skripsi indogresia
-
Upload
dzaky-fauzan -
Category
Documents
-
view
14 -
download
4
description
Transcript of skripsi indogresia
PERAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAK MENCUCI TANGAN
DENGAN BENAR DAN MEMAKAI SABUN PADA ANAK USIA
PRA SEKOLAH DI TK AISYIYAH BLIMBING
KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
“Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
INDRO SETIAWAN
NIM. S10018
PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
ABSTRAK ...................................................................................................xiii
ABSTRACT .................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3. Tujuan ............................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
1.5. Keaslian Penelitian ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peran Orangtua ................................................................. 9
2.1.1. Pengertian ............................................................ 9
2.1.1.1. Macam-macam Peran ............................ 10
2.1.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Peran .......... 14
2.1.2. Motivasi .............................................................. 16
2.1.3. Cuci Tangan ........................................................ 17
2.1.3.1. Pentingnya Mencuci Tangan Memakai
sabun ........................................................ 18
2.1.3.2. Bahaya Jika tidak Mencuci Tangan ........ 19
2.1.3.3. Cara Mencuci Tangan ............................ 19
2.1.4. Sabun ................................................................. 21
2.1.5. Anak Usia Pra Sekolah ....................................... 21
2.1.5.1.Ciri-ciri Anak Pra Sekolah ....................... 23
2.1.5.2.Tugas Perkembangan Anak ..................... 25
2.1.5.3.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan 26
2.2. Kerangka Teori ................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................... 31
3.2. Populasi dan Sampel ........................................................ 31
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 32
3.4. Variabel Penelitian ............................................................ 32
3.5. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data ............................ 33
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 35
3.7. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ............................... 36
3.8. Etika Penelitian ................................................................. 37
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................39
4.2. Karakteristik Responden.................................................40
4.3. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci
Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun 42
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden.................................................43
5.2. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan
dengan Benar dan Memakai Sabun..............................43
5.3. Keterbatasan Penelitian....................................................................47
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan.......................................................................49
6.2. Saran................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian 6
3.1 Definisi Operasional 33
4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu 40
4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu 40
4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu 41
4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin 41
Anak
4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak 42
4.6 Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci 42
Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
1 Cuci tangan memakai sabun 19
2 6 Langkah Cuci Tangan 20
x
DAFTAR SKEMA
Nomor Skema Judul Skema Halaman
1 Kerangka Teori 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : F-1 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 3 : F-2 Pengajuan Persetujuan Judul
Lampiran 4 : F-4 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 : F-3 Penggantian Judul Skripsi
Lampiran 6 : Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 7 : F-6 Lembar AUDIENCE Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 8 : F-5 Lembar OPONENT Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 9 : F-7 Pengajuan Ijin Penelitian
Lampiran 10 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 11 : Surat Rekomendasi BAPPEDA Sukoharjo
Lampiran 12 : Lembar Kuesioner
Lampiran 13 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 14 : Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 15 : Hasil Kuesioner
Lampiran 16 : Hasil SPSS
Lampiran 17 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 1
Lampiran 18 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 2
Lampiran 19 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1
Lampiran 20 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2
Lampiran 21 : Dokumentasi Penelitian
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA 2014
Indro Setiawan
Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Me-makai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah Di TK Aisyiyah
Blimbing Kabupaten Sukoharjo
Abstrak
Peran Orangtua dalam menjaga kesehatan anak usia pra sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan dengan memakai sabun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah.
Penelitian kuantitatif dengan deskriptif analitik dengan metode observasional terhadap kebiasaan mencuci tangan memakai sabun pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Analisis data menggunakan univariat yaitu distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran motivasi sedang pada anak, yaitu 16 responden (80 %).
Peran orangtua dalam memotivasi anak merupakan kewajibannya dalam membimbing dan menjaga kesehatan anak, khususnya dalam kegiatan mencuci tangan menggunakan sabun. Orangtua dapat mempertahankan peran tersebut, sehingga kesehatan anak terjaga dengan baik.
Kata kunci : Peran Orangtua, Cuci Tangan, Pra SekolahDaftar Pustaka : 38 (1999-2013)
xiii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2014
Indro Setiawan
ROLE OF PARENTS IN MOTIVATING CHILDREN TO WASH HANDS RIGHTLY WITH SOAP AT AISYIYAH KINDERGARTEN
OF BLIMBING, SUKOHARJO REGENCY
Abstract
The role of parents in maintaining the health of pre-school children is usually related to the conducts of individual and environmental hygiene. One of them is the habit of hand washing with soap. The objective of this research is to investigate the role of parents in motivating their children to wash their hands with soap correctly at their pre-school ages.
This research used the descriptive analytical method with observation toward the habit of hand washing with soap of the pre-school children at Aisyiyah Kindergarten of Blimbing, Sukoharjo regency. The data of the research were analyzed by using the univariate analysis, namely: frequency distribution. The result of the research shows that 16 respondents (80%) have a moderate role in motivating children to conduct hand washing with soap.
The role of parents in motivating their children is their responsibility to guide their children to wash hands particularly with soap and to maintain their health. The parents shall keep their role in motivating their children to wash hands with soap so that their health is maintained.
Keywords: Role of parents, hand washing, and pre-schoolReferences: 38 (1999-2013)
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran aktif orangtua sangat diperlukan disaat mereka berada
dibawah usia lima tahun. Peran aktif orang tua tersebut yang dimaksud
adalah usaha langsung terhadap anak seperti membimbing, memberikan
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak serta
peran lain yang lebih penting adalah dalam menciptakan lingkungan
rumah sebagai lingkungan sosial yang dialami oleh anak, melalui
pengamatannya terhadap tingkah laku secara berulang ulang, anak ingin
menirunya dan kemudian menjadi ciri kebiasaan atau kepribadiannya,
ucapan dan tingkah laku atau perilaku orangtua yang konsisten, anak
memperoleh perasaan aman, mengetahui apa yang diharapkan dari
hubungan anak, serta membangun pengertian yang jelas tentang apa
yang benar dan salah (Suherman 2000).
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia pra sekolah biasanya
berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya adalah
kebiasaan mencuci dengan pakai sabun. Survey Health Service Program Tahun
2006 tentang persepsi dan perilaku terhadap kebiasaan mencuci tangan
menemukan bahwa sabun telah sampai ke hampir setiap rumah di Indonesia,
namun sekitar 3% yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, dan di desa
angkanya bisa lebih rendah lagi.
1
2
Menurut penelitian World Health Organization (WHO) mencuci tangan
pakai sabun dapat menurunkan resiko diare hingga 50% (Tazrian 2011).
Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar
merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya
penyakit seperti diare, kolera, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
cacingan, flu, hepatitis A, dan bahkan flu burung. Mencuci tangan
dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan
debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna
mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus,
bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan
menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran
dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari
pada kedua tangan (Desiyanto dan Djannah 2012).
