SKRIPSI Jangan Widya STIE

60
PENGARUH LIKUIDITAS PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2016 SKRIPSI Di tulis Oleh Nama : Bunga Pertiwi Nomor mahasiswa : 163215834 Jurusan : Akuntansi SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA 2017 STIE Widya Wiwaha Jangan Plagiat

Transcript of SKRIPSI Jangan Widya STIE

Page 1: SKRIPSI Jangan Widya STIE

PENGARUH LIKUIDITAS PROFITABILITAS DAN

LEVERAGE

TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2012-2016

SKRIPSI

Di tulis Oleh

Nama : Bunga Pertiwi

Nomor mahasiswa : 163215834

Jurusan : Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

2017

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 2: SKRIPSI Jangan Widya STIE

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan ini disebutkan dalam Referensi. Apabila

kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar saya sanggup menerima

hukuman / sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 5 Maret 2018

Penulis

Bunga Pertiwi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 3: SKRIPSI Jangan Widya STIE

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016. Untuk Likuiditas diukur dengan Current Ratio, Profitabilitas diukur dengan Return On Asset, dan untuk Leverage diukur menggunakan Debt Equity Ratio.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Sedangkan sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling sehingga diperoleh 50 perusahaan sampel. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan tingkat signifikansi 5%, maka hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai signifikansinya 0.489 > 0.05 . (2) Profitabilitas berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai signifikansinya 0.000 < 0.05 . (3) Leverage tidak berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai signifikansinya 0.204 > 0.05.

Kata Kunci : Financial Distress, Likuiditas, Profitabilitas, Leverage

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 4: SKRIPSI Jangan Widya STIE

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan

karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas

dan Leverage Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016 “ ini dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di bidang akuntansi.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyelesaian skripsi ini berkat

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs. Muhammad Subkhan, MM Ketua STIE Widya Wiwaha

2. Bapak Zulkifli,SE,MM Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu

untuk membantu, membimbing, mengarahkan dalam penelitian ini

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Seluruh dosen dan staf STIE Widya Wiwaha program studi Akuntansi atas

ilmu dan bantuan yang telah diberikan

4. Suami saya tercinta, Fendy Ruscandra Buana yang telah memberikan

dukungan baik baik doa, motivasi dan kasih sayang yang tak terhingga.

5. Kedua orang tua Bapak Bomin dan Ibu Suratmi yang senantiasa selalu

memberikan dukungan baik moril dan materil dan selalu mendukung saya.

6. Kedua orang tua mertua saya Bapak Rusdarmawan dan Ibu Prastiwi

Priyantiningsih yang juga mendukung saya

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 5: SKRIPSI Jangan Widya STIE

7. Adik adikku Krista Afriliani Ratna Timur dan Alfiah Yulia Yasmin yang

selalu memberikan doa dan kasih sayangnya.

8. Adik adikku Elisa dan Priska Rosalina yang juga selalu memberikan doa

dan kasih sayangnya.

9. Sahabatku Rukmana Purwaningsih yang selalu setia mendampingi dari

kuliah sampai akhir kuliah ini yang selalu memberikan supportnya dan

kerjasamanya.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis terus menunggu saran dan kritik yang

membangun dan positif dari para pembaca dan pengguna skripsi ini. Semoga hasil

penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.

Amin

Yogyakarta, 5 Maret 2018

Penulis

Bunga Pertiwi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 6: SKRIPSI Jangan Widya STIE

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………................. . i

HALAMAN SAMPUL DEPAN

SKRIPSI………………………………………….. ii

HALAMAN JUDUL SKRIPSI………………………………………......................

iii

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………………................. iv

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI…………………………………………….. v

HALAMAN PENGESAHAN

UJIAN………………………………….................... vi

ABSTRAK………………………………………………………………………….

.. vii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………. vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………..…………. x

DAFTAR TABEL………………………………………………………..…………. xii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..................... xiii

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………. …………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah……..……………………………………………………….. 5

1.3 Batasan Masalah…….. ………………………………………………………… 5

1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………………… 6

1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………………………… 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………………….. 8

2.1 Landasan

Teori……..…………………………………………………………… 8

2.1.1 Financial Distress………………………………………………………… 8

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 7: SKRIPSI Jangan Widya STIE

2.1.2 Laporan Keuangan……………………………………………………….. 16

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan………………………………………………… 19

2.1.4 Likuiditas…………………………………………………………………. 20

2.1.5 Profitabilitas……………………………………………………………… 20

2.1.6 Leverage………………………………………………………………….. 21

2.2 Penelitian

Terdahulu………...………………………………………………….. 22

2.3 Kerangka Pemikiran……….……………………………………………………

24

2.4 Hipotesis

Penelitian……….…………………………………………………….. 25

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………. 30

3.1 Lokasi

Penelitian………………………………………………………………… 30

3.2 Variabel Penelitian………..……………………………………………………. 30

3.2.1 Variabel Dependen………………………………………………………… 30

3.2.2 Variabel Independen………. ……………………………………………… 31

3.2.3 Metode dan Tekhnik Pengumpulan Data…………….…………………… 32

3.2.4 Tekhnik Analisis Data……………………………………………………… 33

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………………………………………. 38

4.1 Deskripsi Penelitian……………………………………………………………. 38

4.2 Analisis Data…………………………………………………………………… 38

4.2.1 Uji Kelayakan Model Regresi…………………………………………….. 38

4.2.2 Uji Keseluruhan Model (Overal Model Fit)………………………………. 39

4.2.3 Uji Analisis Regresi Logistik……………………………………………… 42

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………………. 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………… 47

5.1 Kesimpulan…...………………………………………………………………….. 47

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 8: SKRIPSI Jangan Widya STIE

5.2 Saran….…………………………………………………………………………… 48

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 49

LAMPIRAN…………………………………………………………………………. 51

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 9: SKRIPSI Jangan Widya STIE

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sampel

Penelitian…………………………………………………………. 38

Tabel 4.2.1 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

……………………………………. 38

Tabel 4.2.2.a Hasil Uji Chi Square

(X2)……………………………………………… 39

Tabel 4.2.2.b Hasil Koefisien

Determinasi…………………………………………… 40

Tabel 4.2.2.c. Hasil Tabel Klasifikasi 2x2

…………………………………………… 41

Tabel 4.2.3. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis

………………………………… 42

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 10: SKRIPSI Jangan Widya STIE

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka

Pemikiran…………………………………………………….. 25

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 11: SKRIPSI Jangan Widya STIE

1  

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi sampai saat ini mengalami peningkatan yang

sangat pesat. Peningkatan ini disebabkan karena makin meluasnya globalisasi

diseluruh dunia. Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pesaingan antar

perusahaan. Persaingan bisnis yang ketat menuntut perusahaan untuk terus

mengembangkan inovasi produk dan kinerja karyawan dan melakukan

perluasan usaha agar terus dapat bertahan dan bersaing. Persaingan antar

perusahaan yang semakin ketat menyebabkan biaya yang akan dikeluarkan

oleh perusahaan semakin tinggi. Hal ini akan mempengaruhi pada kinerja

perusahaan. Apabila suatu perusahaan tidak mampu untuk bersaing maka

perusahan akan mengalami kerugian yang pada akhirnya bisa membuat suatu

perusahaan mengalami kerugian, yang pada akhirnya perusahaan akan

mengalami Financial Distress. Masalah keuangan yang dihadapi suatu

perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan terjadinya

kebangkrutan. Kebangkrutan perusahaan akan mengakibatkan berbagai

kerugian baik bagi pemegang saham, karyawan, dan perkekonomian social.

