skripsi iwan pendekatan SCL.docx
-
Upload
djunette-bakari-insomaniac -
Category
Documents
-
view
451 -
download
6
Transcript of skripsi iwan pendekatan SCL.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah sebagai salah satu aspek pendidikan tentu
tidak luput dari berbagai perubahan. Indikasi ini bukanlah suatu akibat yang menunjukan
kelabilan tetapi merupakan sesuatu yang harus dilakukan karena sesuai dengan salah satu
aspek pembelajarannya, yaitu bahasa yang bersifat dinamis. Berbicara tentang pembelajaran
Bahasa Indonesia tentulah banyak hal yang terkait dengannya. Keterkaitan itu tidak hanya
pada masalah pengajaran yang menyangkut banyak hal, tetapi juga pada masalah
perkembangan pengetahuan dan disiplin ilmu.
Perubahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menyangkut dengan masalah
pendekatan dan metodenya karena keduanya merupakan bagian yang penting dalam
merumuskan pembelajaran yang menyangkut dengan siswa dan kemampuannya.
Berbicara tentang pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan.
Keduanya mengisyaratkan adanya guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar serta
materinya sebagai bahan pengajaran. Membahas aspek pendidikan akan ditemukan berbagai
konsep yang berhubungan dengan pembelajaran antara lain: bahan pengajaran, pendekatan,
metode, teknik, waktu dan tempat serta pelajar dan latar belakang mereka. Program
pendidikan memerlukan rencana yang matang karena banyak faktor yang melatar
belakanginya yang harus dipertimbangkan salah dalam merangcang dalam program
pendidikan tentu akan berpengaruh, tidak saja kepada siswa tetapi juga kepada orang tua dan
masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
1
Sama halnya dengan program pendidikan Bahasa Indonesia akan dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan setiap factor hendaknya diketahui secara jelas oleh pembuat kebijakan.
Pengajaran bahasa Indonesia di arahkan pada dua aspek kemampuan yaitu kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra. Dalam pengajaran melibatkan berbagai unsur yaitu
guru, siswa, media, metode dan evaluasi. Dalam proses belajar mengajar, guru harus mampu
menciptakan pendekatan pembelajaran yang dinamis. Pendekatan dalam pembelajaran
merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam menentukan sinergitas pelajaran
yang hendak menumbuh kembangkan kreativitas siswa.
Bahasa Indonesia perlu diajarkan melalui metode pembelajaran yang dinamis serta
pendekatan pembelajaran yang mampu menumbuh kembangkan kreativitas siswa serta tidak
bosan melainkan dapat menyerap setiap materi yang diajarkan. Siswa sesungguhnya
dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar sedangkan guru lebih berperan sebagai
fasilitator dan motivator belajarnya siswa, membantu dan memberikan kemudahan agar siswa
mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya
sehingga terjadilah suatu interasi aktif. Sehubungan dengan itu Alpandie (1984:71)
menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran ialah cara yang sistematis yang digunakan
untuk mencapai tujuan. Guru seharusnya menyadari perlunya pengajaran berbagai
pendekatan yang digunakan di dalam kelas. Guru yang miskin terhadap suatu pendekatan
atau teknik mengajar, maka ia akan berusaha mencapai tujuan dengan cara yang tidak wajar,
yang berarti akan merugikan dirinya dan juga para siswa sebab disiplin ilmu menjadi goyah,
kualitas pelajaran yang tidak terjamin, minat para siswa berkurang dan perhatian serta
kesungguhan belajar menurun. Hal ini nampak pada siswa Kelas X SMA Negeri 1 Remboken
yang motivasi dan minat belajar Bahasa Indonesia berkurang karena dipengaruhi oleh cara
mengajar guru yang tidak kreatif dan tidak memanfaatkan pendekatan pengajaran secara
optimal. Guru mengajar hanya untuk menjalankan tugas sebagai pengajar dan tidak
2
memperhatikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga materi pelajaran bahasa
Indonesia yang diajarkan tidak dipahami secara komprehensif dan mengakibatkan hasil akhir
pun tidak memuaskan.
Puisi sebagai bagian dari pengajaran bahasa Indonesia perlu diajarkan di sekolah.
Pembelajaran puisi akan melahirkan semangat siswa untuk mengkreasikan gagasan dan
pengalaman batin sehingga mereka mampu mewujudkannya dalam sebuahn karya yang
bermakna. Dalam pembelajaran puisi membutuhkan sebuah pendekatan pembelajaran yang
efektif dan mampu menggairahkan kreativitas siswa. Dalam proses penciptaan puisi penyair
pada umumnya bertolak pada suatu konsep yang jelas, kemudian dengan penuh kesadaran
dapat mengutarakan puisi-puisinya. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana
hasil cipta puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Remboken dengan menggunakan pendekatan
Student centered learning (SCL) tentu saja dengan menggunakan metode yang sesuai.
mencipta puisi merupakan salah satu materi pelajaran yang ada di kelas X Semester II
sehingga peneliti mengambil objek penelitian di kelas yang bersangkutan.
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran puisi khususnya dalam
menciptakan puisi, guru harus mampu mengajak siswa mengembangkan kreativitas serta
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran puisi, agar dapat diketahui hasil
belajar yang maksimal tentu harus diadakan evaluasi sebagai proses penilaian terhadap objek
dengan menggunakan ukuran tertentu. Menurut Sudjana (2006:23) evaluasi hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa dengan kriteria tertentu. Dalam
penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan keefisiennya dalam mencapai tujuan
pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa.
Kembali pada pendekatan pembelajaran, guru harus mempu menyiasati dan
mendorong siswa dalam mengenbangkan pengetahuan yang dimiliki. Penelitian tentang puisi
3
sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya baik sastra maupun pengajaran
tetapi mereka hanya mengukur kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi sebagai contoh
Bangau (2007) mengangkat masalah kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VIII SMA
Negeri 5 Nabire. Akan tetapi tidak membicarakan masalah pendekatan dalam pembelajaran.
Apalagi pendekatan student centered learning (SCL). Sesuai dengan pengamatan peneliti di
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia belum pernah ada peneliti yang meneliti
evektifitas pendekatan student centered learning (SCL) dalam pembelajaran puisi.
Berdasarkan pengamatan penelitian ternyata siswa kelas X SMA Negeri 1 Remboken
masih kurang mampu dalam pembelajaran puisi. Dengan masalah yang ada, maka salah satu
solusi yang perlu diperhatikan sekolah dan guru adalah menggunakan pendekatan Student
Centered Learning (SCL). Pendekatan ini berorientasi pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan atau KTSP. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning)
adalah pembelajaran yang menggunakan sepasang perspektif yaitu fokus pada individu
pembelajaran (keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang bahkan minat, kapasitas dan
kebutuhan) dan bagaimana hal itu timbul serta praktek paling efektif dalam meningkatkan
motivasi pembelajaran dan prestasi bagi semua pembelajar. Perspektif yang berpusat pada
siswa ini merupakan suatu refleksi pembelajaran berpusat pada siswa dalam program,
kebijakan dan orang-orang yang mendukung pembelajaran untuk semua (Kroehnerth,
1995:225). Model pembelajaran ini direkomendasikan oleh pakar pendidikan untuk
diimplementasikan di sekolah karena dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa
kini yang menjadi tantangan bagi siswa untuk mengambil keputusan secara efektif terhadap
problematika yang dihadapinya (http://inparametric.com/bhinablog/download/pembelajaran
berbasis sel.pdf ). Hal ini tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah yang mampu
memperhatikan secara menyeluruh proses belajar mengajanya. Berkaitan dengan hal di atas
konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan sebuah kurikulum oprasional yang
4
disusun dan dilaksanakan oleh sekolah. Kunandar (2007:125) untuk itu pendekatan Student
Centered Learning (SCL) diangkat dalam penelitian ini sebagai sebuah pendekatan dalam
pembelajaran puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Remboken.
1.2. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada efektifitas pendekatan Student
Centered Learning (SCL) dalam pembelajaran mencipta puisi siswa kelas X SMA Negeri 1
Remboken dengan melihat perbedaan hasil belajar siswa.
1.3. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1.1. Apakah pendekatan Student Centered Learning (SCL) efektif dalam
pembelajaran mencipta puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Remboken?
1.3.1.2. Bagaimana hasil belajar mencipta puisi dengan menggunakan
pendekatan Student Centered Learning (SCL) dengan hasil belajar tanpa
menggunakan pendekatan Student Centered Learning (SCL) siswa kelas
X SMA Negeri 1 Remboken?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
1.4.1.1. Untuk mengetahui efektivitas pendekatan Student Centered Learning
(SCL) dalam pembelajaran mencipta puisi siswa kelas X SMA Negeri 1
Remboken.
1.4.1.2. Untuk mengetahui hasil belajar mencipta puisi dengan menggunakan
pendekatan Student Centered Learning (SCL) dengan hasil belajar tanpa
5
menggunakan pendekatan Student Centered Learning (SCL) siswa kelas X
SMA Negeri 1 Remboken
1.5. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
berikut: (a) secara akademis, dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi para guru bahasa
Indonesia, (b) secara praktis, dapat memberikan kontribusi pemikiran kritis bagi peningkatan
kualitas pendidikan, dan (c) secara teoritis, dapat menjadi suatu bahan yang dapat
diaplikasikan oleh mereka yang membutuhkannya dalam mengembangkan metode
pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan Student Centered Learning (SCL)
berdasarkan imlementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1.6. Metode dan Teknik Penelitian
Metodologi Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2007:2). Menurut Ndraha (1981) penelitian
adalah usaha untuk menemukan (pengetahuan tentang) suatu hal menurut metode ilmiah.
Penelitian seperti yang diungkapkan oleh Kerlinger dalam Sunggono (1996:5) adalah
penelitian yang sistematis terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proporsi-proporso tentang
hubungan yang diperkirakan terhadap antar gejala alam. Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Menurut Sugiyono (2007:38),
bahwa variabel independen variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya
variabel dependen sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel independen. Yang menjadi variabel independen dalam
penelitian ini adalah pendekatan Student Centered Learning (SCL). Sedangkan variabel
dependennya adalah hasil belajar yang diperoleh para siswa berdasarkan pendekatan Student
Centered Learning (SCL).
6
Desain Penelitian/Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimental. Secara harfiah, metode
eksperimental adalah metode penelitian yang digunakan untuk menacari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono, 2007:8). Desain yang
digunakan dalam penelitian adalah two groups, randomized subjects, posttest only design
(Ary, Jacobs dan Razavieh, 1979:249-250).
G1 (random) X T1
G2 (random) ___ T2
Dengan: G1 adalah group eksperimental (eksperimental group)
G2 adalah grup kontrol (control group)
T1,2 adalah tes (test)
Match dan Farhady (1982: 20) berpendapat bahwa:
In this design there two groups; an experimental group which receives the spesial treatmen
and control group which does tiot. The subjects are randomly assigned to oen or other group,
and the decision as to which group will be the experimental group is also decided random/v
(e.g. by the flip op a coin). In this design, initial deferencies between the two groips are
controlled for by the random selection and random assigment of the subjects.
Dalam penelitian tentunya harus mengikuti prosedur-prosedur penelitian agar
sistematis. Prosedur penelitian seperti dikutip pada Ary, Jacobs dan Razavich (1979:249-250)
sebagai berikut: (a) memilih subyek dan populasi, (b) membagi subyek tersebut ke dalam dua
kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol), (c) memberikan perlakuan terhadap
7
kelompok eksperimental dalam beberapa saat, dan (d) memberikan pottest kepada kedua
kelompok dan menemukan hasil rata-rata dan mereka.
Teknik penelitian/ Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:80). Sedangkan Gay (1981:86)
menyatakan bahwa a population is the group of interest to the researcher, the group which
she or he would like the result of the study to be generalized. Berdasarkan pengertian tersebut
maka yang menjadi populasi target (target population) dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X SMA Negeri 1 Remboken.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiono, 2007:8 1). Pendapat ini didukung oleh Gay (1981:87) bahwa sampel is one
of tat representative of the populasion from which it was selected. Dari definisi di atas maka
sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Remboken terdiri dari
60 siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes. tes ini dilakukan dengan
cara menyuruh siswa mencipta puisi dengan tema yang telah ditentukan tes ini tentunya akan
diberikan kepada siswa kelas X SMA Negeri 1 Remboken yang terdiri dari 60 siswa sebagai
sampel dalam penelitian ini.
8
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah uji t untuk sampel
independen dengan rumus:
S = (n1 – 1) s2 + (n2 – 1) S2 (n1 + n2) - 2
t = X1 – X2
S 1 + 1 n1 n2
Keterangan rumus:
S : Simpangan Baku
t : Distribusi rata-rata
X1 : Varians rata-rata pengamatan pertama
X2 : Varians rata-rata pengamatan kedua
n1 : Sampel
n2 : Sampel
Dengan: adalah perbedaan dua rata-rata yang teramati
Adalah jumlah rekor kuadrat deviasi kelompok eksperimental
Adalah jumlah skor kuadrat deviasi kelompok kontrol
Adalah banyaknya subjek pada kelompok eksperimental
Adalah banyaknya subjek pada kelompok kontrol
9
1.7. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.7.1. Anggapan dasar
Setiap siswa mempunyai kemampuan untuk mencipta puisi sehingga
pembelajaran puisi harus menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat.
1.7.2. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: “Pendekatan Student Centered
Learning (SCL) lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan lain dalam
pembelajaran puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Remboken”
10
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1. Pengertian Prinsip, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pengajaran
2.1.1. Prinsip Pengajaran/ Pembelajaran
Prinsip pengajaran pembelajaran represent the theoritical framework of the
method (larsen-freeman, 1986: XI). Dengan kata lain, prinsip pengajaran / pembelajaran
tidak lain adalah kerangka teoritis sebuah metode pengajaran / pembelajaran. Kerangka
teoritis itu maksudnya adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah
metode dari segi-segi:
a. Bahan yang akan diajarkan,
b. Proses belajar mengajarnya (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru
mengajarkan bahan),
c. Gurunya,
d. Siswanya, dan lain-lain.
Berdasarkan batasan singkat di atas dapat dirumuskan prinsip pengajaran bahasa.