Anak pra sekolah adalah anak yang berusia 3-5 tahun dan mengikuti
program pra sekolah (Patmonodewo 2003). Pada masa ini anak menggunakan
fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Anak suka
bermain dengan posisi sangat berdekatan satu sama lain, menggunakan tangan
untuk meletakkan suatu benda di mulutnya, makan dan membuang ingus.
Kondisi tersebut dapat berdampak pada tingginya kejadian infeksi pada anak
usia prasekolah karena mudahnya penyebaran beberapa penyakit infeksi
melalui tangan. Tingginya angka penyebaran infeksi yang terjadi di lingkungan
sekolah menimbulkan kecemasan para orang tua, mengganggu konsentrasi
belajar anak dan
3
berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap hasil belajar
anak (Cutler 2010).
Salah satu perilaku hidup sehat yang dilakukan anak usia pra
sekolah diantaranya adalah mencuci tangan dengan sabun. Perilaku
cuci tangan ini pada umumnya sudah diperkenalkan kepada anak-anak
sejak kecil, tidak hanya oleh orang tua di rumah, bahkan menjadi salah
satu kegiatan rutin yang diajarkan para guru di Taman Kanak-Kanak
sampai dengan Sekolah Dasar. Pada anak usia 4-5 tahun sangat
rentang terkena penyakit, mereka belum mendapat kesehatan dengan
baik dan pada usia tersebut anak masih berperilaku ceroboh sehingga
membahayakan kesehatannya. Kenyataannya perilaku sehat ini belum
menjadi budaya masyarakat kita dan biasanya hanya dilakukan
sekedarnya. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit.
Sehingga sangat penting perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan
perilaku yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran berbagai
penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu Burung.
Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua,
namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah
kontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan anak dengan menyediakan
lingkungan sekolah yang sehat, pelayanan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong
2008). Anak-anak sekolah di dalam kehidupan bangsa tidak dapat diabaikan,
karena mereka inilah sebagai generasi penerus
4
bangsa. Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga
dalam meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak
selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan (Notoatmodjo 2010).
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di TK Aisyiyah Blimbing
Kabupaten Sukoharjo secara observasi saat pengambilan data awal
yang dilakukan peneliti tanggal 23 Desember 2013 pada anak usia
pra sekolah 4-5 tahun, didapatkan data bahwa kebiasaan cuci tangan
pada anak sudah diterapkan. Namun kebiasaan cuci tangan ini hanya
dilakukan sebelum makan oleh anak-anak, sedangkan sesudah
makan dan setelah main di luar, anak-anak belum mempunyai
kesadaran yang tinggi untuk melakukan cuci tangan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
meneliti ten-tang Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak
Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun Pada Anak
Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut : Bagaimana Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci
Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK
Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo?
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci
tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi peran orangtua dalam memotivasi
anak mencuci tangan dengan benar
2. Untuk mengidentifikasi perilaku anak dalam mencuci tangan
memakai sabun.
3. Untuk mengevaluasi peran orangtua dalam memotivasi anak
mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui pentingnya mencuci tangan
dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah.
1.4.2. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan refrensi tambahan dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
6
1.4.3. Peneliti Lain
Peneliti lain dapat mengetahui hasil dari penelitian yang dilakukan serta
dapat menambah pengetahuan peneliti tersebut dan dapat menjadikan
pedoman dalam melakukan penelitian yang sama di daerah lain.
1.4.4. Peneliti
Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah
pengetahuan peneliti tentang peran orangtua dalam memotivasi anak
mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia
pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
1.4.5. Perawat
Perawat dapat mengetahui pentingnya peran orangtua
terhadap perilaku anak dalam mencuci tangan memakai sabun.
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang Hasil Penelitiandigunakan
Dyna Apriany Perbedaan Metode Didapatkan hasilPerilaku Mencuci Kuantitatif bahwaTangan Sebelum terdapat perbedaandan Sesudah signifkan antaraDiberikan perilaku sebelumPendidikan dan sesudah diberi-Kesehatan Pada kanAnak Usia 4-5 pendidikanTahun kesehatan
7
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang Hasil Penelitiandigunakan
Fajar Ardi Efektivitas True Bahwa perlakuanDesiyanto Mencuci Tangan experiment cuci tangan dengan
Menggunakan dengan air mengalir tidakCairan Pembersih rancangan efektif, sedangkanTangan penelitian kelompokAntiseptik (Hand posttest only perlakuan cuciSanitizer) control group tangan denganTerhadap Jumlah design sabun, handAngka Kuman sanitizer A, dan
hand sanitizer Befektif dalampenurunan jumlahangka kuman
dr A. Chusnul Pengaruh Design Hasil analisaChuluq Ar, Kegiatan Rutin penelitian ini bivariatMPH, Ns. Dian Mencuci Tangan adalah cross menunjukkanSusmarini, di Sekolah sectional adanya hubunganS.Kep, MN, Asri dengan Perilaku design dengan bermakna antaraPuji Lestari Mencuci Tangan menggunakan kegiatan rutin
Anak Pra Tehnik mencuci tanganSekolah Usia 4-6 sampling yaitu disekolah denganTahun di TK Total Sampling perilaku mencuciIslam Terpadu tangan anakAs-Salam Kota prasekolah usia 4-6Malang tahun (baik
perilaku ketikadisekolah,dirumah), dengankekuatan korelasimasing-masing0,338 ; 0,401 ;0,303. Uji rasioprevalensimenunjukkankegiatan rutinmencuci tangandisekolahmerupakan faktor
8
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang Hasil Penelitiandigunakan
(ketika disekolah,dirumah) dengannilai rasioprevalensi 3,85 ;1,87 ; 1,37
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peran Orangtua
2.1.1. Pengertian
Peran adalah perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang
posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam
suatu sistem sosial. Setiap perilaku individu menempati posisi-posisi multiple,
orang dewasa dan pria suami (Biddle dalam Friedmen 2002) yang berkaitan
dengan masing-masing posisi ini adalah sejumlah peran, di dalam hal posisi ibu,
beberapa peran yang terkait adalah sebagai penjaga rumah, merawat anak,
pemimpin kesehatan dalam keluarga, memasak, sahabat atau teman bermain
bagi anak (Friedman 2002).
Peran merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang
diharapkan sesuai dengan fungsi, potensi, kemampuan serta
tanggung jawabnya (Rice 2001). Orang tua merupakan seorang atau
dua orang ayah-bunda yang bertanggung jawab pada keturunannya
semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa
tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual (Wadnaningsih 2005).
Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan
orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun
sudah mau dan mampu melakukan cuci tangan dengan benar
melalui model yang ditiru dari orang tuanya (Maulani dkk 2005)
9
10
Peran orangtua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah-ibu
dalam bekerjasama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunan sebagai
tokoh panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot secara
konsisten terhadap stimulus tertentu, baik berupa bentuk tubuh maupun sikap
dan spiritual serta emosional yang mandiri (Wadnaningsih 2005).
