kesehatan dari 24 jenis

sayuran indigenous Jawa Barat (lanjutan)

Family/suku Species/jenis Nama Inggris Nama Lokal BDD* Fungsi Kesehatan

Anacardiaceae Anacardium

occidentale L.

Cashew Pucuk mete Daun Mengatasi pegal linu, daun dan kulitnya mengandung asam

anakandat, kardol, zat samak, asam galat, gingkol, minyak

lemak, protein, katekhin, dan sitosterin (Anonim, 2008d).

Osmundaceae Arcypteris

irregularis

(C.Presl) Ching.

Fern Pakis Daun

-

* Bagian yang dapat dimakan (yang biasa dikonsumsi sebagai sayur)

Page 27: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

14

B. KAROTENOID DAN β-KAROTEN

Karotenoid merupakan pigmen yang berwarna kuning, jingga, merah

serta larut dalam minyak/lipida. Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0.5%)

bersama-sama dengan klorofil (9.3%), terutama pada bagian atas permukaan

daun, dekat dengan dinding-dinding palisade (Winarno, 1992). Karotenoid

membentuk suatu kelas hidrokarbon berikatan rangkap banyak yang memiliki

jumlah atom C sebanyak 40, yang disebut karoten dan turunan

teroksigenasinya, yaitu santofil (Goh et al., 1987).

Menurut Meyer (1966), karotenoid dibagi atas 4 golongan, yaitu: 1)

karotenoid hidrokarbon, C40H56 seperti α-, β-, γ-karoten, dan likopen, 2)

santofil atau oksikarotenoid dan derivat karoten yang mengandung oksigen

dan hidroksil, antara lain kriptosantin (C40H55OH) dan lutein (C40H54(OH)2),

santasantin, zeasantin, dan astasantin (Stahl, Sies dan Sundquist, 1994).

Oksikarotenoid ini merupakan turunan dari hidrokarbon karotenoid yang lebih

polar dan mengandung setidaknya satu atom oksigen (Stahl, Sies dan

Sundquist, 1994), 3) asam karotenoid yang mengandung gugusan hidroksil, 4)

ester santofil asam lemak.

Struktur dasar karoten terdiri dari ikatan hirokarbon tidak jenuh,

terbentuk dari 40 atom C, 8 unit isoprenil, 11 ikatan rangkap, dan memiliki 2

buah gugus cincin ionon (Winarno, 1992). Perbedaan struktur antara berbagai

karoten terletak pada letak dan jumlah ikatan rangkap, serta jenis gugus pada

cincin yang mempengaruhi aktivitas biologisnya sebagai provitamin A

(Bauernfeind, 1972).

Perbedaan antara satu provitamin A dengan provitamin A lainnya

terletak pada struktur cincin yang terdapat di kedua rantai alifatik tersebut

(rantai yang mengandung 4 gugus metil). β-karoten mempunyai 2 struktur

cincin yg sama pada kedua sisi rantai karbon alifatiknya yaitu berupa cincin β

ionon, karenanya mempunyai provitamin A yang maksimal. α-karoten

mempunyai satu struktur cincin β-ionon dan di sisi lainnya terdapat struktur

cincin α-ionon (ikatan rangkap pada posisi 4 dan 5), sedangkan γ-karoten pada

satu sisi memiliki struktur cincin, tetapi memiliki jumlah atom karbon yang

sama dengan provitamin A lainnya.

Page 28: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

15

Karotenoid memiliki aktivitas vitamin A yang mengandung cincin β-

ionon, disebut juga sikloheksenil, pada salah satu atau kedua ujung rantai

polienanya. Cincin β-ionon dan gugus akhir dari suatu rantai, yaitu struktur

retinil, menentukan aktivitas retinoid. Menurut Klaui dan Bauernfeind (1981),

β-karoten memiliki dua buah cincin β-ionon dan menghasilkan 2 molekul

vitamin A. Komponen lain seperti α-karoten, dimana setengah dari strukturnya

identik dengan β-karoten hanya menghasilkan 1 molekul vitamin A.

Aktivitas vitamin A dari karoten juga dipengaruhi oleh bentuk

isomernya. Bentuk trans karoten memiliki derajat aktivitas vitamin A lebih

tinggi dibandingkan dengan bentuk cis. β-karoten memiliki 100% aktivitas

vitamin A, α-karoten memiliki 50-54% aktivitas vitamin A, dan γ-karoten

memiliki 42-50% aktivitas vitamin A.

Winarno (1992) menyatakan bahwa 1 µg retinol ekivalen atau sering

disebut 1 RE setara dengan 1 µg retinol atau 6.0 µg β-karoten, juga setara

dengan 12 µg provitamin A lainnya, atau 3.33 SI aktivitas retinol, serta 9.9 SI

aktivitas vitamin A dari β-karoten. Di dalam tubuh, β-karoten yg berasal dari

makanan akan mengalami absorpsi dan metabolisasi. Sepertiga dari molekul

β-karoten yang diabsorpsi berbentuk utuh diangkut oleh kilomikron, sisanya

dibuang melalui ekskresi. Setengah dari β-karoten yang di absorpsi ini diubah

menjadi retinol dalam mukosa usus dengan bantuan enzim 15, 15’ β-karoten

dioksigenase (E.C.1.13.11.21) (Gross, 1991).

Karotenoid stabil dalam pH netral dan basa, namun sensitif terhadap

asam, oksigen, cahaya dan panas yang dapat menyebabkan perubahan

(rearrangement) pada ikatan rangkap dan isomerisasi cis-trans. Di alam

karotenoid bersifat stabil, namun isolatnya mudah mengalami perubahan

molekul, isomerisasi cis-trans, degradasi oleh panas, cahaya, oksigen, trace

element, dan asam. Oksidasi karotenoid akan lebih cepat dengan adanya

cahaya dan katalis logam. Oksidasi terjadi secara acak pada rantai karbon

yang mengandung ikatan ganda (Chichester dan Feeters, 1985). Adanya ikatan

ganda menyebabkan karotenoid peka terhadap oksidasi.

Analisis karotenoid lebih rumit karena senyawa ini mudah mengalami

streomutasi, sensitif terhadap cahaya dan panas, serta mudah rusak secara

Page 29: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

16

enzimatis misalnya dengan enzim lipoksigenase (Gross, 1991). Selain itu,

pada sayuran berdaun hijau, proses ekstraksi biasanya mengeluarkan klorofil

yang diketahui sebagai photosensitizer yang dapat memicu oksidasi cahaya.

Menurut Ball (2000), metode penentuan karotenoid pada tanaman

tergantung pada distribusi karotenoid pada jaringan tanaman. Penentuan ini

dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 1) penentuan berdasarkan β-karoten

saja, dimana metode ini cocok untuk sayuran berdaun hijau, brokoli, ubi jalar,

tomat, dan semangka; 2) penentuan α- dan β-karoten untuk wortel dan squash;

3) penentuan β-kriptosantin dan β-karoten untuk almond dan apel. Analisis

karoten spesifik pada sayuran umumnya dibatasi hanya pada penentuan β-

karoten saja (Gross, 1991) karena β-karoten adalah karotenoid provitamin A

yang umum terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Hampir dalam

setiap sayuran dan buah segar, 85% total aktivitas vitamin A berasal dari β-

karoten (Ball, 2000). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan,

karotenoid yang dominan dalam sayuran hijau adalah golongan β-karoten dan

lutein (Puspitasari-Nienaber et al., 1996; Q Su et al., 2002). Kandungan

karotenoid dan β-karoten berbagai jenis sayuran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan karotenoid pada berbagai jenis sayuran

Jenis Sayuran Karotenoid

(mg/100 g dry basis)

β-karoten

(mg/100 g dry basis)

Katuk

Sawi hijau

Kangkung

Daun singkong

Daun melinjo

Bayam

Wortel

Selada

Daun pepaya

Labu siam

43.42

13.13

15.62

52.39

45.08

24.73

13.84

4.06

36.23

0.17

6.72

3.25

3.14

7.58

6.46

6.92

8.57

1.74

10.27

0.03

Sumber: Subeki (1998)

Page 30: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

17

Penyebab utama hilangnya karotenoid pada sayuran adalah oksidasi

sebagai akibat tingginya struktur ikatan tak jenuh pada karotenoid. Degradasi

karotenoid dapat terjadi karena: 1) autooksidasi yang berlangsung secara

spontan dan menyebabkan reaksi berantai radikal bebas dengan adanya

oksigen; 2) fotooksidasi yang dihasilkan oleh oksigen dengan adanya cahaya;

3) coupled oxidation dalam sistem yang mengandung lemak (Kidmose et al.,

2002). Kerusakan karena reaksi enzimatis terutama karena enzim

lipoksigenase. Enzim ini terdapat secara luas pada sayuran yang mengandung

klorofil dan telah dilaporkan bahwa kehilangan karotenoid berhubungan

dengan aktivitas enzim ini (Hutching, 1999).

Beberapa jenis karotenoid telah diketahui dapat menurunkan resiko

terkena kanker, seperti likopen dapat mencegah kanker prostat. Lutein,

zeasantin, dan α karoten dapat mencegah kanker paru-paru, kriptosantin dapat

mencegah kanker leher rahim, β-karoten dapat mencegah kanker paru-paru

dan kanker mulut (Toma et al., 1995). Adapun karotenoid yang banyak

terdapat dalam sayuran hijau adalah β-karoten dan lutein (Puspitasari-

Nienaber et al., 1996; Q Su et al., 2002) yang strukturnya dapat dilihat pada

Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Struktur kimia β-karoten

Gambar 3. Struktur kimia lutein

Page 31: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

18

C. ANTOSIANIN

Antosianin merupakan salah satu dari kelompok pigmen utama pada

tanaman (Harborne dan Grayer, 1988). Pigmen ini berada pada sebagian besar

tanaman tingkat tinggi dan terdapat pada seluruh bagian tanaman (Brouillard,

1982). Antosianin dapat memberikan warna merah, violet, ungu, dan biru pada

daun, bunga, buah dan sayur (Bridle dan Timberlake (1997); Elbe dan

Schwartz (1996); Francis (1989). Secara kimia, semua antosianin merupakan

turunan dari kation flavilium (3,5,7,4’ tetrahidroksiflavilium) yang merupakan

struktur dasar dari antosianidin (Bridle dan Timberlake, 1997) seperti terlihat

pada Gambar 4. Pada molekul flavilium ini terjadi subtitusi dengan molekul

OH dan OMe untuk membentuk antosianindin (Tranggono, 1990). Menurut

Harborne dan Grayer (1988), semua antosianin merupakan turunan suatu

struktur aromatik tunggal yaitu sianidin yang dengan penambahan atau

pengurangan gugus hidroksil, metilasi, atau glikosilasi maka jenis antosianin

lain terbentuk.

Gambar 4. Struktur dasar kation flavilium

Antosianin selalu terdapat sebagai glikosida di dalam tumbuhan. Sebagai

glikosida, antosianin larut dalam air, tetapi setelah mengalami hidrolisis maka

bentuk non glikosidanya (antosianidin) kurang larut dalam air (Wijaya et al.,

2001). Terdapat 18 jenis antosianidin yang telah ditemukan, namun hanya

enam yang memegang peranan penting dalam bahan pangan dan sering

ditemukan, yaitu pelargonidin, sianidin, delpinidin, peonidin, petunidin, dan

malvidin. Tabel 3 menunjukkan sejumlah gugus pengganti yang paling umum

ditemui pada antosianin (Tranggono, 1990).

Page 32: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

19

Tabel 3. Gugus pengganti pada struktur kation flavilium untuk membentuk

antosianin

Struktur

Antosianidin

Gugus pada Karbon nomor

3’ 4’ 5’

Pelargonidin H OH H

Sianidin OH OH H

Delpinidin OH OH OH

Peonidin OMe OH H

Petunidin OMe OH OH

Malvidin OMe OH OMe

Jenis pigmen yang terdapat dalam bunga dan buah sebagian besar tidak

berada dalam bentuk antosianidin, melainkan dalam bentuk glikosilasi.

Glikosilasi diasumsikan dapat meningkatkan kestabilan dan kelarutan pigmen

antosianin dalam air sebab antosianidin kurang stabil dan kurang larut dalam

air dibandingkan dengan antosianin (Jackman dan Smith, 1996).

Menurut Markakis (1982), molekul antosianin disusun dari sebuah

aglikon (antosianidin) yang teresterifikasi dengan satu atau lebih gula (glikon).

Gula yang paling banyak dijumpai adalah monosakarida seperti glukosa,

galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa. Dalam tanaman, antosianin dalam

bentuk glikosida yaitu ester dengan satu molekul monosakarida disebut

monoglukosida dan biosida atau diglukosida jika memiliki dua molekul gula

(Winarno, 1992).

Keragaman antosianin dapat terjadi karena perbedaan sifat gula, jumlah

satuan gula dan letak ikatan gulanya. Molekul gula ini dapat memberikan

dampak kestabilan pada molekul antosianin. Pada molekul gulanya sering

terjadi asilasi sehingga terdapat molekul ketiga yang biasanya berupa asam

ferulat, koumarat, kafeat, malonik, atau asetat (Tranggono, 1990). Antosianin

yang terasilasi ditemukan pada kubis ungu, wortel ungu, lobak dan ubi jalar

ungu dimana gugus asil ini dapat memperbaiki stabilitas pigmen antosianin

(Bassa dan Francis, 1987). Kandungan antosianin pada beberapa komoditi

buah dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 33: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

20

Stabilitas antosianin terutama dipengaruhi oleh pH, suhu, cahaya,

oksigen, asam askorbat, enzim, ion logam, gula, dan kopigmentasi. Umumnya

antosianin lebih stabil dalam kondisi asam, media bebas oksigen, Di dalam

kondisi suhu dingin dan gelap (Nollet, 1996; Francis, 1989; Elbe dan

Schwartz, 1996). Antosianin terdapat dalam empat bentuk struktur

keseimbangan yaitu quinonodial base, katin flavilium berwarna merah,

karbinol pseudobase, dan kalkon yang tidak berwarna. Bentuk keseimbangan

ini sangat dipengaruhi pH. Pada pH rendah, struktur kation flavilium dominan,

sedangkan pada pH 4-6 bentuk karbinol yang dominan (Elbe dan Schwartz,

1996). Semakin tinggi nilai pH maka warna dari antosianin menjadi semakin

pucat dan akhirnya tidak berwarna. Antosianin lebih stabil pada larutan yang

bersifat asam daripada larutan yang bersifat netral atau basa.

Disamping itu, warna dari pigmen antosianin juga dipengaruhi oleh pH.

Kondisi yang sedikit asam akan meningkatkan intensitas warna dari pigmen

tersebut. Selain itu, dengan terikatnya beberapa jenis gula juga dapat

meningkatkan intensitas warna dari pigmen antosianin (Lewis et al., 1997).

Warna pigmen juga dipengaruhi oleh pelarut. Warna antosianin akan menjadi

lebih biru pada pelarut alkohol dibandingkan dengan pelarut air (Swain,

1976).

Tabel 4. Kandungan antosianin pada berbagai komoditi buah*

Jenis Buah Antosianin (mg/g dry basis)

Blueberries

Capulin

Strawberry

Plum

Apel

Elderberries

Kulit anggur

Kubis Ungu

Rosella

Kulit buah duwet**

1.10-1.90

0.32

0.07-0.75

0.05

0.01-0.1

2-10

0.51

0.82

15

3.89

Sumber: *Briddle dan Timberlake (1997); **Satyatama (2008)

Page 34: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

21

D. ASAM ASKORBAT

Asam askorbat atau vitamin C pertama kali diisolasi oleh Szent Gyorgi

pada tahun 1928. Vitamin ini merupakan vitamin yang mudah larut dalam air

dan sedikit dalam alkohol, tidak larut dalam benzene, eter, kloroform, minyak,

dan sejenisnya. Vitamin ini mempunyai sifat asam dan pereduksi yang sangat

kuat, sifat-sifat tersebut disebabkan oleh adanya struktur enediol yang

berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lakton (Andarwulan dan

Koswara, 1992).

Vitamin C umumnya terdapat pada sayur-sayuran dan buah-buahan

segar. Buah mentah umumnya lebih banyak mengandung vitamin C, karena

semakin tua buah atau sayur semakin berkurang kandungan vitaminnya.

Kandungan asam askorbat berbagai jenis sayuran dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan asam askorbat pada berbagai jenis sayuran

Jenis Sayuran Asam Askorbat

(mg/100 g dry basis)

Katuk

Sawi hijau

Kangkung

Daun singkong

Daun melinjo

Bayam

Bunga kol

Selada

Daun pepaya

Labu siam

1240

1091

322

1431

290

728

1222

180

675

264

Sumber: Subeki (1998)

Vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak dibandingkan vitamin

lainnya. Mudah sekali teroksidasi dan proses tersebut dipercepat dengan

adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta katalis tembaga dan besi.

Oksidasi dapat diperlambat bila asam askorbat terdapat dalam kondisi asam

atau pada suhu rendah (Winarno, 1992). Kerusakan asam askorbat juga dapat

Page 35: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

22

terjadi karena aktivitas enzim seperti peroksidase, asam askorbat oksidase,

sitokrom oksidase dan fenolase.

Asam askorbat dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-

dehidroaskorbat, keduanya mempunyai kemampuan sebagai vitamin C. Asam

askorbat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat dan mudah

tereduksi kembali menjadi bentuk semula. Oksidasi lebih lajut dari

dehidroaskorbat akan membentuk asam diketogulonat yang tidak reversible

dan tidak mempunyai aktivitas sebagai vitamin C (Pike dan Brown, 1975).

Struktur kimia asam askorbat dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur kimia asam askorbat

E. META-ANALISIS

Meta-analisis merupakan studi evaluasi secara statistik berdasarkan

suatu seri percobaan yang telah dilakukan. Di dalam ilmu statistik, meta-

analisis mengkombinasikan dan mengaitkan hasil dari beberapa studi dengan

merujuk pada suatu hipotesis penelitian yang berhubungan dengan studi

tersebut. Meta-analisis menghasilkan gambaran secara keseluruhan terhadap

beberapa studi sekaligus yang dapat menghasilkan perkiraan yang lebih kuat

dibandingkan dengan perkiraan dari satu macam studi yang hanya dilakukan

dengan satu asumsi dan satu kondisi saja.

Pada penelitian ini dilakukan meta-analisis dari senyawa-senyawa yang

terkandung dalam 24 jenis sayuran indigenous, diantaranya meta-analisis

antara total fenol dengan total flavonoid, total fenol dengan total antosianin,

dan kadar protein dengan total karotenoid. Flavonoid merupakan salah satu

Page 36: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

23

golongan senyawa fenol alam yang terbesar yang berada dalam bentuk ester

atau glikosida terkonjugasi dengan senyawa lain (Pratt dan Hudson, 1990).

Berdasarkan hal ini, maka dilakukan metaanalisis untuk mengetahui apakah

ada korelasi antara kandungan total fenol yang terkandung dalam sayuran

indigenous dengan total flavonoidnya. Disamping itu, oleh karena antosianin

merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid, maka ingin diketahui pula

apakah total fenol berkorelasi dengan total antosianin yang terkandung dalam

sayuran indigenous tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Hermawati (1997) mengenai pemuliaan ubi

jalar berdaging umbi jingga untuk meningkatkan kandungan karoten dan

protein umbi, diperoleh hasil bahwa kadar karoten ubi jalar berkorelasi positif

dengan kadar proteinnya. Dengan demikian, hasil penelitian tersebut dapat

dijadikan dasar untuk membuktikan apakah kadar karoten pada sayuran

indigenous yang diteliti juga berkorelasi positif dengan kadar proteinnya.

Meta-analisis antar senyawa yang berhubungan tersebut dilakukan dengan

menggunakan analisis komponen utama dan uji korelasi Pearson pada

program Minitab 15.0.

Page 37: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

24

III. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan

untuk membuat ekstrak sayuran dan bahan untuk analisis. Bahan-bahan

yang digunakan dalam pembuatan ekstrak sayuran adalah daun kenikir,

bunga kecombrang, daun kemangi, daun katuk, daun pohpohan, daun

ginseng, kucai, takokak, daun lembayung, terubuk, daun labu, bunga

pepaya, pucuk mete dan daun pakis yang diperoleh dari Pasar Bogor.

Daun beluntas, daun mangkokan putih, daun mangkokan, daun

kendondong cina, antanan, antanan beurit, krokot, bunga turi, daun kelor

dan pucuk mengkudu yang diperoleh dari kebun penduduk di daerah

Dramaga, Bogor.

Bahan untuk analisis total karotenoid adalah heksana dan aseton

(Brataco Chemica), KOH (BDH), metanol (Merck) dan asam asetat

(Merck). Bahan untuk analisis β-karoten adalah metanol (Merck),

kloroform (Merck) dan asetonitril (Merck), serta standar β-karoten

(C4582-5MG, Sigma-Aldrich). Bahan yang digunakan untuk analisis

antosianin adalah etanol (Merck) dan HCl (Merck). Bahan untuk analisis

asam askorbat adalah soluble starch (Merck), KI (Merck) dan Iodium

(Merck).

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk

membuat ekstrak sayuran dan alat untuk analisis. Alat-alat yang digunakan

untuk membuat ekstrak sayuran adalah freezer, freeze dryer, blender

kering, dan baskom. Analisis total karotenoid menggunakan alat-alat,

antara lain neraca analitik, sudip, pipet mohr, labu takar, corong, gelas

ukur, pompa vakum, kertas saring Whatman 42, tabung reaksi bertutup,

vortex, alat sonifikasi, sentrifuse, tabung sentrifuse, kuvet dan

spektrofotometer. Untuk analisis β-karoten alat-alat yang digunakan

Page 38: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

25

adalah pipet mohr, tabung reaksi bertutup, vortex, freezer, membran 0.22

µm, dan sistem HPLC dengan spesifikasi seperti pada Tabel 6.

Alat-alat yang digunakan untuk analisis antosianin adalah neraca

analitik, sudip, gelas piala, gelas ukur, labu takar, corong, kertas saring

Whatman No.1, penyaring vakum, pipet mohr, tabung reaksi, kuvet dan

spektrofotometer. Alat-alat yang digunakan untuk analisis asam askorbat

adalah neraca analitik, mortar/waring blender, sudip, gelas piala, magnetic

stirrer, labu takar, corong, erlenmeyer, pipet mohr, pompa vakum, kertas

saring Whatman No.1, dan buret mikro.

Tabel 6. Spesifikasi HPLC untuk analisis β-karoten

Komponen HPLC Tipe

Solvent cabinet Shimadzu LC-20AD

Degasser Shimadzu DGU-20A5

Pump Shimadzu LC 20-AD

Detector UV-Vis Shimadzu SPD-20A, λ= 450 nm

Manual injector Hewlett Packard Series 1100

Injector Rheodyne 20 µL

Syringe Agilent Technologies, LC 50 µL

Column C-18; 4.6x150 mm; Develosil

ODS-UG-3 (Mfg. No. 2510689),

Nomura Chemical

Mobile phase Metanol:asetonitril:kloroform

(48.5:48.5:3.0)

Flow rate 0.8 ml/min (isocratic)

B. METODE

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan yang akan

dilakukan adalah 1) persiapan sampel; 2) analisis sampel; 3) analisis statistik

data; 4) analisis potensi. Analisis utama pada sampel dilakukan secara duplo

untuk dua ulangan.

Page 39: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

26

1. Persiapan Sampel

Bagian tanaman kenikir, beluntas, mangkokan, kemangi, katuk,

kedondong cina, pohpohan, daun ginseng, kelor, labu, lembayung,

mangkokan, jambu mete, mengkudu, pakis, yang digunakan dalam

penelitian ini adalah bagian daun yang masih muda. Daun muda atau

pucuk ini dapat dilihat dari warna daun yang lebih muda dibandingkan

dengan daun pada bagian lainnya pada tanaman tersebut. Bagian tanaman

antanan, antanan beurit dan kucai yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh bagiannya, sedangkan untuk tanaman kecombrang, turi,

terubuk, dan pepaya, bagian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bunganya. Bagian tanaman takokak yang digunakan dalam penelitian ini

adalah buahnya dan bagian tanaman krokot yang digunakan adalah daun

dan batangnya. Pemilihan bagian-bagian tanaman ini didasarkan pada

bagian-bagian yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Mula-mula sayuran dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian dilakukan

pengecilan ukuran sayuran (pemotongan). Setelah itu, sayuran dikemas

dalam kantung plastik dan dibekukan dalam freezer selama satu malam

untuk memudahkan proses pengeringan vakum. Selanjutnya sayuran

dikeringkan dengan freeze dryer selama satu sampai dua hari tergantung

dari banyaknya sampel. Setelah sampel menjadi kering, dilakukan

penghancuran sampel menggunakan blender kering sampai dihasilkan

sampel kering bubuk yang lolos ayakan 32 mesh. Sampel tersebut

kemudian dikemas dalam plastik ber-seal dan disimpan dalam freezer.

Sampel ini telah siap untuk digunakan dalam analisis selanjutnya. Tahap

persiapan sampel dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 40: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

27

Gambar 6. Diagram alir persiapan sampel sayuran untuk analisis

Pengemasan dalam plastik ber-seal

Penghancuran dengan blender kering

Dry basis beku (bubuk)

lolos ayakan 32 mesh

Freeze drying selama 48 jam

Dry basis beku

Sampel

Pencucian dan Penirisan

Pembekuan selama 24 jam

Pemotongan

Penyimpanan dalam freezer

Page 41: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

28

2. Analisis Sampel

a. Analisis Kadar Air (AOAC, 1984)

Penetapan kadar air merupakan cara untuk mengukur banyaknya

air yang terdapat di dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar air

dilakukan pada sampel sayuran segar (awal) dan pada sampel sayuran

setelah freeze drying. Penentuan kadar air ini dilakukan dengan metode

pengeringan dengan oven biasa.