Prinsip (landasan) pengajaran bahasa adalah kerangka teoritis, petunjuk-petunjuk teoritis
bagi penyusunan sebuah metode pengajaran bahasa dalam hal
a. Pemilihan dan penyusunan bahan pelajaran bahasa yang di ajarkan;
b. Pengaturan proses belajar mengajarnya: bagaimana mengajarkan dan mempelajarinya,
hal-hal yang berhubungan dengan pendekatan, teknik, media dan sebaginya;
c. Guru yang akan mengajarkannya, persyaratan yang harus dimiliki, serta aktivitas yang
harus dilaksanakan;
d. Siswa yang mempelajarinya, berkenaan dengan aktivitasnya;
11
e. Dan hal-hal lain yang terlibat dalam proses belajar-mengajar.
Setelah meninjau hakikat prinsip pengajaran, berikut ini akan kita lihat sumber, fungsi,
dan jenisnya.
1) Prinsip-prinsip pengajaran, termasuk prinsip pengajaran bahasa, bersumber pada
teori-teori yang berkembang pada bidang-bidang yang relevan, seperti:
a.Teori belajar,
b. Teori belajar bahasa,
c.Teori bahasa,
d. Teori psikologi, dan lain-lain.
2) Prinsip-prinsip pengajaran berfungsi atau berperan sebagai kerangka teori dan
pedoman pelaksanaan bagi komponen-komponen pengajaran bahasa yang sudah
disebutkan di atas. Sebagai pedoman / kerangka teori, setiap butir prinsip pengajaran
bahasa memberikan arah yang harus di tempuh pelaksana pengajaran. Misalnya, ada
prinsip yang memberi arah bagi materi pelajaran yang perlu diajarkannya.
3) Prinsip pengajaran yang digunakan dalam pengajaran suatu bidang studi, misalnya
untuk pengajaran bahasa dapat dibagi ke dalam dua kelompok:
a. Prinsip Umum yaitu prinsip-prinsip pengajaran yang berlaku untuk semua bidang
studi disemua bidang studi disuatu sekolah / program, contohnya:
1) Prinsip motivasi, yaitu bahwa dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat
mendorong siswa untuk belajar. Dalam hal ini guru harus berperan sebagai
motivator.
2) Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami maksudnya dalam mempelajari sesuatu,
apalagi yang berhubungan dengan keterampilan langsung, seperti belajar menulis
siswa harus menulis, untuk belajar berpidato.
12
3) Prinsip pemecahan masalah, bahwa dalam belajar siswa perlu dihadapkan kepada
situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya.
4) Prinsip perbedaan individual, bahwa masing-masing siswa memiliki perbedaan-
perbedaan dalam berbagai hal, seperti intelegensi, watak, latar belakang, dan lain-
lain. Guru harus memperhitungkan perbedaan-perbedaan ini.
b. Prinsip Khusus, yaitu prinsip-prinsip pengajaran yang hanya berlaku untuk satu
bidang studi, misalnya prinsip-prinsip pengajaran bidang studi bahasa Indonesia.
Banyak sekali prinsip khusus untuk masing-masing bidang studi ini. Untuk bidang
studi bahasa Indonesia, misalnya
(1) Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa.
Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia penutur bahasa tersebut. Menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi merupakan suatu keterampilan yakni keterampilan
berbahasa. Keterampilan berbahasa hanya dikuasai melalui praktik, bukan hanya
teori. Jadi, pelajaran bahasa yang bertujuan untuk dapat menggunakannya sebagai alat
komunikasi harus melalui praktik menggunakan bahasa itu.
(2) Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran tetapi juga wahana komunikasi di
kelas. Kegiatan belajar mengajar tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal dan
menguasai bahasa target, tetapi juga menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam
berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa target dalam setiap kesempatan
berkomunikasi tentang topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).
(3) Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam konteks nyata sebagai
sumber bahan ajar, seperti bahasa dalam surat kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.
(4) Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu, dalam mempelajari
bahasa kedua siswa harus menjaga jangan sampai terjadi interferensi (pengaruh)
bahasa pertamanya terhadap bahasa kedua yang dipelajari.
13
2.1.2.Pendekatan Pengajaran
Pendekatan pengajaran (teaching opproach) adalah suatu rancangan atau
kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi yang
memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi
yang berkaitan.
Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan
langsung bagi langkah-langkah metode pengajaran akan digunakan. Sering dikatakan
bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, misalnya
bahasa, amat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Disamping itu, tidak jarang
nama metode pengajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai contoh dalam
pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS. Pendekatan langsung
melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkan metode
komunikatif.
Bila prinsip pendekatan lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan, maka
pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan. Misalnya,
pendekatan pengajaran bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa
sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi
terhadap apa yang dimaksud dengan mengajar. Berdasarkan asumsi-asumsi itulah
kemudian muncul pendekatan pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi
tersebut. Asumsi terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa
yang adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.
Supaya tidak salah pengertian antara prinsip pengajaran dengan pendekatan
pengajaran, berikut ini akan disajikan beberapa perbedaan penting antara keduanya.
14
Prinsip
a.Lahir dari teori-teori
b. Berperan sebagai kerangka teori metode pengajaran
c.Memberi pedoman kepada metode pengajaran dalam banyak hal, seperti bahan,
siswa, guru, proses belajar mengajar
d. Hubungan dengan metode (penyusunan metode) bersifat tak langsung dalam
bentuk saran.
Pendekatan
a. Lahir dari asumsi-asumsi
b. Berperan sebagai ancang atau pedoman langsung metode pengajaran
c. Memberi pedoman kepada metode pengajaran terutama dalam hal proses belajar
mengajar
d. Hubungannya dengan penyusunan metode bersifat langsung dan menentukan wujud
metode. Metode lahir dari pendekatan.
Seperti halnya prinsip pengajaran, pendekatan pengajaran juga terbagi dua.
1) Pendekatan Umum yaitu pendekatan yang berlaku bagi semua bidang studi di suatu
sekolah/program. Contoh pendekatan umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:
a.Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar langsung.
b. Pendekatan Keterampilan Proses
Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan tujuan, tetapi juga penguasaan
keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut (keterampilan proses).
15
c.Pendekatan Spiral
Pendekatan ini mengatur pengembangan materi yang di mulai dengan jumlah kecil yang
meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
d. Pendekatan Tujuan
Pengajaran dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional.
Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan bahan, metode, teknik, dan sebagainya.
2) Pendekatan Khusus yaitu pendekatan yang berlaku untuk semua bidang studi, misalnya
pendekatan khusus bahasa Indonesia. Beberapa contoh pendekatan khusus yang pernah
digunakan dalam pengajaran bahasa, misalnya:
a.Pendekatan komunikatif,
b. Pendekatan struktural,
c.Pendekatan lisan (oral),
d. Pendekatan langsung
e.Pendekatan tak langsung
f. Pendekatan alamiah
2.1.3. Metode Pengajaran
Metode berarti cara untuk mencapai tujuan. Jadi, metode pengajaran dapat
diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai
tujuan-tujuan pengajaran. Dengan demikian, metode bersifat prosedural, artinya
menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Karena itu
tepat dikatakan bahwa setiap metode pengajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
bagian atau komponen metode yang bila digambarkan dalam bentuk bagan sebagai
berikut.
16
Seleksi (pemilihan bahan ajar dengan
Berpedoman kepada GBPP)
I. Persiapan
Gradasi (penyusunan bahan, tujuan, dan sebagainya sehingga menjadi rencana
Pengajaran, satuan pelajaran)
Presentase awal (penyajian atau
Pengenalan bahan kepada siswa)
II. Pelaksanaan
Presentase lanjut (pemantapan, latihan)
Penilaian formatif
III. Penilaian
(Penilaian sumatif): sudah diluar metode
Jadi, secara keseluruhan metode pengajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan,
yaitu persiapan (preparasi), pelaksanaan (presentasi), dan penilaian (evaluasi). Setiap
tahap diisi pula oleh langkah-langkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari bagan diatas
terlihat I (persiapan) tidak kelihatan disekolah karena biasa dilakukan guru dirumah.
Ini membuktikan bahwa metode pengajaran itu luas cakupannya, mencakup kegiatan
guru yang ada dirumah sampai ke sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang
sudah ditetapkan.
17
Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara
guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri atas lima
kegiatan pokok.
Kegiatan tersebut itu adalah:
1) Pemilihan bahan,
2) Penyusunan bahan,
3) Penyajian,
4) Pemantapan, dan
5) Penilaian formatif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara prosedural sebenarnya semua
metode pengajaran itu sama. Yang membedakannya adalah pendekatan dan prinsip-
prinsip yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan, sangat
menentukan corak sebuah metode pengajaran. Metode disusun (dilaksanakan tahap-
tahapnya) berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut.
Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan
metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, penyajian, pemantapan,
dan juga penilaian. Karena itu tidak heran bila nama-nama metode pengajaran bahasa
banyak yang menggunakan nama-nama pendekatannya. Contohnya metode
komunikatif berasal dari pendekatan komunikatif dan metode SAS berasal dari
pendekatan SAS.
Sama seperti prinsip dan pendekatan, metode pengajaran juga terbagi atas dua bagian,
yaitu seperti berikut ini.
18
1) Metode Umum (Metode Umum Pengajaran)
Metode umum adalah metode yang digunakan untuk semua bidang studi, milik
bersama semua bidang studi. Contoh metode umum ini antara lain:
a. Metode ceramah,
b. Metode tanya jawab,
c. Metode diskusi,
d. Metode ramu pendapat,
e. Metode demonstrasi,
f. Metode penemuan,
g. Metode inkuiri,
h. Metode pemberian tugas dan resitasi, dan
i. Metode latihan
2) Metode Khusus (Metode Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu)
Metode khusus adalah metode pengajaran masing-masing bidang studi, misalnya
metode khusus pengajaran bahasa. Metode khusus ini tentu sangat ditentukan oleh corak
bidang studi yang bersangkutan dan tujuan pengajarannya. Bidang studi yang mirip tentu
akan memiliki metode khusus yang mirip pula.
Metode khusus pengajaran bahasa dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu:
a. Metode pengajaran bahasa pertama (bahasa ibu), dan
b. Metode pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
Diantara kedua jenis metode pengajaran bahasa ini, metode pengajaran bahasa kedualah
yang lebih banyak ragamnya, lebih berkembang berkat pengajaran bahasa inggris sebagai
19
bahasa kedua atau bahasa asing di seluruh dunia. Istilah bahasa kedua dalam hal ini
mencakup pula bahasa ketiga, keempat, dan seterusnya yang dipelajari oleh seseorang.
Bahasa Indonesia bagi kebanyakan orang indonesia adalah bahasa kedua. Hal itu
karena sewaktu kecil mereka telah peroleh bahasa ibu, dalam hal ini bahasa ibu. Contoh
metode-metode pengajaran bahasa kedua yang pernah populer adalah:
a. Metode tata bahasa – terjemahan,
b. Metode langsung,
c. Metode eklektik,
d. Metode audiolingual,
e. Metode SAS (struktur analitik sintetik), dan
f. Metode komunikatif.
2.1.4. Teknik Pengajaran (Teknik Mengajar)
Teknik artinya cara, cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Jadi, teknik
pengajaran atau mengajar adalah cara-cara melaksanakan pengajaran atau mengajar
dikelas pada waktu tatap muka dalam rangka menyajikan dan memantapkan bahan
pelajaran agar tercapai tujuan khusus (TIK atau TPK) saat itu. Teknik bersifat
implementasional pelaksanaan) dan terjadinya pada tahap pelaksanaan pengajaran
(penyajia dan pemantapan). Kalau kita perhatikan guru yang sedang mengajar di kelas,
maka yang tampak pada kegiatan guru-guru itu adalah teknik mengajar.
Oleh karena dalam percakapan sehari-hari, kata metode dan teknik ini di artikan
sama, yaitu cara. Dengan demikian, guru sering mencampur adukan antara metode
pengajaran dan teknik mengajar. Kalau teknik mengajar disebut metode mengajar masih
bisa diterima karena metode mencakup teknik. Sebaliknya kalau sebuah metode
20
pengajaran disebut teknik pengajaran jelas tidak tepat sama sekali. Agar lebih jelas, ada
baiknya kita perbandingkan metode dan teknik ini dengan menampilkan perbedaannya.
Tabel 1
Perbandingan Metode dan Teknik
No
Metode Pengajaran No
Teknik Mengajar
1 Mencakup semua tahap dalam proses belajar mengajar
1 Hanya tertuju kepada satu tahap proses belajar mengajar, yaitu pada tahap pelaksanaan.
2 Bersifat prosedural (menggambarkan prosedur langkah-langkah menyeluruh proses belajar mengajar)
2 Bersifat implementasional (menggambar pelaksanaan pengajar di kelas)
3 Tidak tampak, tidak bisa dideteksi dengan jelas dengan melihat guru yang sedang mengajar di kelas
3 Tampak pada saat melihat guru yang sedang mengajar di kelas.
4 Ditujukan untuk mencapai tujuan umum pengajaran (menyeluruh).
4 Ditujukan untuk mencapoai tujuan khusus (TIK atau TPK) suatu pertemuan.
5 Jumlah hanya satu (satu metode khusus) untuk satu bidang studi dalam satu program.
5 Jumlahnay sangat banyak untuk setiap pengajaran bidang studi dalam satu program.
6 Metodew pengajaran (metode khusus) ditetapkan oleh kurikulum, guru tinggal mengikutinya.
6 Guru bebas memilih teknik asal cocok dan dapat mencapai tujuan pengajaran bahan yang sedang diajarkannya.
Semua seperti prinsip, pendekatan, dan metode, teknik mengajar juga dapat dibagi atas
dua bagian seperti berikut ini.
1) Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar)
Teknik umum adalah cara-cara yang tepat digunakan untuk semua bidang studi.
Contohnya antara lain:
a. Teknik ceramah
b. Teknik tanya jawab
21
c. Teknik diskusi
d. Teknik ramu pendapat
e. Teknik pemberian tugas
f. Teknik latihan
g. Teknik inkuiri
h. Teknik demonstrasi
i. Teknik simulasi.
Nama-nama teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya
tentu berbeda.