2.1.1.1.Macam-macam Peran
Ada dua macam peran :
1. Peran Formal
Peran formal merupakan peran yang membutuhkan
ketrampilan dan kemampuan tertentu dalam menjalankan peran
tersebut. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu
ayah sebagai pencari nafkah, ibu sebagai pengatur ekonomi
keluarga, di samping itu tugas pokok sebagai pengasuh anak. Jika
salah satu anggota keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran,
maka anggota keluarga yang lainnya mengambil alih kekosongan
ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi dengan
baik (Murray dkk dalam Friedman 2002).
Setiap posisi peran dalam keluarga adalah peran yang terkait, yaitu
sejumlah perilaku yag kurang lebih bersifat homogen. keluarga membagi
peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat
membagi peran-perannya menurut pentinggnya pelaksanaan peran bagi
berfungsinya suatu sistem. Ada peran yang
11
yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertetu, ada
juga peran yang tidak terlalu komplek, sehingga dapat
didelegasikan kepada mereka yang kurang terampil atau kepada
mereka yang kurang memiliki kekuasaan (Maulani dkk 2005).
Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari
nafkah, ibu rumah tanggga, sopir, pengasuh anak, dan lain-lain). Jika
dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi peran ini,
maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga
untuk memerankan beberapa peran pada waktuyang berbeda. Jika
seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak
memenuhi suatu peran, maka anggota laian akan mengambil alaih
kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi
(Maulani dkk 2005). Peran yang membentuk posisi sosial sebagai suami-
ayah dan istri-ibu antara lain sebagai barikut :
a. Peran sebagai provaider atau penyedia
b. Sebagai pengatur rumah tangga
c. Perawat anak, baik yang sehat maupun yang sakit
d. Sosialisasi dan rekresasi anak
e. Persaudaraan, memelihara hubungan keluarga peternal
man maternal
f. Peran terapeutik dan peran seksual
12
2. Peran Informal
Peran informal adalah peran yang mempunyai tuntutan yang
berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih
berdasarkan pada atribut personalitas atau kepribadian individu.
Peran formal dapat mempermudah pandangan terhadap sifat
masalah yang dihadapi dan mendapatkan solusi yang tepat.
Pelaksanaan peran informal yang efektif dapat mempermudah
pelaksanaan peran-peran formal (Friedmen 2002).
Peran informal adalah peran yang bersifat implisit,
biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan emosional indivudu atau untuk
menjaga keseimbangan dalam keluarga (Maulani dkk 2005).
Berikut beberapa contoh peran informal antara lain :
a.Pendorong. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga
terjadi kegiatan mendorong, memuji, setuju dengan, dan
menerima kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat
merangkul orang lain dan membuatmereka merasa bahwa
pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengarkan.
b.Pengharmonis. pengharmonis yaitu berperan menengahi
perbedaaan yang terdapat diantara para anggota,
penghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
13
c. Inisiator-kontribitor. mengemukakan dan mengajukan
ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah
atau tujuan kelompok-kelompok.
d. Pendamai. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam
keluarga maka konflik konflik dapat diselesaikan dengan
jalan musyawaroh atau damai.
e. Pencari nafkah. Pencari nafkah yaitu peran yang
dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan,
baik material maupun nonmaterial anggota keluarganya.
f. Perawatan keluarga. Perawatan keluarga yaitu peran yang dijalankan
terkait merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.
g. Penghubung keluarga. Perantara keluarga adalah
penghubung, biasanya ibu mengirim dan
memonitorkomunikasi dalam keluarga.
h. Pionir keluarga. Pionir keluarga yaitu membawa keluarga
pindah ke suatu wilayah asing dan mendapatkan
pengalaman baru.
i. Sahabat, Penghibur dan koordinator. Koordinator berarti
mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan
keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan
memerangi kepedihan.
14
j. Pengikut dan saksi. Saksi sama dengan pengikut kecuali
dalam beberapa hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya
mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
2.1.1.2.Faktor yang Mempengaruhi Peran
1. Faktor Kelas Sosial
Kelas sosial ditentukan oleh unsure-unsur seperti
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Pendapatan seseorang
dari segi finansial akan mempengaruhi status ekonomi, dimana
dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bias
terpenuhinya kebutuhan, sehingga yang ada di masyarakat
bahwa semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan
semakin tinggi pula kelas sosialnya (Notoatmodjo 2003).
Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran
orang tua merupakan hal paling penting dari sang ibu, dimana
ibu lebih jauh bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap
pengasuhan anak dengan suatu penekanan yang lebih besar
pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan dan disiplin bila
dibandingkan dengan keluarga menengah ke atas yang lebih
menitik beratkan pada pengembangan pengendalian kekuatan
sendiri dan kemandirian prinsip perkembangan dan psikologi
dengan orang tua dan anak (Besmer dalam Friedmen 2002).
15
2. Faktor Bentuk Keluarga
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak
mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak
dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu
keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat
tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak
(Wong 2009). Anak merupakan individu yang unik dan
mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan,
meliputi kebutuhan fisiologis sosial dan spiritual (Hidayat 2008).
Keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya
ayah dan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anggota keluarga terutama anak, dimana anggota
keluarga dengan adanya ayah dan ibu akan menimbulkan
perasaan aman dan nyaman dalam mengembangkan dan
memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dibandingkan dengan
keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya mengenal salah
satu sosok orang tua sehingga anggota keluarga atau anak
mengalami kesulitan mencari identitas diri (Wong 2009).
3. Faktor Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya pernikahan
yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap
persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah menjadi orang
tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap
16
berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka kembali
dimana dalam setiap tahap individu mempunyai peran yang
berbeda sesuai dengan keadaan (Wong 2009).
4. Faktor Model Peran
Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi
yang diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari
dalam masyarakat akan menyebabkan masalah peran dari
individu tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan
konflik peran (Friedman 2002).
5. Faktor Peristiwa Situasional Khususnya Masalah Kesehatan
atau Sakit
Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan
keluarga dengan pengaruh sehat-sakit terhadap peran
keluarga, peran sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang
kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan
dalam keluarga (Litman dalam Friedman 2002).
2.1.2. Motivasi
Motivasi merupakan hasrat didalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan (Malthis 2001).
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu
(Rivai 2004). Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi
17
guna mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh
kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah
individu (Robins dan Mary 2005).
Motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukan minat
individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung jawab
terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan (Masrukhin dan
Waridin, 2004). Sedangkan Hasibuan (2004) berpendapat bahwa
motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung
perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal. Motivasi merupakan sesuatu yang membuat bertindak
atau berperilaku dalam cara-cara tertentu (Armstrong 1999).
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa motivasi merupakan
kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara dan mendorong
perilaku manusia. Peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan
dengan benar dan memakai sabun salah satu untuk menjaga kesehatan anak
agar terhindar dari penyakit seperti diare.
2.1.3. Cuci Tangan
Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang
paling penting. Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan
menggosok menggunakan dengan sabun secara bersama seluruh
kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian
dibilas dibawah air yang mengalir (Potter 2005).