Persiapan yang dilakukan adalah cawan alumunium yang akan

digunakan terlebih dahulu dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC

selama 15 menit kemudian didinginkan dalam desikator selama 10

menit. Selanjutnya cawan ditimbang dengan menggunakan neraca

analitik. Sampel ditimbang sebanyak 3-4 gram kemudian dikeringkan

dalam oven bersuhu 100-105°C selama kurang lebih 6 jam. Setelah itu,

didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Contoh kembali

dikeringkan dalam oven selama 30 menit lalu ditimbang kembali.

Perlakuan terakhir ini diulangi terus hingga diperoleh berat kering

yang relatif konstan (berat dianggap konstan jika selisih berat sampel

kering yang ditimbang ≤ 0,0003 gram).

Kadar air (%) = x 100%

Keterangan:

W = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)

W1 = bobot (contoh + cawan) sesudah dikeringkan (g)

W2 = bobot cawan kosong (g)

b. Analisis Kadar Protein, Metode Mikro Kjehldal (AOAC, 1995)

Sebanyak ±0.1 gram contoh ditimbang kemudian dimasukan ke

dalam labu kjeldahl, lalu ditambahkan 1.0 + 0.1 gram K2SO4, 40 + 10

ml HgO, dan 2.0 + 0.1 ml H2SO4, kemudian contoh didihkan selama 1-

1.5 jam sampai cairan jernih. Larutan jernih ini kemudian didinginkan,

lalu dipindahkan ke dalam alat destilasi. Labu Kjehldahl dicuci dengan

W – (W1 – W2)

W

Page 42: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

29

air 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cuciannnya dimasukan ke dalam alat

destilasi dan ditambahkan dengan 8-10 ml larutan NaOH – Na2S2O3.

Di bawah kondensor diletakan erlenmeyer yang berisi 5 ml

larutan H3BO3 3% dan 3 tetes indikator (campuran 2 bagian merah

metil 0.2% dalam alkohol). Ujung tabung kondensor harus terendam

dalam larutan H3BO3 kemudian isi erlemeyer diencerkan sampai 50 ml

lalu dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi perubahan warna

menjadi abu-abu. Dilakukan pula terhadap blanko.

%100007.14)(

% XContohmg

XHClNXblankoHCLmlcontohHClmlN

% Protein= %N X 6.25

c. Analisis Total Karotenoid (Zakaria et al., 2000)

Sebanyak 0.25 gram sampel diekstrak dengan 5 ml heksan:aseton

(1:1) tiga kali dan disaring vakum dengan kertas Whatman 42.

Ekstraksi diulang beberapa kali hingga kertas saring dan residu

menjadi jernih. Filtrat dimasukkan ke dalam tabung bertutup dan

dievaporasi dengan rotavapor. Residu yang telah kering kemudian

disaponifikasi dengan menambahkan 4 ml KOH 5% dalam metanol,

divorteks dan dilakukan sonifikasi selama 30 detik. Ekstrak

dipanaskan dalam waterbath dengan suhu 70°C selama 30 menit,

kemudian didinginkan dan ditambahkan 4 ml air bebas ion dan 8 ml

heksan. Setelah itu, ekstrak divorteks dan disentrifus pada 2000 rpm

selama 5 menit hingga terbentuk fase organik dan fase air. Fase air

ditambahkan 6 ml heksan, divorteks, dan disentrifus kembali pada

2000 rpm selama 5 menit. Fase organik yang terbentuk selanjutnya

dikumpulkan.

Fase organik yang diperoleh kemudian kemudian ditambahkan

dengan 3 ml asam asetat 5%, divorteks dan disentrifus pada 2000 rpm

selama 5 menit. Lapisan atas (fase organik) diambil, dipindahkan

dalam tabung bertutup dan dievaporasi dengan rotavapor (prosedur asli

Page 43: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

30

menggunakan gas nitrogen untuk mengevaporasi). Untuk menghitung

total karotenoid, residu kering dilarutkan dalam 4 ml heksan dan

diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 450 nm. Sebagai blanko digunakan heksan. Prosedur

analisis dapat dilihat pada Gambar 7.

Total karotenoid dihitung dengan rumus:

C= A450 x x x FP

Keterangan:

E1% = Nilai koefisien ekstingsi dari 1% larutan β-karoten (10

µg/µl) pada λ 450 nm= 2600

C = Konsentrasi total karotenoid (µg/g)

A450 = Nilai absorbansi yang diperoleh pada λ=450 nm

FP = Faktor pengenceran

d. Analisis β-karoten (Zakaria et al., 2000)

1. Pembuatan Larutan Standar Β-karoten

Sebanyak 1 mg standar β-karoten dilarutkan dalam 2 ml

kloroform, divorteks, ditambahkan 6 ml metanol dan divorteks

kembali. Sebanyak 0.5 ml larutan diambil dan diencerkan sebanyak

sepuluh kali dengan fase gerak HPLC. Selanjutnya diukur

absorbansi pada panjang gelombang 450 nm dengan

spektrofotometer dan sebagai blanko digunakan larutan fase gerak

HPLC. Larutan standar β-karoten kemudian disuntikkan ke dalam

kolom HPLC.

Konsentrasi standar β-karoten dihitung dengan rumus:

(10 mg/mL)/E1% = (X 1µg/1µL)/A450

Keterangan:

E1% = Nilai koefisien ekstingsi dari 1% larutan β-karoten

(10 mg/ml) pada λ 450 nm= 2600

X = Konsentrasi standar β-karoten (µg/µL)

Page 44: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

31

A450 = Nilai absorbansi yang diperoleh pada µ 450 nm

Nilai X dikalikan dengan % kemurnian standar β-karoten

yang diperoleh dari analisis HPLC.

2. Persiapan dan Ekstraksi Karotenoid

Persiapan dan ekstraksi sampel sama seperti persiapan dan

ekstraksi sampel untuk analisis total karotenoid. Ekstrak yang

digunakan untuk analisis total karotenoid dievaporasi dengan

rotavapor (prosedur asli menggunakan gas nitrogen untuk

mengevaporasi), lalu dilarutkan dalam kloroform 5% dalam

metanol, divorteks dan disimpan dalam freezer bersuhu -20°C

selama semalam (12 jam). Larutan kemudian disaring dengan

membran 0.22 µm dan dievaporasi dengan rotavapor (prosedur asli

menggunakan gas nitrogen untuk mengevaporasi). Residu kering

kemudian dilarutkan dalam 2 ml fase gerak HPLC yaitu

metanol:asetonitril:kloroform (48.5:48.5:3.0).

Sebanyak 20 µl ekstrak disuntikkan ke dalam kolom HPLC

(Vydac C-18) dengan laju aliran rata-rata 0.8 ml/menit dan panjang

gelombang 450 nm. Prosedur analisis dapat dilihat pada Gambar 8.

Konsentrasi β-karoten (µg/g) di sampel dihitung dengan

rumus:

C= x [ ] std β-karoten (µg/µL) x

e. Analisis Antosianin

1. Ekstraksi Antosianin (Raharja dan Dianawati, 2001)

Sebanyak ±1 gram sampel diekstraksi dengan larutan HCl

5% dalam aquades. Ekstraksi dilakukan dengan merendam bahan

didalam wadah botol kaca yang berwarna gelap dengan larutan

HCl 5% tersebut (1:10), kemudian campuran disimpan di dalam

lemari pendingin bersuhu 4°C selama semalam. Setelah itu,

campuran tersebut disaring dengan kertas saring Whatman No.1

Page 45: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

32

dengan menggunakan penyaring vakum dan filtrat yang diperoleh

dianalisa kandungan antosianinnya dengan metode Lees dan

Francis (1972).

2. Penentuan Konsentrasi Total Antosianin (Lees dan Francis,

1972)

Sebanyak 5 ml filtrat hasil ekstraksi diencerkan menjadi 10

ml dengan larutan etanol 95%:HCl 1.5N (85:15). Filtrat kemudian

diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 535 nm.

Total antosianin dihitung dengan rumus:

[ ] (mg/100g sampel) = x 100

Faktor 98.2 adalah nilai ε (serapan molar) dari pigmen

antosianin dalam pelarut etanol 95%:HCl 1.5N (85:15). Prosedur

analisis dapat dilihat pada Gambar 9.

f. Analisis Asam Askorbat (Jacobs, 1951)

1. Ekstraksi Sampel

Sebanyak 25-50 gram sampel sayuran segar ditimbang dan

ditambahkan dengan 50-100 ml aquades. Sampel kemudian

dihancurkan dalam waring blender sampai diperoleh slurry

(bubur). Slurry yang diperoleh sebanyak ±10 gram dimasukkan ke

dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan aquades sampai tera,

kemudian disaring dengan penyaring vakum untuk memisahkan

filtrat.

2. Pembuatan Larutan Iodium

Larutan iodium 0.01 N dibuat dengan cara mencampurkan 2

gram KI dan 1.269 gram I2, kemudian dilarutkan sampai volume 1

liter dengan aquades. Larutan kemudian diaduk dengan magnetic

stirrer selama semalam untuk melarutkan iod secara sempurna.

Page 46: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

33

3. Penentuan Konsentrasi Asam Askorbat

Sebanyak 10 ml filtrat dari hasil ekstraksi dimasukkan ke

dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 2 ml larutan amilum

(soluble starch) 1%. Larutan kemudian dititrasi dengan 0.01 N

iodium. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan

menjadi semburat biru.

Konsentrasi asam askorbat dihitung dengan rumus:

[ ] vitamin C (mg/100 g sampel) = x 100

1 ml 0.01 N Iodium setara dengan 0.88 mg asam askorbat.

Prosedur analisis dapat dilihat pada Gambar 10.

3. Analisis Statistik

a. Analisis ragam (Anova)

Analisis ragam (Anova) dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan di dalam variabel-variabel yang diuji. Setelah itu,

bila ditemukan bahwa dalam variabel-variabel yang diuji ada

perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis tahap

kedua, yakni uji lanjut yang mengkaji pada tingkat atau faktor-faktor

di dalam variabel tersebut yang berbeda nyata dan seberapa besar

perbedaan tersebut terjadi. Anova dilakukan dengan menggunakan

software SPSS 13.0. Bila nilai signifikansi yang dihasilkan dari output

Anova menunjukkan nilai yang kurang dari α sebesar 5% (0.05), maka

ada perbedaan yang signifikan antar sampel yang diuji, dan sebaliknya.

Alfa (α) merupakan besarnya kesalahan (error) yang masih bisa

diterima dalam pengujian.

b. Uji Lanjut Duncan

Uji lanjut Duncan merupakan kelanjutan dari Anova yang

dilakukan setelah diketahui adanya perbedaan yang signifikan antar

sampel yang diuji dengan Anova. Uji Duncan ini membuat

perhitungan perbedaan berdasarkan perbandingan pairwise dengan

cara menggunakan tingkatan perbandingan secara stepwise. Cara ini

Page 47: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

34

mirip dengan pengurutan sebagaimana dilakukan Student-Newman-

Keuls test, tetapi dalam perbandingan ini Duncan membuat

“pengamanan” derajat kesalahannya dengan cara membandingkan

tingkat kesalahan setiap pairwise dengan keseluruhan kesalahan setiap

tingkat pasangan perlakuan yang diuji (Sumardi, 2003). Uji ini juga

dilakukan dengan menggunakan software SPSS 13.00. Output yang

dihasilkan berupa subset-subset dimana sampel-sampel yang berada

pada subset yang sama berarti memiliki perbedaan yang tidak

signifikan, sedangkan sampel pada subset yang berbeda berarti

memiliki perbedaan yang signifikan pada nilai α 0.05.

c. Uji Korelasi Pearson

Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antar variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional

(berhubungan bukan berarti disebabkan). Korelasi antar dua variabel

yang terjadi dapat berupa (Hasan, 2003):

1) Korelasi (+), yakni bila variabel yang satu (x) menaik atau

menurun, maka variabel lainnya cenderung menaik atau menurun

pula.

2) Korelasi (-), yakni bila variabel yang satu (x) menaik atau

menurun, maka variabel lainnya cenderung menurun atau menaik.

3) Tidak ada korelasi, yakni bila kedua variabel (x dan y) tidak

menunjukkan adanya hubungan.

Output yang dihasilkan dari uji ini berupa nilai p (p-value) dan

koefisien korelasi. Bilai nilai p yang dihasilkan lebih kecil dari α 0.05,

maka kedua variabel berkorelasi, sedangkan bila nilai P yang

dihasilkan lebih besar dari α 0.05, maka kedua variabel tidak

berkorelasi. Interpretasi data dengan uji ini digambarkan dengan

koefisien korelasi, yaitu indeks atau bilangan yang digunakan untuk

mengukur keeratan hubungan antar variabel. Koefisien korelasi

memiliki nilai antara -1 dan +1 (-1≤KK≤+1). Jika KK bernilai positif

maka kedua variabel berkorelasi positif, sedangkan bila bernilai

negatif maka kedua variabel berkorelasi negatif. Semakin dekat nilai

Page 48: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

35

KK ke +1 dan -1, maka semakin kuat korelasinya. Jika KK bernilai 0

maka kedua variabel tidak menunjukkan adanya korelasi, sedangkan

bila KK bernilai +1 atau -1 maka kedua variabel menunjukkan korelasi

yang sempurna. Untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi

antar variabel tersebut, maka digunakan patokan sebagai berikut

(Hasan, 2003):

1) KK=0 (tidak ada korelasi)

2) 0<KK≤0.20 (korelasi sangat rendah/lemah)

3) 0.20<KK≤0.40 (korelasi rendah/lemah tapi pasti)

4) 0.40<KK≤0.70 (korelasi yang cukup berarti)

5) 0.70<KK≤0.90 (korelasi yang tinggi dan kuat)

6) 0.90<KK<1.00 (korelasi sangat tinggi, kuat sekali, dapat

diandalkan)

7) KK=1 (korelasi sempurna)

Uji korelasi Pearson pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan software Minitab 15.0. Uji ini juga digunakan untuk

mendapatkan kesimpulan hasil meta-analisis antar senyawa yang

diidentifikasi pada penelitian ini.

d. Analisis Komponen Utama (PCA)

Analisis komponen utama (principal component analysis)

merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk menjelaskan

struktur variansi-kovariansi dari sekumpulan variabel melalui beberapa

variabel baru dimana variabel baru ini saling bebas, dan merupakan

kombinasi linier dari variabel asal. Selanjutnya variabel baru ini

dinamakan komponen utama (principal component).

Secara umum tujuan dari analisis komponen utama adalah

mereduksi dimensi data dan untuk kebutuhan interpretasi. Komponen

utama dibentuk berdasarkan matriks korelasi. Hal ini dilakukan jika

variabel-variabel bebas yang diamati mempunyai perbedaan range

yang sangat besar. Salah satu tujuan dari analisis komponen utama

adalah mereduksi dimensi data asal yang semula terdapat p variabel

bebas menjadi k komponen utama (dimana k < p ). Kriteria pemilihan k

Page 49: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

36

yaitu: 1) Proporsi kumulatif keragaman data asal yang dijelaskan oleh

k komponen utama minimal 80% , dan proporsi total variansi populasi

bernilai cukup besar; 2) Dengan menggunakan scree plot yaitu plot

antara i dengan i , pemilihan nilai k berdasarkan scree plot ditentukan

dengan melihat letak terjadinya belokan dengan menghapus komponen

utama yang menghasilkan beberapa nilai eigen kecil membentuk pola

garis lurus (Rencher, 1998).

Output yang dihasilkan dari pengujian dengan PCA ini adalah

data analisis eigen dari matriks korelasi yang berupa nilai akar cirri

(eigen value), proporsi dan kumulatif. Dari nilai akar ciri dapat

diidentifikasi komponen utama yang diperoleh, yakni variabel yang

memiliki dua nilai akar ciri terbesar (nilai lebih dari 1), kemudian nilai

proporsi menggambarkan persentase keragaman data yang dapat

diterangkan oleh masing-masing komponen utama, dan nilai kumulatif

menggambarkan keseluruhan persentase keragaman data yang dapat

diterangkan oleh kedua komponen utama. Selain itu, dihasilkan pula

grafik biplot untuk kebutuhan interpretasi data. Analisis komponen

utama ini dilakukan dengan menggunakan software Minitab 15.0.

4. Analisis Potensi

Analisis potensi pada sampel dilakukan dengan beberapa tahapan

berikut: 1) pengumpulan data hasil keseluruhan analisis utama (total

karotenoid, β-karoten, antosianin, dan asam askorbat); 2) studi literatur,

yakni menelusuri literatur dari berbagai sumber tentang manfaat dan

potensi masing-masing senyawa yang diidentifikasi serta literatur tentang

kandungan senyawa-senyawa yang diidentifikasi pada jenis komoditi

buah/sayur lainnya untuk dapat dibandingkan dengan nilai kandungannya

pada sampel sayuran indigenous pada penelitian ini; 3) justifikasi potensi

terhadap keseluruhan sampel terutama sampel yang mengandung senyawa

yang diidentifikasi dengan nilai yang tinggi.

Page 50: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

37

@

Gambar 7. Diagram alir analisis total karotenoid dengan spektrofotometer

Sentrifuse 2000 rpm, 5 menit Fase organik total

Pengambilan fase organik

Sentrifuse 2000 rpm, 5 menit

Vorteks 4 ml air deion,

8 ml heksana

Pendinginan pada T ruang

Pemanasan dalam waterbath 70°C, 30 menit

Vorteks

Saponifikasi dengan 4 ml KOH 5% dalam metanol

Pengeringan dgn rotavapor

Filtrat jernih

Pengulangan ekstraksi (beberapa kali)

Penyaringan vakum dengan Whatman 42

0.25 g sampel

Pengekstrakkan dengan 5 ml heksan:aseton (1:1) 3x

Sonifikasi 30 detik

Fase air

Vorteks dengan 6 ml heksan

Pengambilan fase organik

Page 51: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

38

@

Gambar 7. Diagram alir analisis total karotenoid (lanjutan)

Gambar 8. Diagram alir analisis β-karoten dengan HPLC

Pengeringan dengan rotavapor

Sentrifuse 2000 rpm, 5 menit

Pengambilan fase organik

Vorteks 3 ml CH3COOH 5%

Pelarutan dengan 4 ml heksan

Pengukuran absorbansi (450 nm)

Pelarutan dengan 2 ml

metanol:asetonitril:kloroform (48.5:48.5:3.0)

Penyaringan dengan membran 0.22 µm

Penyimpanan dalam freezer -20°C, 12 jam

Vorteks

Pelarutan dalam 5% kloroform dalam metanol

Pengeringan dengan rotavapor

Ekstrak sampel (dari analisis tot. karotenoid)

Pengeringan dengan rotavapor

Penyuntikkan 20 µl ekstrak ke dalam kolom HPLC

Page 52: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

39

Gambar 9. Diagram alir analisis total antosianin dengan spektrofotometer

Pengukuran absorbansi (535 nm)

Vorteks

Diencerkan sampai

10 ml dengan etanol

95%:HCl 1.5N

(85:15)

Diambil sebanyak 5 ml

filtrat

Penyaringan dengan pompa vakum

±1 gram sampel

Maserasi selama 1 malam dalam

botol gelap pada suhu 4°C

10 ml HCl 5%

dalam aquades

Page 53: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

40

Gambar 10. Diagram alir analisis asam askorbat dengan cara titrasi

2 ml larutan

amilum 1%

Titrasi dengan 0.01 N Iodium

Pencampuran dalam erlenmeyer

Pengambilan

10 ml filtrat

Penyaringan dengan vakum

Penempatan dalam labu takar 100 ml

sampai tera dengan aquades

Pengambilan ±10 g slurry

25-50 g sayuran segar

Penghancuran dengan

waring blender 50-100 ml

aquades

Page 54: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. TOTAL KAROTENOID

Karotenoid merupakan pigmen berwarna jingga atau merah yang

terdapat di berbagai macam plastida berwarna (kromoplas) di akar, batang,

daun, bunga, dan buah berbagai tumbuhan. Karotenoid yang terkandung

dalam sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung 80-85% aktivitas vitamin

A (De Pee, 1996).

Secara umum, proses analisis karotenoid pada penelitian ini terdiri dari

ekstraksi, saponifikasi, pemisahan fase, dan pengukuran. Ekstraksi dilakukan

dengan menggunakan campuran aseton dan heksana (1:1) yang merupakan

pelarut non polar karena karoten sebagai senyawa non polar hanya dapat larut

dalam pelarut non polar (like dissolves like). Saponifikasi dilakukan dengan

menggunakan KOH dalam metanol. Proses ini merupakan prosedur

pemurnian untuk membuang lipid dan klorofil yang tidak diinginkan, namun

tidak merusak karotenoid yang umumnya stabil terhadap alkali. Selanjutnya

adalah proses pemisahan antara fase organik (lapisan atas) dengan fase air

(lapisan bawah) dalam ekstrak bahan dengan cara pemusingan (sentrifuse)

menggunakan heksan. Terakhir, dilakukan proses pengukuran dengan

spektrofotometer UV menggunakan panjang gelombang 450 nm. Menurut

Gross (1991), karotenoid menyerap terutama pada daerah biru (430-470 nm),

dengan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 451 nm.

Kandungan total karotenoid pada 24 sampel sayuran indigenous yang

diperoleh dari penelitian ini dapat dilhat pada Tabel 11, dan untuk perhitungan

total karoten pada sampel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari

hasil tersebut diketahui bahwa daun kemangi memiliki kandungan total

karotenoid tertinggi, yakni sebesar 58.41 mg/100 g dry basis, kemudian

diikuti oleh daun pakis (57.33 mg/100 g dry basis) dan daun kelor (56.43

mg/100 g dry basis). Sebaliknya, bunga turi memiliki kandungan total

karotenoid terendah, yaitu sebesar 3.65 mg/100 g dry basis. Kandungan rata-

rata total karotenoid pada ke-24 sampel adalah sebesar 29.01 mg/100 g dry

basis. Bila dibandingkan dengan kandungan total karotenoid pada jenis

Page 55: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

42

sayuran lainnya (Tabel 2), maka kandungan total karotenoid pada sayuran

indigenous ini masih diatas nilai kandungan total karotenoid jenis sayuran

lainnya. Lebih jelasnya, diagram batang kandungan total karotenoid pada 24

sayuran indigenous dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Diagram batang kandungan total karotenoid pada 24 sayuran

indigenous Jawa Barat

Philip (1975) menyatakan bahwa adanya ikatan rangkap terkonjugasi

dalam molekul karotenoid menandakan adanya gugus kromofor yang

menyebabkan terbentuknya warna pada karotenoid, semakin banyak ikatan

rangkap terkonjugasi maka semakin pekat warna karotenoid tersebut, yaitu

semakin mengarah ke warna merah atau oranye. Akan tetapi, hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa tidak hanya sayuran berwarna kemerahan saja yang

memiliki kandungan karotenoid, namun juga sayuran berwarna hijau memiliki

total karotenoid yang bahkan lebih besar dibandingkan sayuran berwarna

kemerahan. Menurut Winarno (1992), ada hubungan langsung antara derajat

kehijauan sayuran dengan kadar karoten, semakin hijau daun tersebut semakin

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Bunga

turi

Tak

okak

Bunga

pep

aya

Kec

om

bra

ng

Kuca

i

Ter

ub

uk

Man

gko

kan

Anta

nan

beu

rit

Lem

bay

un

g

Dau

n l

abu

Pucu

k m

engk

ud

u

Dau

n …

Kat

uk

Pucu

k m

ete

Anta

nan

Po

hp

ohan

Man

gko

kan

puti

h

Bel

unta

s

Kro

ko

t

Ken

ikir

Dau

n G

inse

ng

Dau

n k

elo

r

Pak

is

Kem

angi

a3.65 0.25

j45.52 1.77i43.19 3.24

d15.17 0.08 f22.59 1.83b8.061 0.48

m58.41 5.56

f23.61 0.32

h32.54 2.10

e17.51 2.00

i41.58 1.68

l51.66 1.72

j45.96 1.84

a48.48 1.39

b8.374 0.71a4.105 0.13

m56.43 0.76

f22.57 1.45f21.18 0.57

c11.13 0.68

f21.23 0.18

b7.60 0.50

g28.25 1.87

m57.33 0.77

Page 56: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

43

tinggi kadar karotennya, sedangkan daun-daunan yang pucat miskin akan

karoten.

Sampel sayuran yang berwarna hijau pada penelitian ini cenderung

memiliki total karotenoid yang lebih besar dibandingkan dengan total

karotenoid yang dimiliki oleh sampel sayur yang berwarna lebih terang

(kuning muda sampai merah), seperti bunga turi, kecombrang, dan bunga

papaya. Menurut Sediaoetama (1976), karoten berwarna kuning, namun tidak

semua warna kuning pada buah-buahan ataupun sayur-sayuran disebabkan

oleh warna ini, masih terdapat pigmen lain seperti zeaxanthin dan flavoxantin

yang tidak aktif, artinya tidak dapat diubah menjadi vitamin A.