Misalnya ceramah. Sebagi metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan,
dan penyajian bahan. Bahkan metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan
bahan, dan biasanya ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu
pertemuan atau kegiatan belajar mengajar.
2) Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu)
Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-
bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam
dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena teknik mengacu pada penyajian materi
dalam lingkup yang kecil. Sebagi contoh, teknik pengajaran keterampilan menulis, teknik
pengajaran berbicara, dan teknik pengajaran menyimak. Pengajaran membaca terbagi pula
atas teknik pengajaran membaca permulaan dan teknik pengajaran membaca lanjut.
Masing-masing terdiri pula atas banyak macam. Begitulah, teknik khusus itu banyak sekali
macamnya karena teknik khusus itu berhubungan dengan rincian bahan pelajaran.
22
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, misalnya guru bahasa Indonesia, hanya
menggunakan satu metode, katakanlah metode khusus pengajaran bahasa (yang ditunjang
sejumlah pendekatan dan prinsip), tetapi menggunakan sejumlah teknik, baik umum
maupun khusus. Teknik ini setiap saat divariasikan.
2.2. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa Indonesia Di SMA
Apa saja prinsip-prinsip pengajaran (umum dan khusus) yang digunakan dalam
pengajaran bahasa indonesia di SMA ? Pertanyaan ini sulit bahkan tidak mungkin dijawab
dengan tuntas karena tidak pernah diinformasikan, misalnya dalam kurikulum. Hal ini
terutama berlaku untuk prinsip-prinsip khusus. Prinsip-prinsip umum adakalanya
diungkapkan dalam kurikulum yaitu dalam buku pedoman pembelajaran karena prinsip
umum ini menyangkut pengajaran semua bidang studi disuatu sekolah. Contoh prinsip umum
pengajaran, ternasuk untuk bidang studi bahasa Indonesia, yang dikemukakan dalam dapat
dilihat pada uraian terdahulu (subbab 2.2.1). Prinsip-prinsip itu umumnya diambil dari teori
psikologi dan teori belajar.
Bagaimana mengetahui prinsip-prinsip khusus yang digunakan dalam pengajaran
Bahasa Indonesia di SMA ?
Agaknya jalan yang bisa ditempuh adalah melalui dugaan-dugaan kemungkinan dan
keharusan (seharusnya) atas dasar rasional dan kenyataan yang ada dalam pengajaran Bahasa
Indonesia. Caranya ialah dengan mengajukan contoh-contoh prinsip khusus yang mungkin
digunakan atau yang seharusnya digunakan bagi pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah-
sekolah, terutama SMA. Sekali lagi, dasar ini adalah kenyataan yang ada dan rasional.
Siapa saja yang perlu mengetahui prinsip-prinsip khusus ini dan untuk apa? Ada dua
pihak yang perlu mengetahui prinsip-prinsip khusus pengajaran bahasa ini, yaitu guru bahasa
23
Indoneisa di sekolah tersebut dan penulis buku ajar. Kegunaannya bagi guru adalah untuk
dapat mempersiapkan bahan ajar dan melaksanakan pengajaran lebih baik karena didasarkan
pada prinsip-prinsip yang benar dan yang dianut.
Bagi penulis buku ajar gunanya tentu agar dapat menulis buku ajar dengan tepat
sesuai dengan kurikulum dan petunjuk dari prinsip-prinsip pengajaran.
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh prinsip pengajaran bahasa Indonesia
(prinsip khusus) di SMA. Sebagian dari prinsip-prinsip ini diambil dari pendekatan atau
metode komunikatif karena pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah kita sekarang
cenderung menganut pendekatan atau metode ini.
1) Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa
Prinsip ini menjadi tekanan utama kurikulum sekarang (1994) karena adanya kritik selama
ini bahwa guru Bahasa Indonesia lebih banyak mengajarkan kebahasaan dan bukan
keterampilan berbahasa. Seperti kita ketahui, kurikulum tingkat satuan pendidikan
menekankan agar pengajaran bahasa indonesia berpusat pada kemampuan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) serta kemampuan bersastra. Bahan lainnya
menyatu kedalam salah satu atau beberapa keterampilan tersebut.
2) Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi
Prinsip ini mempertegas prisip no 1. Bahwa keterampilan-keterampilan berbahasa yang di
pelajari itu harus digunakan terus secara intensif dengan berkomunikasi (lisan maupun
tertulis), karena bahasa adalah alat komunikasi. Melalui prinsip ini guru diingatkan untuk
lebih bahnyak mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
berbagai komunikasi bahasa seperti: bercerita, berceramah, menyimak ceramah, membaca,
dan menulis karangan.
24
3) Kompetensi komunikatif lebih penting dari pada kompetensi kebahasaan
Kompetensi komunikatif artinya kemampuan menggunakan bahasa yang dipelajari itu
dalam berbagai bentuk komunikasi secara efektif dan lancar, sedangkan kompetensi
kebahasaan adalah penguasaan bahasa yang lebih ditekankan kepada kaidah-kaidah
bahasa. Prinsip adalah penegasan prinsip 1 dan 2 di atas.
4) Bahan pelajaran bahasa dan aktivitas berbahasa haruslah melibatkan berbagai variasi
bahasa.
Seperti kita ketahui, setiap bahasa memiliki banyak ragam. Ada ragam baku atau formal,
ada ragam non baku atau informal. Ada ragam biasa, ada ragam ilmiah, dan ada ragam
sastra. Di samping itu, ada lagi ragam-ragam yang berdasarkan daerah (bahasa resmi dan
dialek-dialek), berdasarkan status sosial (bahasa golongan atas, menengah, bawah),
berdasarkan golongan (bahasa pedagang, militer, ilmuwan) dan sebaginya. Berdasarkan
kenyataan ini, bahan pelajaran bahasa (ragam pelajaran bahasa yang diperkenalkan/
dipakai selama pembelajaran) jangan terbatas hanya pada bahasa baku / formal. Bila perlu
dapat juga dipakai dan diperlenalkan ragam-ragam lain sesuai dengan fungsi dan
konteksnya. Beri kesempatan siswa mengenal dan meggunakan ragam-ragam bahasa yang
hidup di masyarakat, asal diberi tahu konteks pemakaiannya.
5) Pada setiap kesempatan yang mungkin, siswa harus diperkenalkan dengan bahasa otentik.
Bahasa otentik artinya bahasa yang hidup di masyarakat yang digunakan dalam konteks
nyata seperti bahasa surat kabar, bahasa iklan, dan bahasa diberbagai kalangan masyarakat.
Prinsip ini muncul sebagai konsekuensi pada fungsi komunikasi bahasa.
6) Kaidah (sistem) bahasa target (bahasa yang dipelajari tidak diajarkan tersendiri, tetapi
menyatu dengan keterampilan berbahasa)
Tidak ada pelajaran kaidah/struktur bahasa tersendiri (sebagai pokok bahasan berdiri
sendiri) seperti pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.
25
7) Belajar bahasa melalui permainan
Prinsip ini melahirkan banyak permainan bahasa (language games) sebagai teknik khusus
pengajaran bahasa, terutama di tingkat SD dan SLTP. Prinsip ini didorong oleh semacam
teori yang mengatakan language learning is mor effektive when it is fun. Belajar bahasa
akan lebih efektif bila menyenangkan, seperti adanya unsur permainan.
2.3. Pendekatan Pengajaran Bahasa Indoneesia di SMA
Sebagai salah satu bidang studi, tentu pengajaran Bahasa Indonesia di SMA
didasarkan pula atas sejumlah pendekatan umum dan khusus. Pendekatan umum bagi
pengajaran Bahasa Indonesia yang berlaku pula bagi pengajaran bidang studi lain, biasanya
disebutkan dalam kurikulum khusus untuk pengajaran Bahasa Indonesia tidak disebutkan
secara eksplisit namun dapat dilacak.
Bila dikaji, kurikulum bidang studi Bahasa Indonesia, ada dua pendekatan khusus
bagi bidang studi ini yang dijadikan pegangan, yaitu pendekatan komunikatif dan pendekatan
integratif. Berikut ini akan diuraikan satu per satu untuk dapat dijadikan pedoman dalam
pengajaran Bahasa Indonesia di kelas.
2.3.1 Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif (Communicative Approach) bermula di inggris pada tahun
1960-an untuk pengajaran bahasa inggris sebagai bahasa asing, yang disebut juga dengan
istilah National-Functional Approach atau Functional Approach.
Pendekatan komunikatif adalah rancangan (kebijaksanaan) pengajaran bahasa
dengan ciri-ciri utama sebagai berikut:
26
1) Tujuan pengajaran bahasanya adalah:
a. Mengembangkan kompetensi komunikatif siswa, yaitu kemampuan menggunakan
bahasa yang di pelajari itu untuk berkomunikasi dalam berbagai bentuk situasi atau
konteks;
b. Meningkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam
berkomunikasi.
2) Bahan pelajaran utamanya adalah:
a. Keempat keterampilan berbahasa.
b. Fungsi-fungsi bahasa yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, seperti fungsi
bertanya, menjawab, menyangkal dan mengajukan pendapat. Siswa dilatih
menggunakan bahasa untuk berbagai fungsi tersebut karena sebagai alat komunikasi,
bahasa digunakan untuk berbagai fungsi yang wujud penampilannya bisa berbeda-beda.
c. Variasi-variasi bahasa, disamping variasi baku/formal, untuk memungkinkan siswa
berbahasa sesuai konteks.
d. Sistem bahasa (struktur, kosakata, dan lain-lain) tidak dijadikan bahasa berdiri sendiri,
tetapi diintegrasikan dengan keterampilan berbahasa.
3) Sumber bahan yang diutamakan adalah sumber otentik, berupa bahasa otentik, yaitu
bahasa sebagimana yang digunakan dalam konteks nyata.
4) Bahasa target sebagi objek yang dipelajari tetapi juga sebagai wahana komunikasi.
Maksudnya, bahasa itu dipakai untuk mendiskusikan topik lain, membahas topik lain.
Setiap pendekatan pengajaran selalu lahir dari sejumlah asumsi, antara lain asumsi teori
bahasa dan asumsi teori belajar. Dari segi teori bahasa, asumsi yang dijadikan dasar
pendekatan ini adalah sebagai berikut.
1) Bahasa adalah sistem untuk mengekspresikan makna.
2) Fungsi utama bahasa adalah untuk alat interaksi dan komunikasi.
27
3) Struktur bahasa memantulkan penggunaan-penggunaan fungsional dan komunikasi.
4) Unit-unit utama bahasa tidak hanya gambaran mengenai tata bahasa dan strukturnya, tetapi
juga kategori-kategori makna fungsional dan komunikatif sebagaimana terdapat dalam
wacana.
5) Ada tujuh fungsi dasar yang ditampilkan bahasa bagi anak-anak yang belajar bahasa.
a. Fungsi instrumental yaitu menggunakan bahasa untuk mendapatkan sesuatu.
b. Fungsi regulator, yaitu menggunakan bahasa untuk mengendalikan tingkah laku
orang lain.
c. Fungsi interaksi, yaitu menggunakan bahasa untuk beriteraksi dengan yang lain.
d. Fungsi personal, yaitu menggunakan bahasa untuk menyatakan perasaan dan
maksud pribadi.
e. Fungsi heuristik, yaitu menggunakan bahasa untuk belajar dan menemukan.
f. Fungsi imajinatif, yaitu menggunakan bahasa untuk menciptakan dunia imajinasi.
g. Fungsi representasi, yaitu menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi.
Dari segi teori belajar, asumsi yang dijadikan dasar pendekatan ini adalah sebagai berikut.
1) Ada tiga prinsip yang mendorong semangat belajar siswa.
a. Prinsip komunikasi, yaitu aktivitas belajar mengajar di kelas hendaklah berupah
komunikasi nyata.
b. Prinsip tugas, yaitu aktivitas penggunaan bahasa yang diajarkan hendaknya berupa
tugas-tugas yang bermakna.
c. Prinsip kebermaknaan, yaitu pelajaran bahasa yang diajarkan itu hendaklah sesuatu
yang bermakna dan otentik.
2) Pengemabangan kompetensi komunikatif melibatkan aspek kognitif maupun tingkah laku
dan diperoleh melalui praktik.
28
2.3.2.Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif atau terpadu adalah ancangan kebijaksanaan pengajaran
bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan,
menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri
atau terpisah-pisah.
Pendekatan ini terdiri atas dua macam.
a. Integratif Internal (terpadu intrabidang studi bahasa), yaitu keterkaitan yang terjadi antar
bahan pelajaran bahasa itu sendiri. Misalnya pada waktu mengajarkan pelajaran
menulis/mengarang sebagai fokus, skenario pembelajaran sebagai berikut ini.
(1) Mula-mula siswa menyimak pelajaran guru dan dilanjutkan dengan tenya jawab.
(2) Setelah itu siswa membaca contoh jenis karangan.
(3) Sambil membaca siswa ditugasi mencatat kosakata baru berikut makna dan
pemakaiannya.
(4) Setelah membaca siswa disuruh berdiskusi untuk menyimpulkan ciri-ciri dan cara
membuat karangan tersebut.
(5) Siswa lalu menulis karangan tersebut.
(6) Setelah selesai, satu atau dua orang siswa disuruh membacakan karangannya untuk
dikomentari guru (sisanya dibaca guru diluar proses pelajaran).
Dari contoh ini terkihat adanya integrasi sejumlah bahan pelajaran bahasa, walaupun
fokusnya hanya menulis.
b. Integratif eksternal (terpadu antar bidang studi), yaitu keterkaitan antara bidang studi
bahasa dengan bidang studi lain yang berhubungan. Misalnya, pada waktu mengajarkan
29
pelajaran apresiasi sastra khusus puisi. Tema pelajaran “Lingkungan” dan judul puisi
“Banjir”. Skenario pembelajaran berlangsung sebagai berikut.
(1) Mula-mula semua siswa membaca dalam hati puisi yang dimaksud. Sambil membaca,
siswa membaca kosakata baru.
(2) Setelah itu dua orang siswa berganti-ganti membacakan puisi itu dan siswa lain
menyimak.