18
2.1.3.1.Pentingnya Mencuci Tangan Memakai Sabun
Mantan Menteri Kesehatan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari mengatakan
bahwa kebiasaan mencuci tangan dengan air saja, tidak cukup untuk
melindungi seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan.
Terlebih bila mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Berbagi
kobokan sama saja saling berbagi kuman. Kebiasaan itu harus
ditinggalkan. Mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif dalam
membunuh kuman yang menempel di tangan. Gerakan nasional cuci
tangan pakai sabun dilakukan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah
untuk pengendalian risiko penyakit yang berhubungan dengan
lingkungan seperti diare dan penyakit kecacingan (Lestari 2008).
Sama halnya dengan Erman (2007) yang mengatakan bahwa,
untuk mengatasi kuman dibutuhkan pengertian akan pentingnya
kebiasaan mencuci tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar
mencuci tangan saja melainkan juga menggunakan sabun dan
dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun bisa mengurangi
atau melemahkan kuman yang ada di tangan.
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan kebiasaan yang
bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh
kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan
yang baik membutuhkan beberapa peralatan berikut: sabun antiseptic,
air bersih dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk hasil yang maksimal
disarankan mencuci tangan selama 20-30 detik (Wati 2010).
19
2.1.3.2.Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan
Disamping manfaat secara kesehatan yang telah terbukti, banyak orang
tidak melakukannya sesering yang seharusnya bahkan setelah ke kamar mandi.
Jika tidak mencuci tangan memakai sabun, kita dapat menginfeksi diri sendiri
terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut. Dan kita juga
dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh mereka atau
dengan menyentuh permukaan yang mereka sentuh juga seperti handel pintu.
Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk
demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan system pencernaan
seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga menyebabkan penyakit
terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E.coli. Beberapa mengalami
gejala yang mengganggu seperti mual, muntah, diare (Lestari 2008).
2.1.3.3.Cara Mencuci Tangan dengan Benar
Mencuci tangan dengan air dan sabun dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
Gambar 1. Cuci tangan memakai sabun (WHO 2013)
20
1. Rata sabun dengan menggosokkan pada kedua telapak tangan.
2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada
kedua tangan.
3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari kedua tangan.
4. Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan
saling mengunci.
5. Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam genggaman tangan
kanan, lakukan juga pada tangan satunya.
6. Usapkan ujung kuku tangan kanan diputar di telapak tangan
kiri, lakukan juga pada tangan satunya kemudian bilas.
7. Setelah selesai mencuci tangan keringkan menggunakan
handuk kertas atau pengering udara.
Gambar 2. 6 Langkah Cuci Tangan (WHO 2013)
21
2.1.4. Sabun
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia
antara basa Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak
nabati atau lemak hewani (SNI 1994). Ditambahkan pula oleh Kirk
(2005), komponen utama pembuatan sabun terdiri dari asam
lemak rantai C12 – C18 dan garam sodium atau potassium. Asam
lemak yang berikatan dengan garam sodium (NaOH) dikenal
dengan nama hard soaps, sedangkan asam lemak yang berikatan
dengan garam potassium (KOH) dikenal dengan nama soft soaps.
Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses
netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi
antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena
reaksi antara asam lemak dengan alkali (Kirk 2005).
2.1.5. Anak Usia Pra Sekolah
Anak usia prasekolah yaitu anak yang berusia 3 sampai 5 tahun. Pada
masa ini terjadi pertumbuhan biologis, kognitif, psikososial dan spiritual serta
mengalami banyak perubahan fisik dan mental ( Betz 2002). Anak usia
prasekolah biasanya mengikuti program pra sekolah misalnya kelompok
bermain dan Taman Kanak-Kanak (Padmonodewo 2003).
22
Anak usia pra sekolah memainkan peranan penting
mengenai citra tubuhnya. Mereka mengenali perbedaan warna
kulit, bentuk tubuh, dan ras. Mereka menyadari makna kata “
cantik”, ataupun “ jelek “. Anak mulai membandingkan postur
tubuh dengan teman sebaya dan bisa membandingkan apakah
mereka tinggi, pendek, kecil atau terlalu besar, anak yang memiliki
citra tubuh tidak sempurna akan merasa malu (Wong 2008).
Tugas perkembangan anak usia prasekolah yaitu anak mampu
memakai pakaianya sendiri, Naik turun tangga, memasang manik-
manik besar, membuka kancing depan dan samping, memanjat dan
melompat, Bermain lompat tali dengan cukup baik, melempar bola
dengan cukup baik, menggunting gambar sederhana, mengikat tali
sepatu, memukul kepala paku dengan palu, dapat menulis namanya
sendiri dan orang lain, bermain bersama teman sebaya, mampu
menggunakan garpu dan pisau (Betz 2002).
Perkembangan perilaku sosialisasi pada anak usia pra sekolah yaitu anak
selalu memandang orang tua sebagai figur yang terpenting, bersifat posesif :
ingin maunya sendiri, mampu bekerjasama dengan teman sebaya dan orang
dewasa sehingga dalam melakukan kebiasaan sehari-hari anak selalu
menirukan kebiasaan orang tua dan model peran dewasa lainnya. Sementara
perkembangan moral anak usia pra sekolah yaitu anak melihat aturan sebagai
sesuatu yang kaku dan tidak fleksibel, konsekuensi negatif dilihat sebagai
hukuman terhadap perilaku yang tidak sesuai dan anak
23
selalu melihat orang tua sebagai otoritas tertinggi untuk
menetapkan benar dan salah sehingga anak mulai mendalami
proses pengertian benar dan keliru (Padmonodewo 2003).
2.1.5.1.Ciri-Ciri Anak Usia Pra Sekolah
Menurut Padmonodewo (2003), mengemukakan ciri-ciri anak
prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
1. Ciri Fisik
Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan
dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
a. Anak dengan prasekolah umumnya sangat aktif. mereka telah
memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. berikan
kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan
melompat. usahakan kegiatan-kegiatan tersebut sebanyak
mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu dibawah
pengawasan (Pad-monodewo 2003).
b. Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan
lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya
da-lam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan
mengkritik anak lelaki apabila dia tidak terampil. jauhkan dari
sikap mem-bandingkan lelaki-perempuan, juga dalam
kompetensi ket-rampilan (Padmonodewo 2003).
24
2. Ciri Sosial
Anak prasekolah mudah bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau
dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan
teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis
kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang
terdiri dari jenis kelamin yang berbeda (Padmonodewo 2003).
3. Ciri Emosional
Anak pra sekolah mudah bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau
dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan
teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis
kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang
terdiri dari jenis kelamin yang berbeda (Padmonodewo 2003).
4. Ciri Kognitif
Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa,
sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya
pada kelompoknya. Sebaliknya anak diberi kesempatan
untuk menjadi pendengar yang baik (Padmonodewo 2003).