Kandungan karoten dan β-karoten yang terkandung dalam sayur-sayuran

dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti cara budidaya, varietas, dan umur

tanaman (Howard et al., 1994). Dengan demikian, dapat dimungkinkan bahwa

hasil karotenoid dan β-karoten yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat

lebih rendah atau lebih tinggi dari hasil yang diperoleh dari penelitian lainnya

(Portocarrero et al., 1992). Namun demikian, sampel-sampel yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan sampel dengan varietas dan umur penen yang

biasa dikonsumsi (dibuat sayur/lalapan) oleh masyarakat yang diperoleh dari

pasar-pasar setempat.

Pengolahan data nilai total karoten terhadap 24 sampel dengan ANOVA

menghasilkan output seperti pada Lampiran 4. Hasil uji statistik tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap nilai kandungan

total karotenoid antar sampel. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi sampel

yang dihasilkan, yakni lebih kecil dari taraf α (0.05). Oleh karena adanya

perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Hasil uji Duncan (Lampiran 5) memberikan informasi bahwa terdapat 13

subset yang dihasilkan. Sampel yang berada pada subset yang sama berarti

tidak memiliki kandungan total karotenoid yang berbeda nyata pada taraf

signifikansi 5%, sedangkan sampel yang berada pada subset yang berbeda

berarti memiliki kandungan total karotenoid yang berbeda nyata pada taraf

signifikansi 5% terhadap sampel yang berada pada subset lainnya. Dengan

demikian, sebagai contoh dapat dikatakan bahwa kemangi, pakis, dan kelor

Page 57: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

44

sebenarnya tidak memiliki kandungan total karotenoid yang berbeda nyata

karena berada pada subset yang sama. Akan tetapi, ketiga sampel tersebut

memiliki kandungan total karotenoid yang berbeda secara nyata terhadap

sampel bunga pepaya, kecombrang, dan kucai, serta sampel lainnya yang

berada pada subset berbeda.

B. β-KAROTEN

Salah satu senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat bagi tubuh

adalah senyawa yang merupakan turunan isoprenoid. Termasuk didalamnya

adalah karotenoid, dimana β-karoten sebagai prekursor vitamin A merupakan

karotenoid yang paling banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi.

Identifikasi karotenoid spesifik pada penelitian ini hanya dilakukan pada

β-karoten. Hal ini dikarenakan β-karoten memiliki nilai gizi yang penting dan

merupakan sumber provitamin A. Selain itu, hampir dalam setiap sayuran dan

buah segar, 85% dari total aktivitas vitamin A berasal dari β-karoten. Seperti

pada bayam, komponen utama karotenoidnya adalah β-karoten disusul lutein,

neosantin, zeasantin, dan violasantin (Ball, 2000).

Hasil ekstrak yang diperoleh dari pengukuran total karotenoid digunakan

pula dalam pengukuran β-karoten dengan melarutkan ekstrak kering hasil

penguapan dengan fase gerak, yakni campuran metanol, asetonitril, dan

kloroform. Pengukuran β-karoten dilakukan dengan menggunakan metode

HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Menurut Macrae (1988),

keutamaan dari HPLC adalah kemampuannya untuk menangkap komponen

dengan stabilitas panas yang terbatas ataupun yang bersifat volatil. HPLC

merupakan metode yang sangat sensitif, tepat, selektif, dan memiliki tingkat

otomatisasi yang tinggi sehingga lebih sederhana dalam pengoperasiannya.

Hasil analisis β-karoten terhadap 24 sampel sayuran indigenous dengan

menggunakan HPLC diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 11, dan untuk

perhitungan β-karoten pada sampel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

2. Berdasarkan hasil analisis tersebut, diketahui bahwa daun labu memiliki

kadar β-karoten tertinggi, yaitu sebesar 13.27 mg/100 g dry basis, kemudian

diikuti oleh daun kemangi (12.43 mg/100 g sampel dry basis) dan daun

Page 58: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

45

pohpohan (12.03 mg/100 g sampel dry basis), sedangkan bunga kecombrang

memiliki kandungan β-karoten terendah, yakni sebesar 0.01 mg/100 g dry

basis. Meskipun bunga kecombrang memiliki warna kemerahan akan tetapi

ternyata tanaman ini memiliki kandungan β-karoten yang rendah seperti

halnya kandungan total karotennya yang rendah pula. Hal ini dapat

disebabkan adanya kandungan pigmen lainnya yang jauh lebih besar yang

berperan dalam menghasilkan warna kemerahan sampai keunguan pada

tanaman ini, seperti pigmen antosianin.

Kadar β-karoten pada 24 sayuran indigenous yang dianalisis berkisar

antara 0.01 sampai 13.27 mg/100 g dry basis, sedangkan kadar rata-rata β-

karoten pada 24 sayuran tersebut adalah sebesar 5.30 mg/100 g dry basis. Bila

dibandingkan dengan kadar β-karoten jenis sayuran lainnya seperti yang

tertera pada Tabel 2, maka kadar β-karoten yang dimiliki oleh sayuran

indigenous ini pun masih tergolong lebih tinggi. Lebih jelasnya, diagram

batang kandungan β-karoten pada 24 sayuran indigenous dapat dilihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Diagram batang kandungan β-karoten pada 24 sayuran

indigenous Jawa Barat

0

2

4

6

8

10

12

14

Kec

om

bra

ng

Bunga

turi

Ter

ub

uk

Tak

okak

Kuca

i

Man

gko

kan

Bunga

pep

aya

Anta

nan

beu

rit

Pucu

k m

engk

ud

u

Lem

bay

un

g

Dau

n k

edo

nd

ong c

ina

Pucu

k m

ete

Man

gko

kan

puti

h

Anta

nan

Ken

ikir

Kat

uk

Kro

ko

t

Pak

is

Bel

unta

s

Dau

n k

elo

r

Dau

n G

inse

ng

Po

hp

ohan

Kem

angi

Dau

n l

abu

gh6.87 0.15

j8.87 0.28

f4.80 0.62

c1.17 0.08

e3.53 0.66

a0.01 0.00

kl12.40 1.56

hi7.49 0.08

g6.35 0.66

cd1.53 0.05

k12.03 1.28

k11.9 0.10

i7.84 0.70

ab0.15 0.02

bc1.04 0.02

abc0.66 0.05

j9.09 0.19

d2.28 0.02

d2.40 0.43ab0.16 0.00

m13.30 1.74

c1.19 0.12 e3.82 0.29

ij8.27 0.60

Page 59: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

46

Kromatogram β-karoten yang diperoleh dari hasil analisis menunjukkan

bahwa puncak β-karoten muncul disekitar menit ke-16 sampai menit ke-18.

Namun umumnya puncak β-karoten muncul pada menit ke-17 sesuai dengan

kromatogram standar β-karoten yang diperoleh (Gambar 13) , yakni muncul

pada menit ke-17.584.

Gambar 13. Hasil kromatogram HPLC analisis β-karoten dari standar

β-karoten dengan kemunculan puncak β-karoten pada

menit ke-17.584

Sebagai contoh, kromatogram HPLC β-karoten dari daun kedondong

cina dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil kromatogram tersebut,

dapat dilihat bahwa puncak β-karoten muncul pada menit ke-17.741. Hasil

kromatogram tersebut menunjukkan pula adanya puncak sebelum puncak β-

karoten, yakni diantara menit ke-16 sampai ke-17, puncak ini dimungkinkan

adalah α-karoten, salah satu jenis karoten lain selain β- dan γ-karoten (Zakaria

et al., 2000). Puncak ini juga muncul disebagian besar hasil kromatogram

sampel sayur lainnya.

Cis β-karoten sebagai isomer dari β-karoten yang banyak di sayuran

terutama setelah perlakuan dengan panas (Zakaria, 2000) pun sering muncul

setelah puncak β-karoten, biasanya terlihat sebagai ekor puncak dari β-

Page 60: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

47

karoten. Akan tetapi, karena penggunaan kolom yang tidak terlalu panjang

(digunakan kolom 15 cm) dalam penelitian ini, maka pemisahan puncak

menjadi kurang jelas sehingga cis β-karoten tidak tampak dalam

kromatogram.

Gambar 14. Hasil kromatogram HPLC analisis β-karoten dari ekstrak

daun kedondong cina dengan kemunculan puncak β-

karoten pada menit ke-17.741

Hasil kromatogram ekstrak sayuran indigenous lainnya tidak jauh

berbeda dengan hasil kromatogram ekstrak daun kedondong cina. Puncak β-

karoten dari ekstrak sayuran pada kromatogram yang dihasilkan umumnya

muncul pada menit ke-16 sampai dengan menit ke-18.

Pengolahan data nilai β-karoten terhadap 24 sampel dengan ANOVA

menghasilkan output seperti pada Lampiran 4. Hasil uji statistik tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap nilai kandungan

β-karoten antar sampel. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi sampel yang

dihasilkan, yakni lebih kecil dari taraf α (0.05). Oleh karena adanya perbedaan

yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Page 61: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

48

Hasil uji Duncan (Lampiran 5) memberikan informasi bahwa terdapat 12

subset yang dihasilkan. Sampel yang berada pada subset yang sama berarti

tidak memiliki kandungan β-karoten yang berbeda nyata pada taraf

signifikansi 5%, sedangkan sampel yang berada pada subset yang berbeda

berarti memiliki kandungan β-karotenoid yang berbeda nyata pada taraf

signifikansi 5% terhadap sampel yang berada pada subset lainnya. Dengan

demikian, sebagai contoh dapat dikatakan bahwa daun kedondong cina dan

pucuk mete tidak memiliki kandungan β-karoten yang berbeda nyata karena

berada pada subset yang sama. Akan tetapi, kedua sampel tersebut memiliki

kandungan β-karoten yang berbeda nyata terhadap sampel daun mangkokan

putih serta sampel lainnya yang berada pada subset berbeda.

C. ANTOSIANIN

Antosianin merupakan salah satu pigmen utama dalam tumbuhan yang

terdapat dalam vakuola sel bagian tanaman, yaitu organel sitoplasmik yang

berisikan air, serta dibatasi oleh membran yang identik dengan membran

tanaman (Kimbal, 1993). Pigmen ini berada pada sebagian besar tanaman

tingkat tinggi dan terdapat pada seluruh bagian tanaman (Brouillard, 1982).

Menurut Jackman dan Smith (1996), antosianin ini tidak stabil dalam

suasana netral atau basa. Dengan demikian, prosedur ekstraksi biasanya

dilakukan dengan menggunakan pelarut asam yang dapat merusak jaringan

tanaman. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan maserasi yaitu

merendam bahan yang akan diekstrak dalam alkohol, pada suhu rendah, dan

dengan penambahan sedikit asam seperti HCl. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan oleh Raharja dan Dianawati (2001) yakni mempelajari

ekstraksi antosianin pada daun erpa dengan menggunakan tiga jenis larutan

pengekstrak yaitu aquades, etanol, dan metanol yang masing-masing

mengandung HCl, ditemukan bahwa aquades yang mengandung HCL (HCl

5% dalam aquades) cukup asam untuk memecah dinding sel vakuola dimana

pigmen antosianin terdapat namun tidak terlalu asam untuk mengakibatkan

kerusakan pigmen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut yang menggunakan

sampel tanaman daun, maka pelarut yang digunakan untuk mengektrak

Page 62: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

49

antosianin dalam penelitian ini adalah HCl 5% dalam aquades. Sesuai dengan

pernyataan Bridle dan Timberlake (1997), bahwa antosianin merupakan

pewarna alami yang berasal dari famili flavonoid yang larut dalam air (water

soluble).

Antosianin memiliki cincin aromatik yang mengandung gugus polar

(hidroksil, karboksil, metoksil) dan residu glikosil yang menghasilkan molekul

polar dengan keadaannya yang polar, antosianin lebih mudah larut dalam

pelarut polar seperti etanol, metanol, dan air (Jackman dan Smith, 1996),

sedangkan asam klorida dalam pelarut akan mendenaturasi membran sel

kemudian melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel.

Kandungan antosianin dapat diketahui melalui beberapa metode, yaitu

metode yang menggunakan larutan yang memiliki satu nilai pH dan metode

yang menggunakan dua larutan yang memiliki dua nilai pH yang berlainan.

Salah satu metode yang menggunakan satu nilai pH yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu metode yang digunakan oleh Lees dan Francis (1972).

Total antosianin dihitung dari absorbansi ekstrak yang dilarutkan dalam etanol

95%:HCl 1.5 N (85:15) pada panjang gelombang 535 nm. Nilai serapan molar

yang digunakan adalah 98.2 yaitu nilai E (1%, 1 cm, 535 nm) untuk pelarut

etanol yang diasamkan. Nilai ini merujuk pada absorpsi campuran antosianin

buah cranberry di dalam etanol asam yang diukur didalam celah selebar 1 cm

pada panjang gelombang 535 nm dalam konsentrasi 1% (w/v).

Hasil penelitian pada 24 sampel sayur menunjukkan bahwa konsentrasi

antosianin tertinggi terdapat pada bunga kecombrang yaitu sebesar 43.19

mg/100 g dry basis, diikuti oleh takokak (22.09 mg/100 g dry basis) dan

terubuk (20.50 mg/100 g dry basis). Sebaliknya, konsentrasi antosianin

terendah terdapat pada daun pakis dengan konsentrasi sebesar 0.67 mg/100 g

dry basis. Konsentrasi antosianin pada 24 sampel sayuran indigenous dapat

dilihat pada Tabel 11 dan untuk perhitungan antosianin pada sampel

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Dibandingkan dengan tanaman buah ataupun sayur lainnya (Tabel 4), 24

tanaman sayur diatas tergolong memiliki kandungan total antosianin yang

rendah, yakni berkisar antara 0.0067 mg/g dry basis sampai 0.4319 mg/g dry

Page 63: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

50

basis dengan rata-rata sebesar 0.082 mg/g dry basis. Hal ini dapat disebabkan

karena pigmen antosianin sebagian besar terdapat pada tanaman yang

berbunga dan menghasilkan warna dari merah tua sampai biru pada bunga,

buah, dan daun (Harborne dan Grayer, 1988), sedangkan 24 sampel yang

diteliti sebagian besar merupakan tanaman daun yang berwarna hijau, hanya

kecombrang memiliki warna merah sampai keunguan dan terbukti bahwa

sampel tersebut memiliki kandungan antosianin terbesar diantara sampel

lainnya. Lebih jelasnya, diagram batang kandungan total antosianin pada 24

sayuran indigenous dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Diagram batang kandungan total antosianin pada 24 sayuran

indigenous Jawa Barat

Pengolahan data nilai antosianin terhadap 24 sampel dengan ANOVA

menghasilkan output seperti pada Lampiran 4. Hasil uji statistik tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap nilai kandungan

antosianin antar sampel. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi sampel yang

dihasilkan, yakni lebih kecil dari taraf α (0.05). Oleh karena adanya perbedaan

yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Pak

is

Kem

angi

Bel

unta

s

Pucu

k m

ete

Kro

ko

t

Bunga

turi

Dau

n G

inse

ng

Dau

n k

edo

nd

ong c

ina

Ken

ikir

Anta

nan

beu

rit

Dau

n l

abu

Anta

nan

Kuca

i

Po

hp

ohan

Kat

uk

Pucu

k m

engk

ud

u

Lem

bay

un

g

Man

gko

kan

Man

gko

kan

puti

h

Bunga

pep

aya

Dau

n k

elo

r

Ter

ub

uk

Tak

okak

Kec

om

bra

ng

f3.97 0.27bc1.41 0.07

k9.25 0.46j7.99 0.42

e2.80 0.06

p43.19 1.12

ab0.84 0.05

i7.00 0.49

h5.92 0.27g4.88 0.18

h6.08 0.10

e2.75 0.11cd2.00 0.08de2.21 0.12

h5.95 0.14

l22.09 0.70

m13.14 0.05

j7.67 0.24

j7.86 0.49

n20.50 1.07

h5.88 0.26

o11.98 0.73

cd1.92 0.10a0.67 0.04

Page 64: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

51

Hasil uji Duncan (Lampiran 5) memberikan informasi bahwa terdapat 16

subset yang dihasilkan. Sampel yang berada pada subset yang sama berarti

tidak memiliki kandungan antosianin yang berbeda nyata pada taraf

signifikansi 5%, sedangkan sampel yang berada pada subset yang berbeda

berarti memiliki kandungan antosianin yang berbeda nyata pada taraf

signifikansi 5% terhadap sampel yang berada pada subset lainnya. Dengan

demikian, sebagai contoh dapat dikatakan bahwa daun pakis dan kemangi

tidak memiliki kandungan antosianin yang berbeda nyata karena berada pada

subset yang sama. Akan tetapi, kedua sampel tersebut memiliki kandungan

antosianin yang berbeda nyata terhadap sampel beluntas, pucuk mete, dan

krokot serta sampel lainnya yang berada pada subset berbeda.

D. ASAM ASKORBAT

Asam askorbat atau vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut

dalam air. Vitamin ini sering disebut sebagai fresh food vitamin karena banyak

terdapat pada sayur dan buah-buahan segar (Winarno, 1992).

Analisis vitamin C dalam sayur-sayuran yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan metode titrasi dengan iodium. Sampel sayur-

sayuran diekstrak dengan cara menghancurkannya dan digunakan air untuk

membantu melarutkan vitamin C yang terdapat dalam sampel. Ekstrak sampel

yang diperoleh direaksikan dengan larutan amilum 1% sebagai indikator

perubahan warna ekstrak setelah dititrasi dengan 0.01 N iodium, yakni

menjadi berwarna semburat biru. Sebanyak 1 ml 0.01 N iodium ini setara

dengan 0.88 mg asam askorbat, sehingga dari hasil titrasi dapat dikalkulasikan

berapa banyak asam askorbat dalam sampel.

Berdasarkan hasil analisis asam askorbat pada 24 sampel, diketahui bahwa

kandungan asam askorbat terbesar pada sampel pucuk mete (5607.78 mg/100

g dry basis), diikuti oleh daun kemangi (3835.86 mg/100 g dry basis) dan

bunga pepaya (2326.38 mg/100 g dry basis), sedangkan kandungan asam

askorbat terendah dimiliki oleh mangkokan putih, yaitu sebesar 236.54

mg/100 g dry basis. Nilai asam askorbat dari 24 sampel yang dianalisa dapat

dilihat pada Tabel 11 dan untuk perhitungan asam askorbat pada sampel

Page 65: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

52

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Perbedaan nilai kandungan

vitamin C beberapa jenis sayur yang dianalisa dalam penelitian ini dengan

sumber lainnya dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor dari masing-

masing sampel seperti suhu, intensitas sinar, umur tanaman, jumlah

kandungan air, faktor genetik, varietas, dan kesuburan tanah (Fennema, 1985),

maupun dari cara analisis yang digunakan. Lebih jelasnya, diagram batang

kandungan asam askorbat dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Diagram batang kandungan asam askorbat pada 24 sayuran

indigenous Jawa Barat

Hasil analisis asam askorbat yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel

sayuran segar yang dianalisis memiliki kandungan asam askorbat yang cukup

tinggi, yakni berkisar antara 236.54 mg/100 g dry basis sampai 5607.78

mg/100 g dry basis, dengan rata-rata kandungan vitamin C sebesar 1194.70

mg/100 g dry basis. Hasil ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan

kandungan asam askorbat pada berbagai jenis sayuran lainnya seperti tertera

pada Tabel 5.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Man

gko

kan

puti

h

Dau

n k

edo

nd

ong c

ina

Bel

unta

s

Anta

nan

Kec

om

bra

ng

Kro

ko

t

Anta

nan

beu

rit

Ter

ub

uk

Dau

n l

abu

Dau

n G

inse

ng

Tak

okak

Po

hp

ohan

Bunga

turi

Kuca

i

Man

gko

kan

Lem

bay

un

g

Pucu

k m

engk

ud

u

Pak

is

Dau

n k

elo

r

Ken

ikir

Kat

uk

Bunga

pep

aya

Kem

angi

Pucu

k m

ete

g1654.02 7.27

b295.46 0.69

a236.54 0.29

f836.41 3.16a245.42 3.82c336.84 0.30

h3835.86 8.62

i2248.27 10.96

c336.14 0.51

r524.05 0.59e732.48 0.06

d632.98 0.26

s467.13 8.95 e734.40 2.71

f825.42 4.06d639.98 0.03

j1571.85 14.74

k1033.89 49.6 l933.74 11.75

m574.99 1.50

n602.87 10.23

o2326.38 3.24

p5607.78 7.91

q1422.03 40.1

Page 66: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

53

FDA menetapkan standar klaim untuk vitamin C yaitu minimal

mengandung 20% RDA vitamin C. RDA (Recommended Dietary Allowance)

atau AKG (Angka Kecukupan Gizi) vitamin C untuk wanita dan pria dewasa

menurut National Academy of Science (2000) adalah sebesar 75-90 mg,

sehingga suatu produk dapat diklaim mengandung vitamin C yang tinggi jika

mengandung vitamin C minimal 15-18 mg/sajian. Untuk sayuran, sajian

rumah tangga yang biasa digunakan adalah dalam ukuran mangkuk, bila

dikonversi adalah sebanyak 50-100 gram per mangkuk. Dengan demikian, bila

konsumsi terhadap sayur-sayuran indigenous tersebut dilakukan sesuai

takaran, maka akan memenuhi angka kecukupan gizi vitamin C yang

disarankan dengan memperhatikan kehilangan vitamin C saat pengolahan.

Menurut penelitian Subeki (1998) mengenai pengaruh cara pemasakan

terhadap kandungan antioksidan di sayuran, besarnya persentase penurunan

vitamin C saat pengolahan pangan adalah sebesar 22-58% (perebusan) dan 35-

73% (penumisan). Lusivera (2001) dalam penelitian yang sejenis menyatakan

bahwa proses pemasakan sayuran secara rumah tangga dapat menurunkan

kandungan asam askorbat sebesar 16-91%. Tingginya penurunan tersebut

karena sifat asam askorbat yang sangat mudah teroksidasi, baik secara

enzimatik maupun secara kimiawi, serta kerusakan karena degradasi oleh

panas. Namun demikian, penurunan vitamin C pada sayuran ini tergantung

dari cara pemasakan, suhu dan lama pemasakan, serta jenis dan ukuran

sayuran.

Pengolahan data nilai asam askorbat terhadap 24 sampel dengan

ANOVA menghasilkan output seperti pada Lampiran 4. Hasil uji statistik

tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap nilai

kandungan asam askorbat antar sampel. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi

sampel yang dihasilkan, yakni lebih kecil dari taraf α (0.05). Oleh karena

adanya perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Hasil uji Duncan (Lampiran 5) memberikan informasi bahwa terdapat 19

subset yang dihasilkan. Hal ini menarik karena subset yang dihasilkan lebih

banyak dibandingkan dengan subset yang dihasilkan dari uji Duncan pada

senyawa karotenoid, β-karoten, dan antosianin. Artinya, asam askorbat

Page 67: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

54

memiliki keragaman data yang lebih besar dibandingkan dengan keragaman

data senyawa-senyawa lainnya pada ke 24 sampel.

Sampel yang berada pada subset yang sama berarti tidak memiliki

kandungan asam askorbat yang berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%,

sedangkan sampel yang berada pada subset yang berbeda berarti memiliki

kandungan asam askorbat yang berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%

terhadap sampel yang berada pada subset lainnya. Dengan demikian, sebagai

contoh dapat dikatakan bahwa beluntas dan mangkokan putih tidak memiliki

kandungan asam askorbat yang berbeda nyata karena berada pada subset yang

sama. Akan tetapi, kedua sampel tersebut memiliki kandungan asam askorbat

yang berbeda nyata terhadap sampel bunga kecombrang dan sampel-sampel

lainnya yang berada pada subset berbeda.

E. META-ANALISIS ANTAR SENYAWA TERIDENTIFIKASI

1. Analisis Hubungan Antara Karotenoid, β-Karoten, Antosianin dan

Asam Askorbat

Data hasil analisis keempat senyawa selanjutnya diolah

menggunakan Principal Component Analysis (PCA) atau analisis

komponen utama. PCA digunakan untuk memproyeksikan suatu data yang

berukuran atribut besar menjadi bentuk representasi data yang lebih kecil.

PCA juga mampu menyajikan keterkaitan data awal menjadi data yang

tidak saling berkorelasi. Analisis statistik ini dapat menjelaskan 75-90%

dari total keragaman dalam data yang memiliki 25 sampai 30 peubah

hanya dengan dua sampai tiga komponen utama (Meilgaard et al., 1999).

Hasil olahan data analisis keempat senyawa dengan menggunakan

metode PCA memperlihatkan bahwa dari empat nilai akar ciri (eigen

value), terdapat dua komponen yang memiliki akar ciri lebih besar

dibandingkan dua komponen lainnya. Komponen utama pertama (PC1)

adalah total karotenoid yang memiliki akar ciri sebesar 2.2338, sedangkan

komponen utama kedua (PC2) adalah β-karoten yang memiliki akar ciri

sebesar 0.9518. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komponen

Page 68: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

55

utama pembeda ke-24 sampel yang dianalisis adalah total karotenoid dan

β-karoten. Data akar ciri dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Akar ciri (eigen value) dengan proporsi dan kumulatif keragaman

dari 4 peubah

Komponen Peubah Akar ciri Proporsi Kumulatif

1 Total karotenoid 2.2338 0.558 0.558

2 β-karoten 0.9518 0.238 0.796

3 Antosianin 0.6076 0.152 0.948

4 Asam askorbat 0.2068 0.052 1.000

Berdasarkan dua komponen utama tersebut, maka dari Tabel 7

diambil nilai mutlak (absolut) tertinggi dari nilai-nilai vektor ciri (yang

dicetak tebal pada Tabel 8). Komponen pertama (PC1) dibagi dalam dua

kelompok, yaitu kelompok yang memiliki hubungan positif (total

karotenoid) dan kelompok yang memiliki hubungan negatif (antosianin).