Financial Distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan

menghadapi masalah kesulitan keuangan.

Menurut Platt dan Platt (2002), menyatakan Financial Distress adalah

tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang

terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 12: SKRIPSI Jangan Widya STIE

2  

Menurut Brigham dan Daves (2003), kesulitan keuangan terjadi atas

serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang kurang tepat dan

kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang

secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta kurangnya

upaya pengawasan kondisi keuangan perusahaan sehingga dalam

penggunaannya kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Menurut Rayenda (2007) dalam Andre (2013), Financial Distress

terjadi karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan

kinerja keuangan sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kerugian

operasional dan kerugian bersih untuk tahun yang berjalan. Financial

Distress dapat dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai

indikasi Financial Distress yang paling ringan, sampai kepernyatan

kebangkrutan yang merupakan Financial Distress dapat digunakan untuk

melakukan tindakan-tindakan dalam mengantisipasi kondisi yang mengarah

pada kebangkrutan sedini mungkin pada perusahaan (Triwahyuningtias,

2012). Untuk mendeteksi kesulitan keuangan, Financial Distress dapat dilihat

dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis laporan

keuangan. Model yang sering digunakan untuk menganalisis laporan

keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang

diperoleh oleh hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan

pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Secara

umum rasio-rasio seperti likuiditas, profitabilitas, leverage dan cakupan arus

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 13: SKRIPSI Jangan Widya STIE

3  

kas berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam memprediksi

kesulitan keuangan maupun kebangkrutan.

Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi

Financial Distress.

Menurut Syafri (2008) rasio profitabilitas merupakan rasio yang

bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat

efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya seperti

kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan , jumlah cabang dan

sebagainya. Rasio ini dicerminkan dalam Return on Asset (ROA). Rasio yang

tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset. Selain itu rasio likuiditas juga

dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya Financial Distress. Rasio

likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo, apabila

perusahaan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya

dengan baik maka potensi perusahaan mengalami Financial Distress akan

semakin kecil (Luciana Spica almilia dan Kristijadi, 2003). Rasio likuiditas

yang dipakai adalah current ratio. Current ratio merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Selain rasio likuiditas,

rasio leverage juga dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi

terjadinya Financial Distress.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 14: SKRIPSI Jangan Widya STIE

4  

Menurut Keown (2008:83) rasio leverage/utang menunjukkan seberapa

banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Rasio

leverage yang biasa digunakan adalah rasio utang (debt ratio) yaitu total utang

dibagi dengan total aktiva. Informasi rasio utang ini juga penting karena

melalui rasio utang, kreditur dapat mengukur seberapa tinggi risiko utang

yang diberikan kepada suatu perusahaan.

Penelitian ini dilakukan karena hasil penelitian terdahulu memberikan

hasil yang tidak konsisten dalam memprediksi Financial Distress, penelitian

Luciana dan Kristiadji (2013), Novita (2014) menyimpulkan bahwa

profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Sedangkan penelitian Imam dan Reva (2012) menyimpulkan bahwa

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Penelitian Imam dan Reva (2012) menyimpulkan bahwa likuiditas

tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Dis tress. Sedangkan

menurut Luciana dan Kristiadji (2003), Novita (2014) menyimpulkan bahwa

likuiditas berpengaruh terhadap Financial Distress.

Penelitian Imam dan Reva (2012) menyimpulkan bahwa leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress. Sedangkan penelitian

menurut Almilia (2006), Luciana dan Kristiadji (2003), Novita (2014)

menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh terhadap Financial Distress.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka judul penelitian ini adalah

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Financial

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 15: SKRIPSI Jangan Widya STIE

5  

Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2012-2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang

masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2012-2016?

b. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2012-2016?

c. Apakah leverage berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2012-2016?

1.3 Batasan Masalah

Pada dasarnya agar permasalahan yang telah dirumuskan tidak

menyimpang terlalu jauh, maka kondisi Financial Dis tress perusahaan

hanya diukur dengan EPS (Earning Per Share) perusahaan. Penelitian ini

hanya meneliti rasio keuangan yang diambil meliputi Current Ratio, ROA

dan Debt Ratio.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 16: SKRIPSI Jangan Widya STIE

6  

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas , tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap terjadinya kondisi

Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2012-2016

2. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap terjadinya kondisi

Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2012-2016

3. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap terjadinya kondisi

Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2012-2016

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian diharapkan

dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak lain antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan pemahaman tentang

kondisi Financial Distress perusahaan sehingga manajemen perusahaan

dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan Financial Distress

dan untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat terhindar dari

resiko Financial Distress.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 17: SKRIPSI Jangan Widya STIE

7  

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

serta dapat digunakan acuan dalam penelitian sejenis, dan dapat dijadikan

bahan kajian teoritis dan referensi.

3. Bagi Investor

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi

perusahaan dan digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum

pengambilan keputusan investasi .

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 18: SKRIPSI Jangan Widya STIE

8  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Financial Distress

a. Pengertian Financial Distress

Financial Distress merupakan kondisi dimana perusahaan

mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Kebangkrutan

adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana

untuk menjalankan usahanya.

Menurut Lesmana (2003) kebangkrutan adalah ketidakpastian

mengenai kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan

kegiatan operasinya jika kondisi keuangan yang dimiliki mengalami

penurunan. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan

timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual

aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva

tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya.

Menurut Platt dalam Luciana (2006) mendefinisikan Financial

Distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi

sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Luciana (2006)

mengumpamakan kondisi Financial Distress sebagai suatu kondisi dari

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 19: SKRIPSI Jangan Widya STIE

9  

perusahaan yang mengalami laba bersih negatif selama beberapa tahun.

Sedangkan menurut Luciana (2004) kondisi Financial Distress sebagai

suatu kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih

dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut

telah mengalami merger.

Financial Distress adalah istilah yang digunakan dalam kamus

Corporate Finance untuk mengindikasikan suatu kondisi ketika janji-

janji kepada kreditur dilanggar atau ditepati tetapi dengan kesulitan.

Financial Distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model ini perlu untuk

dikembangkan, karena dengan mengetahui Financial Distress

perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan

untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah ke kebangkrutan.