(3) Selanjutnya guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang isi puisi, termasuk unsur-
unsur intrinsiknya. Pada waktu tanya jawab dan pemabahasan puisi tersebut, guru
membelokan pembicaraan ke bidang studi lain yang relevan dengan isi puisi (misalnya ke
bidang IPA atau IPS).
(4) Kemudian semua siswa disuruh menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
(menyadur) isi puisi itu secara tertulis.
Contoh ini memperlihatkan terjadinya keterpaduan ke luar, ke bidang studi di luar
bahasa, disamping itu juga terpadu ke dalam.
2.4. Sikap Guru Terhadap Metode Pengajaran
Setiap interaksi belajar-mengajar tentu mempunyai tujuan. Tujuan ini mempunyai
corak dan interaksi. Selanjutnya yang dimaksud dengan mengajar ialah suatu proses di dalam
menguji rencana-rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan mengajar pada siswa.
Dengan rencana yang matang, cermat dan tepat dapatlah diharapkan tercapainya tujuan
pengajaran yang dikehendaki secara efektif. Menurut Alpandie (1984:113), bahwa dalam
penyusunan rencana, guru harus memperhatikan komponen-komponen sebagai berikut: (a)
guru harus mengetahui benar tujuan yang hendak dicapai di dalam mengajar, (b) guru harus
memutuskan dan menetapkan tingkah laku yang akan dimiliki dan diperlihatkan oleh siswa
setelah berakhirnnya satu periode belajar-mengajar, (c) guru harus menetapkan suatu strategi
pengajaran atau situasi belajar dimana tingkah laku yang diharapkan itu dapat tercapai.
30
Langkah ketiga ini menyangkut penggunaan metode dan alat-alat pengajaran, dan (d) guru
harus mempersiapkan alat-alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tercapainya tujuan
yang dikehendaki.
Metode mengajar merupakan salah satu alat pengajaran yang penting dan besar
peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran, namun guru harus mampu
memilih dan menentukan metode mengajar yang tepat sehingga bahan-bahan yang disajikan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jadi guru seharusnya bersifat selekstif, bahwa: (a)
metode bukanlah tujuan, melainkan sebagai alat atau cara untuk mencapai suatu tujuan
pengajaran, (b) hingga kini belum ada yang seratus persen baik dibandingkan dengan
metode-metode lain. Metode yang tampak paling efektif pun masih juga dijumpai
kelemahannya, (c) pencapaian semua tujuan pelajaran tidak tergantung seluruhnya pada satu
macam metode mengajarkan, dan (d) penetapan metode tidaklah dapat berlaku secara tepat
untuk selama-lamanya (Alpandie, 1984:115).
2.5. Hakikat Evaluasi Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, evaluasi juga dibutuhkan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan siswa di dalam kelas. Hal ini diungkapkan oleh Tyler (1949:69)
bahwa evaluation is the procces for determining the degree to wich these changes in behavior
are act ually taking place. Hal ini berarti bahwa evaluasi berhubungan dengan proses
memberikan keputusan mengenai tingkat hasil belajar yang telah dicapai siswa. Hasan dan
Zainul (1991/1992:18) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dalam memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti hasil belajar. Sehubungan dengan
itu, Sudjana (2006:3) mendifinisikan tentang penilaian hasil belajar yang dicapai siswa
dengan kriteria tertentu.
31
Evaluasi sering kali menyadarkan diri pada hasil pengukuran (measurement).
Wiersman dan Jurs dalam Hasan dan Zainul (1991/1992:20) mendefinisikan tentang
pengukuran
Technically, measurement is the assignment of numerals to objects or events according to the
rules that give numeral quantitative meaning.
Ahmann dan Gloek (1963:11) menyatakan bahwa pengukuran merupakan bagian
penting dari suatu evaluasi. Prinsip-prinsip pengukuran mempengaruhi alat evaluasi. Alat
evaluasi adalah alat yang digunakan dalam suatu kegiatan evaluasi untuk mengumpulkan
informasi tentang hasil belajar, berupa tes dan nontes (kuesioner, observasi, dan sebagainya).
Ebal dalam Hasan dan Zainul (1991/1992:21) mengumgkapkan bahwa tes adalah:
A general term used to designed any kind of device or procedure for measuring ability,
achievement, interest, and other traits. A test is also defined as any systematic procedure for
comparing the behavior of two persons.
1. Jenis dan System Penilaian
Dilihat dari fungsinya, ada beberapa macam jenis pilihan, yaitu penilaian formatif,
penilaian sumatif, dan penilaian diagnostik. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu:
a) Penilaian formatif
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakasanakan pada akhir program belajar-
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri
(Sudjana, 2006:5). Sedangkan Tinambunan (1988:8) mengatakan bahwa formative
test is intended to monitor learning progress during the instruction and to provide
continous feedback to both pupil and teacher concerning learning successes and
failures. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi pada proses belajar-
mengajar. Dengan demikian penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki
program pengajaran dan strategi pengajarannya.
32
b) Penilaian sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan di akhir unit program, yaitu
catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil
yang dicapai oleh siswa, yakni seberapa jauh tujuan kurikuler dikuasai oleh siswa.
Penilaian yang berorientasi pada produk bukan pada proses (Sudjana, 2006:5)
c) Penilaian diagnostik
Tinambunan (1988:8) mengatakan bahwa diagnostic test is intended to diagnose
learning dfflculties during instruction. Penilaian diagnostik lebih konfrehensif dan
terperinci karena hal ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran
remedial dan menemukan kasus-kasus.
2. Prinsip dan Prosedur Penilaian
Dalam proses penilaian untuk menentukan kualitas pendidikan, maka upaya
merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan
prosedur penilaian sebagai berikut: (a) dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang
sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian dan
interpretasi hasil penilaian, (b) penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dan
proses belajar-mengajar, (c) agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian
menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus
menggunakan berbagai alat penilaian yang komprehensif, dan (d) penilaian hasil belajar
hendaknya diikuti dengan tindak lanjut (Sudjana, 2006:9).
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses
penilaian hasil belajar sebagai berikut: (a) merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan
pengajaran, (b) mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata
pelajaran, (c) menyusun alat-alat penilaian, baik secara tes maupun nontes, yang cocok
digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran,
33
dan (d) menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni
kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran,
kepentingan bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pendidikan.
Dalam kaitannya dengan penyusunan alat-alat penilaian (butir c di atas) ada beberapa
langkah yang harus ditempuh, yakni: (a) menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat
ditentukan lingkup pertanyaannya, terutama materi pelajaran, (b) merumuskan tujuan
intruksional khusus sehingga jelas betul abilitas yang harus dinilai, (c) membuat kisi-kisi atau
blueprint alat penilaian. Dalam kisi-kisi harus tampak abilitas yang diukur serta proporsinya,
lingkup materi yang diujikan serta proporsinya, tingkat kesulitan soal dan proporsinya, jenis
alat penilaian yang digunakan, jumlah soal atau pertanyaan, dan perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mengerjakan soal tersebut, (d) menyusun atau menulis soal-soal
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam menulis perhatikan aturan-aturan yang
berlaku, dan (e) membuat dan menentukan kunci jawaban (Sudjana, 2006:10).
2.6. Hakikat Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning
Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah terdapatnya
kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki para siswa dengan sikap dan
prilakunya. Proses belajar yang diperoleh siswa lebih banyak pada, “belajar tentang”
(learning about thing) dan pada “belajar menjadi” (learning how to he).
Menurut John Dewey, pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada penjelajahan
yang terbimbing dengan pendampingan dan pada sekedar transmisi pengetahuan.
Pembelajaran merupakan individual discovery. Pendidikan memberikan kesempatan dan
pengalaman dalam proses pencarian informasi, menyelesaikan masalah dan membuat
keputusan bagi kehidupannya sendiri. Melalui proses pembelajaran yang berpusat pada siswa,
maka fungsi guru berubah dari pengajar (teacher) menjadi pembelajaran (facilitator).
34
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher
centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan
dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap,
dan perilaku.
Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa (student
centered learning) memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif
dari siswa. Metode-metode tersebut adalah: (a) berbagi informasi (information sharing)
dengan cara; curah gagasan (brainstorming), kooperatif (cooperative), kolaboratif
(collaborative), diskusi kelompok (group discussion), diskusi panel (panel discuission),
symposium dan seminar, (b) belajar dan pengalaman (experienced based) dengan cara:
simulasi, bermain peran (roleplay), permainan (game), dan kelompok temu, (e) pembelajaran
melalui pemecahan masalah(problem solving based) dengan cara; studi kasus, tutorial, dan
lokakarya.
( http://inparamateric.com/bhinablog/download/pembelajaran berbasis sel.pdf ).
2.7. Prinsip-prinsip Psikologis Pembelajaran Berpusat Pada Siswa (Student Centered
Learning)
Bekal dari pada guru untuk dapat menjalankan peranannya sebagai fasilitator salah
satunya adalah memahami prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ada lima faktor
yang penting diperhatikan dalam prinsip psikologi pembelajaran berpusat pada siswa yang
dikutip dan American Psychological Association (1993:7-9, yaitu: (a) faktor metakognitif dan
kognitif yang menggambarkan bagaimana siswa berfikir dan mengingat, serta pengambaran
faktor-faktor yang terlibat dalam proses pembentukan makna informasi dan pengalaman; (b)
faktor efektif yang menggambarkan bagaimana keyakinan, emosi, dan motivasi
mempengaruhi cara seorang menerima situasi pembelajaran, beberapa banyak orang belajar,
dan usaha mereka lakukan untuk mengikuti pembelajaran. Kondisi emosi seseorang,
35
keyakinan tentang kompetensi pribadinya, harapannya, terhadap kesuksesan, minat pribadi,
dan tujuan belajar, semua itu mempengaruhi bagaimana motivasi siswa untuk belajar; (c)
faktor perkembangan yang menggambarkan bahwa kondisi fisik, intelektual, emosional, dan
sosial dipengaruhi oleh faktor genetik yang unik dan faktor lingkungan; (d) faktor pribadi dan
sosial yang menggambarkan bagaimana orang lain berperan dalam proses pembelajaran dan
cara-cara orang belajar dalam kelompok. Prinsip ini mencerminkan bahwa dalam interaksi
sosial, orang akan saling belajar dan dapat saling menolong melalui saling berbagi perspektif
individual; (e) faktor perbedaan individu yang menggambarkan bagaimana latar belakang
individu yang unik dan kapasitas masing-masing berpengaruh dalam pembelajaran. Prinsip
ini membantu menjelaskan mengapa individu mempelajari sesuatu yang berbeda, waktu yang
berbeda, dan dengan cara-cara yang berbeda pula. Berikut ini akan diuraikan penjabaran
masing-masing faktor.
a) Faktor Merakognitif dan Kognitif
Prinsip 1: Dasar Proses Pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses alamiah untuk
mencapai tujuan yang bermakna secara pribadi, bersifat efektif, dan melalui mediasi
secara internal, merupakan proses pencarian dan pembentukan makna terhadap informasi
dan pengalaman yang disaring melalui persepsi unik, pemikiran, dan perasaan siswa
(siswa).
Prinsip 2: Tujuan Proses Pembelajaran, siswa mencari untuk menciptakan makna,
representasi pengetahuan melalui kuantitas dan kualitas data yang tersedia.
Prinsip 3: Pembentukan Pengetahuan. Siswa mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki melalui cara-cara yang unik dan penuh
makna.
36
Prinsip 4: Pemikiran Tingkat Tinggi. Strategi tingkat tinggi untuk “berpikir tentang”
untuk memantau dan memonitori proses mental, memfasilitasi kreativitas dan berpikir
kritis.
b) Faktor Efektif
Prinsip 5: Pengaruh Motivasi Dalam Pembelajaran. Kedalaman dan keluasan informasi
diproses, serta apa dan seberapa banyak hal itu dipelajari dan diingat dan dipengaruhi
oleh; (a) kesadaran diri dan keyakinan control diri, kompetensi, dan kemampuan, (b)
kejelasan nilai-nilai personal, minat, dan tujuan, (c) harapan pribadi terhadap kesuksesan
kegagalan, (d) afeksi, emosi, dan kondisi pikiran secara umum, dan (e) tingkat motivasi
untuk belajar.
Prinsip 6: Motivasi Intrinsik Untuk Belajar. Individu pada dasarnya memiliki rasa ingin
tahu dan menikmati pembelajaran, tetapi pemikiran dan emosi negatif (misalnya perasaan
tidak aman, takut gagal, malu, ketakutan mendapat hukuman, atau pelabelan/stigmatisasi)
dapat mengancam antusiasme mereka.
Prinsip 7: Karakteristik Tuga-tugas Pembelajaran Yang Dapat Meningkatkan Motivasi.
Rasa ingin tahu, kreatifitas, dan berpikir tingkat tinggi dapat distimulus melalui tugas-
tugas yang relevan, otentik yang memiliki tingkat kesulitan dan kebaruan bagi masing-
masing siswa.
c) Faktor Perkembangan
Prinsip 8: Kendala dan Peluang Perkembangan. Kemajuan individual dipengaruhi oleh
perkembangan fase-fase fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang merupakan fungsi
genetis yang unik serta pengaruh faktor lingkungan.
d) Faktor Personal dan Sosial
37
Prinsip 9: Keberagaman Sosial dan Budaya. Pembelajaran difasilitasi oleh interaksi sosial
dan komunikasi dengan orang lain melalui setting yang fleksibel, keberagaman (usia,
budaya, latar belakang keluarga, dan sebagainya) dan intruksional yang adaptif.
Prinsip 10: Penerimaan Sosial, Harga Diri, dan Pembelajaran. Pembelajaran dan harga
diri sangat terkait ketika individu dihargai dan dalam hubungan yang saling peduli satu
sama lain sehingga meraka dapat saling mengetahui potensi, menghargai bakat-bakat unik
dengan tulus, dan menerima mereka saling dapat menerima sebagai individu.
e) Faktor Perbedaan Individu
Prinsip 11: Perbedaan individu dalam pembelajaran. Meskipun prinsip-prinsip dasar
pembelajaran, motivasi, dan instruksi afeksi berpengaruh terhadap semua siswa (termasuk
ras, suku, gender, kemampuan fisik, agama, dan status sosial), siswa memiliki perbedaan
kemampuan dan preferensi dalam model dan strategi pembelajaran.