Komponen utama kedua (PC2) pun dibagi dalam dua kelompok, yaitu

kelompok yang memiliki hubungan positif (β-karoten) dan kelompok yang

memiliki hubungan negatif (asam askorbat).

Tabel 8. Nilai vektor dari hubungan antar peubah dengan komponen

utama

Peubah PC 1 (55.8%) PC 2 (23.8%)

Total karotenoid 0.596 0.213

β-karoten 0.589 0.275

Antosianin -0.488 0.130

Asam askorbat 0.244 -0.928

Seperti diperlihatkan pada tabel diatas, komponen utama satu (PC1)

dan komponen utama dua (PC2) memiliki persentase keragaman yang

lebih besar dari komponen lainnya. Komponen utama pertama (PC1)

mampu menerangkan keragaman data sebesar 55.8%, sedangkan

komponen utama kedua (PC2) mampu menerangkan keragaman data

sebesar 23.8%, sehingga keseluruhan keragaman yang dapat diterangkan

Page 69: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

56

oleh kedua komponen utama tersebut pada grafik biplot adalah sebesar

79.6%.

Tabel 9. Matriks korelasi dari empat peubah yang merupakan senyawa-

senyawa yang dianalisis pada 24 jenis sayuran indigenous

Peubah Total

karotenoid β-karoten Antosianin

Asam

askorbat

Total karotenoid 1

β-karoten 0.792 1

Antosianin -0.462 -0.457 1

Asam askorbat 0.181 0.132 -0.235 1

Matriks korelasi pada Tabel 9 diatas menunjukkan hubungan antar

peubah, apakah memiliki hubungan yang positif atau negatif. Semakin

tinggi nilai korelasi antar peubah (semakin mendekati angka 1 atau -1),

maka semakin erat hubungan kedua peubah tersebut. Peubah yang

berkorelasi paling kuat adalah total karotenoid dengan β-karoten,

keduanya memiliki nilai korelasi sebesar 0.792 dan berkorelasi positif.

Korelasi positif artinya, semakin tinggi nilai β-karoten maka akan semakin

tinggi pula nilai total karotenoidnya, dan sebaliknya.

Grafik biplot PC1 dan PC2 pada Gambar 12 membagi empat jenis

senyawa yang diidentifikasi ke dalam empat kelompok kuadran. Masing-

masing kelompok terdiri dari objek-objek yang digambarkan sebagai titik-

titik. Objek-objek dengan karakteristik yang sama digambarkan sebagai

titik-titik yang posisinya berdekatan (Sartono et al., 2003). Kelompok

pertama terdiri dari kecombrang, takokak, terubuk, antanan beurit, dan

daun kedondong cina. Kelompok kedua terdiri dari mangkokan putih,

antanan, daun labu, daun kelor, krokot, beluntas, pohpohan, daun ginseng,

dan pakis. Selanjutnya, kelompok ketiga terdiri dari katuk, kemangi,

kenikir, dan pucuk mete. Terakhir, kelompok empat terdiri dari kucai,

lembayung, bunga turi, bunga pepaya, mangkokan, dan pucuk mengkudu.

Karakteristik suatu objek dapat disimpulkan dari posisi relatifnya

yang paling dekat dengan peubah (digambarkan sebagai garis

berarah/vektor) (Sartono et al., 2003). Dengan demikian, berdasarkan

grafik biplot tersebut, sampel-sampel di kelompok pertama dicirikan

dengan dominansi kandungan antosianin. Selanjutnya, sampel-sampel di

Page 70: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

57

kelompok kedua dicirikan dengan dominansi kandungan total karotenoid

dan β-karoten, sedangkan sampel-sampel di kelompok ketiga dicirikan

dengan dominansi kandungan asam askorbat. Sedangkan kelompok

terakhir tidak dicirikan oleh peubah apapun, artinya tidak ada dominansi

senyawa tertentu pada sampel-sampel di kelompok empat ini.

3210-1-2-3-4

1

0

-1

-2

-3

-4

PC 1 (55.8%)

PC

2 (

23

.8%

) Asam askorbat

Antosianin Beta karotenTotal karotenoid

Kecombrang

Takokak

Terubuk

Bunga pepaya

Bunga turiKucai

Katuk

mengkudu

PucukLembayung

An.Beurit

Daun kedondong cina

Pucuk mete

Kemangi

MangkokanKenik ir

PakisDaun kelor

Mangkokan putih

Antanan

Daun labu

Krokot

Beluntas

Pohpohan

Daun ginseng

Gambar 17. Grafik biplot hasil pengujian dengan PCA (Principal Component

Analysis) dari nilai hasil analisis total karotenoid, β-karoten,

antosianin, dan asam askorbat pada 24 jenis sampel sayuran

Grafik biplot diatas juga dapat menginterpretasikan hubungan antara

dua atribut. Grafik biplot akan menggambarkan peubah sebagai garis

berarah. Dua peubah yang memiliki korelasi positif akan digambarkan

sebagai dua buah garis dengan arah yang sama atau membentuk sudut

sempit (<90°), sedangkan dua peubah yang memiliki korelasi negatif akan

digambarkan dalam bentuk dua garis dengan arah berlawanan atau

membentuk sudut tumpul (>90°) (Sartono et al., 2003). Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa total karotenoid dan β-karoten yang memiliki

Page 71: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

58

vektor searah dan membentuk sudut sempit (<90°) antara dua vektor,

bahkan berhimpit diartikan memiliki hubungan positif, artinya jika

kandungan total karotenoid pada sampel tinggi, maka kandungan β-

karoten pada sampel pun akan tinggi, dan sebaliknya. Akan tetapi,

antosianin dengan total karoten, β-karoten, dan asam askorbat memiliki

vektor yang berlawanan arah dan membentuk sudut tumpul (>90°), artinya

kedua senyawa ini berkorelasi negatif, sehingga jika kandungan antosianin

pada sampel tinggi maka dimungkinkan kandungan ketiga senyawa

lainnya pada sampel akan rendah.

Selain menggunakan uji analisis komponen utama (PCA), hubungan

antar senyawa teridentifikasi dapat diketahui dengan menggunakan uji

korelasi. Uji ini menghasilkan output yang dapat dilihat pada Lampiran 3.

Ouput tersebut memberikan informasi bahwa terdapat hubungan antara

nilai total karotenoid dengan β-karoten, karena memiliki nilai p (0.000)

yang lebih kecil dari nilai α (0.05), dengan nilai korelasi sebesar 0.792 dan

memiliki korelasi positif. Nilai ini menunjukkan korelasi yang kuat karena

semakin mendekati nilai 1 atau -1, maka kolerasi dianggap semakin kuat.

Korelasi positif artinya, bila nilai total karotenoid naik, maka nilai β-

karoten pun akan naik, dan sebaliknya.

Disamping itu, terdapat pula hubungan antara antosianin dengan total

karotenoid (pvalue 0.023< α 0.05) dan antosianin dengan β-karoten

(pvalue 0.025< α 0.05), dengan nilai korelasi masing-masing sebesar -

0.462 dan -0.457. Nilai korelasi negatif tersebut memberikan informasi

bahwa bila nilai antosianin naik, maka nilai total karotenoid akan turun,

dan bila nilai antosianin turun maka nilai total karotenoid akan naik. Nilai

korelasi ini dianggap cukup berarti meskipun tidak tergolong tinggi. Selain

itu, ouput uji korelasi menunjukkan pula bahwa tidak ada hubungan antara

kandungan asam askorbat dengan kandungan total karotenoid, β-karoten,

maupun antosianin. Hal ini dikarenakan nilai p yang dihasilkan lebih besar

dari nilai α (0.05).

Page 72: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

59

2. Analisis Hubungan Antara Total Fenol dan Total Flavonoid

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Batari (2007) dan

Rahmat (2009) terhadap kandungan total fenol dan kandungan senyawa

flavonoid pada 24 sayuran indigenous Jawa Barat menunjukkan bahwa

semua sayuran indigenous yang diuji mengandung senyawa flavonoid.

Komponen flavonoid yang diuji berupa senyawa flavonol dan flavon.

Flavonoid merupakan salah satu kelas dari polifenol yang terdiri dari

beberapa sub kelas seperti flavon, flavonol, flavonone, flavan dan

antosianin (Vermerris dan Nicholson, 2006). Dengan demikian, nilai total

flavonoid secara kasar diperoleh dengan menggabungkan nilai total

flavonol dan flavon yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dan nilai

total antosianin yang diperoleh dari penelitian ini (Tabel 10).

Hubungan antara total fenol dan total flavonoid pada 24 jenis

sayuran dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji korelasi. Uji ini

menghasilkan output yang menginformasikan bahwa terdapat hubungan

antara nilai total fenol dengan nilai total flavonoid, karena memiliki nilai p

(0.023) yang lebih kecil dari nilai α (0.05), dengan nilai korelasi positif

sebesar 0.461. Korelasi positif artinya, bila nilai total fenol naik, maka

nilai total flavonoid pun akan naik, dan sebaliknya. Nilai korelasi tersebut

(0.461) dianggap cukup berarti meskipun tidak tergolong tinggi. Output uji

korelasi ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

Senyawa fenolik merupakan kelompok senyawa kimia yang

memiliki satu atau lebih grup hidroksil (gugus –OH) yang melekat pada

cincin hidrokarbon aromatik (Vermerris dan Nicholson, 2006). Flavonoid

merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam yang terbesar yang

berada dalam bentuk ester atau glikosida terkonjugasi dengan senyawa

lain (Pratt dan Hudson, 1990). Dengan demikian, bila suatu sampel

memiliki total flavonoid yang tinggi, maka seyogiyanya sampel tersebut

juga memiliki total fenol yang tinggi pula, dan bila total flavonoid dalam

sampel rendah, maka total fenol dalam sampel pun akan rendah. Hal ini

dikarenakan flavonoid merupakan bagian terbesar dari senyawa fenol

selain senyawa-senyawa fenolik lainnya, seperti dari asam fenolat, asam

Page 73: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

60

sinamat, kumarin, tanin, β-sianin, dan sebagainya (Vermerris dan

Nicholson, 2006).

Tabel 10. Nilai total fenol, total flavonol dan flavon, total antosianin dan

total flavonoid pada 24 sayuran indigenous Jawa Barat

Sampel

Sayuran

Kandungan (mg/100 g dry basis)

Total

Fenol*

Total Flavonol

dan Flavon*

Total

Antosianin

Total

Flavonoid**

Kenikir 1225.88 420.85 3.61 424.46

Beluntas 1030.03 79.19 1.29 80.48

Mangkokan

putiha

669.30 215.00 8.41

223.41

Mangkokan 490.97 38.51 7.27 45.78

Kedondong

cina

542.61 358.17 2.55

360.72

Kecombrang 801.33 11.76 39.27 51.03

Kemangi 784.32 69.78 0.76 70.54

Katuk 870.64 831.70 6.36 838.06

Antanan 581.95 263.88 5.39 269.27

Antanan

beurita

805.46 332.20 4.44

336.64

Pohpohan 831.62 26.98 5.52 32.50

Daun Ginseng 614.50 49.33 2.50 51.83

Krokot 447.91 4.05 1.82 5.87

Turia

323.68 217.40 2.01 219.41

Kucaia

211.73 89.40 5.41 94.81

Takokaka

860.29 27.40 20.08 47.48

Kelora

536.08 473.30 11.94 485.24

Mengkudua

236.45 201.40 6.97 208.37

Lembayunga

438.30 386.30 7.15 393.45

Terubuka

204.38 3.80 18.64 22.44

Daun labua

412.62 200.10 5.35 205.45

Bunga Pepayaa

376.23 306.80 10.89 317.69

Pucuk metea

2809.53 656.30 1.74 658.04

Pakisa

306.70 84.40 0.61 85.01 *Batari (2007); *

aRahmat (2009)

** Diperoleh dari penjumlahan total flavonol dan flavon dengan total antosianin

3. Analisis Hubungan Antara Total Fenol dan Total Antosianin

Analisis data mengenai hubungan antara total fenol dan antosianin

dengan menggunakan uji korelasi menghasilkan output seperti pada

Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji korelasi ini diketahui bahwa tidak

Page 74: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

61

terdapat korelasi antara nilai total fenol dengan nilai total antosianin,

karena nilai p (0.648) yang dihasilkan lebih besar dari nilai α (0.05).

Antosianin merupakan salah satu golongan senyawa flavonoid yang

memiliki gugus –OH pada strukturnya (Vermerris dan Nicholson, 2006).

Bila analisis total fenol dilakukan, maka antosianin akan ikut terdeteksi

sebagai salah satu senyawa fenolik. Dengan demikian, bila nilai total

antosianin pada sampel tinggi, maka nilai total fenol pada sampel tersebut

pun akan tinggi. Akan tetapi, bila nilai total antosianin pada sampel

tersebut rendah, tidak dapat dikatakan bahwa total fenol yang terkandung

pun akan rendah, karena belum tentu jumlah senyawa fenolik lainnya

seperti flavonol dan flavon (yang termasuk dalam golongan flavonoid)

juga rendah.

4. Analisis Hubungan Antara Kadar Protein dan Total Karotenoid

Analisis data mengenai hubungan antara kadar protein dengan total

karotenoid dengan menggunakan uji korelasi menghasilkan output

(Lampiran 3) yang menginformasikan bahwa tidak terdapat hubungan

antara nilai kadar protein dengan nilai total karotenoid, karena memiliki

nilai p (0.156) yang lebih besar dari nilai α (0.05). Nilai korelasi yang

diperoleh pun tergolong rendah, yakni sebesar 0.299.

Karotenoid dalam tanaman ditemukan di bagian kloroplas, terutama

di kromoplas. Karotenoid di membran kloroplas pun berikatan dengan

protein sama halnya dengan pigmen klorofil yang membentuk ikatan

kovalen dengan protein hidrofobik. Hubungan yang erat sendiri lebih

ditemukan pada klorofil dengan protein. Hal ini dikarenakan konjugasi

antara klorofil dengan protein penting untuk membantu mengefisienkan

penyerapan dan transfer energi dan untuk mempertahankan struktur

kloroplas dari serangan spesies oksigen reaktif (ROS) yang dapat

menghancurkan struktur tilakoid (membran internal kloroplas). Klorofil

bebas yang tidak terikat dengan protein dapat bereaksi dengan oksigen

yang dapat menghasilkan ROS dan radikal bebas lainnya (Hopkins dan

Hurner, 2004). Karotenoid sendiri meskipun membentuk kompleks dengan

Page 75: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

62

protein pada membran tilakoid, secara kuantitatif tidak memiliki hubungan

langsung dengan protein. Hal ini dikarenakan keberadaan karotenoid tidak

dipengaruhi oleh keberadaan protein dan sebaliknya. Hanya saja, salah

satu yang menentukan keberadaan karotenoid dalam kloroplas adalah

jumlah klorofil, sebab karotenoid berfungsi untuk mencegah fotooksidasi

ketika klorofil memanen cahaya. Hal ini mengindikasikan bahwa

karotenoid dibuat dalam jumlah banyak di membran fotosintetik hanya

ketika klorofil disintesis dan membutuhkan perlindungan karotenoid untuk

tetap dapat berfungsi (Hopkins dan Hurner, 2004).

Disamping itu, tidak seperti halnya klorofil, karotenoid tidak hanya

terdapat pada sel-sel di jaringan fotosintetik saja yang berada di daun, tapi

juga terdapat pada sel-sel di jaringan non-fotosintetik. Karotenoid di dalam

sel-sel pada jaringan fotosintesis secara khusus terlokalisasi di membran

kloroplas dan plastoglobuli, sedangkan di jaringan non-fotosintetik seperti

di umbi kentang, pigmen ini lebih banyak berada pada membran yang

melingkupi plastida. Begitu pula halnya dengan protein. protein yang

terdapat di daun pun tidak hanya protein yang terikat pada pigmen di

membran tilakoid. Terdapat pula protein integral, struktural maupun

protein pengangkut di organel-organel lainnya yang merupakan hasil

sintesis ribosom. Ribosom ini terdapat di dalam mitokondria dan

kloroplas. Sebagian protein tersebut disintesis oleh ribosom pada

sitoplasma yang kemudian diangkut kedalam baik mitokondria maupun

kloroplas (Lakitan, 2004). Selain itu, protein juga tidak hanya berada di

daun saja namun juga banyak terdapat pada bagian tanaman lainnya,

seperti di umbi. Korelasi antara protein dengan karotenoid di organ lain

pada tumbuhan mungkin saja terjadi, seperti yang dinyatakan oleh

Hermawati (1997) dalam penelitiannya bahwa secara genotipe dan

fenotipe kandungan protein di umbi ubi jalar berkorelasi positif terhadap

kandungan karotennya dan ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0.64.

Fungsi karotenoid di jaringan non-fotosintetik adalah memberikan

pigmen berwarna terang seperti pada buah dan bunga. Untuk memberikan

warna yang kuat pada organ-organ tersebut, maka sejumlah besar

Page 76: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

63

karotenoid perlu diakumulasikan, dan bentuk stuktur terspesialisasi untuk

menangkap jumlah yang besar ini adalah kromoplas (Davies, 2000). Desai

dan Salunkhe (1991) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang dekat

antara suplai nitrogen dengan kadar karoten yang terkandung dalam wortel

yang secara normal kekurangan kloroplas di dalamnya. Semakin tinggi

kadar nitrogen yang diberikan, kadar karoten pada hasil panen akan

semakin tinggi pula. Hal ini menunjukan adanya korelasi antara kadar

protein dengan kadar karotenoid di umbi.

F. IDENTIFIKASI POTENSI SAYURAN INDIGENOUS BERDASARKAN

PROFIL KAROTENOID, ANTOSIANIN DAN ASAM ASKORBAT

Sayuran indigenous Jawa Barat sebagai salah satu sumber daya lokal

memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Sayur-sayuran yang

banyak ditemukan di Jawa Barat ini umumnya merupakan tanaman kelompok

biofarmaka yang dikonsumsi dalam jumlah yang relatif kecil sebagai sayur,

urap, lalap, penyedap dan sebagai minuman. Dari tanaman biofarmaka yang

seharusnya berfungsi sebagai obat/jamu, memang banyak jenis yang dapat

berfungsi sebagai pangan fungsional, seperti daun dan bunga pepaya, bunga

beluntas, jenis daun lalapan, daun katuk, dan sebagainya (Sumarno, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh database 24

sayuran indigenous Jawa Barat secara kuantitatif, diantaranya kandungan total

karotenoid, β-karoten, antosianin, dan asam askorbat. Keseluruhan hasil

(database) penelitian terhadap kandungan komponen-komponen bioaktif dari

24 jenis sayuran indigenous Jawa Barat tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa ke-24 sayuran indigenous yang

diteliti memiliki kandungan total karotenoid, β-karoten, antosianin, dan asam

askorbat dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, ke-24 sampel

tersebut memiliki potensi manfaat sesuai senyawa-senyawa bioaktif yang

terkandung didalamnya, meskipun tidak semua sampel berpotensi sebagai

sumber karotenoid, β-karoten, antosianin, maupun asam askorbat sekaligus.

Ekstrak daun kenikir, beluntas, kemangi, daun ginseng, krokot, kelor,

dan pakis memiliki kandungan karotenoid yang lebih tinggi dibandingkan

Page 77: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

64

sampel sayuran indigenous lainnya, berturut-turut sebesar 48.48 mg/100 g;

45.52 mg/100 g; 58.41 mg/100 g; 51.67 mg/100 g; 45.96 mg/100 g; 56.43

mg/100 g; dan 57.33 mg/100 g dry basis. Nilai-nilai tersebut pun masih lebih

tinggi dibandingkan dengan kadar total karotenoid pada bayam, daun melinjo,

dan daun pepaya yang mengandung karotenoid berturut-turut sebesar, 24.73

mg/100 g, 45.08 mg/100 g, dan 36.23 mg/100 g dry basis (Subeki, 1998).

Berdasarkan literatur diketahui bahwa karotenoid mempunyai peranan nyata

dalam penyediaan bahan baku (sebagai sumber provitamin A), penyediaan

bahan campuran makanan (food ingredients), atau sebagai bahan pewarna

makanan alami (food colours). Karotenoid juga berperan dalam bidang

kosmetika dan obat-obatan (Sudibyo, 1990). Selain itu, karotenoid penting

untuk penglihatan, pertumbuhan, diferensiasi jaringan, reproduksi, serta

perawatan sistem kekebalan (Ball, 2000).

Menurut De Vries dan Silvera (2000), karotenoid memiliki aktivitas

antioksidan biologis yang penting. Beberapa karotenoid dapat diubah menjadi

vitamin A dalam tubuh. Semua karotenoid penting bagi kesehatan karena

sifatnya sebagai antioksidan, baik yang bersifat sebagai provitamin A maupun

tidak. Papas (1999) menyebutkan bahwa karotenoid dapat melindungi tubuh

dari penyakit kardiovaskuler, mengurangi resiko terjadinya kanker,

meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan merangsang pembuatan enzim

detoksifikasi. Fungsi lain karotenoid sebagaimana disebutkan oleh Gross

(1991) adalah sebagai pewarna alami yang memberikan warna kuning sampai

oranye, sebagai agen potensial pencegah kanker dan mencegah atau

memperlambat pertumbuhan tumor kulit yang diakibatkan oleh radiasi UV-B

(290-320 nm) (Mathews-Roth, 1985).

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ekstrak daun beluntas, kemangi,

pohpohan, daun ginseng, kelor, daun labu, dan pakis memiliki kandungan β-

karoten yang lebih tinggi dibandingkan sampel sayuran indigenous lainnya,

dengan nilai berturut-turut sebesar 8.87 mg/100 g; 12.43 mg/100 g; 12.03

mg/100 g; 11.89 mg/100 g; 9.09 mg/100 g; 13.27 mg/100 g; dan 8.27 mg/100

g dry basis. Bahkan nilai-nilai tersebut pun masih lebih tinggi dibandingkan

dengan kadar β-karoten pada komoditi sayur lainnya, seperti pada daun

Page 78: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

65

pepaya, wortel, dan daun singkong yang mengandung β-karoten berturut-turut

sebesar, 10.27 mg/100 g, 8.57 mg/100 g, dan 7.58 mg/100 g dry basis (Subeki,

1998). Dengan demikian, sampel-sampel sayuran indigenous tersebut

memiliki potensi manfaat β-karoten yang besar, antara lain untuk mencegah

proses menua yang terlalu dini, mengurangi terjadinya penyakit degeneratif,

dan untuk penanggulangan kebutaan karena xeroftalmia. Menurut Teik

(1994), manusia yang mengkonsumsi karoten dalam jumlah tinggi mempunyai

resiko yang rendah terhadap serangan kanker. Namun konsumsi vitamin A

yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama akan meracuni tubuh, tetapi

bila dikonsumsi dalam bentuk β-karoten sebagai provitamin A tidak akan

berakibat keracunan. Menurut Gross (1991), β-karoten meyumbangkan lebih

dari 85% aktivitas total provitamin A di kebanyakan sayur-sayuran dan buah-

buahan.

Berdasarkan hasil percobaan yang ditinjau ulang oleh Langseth (2000)

dengan menggunakan hewan percobaan dan secara in vitro, β-karoten

memiliki aktivitas biologis yang dapat mencegah terjadinya kanker dan

melalui penelitian epidemiologis didapatkan bahwa ada korelasi negatif antara

resiko terjadinya kanker paru-paru dengan konsumsi sayur-sayuran dan buah-

buahan yang merupakan sumber β-karoten. Hal ini sejalan dengan penelitian

Temple dan Basu (1988) yang menyebutkan bahwa β-karoten melindungi

paru-paru dan organ lain dari kanker. Mekanisme aksi perlindungan yang

mungkin terjadi adalah sebagai berikut: 1) β-karoten terkonversi menjadi

vitamin A, 2) mengubah metabolisme karsinogen, 3) berperan sebagai

antioksidan, dan 4) memperkuat sistem imun.

Ekstrak daun mangkokan putih, kecombrang, takokak, kelor, terubuk,

dan bunga pepaya mengandung senyawa antosianin yang lebih tinggi

dibandingkan sampel sayuran indigenous lainnya, yaitu berturut-turut sebesar

9.25 mg/100 g; 43.19 mg/100 g; 22.09 mg/100 g; 13.14 mg/100 g; 20.50

mg/100 g; dan 11.98 mg/100 g dry basis. Nilai-nilai tersebut pun masih lebih

tinggi dibandingkan dengan kadar antosianin pada buah apel dan plum yang

mengandung antosianin sebesar 1-10 mg/100 g dan 5 mg/100 g dry basis.

Akan tetapi, kadar antosianin pada sayuran indigenous masih jauh lebih

Page 79: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

66

rendah dibandingkan dengan kadar antosianin pada kubis ungu, rosella, dan

kulit buah duwet yang memiliki nilai berturut-turut sebesar 82 mg/100 g, 1500

mg/100 g, dan 389 mg/100 g dry basis (lihat Tabel 4).

Antosianin dapat berfungsi sebagai pewarna alami, selain klorofil,

betasianin, karoten dan titanium oksida (zat pewarna mineral) (Winarno,

1992). Banyak bukti telah menunjukkan bahwa antosianin bukan saja tidak

beracun (non-toxic) dan tidak menimbulkan efek mutagenik (non-mutagenic),

tetapi juga memiliki sifat theurapetik yang positif yang berguna untuk

perawatan ketidakteraturan sirkulasi darah dan mengurangi resiko penyakit

jantung koroner karena sifat antioksidan dari pigmen antosianin (Bridle dan

Timberlake, 1997). Sebagai sumber pewarna alami, pigmen antosianin

dilaporkan dapat diaplikasikan pada model minuman ringan tanpa sukrosa,

model makanan berprotein, minuman ringan, minuman beralkohol, manisan,

saus, pikel, makanan beku atau makanan kaleng dan yogurt (Markakis, 1982).