Menurut Rayenda (2007), Financial Distress terjadi karena

perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja

keuangan perusahaannya yang bermula dari kegagalan dalam

mempromosikan produk yang dibuatnya yang menyebabkan turunnya

penjualan sehingga dengan pendapatan yang menurun dari sedikitnya

penjualan memungkinkan perusahaan mengalami kerugian operasional

dan kerugian bersih untuk tahun yang berjalan dari kerugian yang

terjadi akan mengakibatkan defisiensi modal dikarenakan penurunan

nilai saldo laba yang terpakai untuk melakukan pembayaran dividen,

sehingga total ekuitas secara keseluruhan pun akan mengalami

defisiensi. Jika hal ini terus terjadi, maka tidak mustahil bahwa suatu

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 20: SKRIPSI Jangan Widya STIE

10  

saat total kewajiban perusahaan akan melebihi total aktiva yang

dimilikinya. Kondisi seperti yang telah disebutkan di atas

mengasosiasikan suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan

keuangan (Financial Distress) yang pada akhirnya jika perusahaan

tidak mampu keluar dari kondisi tersebut di atas, maka perusahaan

tersebut akan mengalami kepailitan. Untuk mendeteksi kesulitan

keuangan perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan. Secara

umum rasio-rasio seperti profitabilitas, likuiditas, leverage dan cakupan

arus kas berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam

memprediksi kesulitan keuangan maupun kebangkrutan.

b. Faktor Penyebab Financial Distress

Financial Distress timbul karena adanya pengaruh dari dalam

perusahaan itu sendiri (internal) maupun dari luar perusahaan

(eksternal).

Menurut Damodaran (2001) menyatakan, faktor penyebab

Financial Distress dari dalam perusahaan bersifat mikro, faktor-

faktor dari dalam perusahaan tersebut adalah:

1. Kesulitan Arus Kas

Terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari

hasil kegiatan operasi tidak cukup untuk menutupi beban-beban

usaha yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan. Selain itu

kesulitan arus kas juga bisa disebabkan adanya kesalahan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 21: SKRIPSI Jangan Widya STIE

11  

manajemen ketika mengelola aliran kas perusahaan dalam

melakukan pembayaran aktivitas perusahaan dimana dapat

memperburuk kondisi keuangan perusahaan.

2. Besarnya Jumlah hutang

Kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk

menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan akan

menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan

hutang di masa mendatang. Ketika tagihan jatuh tempo, sedangkan

perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk melunasi tagihan-

tagihan tersebut,maka kemungkinan yang dilakukan kreditur adalah

melakukan penyitaan hartaperusahaan untuk menutupi kekurangan

pembayaran tagihan tersebut.

3. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa

tahun

Dalam hal ini merupakan kerugian operasional perusahaan

yang dapat menimbulkan arus kas negatif dalam perusahaan. Hal

ini dapat terjadi karena beban operasional lebih besar dari

pendapatan yang diterima perusahaan. Meskipun suatu perusahaan

dapat mengatasi tiga masalah di atas, belum tentu perusahaan

tersebut dapat terhindar dari Financial Distress, itu karena masih

terdapat faktor eksternal perusahaan yang dapat menyebabkan

Financial Distress.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 22: SKRIPSI Jangan Widya STIE

12  

Menurut Damodaran (2001), faktor eksternal perusahaan

lebih bersifat makro, dimana cakupannya lebih luas. Faktor

eksternal dapat berupa kebijakan pemerintah yang dapat menambah

beban usaha yang ditanggung perusahaan, misalnya tarif pajak yang

meningkat dapat menambah beban perusahaan. Selain itu masih ada

kebijakan suku bunga pinjaman yang meningkat, dimana bisa

menyebabkan peningkatan beban bunga yang ditanggung

perusahaan.

c. Dampak Financial Distress

Salah satu dampak Financial Distress adalah dapat membawa

perusahaan mengalami kesulitan dalam membayarkan kewajiban yang

ditanggung. Menurut Anggarini (2010), perusahaan yang mengalami

Financial Distress (kesulitan keuangan) akan menghadapi kondisi :

1. Tidak mampu memenuhi jadwal atau kegagalan pembayaran

kembali hutang yang sudah jatuh tempo kepada kreditor.

2. Perusahaan dalam kondisi tidak solvable (insolvency).

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Gitman (2002),

menurutnya ada tiga hal yang paling terlihat ketika perusahaan

mengalami Financial Distress, yaitu :

1. Business Failure (kegagalan bisnis), dapat diartikan sebagai :

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 23: SKRIPSI Jangan Widya STIE

13  

a. Keadaan dimana realized rate of retrun dari modal yang

diinvestasikan secara signifikan terus menerus lebih kecil

dari rate of retrun pada investasi sejenis.

b. Suatu keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat

menutupi biaya perusahaan.

c. Perusahaan diklasifikasikan kepada failure, perusahaan

mengalami kerugian operasional selama beberapa tahun

atau memiliki retrun yang lebih kecil dari pada biaya modal

(cost of capital) atau negative retrun.

2. Insolvency (tidak solvable), dapat diartikan sebagai:

a. Technical insolvency timbul apabila perusahaan tidak dapat

memenuhi kewajiban pembayaran hutangnya pada saat

jatuh tempo.

b. Accounting insolvency, perusahaan memiliki negative

networth, secara akuntansi memiliki kinerja buruk

(insolvent), hal ini terjadi apabila nilai buku dari kewajiban

perusahaan melebihi nilai buku dari total harta perusahaan

tersebut.

3. Bankruptcy, yaitu kesulitan keuangan yang mengakibatkan

perusahaan memiliki negative stockholders equity atau nilai

pasiva perusahaan lebih besar dari nilai wajar harta perusahaan.

Dari tiga macam kategori Financial Distress di atas, penelitian

ini menggunakan poin pertama untuk mengkategorikan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 24: SKRIPSI Jangan Widya STIE

14  

perusahaan yang dianggap mengalami Financial Distress, yaitu

ketika perusahaan mengalami kegagalan bisnis yang terlihat

dari pendapatan perusahaan yang tidak dapat menutupi biaya

perusahaan yang timbul. Berarti jika terjadi hal demikian,

perusahaan sedang mengalami kerugian, yang berimbas pada

kewajiban perusahaan untuk menutupi kekurangan biaya yang

terjadi dengan sumber-sumber pendanaan yang lain.

d. Manfaat Financial Distress

Prediksi Financial Distress perusahaan ini menjadi perhatian

banyak pihak (Almilia, 2003). Pihak-pihak yang menggunakan model

tersebut meliputi :

1. Pemberi Pinjaman

Penelitian berkaitan dengan prediksi Financial Distress

menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam

memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan

menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah

diberikan.

2. Investor

Model prediksi Financial Distress dapat membantu investor

ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam

melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 25: SKRIPSI Jangan Widya STIE

15  

3. Pembuat Peraturan

Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi

kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu.

Hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk

mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai

stabilitas perusahaan.

4. Pemerintah

Prediksi Financial Distress juga penting bagi pemerintah dan

antitrust regulation.

5. Auditor

Model prediksi Financial Distress dapat menjadi alat yang

berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu

perusahaan.