Prinsip12: Filter kognitif. Keyakinan personal, pemikiran dan pemahaman berasal dan
pembelajaran dan interpretasi sebelumnya, hal ini dapat menjadi dasar individual
pembentukan realitas dan intrepretasi pengalaman hidup.
2.8. Pengertian Pembelajaran Yang Berpusat Pada Siswa (Student Centered
Learning)
Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang menggunakan
sepasang perspektif, yaitu fokus pada individu pembelajaran (keturutan, pengalaman,
perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dan bagaimana hal itu
timbul serta praktek paling efektif dalam menigkatkan tingkat motivasi, pembelajaran, dan
prestasi bagi semua pelajar. Perspektif yang berpusat pada siswa ini merupakan suatu refleksi
dari dua batas-batas prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada siswa dalam program,
38
kebijakan, dan orang-orang yang mendukung pembelajaran untuk semua (Kroehnert,
1995:25).
Berdasarkan prinsip dasar pembelajaran berpusat pada siswa, maka untuk
memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan orientasi antara pembelajaran yang
berpusat pada siswa atau yang tidak berpusat pada siswa, diciptakan dua profil berlawanan
yaitu profil guru dengan asumsi berpusat pada siswa dan profil guru dengan asumsi tidak
berpusat pada siswa.
2.9. Profil Guru Dengan Asumsi Berpusat Pada Siswa
Semua siswa memiliki potensi belajar. Dalam rangka untuk memaksimalkan
pembelajaran, para guru perlu membantu para siswa merasa nyaman mendiskusikan perasaan
dan keyakinan mereka. Memperhatikan kebutuhan sosial, emosional, dan fisik para siswa
merupakan hal yang sangat penting dan harus dimunculkan dalam pembelajaran. Membantu
para siswa memahami bagaimana keyakinan mereka terhadap diri mereka sendiri
mempengaruhi pembelajaran, hal ini sama pentingnya dengan membantu mereka dalam
keterampilan akademiknya. Para siswa memiliki kemampuan alamiah untuk memperoleh
pembelajaran sendiri.
Ketika para guru merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, mereka memiliki akses
untuk mencari untuk mengatasi berbagai kesulitan di dalam kelas. Kemauan untuk
berhubungan dengan masing-masing siswa merupakan suatu keunikan individual yang dapat
memfasilitasi pembelajaran. Guru perlu mendukung para siswa untuk memperoleh minatnya
masing-masing di sekolah dan mengaitkan pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata
mereka.
39
Menerima siswa dimana pun berada akan membuat mereka lebih siap belajar. Guru
memiliki keyakinan bahwa mereka mampu membuat suatu perbedaan dengan semua siswa.
Melihat suatu dan sudut pandang siswa merupakan suatu kunci bagi kebaikan mereka di
sekolah. Guru meyakini bahwa mendengarkan siswa merupakan salah satu cara menolong
mereka menyelesaikan persoalan mereka sendiri.
2.10. Profil Guru Dengan Asumsi Tidak Berpusat Pada Siswa
Guru berkeyakinan jika para siswa tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik, maka
para siswa harus kembali ke dasar dan lebih banyak mengembangkan hafalan dan
keterampilan. Pekerjaan guru adalah membantu siswa memenuhi standar kurikulum.
Membiarkan mereka berjalan sendiri merupakan satu hal yang tidak mungkin, karena
kebanyakan siswa tidak dapat dipercaya untuk belajar apa yang seharusnya mereka ketahui.
Jika guru tidak memberi arah bagi siswa, maka siswa tidak akan mendapat suatu jawaban
yang benar. Mengetahui bahan pelajaran dan guru merupakan kontribusi yang sangat penting,
guru dapat membuat siswa belajar. Guru yang baik selalu mengetahui lebih banyak dari pada
siswanya. Agar siswa menghargai guru sebagai pengajar, maka sangat perlu mempertahankan
peran guru sebagi figur yang otoriter. Dan juga guru dapat mengajar para siswa bila mereka
mengikuti aturan main dan mengerjakan seperti apa yang diharapkan di dalam kelas.
2.11. Karakteristik Guru Yang Menggunakan Pembelajaran Berpusat Pada Siswa.
Guru yang cenderung menggunakan pembelajaran berpusat pada siswa memiliki
karakteristik umum yang menjadikan mereka menjadi guru-guru yang efektif. Secara umum,
karakteristik guru-guru yang menggunakan pembelajaran berpusat pada siswa yang dikutip
oleh Lynton dan Pareek (1990:45), yaitu: (a) mengakui dan menghargai keunikan masing-
masing siswa dengan cara megakomodasi pemikiran siswa, gaya belajarnya, tingkat
perkembangan, kemampuan, bakat, persepsi diri, serta kebutuhan akademik dan bukan
40
akademik siswa, (b) memahami bahwa pembelajaran adalah suatu proses konstruksi. Oleh
karena itu harus diyakini bahwa siswa dimintah untuk mempelajari sesuatu yang relevan dan
bermakna bagi diri mereka. Selain itu juga mencoba mengembangkan pengalaman belajar
dimana siswa dapat secara aktif menciptakan dan membangun pengetahuannya sendiri serta
mengaitkan apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh, (c)
menciptakan iklim yang positif dengan cara memberikan kesempatan pada siswa itu
berbicara dengannya secara personal, memahami siswa dengan sebaik-baiknya, menciptakan
lingkungan yang nyaman dan menstimulasi bagi siswa, memberikan dukungan pada siswa,
mengakui dan menghargai siswa, dan (d) memulai pembelajaran dengan asumsi dasar bahwa
semua siswa dengan kondisinya masing-masing bersedia untuk belajar dan ingin melakukan
dengan sebaik-baiknya, serta memiliki minat intrinsik untuk memperkaya kehidupannya.
Guru yang menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa cenderung
menciptakan lingkungan pembelajaran dengan ciri-ciri sebagi berikut: (a) suasana kelas yang
hangat, mendukung. Dalam suasana ini, guru mengijinkan siswa untuk mengenalnya dan
selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa, maka siswa akan bersedia
untuk bekerja keras untuk orang yang disukainya, (b) para siswa dimintah untuk hanya
megerjakan yang bermanfaat, (c) para siswa selalu dimintah untuk mengerjakan yang terbaik
bagi yang mereka dapat lakukan, (d) pada siswa dimintah untuk mengevaluasi pekerjaannya,
(e) kualitas pekerjaan yang baik selalu menimbulkan perasaan senang, dan (f) pekerjaan yang
berkualitas tidak pernah destruktif.
2.12. Pengertian Puisi
Puisi adalah disalah satu bentuk karya sastra. Kehadiran sebuah puisi merupakan
pernyataan seorang penyair. Pernyataan ini berisi pengalaman batinnya sebagai hasil proses
kreatif terhadap objek sastra dan seni.
41
Segala bahan puisi yang timbah penyair dari objek seni yang dibangunnya menjadi
bangunan puisi yang utuh lewat proses yang kreatif. Dengan demikian puisi adalah suatu
sistem penulisan yang mergin kanan dan penggantian barisnya. Ditentukan secara internal
oleh suatu mekanisme yang terdapat dalam baris itu sendiri.
Jika pengertian puisi yang timbah itu ditinjau dari segi bentuk batin puisi maka
Herbert Spencer dalam Waluyo (1991:23) mengatakan bahwa puisi merupakan bentuk
pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.
Sedangkan menurut S. Johson mengatakan juga bahwa puisi adalah peluapan yang spontan
dari perasaan yang penuh daya berpangkal pada emosional yang terpadu kembali dalam
kedamaian.
Menurut Djojosuroto, Pangkerego (2000:1) menyatakan puisi adalah sistem penulisan
dimana margin kanan, penggantian baris, ditentukan secara internal oleh suatu mekanisme
yang terdapat dalam baris itu sendiri.
Puisi merupakan pancaran kehidupan sosial, gejolak kejiwaan dan segala aspek yang
ditimbulkan oleh adanya interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam suatu
masa atau periode tertentu. Abdul Jalil (1985:11). Dengan demikian tujuan puisi bukanlah
melukiskan kebenaran, melainkan memuja kebenaran dan memberi jiwa suatu gambaran
yang lebih indah.
2.13. Struktur Puisi
Struktur puisi dapat dibagi atas dua bagian yaitu struktur fisik dan struktur batin puisi.
Struktur fisik puisi secara tradisional disebut elemen bahasa, sedangkan batin puisi secara
tradisional disebut makna puisi:
a. Struktur fisik puisi dibangun oleh :
42
1. Diksi (pilihan kata)
2. Imajinasi
3. Kata kongkrit, atau
4. Irama dan ritme atau perasaan bunyi.
b. Struktur batin puisi
1. Tema atau sense
2. Feeling atau sikap
3. Tone atau nada
4. Tujuan dan amanat (intention)
a) Penjelasan struktur fisik puisi
Untuk memahami unsur-unsur struktur fisik puisi sebagai berikut:
1. Diksi (pemilihan kata) pemilihan kata-kata dalam persajakan. Makna kata tidak selamanya
bergantung pada makna denotatif tetapi yang lebih penting adalah nilainya atau makna
konotatif Djojosuroto (2000:8). Diksi merupakan esensi seni penulisan puisi. Oleh sebab
itu, seorang penyair menulis puisi menggunakan kata-kata yang sangat cermat dan
sistematis untuk menghasilkan diksi yang cocok dengan suasana.
2. Imajinasi (imagery) pengungkapan pengalaman sensioris penayair kedalam kata dan
ungkapan sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih kongkrit.
3. Kata kongkrit, yaitu suatu cara untuk membangkitkan imajinasi pembaca dengan
mempergunakan kata-kata yang tepat, yang dapat membayangkan sesuatu pengertian yang
menyeluruh. Dalam menentukan kata, penyair juga mempertimbangkan aspek makna
primer dan sekunder, atau biasa di sebut makna denotasi dan konotasi yang menyimpulkan
asosiasi, Abrams dalam Djojosuroto (2006:16).
4. Bahasa kias, (gaya bahasa) kias yang dimaksud di sini, sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang diperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
43
(pemakai bahasa) Keraf. G (2002:113). Adapula gaya berdasarkan tujuan memperoleh
namanya dari maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang, dimana pengarang ingin
mencurahkan gejolak emosinya. Keraf. G (2006:116).
Irama (ritme) yaitu turun naik suatu secara teratur. Irama ini panjang pendeknya suara pada
waktu mengucapkan kata atau bunyi yang mengekspresikan pada waktu membaca puisi.
b) penjelasan struktur batin puisi
untuk memahami unsur-unsur struktur batin puisi menurut K. Djojosuroto (2006 : 23)
mengemukakan bahwa struktur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna puisi terdiri
dari ; tema, nada perasaan, nada atau amanat.
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok atau subject matter yang kemudian oleh penyair lewat
puisinya H. Waluyo (1991:106). Pikiran pokok itu begitu kuat mendesak batin penayair
sehingga menjadi landasan utama mengungkapkannya. Menurut K. Djojosuroto dan A.S.
pangkerego (200:37) sense atau tema adalah yang dikandung subject matter bahasa yang
dikemukakan oleh penyair kepada penikmat sekalipun dalam berapa puisi. Dalam hal ini
penyair ingin menyampaikan sesuatu bagi pembaca atau penikmatnya. Tema adalah dasar
dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam puisi, Aminudin
(1987:150). Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya
yang diterima imajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus (penayair), tetapi objektif
bagi semua penyair, dan lugas. K.D.A Sumarauw b (200:37).
b. Nada dan Tone
Aminuddin (1987:150) mengemukakan bahwa “nada adalah sikap penayair terhadap
pembaca sejalan dengan pokok persoalan yang disampaikannya”. Nada yang berhubungan
tema ditampilkan penyair dalam puisinya selalu berkaitan dengan tema puisi.
44
c. Rasa atau feeling
Rasa atau feeling merupakan sikap penyair terhadap apa yang disampaikannya. Feeling
adalah sikap penyair terhadap tema yang ditampilkannya.
Dengan demikian feeling terkaitnya dengan pokok pikiran yang dikemukakan oleh penyair
dalam puisinya.
d. Amanat dan tujuan
Menurut H. Waluyo (1991:130) amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat kita
memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan merupakan hal yang mendorong penyair
untuk menciptakan puisinya.
Amanat atau pesan berisi suatu himbauan yang disampaikan oleh penyair kepada
pembaca. Dan setiap penyair dalam menciptakan puisinya sudah tentu mempunyai tujuan
tertentu. Apakah tujuan hanya untuk memuaskan diri penyair atau untuk penikmat puisinya,
hal ini tergantung pada pandangan hidup penyair.
2.14. Langkah-langkah Memahami Puisi.
a. Pemahaman makna puisi
Pemahaman memiliki suatu kekhususan yaitu pemahaman makna sastra, yang
lebih khususnya puisi. Pemahaman merupakan kemampuan intelektual yang berada
pada fana kognitif, bersama-sama dengan pengetahuan, aplikasi, analisis, sintesis atau
evaluatif.
Bloom dalam Djojosuroto (2006:28) mengatakan bahwa, pemahaman
merupakan intelektual yang banyak digunakan dalam oleh siswa di sekolah.
Selanjutnya pemahaman terdiri atas tiga ragam, yaitu terjemahan, interprestasi, dan
ekstrapolasi. Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan pendidikan
terhadap objek pengetahuan tertentu.
45
Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah
informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit
dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.
b. Prosedur pembelajaran
Dalam mengapresiasikan puisi langkah-langkah menelaah puisi dapat dimulai
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Memahami struktur karya sastra secara umum
2. Kenyataan sejarah, pemahaman secarah global siapakah penyair, bagaimana aliran
filsafat tentang penyair dan kenyataan sejarah.
3. Strutur fisik dan struktur batin yang telah ada unsurnya. Langkahnya adalah
keterlibatan jiwa, yaitu ketika peristiwa ketika pembaca, pendengar memikirkan,
merasa dan membayangkan kembali apa yang pernah terpikir dan terbayang oleh
penyair, K. Djojosuroto dan A.S. Pangkerego (2008 : 6)
Menurut Andre Hardjana dalam H. Waluyo (1999:146) mengatakan bahwa
memahami makna puisi adalah:
1. Struktur karya sastra
Pertama kita berusaha memahami struktur karya sastra secara umum, apakah puisi itu
berstruktur puisi lama, baru dan sebagainya.