Ekstrak daun kenikir, kemangi, katuk, bunga pepaya, pucuk mete, dan

kelor mengandung dominansi asam askorbat yang lebih tinggi dibandingkan

sampel sayuran indigenous lainnya, yakni berturut-turut sebesar 1654.02

mg/100 g; 3835.86 mg/100 g; 2248.27 mg/100 g; 2326.38 mg/100 g; 5607.78

mg/100 g; dan 1571.85 mg/100 g dry basis. Nilai-nilai tersebut pun masih

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan komoditi sayur lainnya, seperti pada

daun singkong, bunga kol, dan sawi hijau yang mengandung asam askorbat

brturut-turut sebesar 1431 mg/100 g, 1222 mg/100 g, dan 1091 mg/100 g dry

basis (Subeki, 1998). Dengan demikian, sampel-sampel sayuran indigenous

tersebut memiliki potensi yang besar sebagai sumber asam askorbat yang baik.

Asam askorbat berfungsi dalam pembentukan kolagen interselular yang

banyak terdapat pada tulang rawan, kulit dalam, tulang, dentin, dan vascular

endhotelium. Proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi

hidroksi-prolin dan hidroksi-lisin dipengaruhi oleh adanya asam askorbat.

Kedua senyawa tersebut merupakan komponen penting dalam pembentukan

kolagen (Winarno, 1992). Sifat penting lainnya adalah membantu

perlindungan terhadap vitamin lainnya seperti vitamin A, E dan beberapa

vitamin B dari proses oksidasi. Asam askorbat dapat bereaksi dengan nitrit,

Page 80: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

67

sehingga dapat mencegah reaksi nitrit dengan amin untuk membentuk

senyawa karsinogenik nitrosamin (Pike dan Brown, 1975).

Asam askorbat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkap

secara efektif singlet oksigen dan superoksida anion, dapat memutus reaksi

radikal bebas yang dihasilkan melalui peroksidasi lemak (Nabet, 1996).

Senyawa ini menjadi bagian dari pertahanan pertama terhadap spesies oksigen

reaktif dalam plasma dan sel (Zakaria et al., 1996). Defisiensi vitamin ini akan

menyebabkan penyakit skorbut. Gejala khas dari penyakit ini adalah

pendarahan, gigi goyang, luka sukar sembuh, dan tulang mudah patah.

Berdasarkan keseluruhan data yang diperoleh, terlihat bahwa nilai

kandungan asam askorbat pada 24 sampel sayuran indigenous memiliki nilai

yang cukup signifikan dan dapat diunggulkan dibandingkan dengan nilai

kandungan ketiga senyawa lainnya (karotenoid, β-karoten, dan antosianin)

pada 24 sampel. Hasil ini dapat dihubungkan dengan hasil penelitian

Sandrasari (2008) yang menyatakan bahwa ekstrak metanol dari sayuran

indigenous memiliki kapasitas antioksidan yang baik. Asam askorbat

merupakan senyawa polar yang dapat larut dalam pelarut organik yang juga

bersifat polar seperti metanol. Ekstraksi komponen antioksidan yang terdapat

dalam sayuran indigenous dengan pelarut metanol dapat pula mengekstrak

kandungan asam askorbat yang terdapat didalamnya. Dengan demikian, dapat

diidentifikasi apakah tingginya kandungan asam askorbat pada sayuran

indigenous yang dianalisis pada penelitian ini berpengaruh terhadap tingginya

kapasitas antioksidan sayuran-sayuran tersebut yang telah diteliti lebih dulu

oleh Sandrasari (2008).

Hasil penelitian yang dilakukan Sandrasari (2008) pada 11 jenis sayuran

indigenous (beluntas, kenikir, mangkokan, kemangi, pohpohan, katuk,

antanan, daun ginseng, daun kedondong cina, kecombrang dan krokot) tentang

kapasitas antioksidan yang diuji dengan radikal bebas DPPH dan dinyatakan

dengan % inhibisi menunjukkan bahwa ekstrak daun beluntas (86.65%) dan

ekstrak daun kenikir (84.13%) memiliki kapasitas antioksidan tertinggi yang

sangat kuat karena kemampuannya menghambat perkembangan radikal bebas

lebih dari 80%. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada kapasitas antioksidan

Page 81: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

68

yang dinyatakan dengan nilai TEAC. Kapasitas antioksidan ekstrak daun

beluntas memiliki nilai TEAC tertinggi, baik yang diuji dengan radikal DPPH

(1195.14 µol TEAC/ mg ekstrak) maupun dengan radikal ABTS (46.42 µol

TEAC/ mg ekstrak), kemudian diikuti oleh ekstrak daun kenikir dengan nilai

TEAC/DPPH sebesar 902.66 µol TEAC/ mg ekstrak dan nilai TEAC/ABTS

sebesar 37.99 µol TEAC/ mg ekstrak, sedangkan kapasitas antioksidan dengan

nilai TEAC terendah ditunjukkan pada ekstrak krokot yaitu sebesar 79.40

µmol TEAC/mg ekstrak (TEAC/DPPH) dan 7.59 µol TEAC/ mg ekstrak

(TEAC/ABTS). Pada pengujian kemampuan mereduksi, diperoleh hasil

bahwa ekstrak daun kenikir memiliki kemampuan mereduksi paling tinggi,

diikuti oleh ekstrak daun beluntas dan pohpohan, sedangkan krokot memiliki

kemampuan mereduksi paling rendah. Pengujian kapasitas antioksidan yang

lain adalah dari kemampuannya menghambat proses oksidasi lipid lanjut,

ekstrak daun kenikir ternyata memiliki kemampuan tertinggi, diikuti oleh daun

beluntas dan kedondong cina, sedangkan yang paling rendah adalah ekstrak

daun katuk.

Berdasarkan hasil penelitian Sandrasari (2008) tersebut, dari 11 jenis

sayuran indigenous yang diteliti, diketahui bahwa ekstrak daun beluntas dan

daun kenikir memiliki kemampuan terbesar sebagai radikal scavenger,

pereduksi dan penghambat terjadinya oksidasi lipid lanjut, sedangkan krokot

dan memiliki kemampuan terendah. Hasil tersebut cukup sejalan dengan hasil

penelitian ini bahwa daun kenikir yang memiliki kapasitas antioksidan tinggi

juga memiliki kandungan asam askorbat yang tinggi, yakni sebesar 1654.02

mg/100 g dry basis. Akan tetapi, daun beluntas yang dinyatakan oleh

Sandrasari (2008) memiliki kapasitas antioksidan tertinggi ternyata memiliki

kandungan asam askorbat yang masih jauh lebih rendah dibandingkan daun

kenikir, yaitu sebesar 295.46 mg/100 g dry basis, bahkan masih lebih rendah

dibandingkan krokot yang mengandung asam akorbat sebesar 467.13 mg/100

g dry basis dan katuk sebesar 2248.27 mg/100 g dry basis. Selain itu, ekstrak

daun beluntas dan kenikir memiliki kapasitas antioksidan tertinggi

dibandingkan sampel lain karena mengandung senyawa fenol yang tinggi pula

dengan nilai total fenol masing-masing ekstrak sebesar 141.10 dan 119.53 µg

Page 82: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

69

GAE/ mg bahan, dan sebaliknya ekstrak krokot memiliki nilai total fenol

terendah sebesar 42.24 GAE/ mg bahan (Sandrasari, 2008). Hal ini

mengindikasikan bahwa kapasitas antioksidan tersebut sangat dipengaruhi

oleh kandungan senyawa fenolik sebagai antioksidan primer, sedangkan

kandungan asam askorbat sendiri sebagai antioksidan sekunder berfungsi

menambah keefektifan kerja dari antioksidan primer, misalnya dengan

meregenerasi antioksidan utama, mendeaktifkan kontaminan prooksidan dan

menangkap oksigen (Sandrasari, 2008). Dengan demikian, pengaruh asam

askorbat terhadap kapasitas antioksidan pada sampel sayuran indigenous

tersebut tidak cukup signifikan. Namun, secara umum kandungan asam

askorbat pada sampel pun tetap memiliki kapasitas sebagai antioksidan seperti

yang dinyatakan oleh Bermond (1990) bahwa asam askorbat sebagai

antioksidan dapat menangkap singlet oksigen dan radikal peroksida sehingga

dapat melindungi membran sel. Asam askorbat juga dapat membantu

mereduksi radikal α-tokoferilsemiquinon menjadi α-tokoferol yang merupakan

pengaruh tidak langsung dalam mencegah oksidasi lemak.

Keseluruhan hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa

ekstrak daun beluntas dan daun ginseng memiliki potensi manfaat karoten dan

β-karoten sekaligus karena dominansi kedua senyawa tersebut dalam sampel.

Ekstrak daun kenikir mengandung total karotenoid dan asam askorbat yang

tinggi, sedangkan bunga pepaya mengandung antosianin dan asam askorbat

yang juga tinggi. Ekstrak daun kemangi dan pakis memiliki kandungan total

karotenoid, β-karoten dan asam askorbat yang mendominansi, dengan

demikian kedua sampel tersebut memiliki potensi manfaat dari tiga senyawa

sekaligus, sedangkan ekstrak daun kelor mengandung sekaligus keempat

senyawa dengan konsentrasi yang tergolong tinggi diantara sampel-sampel

lainnya.

Page 83: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

70

Tabel 11. Rekapitulasi nilai keseluruhan hasil analisis pada 24 jenis sayuran indigenous Jawa Barat

Nama Lokal Kadar Air

(%)

Kadar

Protein

(%)

Konsentrasi (mg/100 g wet basis) Konsentrasi (mg/100 g dry basis)

Total Fenol* Total

Karotenoid

Βeta

Karoten Antosianin

Asam

Askorbat Total Fenol*

Total

Karotenoid Β-karoten Antosianin

Asam

Askorbat

Kenikir 80.30±2.53 19.92±0.58 150.01±10.56 9.55±0.27 1.35±0.03 0.78±0.05 325.84±1.43 1225.88±85.14 k48.48±1.39 gh6.87±0.15 f3.97±0.27 g1654.02±7.27

Beluntas 80.81±1.50 21.43±0.47 83.12±12.93 8.74±0.34 1.7±0.05 0.27±0.01 56.70±0.13 1030.03±160.17 j45.52±1.77 j8.87±0.28 bc1.41±0.07 b295.46±0.69

Mangkokan

putiha 82.31±0.18 12.23±0.28 74.19±1.08 7.64±0.57 0.85±0.11 1.64±0.08 41.84±0.05 490.97±7.15 i43.19±3.24 f4.80±0.62 k9.25±0.46 a236.54±0.29

Mangkokan 82.28±0.13 20.96±0.19 94.30±14.19 2.69±0.01 0.21±0.02 1.42±0.07 148.21±0.56 669.30±100.69 d15.17±0.08 c1.17±0.08 j7.99±0.42 f836.41±3.16

Kedondong

cina 85.43±1.57 18.63±0.18 79.06±11.16 3.29±0.27 0.51±0.10 0.41±0.01 36.08±0.56 542.61±76.57 f22.59±1.83 e3.53±0.66 e2.80±0.06 a245.42±3.82

Kecombrang 89.77±0.21 8.81±0.47 80.61±9.64 0.82±0.05 0.001±0.0 4.42±0.11 34.46±0.03 801.33±95.85 b8.061±0.48 a0.01±0.00 p43.19±1.12 c336.84±0.30

Kemangi 87.42±0.47 32.72±0.47 81.18±11.93 7.35±0.45 1.56±0.20 0.10±0.01 428.55±1.08 784.32±115.28 m58.41±5.56 kl12.40±1.56 ab0.84±0.05 h3835.86±8.62

Katuk 78.19±0.49 34.45±0.44 149.31±15.35 5.15±0.07 1.63±0.02 1.53±0.11 490.35±2.39 870.64±89.53 f23.61±0.32 hi7.49±0.08 i7.00±0.49 i2248.27±10.96

Antanan 81.72±0.30 3.93±0.13 46.32±1.77 5.95±0.38 1.16±0.12 1.08±0.05 61.45±0.09 581.95±22.22 h32.54±2.10 g6.35±0.66 h5.92±0.27 c336.14±0.51

Antanan

beurita 84.30±0.11 17.57±0.28 121.06±1.93 2.75±0.31 0.24±0.01 0.77±0.03 85.10±0.09 805.46±12.84 e17.51±2.00 cd1.53±0.05 g4.88±0.18 r524.05±0.59

Pohpohan 87.68±0.01 24.09±1.54 70.11±13.47 5.12±0.21 1.48±0.16 0.75±0.01 90.24±0.01 831.62±159.75 i41.58±1.68 k12.03±1.28 h6.08±0.10 e732.48±0.06

Daun Ginseng 91.83±0.00 20.06±0.48 48.91±9.96 4.22±0.14 0.97±0.01 0.22±0.01 51.71±0.02 614.50±125.16 l51.66±1.72 k11.9±0.10 e2.75±0.11 d632.98±0.26

Krokot 88.07±0.35 18.65±0.08 33.46±2.33 5.48±0.22 0.94±0.08 0.24±0.01 55.73±1.07 447.91±31.12 j45.96±1.84 i7.84±0.70 cd2.00±0.08 s467.13±8.95

Turia 90.23±0.09 21.35±0.12 31.62±0.50 0.36±0.02 0.01±0.00 0.22±0.01 71.75±0.37 323.68±5.09 a3.65±0.25 ab0.15±0.02 de2.21±0.12 e734.40±2.71

Kucaia 92.30±0.32 4.91±0.32 35.04±3.32 0.64±0.05 0.08±0.00 0.46±0.01 63.56±0.31 211.73±20.09 b8.374±0.71 bc1.04±0.02 h5.95±0.14 f825.42±4.06

Takokaka 79.89±1.22 13.45±0.27 92.91±1.05 0.87±0.03 0.13±0.01 4.44±0.14 128.70±0.01 860.29±9.72 a4.105±0.13 abc0.66±0.05 l22.09±0.70 d639.98±0.03

Kelora 75.27±0.14 29.34±0.42 133.60±1.97 13.95±0.19 2.25±0.05 3.25±0.01 388.72±3.64 536.08±7.92 m56.43±0.76 j9.09±0.19 m13.14±0.05 j1571.85±14.74

Mengkudua 85.46±0.06 15.54±0.15 39.23±0.27 3.28±0.21 0.33±0.00 1.12±0.04 150.33±7.22 236.45±1.61 f22.57±1.45 d2.28±0.02 j7.67±0.24 k1033.89±49.6

Lembayunga 84.36±0.38 34.74±0.15 49.53±0.64 3.31±0.09 0.37±0.07 1.23±0.08 146.04±1.84 438.30±5.71 f21.18±0.57 d2.40±0.43 j7.86±0.49 l933.74±11.75

Terubuka 88.39±0.10 20.91±0.24 23.73±1.67 1.29±0.08 0.02±0.00 2.38±0.12 66.76±0.17 204.38±14.41 c11.13±0.68 ab0.16±0.00 n20.50±1.07 m574.99±1.50

Daun labua 86.68±0.48 23.21±0.21 74.27±1.78 2.83±0.02 1.77±0.23 0.78±0.03 80.30±1.36 412.62±9.89 f21.23±0.18 m13.30±1.74 h5.88±0.26 n602.87±10.23

Bunga

Pepayaa 88.91±0.45 28.87±0.18 44.47±1.44 0.84±0.06 0.13±0.01 1.33±0.08 258.09±0.36 376.23±12.17 b7.60±0.50 c1.19±0.12 o11.98±0.73 o2326.38±3.24

Pucuk metea 80.82±0.09 34.68±0.80 614.72±2.24 5.42±0.36 0.73±0.06 0.37±0.02 1075.57±1.5 2809.53±11.06 g28.25±1.87 e3.82±0.29 cd1.92±0.10 p5607.78±7.91

Pakisa 89.27±0.89 31.19±0.80 34.56±0.25 6.15±0.08 0.89±0.06 0.07±0.00 152.58±4.30 306.70±0.25 m57.33±0.77 ij8.27±0.60 a0.67±0.04 q1422.03±40.1

*Batari (2007); *aRahmat (2009)

Page 84: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sebanyak 24 sampel sayuran indigenous Jawa Barat yang dianalisis

dalam penelitian ini memiliki kadar air antara 75.27-92.30% dengan kadar air

tertinggi terdapat pada kucai dan terendah pada daun kelor. Kadar protein

antara 3.93-34.74% dengan kadar protein tertinggi dimiliki oleh lembayung

dan terendah pada antanan. Total karotenoid terbesar dimiliki oleh kemangi

dengan nilai sebesar 58.41 mg/100 g dry basis, sedangkan terendah dimiliki

oleh bunga turi sebesar 3.65 mg/100 g dry basis. Nilai rata-rata kandungan

karotenoid dari ke-24 sampel adalah sebesar 29.01 mg/100 g dry basis.

Kandungan β-karoten terbesar dimiliki oleh daun labu, yakni sebesar 13.27

mg/100g dry basis, sedangkan kandungan terendah dimiliki oleh bunga

kecombrang, yaitu sebesar 0.01 mg/100 g dry basis. Nilai rata-rata kandungan

β-karoten dari ke-24 sampel adalah sebesar 5.30 mg/100 g dry basis.

Senyawa antosianin ditemukan diseluruh sampel dengan kandungan

tertinggi terdapat pada bunga kecombrang dengan nilai sebesar 43.19 mg/100

g dry basis, sedangkan kandungan antosianin terendah terdapat pada daun

pakis dengan nilai sebesar 0.67 mg/100 g dry basis. Nilai rata-rata kandungan

antosianin dari ke-24 sampel adalah sebesar 8.24 mg/100 g dry basis.

Kandungan asam askorbat terbesar ditemukan pada pucuk mete, yakni sebesar

5607.78 mg/100 g dry basis, sedangkan kandungan terendah terdapat pada

mangkokan putih, yaitu sebesar 236.54 mg/100 g dry basis. Nilai rata-rata

kandungan asam askorbat dari ke-24 sampel adalah sebesar 1194.70 mg/100 g

dry basis.

Grafik biplot PCA dan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kandungan

total karotenoid berkorelasi positif dengan kandungan β-karoten pada sampel

(pvalue 0.000< α 0.05) dengan nilai korelasi 0.792. Nilai korelasi positif

mengindikasikan bahwa bila nilai total karotenoid naik, maka nilai β-karoten

pun akan naik, dan sebaliknya. Selain itu, hubungan antara antosianin dengan

total karotenoid (pvalue 0.023< α 0.05) dan antosianin dengan β-karoten

(pvalue 0.025< α 0.05) memiliki nilai korelasi masing-masing sebesar -0.462

Page 85: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

72

dan -0.457. Nilai korelasi negatif tersebut memberikan informasi bahwa bila

nilai antosianin naik, maka nilai total karotenoid akan turun, dan bila nilai

antosianin turun maka nilai total karotenoid akan naik. Uji korelasi juga

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kandungan asam askorbat

dengan kandungan total karotenoid, β-karoten, maupun antosianin. Hal ini

dikarenakan nilai p yang dihasilkan lebih besar dari nilai α (0.05). Analisis

sidik ragam menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan nyata

kandungan keempat senyawa pada satu sampel dengan sampel lainnya.

Hasil uji korelasi terhadap hubungan total fenol dengan total flavonoid

menunjukkan bahwa ada korelasi positif (pvalue 0.023<0.05) antara keduanya

dengan nilai korelasi sebesar 0.461, sedangkan antara total fenol dengan

antosianin tidak menunjukkan adanya korelasi (pvalue 0.648>0.05). Terakhir,

analisis hubungan antara kadar protein dengan total karotenoid menunjukkan

bahwa tidak ada korelasi diantara keduanya (pvalue 0.156>0.05).

Hampir keseluruhan sampel memiliki potensinya masing-masing sebagai

sumber senyawa tertentu yang diketahui memiliki efek farmakologis bagi

kesehatan. Kandungan asam askorbat pada ke 24 sampel sayuran indigenous

memiliki nilai yang cukup signifikan dan dapat diunggulkan dibandingkan

dengan kandungan ketiga senyawa lainnya (karotenoid, β-karoten, dan

antosianin) pada sampel.

B. SARAN

Kekayaan sayuran indigenous Indonesia yang sangat besar dan beragam

perlu ditingkatkan pemanfaatannya terutama karena memiliki kandungan

senyawa antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti karotenoid,

antosianin, dan asam askorbat. Strategi pengembangan pemanfaatan sayuran

indigenous perlu dilakukan, antara lain dengan membuat database bahan baku

(kualitatif dan kuantitatif) seperti yang dilakukan dalam penelitian ini,

kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan teknologi proses baik yang

indigenous maupun modern, prinsip technopreneurship, dan mempertahankan

karakteristik dari bahan baku lokal. Dengan demikian, kendala pengembangan

seperti ketersediaan bahan baku baik secara kontinuitas suplai maupun mutu

bahan baku yang belum memadai dapat teratasi. Dengan adanya strategi

Page 86: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

73

tersebut sayuran indigenous akan termanfaatkan secara lebih baik dan

mengglobal.

Database yang dibuat perlu dikembangkan pula dengan melakukan

pengidentifikasian dan eksplorasi senyawa fitokimia lain yang mungkin masih

banyak terkandung dalam sayuran indigenous tersebut. Selain itu, proses

pengidentifikasian jenis sayuran indigenous lainnya pun perlu dilakukan untuk

memperluas keragaman sumber genetik sayuran indigenous Indonesia.

Page 87: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

74

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., Fidrianny, I., Sukrasno. 2006. Telaah Kandungan Kimia Ekstrak Etil

Asetat Daun Pohpohan (Pilea trinervia Wight.). http://bahan-

alam.fa.itb.ac.id. [14 Oktober 2009]

Andarwulan, N dan S. Koswara. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press, Jakarta.

Anonim. (Tanpa tahun). http:// www.boiron.com/../p11_15_en.pdf. [16 Desember

2009]

Anonim. 2003. Terapi Alam Cara Alami Hilangkan Bau Badan.

http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/0725/kes2.html. [16

Oktober 2009]

Anonim. 2005. Portulaca oleracea.

http://ipek.apjii.or.id/artikel/ttg_tAnonimamAnonim_obat/depkes/buku1/1-

240.pdf. [16 Oktober 2009]

Anonim. 2007. Pepaya. http://209.85.135.104/ search?q=cache :L7KyKujqazYJ:

www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_147_Kardiologi.pdf+analisis+proksimat

+daun+pepaya&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id&client=firefox-a. [16 Oktober

2009]

Anonim.2007a.Takokak.http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail_asp.

[16 Oktober 2009]

Anonim. 2007b. Takokak. www.kompas.com/kesehatan/news. [16 Oktober 2009].

Anonim. 2007c. Kelor (Moringa oleifera). http : // www. hort. purdue. edu/

newcrop/ duke_energy/Moringa_oleifera.html. [16 Oktober 2009]

Anonim. 2008. Semanggi Gunung.http://anekaplanta.wordpress.com/page/3/.

[16 Oktober 2009]

Anonim. 2008a. Kucai . http://en.wikipedia.org/wiki/Kucai. [16 Oktober 2009]

Anonim . 2008b. Vigna. http://en.wikipedia.org/wiki/Vigna_unguiculata.

[16 Oktober 2009]

Anonim. 2008c. Labu Siam. http://anekaplanta.wordpress.com/page/3/.

[16 Oktober 2009]

Anonim. 2008d. Daun Jambu Mete. http: //209.85.175.104/ search?q = cache:oiC-

xnAGIhUJ:www.bpdasjeneberang.net/index2.php%3Foption%3Dcom_cont

ent%26do_pdf%3D1%26id%3D15+daun+jambu+mete. [16 Oktober 2009]

Page 88: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

75

Anonim. 2009. Meta-analysis. http://www.wikipedia.org. [16 Desember 2009]

AOAC. 1984. Official Method of Analysis. Association of Official Analytical

Chemistry, Washington D.C.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis 16th

Ed. AOAC International,

Gaithersburg, Maryland.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (Tanpa tahun). Sayuran

Indigenous: Perlu Digali dan Dimanfaatkan.

http://www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=2. [18 November 2009]

Ball, George F.M. 2000. The fat soluble vitamins. Di dalam Food Anaysis by

HPLC 2nd

Ed: Revised and Expanded. Nollet, Leo M.L. (ed). Marcel

Dekker, Inc., New York.

Bassa, I.A. dan Francis, F.J. 1987. Stability of anthocyanins from sweet potatoes

in a model beverage. J. Food Science, 52 (6): 1753-1754.

Batari, Ratna. 2007. Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran Indigenous

Jawa Barat. Skripsi. Fateta, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bauernfeind, J.C. 1972. Carotenoid vitamin A precursors and analog in food and

feeds. J. of Agr. Food Chemistry, 20: 456-473.

Bermond, P. 1990. Biological effects of food antioxidants. Di dalam Food

Antioxidants. Hudson, B.J.F. (ed). Elsevier Applied Science, London.

Bridle, P. dan Timberlake, C.F. 1997. Anthocyanin as natural food colours-

selected aspects. Food Chemistry. Vol. 58, pp 103-109.