25
2.1.5.2.Tugas Perkembangan Anak
Soetjiningsih (1998), mengemukakan bahwa semua tugas
perkembangan anak usia 4-5 tahun itu disusun berdasarkan
urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar
yang disebut sektor perkembangan yang meliputi:
1. Perilaku Sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
kemandirian, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan
misalnya, membantu di rumah, mengambil makan, berpakaian
tanpa bantuan, menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa
bantuan, dapat makan sendiri (Soetjiningsih 1998).
2. Gerakan Motorik Halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot terkecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar
garis, lingkaran dan menggambar manusia (Soetjiningsih 1998).
3. Bahasa
Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah, misalnya bicara semua dimengerti,
mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat
besar-kecil (Soetjiningsih 1998).
26
4. Gerakan Motorik Kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh, misalnya berdiri dengan satu kaki, berjalan naik
tangga dan menendang bola ke depan (Soetjiningsih 1998).
2.1.5.3.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
antara lain (Supartini 2004) :
1. Keturunan
Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar
pada perkembangan jenis kelamin anak, yang ditentukan oleh
seleksi acak pada waktu konsepsi, mengarahkan pola
pertumbuhan dan perilaku pada aktu orang lain terhadap anak.
Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat
mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan
untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan
yang besar antara orang tua dan anak dalam hal sifat seperti
tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan. Kebanyakan
karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bangun
tubuh dan keganjilan fisik diturunkan dan dapat mempengaruhi
cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan lingkungan.
27
2. Faktor Neuroendokrin
Penelitian menunjukan kemungkinan adanya pusat pertumbuhan
dalam region hipotalamik yang bertanggng jawab untuk mempertahankan
pola pertumbuhan yang ditetapkan secara genetik. Beberapa hubungan
fungsional diyakini diantara hipotalamus dan system endokrin yang
mempengaruhi pertumbuhan.
3. Nutrisi
Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh
paling penting pada pertumbuhan. faktor diit mengatur
pertumbuhan pada semua tahap perkembangan dan efeknya
ditunjukan pada cara yang beragam dan rumit, selama masa
bayi dan kanak-kanak. Kebutuhan kalori relative besar
dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting
dalam perkembangan terutama dalam perkembangan emosi,
intelektual dan kepribadian, terutama dalam perkembangan emosi,
intelektual dan kepribadian tidak hanya kualitas dan kuantitas
kontak dengan orang lain yang memberi pengaruh pada anak yang
sedang berkembang tetapi luasnya rentang kontak penting untuk
pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.
28
5. Tingkat Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai dampak signifikan
pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari kelas
atas dan menengah mempunyai tinggilebih dari anak keluarga dengan
strata ekonomi rendah. keluarga dari sosioekonomi rendah kurang
memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk
memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrisi yang
membantu perkembangan optimal anak.
6. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah satu
manifestasi klinis dalam sejumlah gangguan hereditas. Gangguan
pertumbuhan terutama terlihat pada gangguan skeletal, seperti
berbagai bentuk duarfisme dan sedikitnya satu anomaly kromosom
(syndrome turner) banyak gangguan metabolisme seperti riketsia
resisten-vitamin D, mukopoli sekaridosis dan berbagai gangguan
lain, kecendrungannya adalah kearah persentil atas tinggi badan.
Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan memberi efek
merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
7. Bahaya Lingkungan
Bahaya dilingkungan adalah sumber kekawatiran pemberi
asuhan kesehatan dan orang lain yang memperhatikan kesehatan
dan keamanan. Cedera fisik paling sering terjadi akibat bahaya
29
lingkungan dan berkaitan dengan usia dapat menimbulkan
bahaya karna ketidakmampuan fisik.
8. Stress pada Masa Kanak-Kanak
Meskipun semua anak mengalami stress beberapa anak
muda tampak lebih rentan dibanding yang lain. Usia anak
temperamen situasi hidup dan status kesehatan mempengaruhi
kerentanan reaksi dan kemampuan mereka mengatasi stress.
Orang tua dapat mencoba untuk mengenali tanda stress untuk
membantu anak menghadapi stress sebelum menjadi berat.
9. Pengaruh Media Massa
Media dapat member pengaruh besar pada
perkembangan anak, media memberi anak suatu cara untuk
memperluas pengetahuan mereka tentang dunia tempat
mereka hidup dan berkontribusi untuk mempersempit
perbedaan antar kelas. Anak dapat mengidentifikasi secara
dekat orang atau karakter yang digambarkan dalam materi
bacaan, film, video dan program televisi serta iklan.
30
2.2. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
• Pengetahuan • Sikap • Kepercayaan • Keyakinan • Nilai-nilai • Motivasi
Faktor Enabling
• Lingkungan Fisik
• Sarana-sarana Kesehatan
Faktor Reenforcing
• Peran Orangtua
Skema 1. Kerangka Teori
Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun
Anak Usia Pra Sekolah
• Fisik • Sosial • Emosional • Kognitif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian kuantitatif dengan deskriptif analitik dengan metode
observasional yaitu mengetahui peran orangtua dalam memotivasi
anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun di TK
Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo (Dharma 2011).
3.2. Populasi dan
Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetap-kan oleh penelitian untuk mempelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono 2013). Populasi dalam penelitian ini
adalah orangtua anak-anak murid A kelas besar di TK Aisyiyah
Blimbing Kabupaten Sukoharjo sebanyak 20 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, A aziz Al-imul
2007). Sampel yang akan diteliti adalah orangtua anak-anak murid A
31
32
kelas besar di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo
sebanyak 20 orang.
3.2.3. Tehnik Sampling
Teknik penggunaan sampel menggunakan sampling jenuh yaitu
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono 2013).
Sampel yang akan diteliti adalah orangtua anak-anak murid A kelas
besar di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo sebanyak 20 orang.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat / lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan
data selama kasus berlangsung (Notoatmojo 2003). Penelitian dilakukan
di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo dan penelitian dilakukan
selama 1 bulan dari tanggal 1 Mei sampai 31 Mei 2014.
3.4. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala
Pengukuran 3.4.1. Variabel
Variabel adalah karakteritik subjek penelitian yang berubah dari satu
subjek ke subjek lainnya (Hidayat, A aziz Alimul 2007). Dalam peneltian ini
hanya ada satu variabel terikat (dependen) yaitu peran orangtua dalam
memotivasi anak mencuci tangan dengan benar memakai sabun merupakan
suatu tindakan untuk melakukan hidup bersih dan sehat.
33
3.4.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Peran Orangtua dalam Memotivasi
Anak Mencuci Tangan dengan Benar Memakai Sabun Pada Anak
Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
Variabel Definisi Alat Ukur Indikator Skor SkalaOperasional Penilaian
Peran orang Seperangkat Menggunakan Peran i. Kategori Ordinaltua dalam aktifitas Kuesioner yang Orangtua baik skor ≥84memotivasi orang tua un- terdiri dari 24 ii. kategori se-anak cuci tuk item pertanyaan dang skor 56-tangan mengajarkan dengan skala lik- 84
kebiasaan ert dikategori iii. kategorimencuci tan- untuk jawaban skor ≤56gan kepada 4= selaluanak guna 3= seringmencegah 2=kadangpenularan 1= tidak pernahpenyakit.