2. Penyair dan kenyataan sejarah
Untuk menangkapi pemahaman secarah global karya sastra telaah, maka kita bahas
siapa penyair begaimana aliran filsafat, corak khas yang menjadi ciri dari jaman
penyair itu berkarya kenyataan itu diciptakan.
3. Telaah unsur-unsur
46
Dalam telaah struktur fisik dibahas sebagaimana percakapan/ kreatifitas penyair
dalam menciptakan puisi. Struktur batin puisi dan unsur fisik digunakan penyair untuk
mengungkapkan tema dan amanah yang hendak disampaikannya.
2.15. Proses Penciptaan Puisi
Bentuk paling tua dalam kesusastraan dalam sejarah peradaban manusia adalah puisi.
Puisi juga merupakan bentuk paling agung yang senantiasa diliputi kabut rahasia dalam
kesusastraan dunia. Banyak orang bercita-cita menjadi penulis puisi yang baik, tapi hanya
beberapa orang saja yang bisa disebut penyair, karena dalam menciptakan puisi tidaklah
semudah seperti yang diduga banyak orang bahwa puisi tidak memerlukan pengetahuan,
sehingga siapa saja mampu untuk menciptakannya.
Pengetahuan penyair tidak saja hanya visi terhadap realistis, tetapi juga merupakan
pengetahuan tentang bagaimana mensyairkan visi itu dalam realitas. Pikiran-pikiran, ide-ide,
pertimbangan-pertimbangan dalam puisi harus termasuk di dalamnya. Struktur bahasa yang
digunakan oleh penyair tentulah disusun menurut urutan yang baik, mulai dari permulaan,
pertengahan sampai akhir. Puisi juga harus mempunyai struktur logisdan berkembang dengan
analisa logika yang masuk akal. Disamping logika kita juga harus mempertimbangkan logika
imajinatif karena karya sastra pada khususnya adalah karya imajinasi maka di dalamnya
harus menggunakan logika imajinatif.
Di dalam puisi juga terdapat banyak symbol. Kita dapat mengatakan bahwa puisi
bersifat simbolik apabila membawa arti lebih dari satu. Setiap puisi mengandung simbol yang
berbeda-beda. Jadi paling sedikit kita berusaha mengetahui beberapa simbol sebab ada puisi
yang memiliki beberapa simbol sekaligus.
Pada proses penciptaan puisi, penyair pada umumnya bertolak dari suatu konsep yang
kemudian dengan penuh kesadaran dapat mengutarakan isi puisi-puisinya lewat simbol-
simbol. Putu Arya (1982:10) menjelaskan “simbol artinya lambing atau suatu gambaran
47
pikiran, situasi, perasaan dan suasana”. Biasanya gambaran yang diungkapkan secara tidak
langsung.
Menurut Goenawan Mohamad (1982:12) “proses penciptaan puisi bertolak dari suatu
konsep yang jelas dan ia cenderung mengungkap image-image yang “mengibingi” konsep
yang masih kabur tersebut kemudian sempat ditangkapnya, lantas diungkapkan dalam
simbol-simbol”. Selain dari simbol dipergunakan juga imajinasi yang digambarkan oleh
penyair dapat pula digunakan kontras paradoks dan ironi. Kontras adalah pernyataan yang
dinyatakan secara bertentangan untuk melukiskan suatu hal, benda dan peristiwa, paradoks
adalah pernyataan yang dikemukakan dengan tidak masuk akal dan berlawanan dari keadaan
yang biasa, sedangkan ironi adalah pernyataan yang dikemukakan dengan cara mengejek.
Apa yang diungkapkan oleh Goenawan Muhamad tidak jauh beberapa dengan Sapardi
Djoko Damono yang dengan waktu belakangan ini cenderung pada aliran imagisme, sebutlah
sajak adalah hasil dari suatu proses. Dari awal sampai akhir proses itu penyair terlibat
sepenuhnya dan begitu memabukkan sehingga diujung prose itu biasanya terkejut. Puisi yang
telah selesai ditulis seorang penyair kadangkala lain dari pada apa yang dibayangkan
sebelumnya.
Penganut aliran imagisme menitikberatkan penulisan sajak pada spontanitas
pengucapan, pemilihan tema-tema yang cukup sederhana tapi mampu menggebrak pembaca
untuk dapat melihat hal-hal yang kecil dalam kehidupan ini yang biasanya terlewat akibat
kecenderungan manusia memikirkan masalah-masalah yang besar semata dalam arus
kemajuan ilmu teknologi.
Proses penciptaan puisi memang kelihatannya sungguh sepele tetapi jika kita
renungkan dalam-dalam maka dibalik itu terkandung suatu rahasia yang amat rumit untuk
dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Stephen Spender mengemukakan bahwa “di
dalam menciptakan puisi paling sedikit lima hal yaitu konsentrasi, inspirasi, kenangan,
48
keyakinan, dan lagu (dalam Tarigan 1985:48). Usaha menulis puisi yang berkonsentrasi
merupakan kegiatan spiritual yang dapat membuat seorang penyair benar-benar lupa pada
saat itu ia memiliki jasmani.
Konsentrasi menurut Spender dapat dibagi menjadi dua yaitu: pertama langsung dan
sempurna, kedua lamban dan disempurnakan secara lambat. Sehubungan dengan kedua tipe
ini maka secara analogi dapat dikatan bahwa penyair serta karyanya dapat pula dibagi atas
dua tipe yaitu:
1) Penyair yang menulis karya-karyanya secara langsung, sekali jadi tanpa perbaikan lagi
sudah sempurna; dan sanjak-sanjak sedemikian rupa disebut sanjak-sanjak ekspresionistis.
2) Penyair yang menulis karya-karyanya secara lambat-lambat meneliti kembali,
memperbaiki seperlunya, dirasakan dan direnungkan dalam-dalam penuh dengan coretan
dan perbaikan, memerlukan waktu yang relatif lama untuk sampai pada hasil yang final;
karya yang begini kita sebut sanjak-sanjak impresionistis.
Memang sulit untuk menentukan secara tegas batas nyata antara kedua tipe sanjak itu,
sebab yang paling tahu hanyalah penyair itu sendiri. Dalam puisi dua kali dua belum berartgi
empat. Hal ini kita sadari maka pada dasarnya tidak ada puisi yang seratus persen
ekspresionistis dan yang seratus persen impresionistis, seperti halnya juga tidak ada orang
yang seratus persen subyektif atau 100 % objektif. Kedua unsur itu pasti ada pada sebuah
sanjak. Yang menjadi masalah ialah mana diantara kedua unsur ini yang paling dominan,
yang lebih menonjol baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Kalau unsur ekspresi
yang paling menonjol maka puisi itu lebih mendapat predikat ekspresionistis; dan kalau unsur
impre-nya yang lebih dominan maka puisi itu mendapat predikat impresionistis.
Inspirasi adalah hal dari suatu puisi dan juga merupakan tujuan akhirnya. Inspirasi
merupakan ide yang pertama menelusup kedalam pikiran sang penyair dan merupakan ide
akhirnya yang dijelmakan dalam kata-kata. Pentingnya arti peranan inspirasi bagi sang
49
penyair sehingga sering kita mendegar dialog seperti ini: “mengapa tidak mengarang lagi
sekarang?” “Habis, inspirasi tak datang-datang juga!” Mungkin kita menganggap sebagai
suatu dialog yang hanya main-main saja tetapi sedikit banyak mengundang kebenaran juga.
Dari mana datangnya inspirasi itu tidak mudah untuk dijawab. Setiap penyair tentunya akan
berbeda-beda dalam menjawabnya, ada yang mengatakan dari Tuhan, dari alam, dari mimpi
dan sebagainya.
Setiap orang mempunyai kenangan terhadap masa lalu, apakah itu berupa kenangan
pahit atau kenangan manis tergantung bagi siapa yang mengalaminya. Betapapun kenangan
yang mendalam itu pasti meninggalkan kesan yang mendalam pula. Justru itu kita tidak
terkejut lagi apabila kenangan seorang penyair ada pengaruhnya terhadap karya-karyanya,
sebab kenangan itu merupakan pengalaman pribadinya sendiri. Ada seorang ahli mengatakan
bahwa kenangan itu merupakan unsur utama dalam puisi, sebab imajinasi itu sendiri
merupakan suatu latihan terhadap kenangan. Tidak mungkin kita mengimajinasikan sesuatu
yang belum pernah kita ketahui atau dialami secara jasmani maupun secara batiniah.
Menurut Stephen Spender “keyakinan sang penyair, pertama-tama merupakan suatu
mistik dari jabatan profesinya; kedua merupakan suatu keyakinan dalam kebenarannya
sendiri digabung dengan kecintaannya sendiri terhadap suatu tugas”. Demikian dengan kata-
kata yang sederhana dapat kita katakan bahwa semakin kuat keyakinan seorang penyair
semakin kuat pula dasar yang melandasi karya-karyanya, baik dari segi metode, segi isinya
maupun dari segi bentuknya. Bagaimana mungkin sesoeorang menyuguhkan keindahan,
kalau dia sendiripun tidak yakin akan keindahan tersebut. Begitu pula kurang dapat diterima
misalnya, kalau seorang penyair mempublikasikan suatu puisi yang dia sendiri tidak yakin
akan keindahan puisi yang telah dibuatnya itu.
Lagu atau song menurut pengalaman Stephen Spender bahwa:
50
Kadang-kadang ketika saya berbaring dalam keadaan setengah sadar, setengah tidur, saya sadar akan adanya suatu arus kata-kata yang seakan-akan mengalir melalui pikiran saya, tanda mengandung suatu makna, tetapi mengandung satu makna, tetapi mengandung suatu bunyi yang mengingatkan saya akan puisi yang saya ketahui. Dan lagi kadang-kadang ketika saya sedang menulis, maka musik atau lagu kata-kata yang ingin saya coba membayangkannya itu membawa saya jauh di balik kata-kata tersebut, maka saya sadar akan adanya suatu irama, suatu tarian, suatu kegemaran yang merupakan pengisi terhadap kekosongan kata-kata itu. (Tarigan, 1985:56-57).
Demikianlah telah penulis kemukakan beberapa pendapat atau pengalaman dari
beberapa ahli mengenai proses terjadinya sebuah puisi. Walaupun dalam pendapat serta
pengalaman tersebut terdapat berbagai variasi atau perbedaan, tetapi bagi kita sebagai
mahasiswa, guru, pencinta puisi khususnya dan pencinta sastra umumnya besar sekali
manfaatnya kesaksian-kesaksian tersebut, karena yang paling tahu terhadap suatu puisi
adalah penyair atau penciptanya sendiri.
Di dalam proses penciptaan puisi tidaklah sama, walaupun belum dianggap sebagai
suatu ketentuan mutlak namun dapatlah dikatan puisi yang singkat mungkin selesai sekaligus
dalam waktu yang lama, mungkin satu minggu atau lebih. Hal ini disebabkan karena sang
penyair memerlukan pengalaman, imajinasi, keahlian serta pengetahuan-pengetahuan lainya
sebagai bahan pembantu. Dengan demikian jelaslah bahwa tidak semudah seperti anggapan
orang-orang yang masih buta dalam puisi, yang mengatakan bahwa puisi itu hanya
berhubungan dengan perasaan, emosional, sikap dan imajinatif tanpa didasarkan pada suatu
ilmu. Untuk menimbulkan serta mempertinggi apresiasi masyarakat terhadap puisi-puisi
Indonesia maka salah satu diantaranya adalah dengan jalan mengetahui seluk beluk proses
penciptaan puisi itu. Sebab dengan demikian mereka menganggap bahwa mereka turut
mengalami apa-apa yang telah dialami oleh sang penyair.
BAB III
51
ORIENTASI LOKASI PENELITIAN
SMA Negeri 1 Remboken adalah salah satu lembaga pendidikan yang berada di
Kabupaten Minahasa Kecamatan Remboken. Sekolah ini didirikan dan beroperasi sejak tahun
1994, sebagai wujud kepedulian dan komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap
kebutuhan pemerataan pendidikan.
Secara geografis, sekolah ini terletak di Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa
Provinsi Sulawesi Utara dengan kondisi iklim sedang (25-15oC), curah hujan 2000-2500
mm, ketinggian dari permukaan laut 600-1000 m, jarak ke ibu Kota Kabupaten 15 km, jarak
ke ibu Kota Provinsi 45 km.