Brouillard, R. 1982. Chemical structure of anthocyanins. Di dalam Anthocyanin

as Food Colors. Markakis, P. (ed). Academic Press, New York.

Chichester, C.D. dan Mc Feeters. 1985. Pigment degeneration during processing

and storage. Di dalam Biochemistry of Fruit and Vegetables. Hulme, A.C.

(ed), Vol. I. Food Sci and Tech., London.

Davies, K.M. 2000. Plant colour and fragrance. Di dalam Metabolic Engineering

of Plant Secondary Metabolism. Verpoorte, R. dan Alfermann, A.W. (eds).

Kluwer Academic Publishers, Dordrecht.

De Pee, S. 1996. Food-based Approaches for Controlling Vitamin A Deficiency:

Studies in Breastfeeding Women in Indonesia. Di dalam Thesis

Landbounuversiteit Wagenigen.

Page 89: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

76

De Vries, J.W. dan Silvera, K.R.. 2000. Measurements of nutrients and chemical

components and their bioavailibility. Di dalam Essentials of Functional

Foods. Schmidl, M.K. dan Labuza, T.P. (eds). An Apen Publication, USA.

Desai, B.B. dan Salunkhe, D.K. 1991. Fruits and vegetables. Di dalam Foods of

Plant Origin: Production, Technology, and Human Nutrition. Salunkhe,

D.K. dan Deshpande, S.S. (eds). Van Nostrand Reinhold, New York.

Elbe, J.H.V. dan Schwarts, S.J. 1996. Colorants. Di dalam Food Chemistry.

Fennema, O.R. (ed). Marcel Dekker Inc., New York.

Erawati,A. 1992. Beluntas (Pluchea India [L.] Less.).

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=501&tbl=alternatif [14

Oktober 2009]

Fennema, O.R. 1985. Food Chemistry, Marcel Dekker Inc., New York.

Francis, F.J. 1989. Food colorants: Anthocyanins. Critical Reviews in Food

Science and Nutrition, 28: 273-314.

Fuhrman, B dan Aviram, M. 2002. Polyphenols and flavonoids protect LDL

against atherogenic modification. Di dalam Handbook of Antioxidants 2nd

Ed Revised and Expanded. Cadenas, E dan Packer, L. (eds). Marcel Dekker,

Inc, New York.

Goh, SH, YM Choo dan ASH Ong. 1987. Minor Component in Palm Oil. Proc.

Of 1987 Int. OP/PO Conf. Technology, Kuala Lumpur.

Gross, J. 1991. Pigments in Vegetables: Chlorophylls and Carotenoids. AVI

Book, Van Nostrand Reinhold, New York.

Harborne, J.B. dan Grayer R.J. 1988. The anthocyanins. Di dalam The

Flavonoids. Harborne, J.B. (ed). Chapman and Hall, London.

Hasan, I.M. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif) Edisi ke-

2. Bumi Aksara, Jakarta.

Hermawati, T. 1997. Pemuliaan Ubi Jalar Berdaging Umbi Jingga untuk

Meningkatkan Kandungan Karoten dan Protein Umbi. Tesis. Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya,

Jakarta.

Hidayat, S. 2005. Ginseng: Multivitamin Alami Berkhasiat. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Page 90: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

77

Hopkins, W.G. dan Hurner, N.P.A. 2004. Introduction to Plant Physiology 3rd

Ed.

John Wiley and Sons, Inc., USA.

Howard, L.R., Smith, R.T., Wagner, A.B., Villalon, B. dan Burns, E.E. 1994.

Provitamin A and ascorbic acid content of fresh pepper cultivars (Capsicum

annuum) and processed jalapenos. J. Food sci. 59, 362-364.

Hutchings, J.B. 1999. Food Color and Appearance 2nd

ed. Aspen Publication,

Maryland.

IPTEKnet. 2007. Khasiat Turi. Di dalam

http://www.elithaeri.net/2007/12/18/khasiat-turi/. [16 Oktober 2009].

Jackman R.L. dan Smith, J.L. 1996. Anthocyanins and betalains. Di dalam

Natural Food Colorants, 2nd

Edition. Hendry, G.A.P. dan Houghton, J.D.

(eds). Chapman and Hall, London.

Jacobs, M.B. 1951. The Chemical Analysis of Foods and Food Products, 2nd

ed.

D. Van Nostrand Company, Inc. New York.

Karyadi, D. 1996. Peranan Makanan dan Kesehatan dalam Mencegah Penyakit

Degeneratif. Makalah Seminar Nuansa Pangan dan Gizi, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Kidmose, U., Edelenbos, M., Norble, R. dan Christensin, L.P. 2002. Colour

stability in vegetables. Di dalam Colour in Food: Improving Quality.

MacDougall, D.B (ed). Woodhead Publishing Company, Canbridge.

Kimbal, JW. 1993. Biologi. Tjitrosomo, H.S.S. dan Sugiri, N. (penerjemah).

Erlangga, Jakarta.

Klaui, H dan Bauernfeind, J.C. 1981. Carotenoids as food colors. Di dalam

Carotenoids as Colorants and Vitamin A Precursors. Bauernfeind, J.C. (ed.)

Academic Press, New York.

Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Langseth, L. 2000. Antioxidants and their effect on health. Di dalam Essentials of

Functional Foods. Schmidl, M.K. dan Labuza, T.P. (eds). An Apen

Publication, USA.

Lees, D.H. dan Francis, F.J. 1972. Analysis of anthocyanins. Di dalam

Anthocyanins as Food Colors. Markakis, P. (ed). Academic Press,

NewYork.

Page 91: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

78

Lewis, C.E., Walker, J.R.L. dan Lancaster, J.E. 1997. Di dalam Anthocyanin as

Natural Food Colours-Selected Aspects. Bridle, P. dan Timberlake, C.F

(eds). Food Chemistry. Vol. 58, pp 103-109.

Lusivera, R. 2001. Mempelajari Pengaruh Pemasakan Rumah Tangga terhadap

Kandungan Antioksidan Alami Beberapa Jenis Sayuran. Skripsi. Fateta,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Macrae, R. 1988. HPLC in Food Analysis 2nd

ed. Academic Press, London.

Markakis, P. 1982. Anthocyanins as food additives. Di dalam Anthocyanins as

Food Colors. Markakis, P. (ed). Academic Press, New York.

Mathews-Roth, M.M. 1985. Carotenoid and cancer prevention-experimental and

epidimiological studies. Di dalam Pigments in Vegetables: Chlorophylls and

Carotenoids. Gross, J (ed). AVI Book, Van Nostrand Reinhold, New York.

Meillgaard, M., Civille, G.V. dan Carr, B.T. 1999. Sensory Evaluation

Techniques 3rd

Edition. CRC Press LLC, Florida.

Meyer, LH. 1966. Food Chemistry. Reinhold Publ. Company, New York.

Nabet, FB. 1996. Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam

sistem biologis. Di dalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal Bebas dan

Sistem Pangan: Reaksi Biomolekuler, Dampak terhadap Kesehatan dan

Penangkalan. Kerjasama PAU- Institut Pertanian Bogor dengan Kedutaan

Besar Perancis. Zakaria et al. (eds), Jakarta.

Naufalin, R.2005. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang

(Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak

Pangan. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nollet, L.M.L. 1996. Handbook of Food Analysis. Marcel Dekker Inc, New York.

Papas, A.M. 1999. Antioxidant: Status, Diet, Nutrition, and Health. CRC Press,

New York.

Philip, T. 1975. Carotenoid esters in plant product. Food Technol. 29 (5): 50-54.

Pike, R.L. dan M.L. Brown. 1975. Nutritional: An Intergrated Approach 2nd

Edition. John Wiley and Sons Inc, New York.

Portocarrero, L., Quan De Serramo, J., Canneld, L. Tarara, T. dan Solomon, N.W.

1992. Carrots and dietary vitamin A adequecy. Food Nutr. Bull. 14: 132-

136.

Pramono, S. 1992. Profil kromatogram ekstrak herba pegagan yang berefek

antihipertensi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. I (2):37-39.

Page 92: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

79

Pratt, D.E. 1992. Natural antioxidant from plant material. Di dalam Phenolic

Compound in Food and Their Effects on Health II. Huang MT., CT Ho dan

CY Lee (eds). Am. Chem. Society, Washington DC.

Pratt, D.E. dan Hudson, B.J.F. 1990. Natural antioxidants not exploited

comercially. Di dalam Food Antioxidants. Hudson, B.J.F. (ed). Elsevier

Applied Science, London.

Puspitasari, N.L., Schmidt, H.H. dan Schwartz, S.J. 1996. Identifikasi karotenoid

beberapa pangan nabati dengan HPLC-FAB MS. J. Ilmu dan Tek. Pangan,

Vol. 1 No. 1, 61-66.

Q Su, K.G. Rowley, C Itsiopoulos dan K O’Dea. 2002. Identification and

quantification of major carotenoids in selected components of mediterranean

diet: Green leafy vegetables, figs and olive oil. European J. of Clinical

Nutrition. Vol.56. No.11, 1149-1154.

Raharja, S. dan Dianawati, E. 1995. Mempelajari ekstraksi antosianin dari daun

erpa (Aerva sp.) dengan pelarut yang diasamkan. J. Teknologi Industri

Pertanian. Vol. 11 (2), hal. 49-52.

Rahmat, H. 2009. Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran Indigenous Jawa

Barat. Skripsi. Fateta, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rencher, A.C. 1998. Multivariate Statistical Inference and Application. Wiley-

Interscience Publication, Brigham.

Rounds, M. A. dan Nielsen, S.S. 2000. Basic principles of chromatography. Di

dalam Food Analysis by HPLC 2nd

Edition Revised and Expanded. Nollet,

L.M.L. (ed). Marcell Dekker, Inc., New York.

Sandrasari, D.A. 2008. Kapasitas Antioksidan dan Hubungannya dengan Nilai

Total Fenol Ekstrak Sayuran Indigenous. Pascasarjana. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Sartono, B., Affendi, F.M., Syahfitri, U.D., Sumertajaya, I.M. dan Anggraeni, Y.

2003. Analisis Peubah Ganda. Departemen Statistika, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Satyatama, Dian I. 2008. Pengaruh Kopigmentasi terhadap Stabilitas Warna

Antosianin Buah Duwet (Syzygium cumini). Tesis Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Sediaoetama, A.D. 1976. Ilmu Gizi dan Ilmu Diit di Daerah Tropik. Balai

Pustaka, Jakarta.

Siemonsma, J.S. dan Piluek, K. (ed). 1994. PROSEA: Vegetables. Prosea, Bogor.

Page 93: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

80

Stahl, W., Sies, H. dan Sundquist, A.R. 1994. Role of carotenoids in antioxidant

defense. Di dalam Vitamin A in Health and Disease. Blomhoff, Dune (ed).

Marcel Dekker, Inc., New York.

Soedibyo, M. 1998. Alam Sumber Kesehatan: Manfaat dan Kegunaan. Balai

Pustaka, Jakarta.

Subeki. 1998. Pengaruh Cara Pemasakan terhadap Kandungan Antioksidan

Beberapa Macam Sayuran serta Daya Serap dan Retensinya pada Tikus

Percobaan. Tesis. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sudarmadji S., Haryono, B. dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan

Makanan dan Pertanian Edisi ke-4. Liberty, Yogyakarta.

Sudibyo, A. 1990. Karotenoid dan Penggunaanya Dalam Industri. BBLIHP,

Bogor.

Sumardi. 2003. Modul Program Terapan Statistik. Jurusan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata,

Semarang.

Sumarno. 2004. Potensi pengembangan tanaman biofarmaka sebagai bahan

pangan fungsional Indonesia. Di dalam Panduan seminar: Seminar Nasional

Pangan Fungsional Indigenous Indonesia-Potensi, Regulasi, Keamanan,

Efikasi dan Peluang Pasar. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Jawa Barat dan Forum Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Pangan (FORMASIP)

IPB, Bandung.

Swain, T. 1976. Nature and properties of flavonoid. Di dalam Chemistry and

Biochemistry of Plant Pigments. Goodwin, T.W. (ed). Academic Press,

London.

Syamsuhidayat, S.S. dan Hutapea, J.P. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia

Jilid I. Depkes RI, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Teik, K.H. 1994. Nutrition and cancer. Malaysian Oil Science and Technology,

3(1): 24-25.

Temple, N.J. dan Basu, T.K. 1988. Does β-carotene prevent cancer? A critical

appraisal. Di dalam Pigments in Vegetables: Chlorophylls and Carotenoids.

Gross, J (ed). 1991. AVI Book, Van Nostrand Reinhold, New York.

Terra, G. J. A. 1966. Tropical Vegetables. Departement of Agriculture Research

of the Royal Tropical Institut and Foundation Netherlands Organization for

International Assistance. Amsterdam.

Toma, S., Losardo, P.L., Vincent, M. dan Palumbo, R. 1995. Effectiveness of β-

carotene in cancer chemoprevention. Eur J. Cancer Prev. 4: 213-224.

Page 94: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

81

Tranggono. 1990. Bahan Tambahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Triguspita, A., Subarnas, A. dan Supriyatna. 2000. Efek analgesik dan penapisan

fitokimia ekstrak metanol daun kayu putih, kecubung, mangkokan,

pohpohan, dan turi dengan metode geliat pada mencit. Di dalam Prosiding

Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XVII, Bandung.

Vermerris, W. dan Nicholson, R. 2006. Phenolic Compound Biochemistry.

Springer, Netherlands.

Vimala, S. 1999. Medicinal Plants: Quality Herbal Products for Healthy Living.

http://www.herbal-obatalami.com/takokak.html. [5 Oktober 2009]

Widayanti, E., Wijayanti, T.R., Wijayanti, N.L., Pebriana dan Sulistyorini, E.

2008. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.).

http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-tanaman-anti-

kanker/k/kenikir/ [14 Oktober 2009]

Widiada, I Gde N. 1999. Karakterisasi Karotenoid pada Daging Buah Pejibaye

(Bactris gasipaes H.B.K.). Skripsi. Fateta, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wijayakusuma, H. 2006. Takokak. http://www.herbal-

obatalami.com/takokak.html. [5 Oktober 2009]

Wijaya, L.S., Widjanarko, S.B. dan Susanto, T. 2001. Ekstraksi dan karakterisasi

pigmen dari kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum) var. Binjai.

Biosain. Vol.1 No.2 :42-53.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta.

Winarno, M.W. dan Sundari, D. 1998. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat diare

di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran, 109: 25-32.

Wylma. 2003. Ketersediaan Hayati Karotenoid Bubuk Daun Cincau Hijau

(Cyclea barbata L.Miers) pada Hati Tikus (Rattus norvegicus). Skripsi.

Fateta, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yayasan Pengembangan Tanaman Obat Karyasari. 2005. Tanaman Obat: Materi

Pelatihan Profesional Tanaman Obat Kelas Profesional.

Zakaria, F.R., Djaelani, M., Setyana, Rumondang, E. dan Nurrochman. 2000.

Carotenoid biovailibility of vegetabels and carbohydrate-containing foods

measured by retinol accumulation in rat livers. Journal of Food Composition

and Analysis, 13: 297-310.

Page 95: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

82

LAMPIRAN 1. 24 jenis sampel sayuran indigenous Jawa Barat

Daun kenikir (Cosmos caudatus

H.B.K)

Daun beluntas (Pluchea indica

(L.) Less.)

Daun mangkokan (Nothopanax

scutellarius (Burm.f.) Merr.)

Mangkokan putih (Nothopanax

scutellarium (Burm.f.) Fosb.)

Daun kendondong cina

(Polyscias pinnata)

Bunga kecombrang (Etlingera

elatior (Jack) R.M.Sm.)

Daun kemangi (Ocimum

americanum L.)

Daun katuk (Sauropus

androgynus (L.) Merr.)

Page 96: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

83

Antanan (Centelia asiatica (L)

Urb.)

Antanan beurit (Hydrocotyle

sibthorpioides Lmk.)

Daun ginseng (Talinum

triangulare (Jacq.) Willd.)

Krokot (Portulaca oleracea L.)

Kucai (Allium schoenoprasum

L.)

Bunga Turi (Sesbania

grandiflora (L.) Pers.)

Buah takokak (Solanum torvum

Swartz)

Daun kelor (Moringa

pterygosperma Gaertn.)

Page 97: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

84

Daun mengkudu (Morinda

citrifolia L.)

Daun lembayung (Vigna

unguiculata (L) Walp.)

Terubuk (Saccharum edule

Hassk.)

Daun labu (Sechium edule

(Jacq.) Swartz.

Daun jambu mete (Anacardium

occidentale L.)

Bunga pepaya (Carica papaya L)

Daun pakis (Arcypteris

irregularis (C.Presl) Ching.)

Daun pohpohan (Pilea

melastomoides (Poir.) Bl.)

Page 98: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

85

LAMPIRAN 2. Data hasil analisis total karotenoid, β-karoten, antosianin, asam askorbat, kadar air dan kadar protein 24 sayuran