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Alat Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah
jenis pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada
subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam 2011).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah closedended
questions yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya sehingga responden
tinggal memilih. Penelitian ini menggunakan 1 jenis kuesioner sesuai dengan 1
variabel. Kuesioner mengadopsi dari penelitian Muhamad Marjuandi pada tahun
2011 yaitu kuesioner peran orangtua dalam memo-
34
tivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun
dengan penelitian yang berjudul “Hubungan antara peran orang
tua dalam perilaku hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci
tangan pakai sabun pada anak PraSekolah di TK Assalamah
Ungaran Kabupaten Semarang” (Nursalam 2011).
3.5.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Pada penelitian kuantitatif, peneliti harus melaksanakan lima tugas
dalam proses pengumpulan data. Tugas tersebut berhubungan dan
dilaksanakan secara simultan, dengan kata lain tidak secara berurutan. Tugas
tersebut meliputi : memilih subjek, mengumpulkan data secara konsisten,
mempertahankan pengendalian dalam penelitian, menjaga integritas atau
validitas, dan menyelesaikan masalah (Nursalam 2011).
Secara metodologis dikenal beberapa macam teknik pengumpulan data,
diantaranya : Observasi, Wawancara, Angket, Studi dokumentasi. Penelitian ini
menggunakan cara pengumpulan data dengan angket yaitu teknik pengumpulan
data melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung
oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun
pendapat umum (fathoni 2006). Dalam penelitian ini adalah melakukan
observasi pada seluruh anak
35
murid A kelas besar dan memberikan kuesioner kepada orangtua
murid di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
3.6. Uji Validitas dan
Reliabilitas 3.6.1. Uji Validitas
Untuk mengetahui kuesioner yang kita susun tersebut mampu
mengukur yang hendak diukur maka akan dilakukan uji validitas. Uji
instrumen ini akan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel
(Arikunto 2002). Nilai kritis r tabel dengan n = 20 pada taraf signifikansi 5%
adalah 0,444 (Sugiyono 2005). Validitas instrumen diuji cobakan pada 20
orang yang diambil secara acak dan memenuhi kriteria sampel penelitian,
yang mana akan diujikan di TK Aisyiyah Blimbing Ka-bupaten Sukoharjo.
Adapun ketentuan pengujiannya yaitu jika nilai rhitung >
rtabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid (Sugiyono 2008). Untuk nilai
rtabel dimana n=20, pada taraf signifikan 5% adalah 0,444.
3.6.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono
2003). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini. menggunakan rumus Alpha
Cronbach. Uji instrumen ini dikatakan reliabilitas jika r hitung atau hasil nilai alpa
lebih besar dari r tabel. Nilai r tabel untuk N=20
36
maka nilai df: N - 2 dengan taraf signifikansi 5% yaitu 0,468
(Arikunto 2002).
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1. Pengolahan Data
Etika penelitian menurut Hidayat (2011), terdiri dari 4 macam yaitu:
1. Pengecekan Data (Editing)
Yaitu memeriksa kembali kabenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan, editing dapat dilakukan pada
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Pemberian Kode Data (Coding)
Yaitu memberikan kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori, pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan data menggunakan komputer.
3. Pemprosesan Data (Entering)
Yaitu langkah memasukkan data yang telah di
kumpulkan ke dalam data komputer,kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana.
4. Analisa Data (Analiting)
Dalam melakukan analisis terhadap data penelitian
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan
tujuan yang dianalisis. Data yang telah dikumpulkan pada saat
penelitian kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat.
37
3.6.7. Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis univariat adalah
analisis yang menggambarkan karaktristik setiap variabel
(Widyasari dan Anik 2010). Penelitian ini menggunakan katagori
penilaian selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah
sehingga hasilnya akan tersaji dalam bentuk distribusi frekuensi.
3.7. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian seorang peneliti harus
menerapkan etika penalitian (Hidayat 2011).
3.7.1. Persetujuan Riset (informed concent)
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan, tujuannya agar responden mengerti maksud dan
tujuan penelitian, jika responden bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak
bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.
3.7.2. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya, semua informasi
yang telah di kumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
38
3.7.3. Tanpa Nama (Anonimity)
Merahasiakan atau tidak mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau penelitian yang akan disajikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang peran orangtua
dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai
sabun di TK Aisyi-yah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan data
yang diambil selama 7 hari penelitian yaitu pada tanggal 5 mei 2014
sampai 12 mei 2014 dengan 20 respond-en yang telah memenuhi
kriteria. Dari kegiatan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1. Gambaran Penelitian
TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu TK
terbesar yang berada di wilayah Polokarto. Siswa-Siswi yang sekolah di TK
tersebut dikelompokkan berdasarkan usia. Rata-rata jumlah siswa satu kelas
20 anak dengan usia yang berbeda. Usia 4-5 di kelas yang lebih kecil dan 5-6
di kelas yang lebih besar, jumlah kelas secara keseluruhan di TK Aisyiyah
sebanyak 8 kelas. Setiap siswa diijinkan istirahat pada pukul 08.30 WIB. Pintu
gerbang Sekolah selalu ditutup ketika jam masuk tiba, hal ini dilakukan untuk
menjaga keamanan anak.
Fasilitas yang ada di sekolah antara lain adalah tempat
mencuci tangan masih di kamar mandi dan belum ada tempat
khusus untuk mencuci tangan. Kondisi kamar mandi tampak
bersih dan airnya jernih. Lantai kamar mandi tidak tampak licin,
anak-anak sering ke kamar mandi tanpa melepas sepatu.
39
40
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Usia Ibu
Karakteristik ibu berdasarkan umur diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Umur Jumlah Persentase (%)28-33 tahun 9 45,034-40 tahun 7 35,041-47 tahun 4 20,0
Total 20 100
Pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas usia ibu di TK
Aisyiyah Blimbing adalah antara 28-33 tahun dengan jumlah 9 orang
(45%).
4.2.2. Pendidikan Ibu
Karakteristik ibu berdasarkan pendidikan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu di TK Aisyi-yah Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Pendidikan Jumlah Persentase (%)SD 7 35,0SMP 9 45,0SMA 2 10,0PT 2 10,0Total 20 100
Pada Tabel 4.2 diatas karakteristik ibu berdasarkan pendidikan
diketahui bahwa mayoritas ibu mempunyai tingkat pendidikan SMP, yaitu
sebanyak 9 orang (45%).
41
4.2.3. Pekerjaan Ibu
Karakteristik ibu berdasarkan pekerjaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)Wiraswasta 3 15,0IRT 17 85,0Total 20 100
Pada Tabel 4.3 diatas bahwa karakteristik ibu berdasarkan
pekerjaan mayoritas adalah ibu rumah tangga sebanyak 17 orang (85 %).