Potensi lingkungan yang mendukung pengembangan sekolah antara lain: danau
Tondano (objek pengembangan wisata danau), pusat pengembangan industri keramik
(Pulutan), pusat peternakan (Tapos-Tampusu), kawasan pengembangan pertanian, dan lain-
lain,
Berikut ini disajikan sekaligus sekitar profil sekolah:
A. IDENTITAS DAN KEADAAN SEKOLAH
1. Nama sekolah : SMA NEGERI 1 REMBOKEN
2. Alamat : Jl. Timu-Talikuran
Desa Timu
Kecamatan Remboken
Provinsi Sulawesi Utara
No. Telp. (0431) 3127314
3. Status Sekolah : Negeri
52
4. NSS : 301170206005
NIS : 300050
5. Nomor Rekening : 73593595
6. Nama Bank : BNI Capem Tondano
Pemegang Rekening : - Drs. Anthon J. Rosang (Kepsek)
- S. Pabur, S.Pd (Bendahara)
7. Luas Tanah : 10.000.000 m2
Status Tanah dan Bangunan : Milik Sendiri
8. Jumlah Ruang Belajar : 10 Ruang
9. Waktu Belajar : Pagi, Pukul 07.00 s/d 13.00
10. Mata Pelajaran Bahasa
Asing Untuk Kelas XI Bahasa
Dan kelas XII : Bahasa Perancis
11. Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler : - Komputer
- Bina Vokal dan Musik
- Teater
- Bina Lingkungan
- Volly Ball
- Sepak Takraw
- Jurnalistik
53
IDENTITAS KEPALA SEKOLAH
1.Nama : Drs. Anthon Jeren Rosang
2.NIP : 132109031
3.Pangkat/Golongan : Pembina/IVa
4.Tempat/Tgl Lahir : Tombasian Atas, 16 Agustus 1967
5.Alamat Rumah : Jaga IV Desa Leleko, Kec. Remboken Minahasa
Sulawesi Utara
Telp. (0431) 3126322 HP.085240643121
6. Tanggal Pengangkatan Kepala Sekolah Disekolah Ini : 28 Februari 2004
Surat Keputusan Nomor: 29/BM/II-2004
7. Pertama Kali Diangkat Menjadi Kepala Sekolah di SMA Negeri 1 Remboken
8. Pengalaman Mengajar di SMA : 11 Tahun 9 Bulan
9. Jabatan Kepala Sekolah Sebelumnya
Tabel 2Jabatan Kepala Sekolah Sebelumnya
Kepala sekolah di Dari Tahun s.d. Tahun1 SMA N. 1 Remboken (Plh) 2003 s.d. 2004
1. Pendidikan dan Jenjang Terakhir
Tabel 3Pendidikan dan Jenjang Terakhir
Jenjang Jurusan Tahun InstitusiS1 Pendidikan Fisika 1992 IKIP Manado
1. Pelatihan Yang Pernah Diikuti Berkaitan Dengan Tugas Pokok
54
Tabel 4Pelatihan Yang Pernah Diikuti Berkaitan Dengan Tugas Pokok
No Tahun Nama Pelatihan Lamanya (Hari)1 2006 Worshop MKKS di bogor 5 Hari2 Manajerial Skill kepala
sekolah di Makasar6 Hari
1. Kepengurusan Dalam MKKS
Tabel 5Kepengurusan Dalam MKKS
No Tahun Jabatan Tingkat 1 2004-Sekarang Sekretaris Kabupaten
WAKIL KEPALA SEKOLAH
Tabel 6Wakil Kepala Sekolah
Urusan Nama/NIP Pendidikan dan jurusan
Sebagai wakil Sebagai guru
Kurikulum S. Rumangit, S.Pd
S1 Bahasa Indonesia
9 Tahun 13 Tahun 8 bulan
Kesiswaan Drs. Dj. Supit S1 Penjaskes 9 Tahun 13 Tahun 8 Bulan Sarpras S. Pabur, S.Pd S1 Ekonomi 9 Tahun 13 Tahun 8 Bulan Hubmas Drs. J.R
PangowS1 Geografi 3 Tahun 19 Tahun
IDENTITAS KEPALA URUSAN TATA USAHA
1. Nama Kepala Urusan : Techla Endoh, SE
2. NIP : 131669247
3. Pangkat Golongan :Penata Muda/ IIIa
4. Tempat/Tanggal Lahir : Remboken, 7 September 1961
5. Alamat Rumah : Desa Leleko Kec. Remboken Minahasa Sulut
55
6. Tanggal pengangkatan Kaur TU di Sekolah ini: 1 Juli 2003
Jabatan sebelumnya: Staf TU di SMA N. 1 Remboken
7. Pengalaman sebagai Kaur TU di SMA :--------------------------tanggal---------------
Tabel 7Pengalaman sebagai Kaur TU di SMA
No
Kaur TU Sekolah di Dari Tahun s.d. Tahun
1 SMA N. 1 Remboken 2003 s.d. Sekarang
8. Pendidikan Terakhir : S1 Manajemen
9. Pelatihan Yang Pernah Diikuti Berkaitan Dengan Tugas Pokok
Tabel 8Pelatihan Yang Pernah Diikuti Berkaitan Dengan Tugas Pokok
No Tahun Nama Pelatihan Lamanya (hari)1 2006 Manajerial Skill 6 Hari
1. Kepengurusan Dalam Musyawarah Kerja Kepala Tata Usaha Sekolah
Tabel 9Kepengurusan Dalam Musyawarah Kerja Kepala Tata Usaha Sekolah
No Tahun Jabatan Tingkat
KOMPONEN-KOMPONEN SEKOLAH
1. Kurikulum
a. Kurikulum Yang Dilaksanakan
Tabel 10Kurikulum Yang Dilaksanakan
Kurikulum Kelas X Kelas XI Kelas XII--
KTSP V v V
56
a. Jam Belajar Efektif
Kelas X : 41 Jam pelajaran (2 jam pengembangan diri)
Kelas XI : 40 Jam pelajaran
Kelas XII : 40 Jam pelajaran
b. Alokasi waktu setiap jam pelajaran : 45 menit
2. Siswa/Peserta didik
a. Masukan Tahun Pelajaran 2007/2008
Tabel 11Masukan Tahun Pelajaran 2007/2008
Jumlah Presentasi diterima
Nilai UAN SMP yang diterimaPendaftaran Diterima Tertinggi Terendah Rata-rata 120 120 100 % 27,27 17,40 23.00
a. Jumlah Rombongan Belajar
Tabel 12Jumlah Rombongan Belajar
Semua kelas
Kelas X
Kelas XI Kelas XIIBHS IPA IPS Jumlah BHS IPA IPS jumlah
13 4 1 1 1 4 1 1 3 5
a. Jumlah Siswa
Tabel 13Jumlah Siswa
Semua kelas
Kelas X
Kelas XI Kelas XIIBHS IPA IPS Jumlah BHS IPA IPS jumlah
320 120 19 32 71 123 25 19 35 79
a. Siswa Yang Menerima Beasiswa Tahun Pelajaran 2007/2008
57
Tabel 14Siswa Yang Menerima Beasiswa Tahun Pelajaran 2007/2008
No Jenis Beasiswa
Jumlah Penerima
Sumber Beasiswa
Dana/Bulan Jumlah dana
seluruhnyaL P L+P1 BKM 8 5 13 Pemerintah 65.000 10.140.0002 Prestasi 8 12 20 Pemerintah 60.000 14.400.000
a. Tamatan / Keluaran Tahun Pelajaran 2007/2008
Tabel 15Tamatan / Keluaran Tahun Pelajaran 2007/2008
No ProgramStudi
Peserta LulusanL P L+P L P L+P
1 Bahasa 5 12 17 5 12 172 IPA 7 12 19 7 12 193 IPS 24 7 31 24 7 31
36 31 67 36 31 67
a. Nilai Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2005/2006
Tabel 16Nilai Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2005/2006
No Mata Pelajaran Rata-rataBahasa IPA IPS
1 Bahasa Indonesia 6,94 6,82 7,102 Bahasa Inggris 8,15 8,16 8,223 Matematika 8,374 Sastra 6,435 Bahasa Perancis 7,356 Antrpologi7 Fisikan8 Kimia9 Biologi10 Ekonomi
58
11 Sosiologi12 Geografi
7,48 7,78 7,25
a. Tamatan Tahun Pelajaran 2005/2006 Yang Melanjutkan ke Perguruan Tinggi
Tabel 17Tamatan Tahun Pelajaran 2005/2006 Yang Melanjutkan ke Perguruan Tinggi
No Program Persentase1 Bahasa 30%2 IPA 35%3 IPS 30%
a. Prestasi Akademik Tahun 2004-2006
Tabel 18Prestasi Akademik Tahun 2004-2006
No Jenis Lomba Prestasi
Tertinggi
Tingkat Nama Siswa
1
2
Olimpiade Matematika
Olimpiade Fisika
Olimpiade Biologi
Olimpiade Kimia
Olimpiade Komputer
Olimpiade Astronomi
Olimpiade Ekonomi
-
-
Juara ke 3
Juara ke 3
Juara ke 3
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Rati Sagulani
Fiane Tangkowit
Judith Rantung
a. Prestasi Non Akademik Tahun 2004-2006
Tabel 19Prestasi Non Akademik Tahun 2004-2006
No Jenis Lomba Prestasi
tertinggi
Tingkat Nama Siswa
1 Baca Puisi Juara ke 1 Provinsi Reza Saerang
59
2
3
4
5
Pidato
Volly Ball
Paskibraka Putri
Paduan Suara
Juara ke 2
Juara ke 3
Juara ke 1
Juara ke 1
Juara ke 2
Juara ke 3
Juara ke 1
Provinsi
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Provinsi
Kabupaten
Ridwan Karim
Tim
Wina Dumbie
Reza Putong
Jolanda Najoan
Reza Putong
Tim
3. Keterangan
a. Guru
1) Jumlah Semua Guru
Tabel 20Jumlah Semua Guru
Pendidikan Terakhir GuruTetap
Guru Bantu Pusat
Guru Bantu Daerah
GTT Jumlah
S2S1 20 7 27D3 1 1
Jumlah 21 7 28
2) Jumlah Guru Setiap Mata Pelajaran (Nama-nama Guru Terlampir) Serta
Jumlah Jam Mengajar.
Tabel 21Jumlah Guru Setiap Mata Pelajaran Serta Jumlah Jam Mengajar
Mata pelajaran Jumlah Guru Klbhn
KkrgnSelur
uhnya
Pendidikan Rata2Jam
mgjarS1 S1 D3 Sesua
iTdk
sesuai
Pend. Agama 1 1 1 22Pkn 1 1 1 22
60
Bah. Indonesia 4 4 3 1 18Bah. Inggris 3 3 3Sejarah 1 1 1Kesenian 1Matematika 2 1 1 2Fisika 2 2 1 1Kimia 1 1 1Biologi 3 3 2 1Ekonomi 2 2 2Geografi 2 2 2Sosiologi 1 1 1Bah. Jepang 1 1 1Bah. Asing 1 1 1Penjaskes 1 1 1TIK 1BK. Mulok Peng. Diri 1Jumlah 28 27 1 23 2 4
b. Pegawai
1) Jumlah Pegawai
Tabel 22Jumlah Pegawai
Pendidikan Terakhir Pegawai Tetap Pegawai Honorer Jumlah PegawaiS1 1 1SMA Sederajat 2 2Jumlah 3 3
2) Jenis Tugas
Tabel 23Jenis Tugas
No
Jenis Tugas Jumlah
1 Pegawai Administrasi 22 Petugas Perpustakaan 13 Petugas Laboratorium IPA 14 Teknisi Komputer
61
5 Teknisi Laboratorium Bahasa6 Petugas Keamanan (Satpam) 17 Petugas Kebersihan 1
4. Sarana dan Prasarana
a. Sumber Belajar
Tabel 24Sumber Belajar
No Jenis Sumber Belajar Jumlah Ruangan
Luas Ruangan
Baik Kurang Baik
Tidak Ada
1 Ruang teori/kelas 10 720 m2 V2 Ruang perpustakaan 1 120 v3 Ruang lab 1 120 v4 Ruang keterampilan 1 56 V5 Ruang Olahraga 1 600 m2 V6 Buku Perpustakaan
- Buku Siswa- Buku Raeferensi - Kamus
600 Ekp50 Ekp32 Ekp
7 Alat Peraga- Matematika - IPA- IPS-Bahasa
1 set1 set1 set
8 Alat PraktekKesenian = Kiboard= GitarOlahraga
1 set2 buah
9 Media Pendidikan - OHP- Audio (tape)- Komputer- Laptop dan LCD
-
2 buah2 buah8 unit2 unit
10 Software :- Kaset Pembelajaran 6 buah
62
- VCD Pembelajaran 1 set
b. Sarana / Ruang Penunjang
Tabel 25Sarana / Ruang Penunjang
No Jenis Sarana Ada, kondisi Tidak Ada
Ket
Baik Kurang baik1 Ruang Kepala Sekolah V2 Ruang Wakil Kepala Sekolah V3 Ruang Guru V4 Ruang TU V5 Ruang BP/BK V6 Ruang Osis V7 Ruang komite Sekolah V8 Ruang Aula V9 Ruang UKS V10 Ruang Ibadah V11 Ruang MGMP V12 Ruang Tamu V13 Ruang Koperasi V14 Lapangan Upacara V15 Kantin V16 Toilet/WC, Jumlah 6
c. Prasarana
Tabel 26Prasarana
No Jenis Keberadaan FungsiAda Tidak ada Baik Tidak
63
1 Instalasi Air V2 Jaringan Listrik V3 Jaringan Telepon V4 Jaringan Internet V
5. Pembiayaan
a. APBS Tahun Pelajaran 2005/2006
Tabel 27APBS Tahun Pelajaran 2005/2006
Besar A P B SSeluruhnya Dari Pemerintah
(APBN/APBD)Dari komite
SekolahDari sumber Lain
Rp.484.086.700 Rp.478.555.200 Rp.5.000.000 Rp.6.500.000
b. Bloc Grant Yang Diterima Tahun 2006
Tabel 28Bloc Grant Yang Diterima Tahun 2006
BOMM BIS-RKB APBN lab.IPA
KBK Lainnya
Jumlah
Rp.50.000.000 Rp.75.000.000 Rp.150.000.000 - - Rp.275.000.000
c. Honor GTT Per Bulan : Rp. 400.000
B. VISI SEKOLAH
“TERCIPTANYA PESERTA DIDIK YANG BERBUDI PEKERTI, MEMILIKI
KEUNGGULAN DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI,
BERMARTABAT, BERBUDAYA, DAN BERDAYA SAING”
C. MISI SEKOLAH
64
Dengan berdasarkan pada rumusan 4 (empat) pilar konsep pendidikan yaitu
learning to life together, learning to know, learning to do, dan learning to be, maka
misi pendidikan di SMA Negeri 1 Remboken maka kami rumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kultur sekolah
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
3. Memberdayakan potensi peserta didik dalam aspek kognitif, efektif, dan
psikomotor secara terencana, sistematis, dan kontinu untuk meraih prestasi
terbaik, melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler.
4. Mengoptimalkan peran masyarakat melalui wadah komite sekolah
5. Meningkatkan mutu guru melalui Diklat
6. Meningkatkan frekuensi lomba akademik dan nonakademik secara internal dan
eksternal.
D. TUJUAN SEKOLAH
a. Meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
b. Memberikan keterampilan tertentu bagi peserta didik yang tidak berpeluang
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
c. Meningkatkan pengetahuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam
berinteraksi dalam lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar
E. STRATEGI
1. Menciptakan dan meningkatkan bidang layanan mutu, yang menyangkut
kepentingan proses persiapan, proses penyelenggaraan dan hasil prestasi
pendidikan bagi kepentingan peserta didik dan stakeholders.