indigenous Jawa Barat

Tabel 12. Kadar total karotenoid 24 sayuran

Sampel Ulangan Duplo W (gram) Absorbansi

Wet Basis Dry Basis

[ ] (mg /100 g sampel) Std. Dev RSD [ ] (mg /100 g sampel) Std. Dev RSD

Kenikir

1 1 0.252 0.73477 9.7207

0.2741 2.8705

49.3435

1.3915 2.8705

2 0.252 0.74394 9.8420 49.9593

2 1 0.252 0.70096 9.2734 47.0730

2 0.252 0.70782 9.3641 47.5337

9.5500 48.4774

9.5500 ± 0.2741 48.4774 ± 1.3915

Beluntas

1 1 0.2527 0.69748 8.9636

0.3399 3.8913

46.7096

1.7713 3.8913

2 0.2527 0.70689 9.0845 47.3397

2 1 0.2527 0.65309 8.3931 43.7368

2 0.2527 0.66139 8.4998 44.2927

8.7352 45.5197

8.7352 ± 0.3399 45.5197 ± 1.7713

Mangkokan Putih

1 1 0.2516 0.60129 7.1545

0.5739 7.5115

40.4439

3.2442 7.5115

2 0.2516 0.59992 7.1382 40.3517

2 1 0.2518 0.67762 8.0563 45.5418

2 0.2518 0.69072 8.2121 46.4222

7.6403 43.1899

Page 99: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

86

Mangkokan

1 1 0.2522 0.40012 2.7032

0.0139 0.5173

15.2550

0.0785 0.5173

2 0.2522 0.39609 2.6760 15.1014

2 1 0.2521 0.24751 2.6765 15.1045

2 0.2521 0.24936 2.6965 15.2174

2.6881 15.1696

2.6881 ± 0.0139 15.1696 ± 0.0785

Daun Kedondong cina

1 1 0.2522 0.54816 3.0450

0.2670 8.1123

20.8992

1.8322 8.1123

2 0.2522 0.55347 3.0745 21.1016

2 1 0.2523 0.63502 3.5261 24.2012

2 0.2523 0.6334 3.5171 24.1395

3.2907 22.5854

3.2907 ± 0.2670 22.5854 ± 1.8322

Kecombrang

1 1 0.2508 0.39999 0.8785

0.0489 5.9261

8.5877

0.4777 5.9261

2 0.2508 0.35698 0.7841 7.6643

2 1 0.2508 0.38866 0.8536 8.3444

2 0.2508 0.35628 0.7825 7.6492

0.8247 8.0614

0.8247 ± 0.0489 8.0614 ± 0.4777

Kemangi

1 1 0.251 0.83511 7.7271

0.4485 6.1036

61.4240

5.5649 6.1036

2 0.251 0.83694 7.7441 61.5586

2 1 0.2515 0.75122 6.9371 55.1438

2 0.2515 0.75609 6.9821 55.5013

7.3476 58.4069

Page 100: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

87

7.3476 ± 0.4485 58.4069 ± 5.5649

Katuk

1 1 0.25 0.60777 5.0982

0.0697 1.3547

23.3757

0.3198 1.3547

2 0.25 0.60586 5.0822 23.3023

2 1 0.25 0.62313 5.2271 23.9665

2 0.25 0.61838 5.1873 23.7838

5.1487 23.6071

5.1487 ± 0.0697 23.6071 ± 0.3198

Antanan

1 1 0.252 0.8109 5.6560

0.3832 6.4430

30.9409

2.0965 6.4430

2 0.252 0.79993 5.5795 30.5224

2 1 0.2523 0.90443 6.3009 34.4687

2 0.2523 0.89803 6.2563 34.2247

5.9482 32.5392

5.9482 ± 0.3832 32.5392 ± 2.0965

Antanan Beurit

1 1 0.251 0.25641 2.4674

0.3146 11.4415

15.7162

2.0037 11.4415

2 0.251 0.25844 2.4870 15.8406

2 1 0.2516 0.3159 3.0327 19.3164

2 0.2516 0.31361 3.0107 19.1763

2.7494 17.5124

2.7494 ± 0.3146 17.5124 ± 2.0037

Pohpohan

1 1 0.2507 0.59959 4.9864

0.2073 4.0467

40.4743

1.6826 4.0467

2 0.2507 0.58994 4.9062 39.8229

2 1 0.2507 0.63392 5.2719 42.7917

2 0.2507 0.64038 5.3257 43.2278

5.1226 41.5792

Page 101: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

88

5.1226 ± 0.2073 41.5792 ± 1.6826

Daun Ginseng

1 1

0.2514 0.83371 4.1683

0.1405 3.3286

51.0195

1.7196 3.3286

2 0.2514 0.80996 4.0496 49.5661

2 1 0.2521 0.87554 4.3653 53.4306

2 0.2521 0.86243 4.2999 52.6305

4.2208 51.6617

4.2208 ± 0.1405 51.6617 ± 1.7196

Krokot

1 1 0.2508 0.71243 5.7350

0.2189 3.9928

48.0722

1.8350 3.9928

2 0.2508 0.69281 5.5771 46.7483

2 1 0.2508 0.66885 5.3842 45.1316

2 0.2508 0.65028 5.2347 43.8785

5.4827 45.9577

5.4827 ± 0.2189 45.9577 ± 1.8350

Bunga Turi

1 1 0.2512 0.13058 0.3907

0.0248 6.9553

3.9987

0.2539 6.9553

2 0.2512 0.11959 0.3578 3.6621

2 1 0.2508 0.11491 0.3443 3.5244

2 0.2508 0.1113 0.3335 3.4137

0.3566 3.6497

0.3566 ± 0.0248 3.6497 ± 0.2539

Kucai

1 1 0.2508 0.129 0.6093

0.0549 8.5149

7.9131

0.7131 8.5149

2 0.2508 0.12442 0.5877 7.6322

2 1 0.2517 0.14911 0.7018 9.1140

2 0.2517 0.14459 0.6805 8.8377

0.6448 8.3743

Page 102: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

89

0.6448 ± 0.0549 8.3743 ± 0.7131

Takokak

1 1 0.2526 0.10916 0.8772

0.0278 3.2072

4.1552

0.1316 3.2072

2 0.2526 0.10332 0.8302 3.9329

2 1 0.2517 0.11111 0.8960 4.2446

2 0.2517 0.10695 0.8625 4.0857

0.8665 4.1046

0.8665 ± 0.0278 4.1046 ± 0.1316

Daun Kelor

1 1 0.2524 0.82674 13.7083

0.1883 1.3494

55.4318

0.7615 1.3494

2 0.2524 0.83904 13.9122 56.2565

2 1 0.2524 0.85173 14.1226 57.1073

2 0.2524 0.84915 14.0799 56.9344

13.9558 56.4335

13.9558 ± 0.1883 56.4335 ± 0.7615

Daun Mengkudu

1 1 0.25 0.55154 3.0844

0.2112 6.4351

21.2131

1.4525 6.4351

2 0.25 0.55711 3.1155 21.4273

2 1 0.25 0.61587 3.4441 23.6873

2 0.25 0.62298 3.4839 23.9608

3.2820 22.5721

3.2820 ± 0.2112 22.5721 ± 1.4525

Lembayung

1 1 0.2516 0.56360 3.3687

0.0898 2.7091

21.5391

0.5739 2.7091

2 0.2516 0.56657 3.3865 21.6526

2 1 0.2514 0.55319 3.3091 21.1582

2 0.2519 0.53398 3.1879 20.3829

3.3131 21.1832

Page 103: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

90

3.3131 ± 0.0898 21.1832 ± 0.5739

Terubuk

1 1 0.2509 0.27477 1.2226

0.0790 6.1142

10.5302

0.6806 6.1142

2 0.2509 0.27576 1.2270 10.5681

2 1 0.2514 0.30956 1.3746 11.8399

2 0.2514 0.30299 1.3454 11.5886

1.2924 11.1317

1.2924 ± 0.0790 11.1317 ± 0.6806

Daun Labu

1 1 0.2523 0.56340 2.8600

0.0246 0.8704

21.4718

0.1848 0.8704

2 0.2523 0.55732 2.8292 21.2400

2 1 0.2525 0.55644 2.8225 21.1896

2 0.2525 0.55210 2.8004 21.0244

2.8280 21.2314

2.8280 ± 0.0246 21.2314 ± 0.1848

Bunga Pepaya

1 1 0.2512 0.20917 0.8879

0.0557 6.6118

8.0066

0.5023 6.6118

2 0.2512 0.21007 0.8917 8.0410

2 1 0.2528 0.18532 0.7817 7.0489

2 0.2528 0.19177 0.8089 7.2941

0.8426 7.5977

0.8426 ± 0.0557 7.5977 ± 0.5023

Pucuk Mete

1 1 0.2518 0.69312 5.0765

0.3586 6.6169

26.4679

1.8696 6.6169

2 0.2518 0.70214 5.1426 26.8123

2 1 0.2526 0.78408 5.7246 29.8465

2 0.2526 0.78526 5.7332 29.8914

5.4192 28.2546

Page 104: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

91

5.4192 ± 0.3586 28.2546 ± 1.8696

Pakis

1 1 0.2501 0.8351 6.0632

0.0822 1.3360

56.5072

0.7660 1.3360

2 0.2501 0.86238 6.2613 58.3532

2 1 0.2501 0.84723 6.1513 57.3280

2 0.2501 0.84444 6.1310 57.1392

6.1517 57.3319

6.1517 ± 0.0822 57.3319 ± 0.7660

Page 105: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

92

Tabel 13. Kadar β-karoten 24 sayuran

Sampel Ulangan Duplo W (gram) Luas Area Wet Basis Dry Basis

[ ] (mg /100 g sampel) Std. Dev RSD [ ] (mg /100 g sampel) Std. Dev RSD

Kenikir

1 1 0.2521 2691625 1.3685

0.0288 2.1319

6.94683

0.1464 2.1319

2 0.2521 2605270 1.3246 6.72396

2 1 0.2524 2625524 1.3333 6.76818

2 0.2524 2728448 1.3856 7.03350

1.3530 6.8681

1.3530±0.0288 6.8681 ± 0.1464

Beluntas

1 1 0.2516 3540962 1.7572

0.0539 3.1644

9.15705

0.2807 3.1644

2 0.2516 3300107 1.6377 8.53419

2 1 0.2516 3386400 1.6805 8.75735

2 0.2516 3495376 1.7346 9.03916

1.7025 8.8719

1.7025 ± 0.0539 8.8719 ± 0.2807

Mangkokan Putih

1 1 0.2516 1660588 0.7597

0.1089 12.8277

4.29434

0.6158 12.8277

2 0.2516 1639775 0.7501 4.24052

2 1 0.2518 2070685 0.9465 5.35061

2 0.2518 2057033 0.9403 5.31533

0.8492 4.8002

0.8492 ± 0.1089 4.8002 ± 0.6158

Mangkokan 1

1 0.2522 428370 0.1958

0.0148 7.1262

1.10514

0.0835 7.1262 2 0.2522 430218 0.1967 1.10991

2 1 0.2521 460770 0.2107 1.18920

Page 106: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

93

2 0.2521 497073 0.2273 1.28290

0.2076 1.1718

0.2076 ± 0.0148 1.1718 ± 0.0835

Daun Kedondong cina

1 1 0.2522 1152312 0.4331

0.0962 18.7153

2.97283

0.6602 18.7153

2 0.2522 1139899 0.4285 2.94081

2 1 0.2523 1569749 0.5898 4.04816

2 0.2523 1608283 0.6043 4.14754

0.5139 3.5273

0.5139 ± 0.0962 3.5273 ± 0.6602

Kecombrang

1 1 0.2508 4042 0.0011

0.0002 14.8841

0.01049

0.0018 14.8841

2 0.2508 4638 0.0012 0.01203

2 1 0.2508 5735 0.0015 0.01488

2 0.2508 4610 0.0012 0.01196

0.0013 0.0123

0.0013 ± 0.0002 0.0123 ± 0.0018

Kemangi

1 1 0.251 4343428 1.4164

0.1962 12.5448

11.25911

1.5598 12.5448

2 0.251 4211977 1.3735 10.91836

2 1 0.2515 5335365 1.7364 13.80293

2 0.2515 5317240 1.7305 13.75604

1.5642 12.4341

1.5642 ± 0.1962 12.4341 ± 1.5598

Katuk

1 1 0.2514 2935037 1.6567

0.0168 1.0321

7.59615

0.0773 1.0321 2 0.2514 2888448 1.6304 7.47557

2 1 0.25 2861946 1.6245 7.44846

2 0.25 2851300 1.6185 7.42075

Page 107: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

94

1.6325 7.4852

1.6325 ± 0.0168 7.4852 ± 0.0773

Antanan

1 1 0.252 2758155 1.3018

0.1211 10.4347

7.12136

0.6624 10.4347

2 0.252 2586475 1.2208 6.67810

2 1 0.2523 2244722 1.0582 5.78882

2 0.2523 2250389 1.0609 5.80344

1.1604 6.3479

1.1604 ± 0.1211 6.3479 ± 0.6624

Antanan Beurit

1 1 0.251 560929 0.2283

0.0081 3.3716

1.45405

0.0514 3.3716

2 0.251 606303 0.2468 1.57167

2 1 0.2516 588917 0.2391 1.52296

2 0.2516 600056 0.2436 1.55177

0.2394 1.5251

0.2394 ± 0.0081 1.5251 ± 0.0514

Pohpohan

1 1 0.2521 4226172 1.3438

0.1575 10.6281

10.90735

1.2787 10.6281

2 0.2521 4238925 1.3478 10.94027

2 1 0.2525 5096275 1.6179 13.13217

2 0.2525 5101113 1.6194 13.14464

1.4822 12.0311

1.4822 ± 0.1575 12.0311 ± 1.2787

Daun Ginseng

1 1 0.2514 4536660 0.9593

0.0083 0.8526

11.74129

0.1014 0.8526

2 0.2514 4615753 0.9760 11.94599

2 1 0.2521 4628685 0.9760 11.94620

2 0.2521 4626209 0.9755 11.93981

0.9717 11.8933

Page 108: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

95

0.9717 ± 0.0083 11.8933 ± 0.1014

Krokot

1 1 0.251 3209362 0.9925

0.0834 8.9210

8.31936

0.6992 8.9210

2 0.251 3300822 1.0208 8.55645

2 1 0.2515 2801656 0.8647 7.24806

2 0.2515 2794274 0.8624 7.22896

0.9351 7.8382

0.9351 ± 0.0834 7.8382 ± 0.6992

Bunga Turi

1 1 0.2512 51867 0.0131

0.0023 16.2039

0.13434

0.0237 16.2039

2 0.2512 47281 0.0120 0.12247

2 1 0.2512 68414 0.0173 0.17720

2 0.2512 57866 0.0146 0.14988

0.0143 0.1460

0.0143 ± 0.0023 0.1460 ± 0.0237

Kucai

1 1 0.2508 404902 0.0809

0.0015 1.8932

1.05043

0.0196 1.8932

2 0.2508 406692 0.0812 1.05507

2 1 0.2517 394096 0.0784 1.01874

2 0.2517 394254 0.0785 1.01915

0.0798 1.0358

0.0798 ± 0.0015 1.0358 ± 0.0196

Takokak

1 1 0.2517 236177 0.1228

0.0110 8.2875

0.61052

0.0545 8.2875

2 0.2517 235895 0.1226 0.60979

2 1 0.2517 271902 0.1413 0.70287

2 0.2517 273148 0.1420 0.70609

0.1322 0.6573

0.1322 ± 0.0110 0.6573 ± 0.0545

Page 109: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

96

Daun Kelor

1 1 0.2514 3571538 2.2859

0.0464 2.0653

9.24347

0.1878 2.0653

2 0.2514 3567592 2.2834 9.23326

2 1 0.2509 3411290 2.1877 8.84633

2 0.2509 3486683 2.2360 9.04184

2.2483 9.0912

2.2483 ± 0.0464 9.0912 ± 0.1878

Daun Mengkudu

1 1 0.25 874588 0.3310

0.0029 0.8776

2.27619

0.0200 0.8776

2 0.25 866467 0.3279 2.25505

2 1 0.25 883225 0.3342 2.29867

2 0.25 881790 0.3337 2.29493

0.3317 2.2812

0.3317 ± 0.0029 2.2812 ± 0.0200

Lembayung

1 1 0.2514 1070638 0.4334

0.0674 17.9819

2.77091

0.4311 17.9819

2 0.2514 1057615 0.4281 2.73721

2 1 0.2516 848407 0.3431 2.19401

2 0.2516 729475 0.2950 1.88645

0.3749 2.3971

0.3749 ± 0.0674 2.3971 ± 0.4311

Terubuk

1 1 0.2509 60839 0.0183

0.0003

1.6317

0.15777

0.0026

1.6317

2 0.2509 61882 0.0186 0.16048

2 1 0.2514 61064 0.0183 0.15804

2 0.2514 59592 0.0179 0.15423

0.0183 0.1576

0.0183 ± 0.0003 0.1576 ± 0.0026

Page 110: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

97

Daun Labu

1 1 0.2523 5734507 1.9698

0.2313 13.0905

14.78849

1.7366 13.0905

2 0.2523 5717082 1.9638 14.74355

2 1 0.2517 4494886 1.5477 11.61931

2 0.2517 4607996 1.5866 11.91170

1.7670 13.2658

1.7670 ± 0.2313 13.2658 ± 1.7366

Bunga Pepaya

1 1 0.2522 488188 0.1397

0.0135 10.1557

1.25947

0.1213 10.1557

2 0.2522 510377 0.1460 1.31671

2 1 0.2522 402921 0.1153 1.03949

2 0.2522 450876 0.1290 1.16321

0.1325 1.1947

0.1325 ± 0.0135 1.1947 ± 0.1213

Pucuk Mete

1 1 0.2518 1369262 0.6786

0.0564 7.7053

3.53815

0.2940 7.7053

2 0.2518 1399798 0.6938 3.61705

2 1 0.2526 1621133 0.8009 4.17571

2 0.2526 1525929 0.7539 3.93048

0.7318 3.8153

0.7318 ± 0.0564 3.8153 ± 0.2940

Pakis

1 1 0.2513 3370190 0.9363

0.0648 7.3033

8.72583

0.6039 7.3033

2 0.2513 3419488 0.9500 8.85347

2 1 0.2513 2983485 0.8289 7.72461

2 0.2513 3001626 0.8339 7.77158

0.8872 8.2689

0.8872 ± 0.0648 8.2689 ± 0.6039

Page 111: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

98

Tabel 14. Kadar total antosianin 24 sayuran

Sampel Ulangan Duplo W (gram) Absorbansi Wet Basis Dry Basis

[ ] (mg /100 g sampel) Std. Dev RSD [ ] (mg /100 g sampel) Std. Dev RSD

Kenikir

1 1 1.0004 0.37444 0.8260

0.0531 6.8002

4.1927

0.2697 6.8002

2 1.0004 0.37554 0.8284 4.2050

2 1 1.0014 0.33066 0.7287 3.6988

2 1.0014 0.33704 0.7427 3.7701

0.7814 3.9666

0.7814 ± 0.0531 3.9666 ± 0.2697

Beluntas

1 1 1.0049 0.12221 0.2614

0.0131 4.8283

1.3623

0.0683 4.8283

2 1.0049 0.13420 0.2871 1.4959

2 1 1.0075 0.13024 0.2779 1.4480

2 1.0075 0.12188 0.2600 1.3551

0.2716 1.4153

0.2716 ± 0.0131 1.4153 ± 0.0683

Mangkokan Putih

1 1 1.0082 0.41366 1.6260

0.0820 5.0101

9.1918

0.4633 5.0101

2 1.0082 0.38841 1.5268 8.6309

2 1 1.0059 0.42455 1.6727 9.4554

2 1.0059 0.43615 1.7184 9.7139

1.6360 9.2480

1.6360± 0.0820 9.2480 ± 0.4633

Mangkokan 1 1 1.0858 0.35767 1.3077

0.0740 5.2232 7.3797

0.4175 5.2232 2 1.0858 0.40216 1.4704 8.2977

Page 112: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

99

2 1 1.0841 0.39133 1.4330 8.0869

2 1.0841 0.39705 1.4539 8.2051

1.4162 7.9923

1.4162 ± 0.0740 7.9923 ± 0.4175

Daun Kedondong cina

1 1 1.0039 0.25256 0.4106

0.0083 2.0356

2.8181

0.0570 2.0356

2 1.0039 0.25751 0.4186 2.8733

2 1 1.0052 0.24585 0.3992 2.7397

2 1.0052 0.24937 0.4049 2.7789

0.4083 2.8025

0.4083 ± 0.0083 2.8025 ± 0.0570

Kecombrang

1 1 1.0081 0.35940 4.4939

0.1143 2.5869

43.9287

1.1173 2.5869

2 1.0081 0.34050 4.2576 41.6186

2 1 1.0064 0.35265 4.4170 43.1765

2 1.0064 0.35974 4.5058 44.0445

4.4185 43.1921

4.4185 ± 0.1143 43.1921 ± 1.1173

Kemangi

1 1 1.016 0.07810 0.1083

0.0058 5.4826

0.8611

0.0458 5.4826

2 1.016 0.07304 0.1013 0.8053

2 1 1.0022 0.07931 0.1115 0.8865

2 1.0022 0.07062 0.0993 0.7893

0.1051 0.8355

0.1051 ± 0.0058 0.8355 ± 0.0458

Katuk 1

1 1.0158 0.29189 1.4040

0.1062 6.9579

6.4375

0.4868 6.9579 2 1.0158 0.30734 1.4784 6.7783

2 1 1.012 0.32637 1.5758 7.2251

Page 113: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

100

2 1.012 0.34073 1.6451 7.5428

1.5258 6.9959

1.5258 ± 0.1062 6.9959 ± 0.4868

Antanan

1 1 1.0058 0.25135 1.0234

0.0499 4.6086

5.5986

0.2731 4.6086

2 1.0058 0.26351 1.0729 5.8693

2 1 1.0036 0.26763 1.0921 5.9743

2 1.0036 0.28039 1.1442 6.2591

1.0831 5.9253

1.0831 ± 0.0499 5.9253 ± 0.2731

Antanan Beurit

1 1 1.001 0.21230 0.7460

0.0289 3.7668

4.7515

0.1840 3.7668

2 1.001 0.21588 0.7585 4.8315

2 1 1.001 0.21445 0.7535 4.7995

2 1.0075 0.23188 0.8095 5.1562

0.7669 4.8846

0.7669 ± 0.0289 4.8846 ± 0.1840

Pohpohan

1 1 1.0355 0.27693 0.7381

0.0122 1.6283

5.9913

0.0989 1.6283

2 1.0355 0.28507 0.7598 6.1674

2 1 1.0444 0.27929 0.7381 5.9910

2 1.0444 0.28705 0.7586 6.1574

0.7487 6.0768

0.7487 ± 0.0122 6.0768 ± 0.0989

Daun Ginseng

1 1 1.0022 0.23947 0.2187

0.0088 3.9294

2.6766

0.1082 3.9294 2 1.0022 0.26015 0.2376 2.9077

2 1 1.0059 0.24068 0.2190 2.6802

2 1.0059 0.24673 0.2245 2.7476

Page 114: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

101

0.2249 2.7530

0.2249 ± 0.0088 2.7530 ± 0.1082

Krokot

1 1 1.0067 0.17391 0.2309

0.0091 3.8172

1.9351

0.0765 3.8172

2 1.0067 0.17743 0.2355 1.9743

2 1 1.0067 0.17908 0.2377 1.9926

2 1.0067 0.18986 0.2520 2.1126

0.2390 2.0037

0.2390 ± 0.0091 2.0037 ± 0.0765

Bunga Turi

1 1 1.0128 0.18733 0.2024

0.0118 5.4688

2.0719

0.1209 5.4688

2 1.0128 0.19481 0.2105 2.1546

2 1 1.012 0.20592 0.2227 2.2793

2 1.012 0.21142 0.2286 2.3402

0.2161 2.2115

0.2161 ± 0.0118 2.2115 ± 0.1209

Kucai

1 1 1.0023 0.26224 0.4513

0.0110 2.4093

5.8615

0.1433 2.4093

2 1.0023 0.26048 0.4483 5.8222

2 1 1.0029 0.27500 0.4730 6.1431

2 1.0029 0.26697 0.4592 5.9637

0.4580 5.9476

0.4580 ± 0.0110 5.9476 ± 0.1433

Takokak

1 1 1.0052 0.1747 4.3065

0.1399 3.1495

21.4148

0.6956 3.1495

2 1.0052 0.17595 4.3373 21.5680

2 1 1.0055 0.18431 4.5421 22.5861

2 1.0055 0.1859 4.5812 22.7809

4.4418 22.0875

Page 115: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

102

4.4418 ± 0.1399 22.0875 ± 0.6956

Daun Kelor

1 1 1.0022 0.58999 3.2615

0.0118 0.3632

13.1886

0.0477 0.3632

2 1.0022 0.58889 3.2555 13.1640

2 1 1.0079 0.58933 3.2395 13.0993

2 1.0079 0.58900 3.2376 13.0920

3.2485 13.1360

3.2485 ± 0.0118 13.1360 ± 0.0477

Daun Mengkudu

1 1 1.0195 0.34023 1.0871

0.0355 3.1830

7.4765

0.2441 3.1830

2 1.0195 0.36438 1.1642 8.0070

2 1 1.0195 0.34150 1.0911 7.5043

2 1.0195 0.34969 1.1173 7.6844

1.1149 7.6680

1.1149 ± 0.0355 7.6680 ± 0.2441

Lembayung

1 1 1.0036 0.34375 1.2001

0.0768 6.2470

7.6735

0.4911 6.2470

2 1.0036 0.35349 1.2341 7.8908

2 1 1 0.32846 1.1509 7.3586

2 1 0.38033 1.3326 8.5205

1.2294 7.8608

1.2294 ± 0.0768 7.8608 ± 0.4911

Terubuk

1 1 1.0033 0.98852 2.5627

0.1246 5.2330

22.0731

1.0728 5.2330

2 1.0033 0.88237 2.2875 19.7028

2 1 1.0033 0.89397 2.3176 19.9620

2 1.0033 0.90772 2.3532 20.2690

2.3803 20.5017

2.3803 ± 0.1246 20.5017 ± 1.0728

Page 116: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

103

Daun Labu

1 1 1.0409 0.25757 0.7384

0.0346 4.4212

5.5436

0.2601 4.4212

2 1.0409 0.27902 0.7999 6.0052

2 1 1.0409 0.28567 0.8190 6.1485

2 1.0409 0.27110 0.7772 5.8348

0.7836 5.8830

0.7836 ± 0.0346 5.8830 ± 0.2601

Bunga Pepaya

1 1 1.0034 0.51871 1.2844

0.0808 6.0831

11.5813

0.7289 6.0831

2 1.0034 0.54511 1.3497 12.1707

2 1 1.0024 0.50380 1.2487 11.2597

2 1.0024 0.57800 1.4326 12.9180

1.3289 11.9824

1.3289 ± 0.0808 11.9824 ± 0.7289

Pucuk Mete

1 1 1.0036 0.15862 0.3396

0.0200 5.4373

1.7704

0.1041 5.4373

2 1.0036 0.18029 0.3860 2.0123

2 1 1.0082 0.17655 0.3762 1.9616

2 1.0082 0.17259 0.3678 1.9176

0.3674 1.9155

0.3674 ± 0.0200 1.9155 ± 0.1041

Pakis

1 1 1.0033 0.06413 0.0768

0.0037 5.1761

0.7160

0.0348 5.1761

2 1.0033 0.06072 0.0727 0.6779

2 1 1.0033 0.05896 0.0706 0.6583

2 1.0033 0.05676 0.0680 0.6337

0.0720 0.6715

0.0720 ± 0.0037 0.6715 ± 0.0348

Page 117: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

104

Tabel 15. Kadar asam askorbat 24 sayuran indigenous Jawa Barat

Sampel Ulangan Duplo W slurry

(gram) Titer (ml)

Wet Basis Dry Basis

[ ] (mg /100 g sampel) Std. Dev RSD [ ] (mg /100 g sampel) Std. Dev RSD

Kenikir

1 1 10.4721 1.29 324.6016

1.4315 0.4393

1647.7240

7.2664 0.4393

2 10.4721 1.29 324.6016 1647.7240

2 1 10.4705 1.3 327.0810 1660.3097

2 10.4705 1.3 327.0810 1660.3097

325.8413 1654.0168

325.8413 ± 1.4315 1654.0168 ± 7.2664

Beluntas

1 1 10.2628 0.18 56.8134

0.1321 0.0141

296.0575

0.6885 0.2330

2 10.2628 0.18 56.8134 296.0575

2 1 10.2603 0.18 56.5846 294.8650

2 10.2603 0.18 56.5846 294.8650

56.6990 295.4612

56.6990 ± 0.1321 295.4612 ± 0.6885

Mangkokan Putih

1 1 10.1458 0.18 41.7988

0.0515 0.1231

236.2851

0.2911 0.1231

2 10.1458 0.18 41.7988 236.2851

2 1 10.1434 0.18 41.8880 236.7894

2 10.1434 0.18 41.8880 236.7894

41.8434 236.5373

41.8434 ± 0.0515 236.5373 ± 0.2911

Mangkokan 1

1 10.2291 0.4 148.6980

0.5605 0.3782

839.1536

3.1633 0.3782 2 10.2291 0.4 148.6980 839.1536

2 1 10.2937 0.4 147.7271 833.6745

Page 118: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

105

2 10.2937 0.4 147.7271 833.6745

148.2126 836.4140

148.2126 ± 0.5605 836.4140 ± 3.1633

Daun Kedondong cina

1 1 10.1072 0.14 36.5631

0.5609 1.5546

248.7287

3.8154 1.5546

2 10.1072 0.14 36.5631 248.7287

2 1 10.3803 0.14 35.5917 242.1202

2 10.3803 0.14 35.5917 242.1202

36.0774 245.4245

36.0774 ± 0.5609 245.4245 ± 3.8154

Kecombrang

1 1 10.4196 0.2 34.4315

0.0312 0.0906

336.5736

0.3051 0.0906

2 10.4196 0.2 34.4315 336.5736

2 1 10.4154 0.2 34.4855 337.1020

2 10.4154 0.2 34.4855 337.1020

34.4585 336.8378

34.4585 ± 0.0312 336.8378 ± 0.3051

Kemangi

1 1 10.3306 1.72 483.4899

1.0846 0.2248

3843.3219

8.6212 0.2248

2 10.3306 1.72 483.4899 3843.3219

2 1 10.351 1.72 481.6114 3828.3895

2 10.351 1.72 481.6114 3828.3895

482.5507 3835.8557

428.5507 ± 1.0846 3835.8557 ± 8.6212

Katuk

1 1 10.5538 2.28 488.2792

2.3897 0.4874

2238.7857

10.9571 0.4874 2 10.5538 2.28 488.2792 2238.7857

2 1 10.6589 2.32 492.4183 2257.7639

2 10.6589 2.32 492.4183 2257.7639

Page 119: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

106

490.3487 2248.2748

490.3487 ± 2.3897 2248.2748 ± 10.9571

Antanan

1 1 10.2523 0.28 61.5276

0.0927 0.1509

336.5842

0.5069 0.1508

2 10.2523 0.28 61.5276 336.5842

2 1 10.248 0.28 61.3671 335.7062

2 10.248 0.28 61.3671 335.7062

61.4473 336.1452

61.4473 ± 0.0927 336.1452 ± 0.5069

Antanan Beurit

1 1 10.4733 0.26 85.0214

0.0926 0.1088

541.5373

0.5896 0.1088

2 10.4733 0.26 85.0214 541.5373

2 1 10.4716 0.26 85.1817 542.5584

2 10.4716 0.26 85.1817 542.5584

85.1015 542.0479

85.1015 ± 0.0926 542.0479 ± 0.5896

Pohpohan

1 1 10.5299 0.54 90.2482

0.0080 0.0089

732.5344

0.0646 0.0088

2 10.5299 0.54 90.2482 732.5344

2 1 10.5273 0.54 90.2345 732.4226

2 10.5273 0.54 90.2345 732.4226

90.2414 732.4785

90.2414 ± 0.0080 732.4785 ± 0.0646

Daun Ginseng

1 1 10.3437 0.3 51.7323

0.0209 0.0404

633.1977

0.2562 0.0405

2 10.3437 0.3 51.7323 633.1977

2 1 10.3488 0.3 51.6960 632.7540

2 10.3488 0.3 51.6960 632.7540

51.7141 632.9758

Page 120: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

107

51.7141 ± 0.0209 632.9758 ± 0.2562

Krokot

1 1 10.3463 0.25 55.2311

1.0679 1.9162

462.9599

8.9513 1.9162

2 10.3463 0.25 55.2311 462.9599

2 1 10.3421 0.25 55.1238 462.0601

2 10.3421 0.26 57.3287 480.5425

55.7287 467.1306

55.7287 ± 1.0679 467.1306 ± 8.9513

Bunga Turi

1 1 10.4932 0.4 71.9799

0.3688 0.0742

736.7443

2.7088 0.3688

2 10.4932 0.4 71.9799 736.7443

2 1 10.5067 0.4 71.5215 732.0525

2 10.5067 0.4 71.5215 732.0525

71.7507 734.3984

71.7507 ± 0.3688 734.3984 ± 2.7088

Kucai

1 1 10.3709 0.29 63.8284

0.3129 0.4923

828.9404

4.0641 0.4924

2 10.3709 0.29 63.8284 828.9404

2 1 10.3868 0.29 63.2864 821.9012

2 10.3868 0.29 63.2864 821.9012

63.5574 825.4208

63.5574 ± 0.3129 825.4208 ± 4.0641

Takokak

1 1 10.287 0.64 128.6935

0.0068 0.0053

639.9477

0.0340 0.0053

2 10.287 0.64 128.6935 639.9477

2 1 10.2749 0.64 128.7053 640.0066

2 10.2749 0.64 128.7053 640.0066

128.6994 639.9771

128.6994 ± 0.0068 639.9771 ± 0.0340

Page 121: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

108

Daun Kelor

1 1 10.1893 1.04 386.7444

3.6443 0.9375

1563.8673

14.7364 0.9375

2 10.1893 1.06 394.1818 1593.9417

2 1 10.1833 1.04 386.9723 1564.7887

2 10.1833 1.04 386.9723 1564.7887

388.7177 1571.8466

388.7177 ± 3.6443 1571.8466 ± 14.7364

Daun Mengkudu

1 1 10.3155 0.36 144.0779

7.2159 4.8001

990.9069

49.6276 4.8001

2 10.3155 0.36 144.0779 990.9069

2 1 10.3155 0.36 156.5761 1076.8644

2 10.3155 0.36 156.5761 1076.8644

150.3270 1033.8857

150.3270 ± 7.2159 1033.8857 ± 49.6276

Lembayung

1 1 10.5375 0.7 144.6027

1.8374 1.2582

924.5699

11.7483 1.2582

2 10.5375 0.72 148.7342 950.9862

2 1 10.5406 0.7 145.4060 929.7060

2 10.5406 0.7 145.4060 929.7060

146.0372 933.7420

146.0372 ± 1.8374 933.7420 ± 11.7483

Terubuk

1 1 10.2615 0.34 66.6062

0.1739

0.2605

573.6968

1.4981

0.2605

2 10.2615 0.34 66.6062 573.6968

2 1 10.2629 0.34 66.9074 576.2915

2 10.2629 0.34 66.9074 576.2915

66.7568 574.9941

66.7568 ± 0.1739 574.9941 ± 1.4981

Page 122: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

109

Daun Labu

1 1 10.4624 0.37 78.3312

1.3631 1.6975

588.0719

10.2337 1.6975

2 10.4624 0.38 80.4482 603.9657

2 1 10.4676 0.38 81.2155 609.7257

2 10.4676 0.38 81.2155 609.7257

80.3026 602.8723

80.3026 ± 1.3631 602.8723 ± 10.2337

Bunga Pepaya

1 1 10.3657 1.38 258.3070

0.3597 0.1394

2329.1882

3.2438 0.1394

2 10.3657 1.38 258.3070 2329.1882

2 1 10.3676 1.38 257.6839 2323.5697

2 10.3676 1.38 257.6839 2323.5697

257.9954 2326.3789

257.9954 ± 0.3597 2326.3789 ± 3.2438

Pucuk Mete

1 1 10.2939 5.78 1073.6603

1.5180 0.1411

5597.8118

7.9144 0.1411

2 10.2939 5.8 1077.3754 5617.1814

2 1 10.2986 5.78 1075.6266 5608.0637

2 10.2986 5.78 1075.6266 5608.0637

1075.5722 5607.7802

1075.5722± 1.5180 5607.7802 ± 7.9144

Pakis

1 1 10.4583 0.82 148.8564

4.3035 2.8204

1387.2920

40.1074 2.8204

2 10.4583 0.82 148.8564 1387.2920

2 1 10.4543 0.84 156.3103 1456.7600

2 10.4543 0.84 156.3103 1456.7600

152.5834 1422.0260

152.5834 ± 4.3035 1422.0260 ± 40.1074

Page 123: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

110

Tabel 16. Kadar air 24 sayuran indigenous Jawa Barat No Sampel Ulangan Duplo W cawan kosong (g) W sampel (g) W cawan + sampel kering (g) KA (%BB) KA (%BK)