4.2.4. Jenis Kelamin Anak
Karakteristik anak berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)Perempuan 8 40,0Laki-laki 12 60,0Total 20 100
Pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin anak di TK
Aisyiyah laki-laki sebanyak 12 orang (60,0%) dan perempuan sebanyak 8 anak
(40%), sehingga mayoritas adalah jenis kelamin laki-laki.
42
4.2.5. Usia Anak
Karakteristik anak berdasarkan usia diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Usia Anak Jumlah Presentase (%)5 6 30,06 14 70,0
Total 20 100
Pada Tabel 4.5 diatas bahwa karakteristik anak berdasarkan usia
di TK Aisyiyah adalah anak usia 6 tahun berjumlah 14 anak (70%).
4.3. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan
dengan Benar dan Memakai Sabun
Hasil analisis adalah sebagai berikut :
Hasil analisis peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci
tangan dengan benar dan memakai sabun adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Distribusi Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun
di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014(N=20)
Kategori Peran Jumlah Presentase (%)Baik 2 10,0
Sedang 16 80,0kurang 2 10,0Total 20 100
Pada Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki peran motivasi sedang pada anak, yaitu 16 responden (80 %).
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas penelitian yang telah dilaksanakan
pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
Hasil penelitian menunjukkan bagaimana peran orangtua dalam memotivasi
anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun.
Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya ber-tujuan
untuk mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan
benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing
Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2014 sampai
12 Mei 2014 dengan jumlah sebanyak 20 responden.
5.1. Karakteristik Responden
5.1.1. Usia Ibu
Motivasi orangtua terhadap anak dalam mencuci tangan dengan
benar dan menggunakan sabun pada penelitian ini ditemukan pada
sebagi-an besar ibu dengan usia 28-33 tahun. Menurut Ma’ruf (2006)
usia 28-33 tahun merupakan kelompok usia dewasa muda. Menurut
Sadli (2010) usia dewasa muda paling benyak tersentuh dan menyentuh
perubahan sosial yang sedang berlangsung. Mereka juga kelompok
yang dijadikan sasaran program pembangunan, seperti program
kesehatan, gizi, dan program Keluarga Berencana (KB).
43
44
Orangtua dengan usia dewasa muda akan lebih mudah membimbing atau
mengarahkan anak-anak mereka dalam menjaga kesehatan. Orangtua akan
menyadari pentingnya menjaga kesehatan diri dan anak mereka khu-susnya
dimulai dari hal kecil, seperti mencuci tangan menggunakan sabun.
5.1.2. Pendidikan Ibu
Pada penelitian ini mayoritas ibu dari anak-anak TK Aisyiyah ber-
pendidikan SMP (sekolah menengah pertama). Akhir tamatan SMP ini
lebih mempunyai wawasan luas dibanding mereka yang hanya tamat
sekolah dasar (SD). Pengetahuan yang mereka miliki salah satunya
akan menuntun anak-anak mereka menuju kehidupan yang sehat,
karena orang-tua telah berlandaskan pada ilmu-ilmu dasar terkait
masalah kesehatan yang didapatkan pada pembelajaran di SMP.
5.1.3. Pekerjaan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan orangtua dari anak-
anak di TK tersebut mayoritas adalah ibu rumah tangga sebanyak
7 orang (85 %). Pekerjaan ibu rumah tangga yang cukup padat
terkadang membuat ibu ku-rang memperhatikan anak-anaknya
pada dalam menjaga kesehatan, khu-susnya dalam hal mencuci
tangan setelah anak melakukan aktivitas tidak terlalu diperhatikan.
5.1.4. Jenis Kelamin Anak
45
Jenis kelamin anak di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten
Sukoharjo mayoritas adalah laki-laki dengan jumlah 12 anak (60 %).
Anak laki-laki kebanyakan bermain diluar rumah sehingga akan
mudah kotor dalam ak-tivitasnya. Orangtua yang memperdulikan
anaknya dalam menjaga kesehatan akan memberikan motivasi bagi
anak-anak mereka dalam mencuci tangan dengan menggunakan
sabun setelah anak melakukan ak-tivitas yang kotor.
5.2. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan
dengan Benar dan Memakai Sabun
Hasil penilitian menunjukkan bahwa hampir semua orangtua mem-
iliki peran motivasi sedang pada anak. Orangtua yang masuk pada
kategori motivasi sedang yaitu 16 responden (80 %). Menurut Masrukhin
dan War-idin (2004) Motivasi merupakan faktor psikologis yang
menunjukan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut
bertanggung jawab ter-hadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan.
Sedangkan Hasibuan (2004) berpendapat bahwa motivasi adalah hal
yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia,
supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Peran motivasi orangtua kepada anak termasuk motivasi sedang hal ini
dipengaruhi oleh usia ibu, pendidi-kan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin
anak. Hal-hal tersebut yang akan merubah sikap atau tingkah laku
orangtua dan anak-anak mereka dalam menjaga kesehatan sehari-hari.
46
Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peran orang tua dalam
memotivasi anak untuk memcuci tangan memakai sabun rata-rata di-
pengaruhi karena tingkat pendidikan orang tua hanya sekolah menengah
pertama (SMP) sebanyak (45 %), dengan tingkat pendidikan SMP maka
tingkat pengetahuan orang tua dapat mempengaruhi dalam peran
memoti-vasi anak untuk mencuci tangan dengan menggunkan sabun.
Selain pen-didikan orang tua dengan lulusan tingkat SMP rata-rata
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak (85 %). Dengan pekerjaan
orang tua sebagai ibu rumah tanggga maka waktu bersama anak lebih
banyak sehingga orangtua mampu memperhatikan anaknya dalam
menjaga kesehatan seperti halnya mencuci tangan supaya terhindar dari
penyakit seperti diare. Selain mem-iliki nilai positif juga memiliki nilai
negatif yaitu ibu hanya berinteraksi dengan sesama ibu yang memiliki
pekerjaan yang sama sehingga tingkat pengetahuaan ibu hanya biasa
dan tidak ada perubahan dalam penge-tahuan.
Peran orangtua yang konsisten terhadap perilaku hidup sehat
akan ditiru oleh anak kemudian menjadi kebiasaan atau kepribadian
anaknya. Para orangtua sering kali mempraktekan kebiasaan lama
mereka yaitu bermain bebas dengan alam, namun jarang ada
penyakit yang menghinggapi dirinya dan ini dipraktekan pula oleh
anaknya. Peran orangtua sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
dan pengetahuan yang menjadikan baik atau buruknya perilaku
orangtua dalam menanamkan peran motivasi pada anaknya.
47
Mencuci tangan memakai sabun merupakan salah satu kebiasaan
yang tercakup dalam perilaku hidup bersih sehat. Meski terkesan simpel
namun mencuci tangan dengan sabun memiliki manfaat yang sangat
besar. Puluhan penyakit yang ditularkan lewat tangan yang kotor dapat
dicegah dengan mencuci tangan memakai sabun.