6. Manajemen

Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka

perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan

pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugan penjualan atau kerugian

paksa akibat ketetapan pengadilan), sehingga dengan adanya model

prediksi Financial Distress diharapkan perusahaan dapat menghindari

kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung

dan tidak langsung dari kebangkrutan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 26: SKRIPSI Jangan Widya STIE

16  

2.1.2 Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan dan Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi keuangan dan

hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Laporan keuangan dapat menjadi bahan untuk sarana informasi bagi

pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Laporan

keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber

informasi mengenaiposisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan

posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung

pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi

lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus

dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan

ekonomis (Kamaludin dan Pribadi, 2011).

Menurut Kasmir (2008), kinerja perusahaan dapat diukur dengan

mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dapat

memprediksi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Hasil

analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang kekuatan

dan kelemahan suatu perusahaan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan

yang dimiliki maka akan tergambar kinerja suatu perusahaan. Jika

perusahaan dapat mengetahui kelemahan perusahaan, manajemen dapat

melakukan tindakan untuk memperbaiki sistem keuangan perusahaan.

Hasil analisis laporan keuangan dapat dilihat dalam rasiorasio keuangan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 27: SKRIPSI Jangan Widya STIE

17  

perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang dihasilkan dari analisis laporan

keuangan inilah yang merupakan indikator yang digunakan untuk

memprediksi terjadinya Financial Distress.

Menurut Najmudin (2011), tujuan laporan keuangan adalah

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan

posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna bagi sejumlah pemakai

untuk pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung

jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan oleh pemilik

perusahaan kepadanya.

Tujuan Laporan Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan

(IAI, 2002) antara lain :

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Menggambarkan secara umum pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu

c. Menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

b. Komponen Laporan Keuangan

Laporan Keuangan yang terlengkap terdiri atas komponen berikut:

1. Laporan Posisi Keuangan atau Neraca

Neraca merupakan laporan posisi keuangan yang

menggambarkan asset, kewajiban, dan modal suatu perusahaan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 28: SKRIPSI Jangan Widya STIE

18  

dalam suatu tanggal tertentu. Melalui laporan ini pengguna laporan

dapat mengetahui informasi mengenai sifat dan jumlah investasi

dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditur, dan

ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Menurut Sugiri

(2008:23) neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis

menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan operasi perusahaan

selama periode akuntansi yang menyajikan seluruh hasil dan biaya

untuk mendapatkan hasil, laba atau rugi perusahaan. Laporan laba

rugi membantu pemakai laporan keuangan mengevaluasi

kemampuan perusahaan dalam beroperasi, memprediksikan operasi

perusahaan dimasa yang akan datang.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan modal atau laba ditahan menyajikan peningkatan

dan penurunan aktiva bersih perusahaan atau kekayaan perusahaan

selama periode yang bersangkutan termasuk keputusan atas

kebijakan direksi terhadap para pemilik modal. Menurut Sugiri

(2008:40) laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang

secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan

ekuitas perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan

pemilik pada satu periode tertentu.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 29: SKRIPSI Jangan Widya STIE

19  

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi yang relevan

mengenai penerimaan kas dan pengunaan kas suatu perusahaan

selama periode akuntansi. Ikthisar laporan ini terdiri dari laporan

arus kas dari aktivitas operasi, laporan arus kas dari aktivitas

investasi, dan laporan arus kas dari aktivitas pendanaan (keuangan).

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan atau CALK merupakan

informasi rinci tentang detil yang ada dalam laporan keuangan

perusahaan. Dengan kata lain CALK merupakan penjelas pada

laporan keuangan yang tidak bisa diungkapkan secara rinci asal

muasal angka yang ada dalam laporan keuangan tersebut.

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

Menurut Etty dalam Orina (2013:6) pada dasarnya analisis rasio

keuangan adalah: analisis untuk menganalisa hubungan data keuangan

dan untuk mengetahui hubungan pos-pos dalam neraca atau laporan laba

rugi untuk mengetahui baik atau buruknya posisi keuangan dan prestasi

perusahaan. Rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi kesulitan

keuangan bisnis untuk periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis

tersebut benar-benar bangkrut.

Menurut Nasser dan Aryati dalam Indri (2012:3). Rasio

keuangan bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan bisnis untuk

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 30: SKRIPSI Jangan Widya STIE

20  

periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis tersebut benar-benar

bangkrut. Berdasarkan definisi diatas, analisis rasio keuangan merupakan

suatu alat untuk menganalisis laporan keuangan sebagai hasil dari kinerja

suatu perusahaan.

2.1.4 Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mendanani operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka

pendek perusahaan (Triwahyuningtyas,2012) Dalam penelitian ini,

rasio yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah current

ratio/current asset to current liabilities (Almia dan Kritijadi, 2003

dalam Hanifah dan Purwanto, 2013), yang merupakan kemampuan

perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan

menggunakanaktiva lancarnya. Current ratio dihitung dengan cara:

Current Ratio

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan

antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba

tersebut.

Menurut Wahyu (2009), profitabilitas menunjukkan

efisiensi dan efektivitas penggunaan aset perusahaan karena rasio

ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

berdasarkan penggunaan aset. Dengan adanya efektivitas dari

penggunaan aset perusahaan maka akan mengurangi biaya yang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 31: SKRIPSI Jangan Widya STIE

21  

dikeluarkan oleh perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh

penghematan dan akan memiliki kecukupan dana untuk

menjalankan usahanya. Dengan adanya kecukupan dana tersebut

maka kemungkinan perusahaan mengalami Financial Distress

akan menjadi lebih kecil.

Menurut Hanafi (2000) dalam Wongsudono (2013) Return

On Asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan

menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki

perusahaan. ROA positif menunjukkan keselurahan aktiva yang

dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba

bagi perusahaan sedangkan ROA yang negatif menunjukkan aktiva

yang digunakan untuk perusahaan tidak mampu memberikan

keuntungan bagi perusahaan. ROA dapat dihitung dengan rumus

berikut:

ROALABA BERSIH

TOTAL AKTIVA

2.1.6 Leverage

Leverage digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajibannya baik itu

jangka pendek maupun jangka panjang jika pada suatu saat

perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini menunjukkan seberapa

banyak aset perusahaan yang didanai dari hutang. Dengan

tingginya hutang yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 32: SKRIPSI Jangan Widya STIE

22  

dipaksa untuk menghasilkan pendapatan yang lebih agar bisa

membayar hutang dan bunganya. Oleh karena itu, diperkirakan ada

hubungan positif antara rasio leverage dengan Financial Distress

(Hidayat, 2013). Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk

mengukur leverage adalah total debt to equity ratio

Rumus DER

2.2 Penelitian Terdahulu

Gobenvy,2014 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Profitabilitas, Financial Leverage dan Ukuran perusahaan terhadap Financial

Distress”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh

profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap Financial

Distress yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI tahun 2009-2011.

Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, sebanyak

90 perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas

yang diukur dengan ROA, financial leverage yang diukur dengan debt ratio,

dan ukuran perusahaan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan

financial leverage berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

Financial Distress.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 33: SKRIPSI Jangan Widya STIE

23  

Imam Mas’ud dkk 2012, melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Rasio Keuangan untuk memprediksi kondisi Financial Distress

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia “.

Tujuan penelitian ini antara lain untuk menganalisis pengaruh

likuiditas terhadap kondisi Financial Distress perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI, untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap kondisi

Financial Distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI , untuk

menganalisis pengaruh financial leverage terhadap kondisi Financial Distress

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan untuk menganalisis

pengaruh arus kas operasi terhadap kondisi Financial Distress perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI. Populasi penelitian ini adalah seluruh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-

2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

metode purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 62 perusahaan

dengan jumlah observasi 310. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas

tidak berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress. Profitabilitas

berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress. Financial leverage tidak

berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress. Arus kas dari aktivitas

operasi berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI.

Penelitian Andre (2013) menguji pengaruh profitabilitas, likuiditas,

dan leverage dalam memprediksi Financial Distress. Sampel penelitian yang

digunakan adalah perusahaan anek industri yang terdaftar di BEI pada tahun

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 34: SKRIPSI Jangan Widya STIE

24  

2006-2010. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 46 perusahaan.

Variabel independen yang digunakana adalah profitabilitas, likuiditas, dan

leverage. Kriteria Financial Distress didasarkan pada laba operasi negatif

selama 2 tahun berturut-turut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

profitabilitas dan leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Financial Distress, sedangkan likuiditas memiliki pengaruh yang siginifikan

dalam memprediksi Financial Distress.

2.3 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan mempunyai potensi mengalami masalah kesulitan

keuangan apabila manajemen perusahan tidak dapat melakukan pengelolaan

dengan baik. Hal ini berarti sistem tatakelola perusahaan menjadi bagian yang

penting untuk diperhatikan perusahaan. Baik tidaknya sistem tata kelola

perusahaan tidak terlepas dari struktur pengelolanya itu sendiri. Struktur

pengelolaan yang baik tentunya membuat manajemen lebih mudah dan lebih

terarah dalam menjalankan tugasnya.

Banyak para peneliti menggunakan rasio keuangan untuk meneliti

Financial Distress, namun diantaranya masih terdapat perbedaan-perbedaan

dalam hasil rasio yang mempengaruhi Financial Distress. Penelitian ini

menggunakan rasio keuangan likuiditas, profitabilitas, dan leverage yang

masing - masing diukur dengan menggunakan current ratio, return on asset,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 35: SKRIPSI Jangan Widya STIE

25  

dan debt ratio. Berdasarkan telaah pustaka, diatas maka dapat disajikan

kerangka pemikiran sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

a. Hubungan Antara Likuiditas dengan Financial Distress

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan

perusahaan mendanai operasional perusahaan dalam memenuhi kewajiban

(utang) jangka pendek (Sawir, 2005:56). Likuiditas perusahaan diasumsikan

dalam penelitian ini mampu menjadi alat prediksi kondisi Financial Distress

suatu perusahaan dan diukur dengan current ratio, yaitu aktiva lancar dibagi

hutang lancar (CA/CL). Current ratio mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.

Financial Distress Profitabilitas (X2)

Leverage (X3)

Likuiditas (X1)

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 36: SKRIPSI Jangan Widya STIE

26  

Semakin besar rasio likuiditas maka semakin kecil kemungkinan perusahaan

mengalami Financial Distress.

Luciana dan Kristijadi (2003) menganalisis rasio keuangan untuk

memprediksi Financial Distress. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL). Semakin

besar rasio ini maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami

Financial Distress. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat

laporan keuangan dalam memprediksi kinerja perusahaan seperti Financial

Distress. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa likuiditas

mampu memprediksi Financial Distress perusahaan. Berdasarkan analisis dan

temuan penelitian terdahulu maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai

berikut:

H1: Likuiditas berpengaruh terhadap Financial Distress

b. Hubungan Antara Profitabilitas dengan Financial Distress

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Mas’ud (2012) menyatakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh positif

terhadap kondisi Financial Distress perusahaan. Pada penelitian Andre (2013)

profitabilitas mempunyai pengaruh yang sidnifikan terhadap Financial

Distress.

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan

dan keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 37: SKRIPSI Jangan Widya STIE

27  

kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap rupiah

penjualan yang dihasilkan. Profitabilitas adalah tingkat keberhasilan atau

kegagalan perusahaan selama jangka waktu tertentu (Atmini, 2005).

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti memiliki laba yang

besar. Ini berarti perusahaan tersebut semakin kecil kemungkinan untuk

mengalami Financial Distress.

Penelitian yang dilakukan Arini (2010) profitabilitas berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap kondisi Financial Distress perusahaan artinya

semakin besar profitabilitas suatu perusahaan semakin mengurangi kondisi

Financial Distress perusahaan tersebut dan rasio yang paling dominan dalam

memprediksi kondisi Financial Distress adalah rasio profitabilitas

Dari penelitian tersebut, maka hipotesis kedua yang diajukan adalah

sebagai berikut :

H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress

perusahaan.

c. Hubungan Antara Leverage dengan Financial Distress

Leverage ratio merupakan rasio untuk mengukur perbandingan dana

yang disediakan pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kerditur

perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa

jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini menunjukan indikasi

tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman. Analisis terhadap rasio ini

diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 38: SKRIPSI Jangan Widya STIE

28  

jangka pendek dan hutang jangka panjang apabila suatu saat perusahaan

dilikuidasi atau dibubarkan.

Penelitian Andre (2013) menyatakan leverage ratio juga berpengaruh

positif terhadap kondisi Financial Distress perusahaan. Sedangkan penelitian

Fitri (2015) menyatakan bahwa leverage ratio berpengaruh negatif terhadap

kondisi Financial Distress perusahaan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian

tersebut, menghasilkan perbedaan dari hasil penelitian Andre (2013) dengan

hasil penelitian Fitri (2015).

Penelitian Luciana dan Kristijadi (2003) yang bertujuan untuk

membuktikan manfaat laporan keuangan dalam memprediksi kinerja

perusahaan seperti Financial Distress, penelitian ini membuat 12 persamaan

regresi untuk menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk

memprediksi Financial Distress. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

rasio-rasio keuangan disebutkan bahwa rasio financial leverage yaitu variabel

total hutang dibagi dengan total modal (DER) dapat digunakan untuk

memprediksikan Financial Distress suatu perusahaan. Karena semakin besar

rasio financial leverage akan semakin besar kemungkinan perusahaan

mengalami Financial Distress. Koefisien dalam variabel ini bertanda positif,

artinya variabel DER memiliki pengaruh positif terhadap Financial Distress

suatu perusahaan. Dari penelitian tersebut, maka hipotesis ketiga yang

diajukan adalah sebagai berikut :

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 39: SKRIPSI Jangan Widya STIE

29  

H3: Leverage berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress

perusahaan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 40: SKRIPSI Jangan Widya STIE

30  

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan

mengakses situs resmi www.idx.co.id .