65
2. Menciptakan dan melaksanakan bidang pengelolaan dan layanan kepada peserta
didik dalam bidang kegiatan belajar, perkembangan dan pembinaan kepribadian,
kebutuhan kemanusiaan (rasa aman, penghargaan, pengakuan dan aktualisasi diri)
3. Optomalisasi potensi sarana dan prasarana sekolah yang mencangkup gedung,
lahan, media pembelajaran.
4. Merumuskan dan menyusun perencanaan strategis dan tahunan guna
mengimplementasikan program-program operasional sekolah yang didukung oleh
sumber-sumber anggaran pembiayaan yang memadai
5. Melaksanakan program pemberdayaan partisipasi masyarakat sekolah seperti
orang tua peserta didik maupun tokoh masyarakat setempat, melalui wadah
organisasi komite sekolah
6. Menciptakan budaya sekolah yang meliputi tatanan nilai, kebiasaan, kesepakatan-
kesepakatan yang direfleksikan sehari-hari terutama budaya yang bersifat
mendukung terhadap pencapaian visi dan misi sekolah.
66
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan eksperimen.
Sampel yang berjumlah 60 orang siswa dibagi menjadi dua kelompok, dimana kelompok
yang pertamasebagai kelas kontrol berada di kelas X B, dan kelompok yang satu sebagai
kelas eksperimen berada di kelas X C. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk
menciptakan puisi. Pada kelas kontrol peneliti menggunakan materi / bahan pengajar, alokasi
waktu yang sama dengan kelas eksperimen tetapi yang berbeda hanya pada kelas eksperimen
digunakan pendekatan student centered learning (SCL) sedangkan pada kelas kontrol hanya
menggunakan pendekatan pembelajaran klasikal seperti pendekatan tujuan dan pendekatan
komunikatif agar dapat diambil keseragaman dalam membuat puisi baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen ditugaskan membuat puisi dengan tema yang sama atau sudah
ditentukan terlebih dahulu.
Eksperimen dilaksanakan pada saat proses belajar. Dalam hal ini pada saat pelajaran
bahasa Indonesia, setiap siswa ditugaskan untuk membuat puisi. Demikian juga halnya
67
dimaksud kelas kontrol. Hasil setiap puisi dimulai kemudian hasil nilai inilah yang dijadikan
data untuk dianalisis. Adapun data tersebut seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 29Kelas Kontrol
No Data No Data1 60 1 602 60 2 703 70 3 704 50 4 755 50 5 756 45 6 707 50 7 608 60 8 759 70 9 6510 60 10 7011 60 11 7012 55 12 8013 45 13 7514 50 14 7515 50 15 7516 45 16 7017 50 17 6018 70 18 5519 60 19 5020 65 20 8021 60 21 7022 50 22 7023 50 23 6524 55 24 7525 50 25 8526 50 26 6527 55 27 7028 60 28 7529 70 29 8530 60 30 50
68
4.2. Penggolahan Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan statistik. Statistik yang digunakan adalah
rumus kesamaan dua rata-rata. Adapun rumus yang dimaksud adalah:
t = X1 – X2
S 1 + 1n1 n2
S = (n1 – 1) S12 + (n2 – 1) S2
2
Keterangan rumus di atas dapat dilihat pada teknik penelitian yang telah diuraikan
pada Bab I.
Sudjana (1986:231) menganjurkan agar data yang dianalisa dengan rumus kesamaan
dua rata-rata berdistribusi secara normal simpangan bakunya diketahui. Sehubungan dengan
ini, data yang telah dikumpul sebelum dianalisis dengan kesamaan dua rata-rata, terlebih
dahulu akan diuji kenormalanya dan dicari simpangan bakunya. Simpangan baku disini akan
dicari dengan uji homogenitas data.
4.2.1. Uji Normalitas Data
Langkah-langkah uji normalitas data adalah sebagai berikut:
1. Mencari nilai terendah dan nilai tertinggi dari keseluruhan data yang ada
2. Mencari rentang dengan cara mengurangi nilai tertinggi dengan nilai terendah
69
3. Mencari banyaknya kelas interval dengan menggunakan cara yang dianjurkan oleh
Sturgess, yaitu 1+3, 3 (log n)
4. Mencari panjang kelas interval dengan cara membagi rentangbagan banyak kelas
interval yang akan didapat
5. Membuat tabel distribusi frekuensi kurang dari
6. Menuangkan hasil tabel distribusi ke dalam bentuk kertas kerja peluang
Dari data yang ada dapat diketahui:
1. Nilai terendah = 45
2. Nilai tertinggi = 85
3. Rentang 85-45 = 40
4. Banyak kelas interval = (1+3,3) (log 60)
= (1+3,3) (1,778)
= 4,3 x 1,778
=7,646 = 8
5. Panjang kelas interval = 40 / 8 = 5
Tabel 30Distribusi Frekuensi Variabel
No. Panjang Kelas Interval Turus F1. 45-49 /// 32. 50-54 ///// //// / 113. 55-59 //// 44. 60-64 ///// ///// /// 135. 65-69 //// 46. 70-74 ///// ///// /// 137. 75-79 //// //// 88. 80-85 //// 4
Tabel 31
70
DistribusiFrekuensi Komulatif Kurang Dari
No. Nilai f Kom f (%)1. < 49,5 3 5,02. < 54,5 14 23,33. < 59,5 18 30,04. <64,5 31 51,75. < 69,5 35 58,36. < 74,5 48 80,07. < 79,5 56 93,38. < 85,5 60 100,0
Dari kertas peluang normal yang akan disajikan akan terlihat bahwa data yang ada
telah berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Sodjono
(1986:147) bahwa “jika letek titik-titik pada garis lurus atau hampir pada garis lurus, pada
garis lurus, mengenai data itu sendiri dikatakan berdistribusi normal”.
4.2.2. Uji Homogenitas Data
Rumus = VarianterbesarVarian terkecil
Kriteria penerimaan = f > f £ 0,05 (V1 . V2)
Tabel 32Pengolahan Nilai Eksperimen
No. χ (χ - χ) (χ - χ )2
1. 60 -9,7 94,092. 70 0,3 0,093. 70 0,3 0,094. 75 5,3 28,095. 75 5,3 28,096. 70 0,3 0,097. 60 -9,7 94,098. 75 5,3 28,099. 65 -4,7 22,0910. 70 0,3 0,0911. 70 0,3 0,0912. 80 10,3 106,09
71
13. 75 5,3 28,0914. 75 5,3 28,0915. 75 5,3 28,0916. 70 0,3 0,0917. 60 -9,7 94,0918. 55 -14,7 216,0919. 50 -19,7 388,0920. 80 10,3 106,0921. 70 0,3 0,0922. 70 0,3 0,0923. 65 -4,7 22,0924. 75 5,3 28,0925. 85 15,3 234,0926. 65 -4,7 22,0927. 70 0,3 0,0928. 75 5,3 28,0929. 85 15,3 234,0930. 50 -19,7 388,09
∑ χ = 2090
χ = 2090
30 χ = 69, 7
∑ (χ - χ) 2 = 2248, 7
∑ = (X – X) 2
n – 1
√2246,7n−1
√77,47 = 8, 80
72
Tabel 33Pengolahan Nilai Kelas Kontrol
No. Χ (χ - χ) (χ - χ)2
1. 60 3,5 12,252. 60 3,5 12,253. 70 13,5 182,254. 50 -6,5 42,255. 50 -6,5 42,256. 45 -11,5 132,257. 45 -11,5 132,258. 80 3,5 12,259. 70 13,5 182,2510. 60 3,5 12,2511. 60 3,5 12,2512. 55 -1,5 2,2513. 50 -6,5 42,2514. 50 -6,5 42,2515. 50 -6,5 42,2516. 45 -11,5 132,2517. 50 -6,5 42,2518. 70 -13,5 182,2519. 60 3,5 12,2520. 65 8,5 72,2521. 60 3,5 12,2522. 50 -6,5 42,2523. 50 -6,5 42,2524. 55 -1,5 2,2525. 60 3,5 12,2526. 50 -6,5 42,2527. 55 -1,5 12,2528. 60 3,5 12,2529. 70 13,5 182,2530. 60 3,5 12,25
Σ χ = 1695
73
χ = 1695 30= 56, 5
Σ (χ-χ) 2 = 1707, 5
∑ = (X – X) 2
n – 1
√1707,529
√50,86
= 7, 67
Dari perolehan data di atas dapat diketahui:
Varian terbesar = 77, 47
Varian terkecil = 58, 86
Jadi f = 77,4738,86
= 1.316 = 1, 32
f – Daftar = 0, 05 (30, 30) = 1, 84
f – Hitung = 1, 32 f-daftar 1, 84.
Dengan demikian f – daftar lebih besar dari f – hitung (1, 32 < 1, 84)
Sesuai dengan penerimaan yang telah ditetapkan yaitu data homogen jika f ≤ f £ 0, 5 dk (V1,
V2), maka dapat disimpulkan bahwa data yang ada homogen. Melihat data yang ada terbukti
normal dan homogen dapatlah dianalisis selanjutnya dengan rumus kesamaan dua rata-rata.
4.2.3. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Dari tabel …. (Kelas ekperimen) dapat diketahui:
74
n = 30
Χ = 67, 7
S2 = 77, 47
Dari tabel … (kelas kontrol) dapat diketahui:
n = 30
Χ = 56, 5
S2 = 58, 86
Dengan demikian dapat diketahui komponen rumus sebagai berikut:
n1 = 30
n2 = 30
Χ1 = 67, 7
X2 = 56, 5
S1 = 77, 47
S2 = 58, 86
S = (n1 – 1) S1 + (n2 – 1) S2
(n1 = n2) – 2
= (30 – 1) 77, 47 + (30 – 1) 58, 86
(30 + 30) -2
= (29 x 77, 47) + (29 + 58, 86)
60 – 2
= (2246, 63 + 1706, 94)
58
= 3953, 57 58
= 68, 162
= 8, 256
75
=8, 26
t = X1 – X2
S 1 + 1 n1 n2
= 67, 7 – 56, 5
8, 26 1 + 1 30 30
= 11, 2
8, 26 0,033 + 0, 33
= 11, 2 8, 26 0,066
= 11, 22, 13
= 5, 2508= 5, 251
t. daftar pada 8,05 dk 60 diperoleh t = 2,66. Dari perhitungan didapat t = 5, 251. Ini
berarti t – daftar lebih kecil dari t – hitung (2, 56 < 2,251)
sesuai dengan kriteria penerimaan yang telah ditetapkan yaitu hipotesis alternatif (Ha)
diterima jika t – daftar lebih kecil dari atau sama dengan hasil perhitungan (terima Ha : t) +
(0,05) dk 60), maka setelah dilihat secara keseluruhan sesuai kriteria penerimaan yang sudah
ditentukan ternyata hipotesis alternatif dapat diterima setelah diuji dalam penilaian, sehingga
dapat disimpulkan hipotesis yang berbunyi “pendekatan Student Centered Learning (SCL)
lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan lain dalam pembelajaran menerapkan puisi
siswa kelas X SMA Negeri 1 Remboken” dapat terbukti.
76
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Di dalam proses penciptaan puisi tidaklah sama, walaupun belum dianggap sebagai
suatu ketentuan mutlak namun dapatlah dikatan puisi yang singkat mungkin selesai sekaligus
dalam waktu yang lama, mungkin satu minggu atau lebih. Hal ini disebabkan karena sang
penyair memerlukan pengalaman, imajinasi, keahlian serta pengetahuan-pengetahuan lainya
sebagai bahan pembantu. Dengan demikian jelaslah bahwa tidak semudah seperti anggapan
orang-orang yang masih buta dalam puisi, yang mengatakan bahwa puisi itu hanya
berhubungan dengan perasaan, emosional, sikap dan imajinatif tanpa didasarkan pada suatu
ilmu. Untuk menimbulkan serta mempertinggi apresiasi masyarakat terhadap puisi-puisi
Indonesia maka salah satu diantaranya adalah dengan jalan mengetahui seluk beluk proses
penciptaan puisi itu. Sebab dengan demikian mereka menganggap bahwa mereka turut
mengalami apa-apa yang telah dialami oleh sang penyair.
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan statistik. Statistik yang digunakan adalah
rumus kesamaan dua rata-rata. Adapun rumus yang dimaksud adalah:
t = X1 – X2
S 1 + 1n1 n2
S = (n1 – 1) S12 + (n2 – 1) S2
2
77
Sudjana (1986:231) menganjurkan agar data yang dianalisa dengan rumus kesamaan
dua rata-rata berdistribusi secara normal simpangan bakunya diketahui. Sehubungan dengan
ini, data yang telah dikumpul sebelum dianalisis dengan kesamaan dua rata-rata, terlebih
dahulu akan diuji kenormalanya dan dicari simpangan bakunya. Simpangan baku disini akan
dicari dengan uji homogenitas data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kriteria penerimaan yang telah
ditetapkan yaitu hipotesis alternatif (Ha) diterima jika t – daftar lebih kecil dari atau sama
dengan hasil perhitungan (terima Ha : t) + (0,05) dk 60), maka setelah dilihat secara
keseluruhan sesuai kriteria penerimaan yang sudah ditentukan ternyata hipotesis alternatif
dapat diterima setelah diuji dalam penilaian, sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang
berbunyi “pendekatan Student Centered Learning (SCL) lebih efektif dibandingkan dengan
pendekatan lain dalam pembelajaran menerapkan puisi siswa kelas X SMA Negeri 1
Remboken” dapat terbukti.
5.2. Saran
Diharapkan kepada guru-guru bidang studi Bahasa Indonesia agar dapat membimbing
siswa dalam pengajaran puisi sehingga mereka tidak sekedar menjadi pendengar saja,
melainkan dapat menciptakan puisi serta dapat menikmati hasil karyanya.
Untuk membangkitkan minat siswa terhadap pengajaran puisi maka perlu diadakan
kegiatan-kegiatan dalam bidang seni sastra misalnya lomba cipta baca puisi.
Dalam melaksanakan pengajaran, puisi tidak saja terfokus pada teori melainkan harus
diperbincangkan bersama hasil para penyair siswa bagaimana sikap biasa menghargai
dan menghayati sebuah karya cipta orang lain.
78