Berkaitan dengan penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa peran
orangtua dalam memotivasi pada anak terutama adalah kebiasaan mencuci
tangan. Semakin baik peran orangtua terutama dengan keteladanan, pendidikan
akan pentingnya kesehatan dan serta menyediakan saran atau fasilitas
penunjang maka akan semakin baik pula anak dalam menerapkan kebiasaan
untuk mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun setiap sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Kendala penelitian yaitu dalam pemberian kuesioner tidak secara
langsung diberikan kepada orangtua siswa. Alat penelitian atau kuesioner
diberikan kepada kepala sekolah untuk diberikan siswa dan dibawa pulang agar
kuesioner diisi oleh orangtuanya. Ketidak ada pertemuan dengan orangtua
mempengaruhi jawaban yang akan diisikan pada kuesioner. Peneliti tidak
mengetahui orang yang mengisi kuesioner tersebut, benar-benar orang tua
siswa atau orang lain. Peneliti juga tidak bisa menjelaskan poin kuesioner
secara langsung, apabila orangtua siswa kurang paham ter-hadap sebagian
kuesioner yang diberikan. Peniliti juga tidak melakukan uji
48
validitas dan uji realibilitas karena kuesioner yang digunakan untuk
melakukan penelitian mengabdopsi dari penelitian Marjuandi pada tahun
2011 yang berjudul “Hubungan antara peran orang tua dalam
perilaku hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pakai
sabun pada anak PraSekolah di TK Assalamah, Ungaran, Kabupaten
Semarang” selain itu kuesioner juga sudah teruji validitasnya.
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peran
orangtua da-lam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan
memakai sabun pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing
Kabupaten Sukoharjo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
peran motivasi sedang pada anak, yaitu 16 responden (80 %).
6.1.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku anak mencuci
tangan dengan benar dan memakai sabun dipengaruhi oleh peran
orangtua dalam membimbing anak dalam menjaga kesehatannya.
6.1.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orangtua dalam
memotivasi anak merupakan kewajibannya dalam membimbing
dan menjaga kesehatan anak, khususnya dalam kegiatan
mencuci tangan menggunakan sabun.
49
50
6.2. Saran
Saran dalam penelitian ini antara lain adalah :
6.2.1. Instansi Pendidikan
Instansi pendidikan hendaknya menambah bahan referensi
tambahan khususnya dalam menjaga perilaku hidup bersih sehingga
dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi muridnya.
6.2.2. Masyarakat
Masyarakat hendaknya menjaga perilaku hidup bersih
dengan mencuci tangan memakai sabun sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan, Orangtua dapat mempertahankan peran
tersebut, sehingga kesehatan anak terjaga dengan baik.
6.2.3. Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan kuesioner dapat
diberikan secara langsung pada orangtua siswa tanpa melalui
perantara orang lain. Peneliti lain juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua siswa terkait penelitian yang dilakukan.
6.2.4. Perawat
Perawat perlu untuk memaksimalkan perannya sebagai
pendidik secara langsung dengan memberikan pendidikan atau
penyuluhan kesehatan pada orangtua dan masyarakat pada
umumnya tentang perilaku hidup bersih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Michael, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia: A Handbook Of Human Resource Management. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :Rineka Cipta.
Arthur, 2006, Peran Aktivitas Pengasuhan Pada Pembentukan Perilaku Anak Se-jak Sejak Usia Dini: Kajian Psikologis Berdasarkan Teori Sistem Ekologis.Journal of Child Psychology and Psychiatry.
Betz, Cecili 2002, buku saku keperawatan pediatri Ed.3, EGC, Jakarta.
Cutler, Ron. 2010. Promoting Hygiene in Schools : Breaking The Chain of Infec-tion. Journal of School Nursing.
Desiyanto, F, A & Djannah, S, N, 2013, Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Ter-hadap Jumlah Angka Kuman, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 2, No. 2.
Dharma, Kelana, Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Ti-mur : CV Trans Info Media.
Hasibuan, Malayu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara.Jakarta.
Hidayat, A, A. 2007. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data, Ja-karta: Salemba Medika.
Friedman, M. 2002, Keperawatan keluarga: teori praktek, Edisi ketiga, Jakarta: Salemba Medika.
Kirk, 2005, ‘Kajian Pengaruh Kosentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat Terhadap Mutu Sabun Transparan’, Skripsi, Fakultas Tehnologi Pertanian Institut Per-tanian Bogor.
Lestari, D, 2008, ‘Efektivitas Metode Expository Teaching Terhadap Perilaku Mencuci Tangan dengan Menggunakan Sabun’, Skripsi, UniversitasKatolik Soegijapranata
Malthis, R.L dan Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat.Jakarta.
Masrukhin dan Waridin. 2004. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai. EKOBIS. Vol 7. No.2. Hal: 197-209.
Maulani, dkk. 2005. Panduan Orang Tua Dalam Menjaga Dan Merawat Kesehatan Gigi Bagi Anak-Anaaknya. Jakarta: Gramedia.
Ma’ruf, H, 2006, Pemasaran Ritel, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, Ce-takan Kedua
Marjuandi, M, 2011, ‘Hubungan antara peran orang tua dalam perilaku hidup ber-sih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada anak Pra-Sekolah di TK Assalamah, Ungaran, Kabupaten Semarang’, Skripsi, StikesNgudiwaluyo Ungaran.
Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. rineka Cipta.
Nototatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo. 2010. Perilaku Kesehatan. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi. Jakarta :Rineka Cipta.
Nursalam. 2011. Buku Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Patmonodewo, S. 2003. Pendekatan Anak Pra Sekolah. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Rineka cipta.
Padmonodewo, Soemiarti 2003, Pendidikan anak prasekolah, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Rice. 2001. Keluarga Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak. Bandung :Prioner Jaya.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta
Riyanti, E. 2008. Pengenalan Dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. http://www.google.co.id
Robbins, Stephen. P. dan Mary Coulter. 2005. Manajemen. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Sadli, S, 2010, Pemikiran Tentang Kajian Perempuan, Jakarta : PT Kompas Me-dia Nusantara.
Soetjiningsih, 1998, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. alfabeta. Bandung.
Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. 2004, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC.
Tazrian, 2011, ‘Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan Pa-kai Sabun Menggunakan Media Film Terhadap Perubahan PerilakuMencuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Usia Sekolah’. Tugas Akhir, Universitas Airlangga Surabaya.
Widnaningsih. 2005. Peran Orang Tua Bagi Anak. http://pikiran rakyat.com/anak.
Wati, Nur. 2010. ‘Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci Tan-gan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan pada Siswa Kelas
V Di SDN Bulukantil Surakarta’, KTI, Universitas Sebelas Maret Surakar-ta.
WHO 2013, Enam Langkah Cuci Tangan, Diakses 8 Januari 2014, http://www.who.int
Wong, et al 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik Ed.6, EGC, Jakarta.
Wong, L.D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.