3.2. Variabel penelitian

3.2.1.Variabel Dependen

a. Financial Distress

Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel dimana

faktor keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah Financial Distress. Dalam

penelitian ini penentuan Financial Distress perusahaan dikatakan

mengalami Financial Distress jika selama dua tahun berturut-turut

mengalami laba bersih operasi (net operating income), sedangkan

perusahaan yang tidak mengalami laba operasi negatif selama dua

tahun berturut-turut tidak dikategorikan mengalami Financial

Distress. Variabel ini menggunakan variabel dummy dengan ukuran

binomial yaitu nilai satu (1) apabila perusahaan memiliki earning per

share (EPS) negatif dan nol (0) apabila perusahaan memiliki earning

per share (EPS) positif. Perusahaan yang memiliki earning per share

negatif dianggap sebagai perusahaan yang mengalami Financial

Distress (Agusti,2013).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 41: SKRIPSI Jangan Widya STIE

31  

3.2.2.Variabel Independen

a. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain

adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

atau utang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.

Likuiditas diukur dengan Rasio Lancar (Current

Ratio) .Rumus Current Ratio

b. Profitabilitas

Profitabilitas adalah suatu ukuran dalam prosentase yang

digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu

menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.

Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba

sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per

saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma

ukuran bagi kesehatan perusahaan. Profitabilitas dalam

penelitian ini menggunakan ROA .

Rumus ROA

c. Leverage

Leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana

perusahaan dibelanjai dengan hutang. Semakin besar tingkat

leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah hutang yang

digunakan, dan semakin besar resiko bisnis yang dihadapi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 42: SKRIPSI Jangan Widya STIE

32  

terutama apabila kondisi perekonomian memburuk. Leverage

dalam penelitian ini menggunakan (Debt to equity ratio)

Rumus DER

3.2.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

a. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian. Sampel

merupakan sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang

sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya.

Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu

pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu (ghozali

2011) . Kriteria yang digunakan:

1. Perusahaan yang melaporkan terus menerus laporan

keuangan dari tahun 2012-2016

2. Perusahaan yang secara lengkap menyampaikan data selama

periode pengamatan tahun 2012-2016 berkaitan dengan

variable likuiditas, profitabilitas dan leverage

3. Perusahaan yang mengalami EPS (Earning Per Share)

negative dan perusahaan pasangan yang mengalami EPS

positif.

Berdasarkan pada kriteria pemilihan sampel maka perusahaan

yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini

berjumlah 50 perusahaan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 43: SKRIPSI Jangan Widya STIE

33  

b. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2012-

2016 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh melalui

www.idx.co.id

c. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

metode dokumentasi yaitu dari data-data yang dipublikasikan oleh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui

situs www.idx.co.id

3.2.4.Teknik Analisis Data

a. Uji Hipotesis

Pengujian dalam penelitian ini dengan menggunakan regresi logistik

(Logistic Regression ). Regresi Logistik adalah regresi yang digunakan

untuk untuk mengetahui prediksi rasio keuangan dan yang paling dominan

dalan menentukan apakah suatu perusahaan akan mengalami Financial

Distress atau tidak. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

Ln a0 b1LIQUID b2PROF b3LEV  εi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 44: SKRIPSI Jangan Widya STIE

34  

Keterangan :

Ln : Log dari perbandingan antara peluangFinancial Distress

dan peluang non Financial Distress

a : Konstanta

b1 : Koefisien Regresi dari Likuiditas

b2 : Koefisien Regresi dari Probabilitas

b3 : Koefisien Regresi dari Leverage

1. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)

Langkah pertama dalam menganalisis data dan menggunakan regresi

logistic menurut Ghozali (2012) adalah dengan menilai overall fit model

terhadap data. Namun pada regresi logistic beberapa tes statistik untuk

menilai model fit adalah sebagai berikut:

a) Hosmer and Lameshow

Hosmer and Lameshow’s Goodness of fit test menguji hipotesis

nol apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada

perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat

dikatakan fit). Hipotesis untuk menilaimodel fit adalah:

Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 45: SKRIPSI Jangan Widya STIE

35  

Kriteria pengambilan keputusan yang untuk menguji hipotesis ini

adalah (Ghozali, 2012):

1) Jika nilai signifikasi Hosmer and Lameshow’s Goodness of fit test

≥ 0.05 maka H0 diterima yang berarti model mampu memprediksi

nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima

karena cocok dengan data observasinya.

2) Jika nilai signifikasi Hosmer and Lameshow’s Goodness of fit test

< 0.05 maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan

antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit

model tidak baik karena model dengan nilai observasinya sehingga

goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat dipakai

untuk memprediksi.

b) Nilai -2Log Likehood (-2 Log L)

Penilaian model fit berdasarkan nilai -2LogL dapat dilihat dengan

membandingkan antara nilai -2LogL pada awal (block number =0)

dengan nilai -2LogL pada akhir (block number =1) . Nilai -2LogL

pada awal (block number =0) merupakan model yang hanya

memasukkan konstanta, sedangkan nilai -2LogL pada akhir (block

number =1) merupakan model yang memasukkan konstanta dan

variable independen (Ghozali,2012)

Apabila nilai -2LogL pada akhir (block number =1) lebih kecil

dari nilai -2LogL pada awal (block number =0), maka menunjukkan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 46: SKRIPSI Jangan Widya STIE

36  

model regresi yang baik. Dengan demikian adanya penurunan Log

Likehood berarti bahwa model regresi semakin baik.

c) Koefisien Cox and Snell R Square dan Negelkerke RSquare

Cox and Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba untuk

meniru R Square pada multiple regression yang didasarkan pada

tekhnik estimasi Likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1

(satu), sehingga sulit diinterpretasikan. Negelkerke RSquare

merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell R Squre untuk

memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu).

Hal ini dilakukan dengan cara membagi Cox and Snell R Square

dengan nilai maksimumnya. Nilai Negelkerke R Square pada regresi

logistic dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada multiple

regression , dimana variable independen sebesar nilai pada Negelkerke

R Square (Ghozali,2012)

b. Ketepatan Prediksi Model Regresi Logistik

Ghozali,2012 menjelaskan bahwa classification table 2x2

digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan

salah (incorrect). Kolom pada table klasifikasi merupakan dua nilai

prediksi dari variable dependen, yaitu Financial Distress dan non

Financial Distress. Baris pada table klarifikasi menunjukkan nilai

observasi sesungguhnya dari variable dependen. Pada model sempurna

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 47: SKRIPSI Jangan Widya STIE

37  

maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan ketepatan

peramalan (100%)

c. Pengujian Signifikansi dari Koefisien Regresi

Menurut Ghozali,2012 bahwa pada regresi logistic digunakan uji

wald untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variable

independen yang masuk dalam model. Oleh karena itu, apabila uji wald

terlihat angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi

adalah signifikan terhadap tingkat kepercayaan 5%. Uji wald digunakan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap

kemungkinan perusahaan berada pada kondisi Financial Distress.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 48: SKRIPSI Jangan Widya STIE

38  

Tabel 4.2.1 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Step Chi-square df Sig. 