1 Mengkudu 1 1 5.6334 5.0035 6.3634 85.41 585.41

2 5.4098 5.0036 6.1353 85.50 589.68

rata-rata 85.46 587.54

2 Mangkokan 1 1 5.7064 5.0044 6.5978 82.19 461.41

2 5.8591 5.0013 6.7408 82.37 467.23

rata-rata 82.28 464.32

3 Daun Labu 1 1 5.6337 5.0039 6.2832 87.02 670.42

2 5.4056 5.0023 6.0890 86.34 632.02

rata-rata 86.68 651.22

4 Daun Lembayung 1 1 5.4208 5.0015 6.1893 84.63 550.81

2 5.5092 5.0016 6.3047 84.10 528.74

rata-rata 84.36 539.77

5 Daun Katuk 1 1 5.4265 5.0060 6.5359 77.84 351.23

2 5.6530 5.0024 6.7268 78.53 365.86

rata-rata 78.19 358.55

6 Daun Kemangi 1 1 5.7258 5.0090 6.3725 87.09 674.55

2 5.8735 5.0044 6.4865 87.75 716.38

rata-rata 87.42 695.46

7 Daun Pakis 1 1 6.4985 5.0014 7.0038 89.90 889.79

2 6.3114 5.0010 6.8797 88.64 779.99

rata-rata 89.27 834.89

8 Daun Pohpohan 1 1 6.3103 5.0022 6.9260 87.69 712.44

2 5.0800 5.0023 5.6964 87.68 711.53

rata-rata 87.68 711.99

Page 124: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

111

No Sampel Ulangan Duplo W cawan kosong (g) W sampel (g) W cawan + sampel kering (g) KA (%BB) KA (%BK)

9 Bunga Pepaya 1 1 5.8067 5.0024 6.3455 89.23 828.43

2 5.3970 5.0025 5.9677 88.59 776.56

rata-rata 88.91 802.49

10 Mangkokan Putih 1 1 5.5580 5.0006 6.4488 82.19 461.36

2 6.4061 5.0006 7.2845 82.43 469.29

rata-rata 82.31 465.32

11 Kenikir 1 1 5.5313 5.0015 6.4269 82.09 458.45

2 5.3366 5.0016 6.4112 78.51 365.44

rata-rata 80.30 411.95

12 Daun Kelor 1 1 5.8628 5.0009 7.1044 75.17 302.78

2 5.6355 5.0006 6.8669 75.37 306.09

rata-rata 75.27 304.43

13 Daun Kucai 1 1 5.7090 5.0015 6.0826 92.53 1238.73

2 5.3995 5.0016 5.7960 92.07 1161.44

rata-rata 92.30 1200.08

14 Daun Jambu Mete 1 1 5.4214 5.0010 6.3836 80.76 419.75

2 5.5111 5.0010 6.4672 80.88 423.06

rata-rata 80.82 421.40

15 Buah Takokak 1 1 5.5554 5.0005 6.6045 79.02 376.65

2 6.4044 5.0007 7.3669 80.75 419.55

rata-rata 79.89 398.10

16 Antanan 1 1 5.4129 5.0007 6.3375 81.51 440.85

2 5.6364 5.0007 6.5396 81.94 453.66

rata-rata 81.72 447.26

Page 125: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

112

No Sampel Ulangan Duplo W cawan kosong (g) W sampel (g) W cawan + sampel kering (g) KA (%BB) KA (%BK)

17 Krokot 1 1 5.8146 5.0008 6.4236 87.82 721.15

2 5.5433 5.0008 6.1278 88.31 755.57

rata-rata 88.07 738.36

18 Antanan Beurit 1 1 5.7096 5.0007 6.4909 84.38 540.05

2 5.4140 5.0007 6.2029 84.22 533.88

rata-rata 84.30 536.97

19 Daun Ginseng 1 1 5.3986 5.0005 5.8073 91.83 1123.51

2 5.7389 5.0005 6.1477 91.82 1123.21

rata-rata 91.83 1123.36

20 Bunga kecombrang 1 1 5.7216 5.0006 6.2408 89.62 863.14

2 5.6655 5.0006 6.1697 89.92 891.79

rata-rata 89.77 877.46

21 Daun Beluntas 1 1 5.8775 5.0007 6.7843 81.87 451.47

2 5.9305 5.0008 6.9434 79.75 393.71

rata-rata 80.81 422.59

22 Bunga Turi 1 1 5.6460 5.0004 6.2120 88.68 783.46

2 5.4553 5.0006 5.8667 91.77 1115.51

rata-rata 90.23 949.49

23 Terubuk 1 1 5.7216 5.0005 6.2699 89.04 812.00

2 5.6655 5.0005 6.2787 87.74 715.48

rata-rata 88.39 763.74

24 Kedondong cina 1 1 5.4257 5.0003 6.0210 88.09 739.96

2 5.2971 5.0003 6.1589 82.77 480.22

rata-rata 85.43 610.09

Page 126: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

113

Tabel 17. Kadar air freeze dryer 24 sayuran indigenous Jawa Barat No Sampel Ulangan Duplo W cawan kosong (g) W sampel (g) W cawan + sampel kering (g) KA (%BB) KA (%BK)

1 Mengkudu 1 1 5.8602 2.0016 7.6684 9.66 10.70

2 5.7080 2.0024 7.5178 9.62 10.64

rata-rata 9.64 10.67

2 Mangkokan 1 1 5.5246 2.0002 7.2470 13.89 16.13

2 5.5407 2.0003 7.2601 14.04 16.34

rata-rata 13.97 16.23

3 Daun Labu 1 1 5.6348 2.0007 7.4936 7.09 7.63

2 5.4100 2.0022 7.2706 7.07 7.61

rata-rata 7.08 7.62

4 Daun Lembayung 1 1 5.5578 2.0009 7.3811 8.88 9.74

2 5.3357 2.0010 7.1689 8.39 9.15

rata-rata 8.63 9.45

5 Daun Katuk 1 1 5.5414 2.0004 7.3504 9.57 10.58

2 5.8123 2.0006 7.6214 9.57 10.59

rata-rata 9.57 10.58

6 Daun Kemangi 1 1 5.4209 2.0008 7.2262 9.77 10.83

2 5.5100 2.0024 7.3180 9.71 10.75

rata-rata 9.74 10.79

7 Daun Pakis 1 1 6.4058 2.0008 8.2590 7.38 7.96

2 6.5010 2.0008 8.3547 7.35 7.94

rata-rata 7.36 7.95

8 Daun Pohpohan 1 1 6.3105 2.0005 8.0939 10.85 12.17

2 5.0803 2.0007 6.8628 10.91 12.24

rata-rata 10.88 12.21

Page 127: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

114

No Sampel Ulangan Duplo W cawan kosong (g) W sampel (g) W cawan + sampel kering (g) KA (%BB) KA (%BK)

9 Bunga Pepaya 1 1 5.5308 2.0009 7.3594 8.61 9.42

2 5.3974 2.0012 7.2293 8.46 9.24

rata-rata 8.54 9.33

10 Mangkokan Putih 1 1 5.8629 2.0007 7.6351 11.42 12.89

2 5.4205 2.0007 7.1893 11.59 13.11

rata-rata 11.51 13.00

11 Daun Kenikir 1 1 5.7753 2.0009 7.6390 6.86 7.36

2 5.6743 2.0009 7.5348 7.02 7.55

rata-rata 6.94 7.45

12 Daun Kelor 1 1 5.4202 2.0007 7.2935 6.37 6.80

2 5.5093 2.0008 7.3774 6.63 7.10

rata-rata 6.50 6.95

13 Daun Kucai 1 1 5.8425 2.0008 7.5968 12.32 14.05

2 5.7735 2.0008 7.5271 12.36 14.10

rata-rata 12.34 14.07

14 Daun Jambu Mete 1 1 5.5602 2.0005 7.4725 4.41 4.61

2 5.5431 2.0005 7.4570 4.33 4.52

rata-rata 4.37 4.57

15 Buah Takokak 1 1 5.9172 2.0004 7.6518 13.29 15.32

2 5.6753 2.0005 7.4151 13.03 14.98

rata-rata 13.16 15.15

16 Antanan 1 1 6.5005 2.0005 8.3263 8.73 9.57

2 5.3360 2.0007 7.1609 8.79 9.63

rata-rata 8.76 9.60

Page 128: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

115

No Sampel Ulangan Duplo W cawan kosong (g) W sampel (g) W cawan + sampel kering (g) KA (%BB) KA (%BK)

17 Krokot 1 1 5.8623 2.0013 7.7476 5.80 6.15

2 5.3282 2.0012 7.2135 5.79 6.15

rata-rata 5.79 6.15

18 Antanan Beurit 1 1 5.8775 2.0008 7.7091 8.46 9.24

2 5.6903 2.0012 7.5239 8.37 9.14

rata-rata 8.42 9.19

19 Daun Ginseng 1 1 5.6347 2.0012 7.4702 8.28 9.03

2 5.7880 2.0012 7.6251 8.20 8.93

rata-rata 8.24 8.98

20 Bunga kecombrang 1 1 5.7222 2.0006 7.5948 6.40 6.84

2 5.9302 2.0006 7.8006 6.51 6.96

rata-rata 6.45 6.90

21 Daun Beluntas 1 1 5.4130 2.0011 7.2128 10.06 11.18

2 5.6369 2.0011 7.4333 10.23 11.40

rata-rata 10.14 11.29

22 Bunga Turi 1 1 5.4126 2.0006 7.1490 13.21 15.22

2 5.8139 2.0009 7.5396 13.75 15.95

rata-rata 13.48 15.58

23 Terubuk 1 1 5.6366 2.0011 7.4448 9.64 10.67

2 5.7087 2.0013 7.5184 9.57 10.59

rata-rata 9.61 10.63

24 Kedondong cina 1 1 5.7091 2.0010 7.4711 11.94 13.56

2 5.5093 2.0011 7.2729 11.87 13.47

rata-rata 11.91 13.52

Page 129: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

116

Tabel 18. Kadar protein 24 sayuran indigenous Jawa Barat

No Sampel Ulangan Sampel

(mg) N HCl

HCl Blanko

(ml)

HCl Sampel

(ml)

Kadar N

(%)

Faktor

Konversi

Kadar

Protein(%) Rata-rata SD RSD

1 Kenikir 1 100.2 0.0235 0 9.5 3.12 6.25 19.51 19.92 0.58 2.92

2 101.2 0.0235 0 10 3.25 6.25 20.33

2 Beluntas 1 112.2 0.0235 0 11.65 3.42 6.25 21.36 21.03 0.47 2.21

2 110.8 0.0235 0 11.15 3.31 6.25 20.70

3 Mangkokan putih 1 105.1 0.0235 0 6.35 1.99 6.25 12.43 12.23 0.28 2.31

2 100.9 0.0235 0 5.9 1.92 6.25 12.03

4 Mangkokan 1 121.4 0.0235 0 12.45 3.38 6.25 21.10 20.96 0.19 0.90

2 119.5 0.0235 0 12.1 3.33 6.25 20.83

5

Daun kedondong

cina 1 105.6 0.026 0 8.7 3.00 6.25 18.75 18.63

0.18 0.94

2 114.4 0.026 0 9.3 2.96 6.25 18.50

6 Kecombrang 1 101.2 0.0235 0 4.5 1.46 6.25 9.15 8.81 0.47 5.37

2 100.7 0.0235 0 4.15 1.36 6.25 8.48

7 Kemangi 1 122.3 0.026 0 17.4 5.18 6.25 32.38 32.72 0.47 1.45

2 108.8 0.026 0 15.8 5.29 6.25 33.05

8 Daun katuk 1 104.1 0.026 0 15.9 5.56 6.25 34.77 34.45 0.44 1.28

2 116 0.026 0 17.4 5.46 6.25 34.14

9 Antanan 1 115.2 0.0235 0 2.25 0.64 6.25 4.02 3.93 0.13 3.25

2 109.9 0.0235 0 2.05 0.61 6.25 3.84

10 Antanan beurit 1 100.4 0.0219 0 9.1 2.78 6.25 17.38 17.57 0.28 1.58

2 102.5 0.0219 0 9.5 2.84 6.25 17.77

11 Pohpohan 1 105.8 0.026 0 11.7 4.03 6.25 25.17 24.09 1.53 6.37

2 123.7 0.026 0 12.5 3.68 6.25 23.00

12 Daun ginseng 1 103.9 0.0235 0 10.3 3.26 6.25 20.39 20.06 0.47 2.37

2 101.7 0.0235 0 9.75 3.16 6.25 19.72

13 Krokot 1 117.8 0.0235 0 10.65 2.98 6.25 18.60 18.65 0.08 0.42

2 114.9 0.0235 0 10.45 2.99 6.25 18.71

Page 130: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

117

No Sampel Ulangan Sampel

(mg) N HCl

HCl Blanko

(ml)

HCl Sampel

(ml)

Kadar N

(%)

Faktor

Konversi

Kadar

Protein(%) Rata-rata SD RSD

14 Bunga turi 1 104 0.0235 0 10.75 3.40 6.25 21.27 21.35 0.12 0.57

2 107 0.0235 0 11.15 3.43 6.25 21.44

15 Kucai 1 103.2 0.0235 0 2.35 0.75 6.25 4.68 4.91 0.32 6.47

2 110.2 0.0235 0 2.75 0.82 6.25 5.13

16 Takokak 1 107.1 0.0235 0 6.9 2.12 6.25 13.25 13.45 0.27 2.03

2 110.1 0.0235 0 7.3 2.18 6.25 13.64

17 Daun kelor 1 148.1 0.0219 0 22.9 4.74 6.25 29.64 29.34 0.42 1.45

2 147.2 0.0219 0 22.3 4.65 6.25 29.04

18 Mengkudu 1 100.6 0.0235 0 7.55 2.47 6.25 15.44 15.54 0.15 0.94

2 101.9 0.0235 0 7.75 2.50 6.25 15.65

19 Lembayung 1 115.7 0.0235 0 19.6 5.58 6.25 34.85 34.74 0.15 0.44

2 110.3 0.0235 0 18.57 5.54 6.25 34.64

20 Terubuk 1 100.2 0.0235 0 10.1 3.32 6.25 20.74 20.91 0.24 1.17

2 101 0.0235 0 10.35 3.37 6.25 21.08

21 Daun labu 1 100.8 0.0235 0 11.3 3.69 6.25 23.06 23.21 0.21 0.89

2 101.3 0.0235 0 11.5 3.74 6.25 23.36

22 Bunga pepaya 1 107 0.0235 0 14.95 4.60 6.25 28.74 28.87 0.18 0.62

2 108.9 0.0235 0 15.35 4.64 6.25 29.00

23 Pucuk mete 1 109.3 0.0219 0 19.45 5.46 6.25 34.12 34.68 0.8 2.30

2 100.9 0.0219 0 18.55 5.64 6.25 35.25

24 Pakis 1 102.8 0.0235 0 15.3 4.90 6.25 30.62 31.19 0.8 2.57

2 106.9 0.0235 0 16.5 5.08 6.25 31.75

Page 131: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

118

LAMPIRAN 3. Hasil analisis statistik hubungan antar senyawa teridentidikasi

dengan PCA dan uji korelasi Pearson

Principal Component Analysis: Total karoten, Β karoten, Antosianin, Asam askorbat Eigenanalysis of the Correlation Matrix

Eigenvalue 2.2338 0.9518 0.6076 0.2068

Proportion 0.558 0.238 0.152 0.052

Cumulative 0.558 0.796 0.948 1.000

Variabel PC1 PC2 PC3 PC4

Total karotenoid 0.596 0.213 -0.310 0.709

Β karoten 0.589 0.275 -0.287 -0.703

Antosianin -0.488 0.130 -0.863 -0.006

Asam askorbat 0.244 -0.928 -0.277 -0.047

Correlations: Total karotenoid, Β karoten, Antosianin, Asam askorbat Total karotenoid Β karoten Antosianin

Β karoten 0.792

0.000

Antosianin -0.462 -0.457

0.023 0.025

Asam askorbat 0.181 0.132 -0.235

0.396 0.537 0.269

Cell Contents: Pearson correlation

P-Value

Correlations: Total Fenol, Total Flavonoid Pearson correlation of Total Fenol and Total Flavonoid = 0.461

P-Value = 0.023

Correlations: Total Fenol, Antosianin Pearson correlation of Total Fenol and Antosianin = -0.098

P-Value = 0.648

Correlations: Kadar Protein, Total Karotenoid Pearson correlation of Kadar Protein and Total Karotenoid = 0.299

P-Value = 0.156

Page 132: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

119

LAMPIRAN 4. Hasil uji ANOVA senyawa teridentifikasi pada sayuran

indigenous Jawa Barat

a. Total Karotenoid

b. Β-karoten

c. Antosianin

d. Asam Askorbat

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Total

30823.623a 23 1340.158 554.471 .000

80766.395 1 80766.395 33415.913 .000

30823.623 23 1340.158 554.471 .000

174.024 72 2.417

111764.042 96

30997.647 95

Source

Corrected Model

Intercept

Sampel

Error

Total

Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .994 (Adjusted R Squared = .993)a.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: BetaKaroten

1783.342a 23 77.537 192.963 .000

2693.155 1 2693.155 6702.355 .000

1783.342 23 77.537 192.963 .000

28.931 72 .402

4505.429 96

1812.274 95

Source

Corrected Model

Intercept

Sampel

Error

Total

Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .984 (Adjusted R Squared = .979)a.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Antosianin

7955.119a 23 345.875 1774.880 .000

6531.189 1 6531.189 33515.236 .000

7955.119 23 345.875 1774.880 .000

14.031 72 .195

14500.338 96

7969.150 95

Source

Corrected Model

Intercept

Sampel

Error

Total

Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .998 (Adjusted R Squared = .998)a.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Askorbat

145778165a 23 6338181.084 30521.718 .000

137022745 1 137022745.3 659837.5 .000

145778165 23 6338181.084 30521.718 .000

14951.617 72 207.661

282815862 96

145793117 95

Source

Corrected Model

Intercept

Sampel

Error

Total

Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)a.

Page 133: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

120

LAMPIRAN 5. Hasil uji lanjut Duncan senyawa teridentifikasi pada 24 jenis sayuran indigenous Jawa Barat

a. Total karoten

Total

Duncana,b

4 3.649725

4 4.104600

4 7.597650

4 8.061400

4 8.374250

4 11.131700

4 15.169575

4 17.512375

4 21.183200

4 21.231450

4 22.572125

4 22.585375

4 23.607075

4 28.254525

4 32.539175

4 41.579175

4 43.189900

4 45.519700

4 45.957650

4 48.477375

4 51.661675

4 56.432500

4 57.331900

4 58.406925

.680 .511 1.000 1.000 1.000 .051 1.000 1.000 .147 .692 1.000 1.000 .093

Sampel

Turi

Takokak

Pepaya

Kecombrang

Kucai

Terubuk

Mangkokan

AntBeurit

Lembayung

LabuSiam

Mengkudu

KdondongCi

Katuk

PucukMete

Antanan

Popohan

Mputih

Beluntas

Krokot

Kenikir

DaunGinseng

Kelor

Pakis

Kemangi

Sig.

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on Type III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 2.417.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 134: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

121

b. Β-karoten

BetaKaroten

Duncana,b

4 .012340

4 .145973 .145973

4 .157630 .157630

4 .657318 .657318 .657318

4 1.035848 1.035848

4 1.171788

4 1.194720

4 1.525113 1.525113

4 2.281210

4 2.397145

4 3.527335

4 3.815348

4 4.800200

4 6.347930

4 6.868118 6.868118

4 7.485233 7.485233

4 7.838208

4 8.268873 8.268873

4 8.871938

4 9.091225

4 11.893323

4 12.031108

4 12.434110 12.434110

4 13.265763

.196 .073 .088 .069 .523 1.000 .250 .173 .103 .087 .261 .068

Sampel

Kecombrang

Turi

Terubuk

Takokak

Kucai

Mangkokan

Pepaya

AntBeurit

Mengkudu

Lembayung

KdondongCina

PucukMete

Mputih

Antanan

Kenikir

Katuk

Krokot

Pakis

Beluntas

Kelor

DaunGinseng

Popohan

Kemangi

LabuSiam

Sig.

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on Type III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = .402.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 135: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

122

c. Antosianin

Antosianin

Duncana,b

4 .671475

4 .835550 .835550

4 1.415325 1.415325

4 1.915475 1.915475

4 2.003650 2.003650

4 2.211500 2.211500

4 2.753025

4 2.802500

4 3.966650

4 4.884675

4 5.883025

4 5.925325

4 5.947625

4 6.076775

4 6.995925

4 7.668050

4 7.860850

4 7.992350

4 9.248000

4 11.982425

4 13.135975

4 20.501725

4 22.087450

4 43.192075

.601 .067 .078 .377 .077 1.000 1.000 .579 1.000 .333 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Sampel

Pakis

Kemangi

Beluntas

PucukMete

Krokot

Turi

DaunGinseng

KdondongCina

Kenikir

AntBeurit

LabuSiam

Antanan

Kucai

Popohan

Katuk

Mengkudu

Lembayung

Mangkokan

Mputih

Pepaya

Kelor

Terubuk

Takokak

Kecombrang

Sig.

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on Type III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = .195.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 136: SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, … · , 2000), analisis asam askorbat dengan metode titrasi (Jacobs, 1951), sedangkan analisis total karotenoid dan antosianin dilakukan

123

d. Asam askorbat

Askorbat

Duncana,b

4 236.5373

4 245.4245

4 295.4613

4 336.1452

4 336.8378

4 467.1306

4 542.0479

4 574.9942

4 602.8723

4 632.9759

4 639.9772

4 732.4785

4 734.3984

4 825.4208

4 836.4141

4 933.7420

4 1033.886

4 1422.026

4 1571.847

4 1654.017

4 2248.275

4 2326.379

4 3835.856

4 5607.780

.386 1.000 .946 1.000 1.000 1.000 1.000 .494 .851 .284 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Sampel

Mputih

KdondongCina

Beluntas

Antanan

Kecombrang

Krokot

AntBeurit

Terubuk

LabuSiam

DaunGinseng

Takokak

Popohan

Turi

Kucai

Mangkokan

Lembayung

Mengkudu

Pakis

Kelor

Kenikir

Katuk

Pepaya

Kemangi

PucukMete

Sig.

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on Type III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 207.661.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.a.

Alpha = .05.b.