1 18.829 8 .016Sumber : Data sekunder diolah 2017

Hosmer and Lemeshow Test

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Penelitian

Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini yang diambil

dari situs www.idx.co.id. Data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dari tahun 2012-2016. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria yang sudah disebutkan.

Pengambilan sampel penelitian ini digambarkan dalam table dibawah ini:

4.2. Analisis Data

4.2.1. Uji kelayakan model regresi

Hosmer and Lameshow (modul SPSS versi 24) digunakan untuk

menilai kelayakan model regresi logistic yang akan digunakan untuk

analisis selanjutnya. Pengujian kelayakan model regresi ditunjukkan pada

tabel 2 di bawah ini:

Tabel 4.1. Sampel Penelitian

Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2012-2016 141 Tidak tersedia laporan tahunan lengkap dari 2012-2016 91 Tersedia laporan keuangan lengkap dari tahun 2012-2016 (sampel penelitian) 50 Sumber : Data sekunder diolah, 2017   

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 49: SKRIPSI Jangan Widya STIE

39  

Berdasarkan Hosmer and Lameshow Test pada tabel 2 diperoleh

nilai Chi Square sebesar 18.829 dengan nilai sig sebesar 0,016. Hasil

tersebut terlihat bahwa Sig lebih besar dari nilai alpha (0,05) , yang

berarti model adalah fit dan model dinyatakan layak dan boleh

diinterpretasikan atau tidak ada perbedaan antara data estimasi model

regresi logistic dengan data observasinya.

Estimasi Chi Square ditujukan untuk mengetahui pengaruh dari

profitabilitas, likuiditas, dan leverage dalam memprediksi Financial

Distress.

4.2.2. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

a. Chi Square (X2)

Model Chi Square dilakukan untuk mengetahui apakah variable

bebas yang ditambahkan ke dalam model dapat secara signifikan

memperbaiki model yang digunakan dalam statistik -2LogL.

Tabel 4.2.2.a Hasil Uji Chi Square (X2) -2 Log Likehood Pada Blok Pertama dan Blok Kedua

Iteration -2 Log likelihood Iteration -2 Log likelihood

Step 0 1 273.861 Step 1 1 205.170 2 273.213 2 153.886

3 273.213 3 126.291

4 273.213 4 116.540

5 114.914

6 114.848

7 114.848

8 114.848 Sumber : Data Sekunder diolah 2017

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 50: SKRIPSI Jangan Widya STIE

40  

Pada Block 0 yaitu model pertama hanya dengan konstanta

tanpa adanya variable bebas diperoleh nilai -2Log Likehood sebesar

273.213. Sedangkan pada Block 1 yaitu model kedua yang sudah

melibatkan variable bebas diperoleh nilai -2 Log Likehood sebesar

114.848 . Berdasarkan tabel 3 terlihat ada penurunan antara Block 0

sebesar 273.213 dan Block 1 turun menjadi 114.848 yang

menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan dalam penelitian.

b. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefisien Determinasi digunakan untuk menginformasikan baik

tidaknya model regresi yang terestimasi, atau dengan kata lain angka

tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang

terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai Koefisien Determinasi

ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variable terikat Y yang

dapat diterangkan oleh variable bebas X.

Tabel 4.2.2.b Hasil Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 114.848a 0.469 .706

Sumber: Data Sekunder diolah 2017

Koefisien determinasi dalam regresi logistic dapat dilihat pada nilai

Naglekerke R Square. Tabel 4 menunjukkan nilai sebesar 0,706 yang

mempunyai arti bahwa 70,6 persen variable terikat dapat dijelaskan

oleh variable bebas dan sisanya 29,4 persen dipengaruhi oleh

variable lain diluar model.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 51: SKRIPSI Jangan Widya STIE

41  

c. Tabel Klasifikasi 2x2

Tabel Klasifikasi 2x2 digunakan untuk menghitung estimasi

yang benar (correct) dan yang salah (incorrect). Tabel ini juga

menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi dalam

memprediksi kondisi Financial Distress perusahaan manufaktur.

Tabel 4.2.2.c. Hasil Tabel Klasifikasi 2x2 Classification Tablea

Observed Predicted

FIN DES Percentage Correct 0 1

Step 1 FIN DES

0 189 2 99 1 14 45 76.3

Overall Percentage 93.6 Sumber : Data Sekunder diolah 2017

Berdasarkan tabel 4.2.2.c dapat dilihat bahwa menurut

prediksi perusahaan yang mengalami Financial Distress adalah 59

perusahaan, sedangkan observasi sesungguhnya bahwa perusahaan

yang mengalami kondisi Financial Distress sebanyak 45 perusahaan,

Maka ketepatan model ini 45/59 atau 76,3% dan menurut perusahaan

yang tidak mengalami Financial Distress adalah sebesar 191

sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan perusahaan yang

tidak mengalami Financial Distress adalah 189 perusahaan, maka

ketepatan model ini 189/191 atau 99% .

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 52: SKRIPSI Jangan Widya STIE

42  

4.2.3. Uji analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistic digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen yaitu likuiditas, profitabilitas, dan leverage. Hasil

pengujian ini menggunakan program SPSS versi 24.

Tabel 4.2.3. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis Uji Wald

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a LIKUIDITAS .000 .000 .479 1 .489 1.000

PROFITABILITAS -.756 .120 39.733 1 .000 .469

LEVERAGE .116 .091 1.614 1 .204 1.123

Constant -1.123 .294 14.56 1 .000 .325 Sumber : Data Sekunder diolah 2017

Analisis ini dilakukan terhadap hasil perhitungan dan pengujian

data sekunder atas laporan keuangan dari 50 sampel perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-

2016. Pengujian ini dilakukan dengan metode regresi logistic untuk

menguji ada atau tidaknya pengaruh variable independen (current asset,

ROA, dan DER) terhadap variable dependen (Financial Distress).

Berdasarkan tabel 6 diperoleh persamaan regresi logistic sebagai berikut :

Y = -1,123 + 0.000 X1 + (-0.756) X2 + 0.116 X3

Angka yang dihasilkan dari pengujian tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Konstanta

Dari uji regresi logistic terlihat bahwa konstanta sebesar -

1,123 menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 53: SKRIPSI Jangan Widya STIE

43  

bebas yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage maka probabilitas

Financial Distress akan menurun -1,123.

2. Likuiditas X1

Dari hasil uji regresi logistic, likuiditas memiliki

signifikansi sebesar 0.489 > 0,05 artinya likuiditas tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kondisi

Financial Distress perusahaan manufaktur. Dilihat dari nilai

oddratio variabel likuiditas sebesar 1,000 kali lebih tinggi

mengalami Financial Distress.

3. Profitabilitas X2

Dari hasil uji regresi logistic, profitabilitas memiliki

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya profitabilitas

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi Financial

Distress perusahaan manufaktur. Dilihat dari nilai odd ratio

variabel profitabilitas sebesar 0.469 menunjukkan bahwa

profitabilitas mempunyai resiko 0.469 kali lebih rendah mengalami

Financial Distress.

4. Leverage X3

Dari hasil uji regresi logistic, leverage memiliki signifikansi

sebesar 0.204 > 0.05 yang artinya leverage tidak mempunyai

pengaruh yang signifikasn terhadap kondisi Financial Distress

perusahaan manufaktur. Dilihat dari nilai odd ratio variabel

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 54: SKRIPSI Jangan Widya STIE

44  

leverage sebesar 1,123 menunjukkan bahwa leverage mempunyai

resiko 1,123 kali lebih tinggi mengalami Financial Distress.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

a. Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Distress

Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.2.3 adalah likuiditas

tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress dengan tingkat

signifikan sebesar 0.489 > 0,05. Hasil ini berarti H0 diterima dan H1

ditolak, yang berarti likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam memprediksi Financial Distress

Likuiditas dinilai dari kemampuan perusahaan dalam membayar

hutang lancer dengan aktiva lancar yang dimiliki. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap prediksi Financial Distress. Perusahaan sampel mampu

mendanai kegiatan operasional perusahaan dengan memenuhi kewajiban

lancar dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Oleh karena itu perusahaan

mengelola hutang lancar dengan aktiva yang dimilikinya dengan baik

sehingga tidak terjadi Financial Distress.

b. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Distress

Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.2.3 adalah

menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh dan signifikan terhadap

prediksi kondisi Financial Distress dengan signifikan sebesar 0,000 < 0,05.

Hal ini berarti H2 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 55: SKRIPSI Jangan Widya STIE

45  

terhadap kondisi Financial Distress pada perusahaan manufaktur diterima.

Ini menunjukkan bahwa penurunan profitabilitas menunjukkan kondisi

Financial Distress. Sebaliknya semakin tinggi profitabilitas maka semakin

kecil perusahaan mengalami Financial Distress. Hal itu dikarenakan

kemampuan memperoleh laba perusahaan yang semakin tinggi akan

mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan yang baik sehingga akan

terhindar dari kondisi Financial Distress. Akan tetapi bagi perusahaan

yang memiliki profitabilitas rendah tidak mempunyai kekuatan ekonomi

yang baik akan mendorong Financial Distress. Berarti profitabilitas dapat

memprediksi kondisi Financial Distress perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mas’ud (2012), Andre

(2013) dan Gobenvy (2014) yang menemukan bahwa profitabilitas

berpengaruh negative terhadap kondisi Financial Distress perusahaan.

c. Pengaruh Leverage Terhadap Financial Distress

Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.2.3 adalah

menunjukkan bahwa Leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap

kondisi Financial Distress pada perusahaan karena memiliki signifikansi

sebesar 0.204 > 0.05 . hal ini menunjukkan bahwa H3 yang menyatakan

Leverage berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress ditolak.

Debt Equity Ratio merupakan perbandingan antara total utang

dibagi dengan modal perusahaan. Debt Equity ratio menunjukkan

seberapa besar modal perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Perusahaan

dalam memperoleh sumber dana akan memilih sumber dana yang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 56: SKRIPSI Jangan Widya STIE

46  

resikonya kecil dan akan meningkatkan pengelolaan perusahaan sehingga

memperoleh keuntungan yang tinggi.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Luciana dan

Kristiadji (2003) yang membuktikan bahwa hutang (leverage) berpengaruh

terhadap kondisi Financial Distress perusahaan. Debt Equity ratio tidak

dapat digunakan untuk memprediksikan Financial Distress suatu

perusahan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 57: SKRIPSI Jangan Widya STIE

47  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh likuiditas, profitabilitas dan leverage dalam memprediksi

Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2016. Berdasarkan hasil dan

pembahasan maka dapat disimpulkan:

a. Likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2012-2016 karena memiliki signifikansi 0.489 yang lebih

besar dari alpha 0,05. Dengan demikian hasil dari penelitian ini (H0)

ditolak.

b. Profitabilitas berpengaruh dalam dalam memprediksi Financial

Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2016 karena memiliki signifikan

0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05. Dengan demikian hasil dari

penelitian ini (H0) diterima.

c. Leverage tidak berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2012-2016 karena memiliki signifikansi 0.204 yang lebih

besar dari alpha 0,05. Dengan demikian hasil dari penelitian bahwa

(H0) ditolak.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 58: SKRIPSI Jangan Widya STIE

48  

5.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini,

maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

a. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan ukuran lain

untuk memproksikan kondisi Financial Distress perusahaan atau

menggunakan lebih dari satu proksi dalam menentukan Financial

Distress seperti menggunakan nilai buku ekuitas negatif, dan arus

kas negatif.

b. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menambahkan perusahaan

non manufaktur untuk dijadikan sampel penelitian agar dapat

memberikan perbandingan yang lebih baik pada jenis sektor lain.

c. Untuk pihak manajemen agar dapat digunakan sebagai dasar untuk

melakukan tindakan-tindakan perbaikan jika telah ada indikasi

bahwa perusahaan mengalami Financial Distress.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 59: SKRIPSI Jangan Widya STIE

49  

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica (2006) Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public dengan menggunakan Analisis Multinominal Logit Jurnal Ekonomi dan Bisnis , Vol XII no 1

Almilia L.S. dan Kristijadi. (2003) Analisis Laporan keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Volume 7, No. 2

Andre, Orina. (2013) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dalam memprediksi Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Sarjana (tidak dipublikasikan) Padang : Universitas Negeri Padang

Anisa, Fitri Nur (2015), Pengaruh Likuiditas,Profitabilitas, Leverage Terhadap Financial distress PerusahaanManufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013 ,Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Akuntansi, Universitas PGRI Yogyakarta

Hapsari, Evany Indri (2012) Kekuatan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI Jurnal Dinamika Manajemen Vol 3(2) : 101-109

Mas’ud, I dan Reva Maymi Srengga. (2012) Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Jember. Vol. 10 No. 2.

Putri, N. Kt. A dan Merkusiwati N. Kt L. A (2014) Pengaruh Mekanisme corporate Governance, Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Pada Financial Distress E journal Akuntansi Universitas Udayana Vol 7 (1) 93-106

Ghozali, Imam. (2011) Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 60: SKRIPSI Jangan Widya STIE

50 

Gobenvy, Orchid (2014) Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011.

Sugiri, Slamet (2013) Akuntansi Pengantar 2 Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Triwahyuningtyas, Melinda (2012) Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress Skripsi Sarjana (tidak dipublikasikan) Semarang : Universitas Diponegoro Semarang

Wahyuningsih, Nur dan Suryanawa, I Ketut (2012) Analisis Pengaruh Opini Going Audit Going Concern dan Penggantian Manajemen Pada Auditor Switching Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 7, No 1

www.idx.co.id

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at